SOP STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Budidaya
JAMBU KRISTAL KABUPATEN MAJALENGKA
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN Jalan Surapati 71 Tlp. (022) 2503884 Fax. (022) 2500713 BANDUNG 2015
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas tersusunnya Buku Standar Operasional Prosedur Jambu Kristal Kabupaten Majalengka. Penyusunan buku ini bertujuan untuk memberikan pedoman dalam melaksanakan budidaya Jambu Kristal yang baik dan benar mulai dari aspek budidaya, penanganan panen hingga pascapanen agar diperoleh produk jambu kristal yang berkualitas sesuai dengan keinginan konsumen. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka dan petani Jambu Kristal Kecamatan Palasah, Kecamatan Majalengka, dan Kecamatan Sukahaji yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penyusunan buku ini. Kami menyadari sepenuhnya buku ini jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan masukan untuk mendukung perbaikan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat. Bandung,
Desember 2015
Kepala Bidang Produksi Tanaman Hortikultura
Ir. OBAS FIRMANSYAH, MP Pembina Tk. I NIP. 19641010 199301 1 001 i
DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar ................................................................... i Daftar Isi ............................................................................. ii Daftar Tabel ........................................................................ iii Daftar Gambar ...................................................................
iv
Pendahuluan....................................................................... Target..................................................................................
1 2
I. Persiapan Lahan..........................................................
I-1
II. Persiapan Benih / Bibit................................................ III. Penanaman .................................................................
II -1 III – 1
IV. Pemupukan................................................................. V. Pemangkasan.............................................................. a. Sub Kegiatan Pemangkasan Pemeliharaan ............. VI. Penjarangan Buah....................................................... VII. Pembungkusan Buah .................................................. VIII. Pengairan .................................................................... IX. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman ....... X. Sanitasi Kebun ............................................................
IV – 1 V–1 V–2 VI – 1 VII – 1 VIII – 1 IX – 1 X–1
XI. Panen .......................................................................... XII. Pengumpulan Buah Hasil Panen ................................. XIII. Sortasi dan Pengkelasan ............................................. XIV. Pengemasan dan Pelabelan ........................................ Kartu Kendali ...................................................................... Daftar Pustaka ...................................................................... Tim Penyusun Standar Operasional Prosedur Jambu
XI – 1 XII – 1 XIII – 1 XIV – 1 XV XVI
Kristal Kabupaten Majalengka..............................................
XVII
ii
DAFTAR TABEL Halaman 1. Target Produktivitas Tanaman Jambu Kristal Kabupaten Majalengka...............................................
2
2. Anjuran Dosis Pemupukan Jambu Kristal yang di Rekomendasikan.........................................................
IV - 2
3. Penetapan Kelas/Grade .............................................
XIII - 2
iii
DAFTAR GAMBAR No Uraian 1. Benih Cangkok Jambu Biji yang Sudah Ditanam Di Polybag .............................................................. 2. Pola Tanam Bujur Sangkar ..................................... 3. Pemangkasan untuk Pembentukan Tajuk Tanaman ................................................................ 4. Lalat Buah (kiri) dan Pembungkus Buah Jambu Biji Sebagai Pencegahan (Kanan) ................................. 5. Botol perangkap lalat ............................................. 6. Pembungkus buah jambu kristal ............................ 7. Aphis pada Daun .................................................... 8. Kutu Putih (Kiri) dan Serangan pada Daun (Kanan) 9. Gejala Antraknosa pada Buah ................................. 10. Damping Off pada Benih ........................................ 11. Serangan Phytophthot Parasitica Daun ................. 12. Penyakit Busuk Pangkal Buah ................................ 13. Penyakit Kanker Berkudis pada Buah .................... 14. Gejala Busuk Rhizopus pada Buah ......................... 15. Gejala Defisiensi Kalium ........................................ 16. Gejala Defisiensi Magnesium ................................. 17. Sortasi dan Penimbangan Buah ............................. 18. Buah yang Telah Dibungkus Dimasukkan dalam Kardus ....................................................................
iv
Halaman II - 3 III – 3 V–6 IX – 2 IX – 4 IX – 5 IX – 7 IX – 10 IX – 11 IX – 12 IX – 14 IX – 15 IX – 16 IX – 18 IX – 20 IX – 20 XIV – 3 XIV – 3
PENDAHULUAN Kabupaten Majalengka merupakan salah satu sentra produksi buah-buahan di Jawa Barat, salah satunya jambu kristal. Secara geografis wilayah Kabupaten Majalengka berada pada ketinggian ratarata 250 mdpl dengan jenis tanah podsolik merah kuning, topografi datar s.d. berbukit serta memiliki pH sekitar 5 – 6. Kecamatan sentra produksi jambu kristal di Kabupaten Majalengka yaitu Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji 15 Ha, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka 45 Ha, Desa Trajaya, Kecamatan Palasah 5 Ha, Desa Argamukti, Kecamatan Argapura 13 Ha, Desa Banjaran, Kecamatan Maja 5 Ha, Desa Argalingga, Kecamatan Argapura 5 Ha, Desa Leuwi Seeng, Kecamatan Panyingkiran 10 Ha dan Desa Pasirayu, Kecamatan Sindang 3 Ha. Musim panen jambu kristal di Kabupaten Majalengka pada bulan Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus dan Oktober. Sebagian besar produksi dan mutu buah yang dihasilkan di Kabupaten Majalengka masih rendah, hal ini diantaranya disebabkan belum diterapkannya teknologi budidaya yang baik dan benar secara tepat oleh petani. Sebagian besar hasil produk masih bersumber dari kebun produksi tradisional yang belum mengacu pada teknologi budidaya yang baik dan benar (Good Agriculture Practices). Untuk memperbaiki permasalahan dan menghasilkan produk bermutu Prima 3, Prima 2, dan Prima 1, diperlukan Standar Operasional Prosedur (SOP) jambu kristal secara khusus, sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan produksi mangga. Standar Operasional Prosedur (SOP) jambu kristal ini memuat alur proses budidaya sejak on farm sampai penanganan pasca panen. 1
TARGET
Pada saat ini target yang akan dicapai melalui penerapan SOP ini adalah : a. Produktivitas 80 - 100 kg/phn/th pada tanaman usia produktif dari 2 - 10 tahun b. Jumlah Grade/Kelas 1 : 45% (3 - 4 buah/kg) c. Jumlah Grade/Kelas 2 : 40% (4 – 6 buah/kg) d. Jumlah Grade/Kelas 3 : 15% (≥ 6 buah/kg) e. Buah burik maksimal 5 % f. Tingkat kematangan minimal 60% untuk pasar lokal/tradisional g. Tingkat kematangan lebih dari 80 % untuk bahan olahan Tabel 1. Target Produktivitas Tanaman Jambu Kristal Kabupaten Majalengka Umur Tanaman (th)
2 4 5 - 10
Produktivitas (kg/pohon/th) Kondisi Sekarang Hasil Setelah Penerapan SOP 20 – 30 30 - 50 40 – 60 60 – 90 70 - 80 90 - 100
2
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Standar Operasional Prosedur Persiapan Lahan
Nomor JKM.I Halaman 1/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
I. PERSIAPAN LAHAN A. Definisi : Kegiatan penyiapan lahan untuk digunakan sebagai media tempat tumbuh tanaman agar mendapat pertumbuhan optimal bagi tanaman. B. Tujuan : Mempersiapkan lahan yang baik agar pertanaman mendapatkan zone/ruang perakaran yang baik. C. Validasi Pengalaman Kelompok Tani Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, dan Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. D. Alat dan Bahan 1. Tali Rafia 2. Bambu/Golok/pisau/palu besar 3. Cangkul/sekop/garpu/Balincong 4. Gerobak dorong 5. Meteran
I-1
Standar Operasional Prosedur Persiapan Lahan
Nomor JKM.I Halaman 2/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
E. Fungsi Alat dan Bahan 1. Tali Rafia, digunakan sebagai alat meluruskan lubang yang akan ditanami. 2. Bambu/golok/pisau/palu besar, digunakan sebagai alat dan bahan membuat ajir. 3. Cangkul/sekop/garpu/balincong, digunakan sebagai alat dalam proses pembuatan lubang tanam. 4. Gerobak dorong, digunakan untuk mengangkut sisa-sisa kotoran/material pada saat pengolahan lahan. 5. Meteran digunakan sebagai alat pengukur luas lahan dan jarak tanam. F. Prosedur Pelaksanaan 1. Lakukan pemetaan dan pengukuran luas kebun. 2. Kaplingkan setiap blok lokasi kebun. 3. Tentukan lokasi pengairan/irigasi, bak penampung air, jalan masuk dan keluar kebun, tempat pengumpulan buah/hasil panen. 4. Buat guludan dengan lebar 4 m dan antar guludan 2 m 5. Tetapkan titik-titik calon lubang tanam dengan jarak antar lubang 3 x 3 meter pada guludan yang telah disiapkan.
I-2
Standar Operasional Prosedur Persiapan Benih/Bibit
Nomor JKM.II Halaman 1/3
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
II. PERSIAPAN BENIH/BIBIT A. Definisi : Persiapan benih merupakan rangkaian kegiatan menyediakan benih jambu kristal bermutu dari varietas unggul bebas hama penyakit serta dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang tepat. B. Tujuan : 1. Menyediakan benih/bibit bermutu varietas unggul sesuai dengan kebutuhan. 2. Menjamin benih/bibit bebas dari hama dan penyakit. 3. Agar dapat tumbuh baik dan berproduksi optimal. C. Validasi Pengalaman Kelompok Tani Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, dan Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. D. Alat dan Bahan 1. Benih/bibit (cangkokan). 2. Pisau/gunting. 3. Gerobak dorong.
II - 1
Standar Operasional Prosedur Persiapan Benih/Bibit
Nomor JKM.II Halaman 2/3
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
E. Fungsi Alat dan Bahan 1. Benih/bibit (cangkokan) sebagai bahan tanaman. 2. Pisau/gunting untuk memotong polybag. 3. Gerobak dorong sebagai alat angkut benih/bibit kelokasi. F. Prosedur Pelaksanaan : 1. Hitung benih/bibit (cangkokan/okulasi) disesuaikan dengan luas lahan di tambah 2 % cadangan untuk penyulaman. 2. Benih/bibit (cangkokan/okulasi) yang digunakan dengan sfesifikasi sebagai berikut : a. Bibit/benih berasal dari cangkokan/okulasi yang jelas sumber induknya b. Tinggi benih/bibit 40 – 60 cm dan diameter 0,5 -1 cm. c. Warna batang hijau tua kecoklatan dan bentuk batang lurus. d. Warna daun hijau mengkilat. e. Benih/bibit bebas dari serangan hama dan penyakit. 3. Benih harus berasal dari pohon induk yang jelas dan sehat 4. Lakukan pengecekan akar calon benih dengan membuka media dengan menggunakan pisau atau gunting. Pilih bibit yang perakarannya banyak dan sudah berwarna coklat (tua). 5. Lakukan pencatatan kegiatan penyiapan benih.
II - 2
Standar Operasional Prosedur Persiapan Benih/Bibit
Nomor JKM.II Halaman 3/3
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
G. Gambar Persiapan Benih/Bibit Cangkok Gambar 1. Benih Cangkok/Okulasi Jambu Kristal yang Sudah DItanam di Polybag
II - 3
Standar Operasional Prosedur Penanaman
Nomor JKM.III Halaman 1/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
III. PENANAMAN A. Definisi : Merupakan rangkaian kegiatan menanam hingga tanaman Berdiri tegak dan tumbuh subur di lapangan B. Tujuan : Menjamin benih/bibit yang ditanam tumbuh optimal. C. Validasi Pengalaman Kelompok Tani Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, dan Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. D. Alat dan Bahan 1. Benih/bibit jambu kristal berkualitas. 2. Cangkul. 3. Grobak dorong. 4. Pisau/gunting. 5. Bambu dan Paku E. Fungsi Alat dan Bahan 1. Benih jambu kristal bermutu, digunakan sebagai bahan yang akan ditanam. 2. Cangkul, digunakan sebagai alat bantu dalam penanaman. 3. Gerobak dorong digunakan untuk mengangkut benih. 4. Pisau/gunting digunakan untuk memotong kantong plastik/polybag. 5. Bambu dan paku digunakan untuk pemagaran kebun III - 1
Standar Operasional Prosedur Penanaman
Nomor JKM.III Halaman 2/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
F. Prosedur Pelaksanaan : 1. Hitung jumlah benih yang akan ditanam. 2. Gunting polybag bagian bawah setelah itu bagian samping secara hati-hati. 3. Periksa benih dengan baik, batang benih harus tumbuh lurus dan perakarannya banyak. 4. Tanam benih/bibit tanaman jambu kristal saat musim hujan dengan posisi tegak Letakkan benih secara tegak lurus. 5. Tutup lubang tanam dengan tanah. 6. Siram benih secukupnya. 7. Setelah penanaman selesai dilakukan pemagaran sekeliling kebun dengan tinggi pagar 1,2 – 1,5 m 8. Catat waktu penanaman pada kartu kendali. G. Gambar Pola Tanam dan Penanaman ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ
Pagar
ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ ұ Gambar 2. Pola tanam bujur sangkar III - 2
Standar Operasional Prosedur Pemupukan
Nomor JKM.IV Halaman 1/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
IV. PEMUPUKAN A. Definisi Pemberian nutrisi pada tanaman agar unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman dapat memenuhi kebutuhan. B. Tujuan Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimal dan mempertahankan status hara tanah. C. Validasi Pengalaman Kelompok Tani Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, dan Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. D. Alat dan Bahan 1. Pupuk kandang (organik) dan pupuk buatan (anorganik). 2. Cangkul/Kored. 3. Ember/gayung. E. Fungsi 1. Pupuk kandang (organik) dan pupuk buatan (an-organik) sebagai unsur tambahan hara/nutrisi bagi tanaman. 2. Cangkul/kored digunakan untuk menggali tanah. 3. Ember/gayung sebagai tempat/wadah air.
IV - 1
Standar Operasional Prosedur Pemupukan
Nomor JKM.IV Halaman 2/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
F. Prosedur Pelaksanaan 1. Hitung pupuk berdasarkan jumlah tanaman. 2. Sediakan pupuk yang akan digunakan sesuai kebutuhan. 3. Dosis pemupukan sebaiknya berdasarkan hasil analisis tanah dan daun. 4. Pemupukan an organik pada tanaman belum menghasilkan dilakukan setiap bulan atau minimal 2 (dua) kali setahun. 5. Berikan pupuk organik 2 (dua) kali setahun setelah panen dan awal pembungaan. G. Cara Pemupukan Taburkan pupuk dibawah tanaman dan tutup dengan tanah/mulsa plastik. H. Catat kegiatan pemupukan pada kartu kendali. Tabel 2. Anjuran Dosis Pemupukan Jambu Kristal yang di Rekomendasikan Umur tanaman (tahun)
Ppk kandang (kg/phn)
NPK (g/phn)
KNO3 (g/phn)
1 2 3 >3
10 20 30 40
60 370 720 1000
250 250
IV - 2
Standar Operasional Prosedur Pemangkasan
Nomor JKM.V Halaman 1/6
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
V. PEMANGKASAN A. Definisi Merupakan rangkaian kegiatan memangkas cabang/ranting tanaman dalam rangka pembentukan kanopi. B Tujuan Untuk menbentuk kerangka dasar tanaman agar mendukung tanaman mempunyai produktivitas tinggi. C Validasi Pengalaman Kelompok Tani Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, dan Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. D. Alat dan Bahan 1. Gunting pangkas. 2. Gergaji pangkas. 3. Besi Pengait 4. Tangga. E. Fungsi 1. Gunting pangkas digunakan untuk memotong cabang tunas, rating dan cabang kecil. 2. Gergaji pangkas digunakan untuk memotong cabang. 3. Besi Pengait digunakan untuk menarik cabang pohon yang jauh 4. Tangga digunakan untuk mencapai bagian tanaman yang tidak bisa dijangkau oleh tangan untuk dilakukan pemangkasan.
V-1
Standar Operasional Prosedur Pemangkasan
Nomor JKM.V Halaman 2/6
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
F. Prosedur Pelaksanaan 1. Persiapkan peralatan yang akan digunakan 2. Identifikasi letak/bagian yang akan dipangkas pada bibit yang sudah berumur 8 bulan di lapangan 3. Pelihara maksimal 6 cabang utama yang berukuran sama dan letaknya simetris/seimbang 4. Pelihara dan pertahankan panjang percabangan sekunder terpilih sepanjang 15 cm. 5. Tarik dan arahkan 6 cabang terpilih sampai membentuk pola cabang yang ideal (menyebar) dengan menggunakan tali 6. Lakukan pencatatan dari kegiatan yang telah dilakukan a. Sub Kegiatan Pemangkasan Pemeliharaan A. Definisi : Memotong cabang dan ranting tanaman yang tidak produktif/kering/mati, tunas air dan terserang OPT dan mempertahankan bentuk arsitektur tanaman yang telah dibuat. B. Tujuan : 1. Untuk mendapatkan cabang bermata tunas dan calon bunga (knop) produktif agar diperoleh produksi yang optimal. 2. Untuk merangsang tumbuhnya tunas baru dan bunga 3. Untuk memudahkan sinar matahari masuk sampai ke semua percabangan tanaman. 4. Untuk menghilangkan dan menghindarkan cabang/ranting yang terserang hama dan penyakit V-2
Standar Operasional Prosedur Pemangkasan Pemeliharaan
Nomor JKM.V Halaman 3/6
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
C. Validasi : Pengalaman Kelompok Tani Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, dan Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. D. Alat dan Bahan : Gunting pangkas E. Fungsi : Gunting pangkas untuk memotong tunas dan ranting yang tidak dikehendaki F. Prosedur Pelaksanaan : 1. Amati tunas cabang dan ranting yang kering serta cabang dan ranting yang buahnya telah dipanen 2. Lakukan pemotongan tunas cabang dan ranting yang dinilai merugikan seperti : a. Tunas liar dan tunas air b. Cabang atau ranting yang telah mati c. Ranting bekas tumbuh buah d. Tunas batang bawah f. cabang/ranting yang terserang hama/penyakit 3. Potongan tunas air harus rata dengan pohon 4. Kumpulkan tunas ranting dan cabang hasil pangkasan dan dimanfaatkan untuk kepentingan lain diluar tanaman 5. Lakukan pencatatan semua proses yang dilakukan
V-3
Standar Operasional Prosedur Pemangkasan Pemeliharaan
Nomor JKM.V Halaman 4/6
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
A. Definisi : Memotong cabang dan ranting tanaman yang tidak produktif/kering/mati, tunas air dan terserang OPT dan mempertahankan bentuk arsitektur tanaman yang telah dibuat. B. Tujuan : 1. Untuk mendapatkan cabang bermata tunas dan calon bunga (knop) produktif agar diperoleh produksi yang optimal. 2. Untuk merangsang tumbuhnya tunas baru 3. Untuk memudahkan sinar matahari masuk sampai ke semua percabangan tanaman. 4. Untuk menghilangkan dan menghindarkan cabang/ranting yang terserang hama dan penyakit C. Validasi Pengalaman Kelompok Tani Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, dan Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. D. Alat dan bahan 1. Gunting pangkas. 2. Gergaji pangkas. 3. Meni/oli bekas. 4. Kuas halus. 5. Tangga.
V-4
Standar Operasional Prosedur Pemangkasan Pemeliharaan
Nomor JKM.V Halaman 5/6
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
E. Fungsi 1. Gunting pangkas digunakan untuk memotong tunas, ranting dan cabang. 2. Gergaji pangkas digunakan untuk memotong cabang besar. 3. Meni digunakan sebagai pelapis/penutup luka bekas pangkasan. 4. Kuas halus digunakan untuk mengolskan meni/oli bekas pada bagian tanaman yang dipangkas. 5. Tangga digunakan untuk mencapai bagian tanaman yang tidak bisa dijangkau oleh tangan untuk dilakukan pemangkasan. F. Prosedur Pelaksanaan 1. Sterilkan gunting pangkas dengan kapas/kain lap yang telah dibasahi alkohol 2. Amati tunas cabang dan ranting yang kering serta cabang dan ranting yang buahnya telah dipanen 3. Lakukan pemotongan tunas cabang dan ranting yang dinilai merugikan seperti : a. Tunas liar dan tunas air (cabang gatal) b. Cabang atau ranting yang telah mati c. Ranting bekas tumbuh buah d. Tunas batang bawah f. cabang/ranting yang terserang hama/penyakit 4. Olesi dengan pasta (fungisida) pada bagian yang luka bekas potongan agar tidak terserang OPT 5. Potongan tunas air harus rata dengan pohon 6. Kumpulkan tunas ranting dan cabang hasil pangkasan dan dimanfaatkan untuk kepentingan lain diluar tanaman 7. Lakukan pencatatan semua proses yang dilakukan V-5
Standar Operasional Prosedur Pemangkasan Pemeliharaan
Nomor JKM.I Halaman 6/6
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
G. Gambar Pemangkasan Bentuk
Gambar 3. Pemangkasan untuk Pembentukkan Tajuk Tanaman
V-6
Standar Operasional Prosedur Penjarangan Buah
Nomor JKM.VI Halaman 1/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
VI. PENJARANGAN BUAH A. Definsi Rangkaian kegiatan mengurangi jumlah buah permalai, dengan membuang buah yang dianggap tidak baik untuk dipelihara 2-3 buah per tangkai buah. B. Tujuan Untuk memperoleh jumlah dan kualitas buah yang maksimal C. Validasi Pengalaman Kelompok Tani Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, dan Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. D. Alat dan Bahan 1. Gunting buah, 2. Besi Pengait/Galah E. Fungsi 1. Gunting buah pangkas digunakan untuk memotong tangkai buah. 2. Besi Pengait/Galah digunakan untuk memotong tangkai buah yang tidak terjangkau oleh tangan.
VI - 1
Standar Operasional Prosedur Penjarangan Buah
Nomor JKM.VI Halaman 2/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
F. Prosedur Pelaksanaan 1. Lakukan penjarangan buah pada saat buah berukuran sebesar kelereng. 2. Pilih buah yang akan dibuang (ukuran kecil, tidak sehat, abnormal) dalam satu tangkai. 3. Pelihara buah yang mempunyai bentuk buah baik dan bebas dari hama penyakit serta menyisakan 2-3 buah. 4. Potong tangkai buah yang tidak baik dengan menggunakan gunting buah. 5. Catat setiap kegiatan penjarangan buah.
VI - 2
Standar Operasional Prosedur Pembungkusan Buah
Nomor JKM.VII Halaman 1/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
VII. PEMBUNGKUSAN BUAH A. Definisi Rangkaian kegiatan pembungkusan buah agar tidak terganggu oleh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). B. Tujuan 1. Untuk meningkatkan kalitas penampilan buah. 2. Melindungi buah dari benturan, sengatan sinar matahari dan gesekan antar buah. 3. Melindungi buah dari serangan hama dan penyakit. 3. Melindungi buah dari kerusakan dan gesekan pada saat panen serta melndungi permukaan kulit. C. Validasi Pengalaman Kelompok Tani Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, dan Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. D. Alat dan bahan 1. Gunting/pisau. 2. Plastik/kertas koran pembungkus. 3. Tali rafia 4. Stapler.
VII - 1
Standar Operasional Prosedur Pembungkusan Buah
Nomor JKM.VII Halaman 2/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
E. Fungsi 1. Gunting/pisau digunakan untuk memotong kertas sesuai ukuran buah yang akan dibungkus. 2. Plastik pembungkus sebagai pembungkus buah. 3. Tali rafia digunakan untuk mengikat bagian atas kantong. 4. Stapler digunakan untuk menyatukan plastik/kertas Koran pembungkus. F. Prosedur Pelaksanaan 1. Persiapkan peralatan yang diperlukan untuk membungkus buah 2. Bungkus buah yang sudah berumur 50 - 60 hari setelah bunga jadi buah dan bersamaan setelah penjarangan buah 3. Rekatkan kertas dengan stapler dengan bagian bawah tetap berlubang dan masukan kantong plastik lalu diikat bagian atasnya 4. Jumlah buah per bungkus satu buah 5. Jika letak buah terlalu tinggi maka pembungkusan dilakukan dengan menggunakan tangga dan atau besi pengait 6. Catat semua kegiatan yang dilakukan
VII - 2
Standar Operasional Prosedur Pengairan
Nomor JKM.VIII Halaman 1/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
VIII. PENGAIRAN A. Definisi Kegiatan yang dilakukan untuk memberikan air sesuai dengan kebutuhan tanaman/sesuai fase pertumbuhan. B. Tujuan Untuk menyediakan air yang cukup dalam rangka memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. C. Validasi Pengalaman Kelompok Tani Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, dan Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. D. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan antara lain pompa air, pipa air (paralon, selang air, kran air, bahan bakar) bak penampungan. E. Fungsi Alat dan Bahan 1. Pompa air digunakan sebagai alat pemompa air dari sumber air. Pipa air (paralon) digunakan sebagai alat penyalur/distribusi air. 2. Kran air sebagai pengatur aliran air dari pompa. 3. Bak penampungan air berfungsi sebagai alat menampung/ wadah air sebelum didistribusikan.
VIII - 1
Standar Operasional Prosedur Pengairan
Nomor JKM.VIII Halaman 2/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
F. Prosedur Pelaksanaan 1. Siram tanaman dengan irigasi semi manual yang menggunakan pipa lateral atau selang plastik yang dapat dipindahkan. 2. Buat sistem irigasi permukaan yang sesuai kebutuhan kebun dengan cara sistem alur (air dialirkan melalui parit-parit disetiap sisi alur tanaman sesuai kebutuhan misalnya 1-2 minggu sekali), Sistem irigasi mikro, 3. Amati pada pemberian air dikebun, jangan sampai air menggenang pada lahan kebun. 4. Air selalu tersedia di parit untuk memenuhi ketersediaan air dalam budidaya jambu kristal 5. Setelah panen pohon perlu banyak air untuk memulihkan dari keadaan stres ke keadaan normal dan di ikuti dengan pemupukan berkadar N yang tinggi. 6. Catat setiap kegiatan penyiraman pada kartu kendali.
VIII - 2
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JKM.IX Halaman 1/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
IX. PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT). A. Definisi Kegiatan untuk mengendalikan hama/penyakit dan gulma agar tanaman tumbuh optimal, produksi tinggi dan mutu buah baik. B. Tujuan 1. Untuk menghindari kerugian ekonomi berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas) mutu produk. 2. Menjaga kesehatan tanaman dan kelestarian lingkungan hidup. C. Validasi 1. Undang-Undang No 12 tahun 1992 tentang Sistem budidaya Tanaman. 2. Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman. 3. Keputusan Mentri Pertanian No. 887/Kpts/OP.210/9/97 tentang pedoman Pengendalian Organisme Pengganggu tumbuhan 4. Rekomendasi Pengendalian OPT Buah-buahan. Direktorat Perlindungan Hortikultura 2004. 5. Pengalaman Kelompok Tani Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, dan Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka.
IX - 1
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JKM.IX Halaman 2/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
Beberapa hama dan penyakit penting yang menyerang jambu kristal adalah: HAMA
Lalat buah (Bactrocera dorsalis Hend.)Diptera :Tepritidae Ciri-ciri :
Gambar 4. Serangga lalat buah (Bactrocera dorsalis Hend.) dan gejala serangan lalat buah pada buah jambu kristal
- Ukuran tubuh lalat buah sama dengan besar lalat rumah, namun warnanya coklat kekuning-kuningan dengan dua garis membujur, bersayap dan pinggangnya ramping, mempunyai spot-spot pada muka Gejala serangan : - Lalat betina meletakan telur dalam daging buah jambu kristal pada saat jambu kristal muda, kemudian telurnya menetas menjadi larva. Larva ini mengerogoti daging buah yang hampir matang (masak), sehingga menyebabkan pembusukan buah. Kadang-kadang penampilan buah dari luar tampak mulus, namun di dalamnya sudah membusuk dan penuh larva dari lalat buah. IX - 2
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JKM.IX Halaman 3/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
Pengendalian: Pengendalian hama lalat buah dilaksanakan dengan penerapkan prinsip pengendalian hama terpadu yang berpedoman kepada Undang-Undang Tahun 1992. Cara-cara pengendalian hama lalat buah yang diterapkan dan dipadukan satu sama lain: 1. Pencegahan terhadap serangan lalat buah Pencegahan dapat dilakukan dengan peraturan karantina untuk mencegah masuknya lalat buah dari negara lain, penggerondongan pembungkusan buah dengan menggunakan kantong plastik, pengasapan tujuan untuk mengusir lalat buah yang datang ke pertanaman. 2. Sanitasi kebun Sanitasi kebun ditujukan untuk memutus dan mengganggu daur hidup lalat buah, sehingga perkembangan lalat buah dapat ditekan. Sanitasi kebun dengan cara mengumpulkan buah-buah terserang baik yang telah gugur maupun yang masih berada di pohon kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar atau dibenamkan dalam tanah sedalam 50 cm atau dimasukkan ke dalam kantong plastik/ember yang ditutup rapat, Buah yang ditampung dalam ember selanjutnya dapat dijadikan pupuk organik cair atau MOL (Mikro Organisme lokal)
IX - 3
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JKM.IX Halaman 4/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
3. Penggunaan perangkap dan antraktan Penggunan perangkap dengan umpan utamanya ditujukan untuk memonitor populasi lalat buah yang ada di lapangan. Jika dalam keadaan banyak sekaligus dapat menurunkan populasi lalat buah, pemasangan perangkap lalat buah secara masal dilakukan pada bulan April ditujukan untuk menekan populasi awal musim kemarau, kemudian bulan September dan bulan Nopember. Pengendalian lalat buah menggunakan perangkap dengan antraktan dapat berhasil apabila perangkap dipasang secara terus menerus terorganisir dengan memanfaatkan Regu Pengendali Hama dan terencana dengan baik . Atraktan yang dipakai adalah minyak selasih, air sulingan selasih serta Metyleugenol produksi pabrikan.
Gambar 5. Botol perangkap lalat buah menggunakan atraktan metyleugenol, dan minyak selasih . populasi lalat buah jantan yang tertangkap IX - 4
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JKM.IX Halaman 5/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
4. Pembungkusan buah dengan kantong plastik sejak buah masih kecil , sebesar biji kelereng
Gambar 6. Pembungkus buah jambu kristal sebagai pencegahan
Kutu Perisai/Hama Sisik ( Aspidiostus destructor Signoret) Homoptera: Diaspidae Gejala Serangan : Serangga mengisap cairan daun, sehingga makin lama cairannya habis dan jaringan di sekelilingnya menjadi nekrosis. Pada tingkat serangan berat, permukaan bawah daun akan penuh tertutup lapisan seperti sisik. Pada mermukaan dau sebelah atas terjadi bercak-bercak kuning. Persis di bagian yang bercak-bercak kuning bagian bawahnya terdapat hama sisik, daun menjadi kering kemudian rontok.
IX - 5
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JKM.IX Halaman 6/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
Biologi Kutu betina bulat,datar, transparan dan berwarna putih sampai abu-abu dengan Gris tengah kurang lebih 1,8 mm. kutu jantan berbentuk oval dan lebih kecil dari pada betina. Kutu betina dapat menghasilkan telur 20 – 50 butir. Telur diletakan didalam prisai/dibawah badannya. Nimfa yang baru menetas akan keluar dar prisai, berkelompok di permukaan bawah daun. Periode telur sampai dewasa mencapai 1,5 – 2 bulan. Serangan tinggi terjadi pada musim kering Pengendalian 1. Pengamatan populasi dan kerusakan serangan 2. Sanitasi daun terserang 3. Pemanfaatan musuh alami 4. Penyemprotan dengan Ekstrak insektisida nabati dari daun tembakau, daun Nimba dan lainlain atau menggunakan pestisida sintetik yang diijinkan Kementrian Pertanian dengan menerapakan 5 tepat (tepat sasaran, jenis, waktu, dosis dan cara). Aplikasi pestisida kimia dilakukan apabila cara lain sudah tidak mampu pengendalikan dan serangan telah mencapai ambang ekonomi (AE)
Kutu Aphis (Aphis gossypii Glover) Gejala Serangan : Nimfa dan serangga dewasa mengisap cairan daun. Gejala jarang Nampak jelas, kecuali tanaman terserang berat pada umur muda, maka pertumbuhannya menjadi terhambat (kerdil). Kutu Aphis juga sebagai penular penyakit virus. (Gambar 7). IX - 6
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JKM.IX Halaman 7/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
Gambar 7. Aphis pada daun
Bioekologi Warna tubuh bervariasi, sebagian besar berwarna hijau tua sampai hitam. Aphis berkembang biak secara tidak kawin (parthenogenesis). Kutu betina mencapai dewasa dalam 4- 20 hari tergantung pada suhu. Kutu betina dapat menghasilkan 20 – 140 nimfa dengan kisaran 2 – 9 per hari. Pengendalian : 1. Pengamatan populasi dan kerusakan serangan 2. Sanitasi daun terserang 3. Pemanfaatan musuh alami 4. Penyemprotan dengan Ekstrak insektisida nabati dari daun tembakau, daun Nimba dan lainlain atau menggunakan insektisida sintetik yang diijinkan Kementrian Pertanian dengan menerapakan 5 tepat (tepat sasaran, jenis, waktu, dosis dan cara). Aplikasi pestisida kimia dilakukan apabila cara lain sudah tidak mampu pengendalikan dan serangan telah mencapai ambang ekonomi (AE) IX - 7
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JKM.IX Halaman 8/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
Ulat Daun (Trabala Pllida) Ciri-ciri: - Ulat berbulu lebat, kepala berwarna merah dengan garis-garis kuning. Gejala serangan: - Daun rusak tidak beraturan, bahkan pada tingkat serangan berat menyebabkan tinggal urat-urat daunnya saja (gundul) Pengendalian: 1. Pengamatan populasi dan kerusakan serangan 2. Menjaga kebersihan sekitar pingiran tanaman, membunuh langsung ulat atau memotong bagian tanaman yang terserang berat. 5. Pemanfaatan musuh alami 6. Penyemprotan dengan Ekstrak insektisida nabati dari daun tembakau, daun Nimba dan lainlain atau menggunakan insektisida sintetik yang diijinkan Kementrian Pertanian dengan menerapakan 5 tepat (tepat sasaran, jenis, waktu, dosis dan cara). Aplikasi pestisida kimia dilakukan apabila cara lain sudah tidak mampu pengendalikan dan serangan telah mencapai ambang ekonomi (AE)
IX - 8
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
4.
Nomor JKM.IX Halaman 9/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
Kutu putih (Pseudococcus spp) Homoptera: Pseudococcidae Gejala serangan: - Sekilas terlihat seperti benang-benang dan gumpalan kapas pada tanaman ynag diserang. - Kutu ini menyerang pada bagian belakang dan cabang. - Mengeluarkan cairan madu sehingga mengundang pertumbuhan jelaga. Bioekologi Kutu berbentuk oval dan pada bagian punggung terdapat garis-garis yang diselimuti lapisan lilin tipis. Nimfa muda sangat aktif bergerak dan bergerombol selama 4 minggu pertama. Nimfa menjadi dewasa setelah 37-50 hari. Pengendalian: - Mengurangi kepadatan tajuk tanaman, buah dan menjaga kebersihan lingkungan di sekitar tanaman, karena hama ini menyukai kelembaban. - Mencegah semut dengan member kapur anti semut - Penyemprotan dengan Ekstrak insektisida nabati dari daun tembakau, daun Nimba dan lainlain atau menggunakan insektisida sintetik yang diijinkan Kementrian Pertanian dengan menerapakan 5 tepat (tepat sasaran, jenis, waktu, dosis dan cara). Aplikasi pestisida kimia dilakukan apabila cara lain sudah tidak mampu pengendalikan dan serangan telah mencapai ambang ekonomi (AE) IX - 9
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JKM.IX Halaman 10/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
Gambar 8. Kutu Putih (kiri) dan Serangan pada Daun (kanan) 7.
Ulat Serit (Ploneta Diducta Sn) Ciri – ciri : - Ulat berwarna abu-abu dan badannya di hiasi dengan duriduri berwarna merah atau coklat. Gajala serangan : - Ulat menyerang daun dengan cara memakannya, sehingga helai daun menjadi rusak dan tidak beraturan. Pengendalian : - Cara non-kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun, mengurangi kepadatan tajuk, dan memotong bagian tanaman yang di penuhi ulat untuk segera di musnahkan. - Penyemprotan dengan Ekstrak insektisida nabati dari daun tembakau, daun Nimba dan lainlain atau menggunakan insektisida sintetik yang diijinkan Kementrian Pertanian dengan menerapakan 5 tepat (tepat sasaran, jenis, waktu, dosis dan cara). Aplikasi pestisida kimia dilakukan apabila cara lain sudah tidak mampu pengendalikan dan serangan telah mencapai ambang ekonomi (AE) IX - 10
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JKM.IX Halaman 11/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
PENYAKIT 1.
Busuk Antraknosa Penyebab : - Penyebab penyakit ini adalah cendawan Colletotrichum gleosporioides Penz. Gejala Serangan : - Bagian tanaman yang diserang oleh penyakit ini adalah tunas muda, daun, dan buah. - Tunas muda menampakan gejala nektroik berwarna hitam, ujung tunas menjadi coklat tua, kemudian meluas kebagian oangkal, sehingga menyebabkan mati ujung. - Daun-daun muda menjadi kerting dan terdapat jaringan mati pada bagian tepi daun dan ujungnya berwarna hitam. Pada tingkat serangan yang berat dapat menyebabkan gugurnya daun. - Buah muda yang diserang penyakit ini tampak bercak-bercak kecil sebesar kepal jarum, kemudian bersatu membentuk bulatan besar, sehingga menyebabkan buah menjadi keras dan bergabus. Paling umum serangan penyakit ini adalah pada buah yang mulai matang yang sering kali menyebabkan bagian luar daging buah bercak-bercak. Pada tingkat serangan yang berat dapat menimbulkan gugurnya buah
Gambar 9. Gejala antraknosa pada buah. IX - 11
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JKM.IX Halaman 12/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
Pengendalian: - Usaha pengandalian penyakit ini adalah dengan cara menjaga kebersihan kebun terutama lingkungan di sekeliling piringan tanaman, mengurangi kelembaban dengan cara pemangkasan atau memperlebar jarak tanam atau jarak dengan tanaman sela, dan penyemprotan dengan fungisida alami dengan Ekrtak kulit buah mahoni sereh dan lengkuas atau menggunakan fungisida sintetik buatan pabrik yang berbahan aktif tembaga (Cu) Mankozeb, Propineb, Difenokonazol. 2. Penyakit cekik (Damping Off) Penyebab: - Beberapa cendawan dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini, yaitu Pythium, Rhizoctonia, Fusarium, dan Phytophthora. Namun penyakit damping off pada bibit jambu kristal paling disebabakan oleh cendawan Rhizocthonia solani Kuhn. Gejala serangan: - Tanaman pembibitan yang diserang penyakit ini akan terlihat gejala serangan berupa bercak-bercak gelap pada bagian perakran hingga leher akar. Akibtnya akan menjadi busuk, kering, dan akhirnya tanaman layu secara mendadak.
Gambar 10. Damping off pada benih dan agens hayati Trikoderma viridae IX - 12
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JKM.IX Halaman 13/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
Pengendalian: - Cara pengendalian penyakit ini adalah dengan penggunaan agens hayati Trikoderma viridae bersamaan dengan pemberian pupuk organik atau perendaman stek dengan fungisida sperti benomyl-thiram atau carboxin-thiram. - Metode pengendalian lain adalah dengan sterilisai tanah persemaian dengan fumigansperti methyl bromida, chloropicrin atau dazomet. 3.
Mati Pucuk dan Busuk Batang Penyebab: - Penyebab penyakit ini dalah Phytophthora parasitica Dastur. Gejala Serangan: - Serangan penyakit ini pada daun muda, pada mulanya berupa bercak basah. Kemudian bercak tersebut melebar dengan pola yang tidak teratur menyebabkan daun menjadi berwrna gelap sehingga akhirnya layu. - Pada batang, gejala serangan terlihat adanya bercak basah pada kulit batang berwarna gelap dan karena adanya patogen sekunder, maka menyebabkan kayu batang menjadi busuk. - Pada tanaman asal perbanyakan secara okulasi, gejala penyakit ini terlihat jelas pada tempat sambungan antara batang atas dan bawah. - Gejala pada buah berupa bintik basah pada permukaan kulit buah, maka kelamaan melebar berwarna coklat keabu-abuan dan berair. IX - 13
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JKM.IX Halaman 14/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
Gambar 11. Serangan Phytophthot Parasitica daun
Pengendalian : - Pengendalian dapat dilakukan dengan pemberian agens hayati Trikoderma viridae bersamaan dengan pemberian pupuk organik , atau dengan pemberian PGPR (Planth Growth Promoting Rizobakteria) atau Bakteri pengendali penyakit dan pemacu pertumbuhan yang berbahan aktif Pseudomonas flurescens dan Bacilus subtilis. Penggunaan fungisida alami dengan Ekrtak kulit buah mahoni sereh dan lengkuas atau menggunakan fungisida sintetik buatan pabrik yang berbahan aktif tembaga (Cu) Mankozeb, Propineb, Difenokonazol Pencegahan serangan pada buah adalah dengan membungkus buah. Buah yang telah terserang harus dibuang agar tidak menyebar ke buah lainnya. 4.
Busuk Pangkal Buah. Penyebab : - Penyebab busuk pangkal buah adalah cendawan Phomopsis psidii Nag et Ponapa. IX - 14
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JKM.IX Halaman 15/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
Gejala Serangan : - Pangkal buah tampak bercak-bercak nekrotik (cembung) kecil, kemudian membesar berwarna makin gelap, sehingga seolaholah membentuk gelang. Lambat laun buah membusuk , terutama pada bagian pangkalnya. Pengendalian : - Pengendalian penyakit ini antara lain dengan cara disemprot dengan fungisida alami dengan Ekrtak kulit buah mahoni sereh dan lengkuas atau menggunakan fungisida sintetik buatan pabrik yang berbahan aktif tembaga (Cu) Mankozeb, Propineb, Difenokonazol seperti Benlate, Derosal 60WP dan Delsene MX 200, Coridor 250 EC pada kosentrasi yang dianjurkan.
Gambar 12. Penyakit busuk pangkal buah.
IX - 15
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
5.
Nomor JKM.IX Halaman 16/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
Kanker Berkudis. Penyebab : - Penyebab penyakit ini adalah cendawan Pestalotiopsis psidii (Pat) Mordue Gejala serangan : - Penyakit ini dapat menyerang daun dan buah. - Pada daun terdapat bercak kelabu, sehingga disebut juga penyakit “ bercak daun”. - Semuanya stadia buah dapat diserang penyakit ini dengan menimbulkan gejala bercak-bercak gelap yang kecil, kemudian membesar berwarna coklat tua dan tampak seperti kanker. Pengendalian : - Usaha pengendalian penyakit ini antara lain dengan membungkus (memberongsong) buah, dan memotong bagian tanaman yang terinfeksi untuk dibakar.
Gambar 13. Penyakit kanker berkudis pada buah. IX - 16
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
6.
Nomor JKM.IX Halaman 17/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
Bercak Daun Cercospora. Penyebab : - Penyebabnya adalah cendawan Cercospora psidii Rangel. Gejala Serangan : - Pada daun yang terserang tampak bercak-barcak bulat tidak teratur bentuknya, dan berwarna merah serta bagian tengah ada bercak tersebut berwarna putih. Pengendalian : - Pengendalian penyakit ini antara lain dengan cara memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang sakit dan disemprot fungisida alami dengan Ekrtak kulit buah mahoni sereh dan lengkuas atau menggunakan fungisida sintetik buatan pabrik yang berbahan aktif tembaga (Cu) Mankozeb, Propineb, Difenokonazol fungisida seperti Dithane M-45, Delsene MX 200 dan Coridor 250 EC pada Konsentrasi yang dianjurkan.
7.
Busuk Buah Rhizopus. Penyebab : - Penyebab penyakit ini adalah Rhizopus stolonifer (FR) Lind.
IX - 17
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JKM.IX Halaman 18/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
Gejala serangan : - Luka pada awalnya berupa bintik lunak basah di sekitar bagian buah yang telah dilubangi oleh lalat buah.
Gambar 14. Gejala Busuk Rhizopus pada buah.
- Luka lama kelamaan berwarna coklat terang dan melebar, kadang-kadang sampai menutupi setengah sampai tiga perempat bagian permukaan buah. - Bagian buah yang terserang menjadi lunak, dan daging buah pun menjadi lunak. Pengendalian : - Cara yang terbaik adalah pencegahan dengan membungkus buah (brongsong). - Buah yang terserang segera dibuang, demikian pula buah-buah yang rontok karena serangan hama dan penyakit di sekirat tanaman harus dibuang dan dimusnahkan. IX - 18
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
8.
Nomor JKM.IX Halaman 19/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
Penyakit-penyakit lain. - Busuk buah yang disebabkan oleh cendawan curvularia afhiinis Boed dan Fusarium sp yang dapat menyebabkan busuk kebasah-basahan. - Kanker batang oleh cendawan Physalospora psidii Steven at Pierce yang menyebabkan kulit cabang menjadi pecah-pecah dan seluruh pohon dapat mati. - Karat jambu kristal oleh cendawan Puccinia psidii Wint, yang menyebabkan bintik-bintik kemerahan seperti karat pada daun jambu kristal. Ada pula karat merah yang desebabkan oleh ganggang hijau Cephaleuros virescens Kunse yang menimbulkan bercak bulat berwarna coklat seperti beledu pada daun atau pun buah jambu kristal. - Kadang jelaga yang disebabkan oleh Capnodium sp yang hidup saprofit pada madu yang dihasilkan oleh - kutu-kutu putih, sehingga permukaan daun tertutup oleh lapisan berwarna hitam. - Penyakit yang menyerang akar tanaman muda di pembibitan yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii Sacc. Gejala yang terlihat adalah daun menjadi coklat sehingga seluruh benih berwarna coklat dan akhirnya layu. - Penyakit karena cendawan merah muda yang disebabkan oleh Corticium salmonicolor Berk et br. Penyakit ini menyerang ranting tanaman yang ditandai dengan pertumbuhan miselia cendawan yang berwarna merah muda. Ranting yang terserang lama-kelamaan mengering lalu mati.
IX - 19
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor JKM.IX Halaman 19/20
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
DEFISIENSI HARA. 1.
Defisiensi Kalium (potassium) Gejala pertama kali muncul pada daun yang lebih tua yang ditandai dengan menguningnya daun, selanjutnya daun mengalami nekrotik terutama terutama pada tepi/pinggiran dan ujung daun ( Gambar 15)
Gambar 15. Gejala Defisiensi Kalium. 2. Defisiensi Magnesium. Gejala defisiensi magnesium ditunjukan oleh menguningnya daun. Pada tahap awal berupa bercak kuning di sekitar intervena tulang daun, dan selanjutnya menyebar ke tepi daun sehingga seluruh daun berwarna kuning (Gambar 16).
Gambar 16. Gejala defisiensi Magnesium IX - 20
Standar Operasional Prosedur Sanitasi Kebun
Nomor JKM.X Halaman 1/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
X. SANITASI KEBUN A. Definisi : Menjaga kebersihan lahan dari gulma dan tanaman lain di sekitar kebun yang mengganggu pertumbuhan tanaman jambu kristal serta kotoran lain, seperti: wadah bekas pestisida, wadah bekas pupuk, sampah plastik, dan lain-lain. B. Tujuan : 1. Menciptakan lingkungan tumbuh yang baik bagi tanaman jambu kristal untuk mendapatkan hasil yang optimal. 2. Memutus siklus hama/penyakit C. Validasi : Pengalaman Kelompok Farrel, Desa Trajaya, Kecamatan Majalengka, Pengalaman Kelompok Mekar Mukti, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, Pengalaman Kelompok Mekar Mulya, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, dan Pengalaman Kelompok Tira Trajaya, Desa Trajaya, Kecamatan Palasah. D. Alat dan Bahan : - Sabit/parang - Cangkul - Keranjang - Karung
X-1
Standar Operasional Prosedur Sanitasi Kebun
E.
Nomor JKM.X Halaman 2/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
Fungsi : a. Sabit untuk memotong/memangkas gulma dan bagian tanaman lain yang mengganggu tanaman jambu kristal b. Cangkul untuk membersihkan gulma di permukaan tanah dan menggali lubang sampah c. Keranjang untuk mengangkut seresah dan sampah hasil pembersihan d. Karung untuk tempat mengumpulkan sampah
F. Prosedur Pelaksanaan : 1. Persiapkan peralatan yang diperlukan 2. Kumpulkan buah jambu kristal yang jatuh yang terserang OPT, serasah, gulma, bagian tanaman lalu masukkan ke dalam keranjang atau karung 3. Bawa keranjang atau karung yang sudah penuh dan tuang isi keranjang ke tempat/galian tanah yang telah disiapkan 4. Timbun sampah pada lubang tersebut (sebagai bahan pembuatan kompos) 5. Lakukan pencatatan semua proses yang dilakukan
X-2
Standar Operasional Prosedur Panen
Nomor JKM.XI Halaman 1/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
XI. PANEN A. Definisi : Memetik buah yang siap panen B. Tujuan : Mendapatkan buah jambu kristal yang telah masak optimum atau sesuai keinginan pasar C. Validasi : Pengalaman Kelompok Tani Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, dan Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. D. Alat dan Bahan : - Gunting panen - Sarung tangan - Ember, Keranjang atau kontainer plastik - Besi pengait E. Fungsi : a. Gunting panen untuk memotong ranting buah b. Sarung tangan untuk membungkus tangan c. Ember, Keranjang atau kontainer plastik untuk menampung buah jambu kristal hasil petikan langsung dari pohon d. Besi Pengait digunakan untuk menarik cabang pohon yang jauh
XI - 1
Standar Operasional Prosedur Panen
Nomor JKM.XI Halaman 2/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
F. Prosedur Pelaksanaan : 1. Persiapkan dan bawa peralatan panen ke kebun 2. Gunakan sarung tangan 3. Lakukan pemetikan buah jambu kristal dengan gunting panen dengan cara memotong tangkai buah dengan menyisakan tangkai buah 0.5 - 1 cm dari pangkal. 4. Masukkan buah yang telah dipetik ke dalam ember, bawa dengan hati-hati 5. Bila ember sudah penuh, pindahkan buah dari ember ke keranjang yang dilapisi karung terlebih dahulu/kontainer plastik dengan hati-hati 6. Lakukan pencatatan semua proses kegiatan
XI - 2
Standar Operasional Prosedur Pengumpulan Buah Hasil Panen
Nomor JKM.XII Halaman 1/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
XII. PENGUMPULAN BUAH HASIL PANEN A. Definisi : Mengumpulkan buah hasil panen untuk pengangkutan B. Tujuan : - Untuk memudahkan pengangkutan
dan
memudahkan
mempercepat
proses
C. Validasi : Pengalaman Kelompok Tani Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, dan Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. D. Alat dan Bahan : - Sarung tangan - Pikulan bambu dan tali tambang - Keranjang atau kontainer plastik E. Fungsi : a. Sarung tangan untuk membungkus tangan b. Pikulan bambu dan tali tampar untuk memikul keranjang dari kebun ke tempat pengumpulan c. Keranjang/kontainer plastik untuk menampung buah jambu kristal
XII - 1
Standar Operasional Prosedur Pengumpulan Buah Hasil Panen
Nomor JKM.XII Halaman 2/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
F. Prosedur Pelaksanaan : 1. Persiapkan lokasi yang akan digunakan sebagai tempat pengumpulan (tempat sortasi) dengan persyaratan antara lain ternaungi 2. Mengambil keranjang dengan alat pikul untuk dibawa ke tempat sortasi atau lokasi yang sudah disiapkan 3. Gunakan sarung tangan 4. Masukkan buah hasil sortir ke dalam keranjang yang dilapisi kertas koran/kontainer plastik 5. Lakukan pencatatan semua proses kegiatan
XII - 2
Standar Operasional Prosedur Sortasi dan Pengkelasan
Nomor JKM.XIII Halaman 1/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
XIII. SORTASI DAN PENGKELASAN A. Definisi : Proses memisahkan buah jambu kristal yang bagus dengan yang rusak/jelek Dan mengelompokan buah jambu kristal berdasarkan kelaskelas yang telah ditetapkan B. Tujuan : Untuk mengelompokkan buah jambu kristal sesuai dengan kelasnya C. Validasi : Pengalaman Kelompok Tani Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, dan Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. D. Alat dan Bahan : - Sarung tangan - Keranjang atau kontainer plastik - Timbangan - ATK E. Fungsi : a. Sarung tangan untuk membungkus tangan b. Keranjang/kontainer plastik untuk menampung buah jambu kristal hasil pengkelasan c. Timbangan untuk menimbang buah hasil sortasi dan grading d. ATK untuk mencatat semua kegiatan XIII - 1
Standar Operasional Prosedur Sortasi dan Pengkelasan
Nomor JKM.XIII Halaman 2/2
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
F. Prosedur Pelaksanaan : 1. Lakukan pemilihan dan pisahkan buah jambu kristal yang bagus dan jelek/rusak 2. Lakukan grading dengan menggunakan tangan 3. Penetapan kelas/grading buah jambu kristal Tabel 3. Penetapan Kelas/Grade No.
Grade
Kg
Jumlah Buah
1.
I
1
3-4
2.
II
1
5-6
4. Buah jambu kristal yang telah terseleksi sesuai dengan kelasnya di ambil secara manual dan dimasukkan ke dalam keranjang/kontainer plastik yang telah disediakan dengan hati-hati 5. Lakukan penimbangan sesuai dengan kelasnya 6. Catat semua proses kegiatan yang dilakukan
XIII - 2
Standar Operasional Prosedur Sortasi dan Pengkelasan
Nomor JKM.XIV Halaman 1/3
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
XIV. PENGEMASAN DAN PELABELAN A. Definisi : Proses penempatan buah jambu kristal sesuai dengan kelasnya pada kardus yang berlabel dagang. B. Tujuan : - Untuk menghindari buah agar tidak mengalami kerusakan dan penurunan mutu khususnya pada saat penyimpanan dan pengangkutan - Untuk memberi identitas dan ciri buah C. Validasi : Pengalaman Kelompok Tani Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, dan Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka. D. Alat dan Bahan : - Kardus berlabel dagang/peti - Potongan kertas - Selotape/isolasi - Stempel Grade - Timbangan - Kertas Koran
XIV - 1
Standar Operasional Prosedur Sortasi dan Pengkelasan
Nomor JKM.XIV Halaman 2/3
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
E. Fungsi : a. Kardus berlabel dagang/peti sebagai tempat pengemasan buah b. Potongan kertas untuk mencegah terjadinya benturan antara buah dan antara buah dengan kardus c. Selotape/isolasi untuk merekatkan kardus bagian bawah dan atas d. Stempel Grade untuk identitas grade e. Timbangan untuk menimbang kardus yang berisi buah yang di kemas f. Kertas koran untuk menutup bagian atas buah sebelum kardus ditutup F. Prosedur Pelaksanaan : 1. Persiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan 2. Tutup kardus bagian bawah dan rekatkan dengan selotape 3. Masukkan potongan kertas ke dalam kardus sebagai alas buah 4. Stempel kardus sesuai varietas dan gradenya 5. Timbang kardus bersama potongan kertasnya sebelum diisi buah 6. Masukkan buah jambu kristal sesuai dengan gradenya ke dalam kardus 7. Timbang buah jambu kristal bersama kardusnya sesuai dengan netto label kardus 8. Sebelum ditutup lapisi bagian atas jambu kristal dengan potongan kertas dan kertas koran 9. Kardus ditutup XIV - 2
Standar Operasional Prosedur Sortasi dan Pengkelasan
Nomor JKM.XIV Halaman 3/3
Tanggal 16 Desember 2015 Revisi ............................
10. Label pada kardus mengandung informasi: - Nama Perusahaan - Merk Dagang - Varietas - Berat Bersih - Grade 11. Lakukan pencatatan semua proses kegiatan
Gambar 16. Sortasi dan penimbangan buah
Gambar 17. Buah yang telah dibungkus dimasukkan dalam kardus. XIV - 3
KARTU KENDALI FORM - FORM CATATAN KEGIATAN Untuk memudahkan pelacakan dan konfirmasi kegiatan, maka dalam pembuatan form isian sebaiknya dilakukan berdasarkan blok. Bentuk form tabel isian catatan kegiatan dapat dirubah dan disesuaikan dengan kondisi serta informasi yang dibutuhkan. Berikut disajikan contoh dari form/tabel isian yang dapat digunakan dalam pencatatan kegiatan. I. PERSIAPAN LAHAN Nama Pemilik Alamat Kebun
Tanggal
: :
Blok/ Petak
........................................ ........................................
Luas (ha)
Kondisi / Riwayat Lahan
Nama & Paraf Tindakan Pelaksana
Pengawas
II. PERSIAPAN BENIH Nama Pemilik Alamat Kebun Tanggal
Kondisi Benih
: :
........................................ ........................................ Jumlah Benih
Sumber Benih
Kondisi Benih
Nama & Paraf Harga
Pelaksan a
Penga was
III. PENANAMAN : Nama Pemilik Alamat Kebun
Tanggal
: :
Blok/ Petak
........................................ ........................................ Kondisi Benih
Bahan dan Alat yang digunakan
Luas (ha)
Nama & Paraf Pelaksana
Pengawa s
IV. PEMANGKASAN Nama Pemilik Alamat Kebun
: ........................................ : ...........................................
Blok/ Petak/ no pohon
Tanggal
Fase pertumbu han tanaman
Jumlah (phn)
Kondisi Tanaman
Alat
Nama & Paraf Pelaksana
Pengawas
V. PEMUPUKAN Nama Pemilik Alamat Kebun Tang gal
Blok/ Petak
: : Fase
........................................ ........................................ Luas (ha)
Nama Pupuk
Dosis
Cuaca
Nama & Paraf Pelaksana
Pengawas
VI. PENGAIRAN Nama Pemilik Alamat Kebun Tanggal
: :
........................................ ........................................ Fase Pertum buhan
Blok/ Petak
Luas (ha)
Cara Pengairan
Volume air (ltr)
Nama & Paraf Pelaksana
Pengawas
VII. PENYIANGAN Nama Pemilik Alamat Kebun Tanggal
Blok
: :
........................................ ........................................
Luas Lahan
Jumlah Pekerja
Jam kerja
Perlakuan penyiangan
Penanggung jawab
VIII. PENJARANGAN BUAH Nama Pemilik Alamat Kebun Tanggal
Blok/ Petak
: :
........................................ ........................................ Kondisi buah
Luas (ha)
Jumlah Buah dipetik
Jumlah Buah dipelihara
Nama & Peristiwa
IX. PENGENDALIAN OPT Nama Pemilik Alamat Kebun T gl
Blok / Peta k
: :
........................................ ........................................
Fase Pertum buhan
Luas (ha)
Jenis OPT
Nama Pestisida
Dosis
Cara Aplikasi
Cuaca
Petugas
X. PANEN Nama Pemilik Alamat Kebun Tanggal
: :
Waktu Panen
........................................ ........................................ Blok/ Petak
Jumlah Produksi (kg)
Luas (ha)
Nama & Paraf Pelaksana
Pengawas
XI. PASCA PANEN Nama Pemilik Alamat Kebun
Tanggal
Jumlah (kg)
: :
........................................ ........................................
Kebersihan tempat
Kebersihan Alat
% dalam Kelas A
XV
B
Nama & Paraf % Rusak C
Pelaksana
Pengawas
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1992, Bercocok Tanam Buah-buahan seri Jambu Air, Jambu kristal, dan Jambu mete, Direktorat Bina Produksi Holtikultura, Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan. Jakarta Kwee, L.T dan Chong, K.K 1990. Guava in Mlaysia, Production Pests and Diseases. Tropical Press SDN. BHD, Kuala Lumpur. Mlaysia. Pantastico, ER.B. 1989. Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfataan Buah-buhan dan Syur-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press. Yogayakarta. Prihmantoro, H. 2002. memupuk Tanman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. Rukamana, R. 1996. tabulampot Jambu kristal. Penerbit Kanisus. Jakarta. Widodo, W.D. 1995. pemangkasan Pohon Buah-buhan. Penebar Swadaya. Jakarta.
XVI
TIM PENYUSUN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR JAMBU KRISTAL KABUPATEN MAJALENGKA I. PENANGGUNG JAWAB
: Ir. Obas Firmansyah, MP Kepala Bidang Produksi Tanaman Hortikultura II. KETUA PELAKSANA : Adang, SP.MP Kepala Seksi Buah-buahan dan Tanaman Hias III. TIM PENYUSUN/NARASUMBER : NO
NAMA
JABATAN
1
Adang, SP.MP
Kepala Seksi Buah-buahan dan Tanaman Hias, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
2
Nana Supriana
Kepala Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka
3
Ir. Dedeh Sri Adesih, MP
Kepala Seksi Buah dan Tanaman Hias, Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka
4
Windy Widya Hendiyani, SP
THL-POPT, Kabupaten Majalengka
5
Irpan Sismaya
Mantri Tani Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka
6
Karmi
Mantri Tani Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka
7
Agustina Heriyanto
Petani Jambu Kristal, Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka
8
Iman
Petani Jambu Kristal, Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka
NO
NAMA
JABATAN
9
Salka
Petani Jambu Kristal, Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka
10
Runah Heri
Petani Jambu Kristal, Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka
11
Surjaya
Petani Jambu Kristal, Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka
12
Hali
Petani Jambu Kristal, Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka
13
Nani
Petani Jambu Kristal, Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka
14
Nomi
Petani Jambu Kristal, Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka
15
Uti
Petani Jambu Kristal, Desa Jayi, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka
16
Kartia
Petani Jambu Kristal, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka
17
Mardi
Petani Jambu Kristal, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka
18
Susnaedi
Petani Jambu Kristal, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka
19
Feri Yohanto
Petani Jambu Kristal, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka
20
Angkin
Petani Jambu Kristal, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka
21
Anta Wiranta
Petani Jambu Kristal, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka
NO
NAMA
JABATAN
22
Omo Sarma
Petani Jambu Kristal, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka
23
Udi
Petani Jambu Kristal, Desa Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka
24
Adang
Petani Jambu Kristal, Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka
25
Sutisna
Petani Jambu Kristal, Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka
26
Safaat Arga TP
Petani Jambu Kristal, Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka
27
Muhaman
Petani Jambu Kristal, Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka
28
Dasim
Petani Jambu Kristal, Desa Trajaya, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka
29
Doddy Muchlis, SP
Pelaksana pada Bidang Produksi Tanaman Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
30
Siti Fatimah, SP
Pelaksana pada Bidang Produksi Tanaman Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
31
Harry Yudhitama, ST
Pelaksana pada Bidang Produksi Tanaman Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
NO
NAMA
JABATAN
32
Andi Supandi
Pelaksana pada Bidang Produksi Tanaman Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
33
Gian Lukisandy K, SP.MP
Pelaksana pada Bidang Produksi Tanaman Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
IV.
EDITOR
:
1.
Andi Supandi Pelaksana Pada Bidang Produksi Tanaman Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
2.
Gian Lukisandy K, SP.MP Pelaksana Pada Bidang Produksi Tanaman Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
XVII