PENGARUH PERLAKUAN PEMECAHAN DORMANSI TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH KOPI LIBERIKA TUNGKAL JAMBI (Coffea liberica var. liberica cv. Liberika Tungkal Jambi)
Sri Wira Karina1), Elis Kartika2), dan Sosiawan Nusifera2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi
[email protected] 1) Alumni Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jambi ABSTRAK Kopi Liberika Tungkal Jambi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang penting di Provinsi Jambi. Benih kopi membutuhkan waktu 6 – 8 minggu untuk berkecambah dalam kondisi lingkungan normal. Lamanya waktu perkecambahan ini dapat diatasi dengan metode pemecahan dormansi benih. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jambi dari bulan Januari sampai bulan Maret 2017, dengan tujuan mendapatkan perlakuan terbaik pemecahan dormansi benih pada perkecambahan kopi Liberika Tungkal Jambi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap sederhana dengan perlakuan pemecahan dormansi benih, terdiri dari 5 taraf yaitu : kontrol, pengupasan kulit benih, perendaman benih dalam air panas, perendaman benih dalam H2SO4, dan penyimpanan benih pada suhu rendah. Peubah yang diamati adalah kadar air benih, hitungan pertama, kecepatan tumbuh benih, daya berkecambah, keserempakan berkecambah, persentase benih tidak tumbuh, dan bobot kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemecahan dormansi benih mampu mempercepat dan meningkatkan perkecambahan kopi Liberika Tungkal Jambi. Perlakuan pengupasan kulit benih merupakan perlakuan terbaik dalam pemecahan dormansi kopi Liberika Tungkal Jambi. Kata kunci: Pemecahan Dormansi, Perkecambahan, Kopi Liberika Tungkal Jambi
PENDAHULUAN Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor perkebunan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini mampu meningkatkan devisa negara melalui sumbangannya terhadap nilai ekspor yang terus meningkat. Provinsi Jambi menduduki posisi ke 13 dengan luas areal dan produksi perkebunan kopi terbesar di Indonesia. Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan Kabupaten yang menjadi sentra budidaya kopi Liberika Tungkal
1
Jambi (Libtujam) di Provinsi Jambi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Tanjung Jabung Barat (2015), pada tahun 2011 terjadi penurunan produktivitas tanaman kopi Libtujam. Tahun 2013, terjadi penurunan baik dari segi luas areal maupun produktivitas. Namun, pada tahun 2014, luas areal perkebunan kopi libtujam kembali meningkat, tetapi tidak disertai dengan peningkatan produktivitasnya. Hal ini diduga karena telah dilakukannya replanting guna meningkatkan produksi dan produktivitas kopi di Provinsi Jambi. Replanting dilakukan karena kondisi tanaman kopi Libtujam yang ada saat ini sudah tua, umurnya mencapai 40-50 tahun sedangkan umur ekonomis harapannya 30 tahun. Oleh karena itu, perlu dilakukan peremajaan guna memperbaiki kualitas perkebunan kopi masyarakat. Salah satu kegiatan dalam upaya peremajaan tanaman kopi adalah penyediaan bibit kopi berkualitas. Untuk memperoleh bibit kopi yang berkualitas baik, maka dalam perbanyakan secara generatif membutuhkan benih yang bermutu baik. Benih kopi merupakan salah satu tanaman yang memiliki masa dormansi yang cukup lama. Menurut Najiyati dan Danarti (2009), untuk mencapai stadium serdadu (hipokotil tegak lurus) butuh waktu 4-6 minggu, sementara untuk mencapai stadium kepelan (membukanya kotiledon) membutuhkan waktu 8-12 minggu. Lamanya masa dormansi tersebut diakibatkan oleh hambatan fisik dan kulit benihnya yang keras. Keadaan ini mengakibatkan sulitnya air dan oksigen dalam menembus kulit benih serta menghalangi pertumbuhan embrio. Pemecahan dormansi kulit benih dapat dilakukan dengan berbagai metode skarifikasi yaitu secara mekanik, fisik, dan kimiawi. Pengupasan kulit benih merupakan cara pemecahan dormansi yang paling sederhana. Hasil penelitian Muniarti dan Zuhry (2002) menjelaskan bahwa kulit benih kopi robusta yang dikupas dengan persentase pengupasan 100% (dikupas seluruhnya) dapat mempercepat perkecambahan dari hari ke 40 dan 60 setelah semai (tanpa pengupasan kulit) menjadi hari ke 27 dan 60 setelah semai. Salah satu metode skarifikasi secara fisik yaitu perendaman benih dalam air suhu tinggi pada waktu tertentu. Desmawan et al. (2011) melaporkan bahwa perendaman benih kopi dengan suhu awal 90°C dan waktu perendaman 30 menit dilakukan selama 7 hari berurut-turut dapat meningkatkan indeks vigor dan daya
2
tumbuh benih kopi sebesar 77,71%. Selain perendaman benih dalam air panas, metode skarifikasi fisik juga dapat dilakukan dengan cara penyimpanan benih pada suhu rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyanti (2009) dalam Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (2013), menyatakan bahwa penyimpanan benih pada suhu 10°C selama 12 jam mampu mempercepat laju perkecambahan benih kopi arabika. Secara kimia dilakukan dengan cara perendaman menggunakan larutan asam kuat seperti H2SO4. Penelitian yang terkait dengan penggunaan H2SO4 pernah dilakukan oleh Hedty et al. (2014), perlakuan terbaik untuk uji viabilitas benih kopi arabika adalah perendaman benih pada larutan H2SO4 dengan konsentrasi 20% dan air kelapa dengan konsentrasi 100% yang menunjukkan persentase perkecambahan sebesar 86,66% dan persentase pertumbuhan kecambah sebesar 30,46%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemecahan dormansi pada perkecambahan benih kopi Liberika Tungkal Jambi dan
mendapatkan
perlakuan
terbaik
pemecahan
dormansi
benih
pada
perkecambahan kopi Liberika Tungkal Jambi.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2017. Penelitian ini disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan pemecahan dormansi yang terdiri dari 5 taraf : p0 = Kontrol p1 = Pengupasan kulit benih p2 = Perendaman benih dalam air panas p3 = Perendaman benih dalam larutan H2SO4 p4 = Penyimpanan benih pada suhu rendah Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali sehingga diperoleh 25 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan dibutuhkan benih sebanyak 625 butir 3
ditambah dengan 225 butir benih untuk pengukuran kadar air. Sehingga jumlah seluruh benih yang dibutuhkan adalah 850 butir benih. Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi kadar air benih, hitungan pertama,
kecepatan
tumbuh
benih,
daya
berkecambah,
keserempakan
berkecambah, persentase benih tidak tumbuh, dan bobot kering. Data hasil penelitian terlebih dahulu diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Kolmogorov-smirnov dan homogenitsnya dengan menggunakan uji Levene. Selanjutnya data yang teruji normal dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (Anova) kemudian untuk melihat perbedaan dilanjutkan dengan uji Duncan dengan taraf α = 5 %. Analisis dilakukan dengan bantuan software yang meliputi SPSS 16.0 untuk uji normalitas, Minitab 1.6 untuk uji homogenitas serta software DSAASTAT 1.2 untuk Anova dan DMRT.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Kadar Air Benih Rata-rata kadar air benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata kadar air benih pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Kadar Air (%) Kontrol 32,78 b Pengupasan kulit benih 43,15 a Perendaman benih dalam air panas 31,14 b Perendaman benih dalam larutan H2SO4 34,72 b Penyimpanan benih pada suhu rendah 35,82 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%.
Berdasarkan Tabel 1, persentase kadar air benih tertinggi terdapat pada perlakuan pengupasan kulit benih dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara itu, pada perlakuan kontrol, perendaman benih dalam air panas, perendaman benih dalam larutan H2SO4 dan perendaman benih dalam larutan H2SO4 tidak berpengaruh nyata diantaranya.
4
2. Hitungan Pertama Rata-rata uji hitung pertama benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata uji hitung pertama pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Hitungan Pertama (Hari) Kontrol 45,2 bc Pengupasan kulit benih 31,4 d Perendaman benih dalam air panas 53,6 a Perendaman benih dalam larutan H2SO4 43,2 c Penyimpanan benih pada suhu rendah 46,4 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%.
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa perlakuan pengupasan kulit benih memiliki waktu perkecambahan tercepat dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara itu, perlakuan yang memiliki waktu paling lama untuk berkecambah yaitu perendaman benih dalam air panas namun tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Perlakuan kontrol juga tidak berbeda nyata dengan penyimpanan benih pada suhu rendah. 3. Kecepatan Tumbuh Benih Rata-rata uji kecepatan tumbuh benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata uji kecepatan tumbuh benih pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Kecepatan Tumbuh Benih (kec/hari) Kontrol 0,4808 b Pengupasan kulit benih 1,1838 a Perendaman benih dalam air panas 0,0744 c Perendaman benih dalam larutan H2SO4 0,4898 b Penyimpanan benih pada suhu rendah 0,4254 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%.
Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa perlakuan pengupasan kulit benih memiliki kemampuan tumbuh tercepat dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sementara itu, perlakuan yang memiliki kemampuan tumbuh paling lama untuk berkecambah yaitu perendaman benih 5
dalam air panas yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Namun, terdapat pengaruh tidak nyata diantara perlakuan kontrol, perendaman benih dalam larutan H2SO4, dan penyimpanan benih pada suhu rendah. 4. Daya Berkecambah Rata-rata daya berkecambah benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata daya berkecambah pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Daya Berkecambah (%) Kontrol 88,80 a Pengupasan kulit benih 96,00 a Perendaman benih dalam air panas 15,20 b Perendaman benih dalam larutan H2SO4 91,20 a Penyimpanan benih pada suhu rendah 77,60 ab Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%.
Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa persentase daya berkecambah tertinggi diperoleh pada perlakuan pengupasan kulit benih, namun terdapat pengaruh tidak nyata bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol, perendaman benih dalam larutan H2SO4, dan penyimpanan benih pada suhu rendah. Perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah juga tidak berpengaruh nyata dengan perlakuan perendaman benih dalam air panas. 5. Keserempakan Berkecambah Rata-rata keserempakan berkecambah benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata keserempakan berkecambah pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Keserempakan Berkecambah (%) Kontrol 82,40 bc Pengupasan kulit benih 96,00 a Perendaman benih dalam air panas 13,60 d Perendaman benih dalam larutan H2SO4 88,80 ab Penyimpanan benih pada suhu rendah 74,40 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%.
6
Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa perlakuan pengupasan kulit benih memiliki persentase keserempakan berkecambah tertinggi dan tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan perendaman benih dalam larutan H2SO4. Sementara itu, perlakuan perendaman benih dalam larutan H2SO4 tidak berbeda nyata dengan kontrol, namun kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah. Persentase keserempakan berkecambah terendah diperoleh pada perlakuan perendaman benih dalam air panas dan berbeda nyata bila dibandingkan perlakuan lainnya. 6. Persentase Benih Tidak Tumbuh Rata-rata persentase benih tidak tumbuh benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata Persentase benih tidak tumbuh pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Persentase benih tidak tumbuh (%) Kontrol 11,20 bc Pengupasan kulit benih 4,00 d Perendaman benih dalam air panas 85,60 a Perendaman benih dalam larutan H2SO4 10,40 cd Penyimpanan benih pada suhu rendah 22,40 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%.
Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa pada perlakuan perendaman benih dalam air panas memiliki Persentase benih tidak tumbuh paling tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara itu, persentase benih tidak tumbuh terendah diperoleh pada perlakuan pengupasan kulit benih tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan perendaman benih dalam larutan H2SO4. Namun, perlakuan perendaman benih dalam larutan H2SO4 tidak berbeda nyata dengan kontrol, begitu juga dengan kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah 7. Bobot Kering Rata-rata bobot kering benih kopi Libtujam akibat perlakuan pemecahan dormansi disajikan pada Tabel 7.
7
Tabel 7. Rata-rata bobot kering pada perlakuan pemecahan dormansi kopi Libtujam Perlakuan Bobot Kering (g) Kontrol 1,05912 a Pengupasan kulit benih 1,05784 a Perendaman benih dalam air panas 0,16324 b Perendaman benih dalam larutan H2SO4 1,20220 a Penyimpanan benih pada suhu rendah 1,11066 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5%.
Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa rata-rata bobot kering terendah diperoleh pada perlakuan perendaman benih dalam air panas dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, sementara itu pada perlakuan kontrol, pengupasan kulit benih, perendaman benih dalam larutan H2SO4, dan penyimpanan benih pada suhu rendah, tidak berpengaruh nyata diantara perlakuan tersebut. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa perlakuan pemecahan dormansi benih berpengaruh terhadap perkecambahan kopi Libtujam. Pengupasan kulit benih memiliki hasil terbaik dibandingkan perlakuan lainnya, seperti terlihat pada peubah kadar air benih (Tabel 1), hitungan pertama (Tabel 2), kecepatan tumbuh benih (Tabel 3), daya berkecambah (Tabel 4), keserempakan berkecambah (Tabel 5), dan persentase benih tidak tumbuh (Tabel 6). Pada peubah kadar air benih, perlakuan pengupasan kulit benih memiliki persentase kadar air tertinggi, hal ini disebabkan karena struktur kulit tanduk lebih kering dibandingkan embrio. Meskipun begitu, perlakuan pengupasan kulit benih tidak berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah, kondisi ruang simpan memiliki kelembaban yang tinggi dimana lingkungan sekitarnya dipenuhi oleh uap air sehingga dapat meningkatkan kadar air pada benih. Menurut Rozen et al (2016), benih bersifat higroskopis, sehingga kandungan uap air yang tinggi dalam ruang penyimpanan dapat menyebabkan benih menyerap air dari sekitarnya dan meningkatkan kadar air benih. Sementara
8
itu, perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena proses penyerapan air terhalang oleh kulit benih yang keras. Meskipun benih telah diberikan perlakuan, namun air yang terserap oleh kulit benih langsung di transfer ke permukaan embrio sehingga jumlah air yang berada pada kulit benih berkurang. Pada peubah daya berkecambah, persentase daya berkecambah tertinggi diperoleh pada perlakuan pengupasan kulit benih, namun terdapat pengaruh tidak nyata bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol, perendaman benih dalam larutan H2SO4, dan penyimpanan benih pada suhu rendah. Hal ini dapat diartikan bahwa keempat perlakuan tersebut dapat meningkatkan daya perkecambahan, namun setiap perlakuan memiliki persentase perkecambahan yang berbeda-beda. Kondisi ini disebabkan karena mekanisme kerja setiap perlakuan tidak sama. Seperti halnya perlakuan pengupasan kulit benih yang memiliki persentase daya berkecambah tertinggi disebabkan karena kulit benih yang dihilangkan sehingga tidak adanya penghalang proses imbibisi, berikutnya kontrol disebabkan karena benih ditumbuhkan pada kondisi yang normal, dan perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah yang disebabkan karena kelembaban yang tinggi pada ruang simpan sehingga dapat menyebabkan benih menyerap air lebih banyak dari sekitarnya. Pengaruh tidak nyata juga terlihat pada peubah keserempakan berkecambah dan bobot kering apabila pengupasan kulit benih dibandingkan dengan perlakuan perendaman benih dalam larutan H2SO4. Hal ini disebabkan karena larutan asam sulfat mampu melunakan kulit benih sehingga memudahkan proses imbibisi. Pengupasan kulit benih merupakan perlakuan terbaik, hal ini disebabkan karena dengan dikupasnya kulit benih, benih akan kontak langsung dengan air selain itu penyerapan oksigen terjadi secara langsung tanpa adanya penghalang kulit benih. Air memegang peranan penting dalam perkecambahan karena air yang diserap benih akan mengembangkan embrio dan endosperma selain itu suplai O2 akan meningkat sehingga sel-sel benih lebih aktif dalam proses pencernaan, asimilasi, dan respirasi (Kamil, 1992). Meningkatnya proses imbibisi dan suplai oksigen dapat mengaktifkan proses metabolisme dalam benih yang pada akhirnya dapat mempercepat munculnya kecambah, seperti terlihat pada peubah hitungan
9
pertama dan kecepatan tumbuh benih (Tabel 2 dan 3). Pada peubah hitungan pertama menunjukkan perkecambahan yang seharusnya terjadi pada hari ke 44 setelah semai (6 minggu) menjadi hari ke 31,4 setelah semai (4 minggu). Begitu juga halnya dengan peubah kecepatan berkecambah, perlakuan pengupasan kulit benih memiliki kecepatan perkecambahan sebesar 1,1838 per hari. Perlakuan terbaik berikutnya setelah pengupasan kulit benih adalah perendaman benih dalam larutan H2SO4. Pada peubah hitungan pertama, perlakuan ini menghasilkan hari perkecambahan tercepat setelah pengupasan kulit benih yaitu pada hari ke 43,2 setelah semai (Tabel 2). Begitu juga dengan kecepatan berkecambah, perlakuan perendaman benih dalam larutan H2SO4 memiliki kecepatan perkecambahan sebesar 0,4898 per hari (Tabel 3). Hal ini disebabkan karena larutan H2SO4 mampu melunakkan kulit biji sehingga biji lebih mudah untuk menyerap air yang diperlukan dalam proses imbibisi. Sadjad (1993) menjelaskan bahwa H2SO4 dapat membebaskan koloid yang bersifat hidrofil pada kulit benih sehingga tekanan imbibisi meningkat dan akan meningkatkan penyerapan
benih
terhadap
air.
Hal
ini
mampu
meningkatkan
daya
perkecambahan (Tabel 4) dan keserempakan berkecambah (Tabel 5). Perlakuan terbaik berikutnya adalah kontrol. Perlakuan kontrol merupakan perlakuan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah dan perendaman benih dalam air panas. Hal tersebut dapat diamati dari peubah hitungan pertama (Tabel 2), kecepatan tumbuh benih (Tabel 3), daya berkecambah (Tabel 4), keserempakan berkecambah (Tabel 5), persentase benih tidak tumbuh benih (Tabel 6), dan bobot kering kecambah (Tabel 7). Hal ini diduga karena perlakuan kontrol benih dikecambahkan pada kondisi lingkungan yang secara normal baik untuk perkecambahan, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai. Sementara itu, tidak sama halnya dengan perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah dan perendaman benih dalam air panas. Perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah menunjukkan pengaruh yang tidak terlalu signifikan bila dibandingkan dengan kontrol. Namun pada peubah kadar air benih, perlakuan penyimpanan benih pada suhu rendah memiliki persentase kadar air tertinggi (Tabel 1). Hal ini diduga karena kondisi ruang
10
simpan memiliki kelembaban yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kadar air pada benih. Menurut Rozen et al (2016), benih bersifat higroskopis, sehingga kandungan uap air yang tinggi dalam ruang penyimpanan dapat menyebabkan benih menyerap air dari sekitarnya dan meningkatkan kadar air benih. Meskipun begitu, uap air yang diserap oleh benih masih terbatas, hal ini disebabkan karena masih adanya inhibitor berupa kulit benih yang keras sehingga proses imbibisi terhalang. Perlakuan perendaman benih dalam air panas memiliki hasil yang paling rendah terhadap peubah hitungan pertama (Tabel 2), kecepatan tumbuh benih (Tabel 3), daya berkecambah (Tabel 4), keserempakan berkecambah (Tabel 5), dan bobot kering (Tabel 7). Rendahnya peubah-peubah tersebut, disebabkan persentase benih mati yang tinggi, yaitu 85,60% (Tabel 6). Perendaman benih dengan suhu tinggi diduga terjadi karena adanya kerusakan embrio akibat suhu air perendaman yang terlalu tinggi. Temperatur tertentu dapat menyebabkan terjadinya disintegrasi lapisan kulit benih sehingga membuat benih permeabel terhadap air, namun pada suhu air yang terlalu tinggi diasumsikan air panas bukan hanya merusak kulit benih tapi juga merusak embrio sehingga menyebabkan benih tidak dapat tumbuh dengan baik (Farhana et al, 2013).
KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang didapat setelah dilakukannya penelitian ini, adalah : 1. Perlakuan pemecahan dormansi benih mampu mempercepat dan meningkatkan perkecambahan Kopi Liberika Tungkal Jambi. 2. Perlakuan pengupasan kulit benih merupakan perlakuan terbaik dalam pemecahan dormansi Kopi Liberika Tungkal Jambi.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Tanjung Jabung Barat. 2015. Tanjung Jabung Barat Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Tanjung Jabung Barat. Jambi Cahyanti, Eka. 2009. Pengaruh Perlakuan Pemecahan Dormansi Benih Pada Perkecambahan Kopi Arabika Klon USDA (Coffea Arabica L.). [tesis]. Malang : Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
11
Farhana, D., Ilyas, S., Budiman, F. 2013. Pematahan Dormansi Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jaq.) dengan Perendaman Dalam Air Panas dan Variasi Konsentrasi Ethepon. J. Bul. Agrohorti 1 (1) : 72 -78 Desmawan, P., Rohmanti, R., dan Nasrullah. 2011. Pengaruh Suhu dan Lama Perendaman Benih Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Awal Bibit Kopi Arabika (Coffea arabica (LENN)). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Hedty, Mukarlina, dan Turnip, M. 2014. Pemberian H2SO4 dan Air Kelapa pada Uji Viabilitas Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.). J. Probiont 3 (1) : 711 Kamil, J. 1992. Teknologi benih. Angkasa Raya. Bandung Muniarti, dan Zuhry, E. 2002. Peranan Gibberellin Terhadap Perkecambahan Benih Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre) Tanpa Kulit. J. Sagu 1 (1) : 1-5 Najiyati S, dan Danarti. 2009. Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Penebar Swadaya. Jakarta Rozen, N., Thaib, R., Darvis, I., Firdaus. 2016. Pematahan Dormansi Benih Enau (Arenga pinnata) dengan Berbagai Perlakuan serta Evaluasi Pertumbuhan Bibit di Lapangan. J. Biodiv Indon 2 (1) : 27 - 31 Sajad, S., Hari, S., Sri, S.H., Jusup, S., Sugihharsono dan Sudarsono. 1993. DasarDasar Teknologi Benih. Biro Penataran. Institut Pertanian Bogor. Bogor
12