KERAGAMAN JENIS HIJAUAN PAKAN KAMBING LOKAL DI DESA PIDOLI LOMBANG DAN AEK BANIR, KECAMATAN PANYABUNGAN, KABUPATEN MANDAILING NATAL , PROPINSI SUMATERA UTARA
SKRIPSI RABIAH AL-ADAWIYAH SIREGAR
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
RINGKASAN RABIAH AL-ADAWIYAH SIREGAR. D24070015. 2012. Keragaman Jenis Hijauan Pakan Kambing Lokal di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Propinsi Sumatera Utara. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Sudarsono Jayadi, MSc. Agr. Pembimbing Anggota : Ir. Muhammad Agus Setiana, MS. Bentuk topografi dan dinamika sosial yang berbeda di antara Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir mempengaruhi sistem beternak yang diterapkan masyarakat. Desa Pidoli Lombang yang memiliki topografi datar dan lebih dekat dengan ibukota kecamatan menerapkan sistem pemeliharaan ternak kambing secara intensif. Sementara Desa Aek Banir yang memiliki tofografi berbukit dan terletak jauh dari ibukota kecamatan menerapkan sistem pemeliharaan ternak kambing secara semi intensif. Penelitian dilaksanakan di peternakan kambing rakyat Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir. Metode yang digunakan adalah observasi langsung difokuskan pada pengamatan kandang kambing, memprediksi komposisi botani di kandang ternak, menimbang hijauan pakan yang diberikan pada ternak, menimbang ternak dewasa, wawancara dengan peternak dan pemotretan untuk dokumentasi. Pengamatan pemberian hijauan per hari hanya di lakukan di Desa Pidoli Lombang dengan sistem pemeliharaan intensif dengan menggunakan sampel 40 ekor kambing dari 4 orang peternak. Desa Pidoli Lombang memiliki 3 jenis kambing yaitu kambing Benggala, kambing Peranakan Benggala-Lokal dan kambing Kacang Lokal. Hijauan pakan diberikan peternak terbagi atas 3, yaitu kacangan (5 jenis), rumput (3 jenis) dan ramban (6 jenis). Spesies jenis kacangan yaitu Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex. Walp, Leucaena leucocephala LAMK, Centrosema pubescens Benth, Pueraria javanica Benth. dan Calopogonium mucunoides Desv. Jenis rumput yaitu Brachiaria mutica Forssk, Panicum maximum Jacq var. Gatton dan Chloris barbata Swartz. Jenis ramban yaitu Manihot utillissima POHL, Ipomoea batata (L). Lam, Artocarpus heterophylus LAMK, Mikania micrantha HBK, Mangifera indica L. dan Ipomoea aquatic Forssk. Desa Aek Banir memiliki satu jenis kambing yaitu kambing Kacang Lokal. Jenis hijauan pakan diberikan peternak terbagi atas 3 yaitu kacangan (5 jenis), rumput (2 jenis) dan ramban (5 jenis). Jenis kacangan yaitu Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex. Walp, Leucaena leucocephala LAMK, Centrosema pubescens Benth, Calliandra calothyrsus Meissn dan Calopogonium mucunoides Desv. Spesies jenis rumput yaitu Brachiaria mutica Forssk dan Cynodon dactylon L. PERS. Spesies jenis ramban yaitu Manihot utillissima POHL, Mikania micrantha HBK, Arenga pinnata (Wurmb) Merr, Lantana camara LINN dan Eugenia aquena BURM.f. Hasil analisis komposisi botani di Desa Pidoli Lombang menunjukkan bahwa peringkat pertama hijauan yang diberikan pada kambing di Desa Pidoli Lombang adalah ramban dengan frekuensi pemberian sebesar 42,86 %, disusul oleh kacangan dengan frekuensi sebesar 35,71%, dan rumput dengan frekuensi sebesar 21,43%.
Apabila dilihat dari spesies dengan jumlah frekuensi pemberian hijauan tertinggi yang diberikan pada kambing adalah rumput benggala (Panicum maximum Jacq. var. Gatton) sebesar 31,51%, rampas para (Mikania micrantha HBK) sebesar 20,74%, dan peringkat ketiga adalah daun singkong (Manihot utillissima POHL) sebesar 10,29%. Hijauan pakan yang paling banyak dikonsumsi ternak kambing di Desa Aek Banir adalah jenis kacangan (41,67%) dan ramban (41,67%), kemudian rumput (16,66%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis hijauan pakan pada peternakan kambing rakyat di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir secara garis besar terbagi menjadi tiga jenis yaitu kacangan, rumput dan ramban. Keragaman jenis hijauan pakan kambing lokal di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir termasuk ke dalam golongan sedang dengan jumlah spesies yang digunakan sebanyak 14 dan 12. Dapat disimpulkan berdasarkan jumlah jenis hijauan pakan yang digunakan bahwa keragaman jenis hijauan pakan antara Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir memiliki sedikit perbedaan (berbeda 2 jenis). Kata-kata kunci : kacangan, kambing, komposisi botani, ramban, rumput
ABSTRACT Diversity of Local Forage for Goats in Pidoli Lombang and Aek Banir Village, Panyabungan Subdistrict, Mandailing Natal Regency, North Sumatera Siregar, R. A., S. Jayadi, and M. Agus Setiana Pidoli Lombang and Aek Banir are villages in Panyabungan City where have goat farms. There are three type of goat in Pidoli Lombang village which are Benggala goat, Peranakan Benggala goat and Kacang goat. Type of goat in Aek Banir Village is Kacang goat. These goats eat shrub forage and there were found three types forage consist of legume, grass and leaves. The aim of this study was identifying forages diversity in Pidoli Lombang and Aek Banir village. This experiment used descriptive analysis, composition of botany analysis and Nell and Rollinson method. The results on composition of botany showed that the first, second and third rank in Pidoli Lombang village were Panicum maximum var. Gatton (31.51 %), Mikania micrantha HBK (20.74%) and Manihot utillissima POHL (10.29%) respectively. The percentage of forages that were consumed by goats in Aek Banir village were legume (41.67%), leaves (41.67%) and grass (16.66%) respectively. The result of Nell and Rollinson method showed that animal capacity in Pidoli Lombang and Aek Banir village could still accommodate animals as many as 217.572,39 and 33.055,14 animal unit respectively. Keyword: composition of botany, goat, grass, leaves, legume.
KERAGAMAN JENIS HIJAUAN PAKAN KAMBING LOKAL DI DESA PIDOLI LOMBANG DAN AEK BANIR, KECAMATAN PANYABUNGAN, KABUPATEN MANDAILING NATAL , PROPINSI SUMATERA UTARA
RABIAH AL-ADAWIYAH SIREGAR D24070015
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul
: Keragaman Jenis Hijauan Pakan Kambing Lokal di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal , Propinsi Sumatera Utara.
Nama
: Rabiah Al-Adawiyah Siregar
NIM
: D24070015
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
Pembimbing Anggota,
Ir. Sudarsono Jayadi, MSc. Agr. NIP. 19660226 199003 1001
Ir. Muhammad Agus Setiana, MS. NIP. 19570824 198503 1001
Mengetahui: Ketua Departemen, Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr. NIP. 19670506 199103 1 001
Tanggal Ujian: 29 Maret 2012
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Maret 1989 di Rantau Prapat, Labuhan Batu, Sumatera Utara. Penulis adalah anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Drs. Abdullah Siregar dan Masniro Harahap. Penulis mulai menempuh pendidikan di SD Inpres Lubuk Tukko, Sibolga pada tahun 1995 dan lulus pada tahun 2001. Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Negeri 2 Panyabungan
dan
pendidikan
menengah
atas
diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Negeri 1 Panyabungan Selatan. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2008. Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan sebagai staf Budaya Olah Raga dan Seni, periode 2008-2009. Penulis juga aktif dalam UKM Paduan Suara Mahasiswa IPB Agria Swara periode 2009-2010 sebagai Bendahara dan masih menjadi anggota hingga sekarang. Penulis pernah mengikuti kegiatan magang di Balai Inseminasi Buatan Lembang bandung pada tahun 2008 dan di Balai Embrio Ternak Cipelang pada tahun 2009 serta aktif pada kepanitiaan kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga kemahasiswaan IPB baik yang bertarap nasional maupun internasional.
Bogor, Maret 2012
Rabiah Al-Adawiyah Siregar D24070015
KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan pada kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Keragaman Jenis Hijauan Pakan Kambing Lokal di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal Propinsi Sumatera Utara” yang merupakan salah satu syarat penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan. Skripsi ini ditulis berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama kurang lebih 3 bulan dari bulan Mei hingga Agustus 2011 di peternakan kambing rakyat Desa Pidoli Lombang dan Desa Aek Banir, Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Propinsi Sumatera Utara. Skripsi ini disusun atas dasar kondisi yang terjadi seperti yang digambarkan. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui keragaman jenis hijauan pakan yang diberikan pada kambing di Desa Pidoli Lombang dan Desa Aek Banir serta memberikan masukan mengenai perbaikan pakan pada peternak sehingga dapat memilih hijauan pakan yang sesuai untuk ternaknya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu sumbangan
pemikiran
terhadap
penulisan
skripsi
ini
diharapkan
dapat
menyempurnakannya. Semoga hasil yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk semua pihak yang membutuhkan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut berperan dalam penelitian sampai penyelesaian penulisan skripsi ini.
Bogor, Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ............................................................................................
ii
ABSTRACT ...............................................................................................
iv
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................
v
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................
vi
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
viii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xiii
PENDAHULUAN .....................................................................................
1
Latar Belakang ............................................................................... Tujuan ............................................................................................
1 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
3
Ternak Kambing Di Indonesia ....................................................... Kambing Kacang ............................................................. Kambing Benggala .......................................................... Hijauan Pakan ................................................................................ Hijauan Pakan Budidaya ................................................................ Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schum) ............... Rumput Ruzi (Brachiaria ruziziensis R. Germ dan C. M. Evrard) .............................................................................. Rumput Setaria (Setaria splendida Staft) ......................... Rumput Raja (Pennisetum typhoides [Burm. f.] Stapf ..... Hijauan Pakan Alami ...................................................................... Rumput .............................................................................. Kacangan .......................................................................... Daun-Daunan (Ramban) ................................................... Usaha Peternakan Kambing ............................................................ Sistem Pemeliharaan Ternak . ........................................................ Sistem Pemeliharaan Ekstensif ......................................... Sistem Pemeliharaan Semi Intensif .................................. Sistem Pemeliharaan Intensif ............................................
3 4 5 6 7 7 7 8 8 8 9 9 10 11 11 11 11 12
MATERI DAN METODE .........................................................................
13
Lokasi dan Waktu ........................................................................... Materi .............................................................................................
13 13
Prosedur ......................................................................................... Persiapan Penelitian ........ ................................................... Penimbangan Hijauan dan Konsumsi ................................. Pembuatan Herbarium ...................................... ................. Identifikasi Hijauan ............................................................ Jenis, Sumber dan Analisis Data .................................................... Analisis Deskriptif ............................................................. Analisis Komposisi Botani ........ ........................................ Analisis Kapasitas Daya Tampung Nell Rolinson ............
13 13 13 14 14 14 15 15 15
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
17
Keadaan Umum Peternakan Kabupaten Mandailing Natal ........... Keadaan Umum Desa Pidoli Lombang ......................................... Penggunaan Lahan Desa Pidoli Lombang ......................... Keadaan Umum Desa Aek Banir ................................................... Penggunaan Lahan Desa Aek Banir ................................... Kependudukan dan Sosial Budaya ..................................... Sistem Pemeliharaan Ternak Kambing .............................. Karakteristik Peternak .................................................................... Umur Peternak ................................................................... Tingkat Pendidikan ............................................................ Jenis Pekerjaan ................................................................... Pengalaman Beternak ......................................................... Kepemilikan Ternak ........................................................... Performa Kambing ......................................................................... Kualitas dan Kuantitas Hijauan Pakan ........................................... Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan .................................. Keragaman Jenis Hijauan Pakan .................................................... Kapasitas Daya Tampung Ternak Nell dan Rollinson .....................
17 18 18 19 19 19 20 23 23 24 24 25 26 26 27 28 30 32
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
34
UCAPAN TERIMA KASIH .....................................................................
35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
36
LAMPIRAN ...............................................................................................
40
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Karakteristik Morfologik Tubuh Kambing Kacang …………............
5
2.
Karakteristik Morfologik Tubuh Kambing Benggala .........................
6
3.
Populasi Ternak di Kabupaten Mandailing Natal ........……………...
17
4.
Luas Penggunaan Lahan Desa Pidoli Lombang ..................................
18
5.
Populasi Ternak Kambing di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir ...
26
6. 7. 8.
Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan di Desa Pidoli Lombang Jenis Hijauan Pakan Ternak Kambing di Desa Aek Banir................... Hasil Perhitungan Nell dan Rollinson (1974) .....................................
29 30 33
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman 20
8.
Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011 ................................................................................................... Kandang dan Pola Penyediaan HMT Cut and Carry (Sistem Intensif) ............................................................................................. Ternak Dilepaskan dan Mencari Makan Sendiri (Sistem Semi Intensif) .............................................................................................. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Umur Tahun 2011 ........ Persentase Jumlah Responden Bendasarkan Pendidikan Tahun 2011 ………………………………………………………………... Persentase Jumlah Responden Bendasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2011 ………………………………………………………..………. Persentase Jumlah Responden Bendasarkan Pengalaman Beternak (2011) …………………………………………...………………….. Kambing Benggala, Peranakan Benggala dan Kacang Lokal …...…
9.
Jenis Hijauan Pakan Rumput ............................................................
31
10.
Jenis Hijauan Pakan Kacangan ..........................................................
31
11.
Jenis Hijauan Pakan Ramban ............................................................
32
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
21 22 23 24 25 25 27
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman 41
4.
Peta Wilayah Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal .................................................................................................... Populasi dan Produksi Ternak di Kabupaten Mandailing Natal (2010) .................................................................................................. Populasi Ternak Ruminansia Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2006-2009 (Ekor) ............................................................................... Keadaan Umum Desa Pidoli Lombang ...............................................
5.
Keadaan Umum Desa Aek Banir ………..................……………......
43
6.
43
8.
Jumlah Tanggungan dan Penghasilan Responden Peternak Tahun 2011 ..................................................................................................... Kondisi Jumlah Ternak dari Tiap Peternak Desa Pidoli Lombang ..... Kondisi Jumlah Ternak dari Tiap Peternak Desa Aek Banir ……..…
9.
Perhitungan Komposisi Botani Desa Pidoli Lombang ........................
45
10.
46
11.
Frekuensi Pemberian Jenis Hijauan Pakan Desa Pidoli Lombang ...... Kapasitas Daya Tampung Ternak Metode Nell dan Rollinson (1974)
12.
Kuisioner …………….....................................…………………........
50
1. 2. 3.
7.
42 42 43
44 45
48
PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Mandailing Natal merupakan sebuah wilayah yang dibagi atas 23 kecamatan dan 395 desa/kelurahan dengan luas daerah 662.070 ha dari wilayah propinsi Sumatera Utara dan jumlah penduduk 386.596 jiwa. Kecamatan Panyabungan merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 25.977,43 ha. Berdasarkan topografi, Kabupaten Mandailing Natal dibedakan menjadi dataran rendah, dataran landai dan dataran tinggi. Wilayah Kabupaten Mandailing Natal mempunyai musim yang hampir sama dengan kota lain di Indonesia yakni musim hujan dan musim kemarau (Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal, 2009). Mata pencaharian penduduk Kabupaten Mandailing Natal pada umumnya adalah bertani dan beternak. Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir merupakan desa yang yang terdapat di Kecamatan Panyabungan. Desa Pidoli Lombang terletak paling dekat dengan pusat pemerintahan Kecamatan Panyabungan. Desa Aek Banir terletak cukup jauh dengan pusat kecamatan Panyabungan. Dinamika sosial yang terdapat di kedua desa tersebut memiliki perbedaan yang disebabkan oleh letak yang dekat dengan kota kecamatan. Populasi ternak kambing di Kecamatan Panyabungan memiliki angka tertinggi kedua di Kabupaten Mandailing Natal yakni sebesar 1.668 ekor (BPS Kabupaten Mandailing Natal, 2009). Produksi daging kambing di Kecamatan Panyabungan pada tahun 2008 mencapai 963,73 kg/tahun (Dinas Peternakan Kabupaten Mandailing Natal, 2009). Ternak kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang diunggulkan di daerah Kabupaten Mandailing Natal karena memiliki keunggulan, antara lain mudah memeliharanya, cepat berkembang biak, dapat menghasilkan produksi daging sebagai substitusi daging sapi. Selain itu ternak kambing juga sudah melekat dengan masyarakat Mandailing Natal karena merupakan ternak warisan nenek moyang dan budaya di masyarakat Mandailing Natal. Umumnya keluarga petani memelihara ternak kambing dengan tujuan untuk memperoleh sumber pendapatan lain, jika tanaman pangan yang diusahakannya mengalami kegagalan panen, disamping juga sebagai tabungan hidup yang sewaktu-waktu dapat dijual jika ada keperluan keuangan mendesak. 1
Secara umum, peternak kambing rakyat yang terdapat di Kecamatan Panyabungan memberikan pakan kepada ternak kambingnya berupa tumbuhan yang ada di sela-sela lahan sawah serta kebun. Selain itu, peternak juga sering melepaskan ternak kambingnya di lapangan untuk mencari makanannya sendiri. Jenis hijauan pakan yang terdapat di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir sangat beraneka ragam. Namun keragaman jenis tumbuhan pakan ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para peternak. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui lebih lanjut tentang keragaman jenis hijauan yang terdapat di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir sehingga diharapkan mampu meningkatkan perkembangan peternakan kambing rakyat di Kecamatan Panyabungan khususnya di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir. Tujuan Menganalisis jenis hijauan pakan yang diberikan pada kambing dan membandingkan keragaman jenis hijauan yang terdapat di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir.
2
TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kambing di Indonesia Pada mulanya domestikasi kambing terjadi di daerah pegunungan Asia Barat sekitar 8000-7000 SM. Kambing yang dipelihara (Capra aegagrus hircus) berasal dari 3 kelompok kambing liar yang telah dijinakkan, yaitu bezoar goat atau kambing liar eropa (Capra aegagrus), kambing liar India (Capra aegagrus blithy) dan makhor goat atau kambing makhor di pegunungan Himalaya (Capra falconeri). Sebagian besar kambing yang diternakkan di Asia berasal dari keturunan bezoar. Berdasarkan klasifikasi biologi, kambing digolongkan dalam kerajaan Animalia, filum cordata, kelas kelompok mamalia, ordo Arthodactyla, famili Bovidae, sub family Caprinae dan genus Capra. Ciri-ciri kambing lokal antara lain : (1) garis profil kepala lurus atau cekung, (2) daun telinga pendek dengan sikap berdiri yang mengarah ke depan dan panjangnya 15 cm, (3) tanduk relatif pendek, melengkung dengan ujung yang membengkok keluar, panjang tanduk jantan 10 cm dan betina 8 cm, (4) betina memiliki bulu yang pendek dan jantan memiliki bulu yang panjang pada dagu, tengkuk, pundak dan punggung sampai ke ekor serta bagian belakang, (5) warna bulu hitam, putih, coklat serta campuran (Pamungkas et al., 2009). Menurut Setiadi et al., (2002), ada dua rumpun kambing yang dominan di Indonesia yakni kambing Kacang dan kambing Ettawah. Kambing Kacang berukuran kecil sudah ada di Indonesia sejak tahun 1900-an dan kambing Ettawah tubuhnya lebih besar menyusul kemudian masuk ke Indonesia. Kemudian ada juga beberapa jenis kambing yang didatangkan ke Indonesia pada masa jaman pemerintahan Hindia Belanda dalam jumlah kecil sehingga menambah keragaman genetik kambing di Indonesia. Sejalan dengan bertambahnya jenis bangsa kambing maka terjadilah proses adaptasi terhadap agroekosistem yang spesifik sesuai dengan lingkungan dan manajemen pemeliharaan yang ada di daerah setempat. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia juga didapati di Malaysia dan Philipina. Kambing Kacang sangat cepat berkembang biak, pada umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan. Kambing ini cocok sebagai penghasil daging dan kulit, bersifat prolifik, tahan terhadap berbagai kondisi dan
3
mampu beradaptasi dengan baik di berbagai lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat sederhana. Menurut Pamungkas et al., (2009), ciri-ciri kambing Kacang adalah antara lain bulu pendek dan berwarna tunggal (putih, hitam dan coklat). Adapula yang warna bulunya berasal dari campuran ketiga warna tersebut. Kambing jantan maupun betina memiliki tanduk yang berbentuk pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang. Telinga pendek dan menggantung. Janggut selalu terdapat pada jantan, sementara pada betina jarang ditemukan, leher pendek dan punggung melengkung. Kambing jantan berbulu surai panjang dan kasar sepanjang garis leher, pundak, punggung sampai ekor. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia juga didapati di Malaysia dan Philipina. Kambing Kacang sangat cepat berkembang biak, pada umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan. Kambing ini cocok sebagai penghasil daging dan kulit, bersifat prolifik, tahan terhadap berbagai kondisi dan mampu beradaptasi dengan baik di berbagai lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat sederhana. Ciri-ciri kambing Kacang adalah antara lain bulu pendek dan berwarna tunggal (putih, hitam dan coklat). Adapula yang warna bulunya berasal dari campuran ketiga warna tersebut. Kambing jantan maupun betina memiliki tanduk yang berbentuk pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang. Telinga pendek dan menggantung. Janggut selalu terdapat pada jantan, sementara pada betina jarang ditemukan. Leher pendek dan punggung melengkung. Kambing jantan berbulu surai panjang dan kasar sepanjang garis leher, pundak, punggung sampai ekor (Pamungkas et al., 2009). Tingkat kesuburan kambing Kacang tinggi dengan kemampuan hidup dari lahir sampai sapih 79,4%, sifat prolifik anak kembar dua 52,2%, kembar tiga 2,6% dan anak tunggal 44,9%. Kambing Kacang dewasa kelamin rata-rata umur 307,72 hari, persentase karkas 44-51%. Rata-rata bobot anak lahir 3,28 kg dan bobot sapih (umur 90 hari) sekitar 10,12 kg. Karakteristik morfologik kambing Kacang disajikan pada Tabel 1.
4
Tabel 1. Karakteristik Morfologik Tubuh Kambing Kacang Uraian
Kambing Kacang Betina
Jantan
Bobot/kg
22
25
Panjang badan/cm
47
55
Tinggi pundak/cm
55,3
55,7
Tinggi pinggul/cm
54,7
58,4
Lingkar dada/cm
62,1
67,6
Lebar dada/cm
-
-
Dalam dada/cm
-
-
Panjang Tanduk/cm
7
7,8
Panjang telinga/cm
4
4,5
Lebar telinga/cm
-
-
Tegak
Tegak
Panjang ekor/cm
12
12
Lebar ekor/cm
2
2,5
Type telinga
Sumber: Batubara et al., (2007)
Kambing Benggala Kambing Benggala diduga merupakan hasil persilangan kambing Black Benggal dengan kambing Kacang. Kambing Benggala secara umum lebih besar dari kambing Kacang, umumnya didominasi warna hitam dan sedikit berwarna kecoklatan. Ciri khas dari kambing ini antara lain: bentuk telinga sedang, lurus ke samping dan kira-kira sepertiga bagian ujung telinga jatuh seperti patah di ujung, garis muka lurus tidak cembung seperti Peranakan Ettawah (PE), garis punggung lurus, bulu rambut sedang menutup semua permukaan kulit tetapi tidak panjang atau tebal dan tanduk tegak ke belakang. Kambing ini termasuk tipe pedaging (kambing potong) dan biasanya cukup prolifik (jumlah anak sekelahiran lebih dari satu atau kembar). Kambing Benggala mempunyai jumlah ambing yang cukup bagus sehingga produksi susu relatif cukup untuk kebutuhan anak walaupun kembar dua atau tiga pada saat pra sapih (Pamungkas et al., 2009). Karakteristik morfologik kambing Benggala disajikan pada Tabel 2.
5
Tabel 2. Karakteristik Morfologik Tubuh Kambing Benggala Uraian
Umur ±6 Bulan
±9 Bulan
Induk
Jantan
13,8
18,9
37,9
40
Panjang badan (cm)
50
57,2
72,8
77,3
Tinggi pundak (cm)
46,9
46,3
59
69,7
Tinggi pinggul (cm)
42,4
49,8
62,7
74
Lingkar dada (cm)
56,6
63,5
78,3
85,7
Lebar dada (cm)
42,6
52,4
62
66,6
Diameter dada (cm)
21
26,2
31
33,5
Panjang tanduk (cm)
1,8
6,4
15,2
14,3
Panjang telinga (cm)
14
13,5
18
27
Lebar telinga (cm)
4,8
5,9
6,3
6,8
Panjang ekor (cm)
16
9,7
13,2
15,5
Lebar ekor (cm)
5
5,6
4,8
6
Bobot (kg)
Sumber: Batubara et al., (2007)
Hijauan Pakan Hijauan pakan adalah semua pakan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Hijauan pakan diberikan pada ternak dapat berupa pakan segar atau pakan kering. Hijauan pakan terbagi dalam dua kelompok, yaitu hijauan pakan budidaya dan hijauan pakan alami. Hijauan pakan adalah faktor yang penting untuk pertumbuhan karena dengan pemberian pakan yang berkualitas dan cukup maka berat badan ternak akan meningkat, begitu pula dengan kualitas karkasnya (Newman dan Snapp, 1969). Jenis hijauan pakan yang dikumpulkan peternak untuk pakan ternak pada umumnya berasal dari golongan rumput dan leguminosa (kacang-kacangan). Sebagian besar hijauan pakan yang diberikan kepada ternak di Indonesia berupa rumput lokal atau rumput asli yang sering disebut rumput alam, baik yang berasal dari padang penggembalaan umum maupun dari tempat lain seperti pematang sawah, pinggir jalan, pinggir hutan, saluran irigasi atau perkebunan (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, 2010). Apabila menginginkan produksi lebih baik sesuai dengan tujuan komersil, selain hijauan pakan juga harus diberikan makanan penguat seperti dedak padi, jagung, bungkil kelapa dan lainnya. 6
Hijauan Pakan Budidaya Hijauan pakan budidaya adalah hijauan yang dihasilkan lewat tata laksana budidaya hijauan meliputi penyediaan benih, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, perawatan/penyiangan dan pemanenan (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, 2010). Budidaya hijauan pakan dapat dilakukan dengan beberapa model sistem tanam yang mampu mengakomodasi tanaman utama, pakan ternak dan konservasi. Model sistem tanam budidaya hijauan pakan antara lain strip rumput, penguat teras, tanaman lorong/alley cropping, sistem tiga strata dan pagar hidup. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schum) Rumput gajah merupakan jenis hijauan pakan yang berkualitas dan disukai ternak. Rumput gajah dapat hidup diberbagai tempat (0-3000 m dpl), tahan lindungan, dan respon terhadap pemupukan. Rumput gajah merupakan tanaman tahunan dengan sistem pengakaran yang kuat, tumbuh tegak membentuk rumpun dengan rhizome yang pendek dan menghasilkan anakan apabila dipangkas. Umumnya batang tumbuh tegak mencapai tinggi 200-600 cm, jumlah buku mencapai 20 buku, diameter batang bagian bawah mencapai 3 cm. Panjang daun 30-120 cm dan lebar daun 10-50 mm. Pelepah daun halus hingga berbulu pendek, helai daun bergaris dengan dasar yang lebar dan memiliki ujung yang runcing. Warna bunga kehijauan, kekuningan, kecoklatan atau keunguan (Reksohadiprojo, 2000). Rumput Ruzi (Brachiaria ruziziensis R. Germ dan C. M. Evrard) Brachiaria ruziziensis merupakan salah satu spesies rumput yang memiliki fungsi ganda yang dapat dipakai sebagai rumput potongan atau penggembalaan, palatabilitas tinggi, pertumbuhan cepat dan mampu bersaing dengan tanaman lain. Rumput Brachiaria sering disebut rumput bede yang dapat tumbuh dengan baik pada tanah subur dengan pH netral sampai keasaman sedang. Rumput ruzi memiliki daun yang lebat, padat berbulu pendek dan bertekstur lembut dengan panjang 10-25 cm dan lebar 10-15 mm. Daun dapat tumbuh dari buku batang dan rhizome. Tinggi tanaman mencapai 0,5-1,5 m saat berbunga. Kandungan beberapa zat nutrisi penting pada rumput ruzi antara lain bahan kering (18%-20%), air (80%-82%), bahan
7
organik (89%-90%), abu/mineral (9%-10%), protein kasar (8%-14%), NDF (50%61%), ADF (35%-40%) dan energi 4064 kkal/kg BK (Hutasoit et al., 2009). Rumput Setaria (Setaria splendida Staft) Rumput setaria berasal dari kawasan Afrika tropis, kemudian berkembang di Kenya dan Senegal. Rumput setaria tumbuh tegak, berumpun lebat, tinggi dapat mencapai 2 m. Memiliki daun yang halus dan lebar berwarna hijau gelap, berbatang lunak dengan warna merah keungu-unguan, pangkal batang pipih dan pelepah daun pada pangkal batang tersusun seperti. Rumput setaria cocok ditanam di daerah yang mempunyai ketinggian 1.200 m dpl dengan curah hujan tahunan 750 mm, dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dan tahan terhadap genangan air. Produksi hijauan setaria mencapai 100 ton rumput segar/hektar/tahun. Komposisi nutrient rumput setaria antara lain abu 11,5%, ekstrak eter/EE 2,8%, serat kasar 32,5%, BETN 44,8%, PK 8,3% dan TDN 52,88% (Rukmana, 2005). Rumput Raja (Pennisetum typhoides [Burm. f.] Stapf ) Rumput raja (Pennisetum purputhypoides Burm.) disebut juga “King Grass” merupakan hasil persilangan antara rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum) dan jewawut mutiara {Pennisetum typhoides (Burm. f.) Stapf dan C. E. Hubb}. Selanjutnya dinyatakan bahwa rumput raja mempunyai toleransi yang cukup tinggi terhadap tempat tumbuhnya, tetapi tidak tahan terhadap naungan dan genangan air. Rumput raja merupakan tanaman tahunan, tumbuh tegak membentuk rumpun. Perakaran cukup dalam dan tingginya dapat mencapai 4 meter. Berbatang tebal, daun lebar dan panjang dibandingkan dengan rumput gajah. Pada daun banyak terdapat bulu kasar dibandingkan dengan rumput gajah ( Reksohadiprojo, 2000). Hijauan Pakan Alami Hijauan pakan alami merupakan jenis pakan ternak yang dapat tumbuh secara liar atau pun ditanam secara khusus tanpa ada perawatan khusus. Hijauan pakan alami terdiri dari jenis rumput-rumputan, kacang-kacangan dan daun-daunan (ramban).
8
Rumput Rumput tergolong dalam Famili Gramineae yaitu tanaman monokotiledon (bijinya terdiri atas satu kotiledon atau disebut juga berkeping satu). Struktur rumput relatif sederhana, terdiri dari akar yang bagian atasnya silindris dan langsung berhubungan dengan batang. Batangnya berbuku, helai daunnya keluar dari pelepah daun (sheath) pada buku batang. Malai rumput terdiri atas beberapa bunga yang nantinya menghasilkan biji. Hampir semua rumput adalah tanaman herba (tidak berkayu) sedangkan ukuran, bentuk dan pola tumbuhnya sangat beragam (Turgeon, 2002). Rumput mempunyai bagian atas yang terdiri dari batang, daun dan organ reproduktif serta bagian bawah yang berupa akar (Munandar dan Hardjosuwignyo, 1990). Rumput dapat diperbanyak secara generatif yaitu dengan benih dan vegetatif yaitu dengan stolon dan rhizome (Sulistyantara, 1992). Rumput merupakan jenis tumbuhan yang mampu hidup dengan pertumbuhan tinggi di daerah tropik lembab, akan tetapi kelemahannya adalah sulit dalam mempertahankan kualitasnya karena semakin tua umur tanaman semakin rendah kadar proteinnya dan semakin tinggi kadar serat kasarnya. Rumput lapang adalah pakan yang sudah umum digunakan oleh peternak sebagai pakan utama ternak ruminansia. Rumput banyak di sekitar sawah atau ladang, pegunungan, tepi jalan dan semak-semak. Rumput ini tumbuh liar sehingga memiliki mutu yang kurang baik untuk pakan (Aboenawan, 1991). Rumputrumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering
dipotong/disengut
langsung
oleh
ternak
sehingga
menguntungkan
peternak/pengelola ternak. Rumput lapang adalah campuran dari beberapa jenis rumput lokal yang umumnya tumbuh secara alami dengan daya produksi dan kualitas nutrisi yang rendah, namun rumput lapang merupakan hijauan yang mudah di dapat, murah dan pengelolaannya mudah (Wiradarya, 1989). Rumput mengandung zat makanan yang bermanfaat bagi ternak seperti lemak, bahan ekstrak tanpa-N, serat kasar, mineral (terutama phosphor dan garam dapur) serta vitamin. Kacangan/Leguminosa Leguminosa adalah tanaman dikotilledon (bijinya terdiri dari dua kotiledon atau disebut juga berkeping dua). Famili tanaman kacangan/leguminosa terbagi atas 9
tiga sub-famili yaitu Mimosaceae, Caesalpinaceae dan Papilionaceae. Kacangan merupakan salah satu hijauan pakan yang mengandung protein lebih tinggi daripada rumput, tanaman ini umumnya responsif terhadap pemupukan fosfat karena dibutuhkan untuk pertumbuhan perakaran dan aktivitas fiksasi nitrogen (Sumarsono, 2002). Mimosaceae adalah tanaman perdu berkayu dengan bunga biasa sedangkan Caesalpinaceae mempunyai bunga irregular. Papilionaceae adalah tanaman semak berkayu dengan bunga papilionate atau berbentuk seperti kupu. Antar jenis kacangan/leguminosa terdapat perbedaan morfologi. Fungsi kacangan dibagi menjadi 3 macam yaitu: (1) sebagai bahan pangan dan hijauan pakan (Papilionaceae): kacang tanah (Arachis hipogeae), kacang kedelai (Glycine soya), kacang panjang (Vigna sinensis); (2) sebagai hijauan pakan ternak (Mimosaceae): kacang gude (Cayanus cayan), kalopo (Calopogonium muconoides), sentro (Centrosoma pubescens) dan (3) multi fungsi (pakan, pagar, pelindung, penahan erosi): Gliricidia maculata, Albizzia falcata. Kandungan nilai protein dari tanaman leguminosa sangat tinggi dibandingkan dengan tanaman rumput-rumputan. Selain itu, leguminosa juga mempunyai kandungan serat kasar yang lebih rendah dibanding rumput sehingga kecernaannya akan lebih tinggi (Sumarsono, 2002). Daun-Daunan (Ramban) Daun-daunan atau ramban berasal dari tanaman yang tidak tergolong sebagai jenis tanaman yang secara konvensional dikenal sebagai hijauan pakan ternak seperti rumput-rumputan ataupun leguminosa. Daun-daunan/ramban tergolong sebagai tanaman buah-buahan, gulma ataupun tanam pohon dikawasan hutan. Penggunaan daun-daunan ini umumnya dapat diamati dikawasan pertanian intensif di negaranegara tropis, khususnya pada musim kemarau yang merupakan periode dimana jenis-jenis hijauan pakan ternak konvensional sulit didapatkan. Adapun beberapa jenis daun-daunan yang dimaksud misalnya berasal dari tanaman alpukat (Persea sp), nangka (Artocarpus sp) serta pisang (Musa sp). Jenis-jenis pohon yang daunnya dilaporkan digunakan sebagai pakan ruminansia di kawasan asia meliputi Erythrina variegata, Ficus (F. exasperata, F. bengalnensis, F. religiosa), Albizia lebbeck, Tamarindus indica, Cajanus cajan (Devendra, 1990).
10
Usaha Peternakan Kambing Ternak kambing merupakan ternak yang dipelihara oleh masyarakat secara luas karena mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan bagi pemeliharaannya yaitu sebagai tabungan yang sewaktu-waktu boleh dijual dan cepat berkembang biak. Menurut Mubyarto (1989), peternakan dilihat dari pola pemeliharaan yang terbagi atas tiga kelompok, yaitu 1) peternakan rakyat dengan pemeliharaan tradisional, 2) peternakan rakyat dengan pemeliharaan semi komersil dan 3) peternakan komersil. Tercapainya produksi optimal memerlukan faktor pendukung produksi meliputi ternak, tenaga kerja, modal dan manajemen. Pemeliharaan ternak kambing secara tradisional umumnya memiliki produktivitas kambing rendah. Menurut Handiwirawan et al., (1996) rendahnya produktivitas kambing terutama berkaitan dengan rendahnya laju pertambahan bobot badan, panjangnya selang beranak dan tingginya laju mortalitas. Sistem Pemeliharaan Ternak Sistem pemeliharaan ternak terbagi atas tiga yaitu sistem ekstensif, semiintensif atau intensif (Parakkasi, 1999). Sistem Pemeliharaan Ekstensif Sistem pemeliharaan ekstensif umumnya dilakukan di daerah dengan kondisi tanah tidak cocok untuk peningkatan pertanian dan terlalu sulit atau mahal untuk dipagar. Ternak dilepas bebas dan mencari makan sendiri di padang rumput atau tempat sumber pakan lain pada siang hari dan pulang pada malam hari. Ternak tidak memiliki kandang sebagai tempat berlindung (Mulyono et al., 2008). Parakkasi (1999) menyatakan bahwa sistem ekstensif dapat dilihat dari aktivitas perkawinan, pembesaran, pertumbuhan dan penggemukan yang dilaksanakan oleh orang dan di lapangan yang sama. Ditinjau dari segi usaha, cara ini tidak merugi karena ongkos produksi hampir nol, akan tetapi secara nasional akan kebutuhan daging sistem ini tidak diharapkan. Sistem Pemeliharaan Semi Intensif Sistem pemeliharaan semi intensif merupakan pemeliharaan ternak dengan penggembalaan secara teratur, memiliki kandang sebagai tempat berlindung dan
11
tempat tidur ternak pada malam hari. Peternak mulai memperhatikan tanda-tanda birahi dan membantu kelahiran ternak. Masa penggembalaan berlangsung sekitar delapan jam setiap hari cerah. Selain rerumputan, kambing juga mulai diberi makanan tambahan sebagai penguat seperti dedak padi, ampas tahu, ubi jalar, ubi kayu serta daun-daunan seperti daun lamtoro atau petai cina, daun nangka atau daun mangga. Garam mineral dan gula merah juga diberikan sebagai campuran pada air minum kambing atau bisa juga dicampur dengan rumput atau pakan penguat (Mulyono et al., 2008). Sistem Pemeliharaan Intensif Sistem pemeliharaan intensif menuntut perhatian penuh dan memerlukan pengadaan hijauan pakan terus menerus tanpa penggembalaan. Kandang ternak dipisahkan menurut jenis kelamin dan umur ternak. Perawatan rutin yang dilakukan meliputi : 1) pembersihan kandang, 2) pengumpulan kotoran dan 3) penyediaan pakan hijauan, pakan tambahan dan air minum. Perawatan insidental meliputi: 1) pemotongan kuku kambing, 2) kastrasi atau pengebirian, 3) pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat, 4) pemberian tanda pengenal, 5) pemotongan tanduk dan 6) vaksinasi (Mulyono et al., 2008).
12
MATERI METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di daerah peternakan kambing rakyat di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal pada bulan Mei-Agustus 2011. Materi Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, papan triplek, alkohol 70 %, kertas koran, timbangan, tali rapia dan peternak sebagai respondenserta kuisioner yang digunakan untuk mengetahui keterampilan peternak dan lingkungan pemeliharaan kambing. Bahan yang digunakan adalah ternak kambing. Prosedur Persiapan Penelitian Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan bentuk topografi dan dinamika sosial budaya. Wawancara dengan setiap peternak terkait kondisi ternak, pola penyediaan pakan, sistem pemeliharaan, lingkungan, serta permasalahannya. Wawancara dilakukan dengan metode survey dan menggunakan kuisioner. Penimbangan Hijauan dan Konsumsi Penimbangan hijauan dan konsumsi hijauan pakan dilakukan untuk melihat komposisi botani hijauan pakan di dalam kandang dan performa kambing. Penimbangan hijauan dan konsumsi hanya dapat dilakukan di Desa Pidoli Lombang yang menerapkan sistem pemeliharaan intensif. Desa Aek Banir menerapkan sistem pemeliharaan semi intensif yang lebih cenderung ke ekstensif, sehingga tidak bisa melakukan prosedur komposisi botani di dalam kandang. Hijauan segar yang diberikan pada ternak dipisahkan tiap jenisnya, kemudian ditimbang satu per satu untuk mengetahui berapa proporsi tiap jenis hijauan yang diberikan agar didapatkan hijauan apa saja yang dominan dikonsumsi oleh ternak. Keesokan harinya menimbang sisa seluruh jenis hijauan yang diberikan di hari sebelumnya agar dapat mengestimasi berapa banyak hijauan tersebut dimakan oleh
13
ternak. Penimbangan hijauan ini dilakukan selama empat hari pada empat orang peternak. Pembuatan Herbarium Metode yang digunakan dalam membuat herbarium hijauan pakan yaitu dengan mengikuti metode Stone (1983) yaitu eksplorasi koleksi tumbuhan dengan bunga dan buah (fertil) diproses untuk spesimen herbarium. Setiap hijauan yang diberikan peternak pada kambing dibuat koleksi (herbarium) kering. Pembuatan herbarium kering yaitu dengan cara mengambil satu bagian utuh tiap jenis hijauan lalu semprotkan alkohol 70 % pada seluruh bagian tanaman, kemudian ditempatkan pada kertas koran yang ditutup secara rapat dan dipadatkan dengan menggunakan kardus, lalu diikat dengan tali. Hasil dari herbarium akan digunakan untuk mengidentifikasi jenis hijauan pakan yang di konsumsi ternak kambing. Identifikasi Hijauan Identifikasi dilakukan dengan mengamati tiap jenis hijauan yang telah dibuat herbarium dan hasil foto lalu mencari nama latinnya dengan cara membandingkan ciri-ciri fisiknya dengan text book terkait. Kemudian mencatat nama lokal dan nama latin serta memisahkan antara jenis rumput, kacangan dan ramban. Rumput merupakan hijauan pakan dari famili gramineae, kacangan merupakan hijauan pakan dari famili leguminoceae, sedangkan ramban merupakan hijauan pakan yang bukan berasal dari famili gramineae dan leguminoceae. Jenis, Sumber dan Analisis Data Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari semua responden melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner atau daftar pertanyaan yang disusun berdasarkan kriteria faktor penentu kambing. Teknik observasi yaitu pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui fenomena atau gejala yang ada pada objek penelitian dan pengukuran langsung di lapangan (pengamatan lahan sumber hijauan penimbangan bobot badan, mengamati hijauan pakan yang diberikan dan memotret hijauan tersebut, serta melakukan penimbangan hijauan yang diberikan peternak).
14
Data sekunder diperoleh dari bahan tertulis atau pustaka yang dapat dipercaya dan berhubungan dengan penelitian berupa hasil penelitian dan data pendukung lain yang diperoleh dari instansi yang terkait seperti kantor Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir, kantor Kecamatan Panyabungan, Dinas Peternakan Kabupaten Mandailing Natal dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal. Data yang dikumpulkan meliputi keadaan umum Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir, karakteristik peternak responden, sistem pemeliharaan ternak, hijauan pakan yang digunakan, sumber hijaun pakan, bobot badan ternak dewasa dan pemberian hijauan pakan per hari. Data primer dan sekunder yang diperoleh kemudian diolah dengan rapi serta dianalisis secara deskriptif, analisis identifikasi hijauan pakan, analisis komposisi botani dan analisis kapasitas tampung Nell dan Rollinson (1974). Analisis Deskriptif Data yang diperoleh dari hasil wawancara 12 responden Desa Pidoli Lombang dan 29 responden Desa Aek Banir diolah secara deskriptif meliputi gambarkan keadaan umum di lokasi penelitian, karakteristik peternak yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman beternak dan tanggungan keluarga, karakteristik tata usaha peternakan, gambaran kondisi dan keragaman hijauan pakan yang diberikan pada ternak, konsumsi hijauan, meninjau pengaruh pemberian beragam hijauan pakan terhadap ternak pada peternakan kambing rakyat di Desa Aek Banir dan Desa Pidoli Lombang. Analisis Komposisi Botani Metode analisis komposisi botani yang digunakan adalah dry weight rank atau perbandingan persentase relatif tentang kedudukan masing-masing spesies hijauan pakan yang ditemukan di kandang. Data ditabulasikan untuk memperoleh perbandingan antara spesies hijauan pakan yang menempati urutan pertama, kedua dan ketiga. Jumlah angka perbandingan dikalikan dengan angka konstanta 8,04:2,41:1. Analisis Kapasitas Daya Tampung Nell dan Rollinson Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) merujuk pada metode Nell dan Rollinson (1974) yang merupakan metoda komparatif yang 15
membatasi diri hanya pada sumber hijauan pakan yang tercatat luas atau ukurannya dalam laporan statistik. Potensi penyediaan hijauan dari sumber tersebut dikonversikan terhadap potensi padang rumput permanen setelah mengalami serangkaian penelitian empirik dengan perhitungan sebagai berikut: 1. Daya Dukung Lahan (ST) Rumus :
Potensi HMT (BK) kg BK/Th x 365 (hari) Konsumsi ternak/hari
Keterangan : 1. Potensi hijauan pakan dalam bentuk BK dengan satuan kg/tahun 2. Konsumsi atau kebutuhan ternak dengan satuan kg BK/ ST/hari 3. 365 hari = 1 tahun 2. Analisis KPPTR Efektif (ST) = Daya Dukung Lahan – Popriil Keterangan: Popriil adalah populasi riil ternak ruminansia (ST) pada tahun tertentu.
16
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Kabupaten Mandailing Natal Penduduk Kabupaten Mandailing Natal bermata pencaharian di sektor pertanian secara luas, kemudian sebagai pedagang, buruh, pegawai negeri dan pegawai swasta serta jenis pencaharian lainnya. Jenis ternak yang banyak diusahakan masyarakat baik ruminansia maupun unggas yakni kambing, domba, sapi, kerbau, ayam, itik dan bebek (Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal, 2010). Kecamatan Panyabungan memiliki luas sebesar 25.977,43 Ha yang terbagi atas 38 Desa dengan jumlah penduduk keseluruhan sebanyak 76.482 jiwa. Secara keseluruhan, populasi ternak kambing di Kabupaten Mandailing Natal sebanyak 20.310 ekor. Populasi ternak kambing di Kecamatan Panyabungan merupakan jumah terbanyak kedua setelah Kecamatan Natal yaitu sebesar 1809. Populasi ternak yang terdapat di Kabupaten Mandailing Natal disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Populasi Ternak di Kabupaten Mandailing Natal Jenis Ternak
Tahun (Ekor) 2006
2007
2008
2009
Sapi
3490
3714
4245
4517
Kerbau
4441
4457
4203
4246
Kambing
20235
20516
19993
20310
Domba
7986
8014
7995
8046
Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Mandailing Natal (2009)
Populasi kambing tertinggi ekor terdapat di Kecamatan Natal. Namun, sulitnya akses untuk menuju ke Kecamatan Natal menjadikan Kecamatan Panyabungan sebagai Kecamatan dengan populasi ternak kambing tertinggi kedua sebagai wilayah yang paling ideal untuk mengembangkan ternak kambing. Peran pemerintah untuk membantu para peternak rakyat sangat membantu dalam meningkatkan skala peternakan di Kecamatan Panyabungan. Tingkat kepemilikan ternak kambing di peternakan rakyat umumnya sangat kecil, sehingga para peternak belum menjadikan ternak kambing sebagai bahan konsumsi makanan dan hanya sebagai tabungan keluarga saja.
17
Keadaan Umum Desa Pidoli Lombang Desa Pidoli Lombang merupakan desa di Kecamatan Panyabungan yang berbatasan dengan Kelurahan Sipolu-Polu di sebelah Utara, Desa Perbangunan di sebelah Selatan, Kelurahan Pidoli Dolok di sebelah Barat dan Kecamatan Panyabungan Barat di sebelah Timur. Luas wilayah desa adalah 1.844,18 ha dengan jumlah penduduk 6.062 jiwa dan 1.306 KK. Desa Pidoli Lombang memiliki topografi dataran 80%, ketinggian 200 m/dpl, suhu 25 °C, kelembaban 60% dan hidrologi berupa irigasi berpengairan teknis. Curah hujan mencapai 3000 mm/tahun dan kecepatan angin 15-25 km/jam. Penggunaan Lahan Desa Pidoli Lombang Lahan merupakan salah satu bagian terpenting untuk pengadaan hijauan pakan. Fungsi lahan terus mengalami pergeseran dari lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian, sehingga sumber dan ketersediaan hijauan pakan menjadi terbatas. Keberadaan lahan terutama padang penggembalaan menjadi berkurang seiring meningkatnya kepadatan penduduk. Kekurangan dan keterbatasan penyediaan pakan dapat diatasi dengan meningkatkan penggunaan tanah-tanah kosong di batas pekarangan, tepi jalan, pematang sawah dan tegalan (Nitis, 1993). Berdasarkan data penggunaan lahan pada Tabel 4, Desa Pidoli Lombang memiliki luas lahan yang dapat dimanfaatkan menjadi sumber hijauan pakan. Persentase lahan yang dapat dimanfaatkan yaitu ladang, kebun, hutan, kantor, sekolah, pemakaman, lapangan dan jalan adalah sebesar 81,56%. Tabel 4. Luas Penggunaan Lahan Desa Pidoli Lombang Jenis Lahan
Luas (ha)
Persentase (%)
Pemukiman
40
2,17
Sawah Irigasi
250
13,56
Sawah Tadah Hujan
50
2,9
1504,18
81,56
Lain-Lain Sumber : Profil Desa Pidoli Lombang, (2011)
Lahan yang memiliki potensi dalam pengadaan hijauan pakan untuk kambing adalah lahan lain-lain yang meliputi ladang, kebun, rawa, perikanan, hutan, pemakaman, pinggiran jalan dan lapangan yang memiliki persentase sebesar 81,56%. 18
Keadaan Umum Desa Aek Banir Desa Aek Banir merupakan desa di Kecamatan Panyabungan yang berbatasan dengan Desa Sipaga Paga di sebelah Utara, Desa Simangambat Tambangan di sebelah Selatan, sungai Batang Gadis di sebelah Barat dan Desa Gunung Baringin di sebelah Timur. Luas wilayah desa yaitu 38 ha, dengan jumlah penduduk 2424 jiwa dan 568 KK. Rumah penduduk memiliki pola memanjang mengikuti bentuk jalan utama desa dengan panjang wilayah pemukiman yaitu 2,5 km. Desa Aek Banir memiliki topografi pegunungan dengan kemiringan 30° dengan ketinggian 350 m/dpl. Penggunaan Lahan Desa Aek Banir Lahan merupakan salah satu bagian terpenting untuk pengadaan hijauan pakan. Fungsi lahan terus mengalami pergeseran dari lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian, sehingga sumber dan ketersediaan hijauan pakan menjadi terbatas. Keberadaan lahan terutama padang penggembalaan menjadi berkurang seiring meningkatnya kepadatan penduduk. Letak desa yang berada di pegunungan sehingga tidak memiliki lahan sawah, rawa dan perikanan. Desa Aek Banir merupakan desa yang baru mulai berkembang. Bentuk lahan yang miring hanya memungkinkan penggunaan lahan sebagai kebun karet, aren dan tanaman pohon lainnya. Lahan perkebunan yang ada merupakan salah satu potensi lahan penghasil hijauan pakan. Kependudukan dan Sosial Budaya Mayoritas penduduk Desa Pidoli Lombang merupakan keturunan suku Jawa dan suku Mandailing. Penduduk Desa Aek Banir merupakan suku Mandailing asli. Jumlah penduduk Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir yaitu berjumlah 6062 dan 2424 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk Desa Pidoli Lombang terdiri atas laki-laki dengan persentase 47,25% (2.864 jiwa) dan perempuan 52,75% (3.198 jiwa). Penduduk Desa Pidoli Lombang lebih banyak berjenis kelamin wanita. Penduduk Desa Aek Banir berjenis kelamin laki-laki memiliki persentase sebesar 43,32% (1050 jiwa) dan perempuan sebesar 56,68% (1374 jiwa). Penduduk Desa Aek Banir lebih banyak berjenis kelamin wanita.
19
Pidoli Lombang
52,75%
47,25%
Aek Banir
43% Laki-Laki
57%
Perempuan
Gambar 1. Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011 Jumlah penduduk usia produktif di Desa Pidoli Lombang lebih banyak dibanding dengan usia anak-anak dan lansia. Perbandingan usia anak-anak, produktif dan lansia adalah 35,30% : 62,26% : 2,44%. Jumlah penduduk pada kategori usia produktif laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 30,02% dan 32,23%. Kepala keluarga dari total jumlah penduduk Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir sebanyak 1.306 dan 568 kepala keluarga (Profil Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir, 2011). Sistem Pemeliharaan Ternak Kambing Yumichad dan Ilham (2006) mengemukakan bahwa sistem produksi kambing tidak mengalami perubahan dalam 50 tahun terakhir. Sebagian besar sumbangan produksi tetap berada dalam tangan peternak rakyat, sementara peternak besar tidak berkembang. Tingkat masyarakat menunjukkan bahwa kegiatan budidaya ternak kambing lebih didominasi oleh peternak skala kecil dengan tingkat penguasaan ternak berkisar antara 3-10 ekor/KK. Jenis kambing yang dipelihara pada peternakan rakyat di Desa Pidoli Lombang adalah kambing kacang Peranakan Benggala dan Benggala. Adanya Peraturan Desa tentang tata cara pemeliharaan hewan ternak menjadikan sistem pemeliharaan ternak kambing di Desa Pidoli Lombang adalah pemeliharaan intensif. Sistem pemeliharaan ternak secara intensif merupakan sistem pemeliharaan ternak yang dikandangkan dengan pola penyediaan HMT secara cut and carry (diaritkan). Peternak di Desa Pidoli Lombang biasanya mengangkut hijauan pakan dengan menggunakan sepeda, becak, sepeda motor atau menggunakan pikulan berjalan kaki hingga ke rumah. Frekuensi pemberian hijauan pakan dengan pola penyediaan HMT cut and carry terhadap ternak kambing di Desa Pidoli Lombang sebanyak dua kali dalam sehari dengan periode pemberian pagi dan sore hari.
20
Gambar 2. Kandang dan Pola Penyediaan HMT Cut and Carry (Sistem Intensif) Penduduk Desa Pidoli Lombang menggunakan tanaman liar yang diperoleh dari kebun, sawah dan lahan kosong dalam menyediakan hijauan pakan kambing. Peternak belum memiliki pemahaman untuk menanam sendiri hijauan pakan dalam pemenuhan kebutuhan. Pemanfaatan lahan kosong sebagai lahan tanam hijauan pakan akan membantu terjaminnya ketersediaan hijauan pakan. Ternak kambing umumnya dipelihara di dalam satu kandang dan dicampurkan. Bentuk kandang secara keseluruhan adalah kandang panggung persegi panjang yang terbuat dari kayu dan bambu yang berkolong dengan jarak 1-1,5 meter. Kandang dengan kolong tinggi bertujuan untuk memudahkan dalam membersihkan kandang, pengumpulan kotoran dan gangguan dari ternak lain. Atap kandang terbuat dari seng dan ilalang yang dianyam sendiri oleh peternak. Lantai kandang terbuat dari papan dan bilahan bambu. Lokasi kandang ternak terletak di belakang atau samping rumah peternak. Jumlah ternak yang dimiliki peternak tidak terlalu banyak, sehingga kotoran nya hanya dimanfaatkan untuk keperluan sendiri saja. Tetapi peternak yang memiliki ternak dengan jumlah 30-50 ekor, setiap seminggu sekali membersihkan kandang dan mengumpulkan kotorannya lalu di tumpuk dan ditutup dengan plastik sebelum pembeli datang. Kotoran kambing dijual dengan harga Rp, 1.000,- per karung kecil dengan berat rata-rata per karung 10 kg. 21
Pola penyediaan hijauan pakan dengan sistem semi intensif dibedakan menjadi dua yaitu (1) ternak diberi pakan sebelum digembalakan, (2) ternak baru diberi pakan setelah dikandangkan pada sore hari. Sistem pemeliharaan di Desa Aek Banir cenderung kepada sistem ekstensif, karena ternak biasa digembalakan seharian, tidak selalu dikandangkan pada malam hari dan tidak selalu menyediakan hijauan pakan pada malam hari.
Gambar 3. Ternak Dilepaskan dan Mencari Makan Sendiri (Sistem Semi Intensif) Jenis kambing yang dipelihara pada peternakan rakyat di Desa Aek Banir adalah kambing Kacang Lokal. Letak desa jauh dari pusat kota dan terletak di antara pegunungan dan dibatasi oleh sungai. Sistem pemeliharaan kambing di Desa Aek Banir adalah pemeliharaan semi intensif. Sistem pemeliharaan semi intensif merupakan sistem pemeliharaan ternak yang dikandangkan pada malam hari, sedangkan pada siang hari dilepaskan atau digembalakan agar dapat merumput (grazing). Pola penyediaan hijauan pakan kambing dengan sistem semi intensif adalah gabungan antara sistem intensif dan ekstensif. Bentuk kandang ternak kambing di Desa Aek Banir sama dengan bentuk kandang kambing di Desa Pidoli Lombang. Namun sedikit kurang terawat dengan baik, karena ternak selalu dilepas. Pengertian padang penggembalaan secara umum adalah lahan yang digunakan sebagai tempat atau lahan yang ditanami rumput unggul atau legum yang tahan terhadap injakan ternak untuk digunakan sebagi tempat penggembalaan ternak. Padang penggembalaan yang biasa digunakan untuk menggembalakan ternak kambing di Desa Aek Banir merupakan lahan dengan rumput dan legum yang tumbuh liat tanpa dirawat dan sengaja ditanam. Lahan yang biasa digunakan sebagai padang penggembalaan ternak kambing di Desa Aek Banir adalah lahan kosong, tepi jalan dan kebun.
22
Karakteristik Peternak Menurut Simamora (2004), karakteristik seseorang mempengaruhi cara dan kemampuan yang berbeda dalam bentuk persepsi, informasi yang diinginkan dan menginterpretasikan informasi tersebut. Hasil pengukuran karakteristik peternak di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir dibedakan berdasarkan umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pengalaman beternak. Umur Peternak Sebagian besar peternak di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir berumur antara 20-49 tahun. Jumlah peternak kambing di Desa Pidoli Lombang sebanyak 12 Kepala Keluarga (KK) dan Desa Aek Banir sebanyak 29 Kepala Keluarga (KK) dengan rataan kerja setiap KK dua orang merupakan tenaga kerja keluarga. Berdasarkan Gambar 4, peternak di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir berusia produktif (20-49 tahun) berjumlah hamper sama yaitu 66,67% dan 65,52%. Peternak berusia non produktif (≥50 tahun tahun) di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir yaitu 16,66% dan 34,48%. Pidoli Lombang 16%
Aek Banir
17% 10-19 tahun
67%
20-49 tahun
34% 66%
≥50 tahun
Gambar 4. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Umur Tahun 2011 Karakteristik umur peternak di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir hampir sama pada usia produktif (20-49 tahun). Hal tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja di kedua desa tersebut memiliki potensial dalam pengembangan sektor pertanian terutama subsektor peternakan ruminansia kecil karena sebagian besar peternak berada dalam usia produktif. Usia produktif menunjukkan kemampuan dan kemauan yang lebih dibandingkan dengan peternak usia non produktif dalam penyediaan hijauan pakan dengan jangkauan yang lebih luas, merawat dan menjaga kebutuhan ternak.
23
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan peternak di Desa Pidoli Lombang pada Gambar 5. sebagian besar adalah lulusan SMP (58%), SMA (25%) dan SD (17%). Desa Aek Banir lebih banyak memiliki lulusan SD (90%), SMP (7%) dan SMA (3%). Tingkat pendidikan peternak Desa Aek Banir sangat rendah bila dibandingkan dengan Desa Pidoli Lombang. Rendahnya tingkat pendidikan dan tidak adanya penyuluh peternakan di kedua desa mempengaruhi tingkat keterampilan khusus dan pengetahuan peternak dalam memanfaatkan teknologi peternakan khususnya teknologi pakan. Pidoli Lombang 25%
7%
17%
Aek Banir 3%
SD SMP
58%
SMA
90%
Gambar 5. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Tahun 2011 Keterampilan dan pengetahuan dapat diperoleh peternak dari pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan formal adalah ilmu yang diperoleh dari sekolah (SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi). Pendidikan non-formal diperoleh dari pengalaman, keterampilan dan pengetahuan yaitu dengan mengikuti seminar, kursus dan pelatihan. Jenis Pekerjaan Usaha ternak kambing di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir merupakan usaha sampingan yang berfungsi sebagai tabungan keluarga. Berdasarkan Gambar 6, sebagian besar responden peternak di Desa Pidoli Lombang memiliki pekerjaan sebagai pedagang (50%). Sisanya adalah peternak dengan pekerjaan sebagai petani (33%) dan pelajar (17%). Peternak dengan status pelajar merupakan peternak muda yang menjadikan ternak kambing sebagai hewan peliharaan. Responden peternak di Desa Aek Banir sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai petani (90%), sisanya sebagai pedagang (7%) dan sopir (3%). Sektor pertanian di Desa Aek Banir terdiri dari ladang, kebun karet dan kebun aren. Usaha 24
sampingan penduduk Desa Aek Banir selain beternak adalah membuat gula merah. Persentase rataan penghasilan peternak Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir antara Rp 1.000.000,00-Rp 2.000.000,00 yaitu sebesar 58,33% dan 89,65%. Rataan jumlah tanggungan peternak Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir antara 1-4 orang dengan persentase sebesar 58,33% dan 65,52%. Aek Banir 3% 7%
Pidoli Lombang 17%
pelajar
50%
tani
33%
90%
dagang
Gambar 6. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2011 Pengalaman Beternak Pengalaman beternak kambing di Desa Pidoli Lombang sebagian besar adalah >5 tahun yaitu 75% (Gambar 7). Salah satu peternak di Desa Pidoli Lombang sudah beternak selama 41 tahun yaitu Pak Pujo. Beternak kambing sudah ditekuni beliau sejak umur 9 tahun. Pengalaman yang sangat cukup menjadikan Pak Pujo sebagai peternak kambing yang paling sukses dengan jumlah ternak mencapai 50 ekor. Pak Pujo juga memberikan vaksin pada ternak kambing sekali dalam satu tahun. Pidoli Lombang 25%
Aek Banir 7% <1 tahun
41%
1-5 tahun
75%
>5 tahun
52%
Gambar 7. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Pengalaman Beternak (2011) Gambar 7. menunjukkan sebagian besar peternak di Desa Aek Banir memiliki pengalaman 1-5 tahun (52%). Peternak dengan pengalaman >5 tahun memiliki persentase yang hampir sama dengan peternak berpengalaman 1-5 tahun yaitu 41%. Umumnya peternak di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir telah memiliki
25
pengetahuan beternak yang diperoleh dari keluarga secara turun temurun. Pengalaman ternak yang lama menandakan peternak sudah memiliki pengalaman yang cukup baik sehingga dapat dijadikan modal untuk mengelola ternak kambing. Kepemilikan Ternak Devendra (2001) membagi skala kepemilikan kambing sebanyak 1-5 ekor dalam skala kecil, 6-10 ekor dalam skala sedang dan >10 ekor dalam skala besar. Jumlah ternak yang dimiliki peternak dinyatakan dalam satuan ternak (ST). Jumlah ternak dalam satuan ternak di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir disajikan pada Tabel 8. Usaha peternakan kambing di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir bersifat usaha sampingan dalam skala kecil dan sedang dengan tiap peternak memiliki ternak antara 1-10 ekor. Peternak di Desa Pidoli Lombang yang memiliki ternak >15 ekor termasuk dalam skala besar dan dapat dikembangkan menjadi usaha peternakan skala besar yang berbasis teknologi peternakan. Tabel 5. Populasi Ternak Kambing di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir Desa
Jumlah Ternak Kambing (ekor)
Satuan Ternak (ST)
Dewasa
Muda
Anak
Pidoli Lombang
72
53
34
17,12
Aek Banir
54
56
25
14,12
Performa Kambing Jenis kambing yang terdapat di Desa Pidoli Lombang yaitu kambing kacang, kambing Peranakan Benggala dan kambing Benggala. Saat ini yang masih memiliki kambing Benggala hanya satu orang peternak. Jenis kambing yang terdapat di Desa Aek Banir adalah kambing Kacang Lokal dengan pola warna campuran antara putih, hitam dan coklat. Hasil penimbangan kambing dewasa menunjukkan bahwa rataan bobot badan kambing Benggala dewasa sebesar 44 kg, kambing Peranakan Benggala 41,74 kg dan kambing kacang 27 kg. Hasil wawancara menyebutkan bahwa rataan bobot badan jenis kambing Kacang Lokal di Desa Aek Banir adalah 30 kg.
26
Gambar. 8. Kambing Benggala, Peranakan Benggala dan Kacang Lokal Kualitas dan Kuantitas Hijauan Pakan Tabel 6 menunjukkan bahwa penggunaan rumput benggala sebagai hijauan pakan kambing terbanyak. Hal ini dipengaruhi oleh kemudahan dalam mendapatkan dan ketersediaan yg melimpah. Rumput benggala tumbuh subur di pematang sawah. Bagi para petani padi, rumput benggala merupakan gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan padi. Luasnya areal sawah yang terdapat di Desa Pidoli Lombang (300 ha) menjadikan ketersediaan rumput benggala melimpah. Rumput benggala termasuk ke dalam tanaman berumur panjang, dapat beradaptasi dengan segala jenis tanah dan palatable/disukai ternak (Anganga dan Tshwenyane, 2004). Menurut hasil penelitian Purbajanti et al., (2007), rumput benggala yang dipotong dengan ketinggian 10 cm mempunyai kadar protein kasar 10,50% dan serat kasar 36,68%. Produksi bahan kering rumput benggala di India bagian barat daya dengan curah hujan 350 mm/tahun adalah 2,98-3,78 ton/ha/tahun (Tomar et al., 2003). Di Tanzania rumput benggala yang didefoliasi saat tanaman mencapai tinggi 40 cm mempunyai kadar serat kasar 29.90%, sedangkan di Malaysia rumput benggala yang mengalami defoliasi setiap 6 minggu mempunyai kadar serat kasar 31.20% (Aganga dan Tshwenyane, 2004). Berdasarkan Tabel 7, hijauan pakan yang paling banyak dikonsumsi ternak kambing di Desa Aek Banir adalah jenis kacangan (41,67%) dan ramban (41,67%),
27
kemudian rumput (16,66%). Hasil wawancara langsung dengan peternak menyebutkan bahwa umumnya peternak memberikan hijauan pakan rampas para kepada kambing. Rampas para atau disebut juga sembung rambat merupakan tanaman gulma yang tumbuh merambat dan membentuk jalinan. Rampas para dapat ditemui dengan mudah seperti tumbuh merambat pada pohon pisang, kelapa sawit dan tanaman-tanaman lainnya. Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan Jenis hijauan pakan yang terdapat di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir terbagi menjadi tiga, yaitu rumput, kacangan dan ramban. Jenis hijauan yang terdapat di Desa Pidoli Lombang sebanyak 14 jenis, yang terbagi atas rumput 3 jenis, kacangan 5 jenis dan ramban 6 jenis. Jenis rumput yang diberikan yaitu rumput manis, rumput benggala dan rumput oma. Jenis kacangan yaitu gamal, lamtoro, sentro, kacangan dan andor. Jenis ramban yang diberikan yaitu daun singkong, rampas para, daun ubi jalar, daun nangka, daun mangga dan kangkung. Komposisi botani hijauan pakan dapat dilihat dengan menggunakan metode “Dry Weight Rank” menurut Mannetje dan Haydock (1963). Jenis dan komposisi botani hijauan pakan Desa Pidoli Lombang disajikan pada Tabel. 6. Komposisi botani hijauan pakan di Desa Pidoli Lombang pada Tabel 6, menunjukkan bahwa peringkat pertama hijauan yang diberikan pada kambing di Desa Pidoli Lombang adalah ramban dengan frekuensi pemberian sebesar 42,86 %, disusul oleh kacangan dengan frekuensi sebesar 35,71% dan rumput dengan frekuensi sebesar 21,43%. Apabila dilihat dari spesies dengan jumlah frekuensi pemberian hijauan tertinggi yang diberikan pada kambing adalah rumput benggala (Panicum maximum Jacq. var. Gatton) sebesar 31,51%, rampas para (Mikania micrantha HBK) sebesar 20,74% dan peringkat ketiga adalah daun singkong (Manihot utillissima POHL) sebesar 10,29%. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan wawancara langsung kepada peternak jenis hijauan yang terdapat di Desa Aek Banir disajikan pada Tabel 7. Jenis hijauan pakan yang terdapat di Desa Aek Banir sebanyak 12 jenis yaitu rumput 2 jenis, kacangan 5 jenis dan ramban 5 jenis. Jenis hijauan pakan rumput adalah rumput manis dan rumput lapangan. Jenis hijauan pakan kacangan yaitu gamal, lamtoro, sentro, kaliandra dan andor. Jenis ramban yaitu daun singkong, rampas para, daun aren, daun tembelekan dan daun jambu air. Performa kambing dapat dilihat 28
pada Gambar 9, menunjukkan bahwa kebutuhan nutrisi ternak kambing telah terpenuhi dengan pertumbuhan yang baik. Tabel 6. Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan di Desa Pidoli Lombang Nama Lokal
Jenis
Komposisi
Hijauan
Botani (%)
Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex. Walp.
Kacangan
8,76
Leucaena leucocephala LAMK.
Kacangan
5,53
Centrosema pubescens Benth.
Kacangan
0,76
Pueraria javanica Benth.
Kacangan
0,76
Calopogonium mucunoides Desv.
Kacangan
0,76
Daun Singkong Rampas Para
Manihot utillissima POHL.
Ramban
10,29
Mikania micrantha HBK.
Ramban
20,74
Daun Ubi Jalar Daun Nangka Daun Mangga Kangkung
Ipomoea batatas (L). Lam.
Ramban
6,15
Artocarpus heterophyllus LAMK.
Ramban
1,84
Mangifera indica L.
Ramban
0,76
Ipomoea aquatica Forssk.
Ramban
0,76
Brachiaria mutica Forssk.
Rumput
8,76
Panicum maximum Jacq. var. Gatton.
Rumput
31,51
Chloris barbata Swartz.
Rumput
2,61
Gamal Lamtoro Sentro Kacangan Andor
Rumput Manis Ruput Benggala Rumput Oma
Nama Latin*
Sumber : Heyne (1987), Soerjani (1987), Hellena (2005), Pizarro(1997)
Jenis hijauan yang diberikan pada ternak kambing di Desa Pidoli Lombang di dominasi oleh kacangan dan ramban (daun-daunan selain kacangan), sedangkan jenis rumput sedikit diberikan sebab ternak lebih menyukai kacangan dan ramban. Ketidakseimbangan komposisi hijauan yang diberikan pada ternak kambing dapat mempengaruhi asupan nutrient terutama protein. Hal ini terlihat pada saat penelitian dilakukan terdapat kasus lahirnya anak kambing tanpa bulu dan akhirnya mati di hari selanjutnya. Pakan hijauan yang diberikan pada ternak kambing berkisar antara 1,5-2 kg dengan periode pemberian sedikit pada pagi hari dan lebih banyak pada sore hari.
29
Tabel 7. Jenis Hijauan Pakan Ternak Kambing di Desa Aek Banir Nama Lokal
Nama Latin*
Jenis Hijauan
Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex. Walp.
Kacangan
Leucaena leucocephala LAMK.
Kacangan
Sentro
Centrosema pubescens Benth.
Kacangan
Kaliandra
Calliandra calothyrsus Meissn.
Kacangan
Calopogonium mucunoides Desv.
Kacangan
Manihot utillissima POHL.
Ramban
Mikania micrantha HBK.
Ramban
Arenga pinnata (Wurmb) Merr.
Ramban
Lantana camara LINN.
Ramban
Daun Jambu Air
Eugenia aquena BURM.f.
Ramban
Rumput Manis
Brachiaria mutica Forssk.
Rumput
Rumput Lapangan
Cynodon dactylon L.PERS
Rumput
Gamal Lamtoro
Andor Daun Singkong Rampas Para Daun Aren Daun Tembelekan
Sumber : Heyne (1987), Soerjani (1987), Hellena (2005), Pizarro(1997)
Keragaman Jenis Hijauan Pakan Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa Desa Pidoli Lombang menggunakan 14 jenis hijauan pakan yang terdiri dari 3 jenis rumput, 5 jenis kacangan dan 6 jenis ramban.
Tabel 7 menunjukkan bahwa Desa Aek Banir
menggunakan 12 jenis hijauan pakanyang terdiri dari 2 jenis rumput, 5 jenis kacangan dan 5 jenis ramban. Hijauan pakan yang digunakan di Desa pidoli Lombang dan Aek Banir adalah hijauan pakan alami yang di dapatkan di lingkungan sekitar desa. Keragaman jenis hijauan pakan yang digunakan di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir termasuk ke dalam kategori sedang yaitu berada 10-20 jenis. Keragaman jenis hijauan pakan yang diberikan pada ternak kambing berbeda antara Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir. Keragaman ini dipengaruhi oleh penerapan sistem pemeliharaan ternak dan bentuk topografi desa yang berbeda.
30
Cynodon dactylon L.PERS
Chloris barbata Swartz
Panicum maximum Jacq. var. Gatton
Brachiaria mutica Forssk
Gambar 9. Jenis Hijauan Pakan Rumput Centrosema pubescens Benth
Pueraria javanica Benth
Leucaena leucocephala LAMK
Calopogonium mucunoides Desv
Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex. Walp
Calliandra calothyrsus Meissn
Gambar 10. Jenis Hijauan Pakan Kacangan
31
Mikania micrantha HBK
Ipomoea batatas (L). Lam
Lantana camara LIN
Ipomoea aquatica Forssk
Artocarpus heterophyllus LAMK
Mangifera indica L
Eugenia aquena BURM.f
Manihot utllissima POHL
Gambar 11. Jenis Hijauan Pakan Ramban Kapasitas Daya Tampung Ternak Nell dan Rollinson Kapasitas daya tampung ternak di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir di hitung berdasarkan metode Nell dan Rollinson (1974) dengan pendekatan potensi lahan untuk hijauan pakan di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir. Hasil perhitungan daya tampung ternak berdasarkan metode Nell dan Rollinson (1974) disajikan pada Tabel 8.
32
Tabel 8. Hasil Perhitungan Nell dan Rollinson (1974) Hasil Perhitungan Uraian Desa Pidoli Lombang
Desa Aek Banir
3.750 ton BK/Ha/tahun
570 ton BK/Ha/tahun
Daya Dukung HMT
217.607,31 ST
33.076,31 ST
KPPTR Efektif
217.572,39 ST
33.055,14 ST
Konversi HMT
Berdasarkan Tabel 8, hasil perhitungan KPPTR efektif berdasarkan daya dukung potensi lahan dapat diartikan bahwa kapasitas tampung ternak di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir masih dapat ditambah ternak dengan batas maksimal 217.572,39 ST dan 33.055,14 ST. Penambahan jumlah ternak didukung dengan luasnya lahan tersedia yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan tanam hijauan pakan.
33
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Jenis hijauan yang terdapat di Desa Pidoli Lombang sebanyak 14 jenis, yang terbagi atas rumput 3 jenis, kacangan 5 jenis dan ramban 6 jenis. Jenis hijauan pakan yang terdapat di Desa Aek Banir sebanyak 12 jenis yaitu rumput 2 jenis, kacangan 5 jenis dan ramban 5 jenis. Keragaman hijauan pakan di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir tergolong sedang yang berada pada kisaran 10-20 jenis dan keragaman hijauan pakan dipengaruhi oleh topografi dan sosial budaya desa. Saran Perlu penambahan jumlah ternak ruminansia sesuai dengan perhitungan KPPTR untuk optimalisasi pemanfaatan hijauan pakan yang tersedia. Memberikan penyuluhan dan membentuk kelompok peternak dengan menumbuhkan rasa kecintaan terhadap ternak dan memperkenalkan teknologi peternakan yang dapat meningkatkan pengembangan peternakan di Desa Pidoli Lombang dan Aek Banir.
34
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulilllaahirabbil ‘aalamiin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih yang sangat besar kepada Ibunda Masniro Harahap dan Ayahanda Drs. Abdullah Siregar yang telah membesarkan dan mendidik penulis dari kecil hingga sekarang dengan penuh kasih sayang. Terima kasih penulis sampaikan kepada Ir. Sudarsono Jayadi, MSc. Agr. selaku pembimbing akademik dan pembimbing utama , Ir. Muhammad Agus Setiana, MS. selaku pembimbing anggota atas saran dan bimbingan. Terima kasih kepada Nur Rochmah Komalasari, S. Pt. M. Si, selaku dosen pembahas seminar, Dr. Ir. Luki Abdullah, M. Sc. dan Bramada Winiar Putra S. Pt. selaku dosen penguji sidang, Dr. Sri Suharti, S. Pt. M. Si, selaku panitia sidang atas masukan dan saran yg diberikan. Terima kasih kepada Bapak Agustinus, Iwan Prihantoro, S. Pt yang telah memberikan saran dan wawasan dalam pelaksanaan penelitian serta semua dosen dan staf pengajar Departemen INTP, IPB yang telah berjasa dalam segala bimbingan kepada penulis saat kuliah di Departemen INTP. Terima kasih kepada kakak Herlina S., abang Umar Mahmud S. dan abang Ismail Saleh S. atas segala nasehat, dukungan dan kasih sayangnya. Adik-adik Sakinah Fitri S. dan Dhea Khairani S. yang sudah membantu dan menemani selama penelitian. Ucapan terima kasih kepada sahabat terbaik Rahmika Fazri Hts., temanteman INTP 44, Aristya W, Triyana E. S., Wahyu Ismoyo, Nadia Ebtha K. S., Maulani B. S, Ardya Arditania S., Monica P,. yang telah menemani, memotivasi serta teman-teman ANTRAKS 44 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu serta terima kasih kepada sahabat dari awal masuk IPB hingga sekarang yaitu Sisi, Ilma dan Eka. Penghuni Wisma Kartika Mb. Avi, Yana, Ade, Nay, Lia, Sri, Dwi dan Sara. Terakhir Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan selama penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Maret 2012
Rabiah Al-Adawiyah Siregar 35
DAFTAR PUSTAKA Aboenawan, L. 1991. Pertambahan berat badan, konsumsi ransum, dan total digestible nutrient (TDN) pellet isi rumen disbanding pellet rumput pada domba jantan. Laporan penelitian. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anganga, A. A. & S. Tshwenyane. 2004. Potentials of Guenia Grass (Panicum maximum) as Forage Crop in Live Stock Production. Pakista J. Nutrition. 3 (1) : 1-4. Baba, A. S. H., F. B. Castro, & E. R. Orskov. 2002. Partioning of energy and degradability of browse plants in vitro and the implication of blocking the effects of tannin by the addition of polyethylene glycol. J. Anim. Feed Sci. and Tech. 95 (1-2): 93-94. Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal. 2010. Populasi Ternak Kambing. Kabupaten Mandailing Natal. Sumatera Utara. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. 2010. Budidaya Hijauan Makanan Ternak. Jawa Barat. Bridson, D. & L. Forman. 1998. The Herbarium Handbook. Botanical Garden. Kew.
3rd
edition. Royal
Dasgupta, A. K. & Guka. H. 1978. Some Cause of Variation in The Growth Rates of Black Brugal Goats. India J. Vet. Sci. 38 : 269 – 278 Devendra, C. 2001. Small ruminant: Impreratives for productivity enhacement improved livelihoods and rural growth. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 14 (10): 1483-1496. Direktorat Jenderal Peternakan. 1989. Rumput Raja. Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak. Baturadden, Purwokerto. Direktur Jenderal Peternakan. 1990. Upaya menciptakan kerangka landasan pembangunan peternakan menyongsong era lepas landas Pelita V. Disampaikan pada Seminar Nasional Peternakan. Mukernas I (SMAPET), Yogyakarta. Gilliland, H. B. 1971. Flora of Malaya. Volume III. Grasses of Malaya. Botanic Gardens, Singapore. Handiwirawan, E., B. Setiadi, & D. Anggraeni. 1996. Produktivitas induk ternak ruminansia kecil pada kondisi peternakan rakyat di Kabupaten Lebak. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Hal. 184-187.
36
Hellena, D. 2005. Field Guide To The Grasses of Singapore. Botanic Gardens, Singapore. Henty , E. E. 1969. Annual of The Grasses of New Guinea. LAE, New Guinea. Heyne,
K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Pengembangan, Departemen Kehutanan RI, Jakarta.
Penelitian
dan
Hutasoit, R., S. Juniar, & G. P. Simon. 2009. Budidaya dan Pemanfaatan Bachiaria ruziziensis (Rumput Ruzi) sebagai Hijauan Pakan Kambing. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor. Kantor Desa Pidoli Lombang. 2011. Profil Desa Pidoli Lombang Tahun 2011. Kecamatan Panyabungan. Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Mannetje, L. & K. P. Haydock. 1963. The Dry Weight Rank Method for the Botanical Analysis of Pasture. J. British Grassland Society, Vol. 18 No. 4. McDonald, P., R. A. Edwards, & J. F. D. Greenhalgh. 2002. Animal Nutrition. 6 th Edition. Longman Scientific and Technical, New York. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta. Munandar, A. & S. Hardjosuwignyo. 1990. Rumput Landskap. Institut Pertanian Bogor. Bogor.380 hal Natasasmita. 1969. Pedoman Beternak Domba. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nell. A. J. & D. H. L. Rollinson. 1974. The Requirement and Availability of Livestock Feed in Indonesia, Jakarta. Newman, A. L. & R. R. Snapp. 1969. Beef Catlle. 6 th Ed. John Willey and Son, Inc. New York, London. Nitis, I. M. 1993. Forage Production System in Marginal Land. Proc. Seminar on Ruminant Nutrition in the Tropics, Cipanas. Nurhayati. 2002. Penambahan Pembenah Tanah dan Mikroorganisme Tanah Terhadap Produktivitas rumput Setaria splendida Stapf. Pada Tanah Podzolik Merah Kuning. Skripsi. Sarjana Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pamungkas, F. A., A. Batubara, M. Doloksaribu, & E. Sihite. 2009. Petunjuk Teknis Potensi Beberapa Plasma Nutfah Kambing Lokal Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
37
Purbajanti, E. D., S. Anwar, S. Widyati, & F. Kusmiyati. 2007. Kandungan Protein dan Serat Kasar Rumput Benggala (Panicum maximum) dan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) pada Cekaman Stres Kering. Animal Production. 11 (2) : 109-115. Pizarro, E. A. & Carvalho, M. A. 1997 Evaluation of a Collection of Calopogonium mucunoides Desv. for the Cerrado Ecosystem, Brazil. Journal of Applied Seed Production. 15 : 17-21. Quattrocchi, U. 2006. CRC World Dictionary of Grasses. Taylor & Francis Group. New York, USA. Vol. III. Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Reksohadiprojo. 2000. Pengantar Hijauan Makanan Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Rukmana, R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Kanisius. Yogyakarta. Sastroamidjojo, S. 1976. Ternak Potong dan Kerja. Cetakan Pertama. CV. Jasaguna, Jakarta. Soerjani, M., A. J. G. H., Kostermans & G. Tjitrosoepomo. 1987. Weeds of Rice in Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. Setiadi. B., B. Tiesnamurti, Subandryo, T. Sartika, U. Adiati, D. Yulistiani & I. Sendow. 2002. Koleksi dan Evaluasi Karakteristik Kambing Kosta dan Gembrong Secara Ex-situ. Laporan Hasil Penelitian APBN 2001. Balai Penelitian Ternak Ciawi-Bogor. hal 59-73. Simamora, B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Utama. Jakarta Sulistyantara, B. 1992. Taman Rumah Tinggal. Penebar Swadaya. Jakarta.194 hal Sumarsono, 2002. Ketahanan Sentro (Centrosema pubescen Benth) dalam Pertanaman Campuran dengan (Centrosema pubescens Benth) yang Menerima Pupuk Fosfat dan Kotoran Ternak. J. Pengembangan Peternakan Tropis. 27 (2) : 76-82. Tomar, Q. S., P. S. Minhas, V. R. Sharma & R. K. Gupta. 2003. Response of Nine Forage Grasses to Salineirrigation and its Schedules in a Semi‐Arid Climate of North‐West India. J. Arid Environments 55 (3): 533‐544. Turgeon, A. J. 2002. Turfgrass Management. Sixth Edition. Prentice Hall. New Jersey. 400 hal.
38
Wiradarya, T. R. 1989. Peningkatan Produktivitas Ternak Domba melalui Perbaikan Efisiensi Nutrisi Rumput Lapang. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas.
39
LAMPIRAN
40
Lampiran 1. Peta Wilayah Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal.
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal, 2010
41
Lampiran 2. Populasi dan Produksi Ternak di Kabupaten Mandailing Natal (2010). No
Jenis Hewan Ternak
Populasi (ekor)
Produksi (kg)
1
Sapi potong
4517
261.204,79
2
Kerbau
4246
8.298,72
3
Kambing
20310
10.302,09
4
Domba
8046
6.739,60
5
Babi
2823
6.458,76
6
Itik Lokal
535011
2.564.842,76
7
Ayam potong
1096
-
8
Ayam kampong
1758489
1.437.037,19
Sumber : BPS Kabupaten Mandailing Natal (2009)
Lampiran 3. Populasi Ternak Ruminansia Kabupaten Mandailing Natal Tahun 20062009 (Ekor)
25000
Jumlah Ternak (Ekor)
20000
Ternak :
15000
sapi kerbau 10000
kambing domba
5000
0 2006
2007
2008
2009
Tahun
42
Lampiran 4. Keadaan Umum Desa Pidoli Lombang Keadaan Lokasi Penelitian
Keterangan
Luas Wilayah (ha)
1.844,18
Jumlah Penduduk (jiwa)
6.062
Ketinggian Tempat (m/dpl)
200
Dataran (%)
80
Hidrologi
Irigasi Berpengairan Teknis
Suhu (°C)
25
Curah Hujan (mm)
3000
Kelembaban (%)
60
Kecepatan Angin (km/jam)
15-25
Sumber : Profil Desa Pidoli Lombang (2011)
Lampiran 5 . Keadaan Umum Desa Aek Banir Keadaan Lokasi Penelitian
Keterangan
Luas Wilayah (ha)
38
Jumlah Penduduk (jiwa)
2424
Ketinggian Tempat (m/dpl)
350
Hidrologi
Sungai Batang Gadis
Suhu (°C)
25
Sumber : Profil Desa Aek Banir (2011)
Lampiran 6. Jumlah Tanggungan dan Penghasilan Responden Peternak Tahun 2011 Uraian
Responden (%)
Penghasilan A. Desa Pidoli Lombang a) Rp 400.000,00-Rp 900.000,00
16,66
b) Rp 1.000.000,00-Rp 2.000.000,00
58,33
c) >Rp 2.000.000,00
8,33
B. Desa Aek Banir a) Rp 400.000,00-Rp 900.000,00
3,45
43
b) Rp 1.000.000,00-Rp 2.000.000,00
89,65
c) >Rp 2.000.000,00
6,90
Jumlah Tanggungan A. Desa Pidoli lombang a) Tidak Ada
25,00
b) 1-4 orang
58,33
c) >5 orang
16,67
B. Desa Aek Banir a) Tidak Ada
20,69
b) 1-4 orang
65,52
c) >5 orang
13,79
Lampiran 7. Kondisi Jumlah Ternak dari Tiap Peternak Desa Pidoli Lombang
60
Jumlah Ternak (Ekor)
50
40
30
20
10
0 Nama Peternak
44
Lampiran 8. Kondisi Jumlah Ternak dari Tiap Peternak Desa Aek Banir 9
8
Jumlah Ternak (Ekor)
7 6 5 4
3 2
1 0
Peternak
Lampiran 9. Perhitungan Komposisi Botani Desa Pidoli Lombang Nama Hijauan
1
Rank 2
3
A
1
1
1
B
0
3
0
Komponen
C
1
D
1
E
1
F
1
1
3
G
3
3
0
H
1
1
K
1
N
Centrosema pubescens Benth. Pueraria javanica Benth. Calopogonium mucunoides Desv. Manihot utillissima POHL. Mikania micrantha HBK.
Artocarpus heterophyllus LAMK.
J
L M
Leucaena leucocephala LAMK.
Ipomoea batatas (L). Lam. 1
I
Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex. Walp.
1
1
1
5
0
1
1
1
Mangifera indica L. Ipomoea aquatica Forssk. Brachiaria mutica Forssk. Panicum maximum Jacq. var. Gatton. Chloris barbata Swartz.
45
Jumlah rank dikalikan dengan angka konstanta 8,04:2,41:1. Rank 1 2 8.04 2.41 0 7.23 0 0 0 0 0 0 8.04 2.41 24.12 3 8.04 0 0 2.41 0 0 0 0 8.04 2.41 40.2 0 2.41
Komponen A B C D E F G H I J K L M N
3 1 0 1 1 1 3 0 0 0 1 1 1 1 1
Jumlah
% Tiap Jenis
11.45 7.23 1 1 1 13.45 27.12 8.04 2.41 1 1 11.45 41.2 3.41
8.76 5.53 0.76 0.76 0.76 10.29 20.74 6.15 1.84 0.76 0.76 8.76 31.51 2.61
Lampiran 10. Frekuensi Pemberian Jenis Hijauan Pakan Desa Pidoli Lombang Peternak
Penelitian Hari ke1
A/Loso
2 3 4 1
2 B/Suliadi 3
4 C/Kholid
1
Jenis Hijauan Brachiaria mutica Forssk. Mikania micrantha HBK. Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex. Walp Brachiaria mutica Forssk. Mikania micrantha HBK. Mikania micrantha HBK. Manihot utilissima POHL. Mikania micrantha HBK. Mikania micrantha HBK. Panicum maximum Jacq. var. Gatton Brachiaria mutica Forssk. Manihot utilissima POHL. Brachiaria mutica Forssk. Mikania micrantha HBK. Pueraria javanica Benth. Mikania micrantha HBK. Brachiaria mutica Forssk. Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex. Walp Panicum maximum Jacq. var. Gatton Manihot utilissima POHL.
Pemberian (kg) 9.2 10.1 3.7 11.4 8.8 12.6 8.2 21.8 7.4 5.3 8.6 5.4 4.3 6.4 7.8 6.5 4.9 9.7 6.5 35.4 46
2 3 4
1
2 D/Sumandik
3
4
Mikania micrantha HBK. Ipomoea batatas (L). Lam Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex. Walp Mikania micrantha HBK. Pueraria javanica Benth. Leucaena leucocephala LAMK. Manihot utilissima POHL. Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex. Walp Pueraria javanica Benth. Leucaena leucocephala LAMK. Panicum maximum Jacq. var. Gatton Mikania micrantha HBK. Brachiaria mutica Forssk. Leucaena leucocephala LAMK. Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex. Walp Panicum maximum Jacq. var. Gatton Ipomoea aquatic Forssk. Pueraria javanica Benth. Brachiaria mutica Forssk. Panicum maximum Jacq. var. Gatton Leucaena leucocephala LAMK. Manihot utilissima POHL. Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex. Walp Pueraria javanica Benth. Leucaena leucocephala LAMK. Panicum maximum Jacq. var. Gatton Pueraria javanica Benth. Mikania micrantha HBK.
10.3 8.6 4.5 9.6 8.7 11.2 6.7 4.8 7.7 2.4 12.3 4.6 3.7 6.9 7.3 17.6 2.3 9.8 6.8 20.1 8.9 10.4 7.9 13.4 7.8 19.4 14.5 6.3
47
Lampiran 11. Kapasitas Daya Tampung Ternak Metode Nell dan Rollinson (1974) a) Populasi Rill Ternak Desa Pidoli Lombang Ternak
Populasi (ekor)
Dewasa (ekor)
Muda (ekor)
Anak (ekor)
Kerbau
24
12
8
4
Kambing
159
72
53
34
Perhitungan Konversi Satuan Ternak Kerbau
= (12 x 1)+(8 x 0,6)+(4 x 0,25) = 17,8 ST
Kambing
= (72 x 0,16)+(53 x 0,08)+(34 x 0,04) = 17,12 ST
Total Populasi Ternak Riil
= 17,8 ST + 17,12 ST = 34,92 ST
Konversi lahan Garapan ke dalam padang rumput permanen = 250 Ha x 15 ton BK/Ha/tahun = 3.750 ton BK/Ha/thn Daya dukung = Potensi HMT (BK) kg BK/tahun x 365 (hari) Konsumsi ternak/hari = 3.750 ton BK/Ha/tahun x 365 hari 6,29 kg BK/ST = 217.607,31 ST KPPTR Efektif = Daya Dukung – Populasi Rill = 217.607,31 ST – 34,92 ST = 217.572,39 ST b) Populasi Rill Ternak Desa Pidoli Lombang Ternak Sapi Kambing Domba
Populasi (ekor)
Dewasa (ekor)
Muda (ekor)
Anak (ekor)
8
5
2
1
135
54
56
25
5
3
1
1
48
Perhitungan Konversi Satuan Ternak Sapi
= (5 x 1)+(2 x 0,6)+(1 x 0,25) = 6,45 ST
Kambing
= (72 x 0,16)+(53 x 0,08)+(34 x 0,04) = 14,12 ST
Domba
= (3 x 0,16)+(1 x 0,08)+(1 x 0,04) = 0,6 ST
Total Populasi Ternak Riil
= 6,45 ST + 14,12 ST + 0,6 ST = 21,17 ST
Konversi lahan Garapan ke dalam padang rumput permanen = 38 Ha x 15 ton BK/Ha/tahun = 570 ton BK/Ha/thn Daya dukung = Potensi HMT (BK) kg BK/tahun x 365 (hari) Konsumsi ternak/hari = 570 ton BK/Ha/tahun x 365 hari 6,29 kg BK/ST = 33.076,31 ST KPPTR Efektif
= Daya Dukung – Populasi Rill = 33.076,31 ST – 21,17 ST = 33.055.14 ST
49
Lampiran 12. Kuisioner KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL INSTITUT PERTANIAN BOGOR DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN Jl. Agatis kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Telp./Fax. (0251) 8626213, 8628149 Web: http://intp.fapet.ac.id, E-mail:
[email protected] Kuisioner Survey Keragaman Jenis Hijauan Makanan Ternak Kambing Lokal Di Dua Desa Pidoli LombangDan Aek Banir, Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, Propinsi Sumatera Utara 1. PERTANYAAN I : A. Identitas Peternak Nama
: ………………
Umur
: ………………tahun
Jenis Kelamin
: ………………
Alamat
: ………………
Agama
: ………………
Pendidikan terakhir
: ………………
Status Peternak
: [ ] Peternak Pemilik, [ ] Peternak Buruh
Pekerjaan utama
: ………………
Pekerjaan sambilan
: ………………
Status dalam keluarga
: ………………
Jumlah Tanggungan
: ………………
Penghasilan yang diperoleh
:………………/hari/bulan
B. Panduan Pertanyaan ( Responden/Peternak yang memanfaatkan hijauan disekitar pemukiman) 1. Sejak kapan Anda menjadi peternak ? 2. Apakah beternak menjadi pekerjaan tetap? jika tidak sebutkan! 3. Mengapa Anda menjadi peternak? 4. Apa orientasi Anda beternak ?Jelaskan! 5. Apakah dengan beternak, Anda bisa memenuhi kebutuhan keluarga Anda terutama dalam hal konsumsi? 6. Berapa lamakah Anda menjadi peternak? 50
7. Ternak milik sendiri/gaduhan? 8. Berapa jumlah ternak yang Anda pelihara? 9. Apakah jenis pakan/rumput yang Anda berikan pada ternak? 10. Dimanakah Anda memperoleh hijauan makanan ternak tersebut?Sebutkan. 11. Fungsi lahan kosong di lingkungan Anda pada saat musim kemarau? Sebutkan. 12. Apakah Anda memanfaatkan rumput yang tumbuh di sawah sebagai hijauan makanan ternak? 13. Sumber hijauan makanan ternak selain berasal dari kebun di sekitar lingkungan?Sebutkan. 14. Apakah ternak Anda menyukai rumput – rumput di kebun lingkungan sekitar? 15. Berapa hari Anda biasanya menggembalakan ternak Anda di lingkungan sekitar/lahan kosong? 16. Menurut Anda apakah lahan kosong pada musim kemarau ( dilingkungan responden ) bermanfaat untuk penggembalaan? C. Panduan Pertanyaan ( Ternak kambing ) C.1. Keterangan Tentang Ternak 1. Nama ternak : ................................................. 2. No. Ear Tag : .................................................. 3. a. Tanggal lahir : ............................................ 4. b. Berat lahir : ................................................ 5. c. Umur : ........................................................ 6. Lama diternakkan : ....................................... C.2. Manajemen Peternakan dan Kesehatan Hewan 1. Sistem pemeliharaan : Kandang individual/campur dengan sesama anak 2. Sistem pemeliharaan : (pilih salah satu) a.
Selalu dikandangkan
b.
Dikandangkan dan digembalakan
c.
Dilepas di lingkungan sekitar
3. Pemberian pakan a. Pakan hijauan :
51
-
Jenis hijauan/rumput yang diberikan : ....................................
-
Jumlah rumput yang diberikan per ekor/hari : .................... kg
-
Waktu pemberian pakan hijauan : .........kali (pagi-siang-sore) *)
b. Dibiarkan mencari sendiri (dilepas) c. Konsentrat dberikan/tidak diberi : banyaknya .............. kg/hari d. Pakan konsentrat : - Jenis konsentrat yang diberikan : ...................................................... - Jumlah konsentrat yang diberikan per ekor/hari : ............................. - Waktu pemberian konsentrat : ......... kali (pagi-siang-sore) 4. Apakah kambing saudara pernah sakit ? YA/TIDAK 5. Bila ”YA” (tulis penyakitnya) : 6. Apakah kambing saudara divaksinasi ? YA/TIDAK 7. Bila ”YA” (tulis vaksinasinya apa) : 8. Seberapa besar tingkat kelahiran dan kematian? 2. PERTANYAAN II : 1.
Berapa keuntungan yang diperoleh dari setiap hasil penjualan kambing?
2.
Berapakah pendapatan yang diperoleh buruh dan pemilik peternakan setiap hari/bulan ?
3.
Apakah pendapatan yang anda peroleh sudah sesuai dengan usaha kerja anda ?
4.
Bagaimanakah keadaan peternakan khususnya peternakan kambing yang ada ?
5.
Apakah anda mengalami kesulitan dalam mendapatkan hijauan pakan untuk kambing ?
6.
Apakah ketersediaan hijauan pakan telah sesuai kebutuhan ?
7.
Bagaimanakah tingkat pendidikan buruh dan pemilik peternakan yang ada ?
8.
Dari manakah hijauan kambing didapatkan ?
9.
Bagaiamanakah peranan pihak dinas peternakan terhadap pengembangan peternakan tersebut ?
52