Southeast Asian Fisheries Development Center
www.seafdec.or.th
JTF
Apa itu Departemen Pelatihan ? Departemen Pelatihan, Pusat Pengembangan Perikanan Asia Tenggara (SEAFDEC/TD) diprakarsai oleh Dewan SEAFDEC pada saat Rapat Peresmian tahun 1968 di Bangkok, Thailand dan secara resmi didirikan pada tahun 1970 dengan tujuan untuk mengembangkan teknologi perikanan modern untuk pemanfaatan sumber daya ikan yang lebih baik dan untuk mereduksi kekurangan tenaga kerja pada perikanan tangkap di Asia Tenggara. SEAFDEC/TD berlokasi di Amphoe Phrasamutchedi di Provinsi Samut Prakan, Thailand. Sesuai Kesepakatan SEAFDEC, Pemerintah Thailand menyediakan SEAFDEC/TD berupa gedung kantor dan asrama untuk menampung staf dan peserta latih termasuk peralatan lain yang mendukung operasional Departemen. What is Training Department? The Training Department of the Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC/TD) was created by the SEAFDEC Council during its Inaugural Meeting in 1968 in Bangkok, Thailand and was formally established in 1970 with the objectives to develop modern fishery technologies for the better use of marine fish resources and to reduce manpower shortages in marine capture fisheries in Southeast Asia. SEAFDEC/TD is located in Amphoe Phrasamutchedi in Samut Prakan Province, Thailand. The Government of Thailand, according to the Agreement Establishing SEAFDEC, provides SEAFDEC/TD with office building and dormitory to accommodate staff and trainees as well as other equipments and contributed toward the Department's operation.
Karena kita peduli terhadap generasi selanjutnya ... Pusat Pengembangan Perikanan Asia Tenggara mempersembahkan.....
"Kisah seorang anak bernama Por"
Because we care for the next generations… The Southeast Asian Fisheries Development Center Would like to present.....
“Story of a boy named Por”
Penyelia : Bundit Chokesanguan dan Thaweesak Chanloi Supervisors : Bundit Chokesanguan and Thaweesak Chanloi Pengurang : Panitnard Taladon dan Krit Phusirimongkol Authors : Panitnard Taladon and Krit Phusirimongkol Penyunting : Virgila T. Sulit Editor : Virgila T. Sulit Pereka Grafik : Kamtorn Sukhondhasup Graphic Designer : Kamtorn Sukhondhasup Penterjemah : Halimah Mohamed Translator : Halimah Mohamed
Hakcipta Southeast Asian Fisheries Development Center Post Box 97, Phrasamutchedi Samut Prakan 10290 Thailand © Copyright Southeast Asian Fisheries Development Center Post Box 97, Phrasamutchedi Samut Prakan 10290 Thailand Printed....May 2012
Suatu pagi di sebuah desa nelayan kecil, seorang anak yatim piatu bernama "Por" yang tinggal bersama neneknya yang dulunya biasa menangkap ikan, tetapi sekarang dia tidak bisa melakukannya lagi karena lanjut usia dan kakinya sakit. "Por" masih terlalu muda untuk pergi sendiri menangkap ikan. One morning at a small fishing village. A boy named “Por” who lost his father and mother, lives with his grandmother who used to do fishing in the past, but she cannot do it now because of old age and pains on her legs. Boy “Por” is still too young to go fishing by himself.
1
Setiap hari, Por bekerja di pelabuhan perikanan desa dengan imbalan ikan kecil atau ikan rucah yang ditumpuk di satu tempat di pelabuhan dan sudah mulai mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Every day, Por has to work at the village's fishing port in exchange for small or trash fishes which are piled together in the port and are already beginning to have unpleasant smell.
2
Tapi dia selalu mencoba untuk mendapatkan ikan terbaik untuk dimasukkan ke dalam keranjang buat neneknya untuk dimasak. Ketika melihat ikan di keranjang, dia merasa iba karena ikannya sekarat, sementara ukurannya masih terlalu kecil.
But he tries every time to find the best fishes to put in the old basket for his grandmother to cook. While looking at the fishes in his basket, he feels pity because they are dying while still very small.
3
Kadang-kadang, tetangga baiknya bernama "Dum" akan mampir dan memberi Por dan neneknya beberapa ikan. Dum selalu mengatakan "Ikan telah berkurang, hasil tangkapan menjadi lebih kecil, dan harganya pun sangat murah". Por selalu mengatakan terima kasih kepada Dum dengan penuh rasa hormat. Sometimes, his kind neighbor named “Dum” would drop by and give him and his grandmother some fishes. Dum always says “Fishes have decreased, and the catch is becoming smaller furthermore, the price is very cheap”. Por always says thank you to him with great respect.
4
Sering kali, Nenek akan meminta Por untuk membawa telur ayam untuk Dum. Dia selalu berkata "Jangan ambil semua telurnya, tinggalkan beberapa untuk dierami". Por mengikuti nasihat neneknya meskipun ia benar-benar tidak mengerti mengapa telur harus disisakan untuk dierami.
Many times, Grandmother would ask Por to bring chicken eggs for Dum. She would always say “Don't take all the eggs, leave some for incubation”. The boy follows her advice even though he really does not understand why the eggs must be left for the incubation.
5
Suatu pagi, selagi Por sedang tekun bekerja di pelabuhan perikanan desa, seorang pria bernama "Chai" berkata "Nak, kamu tidak perlu datang ke sini besok karena semua orang harus pergi ke balai desa, untuk menghadiri pelatihan tentang ”Alat Pemisah Anak Ikan dan Ikan Rucah”. Jika kamu tertarik, kamu bisa datang dan mengamati". One morning, while Por was diligently working at the village's fishing port, a man named “Chai” said “Boy, you don't need to come here tomorrow because everybody must to go to the village hall, to attend the training on “The use of Juvenile and Trash Excluder Devices (JTEDs)”. If you are interested, you can come and observe.
6
Keesokan harinya, Por berlari dengan tergesa-gesa menuju balai desa. Ketika dia tiba, dia melihat beberapa penduduk desa sedang memasang alat aneh dengan jaring trawl. Yang lain sedang mendengarkan seseorang yang sedang menjelaskan sesuatu. Next day, Por hurriedly ran to the village hall. When he arrived, he saw some villagers installing a strange tool with the trawl net. The others were listening to a man who was explaining something.
7
Por mencoba untuk lebih mendekat, dan memperhatikan sekelompok orang asing dari "Pusat Pengembangan Perikanan Asia Tenggara (SEAFDEC)" yang sedang memperkenalkan sebuah Alat Pemisah Anak Ikan dan Ikan Rucah" atau JTED kepada penduduk desa yang digunakan untuk melepaskan ikan-ikan kecil dari jaring trawl. Por tried to get closer, and learned that the group of strangers was from “the Southeast Asian Fisheries Development Center” and that the tool was known as the “Juvenile and Trash Excluder Device (JTED)” which is used to release the small fishes from the trawl net.
8
Sore hari setelah pemasangan JTED pada jaring trawl, penduduk desa membantu membawa alat tersebut ke kapal ikan untuk ujicoba di laut. Por memperhatikan kapal dengan membayangkan bagaimana ikan-ikan kecil melepaskan diri dari jaring trawl sebagaimana yang dikatakan petugas.
In the afternoon after the installation of JTED to a trawl net, the villagers helped bring a fishing boat for sea-trial. Por concentrated at the boat with imagination about the juveniles releasing from the trawl net as the officer said.
9
Setelah agak lama, kapal ikan tiba di pelabuhan perikanan desa. Por berlari dengan tergesa-gesa untuk membantu para nelayan membawa keranjang ikan dari perahu dengan penuh minta.
After rather a long period of time, the fishing boat arrived at the village's fishing port. Por hurriedly ran to help the fishermen carry the fish baskets from the boat with much excitement.
10
Keranjang-keranjang ikan dibawa ke balai desa. Kemudian Petugas menjelaskan bahwa "ikan besar masuk melalui ujung “cod” sedangkan anak ikan masuk melalui jaring penutup yang menutupi ”cod-end”, ini hanya selama ujicoba saja.
Petugas lebih lanjut menjelaskan bahwa "Jika kita tidak memasang JTED, tidak hanya ikan besar tetapi juga anak ikan pun akan tertangkap, dan bila dijual harganya pun sangat murah, jika terus dibiarkan maka akhirnya kita akan kehilangan sumber daya ikan, dan ini sangatlah tidak menguntungkan.
The officer further explained that “If we do not install a JTED, both the large fishes The fish baskets were carried to the village hall. and juveniles will be caught, and that The officer explained that “The large fishes come from the juveniles are sold at very low price but the cod-end and the juveniles come from cover-net that covers the cod-end during the sea-trial only”. in the end losing the resources, so this is very unhelpful”.
11
Dum mengangkat tangannya dan berkata, "Tapi kita bisa menjual ikan rucah tersebut dengan harga 3 Baht (Rp.900) per kg". Petugas itu tersenyum dan membuat perbandingan: "Misalkan sekarang kamu punya 20 kg ikan rucah dan menjualnya dengan harga 3 Baht (Rp.900) per kg, kamu hanya bisa mendapatkan 60 Baht (Rp. 18,000). Tetapi jika kamu melepas ikan tersebut untuk tumbuh dalam waktu sekitar 12-15 bulan, berat ikan dapat meningkatkan hingga 10 kali. Jadi, kamu bisa mendapatkan 200 kg. Jika kamu menjual ikan dengan harga 30 Baht (Rp. 9,000) per kg, kamu bisa mendapatkan 6,000 Baht (Rp. 1,800,000). Jadi sangat berbeda, bukan! ". Banyak penduduk desa setuju dengan apa yang dikatakan petugas. Dum raised his hand and said “But we can sell the trash fish at 3 Baht per kg”. The officer smiled and made a comparison: “Suppose you have now 20 kg of trash fish and sell at 3 Baht per kg, you could get only 60 Baht. But if you release the fishes to grow up in about 12-15 months, the weight of the fish could increase up to 10 times. So, you can get 200 kg. If you sell the fish at 30 Baht per kg, you could get as much as 6,000 Baht. See it is very different!”. Many villagers agreed with what the officer had said.
12
Setelah itu, Chai mengatakan "walaupun kita tidak menangkap ikan-ikan kecil itu tapi yang lain akan menangkapnya". Kali ini, petugas perikanan provinsi yang Por sering melihatnya di pelabuhan perikanan, tersenyum dan berkata "Silakan menyerahkan masalah ini kepada kami, kami akan coba sebaik mungkin untuk mempromosikan penggunaan JTED kepada para nelayan di desa-desa lainnya. Mari kita bersama-sama membantu dalam upaya ini agar anak-cucu kita memiliki masa depan yang lebih baik". After that, Chai said “Even if we do not catch but the others will catch”. This time, the provincial fisheries officer whom Por often sees at the fishing port, smiled and said “Please leave this matter with us, we will try our best to promote the use of JTEDs to the fishermen in other villages too. Let us together help in this endeavor in order to have a great future of our children”.
13
Malam itu, Por dengan gembira bercerita kepada neneknya. "JTED membantu anak-anak ikan melepaskan diri dan tetap hidup untuk tumbuh menjadi besar di masa mendatang, sehingga kita akan terus memiliki ikan untuk dikonsumsi", kata Por. Kali ini, Por betul-betul mengerti mengapa neneknya selalu memintanya untuk menyisakan beberapa telur di kandang. Itu karena telur akan menetas menjadi anak ayam dan ketika mereka dewasa, mereka akan bertelur untuk kita konsumsi secara terus menerus. Jika kita ambil semua, maka kita tidak akan memiliki telur lagi untuk dikonsumsi di masa depan setelah ayam mati.
That evening, Por gladly told his grandmother. “JTEDs help the juveniles escape and remain alive to grow bigger in the future, so we will have the fishes for our consumption forever”, said Por. This time, Por has clearly understood why his grandmother always asks him to leave some eggs behind. That's because the eggs will hatch into chicks and when they grow up, they will lay eggs for us to continuously consume. If we take all, we will have no more eggs for future consumption after the chicken die.
14
Matahari mulai terbenam, beberapa perahu nelayan pergi melaut untuk menangkap ikan. Ikan-ikan kecil berenang dengan senangnya di tepian sebuah bukit karang kecil. Nenek dan Por merasa bahagia ketika mereka melihat laut di depan rumah mereka. Laut ini masih memainkan peran penting sebagai sumber makanan laut, mata pencaharian dan harapan bagi para nelayan selamanya. The sun is starting set, a few fishing boats are going to the sea for fishing. Small fishes are happily swimming beside a knoll. Grandmother and Por feel happy when they look at the sea in front of their house. This sea is still playing the role as important source of seafood, livelihood and hope for the fishermen forever.
15
Alat Pemisah Anak Ikan dan Ikan Rucah (JTED) adalah sebuah alat yang secara umum terdiri dari beberapa bentuk panel pemisah atau kisi dan sebuah panel pelepasan untuk mengeluarkan anak-anak ikan atau hewan yang tidak diinginkan dengan tetap menjaga target hasil tangkapan dalam jaring trawl. Juvenile and Trash Excluder Device (JTED) Juvenile and Trash Excluder Device (JTED) is a device that generally involves some form of separator panel or grid and an escape panel to exclude juvenile or unwanted animals to escape while maintain the target catch in the trawl net.