PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN Oktober 2014
Standar Operasional Prosedur
(SOP) Budidaya
Jeruk Siam Banjar
Disusun oleh :
Bidang Pengembangan Produksi Hortikultura Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 2014
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadlirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya Buku Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar Provinsi Kalimantan Tengah, yang merupakan salah satu upaya teknis dalam rangka peningkatan produksi dan mutu produk tanaman buah yang penyebarannya cukup luas di wilayah Provinsi Kalimantan tengah. SOP ini memuat tentang teknis budidaya jeruk siam banjar yang baik dan benar, mulai dari penetapan lokasi, pemilihan benih, penanaman, pemeliharaan hingga panen dan pasca panen. Materi ini disusun sebagai acuan dalam budidaya jeruk siam banjar bagi petugas, petani dan pelaku usaha agribisnis hortikultura di Provinsi Kalimantan Tengah guna memperoleh produk yang bermutu, ramah lingkungan dan aman konsumsi, khususnya bagi petani yang akan mendaftarkan kebunnya untuk diregistrasi sebagai lahan usaha yang telah menerapkan Good Agriculture Practices (GAP). Isi buku SOP ini tidak bersifat mutlak. Saran dan masukan yang bersifat membangun guna penyempurnaannya sangat diharapkan, karena revisi dapat dilakukan untuk menyesuaikan pedoman dengan kondisi lapangan dan perkembangan teknologi pertanian di waktu yang akan datang. Semoga buku ini bermanfaat untuk pengembangan hortikultura khususnya komoditas jeruk siam banjar di Provinsi Kalimantan Tengah.
Palangka Raya,
Oktober 2014
KEPALA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH,
Ir. TUTE LELO, MMA Pembina Utama Madya NIP. 19610912 198812 1 001
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
i
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia, negara Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Jeruk varietas introduksi yang banyak ditanam adalah varietas Lemon dan Grapefruit. Sedangkan varietas lokal adalah jeruk siem, jeruk baby, keprok medan, bali, nipis dan purut. Tanaman jeruk banyak dibudidayakan oleh masyarakat luas karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Jeruk siam digemari karena, kombinasi rasa asam dan manis menyegarkan yang terkandung pada buahnya. Adapun beberapa manfaat dari buah jeruk antara lain sebagai berikut : 1. Memilliki kandungan vitamin C yang tinggi, dapat dimakan langsung sebagai buah segar atau menjadi produk pangan olahan 2. Di beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak wangi, sabun wangi, esens minuman dan untuk campuran kue. Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi : Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat), Banjar (Kalimantan Selatan) dan Medan (Sumatera Utara). Karena adanya serangan virus CVPD (Citrus Vein Phloen Degeneration), beberapa sentra penanaman mengalami penurunan produksi yang diperparah lagi oleh sistem monopoli tata niaga jeruk yang saat ini tidak berlaku lagi. Jeruk Siam Banjar merupakan komoditi hortikultura unggulan Provinsi Kalimantan Selatan dan telah dikukuhkan menjadi varietas buah unggul nasional melalui SK. Menteri Pertanian Nomor : 862/Kpts/TP.240/II/1998 tanggal 4 November 1998. Varietas jeruk ini merupakan tumbuhan lokal yang telah dibudidayakan secara luas di Kabupaten Banjar, luas penanamannya sekitar 95% dari total populasi jeruk di wilayah tersebut. Hanya sebagian kecil petani membudidayakan jeruk varietas lain (seperti varietas lokal dengan nama daerah limau kuit dan limau nipis).
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
1
Untuk dapat membudidayakan Jeruk siam banjar secara intensif diperlukan pengetahuan dan ketrampilan dari petugas, petani serta pelaku usaha agribisnis Jeruk siam banjar tentang teknologi budidaya Jeruk siam banjar yang baik dan benar. Melalui penerapan Good Agriculture Practices (GAP) dengan menggunakan Standard Operational Procedure (SOP) yang spesifik lokasi, spesifik komoditas dan spesifik sasaran pasarnya, akan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas produk yang dihasilkan petani/pelaku usaha Jeruk siam banjar sehingga mampu memenuhi kebutuhan konsumen dan memiliki daya saing tinggi dibandingkan dengan produk padanannya dari luar. B. TARGET Target yang akan dicapai dengan penerapan SOP ini adalah tercapainya produksi optimal, mutu produksi sesuai standar mutu yang telah ditetapkan serta akan mampu meningkatkan ekspor buah Jeruk Siam Banjar. 1. Target produksi buah per pohon yang akan dicapai adalah 400 – 500 buah per tahun. 2. Target mutu buah yang akan dicapai dengan penerapan SOP ini antara lain adalah : - Bentuk buah bulat atau oval - Kulit buah megkilat dan berwarna hijau muda kekuningan - Buah bebas dari memar dan kontaminasi OPT - Ukuran buah besar, seragam dengan kematangan serentak Kelas A : diameter > 7,1 cm atau > 151 gram/buah Kelas B : diameter 6,1 – 7,0 cm atau 101 – 150 gram/buah - Aroma khas jeruk siam dengan rasa daging buah manis segar - Tingkat kemanisan buah (kadar gula terlarut/MASS SUCROSE) pada saat petik minimum 8º Brix (tingkat kematangan 85 %) C. KEGIATAN Untuk peningkatan produksi dan mutu buah Jeruk Siam Banjar, diperlukan penanganan khusus meliputi perbaikan manajemen dan aplikasi budidaya pra panen dan pasca panen di lapangan. Pada tanaman Jeruk siam banjar usia produktif, sub kegiatan yang dinilai berkaitan erat pada tujuan dan target yang ditetapkan adalah pada tahap pemangkasan,
pemupukan,
pengairan,
penyerbukan
buatan,
penjarangan
buah,
pembungkusan buah, pengendalian hama dan penyakit, panen serta penanganan pasca panen.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
2
D. KLASIFIKASI TANAMAN JERUK SIAM Ditinjau dari segi taksonominya yang mengacu pada Cronquist (1981) tanaman jeruk siam dapat diklasifikasikan ke dalam golongan tumbuhan, yaitu : Regnum
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Clasis
: Magnoliopsida
Sub Clasis
: Diileniidae
Ordo
: Sapindales
Famillia
: Rutaceae
Genus
: Citrus
Spesies
: Citrus nobilis
Varietas
: Citrus nobilis Lour var.microcarpa Hassk
E. SYARAT TUMBUH DAN PENYEBARANNYA 1. Iklim a. Kecepatan angin yang lebih dari 40 – 48% akan merontokkan bunga dan buah. Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin. b. Tergantung pada spesiesnya, pada umumnya berbagai varietas jeruk memerlukan 5 – 6, 6 – 7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia, tanaman ini sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli – Agustus. c. Temperatur optimal antara 250C - 300C namun ada yang masih dapat tumbuh normal pada 380C. Jenis jeruk siam memerlukan temperatur 200C. d. Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari. e. Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%. 2. Media Tanam a. Tanaman ini menyukai tanah yang gembur dan mengandung cukup air, tetapi aerasi dan drainasenya harus baik. Jeruk siam banjar bisa ditanam di tanah tegalan, tanah sawah yang kering, atau tanah rawa pasang surut yang kering pula.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
3
b. Struktur tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 727%, debu 25 - 50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik. c. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk, sedangkan untuk penanaman pada jenis tanah lainnya diperlukan perlakuan agronomis yang spesifik lokasi agar dapat berproduksi baik dan rasa buahnya tidak menjadi masam. d. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk siam banjar adalah 5,5 – 6,5 dengan pH optimum berada pada kisaran nilai 6. e. Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 50 – 200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk pada umumnya menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%. f. Jeruk siam banjar pada umumnya dibudidayakan pada kontur lahan yang datar, namun tanaman ini masih dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan maksimal < 300. 3. Ketinggian Tempat Tinggi tempat dimana tanaman jeruk dapat dibudidayakan bervariasi dari dataran rendah sampai tinggi, tergantung pada daya adaptasi masing-masing spesies : a. Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1–900 m dpl. b. Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl. c. Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300–800 m dpl. d. Jenis Siem: 1–700 m dpl. e. Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1–700 m dpl. f. Jenis Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl. g. Jenis Purut: 1–400 m dpl. Di wilayah asalnya yaitu Provinsi Kalimantan Selatan, jeruk siam banjar berkembang di daerah dataran rendah yaitu antara 1 – 700 meter dpl. Jeruk siam banjar memiliki potensi penyebaran yang luas hampir di seluruh wilayah Indonesia, karena bisa ditanam di mana saja, baik di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Pada daerah yang lebih tinggi lagi, jeruk siam banjar masih dapat tumbuh dan mampu menghasilkan buah, tetapi rasa buahnya sering asam.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
4
BAB II. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BUDIDAYA JERUK SIAM BANJAR
Standar Operasional Prosedur
Nomor : SOP.JR-SB.KT I
Persiapan Lahan
4
Tanggal dibuat : 01 Oktober 2014 Revisi ke ............. Tanggal .............
Disyahkan ................
I. PERSIAPAN LAHAN A. Definisi : Kegiatan penyiapan lahan untuk digunakan sebagai media pertumbuhan optimal bagi tanaman. B. Tujuan : Mempersiapkan lahan yang baik agar tanaman mendapatkan zone/ruang perakaran yang baik. C. Alat dan Bahan a. Kertas/alat tulis/penggaris b. Bambu/golok/pisau/palu besar c. Cangkul/sekop/garpu d. Meteran e. Tali f. Sprayer g. Herbisida h. Pupuk kandang i. Dolomit/kapur tanah
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
5
D. Fungsi Bahan dan Alat a. Kertas/alat tulis/penggaris, digunakan sebagai alat tulis dalam rangka pembuatan desain kebun b. Bambu/golok/pisau/palu besar, digunakan sebagai bahan dan alat membuat ajir c. Cangkul/sekop/garpu digunakan sebagai alat dalam proses pengolahan tanah d. Meteran digunakan sebagai alat pengukur luas lahan dan jarak tanam e. Tali digunakan sebagai alat untuk meluruskan lubang tanam f. Sprayer digunakan untuk mengendalikan rumput liar g. Herbisida digunakan sebagai bahan untuk mengendalikan rumput liar h. Pupuk kandang digunakan sebagai bahan untuk menggemburkan tanah i. Dolomit digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan pH tanah E. Prosedur Pelaksanaan : a. Lakukan pemetaan dan pengukuran luas kebun b. Lakukan pengkaplingan sesuai dengan kontur dan arah sinar matahari c. Lakukan
perencanaan
denah
kebun,
yakni
menentukan
lokasi
pengairan/irigasi, bak penampung air, jalan masuk dan keluar kebun serta tempat pengumpulan buah. d. Buat sketsa kebun e. Lakukan penebangan pada pohon besar/kecil f. Lakukan pembersihan lahan g. Lakukan pencincangan pada pohon besar/kecil menjadi bagian–bagian kecil untuk memudahkan pengangkutan. h. Lakukan pembabatan dan pendongkelan akar pada lahan bersemak belukar i. Hasil pembersihan dikumpulkan diluar lokasi kebun dan kayu yang telah dipotong ditumpuk memanjang garis kontur. j. Buat teras apabila kemiringan lahan >10º
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
6
k. Tetapkan titik-titik calon lubang tanam dengan jarak antar lubang sekitar 5x5 meter dan buat lubang tanam berukuran 60x60x60 cm. l. Bedengan (guludan) berukuran 1x1x1 m hanya dibuat jika jeruk ditanam di tanah sawah. m. Gali lubang tanam, letakkan lapisan atas tanah (± 25 cm) secara terpisah dengan lapisan tanah yang berada di bagian bawahnya. n. Biarkan lubang tanam terbuka selama ± 2 minggu sebelum penanaman dilaksanakan. o. Campurkan pupuk kandang 20-25 kg dan kapur dolomit 1 kg per lubang tanam sebelum tanah dikembalikan pada lubang tanam. p. Catat setiap kegiatan persiapan lahan yang telah dilaksanakan.
Pupuk kandang 10 - 20 kg
Dolomit 1 kg/lubang
Pupuk NPK 250 gram
Gambar 1. Pembuatan lubang tanam
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
7
Gambar 2. Penanaman jeruk siam banjar di lahan sawah
Gambar 3. Penanaman jeruk siam banjar di lahan pasang surut Di daerah rawa pasang surut, untuk menanam jeruk siem terlebih dahulu dibuat bedengan-bedengan. Di atas bedengan kemudian di buat lagi gundukan, dan di atas gundukan inilah bibit jeruk ditanam. Pembuatan gundukan dimaksudkan agar nantinya tanaman jeruk tidak terkena air pasang (Gambar 2). Di sawah dibuat gundukan dari tanah sawah setinggi 50-60 cm dan luasnya 1m² (Gambar 3). Setelah gundukan agak mengering, bibit jeruk ditanam. Sebelum tanaman berproduksi, di sekeliling gundukan masih dapat ditanami padi. Seiring dengan pertumbuhan tanaman, gundukan ditinggikan dan diperbesar. Ketika tanaman mulai berproduksi tidak ada lagi padi yang ditanam, yang ada hanyalah hamparan tanaman jeruk. Di sawah, parit-parit drainase harus dibuat untuk membuang kelebihan air bila musim hujan, dan menampung air bila musim kemarau.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
8
Standar Operasional Prosedur
Nomor : SOP.JR-SB.KT II
Persiapan Benih
2
Tanggal dibuat : 01 Oktober 2014 Revisi ke ............. Tanggal .............
Disyahkan ................
II. PERSIAPAN BENIH (BIBIT) A. Definisi : Persiapan benih merupakan rangkaian kegiatan menyediakan benih jeruk siam banjar bermutu dari varietas unggul dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang tepat. B. Tujuan : a. Menyediakan benih bermutu varietas unggul sesuai dengan kebutuhan b. Menjamin benih bebas dari hama dan penyakit agar dapat tumbuh baik dan berproduksi optimal C. Bahan dan Alat a. Benih b. Pisau/gunting c. Gerobak doron D. Fungsi Bahan dan Alat a. Benih digunakan sebagai bahan tanaman b. Pisau/gunting untuk memotong polybag c. Gerobak dorong digunakan untuk mengangkut benih ke lokasi lahan. d. Cangkul/sekop/garpu digunakan sebagai alat bantu dalam penanaman
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
9
E. Prosedur Pelaksanaan : a. Sediakan benih sesuai dengan luas lahan (80 pohon/ha) ditambah 10% cadangan untuk penyulaman b. Gunakan benih bermutu, bersertifikat dan berlabel biru dengan spesifikasi sebagai berikut : - Benih jeruk yg biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif (okulasi/grafting) - Tinggi benih 75 – 100 cm dan diameter batang 2 - 3 cm - Warna batang hijau kecoklatan, batang lurus dengan permukaan batang halus - Benih yang dipilih sebaiknya telah berumur 12 bulan atau lebih setelah diokulasi - Benih bebas dari serangan hama dan penyakit - Memiiki banyak akar serabut dan akar tunggang berukuran sedang c. Jaminan mutu dan produk (label/sertifikat) harus dicatat dan disimpan. d. Catat setiap kegiatan persiapan benih yang telah dilaksanakan
Gambar 4. Benih/bibit jeruk siam banjar siap tanam
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
10
Standar Operasional Prosedur
Nomor : SOP.JR-SB.KT III
Penanaman 3
Tanggal dibuat : 01 Oktober 2014 Revisi ke ............. Tanggal .............
Disyahkan ................
III. PENANAMAN
A. Definisi : Merupakan rangkaian kegiatan menanam hingga tanaman berdiri tegak dan siap tumbuh di lapangan. B. Tujuan : Menjamin benih yang ditanam tumbuh optimal C. Bahan dan Alat a. Benih jeruk siam banjar bermutu, bersertifikat dan berlabel biru b. Cangkul/Sekop/garpu c. Gerobak dorong d. Pupuk kandang dan pupuk pabrik (an organik) e. Pisau/gunting f. Ajir g. Daun kelapa/pakis/pelepah salak D. Fungsi Bahan dan Alat a. Benih jeruk siam banjar bermutu/berlabel, digunakan sebagai bahan yang akan ditanam pada lubang tanam yang telah disiapkan b. Cangkul/Sekop/Garpu digunakan pada saat pengolahan lahan
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
11
c. Gerobak dorong digunakan untuk mengangkut benih dan sisa-sisa kotoran pada saat penanaman. d. Pupuk kandang/pupuk anorganik digunakan sebagai nutrisi yang diperlukan bagi pertumbuhan awal tanaman. e. Pisau/gunting digunakan untuk memotong kantong plastik/polybag. f. Ajir digunakan sebagai bahan untuk menopang tanaman g. Daun kelapa/pakis/pelepah salak digunakan untuk naungan E. Prosedur Pelaksanaan : a. Lakukan penanaman pada awal musim hujan pada sore hari agar benih mempunyai kesempatan memperoleh udara sejuk pada malam hari dan tidak langsung mendapat cahaya matahari. b. Periksa kondisi lubang tanam c. Hitung jumlah benih yang akan ditanam d. Benih diangkut ke lokasi penanaman (dekat lubang tanam) e. Buka polybag dengan cara menggunting terlebih dahulu bagian samping setelah itu bagian bawah secara hati-hati. f. Pilih dan periksi benih yang tumbuh lurus dan perakarannya banyak. Atur posisi akar agar jangan ada yang terlipat, bila akar terlalu panjang sebaiknya dipotong saja g. Letakkan benih tegak lurus dan hadapkan ke arah datangnya angin agar tunas tempelan tidak patah. Bila benih sambung, arahkan celah sambungan tegak lurus dengan arah angin h. Tanam benih + 5 cm di atas pangkal batang. Khususnya untuk bibit okulasi, sebaiknya tanah tidak sampai menutupi batang pada sambungan okulasinya. i. Tutup lubang tanam dengan tanah galian bagian topsoil yang dibiarkan terbuka selama 1-2 minggu sebelumnya dan tekan sedikit disamping tanah bekas polybag j. Setelah benih ditanam, tancapkan batang kayu/bambu disisi tanaman sebagai ajir, agar tanaman dapat tumbuh tegak lurus ke atas.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
12
k. Ikat antara batang tanaman dan ajir dengan tali. Ikatan diusahakan tidak tidak terlalu kencang. l. Lakukan pengurangan daun dan cabang yang berlebihan m Buat naungan dari daun kelapa/pakis/pelepah salak, rumput kering atau anyaman bambu sebagai pelindung tanaman n. Lakukan penyiraman setelah penanaman o. Catat proses kegiatan penanaman benih.
Gambar 5. Cara penanaman benih jeruk siam banjar
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
13
Standar Operasional Prosedur
Nomor : SOP.JR-SB.KT IV
Pemangkasan
6
Tanggal dibuat : 01 Oktober 2014 Revisi ke ............. Tanggal .............
Disyahkan ................
IV. PEMANGKASAN Pemangkasan tanaman jeruk siam banjar ada dua jenis yaitu : 1. Pemangkasan bentuk 2. Pemangkasan pemeliharaan 3. Pemangkasan pengaturan produksi Pemangkasan Bentuk A. Definisi Kegiatan memotong bagian tanaman yang itdak diiginkan agar tanaman mempunyai bentuk yang ideal sesuai yang diinginkan. B. Tujuan : Bertujuan untuk mendapatkan bentuk tanaman seperti yang diinginkan (tajuk rendah dan melebar). C. Bahan dan Alat a. Gunting pangkas/gergaji pangkas b. Meni/pupuk daun (PPC) c. Kuas halus/tangga
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
14
D. Fungsi : a. Gunting pangkas digunakan untuk memotong tunas, ranting dan cabang kecil. b. Gergaji pangkas digunakan untuk memotong cabang besar. c. Meni digunakan sebagai pelapis/penutup luka bekas pangkasan. d. Pupuk daun PPC digunakan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif e. Kuas halus digunakan untuk mengoleskan meni pada bekas bagian tanaman yang dipangkas f. Tangga digunakan untuk mencapai bagian tanaman yang tidak bisa dijangkau oleh tangan untuk melakukan pemangkasan. E. Prosedur Pelaksanaan: Pemangkasan dengan sistem 1,3,9 adalah suatu rekayasa teknologi dengan cara pengaturan pertumbuhan ranting yaitu, batang utama yang dipelihara hanya 1 batang, cabang utama kedua hanya 3 cabang, dan masing-masing cabang hanya mengembangkan 3 ranting, sehingga menjadi 9 ranting. a. Pemangkasan bertujuan untuk mengatur tinggi tanaman, memudahkan perawatan, membentuk percabangan (1,3,9) agar tanaman kokoh dan seimbang, memudahkan sinar matahari masuk ke seluruh permukaan daun, sehingga pertumbuhan normal, memperbaiki kualitas buah, baik ukuran, warna, maupun jumlah. Selain itu juga untuk memperbanyak tunas baru yang memunculkan bunga, buah dan mengurangi kerimbunan pohon untuk mencegah tumbuhnya jamur dan penyakit. b. Waktu pemangkasan dilakukan secara berkala saat tanaman tumbuh sehat untuk pembentukan percabangan pertama, setelah pemupukan, saat penjarangan buah dan setelah panen. c. Ketika batang utama tanaman sudah tumbuh sekitar 70 cm (umur 4- 6 bulan), semua cabang yang tumbuh di atasnya harus dipangkas.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
15
d. Setelah tumbuh cabang pada batang utama, pilih hanya 3 cabang yang akan dikembangkan. Pemilihan cabang dilihat berdasarkan jarak yang simetris, artinya tidak terlalu berdekatan antara cabang yang satu dengan lainnya> Cabang lain yang tidak dipelihara agar dipotong. e. Setelah cabang mencapai ukuran sekitar 25 – 30 cm (satu depa) lakukan pemilihan masing-masing cabang hanya 3 ranting, dan ranting lainnya di potong. Dengan demikian sudah terbentuk tanaman dengan sistem 1 batang, 3 cabang dan 9 ranting. f. Bagian tanaman yang dipangkas diolesi dengan meni. g. Catat setiap kegiatan pemangkasan yang telah dilaksanakan
Gambar 6. Model pemangkasan bentuk sistem 1,3,9 Kelebihan pemangkasan sistem 1,3,9 antara lain : a. Produktivitas buah tinggi, karena sinar matahari masuk kesemua pori-pori dan merangsang fotosintesis, sehingga mempercepat pembuahan. b. Ukuran dan kualitas jeruk lebih seragam, c. Kulit jeruk tipis dan buahnya banyak. Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
16
d. Tanaman bisa terhindar dari penyakit Diplodia yang menyebabkan pengeringan dan pelayuan tanaman, karena terlalu lembab. Hal ini bisa terjadi, karena sinar matahari bisa menyinari tanaman secara merata. Yang menyebabkan kelembaban dibawah kanopi menjadi berkurang Dengan demikian tanaman akan berumur lebih panjang. e. Pemeliharaan relatif lebih mudah dan murah, karena yang dipelihara hanya 1 batang, 3 cabang dan 9 ranting. f. Batang lebih kokoh dan tidak mudah roboh, karena tumbuh secara simetris menyerupai bonsai, sehingga antara batang, cabang dan ranting saling menopang Pemangkasan Pemeliharaan A. Definisi Merupakan rangkaian
kegiatan
membuang
cabang/ranting yang tidak
bermanfaat dan mengendalikan pertumbuhan tanaman yang berlebihan. B. Tujuan Untuk
mengoptimalkan
pertumbuhan
tanaman
dan
menghambat
perkembangbiakan OPT. C. Alat dan Bahan a. Gunting pangkas b. Gergaji pangkas c. Meni/parafin d. Kuas halus e. Tangga f. Pupuk daun PPC
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
17
D. Fungsi a. Gunting pangkas digunakan untuk memotong tunas, ranting dan cabang kecil b. Gergaji pangkas diguanakan untuk memotong cabang besar c. Meni/parafin digunakan sebagai pelapis/penutup luka bekas pangkasan d. Kuas halus digunakan untuk mengoleskan meni/parafin pada bekas bagian tanaman yang dipangkas. e. Tangga digunakan untuk mencapai bagian tanaman yang tidak bisa dijangkau oleh tangan untuk dilakukan pemangkasan. E. Prosedur Pelaksanaan: a. Pemangkasan ini disebut juga pemangkasan rutin, dilakukan setiap tahun baik terhadap tanaman jeruk yang belum menghasilkan maupun yang sudah menghasilkan. b. Pemangkasan dilaksanakan pada setiap permulaan musim hujan, bekas pemangkasan dilumuri dengan Meni agar tidak terkena infeksi bakteri. c. Bagian-bagian tanaman yang haru dipangkas adalah : - Tunas yang tumbuh searah batang pokok. - Ranting yang tumbuh ke dalam. - Ranting yang bertumpang tindih. - Ranting yang mulai mengering dan sudah mati. - Ranting yang sudah tumbuh pada batang bawah. - Cabang yang tumbuh dekat dengan tanah. - Cabang yang menunduk ke bawah. d. Apabila tanaman telah mencapai tinggi 3-5 meter, ujung tanaman selalu dipangkas supaya tingginya tetap. e. Apabila tajuk sudah saling bertemu, ujung cabang juga perlu dipangkas pada batas yang kulitnya berwarna hijau keabu-abuan agar tumbuh ranting yang sehat. f. Catat setiap kegiatan pemangkasan yang telah dilaksanakan
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
18
Pemangkasan Pengaturan Produksi A. Definisi 1. Kegiatan membuang cabang/ranting, daun dan akar yang tumbuh terlalu lebat untuk pengoptimalkan produksi. 2. Perlakuan teknis untuk megurangi aktivitas vegetatif tanaman sehingga menstimulir pembentukan bunga. B. Tujuan Mengatur keseimbangan seluruh bagian tanaman sehingga produksi buah dapat optimal. C. Alat dan Bahan a. Gunting pangkas b. Gergaji pangkas c. Meni/Parafin d. Kuas halus e. Tangga f. Cangkul D. Fungsi a. Gunting pangkas digunakan untuk memotong tunas, ranting dan cabang kecil serta penjarangan buah b. Gergaji pangkas diguanakan untuk memotong cabang besar c. Meni/Parafin digunakan sebagai pelapis/penutup luka bekas pangkasan d. Kuas halus digunakan untuk mengoleskan meni/parafin pada bekas bagian tanaman yang dipangkas. e. Tangga digunakan untuk mencapai bagian tanaman yang tidak bisa dijangkau oleh tangan untuk dilakukan pemangkasan.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
19
f. Cangkul digunakan untuk menggali tanah di sekitar perakaran tanaman g. Pemangkasan terhadap tepi akar guna merangsang pembungaan tanaman dapat dilakukan dengan gunting pangkas. E. Prosedur Pelaksanaan: a. Apabila tanaman jeruk terlalu cepat tumbuh, tetapi kurang/tidak berbunga dapat diperbaiki dengan cara memangkas akar. b. Pemangkasan ini harus dilakukan dengan hati-hati dan dibatasi hanya akarakar yang kecil saja. c. Pemangkasan
akar
mengakibatkan
yang
tanaman
besar kurang
dan baik
dalam
jumlah
tumbuhnya
banyak atau
akan
bahkan
mengakibatkan kematian. d. Tanaman yang sangat rindang tumbuhnya biasanya produksinya kurang, untuk itu selain pemangkasan akar perlu dilakukan pemangkasan terhadap batang, cabang dan daun. e. Untuk memperoleh buah jeruk yang berukuran besar perlu dilakukan pemangkasan buah atau penjarangan buah, karena pohon yang berbuah terlalu lebat akan mengakibatkan ukuran buahnya kecil dan dapat merusak dahan. f. Pada kegiatan pemangkasan ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk memperoleh hasil yang baik. g. Dahan yang besar jangan sampai terbelah karena kan menjadi sarang penyakit. Pemangkasan dilakukan dengan alat yang tajam (sebaiknya gunting pangkas). h. Luka bekas potongan gergaji sebaiknya dilicinkan dengan pisau tajam. i. Luka yang besar harus dilumuri dengan meni/parafin. j. Selanjutnya dahan dan daun sisa pemangkasan sebaiknya dibakar agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit. f. Catat setiap kegiatan pemangkasan yang telah dilaksanakan
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
20
Standar Operasional Prosedur
Nomor : SOP.JR-SB.KT V
Pemupukan
7
Tanggal dibuat : 01 Oktober 2014 Revisi ke ............. Tanggal .............
Disyahkan ................
V. PEMUPUKAN Pemupukan pada tanaman jeruk siam banjar dibedakan menjadi 2 bagian yaitu : Pemupukan untuk tanaman belum menghasilkan (fase juvenil) dan Pemupukan untuk tanaman sudah menghasilkan Pemupukan untuk tanaman belum menghasilkan : A. Definisi Proses kegiatan pemberian nutrisi pada tanaman yang belum menghasilkan agar kondisi unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman dapat memenuhi kebutuhan. B. Tujuan Untuk mendapatkan pertumbuhan optimal tanaman serta mempertahankan status hara tanah. C. Bahan dan Alat a. Pupuk kandang (organik) dan pupuk pabrik (pupuk anorganik) b. Cangkul c. Ember/gayung d. Gerobak dorong e. Alat ukur
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
21
D. Fungsi : a. Pupuk kandang (organik) dan pupuk pabrik (pupuk anorganik), digunakan sebagai unsur tambahan hara/nutrisi yang dibutuhkan tanaman. b. Cangkul berfungsi untuk menggali tanah c. Ember/gayung sebagai tempat/wadah air d. Gerobak dorong digunakan untuk mengangkut bahan dan alat ke lokasi pemupukan. e. Alat ukur digunakan untuk mengukur jumlah/dosis pupuk yang diberikan E. Prosedur Pelaksanaan: a. Hitung jumlah pupuk berdasarkan dosis pupuk dan jumlah tanaman b. Sediakan bahan/pupuk yang akan digunakan, sesuai kebutuhan c. Cara memupuknya, tanah di bawah tajuk daun terluar digali melingkar dibuat parit kecil sedalam 20 - 30 cm, lalu pupuk ditaburkan dalam parit sekeliling di bawah tajuk daun terluar dan ditutup kembali dengan tanah. d. Untuk tanaman yang belum berbuah, pemupukan dilakukan 2x setahun pada awal dan akhir musIm hujan, masing-masing setengah dosis yang ditentukan. e. Waktu pemupukan sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan. f. Lakukan penyiraman setelah pemupukan g. Untuk mendapatkan rasa buah yang manis dan kulit buah yang mulus, pada pemupukan pertama dan kedua, urea diganti dengan ZA, dan KCI diganti ZK. Tetapi selanjutnya memakai urea dan KCI lagi. Pupuk kandang diberikan sekali dalam setahun, waktu pemberiannya bersama pemupukan ketiga (bagi tanaman yang sudah berbuah). Untuk tanaman yang belum berbuah, pupuk kandang diberikan pada awal musim hujan. h. Catat setiap kegiatan pemupukan yang telah dilaksanakan.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
22
Tabel 1. Pedoman perkiraan dosis pemupukan jeruk siam banjar Umur Tanaman (Tahun)
Pupuk Kandang (Blek/Tahun)
Urea
Saat Tanam 1 2 3 4 5 6 7 8 9
3 3–4 4 6 8 10 14 16 18 20
100 200 – 300 300 – 400 400 – 500 500 – 600 600 – 800 800 – 1000 1000 – 1200 1200 – 1400 1400 – 1600
TSP
KCI
(Gram/Tahun)
100 100 – 250 150 – 200 200 – 250 200 – 300 300 – 400 400 – 500 500 – 600 600 – 700 600 – 800
50 100 – 200 150 – 200 200 – 250 250 – 300 300 – 400 400 – 500 500 – 600 600 – 700 600 – 800
Gambar 7. Pembuatan alur pemberian pupuk
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
23
Pemupukan untuk tanaman sudah menghasilkan : A. Definisi Proses kegiatan pemberian nutrisi pada tanaman yang telah menghasilkan agar kondisi unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman dapat memenuhi kebutuhan. B. Tujuan a. Untuk mendapatkan pertumbuhan optimal tanaman b. Mempertahankan status hara tanah. c. Meningkatkan mutu buah (bentuk, rasa dan ukuran) d. Meningkatkan produktivitas tanaman/pohon C. Bahan dan Alat a. Pupuk kandang (organik) dan pupuk pabrik (pupuk anorganik) b. Cangkul c. Ember/Gayung/ Gerobak dorong D. Fungsi : a. Pupuk kandang (organik) dan pupuk pabrik (pupuk anorganik), digunakan sebagai unsur tambahan hara/nutrisi yang dibutuhkan tanaman. b. Cangkul berfungsi untuk menggali tanah c. Ember/gayung sebagai tempat/wadah air d. Gerobak dorong digunakan untuk mengangkut bahan dan alat ke lokasi pemupukan.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
24
E. Prosedur Pelaksanaan : Lakukan penyiraman secukupnya pada permukaan tanah (hindari genangan air) sebelum dilakukan pemupukan a. untuk tanaman yang sudah berbuah, pemupukan dilakukan 3x setahun. Pemupukan pertama dilakukan sebelum bunga muncul, sebanyak 2/5 bagian dari dosis per tahunnya. Pemupukan kedua pada saat pemasakan buah sebanyak 1/5 bagian, dan sisanya diberikan beberapa saat setelah panen. b. Lakukan pemberian pupuk dengan cara pupuk diberikan dibawah ujung sampai sepertiga bagian ujung tajuk tanaman dengan cara menabur di dalam alur dangkal atau beberapa lobang dangkal (5-7 cm) melingkar tajuk tanaman, bisa juga dengan cara ditugal, kemudian ditutup. c. Waktu pemupukan sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan. d. Lakukan penyiraman setelah pemupukan e. Selain pupuk organik dan anorganik, tanaman boleh diberi zat pengatur tumbuh, misalnya Atonik, Dekamon atau Dharmasri. Penyemprotan zat perangsang ini dilakukan sebelum tanah berbunga hingga pentil buah mulai terbentuk f. Catat semua kegiatan pemupukan yang telah dilaksanakan.
Gambar 8. Panduan pertambahan jarak pemberian pupuk setiap tahun
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
25
Gambar 9. Alur pemberian pupuk yang sesuai dengan tajuk tanaman
Gejala tanaman kekurangan unsur hara N adalah bentuk daun tidak normal, warna menguning dimulai dari tulang daun dan akhirnya menjalar ke seluruh daun. Gejala mula-mula tampak pada daun yang sudah tua kemudian dengan cepat menjalar ke daun yang lebih muda. Adapun gejala tanaman kekurangan unsur hara P adalah tanaman kerdil, daun berwarna hijau tua, berukuran kecil dan berdiri tegak. Bila berlanjut, daun akan berwarna perunggu dan ranting-ranting mati. Buahnya sedikit, berukuran kecil, berkulit tebal, berwarna tua, rasanya sangat masam. Sedangkan gejala tanaman kekurangan unsur hara K adalah daun menguning dimulai dari tepi-tepinya dan menjalar ke arah tulang daun, bagian yang menguning kemudian mengering dan berubah warna menjadi kecoklatan, dan tulang daun tetap hijau. Pertumbuhan tanaman terhambat, tanaman kerdil dan tangkai daun terkulai. Buah kerdil, rasa masam, dan cepat gugur.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
26
Unsur Nitrogen (N) diperlukan tanaman jeruk untuk merangsang pertumbuhan danmembentuk klorofil dan akan menaikan produksi buah. Unsur Fosfor (P) berfungsi menambah kadar vitamin C dan mineral pada buah serta ukuran buah akan menjadi besar. Sebaliknya kekurangan unsur P menyebabkan rasa buah menjadi masam. Unsur Kalium (K) penting dalam pembentukan asam sitrat dan vitamin C dalam buah jeruk. Jumlah pupuk yang diberikan pada tanaman jeruk tergantung umur tanaman dan kandungan hara yang tersedia di dalam tanah. Semakin bertambah umur tanaman dan semakin tinggi produksi buah, jumlah pupuk yang harus diberikan semakin banyak. Kemudian pada tanah yang gembur atau subur, jumlah pupuk yang harus diberikan semakin berkurang dibanding dengan tanah cadas atau keras.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
27
Standar Operasional Prosedur
Nomor : SOP.JR-SB.KT VI
Penyiangan
2
Tanggal dibuat : 01 Oktober 2014 Revisi ke ............. Tanggal .............
Disyahkan ................
VI. PENYIANGAN A. Definisi : Rangkaian kegiatan menyiangi gulma yang tumbuh di sekitar batang tanaman dengan mengkored, mencangkul dan atau penyemprotan herbisida. B. Tujuan Meningkatkan daya saing tanaman dalam memperoleh unsur hara dan air agar diperoleh pertumbuhan tanaman jeruk siam banjar yang optimal. C. Bahan dan Alat a. Kored/cangkul b. Herbisida c. Knapsack sprayer D. Fungsi Bahan dan Alat a. Kored dan cangkul digunakan untuk menyiangi gulma yang tumbuh di bawah tajuk. b. Herbisida digunakan sebagai bahan pemberantas gulma c. Knapsack Sprayer digunakan sebagai alat untuk penyemprotan herbisida
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
28
E. Prosedur Pelaksanaan : a. Lakukan pengamatan keberadaan besarnya populasi rumput/gulma di sekitar tanaman. b. Cabut atau potong rumput serta cangkul dan balik tanah dimana gulma tumbuh. c. Lakukan pencabutan/pembersihan pada gulma yang tumbuh di bawah tajuk pohon d. Kendalikan gulma diluar kanopi dengan herbisida atau dapat dipotong pendek. e. Catat setiap kegiatan penyiangan yang telah dilakukan.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
29
Standar Operasional Prosedur
Nomor : SOP.JR-SB.KT VII
Pembumbunan 2
Tanggal dibuat : 01 Oktober 2014 Revisi ke ............. Tanggal .............
Disyahkan ................
VI. PEMBUMBUNAN A. Definisi : Rangkaian kegiatan menggemburkan dan meninggikan tanah di sekitar batang tanaman dengan mencangkul dan atau mendangir. B. Tujuan Meningkatkan daya saing tanaman dalam memperoleh unsur hara dan air agar diperoleh pertumbuhan tanaman jeruk siam banjar yang optimal. C. Bahan dan Alat a. Kored/cangkul b. Herbisida c. Knapsack sprayer D. Fungsi Bahan dan Alat a. Kored dan cangkul digunakan untuk menyiangi gulma yang tumbuh di bawah tajuk. b. Herbisida digunakan sebagai bahan pemberantas gulma c. Knapsack Sprayer digunakan sebagai alat untuk penyemprotan herbisida
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
30
E. Prosedur Pelaksanaan : a. Lakukan pengamatan keberadaan besarnya populasi rumput/gulma di sekitar tanaman. b. Cabut atau potong rumput serta cangkul dan balik tanah dimana gulma tumbuh. c. Lakukan pencabutan/pembersihan pada gulma yang tumbuh di bawah tajuk pohon d. Kendalikan gulma diluar kanopi dengan herbisida atau dapat dipotong pendek. e. Catat setiap kegiatan penyiangan yang telah dilakukan.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
31
Standar Operasional Prosedur
Nomor : SOP.JR-SB.KT VII
Pengairan 2
Tanggal dibuat : 01 Oktober 2014 Revisi ke ............. Tanggal .............
Disyahkan ................
VII. PENGAIRAN A. Definisi Kegiatan yang dilakukan untuk memberikan air sesuai dengan kebutuhan tanaman/sesuai fase pertumbuhan tanaman. B. Tujuan Untuk menyediakan air yang cukup dalam rangka memenuhi kebutuhan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. C. Bahan dan Alat : Bahan
dan
alat
yang
digunakan
diantaranya
pompa
air,
pipa
air
(paralon)/selang air, keran air, bak penampungan/terpal tahan air, Jerigen. D. Fungsi Bahan dan Alat : a. Pompa air, berfungsi sebagai alat pemompa air dari sumber air. Pipa air (paralon) berfungsi sebagai alat penyalur/distribusi air. b. Keran air berfungsi sebagai pengatur aliran air dari pompa. c. Bak
penampungan
air/terpal
tahan
air
berfungsi
sebagai
alat
menampung/wadah air sebelum didistribusikan. d. Jerigen berfungsi sebagai alat untuk menampung air pada irigasi tetes.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
32
E. Prosedur Pelaksanaan : a. Sumber air irigasi pada kebun jeruk dapat berasal dari aliran sungai, air hujan ataupun dari sumur galian. b. Lakukan penyiraman tanaman dengan sistem irigasi basin, dimana air diberikan ke cekungan/piringan yang sudah dibuat sebelumnya disekitar tanaman dengan selang. c. Berikan air pada tanaman melalui tetesan secara berkesinambungan dan perlahan pada daerah perakaran dengan menggunakan jerigen, baik pada permukaan media maupun dalam media tanaman. d. Kebutuhan air harus dipenuhi pada fase tunas pada tanaman belum berproduksi dan pada fase tunas, kuncup bunga dan pembentukan buah pada periode tanaman yang telah berproduksi. e. Kekurangan air dapat menyebabkan gugurnya daun dan buah, tunas, ranting dan pucuk menjadi layu bahkan mati. Kelebihan air, dapat menyebabkan pembusukan perakaran, dan bila terjadi pada fase pembungaan dapat mengakibatkan pecah buah dan buah ngapas. Upaya pengendalian kelebihan air dapat dilakukan dengan membuat saluran drainase. f. Sebaiknya pemberian air dilakukan pada sore hari. g. Catat setiap kegiatan pengairan yang telah dilaksanakan.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
33
Standar Operasional Prosedur
Nomor : SOP.JR-SB.KT XI
Pengendalian OPT
26
Tanggal dibuat : 01 Oktober 2014 Revisi ke ............. Tanggal .............
Disyahkan ................
VIII. PENGENDALIAN OPT A. Definisi : Kegiatan untuk mengendalikan hama dan penyakit agar tanaman tumbuh optimal, produksi tinggi dan mutu buah baik. B. Tujuan a. Untuk menghindari kerugian ekonomi berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas) produk. b. Menjaga kesehatan tanaman dan kelestarian lingkungan hidup. C. Bahan dan Alat : a. Bahan - Pestisida (insektisida, fungisida, herbisida) yang terdaftar dan diizinkan, sesuai dengan Daftar Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan tahun terakhir. - Bio pestisida : bahan pengendalian yang bahan aktifnya berasal dari organisme (tumbuhan, hewan dan mikroba) - Air/minyak tanah - Deterjen - Formalin 4-8%, alkohol 70%, kloroks 1% (Bayclin) dan lysol
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
33
b. Alat - Hand sprayer, power sprayer (alat aplikator) - Ember - Pengaduk - Takaran (skala ml dan liter) - Kuas - Pisau - Minyak tanah, air - Gunting pangkas - Gergaji - Kantong Plastik - Alat/sarana pelindung: sarung tangan, masker, topi, sepatu boot, baju lengan panjang. D. Fungsi Bahan dan Alat a. Pestisida
(pestisida
kimiawi,
biopestisida,
pestisida
nabati)
untuk
mengendalikan OPT (menurunkan populasi dan intensitas serangan OPT); b. Musuh alami : untuk pengendalian cara biologi, dalam rangka menekan perkembangan OPT dan menjaga keseimbangan ekosistem secara alami; c. Air sebagai bahan pencampur pestisida dan bahan pembersih; d. Alat aplikator pestisida untuk mengaplikasikan pestisida pada tanaman; e. Ember untuk mencampur pestisida dan air; - Pengaduk untuk mengaduk pestisida dan air; - Takaran (gelas ukur) untuk menakar pestisida dan air (skala cc/ml, dan liter); - Kuas untuk mengoleskan bahan pengendalian (pestisida, kapur tohor, bubur kalifornia, bubur bordo) pada bagian tanaman yang terserang/ terinfeksi; - Minyak tanah : untuk membakar sisa-sisa/bagian tanaman yang terserang OPT;
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
34
- Deterjen : ● Untuk mencuci alat aplikator; ● Untuk mengendalikan hama dan penyakit tertentu; ● Untuk pencampur bahan pestisida nabati; - Alkohol 70%, formalin 4-8%, kloroks 1% (Bayclin) dan lysol. Untuk mensucihamakan (desinfektan) alat-alat pertanian (pisau, gunting pangkas dan gergaji); - Pisau, gunting pangkas, gergaji : untuk memotong bagian tanaman yang terserang OPT; - Alat pelindung untuk melindungi bagian tubuh dari cemaran bahan kimiawi (pestisida). E. Prosedur Pelaksanaan a. Lakukan pengamatan terhadap OPT secara berkala (seminggu sekali). b. Lakukan identifikasi gejala serangan, jenis OPT, dan musuh alaminya. c. Perkirakan OPT yang perlu diwaspadai dan . d. Tentukan tingkat serangan maksimum yang masih ditolerir. Untuk penggerek buah tingkat serangan maksimum 5% sedangkan penyakit busuk buah maksimum 1%. e. Tetapkan alternatif pengendalian untuk hama dan penyakit : - Pengendalian
hayati/biologis
(pengendalian
hama
dan
penyakit
menggunakan musuh alami) - Perbaikan teknik budidaya (mengatur jarak tanam ideal untuk durian yaitu 10 x 10 m, memperbaiki sistem pengairan dan sanitasi kebun) - Mekanisasi (memotong/membuang bagian tanamam yang terserang kemudian memusnahkannya). - Penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir. Bila melewati ambang batas ekonomi, maka pestisida dapat digunakan secara berkala f. Catat setiap kegiatan pengendendalian OPT yang telah dilaksanakan
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
35
Beberapa organisme pengganggu tumbuhan yang menyerang jeruk siam banjar, diantaranya adalah : 1. Ulat Peliang Daun : Phyllocnistis citrella Stajnton
A. Morfologi/Bioekologi a. Telur-telur diletakkan oleh kupu-kupu betina secara terpencar di atas permukaan bagian bawah daun, tangkai daun atau bagian tanaman lain yang masih muda. Telur menetas setelah 4 hari dan larvanya masuk ke dalam epidermis, kemudian memakan jaringan tanaman yang masih muda. Stadium larva berlangsung 6 - 7 hari, kemudian pada akhirnya mencari tempat untuk menjalani stadium kepompong (pupa). Panjang kepompong antara 5 – 6 mm dan lamanya fase pupa 6 - 7 hari. Setelah menjalani fase pupa, kemudian menjadi ngengat. Siklus hidup lengkap dari mulai telur sampai ngengat adalah 16-18 hari. Ngengat aktif pada malam hari, sedangkan pada siang hari, biasanya hinggap di sekitar tanaman, atau di atas permukaan tanah. b. Tanaman yang banyak terserang dan populasi banyak ditemukan pada daundaun muda di pembibitan atau pada tunas-tunas.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
36
B. Gejala serangan a. Setelah telur menetas, ulat masuk ke dalam jaringan tanaman, yaitu membuat liang di bawah jaringan epidermis tanaman, terutama daun yang masih muda. Walaupun demikian, ulat kadang-kadang meliang di bagian tanaman yang lain, seperti ranting, tangkai daun dan buah yang masih muda. Pada ulat yang sedang aktif, yaitu fase larva, larva terlihat berwarna kuning sedang meliang, sambil memakan jaringan tanaman. b. Apabila fase larva telah cukup, ulat menuju ke tepi daun, kemudian mempersiapkan diri untuk memasuki fase pupa atau kepompong, caranya adalah dengan menggulung atau melipat tepi daun, sehingga pupanya terlindungi dari gangguan luar. c. Gejala lainnya adalah pada serangan yang berat dan berlanjut, daun tampak mengkerut, menggulung atau keriting. Sedangkan gejala yang khas adalah berupa bekas serangga tersebut aktif makan, warnanya keperakan, coklat atau hitam, tergantung lamanya bekas ulat-ulat tersebut pada daun tersebut, berupa garis atau jalur-jalur yang berkelok-kelok, sesuai dengan tempat yang dilalui ketika makan. Kerusakan yang disebabkan oleh hama ini dapat mencapai 67,7%, dan juga dapat menularkan bakteri Xanthomonas citri (Chase) Dowson, yaitu kanker pada tanaman jeruk. C. Cara pengendalian a. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu: terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan secara teratur 2 minguan. b. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/ sanitasi bagian tanaman yang terserang/mengandung hama dengan cara memotong/memetik bagian tanaman terserang dan memusnahkannya. c. Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif dan efektif sesuai rekomendasi, dilakukan secara spot spray pada bagian
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
37
2. Kutu Daun Kutu Daun Coklat (Toxoprera citricidus Kirk.), Kutu Daun Hitam (T. aurantii Boy.), Kutu Daun Hijau (Myzus persicae Sulz. dan Aphis gossypii Glov.)
A. Morfologi/Bioekologi a. Secara umum kutu berukuran kecil, antara 1 - 6 mm, tubuhnya lunak, berbentuk seperti buah pir, mobilitasnya rendah dan biasanya hidup secara berkoloni. b. Satu generasi kutu ini berlangsung selama 6 - 8 hari pada kondisi lingkungan sekitar 25oC, dan 21 hari pada 15oC. c. Di antara semua kutu daun yang menyerang jeruk, kutu daun coklat merupakan yang terpenting. Karena kutu tersebut merupakan penular virus penyebab penyakit Tristeza yang paling efisien. Secara visual, bentuk dan ukuran spesies-spesies kutu daun ini serupa. d. Perbedaan antara T. citricidus dan T. aurantii terlihat pada pembuluh sayap bagian depan, dimana pada T. aurantii tidak bercabang, sedangkan pada T. citricidus bercabang. Kutu daun ini berbeda dengan serangga lainnya dalam berkembang biak, yaitu dengan melahirkan anaknya, dan termasuk serangga yang vivipar partenogenesis atau baik jantan maupun betinanya melahirkan anak, demikian juga imago kutu daun dapat bersayap maupun tidak bersayap.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
38
e. Kutu daun tidak menyebabkan kerusakan yang berarti pada tanaman, tetapi perannya sebagai vektor virus Tristeza jauh lebih berbahaya karena virus ini menyebabkan kerugian ekonomis yang tinggi. f. Pada saat tanaman sedang bertunas, perkembangbiakan kutu mencapai optimum. B. Gejala serangan a. Kerusakan karena hama ini tampak pada bagian-bagian tanaman yang masih muda, misalnya tunas-tunas dan daun-daun serta tangkai daun yang masih muda. Hal ini terjadi karena serangga menusukkan stiletnya, kemudian mengisap cairan sel tanaman, sehingga hanya jaringan tanaman yang lunak yang paling disukainya. b. Daun berkerut dan keriting serta penumbuhannya terhambat. Pada bagian tanaman di sekitar aktivitas kutu daun tersebut terlihat adanya kapang hitam, yaitu Capnodium sp. yang tumbuh pada sekresi atau kotoran kutu daun berupa embun madu. Kadang-kadang di sekitar koloni tersebut terdapat semut yang juga menyukai sekresi yang dihasilkan serangga ini. C. Cara pengendalian a. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan pada kanopi tunas seluas 0,25 m2. Hitung serangga dewasa yang ada setiap 2 minggu. b. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/ sanitasi terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa jerami di bedengan pembibitan jeruk, serta membunuh langsung serangga yang ditemukan. c. Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan musuh alami predator dari famili Syrphidae, Menochillus sp., Scymnus sp. (Coccinelidae), Crysophidae, Lycosidae dan parasitoid Aphytis sp.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
39
d. Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif dan efektif sesuai rekomendasi, dilakukan secara spot spray pada tunas bila tunas terserang 25 %. 3. Kutu Sisik/ Kutu Perisai Lepidosaphes beckii ; Uniaspis citri
A, Morfologi / Bioekologi a. Lepidosaphes beckii. Imagonya berwarna ungu atau coklat gelap, mempunyai bentuk yang bervariasi yaitu panjang, melingkar dan koma. Telur diletakkan secara berkelompok sebanyak 40 - 80 butir di sekitar tubuhnya. Pada musim kemarau telur-telur tersebut akan menetas selama 15 - 20 hari sedangkan pada musim hujan waktu penetasan akan lebih panjang lagi. Kutu betina mengalami 2 kali pergantian kulit sebelum mencapai dewasa, dan kutu jantan 4 kali pergantian kulit. b. Uniaspis citri. Telur diletakkan oleh serangga betina secara terpisah. Peletakkan telur kedua tidak akan berlangsung apabila telur pertama belum menetas. Kutu dewasa berbentuk oblong. Serangga betina berwarna coklat dengan pinggiran berwarna abu-abu. Panjang kutu betina 1,5 - 2,25 mm. Serangga jantan berwarna putih. Spesies ini mengeluarkan sekresi toksin yang dapat menyebabkan kerusakan pada pertanaman jeruk dan gugrnya daun.
Kutu betina mengalami 2 kali pergantian kulit sebelum mencapai
dewasa, sedangkan kutu jantan mengalami 3 kali pergantian kulit.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
40
B. Gejala serangan a. Bagian tanaman jeruk yang diserang oleh kutu ini adalah daun, buah dan tangkai. Kutu-kutu tersebut menyukai tempat-tempat yang terlindung, terutama banyak dijumpai di bawah permukaan daun di sepanjang tulang daun. Daun jeruk yang terserang akan berwarna kuning, terdapat bercak bercak khlorotis dan seringkali gugur. b. Serangan yang lebih berat akan mengakibatkan ranting dan cabang menjadi kering, serta terjadi retakan -retakan pada kulit. Jika serangan terjadi di sekeliling batang, akan meninggalkan bercak-bercak hijau atau kuning pada kulit buah.
Lepidosaphes beckii menyukai tajuk pohon yang padat, dan
serangan yang berat biasanya terjadi pada bagian tengah tajuk pohon. Uniaspis citri banyak menyerang tanaman jeruk jenis Citrus nobilis. C. Cara pengendalian a. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu: terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan pada kanopi tunas seluas 0,25 m2. Hitung serangga dewasa yang ada setiap 2 minggu. b. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/ sanitasi terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa jerami di bedengan pembibitan jeruk, serta membunuh langsung serangga yang ditemukan. c. Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif dan efektif sesuai rekomendasi, dilakukan secara spot spray pada bagian tanaman yang mengandung kutu.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
41
4. Kutu Loncat : Diaphorina citri Kuw.
A. Morfologi/Bioekologi a. Kutu loncat jeruk mempunyai tiga stadia hidup, yaitu serangga dewasa, telur, dan nimfa. Siklus hidupnya mulai dari telur sampai dewasa berlangsung antara 16- 18 hari pada kondisi panas, sedangkan pada kondisi dingin sampai 45 hari. SeIama setahun serangga ini dapat mencapai 9 - 10 generasi. b. Stadium dewasa ditandai dengan terbentuknya sayap dan kutu ini dapat terbang atau meloncat. Warna kutu dewasanya coklat muda sampai coklat tua,
matanya
berwarna
kelabu
dan
bercak-bercak
coklat.
Bagian
abdomennya berwarna hijau terang kebiruan dan orange. Panjang tubuhnya sekitar 2 - 3 mm. Ciri lainnya adalah pada saat makan, serangga ini posisinya menungging atau membentuk sudut. c. Kopulasi segera berlangsung setelah serangga menjadi dewasa. Selanjutnya, serangga betina mencari ranting-ranting yang bertunas dan peletakan telurnya mulai berlangsung setelah 8 - 20 jam setelah kopulasi. Masa bertelur bervariasi, yaitu antara 10 - 40 hari, sedangkan jumlah telurnya dapat mencapai 800 butir. d. Telur berbentuk lonjong dan agak menyerupai buah adpokat, warna kuning terang. Cara meletakkan telurnya tidak teratur, kadang-kadang berkelompok atau terpisah sendiri-sendiri. Bagian tanaman yang menjadi tempat meletakkan telur adalah tunas-tunas daun, atau jaringan tanaman yang
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
42
masih muda, seperti tangkai tunas dan permukaan daun bagian atas dan bawah yang belum membuka. Setelah 2- 3 hari telur menetas menjadi nimfa. e. Nimfa yang baru menetas hidup berkelompok pada jaringan tanaman muda dan mengisap cairan tanaman. Setelah nimfa berumur 2 - 3 hari, kemudian menyebar dan mencari makan pada daun-daun muda di sekitarnya. Periode nimfa berlangsung selama 12 - 17 hari dan selama ini terjadi 5 kali pergantian kulit. Setelah pergantian kulit yang pertama nimfa bertambah aktif mencari makanan dan berpindah dari satu daun ke daun lainnya, dan nimfa tersebut merusak tanaman, bila dibandingkan dengan serangga dewasanya. Warna nimfa tersebut kuning sampai kuning kecoklatan. Kelima instar nimfa tersebut dapat dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk awal perkembangan terbentuknya sayap dan penyusunan sklerit pada toraks bagian dorsal. f. D. citri tertarik pada tunas-tunas muda sebagai tempat peletakan telur, sehingga
pertunasan
tanaman
merupakan
faktor
penting
dalam
perkembangbiakannya. Di Jawa Barat, tanaman jeruk bertunas 5 kali dalam setahun sehingga terdapat 5 periode kritis dimana D. citri mencapai jumlah yang sangat tinggi. Untuk mengetahui populasi D. citri perlu diamati kuncup dan tunas. B. Gejala serangan a. Kerusakan karena aktivitas kutu loncat jeruk adalah daun jeruk menjadi berkerut-kerut, menggulung atau kering, dan pertumbuhannya menjadi terhambat serta tidak sempurna. Selain daun yang masih muda, kutu ini dengan stiletnya menusuk dan menghisap cairan sel pada tangkai daun, tunas-tunas muda atau jaringan tanaman lainnya yang masih muda. Gejala lainnya adalah hasil sekresi alau kotorannya berupa benang yang berwarna putih dan bentuknya menyerupai spiral. b. Apabila serangannya berat, bagian tanaman yang terserang menjadi layu, kering dan kemudian mati. Apabila hama ini menyerang satu tanaman dengan merata, maka penumbuhan bunga menjadi terhambat dan produksi akan berkurang.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
43
c. Serangga ini selain menjadi hama juga dapat menularkan organisme Liberobacter asiatium yakni patogen dari Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) atau saat ini secara Internasional dikenal sebagai Citrus Huang Lung Bin. C. Cara pengendalian a. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan dengan pemasangan 1 unit perangkap likat kuning setiap 5 pohon dalam satu baris. Hitung serangga dewasa yang terperangkap setiap 2 minggu. Pengamatan dengan pemasangan perangkap ini dilakukan disamping untuk tujuan pengamatan, juga dalam rangka mengurangi populasi kutu loncat. b. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan eradikasi tanaman inang lain di sekitar pertanaman jeruk. c. Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan musuh alami parasitoid, predator dan patogen : Prarasitoid Tamarixia radiata (Water) dan Diaphorincyrtus diaphorinae (Lin & Tao), D. aligarhensis yang daya parasitasinya berturut-turut 90 %, dan 60 – 80 %, serta Psyllaephagus sp. Predator
seperti Curinus coerulus Mulsant, Coccinella repanda, C.
transversalis F., lalat Syrphidae, Chysomelidae, dan Lycosidae. Patogen Matarrhizium sp., dan Hirsutella thomsoni diketahui dapat menekan populasi kutu loncat. d. Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif dan efektif sesuai rekomendasi pada saat tanaman bertunas.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
44
5. Jamur Upas : Corticium salmonicolor
A. Morfologi dan daur penyakit a. Morfologi pertumbuhan patogen pada tanaman mengalami 4 stadia, yakni stadium membenang, stadium membintil, stadium kortisium, dan stadium nekator. Stadium membenang merupakan perkembangan awal patogen yakni pada permukaan ranting atau cabang tanaman terlihat benang-benang halus. b. Perkembangan selanjutnya pada permukaan ranting atau cabang tanaman terlihat adanya bintil-bintil putih.
Lapisan miselium yang tipis berwarna
merah jambu merupakan ciri stadium kortisium. Perkembangan selanjutnya adalah stadium nekator, yaitu terbentuk bintil merah pada kayu yang umumnya telah mati karena serangan cendawan ini. Bintil-bintil tersebut merupakan tubuh buah cendawan. c. Kelembaban dan kurangnya cahaya yang mengenai bagian tanaman mendorong perkembangan cendawan ini. B. Gejala serangan a. Mula-mula jamur membentuk benang-benang mengkilat seperti sarang labalaba pada permukaan kulit cabang atau ranting yang berkayu (stadium sarang laba-bala).
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
45
b. Jamur berkembang terus, masuk ke dalam kulit dan menyebabkan kulit membusuk, sedang pada permukaan kulit jamur membentuk kerak berwarna merah jambu seperti warna ikan salmon (stadium Corticium). Pada tingkatan ini jamur membentuk basidiospora yang dapat dipencarkan oleh angin. c. Jamur berkembang terus, meskipun kulit sudah mati, dan membentuk badan buah berbentuk piknidium berwarna merah bata (stadium Nekator) yang menghasilkan konidium. Konidium dipencarkan oleh percikan air atau oleh serangga.
C. Cara pengendalian a. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), penggunaan bibit yang sehat, pengaturan jarak tanam yang cukup untuk menghindari kelembaban yang tinggi, pemupukuan berimbang, dan pengamatan secara teratur terhadap kulit cabang atau ranting yang menunjukkan gejala adanya benang-benang mengkilat seperti sarang laba-laba, bintil-bintil putih, miselium merah jambu, dan bintil merah (nekator) pada kayu-kayu yang telah mati. b. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan/sanitasi bagian tanaman yang menunjukkan gejala serangan dan sisa tanaman/kayu mati yang terinfeksi, serta memusnahkannya. c. Pengendalian kimiawi, dengan penggunaan fungisida yang efektif sesuai rekomendasi.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
46
6. Penyakit Kulit Diplodia (Bark Rot/Diplodia Gummosis), Botryodiplodia
theobromae Pat.,
A. Morfologi dan daur penyakit a. Cendawan dapat membentuk piknidium yang tersebar, mula- mula tertutup, kemudian pecah, dan berwarna hitam. Konidium berbentuk jorong dan mempunyai 1 sekat, berwarna gelap. Konidium terutama disebarkan oleh air dan serangga. b. Perkembangan dan tingkat serangan penyakit dipengaruhi oleh basah seperti jeruk Delima. Pandan wangi, jeruk Bali, dan jeruk ini juga rentan terhadap Diplodia kering. Bertambahnya umur tanaman pada jenis jeruk tertentu meningkat ketahanannya tetapi pada jenis lain bisa menurun ketahanannya. c. Kekeringan yang terjadi secara tiba-tiba, pembuahan yang terlalu lebat dan pelukaan pada tanaman merupakan kondisi yang baik untuk berkembangan patogen. d. Di Indonesia penyakit ini terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi Selatan. Di luar negeri penyakit ini terdapat di Amerika Serikat, Kuba, India, Malaysia, dan Thailand. B. Gejala serangan a. Pada jeruk dikenal dua macam serangan Diplodia yaitu Diplodia "basah" dan Diplodia "kering". Penyakit ini dapat menyerang akar, batang dan ranting dan dapat mengakibatkan busuk akar, busuk leher, dan mati ranting
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
47
b. Serangan Diplodia basah mudah dikenal karena tanaman yang terserang mengeluarkan blendok berwarna kuning emas dari batang atau cabangcabang tanaman. Kulit tanaman yang ter serang setelah beberapa lama dapat sembuh kembali,
kulit yang terserang mengering dan mengelupas.
Sering terjadi penyakit ber kembang terus sehingga pada kulit terjadi lukaluka yang tidak teratur, kadang-kadang terbatas pada jalur yang sempit dan memanjang dan dapat juga berkembang melingkari batang atau cabang yang dapat menyebabkan kematian cabang atau tanaman. Cendawan berkembang diantara kulit dan kayu, dan merusak kambium tanaman. Kayu yang telah mati berwarna hijau biru sampai hitam. c. Serangan Diplodia kering umumnya lebih berbahaya karena gejala permulaan sukar diketahui. Kulit batang atau cabang tanaman terserang mengering, terdapat celah-celah kecil pada permukaan kulit dan bagian kulit dan batang yang ada di bawahnya berwarna hitam kehijauan. Pada bagian celah-celah kulit terlihat adanya massa spora cendawan berwarna putih atau hitam. Perluasan kulit yang mengering sangat cepat dan bila sampai menggelang tanaman menyebabkan menguningnya daun- daun tanaman dan kematian cabang atau pohon.
Gejala penyakit A) Diplodia basah (Kulit mengelupas dan mengeluarkan blendok berwarna kuning keemasan) dan B) Diplodia kering (Kulit mengelupas). Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
48
C. Cara pengendalian a. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), penggunaan bibit dengan batang bawah yang tahan, pengaturan jarak tanam yang cukup untuk menghindari kelembaban yang tinggi, pemupukuan berimbang, hindari pelukaan tanaman, menjaga dranase tetap baik, membersihkan alat-alat pertanian dengan karbolinim plantarum 8 %, pengamatan secara teratur terhadap bagian tanaman yang menunjukkan gejala, dan penjarangan buah agar tanaman tetap sehat/kekar. b. Pengendalian
mekanis
dan
fisik,
dilakukan
dengan
membersihkan/
memotong kulit tanaman sakit dan memusnahkannya. c. Pengendalian biologi, dengan memnggunakan agens antagonis Glomus fasciculatum dan VAM. d. Pengendalian kimiawi, dengan pelaburan bubur bordo untuk mencegah serangan, dan penggunaan fungisida yang efektif pada bagian kulit yang ditoreh/dipotong. 7. Penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD)
Bakteri Liberobacter asiaticum
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
49
A. Morfologi dan daur hidup a. Disebut juga “greening” kini namanya secara internasional telah dibakukan menjadi “Huang Lung Bin” atau kira-kira berarti penyakit yang menyebabkan daun berwarna kuning. b. Penyakit ini disebabkan oleh suatu bakteri perusak jaringan phloem yang tidak dapat dikulturkan disebut Liberobacter asiaticum dan berbeda dengan yang berkembang di benua Afrika yaitu Liberobacter africanum. B. Gejala serangan a. Sebagian atau seluruh tajuk tanaman berwarna kuning tergantung pada intensitas serangannya. Daun yang menunjukkan gejala serangan menjadi lebih kaku, lebih tebal sering berdiri tegak dan terdapat warna hijau mengelompok tidak merata. Tulang-tulang daun menonjol berwarna hijau gelap, sedangkan daging daun berwarna kuning. b. Pada intensitas serangan berat ukuran daun menjadi lebih kecil dan menghasilkan buah "nilek" yaitu buah yang ukurannya kecil hingga sebesar kelereng dengan biji di dalamnya berwarna hitam. c. Pengamatan di bawah mikroskop terhadap irisan tipis dari hasil potongan melintang tulang daun tanaman yang menunjukkan gejala kerusakan pada jaringan pembuluh tapis (floem) yang umumnya merupakan jalur putih. d. Penyakit CVPD ditularkan oleh kutu loncat Diaphorina citri Kuw. dan bibit yang telah terinfeksi penyakit ini. Tipe hubungan patogen CVPD di dalam tubuh vektornya bersifat persisten, sirkulatif dan non propagatif, artinya jika vektor CVPD telah mengandung patogen L. asiaticum, maka jika kondisinya ideal selama hidupnya akan bersifat viruliferous, tetapi tidak diturunkan kepada anaknya. Serangga penular ini menyerang kuncup daun dan tunastunas
muda,
dan
mengakibatkan
tunas
menjadi
keriting
dan
pertumbuhannya terhambat. Pada tingkat serangan lebih lanjut, bagian tunas yang terserang secara bertahap menjadi kering dan kemudian mati. Serangga penular CVPD ini menjadi lebih aktif pada suhu tinggi (dataran
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
50
rendah) dibanding pada suhu rendah (dataran tinggi). Tanaman inang kutu loncat ini adalah kemuning (Muraya peniculata) dan dari famili Rutaceae. e. Kutu loncat ini juga menghasilkan sekresi berwarna putih berbentuk spiral, diletakkan di atas permukaan daun atau pucuk tunas. Diaphorina citri mempunyai 3 stadia hidup, yaitu telur, nimfa dan dewasa. Siklus hidupnya berlangsung selama 16 - 18 hari pada suhu panas atau ± 45 hari pada suhu dingin. Serangga penular ini mampu bertelur sebanyak 500 - 800 butir selama masa hidupnya yang biasanya diletakkan secara tunggal atau kelompok pada kuncup dan tunas-tunas muda sehingga pola pertunasan merupakan faktor penting dalam perkembangbiakannya. f. Tingkat populasi serangga penular, kecepatan angin, tingkat ketahanan varietas berpengaruh terhadap kecepatan penularan penyakit ini. C. Cara pengendalian a. Pengendalian pengaturan karntina, dengan cara melarang peredaran bibit yang tidak jelas asal usulnya, dan melarang memasukkan bibit jeruk dari daerah serangan endemis ke daerah lain. b. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah/lahan bebas sumber inokulum), pengaturan jarak tanam, bibit sehat/tidak menanam bibit sakit, dan pengamatan terhadap gejala tanaman terserang. c. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan dan sanitasi kebun terhadap inang lain dan membongkar tanaman sakit serta memusnahkannya. d. Pengendalian biologi, dengan cara memanfaatkan parasit, predator, dan patogen untuk mengendalikan vektornya, yaitu : Parasit nimfa antara lain Tamanxia radiata dan Diaphorencyrtus aligarhensis dengan tingkat parasitisme 90% dan 60 - 80% Predator seperti Curinus coeruleus, Coccinella repanda, Syrpidae dan Chrysophydae.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
51
Entomopatogen antara lain adalah Metharrizium sp. dan Hirsutella sp. hingga mencapai, 30%. Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida untuk mengendalikan vektornya bila cara-cara lain tidak efektif. 8. Busuk Pangkal Batang (Phytophthora parasitica sp)
A. Morfologi dan daur penyakit a. P. nicotianae var. parasitica sporangiumnya berbentuk jorong sampai agak bulat berbentuk buah pir dengan sporangiofor lebih halus dari pada hifa. Spora mempunyai dua bulu cambuk (flagella) dan patogen dapat membentuk klamidospora bulat berdinding agak tebal. b. P. citrophthora sporangiumnya berbentuk jorong atau berbentuk buah jeruk sitrun dan terbentuk pada bagian tengah atau ujung sporangiofor. Sporangiofor bercabang tidak teratur. Spora mempunyai 2 bulu cambuk. Patogen juga dapat membentuk klamidospora. c. P. palmivora mempunyai sporangium jorong, dan dapat membentuk klamidospora. Cendawan dapat bertahan dalam tanah dan membentuk spora kembara. Cendawan ini disebarkan terutama oleh hujan dan air pengairan yang mengalir di atas permukaan tanah.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
52
d. Penyakit lebih banyak menyerang pada kebun dengan ketinggian lebih dari 400 m dari permukaan laut. Tingkat ketahanan varietas sangat berpengaruh terhadap serangan patogen ini. Jeruk manis, jeruk nipis, sitrun Italia, Japanese Citroen (JC) dan Rough Lemon (RL) sangat rentan terhadap penyakit ini. e. Tanah basah dan fluktuasi suhu yang kecil, pH tanah yang agak masam yaitu 6.0 – 6.5 merupakan kondisi yang cocok untuk perkembangan patogen. B. Gejala serangan a. Penyakit ini umumnya menyerang bagian pangkal batang, atau bagian sambungan antara batang atas dan bawah untuk bibit jeruk okulasi. Gejala awal tampak berupa bercak basah yang berwarna gelap pada kulit batang. Jaringan kulit kayu yang terserang mengalami perubahan warna bahkan permukaan kulit, kambium, kayu, terutama pada serangan lanjut. Kulit batang yang terserang, permukaannya cekung dan mengeluarkan blendok, dan pada tanaman terserang sering berbentuk kalus. Kematian tanaman akibat serangan penyakit ini terjadi apabila bercak pada kulit melingkari batang. b. Perkembangan bercak ke bagian atas, umumnya terbatas hingga 60 cm di atas permukaan tanah, sedangkan perkembangan ke bagian bawah dapat meluas ke bagian akar tanaman. C. Cara pengendalian a. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam yang cukup untuk menghindari kelembaban yang tinggi, pemupukuan, penggunaan bibit dengan batang bawah yang tahan seperti Troyer dan Cleopatra Mandarin dengan tinggi sambungan 45 cm di atas permukaan tanah, hindari pelukaan pada akar dan batang saat penyiangan, menjaga dranase tetap baik, pengamatan secara teratur terhadap bagian tanaman yang menunjukkan gejala.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
53
b. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan mengumpulkan dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang. c. Pengendalian kimiawi, dengan pengapuran atau pelaburan bubur bordo untuk mencegah serangan, dan penggunaan fungisida yang efektif setelah pengelupasan bagian kulit batang yang mati atau mengering. 9. Kutu Dompolan (Planococcus citri Risso)
A. Morfologi/Bioekologi a. Kutu dewasa berbentuk oval, datar, berwarna kuning kecoklatan, kuning muda atau kuning tua, panjang 3- 4 mm, lebar 1,5- 2 mm. Tubuh serangga ditutupi lapisan lilin. Di sepanjang tepi badan kutu terdapat duri-duri dari bahan semacam lilin sebanyak 14- 18 pasang dan duri pada bagian pangkal panjangnya dua kali dari panjang duri lainnya. b. Telur berwarna kuning dan diletakkan di dalam kantong yang terbuat dari bahan menyerupai benang-benang lilin halus yang berada di belakang tubuh kutu betina. Ukuran kantong-kantong ini kadang-kadang lebih besar dari ukuran kutu betina. Seekor kutu betina mampu bertelur 300 butir, telur diletakkan pada bagian tanaman dan berlangsung antara 2 - 17 hari. c. Nimfa yang baru menetas dari telur berwarna hijau muda atau kuning pucat, atau merah tua tergantung stadiumnya, bergerak meninggalkan induknya dan mencari tempat di bagian tanaman lain. Perkembangan nimfa jantan telah sempurna ditandai dengan adanya sekresi puparium yang berlilin di akhir instar kedua. P. citri betina mengeluarkan sex-feromon yang khas yang dapat menarik kutu jantan pada jarak dekat. Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
54
d. Populasi kutu dompolan meningkat selama musim kemarau, terutama bila kelembaban nisbi pada siang hari di bawah 75 %. Ledakan populasi akan terjadi bila kelembaban nisbi turun di bawah 70 % dan berlangsung terus menerus selama 3 - 4 bulan, dan hari hujan di bawah 10 hari. Penyebaran kutu dibantu oleh angin, hujan dan semut gramang. Kutu ini memproduksi embun madu yang sangat disukai oleh semut. Bila produksi embun madu berlebihan biasanya timbul jamur jelaga pada daun, tangkai atau buah sehingga pertumbuhan bagian-bagian tersebut tidak normal dan kualitas buah turun. Kutu ini menyukai tempat yang agak teduh tetapi tidak terlalu lembab. e. P. citri sangat menyukai buah jeruk yang masih muda dan dapat pula menyerang pucuk-pucuk. Populasi akan meningkat di musim kemarau dan akan menurun pada musim hujan. Pada musim hujan cendawan Entomophthora fresenii akan menyebabkan kutu-kutu ini mati. B. Gejala serangan a. Kutu menyerang tangkai buah dan meninggalkan bekas berwarna kuning kemudian kering sehingga banyak buah yang gugur. b. Pada bagian tanaman yang terserang tampak dipenuhi oleh kutu-kutu putih seperti kapas. C. Cara pengendalian a. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, pengamatan sekitar 20 % populasi tanaman khususnya pada buah (10 buah/tanaman secara acak) yang mengandung kutu. b. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun dengan mengadakan sanitasi gulma, cabang-cabang dan buah terserang berat dan memusnahkannya.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
55
c. Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan musuh alami : Predator dari famili Coccinelidae, Scymnus apiciflavus Mits., S. Roepkei DeFl., Brumus saturalis F., Coccinella repanda (C. Transversalis F.) dan Cocodiplosis smithi De Mey. Parasitoid Anagrus greeni How. dan Leptomastix trilongifasciatus Gir. Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif dan efektif sesuai rekomendasi, bila buah terserang 5 %. 10. Lalat Buah : Bactrocera spp.
A. Morfologi/Bioekologi a. Telur lalat buah bentuknya menyerupai bulan sabit, dan diletakkan berkelompok di bawah kulit jeruk atau di dalam luka atau cacat pada permukaan buah. Jumlah telur yang diletakkan kurang lebih 15 butir. Setelah 2 hari telur menetas menjadi larva yang berwarna putih keruh, berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Larva hidup dan berkembang dalam daging buah selama 6 - 9 hari, menyebabkan buah menjadi busuk. Apabila larva sudah dewasa, kemudian akan keluar dari buah dan memasuki stadium pupa tepat di bawah permukaan tanah. Pupa berwarna kecoklatan, berbentuk oval dengan panjang 5 mm.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
56
b. Lalat dewasa berwarna merah kecoklatan, dada berwarna gelap dengan 2 garis kuning membujur, pada bagian perut terdapat 3 garis melintang. Lalat betina ujung perutnya lebih runcing, sedangkan lalat jantan lebih bulat. Siklus hidup dari telur sampai lalat dewasa berlangsung 16 hari. c. Fase kritis tanaman dan saat pemantauan populasi dilakukan pada saat tanaman mulai memproduksi buah, terutama pada saat buah menjelang masak. B. Gejala serangan a. Gejala awal pada permukaan kulit buah ditandai dengan adanya noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telurnya ke dalam buah. Selanjutnya akibat gangguan larva yang menetas dari telur di dalam buah, maka noda-noda tersebut berkembang menjadi bercak coklat di sekitar titik tersebut. b. Larva memakan daging buah, dan akhirnya buah menjadi busuk dan gugur sebelum matang. C. Cara Pengendalian a. Kultur teknis - Penggunaan tanaman perangkap dapat didasarkan pada peringkat tanaman yang disukai lalat buah yaitu jambu air, belimbing, mangga, jambu biji, dan cabe besar. Tanaman yang memiliki nilai ekonomis rendah dapat dijadikan tanaman perangkap. Pengalaman di Bali dan Jawa Timur selasih juga dapat dijadikan pohon perangkap. Lalat buah akan berkumpul di sekitar pohon selasih, lalu dijaring. - Sanitasi kebun bertujuan untuk memutus-daur hidup lalat buah, sehingga perkembangan lalat buah dapat ditekan. Buah yang jatuh dikumpulkan kemudian dimusnahkan dan dibakar atau dikubur. b. Mekanis/Fisis - Pengerodongan buah Keuntungan dari cara ini adalah buah terhindar dari serangan, mulus, bersih tanpa pencemaran bahan kimia, tetapi untuk areal yang luas tidak praktis.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
57
- Pengasapan Tujuan dari pengasapan adalah untuk mengusir lalat buah yang datang ke
pertanaman.
Pengasapan
dilakukan
dengan
cara
membakar
serasah/jerami. Pengasapan dapat mengusir lalat buah dan efektif slama 3 hari, bila asap hilang lalat akan kembali. Pengasapan terus menerus selama 13 jam diinformasikan dapat membunuh lalat buah. - Penggunaan perangkap dan attraktan Perangkap yang terbuat dari plastik atau
botol air mineral yang sudah
dipasang attraktan (methyl eugenol, cue lure, med-lure, protein hidrolisa, ekstrak daun selasih daun melaleuca). Atraktan dapat dicampur dengan pestisida dan diteteskan pada kapas. Perangkap dipasang pada ranting atau cabang pohon setinggi 2--3 meter dari permukaan tanah. Pemasangan + 16 buah/Ha secara terus menerus dalam areal yang luas. 11. Ulat Penggerek Bunga dan Puru Buah : Prays spp.
A. Morfologi/Bioekologi a. Prays citri mempunyai telur dengan ukuran 0,1 - 0,2 mm, berwarna transparan, kuning muda atau kuning tua sesuai dengan umurnya. b. Telur-telur ini diletakkan oleh induk betina pada malam hari secara terpisah pada kuncup bunga dan kadang-kadang pada buah muda.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
58
c. Larva yang baru menetas berupa ulat masuk ke dalam bunga dan menggerek bunga dari bagian dalam. Kadang-kadang ulat juga masuk ke dalam kulit buah dan tetap tinggal dalam endokarpa sampai stadium pupa. d. Ulat berwarna hijau muda dengan kepala coklat, panjang 5 mm. Stadium ulat berlangsung 3 minggu. e. Pupa berwarna coklat, berukuran 5 - 5,5 mm, berada dalam bunga, kulit buah atau bagian-bagian tanaman yang tersembunyi. Stadium dewasa berupa kupu dan stadium ini keluar dari pupa dengan meninggalkan bekas puru di bagian tanaman tempat pupa tinggal. f. Prays endocarpa mempunyai telur yang datar, berwarna hijau transparan, dengan diameter 0,4 mm. Telur-telur diletakkan secara berserakan di bagian kulit buah muda pada malam hari. Telur menetas 4 hari kemudian dan larva yang keluar berwarna hijau, kemudian nampak garis-garis melintang berwarna merah pada tubuh larva, ukuran panjang larva sampai dengan 5 7 mm. Ulat atau larva menggerek kulit buah jeruk serta hidup di dalamnya. g. Kepompong berwarna merah abu-abu, panjang 4,5 - 5 mm. Pupa dapat ditemukan pada buah, atau lebih sering ditemukan pada ranting atau tepi daun. Siklus hidup dari telur hingga menjadi kupu-kupu dewasa berlangsung 29 hari. h. Pada saat tanaman jeruk mulai berbunga, larva akan masuk ke dalam kuncup- kuncup bunga atau pada kulit buah-buah muda dan hidup di dalamnya.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
59
B. Gejala serangan a. Prays citri terutama menyerang kuncup bunga jeruk manis atau jeruk besar yang belum mekar sehingga apabila buah berkembang, akan meninggalkan bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3 - 0,5 cm. Bunga-bunga yang terserang parah mudah rontok atau gugur. Infeksi sekunder sering terjadi melalui luka, menyebabkan buah muda gugur sebelum tua. b. Prays endocarpa menyerang buah-buah muda dan meninggalkan bekas berupa puru-puru. Seiring dengan perkembangan buah, pada puru-puru tersebut terjadi lubang, menyebabkan buah berkualitas rendah. Buah-buah yang banyak diserang oleh ulat ini terutama dari jenis jeruk yang berkulit tebal seperti jeruk besar, jeruk manis, jeruk sitrun, dan grapefruit. C. Cara pengendalian a. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu: terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan secara teratur setiap 2 minggu. b. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan mengumpulkan buahbuah muda yang menunjukkan puru dan memusnahkannya agar populasi tidak berkembang. Bunga-bunga yang terserang dan gugur dikumpulkan serta dimusnahkan. c. Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif dan efektif sesuai rekomendasi, dilakukan secara spot spray pada bagian tanaman yang terserang.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
60
Standar Operasional Prosedur
Nomor : SOP.JR-SB.KT IX
Penjarangan buah
2
Tanggal dibuat : 01 Oktober 2014 Revisi ke ............. Tanggal .............
Disyahkan ................
IX. PENJARANGAN BUAH A. Definisi Rangkaian kegiatan mengurangi jumlah buah per dompol, dengan membuang buah yang dianggap tidak baik untuk dipelihara dan hanya dipelihara 1-2 buah per dompol. B. Tujuan Untuk memperoleh jumlah dan kualitas buah yang optimal. C. Bahan dan Alat a. Gunting pangkas, b. Tangga c. Galah D. Fungsi a. Gunting pangkas digunakan untuk memotong tangkai buah. b. Tangga digunakan untuk mencapai bagian tanaman yang tidak bisa dijangkau oleh tangan untuk memotong tangkai buah. c. Gunting bergalah/gunting tarik digunakan untuk memotong tangkai buah yang tidak terjangkau oleh tangan.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
61
E. Prosedur Pelaksanaan : a. Penjarangan buah dilakukan untuk mengatur jumlah dan ukuran buah serta mengatur masa berbuah. Jumlah buah ideal untuk jeruk siam banjar adalah 6 – 8 buah/tangkai. b. Penjarangan buah dilakukan saat buah berukuran sebesar kelereng. c. Buah yang dipertahankan adalah buah yang terletak di bagian luar, bentuknya sempurna dan sehat, letak buah tidak berdempetan. d. Buah yang diutamakan untuk dibuang adalah buah-buah yang menghadap ke atas dan yang memiliki diameter tangkai buah terlalu besar, karena buahbuah ini cenderung memiliki kandungan asam lebih tinggi dan gula yang lebih rendah, pertumbuhannya relatif lebih lambat, dan penampakannya kurang baik. e. Catat setiap kegiatan penjarangan buah yang telah dilaksanakan.
Gambar 10 . Penjarangan buah jeruk siam banjar
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
62
Standar Operasional Prosedur
Nomor : SOP.JR-SB.KT X
Panen
2
Tanggal dibuat : 01 Oktober 2014 Revisi ke ............. Tanggal .............
Disyahkan ................
X. PANEN A. Definisi Proses pengambilan buah yang sudah menunjukkan ciri (sifat khusus) matang panen. Kriteria matang panen a. Buah harus dipanen dalam keadaan masak optimum (matang 80%), karena setelah dipetik rasa buah tidak akan berubah atau meningkat. b. Ciri buah jeruk siem siap panen ditandai dengan warna buah hijau terang, dan terdapat semburat kuning paling tidak 1/3 bagian buah, dan tekstur agak lunak. c. Ciri buah jeruk siam banjar siap panen, ditandai oleh warna Kulit buah megkilat dan berwarna hijau muda kekuningan, tekstur buah agak lunak. Sistem Pilih Buah Buah jeruk akan mengalami kematangan yang tidak sama. Untuk mendapatkan buah yang seragam harus dipilih buah-buah yang sudah memenuhi kriteria panen saja B. Tujuan Untuk mendapatkan buah segar bermutu.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
63
C. Alat dan Bahan : a. Unit alat pengangkut buah b. Gunting/pisau c. Kantung wadah yang terbuat dari kain tebal d. Tangga D. Fungsi : a. Unit untuk angkut buah untuk sarana pengangkutan buah. b. Gunting/pisau untuk memotong/memisahkan buah dari tangkai pohon c. Kantong wadah digunakan sebagai tempat untuk mengumpulkan buah d. Tangga digunakan untuk memetik buah yang terletak pada cabang tinggi E. Prosedur Pelaksanaan : a. Pemetikan buah jeruk sebaiknya dilakukan pada saat menjelang matang, buah sudah tua tapi belum terlalu matang. b. Pemetikan dilakukan pagi hari setelah embun hilang dari pohon. c. Pada pohon yang tinggi pemetikan sebaiknya menggunakan tangga, dan tidak memanjat batang atau cabang pohon. d. Setelah buah dipegang, seluruh tangkai buah dipotong habis, karena tangkai buah dapat melukai buah lain. e. Pemotongan harus hati-hati agar buah dan cabang tidak rusak, karena kerusakan tersebut dapat mengakibatkan pembungaan dan pertunasan berikutnya akan terganggu f. Buah harus diletakkan dengan hati-hati, jangan dijatuhkan g. Buah hasil panen diletakkan dalam kontainer plastik atau bambu dengan kapasitas 20-30 kg h. Simpan di tempat teduh dan hindarkan agar buah dalam wadah tidak berlebihan sehingga buah tidak rusak dan memar. i. Catat setiap kegiatan panen yang telah dilaksanakan.
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
64
Gambar 11. Buah jeruk siam banjar yang telah matang panen
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
65
Deskripsi Varietas Jeruk Siam Banjar Uraian
Nama Daerah Asal Tanaman Tinggi Tanaman Lebar Tajuk Bentuk Tanaman Percabangan Warna Batang Bentuk Batang Lingkar Batang Warna Daun Bagian Atas Warna Daun Bagian Bawah Lebar Daun Panjang Daun Tepi Daun Bentuk Bunga Jumlah Bunga/Tandan Jumlah Bunga jadi Buah Warna Buah : - Buah Muda - Buah Matang Bentuk Buah Lingkar Buah Diameter Buah Tebal Kulit Buah Warna Daging Buah Jumlah Septa Tiap Buah Jumlah Biji Tiap Buah Berat Buah Utuh Berat Buah Kupasan Rasa Buah Aroma Buah Sifat Buah Kandungan Air Batang Bawah Produksi buah/pohon/musim Perbanyakan Ketahanan terhadap Hama
Deskripsi
Jeruk Siam Banjar Kp. Sungai Madang, Desa Gudang Hirang, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar - Kalimantan Selatan 3 - 3,75 meter 2,5 - 2,7 meter Payung Melengkung ke atas Kecoklatan Bulat 20 cm Hijau Muda Hijau 3 - 5 cm 6 - 9 cm Bergerigi Seperti lonceng 8 - 10 buah 6 - 8 buah - Hijau - Orange Kehijauan Bulat agak gepeng 22 - 24 cm 6,5 - 7,5 cm 1,3 - 1,7 mm Kulit yang tebal mudah dikupas Orange 10 - 13 6-9 160 - 175 gram 150 - 165 gram Manis segar Lembut Tahan dalam pengangkutan 86,44% JC 500 - 600 buah Cangkok, Okulasi - Cukup tahan terhadap kutu daun jeruk (Aphids sp) - Tidak tahan terhadap Kutu Dompolan (Planococcus citri) dan Kutu Medalion Jeruk (Aleurocanthus spiniferus)
Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Jeruk Siam Banjar
66