SPESIFIKASI TEKNIS 1. LINGKUP PEKERJAAN Uraian dalam rencana kerja dan syarat-syarat ini yang menyangkut segi Lingkup Pekerjaan Pembangunan SPAM Desa Ranugedang Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo Tahun Anggaran 2015 adalah : -Pekerjaan Persiapan -Pekerjaan Tanah -Pekerjaan Pengadaan Dan Pemasangan Pipa -Pekerjaan Jembatan Pipa 2. JENIS DAN MUTU BAHAN 2.1. Jenis dan mutu bahan yang akan dilaksanakan harus diutamakan bahan-bahan produksi Dalam Negeri,sesuai dengan keputusan bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Perindustrian dan Menteri Penertipan Aparatur Negara tanggal 03 Mei 2000 dan Perpres No. 54/2010 tgl 6 Agustus 2010. 2.2. Bahan-bahan bangunan/tenaga kerja setempat, sesuai dengan lokasi Yang ditunjuk, bila bahan-bahan bangunan dari semua jenis memenuhi syarat teknis, sesuai dengan peraturan yang ada, dianjurkan untuk dipergunakan dengan mendapatkan ijin dari Direksi (secara tertulis). 2.3. Bila bahan-bahan bangunan yang telah memenuhi spesifikasi teknis Terdapat beberapa/bermacammacam jenis (merek) diharuskan untuk memakai jenis dan mutu bahan satu jenis. 2.4. Bila rekanan telah menandatangani/melaksanakan jenis dan mutu bahan unuk pekerjaan tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan, bahan-bahan barang tersebut harus ditolak dan ditolak dan dikeluarkan dari lokasi pekerjaan paling lambat 24 jam setelah ditolak dan biaya menjadi tanggung jawab rekanan. 2.5. Contoh – contoh yang dikehendaki oleh pemberi tugas atau wakilnya harus segera disediakan tanpa keterlambatan atas biaya pemborong dan harus sesuai dengan standar. Contoh – contoh tersebut diambil dengan cara begitu hingga dapat dianggap bahwa bahan tersebut disimpan sebagai dasar penolakan, bila ternyata bahan atau cara mengajukan yang dipakai tidak sesuai dengan contoh kualitas maupun sifat – sifatnya. 2.6. Dalam uraian dan syarat-syarat disebutkan nama pabrik pembuatan dari suatu barang, maka ini hanya dimaksudkan hanya menunjukan kualitas atau type dari barang–barang yang memuaskan pemberi tugas. 3. URAIAN PEKERJAAN 3.1. Penyediaan Peralatan / Alat Bantu Pemborong harus menyediakan segala yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan secara sempurna dan effisien dengan urutan yang teratur termasuk semua alat-alat pembantu yang dipergunakan seperti andang-andang, alat-alat penarik dan sebagainya yang diperlukan oleh
rekanan dan semua alat-alat tersebut pada waktu pekerjaan selesai karena sudah tidak berguna lagi dan untuk memperbaiki kerusakan yang diakibatkanya. 3.2. Kuantitas dan Kualitas Pekerjaan. a. Kuantitas dan kualitas dari pekerjaan yang termasuk dalam harga kontrak harus
dianggap
seperti apa yang tertera dalam gambar-gambar kontrak atau uraian dan syarat-syarat. Tetapi kecuali yang disebut diatas apa yang tertera dalam uraian dan syarat-syarat atau gambar dalam kontrak itu harus sesuai pula, bagaimanapun tidak boleh menolak, merubah atau mempengaruhi penetrapan atau interprestasi dari apa yang tercantum dalam syarat – syarat ini. b. Kekeliruan dalam uraian pekerjaan atau kuantitas atau pengurangan bagian – bagian dari gambar dan uraian dan syarat tidak boleh merusak (membatalkan) kontrak ini, tetapi hendaknya memperbaiki dan dianggap suatu perubahan yang dikehendaki oleh pemberi tugas. c. Segala pernyataan mengenai kuantitas pekerjaan yang ingin sewaktu – waktu diberikan pada pemborong tidak boleh merupakan bagian dari kontrak ini harga – harga yang dimuat dalam daftar harga tetap digunakan, meskipun ada ketidak sesuaian antara harga – harga itu dengan apa yang tercantum dalam perkiraan manapun. d. Harga kontrak tidak boleh disesuaikan atau dirubah secara bagaimananpun selain menuruti ketetapan yang tepat dari syarat – syarat ini, segala kekeliruan baik mengenai hitungan atau bukan perhitungan harga kontrak harus dianggap telah diterima oleh kedua belah pihak yang bersangkutan. 4. GAMBAR-GAMBAR PEKERJAAN 4.1. Gambar gambar Rencana Pekerjaan Terdiri dari gambar Bestek, gambar detail kontruksi, gambar situasi dan sebagainya yang telah dilaksanakan oleh Konsultan Perencana telah disampaikan kepada rekanan beserta dokumen yang lain. Rekanan tidak boleh mengubah dan menambah tanpa mendapat persetujuan tertulis dari PPK /Direksi. Gambar-gambar tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak lain yang tidak ada hubunganya dengan pekerjaan pemborong ini atau dipergunakan untuk maksud-maksud lain. 4.2. Gambar-Gambar Tambahan. Bila Direksi menganggap perlu, maka Konsultan Perencana harus membuat tambahan gambar detail (gambar penjelasan ) yang diperiksa dan disahkan oleh Direksi, gambar-gambar tersebut menjadi milik Direksi. 4.3. As Bullt Drawing – (Gambar yang sesuai sebagaimana yang dilaksanakan ). Untuk semua pekerjaan yang belum terdapat gambar-gambar baik penyimpanan atas perintah Pemberi Tugas atau tidak, Pemborong harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan (As Bullt Drawings), yang jelas memperhatikan perbedaan antara gambar-gambar kontrak dan pekerjaan yang dilaksanakan.Gambar gambar tersebut harus dilaksanakan dalam rangkap 3 (tiga) dan semua biaya pembuatanya ditanggung olrh rekanan. 4.4. Gambar-Gambar di Tempat Pekerjaan Rekanan harus menyimpan di tempat pekerjaan atau rangkap gambar kontrak lengkap termasuk Rencana Kerja dan Syarat-syarat. Berita acara Aanwijzing Time Schedulle, dalam keadaan baik
(dapat dibaca dengan jelas) termasuk perubahan-perubahan terakhir dalam masa pelaksanaan pekerjaan, agar tersedia jika Pemberi Tugas atau wakilnya sewaktu-waktu memerlukan. 5. PENJELASAN SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR 5.1. Bila terdapat perbedaan gambar antara gambar rencana dan gambar detail, Maka gambar detail yang dipakai / diikuti. 5.2. Bila terdapat skala gambar dan ukuran tidak sesuai, maka ukuran dengan angka dalam gambar diikuti. 5.3. Bila ukuran-ukuran jumlah yang diperlukan dan bahan-bahan barang yang dipakai dalam SPESIFIKASI TEKNIS yang diikuti. 5.4. Bila Rekanan meragukan tentang perbedaan gambar-gambar yang ada mengenai mutu yang dipakai maupun konstruksi dengan SPESIFIKASI TEKNIS, maka rekanan berkewajiban untuk menanyakan kepada pengawas / PPK ( Pejabat Pembuat Komitmen ) secara tertulis. 5.5. Rekanan berkewajiban untuk mengadakan penelitian tentang hal tersebut diatas. Setelah rekanan menerima dokumen dari Kegiatan dan hal tersebut akan dibahas dalam rapat penjelasan. 5.6. Sebelum melaksanakan pekerjaan rekanan diharuskan meneliti kembali semua dokumen yang ada untuk disesuaikandengan Berita Acara rapat penjelasan. 6. PERSIAPAN DI LAPANGAN 6.1.
Prosedur Persiapan a.
Sebelum rekanan Pemborong mengadakan persiapan di lokasi, sebelumnya harus memenuhi prosedur tentang tata cara perijinan/perkenan untuk memulai persiapan-persiapan pembangunan kepada Dinas Pekerjaan Umum Kota Probolinggo terutama tentang dimana harus membangun bangunan, jalan masuk dan sebagainya.
b.
Pada saat mengadakan persiapan dan pengukuran Direksi lapangan sudah harus mulai aktif untuk mengadakan pengawasan sesuai dengan tugasnya.
c.
Untuk menghindari keraguan kontruksi, maka sebelum pada tiap-tiap bagian pekerjaan dilaksanakan, diharuskan mendapat ijin tertulis dari Direksi lapangan untuk dapat meneruskan bagian dari pekerjaan tersebut secara berkala. 7. JADWAL PELAKSANAN
Pada saat Rekanan akan memulai pelaksanan di lapangan atau setelah rekanan menerima SPK dari Pejabat Pembuat Komitmen harus segera mengadakan persiapan antara lain pembuatan jadwal pelaksanan yang berupa Barchart secara tertulis, berisi tahap-tahap pelaksanan pekerjaan , waktu yang dicantumkan atau direncanakan dan disesuiakan dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam kontrak dan harus disahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ), Barchart tersebut harus selalu berada di lokasi tempat pekerjaan diikuti dengan perkembangan hasil pelaksanan pekerjaan di lapangan, dengan diberikan tanda garis tinta warna merah. Bila terdapat/terlihat adanya hambatan, semua pihak harus segera mengadakan langkah-langkah untuk menanggulangi hambatan yang akan terjadi.
8. KUASA PEMBORONG DI LAPANGAN
8.1.
Pengawas dan Prosedur Pelaksanan. Pemborong atau rekanan harus mengawasi dan memimpin pekerjaan dengan manggunakan kecakapan dan perhatian sepenuhnya. Ia harus semata-mata bertanggung jawab untuk semua alat konstruksi, cara-cara teknik urutan dan prosedur dan untuk mengkoordinasikan semua bagian dari pada yang berada dibawah kontrak.
8.2.
Pegawai Pemborong yang melaksanakan a. Sebagai pemimpin sehari-hari pada pelaksanan pekerjaan pemborong harus dapat menyerahkan kepada seorang pelaksana yang ahli, sesuai dengan bidang keahlianya, cakap yang diberi kuasa dengan penuh tanggung jawab dan selalu berada di tempat pekerjaan . b. Sebagai penaggung jawab dilapangan pekerjaan, pelaksana harus mempelajari dan mendalami semua isi gambar, bestek dan Berita Acara Aanwijzing sehingga tidak terjadi kesalahankesalahan baik konstruksi maupun kualitas bahan-bahan yang harus dilaksanakan. c. Perubahan konstruksi maupun perubahan bahan-bahan bangunan dapat dilaksanakan apabila mendapat ijin tertulis dari Direksi/ PPK berdasarkan rapat Direksi d. Menyimpang dari hal tersebut menjadi tanggung jawab pemborong, untuk melaksanakan sesuai gambar dan bestek. e. Direksi berhak menolak penunjukan seorang pelaksana (Uitvoerder) dari pemborong berdasarkan pendidikan, pengalaman, tingkah laku dan kecakapan dalam hal ini pemborong harus segera menempatkan pengganti lain dengan persetujuan Direksi/PPK. 9. PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN
9.1.
Keamanan dan kesejahteraan Selama pelaksanan pekerjaan pemborong diwajibkan mengadakan segala hal yang diperlukan untuk keamanan para pekerja dan tamu, seperti pertolongan pertama, sanitasi, air minum dan fasilits-fasilitas kesejahteraan. Juga diwajibkan memenuhi segala peraturan, tata tertib, Koordonansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah setempat.
9.2.
Terhadap Wilayah Orang Lain Pemborong diharuskan membatasi daerah operasinya disekitar lokasi dan harus mencegah para pekerjanya melanggar wilayah orang lain yang berdekatan.
9.3.
Terhadap Milik Umum pemborong harus menjaga agar jalanan umum, jalan kecil dan hak pemakaian jalan, bersih dari bahan- bahan bangunan dan sebagainya dan memelihara kelancaran lalu lintas, baik bagi kendaraan bermotor maupun pejalan kaki selama kontrak berlangsung. Pemborong juga bertanggung jawab atas ganguan dan pemindahan yang terjadi atas kelengkapan umum (fasilitas) seperti saluran air. Listrik dan sebagainya yang disebabkan oleh operasi-operasi pemborong maka biaya pemasangan kembali dan segala perbaikan- perbaikan kerusakan menjadi tanggung jawab pemborong.
9.4.
Tahap bangunan yang ada Selama masa - masa pelaksanaan kontrak, pemboronng bertanggung jawab penuh atas
segala
kerusakan bangunan yang ada, utilitas, jalan - jalan, saluran - saluran pembangunan dan
sebagainya ditapak kerusakan - kerusakan sejenis disebabkan dalam arti kata yang luas, itu semua diperbaiki (pemborong) hingga dapat diterima pemberi tugas. 9.5.
Keamanan Terhadap Pekerjaan . Pemborong bertanggung jawab atas keamanan seluruh pekerjaan termasuk bahan-bahan bangunan dan perlengkapan instalasi di tapak, hingga kontrak selesai dan diterima baik oleh direksi . Ia harus menjaga kelengkapan dan bahan-bahan dari segala kemungkinan kerusakan, kehilangan dan sebagainya untuk seluruh pekerjaan termasuk bagian-bagian yang dilaksanakan oleh pekerjapekerja dan menjaga agar pekerjaan bebas dari air hujan dengan melindungi memakai tutup yang layak, memompa atau menimba seperti apa yang dihendaki atau diinstrusikan. 10. ALAT-ALAT PELAKSANA/PENGUKURAN
10.1.
Selama pelaksanan pekerjaan, pemborong harus menyediakan/menyiapkan alat-alat, baik untuk sarana peralatan pekerjaan maupun peralatan-peralatan yang diperlukan untuk memenuhi kualitas hasil pekerjaan antara lain pompa, beton mollen dan sebagainya. Penentuan titik-titik duga letak bangunan, siku-siku bangunan maupun datar (waterpass) dan tegak lurusnya bangunan harus ditentukan dengan memakai alat ukur yang tepat. 11. SYARAT – SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN
11.1.Pemborong harus selalu memegang teguh disiplin keras dan perintah yang baik antara pekerjanya dan tak akan mengerjakan tenaga yang tidak sesuai atau tidak mempunyai keahlian dalam tugas yang diserahkan kepadanya . 11.2.Pemborong menjamin bahwa bahan bangunan dan perlengkapan yang disediakan menurut kontrak dalam keadan baru dan bahwa semua pekerjaan akan berkualitas baik bebas dari cacat. 11.3.Semua pekerjaan tidak sesuai dengan standart ini dapat dianggap defiktif 11.4.Dalam pengajuan penawaran pemborong harus memperhitungkan biaya-biaya pengajuan atau pemeriksaan berbagai bahan pekerjaan. 11.5.Diluar jumlah tersebut pemborong tetap bertanggung jawab atas biaya-biaya pengiriman yang tidak memenuhi syarat-syarat yang dihendaki. 12. LAPORAN MINGGUAN DAN HARIAN Pemborong harus membuat laporan harian / mingguan mengenai kemajuan pekerjaan. Laporan kemajuan pekerjaan tersebut sekurang – kurangnya mengenai keterangan yang berhubungan dengan kejadiankejadian selama 1 (satu) bulan dimana disediakan disalah satu kemajuan sebagai berikut : a.
Jumlah pegawai/tenaga kerja yang dipekerjakannya selama satu bulan itu.
b.
Uraian kemajuan pekerjaan pada akhir bulan.
c.
Bahan – bahan dan barang – barang perlengkapan yang telah masuk dan diterima ditempat pekerjaan.
d.
Keadaan cuaca.
e.
Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek.
f.
Kunjungan tamu-tamu lain.
g.
Kejadian khusus.
h.
Foto-foto ukuran kartu pos sesuai dengan petunjuk pengawas.
i.
Pengesahan pengawas /Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan ( PPTK ) dan Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ). 13. JAMINAN KESELAMATAN BURUH
13.1. Air Minum dan Air Untuk Pekerjaan a.
Pemborong harus senantiasa menyediakan air mimum yang cukup bersih ditempat pekerjaan untuk para pekerjanya.
b.
Air untuk keperluan bangunan selama pelaksanaan, dapat mempergunakan atau menyambung pipa air yang ada dengan meteran air sumur yang bersih / jernih dan tawar, bila ini meragukan pengawas harus memeriksakan pada laboratorium.
13.2.
Kecelakaan. Apabila terjadi kecelakaan untuk tenaga kerja yang melaksanakan, pemborong harus segera mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan si korban dengan biaya pengobatan dan lainlain menjadi tanggung jawab pemborong dan harus segera melaporkan kepada jawatan perburuan dan direksi.
13.3.
Di lokasi pekerjaan harus disediakan peti obat-obatan untuk pertolongan pertama yang selalu tersedia di dalam setiap saat dan berada di tempat pengawas keet/Bow keet. 14. PEKERJAAN TIDAK BAIK
14.1.
Pemberi tugas berhak mengeluarkan instruksi agar pemborong membongkar pekerjaan apa saja yang telah ditutup untuk di periksa, atau mengatur untuk mengadakan pengujian bahan–bahan atau barang–barang, baik yang sudah dilaksanakan. Ongkos untuk pekerjaan sebagainya menjadi bahan pemborong untuk disempurnakan dengan kontrak.
14.2.
Pemberi tugas berhak mengeluarkan instruksi untuk menyingkirkan dari tempat pekerjaan. Pekerjaan-pekerjaan, bahan-bahan atau barang apa saja yang tidak sesuai dengan kontrak.
14.3.
Pemberi tugas berhak (tetap tidak dengan cara tidak adil atau menyusahkan) mengeluarkan perintah yang menghendaki pemecatan siapa saja dari pekerjaan. 15. PEKERJAAN TAMBAH KURANG / CCO ( CONTRACT CHANGE ORDER )
15.1.
Pemborong berkewajiban sesuai dengan pekerjaan yang diterima menurut ketentuan AV – 41 pasal 2 ayat 3 dan menurut gambar – gambar detail yang telah disahkan oleh bagian – bagian menurut persyaratan – persyaratan teknis untuk mendapatkan pekerjaan yang baik.
15.2.
Untuk pekerjaan tambah kurang hanya dapat dikerjakan atas perintah atau persetujuan secara tertulis dari Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan ( PPTK ) dan Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ) atau dasar harga yang disetujui oleh kedua belah pihak.
15.3.
Pekerjaan tambah kurang yang dikerjakan tidak seijin direksi secara tertulis dan tidak sah dan menjadi tanggung jawab pemborong sepenuhnya.
16. IJIN BANGUNAN DAN IKLAN 16.1.
Biaya ijin bangunan dan pengurusan menjadi beban pemborong dan dikalkulasikan dalam biaya pekerjaan persiapan dalam biaya pekerjaan persiapan dalam penawaran .
16.2.
Pemborong tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun daam batas-batas lapangan pekerjaan atau ditanah yang berdekatan tanpa ijin Direksi.
16.3.
Pemborong harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki lapangan pekerjaan.
16.4.
Pemborong harus memasang papan nama Kegiatan dilokasi dengan ukuran 0.80X 1,20 m warna dasar putih tulisan hitam. 17. PEKERJAAN PERSIAPAN
17.1
Pekerjaan Pembersihan Lokasi harus bersih dari tanaman / tumbuhan, apabila belum bersih, maka kontraktor wajib untuk membersihkan, dengan menebang pohon – pohon maupun semak – semak yang ada lokasi tersebut.
17.2
Pekerjaan Pengukuran Sebelum tanah digali harap diadakan pengukuran lokasi pekerjaan baik panjang total ataupun lebar tanah yang akan di gali untuk menanam pipa rencana. Hal tersebut dilakukan juga untuk pekerjaan bak penangkap, bak penampung dan hydrant umum yang dimensinya telah disyaratkan di gambar teknis.
17.3
Pekerjaan Direksi Keet Sebelum pekerjaan dikerjakan, rekanan harus menyiapkan direksi keet atau gudang untuk penyimpanan bahan dan alat – alat tukang.
17.4
Pekerjaan Papan Nama Kegiatan Pemborong harus memasang papan nama proyek dilokasi pekerjaan dengan warna dasar papan adalah putih dengan cat tulisan warna hitam. Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal dikeluarkannya SPK. Salah satu tulisan yang harus tertera dalam papan nama adalah Nama Kegiatan, Nama Pakerjaan, Kontraktor Pelaksana, Nilai Kegiatan, Lokasi Kegiatan, Nama Konsultan Pengawas, Nama Konsultan Perencana. 18. PEKERJAAN TANAH/URUGAN
18.1
Tanah dimana bangunan akan didirikan harus dibersihkan dari segala kotoran seperti sisa – sisa bongkaran, akar tumbuhan dan lain sebagainya, setelah itu di urug tanah dengan ketebalan sesuaikan dengan gambar kerja
18.2
Galian tanah pondasi harus dibuang 1 meter diluar galian.
18.3
Galian tanah pondasi berukuran minimal sama dengan gambar.
18.4
Jika pada galian terdapat air menggenang, harus dipompa keluar. Untuk itu pemborong harus menyediakan pompa air yang siap untuk pakai.
18.5
Semua galian yang tidak dipakai harus diangkut keluar lokasi pekerjaan.
18.6
Apabila terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga dicapai kedalaman yang melebihi apa yang telah ditentukan dalam gambar, maka kelebihan pada galian
harus diurug kembali dengan pasir. Biaya akibat pekerjaan tersebut menjadi tanggungan penyedia jasa. 18.7
Urugan kembali bekas galian harus disertai dengan pemadatan, sehingga minimal sama dengan keadaan tanah sebelum digali.
18.8
Urugan samping pondasi seluruhnya dilaksanakan dengan tanah urug yang dipadatkan dan disiram dengan air hingga kenyang dan padat.
18.9
Ketebalan urugan tanah yang diperkenankan maksimum 30 cm setiap lapis, kemudian dipadatkan pada ketebalan yang ditentukan urugan tersebut mencapai tingkat kepadatan yang diinginkan.
18.10 Semua urugan pasir harus dipadatkan dengan penyiraman air, sehingga mendapatkan angka kepadatan maksimal. 18.11 Untuk ketebalan urugan dapat dilihat dari gambar detail . 18.12 Untuk perkerjaan galian perkerasan harus diusahakan sampai yang keras/minimum sesuai dengan gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk Direksi. Pada pekerjaan galian ini menggunakan alat berat dengan kapasitas yang sesuai kebutuhan dilapangan. 18.13 Untuk perkerjaan galian perkerasan harus diusahakan sampai yang keras/minimum sesuai dengan gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk Direksi. Pada pekerjaan galian ini menggunakan alat berat dengan kapasitas yang sesuai kebutuhan dilapangan. 18.14 Galian tanah berukuran maksimal sama dengan gambar. 18.15 Untuk pekerjaan boring (pengeboran) dilakukan setelah ada pemberitahuan kepada Direksi sehingga didapatkan posisi boring yang benar untuk crossing jalan dan juga perlu diperhatikan untuk keamanan lalu-lintas selama pekerjaan ini dilakukan. Untuk ukuran pipa yang di tanam dalam pengerjaan boring ini dapat dilihat pada gambar teknis
19.
PEKERJAAN PIPA
19.1 Pekerjaan pipa yang dilaksanakan meliputi : a.
Bahan pemasangan pipa yaitu: - Pipa PVC SNI Ø 3" - Pipa PVC SNI Ø 2" - Pipa GI Ø 3" - Pipa GI Ø 2"
19.2 Pemasangan 1.
Umum a. Sebelum mulai pelaksanaan, Kontraktor terlebin dahulu mengajukan contohcontoh bahan yang akan digunakan kepada Direksi / Konsultan Pengawas untuk disetujui oleh Perencana dan Direksi/ Konsultan Pengawas. b. Tempat dimana akan dipasang alat-alat sanitair tersebut harus disiapkan lerlebih dahulu dengan teliti. Ukuran-ukuran harus diperiksa kembali, apakah masih sesuai dengan gambar perencanaan, apabila alat-alat tersebut sudah terpasang.
c. Pemasangan alat-alat sanitair tersebut diatas dilakukan dengan memperhatikan pedoman-pedoman yang diajurkan dari pabriknya. 2. Pipa dan Sambungan-sambungannya a. Pipa Di Atas Tanah - Pipa tidak boleh menembus Kolom, kaki kolom, kepala kolom, atau balok. tanpa mendapatkan ijin dari Direksi/Konsultan Pengawas. - Semua pipa harus diikat dengan kuat, dengan penggantung atau angker, untuk menjaga agar tidak berubah tempat, agar inklinasinya tetap, untuk mencegah timbulnya getaran dan harus sedemikian rupa sehingga masih memungkinkan berekspansi oleh perubahan temperatur. - Pipa horizontal yang digantung dengan penggantung harus dapat diatur dengan jarak antara penggantung maximal 3 (tiga) meter. - Kontraktor harus mengnjukan konstruksi dari sistem penggantungan untuk disetujui Direksi/Pegawas. Penggantung dari kawat atau rantai tidak boleh digunakan. - Penggantung atau penumpu pipa harus diikat pada konstruksi bangunan dengan angker yang dipasang pada waktu pengecoran beton atau dengan cara penembakan dengan paku beton dan alat bantu pistol tembak. - Type vertikal harus diltumpu dengan klem, jarak maksimum antara 2 meter. b. Pipa di Dalam Tanah - Dalam lubang galian harus cukup stabil dan rata, sehingga seluruh panjang pipa terletak/tertumpu dengan baik. - Pipa air bersih dan pipa pembuangan air kotor, tidak boleh dilelakkan pada lubang yang sama. - Setelah pipa dipasang pada lubang galian, semua kotoran dibuang dan lubang galian dan setelah diperiksa oleh Direksi/Konsultan Pengawas, maka lubang-lubang galian tersebut dapat ditutup dengan tanah bekas galian tersebut. atau dengan bahan lain yang disetujui. - Pipa air bersih sebelum diletakkan di dalam tanah harus dicat dengan cat anti karat atau flinkote. - Penimbunan
lubang galian harus sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu/mengubah letak pipa. c. Sparing Untuk Pipa-pipa - Sparing untuk pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut menembus konstruksi beton. - Sparing
harus
mempunyai
ukuran
yang
cukup
untuk
memberikan
kelonggaran kira-kira 5 mm diluar pipa. - Sparing untuk dinding dibuat dari pipa baja yang dilas ke beberapa anker. Rongga antara pipa dan sparing harus di-seal.
d. Sambungan-sambungan Pipa-pipa - Semua sambungnn yang menghubungkan pipa-pipa dengan luas penampang yang berbeda harus menggunakan ""Reducer" buatan pabrik. - Sedapat mungkin harus digunakan belokan-belokan (elbow) dengan "long Radius" belokan-belokan dengan jenis "SHORT RADIUS" hanya dibelokan untuk penggunaan yang tidak mungkin dipasang dengan long radius dan kontraktor harus memberitahukan kepada Konsultan Pengawas. - Sambungan-sambungan atau alat-alat yang akan menimbulkan tahan aliran yang tidak wajar tidak boleh digunakan.
- Untuk semua jenis sambungan yang menggunakan flens, harus dari jenis yang berpermukaan timbul (Raised Face Flange). Sebelum diadakan pengikatan dengan baut, antara kedua flens harus disisipkan packing dari jenis yang sesuai dengan untuk pemakaian air bersih. Untuk memudahkan pembukaan kembali pada waktu pemeliharaan, maka setiap baut yang akan dipasang harus dilumasi dengan suatu kompound anti karat. Jenis kompound harus mendapat persetujuan dari Direksi Konsultan Pengawas. e.
Pembersihan 1. Semua bagian yang terlindung dinding harus bebas dari lemak dan kotorankotoran lain. 2. Semua bagian yang d : lapisi chromium atau Nickel harus digosok bersih/mengkilap etelah selcsainya pemasangan instalasi. 3. Semua bagian pipa, katup dan alat alat lainnya harus dibcrsihkan terlebih dahulu dari lemak, lumpur yang masuk. 4. Apabila terjadi kemacetan, pengotoran pada bagian bangunan, atau finishing arsitektur atau timbulnya kerusakan lainnya yang semuanya atas kelalaian Kontraktor karena tidak membersihkan sistem pemipaan dengan baik, maka semua perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor. 5. Penggantung/penumpu pipa dan peralatan-peralatan logam lainnya yang akan ditumpu oleh tembok atau bagian bangunan lainnya, harus dilapis dengan cat pencegah karat.
19.3 Pengujian Sistem Pemipaan Air Bersih 1.
Seluruh sistem distribusi air bersih diuji dengan tekanan hidrostatik sebesar 1 s/d 1,5 kali tekanan kerjanya.
2. Apabila sesuatu bagian instalasi pipa akan tertutup oleh tembok atau konstruksi bangunan lainnya maka bagian dari instalasi tersebut harus diuji dengan cara yang sama seperti diatas sebelum ditutup dengan tembok atau bagian bangunan lainnya. 3. Setiap pompa air bersih, sebelum dinyatakan siap untuk operasi, harus diuji apakah pempa memenuhi karakteristik yang ditentukan oleh Pabrik pembuat
pompa. Pengujian ini dilakukan bersama-sama dengan Direksi lapangan dan Konsultan Pengawas. 19.4. Kegagalan Uji a.
Apabila pada waktu pe meriksaan atau pengujian ternyata ada kerusakan atau kegagalan dari suatu bagian dari instalasi, maka Kontraktor hnrus mengganti bagian atau bahan yang rusak/gagal tersebut dan pemeriksaan/pengujian dilakukan lagi sampai cukup memuaskan.
b.
Penggantian atas bagian pipa bahan ya ng rusak /gagal tersebut harus dengan pipa atau bahan yang baru. Penambahan (caulking) dengan bahan apapun tidak diperkenankan
20. PEKERJAAN BETON BERTULANG Pekerjaan ini meliputi, Rabatan Bawah Lantai t = 5 cm(t = 10cm untuk beton rabat HU), Sloof 15/20, Kolom 20/20, Kolom 20/20, Balok 15/15 dan Plat Beton t = 12 cm untuk atap dan tebal 10 cm untuk Bak Penangkap. Sebelum pekerjaan dilaksanakan kontaktor wajib menunjukan contah bahan yang akan digunakan untuk mendapat persetujuan dari Direksi. a.
Untuk ukuran beton dan detail penulangan dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja.
b.
Campuran beton dipakai 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr dilaksanakan untuk beton,Sloof 15/20, Kolom 20/20, Balok 15/15.
c.
Campuran beton K 100 dipakai untuk Rabatan Bawah Lantai.
d.
Untuk pekerjaan Plat Beton t = 12cm , 10 cm cm dan Kolom 20/20 menggunakan beton K = 200.
e.
Pengaduk dipakai mesin pengaduk (mesin molen/mixer) dengan penggerak motor yang masih baik dan putarnya normal.
f.
Air digunakan air PAM/ sumur atau air tanah/pengeboran yang memenuhi syarat PBI 1971.
g.
Pengecoran kembali pada kolom struktur pada prinsipnya pengecoran harus dilaksanakan sekaligus untuk bagian tertentu, untuk kolom struktur dilakukan minimal 2 tahap sesuai kekuatan begesting pada bagian pertemuan kolom dengan konsol harus dilakukan pengecoran sekaligus.
h.
PC (semen) dipakai jenis Ex Gresik, Tiga roda atau Nusantara asalkan sejenis (satu merk) untuk satu kesatuan struktur, dan semua betul – betul baru belum ada tanda – tanda mengeras.
i.
Besi tulangan dipakai besi polos ex local, baru bersih dari karat, toleransi ukuran maksimal 5% dan dilaksanakan sesuai dengan gambar adapun cara pembesian tulangan mengenai sambungan ataupun pembengkokan tulangan harus berpedoman pada Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971).
j.
Pemborong tidak boleh mengecor beton sebelum bekesting dan pasangan besi beton diperiksa dan disetujui secara tertulis oleh Direksi.
k.
Pemasangan begesting dipakai papan meranti 2 cm untuk tiang penyangga dipakai kayu 4/6, 5/7, 5/10, 6/12, 8/12 dan bahan lain yang memenuhi persyaratan begesting, jarak tiang penyangga diataur sedemikian rupa sehingga setelah pengecoran bentuk struktur tidak mengalami perubahan.
l.
Pembongkaran begesting dapat dilaksanakan setelah dapat persetujuan direksi.
m.
Setelah begesting dibongkar semua bidang yang terlihat ada lubang – lubang/tidak rata harus segera ditutup dengan spesi 1 Pc : 2 Ps.
n.
Melaksanakan pekerjaan beton harus mengikuti PBI 1971.
o.
Pemborong sebelum melaksanakan, wajib memeriksa gambar/perhitungan konstruksi beton bertulang.
p.
Kerikil beton untuk semua pekerjaan beton – beton bertulang dapat memakai kerikil ukuran ½ cm padat bersih, tidak keropos, bersih dari debu dan sebelum dipakai harus dicuci atau disiram terlebih dahulu dengan air.
q.
Pasir cor harus dipakai pasir khusus untuk beton, berbutir tajam, bersih dari segala kotoran dan tidak boleh tercampur dengan bahan lain.
r.
Balok latai dilaksanakan/dikerjakan langsung diatas kusen, pintu maupun jendela dan bofenlisgh yang mempunyai lebar bebas lebih besar dari 1 (satu) meter.
s.
Konstruksi pondasi setempat harus dipasang dengan lantai kerja karena terletak diatas tanah, adapun lantai kerja dikerjakan yang rata dengan ketebalan 5 cm dengan campuran nominal 1 Pc : 2 Psr : 3 Kr.
t.
Pembengkokan Tulangan : 1.
Batang tulangan tidak boleh dibengkokkan atau diluruskan dengan cara – cara yang merusak tulangan itu.
2.
Batang – batang tulangan yang telah diprofil, setelah dibengkok dan diluruskan kembali tidak boleh dibengkok kembali lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokan sebelumnya.
3.
Batang tulangan yang tertanam sebagian didalam beton tidak boleh dibengkok atau diluruskan dilapangan dalam keadaan beton dalam kondisi belum kering benar dapat dikerjakan dengan jalan pemanasan sampai kelihatan merah padam tetapi tidak boleh mencapai suhu lebih dari 850 derajat, tetapi pendinginan besi tidak boleh disiram dengan air.
u. Pemasangan Tulangan : 1.
Tulangan harus bebas dari kotoran lemak, kulit giling dan karat lepas, serta bahan – bahan lain yang mengurangi daya lekat.
2.
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa disesuaikan dengan dengan diameter dan jarak sesuai dengan gambar rencana dan selama pengecoran tidak boleh berubah pada tempatnya.
3.
Perhatian khusus yaitu untuk ketebalan beton, maka perlu diperhatikan untuk tebal selimut beton dan dalam hal ini perlu dipasang beton ducking dati beton dengan mutu sama dengan mutu yang akan dicor dan harus dipasang sebanyak 4 buah setiap m2, beton ducking dipasang harus tersebar merata.
4.
Penyambungan Tulangan beton dengan minimal panjang 30x diameter pengenal atau minimal 30 cm.
v.
Pengecoran dan Pemadatan : 1. Beton harus di cor sedekat - dekatnya ketujuan terakhir karena untuk penjegahan bahan – bahan akibat pemindahan adukan didalam adukan. 2. Pekerjaan Pengecoran dimulai dan dikerjakan tidak boleh berhenti sampai mencapai siar – siarpelaksanaan atas perintah pengawas lapangan.
3. Dalam pelaksanaan siar - siar dibuat sedemikian rupa hingga tidak mengurangi kekuatan konstruksi dan dalam batas pemberhentian pengecoran harus disetujui oleh Direksi lapangan. 4. Antara pengecoran balok dan pelat dan pengakiran pengecoran kolom harus ada waktu antara yang cukup, untuk memberikan kesempatan pada beton dari kolom untuk mengeras. Balok, pertebalan miring dari balok dan kepala - kepala kolom harus dianggap sebagai bagian dari sistim lantai dan harus dicor secara monolit. 5. Dalam pemadatan beton untuk mencegah timbulnya rongga - rongga kosong dan sarang - sarang kerikil adukan harus dipadatkan selama pengecoran dapat dilakukan dengan menumbuk numbuk adukan atau memukul - mukul cetakan, khusus pekerjaan untuk structur atau bangunan bertingkat diharuskan memakai alat - alat penggetar (veberator) adapun dalam pelaksanaan harus : -
Jarum penggetar yang diamasukkan kedalam adukan kira - kira vertical, tetapi dalam keadaan khusus boleh miring sampai 45 derajat.
-
Selama penggetar, jarum tidak boleh digerakkan kearah horizontal karena hal ini akan menyebabkan pemisahan bahan - bahan.
-
Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dekat dari 5 cm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras. Juga harus diusahakan agar tulang tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak terlepas dari betonnya dan getaran – getaran tidak merambat kebagian – bagian lain dimana betonnya sudah mengeras.
-
Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjng jarum dan pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 s/d 50 cm. Berhubung dengan itu, maka pengecoran dari bagian – bagian konstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap – tiap lapis dapat dipadatkan dengan baik.
-
Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai nampak mengkilapa sekitar jarum (air semen mulai memisahkan diri dari agregat) yang pada umumnya tercapai setelah maksimum 30 detik. Penarikan jarum ini tidak boleh dilakukan terlalu cepat, agar rongga bekas jarum dapat diisi penuh lagi dengan adukan.
-
Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa hingga daerah – daerah pengaruhnya saling menutupi.
w.
Perawatan 1.
Untuk mencegah pengeringan bidang – bidang beton, selama paling sedikit dua minggu beton harus dibasahi terus menerus antara lain dengan menutupi dengan karung basah. Pada pelat lantai pembasahan harus terus menerus dilakukan dengan merendamnya (menggenanginya) dengan air. Pada hari – hari pertama sesudah selesai pengecoran, proses pengerasan tidak boleh diganggu, dan sangat dilarang untuk menggunakan lantai yang belum cukup mengeras sebagai penimbunan bahan – bahan atau sebagai jalan untuk mengangkut bahan – bahan yang berat.
2.
Bila perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar, pemanasan atau proses – proses lain untuk mempersingkat waktu pengerasan dapat dipakai. Cara – cara ini harus disetujui terlebih dahulu dengan seijin/konsultasi dengan PU setempat.
x.
Pembongkaran Begesting a
Pembongkaran bekisting tidak dibenarkan bila :
Umur beton belum mencapai kekuatan sesuai PBI 1983 dan PB ‘89.
Umur beton belum mencapai kekuatan yang memadai untuk mendukung beban kerja di atasnya bila hal tersebut akan dilakukan.
b
Selama melaksanakan
pembongkaran, Kontraktor Pelaksana
harus mengajukan ijin
pembongkaran secara lisan kepada Direksi (Konsultan Pengawas). Namun sebelum Direksi memberikan ijin secara tertulis (baik melalui surat resmi maupun tertulis dalam buku Direksi), Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pembongkaran. c
Pembongkaran bekisting harus dilaksanakan secara hati-hati sedemikian rupa sehingga :
Tidak menyebabkan kerusakan konstruksi baik bagi betonnya sendiri maupun konstruksi lainnya.
d
Tidak membahayakan pekerja dan orang lain.
Bagian beton yang keropos setelah pembongkaran bekisting harus segera diisi dengan mortar beton sesuai campuran asal.
e
Bahan-bahan bekisting bekas bongkaran harus dikumpulkan disatu tempat atas petunjuk Direksi sehingga tidak menghambat jalannya pelaksanaan selanjutnya.
f
Akibat-akibat dari kekhilafan Kontraktor Pelaksana dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya.
y.
Dimensi/Ukuran Dalam pekerjaan beton, ukuran – ukuran /dimensi yang dipergunakan untuk setiap macam jenis pekerjaannya , diameter tulangan dan jarak maupun ukurannya semua harus sesuai dengan gambar bestek. 24.
24.1
PEKERJAAN BESI
Pekerjaan besi yang dilaksanakan meliputi :
a.
Bahan pemasangan besi yaitu: - Baja WF 300 - Kawat Baja Seling 16 mm - Besi jarum keras 16 mm - Besi plat strip 4,5.50 - Plat Besi Pengaku (t =4.5 mm) - Baut - Wire Clip
24.2
Pemasangan a. Umum -
Pengelasan dimana hasil pengelasan ya ng baik dengan ketebalan 5 s/d 10 mm, pada saat pengelasan tidak boleh terputus-putus dan tidak boleh berongga bagian dalam atau keropos.an apabila hasil pengelasan keropos atau berongga ma ka
pengelasan
la ma
harus
digerenda
kembali
dan
baru
dilakukan
pengelasan ulang, atau bila me ngulang pengelasan pengelasan ulang dimana per mukaan pengelasan lama harus dibersihkan dari kerak-kerak atau kotorankotoran las harus dibersihkan dengan jalan dipukul sampai kotoran-kotoran tersebut mengelupas baru dapat dilakukan ke mbali pengelasan ulang. Dan apabila pihak user atau Dinas terkait/pengawas lapangan meragukan hasil pengelasan yang tidak baik bilamana perlu me mi nta hasil yang baik dengan jalan extre y untuk mengetahui di mana titik-titik keropos hasil pengelasan dengan bia ya dari Pihak rekanan. - Jenis las yang dipergunakan dengan Las Listrik dengan kesei mbangan antara ampere listrik, dala m hal ini jenis pengelasan dipakai : las tumpul, sudut, pengisi atau tersusun sesuai dengan posisi dimana ya ng akan diadakan pengelasan diantara sebagai berikut: :
Las tumpul penetrasi penuh, las tumpul di mana terdapat penya tuan antara las dan bahan induk sepanjang kedalaman penuh sambungan.
Las tumpul penetrasi sebagian dimana kedalaman penetrasi lebih kecil dari pada kedalaman penuh sa mbungan.
Ukuran las adalah jarak antara permukaan luar las (tidak ter masuk perkuatannya ) terhadap kedala man penetrasi yang terkecil , khusus sa mbungan antara 2 (dua) bagian ya ng me mbe ntuk T atau L (siku) ukuran las penetrasi penuh adalah tebal bagian ya ng me numpu
Ketebalan las bagian yang tertebal dipakai 10 s/d 15 mm, dan tebal mini ma l untuk pengelasan sudut ya itu 6 s/d 10 mm. Panjang effektive las sudut adalah seluruh panjang sudut ukuran las sudut berukuran penuh dengan panjang effektive paling tidak harus 4 (e mpat) kali ukuran las. Bila mana ukuran panjang kurang ma ka ukuran las harus dianggap 0.25 dikalikan dengan panjang effektive, pers yaratan ini berlaku juga untuk panjang mini mum pada sambungan pelat yang bertumpuk atau doubel. Untuk pengelasan entermedeit atau (selang-seling) yaitu tiap segmen las sudut ya ng tidak menerus harus me mpunya i panjang effective tidak kurang dari 40 mm dan 4 (e mpat) kali ukuran nominal. 25. PEMBERITAHUAN PENYERAHAN PEKERJAAN YANG PERTAMA (KE I) Apabila dalam waktu pelaksanaan dalam waktu kontrak atau tanggal baru akibat perpanjangan waktu sesuai dengan adendum kontrak telah berakhir, pemborong harus segera menyerahkan hasil pekerjaan selesai dengan kontrak kepada Pemberi Tugas/ Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ) secara tertulis dengan tembusan kepada Direksi dan kemudian Konsultan Pengawas dengan surat penyerahan pekerjaan dari pemborong tersebut Konsultan Pengawas berkewajiban : 1. Membuat evaluasi tentang seluruh pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kontrak pemborongan . 2. Menanggapi/melaporkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK )/Direksi tentang sikap Konsultan Pengawas berdasarkan hasil evaluasi pekerjaan tersebut secara tertulis.
Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ) akan mengadakan rapat Direksi mengenai penyerahan pekerjaan tersebut diatas berdasarkan : -
Kontrak pemborong.
-
Surat penyerahan pekerjaan dari kontraktor/pemborong.
-
Surat tanggapan dari Konsultan Pengawas, setelah dapat menerima penyeraha pekerjaan tersebut. 26. PEMELIHARAAN BANGUNAN SEBELUM PENYERAHAN KE-II
Terhitung mulai diterimanya penyerahan pekerjaan yang ke I hingga ( 180 ) hari kemudian adalah merupakan masa peralihan yang masih menjadi tanggung jawab pemborong sepenuhnya antara lain : 1. Keamanan dan penjagaan. 2. Penyempurnaan dan pemeliharaan. 3. Pembersihan. Apabila pemborong telah melaksanakan hal tersebut diatas sesuai dengan kontrak, maka penyerahan pekerjaan yang kedua dapat dilaksanakan seperti tata cara (prosedur) pada penyerahan pekerjaan yang pertama. Sesuai dengan A.V. pasal 49 kontraktor/rekanan bertanggung jawab selama 5 (lima) tahan mulai dari penyerahan pekerjaan untuk seluruh pekerjaan, bagian-bagian pekerjaan atau untuk pekerjaan yang meliputi kerusakan-kerusakan atau cacat yang berakibat pada bangunan-bangunan sebagai akibat dari bahan-bahan dan atau pelaksanaan yang tidak baik, kecuali mengenai soal-soal kerusakan atau cacat yang disebabkan oleh keadaan yang kontraktor sebelum atau sewaktu pelaksanaan pekerjaan tersebut tidak dapat mengetahui sebelumnya. 27. BENDA-BENDA BERSEJARAH/PURBAKALA a. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan bangunan atau sebagian bangunan terdapat benda-benda purbakala dan sebagainya, maka untuk sementara pekerjaan tersebut harus segera dihentikan dan melaporkan hal tersebut kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan ( PPTK ) dan Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ) atau pejabat daerah setempat yang berwenang. b. Rekanan tetap bertanggung jawab tentang hal tersebut diatas apabila terjadi penyimpangan dari semua peraturan yang ada. 28. PENUTUP Apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (SPESIFIKASI TEKNIS) ini untuk uraian bahanbahan, pekerjaan-pekerjaan, yang tidak disebut perkataan atau kalimat “diselenggarakan oleh pemborong” maka hal ini harus dianggap seperti disebutkan. Guna mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka bagian-bagian yang nyata termasuk di dalam pekerjaan ini, tetapi tidak dimasukkan atau disebut kata demi kata dalam SPESIFIKASI TEKNIS ini, haruslah diselenggarakan oleh pemborong dan diterima sebagai “hal” yang disebut.
Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini ditentukan lebih lanjut oleh Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ) bilamana perlu diadakan perbaikan dalam SPESIFIKASI TEKNIS ini.