KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH WANITA: KASUS KEPALA MADRASAH IBTIDAIYAH KOTA JAMBI RIFTIYANTI SAVITRI Absrtak Dalam kepemimpinan, perbedaan gender sering kali dipersoalkan. Ada stereotipe yang menyebutkan bahwa wanita tidak atau kurang layak menjadi pemimpin. Kenyataannya, di Kota Jambi, lebih dari separuh kepala madrasah ibtidaiyah adalah wanita. Dibanding madrasah yang dipimpin pria, madrasah dengan kepala wanita lebih banyak terakreditasi. Artikel ini berupaya melihat gaya kepemimpinan kepala madrasah wanita serta faktor apa saja yang membuat mereka berhasil memimpin. Kata Kunci: kepala sekolah wanita, gaya kepemimpinan, inovasi.
Pendahuluan Menyambut tantangan era globalisasi sekarang ini, di mana-mana ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat dengan pesatnya seiring dengan tuntunan zaman yang semakin menuntut keprofesionalan dalam segala bidang. Dalam dunia pendidikan keberhasilan suatu sekolah itu tidak terlepas dari unsur-unsur pendidikan di dalamnya. Menurut Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 368 Tahun 1993 tentang Madrasah Ibtidaiyah bahwa dalam pasal 5 ayat 2 disebutkan bahwa pengelolaan Madrasah Ibtidaiyah meliputi unsur-unsur: Peserta didik, guru dan tenaga kependidikan lainnya, kurikulum, kegiatan belajar-mengajar, sarana, prasarana dan administrasi sekolah. Dan susunan organisasi madrasah ibtidaiyah terdiri atas kepala madrasah, petugas tata usaha, guru-guru, serta tenaga bimbingan dan penyuluhan.1
274
| Media Akademika Volume 25, No. 3, Juli 2010
Keberhasilan suatu sekolah itu tidak terlepas dari keberhasilan kepala sekolah yang memegang pucuk pimpinan tertinggi dalam suatu lembaga pendidikan dan dalam istilah manajemen dikatakan bahwa seorang kepala sekolah juga merupakan seorang manajer. Menurut Mukhtar keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola sekolah ditentukan oleh dua faktor, yaitu kemampuan inovasi kepala sekolah, yaitu keberanian melakukan sesuatu yang baru, mengidentifikasikan berbagai kebutuhan dan memanfaatkan peluang yang terbuka bagi pencapaian tujuan sekolah, dan yang kedua adalah tingkat efisiensi dan efektivitas yagn dapat dicapai dalam gerak organisasi sekolah yang dipimpinnya.2 Menurut K. Hoy, ada dua indikasi keberhasilan seorang pemimpin yaitu efisiensi dan efektivitas.3 Dalam hal ini K. Hoy melihat bahwa keberhasilan suatu organisasi itu tidak terlepas dari keberhasilan kepemimpinannya yaitu seorang pemimpin yang mengedepankan aspek efisiensi dan efektivitas. Efektivitas berhubungan dengan keberhasilan kerjasama yang baik dan efisiensi berhubungan dengan kepuasan hasil yang lebih dari yang ditargetkan. Inovasi merupakan instrumen utama bagi suatu organisasi sekolah untuk menciptakan nilai dan cara memperbaharui dirinya. Untuk itu, keberhasilan seorang kepala sekolah itu tidak terlepas dari keberaniannya untuk mempunyai inovasi, seperti dikemukakan Kiernan yang menyatakan bahwa sekolah atau organisasiyang tidak mempunyai inovasi lebih baik mati.4
Begitu pentingnya inovasi bagi kelangsungan hidup suatu organisasi atau sekolah. Berdasarkan prinsip-prinsip ini, dahal hubungan intern suatu sekolah seorang kepala sekolah bertanggung jawab 1
2
3
4
H. Tarmizi Taher, Keputusan Menteri Agama RI tentang Madrasah Ibtidaiyah, ( Jakarta: Departemen Agama, 1993), hlm. 19. Mukhtar & Widodo Suparto, Manajemen Berbasis Sekolah I, ( Jakarta: Fifamas, 2001), hlm. 77. Wayne K. Hoy, Educational Administration Teory Research and Practice, (New York: Random House, 1978), hlm. 178. Kiernan, Proceding 26th Artdo International Management And HDR Conference & Exhibition, (Bali, 1999), hlm. 246.
Riftiyanti Savitri, “Kepemimpinan Kepala Sekolah Wanita: Kasus Kepala...” |
275
mengembangkan kemampuan staf pengajar, membangun vertikal dan horizontal yagn saling mendukung, serta menciptakan suasana kerja yang bergairah sehingga kreativitas bawahan dapat dipacu dan pada gilirannya akan menjamin berlangsungnya inovasi yang terusmenerus. Kepemimpinan suatu organisasi atau lembaga pendidikan zaman sekarang ini tidaklah lagi membedakan status sosial dan jenis kelamin. Untuk bidang pendidikan sudah banyak kepala sekolah yang berjenis kelamin wanita. Suatu artikel di Jambi Ekspres mengatakan: Sudah banyak bidang pekerjaan yang lebih maju dengan adanya kaum wanita sebut saja dalam bidang sekretaris, di mana posisi seorang sekretaris dalam suatu perusahaan akan lebih baik jika dipegang oleh kaum wanita, begitu juga dalam dunia pendidikan seorang guru wanida akan lebih berhasil mendidik anak muridnya ketimbang seorang guru lelaki pada setiap sekolah dasar, hal ini disebabkan karena orang seorang wanita dan juga seorang ibu sudah terbiasa mendidik anak-anaknya sendiri di rumah sehingga untuk mendidik muridmuridnya tidaklah begitu sulit jika dibekalkan pengalaman dan juga pengetahuan.5
Sementara Kamariah Tambunan mengatakan: Struktur dan pola wanita berubah sama cepatnya dengan perubahan dan perkembangan ilmu Pengetahuan dan Teknologi, baik penampilannya maupun aktivitasnya. Semangat Emansipasi Wanita harus mendapat tempat yagn seimbang di tengah hiruk-pikuknya peradaban Indonesia dewasa ini. Kontribusi wanita dalam segenap jajaran masyarakat kita merupakn suatu konsekuensi logis hasil pendidikan.6
Tingkat pendidikan wanita dapat menentukan besar-kecilnya partisipasi angkaran kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita merupakan indikator keinginan wanita untuk mendapatkan otonomi atau kemandiriannya. Adanya emansipasi wanita menghadapi budaya khusus mengharuskan wanita bekerja di luar rumah, tetapi dipihak lain
5 6
Jambi Ekspress, 14 Mei 2004. Kamariah Tambunan, dkk, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan Indonesia, ( Jakarta: Pusat Dokomentasi dan Informasi Ilmiah, 1988), hlm. 109.
276
| Media Akademika Volume 25, No. 3, Juli 2010
sesuasi dengan kodratnya harus membina rumah tangga yang baik maka jalan yang paling baik adalah memadukan antara keduanya. Wanita sebagai manusia mempunyai nilai sama dengan pria dalam perannya di dalam proses pembangunan begitu pulalah dalam dunia pendidikan, dengan demikian peranan wanita dalam dunia pendidikan adalah ganda, yang pertama ia menjadi pelaku kemanusiaan lewat keluarganya dan yang kedua ia menjadi partisipan aktif dalam pembangunan lewat pendidikan bagi masyarakat.7
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin wanita melalui manajer wanita dalam dunia organisasi atau sekolah. Suatu studi pemimpin wanita melalui manajer wanita dalam dunia organisasi atau sekolah. Suatu studi di Jakarta mengemukakan bahwa keberhasilan seorang manajer wanita dalam organisasi bisnis tidak diperoleh dengan cara yang mudah, kerja keras dan tantangan untuk menjalankan peran ganda sebagai wanita karir, istri dan ibu di samping kegiatan sosial lainnya di masyarakat dituntut dari mereka.8 Begitu pula halnya dalam dunia pendidikan bahwa sebagai seorang kepala wanita, mereka dapat sejalan melaksanakan tugasnya yaitu di dalam keluarga dengan mendidik anak-anaknya dan di sekolah mendidik murid-muridnya. Dalam hal ini keberhasilan seorang kepala sekolah wanita banyak ditunjang oleh faktor bersamaan di dalam tugas di mana perannya sebagai ibu bagi anak-anaknya dapat pula berperan sebagai ibu bagi murid-muridnya dan juga guru-guru yang ada di sekolahnya. Pada prinsipnya survei awal di Kota Jambi, khususnya di Kementerian Agama Kota Jambi, penulis menemukan adanya jumlah presentase antara kepala sekolah pria dan wanita tidak begitu jauh berbeda yaitu jumlah semua Madrasah ibtidaiyah di Kota Jambi sebanyak 98 Madrasah ibtidaiyah dan mempunyai 48 kepala sekolah pria dan 50 kepala sekolah wanita. Departemen Agama Kota Jambi
7
8
Veronika Tanumiharja, Manajer Wanita Dalam Organisasi, ( Jakarta: LIPI, 1985), hlm. 16. Veronika Tanumiharja, Manajer Wanita, hlm. 16.
Riftiyanti Savitri, “Kepemimpinan Kepala Sekolah Wanita: Kasus Kepala...” |
277
ingin memberikan status akreditasi bagi madrasah-madrasah ibtidaiyah swasta se-Kota Jambi. Langkah awal untuk memberikan akreditasi ini dilakukan dengan memberikan penilaian kepada madrasah-madrasah ibtidaiyah se-Kota Jambi dengan ruang lingkup penilaian: proses belajar-mengajar, manajemen, sumber daya manusia, kultur, dan lingkungan. Dari 98 madrasah ibitidaiyah di Kota Jambi, penulis mengambil sampel secara acak sebanyak 16 madrasah ibitidaiyah. Dari 16 madrasah ibtidaiyah di antaranya mempunyai 8 kepala madrasah pria dan 8 kepala madrasah wanita. Artikel ini akan menjawab masalah-masalah berikut: 1. Bagaimana gaya kepemimpinan kepala sekolah wanita pada tingkat madrasah ibtidaiyah Kota Jambi? 2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan kepala sekolah wanita Kota Jambi?
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Wanita MIS Nurul Falah Kota Jambi Gaya kepemimpinan adalah sesuatu yang mendasari sikap seseorang dalam memotivasi perilaku pada berbagai situasi interpersonal.9 Berdasarkan temuan dilapangan bahwa kepemimpinan kepala MIS Nurul Falah menganut gaya kepemimpinan demokratis dengan ditandai dengan proses pengambilan keputusan yang selalu musyawarah dengan para komponen pendidikan yang ada di madrasah tersebut. Setelah musyawarah selesai baru di sosialisasikan dengan para orang tua murid. Tetapi apabila ada sebagian dari para orang tua murid yang tidak menyetujui keputusan tersebut dapat langsung menemui kepala madrasah dan meminta pertimbangan dengan kepala madrasah, sebagaimana ketika peneliti mewawancarai kepala madrasah Ibu Zainabun mengenai gaya kepemimpinan yang 9
Soebagio Atmodiwiryo & Soeranto Toto Siswanto, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Semarang: Adhie Waskita, 1993), hlm. 6.
278
| Media Akademika Volume 25, No. 3, Juli 2010
melekat pada dirinya: Dalam kepemimpinan saya sebagai kepala madrasah saya selalu mengedepankan azas demokrasi contoh ketika merundingkan masalah SPP siswa kami mengadakan rapat dengan semua komponen pendidikan dan orang tua siswa tentang berapa jumlah SPP yang pantas dan sesuai dengan kemampuan siswa. Pertama saya menetapkan SPP sebesar Rp. 15.000,- tetapi banyak para orang tua siswa yang keberatan dengan alasan bermacam-macam, akhirnya setelah melakukan musyawarah diputuskanlah SPP siswa sebesar Rp. 10.000,- sesuai dengan kemampuan orang tua siswa.10
Ada contoh yang lain yang dikemukakan oleh salah seorang guru yang mengajar di MIS Nurul Falah, Abdurrahim, yang menyatakan: Ketika dahulu MIS Nurul Falah menggunakan LKS grafindo yang harganya cukup memberatkan para orang tua murid maka diadakan rapat internal pihak sekolah untuk menggunakan buku panduan dari Depag yang tidak perlu dibeli tapi hanya dipinjamkan kepada siswa.11
Dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa kepala MIS Nurul Falah menganut gaya kepemimpinan demokratis yang ditandai dengan musyawarah dalam pengambilan keputusan. MIS AN-Nizhom Kota Jambi Berdasarkan hasil temuan peneliti di lapangan ditemukan bahwa gaya kepemimpinan yang ada pada kepala MIS AN-Nizhom adalah gaya kepemimpinan demokrasi yang dapat dilihat dari caranya mengambil keputusan dengan cara musyawarah dengan para guru, staff maupun orang tua murid dalam proses pengambilan keputusan, sebagaimana wawancara penulis dengan salah seorang guru, Maryam, tentang: Kurikulum pendidikan yang selalu di musyawarahkan setiap awal tahun pelajaran, dalam musyawarah tersebut juga dibicarakan jam efektif dan jam tidak efektif selama satu tahun kedepan, begitu juga mengenai keuangan madrasah terlebih dahulu mengadakan musyawarah baik pungutan dari orang tua siswa maupun digunakan untuk apa dana tersebut”.12 10 11 12
Wawancara dengan Zainabun, 16 Oktober 2010. Wawancara dengan Abdurrahim, 16 Oktober 2010. Wawancara dengan Maryam, 15 Oktober 2010.
Riftiyanti Savitri, “Kepemimpinan Kepala Sekolah Wanita: Kasus Kepala...” |
279
MIS Al - Khairiyah Kota Jambi Berdasarkan hasil penelitian di lapangan untuk melihat gaya kepemimpinan kepala MIS Al-Khairiyah dapat dilihat dari pengamatan dan wawancara penulis dengan kepala madrasah. Beliau mengatakan bahwa: Gaya kepemimpinan yang dipergunakannya adalah gaya kepemimpinan demokratis dalam setiap hal-hal yang akan diputuskan dan dilaksanakan dengan cara musyawarah dengan melibatkan bawahan dalam setiap proses pengambilan keputusan.13
Dari pengamatan penulis ketika penulis berada di lapangan ada seorang murid yang melanggar peraturan yaitu bolos sekolah selama 3 hari dan setelah dipanggil orang tuanya ternyata anak tersebut selalu pergi ke sekolah dan setelah di selidiki oleh salah seorang guru ternyata siswa tersebut pergi main ke salah satu warung internet. Dan kepala sekolah mengajak guru wali kelas untuk memutuskan langkah yang harus ditempuh dan akhirnya setelah melakukan musyawarah maka diambil keputusan untuk memanggil orang tua siswa dan diberikan sangsi berupa menghafal sejumlah do’a yang ditinggalkannya ketika tidak masuk sekolah dan membersihkan kamar mandi.14 Mengacu pada teori gaya kepemimpinan dan hasil penelitian yang penulis temukan di lapangan dapat diambil kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan ketiga kepala MIS kota jambi tersebut adalah gaya kepemimpinan demokrasi yang dibuktikan dengan selalu memusyawarahkan setiap keputusan yang akan diambil oleh Madrasah. Dari beberapa pendapat di atas dapat dilihat bahwa gaya kepemimpinan Demokratis lah yang dipergunakan oleh para kepala MIS Kota Jambi yang ditandai dengan beberapa karakteristik: Pertama, dalam pengambilan keputusan selalu melaui jalan musyawarah dan mufakat dengan berbagai komponen pendidikan. Kedua, mengutamakan kerjasama kelompok dalam pencapaian tujuan organisasi
13 14
Wawancara dengan Hasanah, 15 Oktober 2010. Observasi, 15 Oktober 2010.
280
| Media Akademika Volume 25, No. 3, Juli 2010
(sekolah). Ketiga, mau menerima saran dan kritikan baik dari para guru maupun dari orang tua siswa.
Pendekatan kepada Guru dan Siswa Pada tingkat 0-5 tahun (balita) ibu adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sebagaimana yang diungkapkan Ngalim Purwanto, pada usia itu, seorang ibu adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-ananya, pendidikan yang diberikan seorang ibu merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali.15 Lebih lanjut: Madrasah ibtidaiyah merupakan lanjutan dari pendidikan dasar yang diberikan keluarga yang diberikan oleh seorang ibu, untuk itu keberhasilan pendidikan dasar dalam hal ini pendidikan tingkat Ibtidaiyah tidak terlepas dari pendekatan yang persuasif yang biasa diberikan oleh seorang ibu yang merangkap menjadi tanaga pendidik di sekolah. Pendapat para ahli dalam sebuah artikel di media disebutkan ada bidang-bidang tertentu dimana wanita lebih unggul dari pria yaitu salah satunya dalam bidang sekretaris dimana menurut wawancara dengan para pakar bahwa wanita lebih unggul dari pada pria dalam bidang ini. Begitu pula dalam dunia pendidikan dimana peranan wanita lebih banyak mendominasi pendidikan anak pada tingkat dasarnya dari pada peranan seorang pria. Seorang guru wanita pada tingkat SD lebih berhasil mengajarkan anak didik dalam proses belajar mengajar dari pada seorang guru pria.16
MIS Nurul Falah Cara pendekatan yang diterapkan kepala MIS Nurul Falah adalah melalui pendekatan persuasif sebagaiman wawancara peneliti dengan kepala madrasah yang mengatakan: “Saya biasanya dengan para guru bertindak layaknya seorang teman yaitu saling berbicara di kantor sehingga apabila adanya keluhan saya cepat mengetahuinya dan dapat saling bantu dalam memecahkan masalah”.17
15 16 17
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan I, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988), hlm. 90. Jambi Ekspress, 14 Mei 2004, dan observasi. Wawancara, 20 Oktober 2010.
Riftiyanti Savitri, “Kepemimpinan Kepala Sekolah Wanita: Kasus Kepala...” |
281
Dan sesuai dengan pengamatan peneliti di lapangan bahwa ruangna kepala sekolah dan guru terdapt dalam satu ruangan dan ketika jam istirahat terlihat kepala MIS dan para guru saling berbicara dan bercanda layaknya seorang teman. Dan apabila ada maslah terlihat diselesaikan dengan cara saling bantu dan memberi pendapat.18 Demikian pula pendekatan dengan siswa terlihat kepala sekolah pertama tama menyerahkan kepada guru dalam proses pembelajaran tetapi dalam jam-jam kosong terlihat kepala sekolah mengisi jam kososng dengan mengajarkan pelajaran. Terlihat ketika beliau mengajar anak-anak sangat memperhatikan kepala madrasah yang terlihat ramah dan mudah senyum, sesekali beliau menghampiri para siswa dan bertanya dan siswapun antusias menjawabnya.19 MIS Al-Khairiyah Berdasarkan temuan di lapagan cara guru melakukan pendekatan kepada guru adalah melalui cara pendekatan persuasif dengan cara kekeluargaan, ramah tamah dan penuh kelembutan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh salah seorang guru yang bernama Sumistra, S.Pd.I: Cara pendekatan yang dilakukan oleh ibu Zainabun adalah menggunakan pendekatan kekeluargaan. Apabila ada masalah baik dalam proses pembelajaran maupun masalah-masalh lain yang menyangkut sekolah para guru dipanggil ke kantor dan berbicara dari hati ke hati dan diselesaikan dengan cara yang amat bijaksana, ini berkemungkinan karena beliau telah senior dan pribadi yang ramah tamah sehingga kami para guru tidak segan-segan untuk berbicara kepada ibu kepala.20
Sementara pendekatan dengan murid juga demikian, melalui naluri keibuannya kepala madrasah memperlakukan anak-anak didiknya sama seperti anaknya sendiri. Beliau begitu menyadari bahwa anakanak yang bersekolah di MIS Al-Khairiyah merupakan anak-anak
18 19 20
Observasi, 20 Oktober 2010. Observasi, 20 Oktober 2010. Wawancara, 19 Oktober 2010.
282
| Media Akademika Volume 25, No. 3, Juli 2010
yang masih kecil yang baru lepas dari orang tuanya. Bahkan sebagaimana pengamatan penulis ada beberapa orang anak yang masih diantar dan ditunggui oleh orang tuanya ketika merka bersekolah di MIS Al- Khairiyah.21 Dengan naluri keibuannya itulah anak-anak merasa tidak begitu terbeban dengan pelajarannya sehngga menimbulkan suasana yang kondusif ketika proses pembelajaran berlangsung. MIS An- Nizhom Sementara suasana agak berbeda ditemui peneliti di MIS AnNizham yaitu cara pendekatan yang dilakukan oleh kepala MIS ANNizham kepada guru terlihat seperti biasanya, tetapi karena profil kepala madrasah yang agak kaku ketika melakukan wawancara tentang cara pendekatan dengan para guru dan murid beliau mengatakan: Saya melakukan pendekatan dengan para guru sesuai dengan keadaan, kalau ada masalah ada kalanya saya memanggil guru tersebut keruangan saya dan kami melakukan pembicaraan yang serius dan dari hati kehati dan adakalanya sambil istirahat kami berbicara tergantung masalah yang ada. Sementara pendekatan kepada anak dengan cara persuasif, yaitu dengan menggunakan pendekatan ibu dan anak dengan tidak menerapkan cara kekerasan karena dapat membuat anak-anak ketakutan dan menyeabkan tidak mau bersekolah. Tetapi lain halnya apabila ada anak yang agak nakal biasanya menrapkan cara membujuk kepada anak tersebut dan apabila tidk mempan maka saya sedikit memberi hukuman yang sifatnya memberi pelajaran agar tidak mengulangi lagi.22
Pengamatan penulis ketika jam belajar terlihat bahwa ketiga MIS telah melakukan proses belajar mengajar dengan baik dan tidak ada kelas yang tidak belajar ketika jam-jam efektif dan dapat diambil kesimpulan ketiga kepala MIS tersebut melakukan pendekatan persuasif baik kepada para guru maupun kepada murid.
21 22
Observasi, 19 Oktober 2010. Wawancara, 21 Oktober 2010.
Riftiyanti Savitri, “Kepemimpinan Kepala Sekolah Wanita: Kasus Kepala...” |
283
Dari berbagai cara pendekatan yang dilakukan ketiga kepala madrasah tersebut bahwa dalam melakukan pendekatannya para kepala madrasdah melakukan pendekatan kepada anak didik melalui pendekatan antara ibu dan anak karena mereka sadar bahwa siswa-siswa madrasah ibtidaiyah merupakan pendidikan dasar lanjutan dari pendidikan pra sekolah dan rumah tangga yang pendidikannya didominasi oleh kaum ibu yang berperan ganda sebagai pelaku seorang pendidik disekolah dan juga sebagai seorang ibu dirumah tangga.
Inovasi Inovasi merupakan instrumen utama bagi suatu organisasi sekolah untuk menciptakan suasana dan terobosan baaru dengan cara memperbaharui dirinya. Mukhtar didalam bukunya mengemukakan, “inovation or die”. Artinya, suatu sekolah apabila tidak memperbaharui dirinya sesuai dengan perkembangan zaman maka lembaga pendidikan tersebut akan mati dengan perlahan-lahan. Begitu pentingnya inovasi bagi kelangsungan kehidupan suatu lembaga pendidikan sebagaimana yang dikatakan Ibrahim (1988) inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok masyarakat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.23 MIS Nurul Falah Ketika penulis melihat secara langsung bentuk-bentuk inovasi yang dilakukan oleh MIS Nurul Falah, menurut pengamatan penulis belum nampak adanya bentuk inovasi yang dilakukan oleh madrasah mulai dari proses pembelajaran, tenaga pengajar, metode, media maupun sarana dan prasarana sekolah dengan tidak adannya perubahan struktur 23
Ibrahim Manan, Dasar-dasar Sosial Budaya Pendidikan, ( Jakarta: Departemen P & K, 1988), hlm. 142.
284
| Media Akademika Volume 25, No. 3, Juli 2010
organisasi dan struktur bangunan sejak 2004 sampai sekarang.24 Demikian juga ketika penulis mewawncarai salah seorang staf tata usaha yang mengatakan: Tidak ada inovasi yang dilakukan madrasah ini karena tidak ada perubahan sejak tahun 2004 sampai sekarang, dikarenakan dananya juga tidak bertambah. Sistem pembelajaran juga seperti biasa tidak ada teobosan baru, guru yang mengajar juga sama seperti yang lama tidak ada metode dan media baru yang diperkenalkan dan juga sarana dan prasarana juga tidak ada perubahan struktur bangunan baik penambahan kelas maupun pemusnahan kelas lama. Jadi masih menggunakan sistem pendidikan model tradisional.25
MIS An-Nizhom Sebagaiman MIS sebelumnya, MIS An-Nizhom juga tidak nampak adanya inovasi baik dalam sistem pembelajaran, manajemen maupun saran prasarana madrasah. Pengamatan penulis di lokasi didapati bahwa tidak ditemukannya inovasi yang diterobos oleh pihak madrasah, proses pembelajaran berjalan seperti biasa dengan metode dan media yang tradisional, tidak menggunakan RPP yang sesuai dan juga dari manajemen kepala sekolah juga menggunakan manajemen biasa seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanan dan pengawasan yang biasa diakukan oleh semua sekolah pada umumnya. Dari bangunan memang nampak ada beberapa tambahan bangunan berupa penambahan kelas yang diperuntukkan untuk Tsanawiyah dan tidak bisa digunakan uutuk Ibtidaiyah.26 Ketika penulis menemui kepala madrasah untuk melakukan wawancara tentang inovasi, nampak ekspresi kepala madrsah yang kurang bersahabat. Dan menjawab dengan apabila anda ingin melihat inovasi madrasah kami ada baiknya anda bergabung dengan kami tanpa menjelaskan lebih lanjut apa maksudnya. Penulis menganalisa pernyataan kepala madrasah tersebut bahwa belum adanya inovasi 24 25 26
Observasi, 23 Oktober 2010. Wawancara, 23 Oktober 2010. Observasi, 24 Oktober 2010.
Riftiyanti Savitri, “Kepemimpinan Kepala Sekolah Wanita: Kasus Kepala...” |
285
baru yang diterobos oleh MIS An-Nizhom dengan melihat keadaan yang terjadi di lokasi. Penulis lalu bertanya kepada salah satu orang tua murid tentang inovasi apa yang telah dilakukan pihak sekolah yang dipimpin oleh kepala madrasah wanita ini. Perubahan tidak ada, hanya ada beberapa kelas yang dibangun, tetapi bukan untuk ibtidaiyah, melainkan untuk tsanawiyah yang kepalanya bukan Ratna. MIS Al-Khairiyah Suasana agak berbeda penuis temukan di MIS Al-Khairiyah yang dipimpin oleh Hasanah. Ketika diwawancara, beliau mengatakan: Kalau inovasi dari struktur bangunan karena sekolah ini adalah milik yayasan maka dari segi sarana dan prasarana pihak yayasan yang mengambil keputusan. Saya hanya membuat inovasi-inovasi daam bentuk peningkatan mutu siswa dengan metode pembelajaran baru yang tidak hanya menggunakan metode tradisional seperti ceramah dan demonstrasi tetapi lebih kepada metode yang lebih kekinian dan praktek. Contoh ibovasi baru kami adalah ada beberapa anak yang pernah bersekoah di madrasah diniyah ini mulai dari ibtidaiyah hingga aliyah yang terus melanjutkan pendidikan perguruan tinggi sampai ke Kairo, Mesir.27
Dari ketiga MIS yang penulis teliti tentang inovasi belum nampak adanya bentuk inovasi yang dilakukan mulai dari proses belajar mengajar, tenaga pengajar semuanya hanya sebatas pendidikan Sarjana strata satu (S-1), tidak ada yang S-2, manajemen yang digunakan juga manajemen yang telah ditentukan seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dan sarana dan prasarana juga tidak adanya yang berubah. Dari beberapa data dokumentasi dan wawancara di atas dapatlah disimpulkan bahwa ketiga madrasah yang berada di lingkungan kota Jambi belum ditemukannya Inovasi sebagai faktor keberhasilan suatu sekolah.
27
Wawancara, 24 Oktober 2010.
286
| Media Akademika Volume 25, No. 3, Juli 2010
Efektivitas Suatu pekerjaan itu dikatakan efektif apabila pekerjaan itu memberi hasil yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan semula, atau dengan kata lain pekerjaan itu mampu merealisaikan tujuan organisasi.28 MIS Nurul Falah Faktor efektivitas di MIS Nurul Falah ini berjalan dengan lancar sesuai dengan yang direncanakan. Dikatakan efektif apabila tujuan pendidikan yang teah ditetapkan tercapai baik secara kulaitas maupun secara kuantitas. Dari segi kualitas sebagaimana yang dikemukakan Kepala Madrasah, Zainabum, yang mengatakan: Alhamdulilah selama kepemimpinan saya madrasah ini telah mengeluarkan lulusan yang banyak diterima pada jenjang pemdidikan selanjutnya contohnya tamatan Nurul Falah ada beberapa anak yang diterima di SMP 1 dan MTs Sukorejo dan secara kuantitas kami selalu mengeluarkan lulusan yang sama banyaknya ketika masuknya siswa, tidak ada siswa kami yang tidak menamatkan atau yang putus sekolah di MIS ini kecuali ada hambatan yaitu siswa sakit sehingga tidak dapat menamatkan pelajarannya di MIS Nurul Falah ini.29
Penulis melakukan pengecekan daata dokumentasi kelulusan siswa pada tahun 2008/2009 didapat data sebagai berikut:
Siswa Kelas VI
Laki-Laki Perempuan Jumlah 7
7
14
Tabel 1: Daftar Siswa Mengulang dan Putus Sekolah Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin dalam Profil MIS Nurul Falah.30
Dari data dokumentasi madrasah di atas, secara kuantitas sekolah berhasil mengeluarkan lullusan yang sesuai perencanaan, dengan data tidak ada siswa yang mengulang pelajaran atau putus sekolah. 28
29 30
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, ( Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. 19. Wawancara, 26 Oktober 2010. Dokumentasi MIS Nurul Falah Tahun Ajaran 2008/2009
Riftiyanti Savitri, “Kepemimpinan Kepala Sekolah Wanita: Kasus Kepala...” |
287
MIS An-Nizhom Tidak jauh berbeda dengan MIS Nurul Falah di atas, MIS AnNizhom juga secara kulaitas dan kuantitas dalam mengeluarkan siswa yang tamat dapat dikatakn efektif karena sesuai dengan hasil yang diharapkan. Secara kualitas lulusan MIS An-Nizhom dapat diterima pada MTs ataupun SMP negeri meskipun kebanyakan luusan MIS ini melanjutkan MTs An-Nizhom yang juga berada satu lokasi dengan MIS An-Nizhom. Dari wawncara penulis dengan Kepala Madrasah, Ratna, diketahui bahwa: Lulusan MIS An-Nizhom ini kebanyakan melanjutkan pendidikan selanjutnya pada madrasah tsanawiyah yang ada di An-Nizham ini meskipun ada juga beberapa di antaranya yang melanjutkan ke SMP negeri seperti SMPN 19 yang berada di arah Buluran Kenali, Kelurahan Pematang Sulur, karena kami juga menyadari bahwa kualitas lulusan kami memang tidak dapat seperti lulusan sekolah favorit lainnya tapi sesuai dengan daya dan dana kami yang tersedia kami cukup merasa puas dari kualitas hasil lulusan seperti kami harapkan.31
Secara kuantitas lulusan MIS An-Nizhom juga dapat dikatakn efektif karena jumlah output-nya sesuai dengan jumlah input, sebagaimana data dokumentasi di bawah ini:
Siswa Kelas VI
Laki-Laki Perempuan Jumlah 8
3
11
Tabel 2: Daftar Siswa Mengulang dan Putus Sekolah Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin dalam Profil MIS An-Nizhom.32
Dari data dokumentasi madrasah di atas, bahwa secara kuantitas sekolah berhasil mengeluarkan lulusan yang sesuai perencanaan, dengan data tidak ada siswa yang mengulang pelajaran atau putus sekolah. 31 32
Wawancara, 25 Oktober 2010. Dokumentasi MIS An-Nizhom Tahun Ajaran 2008/2009
288
| Media Akademika Volume 25, No. 3, Juli 2010
MIS Al-Khairiyah Pendidikan dikatakan efektif apabila tujuan pendidikan yang telah ditetapkan tercapai dengan baik baik secara kualitas maupun kuantitas. MIS Al-Khairiyah ini dapat juga dikatakn efektif karena tujuannya dalam mendidik siswa agar dapat mengetahui pengetauan agama dengan baik dan dapt melajutkan pendidikan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Sebagaimana diketahui bahwa letak geografis MIS AlKhairiyah ini letaknya kurang strategis untuk lingkungan anak-anak karena tempatnya yang tepat di tengah pasar Kota Jambi yang boleh dikatakan pusat bisnis Kota Jambi. Akan tetapi eksistensi madrasah ini dapat terus berlanjut hingga sekarang bahkan sejak tahun 2007 ditetapkan sebagai madrasah diniyah sebagaimana wawancara penulis dengan Hasanah yang mengatakan: Ditetapkannya MIS Al-Khairiyah ini menjadi diniyah adalah berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat seperti membiasakan shalat berjamaah, menulis kaligrafi, bersalawat. Ini yang membuat masyarakat percaya dengan kualitas lulusan dari sekolah ini berkualitas baik.33
Secara kuantitas MIS Al-Khairiyah dapat meluluskan output yang sesuai dengan jumlah input yang masuk ketika awal tahun ajaran, sebagaiman data yang penuis dapatkan dari sekolah dapat dilihat sebagai berikut:
Siswa Kelas VI
Laki-Laki Perempuan Jumlah 5
6
11
Tabel 3: Daftar Siswa Mengulang dan Putus Sekolah Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin dalam Profil MIS Al-Khairiyah34
Dari data di atas dapat dilihat meskipun tidak semua siswa yang masuk dapat lulus dengan baik tatapi hal ini masih dalam batas kewajaran meskipun lulusan tidak 100% karena ada beberapa siswa 33 34
Wawancara, 27 Oktober 2010. Dokumentasi MIS Al-Khairiyah Tahun Ajaran 2008/2009
Riftiyanti Savitri, “Kepemimpinan Kepala Sekolah Wanita: Kasus Kepala...” |
289
yang tidak meneruskan pendidikannya dikarenakan ada yang pindah dan berhenti. Dari temuan di atas melalui data dokementasi dan wawancara dapatlah penulis mengambil kesimpulan bahwa ketiga sekolah tersebut dapat sudah dapat dikatakan efektif karena output yang dikeluarkan sekolah sesuai dengan input yang masuk dan dapat diterima pada sekolah-sekolah lanjutan.
Efisiensi Efisiensi adalah perbandingan anatara hasil yang dicapai dengan usaha yang dikeluarkan atau dengan menggunakan tenaga dan biaya yang kecil dapat diperoleh hasil yang sebesar-besarnya.35 Dalam sistem pendidikan efisien adalah tenaga dan dana yang terbatas dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. MIS Nurul Falah Hasil temuan penulis di lapangan tentang efisiensi di MIS Nurul Falah adalah dari kualitas lulusannya sebagaimana pendapat dari salah seorang warga yang kebetulan anaknya juga bersekolah di MIS Nurul Falah yang mengatakan: Saya melihat bahwa Madrasah nurul Falah ini banyak memberi pengetahuan agama yang baik dapat dilihat dari kualitas guru-gurunya, meskipun hanya ada 3 orang guru yang tamatan strata satu dan selebihnya tamatan D-2 dan MAN. Dan dibuktikan dari saah seornag anak saya yang telah menyelesaikan sekolah disana terliaht sangat fasih membaca doa-doa panjang dan cara menulis bahsa arab dengan baik dan menghafal surah-surah dalam Alquran dengan baik. Hal ini yang membuat saya merasa kualitas madrasah ini sangat bagus padahal membayar SPP dengan harga yang tidak mahal hanya Rp. 10.000,- per bulan.36
35
36
Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan 2, ( Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), hlm. 61. Wawancara, 25 Oktober 2010.
290
| Media Akademika Volume 25, No. 3, Juli 2010
Dari hasil wawancara dan pengamatn di atas dapat diketahui dari masyarakat bahwa mereka menganggap MIS Nurul Falah ini sekolah yang cukup berkualitas dan juga efisien. MIS An-Nizhom Hal yang tidak jauh berbeda tentang faktor efisiensi sekolah di MIS An-Nizhom yaitu dari hasil pengamatan penulis dan wawancara dari salah satu anggota masyarakat yang mengemukakan: Biaya yang kami keluarkan untuk menyekolahkan anak-anak kami di sini SPP tidak begitu mahal tetapi pengetahuan agama anak-anak sangat baik dapat dilihat dari cara anak pandai membaca Alquran pada kelas satu dan anakanak sudah dapat menghapal banyak ayat-ayat Alquran yang digunakan untuk salat dn banyaknya anak-anak yang fasih membaca doa-doa pendek.37
Dari pendapat salah satu orang tua siswa di atas dan pengamatan penulis dapat dilihat cukup banyak anak-anak yang bersekolah disana dapat dilihat bahwa dengan SPP yang tidak begitu mahal tetapi dapat menghasilkan siswa yang berkualitas. MIS Al-Khairiyah Dari temuan penulis di lapangan dari aspek efisiensi dapt dilihat dari biaya yang sedikit berupa SPP dari siswa yang hanya membayar Rp. 15.000,- perbulannya dapat dikategorikan tidak mahal dibandingkan sekolah-sekolah swasta lainnya. Dari hasil keluarannya dapat dikatakan cukup berkualitas karena dapat menjawab tuntuan masyarakat akan pengetahuan agama sekarang ini. Pengamatan penulis, masyarakat kecamatan pasar sangat antusias menyekolahkan anak-anaknya ke MIS Al-Khairiyah, bahkan ada beberapa diantaranya bertempat tinggal bukan daerah pasar tetapi dari daerah lain.38 Menurut staf tata usaha MIS Al- Khairiyah dari banyaknya siswa yang masuk setiap tahun ajarannya semakin lama semakin meningkat
37 38
Wawancara, 23 Oktober 2010. Observasi, 24 Oktober 2010.
Riftiyanti Savitri, “Kepemimpinan Kepala Sekolah Wanita: Kasus Kepala...” |
291
ini menandakna bahwa kualitas MIS di mata masyarakat Pasar Jambi sangat baik, dengan biaya yang kecil dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. Dari penelitian ketiga sekolah di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa lembaga pendidikan madrasah masih sangat diharapkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat karena dapat menjawab tuntutan zaman yang semakin lama semakin melupakan pengetahuan agama yang masih tradisional dan murni. Dari temuan di beberapa sekolah di atas dapatlah diambil kesimpulan bahawa ketiga madrasah tersebut dapat dikatakan efisien karena dengan dana yaang terbatas dapat mengeluarkan lulusan yang distandarkan pihak sekolah.
Penutup Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan ketiga kepala madrasah ibtidaiyah swasta Kota jambi menganut gaya kepemimpinan demokratis yang ditandai setiap pengambilan keputusan selalu melaksanakan musyawarah dan melibatkan bawahan, dan cara pendekatan kepada guru dan siswa melalui pendekatan persuasif. Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan ketiga kepala madrasah ibtidaiyah swasta Kota Jambi adalah inovasi, efektivitas, dan efisiensi. Dari ketiga madrasah tersebut, belum ditemukan adanya inovasi baik dari mutu pembelajaran, metode, media, maupun sarana-prasarana. Sementara itu, ketiga madrasah yang dipimpin oleh kepala madrasah wanita sudah dapat dikatakan efektif, yakni dilihat dari mutu lulusan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Demikian pula ketiga madrasah dapat dikatakan efisien, dengan dana yang tidak besar menghasilkan lulusan yang berkualitas dalam waktu yang tepat selama enam tahun.
292
| Media Akademika Volume 25, No. 3, Juli 2010
DAFTAR PUSTAKA Atmodiwiryo, Soebagio, & Soeranto Toto Siswanto, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Semarang: Adhie Waskita, 1993). “Dokumentasi MIS Al-Khairiyah Tahun Ajaran 2008/2009”. “Dokumentasi MIS An-Nizhom Tahun Ajaran 2008/2009”. “Dokumentasi MIS Nurul Falah Tahun Ajaran 2008/2009”. Hoy, Wayne K., Educational Administration Teory Research and Practice, (New York: Random House, 1978). Idris, Zahara, & Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan 2, ( Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992). Jambi Ekspress, 14 Mei 2004. Kiernan, Proceding 26th Artdo International Management And HDR Conference & Exhibition, (Bali, 1999). Manan, Ibrahim, Dasar-dasar Sosial Budaya Pendidikan, ( Jakarta: Departemen P & K, 1988). Mukhtar & Widodo Suparto, Manajemen Berbasis Sekolah I, ( Jakarta: Fifamas, 2001). Pidarta, Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, ( Jakarta: Bina Aksara, 1988). Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan I, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988). Taher, H. Tarmizi, Keputusan Menteri Agama RI tentang Madrasah Ibtidaiyah, ( Jakarta: Departemen Agama, 1993). Tambunan, Kamariah, dkk., Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan Indonesia, ( Jakarta: Pusat Dokomentasi dan Informasi Ilmiah, 1988). Tanumiharja, Veronika, Manajer Wanita Dalam Organisasi, ( Jakarta: LIPI, 1985).