PANDUAN IUCN / SSC UNTUK RE-INTRODUKSI Disiapkan oleh SSC (Re-introduction Specialist Group) Disetujuai oleh Rapat Dewan IUCN ke-41 di Gland Switzerland, May 19950
PENGANTAR Kebijakan mengenai berbagai panduan IUCN telah dirancang oleh Kelompok Pakar Re-introduksi (Reintroduction Specialist Group) dari Komisi Penyelamatan Spesies (Species Survival Commission 1 ) IUCN, dalam rangka merespon meningkatnya program-program re-introduksi yang ada di seluruh dunia, dan sebagai konsekuensi dari meningkatnya kebutuhan akan tersedianya panduan-panduan kebijakan yang spesifik untuk membantu dan menjamin bahwa kegiatan re-introduksi mencapai keuntungan konservasi yang diharapkan, dan tidak menyebabkan pengaruh negatif yang lebih besar. Meskipun IUCN mengembangkan sebuah Kertas Posisi tentang Translokasi Organisme Hidup (Translocation of Living Organism) pada tahun 1987, namun panduan-panduan yang lebih detil dirasakan penting terutama dalam menyediakan pembahasan yang lebih komprehensif terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dalam berbagai praktek re-introduksi. Panduan-panduan ini dimaksudkan sebagai suatu petunjuk untuk berbagai prosedur yang berguna bagi program-program re-introduksi dan tidak dimaksudkan sebagai suatu kode etik yang kaku. Banyak hal yang lebih relevan dengan program re-introduksi menggunakan individu-individu spesies yang ditangkarkan dari pada program-program translokasi spesies liar. Hal-hal lainya terutama berkaitan dengan spesies-spesies yang secara global terancam punah dan spesies liarnya hanya tersedia dalam jumlah yang sangat terbatas. Setiap usulan re-introduksi seharusnya ditinjau secara-hati-hati menyangkut kelayakan individunya. Perlu dicatat bahwa program re-introduksi selalu merupakan proses yang panjang, kompleks dan mahal. Re-introduksi atau translokasi spesies untuk jangka pendek atau tujuan-tujuan olah raga dan komersial di mana tidak ada maksud mengembangkan suatu populasi yang berdaya hidup (viable) merupakan isu yang berbeda dan di luar jangkauan panduan-panduan ini. Dokumen ini dimaksudkan untuk meliput seluruh kelompok flora dan fauna, oleh sebab itu sifatnya umum. Dokumen ini akan direvisi secara teratur. Buku pegangan untuk kegiatan re-introduksi masingmasing kelompok satwa dan tumbuhan akan dikembangkan di masa depan. KONTEKS Kegiatan re-introduksi dan translokasi yang terus meningkat telah mendorong terbentuknya Kelompok Pakar Re-introduksi dari Komisi Penyelamatan Spesies IUCN. Satu prioritas kelompok ini adalah memperbaharui Kertas Posisi atau Pernyataan Posisi (Position Statement) IUCN tahun 1987 tentang Translokasi Organisme Hidup yang dikonsultasikan dengan komisi-komisi lain di IUCN. Penting dipahami bahwa Panduan-panduan yang ada dilaksanakan dalam konteks kebijakan-kebijakan IUCN yang lebih luas sesuai tuntutan konservasi keragaman hayati dan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan. Filosopi pengelolaan dan konservasi lingkungan IUCN dan ‘badan-badan’ lainya dinyatakan dalam dokumen-dokumen kunci seperti “Caring for the Earth” atau “Merawat Bumi” dan “Global Biodiversity Strategy” atau “Strategi Keragaman-hayati Global” yang mencakup tema-tema yang luas dari perlunya pendekatan-pendekatan yang melibatan masyarakat dan mendorong partisipasi mereka dalam konservasi sumberdaya alam yang berkelanjutan, peningkatan kualitas kehidupan manusia yang menyeluruh serta kebutuhan untuk mengkonservasi, jika perlu, merestorasi berbagai ekosistem. Berkenaan dengan itu, re-introduksi suatu spesies merupakan suatu contoh spesifik kegiatan restorasi di mana, biasanya, hanya spesies ini yang hilang. Restorasi penuh suatu kelompok jenis tumbuhan dan satwa sudah jarang dicoba dewasa ini. Restorasi spesies tunggal kelompok flora dan fauna semakin sering dilakukan di seluruh dunia. Ada yang berhasil tapi banyak pula yang gagal. Karena bentuk pengelolaan ekologis ini semakin umum maka menjadi prioritas bagi Kelompok Pakar Reintroduksi Komisi Penyelamatan Spesies IUCN untuk mengembangkan panduan-panduan sehingga reintroduksi bisa berhasil dan bisa dipertanggungjawabkan , di mana selanjutnya dunia konservasi bisa belajar satu sama lain dari masing-masing inisiatif yang dilakukan, baik yang berhasil maupun yang gagal.
1
Panduan-panduan untuk menentukan prosedur penempatan akhir spesies-spesies yang disita dari perdagangan dikembangkan secara terpisah oleh IUCN 1
Diharapkan bahwa panduan-panduan ini, berdasarkan pada studi kasus yang luas, sejarah dan konsultasi yang intensif berbagai disiplin ilmu, akan lebih menghadirkan kehati-hatian dalam menyajikan berbagaikonsep, rancangan, kelayakan dan pelaksanaan re-introduksi karena keragaman spesies dan kondisi yang terlibat. Maka merupakan prioritas mengembangkan panduan-panduan yang langsung menjadi alat bantu yang praktis bagi perencanaan, persetujuan atau pelaksanaan kegiatan-kegiatan reintroduksi. Oleh sebab itu, target utama dari panduan-panduan ini lebih diarahkan kepada para praktisi (biasanya pengelola atau ilmuwan) dari pada para pembuat keputusan dalam pemerintahan. Panduanpanduan yang dikhususkan bagi kelompok kedua tersebut akan membahas isu-isu hukum dan kebijakan secara lebih dalam. 1. DEFINISI ISTILAH Re-introduksi adalah suatu usaha mengembangkan suatu spesies 2 di dalam suatu kawasan yang pernah menjadi sejarah penyebaranya, dari kawasan tersebut spesies itu sudah hilang atau punah 3 (“Reestablishment” atau “Pengembangan kembali” merupakan sinonim tetapi istilah re-introduksi nampaknya lebih diterima). Translokasi adalah perpindahan individu-individu atau populasi liar yang disengaja dari satu bagian wilayah jelajah mereka ke bagian yang lain. Re-inforcement/Supplementation atau Suplementasi adalah penambahan individu-individu anggota spesies yang sama kepada suatu populasi spesies yang ada. Benign Introductions atau Introduksi “Aman” adalah suatu usaha mengembangkan suatu spesies, untuk tujuan konservasi, di luar penyebaran yang pernah dilaporkan tapi masih di dalam suatu kawasan yang secara habitat dan eko-geografis-nya cocok. Ini akan merupakan perangkat konservasi yang layak jika tidak ada lagi kawasan yang tersisa di dalam wilayah historis penyebaran spesies dimaksud.
2. MAKSUD DAN TUJUAN RE-INTRODUKSI a. Maksud: Tujuan utama dari program re-introduksi apapun seharusnya untuk mengembangkan suatu populasi di alam yang berdaya hidup dan dapat bergerak bebas dalam wilayah jelajahnya baik pada tingkat spesies, anak spesies atau ras, yang baik secara lokal maupun global sudah punah, atau dihilangkan dari habitat alaminya. Mereka seharusnya direintroduksikan dalam habitat alami yang secara historis pernah menjadi habitat dan wilayah jelajah alaminya serta perlu disiapkan pengelolaan minimal jangka panjangnya. b. Tujuan Tujuan suatu re-introduksi termasuk meningkatkan kualitas keberlangsungan hidup jangka panjang suatu spesies; mengembangkan kembali suatu spesies kunci (yang dianggap penting baik secara ekologis atau budaya) dalam suatu ekosistem; menjaga dan atau mengembalikan keragaman hayati alami; secara lokal dan nasional menyediakan keuntungan-keuntungan ekonomis jangka panjang; mempromosikan kepedulian dan kesadaran konservasi; atau suatu kombinasi dari tujuan-tujuan diatas. 3. PENDEKATAN MULTI DISIPLIN Suatu program re-introduksi membutuhkan suatu pendekatan yang multi disiplin dan melibatkan suatu tim dengan berbagai latar belakang. Termasuk dalam tim ini adalah aparat pemerintah, termasuk orangorang pemerintah yang menangani masalah sumber daya alam, Lembaga Swadaya Masyarakat, Badan Dana, Universitas, Institusi atau Jawatan yang mengurus masalah satwa, Kebun Binatang (dan para penangkar satwa) dan Kebun Raya, semua dengan keahliannya masing-masing. Para pemimpin tim harus bertanggung jawab dalam masalah koordinasi antara berbagai kelompok tersebut. Kerja sama ini seharusnya diformalkan dan dipublikasikan sebagai bahan pendidikan masyarakat mengenai program re-introduksi.
2
Unit taksonomi yang dirujuk dalam dokumen ini adalah spesies (species), mungkin unit taksonomi yang lebih rendah seperti anak spesies atau ras sepanjang didefinisikan dengan jelas. 3 Suatu takson dinyatakan punah jika tidak ada lagi keraguan bahwa individu terakhir sudah mati. 2
4. KEGIATAN-KEGIATAN PRA PROGRAM 4a. ASPEK BIOLOGIS (i) Studi kelayakan dan latar belakang penelitian
Evaluasi status taksonomi individu-individu yang akan direintrodusksikan harus dibuat. Mereka mungkin dari anak spesies atau ras yang sama dari yang sudah hilang/punah, kalau tidak jumlah yang dibutuhkan dan layak secara kualitas dan kuantitas tidak tersedia. Penelusuran informasi sejarah mengenai kehilangan dan nasib individu-individu dari kawasan reintroduksi, juga studi mengenai aspek molekuler-genetis harus dilakukan untuk memastikan status taksonomis individuindividu tersebut. Studi variasi genetis didalam dan antara populasi dari taksa yang bersangkutan juga bisa bermanfaat dan membantu. Diperlukan penanganan khusus ketika suatu populasi sudah lama punah.
Studi lengkap status dan biologi populasi liar (jika spesies masih ada) harus dibuat untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan kritis spesies-spesies yang ada. Untuk satwa, termasuk deskripsideskripsi mengenai habitat preferensi, variasi-variasi intraspesifik dan adaptasi terhadap kondisikondisi ekologis lokal, perilaku sosial, komposisi kelompok, ukuran daerah jelajah, shelter dan persyaratan makanan, perilaku makan dan mencari makan, pemangsa, dan penyakit. Untuk spesies pengembara, studi harus memasukan kawasan-kawasan potensial untuk bermigrasi. Untuk tumbuhan, termasuk persyaratan habitat biotik dan abiotik, mekanisme-mekanisme penyebaran, biologi reproduktif, hubungan-hubungan simbiotis (misalnya dengan mycorrhizae, berbagai polinator), hama serangga, dan penyakit. Secara keseluruhan, pengetahuan mengenai sejarah spesiesspesies yang jadi pertanyaan tersebut sangat krusial bagi keseluruhan skema re-introduksi.
Jika ada spesies yang memenuhi kawasan yang sebelumnya kosong karena hilangnya spesies yang bersangkutan, harus ditentukan; penting adanya pemahaman mengenai akibat terhadap ekosistem berkaitan dengan spesies yang dire-introduksikan untuk menelusuri keberhasilan populasi yang direintroduksikan.
Pengembangan Komposisi populasi yang dilepaskan harus dilakukan dalam berbagai kondisi, sehingga didapat jumlah dan komposisi yang optimal dari individu-individu yang akan dilepaskan per tahun dan jumlah tahun yang diperlukan untuk mengembangkan suatu populasi yang berdaya hidup.
Suatu Analisa Viabilitas Habitat dan Populasi (Population and Habitat Viability Analysis) akan membantu mengidentifikasikan variabel-variabel lingkungan dan populasi yang signifikan dan mengevaluasi interaksi-interaksi potensialnya, yang mungkin bisa menyediakan petunjuk bagi pengelolaan populasi jangka panjang.
(ii) Program-program re-introduksi sebelumnya
Penelitian yang menyeluruh kegiatan-kegiatan re-introduksi spesies yang sama sebelumnya dan pengembangan kontak seluas mungkin dengan orang yang memiliki keahlian yang relevan harus dilakukan sebelum dan ketika sedang mengembangkan protokol re-introduksi.
(iii) Pemilihan tipe dan tempat pelepasan
Tempat pelepasan harus di dalam wilayah historis spesies tersebut. Untuk suatu program penguatan awal, tempat pelepasan itu harus memiliki sedikit sisa individu yang liar. Untuk suatu program reintroduksi, tempat pelepasan itu harus bebas dari individu yang tersisa untuk mencegah penyebaran penyakit, kekacauan sosial, dan introduksi gen-gen asing. Dalam beberapa keadaan, suatu program re-introduksi atau penguatan mungkin harus dibuat dalam suatu kawasan yang dipagar atau dibatasi tapi harus di dalam habitat dan wilayah historis spesies tersebut.
Suatu program Introduksi ‘Aman’ mungkin dilaksanakan hanya sebagai tempat terakhir kalau tidak ada lagi peluang-peluang untuk melakukan re-introduksi ke dalam tempat pelepasan asalnya atau 3
wilayah historis yang ada dan hanya dalam kondisi dimana akan menghasilkan suatu kontribusi yang signifikan bagi konservasi spesies. Kawasan re-introduksi harus menjamin perlindungan jangka panjang (apakah formal atau sebaliknya).
(iv) Evaluasi tempat re-introduksi
Ketersediaan habitat yang cocok: program-program re-introduksi seharusnya hanya ada dimana persyaratan-persyaratan lanskap dan habitat terpenuhi dan kemungkinan untuk dipertahankan. Kemungkinan perubahan habitat alami sejak proses penghilangan (extirpation) harus dipertimbangkan. Demikian juga perubahan lingkungan dalam aspek legal, politis dan budaya sejak proses penghilangan perlu di pastikan dan dievaluasi sebagai pembatas yang mungkin. Kawasan tempat pelepasan harus mempunyai daya dukung yang cukup untuk menjamin pertumbuhan populasi yang di-re-introduksi-kan dan untuk mendukung suatu populasi yang berdaya hidup dalam jangka panjang.
Identifikasi dan eliminasi , atau reduksi sampai jumlah yang mencukupi, dari sebab-sebab penurunan sebelumnya: mungkin termasuk penyakit; perburuan yang berlebihan; koleksi yang berlebihan; polusi; racun; persaingan dengan predator lain atau dimangsa predator yang juga merupakan spesies yang diintroduksikan; kehilangan habitat; efek merugikan dari program-program penelitian dan pengeloaan sebelumnya; persaingan dengan binatang ternak lokal yang mungkin terjadi musiman. Di mana tempat pelepasan sudah mengalami degradasi akibat aktifitas manusia, maka program restorasi habitat harus di-inisiasi sebelum re-introduksi dilaksanakan.
(v) Ketersediaan spesies yang cocok untuk pelepasan
Diharapkan sumber spesies yang cocok untuk pelepasan berasal dari populasi liar. Jika ada pilihan bagi populasi liar untuk menyuplai persediaan spesies untuk translokasi, populasi sumber harus idealnya dan secara genetis berhubungan erat dengan sumber spesies asli asalnya dan menunjukan karekteristik-karakteristik ekologis serupa (morfologi, fisiologi, perilaku dan habitat preferensi) terhadap sub-populasi asalnya.
Pemindahan individu-individu untuk re-introduksi tidak boleh membahayakan persediaan spesies hasil penangkaran atau sumber persediaan dari alam. Persediaan ini harus dijamin tersedia secara teratur dan bisa dipastikan dan memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh protokol program reintroduksi.
Individu-individu mungkin dipindahkan dari suatu populasi yang liar hanya setelah efek-efek translokasi pada populasi donor sudah dievaluasi dan sudah dijamin bahwa efek-efek ini tidak merusak.
Jika sumber satwa hasil penangkaran atau hasil perbanyakan buatan akan digunakan harus berasal dari suatu populasi yang sudah dikelola dengan baik, secara demografis dan genetis dan menurut prinsip-prinsip biologi konservasi kontemporer.
Perogram re-introduksi seharusnya tidak dilaksanakan semata-mata hanya karena persediaan spesies hasil penangkaran melimpah dan tidak pula dijadikan pembuangan stok spesies yang mengalami kelebihan.
Pelepasan spesies yang prospektif, termasuk spesies-spesies yang merupakan hadiah atau pertukaran antar pemerintah, harus melalui proses pemeriksaan yang ketat jawatan satwa yang berwenang sebelum pengapalan dari sumber asalnya. Spesies apa pun yang ditemukan terinfeksi atau positif berpenyakit non-endemik dan menular yang disebabkan virus, bakteri atau mikro-organisme sejenis serta memiliki akibat yang potensial pada level populasi harus segera dipindahkan dan dibatalkan pengirimanya, dan yang tidak terinfeksi harus ditempatkan dalam karantina yang ketat untuk jangka waktu yang cukup sebelum dites kembali. Jika pengetesan kembali menunjukan hasil yang baik spesies-spesies tersebut bisa dikirimkan.
4
Karena infeksi oleh penyakit yang berbahaya bisa terjadi selama pengapalan, terutama jika kegiatan pengapalan antar benua, maka penanganan yang ekstra hati-hati harus dilakukan untuk mengurangi resiko penularan atau infeksi.
Suplai spesies (stok) harus memenuhi semua persyaratan kesehatan yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang negara penerima dan jika diperlukan persyaratan-persyaratan yang cukup harus dibuat untuk proses karantina
(vi) Pelepasan spesies hasil penangkaran
Kebanyakan spesies mamalia dan burung sangat bergantung pada pengalaman individual dan belajar ketika usia muda (juvenile) untuk mempertahankan hidupnya; Mereka harus diberi kesempatan untuk memperoleh segala informasi yang dibutuhkan melalui latihan-latihan yang diberikan dalam kondisi buatan agar nanti bisa memiliki kemampuan mempertahankan hidup di habitat yang alami; kemungkinan tingkat kesuksesan satu individu hasil penangkaran kira-kira seperti tingkat kesuksesan individu liar yang sejenis.
Penanganan yang hati-hati harus dilakukan untuk menjamin bahwa spesies-spesies hasil penangkaran yang potensial berbahaya (seperti primata atau karnivora besar) tidak begitu terbiasa dengan kehadiran manusia yang mungkin membahayakan penduduk lokal dan binatang ternaknya.
4b. SOSIAL EKONOMI DAN ASPEK LEGAL
Program-program re-introduksi umumnya merupakan kegiatan jangka panjang yang juga membutuhkan komitmen dan dukungan keuangan serta kebijakan jangka panjang.
Berbagai studi sosio-ekonomi harus dilakukan untuk mengevaluasi akibat, biaya dan keuntungan program re-introduksi bagi populasi manusia.
Evaluasi sikap masyarakat lokal terhadap program re-introduksi yang diusulkan diperlukan untuk menjamin perlindungan jangka panjang populasi yang dire-introduksikan, khususnya jika penyebab penurunan spesies diakibatkan oleh faktor manusia (misalnya perburuan yang berlebiahan, koleksi yang berlebihan dan kehilangan habitat). Program re-introduksi harus sepenuhnya dimengerti, diterima dan didukung oleh masyarakat lokal di tempat pelepasan.
Jika keamanan populasi yang diintroduksikan terganggu oleh aktifitas manusia langkah-langkah harus segera diambil untuk mengurangi dampaknya terutama di kawasan re-introduksi. Jika langkah-langkah yang diambil tidak cukup mengatasi dampak yang timbul maka re-introduksi sebaiknya dihentikan atau mencari kawasan-kawasan alternatif untuk pelepasan.
Kebijakan negara terhadap program re-introduksi dan terhadap spesies yang di introduksikan harus dievaluasi. Ini mungkin termasuk mempelajari peraturan dan undang-undang pemerintah lokal dan nasional serta internasional, dan penyediaan pelayanan yang berhubungan dengan ketetapanketetapan baru serta izin-izin yang diperlukan jika dibutuhkan.
Program re-introduksi mungkin dilakukan dengan keterlibatan dan dukungan penuh semua institusi pemerintah yang relevan dari negar-negara penerima. Ini terutama penting dalam program reintroduksi di kawasan-kawasan perbatasan atau melibatkan lebih dari satu negara atau jika satu populasi yang di-introduksi-kan bisa berkembang melewati batas negara, provinsi atau wilayah teritori lain.
Jika spesies yang dire-introduksikan memiliki resiko potensial bagi kehidupan atau properti yang ada, resiko-resiko ini harus diminimalisasikan dan langkah yang tepat segera diambil sebagai kompensasi selama diperlukan; Jika semua solusi gagal pemindahan atau penghilangan individu yang dire-introduksikan harus dipertimbangkan. Dalam kasus spesies-spesies yang melakukan migrasi atau berpindah-pindah maka langkah-langkah yang diambil harus mempertimbangkan kewenangan-kewenangan menyangkut kebijakan perbatasan internasional atau negara. 5
5. PERENCANAAN, PERSIAPAN DAN TAHAP-TAHAP PELEPASAN
Persetujuan dari institusi-institusi pemerintah dan para pemilik lahan yang relevan dan koordinasi dengan organisasi-organisasi konservasi nasional dan internasional.
Membangun sebuah tim dengan latar belakang beragam (multi disiplin) yang memiliki akses kepada para pakar untuk semua fase program
Identifikasi indikator-indikator keberhasilan jangka pendek dan panjang serta perkiraan lamanya program dalam konteks maksud dan tujuan yang sudah ditetapkan dan disetujui
Pastikan ketersediaan dana untuk semua fase program.
Persiapkan rancangan program pemantauan pra dan paska pelepasan sehingga masing-masing program re-introduksi merupakan kegiatan yang dirancang dengan hati-hati serta dengan kapabilitas yang ada juga menguji metodologi yang digunakan dengan memanfaatkan data yang dikumpulkan secara ilmiah. Pemantauan kesehatan setiap individu disamping kesuksesan mempertahankan hidup juga penting; intervensi dilakukan jika situasi terbukti atau menjadi tidak kondusif.
Pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan genetis suplai spesies yang akan dilepaskan termasuk spesies-spesies yang dipertukarkan sebagai hadiah antar pemerintahan. Pemeriksaan kesehatan untuk spesies yang berhubungan sangat erat di dalam kawasan introduksi.
Jika suplai spesies (stok) yang akan dilepaskan adalah hasil tangkapan dari alam maka penanganannya harus menjamin bahwa a) stok spesies bebas dari penyakit menular yang disebabkan oleh virus, bakteri dan mikro-organisme sejenis atau parasit-parasit sebelum pengapalan, dan b) stok spesies tidak dibiarkan terhadap sumber-sumber pembawa penyakit yang mungkin ada ditempat pelepasan (tapi tidak ada di tempat asal spesies) di mana spesies-spesies yang akan dilepaskan itu tidak memiliki ketahanan atau kekebalan yang diperlukan.
Jika vaksinasi sebelum pelepasan, untuk melindungi stok spesies dari penyakit-penyakit endemik atau epidemik binatang liar atau binatang ternak, dianggap perlu maka vaksinasi ini harus dilaksanakan selama “Masa Persiapan” untuk memberikan waktu yang cukup berkembangnya kekebalan tubuh yang diperlukan.
Saran-saran pihak berwenang yang menangani satwa atau masukan aspek hortikultural diperlukan untuk menjamin kesehatan stok spesies yang dilepaskan selama kegiatanprogram. Ini termasuk penanganan karantina yang memadai, terutama jika stok spesies dikapalkan dalam jarak yang jauh atau menyeberangi batas-batas internasional sebelum mencapai lokasi pelepasan.
Pengembangan rencana-rencana transportasi untuk pengangkutan stok spesies ke negara tujuan dan tempat re-introduksi, dengan penekanan khusus pada cara-cara mengurangi ketegangan (stress) pada setiap individu selama proses transportasi.
Penetapan strategi pelepasan (aklimatisasi stok spesies yang akan dilepaskan terhadap lokasi pelepasan; melatih perilaku stok spesies-termasuk berburu dan mencari pakan/mangsa; komposisi kelompok, jumlah, teknik dan pola pelepasan; waktu yang tepat). Pengembangan kebijakan-kebijakan menyangkut intervensi-intervensi (lihat dibawah!).
Pengembangan kegiatan pendidikan konservasi untuk dukungan jangka panjang; penyediaan pelatihan profesional bagi orang yang terlibat dalam program jangka panjang; kegiatan hubungan masyarakat melalui media masa dan komunitas lokal; dimana memungkinkan keterlibatan masyarakat lokal dalam program.
Kesejahteraan spesies-spesies untuk kegiatan pelepasan merupakan masalah penting dari seluruh tahapan ini.
6
6. KEGIATAN-KEGIATAN PASKA PELEPASAN
Pemantauan paska pelepasan diperlukan untuk semua individu atau beberapa sampel. Aspek yang paling vital mungkin dengan metoda-metoda langsung (seperti penandaan, telemetry) atau tidak langsung (seperti tanda atau jejak, informan) Studi-studi demografis, ekologis dan perilaku sumber spesies (stock) yang dilepaskan harus dilaksanakan.
Studi proses-proses adaptasi jangka panjang oleh individu-individu dan populasi.
Koleksi dan investigasi kasus-kasus kematian.
Melakukan intervensi-intervensi (misalnya pemberian pakan tambahan; bantuan pihak berwenang bidang satwa; masukan-masukan hortikultural) sesuai kebutuhan.
Keputusan-keputusan untuk melakukan revisi, jadwal ulang atau penghentian program sesuai kebutuhan.
Meneruskan perlindungan dan restorasi habitat sesuai kebutuhan.
Meneruskan kegiatan-kegiatan hubungan masyarakat (public relation) termasuk pendidikan dan peliputan oleh media masa.
Evaluasi efektifitas biaya dan keberhasilan teknik-teknik re-introduksi.
Publikasi teratur baik untuk literatur ilmiah maupun populer.
The IUCN/SSC Re-introduction Specialist Group (RSG) adalah suatu kelompok dengan berbagai disiplin ilmu (tidak seperti kebanyakan Kelompok Pakar Komisi Penyelamatan Spesies (Species Survival Commission atau SSC) yang mengurusi satu kelompok taksonomis), meliputi ruang lingkup yang luas jenis tumbuhan dan satwa. RSG memiliki jaringan internasional yang luas dan program pangkalan data dan perpustakaan khusus re-introduksi. RSG menerbitkan News Letter tahunan : RE-INTRODUCTION NEWS Jika Anda praktisi re-introduksi atau tertarik dalam program-program re-introduksi, silakan kontak: Mr. Pritpal S. Soorae Senior Conservation Officer IUCN/SSC Re-introduction Specialist Group (RSG) Environmental Research & Wildlife Development Agency (ERWDA) P.O. Box 45553 Abu Dhabi United Arab Emirates (UAE) Tel: (D/L) 971-2-693-4650 or general line: 693-4628 Fax: 971-2-681-7361 E-mail:
[email protected]
7