Jurnal ilmiah Solusi Vol. 1 No. 4 Desember 2014 – Februari 2015: 90-96
PENGGUNAAN TEHNIK BERMAIN PERAN (ROLE PLAY) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK MAHASISWA DALAM MATA KULIAH LISTENING IN PROFESSIONAL CONTEXT II PADA MAHASISWA SEMESTER TIGA Oleh : Abdul Kodir Al-Baekani, S.Pd.,M.Pd, Dede Haris, SS. Abstrak Penelitian merupakan cara mendapat jawaban dari sebuah masalah. Masalah yang ada dalam pembelajaran menyimak di mata kuliah Listening harus dibuktikan dalam sebuah penelitian. Penelitian ini untuk mencari jawaban teknik bermain peran untuk meningkatkan kemampuan menyimak mahasiswa dalam mata kuliah Listening. Kata Kunci : Pembelajaran, Tehnik Pembelajaran, Hasil Pembelajaran
PENDAHULUAN Di semester tiga mahasiswa mendapatkan mata kuliah listening yang dinamakan Listening in Professional Context II. Deskripsi mata kuliah tersebut adalah salah satu mata kuliah keahlian di Program studi Pendidikan Bahasa Inggris yang mengarah pada pelatihan mendengarkan percakapan Bahasa Inggris dalam konteks profesi tertentu. Berdasarkan deskripsi mata kuliah tersebut, mahasiswa akan dilatih dalam hal menyimak secara komprehensi dari berbagai topik percakapan, cerita atau bahkan lagu yang dibawakan oleh native speaker. Tiap pertemuan perkuliahan mahasiswa diberikan topik-topik percakapan, cerita atau lagu yang berbeda. Meskipun topik percakapan yang diperdengarkan mengarah atau fokus terhadap pemahaman komprehensi, tetapi perihal ini diintegrasikan terhadap kemampuan yang lain dalam berbahasa, seperti berbicara, membaca, bahkan menulis. Ketika mahasiswa mengikuti perkuliahan mata kuliah ini, mahasiswa dibimbing dalam hal memahami secara komprehensi isi dari audio yang diperdengarkan. Dalam perkuliahannya mahasiswa diberikan dua bentuk soal. Pertama yaitu soal komprehensip atau mengisi pertanyaan berdasarkan pemahaman yang mereka dengar. Sedangkan soal yang kedua mahasiswa diberikan soal vocabulary matching (mencocokan kosa kata) berbentuk fill in the blank, yaitu mahasiswa melengkapi kalimat yang belum lengkap berdasarkan isi audio (percakapan, cerita atau lagu) dalam bentuk skrip dari audio tersebut. Banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam memahami isi dari audio yang diperdengarkan dalam perkuliahan, sehingga untuk menjawab pertanyaan komprehensip banyak mahasiswa yang salah menjawab. Bahkan dalam mengisi kalimat yang belum lengkap atau fill in the blank pun masih banyak mahasiswa salah dalam menjawab atau mengisi. Ini bisa saja disebabkan oleh tehnik pembelajaran mata kuliah listening in professional context II. Topik yang diperdengarkan adalah suara native speaker atau pengguna bahasa inggris asli. Penutur bunyi tiap kosa kata (vocabulary) yang membuat mahasiswa kebingungan karena dianggap berbeda lidahnya native speaker dengan lidah orang Indonesia khususnya mahasiswa UNSIKA yang mayoritas orang sunda. Jadi, banyak mahasiswa beranggapan sulit untuk difahami. Maka dari itu perlu adanya inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh dosen mata kuliah tersebut khususnya dalam tehnik pembelajaran. Terdapat banyak macam tehnik pembelajaran yang dapat digunakan oleh pengampu mata kuliah khususnya mata kuliah listening. Role play merupakan salah satu tehnik pembelajaran.
87
Abdul Kodir Al-Baekani Dkk, Penggunaan Tehnik Bermain ..... Dalam mata kuliah listening, role play bisa digunakan sebagai tehnik pembelajaran. Tehnik ini adalah tehnik bermain peran. Mahasiswa memerankan apa yang sudah mereka dengar dan isi pertanyaan fill in the blank. Semua mahasiswa bisa bermain peran sesuai topik dalam perkuliahan (pelatihan). Setiap pertemuan, mahasiswa mendapatkan giliran memerankan apa yang mereka dengar, baik itu percakapan, cerita atau lagu. Mahasiswa yang lain menyimak apa yang diperankan oleh mahasiswa tersebut sambil menjawab pertanyaan komprehensip. Hal ini dianggap bisa membantu pemahaman komprehensip mahasiswa, karena mereka menyimak penutur yang diperankan oleh temannya sendiri sehingga mahasiswa bisa memahami apa yang mereka simak. Dari penjelasan latar belakang masalah di atas, kami tertarik untuk meneliti tehnik pembelajaran mata kuliah Listening in Professional Context II dengan judul “PENGGUNAAN TEHNIK BERMAIN PERAN (ROLE PLAY) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK MAHASISWA DALAM MATA KULIAH LISTENING IN PROFESSIONAL CONTEXT II PADA MAHASISWA SEMESTER TIGA”. LANDASAN TEORI Kemampuan menyimak (listening Skill) menurut Pollard (2008:39) : “Listening is one of the receptive skills and as such it involves students in capturing and understanding the input of English” (Menyimak merupakan salah satu kemampuan menerima dan menyimak termasuk kemampuan siswa dalam menangkap dan memahami materi bahasa Inggris). Sependapat dengan pernyataan di atas, Howatt dan Dakin dalam Saricoban (1999) mengatakan bahwa kemampuan menyimak juga termasuk pemahaman logat atau pengucapan pembicara, pemahaman tata bahasa dan kosa kata, serta pemahaman makna. Seperti yang didefinisikan juga oleh Oxford (1993:206), menyimak merupakan kemampuan menyelesaikan masalah yang kompleks dan lebih dari sekedar suara. Menyimak mencakup pemahaman makna dari kata, frasa, klausa, kalimat dan wacana yang saling berhubungan. Selanjutnya, menurut Bulletin seperti dikutip Saricoban (1999), menyimak adalah salah satu kemampuan bahasa yang pokok. Menyimak merupakan media dimana anak-anak, remaja dan dewasa memperoleh bagian yang besar dari informasi, pemahaman mereka terhadap dunia dan hubungan antar-manusia, kesepakatan, penghargaan terhadap nilai-nilai, dan apresiasi. Kemudian, aktifitas menyimak membutuhkan penyatuan kemampuan bahasa, seperti pengucapan, penguasaan kosa kata, menulis, berbicara, dan membaca. Kemampuan menyimak dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memperhatikan atau mendengarkan sesuatu. Tetapi, menyimak tidak sama dengan mendengar. Mendengar pada dasarnya bersifat otomatis, aktifitas pasif. Ini memungkinkan untuk mendengar suara tanpa secara sadar ikut di dalam prosesnya. Sementara itu, dalam menyimak otak tidak secara otomatis menerjemahkan kata-kata kedalam sebuah pesan yang disajikan. Hal ini merupakan apa yang dimaksud dengan menyimak, yaitu memutuskan makna dan pesan dari suara-suara atau kata-kata. Menyimak merupakan proses aktif yang mencakup lebih dari memberikan nama terhadap suara-suara atau kata-kata. Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan, selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu : 1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya. 2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
88
Abdul Kodir Al-Baekani Dkk, Penggunaan Tehnik Bermain ..... 3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran. 4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha. Banyak ahli yang berpendapat tentang bermain peran atau role play, pertama menurut Blatner (1995: 1) mendefinisikan “a derivative of a socio drama, is a method for exploring the issues involved in complex social situations. It may be used for the training of professionals or in a classroom for the understanding of literature, history, and even science”. Kedua, Cohen dan Manion (1994: 252) mendefinisikan role-play adalah “an involvement in replicated social situations that are projected to throw light upon the role or rule contexts overriding real life social episode”. Maksudnya ialah role play atau bermain peran merupakan penjelmaan orang lain berdasarkan konteks atau situasi tertentu. Ketiga, role-play adalah sebuah impelemtasi dari orang lain ketika pelajar mempraktekan jadi diri orang lain (Thornbury, 2005: 98). Itu berarti para pelajar harus menjadi diri orang lain untuk melakukan perannya. Dalam melakukan bermain peran, pelajar harus member tanggapan secara spontan dalam interkasi atau percakan. Keempat, Brown (1994: 124) berpendapat “role-play is spontaneous practice of the target language in interaction with another by taking on the role of another and fantasy play”. Maksudnya bermain peran adalah praktek secara spontan dalam berbahasa dengan lawan komunikasi itu sendiri. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas atau PTK. Adapun seting dalam penelitian ini meliputi : tempat penelitian, waktu penelitian, dan siklus PTK sebagi berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di UNSIKA pada mata kuliah listening in professional context II semester tiga TA. 2013/2014. Sebagai sampel dalam penelitian ini adalah kelas 3A dengan jumlah mahasiswa sebanyak 30 orang. Sampel penelitian ini dipilih secara pusposif (sesuai dengan tujuan) 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun akademik 2013/2014. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas. 3. Siklus PTK PTK ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat hasil belajar mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan listening melalaui tehnik bermain peran (Role Play).
89
Abdul Kodir Al-Baekani Dkk, Penggunaan Tehnik Bermain ..... HASIL PENELITIAN Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam dua siklus sebagaimana pemaparan berikut ini. A. Siklus Pertama Siklus pertama terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Seperti berikut ini: 1. Perencanaan a. Refleksi awal, tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada mahasiswa. b. Menyusun jadwal kolaborasi tim peneliti (dosen) c. Membuat SAP (Satuan Acara Perkuliahan). d. Membuat instrument yang akan digunakan dalam siklus PTK. e. Menyusun alat evaluasi pembelajaran f. Validasi perangkat dan instrument. 2. Pelaksanaan/ Tindakan Pada saat siklus pertama pelaksanaan belum sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan : a. Sebagian mahasiswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan teknik bermain peran. Untuk mengatasi masalah di atas dilakukan upaya (pada pertemuan selanjutnya) sebagai berikut : a. Dosen dengan intensif member pengertian kepada mahasiswa kondisi belajar dengan teknik bermain peran. b. Dosen membantu mahasiswa yang belum memahami materi belajar dengan teknik bermain peran. Pada akhir siklus pertama dari hasil pengamatan dosen dan teman sejawat dapat disimpulkan : a. Mahasiswa sedikit mulai terbiasa dengan kondisi belajar dengan teknik bermain peran. b. Mahasiswa sedikit mampu menyelesaikan tugas dan materi belajar dengan teknik bermain peran 3. Observasi dan Evaluasi a. Hasil observasi aktivitas mahasiswa selama siklus pertama dapat dilihat sebagai berikut, menunjukkan bahwa mahasiswa mendapatkan rerata kuis (nilai harian) paling kecil 34,29 dan paling besar adalah 81,43 dengan rata-rata keseluruhan mahasiswa bisa menyelesaikan kuis (nilai harian) sebesar 60,09, dengan kata lain 65,625% mahasiswa belum tuntas dan 34,375% tuntas. Hasil perhitungan keseluruhan bisa dilihat pada lampiran 1 halaman 34. b. Hasil Observasi Aktivitas hasil belajar mahasiswa, menunjukkan bahwa mahasiswa mendapatkan nilai terkecil 50 dan paling besar adalah 80 dengan rata-rata mahasiswa bisa menyelesaikan tes sebesar 64,31. Dengan kata lain 43,75 % mahasiswa belum tuntas dan 56,25 % mahasiswa tuntas. Hasil perhitungan keseluruhan bisa dilihat pada lampiran 1 halaman 35. 4. Refleksi Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah sebagai berikut :
90
Abdul Kodir Al-Baekani Dkk, Penggunaan Tehnik Bermain ..... a. Dosen belum berhasil menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah kepada pembelajaran dengan menggunakan peran. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas dosen dalam proses pembelajaran hanya sebesar 68,18 %. Hasil perhitungan pada lampiran 1 hal 36 b. Sebagian mahasiswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan bermain peran dan masih ada audience yang belum dapat mengisi tugas (kuis). Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas mahasiswa dalam memahami proses pembelajaran (kuis) dengan rata-rata 60,09 dan hanya mencapai 34,375 %. Hasil evaluasi pada siklus pertama mencapai rata-rata 64,31, dan rombongan belajar hanya mencapai 56,25%. Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada siklus kedua dapat dibuat perencanaan sebagai berikut : a. Memberikan motivasi kepada mahasiswa agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran b. Lebih intensif membimbing mahasiswa yang mengalami kesulitan c. Mengingatkan waktu dalam menyelesaikan soal (kuis) dengan mendengarkan dari audio dulu. B. Siklus Kedua Seperti pada siklus pertama, siklus kedua ini terdiri dari perencanaan, peleksanaan, observasi, dan refleksi serta replaning. 1. Perencanaan Perencanaan pada siklus kedua berdasarkan replaining siklus pertama yaitu : a. Memberikan motivasi kepada kepada mahasiswa b. Lebih intensif membimbing mahasiswa yang mengalami kesulitan c. Mengingatkan waktu dalam menyelesaikan soal yang belum diselesaikan atau salah menjawab (kuis). d. Membuat perangkat pembelajaran yang lebih mudah dipahami mahasiswa. 2. Pelaksanaan/Tindakan Suasana pembelajaran mengarah kepada pembelajaran peran. Sebagian besar mahasiswa merasa termotivasi untuk bertanya apabila mengalami kesulitan. Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan tercipta dan lebih termotivasinya mahasiswa mengerjakan soal (kuis). 3. Observasi dan Evaluasi a. Hasil observasi aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran selama siklus kedua, menunjukkan bahwa mahasiswa mendapatkan rerata tugas kuis paling kecil 42,86 dan paling besar adalah 84,29 dengan rata-rata keseluruhan mahasiswa bisa menyelesaikan kuis (nilai harian) sebesar 68,08. Dengan kata lain 15,63% mahasiswa belum tuntas dan 84,375% tuntas dalam mengerjakan tugas harian (kuis). Hasil perhitungan selengkapnya bisa dilihat pada lampiran 2 halaman 37. b. Hasil evaluasi siklus kedua penguasaan materi mahasiswa terhadap materi perkuliahan. Menunjukkan bahwa mahasiswa mendapatkan nilai terkecil 55 dan paling besar adalah 95 dengan rata-rata mahasiswa bisa menyelesaikan tes sebesar 76,72. Dengan kata lain 18,75% mahasiswa belum tuntas dan 81,25% tuntas. Hasil perhitungan selengkapnya bisa dilihat pada lampiran 2 halaman 38. c. Hasil observasi aktivitas mahasiswa keseluruhan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan bermain peran pada mata kuliah listening in professional context II rata-rata perolehan keseluruhan dalam menyelesaikan tugas (kuis) sebesar 68,08, dengan kata lain 84,38% tuntas dalam mengerjakan tugas harian (kuis) dan rata-rata perolehan keseluruhan hasil tes sebesar 76,72 dengan kata lain 81,25% tuntas. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari
91
Abdul Kodir Al-Baekani Dkk, Penggunaan Tehnik Bermain ..... siklus pertama ke siklus dua. Maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah tercapai dengan rata-rata keseluruhan mahasiswa dalam menyelesaikan tes pada matakuliah listening in professional context II sebesar 76,72% lebih besar dari 65% dan ketuntasan anggota rombongan belajar yaitu 81,25% lebih besar dari 75% c. Hasil observasi siklus kedua aktivitas dosen dalam proses pembalajaran dengan bermain peran mendapat rerata nilai perolehan 82,955 %. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan. Hasil perhitungan disajikan pada lampiran 2 halaman 40 4. Refleksi Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus kedua ini adalah sebagai berikut : a. Dosen lebih menciptakan suasana pembelajaran yang lebih mengarah kepada pembelajaran bermain peran. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas dosen dalam proses pembelajaran sebesar 82,955 %. b. Mahasiswa terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan bermain peran. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas mahasiswa dalam memahami materi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan bermain peran mencapai rata-rata 76,72. Dan rata-rata rombongan keseluruhan 81,25% c. Masih ada mahasiswa yang belum bisa menyelesaikan soal atau salah dalam menjawab soal. Hal ini karena mahasiswa sering berganti-ganti kelas sehingga mahasiswa tersebut kurang serius dalam belajar. 5. Angket Mahasiswa Hasil observasi melalui pemberian angket kepada mahasiswa, untuk menilai sikap mahasiswa terhadap pembelajaran bermain peran diberikan sebanyak 15 item dengan perolehan rata-rata sebesar 56,94, dan kriteria interpretasi sebesar 75,917% maka kriterianya kuat, perhitungan bisa dilihat di lampiran 2 halaman 41. Hal ini menunjukkan mahasiswa berminat belajar dengan menggunakan bermain peran terhadap mata pelajaran pada mata kuliah listening in professional context II. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat disimpulkan, pembelajaran dengan bermain peran dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa mata kuliah listening in professional context II. Hal ini dapat ditunjukan dengan rata-rata 64,31 pada siklus pertama dan meningkat 76,72 pada siklus kedua. Sedangkan nilai rata-rata nilai harian (kuis) mahasiswa pada siklus pertama 60,09 meningkat menjadi 68,08 pada siklus kedua. B. Saran Telah terbuktinya pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan belajar mahasiswa dalam mata kuliah listening in professional context II, Maka kami sarankan sebagai berikut: 1. Dalam kegiatan belar mangajar dosen di harapkan menjadikan bermain peran sebagai suatu alternative dalam mata kuliah Listening in professional Context II. 2. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi dosen dan mahasiswa, Maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam mata kuliah listening in profesional context II ataupun mata kuliah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA 1. Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja. 2. ____. (2008). Oxford: Learner’s Pocket Dictionary. New York: Oxford University Press 3. Brown, H.D. (2004). Language Assessment: Principles and Classroom Practice.San Fransisco: Longman
92
Abdul Kodir Al-Baekani Dkk, Penggunaan Tehnik Bermain ..... 4. Brown, Steven. (2006). Teaching Listening. United States of America: Cambridge UniversityPress 5. Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung. 6. Harmer, Jeremy. (2007). How to Teach English (New Edition). England:Longman 7. Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Rosdakarya. Bandung. 8. Oxford, R.L. (1993). Research Update on Teaching L2 Listening. New York: OxfordUniversity Press. 9. Pollard, Lucy. (2008). Lucy Pollard’s Guides to Teaching English: a Book to Help You Through Your First Two Years in Teaching. E-book: tidakditerbitkan 10. Rahmawan, R. (2011). The Use of Films in Improving Student’s Listening Comprehension.SkripsiSarjanapadaFakultasPendidikanBahasadanSastraUPIBandung, [Online], Tersedia :http://repositori.upi.edu.html. 11. Saricoban, Arif. (2009). The Teaching Of Listening.The Internet TESL Journal.[Online], Vol 5 (12), 8 halaman.Tersedia: http://iteslj.org/Techniques/ SaricobanListening.html. 12. Tarigan, H.G. Bandung:Angkasa
(2008).
Menyimak
13. Udin S. Winataputra. 2003. PenerbitanUniversitas Terbuka.
Strategi
:SebagaiSuatuKeterampilanBerbahasa. Belajar
Mengajar.
Jakarta:
Pusat
14. Ur, Penny. (1999). A Course in Language Teaching: Practice And Theory. UnitedKingdom: Cambridge University Press 15. Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group
93
Berorientasi
Standar
Proses