ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
STATUS HUKUM PERNIKAHAN YANG TIDAK TERCATAT MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN INDONESIA Elfiani Fakultas Syari’ah IAIN Bukittinggi Email:
[email protected] Diterima: 19 September 2016
Direvisi : 15 November 2016
Diterbitkan: 26 Desember 2016
Abstract Registration of marriage is the administrative process relating to the registration and complete bookkeeping, to provide legal certainty about the events of the wedding. Registration of marriage is aimed to establih the rule of law in the implementation of marriage in society, so that the requirements and procedures of marriage are fullfilled as it should be. The recorded Marriage is a marriage that took place in the presence of authorized officer (Marriage Registrar Officer) ; the Religious Affairs Office (KUA) for the Moslems, and civil registry for the non-Muslims. However, a phenomenon that occurs in the community, there are many marriages that are not registered because it is done not in the presence of the Marriage Registrar Officer, and consequently no marriage certificate. Un registered Marriage is not recognized by the Indonesia Marriage Law and has no legal force. Keywords: legal status, un-registered marriage, Marriage Law
Abstrak Pencatatan nikah adalah proses administrasi yang berkaitan dengan pendaftaran dan pembukuan yang lengkap, untuk memberikan kepastian hukum tentang peristiwa pernikahan. Pencatatan nikah bertujuan untuk mewujudkan tertib hukum dalam pelaksanaan pernikahan di masyarakat, sehingga syarat-syarat dan prosedur pernikahan dipenuhi sebagaimana mestinya. Pernikahan yang tercatat adalah pernikahan yang dilangsungkan di hadapan pejabat yang berwenang (Pegawai Pencatat Nikah) yaitu Kantor Urusan Agama (KUA) bagi yang beragama Islam, dan Catatan Sipil bagi yang non Islam. Namun demikian, fenomena yang terjadi di masyarakat, masih banyak pernikahan yang tidak tercatat karena dilakukan tidak di hadapan Pegawai Pencatat Nikah, dan dengan sendirinya tidak ada akta nikah. Pernikahan yang tidak tercatat tidak diakui oleh Undang-undang Perkawinan Indonesia dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Keywords: status hukum, pernikahan tidak tercatat, Undang-undang Perkawinan
PENDAHULUAN Pernikahan
melahirkan akibat hukum tertentu, dan merupakan
suatu
perbuatan hukum, yaitu perbuatan yang Elfiani
akibat hukum tersebut dikehendaki oleh pelaku perbuatan itu. Akibat hukum
249
Status Hukum Pernikahan.....
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
yang utama dari pernikahan adalah
berwenang untuk itu, yaitu Kantor
timbulnya
Urusan
hubungan hukum antara
Agama
(KUA)
bagi
yang
suami istri. Keabsahan suatu pernikahan
beragama Islam, dan Catatan Sipil bagi
ditentukan oleh dipenuhi atau tidaknya
yang non Islam. Berdasarkan pencatatan
semua ketentuan yang berkaitan dengan
ini, diterbitkan akta nikah sebagai alat
pelaksanaannya.
yang
bukti tentang adanya pernikahan itu.
adalah
Akta nikah akan berlaku sebagai alat
dipandang
Pernikahan
sah
dan
diakui,
pernikahan yang dilangsungkan sesuai
bukti
dengan
terutama ketika timbul
hukum
dan
perundang-
undangan yang berlaku.
yang
kuat
dan
sempurna, persoalan di
kemudian hari.
Undang-undang yang mengatur
Pada
dasarnya
pencatatan
tentang pernikahan di Indonesia saat ini
pernikahan berkaitan dengan proses
adalah UU No. 1 Tahun 1974 tentang
administrasi
Perkawinan, dan peraturan-peraturan
sebelum pelangsungan perkawinan. Hal
pelaksanaannya. Peraturan perundang-
ini berkaitan dengan syarat-syarat dan
undangan ini memuat aturan-aturan
dokumen yang harus dilengkapi oleh
yang
dimaksudkan
yang
sudah
diawali
untuk
tertibnya
calon suami istri. Pegawai pencatat
pernikahan,
guna
nikah tidak dibenarkan melangsungkan
memberikan kepastian hukum. Salah
pernikahan bagi yang tidak memenuhi
satu ketentuan yang terkait dengan ini
persyaratan.
adalah tentang pencatatan perkawinan.
dicantumksn pada Pasal 20 UU No 1
pelaksanaan
Pencatatan
perkawinan
Tahun
1974
Ketentuan tentang
tentang
ini
Perkawinan,
merupakan syarat yang berhubungan
“Pegawai pencatat perkawinan tidak
dengan
diperbolehkan
harus
formalitas dipenuhi
(prosedur)
melangsungkan
atau
pelaksanaan
membantu melangsungkan perkawinan,
tentang
bilaia mengetahui adanya pelanggaran
dicantumkan
dari ketentuan dalam Pasal 7 ayat (1(,
dalam Pasal 2 ayat (2) UU No 1 Tahun
Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 12
1974
yang
Undang-undang ini, meskipun tidak ada
menyatakan bahwa “Setiap perkawinan
pencegahan perkawinan”. Pasal-pasal
harus
peraturan
yang disebutkan ini adalah tentang
berlaku”.
syarat-syarat
pernikahan.
dalam
yang
Ketentuan
pencatatan perkawinan tentang dicatat
Perkawinan, menurut
perundang-undangan
yang
perkawinan.
Dengan
Aturan ini senada dengan yang dimuat
demikian, perkawinan yang tercatat
dalam Pasal 5 Kompilasi Hukum Islam
adalah perkawinan yang sah, karena
(KHI).
telah
Keharusan
pencatatan
ini
menghendaki bahwa pernikahan harus
memenuhi
syarat-syarat
yang
ditentukan dalam undang-undang.
dilakukan di hadapan pejabat yang Elfiani
250
Status Hukum Pernikahan.....
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Peraturan perkawinan
tentang
pencatatan
2
. Namun
demikian, ternyata pernikahan yang
Perkawinan,
tidak tercatat menimbulkan hambatan-
merupakan aturan lebih lanjut dari apa
hambatan dalam berbagai urusan seperti
yang disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1)
pengurusan akta kelahiran, menuntut
yang menyatakan bahwa “Perkawinan
hak waris, mengajukan gugatan cerai,
adalah sah, apabila dilakukan menurut
dan sebagainya. Hal ini karena tidak
hukum masing-masing agamanya dan
adanya akta perkawinan, disebabkan
kepercayaannya
perkawinan yang tidak tercatat. Dengan
2
ayat
tercantum
perkawinan di Indonesia”
dalam
Pasal
yang
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
(2)
UU
itu”.
Pasal
ini
menentukan bahwa sahnya perkawinan
demikian,
ditentukan oleh hukum agama dan
menjadi sesuatu yang penting.
kepercayaan.
keberadaan
aktenikah
Di kalangan masyarakat, masih
Ketentuan di atas menimbulkan
banyak
dijumpai
pernikahan
yang
anggapan umum bahwa perrnikahan
dilakukan tidak di hadapan pejabat
yang tidak tercatat sah dan diakui
yang berwenang, dan sudah tentu tidak
sepanjang sudah dilaksanakan menurut
tercatat dan tidak memiliki akta nikah.
hukum
ini
Ahmad Tholabi Kharlie mengutip dari
bukanlah
tulisan Abdul Mu`ti tentang Politik
merupakan syarat yang menentukan
Kawin Sirri, bahwa “menurut data
sahnya
segala
Departemen Agama RI, sekira 200.000
sudah
atau 10 % dari dua juta pernikahan
dianggap sah apabila sudah dilakukan
setiap tahun bercerai karena perkawinan
menurut agama dan kepercayaannya
sirri.
itu”
pasangan yang mengajukan perceraian
agama.
“pencatatan
hal
perkawinan
perkawinan,
perkawinan
1
Dalam
di
karena
Indonesia
. Senada dengan ini, Ahmad
Selain
itu,
sejumlah
adalah
“terkait
hukum
perkawinan sirri” . Di samping itu,
dapat
berdasarkan data publikasi Pengadilan
diambil kesimpulan bahwa pencatatan
Agama Bukittinggi, pada tahun 2014
perkawinan,
atau
terdapat 87 putusan itsbat nikah, dan
melanggar
pada tahun 2015 ada 88 putusan istbat
pencatatan
perkawinan berikut
hukuman
bagi
hanyalah
status ini denda
yang
peraturan
nikah
administratif
saja,
termasuk
menunjukkan
sebagai
satu
salah
syarat
sahnya
melakukan
3
merupakan tidak
yang
%
Tholabi Karli mengemukakan bahwa dengan
pasangan
46,8
(pengesahan
nikah).
bahwa
Hal
ini
banyak
pernikahan yang tidak tercatat, sehingga harus dimintakan pengesahannya ke
H. Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008), h. xix 1
Elfiani
Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga di Indonesia, (Sinar Grafika, Jakarta), h. 190 3 Ibid, h. 192-193 2
251
Status Hukum Pernikahan.....
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
Pengadilan Agama, dan tentu saja masih
Esa”.
banyak pula yang tidak dimintakan
undang-undang ini adalah ikatan lahir
pengesahannya karena merasa tidak ada
batin yang bertujuan untuk membentuk
kebutuhan untuk itu.
keluarga bahagia berdasarkan ketentuan
Permohonan pengesahan nikah diajukan
biasanya
agama.
perkawinan
Perkawinan
dalam
tidak
hanya
dengan
menyangkut aspek formal semata, tetapi
kebutuhan-kebutuhan seperti mengurus
juga harus mengikuti ketentuan hukum
akta
agama. Konsep inilah yang menjadi
kelahiran
terkait
Hakikat
anak,
mengajukan
perceraian, dan lain sebagainya. Dengan
perbedaan
demikian,
memegang
undang Perkawinan Indonesia dengan
hukum
Kitab Undang-undang Hukum Perdata
perkawinan. Ketiadaan akta nikah akan
yang pernah berlaku di Indonesia.
menimbulkan kendala dalam berbagai
Dalam Hukum Perdata, perkawinan
urusan.
yang sah adalah perkawinan yang telah
peranan
akta
nikah
penting
dalam
Bagaimana
sesungguhnya
pokok
Undang-undang Perkawinan Indonesia
memenuhi
memandang
dari
ditentukan
pernikahan yang tidak tercatat, akan
sedangkan
menjadi fokus bahasan dalam tulisan ini.
dikesampingkan.
status
hukum
antara
Undang-
syarat-syarat dalam
yang
undang-undang,
ketentuan
agama
PENGERTIAN PERNIKAHAN Pernikahan merupakan salah satu peristiwa
penting
dalam
bagi warga negara Indonesia yang
seperti
halnya
beragama Islam adalah hukum Islam.
kelahiran dan kematian. Pernikahan
Oleh karena itu, di samping UU No 1
merupakan lembaga yang melegalkan
Tahun
hubungan hukum antara seorang laki-
pelaksanaannya, berlaku pula kaidah
laki dengan seorang perempuan sebagai
hukum Islam
suami istri. Oleh karena itu, pernikahan
dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI).
kehidupan
hukum
Ketentuan tentang perkawinan
manusia
harus dilakukan menurut ketentuan hukum yang berlaku. UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa “Perkawinan ialah ikatan lahir batin
antara
seorang
pria
dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan keTuhanan Yang Maha Elfiani
1974
dan
peraturan
yang sudah dihimpun
Menurut Pasal 2 KHI “Perkawinan adalah
akad
yang
sangat
kuat
(miitsaqan gholiithan) untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”. Selanjutnya Pasal 3 KHI menyatakan bahwa, “Perkawinan bertujuan
untuk
mewujudkan
kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah”. Pengertian ini 252
Status Hukum Pernikahan.....
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
mengandung beberapa unsur pokok
ghaliizhan)”4 . Perkawinan akan menjadi
dalam perkawinan yaitu:
dasar untuk dapat ditegakkan dan
1. Perkawinan merupakan akad yang
dibina
sangat kuat. Perkawinan adalah
norma agama dan hukum negara.
suatu perjanjian yang kokoh antara seorang
laki-laki
dan
seorang
rumah tangga sesuai dengan Perkawinan
bukan
hanya
mempersatukan dua pasangan manusia
perempuan. Oleh karena itu harus
yaknilaki-laki
ada kerelaan dari kedua belah pihak
melainkan mengikatkan tali perjanjian
untuk menjadi suami istri.
yang suci atas nama Allah,bahwa kedua
2. Perkawinan
merupakan
dan
perempuan,
ibadah.
mempelai berniat membangun rumah
Perkawinan tidak sekedar untuk
tangga yang sakinah, tenteramn dan
memenuhi hasrat biologis manusia,
dipenuhi oleh rasa cinta dan kasih
akan tetapi merupakan perintah
sayang. Untuk menegakkan cita-cita
Allah
kehidupan
yang
Alqur`an
ditentukan
dan
sunnah.
dalam Dengan
keluarga
perkawinan
tidak
cukup
bersandar
salah satu bentuk ibadah.
dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah yang
mewujudkan
keluarga
mawaddah,
warahmah,
keluarga
yang
tenteram,
mulia.
Negara. Perkawinan baru dinyatakan
saling
sah, jika menurut hukum Allah dan
miitsaaqan
ghaliizhan ditarik dari firman Allah yang terdapat pada Surat An-Nisa ayat 21 yang artinya, bagaimana kamu akan mengambil mahar yang telah kamu berikan pada istrimu, padahal sebagian kamu telah bercampur (bergaul) dengan yang lain sebagai suami istri. Dan mereka (istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat (miitsaaqan
Elfiani
perkawinan
yaitu
merupakan “Kata
tetapi
berkaitan pula dengan hukum suatu
perbuatan hukum dengan tujuan yang sangat
global,
Allah
sakinah,
mencintai dan saling menyayangi. Perkawinan
sifatnya
ajaran-ajaran
hanya
demikian, perkawinan merupakan 3. Tujuan perkawinan adalah untuk
pada
tersebut,
hukum Negara, telah memenuhi rukun dan syarat-syaratnya5 Perkawinan
yang
sah
adalah
perkawinan yang memenuhi syaratsyarat yang ditentukan oleh perundangundangan yang berlaku. Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 menentukan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya
dan
Amiur Nuruddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam, dari Fikih, UU No 1 Tahun 1974 sampai KHI, (Kencana, Jakarta, 2004), h. 43-44 5 Beni Ahmad Saebani dan H. Syamsul Falah, Hukum Perdata Islam di Indonesia, CV Pustaka, Bandung, 2011), h. 30-31 4
253
Status Hukum Pernikahan.....
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
kepercayaannya itu . Selanjutnya dalam
akta resmi yang juga dimuat dalam
Pasal 2 ayat (2) dinyatakan bahwa tiap-
pencatatan.
tiap
perkawinan
dicatat
menurut
Pada
dasarnya
pencatatan
peraturan perundang-undangan yang
perkawinan adalah proses administrasi
berlaku.
yang berkaitan dengan pendaftaran dan
Ketentuan
pasal
ini
menegaskan bahwa perkawinan yang
pembukuan
yang
sah
memberikan
kepastian
adalah
perkawinan
yang
lengkap
untuk
hukum
atas
dilaksanakan menurut aturan hukum
peristiwa perkawinan. Lembaga yang
agama
calon
diberi kewenangan untuk melaksanakan
mempelai. Jika demikian, maka bagi
pencatatan pernikahan dan menerbitkan
yang beragama Islam, pelangsungan
akta
perkawinan harus tunduk pada hukum
Agama (KUA) bagi yang beragama
Islam, demikian pula untuk penganut
Islam, dan Catatan Sipil untuk non
agama
Islam. Akta nikah merupakan bukti
dan
kepercayaan
lain.
Sedangkan
pencatatan
nikah
berkaitan dengan tata cara (prosedur)
autentik
pelangsungan pernikahan.
kepastian
adalah
yang
PENCATATAN PERNIKAHAN UU
Perkawinan
menjelaskan pengertian Pasal
2
secara pencatatan
ayat
menyebutkan
(2)
tentang
perkawinan.
UU
ini
bahwa
hanya
“tiap-tiap
perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan
yang
berlaku”.
Selanjutnya dalam penjelasan umum UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pada angka 4 huruf b diterangkan bahwa tiap perkawinan
harus
dicatat
menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pencatatan
tiap-tiap
akibat
kehidupan
penting
seseorang,
tentang
suatu
segala
akibat
hukum
terhadap
kedudukan
Akta nikah sekaligus juga menunjukkan bahwa
pernikahan
dilakukan
di
hadapan pejabat yang berwenang untuk itu. Ketentuan pernikahan
tentang
diatur
dalam
pencatatan beberapa
peraturan perundang-undangan antara lain: 1. UU No. 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk. 2. Pasal 2 ayat (2) UU No 1 Tahun 1974 tentang
dalam misalnya
Perkawinan
yang
menyatakan
bahwa,
tiap-tiap
perkawinan
dicatat
menurut
peraturan
kelahiran, kematian, yang dinyatakan
perundang-undangan
yang berlaku.
dalam surat-surat keterangan, suatu Elfiani
memberikan
suami istri, anak, dan harta kekayaan.
perkawinan adalah sama halnya dengan peristiwa-peristiwa
beserta
Urusan
hukum yang timbul karenanya, seperti tidak
rinci
akan
hukum
pernikahan,
Kantor
254
Status Hukum Pernikahan.....
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
3. PP
No.9
Tahun
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
1975
tentang
kesempatan
kepada
pihak-pihak
Pelaksanaan Undang-undang No 1
yang
tahun 1974 tentang Perkawinan,
mengajukan
terutama BAB II tentang Pencatatan
pelangsungan pernikahan tersebut.
Perkawinan. 1975
tentang
hadapan
Kewajiban
terhadap
perkawinan
Pegawai
dihadiri
untuk
keberatan
3. Pelangsungan
4. Peraturan Menteri Agama No 3 Tahun
berkepentingan,
oleh
di
Pencatat
dua
orang
dan saksi.
Pegawai Pencatat Nikah dan Tata
Setelah pelangsungan perkawinan,
Kerja
dalam
kedua mempelai menandatangani
Peraturan
akta nikah yang telah disiapkan oleh
Perkawinan
Pegawai Pencatat sesuai dengan
Pengadilan
Agama
Melaksanakan Perundang-undangan yang Beragama Islam.
ketentuan yang berlaku.
5. Inpres No 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI) Peraturan-peraturan berkaitan
dengan
perkawinan, tentang
yang pencatatan
memuat ketentuan
tahapan
pelangsungan
dari
prosedur
perkawinan
yang
pada dasarnya dapat dibagi sebagai berikut: 1. Pemberitahuan akan
menikah
tentang
maksud
kepada
Pegawai
Pencatat di tempat perkawinan akan dilangsungkan. Pada tahap ini akan dilakukan
penelitian
pemeriksaan data,
terhadap
berdasarkan
dan
kebenaran
berkas
yang
dilampirkan oleh calon mempelai. 2. Pengumuman Pencatat
oleh
tentang
hendak perkawinan.
Pegawai
pemberitahuan melangsungkan
Pengumuman
ini
dilakukan bila semua syarat sudah dipenuhi dan tidak ada halangan perkawinan. bertujuan Elfiani
Pengumumann untuk
ini
memberikan
Pencatatan untuk
nikah
bertujuan
mewujudkan
perkawinan
dalam
ketertiban
masyarakat.
Ini
merupakan suatu upaya yang diatur melalui
perundang-undangan,
melindungi
martabat
dan
untuk
kesucian
(miitsaaqan ghalithan) pernikahan, dan lebih khusus lagi untuk melindungi perempuan
dan
anak-anak
kehidupan
rumah
tangga.
pencatatan
nikah
yang
dalam Melalui
dibuktikan
dengan akta nikah, yang masing-masing suami
isteri
apabila
mendapat
terjadi
salinannya,
perselisihan
atau
percekcokan di antara mereka atau salah satu tidak bertanggung jawab, yang
lain
dapat
melakukan
maka upaya
hukum guna mempertahankan atau mendapatkan haknya masing-masing. Karena dengan akta tersebut, suami isteri
memiliki
bukti
otentik
atas
pernikahan yang telah mereka lakukan6. Ahmad Rafiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Raja Grafindo Persada, Jakarta), h. 91 6
255
Status Hukum Pernikahan.....
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Pencatatan
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
nikah
yang
wajar dan tindakan yang merugikan
dibuktikan dengan adanya akta nikah
dari suami atau dari ayahnya.
akan memberikan kepastian hukum
3. Mendapat pengakuan dari Negara.
tentang adanya pernikahan, sekaligus
Pernikahan yang tercatat diakui oleh
kepastian hukum tentang status suami
Negara, sehingga legal di mata
istri.
bukti
hukum, dan yang tidak tercatat
kekuatan
dapat dikatakan illegal, sehingga
pembuktian sempurna di pengadilan.
tidak mempunyai kekuatan hukum.
Di samping itu, pencatatan nikah akan
Hal ini sebagaimana diungkapkan
memberikan manfaat antara lain:
dalam Pasal 6 ayat (2) KHI bahwa,
1. Memberikan kemudahan terhadap
Perkawinan yang dilakukan di luar
Akta
autentik
nikah
yang
merupakan memiliki
urusan-urusan
lain
yang
pengawasan
Pegawai
Pencatat
berhubungan dengan pernikahan,
Nikah tidak mempunyai kekuatan
seperti mengurus akta kelahiran
hukum.
anak di catatan sipil. “Catatan Sipil adalah
suatu
lembaga
yang
bertujuan mengadakan pendaftaran, pencatatan serta pembukuan yang selengkap-lengkapnya dan sejelasjelasnya, serta memberi kepastian hukum atas
yang
sebesar-sebesarnya
peristiwa
perkawinan,
kelahiran,
pengakuan
dan
pengesahan anak, serta kematian” 7. Pengurusan akta kelahiran harus dengan melampirkan akta nikah, jika tidak, anak dianggap sebagai anak luar kawin. 2. Memberikan perlindungan hukum terutama bagi istri dan anak. Akta nikah berfungsi sebagai alat bukti untuk
mengajukan
tuntutan-
tuntutan, sekiranya istri atau anak mengalami perlakuan yang tidak Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Sinar Grafika,Jakarta, 2003), h. 4142 7
Elfiani
Pencatatan menentukan
sah
nikah
tidak
tidaknya
suatu
pernikahan, tetapi hanya menyatakan bahwa
peristiwa
pernikahan
benar terjadi, semata-mata administratif
8
.
Namun
benarbersifat
demikian,
pencatatan nikah amat penting untuk tertib
hukum
dalam
pelaksanaan
pernikahan, sehingga dapat dijamin terpenuhinya syarat-syarat pernikahan. Apabila ada syarat yang masih belum dipenuhi, maka otomatis pernikahan belum bissa dilangsungkan. Sebagai salah
satu
contoh,
misalnya
calon
mempelai perempuan masih berumur 15 tahun
(di
bawah
umur),
maka
pernikahan belum bisa dilangsungkan apabila
belum
ada
dispensasi
dari
pengadilan. Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan, (Liberty,Yogyakarta, 1999), h. 65 8
256
Status Hukum Pernikahan.....
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Peraturan pernikahan bentuk
pencatatan
merupakan
fungsi
rekayasa
tentang
sosial
hukum (a
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
Dalam
kaitannya
dengan
salah
satu
peraturan
sebagai
alat
pernikahan, perubahan yang diinginkan
social
adalah tertib hukum dalam proses
tool
of
tentang
pencatatan
engineering), yaitu alat untuk mengubah
pelangsungan
masyarakat. Dalam hal ini, hukum atau
pelaksanaannya
memenuhi
syarat-
perundang-undangan khususnya, “tidak
syarat
ditentukan
dalam
hanya dipakai untuk mengukuhkan
perundang-undangan
pola-pola kebiasaan dan tingkah laku
Oleh karena itu, pernikahan harus
yang
masyarakat,
dilakukan di hadapan pejabat yang
melainkan juga untuk mengarahkannya
berwenang untuk itu, yaitu Kantor
kepada tujuan-tujuan yang dikehendaki,
Urusan
menghapuskan
beragama Islam, dan Catatan Sipil bagi
terdapat
dipandangnya
dalam
kebiasaan tidak
yang
sesuai
lagi,
pernikahan,
yang
Agama
sehingga
yang
(KUA)
berlaku.
bagi
yang
yang non Islam.
menciptakan pola-pola kelakuan baru dan sebagainya”9
PERNIKAHAN
Hukum sebagai alat untuk mengubah
TERCATAT
masyarakat, dalam arti bahwa hukum
HUKUMNYA
mungkin digunakan sebagai alat oleh
YANG
TIDAK
DAN
STATUS
Pernikahan yang tidak tercatat
agent of change. Agent of change
adalah
(pelopor perubahan) adalah seseorang
tidak
atau sekelompok orang yang mendapat
berwenang untuk itu. Dalam hal ini,
kepercayaan dari masyarakat
khusus bagi yang beragama Islam,
sebagai
pernikahan di
hadapan
pemimpin satu atau lebih lembaga-
berarti
lembaga
dilangsungkan
perubahan
kemasyarakatan. memimpin
Pelopor masyarakat
sebagai
yang
bahwa di
pejabat
dilakukan
pejabat
yang
pernikahan
tidak
hadapan
KUA
yang
berwenang.
dalam mengubah sistem sosial, dan di
Konsekuensinya
dalam melaksanakan hal itu langsung
pasangan yang telah menikah tersebut,
tersangkut
tidak memiliki akta nikah sebagai bukti
untuk
dalam
tekanan-tekanan
mengadakan perubahan, dan
adalah
bahwa
tentang pernikahan itu.
bahkan mungkin menyebabkan pula
Pernikahan yang tidak tercatat
perubahan-perubahan pada lembaga-
lazim
disebut
dengan
istilah
lembaga kemasyarakatan lainnya10.
Pernikahan di bawah tangan atau Pernikahan Sirri. Pelaksanaan nikah di
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Alumni, Bandung, 1982), h.169 10 Soerjono Soekanto (dalam Achmad Ali), Menguak Tabir Hukum, (Suatu Kajian Filosofis dan 9
Elfiani
bawah tangan ini pada dasarnya dapat Sosiologis), (Chandra Pratama, Jakarta, 1996), h. 101 257
Status Hukum Pernikahan.....
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
dikelompokkan menjadi dua yaitu, pertama; tidak
pernikahan
di
hadapan
berwenang, ketentuan
akan
di
bawah
tangan
yang
umum
dilangsungkan
merupakan
pejabat
terjadi di masyarakat. Bahkan
tetapi
hukum
Pernikahan
yang
memenuhi
agama.
Kedua;
fenomena
bagi
kalangan tertentu, hal ini seakan-akan merupakan suatu trend, seperti pada
pernikahan dilangsungkan tidak di
kalangan
artis.
hadapan pejabat yang berwenang, dan
penyebab
dilakukannya
tidak pula memenuhi ketentuan hukum
antara lain:
agama. Kedua bentuk pernikahan ini
1. Pengetahuan masyarakat terhadap
sama-sama tidak tercatat dan sudah
nilai-nilai yang terkandung dalam
tentu tidak mempunyai akta nikah.
perkawinan masih sangat
Pernikahan
di
bawah
tangan
Beberapa
faktor
nikah
siri
kurang,
mereka masih menganggap bahwa
yang dilaksanakan dengan memenuhi
masalah
ketentuan hukum agama, berarti bahwa
masalah pribadi, dan tidak perlu ada
rukun dan syarat yang ditetapkan
campur tangan pemerintah/Negara;
dalam ketentuan agama dipenuhi oleh
perkawinan
2. Adanya
itu
adalah
kekhawatiran
calon mempelai, misalnya bagi yang
seseorang
beragama Islam, calon mempelai tidak
pensiun janda, apabila perkawinan
terlarang
baru
untuk
menikah,
yang
menikahkan adalah wali yang berhak, dan lain sebagainya. Namun demikian, pelangsungan hadapan
pernikahan
pejabat
yang
tidak
Selanjutnya
didaftarkan
kawin lebih dari satu orang ; 4. Adanya kekhawatiran orang tua anaknya
pernikahan yang dilakukan tidak di
bergaul
rapat
hadapan
isteri/suami,
yang
pejabat
Agama bagi orang yang bermaksud
terhadap
pejabat
pada
hak
3. Tidak ada izin isteri dan Pengadilan
berwenang
terdapat
kehilangan
pencatat nikah;
di
(KUA), sehinggga tidak tercatat.
akan
dari
pula
berwenang,
yang
sudah
dengan
calon sehingga
justru karena ada persyaratan yang
dikhawatirkan terjadi hal-hal negatif
tidak dipenuhi oleh calon mempelai,
yang
baik
dikawinkan secara diam-diam dan
dalam
syarat-syarat
yang
hukum
agama,
persyaratan
dalam
undangan Negara.
ditentukan maupun
tidak
perundangMisalnya calon
tidak dicatat
diinginkan,lalu di
KantorUrusan
Agama; 5. Adanya kekhawatiran orang tua
mempelai terlarang untuk menikah,
yang
calon mempelai masih dibawah umur
anaknya, karena itu anaknya segera
dan
dikawinkan dengan suatu harapan
tidak
ada
dispensasi
dari
pengadilan. Elfiani
berlebihan terhadap jodoh
pada suatu saat jika sudah mencapai 258
Status Hukum Pernikahan.....
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
batas
umur
yang
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
ditentukan
terpenuhi, maka perkawinan baru dilaksanakan
sesuai
sah,
Apabila terjadi
Faktor penyebab pernikahan tidak tercatat bisa beraneka macam, dan adakalanya dipengaruhi oleh agama dan budaya, serta kesadaran hukum dari
penyebab
permohonan
nikah
tercatat. Di samping itu, tidak sedikit pula
yang
tidak
pengadilan,
hanya
persoalan
administrasi saja, sedangkan sahnya pernikahan
ditentukan
oleh
hukum
agama, dapat pula menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya nikah di bawah tangan. Meskipun keharusan pencatatan pernikahan
tercantum
perundang-undangan tetapi
masyarakat
yang meyakini
dalam berlaku, bahwa
pernikahan yang tidak dicatat adalah
3. Di
Elfiani
H. Abdul Manan, op. cit, h. 47-48
beberapa
tidak
daerah,
pemukiman
dari
jauhnya
kecamatan,
sehingga menimbulkan kendala bagi masyarakat
untuk
pernikahannya,
mencatatkan
ataupun
kendala
dalam hal biaya. Faktor-faktor di atas satu dan lain mungkin saja berdiri sendiri, tetapi adakalanya saling berkaitan. Misalnya kesadaran
hukum
yang
rendah,
ditambah dengan lokasi pemukiman yang jauh dari kantor pejabat pencatat nikah, hukum
atau
rendahnya
karena
kesadaran
rendahnya
tingkat
pendidikan. Pernikahan yang tidak tercatat, dan dengan sendirinya tidak ada akta nikah akan menimbulkan akibat-akibat tertentu, baik akibat sosial maupun akibat
11
sehingga
lagi secara resmi.
merugikan, terutama bagi isteri dan
pernikahan
tercatat
memenuhi syarat untuk menikah
nikah, akan menimbulkan dampak yang
pencatatan
tidak
akta cerai, karena cerai di luar
tidak menyadari bahwa ketiadaan akta
bahwa
pernikahan
menjadi
2. Calon mempelai tidak mempunyai
pengesahannya ke pengadilan. Mereka
Anggapan
lain yang
ada
masih di bawah umur.
dimintakan
anak-anak.
masih
segera dinikahkan, pada hal mereka
di
pengadilan dari pernikahan yang tidak
masyarakat,
yang
sehingga untuk menutup aib harus
pengajuan
pengesahan
gejala
1. Calon mempelai hamil di luar nikah,
pencatat. Hal ini dapat diamati dari banyaknya
memenuhi
yaitu;
hukum dari masyarakat yang masih didaftarkannya pernikahan di pegawai
di
diamati
beberapa faktor
suatu kelompok masyarakat. Kesadaran rendah dapat menjadi alasan tidak
sudah
ketentuan hukum agama.
dengan
ketentuan yang telah ditetapkan11 .
masih
sepanjang
hukum.
“Dalam
konteks
pernikahan di bawah tangan (nikah 259
Status Hukum Pernikahan.....
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
sirri), ada beberapa akibat atau implikasi
ada hubungan perkawinan”
hukum
para
Dalam hal ini, isteri tidak dapat
analisis
menuntut haknya, terutama yang
menyatakan bahwa akibat negatif dari
berkaitan dengan harta kekayaan
perkawinan sirri ini justru menimpa
bersama, apabila terjadi perceraian,
perempuan
ataupun hak waris ketika suami
yang
pelakunya.
akan
diterima
Hampir
semua
atau
perkawinan ini” 12 .
anak-anak
dari
Akibat ini timbul
meninggal
dunia.
14
.
Dengan
karena tidak adanya kepastian hukum
demikian dapat dikatakan bahwa
dari
pernikahan itu tidak diakui oleh
pernikahan,
disebabkan
tidak
adanya alat bukti tentang pernikahan tersebut.
Sedangkan
akta
nikah
Negara. 2.
Tidak dapat diurus akta kelahiran
merupakan bukti yang memberikan
anak,
kepastian
adanya
nama suami isteri sebagai orang
sekaligus
tuanya. Ketiadaan akta nikah akan
hukum
peristiwa
tentang
perkawinan,
dengan
mencantumkan
kepastian hukum tentang status suami
menjadi
isteri.“Perkawinan yang tidak dicatat
pengurusan akta kelahiran anak.
sesuai dengan ketentuan yang telah
Kalaupun
ditetapkan, perkawinan tersebut tidak
dibuatkan akta kelahiran, maka
mempunyai
yang tercantum dalam akta adalah
kekuatan
hukum
dan
perlindungan hukum dari Negara” .
kemungkinan
dari
dianggap anak luar kawin. Jika
perkawinan yang tidak tercatat, dan
demikian, maka anak tidak akan
oleh karenanya tidak mempunyai
mendapatkan
akta nikah, dapat dijelaskan sebagai
menuntut haknya dari ayahnya,
berikut:
seperti hak atas nafkah, biaya
1.
akibat
ada
dalam
nama ibu saja, sehingga si anak
13
Beberapa
hambatan
“Terhadap isteri, berakibat tidak
pendidikan,
diakuinya sebagai isteri yang sah
warisan.
secara
hukum,
memiliki perkawinan.
karena
bukti
tidak
3.
autentik
dan
tidak
ataupun
dapat
harta
Bagi pegawai negeri sipil (PNS) yang menikah di bawah tangan,
Konsekuensi
akan
berakibat
tidak
dapat
yuridisnya, maka isteri tidak akan
dibayarkan tunjangan suami/isteri,
mendapatkan haknya sebagai isteri
dan tentu saja juga tunjangan anak.
dan harta bersama ketika terjadi
4.
perceraian, karena dianggap tidak
“Akibat negatif lain yang akan timbul jika ternyata masyarakat tidak memerhatikan pencatatan,
12 13
Elfiani
Ahmad Tholabi Karlie, op. cit, h. 197 H. Abdul Manan, op. cit, h. 53
Siti Musdah Mulia (dalam Ahmad Tholabi Kharlie), op. cit, h. 197 14
260
Status Hukum Pernikahan.....
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
adalah semakin suburnya poligami
terrjadi kekerasan dalam rumah
di masyarakat” 15 . Pernikahan di
tangga.
bawah tangan mempunyai kaitan yang
5.
erat
dengan
praktek
bahwa akta nikah memegang peranan
poligami. Akibat tidak adanya akta
penting dalam hubungan hukum suami
nikah, maka suami akan dengan
isteri,
mudah untuk menikah lagi, karena
kepastian hukum tentang status suami
isteri tidak akan dapat menuntut
isteri. Oleh karena itu, pencatatan nikah
pembatalan pernikahan itu.
merupakan
Tidak dapat diajukan gugatan cerai
dikuatkan dengan sanksi apabila terjadi
ke pengadilan, karena tidak ada
pelanggaran. Hal ini dapat dibaca dalam
bukti tentang adanya pernikahan.
Pasal 45 PP No. 9 Tahun 1975 sebagai
Artinya, perceraian secara resmi
Peraturan Pelaksanaan dari UU No 1
hanya
kalau
Tahun 1974 tentang Perkawinan. Sanksi
nikahnya juga resmi. Dengan kata
yang ditetapkan bagi calon mempelai
lain, perceraian yang tercatat hanya
yang
dapat
jika
pencatatan, dan poligami liar adalah
tercatat.
hukuman denda setinggi-tingginya Rp.
dapat
dilakukan
dilakukan
pernikahannya
juga
karena
akan
suatu
melanggar
memberikan
keharusan
ketentuan
tentang
7500,-.
pula terjadi cerai di bawah tangan,
pelanggaran
artinya cerai di luar pengadilan,
pegawai
sehingga tidak ada akta cerai.
kurungan
Dampak
bulan, atau denda setinggi-tingginya Rp.
negatif
selanjutnya
kalangan dengan semudah sehingga
masyarakat. mudah itu
pula
lembaga
yang
pencatat
sanksi dilakukan adalah
selama-lamanya
atas oleh
hukuman 3
(tiga)
7500,-.
Mereka
menikah,
Sedangkan
yang
Akibatnya adalah bahwa banyak
adalah maraknya kawin cerai di
6.
Beberapa akibat di atas menunjukkan
Apabila ditinjau dari undang-
dan
undang Perkawinan (Hukum Positif)
bercerai,
Indonesia, maka pernikahan di bawah
perkawinan
tangan (tidak tercatat) dapat dikatakan
seolah-olah dijadikan permainan.
sebagai perbuatan hukum yang tidak
Timbul
untuk
tuntas. Pasal 2 UU No 1 Tahun 1974
mengajukan perkara ke pengadilan
tentang Perkawinan menentukan 2 (dua)
seandainya terjadi pelanggaran hak
tahap
asasi manusia dari suami terhadap
perkawinan yaitu pertama; pelaksanaan
isteri atau sebaliknya, ataupun
nikah
terhadap anak. Misalnya dalam hal
agama, dan yang kedua; pencatatan
kesulitan
pokok
dalam
menurut
pelangsungan
ketentuan
hukum
nikah oleh dan di dihadapan pegawai 15
Elfiani
Ahmad Tholabi Kharlie, Ibid, h. 199
pencatat nikah. Jika demikian dalam 261
Status Hukum Pernikahan.....
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
pernikahan yang tidak tercatat, hanya
merupakan
pernikahan
tahap
dilangsungkan
tidak
pertama
yang
dijalankan,
sedangkan tahap kedua diabaikan. Dalam
kaitannya
di
pegawai pencatat nikah.
dengan
yang hadapan
Oleh karena
itu, tidak ada akta nikah sebagai bukti
tinjauan UU Perkawinan terhadap status
yang
hukum dari pernikahan yang tidak
hukum tentang
tercatat, maka Pasal 2 UU Perkawinan
Akta nikah merupakan syarat untuk
harus dibaca sebagai satu kesatuan.
mengurus akta kelahiran, menggugat
Oleh karena itu, pernikahan yang diakui
cerai, dan untuk menuntut berbagai hak
dan
dalam pernikahan. Ketiadaan akta nikah
mempunyai
kekuatan
hukum
akan
memberikan
pernikahan tersebut.
adalah pernikahan yang dilangsungkun
menyebabkan
menurut agama dan kepercayaan calon
dalam berbagai urusan ini.
mempelai,
dan
dicatatkan
menurut
kepastian
hambatan-hambatan
Pernikahan yang tidak tercatat
peraturan perundang-undangan yang
tidak
berlaku. Dengan demikian, permikahan
Perkawinan
yang tidak tercatat tidak diakui oleh
mempunyai
Undang-undang Perkawinan dan tidak
dengan sendirinya tidak menimbulkan
mempunyai
akibat
kekuatan
hukum,
serta
diakui
Indonesia kekuatan
hukum.
dengan sendirinya tidak menimbulkan
pencatatan
akibat hukum. Penegasan tentang hal ini
peranan
dapat pula dibaca dalam Pasal
memberikan
6
Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang
Undang-undang dan
tidak
hukum,
serta
Oleh
karena
pernikahan penting,
itu,
memegang
terutama
perlindungan
untuk terhadap
hak-hak isteri dan anak-anak.
berbunyi, Ayat (1), Untuk memenuhi ketentuan
DAFTAR KEPUSTAKAAN
dalam Pasal 5, setiap perkawinan harus
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum
dilangsungkan
di
hadapan
dan
di
Perdata
Islam
di
Indonesia,
bawah pengawasan Pegawai Pencatat
Kencana Prenada Media Group,
Nikah.
Jakarta, 2008.
Ayat (2), Perkawinan yang dilakukan di luar
pengawasan
Nikah
tidak
Pegawai
mempunyai
Pencatat
Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga di
kekuatan
Indonesia,
Sinar
Grafika,
Jakarta.
hukum.
Amiur Nuruddin, Hukum Perdata Islam di
KESIMPULAN
Elfiani
di
bawah
Studi
Kritis
Perkembangan Hukum Islam, dari
Pernikahan yang tidak tercatat (pernikahan
Indonesia,
Fikih, UU No 1 Tahun 1974 sampai
tangan)
KHI, Kencana, Jakarta, 2004. 262
Status Hukum Pernikahan.....
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
Ahmad Rafiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Beni Rahmad Saebani dan H. Syamsul Falah, Hukum Perdata Islam di Indonesia,
CV
Pustaka
Setia,
Bandung, 2011. Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis
(BW),
Sinar
Grafika,Jakarta, 2003. Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang
Perkawinan,
Liberty,Yogyakarta, 1999. Satjipto Rahardjo, lmu Hukum, Alumni, Bandung, 1982. Undang-undang
No.01
tahun
1974
tentang Perkawinan. Kompilasi Hukum Islam
Elfiani
263
Status Hukum Pernikahan.....