B2
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2013
SOCIAL NETWORK ANALYSIS: COLLABORATIVE NETWORK PENYULUH PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN Bentar Priyopradono Program Studi Manajemen Informatika Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Teknokrat AMIK - Perguruan Tinggi Teknokrat Lampung Jl. Z.A. Pagar Alam No 9-11 Kedaton, Bandar lampung, Indonesia email :
[email protected]
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat. PUAP dilaksanakan oleh petani (pemilik/penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani miskin di perdesaan melalui koordinasi Gapoktan sebagai lembaga yang dimiliki dan dikelola oleh petani[1]. Sejalan dengan perkembangan pelaksanaan program PUAP khususnya di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu dengan penyaluran dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kepada Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) berupa penguatan permodalan, dalam pelaksanaan didukung oleh tenaga ahli seperti Penyelia Mitra Tani (PMT), Penyuluh Pendamping atau Penyuluh Pertanian (PPL) dan pendampingan teknologi oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Melalui pendampingan serta pemantapan arah pengembangan ekonomi masyarakat berbasis potensi sumberdaya pertanian setempat, memberikan fasilitasi modal usaha lewat Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai lembaga ekonomi yang dikelola dan dimiliki petani. Gapoktan yang akan dijadikan sasaran pemberian modal usaha adalah Gapoktan yang memiliki usaha produksi dan pemasaran, dan unit usaha simpan pinjam. Analisis peran aktor dalam pelaksanaan program PUAP menjadi langkah yang relevan untuk memahami keterhubungan, konetivitas dan collaborative network aktor-aktor dalam jaringan (network) khususnya peranan penyuluh pertanian dalam mendukung pelaksanaan program PUAP di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu dengan tujuan penyusunan dan perencanaan kerja penyuluh pertanian, salah satunya adalah masih kurang optimalnya penyuluh pendamping atau penyuluh pertanian yang ditugaskan untuk mendampingi petani, kelompok tani (Poktan) dan Gapoktan sehingga hal ini menarik untuk diteliti. Pemetaan social network dalam pelaksanaan PUAP dapat dilakukan untuk memahami
ABSTRACT Rural Agribusiness Development Program (PUAP) has been running since 2008 with the fund of Direct Aid Society ( BLM PUAP) to Gapoktan (Farmers Association) as a capital gain used for the cultivation of food crops, horticulture, livestock, crops, non-farming businesses including domestic industry of agriculture, small-scale marketing and other business-based agriculture. Egonetwork analyzes linkage structure or local connection of each node in the network, covering the size and density of each node relation with other nodes, aiming to understand, describe variations in the behavior of all individuals in the social structure, and analyze the structure of their local association or each node relationship in the implementation PUAP program. It has a relevant step to understand the linkages and collaborative network of actors in the network in particular agricultural extension, in order to be able to understand, integrate the skills, knowledge and technologies among agricultural extensions. On the other hand collaborative networks can modify the interaction between agricultural extension to more open, simpler and easier to build communication among different agricultural extension agents in the network to the expertise, work areas, operational areas, office, division, functions and duties and the mastery of technology.
Key words Network, Ego-Network, Collaborative Network.
1. Pendahuluan Kementerian Pertanian Republik Indonesia (KEMENTAN) mulai tahun 2008 telah melaksanakan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dibawah koordinasi Program Nasional
10
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2013
secara mendalam collaborative network pendamping atau penyuluh pertanian .
B2
penyuluh
• •
2. Program Usaha Agribisnis Perdesaan •
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program terobosan Kementerian Pertanian. Program ini dimulai tahun 2008, sampai dengan akhir 2009 telah dilaksanakan di 20.426 desa / Gapoktan di 417 Kabupaten dan 33 Provinsi[2]. Salah satu kegiatan pokok PUAP adalah penyaluran dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kepada Gapoktan berupa penguatan permodalan yang digunakan untuk 1) Budidaya tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, 2) Usaha non budidaya meliputi usaha industri rumah tangga pertanian, pemasaran skala kecil dan usaha lain berbasis pertanian[2]. Pendekatan utama Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) diharapkan akan menghasilkan resultan penting, sekaligus sebagai indikator utama keberhasilan PUAP, yaitu: • Pemberdayaan Gapoktan. • Bantuan modal kerja untuk usaha produktif. • Agribisnis. • Wilayah. • Kelembagaan dan • Pemberdayaan masyarakat secara partisipatif..
Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, Penyuluh dan PMT. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.
Sasaran Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yaitu sebagai berikut : • Berkembangnya usaha agribisnis di desa terutama desa miskin terjangkau sesuai dengan potensi pertanian desa; • Berkembangnya Gapoktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani untuk menjadi kelembagaan ekonomi; • Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan/atau penggarap) skala kecil, buruh tani; • Berkembangnya usaha agribisnis petani yang mempunyai siklus usaha harian, mingguan, maupun musiman. Penyuluh pertanian atau Penyuluh Pendamping diberi penugasan oleh Bupati/Walikota dengan tugas utama : • Melakukan identifikasi potensi ekonomi desa yang berbasis usaha pertanian. • Memberikan bimbingan teknis usaha agribisnis perdesaan termasuk pemasaran hasil usaha. • Membantu memecahkan permasalahan usaha petani /kelompok tani, serta mendampingi Gapokan selama penyusunan dokumen PUAP dan proses penumbuhan kelembagaan. • Melaksanakan pelatihan usaha agribisnis dan usaha ekonomi produktif sesuai potensi desa. • Membantu memfasilitasi kemudahan akses terhadap sarana produksi, teknologi dan pasar. • Bersama PMT, memberikan bimbingan teknis dalam pemanfaatan dan pengelolaan dana BLM PUAP. • Membantu Gapoktan dalam membuat laporan perkembangan PUAP.Penulisan rumus harus jelas dan diberi indeks misalnya
Untuk meningkatkan kinerja, Gapoktan PUAP didukung tenaga Penyelia Mitra Tani (PMT), penyuluh pendamping (PP), pendampingan teknologi oleh BPTP, pembinaan oleh provinsi dan kabupaten. GAPOKTAN PUAP merupakan kelembagaan yang mengelola dana bantuan Kementerian Pertanian sebesar 100 juta rupiah untuk penguatan modal, agar anggota Gapoktan dapat mengembangkan usaha ekonomi produktif bidang agribisnis. Pola pengembangan PUAP ditempuh melalui fasilitasi pendampingan, penajaman serta pemantapan arah pengembangan ekonomi masyarakat berbasis potensi sumberdaya pertanian setempat, dalam menumbuhkan PUAP, strategi pengembangannya dengan membeikan fasilitasi modal usaha lewat Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai lembaga ekonomi yang dikelola dan dimiliki petani. Gapoktan yang akan dijadikan sasaran pemberian modal usaha adalah Gapoktan yang memiliki usaha produksi dan pemasaran, dan unit usaha simpan pinjam[2]. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) bertujuan untuk : • Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah.
3. Social Network Analysis Social Network Analysis (SNA) menjadi alat metodologi yang kuat di samping statistik, dimana konsep jaringan (network) telah didefinisikan, diuji, dan diterapkan dalam tradisi penelitian di seluruh ilmu-ilmu sosial, mulai dari antropologi, sosiologi, administrasi bisnis dan sejarah[3]. SNA merupakan alat untuk memetakan hubungan pengetahuan penting antara individu[4]. pendekatan SNA digunakan untuk penelitian 11
B2
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2013
sosial seperti memetakan arus informasi vertikal dan lateral, mengidentifikasi sumber-sumber dan tujuan untuk mencari batasan atas resourses[5], SNA digunakan untuk memahami hubungan (ties) dari aktor-aktor (nodes) dalam sebuah sistem dengan 2 fokus pendekatan, yaitu aktor dan hubungan antar aktor dalam konteks sosial tertentu, fokus tersebut membantu pemahaman terhadap bagaimana posisi aktor-aktor tersebut dapat mempengaruhi akses terhadap sumber daya yang ada misalnya barang, modal, dan informasi. Informasi merupakan satu resources atau sumber daya yang paling penting yang mengalir dalam sebuah jaringan sehingga SNA sering diimplementasikan untuk mengidentifikasi arus informasi[5], dengan mengidentifikasi arus informasi dapat membantu meningkatkan strategi yang bisa memacu para aktor untuk berbagi informasi dari pada harus menciptakan strategi yang baru[6].
3.3 Actor Network Theory Actor network theory merupakan pendekatan interdisipliner pada studi ilmu ilmu, ilmu sosial dan studi teknologi. Sebenarnya Teori ini berawal dari Michel Callon (1991) dan Bruni Latour (1992) di Centre de Sociologie de l’Innovation Ecole des Mines di Paris, teori ANT digunakan untuk memahami proses inovasi teknologi dan penciptaan pengetahuan, ANT terus berkembang dalam ilmu sosial sejak kemunculannya pada awal tahun 1980 [20], ANT telah memberikan kontribusi penting untuk pendekatan analitik dan asumsi tentang pengetahuan, subjektivitas sosial nyata. ANT berfokus pada materi sosial dan bagaimana hubungan antara objek-objek dunia nyata. Sepanjang tahun 1980-an dan 1990-an, ANT sering digunakan dalam cangkupan penelitian seperti sosiologi, teknologi, feminisme, geografi budaya, organisasi dan manajemen, perencanaan lingkungan dan kesehatan[21]. ANT meneliti interkoneksi manusia untuk memahami bagaimana network yang menghasilkan kekuatan dan efek lainnya seperti pengetahuan, identitas, rutinitas, perilaku, kebijakan, inovasi. ANT membantu kita berfikir dan bertanya, Apa jenis koneksi dan asosiasi yang terbangun antar individu-individu ?, jenis dan kualitas keterkaitan yang dihasilkan melalui network ?[21].
3.1 Social Network Network merupakan sebuah kumpulan dari hubunganhubungan antar aktor[7], secara formal, network memiliki beberapa objek yang disebut nodes, salah satu contoh sederhana dari network dapat ditemukan dan dilihat adalah pada eksistensi sebuah masyarakat dan hubunganhubungan sosial antara individu satu dengan yang lainnya[8], dalam masyarakat dapat ditemukan adanya network dan juga social network[9]. Social Network merupakan struktur sosial yang terdiri dari individu atau organisasi disebut "node", yang terikat (terhubung) dan saling ketergantungan, seperti persahabatan, kekerabatan, kepentingan bersama, financial exchange, dislike, sexual relationships, atau hubungan kepercayaan dan pengetahuan[5].
3.4 Collaborative Network Kolaborasi sebuah proses di mana entitas berbagi informasi, sumber daya dan tanggung jawab untuk bersama-sama merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan untuk mencapai tujuan bersama, konsep ini berasal dari bahasa latin “collaborare” berarti "bekerja sama" dan dapat dilihat sebagai proses penciptaan bersama. Kolaborasi melibatkan saling keterlibatan aktor untuk memecahkan masalah bersama-sama, yang berarti saling percaya dan demikian membutuhkan waktu, usaha, dan dedikasi[12]. Kolaborasi merupakan proses di mana entitas berbagi informasi, sumber daya dan tanggung jawab untuk bersama-sama merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan untuk mencapai tujuan bersama[13]. Kolaborasi merupakan suatu kegiatan yang secara fundamental terletak dalam social network di mana network dianggap sebagai hubungan antara dua node berkomunikasi. Kolaborasi sangat umum di masyarakat saat ini. Hal ini terbukti ampuh untuk memecahkan masalah, membangun konsensus, dan membantu proses pengambilan keputusan[14]. Secara historis, kolaborasi telah diatur melalui hierarki kolaborasi, di mana setiap anggota dikendalikan dan diawasi oleh anggota top lainnya, karyawan didominasi oleh manajer, dan pelanggan dikendalikan oleh organisasi[15], Kolaborasi merupakan suatu hubungan yang memiliki tujuan tertentu, kolaborasi
3.2 Ego-Network Ego-Networks merupakan sub-network yang berpusat pada node tertentu. untuk dapat menghasilkan ego-network kita menangkap semua hubungan antara node dan node lainya. Ego-network menganalisis struktur keterkaitan atau hubungan lokal masing-masing node dalam jaringan, sebuah ego-network terdiri dari simpul fokus dan set-node yang berdekatan dari simpul fokus dan dasar dari egonetwork mencangkup ukuran dan kepadatan masingmasing hubungan node dengan node lainya[10]. Ego merupakan simpul focus dari individu, ego bisa berupa orang atau individu, kelompok, organisasi, atau seluruh masyarakat[11]. Ego Network bertujuan untuk memahami, menggambarkan variasi dalam perilaku seluruh individu dalam struktur sosial[11].
12
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2013
B2
juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk kerjasama dalam upaya untuk pencapaian tujuan, kolaborasi memiliki tujuan diantaranya 1) memecahkan masalah, 2) menciptakan sesuatu, dan 3) menemukan sesuatu di dalam sejumlah hambatan. Istilah kolaborasi selama ini lebih akrab digunakan di kalangan bisnis, akademisi, maupun dunia seni, namun, dalam melakukan kolaborasi, juga terdapat berbagai hambatan yang mungkin dapat menghambat sulitnya berkolaborasi, hambatan-hambatan tersebut antaranya keahlian, waktu, biaya, kompetisi, dan kearifan local[16]. Tujuan organisasi yang terbaik direalisasikan dengan penataan dirinya sebagai Collaborative Networks. Sebuah Collaborative Networks adalah kumpulan bisnis, individu dan entitas organisasi lainnya yang memiliki kemampuan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil tertentu, Collaborative Networks mendesain organisasi pada posisi terbaik untuk memanfaatkan sumber daya yang ada dan menciptakan nilai baru. Secara struktur memanfaatkan kekuatan dari semua pihak yang berkontribusi dan dengan demikian manfaat dan menghubungkan mereka dalam cara baru yang inovatif[16], Collaborative Networks merupakan jaringan yang terdiri dari berbagai entitas misalnya organisasi, group dan komunitas yang sebagian besar berdiri mandiri, terdistribusi secara geografis, dan heterogen dalam hal lingkungan kerja mereka (budaya, social capita dan tujuan) yang berkolaborasi untuk pencapaian suatu tujuan. Collaborative Networks berfokus pada struktur, perilaku, dan dinamika yang berkembang dari jaringan entitas yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama yang lebih baik atau yang kompatibel[17]. Collaborative Networks menawarkan kemungkinan baru untuk organisasi yang efektif dan tangkas untuk menuju masa depan, agar sukses dalam lingkungan yang sangat kompetitif yang berubah dengan cepat, organisasi membutuhkan kompetensi dalam hal, strategi, prinsip-prinsip organisasi dan tata kelola, proses dan kemampuan teknologi, dalam konteks ini, Collaborative Networks menunjukkan peranan untuk penciptaan nilai melalui kemampuan baru untuk mengatasi kebutuhan inovasi, ketidakpastian, kustomisasi massal dan persaingan[18].
menjadi langkah yang relevan, dalam memahami secara mendalam arus informasi dan collaborative network antara penyuluh pertanian, dengan tujuan memahami keterhubungan atau konetivitas dari aktor-aktor, serta melihat peranan aktor dalam network, ini semua menjadi kebutuhan dalam rangka penyusunan perencanaan kerja dari tahapan pelaksanaan program PUAP demi kesinambungan pelaksanaan program dimasa yang akan datang.
5. Metode Penelitian Pada tahapan ini data sampel responden yang diambil berdasarkan pertimbangan guna keterwakilan sampel terhadap populasi pada pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu, Dalam penelitian ini, berdasarkan objek penelitian sebagai populasi target, maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sampel yang diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Akan tetapi, pengambilan sampel yang dilakukan tetap melihat dari keterwakilan dari setiap elemen-elemen populasi.Daftar Populasi dan sampel dari penelitian dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1 Daftar Populasi Target dan Populasi Survei
Populasi Target Pelaku atau Stakeholder dalam Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedresaan (PUAP)
Populasi Survei - Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian,Perika nan,dan Kehutanan BP4K - Balai Penyuluh Pertanian. - Penyelia Mitra Tani (PMT)
Sampel Penelitian - Staf Program PUAP BP4K - Staf Balai Penyuluh Pertanian - Penyuluh Pertanian(PP) - Penyuluh Pertanian Pendamping PUAP - Penyelah Mitra Tani
Dari hasil populasi target dan populasi survey diperoleh informasi dengan komposisi 95 responden. Berdasarkan hasil kuisioner dan wawancara, seluruh data sampel responden yang menjadi objek penelitian ini, merupakan kombinasi dari pelaksanaan Program PUAP di Kabupaten Rejang Lebong, seperti yang ditunjukkan pada table 2.
4. Tujuan Penelitian Permasalahan yang dihadapi pada tahap pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), salah satunya adalah masih kurang optimalnya penyuluh pertanian yang ditugaskan untuk mendampingi Poktan (Kelompok Tani) dan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) dalam mendukung pelaksanaan program PUAP, oleh karena itu, menarik untuk diteliti. Pemetaan social network dari seluruh stakeholder program PUAP
Tabel 2 Daftar Populasi Sampel Penelitian
Kelembagaan Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP4K)
13
Responden 10 responden
B2
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2013
Balai Penyuluh Pertanian (BPP)
85 responden
Total Responden
95 Responden
Dari data sampel diatas 95 responden yang memberikan informasi baik di tingkat BP4K terdiri dari Penyela Mitra Tani (PMT) dan staf Program dan pengembangan kelembagaan di BP4K, sedangkan pada tingkat Balai Penyuluh Pertanian (BPP), responden tersebar dari 10 kantor BPP yang terdiri dari Penyuluh Pendamping atau penyuluh pertanian, Staff BPP, dan Kepala BPP, data sampel responden yang diambil berdasarkan pertimbangan guna keterwakilan sampel terhadap populasi pelaksanaan program PUAP. ego-Networks digunakan untuk menganalisis struktur keterkaitan atau hubungan-hubungan antar aktor yang membangun jaringan sosial dalam Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), dalam jaringan sosial tersebut akan dianalisis hubungan lokal masing-masing node untuk menemukan aktor-aktor yang memiliki peranperan tertentu, melihat keterhubungan (connection) antar aktor dalam jaringan sosial dan peran dari aktor dalam jaringan.
Gambar 1 Sociogram Collaborative Network Seluruh Sampel (95 aktor)
Tahapan ini mencoba melihat dan menganalisa struktur keterkaitan dan kedekatan hubungan lokal masing-masing node dalam jaringan (network), hasil visualisasi dapat dilihat pada Gambar 1 Sociogram Collaborative Network dari seluruh data sampel. Secara keseluruhan berdasaran sociogram dari total 95 aktor diperoleh informasi bahwa hubungan yang terbagun antara aktor dalam jaringan, terdapat 3 aktor (node hijau) yang memiliki kepadatan hubungan keterkaitan tertinggi diantaranya (1) N93 dengan 39 keterkaitan, (2) N92 dengan 36 keterkaitan, dan (3) N94 dengan 26 keterkaitan dengan nodes lain, terlihat jelas bahwa ada tiga aktor memiliki pengaruh besar dalam jaringan (network) pelaksanaan program PUAP, hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 3.
6. Hasil dan Pembahasan Hasil pengolahan data responden diperoleh hasil visualisasi Social Network dan deskripsi statistik dari hubungan aktor-aktor dalam Program Pengembagan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu, untuk dapat melihat secara mendalam dari visualisasi social network, berikut akan dibahas hubungan dan interaksi yang dibangun dan terbangun dari para aktor, yang dilihat dari beberapa analisa dalam Social Network Analysis.
Tabel 3 Perhitungan Ego-network dari 95 aktor dalam program PUAP
Measures Mean Std.Dev Min Max
6.1 Struktur Keterkaitan dan Hubungan Masingmasing Penyuluh Pertanian
Value Size 6,894 6,146 1 39
Density 0 1
Hasil perhitungan Ego Network pada jaringan (network) didapat informasi bahwa masing-masing aktor rata-rata hanya mengirim dan menerima informasi secara umum dari dan kepada 6 aktor, berdasarkan 95 aktor yang ada dalam jaringan (network). Dari 95 aktor, dilakukan seleksi berdasarkan penyuluh pertanian dan Penyelia Mitra Tani yang secara langsung bertanggung jawab akan pelaksanaan program PUAP dan didapatlah 59 aktor, hasil dari visualisasi Ego-network dapat dilihat pada gambar 2 yang merupakan visualisasi dari 59 aktor.
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan bantuan software Netminer4, diperoleh hasil visualisasi jaringan sosial dan diskripsi statistik dari 95 aktor.
14
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2013
B2
Gambar 3 Sociogram Collaborative Network Penyuluh Pertanian (56 Aktor)
Gambar 2 Sociogram Collaborative Network 59 Aktor
Hasil visualisasi Ego Network dari total 56 responden pada program PUAP diperoleh informasi bahwa hubungan yang terbagun antara actor dalam jaringan terdapat 1 nodes yang memiliki nilai kepadatan hubungan tertinggi yaitu N18 dengan 12 keterkaitan dengan aktor lainnya, terlihat jelas bahwa ada 1 aktor (penyuluh pertanian) yang memiliki pengaruh besar dalam jaringan (network) pelaksanaan program PUAP, dari hasil perhitungan Ego Network pada jaringan (network) didapat informasi bahwa masing-masing aktor rata-rata hanya mengirim dan menerima informasi secara umum dari dan kepada 1 aktor, berdasarkan 56 aktor yang ada dalam jaringan, dilihat juga terdapat aktor yang terisolasi seperti (N11,N12, N26, N39, N51, N55, N56, N59, N60, N79, N81, N86), karena jaringan keterkaitan dan keterhubungan sepenuhnya dipengaruhi oleh peran Penyelia Mitra Tani (PMT). Hasil perhitungan ego-network dapat dilihat pada tabel 5.
Hasil visualisasi Ego Network dari total 59 aktor pada program PUAP diperoleh informasi bahwa hubungan yang terbagun antara aktor dalam jaringan (network), terdapat 4 nodes yang memiliki nilai kepadatan hubungan tertinggi diantaranya (1) N93 dengan 35 keterkaitan dengan aktor lainnya, (2) N92 dengan 37 keterkaitan, (3) N94 dengan 23 keterkaitan, dan (4) N18 dengan 14 keterkaitan, terlihat jelas bahwa ada 4 actor yang memiliki pengaruh besar dalam jaringan program PUAP. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4 Perhitungan Ego-network PUAP
Measures Mean Std.Dev Min Max
Value Size 4,61 5,986 1 35
Density 0 1
Tabel 4 Perhitungan Ego-network Penyuluh Pertanian
Dari hasil perhitungan Ego Network pada jaringan (network), didapat informasi bahwa masing-masing aktor rata-rata hanya mengirim dan menerima informasi secara umum dari dan kepada 4 aktor, berdasarkan 59 aktor yang ada dalam jaringan. Visualisasi Ego-network gambar 3 merupakan data aktor-aktor yang berperan sebagai penyuluh pertanian (hasil seleksi dari 95 responden) dalam pelaksanaan program PUAP yang terdiri dari 59 aktor, namun di sini aktor yang berperan sebagai Penyelia Mitra Tani (PMT) di hilangkan maka sampel menjadi 56 aktor, dengan tujuan melihat peran dan keterhubungan aktor dengan aktor yang lain yang berperan sebagai penyuluh Pertanian.
Measures Mean Std.Dev Min Max
Value Size 1,929 1,935 0 12
Density 0 1
6.2 Collaborative Network yang terbangun antar Penyuluh Pertanian Tahapan ini melihat dimensi spasial yang menunjukkan bagaimana bentuk keterhubungan dan keterkaitan yang terbangun oleh penyuluh pertanian dalam pelaksanaan program PUAP berdasarkan wilayah operasional Balai Penyuluh Pertanian (BPP) dimana penyuluh pertanian bertugas, tahapan ini mencoba memberikan pemahaman tentang bagaimana pertukaran informasi, pengetahuan dan interkasi antar penyuluh pertanian dalam pelaksanaan program PUAP dengan menjelajahi lingkungan wilayah 15
B2
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2013
operasional Balai Penyuluh Pertanian (BPP), langkah ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi, efektivitas, dan produktivitas peran penyuluh pertanian dalam melaksanakan fungsi dan tugas-tugas mereka. Gambar 4 merupakan visualisasi dari 59 aktor yang secara langsung terlibat dalam pelaksanaan prohram PUAP, namun di sini aktor yang berperan sebagai Penyelia Mitra Tani tetap di hilangkan, maka menjadi 56 aktor, dengan tujuan melihat peran dan keterhubungan aktor dengan aktor yang lain yang berperan sebagai penyuluh pendamping (PP).
6.3 Strategi Collaborative pelaksanaan program PUAP
Network
dalam
Hasil analisis Social Network Analysis didapat berbagai pola keterkaitan dan berbagi informasi di dalam pelaksanaan program PUAP khususnya penyuluh pertanian, SNA membantu membuat interaksi kelompok terlihat, hal ini sangat penting dalam pekerjaan dan peningkatan koordinasi antar penyuluh pertanian didalam pelaksanaan program PUAP dalam menghadapi beberapa macam permasalahan yang menghambat kemampuan jaringan (network) untuk mengintegrasikan keahlian antar penyuluh pertanian. Permasalahan tersebut mungkin hirarkis/struktur, fungsional, geografis, namun pemahaman bagaimana arus informasi, melintasi batas-batas dalam sebuah program dapat menghasilkan wawasan penting bagaimana pelaksanaan program PUAP harus menargetkan upaya untuk mempromosikan kolaborasi yang memiliki hasil strategis demi tercapainya tujuan pelaksanaan program PUAP, dukungan collaborative network dapat memodifikasi interaksi antar penyuluh pertanian menjadi lebih terbuka, maka membutuhkan sistem yang terbuka, sistem ini harus memungkinkan untuk membangun komunikasi sederhana dan mudah antara penyuluh pertanian yang berbeda dari jaringan (network) baik keahlian, wilayah kerja, wilayah operasional dan penguasaan teknologi. Kemampuan untuk menangkap dan berbagi informasi dalam jaringan (network) seringkali dibatasi oleh keragaman proses bisnis, unit organisasi, struktur dan teknologi, serta sulitnya berbagi pengetahuan antara penyuluh pertanian dilihat dari jabatan, divisi dan fungsi tugas mereka. Peranan dan kontribusi Penyelia Mitra Tani dalam pelaksanaan program PUAP perlu titingkatkan dan dikembangkan dikarenakan perananan supervisi dan advokasi proses penumbuhan kelembagaan kepada Gapoktan beserta Penyuluh Pertanian melakukan pendampingan bagi Gapoktan PUAP dapat menjadi rasionalisasi bahwa social network yang terbentuk memiliki social power dan interaksi yang ada merupakan social capital yang baik[19], dan perlu dilihat kembali peran, kontribusi aktor lain yang muncul (memiliki potensi power / memberikan pengaruh) dari social Network Analisys, dimana sebagai aktor yang memiliki potensi serta cukup berpengaruh dalam jaringan (network), disebabkan dari kemampuan dan kemauannya untuk bertukar informasi, mereka memiliki kekuatan secara struktural untuk menjadi fasilitator komunikasi, dengan demikian, mereka adalah aktor dominan dan aktor penting dalam pengembangan pelaksanaan program PUAP di Kabupaten Rejang Lebong, yang kedepannya perlu ditingkatkan koordinasi dan pengarunya untuk meningkatkan pelaksanaan Program PUAP ditingkat kelembagaan terutama di tingkat wilayah kerja Balai Penyuluh Pertanian
Gambar 4 Sociogram Collaborative Network Penyuluh Pertanian Berdasarkan Wilayah Operasional Balai Penyuluh Pertanian
Hasil visualisasi diatas dapat dilihat pemahaman tentang bagaimana pertukaran informasi, pengetahuan dan interkasi antar aktor dalam pelaksanaan program PUAP di Kabupaten Rejang Lebong dengan menjelajahi dimensi dalam lingkungan spasial wilayah operasional Balai Penyuluh Pertanian (BPP) berdasarkan wilayah kerja penyuluh pertanian. dari visualisasi Gambar 4 dapat terlihat kepadatan keterkaitan aktor dengan aktor lainya berdasarkan wilayah operasional BPP, ditunjukan dengan 4 wilayah BPP yang terisolasi (BPP Kesambe Lama, BPP Durian Mas, BPP Bengko dan BPP Tanjung Agung) ini menunjukan bahwa jaringan (network) yang tebangun dari penyuluh pertanian antar wilayah operasional BPP masih rendah, sebagian besar keterhubungan dan keterkaitan penyuluh pertanian terjadi di dalam wilayah operasional BPP dimana penyulu pertanian bertugas. Hasil visualisasi terlihat penyuluh pertanian yang aktif sebagai penghubung antar wilayah BPP seperti N18 dan N17 pada BPP Air Pikat, N7 dan N9 pada BPP Air Duku, N82 pada BPP PAL VIII, N67 pada BPP Mojorejo dan N63 pada BPP Lubuk Ubar, disimpulkan hubungan dan keterkaitan antar penyuluh pertanian dilihat dari wilayah operasional BPP masih sangat besar di pengaruhi oleh peran Penyelia Mitra Tani.
16
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2013
(BPP) khususnya pelaksanaan Kabupaten Rejang Lebong [19].
program
B2
PUAP
[9] E. M. Daly and M, Haahr., 2007, “Social Network Analysis for Routing in Disconnected Delay-Tolerant,” ACM, New York. [10] M. Granovetter, 1978, Introduced the concept of threshold as the percentage of previous adopters in a person’s egonetwork in “Threshold models of collective behavior”. American Journal of Sociology 83, 1420-43. [11] R. A. Hanneman and R. Mark., 2005, “Introduction to Social Network Methods,” University of California, Riverside, http://faculty.ucr.edu/~hanneman/. [12] Camarinha-matos, L. M., & Afsarmanesh, H., 2006, “Collaborative networks Value creation in a knowledge society”, In Proceedings of PROLAMAT, Springer, Vol 06, 14–16, Shanghai, China. [13] L.M. Camarinha-Matos, H. Afsarmanesh., 2012, “Taxonomy of Collaborative Networks Forms”, GloNet project. [14] Straus, D. and Layton, T., 2002, “How to Make Collaboration Work: Powerful Ways to Build Consensus, Solve Problems, and Make Decisions”, San Francisco: Berrett-Koehler Publishers. [15] Tapscott, D., & Williams, A.D., 2006, “WIKINOMICS How Mass Collaboration Changes Everything”, United States of America: Janson Text with Daily News. [16] Shuman, J., & Twombly, J., 2008, “Collaborative Network Management”, 6 April. Vol.22, No.8, Routledge, London. doi:10.1080/0144619042000206533. [17] L.M. Camarinha-Matos, H. Afsarmanesh., 2005, “The emerging discipline of collaborative networks”, J. Intelligent Manufacturing, vol. 16, Nº 4-5, pp 439-452. [18] Camarinha-Matos, L. & Afsarmanesh, H., 2005. “Collaborative networks: Anew scientific discipline”. Journal of intelligent manufacturing, 16, pp.439-452, ISSN: 0956-5515. [19] Priyopradono, B., Manongga, D., & Herry Utomo, W. 2013. “Spatial Social Network Analysis: Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) or an Exertion Development Program in Supporting the Region Revitalization Development”, Social Networking, Vol 02, 63–76, New York. doi:10.4236/sn.2013.22008. [20] Rowland, N. J., Passoth, J.-H., & Kinney, A. B. (2011). Latour’s greatest hits, reassembled: Review of Bruno Latour’s Reassembling the social: An introduction to ActorNetwork-Theory. Spontaneous Generations: A Journal for the History and Philosophy of Science, 5(1), 95–99. doi:10.4245/sponge.v5i1.14968 [21] Lissandrello, E. (2008). Reassembling the Social – An Introduction to Actor Network Theory. Comparative Sociology, 7(4), 500–502. doi:10.1163/156913308X336453
di
4. Kesimpulan Pemetaan collaborative network pada pelaksanaan program PUAP di Kabupaten Rejang Lebong dilakukan berdasarkan hubungan kolaborasi kerja antar penuluh pertanian, hasil penelitian telah menunjukkan pentingnya kolaborasi antara penyuluh pertanian dan unit kerja dalam pelaksanaan Program PUAP, baik kelembagaan terutama ditingkat wilayah kerja Balai Penyuluh Pertanian (BPP) dalam menentukan tingkat inovasi agar bisa memberikan masukan yang lebih baik untuk pelaksanaan program PUAP, berkolaborasi sangat penting dalam pekerjaan dan peningkatan koordinasi antar penyuluh pertanian didalam mendukung pelaksanaan program PUAP untuk menghadapi beberapa macam permasalahan yang menghambat kemampuan jaringan (network). Untuk mengintegrasikan keahlian, pengetahuan dan teknologi antar penyuluh pertanian banyak sekali factor penghambat terjadinya kolaborasi, baik permasalahan struktur, fungsional dan geografis, collaborative network dapat memodifikasi interaksi antar penyuluh pertanian menjadi lebih terbuka, membangun komunikasi sederhana dan mudah antara penyuluh pertanian yang berbeda dalam jaringan (network) baik itu keahlian, wilayah kerja, wilayah operasional, jabatan, divisi, fungsi dan tugas dampai dengan penguasaan teknologi.
REFERENSI [1] Kementan., 2013, “Pedoman Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan”, Peraturan Kementerian Pertanian, Jakarta. [2] Kementan., 2013, “Petunjuk Teknis Verifikasi Dokumen Administrasi Dan Penyaluran Dana BLM-PUAP Tahun 2013”, Petunjuk Teknis, Jakarta. [3] W. De Nooy, A. Mrvar and V. Batagelj., 2005, “Exploratory Network Analysis with Pajek,” Cambridge University Press, New York. [4] S. Pryke., 2004, “Analysing Construction Project Coalitions: Exploring the Application of Social Network Analysis,” Construction Management and Economics. [5] B. Wellman., 1997, “An Electronic Group Is Virtually a Social Network,” In: S. Kiesler, Ed., Culture of the Internet, Lawrence Erlbaum, Mahwah, pp. 179-205. [6] O. Serrat., 2009, “Social Network Analysis, Knowledge Solutions,” Asian Development Bank (ADB), Mandaluyong City. [7] C. Kadushin., 2004, “Introduction to Social Network Theory,” Boston. [8] R. Agusyanto., 2010, “Fenomena Dunia Mengecil: Rahasia Jaringan Sosial,” Institute Antropologi Indonesia, Jakarta.
Bentar Priyopradono, memperoleh gelar S.Kom dan M.Cs. dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Jawa Tengah, tahun 2009 dan 2013. Saat ini sebagai Staf Pengajar di Perguruan Tinggi Teknokrat Bandar Lampung.
17