Standardisasi Kurikulum PERFITRI Training and Education
Kurikulum Dokter TRB
Basic
Intermediate
Advance
2 minggu pelatihan
3 bulan pelatihan
6 bulan pelatihan
20 pasien
30 pasien
50 pasien
PENGETAHUAN 1
2
3
4 5
Konsep dasar hiperstimulasi ovarium terkendali a. Folikulogenesis b. Definisi, terminologi, c. Prinsip stimulasi ovarium d. Farmakokinetik dan farmakodinamik obat-obatan dalam HSOT e. Analisis sperma f. Interpretasi pemeriksaan hormon Prosedur fertilisasi in vitro (FIV) a. Hiperstimulasi ovarium terkendali b. Siklus alamiah c. Stimulasi ovarium minimal d. Maturasi oosit in vitro e. Pemantauan perkembangan folikel dengan USG f. Petik oosit g. Transfer embrio h. Penunjang fase luteal Protokol hiperstimulasi ovarium terkendali a. Protokol panjang dengan agonis GnRH b. Protokol pendek dengan agonis GnRH c. Protokol pendek dengan antagonis GnRH Prinsip dasar insufisiensi fase luteal dalam IVF Dasar-dasar pemeriksaan ultrasonografi dalam fertilisasi in vitro a. Pemantauan perkembangan folikel b. Pemantauan endometrium c. Pemantauan tanda kehamilan awal
KETERAMPILAN 1 Melakukan pemeriksaan dan keputusan klinis pada pasangan infertilitas a. Pemeriksaan pada wanita dan pria b. Merencanakan pemeriksaan penunjang c. Menginterpretasi hasil pemeriksaan i. Analisis sperma ii. Profil hormon wanita dan pria iii. Pemeriksaan azoospermia 2 Menyusun dan melakukan penanganan infertilitas yang tepat 3 Melakukan prosedur IVF a. Protokol panjang b. Protokol pendek c. Protokol antagonis d. Transfer embrio pasca simpan beku e. Siklus alamiah f. Petik oosit g. Transfer embrio h. Penunjang fase luteal 4 Melakukan pemeriksaan ultrasonografi a. Melakukan pemeriksaan folikel antral basal b. Pemantauan perkembangan folikel c. Melakukan pengukuran dan penilaian endometrium d. Melakukan penilaian kehamilan awal pasca fertilisasi in vitro
Teori pelatihan “Basic”
Penganganan infertilitas
Stimulasi ovarium terkendali
Pemantauan folikel dan endometrium
Penunjang fase luteal
Prosedur klinik petik oosit dan transfer embrio
Pilihan obat dalam hiperstimulasi ovarium terkendali
Tinjauan umum OHSS
Keterampilan pelatihan “Basic”
Melakukan pengukuran dan penilaian endometrium
Melakukan penilaian kehamilan awal pasca fertilisasi in vitro
Prosedur TRB
Protokol SOT dalam teknik reproduksi berbantu
Pemeriksaan azoospermia
Dosis inisial dan dosis pengaturan dalam SOT
Melakukan pemeriksaan ultrasonografi
Inseminasi intrauterin
Melakukan pemeriksaan folikel antral basal
Tindakan ovum pickup clean case
Pemantauan perkembangan folikel
Observasi transfer embrio
Penanganan OHSS
Penatalaksaan infertilitas
Pemeriksaan pada wanita dan pria
Merencanakan pemeriksaan penunjang
Menginterpretasi hasil pemeriksaan
Analisis sperma
Profil hormon wanita dan pria
Teori pelatihan “Intermediate” Prosedur fertilisasi in vitro (FIV) Konsep dasar hiperstimulasi ovarium terkendali a. Folikulogenesis b. Definisi, terminologi,
c. Prinsip stimulasi ovarium d. Farmakokinetik dan farmakodinamik obat-obatan dalam HSOT e. Analisis sperma f. Interpretasi pemeriksaan hormon
Keterampilan pelatihan “Intermediate”
Hiperstimulasi ovarium terkendali
Penunjang fase luteal
Siklus alamiah
Protokol hiperstimulasi ovarium terkendali
Stimulasi ovarium minimal
Protokol panjang dengan agonis GnRH
Maturasi oosit in vitro
Protokol pendek dengan agonis GnRH
Pemantauan perkembangan folikel dengan USG
Protokol pendek dengan antagonis GnRH
Pemantauan perkembangan folikel
Pemantauan endometrium
Pemantauan tanda kehamilan awal
Petik oosit
Transfer embrio
Teori pelatihan “Advanced”
Hiperstimulasi ovarium terkendali
Penunjang fase luteal
Siklus alamiah
Stimulasi ovarium minimal
Protokol hiperstimulasi ovarium terkendali
Maturasi oosit in vitro
Protokol panjang dengan agonis GnRH
Pemantauan perkembangan folikel dengan USG
Protokol pendek dengan agonis GnRH
Protokol pendek dengan antagonis GnRH
Petik oosit
Pemantauan perkembangan folikel
Transfer embrio
Pemantauan endometrium
Pemantauan tanda kehamilan awal
Keterampilan pelatihan “Advanced” Melakukan prosedur IVF a. Protokol panjang b. Protokol pendek c. Protokol antagonis
d. Transfer embrio pasca simpan beku e. Siklus alamiah f. Petik oosit g. Transfer embrio h. Penunjang fase luteal
LOGBOOK Penilaian Pasangan Infertil
Level Kompetensi 2
1
3
Keterampilan diagnosa klinis Interpretasi uji laboratorium dan pemeriksaan lainnya Pemilihan obat stimulasi ovarium Pemilihan pendekatan TRB yang tepat Prosedur Medis Induksi ovulasi Stimulasi ovarium untuk TRB Inseminasi dengan sperma suami Inseminasi intra - uterin Transfer embrio Konseling Manajemen OHSS
1
Level Kompetensi 2
3
LOGBOOK Penilaian Ultrasonografi
Level Kompetensi 1 2 3
Anatomi pelvis normal dan abnormal : - uterus - ovarium dan adneksa - tuba fallopii Pengamatan folikel Kehamilan ekstra - uterin Jumlah Kasus/Prosedur/Tindakan yang Dilakukan
Pemeriksaan pasangan infertil Stimulasi ovarium terkendali OPU ET Inseminasi Manajemen OHSS
Jumlah prosedur/kasus/siklus di klinik Disupervisi Mandiri
Kurikulum Perawat TRB
Basic
Intermediate
Advance
2 minggu pelatihan
3 bulan pelatihan
6 bulan pelatihan
10 pasien
20 pasien
30 pasien
NO 1
2
KOMPETENSI Perawatan pasien dengan gangguan reproduksi 1. Melakukan pengkajian pasien dengan gangguan reproduksi 2. Mengetahui/menyiapkan pemeriksaan diagnostik yang diperlukan
Anatomi dan fisiologi reproduksi wanita dan pria Fisilogi konsepsi spontan Gangguan reproduksi wanita dan pria
3. Memberikan intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan reproduksi Tatalaksana infertilitas pada wanita dan pria 1. Melakukan investigasi dan pengkajian pada pasien infertilitas 2. Menyiapkan pemeriksaan diagnostik yang diperlukan
Asuhan keperawatan pasien dengan gangguan reproduksi Tatalaksana infertilitas pada wanita dan pria a. SPOK b. Endometriosis
3. Memberikan intervensi keperawatan pada pasien dengan kasus: SPOK, Endometriosis, Tuba non paten, Azoospermia 3
PENGETAHUAN DASAR TEORI
Prosedur tehnologi reproduksi berbantu/IVF
c. Hidrosalping dan tuba non paten d. Azoospermia Peraturan dan etik dalam TRB
Protokol Stimulasi ovarium terkontrol 1. Protokol stimulasi ovarium terkontrol dan dosis obat yang biasa digunakan 2. Menyiapkan prosedur diagnostik yang diperlukan Prosedur dan tahapan IVF 3. Menyiapkan pasien dalam program terapi Efek samping dan komplikasi prosedur IVF 4. Bersama pasien menjalankan program terapi yang direncankan Penatalaksanaan OHSS 5. Melakukan pendampingan pasien selama mengikuti program 6. Mengantisipasi terhadap kejadian efek samping dan komplikasi dari prosedur 7. Menyiapkan/asistensi tindakan ovum pick up, embrio transfer/freezing embrio transfer
4 Menyiapkan tindakan-tindakan office procedures 1. Office Hysteroscopy 2. Hidrotubasi 3. Inseminasi 4. Aspirasi kista/folikel 5
Asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan sedasi/anestesi Pre-intra-post op dan ruang pulih
Office procedures
Askep perioperatif
6 Konseling pasien infertilitas dan Support psikososial
Stress adaptasi pasien infertilitas Tehnik-tehnik konseling pada pasien infertilitas Emosional dan psikososisal support pada pasien infertilitas
7 Membuat riset keperawatan sederhana 8 Managemen pelayanan keperawatan di center IVF
Riset keperawatan Service excellent Manajemen komplen Case manager Manajemen resiko dan mutu pelayanan
Teori pelatihan “Basic”
Anatomi dan fisiologi reproduksi
Fisilogi konsepsi spontan
Gangguan reproduksi wanita dan pria
Asuhan keperawatan pasien dengan gangguan reproduksi
Tatalaksana infertilitas pada wanita dan pria
a. SPOK
b. Endometriosis
c. Hidrosalping dan tuba non paten
d. Azoospermia
wanita dan pria
Peraturan dan etik dalam TRB
Protokol Stimulasi ovarium terkontrol
Prosedur dan tahapan IVF
Efek samping dan komplikasi prosedur IVF
Pelatihan Perawat “Basic”
Batasan : kasus normoresponder
Metode :
Logbook paparan 10 pasien
Supervisi
Diskusi kasus
Praktik lapangan
Kelas
Evaluasi :
Pre dan post test
Teori pelatihan “Intermediate”
Pengetahuan pelatihan Basic
Pengetahuan dasar lab IVF/Embriologi:
prosedur ICSI, AH, perkembangan embrio dan simpan beku embrio
Askep perioperatif
Stress adaptasi pasien infertilitas
Tehnik-tehnik konseling pada pasien infertilitas
Emosional dan psikososisal support pada pasien infertilitas
Penatalaksanaan OHSS
Interpretasi hasil pemeriksaan lab hormon dan analisa sperma
Keterampilan pelatihan “Intermediate” Perawatan pasien dengan gangguan reproduksi 1. Melakukan pengkajian pasien dengan gangguan reproduksi 2. Mengetahui/menyiapkan pemeriksaan diagnostik yang diperlukan 3. Memberikan intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan reproduksi Tatalaksana infertilitas pada wanita dan pria 1. Melakukan investigasi dan pengkajian pada pasien infertilitas 2. Menyiapkan pemeriksaan diagnostik yang diperlukan 3. Memberikan intervensi keperawatan pada pasien dengan kasus: SPOK, Endometriosis, Tuba non paten, Azoospermia
Keterampilan pelatihan “Intermediate” (2) Prosedur teknologi reproduksi berbantu/IVF 1. Protokol stimulasi ovarium terkontrol dan dosis obat yang biasa digunakan 2. Menyiapkan prosedur diagnostik yang diperlukan
3. Menyiapkan pasien dalam program terapi 4. Bersama pasien menjalankan program terapi yang direncankan 5. Melakukan pendampingan pasien selama mengikuti program 6. Mengantisipasi terhadap kejadian efek samping dan komplikasi dari prosedur 7. Menyiapkan/asistensi tindakan ovum pick up, embrio transfer/freezing embrio transfer Menyiapkan tindakan-tindakan office procedures 1. Office Hysteroscopy 2. Hidrotubasi 3. Inseminasi 4. Aspirasi kista/folikel
Pelatihan Perawat “Intermediate”
Batasan : kasus normoresponder
Metode :
Logbook paparan 20 pasien
Supervisi
Diskusi kasus dan laporan
Praktik lapangan
Kelas
Evaluasi :
Pre dan post test
Portofolio
Teori pelatihan “Advanced”
Teori “basic”
Teori “intermediate”
Penatalaksanaa kasus sulit: Poor responder, DOR, dll
Prinsip-prinsip konselor IVF
Teori advance
Riset keperawatan
Service excellent
Manajemen komplain
Case manager
Manajemen resiko dan mutu pelayanan
Keterampilan pelatihan “Advanced”
Keterampilan “intermediate”
Keterampilan advance
Konselor perawat fertilitas
Case manajer
research nursing (RN)
Pelatihan Perawat “Advanced”
Batasan : kasus normoresponder/hyper/poor
Metode :
Logbook paparan 30 pasien
Supervisi
Diskusi kasus dan laporan
Praktik lapangan
Kelas
Proposal penelitian
Evaluasi :
Pre dan post test
Portofolio
Uji Kompetensi sertifikat kompetensi
Kurikulum Embriolog Kepala Laboratorium / Supervisor Embriologis senior Embriologis
Berlatih menjadi embriologis/ magang
Syarat pendidikan minimal: Sarjana strata 1 (S1) bidang ilmu terkait ilmu-ilmu biologi
Embriologis Magang Lulusan sarjana S1 tanpa pengalaman di bidang embriologi klinis pada manusia Beban kerja : -
Mempelajari menejemen logistik
-
Analisa sperma
-
Preparasi sperma (asistensi andrologis)
-
Pencatatan
-
Pemeliharaan inkubator (cek temperatur; gas; pH; sterilisasi)
-
Mempersiapkan culture dish
-
Membantu/asistensi prosedur deteksi oosit saat prosedur Ovum Pick Up (OPU)
-
Membantu/asistensi pengamatan fertilisasi dan perkembangan embrio
-
Membersihkan area kerja kultur embrio di dalam laboratorium TRB
3 bulan
Embriologis Magang (2) Ketrampilan kerja yang harus dikuasai Menggunakan peralatan laboratorium: micropipette, sentrifus, serological pipette, pipet kaca/ pipet pasteur, termometer, gas meter
Memahami perbedaan dan kegunaan berbagai macam media kultur: bench media, media kultur, buffers, IVF, oil layer -
Memahami berbagai macam jenis plastik dan peralatan kaca: cawan/dish, tabung, pipet
-
Memahami berbagai tipe inkubator: inkubator penghangat (tanpa gas); CO2; triple gas
Pelatihan -
Keselamatan dan kesehatan kerja, administrasi dasar (pencatatan data pasien; komputerisasi, dll)
-
Pelatihan analisa sperma dan preparasi sperma
Perlakuan/manipulasi oosit (menggunakan oosit yang sudah rusak, unfertilized oocyte, oosit hewan atau model oosit/blue beads untuk berlatih)
Embriologis Magang (3)
Periode tahap magang: bervariasi antara 3 bulan sampai dengan 2 tahun tergantung perkembangan ketrampilan kerja dan pelatihan
Penilaian
Jumlah aktifitas dengan supervisi ( 10 sampel analisa sperma; 10 sample preparasi sperma; 10 penanganan/ manipulasi oosit) ditandatangani oleh embriologis senior atau kepala klinik, setiap melakukan kegiatan.
Jumlah aktifitas mandiri (10 sampel analisa sperma; 10 sampel preparasi sperma; 10 penanganan/ manipulasi oosit) ditandatangani oleh embriologis senior atau kepala klinik, setiap melakukan kegiatan.
Magang dilakukan 3-6 bulan di awal tahapan berlatih menjadi embriologis
Embriologis
Tahap selanjutnya setelah dinyatakan lulus dari tahapan berlatih/magang
Pegawai baru dengan pengalaman cukup memadai yang telah diperoleh dari klinik IVF yang lain, mungkin saja harus melalui tahap berlatih kembali (masa orientasi). Misalnya saja, tidak melakukan prosedur embriologi paling tidak 20 kasus dalam satu tahun.
Embriologis boleh melakukan pekerjaan secara mandiri, namun selalu melaporkan kepada supervisor atau embriologis senior. Diperlukan beberapa tambahan ketrampilan pada tahapan ini.
Embriologis (2) Beban kerja
Preparasi sperma secara mandiri
Deteksi oosit pada tindakan OPU, melakukan inseminasi konvensional (IVF=In Vitro Fertilization)
Melakukan penggantian media, memindahkan embrio ke media yang baru
Melakukan penilaian gamet dan kualitas embrio
Pekerjaan-pekerjaan lain yang telah dilakukan pada tahapan magang/berlatih menjadi embriologis
Memastikan semua peralatan yang ada/ terkait dengan laboratorium IVF, diberfungsi dengan baik
Embriologis (4) Ketrampilan kerja yang harus dikuasai
Memahami tahap perkembangan embrio dan mengenali perbedaan kualitas gamet dan embrio
Mantap dan percaya diri dalam menangani embrio dan gamet
Melaporkan dan menganalisa secara ilmiah
Mampu dan inisiatif mempresentasi data dan hasil pekerjaan pada pertemuan internal ataupun seminar nasional/ internasional Pelatihan Vitrifikasi/ Deteksi ICSI QC
slow cooling dan simpan beku sperma
sperma dalam prosedur TESA/PESA
(IntraCytoplasmic Sperm Injection) dan biopsi
(Quality Control) dan trouble shooting
Menangani
blastomer post biopsi
Embriologis (5)
Periode tahap embriologis: tidak ditentukan, tergantung pada kemampuan masing-masing individu, juga kondisi laboratorium
Penilaian Penilaian Jumlah
dilakukan berdasarkan penguasaan ketrampilan selama tahapan embriologis
kegiatan mandiri selama training ketrampilan embriologis (melakukan ICSI minimal 30 oosit dengan angka fertilisasi > 50%)
Embriologis Senior
Bekerja mandiri, melaporkan pekerjaan kepada kepala/ penanggungjawab laboratorium atau supervisor
Bertanggungjawab terhadap peserta magang dan embriologis
Merupakan jenjang kelanjutan bagi embriologis. Embriologis dari klinik lain dapat menempati tahapan ini dengan penilaian dari supervisor/ kepala laboratorium
Beban kerja:
i.
Seluruh pekerjaan yang dilakukan oleh embriologis
ii.
ICSI dan biopsi embrio
iii. Vitrifikasi iv. Deteksi sperma pada prosedur PESA/TESE v.
Melatih peserta magang/ memberikan pelatihan ketrampilan baru
vi. Memberikan penilaian terhadap peserta magang dan embriologis kemudian melaporkan kepada kepala laboratorium/ supervisor
Embriologis Senior (2) Ketrampilan:
Seluruh ketrampilan yang harus dikuasai oleh embriologis
Mampu membangun komunikasi yang baik dengan pasien, dokter, keperawatan dan pihak-pihak terkait dengan kegiatan di laboratorium IVF
GC dan trouble shooting
Pelatihan: Pelatihan menejerial, QC, analisa data
Periode: tidak ditentukan Penilaian Kepemimpinan, kerjasama Integritas
Kepala Embriologis Kepala Laboratorium / Supervisor a. Minimal jenjang pendidikan S2 atau S1 dengan paling tidak berpengalaman di bidang embriologi selama 5 tahun b. Embriologis atau embriologis senior dapat ditunjuk sebagai kepala (atau melamar sebagai kepala laboratorium)
c. Wajib menguasai dengan baik seluruh ketrampilan embriologis dan embriologis senior ketrampilan d. Bertanggungjawab terhadap kegiatan harian laboratorium, melaporkan kepada kepala klinik