SPQR: Sono Pazzi Questi Romani Orang-orang Romawi memang gila!
1. Langsung baca sampul belakang, temukan nama Anda di antara daftar itu. Pastikan: apa peran Anda? Dalam Suku apa Anda tergabung? 2. Buka halaman 4, daftar isi, cari: di halaman berapa ada informasi tentang peran Anda? Segera buka halaman itu, serap informasinya dan pahami: itulah peran yang perlu Anda mainkan dalam sandiwara kehidupan selama di Peucang; itulah “diri Anda”.
3. Cari tahu, peran-peran apa yang terkait langsung dengan peran Anda? Misalnya, jika Anda seorang Plebeian, Anda akan terkait langsung dengan pemeran Senator atau pemeran Tribunus. Nah, buka kembali daftar isi: cari tahu halaman berapa yang memuat peran Senator atau Tribunus. Kerja sama model apa yang bisa Anda bangun dengan si senator atau si tribunus?
4. Omong-omong, siapa pemeran Senator atau Tribunus? Anda perlu mengetahuinya, karena sebagai Plebeian, Anda akan berhubungan dengan mereka. Maka, baca lagi sampul belakang, temukan informasinya, “Siapa, ya, yang jadi Senator? Siapa Praetor? Siapa Tribunus? Dsb.”
5. Tapi—demi Jupiter!—buat apa, sih, repot-repot menjadi orang lain, memerankan ini-itu? Pertama, Anda tidak diminta menjadi orang lain, tapi memang itulah “diri Anda”, itulah peran dan fungsi Anda di TNC-IFP pada kenyataannya. Kedua, sila buka halaman 9: Mengapa kita bersandiwara?
6. Agar pemahaman Anda menyeluruh, lihat struktur peran di halaman 17, temukan posisi Anda dalam struktur itu. Kemudian buka halaman 19, agenda acara. Cukup sudah. Ha, masa, sih, belum paham? Serius, ah?! Hanya jika Anda benar-benar sedang iseng, nothing to do, sila baca riwayat Romawi yang mungkin akan membosankan bagi Anda; ada di halaman 5. Jika setelah itu masih iseng juga, Anda boleh, kok, menghapal isi buklet ini. :p
DAFTAR ISI
Regnum Romanum Republik Romawi Mengapa Kita Bersandiwara? Plebeian Senator Tribunus Praetor Consul Pontifex Maximus Perayaan dan Pesta Forum Sidang Consul I Comitia Tributa (Rapat Suku) Sidang PraetoriA Sidang Tribunus Sidang Consul II STRUKTUR & ALUR SIDANG ALUR ACARA Agenda
5 7 9 10 11 11 12 12 13 14 15 15 15 15 16 16 17 18 19
Regnum Romanum Romawi awal adalah sebuah kerajaan (Regnum Romanum) yang dipimpin oleh seorang raja. Semua raja Romawi dipilih oleh rakyat Roma, kecuali raja pertama, Romulus, yang menjadi raja karena dialah yang mendirikan Roma pada sekitar 753 SM, dan memilih 100 orang bangsawan untuk membentuk Senat sebagai dewan penasihat bagi raja. Selain itu, dia membagi rakyatnya menjadi tiga puluh curiae (golongan). Setelah kematian Romulus pada 717 SM, para Senator memilih Numa Pompilius untuk menjadi raja berikutnya. Dia dipilih karena reputasinya sebagai orang yang adil dan beriman. Awalnya, Numa tidak mau menerima jabatan itu, tetapi kemudian ayahnya meyakinkannya untuk menerima posisi itu sebagai cara untuk melayani para dewa. Masa pemerintahan Numa ditandai dengan perdamaian dan reformasi keagamaan. Numa membangun kuil Janus dan melakukan kesepakatan damai dengan kerajaan tetangga Roma. Numa juga banyak menetapkan dan mendirikan jabatan keagamaan di Roma, seperti Pontifex Maximus, perawan vesta, Salii, flamine, dsb. Dia melarang rakyatnya menggambarkan dewa dalam bentuk manusia atau hewan. Menurutnya, dewa tak bisa digambarkan dengan sesuatu yang pada akhirnya akan musnah. Menurut legenda, pada masa pemerintahan Numa, perisai Jupiter jatuh dari langit, dengan masa depan Roma tertulis di atasnya. Numa memerintahkan untuk membuat sebelas salinannya, yang kemudian dipuja sebagai benda suci oleh orang Romawi. Raja kedua itu juga mereformasi kalender Romawi dengan menambahkan bulan Januari dan Februari sehingga totalnya menjadi 12 bulan. Ia mengatur wilayah Roma menjadi distrik-distrik untuk menciptakan tata kelola yang lebih baik, membagi-bagi tanah kepada para penduduk, dan membentuk serikat dagang. Numa meninggal pada 673 SM dan digantikan oleh Tullus Hostilius yang— tak seperti pendahulunya—gemar berperang. Dalam suatu cerita, Tullus mengabaikan para dewa hingga akhirnya ia jatuh sakit. Tullus kemudian memanggil Jupiter dan memohon pertolongannya, tetapi Jupiter membakar sang raja dengan petirnya. Setelah kematian Tullus Hostilius yang misterius itu, pada 640 SM Senat Romawi memilih cucu Numa Pompilius, Ancus Marcius, sebagai raja. Seperti kakeknya, Ancus Marcius lebih suka perdamaian dan hanya berperang jika Roma diserang. Tindakan pertamanya adalah memerintahkan para Pontifex Maximus untuk menyalin teks tata cara upacara keagamaan untuk ditampilkan ke publik, sehingga ritual agama tak akan lagi diabaikan atau dilakukan secara salah. Dia melakukan kesepakatan damai dengan kerajaan tetangga Roma dan
membuat mereka bersekutu dengan Roma. Dia banyak membangun infrastruktur, seperti penjara pertama Roma, pelabuhan, dan pabrik garam. Dia juga membangun jembatan pertama yang melalui sungai Tiber. Pengganti Ancus Marcius adalah anak adopsinya, Tarquinius Priscus, yang pada 616 SM berhasil meyakinkan Dewan Curiata bahwa dialah yang harus dipilih sebagai raja berikutnya. Dalam masa pemerintahannya, dia memenangkan banyak peperangan melawan kerajaan lain dan membuat Roma memperoleh banyak harta rampasan perang. Dia juga menambah jumlah tentara menjadi 6.000 infantri dan 600 kavaleri. Dia membangun kuil Jupiter, Circus Maximus (arena balap kereta kuda), mendirikan Forum Romawi, mengadakan kompetisi olahraga Romawi, dan memperkenalkan lambang militer Romawi. Setelah menjadi raja selama 25 tahun, Tarquinius Priscus dibunuh oleh anak kandung Ancus Marcius. Penggantinya adalah menantunya, Servius Tullius. Dialah yang mengadakan sensus penduduk pertama dan membagi-bagi penduduk Roma berdasarkan tingkat ekonomi dan wilayah geografisnya. Ia memperbaiki administrasi dan organisasi politik di Roma, termasuk mendirikan Dewan Centuria dan Dewan Suku. Ia melaksanakan proyek-proyek pembangunan dan memperluas kota, membangun tembok yang mengelilingi tujuh bukit di Roma, mendirikan beberapa kuil untuk Dewi Fortuna dan Diana. Dia juga membangun istananya sendiri di Esquiline. Raja keenam Romawi ini lebih memperhatikan kelompok miskin, karenanya dia tidak disukai kaum bangsawan. Dia meninggal karena suatu konspirasi yang direncanakan oleh putrinya, Tullia, dan menantunya, Tarquinius Superbus (anak Tarquinius Priscus), yang kemudian menjadi raja terakhir Regnum Romanum. Tidak seperti raja-raja sebelumnya, Tarquinius Superbus mengisi masa pemerintahannya dengan kekejaman dan teror. Dia juga membatalkan banyak konstitusi yang telah ditetapkan oleh pendahulunya. Puncaknya adalah peristiwa pemerkosaan oleh anaknya, Sextus Tarquinius, terhadap seorang wanita bangsawan, Lucretia, yang menyulut kemurkaan rakyat di mana-mana. Pemberontakan berkobar. Rakyat bangkit melawan tiran. Sang raja lalim digulingkan, dibuang ke pengasingan. Kemudian, berdirilah Republik Romawi. []
Republik Romawi Republik Romawi ditegakkan dengan menerapkan berbagai konstitusi yang prinsip utamanya adalah pemisahan kekuasaan menjadi tiga lembaga: pembuat undangundang (legislatif), pelaksana undang-undang/pemerintah (eksekutif), dan pengawas pelaksanaan undang-undang (yudikatif). Sebagian besar konstitusi itu tak tertulis, diturun-temurunkan melalui preseden, dan terus berkembang sesuai pergolakan kepentingan pada setiap masanya. Perkembangan konstitusi itu sangat dipengaruhi oleh tarik-menarik kepentingan antara kalangan bangsawan Romawi dengan rakyat jelata. Pada dua abad pertama sejarahnya, republik dikuasai oleh kaum bangsawan yang leluhurnya bisa ditelusuri sampai jauh ke zaman pendirian Roma. Seiring waktu, undang-undang yang memungkinkan para aristokrat untuk mendominasi pemerintahan itu dicabut. Hasilnya adalah munculnya kebangsawanan baru yang mengandalkan kelaskelas sosial dalam masyarakat untuk mempertahankan dominasinya, bukan pada undang-undang. Undang-undang Republik Romawi memadukan sistem demokrasi, aristokrasi, dan monarki sekaligus. Karenanya, ada tiga elemen tata-kelola: Majelis-majelis Rakyat (perwujudan demokrasi), Senat (perwujudan aristokrasi), dan Pejabat pemerintah (perwujudan monarki) yang dipilih—di antaranya lewat majelis-majelis rakyat—untuk masa jabatan tertentu. Majelis rakyat adalah kegiatan politik yang diselenggarakan untuk memilih pejabat pemerintah, mengesahkan undang-undang, menentukan hukuman mati, dan mendeklarasikan perang. Semua warga negara yang punya hak pilih menyuarakan pilihan mereka lewat majelis-majelis ini. Salah satu bentuk majelis rakyat adalah Comitia Tributa (rapat suku). Senat terdiri dari kaum bangsawan (patrician) dan pejabat-pemerintah-terpilih. Tugas utamanya adalah menjadi penasihat bagi pejabat tertinggi pemerintah (Consul). Pada praktiknya, karena Senat dikuasai kaum bangsawan, suara rakyat jelata sering tidak terwakili. Tetapi, mosi-mosi yang diajukan Senat bisa dibatalkan oleh seorang Tribunus (perwakilan rakyat jelata). Pejabat pemerintah terdiri dari Consul (penguasa tertinggi, kepala negara), Praetor (hakim agung), Aedile (pejabat rumah tangga negara), dan Quaestor (pejabat keuangan), serta Tribunus (perwakilan rakyat jelata).
Setiap pejabat dibekali tingkat kekuasaan dan wewenang tertentu, serta bisa mem-veto (membatalkan) keputusan pejabat lain yang derajatnya sama atau di bawahnya. Kekuasaan konstitusional paling penting yang bisa dimiliki seorang pejabat adalah kekuasaan untuk memerintah (imperium). Kekuasaan ini hanya dimiliki oleh Consul dan para Praetor. Consul Republik Romawi adalah pejabat tertinggi. Dua orang Consul dipilih setiap tahun, dan mereka memiliki kekuasaan tertinggi dalam soal sipil dan militer. Para Praetor mengurusi hukum sipil. Mereka memimpin pengadilan, dan mengomandani tentara provinsi. Para Aedile adalah pejabat-pejabat terpilih untuk mengelola urusan rumah tangga di Roma, dan punya kewenangan atas pasar dan hiburan (permainan dan pertunjukan). Para Quaestor membantu kedua Consul di Roma dan para gubernur di provinsiprovinsi terkait soal keuangan. Para Tribunus dianggap sebagai wakil rakyat. Mereka bertindak sebagai suara rakyat melalui kekuatan veto mereka, dan pelindung kebebasan sipil semua warga negara Romawi. Republik Romawi bertahan selama sekitar lima abad. Pada perkembangan selanjutnya, republik ini berubah menjadi kekaisaran. []
Mengapa Kita Bersandiwara? All the world’s a stage, And all the men and women merely players; They have their exits and their entrances; And one man in his time plays many parts —Shakespeare, As You Like It, Act II, Scene VII
Banyak hal, mungkin, yang tak bisa kita ungkapkan dalam kehidupan nyata seharihari. Hal-hal yang jika kita nyatakan dalam ‘dunia-yang-serius-itu’—kita pikir—bakal mencederai perasaan orang lain. Yeah, betapa pandainya kita menahan diri dan menekan gejolak hati sendiri selama ini. Padahal kita perlu semua orang tahu: ada sesuatu—menurut kita—yang kurang betul dalam semua situasi ini. Tapi, bagaimana membikin mereka tahu tanpa perlu terlalu menyinggung what so called ‘harga diri’? Salah satu caranya, lagi-lagi mungkin, adalah mengajak semua orang berkomitmen untuk melakukan suatu permainan. Tak sembarang permainan, tapi permainan komunikasi. Kita perlu membikin sendiri satu dunia, satu suasana, yang mirip dengan kondisi nyata, untuk kepentingan ini. Dalam ‘dunia-yang-tak-serius’ itu, semua orang harus saling bicara, mengomunikasikan segala hal yang tak bisa disampaikan dalam ‘dunia-yang-serius’; dan tak ada yang boleh sakit hati—namanya juga sedang memainkan permainan :) Kebetulan—sebenarnya kebetulan itu tidak ada, deh—ada media yang lumayan tepat untuk menyimulasikan alur komunikasi organisasi. Yaitu komunikasi politik Republik Romawi kuno. Ada ruang-ruang bagi semua warga negara untuk bersuara di sana, meski tentu saja ada juga batasan-batasannya. Nah, model komunikasi itulah yang kita coba mainkan dalam dua-tiga hari mendatang di Pulau Peucang. Harapannya, semua orang bisa mendapat bagian untuk menyuarakan apa pun ganjalannya, apa pun keluhannya, dalam ruang-ruang yang memang dibikin untuk itu—dengan aturan-aturan yang ditetapkan untuk itu. Tentu, aturan pertamanya adalah: no hurt feelings!—se-”serius” bagaimana pun ungkapan yang ternyatakan, itu semua “cuma permainan”, bukan? ;) Mengapa mengadopsi komunikasi politik Republik Romawi untuk meretas hambatan komunikasi di antara warga organisasi? Karena, sayangnya, hanya Republik Romawi yang punya model komunikasi yang bisa diadopsi. Baiklah, mari bersandiwara dalam Sandiwara. []
Plebeian Anda seorang plebeian? Yakinlah bahwa para Dewa punya rencana tertentu bagi Anda, maka jangan kecil hati karena Anda terlahir sebagai warga negara Romawi kelas terendah: rakyat jelata. Syukuri, setidaknya Anda terlahir merdeka, tidak sebagai budak. Kalau suatu ketika pada masa yang sangat sial Anda tertangkap orang jahat (bajak laut, misalnya) di mana pun negeri yang jauh dari Romawi, cukuplah Anda katakan—dan Anda sungguh berhak mengatakan itu, “Saya warga negara Romawi!” Orang jahat itu sepatutnya harus membebaskan Anda, sebab mereka tahu Anda bukan budak, dan mereka takut berurusan dengan tentara Republik Romawi yang mandatnya melindungi warga negara Romawi. Senator dan Tribunus: Penyambung Lidah Sebagai plebeian, mungkin Anda pernah—atau sering?—merasa dirugikan oleh undang-undang baru yang dijalankan direktur—eeh, maksudnya Consul—yang sedang menjabat. Tentu Anda tidak bisa menolaknya. Tapi, ada para Senator yang menjadi penasihat Consul di (forum) Senat. Juga ada Tribunus; ia berasal dari kelas sosial yang sama dengan Anda, plebeian, tak seperti Senator yang berasal dari kelas bangsawan patrician atau equestrian. Titipkan keluhan dan usulan Anda kepada mereka, Senator dan Tribunus, dalam Comitia Tributa; Siapa tahu suara Anda akan diperdengarkan sampai ke Consul. Comitia Tributa (Rapat Suku) Ada forum khusus bagi Anda, para plebeian, untuk mengeluarkan segala ganjalan apa saja terkait etos kerja pemerintahan TNC-IFP—oops, maksudnya Republik Romawi—dan, tentunya, menyampaikan usulan (mari tidak hanya mengeluh; mari nyalakan lilin alih-alih hanya merutuki gelap). Forum itu adalah Comitia Tributa (rapat suku). Nah, manfaatkan sebaik mungkin hak bicara Anda dalam Comitia Tributa. Hanya dalam Comitia Tributa lah Anda berhak bersuara dan didengarkan oleh para Senator dan Tribunus. Di forum lain, Anda cuma boleh mendengarkan saja, menjadi penonton pidatopidato yang disampaikan para Senator atau Tribunus, dan sesekali bersorak untuk mendukung atau mencibiri mereka. [] 10
Senator Anda seorang Senator? Wuih, Anda tentu jutawan. Sebab, salah satu syarat menjadi anggota Senat Republik Romawi, selain berusia sekurangnya 31 tahun, adalah punya kekayaan senilai sejuta sestersius, yang harus ditunjukkan kepada pihak berwenang sekadar memenuhi syarat menjadi calon dalam pemilu tahunan bulan Juli (saat 24 Senator baru dipilih guna mengganti yang wafat atau yang terlalu miskin untuk mempertahankan kursinya). Anda pun tentu jagoan pidato, karena pembahasan berbagai masalah di Senat dilakukan dengan adu argumentasi. Sebagai Senator, tugas Anda lah menangkap suara rakyat, baik yang bangsawan dan terutama para plebeian (rakyat jelata): keluhan dan usulan mereka, hal-hal yang tersembunyi atau yang nampak dari keengganan serta gairah mereka dalam keseharian mereka sebagai staf TNC-IFP—halah, maksudnya: sebagai warga negara Republik Romawi. Simaklah suara-suara rakyat itu dalam Comitia Tributa (rapat suku). Pahami. Rangkum. Lalu sampaikan kelak pada saatnya di Sidang Praetor: inilah “kondisinya”, “begini” semestinya, “begini” harapannya.
Tribunus Anda seorang Tribunus? Anda adalah rakyat jelata (plebian), warga negara kelas terendah, yang istimewa. Sebab, Anda termasuk satu di antara hanya-delapan-orang yang dipilih rakyat setiap tahun untuk benar-benar mewakili kepentingan mereka. Rakyat plebian lebih percaya kepada Anda dibanding kepada para Senator. Karena para Senator biasanya lebih suka memperjuangkan kepentingan kelas mereka, kaum bangsawan (patrician). Tentunya Anda tak hendak mengecewakan mereka, para plebeian yang menaruh harapan di pundak Anda. Sebagai Tribunus, cermati suara rakyat dalam Comitia Tributa (rapat suku), terutama masalah-masalah terkait sumberdaya (termasuk SDM) yang baik-buruknya memengaruhi kinerja TNC-IFP—oh, no, maksudnya: kepentingan umum para plebian sebagai warga negara Republik Romawi. Pahami keluhan-keluhan mereka, upayakan mencari jalan keluar berupa usulan-usulan yang nantinya layak dibawa ke Sidang Tribunus. 11
Praetor Anda seorang Praetor? Anda layak mendapat ucapan selamat. Tak mudah berjuang meraih jabatan Praetor, pangkat tertinggi kedua di Republik Romawi, satu di antara dua fungsi yang punya kendali dan kuasa (imperium). Sebagai Praetor, sudah tentu Anda adalah anggota Senat, karena keanggotaan Senat adalah seumur hidup dan Anda mengawali karir dari sana. Sebagai Praetor, salah satu tugas Anda sebenarnya adalah memimpin sidang-sidang pengadilan. Tetapi dalam Republik TNC-IFP—maaf, maksudnya Republik Romawi—yang “ini”, tugas Anda adalah menyimak saran dan rekomendasi dari para Senator. Ada tiga Praetoria. Praetor Ius: memimpin sidang Aspek Kebijakan Praetor Potestas: memimpin sidang Aspek Program Praetor Urbanus: memimpin sidang Aspek Struktur Persilakan para Senator berpidato dalam sidang Praetoria yang Anda pimpin. Yang mereka sampaikan adalah suara rakyat; entah rakyat yang mana, hanya kepentingan kaum bangsawan kah, atau kepentingan semua warga negara? Cermati argumen-argumen mereka. Sesekali, sesekali saja, ajukan pertanyaan untuk menggali pemahaman lebih mendalam. Anda perlu merangkumnya untuk disampaikan dalam Sidang Consul, kelak pada saatnya.
Consul Anda seorang Consul? Andalah pemegang imperium (kekuasaan) yang sebenarnya. Dalam banyak hal, menyimak suara rakyat lewat paparan Sidang Praetor, tentu Anda tahu, banyak gunanya. Namun, pada saat-saat tertentu, Anda boleh menutup telinga dan berjalan lurus ke depan, menuju arah yang Anda yakini dapat membawa kebaikan bagi Republik TNC-IFP—oops, Republik Romawi, maksudnya—dan warga negaranya. Sampaikan haluan-haluan negara dan berbagai arahan lainnya kepada seluruh warga dalam Sidang Consul. Biarkan pidato Anda dibahas dalam Comitia Tributa (rapat-rapat suku). Keluhan dan ganjalan akan wajar saja muncul, sebagai akibat transisi proses perubahan. Tetapi yakinlah bahwa rakyat akan juga mengenali titik-
12
titik perubahan sesuai konteks tugas dan posisi—serta kepentingan—mereka dalam bernegara. (Kalau Anda tak yakin, tekankan dalam pidato Anda di hadapan mereka, hal-hal mana yang sifatnya “terberi” [“given”], mana yang menyediakan cukup ruang untuk melakukan improvisasi.) Sebagai orang nomor satu di Republik Romawi, Anda pasti mengerti kebutuhan untuk menggalang pemahaman bersama di antara para magistratus (pejabat) negara. Adakan perjamuan (Comissatio) dan undanglah para Praetor serta magistratus lainnya—siapa saja yang Anda inginkan; Dalam comissatio itu, berbagai issu tatakelola mungkin dapat Anda bincangkan dengan santai.
Pontifex Maximus Anda seorang Pontifex Maximus? Salam takzim bagi Anda: Anda lah pendeta tertinggi di Republik Romawi. Rumah Anda terletak di jantung suci Roma, kawasan Via Sacra (jalan keramat), di sebelah rumah Perawan Vesta. Tak banyak orang, pejabat publik sekali pun, yang mendapat kesempatan melewati ambang pintu rumah Anda. Para politikus akan senang sekali jika Anda mengundang mereka, dan akan berusaha dilihat banyak orang saat dirinya bertandang ke rumah Anda, demi membangun citra dan mengumpulkan suara dalam pemilu mendatang. Sebagai Pontifex Maximus, tugas Anda adalah menjaga moral negara dan rakyatnya. Misalnya, mengarahkan mereka agar selalu mengingat tujuan-tujuan utama konservasi sumber daya alam—maaf, maaf, mungkin maksudnya: pengabdian yang tulus kepada para Dewa. Mungkin saja tak banyak orang yang benar-benar mengerti, bahwa semestinya mereka menjadikan imbalan material itu sebagai dampak dari kerjakerja yang mereka laksanakan, bukan sebagai tujuan. Anda lah, sebagai Pontifex Maximus, yang pantas mengingatkan mereka, misalnya bahwa besar bedanya antara menjadikan imbalan materi sebagai tujuan dengan menjadikannya sebagai dampak, dan sebagainya.
13
Perayaan dan Pesta Perayaan Lupercalia Festival Lupercalia diselenggarakan salah satunya untuk menghormati Lupa, serigala yang menyusui Romulus dan Remus (pendiri Roma). Tujuan lainnya adalah menyucikan kota, menebar kesehatan dan kesuburan. Kita akan menyelenggarakan Lupercalia pada Rabu, 16 Juni 2010, pukul 08.00– 12.00, di Padang Martius (pantai Peucang). Dalam perayaan itu, Anda akan diajak melakukan berbagai permainan dinamika kelompok. Gladiator Pada Kamis sore, 17 Juni 2010, pukul 15.00–18.00, diselenggarakan Gladiator. Bersiaplah bertanding dalam kelompok. Lokasi: Padang Martius (pantai Peucang). Perayaan Pompeius Perayaan Pompeius I: Kontemplasi Alam, Rabu, 16 Juni 2010, pukul 20.00–22.00 Perayaan Pompeius II: Penutupan, Kamis, 17 Juni 2010, pukul 20.00–22.00 Comissatio : Perjamuan (maaf, khusus bagi para magistratus bangsawan^_^) Ientaculum : Sarapan; setiap hari pukul 07.00–08.00 Prandium : Makan siang; setiap hari, pukul 12.00–13.00 Vesperna : Makan malam; setiap hari, pukul 18.00–20.00 Gymnasia : Senam pagi (men sana in corporesano!)
14
Forum Sidang Consul I Peserta Sidang : Seluruh peserta Pemimpin Sidang : Consul Senior Agenda Sidang : Pemaparan Haluan dan Arahan 1. Yang berhak bicara hanya Consul Senior dan Consul Junior. 2. Tidak ada sesi tanya-jawab.
Comitia Tributa (Rapat Suku) : Semua Plebian, Senator, dan Tribunus menghadiri rapat di suku masing-masing. Pemimpin Sidang : Tribunus masing-masing. Agenda Sidang : Pemaparan kondisi, usulan, dan rekomendasi dari suku-suku oleh Senat kepada Praetor. Peserta
1. Dalam Comitia Tributa, posisi Senator dan Tribunus setara dengan Plebian (anggota suku yang lain). 2. Semua peserta punya hak bicara dalam rapat. 3. Peserta rapat membahas pidato Consul dalam Sidang Consul I dan mengkaji semua aspeknya: kebijakan, program, struktur, serta sumber daya. 4. Sebelum sidang berakhir, setiap suku memilih siapa-siapa Senator-nya yang akan menyampaikan usulan ke Sidang Praetoria (Yakni: di antara para Senator, siapa yang akan maju ke Sidang Praetoria Ius, siapa yang ke Praetoria Potestas, dan siapa yang akan ke Praetoria Urbanus). 5. Pada akhir sidang, Tribunus dan para Senator merangkum usulan yang akan dibawa ke sidang berikutnya (Praetoria dan Tribunus).
Sidang PraetoriA
(3 Sidang Praetoria berlangsung bersamaan, paralel) Peserta Sidang : Tiap Sidang Praetoria dihadiri 8 Senator yang mewakili setiap suku. Pemimpin Sidang : Praetor Ius (Sidang Aspek Kebijakan), Praetor Potestas (Sidang Aspek Program), Praetor Urbanus (Sidang Aspek Struktur). 15
Agenda Sidang : Pemaparan kondisi, usulan, dan rekomendasi dari sukusuku (terkait 3 aspek: kebijakan, program, dan struktur) oleh Senator kepada Praetor. 1. Para Senator, satu per satu, dengan argumen masing-masing, berpidato di hadapan sidang, memaparkan usulan dari hasil Comitia Tributa (rapat suku) kepada Praetor. 2. Yang punya hak bicara hanya Senator dan Praetor. 3. Pada akhir sidang, Praetor merangkum usulan para Senator. Sesekali, Praetor bisa menggali lebih dalam usulan tersebut dari Senator dengan bertanya-jawab. 4. Para Plebian dipersilakan menghadiri sidang, tapi tak punya hak bicara.
Sidang Tribunus Peserta : Tribunus dari setiap suku (8 orang). Pemimpin Sidang : Salah satu Tribunus. Agenda Sidang : Pemaparan kondisi, usulan, dan rekomendasi dari sukusuku (terkait aspek sumber daya) oleh Tribunus kepada Pemimpin sidang. 1. Para Tribunus, satu per satu (dimulai oleh Tribunus pemimpin sidang), dengan argumen masing-masing berpidato di hadapan sidang, memaparkan usulan dari hasil Comitia Tributa (rapat suku) terkait aspek sumber daya. 2. Yang punya hak bicara hanya Tribunus. 3. Pada akhir sidang, Tribunus pemimpin sidang merangkum usulan Tribunus lainnya. Sesekali, pemimpin sidang bisa menggali lebih dalam usulan tersebut dari Tribunus dengan bertanya-jawab. 4. Para Plebian dipersilakan menghadiri sidang, tapi tak punya hak bicara.
Sidang Consul II Peserta Sidang : Seluruh peserta Pemimpin Sidang : Consul Senior Agenda Sidang : Pemaparan Kondisi oleh Praetor dan Tribunus kepada Consul. 1. Para Praetor dan seorang Tribunus, satu per satu, memaparkan hasil sidang Praetoria dan sidang Tribunus kepada Consul. 2. Consul Senior merangkum dan menyampaikan pandangannya terhadap semua usulan yang disampaikan. 3. Yang punya hak bicara hanya Praetor, Tribunus, dan Consul. 16
STRUKTUR & ALUR SIDANG
Usulan dari Sidang Praetoria dan Tribunus dibawa Praetor dan Tribunus ke sidang Consul
Usulan dari Comitia Tributa dibawa ke Sidang Praetoria oleh Senator, dan ke Sidang Tribunus oleh Tribunus
Comitia Tributa: Rapat Suku, dihadiri oleh Plebeian di Suku masing-masing (Kedudukan Senator dan Tribunus setara dengan Plebeian dalam Comitia Tributa)
Rakyat Jelata
17
ALUR ACARA
18
Agenda
WAKTU
AGENDA
LOKASI
Selasa, 15 Juni 2010 20.00 – 22.00 Membangun Republik
Gedung Senat
Rabu, 16 Juni 2010 06.00 – 07.00 Gymnasia
Padang Martius
07.00 – 08.00 Ientaculum (Sarapan) 08.00 – 12.00 Perayaan Lupercalia
Padang Martius
12.00 – 13.00 Prandium (Makan Siang) 13.00 – 14.00 Sidang Consul I
Gedung Senat
14.00 – 18.00 Comitia Tributa (Rapat Suku)
Padang Martius
18.00 – 20.00 Vesperna (Makan Malam) 20.00 – 22.00 Perayaan Pompeius
Teater Pompeius
Kamis, 17 Juni 2010 06.00 – 07.00 Gymnasia
Padang Martius
07.00 – 08.00 Ientaculum (Sarapan) 08.00 – 12.00 Comissatio (Management Informal Meeting: Leadership) 08.00 – 12.00 Sidang Sidang Sidang Sidang
Praetoria Ius (Aspek Kebijakan) Padang Martius Praetoria Potestas (Aspek Program) Praetoria Urbanus (Aspek Struktur) Tribunus (Aspek Sumber Daya) Gedung Tribunal
12.00 – 13.00 Prandium (Makan Siang) 13:00 – 15.00 Sidang Consul II
Gedung Senat
15:00 – 18.00 Gladiator
Padang Martius
18.00 – 20.00 Vesperna (Makan Malam) 20:00 – 22.00 Perayaan Pompeius
Teater Pompeius
19
Senat dan Rakyat TNC-IFP
Senatus Populusque TNC-IFP
Dickius Simorangkirus (Consul Senior) Adeus Soekadius (Consul Junior) Nielus Makinudinus (Praetor Ius/Kebijakan) Damia Buchorus (Praetor Potestas/Program) Herlina Hartantus (Praetor Urbanus/Struktur) Wahyudius Wardoyus (Pontifex Maximus)
Suku Galeria
Edius Sudionus (Senator) Taufikus Hidayatus (Senator) Ahmadius Rizalius (Senator) Christiannus Djokus (Tribunus) Christoporus Merungus (Plebeian) Suyantius (Plebeian) Fajarmansyahus (Plebeian) Sachronius (Plebeian)
Suku Camilia
Nawaius Iriantus (Senator) Tommius Yuliantus (Senator) Bambangus Wahyudius (Senator) Inda Astutius (Tribunus) Jokous Susatmokus (Plebeian) Guanus Limus (Plebeian) Linda Bikius (Plebeian) Diana Tambotus (Plebeian)
Suku Menenia
Suku Romilia
Lexus Hovanus (Senator) Alfannus Subektius (Senator) Fakhrizalus Nashrus (Senator) Faisalus Kairupanus (Tribunus) Odangus Darmansyahus (Plebeian) Sandiwanus Dharmaputrus (Plebeian) Putus Ekaus (Plebeian) Mardiyantius (Plebeian) Arwandrius Rukmus (Plebeian) Elia Nurhayatus (Plebeian) Fitria Lubisus (Plebeian)
Suku Scaptia
Suku Horatia
Gunawanus Wicaksonus (Senator) Achmadius Pribadius (Senator) Agus Heriyantius (Senator) Intania Sarahus (Tribunus) Fitria Heryanus (Plebeian) Aanus Priyatnus (Plebeian) Ahmadius Muhajirus (Plebeian) Dickius Susantius (Plebeian)
Suku Sabatini
Hera Haryogius (Senator) Ratna Yulius (Senator) Ajius Wirhandandius (Senator) Agustina Tandibunus (Tribunus) Fathonus Burhanudus (Plebeian) Kusuma Soebagius (Plebeian) Imronus Rosadus (Plebeian) Imranus Aminus (Plebeian) Nicholus (Plebeian)
Yannus Suryadinutus (Senator) Ajius Sasmirulus (Senator) Lennia Christius (Senator) Umbarus Sujokus (Tribunus) Purnomous (Plebeian) Sudiyantius (Plebeian) Omanus Alimanus (Plebeian) Indrawanus Suryadius (Plebeian)
Yudius Iskandarsyahus (Senator) Sonya Dewius (Senator) Nardiyonus (Senator) Rondangus Siregarus (Tribunus) Jasarius (Plebeian) Nasirudinus Tahirus (Plebeian) Alieus Syopyanus (Plebeian) Ira Yusnitus (Plebeian)
Suku Fabia
Stanleus Rajagukgukus (Senator) Evannus Palungkus (Senator) Christophorus Terrius (Senator) Tita Novitarinus (Tribunus) Aminudinus (Plebeian) Yuyuna Supriyadus (Plebeian) Lukasus Bithus (Plebeian) Matiasus (Plebeian) .... (Plebeian) Puterus Sambijantorus (Plebeian) Nurlia Wuliyantus (Plebeian) Suherna (Plebeian)