KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM PELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS MADRASAH DI MADRASAH ALIYAH AL-ICHSAN BRANGKAL SOOKO MOJOKERTO
SKRIPSI
Oleh: AHMAD FARID DZULFIQAR NIM. 10110253
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2014
i
KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM PELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS MADRASAH DI MADRASAH ALIYAH AL-ICHSAN BRANGKAL SOOKO MOJOKERTO SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Diajukan oleh: AHMAD FARID DZULFIQAR NIM. 10110253
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2014
ii
iii
PERSEMBAHAN
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam jagat raya ini. Atas segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada sang revolusioner Nabi besar Muhammad SAW, yang mana berkat beliau sang revolusioner sejati utusan Allah yang telah membawa perubahan, kita dibebaskan dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh dengan cahaya ridho dan inayah-Nya
Kupersembahkan karya tulis ini untuk : Ayahanda (H. Muhammad Amir Sholehuddin) dan Ibunda (Hj. Marlik) tercinta, motivator terbesar dalam hidupku yang tak pernah lelah mendo‟akan dan menyayangiku, atas semua pengorbanan dan kesabaran mengantarku sampai kini. Tak pernah cukup ku membalas cinta abah dan umi padaku. Kakek dan Nenek (Alm. H.A. Ikhwan M & Ngateman serta Hj. Maslichah & Misriatun) yang selalu mendoakanku dalam setiap langkahku Adikku tersayang (Muhammad Fuad Hasan) yang sudah memberikan semangat untuk tidak putus asa dalam menjalani kehidupan ini. Alm. Amiril Mukminin & Indana Zulfa Amirina yang menjadi semangatku selama ini. Keluarga Besar Bani Abu Said, Bani Abu Tholib & Bani Abdul Muntholib. Para guru dan dosen dengan kesabaran dan kearifannya menghantarkanku dan membimbingku selama menempuh pendidikan. Sahabat-sahabati Angkatan 17 Korp Arjuna (Anshori, luqman, uswah, atho, rizal, novi, robith, yazid, faishol, nuril, ghofur, Dll) yang telah berjuang bersama satu angkatan satu jiwa Sahabat-sahabati Kader PMII Rayon “Kawah” Chondrodimuko dari masa ke masa yang telah memberikan banyak pengalaman serta perjuangan yang tiada henti. Keluarga “Mabes 98” (Pras, Anas, Yahya, Kribo, Syaiful, Afif, Nisa, Lutfi, Thata, Kirom, Sam Agus, Cak Wafa, Cak Wildan, Mas Aam, Cak mbut ) yang telah mengartikan arti persahabatan dan perjuangan. Teman-teman PAI angkatan 2010 yang sudah berjuang bersama di Universitas ini.
5
Dulur-dulur Ikatan Mahasiswa Majapahit (Arif, alfiyan, arfan, ahong, nova, hanifa, harum, najib, zaim, fais, Dll) yang sudi bersama-sama kita mendirikan wadah bagi arek-arek mojokerto di UIN Malang, Salam Amukti Palapa Sahabat-sahabat dan Dulur-dulur Organisasi : PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), KUMAT (Keluarga Mahasiswa Alumni Tebuireng), IMAM (Ikatan Mahasiswa Majapahit), HMJ-PAI, SEMA-FITK, DEMA-FITK, FORSIMA PAI se Jawa, IMAKIPSI, dan MP Loyalis 2001 Serdadu Moxer yang telah memberikan banyak pengalaman dan mengajariku hidup berorganisasi.
6
MOTTO Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran : 159)
vii
KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam jagat raya ini. Atas segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita masih mampu melakukan aktivitas kita sehari-hari dengan sehat dan penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini dengan lancar tanpa adanya halangan yang berarti. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada sang revolusioner Nabi besar Muhammad SAW, yang mana berkat beliau sang revolusioner sejati utusan Allah yang telah membawa perubahan, kita dibebaskan dari
zaman
kegelapan menuju zaman yang penuh dengan cahaya ridho dan inayah-Nya. Penelitian Skripsi yang berjudul “Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah di Madrasah Aliyah Al-ichsan Brangkal Sooko Mojokerto” ditulis dalam rangka memenuhi tugas akhir perkuliahan serta untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa melibatkan banyak pihak yang membantu penyelesaiannya. Karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Abah Umi tercinta, H. Muhammad Amir Sholehuddin dan Marlik karena kasih sayang, perjuangan, pengorbanan dan doa beliau berdualah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tahapan demi tahapan pendidikan, lebih khusus dalam penyelesaian skripsi. 2. Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 3. Dr. H. Nur Ali, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 4. Dr. Marno, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 5. Dr. Muhammad Walid M.A, selaku dosen pembimbing yang penuh kebijaksanaan, ketelatenan dan kesabaran telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan serta memberi petunjuk demi
terselesaikannya
penulisan
1 0
skripsi
ini.
6. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, yang telah dengan penuh keikhlasan membimbing dan mencurahkan ilmunya kepada penulis. 7. Sahabat-sahabati atau dulur-dulur PMII Komisariat Sunan Ampel, Rayon Kawah Chondrodimuko, Ikatan Mahasiswa Mojopahit, MABES 98, MP Loyalis Serdadu Moxer, Alumni Tebuireng yang selalu memberi semangat dan doanya.. 8. Serta temen-temen yang telah menemani penulis mulai dari awal belajar ilmu di Kampus ini hingga proses penyelesaian tugas akhir ini. Semoga Allah swt. senantiasa melimpahkan Rahmat, Taufik, Hidayah dan Ma‟unah-Nya kepada kita semua. Amin. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, walaupun penulis sudah berusaha dengan semaksimal mungkin membuat yang terbaik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan tangan terbuka, penulis mengharapkan ktitik dan saran yang membangun dari semua pihak agar dapat menjadi motivasi bagi penulis untuk lebih baik dalam berkarya. Akhirnya, penulis berharap mudah-mudahan dalam penyusunan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Malang, 01 September 2014
Penulis
1 1
HALAMAN TRANSLITERASI 1. Umum Transliterasi ialah pemindahalihan tulisan Arab ke dalam tulisan Indonesia (Latin), bukan terjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Termasuk dalam kategori ini ialah nama Arab, sedangkan nama Arab dari bangsa selain Arab ditulis sebagaimana ejaan bahasa nasionalnya, atau sebagaimana yang tertulis dalam buku yang menjadi rujukan. Penulisan judul buku dalam footnote maupun daftar pustaka, tetap menggunakan ketentuan transliterasi ini. Banyak pilihan dan ketentuan transliterasi yang dapat digunakan dalam penulisan karya ilmiah, baik yang berstandard internasional, maupun ketentuan khusus yang digunakan penerbit tertentu. Transliterasi yang digunakan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Malang (UIN) Maulana Maluk Ibrahim Malang menggunakan EYD plus, yaitu transliterasi yang didasarkan atas Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendididkan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tanggal 22 Januari 1998, No. 158/1987 dan 0543.b/U/1987, sebagaimana tertera dalam buku pedoman Transliterasi Bahasa Arab (A Guide Arabic Transliteration), INIS Fellow 1992. 2. Konsonan ا
=
Tidak dilambangkan
ض
=
Dl
ب
=
B
ط
=
Th
ت
=
T
ظ
=
Dh
ث
=
Ts
ع
=
„(koma menghadap ke atas)
ج
=
J
غ
=
Gh
ح
=
H
ف
=
F
خ
=
Kh
ق
=
Q
د
=
D
ك
=
K
ذ
=
Dz
ل
=
L
ر
=
R
م
=
M
ز
=
Z
ن
=
N
xii
س
=
S
و
=
W
ش
=
Sy
ﮫ
=
H
ص
=
Sh
ي
=
Y
Hamzah ( )ءyang sering dilambangkan dengan alif, apabila terletak diawal kata maka dalam transliterasinya mengikuti vokalnya, tidak dilambangkan, namun apabila terletak di tengah atau di akhir kata maka dilambangkan dengan tanda komadiatas (‟), berbalik dengan koma („), untuk pengganti lambang “”ع. 3. Vokal, Panjang dan Diftong Setiap penulisan bahasa Arab dalam bentuk tulisan latin vokal fathah ditulis dengan “a”, kasrah dengan “i”, dlommah dengan “u”, sedangkan bacaan panjang masing-masing ditulis dengan cara sebagai berikut: Vokal (a) panjang =
â
misalnya
لاق
menjadi
qâla
Vokal (i) panjang =
î
misalnya
لي ق
menjadi
qîla
Vokal (u) panjang =
û
misalnya
نود
menjadi
dûna
Khusus untuk bacaan ya‟ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan “i”, melainkan tetap ditulis dengan “iy” agar dapat menggambarkan ya‟ nisbat diakhirnya. Begitu juga untuk suara diftong, wawu dan ya‟ setelah fathah ditulis dengan “aw” dan “ay”. Perhatikan contoh berikut: Diftong (aw)
=
و
misalnya
لوق
menjadi
qawlun
Diftong (ay)
=
ي
misalnya
رﯾﺦ
menjadi
khayrun
131 313
DAFTAR TABEL
Tabel. 4.1
Sarana Prasarana ………………………………………….. 80
Tabel. 4.2
Data Guru MA Al-Ichsan ……………………………….... 81
Tabel. 4.3
Jumlah Siswa MA Al-ichsan ……………………………... 81
14 14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
: Pedoman wawancara
Lampiran II
: Bukti konsultasi
Lampiran III : Surat Izin Penelitian Lampiran IV : Surat keterangan Penelitian Lampiran V
: Foto Dokumentasi
Lampiran VI : Biodata Penulis
15 15
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................
iv
HALAMAN MOTTO .............................................................................
vi
HALAMAN NOTA DINAS ..................................................................
vii
HALAMAN PERNYATAAN ...............................................................
viii
KATA PENGANTAR ...........................................................................
ix
HALAMAN TRANSLITERASI ...........................................................
xi
DAFTAR TABEL...................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xiv
DAFTAR ISI ..........................................................................................
xv
ABSTRAK .............................................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...........................................................................
1
B. Perumusan Masalah ...................................................................
6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...............................................
6
D. Definisi Istilah ............................................................................
7
E. Originalitas Penelitian ................................................................
7
F. Sistematika Pembahasan ............................................................
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Manajemen Berbasis Madrasah .................................................
13
1. Pengertian Manajemen Berbasis Madrasah ........................
13
2. Tujuan MBM .......................................................................
17
3. Prinsip-prinsip MBM ...........................................................
19
4. Karakteristik MBM .............................................................
22
5. Komponen-komponen MBM ...............................................
28
6. Langkah-langkah dalam MBM ............................................
39
7. Strategi implementasi MBM ................................................
39
16 16
8. Faktor pendukung implementasi MBM ...............................
40
9. Indicator keberhasilan MBM ...............................................
40
B. Kepemimpinan ...........................................................................
41
1. Pengertian kepemimpinan ...................................................
41
2. Tipe-tipe kepemimpinan Kepala madrasah .........................
44
3. Tugas dan tanggung jawab kepemimpinan .........................
49
4. Kepemimpinan strategi ........................................................
56
C. Faktor Pendukung Kepemimpinan dalam MBM ........................
59
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis penelitian .................................................
64
B. Kehadiran penelitian ..................................................................
66
C. Lokasi penelitian .........................................................................
67
D. Data dan Sumber Data ................................................................
67
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
68
F. Analisis Data ..............................................................................
70
G. Pengecekan Keabsahan Data ......................................................
72
H. Tahap-tahap Penelitian ................................................................
74
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Al-ichsan...........................
76
1. Sejarah berdirinya MA Al-ichsan ........................................
76
2. Lokasi dan letak geografis MA Al-ichsan ............................
77
3. Visi, Misi dan Tujuan MA Al-ichsan....................................
78
4. Data Madrasah ......................................................................
79
B. Paparan Hasil Penelitian ............................................................
83
1. MBM di MA Al-ichsan.........................................................
83
a. Pembelajaran Aktif, Efektif dan Menyenangkan ............
86
b. Transparansi Anggaran....................................................
93
c. Peran Serta Masyarakat ...................................................
95
2. Tugas dan Tanggung jawab kepala madrasah dalam pelaksanaan MBM di MA Alichsan .........................................................
98
a. Tugas Kepala Madrasah dalam Bidang Administrasi ....
100
b. Tugas Kepala Madrasah dalam Bidang Supervisi .........
101
xvii
3. Faktor Pendukung dalam Pelaksanaan MBM di MA Al-ichsan .......................................................................
103
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Manajemen Berbasis Madrasah di MA Al-ichsan .....................
106
1. Pembelajaran Aktif, Efektif dan Menyenangkan ..................
108
2. Transparansi Anggaran .........................................................
112
3. Peran Serta Masyarakat.........................................................
106
B. Tugas dan Tanggung jawab Kepala Madrasah dalam MBM di MA Alichsan ..........................................................................
118
1. Tugas Kepala Madrasah dalam Bidang Administrasi ..........
120
2. Tugas Kepala Madrasah dalam Bidang Supervisi ...............
121
C. Faktor Pendukung dalam pelaksanaan MBM di MA Al-ichsan
122
BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN ..........................................................................
125
B. SARAN ......................................................................................
129
DAFTAR RUJUKAN DAFTAR LAMPIRAN
1818 18
ABSTRAK Dzulfiqar, Ahmad Farid. 2014. Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah di Madrasah Aliyah AlIchsan Brangkal Sooko Mojokerto, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Dosen Pembimbing: Dr. M. Walid M.A Sekolah pada dasarnya merupakan suatu lembaga pendidikan, yang berdiri sendiri maupun terkait dengan instansi di atasnya, yang harus dikelola secara profesional sehingga mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Madrasah sebagai salah satu identitas pendidikan di Indonesia, mau tidak mau harus mengikuti perkembangan pendidikan, MBM merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada madrasah untuk menentukan kebijakan madrasah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara madrasah, masyararakat dan pemerintah. Kepemimpinan merupakan unsur fungsional utama dalam manajemen. Maka dari itu Peneliti melakukan penelitian di MA Al-ichsan brangkal sooko mojokerto dengan judul Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah di Madrasah Aliyah Al-ichsan Brangkal Sooko Mojokerto Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui secara jelas Pelaksanaan MBM di MA Al-Ichsan Mojokerto (2) Untuk mengetahui Tugas dan Tanggung jawab kepala madrasah dalam pelaksanaan MBM di MA Al-Ichsan Mojokerto. (3) Untuk mengetahui faktor yang menjadi pendukung dalam pelaksanaan MBM di MA Al-Ichsan Mojokerto. Untuk mencapai tujuan tersebut, Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui (1) Wawancara (interview) (2) Pengamatan (observasi) (3) Dokumentasi. Selanjutnya analisa data dilakukan dengan: (1) Analisa selama pengumpulan data yakni secara induktif dengan menggunakan analisa deskriptif, (2) Teknik keabsahan data dengan menggunakan triangulasi sumber data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) MBM di MA Al-ichsan Mojokerto sudah dapat diterapkan meskipun tidak sepenuhnya, diantaranya dalam Pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, Transparansi Manajemen dan Peran serta masyarakat. Hal ini semua karena adanya dukungan dari komite madrasah, guru, stakeholder dan masyarakat dalam empat pokok manajemen yaitu: perencanan, pelaksanaan, pengawasan dan pengorganisasian (2) Tugas dan tanggung jawab kepala madrasah dalam pelaksanaan MBM Dengan adanya beberapa program atau kegiatan pada masing-masing komponen MBM di MA Al-ichsan sudah ada peningkatan walaupun masih ada yang kurang atau belum terpenuhi semuanya. (3) Factor pendukungnya adalah di MA Al-ichsan mojokerto terdapat adanya kekompakan dan semangat juang yang tinggi dari sebagian besar elemen-elemen yang ada di madrasah mulai dari SDM guru, karyawan, sarana prasarana guna lebih meningkatkan kualitas pendidikan. Faktor pendukung inilah yang menjadi penunjang pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah. Kata Kunci: Kepemimpinan, Manajemen Berbasis Madrasah
19 19 19
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pemberlakuan UU No.22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Provinsi sebagai daerah otonomi berpengaruh terhadap sektor pendidikan. Pemberlakuan otonomi daerah meniscayakan otonomi di sektor Pendidikan1. Sekolah pada dasarnya merupakan suatu lembaga pendidikan, yang berdiri sendiri maupun terkait dengan instansi di atasnya, yang harus dikelola secara professional sehingga mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasan ilmu dan teknologi, yang ditunjukkan dengan pernyataan politik dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Hal tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro, meso, maupun mikro. Kerangka makro erat kaitannya dengan upaya politik yang saat ini sadang ramai dibicarakan yaitu desentralisasi kewenangan dari pemerintah ke pusat daerah, aspek mesonya berkaitan dengan kebijakan daerah tingkat provinsi sampai ke tingkat kabupaten, sedangkan aspek mikro melibatkan seluruh sector dan lembaga
1 Hadiyanto. Mencari Sosok Desentralisasi M anajemen Pendidikan Di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004). Hlm. 65-66
1
2
pendidikan yang paling bawah, tetapi terdepan dalam pelaksanaannnya, yaitu sekolah. Madrasah sebagai salah satu identitas pendidikan di Indonesia, mau tidak mau harus mengikuti perkembangan pendidikan, dewasa ini Adopsi manajemen pendidikan berbasis sekolah menjadi Manajemen Berbasis Madrasah (MBM). Merupakan keniscayaan yang tidak terelakkan. Namun keniscayaan itu nampaknya menjadi persoalan krusial bagi madrasah. Berbeda dari lembaga Lembaga Pendidikan Umum yang berada di bawah Kementerian Pendidikan Nasional, keberadaan madrasah secara struktural berada di bawah Kementerian Agama., meskipun Madrasah memiliki karakteristik dan struktur yang sama dengan sekolah umum. Kebanyakan Madrasah terutama Swasta mengalami kesulitan dalam prasarana dan sarana, keterbatasan jumlah tenaga pendidikan dan kemampuan yang kurang memadai dalam memberikan imbalan kepada tenaga kependidikannya. Dari sini
muncul kecenderungan prakmatisme dalam
penugasan guru mata pelajaran dan tenaga kependidikan lain. Banyak tenaga kependidikan yang menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan bidang keahlian dan pengalamannya di dunia pendidikan. Akibat lebih jauh, mutu pendidikan madrasah makin tertinggal. Dalam kondisi demikian, kesiapan dan kebijakan Madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui MBM tampaknya patut diperjuangkan. Sebagian besar madrasah masih menggantungkan harapan akan pemerintah pusat dan daerah untuk memberikan dorongan moral dan materiil
3
serta bantuan dalam mendesain program pendidikan madrasah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Realitas dukungan masyarakat terhadap pendidikan madrasah juga masih menjadi tanda tanya. Sebagian besar warga masyarakat masih memandang madrasah dengan sebelah mata. Tidak sedikit orang tua yang menyekolahkan anaknya ke madrasah karena tidak diterima di sekolah lain.2 Sebagai lembaga pendidikan yang sudah lama berkembang di Indonesia, madrasah selain telah berhasil membina dan mengembangkan kehidupan beragama di Indonesia, juga ikut berperan dalam menanamkan raskebangsaan kedalam jiwa rakyat Indonesia. Di samping itu, madrasah juga sangat berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun demikian, performa madrasah sampai saat ini masih sangat rendah. Beberapa permasalahan telah berhasil diidentifikasi menjadi penyebabnya, baik pada tingkat pengelolaan maupun kebijakan. Masalah kurikulum madrasah yang masih belum “fokus” dan proses pendidikan yang belum mendukung pada visi dan misi madrasah, merupakan contoh issu di tingkat pengelolaan, sedangkan kebijakan pengembangan madrasah yang masih
bersifat
“tambal
sulam”
serta
belum
adanya
“cetak
biru”
pengembangan madrasah merupakan contoh issu ditingkat kebijakan.3 Berbicara tentang buruknya mutu pendidikan nasional selain sekolah sudah barang tentu sorotan utamanya tertuju kepada madrasah. Sebab kenyataanya banyak madrasah memang tertinggal dari pendidikan sekolah. 2
A. Rozikun & Namaddudin, Strategi Perencanaan Manajemen Berbasis Madrasah (Mbm), (Jakarta:Pt Lista Fariska Putra,2008) Hlm.4-5 3 Ahmad Zayadi, Desain Pengembangan Madrasah, (Jakarta : Dirjen Kemenag Ri, 2005) Hlm.1-2
4
Karena itulah, ketika MBS dianggap mampu dijadikan sebagai cara untuk merestrukturisasi pendidikan nasional, iapun diadopsi untuk diterapkan di dunia pendidikan madrasah, dengan istilah MBM (Manajemen
Berbasis
Madrasah). Kepemimpinan merupakan unsur fungsional utama dalam manajemen. Karena
tujuan
manajemen
adalah
mengelola
dan
menggerakkan,
mengorganisir dan mengambil keputusan atas sumber daya agar menjadi potensional. Oleh sebab tujuan manajemen seperti itu maka diperlukan system kepemimpinan. Pemberlakuan MBM secara langsung memberikan dampak tanggung jawab yang lebih besar bagi kepala madrasah. Dalam hal ini peran kepala madrasah tidak lagi terbatas dalam hal mengelola melalui control dan pemenuhan kewajiban administrative, melainkan juga harus menjadi seorang leader sekaligus manajer dapat mengelola dan meningkatkan kesuksesan madrasah. Implementasi MBM ini telah dilaksanakan oleh yayasan Al-ichsan yang dipelopori oleh KH. Khusen Ikhsan yang merintis sejak tahun 2000 di Desa Brangkal, Kec. Sooko, Kab. Mojokerto, Prop. Jawa Timur yang di dukung fasilitas yang lengkap, Program-program unggulan dan Program Penunjang seperti : 1. Fasilitas : a. Gedung Sekolah dan Kelas yang asri b. Pondok Pesantren dan Asrama Siswa
5
c. Laboratorium Komputer (Berijazah Puskom) d. Laboratorium Audiovisual e. Peralatan Olah Raga f. Perpustakaan Representatif & Digital g. SPP GRATIS Kelas X & Bebas Uang Gedung h. BIASISWA PRESTASI & TIDAK MAMPU 2. Program Unggulan : a. Pembelajaran Intensif Bahasa Inggris b. Pembelajaran Intensif Bahasa Arab c. Pembelajaran Intensif Matematika 3. Program Penunjang : a. Bimbingan Prestasi b. Leader Ship (LDKS) b. Sholawat “An Nasyidah Group” c. Football Club “MA Al-Ichsan” d. Brigde Club “MA Al-Ichsan” e. Pramuka4. Dengan pengelolaan yang mandiri, proses pembelajaran yang baik, sehingga menghasilkan siswa-siswa yang cerdas, berkepribadian, terampil dan mempunyai kapasitas keilmuan Agama yang memadai. Melihat kondisi madrasah dalam kontek diterapkannya MBM, upayaupaya pemberdayaan menjadi kebutuhan mendesak bagi lembaga pendidikan
4
Arsip-arsip Dokumentasi MA Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto
6
islam ini dalam kerangkah inilah penulis memilih judul SKRIPSI sebagai berikut: KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM PELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS MADRASAH DI MADRASAH ALIYAH ALICHSAN BRANGKAL SOOKO MOJOKERTO B. Perumusan Masalah 1.
Bagaimana pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah di MA AlIchsan Brangkal Sooko Mojokerto?
2.
Bagaimana Tugas dan Tanggung jawab kepala madrasah dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah di MA Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto?
3.
Faktor Apa saja yang menjadi pendukung dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah di MA Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan : 1.
Untuk mengetahui secara jelas Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah di MA Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto.
2.
Untuk mengetahui Tugas dan Tanggung jawab kepala madrasah dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah di MA Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto.
3.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah di MA Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto.
7
Kegunaan : 1. Bagi Lembaga Hasil Penelitian ini diharapkan bagi Lembaga pendidikan, khususnya untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah. 2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Hasil Penelitian ini diharakan dapat memahami dan bermanfaat sebagai bahan pedoman dalam dalam kegiatan pendidikan 3. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan dan dapat mengembangkan wawasan peneliti dan pendidikan. D. Definisi Istilah 1. Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.5 2. Manajemen
adalah
proses
perencanaan,
pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien.6 E. Originalitas Penelitian 1. Penelitian M. Amir Sholehuddin (2014). Dalam penelitiannya yang berjudul, “Pengaruh Kepemimpinan, Dukungan Stake Holders Dan Karakteristik Lingkungan Terhadap Efektivitas Manajemen Berbasis
5 6
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), Hlm. 107 Soebagio Atmodiwiro, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta : PT Ardadizya Jaya, 2005), Hlm.1
8
Madrasah (MBM) dan dampaknya pada Kinerja Madrasah di Jawa Timur.” Tujuan Penelitiannya adalah untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh Kepemimpinan, dukungan stake holders, dan Karakteristik Lingkungan terhadap pelaksanaan MBM Di Jawa Timur. Hasil Penelitian dari hasil deskriptif tanggapan responden terhadap variabel kepemimpinan madrasah, stake holders madrasah, karakteristik lingkungan madrasah. MBM dan kinerja madrasah telah berjalan dengan baik. Persamaannya adalah meneliti Kepemimpinan dalam Manajemen Berbasis Madrasah. Perbedaannya adalah memliki variabel yang lebih banyak dan lingkup penelitian lebih luas yakni di Propinsi jawa timur. 2. Penelitian Dede Supriyatin (2011). Dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi
Manajemen
Berbasis
Madrasah
(MBM)
Dalam
Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Pai di Man Gondanglegi Malang”. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi manajemen berbasis madrasah di MAN Gondanglegi Malang, bagaimana kompetensi pedagogik guru PAI di MAN Gondanglegi Malang, bagaimana
implementasi
manajemen
berbasis
madrasah
dalam
meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI di MAN Gondanglegi Malang.
9
Hasil
Penelitian
menunjukan
bahwa
dalam
Implementasi
Manajemen Berbasis Madrasah dalam upaya meningkatkan kompetensi guru PAI di MAN Gondanglegi Malang ialah Kepala Madrasah melaksanakan upaya seperti; (1) Melaksanakan penataan-penataan personalia sesuai dengan tugasnya dan bidangnya masing-masing, (2) Penbinaan disiplin, (3) Pendidikan in-service, (4) Pertemuan guru, (5) Pemberian motivasi, dan (6) Penghargaan kepada guru. Persamaannya adalah meneliti Manajemen Berbasis Madrasah. Perbedaannya adalah Kompetensi pedagogic guru. 3. Penelitian Ahmad Qorib (2005). Dalam penelitiannya “Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah (Studi Kasus di Madrasah Tsanawiyah Aliyah Islamiyah At-Tanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro)” Tujuan Penelitiannya adalah untuk mengetahui (1). Konsep dasar mengenai
Manajemen
Berbasis
Madrasah,
(2).
Sejauh
mana
implementasi Manajemen Berbasis Madrasah yang ada di Madrasah Tsanawiyah
–
Aliyah
Islamiyah
At-Tanwir
Talun
Sumberrejo
Bojonegoro, (3). Kelebihan, kelemahan, peluang dan tantangan bagi implementasi Manajemen Berbasis Madrasah di Madrasah Tsanawiyah – Aliyah Islamiyah At-Tanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro dan (4). Strategi pengembangan madrasah di era otonomi pendidikan dengan tetap mengacu pada pengalaman Madrasah Tsanawiyah – Aliyah Islamiyah At-Tanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro yang telah mengimplementasikan prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Madrasah.
10
Hasil Penelitiannya adalah (1). Definisi Manajemen Berbasis Madrasah, (2). Model pengelolaan komponen-komponen madrasah yang meliputi manajemen kurikulum dan program pengajaran, manajemen tenaga kependidikan, manajemen kesiswaan, manajemen keuangan dan pembiayaan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat dan manajemen layanan khusus, (3). Kelebihan, kekurangan, peluang dan tantangan yang ada dalam implementasi Manajemen Berbasis Madrasah di Madrasah Tsanawiyah – Aliyah
Islamiyah
Persamaannya
At-Tanwir
adalah
meneliti
Talun
Sumberrejo
Manajemen
Bojonegoro.
Berbasis
Madrasah.
Perbedaannya adalah hanya membahas MBM secara global belum dispesifikkan. 4. Penelitian
Siti
Aisyah
(2006).
Dalam
Penelitiannya
”Peranan
Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Lembaga Pendidikan di SMP Negeri 13 Malang” Tujuan Penelitiannya adalah (a) Ingin mengetahui bagaimana peran kepala sekolah dalam mengembangkan lembaga pendidikan di SMP Negeri 13 Malang, (b) Ingin mengetahui bagaimana upaya kepala sekolah dalam mengembangkan lembaga pendidikan di SMP Negeri 13 Malang, dan (c) Ingin mengetahui faktor apa yang mendukung perkembangan lembaga pendidikan di SMP Negeri 13 Malang. Hasil Penelitiannya adalah bahwasanya peranan kepala sekolah dalam mengembangkan lembaga pendidikan di SMP Negeri 13 Malang
11
adalah sebagai pendidik, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator. Sedangkan upaya kepala sekolah dalam mengembangkan lembaga pendidikan di SMP Negeri 13 Malang, yaitu terkait dengan upaya mengatasi berbagai hambatan yang ada di sekolah tersebut, sehingga mencapai tujuan yang di cita-citakan. Beberapa kendala atau hambatan yang ada di sekolah tersebut adalah dari segi kualifikasi SDM guru, kualifikasi SDM siswa, kegiatan ekstrakurikuler pramuka,
dan
sebagainya.
Sedangkan
faktor
yang
mendukung
perkembangan lembaga pendidikan di SMP Negeri 13 Malang, yaitu dari faktor tujuan, sarana dan prasana pendidikan, pendidik, peserta didik, lingkungan, dan kegiatan ekstarkurikuler. Persamaannya adalah meneliti dalam segi Kepemimpinan Kepala madrasah
Perbedaannya
adalah
masih
global
dalam
proses
pengembangan sekolah dan tidak membahas manajemen berbasis sekolah/madrasah. F. Sistematika Pembahasan BAB I
: Pendahuluan, meliputi: Latar belakang masalah, Perumusan masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Definisi istilah, Originalitas penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II
: Kajian Pustaka, meliputi: deskripsi teoritis tentang Manajemen Madrasah, Kepemimpinan dan Faktor pendukung dalam Manajemen Berbasis Madrasah.
12
BAB III
: Metode Penelitian, meliputi : Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur dan Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, Tahap-tahap Penelitian.
BAB IV
: Paparan dan Analisis Data meliputi: A. Latar Belakang Obyek Penelitian: 1.Sejarah singkat MA Al-ichsan Brangkal Sooko Mojokerto, 2.Profil MA Al-ichsan Brangkal Sooko Mojokerto, 3.Visi dan misi MA Al-ichsan Brangkal Sooko Mojokerto, 4.Letak geografis MA Al-ichsan Brangkal Sooko Mojokerto, 5.Kondisi
MA
Al-ichsan
Brangkal
Sooko
Mojokerto,
6.Prestasi yang pernah diraih MA Al-ichsan Brangkal Sooko Mojokerto, 7.Sarana dan prasarana MA Al-ichsan Brangkal Sooko Mojokerto. B. Paparan Hasil Penelitian: 1.Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) di MA Al-ichsan Brangkal Sooko Mojokerto, 2.Tugas dan Tanggung Jawab Kepala madrasah dalam Pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) di MA
Al-ichsan
Brangkal
Sooko
Mojokerto,
3.Faktor
pendukung dalam Pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) di MA Al-ichsan Brangkal Sooko Mojokerto. BAB V
: Pembahasan Hasil Penelitian
BAB VI
: Penutupan, meliputi : Kesimpulan dan Saran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Manajemen Berbasis Madrasah 1. Pengertian Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) Istilah Menanjemen Berbasis Sekolah merupakan terjemahan dari “Shcool based manajemen”. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat, mulai mempertanyakan relefansi pendidikan
dengan
tuntutan
dan
perkembangan
masyarakat
setempat. Dalam “Encyclopedia of the social science” manajemen berarti proses dengan mana pelaksanaan dari pada suatu tujuan tertentu yang di selenggarakan dan diawasi7. Secara etimologis, manajemen berasal
dari
bahasa
Inggris
“Management”
yang
artinya
ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan. Sedang menurut Melayu S.P Hasibuan manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu8. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu cara pencapaian tujuan dengan jalan pemanfaatan semua sumberdaya yang dimiliki secara 7
M. Manulang, Manajemen Personalia (Jakarta: Ghalia Indonesia, Cetakan V, 1976), Hal: 10 Melayu S.P Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan masalahnya (Jakarta: Haji Masagung, 1989), Hal: 3 8
13
14
efektif dan efisien yang mana agar tujuan itu dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapakan. Definisi mengenai MBS Menurut Malen, Ogawa dan Kranz, Manajemen Berbasis Sekolah secara konseptual dapat digambarkan sebagai suatu perubahan formal struktur penyelenggaraan, sebagai suatu bentuk desentralisasi yang mengidentifikasi sekolah itu sendiri sebagai unit utama peningkatan serta bertumpu pada redistribusi kewenangan pembuatan keputusan sebagai sarana penting yang dengannya peningkatan dapat didorong dan ditopang9. Sedangkan pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menurut E. Mulyasa adalah pemberian otonomi luas pada tingkat sekolah agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. Dengan kata lain kepala sekolah sebagai seorang manajer diberikan kewenangan sepenuhnya untuk bisa mengoptimalkan sumber daya yang ada pada sekolah yang dipimpinnya. Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) pada dasarnya adalah penggunaan sumber daya yang berdasarkan pada madrasah itu sendiri. Dengan MBM terdapat perubahan pola yang asalnya sumber daya manajemen pendidikan diatur oleh pemerintah pusat bergeser ke sekolah itu sendiri. MBM adalah desentralisasi otoritas
9
Ibtisam Abu-duhou, School-Based Management, (jakarta : Logos, 2002). Hal:16
15
pengambilan keputusan pada tingkat madrasah dalam bidang angggaran dan lain-lainnya. Jika diadaptasi dari pendapat Wohlstetter dan Mohrman MBM adalah pendekatan politis untuk mendesain ulang organisasi madrasah dengan memberikan kewenangan dan kekuasaan kepada partisipan madrasah pada tingkat local guna memajukan sekolah. Myers mengatakan bahwa MBM adalah strategi untuk memperbaiki pendidikan dengan mentranfer otoritas pengambilan keputusan secara signifikan dari pemerintah pusat dan daerah ke madrasahmadrasah secara individual10. PEPDIKNAS menggunakan istilah MBS dengan MPMBS (Managemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah) dapat diadaptasi bahwa MBM yaitu sebagai model manajemen yang memberi otonomi lebih besar pada madrasah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga madrasah untuk meningkatkan mutu madrasah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. MBM memberikan
keuntungan
secara
langsung
bagi
stakeholder,
pemanfaatan sumber daya, efektif dalam pembinaan siswa, moral guru dan iklim madrasah serta ada perhatian bersama untuk pengambilan keputusan, pemberdayaan guru, manajemen madrasah, perencanaan ulang madrasah dan perubahan perencanaan.
10 Abdul Rachman Shaleh, Ketua Tim, Ed, Profil Madrasah Masa Depan, (Jakarta : Bina Mitra Pemberdayaan Madrasah, 2005). Hal:43
16
Unsur madrasah yang didesentralisasikan dalam MBM yang diadaptasi menurut Wohlstetter dan Mohrman dan sejalan dengan ketetapan
Depdiknas
adalah
kekuasaan/kewenangan,
ilmu
pengetahuan, informasi dan penghargaan. Dengan demikian fungsi yang didesentralisasikan madrasah adalah meliputi hal-hal mengenai perencanan, pelaksanaan dan evaluasi program madrasah, penetapan visi dan misi madrasah, identifikasi masalah, prioritas, penyelesaian masalah, alternative pemecahan masalah, RIPM, RENSTRA, RAPBM,
pengelolaan
kurikulum,
pengelolaan
kegiatan
pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, pengelolaan peralatan dan perlengkapan,
pengelolaan
keuangan,
pelayanan
siswa
dan
pengelolaan iklim madrasah. Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah/madrasah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta didik. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staf, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok yang terkait
dan
meningkatkan
pemahaman
masyarakat
terhadap
pendidikan. Sejalan dengan jiwa dan semangat sekolah juga berperan dalam menampung kosensus umum yang meyakini bahwa sedapat mungkin keputusan seharusnya dibuat oleh mereka yang memiliki
17
akses paling baik terhadap pelaksanaan kebijakan. Dan yang terkena akibat-akibat dari kebijakan tersebut. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Berbasis Madrasah merupakan pengalihan kewenangan pengambilan keputusan ke level Madrasah agar dapat mengelola Madrasah dengan mandiri, maka Madrasah diharapkan lebih mandiri atau mampu menentukan arah pengembangan pendidikan sesuai dengan kondisi tuntutan lingkungan masyarakat. 2. Tujuan MBM Secara umum Hardiyanto mengatakan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah bertujuan untuk menjadikan sekolah agar lebih mandiri atau memberdayakan sekolah melalui pemberian wewenang yang lebih besar dalam mengelola sumber daya dan mendorong partisipasi warga sekolah dan masyrakat untuk meningkatkan mutu pendidikan.11 Pengertian lain mengatakan bahwa Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) bertujuan untuk meningkatkan semua kinerja madrasah yaitu menyangkut efektivitas, kualitas, efisiensi, inovasi, relefansi dan pemerataan serta akses pendidikan. Tujuan MBM adalah untuk : a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif 11 Hardiyanto, Mencari Sosok Desentarlisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Renika Cipta, 2004), hal: 70
18
b. Meningkatkan kepedulian warga madrasah dan masyarakat terhadap mutu madrasah c. Meningkatkan tanggung jawab warga madrasah terhadap madrasahnya d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar madrasah tentang mutu pendidikan e. Meningkatkan prestasi siswa f. Meningkatkan profesionalisme guru g. Penerapan reformasi kurikulum.12 Sesungguhnya Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi,
mutu,
dan
pemerataan
pendidikan.
Peningkatan efisiensi, antara lain diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya, partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu dapat diperoleh, antar lain, partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuh-kembangkan
suasana
yang
kondusif.
Sementara
peningkatan pemerataan pendidikan tampak pada tumbuhnya partisipasi masyarakat terutama yang mampu dan peduli, sementara yang kurang mampu akan menjadi tanggung jawab pemerintah.13
12 13
Abdul Rachman Shaleh, Opcit. Hal:44 E. Mulyasa, Opcit. Hal: 13
19
3. Prinsip-prinsip MBM Terdapat empat prinsip MBM yang juga menjadi acuan dalam MBM, yaitu prinsip equifinalis, prinsip desentralisasi, prinsip pengelolaan mandiri dan prinsip inisiatip manusia yang secara jelas diuraikan sebagai berikut : Prinsip Ekuifinalis ( Equifinality ) yang didasarkan pada teori manejemen modern yang berasumsi bahwa terdapat perbedaan cara mencapai tujuan. Manajemen madrasah menekankan fleksibilitas dan harus dikelola oleh madrasah itu sendiri berdasarkan kondisinya masingmasing. Prinsip equifinalis ini mendorong terjadinya desentralisasi kekuasaan dan mempersilahkan madrasah memiliki mobilitas yang cukup , berkembang dan bekerja menurut strategi uniknya masingmasing untuk mengelola madrasahnya secara efektif dan efisien. Prinsip Desentralisai (Decentralization). Konsisten dengan prinsip equifinalis maka desentralisasi merupakan gejala penting dalam reformasi manajemen modern. Dasar teori dari prinsip desentralisasi ini adalah manajemen madrasah dalam aktivitas pengajaran menghadapi berbagai kesulitan dan permasalahan. Oleh karena itu madrasah harus diberi kekuasaan dan tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan secara efektif dan efisien sesegera mungkin ketika permasalahan muncul. Tujuan dari prinsip desentralisasi adalah memecahkan masalah secara efektif dan efisien
20
serta bukan menghindari masalah. Maka MBM harus mampu menemukan permasalahan, memecahkannya tepat waktu dan member konstribusi terhadap efektivitas dan efisiensi aktivitas belajar mengajar. Prinsip Sistim Pengelolaan Mandiri (Self- Managing System). Manajemen
Berbasis
Madrasah
tidak
menyangkal
perlunya
mencapai tujuan berdasarkan kebijakan dari atas, tetapi menurut Manajemen Berbasis Madrasah yang juga dianut adanya berbagai cara untuk mencapai tujuan tersebut tersebut. Oleh karena itu, madrasah diberikan kebebasan untuk memiliki Sistem Pengelolaan Mandiri (Self - Managing System) dibawah kendali kebijakan dan struktur utama, memiliki otonomi untuk mengembangkan tujuan pengajaran dan strategi manajemen, mendistribusikan sumber daya manusia dan sumber daya lain, memecahkan masalah dan mencapai tujuan menurut kondisi mereka masing-masing. Karena madrasah menerapkan
system
pengelolaan
mandiri,
maka
madrasah
dipersilahkan untuk mengambil inisiatif atas tanggung jawab mereka sendiri. Prinsip Inisiatif Manusia (Human Initiative) Sesuai dengan perkembangan hubungan kemanusiaan dan perubahan ilmu tingkah laku pada manajemen modern, maka orang-orang mulai memberikan perhatian serius pada pengaruh penting factor manusia dalam efektivitas dan efisiensi organisasi. Perpektif sumber daya manusia
21
menekankan pentingnya sumber daya manusia, sehingga poin utama manajemen adalah untuk mengembangkan sumber daya manusia di madrasah untuk lebih berperan dan berinisiatif. Selain itu ada lagi 7 prinsip MBM, yaitu : a. Madrasah
memiliki
potensi
untuk
meningkatkan
mutu
pendidikan b. Peningkatan mutu berkelanjutan c. Fleksibilitas dalam mencapai tujuan d. Inisiatif dan pengelolaan mandiri e. Keberhasilan tim, bukan individual f. Adanya lingkungan yang mendukung g. Akuntabilitas: administrative, professional dan hasil pendidikan atau kinerja.14 Adapun
prinsip-prinsip
yang
perlu
diperhatikan
dalam
melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah sebagai berikut: a. Komitmen, kepala sekolah dan warga sekolah harus mempunyai komitmen yang kuat dalam upaya menggerakkan semua warga sekolah untuk bermanajemen berbasis sekolah. b. Kesiapan, semua warga sekolah harus siap fisik dan mental untuk bermanajemen berbasis sekolah.
14
Abdul Rachman Shaleh, Opcit. Hal: 45-46
22
c. Keterlibatan, pendidikan yang efektif itu, harus melibatkan semua pihak dalam mendidik anak. d. Kelembagaan, sekolah sebagai lembaga adalah unit terpenting bagi pendidikan yang efektif. e. Keputusan, segala keputusan sekolah itu harus dibuat oleh pihak yang benar-benar mengerti tentang pendidikan. f. Kesadaran, guru-guru harus mempunyai kesadaran untuk membantu dalam pembuatan keputusan program pendidikan dan kurikulum. g. Kemandirian, sekolah harus diberi otonomi sehingga memiliki kemandirian dalam membuat keputusan pengalokasian dana. h. Ketahanan, perubahan akan bertahan lebih lama apabila melibatkan stakeholders sekolah.15 4. Karakteristik MBM Manajemen Berbasis Madrasah memiliki delapan karakteristik yang bertolak belakang dengan karakteristik Manajemen Kontrol Eksternal (MKE) yaitu dalam hal misi madrasah, strategi-strategi manajemen, hakikat aktivitas-aktivitas, penggunaan sumber-sumber daya, peran warga madrasah, hubungan interpersonal, kualitas pada administrator dan indikator-indikator efektifitas.
15
Husaini Usman, Manajemen Teori, dan Riset pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Hal: 7
23
a. Misi Madrasah Madrasah dengan MBM memiliki cita-cita menjalankan madrasah untuk
mewakili sekelompok harapan bersama,
keyakinan dan nilai-nilai sekolah, membimbing warga madrasah di dalam aktivitas pendidikan dan arahan kerja. Ini adalah budaya organisasi yang besar pengaruhnya terhadap fungsi dan efektivitas madrasah. Budaya organisasi madrasah yang kuat harus dikembangkan diantara warga madrasah sehingga mereka bersedia berbagi tanggung jawab, bekerja keras dan terlibat secara penuh dalam pekerjaan sekolah untuk mencapai cita-cita bersama. Budaya madrasah yang kuat juga mensosialisasikan warga baru untuk memiliki komitmen terhadap misi madrasah dan dalam waktu yang sama memaksa warga lama bekerja sama secara terus menerus untuk menjalankan misi. Bila kita ingin madrasah kita mengambil
inisiatif memberikan kualitas
pelayanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang bermacam-macam dan kompleks maka budaya organisasi yang kuat harus dikembangkan oleh warga sekolah untuk madrasahnya sendiri. b. Hakikat Aktivitas Madrasah Hakikat aktivitas madrasah berarti madrasah menjalankan aktivitas-aktivitas
pendidiknya
berdasarkan
karakteristik,
kebutuhan dan situasi madrasah. Hakikat aktivitas berbasis
24
madrasah
amat
penting
untuk
meningkatkan
kualitas
pendidikan. Hal ini secara tak langsung mempromosikan perubahan manajemen
kontrol
eksternal
menjadi
model
berbasis madrasah. Ketika sebuah madrasah dikontrol secara eksternal, hanya mengimplementasikan tugas-tugas berdasarkan kebijakan dari otoritas pusat. Isi, metode dan evaluasi pengajaran cenderung mengikuti standaryang sama. Selain itu fasilitas, personal, organisasi, pengajaran dan pengelolaan madrasah semuanya dikontrol secara hati-hati oleh otoritas pusat eksternal dan oleh karena itu aktivitas-aktivitas pembelajaran tidak berorientasi kepada siswa dalam konteks lingkungannya. c. Strategi Manajemen Sesungguhnya perubahan dan kontrol eksternal dapat direfleksikan dalam aspek-aspek strategi berikut ini: 1) Konsep atau asumsi tentang hakekat manusia. Bahwa dalam rangka memuaskan tingkat kebutuhan yang lebih tinggi, maka MBM dapat menyediakan fleksibilitas lebih baik dan kesempatan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan guru dan siswa dan memberi peran terhadap talenta-talenta mereka. 2) Konsep organisasi madrasah. Bahwa dalam organisasi modern, konsep organisasi madrasah telah berubah. Kini orang percaya bahwa sebuah organisasi adalah bukan hanya
25
tempat untuk hidup dan berkembang siswa, tetapi juga tempat perkembangan guru dan administrator. 3) Gaya
pengambilan
keputusan.
Dalam
MBM
gaya
pengambilan keputusan pada tingkat madrasah adalah melalui pembagian kekuasaan atau partisipasi, sehingga hal itu mendorong guru-guru, orang tua, dan siswa untuk telibat di madrasah. d. Penggunaan Sumber-sumber daya MBM dalam model School-Based budgeting program memberikan keleluasaan kepada madrasah untuk memiliki otonomi yang lebih besar dalam mengadakan dan menggunakan sumber daya dan dana. e. Perbedaan-perbedaan peran Perubahan ke model MBM menuntut peran aktif kepala madrasah, administrator, guru, orang tua dari yang semula pasif. 1) Peran madrasah adalah gaya pengembangan, inisiatif, memecahkan
masalah,
dan
mengeksplorasi
semua
kemungkinan untuk memfasilitasi efektivitas pengajaran guru dan efektivitas pembelajaran siswa. 2) Peran Departemen Agama atau yang sekarang disebut Kementerian Agama adalah hanya sebagai pendukung atau advisor penasehat.
26
3) Peran para administrator adalah pengembang dan pemimpin sebuah tujuan. 4) Peran para guru adalah bekerja bersama-sama dengan komitmen bersama dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan untuk mempromosikan pengajaran efektif dan mengembangkan madrasah mereka dengan antusiasme. 5) Peran
para
orang
tua
adalah
berusaha
membantu
perkembangan yang sehat kepada madrasah dengan memberi
sumbangan
mendukung
dan
sumber
melindungi
daya
dan
madrasah
informasi, paada
saat
mengalami kesulitan dan krisis. f. Hubungan Antar Manusia Dalam manajemen berbasis madrasah hubungan antar manusia cenderung terbuka, bekerja sama, semangat tim, dan komitmen yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, iklim organisasi cenderung mengarah ke tipe komitmen. g. Kualitas para administrator Dalam hal ini, administrator yang berkualitas sangat penting.
Mereka tidak hanya
pengetahuan
dan
teknik
harus
manajemen
dilengkapi
dengan
modern
untuk
mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain. Akan tetapi, administrator juga perlu belajar dan tumbuh secara terus menerus untuk menemukan dan memecahkan
27
masalah demi kemajuan madrasah. Singkatnya, mereka perlu memperluas wawasan dan pemikirannya dengan belajar sehingga mereka dapat meningkatkan perkembangan jangka panjang madrasahnya. h. Indikator-indikator Efektivitas Dalam Manajemen Berbasis Madrasah efektifitas madrasah dinilai menurut indikator multi-tingkat dan multi-segi. Oleh karena itu penilaian efektivitas madrasah harus memperhatikan multi-tingkat, yaitu: tingkat madrasah, kelompok dan individual. Sedangkan
indikator
multisegi,
yaitu
mencakup
output
madrasah, input madrasah dan proses madrasah. 1) Output Madrasah Madrasah harus memiliki output yang diharapkan diantaranya adalah berupa prestasi akademik seperti NEM, lomba karya ilmiyah, lomba bahasa. Dan prestasi non akademik misalnya: harga diri, kerjasama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesama, toleransi, jujur, kedisiplinan, kerajinan, prestasi olah raga, kepramukaan, dan kesenian. 2) Input Madrasah Input pendidikan meliputi hal-hal sebagai berikut: a) Memiliki kebijakan, tujuan, sasaran mutu yang jelas b) Sumber daya yang tersedia
28
c) Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi d) Memiliki harapan prestasi yang tinggi e) Focus pada pelanggan f) Input manajemen 3) Proses Madrasah Madrasah yang efektif pada umumnya memiliki karakteristik proses: a) Proses belajar mengajar yang efektifitasnya tinggi b) Lingkungan madrasah yang aman dan tertib c) Partisipasi yang tinggi dari warga madrasah dan masyarakat d) Madrasah memiliki keterbukaan manajemen, kemauan untuk
berubah,
memiliki
akuntabilitas
dan lain
sebagainya. 5. Komponen-komponen Manajemen Berbasis Madrasah a. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan Pembelajaran yang optimal akan terjadi jika ada interaksi positif antara siswa dan guru. Guru sebagai fasilitator harus dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya, dengan harapan pembelajaran di kelas menjadi aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan demikian, akan memudahkan dalam mencapai kompetensi belajar siswa.
29
Istilah PAKEM sebenarnya bukan istilah yang asing, karena pakem digunakan dalam beberapa istilah yang luas, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “pakem” salah satunya memiliki arti “pakan” yaitu sejenis makanan hewan, selain itu pakem juga digunakan pada istilah pewayangan yang memiliki arti cerita asli pewayangan. Tetapi dalam hal ini, pakem muncul dalam istilah pendidikan. PAKEM menurut Departemen Pendidikan Nasional dalam Program Manajemen Berbasis Sekolah disebutkan bahwa PAKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka membentuk generasi yang kreatif, sedangkan kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi beragam tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang dapat memusatkan perhatiannya secara penuh saat belajar sehingga curah waktu perhatiannya (time on task) tinggi. Secara garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
30
1) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekankan pada belajar melalui berbuat. 2) Guru menggunakan alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat,
termasuk
menggunakan
lingkungan sebagai media belajar agar pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. 3) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan 'pojok baca'. 4) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif, termasuk cara belajar kelompok. 5) Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. Penerapan PAKEM sebagai upaya mengaktifkan siswa, menampilkan kreatifitas siswa, mewujudkan pembelajaran yang efektif dan tetap menyenangkan harus melibatkan beberapa komponen yakni guru, siswa, dan media pembelajaran. Media pembelajaran tidak harus di kelas dengan peralatan yang terbatas, tetapi bisa berupa lingkungan sebagai media pembelajaran dalam bentuk penekanan belajar melalui berbuat.
31
Masdjudi dan S.bellen menjelaskan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran aktif, yaitu: 1) Mengerti tujuan dan fungsi belajar, para “master trainer” dan peserta pelatihan perlu memahami konsep-konsep mendasar dan cara belajar yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Walaupun sudah tersedia kurikulum dan buku teks, pembelajaran yang hanya bersumber pada kurikulum dan buku teks belumlah memadai. 2) Mengenal anak sebagi individu, para siswa berasal dari lingkungan
keluarga
yang
kemampuan
yang
berbeda.
bervariasi Mengenal
dan
memiliki
anak
dalam
pembelajaran akan lebih optimal hasilnya jika lebih dekat terhadap anak, sehingga mampu mengenal minat dan kemampuannya. 3) Memanfaatkan organisasi kelas, seringkali kebutuhan bahwa seluruh kelas perlu mendapatkan informasi atau mempelajari sesuatu secara klasikal. 4) Mengembangkan
kemampuan
berfikir
kritis
dan
memecahkan masalah, untuk mengembangkan kemampuan berfikir
kritis
dan
memecahkan
masalah
diperlukan
ketrampilan bertanya yang cukup tinggi. Disamping dalam
32
memberikan tugas juga tidak mudah, akan tetapi tidak ada alas an untuk mencoba. 5) Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik, menciptakan lingkungan ruang kelas yang menarik dan memadai adalah hal yang kondusif bagi pelaksanaan pembelajaran aktif. 6) Memanfaatkan
lingkungan
sebagai
sumber
belajar,
pembelajaran aktif juga merangsang anak untuk belajar dari lingkungannya (lingkungan fisik, social, dan budaya). Lingkungan dapat berperan sebagai medis, tetapi juga dapat sebagai objek kajian. 7) Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar, memberikan siswa dalam mengembangkan diri berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki terutama membantu belajar dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan,
termasuk
hal
yang
diutamakan
dalam
pembelajaran aktif. 8) Bedakan antara aktif fisik dan mental, banyak guru merasa puas jika menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan fisik mereka kelihatan bergerak. Apalagi jika terlihat meja dan kursi diatur dalam kelompok dan anak-anak saling duduk berhadapan, kelas penuh dengan pajangan hasil kerja siswa.
33
Hal ini bukan indicator keberhasilan dalam pembelajaran aktif.16 b. Transparansi Manajemen Madrasah adalah organisasi pelayanan yang diberi mandat oleh publik untuk menyelenggarakan pendidikan sebaik-baiknya. Mengingat madrasah adalah organisasi pelayanan publik, maka madrasah harus transparan kepada publik mengenai proses dan hasil pendidikan yang dicapai. Transparansi dicapai melalui kemudahan dan kebebasan publik untuk memperoleh informasi dari madrasah. Bagi publik, transparansi bukan lagi merupakan kebutuhan tetapi hak yang harus diberikan oleh madrasah sebagai organisasi pelayanan pendidikan. Hak publik atas informasi yang harus diberikan oleh madrasah antara lain: hak untuk mengetahui, hak untuk menghadiri pertemuan madrasah, hak untuk mendapatkan salinan informasi, hak untuk diinformasikan tanpa harus ada permintaan, dan hak untuk menyebarluaskan informasi. Oleh karena itu, madrasah harus memberikan jaminan kepada publik terhadap akses informasi madrasah atau kebebasan memperoleh informasi madrasah. Kebebasan memperoleh informasi madrasah dapat dicapai jika dokumentasi informasi madrasah tersedia secara mutakhir, baik kualitas maupun kuantitas 16 Supriono Subakir & Ahmad sapari. Manajemen Berbasis Sekolah, (Anggota IKAPI cabang Jatim: Penerbit SIC, 2001) Hal:22-24
34
Pengembangan membangun
transparansi
keyakinan
dan
sangat
diperlukan
kepercayaan
publik
untuk kepada
madrasah. Dengan transparansi yang tinggi, publik tidak lagi curiga terhadap madrasah dan karenanya keyakinan dan kepercayaan publik terhadap sekolah juga tinggi. 1) Pengertian Transparansi Transparansi madrasah adalah keadaan di mana setiap orang yang terkait dengan kepentingan pendidikan dapat mengetahui proses dan hasil pengambilan keputusan dan kebijakan madrasah. Dalam konteks pendidikan, istilah transparansi sangatlah jelas yaitu kepolosan, apa adanya, tidak bohong, tidak curang, jujur, dan terbuka terhadap publik tentang apa yang dikerjakan oleh madrasah. Ini berarti bahwa madrasah harus memberikan informasi yang benar kepada publik. Transparansi menjamin bahwa data madrasah yang dilaporkan mencerminkan realitas. Jika terdapat perubahan pada status data dalam laporan suatu madrasah, transparansi penuh menyaratkan bahwa perubahan itu harus diungkapkan secara sebenarnya dan dengan segera kepada semua pihak yang terkait(stakeholders). 2) Tujuan Transparansi Pengembangan transparansi ditujukan untuk membangun kepercayaan dan keyakinan publik kepada madrasah bahwa
35
madrasah adalah organisasi pelayanan pendidikan yang bersih dan berwibawa. Bersih dalam arti tidak KKN dan berwibawa dalam arti profesional. Transparansi bertujuan untuk menciptakan kepercayaan timbal balik antara madrasah dan publik melalui penyediaan informasi yang memadai dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat. 3) Upaya-upaya peningkatan Transparansi Transparansi madrasah perlu ditingkatkan agar publik memahami
situasi
mempermudah
madrasah
publik
untuk
dan
dengan
berpartisipasi
demikian dalam
penyelenggaraan pendidikan di madrasah. Upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam kerangka meningkatkan transparansi madrasah kepada publik antara lain melalui pendayagunaan berbagai jalur komunikasi, baik secara langsung melalui temu wicara, maupun secara tidak langsung melalui jalur media tertulis (brosur, leaflet, newsletter, pengumuman melalui surat kabar) maupun media elektronik (radio dan televisi lokal). Upaya lain yang perlu dilakukan oleh madrasah dalam meningkatkan transparansi adalah menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara mendapatkan informasi, bentuk informasi yang dapat diakses oleh publik ataupun bentuk
36
informasi yang bersifat rahasia, bagaimana cara mendapatkan informasi, durasi waktu untuk mendapatkan informasi, dan prosedur pengaduan apabila informasi tidak sampai kepada publik. Madrasah perlu mengupayakan peraturan yang menjamin hak publik untuk mendapatkan informasi madrasah, fasilitas database, sarana informasi dan komunikasi, dan petunjuk penyebarluasan produk-produk dan informasi yang ada di madrasah maupun prosedur pengaduan. 4) Indicator Keberhasilan Transparansi Keberhasilan transparansi sekolah ditunjukkan oleh beberapa indikator berikut: a) meningkatnya keyakinan dan kepercayaan publik kepada sekolah bahwa sekolah adalah bersih dan wibawa, b) meningkatnya
partisipasi
publik
terhadap
penyelenggaraan sekolah, c) bertambahnya
wawasan
dan
pengetahuan
publik
terhadap penyelenggaraan sekolah, dan d) berkurangnya
pelanggaran
terhadap
perundang-undangan yang berlaku di sekolah.17
17
www.serbarabari.blogspot.com, 14-07-2014, Pukul: 20.15
peraturan
37
c. Peran Serta Masyarakat Peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan memiliki posisi yang sangat penting dan strategis. Hal itu diakui secara resmi, baik dalam undang-undang system pendidikan nasional nomor 2 tahun 1989, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pada lingkup yang lebih luas lagi, masyarakat juga ikut bertanggung jawab atas pendidikan. Pada tingkat makro, pemerintah tanggung jawab atas pendidikan bagi warga negaranya. Peran serta masyarakat juga merupakan bagian penting dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah. Untuk itu, maka upaya menggalang peran serta masyarakat bagi terlaksananya pendidikan perlu diusahakan, disamping terlaksananya aspekaspek lain dalam penyelenggaraan MBM. Dalam konsep MBS, peran serta masyarakat, orang tua murid, anggota BP3, tokoh masyarakat dan sebagainya sangat luas, yang meliputi antara lain : 1) Memberikan dukungan dana, atau sumbangan yang berupa fisik. 2) Merencanakan
kegiatan
kegiatan-kegiatan
dan
tersebut.
kemungkinan
Jadi,
tidak
pendanaan
hanya
diberi
rencanannya setelah semua final, sehingga ada kesan hanya
38
untuk basa-basi dan “stempel” resmi dari BP3/ masyarakat saja. 3) Ikut menambahi guru yang tidak ada, atau dikurangi, bahkan jadi “guru” pengganti. 4) Memberikan masukan dan mendiskusikan pelaksanaan pembelajaran, kinerja guru, prestasi belajar anak, kendala yang dihadapi dan sebagainya. 5) Dalam melaksanakan peran serta masyarakat yang sudah ideal, masyarakat juga dapat terlibat dalam memilih dan memasukkan guru-guru yang diperlukan sekolah, serta memberhentikan guru yang prestasinya tidak memuaskan.18 Hubungan lembaga pendidikan dan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antar lembaga pendidikan dan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap kebutuhan dan praktek pendidikan pada akhirnya bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pendidikan di lembaga pendidikan. Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah merupakan sistem sosial. Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat 18 Supriono Subakir & Ahmad sapari. Manajemen Berbasis Sekolah, (Anggota IKAPI cabang Jatim: Penerbit SIC, 2001) Hal:14-15
39
dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien. Sebaliknya sekolah juga harus harus menunjang pencapaian atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan. Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain: 1) Memajukan kualitas pembelajaran 2) Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat 3) Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.19 6. Langkah-langkah Dalam MBM a. Potret diri/school reviw/assessmen b. Perumusan visi, misi dan tujuan c. Perencanaan d. Pelaksanaan e. Monitoring f. Evaluasi g. Pelaporan 7. Strategi Implementasi MBM a. Kurikulum yang inklusif b. Proses belajar mengajar yang efektif c. Lingkungan madrasah yang kondusif dan Islami 19 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekola, Konsep, Strategi, dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), Hal: 49-50
40
d. Pemerataan sumber daya e. Standarisasi dalam hal-hal tertentu, seperti monitoring, evaluasi dan tes f. Memiliki otonomi kewenangan, kekuasaan/kewenangan, ilmu pengetahuan, informasi dan penghargaan g. Peran serta masyarakat h. Kepemimpinan yang kuat i. Pengambilan keputusan yang demokratis j. Semua pihak harus memahami tugas dan tanggung jawabnya k. Adanya guideline mencapai efektivitas dan efisiensi l. Madrasah memiliki transparansi dan akuntabilitas m. Pencapaian kinerja madrasah dan prestasi hasil belajar yang tinggi n. Pelaksanaan MBM diawali dengan sosialisasi kepada semua pihak yang terlibat 8. Faktor Pendukung Implementasi MBM a. Political Will dari pemerintah b. Dukungan finansial dari pemerintah dan masyarakat c. Ketersediaan manusia yang mendukung implementasi MBM d. Budaya madrasah yang mendukung implementasi MBM e. Madrasah memiliki kepemimpinan yang efektif 9. Indikator Keberhasilan MBM a. Jumlah siswa yang mendapatkan layanan meningkat
41
b. Kualitas layanan pendidikan semakin meningkat c. Jumlah siswa tinggal kelas menurun dan produktivitas madrasah meningkat d. Program madrasah dibuat bersama dengan warga dan tokoh masyarakat e. Keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan f. Meningkatnya keterlibatan orang tua dan mayarakatdalam pengambilan keputusan g. Semakin baik iklin dan budaya madrasah sesuai dengan pengembangan ciri khas yang merupakan identitas madrasah h. Kesejahteraan guru dan karyawan membaik i. Demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan.20 B. Kepemimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan
dapat
diartikan
sebagai
kegiatan
untuk
mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sutrisna merumuskan kepemimpinan sebagai “proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha pencapaian tujuan dalam situasi tertentu”. Sementara Soepardi mendefinisikan menggerakkan,
kepemimpinan mempengaruhi,
sebagai
“kemampuan
memotivasi,
untuk
mengajak,
mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah,
20
Abdul Rachman Shaleh, Opcit. Hal: 55-57
42
melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien.” Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya, adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi.21 “Pemimpin merupakan ciptaan pertama yang menentukan sukses dan gagalnya organisasi.” kata Steven R. Covey. Dengan demikian
pemimpin
merupakan
kunci
sukses
organisasi.
Kepemimpinan menelaah tentang seorang pemimpin yang efektif dan apa yang membedakan pemimpin dan bukan pemimpin. Definisi pemimpin sangat bervariasi dan sangat banyak. Kita mengambil definisi yang diberikan oleh Abraham Zaleznik dan John Kotter.22 John Kotter beragumen bahwa kepemimpinan berbeda dengan manajemen.
Manajemen
menyangkut
masalah
kerumitan,
menghasilkan tata tertib dan konsistensi dengan menyusun rencanarencana formal, merancang organisasi secara ketat dan memantau hasilnya lewat pembandingan dengan rencana. Kepemimpinan sebaliknya, menyangkut hal mengatasi perubahan. Pemimpin menetapkan arah dengan mengembangkan suatu visi terhadap masa depan, 21
mampu
menyinergikan
orang-orang
dengan
Nur Kolis, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Grafindo Persada, 2003), Hal: 59-61 M. Suyanto, Strategic Manajement Global Most Admirated Comparies, (Penerbit Andi : Yogyakarta,2007). Hal.69 22
43
mengkomunikasikan dan mengilhami mereka untuk mengatasi rintangan. Adapun pengertian kepimpinan dapat di telaah dari berbagai segi, seperti yang di kemukakan oleh Prajudi Atmosudirdjo dalam bukunya Drs. Ngalim P sebagai berikut: a. Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian (personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau yang mencemarkan suatu pengaruh yang tertentu, kekuatan atau
wibawa,
yang
demikian
rupa
sehingga
membuat
sekelompok orang mau melakukan apa yang dikehendakinya. b. Kepemimpinan dapat pula dapat dipandang sebagai penyebab dari pada kegiatan-kegiatan, proses atau kesediaan untuk mengubah pandangan atau sikap (mental/fisik) dari pada kelompok orangorang, baik dalam hubungan organisasi formal maupun informal. c. Kepemimpinan adalah suatu seni (art), kesanggupan (ability) atau teknik (technique) untuk membuat sekelompok orang bawahan dalam organisasi formal atau para pengikut atau simpatisan dalam organisasi informal mengikuti atau menaati segala apa yang dikehendakinya, membuat mereka begitu antusias atau bersemangat untuk mengikutinya, atau bahkan mungkin berkorban untuknya.
44
d. Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai sebagai bentuk persuasi suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui “human relations” dan motivasi yang tepat, sehingga mereka tanpa adanya rasa takut mau berkerja sama dan membanting tulang untuk memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan–tujuan organisasi. e. Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai suatu sarana, suatu instrument atau alat, untuk membuat sekelompok orangorang mau berkerja sama dan berdaya upaya menaati segala peraturan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini kepemimpinan dipandang sebagai dinamika suatu organisasi yang membuat orang-orang bergerak, bergiat, berdaya upaya secara “kesatuan organisasi” untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.23 2. Tipe-tipe Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam
menjalankan
tugasnya
sebagai
pemimpin,
yaitu
menggerakkan atau memberi motivasi orang lain agar melakukan tindakan-tindakan yang selalu terarah pada pencapaian tujuan organisasi, berbagai cara dapat dilakukan oleh seseorang pemimpin. Cara itu mencerminkan sikap dan pandangan pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya. Yang memberikan gambaran pula tentang bentuk (tipe) kepemimpinannya yang dijalankannya. 23
25-27
Ngalim P, “Administrasi dan supervise Pendidikan”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006) Hal:
45
Menurut Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe kepemimpinan yaitu: a. Tipe Otoriter/Otokrasi Otokratis berasal dari kata oto yang berarti sendiri, dan kratos yang berarti pemerintah. Jadi otokratis berarti mempunyai sifat memerintah dan menentukan sendiri. Adapun ciri-ciri dari pemimpin otokratis itu antara lain: 1) Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi. 2) Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi. 3) Menganggap bawahan sebagai alat semata mata. 4) Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat. 5) Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya. 6) Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan approach yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum). Akibat dari kepemimpinannya tersebut, guru menjadi orang yang penurut dan tidak mampu berinisiatif serta takut untuk mengambil keputusan, guru dan murid dipaksa bekerja keras dengan diliputi perasaan takut akan ancaman hukuman, serta sekolah akan menjadi statis.
46
b. Tipe Laissez faire Laissez faire jika diterjemahkan dapat diartikan sebagai ”biarkan saja berjalan” atau „tidak usah dihiraukan‟, jadi mengandung sikap ‟masa bodo‟. Bentuk kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari bentuk kepemimpinan otoriter. Kepemimpinan ini pada dasarnya tidak melaksanakan
kegiatan
dengan
cara
apapun.
Pemimpin
berkedudukan sebagai simbol dan tidak pernah memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggota-anggotanya. Pembagian tugas dan kerjasama diserahkan kepada anggotaanggota kelompoknya tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin. Sehingga kekuasaan dan tanggungjawab menjadi simpang siur dan tidak terarah. Kepemimpinan seperti ini pada dasarnya kurang tepat bila dilaksanakan secara murni di lingkungan lembaga pendidikan. Karena dalam hal ini setiap anggota kelompok bergerak sendirisendiri sehingga semua aspek manajemen administratif tidak dapat diwujudkan dan dikembangkan. c. Tipe Demokratis Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah yang berusaha memanfaatkan setiap orang
untuk
kepentingan
kemajuan
dan
perkembangan
organisasi. Saran-saran, pendapat-pendapat dan kritik-kritik
47
setiap
anggota
disalurkan
dengan
sebaik-baiknya
dan
diusahakan memanfaatkannya bagi pertumbuhan dan kemajuan organisasi sebagai perwujudan tanggung jawab bersama. Tipe kepemimpinan demokratis ini memang paling sesuai dengan konsep Islam Yang mana di dalamnya banyak menekankan prinsip musyawarah untuk mufakat. Hal ini sebagaimana terdapat dalam Q.S Ali Imron ayat 159, yang berbunyi:
Artinya : ”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan
itu.
Kemudian
apabila
kamu
Telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
48
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”(Q.S Ali Imron: 159). Dari
ayat
di
atas
disebutkan
bahwasannya
kita
diperintahkan untuk melakukan musyawarah dalam mengambil keputusan. Hal ini mengingat bahwa didalam musyawarah silang pendapat selalu terbuka. Apalagi jika orang-orang yang terlibat terdiri dari banyak orang. Oleh sebab itu kita dianjurkan untuk bersikap tenang dan hati-hati yaitu dengan memperhatikan setiap pendapat, kemudian mentarjihkan suatu pendapat dengan pendapat lain yang lebih banyak maslahat dan faidahnya bagi kepentingan bersama dengan segala kemampuan yang ada. Berdasarkan ayat di atas, tepat sekali apabila kepemimpinan demokratis itu diterapkan dalam lembaga pendidikan. Hal ini dikarenakan dalam kepemimpinan demokrasi ini setiap personal dapat berpartisipasi secara aktif dalam mengembangkan misi kedewasaan anak. Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah suatu hal yang mudah untuk dicapai. Akan tetapi karena pemimpin yang demikianlah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.
49
d. Tipe Pseudo Demokratis. Pseudo berarti palsu, pura-pura. Pemimpin semacam ini berusaha memberikan kesan dalam penampilannya seolah-olah dia
demokratis,
sedangkan
maksudnya
adalah
otokrasi,
mendesakkan keinginannya secara halus. Jadi, pemimpin pseudo demokratis sebenarnya adalah orang otokratis, tetapi pandai menutup-nutupi sifatnya dengan penampilan
yang
memberikan
kesan
seolah-olah
ia
demokratis.24 3. Tugas dan Tanggung jawab Kepemimpinan Kepemimpinan yang dimaksudkan disini adalah kepemimpinan yang ada dalam bidang pendidikan di Madrasah yakni kepala madrasah. Kepala madrasah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti diungkapkan oleh Supriadi bahwa: “Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik.” Dalam pada itu, kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa: “Kepala sekolah bertanggung jawab 24 Hendyat Soetopo et.al., Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan, (Usaha Nasional : Surabaya, 1982), Hal:284
50
atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana”.25 Salah satu syarat keberhasilan madrasah menerapkan format MBM adalah kemampuan kepemimpinan kepala madrasah, di samping itu pula kepala madrasah merupakan “The Key Person” keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di madrasah. Oleh karena itu, dalam implementasi MBM kepala madrasah harus memiliki visi, misi, dan wawasan yang luas tentang madrasah yang efektif serta kemampuan professional dalam mewujudkan melalui perencanaan, kepemimpinan, managerial dan supervisi pendidikan, ia juga dituntut untuk menjalin kerja sama yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait dengan program pendidikan di madrasah. Kepala madrasah merupakan salah satu komponen pendidikan yang cukup berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Erat hubungannya antara mutu kepala madrasah dengan berbagai aspek kehidupan madrasah seperti disiplin madrasah, iklim budaya madrasah, dan menurunnya prilaku nakal peserta didik. Dalam pada itu, kepala madrasah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di madrasah. Sebagaimana yang dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa: “ Kepala sekolah/madrasah 25
24-25
E. Mulyasa. “Menjadi Kepala Sekolah Profesional” , (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2006) Hlm.
51
bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah/madrasah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.26 Dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, kepala madrasah perlu melakukan strategi yang kuat dalam memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program madrasah. Sebenarnya tugas dan tanggung jawab kepala madrasah sudah dikemukakan oleh bapak pendidikan kita Ki Hadjar Dewantara, bahwa pemimpin yang baik haruslah menjalankan tugas dan tanggung jawab seperti berikut: a. Ing ngarso sung tulodo b. Ing madyo mangun karso c. Ing (Tut) wuri handayani. Ketiga macam tugas dan tanggung jawab tersebut sebenarnnya telah mencakup semua macam strategi kepala madrasah seperti diuraikan di muka, jika masing-masing diberi arti yang lebih luas. Dengan menyadari adanya tugas dan tanggung jawab tersebut di
26
Ibid, Hal. 24-25.
52
atas, kiranya sangat berfaedah bagi para kepala madrasah dan pemimpin-pemimpin
pendidikan
lainnya
untuk
menjalankan
tugasnya, dengan lebih berhati-hati dan menuju ke arah yang lebih baik.27 Kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran disekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 Th. 1990 bahwa kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan
kegiatan
pendidikan,
administrasi
sekolah,
pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunan serta pemeliharaaan sarana dan prasarana.28 Menurut Dirawat, tugas dan tanggungjawab kepala sekolah dapat digolongkan kepada dua bidang, yaitu: 29 a. Tugas kepala sekolah dalam bidang administrasi Dapat digolongkan menjadi enam bidang yaitu: 1) Pengelolaan
pengajaran:
Pengelolaan
pengajaran
ini
merupakan dasar kegiatan dalam melaksanakan tugas pokok. Kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan ini antara lain: Pemimpin pendidikan hendaknya menguasai garis-garis besar program pengajaran untuk tiap bidang studi dan tiap kelas, Menyusun program sekolah untuk satu
27
Ngalim Purwanto, Dkk. Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1988), Hal. 39-
28
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah, Opcit. Hal. 25 Dirawat, Dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), Hal. 80
41. 29
53
tahun,Menyusun jadwal pelajaran, Mengkoordinir kegiatankegiatan penyusunan model satuan pengajaran, Mengatur kegiatan penilaian, Melaksanakan norma-norma kenaikan kelas, Mencatat dan melaporkan hasil kemampuan belajar murid, Mengkoordinir Mengkoordinir
kegiatan
program
pengadaan, Memelihara
non dan
bimbingan
sekolah,
kurikuler, Merencanakan mengembangkan
buku
perpustakaan sekolah dan alat-alat pelajaran. 2) Pengelolaan kepegawaian: Termasuk dalam bidang ini yaitu menyelenggarakan
urusan-urusan
yang
berhubungan
dengan penyeleksian, pengangkatan kenaikan pangkat, cuti, perpindahan dan pemberhentian anggota staf sekolah, pembagian tugas-tugas di kalangan anggota staf sekolah, masalah jaminan kesehatan dan ekonomi, penciptaan hubungan kerja yang tepat dan menyenangkan, masalah penerapan kode etik jabatan. 3) Pengelolaan kemuridan: Dalam bidang ini kegiatan yang nampak adalah perencanaan dan penyelenggaran murid baru, pembagian murid atas tingkat-tingkat, kelas-kelas atau kelompok-kelompok (grouping), perpindahan dan keluar masuknya
murid-murid
(mutasi),
penyelenggaraan
pelayanan khusus (special services) bagi murid, mengatur penyelenggaraan dan aktivitas pengajaran, penyelenggaran
54
testing dan kegiatan evaluasi, mempersiapkan laporan tentang kemajuan masalah disiplin murid, pengaturan organisasi siswa, masalah absensi, dan sebagainya. 4) Pengelolaan
gedung
dan
halaman:
Pengelolaan
ini
menyangkut usaha-usaha perencanaan dan pengadaan, inventarisasi,
pengaturan
pemakaian,
pemeliharaan,
rehabilitasi perlengkapan dan alat-alat material sekolah, keindahan serta kebersihan umum, usaha melengkapi yang berupa antara lain gedung (ruangan sekolah), lapangan tempat bermain, kebun dan halaman sekolah, meubel sekolah, alat-alat pelajaran klasikal dan alat peraga, perpustakaan sekolah, alat-alat permainan dan rekreasi, fasilitas
pemeliharaan
sekolah,
perlengkapan
bagi
penyelenggaraan khusus, transportasi sekolah, dan alat-alat komunikasi, 5) Pengelolaan keuangan: Dalam bidang ini menyangkut masalah-masalah urusa gaji guru-guru dan staf sekolah, urusan penyelenggaraan otorisasi sekolah, urusan uang sekolah dan uang alat-alat murid-murid, usaha-usaha penyediaan biaya bagi penyelenggaraan pertemuan dan perayaan serta keramaian. 6) Pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat: Untuk memperoleh simpati dan bantuan dari masyarakat termasuk
55
orang tua murid-murid, dan untuk dapat menciptakan kerjasama antara sekolah-rumah- dan lembaga-lembaga sosial. b. Tugas Kepala Sekolah Dalam Bidang Supervisi Supervisi pada dasarnya pelayanan yang disediakan oleh kepala sekolah untuk membantu para guru dan karyawan agar menjadi semakin cakap/terampil dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman. Supervisi adalah usaha yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam membantu guru-guru agar semakin mampu mewujudkan proses belajar mengajar. Di mana Kepala Sekolah bertugas memberikan bimbingan, bantuan, pengawasan dan penilaian pada masalahmasalah yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan pengajaran yang berupa perbaikan program dan kegiatan pendidikan pengajaran untuk dapat menciptakan situasi belajar mengajar. Tugas ini antara lain : 1) Membimbing guru-guru agar mereka dapat memahami secara jelas tujuan-tujuan pendidikan pengajaran yang hendak dicapai dan hubungan antara aktivitas pengajaran dengan tujuan-tujuan. 2) Membimbing guru-guru agar mereka dapat memahami lebih jelas tentang persoalan-persoalan dan kebutuhan murid.
56
3) Menyeleksi dan memberikan tugas-tugas yang paling cocok bagi setiap guru sesuai dengan minat, kemampuan bakat masing-masing dan selanjutnya mendorong mereka untuk terus mengembangkan minat, bakat dan kemampuannya. 4) Memberikan penilaian terhadap prestasi kerja sekolah berdasarkan standar-standar sejauh mana tujuan sekolah itu telah dicapai. 4. Kepemimpinan Strategi Tantangan pemimpin adalah mendorong komitmen diantara orang-orang
dalam
suatu
organisasi
serta
para
pemangku
kepentingan (stakeholders) di luar organisasi untuk menerima perubahan dan melaksanakan strategi yang ditujukan untuk memposisikan oraganisasi agar tetap sukses dimasa depan yang sangat berbeda. Para pemimpin mendorong komitmen untuk menerima perubahan melalui tiga kegiatan yang saling berhubungan : menjelaskan tujuan strategi, membangun suatu organisasi, dan membentuk budaya organisasi.30 a. Menjelaskan Tujuan Strategi Suatu kesadaran yang dari para pemimpin akan kemana mereka ingin memimpin organisasi dan hasil-hasil yang diharapkan
akan
dicapai.
Seorang
pemimpin
perlu
30 Pearce/Robinson, 2008, Manajemen Strategis Formulasi, Implementasi Dan Pengendalia, (Salemba Empat : Jakarta,2008) Hal.468
57
mengkomunikasikan secara jelas dan langsung suatu visi dasar mengenai harus menjadi apa organisasi tersebut nantinya. Visi pemimpin adalah suatu ekspresi dari criteria atau karakteristik sederhana dari yang dilihat oleh pemimpin untuk menjadikan
organisasi
seperti
yang
diinginkan
dengan
membangun dan mempertahankan kepemimpinan global. Pasar global yang sangat kompetitif dan berubah cepat telah memperbaiki konsep ini yang mengarah pada suatu visi pemimpin. Elemen kunci dari kepemimpinan organisasi yang baik adalah membuat jelas harapan kinerja dimiliki oleh seorang pemimpin terhadap suatu organisasi, dan para manajer didalamnya dan secara bersamaan berusaha bergerak kearah visi tersebut. b. Membangun Suatu Organisasi Para pemimpin menghabiskan banyak waktu membentuk dan meningkatkan struktur organisasi mereka dan membuatnya berfungsi secara efektif untuk mencapai tujuan strategis. Karena berusaha untuk menerima perubahan, para pemimpin seringkali membangun atau membuat kembali organisasi mereka untuk menyesuaikannya dengan lingkun gan yang selalu berubah dan kebutuhan akan suatu strategi baru.
58
Ada tiga jalan yang ditempuh para pemimpin yang baik mengenai membangun organisasi yang mereka inginkan dan memghadapi masalah yaitu: pendidikan, prinsip dan ketekunan. Pendidikan dan pengembangan kepemimpinan adalah makna untuk membiasakan para pemimpin masa depan dengan keahlian-keahlian
penting
bagi
organisasi
dan
untuk
mengembangkan para pemimpin hebat diantara manajer yang dipekerjakan. Prinsip (dari seorang pemimpin) adalah standar pribadi mendasar dari seorang pemimpin mengarahkan rasa kejujuran, integritas, dan kelakuan etisnya. Ketekunan (dari seorang pemimpin) adalah kemampuan untuk melihat suatu komitmen hingga mencapai penyelesaian jauh setelah kebanyakan orang berhenti berusaha. c. Membentuk Budaya Organisasi Para pemimpin mengetahui dengan baik bahwa nilai dan keyakianan yang diyakini bersama dalam seluruh organisasi mereka akan membentuk bagaimana pekerjaan dari organisasi dilakukan. Ketika berusaha untuk menerima perubahan yang dipercepat, membentuk kembali budaya organisasi mereka merupakan suatu kegiatan menyita banyak waktu bagi kebanyakan pemimpin.
59
Elemen-elemen dari kepemimpinan yang baik, visi, kinerja, prinsip, ketekunan, yang baru saja dijelaskan adalah cara-cara penting yang juga digunakan para pemimpin dalam membentuk budaya
organisasi.
organisasi
melalui
Para
pemimpin
hasrat
mereka
membentuk bagi
budaya
organisasi
dan
pemilikan/pengembangan para manajer berbakat untuk menjadi pemimpin masa depan. d. Merekrut dan Mengembangkan Kepemimpinan Operasional Yang Berbakat. Salah satu peranan kunci dari kepemimpinan organisasi yang baik, yaitu membangun organisasi dengan cara mendidik dan mengembangkan calon pemimpin yang baru. Masingmasing calon nantinya akan menjadi manajer global, agen-agen perubahan, penyusun strategi, motivator, pembuat keputusan strategis. Inovator dan kolaborator jika usaha tersebut tetap bertahan dan berkembang. C. Faktor Pendukung Dalam Manajemen Berbasis Madrasah Kepala Madrasah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan madrasah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan madrasah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Sehubungan dengan MBM kepala madrasah dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja.
60
Kinerja kepemimpinan madrasah dalam kaitannya dengan MBM adalah segala apa yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala madrasah dalam mengimplementasikan MBM di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu, kepemimpinan kepala madrasah yang efektif dalam MBM dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut: 1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif. 2. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. 3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan madrasah dan pendidikan. 4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di madrasah. 5. Bekerja dengan tim manajemen. 6. Berhasil mewujudkan tujuan madrasah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Pidarta (1998) mengemukkan ada tiga macam keterampilan yang harus
dimiliki
oleh
kepala
madrasah
untuk
menyukseskan
kepemimpinannya. Ketiga keterampilan tersebut adalah: 1. Ketrampilan konseptual, yaitu keterampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi.
61
2. Ketrampilan manusiawi, yaitu keterampilan untuk bekerjasama, memotivasi dan memimpin. 3. Ketrampilan teknik, yaitu keterampilan dalam menggunakan pengetahuan,
metode,
teknik,
serta
perlengkapan
untuk
menyesuaikan tugas tertentu. Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk memiliki kemampuan, terutama keterampilan konsep, para kepala madrasah diharapkan melakukan kegiatan-kegiatan berikut: 1. Senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari, terutama dari cara kerja para guru dan pegawai sekolah lainnya. 2. Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana 3. Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan. 4. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain 5. Berpikir untuk masa yang akan datang 6. Merumuskan ide-ide yang dapat diuji cobakan31 Secara umum sesungguhnya MBM akan berhasil apabila melalui strategi-strategi berikut ini diantaranya adalah: 1. Madrasah harus memiliki otonomi terhadap empat hal, yaitu dimilikinya
otonomi
pengembangan
31
dalam
pengetahuan
kekuasaan dan
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Opcit. Hal: 126-127
dan
kewenangan,
keterampilan
secara
62
berkesinambungan, akses informasi ke segala bagian, dan pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang berhasil. 2. Adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiyaan, proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum dan instruksional serta non-intruksional. Madrasah harus banyak mengajak lingkungan dalam mengelola Madrasah karena bagaimanapun madrasah adalah bagian dari masyarakat secara luas. Apalagi dengan semakin terbatasnya pembiyaan dari
pemerintah, makin mendorong
keterlibatan masyarakat dalam mengelola pendidikan. 3. Adanya kepemimpinan madrasah yang kuat sehingga mampu menggerakkan dan mendayagunakan sumber daya madrasah secara efektif terutama kepala madrasah harus menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan pengembangan madrasah secara umum. Kepala madrasah dalam MBM berperan sebagai designer, motivator, dan fasilitator. Bagaimanapun kepala madrasah adalah pimpinan yang memiliki kekuatan untuk itu. Oleh karena itu, pengangkatan kepala madrasah harus di dasarkan atas kemampuan manajerial dan kepemimpinan dan bukan lagi didasarkan atas jenjang kepangkatan. 4. Adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan madrasah yang aktif. Dalam pengambilan keputusan kepala madrasah harus mengembangkan iklim demokratis dan memperhatikan aspirasi dari bawah. Konsumen yang harus dilayani kepala madrasah adalah murid dan orang tuanya,
63
masyarakat dan para guru. Kepala madrasah jangan selalu menengok ke atas sehingga hanya menyenangkan pimpinannya namun mengorbankan masyarakat pendidikan yang utama. 5. Semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara sungguh-sungguh.
Untuk
bisa
memahami
peran
dan
tanggungjawabnya masing-masing harus ada sosialisasi terhadap konsep MBM itu sendiri. 6. Adanya guidelines dari kementerian agama terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan di madrasah secara efisien dan efektif. Guidelines itu jangan sampai berupa
peraturan-peraturan yang
mengekang dan membelenggu madrasah. Artinya, tidak perlu lagi petunjuk pelaksanaan dan petujuk teknis dalam pelaksanaan MBM, yang diperlukan adalah rambu-rambu yang membimbing. 7. Madrasah harus memiliki transparansi dan akuntabilitas yang minimal diwujudkan dalam laporan pertanggung jawaban setiap tahunnya. Akuntabilitas sebagai bentuk pertanggung jawaban madrasah terhadap semua stakeholder. Untuk itu madrasah harus dijalankan secara transparan, demokratis, dan terbuka terhadap segala bidang yang dijalankan dan kepada setiap pihak yang terkait. 8. Penerapan MBM harus diarahkan untuk mencapai kinerja madrasah dan lebih khusus lagi adalah meningkatakan pencapaian belajar siswa. Perlu dikemukakan lagi bahwa MBM tidak bisa lngsung meningkatakan kinerja belajar siswa namun berpotensi untuk itu.
64
Oleh karena itu usaha MBM harus lebih terfokus pada pencapaian belajar siswa. 9. Implementasi diawali dengan sosialisasi dari konsep MBM, identifakasi peran masing-masing, pembangunan kelembagaan (capacity building) mengadakan pelatihan-pelatiahan terhadap peran barunya, implementasi pada proses pembelajaran, evaluasi atas pelaksanaan di lapangan dan dilakukan perbaikan-perbaikan.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan jenis penelitian Menurut Bogdan dan Taylor dalam bukunya Lexy J. Moleong yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif, mendefinisikan pendekatan kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.31 Adapun indikasi dari model penelitian ini yang membedakan dengan jenis penelitian lainnya adalah sebagai berikut:32 1. Adanya latar alamiah 2. Manusia sebagai alat atau instrument 3. Metode kualitatif 4. Analisis data secara induktif 5. Teori dari dasar (Grounded Theory) 6. Deskriptif 7. Lebih mementingkan proses dari pada hasil 8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus 9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data 10. Desain yang bersifat sementara 11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.
31 32
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitaf, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2002). Hlm.4 Ibid., Hlm. 8-13
64
65
Dengan demikian karena data yang diperoleh berupa kata-kata atau tindakan maka jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah jenis penelitian deskriptif. Yakni jenis penelitian yang hanya menggambarkan, meringkas berbagai kondisi atau berbagai variable. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Lexy Moleong, bahwa jenis penelitian deskriptif adalah merupakan penelitian yang datanya dikumpulkan berupa katakata, gambar dan bukan angka-angka.33 Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi karena hanya pada arahnya metode ini lebih banyak digunakan untuk bidang antropologi budaya, disebut metode penelitian kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya bersifat kualitatif.34 Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Teknik pengumpulan data bersifat triangulasi, yaitu menggunakan berbagai teknik pengumpulan data secara gabungan atau simultan. Oleh karena itu penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih pada makna. Kriteria pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap tersebut. Oleh karena itu peneliti membiarkan permasalahan-permasalahan 33 34
Ibid., Hlm. 6 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2009).Hlm.9
66
muncul atau dari data dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Kemudian data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, meliputi deskripsi yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam (interview),
serta
hasil
analisis
dokumen
dan
catatan-catatan.
Berdasarkan penguraian diatas menghasilkan data deskriptif dengan lebih menekankan pada Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Manajemen Berbasis Madrasah di MA Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto. B. Kehadiran Penelitian Diagnosa
tentang
Kepemimpinan
Kepala
Madrasah
Dalam
Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) di MA Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto. Dalam penelitian ini penulis hadir untuk menemukan data-data yang diperlukan yang bersinggungan langsung ataupun tidak langsung dengan masalah yang diteliti, dengan terus menggali data sesuai dengan kesempatan dan informasi. Menurut Lexy J. Moleong, kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis penafsiran data dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.35 Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian selama satu bulan, yakni juni 2014. Selama penelitian berlangsung, peneliti akan melakukan wawancara dan observasi yang ada di MA Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto
35
Lexy J. Moleong, Op. Cit, Hlm. 168
67
C. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan berkaitan dengan masalah penelitian. Adapun lokasi penelitian ini adalah di MA Al-Ichsan tepatnya di JL.Raya Brangkal 58 Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. D. Data dan sumber data Dalam penelitian kualitatif data atau sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah Kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis dan foto. 1. Kata-kata dan tindakan Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto atau film. 2. Sumber tertulis Dilihat dari sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat terbagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi. 3. Foto Foto menghasilkan data deskriptif yang sangat berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya
68
sering dianalisis secara induktif. Ada 2 kategori foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan peneliti sendiri. Sumber data Primer dan sekunder dalam Penelitian ini adalah : 1. Sumber Data Primer, dimana peneliti memperoleh data secara langsung, dan yang menjadi sumber data primer ini adalah klien yaitu kepala madrasah, waka kurikulum, waka kesiswaan, guru di MA Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto. 2. Sumber Data Sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, ataupun catatan-catatan yang “jaraknya” telah jauh dari sumber orisinil.36 E. Teknik pengumpulan data Untuk mendapatkan data yang diperlukan oleh penulis maka digunakan metode sebagai berikut: 1. Observasi Menurut Nana Syaodih, mengatakan bahwa observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun non pertisipatif. Dalam observasi partisipatif pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Dan dalam observasi non partisipatif, pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.37
36 37
220
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), Hal. 4 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pt Rodakarya, 2007), Hal.
69
Dengan metode ini, peneliti akan dapat mengetahui secara jelas bagaimana Pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah di MA AlIchsan Brangkal Sooko Mojokerto. 2. Interview (wawancara) Metode ini merupakan metode pengumpulan data dengan cara wawancara dan tanya jawab. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan
data
apabila
peneliti
ingin
melakukan
studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.38 Sutrisno Hadi mengatakan bahwa interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab. Sepihak yang dikerjakan dengan cara sistematis yang berlandaskan pada tujuan penyelidikan. Pada umumnya dua orang atau lebih yang hadir secara fisik proses Tanya jawab itu, dan masing-masing pihak dapat menggunakan saluran-saluran komunikasi secara lancar dan wajar.39 Dengan wawancara juga peneliti dapat menggali soal-soal penting yang belum terpikirkan dalam rencana penelitiannya, wawancara juga dapat mencari data dari orang-orang yang memiliki kesulitan bahasa dan orang-orang yang intelgensinya pas-pasan saja. Sedangkan obyek yang diwawancarai adalah Kepala Madrasah, Waka Humas, Waka Kesiswaan, Waka Kurikulum, Guru Mapel.
38 39
Sugiono, Op, Cit. Hal. 72 Sutrisno Hadi. Metodologi Research. Jilid 2, (Yogyakarta: Andi, 2000), Hal. 19
70
3. Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto bahwa “dokumentasi” asal katanya adalah dokumen yang artinya barang-barang tertulis. “Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya peneliti harus meneliti benda-benda tertulis, dokumen-dokumen peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya”. Metode dokumentasi adalah metode mencari data mengenai variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapat, leger, agenda.40 Metode ini digunakan untuk membantu memperkuat analisis dan data peneliti di MA Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto. F. Analisis data Setelah memperoleh data-data dari hasil penelitian, dan agar data yang terkumpul tersebut mempunyai makna, maka diperlukan proses analisa dengan memilih-milih data yang terkumpul. Yang dimaksud dengan metode analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan hasil dari penelitian. Dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh sejak awal penelitian dan dalam proses penelitian. Setelah data diperoleh, kemudian dikumpulkan dan proses secara sistematis. Dimulai observasi, mengedit, mengklasifikasi, aktivitas penyajian data serta
40
dari
wawancara,
mereduksi, sampai selanjutnya
menyimpulkan data. Teknis analisis data
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan,(Jakarta: Rineka Cipta,2002).Hal.231
71
dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif. Seperti pada gambar berikut.
PENGUMPUL AN DATA REDUKSI DATA PENYAJIAN DATA
PENARIKAN KESIMPULAN Sumber : Miles dan Huberman 1. Reduksi data Data diperoleh dari lapangan dituangkan dalam laporan yang lengkap dan rinci. Kemudian data direduksi, dirangkum dan dipilahpilah hal yang pokok, difokuskan untuk dipilih data yang terpenting untuk dicari pola atau temanya(melalui proses penyutingan, pentabelan dan pemberian kode). Mereduksi data ini dilakukan selama proses penelitian berlangsung. Pada tahab ini setelah data diperoleh dan disederhanakan dan disortir yang tidak diperlukan. Agar memudahkan dalam penyajian dan penarikan kesimpulan sementara. 2. Penyajian data Dimasutkan agar lebih mudah bagi peneliti untuk melihat bagian- bagian tertentu dari keseluruhan data penelitian. Hal ini merupakan pengorganisasian data kedalam satu bentuk tertentu agar
72
data kelihatan bentuk keseluruhan data yang diperoleh. Kemudian dipilah-pilah data menurut kelompoknya dan disajikan sesuai kategori yang sejenisnya agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi. Termasuk hasil kesimpulan sementara yang diperoleh saat data direduksi. 3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Pada penelitian kualitatif penarikan kesimpulan/verifikasi data dilakukan
secara
terusmenerus
sepanjang
proses
penelitian
dilakukan. Sejak pertama memasuki medan penelitian dan pengumpulan data, peneliti mencari makna dari data yang dikumpulkan tentang pola, tema, hubungan perasaan, hipotesis dan kemudian dituangkan dalam bentuk kesimpulan yang bersifat tentative.41 G. Pengecekan Keabsahan Data Dalam penelitian kualitatif deskriptif, perlu menetapkan keabsahan data, pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas kriteria tertentu. Menurut Moleong ada empat kriteria yang digunakan, yaitu: 1. Derajat kepercayaan (credibility) Kriteria
ini
berfungsi:
pertama,
melaksanakan
inkuiri
sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai. Kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
41
Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:alfabeta,2005). Hal: 79
73
2. Keteralihan (transferability) Konsep ini menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representative mewakili populasi. 3. Kebergantungan (dependability) Kriterium reliabilitas
kebergantungan
dalam
penelitian
merupakan yang
substitusi
nonkualitatif.
Pada
istilah cara
nonkualitatif, reliabilitas ditunjukkan degan jalan mengadakan replikasi study. Jika dua atau beberapa kali diadakan pengulangan suatu study dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya esensial sama, maka dikatakan reliabilitasnya tercapai. 4. Kepastian (confirmability) Kriterium kepastian berasal dari konsep objektivitas menurut nonkualitatif. Nonkualitatif menetapkan objektivitas dari segi kesepakatan antarsubjek. Disini pemastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang.42 Dalam penelitian kualitatif deskriptis, yang termasuk studi kasus pengecekan keabsahan data dapat dilakukan dengan cara kredibilitas. Kredibilitas data adalah upaya peneliti untuk menjamin kesahihan data dengan mengkonfirmasikan data yang diperoleh kepaada subjek peneliti.
42
Lexy J. Moleong, Op. Cit. Hlm. 103
74
Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa apa yang ditemukan peneliti sesuai dengan apa yang dilakukan subyek penelitian Kriteria kredibilitas digunakan untuk menjamin bahwa data yang dikumpulkan peneliti mengandung nilai kebenaran, baik bagi pembaca pada umumnya maupun bagi subyek penelitian. H. Tahap-tahap penelitian Selama melakukan penelitian ini, peneliti melakukan beberapa tahapan, antara lain: 1. Tahap Persiapan meliputi: a. Pengajuan judul dan proposal penelitian kepada pihak kajur b. Konsultasi proposal kepada dosen pembimbing c. Melakukan kegiatan kajian pustaka yang sesuai dengan judul penelitian d. Menyusun metode penelitian e. Mengurus surat perizinan penelitian kepada fakultas untuk diserahkan kepada kepala sekolah yang dijadikan obyek penelitian f. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan yang akan diteliti g. Memilih dan memanfaatkan informan h. Menyiapkan perlengkapan penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
yang
dilakukan
adalah
mengumpulkan
data,
pengumpulan data dilakukan dengan cara: a. Memahami latar belakang penelitian dan mempersiapkan diri
75
b. Mengadakan observasi langsung c. Melakukan wawancara terhadap subjek dan informan penelitian yang telah di pilih dan ditentukan. d. Menggali data penunjang melalui dokumen-dokumen. Pengolahan data dilakukan dengan cara data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan tekhnik analisis data yang telah ditetapkan. 3. Tahap Penyelesaian Pada tahapan ini merupakan tahap paling akhir dari seluruh penelitian. Dimana pada penelitian ini peneliti: a. Menyusun kerangka laporan penelitian b. Menyusun laporan akhir penelitian dengan selalu berkonsultasi kepada dosen pembimbing.
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Al-Ichsan 1. Sejarah Berdirinya MA Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto Bermula dari istikharoh dan keinginan besar K.H. M. Chusen Ichsan (almarhum) yang merupakan Pengasuh Pondok Pesantren dan darul Aitam Al-Ichsan, maka berdirilah Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) AlIchsan Brangkal Sooko Mojokerto pada tanggal 2 Mei 1999 yang beralamat Jalan Raya Basuni no.58 Sooko Mojokerto dibawah Lembaga Instansi Departemen Agama Kabupaten Mojokerto. Pada tanggal 1 Februari 2001 Yayasan Darul Aitam Al-Ichsan mengajukan permohonan tentang pendirian MAK kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Timur di Surabaya dengan rekomendasi Pengawas Pemerintah Daerah Departemen Agama Kabupaten Mojokerto. (Drs. Syahril Djohan) pada tanggal 2 Februari 2001 dan rekomendasi Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Mojokerto (Drs. Ridwan Hasyim) pada tanggal 14 Februari 2001. Pada tanggal 9 April resmilah MAK Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto diakui oleh Departemen Agama Kantor Wilayah Propinsi Jawa Timur dengan keputusan nomor: Wn.06.04/pp.03.2/851/SKP/2001, dengan status terdaftar dan diberikan Nomor Status Sah Madrasah (NSM): 312.351.613.916 yang ditanda tangani oleh Kepala Bidang Pembinaan
76
77
Pengurus Agama Islam Drs. Ahmad Sya’roni dan sebagai kepala Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Al-Ichsan pertama adalah Drs. M. Amir Sholehuddin. Kemudian setelah bapak Drs. M. Amir Sholehuddin diangkat menjadi Kasi Mapenda di kabupaten Mojokerto, maka pada tahun ajaran 20042005 jabatan kepala Madrasah dilanjutkan oleh bapak Moh. Nizar, S.Ag, M.HI, Selanjutnya digantikan oleh bapak M.Ibnu Falahuddin, S.IP, M.PdI pada tahun 2008, yang mana dalam masa kepemimpinan beliau, Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) berubah menjadi Madrasah Aliyah (MA) seperti madrasah lainnya karena kurang adanya minat siswa dengan jurusan keagamaan dikarenakan materi yang diajarkan begitu berat, sehingga berubah menjadi jurusan IPS. 2. Lokasi dan Letak Geografis Madrasah Aliyah Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto. Madrasah Aliyah Al-Ichsan terletak di Jl. RA Basuni No. 58 Desa Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. Berada tidak jauh dari kota Mojokerto. MA Al-Ichsan berada satu komplek dengan Pondok Pesantren dan Yayasan Panti Asuhan Al-Ichsan, RA Al-Ichsan, MI AlIchsan, dan Madrasah Tsanawiyah Al-Ichsan. Madrasah Aliyah Al-Ichsan menempati lokasi yang sangat strategis, kerana letaknya dekat dengan Masjid, Puskesmas, Panti Jompo, Pasar Tradisional, STIE Al-Anwar, dan Jalan raya yang menghubungkan antar Kabupaten maupun Propinsi, sehingga mudah dijangkau dengan segala macam angkutan umum.
78
3. Visi, Misi Dan Tujuan Madrasah Aliyah Al-Ichsan Visi
: Terwujudnya manusia yang beriman, berilmu, beramal soleh dan
mampu
mengaktualisasikan
diri
dalam
kehidupan
bermasyarakat. Indikator visi : a. Memiliki keyakinan teguh dan mengamalkan ajaran agama Islam secara benar dan konsekuen b. Memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi dan mampu berpikir aktif, kreatif serta terampil dalam memecahkan masalah c. Mampu menerapkan ilmu yang diperoleh dalam perilaku sehari-hari secara benar dan istiqamah. d. Dapat menjadi teladan dan berperan aktif dalam
kehidupan
bermasyarakat. Misi : a. Menyelenggarakan pendidikan efektif kembangkan
perilaku
religius
yang dapat menumbuh
sehingga
peserta
didik
dapat
mengamalkan dan menghayati Ajaran Islam secara nyata. b. Menyelenggarakan pembelajaran untuk membekali ilmu pengetahuan yang tinggi dan menumbuhkembangkan kemampuan berpikir aktif, kreatif dan terampil dalam memecahkan masalah c. Menciptakan
lingkungan
dan perilaku edukatif sehingga peserta
didik dapat mengamalkan ilmu yang diperolehnya secara benar dan istiqamah.
79
d. Menumubuhkembangkan perilaku terpuji dan praktik nyata sehigga peserta didik dapat menjadi teladan dan dapat berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan : a. Mepersiapkan peserta didik yang bertaqwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia b. Mempersiapkan
peserta
didik
agar
menjadi
manusia
yang
berkepribadian, cerdas, berkualitas dan berprestasi dalam bidang olahraga dan seni. c. Membekali peserta didik agar memiliki keterampilan teknologi informasi dan komunikasi serta mampu mengembangkan diri secara mandiri d. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu bersaing dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 4. Data Madrasah a. Identitas Madrasah 1)
Nama Madrasah
: MA. Al-Ichsan
2)
Alamat Madrasah
: Jl. R.A. Basuni No. 58 Brangkal
3)
Kecamatan
: Sooko
4)
No. Telp. Madrasah
: (0321) 6226416
6)
Status Madrasah
: Swasta
7)
Waktu Penyelenggaraan
: Pagi
8)
Tahun Pendirian Madrasah Nomor Statistik Madrasah 10) (NSM)
: 1999 : 312351613916
80
11) Jenjang Akreditasi
: Terakreditasi B
12) Nama Yayasan/Penyelenggara
: Darul Aitam Al-Ichsan
13) Nama Ketua Yayasan
: A. Malikul Fanani
b. Identitas Kepala Madrasah : H. M.Ibnu Falahuddin, S.IP, M.PdI : Ds.Mojogeneng Kec. Jatirejo Kab. Mojokerto
1)
Nama/ NIP Kepala Madrasah
2)
Alamat Rumah
3)
No. Telp Rumah
:-
4)
Nomor HP
: 08175105135
c. Sarana dan Prasarana Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana MA Al-Ichsan
No
1
Jenis Bangunan
Luas Tahun Permanenn Semi Permanen (M Jml Bangunan 2) Baik Rusak Rusak Baik Rusak Rusak Berat Ringan Berat Ringan √
3
56
1999
2
Ruang Kelas Ruang Kepsek
1
16
1999
3
Ruang Guru
1
14
1999
√
4
Ruang TU
1
16
1999
√
5
Perpustakaan
1
12
2002
8
Komputer
1
10
1999
13
Ruang BP
1
9
14
Ruang UKS
1
8
15
Ruang Aula
1
120
1999
16
1
300
1999
√
17
Musholla Rumah Dinas
18
Kantin
1
12
1999
√
19
Asrama
4
400
1999
√
√ √ √ √ √
√
81
Sumber data : Dokumentasi MA Al-Ichsan Tahun 2013/2014 d. Data Guru Tabel 4.2 Data Guru MA Al-Ichsan No
NAMA
Jenis Kelamin
Jabatan
Pendidikan Terakhir
L
Kepala Madrasah
S-2
L
Guru Penjaskes
S-2
2
H. M. Ibnu Falahuddin, S.IP, M.PdI AS. Mahfud, M.PdI
3
Rahmat Sugianto, S.E
L
Guru Ekonomi
S-2
4
Syaikhu Rozi, M.PdI
L
Guru Sejarah Nas.
S-2
5
Susdiana, S.Pd
P
Guru Matematika
S-1
6
M. Syamsuddin. S.PdI
L
Guru TIK
S-1
7
Mas’ud Amin, S.Pd
L
Guru SKI
S-1
8
Djuarsih, S.Pd
P
Guru B.Indonesia
S-1
9
Umi Hasanah, S.PdI
P
Guru BK/BP
S-1
10
Agus Abdul Qohhar
L
Guru Tajwid
D-2
11
Laili Rudiana, M.Pd
P
Guru B. Arab
S-2
12
Bahtiar Dana S, M.PdI
L
Guru Geografi
S-2
13
M. Qomari, S.PdI
L
Guru Aqidah
S-1
14
M. To’at, S.PdI
L
Guru Fiqih
S-1
15
Sri Rahayu W, S.Sos
P
Guru Sosiologi
S-1
16
Fajar Iftittah, S.Pd
P
Guru B.Inggris
S-1
17
Khoirotun Azizah, S.PdI
P
Guru English (E)
S-1
18
M. Khafidlon, S.PdI
L
Guru Qurdist
S-1
1
e. Data Siswa
1
Jumlah Siswa
Tabel 4.3 Jumlah Siswa MA Al-Ichsan Kls X Kls XI Kls XII L 26 L 24 L 20 P 27 P 26 P 29 Jml 53 Jml 50 Jml 49
JUMLAH L 70 P 82 Jml 152
82
Sumber data : Dokumentasi MA Al-Ichsan Tahun 2013/2014 f. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Al-Ichsan Madrasah Aliyah Al-Ichsan dalam membenahi kelembagaan telah membuat struktur organisasi yang mengacu pada aturan yang ada. Sehingga memudahkan dalam pembinaan personal yang sesuai dengan tugas dan fungsinya. Kerjasama dan koordinasi yang jelas membantu pengelolaan menuju kemajuan baik kuantitas maupun kualitas. Kemudian untuk mengetahui lebih jelas struktur organisasi di Madrasah AliyahAlIchsan sebagai berikut: Gambar 4.1 STRUKTUR YPI Madrasah Aliyah Al-Ichsan Yayasan Pendidikan Islam ALICHSAN
Komite Sekolah
Kepala Madrasah H. M.Ibnu Falahuddin, S.IP, M.PdI Tata Usaha 1. M.To’at
2.Ur.Sarana Susdiana, S.Pd
3.
Ur.Kesiswaan A.S Mahfudz, M.PdI
Ur.Kurikulum Syaikhu Rozi, M.PdI
Dewan Guru MA Al-Ichsan
Wali Kelas
Siswa – Siswi MAAl-Ichsan
Ur.Humas Rahmat Sugiarto, S.E
83
Sumber data : Dokumentasi MA Al-Ichsan Tahun 2013/2014 Pada struktur diatas yayasan berperan sebagai pendiri madrasah sekaligus berwenang untuk mengangkat dan memberhentikan guru. Yayasan juga berfungsi untuk merenovasi gedung dan sarana lain bila ada yang rusak. Sedangkan komite berposisi untuk memberi pertimbangan kepada kepala madrasah dalam membuat keputusan taktis lembaga. Komite juga sebagai wadah penyalur aspirasi wali murid jika ada pengaduan tentang kinerja madrasah. Untuk membantu kepala madrasah dalam melaksanakan tugas sehari-hari, dibantu empat wakil sesuai dengan urusan masing-masing, yaitu: kurikulum, kesiswaan, humas, dan sarana pra sarana. Sedangkan bidang administrasi dibantu staf tata usaha. B. Paparan Hasil Penelitian 1. Manajemen Berbasis Madrasah di MA Al-ichsan Brangkal Sooko Mojokerto Pelaksanaan otonomi daerah yang secara praktis dimulai pada awal tahun 2001, membawa implikasi pada pelaksanaan otonomi pendidikan, ini berarti bahwa pendidikan harus mulai difikirkan, dikelola, dan dikembangkan secara seksama oleh semua lapisan, sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Dampak dari pelaksanaan otonomi pendidikan tersebut adalah adanya perubahan dari system sentralisasi ke desentralisasi, system ini
84
tidak akan serta dan mudah untuk diwujudkan, akan tetapi memerlukan upaya bertahap, sistematis, dan konsistensi serta dari berbagai pihak. Sesuai dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan dengan menggunakan metode observasi dan interview terhadap beberapa obyek diantaranya: Bapak Kepala Madrasah, Waka Kurikulum, Wakasis dan Guru. Bahwa Kepemimpinan dalam Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) di MA Al-ichsan Brangkal Sooko Mojokerto, yang menjadi perencana, pengorganisir, koordinator dan pembuat keputusan adalah kepala madrasah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan juga sebagai pemegang kendali dengan dibantu oleh waka kurikulum. Adapun hasil wawancara peneliti dengan masing-masing obyek tersebut dapat di paparkan sebagai berikut: Dari hasil wawancara dengan Bapak kepala madrasah H. M. Ibnu Falahuddin, S.IP, M.PdI menjelaskan bahwa: Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) adalah pemberian kewenangan atau kebebasan secara langsung yang diberikan kepada pihak madrasah untuk mengatur segala kebutuhan yang berkenaan dengan pendidikan untuk meningkatkan kualitas madrasah dengan mencapai tujuan bersama.42
Wawancara dengan Bapak waka kurikulum Syaikhu Rozi, M.PdI , menjelaskan bahwa: Manajemen Berbasis Sekolah adalah suatu konsep yang memberikan kewenangan pada sekolah untuk mengembangkan sekolah sesuai dengan kebutuhannya dalam mengelola pendidikan. Maka kepala sekolah berserta semua dewan guru dituntut untuk memiliki
42
Wawancara dengan Bapak kepala Madrasah, Senin, 30-Juni-2014, jam 08.20-10.15 WIB
85
keterampilan agar dapat menjalankan fungsi-fungsi manajemen yang diperlukan43 Sedangkan hasil dari wawancara dengan Bapak wakasis AS. Mahfud, M.PdI, beliau mengatakan bahwa: Manajemen Berbasis Sekolah adalah kewenangan yang diberikan oleh pemerintah untuk menjalankan segala kebijakan sesuai dengan keadaan sekolah untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan untuk melaksanakan program-program yang diterapkan dalam mencapai tujuan itu harus dilakukan kerjasama dari berbagai pihak.44 Dari hasil wawancara dengan bapak kepala madrasah dapat peneliti simpulkan bahwa beliau sudah memahami arti penting dari manajemen berbasis madrasah yakni pemberian kewenangan atau kebebasan secara langsung yang diberikan kepada pihak madrasah untuk mengatur segala kebutuhan yang berkenaan dengan pendidikan untuk mencapai tujuan bersama. Dan untuk melaksanakan segala kegiatan yang dalam hal ini adalah Manajemen Berbasis Madrasah tidaklah dilakukan sendiri, akan tetapi dikerjakan dengan bantuan semua warga madrasah sehingga semua kegiatan dapat terselesaikan dengan baik sesuai dengan tujuan yang disepakati bersama. Dengan kata lain, musyawarah adalah hal yang terpenting dalam memutuskan segala kegiatan yang akan dilakukan. Dan hal tersebut di perkuat oleh bapak Waka kurikulum dan Waka kesiswaan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah kewenangan pada sekolah untuk mengembangkan sekolah sesuai dengan kebutuhannya atau keadaan sekolah dalam mengelola pendidikan.
43 44
Wawancara dengan Bapak Waka Kurikulum, Selasa, 01-Juli-2014, Jam 09.15-10.00 WIB Wawancara dengan Bapak Waka Kesiswaan, Selasa, 01-Juli-2014, jam 11.30-12.45 WIB
86
Hal yang terpenting dalam Manajemen Berbasis Madrasah adalah dalam Hal Pelaksanaan Pembelajaran, Transparansi dan peran serta masyarakat. Beberapa hal tersebut akan dijelaskan berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan: a. Pembelajaran Aktif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) Sebelum dilaksanakan MBS/MBM, pembelajaran berlangsung dengan system konvensional dengan menekankan pada metode ceramah. Metode-metode yang lain disajikan secara amat terbatas dan kurang variatif. Akibatnya, pembelajaran berlangsung monoton, satu arah, dan kurang aktif. Siswa diperlukan seperti objek yang harus menerima informasi dari guru. Setelah dilaksanakan MBS/MBM, pada umumnya madrasahmadrasah mulai mengadakan perubahan yang mendasar dalam pembelajaran. Metode-metode yang dipergunakan lebih bervariatif. Tempat duduk pun bisa berubah-ubah posisi. Pandangan siswa tidak hanya satu arah, melainkan bisa ke berbagai arah. Alat peraga dipersiapkan sedemikian rupa, ruang kelas dipenuhi pajangan hasil karya siswa. Dengan model pembelajaran yang demikian, maka suasana kelas menjadi amat menyenangkan dan aktif. Siswa berani dan suka bertanya, guru tidak mendominasi pembelajaran, melainkan lebih
87
berperan sebagai fasilitator. Maka lahirlah pembelajaran aktif (active learning) dan pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull learning). Dari hasil wawancara dengan Bapak kepala madrasah H. M. Ibnu Falahuddin, S.IP, M.PdI menjelaskan bahwa : Berbicara tentang pembelajaran, maka tidak akan lepas dengan metode belajar apa yang mesti diberikan kepada peserta didik agar memiliki pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk hidup maupun untuk meningkatkan kualitas dirinya, maka pembelajaran di madrasah hendaknya mengaktifkan peserta didik sehingga pembelajarannya menjadi aktif, efektif dan menyenangkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran aktif di madrasah adalah yang pertama harus memahami kondisi siswa karena para siswa berasal dari lingkungan dan memiliki kemampuan yang berbeda, yang kedua memaksimalkan perangkat kelas adalah untuk akses informasi dan komunikasi aktif dengan guru, yang ketiga membuat suasana kelas lebih menarik atau menyenangkan dengan cara penggunaan metode-metode pembelajaran yang inovatif, yang keempat memanfaatkan lingkungan sekitar madrasah untuk tempat belajar agar siswa tidak jenuh dengan pembelajaran di dalam kelas.45 Dari hasil wawancara diatas dapat diambil kesimpulan bahwa MA Al-ichsan brangkal sooko mojokerto dalam hal pelaksanaan pembelajaran juga menerapkan pembelajaran aktif, efektif dan menyenangkan. Dengan pembelajaran aktif dan menyenangkan tersebut, maka waktu berlalu tanpa terasa. Siswa dan guru betah tinggal di kelas karena kelas bukan lagi penjara bagi siswa, melainkan sebagai tempat yang menyenangkan. Jika suasana pembelajaran sudah begitu, maka jam pelajaran yang ditambah sekalipun tidak akan terasa, sebab keterlibatan emosional dan
45
Wawancara dengan Bapak kepala Madrasah, Senin, 02-Juni-2014, jam 08.20-10.15 WIB
88
psikologi siswa terhadap topic yang dipelajari benar-benar sangat tinggi. Dan dalam Pelaksanaan pembelajaran penting kiranya untuk memperhatikan beberapa hal guna untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif seperti: Memahami kondisi siswa, Memaksimalkan perangkat kelas, Membuat suasana kelas lebih menarik dan menyenangkan, Memanfaatkan lingkungan sekitar madrasah. Dan dari hasil wawancara dengan waka kurikulum Syaikhu Rozi, M.PdI , menjelaskan bahwa : Kurikulum yang kami kembangkan dalam MBS ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran, KTSP adalah model manajemen pengembangan kurikulum yang arahnnya memberdayakan berbagai unsur manajemen (manusia, uang, metode, peralatan, bahan, dan lain-lain) untuk tercapainya tujuan pengembangan kurikulum dan Pengembangan kurikulum KTSP ini kami kembangkan dengan perumusan tujuan, tujuan ini didasarkan visi madrasah, merumuskan materi yang akan disampaikan ke anak didik kami, menerapkan metode yang sesuai dengan materi itu, dan merancang evaluasi sehingga diketahui apakah kurikulum ini berjalan dengan baik atau tidak. Pengadaan diklat penyusunan silabus, RPP dan lifeskil, pengembangan teaching dan learning materials serta penyusunan Role Play disertai metodologi pengajaran PAKEM.46 Dari hasil wawancara diatas dapat diambil kesimpulan bahwa MA Al-ichsan brangkal sooko mojokerto menggunakan kurikulum KTSP sebagai acuan program pendidikannya. Pemrograman yang dimaksud adalah seperti pemrograman tentang alokasi setiap mata pelajaran yang diterapkan di MA Al-ichsan brangkal sooko mojokerto yaitu 40menit. Untuk menjamin efektifitas pengembangan
46
Wawancara dengan Bapak Waka Kurikulum, Selasa, 01-Juli-2014, Jam 09.15-10.00 WIB
89
kurikulum dan program pengajaran, kepala madrasah sebagai pengelola program pengajaran bersama guru-guru menjabarkan isi kurikulum secara rinci dan oprasional ke dalam program tahunan (Prota), program semester (Promes) dan bulanan. Adapun dalam program mingguan atau program satuan pelajaran, dikembangkan guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. Selain itu waka kurikulum menambahkan bahwasanya: MA Al-ichsan berada di lingkungan masyarakat pesantren, sehingga kami sisipkan kegiatan tadarus setiap jam nol dengan didampingi musrif/musrifah yang bertugas dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan Life skill dan Asrama/Ma’had Siswa secara efektif dan efisien sebagai bekal siswa untuk mendalami ilmu agama. Tujuannya untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada allah SWT, meningkatkan kegiatan religious dan mengupayakan pelaksanaannya dalam kehidupan seharihari.47 Dari wawancara diatas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk menunjang pemantapan dalam muatan lokal ini ada materi tambahan yang diberikan setiap akan masuk sekolah. Kegiatan itu dilakukan pada jam nol pada tiap harinya. Dalam mengelola kelas peran guru sangat penting. Oleh karena itulah hanya guru professional sajalah yang dapat mengantar pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Dalam hal ini empat pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO yaitu “Learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together” merupakan hal yang
47
Wawancara dengan Bapak Waka Kurikulum, Selasa, 01-Juli-2014, Jam 09.15-10.00 WIB
90
harus menjiwai program-program kegiatan belajar mengajar di madrasah. Atas dasar prinsip-prinsip tersebut, maka pembelajaran di madrasah hendaknya mengaktifkan peserta didik tidak hanya secara mental sehingga mampu menjadi warga Negara yang kritis, kreatif dan partisipatif. Selain itu waka kesiswaan Bapak AS. Mahfud, M.PdI menambahkan bahwa : Dalam penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran peserta didik, kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di madrasah. MA Al-ichsan mempunyai program-program guna pembinaan siswa agar lebih baik lagi di antaranya : membuat system dan kultur belajar sepanjang hayat yang didasari keimanan, peningkatan prestasi siswa dibidang akademik dan non akademik, pembinaan dan pengembangan watak atau karakter islami, menumbuh kembangkan karakter generasi bangsa yang mandiri.48 Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di madrasah, siswa selama sebelum masuk atau pada awal masuk madrasah ini sampai keluarnya siswa mempunyai program-program pembelajaran guna pembinaan siswa agar lebih aktif dan efektif. Dengan harapan madrasah ini memberikan atau meluluskan out put yang bagus sehingga dapat diterima di Universitas Negeri jika ia melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi serta bermanfaat bagi
48
Wawancara dengan Bapak Waka Kesiswaan, Selasa, 01-Juli-2014, jam 11.30-12.45 WIB
91
kehidupan selanjutnya (bagi masyarakat). Selain itu jika madrasah ini mengeluarkan out put yang bagus, maka itu akan menambahkan nilai plus bagi madrasah untuk masa depannya. Pembinaan peserta didik perlu dilakukan dengan sedemikian rupa oleh madrasah karena nantinya akan bermanfaat bagi diri siswa sendiri maupun dengan masyarakat luas yang nantinya juga membawa nama instansi madrasah dan membawa karakter anak bangsa ini dengan karakter yang beradab. b. Transparansi Manajemen Manajemen madrasah yang menitik beratkan pada aspek kemandirian madrasah dengan ciri utama pada adanya keterbukaan atau transparansi, pelaksanaannya dimulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan diselenggarakan dengan terbuka. Misalnya manajemen keuangan dikelola secara transparan dan terbuka. Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang
secara
langsung
menunjang
efektivitas
dan
efisiensi
pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBM, yang menuntut kemampuan madrasah untuk merencanakan,
melaksanakan
dan
mengevaluasi
serta
mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Dalam hal ini wawancara dengan Bapak kepala madrasah, beliau mengatakan bahwa:
92
Di MA Al-ichsan brangkal sooko mojokerto ini sudah menerapkan manajemen yang terbuka, dalam hal pengambilan keputusan kami selalu berusaha agar dalam segala keputusan yang dihasilkan itu dari hasil musyawarah terdahulu agar asas keterbukaan dan demokrasi bisa terlaksana dengan baik, dalam hal pelaksanaan dan kegiatan, terutama masalah keuangan. Biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ketahun adalah seperti gaji pegawai (guru dan non guru), serta biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung, fasilitas dan alat-alat pengajaran. Maka dari itu dalam rangka implementasi MBM, di madrasah ini manajemen keuangan harus dilaksanakan dengan baik dan teliti mulai tahap penyusunan penganggaran disusun dengan rinci dan jelas dapat diketahui semua pihak, penggunaan, sampai pengawasan di perketat dengan bantuan dari BP3 dan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Karena pada saat itulah masyarakat dan wali murid merasa dihargai. Justru karena itu maka kepercayaan masyarakat terhadap madrasah semakin meningkat. 49 Dari hasil wawancara di atas peneliti menyimpulkan bahwa di MA Al-ichsan dalam hal transparansi Manajemen terbagi dalam beberapa hal yakni dalam Pengambilan Keputusan, Pelaksanaan dan kegiatan
madrasah,
dan
transparansi
pendanaan.
Dalam
penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan bagian yang tak terpisahkan dalam
manajemen
pendidikan.
Komponen
keuangan
dan
pembiayaan perlu dikelola dengan baik, agar dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk tercapainya tujuan pendidikan. Biaya yang dikeluarkan tiap tahunnya dalam penyelenggaraan pendidikan itu adalah Gaji pegawai (guru dan non guru), biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung, fasilitas dan alat-alat pengajaran (barang-barang habis pakai). Jadi dapat peneliti 49
Wawancara dengan Bapak kepala Madrasah, Senin, 02-Juni-2014, jam 08.20-10.15 WIB
93
simpulkan bahwa dalam hal transparansi manajemen Di MA Alichsan brangkal sooko mojokerto sudah menerapkan manajemen yang terbuka. c. Peran Serta Masyarakat Peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan memiliki posisi yang sangat penting dan strategis. Hal itu diakui secara resmi, baik dalam undang-undang system pendidikan nasional nomor 2 tahun 1989, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pada lingkup yang lebih luas lagi, masyarakat juga ikut bertanggung jawab atas pendidikan. Pada tingkat makro, pemerintah tanggung jawab atas pendidikan bagi warga negaranya. Peran serta masyarakat juga merupakan bagian penting dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah. Untuk itu, maka upaya menggalang peran serta masyarakat bagi terlaksananya pendidikan perlu diusahakan, disamping terlaksananya aspek-aspek lain dalam penyelenggaraan MBM. Dalam hal ini wawancara dengan Bapak kepala madrasah, beliau mengatakan bahwa: Peran posisi masyarakat disini adalah sebagai pembantu dalam menyukseskan MBM di madrasah, karena mulai dari peserta didik didaftarkan, kita sudah berkomunikasi dengan wali murid mulai dari pembayaran spp, pembelian buku panduan atau LKS, ataupun kurikulum yang kita terapkan selalu bermusyawarah dengan masyarakat, partisipasi masyarakat terhadap kemajuan madrasah semakin meningkat, Hubungan madrasah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu sarana yang
94
sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan siswa di madrasah, dukungan yang besar dari masyarakat ini sebenarnya merupakan refleksi dari diciptakannya iklim keterbukaan oleh madrasah, terutama jalinan kerjasama antara madrasah dan masyarakat, karena madrasah sendiri menyadari tanpa bantuan masyarakat madrasah atau lembaga tidak akan bisa berkembang dan tidak akan mencapai kesuksesan, madrasah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan madrasah atau pendidikan secara efektif dan efisien, disinilah masyarakat mempunyai rasa kepemilikan terhadap madrasah ini untuk bersama-sama membangun dan turut mencerdaskan anak bangsa.50
Menurut waka humas Bapak Rahmat Sugianto, S.E, beliau mengatakan bahwa: Dalam manajemen ini, masyarakat dengan madrasah mempunyai hubungan yang sangat penting karena antara madrasah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat. Madrasah adalah bagian integral dari masyarakat, bukan suatu lembaga yang terpisah dari masyarakat, karena masyarakat merupakan factor pendukung terhadap peningkatan MBM, peran serta masyarakat dalam pendidikan tidak akan muncul begitu saja tanpa adanya upaya-upaya untuk menggalangnya, upaya untuk menggalang dan mendorong peran serta masyarakat perlu dilakukan agar masyarakat tergerak dalam meningkatkan mutu pendidikan, oleh karena itu di MA Al-ichsan yang pertama dalam membangun kerjasama dengan masyarakat adalah yang pertama mengundang orang tua murid, komite madrasah, dan tokoh masyarakat dalam sebuah diskusi tentang cara meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. Kedua, menjelaskan kepada masyarakat bahwa tanggung jawab pendidikan bukan hanya pada pemerintah, melainkan juga masyarakat. Ketiga, kepala madrasah dan guru memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk turut mengelola keuangan madrasah, terutama yang bersumber dari masyarakat. Jadi hubungan madrasah dengan masyarakat sangat erat karena kedekatan dengan pesantren atau yang menaungi madrasah ini juga sehingga masyarakat dan madrasah dalam segala kegiatan yang dilaksanakan oleh madrasah sangat mendukung. Wujud partisipasi masyarakat di MA Al-ichsan ini sangat banyak 50
Wawancara dengan Bapak kepala Madrasah, Senin, 30-Juni-2014, jam 08.20-10.15 WIB
95
seperti dalam kegiatan madrasah PHBI ataupun mengadakan bazar, madrasah dan masyarakat saling bahu membahu dalam mensukseskan acara madrasah tersebut dalam hal pendanaan maupun teknis lapangan.51 Kesimpulan yang peneliti dapatkan dari wawancara di atas adalah bahwa hubungan dengan masyarakat tidak akan muncul begitu saja tanpa adanya upaya untuk menggalang dan mendorong peran masyarakat, karena opini yang dimiliki masyarakat saat ini adalah bahwa madrasah merupakan tanggung jawab pemerintah. Dalam konsep MBM/MBS hubungan madrasah dengan masyarakat bertujuan antara lain : 1) untuk memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak, 2) memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat, 3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan madrasah. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, yang harus dilakukan adalah pertama dalam membangun kerjasama dengan masyarakat adalah yang pertama mengundang orang tua murid, komite madrasah, dan tokoh masyarakat dalam sebuah diskusi tentang cara meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. Kedua, menjelaskan kepada masyarakat bahwa tanggung jawab pendidikan bukan hanya pada pemerintah, melainkan juga masyarakat. Ketiga, kepala madrasah dan guru memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk turut mengelola keuangan madrasah, terutama yang bersumber dari masyarakat.
51
Wawancara dengan Bapak Waka Humas, Rabu, 02-juli-2014, jam 09.15-09.55 WIB
96
Di MA Al-ichsan saat ini sudah mempunyai hubungan yang baik terhadap masyarakat, sehingga mampu menunjang proses atau suksesnya
Manajemen
Berbasis
Madrasah.
Dengan
Wujud
partisipasi masyarakat di MA Al-ichsan yang salah satunya dalam kegiatan madrasah PHBI ataupun mengadakan bazar, madrasah dan masyarakat saling bahu membahu dalam mensukseskan acara madrasah tersebut dalam hal pendanaan maupun teknis lapangan. 2. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Madrasah dalam Pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah di Madrasah Aliyah Al-ichsan Brangkal Sooko Mojokerto Kepemimpinan adalah menyangkut hal mengatasi perubahan. Pemimpin menetapkan arah dengan mengembangkan suatu visi terhadap masa
depan,
mampu
menyinergikan
orang-orang
dengan
mengkomunikasikan dan mengilhami mereka untuk mengatasi rintangan. Kepala madrasah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan, kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa: “Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan
pendidikan,
administrasi
sekolah,
pembinaan
tenaga
kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana”. Dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya,
97
kepala
madrasah
perlu
melakukan
strategi
yang
kuat
dalam
memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi
kesempatan
kepada
para
tenaga
kependidikan
untuk
meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program madrasah. Berkaitan dengan Kepemimpinan, bapak kepala madrasah H. M. Ibnu Falahuddin, S.IP, M.PdI menjelaskan bahwa : Sebagai kepala madrasah saya berusaha untuk bertindak sesuai dengan keinginan bersama dalam memutuskan segala sesuatu. Saya berusaha memimpin dengan kepemimpinan yang demokratis, terbuka dan tegas. Saya sudah menganggap di madrasah ini adalah keluarga saya, itupun saya lakukan kepada murid-murid disini, bahkan mereka boleh saja belajar internet dikantor saya, yang tidak banyak dilakukan oleh madrasah lain, yang umumnya kepala madrasah sering ditakuti oleh murid-muridnya karena mereka semua saya anggap sebagai anak saya sendiri. Saya mencoba untuk selalu transparan dengan segala kegiatan yang ada di madrasah ini. Untuk itu setiap sebulan sekali ada agenda rapat evaluasi bersama dan setiap ada permasalahan selalu dimusyawarahkan secara bersamasama.52 Hasil wawancara yang kami lakukan dengan waka kurikulum Syaikhu Rozi, M.PdI, beliau mengemukakan bahwa: Selama ini kepala madrasah dalam memutuskan segala sesuatu pastilah dimusyawarahkan secara bersama-sama, sehingga apabila ada kesulitan-kesulitan maka dapat diatasi bersama-sama.53 Sedangkan menurut salah satu guru mata pelajaran B. Arab, yakni Ibu Laili Rudiana, M.Pd mengatakan bahwa:
52 53
Wawancara dengan Bapak kepala Madrasah, Senin, 30-Juni-2014, jam 08.20-10.15 WIB Wawancara dengan Bapak Waka Kurikulum, Selasa, 01-Juli-2014, Jam 09.15-10.00 WIB
98
kami selalu melaksanakan musyawarah bersama untuk menyelesaikan permasalahan atau akan merencanakan suatu program kegiatan.54 Dari sini dapat difahami bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala madrasah adalah bersifat demokratis, terbuka dan tegas. Kepemimpinan yang demokratis dapat dilihat dari cara penyelesaian masalahnya selalu diadakan dengan musyawarah artinya pengambilan keputusannya diputuskan berdasarkan mufakat dari semua pihak. Kepemimpinan pendidikan berkaitan dengan masalah kepala madrasah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Dalam hal ini, perilaku kepala madrasah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. a. Tugas kepala sekolah dalam bidang administrasi Kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran disekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 Th. 1990 bahwa kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan
kegiatan
pendidikan,
administrasi
sekolah,
pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunan serta pemeliharaaan sarana dan prasarana.
54
Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran B.Arab, Rabu, 02-Juli-2014, Jam 08.20-08-45 WIB
99
Bapak kepala madrasah H. M. Ibnu Falahuddin, S.IP, M.PdI juga mejelaskan bahwa: Pengelolaan dalam bidang administrasi di MA Al-ichsan pastinya semua komponen kita maksimalkan dari struktur organisasi madrasah yang ada seperti dalam pengelolaan pengajaran sudah menjadi tugas Waka kurikulum dalam Menyusun program sekolah untuk satu tahun, Menyusun jadwal pelajaran, Mengkoordinir kegiatan-kegiatan penyusunan model satuan pengajaran, Mengatur kegiatan penilaian, dll. Pengelolaan kemuridan, Pengelolaan gedung dan halaman, Pengelolaan keuangan, Pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, kita laksanakan bersama memaksimalkan struktur yang ada jadi dalam bidang administrasi di madrasah ini saya kira sudah lancar dengan wujud berjalannya dengan baik tiap tahunnya. Kesimpulan yang peneliti dapatkan dari wawancara di atas adalah bahwa dalam pengelolaan pendidikan di MA Al-ichsan ini di bidang administrasi bapak kepala madrasah mengungkapkan bahwa selama ini tugas dan tanggung jawabnya dalam bidang administrasi baik di bidang pengelolaan madrasah, pengelolaan pegawai sampai pengelolaan hubungan dengan masyarakat berjalan dengan baik dan efektif dikarenakan maksimalitas dari struktur organisasi yang ada dengan cara gotong royong dan berjalan bersama demi mewujudkan madrasah yang tertib akan administrasi. Tugas dibidang administrasi harus melibatkan semua aspek dikarenakan tugas yang begitu banyak, jika dikerjakan bersama dan memaksimalkan struktur yang ada pastinya berjalan dengan baik dan lancar.
100
b. Tugas Kepala Sekolah Dalam Bidang Supervisi Supervisi pada dasarnya pelayanan yang disediakan oleh kepala sekolah untuk membantu para guru dan karyawan agar menjadi semakin cakap/terampil dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman. Bapak kepala madrasah H. M. Ibnu Falahuddin, S.IP, M.PdI juga mejelaskan bahwa: untuk mengembangkan pendidikan saya juga memberikan fasilitas untuk tenaga guru guna meningkatkan profesionalitasnya dengan memberi dukungan untuk studi lanjut, pelatihan, penataran, seminar, dan sejenisnnya dan Saya selalu memberikan motifasi dan arahan kepada semua guru, baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam menyelesaikan sebuah tugasnya. Dan bahkan memberikan teguran kepada guru yang lalai terhadap tugasnya. Hal ini saya lakukan demi tercapainya tujuan manajemen berbasis madrasah agar dapat terlaksana dengan baik.55
Adapun hasil wawancara dengan salah satu guru bidang studi Bahasa Indonesia sekaligus guru yang menjabat sebagai wali kelas IX ini Ibu Djuarsih, S.Pd menyatakan bahwa: Selama ini bapak kepala madrasah telah memberikan contoh yang baik dalam penyelesaian tugas-tugas yang kami emban, hal ini terbukti dengan adanya pemberian penghargaan bagi guru yang berprestasi. Dengan adanya hal tersebut para guru tidak henti-henti untuk memacu prestasinya dengan meningkatkan mutu pembelajarannya, sehingga dengan begitu tujuan manajemen madrasah dapat tercapai hasil dengan baik.56 Dari beberapa hasil wawancara diatas dapat diketahui tugas dan tanggung jawab kepemimpinan dalam manajemen berbasis madrasah 55
Wawancara dengan Bapak kepala Madrasah, Senin, 30-Juni-2014, jam 08.20-10.15 WIB Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran B.Indonesia dan Wali Kelas IX, Rabu, 02-juli-2014, jam 11.30-12.00 WIB 56
101
yang dilakukan oleh kepala madrasah sebagian besar sudah terpenuhi walaupun masih ada yang kurang atau belum terpenuhi semuanya. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor baik yang mendukung
maupun
yang
menghambat
terselenggaranya
kepemimpinan dalam manajemen berbasis madrasah. Selain itu, tugas dan tanggung jawab kepemimpinan dalam manajemen berbasis madrasah yang dilakukan oleh bapak kepala madrasah sabagai pemimpin tertinggi dibuktikan dengan adanya kerjasama yang tercipta dalam masing-masing personel yang mendukung adanya manajemen berbasis sekolah. Selain itu, dengan adanya perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan yang diberikan oleh kapala madrasah. Dengan hal itu kepala madrasah dapat meningkatkan efektifitas kinerja para guru, sehingga kegiatan akan terselenggara dengan baik sesuai dengan tujuan yang di inginkan. 3. Faktor Pendukung dalam Pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah di Madrasah Aliyah Al-ichsan Brangkal Sooko Mojokerto Kepala Madrasah sebagai motor penggerak, penentu arah kebijakan madrasah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan madrasah dan pendidikan
pada
umumnya
direalisasikan.
Sehubungan
dengan
kepemimpinan kepala madrasah dalam manajemen berbasis madrasah (MBM), kepala madrasah dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja. Dengan begitu MBM/MBS sebagai paradigma baru pendidikan
dapat
memberikan
hasil
yang
memuaskan.
Dalam
102
melaksanakan kepemimpinan dalam manajemen berbasis madrasah di MA Al-ichsan brangkal sooko mojokerto ini tentunya ada beberapa hal yang menjadi pendukung yakni sebagai berikut: Bersama dengan ini peneliti melakukan wawancara dengan kepala madrasah berkenaan dengan faktor pendukung kepemimpinan dalam Manajemen Berbasis Madrasah Beliau mengatakan: Faktor yang paling mendukung kepemimpinan dalam Manajemen Berbasis Madrasah adalah kekompakan dari semua elemen yang ada di madrasah tersebut, dan semangat juang yang tinggi dari kepala madrasah dan para guru, antara guru dan guru, karyawan dan masyarakat ikut berperan serta dalam membangun madrasah dan yang menjadi faktor pendukung adalah besarnya minat dari sebagian personil madrasah untuk meningkatkan profesionalisme terhadap bidang, fungsi dan tanggung jawabnya. Semangat kerjasama yang tinggi, dengan dedikasi dan loyalitas dalam pelayanan terhadap siswa sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing. Kesadaran personil dalam menjalankan tugas, fungsi dan kewajiban masing-masing dapat dikerjakan dengan baik, meskipun tanpa pengawas yang ketat dari pimpinan.57 Adapun faktor pendukung yang telah diungkapkan oleh kepala madrasah adalah sebagai berikut: kekompakan dari semua elemen yang ada dimadrasah tersebut, dan semangat juang yang tinggi dari kepala madrasah dan para guru, antara guru dan guru, karyawan dan masyarakat ikut berperan serta dalam membangun madrasah. Selain itu besarnya minat
dari
sebagian
personil
madrasah
untuk
meningkatkan
profesionalisme terhadap bidang, fungsi dan tanggung jawabnya. Semangat kerjasama yang tinggi, dengan dedikasi dan loyalitas dalam pelayanan terhadap siswa sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya
57
Wawancara dengan Bapak kepala Madrasah, Senin, 30-Juni-2014, jam 08.20-10.15 WIB
103
masing-masing. Kesadaran personil dalam menjalankan tugas, fungsi dan kewajiban masing-masing dapat dikerjakan dengan baik, meskipun tanpa pengawas yang ketat dari pimpinan. Sehingga dengan adanya sikap yang seperti itu, maka akan memudahkan bagi seorang pemimpin dalam mengatur serta menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya. Dalam hal ini peneliti juga melakukan wawancara dengan urusan humas Bapak Rahmat Sugianto, S.E beliau mengatakan bahwa: faktor pendukung dalam pelaksanaan kepemimpinan dalam Manajemen Berbasis Madrasah adalah sumber daya madrasah, artinya unsur-unsur yang ada di madrasah mendukung mulai dari karyawan sampai kita-kita (para guru) turut andil untuk mendukung, karena kita tahu bahwa peran madrasah lebih luas dan tidak lagi harus sama persis dengan yang ditetapkan oleh pusat.58 Dari sini dapat dipahami bahwa faktor pendukung kepemimpinan dalam Manajemen Berbasis Madrasah adalah adanya kekompakan dan semangat juang yang tinggi dari elemen-elemen yang ada di madrasah mulai dari SDM guru, karyawan, sarana prasarana guna lebih meningkatkan kualitas pendidikan.
58
Wawancara dengan Bapak Waka Humas, Rabu, 02-juli-2014, jam 09.15-09.55 WIB
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Manajemen Berbasis Madrasah di MA Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto Pelaksanaan otonomi daerah yang secara praktis dimulai pada awal tahun 2001, membawa implikasi pada pelaksanaan otonomi pendidikan, ini berarti bahwa pendidikan harus mulai difikirkan, dikelola, dan dikembangkan secara seksama oleh semua lapisan, sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Dampak dari pelaksanaan otonomi pendidikan tersebut adalah adanya perubahan dari system sentralisasi ke desentralisasi, system ini tidak akan serta dan mudah untuk diwujudkan, akan tetapi memerlukan upaya bertahap, sistematis, dan konsistensi serta dari berbagai pihak. Sesuai
dengan
hasil
penelitian
yang
peneliti
lakukan
dengan
menggunakan metode observasi dan interview terhadap beberapa obyek diantaranya: Bapak kepala madrasah, waka kurikulum, wakasis dan guru. Bahwa kepemimpinan dalam Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) di MA Al-ichsan brangkal sooko mojokerto, yang menjadi perencana, pengorganisir, koordinator dan pembuat keputusan adalah kepala madrasah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan juga sebagai pemegang kendali dengan dibantu oleh waka kurikulum.
104
105
Kepala madrasah MA Al-ichsan brangkal sooko mojoketo ternyata sudah cukup memahami dari pengertian manajemen berbasis madrasah. Beliau mengartikan Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) adalah pemberian kewenangan atau kebebasan secara langsung yang diberikan kepada pihak madrasah untuk mengatur segala kebutuhan yang berkenaan dengan pendidikan untuk mencapai tujuan bersama. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan Malen, Ogawa dan Kranz, Manajemen Berbasis Sekolah secara konseptual dapat digambarkan sebagai suatu perubahan formal struktur penyelenggaraan, sebagai suatu bentuk desentralisasi yang mengidentifikasi sekolah itu sendiri sebagai unit utama peningkatan serta bertumpu pada redistribusi kewenangan pembuatan keputusan sebagai sarana penting yang dengannya peningkatan dapat didorong dan ditopang59. Berdasarkan hal tersebut kepala madrasah dalam melaksanakan segala sesuatu kegiatan yang dalam hal ini adalah Manajemen Berbasis Madrasah tidaklah dilakukan sendiri, akan tetapi dikerjakan dengan bantuan semua warga madrasah sehingga semua kegiatan dapat terselesaikan dengan baik sesuai dengan tujuan yang disepakati bersama. Kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan adalah hal-hal yang berkaitan dengan manajemen berbasis madrasah. Hal di atas sesungguhnya telah mengarah pada tujuan manajemen berbasis madrasah yakni dengan adanya kerjasama yang baik itu maka akan meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan. Peningkatan
59
Ibtisam Abu-duhou, School-Based Management, (jakarta : Logos, 2002). Hal:16
106
efisiensi, antara lain diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya, partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu dapat diperoleh antara lain: partisi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan madrasah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala madrasah, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuh kembangkan suasana yang kondusif. Sementara peningkatan pemerataan pendidikan tampak pada tumbuhnya partisipasi masyarakat terutama yang mampu dan peduli, sementara yang kurang mampu akan menjadi tanggung jawab pemerintah60. Hal yang terpenting dalam Manajemen Berbasis Madrasah adalah manajemen terhadap beberapa komponen madrasah yang harus dikelola dengan baik, diantaranya adalah hal-hal yang berkaitan dengan Pembelajaran Aktif, efektif dan menyenangkan, Transparansi Manajemen dan Peran serta masyarakat. Beberapa hal tersebut akan dijelaskan secara rinci, seperti yang tertera di bawah ini: 1. Pembelajaran Aktif, Efektif dan Menyenangkan Sebelum dilaksanakan MBS/MBM, pembelajaran berlangsung dengan system konvensional dengan menekankan pada metode ceramah. Metodemetode yang lain disajikan secara amat terbatas dan kurang variatif. Akibatnya, pembelajaran berlangsung monoton, satu arah, dan kurang aktif. Siswa diperlukan seperti objek yang harus menerima informasi dari guru.
60
E. Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah, (bandung: Remaja Rosda Karya, 2004) Hal:13
107
Setelah madrasah
dilaksanakan mulai
MBS/MBM,
mengadakan
pada
perubahan
umumnya
yang
madrasah-
mendasar
dalam
pembelajaran. Metode-metode yang dipergunakan lebih bervariatif. Tempat duduk pun bisa berubah-ubah posisi. Pandangan siswa tidak hanya satu arah, melainkan bisa ke berbagai arah. Alat peraga dipersiapkan sedemikian rupa, ruang kelas dipenuhi pajangan hasil karya siswa. Dengan model pembelajaran yang demikian, maka suasana kelas menjadi amat menyenangkan dan aktif. Siswa berani dan suka bertanya, guru tidak mendominasi pembelajaran, melainkan lebih berperan sebagai fasilitator. Maka lahirlah pembelajaran aktif (active learning) dan pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull learning). MA Al-ichsan brangkal sooko mojokerto dalam hal pelaksanaan pembelajaran
juga
menerapkan
pembelajaran
aktif,
efektif
dan
menyenangkan. Dalam Pelaksanaan pembelajaran penting kiranya untuk memperhatikan beberapa hal guna untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif seperti: Memahami kondisi siswa, Memaksimalkan perangkat kelas, Membuat suasana kelas lebih menarik dan menyenangkan, Memanfaatkan lingkungan sekitar madrasah. Hal tersebut sesuai yang dijelaskan oleh Masdjudi dan S.bellen, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran aktif, yaitu : a. Mengerti tujuan dan fungsi belajar, para “master trainer” dan peserta pelatihan perlu memahami konsep-konsep mendasar dan cara belajar
108
yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Walaupun sudah tersedia kurikulum dan buku teks, pembelajaran yang hanya bersumber pada kurikulum dan buku teks belumlah memadai. b. Mengenal anak sebagi individu, para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Mengenal anak dalam pembelajaran akan lebih optimal hasilnya jika lebih dekat terhadap anak, sehingga mampu mengenal minat dan kemampuannya. c. Memanfaatkan organisasi kelas, seringkali kebutuhan bahwa seluruh kelas perlu mendapatkan informasi atau mempelajari sesuatu secara klasikal. d. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan memecahkan masalah, untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan memecahkan masalah diperlukan ketrampilan bertanya yang cukup tinggi. Disamping dalam memberikan tugas juga tidak mudah, akan tetapi tidak ada alas an untuk mencoba. e. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik, menciptakan lingkungan ruang kelas yang menarik dan memadai adalah hal yang kondusif bagi pelaksanaan pembelajaran aktif. f. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, pembelajaran aktif juga merangsang anak untuk belajar dari lingkungannya (lingkungan
109
fisik, social, dan budaya). Lingkungan dapat berperan sebagai medis, tetapi juga dapat sebagai objek kajian. g. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar, memberikan siswa dalam mengembangkan diri berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki terutama membantu belajar dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan, termasuk hal yang diutamakan dalam pembelajaran aktif. h. Bedakan antara aktif fisik dan mental, banyak guru merasa puas jika menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan fisik mereka kelihatan bergerak. Apalagi jika terlihat meja dan kursi diatur dalam kelompok dan anak-anak saling duduk berhadapan, kelas penuh dengan pajangan hasil kerja siswa. Hal ini bukan indicator keberhasilan dalam pembelajaran aktif.61 MA Al-ichsan brangkal sooko mojokerto menggunakan kurikulum KTSP sebagai acuan program pendidikannya. Pemrograman yang dimaksud adalah seperti pemrograman tentang alokasi setiap mata pelajaran yang diterapkan di MA Al-ichsan brangkal sooko mojokerto yaitu 40menit. Untuk menjamin efektifitas pengembangan kurikulum dan program pengajaran, kepala madrasah sebagai pengelola program pengajaran bersama guru-guru menjabarkan isi kurikulum secara rinci dan oprasional ke dalam program tahunan (Prota), program semester (Promes) dan bulanan. Adapun dalam program mingguan atau program satuan 61 Supriono Subakir & Ahmad sapari. Manajemen Berbasis Sekolah, (Anggota IKAPI cabang Jatim: Penerbit SIC, 2001) Hal:22-24
110
pelajaran, dikembangkan guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. untuk menunjang pemantapan dalam muatan lokal ini ada materi tambahan yang diberikan setiap akan masuk sekolah. Kegiatan itu dilakukan pada jam nol pada tiap harinya. Dalam mengelola kelas peran guru sangat penting. Oleh karena itulah hanya guru professional sajalah yang dapat mengantar pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Dalam hal ini empat pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO yaitu “Learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together” merupakan hal yang harus menjiwai program-program kegiatan belajar mengajar di madrasah. Atas dasar prinsip-prinsip tersebut, maka pembelajaran di madrasah hendaknya mengaktifkan peserta didik tidak hanya secara mental sehingga mampu menjadi warga Negara yang kritis, kreatif dan partisipatif. 2. Transparansi Manajemen Manajemen madrasah yang menitik beratkan pada aspek kemandirian madrasah dengan ciri utama pada adanya keterbukaan atau transparansi, pelaksanaannya dimulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan diselenggarakan dengan terbuka. Misalnya manajemen keuangan dikelola secara transparan dan terbuka. Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBM, yang
111
menuntut kemampuan madrasah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. MA Al-ichsan dalam hal transparansi Manajemen terbagi dalam beberapa hal yakni dalam Pengambilan Keputusan, Pelaksanaan dan kegiatan madrasah, dan transparansi pendanaan. Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan bagian yang tak terpisahkan dalam manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan perlu dikelola dengan baik, agar dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk tercapainya tujuan pendidikan. Hal diatas sebetulnya sudah mengarah pada ciri-ciri Manajemen Berbasis Sekolah antara lain : a. Ada upaya meningkatkan peran serta Komite madrasah dan Masyarakat untuk mendukung kinerja sekolah. b. Program sekolah disusun dan dilaksanakan dengan mengutamakan kepentingan proses belajar mengajar (kurikulum), bukan kepentingan administrative. c. Menerapkan efektifitas dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya sekolah (anggaran, personil dan fasilitas) d. Mampu mengambil keputusan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan kondisi lingkungan sekolah walau berbeda dari pola umum atau kebiasaan.
112
e. Menjamin terpeliharanya sekolah yang bertanggungjawab kepada masyarakat, selain kepada pemerintah dan yayasan. f. Meningkatkan profesionalisme personil sekolah. g. Meningkatkan kemandirian sekolah di segala bidang. h. Adanya keterlibatan semua unsur terkait dalam perencanaan program sekolah, pelaksanaan samapai dengan evaluasi (kepala sekolah, guru, komite madrasah dan tokoh masyarakat dan lain-lain). i. Adanya keterbukaan dalam mengelola pendidikan sekolah, baik yang menyangkut program, anggaran, ketenagaan, prestasi sampai dengan pelaporan. j. Pertanggungjawaban sekolah dilakukan baik terhadap pemerintah, yayasan, maupun masyarakat.62 Biaya yang dikeluarkan tiap tahunnya dalam penyelenggaraan pendidikan itu adalah Gaji pegawai (guru dan non guru), biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung, fasilitas dan alat-alat pengajaran (barang-barang habis pakai). Hal tersebut sudah dijelaskan pada biaya rutin dalam sekolah adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ke tahun, seperti gaji guru dan administrative sekolah, biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung, fasilitas dan alat-alat pengajaran. Sementara biaya pembangunan gedung, perbaikan atau rehab gedung, penambahan furniture, serta biaya atau pengeluaran lain untuk barang-barang yang tidak habis pakai. Dalam 62 Supriono Subakir & Ahmad sapari. Manajemen Berbasis Sekolah, (Anggota IKAPI cabang Jatim: Penerbit SIC, 2001) Hal:8-9
113
rangka implementasi MBS/M, manajemen komponen keuangan harus dilaksanakan dengan baik dan teliti mulai tahap penyusunan anggaran, penggunaan sampai pengawasan dan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan
yang berlaku agar semua
dana
sekolah benar-benar
dimanfaatkan secara efektif, efisien, tidak ada kebocoran-kebocoran, serta bebas dari penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme.63 3. Peran Serta Masyarakat Peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan memiliki posisi yang sangat penting dan strategis. Hal itu diakui secara resmi, baik dalam undang-undang system pendidikan nasional nomor 2 tahun 1989, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pada lingkup yang lebih luas lagi, masyarakat juga ikut bertanggung jawab atas pendidikan. Pada tingkat makro, pemerintah tanggung jawab atas pendidikan bagi warga negaranya. Peran serta masyarakat juga merupakan bagian penting dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah. Untuk itu, maka upaya menggalang peran serta masyarakat bagi terlaksananya pendidikan perlu diusahakan,
disamping
terlaksananya
aspek-aspek
lain
dalam
penyelenggaraan MBM. Kepala
Madrasah
MA
Al-ichsan
brangkal
sooko
mojoketo
mengartikan peran posisi masyarakat adalah sebagai pembantu dalam menyukseskan MBM di madrasah, dengan program-program yang
63
E. Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah, (bandung: Remaja Rosda Karya, 2004) Hal:48
114
direncanakan oleh sekolah, partisipasai masyarakat terhadap kemajuan madrasah semakin meningkat, hubungan madrasah dengan masyarakat hakikatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan siswa di madrasah, dukungan besar dari masyarakat merupakan refleksi dari diciptakannya iklim keterbukaan oleh madrasah terutama jalinan kerjasama antara madrasah dan masyarakat. Begitupun menurut Bapak Waka Humas MA Al-ichsan Brangkal sooko mojokerto, madrasah adalah bagian integral dari masyarakat, bukan suatu lembaga yang terpisah dari masyarakat, karena masyarakat merupakan factor pendukung terhadap peningkatan MBM. Hal tersebut sesuai dalam konsep MBS, peran serta masyarakat, orang tua murid, anggota komite madrasah, tokoh masyarakat dan sebagainya sangat luas, yang meliputi antara lain : a. Memberikan dukungan dana, atau sumbangan yang berupa fisik. b. Merencanakan kegiatan dan kemungkinan pendanaan kegiatankegiatan tersebut. Jadi, tidak hanya diberi rencanannya setelah semua final, sehingga ada kesan hanya untuk basa-basi dan “stempel” resmi dari komite madrasah/ masyarakat saja. c. Ikut menambahi guru yang tidak ada, atau dikurangi, bahkan jadi “guru” pengganti. d. Memberikan masukan dan mendiskusikan pelaksanaan pembelajaran, kinerja guru, prestasi belajar anak, kendala yang dihadapi dan sebagainya.
115
e. Dalam melaksanakan peran serta masyarakat yang sudah ideal, masyarakat juga dapat terlibat dalam memilih dan memasukkan guruguru yang diperlukan sekolah, serta memberhentikan guru yang prestasinya tidak memuaskan.64 hubungan dengan masyarakat tidak akan muncul begitu saja tanpa adanya upaya untuk menggalang dan mendorong peran masyarakat, karena opini yang dimiliki masyarakat saat ini adalah bahwa madrasah merupakan tanggung jawab pemerintah. Dalam konsep MBM/MBS hubungan madrasah dengan masyarakat bertujuan antara lain : a. Untuk memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak, b. Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat, c. Menggairahkan
masyarakat
untuk
menjalin
hubungan
dengan
madrasah. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, yang harus dilakukan adalah pertama dalam membangun kerjasama dengan masyarakat adalah yang pertama mengundang orang tua murid, Komite madrasah, dan tokoh masyarakat dalam sebuah diskusi tentang cara meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. Kedua, menjelaskan kepada masyarakat bahwa tanggung jawab pendidikan bukan hanya pada pemerintah, melainkan juga masyarakat. Ketiga, kepala madrasah dan guru memberikan kepercayaan
64 Supriono Subakir & Ahmad sapari. Manajemen Berbasis Sekolah, (Anggota IKAPI cabang Jatim: Penerbit SIC, 2001) Hal:14-15
116
kepada masyarakat untuk turut mengelola keuangan madrasah, terutama yang bersumber dari masyarakat. B. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Madrasah dalam Pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah di MA Al-ichsan Brangkal Sooko Mojokerto Kepemimpinan adalah menyangkut hal mengatasi perubahan. Pemimpin menetapkan arah dengan mengembangkan suatu visi terhadap masa depan, mampu menyinergikan orang-orang dengan mengkomunikasikan dan mengilhami mereka untuk mengatasi rintangan. Kepala madrasah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan, kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa: “Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana”. Dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, kepala madrasah perlu melakukan strategi yang kuat dalam memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program madrasah.
117
Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala madrasah MA Alichsan Brangkal sooko mojokerto adalah bersifat demokratis, terbuka dan tegas. Kepemimpinan yang demokratis dapat dilihat dari cara penyelesaian masalahnya selalu diadakan dengan musyawarah artinya pengambilan keputusannya diputuskan berdasarkan mufakat dari semua pihak. Seperti yang pernah diungkapkan oleh robins bahwa Gaya demokratis adalah kepemimpinan yang dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikutsertaan pengikut dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan65. Kepemimpinan yang demokratis dapat dilihat dari cara penyelesaian masalahnya selalu diadakan dengan musyawarah artinya pengambilan keputusannya
diputuskan
berdasarkan
mufakat
dari
semua
pihak.
Kepemimpinan pendidikan berkaitan dengan masalah kepala madrasah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Dalam hal ini, perilaku kepala madrasah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Salah satu syarat keberhasilan madrasah menerapkan format MBM adalah kemampuan kepemimpinan kepala madrasah, di samping itu pula kepala madrasah merupakan “The Key Person” keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di madrasah. Oleh karena itu, dalam implementasi MBM kepala madrasah harus memiliki visi, misi, dan wawasan yang luas tentang 65 www.haedarakib.wordpress.com/Mencermati Dinamika Konsep Kepemimpinan, diakses pada: 0515-2014, pukul: 23.14
118
madrasah yang efektif serta kemampuan profesional dalam mewujudkan melalui perencanaan, kepemimpinan, managerial dan supervisi pendidikan, ia juga dituntut untuk menjalin kerja sama yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait dengan program pendidikan di madrasah. Singkatanya, dalam MBM kepala madrasah harus mampu berperan sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator. 1. Tugas Kepala Sekolah dalam bidang administrasi Kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara
mikro,
yang
secara
langsung
berkaitan
dengan
proses
pembelajaran disekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 Th. 1990 bahwa kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunan serta pemeliharaaan sarana dan prasarana. Pengelolaan pendidikan di MA Al-ichsan di bidang administrasi bapak kepala madrasah mengungkapkan bahwa selama ini tugas dan tanggung jawabnya dalam bidang administrasi baik di bidang pengelolaan madrasah, pengelolaan pegawai sampai pengelolaan hubungan dengan masyarakat berjalan dengan baik dan efektif dikarenakan maksimalitas dari struktur organisasi yang ada dengan cara gotong royong dan berjalan bersama demi mewujudkan madrasah yang tertib akan administrasi. Tugas dibidang administrasi harus melibatkan semua aspek dikarenakan tugas yang begitu banyak, jika dikerjakan
119
bersama dan memaksimalkan struktur yang ada pastinya berjalan dengan baik dan lancar. Hal diatas dijelaskan juga dalam fungsi sebagai pemimpin, kepala madrasah harus : a. Lebih banyak mengarahkan dari pada mendorong atau memaksa. b. Lebih bersandar pada kerjasama dalam menjalankan tugas dari pada bersandar pada kewenangan dan intruksi. c. Senantiasa menanamkan kepercayaan pada diri guru dan staf. d. Senantiasa menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu dari pada menunjukkan ia tahu sesuatu. e. Senantiasa mengembangkan suasana antusias. f. Senantiasa memperbaiki kesalahan dari pada menyalahkan pihak lain. g. Bekerja dengan penuh kesungguhan66. 2. Tugas Kepala Sekolah dalam bidang supervise Supervisi pada dasarnya pelayanan yang disediakan oleh kepala sekolah untuk membantu para guru dan karyawan agar menjadi semakin cakap/terampil dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman. Kepala madrasah MA Al-ichsan brangkal
sooko mojoketo
menjelaskan dalam bidang supervise beliau telah memberikan fasilitas untuk tenaga guru guna meningkatkan profesionalitasnya dengan 66 Ahmad Rozikun & Namaduddin, Manajemen Berbasis Madrasah, (Lista Fariska Putra : Jakarta, 2008) Hal: 67
120
memberi dukungan untuk studi lanjut, pelatihan, penataran, seminar, dan sejenisnya dan selalu memberikan motifasi dan arahan kepada semua guru, baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam menyelesaikan sebuah tugasnya. Dan bahkan memberikan teguran kepada guru yang lalai terhadap tugasnya. Hal tersebut sesuai dengan Tugas kepala madrasah dalam bidang supervise, antara lain : a. Membimbing guru-guru agar mereka dapat memahami secara jelas tujuan-tujuan pendidikan pengajaran yang hendak dicapai dan hubungan antara aktivitas pengajaran dengan tujuan-tujuan. b. Membimbing guru-guru agar mereka dapat memahami lebih jelas tentang persoalan-persoalan dan kebutuhan murid. c. Menyeleksi dan memberikan tugas-tugas yang paling cocok bagi setiap guru sesuai dengan minat, kemampuan bakat masing-masing dan selanjutnya mendorong mereka untuk terus mengembangkan minat, bakat dan kemampuannya. d. Memberikan penilaian terhadap prestasi kerja sekolah berdasarkan standar-standar sejauh mana tujuan sekolah itu telah dicapai. C. Faktor Pendukung dalam Pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah di MA Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto Kepala Madrasah sebagai motor penggerak, penentu arah kebijakan madrasah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan madrasah dan pendidikan
pada
umumnya
direalisasikan.
Sehubungan
dengan
121
kepemimpinan kepala madrasah dalam manajemen berbasis madrasah (MBM), kepala madrasah dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja. Dengan begitu MBM/MBS sebagai paradigma baru pendidikan dapat memberikan hasil yang memuaskan. Dalam melaksanakan kepemimpinan dalam manajemen berbasis madrasah di MA Al-ichsan brangkal sooko mojokerto ini tentunya ada beberapa hal yang menjadi pendukung yakni sebagai berikut: Kinerja kepemimpinan madrasah dalam kaitannya dengan MBM adalah segala apa yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala madrasah dalam mengimplementasikan MBM di madrasahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu, kepemimpinan kepala madrasah yang efektif dalam MBM dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut: 1. Mampu
memberdayakan
guru-guru
untuk
melaksanakan
proses
pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif. 2. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. 3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan. 4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah. 5. Bekerja dengan tim manajemen.
122
6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan67. Adapun factor pendukung di MA Al-ichsan Brangkal Sooko Mojokerto adalah sebagai berikut : 1. Kekompakan dari semua elemen yang ada dimadrasah. 2. Semangat juang yang tinggi dari kepala madrasah dan para guru, antara guru dan guru, karyawan dan masyarakat ikut berperan serta dalam membangun madrasah. 3. Besarnya minat dari sebagian personil madrasah untuk meningkatkan profesionalisme terhadap bidang, fungsi dan tanggung jawabnya. 4. Semangat kerjasama yang tinggi, dengan dedikasi dan loyalitas dalam pelayanan terhadap siswa sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing. 5. Kesadaran personil dalam menjalankan tugas, fungsi dan kewajiban masing-masing dapat dikerjakan dengan baik, meskipun tanpa pengawas yang ketat dari pimpinan. Dari sini dapat dipahami bahwa faktor pendukung kepemimpinan dalam Manajemen Berbasis Madrasah di MA Al-ichsan brangkal sooko mojokerto adalah adanya kekompakan dan semangat juang yang tinggi dari elemenelemen yang ada dimadrasah mulai dari SDM guru, karyawan, sarana prasarana guna lebih meningkatkan kualitas pendidikan.
67
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), Hal:126-127
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
mengenai
Kepemimpinan
dalam
Manajemen Berbasis Madrasah di MA Al-ichsan Brangkal Sooko Mojokerto dengan analisis secara teoritis dan empiris yang dilakukan oleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Kepala madrasah dalam melaksanakan segala sesuatu kegiatan yang dalam hal ini adalah Manajemen Berbasis Madrasah tidaklah dilakukan sendiri, akan tetapi dikerjakan dengan bantuan semua warga madrasah sehingga semua kegiatan dapat terselesaikan dengan baik sesuai dengan tujuan yang disepakati bersama. Manajemen Berbasis Madrasah di MA Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto sudah dapat diterapkan meskipun tidak sepenuhnya. Hal ini semua karena adanya dukungan dari dewan pendidikan, dewan guru, stakeholder dalam empat pokok manajemen yaitu: perencanan, pelaksanaan, pengawasan dan pengorganisasian. Hal yang terpenting dalam Manajemen Berbasis Madrasah adalah manajemen terhadap beberapa komponen madrasah yang harus dikelola dengan baik, diantaranya adalah hal-hal yang berkaitan dengan Pembelajaran Aktif, Efektif dan Menyenangkan : Dalam Pelaksanaan pembelajaran MA Alichsan selalu memperhatikan beberapa hal guna untuk mewujudkan pembelajaran
yang
aktif
seperti:
123
Memahami
kondisi
siswa,
124
Memaksimalkan perangkat kelas, Membuat suasana kelas lebih menarik dan menyenangkan, Memanfaatkan lingkungan sekitar madrasah. Transparansi Manajemen : MA Al-Ichsan dalam hal transparansi Manajemen terbagi dalam beberapa hal yakni dalam Pengambilan Keputusan cara penyelesaian masalahnya selalu diadakan dengan musyawarah artinya pengambilan keputusannya diputuskan berdasarkan mufakat dari semua pihak, Pelaksanaan Menerapkan efektifitas dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya sekolah (anggaran, personil dan fasilitas) dan kegiatan madrasah, dan transparansi pendanaan dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan bagian yang tak terpisahkan dalam manajemen pendidikan pertanggungjawaban sekolah dilakukan baik terhadap pemerintah, yayasan, maupun masyarakat. Peran Serta Masyarakat : MA Al-ichsan saat ini sudah mempunyai hubungan yang baik terhadap masyarakat, sehingga mampu menunjang proses atau suksesnya Manajemen Berbasis Madrasah. Dengan Wujud partisipasi masyarakat di MA Al-Ichsan yang salah satunya dalam kegiatan madrasah PHBI ataupun mengadakan bazar, madrasah dan masyarakat saling bahu membahu dalam mensukseskan acara madrasah tersebut dalam hal pendanaan maupun teknis lapangan. 2. Kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala madrasah MA Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto adalah bersifat demokratis, terbuka dan tegas. Kepemimpinan yang demokratis dapat dilihat dari cara penyelesaian
125
masalahnya selalu diadakan dengan musyawarah artinya pengambilan keputusannya diputuskan berdasarkan mufakat dari semua pihak. Adapun tugas dan tanggung jawab kepemimpinan dalam manajemen berbasis madrasah yang ada di MA Al-ichsan brangkal sooko mojokerto seperti : Tugas Kepala Madrasah dalam bidang administrasi baik di bidang pengelolaan madrasah, pengelolaan pegawai sampai pengelolaan hubungan dengan masyarakat berjalan dengan baik dan efektif dikarenakan maksimalitas dari struktur organisasi yang ada dengan cara gotong royong dan berjalan bersama demi mewujudkan madrasah yang tertib akan administrasi. Tugas dibidang administrasi harus melibatkan semua aspek dikarenakan tugas yang begitu banyak, jika dikerjakan bersama dan memaksimalkan struktur yang ada pastinya berjalan dengan baik dan lancar. Tugas Kepala Madrasah dalam bidang supervise, Kepala madrasah MA Al-ichsan brangkal sooko mojoketo dalam bidang supervise
telah
memberikan
fasilitas
untuk
tenaga
guru
guna
meningkatkan profesionalitasnya dengan memberi dukungan untuk studi lanjut, pelatihan, penataran, seminar, dan sejenisnya dan selalu memberikan motifasi dan arahan kepada semua guru, baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam menyelesaikan sebuah tugasnya. Dan bahkan memberikan teguran kepada guru yang lalai terhadap tugasnya. Dengan adanya beberapa program atau kegiatan pada masingmasing komponen MBM di MA Al-ichsan brangkal sooko mojokerto
126
sudah ada peningkatan walaupun masih ada yang kurang atau belum terpenuhi semuanya. 3. Faktor pendukung dalam Pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah di MA Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto diantaranya: Kekompakan dari semua elemen yang ada di madrasah, Semangat juang yang tinggi dari kepala madrasah dan para guru, antara guru dan guru, karyawan dan masyarakat ikut berperan serta dalam membangun madrasah, Besarnya minat
dari
sebagian
personil
madrasah
untuk
meningkatkan
profesionalisme terhadap bidang, fungsi dan tanggung jawabnya, Semangat kerjasama yang tinggi, dengan dedikasi dan loyalitas dalam pelayanan terhadap siswa sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing. Kesadaran personil dalam menjalankan tugas, fungsi dan kewajiban masing-masing dapat dikerjakan dengan baik, meskipun tanpa pengawas yang ketat dari pimpinan. B. Saran Berdasarkan hasil laporan penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan beberapa saran untuk dijadikan pertimbangan guna pengembangan pada kepemimpinan dalam Manajemen Berbasis Madrasah (MBM), khususnya dalam Pendidikan Agama Islam kedepan. Saran-saran yang dapat peneliti sampaikan antara lain sebagai berikut: 1. Kerja sama yang baik, serasi dan harmonis yang harus ditingkatkan oleh lembaga pendidikan, karena dalam manajemen pendidikan khususnya
127
MBM aktifitasnya tersusun secara rapi dan sistematis dan saling keterkaitan antara bagian-bagiannya. 2. Kepala madrasah dan guru mengembangkan rasa tanggung jawab dan profesionalisme agar tercipta suasana belajar yang aktif, efektif dan menyenangkan. 3. Kepala madrasah yang dibantu oleh semua elemen madrasah, mengadakan musyawarah khususnya dalam pencarian donator madrasah sehingga seperti sarana prasarana atau pun pendanaan yang kurang memadahi dapat terpenuhi dengan baik. 4. Kepala madrasah berusaha untuk mengadakan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), karena terpenuhinya fasilitas fisik yang lengkap belum tentu memberikan jaminan kualitas pendidikan akan baik. Out put pendidikan akan baik atau proses belajar mengajar akan efektif jika didukung oleh adanya SDM yang memadai. 5. Program-program yang yang telah dibuat oleh Madrasah hendaknya didukung dan dibantu oleh guru. orang tua siswa dan semua elemen yang ada.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad Rozikun dan Namaduddin, 2008, Strategi Perencanaan Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) di Tingkat Menengah, PT Lista Fariska Putra : Jakarta. Ahmad Zayadi, 2005, Desain Pengembangan Madrasah, Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam : Jakarta. Amir Faisal, Yusuf, 1995, Reformasi Pendidikan Islam, Jakarta : Gema Insani Press. Asep Syaifuddin Chalim 2012, Kualitas Manajemen Madrasah Bertaraf Internasional, “Jurnal Manajemen Pendidikan”, Progres Volume1 nomer 1 April 2012. Dawan, Ainurrafiq, 2004, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, Jakarta : Diva Pustaka. Depdikbud, Pusat Informatika, 1995, Perbandingan Pendidikan di Indonesia dengan Luar Negeri, Jakarta. Dirjen Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 2003, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, Dirjen kelembagaan Agama islam : Jakarta. Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Desain Pengembangan Madrasah, Penerbit Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2005 E. Mulyasa, 2004, Manajemen Berbasis Sekolah, konsep, strategi dan Implementasi, Rosda karya : Bandung. E. Mulyasa, 2005, Menjadi kepala sekolah professional dalam konteks menyukseskan MBM dan KBK. Rosda karya : Bandung. Effendi Sofian, Sinsibun Marsi, 2008, Metode Penelitian Survei, LP3ES Indonesia, Jakarta Barat. Entin Dwi Herlina 2012, Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah dalam upaya Peningkatan Mutu Madrasah Tsanawiyah di MTs Negeri Bonang Kab. Demak. Jurnal Unnes Educational Manajement 1 (1) (2012) Fadjar, Malik, Mei 1996, Pendidikan dalam Perspektif Pemberdayaan, Jakarta : Kompas. Fattah Nanang, 2000, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya. Flippo, B, Edwin, 1996, Manajemen Personalia, Jakarta : Penerbit Erlangga.
129
130
Hellen Cornel, 2004, Reformasi Pendidikan, Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran : Jakarta. Ibtisan Abu & dubron, 2002, School Based Manajement (Manajemen Berbasis Sekolah), PT Logos wacana ilmu : Jakarta. Jaap Scheerens, 2003, Peningkatan Mutu Sekolah, Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran : Jakarta. Karl Albrecht, 1985, Pengembangan Organisasi Pendekatan System yang Menyeluruh untuk Mencapai Perubahan Positif dalam Setiap Organisasi Usaha, angkasa : Bandung. Kerlinger Fred, N, 2006, Penelitian Behavioral, Gajah Mada University Press. M. Ngolin Purwanto, 2004, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, PT Remaja Rosda karya : Bandung. M. Suyanto, 2007, Strategic Manajement Global Most Admirated Comparies, Penerbit Andi : Yogyakarta. M.N. Nasution, 2001, manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), Gholia Indonesia : Jakarta Mochtar, Affandi, 2002, Scool Based Management (Manajemen Berbasis Sekolah), makalah yang disampaikan pada kegiatan Pelatihan Manajemen Pendidikan untuk Kepala Madrasah Muhaimin,et al. 2001, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Muhammad Idris 2007, Manajemen Berbasis Sekolah, Jurnal Iqna, volume 3 Januari-Juni 2007. Nasir, Math, 2009, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia. Nitisemito, Alek S, 1996, Manajemen Personalia (Manajemen Sumber Daya Manusia), Jakarta : Ghalia Indonesia. Pearce/Robinson, 2008, Manajemen Strategis Formulasi, Implementasi dan Pengendali, Salemba Empat : Jakarta. Rahim, Husni, 2001, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Logos Sidi, Indra Djati, 2001, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Jakarta : Paramadima. Sugiyono, 2009, Statistik Untuk Penelitian, CV Sefabeta : Bandung. Untung, Budi, et.Al, 2002, Reformasi Yayasan : Perspektif Hukum dan Manajemen, Yogyakarta : Penerbit Andi.
BIODATA MAHASISWA Nama
: Ahmad Farid Dzulfiqar
NIM
: 10110253
TTL
: Mojokerto, 15 Juli 1992
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Tahun Masuk : 2010 No HP
: 085746524050
Email
:
[email protected]
Alamat rumah : Dusun kedungmaling I RT.06 RW.03 Barat lapangan Kedung Maling Sooko Mojokerto Riwayat Pendidikan 1. 2. 3. 4. 5.
TK Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto MI Walisongo Kedungmaling Sooko Mojokerto SMP A. Wahid Hasyim Tebuireng Cukir Diwek Jombang MAN Tlogo Gaprang Kanigoro Blitar Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Riwayat Organisasi 1. Wakil Ketua OSIS SMP A. Wahid Hasyim Tahun 2003-2004. 2. Wakil Ketua PMR SMP A. Wahid Hasyim Tahun 2004. 3. Ketua Ikatan Alumni Manega 2010 (IAM-MANEGA) Tahun 2011sekarang. 4. Pengurus PMII Rayon “Kawah” Chondrodimuko Tahun 2011-2013. 5. Ketua Angkatan 17 Korp Arjuna PMII Rayon “Kawah” Chondrodimuko Tahun 2012-sekarang. 6. Pengurus FORSIMA (Forum Silaturahim Mahasiswa PAI se Jawa) Tahun 2011-2012. 7. Pengurus HMJ PAI FITK Tahun 2011. 8. Ketua Ikatan Mahasiswa Majapahit (IMAM) UIN Maliki Malang Tahun 2012-2014 9. Komisi A Senat Mahasiswa (SEMA) Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang Tahun 2012 10. Menteri Pendidikan Dewan Eksekutif (DEMA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maliki Malang Tahun 2013. 11. WAKA II Komisariat PMII Sunan Ampel Malang Tahun 2013-2014. 12. Sekretaris MP Loyalis “Serdadu Moxer” Tahun 2012-2014 13. Anggota Keluarga Mahasiswa Alumni Tebuireng (KUMAT) UIN Maliki Malang.