STIGMATISASI BIDAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIV DAN AIDS DI KOTA SEMARANG Ayu Fitriani ABSTRAK Latar Belakang: Stigmatisasi karena HIV dan AIDS telah diakuidsebagai salah satu tantangan terbesar untuk meningkatkan perawatan HIV dan AIDS di seluruh dunia. Stigmatisasi bidan pada ibu hamil dengan HIV dan AIDS merupakan hasil keterwakilan dari tiga komponen dalam proses kognitif bidan, yaitu pelabelan ibu hamil HIV dan AIDS, penilaian ringkas mengenai ibu hamil HIV dan AIDS serta budaya dan pengalaman bidan yang didapat dari lingkungan bidan. Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stigmatisasi bidan pada ibu hamil dengan HIV dan AIDS di Kota Semarang. Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan mengaplikasikan teori sosial kognitif. Subjek penelitian terdiri dari 4 kelompok diskusi, yaitu kelompok diskusi bidan rumah sakit, bidan puskesmas, bidan praktik swasta dan bidan PMTCT. Pengambilan data dilakukan dengan teknik focus group discussion (FGD). Analisis data dengan analisis kualitatif dan diolah dengan cara deskriptif isi. Hasil : Penelitian ini menunjukkan bahwa stigmatisasi ibu hamil HIV dan AIDS lebih banyak ditemukan di kelompok diskusi bidan praktik swasta dibanding kelompok diskusi lainnya. Sebagian besar bidan praktik swasta menganggap ibu hamil HIV dan AIDS adalah wanita pekerja seks dan seseorang yang memiliki perilaku menyimpang, menganggap ibu hamil HIV dan AIDS memiliki virus mematikan dan membahayakan sehingga bidan akan membedakan pelayanan pada ibu hamil HIV dan AIDS dengan pasien lainnya. Kesimpulan : Stigmatisasi ibu hamil HIV dan AIDS dipengaruhi oleh pemahaman dan penilaian bidan mengenai HIV dan AIDS serta didukung oleh budaya dan pengalaman bidan. Informasi mengenai HIV dan AIDS mempengaruhi persepsi bidan terhadap ibu hamil HIV dan AIDS. Bidan cenderung memperhatikan cara penularan HIV, yaitu melalui hubungan seksual dan penggunaan narkoba sehingga HIV dianggap sebagai penyakit yang erat kaitannya dengan perilaku-perilaku yang tidak baik.
Kata Kunci: stigmatisasi, ibu hamil HIV dan AIDS, bidan
meningkatkan jumlah bayi terinfeksi HIV di
PENDAHULUAN
masyarakat. (KPA, 2010)
Berdasarkan laporan United Nations Agency
Berdasarkan data yang di peroleh dari
for International Development (UNAIDS) dan World Health Organization (WHO)
Departemen
mengenai
Kesehatan
tahun
2007
tercatat
epidemi AIDS di dunia bulan Desember 2009,
sebanyak 9000 ibu hamil penderita HIV positif,
menunjukkan adanya 2,7 juta infeksi HIV baru. Di
kasus ini jika tidak segera ditangani maka akan ada
Asia, Jumlah orang yang hidup dengan HIV
3000 kasus bayi yang dikhawatirkan lahir dengan
sebanyak
4,7 juta dan diperkirakan 330.000
HIV positif setiap tahunnya. Di telusuri lebih lanjut,
kematian diakibatkan oleh AIDS (UNAIDS, 2009).
data pada 2008 menunjukkan, jumlah ibu hamil
Di Indonesia, Pada tahun 2009 jumlah kasus orang
yang mengikuti test HIV sebanyak 5.167 orang,
dengan HIV dan AIDS mencapai 18.442 orang di
dimana 1.306 (25%) diantaranya positif HIV
mana proporsi bagi perempuan meningkat menjadi
(Candra, 2010).
2010).
Stigma dan diskriminasi karena HIV dan
pada
AIDS menjadi tantangan dalam menekan pandemik
perempuan ini menunjukkan epidemi AIDS di
di dunia. Beberapa lembaga internasional seperti
Indonesia makin meningkat dan dipastikan akan
WHO, UNAIDS, dan United States Agency for
25
%
(4.701
Meningkatnya
kasus) proporsi
(Depkes
RI,
kasus
AIDS
International
61
Development
(USAID)
telah
membuat fenomena ini sebagai prioritas utama
Berdasarkan perkiraan keseluruhan risiko penularan
mereka (UNAIDS, 2002a).
dari ibu ke anak, baik melalui kehamilan,
HIV dan AIDS sering dikaitkan dengan
persalinan, maupun air susu ibu, sebanyak 25-45
perilaku menyimpang seperti homoseksual, pekerja
persen (Fadilah, 2006). Berdasarkan hal tersebut,
seks, pengguna narkoba atau penyakit kutukan
bidan
Tuhan. HIV tidak dapat disembuhkan dan dapat
pengetahuan yang baik mengenai HIV dan AIDS
menyebabkan kematian, itulah alasannya mengapa
serta memiliki sikap yang baik dalam menangani
stigma
pasien HIV khususnya ibu hamil dengan HIV dan
negatif
dan
diskriminasi
muncul
di
masyarakat . Stigma dan diskriminasi dapat terjadi
di
Kota
Semarang
dituntut
memiliki
AIDS (PKBI, 2007).
di mana saja dan kapan saja. Dapat terjadi dalam
Berdasarkan
informasi
yang
telah
keluarga, masyarakat, sekolah, tempat ibadah,
dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam
tempat kerja, juga tempat pelayanan hukum dan
penelitian ini adalah
kesehatan. Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA)
bidan pada ibu hamil dengan HIV dan AIDS di
dapat didiskriminasi dalam kapasitas pribadi dan
Kota Semarang?”
profesional, sementara lembaga atau institusi bisa
Tujuan
”
Bagaimana stigmatisasi
dari penelitian adalah untuk
melakukan diskriminasi melalui kebijakan dan
mengetahui sikap stigmatisasi bidan pada ibu hamil
kegiatan mereka (UNAIDS, 2002b).
dengan HIV dan AIDS di Kota Semarang serta
Stigma
HIV dapat meningkatkan isolasi
sosial dan depresi atau hambatan untuk
mengetahui pembentuk sikap stigmatisasi pada ibu
akses
hamil HIV dan AIDS.
pelayanan kesehatan bagi Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA). Sikap tenaga kesehatan yang
METODE PENELITIAN
menstigma ODHA dapat menghalangi ODHA untuk
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
mengikuti tes HIV, sehingga mengurangi
dengan teknik pengumpulan data dilakukan secara
kesempatan mereka untuk mendapatkan perawatan
FGD (Focus Group Discussion). Kelompok Diskusi
yang mereka butuhkan dan membatasi ruang
terarah atau FGD dibagi menjadi empat kelompok
lingkup dan efektivitas upaya pencegahan (Li li et
diskusi berdasarkan tempat pelayanan bidan di Kota
al, 2006). Selain itu, tenaga kesehatan yang tidak
Semarang yaitu Kelompok Diskusi Bidan Praktik
sensitif mengenai bahaya stigma akan mengancam
Swasta, Kelompok Diskusi Bidan Rumah Sakit,
kerahasiaan mengenai pasien ODHA (Kompas,
Kelompok
2010).
Bidan
Puskesmas
dan
Kelompok Diskusi Bidan PMTCT atau Prevention Bidan sebagai ujung tombak pelayanan ibu
of Mother to Child HIV Transmission/ Pencegahan
hamil dan melahirkan mempunyai peran sangat
Penularan HIV dari Ibu ke Anak. Jumlah informan
strategis dalam upaya menekan laju pertumbuhan
sebanyak 24 informan dengan setiap kelompok
penyakit HIV dan AIDS (Fadilah, 2006) di Kota Semarang.
Kota
Semarang
dengan
diskusi terdiri dari 6 informan. Untuk validasi data
jumlah
dilakukan
penduduk sekitar 1,5 juta orang, diperkirakan
(DKK
Semarang,
dilakukan
dengan secara
teknik indepth
sumber dilakukan pada Ketua IBI (Ikatan Bidan
yang dibantu oleh bidan sebanyak 94 % yaitu 26. hamil.
data
sumber
interview atau wawancara mendalam. Triangulasi
kehamilan setahunnya dengan jumlah persalinan
ibu
triangulasi
pengumpulan
terjadi kehamilan sebanyak 2,2% atau 20.000
332
Diskusi
Indonesia)
2009).
Kota
Semarang,
Kepala
Bidan
Puskesmas, Kepala Bidan Rumah Sakit dan Kepala
62
Bidan PMTCT. Untuk menganalisis data penelitian
pasangan dan informasi mengenai pengalaman
digunakan analisis kualitatif bersifat terbuka yang
teman
menggunakan proses induktif, proses berfikir
mempengaruhi sikap informan pada ibu hamil HIV
induktif dimulai dari data yang terkumpul atau
dan AIDS. Menurut Parker dan Aggleton , stigma
keputusan-keputusan khusus kemudian diambil
dan diskriminasi HIV dan AIDS erat kaitannya
kesimpulan secara umum. Pengolahan datanya
dengan stigma seksual. Hal ini karena kebanyakan
dilakukan dengan dengan cara deskriptif isi
HIV menular melalui hubungan seksual, dan di
(content analysis). Aktivitas dalam analisis data
sebagian besar wilayah dunia, epidemi HIV
yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi.
diawali pada populasi yang memiliki praktik
dalam
melayani
ibu
hamil
HIV
seksual yang dianggap menyimpang dari norma
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden
masyarakat , seperti homoseksual, pergaulan bebas dan prostitusi (Aggleton et al, 2002). Berikut petikan pernyataan oleh beberapa informan bidan
Sebagian besar pendidikan formal yang terakhir dicapai oleh
praktik swasta;
seluruh informan dari
“ya...itu sih mbak...saya pernah ngobrol-ngobrol sama bidan yang ada di bandungan ...kalau yang penampilannya seperti orang yang kerja di karokean...mungkin terkena HIV...” (informan 4, Bidan Praktik Swasta)
kelompok diskusi bidan adalah DIII Kebidanan. Semakin lama masa kerja bidan ditemukan semakin banyak pengalaman bidan yang berkaitan dengan orang dengan HIV baik pengalaman langsung
“Mungkin HIV dan AIDS ini sebagai teguran ya…ketika seseorang berperilaku menyimpang maka akan mendapatkan ..mm..seperti ini akibatnya … ketika kita berperilaku baik maka kebaikan pula yang kita panen” (informan 3, Bidan Praktik Swasta)
maupun pengalaman teman sendiri. Pengalaman ini ditemukan pada bidan PMTCT yang memiliki masa kerja lebih lama dibanding informan lain, mereka beberapa kali mendapatkan informasi kasus HIV dari bidan-bidan lain di Kota Semarang . begitu
Dalam persepsi informan, HIV adalah virus
pula dengan bidan Puskesmas yang memiliki masa
mematikan dan membahayakan. Persepsi tersebut
kerja paling lama, bidan puskesmas tersebut beberapa
kali
memiliki
pengalaman
adalah evaluation summary (Tarsidi, 2011)
bertemu
atau
bentuk penilaian bidan pada virus HIV yang
dengan orang dengan HIV.
dimiliki ibu hamil, hal ini menjadi dasar bagi
Stigmatisasi Bidan pada Ibu Hamil dengan HIV dan AIDS di Kota Semarang
informan untuk memberikan perlakuan pada pasien HIV. Penilaian tersebut membentuk keputusan informan untuk memisahkan peralatan makan dan
Stigmatisasi ibu hamil HIV dan AIDS lebih
minum ibu hamil dengan HIV, menambahkan
banyak ditemukan di kelompok diskusi bidan
tindakan yang ada pada prosedur PI seperti
praktik swasta dibanding kelompok diskusi lainnya.
tambahan sterilisasi untuk peralatan bekas pakai
Sebagian besar bidan praktik swasta menganggap
dan pemberian kode pada tempat sampah untuk ibu
ibu hamil HIV dan AIDS adalah wanita pekerja
hamil dengan HIV dan AIDS. Sebagian besar
seks dan seseorang yang berperilaku menyimpang.
informan akan memberikan sterilisasi tambahan
Stigma tersebut dibentuk dari pemahaman informan
untuk alat-alat yang telah digunakan oleh ibu hamil
dan informasi yang diterima informan mengenai
HIV dan AIDS. Sterilisasi tambahan bertujuan
WPS dan HIV. Dalam pemahaman informan, HIV
untuk mencegah penularan virus HIV pada pasien
dapat menular melalui perilaku berganti-ganti
lain. Bentuk sterilisasi tambahan antara lain dengan
63
“sebaiknya ibu hamil dengan HIV memang harus ditempatkan di ruang khusus. Karena jika ibu hamil dengan HIV ditempatkan diruangan umum takutnya menular ke pasien lain … kan bisa menularkan lewat udara .. jika pasien lain mempunyai luka terbuka kan bisa tertular... selain itu juga agar daya tahannya tidak menurun dan bisa bertahan dengan keadaan yang baik..” (Informan 3, Bidan Rumah Sakit)
mengukus alat- alat lebih lama dan pengulangan sterilisasi pada alat-alat yang telah digunakan pasien
HIV
dan
AIDS.
Dalam pemahaman
informan sampah pasien HIV lebih berbahaya dibanding pasien lainnya bahkan salah satu informan akan membakar sampah dari ibu hamil dengan HIV, oleh karena itu, sebagian besar
Seluruh informan akan merujuk ibu hamil
informan akan memberikan kode sampah untuk ibu
dengan HIV. Sebagian
hamil dengan HIV dan AIDS. Hal ini seperti yang
informan beralasan
memberikan pelayanan pada ibu hamil HIV
diungkapkan oleh informan berikut ini;
memiliki resiko tertular HIV, untuk itu ibu hamil
“kalau menurut saya harus diberi kode...karena sampahnya lebih berbahaya dari yang lain, jadi benar-benar harus dipisahkan...” (Informan 2, Bidan Praktik Swasta)
lebih baik dirujuk pada pelayanan lain, hal ini didasarkan pada ketakutan informan akan virus HIV yang mematikan. Selain itu beberapa informan
Pada bidan rumah sakit, HIV pada ibu hamil
menyatakan
dipandang sebagai virus menular yang mematikan,
dokter spesialis Obsgyn. Penelitian yang dilakukan
HIV menjadi pemikiran pada informan untuk
oleh tim studi stigma HIV di Tanzania tahun 2007
memisahkan ruangan dan alat makan minum bagi
menemukan diskriminasi pasien HIV, dokter-dokter
Sebagian informan dari bidan
umum di Tanzania lebih banyak memilih untuk
rumah sakit memiliki pemahaman jika HIV bisa
tidak menerima pasien HIV di tempat praktiknya
menular melalui air liur, dimana air liur tersebut
(USAIDS, 2007). Hal ini seperti yang diungkapkan
bisa menempel di alat makan dan minum yang telah hamil
HIV
dan
bukanlah
sedangkan kehamilan patologis adalah kewenangan
dan pengetahuan yang salah mengenai transmisi
ibu
HIV
adalah ibu hamil dengan kehamilan patologis,
hamil HIV. Ketakutan informan akan virus HIV
dipergunakan
pasien
kewenangan bidan karena ibu hamil dengan HIV
hal ini menjadi dasar stigmatisasi bidan pada ibu
ibu hamil HIV.
bahwa
oleh informan berikut ini:
menurut
“bukan wewenang..itu bukan ranah kita..jadi buat apa kita mengambil yang bukan ranah kita bagian kita malah nanti ...kalau ada apa-apa kita yang disalahkan juga ..” (Informan 4, Bidan Puskesmas)
pemahaman salah satu informan; HIV dapat menular melalui udara, jadi jika pasien HIV disatukan dengan pasien lain dalam satu ruangan
Pelaksanaan PI
maka pasien lain beresiko terkena HIV terlebih jika
dilakukan oleh seluruh informan bila melayani ibu
pasien lain memiliki luka terbuka. Selain itu, beberapa
informan
memiliki
secara lengkap akan
hamil dengan HIV. Apabila informan membantu
pengalaman
persalinan atau pelayanan lain bagi ibu hamil
menyaksikan pemisahan alat makan dan ruangan
dengan
pada pasien ibu hamil dengan HIV di sebuah rumah
HIV
positif
maka
informan
akan
melaksanakan PI secara lengkap. Dalam budaya
sakit di Kota Semarang. Pemahaman informan
profesi, pelaksanaan
mengenai HIV dan pengalaman informan menjadi
Asuhan Persalinan Normal
/APN tidak dilaksanakan secara lengkap karena
dasar pemikiran informan untuk memisahkan
pelaksanaan APN secara lengkap adalah hal yang
peralatan makan minum dan ruangan bagi ibu hamil HIV dengan pasien lain (Pratkanis, 1989). Hal ini seperti yang diungkapkan informan berikut ini:
merepotkan,
banyaknya
dipergunakan
termasuk
alat alat
yang pelindung
harus diri
membuat bidan-bidan tidak melaksanakan APN,
64
namun menurut seluruh informan jika mereka harus
dan hal ini memperkuat pengetahuan informan
melayani persalinan normal ibu hamil dengan HIV
bahwa kaitan HIV dengan WPS sangatlah dekat.
maka mereka akan melaksanakan PI secara lengkap
Beberapa
yang ada dalam prosedur APN, termasuk prosedur
informasi mengenai WPS dari teman sesama bidan.
APD dan sterilisasi yang ada didalam APN untuk
Bidan-bidan
mencegah virus HIV yang membahayakan dan
terkadang
mematikan. Salah satu informan mendapatkan
melayani ibu hamil dengan HIV serta pandangan
informasi mengenai tenaga kesehatan yang terkena
mereka terhadap ibu hamil tersebut pada bidan-
HIV di daerah Solo, informasi tersebut memperkuat
bidan lain yang belum pernah memiliki pengalaman
informan untuk melaksankan PI secara lengkap.
melayani ibu hamil dengan HIV dan AIDS.
informan
yang
menyatakan
bekerja
menceritakan
dekat
mendapat
lokalisasi
pengalaman
mereka
Dalam diskusi bidan puskesmas, peneliti juga
Pelabelan mengenai ibu hamil HIV dan
menemukan adanya beberapa informan yang akan
AIDS oleh informan dipengaruhi oleh lingkungan
mencuci tangan bila bersalaman dengan ibu hamil
informan (Pratkanis, 1989). Informasi dari media
HIV, dimana HIV tidak akan menularkan melalui
masa
kontak kulit tanpa adanya perlukaan.
membentuk pelabelan informan terhadap ibu hamil
dan
teman
sesama
tenaga
kesehatan
Dibandingkan dengan kelompok diskusi
HIV dan AIDS. Pelabelan negatif mengenai ibu
lain, bidan PMTCT memiliki pengetahuan lebih
hamil dengan HIV dan AIDS lebih banyak
banyak mengenai HIV dan AIDS. Beberapa dari
ditemukan dari informan bidan praktik swasta.
bidan
langsung
Sebagian besar informan dari bidan praktik swasta
mengenai penanganan ibu hamil HIV dan AIDS
mengaggap ibu hamil dengan HIV dan AIDS
dari departemen kesehatan dan sebagian lain
adalah wanita pekerja seks dan seseorang yang
mendapat informasi mengenai HIV dan AIDS dari
berperilaku
Tim PMTCT rumah sakit.
Oleh karena itu,
dibentuk dari informasi yang diterima informan dari
stigmatisasi bidan PMTCT pada ibu hamil HIV dan
teman sesama tenaga kesehatan mengenai persepsi
AIDS lebih sedikit dibanding bidan lainnya. Hal ini
teman terhadap ibu hamil HIV serta pengalaman
seperti yang dinyatakan oleh informan dibawah ini;
mereka menghadapai ibu hamil dengan HIV, selain
“kita juga sudah pernah dilatih bagaimana cara penanganannya ibu hamil dengan HIV” (informan 1, Bidan PMTCT)
itu, informan mendapat informasi dari media masa
PMTCT
mendapat
pelatihan
menyimpang,
pelabelan
tersebut
khususnya televisi mengenai HIV pada kelompok WPS.
Pelabelan Ibu Hamil dengan HIV dan AIDS
Pengaruh media masa terhadap pelabelan ibu hamil HIV dan AIDS juga ditemukan di
Sebagian informan dari kelompok diskusi
kelompok diskusi lain. Pemberitaan mengenai
Bidan Praktik Swasta beranggapan ibu hamil
kasus HIV pada WPS, pelaku free sex dan
dengan HIV dan AIDS adalah wanita pekerja seks
pengguna narkoba suntik di koran dan televisi
dan salah satu informan menyatakan bahwa ibu
mempengaruhi interpretasi informan terhadap ibu
hamil dengan HIV dan AIDS adalah seseorang
hamil HIV dan AIDS.
yang berperilaku menyimpang. Hal ini didasarkan
“Biasane ada berita-berita... PSK yang kena HIV ... mereka kan sering ganti-ganti pasangan jadikan rentan kena HIV..” (Informan 5, Bidan Rumah Sakit)
pengetahuan bidan bahwa virus HIV dapat menular melalui perilaku berganti-ganti pasangan seksual, bahkan salah satu informan tidak yakin dengan keefektifan kondom sebagai pencegah virus HIV,
65
Informan mendapat informasi mengenai PI,
berganti-ganti pasangan dan penggunaan narkoba.
HIV dan AIDS dari IBI, rumah sakit dan berbagai
Oleh karena itu, informan dari kelompok diskusi
media lain, bahkan beberapa informan telah
bidan puskesmas beranggapan ibu hamil dengan
mendapatkan pelatihan PMTCT dan sosilisasi
HIV
PMTCT. Informasi yang didapat mengenai cara
Sedangkan dari kelompok diskusi bidan rumah
penularan, cara pencegahan dan cara penangangan
sakit,
ibu hamil HIV, namun sedikit mengenai dinamika
menganggap virus yang dimiliki ibu hamil akibat
masalah psikososial pada ODHA, sehingga masih
dari perilaku tidak baik dan menghubungkan
kurangnya empati informan pada ibu hamil dengan
dengan latar belakang ibu hamil seperti wanita
HIV dan AIDS. Berikut pernyataan dari informan
pekerja seksual. Berikut ini pernyataan informan
triangulasi mengenai ketersediaan PI di rumah
dari kelompok diskusi bidan Puskesmas;
sakit;
“mungkin pas sebelum hamil...dia punya pengalaman gonta-ganti pasangan terus itu apa pecandu narkoba...kalau sekarang kan remaja gitu mbak..” (Informan 6, Bidan Puskesmas)
“yang terpenting rumah sakit itu selalu menyediakan APD..alat pelindung diri untuk menghindari terjadinya penularan HIV ini karena kita ga tahu orang yang mana kan ga tahu harusnya kita sendiri yang tahu... dengan siapapun kita berhadapan kita harus berhati-hati apakah dia HIV atau ndak kita perlu waspada bahwa membawa atau menularkan HIV... jadi kita PInya tetap selalu mengupayakan pengadaan alat pelindung diri “(Kepala Bidan Rumah Sakit)
dan
AIDS
PMTCT
memiliki
dan
Walaupun
bidan
pergaulan
praktik
demikian,
informan
bebas.
swasta
juga
meyakini HIV dapat menular melalui aktivitas pelayanan kesehatan seperti saat memberikan pertolongan persalinan, menyuntik, dan lain-lain. Namun, informan yakin jika HIV lebih banyak
Penilaian Ringkas Mengenai Ibu Hamil dengan HIV dan AIDS
menular melalui hubungan seksual. Penilaian bidan mengenai HIV adalah virus
Pemahaman informan mengenai informasi
yang membahayakan dan mematikan, mengarahkan
HIV dan AIDS mempengaruhi persepsi informan
bidan untuk membedakan pelayanan bagi ibu hamil
terhadap ibu hamil HIV dan AIDS. Informan
HIV dan AIDS dengan pasien lain. Bidan akan
cenderung memperhatikan cara penularan HIV
cenderung lebih protektif dalam memberikan
yaitu melalui hubungan seksual dan penggunaan
pelayanan pada pasien HIV dan memandang
narkoba, hal inilah yang mendukung persepsi
butuhnya penanganan khusus untuk pasien HIV.
negatif bidan pada ibu hamil HIV dan AIDS.
Penelitian yang dilakukan oleh Mahendra, dkk di
Penilaian ringkas mengenai
ibu hamil
tempat pelayanan kesehatan di India tahun 2007
dengan HIV dan AIDS adalah penilaian bidan
menemukan adanya pelanggaran kerahasiaan status
tentang ibu hamil dengan HIV dan AIDS melalui
pasien dengan menggunakan tanda atau label pada
penyusunan strategi sederhana di dalam kognitif
tempat tidur dan pada berkas pasien HIV. Data
bidan (Pratkanis, 1989). Dalam pikiran bidan
penelitian tersebut menunjukkan bahwa di beberapa
terdapat ukuran-ukuran tertentu untuk menilai
bangsal, menggunakan label seperti „High Risk‟
sebuah objek, antara lain : Evaluative standard
(Risiko Tinggi) dan „DANGER‟ (BAHAYA) yang
yaitu
ditempel di atas tempat tidur pasien untuk
prinsip-prinsip moral dan etika pada diri
informan untuk mengevaluasi baik atau buruknya
menunjukkan
suatu peristiwa (Bandura, 1991). HIV dianggap
(Mahendra,dkk, 2007). Berikut petikan pernyataan
sebagai penyakit yang erat kaitannya dengan
dari salah satu informan dari kelompok diskusi
perilaku-perilaku yang tidak baik seperti perilaku
Bidan Praktik Swasta:
66
mereka
yang
terinfeksi
HIV
“Ya..ibu yang mengidap penyakit yang membahayakan dan mematikan… jadi kitapun harus berhati-hati dalam memberikan pelayanan pada ibu ini… PInya harus benar-benar dijalankan ….” (Informan 3, Bidan Praktik Swasta)
hamil HIV dan AIDS (Tarsidi, 2011). Budaya yang
Budaya dan Pengalaman Bidan
dialami oleh tenaga kesehatan pada umumnya akan
tumbuh dilingkungan bidan menjadi pengetahuan sekaligus model bagi bidan untuk bersikap pada ibu hamil dengan HIV dan AIDS. Ketakuatan yang
penularan HIV dari pasien HIV terekam dalam
Adanya kekhawatiran yang lebih besar akan kesehatan
kognitif informan yang kemudian akan diolah dan
mempengaruhi sikap informan dari bidan praktik
mengahasilkan sikap yang lebih protektif terhadap
swasta untuk lebih waspada bila melayani ibu hamil
pasien HIV. Oleh karena itu dalam lingkungan
HIV.
budaya
bidan PMTCT mundul budaya pengguanaan PI
ketakutan yang lebih akan tertular HIV pada tenaga
yang lengkap saat mengahadapi pasien HIV,
kesehatan dibanding kekhawatiran yang dirasakan
khususnya ibu hamil dengan HIV.
penularan
HIV
Informan
pada
tenaga
menganggap
adanya
Pengalaman
oleh orang lain, karena tenaga kesehatan adalah
yang
didapatkan
informan
orang yang langsung berinteraksi dengan pasien
mempengaruhi sikap informan pada ibu hamil HIV
HIV sehingga tenaga kesehatan memiliki peluang
dan AIDS.
untuk
dari kelompok diskusi bidan PMTCT lebih banyak
tertular
HIV.
hal
ini
seperti
yang
Pengalaman yang dimiliki informan
diungkapkan oleh informan berikut ini;
dari pengalaman informan lainnya. Bidan PMTCT
“kalau teman-teman saya jelas takut apalagi samasama teman-teman tenaga kesehatan …ya kalau udah ngerti HIV pasti pake APD mbak” (Informan 2, Bidan Praktik Swasta)
telah terbiasa berinteraksi dengan pasien HIV sehingga mereka memiliki sikap toleransi yang lebih tinggi dengan pasien HIV dibanding dengan informan lainnya. Oleh karena itu, stigmatisasi
Budaya penggunaan PI dan APN lengkap
bidan PMTCT pada ibu hamil HIV dan AIDS lebih
jarang dilaksanakan di lingkungan bidan rumah sakit
dan
puksemas.
Budaya
mempengaruhi pemikiran informan jika
sedikit dibanding kelompok diskusi lainnya hal ini
tersebut
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
PI dan
Vaishali,dkk
APN tidak harus dilaksanakan di setiap persalinan normal
atau
dalam
pelayanan
lain.
tenaga
kesehatan yang telah memiliki interaksi yang lebih banyak dengan ODHA (Vaishal et al, 2004).
bidan PMTCT untuk membedakan pelayanan ibu
Beberapa informan dari bidan rumah sakit
hamil HIV dengan pasien lain. Hal ini seperti yang
memiliki pengalaman berinteraksi dengan ibu hamil
diungkapkan oleh informan berikut ini:
HIV,
“kita berikan pelayanan seperti biasa cuma pada saat kita menolong persalinan kita harus lebih hatihati.. ee...pesalinannya yang mungkin biasanya…ga pake masker dan sebagainya ...nah kalau kita sekarang pake masker, clemek, kacamata..kalau mamang sudah tahu itu pasien dengan HIV” (Informan 2, Bidan PMTCT) budaya
pada
signifikan (dari 42.79 to 38.07; p < .05) pada tenaga
dan hal ini mempengaruhi sikap informan dari
dan
2004
bahwa adanya penurunan angka indeks stigma yang
HIV juga ditemukan di lingkungan bidan PMTCT
teman
tahun
kesehatan di rumah sakit- rumah sakit di India
Budaya
penggunaan APN lengkap saat persalinan ibu hamil
Budaya
pada
dalam
pengalaman
tersebut
informan
menyaksikan adanya pemisahan ruangan ibu hamil HIV
dengan pasien lain. Sedangkan salah satu
informan dari bidan puskesmas mendengar adanya pemisahan ruangan dan alat makan pasien HIV di salah satu rumah sakit di daerah Pati, pemisahan
profesi
tersebut bertujuan untuk menghindari penularan
mempengaruhi pemahaman informan mengenai ibu
67
HIV di rumah sakit tersebut. Hal ini seperti yang
terhadap ibu hamil HIV dan AIDS. Bidan
diungkapkan oleh informan berikut ini;
cenderung memperhatikan cara penularan HIV,
“ kalau dari kasus kebidanan aku belum pernah... kalau kasuse umum...iyo...pernah ...ya itu katanya di daerah P itu loh....katanya banyak orang HIVnya...ituloh yang di RSUDnya...ada yang dirawat...ya...ternyata banyak ...kasusnya...itu juga banyaknya cowok... ada 3 apa 4 gitu... katanya sih disendirikan... alat makannya juga disendirikan...” (Informan 2, Bidan Puskesmas)
yaitu melalui hubungan seksual dan penggunaan
Seluruh dalam
pengalaman
kognitif
narkoba sehingga HIV dianggap sebagai penyakit yang erat kaitannya dengan perilaku-perilaku yang tidak baik. Walaupun demikian bidan masih merasa khawatir akan penularan HIV saat memberikan pelayanan kesehatan, untuk itu bidan cenderung
tersebut
disimpan
akan lebih protektif dalam memberikan pelayanan
yang
kemudian
pada pasien HIV dan memandang butuhnya
informan
mempengaruhi sikap informan dalam melayani ibu hamil dengan HIV. kelompok
diskusi
penanganan khusus untuk pasien HIV.
Pengalaman informan dari bidan
rumah
sakit
dan
KEPUSTAKAAN
pengalaman teman yang didengar oleh bidan
Aggleton et al.2002. HIV/AIDS-related Stigma and
Puskemas akan pemisahan ruangan yang dilakukan
Discrimination: A Conceptual Framework
oleh beberapa rumah sakit terhadap pasien HIV
and an Agenda for Action. Horizons
membentuk pemahaman pada informan jika pesien
Program : New York .
HIV harus dipisah dari pasien lainnya karena status
Bandura A. 1991. Social cognitive theory of moral
HIVnya. Hal ini kemudian membentuk sikap
thought and action. In W. M. Kurtines & J.
informan untuk memisahkan ruangan pasien
L. Gewirtz (Eds.), Handbook of moral
HIV dengan pasien lainnya.
behavior and development (Vol. 1, pp. 45-
KESIMPULAN
103). Hillsdale: NJ: Erlbaum. Candra A. 2010. Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
Bentuk stigmatisasi ibu hamil HIV dan AIDS
pada
sebagian
besar
bidan
Kian Meningkat: jakarta;. available at:
adalah
http://edukasi.kompas.com/read/2010/12/02/
menganggap ibu hamil HIV adalah wanita pekerja
00345146/Penularan.HIV.dari.Ibu.ke.Bayi.K
seks dan ibu hamil yang memiliki virus yang mematikan
dan
membahayakan.
Selain
ian.Meningkat.
itu,
dengan
pesien
lainnya,
02,2011,
Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2010. Profil
dan minum serta ruangan bagi ibu hamil dengan positif
Mei
10:10:11 AM.
sebagian besar bidan akan memisahan alat makan
HIV
Diakses;
Kesehatan 2009. Dinas Kesehatan Kota
akan
Semarang: Semarang.
membedakan pelaksanaan PI pada ibu hamil
Ditjen PPM & PL Depkes RI.2010. Penderita
dengan HIV positif, akan merujuk ibu hamil jika
HIV/AIDS: Jakarta.
mengetahui status HIV ibu hamil. Dan pada
Fadilah H.2006. Pelatihan PMTCT bagi Bidan DKI
sebagian kecil bidan akan memberikan kode pada
Jakarta. Jakarta: Gemari; Available at:
tempat sampah ibu hamil HIV.
http://www.gemari.or.id/artikel/2376.shtml.
Stigmatisasi ibu hamil HIV dan AIDS
Diakses; 11 April 2011.
dipengaruhi oleh pemahaman dan penilaian bidan
Griya PMTCT PKBI Kota Semarang. 2007. laporan
mengenai HIV dan AIDS serta didukung oleh
sosialisasi PMTCT di Kota Semarang:
budaya dan pengalaman bidan. Informasi mengenai
Semarang. bandung
HIV dan AIDS mempengaruhi persepsi bidan
68
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. 2010. Strategi
dan
Rencana
Aksi
Hiv-Positive Patients In Tanzania. USAIDS:
Nasional
Tanzania.
Penanggulangan HIV/AIDS Tahun 2010-
Tarsidi D. 2011. Teori Kognitif Sosial Albert
2014: Jakarta. Kompas.
2010.
Bandura. Stigmatisasi
Pencegahan
menghambat
HIV/AIDS.Gesang:
Bandung:.
Available
at
:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEN
Solo-
D._LUAR_BIASA/195106011979031DIDI
Indonesia
_TARSIDI/Makalah%26Artikel_Tarsidi_PL
Li Li et al.2006. Using case vignettes to measure HIV-related
stigma
among
B/TEORI_KOGNITIF_SOSIAL.pdf.
health
Diakses; 30 Oktober 2011, 22:20:00.
professionals in China. oxford university:
UNAIDS. 2009. AIDS epidemic update: Geneva,
United Kingdom. Lubis MP. 2011.
Switzerland.
KTI Tingkat Pengetahuan
UNAIDS.2002. A Conceptual Framework and
Mahasiswi AKBID xxxxx Medan Tentang
Basis for Action: HIV/AIDS Stigma and
HIV-AIDS Pada Ibu Hamil: Jakarta.
Discrimination.
Mahendra LG
et al. 2007. Understanding and
settings:
A
developing
UNAIDS/02.43E
(Original version, June 2002): Geneva-
measuring AIDS-related stigma in health care
Vol
Switzerland.
country
UNAIDS.2002. Fight Stigma and Discrimination
perspective. Journal of Social Aspects of
To Win the War Against HIV / AIDS.
HIV/AIDS. 2007;Vol. 4 No. 2 :2007.
Jakarta: Kesreprodotinfo; 2002. available at:
Pratkanis A. 1989. Attitude structure and function.
http://www.kesrepro.info/?q=node/65.
Routledge: London, United Kingdom. Tanzania
HIV
Stigma
Study
Team
Diakses; 7 Juli 2010. .2007.
Vaishali et al. 2004. Reducing AIDS-related Stigma
Evaluation of Knowledge, Attitudes, and
and Discrimination in Indian Hospitals.
Practices Of Health Care Providers Toward
Horizons:
69
India.