1
Strategi Kepemimpinan Kepala Madrasah Berbasis Entrepreneur di MIN Bancong Wonoasri Madiun Yuning Dwi Afifin Abstract A headmaster is top leader of school had full of responsibility in successes organization he leaded or failure of it. But a headmaster not only has role as a leader but also has role as an entrepreneur in the school. In conducting his role as entrepreneur a headmaster must has a creative and innovative soul. So he makes an education innovation in the school. Headmaster of MIN Bancong Wonoasri Madiun can improve this school both of academic or physic. So the writer interests to writing the paper and conducting MIN Bancong Wonoasri Madiun as a location of research. The method of this research is qualitative method. This research was done at MIN Bancong, Kenanga Street No. 02, RT 02 / RW 02 Bancong Wonoasri Madiun. Techniques of collecting data are: interview, observation and documentation. The data collected was analyzed using the plot: data collection, data reduction, data display, conclusion drawing/verifying. To make sure that the result of this research is the valid result, there was done the credibility test. Finally, the results of this research are: (1) The leadership strategies of entrepreneur had headmaster of MIN Bancong Wonoasri Madiun are: applying fulfill of time behavior, applying fulfill of promise behavior, marketing strategies through the internet, school social responsibility, and conducting the innovation (2) The innovations conducted by headmaster of MIN Bancong Wonoasri Madiun are: curriculum innovation, facility innovation, SDM innovation and administration innovation, (3) the resistances faced headmaster of MIN Bancong Wonoasri Madiun in applying his leaderships’ strategies are: the different of understanding about the important innovation, the different of teachers emotional condition had effect to their working spirit, and the discontinue of fund availability. Keywords: strategi, kepemimpinan, kepala madrasah, entrepreneur. Pendahuluan Kepala sekolah/madrasah adalah pimpinan tertinggi sekolah yang bertanggung jawab penuh terhadap maju-mundurnya lembaga yang dipimpinnya. Mereka adalah penanggung jawab atas pelaksanaan keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Dalam pelaksanaan tugasnya seorang kepala sekolah/madrasah memiliki fungsi atau peran lain selain sebagai seorang pemimpin. Selain seorang pemimpin, kepala sekolah/madrasah juga mempunyai
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
2
peran sebagai manajer, administrator, pendidik, supervisor, pembimbing, pencipta iklim sekolah dan sebagai seorang entrepreneur (wirausaha). Dalam menjalankan perannya sebagai sebagai seorang entrepreneur, kepala sekolah/madrasah harus memiliki jiwa yang kreatif dan inovatif, sehingga mampu melakukan inovasi pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Apa lagi, seiring dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi yang cepat dalam berbagai bidang kehidupan khususnya bidang pendidikan saat ini, maka kepala sekolah/madrasah dituntut untuk mampu melakukan pembaharuan-pembaharuan (inovasi-inovasi) yang cenderung mengedepankan efisiensi dan efektifitas di lembaga yang dipimpinnya. Inovasi biasanya dilakukan mulai dari skala personal, kelembagaan, bahkan kebijakan. Dalam hal kelembagaan inovasi telah banyak dilakukan baik itu lembaga pemerintahan, perbankkan, lembaga-lembaga sosial, maupun lembaga pendidikan. Inovasi dalam pendidikan sebenarnya telah banyak dilakukan, banyak ahli telah menuliskan buku-buku tentang inovasi dalam dunia pendidikan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan di masyarakat.1 Untuk dapat melakukan suatu inovasi dalam bidang apapun terutama bidang pendidikan diperlukan sebuah proses. Artinya inovasi tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Inovasi membutuhkan waktu yang sifatnya continue atau terus-menerus. Berapa lama waktu yang dibutuhkan selama proses itu berlangsung akan berbeda antara lembaga yang satu dengan lembaga yang lain.2 Berhasil tidaknya proses inovasi dalam sebuah lembaga dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor kepemimpinan. Seorang kepala sekolah/madrasah yang berjiwa entrepreneur biasanya mampu memilih dan menerapkan strategi yang tepat demi keberhasilan dalam melakukan inovasi pendidikan.
1
Deni Darmawan, Inovasi Pendidikan Pendekatan Praktik Teknologi Multimedia dan Pembelajaran Online (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 1. 2 Deni Darmawan, Inovasi Pendidikan Pendekatan Praktik Teknologi Multimedia dan Pembelajaran Online, 45.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
3
Pembahasan yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan membuat peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian yang berlokasi di MIN Bancong Wonoasri Madiun. Ada hal menarik yang dimiliki oleh kepala madrasah ini. Menurut sebagian sumber yang tidak mau disebut namanya, kepala MIN Bancong merupakan kontroversial
dalam
sosok
menjalankan
pemimpin tugasnya
yang
kadang
sebagai
kepala
mengundang madrasah.
Kepemimpinannya kadang kaku dan otoriter. Sehingga banyak warga sekolah yang kurang suka dalam pelaksanaan kepemimpinannya. Selalu datang dan pulang sekolah tepat waktu, dan suka menindak tegas bagi siapapun yang terlambat. Namun, kekontrovelsialannya sebagai kepala madrasah ini mampu menjadikan MIN Bancong mengalami kemajuan yang pesat baik dari segi akademik maupun fisik. Dari segi akademik misalnya ditunjukkan dengan keberhasilan siswa MIN Bancong dalam meraih nilai UM terbaik se Kabupaten Madiun tahun 2014. Siswa-siswi lulusan MIN Bancong banyak yang diterima masuk kelas unggulan di SMPN I Mejayan, yang merupakan SMP vaforit di Madiun, dengan nilai tertinggi. Sedangkan kemajuan dari segi fisik antara lain meningkatnya sarana dan prasarana pembelajaran dari tahun ke tahun. Misalnya saja penambahan 1 ruang
Lab.
Komputer
dan
penambahan
gedung baru serta ruang
perpustakaan yang ideal. Meskipun dikatakan kontroversial dan otoriter dalam kepemimpinannya, kepala madrasah ini memang bisa membuktikan bahwa dia berhasil dalam memainkan strateginya dalam melakukan beberapa inovasi di madrasah yang dipimpinnya. A. Entrepreneur Kata “entrepreneur” sebenarnya berasal dari bahasa Prancis entreprenda yang artinya one who takes between. Schomputer (1934) sebagaimana dikutip oleh Purnomo memandang seorang entrepreneur adalah innovator. Seorang entrepreneur memiliki hasrat untuk memaksimalkan
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
4
keuntungan serta memberikan kontribusi secara ekonomi dan sosial kepada masyarakat.3 Masiing-masing entrepreneur memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Bahkan seorang entrepreneur terkadang menerapkan lebih dari satu gaya kepemimpinan. Berikut adalah empat gaya kepemimpinan dasar yang diterapkan oleh seorang entrepreneur: Pertama gaya kepemimpinan direktif. Yaitu gaya kepemimpinan paling klasik dansering disebut sebagai otokratis. Kedua gaya kepemimpinan partisipatif yaitu gaya kepemimpinan yang lebih cenderung demokratis, suka mencari saran dan masukan dari pihak lain. Ketiga gaya kepemimpinan laissez faire, yaitu gaya kepemimpinan yang cenderung lepas tangan. Pemimpin tidak bayak turut campur dalam pengambilan keputusan sehingga ada ruang bagi bawahannya untuk melahirkan inisiatif sendiri. Keempat gaya kepemimpinan adaptif. Gaya kepemimpinan adaptif memperhitungkan konteks lingkungan kerja dan kepribadian setiap individu yang dipimpin.4 B. Strategi Kepemimpinan Entrepreneur Kepala MIN Bancong Wonoasri Madiun Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Bancong berlokasi di jalan Kenanga No. 02 RT 02 / RW 0l Desa Bancong Kecamatan Wonoasri Kabupaten Madiun Jawa Timur. Telp/Fax (0351) 385593. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang diterapkan kepala MIN Bancong dalam memimpin madrasah sehingga berhasil meraih berbagai macam prestasi dan peminatnya selalu bertambah dari tahun ke tahun, peneliti mewawancarai Bapak Edy Purwanto, kepala MIN Bancong. Menurut beliau strategi yang beliau terapkan itu antara lain:
3
4
Margo Purnomo, “Kompetensi Entrepreneurial Mata Rantai yang Hilang untuk Menjadi Wirausaha Sukses”, dalam http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/04/ kompetensi-enterpreneurial-mata-rantai-yang-hilang.pdf. (3 Februari 2017). Tiem Administrasi Ciputra Entrepreneurship, “4 Model Kepemimpinan Seorang Entrepreneur” dalam http://www.ciputraentrepreneurship.com/business-advice/inilah-4-model-kepemimpinan seorang-entrepreneur, (diakses tanggal 13Maret 2017), 1-2.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
5
1. Strategi Pemasaran Sekolah Salah satu strategi yang diterapkan seorang entrepreneur adalah strategi pemasaran produk. Sekolah yang menghasilkan produk berupa jasa dan lulusan perlu menerapkan strategi pemasaran agar produk yang dihasilkan dikenal dan diminati masyarakat. Inti dari pemasaran atau promosi sekolah adalah penyampaian pesan visi dan misi sekolah kepada masyarakat pengguna jasa sekolah. Penyampaian visi dan misi sekolah kepada masyarakat ini diharapkan akan menghilangkan gap atau perbedaan pemahaman antara pengelola sekolah terutama kepala sekolah dengan masyarakat pengguna produk. Konsep pemasaran atau marketing sekolah memiliki tiga dasar: pertama dimulai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen sebagai dasar tujuan bisnis, kedua mengembangkan pendekatan organisasi untuk memuaskan kebutuhan konsumen, ketiga mencapai kebutuhan organisasi dengan memberikan kepuasan kepada konsumen.5 Di sinilah diperlukan jiwa entrepreneur kepala sekolah/madrasah. Sekolah yang murah bukan jaminan untuk menarik peminat. Saat ini banyak sekolah yang mahal tapi berkualitas bagus, justru banyak peminatnya. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana menyampaikan kualitas sekolah agar ditangkap, dipahami dan diterima masyarakat. Menjawab pertanyaan ini maka dalam hal promosi dan pemasaran sekolah imej sekolah perlu diunggulkan. Imej sekolah dapat diunggulkan dengan menempatkan simbolsimbol yang sifatnya dapat menterjemahkan konsep sekolah ke dalam tangkapan
panca
indra
masyarakat.
Sebagai
contoh
untuk
mempromosikan konsep sekolah yang mempunyai guru berkualitas, maka gelar kesarjanaan guru perlu dicantumkan. Dengan melakukan unsur-unsur kualitas guru sebagai pelayan jasa, maka sekolah dalam memberikan pelayanan pendidikan akan menjadi unggul dan pada akhirnya akan memudahkan pemasaran untuk 5
Imam Musbikin, Menjadi kepala Sekolah Yang Hebat (Riau:Zanava, 2013), 280.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
6
mengkomunikasikan kekuatan sekolah. Sehingga dalam mengantarkan pesan visi dan misi sekolah, dapat ditangkap dengan cepat, dan mudah dipahami oleh masyarakat. Promosi dari mulut ke mulut seperti yang diterapkan kepala MIN Bancong Wonoasri Madiun memang efektif dan patut ditiru. Karena produk kelulusan MIN Bancong berupa murid-murid yang berprestasi merupakan bukti nyata kualitas dan keunggulan sekolah tersebut. Akan tetapi jika promosi dilakukan dengan cara ini, dalam mencari peserta didik kepala MIN Bancong jangan hanya menargetkan banyaknya siswa tapi juga harus mencari siswa yang bermutu, sehingga dapat mengembangkan nama baik sekolah di masyarakat. Bukan mencari siswa buangan dari sekolah lain. Selain itu, kelemahan promosi dari mulut ke mulut hanya terbatas pada masyarakat atau orang tua siswa yang saling mengenal, dan juga mengenai promosi melalui internet tetap terbatas pada masyarakat pengguna internet saja. Promosi melalui atribut-atribut sekolah yang mudah ditangkap panca indera masih tetap dibutuhkan dalam strategi pemasaran sekolah. Atribut-atribut tersebut bisa berupa logo sekolah yang menarik, gedung sekolah yang bersih dan nyaman, seragam sekolah yang menarik, serta sikap dan perilaku siswa-siswi yang terpuji. Melalui atribut-atribut itu akan memberikan kesan baik bagi masyarakat, baik masyarakat yang saling mengenal maupun tidak. 2. Menerapkan Perilaku Tepat Waktu Entrepreneur umumnya menganggap bahwa waktu adalah uang. Artinya waktu bagi seorang entrepreneur dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat yang dapat dinilai dengan uang. Menyianyiakan waktu adalah kerugian. Prinsip ini juga sesuai dengan ayat al-Qur’an:
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
7
ت ِ ا ﱠِﻻ ا ﱠﻟ ِﺬﯾْﻦَ آَ َﻣﻨُﻮْ ا َو َﻋ ِﻤﻠُﻮْ ا اﻟﺼﱠﺎﻟِ َﺤﺎ.اﻹ ْﻧﺴَﺎنَ ﻟَﻔِﻰ ُﺧ ْﺴ ٍﺮ ِ ْ إِنﱠ.َوا ْﻟﻌَﺼْ ِﺮ 6
.ﺼ ْﺒ ِﺮ ﻖ َوﺗَ َﻮاﺻَﻮْ اﺑِﺎﻟ ﱠ َوﺗَ َﻮاﺻَﻮْ ا ﺑِﺎﻟْﺤَ ﱢ
Artinya: Demi masa (waktu). Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan menasehati supaya menepati kesabaran. 7 Tepat waktu juga merupakan bagian dari disiplin. Disiplin berarti taat pada aturan. Dengan melaksanakan disiplin di sekolah, berarti semua pihak
dapat
menjamin
kelangsungan
pendidikan
dan
kegiatan
operasioanal sekolah. Kemauan dan kerja keras yang diperoleh melalui disiplin akan melahirkan mental yang kuat dan tidak mudah menyerah walaupun dalam keadaan yang sulit. Namun demikian kaitannya dengan penerapan konsep disiplin di MIN Bancong Wonoasri Madiun, hendaknya kepala MIN Bancong memperhatikan beberapa hal antara lain: konsep disiplin yang diterapkan hendaknya dapat diterima semua pihak sehingga tidak ada guru maupun warga sekolah lainnya yang merasa terbebani, konsep disiplin yang diterapkan hendaknya untuk kepentingan kemajuan dan kesejahteraan bersama, selain itu konsep disiplin yang diterapkan hendaknya mampu memberikan motivasi bagi siswa, guru dan semua warga sekolah untuk belajar dan bekerja bersama. 3. Menerapkan Perilaku Tepat Janji Firman Allah dalam al-Qur’an:
.ًَوأَوْ ﻓُﻮْ ا ﺑِﺎ ْﻟ َﻌ ْﮭ ِﺪ إِنﱠ ا ْﻟ َﻌ ْﮭ َﺪ ﻛَﺎنَ َﻣ ْﺴﺌُﻮْ ﻻ
8
6
QS. Al-‘Ashr: 1-3. Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an Departemen Agama RI, 1982), 1099. 8 QS. Al-Isra’: 34. 7
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
8
Artinya: Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya. Tepat janji merupakan sifat yang perlu dimiliki oleh seorang entrepreneur. Karena tepat janji akan menumbuhkan kepercayaan dalam diri pelanggan atau pengguna produk. Kepercayaan merupakan modal utama dalam berwirausaha. Sebagai seorang pemimpin entrepreneur, kepala sekolah/madrasah dapat menerapkan perilaku tepat janji dengan cara tidak sering mengobral janji, tidak suka berbohong, selalu memperhatikan mutu atau kualitas hasil kerja. 4. Tanggung Jawab Sosial Sekolah Kepala
MIN
Bancong
Wonoasri
Madiun
mengutamakan
pelestarian lingkungan hidup sekitar sekolah untuk mewujudkan tanggung jawab sosial sekolah terhadap masyarakat sekitar sekolah. Namun dalam perkembangan etika bisnis yang lebih mutakhir, muncul gagasan yang lebih luas mengenai lingkup tanggung jawab sosial perusahaan berupa usaha menjalin hubungan perusahan dengan masyarakt. Lingkup tanggung jawab sosial perusahaan ini hendaknya juga diterapkan di lingkungan sekolah. Dengan demikian menarik minat para orang tua siswa, pihak sekolah terutama kepala sekolah perlu menjalin hubungan dengan masyarakat.9 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan tanggung jawab sosial sekolah ini antara lain: Pertama, keterlibatan sekolah dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas. Dalam hal ini warga sekolah diharapkan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang terutama dimaksudkan untuk membantu memajukan dan meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat.
contohnya
kerja
bakti
membersihkn lingkungan. Kedua, pihak sekolah telah diuntungkan dengan mendapat hak untuk mengelola sumber daya alam berupa tanah yang ada dalam masyarakat tersebut dengan mendatangkan keuntungan bagi sekolah. 9
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 164.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
9
Karena itu, tanggung jawab sosial merupakan balas jasa terhadap kepercayaan masyarakat tersebut. Ketiga, dengan tanggung jawab sosial melalui berbagai kegiatan sosial, pihak sekolah memperlihatkan komitmen moralnya untuk tidak melakukan kegiatan-kegiata tertentu yang dapat merugikan kepentingan masyarakat luas. Dengan ikut dalam berbagai kegiatan sosial, sekolah merasa punya kepedulian, punya tanggung jawab terhadap masyarakat, dengan demikian akan mencegahnya untuk melakukan tindakan yang merugikan masyarakat. Keempat, dengan keterlibatan sosial, sekolah dalam kegiatan di masyarakat, akan menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan masyarakat dan dengan demikian keberadaan sekolah akan lebih diterima kehadirannya dalam masyarakat. Hal ini pada gilirannya akan membuat masyarakat merasa memiliki sekolah tersebut, dan dapat menciptakan iklim sosial dan politik yang lebih aman, kondusif, dan menguntungkan bagi kegiatan sekolah. Ini berarti keterlibatan sekolah dalam berbagai kegiatan sosial juga akhirnya punya dampak yang positif dan menguntungkan bagi kelangsungan kegiatan pendidikan di tengah masyarakat. 5. Melakukan Inovasi Pendidikan Salah satu ciri seorang pemimpin yang berjiwa entrepreneur adalah kemampuan inovatif. Inovasi memerlukan kesempatan baru. ini berarti perbaikan barang dan jasa yang ada, menciptakan barang dan jasa baru, atau mengkombinasikan unsur-unsur produksi yang ada dengan cara baru yang lebih baik.10 Dalam kepemimpinannya, kepala MIN Bancong telah melakukan berbagai macam inovasi. Namun yang perlu diperhatikan, dalam melakukan inovasi umumnya para pemimpin akan mendapat kendala dari berbagai pihak. Untuk itu sebelum menjalankan inovasi
10
Masykur Wiratmo, Pengantar Kewiraswastaan Kerangka Dasar Memasuki Dunia Bisnis (Yogyakarta: BPFF, 1996), 5.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
10
hendaknya Kepala MIN Bancong melakukan pendekatan terutama kepada para guru. Karena umumnya tidak semua guru langsung bisa menerima perubahan. Alasan mereka bisa macam-macam. Misalnya ada rasa khawatir dengan adanya perubahan posisi atau kedudukan mereka yang sudah mapan akan tergeser, atau ada rasa khawatir beban tugas mereka bertambah banyak dan lain sebagainya. Jika Kepala MIN Bancong mampu melakukan pendekatan kepada semua warga sekolah dengan baik, maka proses inovasi pendidikan di sekolah tersebut tentu akan berjalan lancar. C. Inovasi Pendidikan Yang Dilakukan Kepala MIN Bancong Wonoasri Madiun Inovasi pendidikan yang dilakukan Bapak Edy Purwanto selama menjabat sebagai kepala MIN Bancong meliputi beberapa bidang antara lain: 1. Inovasi Kurikulum Pada dasarnya kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan untuk pelajaran anak. Kurikulum yang diterapkan di MIN Bancong saat ini adalah kurikulum 2913. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang ditetapkan pemerintah menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Mata pelajaran yang diajarkan dalam kurikulum 2013 untuk sekolah tingkat dasar antara lain: Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Matematika, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Prakarya (termasuk muatan lokal), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (termasuk muatan lokal), dan Bahasa Daerah. Namun sebagai sekolah tingkat dasar yang berasaskan agama Islam, MIN Bancong memasukkan mata pelajaran Aqidah akhlak, Fikih, Bahasa Arab, Qur’an Hadist dan Baca tulis al-Qur’an (BTA) ke dalam kurikulum. Selain itu sebagai muatan lokal di MIN Bancong juga diajarkan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH).
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
11
PLH ini merupakan salah satu pembeda dari sekolah lain. Memang salah satu strategi yang diterapkan dalam kepemimpinan entrepreneur kepala sekolah/madrasah adalah adanya diferensiasi (pembedaan) dari sekolah lain. Dalam kenyataannya dengan dimasukkannya PLH sebagai muatan lokal, dapat mengantarkan sekolah ini menjadi sekolah adiwiyata tingkat Kabupaten Madiun, bahkan mengikuti seleksi sekolah adiwiyata tingkat Provinsi Jawa Timur. Penerapan Pendidikan Lingkunagan Hidup di sekolah ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:
ِض ﺑَ ْﻌ َﺪ اِﺻْ َﻼﺣِ ﮭَﺎ َوا ْدﻋُﻮْ هُ ﺧَﻮْ ﻓًﺎ ﱠوطَ َﻤﻌًﺎ إِنﱠ رَﺣْ ﻤَﺖَ ﷲ ِ ْو ََﻻ ﺗُ ْﻔ ِﺴﺪُوْ ا ﻓِﻰ ْاﻷَر 11
. َﻗَ ِﺮﯾْﺐٌ ﻣﱢﻦَ ا ْﻟﻤُﺤْ ﺴِ ﻨِﯿْﻦ
Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.12 Namun yang perlu diingat bahwa tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup yang sebenarnya bukannya untuk menarik minat masyarakat pada sekolah tersebut dan bukan pula untuk meraih kejuaraan melainkan penanaman pada jiwa siswa agar mencintai lingkungan sejak dini. Sehingga kelak jika mereka sudah dewasa tidak akan merusak lingkungan tetapi justru melestarikannya. 2.
Inovasi Fasilitas Salah satu strategi dalam melakukan inovasi pendidikan adalah strategi fasilitas. Artinya untuk mencapai tujuan perubahan (inovasi) yang telah ditentukan, diutamakan penyediaan fasilitas dengan maksud agar program perubahan (inovasi) akan berjalan mudah dan lancar.13 Fasilitas yang lengkap dan memadai merupakan salah satu sarana
11
QS. Al-A’raf: 56. Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 230. 13 Udin Syaifudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2012), 63. 12
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
12
mempromosikan sekolah. Umumnya jasa pendidikan akan semakin terlihat baik ketika penampilan fasilitas fisik, gedung, peralatan, personil dan media komunikasi tersedia secara lengkap dan baik. Tidak heran saat ini sekolah berlomba-lomba mengadakan inovasi fasilitas pendidikan. Sebagai pimpinan yang berjiwa entrepreneur, kepala MIN Bancong mengadakan inovasi fasilitas di sekolah tersebut. Bahkan kepala MIN Bancong memastikan bahwa fasilitas yang dimiliki sekolah tersebut semakin lengkap. Terutama dengan ruang kelas yang memadai, kepemilikan LCD proyektor, wifi connector sebagai sarana komunikasi, serta fasilitas belajar-mengajar lainnya. Yang perlu diperhatikan dalam mengadaan inovasi fasilitas ini adalah jaminan keamanan bagi pengguna fasilitas, terutama siswa. Fasilitas internet saat ini mungkin sudah merupakan standart dan bukan sesuatu yang mewah. Namun banyak sekolah yang tidak memperdulikan dampak negatif dari penggunaan internet bagi siswa. Untuk itu sebagai penyedia jasa pendidikan, pihak pengelola sekolah terutama kepala MIN Bancong perlu mempertimbangkan dampak negatif dari penggunaan internet terutama bagi anak-anak. Maka dalam hal ini jaminan jaringan internet yang bersih dan aman, bebas dari unsur pornografi perlu diutamakan. Jika jaminan keamanan ini diutamakan maka akan menjadi keunggulan tersendiri bagi sekolah tersebut dan memperkokoh kepercayaan orang tua siswa. 3.
Inovasi Sumber Daya Manusia (SDM) Upaya pengembangan dan pembaharuan sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui pelatihan atau diklat. Dalam organisasi pendidikan (sekolah) pelatihan adalah usaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kinerja guru dalam pekerjaannya saat ini atau dalam pekerjaannya yang lain yang akan dijabatnya segera. 14 Upaya
14
Agustinus Hermanto, Asesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013), 89.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
13
pengembangan SDM ini dilakukan kepala MIN Bancong Wonoasri Madiun antara lain dengan mengadakan workshop adiwiyata dan diklat implementasi kurikulum 2013. Keberhasilan pelatihan atau diklat guru tercermin dari tercapainya tujuan yang diharapkan oleh kepala sekolah dan peningkatan kinerja guru peserta pelatihan. Keberhasilan pelatihan atau diklat ini sangat tergantung pada seberapa baik pelatihan atau diklat direncanakan. Perencanaan pelatihan yang baik disusun setelah kepala sekolah mengetahui kebutuhan yang harus dipenuhi terkait pengembangan kinerja guru. Apapun bentuk pelatihan dan di manapun pelatihan diadakan proses dasar pelatihan adalah sama. Yaitu tahap identifikasi kebutuhan, tahap mendefinisikan tujuan yang ingin dicapai dari pelatihan, tahap memilih metode pelatihan dan tahap evaluasi hasil pelatihan. Pelatihan atau diklat guru bisa dilakukan oleh kepala sekolah sendiri atau menggunakan jasa pihak luar.15 Konsekuensi dari itu semua adalah besarnya biaya yang diperlukan. Biaya pelatihan atau diklat guru ini antara lain mencakup; biaya penyiapan materi, logistik (ruangan, konsumsi serta penginapan), biaya transportasi, biaya peralatan, dan biaya pengajar. Selain itu dalam melakukan
perencanaan
pelatihan
kepala
sekolah
juga
harus
memperhatikan aspek manusia. Yaitu guru yang akan menjalani proses pelatihan dan yang diharapkan kinerjanya meningkat setelah pelatihan. Oleh karena itu, kaitannya dengan diklat atau pelatihan guru di MIN Bancong Wonoasei Madiun, sebaikanya kepala MIN Bancong tidak hanya memandang guru sebagai objek pelatihan, tetapi juga melibatkan guru dalam perencanaan pelatihan, agar tumbuh rasa tanggung jawab dalam jiwa guru setelah proses pelatihan berakhir. Akhirnya evaluasi hasil pelatihan bisa terlihat dari menurunnya keluhan orang tua terkait prestasi siswa, meningkatnya jumlah peserta didik baru dan angka kelulusan, meningkatnya produktivitas dan inovasi 15
Agustinus Hermanto, Asesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan, 56.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
14
mengajar guru, serta meningkatnya prestasi sekolah di lingkup yang lebih besar seperti tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi dan nasional. Akan tetapi, dalam kondisi tertentu, sekolah-sekolah yang mempunyai keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki, maka strategi alliance merupakan jawaban dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan. Strategi alliance merupakan bentuk kerja sama dengan lembaga lain. Maka untuk materi-materi tertentu (seperti ketrampilan dan seni), sekolah dapat bekerja sama dengan mitra yang kompeten. Sebagai contoh untuk penyediaan pendidikan keterampilan komputer bisa menggandeng lembaga pendidikan komputer yang sudah ada. Contoh lain dalam rangka peringatan hari-hari besar Islam jika sekolah tidak memiliki SDM yang cukup kompeten untuk menyampaikan ceramah keagamaan, maka ada baiknya sekolah tersebut memanggil ustadz dari luar sekolah untuk menyampaikan ceramah agama. Namun perlu diperhatikan bahwa strategi ini memiliki konsekuensi terpengaruhnya imej sekolah oleh lembaga mitra. Untuk itu dalam memilih mitra, diperlukan penetapan mitra yang memiliki visi dan misi yang sejalan, serta reputasi yang baik. 4. Inovasi Administrasi Kemajuan dalam bidang pendidikan hanya mungkin dicapai jika administrasi pendidikan dikelola secara inovatif. Karena novasi administrasi pendidikan merupakan bagian berkaitan langsung dengan unsur-unsur pendidikan lainnya seperti guru, fasilitas, keuangan, hubungan sekolah dengan orang tua atau masyarakat, serta pengembangan sekolah.16 Inovasi bidang administrasi pendidikan tidak lepas dari sistem administrasi
pemerintah
pusat.
Karena
administrasi
pendidikan
merupakan bagian dari keputusan pemerintah pusat yang harus di laksanakan oleh pemerintah daerah dan lembaga-lembaga pendidikan.
16
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 146.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
15
Namun dalam pelaksanaanya banyak keputusan dari pemerintah pusat yang belum dapat dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan sehubungan dengan keterbatasan fasilitas, dana, dan sumber daya manusia. Menyikapi hal ini, dalam melakukan inovasi administrasi pendidikan kepala MIN Bancong bisa saja melakukan terobosan baru di luar juklak (petunjuk pelaksanaan) dan juknis (petunjuk teknis) dari atasan. Misalnya dalam hal penyusunan anggaran dan belanja sekolah yang dananya bersumber dari Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3) kepala MIN Bancong dapat menentukan pilihan terbaiknya pada kebutuhan yang paling mendesak untuk dipenuhi. D. Kendala atau Hambatan yang dihadapi Kepala MIN Bancong Wonoasri Madiun dalam Menerapkan Strategi Kepemimpinannya Kendala atau hambatan dalam organisasi terutama organisasi pendidikan memang tidak bisa dihindari. Demikian juga yang dihadapi kepala MIN Bancong Wonoasri Madiun. Kendala yang dihadapi MIN Bancong itu antara lain: 1. Pemahaman warga sekolah yang beragam tentang pentingnya Inovasi pendidikan Pemahaman para guru yang berbeda tentang pentingnya inovasi pendidikan kadang memang menjadi penghamat bagi kepemimpinan kepala sekolah. Karena hal itu akan mempangaruhi semangat mereka untuk bersama-sama melakukan inovasi. Di sinilah diperlukan peran kepala sekolah/madrasah yang tidak hanya sebagai pemimpin atau leader tetapi juga sebagai educator.17 Dalam menjalankan perannya sebagai educator hendaknya kepala MIN Bancong mampu menjelaskan dan menyampaikan gagasannya kepada para guru dan warga sekolah lainnya tentang pentingnya inovasi pendidikan dengan alasan yang dapat diterima semua pihak tentang 17
Helmawati. Meningkatkan Kinerja Kepala Sekolah/Madrasah Melalui Managerial Skills (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014), 25.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
16
perlunya inovsi di MIN Bancong Wonoasri Madiun. Dengan begitu warga sekolah terutama para guru akan menyambut baik bahkan turut menjalankan inovasi-inovasi di MIN Bancong. 2. Perbedaan Emosional Guru Emosionl
guru
yang
berbeda
dianggap
menghambat
kepemimpinan kepala MIN Bancong karena di satu pihak ada guru yang terlalu bersemangat melakukan inovasi pendidikan, di pihak lain ada guru yang terlalu mengagungkan tradisi-tradisi lama yang telah terbukti efektif. Perbedaan ini jika dibiarkan akan menimbulkan kesalahpahaman dan memicu konflik antar guru. Sebagian pemimpin mungkin menganggap konflik adalah hal yang wajar dan memanfaatkan konflik menjadi sesuatu yang menguntungan. Namun kenyataanya konflik bisa menjadi kendala dalam kegitan karena meresahkan banyak orang. Waktu yang seharusnya digunakan untuk melaksanakan kegiatan, tersita karena harus mengatasi konflik antar guru. Menghadapi emosional guru yang berbeda itu seorang entrepreneur perlu memiliki kemampuan berafiliasi (n Afill). Kemampuan berafiliasi adalah kemampuan untuk membentuk hubungan yang hangat dan bersahabat dengan orang lain – agar diterima dan disukai.18 Kemampuan berafiliasi ini jugalah yang harus dimiliki oleh kepala MIN Bancong. Dengan kemampuan berafiliasi ini kepala MIN Bancong akan mampu memanfaatkan perbedaan emosional guru ini dalam pendelegasian tugas. Misalnya bagi guru-guru yang masih muda dengan semangat yang berapi-api didelegasikan untuk melaksanakan tugas yang membutuhkan kecakapan dan tenaga ekstra contohnya merombak tata ruang lingkungan sekolah. Sedangkan guru-guru yang lebih kalem dengan semangat yang mulai menurun perlu dimotivasi semangatnya dengan diberi tugas yang membutuhkan ketelatenan. Seperti mengajari keterampilan siswa. Dengan pendelegasian yang tepat maka akan membuahkan hasil yang diharapkan. Dengan demikian perbedaan emosi guru tidak lagi 18
Masykur Wiratmo, Pengantar Kewiraswastaan, 11.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
17
dianggap sebagai kendala, melainkan merupakan aset sekolah yang jika dikelola dengan baik menjadi sesuatu yang menguntungkan. 3. Ketersediaan dana yang tidak kontinyu Umumnya, sekolah dalam menjalankan kegiatan pendidikan sangat tergantung kepada tiga jenis sumber pemasukan keuangan, yaitu: (1) pemilik organisasi, (2) masyarakat pengguna dan (3) pihak ketiga. Pemilik organisasi adalah pemerintah bagi sekolah negeri dan yayasan bagi sekolah swasta. Masyarakat pengguna adalah orang tua atau wali murid, yang tergabung dalam BadanPembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) dan pihak ketiga adalah para penyumbang dana atau sponsor.19 Ketika salah satu atau seluruh sumber pemasukan keuangan tersebut berhenti menyalurkan dana, maka biasanya sekolah akan mengalami gangguan kegiatan operasional pendidikan. Dalam hal ini kepala sekolah dituntut untuk memiliki strategi agar jaminan ketersediaan dana bisa jelas dan kontinyu, tanpa mengganggu kelangsungan kegiatan operasional sekolah. Anggaran dari pemerintah ternyata masih sangat kurang untuk biaya operasional sekolah. Buktinya, tidak hanya MIN Bancong saja, hampir semua sekolah mengadakan pungutan kepada siswa. Jumlah pungutannya beragam, ada yang ringan, ada pula yang luar biasa besar. Pungutanpungutan tersebut terkadang dibuat oleh pihak sekolah dan pengurus komite. Yang perlu ditekankan di sini, jangan sampai pengurus komite kong kali kong dengan pengurus sekolah, dan kemudian dipasrahi agar bagaimana semua wali siswa menyetujui anggaran yang sudah direncanakan ketika diadakan rapat yang mengundang semua wali siswa. Perlu dicatat, biasanya pengurus komite mendapatkan honor bulanan dari sekolah, dan anehnya, honor kerap membuat para pengurus komite menjadi kehilangan daya kritisnya.
19
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, 164.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
18
Di sini, pengurus komite perlu bersikap kritis, sehingga dana yang dibebankan kepada siswa bisa diperingan dengan cara menghilangkan pengeluaran-pengeluaran yang tidak diperlukan, dan memangkas pengeluaran-pengeluaran yang gendut. Dengan otonomi yang lebih besar, memang sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya sehingga sekolah lebih mandiri. Dengan
kemandiriannya
sekolah
lebih
berdaya
dalam
mengembangkan program-program yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki. Namun, kemandirian sekolah harus didukung dengan kemandirian dalam menggali sumber daya keuangan dan mengelolanya secara mandiri. Kaitannya dengan MIN Bancong, sumber keuangan semestinya tidak melulu meminta kepada wali siswa, tetapi bisa diusahakan dengan jalan lain, semisal membuat koperasi sekolah, pameran sekolah atau usaha mandiri lainnya. Mengenai para penyandang dana, yang perlu diantisipasi lebih lanjut oleh kepala sekolah adalah ketika para penyandang dana memiliki kepentingan yang berbenturan dengan visi dan misi sekolah, maka kepala sekolah perlu mencari sumber-sumber dana lain yang tidak memiliki kepentingan yang saling berbenturan. Tentunya sangat adil ketika visi dan misi sekolah diawali dari tujuan lembaga pembentuknya. Penutup Setiap pemimpin memiliki strategi kepemimpinan yang berbeda dalam mengalola organisasi yang dipimpinnya. Kepala MIN Bancong Wonoasri Madiun menerapkan strategi kepemimpinan yang berbasis entrepreneur sehingga berhasil memajukan madrasah ibtidaiyah yang dipimpinannya. Strategi kepemimpinan entrepreneur Kepala MIN Bancong Wonoasri Madiun antara lain: strategi pemasaran melalui internet dengan menampilkan keunggulan MIN Bancong di website, dan promosi dari mulut ke mulut oleh wali murid, menerapkan perilaku tepat waktu, menerpkan perilaku janji, tanggung jawab sosial, dan melakukan inovasi pendidikan.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
19
Inovasi pendidikan yang dilakukan kepala MIN Bancong Wonoasri Madiun antara lain: inovasi kurikulum, inovasi fasilitas, inovasi sumberdaya manusia (SDM), dan inovasi administrasi. Kendala atau hambatan yang dihadapi kepala
MIN
Bancong
Wonoasri
Madiun
dalam
menerapkan
strategi
kepemimpinannya antara lain: pemahaman guru yang tidak sama tentang pentingnya inovasi, kondisi emosional guru yang beragam yang berpengaruh terhadap semangat kinerja guru dan ketersediaan dana yang tidak kontinyu. Untuk mengatasi kendala tersebut peneliti menyarankan kepada kepala MIN Bancong Wonoasri Madiun, selain menjadi pemimpin hendaknya juga melakukan perannya sebagai educator sehingga bisa memberikan pemahaman yang jelas kepada para guru dan karyawan sekolah tentang pentingnya inovasi pendidikan. Selain itu kepala MIN Bancong hendaknya memanfaatkan perbedaan kondisi emosional guru yang beragam untuk kepentingan pendelegasian tugas. Sehingga kondisi emosional dan semangat guru yang beragam ini tidak menjadi kendala tetapi justru menguntungkan. Kepada para guru MIN Bancong Wonoasri Madiun hendaknya mendukung inovasi pendidikan di sekolah tersebut demi kemajuan sekolah. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Syamsul. Leadership: Ilmu dan Seni Kepemimpinan, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012. Danim,
Sudarwan. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Darmawan, Deni. Inovasi Pendidikan Pendekatan Praktek Teknologi Multimedia dan Pembelajar Online. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012. Helmawati. Menigkatkan Kinerja Kepala Sekolah/Madrasah Melalui Managerial Skills. Jakarta: Rineka Cipta, 2014. Hermino, Agustinus. Asesmen Kebutuhan Organisasi persekolahan. Jakarta: Gramedia, 2013. Keraf, A. Sonny. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
20
Komariah, Aan dan Triatna, Cepi. Visionary Leidership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013. Meredith, Geoferry G. Kewirausahaan Teori dan Praktek, terj. Zainuddin. Jakarta: Pustaka Bina Presindo, 2000. Miftah, Toha. Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006. Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Musbikin, Imam. Menjadi Kepala Sekolah yang Hebat. Riau: Zanafa Publising, 2013. Nawawi, Hadari. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Gunung Agung, 1997. Purnomo, Margo. Kompetensi Entrepreneurial Mata Rantai yang Hilang, dalam http://pustaka.unpaj.ac.id/wp-content/uploads/2011/04/kompetensientrepreneurial-mata-rantai-yang-hilang.pdf akses tanggal 26 Maret 2017. Rarangken. Pengertian Entrepreneurship, dalam http://ekonomitambah.blogspot. com/2012/01/pengertian-entrepreneurship.html akses tanggal 26 Maret 2017. Saebani, Beni Ahmad dan Sumantri, Ii. Kepemimpinan. Bandung: Pustaka Setia, 2014. Sa’ud, Udin Syaefudin. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2013. Subroto, B Suryo. Beberapa Aspek Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Reneka Cipta, 1990. Sudarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Jakarta: PT Refika Aditama, 2007. Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Suprayogo, Imam. Pendidikan Paradigma Al-Qur’an, Malang: UIN Malang Press, 2004. Suradinata, Ermaya. Psikologi Kepegawaian dan Penerapan Pemimpin Dalam Motivasi Kerja, 1997. Syaifudin, Udin. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2012.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1
21
Turmuzi, Hamzah. “Kepemimpinan Kyai (Penelitian Kyai Persis Garut)”, Tesis Bandung: UNPAJ, 2002. Ula, Shoimatul. Manajemen Pendidikan Efektif. Yogyakarta: Berlian, 2013. Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala sekolah Tinjauan Teoritik Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999.
dan
Wijaya, Cece dkk. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999. Wiratmo, Masykur. Pengantar Kewiraswastaan Kerangka Dasar Memasuki Dunia Bisnis, Yogyakarta: BPFF, 1996. Zainuddin, H.M. Reformasi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Jurnal Studi Islam dan Sosial
Volume 10. No.1