Stock assesment of portunus crab (Portunus pelagicus). Landed on Pengudang village of Bintan Diskiet
Rina Muliana Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP UMRAH,
[email protected]
Andi Zulfikar, S.Pi, MP Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected] Tengku Said Raza’I, S.Pi, MP Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRACT Portunus crab is one of fisheries commudities with high economical the demand for this crab is very high value and potentially redveed the natural stock of portunus crab. This research was conveted to asses natural stock of portunus crab at Pengudang village. The purposes of this research are assesment of stock of potunus crab through mortality and exploitation rate, including lenght-growth ratio as supplement for analysis. Total sampel was 570 measured lenght was carapacl lenght. From this research the range in tsual of portunus crab was from 5-10 cm with four cohort. Growht coefitient was 0,408/year. Total mortality rate was 1,302 and exploitation rate was 0,26 (meaning that exploitation of portunus crab was still in underfishing emdition)
Keywords : Stock assessment, Portunus crab, Lenght and weight relationship, Mortality
1
Kajian Stok Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus) Yang di Daratakan di Desa Pengudang Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauana Riau
Rina Muliana Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP UMRAH,
[email protected]
Andi Zulfikar, S.Pi, MP Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected] Tengku Said Raza’I, S.Pi, MP Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRAK Kepiting rajungan merupakan salah satu komoditas perikanan penting yang bernilai ekonomis tinggi. Tingginya permintaan pasar terhadap kepiting rajungan dapat mengakibatkan upaya penangkapan kepiting rajungan yang juga akan meningkat oleh karena itu penelitian mengenai stok kepiting rajungan di Desa Pengudang perlu di teliti. Penelitian ini di laksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2015 di Desa Pengudang Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi stok kepiting rajungan, mengtahui laju mortalitas dan laju eksploitasi kepiting rajungan yang ada di perairan Desa Pengudang. Total sampel kepiting rajungan yang di ukur selama penelitian berjumlah 570 karapas. Kisaran panjang 5-15 cm yang terdiri atas 4 kelompok ukuran kepiting rajungan. Nilai Koefesien pertumbuhan (K) sebesar 0,408 per tahun. Sedangkan untuk hubungan panjang berat kepiting rajungan adalah allometrik negatife yang berarti pertumbuhan panjang karapas lebih cepat di bandingkan pertumbuhan bobot daging. Laju mortalitas total (Z) yaitu 1.302 dan di dapatkan laju eksploitasi (E) kepiting rajungan sebesar 0,26 per tahun.
Kata kunci : Stok, Kepiting Rajungan, Hubungan Panjang Berat, Mortalitas
2
I.
Adapun tujuan dari penelitian ini
PENDAHULUAN Kepiting rajungan merupakan salah
adalah sebagai berikut:
satu komoditas perikanan yang patut di
1. Mengetahui
kondisi
stok
kepiting
kembangkan karena semakin meningkatnya
rajungan yang ada di perairan Desa
harga pasaran dan permintaan di setiap
Pengudang Kecamatan Teluk Sebong.
tahunnya. Berdasarkan Data Statistik DKP
2. Mengetahui
laju
mortalitas
dan
pada tahun 2008 harga kepiting rajungan
eksploitasi kepiting rajungan di perairan
berkisar Rp. 25.000/kg dan meningkat
Desa
hingga Rp. 45.000/kg pada tahun 2014. Hal
Sebong
ini juga dibuktikan setiap tahunnya hampir
Kemudian manfaat yang di peroleh dari
90% produksi daging rajungan Indonesia
Pengudang
Kecamatan
Teluk
hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
masuk ke Pasar Amerika (Agustina et al.,
Hasil penelitian ini di harapkan dapat
2014).
di jadikan sebagai : Karena tingginya permintaan kepiting
1. Salah satu sumber
informasi dasar
rajungan dalam perekonomian maka akan
mengenai potensi sumberdaya kepiting
mendorong
rajungan yang ada di ekosistem Desa
meningkatnya
penangkapan
kepiting rajungan, sehingga di duga akan memicu
terjadinya
penangkapan
Pengudang Kecamatan Teluk Sebong.
yang
2. Sebagai informasi dalam pengambilan
berlebihan atau overfishing. Sampai saat ini
kebijakan
belum
pengelolaan kepiting rajungan secara
mengenai
banyak
dilakukan
stok
populasi
pengkajian terhadap
untuk
pemanfaatan,
berkelanjutan.
sumberdaya kepiting rajungan. Tindakan
3. Diharapkan dapat menjadi bahan acuan
pengelolaan yang rasional agar sumberdaya
atau referensi untuk penelitian-penilitian
rajungan
selanjutnya mengenai kepiting rajungan.
mampu
berada
dalam
keseimbangan yang lestari, di pengaruhi
II.
oleh beberapa faktor penting, di antaranya
TINJAUAN PUSTAKA Kepiting rajungan yang bernama latin
adalah parameter populasi yang berkaitan
(Portunus
dengan laju pertumbuhan, laju kematian dan
kepiting yang berhabitat alami hanya di laut.
laju eksploitasi kepiting rajungan. Oleh
Suadela (2004) dalam Pasisingi (2011)
karena itu pengkajian stok kepiting rajungan
menyebutkan bahwa di Indo Pasifik Barat
penting untuk dilakukan agar dapat menduga
jenis kepiting dan rajungan di perkirakan
populasi kepiting rajungan yang ada di alam
ada 234 jenis, sedangkan di Indonesia ada
dan untuk tercapainya pemanfaatan dan
sekitar 124 jenis. Empat jenis rajungan di
pengelolaan yang berkelanjutan khususnya
antaranya yang dapat dimakan (edible crab)
di Desa
selain tubuhnya berukuran besar juga tidak
Pengudang
Kecamatan Teluk
Sebong.
pelagicus),
menimbulkan
merupakan
keracunan,
yaitu
jenis
jenis
rajungan (Portunus pelagicus), rajungan
3
bintang
(Portunus
sanguinolentus),
Sparre
dan
Venema
rajungan karang (Charybdis feriatus) dan
mengemukakan
rajungan angin (Podopthalmus vigil).
pengkajian stok ikan adalah memberikan
Menurut
Mossa
(1980)
dalam
saran
bahwa
(1999)
tentang
maksud
pemanfaatan
dari
optimum
Juwana (1997) habitat rajungan dapat di
sumberdaya hayati perairan seperti ikan dan
katakan di mulai dari daerah pantai dengan
udang. Sumberdaya hayati bersifat terbatas
dasar pasir bercampur dengan rumput-
tetapi
rumput laut di pulau-pulau karang dan juga
Pengkajian stok ikan dapat di artikan
di laut-laut terbuka. Rajungan juga terdapat
sebagai
di daerah bakau, di tambak-tambak air payau
pemanfaatan yang dalam jangka panjang
yang berdekatan dengan air laut. Rajungan
memberikan hasil tangkapan maksimum
sering terlihat berenang dekat permukaan
perikanan dalam bentuk bobot.
dapat
memperbaharui
upaya
dirinya.
pencarian
tingkat
dan dapat di temukan pada kedalaman
Tujuan utama dari pengkajian stok
kurang dari 1 meter sampai kedalaman lebih
ikan dari stok yang di eksploitasi adalah
dari 65 meter. Dalam kehidupan di alam,
untuk meramalkan apa yang terjadi dalam
rajungan sering bersama-sama binatang lain
hal hasil di masa depan. Tujuan dasar dari
serta hidup bebas didasar laut.
pengkajian stok ikan di lukiskan pada
Untuk mengetahui musim pemijahan
Gambar 3. Sumbu mendatar adalah upaya
kepiting rajungan dapat dilakukan dengan
penangkapan yang diukur, misalnya jumlah
mengamati kematangan gonad rajungan
hari kapal penangkap. Sumbu yang lain
(Kembaren, 2012). Menurut Romomohtarto
adalah hasil tangkapan, yakni ikan yang
(2005) dalam Kembaren (2012) musim
didaratkan dalam satuan bobot. Sampai pada
pemijahan rajungan terjadi di sepanjang
tingkat
tahun dengan puncaknya terjadi pada bulan
tangkapan yang sejalan dengan peningkatan
Desember, Maret, Juli dan September.
upaya penangkapan.
Rajungan
banyak
tertentu
akan
diperoleh
hasil
menghabiskan
Stok di artikan sebagai suatu gugus
hidupnya dengan membenamkan tubuhnya
dari satu spesies yang umumnya di anggap
di permukaan pasir dan hanya menonjolkan
sebagai unit taksonomi dasar. Konsep stok
matanya untuk menunggu ikan dan jenis
berkaitan erat dengan konsep parameter
invertebrata
pertumbuhan dan mortalitas.
lainnya
yang
mencoba
mendekati untuk di serang atau di mangsa.
Suadi dan Widodo (2008) dalam
Perkawinan rajungan terjadi pada musim
Pasisingi
panas, dan terlihat yang jantan melekatkan
pengakajian stok mencakup suatu estimasi
diri pada betina kemudian menghabiskan
tentang
beberapa
sumberdaya. Selain itu, mencakup pula
waktu
perkawinan
dengan
berenang (Susanto, 2010 dalam Jafar, 2011).
4
(2011)
jumlah
menyatakan
atau
pendugaan
terhadap
sumberdaya
yang
di
kelimpahan
laju
bahwa
dari
penurunan
akibatkan
oleh
penangkapan
serta
tingkat
kelimpahan
dalam penelitian ini adalah data primer dan
dimana stok dapat menjaga dirinya dalam
sekunder. Data primer merupakan data yang
jangka panjang.
di ambil dari survei lapangan seperti
III.
METODE
pengukuran panjang, lebar, dan berat sampel
A.
Waktu dan Tempat
yaitu kepiting rajungan dan dari hasil
Penelitian ini di mulai dari bulan
wawancara responden terpilih yang di
Februari sampai dengan bulan Maret 2015.
wawancarai dengan menggunakan kuisioner
Lokasi penelitian ini yaitu di pendaratan
terhadap nelayan penangkapan kepiting
kepiting rajungan yang terletak di Desa
rajungan di Desa Pengudang. Data sekunder
Pengudang
Sebong
di peroleh dari literatur-literatur dan instansi
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau
terkait dengan penelitian ini. Data primer di
(Gambar 1).
peroleh dari pengambilan sampel yang di
Kecamatan
Teluk
lakukan
Gambar. 1 Peta Lokasi Penelitian
dengan
menggunakan
metode
sampel acak. Pengambilan sampel kepiting rajungan menggunakan alat tangkap yang biasa di gunakan oleh masyarakat yaitu dengan menggunakan alat tangkap yang biasa di sebut bubu. Pengambilan
sampel
kepiting
rajungan dilakukan dengan interval waktu pengambilan sampel yang sama yaitu 3 kali B.
Alat dan Bahan
seminggu selama 2 bulan sampai total target
Bahan
kepiting rajungan yaitu 570 ekor. Hal ini
dan alat yang digunakan
dalam penelitian ini pada Tabel 1:
berpedoman pada Carlander (1956) dalam
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan
Miller (1966) bahwa minimal jumlah contoh
No. Alat
Bahan
yang di perlukan pada tingkat kepercayaan
1. Jangka Sorong
1. Kepiting Rajungan
99%, 98%, 95% adalah 550, 300 dan 150
2. Timbangan 2 kg
2. literatur-literatur
dengan asumsi contoh yang di ambil sudah mewakili populasi yang sebenarnya.
3. Alat Tulis 4. Kamera Digital 5. Kuisioner
C.
Metode Penelitian Metode penelitian yang di gunakan
dalam penelitian ini adalah metode survey yakni
pengamatan
langsung
terhadap
kondisi lapangan. Data yang digunakan
5
D.
Dimana; r = lebar kelas, pb= panjang
Prosedur Penelitian Langkah-langkah
prosedur
dan
tertinggi, pk = panjang terpendek
pengambilan sampel sebagai berikut :
b. Menentukan jumlah kelas 1 + 3,32 log N
1. Menyusun kerangka sampling
(N= jumlah data)
2. Menetapkan jumlah sampel yang akan di
c. Menghitung lebar kelas, L= r / jumlah
ambil. Sampel yang di ambil 3 kali
kelas (L = lebar kelas, r = wilayah kelas)
dalam satu minggu selama 2 bulan
d. Memilih ujung bawah kelas interval
sampai total target yaitu 570 ekor.
e. Menentukan
frekuensi
jumlah
kelas
3. Pengambilan sampel di ambil secara
masing-masing selang kelas yaitu jumlah
tersistem. Pendataan sampel berdasarkan
frekuensi di bagi jumlah total di kalikan
panjang, lebar berat sampel kepiting
100.
rajungan
dan total rata-rata hasil
tangkapan
kepiting
rajungan
2. Identifikasi Kelompok Ukuran
yang
Kelompok ukuran kepiting rajungan di
berasal dari Desa Pengudang Kecamatan
pisahkan
Teluk
Bhattacharya di lanjutkan dengan metode
Sebong
Kabupaten
Bintan
Provinsi Kepulauan Riau. E.
dengan
menggunakan
metode
NORMOSEP (Normal Seperation, FISAT
Analisis Data
II). Metode Bhattachatya (1967) berguna
Hasil penelitian akan di analisis dan
untuk pemisahan suatu distribusi komposit
di sajikan
berupa penyajian data primer
kedalam distribusi-distribusi normal yang
kepiting rajungan dalam bentuk tabel, kurva,
terpisah, yakni bila sejumlah kelompok
dan gambar. Analisis data untuk menghitung
umur (kohort) yang terdapat dalam sampel.
panjang berat sampel menggunakan bantuan
Metode bhattacharya pada dasarnya terdiri
software FISAT II Ver I.2.2 yang di
atas pemisahan sejumlah distribusi normal,
keluarkan oleh FAO-ICLARM
dan secara
masing-masing mewakili suatu kohort ikan,
manual menggunakan Microsoft Excel 2010.
dari distribusi keseluruhan, di mulai dari
Analisis data yang di lakukan mencakup
bagian sebelah kiri dari distribusi total
sebagai berikut :
(Sparre & Venema, 1999).
1. Sebaran Frekuensi Panjang
3. Parameter Pertumbuhan (L∞, K) dan to
Sebaran frekuensi panjang di dapatkan
Plot Ford-walfrod merupakan salah satu
dengan menentukan selang kelas, nilai
metode paling sederhana dalam menduga
tengah kelas, dan frekuensi dalam setiap
persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy
kelompok
dengan interval waktu pengambilan contoh
panjang.
Analisis
frekuensi
panjang menurut Sparre dan Venema (1999)
yang sama (Sparre dan Venema, 1999). Lt = L∞(1 – e [- k ( t-to)])
di dasarkan ukuran panjang dapat di ketahui dengan melakukan analisa data sebagai
Umur teoritis pada saat panjang sama
berikut :
dengan nol dapat diduga secara terpisah
a. Menentukan wilayah kelas, r = pb-pk
6
menggunakan persamaan empiris Pauly
menggerombol dengan cara mengalihkan
(Pauly, 1983) :
persamaan diatas dengan nilai 0,8 sehingga
Log(-tg)=0,3922–0,2752(logL∞)–1,038(logK)
untuk spesies yang hidupnya menggerombol
4. Hubungan Panjang Berat
nilai dugaan menjadi 20% lebih rendah
Hubungan panjang berat di gambarkan
yaitu:
dalam dua bentuk yakni isometrik dan
M = 0.8*exp[-0.0152 - 0.279*ln Loo+
allometrik ( Hile 1936 dalam Effendi, 1997),
0.6543* ln K + 0.463* ln T]
untuk kedua pola ini berlaku persamaan:
Keterangan :
W=aLb
M
= mortalitas alami
L∞ =panjang asimotik pada persamaan
Jika di lenierkan melalui transpormasi logaritma, maka di peroleh persamaan :
pertumbuhan Von Bertalanffy K
=koefisien
pertumbuhan
pada
Untuk mendapatkan parameter a dan b,
persamaan
pertumbuhan
Von
di gunakan analisis regresi linier sederhana
Bertalanffy
Log W = Log a + b Log L
dengan Log W sebagai “y” dan Log L
T
= rata-rata suhu permukaan air (0C)
sebagai “x”, Sehingga di dapat persamaan :
Laju
Y= a + b x.
ditentukan dengan :
Untuk menguji nilai b=3 atau b ≠ 3
F
mortalitas
penangkapan
(F)
= Z-M
(b>3, pertambahan berat lebih cepat dari
Laju
eksploitasi
pada pertambahan panjang) atau (b<3,
membandingkan mortalitas penangkapan (F)
pertambahan panjang lebih cepat dari pada
terhadap mortalitas total (Z) (Pauly, 1984): 𝑭
pertambahan berat) dilakukan uji-t (Sukimin
𝑭
Laju mortalitas penangkapan (F) atau laju
H0 : β = 3, hubungan panjang dengan berat
ekploitasi optimum menurut Gulland (1971)
adalah isometrik
in Pauly (1984) adalah : F optimum = M dan
H1 : β ≠ 3, hubungan panjang dengan berat
Eoptimum = 0.5, jika E> 0,5 menunjukkan
adalah allometrik.
nilai ekploitasi yang tinggi (over fishing);
5. Mortalitas dan Laju Eksploitasi
E< 0,5 menunjukkan nilai ekploitasi yang
Laju mortalitas (Z) di duga dengan kurva
masih
tangkapan yang di linierkan berdasarkan
rendah
(under
fishing);
E=0,5
menunjukkan pemanfaatan optimum (Sparre
data komposisi panjang (Sparre & Venema,
dan Vanema 1999).
1999) dengan tahap-tahap sebagai berikut : ln M = -0.0152 – 0.279*ln L∞+ 0.6543*ln K + 0.463*ln T
IV.
HASIL DAN PEMABAHASAN
A.
Penangkapan dan Alat Tangkap Berdasarkan hasil penelitian yang di
Selanjutnya Pauly (1983) dalam Sparre
lakukan pada bulan Februari sampai dengan
dan Vanema (1999) menyarankan, bahwa memperhitungkan
dengan
E𝑭+𝑴 = 𝒁
et al, 2006), dengan hepotesis :
untuk
ditentukan
Maret 2015 di Desa Pengudang melalui
kebiasaan
kuisoner
7
dengan
penampung
kepiting
rajungan dan para nelayan yang menangkap kepiting
rajungan
bahwa
penangkapan
kepiting rajungan di lakukan setiap hari dan daerah penangkapan berada di perairan Desa Pengudang
Kecamatan
Teluk
Sebong
Kabupaten Bintan Kepulauan Riau, lokasi penangkapan berkisar 500 meter dari bibir
Gambar 3. Sebaran Ukuran Kepiting
pantai. Menurut (Juwana, 2000 dalam
Rajungan (Portunus pelagicus)
Junedi, 2009) rajungan biasa hidup di pantai
C.
Identifikasi Kelompok Umur
dengan substrat dasar pasir, pasir lumpur,
Jumlah
dan juga di laut terbuka. Penangkapan kepiting
rajungan
di
Desa
kepiting
rajungan
objek
penelitian yaitu 570 ekor dan mendapatkan
Pengudang
hasil pemisahan kelompok ukuran yang
menggunakan alat tangkap bubu. Bubu
terdiri atas 4 kelompok seperti yang di
merupakan salah satu alat tangkap yang
sajikan pada Gambar 4.
terbuat dari jaring yang cara pengoperasian nya di letakkan di dasar perairan dan di dalam jaring di beri umpan contohnya seperti ikan. B.
Sebaran
Frekuensi
Panjang
Kepiting
Rajungan
(Portunus
pelagicus) Data
Gambar 4. Kelompok Ukuran Panjang
minimum
lebar
karapas
Kepiting Rajungan (Portunus- pelagicus)
rajungan dan maksimum lebar karapas
Hasil pemisahan kelompok ukuran
kepiting rajungan yang di daratkan pada
kepiting
rajungandi
tempat pendaratan kepiting rajungan di Desa
kepiting
rajungan
Pengudang secara keseluruhan adalah 5 cm
memiliki panjang rata-rata, jumlah populasi
dan 15 cm, rataan kepiting rajungan secara
dan indeks separasi di sajikan pada Tabel 2.
keseluruhan 10,11 cm, dan di dapatkan nilai
Tabel 2. Sebaran Kelompok Ukuran
tengahnya yaitu 10,15 cm, keragaman
Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus)
tempat
pendaratan
Desa
Pengudang
di
ukuran kepiting rajungan adalah 1,74 cm, sedangkan selisih ukuran maksimum dan
No.
Lt (mm)
Jumlah
Stedev
Indeks separasi (I)
minum kepiting rajungan 10,10 cm, ukuran
1. 2. 3. 4.
61.511 87.386 116.685 124.563 Total
8 269 142 24 444
2.081 2.742 1.642 1.653
10.722 13.375 4.782
kepiting rajungan
yang paling banyak
tertangkap di Perairan Desa Pengudang adalah 9.90 cm Sebaran ukuran kepiting rajungan di tiap bulannya di sajikan pada
Dari Tabel di atas diketahui bahwa
Gambar 3.
jumlah
8
total
kepiting rajungan contoh
sebenarnya (nilai observasi) yang di amati
Berdasarkan persamaan pertumbuhan
sebanyak 570 ekor, jumlah ini lebih besar di
kepiting rajungan yang diperolah dapat di
bandingkan jumlah total kepiting rajungan
buat suatu kunci hubungan antara lebar
contoh yang telah di analisis yaitu sebanyak
karapas dengan umur rajungan dengan
444 ekor. Hal ini di sebabkan karena
menggunakan beberapa variasi nilai umur
pengacakan dalam pengambilan sampel dan
(bulan) dan panjang teoritis (cm) sampai
ukuran
menumpuk
kepiting rajungan berumur 60 bulan. Kurva
pemisahan
pertumbuhan kepiting rajungan di sajikan
yang
seragam
mengakibatkan
dan
sulitnya
kelompok ukuran panjang kepiting rajungan
pada Gambar 5.
sehingga 126 ekor tidak dapat di hitung dalam analisis. Parameter Pertumbuhan (L∞, K
D.
dan
t0)
Kepiting
Rajungan
(Portunus pelagicus). Pertumbuhan kepiting rajungan di duga dengan menggunakan persamaan Von Bertalanffy.
Hasil
analisis
Gambar 5. Kurva Pertumbuhan
parameter
Kepiting Rajungan
pertumubuhan (K) dan panjang infinitive (L∞) serta umur teoritis kepiting rajungan
Berdasarkan Gambar kurva di atas
pada saat panjang sama dengan nol (t0) di
diketahui
sajikan pada Tabel 3.
rajungan pada fase awal hidupnya sampai
Tabel
3.
Parameter
dengan
Pertumbuhan
bahwa
umur
pertumbuhan
9
bulan
kepiting
mengalami
Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus)
pertumbuhan yang cepat dan di ikuti
Berdasarkan Model Von Bertalanffy (K,
pertumbuhan yang lambat pada saat kepiting
L∞,t0)
rajunga berumur 10 sampai dengan 59
A 50.65
b 0.665
K 0.408
LINF 151
LOG(-t0) 0.197
bulan. Hal ini di karenakan kepiting
-t0 t0 1.572 -1.572
rajungan Persamaan
pertumbuhan
pada saat berumur 15 sampai
dengan 59 bulan sudah mencapai panjang
Von
Bertalanffy yang terbentuk dari kepiting
maksimalnya
rajungan di pendaratan kepiting rajungan di
menjadi
Desa Pengudang diperoleh Lt = 151 (1-e 0,408(t+1,572]
[-
sehingga
lambat
atau
pertumbuhannya tidak
ada
lagi
pertumbuhan. E.
). Berdasarkan persamaan tersebut
Hubungan Panjang Berat
di dapatkan nilai koefesien pertumbuhan (K)
Analisis hubungan panjang berat
kepiting rajungan sebesar 0,408 dan panjang
menggunakan data panjang total karapas dan
maksimum
yang
berat basah kepiting rajungan contoh untuk
tertangkap di perairan Desa Pengudang
melihat pola pertumbuhan individu kepiting
adalah 151 mm.
rajungan
kepiting
rajungan
9
yang
di
daratkan
di
Desa
Pengudang.
Hubungan
panjang
berat
kepiting rajungan disajikan pada Gambar 6.
Gambar 7. Kurva Hasil Tangkapan yang Dilinearkan Berbasis Lebar Karapas
Gambar 6. Hubungan Panjang Berat Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus)
Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus) : Titik yang di gunakan dalam analisis
Hasil analisis perhitungan panjang
regresi untuk menduga Z
berat kepiting rajungan di sajikan pada
: Titik yang belum masuk kawasan
Tabel 4.
penangkapan
Tabel 4. Hasil Perhitungan Panjang Berat Hasil analisis dugaan mortalitas dan N
A
B
R2
W=aLb
Pola Pertumbuhan
570
0.904
2.146
0.766
2.47L2.146
Allometrik Negatif
eksploitasi kepiting rajungan di sajikan pada Tabel 5.
Dari hasil analisis hubungan panjang
Tabel 5. Laju Mortalitas dan Laju
berat kepiting rajungan yang di sajikan di
Eksploitasi Kepiting Rajungan (Portunus
atas di dapatkan persamaan y = 2.146x +
pelagicus)
0.904 di mana nilai a = 0.904 nilai b = 2,146 dan hubungan panjang karapas kepiting rajungan dengan berat tubuh pada kepiting
Laju
Nilai (per tahun)
Mortalitas Total (Z)
1.302
Mortalitas Alami (M)
0.961
Mortalitas Penangkapan (F)
0.34
Mortalitas Eksploitasi (E)
0.26
rajungan mempunyai persamaan W = 2.47 L2.146. F.
Laju Mortalitas dan Laju Eksploitasi Analisis
laju
mortalitas
mortalitas
total
kepiting
rajungan (Z) sebebesar 1.302 per tahun
kepiting
dengan laju mortalitas alami (M) sebesar
rajungan di lakukan dengan menggunakan
0.961
estimasi mortalitas dari FISAT-II, yang di
per
tahun.
Laju
mortalitas
penangkapan (F) di dapatkan sebesar 0.34
dasarkan pada data lebar karapas kepiting
per tahun, di mana mortalitas alami ini lebih
rajungan yang tertangkap. Kurva hasil
besar
tangkapan yang di linearkan berbasis data
di bandingkan dengan mortalitas
penangkapan.
lebar kepiting rajungan yang di gunakan dapat di lihat pada Gambar 5.
10
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
nelayan penangkap kepiting rajungan
A.
Kesimpulan
Desa Pengudang.
Adapaun hasil penelitian di Desa
2. Penambahan jumlah nelayan tangkap
Pengudang
dapat
di
ambil
beberapa
di
kepiting rajungan agar pemanfaatan yang
kesimpulan sebagai berikut :
optimum secara berkelanjutan dapat tercapai
1. Stok kepiting rajungan yang di daratkan
3. Perlu adanya penelitian mengenai status
di Desa
keberlanjutan kehidupan kepiting rajungan
Pengudang
Kecamatan Teluk
Sebong terbagi atas 4 kelompok ukuran
di Desa pengudang.
umur. Ukuran kepiting rajungan
DAFTAR PUSTAKA
dominan
tertangkap
yaitu
yang
terdapat
di
Andhikaprima. 2010. Pengantar Pengkajian
kelompok ukuran umur yang ke 2 dengan
Stok Ikan.
panjang 10 cm. Ukuran tersebut termasuk
http://andhikaprima.wordpress.com.
dalam fase kepiting muda yang berarti boleh
di akses pada 19 Desember 2014
di tangkap hal ini sesuai dengan PERMEN–
DJunedi, A. 2009. Kelulushidupan dan
Kp/ 2015 Nomor 1 tentang penangkapan
Pertumbuhan
rajungan dapat di lakukan dengan ukuran
(Portunus pelagicus) Pada Budidaya
sama dengan 10 cm atau di atas 10 cm.
Dengan
2. Laju
mortalitas
total
Berbeda. Fakultas Perikanan dan
rajungan
yang
daratkan
Pengudang
di
Kecamatan
(Z)
kepiting di
Teluk
Desa
Ilmu
Sebong
Crablet
Substrat
Rajungan
Dasar
Kelautan.
Yang
Universitas
Diponegoro. Semarang.
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan riau
Jafar, L. 2011. Perikanan Rajungan Desa
adalah 1,302 per tahun. Sedangkan nilai laju
Mattiro Bombang (Pulau Salemo,
eksploitasi
Desa
Sebangko dan Segara) Kabupaten
Pengudang sebesar 0,26 dengan hubungan
Pangkep. Skripsi, Program Studi
panjang
Manajemen
kepiting
berat
rajungan
kepiting
di
rajungan
yang
Sumberdaya
Perairan
bersifat allometrik negatif yang artinya
Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu
pertumbuhan laju panjang
Kelautan dan Perikanan, Universitas
lebih cepat
daripada pertumbuhan berat. B.
Hasanuddin Makassar. Juwana, S. 1997.
Saran Adapun saran dari hasil penelitian ini
Tinjauan Tentang
Perkembangan Penelitian Budidaya
sebagai berikut:
Rajungan (Portunus Pelagicus) .
1. Perlu di adakan sosialisasi mengenai
Oseana, Volume Xxii, Nomor 4, 1997
penangkapan terhadap ukuran dan alat
: 1 – 12
tangkap kepiting rajungan yang mengacu
Kembaren, Duranta D., Dan Erfind Nurdin.
kepada PERMEN–Kp/ 2015 Nomor 1
2013.
Dinamika
Populasi
Dan
tentang penangkapan rajungan, dengan para
Tingkat Pemanfaatan Udang Windu (Penaeus Monodon) Di Perairan
11
Tarakan, Kalimantan Timur. J. Lit. Perikan. Ind. Vol.19 No. 4 Miller, E. E. 1966. How Big a Sampel. Dalam: Calhoun, A. (Ed). Inland Fisheries Management. State of California: The Resource Agency, Department of Fish and Fish Game. 546 p. Pasisingi, N. 2011. Model Produksi Surplus Untuk
Pengelolaan
Sumberdaya
Rajungan (Portunus Pelagicus) Di Teluk
Banten
Kabupaten
Serang
Provinsi Bant. Skripsi. Departemen Manajemen Fakultas
Sumberdaya Perikanan
Perairan.
Dan
Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Sparre, P. dan SC, Venema, 1999.Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis Buku: 1 Manual Kerjasama
(Edisi
Terjemahan).
Organisasi
Pangan,
Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan,
Badan
Pengembangan
Penelitian
Pertanian,
dan
Jakarta,
438.
12