Sosialisasi dan Praktik Nilai Safety Riding Pada Anggota Komunitas Pulsar Rider Society Chapter Depok dan Sekitarnya Naskah Ringkas Skripsi Kharisma Tauhid 0906526374 Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Antropologi Artikel ini mengaji proses sosialisasi nilai safety riding dalam komunitas sepeda motor ketika berinteraksi dalam berbagai wadah-wadah kegiatan dan melihat nilai-nilai yang sudah ditanamkan tersebut dipraktikan oleh anggotanya dalam kehidupan sosial masing-masing anggota. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan observasi partisipasi. Peneliti menjadi bagian dari komunitas tersebut sebagai anggota untuk kemudian mengikuti secara langsung kegiatan-kegiatan yang ada di dalam komunitas tersebut. Dalam proses penelitian ini, peneliti mendapatkan perasaan langsung sebagai anggota komunitas dan mendapatkan pemahaman langsung dari sudut pandang seorang anak baru yang mendapatkan sosialisasi mengenai nilai-nilai yang ada di dalam komunitas Prides. Wadah kegiatan yang ada di dalam komunitas sepeda motor ada banyak dan terjadi dalam konteks yang dinamis. Kegiatan tersebut mencakup dari kegiatan darat, online, hingga perjalanan jarak jauh dengan menggunakan sepeda motor. Kegiatan dalam komunitas Prides juga mencakup kegiatan-kegiatan yang ruang lingkupnya luas dan melibatkan banyak pihak seperti kegiatan kampanye. Tujuan dari kegiatan-kegiatan tersebut adalah untuk membina anggota-anggota dalam komunitas agar menjadi pengendara sepeda motor yang memiliki nilai-nilai safety riding ketika berada di jalan raya. Dengan melihat kegiatan tersebut diharapkan bahwa dapat terlihat proses sosialisasi safety riding dalam komunitas Prides dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kata kunci: Sosialisasi, transfer pengetahuan, komunitas, nilai, safety riding, praktik
Safety Riding Dalam Masyarakat
tahun.1
Transportasi merupakan salah satu hasil
memang
perkembangan teknologi manusia yang
merupakan suatu hal yang sangat penting
saat ini paling dibutuhkan. Dalam jangka
bagi manusia. Data di atas menunjukkan
waktu
jumlah
paling tidak ada angka pertambahan
kendaraan roda empat dan roda dua
sepeda motor yang cukup pesat di Jakarta.
bertambah sangat pesat. Pertumbuhan
Seiring pertambahan kendaraan yang juga
sepeda motor sendiri mencapai 20% per
semakin
banyak,
memilih
transportasi
beberapa
tahun
saja,
Data
tersebut
saat
ini
menunjukkan
alat
manusia untuk
transportasi
tidak
fungsinya
1
Data diperoleh dari http://m.koran-‐ jakarta.com/?id=92444&mode_beritadetail=1
Sosialisasi dan praktik..., Kharisma Tauhid, FISIP-Ui, 2013
lagi
sekadar sebagai alat mobilisasi, namun
volume oli, minyak rem, fungsi lampu, dan
juga ada aspek lain yang diperhitungkan.
sebagainya.
Banyak
perlindungan seperti jaket, helm, sarung
aspek
penting
yang
dapat
Kemudian
dipikirkan ketika seseorang ingin memiliki
tangan,
sebuah alat transportasi, misalnya aspek
dengkul
nilai ekonomi dari transportasi tersebut,
penting dalam safety riding.
aspek
merk,
fitur-fitur
mesin,
fitur
pelindung
dari
keamanan, dan lain sebagainya.
juga
sisi
alat
lengan,
pelindung
merupakan
komponen
Sosialisasi mengenai safety riding tersebut diwujudkan oleh negara dengan
Safety riding menjadi sebuah frasa
dibuatnya Undang – undang (UU) Lalu
yang saat ini sering kita dengar dalam
Lintas dan Angkutan Jalan (UU Republik
kehidupan sehari-hari, baik di jalan raya,
Indonesia Nomor 22 Tahun 2009). Aturan
dalam
ataupun
tersebut sejatinya dibuat untuk dipatuhi,
Sosialisasi
akan tetapi pada kenyataannya kita masih
mengenai safety riding menjadi begitu
dapat melihat banyak sekali masyarakat
penting di kala pertumbuhan jumlah
yang melanggar aturan-aturan yang sudah
kendaraan
dengan
dibuat oleh negara. Aturan tersebut seakan
bertambahnya jumlah korban kecelakaan
tidak berlaku ketika jalan raya sudah
di jalan raya.
penuh sesak dengan pengendara yang
artikel-artikel
melalui
media
yang
berita,
televisi.
juga
diikuti
Safety Riding merupakan sebuah
saling menekan satu sama lain. Aturan
istilah yang menjelaskan bentuk pola
yang disampaikan oleh negara seakan-
perilaku berkendara yang nyaman dan
akan
aman baik untuk diri sendiri maupun orang
masyarakat pengguna jalan raya.
lain. Kelengkapan tersebut dirinci lagi ke
tidak
efektif
untuk
mengatur
Oleh karena itu negara saja tidak
dalam berbagai aspek-aspek berkendara,
cukup
baik
mengenai safety riding. Perlu ada usaha-
dari
kelengkapan
sisi
teknis alat
kendaraan, perlindungan
usaha
untuk dari
melakukan pihak
lain
sosialisasi yang
juga
pengendara, surat-surat dan tata cara
mendukung sosialisasi tersebut. Kita perlu
berkendara.2 Hal yang tercakup dalam sisi
melihat
teknis kendaraan misalnya kecukupan
kemungkinan dapat mendukung sosialisasi
lembaga-lembaga
safety riding.
2
Lihat http://pulsar.or.id/berita-‐169-‐pengertian-‐ safety-‐riding.html#.UUKLdze1AtF artikel berjudul Pengertian Safety Riding yang ditulis pada tanggal 9 November 2012
Sosialisasi dan praktik..., Kharisma Tauhid, FISIP-Ui, 2013
yang
Safety Riding di Dalam Komunitas
Formalitas klub ditandai dengan adanya
Sepeda Motor
formulir pendaftaran yang tertulis, dan
Lembaga dibahas oleh Ihromi (1990) dan
berbagai
dibagi
dalamnya untuk mengikuti kegiatan klub
menjadi
berdasarkan
dua,
yaitu
hubungan
kekerabatan,
serta
lembaga
darah
lembaga
atau yang
merupakan hasil ikatan dari keinginan tiap-tiap individu. Lembaga yang kedua ini kemudian menghasilkan berbagai macam
perkumpulan.
Namun
tersebut.
kewajiban Di
sisi
seseorang lain
di
komunitas
merupakan perkumpulan sepeda motor yang lebih berdasarkan asas kekeluargaan sehingga tidak ada aturan formal yang mengikat.
semua
Dalam tulisan ini saya akan
lembaga tersebut sama-sama memiliki
membahas mengenai komunitas sepeda
andil dalam memberikan aturan dalam
motor yang lebih menekankan cara
perilaku
dapat
kekeluargaan dalam sosialisasi daripada
memungkinkan terjadinya kohesi sosial
cara represif. Untuk itu saya akan
(Ihromi, 1990:83), yang dalam tulisan ini
membahas tentang komunitas sepeda
artinya dapat menertibkan anggotanya
motor Pulsar Rider Society Chapter
saat
Depok dan Sekitarnya (Prides Cadas).
pengikutnya
mengendarai
dan
transportasinya
di
jalanan.
Komunitas Prides (baca: prayds)
Berdasarkan pembagian lembaga
pada awalnya merupakan komunitas yang
oleh Ihromi tersebut, saya berpendapat
dibentuk berdasarkan kesamaan hobi para
bahwa sosialisasi safety riding ini juga
anggotanya kepada sepeda motor Bajaj
dapat
selain
Pulsar. Komunitas tersebut kemudian terus
kepolisian. Salah satu pihak yang juga
berkembang seiring dengan pertambahan
ikut mensosialisasikan hal tersebut adalah
anggotanya. Seiring bertambahnya jumlah
komunitas sepeda motor. Berdasarkan
anggota Prides yang semakin banyak dan
temuan lapangan, kelompok/perkumpulan
tersebar di seluruh Indonesia, nama Prides
sepeda motor pun memiliki berbagai
sebagai komunitas semakin besar dan
variasi bentuk struktur. Ada yang disebut
diakui oleh komunitas-komunitas lain. Hal
dengan klub, dan ada juga yang disebut
tersebut
dengan istilah komunitas.
komunitas memiliki tanggung jawab lebih
dilakukan
oleh
pihak
Klub merupakan kelompok sepeda motor yang memiliki ikatan dan struktur yang
jelas
dalam
membuat
Prides
sebagai
dari sekedar wadah penyaluran hobi anggotanya.
organisasinya.
Sosialisasi dan praktik..., Kharisma Tauhid, FISIP-Ui, 2013
Komunitas
Prides
kemudian
pengendara
di
belakangnya
yang
yang
menyuruh untuk maju melewati garis
terorganisir dengan visi dan misi yang
berhenti. Dengan kata lain, sosialisasi
dibuat untuk membina anggotanya. Visi
mengenai safety riding dalam komunitas
dan misi tersebut yang menjadi nilai-nilai
mereka sebenarnya rapuh jika dihadapkan
dan
senantiasa
dengan kondisi jalan raya. Kondisi-kondisi
dipertahankan oleh seluruh anggota Prides.
di jalan raya yang harus dihadapi oleh
Untuk mewujudkan hal tersebut komunitas
anggota
Prides
kegiatan-
kemudian menjadi tantangan mereka untuk
kegiatan agar visi dan misinya dapat
dapat menerapkan hasil sosialisasi safety
terwujudkan secara nyata. Keberadaan
riding yang mereka dapatkan dari interaksi
visi, misi serta tujuan tersebut sejalan
dalam komunitas.
berkembang
menjadi
pedoman
membuat
komunitas
utama
berbagai
komunitas
motor
ini
yang
dengan pengertian organisasi yang saya
Oleh karena itu dalam komunitas
artikan secara luas menurut (Gibson,
Prides Cadas ada pemahaman tersendiri
Ivancevich,
bahwa
mengenai safety riding. Safety riding tidak
salah satu dari karakter organisasi adalah
hanya dilihat dari faktor teknis saja seperti
memiliki tujuan. Dengan adanya tujuan
kelengkapan
dalam sebuah kegiatan tersebut maka nilai
sepeda motor, teknik berkendara dan lain
kebudayaan
sebagainya. Akan tetapi ada nilai-nilai lain
Donnely,
1976:4),
komunitas
Prides
dapat
dipelajari dan diteruskan oleh anggotanya Permasalahannya kemudian adalah dari segala nilai safety riding yang
berkendara,
kelengkapan
yang mendukung pengetahuan tersebut agar penerapannya dapat sesuai dengan keadaan di jalan raya.
disampaikan tersebut harus dihadapkan
Lebih jauh lagi, ada beberapa nilai
dengan kondisi jalan raya yang tidak selalu
yang disampaikan atau disosialisasikan
kondusif bagi seseorang untuk mentaati
dalam komunitas Prides Cadas baik itu
aturan-aturan atau etika yang berlaku.
eksplisit ataupun implisit. Nilai-nilai yang
Kebanyakan
justru
jelas-jelas ditanamkan kepada anggota-
dan
anggota Prides secara keseluruhan adalah
selalu
ingin
pengendara melanggar
motor aturan
terkadang menekan pengendara lain yang
nilai
justru patuh kepada aturan. Misalnya pada
sesama anggota Prides. Hal tersebut
saat lampu merah ada seorang pengendara
tercermin dalam tagline komunitas Prides
motor yang berhenti di belakang garis
yaitu “Unbreakable Brotherhood Spirit”
berhenti, ia justru mendapat protes dari
atau yang dalam bahasa Indonesia adalah
brotherhood
Sosialisasi dan praktik..., Kharisma Tauhid, FISIP-Ui, 2013
atau
persaudaraan
“Semangat
Persaudaraan
yang
Tidak
dilihat
menggunakan
kerangka
teori
Terpatahkan”. Selain itu tentunya nilai
Radcliffe-Brown mengenai person berarti
yang akan saya jelaskan pada bagian ini
ia dapat berada dalam lebih satu struktur
adalah nilai safety riding itu sendiri.
sosial, ia bisa menjadi anggota Prides
Di dalam komunitas Prides Cadas sendiri dapat dilihat bahwa safety riding juga
termasuk
kepada
mental
pengendaranya. Anggota Prides Cadas harus membangun citra kepada masyarakat
Cadas, tetapi di luar ia juga bisa memiliki posisi dalam struktur sosial lainnya. Keadaan ini membuat pemahaman safety riding dalam komunitas Prides Cadas dapat sedikit berbeda.
ataupun komunitas lain yang melihatnya.
Transmisi
Nilai seperti itu secara tidak langsung
Komunitas Sepeda Motor
menanamkan rasa untuk menjaga nama
Safety riding sebagai sebuah pedoman
komunitas di jalan raya. Prides Cadas
untuk berkendara bagi pengendara motor
menganggap
tentu harus disampaikan ulang baik dari
bahwa
safety
riding
Pengetahuan
dalam
merupakan gabungan dari beberapa aspek,
pengendara
seperti etika, peraturan negara, teknis
pengendara motor, dari negara kepada
kendaraan, kesiapan kendaraan, peralatan
pengendara
keamanan
sebagainya.
interaksi dalam kehidupan sehari-hari
Pengetahuan tersebut kemudian diperkuat
lainnya. Penyampaian ini juga dapat
lagi dengan nilai komunitas Prides Cadas
terjadi melalui berbagai cara interaksi
itu sendiri. Bagi mereka safety riding
seperti pengamatan, obrolan informal,
adalah
ataupun
dan
tidak
lain
hanya
tentang
bisa
motor motor
pendidikan
kepada ataupun
formal
sesama melalui
mengenai
mengendarai sepeda motor, tapi menguasai
safety riding. Interaksi merupakan sesuatu
teknik
mereka
hal yang terjadi dengan membutuhkan
menggunakan helm tidak hanya sekadar
beberapa unsur, yaitu struktur, konten,
menggunakan
konteks, dan aktor (Poole dalam Ingold,
sepeda
motor. helm,
Bagi tetapi
cara-cara
memilih helm yang baik dan benar. Bagi
1994:832).
mereka safety riding tidak hanya soal
argumen dasar Poole maka dalam melihat
mematuhi peraturan lalu lintas, tapi soal
interaksi, kita harus memperhatikan unsur-
etika ketika berada di dalam masyarakat.
unsur tersebut yang selalu terjadi dalam
Akan tetapi pengetahuan seorang anggota
interaksi di komunitas Prides Cadas.
Prides Cadas bisa jadi tidak hanya melalui komunitas Prides Cadas saja. Manusia jika
Dengan
menggunakan
Dari segala proses yang melibatkan interaksi, dan penyampaian pengetahuan
Sosialisasi dan praktik..., Kharisma Tauhid, FISIP-Ui, 2013
tersebut telah disebutkan oleh LeVine
oleh Hofstede (1991) bahwa pengetahuan
(1973) sebagai sosialiasi. Sosialisasi dari
selalu dibawa seseorang dan dipelajari
pemahaman
merupakan
seumur hidupnya (Hofstede, 1991:4). Oleh
sebuah mekanisme sebuah masyarakat
karena itu safety riding selalu menjadi
dalam mempertahankan kebudayaannya.
pembahasan
Masyarakat
selalu
untuk
komunitas sepeda motor. Pembahasan
melestarikan
dan
sebuah
tersebut dilakukan karena memang semua
kebudayaannya
orang di dalam komunitas tersebut adalah
antropologi
keberlanjutan
berusaha membuat
dalam
“From the viewpoint of anthropologist who regard themselves as cultural relativists and cultural determinist..., a basic problem of human life is the preservation and continuity of distinctive patterns of culture, their transmission from generation to generation. Some have preferred the term enculturation to socialization because it explicitly brings to mind the notion of acquiring, incorporating, or internalizing culture” (LeVine, 1973:62). Dalam komunitas sepeda motor Cadas
ada
suatu
nilai
yang
dipegang yaitu nilai brotherhood atau persaudaraan,
dan
tentu
saja
nilai
mengenai safety riding. Tentu saja sebagai sebuah nilai yang abstrak, pengetahuan selalu menjadi subjek transmisi sosial dalam kebudayaan satu masyarakat (Ross, 2004:53).
Transmisi
perilaku
tersebut
seseorang
baik
sendiri, sosialisasi.
maupun
mengenai dapat
melalui melalui
ditekankan
dalam
pengguna sepeda motor dan potensi untuk
seperti yang disebutkan oleh LeVine
Prides
yang
pola
diperoleh pengalaman cara-cara
Pendapat Ross yang sudah
disebutkan hampir seperti yang dijelaskan
celaka saat berada di jalan raya dengan sepeda motor sangatlah besar. Di sinilah peran dari komunitas saya lihat sebagai sebuah kelompok, dan sebuah kelompok pasti akan mewariskan cara hidupnya sebagai kebudayaan yang ditransmisikan dan
menjadi
blueprint
bagi
anggota
penganut kebudayaan tersebut (Kluckhohn dalam Suparlan, 1996:70). Dalam
komunitas
ini
nilai
brotherhood dan safety riding kemudian disosialisasikan melalui
kepada
anggotanya
kegiatan-kegiatan.
komunitas
Prides
Cadas,
Dalam sosialisasi
dilakukan dalam berbagai konteks, dan oleh berbagai aktor. Komunitas Prides Cadas menyampaikan aturan-aturan di antara
anggotanya
untuk
membuat
anggotanya tertib dan menganut safety riding di jalan raya. Komunitas Prides Cadas menyosialisasikan nilai tersebut secara
berulang,
agar
nilai
tersebut
bertahan. Proses tersebut sejalan dengan penjelasan sosialisasi menurut LeVine
Sosialisasi dan praktik..., Kharisma Tauhid, FISIP-Ui, 2013
selalu
untuk anggota Prides Cadas. Teguran atau
berusaha untuk melestarikan dan membuat
evaluasi menjadi hal yang biasa dilakukan
sebuah
setelah melakukan group riding baik itu
bahwa
masyarakat
memang
keberlanjutan
dalam
kebudayaannya (Levine, 1973:62).
touring ataupun rolling. Dalam kegiatan
Dalam komunitas Prides Cadas siapapun Dapat menjadi pelaku sosialisasi melalui konteks-konteks tertentu. Pada
tersebut tampak jelas nilai yang berusaha disampaikan oleh komunitas Prides yaitu persaudaraan dan safety riding.
saat sedang melakukan kegiatan bersama-
Dalam group riding semua orang
sama seperti berkumpul-kumpul, semua
sama-sama merasakan kesulitan di jalan
orang bercerita satu sama lain dan
raya. Ketika hujan maka semua anggota
membagi pengalamannya ketika di jalan
sama-sama terguyur oleh derasnya hujan
raya. Pengalaman tersebut yang dijadikan
dan dinginnya udara. Jalanan yang sulit
pelajaran bagi anggota lain untuk menjadi
juga dilewati bersama-sama dan seluruh
pedoman
anggota saling bahu membahu agar semua
tindakan
dirinya.
Dalam
kegiatan-kegiatan lain bisa saja seseorang
orang
tertentu
Anggota yang memiliki masalah saat
saja
yang
menjadi
pelaku
bisa
melewati
juga
tersebut.
sosialisasi kepada anggota lain. Contoh
mengendarai
konteks tersebut adalah ketika ada seorang
ditinggal dan semua orang akan berusaha
anggota baru yang masuk ke dalam
membantu.
komunitas Prides Cadas, maka tentu saja
motor
jalan
tidak
akan
Semua kejadian tersebut kemudian
yang menjadi target sosialisasi adalah
menumbuhkan
anggota baru dan pelaku sosialisasinya
tersendiri yang unik bagi para anggota
adalah ketua chapter atau anggota lain
Prides
yang lebih senior.
didapatkan khusus ketika berada di dalam
Transmisi pengetahuan juga terjadi
nilai
Cadas.
persaudaraan
Pengalaman
tersebut
komunitas Prides Cadas. Semua kejadian
ketika ada kegiatan group riding. Ketika
tersebut
group riding dilakukan, maka kita dapat
sosialisasi yang berulang.
melihat kemampuan berkendara dari para
kemudian ia dapatkan dalam komunitas
anggota komunitas Prides Cadas. Dari
Prides Cadas melalui sosialisasi yang
kegiatan tersebut para anggota bisa saling
berulang
memberikan
gaya
ataupun penguatan kembali nilai-nilai
berkendara satu sama lain. Komentar
yang sudah ia pahami. Dari mulai tahapan
tersebut menjadi masukan yang cukup baik
mempelajari sebuah nilai, memahami,
komentar
tentang
bisa
dilihat
tersebut
Sosialisasi dan praktik..., Kharisma Tauhid, FISIP-Ui, 2013
sebagai
adalah
proses
Hal yang
pengenalan
hingga terinternalisasi dalam dirinya. Ia
nilai-nilai safety riding yang ia dapatkan
tidak lagi menilai sesuatu salah atau benar,
juga bertambah. Berbeda pula dengan
tapi ia bertindak seperti itu sudah menyatu
orang yang sebelumnya juga sebenarnya
ke dalam dirinya. Tahapan ini lah yang
sudah paham dan mengetahui mengenai
dapat terjadi jika sosialisasi tersebut
nilai-nilai safety riding melalui informasi
diulang di komunitas Prides Cadas. Nilai
yang ia dapatkan diluar komunitas Prides
safety
Cadas.
riding
dilihat
sebagai
sebuah
kesadaran diri sendiri tanpa ada paksaan
Proses
tersebut
sebenarnya
dari manapun, seperti yang dijelaskan oleh
merupakan tahapan dari sosialisasi yang
Bernstein (1970:162).
dijelaskan oleh Spiro dalam Spradley
Akan
tetapi
manusia
tidaklah
(1966). Tahapan pertama yang disebut
hanya berada di dalam satu struktur sosial
oleh
Spiro
dalam
saja, dia juga merupakan bagian dari
pembelajaran sebuah konsep ideologi,
struktur sosial lain. Berdasarkan argumen
yang saya artikan jika dalam konteks
tersebut, saya harus menarik pengertian
sosialisasi maka tingkat ini dapat disebut
manusia lebih umum lagi seperti yang
sebagai penanaman awal nilai-nilai suatu
dijelaskan oleh Radcliffe-Brown bahwa
kelompok. Tingkat ini dapat ditemui
kita harus melihat manusia di dalam
ketika ada anggota-anggota baru yang
masyarakat sebagai person yang terikat
dihampiri
dalam struktur sosial (Radcliffe-Brown,
pengetahuan awal mengenai aturan main
1952:194). Artinya adalah selalu ada
di komunitas Prides Cadas. Kemudian
struktur sosial yang mengikat seseorang
tingkatan berikutnya adalah ketika anggota
dalam konteks yang lebih luas.
tersebut
oleh
sudah
ketua
Spradley
dan
memahami
adalah
diberikan
mengenai
Dalam tulisann ini berarti juga ada
pengetahuan tersebut beserta nilai yang
perbedaan antara anggota-anggota yang
disampaikan, dan sampai pada tingkat
baru masuk karena ia sebelumnya bukan
ketika nilai tersebut terinternalisasi. Tahap
merupakan bagian dari struktur sosial
setelah penanaman nilai ini saya artikan
komunitas Prides Cadas. Jika sebelumnya seorang anggota baru tidak merasakan komunitas Prides Cadas sebagai struktur pendukung nilai safety riding yang ia dapatkan
dari
sumber
lain,
maka
bertambah pula struktur sosialnya dan
sebagai tahap-tahap penguatan nilai yang memakan waktu lebih lama dari sekadar penanaman nilai awal. Proses inilah yang terus terjadi selama kegiatan Prides Cadas masih ada dan terjadi pada para anggotaanggota yang sudah terdaftar sebagai
Sosialisasi dan praktik..., Kharisma Tauhid, FISIP-Ui, 2013
anggota
Prides
Cadas.
Pengetahuan
paling
penting
adalah
kaki
dari
seseorang tentang safety riding bisa saja
pengendaranya. Sepeda motor Bajaj Pulsar
diperoleh dari manapun, tetapi nilai yang
merupakan tipe naked bike atau dengan
mengendalikan pengetahuan tersebut benar
kata lain berbeda dari sepeda motor bebek
atau salah hanya dapat diperoleh dan
yang memiliki sayap di bagian bawah
diperkuat dalam komunitas.
setang
Penerapan Nilai Safety Riding Prides
Salah satu aspek yang disosialisasikan mengenai safety riding adalah sosialisasi mengenai perangkat-perangkat kesiapan kendaraan yang sering dibahas di dalam komunitas Prides Cadas. Hal tersebut mencakup alat pengaman tambahan seperti engine guard, hand guard, frame slider hingga bagian kecil mesin. Sebagian Prides
mewujudkan
Cadas
sosialisasi
memang
tersebut
pada
motornya. Ada beberapa anggota yang memodifikasi motornya sedemikian rupa sehingga memiliki alat pertahanan akan benturan ataupun spesifikasi yang diubah sesuai
dengan
kenyamanan
para
Modifikasi yang banyak dilakukan oleh para anggota Prides Cadas adalah memasang pelindung mesin atau engine guard, ataupun bisa juga berbentuk frame slider. Frame slider dan engine guard merupakan besi batangan yang menonjol di bagian sebelah kanan dan kiri mesin Alat
resiko
jika
tersebut sampai
kemungkinan besar ia akan tertimpa dan terjepit di bagian kaki. Hal tersebut diperparah dengan bobot sepeda motor Bajaj Pulsar yang rata-rata di atas 120 kg belum termasuk tambahan dari beban box, bensin ataupun jika orang tersebut jatuh dalam kecepatan tinggi. Banyak anggota Prides Cadas yang juga menggunakan protector kaki dan tangan sebagai pelindung tambahan yang tidak banyak digunakan oleh masyarakat luas. Penerapan seperti ini masih mudah dilakukan karena berkaitan dengan diri sendiri saja. Seorang anggota Prides Cadas bisa saja mengenakan peralatan keamanan tambahan tersebut tanpa harus dapat protes
pengendaranya.
motor.
menimbulkan
Hal
pengendara jatuh bersama motornya maka
Cadas Dalam Komunitas
anggota
kemudinya.
tersebut
berguna
untuk
melindungi mesin motor, tanki, dan yang
dari orang lain yang melihatnya. Akan tetapi lain halnya ketika penerapan safety riding yang dilakukan terhambat oleh situasi-situasi tertentu di jalan raya. Oleh karena itulah komunitas Prides Cadas juga mempunyai mekanisme tersendiri agar nilai-nilai mengenai safety riding yang sudah ditanamkan dapat tetap bertahan di jalan raya.
Sosialisasi dan praktik..., Kharisma Tauhid, FISIP-Ui, 2013
Untuk mengendalikan anggotanya
juga harus berhadapan dengan konteks
yang menghadapi bermacam situasi di
masyarakat yang lebih luas. Orang tersebut
jalan raya itulah, komunitas Prides Cadas
juga memiliki pekerjaan yang ia lakukan
menggunakan
setiap hari. Ia juga memiliki latar belakang
persuasif
pendekatan-pendekatan
kepada
anggotanya
yang
keluarga dan asal usul yang berbeda
mungkin ketahuan melakukan pelanggaran
dengan anggota komunitas Prides yang
lalu lintas. Ada juga pendekatan represif
lain. Identitasnya sebagai seorang anggota
tetapi hanya jika pelanggarannya sudah
komunitas sepeda motor tidak selalu
terlalu parah hingga merusak nama baik
mendapat dukungan dari lingkungannya di
komunitas Prides Cadas itu sendiri.
luar komunitas Prides. Hal
tersebut
memaksa
setiap
anggota Prides Cadas untuk bertindak berdasarkan situasi yang ada dengan juga mengacu kepada nilai yang ia sudah Penerapan Nilai Safety Riding Dalam
dapatkan dari komunitas Prides Cadas
Masyarakat Luas
sehingga teori-teori mengenai penanaman
Permasalahan berikutnya yang saya bahas
nilai saja tidak cukup untuk menjelaskan
dalam bagian adalah perwujudan nilai
proses sosialisasi dalam komunitas Prides
tersebut di dalam keseharian para anggota
Cadas yang anggota juga menghadapi
Prides
sudah
konteks lebih luas di luar komunitas Prides
menjelaskan bahwa setiap anggota dalam
Cadas. Dalam menganilisis bagian ini saya
komunitas akan selalu menghadapi situasi-
juga menggunakan gagasan Spradley yang
situasi di luar komunitas Prides Cadas
melihat kebudayaan dalam tiga tataran
dalam
Prides
yaitu cultural knowledge, cultural artifact,
sebagai sebuah komunitas yang memiliki
dan cultural behavior (Spradley, 1995:5).
nilai-nilai dan pedoman tersendiri bagi
Jika pada bagian sebelumnya saya sudah
anggotanya juga merupakan bagian dari
menjelaskan
masyarakat pengguna jalan raya yang lebih
cultural knowledge, dan cultural artifact,
luas
maka dalam bagian ini saya akan melihat
Cadas.
kehidupan
lagi.
Saya
juga
sehari-hari.
Orang-orang
yang
sudah
mengenai
memiliki identitas sebagai anggota Prides
nilai-nilai
tersebut
melalui berbagai penanaman sosialisasi
kehidupan
para
selama ia berinteraksi dalam komunitas
tindakan.
Prides dalam kehidupan sehari-harinya
Sosialisasi dan praktik..., Kharisma Tauhid, FISIP-Ui, 2013
nilai
diterapkan
anggotanya
sebagai
pada sebagai
Anggota
juga
yang dianut oleh komunitas Prides Cadas
masyarakat
dan menjadi pedoman bagi anggotanya
Indonesia yang lebih luas. Mereka juga
untuk bertindak di jalan raya dengan
harus bergabung dengan masyarakat lain
kondisi liminal yang mereka temui di jalan
ketika berada di jalan raya. Saat kondisi
raya. Argumen Turner di atas menjelaskan
tersebut terjadi maka berubahlah status dan
perbedaan dari penjelasan Spradley yang
peran mereka dari sebagai anggota Prides
sudah saya jabarkan di awal bagian ini.
Cadas menjadi anggota masyarakat yang
Spradley menjelaskan bahwa kebudayaan
lebih luas. Kondisi tersebut disebutkan
merupakan sebuah totalitas yang terbentuk
oleh Turner sebagai tahap liminal.
dari cultural knowledge, cultural behavior,
merupakan
Prides
bagian
Perbedaan masyarakat
dengan
Cadas
dari
norma
antara
dan cultural artifact. Ketiga unsur tersebut
kelompok
Prides
terjadi secara lurus dan sesuai satu sama
Cadas menjadi salah satu permasalahan
lain,
tersendiri.
yang
kenyataannya tidaklah demikian, kognisi
dijelaskan oleh Turner sebagai suatu tahap
dijelaskan oleh Strauss dan Quinn sebagai
liminal atau pertengahan dimana seseorang
cognition in practice (lihat Strauss dan
sedang mengalami perpindahan posisi
Quinn, 1997:42). Strauss dan Quinn
sosial, yang artinya orang tersebut berada
(1997)
dalam posisi ambigu dan tidak memiliki
internalisasi
peran dan status yang jelas (Turner,
seseorang
1974:232). Pada tahap inilah kemudian
interaksi
muncul communitas3 yang artinya orang
lingkungan sekitar yang mendorongnya
tersebut berada dalam posisi ambigu dan
untuk melakukan suatu tindakan . Dari
tidak memiliki peran dan status yang jelas
sudut
(Turner, 1974:232).
kebudayaan hanya dicari dan diidentifikasi
Keadaan
ini
seperti
Penjelasan oleh Turner tersebut dapat menjelaskan perbedaan antara nilai 3
Communitas yang disebutkan oleh Victor Turner tidak sama dengan komunitas dalam bahasa indonesia. Communitas lebih menggambarkan keadaan, sedangkan komunitas merupakan sekumpulan orang.
sedangkan
yang
menjelaskan
terjadi
bahwa
mengabaikan yang
yang
juga sedang
pandang
Strauss
pada
teori tindakan
terbentuk
dari
berjalan
dan
dan
Quinn,
pada tataran abstraksi saja, sedangkan perwujudan
dari
abstraksi
tersebut
bukanlah kebudayaan karena bisa saja sangat berbeda dari nilai yang ditanamkan. Menurut saya argumen Strauss dan Quinn cukup untuk menjelaskan temuan-temuan yang saya dapatkan di lapangan ketika beberapa anggota Prides Cadas ada yang sedikit menyesuaikan diri ketika berbaur
Sosialisasi dan praktik..., Kharisma Tauhid, FISIP-Ui, 2013
dengan masyarakat luas. Pengetahuan dan
Nilai-nilai safety riding bisa saja
nilai tertanam pada tataran kognisi secara
dipegang teguh oleh para anggota Prides
abstrak,
manusia
menerapkan
tidak
selalu
dapat
Cadas dengan berbagai macam alasannya,
dan
nilai
seperti takut terkena sanksi, karena malu
pengetahuan
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
dan lain sebagainya. Akan tetapi di jalan
Akan tetapi bukan berarti pedoman
raya ada kelompok masyarakat yang lebih
nilai dari Prides Cadas benar-benar hilang
luas lagi dengan berbagai kepentingan
total. Nilai tersebut tetap ada dan berusaha
yang
dipertahankan oleh para anggota Prides
anggota Prides Cadas untuk mengubah
Cadas karena identitas yang mereka bawa
pedoman nilai safety riding yang sudah
melalui atribut. Atribut berupa stiker,
dipegang
peneng4, ataupun jaket menjadi identitas
dijelaskan oleh White bahwa kepercayaan
yang dapat dikenali ketika mereka di jalan
seseorang dapat dinilai salah atau benar
raya. Dari atribut itulah anggota komunitas
adalah selalu relatif dan bergantung dari
Prides Cadas yang misalnya melakukan
kelompok sub-kulturnya (White, 1983:62).
pelanggaran lalu lintas, berkendara secara
Argumen di atas memperlihatkan
sembarangan atau arogan di jalan dapat
bahwa penerapan dari nilai safety riding
dikenali oleh orang lain ataupun komunitas
yang ditanamkan dan diperkuat dalam
lain yang melihat. Atribut inilah yang
komunitas Prides Cadas sangat kontekstual
menjadi
dan sangat mungkin untuk berubah ketika
bahwa
pertimbangan mereka
dan
adalah
pengingat
dapat
teguh.
mendesak
Seperti
yang
seorang
sudah
dari
diterapkan di dalam masyarakat yang lebih
komunitas Prides Cadas dan memiliki
luas. Anggota yang berada di tengah
nilai-nilai
safety
masyarakat harus kembali menyesuaikan
riding. Dengan membawa atribut tersebut,
diri dengan lingkungan yang ada di
seorang anggota Prides Cadas tidak hanya
sekitarnya ataupun tetap memaksakan
membawa
sebagai
nilai-nilai yang sudah dipahami dan
individu, tetapi juga person seperti yang
dipegang teguh olehnya. Keadaan sistem
dijelaskan
budaya yang dinamis ini sejalan dengan
tersendiri
dirinya oleh
bagian
juga
mengenai
sebagai
Radcliffe-Brown
(Radcliffe-Brown, 1952:194). 4
Peneng adalah plat besi yang ditempel di bagian belakang sepeda motor (samping plat nomor) yang bergambarkan logo kepala serigala Prides beserta nama panggil anggota tersebut
yang dijelaskan oleh Beals: “Cultural systems are never static. They are, as has been pointed out, influenced by external conditions and environmental forces. Their internal structure is in a constant state of flux, due to changes in the
Sosialisasi dan praktik..., Kharisma Tauhid, FISIP-Ui, 2013
status of individuals and repetitive changes in the status of the community.” (Beals, 1967:246)
tersebut dalam kehidupan sehari-hari dapat sangat beragam. Ketika seorang anggota Prides Cadas berada dalam konteks group
Dua hal yang berbenturan, yaitu
riding, nilai tersebut berusaha diterapkan
komunitas Prides Cadas dengan struktur
dengan
sosial masyarakat yang lebih luas ini
Prides Cadas kepada masyarakat. Hal yang
kemudian menjadi contoh bahwa proses
berbeda ditunjukkan ketika orang-orang di
sosialisasi yang terjadi di dalam suatu
dalam komunitas Prides Cadas hidup
komunitas
berbaur
tidak
selalu
mendapat
menampilkan
citra
masing-masing
komunitas
ke
dalam
dukungan dari struktur sosial yang lebih
masyarakat. Ada berbagai kemungkinan
luas. Struktur sebagaimana yang dijelaskan
yang dapat terjadi. Kebanyakan dari
oleh Sewell (1992:6) merupakan hal yang
mereka bertindak sesuai dengan situasi
“virtual”, dan hal yang virtual tersebut
yang
selalu diproduksi dan direproduksi dalam
dilakukan pada saat seorang anggota
kehidupan sosial seorang individu. Hal-hal
komunitas Prides Cadas sendiri bukan
yang saya temukan di lapangan juga telah
berarti
dijelaskan oleh Holland (1992a, 1992b)
disebabkan
bahwa tersebut
dapat dalam
(Strauss&Quinn,
pedoman.
karena
mau
yang
Kondisi tidak
ini mau
manusia
sebenarnya para anggota Prides Cadas
membuat
pedoman
tersebut sudah berada di dalam sebuah
sangat
struktur sebuah komunitas. Walaupun
nyatanya
Prides Cadas sebagai komunitas terkesan
Kejadian
santai, nilai sosialisasi tetap berjalan pada
berkembang
berbeda
tanpa
Tindakan
tempat
lingkungan
berinteraksi
dihadapinya.
menjadi wujud
1997:42).
seperti itulah yang ditemukan di lapangan
tataran kognisi anggotanya.
ketika para anggota Prides Cadas berada di
Saya menarik kesimpulan bahwa
tengah-tengah jalan umum. Walaupun
proses
penanaman
berjalan
di
dalam
dan
nilai
komunitas yang struktur organisasinya
sudah
terus
tidak kaku dan hierarkial seperti negara.
menerus diulang saat interaksi, hal ini
Komunitas yang terkesan informal ini juga
tetap
memiliki
mengenai
pengetahuan
sosialisasi
safety
menghadapi
riding
berbagai
hambatan
mekanisme
sendiri
dalam
untuk diterapkan.
menyampaikan nilai-nilai yang dianutnya.
Kesimpulan
Walaupun
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini adalah perwujudan nilai
berbeda
dengan
struktur
organisasi yang lebih baku seperti negara, ataupun klub-klub otomotif yang formal,
Sosialisasi dan praktik..., Kharisma Tauhid, FISIP-Ui, 2013
sosialisasi tentang pengetahuan dan nilai-
lain sebagainya, akan tetapi di dalam
nilai safety riding harus diakui juga tetap
masyarakat lebih luas pun penanaman nilai
ada
dapat terwujud dalam tindakan yang
dan
berjalan
berlangsungnya
bersamaan berbagai
dengan kegiatan
komunitas tersebut.
persamaan antara komunitas yang saya teliti dengan organisasi dengan struktur formal seperti negara. Perbedaan kedua struktur tersebut berada pada proses hubungan antara anggota di dalamnya. Saya melihat pada komunitas yang saya teliti lebih mengedepankan pendekatan dibandingkan
negara
yang
Bagaimanapun
cara
Komunitas
Prides
Cadas
menyampaikan aturan-aturan di antara anggotanya untuk membuat anggotanya tertib dan menganut safety riding di jalan Komunitas
Prides
lintas, ataupun keselamatan berkendara, para penerima nilai, baik masyarakat sebagai bagian dari negara dan anggota komunitas sama-sama menerapkan nilai tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di jalanan. Seperti halnya negara yang sebenarnya juga sama-sama memiliki cara-cara untuk mengontrol anggotanya di jalan seperti plat nomor yang berfungsi sebagai identitas kendaraan. Kemudian
mengedepankan cara-cara represif.
raya.
berbeda.
penyampaian nilai mengenai aturan lalu
Saya melihat ada perbedaan dan
persuasif
sangat
Cadas
menyosialisasikan nilai tersebut secara berulang, agar nilai tersebut bertahan.
negara juga sudah memberikan aturan yang sangat jelas mengenai sanksi dan hukuman bagi pelanggar aturan, namun tetap saja hal tersebut tidak membuat orang-orang yang terikat dengan aturan tersebut selalu patuh dan sejalan dengan aturan tersebut. Komunitas Prides Cadas sendiri
Proses tersebut sejalan dengan penjelasan bahwa
merupakan salah satu pendukung dari nilai
masyarakat memang selalu berusaha untuk
yang diberikan oleh negara. Saya melihat
melestarikan
bahwa komunitas Prides Cadas merupakan
sosialisasi
keberlanjutan
menurut dan
LeVine membuat
dalam
sebuah
kebudayaannya
seperti
yang
(1993:57)
(Levine, 1973:62). Dalam negara Indonesia sebagai struktur yang lebih luas, sudah ada lembaga-lembaga yang berupaya untuk melakukan sosialisasi nilai safety riding seperti kepolisian, dinas perhubungan dan
dijelaskan dan
oleh
Ihromi
(Koentjaraningrat,
1989:165) sebagai lembaga. Komunitas Prides Cadas hanyalah salah satu lembaga yang mendukung keberadaan sosialisasi nilai safety riding yang diberikan pada tataran masyarakat lebih luas. Masih
Sosialisasi dan praktik..., Kharisma Tauhid, FISIP-Ui, 2013
banyak komunitas lain yang menjalankan
atau abstraksi saja (lihat Strauss dan
sosialisasi nilai safety riding dengan
Quinn, 1997:42). Penelitian mengenai
caranya masing-masing.
teori sosialisasi, enkulturasi, penanaman pada
nilai dan konsep-konsep yang sejenis harus
penelitian ini saya juga mendapatkan
ditelusuri lebih dalam hingga mencapai
refleksi
tahap
Berdasarkan teoritis,
mengenai
temuan bahwa
sosialisasi
dan
teori-teori transmisi
praktik
sosialisasi
ketika
ataupun
suatu
pelaku
anggota-anggota
pengetahuan dalam sebuah struktur tidak
masyarakat yang ditanamkan nilai tersebut
dapat hanya berhenti pada tataran kognitif
benar-benar dilakukan di dalam konteks masyarakat yang lebih luas.
Daftar Pustaka Referensi Buku
Beals, A. R. 1967
Culture in Process. USA: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Bernstein, B. 1970
“Social Class, Language and Socialization”, dalam Pier Paolo Giglioli Language and Social Context. London: Cox&Wyman Ltd.
(ed.),
Gibson, J, L., Ivancevich J. M., dan Donnely, Jr. J. H. 1976
Organization:Behavior, Structure, and Processes. Texas: Business Publication.
Hofstede, G. 1991
Cultures and Organizations: Software of the Mind. Berkshire: McGraw-Hill Book Company.
Ihromi, T.O. (penyunting). 1993
Antropologi dan Hukum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
1990
Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: PT Gramedia.
Kluckhohn, C. 1996
“Cermin Bagi Manusia (terj.)”, dalam Parsudi Suparlan (ed.), Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungan. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
LeVine, R A. 1973
Culture, Behavior, and Personality. Chicago: Aldine Publishing Company.
Sosialisasi dan praktik..., Kharisma Tauhid, FISIP-Ui, 2013
Poole, F. J.P. 1994
“Socialization, Enculturation, and the Development of Personal Identity” dalam Tim Ingold (ed.) Companion Encyclopediae of Anthropology. New York: Routledge.
Radcliffe-Brown, A.R. 1952
Structure and Function in Primitive Society. New York: The Free Press
Spradley, P. J. 1966
Culture and Cognition: Rules, Map and Plans. Pennsylvania: Waveland Press
1995
Participant Observation. USA: Holt, Rinehart and Winston.
Strauss, C., and Quinn, N. 1997
A Cognitive Theory of Cultural Meaning. Cambridge:Cambridge University Press.
Turner, V. 1974
Dramas, Fields, and Metaphors: Symbolic Action in Human Society. London: Cornell University Press.
White, F. C. 1983
Knowledge and Relativism: An Essay in the Philosophy of Education. Assen: Van Gorcum &Comp. B. V.
Referensi Jurnal Sewell, W. H, Jr. 1992
“A Theory of Structure: Duality, Agency and Transformation”, American Journal of Sociology, vol. 98, no.1, pp 1-29.
Referensi Internet Mza/n-1. Waktunya Pembatasan Jumlah Sepeda Motor. Juni 03, 2012. http://m.koranjakarta.com/?id=92444&mode_beritadetail=1 ( diakses pada 2 April 2013 pukul 19:30) Rini.
Sosialisasi dan praktik..., Kharisma Tauhid, FISIP-Ui, 2013
Pengendara Bermotor Pemicu Kecelakaan Tertinggi di Jakarta. Desember 21,2012.ahttp://hukumkriminalitas.pelitaonline.com/news/2012/12/21/penge ndara-bermotor-pemicu-kecelakaan-tertinggi-di-jakarta#.URW_2vK1AtE( diakses pada 3 April 2013 pukul 18:45) PengertianaSafetyaRiding.aNovember 09, 2012. http://pulsar.or.id/berita169-pengertian-safetyriding.html#.URXBNvK1AtE (diakses pada 1 April 2013 pukul 20:00) http://www.prides-online.com/showthread.php/17250-%28closed%29-sayemb
Sosialisasi dan praktik..., Kharisma Tauhid, FISIP-Ui, 2013