SPIRITUAL SUPPLEMENT 1.
Lelaki dari Langit
“Saya mendengar Rasulullah Saw., bersabda, „Riya‟ (pamer) sekalipun kecil merupakan syirik. Dan sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang takwa dan tidak dikenal, kendati mereka tiada, mereka tetap tidak kehilangan dan sekalipun mereka ada, mereka tetap tidak dikenal. Hati mereka bagaikan pelita petunjuk, mereka selamat dari debu yang gelap dan pekat.” (HR. Thabrani dan Hakim) Abu al Faraj Ibnul Jauzi, menukilkan sebuah kisah penuh makna tentang seorang pemuda bernama Uwais al Qarni. Ia hidup sezaman dengan Rasulullah namun tidak sempat bertemu.
25
Pemuda dari negeri Yaman ini tak dikenal banyak orang, hidup dalam kemiskinan dan banyak orang yang menghinanya. Ia memiliki seorang ibu yang sudah tua dan buta, sehingga kebutuhan sehari-harinya harus dicukupi Uwais. Hal ini pulalah yang menyebabkan Uwais hanya bisa
memendam
kerinduan
untuk
bertemu
dengan Rasulullah, apalagi ketika orang-orang datang
dari
Madinah
pertemuan
mereka
dan
menceritakan
dengan
Rasulullah.
Kerinduan Uwais semakin memuncak. Suatu
kali
Uwais
menguatkan
hati
meminta ijin kepada ibunya untuk berangkat ke Madinah
menemui
Rasulullah.
Alangkah
senangnya hati Uwais karena ternyata ibunya memberi ijin, tetapi ia dipesan agar lekas kembali
lagi.
perbekalan
Setelah
untuk
menyiapkan
ibunya,
Uwais
kemudian
memohon diri dan berangkat ke Madinah.
26
semua
Sesampainya di Madinah dengan penuh semangat dan rasa bahagia, ia menuju rumah Rasulullah
dan
mengatakan
ingin
bertemu
Rasulullah. Tapi sayang ia tidak bisa bertemu karena saat itu Rasulullah dan kaum Muslimin sedang berada di medan perang. Betapa sedih hati Uwais, ia ingin menunggu hingga Rasulullah kembali tetapi ia kemudian teringat pesan ibunya, agar ia lekas pulang. Karena ketaatan kepada ibunya tersebut, Uwais akhirnya kembali ke Yaman, dan meredam keinginan hatinya untuk bertemu Rasulullah. Ia melangkah pulang dengan perasaan haru. Saat
Rasulullah
kembali
dari
medan
perang, beliau langsung menanyakan perihal orang yang mencarinya. Seorang yang taat kepada ibunya, penghuni langit dan banyak dikenal di langit. „Aisyah
menyampaikan
bahwa
ada
seorang lelaki yang ingin bertemu Rasulullah 27
tetapi kemudian segera pulang ke Yaman karena tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Rasulullah
kemudian
bersabda,
seraya
memandang „Umar dan „Ali, “Suatu ketika, jika kalian bertemu dengannya, mintalah doa dan dimintakan ampun, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi.” Selang beberapa lama, „Umar dan „Ali mencari Uwais dan melaksanakan apa yang disabdakan Rasulullah tersebut. Uwais kemudian berkata
kepada
„Umar
dan
„Ali,
“Hamba
meminta supaya hari ini saja hamba diketahui orang.
Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah
hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.” Pada saat meninggal, banyak orang yang tidak dikenal oleh penduduk Yaman mengantar dan
mengiringi
penduduk
Yaman
jenazah menjadi
Uwais,
sehingga
terheran-heran.
Agaknya mereka itu adalah malaikat
yang
diturunkan ke bumi. Barulah penduduk Yaman 28
menyadari siapa Uwais al Qarni. Dialah hamba yang tidak dikenal di bumi, tetapi sangat terkenal di langit. Subhanallah!
Kisah
Uwais
di
atas
semestinya membuat kita merasa kecil dan tak berarti. Betapa kita dengan amal-amal yang masih terbatas, dengan kebaikan yang tidak seberapa, lebih menginginkan untuk dikenal banyak
orang
sebagai
ahli
ibadah.
Ingin
mendapatkan sanjung puji dari sesama manusia dan mendapat gelar orang yang shaleh. Padahal Allah
memerintahkan
kita
untuk
beribadah
semata untuk mengharap ridha-Nya, dan adalah Allah Dzat yang lebih pantas untuk diharapkan balasannya.
29
2.
Dari Negeri Siput Tuduhan keji kepada Rasulullah semakin
menjadi-jadi. Karena Rasulullah menceritakan tentang kisah yang „tak masuk akal‟ yang kemudian
didengar
kafir
Quraisy:
Rasul
menjelajahi langit! Jangankan para kafirin, orang mukmin saja yang pada waktu itu mendengar mungkin agak terperangah. Bagaimana mungkin di zaman yang masih mengandalkan unta dan kuda sebagai kendaraan itu, seorang bisa melintasi cakrawala? Lalu tampillah sosok Abu Bakar, “Aku percaya dengan apa yang dikatakan Muhammad, dan sekiranya ia menceritakan yang lebih dari itu pun aku akan mempercayainya!” Demikianlah, dan ia kemudian digelari AsShidiq bermakna orang yang membenarkan. Beberapa abad kemudian manusia mulai mencoba membuat alat yang mampu terbang. Adalah ilmuwan Muslim dari Andalusia (Spanyol) 30
bernama Ibnu Firnas yang merancang
dan
menguji coba mesin terbang pada abad ke 8. Kemudian dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan lain. Sampai akhirnya seorang Yuri Gagarin yang atheis bisa terbang ke luar angkasa. Dan barulah dunia mahfum, perjalanan ke angkasa bukanlah hal mustahil. Apalagi memang dikehendaki oleh Dzat yang mencipta dunia ini, seperti perjalanan isra‟ mi‟raj yang dahsyat itu. Diceritakan
dalam
sebuah
ilustrasi
menarik. „Ada seekor siput secara kebetulan terangkut sebuah truk yang menempuh perjalan dari kota A ke kota B. Secara normal untuk menempuh jarak kedua kota itu, seekor siput memerlukan waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Tetapi dengan bantuan truk dia hanya butuh waktu tidak lebih dari 24 jam! Setelah
kembali
kemudian
siput
temannya
bahwa
ke
tempat
asalnya
bercerita
kepada
teman-
ia
baru 31
saja
menempuh
perjalanan dari kota A ke kota B lengkap dengan cerita pengalaman dan apa yang dilihatnya. Tentu saja teman-teman yang mendengarkan tidak percaya, dan mereka justru menuding sang siput mengada-ada. Ini terjadi karena dalam peradaban siput belum mengenal kendaraan yang dinamakan „truk.‟ Lalu
adakah
yang
aneh
tentang
perjalanan Nabi? Padahal itu telah dirancang oleh Rabb semesta alam. Yang menciptakan jagad raya ini. Isra‟ Mi‟raj adalah sebuah perjalanan luar biasa yang mengiringi turunnya perintah ibadah luar biasa, shalat. Rasulullah memempuh perjalanan dari Masjidil Haram di Mekah sebagai kiblat shalat yang kedua ke Masjidil Aqhsa di tanah suci Palestina yang merupakan kiblat pertama umat Islam. Dilanjutkan ke langit ketujuh. Semua itu dilakukan dalam semalam! Dengan pertolongan
32
Allah tentu hal tersebut bukan menjadi suatu yang mustahil. “Maha
Suci
Allah,
yang
telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tandatanda
(kebesaran)
Kami.
Sesungguhnya
Dia
adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al Israa' [17]: 1) Orang-orang yang masih terus dalam keraguan dengan adanya akhirat atau hari pembalasan. Tidak percaya kebenaran Islam sebetulnya karena mereka masih berada dalam negeri siput. Mereka enggan menggunakan akal dan hatinya untuk memahami kekuasaan Allah. Maka segera tinggalkan negeri siput!
33