Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
PERAN MAJELIS TAKLIM DALAM MENINGKATKAN IBADAH BAGI MASYARAKAT DI DESA TELUKJAMBE KARAWANG Oyoh Bariah, Iwan Hermawan, H.Tajuddin Nur Abstrak Majelis taklim adalah salah satu lembaga pendidikan diniyah non formal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia bagi jamaahnya, serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta. .Dalam prakteknya, majelis taklim merupakan tempat pengajaran atau pendidikan agama islam yang paling fleksibel dan tidak terikat oleh waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan data tentang peran Majelis taklim dalam meningkatkan ibadah masyarakat di desa Telukjambe serta faktor penghambat dan pendukung peran majelis taklim dalam meningkatkan pengamalan ibadah masyarakat Teknik pengumpulan data menggunakan teknik penyebaran angket kepada jamaah majelis taklim dan observasi dilakukan untuk melihat langsung terhadap realitas majelis dan kondisi obyektif majelis taklim..Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya diaadakan pengolahan dan analisa data.Untuk data hasil observasi digunakan penafsiran logika., data hasil angket digunakan skala prosentasi. Hasil penemuan dan penelitian tentang peran majlis taklim ini membuktikan bahwa keberadaan majlis taklim mampu memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan bagi masyarakat dalam meningkatkan ibadah dan akhlak masyarakat dengan kategorii baik. Pendahuluan Dalam kitab-Nya yang mulia Allah SWT berfirman :”Kamu sekalian adalah sebaikbaik umat yang dilahirkan manusai , kau perintahkan yang baik dan mencegah yang munkar “ (QS. Ali Imran/3:11). Sementara itu pula umat Islam dalam kehidupannya di dunia mengalami tantangan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan semakin mengglobalnya masalah dunia.Dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi , tantangan yang akan dihadapi semakin rumit. Tantangan tersebut tak mengenal ruang, batas, waktu dan lapisan masyarakat, melainkan masuk ke seluruh sektor kehidupan dan hajat hidup manusia termasuk masalah agama. Pada sisi lain,orang juga mulai menyesalkan hilangnya fungsi dan peran agama yang seharusnya bisa membimbing manusia dalam memahami dan menghayati nilai-nilai transendental untuk menumbuhkan nilai-nilai luhur pada kehidupan individual maupun sosial sehinga masyarakat modern tidak terjerat pada kebanggaan materi belaka. Pentingnya penanaman dan internalisasi nilai-nilai agama bagi masyarakat di era modern menjadi perhatian semua pihak dan kalangan. Disamping orangtua dan anggota keluarga, juga banyak yang memiliki tanggung jawab yang sama, dan pendidikan berperan amat mendasar dalam penanaman nilai –nilai agama tersebut. Dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari tiga yaitu formal, informal dan jalur non formal yang biasanya dilaksanakan oleh Lembaga kursus, Pelatihan, Kelompok Belajar, PKBM, Majlis Ta’lim dan lain-lain. Majelis taklim adalah salah satu lembaga pendidikan diniyah non formal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia bagi jamaahnya, serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta. .Dalam prakteknya, majelis taklim merupakan tempat pangajaran atau pendidikan agama islam yang paling fleksibel dan tidak terikat oleh waktu.
1
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
Dengan demikian majelis taklim menjadi lembaga pendidikan ibadah alternative bagi mereka yang tidak memiliki cukup tenaga, waktu, dan kesempatan menimba ilmu agama dijalur Pendidikan formal. Inilah yang menjadikan majlis taklim memiliki nilai karkteristik tersendiri dibanding lembaga-lembaga ibadah lainnya. Perumusan Masalah 1. Bagaimana peran majelis taklim dalam meningkatkan ibadah masyarakat di desa Telukjambe 2. Apakah factor pendukung dan penghambat peran majelis taklim dalam meningkatkan pengamalan ibadah masyarakat di desa Telukjambe Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan data tentang: 1. Peran Majelis taklim dalam meningkatkan ibadah masyarakat di desa Telukjambe 2. faktor penghambat dan pendukung peran majelis taklim dalam meningkatkan pengamalan ibadah masyarakat Signifikansi Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat juga berguna bagi : 1. Optimalisasi perkembangan peran dan fungsi majelis taklim sebagai lembaga pendidikan alternative bagi masyarakat dalam pembinaan agama Islam 2. Peneliti-peneliti lain dalam mengembangkan kajian-kajian ilmiah 3. Di samping itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan proses perumusan kebijakan penyuluhan agama khususnya bagi masyarakat Karawang KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Majelis Taklim Menurut akar katanya, istilah majelis taklim tersusun dari gabungan dua kata : majlis yang berarti (tempat) dan taklim yang berarti (pengajaran) yang berarti tempat pengajaran atau pengajian bagi orang-orang yang ingin mendalami ajaran-ajaran islam sebagai sarana dakwah dan pengajaran agama. Majelis taklim adalah salah satu lembaga pendidikan diniyah non formal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia bagi jamaahnya, serta mewujudkan rahmat bagi Alam semesta . Dalam prakteknya, majelis taklim merupakan tempat pengajaran atau pendidikan agama islam yang paling fleksibal dan tidak terikat oleh waktu. Majelis taklim bersifat terbuka terhadap segla usia, lapisan atau strata social, dan jenis kelamin. Waktu penyelenggaraannya pun tidak terikat, bisa pagi, siang, sore, atau malam . tempat pengajarannya pun bisa dilakukan dirumah, masjid, mushalla, gedung. Aula, halaman, dan sebagainya. (www.Google.com,25 Maret 2010) Selain itu majelis taklim memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai lembaga dakwah dan lembaga pendidikan non-formal. Fleksibelitas majelis taklim inilah yang menjadi kekuatan sehingga mampu bertahan dan merupakan lembaga pendidikan islam yang paling dekat dengan umat (masyarakat). Dengan demikian majelis taklim menjadi lembaga pendidikan ibadah alternative bagi mereka yang tidak memiliki cukup tenaga, waktu, dan kesempatan menimba ilmu agama dijalur pandidikan formal. Inilah yang menjadikan majlis taklim memiliki nilai karkteristik tersendiri dibanding lembaga-lembaga ibadah lainnya. Kemudian majelis taklim juga merupakan salah satu tempat dan sarana dalam pendidikan pemberdayaan perempuan sebagai salah satu lingkup program pendidikan luar sekolah. Dadang Danugiri dalam majalah ilmiah Solusi (2009: 24-25) menuliskan: Lingkup
2
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
program pendidikan luar sekolah mencakup pendidikan anak usia dini, …… ……..pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan usia lanjut, dan pendidikan komunitas: Pendidikan Pemberdayaan perempuan adalah pendidikan yang mengangkat harkat dan martabat perempuan, mewujudkan kesetaraan dan keadilan jender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Meningkatkan kualitas kesehatan, keterampilan, kewirausahaan, kepermimpinan dan pembinaan. Jenis pendidikan ini dilakukan dalam bentuk aturan pendidikan keluarga, kelompok belajar, penyuluhan, pelatihan, majelis taklim, kursus-kursus, magang dan lain sebagainya. Pembangunan pemberdayaan perempuan dilakukan untuk menunjang dan mempercepat tercapainya kualitas hidup dan mitra kesejajaran laki-laki dan perempuan, dilaksanakan melalui kegiatan sosialisasi/advokasi pendidikan dan latihan bagi kaum perempuan yang bergerak dalam seluruh bidang atau sektor. Adapun dasar hukum Majelis taklim merupakan lembaga pendidikan diniyah nonformal yang keberadaannya di akui, diatur dalam : 1. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional. 2. Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tantang standar nasional pendidikan. 3. Peraturan pemerintah nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan ibadah. 4. Keputusan MA nomor 3 tahun 2006 tentang struktur departemen agama tahun 2006 B. Ruang lingkup Ajaran Islam Allah mewahyukan agama Islam kepada Nabi Muhammad SAW dalam nilai kesempernuaan tertinggi. Kesempernuaan itu meliputi segi-segi fundamental tentang berbagai aspek kehidupan manusia berupa hokum dan norma untuk mengantarkan manusia mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Norma-norma dan aturan itu terhimpun dalam tiga unsure utama yaitu : Aqidah, Syari’ah dan Akhlak. Aqidah, syari’ah dan akhlak merupakan tiga hal yang tidak bisa dipisahkan, dalam prakteknya ketiganya menyatu secara utuh dalam pribadi seorang muslim. Keterkaitan Aqidah dengan aspek syariat dan akhlak ádalah bahwa aqidah merupakan keyakinan yang mendorong dilaksanakannya aturan-aturan syariat Islam yang tergambarkan dalam prilaku hidup seharíhari yang disebut akhlak.Akhlak Islam merupakan prilaku yang tampak dalam diri seseorang yang telah melaksanakan syariat Islam berdasarkan aqidah. (Toto Suryana: 2006: 73) Aqidah atau iman mengikat seorang muslim dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam.Karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam; seluruh hidupnya didasarkan kepada ajaran Islam. Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 208: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.(Qs.al-Baqarah/2:208) I. Aqidah Islam Sistem keyakinan atau aqidah Islam pada intinya dibangun di atas enam dasar keimanan yang lazim disebut Rukun Iman, yaitu : 1. Iman kepada Allah SWT 2. Iman lepada Para Malaikat 3. Iman kepada Kitab-kitab Allah 4. Iman kepada Para Rasul
3
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
5. Iman kepada Hari Akhir 6. Iman kepada Qadla dan Qadar Hal tersebut di atas terungkap dalam firman Allah SWT yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”.(Qs. An-Nisa/4:136) II. Syari’ah Seluruh hukum dan perundang-undangan yang terdapat dalam Islam, baik hokum yang berhubungan dengan Allah (hablumminallah), maupun hukum yang berhubungan antara manusia sendiri (hablumminannas) disebut dengan Syariah Islam. Syariat Islam mempunyai cirri-ciri khas yang merupakan ketentuan-ketentuan yang tidak berubah yaitu konfrehensif, moderat, Dinamis, Universal, elastis dan fleksibel juga tidak memberatkan a. Pembagian syariat Islam Secara sistematis syariat Islam dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu : 1. Ibadan dalam arti khusus (Ibadan Mahdlah) ; Hal-hal yang termasuk dalam bidang Ibadan ini hádala pembahasan tentang hubungan manusian dengan Tuhannya, seperti : Salat, Puasa, Zakat, Ibadan Hají termasuk di dalamnya taharah. 2. Muamalah (Ibadan Ghairu Mahdlah) ; Hal-hal yang berhubungan dengan muamalah ini mencakup : a. muamalah dalam arti luas disebut dengan hukum perdata Islam, mencakup munakahat (Hukum Perkawinan) dan waratsah (Hukum Kewarisan Islam) b. Muamalah dalam arti khusus, yaitu hukum-hukum yang mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, tata hubungan manusia dalam soal jual beli,sewa-menyewa, pinjam meminjam, perserikatan dan sebagainya. c. Hukum Publik Islam mencakup Jinayat (Pidana Islam), al-Ahkam as-Shultaniyah (ketatanegaraan Islam), as-Siyasat (Politik) dan al-muhkamat (Peradilan Islam) (Rahman Ritonga;2007:6-10) Dengan demikian, syariat Islam mengatur semua aspek kehidupan manusia, sehingga seorang muslim dapat melaksanakan ajaran Islam secara utuh. III. Akhlak Akhlak hádala pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk, mengatur pergaulan manusia, dan menentukank tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya. Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku dan perbuatan. Akhlak dalam Islam tidak terlepas dari aqidah dan syariah.Karena akhlak merupakan pola tingkah laku yang mengakumulasikan aspek keyakinan dan ketaatan sehingga tergambarkan dalam prilaku yang baik. Tingkah laku dan prilaku yang baik itu terdapat dalam ruang lingkup akhlak Islami yang sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri yang mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah hingga akhlak terhadap sesama mahluk yaitu manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, juga benda-benda lain yang tidak bernyawa.
4
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan Kuantitatif. Model yang terbentuk selanjutnya diuji untuk menentukan kemampuan dalam menjelaskan peristiwa nyata. Metode ini untuk menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi dalam situasi dan kondisi yang tidak sama, karena metode ini dilakukan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara factual dan cermat. Karena jumlah populasi yang banyak, sementara semua unsur memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih untuk dijadikan sample, dalam teknik random sanpling, sampel yang diambil sebesar 10 % dari jumlah populasi, yaitu 10% x 585 = 58 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik penyebaran angket kepada jamaah majelis taklim dan observasi dilakukan untuk melihat langsung terhadap realitas majelis dan kondisi obyektif majelis taklim. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini anggota atau jama’ah majlis taklim diminta untuk menjawab angket kuesener yang kami berikan , yang disebar ke 16 majlis taklim di desa telukjambe, untuk mengetahui tingkat pengamalan ibadah jama’ah majlis taklim. Rekap hasil penelitian pada setiap butir soal dapat dilihat dalam table rekapitulasi jawaban responden bawah ini: REKAPITULASI JAWABAN RESPONDEN
NO PERTANYAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PILIHAN JAWABAN A
B
C
D
E
10.34% 53.45% 84.48% 0% 53.45% 15.52% 12.07% 58.62% 20.68% 39.66% 41.37% 89.65% 37.93% 74.13% 63.79% 77.50% 96.55% 82.76%
24.14% 20.69% 15.52% 10.34% 17.24% 31.03% 17.24% 37.93% 32.76% 8.62% 10.34% 3.45% 56.90% 1.72% 3.45% 13.79% 0% 0%
37.93% 8.62% 0% 89.66% 24.13% 53.45% 70.68% 3.95% 46.55% 51.72% 44.83% 3.45% 5.17% 24.14% 32.76% 0% 3.45% 17.24%
27.59% 17.24% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 3.45% 3.45% 0% 0% 0% 8.62% 0% 0%
0% 0% 0% 0% 5.17% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
5
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
91.38% 8.62 96.55% 3.45% 68.96% 81.03% 94.83% 3.45% 62.02% 89.66% 46.55%
0% 86.21% 37.93% 94.83% 17.24% 10.34% 0% 5.17% 36.21% 10.34% 51.72%
8.62% 5.17% 15.52% 1.72% 13.79% 0% 5.17% 5.17% 1.72% 0% 1.72%
0% 0% 0% 0% 0% 8.62% 0% 0% 0% 0% 0%
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
93.10
0%
6.90%
0%
0%
Table diatas menjelaskkan fakta-fakta yang terjadi berdasarkan indikator pada setiap butir soal angket. Rata-rata usia Responden : Usia rata-rata responden; 20-30 tahun 6 orang (10.34%), 31-40 tahun 14 orang (24.14%), 4150 tahun 22orang(37.93%) dan 51 tahun ke atas 16 orang(27.59%) Berdasarkan data diatas didapat bahwa usia responden sekaligus jama’ah adalah didominasi pada kisaran usia 41-50 tahun sebanyak 37.93% a. membaca dan mengkaji Alqur’an • frekwensi peserta majelis taklim membaca Alqur’an dalam sehari ; 1-2 kali 31orang ( 53.45%.) 3-4 kali 10 orang (17.24%), 1-2 kali/minggu 14 orang ( 24.13%), tidak pernah kosong ( 0 %), lain-lain 3 orang (5.17%). • Keadaan jama’ah ketika membaca Alqur’an dengan maknanya: yang menjawab ya sebanyak 9 orang(15.52 %) 31 orang menjawab kadang-kadang (53.45%), tidak 18 (31.03%) b. Mendirikan shalat • Pelaksanaan shalat fardlu; di Masjid sebanyak 7 orang (12.07 %), di Mushalla 10 orang ( 17.24 %) dan di rumah 41 orang (70.68%) • Waktu melaksanakan shalat fardlu ;pada awal waktu sebanyak 34 orang (58.62%), pada pertengahan waktu 22 orang (37.93%) dan pada akhir waktu 2 orang (3.45%) • Cara melaksanakan shalat; kadang-kadang berjama’ah sebanyak 27 orang (46.55%), sendirian sebanyak 19 orang (32.76%, dan yang melaksanakannya secara berjama’ah sebanyak 12 orang (20.68%) • Para jama’ah yang melaksanakan shalat sunat rawatib steelah shalat fardlu; ya sering sebanyak 23 orang (39.06%), yang menjawab tidak pernah 5 orang (8.62 %) dan yang menjawab kadang –kadang 30 orang ( 58 %) • Jama’ah majelis taklim yang melaksanakan shalat sunat qiyamul Lail adalah:24 orang ( 41.37%) menjawab pernah, 6 orang (10.34%) menjawab tidak pernah, kadangkadang 26 orang (44.83%), lain-lain 2 orang (3.45 %) c. menunaikan zakat, infak dan sadaqah • zakat yang penah ditunaikan; zakat profesi sebanyak 52 orang (89.65%), Zakat perdagangan 2 orang (3.45%), Zakat Pertanian 2 orang (3.45%) lain-lain 2 orang
6
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
(3.45 %) • Cara menunaikan kewajiban zakat; sebanyak 22 orang (37.93%) melalui BAZ, Secara langsung 33 orang (56.90%), lain-lain 3 orang (5.17%) • Selain Zakat para jama’ah yang pernah memberikan infak/sadaqah; sebanyak 37 orang (74.13%) menjawab pernah, tidak pernah 2 orang ( 1.72%), dan kadang-kadang 19 orang (24.14%) d.melaksanakan puasa wajib/sunnah • Pelaksanaan puasa sunnah; 37 orang (63.79%) menjawab pernah, 2 orang (3,45%) tidak pernah, dan 19 orang (32.76%)menjawab kadang-kadang • Puasa sunnah yang pernah/sering dilaksanakan; 45 orang (77.59%) menjawab puasa senin-kamis, Puasa pertengahan bulan hijriyah 13,14 dan 15 H 8 orang (13.79%), Puasa ‘Asyura 0 orang (0 %) , lain-lain 5 orang (8,62 %) e. Implementasi akhlak • Ketika mengikuti pengajian memperoleh idzin dari keluarga(suami/istri) ;sebanyak 56 orang (96.55%) menjawab ya, tidak 0 orang (0%), kadang-kadang 2 orang (3.45%) • Ketika keluar rumah jama’ah juga meminata idzin keluarga; 48 orang (82.76%) menjawab ya, tidak 0 orang (0%) dan kadang-kadang 5 orang (17.24%) • sebagai contoh dan tauladan bagi anak-anaknya, jama’ah majelis taklim juga melaksanakan kewajiban-kemajiban yang diperintahakan agama islam; 53 orang (91.36%) menjawab ya, tidak sebanyak 0 orang (0%) dan kadang-kadang 5 orang (8.62%) • Cara mendidik agama putra-putrinya di rumah adalah 5 orang (8.62%) dengan cara memberi sangsi atau pujian, menasihati dan memotivasinya sebanyak 50 orang (86.21%), mengajarkannya 3 orang (5.17%), lain-lain 0 orang (0%) 2. factor pendukung dan peghambat data, yang dihasilkan adalah sebagai berikut : a.jarak • Cara jama’ah untuk dapat hadir mengikuti pengajian yaitu 49 orang (84.48%) dengan berjalan kaki, dengan kendaraan pribadi 9 orang (15.52%), kendaraan umum 0 orang ( 0%) • Jarak majelis taklim dengan tempat tinggal para jama’ah ; yang menjawab 50-100m sebanyak 27 orang (46.55%), 100-500m 22 orang (37.93%), 500m-1 km sebanyak 9 orang 15-52 %, >1km 0 orang (0%) • Jarak tempuh tersebut menjadi kendala/tidak bagi merekak datanya sebagai berikut : yang menjawab ya sebanyak 2 orang (3.42%), menjawab tidak 55 orang (94.83%) , kadang-kadang 1 orang (1,72%) b.sarana • sarana-prasarana yang digunakan majelis taklim mencukupi :40 orang (65.96%) menjawab ya, 10 orang (17.24%) menjawab tidak, dan 8 orang (13.79%) menjawab tidak tahu c.motivasi • Frekwensi Kehadiran di majelis taklim dalam seminggu; sebanyak 31 orang (53.45%) menjawab 1 kali /minggu, 2 kali/minggu 12 orang ( 20.69%), 3 kali/minggu 5 orang (8.62%) dan > 3 kali/minggu 10 orang (17.24%) • Tujuan datang dan hadir ke majelis taklim; sekedar ngobrol dan bertemu yang lain 0 orang (0%), ssosialisasi dan silaturahmi dengan tetangga/masyarakat 6
7
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
orang(10.34%), silaturahmi dan menambah pentetahuan ajaran Islam 52 orang (89.66%), lainnya 0 orang (0%) • Yang memberikan motivasi untuk mengikuti pengajian di majelis taklim yaitu 47 orang (81.03%) menjawab tidak ada atas kemauan diri sendiri, keluarga 6 orang (10.34%), Guru 5 orang (8.62%) dan tetangga 0 orang (0%) d.Materi • Materi yang diajarkan sesuai dengan kebutuhan jama’ah: 55 orang (94.83%) menjawab ya, tidak 0 orang (0%), 3 orang (5.17%) menjawab tidak tahu • Materi pelajaran yang banyak diajarkan di pengajian majelis taklim adalah Akidah akhlak 2 orang (3.45%), Alqur’an Hadis 3 orang (5.17%), Fiqh 3 orang (5.17%), semuanya 50 orang (86.21%) • Para jama’ah memiliki buku/referensi yang sama dengan materi yang disampaikan: 36 orang (62.02%) menjawab ya, 21 orang (36.21%) menjawab tidak dan tidak tahu 1 orang (1.72%) e. metode penyampaian • Pelaksanaan metode praktek di pengajian: 52 orang (89.66%) menjawab ya, 6 orang (10.34%) menjawab tidak dan 0 orang (0%) menjawab tidak tahu. • Pengajaran praktek yang dilaksanakan adalah sebanyak 27 orang (46.55%) menjawab BacaTulis Alqur’an, Praktek Ibadah 30 orang (51.72%) dan lainnya 1 orang (1.72%) f.kompetensi guru • Guru yang mengajar di majelis taklim mempunyai kompetensi yang baik; 54 orang (93.10%) menjawab ya,0 orang (0%) menjawab tidak, dan 4 orang (6.90%) menjawab tidak tahu. Hasil penemuan dan penelitian tentang peran majlis taklim ini membuktikan bahwa keberadaan majlis taklim mampu memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan bagi masyarakat dalam meningkatkan ibadah dan akhlak masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat yaitu : 1. Pengamalan ibadah Pertama; Pengamalan kegiatan ibadah yang dilaksanakan meliputi membaca dan mengkaji Alqur’an meskipun termasuk kategori kurang (53.45%) namun hampir seluruh jama’ah pernah membaca Alqur’an walaupun dalam frekwensi yang sangat minim karena tidak didapatkan jama’ah yang tidak pernah membaca Alquran dalam sehari (0%), Kedua ; Pengamalan ibadah salat fardlu/sunah masih termasuk kurang (59.74%),karena kebanyakan para jama’ah majlis taklim melaksanakan shalat di rumah hal tersebut dapat dipahami dari kebanyakan jumlah responden dan jama’ah majlis taklim adalah perempuan,namun mereka telah pula melaksanakan shalat sunat baik rawatib maupun qiyamul lail , hanya sekitar 5-6 orang dari 58 responden yang tidak pernah melakukannya. Ketiga;kegiatan Jama’ah majlis taklim dalam melaksanakan zakat,infak dan sadaqah termasuk baik (73.56%), pelaksanaan puasa wajib dan sunah cukup (70.68%). Sementara implementasi akhlak dari pemahamannya terhadap ajaran Islam dan ibadah yang dilaksanakannya adalah baik (81.22%) 2.Adapun factor pendukung dan penghambat meliputi : Pertama; Jarak dinilai baik (75.29%) Karena jarak antara rumah dan lokasi cukup dekat sehingga mereka hadir rata-rata cukup hanya berjalan kaki, sementara sarana prasarana majlis taklim termasuk kategori cukup (65.96%) Kedua; Motivasi para jama’ah untuk hadir di majlis taklim termasuk cukup (74.71%), sementara materi yang disampaikan termasuk kategori baik (81.02%), Karena keseuaiannya
8
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
dengan kebutuhan ilmu para jama’ahnya, juga didukung oleh kompetensi guru termasuk baik (93.10%),sementara metode penyampaian materi termasuk kategori cukup (70.69%) Secara umum peran majlis taklim dalam meningkatkan ibadah masyarakat cukup baik dengan rata-rata prosentasi 68.93%, adapun factor pendukung dan penghambat termasuk kategori baik dengan rata-rata prosentasi 76.80% Kesimpulan Berdasarkan hasil dan analisis penelitian, dihasilkan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut: Secara umum peran majlis taklim dalam meningkatkan ibadah bagi masyarakat di desa Telukjambe Karawang termasuk kategori Baik (72.87%). Dan secara khusus dan rinci diperoleh : 1. Peran Majlis taklim dalam meningkatkan ibadah bagi masyarakat desa Telukjambe Karawang didapatkan hasil bahwa usia responden sekaligus jama’ah adalah didominasi pada kisaran usia 41-50 tahun sebanyak 37.93%., keadaan jama’ah majlis taklim dalam membaca ,mengkaji Alqur’an juga dalam melaksanakan shalat fardlu maupun sunat termasuk kategori kurang yaitu 53.45% dan 59.74%. Sedangkan keadaan jama’ah majlis taklim dalam menunaikan zakat, infak dan sadaqah adalah 73.56% termasuk kategori baik, adapun pelaksanaan puasa wajib/sunnah didapat 70.68% termasuk kategori cukup, sementara implementasi akhlak para jama’ah majlis taklim dari pemahaman dan pengamalan ibadah yang dilakukannya termasuk kategori Baik yaitu rata-rata sebesar 89.22% 2. Faktor Pendukung dan Penghambat dihasilkan gambaran bahwa jarak antara majlis taklim dan lokasi pengajian 75.29 % termasuk kategori baik. sarana prasaran majlis taklim termasuk kategori cukup dengan persentasi 65.96%, motivasi para jama’ah majlis taklim untuk hadir termasuk kategori cukup rata-rata 74.71%., sementara materi yang disampaikan termasuk kategori baik (81.02%), Karena keseuaiannya dengan kebutuhan ilmu para jama’ahnya, juga didukung oleh kompetensi guru termasuk baik (93.10%),sementara metode penyampaian materi termasuk kategori cukup (70.69%)
Saran 1. Keberadaan Majelis taklim sebagai lembaga non formal di tengah-tengah masyarakat memberi dampak yang cukup positif dalam meningkatkan kegiatan ibadah dan pemahaman masyarakat terhadap ajaran Islam , akan tetapi para jamaah yang hadir atau majelis taklim yang ada masih didominasi oleh jama’ah perempuan, masih sangat sedikit kegiatan pengajian yang dihadiri oleh jama’ah laki-laki, kalaupun ada jama’ah yang hadir masih sedikir, jauh dari yang diharapkan 2. Kebanyakan Peserta atau jama’ah majelis adalah mereka yang dari sisi usia dari 41-50 tahun ke atas, amat sedikit jama’ah majelis taklim yang berada pada usia 30 tahun ke bawah. Kenyataan tersebut hendaknya menjadi rujukan bagi pengajar/penyuluh agama khusunya dan masyarakat pada umumnya untuk terus mengajak dan memotivasi satu dengan lainnya dalam kegiatan pengajian di Majelis taklim 3. Metode yang digunakan dan Materi yang diajarkan hendaknya lebih variatif untuk bisa menarik minat jama’ah majelis taklim yang hadir atau masyarakat pada umumnya
9
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
DAFTAR PUSTAKA Abd.Majid, 2000, Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi, Bandung, CV.Pustaka Setia Abdurahman Saleh Abdullah, 2005,TeorI-teori Pendidikan Berdasarkan Alqur’an, Jakarta, PT. Rineka Cipta Abudin Nata,2002, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada Anto Dajan, 2000, Metode Statistik I, Jakarta, Pustaka LP3ES Kartini Kartono, 1990, Pengantar Metodologi Riset Sosial,Bandung, Mandar Maju Nurcholish Majid et.al,2002, Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern,Jakarta, Media Cita Omar Muhamad toumy al-Syaibany, 1979, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta, Bulan Bintang Sugiyono, 2003, Statistika Untuk Penelitian, Bandung, CV.Alfabeta Suharsimi Arikunto, 1998, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta Syamsu Yusuf, 2003, Psikologi Belajar Agama, Bandung, CV.Pustaka Bani Quraisy Winarno Surachmad, 1986, Pengantar Penelitian Iliah Dasar Metode Teknik, Bandung, Tarsito
10
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
“ EFEK PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN KUANTUM PADA MATA KULIAH SPEAKING MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FKIP UNSIKA” Fikri Asih Wigati, Ss ABSTRACT Teachers often face the problem of having lack creativity regarding the innovative teaching strategy and method in speaking. Therefore the research was aimed to know the effect of Quantum Teaching Strategy ( QTS) on the student’s performance of English Speaking Skill in comparison to Conventional Teaching Strategy ( CTS) to have the clear portrait of the QTS’ advantage. The quantitative research was to measure the pertaining effects of QTS on the Speaking performance. The data was taken from an experimental research, involving 30 students in UNSIKA (Singaperbangsa Karawang University) in the English Education program. The 2nd semester students were randomly selected. 29 students run learning activity with quantum learning method and 26 students studied in control group. The experimental group got particular treatments related to quantum learning method. The treatment for the experimental group was to improve their speaking skill. The control group was taught in conventional teaching strategy. Both groups pretest and post test to identify their performance on the speaking skill improvement. The measurement for both groups was conducted at the same test. In term of quantitative approach, quasi experiment design was used to describe the different result of experimental group and control group. T-test was used to analyze the data to measure the effect of quantum teaching strategy in comparison to Conventional Teaching Strategy ( CTS). By means of The T Test, the finding showed that QTS affected the performance of English Speaking skill. It is recommended for English Teacher to use QTS as alternative to improve quality of teaching. A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris sangat penting. Berbicara (speaking) juga merupakan keterampilan yang sering digunakan dalam interaksi dengan orang lain. Seringkali, orang lain menilai kemampuan berbahasa Inggris seseorang dari kemampuan speaking. Namun, mahasiswa sering merasakan kesulitan untuk mempraktekkan keterampilan speaking di kelas. Mahasiswa sering merasa cemas untuk berlatih berbicara di kelas speaking. Hal ini dapat dipengaruhi oleh masalah internal seperti motivasi dan kemampuan yang rendah. Masalah eksternal seperti ketidakmampuan dosen untuk mengajar juga dapat mempengaruhi kinerja mahasiswa. Oleh karena itu, kualitas pendidik selalu menjadi perhatian utama bagi setiap pemerintah. Berdasarkan data statistik Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) pada tahun 2009, di Karawang ada 7,744 pendidik di Karawang tidak memenuhi syarat. Itulah sebabnya pemerintah Bupati Karawang,periode lalu, Dadang S. Muchtar, khawatir tentang peningkatan kualitas guru-guru di Karawang. (Harian Ekonomi Neraca, Oktober 23, 2010) Masalah lain muncul ketika kreativitas dosen terbatas tentang strategi pengajaran yang inovatif dan metode pengajaran dalam speaking. Dosen sering menggunakan strategi pembelajaran konvensional dan cenderung hanya mentransfer materi yang tercantum dalam kurikulum dan silabus. Mereka tidak memiliki kesadaran bahwa dosen juga harus membimbing siswa-siswa tentang bagaimana mereka belajar dan memformulasikan proses dari kegiatan pembelajaran. Watkins (2003) menyatakan bahwa cara pengajaran konvensional yang menyoroti penguasaan konten sering menempatkan dosen sebagai aktor tunggal yang mendominasi kelas dan menganggap mahasiswa sebagai pendengar saja. Mahasiswa terpaksa belajar dengan menghafal materi itu. Mahasiswa juga mendapatkan sedikit kesempatan untuk
11
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
menunjukkan kompetensi mereka. Dengan cara ini pengajaran cenderung membuat mahasiswa menjadi pasif dan tidak termotivasi. Belajar sering diterapkan kurang kontekstual dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005: bab IV pasal 19 ayat (1) menyatakan bahwa "standar proses pendidikan harus diadakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi, inisiatif, kreatif, dan kemandirian sesuai dengan keterampilan, dan mengembangkan aspek pembelajar secara 'fisik dan psikologis. " Fokus program ini adalah untuk meningkatkan keterlibatan aktif mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu model yang sesuai dengan program ini adalah strategi pembelajaranKuantum. Strategi Kuantum menggarisbawahi pentingnya keterlibatan mahasiswa. Kagiatan pembelajaran bukan hanya untuk mentransfer informasi dari dosen kepada mahasiswa dan kemudian mahasiswa kemudian mengulanginya. Sebaloknya,pembelajaran Kuantum dikenal sebagai strategi pengajaran yang tidak konvensional yang menyoroti interaksi yang bermakna antara dosen dan nahasiswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran Kuantum menunjukkan teknik-teknik mengajar yang aktif, menggunakan kolaborasi yang efektif dan aktif melibatkan mahasiswa. Teknik mengajar Kuantum dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dalam proses belajar mengajar. Jadi, strategi kuantum juga bisa digunakan dalam pengajaran kemampuan berbahasa siswa termasuk dalam mata kuliah speaking yang ada dalam program pendidikan Bahasa Inggris. Dalam hal ini, penulis mencoba untuk mengetahui efek penerapan strategi pembelajaran kuantum dalam kelas speaking di prodi Bahasa Inggris Universitas Singaperbangsa Karawang, Jawa Barat. B.
Perumusan Masalah Apakah Strategi Pembelajaran Kuntum memiliki dampak yang signifikan terhadap prestasi akademik siswa dalam mata pelajaran speaking dibandingkan dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional? C. Tinjauan Pustaka Prestasi Akademik biasanya mengacu pada tampilan akademik yang ditunjukkan oleh hasil tes yang dilakukan ( Freeman, 1985). Hasil dari prestasi akademik memberikan posisi seorang mahasiswa bila dibandingkan dengan mahasiswa yang lainya. Prestasi akademik dapat dipengaruhi oleh factor internal seperti kemampuan dan motivasi mahasiswa; dan factor external seperti strategi pembelajaran yang dipakai dosen. 1. Kelas Speaking Tujuan pengajaran Speaking dalam bahasa Inggris adalah untuk meningkatkan kemampuan lisan mahasiswa dalam berbahasa inggris, untuk memberi mereka lebih banyak kesempatan untuk berbicara, untuk belajar bahasa Inggris secara aktif, untuk membantu mereka meningkatkan pengucapan mereka, dan bertujuan lebih lanjut, untuk memiliki lebih banyak interaksi dengan orang lain. Tujuan speaking di kelas bahasa harus mendorong akuisisi keterampilan komunikasi dan untuk mendorong komunikasi nyata dalam dan keluar dari kelas (Harmer:2002) 2. Strategi Pemebelajaran Kuantum Di bidang pendidikan, kuantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Ini mengikuti rumus fisika kuantum, E: mc2. E = Energi berarti pembelajaran yang efektif dan antusiasme. M = Massa berarti individu dan lingkungan belajar. C = Interaksi berarti hubungan antara individu, mahasiswa, dosen dan lingkungan kelas.
12
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
Jadi, Quantum berarti bahwa energi yang muncul berupa pembelajaran yang efektif dan antusias dari interaksi antara individu dengan orang lain dan lingkungan.(DePorter:2002) DePorter (1999) menyebutkan 5 prinsip strategi mengajar kuantum: Yang pertama adalah kebermaknaan lingkungan belajar. "Semuanya berbicara". Ini berarti segala sesuatu di kelas memiliki pesan untuk para mahasiswa. Cara dosen mengajar, bahan, media, dan penataan kursi akan memberikan dampak. Kedua adalah "Semuanya disengaja". Hal ini berarti bahwa selalu ada tujuan dari apa yang dosen lakukan dan apa yang mahasiswa harus pelajari. Dosen harus memiliki rencana yang tepat untuk menjalankan kegiatan mengajar dalam rangka mencapai tujuan dari proses pembelajaran. Yang ketiga adalah "AHA! penemuan belajar".Prinsip ini menyoroti pengalaman mahasiswa yang mengarah pada formulasi dari mereka sendiri atau menemukan konsep baru yang mereka pelajari. Keempat,"Mengakui setiap usaha". Untuk mempelajari sesuatu, mahasiswa mengambil risiko, mereka harus keluar dari zona kenyamanan mereka. Dengan mengakui upaya, mahasiswa akan merasa diri mereka sebagai murid yang baik. Ketika mereka mampu untuk menyelesaikan tugas, mereka dapat mengukur kemampuan diri mereka sendiri. Prinsip terakhir adalah "Merayakan". Hal ini mencerminkan pengakuan positif dari dosen kepada mahasiswa untuk usaha dan partisipasi mereka. Dosen didorong untuk selalu mengungkapkan penghargaan atas prestasi tugas mereka dengan cara ceria. 3. Strategi Kuantum Sebagai Startegi Pembelajaran yang Efektif Quantum pembelajaran memiliki dua elemen utama; kontek dan konten. Elemen konteks berhubungan dengan persiapan kelas di mana proses pembelajaran terjadi. Sedangkan elemen konten berkaitan dengan manajemen kelas. (DePorter, 1999)Dalam elemen kontek, dosen yang ditugaskan untuk mengatur suasana, landasan, lingkungan, desain pembelajaran. (DePorter, 2002). a. Yang pertama adalah suasana belajar yang mendalangi. Ini berarti untuk menciptakan suasana yang menguntungkan, kehangatan, dan penuh akuntabilitas antara dosen dan mahasiswa. Suasana tersebut untuk meningkatkan minat dan motivasi. b. Merancang pondasi yang kuat, Dosen harus berkomitmen untuk menciptakan perilaku pembelajaran tentang pentingnya belajar sepanjang hidup. Komitmen harus melibatkan pengetahuan mahasiswa tentang tujuan pembelajaran, kerjasama, dan fokus dari proses pembelajaran. c. Dosen harus mengatur lingkungan belajar. Ini menekankan pentingnya pengelolaan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan. d. Mengatur desain pelajaran. Dalam hal ini, dosen harus memperhatikan kompetensi siswa, bakat, minat, dan kapasitas intelektual mahasiswa. 4. Prosedur Pemebelajaran Kuantum DePorter (1999) merumuskan 5 langkah dari prosedur mengajar kuantum. a. Langkah pertama adalah "pengenalan materi''. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menangkap rasa ingin tahu dan minat mahasiswa. Dosen dapat belajar tentang seperti apa mahasiswanya dan apa yang tidak disukai mereka. Dosen juga harus mempelajari tentang apa yang sebenarnya mahasiswa butuhkan untuk belajar. b. Mengalami adalah langkah kedua. Melalui eksplorasi ‘mengalami’, mahasiswa dapat memiliki memori jangka panjang tentang isi materi pembelajaran daripada jika mereka hanya membaca atau mendengarkan penjelasan dosen. c. Diskusi dan verifikasi adalah langkah selanjutnya. Baik dosen maupun mahasiswa aktif dalam diskusi tentang apa yang dialami dalam proses pembelajaran. d. Menunjukkan adalah langkah kelima. Dalam kegiatan ini mahasiswa memamerkan kemampuan mereka pada materi yang diberikan. Demonstrasi ini akan membuat
13
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
mereka ingat konsep dari eksplorasi dan diskusi di bawah kontrol dosen. Hal ini juga melatih mereka untuk menjadi lebih percaya diri. e. Langkah terakhir adalah perayaan. Dosen dapat memberikan pujian dan mendorong seluruh kelas untuk menghargai upaya mereka untuk menyelesaikan tugas. D.TujuanPenelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektifitas aplikasi Strategi Pembelajaran Kuantum (QTS) dibandingkan dengan Strategi Pengajaran Konvensional terhadap prestasi akdemik speaking mahasiswa. E.Manfaat Penelitian Temuan ini dapat digunakan untuk memverifikasi apakah Teknik Pembelajaran Kuantum terbukti menjadi strategi pengajaran yang efektif dalam lingkungan kelas. F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimental. Frankel & Wallen (1996: 263) menyatakan bahwa metode penelitian eksperimental merupakan jenis penelitian yang mencoba untuk mempengaruhi variabel tertentu. Dalam penelitian eksperimental, peneliti melihat efek variabel independen pada satu atau lebih variabel dependen ". Setelah peneliti melakukan beberapa kali perlakuan, peneliti dapat mengamati dan menginterpretasikan data (dengan cara posttest). Jenis percobaan yang digunakan oleh peneliti adalah "eksperimen kuasi". Jenis percobaan ini adalah untuk menyelidiki hubungan kausal antara percobaan dan kelompok kontrol di mana variabel dependen tidak dapat dikontrol sepenuhnya oleh peneliti. Persyaratan yang tidak terpenuhi adalah tidak adanya sample acak . Penelitian eksperimen menyelidiki dampak kausal dihasilkan dari perlakuan. Perlakuan ini diterapkan hanya untuk kelompok eksperimen daripada kelompok kontrol. Variabel dependen diukur baik sebelum dan setelah penulis menggunakan strategi pengajaran kuantum. Strategi kuantum sebagai perlakuan untuk meningkatkan kemampuan prestasi akademik dalam mata kuliah Speaking mahasiswa. 2. Sampel Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa tingkat pertama di Universitas Singaperbangsa Karawang di Karawang, Jawa Barat Indonesia. Sampel adalah kelas eksperimen dan kelas kontrol yang terdiri dari 29 dan 26 siswa. 3. Instrumentasi Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi akademik. Tes digunakan untuk mengukur pencapaian siswa setelah menyelesaikan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. a. Pretest: pretest dilaksanakan dalam rangka untuk mendapatkan data kemampuan kelas eksperimen dan kontrol sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. b. Posttest: Sebuah posttest dilaksanakan dalam rangka untuk mendapatkan data kelas eksperimen dan kontrol untuk mengetahui hasil perlakuan. Prosedur melakukan posttest mirip dengan pretestt. Alasannya adalah untuk mengetahui apakah siswa membuat kemajuan dalam keterampilan berbicara.Mahasiswa akan dinilai dari 5 titik penilain speaking: grammar, vocabulary, accent, comprehension, dan fluency.
14
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
4.. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, ada dua jenis variabel, variabel dependen dan independen. Variabel independen adalah faktor yang dimanipulasi oleh peneliti. Variabel independen dari penelitian ini adalah Strategi Pembelajaran Kuantum. Variabel dependen adalah ukuran dari pengaruh variabel dependen.. Variabel dependen dari penelitian ini adalah prestasi akademis dalam mata kuliah Speaking. 5. Prosedur Pengumpulan Data Penulis menggunakan pra tes dan post tes untuk mengumpulkan data. Tes adalah untuk mengukur keterampilan berbicara dalam bahasa Inggris. Dosen menggunakan metode wawancara, pidato, dan role-play untuk menilai penguasaan siswa dalam speaking. 6.AnalisisData Untuk menganalisis data, pendekatan kuantitatif digunakan. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menghitung data pada prestasi akademik melalui analisis statistik. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan rumusUJI-t G. Hasil Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, verifikasi hipotesis dikembangkan dengan pendekatan kuantitatif. Analisa kuantitatif menggunakan t-Test untuk menganalisa dampak Strategi Pengajaran Kuantum pada prestasi akademik siswa dalam mata pelajaran speaking dibandingkan dengan strategi belajar konvensional. Rumusan masalah: Apakah Strategi Pembelajaran Kuntum memiliki dampak yang signifikan terhadap prestasi akademik siswa dalam mata pelajaran speaking dibandingkan dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional? Ho: Strategi Pembelajaran Kuantum tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa dalam mata pelajaran speaking dibandingkan dengan strategi pembelajaran konvensional. Analisa T-Test anatara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum treatmen. Grup N Mean St.Dev t-obs d.f (degrees t-table of freedom) Eksperimen 29 25,69 7,24 0,08 53 2,0 Kontrol 26 25,85 7,40 *P>0.05 Tabel menunjukkan bahwa nilai t-obs jauh lebih kecil daripada t-distribusi,maka dari itu dapat disimpulkan bahwa sebelum treatmen Strategi Pengajaran Kuantum dilaksanakan kedua grup tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam prestasi akademik mata pelajaran speaking. Analisa t-Test antara grup eksperimen dan grup kontrol setelah treatmen Strategi Pembelajaran Kuantum Grup N Mean St.Dev t-obs d.f (degrees t-table of freedom) Eksperimen 29 79,62 6,19 3,49 53 2,0 Kontrol 26 72,35 8,73 *P>0.05 Data table menunjukkan bahwa nilai rata-rata prestasi akademik mahasiswa dalam mata pelajaran speaking untuk grup treatmen lebih tinggi daripada grup kontrol. Tabel menunjukkan bahwa nilai t-obs lebih besar daripada t-distribusi,maka dari itu dapat disimpulkan bahwa setelah treatmen Strategi Pengajaran Kuantum dilaksanakan kedua grup memiliki perbedaan yang signifikan dalam prestasi akademik mata pelajaran speaking. Hal ini
15
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
membuktikan bahwa Ho: Strategi Pembelajaran Kuantum tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa dalam mata pelajaran speaking dibandingkan dengan strategi pembelajaran konvensional ditolak dan dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran kuantum memberikan dampak yang signifikan terhadap prestasi akademik speaking mahasiswa dibandingkan dengan strategi pembelajaran konvensional. H.Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian, rumusan masalah, hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian di BAB IV maka keseluruhan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : Dari data kompuitasi t-Test yang dikomparasikan dengan t-Tabel, dapat disimpulkan bahwa Strategi Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan prestasi akademik siswa dalam mata kuliah Speaking. Dengan kata lain, mengajar speaking dengan strategi pembelajaran Kuantum akan lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional. I. Saran 1 Bagi Dosen: Dosen bahasa Inggris dapat menggunakan strategi pembelajaran kuantum dalam mata kuliah speaking sebagai variasi stategi pengajaran. Sangat penting pula bagi dosen untuk menciptakan atmosfer baru dalam pembelajaran di kelas dengan menggunakan perinsipperinsip strategi pembelajaran kuantum. 2. Bagi Lembaga Lembaga dapat menyediakan ruang bagi mahasiswa dalam menampilkan hasil dari eksplorasi mereka dalam proses pembelajaran dengan strategi kuantum REFERENSI Brown, H. D. 2001. Teaching by Principles. An Interactive Approach to Language Pedagogy. Englewood Cliffs: Prentice Hall. Carnell, E. ( 2005). Understanding and enriching young people learning: issues, complexities and challenges. Improving School. DePorter. 2002. Quantum Learning. ( translated by Ary Nilandari). Bandung. Kaifa DePorter, B. Reardon, & Nourie. 1999. Quantum Teaching: Orchestrating Student Success. Boston: Allyin and Bacon Frankel and Wallen. 1996. How To Design And Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill.inc Freeman.J. ( 1985). The psychology of gifted children: perspective on development and education. Manchester: john Wiley Sons. Ltd. Hatch Evelyn and Anna Lazarton.1991. The Research Manual: Design and Statistics for applied Linguistics. Massachussets: Heinle& Heinle Publisher Harmer, Jeremy. 2002. The Practical English as a Foreign Language Teaching. Malaysia: Pearson Education Limited. Harmer, Jeremy. 2007. How to Teach English. China: Pearson Education Limited. Hughes ,Arthur. 1989. Testing For language Teachers. Melbourne: Cambridge University Press. Syam, Nelly. 2009. Exploring Student’s problems and expectations in Speaking Class ( A Case Study at MAN in Riau ). Bandung : Indonesia University of Education. Thornbury, Scott. 2005. How to Teach Speaking. Malaysia ; Longman. www.HarianEkonomiNeraca.com
16
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE SEVEN TOOLS TERHADAP PRODUK SHOTBLAS PADA PROSES CAST WHEEL DI PT. XYZ Oleh : Ade Momon. S Ringkasan Pada dasarnya perusahaan yang menerapkan pengendalian mutu/kualitas akan menghasilkan produk yang baik dengan tingkat kerusakan (cacat) produk akan kecil sehingga dapat menguntungkan perusahaan. Dengan demikian suatu perusahaan diupayakan untuk mengimplementasikan sistem Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) salah satu subsistemnya adalah implementasi metode seven tools. Adapun kasus yang tampilkan adalah produk Casting Wheel pada proses shotblast untuk model 5TL-F, 5TL-R, 2S6-F dan 2S6-R. Secara keseluruhan dari hasil yang diperoleh mendeskripsikan bahwa jenis repair heatchek menduduki posisi yang sangat tinggi dengan total produk repair sekitar 37529 pcs dengan presentase sekitar 20.03%. Hasil analisis antara variabel infeksi dengan produk yang direpair menunjukkan hubungan yang sangat kuat dengan koefisen korelasi mendekati 0.91, dan setelah diimplementasikan dengan menggukan grafik peta kontrol menunjukan bahwa banyak sekali produk yang berada diluar batas kendali dengan rata-rata repair hampir 50% dari produk yang diinspeksi oleh final setiap harinya. Alternatif untuk menyelesalikan kondisi ini dengan mengimplementasikan konsepsi diagaram tulang ikan dengan lima faktor utama cara membuat, bahan baku, lingkungan,alat, dan manusia. Kata Kunci : pengendalian kualitas, seven tools, repair.
1.
Pendahuluan Dewasa ini semakin banyak perusahaan industri didirikan di Indonesia terutama yang bergerak di bidang industri manufaktur khususnya otomotif. Industri ini dalam melaksanakan proses transformasinya membutuhkan tenaga profesional dan terampil guna mendukung tercapainya tujuan dari industri tersebut salah satu hal untuk mencapai hal tersebut adalah dengan memberikan mutu/kualitas yang baik terhadap konsumen. Produk dengan mutu/kualitas yang baik itu sendiri, akan dicapai apabila perusahaan yang bersangkutan mampu mengefektifkan dan mengefisienkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses produksi. Salah satunya adalah faktor penguasaan teknologi dan instrumentasi. Wujud dari penguasaan teknologi dan instrumentasi adalah pengurangan jumlah produk cacat, yang pada akhirnya akan menghasilkan produk yang bermutu baik dari segi kualitasnya maupun kuantitasnya. Dengan demikian suatu keharusan perusahan yang bergerak dalam manufacturing untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem yang mengakomodasi tentang kondisi kualitas (sistem pengendalian kualitas). Pada umumnya perusahaan skala besar dan menengah biasanya sudah mampu membangun sistem yang mampu mengendalikan kualitas produk secara konsisten. Namun tidak sedikit perusahaan yang masih menerapkan sistem pengendalian kualitas dengan cobacoba (trial error) dan cenderung tidak sistematis serta asal-asalan semata. Sehingga berimplikasi terhadap rendahnya pengakuan serta kepercayaan (trust) konsumen. Oleh karena itu dengan dicapainya output produk dengan kualitas yang baik, maka perusahaan berpotensi mendapatkan keuntungan bahkan kemajuan serta pengakuan dari konsumen, dan sisi lain pihak konsumen itu sendiri tidak merasa dirugikan dan merasa puas terhadap produk yang konsumsinya. Hal ini dialami oleh perusahaan XYZ, perusahan tersebut merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang memproduksi komponen kendaraan bermotor salah satunya adalah wheel, dimana dalam pembuatan/produksinya melalui proses casting. Dalam
17
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
memproduksi wheel perusahaan menggunakan 4 mesin Die Casting (DC) 1250 ton, khusus untuk memproduksi model wheel 2S6 (Jupiter), 9 mesin Die Casting (DC) 800 ton untuk produksi model wheel 5TL (Mio) serta 4 mesin Gravity Casting (GC) model wheel 5BP (Scorpio) dengan jumlah man power sekitar 34 orang. Pada saat ini jumlah pesanan wheel terhadap perusahaan setiap bulannya kurang lebih mencapai 150000 pcs, dengan target deliveri tinggi dan dituntut harus selalu tepat waktu, sehingga berpengaruh terhadap proses produksi yang cenderung terburu-buru. Hal ini berdampak kepada sering mengalirnya produk repair ke shop berikutnya bahkan sampai ke konsumen, artinya masih terdapatnya jumlah produk cacat yang cukup tinggi. Selanjutnya hal ini menjadi bahan perhatian bagi perusahaan untuk menganalisa permasalahan agar produk cacat bisa turun tiap bulannya sampai 0%. Maka dari itu untuk mengamati masalah tersebut, penulis merasa perlu dilakukanya sebuah penelitian yang berkaitan dengan seberapa besar jumlah produk untuk yang mengalami repair dan bagaimana kondisi pengendalian kualitas yang selama ini diterapkan oleh perusahaan.
2.
Metodologi Penelitian Dalam hal ini penulis mengamati sistem pengendalian kualitas yang selama ini terjadi di PT. XYZ dengan menggunakan sistem trouble shooting, karena sistem ini kurang begitu efektif maka penulis coba menerapkan model sistem pengendalian mutu terpadu dengan teknik seven tools. Adapun langkah-langkah teknik seven tools, meliputi : 1. Lembar periksa (check sheet), agar data dikumpulkan secara mudah dan ringkas. 2. Stratifikasi, untuk menunjukan masalah berdasarkan kelompok. 3. Diagram Pareto, menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. 4. Fishbone, menggambarkan penyebab-penyebab (causes) yang berpotensi menyebabkan masalah yang sedang dibahas. 5. Diagram tebar, menguji bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel. 6. Histogram, merupakan salah satu alat yang membantu untuk menemukan variasi. 7. Peta kontrol, untuk mengendalikan proses,
a.
Obyek dan Sampel Penelitian Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah produk wheel dengan model Wheel Model 5TL-F, Wheel Model 5TL-R, Produk Wheel Model 2S6-F, dan Produk Wheel Model 2S6-R.
b.
Metode Pemecahan Masalah (1) Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu metode yang menggambarkan, mencatat dan menganalisa serta menginterpretasikan kondisi-kondisi yang saat ini terjadi, untuk memperoleh informasi mengenai keadaan saat ini dengan melibatkan relevansi antara variabel yang ada, untuk selanjutnya dianalisis guna diperoleh solusi pemecahannya. (Mardalis, 1995 : 26).
(2)
Identifikasi dan Pengumpulan Data Pada tahap ini data-data diperoleh atau dikumpulkan dari perusahaan dengan mendata laporan harian inspeksi shotblast yang akan diakumulasikan dalam tampilan tabel.
(3) Implementasi Seven Tools Dalam pengolahan data untuk pemecahan masalah dengan menggunakan prinsip dan teknik pengendalian mutu kualitas, berdasarkan prosedurnya dalam teknik seven tool, sebagai berikut : a)
Pemilahan data Dalam hal ini melakukan pengumpulan data repair shotblast pada hasil produksi dalam satu bulan yang selanjutnya dipilah sesuai lembar periksa.
18
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
b) Stratifikasi Melakukan pengelompokan data untuk menyimpulkan penyebab repair shotblast pada produk. Dalam hal ini stratifikasi dilakukan berdasarakan presentasi jumlah produk cacat dan stratifikasi berdasarkan shift. c)
Diagram Pareto Mencari prioritas masalah yang terjadi pada repair shotblast sehingga penyebab utama dapat terdeteksi
d)
Diagram Sebab Akibat Menggambarkan grafik sebab dan akibat dari suatu masalah tersebut ke dalam grafik tulang ikan.
e)
Diagram Tebar Dari data repair yang ada dibuat diagram dan di analisa hubungan antara repair (X) dan total inspeksi (Y) yang dapat dinyatakan dengan suatu nilai yang disebut koefisien korelasi (r). Nilai koefisien korelasi ini berkisar antara -1 sampai dengan 1, yang ditentukan oleh formulasi berikut : n
n
n
i =l
i =l
n∑ XiYi − ∑ Xi ∑ Yi
r=
i =l
n n∑ Xi − ∑ Xi i −l i =l n
2
2
n n∑ Yi − ∑ Yi i −l i =l n
2
2
f)
Histogram Sebelum data repair shotblast ditampilkan dalam histrogram, terlebih dahulu dilakukan perhitungan-perhitungan berikut ini: Rentang (R) R = data maximum – data minimum Jumlah Kelas Interval (K) K = 1 + 3,3 log n Panjang Kelas Interval =
g)
Peta Kontrol Peta kontrol adalah suatu peta yang di gunakan untuk mengendalikan proses, merupakan grafis garis dengan mencantumkan batas maksimum dan minimum yang merupakan batas daerah pengendalian. Dalam menentukan peta kontrol harus dilakukan perhitungan-perhitungan sebagai berikut :
C=
∑N N
UCL = C + 3 C LCL = C − 3 C 3.
Hasil Dan Pembahasan Setelah penulis berhasil mengumpulkan sejumlah data khususnya yang menyangkut pengendalian kualitas produk untuk repair final shotblast, maka berikut ini akan
19
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
diketengahkan penerapan 7 alat untuk pengolahan data tersebut, tetapi sebelumnya terlebih dahulu ditampilkan kondisi perfomansi dari produk tersebut : Grafik Perfomance Produk 25000
T o 20000 t a l 15000 p r 10000 o d u 5000 k
repair total inspeksi
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tan g g a l
Gambar 1. Grafik Perfomansi Produk
a.
Check Sheet (Lembar Periksa) Dalam suatu proses untuk mengetahui jumlah total repair dan jenis repair yang terjadi selama bulan Januari 2011. Berdasarkan hasil chek sheet yang selama ini berjalan diperusahaan dan dengan mengalami beberapa modifikasi, kami berhasil menampilkan data dari hasil rekapitulasi repair sebagaimana ada dalam tabel 5.6 pada halaman di atas. Dari gambar diatas menunjukkan bahwa total produk yang mengalami repair untuk keseluruhan model mencapai 187393 yang terjadi pada bulan januari 2011. Dengan jenis repair tertinggi terjadi pada heat chek yang mencapai 37529 produk yang harus direpair dan sekitar 20 persen dari jumlah produk yang direpair pada bulan yang bersangkutan. Sementara itu jenis repair yang sangat jarang sekali terjadi adalah jenis repair shotblas kasar, dimana untuk jenis repair ini hanya terjadi sekitar 19 unit produk wheel dari total 187393 produk yang harus direpair dan jenis repair ini masih di bawah 1%. Berdasarkan kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan memerlukan langkah-langkah khusus terhadap proses shotblast yang selama ini dilaksanakan, guna menurunkan jenis repair untuk semua jenis.
b.
Stratifikasi Data hasil produksi selama bulan Januari 2011 menunjukan keadaan sebagai berikut : - Jumlah model yang diamati : 4 model (2S6-F/R, 5TL-F/R) - Total OK: 134.501 Pcs - Total Repair : 187.393 Pcs - Total NG: 1.248 Pcs + - Total Porduksi : 323.142 Pcs Untuk mengetahui penyebab-penyebab produk repair, data di atas perlu di stratifikasi atau di kelompokan sesuai dengan jenis model dan waktunya dan seterusnya yang mengacu
20
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
pada data daily report proses produk. Maka hasil stratifikasi itu menunjukan 2 tabel data sebagai berikut : Tabel 1. Kondisi Stratifikasi Produk Berdasarkan Model Hasil Pemeriksaan
Total Insp. (Pcs)
OK (Pcs)
%
Repair (Pcs)
%
NG (Pcs)
%
5TL-F 5TL-R 2S6-F 2S6-R
127976 98777 39393 56996
70623 46980 9607 7291
55.18% 47.56% 24.39% 12.79%
57088 51507 29443 49355
44.61% 52.14% 74.74% 86.59%
265 290 343 350
0.21% 0.29% 0.87% 0.61%
Total
323142
134501
41.62%
187393
57.99%
1248
0.39%
Model
Tabel 2. Kondisi Stratifikasi Produk Berdasarkan Shift Hasil Pemeriksaan Total Shift
Insp. (Pcs)
OK (Pcs)
%
Repair (Pcs)
%
NG (Pcs)
%
3 1 2
97417 119330 106395
38007 50715 45779
39.01% 42.50% 43.03%
59026 68114 60253
60.59% 57.08% 56.63%
384 501 363
0.39% 0.42% 0.34%
Total
323142
134501
41.62%
187393
57.99%
1248
0.39%
Berdasarkan uraian di atas menjelaskan bahwa sebetulnya produk yang lolos dan tidak perlu direpair lagi berdasarkan model secara keseluruhan jumlahnya masih dibawah jumlah produk yang harus direpair dimana jumlahnya hanya sekitar. Bahkan produk yang lolos dan tidak memerlukan repair hanya sekitar 41,62%. Artinya hal ini menunjukan bahwa tingkat penanganan terhadap produk yang perlu di repair masih sangat tinggi dan hal ini berdampak terhadap biaya yang dikeluarkan untuk repair sangat besar. Lain halnya apabila capaian ditinjau berdasarkan stratfikasi shift untuk produk yang lolos tanpa perlu direpair capaiannya cukup tinggi terjadi pada shift 2, yaitu sekitar 43.03% dan produk yang paling banyak direpair berdasark shift banyak terjadi pada shift 3 yaitu sekitar 60.59%. hal ini menunjukan adanya indikasi bahwa shif jam kerja karyawan juga ada pengaruhnya terhadap produk yang perlu dan tidak perlu direpair.
c.
Diagram Pareto Berdasarkan hasil pengamatan pada bulan Januari 2011 bahwa produk repair yang di tampilkan pada diagram pareto berikut ini:
21
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
Diagram Pareto Produk Casting Wheel 100.00%
180000
90.00% 160000 80.00% 140000
Jumlah Produk
70.00% 120000
60.00%
100000
50.00%
80000
40.00%
60000
30.00%
40000
20.00%
20000
10.00%
0
0.00%
Jenis Repair
Gambar 2. Diagram Pareto
d.
Diagram Tulang Ikan
Gambar 3. Diagram Tulang Ikan
22
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
Berdasarkan beberapa faktor yang tercantum dalam diagram analisis fish bone dapat dijelaskan uraian sebagai berikut : (1) Cara membuat/metode Sesuai hasil analisa, seperti dilihat dari metodenya ada proses yang tidak dilakukan salah satunya proses GBF (Gas Bubling Filter) yang dapat menyebabkan shringkage karena adanya udara yang terjebak pada saat proses casting. Kemuadian saat proses produksi, frekuensi pengecekan proses casting oleh Inner inspeksi hanya ½ jam, hal ini jelas sangat kurang dan perlu di tingkatkan lagi agar masalah dapat teratasi secara dini dan tidak mengalir ke shop beriktnya. Dengan kurangnya frekuensi pengecekan, di saat casting condition tidak standar kemungkinan tidak dapat di ketahui. (2) Bahan (alumunium) Saat akan peleburan molten metal, sebagian besar bahan yang digunakan dari produk yang reject (NG), sangatlah jauh sekali kualitasnya dengan menggunakan bahan baku alumunium ingot (batang). Kompososi bahan sering berubah/tidak standar, maka akan sangat berpengaruh terhadap profile dan kualitas produk itu sendiri. Suhu melting labil, dan sangar mempengaruhi kekuatan produk (3) Lingkungan Fasilitas kerja yang kurang lengkap, jelas sekali akan mempengaruhi kualitas produk saat di proses, seperti kurang lengkapnya alat pelindung diri (APD), pencahayaan yang kurang sehingga item masalah produk kurang terlihat jelas. Area kerja yang kurang nyaman dapat menurunkan konsentrasi pekerja sehingga tidak fokus pada pekerjaan,seperti masalh suhu, kebisingan dan area kerja berdebu. Kurang terjaganya 5P (Pembersihan, Penyimpanan, Pemisahan, Pemeliharaan dan Pembiasaan disiplin) sehingga banyak produk yang tercampur dan berbenturan saat aliran porses yang dapat menimbulkan handling mark. (4) Alat/Mesin Banyaknya jumlah mesin casting yang tidak seimbang dengan jumlah mold dan kurangnya mold spare yang siap stanby, sehingga banyak mold yang sudah melebihi batas shot pemakaian dengan keadaan sudah aus yang masih terus di pakai, bila ini terus di paksakan maka di produknya banyak terdapat heat cehk. Tools yang sudah aus untuk proses deburring dapat mengakibatkan tool mark pada produk, seperti permukaan produk menjadi cekung atau kasar. Core mold yang tidak rapat di karenakan ada pergeseran mold dapat mengakibatkan bagian rim produk menjadi step.
(5)
Manusia Kurang begitu memahami OPS dan OPL yang merupakan urutan-urutan proses dan standar produk Seringnya pergantian operator yang lama dengan yang baru yang jelas sekali skillnya masih dibawah rata-rata sehingga kurang cermat dalam proses produksi dan masih perlu penyesuaian dan pendidikan diarea setempat
23
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
Kurang inisiatif dari operator sendiri yang selalu melakukan kesalahan yang sama dan tidak ada tekad unutk memperbaharui cara kerja yang lebih baik lagi. Stamina operator tidak stabil, apalagi pada saat jam kerja kerja di shift 3 dengan kondisi lelah dan ngantuk, otomatis tidak fokus pada pekerjaan sehinngga banyak produk yang kurang sempurna.
e.
Diagram Tebar Dari banyaknya unit produk yang mengalami repair dan ukuran sampel yang dinyatakan dalam X (repair) dan Y (total (total inspeksi) pada bulan Januari 2011 ditampilan pada diagram tebar sebagai berikut:
Diagram Tebar (Scatter) 13000
Inspeksi
12000 11000 10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000 4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500
Repair
f.
Grambar 4. Diagram Tebar Dilihat dari diagram tebar kedua variabel X (repair) dan Y (inspeksi) menunjukan hubungan yang positif (sangat kuat), karena nilai koefisien korelasi mendekati 1 Histogram Histogram merupakan salah satu alat yang membantu untuk menemukan variasi distribusi istribusi dari suatu pengukuran dan frekuensi rekuensi dari setiap pengukuran
24
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
Histogram 35 29
Frekuensi
30
26
25 20
17
18
15
12 9
10 5
2
3
0
Batas Kelas Grambar 5. Grafik Histogram
g.
Perhitungan Peta Kontrol (Bagan ”C”) Tabel 3. Tabel Bantuan untuk Perhitungan Peta Kontrol No
Tanggal
Total Repair (Pcs)
No
Tanggal
Total Repair (Pcs)
1
2-Jan Jan-2011
6069
16
18-Jan-2011
6714
2
3-Jan Jan-2011
6978
17
19-Jan-2011
6660
3
4-Jan Jan-2011
6532
18
20-Jan-2011
6454
4
5-Jan Jan-2011
6415
19
21-Jan-2011
6799
5
6-Jan Jan-2011
6936
20
22-Jan-2011
6
7-Jan Jan-2011
6483
21
23-Jan-2011
6254 6209
7
8-Jan Jan-2011
6995
22
24-Jan-2011
6743
8
9-Jan Jan-2011
6521
23
25-Jan-2011
6426
9
11-Jan Jan-2011
6651
24
26-Jan-2011
7126
10
12-Jan Jan-2011
6928
25
27-Jan-2011
6916
11
13-Jan Jan-2011
6370
26
28-Jan-2011
6950
12
14-Jan Jan-2011
6661
27
29-Jan-2011
6323
13
15-Jan Jan-2011
5705
28
30-Jan-2011
5418
14
16-Jan Jan-2011
6455
29
31-Jan-2011
4415
15
17-Jan Jan-2011
6287
Total
62780
25
Solusi, Vol. 10 No. 21, Desember 2011 – Februari 2012
UCL = C + 3 C
LCL = C − 3 C
= 6461,83 − 3 6461,83
C =
= 6461,83 + 3 6461,83
= 6461,83 - 241,20 = 6703,03
187393 29
= 6461,83
= 6461,83 + 241,20
Peta C 8000
7000 6703 6462 6221 6000
6978
6995
6936
6532 6415
6483
6069
6521
6928 6661 6651 6370
7126 69166950
6799 6743 67146660 6455 6454 6426 6287 62546209
6323
5705 5418
5000 4415
4000 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Gambar 6. Peta Kontrol C
26
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Berdasarkan hasil pengolahan, berikut ini akan penulis ketengahkan analisa hasil proses dengan garis diluar garis kendali sebagaimana yang ditunjukan pada grafik ”C” chart yaitu melampui batas BKA dan BKB. Adapun produk-produk dengan karakteristik masih masuk kategori repair produk normal dalam grafik yang ditunjukan berada diluar dalam batas toleransi BKA dan BKB. Pada umumnya terjadi pada hari-hari lembur dimana tingkat produktivitas lebih rendah dari hari biasa, yaitu pada tanggal 2,15,23,30 dan 31 yang berdasarkan perhitungan. Rata-rata repair hampir 50% dari produk yang di inspeksi oleh final setiap harinya. Dari banyaknya jenis repair, yang paling dominan adalah jenis repair heat check yang menempati urutan teratas, kemudian disusul mekure, soldering dan handling mark dengan persentase diatas 10%.
4. a. a)
b)
Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan Dari hasil penelitian yang penulis lakukan selama ini di simpulkan hal-hal sebagai berikut : Total produk yang mengalami repair untuk keseluruhan model mencapai 187393, dengan jenis repair tertinggi terjadi pada heat chek sekitar 20 persen dari jumlah produk yang direpair. Sampai saat ini perusahaan yang bersangkutan dalam pengendalian kualitas produk selalu mengikuti saran baik baik dari pihak bawahan maupun dari pihak yang lain yang sering mengeluh, akan tetapi masih banyak kendala dan belum berjalan sempurna sehingga masih banyak produk repair ulang.
b.
Saran Untuk mengurangi repair pada produk casting wheel di PT. XYZ, penulis mencoba mngemukakan beberapa saran diantaranya : a) Melatih dan memberikan training kepada operator mengenai produk Die Casting umumnya pada masalah handling mark khususnya, karena handling mark merupakan masalah yang komplek dan sensitiv yang biasa terjadi disemua shop b) Setiap karyawan di berikan/ mendapat tanggung jawab penuh atas mutu produk , untuk melakukan perbaikan-perbaikan mutu produk Daftar Pustaka Ariani, Dorothea, 2003, “Pengendalian Kualitas Statistik” Pendekatan Kuantitatif dalam Manajemen Kualitas, Andi, Yogyakarta Montgomery, D.C, 1985, “Introduction to Statistical Quality Control” John Wiley & Sons, Inc, New York. Sugiyono ; 2002, “ Statistika untuk Penelitian “Cetakan Keempat. Penerbit Alfabeta, Bandung. Sumardjono, Maria SW, 1996, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Walpole Ronald E : 1984, “Ilmu Peluang dan Statistika Untuk Insinyur dan Ilmuwan” Edisi Keempat, Penerbit ITB Bandung
.
27
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 ANALISIS MOTIVASI DOSEN DALAM MELAKUKAN PENELITIAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG Oleh : Kosasih, Abdul Yusuf Abstrak Penelitian merupakan bagian dari tri dharma perguruan tinggi dan menjadi salah satu tugas seorang dosen, penelitian juga menjadi alat ukur kinerja seorang dosen dalam menjalankan tanggung jawabnya. Selain itu penelitian juga menjadi salah satu cara yang dilakukan dosen untuk mengembangkan dan menambah ilmu pengetahuannya. Penelitian yang dilakukan dosen didasari oleh adanya dorongan yang disebut motivasi, baik motivasi ekstrinsik maupun motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri dosen itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran motivasi dosen dalam melakukan penelitian yang dilihat dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Analisis data mencakup analisis deskriptif dengan menggunakan analisis persentase dan analisis faktor konfirmatori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi dosen dalam melakukan penelitian didorong oleh rasa senang melakukan penelitian, pengebangan ilmu, kebijakan lembaga dalam hal penelitian dan lingkungan kerja yang mendukung. Kata kunci: Motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, analisis faktor konfirmatori A.Latar Belakang Dalam rangka menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada dan dengan maksud melakukan pengembangan maka UNSIKA sebagai Perguruan Tinggi yang siap beradaptasi dengan perubahan melalui LPPM memfasilitasi setiap kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Dosen yang ada di lingkungan Universitas Singaperbangsa Karawang. Berdasarkan data Kegiatan Penelitian Dosen yang diselenggarakan LPPM Universitas Singaperbangsa Karawang tahun akademik 2009/2010 terdapat 14 Penelitian yang dilakukan oleh Dosen di lingkungan UNSIKA. Hal tersebut menunjukkan bahwa motivasi Dosen untuk melakukan penelitian masih rendah karena tingkat rasio yang kecil antara jumlah Dosen yang ada di lingkungan UNSIKA dengan jumlah penelitian yang dilakukan. Jika dilihhat dari jumlah dosen tetap sebanyak 73 orang dan banyaknya peneliti 3 0rang Dosen dalam satu penelitian. Maka paling tidak, seharusnya ada 24 Penelitian yang dilakukan.
B. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran motivasi Dosen di lingkungan Universitas Singaperbangsa Karawang dalam melakukan penelitian. C.Kajian Pustaka 1. Konsep Motivasi Kerja Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin ”movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan. Sedangkan motivasi dalam bahasa Inggris disebut “to more” yang artinya bergerak. Arti lengkapnya yaitu proses kejiwaan yang merupakan tujuan dan arah dari setiap perilaku. Menurut Henry L. Tosi (1990:268) motivasi dapat dilihat dari dua konotasi yaitu pertama dilihat dari management process yang dapat diartikan sebagai upaya yang dapat dilakukan oleh seorang manager untuk membuat karyawannya menghasilkan sesuatu yang lebih baik lagi dan kedua dilihat dari konsep psikologi yang membicarakan internal manusia yang akan
28
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 mempengaruhi prilakunya. Pendapat lainnya menyatakan bahwa motivasi yaitu penyebab tindakan kondisi yang memulai tingkah laku atau kegiatannya. E. J. Mc Donald (Komaruddin, 1994:581). Mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan motivasi adalah: “Suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai suatu tujuan”. Menurut Pandji Anoroga (1992:35) mengartikan bahwa motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Sedangkan menurut Bedjo Siswanto (1990:132) bahwa: “Motivasi kerja dapat memberikan energi yang menggerakkan segala potensi yang ada menciptakan keinginan yang tinggi serta meningkatkan kegairahan bersama.” Dari pendapat di atas, motivasi kerja adalah sesuatu atau energi yang menggerakkan potensi yang dimiliki yang menimbulkan semangat atau dorongan untuk bekerja. Motivasi kerja dalam diri seseorang dapat timbul akibat faktor yang ada dalam diri orang tesebut yang dikenal dengan faktor intrisik dan juga timbul disebabkan faktor dari luar yang disebut faktor ekstrinsik. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat yang dikemukakan oleh I.G. Wursanto (1989:131), yaitu : 1. Faktor intrinsik, adalah faktor dari dalam diri manusia yang dapat berupa kepribadian, pendidikan, pengalaman, pengetahuan dan cita-cita. 2. Faktor ekstinsik, adalah faktor dari luar diri manusia, seperti: gaya kepemimpinan seorang atasan, atau bimbingan seseorang, perkembangan situasi dan sebagainya. Sedangkan menurut Komaruddin (1994:306) pada dasarnya motivasi itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Motivasi intrinsik, adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang. Motivasi ini sering disebut motivasi murni. 2. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbul disebabkan faktor yang datang dari luar diri seseorang misalnya pujian, hukuman, hadiah, dan sebagainya. 2. Teori Dua Faktor Teori dua keburuhan dikembangkan oleh Herzberg pada sekitar tahun 1959, dari hasil penelitiannya Herzberg merumuskan terdapat dua faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja seorang karyawan di mana rasa puas atau tidak yang dirasakan oleh karyawan akan sangat mempengaruhi tingkat motivasi yang dimiliki karyawan yang bersangkutan, kepuasan dan ketidakpuasan itu digambarkan dalam bentuk sebuah kontinum, teori dua faktor menitik beratkan pengaruh faktor lingkungan dalam mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Dua faktor yang dikembangkan oleh Herzberg ini adalah: Pertama Herzberg menyebutkan Hyegenis atau maintened factor yaitu faktor-faktor yang keberadaannya dapat menghindarkan karyawan dari rasa ketidakpuasan yang akan mempengaruhi motivasi kerjanya, faktor ini dapat berbentuk upah, kebijakan yang diberikan perusahaan, hubungan antar pekerja, status dalam lingkungan dan sebagainya. Faktor-faktor ini hanya bertindak menghilangkan atau memperkecil ketidakpuasan dalam kerja yang dirasakan karyawan namun tidak dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawannya. Faktor kedua disebut Motivator faktor, faktor yang keberadaannya dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan yang nantinya akan mempengaruhi motivasi kerja karyawan yang bersangkutan. Termasuk dalam faktor ini adalah faktor prestasi, adanya pengakuan atau penghargaan, tanggung jawab, Pekerjaan ini sendiri dan adanya kesempatan untuk mengembangkan diri khususnya dalam hal pekerjaan seperti adanya program promosi jabatan. Adapun hal-hal dalam lingkungan kerja yang termasuk dua faktor ini dikembangkan oleh James L. Riggi et. All. (1987:578) di bawah ini :
29
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012
Gambar 1 HUBUNGAN FAKTOR MOTIVASI (James L. Riggi et. All. 1987:578) Teori dua faktor akan sangat membantu para manajer atau pimpinan dalam mengenali kondisi yang ada disekitar karyawannya atau bawahannya bila dirasa terdapat ketidak puasan dalam diri karyawan maka seorang manajer dapat meninjau kembali hygienies faktor dan memperbaiki faktor-faktor tersebut sehinggga dapat menghilangkan atau bahkan menghilangkan ketidak puasan dalam diri karyawan tersebut namun apabila manajer menilai bahwa motivasi kerja pada karyawan rendah maka manajer dapat meninjau motivational faktor dan segera memperbaikinya supaya kinerja karyawannya dapat ditingkatkan. D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan Jenis ppenelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang ciri-ciri variabel penelitian yaitu Motivasi. Oleh karena itu metode penelitian yang digunakan adalah description survey. 2. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh Dosen di lingkungan Universitas Singaperbangsa Karawang yang terdiri dari Dosen Tetap yang berjumlah 82 orang dan Dosen Luar Biasa yang berjumlah 179 orang . Berikut penentuan ukuran sampel untuk masing-masing fakultas : Tabel Sampel Penelitian Total Nama Persentase Fakultas Dosen FH 23 9% FAI 31 12% FE 33 13% FASILKOM 17 7% FP 15 6% FT 28 11% FISIPOL 19 7%
Jumlah Sampel 13 17 18 10 8 15 10
30
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 FKIP Kebidanan Jumlah Sumber : Analisis Data, 2011
57 38 261
21% 14%
29 20 140
3. Teknik Analisis Data Penerapan data/analisis data dilakukan melalui analisis deskriptif, dimana peneliti ingin menggambarkan mengenai motivasi Dosen dalam melakukan penelitian dengan menggunakan teknik persentase dan rata-rata hitung sehingga diketahui informasi yang jelas tentang faktor apa saja yang menjadi motivasi Dosen dalam melakukan penelitian baik motivasi intrinsic maupun ekstrinsik. Analisis Faktor Konfirmatori dilakukan untuk menguji atau mengkonfirmasikan model, yaitu model pengukuran dan perumusannya berakar pada teori. Sesuai dengan itu maka masalah penelitian dalam kerangka CFA paling tidak akan berkisar pada dua pertanyaan sebagai berikut: (1) Apakah indicator-indikator yang dikonsepsikan secara unidimensional, tepat, dan konsisten dapat menjelaskan konstruk yang diteliti. (2) Indikator-indikator apa yang dominan membentuk konstruk yang diteliti. Analisis factor konfirmatori yang digunakan dalam penelitian ini adalah single factor measurement models. single factor measurement models merupakan model pengukuran satu dna atau beberapa variable laten yang dirumuskan dalam diagram jalur secara terpisah untuk setiap variable laten yang ditelit. CFA dengan single factor measurement models di analisis dengan menggunakan AMOS 5 dan membandingkannya dengan Analisis factor menggunakan SPSS. Penilaian model fit dilakukan secara keseluruhan goodness of fit dari suatu model dapat dinilai berdasarkan beberapa ukuran fit berikut: Goodness of Fit Index Goodness of Cut-off Fit Index Value diharapkan kecil Significancy >0.05 Probability RMSEA >0.08 GFI >0.90 CMIN <2.00 TLI >0.95 CFI >0.95 Sumber : Ferdinan (2006) E. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Demografi Penelitian ini merupakan penelitian yang ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi motivasi para dosen dalam melakukan penelitian. Jadi, responden dalam penelitian ini adalah dosen di lingkungan Universitas Singaperbangsa Karawang. Berikut karakteristik responden berdasarkan demografi:
31
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 NO 1 2
Responden Penelitian Status Dosen Jumlah Dosen Tetap 32 Dosen Luar Biasa 108 total 140
Sumber : Analisis Data, 2011 2. Analisis Faktor Konfirmatori Motivasi Intrinsik Model pengukuran untuk analisis faktor konfirmatori motivasi intrinsik yaitu untuk menguji indikator-indikator yang dominan dan dikonsepsikan secara unidimensional, tepat, dan konsisten yang menjelaskan konstruk yang diteliti seperti dalam Gambar dibawah ini.
,62 X1
1
e1
,85 X2
1
e2
,52
1,00 X3
1
,71
,39
,74 ,93
X4
1
e4
,65
,51
,54 INTRINSIK
e3
X6
1
,94 ,85
e6
,44 X7
1
e7
,73 ,63
,83 X8
1
e8
,47
,52 X9
1
e9
,55 X10
1
e10
,96 X15
1
e15
Uji Fit Model Motivasi Intrinsik No Kriteria Uji Fit Nilai Model 1 GFI 0.983 2 CFI 0.966 3 TLI 0.968 4 RMSEA 0.047 Sumber : Analisis data, 2011
Berdasarkan hasil pengamatan pada gambar pada grafik analisis faktor konfirmatori pada variabel motivasi intrinsik dapat ditunjukkan bahwa model layak diuji pada tahap full model. Hal tersebut ditunjukkan pada nilai GFI sebesar 0,983. Menurut Ferdinan (2006) Goodness of Fit Indeks (GFI) Merupakan ukuran non-statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Sementar itu jika dilihat dari Nilai CFI > 0,95 yaitu 0,966 dan nilai TLI > 0,95 yaitu 0,968. Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.
32
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Nilai RMSEA sebesar 0,047 yang mana nilai tersebut masih dibawah 0,08. Hasil tersebut menunjukkan bahwa konstruk memenuhi kriteria model fit (Goodness of- Fit Indices). Disamping kriteria diatas observed variable (indikator) adalah valid, karena mempunyai nilai loading diatas 0,5 sehingga indikator tersebut dianggap mewakili variabel motivasi intrinsik. Apabila nilai loading factor pada indikator lebih besar dari 0,5; maka indikator dapat digunakan untuk mengukur variabel (Chin, dalam Ghozali dan Fuad, 2005). Hasil tersebut menunjukkan konstruk dapat diolah dengan full model. 3. Analisis Faktor Konfirmatori Motivasi Ekstrinsik Model pengukuran untuk analisis faktor konfirmatori motivasi Ekstrinsik yaitu untuk menguji indikator-indikator yang dominan dan dikonsepsikan secara unidimensional, tepat, dan konsisten yang menjelaskan konstruk yang diteliti seperti dalam gambar dibawah ini.
X1
X2
X3
1,00 ,78
X4
,75 ,58
X6
,51
,84
,78 EKSTRINSIK
X8
1 1 1 1 1 1
,70 e1
,80 e2
,54 e3
,50 e4
,56 e6
,97 e8
,87 ,71
X9
1
,33 e9
,60 ,58
X10
1
,68 X23
X24
X25
1 1 1
,48 e10
,56 e23
,42 e24
,88 e25
Uji Fit Model Motivasi Ekstrinsik No
Kriteria Uji Fit Model 1 GFI 2 CFI 3 TLI 4 RMSEA Sumber : Analisis data, 2011
Nilai 0.966 0.968 0.975 0.053
Uji Fit Model dilakukan untuk mengetahui apakah model ini sudah sesuai. Hal tersebut ditunjukkan pada nilai GFI sebesar 0,966. Menurut Ferdinan (2006) Goodness of Fit Indeks (GFI) Merupakan ukuran non-statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Sementar itu jika dilihat dari Nilai CFI > 0,95 yaitu 0,968 dan nilai TLI > 0,95 yaitu 0,975. Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”. Nilai RMSEA sebesar 0,053 yang mana nilai tersebut masih dibawah 0,08. Hasil tersebut menunjukkan bahwa konstruk memenuhi kriteria model fit (Goodness of- Fit Indices). Disamping kriteria diatas observed (indikator) dari motivasi ekstrinsik adalah valid, karena mempunyai nilai loading factor diatas 0,5 sehingga indikator tersebut dianggap mewakili
33
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 variabel motivasi ekstrinsik. Apabila nilai loading factor pada indikator lebih besar dari 0,5; maka indikator dapat digunakan untuk mengukur variabel (Chin, dalam Ghozali dan Fuad, 2005).Hasil tersebut menunjukkan konstruk dapat diolah dengan full model. 4. Pembahasan Permasalahan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran motivasi dosen di lingkungan Universitas Singaperbangsa Karawang untuk melakukan penelitian. Berdasarkan analisis faktor konfirmatori yang dilakukan di atas, maka diperoleh model varibel motivasi sebagai berikut.
Model Variabel Motivasi
e1
e2
e3
e4
e5
e6
e7
e8
e9
e10
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Int
Mot
Eks
1
X11
X12
X13
X14
X15
X16
1
1
1
1
1
1
e11
e12
e13
e14
e15
e16
X17
X18
X19
X20
X21
1
1
1
1
1
e17
e18
e19
e20
e21
Berdasarkan gambar di atas, bahwa variabel motivasi intrinsik dibentuk dengan 10 item pertanyaan yang mewakili indikator achievement, advancement, recognition, responsibility, job itself, dan indikator possibility growth. Berikut hasil analisis deskriptif pada variabel motivasi intrinsik:
34
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012
600 400 200 0
Analisis motivasi Intrinsik Sumber : Analisis data, 2011 Berdasarkan gambar di atas, bahwa rasa senang dalam melakukan penelitian, rasa tanggung jawab dan pengembangan ilmu pengetahuan, serta adanya keperluan untuk memenuhi jabatan fungsional menjadi motivasi utama dosen di lingkungan Universitas Singaperbangsa Karawang untuk melakukan penelitian. Sementara itu untuk variabel motivasi ekstrinsik dibentuk dengan 11 item pertanyaan yang mewakili indikator Company policies policies and administration, Interpersonal relations with Equal, Job and financial security, Quality and competence of supervisor, Status associated with work environment, dan Working condition. Berikut hasil analisis deskriptif variabel motivasi ekstrinsik: 600 500 400 300 200 100 0
Analisis Motivasi Ekstrinsik Sumber : Analisis data, 2011 Berdasarkan gambar di atas, bahwa kebijakan lembaga yang mewajibkan dosen untuk melakukan penelitian menjadi motivasi ekstrinsik utama yang mendorong dosen dalam melakuakan penelitian. Hal tersebut terjadi karena penelitian merupakan tugas wajib dosen
35
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 selain pendidikan dan pengabdian. Sementara itu, lingkungan kerja yang mengispirasi dosen dalam melakukan penelitian seperti keterbukaan dan adanya wadah untuk menyampaikan ide dan aspirasi. F. Simpulan dan Saran 1. Simpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya maka penulis mengambil simpulan sebagai berikut: a. Motivasi intrinsik dosen di lingkungan Universitas Singaperbangsa Karawang dalam melakukan penelitian yang berasal dari dalam diri dosen itu sendiri didorong oleh rasa senang dalam melakukan penelitian, rasa tanggung jawab dan pengembangan ilmu pengetahuan, serta adanya keperluan untuk memenuhi jabatan fungsional. b. Motivasi ekstrinsik dosen di lingkungan Universitas Singaperbangsa Karawang dalam melakukan penelitian yang berasal dari luar pribadi dosen itu sendiri didorong oleh kebijakan lembaga yang mewajibkan dosen untuk melakukan penelitian karena penelitian merupakan tugas wajib dosen selain pendidikan dan pengabdian serta lingkungan kerja yang mengispirasi dosen dalam melakukan penelitian seperti keterbukaan dan adanya wadah untuk menyampaikan ide dan aspirasi. 2. Saran Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis yang dilakukan penulis, maka penulis memberikan saran untuk dapat meningkatkan motivasi dosen dalam melakukan penelitian. a. Kebijakan lembaga mengenai penelitian seabiknya terus ditingkatkan seperti memberikan penghargaan terhadap hasil penelitian yang dilakukan dosen. b. Memberikan insentif berupa jaminan dana penelitian dosen agar mampu meningkatkan kualitas penelitian dosen. c. Menciptakan sarana dan fasilitas yang mendukung para dosen melakukan penelitian seperti ketersediaan buku-buku terbaru kuntuk cabang ilmu tertentu. d. Menciptakan lingkungan kerja yang mampu mendorong dosen melakukan penelitian mendirikan pusat kajian dan pelatihan dalam bidang penelitian. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 1998, Prosedur Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta. Cascio. F, Wayne. 1993. Managing Human Resources International Edition, produktivity, Quality of Work Life, Profits, Fourth Edition, Full Circle by Michael James. Ferdinand, 2002. Structural Equation Modeling dalam penelitian Manajemen (SEM). Gibson, et. al. 1996. Organisasi dan manajemen (Perilaku, Struktur, Proses), Jakarta: Binarupa Aksara. Gomes, Cardoso, Faustino. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Andi Offset. Hasibuan, S.P, Malayu. (2003). Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas, Jakarta: Bumi aksara. Komaruddin, Yooke Tjuparmah S. Komaruddin. (2002). Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara. Kusnendi, 2008. Model-model Persamaan Struktural. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2005). Statistik Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta. Usmara. A. (2002). Paradigma Baru Manajemen SDM, Yogyakarta: AMARA books. Winardi, J. (2001). Motivasi dan Pemotivasian, Jakarta: PT Raja Grafida Persada.
36
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 PENTINGNYA MEMAHAMI PERAN WANITA BAGI WANITA MUSLIMAH Oleh : H.Tajuddin Nur, NIP : 195301131987031001 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal manusia yang terbaik. Tidak terbilang jumlahnya manusia yang telah, sedang, dan akan menjadi penghuni bumi. Semua manusia yang memeluk agama yang bersumber dari tauhid yang haq, percaya bahwa manusia pertama yang Allah ciptakan adalah Nabi Adam dan istrinya Hawa. Dan mereka berdualah manusia pertama yang menempati planet bumi ini. Di bumi itu mereka dibekali dengan petunjuk dan bimbingan agar dapat menjalankan kehidupan yang baik dan normal, agar dapat menjalankan tugas kekhalifahannya. Dalam salah ayat-Nya Allah Azza wa Jalla telah berfirman: ٌ ْ +َ َ, ھُ َاى-َ ِ َ ْ َ َ ً َ ﱠ َ َ َ ُ ِ ِ ھُ ًى َُ ن#$َ ْ%َ ْ ُف َ( َ ْ ِ َو&َ ھ
َ َ ْ !ُ ْ َ ا ْھ ِ ُ ا
Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".(QS. Al-Baqarah/2:38). Dengan demikian berarti sejak awal kehidupan manusia di muka bumi ini, kehidupannya telah dijalankan dalam bentuk kebersamaan, yang pada masa-masa berikutnya juga dilaksanakan oleh anak dan cucu Nabi Adam dan Hawa, hingga abad modern sekarang ini. Di bumi Adam tidak hidup sendirian, dia selalu didampingi istrinya, Hawa. Dari mereka berdualah berkembang biaknya umat manusia, generasi demi generasi. Allah Azza wa Jalla berfirman: َ ﱠ8 ِ ْ َ َزوْ َ َ َو: َُ ن0AB2َ َ ﱠ ِ@ى0ُ ا ﷲَ ا. ًء َو ا ﱠ2َ ِ#ًا َو3ْ 45َ ً& َ ِ ْ ُ َ ِر7 َ َ +َ > ِوا ِ= َ ٍة َو ٍ ?ْ َ# ْ ِ ْ ُ َ.َ +َ ﱠ ِ@ى0ﱠ ُ ُ ا8ُ ا َر. ﱠ سُ ا ﱠ0َ ا ُ َ ا . ً ِ! نَ َ( َ ُ َر5َ ََرْ َ= َم إِ ﱠن ﷲF َو ْاGِ ِ8 Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya, Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu. (QS. AnNisa/4:1). Al-Hafizh Ibnu Katsir ketika mengomentasi ayat ini menjelaskan bahwa Adam dan Hawa itulah berkembang biaknya manusia baik laki-laki maupun perempuan yang tersebar di berbagai penjuru dunia atas golongan, sifat warna kuliat dan bahasa yang berbeda-beda. Kemudian kepada Allah-lah tempat mereka kembali.1 Islam sangat memuliakan para wanita muslimah dan menempatkannya pada tempat yang terhormat manakala para wanita muslimah itu mampu menjaga ketaatannya, kehormatan dirinya, senantiasa teguh dalam beramar ma’ruf nahi munkar dan seterusnya, tentu pada tataran istitha’ah, kemampuan yang dimilikinya. Penghargaan yang diberikan kepada mereka persis sama dengan penghargaan yang diberikan kepada kaum laki-laki. Firman Allah Azza wa Jalla; yang terjamahnya sebagai berikut :
1
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 1/554
37
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.(QS. At-Taubah/9:71-72). Abdullah bin Umar bin Khattab-semoga Allah meridhai mereka berdua-meriwayatkan bahwa dia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: ٌ Pَ (ِ ْ أَةُ َرا3 َ 0 َو ْاGِ ِNُ ٌل َ( ْ َر ِ( ﱠK2ْ َ َ ُ َوھGِ ِ اع ِ أَ ْھ ِ ْ Gِ ِNُ ٌل َ( ْ َر ِ( ﱠK2ْ َ ْ ُ ﱡ5ُ اع َو ٍ َرMُ ُ 3 ﱠ0 َواGِ ِNُ ٌل َ( ْ َر ِ( ﱠK2ْ َ اع َو ٍ َ ُم َرOا ٍ ﱡ ُ ْ َر5ُ َ ْ ٌ ُ 2ِ =َ !َ َل َوGِ ِNُ ٌل َ( ْ َر ِ( ﱠK2ْ َ ﱢ ِ ِه َوSَ اع ِ َ ِل اع ِ َ ِل ِ ْ َ8 ِ ٍ َرMُ ُ 3 ﱠ0 أ ْن !َ ْ !َ َل َواVْ ٍ ِد ُم َرUَ 0ِ َ َواN َ( ْ َر ِ( ﱠPَ0 ُK2ْ َ َزوْ ِ َ َوV ﱡ ُ ُ ُ ْ ْ ﱠ ٌ Gِ ِNُ ٌل َ( ْ َر ِ( ﱠK2ْ َ اع َو ر 5 و G N ( ر ( ل K 2 َ َ ْ َ ِ ِ ِ َ َ َوGِ ِ8َأ ٍ "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut." Aku menduga Ibnu 'Umar menyebutkan: "Dan seorang laki-laki adalah pemimpin atas harta bapaknya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.(HR. Bukhari, no. 844). Laki-laki dan perempuan sama-sama diperintahkan untuk bertakwa kepada Rabb yang telah menciptakan mereka dari tubuh yang satu, dari diri yang satu. Tidak ada lagi yang membedakan mereka dalam menjalankan ibadah yang haq menuju takwa yang sesungguhnya. AlQur’an telah menyebutkan dalam banyak tempat bahwa perempuan-perempuan yang telah mengakui beriman kepada Nabi Muhammad saw , ada di antara mereka dan anak-anak perempuannya telah terpesona oleh ayat-ayat dan surat-surat yang jauh terlebih dahulu diturunkan di Makkah. Dalam kontek berpakaian misalnya, Islam memberikan arahan dan perintah yang sama kepada laki-laki dan wanita untuk senantiasa menutup aurat dan menjaga pandangan mata, sekalipun dalam batasan yang berbeda.seperti yang Allah firmankan: َْ َ ُ نZَ َ َ8 3ٌ ِ +َ ََ ُ ْ إِ ﱠن ﷲ0 [5َ \ أَ ْز َ ِ0ُو َ ُ ْ َذ3ُ ْ ?َ^ُ ا%َ ِھ ْ َو3ِ Z َ 8ْ َﱡ ا ِ ْ اWXُ َ َ ِ Yْ 0 ْMُ! Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".(QS. An-Nur/24:30) Para perempuan yang terhormat dan mulia telah banyak pula Allah sebutkan di dalam AlQur’an. Di antara mereka ada yang mendapatkan wahyu dari Allah swt, seperti ibnuda nabi Musa alaihi salam yang telah Allah perintahkan untuk memasukkan putranya ke dalam peti lalu dihanyutkan ke dalam sungai Nil. Seperti yang Allah firmankan: ًPB ﱠ%َ َ \ ُ َ.0ْ َُ َوأGBَ0 ُوBَ(ِ[ و0 ُ@هُ َ( ُ ٌو+ُ ْ َ Mِ =ِ 2 ﱠ0 ِ8 َ ﱡ0 ْاGِ ِ.ْ ُ ْ َ َ ﱢ0ْ ِ ْ[ اGِ ِ @ِ !ْ ت َ Bْ َ (َ VBْ َ َ[ أُ ﱢ0ِإِ ْذ أَوْ َ= ْ َ إ ِ ُ8 ﱠN0 ِ[ اGِ ِ @ِ !ْ أ ِن ا, [=َ ُ َ \ .[ِ ْ (َ [َ (َ -َ َ ْZُNِ0ِ ﱢ[ َو Yaitu ketika kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan, Yaitu: "Letakkanlah ia (Musa) didalam peti, Kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), Maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir'aun) musuh-Ku dan musuhnya. dan Aku
38
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku.(QS. Thaha/20:38-39). Al-Qur’an bercerita tentang peran yang dimainkan oleh Asiah, istri Fir’aun-laknatullahi alaihi-,dalam mejaga dan merawat Musa di kala kecilnya. Dialah yang berjasa besar dalam memberikan didikan yang benar kepada Musa di kala itu sehingga tidak terpengaruh sedikitpun oleh kehidupan Fir’aun yang kafir itu. Tentang kemulian dan ketangguhan iman perempuan yang satu ini, Allah Azza wa Jalla berfirman: ْ َ0 َ! ْ َ( ْ نَ ْإذ3ِ َأَت3َ ْ ِ َ ِ@ ْ َ أ َ ُ ا ا0 ً,َ4 َ ُب ﷲ َ ِْم.0 ِ[ ِ ْ ْاcَ ﱢ# َوGِ ِ َ (َ ْ َ( ْ نَ َو3ِ ْ ِ [ِ cَ ﱢ# َوPِ ﱠcَ 0ً ِ[ ْاNْ َ8 ك َ َ ْ (ِ [ِ0 ِ 8ْ ب ا َ 3َ bَو ِ َرV َ ْ ِ ِ0 ^ﱠ0ا Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu[1488] dalam firdaus, dan selamatkanlah Aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah Aku dari kaum yang zhalim.(QS. At-Tahrim/66:11). Hamka menggambarkan bahwa segala surat-surat (al-Qur’an) yang membicarakan perempuan, rumah tangga dan peraturan hidup, semuanya meninggalkan kesan yang dalam sekali pada jiwa kaum perempuan, bahwa mereka tidaklah disia-siakan. Mereka dipandang sebagai bagian yang sama pentingnya dengan laki-laki dalam memikul tanggung jawab beragama, mengokohkan akidah dan ibadah, sehingga timbullah harga diri yang setinggi-tingginya pada mereka, timbul ilham perjuangan. Sehingga terjadilah dalam sejarah perjuangan dalam Islam, atau kurban jiwa yang pertama karena iman, ialah seorang wanita, yaitu Ummu Yasir, ibunda Ammar bin Yasir.2 Achmad Satori Ismail mencatat bahwa dalam pandangan Islam, laki-laki dan perempuan adalah sama, karena mereka merupakan kelompok umat manusia yang satu. Atas dasar ini maka hak dan kewajiban mereka adalah sama. Islam tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan di dalam mengajak manusia kepada keimanan. Firman Allah Azza wa Jalla: ًِْ َ
ُ ْ َ0ِ ُل ﷲِ إSُ ِ[ َر#ِ ﱠ سُ إ0ْ َ آ ﱡ َ اMُ!
Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu semua…, ".(QS. Al-A’raf/7:158)3. Satori selanjutnya mengatakan bahwa Islam sebagai agama yang integral dan berkualitas insaniyah, senantiasa memperhatikan perbedaan situasi, kondisi dan watak manusia. Oleh sebab itu, Islam menetapkan hak-hak dan kewajiban yang berbeda antara laik-laki dan perempuan, bila hal tersebut berkaitan erat dengan tabiat perempuan selaku perempuan atau tabiat laki-laki sebagai laki-laki. Permasalah di sini tidak menyangkut penanganan atas manusia secara umum, melainkan terhadap jenis manusia yang memiliki tabiat dan sifat kemanusiaan yang satu berbeda dengan lainnya. Sehingga penanganannya pun harus dikhususkan untuk setiap jenis, tidak bisa sekedar generalisasi sebagai manusia. Karenya kesaksian perempuan atas kasus yang terjadi tengah-tengah kelompok laki-laki atau masyarakat disamakan dengan derajat kesaksian laki-laki bila datang dari dua orang perempuan (QS. 2:183). Sedangkan untuk kasus-kasus yang terjadi di kalangan perempuan, di mana laki-laki tidak mungkin bisa melihat permasalahan atau kejadiannya, seperti masalah keperawanan, kelahiran, cela atau aib perempuan di tempat-tempat yang tersembunyi, para fuqaha menerima kesaksian seorang perempuan, walau pun cuma satu.4
2
Hamka, Kedudukan Perempuan dalam Islam, h. 5 Achmad Satori ismail dalam Membincang Feminisme, h. 140 4 Ibid, h. 142 3
39
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 A.M. Saefuddin menilai bahwa pada masa sekarang ini peranan perempuan diperlukan dalam membentuk kepribadian dan sikap hidup keluarga yang Islami. Apa lagi dikaitakan dengan peranan perempuan dalam keluarga yang sangat berpengaruh bagi pembentukan generasi Qur’ani yang dilandasi keimanan dan ketakwaaan. Betapapun tinggi kedudukannya, banyak hartanya, besar pengaruh dan ketenarannya, seorang perempuan yang memahami hakikat dirinya akan mempunyai cita-cita: “Mencapai kebahagiaan yang tinggi, yaitu kepada Allah, menjadi istri yang sholehat, terhormat, dan seorang ibu rumah tangga yang baik, yang dapat menciptakan keluarga Islami dan melahirkan generasi Qur’ani.5 Ada memang dalam beberapa hal yang menjadikan para wanita itu berbeda dari laki-laki, pertama, perbedaan kepribadian individu ditinjau dari masing-masing jenis. Kedua, perbedaan cara bergaul dalam masyarakat. Ketiga, perbedaan sikap masing-masing jenis terhadap tugas kelangsungan hidup. Allah Azza wa Jalla berfirman: ْ َb ْ َ0 َ! َ Nْ َ b َ َNَ ِ\َ َو ُذ ﱢر8 َ[ أُ ِ( ُ@ھ#ْ َ َ َوإ ﱢ3 َ َ ُNْ ﱠSَ [ﱢ#ِ َوإ,[َ4#ْ ُFْ 5َ 3ُ 5َ @ ﱠ0> ا َ َ 0 وV َ ِ َو8 ُ َ (ْ ََ[ َوﷲُ أ4َ#ُُ َ اN ْ b َ ِ[ َو#ِ َربﱢ إV َ َ َ ﱠ َو . ِ ِ 3 ﱠ0 ْ َ ِن اf ﱠ0ِ َ ا Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, Sesunguhnya Aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya Aku Telah menamai dia Maryam dan Aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk."(QS. Ali Imran/3:36). Ilmu modern telah menyingkap beberapa perbedaan antara laki-laki dan wanita dalam struktur baik biologis, fisiologis maupun psikologis. Semua perbedaan itu menuntut adanya perbedaan dalam hukum, hak dan kewajiban antara laki-laki dan wanita. Tanggung jawab wanita disesuaikan dengan struktur biologis, fisiolgis dan psikologisnya. Dalam bidang spiritual misalnya, manakala wanita tersebut dalam keadaan haidh atau nifas, mereka tidak diwajibkan melaksanakan sholat dan tidak boleh berpuasa, namun harus mengganti puasanya pada waktu yang lain. Mereka tidak diwajibkan melaksanakan sholat jum’at, tidak pula dibebankan sholat berjama’ah di masjid, kesaksian mereka bernilai setengah kesaksian laki-laki. Dalam sebuah yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri-semoga Allah meridhainya-ia berkata: ﱠ[ ﱠg ُل ﱠSُ َج َر3َ +َ ُ ُ ﱠN ﱢ أُ ِر#ِ َ َ !ْ ﱠZ َ َ ِء2َ ﱢ0 ا3َ fَ ْ َ َ َ َل.َ ِء2َ ﱢ0 َ( َ[ ا3 ﱠ[ َ َ ﱠZ َ ُ 0َ[ ْا0ِ إ3ٍ ْ ِ ْ[ أَو%َ ْbَ ﱠ َ ِ أSَ َوGِ ْ َ (َ ُﷲ َ ِﷲ ْ ْ َ َ ْ ْ ﱠ ﱠ ُ ْ ُ ُ ُ َ َرأ3َ fِ َ 0ْ نَ ا3? ْ َ ْ َ َو0ْ نَ ا3ِ4 ْ ُ َل ﷲِ !َ َلSُ ِ َ َ َر8 َ َو.َ ﱠ ِر0 اMِ أَ ْھ3َ َ45ْ َأ ِز ِم%َ 0 اMِ ُ 3 ﱠ0ﱢ اi ِ0 iَ َ َو ِد ٍ أذھMٍ .(َ ت َ ِ! َ# ْ ِ Vْ ِ Z َل ﱠSُ ِ َ َ َر.ْ (َ نُ ِد ِ َ َوZ ِنZ َ .ْ ُ# ْ ِ \ َ َ0َﷲِ !َ َل أ َ .ْ ُ# َ ﱠ !ُ ْ َ َو5ُ ِ ْ إِ=ْ َا ِ ِ0@َ َ َ َ[ !َ َل8 َ ْ ُ! Mِ ُ 3 ﱠ0 َ َد ِة اjَ k ِ ْZِ# Mَ 4ْ ِ ْ أَ ِة3 َ 0 َ َدةُ ْاjَ >ْ ْ ُ ْ b َ َ َ ُ َ0 V َ َ َ 0 @ ل ! [ 8 ! Z ُ 0 و M Z ﱢ َ َ ِ ِن ِدZ َ .ْ ُ# ْ ِ \ َ َ ْ ْ َ ْ َ =َ ْ> إِ َذا َ َ0َ ِ َ أ.ْ (َ ِ ِ َ "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada hari raya 'Iedul Adlha atau Fitri keluar menuju tempat shalat, beliau melewati para wanita seraya bersabda: "Wahai para wanita! Hendaklah kalian bersedekahlah, sebab diperlihatkan kepadaku bahwa kalian adalah yang paling banyak menghuni neraka." Kami bertanya, "Apa sebabnya wahai Rasulullah?" beliau menjawab: "Kalian banyak melaknat dan banyak mengingkari pemberian suami. Dan aku tidak pernah melihat dari tulang laki-laki yang akalnya lebih cepat hilang dan lemah agamanya selain kalian." Kami bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apa tanda dari kurangnya akal dan lemahnya agama?" Beliau menjawab: "Bukankah persaksian seorang wanita setengah dari persaksian laki-laki?" Kami jawab, "Benar." Beliau berkata lagi: "Itulah kekurangan akalnya. Dan bukankah seorang wanita bila dia sedang haid dia tidak shalat dan puasa?" Kami jawab, "Benar." Beliau berkata: "Itulah kekurangan agamanya."(HR. Bukhari, no. 293).
5
Ibid, h. 69
40
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Berdasarkan kepada beberapa ayat dan hadits Nabi saw serta penjelasan dari berbagai kalangan dari umat ini, tampak dengan jelas betapa mulia dan terhormatnya para wanita muslimah ini. Islam betul-betul telah mengangkat dan menempatkan mereka pada tempat yang sangat agung tinggi dan agung. Islam telah menjadikan mereka “sejejer” dengan kaum laki-laki manakala mereka mampu menjaga dan merawat kemuliaan yang telah Allah berikan kepada mereka. Islam telah menempatkan mereka sama dengan laki-laki ketika mereka mampu menjalankan ketaatan yang benar di dalam menjalankan agama mereka. Kalau pun ada perbedaan di antara kedua jenis makhluk yang mulia ini, itu hanyalah perbedaan yang menunjukkan kepada keagungan, kebesaran dan kasih sayang Allah kepada para hamba-Nya. Di akhirat kelak, mereka sebagaimana halnya laki-laki sama-sama berhak mendapat ridha Allah serta memperoleh surga-Nya. Tetapi di lain kesempatan, ada sebuah informasi yang sangat valid dari Rasulullah saw yang menyebutkan bahwa penghuni neraka itu kebanyakan terdiri dari kaum wanita. Berita ini terekam di dalam beberapa hadits Nabi saw. Seperti yang diriwayatkan oleh salah seorang sahabat, Imran bin Husein, bahwa Nabi saw telah bersabda: ُ َأ3َ َ ﱠ ِر0 ِ اVْ ُ َ ا َء َواطﱠ3َ َ.ُ?0 أَ ْھ ِ َ ْا3َ َ45ْ َ أVْ ُ َأ3َ َ Pِ ﱠcَ 0 ِ ْاVْ ُ َ اطﱠ َء2َ ﱢ0 أَ ْھ ِ َ ا3َ َ45ْ َ أVْ "Aku mendatangi, surga maka kulihat kebanyakan penduduknya adalah para faqir dan aku mendatangi neraka maka aku lihat kebanyakan penduduknya para wanita".(HR. Bukhari, no. 3002). Abdullah bin Abbas-semoga Allah meridhainya-meriwayatkan bahwa Nabi saw telah bersabda: ْ َُ ﱠ َرأn 3َ ﱠ ْھ0َ[ إِ=ْ َاھُ ﱠ ا0َِ إVْ 2َ ْ=ََ ْ أ0 َ ن2َ ْ=Oا ُ أُ ِر ت ِ ْ َْ ن3ُ? ْ َ َو3َ fِ َ 0ْ نَ ْا3ُ? ْ َ ِ !َ َلmِ ﱠ8 َْ ن3ُ? ْ َ َ أMَ ِ! َْ ن3ُ? ْ َ ُء2َ ﱢ0 أَ ْھ ِ َ ا3ُ َ45ْ َ ﱠ َر َ ِ َذا أ0 اV ًا !َ ﱡ3ْ +َ \ ْ َ0 َ! ًKْ jَ \ ُ َ َ َرأV o َ ْ ِ Vْ َ ِْ "Aku diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita. Karena mereka sering mengingkari". Ditanyakan: "Apakah mereka mengingkari Allah?" Beliau bersabda: "Mereka mengingkari pemberian suami, mengingkari kebaikan. Seandainya kamu berbuat baik terhadap seseorang dari mereka sepanjang masa, lalu dia melihat satu saja kejelekan darimu maka dia akan berkata: 'aku belum pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu".(HR. Bukhari, no. 28). Dalam hadits Nabi saw di atas terdapat sebuah gambaran yang menyebutkan bahwa sebagian besar penghuni neraka terdiri dari kaum wanita, yang jumlah mereka melebihi kaum lakilaki. Yang sekaligus mengindikasikan bahwa kaum wanita lebih banyak berbuat dosa dan ma’siat sehingga mereka lebih mendominasi penghuni neraka dari pada laki-laki. Bagaimanapun orangorang yang akan dijadikan sebagai penghuni nerakan adalah orang-orang yang nilai kebaikannya lebih ringan dibandingkan dengan keburukannya. Artinya apabila seseorang lebih berat kebaikannya dari pada keburukannya maka dia akan masuk surga. Firman Allah Azza wa Jalla: ْ َ ُ.َn ْ َ َ : ﱡ%َ 0ِ ٍ@ ْاK َ ْ َ ُ َ ْزن0َو ْا َ ن%ُ ِ ?ْ ُ 0\ ھُ ُ ْا َ ِKَ0 ُْ َ ُوGُ#از ِ َ َ V Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), Maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung.(QS. Al-A’raf/7:8) Sementara orang-orang yang timbangan amalannya lebih ringan kebaikan dari pada keburukannya, maka ia akan ditempatkan di dalam neraka. Sedangkan orang-orang yang kebaikan dan keburukannya sama, sama berat dalam timbangannya, maka mereka ini tidak masuk ke naraka dan tidak pula masuk ke surga. Seperti yang terdapat dalam salah satu riwayat yang bersumber dari Hudzaifah-semoga Allah meridhainyaketika ia ditanya tentang orang-orang yang berada pada suatu tempat antara surga dan neraka. Beliau menjawab: Mereka adalah orang-orang yang kebaikan dan keburukannya sama, dia
41
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 terhalang masuk surge oleh kesalahan/keburukannya, dan (juga) terhalang masuk neraka oleh kebaikannya. Mereka berhenti (berada) di atas dinding (pembatas) antara surga dan neraka sampai Allah memutuskan perkara mereka.6 Pada akhirnya mereka tetap tidak akan dimasukkan ke dalam neraka, tetapi untuk masuk ke dalam surga mereka mesti mendapat tambahan “timbangan”,. Untuk mendapatkan tambahan itulah mereka harus pergi ke sana-sini, dengan cara mendatangi beberapa orang Nabi dan Rasul agar para nabi tersebut merekomendasikan mereka untuk masuk ke dalam surga. Peristiwa ini tergambar dengan jelas pada hadits yang bersumber dari Anas bin Malik-semoga Allah meridhainya-yang meriwayatkan bahwa Nabi saw telah bersabda: ﱠ-ُ َ ْcَ ُ نَ َ آ َد ُم0 ُ.َ َ ِ َ ھَ َ@ا َ َ ْ ُ نَ آ َد َم# َ َ ْ ِ َ %َ 3ُِ [ﱠN=َ َ ﱢ8َ[ َر0ِ?َ ْ َ إfْ َNSْ َ ْ ا0 َُ ن0 ُ.َ َ \ َ ِ0@َ 5َ Pِ َ َ ِ.0 ِ ِ َ َ ْ َم ْاYْ ُ 0ﷲُ ْا َ ﱠ ﱠ ُVْ2َ0 ُ ُل.َ َ ِ َ ھَ َ@ا# َ َ ْ ِ َ %َ 3ُِ [ﱠN=َ َ ﱢ8َ[ َر0َِ َ إ0 -ْ َ?jْ ْ ٍء اjَ M ﱢ5ُ َ َءSْ َ\ أ َ َ َ َ (َ ُ َوGَN َ ِp,َ َ \ َ 0 َ cَ Sْ ِ َ ِ ِه َوأ8 ُ\ ﷲ َ .َ +َ س َ ﱠ0ى ا3َ َ َ َأ ْ َ َ َ َ ﱠ ﱠ ُ ْ ُْ 5 َ ُ ھVْ ْ ُ 2َ0 ُل.َ َ =ً ُ# َض َ َ ُ ن َ َ ُھ َ ِ أN0ُ اGَNَK ِ +َ ْ ُ َ0 3ُ 5ُ @ْ َ ك َو ِ ْرF اMِ َ[ أ ْھ0ُِ ﷲُ إGَ4 َ َ8 ٍلSُ ُ أ ﱠو ُل َرGﱠ#ِ َ =ً ُ# ُ اNpَ ِ ْ ا0 َ َو8َ g ْ َ ْ ﱠ ُ 2َ0 ُ ُل.َ َ َ ا ِھ3َ 8ْ ِﱠ=ْ َ ِ َ َ ُ نَ إ30 اMَ ِ +َ َ ا ِھ3َ 8ْ ُِ ا إNpْ َ ِ ْ ا0ب َو ْ ِ َ0َ َ َو8 g َ ِ أN0 َ َ هُ ا+َ ْ ُ َ0 3ُ 5ُ @َ ْ َو5ُ َ ُ ھVْ َ g َ َِ أNﱠ0ُ اGَNَK ِ +َ 3ُ 5ُ @ْ َ َو [ َ( ْ ًا آ َ هُ ﱠSَ ُ ُ اNpْ ا ُ 2َ0 ُ ُل.َ َ [Sَ ُ َُ َ ْ ِ ً َ َ ْ ُ نG َ ﱠ5َ ﱠ ْ َراةَ َوN0ﷲُ ا [2َ (ِ ُ اNpْ َ ِ ْ ا0ب َو َ g َ َِ أNﱠ0ُ اGَNَK ِ +َ ْ ُ َ0 3ُ 5ُ @ْ َ ْ َو5ُ َ ُ ھVْ ْ ﱠ[ ﱠg َ( ْ َ ﱠ ُ ْ ُ ُ َ ُ َ ُ َ َ ْ ِ َ ﱠ َم.َ َ ُGَ0 3َ ِ?rُ ﱠ َ َ( ْ ًاSَ َوGِ ْ َ (َ ُﷲ ْ ُ َ ًا % ا N p ا 0 و 5 ھ Vْ 2 0 ل ُ . [ 2 ( ُ G = ُو ر و ُ َن َ َ َ ِ َ َ َ GَN َ ِ 5َ ُ َوGَ0 Sُ ﷲِ َو َر ُ َ ﱠ ِ َ ْ َء ﱠjَ َ ِ (ُ َ َ َ ِ ًاSَ ُGَ0 Vْ ُ ﱠn ِ (َ َ َ ﷲُ أَ ْن ُ َ!ﱢ َو8 َرVْ ُ َ َ ِ َذا َرأGِ ْ َ (َ ِ0 ُ َذنYُْ َ ﱢ8َ ْ ِذنُ َ( َ[ َرNSْ َ َ : ُ ِ َ #ْ َ َ ِ# ُ ْ َ َ 3َ + َو َ َ َ ﱠGِ #ْ َذ -ُ ِ ُْ ﱠ أَرn َP ﱠcَ 0 ُ ُ ْ ْا+ِ ِ َ= ًّ ا َ ُ ْد0 ﱡ%ُ َ َ -ُ َ?jْ َُ ﱠ أn َ ِ َ ِ َ َ( ﱠ%َ َ ِ8 ﱢ8 َ َ=ْ َ ُ َر-ْ ?ﱠfَ ُ -ْ َ?jْ َواGْ َ ْ ُ ْMSَ َو-ْ َ 2ْ ُ ْMُ! ﱠ ُ َو%َ ُ -ْ َ ِْ ار0 َ ُل.ُ َء ﱠjَ َ ِ (ُ َ َ َ ِ ًاSَ Vْ ُ َ!ﱢ َو8 َرVْ ُ ََ ِ َذا َرأ ﱢ8 َ َ=ْ َ ُ َر-ْ ?ﱠfَ ُ -ْ َ?jْ َواGْ َ ْ ُ ْMSَ َو-ْ َ 2ْ ُ ْMُ! ﱠ ُ َو%َ ُ -ْ َ َْ ُل ار.ُ ُ ﱠn ِ (َ َ َ ﷲ ُ أَ ْن ُ َ َ ْ َ َء ﱠjَ َ ِ (ُ َ َ َ ِ ًاSَ Vْ ﱠ ُ ﱠn ِ (َ َ َ ﷲُ أَ ْن ُ ُ ً ُ ُ َ!ﱢ َو8 َرVْ ُ َ ِ َذا َرأ-ُ ِ ْ ﱠ أرn َP ﱠcَ 0 ُ ْ ا+ِ ِ َ= ّ ا َ ْد0 ﱡ%ُ َ َ -ُ َ?jْ ﱠ أn ﱢ8 ِ َ َ( َ ِ َ َر%َ َ ِ8 َ َ َ! ُ ُل-ُ ِ ُْ ﱠ أَرn َP ﱠcَ 0 ُ ُ ْ ْا+ِ ِ َ= ًّ ا َ ُ ْد0 ﱡ%ُ َ َ -ْ َ?jْ َُ ﱠ أn َ ِ َ ِ َ َ( ﱠ%َ َ ِ8 ﱢ8 َ َ=ْ َ ُ َر-ْ ?ﱠfَ ُ -ْ َ?jْ َواGْ َ ْ ُ ْMSَ َو-ْ َ 2ْ ُ ْMُ! ُ ﱠ%َ ُ -ْ َ َْ ُل ار.ُ َ إِ ﱠ& ﱠGَ0ِ ﱠ ِر َ ْ !َ َل َ& إ0 ُج ِ ْ ا3ُ Uْ َ َ ﱠSَ َوGِ ْ َ (َ ُﷲ ﱠ[ ﱠg ُﷲ َ ﱠ ِ ﱡ0 ُ ُد !َ َل اUُ 0 ْاGِ ْ َ (َ i َ َ ْ آنُ َو َو3ُ.0ُ ْاG2َ َ =َ ْ َ & ﱠ ِر إِ ﱠ0ِ َ ِ ا.َ8 َ َربﱢ َ إِ ﱠ& ﱠGَ0ِ ﱠ ِر َ ْ !َ َل َ& إ0 ُج ِ ْ ا3ُ Uْ َ ُ ﱠn ًة3َ ِ jَ ُن$ِ َ َ 3ِْ Uَ 0 ِ ْ ْاGِ ِ ْ َ! ِ َ ن5َ َو ْ ِ ُج3ُ Uْ َ ُ ﱠn ًة3ُ ﱠ8 ُن$ِ َ َ 3ِْ Uَ 0 ِ ْ ْاGِ ِ ْ َ! ِ َ ن5َ ﷲُ َو َ إِ ﱠ& ﱠGَ0ِ ﱠ ِر َ ْ !َ َل َ& إ0ا ً َذ ﱠرة3ِْ Uَ 0نُ ِ ْ ْا$ِ َ َ Gِ ِ ْ َ! ِ َ ن5َ ﷲُ َو "Pada hari kiamat Allah mengumpulkan orang-orang mukmin, lalu mereka berkata, 'Tidak sebaiknyakah kita meminta syafaat kepada Rabb kita sehingga Dia bisa menjadikan kita merasa aman dari tempat kita sekarang ini? ' akhirnya mereka datangi Adam dan mereka sampaikan, 'Wahai Adam, bukankah engkau tahu bahwa Allah menciptamu dengan tangan-Nya dan Ia jadikan para malaikat tunduk sujud kepadamu, dan mengajarimu nama-nama segala sesuatu, maka mintailah syafaat Tuhan kami untuk kami sehingga Dia bisa memberi kenyamanan kami dari tempat kami sekarang ini! ' Adam hanya menjawab, 'Aku tidak berhak di sini.' Dan Adam menceritakan kesalahan yang pernah dilakukannya kepada mereka seraya berkata, 'Coba kalian datangi Nuh sebab ia adalah rasul pertama-tama yang Allah utus ke penduduk bumi.' Mereka pun mendatangi Nuh, namun Nuh menjawab, 'Saya tak berhak menolong kalian di sini', sambil Nuh menceritakan kesalahan yang pernah dilakukannya, 'namun coba datangilah Ibrahim yang ia adalah khalilurrahman (kekasih Allah Arrahman).' Lantas mereka pun mendatangi Ibrahim. Hanya Ibrahim menjawab, 'Maaf, di sini saya tak berhak menolong kalian.' Lantas Ibrahim menyebutkan kesalahan yang pernah dilakukannya seraya ia katakan, 'Coba datangilah Musa, seorang hamba yang Allah telah memberinya Taurat dan Dia mengajaknya bicara.' Mereka pun mendatangi Musa, hanya Musa berkata, 'Maaf, di sini saya tak berhak menolong kalian, ' lalu ia menceritakan kesalahan yang pernah dilakukannya, 'namun datangilah Isa, hamba Allah dan rasul-Nya, kalimahNya dan ruh-Nya.' Lantas mereka mendatangi Isa.' Hanya Isa menjawab, 'Maaf, di sini saya tak berhak menolong kalian, namun cobalah kalian datangi Muhammad Shallallahu'alaihiwasallam, seorang hamba yang telah diampuni dosanya baik yang terdahulu maupun yang akan datang.' Lantas orang-orang pun mendatangiku. Aku berusaha mendatangi dan meminta ijin Tuhanku sehingga aku diijinkan. Dan jika kulihat Tuhanku, aku tersungkur sujud. Lantas Allah membiarkanku sekehendak Allah membiarkanku. Tiba-tiba ada suara memanggil-manggil, 'Angkatlah kepalamu hai Muhammad, katakanlah, perkataanmu didengar, mintalah, engkau diberi, 6
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-Azhim, jilid 2/264
42
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 ajukanlah syafaat engkau akan diberi! Aku pun memuji Tuhanku dengan pujian yang diajarkan Tuhanku kepadaku tentangnya, kemudian aku memberi syafaat. Aku pun memberi syafaat, lantas Dia memberiku batasan yang aku kemudian memasukkan mereka ke dalam surga. Aku kemudian kembali, dan jika kulihat Tuhanku, aku tersungkur sujud dan Allah membiarkanku sekehendakNya. Lantas ada suara, 'Angkatlah kepalamu hai Muhammad, katakanlah, engkau didengar, mintalah, engkau pasti diberi, mintalah syafaat, engkau musti diberi syafaat.' Maka aku memuji Tuhanku dengan pujian yang telah diajarkan Tuhanku kepadaku tentangnya. Lantas aku memberi syafaat. Dan Dia memberiku batasan yang aku kemudian memasukkan mereka ke dalam surga. Aku kembali dan kuutarakan kepada Tuhanku, 'Ya Tuhanku, tidak tersisa dalam neraka selain yang ditahan oleh Alquran dan wajib kekal di dalamnya'." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda: "Akan dikeluarkan dari neraka siapa saja yang mengucapkan laa-ilaaha-illallah dan dalam hatinya mempunyai kebaikan seberat sebiji gandum, kemudian akan keluar dari neraka siapa saja yang mengucapkan laa-ilaaha-illallah dan dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji tepung, dan akan keluar dari neraka siapa saja yang mengucapkan laa-ilaaha illallah sedang dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji atom."(Bukhari, no. 6861). Lalu bagaimana halnya dengan para wanita yang sudah mendapatkan gambaran jelas tentang keadaan nasib dari sebagian besar mereka ? Dosa apa yang menyebabkan mereka sampai terseret sedemikian rupa ? Kalau perbuatan dosa tersebut karena mencuri, berdusta, bergunjing, bahkan berzina, bukankah laki-laki juga tidak kalah dibandingkan mereka ? Dalam perjalanan dakwah di lapangan, selalu saja pertanyaan demi pertanyaan itu muncul: Kenapa dan kenapa para wanita lebih banyak menjadi penghuni neraka dari pada kaum laki-laki ? Sebagai pen-dakwah (da’i) terus berusaha untuk mencari jawaban terhadap “misteri” itu. Pasti ada dosa-dosa yang sepesifik yang hanya bisa/terjadi oleh para wanita. Sebagian dari “misteri” itu sudah terjawab berdasarkan kepada hadits-hadits Nabi saw yang menyebutkan: Mereka mengingkari pemberian suami, mengingkari kebaikan. Seandainya kamu berbuat baik terhadap seseorang dari mereka sepanjang masa, lalu dia melihat satu saja kejelekan darimu maka dia akan berkata: 'aku belum pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu".(HR. Bukhari, no. 28). Sebagian lagi terjawab melalui dialog dan diskusi tentang ayat-ayat da haditshadits yang menyebutkan prihal batasan-batasan aurat para wanita muslimat, serta bagaimana pakaian yang seharusnya mereka pakai. Tetapi di dapatkan pula sebuah persolan yang teramat pelik, yaitu bagaimana kesungguhan dan kehati-hatian wanita-wanita muslimah yang berkaitan dengan masalah HAIDH/MENSTRUASI ? B. Haidh / Menstruasi 1. Pengertian Haidh Allah Azza wa Jalla telah berfirman: ُ ھُ ﱠBَ َْ ن3Bَ َ َ ِ َذاBَ َْ ن3Bُ ْ َ [BَN=َ ھُ ﱠBُ83َ .ْ َ َ& َو,t َ َ# ُ َK2ْ َ َو ِ %ِ َ 0 َء ِ[ ْاA2 ﱢ0ُ ا ا0$َِ N(ْ َ ْ ھُ َ أَ ًذىMُ! t ِ %ِ َ 0\ َ( ِ ْا ُ =َ ْ ِ ُ َ ﱠ ﱠ َ َ ْ 3ِ ِ N ُ 0ﱡ اi%ِ ُ ِ َ و8 َ اN0ﱡ اi%ِ ُ َ إن ﷲ, ُ ُ ﷲ53َ َ أ7ْ Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka Telah suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.(QS. Al-Baqarah/2:222). Tsabit meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa:
43
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 ﱠ[ ﱠg ْ b [ ﱠg َ ﱠ ِ ﱠ0 ﱠ َ اSَ َوGِ ْ َ (َ ُ ﷲ َ ﱠ ِ ﱢ0 بُ ا%َ ْgَ َ َل أ2َ َ ت َ =َ ُ ا إِ َذا# 5َ َ ُ َد0أَ ﱠن ْا ِ ُ ُ 0 ِ ُ ھُ ﱠ ِ ْاcَ ُ ْ َ0 ُ ھَ َو5ِ َاYُ ْ َ0 ْ ِ ِ ُْ أَة3 َ 0 ْاV ُل ﱠSُ َ َل َر.َ Pِ َ u ْا3ِ +ِ َ[ آ0ِ ( إt َل ﱠ$َ #ْ َ َ َ ﱠSَ َوGِ ْ َ (َ ُﷲ ﱠ َ َ# ُ0َ 2ْ َ َ[) َو0 َ َ ُﷲ ِﷲ ِ %ِ َ 0 َء ِ ْا2َ ﱢ0ُ ا ا0$َِ N(ْ َ ْ ھُ َ أَ ًذىMُ! t ِ %ِ َ 0\ َ( ْ ْا ﱠ[ ﱠg َءcَ َ Gِ ِ َ َ?َ0 +َ &ً إِ ﱠKْ jَ َ#3ِ ْ َ أَ ْن َ َ َع ِ ْ أMُ ُ 3 ﱠ0 ُ ھَ َ@ا ا3ُِ َ ُ ا0 َ.َ َ ُ َد0\ ْا َ ِ0 َذvَ َ َ َ ﱢ َ َح0 ْ ٍء إِ ﱠ& اjَ M ﱠ5ُ ْ َ ُ اg ﱠ َ اSَ َوGِ ْ َ (َ ُﷲ َ ﱠ[ ﱠg ِل ﱠSُ ُ َرG ْ َو3َ ﱠXَ َNَ ِ ُ ُ ﱠcَ ُ# ,َ َ َ@ا5َ َ@ا َو5َ ُ ُل.َ َ ُ َد0ﷲِ إِ ﱠن ْا َل ﱠSُ َ َ& َ َر.َ 3ٍ fْ ِ8 ُ 8ْ َو َ( ﱠ ُد3ٍْ W َ ِﷲ َ =ُ ُ 8ْ ُ ْ Sَ ُأ َ ﱠSَ َوGِ ْ َ (َ ُﷲ ﱠ[ ﱠg َ [ﱠN=َ ْ َ0 َ أَ ْن3َ َ َ َ َُ ھ.2َ َ َ َ ِر ِھn ِ آMَ Sَ ْ ﱠ َ َ َرSَ َوGِ ْ َ (َ ُ ﷲ َ ﱠ ِ ﱢ0َ[ ا0َِ َ ٍ إ0 ْ ِ ٌP َ َ ُ َ ھَ ِ ﱠ.ْ َNSْ َ َ 3َ Uَ َ َ ِ ْ َ (َ َ َ ظ َ ﱠ أَ ْن !َ ْ َو َ ِ ْ َ (َ ْ cِ َ Kaum Yahudi dahulu apabila kaum wanita mereka, mereka tidak memberinya makan dan tidak mempergaulinya di rumah. Maka para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada Nabi Shallallahu'alaihiwasallam. Lalu Allah menurunkan, "Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah, 'Haidh itu adalah suatu kotoran'. Oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (al-Baqarah: 222) maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Perbuatlah segala sesuatu kecuali nikah". Maka hal tersebut sampai kepada kaum Yahudi, maka mereka berkata, "Laki-laki ini tidak ingin meninggalkan sesuatu dari perkara kita melainkan dia menyelisihi kita padanya." Lalu Usaid bin Hudhair dan Abbad bin Bisyr berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kaum Yahudi berkata demikian dan demikian, maka kami tidak menyenggamai kaum wanita." Raut wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam spontan berubah hingga kami mengira bahwa beliau telah marah pada keduanya, lalu keduanya keluar, keduanya pergi bertepatan ada hadiah susu yang diperuntukkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, Maka beliau kirim utusan untuk menyusul kepergian keduanya, dan beliau suguhkan minuman untuk keduanya. Keduanya pun sadar bahwa beliau tidak marah atas keduanya."(HR. Muslim, no. 455). Ibrahim Mushtafa mengatakan: Haidh adalah darah yang mengalir (keluar) dari rahim seorang wanita dalam beberapa hari tertentu pada setiap bulan.7 Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa haidh adalah: Mengalir (keluar)nya darah wanita pada waktu-waktu tertentu yang memberi pengaruh terhadap rahim wanita setelah masuk usia baligh.8 Sementara Sayid Sabiq menjelaskan bahwa haidh adalah: Darah yang keluar dari qubul (faraj) wanita yang terjadi dalam keadaan sehat, bukan disebabkan oleh melahirkan atau karena pecahnya selaput darah.9 Sedangkan Abdurrahman Muhammad Abdullah ar-Rifa’i berkata bahwa haidh adalah: Darah alami yang sehat dan normal. Darah tersebut keluar dari rahim wanita yang paling ujung, tepatnya di bagian dalam rahim yang dangkal. Bukan keluar dari leher rahim yang menyambung dengan vagina. Darah ini datang (keluar) pada saat-saat tertentu yang setiap wanita memiliki kebiasaan masing-masing (kapan datangnya darah tersebut).10 Dalam Wikipedia disebutkan bahwa Haid adalah tanda atau ciri-ciri wanita yang telah memasuki masa remaja. Haid biasa disebut juga menstruasi. Secara bertahap, haid pada wanita yang telah memasuki masa remaja akan terulang selama 30 hari pada umur di bawah 20 tahun dan 28 hari pada umur 20 tahun keatas. Jika haid tidak terjadi sekian lama, maka ini disebut
7
Ibrahim Mushtafa, Ahmad Hasan az-Ziyat, et all, Al-Mu’jam al-Wasith, h. 212 Imam An-Nawawi, Shoheh Muslim bi Syarhin Nawawi, juz III, h. 175 9 Sayid Sabiq, Fighus Sunnah, jilid I, h. 78 10 Abdurrahman Muhammad Abdullah ar-Rifa’i, Tuntunan Haidh, Nifas dan Darah Penyakit,(terj), h. 52 8
44
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 menorrhagia dan jika haid tidak keluar, maka ini disebut amenorhoe. Menorrhagia disebabkan oleh kelebihan berat badan dan kelemahan kondisi tubuh.11 Sedangkan Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause. Selain manusia, periode ini hanya terjadi pada primata-primata besar, sementara binatang-binatang menyusui lainnya mengalami siklus estrus. Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum, tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama, terkadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Biasanya, menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, terkadang menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari. Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10mL hingga 80mL per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35mL per harinya.12 2. Bentuk dan Warna Bentuk darah haidh, kental dan berwarna merah kehitam-hitaman serta panas13. Selama darah itu masih keluar dari farji ( kelamin wanita ) maka haram melakukan shalat, puasa, membaca al-Qur’an menyentuh mushaf dan membawanya, masuk ke masjid, thawaf, bersetubuh, bersenang-senang antara pusat dan lutut. Sebaliknya bila sudah bersih sudah tidak keluar lagi, maka wajib bersuci dengan mandi dan kemudian melakukan kewajiban seperti shalat dan kewajiban lainnya. 3. Masa/waktu Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum, tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama, terkadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Biasanya, menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, terkadang menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari. Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10mL hingga 80mL per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35mL per harinya.14 Adanya perbedaan waktu haidh itu berdasarkan istiqro’ ( penyelidikan antara suci dan haidhnya wanita ) bukan suatu kepastian. Semoga, makalah ini menambah wawasan bagi wanita muslimah sekaligus mengangkat citra kemuliaan para wanita di sisi Allah Swt. dan di tengah masyarakat lingkungannya,
11
http://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_haid (dikutip, 23 Januari 2012) http://id.wikipedia.org/wiki/Menstruasi (dikutip, 23 Januari 2012) 13 Moch Anwar, Fiqh Islam terajamah Matan Taqrib, hal. 35 14 http://id.wikipedia.org/wiki/Menstruasi (dikutip, 23 Januaril 2012) 12
45
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 DAFTAR PUSTAKA Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adhim, Beirut: Darul Fikr, 1994 Imam al-Bukhary, Shoheh al-Bukhari, Beirut: Darul Fikr, 1981 Imam Muslim, Shoheh Muslim, Beirut: Darul Fikr, 1988, cet. Ke-1 Abdul Halim Mahmud, Al-mar’atul Muslimah wa Fiqhud-Da’wah Ilallah, Cairo, Darul Wafa’, 1991 Sayid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Jeddah, Al-Maktabah al-Khadamat al-Haditsah, tanpa tahun Imam An-Nawawi, Shoheh Muslim bi Syarhin Nawawi, pentahqiq: Muhammad Fuad Abdul Baqi,Dr., Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah, 1995, cet. Ke-1 Ibrahim Mustafa, Ahamd Hasan Az-Ziyat,et all, Al-Mu’jam al-Wasit, Istambul: alMaktabah al-Islamiyah, tanpa tahun Abdurrahmah Muhammad Abdullah ar-Riva’i,Dr., Tuntunan Haidh, Nifas dan Istihadha( terjemah),Jakarta, Mustaqim, 2006 Hamka,Prof, DR., Kedudukan perempuan dalam Islam, Jakarta, Panji Mas, 1996 Mansour Fakih, Ratna Megawangi, at all, Membincang Feminisme, Surabaya, Risalah Gusti, 2000 M. Natsir, Fiqhud Da’wah,Jakarta, Yayasan Capita Selecta, 1996 Moch. Anwar, Fiqh Islam Tarjamah Matan Taqrib, Al-Ma’arif Bandung 1983
46
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 ”PERENCANAAN ARSITEKTUR SISTEM INFORMASI MENGGUNAKAN ENTERPRISE ARCHITECTURE PLANNING (Studi Kasus: Universitas Singaperbangsa Karawang)” Oman Komarudin Ahmad Fauzi Azhari Ali Ridha
Utilization of information technology to support the activities of the organization has become a necessity in order to enhance the competitive value in the business world. In the utilization of technology and information systems, it is required a plan that includes a blueprint and roadmap for implementation of information systems run smoothly and get maximum results. One method to create this plan is Enterprise Architecture Planning. Before creating the architecture planning, the first step is performing the initial setting that establishes the scope and objectives of planning, then performed the study of the business models and information systems which are already in use in organizations; including the utilization of existing information technology. The next stage is creating enterprise architecture planning includes the data architecture planning, the application architecture planning, and the technology architecture planning that will be implemented in the organization. At the end of this enterprise architecture planning, an implementation plan will be created so the implementation of information systems in organizations can be run continuously and in accordance with the needs that have been analyzed. Case studies conducted at the University of Singaperbangsa Karawang which is an organization of service with a fairly complete business functions as an enterprise. The result of this research is an enterprise architecture model that can be used as the initial step in the development of information systems at the University of Singaperbangsa Karawang so that policies in the development of information systems becomes measurable and clear. Keywords: planning, information system, blue print, roadmap, Enterprise Architecture Planning PENDAHULUAN Pengembangan sistem informasi pada sebuah organisasi seringkali mengalami hambatan bahkan kegagalan dikarenakan tidak adanya perencanaan yang matang meliputi seluruh elemen yang terlibat pada organisasi. Pembuatan sistem informasi tanpa adanya perencanaan menyeluruh dalam pengembangan sistem informasi akan menyebabkan kurang optimalnya sistem informasi yang dibangun pada suatu organisasi. Hal ini memperlihatkan pentingnya perencanaan yang matang dan menyeluruh dalam pengembangan sistem informasi dengan memperhatikan keterpaduan seluruh elemen dalam organisasi dan selaras dengan tujuan organisasi. Sebagai sebuah perguruan tinggi yang besar di Karawang, Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) telah mempergunakan sistem informasi berbasis teknologi sebagai penunjang kegiatan organisasi. Sistem informasi dipergunakan sebagai saranan penunjang dalam pelayanan akademik kepada mahasiswa, dosen dan administrasi terkait dengan tujuan membantu terlaksananya kegiatan organisasi. Pembangunan sistem informasi harus berjalan dengan lancar dan menghasilkan output yang maksimal, oleh karena itu UNSIKA dituntut untuk dapat membangun dan mengembangkan sistem informasi yang sesuai dengan karakter dan strategi kebijakan institusi. Penelitian ini akan membuat perencanaan arsitektur sistem informasi di UNSIKA yang akan menjadi blueprint dan framework dalam mengembangkan sistem informasi yang tepat guna dengan mempertimbangkan seluruh aspek terkait di lingkungan UNSIKA.
47
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Secara garis besar, penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh gambaran umum sistem informasi di UNSIKA di bidang akademik, administrasi keuangan, tata usaha, dan saranaprasarana. Selanjutnya akan dibuat sebuah model arsitektur enterprise sistem informasi sebagai pedoman untuk menentukan arah strategi kebijakan dan perencanaan pengembangan sistem informasi di Universitas Singaperbangsa Karawang. Penelitian ini menggunakan metode rekayasa menggunakan komponen Enterprise Architecture Planning (Steven H. Spewak, 1992) sebagai langkah penelitian. LANDASAN PUSTAKA Pengertian Data dan Informasi Albahra Bin Ladjamudin dalam Analisis dan Desain Sistem Informasi memberikan definisi “Data adalah deskripsi dari sesuatu kejadian yang kita hadapi, sementara data bisnis didefinisikan sebagai deksripsi organisasi tentang suatu (resources) dan kejadian (transactions) yang terjadi” Sedangkan definisi informasi dari beberapa sumber: 1. “Informasi merupakan hasil pemrosesan data (fakta) menjadi sesuatu yang bermakna dan bernilai untuk pengambilan keputusan” (Soeherman, 2008:4) 2. “Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya” (Choldun, 2006) 3. “Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi penerimanya. Alat pengolahan informasi elemen komputer, elemen non-komputer atau kombinasinya” (Raymond McLeod, 1995) Pentingnya informasi menurut oleh Kendall (Kendall & Kendall, 2002): “… Saat ini informasi pun menempatkan dirinya sebagai sumber daya yang tak kalah pentingnya. Para pembuat keputusan memahami bahwa informasi tidak hanya sekedar produk sampingan bisnis yang sedang dijalankan, namun juga sebagai bahan pengisi bisnis dan menjadi faktor kritis dalam menentukan kesuksesan atau kegagalan usaha” Kualitas sebuah informasi ditentukan oleh beberapa kriteria (Bin Ladjamudin, 2005): 1. Relevan 2. Akurat 3. Tepat waktu 4. Ekonomis 5. Efisien 6. Dapat dipercaya Sistem Informasi “Sistem Informasi adalah pengaturan orang, data, proses dan teknologi informasi (IT) yang berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan sebagai otuput informasi yang diperlukan untuk mendukung sebuah organisasi” (Whitten, 2004) “Sistem Informasi merupakan serangkaian komponen berupa manusia, prosedur, data, dan teknologi (seperti komputer) yang digunakan untuk melakukan sebuah proses untuk menghasilkan informasi yang bernilai untuk pengambilan keputusan” (Soeherman, 2008:5)
48
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012
Gambar 1.
Interaksi Komponen-komponen Sistem Informasi (Soeherman, 2008:5)
Dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi adalah sekumpulan prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi yang diorganisasikan untuk memberikan informasi bagi pengambil keputusan untuk mengendalikan organisasi. Manfaat Sistem Informasi Beberapa manfaat yang dapat dipetik perusahaan dengan pengembangan sistem informasi antara lain: 1. Integrasi data dan informasi 2. Sistem pengorganisasian data memungkinkan sistem bebas redundansi data 3. Meningkatkan kecepatan dan keakuratan penyusunan laporan manajerial 4. Meningkatkan kualitas produk dan kecepatan layanan konsumen 5. Meningkatkan citra perusahaan Prinsip-prinsip Mendasar Pengembangan Sistem Informasi Dalam mengembangan sebuah sistem, perlu diperhatikan beberapa hal mendasar (Whitten, 2004) antara lain: 1. Keterlibatan pengguna sistem 2. Pendekatan pemecahan masalah menggunakan metode tertentu 3. Fase dan aktivitas berurutan dan tidak tumpang tindih 4. Dokumentasi pengembangan 5. Standarisasi 6. Pengelolaan proses dan proyek 7. Memperlakukan Sistem Informasi sebagai investasi modal METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang dilakukan penulis meliputi tahap-tahap dalam EAP (Spewak, 1992) yang diakhiri dengan kesimpulan dan transisi terhadap implementasinya. Langkah-langkah dalam perencanaan arsitektur enterprise ini antara lain: 1. Inisiasi Perencanaan 2. Identifikasi objek a. Pemodelan bisnis b. Penelitian sistem dan teknologi saat ini 3. Perencanaan arsiktektur a. Arsitektur data b. Arsitektur aplikasi c. Arsitektur teknologi 4. Perencanaan implementasi dan migrasi
49
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 tahap yang dibuat Steven Spewak (1992) tersebut, dikembangkan menjadi sebuah Dari tahap-tahap rencana penelitian:
Gambar 2.
Langkah-langkah langkah penelitian berdasarkan EAP Gambar 3.
INISIASI PERENCANAAN NAAN Pendefinisian Ruang Lingkup dan Sasaran Pengerjaan EAP Dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi, mutu kinerja UNSIKA dilihat dari beberapa aspek antara lain: 1. Aspek Masukan Aspek masukan meliputi proses penerimaan mahasiswa baru (PMB), ujian seleksi selek dilakukan sebagai upaya penjaringan calon mahasiswa baru UNSIKA. 2. Aspek Proses Pada aspek ini, yang menjadi fokus adalah kegiatan operasional akademik UNSIKA. 3. Aspek Keluaran Lulusan yang telah dihasilkan oleh UNSIKA selanjutnya dimonitor mutu kinerjanya, serta diperlukan kesadaran para alumni sendiri untuk menyampaikan umpan balik informasi kepada almamater. Dalam hal ini, perencanaan ditujukan pada proses penetapan syarat kelulusan, wisuda, drop out, melacak keberadaan dan kondisi lulusan. Visi dari pengembangan SI dan TI haruslah dapat menunjang pencapaian visi organisasi. Oleh karena itu visi pengembangan SI dan TI diformulasikan sebagai berikut: “Membangun sistem informasi terintegrasi yang didukung oleh teknologi informasi dengan tujuan menunjang fungsi bisnis utama UNSIKA dalam bidang pendidikan”.
50
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 PEMODELAN BISNIS Identifikasi Fungsi Bisnis Definisi fungsi bisnis hanyalah didasarkan pada aksi-aksi yang dilakukan, bukan pada organisasinya maupun orang yang bertanggung jawab untuk melaksanakan suatu fungsi. Identifikasi Area-area Fungsional Utama Konsep porter’s value-added chain (rantai nilai Porter) membagi fungsi-fungsi utama tersebut ke dalam dua kelompok besar yaitu: 1. Primary activities (aktivitasutama), terdiri atas: a. Penerimaan mahasiswa baru b. Operasional akademik. c. Pelepasan akademik 2. Support activities (aktivitas pendukung), terdiri atas: a. Pengelolaan keuangan. b. Pengelolaan sumber daya manusia dan sarana-prasarana c. Unit pelayanan teknis
Pengelolaan Keuangan aktivitas pendukung
Pengelolaan SDM & Sarana-prasarana Unit Pelayanan Teknis (Lab, Klinik, Perpustakaan)
Penerimaan Mahasiswa Baru
Operasional Akademik
Pelepasan Akademik
aktivitas utama
Gambar 4.
Rantai Nilai Universitas Singaperbangsa Karawang
Dekomposisi Area Fungsional Fungsi-fungsi utama di UNSIKA yang diperoleh sebagai hasil analisis rantai nilai Porter kemudian diturunkan atau didekomposisi sehingga mendapatkan fungsi-fungsi turunan menggunakan tool Four Stage Life Cycle Business System Planning. Dengan menggunakan Four Stage Life Cycle, fungsi-fungsi utama akan didekomposisi dengan meninjau siklus dari fungsi tersebut. Terdapat empat tahapan siklus yaitu: 1. Fungsi perencanaan dan kebutuhan (requirements), adalah aktivitas yang menentukan bagaimana produk/sumber daya diperlukan, rencana mendapatkannya serta pengukuran dan kontrol terhadap perencanaan. 2. Fungsi akuisisi atau implementasi (acquisition), adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk mengembangkan produk atau layanan atau mendapatkan sumber daya yang akan digunakan untuk pengembangan. 3. Fungsi pengelolaan (stewardship), adalah aktivitas untuk membentuk, memperbaiki, memodifikasi, atau memelihara sumber daya.
51
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 4. Fungsi disposisi (retirement) adalah aktivitas untuk mengakhiri tanggung jawab terhadap layanan atau berakhirnya penggunaan sumber daya. Bagan Hirarki Fungsi Bisnis UNSIKA Bagan hirarki fungsi bisnis UNSIKA adalah sebagai berikut: 1. Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Aktivitas ini fokus pada pengelolaan mahasiswa baru dan rencana pembentukan tim PMB sampai calon mahasiswa melakukan daftar ulang (registrasi) 1.1 Rencana PMB 1.1.1 Penetapan Tim PMB 1.1.2 Penyusunan Anggaran PMB 1.1.3 Penetapan Anggaran beasiswa Pemkab 1.1.4 Penjadwalan kegiatan PMB 1.2 Promosi PMB 1.2.1 Penetapan Strategi Promosi PMB 1.2.2 Pelaksanaan Promosi PMB 1.3 Seleksi Masuk 1.3.1 Penetapan Sistem Seleksi Masuk 1.3.2 Penetapan Materi Seleksi Masuk 1.3.3 Pendaftaran Calon Mahasiswa Baru 1.3.4 Seleksi Masuk 1.3.5 Pengelolaan Hasil Seleksi 1.3.5.1 Penilaian hasil ujian 1.3.5.2 Penentuan kelulusan hasil ujian 1.3.5.3 Pengumuman hasil ujian 1.4 Seleksi Beasiswa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) 1.4.1 Penetapan Sistem Seleksi Beasiswa Pemkab 1.4.2 Pendaftaran Calon Penerima Beasiswa Pemkab 1.4.3 Seleksi Calon Penerima Beasiswa Pemkab 1.4.4 Pengelolaan Hasil Seleksi Calon Penerima Beasiswa Pemkab 1.4.4.1 Penilaian Hasil Ujian Seleksi 1.4.4.2 Penentuan Kelulusan Hasil Ujian 1.4.4.3 Pengumuman Hasil Ujian 1.5 Registrasi Mahasiswa Baru 1.6 Pelaksanaan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) 1.7 Pelaporan dan Evaluasi 1.7.1 Pelaporan Dan Evaluasi Kegiatan Promosi 1.7.2 Pelaporan dan Evaluasi Penerimaan Mahasiswa Baru
2. Pengelolaan Kegiatan Akademik Pada pengelolaan kegiatan akademik, aktivitas yang termasuk dari mulai registrasi mahasiswa tiap semester sampai dengan pengelolaan nilai akhir. Kegiatan proses belajar mengajar selama mahasiswa berada dalam masa akademik termasuk aktivitas yang dikelola pada kegiatan ini. 2.1 Perencanaan Strategis Kurikulum 2.1.1 Pembuatan dan Peninjauan Kurikulum 2.1.2 Penetapan Kurikulum 2.2 Penyusunan Kebijakan Akademik 2.2.1 Penetapan Peraturan Akademik 2.2.2 Penyusunan Kalender Akademik
52
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 2.2.3 Penyusunan Jadwal Kuliah 2.2.4 Pengelolaan Kartu Tanda Mahasiswa 2.2.5 Pelaksanaan Perwalian 2.2.6 Pengelolaan Kartu Rencana Studi (KRS) 2.2.7 Pengelolaan Perubahan Kartu Rencana Studi (PKRS) 2.2.8 Pengelolaan Mahasiswa Pindahan 2.2.9 Pengelolaan Cuti Akademik 2.3 Penetapan Komponen Penunjang Akademik 2.3.1 Penetapan Dosen Wali 2.3.2 Penentuan Dosen Pengampu dan Instruktur Laboratorium 2.3.3 Pembuatan Surat Keputusan 2.3.4 Pelaksanaan Rapat Akademik 2.4 Pengelolaan Proses Belajar Mengajar (PBM) 2.4.1 Pelaksanaan, Pengawasan, dan Evaluasi PBM 2.4.2 Pembuatan Daftar Hadir Mahasiswa dan Dosen (DHMD) 2.4.3 Pengelolaan Ujian (UTS, UAS, Sidang) 2.4.3.1 Pembentukan Panitia Sidang 2.4.3.2 Pengelolaan Soal Ujian 2.4.3.3 Pembuatan Jadwal Ujian 2.4.3.4 Pembuatan Daftar Hadir Ujian 2.4.3.5 Pengawasan Ujian 2.4.4 Pengelolaan Nilai 2.4.4.1 Penyerahan Berkas Hasil Ujian ke Dosen Pengampu 2.4.4.2 Pengelolaan Berkas Nilai Dari Dosen Pengampu 2.4.4.3 Pembuatan Kartu Hasil Studi 2.5 Pelaporan dan Evaluasi Hasil Kegiatan Akademik 2.5.1 Pengelolaan Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED) 2.5.2 Pelaksanaan Evaluasi Kegiatan Akademik 2.5.3 Pelaporan Hasil Kegiatan Akademik 3. Pelepasan akademik Aktivitas ini berkaitan dengan manajemen akhir akademik atau pelepasan akademik sebagai akhir dari studi mahasiswa, termasuk di dalamnya pengelolaan biodata alumni yang telah mendapatkan pekerjaan. 3.1 Penetapan Kebijakan Pelepasan Mahasiswa 3.1.1 Penetapan Syarat dan Standar Kelulusan 3.1.2 Penetapan Kriteria Mahasiswa Drop-out 3.1.3 Penetapan Pengunduran Diri Mahasiswa 3.2 Penetapan Kebijakan Wisuda 3.2.1 Penentuan Anggaran Wisuda 3.2.2 Penentuan Jadwal Wisuda 3.2.3 Pembentukan Panitia Wisuda 3.2.4 Pengelolaan Calon Wisudawan 3.3 Pelaksanaan Pelepasan Mahasiswa 3.3.1 Pengelolaan Ijasah dan Transkrip Nilai 3.3.2 Pelaksanaan Wisuda 3.4 Perekaman Data Alumni 3.4.1 Pengelolaan Data Alumni 3.4.2 Penelusuran Data Alumni 3.5 Evaluasi dan Pelaporan 3.5.1 Pelaksanaan Evaluasi Kegiatan Wisuda
53
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 3.5.2 Pelaporan Hasil Evaluasi 4. Pengelolaan Keuangan Aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan keuangan yang berkisar pada perencanaan anggaran, investasi serta pemeliharaan infrastruktur, sarana dan prasarana organisasi. 4.1 Perencanaan Strategis dan Kebijakan Keuangan 4.1.1 Penyusunan Rencana Strategis Anggaran dan Investasi 4.1.2 Penyusunan Anggaran Belanja Tahunan 4.1.3 Pengesahan Anggaran 4.1.4 Penetapan Anggaran Biaya Tambahan (Revisi Anggaran) 4.2 Pengelolaan Biaya Pendidikan 4.2.1 Penerimaan Pembayaran Mahasiswa 4.2.2 Pencatatan Piutang Mahasiswa 4.2.3 Laporan Histori Pembayaran Mahasiswa 4.3 Pelaksanaan Anggaran Belanja Tahunan 4.3.1 Pengalokasian Anggaran 4.3.2 Monitoring dan Evaluasi Belanja Rutin 4.4 Monitoring dan Evaluasi Anggaran 4.4.1 Pelaksanaan Sistem Akuntansi 4.4.2 Evaluasi Realisasi Anggaran 4.4.3 Evaluasi Anggaran Biaya Tambahan 4.4.4 Pelaporan Hasil Evaluasi Anggaran 5. Pengelolaan Sumber Daya Manusia dan Sarana-Prasarana Aktivitas pendukung kegiatan organisasi khususnya dalam kegiatan akademik, baik dari segi Sumber Daya Manusia maupun sarana-prasarana. 5.1 Perencanaan dan Kebijakan Kepegawaian 5.1.1 Penetapan Kebijakan Pengelolaan Rekruitmen SDM 5.1.2 Penetapan Kebijakan Administrasi Pengelolaan SDM 5.1.3 Penetapan Kebijakan Pengembangan Karir 5.2 Pengelolaan Administrasi Kepegawaian 5.2.1 Administrasi Kehadiran Pegawai 5.2.2 Pengelolaan Gaji Pegawai 5.2.3 Pengelolaan Pengembangan Karir 5.2.3.1 Evaluasi Prestasi Personil 5.2.3.2 Pengembangan Karir non-Akademik 5.2.3.3 Pengembangan Karir Akademik 5.2.4 Monitoring dan Evaluasi Kepegawaian 5.2.4.1 Evaluasi Kedisiplinan Kepegawaian 5.2.4.2 Pelaporan Hasil Evaluasi Kedisiplinan Kepegawaian 5.2.4.3 Pelaporan Hasil Evaluasi Prestasi Personil 5.2.4.4 Pelaporan Hasil Rekapitulasi Gaji Pegawai 6. Unit Pelayanan Teknis Laboratorium Aktivitas pengelolaan sumber daya Teknologi Informasi (TI) yang dikelola oleh unit pelayanan teknis laboratorium komputer (labkom). 6.1 Perencanaan Strategis Labkom 6.1.1 Rencana Strategis Pengembangan TI 6.1.2 Rencana Strategis Pemanfaatan TI 6.1.3 Penentuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Labkom 6.2 Penetapan Kebijakan Labkom 6.2.1 Penetapan Aturan Penggunaan Labkom
54
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 6.2.2 Penetapan Aturan Pengelola Labkom 6.3 Pengelolaan Laboratorium 6.3.1 Inventarisasi Sarana dan Prasarana Laboratorium 6.3.2 Riset dan Penelitian TI 6.3.3 Pembagian Jadwal Penggunaan Laboratorium 6.4 Monitoring dan Evaluasi Laboratorium 6.4.1 Evaluasi Kegiatan Penggunaan Laboratorium 6.4.2 Pelaporan Hasil Evaluasi 7. Unit Pelayanan Teknis Perpustakaan Aktivitas pengelolaan sumber daya informasi yang dikelola oleh unit pelayanan teknis perpustakaan. 7.1 Penetapan Kebijakan Perpustakaan 7.1.1 Penetapan Aturan Keanggotaan Perpustakaan 7.1.2 Penetapan Aturan Peminjaman 7.2 Pengelolaan Koleksi Perpustakaan 7.2.1 Pengadaan Bahan Bacaan 7.2.2 Dokumentasi Daftar Bahan Bacaan 7.3 Pengelolaan Anggota Perpustakaan 7.3.1 Pendaftaran Anggota Perpustakaan 7.3.2 Pencatatan Data Peminjaman 7.4 Monitoring dan Evaluasi Perpustakaan 7.4.1 Evaluasi Pengelolaan Perpustakaan 7.4.2 Evaluasi Data Peminjaman 7.4.3 Pelaporan Hasil Evaluasi ARSITEKTUR SISTEM DAN TEKNOLOGI SAAT INI Koleksi Data Information Resource Catalog IRC Tabel 1 Information Resource Catalog (IRC) sistem informasi saat ini Katalog Header Nama Lengkap Kategori Deskripsi
Unit Pemakai Status Penggunaan Implementasi Pengembang Perangkat Lunak Perangkat Keras Jaringan Isu Jangka Panjang
Sistem Informasi Akademik
Sistem Informasi Keuangan
Sistem Informasi Akademik Proses Informasi Akademik Untuk mencatat biodata mahasiswa, nilai ujian, mencetak Kartu Hasil Studi dan Transkrip Nilai Biro Akademik Aktif, namun tidak terawat dengan baik, banyak redundansi data Jam Kerja 2005 Konsultan (Programmer luar) Visual FoxPro, SQL Server PC Hewlett Packard Ya Diharapkan dapat diintegrasikan dengan data PMB, data keuangan, dan sistem informasi lain yang mudah diakses
Sistem Informasi Keuangan Mahasiswa Proses Informasi Keuangan Untuk mencatat pembayaran mahasiswa, melaporkan tunggakan mahasiswa, dan mahasiswa yang sudah registrasi Biro Keuangan Aktif, namun tetap memerlukan aplikasi MS Excel untuk pengolahan lebih lanjut Jam Kerja 2005 Konsultan (Programmer luar) Visual FoxPro, SQL Server PC Rakitan Tidak Integrasi dengan sistem akademik akan memudahkan penentuan jumlah biaya yang harus dibayar berdasarkan KRS yang dibuat. Integrasi ini juga diharapkan dapat menambah peluang pemasukan dengan mengurangi peluang mahasiswa yang belum membayar tetap mengikuti kegiatan akademik.
55
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Platform Teknologi Tabel 2 Platform Teknologi Kelompok Perangkat Keras
Perangkat Lunak
Perangkat Komunikasi
Rincian 1. Personal Computer (PC) a. PC Hewlett Packard b. PC Rakitan 2. Perangkat input a. Mouse b. Keyboard c. Scanner 3. Perangkat output a. Printer Laser b. Printer Tinta c. Printer Dot Matrix d. Monitor e. Speaker 4. Media penyimpanan a. Hardisk b. CD c. Flashdisk 1. Sistem Operasi a. Microsoft Windows 2003 Server b. Microsoft Windws XP c. Microsoft Windows 7 d. Linux 2. Sistem Pengolahan Basis Data a. Microsoft SQL Server b. Microsoft Access 3. Bahasa Pemrograman a. Visual FoxPro 4. Aplikasi Perkantoran a. Microsoft Word (Pengolah Kata) b. Microsoft Excel (Pengolah Tabular/Spreadsheet) 1. Jaringan a. Internet (Speedy) b. Modem Router c. Switch d. Access Point 2. Telepon a. Jaringan Telkom b. PABX
Berdasarkan analisis informasi pada IRC, sudah terdapat teknologi DBMS dengan Microsoft SQL Server, namun hanya digunakan untuk Sistem Informasi Akademik yang belum lengkap secara fungsi. ARSITEKTUR DATA Kandidat Entitas Data Dari Rantai Nilai di Universitas Singaperbangsa Karawang, teridentifikasi bahwa entitas bisnis yang telibat antara lain: 1. Entitas Penerimaan Mahasiswa Baru • Entitas Tim PMB • Entitas Anggaran PMB • Entitas Calon Mahasiswa
56
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012
2.
3.
4.
5.
6.
• Entitas Jadwal Ujian Masuk • Entitas Hasil Ujian Masuk • Entitas Calon Penerima Beasiswa • Entitas Jadwal Ujian Beasiswa • Entitas Hasil Ujian Beasiswa • Entitas Registrasi Mahasiswa Baru Entitas Pengelolaan Kegiatan Akademik • Entitas Program Studi • Entitas Ruang Belajar • Entitas Kalender Akademik • Entitas Registrasi Ulang Mahasiswa Lama • Entitas Mahasiswa • Entitas Mata Kuliah • Entitas Alokasi Kelas • Entitas Perwalian • Entitas Jadwal Kuliah • Entitas Daftar Peserta Ujian • Entitas Daftar Hasil Ujian • Entitas Hasil Studi • Entitas Peserta Sidang • Entitas Pembimbing Entitas Pelepasan Akademik • Entitas Panitia Wisuda • Entitas Anggaran Wisuda • Entitas Peserta Wisuda • Entitas Ijasah • Entitas Alumni • Entitas Mahasiswa drop-out • Entitas Mahasiswa mengundurkan diri Entitas Pengelolaan Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana • Entitas Dosen Pengajar • Entitas Staf • Entitas Honor Mengajar dan Gaji • Entitas Jabatan • Entitas Unit Kerja • Entitas Inventaris Aset • Entitas Pengadaan • Entitas Laporan Entitas Pengelolaan Keuangan • Entitas Anggaran Belanja • Entitas Pendapatan • Entitas Usulan Anggaran • Entitas Komponen Biaya • Entitas Pembayaran dari Mahasiswa • Entitas Piutang Mahasiswa • Entitas Laporan Keuangan Entitas Pengelolaan Laboratorium Komputer • Entitas Sarana dan Prasarana Labkom
57
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 • Entitas Daftar Instruktur • Entitas Jadwal Praktikum • Entitas Laporan 7. Entitas Pengelolaan Perpustakaan • Entitas Daftar Bahan Bacaan • Entitas Anggota Perpustakaan • Entitas Daftar Peminjaman • Entitas Pengadaan Bahan Bacaan • Entitas Laporan ARSITEKTUR APLIKASI Kandidat Aplikasi Pada tahap ini akan diidentifikasi aplikasi-apliksai yang diperlukan untuk mengelola data dan mendukung bisnis. Four Stage Life Cycle digunakan untuk mendefinisikan kandidat aplikasi. Daftar kandidat aplikasi yang dihasilkan adalah sebagai berikut: Tabel 3 Kandidat Aplikasi No
1
Kelompok Aplikasi
Sistem Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru
2
Sistem Informasi Akademik
3
Sistem Informasi Pelepasan Akademik
4
Sistem Informasi Keuangan
5
Sistem Informasi SDM
No
Kandidat Aplikasi
1.1 1.2 1.3
Sistem Pendaftaran Calon Mahasiswa baru Sistem Pendaftaran Calon Mahasiswa Baru Online Sistem Ujian Saringan Masuk dengan Lembar Jawaban Komputer Sistem Pengelolaan Ujian Saringan Masuk Sistem Pelaporan PMB Sistem Registrasi Ulang Mahasiswa baru Sistem Pengelolaan Kurikulum Sistem Informasi Kurikulum, Silabus dan SAP Sistem Perwalian Sistem Kartu Rencana Studi Online Sistem Perubahan Rencana Studi Online Sistem Penjadwalan PBM Sistem Informasi Jadwal PBM online Sistem Pembuatan Daftar Hadir Mahasiswa dan Dosen Sistem Penjadwalan Ujian Sistem Pembuatan Daftar Hadir Ujian Sistem Pembuatan KHS dan Transkrip Sementara Sistem E-Learning Sistem Informasi Akademik Online Sistem Pelaporan Akademik Otomatisasi Pelaporan EPSBED Sistem Pembuatan Ijasah dan Transkrip Nilai Sistem Administrasi Wisuda Sistem Administrasi Alumni Sistem Pengelolaan Alumni Online Sistem Pelaporan Kegiatan Wisuda Sistem Pengelolaan DO dan Mengundurkan Diri Sistem Pengelolaan Anggaran Penerimaan dan Belanja UNSIKA Sistem Penerimaan Pembayaran Mahasiswa Sistem Pelaporan Keuangan dan Rekapitulasi Pembayaran Sistem Pengelolaan Data Staf dan Dosen
1.4 1.5 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 2.13 2.14 2.15 2.16 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 4.1 4.2 4.3 5.1
58
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 dan Sarana Prasarana
6
7
Sistem Informasi Laboratorium
Sistem Informasi Perpustakaan
5.2 5.3 5.4 5.5 6.1
Sistem Pengelolaan Gaji Pegawai Sistem Pengelolaan Honor Mengajar Sistem Inventarisasi Aset Perusahaan Sistem Pengelolaan Penggunaan Sarana Prasarana Sistem Inventarisasi Fasilitas Laboratorium
6.2 6.3 6.4 7.1
Sistem Pengelolaan Jadwal Penggunaan Lab Sistem Pengelolaan Aset Sistem Informasi Sistem Pelaporan Aktivitas Laboratorium Sistem Pengelolaan Bahan bacaan
7.2 7.3 7.4 7.5
Sistem Pengelolaan Anggota Sistem Pengelolaan Pinjaman Sistem Perpustakaan online Sistem Pengelolaan Laporan Perpustakaan
ARSITEKTUR TEKNOLOGI Berdasarkan IRC, bahwa di Universitas Singaperbangsa Karawang sudah menggunakan teknologi untuk pengolahan data walau belum dimaksimalkan. Dengan penggunaan strategi yang tepat, penggunaan teknologi ini dapat dimaksimalkan. Tahapan ini dilakukan untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip mendasar bagi platform potensial yang akan digunakan dalam mendukung llingkungan berbagi-pakai data yang bersifat enterprisewide. Prinsip-prinsip yang dihasilkan berupa daftar perangkat keras, perangkat lunak, dan perangkat komunikasi yang disesuaikan dengan model bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi, peluangpeluang yang teridentifikasi dari IRC serta kebutuhan dari para pelaku bisnis di Universitas Singaperbangsa Karawang.
59
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Tabel 4 Prinsip-prinsip Teknologi No
Kelompok
No
Prinsip
1.
Perangkat Keras: - Jenis Komputer - Perangkat Input/Output - Media Penyimpanan
1.1
Perangkat keras harus andal untuk mendukung bisnis saat ini dan mampu beradaptasi terhadap perkembangan teknologi di masa datang sehingga tidak cepat usang Perangkat keras harus dapat menunjang efisiensi dan efektifitas kerja Perangkat keras harus dapat mendukung teknologi terbaru Perangkat lunak mendukung teknologi client server Perangkat lunak mampu beradaptasi dengan lingkungan dan andal dari gangguan yang dapat menyebabkan kerusakan fisik maupun data Sistem operasi harus dapat beroperasi pada berbagai platform (portable), dapat beroperasi pada berbagai jenis komputer (scalable), dapat beroperasi pada lingkungan yang heterogen (interoperable), dapat menyesuaikan dengan perangkat lunak serta mampu berintegrasi dengan komponen teknologi yang lebih maju (compatible) Sistem operasi dapatmendukung alat pengembangan sistem dan beragam perangkat lunak aplikasi DBMS harus mampu mengakomodasi kebutuhan dan transaksi data dengan toleransi kegagalan yang baik Data yang diciptakan bersifat bebas dari redundansi Data yang disimpan dapat di-bagi-pakai dengan yang lain tanpa adanya kemungkinan bertabrakan atau kerusakan Penyimpanan data menggunakan teknologi relational Informasi yang tersimpan dapat diakses tanpa batas dan dapat diupdate tanpa waktu yang terbatas Bahasa pemrograman yang digunakan bersifat object oriented programming, diutamakan open source, dan dengan graphical user interface yang cukup jelas. Teknologi Komunikasi mendukung teknologi client-server Protokol komunikasi berstandar internasional Teknologi jaringan mampu menunjang aktivitas bisnis dan mampu mengikuti perkembangan jaman
2
Perangkat Lunak: - Sistem Operasi - Sistem Pengelolaan basis data
1.2 1.3 2.1 2.2
2.3
2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10
3
Komunikasi
3.1 3.2 3.3
RENCANA IMPLEMENTASI Rencana penerapan merupakan rencana yang dipersiapkan untuk mengimplementasikan arsitektur enterprise. Rencana ini diimplementasikan berdasarkan model bisnis, katalog sumber daya informasi, dan arsitektur-arsitektur yang telah didefinisikan sebelumnya. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menyusun prioritas penerapan sistem berdasarkan arsitektur aplikasi yang telah disusun sebelumnya.
Urutan Implementasi Aplikasi Tujuan tahap ini adalah menyusun dan menyiapkan sebuah rencana untuk pengimplementasian arsitektur, kadang juga sering disebut strategi migrasi dari posisi bisnis saat ini menuju visi posisi bisnis masa depan. Hasil dari tahap ini berupa inti Perencanaan Arsitektur Enterprise. Pada tahap ini, model bisnis, IRC, dan tiga arsItektur yang telah dibuat digunakan untuk menghasilkan sebuah rencana implementasi.
60
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Tahap ini dikatakan sukses bila dihasilkan suatu strategi migrasi yang menekankan perubahan strategis dari posisi bisnis saat ini hingga posisi tujuan di masa depan.
Gambar 5.
Urutan Prioritas Rencana Implementasi
Faktor Sukses Penerapan Hal-hal esensial yang harus dipertimbangkan untuk menjamin keberhasilan penerapan arsitektur enterprise sesuai dengan tujuan-tujuan organisasi dapat disediakan melalui penentuan faktor sukses implementasi. Faktor-faktor yang menjadi penentu keberhasilan implementasi sistem ini, antara lain : 1. Keterlibatan, dukungan dan komitmen manajemen. Komitmen manajemen yang kuat dan konsisten serta keterlibatannya secara langsung akan sangat membantu mempercepat implementasi; 2. Penetapan unit fungsi khusus sebagai penanggung jawab implementasi. Harus ditetapkan penanggung jawab implementasi sehingga dia dapat bertindak penuh dalam pengimplementasian rencana arsitektur dengan tanggung jawab dan kewenangan yang diberikan. 3. Kualitas sumber daya manusia yang tersedia yang berkompetensi dengan teknologi informasi. 4. Menyusun SOP (Standard Operations Procedure) 5. Adanya penyelenggaraaan pelatihan khusus mengenai Enterprise Architecture Planning baik secara teknis maupun konsep. Sehingga setiap unit dapat menguasai konsep dan tata cara penggunaannya. 6. Kemampuan untuk mengevaluasi kebutuhan akan teknologi baru. Rekomendasi pedoman pengembangan dan pembangunan SI berbentuk roadmap rencana implementasi aplikasi sebagai produk akhir dari penelitian ini. KESIMPULAN DAN SARAN Sebagai penutup dalam penyusunan penelitian ini, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemodelan bisnis utama di Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) memiliki aktivitas utama: Penerimaan Mahasiswa Baru, Pengelolaan Kegiatan Akademik, dan Pelepasan Akademik; 2. Aktivitas penunjang di UNSIKA terdiri dari: Pengelolaan Keuangan, Pengelolaan Sumber Daya Manusia dan Sarana-prasarana, Unit Pelayanan Teknis Laboratorium dan Perpustakaan;
61
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 3.
4. 5. 6.
Berdasarkan hasil temuan pada Universitas Singaperbangsa Karawang, belum ditemukan adanya sebuah arsitektur sistem informasi yang digunakan, sehingga pemanfaatan teknologi belum bisa dikatakan optimal. Adanya aplikasi yang sudah menggunakan DBMS namun tidak bersifat opensource menjadikan aplikasi yang ada tidak dapat dikembangkan. Di UNSIKA dapat dibuat perencanaan arsitektur enterprise yang akan menunjang kegiatan bisnis UNSIKA. Model arsitektur enterprise yang telah dihasilkan dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk mencapai sasaran strategis organisasi, selain itu dapat dijadikan pedoman agar arah kebijakan pengembangan Sistem Informasi menjadi terukur dan jelas.
Saran Berdasarkan hasil kajian penelitian ini, beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: 1. Implementasi Perencanaan Arsitektur Enterprise tidak akan berhasil jika faktor sukses penerapan tidak dipertimbangkan, dalam hal ini semua unsur yang terlibat dalam perencanaan dan implementasi, terutama pada level manajemen harus peduli dan menyadari pentingnya sebuah alur dalam implementasi sistem informasi enterprise. 2. Diperlukan acuan untuk mengukur kematangan proses perencanaan arsitektur enterprise yang telah dilakukan sehingga proses perencanaan dapat ditingkatkan secara sistematis dan menghasilkan arsitektur yang lebih optimal. Ada beberapa metode yang dapat diterapkan untuk mengukur tingkat kematangan sebuah perencanaan arsitektur enterprise: Crosby’s Quality Management Maturity Grid (QMMG); Capability Maturity Model Integration (CMMI). DAFTAR PUSTAKA Alter, Steven. The Information Systems: The Foundation of E-Business. 4th Edition. Pearson Education, Inc. New Jersey. 2002. Bin Ladjamudin, Al-Bahra. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. 2005 Choldun, Muh. Ibnu, R. Sistem Informasi dan Kekuasaan. Konferensi Nasional Sistem Informasi. Informatika. Bandung. 2006 Fathansyah. Basis Data. Informatika. Bandung. 1999. Godinez, Mario; Hechler, Eberhard; Koenig, Klaus ; Lockwood, Steve; Oberhofer, Martin; Schroeck, Michael. The Art of Enterprise Information Architecture ”A Systems-Based Approach for Unlocking Business Insight”. IBM Press. 2010. IBM. Business System Planning (Information System Planning Guide). International Business Machine Corporation. 1981. Jogiyanto, HM. Analisis dan Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktik Aplikasi Bisnis. Andi. Yogyakarta. 2005. Kendall, Kenneth E. & Kendall, Julie E. System Analysis and Design. Pearson Education Asia Pte. Ltd. 2003. Koontz, Harold. The Management Theory Jungle Revisited. Academy of Management Review, Vol.5 No.2. 1980:175-187. Kurniawan, Bobi. Enterprise Architecture Planning Sistem Informasi pada Perguruan Tinggi Swasta dengan Zachman Framework. Majalah Ilmiah UNIKOM, Vol.9, No.1. Kurniawan, Wiharsono. Computer Starter Guide: Jaringan Komputer. Andi. Yogyakarta. 2007. Lidya, Leony; Sukrisno M., M; Supriana, Iping, S.; Sudirman, Iman. Business System Planning untuk Merencanakan Sistem Manajemen Pengetahuan. Konferensi Nasional Sistem Informasi. Bandung. 2006.
62
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Nugroho, Adi. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi dengan Metodologi Berorientasi Objek. Penerbit Informatika. Bandung. 2005. Setiawan, Erwin Budi. Pemilihan EA Framework. SNATI. Yogyakarta. 2009. Simarmata, Janner. Pengenalan Teknologi Komputer dan Informasi. Andi. Yogyakarta. 2005. Soeherman, Bonnie & Pinontoan, Marion. Designing Information Systems: Concepts & Cases with Visio. Elex Media Komputindo. Jakarta. 2008. Sofana, Iwan. Membangun Jaringan Komputer. Informatika. Bandung. 2008. Spewak, Steven H. Enterprise Architecture Planning: Developing a Blueprint for Data, Applications and Technology. John Wiley & Sons, Inc. New York. 1992. Surendro, Kridanto. Pemanfaatan Enterprise Architecture Planning untuk Perencanaan Strategis Sistem Informasi. Jurnal Informatika Universitas Kristen Petra Vol.8 No.1. Surabaya. 2007:1-9 Surendro, Kridanto. Pengembangan Rencana Induk Pengembangan Sistem Informasi. Informatika. Bandung. 2009. Whitten, Jeffery L.; Bentley, Lonnie D.; Dittman, Kevin C.; System Analysis and Design Methods. The McGraw-Hill Companies, Inc.New York. 2004. Yunizal, Edri. Evolusi Framework Arsitektur Enterprise. Seminar Nasional Pascasarjana X ITS. Surabaya. 2010. Zachman, John A. Enterprise Architecture: The Issue of The Century. Zachman International. Canada. 2006
63
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 PERGESERAN PARADIGMA GLOBAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN (TINJAUAN PUSTAKA) Oleh: H.E.Tajuddin Noor Abstract : Perkembangan ilmu dan teknologi yang begitu cepat terutama dalam bidang teknologi komunikasi membawa dampak perubahan-perubahan secara global. Menurut Makagiansar dalam (Muhammad Surya 2004: 88) secara Universal memasuki abad 21, terjadi pergeseran paradigma global dalam pola berfikir yaitu dari pola berfikir yang bersifat komplementalistik dan fragmentalistik kepada pola berfikir yang bersifat holistik. Dan pada gilirannya berpengaruh terhadap paradigma berfikir dalam dunia pendidikan termasuk di dalamnya peran peran guru. Dengan hadirnya teknologi, tugas seorang guru terasa lebih ringan karena bisa dijadikan media alat bantu dalam memperjelas dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar. Sebagai contoh dalam memperoleh sumber belajar, guru tinggal memberi arahan kepada peserta didik untuk mengakses di internet. Hal yang dituntut dari seorang guru di era teknologi yang serba cepat berubah, adalah beradaptasi dengan hal yang bersifat aktual dengan terur menerus mempersegar informasi, tetapi tetap istiqamah memiliki jati diri sebagai hamba Alloh yang hatinya senantiasa dipenuhi rasa keagungan kepada Zat yang Pencipta, menjunjung tinggi rasa kemanusiaan dan selalu peduli terhadap isu isu lingkugan hidup serta punya rasa cinta bangsa. Tulisan ini bertujuan : (1) pengembangan wawasan para pendidik dalam menyikapi pergeseran yang terjadi secara global, (2). Untuk menggambarkan bahwa Perubahan sebagai sunah Alloh, dari masa ke masa akan selalu terjadi, (3) Agar guru tetap menjadi insan yang paling diandalkan dalam mengawal lahirnya generasi unggul di masa depan. Kata kunci : PERGESERAN PERAN, PARADIGMA, DAN GLOBAL. A. PENDAHULUAN Secara sadar kita sekarang telah berada dalam suatu zaman yang disebut zaman modern. Zaman yang menurut seorang pemikir modern, Alex Inkeles (dalam Syahrin Harahap : 1999 hal 12) memiliki karakteristik, kecenderungan menerima gagasan baru, kesediaan buat menyatakan pendapat, lebih mementingkan waktu kini dan mendatang ketimbang waktu yang telah lampau, rasa ketepatan waktu yang lebih baik, keprihatinan yang lebih besar untuk merencanakan organisasi dan effesien, kecenderungan memandang dunia sebagai suatu yang bisa dihitung, menghargai kekuatan ilmu dan teknologi, dan keyakinan pada keadilan yang bisa diratakan. Sementara Talcott Parsons, menambahkan, adanya sikap meninggalkan kesenangan jangka pendek untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang, meninggalkan sikap partikularisme menuju sikap universalisme, dan memberikan penghargaan atas dasar prestasi bukan prestise. (Nurani Soyomukti : 2010, hal 454), mengatakan modernisme merujuk pada filsafat dan gaya berfikir modern yang bercirikan rasionalisme dan logisme atau oleh kaum postmodernisme dicurigai bergaya fikir “ Positivisme”. Mengutip pendapat Marshall GS Hodgshon, dalam bukunya the venture of islam, Nurcholish Madjid 1992 : hal 452, dengan nada menggugat, mengatakan bahwa penyebutan zaman sekarang sebagai “ zaman modern”, sebagai salah kaprah, yang sebenarnya lebih tepat zaman sekarang jika disebut sebagai “ zaman tehnik” (Technical Age), karena pada saat munculnya zaman itu, didominasi peran sentral tehnikalisme serta bentuk-bentuk kemasyarakatan yang terkait dengan tehnikalisme itu. Dengan tibanya zaman tehnik itu maka umat manusia tidak lagi dihadapkan pada
64
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 persoalan kulturalnya sendiri secara terpisah dan berkembang secara otonomi dari yang lain, tetapi terdorong menuju masyarakat jagad (Global) yang terdiri dari berbagai bangsa yang erat berhubungan satu sama lain (Nurcholish Madjid: 1992). Secara garis besar ciri-ciri manusia yang hidup di zaman modern dapat dirumuskan, memiliki kecenderungan terbuka, berani menyatakan pendapat, menghargai waktu, berorientasi ke masa depan, kesadaran team work dalam mencapai tujuan, berwawasan global, penghargaan atas prestasi, memiliki kedewasaan berfikir dan dapat memanfaatkan ilmu dan teknologi dalam memaknai kehidupannya. Dalam konteks pendidikan, guru yang hidup di zaman modern seperti sekarang, mesti memiliki karakteristik seperti di atas dan memandang peserta didik sebagai insan yang berpotensi untuk dapat berkembang dan berdaya dalam menghadapi berbagai masalah yang dihadapi dalam hidupnya. Tentu dengan tetap sebagai insan yang berakhlak mulia, memiliki rasa kemanusiaan, serta ramah terhadap lingkungan. B. KECENDERUNGAN PARADIGMA PENDIDIKAN Sejalan dengan pergeseran paradigma dalam pola berfikir global, Makagiansar: 1996, menyebut ada tujuh kecenderungan pergeseran paradigma pendidikan yang dipandang sesuai dengan tantangan abad 21. Ketujuh paradigma tersebut adalah “ 1. Pergeseran paradigma dari “ belajar terminal” ke “ belajar sepanjang hayat”. Comission on education for the twenty fisrt century, memandang bahwa pendidikan sepanjang hayat sebagai suatu bentuk bangunan pendidikan yang ditopang oleh empat pilar yaitu: a. Learning to know, yang mengarah ke Learning to learn yaitu belajar untuk memperoleh pengetahuan dan untuk melakukan pembelajaran lanjutan. b. Learning to do, yaitu belajar untuk memperoleh kompetensi dasar dalam behubungan dengan situasi kerja yang berbeda beda. c. Learning to live together, yaitu belajar untuk mampu mengapresiasi dan memahami saling ketergantungan, keanekaragaman, perdamaian inter dan antar bangsa. d. Learning to be, yaitu belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki timbangan dan tanggung jawab, termasuk belajar untuk menyadari dan mewujudkan diri sebagai warga negara dan hamba Alloh dengan segala konsekwensi dan tanggungjawabnya. Belajar dalam paradigma terminal, mengesankan setiap orang merasa selesai belajar saat ia menerima ijazah atau diploma saat diwisuda. Padahal itu baru merupakan atribut wajar yang dalam perspektif global harus diartikan sebagai dasar akademik untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam kaitan dengan peran guru di era global dan kontemporer, pergeseran belajar dari terminal ke belajar sepanjang hayat, memiliki pengertian bagi guru untuk senantiasa memperbaharui informasi dari berbagai sumber yang begitu melimpah, agar dalam tindakan educatif dan tindakan didaktis menghadirkan suasana yang senantiasa segar dan aktual serta tidak menjemukan bagi peserta didik. Dapat dibayangkan seandainya guru dizaman teknologi maju seperti sekarang tidak melakukan citra dirinya dengan terus menerus belajar sepanjang hayat, maka dia akan kehilangan banyak kesempatan dalam memerankan dirinya sebagai guru yang berwawasan global. Guru di era teknologi maju sekarang ini, bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi peseta didik, sebab mereka sekarang sudah bisa mencari ke berbagai akses sumber belajar diberbagai media termasuk internet. Bila merujuk kepada sabda Rasul, belajar sepanjang hayat bukan informasi baru,bahkan konsep sabda Rasul lima belas abad yang lalu, pembelajaran itu sejak dalam buaian hinggal ajal tiba. Jadi pesan Rasul lebih visioner dan lebih tuntas dalam hal belajar. Dalam ungkapan yang lain meminjam istilah yang diungkap Doni Koeseoma (2007), pendidikan lebih mengarahkan dirinya pada pembentukan dan pendewasaan pengembangan
65
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 kepribadian individu yang mengutamakan aspek-aspek dinamis dan aktif, seperti proses pengembangan dan pembentukan diri secara terus menerus (on going formation). Dalam konteks modern dan kontemporer, peran guru dalam pendidikan seperti juga yang disimpulkan Nicolo Machievelli, sebagai mengisi kekosongan kodrat alamiah kita sehingga kita tetap mampu menyempurnakan diri terus menerus. Atau juga seperti yang dikemukakan oleh Martin Buber, sebagai Proses seleksi sebuah dunia yang bertindak terhadap individu melalui pribadi lain. 2. Pergeseran paradigma dari “belajar yang berfokus kepada penguasaan Ilmu pengetahuan “ ke “ belajar holistik”. Belajar holistik diartikan sebagai pola-pola pembelajaran yang mengarah ke pembentukan manusia secara utuh. Peran guru dalam paradigma belajar holistik, tidak lagi berperan sebagai pengembangan kemampuan kognitif peserta didik semata seperti yang selama ini disimbolkan dengan berbagai atribut seperti IPK, NEM, UN, YUDISIUM dll. Namun peran guru sudah bergeser dengan memandang peserta didik sebagai manusia potensial yang sedang bertumbuh fisiknya dan berkembang jiwanya secara integral yang didalamnya terkandung adanya keharusan pengembangan dimensi fisik, moral, intelektual, sosial maupun kerohanian. Agus Mustofa, (2005) dalam bukunya Menyelam ke Samudera Jiwa dan Ruh, menyebutkan ada empat tingkat kesadaran pada jiwa manusia, yaitu kesadaran inderawi, kesadaran rasional, kesadaran spiritual dan kesadaran tauhid. Kesadaran inderawi adalah jika seseorang menyadari dan dapat memahami diri nya dan lingkungan tempat ia berada dengan bertumpu pada panca inderanya. “ ia bisa memahami apa yang dilihatnya, ia bisa mengerti segala yang didengarnya, ia bisa menikmati apa yang dibau oleh indera penciumannya, dikecap oleh lidahnya, dan dirasakan oleh kulitnya. Ketika seseorang berada pada kesadaran inderawinya, maka ia memperoleh nuansa pemahaman terhadap segala yang terjadi sangat riil dan cenderung materialistik”. (Agus Mustofa : 2005) Bila dilacak kesadaran inderawi ini, bertemu pada pemahaman filsafat Aristoteles sebagai peletak dasar faham empirisme, yang mangatakan bahwa kebenaran harus dicari melalui pengalaman panca indera. (Made pidarta: 2007). Atau aliran filsafat pendidikan yang dipelopori oleh John Locke (1632-1704) dengan teori tabularasanya (Syahrin Harahap: 1999). Aliran ini berpendapat bahwa anak dilahirkan dalam keadaan putih bersih, bagaikan kertas kosong dan selanjutnya terserah kepada orang tua, sekolah, dan masyarakat, kearah mana kepribadian anak tersebut dibentuk dan dikembangkan. Kesadaran rasional/ilmiah, jika seseorang telah menggunakan berbagai khazanah keilmuan untuk memahami realitas kehidupan, ia tidak lagi bertumpu pada hasil pengamatan panca indera, tapi telah meningkat dengan membandingkannya dengan hasil pengamatan lain melalui alat bantu yang lebih canggih dan atau melalui analisa matematis dan perhitungan keilmuannya. Sebagai contoh saat seseorang berusaha memahami tentang langit. Pemahamannya akan lebih baik ketika dia belajar ilmu astronomi yang menggunakan banyak alat bantu berupa rumus matematis maupun teleskop, dibanding jika melihat langit, hanya menggunakan indera penglihatan untuk dapat memahami bintang yang jumlahnya trilyunan. “ pada tingkat kesadaran rasional ini, seseorang tiba-tiba ‘melihat’ lebih besar dan lebih luas dari apa yang dilihat oleh matanya. Ia bisa ‘ mendengar’ lebih tajam dibanding dengan pendengaran telinganya. Ia bisa ‘mencium’ lebih peka daripada penciuman hidungnya. Dan ia bisa merasakan lebih halus daripada kehalusan indera pengecap dan perabanya.” (Agus Mustofa: 2005) Kesadaran spiritual, adalah kesadaran tingkat lanjut setelah seseorang mentog dan tidak mampu lagi ‘melihat’ dengan panca indera dan ilmu empirik yang dilengkapi rumus-
66
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 rumus ilmiah serta alat bantu fisikal. Maka munculah kekaguman yang luar biasa atas tertata rapinya alam semesta dengan keseimbangan dan keteraturan yang luar biasa, dari mulai alam mikro yang terkecil sampai alam makro yang luas tampa batas, bergerak hidup dengan ‘disiplin’ dan ‘kepatuhan’ yang luar biasa. Tiba-tiba manusia merasakan dirinya dan alam sekitarnya, ada Yang Maha Mengatur dan Maha Mengendalikan dengan tingkat kecerdasan yang tak terjangkau oleh otak manusia dan super teliti. Kesadaran spiritual seperti tersebut di atas, selain dapat dicapai melalui tahapan tingkat kesadaran dari tingktat terendah yaitu kesadaran inderawi yang cenderung materialistis, kemudian dilanjutkan melalui kesadaran tingkat ke dua yaitu kesadaran rasional atau ilmiah, juga dapat dimiliki oleh semua umat beragama berkat penghayatannya secara intens atas ajaran yang diyakininya. Kesadaran Tauhid adalah kesadaran tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia. Kesadaran tauhid muncul, manakala seseorang memahami sesuatu secara holistik, konprehensip dan terintegrasi secara utuh, bukan hanya dalam persepsi tapi sudah menjalar kedalam rasa, sehingga melahirkan kepasrahan total yang dalam Islam dikenal dengan muslim. Perasaannya tiba-tiba Alloh hadir dimanapun ia menghadap. Dia merasakan kehadiran Alloh saat melihat benda, ia merasakan kehadiran Alloh saat mendengar, ia merasakan kehadiran Alloh saat berfikir, ia merasakan kehadiran Alloh dalam kesendirian dan keramaian, ia merasakan kehadiran Alloh saat menarik dan menghembuskan nafasnya, ia merasakan kehadiran Alloh saat jantungnya berdenyut, geliat ototnya bergerak, percikan sinyal listrik dalam sel sel syarafnya. Ia merasakan kehadiran Alloh dalam seluruh gerak dan diamnya, sepanjang nafas kehidupannya. Ia merasakan kententeraman yang luar biasa dan ia melihat dunia begitu bening dan jernih. Dalam kaitan era global yang cenderung menihilkan nilai, peran seorang guru memiliki peluang yang sangat strategis dalam membawa peserta didik untuk membangun keempat kesadaran di atas, mulai dari kesadaran inderawi, kesadaran rasional/ilmiah, kesadaran spiritual dan kesadaran tauhid. Sehingga guru yang demikian, dapat diandalkan sebagai sosok yang dapat diharapkan memunculkan generasi cerdas, memiliki tingkat kepedulian lingkungan yang tinggi, taat kepada kedua orang tua, berguna bagi sesama tetapi juga hatinya tetap terkait dengan Zat Yang Maha perkasa, penggenggam Alam semesta. Generasi yang siang hari bergulat dalam sibuknya mencari karunia Alloh dengan berintraksi secara aktif dan dinamis,berfikir positif dan konstruktif diruang sosial, sedang dimalam hari jasadnya tersungkur diatas sajadah berserah diri secara totalitas dengan jiwa yang”membumbung” tinggi menuju ke Hadirat Alloh Robbul alamin. Inilah generasi unggul hasil binaan dan tempaan dari Rosul yang mulia yang terrekam dalam ayat 29 surah al fath surah ke 48. 3. Pergeseran paradigma dari “ citra hubungan guru siswa yang bersifat konfrontatif” ke “ citra hubngan guru siswa yang bersifat kemitraan”. Guru serba tahu, guru serba bisa, guru satu-satunya sumber belajar, mungkin anggapan itu sudah berlalu sejak zaman ini memasuki pesatnya teknologi informasi. Namun guru akan tetap eksis dalam perannya sebagai pendidik, jika ia menyadari dengan sikap yang positif melalui pencitraan diri dengan cara belajar tanpa henti dari berbagai sumber yang ada termasuk memandang murid sebagai mitra yang bisa dijadikan sahabat untuk bersama-sama duduk belajar dalam suasana yang lebih akrab tanpa beban. Dalam teori psikologi sosial pendidikan, kita temukan pernyataan Getzels dan Thelen (1960) dalam Abu Ahmadi : 2007) sebagai berikut : “ peranan guru adalah meyakinkan murid dalam memperoleh pengetahuan, dan peranan murid menunjukan bukti belajar.” Pernyataan tersebut menyiratkan adanya hubungan kemitraan yang logis antara guru dan peserta didik dalam membangun suasana belajar yang menyenangkan. Peran “meyakinkan murid”, bisa sebagai motivator yang mencerahkan bagi para peserta didik untuk lebih bersemangat dalam memperoleh pengetahuan melalui pendekatan relegius dan manusiawi. Juga bisa sebagai pengarah bagi murid mengenai sumber-sumber yang mungkin
67
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 diperoleh peserta didik dengan memanfaatkan berbagai media dan akses yang begitu beragam di zaman kemajuan teknologi seperti sekarang ini. Guru dengan demikian bisa menunjukan perannya dan sekaligus tidak kehilangan wibawa di depan peserta didik, bahkan guru dapat meminta hasil pencarian para peserta didik yang sekaligus berfungsi sebagai bahan tambahan informasi baru bagi guru. Dengan demikian guru tetap dapat menjalankan perannya dan tidak ketinggalan mengikuti perkembangan sesuai tuntutan era global, sementara murid dapat menunjukan bukti belajarnya didepan guru. Dalam kapasitas sebagai penilai, guru juga bisa meminta para murid untuk mendiskusikan hasil pencariannya itu di kelas, sehingga lebih mempertajam pemahaman antara guru dan murid-muridnya. Dalam teori pendidikan interaksionalisme, (Nana Syaodih : 2007) mengemukakan, proses belajar dalam model interaksional terjadi melalui dialog dengan orang lain, apakah dengan guru, teman atau yang lainnya. Belajar adalah kerjasama dan saling ketergantungan dengan orang lain. Siswa belajar memperhatikan, menerima, menilai pendapat orang lain, dan belajar menyatakan pendapat dan sikapnya sendiri. Melalui interaksi tersebut muncul pengetahuan, pendapat, sikap, dan keterampilan-keterampilan baru. Guru berperan dalam menciptakan situasi dialog dengan dasar saling mempercayai dan saling membantu. Bahan ajar diambil dari lingkungan sosial budaya yang dihadapi siswa sekarang. Nampaknya pendidkan interaksional, dapat membantu peran guru untuk tetap menjalankan fungsi dan tugas utamanya sebagai tenaga profesional dan sangat relevan dengan tuntutan di era global sekarang ini. 4. Pergeseran paradigma dari “ pengajaran yang menekankan kepada penguasaan pengetahuan scholastik atau akademik” ke “ penekanan keseimbangan fokus pendidikan nilai”. Dulu orang menilai keberhasilan pendidikan cukup dengan menunjukan gelar atau titel kesarjanaan atau selembar ijazah, namun ternyata di era global sekarang dengan salah satu ciri kompetisi yang tinggi, ternyata kesuksesan hidup seseorang sudah tidak tergantung pada atribut-atribut itu, tetapi lebih dapat dibuktikan dengan prestasi yang dapat ditampilkan. Derasnya era globalisasi yang masuk, ternyata menggerus segala mitos yang berakar sejak zaman penjajah itu. Kenyataan seperti di atas, mendorong para pendidik untuk merubah pola, metode dan strategi pembelajaran yang tadinya menekankan pada perolehan pengetahuan scholastik, ke penanaman pendidikan nilai. Para ahli pendidikan telah menyadari sepenuhnya, era global, membawa dampak terhadap goyahnya sendi-sendi kepribadian dan cenderung menafikan nilai budaya, agama, etika dan moral. Era global juga banyak menawarkan beragam pilihan dan peluang besar bagi para guru untuk mengisi spiritualitas yang tercecer dari dunia modern. Menarik untuk disikapi terutama dalam kaitan peran guru, pernyataan Gellner yang menyatakan bahwa, meskipun Umat Islam tidak berhasil menerobos zaman dan mempelopori manusia memasuki abad modern, tetapi karena watak dasar islam itu ( yang demikian dinamis), kaum muslim akan menjadi kelompok yang paling besar memperoleh manfaat dari kemoderenan dunia. (Syahrin Harahap: 1999). Pendidikan nilai bagi seorang guru di era global, sudah bukan wacana, tapi merupakan kebutuhan mendesak. Mengapa ?, karena di era global, disamping terjadi kecendrungan baru tumbuhnya kesadaran nilai yang merupakan titik balik peradaban (Dedi Supriadi dalam mulyana :2004), juga karena dalam kandungan kata pendidikan itu sendiri telah memuat pesan nilai yang harus ditanamkan guru terhadap peserta didik dalam tiga domain secara integral yaitu kognitif, psikomotor dan apektif. Namun sayang dalam pelaksanaannya di kelas, seperti yang dikatakan Dedi Supriyadi, terjadi distorsi antara apa yang di cita-citakan oleh tujuan pendidikan dengan apa yang dilaksanakan di kelas. Dalam Undang-undang Sisdiknas no 20 tahun 2003 psl 3 jelas sekali mengamanatkan penanaman nilai bagi guru dan dosen untuk peserta didik merupakan tujuan pendidikan nasional yaitu “ berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman
68
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 dan betaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Terjadi paradoksal antara tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam konstitusi, dengan implemnetasinya yang diperankan guru di kelas yang cenderung lebih banyak memberikan porsi perhatian pada pengembangan kognitif. Namun peran paradoksal guru ini bila dilacak, ternyata dipicu oleh proses pendidikan yang cenderung mengutamakan kognitif, mulai dari kurilum, para pelaksana birokrasi pendidikan dan para tenaga pendidikan. Akibatnya , seperti yang penulis kemukakan di atas, terjadi mitos yang berkembang di masyarakat bahwa keberhasilan pendidikan diukur dengan tingginya nilai IPK, NEM, Yudisium dan selembar ijazah. Dalam sejarah perkembangan pemikiran, dikenal adanya filsafat Rational teocentris, yaitu aliran pemikiran yang memandang semua yang ada diciptakan oleh Tuhan dan berjalan menurut hukumNya. Filsafat ini memandang bahwa manusia dilahirkan sesuai fitrahnya dan perkembangan selanjutnya tergantung pada lingkungan dan pendidikan yang diperolehnya. Pemikiran aliran filsafat rasional teocentris menemukan titik temu dengan dua aliran teologi islam yaitu aliran qadariyah yang dipelopori Ma’bad al Juhhany dan Ghailan ad Dimasqi, dan aliran Jabbariyah yang dipelopori Jaham bin Sofwan. Aliran qadariyah mewakili aliran (ekstrem) rasional yang memandang bahwa manusia memiliki kemampuan dan kbebasan mutlak dalam berbuat. Tuhan tidak ikut intervensi terhadap apa yang dipilih dan diperbuat oleh manusia. Sementara aliran jabbariyah sebaliknya memandang manusia tidak memiliki kebebasan dan kemampuan berbuat (mewakili fatalisme ekstrem), semua perbuatan yang dilakukan manusia yang baik maupun yang buruk, adalah kehendak Tuhan. Aliran Qadariyah memandang manusia serba mampu, aliran Jabbariyah memandang manusia serba tidak mampu. Kedua aliran pemikiran teologis islam tersebut menemukan konsep baru ditangan Abu Musa al Asya’ari dan Abu Hasan al maturidi yang menemukan konsep semacam konvergensi dari dua kubu aliran qadariyah dan Jabbariyah yang kemudian dikenal dengan aliran ahlu sunnah waljamaah atau Sunny. Aliran sunny berpendapat manusia memiliki kemampuan dan kebebasan tapi terbatas dan tetap tergantung pada qudrah dan iradah Tuhan. Dan pada faham sunny inilah kita dapat menemukan titik temu dengan filsafat rasional teocentris. Dalam kitab suci kita menemukan pedoman : Tuhan tidak akan mengubah apa yang ada dalam komunitas manusia, hingga manusia itu sendiri mengubah apa yang ada dalam diri mereka. (ar Ra’d: 11). Dari kata “ mengubah “ dapat difahami bahwa yang mengubah tetap Alloh, dan secara tehnis operasional manusia yang melaksanakan dalam ruang dan waktu. Jadi tetap saja yang mengubah Alloh terhadap apapun, dan manusia hanya sekedar pelaksana tehnis saja. Atau dalam ungkapan lain, Alloh “ menunggu” gerak dan kreatifitas manusia yang telah diberi potensi kemampuan dan kebebasan memilih, dan Alloh menghendaki agar manusia sendiri yang harus punya inisiatif dalam menyelesaikan permasalahan kehidupannya dengan di dukung berbagai fasilitas dasar berupa lingkungan alam yang dirancang Alloh guna memperlancar fungsi kekhalifahannya di bumi, dilengkapi dengan berbagai rambu rambu kehidupan melalui risalah para Rasul dan Ambiya. Dengan pandangan yang demikian, manusia bertanggung jawab terhadap Alloh atas segala keputusan pilihan dalam hidupnya. Dalam konteks era global dan mencermati aliran-aliran pemikiran di atas serta pesan yang terkandung dalam surat ar Ra’ad ayat 11, peran guru dapat menyeimbangkan secara proporsional antara pengembangan kognitif, psikomotor, dan afektif, dan mengembangkannya dengan isu-isu kemanusiaan seperti kemiskinan, kesehatan, kekerasan, ketidak adilan, penghargaan atas segala perbedaan, penghargaan atas hasil kreatifitas, mengedepankan kepentingan bersama, kebebasan mengemukakan pendapat, tenaga kerja, dan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Sehingga kedepan, pendidikan menghasilkan lulusan yang kompetitif, aktif dan kreatif serta menjunjung tinggi dan menghayati nilai-nilai spriritual. 5. Pergeseran dari “kampanye melawan buta aksara “ ke “ kampanye memperkuat leterasi teknologi, budaya dan komputer”.
69
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Pilar utama yang menopang tegaknya zaman moderen dan dalam rentang waktu yang begitu singkat menghantarkan manusia ke era global, adalah teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Diberbagai belahan dunia saat sekarang tidak satu negarapun yang tidak menggunakan TIK. TIK telah memasuki semua aspek dan bidang kehidupan manusia. Tidak berlebihan jika dikatakan manusia moderen tidak pernah ada, tanpa kehadiran TIK. Sudah merupakan fenomena kehidupan di era global ini, semua orang dari semua tingkatan, dari rakyat sampai pejabat, dari konglomerat hingga abang beca dan pedagang kue pancong, dari kehidupan perkotaan yang super sibuk sampai ke pelosok perkampungan dan pedesaan yang masih terpelihara keasriannya, semua telah menggunakan TIK. Lihat dipagi buta bukan hal yang aneh, abang beca sedang berkomunikasi dengan keluarganya atau dengan pelanggannya dengan menggunakan telepon genggam. Lihatlah orang berkerumun menyaksikan tayangan TV. Memperkuat leterasi teknologi, dalam kaitan dengan peran seorang guru, berarti guru mendorong peserta didik dalam penggunaan TIK dan juga ia menguasai penggunaan TIK sebagai media alat bantu guna mendukung tugasnya dalam pembelajaran di kelas. UNESCO merekomendasikan semua negara anggota untuk mengintegrasikan teknologiteknologi baru, seperti multi media, e-learning, penyampaian pendidikan jara jauh dalam sistem pendidikan. (UNESCO: 2002, information and communication technology ini education). Sementara peran guru dalam leterasi budaya pertama, guru harus memahami tentang adanya pengelompokan kebudayaan umum, kebudayaan daerah dan kebudayaan populer. Kedua, dari ketiga kebudayaan itu, guru dapat mengajarkannya kepada peserta didik secara proporsional. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik tidak asing dengan dunia yang sedang terus berkembang disekitarnya. Dengan pengenalan kebudayaan, peserta didik diajak menghayati tahap-tahap perkembangan kebudayaan tempat dimana peserta didik berkembang. Sehingga ia menjadi penerus, pengembang, pengendali, dan transmisi kebudayaan kepada generasi berikutnya. Peserta didik akan lebih menghargai jati diri bangsa yang berbudaya tinggi, berdiri tegak dari kebudayaan daerah yang beraneka ragam budayanya dan disemarakan oleh hingar bingar kebudayaan populer yang memperkaya kehidupan. Kebudayaan itu akan berubah terus sejalan dengan perkembangan zaman, percepatan perkembangan ilmu dan teknologi, serta perkembangan kepandaian manusia (Made Pidarta : 2007: 169). Pendidikan dan kebudayaan saling mengisi dan mempengaruhi. Kita akan melihat kebudayaan berubah karena dipengaruhi perubahan dalam sistem pendidikan dan sebaliknya pendidikan akan berubah sejalan dengan perkembangan dan perubahan kebudayaan. Dalam kebudayaan yang telah maju akan lahir pendidikan yang maju. Dan jika pendidikan maju maka kebudayaanpun akan mengalami kemajuan. Peran seorang guru di kelas, dapat memposisikan dirinya sebagai pengarah terhadap anak didik, agar siswa dapat berfikir kritis terhadap apa yang terjadi dilingkungannya dengan cara memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengamati, melaksanakan, menghayati, dan menilai kebudayaan. Ketiga, dengan cara seperti itu guru sedang memberi pemahaman terhadap peserta didik tentang perkembangan kebudayaan. 6. Pergeseran paradigma dari penampilan soliter (terisolasi) ke penampilan dalam team kerja. Salah satu misi pendidikan adalah menanamkan rasa tanggung jawab kepada peserta didik agar kelak ia menjadi manusia yang bisa berrelasi dan berkerjasama dengan sesama dalam menyelesaikan masalah masalah bersama. Jika dulu penampilan individual menjadi kebanggaan dalam mengukur keberhasilan lususan pendidikan, seperti menjadi dokter, menjadi tentara. Tetapi sejalan dengan tuntutan global saat ini, guru harus sudah mengubah paradigma dengan mengarahkan peserta didik untuk dapat bekerja sama, karena kita hidup dalam zaman yang saling melengkapi dan tidak saling menafikan. Jika dulu kesuksesan bertumpu kepada figur perorangan, sekarang keberhasilan itu bertumpu pada team work.
70
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 7. Pergeseran paradigma dari “ konsentrasi eksklusif pada kompetensi” ke “ orientasi kerjasama “. Dalam bukunya preparing teacher to global perspectives, Mrryfield (1997) yang dikutip Nurani Soyomukti (2010), mengemukakan ada tiga syarat yang harus dimiliki guru dalam mengembangkan pendidikan berperspektif global yakni: (a) Kemampuan konseptual, (b) Pengalaman lintas budaya dan, (c) keterampilan pedagogis. Kemapuan konseptual dalam konteks isu-isu global, seorang guru harus memiliki pengetahuan tentang isu, dinamika, sejarah, dan nilai-nilai global agar mereka mampu mengapresiasi persamaan dan perbedaan budaya dalam masyarakat dunia. Penguasaan konseptual dalam tema perspektif global diyakini dapat menjadi pemicu yang potensial bagi guru dalam membanguan suasana belajar yang dinamis agar siswa mampu merespon isu-isu lokal dalam kaitannya dengan masalah masalah global. Syarat pengalaman lintas budaya, mengamanatkan kepada guru untuk lebih dapat mengerti perbedaan latar belakang masing-masing orang, masing-masing budaya, sehingga guru dapat menanamkan kepada peseta didik makna saling ketergantungan yang menumbuhkan saling kerjasama tanpa tersekat oleh perbedaan etnis, biaya, bahasa, adat istiadat maupun agama. Dalam proses globalisasi terjadi trans-nasionalisasi sehingga apa yang bersifat lokal dapat menembus batas batas teritorial dan akan mengalami pemaknaan yang berbeda-beda bagi manusia (Nurani Soyomukti :2010). Sementara keterampilan pedagogis dalam perspektif global adalah “ The practise of teaching and learning globally oriented conten in ways that support diversity and social justice ini interconnected world” keterampilan pedagogis tentunya menyangkut metode mengajar yang tepat oleh guru agar peserta didik dapat memahami suatu masalah dalam konteks yang luas dan konprehensip. Kepiawaian guru dalam pemaknaan secara global atas masalah masalah lokal merupakan kata kunci dalam pesan yang disyaratkan oleh Marryfield di atas. Guru dapat mengaitkan isuisu apapun baik lokal maupun nasional dalam hubungannya dengan kejadian global. Dalam pelajaran ekonomi umpamanya, kondisi ekonomi daerah dan nasional di analisis dari perspektif global, hubungan ekonomi antar negara, dan juga percaturan modal yang mengalir antara satu negara dengan negara lain. Dengan metode dan pendekatan demikian, pendidikan di Indonesia akan melahirkan generasi masa depan yang peduli terhadap masalah riil secara lokal namun memiliki wawasan konprehensip, holistik dan tidak parsial. C. K E S I M P U L A N 1. Era global melahirkan pergeseran paradigma berfikir yang bersifat komplementalistik dan fragmentalistik kepada pola berfikir holistik dalam semua bidang kehidupan termasuk akan berpengaruh terhadap paradigma pendidikan terutama peran –peran guru dalam berhadapan dengan peserta didik. 2. Menurut Makagiansar, paling tidak akan terjadi 7 kecenderungan paradigma pendidikan yang sesuai dengan tuntutan abad 21. 3. Para guru hendaknya terus meningkatkan citra dirinya dengan mempersegar informasi, agar perannya sebagai pendidik tetap eksis dan relevan dengan tuntutan zaman. DAFTAR PUSTAKA: Ahmad, Akbar S, Postmodernism and Islam : Predicement and promise (London: Pontlide) A. Koesoema, Doni, pendidikan karakter, jakarta, Grasindo, 2010. Capra, F, 2000, Titik Balik Peradaban, Alih bahasa M>Thoyib, Yogyakarta Yayasan Bentang Budaya. Harahap, Syahrin, Islam, Konsep dan Inplementasi pemberdayaan, 1999, Pt. Tiara Wacana, Yogya.
71
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Mulyana, Rahmat, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Alfabetha, CV, Bandung 2004. Marryfield,1997, Preparing Teacher To Teach Global Perspectives, California:Carwin Press, Inc. Mudjib, A. 1999, Fitrah & Kepribadian Islam, Pendekatan Psikologis, Jakarta, Darulfalah. Mustofa, Agus : Menyelam ke Samudera Jiwa Dan Ruh, Padma Press, Surabaya. Soyomukti, Nurani, Teori-teori Pendidikan, Arruzz, Media, Yogyakarta, 2010. Ahmadi, Abu,: Psikologi Sosial, Jakarta, Rineka Cipta, 2007. Syaodih , Nana, Kurikulum pembelajaran Kompetensi , Yayasan Kesuma Karya, Bandung, 2004. Madjid, Nurcholish, Islam, Doktrin dan peradaban, Yayasan Wakaf Paramadina, 1995, Jakarta. Soemanto, Wasyty, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2006. Pidarta, Made, Landasan Kependidikan , Jakarta, Rineka Cipta, 2007. UURI, No14 th 2005, tentang Guru dan Dosen. UU RI, No 20 th 2003 tentang SISDIKNAS PP No 19, Th 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
72
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 APLIKASI KAS KECIL MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC GUNA MENINGKATKAN AKUNTANBILITAS PERUSAHAAN Oleh : Nana Suarna Dosen di STMIK IKMI Cirebon Abstrak Sebuah sistem merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai elemen yang saling berkaitan untuk menyediakan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Sistem akuntansi merupakan suatu faktor yang mempengaruhi keberhasilan perusahaan mencapai tujuannya. Sistem penerimaan dan pengeluaran kas merupakan bagian dari sistem akuntansi yang terbentuk pada perusahaan khususnya di wilyah III Cirebon. Tujuan pelaksanaan sistem akuntansi pada sebuah perusahaan adalah untuk melakukan pencatatan dan pelaporan atas penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi dalam sebuah perusahaan. Penerapan sistem penerimaan dan pengeluaran kas yang baik akan mampu memberikan perlindungan dan pengendalian atas akun kas. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan aplikasi pemprograman yang cepat dan akurat untuk pengelolaan kas kecil dalam meningkatkan Akuntabilitas. Dari hasil pengamatan dan penelitian ini menunjukkan penerapan sistem dan prosedur penerimaan dan pengeluaran kas, dan sistem pengendalian intern pada sebuah perusahaan. Pengamatan dan pembahasan dapat dilihat dari segi organisasi, sistem otorisasi, prosedur pencatatan, dan praktek yang sehat. Untuk mengatasi keakuratan dalam pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas, Oleh karena itu harus ada sebuah cara yaitu dengan bantuan system atau aplikasi menggunakan Microsoft Visual Basic dengan tujuan untuk mempermudah dan akurasi dalam pencatatan kas dan pelaporan yang cepat dan akurat. Kata Kunci : Kas 1. Latar belakang Sistem informasi merupakan hal yang sangat penting dalam suatu Instansi, dimana sekarang ini suatu Instansi dituntut untuk bekerja lebih cepat, efisiensi dan akuntabilitas dalam segi pengadministrasian keuangan sekolah. Untuk menangani masalah-masalah yang timbul khususnya pengolahan data serta laporan-laporan yang bersifat strategis maka dirancanglah suatu sistem pengelolaan keuangan sekolah berbasis komputer yang terintegrasi dengan bagian yang terlibat khususnya lingkungan perusahaan. Pada setiap instansi atau perusahaan mempunyai laporan keuangan. Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu instansi atau perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja instansi atau perusahaan. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan, yang meliputi laporan neraca, laba/rugi, dan lain sebagainya. Menurut fungsinya kas terbagi menjadi dua, yaitu kas besar (general cash) dan kas kecil (petty cash). Pengelolaan kas kecil merupakan akun khusus yang dipergunakan untuk mendanai transaksi-transaksi pengeluaran perusahaan yang bersifat rutin setiap harinya. Kas kecil memiliki peranan yang sangat penting dalam operasional perusahaan, terutama kegiatan yang berskala dan rutin. Hal tersebut sangat beralasan, mengingat transaksi-transaksi kecil dan rutin terjadi setiap hari. Pengelolaan kas kecil tersebut, sebagian perusahaan saat ini belum berjalan optimal karena sistem dan metode pencatatan yang masih manual, artinya bergantung pada daya ingat manusia.
73
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Langkah-langkah yang dilakukan dalam perancangan sistem yang berbasis komputer dan terintegrasi tersebut mulai dari menganalisis sistem yang lama termasuk dokumen-dokumen yang digunakan, kemudian dirancang suatu sistem baru dengan cara membuat program aplikasi berbasis komputer yang bisa ikut mendukung kegiatan dalam sistem informasi pengelolaan keuangan perusahaan. Sampai saat ini, belum terikat Aplikasi pengelolaan kas kecil untuk meningkatkan Akuntabilitas pada perusahaan di wilayah III Cirebon. Maka diperlukan tool atau software yang tepat untuk meminimalkan kesalahan dan mempercepat pencatatan. Dengan adanya tool atau software tersebut diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada pengguna (user) dalam mengelola kas kecil serta dapat menghasilakan informasi yang cepat dan akurat. Selain itu juga perlu ditingkatkan Akuntabilitasnya didalam pengelolaan kas kecil agar sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata, sehingga pemerintah dan pembangunan berlangsung secara berhasil guna, berdaya guna, bersih, bertanggung jawab, dan bebas dari korupsi, kolusi, dan kecurangan dalam pengelolaan kas. Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengambil judul “APLIKASI KAS KECIL MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC GUNA MENINGKATKAN AKUNTANBILITAS PERUSAHAAN”. Berdasarkan kondisi pencatatan yang ada sekarang ini, dalam pengelolaan pencatatan kas ini penulis memanfaatkan software Microsoft Visual Basic dengan harapan bisa membantu seorang kasir atau bendahara agar dapat menghasilkan pencatatan kas yang lebih akurat mudah dan efisiensi dalam pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas serta pelaporan. Dengan Aplikasi ini semoga dapat membuat kinerja perusahaan berjalan cepat, tepat, efektif dan efisien. 2. Perumusan masalah Permasalahan yang diperoleh berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut : 1) Belum terciptanya Sistem dan Metode serta Aplikasi Pengelolaan Kas Kecil agar lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan Akuntabilitas pada perusahaan. 2) Pemprosesan transaksi ke jurnal tidak efisien dan belum otomatis, pengerjaan pemasukan dan pengeluaran secara manual membutuhkan banyak waktu. 3) Sistem pecatatan kurang akurat karena masih menggunakan system pencatatan pada buku kas (Manual), sehingga perlu dibuatkan pengendalian kas dengan Microsoft Visual Basic. 3. Tujuan . 1). Menerapkan sistem pengelolaan kas kecil untuk meningkatkan Akuntabilitas Perusahaan 2). Menghasilkan aplikasi pemprograman yang cepat dan akurat untuk pengelolaan kas kecil dalam meningkatkan Akuntabilitas. 4. Manfaat hasil penelitian Hasil penelitian ini akan menciptakan efisiensi dan mudah dalam pengelolaan kas kecil sebagai proses pencatatan penerimaan kas dan pengeluaran kas, yang semula dilakukan pencatatan manual, sekarang dibantu dengan aplikasi menggunakan Microsoft Visual Basic, untuk memudahkan dalam pencatatan kas sampai ke pelaporan posisi kas saat ini. Adapun manfaat kegunaan aplikasi kas adalah sebagai berikut : 1). Membuat kinerja perusahaan berjalan cepat, tepat efektif dan efisiensi dalam pengelolaan kas, dengan bantuan Microsoft Visual Basic 6.0. 2). Mengaplikasikan dan menghasilkan pencatatan kas yang lebih akurat Berikut: Salah satu form input dan keluaran tampilan Aplikasi Kas Kecil, yang dibuat menggunakan Microsoft Visual Basic
74
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012
Gambar 1. Tampilan input pengisian kas kecil
Gambar 2. Tampilan input pengisian kas kecil
Gambar 3. Tampilan input pengisian kas kecil
5. Tinjauan pustaka Untuk mendapatkan hasil penelitian yang optimal dipergunakan sumber yang menunjang atau mendukung dalam memecahkan permasalahan. Sumber tersebut diantaranya berupa informasi secara lisan dan informasi tertulis. Informasi secara lisan diperlukan ketika jawaban atas permasalahan tidak ada dalam tulisan, sedangkan data tertulis diperlukan sebagai bahan acuan dalam membahas permasalahan secara teoritis. Pengertian Kas Kas merupakan unsur aktiva perusahaan yang paling liquid. Kas digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional dan sebagai alat pembayaran yang sah dalam kegiatan bertransaksi dengan pihak luar. Kas adalah uang tunai dan yang setara dengan uang tuani serta saldo rekening giro yang tidak dibatasi penggunaanya untuk membiayai kegiatan entitas.
75
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Sedangkan setara kas adalah investasi jangka pendek dan sangat liquid yang siap di konversikan menjadi kas dalam jumlah tertentu, tergantung pada resiko perusahaan perubahan nilai yang tidak signifikan (Bastian, 2007:118) Sedangkan menurut Zaki Baridwan (2005:86) menjelaskan perngertian kas sebagai berikut : “Kas adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan utan, dan dapat diterima sebagai suatu setoran ke Bank dengan jumlah sebesar nominalnya, juga simpanan dalam bank atau temapt-tempat lain yang dapat diambil sewaktuwaktu” Akuntabilitas (Accountability) Akuntabilitas (Accountability) adalah keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan dapat dimintai pertanggungjawaban, dapat difahami bahwa dalam akuntabilitas terkandung kewajiban seseorang atau organisasi untuk menyajikan dan melaporkan segala tindak tanduk dan kegiatannya terutama di bidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi/atasan. (John M.Echols dan Hassan Shandly, 1986: 3). Pengertian Akuntansi American Institute of Certified Public Account (AICPA) mengemukakan bahwa akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokan, dan pengikhtisaran menurut cara yang berarti dan dinyatakan dalam nilai uang. Segala transaksi dan kejadian yang sedikitnya bersifat keuangan, kemudian ditafsirkan hasilnya. Seni ditafsirkan dari segi fisik dan kebijaksanaan. Definisi Akuntansi menurut American Accounting association (AAA) adalah “Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pelaporan informasi ekonomi yang memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas oleh mereka yang menggunakan informasi keuangan tersebut.” ( Lucas Paciolo, 1994: 6 ). Pengkodean Akun Untuk Merancang pernyataan keuangan dan laporan lainnya, pengkodean akun harus ditetapkan terlebih dahulu. Setiap akun diberikan sebuah nomor yang dirancang untuk menggolongkan dan mengorganisasikan akun. Untuk menggolongkan diperlukan system pengkodean. Secara konseptual, akun adalah tempat dimana data yang berhubungan dengan aktivitas atau obyek tertentu yang dicatat atau diringkaskan. Pengkodean memiliki dua tujuan yaitu memberikan identifikasi singkat dan memberikan arti kepada data dalam pemrosesan berikutnya.
Contoh pengkodean dalam system akuntansi : 1111002 Kas Kecil 1 1 1 1 002 Kas Kecil Kas Kas dan Bank Aktiva Lancar Asset Gambar 4 : Pengkodean dalam Sistem Akuntansi
76
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Angka 1 pertama menunjukkan kelompok aset, angka 1 kedua menunjukkan kelompok aktiva lancar, angka 1 ketiga menunjukkan kelompok aktiva lancar Yaitu kas dan bank, angka 1 keempat menunjukkan jenis dari kelompok aktiva lancar kas dan bank yaitu kas sedangkan tiga angka dibelakang (002) menunjukkan kode nama yang diberikan untuk kas kecil. Pengertian Kas Kecil Kas kecil atau dalam bahasa inggris disebut Petty Cash, merupakan akun atau account yang dipergunakan khusus untuk mendanai transaksi-transaksi kecil dan rutin. (Zaki Baridwan ,1988: 28), mengemukakan bahwa dana kas kecil atau petty cash fund adalah uang kas yang disediakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relative kecil dan tidak ekonomis bila dibayar dengan cek. Beberapa karakteristik dasar dari kas kecil antara lain : 1. Jumlahnya dibatasi tidak lebih atau tidak kurang dari suatu jumlah tertentu yang telah ditentukan oleh manajemen perusahaan. Tentunya masing-masing perusahaan menetapkan jumlah yang berbeda sesuai dengan sekala operasional perusahaan (biasanya antara Rp. 500.000,- sampai dengan Rp. 5.000.000,-). 2. Dipergunakan untuk mendanai transaksi kecil yang sifatnya rutin setiap hari. 3. Disimpan di tempat khusus, entah itu dengan kotak kecil, yang biasa disebut dengan petty cash box atau di dalam sebuah amplop. 4. Ditangani atau dipegang oleh petugas keuangan di tingkatan pemula (Junior Cashier). Peranan yang penting dalam setiap transaksi sehari-hari membuat kas kecil memerlukan pencatatan dan pelaporan yang akurat dan dapat dipertanggung – jawabkan. Untuk itu, setiap pembukuan diawal jam kerja dan penutupan diakhir jam kerja operasional hendaklah selalu dilakukan perhitungan fisik dan nominalnya agar dapat mengetahui catatan kas kecil sesuai atau tidaknya dengan fisik yang ada atau lebih dikenal dengan rekonsiliasi kas kecil. Suatu kegiatan operasional dapat dikatakan Akuntabilitas dan efisien apabila semua faktor produksi telah dialokasikan secara optimal dan diimbangi dengan pengelolaan yang baik dan benar sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Oleh karena itu diperlukan penerapan teknologi yang mampu meningkatkan kinerja petugas pelaksana kas kecil. Selain itu, dibutuhkan minimal dua petugas pelaksana kas kecil karena satu orang saja tidaklah cukup mengingat fungsi dari kas kecil sangatlah penting. Petugas pelaksana kas kecil wajib menaati ketentuan batas saldo minimum dan saldo maksimum atas kas kecil sehingga, tidak terjadi kecurangan dalam pengelolaannya. Jadi, bila jumlah saldo yang terdapat dalam kas kecil kelebihan dana haruslah melapor kepada pihak Manajemen atau jika sudah menipis maka saldo haruslah diisi kembali dengan cara :1. Mengajukan permintaan pada bendahara kas. 2. Menyiapkan daftar pengeluaran yang dilampiri bukti-bukti pengeluaran kas kecil. 3. Apabila sudah sesuai dengan ketentuan yang ada dan bendahara kas telah memberikan persetujuan pada formulir permintaan sekaligus memberikan dana baru sebesar jumlah yang dikeluarkan dalam lampiran bukti-bukti pengeuaran kas kecil. Pengertian Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. (John Willey & Sons, 1981: 5)
77
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Pengertian Data dan Informasi Data adalah bahan mentah dari informasi. Data merujuk kepada fakta-fakta baik berupa angka-angka, teks, dokumen, gambar, bagan, suara yang mewakili deskripsi verbal atau kode tertentu semacamnya. (Wahyu K, 2001 : 10). Informasi adalah data yang telah disusun sedemikian rupa sehingga bermakna dan bermanfaat karena dapat dikomunikasikan kepada seseorang yang akan menggunakannya untuk membuat keputusan. (Wahyu K, 2001: 11) Pengertian Paket Aplikasi dan Program Aplikasi 1. Paket Aplikasi “Paket aplikasi adalah perangkat lunak yang digunakan untuk membantu pemakai Komputer melaksanakan suatu pekerjaan” (Wawan Hermawan, 1992 : 17). 2. Program Aplikasi “Program aplikasi adalah program yang dapat bekerja sendiri tanpa harus membuka terlebih dahulu program lain”. (Andi, 2003: 221). Gambaran Umum Microsoft Visual Basic 6.0 Basic singkatan dari Beginner’s All-purpose Symbolic Inctrucsion Code, yang dirancang sedemikian rupa agar mudah diterapkan. Bahasa ini mengandung persamaan dengan bahasa fortran namun banyak pemakai yang menggunakan bahasa basic untuk memecahkan masalah-masalah bisnis. (Muchtar Darmawan A,Ir, 1996: 5). Microsoft Visual Basic 6.0 memecahkan bahasa pemrograman yang cukup populer, mudah untuk dipelajari dan dapat membuat program dengan aplikasi GUI (Graphical User Interface) atau program yang memungkinkan pemakai komputer berkomunikasi dengan komputer tersebut menggunakan modus grafik atau gambar. (Andi, 2008: 3).
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan : 1. Dengan penerapan sistem baru, dapat diperoleh kemudahan dalam melihat saldo yang tersisa agar tidak terlampau habis maupun berlebih (controlling) terhadap pengeluaran kas kecil. 2. Bahasa Pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0 adalah bahasa pemrograman yang dapat membuat program atau tool dapat membantu proses pengelolaan kas kecil di instansi/perusahaan terkait, khususnya dalam hal ketepatan dan pelaporan pencatatan kas kecil. 3. Membuat kinerja perusahaan berjalan cepat, tepat efektif dan efisiensi dalam pengelolaan kas, dengan bantuan Microsoft Visual Basic 6.0. Referensi Zaki Badriawan, 2000, Intermediate Accounting, Edisi ketujuh, Yogyakarta Drs. Slamet Sugiri, MBA dan Drs. Bogat A.R., MSA. 2001. Akuntasi Pengantar 1. Cetakan Pertama. UUPP AMP YKPN. Mulyadi, 2001, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi keemapt STIE, Yogyakarta Kurniadi, Adi. 2000. Pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Bastian Indra, 2007, Audit Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta MADCOMS. 2003. Database Visual Basic 6.0 dengan SQL. Andi Offset. Yogyakarta. (http.//books.geoogle.com) (www.ilmukomputer.com)
78
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT KABUPATEN KARAWANG MELALUI OPTIMALISASI LAHAN DARAT DENGAN PENANAMAN POHON SENGON Oleh : Eman Sulaeman & Asep Muslihat A. Pendahuluan Salah satu isu penting dalam perumusan kebijakan pertanahan nasional adalah pendistribusian tanah negara sebagai suatu usaha untuk mewujudkan keadilan terhadap tanah untuk semua orang Indonesia. Keinginan untuk menerapkan program-program pendistribusian tanah pada intinya adalah dalam rangka mengurangi jumlah petani tunakisma atau petani gurem. Distribusi tanah bukanlah hal baru dalam kebijakan agraria di Indonesia. Beberapa program yang telah dilakukan diantaranya adalah land reform, transmigrasi dan Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN). Namun ketiga kebijakan tersebut memerlukan penyempurnaan dalam mekanismenya, mengingat berbagai perkembangan dinamika politik, ekonomi dan perkembangan masyarakat. Demikian pula pencapaian ketiga program tersebut tampaknya masih belum sesuai dengan yang diharapkan dari rancangan awal program-program tersebut. Pada tanggal 22 Januari 2010, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mengeluarkan Peraturan Nomor: 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar. Kebijakan ini menjadi peristiwa penting bagi cita-cita Pembaruan Agraria. Pasalnya, Peraturan Pemerintah bernomor 11 ini secara eksplisit menyebut Reforma Agraria sebagai salah satu target peruntukan tanah yang sudah ditetapkan terlantar. Tersebut di Pasal 15 Peraturan Pemerintah ini bahwa peruntukan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah negara bekas tanah terlantar didayagunakan untuk kepentingan masyarakat dan negara melalui tiga hal, yaitu reforma agraria, program strategis negara dan untuk cadangan negara lainnya. Selain isu-isu penting di atas, yang tidak kalah menariknya adalah bahwa pemerintah Republik Indonesia telah mencanangkan Aksi Penanaman Serentak Indonesia dan Pekan Pemeliharaan Pohon. Hal ini tertuang pada KEPRES Nomor 24 Tahun 2008 tentang Hari Menanam Pohon Indonesia. Melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2008, Pemerintah telah menetapkan tanggal 28 November diperingati sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan Desember sebagai Bulan Menanam Nasional (BMN). Kita seharusnya mendukung pada pemerintahan sekarang yang senantiasa melakukan gebrakan-gebrakan baru dalam memelihara lingkungan. Dalam beberapa tahun terakhir ini saja kita melihat beberapa gebrakan pemerintah yang sangat fenomenal, yakni gerakan 1 juta pohon, one man one tree, dan (baru-baru ini) gerakan 1 miliar pohon. Namun, sebagai sebuah kebijakan, gerakan ini perlu mendapat perhatian serius dari masyarakat dan UNSIKA. Pasalnya, gerakan ini tidaklah muncul secara sukarela seperti gerakan koin peduli Prita dan gerakan facebooker Bibit-Chandra. Dalam persoalan lingkungan pemerintah sekarang sepertinya lebih senang dengan sebuah kata gerakan. Kalau memakai terminologi kasus Prita dan Bibit-Chandra maka sebagai sebuah "gerakan" yang terbayang kemudian dalam alam pikiran kita bahwa gerakan 1 miliar pohon ini dilakukan secara sukarela oleh pejabat negara dan jajaran-jajarannya. Kita tahu "gerakan koin Peduli untuk Prita" muncul secara sukarela sebagai wujud reaksi massa terhadap keputusan hakim Pengadilan Negeri Tangerang dalam perkara curhat di dunia maya. Prita yang dihukum denda 204 juta rupiah, menimbulkan reaksi masyarakat kecil dengan mengumpulkan koin. Hasilnya ternyata ternyata melebihi keputusan hakim tersebut. Kita juga tahu gerakan satu juta facebooker terhadap kriminalisasi KPK. Bibit-Chandra mendapat dukungan dari masyarakat secara sukarela Berbeda dengan gerakan Prita dan Bibit-Chandra, gerakan 1 miliar pohon tidaklah muncul sukarela. Gerakan ini justru akan menbutuhkan dana sebesar Rp 27 triliun. Dana sebesar ini akan digunakan untuk penanaman pohon hingga lima tahun ke depan. Berdasarkan informasi Kementrian Kehutanan mengajukan permohonan dana lebih besar, yakni Rp 30 triliun namun hanya disetujui Rp 27 triliun. Menurut Dirjen Bina Produksi Kemenhut Hadi Daryanto, dana
79
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 gerakan satu milyard pohon merupakan kesepakatan dengan pemerintah karena pemerintah mendapat hasil berupa mengurangi emisi karbon hingga 26 persen pada 2020. B. Latar Belakang Wilayah Kabupaten Karawang masih banyak hutan yang belum optimal dalam pengelolaannya, sehingga tidak banyak berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat khususnya masyarakat sekitar hutan. Kita dapat melihat bersama contohnya di wilayah pinggiran KIIC (Karawang International Industrial City) disana masih banyak hutan yang penuh dengan semak ataupun padang alang-alang atau rumput-rumput lainnya. Hutan tersebut belum optimal dimanfaatkan dan terkesan menjadi ”tanah terlantar”. Padahal apabila tanah tersebut dikelola dengan baik, hasilnya akan lebih bermanfaat bagi pergerakan roda ekonomi masyarakat disekitar hutan tersebut. Pada analisis situasi ini kami belum dapat memastikan berapa lahan yang di duga terlantar dan atau tidak optimal pengelolaanya, namun berdasarkan pantauan kami, lahan ini ribuan hektar. Apabila lahan yang ribuan hektar tersebut dibiarkan begitu saja, maka tidak menutup kemungkinan akan mengakibatan kerusakan hutan. Kerusakan hutan mengakibatkan efek berantai, mulai dari kerusakan ekosistem, punahnya flora dan fauna, serta munculnya berbagai bencana alam yang justru merugikan manusia. Untuk itu diperlukan solusi yang dapat mengatasi kerusakan hutan yang terus menerus sekaligus dapat meningkatkan dampak positif secara ekonomi yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka mencari solusi alternatif mencegah kerusakan hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka yang relatif cocok adalah dengan menanam pohon yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, yaitu pohon sengon di sekitar hutan. Sengon dalam bahasa latin disebut Albazia falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai – petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut : Jawa :jeunjing, jeunjing laut (sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon sabrang (jawa). Maluku : seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore). Sengon juga disebut Jeun jing,Albiso atau Albasiah dahulu mempunyai nama botani Albisia falcataria (L). Namun sejak tahun 1983, berdasarkan Bulletin Museum Nasional Paris dan the Flora Malaysiana (laporan225),Nama botanisnya dirubah menjadi Pharaseriantes falcataria. Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7. Selain sebagai salah satu tumbuhan yang dapat memperbaiki kesuburan lahan,sengon juga merupakan penghasil kayu yang produktif. Ketinggian pohon dapat mencapai 25-45 meter. Hingga berumur 5 tahun pertumbuhan tingginya mencapai 4 meter/tahun. Dapat ditebang setelah berumur 5-9 tahun. Potensi produksi kayunya sebesar 10-40 m3/hektar/tahun,atau 250m3 per hektar. Kayu sengon dapat dimanfatkan untuk kayu kontruksi/bangunan, peti kemas korek api, pulp, jointed board/wood working, sawmill, moulding, meubelair, kayu bakar dan arang. Sifat pengerjaannya relatif mudah dengan cara digergaji, diserut, dipahat, dibor, diamplas, dan diplitur, serta tidak mudah pecah kalau dipaku. C. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Maksud program penyuluhan ini adalah untuk membangun, memperkuat dan mengembangkan kelembagaan masyarakat yang menunjang terkait dengan pembangunan ekonomi kerakyatan di Kec. Telukjambe Barat Kab. Karawang 2. Tujuan 1) Membantu petani dalam mengoptimalkan lahan milik /garapan/pekarangan / kebun yang
80
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 2) 3) 4) 5) 6) 7)
tidak produktif menjadi bernilai ekonomi serta ramah lingkungan. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tanggap terhadap lingkungan. Membantu menghambat pemanasan global yg saat ini telah kita rasakan. Menumbuhkan kembali mata air yang telah mati akibat kerusakan hutan. Meningkatkan hasil Carbon di pedesaan., guna menetralisir polusi udara. Meningkatkan peran swasta berbasis kemitraan. Meningkatkan peran petani berbasis Swasta.
D. Sasaran Penyuluhan Sasaran yang akan dicapai dari penyelenggaraan Penyuluhan oleh dosen dan kelompok masyarakat lainnya adalah terwujudnya masyarakat mandiri sebagai pelaku pembangunan perkebunan sengon. Khalayak sasarannya adalah masyarakat yang ada di desa Wanajaya Kec. Telukjambe Barat sebanyak 10 orang. Pada kelompok ini dibuat kan struktur organisasinya, yang terdiri dari Ketua, Skretaris dan Bendahara serta anggota. Setelah penyuluhan diberikan bibit sengon sebanyak 100 pohon untuk setiap orang. Keseluruhan bibit sengon siap tanam sebanyak 1.000 pohon, namun dikhawatirkan mati maka setiap satu orang petani diberikan 10 pohon. E. Materi dan Metoda Pelaksanaan 1. Materi Materi kegiatan penyuluhan petani sengon meliputi : 1) Memfasilitasi pembentukan/ penguatan kelembagaan petani 2) Melakukan bimbingan dan penyuluhan antara lain : a. Pengorganisasian kelompok b. Bimbingan pemanfaatan dan pengolahan lahan c. Bimbingan kesadaran/ motivasi kelompok dalam pembuatan papan kelompok, pembuatan batas garapan, iuran kelompok, pemeliharaan pohon d. Bimbingan pengembangan ekonomi rumah tangga. e. Bimbingan pengembangan potensi usaha agribisnis. f. Membuat pelaporan perkembangan pelaksanaan kegiatan 2. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program pengabdian ini adalah metode berdasarkan aksi, dimana Program merupakan suatu proses yang nyatayaitu terdiri dari analisis, perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi dari intervensi Sinergi upaya peningkatan pendapatan masyarakat melalui optimalisasi lahan darat dengan penanaman sengon. Berkut ini pentahapan dalam proses optimalisasi lahan darat: TABEL 1 PERANGKAT UNTUK SIKLUS PROGRAM OPTIMALISASI LAHAN DARAT DENGAN PENANAMAN SENGONMENURUT TAHAPAN TAHAP A. PERSIAPAN
LANGKAH 1. Identifikasi kebutuhan untuk proses PROGRAM OPTIMALISASI LAHAN DARAT DENGAN PENANAMAN SENGON 2. Penentuan tujuan
PERANGKAT YANG DIRENCANAKAN
Teknik Visualisasi Diskusi Kelompok Terarah (misalnya untuk mengidentifikasi masalah-masalah utama oleh
81
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012
3. Penetapan tanggungjawab 4. Perencanaan proses
B. ANALISIS
5. Pengalokasian sumber daya 6. Identifikasi masalah
7. Analisis Organisasi PROGRAM OPTIMALISASI LAHAN DARAT DENGAN PENANAMAN SENGON 8. Rencana tindak multi tahun
stakeholder) Wawancara Pengamatan partisipatif (kunjungan lokasi) Analisis dokumen Pembentukan & Pengelolaan Tim Pengaturan kelembagaan Teknik Perencanaan Proses Bagan Program Optimalisasi lahan darat dengan penanaman sengon (Program Optimalisasi lahan darat dengan penanaman sengon Chart) Penyusunan Matriks Biaya Analisis masalah Wawancara dan diskusi (perorangan, kelompok-kelompok kecil) Analisis dokumen/visual Analisis SWOT
C. PERENCAN AAN DAN PEMBUATA N PROGRAM 9. Rencana belanja berjangka 10. Penyusunan prioritas dan urutan 11. Penyusunan program & anggaran tahunan
Pengembangan Optimalisasi lahan darat dengan penanaman sengon Masyarakat Jangka Menengah (kerangka kerja logis) Format rencana pengeluaran jangka menengah Penyusunan prioritas Analisis alur kritis Format penyusunan program dan anggaran
12. Perencanaan proyek optimalisasi lahan darat dengan penanaman sengon masyarakat D. PELAKSANA 13. Pelaksanaan proyek AN 14. Pemantauan proses
Perencanaan & pengelolaan proyek
E. EVALUASI
15. Evaluasi dampak 16. Perencanaan kembali rencana tindak pengembangan kapasitas 17. Penyelesaian
Rencana operasi Tergantung pada strategi pemantauan, misalnya penilaian proses optimalisasi lahan darat dengan penanaman sengon masyarakat dan program aksi. Metode Evaluasi Perencanaan kembali Metode yang sama dengan yang sebelumnya Laporan dan lokakarya hasil
F. Hambatan Hambatan-hambatan selama memberikan penyuluhan sengon di desa Wanajaya Telukjambe Barat adalah sebagai berikut :
82
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 1) Ada perasaan khawatir disalahkan rasa was-was dimasyarakat tentang menanam pohon sengon di wilayah hutan terlantar, karena ada papan nama di larang menggarap. 2) Jalan menuju hutan masih berupa tanah, sehingga sangan licin ketika musim hujan datang 3) Pola pikir masyarakat hanya berpikir instan, artinya pengen buru-buru mendapatkan hasil. 4) Masih ada sifat serakah di masyarakat, terkesan tidak mau di atur. 5) Pendidikan formal masyarakat masih rendah.
G. Solusi Pensolusian dari program pengabdian ini merujuk pada hambatan-hambatan selama proses pelaksanaan program, adapun pensolusiannya adalah sebagai berikut : 1) Meyakinkan kepada masyarakat bahwa pemerintah memiliki keberpihakan kepada masyarakt dalam pengelolaan hutan di duga terlantar, artinya masyarakat jangan khawatir, dipastikan segera tanam sengon atau tanaman apa saja guna menghasilkan sesuatu atau penghasilan bagi kehidupan. 2) Ketika berangkat penyuluhan ke hutan, dipastikan cuaca bagus dalam pengertian tidak hujan. 3) Memastikan kepada masyarakat semuanya tidak serta merta ”sim salabim” tetapi semua yang kita kerjakan ada proses dan waktunya, maka butuh kesabaran dan ketekunan serta kerja keras. 4) Mengarahkan kepada masyarakat, bahwa kita perlu berbagi tidak perlu serakah dan harus mau diatur karena untuk kepentingan bersama demi masa depan yang lebih berhasil. 5) Pendidikan masyarakat masih rendah, maka dalam proses penyuluhan dengan memakai bahasa daerah atau bahasa yang mudah dipahami mereka.
H. Hasil yang dicapai Dalam kegiatan program pengabdian yang dibiayai Unsika Tahun Anggaran 2011 ini, hasil yang dicapainya adalah sebagai berikut : 1) Respon petani untuk menanam sengon dan tanaman sela lainnya pada lahan kering sangat besar, hal ini di tandai respon dari kepala desa Wanajaya Kec. Telukjambe bserta aparatnya dan juga masyarakat ketika melaksanakan penyuluhan di lokasi hutan 2) Petani menjadi lebih bergairah dalam menanam sengon, karena bibitnya diberikan oleh pihak UNSIKA melalui dosen yang melaksanakan pengabdian ini. 3) Tebentuknya kelompok Petani penggarap yang menanam sengon 4) Adanya rasa yang dinikmati oleh masyarakat tentang kepedulian UNSIKA terhadap masyarakat sekitar hutan 5) Tebentuknya model bersosialisasi lebih dekat dengan seluruh warga masyarakat Dusun Sadang Desa Wanajaya Kec. Telukjambe Barat Karawang 6) Terlaksananya interaksi secara langsung dengan masyarakat dan memberikan informasi mengenai keberadaan UNSIKA yang memilki kepedulian sosial. 7) Meningkatnya rasa pengabdian diri kepada masyarakat desa, dalam kehidupanmasyarakat kita berusaha menyesuaikan diri dengan membantu berpartisispasi setiap kegiatan yang berfokus pada peningkatan pendapatan masyarakat. 8) Terbentuknya kebun sengon seluas 1 hektar bagi masyarakat.
83
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 I. Rekomendasi-Rekomendasi Berdasarkan hasil-hasil analisis telah yang dilakukan dalam pengandian ini, maka beberapa rekomendasi yang bisa diberikan antara lain. 1. Perlu adanya penyuluhan, transfer teknologi, monitoring dan evaluasi secarra berkelanjutan untuk menunjang program pertanian konservasi, terhadap aparat dan masyarakat. berbagai bentuk insentif (rangsangan) baik insentif langsung maupun tidak langsung. Paling tidak Kementerian Kehutan Kabuapeten Karawang dapat mengandeng atau bermitra dengan Fakultas Pertanian UNSIKA dalam prosesnya. 2. Perlu adanya sosialisasi oleh kementerian terkait tentang katagori penggunaan tanah terlantar. 3. Perlu adanya gerakan sengonisasi di Kabuapeten Karawang dalam rangka menunjang pendapatan masyarakat dan memperbaiki kualitas lingkungan.
84
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 KAJIAN PESEPSI DAN PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN PADA ALFAMART DAN INDOMARET DI KECAMATAN TELUKJAMBE TIMUR Oleh : Puji Isyanto, Fajar Ramadhan, & Santi Pertiwi Harisandi ABSTRAK Perkembangan bisnis ritel perdagangan semakin pesat. Produsen melakukan berbagai macam cara untuk dapat meningkatkan usaha ritel perdagangan. Demikian juga yang dilakukan oleh Alfamart dan Indomaret. Kedua bisnis ritel perdagangan ini sudah cukup pesat berkembang. Sebagai bisnis usaha waralaba yang sudah cukup banyak berada di pasar konsumen. Namun konsumen memiliki beragam kebutuhan dalam kombinasi serta pilihan terhadap harga kombinasi barang. Perumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimana persepsi konsumen, bagaimana perilaku pembelian konsumen dan seberapa besar hubungan persepsi konsumen terhadap perilaku pembelian konsumen pada Alfamart dan Indomaret? Adapun hasil dalam penelitian ini adalah : Persepsi konsumen Alfamart dan Indomaret mencapai 783,5 artinya bahwa konsumen Alfamart dan Indomaret menyatakan setuju. Persepsi konsumen tentang ritel modern terutama tentang Alamart dan Indomaret yang cukup tinggi, menunjukan bahwa industri ritel modern telah berhasil menunjukan komitmen dan konsistensinya dalam memberikan persepsi yang baik dalam melayani konsumen. Perilaku konsumen Alfamart dan Indomaret mencapai 635,17 artinya bahwa konsumen Alfamart dan Indomaret menyatakan cukup setuju. Perilaku pembelian konsumen pada industri ritel modern terutama Alfamart dan Indomaret adalah tinggi, sehingga industri ritel modern ini membuat konsumen dapat berperilaku terhadap pasar. Perilaku pembelian konsumen yang sudah terbentuk oleh adanya ritel modern ini menjadikan nilai tambah kepada pewaralaba untuk dapat memberikan image yang baik kepada konsumen. Hubungan antara persepsi konsumen dan perilaku konsumen Alfamart dan Indomaret sebesar Berdasarkan angka R square (r2) adalah 0,113. Atau 11,3%. Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh persepsi terhadap perilaku konsumen adalah sebesar 11,13%. Adapun sisanya sebesar 88,87% (100 – 11,13%) dipengaruhi oleh faktor lain. Koefisien regresi untuk situasi persepsi (0.336) lebih besar dari pada koefisien untuk perilaku (0.335), maka setiap kenaikan persepsi akan berpengaruh terhadap kenaikan perilaku pembelian konsumen pada Alfamart dan Indomaret. Kata kunci : persepsi, perilaku pembelian konsumen Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis ritel Indomaret memang cukup pesat. Dari awal didirikan yang masih berjumlah kurang dari 100 toko, hingga kemudian berkembang menjadi sekitar 400 toko di tahun 1996. Baru kemudian ketika pemerintah mengeluarkan regulasi mengenai sistem waralaba di tahun 1997, bisnis ritel Indomaret semakin berkembang lagi meluas hingga ke Bandung dan Surabaya. Terakhir, di tahun 2010 ini, Indomaret sudah meluas ke Medan, Lampung, Jember, dan Bali. Sampai Februari 2010 ini jumlah toko Alfamart sudah mencapai 4.042 dengan total waralaba 44%. Perusahaan masa kini harus memikirkan kembali misi bisnisnya dan strategi pemasaran mereka secara kritis. Perusahaan masa kini tidak bergerak dalam pasar dengan persaingan yang sudah diketahui dan sudah pasti, atau pilihan konsumen/pelanggan yang stabil, melainkan dalam perang antara saingan yang terus berubah, kemajuan teknologi, hukum baru, kebijaksanaan perdagangan yang terkelola dan turunnya kesetiaan konsumen dan pelanggaan. Perusahaan bersaing dalam perlombaan yang aturan dan rambu-rambunya terus berubah, garis akhirnya tidak ada kemenangan permanen. Mereka harus terus berlomba, dan berharap bahwa mereka bergerak searah dengan keinginan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut tidaklah mudah, karena perusahaan yang memproduksi barang yang sejenis banyak jumlahnya dan kualitas produksinya hampir sama, maka terjadi
85
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 persaingan diantara perusahaan-perusahaan sejenis, perusahaan/produsen harus menyadari bahwa konsumen/pelanggan menemukan banyak sekali produk dalam setiap kategori. Persepsi Konsumen Dalam bukunya Strategi Pemasaran, Philip Kotler (1999 : 215) mengemukakan persepsi adalah: “Persepsi merupakan proses individu dalam memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan masukan informasi untuk menciptakan gambaran yang bermakna. Dengan kata lain pengamatan adalah reaksi terhadap suatu rangsangan dari lingkungan dan biasanya berupa benda”. Manajemen Pemasaran dituntut untuk lebih giat menyampaikan pesan-pesan kepada konsumen melalui promosi atau periklanan, karena berpengaruh terhadap perbedaan pembelian. Perilaku Pembeli (Buyer Behavior) Melalui tindakan-tindakan dan belajar, seseorang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap, yang ada pada gilirannya akan pula mempengaruhi perilakunya. Kepercayaan merupakan suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu yang didasari atas pengetahuan, pendapat dan keyakinan nyata. Sikap adalah evaluasi, perasaan, dan kecenderungan seseorang yang relatif konsisten terhadap suatu obyek atau gagasan. Perusahaan pun perlu mencari informasi semaksimal mungkin mengenai perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya adalah yang didefinisikan Husein Umar (2005 : 237) yang mengatakan bahwa : “Perilaku konsumen merupakan suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, Mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan tersebut. Pasar konsumen dan perilu pembelian konsumen harus dipahami sebelum rencana pemasaran yang nyata dapat dikembangkan”. Faktor-Faktor Utama Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Perilaku konsumen ini banyak dipengaruhi oleh lingkungan ekstern yaitu lingkungan dimana ia dilahirkan dan dibesarkan. Faktor-faktor lingkungan ekstern yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Philip Kotler (1995:2003) adalah : a. Kebudayaan (culture) b. Kelas Sosial (Social Class) c. Kelompok Referensi d. Keadaan Ekonomi e. Gaya Hidup f. Kepribadian g. Psikologis
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap : 1. Manfaat praktis a. Sebagai bahan informasi, baik bagi para wirausaha di bidang perdagangan dan pemerintah daerah. b. Sebagai bahan pertimbangan dan input untuk mengambil keputusan dan menentukan arah kebijakan. 2. Manfaat teoritis a. Sebagai sumbangan pustaka ilmiah khususnya bidang ilmu manajemen pemasaran. b. Sebagai bahan referensi dalam penulisan ilmiah untuk bidang manajemen pemasaran.
86
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Teknik Penelitian Untuk memperoleh informasi yang penulis butuhkan maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh perusahaan atau perorangan dari survei langsung dilapangan. Data ini diperoleh langsung dari hasil observasi, wawancara, dan hasil penyebaran kuesioner. 2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak Alfamart dan Indomaret biasanya dalam bentuk publikasi. Data sekunder diperoleh dari dokumen, literatur, dan jurnal yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Uji Validitas dan Reliabilitas Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu validitas dan reliabilitas. Penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang tepat jika datanya valid dan reliable. Suatu instrumen yang reliable belum tentu valid, karenanya reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu walaupun instrumen yang valid umumnya reliable, tetapi pengukuran reliabilitas instrumen perlu dilakukan. Dalam penelitian kualitas data ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Dengan kualitas data yang baik maka data yang terkumpul benar-benar menggambarkan fenomena yang ingin diukur. Sehingga dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliable, maka hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Uji Normalitas Setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas maka dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui apakah datanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Metode Pengolahan Data Pengolahan data yang terkumpul dari hasil kuesioner dapat dikumpulkan kedalam tiga kelompok yaitu persiapan, tabulasi dan penerapan data dengan pendekatan penelitian. Persiapan adalah mengumpulkan dan memeriksa kelengkapan lembar kuesioner serta memeriksa kebenaran cara pengisian. Melakukan tabulasi hasil kuesioner dan memberikan nilai sesuai dengan sistem penilaian yang telah ditetapkan. Kuesioner tertutup dengan menggunakan skala ordinal dan nilai yang diperoleh merupakan indikator untuk pasangan variabel bebas X dan variabel terikat Y. Data hasil tabulasi yang diterapkan pada pendekatan penelitian yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk mengetahui hubungan persepsi konsumen terhadap perilaku keputusan pembelian maka data diolah dengan menganalisis sikap responden terhadap setiap butir kuesioner. Untuk melihat hasil penilaian terhadap pelaksanaan variabel dengan menggunakan Skala Likert. Jawaban setiap item instrumen mengkategorikan sikap responden. Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Dimana metode tersebut adalah : 1. Metode Kualitatif dilakukan untuk mengemukakan data yang masuk dengan cara dikelompokkan dan ditabulasikan, kemudian diberi penjelasan. 2. Metode Kuantitatif dilakukan untuk mengukur suatu fenomena penelitian dengan menggunakan alat bantu statistik. Adapun metode statistik yang digunakan untuk menganalisis hubangan antar variabel yang diteliti yaitu dengan menggunakan analisis jalur (path analisys) untuk menguji pengaruh secara parsial/individual dan keseluruhan dari variabel bebas (Independent) terhadap variabel terikat (Dependent).
87
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 3. Setelah dihitung dengan menggunakan statistik, hasil dari perhitungan kemudian dianalisis kembali dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil dan Pembahasan Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X1 (Persepsi Konsumen) Berdasarkan pengujian validitas dengan menggunakan Program SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 1 Hasil Pengujian Validitas Variabel Persepsi Konsumen (X) Item-Total Statistics
ruangan tempat belanja kenyamanan sarana parkir keamanan belanja kebersihan dan kerapihan bukti pembayaran ketersediaan produk bahan kemasan produk kualitas produk manfaat yang lebih baik iklan dan informasi tanggapan meyakinkan informasi yang baik harga produk terjangkau
Scale Mean if Item Deleted 44.6520 44.2643 44.6784 44.9383
Scale Variance if Item Deleted 43.431 42.611 40.839 38.987
Corrected Item-Total Correlation .321 .417 .437 .490
Squared Multiple Correlation .161 .267 .290 .417
Cronbach's Alpha if Item Deleted .840 .835 .834 .832
44.5463
40.798
.584
.485
.826
44.5947 45.2026 44.8282 44.7269 45.1410 45.1057 45.2070 45.1366 45.2159
41.879 38.897 40.948 41.288 40.883 40.918 41.253 40.844 40.798
.419 .627 .503 .503 .484 .483 .504 .535 .431
.304 .476 .422 .380 .383 .385 .371 .439 .345
.835 .821 .830 .830 .831 .831 .830 .828 .835
Sumber : Hasil olah data primer SPSS, 2011
Jadi berdasarkan hasil pengolahan diatas menunjukan bahwa setiap item pernyataan dari Variabel X1 (Persepsi Konsumen) adalah valid.
Tabel 2 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Persepsi Konsumen (X) Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .842
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .843
N of Items 14
Sumber : Hasil olah data primer SPSS, 2011 Sedangkan dengan menggunakan pengujian reliabilitas menggunakan metode Cronbach’s Alpha didapat koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,842 dari kesepuluh item pernyataan tentang variabel persepsi konsumen.
88
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y (Perilaku Keputusan Pembelian) Berdasarkan hasil pengolahan SPSS hasil uji validitas variabel Y dapat dijelaskan pada tabel berikut ini : Tabel 3 Hasil Pengujian Validitas Variabel Perilaku Pembelian (Y) Item-Total Statistics
kelengkapan barang harganya murah kebiasaan mengikuti teman lokasi strategis kenyamanan belanja kepuasan kelas atas konsumen kelas menengah konsumen kelas bawah konsumen pengaruh keluarga pengaruh teman pengaruh iklan pengaruh sendiri peran dan status konsumen anak-anak konsumen remaja/dewasa konsumen orang tua pekerjaan konsumen karyawan/pegawai pekerjaan konsumen wiraswasta pekerjaan konsumen pelajar/mahasiswa pekerjaan konsumen petani konsumen tidak bekerja pendapatan diatas 1 juta kemudahan waktu harga kualitas pengalaman kepuasan
Scale Mean if Item Deleted 75.3744 75.8018 75.4670 76.1498 75.0617 75.0308 75.3612 76.0044
Scale Variance if Item Deleted 177.828 174.823 174.427 177.119 179.943 177.472 174.072 174.173
Corrected Item-Total Correlation .351 .440 .447 .318 .277 .360 .504 .401
Squared Multiple Correlation .477 .561 .456 .409 .351 .566 .545 .432
Cronbach's Alpha if Item Deleted .889 .887 .887 .890 .890 .889 .886 .888
75.4581
172.453
.568
.535
.885
75.8987 76.0308 76.1410 75.9692 74.5903 75.6167 76.0396
176.304 172.127 172.493 172.402 182.305 172.813 171.366
.356 .450 .476 .485 .159 .466 .518
.404 .500 .539 .468 .358 .408 .540
.889 .887 .887 .886 .893 .887 .886
75.5198
170.189
.573
.759
.884
75.6960
170.151
.537
.752
.885
75.6079
173.239
.490
.693
.886
75.6828
171.041
.555
.754
.885
75.4185
172.023
.529
.573
.885
76.1101
173.992
.485
.670
.886
76.0308 76.1145 75.1542 75.4670 75.2247 75.1586
170.658 173.066 177.874 176.993 174.432 175.090
.577 .435 .386 .365 .530 .478
.650 .418 .359 .501 .610 .598
.884 .888 .888 .889 .886 .887
Sumber : Hasil olah data primer SPSS, 2011
Adapun hasil uji validitas dilihat dari Corrected item-Total Correlation merupakan korelasi antara skor item dengan skor total dengan item pertanyaan, untuk menentukan apakah instrument valid atau tidak dapat dibandingkan dengan r kritis (valid apabila r hitung lebih besar dari r kritis). Jadi berdasarkan hasil pengolahan diatas menunjukan bahwa setiap item pernyataan dari Variabel Y (Keputusan Pembelian) adalah valid.
89
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Tabel 4 Hasil Pengujian Validitas Variabel Perilaku Keputusan Pembelian (Y) Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .891
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .890
N of Items 28
Sumber : Hasil olah data primer SPSS, 2011 Sedangkan dengan menggunakan pengujian reliabilitas menggunakan metode Cronbach’s Alpha didapat koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,891 dari kesepuluh item pernyataan tentang variabel Keputusan Pembelian. Pengujian Normalitas Data Berdasarkan hasil pengujian normalitas data dengan menggunakan program SPSS dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini: Tabel 5 Hasil Pengujian Normalitas Data Variabel Persepsi Konsumen (X) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ruangan kebersihan bahan tempat keamanan dan bukti ketersediaankemasan kualitasmanfaat yang iklan dan tanggapaninformasiharga produk belanjakenyamanan sarana parkir belanja kerapihanpembayaran produk produk produk lebih baik informasimeyakinkanyang baik terjangkau N 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227 a,b Mean Normal Parameters 3.6740 4.0617 3.6476 3.3877 3.7797 3.7313 3.1233 3.4978 3.5991 3.1850 3.2203 3.1189 3.1894 3.1101 Std. Deviation .72220 .71376 .94496 1.10887 .75547 .82174 .92781 .83281 .78852 .86789 .86471 .79208 .80610 .95992 Most Extreme Absolute .313 .316 .271 .225 .284 .293 .202 .238 .254 .250 .222 .269 .235 .208 Differences Positive .233 .288 .187 .145 .231 .222 .178 .214 .231 .250 .195 .265 .227 .193 Negative -.313 -.316 -.271 -.225 -.284 -.293 -.202 -.238 -.254 -.239 -.222 -.269 -.235 -.208 Kolmogorov-Smirnov Z 4.714 4.758 4.082 3.390 4.283 4.420 3.045 3.582 3.825 3.761 3.340 4.046 3.545 3.128 Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 a.Test distribution is Normal. b.Calculated from data.
Sumber : Hasil olah data primer SPSS, 2011 Pada tabel diatas menunjukan bahwa variabel X (Persepsi Konsumen), terlihat nilai KologrovSmirnov Z, seluruh standar mutu mempunyai nilai > 0,5, artinya hasil pengujian normalitas data ini berdistribusi normal. Tabel 6 Hasil Pengujian Normalitas Data Variabel Perilaku Pembelian (Y) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pekerjaan pekerjaan kelas konsumen konsumen pekerjaan konsumen kelengkapan harganya mengikutilokasi kenyamanan kelas atas menengah kelas bawah pengaruh pengaruh pengaruh pengaruh peran dan konsumen remaja/de konsumen karyawan/ konsumen pelajar/ma barang murah kebiasaantemanstrategisbelanjakepuasan konsumen konsumen konsumen keluargateman iklan sendiri statusanak-anakwasa orang tua pegawai wiraswasta hasiswa N 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227 a,b Normal Parameters Mean 3.0396 2.6123 2.9471 2.26433.3524 3.38333.0529 2.4097 2.9559 2.5154 2.3833 2.2731 2.4449 3.82382.7974 2.3744 2.8943 2.7181 2.8062 2.7313 2.9956 Std. Deviation.86894 .94514 .962501.01350.81958 .88161.890871.07444 .90123 .997111.128191.049791.03919 .85433 1.044751.050011.033641.09697 .971891.01014 .98887 Most ExtremeAbsolute .200 .244 .236 .237 .243 .214 .212 .248 .264 .211 .176 .219 .186 .282 .202 .203 .210 .180 .249 .188 .207 Differences Positive .192 .244 .196 .237 .208 .214 .206 .248 .203 .173 .176 .219 .186 .224 .185 .203 .151 .180 .183 .188 .150 Negative -.200 -.166 -.236 -.150 -.243 -.212 -.212 -.140 -.264 -.211 -.170 -.139 -.184 -.282 -.202 -.160 -.210 -.165 -.249 -.182 -.207 Kolmogorov-Smirnov Z 3.011 3.671 3.549 3.574 3.668 3.230 3.194 3.731 3.977 3.175 2.656 3.305 2.796 4.251 3.050 3.061 3.169 2.708 3.746 2.838 3.113 Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 a.Test distribution is Normal. b.Calculated from data.
Sumber : Hasil olah data primer SPSS, 2011
90
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Pada tabel diatas menunjukan bahwa variabel X (Persepsi Konsumen), terlihat nilai KologrovSmirnov Z, seluruh standar mutu mempunyai nilai > 0,5, artinya pengujian normalitas data ini berdistribusi normal. Hasil dan Pembahasan Analisis Deskriptif Variabel Persepsi Konsumen (X) Berdasarkan analisis deskriptif persepsi konsumen di Alfamart dan Indomaret, dapat diberikan rekapitulasi sebagai berikut : Tabel 7 Rekapitulasi Persepsi Konsumen (Variabel X) No Indikator 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Persepsi Konsumen
Skor
Ruangan tempat belanja membuat nyaman Kenyamanan ruangan belanja dengan AC sarana parkir yang memadai Keamanan belanja yang terjamin Kebersihan dan kerapihan ruangan Bukti pembayaran yang selalu diberikan secara akurat Produk yang tersedia sangat teratur dan lengkap Bahan-bahan kemasan produk yang baik dan rapi Kualitas Produk sesuai standar pemerintah manfaat yang lebih baik Iklan dan informasi yang memikat Tanggapan setelah memakai produk meyakinkan informasi yang baik Harga Produk terjangkau
13 14 Total Rata-rata Sumber : Data primer dianalisis, 2011
227
408,6 TS
590, 3 KS
834 922 828 769 858
Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju
847
Setuju
709
Cukup Setuju
794
Setuju
817 723 731
Setuju Cukup Setuju Cukup Setuju
708
Cukup Setuju
724 706 10970 783,5
Cujup Setuju Cukup Setuju
772 CS
Keterangan
Setuju
954,6 S
1135 SS
783,5 Gambar 1 Bar Skala Rekapitulasi Persepsi Konsumen (Variabel X) Berdasarkan tabel dan bar skala diatas menunjukan bahwa persepsi konsumen mempunyai nilai skor 783,5 atau setuju yang ebrarti bahwa konsumen mempunyai persepsi yang sangat baik terhadap keberadaan Alfamart dan Indomaret. Analisis Perilaku Pembelian (Variabel Y)
91
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Berdasarkan analisis deskriptif perilaku pembelian konsumen pada Alfamart dan Indomaret, dapat diberikan rekapitulasi sebagai berikut : Tabel 8 Rekapitulasi Perilaku Pembelian Konsumen No Indikator 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Perilaku Pembelian Konsumen Alasan membeli karena kelengkapan barang Alasan membeli karena harganya murah Alasan membeli karena kebiasaan Alasan membeli mengikuti teman Alasan membeli lokasinya strategis Alasan membeli karena kenyamanan Alasan membeli produk karena memperoleh kepuasan konsumen untuk kelas atas konsumen kelas menengah konsumen kelas bawah pengaruh keluarga/saudara Pengaruh teman Pengaruh iklan kehendak sendiri peran dan status baik di masyarakat Konsumen anak-anak Konsumen orang dewasa/remaja Konsumen orang orang tua Pekerjaan Konsumen karyawan/pegawai Pekerjaan Konsumen wiraswasta Pekerjaan mahasiswa/pelajar Pekerjaan Konsumen petani Pekerjaan Konsumen tidak bekerja Pendapatan konsumen diatas Rp. 1.000.000,kemudahan waktu harganya. Kualitasnya pengalaman dalam membeli produk sudah merasa puas
Total Rata-rata Sumber : Data Primer dinalisis, 2011
Skor
Keterangan
690 593 669 514 761 768
Cukup Setuju Kurang Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju Cukup Setuju Cukup Setuju
693
Cukup Setuju
547 671 571 541 516 555 868 635 539 657 617 637 620 680 523 541
Kurang Setuju Cukup Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju Kurang Setuju Cukup Setuju Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju Cukup Setuju Cukup Setuju Cukup Setuju Cukup Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju Kurang Setuju
522
Kurang Setuju
740 669 724
Cukup Setuju Cukup Setuju Cukup Setuju
739
Cukup Setuju
17800 635,714
Cukup Setuju
92
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 227
408,6 TS
590, 3 KS
772 CS
954,6 S
1135 SS
635,714 Gambar 2 Bar Skala Pengalaman Kepuasan Pada tabel diatas menunjukan bahwa perilaku keputusan pembelian konsumen pada Alfamart dan Indomaret berada pada nilai 635,714 atau konsumen menyatakan cukup setuju bahwa perilaku pembeliannya ditentukan oleh indikator-indikator variabel tersebut. Analisis Hubungan Persepsi Terhadap Perilaku Pembelian Konsumen Guna memberikan gambaran secara jelas mengenai hubungan persepsi konsumen terhadap perilaku keputusan pembelian pada konsumen Alfamart dan Indomaret, akan disajikan hasil pengolahan SPSS, sebagai berikut : Tabel 9 Korelasi Correlations Persepsi Persepsi
Pearson Correlation
Perilaku 1
Sig. (1-tailed)
.000
N Perilaku
.336**
Pearson Correlation
227
227
**
1
.336
Sig. (1-tailed)
.000
N 227 227 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). Berdasarkan tabel di atas maka koefisien korelasi yang dihasilkan sebesar 0.336 termasuk pada kategori sangat kuat dengan kesalahan 5 %, 0.336 > 0.01, maka terdapat hubungan yang sangat kuat antara persepsi terhdap perilaku konsumen Alfamart dan Indomaret. Dalam hubungan yang sangat kuat maka faktor persepsi tersebut akan mempengaruhi terhadap perilaku konsumen dalam pembelian pada Alfamart dan Indomaret. Tabel 10 Model Summary Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
1 .336a .113 a. Predictors: (Constant), Persepsi
.109
Std. Error of the Estimate .46048
93
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Berdasarkan angka R square (r2) adalah 0,113. Angka tersebut dapat digunakan untuk melihat besarnya pengaruh persepsi tehadap perilaku konsumen dengan cara menghitung Koefisien Determinasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut : KD = r2 x 100% KD = 0.113 x 100 % KD = 11,13% Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh persepsi terhadap perilaku konsumen adalah sebesar 11,13%. Adapun sisanya sebesar 88,87% (100 – 11,13%) dipengaruhi oleh factor lain. Dengan kata lain variabilitas perilaku konsumen yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel persepsi adalah sebesar 11,13% sedangkan pengaruh sebesar 88,87% disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model ini. Tabel 11 Anova Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 1.644
.218
Persepsi .335 a. Dependent Variable: Perilaku
.063
Standardized Coefficients Beta
t .336
Sig.
7.539
.000
5.355
.000
Dari table diatas berarti periaku akan naik bila persepsi ditingkatkan, tetapi koefisien regresi untuk situasi persepsi (0.336) lebih besar dari pada koefisien untuk perilaku (0.335), maka setiap kenaikan persepsi akan berpengaruh terhadap kenaikan perilaku konsumen pada Alfamart dan Indomaret. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Persepsi konsumen Alfamart dan Indomaret mencapai 783,5 artinya bahwa konsumen Alfamart dan Indomaret menyatakan setuju, berarti bahwa seluruh indikator-indikator pertanyaan dalam kuisioner. 2. Perilaku konsumen Alfamart dan Indomaret mencapai 635,17 artinya bahwa konsumen Alfamart dan Indomaret menyatakan cukup setuju terhadap perilaku konsumen atas indikatorindikator pertanyaan dalam kuisioner. 3. Hubungan antara persepsi konsumen dan perilaku konsumen Alfamart dan Indomaret sebesar Berdasarkan angka R square (r2) adalah 0,113. Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh persepsi terhadap perilaku konsumen adalah sebesar 11,13%. Adapun sisanya sebesar 88,87% (100 – 11,13%) dipengaruhi oleh factor lain. Dengan kata lain variabilitas perilaku konsumen yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel persepsi adalah sebesar 11,13% sedangkan pengaruh sebesar 88,87% disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model ini. Hal ini berarti perilaku akan naik bila persepsi ditingkatkan, tetapi koefisien regresi untuk situasi persepsi (0.336) lebih besar dari pada koefisien untuk perilaku (0.335), maka setiap kenaikan persepsi akan berpengaruh terhadap kenaikan perilaku konsumen pada Alfamart dan Indomaret.
94
Solusi, Vol. 10, No. 21 Desember 2011 – Februari 2012 Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Persepsi konsumen tentang ritel modern terutama tentang Alamart dan Indomaret yang cukup tinggi, menunjukan bahwa industri ritel modern telah berhasil menunjukan komitmen dan konsistensinya dalam melayani konsumen. Sehingga pengelola / pewaralaba harus terus meningkatkan aspek pelayanan kepada konsumen. 2. Perilaku keputusan pembelian konsumen pada industri ritel modern terutama Alfamart dan Indomaret adalah tinggi, sehingga industri ritel modern ini membuat konsumen dapat berperilaku terhadap pasar. Perilaku keputusan konsumen yang sudah terbentuk oleh adanya ritel modern ini menjadikan nilai tambah kepada pewaralaba untuk dapat memberikan image yang baik kepada konsumen. Daftar Pustaka Adi Nugroho, 2002. Perilaku Konsumen. Cetakan Pertama. Studia press. Jakarta Basu Swastha, 2000. Manajemen Pemasaran Modern. Jogjakarta
Edisi ke-2, cetakan ke-8 Liberty.
Basu Swastha., 2004. Azas-azas Marketing. Penerbit Liberty, Yogyakarta. Bilson Simamora, 2002. Aura Merek 7 Langkah Membangun merek yang Kuat. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Fandy Tjiptono., 1997. Strategi Pemasaran. Penerbit Andi. Yogyakarta. ......................., 2005. Brand Management & Strategy. Andi. Jogjakarta Freddy Rangkuti, 2004. The power of brands teknik mengelola brand Equity dan Strategi pengembangan merek plus Analisis Kasus dengan SPSS Cetakan kedua. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Hermawan Kerta Jaya, 2007. Seri 9 Elemen Marketing on Brand. Bandung : Mizan Pustaka Husein Umar., 2005. Riset Pemasaran dan Customer Behaviour. Penerbit Erlangga. Jakarta. Paul Peter dan Jerry Olson, 1996. Consumer Behavior. Penerbit Erlangga, Jakarta. Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2004. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi Kesembilan, Jilid 1. Indeks, Jakarta ------------------, 2005. manajeman pemasaran. Edisi kesebelas, Jilid 2. Indeks, Jakarta ------------------, 2000. manajeman pemasaran. Edisi Milenium, Jilid 2. Indeks, Jakarta Nugroho J Setiadi, 2005. Perilaku konsumen konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Cetakan Kedua. Prenada Media. Jakarta Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedelapan. Alfabeta. Bandung
95