STRATEGI DAKWAH PONDOK PESANTREN AL-MUBAROK DALAM UPAYA PEMBINAAAN KEAGAMAAN MASYARAKAT SAYUNG DEMAK
SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh Nurul Khikmah NIM: 051311056
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2010
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 5 exemplar Hal : persetujuan Naskah Skripsi A. n Sdri. Nurul khikmah
Kepada Yth. Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum Wr.Wb Setelah kami mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari : Nama Nim Judul
: Nurul Khikmah : 110506 : Strategi Dakwah Pondok Pesantren Al- Mubarok dalam Upaya Pembinaaan Keagamaan Masyarakat Sayung Demak.
Dengan ini memohon agar Skripsi Saudari Nurul Khikmah tersebut dapat segera dimunaqosahkan. Demikian nota pembimbing ini kami buat agar dijadikan periksa adanya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Semarang, Pembimbing I
Desember 2010
pembimbing II
Dr. H. Awaludin Pimay, LC., M.Ag. Nip: 19610727 200003 1 001
Suprihatiningsih, S. Ag., M. Si. Nip:19760510 2005001 2 001
ii
SKRIPSI STRATEGI DAKWAH PONDOK PESANTREN AL-MUBAROK DALAM UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN MASAYARAKAT SAYUNG DEMAK
Disusun oleh: Nurul Khikmah 051311056 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 04 Januari 2011-01-18 Dan dinyatakan telah lulus memenuhi syarat Susunan Dewan Penguji
Ketua Dewan Penguji
Sekretaris Dewan Penguji
Drs. H. Nurbini, M.Si 19680918 199303 1 004
Dr. H. Awaluddin Pimay. Lc, M. Ag. 19610727 200003 1 001
Penguji I
Penguji II
Saerozi. S. Ag, M. Pd 19710605 199803 1 004
H. Adib Fatoni. S.Ag, M. Si 19730320 200212 1 002
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. H. Awaluddin Pimay. Lc, M. Ag 19610727 200003 1 001
Suprihatiningsih. S. Ag, M. Si 19610727 200003 1 001
iii
MOTTO ¨bÎ) 4 ß`|¡ômr& }‘Ïd ÓÉL©9$$Î/ Oßgø9ω»y_ur ( ÏpuZ|¡ptø:$# ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ y7În/u‘ È@‹Î6y™ 4’n<Î) äí÷Š$# ÇÊËÎÈ tûïωtGôgßJø9$$Î/ ÞOn=ôãr& uqèdur ( ¾Ï&Î#‹Î6y™ `tã ¨@|Ê `yJÎ/ ÞOn=ôãr& uqèd y7-/u‘ ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. anNahl: 125)
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: •
Ayah dan Ibunda tercita yang senantiasa membirikan do’a dan mencurahkan kasih sayangnya serta megajari untuk selalu tegar dalam mengarungi kehidupan, merupakan budi tiada tara yang tak terbalas, kecuali oleh-Nya. Khususnya Kepada Drs. KH. Ahmad Hadlor Ihsan beserta Ibu Nyai Hj. Aminah Sodri S.P.di yang memberikan jalan kepada penulis dari lembah kegelapan menuju terang benderang seperti saat ini, semoga Allah SWT memberikan kebaikan kepada Beliau.
•
Adik-adikku yang tercinta dan orang yang selalu memberikan motivasi di hari-hariku.
•
Keluaga besar Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak, yang teleh memberikan fasilitas kemudahan dalam penelitian.
•
Sahabat-sahabat senasib seperjuangan MD’05 serta kelurga besar pondok pesantren Al-Ishlah Mangkang Kulon Tugu kota Semarang.
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari penernbit maupun yang belum atau tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang, 31 Desember 2010
Nurul Khikmah 051311056
vi
ABSTAKSI Strategi Dakwah Pondok Pesantren Al-Mubarok dalam Pembinaan Keagamaan Masyarakat Sayung Demak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1). Bagaimana strategi dakwah pondok pesantren Al-Mubarok dalam upaya pembinaan keagamaan masyarakat Sayung Demak. 2). Bagaimana bentuk pembinaan yang dilakukan pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak. Penelitian ini mencoba untuk mendeskripsikan strategi dakwah pondok pesantren Al-Mubarok dalam upaya pembinaan keagamaan masyarakat Sayung Demak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif sebagai tehnik analisa data dan menggunakan metode observasi, dokumentasi dan wawancara sebagai pengumpulan data. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah Pemberian Motivasi: Mengadakan rapat bulanan yang dilakukan setiap 1 bulan sekali pada tanggal 15 bulan Hijriyyah yang dihadiri pimpinan dakwah serta para pelaksana dakwah. Rapat ini membahas, antara lain: Pemberian motivasi, Mencari masukan-masukan dan saran-saran dari para usatadz dan ustadzah. Memberikan informasi yang lengkap kepada para ustadz dan ustadzah tentang kegiatan dakwah, Mengevaluasi kegiatan-kegiatan dakwah yang telah dilakukan oleh selama satu bulan, Memberikan fasilitas-fasilitas yang memadai kepada para ustadz dan ustadzah: Kantor pusat dakwah, Asrama khusus untuk para ustadz dan ustadzah, Fasilitasfasilitas yang memadai untuk sarana kegiatan-kegiatan dakwah seperti: gedung aula, gedung madrasah, masjid, sound system dan lain-lain. Memberikan wewenang penuh kepada para ustadz dan ustadzah Pembimbingan: Pembimbingan yang dilakukan oleh K. Ahmad Mufid mengarahkan kepada para ustadz dan ustadzah agar kegiatan-kegiatan dakwah yang dilakukan sesuai dengan tujuan dakwah yang utama pondok pesantren al-Muabarok Sayung Demak dengan cara merestui ataupun tidak merestui kegiatan-kegiatan dakwah yang akan dilakukan oleh para ustadz maupun usatdzah selaku pelaksana dakwah. Penjalinan Hubungan: Mengadakan musyawarah atau rapat setiap bulan, melakukan wawancara secara khusus dengan para ustadz dan ustadzah, Membuat rancangan kerja sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas-tugas masing-masing pelaksana dakwah. Penyelenggaraan Komunikasi: Memberikan pengarahan tentang kegiatan-kegiatan dakwah yang selaras dengan tujuan dakwah pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak, Menerima segala bentuk kosultasi dari para ustadz dan ustadzah tentang penyelenggaraan dakwah. Pengembangan atau peningkatan pelaksana: Membacakan kitab ad-Da watut Tammah karangan Habib Umar dari Yaman, Langsung terjun ke lapangan penyelenggaraan dakwah untuk memberikan contoh kepada usatadz dan ustadzah. Sedangakan bentuk-bentuk pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak adalah berupa pembinaan keagamaan pada bidang Tauhid, Syariah, Akhlak. Kegiatan yang dilakukan adalah berupa pengadaan pengajian yang bertemakan ketauhidan, syariah dan akhlak.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahir Rahmaanir Rohiim Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Strategi Dakwah Pondok Pesantren Al-Mubarok dalam Upaya Pembinaan Keagamaan Masyarakat Sayung Demak”, Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta seluruh pengikut beliau yang dengan semangat senantiasa menegakkan kebenaran. Skripsi ini dapat terwujud juga atas dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. Muhibbin, M. Ag, selaku Rektot IAIN Walisongo Semarang.
2. Dr. Muhamad Sulthon, M Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. 3. Dr. H. Awaludin Pimay, Lc. M. Ag beserta Ibu suprihatiningsih, S. Ag. M .Si, selaku dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesabaran. 4. Semua Bapak/Ibu Dosen di ligkungan IAIN Walisongo Semarang, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 5. Keluarga besar Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak, yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan dalam penelitian.
viii
6. Ayah dan Ibunda tercita yang senantiasa membirikan do’a dan mencurahkan kasih sayangnya serta megajari untuk selalu tegar dalam mengarungi kehidupan. 7.
Adik-adikku yang tercinta serta orang yang selalu memberikan motivasi di hari-hariku.
8. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan MD’05 serta kelurga besar Pondok Pesantren Al-Ishlah Mangkang Kulon Semarang. Penulis menyadari, bahwa penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan laporan skripsi ini, namun penulis senang hati. untuk itu saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Semarang, 31 Desember 2010
Penulis
ix
x
xi
xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dapat dikatakan hampir lebih dari dua pertiganya bermukim dan mendapatkan nafkah di pedesaannya. Lebih dari itu bahwa desa di Indonesia merupakan titik sentral kehidupan rakyat dan negara (Marbuan, 1977 : 29). Pondok Pesantren Al-Mubarok Demak adalah salah satu sosok pesantren salaf yang berada di tengah-tengah masyarakat modern. Keberadaan pesantren ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa. Pesantren pada hakekatnya adalah sebuah “kawah candradimuka” untuk mencetak kader-kader bangsa yang berbudi luhur dan bermoral, serta senantiasa taat pada perintah Allah swt, sehingga para santri diharapkan akan senantiasa mempertimbangkan baik buruknya satu perbuatan yang akan dilakukan. Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan kyai. Pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik dan kyai merupakan lima elemen dasar dari tradisi pesantren (Dhofir, 1982: 44). Dalam realitas hubungan sosial, pesantren senantiasa menjadi kekuatan yang amat penting yaitu sebagai pilar sosial yang berbasis nilai keagamaan, Nilai keagamaan ini menjadi basis kedekatan pesantren dengan
1
masyarakat. Hubungan kedekatan pesantren dan masyarakat dibangun melalui kerekatan psikologis dan ideologis. Sistem pendidikan pesantren didasari, digerakkan dan diarahkan oleh nilai-nilai kehidupan yang bersumber pada ajaran dasar Islam. Pesantren memenuhi kriteria yang disebut dalam konsep pembangunan, yaitu membangun kemandirian, mentalitas, kelestarian, kelembagaan dan etika. Pesantren seperti sebuah “ruang bebas pendidikan” yang mempunyai karakter nilai, yaitu nilai keagamaan, sedangkan batasan norma yang dimiliki yaitu norma masyarakat serta berciri mandiri yaitu tanpa uluran tangan lembaga luar (Rofiq, 2005:3). Pesantren terdiri dari pengasuh (kyai) santri (murid) dan pengurus (santri yang ikut membantu kyai dalam mengajar atau biasa dikatakan badal). Biasanya ketiga unsur tersebut erat sekali hubunganya, sehingga akan memperlancar aktifitas yang ada di pesantren itu, akibatnya seorang santri akan dapat belajar agama dengan baik dan teratur sesuai dengan aturanaturan yang ada. Juga para pengurus disamping ikut belajar dan memperlancar ilmunya juga ikut membantu mengajar sebagai manifestasi dari bagian ilmu yang ia terima dari seorang kyai. Pondok
pesantren
sebagai
sebuah
lembaga
dakwah
juga
membutuhkan strategi dakwah yang jitu untuk mencapai sebuah tujuan dakwah. Adapun tujuan pesantren secara umum yaitu membina warga negara agar lebih memiliki kepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam, menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupannya
2
serta menjadikannya sebagai orang yang berguna untuk agama, masyarakat dan negara (Mujamil, 2002: 6). Pesantren pada umumnya sering juga disebut dengan pendidikan Islam tradisional di mana seluruh santrinya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang kyai (Haedari, 2004: 31) Melihat fenomena pesantren tentang pengajaran dan aktifitas yang ada maka dapat disimpulkan ada persesuaian dengan kaidah-kaidah Islam seperti firman Allah swt :
Èbºurô‰ãèø9$#ur ÉOøOM}$# ’n?tã (#qçRur$yès? Ÿwur ( 3“uqø)-G9$#ur ÎhŽÉ9ø9$# ’n?tã (#qçRur$yès?ur
Tolong menolonglah kamu dalam hal kebaikan dan ketaqwaan dan janganlah kamu sekalian tolong menolong dalam urusan kejelekan dan kemungkaran (QS. Al-Maidah : 2) Masyarakat Sayung dan sekitarnya sebagian besar beragama Islam. Sedang mata pencaharian masyarakatnya 90% bergelut sebagai petani, nelayan,
maupun
pedagang.
Pada
sisi
lain
pola
kebersamaan,
kesetiakawanan, kegotongroyongan, dan tolong-menolong di antara sesama warga masyarakat betul-betul dijunjung tinggi bahkan dalam hal keagamaan sekalipun, meskipun demikian pada kenyataannya masih ada dari oknumoknum masyarakat Sayung Demak yang melakukan perbuatan-perbuatan maksiat seperti judi, minum minuman keras dan lain-lain, juga masih minimnya pengamalan keagamaan pada masyarakat sayung bahkan seringkali mereka lalai dalam melaksanakan kewajibannya sebagai muslim dikarenakan kesibukan mereka dalam mencari nafkah serta masih minimnya da i dan da iyah. Pembinaan pada masyarakat Sayung Demak yang
3
dilakukan
oleh
pondok
pesantren
Al-Mubarok
merupakan
sebuah
keniscayaan yang benar-benar harus dilakukan. Hasil itu dilakukan guna memenuhi tujuan pesantren dan sekaligus tanggung jawab dan kewajiban dakwah Pondok pesantren Al-Mubarok sebagai sebuah lembaga dakwah yang ada di Sayung Demak mencoba memberikan pembinaan keagamaan pada masyarakat sekitarnya dan tentu untuk mencapai tujuan tersebut merupakan pondok pesantren yang khas dan penting untuk diteliti. Dari uraian di atas penulis tertarik lebih jauh untuk meneliti strategi dakwah apa yang dipakai oleh pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak dalam upaya pembinaan keagamaan pada masyarakat Sayung Demak dengan judul “STRATEGI DAKWAH PONDOK PESANTREN AL-MUBAROK DALAM UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN MASAYARAKAT SAYUNG DEMAK”
1.2. Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah berdasarkan latar belakang masalah, maka ada permasalahan yang ingin ditekankan dalam penelitian ini, yaitu: a. Bagaimana strategi dakwah
Pondok Pesantren Al-Mubarok dalam
upaya pembinaan keagamaan masyarakat Sayung Demak? b. Bagaimana bentuk pembinaan yang dilakukan pondok pesantren AlMubarok terhadap masyarakat Sayung Demak?
4
1.3. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian a)
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui bagaimana Strategi Pondok Pesantren Al-Mubarok dalam upaya pembinaan keagamaan Masyarakat Sayung Demak. 2. Mengetahui bentuk pembinaan yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Mubarok terhadap masyarakat Sayung Demak.
b)
Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat
menjadi suri
tauladan dimasa depan dan mendapatkan wawasan seputar Strategi Dakwah Pondok Pesantren Al-Mubarok dalam Upaya Pembinaan Keagamaan masyarakat Sayung Demak. 2. Manfaat Praktis Sebagai pedoman alternatif dan nantinya berguna bagi Pondok
Pesantren
Al-Mubarok
dalam
Keagamaan Masyarakat Sayung Demak.
5
Upaya
Pembinaan
1.4. Tinjauan Pustaka Untuk menghindari kesamaan penulisan maka penulis menentukan beberapa hasil penelitian yang ada kaitannya dengan rencana penelitian penulis. Pertama
skripsi yang berjudul
Strategi Dakwah Muslimat
Nahdlatul Ulama dalam Memberdaykan Perempuan di Kabupaten Tegal Tahun 2005-2008 “ Ditulis oleh Mifrohatun (2008). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan dakwah Muslimat Nahdlatul Ulama’ dalam memberdayakan perempuan di Kabupaten Tegal adalah untuk membangun kemandirian dan keberanian dalam
melahirkan aksi-aksi strategi bagi
pemberdayaan perempuan, terutama dalam melawan berbagai bentuk diskriminasi yang belakangan ini masih terus mencuat. Kedua, skripsi yang berjudul ”Strategi dan Metode Dakwah Yusuf Mansyur di Media Televisi di tulis oleh Bagas Pratiwi (2008) . Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif, dimana dalam kesimpulanya manunjukkan bahwa strtegi dakwah ustad yusuf mansyur di media televisi adalah dakwah dengan cara halaqoh atau kelembagaan, yang ia kembangkan melalui lembaga dakwah wisata hati dan Pondok Pesantren Daarul Qur’an. Sedangkan metode dakwah yang digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, debat (mujadalah) dan cerita yang dikemas dalam sinetron dalam televisi.
6
Ketiga skripsi yang berjudul ”Perang Badar Sebagai Metode dan Strategi Dakwah Nabi Muhammad”, ditulis oleh Arsam (2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menjelaskan tentang metode dan strategi dakwah rosulullah SAW perlu di teliti untuk menambah khasanah keilmuan dakwah di masa kini maupun di masa mendatang. Keempat skripsi yang berjudul ”Telaah Pemikiran Ahmad Hasan Tentang Problema Sosial Keagamaan dalam Buku Islam dan Kebangsaan (Ditinjau dari Pesan Dakwah)
ditulis oleh Dewi Noviana (2007). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemikiran dakwah Ahmad Hasan tentang problem sosial keagamaan yang meliputi persoalan 1. kemerdekaan beragama dalam menegakkan rukun Islam 2. makna kebangsaan 3. ajaran islam sebagai dasar kehidupan. Kelima skripsi yang berjudul ”Strategi Dakwah Masyumi Tahun 1945-1960 (Studi Tentang Dakwah Melalui Media Organisasi Politik)”, ditulis oleh Istiqomah (2000). Dimana dalam skripsi tersebut menjelaskan tentang dakwah masyumi syarat dengan elemen keagamaan dan kebangsaan sekaligus nation state. Islam akan dijadikan sebagah dasar pembinaan kehidupan bernegara, melalui proses ijtihat untuk menerapkan prinsip-prinsip yang di kandungnya untuk memenuhi kebutukan zaman suatu negara. Dari kelima kajian penelitian tersebut diatas, terdapat perbedaan dengan penelitan yang sedang penulis lakukan. Perbedaannya meliputi obyek penelitian, dalam skripsi ini akan di fokuskan pada pembahasan mengenai
7
Strategi Dakwah Pondok Pesantren Al-Mubarok dalam Upaya Pembinaan Masyarakat Al-Mubarok Sayung Demak).
1.5.Kerangka Teoritik a. Pengertian strategi Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata “stragos atau “strategis” dengan kata jamak strategi yang berarti jenderal, tetapi dalam Yunani kuno berarti perwira negara dengan fungsi yang luas. (Salulu, 1985: 85). Pengertian strategi secara epistemology adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. (Depdikbud, 1994: 984). Strategi pada hakekatmya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi sabagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana teknik atau cara operasionalnya. b. Pengertian Dakwah Secara etimologis, kata dakwah merupakan bentuk masdar dari kata yad u (fi il mudhori ) dan da a (fi il madli) yang artinya memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak, menyeru, mendorong, dan memohon. Selain kata ”dakwah”, al-Qur’an juga menyebutkan kata yang memiliki pengertian yang hampir sama dengan “dakwah”, yakni kata “tabligh” yang berarti penyampaian, dan” bayan” yang berarti penjelasan.
8
Dalam al-Qur’an, ajakan dan seruan sebagai arti dasar dari kata dakwah ini memiliki dua pengertian, baik dalam arti positif maupun negatif. Pengertian dakwah yang berarti ajakan dan seruan kepada hal-hal yang positif dapat di jumpai pada ayat-ayat Al-Qur’an sebagai berikut:
... ( ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ Íot•ÏÿøóyJø9$#ur Ïp¨Yyfø9$# ’n<Î) (#þqããô‰tƒ ª!$#ur ... mereka itu menyeru ke dalam neraka dan Allah SWT menyeru kedalam surga .(Q.S. Al-Baqarah: 221)
Al-Qur’an juga menggunakan kata dakwah dalam pengertian yang ditujukan untuk hal-hal yang tidak baik (negatif), seperti pada ayat berikut:
... ( Ïmø‹s9Î) ûÓÍ_tRqããô‰tƒ $£JÏB ¥’n<Î) •=ymr& ß`ôfÅb¡9$# Éb>u‘ tA$s% Yusuf berkata: wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku . (Q.S. Yusuf: 33) Dengan demikian, ayat Al-Qur’an
secara jelas menunjukkan
bahwa kata dakwah memiliki dua pengertian yang berbeda. Sementara pengertian dakwah secara konseptual telah dirumuskan oleh para ulama’ dengan pengertian yang beragam. Sedangkan menurut terminologi Ali Mahfuzd dalam bukunya ”Hidayatul Mursyidin”, sebagaimana dikutip oleh Awaludin Pimay memberikan definisi dakwah sebagai berikut:
9
Mendorong (memotivasi) ummat manusia melaksanakan kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintah mereka berbuat ma ruf dan mencegahnya dari perbuatan mungkar agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia akhirat . (Pimay, 2006: 2-5)
c. Strategi Dakwah Dengan demikian strategi dakwah dapat diartikan sebagai proses menentukan cara dan daya upaya untuk menghadapi sasaran dakwah dalam situasi dan kondisi tertentu guna mencapai tujuan dakwah secara optimal. Dengan kata lain strategi dakwah adalah, siasat taktik atau manuver yang ditempuh dalam rangka mencapai tujuan dakwah. Strategi dakwah
di
kalangan
masyarakat
desa
dapat
di
kembangkan dalam bentuk dakwah bil hal, dengan wujud pengolahan hasil bumi ke arah hasil yang memadai dan peningkatan kemandirian melalui pelatihan kerja dengan sumber daya yang ada. Strategi yang lain dapat
berbentuk strategi dakwah bil lisan yang mengarah kepada
timbulnya semangat kerja yang tinggi. Aplikasinya adalah melalui penyampaian ajaran agama yang mengajak untuk bekerja keras, sebagaimana firman Allah:
... 3 öNÍkŦàÿRr'Î/ $tB (#rçŽÉi•tóム4Ó®Lym BQöqs)Î/ $tB çŽÉi•tóムŸw ©!$# žcÎ) Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri... ” (Qs. Al-Ra’d: 11).
10
Kedua strategi dakwah diatas membawa dampak positif terhadap masyarakat desa, baik dalam arti kata pemahaman keagamaanya sekaligus juga peningkatan tarap hidupnya. Dengan demikian dakwah memiliki wawasan yang luas naik material maupun immaterial. (Bahri Ghazali, 1997). d. Pesantren Pesantren adalah, lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Sebuah pesantren memiliki beberapa unsur yaitu: a. Pelaku yaitu kyai dan santri. b. Sarana perangkat keras, misalnya masjid, rumah kyai, rumah ustadz, pondok, gedung sekolah, gedung-gedung lain untuk pendidikan seperti perpustakaan, aula, kantor pengurus pesantren, kantor organisasi santri, koperasi, gedung-gedung keterampilan dan lain-lain. c. Sarana perangkat lunak: kurikulum, buku-buku dan sumber belajar lainnya, cara belajar-mengajar (bandongan, sorogan dan tahfidz), evaluasi belajar-mengajar (Rofiq, 2005: 3). e. Pembinaan Keagamaan dalam Masyarakat Pembinaan keagamaan adalah suatu usaha untuk mendidik dan membina sebuah masyarakat untuk menjadi masyarakat yang ideal yang sesuai dengan ajaran-ajaran keagamaan.(Daradjat, 1975: 85). Pembinaan
11
keagamaan terhadap masyarakat harus terjadi dalam semua lingkungan hidup , mulai dari keluaga, sekolah, dan masyarakat itu sendiri. Pembinaan aspek keagamaan sangat penting karena ia mempengaruhi seluruh kehidupan, bahkan mempengaruhi perkembangan jasmani dan sosial juga. Masyarakat merupakan suatu golongan yang dia terbuka untuk seluruh anak manusia tanpa memandang jenis, atau warna kulit atau bahasa bahkan juga tidak memandang agama dari keyakinan atau aqidah. Sebagaimana firman Allah swt.:
öNä3»oYù=yèy_ur 4Ós\Ré&ur 9•x.sŒ `ÏiB /ä3»oYø)n=yz $¯RÎ) â¨$¨Z9$# $pkš‰r'¯»tƒ
4 öNä39s)ø?r& «!$# y‰YÏã ö/ä3tBt•ò2r& ¨bÎ) 4 (#þqèùu‘$yètGÏ9 Ÿ@ͬ!$t7s%ur $\/qãèä© ÇÊÌÈ ×Ž•Î7yz îLìÎ=tã ©!$# ¨bÎ)
Hai seluruh manusia, sesungguhnya kamu telah kami telah ciptakan kamu dari seorang pria dan seorang wanita, lalu kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling berhubungan dengan baik, sesungguhnya orang yang paling mulia pada sisi Allah ialah yang paling taqwa di antara kamu, sesungguhnya Allah maha mengetahui, maha teliti (QS. AlHujarat: 13).
1.6. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian dan pendekatan Penelitian ini adalah
penelitian kualitatif yaitu suatu proses
penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan
12
ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Berarti metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.(Moleong, 2000: 5). 1. Tekhnik Pengumpulan Data Ada beberapa metode yang dipergunakan dalam pengumpulan data, metode-metode tersebut adalah: a) Observasi Observasi adalah sebuah metode pengumpulan data yang digunakan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1975 :159). Dengan metode observasi ini penulis berusaha langsung mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik pada Pondok Pesantren Al-Mubarak untuk meneliti sejauh mana pembinaan keagamaan di masyarakat sekitar pondok. Metode observsi ini sangat penting untuk melihat masalah-masalah tertentu yang sekiranya tidak dapat dilakukan oleh metode lainnya seperti wawancara dan dokumentasi. b) Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
13
notula rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002 :206). Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data meliputi visi, misi, tujuan, rancangan program kerja, struktur organisasi, pedoman kerja dan kegiatan harian yang diterapkan di Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak. c) Wawancara Wawancara adalah tehnik penelitian yang paling sosiologis dari semua tehnik-tehnik penelitian. Hal tersebut disebabkan karena bentuknya yang berasal dari interaksi verbal antara peneliti dan responden (Black, 2009 :305). Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi dari berbagai
pihak
di
lingkungan
Pondok
Pesantren
guna
mengumpulkan data. Wawancara ini di lakukan dengan K.Ahmad Mufid beserta
Ibu Nyai Muniroh, A.H. (pengasuh pondok
pesantren), Ustadz Mashudi, Ustadz Nazarudin, Ustadz Munsari, Ustadz Nur Kholis, Ustadzah Hartini, Ustadzah Maghfiroh dll (segenap dewan asatidz wa al-ustadzat), Bapak Mu’arif dan Bapak Mahmudi (masyarakat sekitar) Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak. 2. Analisis Data Setelah memperoleh data hasil observasi, dokumentasi dan wawancara, maka dalam menganalisis data menggunakan uji analisis non statistik. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikannya
14
sesuai dengan permasalahan yang diteliti, kemudian data-data tersebut disusun dan dianalisa dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Setelah itu perlu dilakukan telaah lebih lanjut guna mengkaji secara sistematis dan obyektif. Untuk mendukung hal tersebut maka penulis dalam menganalisis menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu sebuah metode analisis yang menekankan pada pemberian sebuah gambaran baru terhadap data yang telah terkumpul, dengan cara menarik kesimpulan data-data dengan mencari hal-hal yang bersifat khusus untuk kemudian menuju kepada hal-hal yang bersifat umum (Margono, 2004 :39).
1.7. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan sistematika pembahasan dengan membagi ke dalam 5 bab sebagai berikut: Bab I
: Pendahuluan. Di sini akan diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Strategi dakwah, pondok pesantren serta pembinaan keagamaan masyarakat. bab ini menguraikan secara umum landasan teori yang berisi tinjauan umum tentang pengertian strategi dakwah, landasan dan unsur-unsur strategi dakwah, beserta landasan teori tentang pondok pesantren dan pembinaan keagamaan masyarakat.
15
Bab III : Gambaran umum Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak dan Masyarakat sekitarnya. Bab ini meliputi sejarah berdirinya serta tujuan pondok pesantren Al-Mubarok saying Demak, visi dan missi kurikulum Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak, dan struktur Dilanjutkan
Pondok dengan
Pesantren
Al-Mubarok
pembahasan
tentang
Sayung
Demak.
gambaran
umum
masyarakat Sayung Demak yang meliputi, jaduwal pengajian dalam rangka pembinaan keagamaan masyarakat,
letak geografis serta
kondisi sosial dan ekonomi. Bab IV : Analisis strategi dakwah Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak dalam upaya pembinaan keagamaan masyarakat Sayung Demak. Bab ini membahas tentang analisis
strategi
yang
diterapkan oleh Pondok Pesantren Al-Mubarok dalam upaya pembinaan keagamaan masyarakat Sayung Demak beserta analisis bentuk-bentuk strategi dakwah. Bab V : Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, saran-saran dan penutup.
16
BAB II STRATEGI DAKWAH, PONDOK PESANTREN DAN PEMBINAAN KEAGAMAAN
2.1 Pengertian Strategi Dakwah Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata “stragos
atau
“strategis” dengan kata jamak strategi yang berarti jenderal, tetapi dalam yunani kuno berarti perwira Negara dengan fungsi yang luas. (Salulu, 1985: 85) sedangkan secara epistimology strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (depdikbud, 1994 :984) Secara etimologis, kata dakwah merupakan bentuk masdar dari kata da’aa, yad’uu yang artinya adalah memanggil, mengundang, mengajak, menyeru, mendorong dan memohan (Pimay, 2006 :2). Sedangkan strategi dakwah artinya sebagai metode, siasat, taktik, atau manuver yang dipergunakan dalam aktifitas atau kegiatan dakwah. Strategi dakwah yang dipergunakan di dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa azas dakwah antara lain: 1) Azas filosofis. Azas ini terutama membicarakan masalah yang erat hubunganya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau dala aktifitas dakwah. 2) Azas kemampuan dan keahlian da i (achievement and professional). 3) Azas sosiologis, azas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misal, politik pemerintahan
17
setempat, mayoritas agama di daerah setempat, filosofis sasaran dakwah, sosiokultural, sasaran dakwah dan sebagainya. 4) Azas psikologis, azas ini membahas masalah yang erat hubunganya dengan kejiwaan manusia. Seorang da i adalah manusia, begitupun sasaran dakwahnya yang memiliki karakter (kejiwaan) yang unik yakni berbeda
satu sama lainya. Apalagi masalah agama, yang merupakan
masalah ideology atau kepercayaan (rakhaniah) tidak luput dari masalahmasalah psikologis sebagai azas (dasar) dakwahnya. 5) Azas efektifitas dan efisien, maksudnya adalah di dalam aktifitas dakwah harus berusaha menseimbangkan antara biaya, waktu maupun tenags yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya. Bahkan kalau bisa waktu biaya dan tenaga sedikit dapat memperoleh hasil yang semaksimal mungkin Dari pengertian strategi dakwah di atas dapat diambil kesimpulan bahwa strategi dakwah bagi lembaga dakwah merupakan sebuah aplikasi taktik ataupun siasat yang matang agar effektivitas dan efisiensi penyelenggaraan dakwah tercapai sehingga tujuan dakwah dapat tercapai dengan baik (Shaleh, 1977: 48). Pergerakan sendiri dalam ilmu manajemen adalah sebuah usaha untuk meminta para pelaksanam dakwah berkorban dalam melakukan kegiatan-kegiatan dakwah (Shaleh, 1977: 102). Tindakan pemimpin menggerakkan para pelaku dakwah untuk melakukan suatu kegiatan tersebut. Bagi proses dakwah, penggerakan itu mempunyai arti dan peranan yang sangat penting. Sebab di antara fungsi mamajemen lainya, maka penggerakan merupakan fungsi yang secara
18
langsung
berhubungan dengan manusia (pelaksana). Dengan fungsi
penggerakan inilah, maka ketiga fungsi manajemen dakwah yang lain baru akan efektif. Disini, fungsi penggerakan yang berperan sebgai pendorong tenaga pelaksana untuk segera melaksanakan rencana itu adalah sangat penting. Itupun baru akan efektif bila mana ada tenaga pelaksana yang bersedia melakukan kerjasama. Dari uraian diatas, jelaslah bahwa penggerakan itu merupakan fungsi yang sangat penting, bahkan menentukan jalanya proses dakwah, sehinga dapat dikatakan bahwa penggerakan itu merupakan intinya manajemen dakwah. Sebab manajemen yang berarti proses penggerakan para pelaku dakwah untuk melakukan aktivitas dakwah. Penggerakan dakwah disini adalah meminta pengorbanan para pelaksan untuk melakukann kegiatankegiatan dalam rangka dakwah. Hal ini hanya mungkin bilamana pimpinan dakwah mampu memberikan motivasi, membimbing, mengkoordinir, dan menjalin pengertian diantara mereka serta selalu meningkatkan kemampuan dan keahlian mereka. Adanya kemampuan tersebut sangat penting artinya bagi proses dakwah. Berdsarkan pengertian penggerakan dakwah sebagaimana telah diuraikan di atas, maka penggerakan dakwah terdiri dari langkah-langkah berikut:
19
1) Pemberian Motivasi Bahwasanya pemberian motivasi merupakan salah satu aktivitas yang harus dilakukan oleh pimpinan dakwah dalam rangka penggerakan dakwah. Persoalan inti mitivasi adalah bagaimana para pelaku aau pelaksana dakwah itu dengan secara tulus ikhlas dan senang hati bersedia melaksanakan segala tugas dakwah yang diserahkan kepada mereka. Timbulnya kesediaan untuk melaksanakan tugas-tugas dakwah serta tetap terpeliharanya semangat pengabdian serupa itu, adalah karena adanya dorongan atau motiv tertentu. Memperhatikan
segi-segi
kemanusiaan
dalam
rangka
membangkitkan semangat kerja dan pengabdian itu banyak caranya, diantaranya sebagai berikut: a. Pengikut sertaan dalam proses pengambilan keputusan Bahwasanya diikut sertakan para pelaksana dalam proses pengambilan keputusan yang menjadi hak dan wewenang pimpinan dakwah, yaitu merupakan dorongan yang sangat penting yang dapat menambah besarnya semangat kerja. Hal ini tidak lain hanya diikut sertakanya pelaksana itu dalam proses pengambilan keputusan, mereka merasa bahwa dirinya adalah orang penting. Bahwasanya dirinya sangat penting dan diperlukan oleh pimpinanya, merupakan factor pendorong yang kuat bagi lahirnya prestasi kerja yang meningkat.
20
b. Pemberian informasi yang lengkap Pemberian informasi yang lengkap kepada segenap pelaksana mengenai segala persoalan yang menyangkut kehidupan organisasi dakwah akan mendatangkan keuntungan bagi usaha dakwah. c. Pengakuan dan penghargaan terhadap sumbangan yang telah diberikan Penghargaan atau pujian yang diberikan oleh pimpinan kepada pengikutnya yang telah berhasil melakukan suatu tugas tertentu, lebihlebih bilamana penghargaan itu diberikan di depan umum adalah merupakan pendorong yang dapat meningkatkan semangat kerja orang tersebut. Dalam rangka peningkatan usaha-usaha dakwah, cara ini bisa ditempuh asalkan tidak menimbulkan hal-hal yang yang negative, seperti timbulnya rasa ujub, sombong dan sebagainya. Suatu peristiwa yang mana pada perang uhud, ketika Zubair berhasil dapat membunuh lawanya dalam perang tanding seprang lawan seorang, Nabi menyambut kemenangna zubair itu dengan sabdanya yang artinya: “Bagi tiap-tiap Nabi tentu ada pembantu dan bahwasanya pembantuku ialah Zubair”. d. Suasana yang menyenangkan Suasana yang menyenangkan juga dapat meningkatkan hasil kerja seseprang. Sebab dengan adanya suasana yang menyenangkan itu seseorang dapat berpikir dan bekerja secara lebih baik. Suasana yang menyenangkan itu dapat timbul, misalnya karena adanya hubungan yang serasi antara orang yang satu dengan yang lain, dan juga akibat dari tersedianya fasilitas yang diperlukan, seperti tempat kerja yang
21
bersih, penerangan yang cukup, perlengkapan kerja yang cukup dan sebagainya. e. Penempatan yang tepat Dalam memilih dan menempatkan tenaga pada tugas-tugas dakwah, hendaknya disesuaikan dengan bakat, kemampuan dan keahlianya karena penempatan orang pada tugas-tugas yang sesuai dengan bakat, kemampuan dan keahlianya akan mendatangkan rasa puas dan aman. Nabi Muhammad SAW, bersabda yang artinya: “Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah kehancuranya. Sahabat bertanya: bagaiman menyianyiakanya? Rasul Allah menjawab: apabila suatu jabatan diserahkan kepada orang-orang yang bukan ahlinya, maka tunggukah kiamat kehancuranya . f. Pendelegasian wewenang Pemberian wewenang kepada pelaksana untuk dalam persoalan mangambil keputusan sendiri terhadap tindakan-tindakan yang akan mereka lakukan adalah juga merupakan pendorong yang dapat meningkatkan efisiensi. 2) Pembimbingan Di samping semangat dan kesediaan untuk melaksanakan tugastugas dakwah perlu dibangkitkan dan dupelihara, juga para aktifita para pelaksana perlu dibimbing dan dijuruskan kearah pencapaian sasaran dakwah yang telah ditetapkan. Ini penting sebabpimpinan dakwah adalah orang yang di tempatkan pada posisi yang memungkinkannya dapat
22
melihat medan dan horizon yang lebih luas. Sehingga ia tahu jalan-jalan mana yang harus ditempuh. Dengan uraian diatas jelaslah bahwa pembimbingan adalah merupakan tindakan pimpinan yang dapat menjamin terlaksananya tuagastugas dakwah sesuai denagn rencana. Kebijaksaan dan ketentuanketentuan lain yang telah digaruskan. Sehingga apa yang menjadi tujuan dan sasaran dakwah dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. 3) Menjalin Hubungan Sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian-uraian terdahulu, bahwa untuk menjamin terwujudnya harmonisasi dan sinkronisasi usahausaha dakwah yang mencakup segi-segi yang sangat luas itu, diperlukan adanya penjalinan hubungan atau koordinasi. Dengan penjalinan hubungan, dimana para petugas atau pelaksana dakwah yang ditempatkan dalam berbagai Biro dan bagian dihubungkan satu sama lain, maka dapatlah dicegah terjadinya kekacauan, kekembaran, kekosongan dan sebagainya. Di samping itu dengan penjalinan hubungan maka masingmasing pelaksana dakwah dapat menyadari bahwa segenap aktivita yang dilakukan itu adalah dalam rangka pencapaian sasaran dakwah. Bahwasanyan untuk menjamin terwujudnya harmonisasi dan sinkronisasi uasaha-usaha dakwah yang mencakup segi-segi yang sangat luas itu, diperlukan adanya penjalinan hubungan atau koordinasi.
23
Adapun cara-cara yang dapat dipergunakan dalam rangka penjalinan hubungan antara para pelaksana dakwah satu sama lain adalah sebagai berikut: a) Penyelenggaraan permusyawaratan Permusyawaratan merupakan salah satu prinsip dalam ajaran islam yang harus ditegakkan, dengan adanya permusyawaratan tersebut di antara pimpinan dan para pelaksana satu sama lain, maka dapatlah diciptakan saling pengertian. b) Wawancara dengan pelaksana Koordinasi antara pelaksana juga dapat dilakukan dengan cara pimpinan dakwah secara langsung mengadakan wawancara dengan para pelaksana. c) Buku pedoman dan tata kerja Koordinasi antara pelaksana juga dapat dilakukan dengan jalan diterbitkanya buku yang berisi pedoman dan petunjuk-petunjuk serta tata kerja yang harus diindahkan oleh masing-masing pelaksana. d) Memo berantai Koordinasi antara pelaksana juga dapat dilakukan dengan jalan pimpinan dakwah dalam waktu-waktu tertentu mengedarkan memo kepada para pelaksana disuatu kesatuan, memo man aetelah dibaca dan dipelajari, diteruskan kepada para pelaksana di kesatuan lainya.
24
4) Menyelenggarakan Komunikasi Komunikasi timbal balik antara pimpinan dakwah dengan para pelaksana, senbagaimana telah dikemukakan dalam uraian di muka adalah sangat penting sekali bagi kelancaran proses dakwah. Proses dakwah akan terganggu, bahkan mengalami kemacetan dan menjadi berantakan, bila mana timbul sak-wasangka, ketidakpercayaan dan saling mencurigai antar pimpinan dakwah dan para pelaksana satu sama lain. Informasi yang disampaikan oleh pimpinan dakwah kepada para pelaksana akan efektif, bilamana pimpinan dakwah memahami cara bagaimana informasi itu harus di sampaikan. Informasi yang disampaikan akan akan efektif bilamana memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Jelas dan lengkap Informasi yang disampaikan harus lengkap dan lengkap. Sehingga mudah dipahami apa yang dimaksudkan oleh pihak-pihakn informasi. 2. Konsisten Informasi yang disampaikan harus konsisten. Artinya, informasi yang telah disampaikan terdahulu tidak boleh bertentangan dengan informasi yang disampaikan kemudian. 3. Tepat waktu atau timingnya dapat dipergunakan tepat pada waktunya Dalam hendak menyampaikan informasi, harus dicari dan dipilihb saat-saat yang paling tepat. Sehingga informasi yang disampaikan itu dapat diterima dengan baik. 4. Dapat dipergunakan tepat pada waktunya
25
Suatu informasi harus sampai tepat pada saat yang diperlukan. Sehingga dapat dipergunakan secara efektif. Suatu informasi yang terlambat datangnya, akan kehilangan nilai dan kemanfaatnya. 5. jelas siapa yang dituju Suatu informasi harus dapat mencapai pihak-pihak yang dituju. Komunikasi akan akan berjalan secara lebih efektif, bilamana pihak pemberi komunikasi mengenal lebih baik pihak yang akan menerima informasi. 5) Pengembangan atau peningkatan pelaksana Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa pengembangan atau peningk--atan pelaksana mempunyai arti penting bagi proses dakwah. Sebab dengan adanya usaha memperkembangkan para pelaksana yan berarti kesadaran, kemampuan, keahlian, dan ketrampilan para pelaku dakwah itu selalu ditingkatkan dan dikembangkan dengan sising dan usaha-usaha dakwah, dapatlah diharapkan proses penyelenggaraan dakwah itu berjalan efektif dan efisien. (Shaleh, 1977) Untuk memperkembangkan kesadaran, kemampuan, keahlia, dan ketrampilan para pelaku dakwah, dapat dipergunakan berbagai macam metode. Metode itu antara lain adalah: a) Metode demontrasi Metode ini adalah dengan jalan para peserta yang akan dikembangkan kemampuan dan kecakapanya dalam menjalankan sesuatu tugas dakwah.
26
b) Metode kuliah Metode ini dipergunakan dengan jalan pelatih memberikan uraian-uraian dan penjelasan-penjelasan mengenai sesuatu persoalan. c) Metode konfrensi Metode ini dapat mengembangkan daya dan kemampuan berpikirnya dengan seluas-luasnya. d) Metode seminar Metode ini adalah memberikan kemungkinan para pesertanya untuk mengembangkan daya dan kemampuan berpikirnya denagn sebaik-baiknya. e) metode bacaan yang khusus direncanakan Pada metode ini adalah memberikan bahan bacaan yabf sengaja direncanakan untuk meningkatkan dan memprluas pengetahuan para petugas adalah merupakan metode pengembangan yang sangat baik. f) metode pemecahan masalah Penggunaan metode ini dilakukan dengan jalan kepada para peserta latihan diajukan beberapa masalah dan kepadanya diminta untuk memecahkan masalah. g) Metode tugas khusus Untuk meningkatkan kemampuan para pelaksana dakwah dalam menjalankan tugasnya.
27
h) Metode rotasi tugas kerjaan Cara ini direalisir dengan cara menggilirkan para pelaksana dakwah pada bagian-bagian atau biro-biro yang ada. i) Metode workshop atau lokakarya Lokakarya
merupakan pertemuan kerja
antara sejumlah
pelaksana yang dipimpin oleh seorang ahli.
2.2. Pengertian Pondok Pesantren Pesantren berasal dari kata “santri” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti tempat tinggal para santri (Dhofir, 1983: 18). Menurut Zamakhsari Dhofir pesantren yaitu sebuah asrama pendidikan tradisional dimana para peserta didiknya (santri) tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang kyai, asrama para santri tersebut berada di lingkungan kompleks pesantren yang terdiri rumah tinggal kyai, masjid, ruang untuk belajar mengaji dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainya. Sedangkan menurut Suharso pesantren sebagai asrama dan tempat muridmurid serta para santri mengajar mengaji (Suharso, 2005: 43, 377). Menurut Hasbullah, pesantren adalah suatu lembaga pendidikan dan pengajaran agamaIslam umumnya dengan cara non klasikal di mana kyai mengerjakan ilmu agama kepada santrinya berdasarkan kitab yang ditulis dalam bahas arab oleh ulama-ulama di abad pertengahan. Para santri biasanya tinggal di dalam pondok atau asrama dalam pesantren tersebut (Hasbullah, 2001: 24)
28
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang terdapat seorang Kyai yang mengajar dan mendidik santrinya beberapa kitab klasik secara non klaksikal dengan sarana yang ada dan masjid untuk melaksanakan kegiatan khususnya para masyarakat sekitar serta di dukung asrama sebagai tempat tinggal para santri. Hampir dapat dipastikan, lahirnya suatu pesantren barawal dari beberapa elemen dasar yang selalu ada di dalamnya. Ada lima elemen pesantren, antara satu dengan lainya tidak dapat dipisahkan,. Kelima elemen tersebut meliputi: Kyai, santri, pondok, masjid dan pengajaran kitab-kitab klasik atau yang sering di sebut kitab kuning. 1. Kyai Keberadaan Kyai dalam pesantren laksana jantung bagi kehidupan manusia. Intensitas Kyai memperlihatkan peran yang otoriter yang disebabkan karena kyailah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin dan juga pemimpin tunggal sebuah pesantren (Yasmadi, 2002: 63). Menurut asal-usulnya perkataan kyai dalam bahasa jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda. a. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang
dianggap
keramat, seumpama Kyai Garuda Kencana dipakai sebutan bagi kereta kencana emas yang ada di Keraton Yogyakarta. b. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.
29
c. Gelar yang di beriakan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki pesantren dan mengajarkan kitab-kitab klasik kepada santrinya (Dhofir, 1983: 55). Sedangkan yang dimaksud Kyai dalam pembahasan ini lebih mengacu kepada pengertian ketiga, walaupun sebenarnya gelar kyai saat ini tidak lagi hanya diperuntukkan bagi yang memiliki pesantren saja. Sudah banyak gelar kyai dipergunakan oleh ulama yang tidak memiliki pesantren. 2. Santri Santri adalah siswa atau murid yang belajar di pesantren. Menurut Nur Cholis Madjid, terdapat dua pendapat tentang asal-usul santri. Pertama, santri berasal dari bahasa sansekerta “sastri” yang artinya nelek huruf (tahu huruf). Kedua, santri berasal dari bahasa jawa yang persisnya berasal dari kata “cantrik” yang artinya seseorang yang selalu mengikuti seorang guru pergi, menetap dengan tujuan untuk berguru. (Madjid, 1997 :19-20) Pada umumnya, santri terbagi dalam dua kategori: a. Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah jauh dan menetap di pesantren. b. Santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekitar pesantren, mereka bolak-balik (ngalo) dari rumahnya sendiri. (Haedari, 2004: 35)
30
3. Pondok Pondok merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakan dengan sistem pendidikan tradisional yang berkembang di kebanyakan wilayah Islam di Negara-negara lain. Bahkan system asrama ini pula yang membedakan pesantren dengan sistem pendidikan
surau di daerah
Minangkabau. (Dhofir, 1983: 45) Dengan adanya pondok, santri dapat melatih diri dengan ilmu-ilmu praktis seperti kepandaian berbahasa Arab, Inggris, menghafal Al-Qur’an dan keterampilan yang lain. Sebab di pondok pesantren santri dapat saling mengenal dan terbina kesatuan untuk saling mengisi dan melengkapi diri dengan ilmu pengetahuan. 4. Masjid Masjid adalah sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar mengajar, masjid merupakan sentral sebuah pesantren karena di sinilah pada tahap awal tertumpu seluruh kegiatan di lingkungan pesantren, baik yang berkaitan dengan ibadah, sholat berjamaah, zikir, wirid, do’a. I’tikaf dan juga kegiatan belajar mengajar. (Yasmadi : 64) 5. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik Ada dua esensi seorang santri belajar kitab-kitab Islam klasik di samping mendalami isi kitab maka secara tidak langsung juga mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa kitab tersebut. Oleh karena itu seorang santri yang tamat belajarnya di pesantren cenderung memiliki pengetahuan bahasa Arab. Hal ini menjadi cirri seorang santri yang telah menyelesaikan
31
studinya di pondok pesantren. Yakni mampu memahami isi kitab sekaligus juga mampu menerapkan bahasa kitab tersebut menjadi bahasanya. Pengajaran kitab kuning diajarkan dengan system wetonan, sorogan dan bandungan. Dalam hal ini seorang kyai memberkan penjelasan dan pandangan tentang kitab tersebut di samping cara membacanya (Dhofir, 1983: 50).
2.3. Pembinaan Keagamaan a. Pengertian Pembinaan Agama Membicarakan
pengertian
pembinaan
agama
tidak
dapat
dilepaskan dari pembinaan dan agama itu sendiri. Pembinaan berarti usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995: 134). Sedangkan pengertian agama (yang dimaksud adalah agama Islam) menurut Sidi Gazalba bahwa agama dalam bahasa Indonesia umumnya dianggap sama dengan kata religi, bahasa inggrisnya religion dan bahasa belanda religie. Religi kepercayaan dan hubungan manusia dengan yang kudus dihayati sebagai hakekat yang ghaib, hubungan mana menyatakan diri dalam bentuk dan sistem kultus dan sikap agama dan hidup berdasarkan doktrin-doktrin (Gazalba, 1962: 2). Melihat pengertian pembinaan dari agama diatas, maka pengertian pembinaan agama adalah usaha tindakan dan kegiatan untuk
32
mempertahankan dan menyempurnakan kepercayaan dan hubungan manusia dengan yang kudus yang dilaksanakan dengan sistem kultus dan dan sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu. Dengan demikian pengertian pembinaan agama yang dimaksud penulis disini adalah usaha dan kegiatan untuk menyempurnakan mental (rohani) beragama yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna berdasarkan ukuranukuran dalam agama islam, sehingga mampu menjadikan agamanya sebagai pedoman dalam hidupnya. b. Dasar Pembinaan Agama Sebagaimana disebut diatas bahwa pembinaan agama merupakan usaha,tindakan
dan
kegiatan
untuk
mempertahankan
dan
menyempurnakan mental beragama yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna menuju terbentunya kepribadian menurut-menurut ukuran agama. Dalam al-Qur’an disebutkan:
Ç`tã tböqyg÷Ztƒur Å$rã•÷èpRùQ$$Î/ tbrã•ãBù'tƒur ÎŽö•sƒø:$# ’n<Î) tbqããô‰tƒ ×p¨Bé& öNä3YÏiB `ä3tFø9ur ÇÊÉÍÈ šcqßsÎ=øÿßJø9$# ãNèd y7Í´¯»s9'ré&ur 4 Ì•s3YßJø9$# Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung .(Q.S. Al imron :104). Sabda Nabi Muhammad saw.:
(
33
)
Barangah siapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran ubahlah dengan tangan. Jika tidak mampu maka dengan lidah. Jika tidak berdaya pula, maka ubahlah dengan hati.dan sikap ini merupakan selemah-lemah iman (HR. Muslim). (Nawawi: 262) Ini memberikan pengrtian dalam hal bahwa gerak langkah harus selalu berpedoman pada kitab Allah swt. dan Sunnah Nabi-Nya. Lebih lanjut Omar Muhammad al-Taumy al-Syaibani menjelaskan pengertian kitab adalah sebagai berikut: ”Al-quran yang diturunkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang lafalnya mengandung Mu jizat orang yang membacanya dianggap beribadah, yang dipindahkan tanpa putus (mutawatir) berguna untuk memutuskan dan meyakinkan yang tertulis di lembaran-lembaran (musahif) bermula dangan surat al-fatihah dan berakhir dengan surat an-naas . (Nawawi : 428) Al-Quran merupakan petunjuk hidup yang bijaksana bagi umat manusia dalam meniti hidup, sehingga dengan berpegang teguh terhadapnya akan tercapailah kebahagiaan di dunia dan akhirat. Didalamya terdapat firman Allah SWT dalam surat Thoha ayat 1-4:
`yJÏj9 Zot•Å2õ‹s? žwÎ) ÇËÈ #’s+ô±tFÏ9 tb#uäö•à)ø9$# y7ø‹n=tã $uZø9t“Rr& !$tB ÇÊÈ mÛ ÇÍÈ ’n?ãèø9$# ÏNºuq»uK¡¡9$#ur uÚö‘F{$# t,n=y{ ô`£JÏiB WxƒÍ”\s? ÇÌÈ 4Óy´øƒs† Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Quran Ini kepadamu agar kamu menjadi susah; Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), Yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang Tinggi . (QS. Taha: 1-4). Di dalam al-Quran terdapat berita-berita orang-orang sebelumnya dan sesudah kita serta hokum dan tatanan yang menjadi pemisah yang jelas dan pasti antara kebenaran dan kebatilan, selain itu al-Quran merupakan tali dari Allah swt. yang kokoh, peringatan yang bijak, yang
34
tidak mungkin oleh dibelokkan hawa nafsu dan dicampur adukkan dengan kata-kata manusia. Dengan demikian al-Quran sebagai dasar yang pertama telah meletakkan kerangka tingkah laku manusia yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan sunnah Nabi Muhammad saw. adalah dasar hukum kedua yang harus dijadikan pedoman dalam segala perilaku. Di dalamnya memberikan penegasan dan penjelasan dari al-Quran yang bersumber pula dari wahyu Allah SWT. Dengan berpegang teguh pada sunnah Nabi ini diharapkan menjadi sempurnalah keimanan guna mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. c. Tujuan Pembinaan Agama Suatu usaha yang dilakukan manusia haruslah mempunyai tujuan, karena dapat menentukan setiap gerak dan langkah yang akan dilakukan. Demikian pula upaya yang dilakukan dalam melaksanakan pembinaan agama tidak bisa dipisahkan dari tujuan yang akan dicapainya. Berbicara tujuan pembinaan agama tidak bisa dipisahkan dari pembinaan kepribadian manusia yaitu membentuk manusia yang bertaqwa. Sebagaimana pendapat dari Zakiah Derajat sebagai berikut: Selama dan setelah proses pembinaan agama itu berlangsung, maka orang dengan sendirinya akan menjadikan sebagai pedoman dan pengendali tingkah lakunya, sikap dan gerak-gerik dalam hidup, maka dengan sendirinya bukan karena paksaan dari luar batinnya, merasa lega dalam mematuhi segala perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.(Derajat, 1975 : 68 Sementara itu Hasan Langgulung menjelaskan lebih rinci lagi tentang tujuan pembinaan agama, yaitu sebagai berikut:
35
1. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat 2. Perwujudan dan sesuai dengan perundangan Islam 3. Persiapan untuk menjadi warga negara yang baik 4. Perkembangan pribadi yang menyeluruh dan terpadu (Langgulung, 1980: 179). Dari dua pendapat tujuan pembinaan di atas dapat dipahami bahwa pendapat dari Zakiah Derajat lebih dirinci oleh pendapatnya Hasan Langgulung. Sedangkan tujuan pembinaan agama menurut penulis yaitu membimbing manusia agar dapat
memahami menghayati serta
mengamalkan ajaran Agama yang dilakukan dengan penuh keikhlasan bukan karena terpaksa. Untuk mencapai tujuan-tujuan di atas maka akan dapat dicapai apabila diukung oleh: a. Hubungan kasih sayang antara anak dan orang tua yang dicintainya. b. Ketekunan menjalankan syari’at Agama terutama yang dilakukan dalam kelompok-kelompok (jama ah). c. Apabila remaja maupu masyarakat mampu mengatasi kebimbangan terhadap sifat-sifat Tuhan sehingga berhasil pula menghindarkan dari kemunkinan ingkar pada Tuhan (Derajat, 1970: 101). d. Proses Pembinaan Agama Islam Pembinaan agama bukanlah suatu proses yang dapat terjadi dengan cepat dan dipaksakan, tapi haruslah secara berangsur-angsur wajar, sehat dan sesuai dengan pertumbuhan, kemampuan dan keistimewaan umur yang sedang dilalui.
36
Proses pembinaan agama itu terjadi melalui dua kemungkinan: 1.
Melalui Proses Pendidikan Pembinaan agama melalui proses pendidikan itu harus terjadi sesuai dengan syarat-syarat psikologis dan pedagogis, dalam ketiga lembaga pendidikan, yaitu rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pembinaan agama itu harus dimulai sejak lahir, karena setiap jenjang yang dilalui anak akan menjadi bagian dari pribadinya yang akan bertumbuh nanti. Apabila kedua orang tuanya mengerti akan agama, maka pengalaman anak yang menjadi bagian pribadinya mengandung unsur-unsur agama pula. Kemudian setelah pembinaan agama itu ditanamkan di dalam rumah tangga harus dilanjutkan di lingkungan sekolah, dimana pembinaan diteruskan dan pengertian sedikit diberikan sesuai dengan pertumbuhan yang dilaluinya. Setelah anak mulai sekolah, banyak pengaruh-pengaruh masyarakat dan lingkungan menimpanya, baik yang positif maupun yang negatif. Semua pembinaan yang diberikan dirumah dan disekolah sangat mempengaruhi dalam perkembangan anak tersebut. Agar pembinaan agama tercapai, maka ketiga lembaga pendidikan (rumah, sekolah dan masyarakat) harus bekerja sama dan berjalan seirama, tidak bertentangan satu sama lain.
37
2.
Melalui proses pembinaan kembali. Yang
dimaksud
poses
pembinaan
kembali,
ialah
memperbaiki moral yang telah rusak, atau membina moral kembali dengan cara yang berbeda dari pada yang pernah dilaluinya dulu. Biasanya cara ini ditunjukkan pada orang dewasa yang telah melewati umur 21 tahun (Drajat, 1982: 72). Yaitu bagi mereka yang berumur lebih dari 21 tahun, yang belum pernah terbina agamanya, baik karena kurangnya pembinaan agama yang dilaluinya dulu, maupun karena belum pernah sama sekali mengalami pembinaan agama dalam segala bidang dilembaga pendidikan yang dilaluinya. Orang seperti inilah yang
menjadi sasaran dakwah.
Bermacam-macam pula tingkat pendidikan dan tingkat kedudukan sosial. Untuk mengadakan pembinaan diperlukan kecakapan, pengalaman dan seni tertentu. Karena bagi masing-masing sasaran, ada keadaan dan pengalaman-pengalaman masa lalu yang telah mewarnai pribadinya dan telah membuat pengaruh tertentu terhadap moralnya. Ada yang perlu ditangani secara perorangan dan ada pula yang dapat ditangani secara kelompok.
38
e. Unsur-unsur Pembinaan Agama Islam 1. Subyek Binaan Subyek binaan yang dimaksudkan di sini adalah pelaku pembinaan. Pelaku pembinaan dapat berupa : Ø Petugas khusus yang ditunjuk untuk tugas khusus tersebut (fulltimer) dan disingkat sebagai karyawan dengan tugas yang khusus untuk menangani masalah agama. Ø Petugas sambilan atau petugas rangkap yaitu petugas dari suatu bagian, bertugas pula selaku pembina rohani karena keahlianya. Ø Petugas tetap, tetapi berstatus honorer atau harian. Ø Ulama atau mubaligh setempat yang sewaktu-waktu mengisi pembinaan(Departemen Agama RI: 172). Adapun syarat pelaku pembinaan adalah sebagai berikut: Ø Berpengetahuan agama yang mandiri. Ø Penuh dedikasi. Ø Patut dijadikan contoh. Ø Pantas dijadikan ikutan. Ø Mempunyai rasa tanggung jawab berbangsa dan bernegara. Pada dasarnya pembina sama saja dengan pendidik. Untuk wewujudkan pendidik yang profesional, sebaiknya mengacu pada tuntunan Nabi saw, karena beliau adalah satu-satunya pendidik yang paling berhasil sebagai uswah hasanah pengemban ajaran Islam.
39
Pendidik
Islam
yang
professional
harus
memiliki
kompentensi-kompentensi sebagai berikut : Ø Penguasaan materi al-Islam yang komprehensif serta wawasan dan bahan pengayaan, terutama pada bidang yang menjadi tugasnya. Ø Penguasaan strategi (mencakup pendekatan, metode, dan teknik) pendidikan Islam termasuk evaluasi. Ø Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan. Ø Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan pendidikan Islam. Ø Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung yang mendukung kepentingan tugasnya (Muhaimin, 1993: 173). 2. Obyek Binaan Obyek
pembinaan
ini
tentunya
adalah
para
jemaat
pembinaan. Dalam suatu perkumpulan tentunya terdapat perbedaan, mulai dari latar belakang ekonomi, kondisi jiwa dan lainya. Adapun Obyek pembinaan dalam hal ini adalah masyarakat Sayung Demak. Dengan latar belakang dan karakter masyarakat Sayung Demak yang berbeda-beda diharapkan para pembina mampu menyampaikan Pendidikan Agama Islam dengan mengambil metode dan materi yang tepat agar nilai-nilai syariat Islam dapat terserap dengan baik.
40
3.
Materi Pembinaan Agama Islam Inti dari ajaran pokok agama Islam adalah meliputi : Ø Masalah keimanan (akidah): adalah bersifat i’tikad batin, berfungsi mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini. Ø Masalah keislaman (syariah): adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan semua hukum Tuhan, yang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia Ø Masalah ikhsan (akhlak): adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi kedua amal diatas dan mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia (Zuhairi, 1983: 60). Dari ketiga inti ajaran pokok tersebut dijabarkan kedalam bentuk rukun iman, rukun islam, akhlak. Dan dari ketiganya lahirlah beberapa keilmuan agama yaitu: Ø Ilmu Tauhid. Ø Ilmu Fiqih. Ø Ilmu Akhlak.
4. Metode Pembinaan Agama Islam Untuk mencapai suatu tujuan khususnya pembinaan agama Islam diperlukan sebuah metode. Metode adalah suatu cara yang ditempuh agar maksud suatu usaha itu tercapai. Allah berfirman :
41
(159:
)
Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (Q.S. Ali Imron : 159) Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa
mendidik itu
diperlukan suatu metode, harus dengan cara yang deduktif, metodis artinya dengan cara yang tepat. Allah berfirman :
(
:
)
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk . (Q.S. An Nahl : 125) 5. Media pembinaan Agama Islam Media pembinaan agama ialah perantara yang dapat digunakan dalam rangka pembinaan agama (Sholahuddin, 1987: 163). Pemakaian media dalam pembinaan dimaksudkan agar semua materi pembinaan dapat diterima dengan mudah oleh para siswa. Dalam hal ini obyek bina adalah masyarakat Sayung, maka dengan media diharapkan masyarakat Sayung dapat dengan mudah menangkap Pendidikan Agama Islam.
42
Adapun macam dari media pembinaan tersebut adalah sebagai berikut: Ø Lisan Ø Tulisan Ø Audio Visual f. Kriteria Keberhasilan Pembinaan Kriteria pembinaan dapat dikatakan berhasil apabila obyek atau sasaran pembinaan setelah mendapatkan pembinaan telah mengalami perubahan sikap dan tingkah laku. Dengan melihat perubahan sikap dan tingkah laku tersebut, maka akan diketahui tingkat keberhasilan dari pembinaan serta dapat lebih meningkatkan proses pembinaan sehingga pembinaan akan berhasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
43
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AL-MUBAROK SAYUNG DEMAK DAN MASYARAKAT SEKITARNYA
3.1. Sejarah Pondok Pesantren Al-Mubarok a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak Pondok pesantren Al-Mubarok merupakan lembaga pendidikan Islam yang didirikan oleh K. Ahmad Mufid pada tahun 1997. Berdirinya pondok pesanten Al-Mubarok ini diawali oleh keinginan masyarakat sekitar untuk mendirikan sebuah lembaga pondok pesantren yang nantinya berguna bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu K. Ahmad Mufid sebagai tokoh masyarakat menyetujui dan merealisasikan keinginan masyarakat tersebut, maka berawal dari sebidang tanah milik K. Ahamad Mufid sendiri dan bantuan dari masyarakat sekitar yang sangat atusias dibangunlah sebuah lembaga pondok pesantren yang kemudian dinamakan Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak. Pada awalnya Pondok Pesantren Al-Mubarok ini hanya memiliki beberapa orang santri saja, namun seiring berjalannya waktu Pondok Pesantren Al-Mubarok berkembang pesat dan memiliki banyak santri baik putra maupun putri. Pondok Pesantren Al-Mubarok berkembang sangat cepat selain dikarenakan dukungan penuh masyarakat sekitar, Pondok Pesantren ini juga memiliki sistem pendidikan yang sesuai dengan pondok
44
pesantren salafi seperti sorogan, membaca kitab-kitab kuning yang sangat sesuai dengan tradisi pembelajaran Islam di Jawa. Untuk mengembangkan sarana dan pra-sarana serta fasilitas Pondok Pesantren Al-Mubarok, K. Ahmad Mufid mengembangkan usahanya dengan mendirikan Koperasi Pondok yang nantinya hasil dari koperasi terebut digunakan untuk pengembangan sarana dan prasarana serta fasilitas Pondok Pesantren Al-Mubarok untuk menunjang kegiatan belajar mengajar (Wawancara, Hartini: 15 Nopember 2010). Sedangkan tujuan Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak adalah sebagai berikut: 1. Membangun masyarakat yang beriman, bertakwa serta mempunyai keahlian dalam bidang keagamaan. 2. Menfasilitasi masyarakat dalam mendalami ilmu khususnya ilmu agama. 3. Menjadikan
Pondok
Pesantren
Al-Mubarok
sebagai
pusat
pembelajaran, pendidikan dan ilmu pengetahuan di masa mendatang serta menetak santri yang mampu membina masyarakat (Wawancara, Muhammad Masyhudi, 22 Nopember 2010). b. Visi dan Missi Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak 1. Visi Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak Membina masyarakat agar berkepribadian Muslim yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam dan menanamkan nila-nilai ajaran Islam pada semua aspek kehidupan serta menjadikna
45
masyarakat sebagai pribadi-pribadi yang bermanfaat bagi Agama, Nusa dan Bangsa. 2. Misi Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak Ø Mendidik santri agar menjadi Muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, berakhlaq mulia, cerdas, terampil, sehat lahir batin. Ø Mendidik santri agar menjadi kader-kader ulama’ dan muballigh yang berjiwa ikhlas, tabah, tangguh dan mandiri dalam menjalankan syari’at Islam secara kaffah dan dinamis. Ø Mendidik santri agar menjadi insan yang berakhlak mulia. (wawancara, Hartini: 17 Nopember 2010). c.
Kurikulum Pondok Pesantren Al-Mubarok Ø Keagamaan: Tafsir, Hadits, Tauhid, Fiqh Ø Tata Bahasa: Nahwu dan Shorof Ø Pendidikan: Akhlak
d. Model Pendidikan Pondok Pesantren Al-Mubarok 1. Sorogan yaitu santri menghadap kyai dengan kitab yang telah dikaji untuk dibaca dihadapan kyai 2. Bandongan yaitu kyai membaca kitab sedangkan para santri mendengarkan 3. Sorban kyai membacakan kitab terlebih dahulu kemudian para santri disuruh maju satu persatu untuk membaca kitab.
46
e. Struktur Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak Ø Pelindung: Kepala Desa (Bp. Rohmadi) Ø Pendiri atau Pengasuh: K. Ahmad Mufid Ø Dewan Asatidz wal Ustadzat: Ustadz Munfa’at, Ustadz Nur Kholis, Ustadz Mashudi, Ustadz Nazaruddin, Ustadz H. Munsari, Ustadz Sholikhul Hadi, Ustadz Nur Alim, Ustadzah Hartini. Susunan Pengurus Putra Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak Ø Ketua: Ustadz Muhammad Masyhudi Ø Sekretaris: Ustadz Nur Alim Ø Bendahara: Mahfudz Rais dan Yazid Fathurrahman Ø Seksi Pendidikan: Said al-Khudri dan Nur Roqib Ø Seksi Keamanan: Nazaruddin Ø Seksi Kebersihan: Muhammad Agus. A dan Ahmad Imam Muhtadi Ø Seksi Pembangunan: Muhammad Azid Ø Seksi SAPRAHU: Muhammad Arifin, Abu Shomad dan Abu Choir Susunan Pengurus Putra Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak Ø Ketua: Ustadz Muhammad Masyhudi Ø Sekretaris: Ustadz Nur Alim Ø Bendahara: Mahfudz Rais dan Yazid Fathurrahman Ø Seksi Pendidikan: Said al-Khudri dan Nur Roqib Ø Seksi Keamanan: Nazaruddin
47
Ø Seksi Kebersihan: Muhammad Agus. A dan Ahmad Imam Muhtadi Ø Seksi Pembangunan: Muhammad Azid Ø Seksi SAPRAHU: Muhammad Arifin, Abu Shomad dan Abu Choir f. Nama-Nama Ustadz dan Ustadzah Pondok Pesantren Al-Mubarok NAMA USTADZ/AH NO 1 K. Ahmad Mufid 2
Ibu Nyai Munirah
3
Ustadz Muhammad Masyhudi
4
Ustadz Nazaruddin
5
Ustadz Nur Alim
6
Ustadz Solikhul Hadi
7
Ustadz Munfa’at
8
Ustadz Nur Kholis
9
Ustadz Muzammil
10
Ustadzah Hartini Tabel: 1 Jadwal Kegiatan Harian Pondok Pesantren Al-Mubarok
WAKTU 05.00-05.30
KEGIATAN Pengaosan Al-Quran
06.00-selesai 08.00-10.30
Lalaran (Khusus bagi yang mengkaji kitab) Sima’an (Khusus bai yang menghafal Al-Quran) Madrasah Diniyah
10.45-12.00
Istirahat dilanjutkan dengan shalat berjama’ah
13.00-14.00
Pengaosan kitab (
14.15-15.00
Istirahat dilanjutkan dengan shalat berjama’ah
48
)
15.30-16.45 17.00-selesai
Pengaosan Al-Quran bagi yang menghafal AlQuran Madrasah Diniyah (Khusus yang mengkaji kitab)
17.30-18.00
Istirahat dan shalat berjama’ah
18.30-selesai
Pengajian khusus bagi santri yang tidak mukim
Sebelum Isya’
Santri Putra : Santri Putri : Jama’ah Isya’ dilanjutkan dengan pengajian kitab :
19.30-selesai 21.00-22.00 22.00-23.15
Musyawarah (bagi yang mengkaji kitab) Sima’an (bagi yang menghafal Al-Quran) Membaca Shalawat Nariyah
Tabel: 2 Kegiatan Ekstra Pondok Pesantren Al-Mubarok sebagai berikut: 1. Khataman Al-Quran 2. Muhafadhah 3. Musyawarah Mudzakarah 4. Muhadharah (Latihan Khitobah) 5. Maulidiyah 6. Membaca Shalawat Nariyah 7. Manaqib 8. Tahlilan 9. Rebana (Khabsyi) 10. Ziarah Jum’at Pagi 11. Selapanan (mengadakan arwah jama’) 12. Ro’an (bersih-bersih)
49
13. PHBI 14. Memasak Penyiaran dakwah Kegiatan Ekstra Pondok Pesantren Al-Mubarok dengan menggunakan sarana kitab-kitab kuning dan juga Al-Quran yaitu dengan cara memberikan pemahaman kepada para santri tentang isi-isi
dari
Al-Quran
dan
kitab-kitab
untuk
kemudian
mengamalkannya. Hal semacam ini juga merupakan tujuan dakwah yaitu mengajak orang untuk meyakini dan mengamalkan Aqidah dan Syari’ah Islamiyyah yang terlebih dahulu diyakini dan diamalkan oleh seorang yang menyampaikan atau da i itu sendiri. g. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pondok pesantren Al-Mubarok dalam upaya pembinaan keagamaan masyarakat Sayung Demak: 1. Pengajian rutin setiap satu minggu sekali bagi masyarakat dengan bertemakan ketauhidan, syariah dan akhlak. 2. Membina masyarakat untuk shalat berjama’ah lima waktu. 3. Membina masyarakat dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat kemasyarakatan setiap satu bulan sekali seperti: kerja bakti 3.2 Gambaran Umum Masyarakat Sekitar Pondok Pesantren Al-Mubarok a. Letak Geografis Secara umum Desa Sayung termasuk dalam kecamatan Sayung, kabupaten Demak yang mempunyai luas wilayah kurang lebih sekitar 4, 149 Ha. Terbagi dalam berbagai wilayah yang sebagian besar wilayah berupa perumahan, persawahan. Terletak sekitar kurang lebih 3
50
kilometer dari kota Demak yang wilayahnya memiliki batas-batas sebagai berikut : Ø Sebelah utara
: Desa Sidogemah
Ø Sebelah selatan
: Desa Dempel
Ø Sebelah timur
: Desa Prampelan
Ø Sebelah barat
: Desa Purwosari
b. Kondisi sosial dan ekonomi Kesejahteraan dan ketentraman suatu desa atau dusun sebagian besar tergantung dari sikap golongan-golongan yang sudah ada di desa atau dusun itu. Kemudian semakin baik hubungan sosial mereka maka semakin sejahtera dan tentram kehidupan mereka. Demikian pula sebaliknya, maka jelaslah bahwa hubungan ini wajib dibina karena ini merupakan hal yang penting dalam masyarakat. Sikap masyarakat pedesaan berbeda dan bahkan bertolak belakang dengan masyarakat di perkotaan. Masyarakat perkotaan lebih banyak bersikap acuh tak acuh terhadap sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya, akan tetapi masyarakat pedesaan sebaliknya, mereka lebih sensitif dan peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya (Sayogyo, 1983: 34-41). Bahkan yang lebih menyolok lagi mereka (masyarakat pedesaan) masih hidup dengan sistimnya yang khas yakni kekeluargaan. Mereka lebih mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Begitu juga dengan masyarakat Sayung, mereka juga termasuk dalam lingkup masyarakat pedesaan, sifat ini tidak hanya terlihat karena letaknya yang jauh dari perkotaan tetapi lebih disebabkan oleh adanya
51
beberapa ciri yang melekat pada masyarakat desa Sayung. Ciri-ciri itu meliputi beberapa hal, antara lain : adanya interaksi sosial yang tinggi, gotong royong, maupun jiwa musyawarah. Hal ini dapat dibuktikan dari sikap mereka dalam kehidupan sehari-hari, misalnya jika ada kegiatan yang sifatnya sosial mereka tanpa disuruhpun akan ikut berpartisipasi secara sadar terhadap kegiatan tersebut. Contoh konkritnya ketika ada suatu kegiatan perbaikan jalan umum yang itu berjalan setiap minggu sekali, mereka pada waktunya dengan kesadarannya meninggalkan pekerjaan individunya untuk mementingkan kerja tersebut. Mereka akan lebih antusias lagi manakala yang akan dikerjakannya itu adalah pembangunan (perbaikan) masjid. Masyarakat sayung berjumlah kurang lebih 7569 jiwa yang mayoritas penduduknya beragama islam, jadi tidaklah heran kalau setiap ada peringatan hari-hari besar islam masyarakat sangat antusias untuk melewati evev-even yang sangat mereka nantikan dan mereka marakkan. Sebelum berdirinya pondok pesantren Al-Mubarok masyarakat atau ada sebagaian orang melakukan perbuatan munkar, seperti :berjudi, minumminuman keras .Namun seiring berdirinya pondok pesantren alMubarok, masyarakat sekitar yang dulunya pernah
melakukan
perbuatan-perbuatan maksiat yang di benci oleh Allah SWT, kini sudah aman dari jangkauan perbuatan-perbuatan maksiat. Masyarakat Desa Sayung 90% bergelut sebagai petani, nelayan maupun pedagang. Para petani setiap harinya pergi kesawah untuk menjalankan aktivitas sesuai dengan keadaan cuaca. Kalau musim hujan, para petani bersama-sama untuk menanam padi (sesuai yang sudah
52
dialami, bahwa untuk panen padi dalam satu tahun yaitu duakali), sedangkan kalau musim kemarau biasanya para petani menanam palawija, seperti: menanam jagung, menanam ketela dan sebagainya. Kesemuanya itu kalau sudah waktunya memanen barulah untuk di pasarkan. Sedangkan para nelayan setiap malam sekitar pukul 21.00 WIB, mereka mulai pergi untuk melaut. Biasanya mereka memekan waktu sampai dua hari dua malam untuk mendaatkan hasil tangkapan ikan. Dan hasil yang mereka peroleh nanti dibawa pulang dan baru dipasarka esok harinya oleh para istri mereka. Sebelum para neleyan melaut mereka melihat kondisi cuaca, jika keadaan cuaca memungkinkan untuk melaut maka mareka akan pergi melaut. Begitu juga sebaliknya jika keadaan cuaca tidak memungkinkan maka mereka tidak melaut. Kemudian para pedagang selain dari masyarakat menjual hasil panen yang mereka tanam pada musim kemarau, masyarakat pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan rumah tangga nantinya mereka jual di toko yang mereka bangun. Selain iti juga masyarakat ada yang berjualan di pasar dan mendirikan kios di pasar, yang mereka jual di antaranya seperti sembakau, pakaian, alat-alat bangunan, perlengkapan untuk para petani dan lain sebagainya (wawancara, Mahmudi: 01 Desember 201
53
BAB 1V ANALISIS TERHADAP STRATEGI DAKWAH PONDOK PESANTREN AL-MUBAROK DALAM UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN MASYARAKAT SAYUNG DEMAK
4.1 Analisis Strategi Dakwah Pondok Pesantren Al-Mubarok dalam Upaya Pembinaan Keagamaan Masyarakat Sayung Demak Sebuah lembaga dakwah dalam hal ini pondok pesantren dituntut untuk mencapai sebuah hasil yang memuaskan sesuai dengan visi dan misi suatu lembaga dakwah, maka dari itu sangat diperlukan adanya sebuah strategi dakwah yang efektif dan efisien dilanjutkan dengan pelaksanaan dari sebuah strategi dakwah yang telah dirancang dan ditetapkan bersama. Sebuah lembaga dakwah dalam proses mencapai sebuah tujuan diperlukan adanya strategi dakwah yang jitu agar ketika menjalankan fungsinya sebagai lembaga dakwah tidak menjadi sia-sia, karena untuk mencapai sebuah tujuan tanpa dilakukan dengan strategi yang jitu maka akan sulit untuk mencapainya. Pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak sebagai salah satu lembaga dakwah, sudah barang tentu memiliki strategi dakwah guna mencapai sebuah tujuan. Peranan strategi dakwah di pondok pesantren AlMubarok Sayung Demak dimaksudkan untuk menjadi landasan dakwah agar dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga dakwah dengan baik dan mencapai tujuan dakwah yang diinginkan.
54
Seperti yang disebutkan di kerangka teori dalam bab 2 bahwa strategi dakwah merupakan bagian dari manajemen yaitu pergerakan diikarenakan perannya sebagai lembaga dakwah, maka dari itu analisis terhadap strategi dakwah pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak kali ini penulis menggunakan kerangka teori tersebut. Langkah-langkah pergerakan dakwah ataupun strategi dakwah pondok pesantren Al-Mubarok sayung demak adalah sebagai berikut: a
Pemberian Motivasi K. Ahmad Mufid sebagai pimpinan dakwah pondok pesantren AlMubarok Sayung Demak dalam hal pemberian motivasi selalu memperhatikan segi-segi kemanusiaan dalam rangka membangkitkan semngat kerja dan pengabdian, yaitu sebagai berikut: 1
Mengadakan rapat bulanan yang dilakukan setiap 1 bulan sekali pada tanggal 15 bulan Hijriyyah yang dihadiri pimpinan dakwah serta para pelaksana dakwah. Rapat ini membahas, antara lain: Ø Pemberian motivasi dari K. Ahmad Mufid sebagai pimpinan dakwah kepada ustadz dan ustadzah sebagai pelaksana dakwah di pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak untuk meningkatkan spirit berdakwah para ustadz dan ustadzah. Ø Mencari
masukan-masukan
dan
saran-saran
dari
para
pelaksana dakwah dalam hal ini usatadz dan ustadzah di
55
pondok
pesantren Al-Mubarok
Sayung Demak dalam
mengambil keputusan tentang penyelenggaraan dakwah. Ø Memberikan informasi yang lengkap kepada para ustadz dan ustadzah tentang kegiatan dakwah. Ø Mengevaluasi kegiatan-kegiatan dakwah yang telah dilakukan oleh selama satu bulan termasuk penempatan para ustadz dan ustdazah baik dalam struktur keorganisasian maupun bidangbidang yang dijalankan. 2
Memberikan fasilitas-fasilitas yang memadai kepada para ustadz dan ustadzah untuk menumbuhkan semangat dalam berdakwah. Fasilitas-fasilitas yang diberikan kepada para ustadz dan ustadzah di pondok pesantren Al-Mubarok adalah: Ø Kantor pusat dakwah sebagai sarana untuk memenej kegiatankegiatan dakwah. Ø Asrama khusus uantuk para ustadz dan ustadzah. Ø Fasilitas-fasilitas yang
memadai untuk sarana kegiatan-
kegiatan dakwah seperti: gedung aula, gedung madrasah, masjid, sound system dan lain-lain. 3
Memberikan wewenang penuh kepada para ustadz dan ustadzah dalam mengambil keputusan ketika menyikapi apa-apa yang terjadi di lapangan pada saat penyelenggaraan dakwah.
56
b
Pembimbingan Pembimbingan yang dilakukan oleh K. Ahmad Mufid kepada para pelaksana dakwah dalam hal ini ustadz dan ustadzah tidak dalam pembimbingan secara khusus akan tetapi bersifat umum dan masih sangat minim sekali. Pembimbingan yang dilakukan oleh K. Ahmad Mufid mengarahkan kepada para ustadz dan ustadzah agar kegiatankegiatan dakwah yang dilakukan sesuai dengan tujuan dakwah yang utama pondok pesantren al-Muabarok Sayung Demak dengan cara merestui ataupun tidak merestui kegiatan-kegiatan dakwah yang akan dilakukan oleh para ustadz maupun usatdzah selaku pelaksana dakwah.
c
Penjalinan Hubungan Dalam rangka penjalinan hubungan yang baik antara para ustadz dan ustadzah pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak maka langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1.
Mengadakan musyawarah atau rapat setiap bulan yang dilakukan pada tanggal 15 bulan Hijriyyah dalam rangka koordinasi.
2.
K. Ahmad Mufid sebagai pimpinan dakwah melakukan wawancara secara khusus dengan para ustadz dan ustadzah dalam rangka memberikan pengarahan dan mempertugas tugas masing-masing pelaksana dakwah.
3.
Membuat rancangan kerja sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas-tugas masing-masing pelaksana dakwah yang diadakan
57
setiap satu tahun sekali. Contoh rancangan kerja pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak pada tahun 2009-2010: a. Ketua Ø Bertanggung jawab kepada semua anggota Ø Mengkoordinir semua kegiatan di pondok pesantren Almubarok Ø Mengkoordinir pengurus yang ada dibawah ini Ø Pemegang kebijakan terhadap program kerja b. Sekretaris Ø Menentuka kebijakan dalam bidang administrasi Ø Memimpin tugas-tugas kesekretariatan dan mengatur administrasi Ø Bertanggung jawab pada ketua c. Bendahara Ø Mengatur keuangan organisasi Ø Membuat laporan keuangan Ø Bertanggung jawab pada ketua d. Seksi Pendidikan Ø Membuat jadwal kegiatan harian seperti yang ada dalam bab III Ø Mengurus kegiatan-kegiatan di Madrasah
58
e. Seksi Keamanan Ø Bertanggung jawab atas keamanan pondok pesantren AlMubarok Sayung Ø Memberikan sanksi bagi santri yang melanggar f. Seksi Kebersihan Ø Mengadakan bersih-bersih dilingkungan pondok pesantren Al-Mubarok Sayung setiap satu minggu sekali yaitu pada hari jumat pagi Ø Bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan pondok g. Seksi Pembangunan Ø Mengurus pembangunan-pembangunan yang ada di pondok h. Seksi SAPRAHU Ø Mengurus sarana dan prasarana pondok Ø Bertugas
mengurus
Sayung(Dokumentasi
hubungan pondok
dengan
masyarakat
pesantren
Al-Mubarok
Sayung) d
Penyelenggaraan Komunikasi Penyelenggaran komunikasi yang dilakukan oleh K. Ahmad Mufid kepada para ustadz dan ustadzah adalah komunikasi yang bersifat informatif. Ini wajar dikarenakan dalam tradisi pondok pesantren salaf ustadz ataupun ustadzah masih merupakan santri dari kyai sehingga
59
harus tunduk dan patuh terhadap perintah kyai. Adapun penyelenggaraan komunikasi yang dilakukan oleh K. Ahmad Mufid adalah: 1.
Memberikan pengarahan tentang kegiatan-kegiatan dakwah yang selaras dengan tujuan dakwah pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak. Ini dilakukan setiap satu bulan sekali ketika rapat bulanan.
2.
Menerima segala bentuk kosultasi dari para ustadz dan ustadzah tentang penyelenggaraan dakwah. Ini dilakukan seperti open home namun khusus bagi para ustadz dan ustadzah pada malam jumat mulai pukul 21.00 sampai pukul 00.00.
e
Pengembangan atau peningkatan pelaksana Dalam rangka peningkatan dan pengembangan para ustadz dan ustadzah K. Ahmad Mufid melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membacakan kitab yang bertema tentang dakwah yang dikhususkan bagi para ustadz dan ustadzah seperti kitab ad-Da watut Tammah karangan Habib Umar dari Yaman setiap satu minggu sekali pada hari rabu tepatnya jam 20.00. 2. Langsung terjun ke lapangan penyelenggaraan dakwah untuk memberikan contoh kepada usatadz dan ustadzah tentang cara-cara berdakwah sekaligus memberikan semangat kepada para ustadz dan ustadzah.
60
4.2 Bentuk-Bentuk
Pembinaan
Keagamaan
yang
dilakukan
Pondok
Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak dalam Upaya Pembinaan Masyarakat Sayung Demak Pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak dalam pembinaan keagamaan pada masyarakat Sayung Demak menggunakan ketiga metode dakwah seperti yang disebutkan di atas yaitu metode dakwah bil hikmah, mai idzhah hasanah, mujadalah. Dari ketiga metode ini kemudian muncullah bentuk-bentuk pembinaan keagamaan. Adapun bentuk-bentuk pembinaan keagamaan yang dilakukan pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak adalah bersifat pembinaan tauhid, syariah, akhlak, penulis mencoba menklasifikasikannya menjadi dua bagian: a.
Proses pendidikan atau Internal pondok pesantren yaitu membentuk santri maupun santriwati menjadi da i dan da iyah yang ahli dalam bidang keagamaan, berakhlak mulia serta mampu terjun ke masyarakat. Bentukbentuk pembinaan keagamaannya adalah: 1.
Tauhid Ø Mengadakan pengajian kitab kuning yang berupa kitab-kitab yang berisi ajaran tauhid seperti: kitab Aqidatul Awam, Minhajul Abidin, Al-Hikam dan lain-lain.
2.
Syariah Ø Mengadakan pengajian kitab kuning yang berupa kitab-kitab yang berisi ajaran syariah seperti: kitab Mabaadi Al-Fiqhiyyah, Fathul
61
Qarib, Kifayatul Akhyar, Bidayatul Mujtahid, Tafsir Jalalain, Jam ul Jawami dan lain-lain. Ø Mewajibkan seluruh santri untuk shalat berjam’ah tepat waktu. Ø Membina para santri untuk berpuasa sunnah Ø Mengadakan kegiatan ekstra kurikuler sebagai bekal bagi santri agar menjadi da i dan da iyahyang serba bisa, yaitu berupa: muhadharah (latihan khitobah), musyawarah mudzakarah (latihan mendiskusikan tentang masalah-masalah keagamaan), rebana, hafalan dan lain-lain. 3.
Akhlak Ø Mengadakan pengajian kitab kuning yang berupa kitab-kitab yang berisi ajaran ikhsan seperti: kitab Ta limul Muta allim, Bidayatul Hidayah, Riyadus Shalihin, dan lain-lain Ø Membuat peraturan-peraturan yang mengikat untuk melatih kedisiplinan dan membentuk akhlak santri maupun santriwati agar memiliki akhlak yang baik, seperti: dilarang berpacaran, harus menutup aurat, menjaga kebersihan dan lain-lain.
b.
Proses pembinaan kembali atau Eksternal pondok pesantren yaitu melakukan pembinaan keagamaan pada masyarakat Sayung Demak, dalam hal ini yang telah beristri ataupun bersuami. Bentuk-bentuk pembinaan keagamaannya adalah: 1. Tauhid
62
Ø Mengadakan pengajian rutin yang bertemakan tentang keakidahan atau ketauhidan. Ini dilakukan langsung oleh K. Ahmad Mufid ataupun da i dan da iyah panggilan yang diadakan setiap satu bulan sekali pada tanggal 11 bulan Hijriyyah. 2. Syariah Ø Mengadakan pengajian rutin yang bertemakan tentang syariah dan fiqh. Ini dilakukan langsung oleh K. Ahmad Mufid ataupun da i dan da iyahpanggilan yang diadakan setiap satu bulan sekali pada tanggal 11 bulan Hijriyyah. Ø Membina
warga
masyarakat
untuk
melaksanakan
shalat
berjama’ah lima waktu. Ø Membina warga masyarakat untuk melaksanakan puasa-puasa sunnah. Ø Mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat kemasyarakatan seperti: kerja bakti
3. Akhlak Ø Mengadakan pengajian rutin yang bertemakan tentang ikhsan atau akhlak. Ini dilakukan langsung oleh K. Ahmad Mufid ataupun da i dan da iyah panggilan yang diadakan setiap satu bulan sekali pada tanggal 11 bulan Hijriyyah. Ø Meramaikan budaya amar ma’ruf nahi mungkar di kalangan masyarakat Sayung Demak
63
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitan dan beberapa landasan teori yang ada, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa strategi dakwah yang dilakukan oleh pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak adalah: Ø Pemberian Motivasi •
Mengadakan rapat bulanan yang dilakukan setiap 1 bulan sekali pada tanggal 15 bulan Hijriyyah yang dihadiri pimpinan dakwah serta para pelaksana dakwah. Rapat ini membahas, antara lain: Pemberian motivasi, Mencari masukan-masukan dan saran-saran dari para usatadz dan ustadzah, Memberikan informasi yang lengkap kepada para ustadz dan ustadzah tentang kegiatan dakwah, Mengevaluasi kegiatan-kegiatan dakwah yang telah dilakukan oleh selama satu bulan
•
Memberikan fasilitas-fasilitas yang memadai kepada para ustadz dan ustadzah: Kantor pusat dakwah, Asrama khusus untuk para ustadz dan ustadzah, Fasilitas-fasilitas yang
memadai untuk sarana
kegiatan-kegiatan dakwah seperti: gedung aula, gedung madrasah, masjid, sound system dan lain-lain. •
Memberikan wewenang penuh kepada para ustadz dan ustadzah
64
Ø Pembimbingan: Pembimbingan yang dilakukan oleh K. Ahmad Mufid mengarahkan kepada para ustadz dan ustadzah agar kegiatan-kegiatan dakwah yang dilakukan sesuai dengan tujuan dakwah yang utama pondok pesantren al-Muabarok Sayung Demak dengan cara merestui ataupun tidak merestui kegiatan-kegiatan dakwah yang akan dilakukan oleh para ustadz maupun usatdzah selaku pelaksana dakwah. Ø Penjalinan Hubungan: Mengadakan musyawarah atau rapat setiap bulan, melakukan wawancara secara khusus dengan para ustadz dan ustadzah, Membuat rancangan kerja sebagai pedoman dalam melaksanakan tugastugas masing-masing pelaksana dakwah. Ø Penyelenggaraan
Komunikasi:
Memberikan
pengarahan
tentang
kegiatan-kegiatan dakwah yang selaras dengan tujuan dakwah pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak, Menerima segala bentuk kosultasi dari para ustadz dan ustadzah tentang penyelenggaraan dakwah. Ø Pengembangan atau peningkatan pelaksana: Membacakan kitab adDa watut Tammah karangan Habib Umar dari Yaman, Langsung terjun ke lapangan penyelenggaraan dakwah untuk memberikan contoh kepada usatadz dan ustadzah. Sedangakan bentuk-bentuk pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak adalah berupa pembinaan keagamaan pada bidang Tauhid, Syariah, Akhlak. Kegiatan yang
65
dilakukan adalah berupa pengadaan pengajian yang bertemakan ketauhidan, syariah dan akhlak. 5.2 Saran-Saran Walaupun dari semua pengamatan dan penelitian yang penulis lakukan hendaknya ada
beberapa hal yang harus penulis kemukakan sebagai
bentuk saran: a) Walaupun strategi dakwah di pondok pesantren Al-Mubarok sudah terlaksana dengan baik akan tetapi masih perlu adanya penerapan strategi dakwah yang lebih baik. b) Hendaknya pondok pesantren Al-Mubarok mengadakan musyawarah bersama yang melibatkan seluruh komponen yang diadakan secara berkala, tetap dan terjadwal agar terciptanya hubungan yang harmonis. c) Dalam rangka upaya untuk meningkatkan pembinaan keagamaan perlu adanya kerjasama terhadap berbagai pihak seperti lembaga lainya untuk memberikan dukungan. d) Pondok Pesantren Al-Mubarok diharapkan untuk menambah kegiatankegiatan yang bersifat bakti sosial seperti : sunatan masal, bazar, pengobatan gratis dan lain-lain. Hal ini agar Pondok Pesantren AlMubarok dapat dengan mudah berinteraksi dengan masyarakat sehingga kegiatan dakwah dapat dilakukan dengan baik.
66
5.3 Penutup Tiada kata yang terucap dari dari mulut dan hati penulis kecuali syukur Kepada Allah SWT. Apa yang penulis lakukan tidak akan berarti dan tidak akan terlaksana tanpa campur tangan Allah SWT sabagai sang pencipta. Dan tiada yang diharapkan kecuali ridho-Nya. Karena ridho inilah yang akan menghantarkan penulis meniti jalan kehidupan di hari ini khususnya dan hari yang akan datang. Apa yang penulis hasilkan bukanlan semata-mata hasil kemampuan penulis yang dianggap mampu membuat serta menyelesaikan skripsi. Ini semua adalah anugerah Allah SWT yana setiap orang pasti memilikinya. Untuk itu kritik dan saran dan masukan dari semua pihak adalah yang penulis harapkan dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi para pembaca.
67
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Black. James A dan Champion. Dean J, 2009.Metode dan Masalah Penelitian Sosial . terj. E. Koswara, Dira Salam, Alfin Ruzhendi. Bandung :PT. Refika Aditama. Dardjat, Zakiah, 1975. Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang ........................., (1982) Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental.Jakarta: Bulan Bintang. ........................, (1970) Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. Departemen Agama RI, Tuntunan Praktis Penerangan Agama Islam (Jakarta : Multi Yoga dan CO, [t.t.]) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Dhofir, Zamakhsari.1982. Tradisi pesantren. Jakarta: PT. Matahari Bakti. ........................., (1983) Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES. Gazalba, Sidi. 1962. Masjid Pusat Ibadah Dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Antara. Hadi, Sutrisno. 1987. Metodologi penelitian research I. Yogyakarta: yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.
68
Haedari, Amin dan Hanif, Ahmadlah. 2004. Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Global. Jakarta: Bumi Aksara. Hasbullah. 2001. sejarah pendidikan islam di indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada Koentjaraningrat, 1997. Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Langgulung, Hasan. 1980.
Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam.
Bandung: Bulan Bintang. Madjid, Nur Cholis. 1997. Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta : Paramadina Mahfudz, Sholahuddin. 1987. Metodologi Pendidikan agama, Surabaya : PT Bina Ilmu,. Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Marbuan, 1977. Proses Pengembangan Desa Menyongsong Tahun 2000. PT. Erlangga. Moleong, Lexy J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Muhaimin- Mujib, Ahmad, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung : Trigenda Karya, 1993) Pimay, Awaludin. 2006. Metodologi Dakwah. Semarang: Rasail.
69
Qomar, Mujamil. 2002. Pesantren dari Trasformasi Metodologis Menuju Demokratisasi Imstitusi. Jakarta: Erlangga. Rofiq A. dkk. 2005. Pemberdayaan Pesantren. Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara. Yogyakarta. Sayogyo, Pujiwati. 1983. Sosiologi Pedesaan, Jilid I, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Shaleh, Rosyat. 1977. Manajemen Dakwah. Jakarta: Bulan Bintang. Suharso, dan Ana Retnoningsih. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: CV. Wijaya Kusuma. Yasmadi, 2002. Modernisasi Pesantren. Jakarta: Ciputat Press. Yunus, Mahmud. 1988. Terjemah Al-Qur an. Bandung: Al-Hikmah Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Surabaya : Usaha Nasional, 1983.
70
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nurul khikmah
Tempat/ tanggal lahir
: Demak, 04 januari 1987
Alamat rumah
: Sayung RT 01 RW IV, Sayung Demak.
Alamat sekarang
: Jl. Irigasi Mangkang Kulon Tugu Kota Semarang.
Pendidikan: 1. SD N 1 Sayung lulus tahun 1999. 2. MTS Nahdlatusy Syubban Sayung lulus tahun 2002. 3. SMA Islam Sudirman Bringin Semarang lulus tahun 2005. 4. Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang. Demikian riwayat hidup penulis dibuat dengan sebenar-benarnya, kepada yang berkepentingan harap menjadikan maklum adanya.
Semarang, 31 Desember 2010
Nurul Khikmah 1105056
71
Pengajian Umum dalam Rangka Haflah Akhirussanah dan Khotmil Qur’an Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak
72
Bpk. K.H. Zaenal Arifin sebagai pembicara pengajian umum dalam rangka Haflah dan Khotmil Qur’an
Pembacaan kalimat thayyibah Oleh Bpk. K.H. Ahmad Badri
73
Sambutan pengasuh pondok pesantren Al-Mubarok (K. Ahmad Mufid)
Peserta Khotimin-Khotimat bin-nadhor dan bil-khifdhi
74
Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak
75