Standarkan Gerakan Senam Demi Kesehatan Semua Lapisan free instagram followermake up wisudamake up jogjamake up prewedding jogjamake up wedding jogjamake up pengantin jogjaprewedding jogjaprewedding yogyakartaberita indonesiayogyakarta wooden craft
Atasi Perubahan Iklim, WHO Ajak Perbaiki Lingkungan UNAIR NEWS – Penyebab dan dampak perubahan iklim menyisakan berbagai problem di bidang kesehatan. Berbagai permasalahan telah ditimbulkan, mulai kualitas air, malnutrisi (kekurangan gizi), ketahanan pangan, hingga dampak bencana yang diprediksi bakal terjadi. Risiko tentang perubahan iklim itu dipaparkan oleh Sharad Adykary dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sharad mengatakan, tanpa respon dan kebijakan yang efektif, perubahan iklim akan mengakibatkan keempat hal di atas. Pertama, kualitas dan kuantitas air. Diperkirakan, pada tahun 2050, jumlah penduduk yang tinggal di daerah yang mengalami krisis air akan meningkat dua kali lipat. Kedua, keamanan pangan. Di sejumlah negara Afrika, hasil dari pertanian tadah hujan bisa diperkirakan berkurang setengah pada tahun 2020. Ketiga, pengendalian penyakit infeksi. Diperkirakan, pada tahun 2030, populasi penderita malaria di Afrika akan meningkat menjadi 170 juta. “Sedangkan, pengidap virus dengue akan meningkat menjadi 2 milyar pada tahun 2080,” papar penasehat kesehatan lingkungan WHO.
Keempat, perlindungan dari bencana. Menurut data yang disampaikan Sharad, terjadi peningkatan risiko banjir di pesisir dan area daratan yang mengalami kekeringan. Terkait dengan dampak perubahan iklim di bidang kesehatan, Sharad yang menjadi pembicara utama “1 st SEHAT (Seminar on Environment and Health) Toward SDG’s Achievement 2030: Integration System on Environment and Health Sustainability”, menyarankan kepada peneliti dan dan pengambil kebijakan di bidang kesehatan agar terus memperbarui koleksi data dan saling bertukar informasi. Selain Sharad, ada pula Dr. –Ing. Hendro Wicaksono peneliti asal Institut Teknologi Karlsruhe (KIT), Jerman, yang menerangkan tentang “Sustainability of Smart City in European Union”. Hendro mengatakan, kota-kota di Eropa mengalami perubahan sejak sekitar tahun 1800-an hingga sekarang. Bila dulu kota-kota di Eropa dikenal dengan tipe kota kebun (garden city) dan kota mandiri (broadacre city) maka sekarang mereka bergerak ke arah future city (kota masa depan). “Dalam future cities, ada beberapa langkah yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk perubahan iklim. Ada rencana untuk mengurangi 80 persen gas rumah kaca pada tahun 2050, penggunaan energi terbarukan sampai 80 persen pada tahun 2050, setiap bangunan bisa mengurangi konsumsi energi sampai 80 persen, dan mengurangi emisi transportasi sampai 40 persen,” tutur Hendro. Agar sebuah kota bisa menjadi kota keberlanjutan, maka diperlukan implementasi dari berbagai aspek. Dari aspek sosiokultural, pembuatan kebijakan terkait pembangunan seharusnya melibatkan seluruh kalangan warga. Sedangkan, dari aspek transportasi, perlu dilakukan car sharing. Ketua panitia seminar SEHAT Dr. Rr. Azizah, S.H., M.Kes, berharap agar pelaksanaan seminar internasional ini mampu menjembatani perguruan tinggi, perusahaan swasta, pemerintah,
dan organisasi profesional dalam mewujudkan lingkungan yang sehat. Acara seminar SEHAT merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Dies Natalis UNAIR ke-62. Pada tahun 2016, tema yang diangkat dalam perayaan kali ini adalah “62 Tahun Universitas Airlangga untuk Indonesia Adil dan Beradab.” (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor: Nuri Hermawan
Cermat Gunakan Antibiotik Hindari Resistensi Bakteri Ibarat lampu signal, demam bisa menjadi gejala penanda datangnya suatu penyakit. Dalam hal ini, bayi dan anak paling rentan mengalami demam. Kalau sudah begini, orang tua kerap panik menghadapinya . Yang sering terjadi, anak buru-buru dicekoki antibiotik. Padahal belum jelas apa penyakitnya. Karena demam masih dianggap sebagai indikasi, tentu saja tidak bisa dengan cepat dokter memastikan penyakit apa yang menyertai gejala demam tersebut. Perlu dilakukan pengalamatan selama beberapa hari untuk memastikan apakah demam itu disebabkan karena infeksi virus atau bakteri. Sayangnya, masyarakat seringkali memanfaatkan antibiotik sebelum diketahui jelas apa penyebab demamnya. Padahal secara substansi, antibiotik hanya boleh dikonsumsi oleh penderita yang terbukti mengalami infeksi bakteri saja, bukan virus. Di masyarakat, obat antibiotik kerap dipercaya ‘tokcer’ menyembuhkan berbagai penyakit, namun hal itu tidak diimbangi dengan pemahaman tentang bagaimana mengonsumsi antibiotik
secara tepat dan benar. Hal itu disayangkan Dokter Spesialis Anak RSUD Dr. Soetomo Dr. Irwanto, dr., Sp.A(K). Menurutnya, tidak semua penyakit perlu diatasi dengan menggunakan antibiotik. “Saya selalu menekankan kepada pasien agar sabar menunggu. Perlu pengamatan sampai dua hari berikutnya. Sementara menunggu, kita bisa berikan obat penurun panas biasa. Jika selama dua hari kondisi tidak juga membaik, baru kemudian diberikan pengobatan yang lebih spesifik,” jelasnya. Selain harus tepat sasaran, konsumsi antibiotik juga sebaiknya tidak berlebihan. Pemakaian antibiotik secara berlebihan justru dapat membunuh kuman baik di dalam tubuh. Selain itu, pemberian antibiotik yang berlebihan akan menyebabkan bakteribakteri yang tidak terbunuh mengalami mutasi dan menjadi kuman “superbugs” yang kebal terhadap antibiotik. Bakteri yang awalnya dapat diobati dengan mudah menggunakan jenis antibiotik ringan akan bermutasi dan menjadi kebal, sehingga kemudian membutuhkan jenis antibiotik yang lebih kuat untuk mengantisipasinya. Bila bakteri ini menyebar, suatu saat akan tercipta kondisi di mana tidak ada lagi jenis antibiotik yang dapat membunuh bakteri yang terus menerus bermutasi ini. Jika hal ini terjadi pada anak-anak maka dikhawatirkan akan mengalami gangguan organ tubuh, seperti gangguan saluran cerna, gangguan ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan sumsum tulang, gangguan darah dan sebagainya. Infeksi bakteri atau virus? Indikasi yang tepat dan benar dalam pemberian antibiotik pada anak adalah bila infeksi tersebut disebabkan oleh bakteri. Beberapa penyakit yang memang membutuhkan pemberian antibiotik antara lain seperti radang tenggorokan, infeksi saluran kemih, tifus, TBC, dan abses atau luka bernanah pada bagian kulit dan tenggorokan. Radang tenggorokan yang disebabkan infeksi kuman streptococcus
pada umumnya menyerang anak berusia 7 tahun atau lebih. Pada anak usia 4 tahun hanya 15% yang mengalami radang tenggorokan karena kuman ini. Penyakit lain yang membutuhkan pemberian antibiotik adalah infeksi saluran kemih. Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri pada saluran kemih biasanya dilakukan kultur darah atau urine. Apabila dicurigai adanya infeksi saluran kemih, dilakukan pemeriksaan kultur urine. Setelah beberapa hari akan diketahui bila ada infeksi bakteri berikut jenis dan sensitivitasnya terhadap antibiotik. Sementara penyakit pilek, panas dan batuk adalah gejala dari Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang disebabkan virus, sehingga tidak memerlukan antibiotik. Sebagian besar kasus penyakit pada anak yang berobat jalan penyebabnya adalah virus. Dengan kata lain, seharusnya kemungkinan penggunaan antibiotik yang benar tidak besar atau mungkin hanya sekitar 10 – 15% penderita anak. Penyakit virus adalah penyakit yang termasuk “self limiting disease” atau penyakit yang sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari. Sebagian besar penyakit infeksi seperti diare, batuk, pilek dan panas penyebabnya adalah virus. Secara umum setiap anak akan mengalami 2 hingga 9 kali penyakit saluran napas karena virus. Hindari Menyimpan Antibiotik di Rumah Pemakaian antibiotik yang irasional dan berlebihan tanpa disertai dengan resep dokter adalah fenomena yang masih banyak ditemui di masyarakat. Ada pula kebiasaan menyimpan sisa obat yang mengandung antibiotik di rumah kemudian dipakai ulang. Masalah lain adalah keleluasaan masyarakat membeli antibiotik secara bebas di apotek. “Yang paling sulit dikendalikan itu kalau masyarakat masih leluasa membeli sendiri obat antibiotik di apotek, siapa yang
melarang? Nggak ada,” kata Irwanto. Kebiasaan menyimpan sisa obat antibiotik di rumah sebaiknya dihindari. Seharusnya tidak ada dosis obat yang tersisa. Antibiotik yang diresepkan sebaiknya dikonsumsi sampai habis untuk mencegah kembalinya infeksi yang berpotensi lebih parah dari yang awal. Hal lain yang tak kalah penting adalah jangan sekali-kali memberikan antibiotik milik Anda kepada teman, keluarga, atau binatang peliharaan, karena setiap orang memiliki tingkat imunitas dan respon terhadap obat yang berbeda satu sama lain. Antibiotik seharusnya dikonsumsi sesuai waktu yang telah ditentukan. Dokter akan memaparkan penjelasan kapan dan berapa kali obat tersebut harus dikonsumsi. Sebab hal itu berkaitan dengan kecepatan pertumbuhan bakteri. Jika pemakaiannya tidak sesuai waktu, bisa menyebabkan bakteri bertahan hidup dan menyebabkan infeksi berulang. Perhatikan pula jam makan. Beberapa jenis antibiotik dilarang dikonsumsi bersamaan dengan makanan tertentu, sebagian lagi harus dikonsumsi di saat perut kosong, seperti amoxicillin yang harus dikonsumsi satu atau dua jam sebelum makan. (fya/ind)
Cara Baru Nikmati Oat yang Sehat dan Nikmat Kini, berbagai alternatif olahan makanan menyehatkan semakin banyak digandrungi masyarakat, khususnya para pelaku hidup sehat, salah satunya jenis makanan serealia seperti oat. Meskipun oatmeal dikenal sarat gizi, ternyata tidak semua
orang bisa menikmatinya, karena rasanya hambar dan bertekstur lembek ketika sudah diolah sehingga kurang menggugah selera. Agar oatmeal dapat disantap dengan nikmat, kreasi mengolah oatmeal terus dikembangkan, salah satunya dengan menyajikan oatmeal dingin atau yang biasa disebut overnight oatmeal. Di luar negeri, overnight oatmeal telah menjadi menu sehat yang biasa dikonsumsi. Penyajiannya terbilang mudah dan praktis. Bahan-bahan yang digunakan pun tidak membutuhkan proses pengolahan ulang. Cukup dengan mencampurkan beberapa bahan seperti yogurt, oat meal dan susu cair ke dalam mason jar (toples mutlifungsi), kemudian didiamkan semalaman di dalam lemari pendingin. Keesokan harinya, overnight oatmeal bisa disantap sebagai menu sarapan menyehatkan. Yang istimewa, dalam penyajian overnight oatmeal dapat pula dibubuhkan potongan buah segar seperti pisang, strawberi, mangga atau kurma di atasnya. Bisa juga ditambahkan biji Chia, madu, atau selai kacang. Perpaduan dinginnya yogurt, susu dan oatmeal bercampur dengan buah segar menawarkan sensasi makan oatmeal yang berbeda. Melihat komposisinya saja, sudah pasti overnight oatmeal tinggi kandungan protein, kalsium dan serat. Ahli nutrisi Meryana Adriani, S.KM, M.Kes, menjelaskan, overnight oatmeal baik dikonsumsi oleh siapapun tak terkecuali bagi yang sedang menjalankan diet. Overnight oat bisa menjadi pilihan sarapan yang tinggi serat namun rendah lemak dan gula. Makanan yang tinggi serat seperti oat diketahui mampu menurunkan kadar kolesterol. Dari berbagai penelitian menyebutkan, oatmeal terbukti dapat memberi rasa kenyang lebih lama dibandingkan sumber makanan lain, bahkan kandungan lignan pada oatmeal diketahui dapat membantu menyehatkan jantung. Menurutnya, mencampurkan oat dengan susu dan yogurt lalu menyimpannya ke dalam kulkas adalah cara aman untuk mempertahankan nutrisi dan bakteri penting pada yogurt. Dengan
menyimpan di kulkas, mampu menghambat tumbuhnya bakteri yang merugikan dan dapat merusak kandungan nutrisi yogurt. “Yang pasti overnight oatmeal ini sarat gizi dan bikin kenyang lebih lama. Mengenyangkan namun rendah kalori. Jika itu dibiasakan sebagai daftar sarapan setiap hari, manfaatnya luar biasa untuk tubuh, terutama untuk pencernaan. Karena oat dan buah-buahan menenangkan pencernaan,” jelasnya. Sementara itu, untuk menghindari masuknya kalori dan lemak berlebihan, tentunya susu yang sebaiknya digunakan dalam pembuatan overnight oatmeal adalah jenis susu skim rendah lemak, susu nonfat atau susu alternatif dari olahan bijibijian, seperti susu kedelai atau almond. Meri pun berpesan untuk mengurangi pemakaian pemanis gula atau sirup. “Jika ingin menambah rasa manis, madu kurma atau madu lebah adalah pilihan tepat sebagai sebagai pemanis yang menyehatkan,” paparnya. Biji Chia Selain susu dan yogurt, salah satu bahan andalan yang biasa digunakan dalam pembuatan segelas overnight oatmeal yang nikmat adalah biji Chia. Apa itu? Biji Chia adalah jenis biji-bijian yang berasal dari bunga Chia (Salvia hispanica), bentuknya lonjong menyerupai biji selasih dan apabila direndam dalam air teksturnya akan menyerupai gel. Pemakaian biji Chia cukup digemari kalangan pecinta hidup sehat masa kini. Biji-bijian ini kaya serat, protein, lemak omega 3, dan antioksidan. Biji Chia juga mengandung triptofan, yaitu jenis asam amino esensial yang berfungsi mengatur nafsu makan dan mengontrol suasana hati. Di luar negeri, biji Chia seed memang menjadi superfood andalan untuk membuat overnight oat meal. Sayangnya, karena biji Chia tidak tumbuh di Indonesia, maka untuk mendapatkannya harus mengimpor dari luar negeri, dan tentu saja harganya
tidak murah. Dalam penyajiannya, biji Chia dapat dicampurkan pada makanan atau minuman. Biji Chia tidak beraroma dan memiliki karakteristik rasa yang berbeda. Biji Chia serumpun dengan sage (Salvia officinalis). Biji-biji kecil dengan warna hitam, putih, coklat dan bau-abu tersebut pernah menjadi makanan pokok dari suku Inca, Maya dan Aztec, bersama dengan penduduk asli Amerika dari barat daya. “Chia” adalah kata dari suku Maya yang berarti kekuatan. Biji Chia diyakini memiliki kandungan gizi yang cukup berlimpah. Mengkonsumsi Chia, dapat meningkatkan daya tahan dan energi tubuh serta membantu menurunkan berat badan. Biji Chia sangat populer untuk menurunkan berat badan. Kandungan nutrisinya dapat membantu mencegah penyerapan kalori ke dalam tubuh sehingga dapat memberi rasa kenyang lebih lama. Hal itu dikarenakan biji Chia menyerap 10 kali air yang masuk ke dalam tubuh, membentuk gel besar. Bahkan, biji Chia mengandung omega 3 tertinggi dibandingkan ikan salmon. Omega 3 merupakan lemak penting yang bersifat anti-peradangan sehingga dapat mencegah (arthritis) dan penyakit jantung.
radang
sendi
Manfaat lainnya, biji Chia juga aman dikonsumsi penderita diabetes. Karena biji itu dapat memperlambat perubahan karbohidrat menjadi gula sederhana. Sejumlah penelitian menunjukkan, biji Chia dapat mengontrol gula darah. Para ilmuwan percaya bahwa biji Chia memiliki manfaat besar bagi penderita diabetes. Sehat Tak Perlu Mahal Menurut Meri, untuk bisa mengonsumsi makanan sehat tidak harus terlalu import minded dan mengeluarkan biaya mahal. Meri menyarankan sebaiknya memanfaatkan bahan lokal yang sebenarnya
juga tidak kalah bagus kualitas nutrisinya dengan bahan makanan impor. Oleh karenanya, dalam pembuatan overnight oatmeal, dapat memadukan potongan buah segar yang mudah diperoleh di pasaran. Menurutnya, Chia. Kita naga atau melengkapi
sumber antioksidan tidak saja diperoleh dari biji bisa memanfaatkan buah-buahan lokal seperti buah anggur. Buah-buahan tersebut bisa disajikan oatmeal yang sudah didinginkan.
“Kandungan nutrisi pada biji Chia sebenarnnya bisa digantikan dengan alternatif buah-buah lokal yang tinggi vitamin E dan antioksidan. Tinggal pandai-pandainya kita berkreasi saja. Karena sebenarnya untuk sehat tidak selalu harus ditempuh dengan mengonsumsi sumber makanan yang terlalu mahal,” jelasnya. (fya/ind)