Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Pokok Bahasan Pranata dan Penyimpangan Sosial Siswa Kelas VIII C Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) Negeri 2 Slogohimo Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2013/2014 Sri Harwanti Guru SMP Negeri 2 Slogohimo Wonogiri. Alamat: Sokoboyo, Slogohimo, Wonogiri Absrak, Tujuan penelitan ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe think pair share pokok bahasan pranata dan penyimpangan sosial pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Slogohimo Tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Slogohimo kabupaten Wonogiri. Subyek penelitian ini yaitu siswa kelas VIII C semester genap SMP N 2 Slogohimo kabupaten Wonogiri dan waktu penelitiannya yaitu dari bulan Januari sampai bulan Februari, penelitian tindakan kelas ini dengan menggunakan dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi maupun refleksi. Sedangkan analisa data penulis menggunakan data-data yang dikumpulkan dengan teknik analisis kritis. Dari penelitian yang telah dikaji ini didapat hasil penelitian, bahwa pemberian bimbingan yang berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi profesionalisme guru serta meningkatkan prestasi belajar IPS melalui metode pembelajaran Think Pair Share di SMP Negeri 2 Slogohimo Kabupaten Wonogiri dengan tingkat kemampuan yang lebih baik. Dari hasil pengolahan data tersebut, diperoleh nilai rata-rata 75,94 dan persentase kentuntasan belajar pada Siklus I sebesar 76,47%, pada Siklus II nilai rata-ratanya sebesar 81,06 dan persentase ketuntasan belajar 88,24%. Hasil ini menunjukan adanya peningkatan pada tiap siklus, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan Penggunaan Metode Peembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Slogohimo Kabupaten Wonogiri. Kata-kata Kunci: Pembelajaran Type Think Pair Share, Prestasi Belajar.
25
26
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 23, NOMOR 1, MARET 2014
The Use of Cooperative Learning Method of Think Pair Share Type to Improve Social Science Learning Achievement for the Convention and Social Deviation Theme to the VIIIC Students of SMP N 2 Slogohimo Wonogiri, in the Academic Year of 2013/2014 Sri Harwanti Guru SMP Negeri 2 Slogohimo Wonogiri. Alamat: Sokoboyo, Slogohimo, Wonogiri Abstract, The objective of this research is to improve Social Science learning achievement by using cooperative learning method of Think Pair Share Type for the convention and social deviation topic to the VIIIC students of SMPN 2 Slogohimo Wonogiri, in the academic year of 2013/ 2014. This research was carried out in SMPN 2 Slogohimo Wonogiri. The subject of this research was the students of VIIIC class of even semester in SMPN 2 Slogohimo Wonogiri and it was done from January to February. This Classroom action research uses two cycle in which each cycle consists of planning, implementing, observing and reflecting. Even though, in analysing data, the writer uses the data which are collected by using critical analysis. The result of this research states that the implementatin of the continuation guiede can improve the competence of teacher professionalism and improve the students achievement of social science subject by using learning method of Think Pair Share type in SMPN 2 Slogohimo Wonogiri with the better ability level. From the data analysis, it is obtained that the average score is 75, 94 and the percentage of passing grade is 76, 47% in cycle I and the average score is 81, 06 and the passing grade is 88, 24% in cycle II. The result shows that there is any increasing for each cycle so it can be conclude that the using of cooperative learning method of Think Pair Share type can improve the students learning achievement of social science subject of the VIIIC class in SMP N 2 Slogohimo Wonogiri. Keywords: learning of Think Pair Share Type, learning achievement
Pendahuluan Banyak siswa yang pemahaman konsepnya rendah, beberapa konsep dasar yang harus diketahui oleh siswa berkaitan dengan mata pelajaran hanya diketahui atau dihapal siswa pada saat menjelang pembelajaran. Hal ini tentu akan mempengaruhi proses belajar mengajar selanjutnya, sebab pemahaman terhadap konsep berkaitan erat dengan pemahaman konsep pada konsep berikutnya. Selain pemahaman konsep yang rendah, aktifitas belajar siswa juga rendah. Siswa hanya menunggu tugas yang di berikan oleh guru, selebihnya tidak ada aktifitas oleh siswa. Dapat dikatakan inisiatif siswa rendah, atau bahkan hampir tidak ada, karena itu aktifitas proses belajar mengajar lebih banyak berlangsung satu arah. Selain hal tersebut disebagian siswa memandang pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kurang penting karena tidak ikut dalam Ujian Nasional (UN), sehingga minat yang dicapai masih jauh dari harapan. Faktor penyebab dari rendahnya minat dan partisipasi siswa tersebut adalah metode pembelajaran yang kurang bervariasi. Kecenderungan guru mempergunakan metode ceramah yang dianggap paling sesuai dan dapat di terapkan untuk menyampaikan pelajaran. Kecenderungan tersebut diperkuat oleh persepsi umum yang berlaku selama ini bahwa sudah menjadi tugas guru untuk mengajar dan memberikan siswa dengan bermacam-
Sri Harwanti, Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif ... 27 macam informasi dan pengetahuan, sehingga guru oleh siswa dipandang sebagai sosok yang paling tahu dan sebagai sumber informasi. Bertumpu pada kenyataan tersebut untuk merangsang dan meningkatkan peran aktif siswa baik secara individual dan kelompok terhadap proses pembelajaran IPS maka masalah ini harus ditangani dengan mencari model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru sebagai pengajar dan fasilitator harus mampu melakukan pembelajaran yang menyenangkan, menggairahkan sehingga akan diperoleh minat yang maksimal. Kenyataan selama ini kegiatan belajar mengajar masih didominasi guru yaitu kegiatan satu arah dimana penuangan informasi dari guru ke siswa dan hanya dilaksanakan dan berlangsung di sekolah, sehingga hasil yang dicapai siswa hanya mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum, teori hanya pada tingkat ingatan. Proses pembelajaran yang didominasi oleh guru dan siswa tidak ikut terlibat aktif, mengakibatkan minat dan partisipasi siswa untuk mengikuti pelajaran menjadi rendah. Siswa cenderung menjadi obyek atau bersikap pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa lebih banyak menunggu penyajian guru daripada mencari atau menemukan sendiri pengetahuan atau ketrampilan bahkan sikap yang mereka butuhkan. Dari hasil pengamatan pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Slogohimo Kabupaten Wonogiri diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa dalam belajar IPS masih rendah yaitu belum mencapai KKM. Hal ini dibuktikan dengan nilai yang didapat siswa kelas VIII C 60% dari kelas VIII C mendapat nilai dibawah 75 (KKM). Dari uraian di atas penulis merasa tertarik untuk menerapkan salah satu metode pembelajaran sebagai alternatif pemecahannya. Metode pembelajaran yang dimaksud yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dimana metode pembelajaran ini memberikan waktu lebih banyak untuk siswa berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Selain itu pula pembelajaran kooperatif ini, pada siswa dituntut untuk lebih mengutamakan keaktifan serta mengutamakan kerjasama antar siswayang satu dengan siswa yang lainnya. Berdasarkan hal-hal di atas, maka penulis pada penelitian ini akan meneliti benarkah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ? Untuk menjawab pertanyaan ini perlu dilakukan penelitian. Berdasarkan latar belakan g di atas muncul permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah ada peningkatan prestasi belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pokok bahasan pranata dan penyimpangan sosial pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Slogohimo Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2013/ 2014 ?”. Tujuan penelitian ini adalah utuk meningkatkan prestasi belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pokok bahasan pranata dan penyimpangan sosial pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Slogohimo Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2013/2014. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagi siswa, dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS); (2) Bagi Guru, dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran dikelas sehingga konsep-konsep IPS dapat dipahami dengan baik oleh siswa dengan melalui pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS); (3) Bagi Sekolah, sebagai masukan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran khususnya IPS; (4) Bagi Peneliti, sebagai pengalaman dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan proses pembelajaran khususnya pembelajaran IPS; dan (5) Bagi Perpustakaan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang beekepentingan.
28
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 23, NOMOR 1, MARET 2014
Pembelajaran IPS, banyak para ahli yang mengemukakan pengertian tentang belajar, diantaranya adalah seperti pendapat dari Morgan dalam Suprijono (2011: 3) "Learning maybe defined is any relatively permanent change in behavidr which occurs as a result of experience or practices". Artinya: "Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang mana sebagai hasil dari pengalaman dan latihan". Menurut Syah (2010: 87) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menurut Suyono dan Hariyanto (2011: 9) belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya . Sedangkan menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa belajar adalah merupakan suatu cerminan atau kesimpulan yang mantap pada penampilan atau tingkah laku potensial dengan akibat dari praktek pengalaman situasi pada masa lalu. Belajar akan lebih berhasil apabila dilakukan dengan sebaik-baiknya dan dilaksanakan didasarkan pada prinsip belajar yang benar menurut Suprijono (2009: 4) dijelaskan sebagai berikut: (a) Prinsip belajar adalah perubahan perilaku; (b) Belajar merupakan proses; dan (c) Belajar merupakan bentuk pengalaman. Prestasi belajar adalah suatu hasil usaha yang telah dicapai oleh siswa yang mengadakan suatu kegiatan belajar disekolah dan usaha yang dapat menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku (Winkel. 2005.). Menurut Syah (2004: 141) "Prestasi belajar adalah setiap macam kegiatan belajar menghasilkan sesuatu perubahan yang khas yaitu hasil belajar". Dari pengertian tentang prestasi belajar tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari kegiatan belajaryang dicapai. Adapun tinggi rendahnya prestasi belajar seseorang tidaklah sama. Ada siswa yang memiliki prestasi belajar yang baik adapula yang memiliki prestasi belajar yang buruk, tergantung bagaimana siswa itu dalam belajarnya. Siswa yang sungguh-sungguh dalam belajarnya akan mendapat prestasi yang baik dan memuaskan, dan siswa tersebut akan lebih baik dan giat dalam belajarnya. Berbeda dengan siswa yang kurang bersungguh-sungguh dalam belajarnya akan mendapatkan prestasi belajar yang rendah sehingga tidak memuaskan hatinya. Prestasi belajar dapat diukur dan dievaluasi langsung dengan tes dan hasil inilah yang disebut dengan prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang meliputi perubahan tingkah laku, perubahan sikap, perubahan kebiasaan, perubahan kualitas penguasaannya. Prestasi belajar dapat juga digunakan untuk mengetahui kualitas materi pelajaran yang diberikan sampai dimana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan. Selain itu prestasi belajar siswa merupakan hasil belajar yang bisa menentukan perubahan sikap. Metode pembelajara adalah pedoman berupa program atau petunjuk yang dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan penggunaan metode pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar, tanpa metode pembelajaran yang nyata, guru sering kali mengembangkan pola pembelajaran yang hanya berdasarkan pada pengalaman masa lalu dan intuisi. Metode
Sri Harwanti, Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif ... 29 pembelajarannya itu adalah: (1) Metode pembelajaran konvensional, pembelajaran konvensional merupakan sistem pembelajaran yang biasa digunakan oleh sekolah-sekolah pada umumnya. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 459) disebutkan bahwa konvensional adalah tradisional. Jadi, metode konvensionaal adalah pembelajaran secara klasikal dengan menggunakan metode pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran siswa. Metode yang digunakan adalah metode ceramah untuk menjelaskan materi; dan (2) Metode pembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam satu kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Menurut Suprijono (2009: 54) pembelajaran kooperatif konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentukbentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan- pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individual ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih` banyak menyatakan hasil belajar dari pada pengalaman pembelajaran tradisional. Manfaat pembelajaran kooperatif sebagai berikut: (a) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas; (b) Meningkatkan rasa harga diri; (c) Memperbaiki sikap terhadap guru dan sekolah; (d) Memperbaiki kehadiran; (e) Saling memahami adanya perbedaan individu; (f) Mengurangi perilaku yangg menggangu; (g) Memperdalam pemahaman; (h) Meningkatkan motivasi; (i) Meningkatkan hasil belajar; dan (j) Meningkatkan perbaikan budi, kepekaan dan toleransi. Strategi Think Pair Share berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu yang dikembangkan oleh Suprijono (2011: 91). Mereka mengungkapkan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektik untuk mengganti susana pola diskusi kelas. Dengan anggapan bahwa semua resitasi membutuhkanpengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir untuk merespon dan saling membantu. Adapun tahap-tahap yang diterapkan pada Think Pair Share adalah sebagai berikut: (a) Langkah 1: Seperti namanya “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan pada mereka memikirkan jawabannya; (b) Langkah 2: Selanjutnya , “Pairing”, pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkanya melalui intersubyektif dengan pasangannya; dan (c) Langkah 3: Hasil diskusi intersubyektif tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “Sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara integratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya.
30
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 23, NOMOR 1, MARET 2014
Kerangka berfikir merupakan aktivitas yang ditempuh siswa dengan tujuan untuk membentuk sikap/perilaku budi pekerti yang baik dalam kehidupan sehari-hari disekolah, dirumah, dimasyarakat, bangsa dan negara. Tujuan pembelajaran dapat diduga tercapai apabila guru dalam menyampaikan materi pelajaran menggunakan metode yang sesuai terhadap materi yang disampaikan dengan metode kooperatif/belajar kelompok, sehingga siswa merasa senang dan saling membantu satu sama lainya. Penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran diduga dapat meningkatkan prestasi belajar dalam proses pembelajaran, sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Melihat kelebihan dan kekurangan metode kooperatif/belajar kelompok pada pembelajaran IPS untuk kelas VIII C di SMP Negeri 2 Slogohimo Kabupaten Wonogiri dimungkinkan akan dapat meningkatkan prestasi belajar IPS. Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan, dites, atau diuji atau kebenaranya. (Arikunto, 2010: 110). Berdasarkan landasan teori, kerangka berfikir, dan permasalahan yang diajukan, hipotesis yang penulis ajukan adalah sebagai berikut : “Ada peningkatan prestasi belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pokok bahasan pranata dan penyimpangan sosial pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Slogohimo Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2013/2014”. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Slogohimo siswa kelas VIII C. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun ajaran 2013/2014 yaitu dari bulan Januari 2014 – Februari 2014. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII C SMP Negeri 2 Slogohimo yang terdiri dari 34 siswa dengan 19 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini ada dua macam yaitu: (a) Metode dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara melaksanakan dokumentasi atau arsiparsip sebagai sumber data. Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang bersumber dari dokumen-dokumen yang sudah ada misalnya berupa nilai atau prestasi belajar siswa; dan (b) Metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan kepada subjek penelitian. Pada penelitian bentuk tes yang digunakan adalah bentuk soal isian. Dalam penelitian ini metode tes bertujuan untuk menunjukkan seberapa besar daya serap dan pemahaman siswa terhadap bahan ajar yang disampaikan serta mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam pembelajaran. Semua tes dikerjakan oleh siswa secara individu. Tes diberikan kepada siswa setiap akhir siklus. Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas. PTK (Penelitian Tindakan Kelas) adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini adalah salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan nmutu pembelajaran di kelas, Sutama (2000). Menurut Kemmis dan Tagget penelitian tindakan kelas merupakan bersiklus yang terdiri rencana, tindakan, observasi dan refleksi yang dilakukan secara berulang. Langkah-langkah dalam penelitian dapat digambarkan dalam siklus sebagai berikit:
Sri Harwanti, Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif ... 31
Permasalahan
Perencanaan tindakan I
Siklus I
Refleksi I
Permasalahan baru hasil refleksi
Perencanaan tindakan II
Siklus II Refleksi II
Apabila permasalahan belum terselesaikan
Pelaksanaan tindakan
I
Pengamatan/pengum pulan data I
Pelaksanaan tindakan II
Pengamatan/pengumpu lan data II
Dilanjutkan siklus berikutnya
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Penjelasan alur diatas adalah: (1) Rancangan/perencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk didalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran; (2) Pelaksanaan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran; (3) Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat; dan (4) Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Rancangan penelitian ini akan dilaksanakan dalam siklus-siklus. Pelaksanaan tindakan untuk setiap siklus meliputi 4 tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. 1) Diskripsi Siklus: I (a) Perencanaan, hal-hal yang akan dilakukan peneliti pada tahap ini adalah sebagai berikut: (1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPS kelas VIII C SMP Negeri 2 Slogohimo Wonogiri. RPP disusun sesuai dengan pembelajaran menggunakan metode kooperatif tipe think pair share pada materi pranata sosial dalam kehidupan masyarakat; (2) Menyusun dan mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan, berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS ) dengan memprtimbangkan perhatian guru IPS yang lain kelas VIII C SMP negeri 2 Sogohimo; (3) Mempersiapkan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran dengan memperhatikan pertimbangan dan masukan dari dosen
32
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 23, NOMOR 1, MARET 2014
pembimbing; (4) Peneliti mempersiapkan peralatan dokumentasi berupa kamera untuk mengetahui keterlaksanaan dengn menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share; dan (5) Mempersiapkan soal tes untuk siswa yang disusun oleh peneliti berdasrkan pertimbangan guru mata pelajaran yang bersangkutan. Tes tersebut diberikan pada siswa pada akhir siklus; (b) Pelaksanaan dan Pengamatan, tindakan pada siklus 1 dilaksanakan terdiri dari 2 pertemuan, pertemuan pertama digunakan untuk menyampaikan materi dan pertemuan ke dua digunakan untuk tes siklus. Setiap pertemuan alokasinya 2 jam pelajaran atau 80 menit. Setiap kali pertemuan proses pembelajarn dibagi menjadi 3 tahap yaitu apersepsi atau pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Deskripsi pelaksanaan tersebut adalah sebagai berikut: (1) Pertemuan Pertama Siklus I. (a) Pendahuluan (kegiatan awal), tahap apersepsi atau pendahuluan bertujuan memotivasi siswa untuk memperhatikan pelajaran yang akan disampaikan guru. Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan hari selasa tangal 28 Januari 2014 pukul 07.15–08.35 WIB. Guru mengawali pembelajaran dengan salam kemudian memperkenalkan peneliti kepada siswa dan mengisi absensi siswa. Selanjutnya guru menginformasikan bahwa pada hari itu siswa akan mempelajari materi dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Guru menjelaskan secara singkat mengenai metode think pair share kepada siswa. Guru menjelaskan bahwa metode pembelajaran ini terdiri dari 3 tahap yaitu: tahap think: secara individu siswa memikirkan dan memahami permasalahan yang ada dalam LKS. Tahap pair: secara berpasangan siswa akan berdiskusi untuk menyelesaikan maslah dalam LKS. Tahap share: Hasil diskusi intersubyektif tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara integratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya. (b) Kegiatan Inti: (i) Think (berpikir). Tahap ini, guru meminta siswa untuk membaca dan memikirkan secara individu penyelesaian dari permasalahan yang ada dalam LKS I (lampiran) dalam waktu sekitar 10 menit. Siswa mempelajari tentang uang dan lembaga keuangan dalam LKS I. Tahap think ini siswa mencoba memahami masalah yang ada dalam LKS I dengan membaca buku referensi untuk memahami materi dan mencari solusinya; (ii) Pair (berpasangan). Setelah siswa mengerjakn LKS secara mandiri siswa diminta untuk membentuk keompok berpasangan untuk berdikusi mengenai LKS I selama 20 menit. Pada tahap pair ini siswa saling bertukar pendapat dan saling bantu untuk menyelesaikan LKS I; (iii) Share (berbagi). Tahap share dilaksanakan setelah tahap pair selesai, pada tahap ini siswa diminta untuk berdiskusi dengan pasangannya dalam satu kelompok. Siswa diberi kesempatan berdiskui degan kelompoknya selama 20 menit kemudian dilanjutkan dengan presentasi selama 20 menit. Setelah selesai berdiskusi, guru menunjuk salah satu kelompok siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. (c) Penutup. Penutup merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk diakhiri satu pertemuan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap penutup antara lain refleksi pembelajara yang telah dilaksanakan, bersama dengan siwa membuat rangkuman untuk semua materi yang dibahas dan dipelajari, memberikan tugas-tugas yang harus diselesaikan. (1) Pertemuan kedua siklus I (Tes siklus I). Pertemuan kedua pada hari rabu tanggal 29 Januari 2014 selama dua jam pelajaran. Peneliti menjelaskan bahwa hari ini aka nada tes untuk menguji kepahaman matri yang sebelumnya telah diajarkan dengan menggunakan metode think pair share. (a) Refleksi siklus I. Refleksi siklus I difokuskan pada permasalahan-permsalahan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berdasarkan hasil
Sri Harwanti, Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif ... 33 diskusi peneliti dan guru mengenai hasil pengamatan dalm pelaksanaan penelitian. Refleksi bertujuan untuk mengavaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan selama pelakanaan tindakan. Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dan menggunakan metode think pair share, maka secara umum permasalahan-permasalahan yang terjadi pada saat pembelajaran antara lain: (1) Dalam setiap pertemuan guru belum melibatkan siswa dalam mengambil kesimpulan dari pembelajaran; (2) Siswa belum optimal dalam menyelesaikan LKS karena pada saat pembelajaran beberapa siswa masih bercanda dengan temannya sehingga diskusi belum berjalan dengan baik; (3) Siswa masih malu-malu bertanya pada guru dan terutama pda peneliti ketika mengalami kesuitan dan belum berani maju kedepan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusinya; (4) Keterlaksanaan pembelajaran pada tahap think dan share dalam pertemuan pertama dan kedua belum maksimal karena alokasi waktu yang seharusnya disediakan tidak terpenuhi; dan (5) Tahap share, keterlaksanaan pembelajaran juga belum maksimal meskipun mengalami peningkatan. Hal ini karena siswa masih belum berperan aktif dalam pembelajaran. Setelah melakukan diskusi dan penelitian terhadap proses yang terjadi selama tindakan, maka dapat dirumuskan rencana perbaikan untuk siklus berikutnya yaitu: (1) Guru bersama-sama siswa mengambil kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari; (2) Guru lebih mendisiplinkan siswa agar mengikuti pembelajaran dengan baik dan tidak membuat gaduh di kelas; (3) Guru lebih memotivasi siswa agar tidak malu bertanya da berani maju kedepan kelas tanpa ditunjuk terlebih dahulu serta menanggapi presentasi siswa lain; (4) Guru lebih memperhatikan penggunaan alokasi waktu agar pelaksanaan pembelajaran dapat maksimal; dan (5) Pengelolaan kelas yang baik diperlukan agar siswa lebih termotivasi dan aktif dalam pembelajaran. 2) Deskripsi Siklus II. Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu masing-masing 2 x 40 menit penyampaian materi dan I kali pertemuan tes siklus II. Siklus II dilaksanakan pada hari selasa tanggal 04 Februari 2014 dan rabu tanggal 05 Februari 2014 waktunya sama dengan siklus I. Tindakan yang dilakukan pada siklus II merupakan hasil refleksi dari siklus I. Tindakan-tindakan dalam siklus II adalah sebagai berikut. (a) Perencanaan Tindakan Siklus II. Tindakan yang dilakukan pada tahap perencanaan tindakan siklus II hampir sama dengan tahap perencanaan pada siklus I. Namun, disiklus II akan dilaksanakan beberapa hal tambahan untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi siklus I berdasarkan hasil siklus I. Soal tes siklus II tesebut dapat dilihat pada lampiran. Perbaikan pada siklus II akan dilaksanakan untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi di siklus I berdasarkan hasil refleksi siklus I, yaitu guru lebih melibatkan siswa dalam pengambilan kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari, penggunaan alokasi waktu dan penggunaan alokasi kelas yang baik agar pelaksanaan pembelajaran dapat maksimal serta pemberian arahan dari guru agar siswa tidak malu dan lebih aktif dalam pembelajaran terutama bekerja sama dengan teman dalam berdiskusi. Apabila siklus II masih belum berhasil sesuai indikator maka dilanjutkan pada siklus berikutnya. Refleksi dalam penelitian ini peneliti dan guru mendiskusikan hasil yang dilakukan berdasarkan pengamatan tindakan serta melakukan penilaian terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan proses yang terjadi serta permasalahan-permasahan yang muncul. Menurut hasil refleksi peneliti dan guru, tempat duduk siswa telah berpindah sehingga guru dapat memonitor siswa secara keseluruhan. Guru telah memberi arahan pada siswa agar tidak malu dan aktif dalam pembelajaran terutama bekerja sama dengan teman dalam berdiskusi, terlihat dari munculnya keberanian siswa untuk maju kedepan kelas
34
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 23, NOMOR 1, MARET 2014
meski belum optimal. Diskusi siswa dan pengelolaan berjalan lebih efektif. Pelaksanaan dalam siklus I adalah guru melaksanakan pembelajaran mengenai pokok bahasan pranata dan penyimpangan sosial menggunakan metode kooperatif tipe Think Pair Share sesuai RPP yang telah dipersiapkan. RPP yang dilaksanakan sifatnya fleksibel dan terbuka tehadap perubahan sesuai dengan keadaan selama proses pelaksanaan. Pengamatan atau observasi dilakukan peneliti selama proses pembelajaran menggunakan acuan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran denagn menggunakan metode think pair share. Peneliti dibantu oleh pengamat independen untuk mengamati hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan akan dicatat sebagai catatan hasil lapangan. Analisis data digunakan untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskritif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran IPS. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa post test. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu : (1) Untuk menilai ulangan atau tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada dikelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan :
= Dengan : = Nilai rata-rata ∑X = Jumlah semua nilai siswa ∑N = Jumlah siswa (2) Untuk ketuntasan belajar, ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar, yaitu seseorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 75% atau nilai 75, dan kelas tersebut tuntas belajar bila dikelas tersebut terdapat 80% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 75. Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
P=
Indikator Kinerja, penelitian ini dikatakan berhasil apabila : (a) Rata-rata prestasi siswa paling rendah adalah 75. (b) Banyak siswa yang memperoleh nilai di atas KKM ≥ 80% (KKM mata pelajaran IPS di SMP Negeri 2 Slogohimo Kabupaten Wonogiri adalah 75)
Sri Harwanti, Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif ... 35 Hasil Penelitian Analis hasil siklus I, hasil uji kompetensi siswa pada siklus I diperoleh nilai ratarata 75,95. Siswa yang tuntas sebanyak 26 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 8 siswa, sehingga diperoleh ketuntasan belajar klasikal 76,47%, yang dapat dilihat dari table sebagai berikut: Tabel 1. Perbandingan nilai rata-rata Nilai rata-rata awal Nilai KKM Nilai rata-rata Siklus I
75
67,21 75 75,95
75,95
67,21
Nilai ratarata awal
KKM
Siklus I
Gambar 2. Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Analisis Siklus II, hasil uji kompetensi siswa pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 81,06. Siswa yang tuntas belajar sebanyak 30 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 4 siswa, sehingga diperoleh ketuntasan belajar klasikal 88,24%. Hal ini menunjukan adanya peningkatan dibandingkan pada siklus I. Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi dalam siklus II ini secara keseluruhan pembelajaran dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share ini berlangsung dengan baik. Prestasi belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Slogohimo Kabupaten Wonogiri dalam menyelesaikan soal-soal dalam pokok bahasan pranata dan penyimpangan sosial dapat meningkat. Tabel 2. Perbandingan nilai rata-rata Nilai rata-rata awal Nilai KKM Nilai rata-rata siklus I Nilai rata-rata siklus II
67,21 75 75,95 81,06
36
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 23, NOMOR 1, MARET 2014
100 80 60
75
75,95
KKM
Siklus
81,06
67,21
40 20 0 Pra Siklus
I
Siklus II
Gambar 3. Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Pembahasan Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan atas hasil pengamatan dan dilanjutkan refleksi siklus I dan siklus II. Dari hasil evaluasi menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat ditunjukan dari hasil penelitian pada siklus I diperoleh rata-rata 75,95 siswa yang tuntas belajar sebanyak 26 siswa dan yang tidak tuntas 8 siswa. Sehingga diperoleh ketuntasan klasikal 76,47%. Sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata 81,06 siswa yang tuntas 30 siswa dan yang tidak tuntas 4 siswa. Sehingga diperoleh ketuntasan klasikal 88,24%. Hal ini menunjukan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pada siklus II mengalami peningkatan bila dibanding dengan siklus I. Menurut pendapat siswa, berdasarkan hasil refleksi penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share menyenangkan dan mudah diikuti. Menurut siswa dengan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share memudahkan mereka dalam menyelesaikan permasalahan serta memudahkan mereka dalam mengukapkan ide atau gagasan. Namun dalam pembelajaran ini masih ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi siklus I dan siklus II serta hasil observasi pada siklus I dan siklus II secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut : (1) Nilai rata-rata siklus I 75,95 dan siklus II 81,06. Pada siklus I siswa yang tuntas 26 siswa dan yang tidak tuntas 8 siswa, serta ketuntasan klasikal 76,47%. Pada siklus II siswa yang tuntas 30 siswa dan yang tidak tuntas 4 siswa, serta ketuntasan klasikal 88,24%. Hal tersebut menunjukan bahwa hasil belajar siswa meningkat. (2) Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada pokok bahasan pranata dan penyimpangan sosial kelas VIII C SMP Negeri 2 Slogohimo Kabupaten Wonogiri terdapat peningkatan. Peningkatan prestasi belajar siswa ini dimungkinkan adanya variasi dalam proses pembelajaran yang berupa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share, dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share guru lebih memberikan kesempatan kepada siswa agar terlihat langsung secara aktif dalam proses
Sri Harwanti, Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif ... 37 pembelajaran, sehingga siswa berani mencari dan mencoba-coba untuk memecahkan masalah. Berdasarkan hasil refleksi proses tindakan siklus II telah menunjukan adanya peningkatan prestasi belajar hasil tugas dalam menyelesaikan masalah pranata dan penyimpangan sosial. Hal ini dapat dinyatakan bahwa dengan menumbuhkembangkan aspek-aspek kecerdasan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. sehingga dengan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat menciptakan pembelajaran yang tidak hanya mengasyikan dan menggairahkan, tetapi juga menciptakan pembelajaran yang penuh dengan makna. Simpulan dan Saran Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan yaitu dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada pokok bahasan pranata dan penyimpangan sosial pranata dan penyimpangan sosial dapat meningkatkan prestasi belajar. Hal ini dapat dilihat dari perolehan rata-rata uji kompetensi siklus I, II yakni: 75,95, 81,06 serta secara klasikal pencapain ketuntasan belajar: 76,47%, 88,24%. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas VIII C SMP Negeri 2 Slogohimo Kabupaten Wonogiri, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut: (1) Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pranata dan penyimpangan sosial dan penggunaan metode ini perlu dikembangkan di materi-materi yang lain; (2) Guru perlu mengembangkan dan meningkatkan kreatifitas dalam pembelajaran agar proses pembelajaran yang terjadi tidak monoton sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa; dan (3) Mengingat banyaknya kelebihan yang ada pada penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share, sebaiknya metode pembelajaran ini mulai dierapkan oleh guru.
Daftar Rujukan Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta. ________________. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta. ________________. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta ________________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta. Daryanto. (2011). Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: Gava Media. Depdikbud. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. (1998). The Action Research Planner. Victoria Dearcin: University Press.
38
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 23, NOMOR 1, MARET 2014
Slameto. (2003). Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Suprijono. (2011). Cooperative Learning. Jakarta: Pustaka Belajar. Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Syah, Muhibbin. (2004). Psikologi belajar. Bandung: Grafindo. _____________. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.