SKRIPSI
PENGARUH KOMPRES HANGAT JAHE TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI ARTRITIS REMHATOID PADA LANSIA DI PSTW KASIH SAYANG IBU BATU SANGKAR TAHUN 2014
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
DEVI SUSANTI 101000214201005
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN DAN MIPA UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SUMATERA BARAT BUKITTINGGI 2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis Rhematoid Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar 2014”. Selamat serta salam kepada rasullah SAW atas cahaya islam yang telah beliau wariskan diakhir zaman. Penyusunan skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Keperawatan di Fakultas Kesehatan dan MIPA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Peneliti telah banyak menerima motivasi, arahan, bimbingan, dan nasehat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. DR. H. Bustannuddin Agus, MA selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. 2. Bapak Mursyid, SKM, M. Kes (MMR) selaku Dekan Fakultas Kesehatan dan MIPA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. 3. Ibu Ns. Betty, S. Kep selaku ketua Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan dan MIPA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.
2
4. Ibu Zulfa M,Kep Sp. KMB,CWT, sebagai dosen pembimbing I yang telah ikhlas meluangkan waktu dan memberikan arahan serta masukan untuk peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Ns. Ranti, S,Kep sebagai dosen pembimbing II yang ikhlas memberikan waktu, pikiran, dan perhatiannya untuk mengarahkan, menasehati dan mengajari sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Pihak Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar yang telah memberikan izin dalam mengambil data dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Seluruh staf dan dosen pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan dan MIPA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama dalam perkuliahan dan pembuatan skripsi. 8. Teristimewa ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Ayah, Ibu, Adik beserta keluarga yang tiada henti mendoakan dan memberi dukungan serta motivasi dalam setiap langkah peneliti. 9. Rekan-rekanku angkatan 2010 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan dan MIPA UMSB Bukittinggi yang telah memberikan do’a, dukungan dan masukan yang sangat berguna untuk skripsi ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
3
Semoga segala amal, kebaikan, dan pertolongan yang telah diberikan kepada peneliti mendapat berkah dari Allah SWT. Peneliti mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, karena skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan berguna untuk pengembangan ilmu dikemudian hari.
Bukittinggi, Juli 2014
Peneliti
4
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... ii DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii DAFTAR SKEMA ......................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii ABSTRACT .................................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E.
Latar Belakang ............................................................................... 1 Rumusan Masalah .......................................................................... 6 Tujuan Penelitian............................................................................ 7 Manfaat Penelitian.......................................................................... 7 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. B. C. D. E.
Landasan Teoritis ........................................................................... 9 Kerangka Teori............................................................................... 37 Kerangka Konsep ........................................................................... 38 Hipotesis......................................................................................... 39 Definisi Operasional....................................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F. G. H.
Desain Penelitian ............................................................................ 42 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 43 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 44 Alat Pengumpulan Data ................................................................. 45 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ........................................ 45 Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 46 Rencana Analisis Data ................................................................... 47 Etika Penelitian .............................................................................. 49
5
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 51 BAB V PEMBAHASAN A. Interpretasi dan Diskusi Hasil .............................................................. 57 B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 63 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan........................................................................................... 64 B. Saran ..................................................................................................... 65 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... vii
6
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 : Definisi Operasional ........................................................................ 37 Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Pre-Test Responden Di PSTW Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar Tahun 2014....................... 53 Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Post-Test Responden Di PSTW Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar 2014 .................................. 54 Tabel 4 : Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap penurunan Skala Nyeri Artrits Remhatoid Pada Lansia Di PSTW Kasih Sayang Ibu Batu SangkarTahun 2014 ......................................................................... 55
7
DAFTAR SKEMA
Halaman Skema 1 : Kerangka Teori ............................................................................... .26 Skema 2 : Kerangka Konsep.................................................................…….....27
8
DAFTAR GAMBAR
Halaman Skema 1 : Skala Nyeri Deskriptif Sederhana ................................................. 26 Skema 2 : Skala Nyeri Numerik.........................................................…….....27 Skema 1 : Skala Analog Visual....................................................................... 27 Skema 2 : Wong And Beker............................................................................ 27
9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Halaman Pernyataan Orisinilitas
Lampiran 2
: POA (Planing of Action)
Lampiran 3
: Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4
: Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5
: Lembar Perwakilan Pemberian Intervensi/Perlakuan
Lampiran 6
: Lembar Observasi
Lampiran 7
: Lembar Prosedur Pelaksanaan
Lampiran 8
: Lembar Konsultasi Bimbingan
Lampiran 9
: Surat Keterangan Pengambilan Data Awal
Lampiran 10 : Surat Keterangan Izin Penelitian Lampiran 11 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 12 : Daftar Riwayat Hidup
10
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN DAN MIPA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT Script, Juli 2014 Devi Susanti Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis Rhematoid Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar 2014. XII+VI BAB+65 halaman+5 tabel+2 gambar+4 skema+2 grafik+12 lampiran ABSTRAK Artritis rhematoid merupakan penyakit musculoskeletal yang banyak diderita oleh lanjut usia, penyakit ini menyebabkan banyak keluhan diantaranya, nyeri kaki, lutut, pinggang, tangan, leher dan diberbagai sendi lain nya, penyakit ini mengakibatkan kelumpuhan pada lansia akibat kerusakan tulang. Manajemen nyeri pada lansia menderita artritis rhematoid bertujuan untuk mengurangi nyeri atau menghilang nyeri pada lansia. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan April di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar 2014 didapatkan bahwa lansia sebagian besar menderita artritis remhatoid (95%). Lansia belum melakukan kompres hangat jahe untuk menurunkan skala nyeri artritis rhematoid pada lansia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis rhematoid pada lansia. Jenis penelitian ini adalah pre experiment dengan desain one group pra-post test desain. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret sampai Juli 2014. Sampel dalam penelitian ini adalah 20 orang lansia yang menderita nyeri artritis rhemhatoid dengan teknik pengambilan data total sampling. Hasil penelitian menunjukkan skala nyeri artritis rhematoid sebelum dilakukan pemberian kompres hangat jahe (pre-test) rata-rata skala nyeri adalah 3,80 dengan standar deviasi 1,005. Sedangkan skala nyeri setelah dilakukan pemberian kompres hangat jahe (post-test) rata-rata skala nyeri adalah 2,80 dengan standar deviasi 1,005. Berdasarkan uji statistik Wilcoxon didapatkan p value 0,000 (<0,05), berarti ada pengaruh yang signifikan antara pengaruh kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis rhematoid pada lansia. Berdasarkan hasil penelitian tersebut kompres hangat jahe dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi skala nyeri artritis rhematoid. Dapat disimpulkan bahwa kompres hangat jahe berpengaruh terhadap penurunan skala nyeri artritis rhematoid yang dapat dilanjutkan sebagai intervensi yang dapat dilakukan secara mandiri oleh penderita artritis rhematoid.
Kata Kunci : Skala Nyeri, Kompres Hangat Jahe,Artritis Rhematoid,Lanjut Usia
11
STUDY NURSING PROGRAM FACULTY OF HEALTH AND MATHEMATICS UNIVERSITY OF WEST SUMATRA MUHAMMADIYAH Thesis, July 2014 Devi Susanti Effect of Warm Ginger Compress Against Impairment Scale rheumatoid Arthritis Pain In Elderly In Social Institution Tresna Elderly Mother Love stone cage 2014. CHAPTER XII + VI + 65halaman 5tabel + 2grafik 4skema 2gambar + 12lampiran. ABSTRACT Rheumatoid arthritis is a disease that affects many muskuloskletal elderly, the disease causes a lot of complaints including, pain feet, knees, hips, hands, neck and other joints, these diseases lead to paralysis in the elderly due to damage to the bone. Management of pain in elderly people suffering from rheumatoid arthritis aims to reduce pain or pain in the elderly disappeared. Based on a preliminary study conducted in April in Social Institutions Tresna Elderly Mother Love stone cage 2014, found that warm ginger compress to reduce rheumatoid arthritis pain scale in the elderly in the elderly. The purpose of this study was to determine the effect of warm ginger compress to decrease pain scale rheumatoid arthritis in the elderly. This research is to design pre exsperimen one group prepost test design. The experiment was conducted in March and July 2014 samples in this study were 20 elderly people who suffer from arthritis rhematoid total sampling data capture techniques. These results indicate an average of rheumatoid arthritis pain scale prior to the warm ginger compress (pre-test) was 3.80 with a standard deviation of 1.005. While the average pain scale after warm compress of ginger (post-test) was 2.80 with a deviation of 1.005 stadar. Shapiro-Wilk ujistatistik based on the obtained p value 0.000 (> 0.05), meaning there is significant influence between the influence of warm ginger compress to decrease pain scale rheumatoid arthritis in the elderly. based on the results of these studies ginger warm compress can be used as an alternative to reduce rheumatoid arthritis pain scale. It can be concluded that the warm ginger compress effect on rheumatoid arthritis decrease pain scale that can be continued as an intervention that can be done independently by people with rheumatoid arthritis.
Keywords: Pain Scale, Warm Ginger Compress, rheumatoid arthritis, Elderly
12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arthritis rhematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana pada lapisan persendian mengalami peradangan sehingga menyebabkan rasa nyeri, kekakuan, kelemahan, penyakit ini terjadi antara umur 20 – 50 tahun. Arthritis rhematoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang menyerang beberapa sendi, sinovium, yang terjadi pada proses peradangan yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi (Khitchen 2011). Arthritis rhematoid merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui dalam masyarakat dan merupakan salah satu kelompok penyakit yang selalu ditemukan dalam praktik dokter umum, penyakit ini ada yang menyerang sendi dan ada pula yang hanya menyerang jaringan disekitar sendi (Dalimartha, 2008). Artritis rhematoid dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun, pada gejala awal yang sering terjadi pada artritis rhematoid adalah bagian persendian yang paling sering terkena yaitu sendi tangan, pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu kadang-kadang terjadi pada satu sendi disebut artritis rhematoid monoartikuler. Pada stadium awal, penurunan berat badan, rasa capek, sedikit demam dan anemia. Gejala lokal yang terjadi berupa pembengkakan, nyeri dan gangguan gerak, pada sendi stadium lanjut, kerusakan sendi berupa deformitas (Chairuddin, 2003 ).
13
Jumlah penderita artritis rhematoid di dunia saat ini telah mencapai angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 penduduk bumi menderita penyakit artritis rhematoid (WHO 2010). Di Indonesia prevalensi nyeri arthritis rheumatoid 23,3%- 31,6% dari jumlah penduduk indonesia. Pada tahun 2007 lalu, jumlah pasien ini mencapai 2 Juta orang, dengan perbandingan pasien wanita tiga kali lebih banyak dari pria. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan (Zen, 2010). Pada tahun 2008 penyakit artritis rhemotoid termasuk penyakit sepuluh besar di Sumatera Barat, jumlah penderita artritis rhematoid sebanyak 7,5% dari 4,555.810 jiwa penduduk (Dinkes Sumbar, 2010). Di Sumatera Barat terdiri dari beberapa Kabupaten, salah satunya Kabupaten Tanah Datar yang menurut sensus tahun 2013 berpenduduk 338.494 jiwa dimana 28% dari jumlah berpenduduk tersebut merupakan kaum lanjut usia ( Dinkes Tanah Datar, 2013). Nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang dimanifestasikan sebagai penderita yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman, mengacu kepada teori dari asosiasi nyeri internasional, pemahaman tentang nyeri lebih menitikberatkan bahwa nyeri adalah kejadian fisik, yang tentu saja untuk penatalaksaan
nyeri
menitikberatkan
pada
manipulasi
fisik.
Nyeri
diperkenalkan sebagai suatu pengalaman emosional yang penatalaksanaannya tidak hanya pengelolaan fisik semata, namun penting juga untuk melakukan manipulasi ( tindakan ) psikologis untuk mengatasi nyeri (Thamsuri, 2012). 14
Manajemen nyeri pada artritis rhematoid bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit dan tidak nyaman. Secara umum manajemen nyeri artritis rhematoid ada dua yaitu manajemen farmakologi (obat-obatan) dan manejemen non farmakologi. Menangani nyeri yang dialami pasien melalui intervensi farmakologis adalah dilakukan dalam kolaborasi dengan dokter atau perawatan lain. Pada intervensi non farmakologi perawat berperan besar dalam penanggulangan nyeri karena merupakan tindakan mandiri perawat. Manajemen non farmakologi dapat menurunkan nyeri dengan resiko yang rendah bagi pasien dan tidak membutuhkan biaya. Menggabungkan kedua pendekatan ini merupakan cara paling efektif untuk mengurangi nyeri. Salah satu intervensi non farmakologi yang dapat dilakukan perawat secara mandiri dalam menurunkan skala nyeri artritis rhematoid, yaitu dengan melakukan kompres hangat jahe pada pasien untuk menurunkan skala nyeri artritis rhematoid ( A,2010 ). Efek farmakologis pada jahe adalah jahe memiliki rasa pedas dan panas, berkhasiat sebagai antihelmintik, antirematik, dan pencegah masuk angin (Utami, 2005). Khusus sebagai obat, khasiat jahe sudah dikenal turun-temurun diantaranya sebagai pereda sakit kepala, batuk, masuk angin. Jahe juga kerap digunakan sebagai obat untuk meredakan gangguan saluran pencernan, rematik, obat antimual dan mabuk perjalanan, kembung, kolera, diare, sakit tenggorokan, difteria, penawar racun, gatal digigit serangga, kaseleo, bengkak serta memar. Efek panas pada jahe inilah yang meredakan nyeri, kaku dan spasme otot pada artritis rhematoid. Jahe juga dapat digunakan untuk
15
mengobati luka lecet dan luka tikam karena duri atau benda tajam, atau karena jatuh, dan luka digigit ular juga dapat disembuhkan (Paimin Dkk, 2006). Kompres hangat jahe dapat menurunkan nyeri artritis rhematoid, kompres jahe merupakan pengobatan tradisional atau terapi alternatif untuk mengurangi nyeri artritis rhematoid. Kompres jahe hangat memiliki kandungan enzim siklo-oksigenasi yang dapat mengurangi peradangan pada penderita artritis rhematoid, selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas dan pedas, dimana rasa panas ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh darah, manfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 20 menit sesudah aplikasi panas (A, 2010 ). Para ilmuan dari Universitas Georgia mengatakan rasa jahe memiliki efek meredakan sakit. Tim peneliti yang diketahui O’connor pada risetnya yang berjudul jahe redakan nyeri otot pada 2010 melakukan dua riset untuk meneliti khasiat jahe selama 11 hari jahe dipakai adalah jahe mentah dan jahe yang dipanaskan. Para responden dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelompok, yakni diberi kapsul yang berisi jahe mentah atau yang dipanaskan. Sisanya mendapat kapsul plasebo, setiap hari mereka harus meminum suplemen tersebut. Setiap hari para responden dimintakan untuk berolah raga high impact yang beresiko menderita nyeri otot dilengan. Dari kelompok yang mengkonsumsi jahe dan resep-resep tradisional di China, jahe juga dipercaya dapat menyembuhkan tubuh saat penyembuhan.(A,2010).
16
Hasil penelitian Masyhurrosyidi H di Malang Jawa Timur tahun 2013 tentang Pengaruh Kompres Hangat Rebusan Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis Rhematoid Pada Lansia di Puskesmas Arjuna Malang Jawa Timur, menunjukan secara keseluruhan ada hubungan yang bermakna antara tingkat skala nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres hangat rebusan jahe dengan p-value 0.000. Pada data pre dan post treatment di dapatkan penurunan skala nyeri dari berat ke sedang dari skala sedang ke rendah dan tidak mengalami dari rendah ke sedang atau tinggi. Ada perbedaan signifikan tingkat nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres hangat rebusan jahe pada lanjut usia dengan artritis rhematoid. Dari studi yang telah dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar, Pada tanggal 21 Maret 2014 setelah wawancara dengan salah seorang petugas kesehatan di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar, mengatakan saat ini jumlah lanjut usia 70 orang terdiri dari 42 orang pria dan 28 orang wanita, dari hasil frekuensi penyakit yang banyak diderita lansia, 29% (20 orang) menderita penyakit atritis rhematoid dan lainnya menderita hipertensi 28% (19 orang), gastritis 25% (18 orang), katarak 10% (7 orang), stroke 5%(4 orang), dan dimensia 3% (2 orang). (PSTW, Batu Sangkar 2013). Upaya yang dilakukan dalam penanganan nyeri artritis rhematoid secara farmakologi dan non farmakologi, sedang tindakan non farmakologi yang sudah dilakukan adalah senam lansia, mandi air hangat dan olah raga ringan. Dengan tindakan yang telah dilakukan, dari hasil wawancara tersebut masih 17
banyak
lanjut usia yang mengeluh sakit kaki dan dan sedikit tidak ada
perubahan nyeri yang dirasakan lansia, tindakan seperti melakukan kompres hangat jahe, belum dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar (PSTW Batu Sangkar 2013) Dari fenomena yang terjadi diatas dan banyaknya penderita atritis rheumatoid pada lansia peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul „‟ Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis Rhematoid Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar Tahun 2014‟‟? A. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri Rematik Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar Tahun 2014”? B. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis rematoid pada lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar 2014.
18
b. Tujuan Khusus 1. Diketahui distribusi frekuensi skala nyeri atritis rematoid pada lanjut usia sebelum kompres hangat jahe di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Di Batu Sangkar . 2. Diketahui distribusi frekuensi skala nyeri atritis rematoid pada lanjut usia setelah dikompres hangat jahe di Panti Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar. 3. Diketahui pengaruh kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri atritis rematoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Batu Sangkar . C. Manfaat Penelitian 1. Bagi praktek keperawatan Sebagai masukan pengetahuan bagi perkembangan dunia pendidikan ilmu keperawatan. Nyeri artritis rhematoid dapat mengganggu rasa nyaman pada lansia maka kompres hangat jahe dapat digunakan sebagai tindakan keperawatan untuk mengurangi skala nyeri artritis rhematoid pada lansia. 2. Bagi pendidikan keperawatan Memberikan sumbangan ilmiah kepada pendidik dan mahasiswa, terhadap kasus rhematoid artritis yaitu melalui kompres hangat jahe dapat dijadikan sebagai komplamenter, yang dapat diterapkan dalam praktek mandiri keperawatan oleh mahasiswa keperawatan suatu saat nanti.
19
3. Peneliti selanjutnya Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan dan perbandingan dalam pengembangan penelitian tentang keefektifan kompres hangat jahe. D. Ruang lingkup Penelitian Penelitian ini melihat bagaimana pengaruh kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis rhematoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar 2014. Dengan rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-eksperimen. Penelitian ini meneliti pengaruh variabel independen terhadap variabel devenden. Adapun variabel independen dalam penelitian ini pengaruh kompres hangat jahe variabel dependen adalah penurunan skala nyeri. Subjek dalam penelitian ini adalah 20 orang lansia yang menderita penyakit nyeri artritis rhematoid di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar. Penelitan ini dilakukan dari bulan Maret s/d Juli 2014. Insturumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar wawancara dan intervensi.
20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Artritis Rhematoid a. Definisi Artritis rhematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana pada lapisan persendian mengalami peradangan sehingga menyebabkan rasa nyeri, kekakuan, kelemahan, kemerahan, bengkak dan panas, penyakit ini terjadi antara umur 20 – 50 tahun. Arthritis rheumathoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang menyerang beberapa sendi, sinoviom adalah bagian yang terjadi pada proses peradangan yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi (Khitchen, 2011). Arthritis rhematoid merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai dalam masyarakat dan merupakan salah satu kelompok penyakit yang selalu ditemukan dalam praktik dokter umum, penyakit ini ada yang menyerang sendi dan ada pula yang hanya menyerang jaringan disekitar sendi (Dalimartha, 2008). Artritis rhematoid adalah setiap kondisi yang disertai dengan rasa nyeri dan kaku pada system syaraf otot (musculoskeletal) dan penyakit yang terjadi pada jaringan ikat (connective tisssue). Lebih mudahnya rematik diartikan sebagai penyakit yang menyerang sendi, otot jaringan tubuh (Utami, 2005). Artritis rhematoid juga merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan tulang rawan (Kartillago)
21
sendi dan tulang didekatnya, disertai ploripalirasi dari tulang dan jaringan lunak didalam dan sekitar daerah yang terkena (Sudoyo, 2005). Artritis rhematoid merupakan penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik, progresif, cendrung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris (Chairuddin, 2003). Sedangkan menurut (Hidayat, 2006). Artritis rhematoid merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh . b. Etiologi Faktor infeksi penyebab arthritis rhematoid timbul karena umumnya penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok, dengan demikian timbul dengan
dugaan kuat bahwa penyakit ini sangat mungkin
disebabkan oleh tercetusnya suatu proses autoimun oleh suatu antigen pinggul atau beberapa antigen tertentu saja. Agen infeksius yang diduga sebagai penyebab adalah bakteri, mycoplasma, atau virus (Sudoyo, 2007.) Beberapa teori yang menemukan penyebab artritis rhematoid (Chairudin, 2003 ) adalah: 1) Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemalitikus 2) Endokrin 3) Autoimun
22
4) Metabolik 5) Faktor genetik serta faktor pemicu lingkungan Pada saat ini, artritis rhematoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi, autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe 11 dari tulang rawan sendi penderita ( Sudoyo, 2007). c. Faktor Resiko Menurut Sudoyo (2007). Beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan arthritis rhematoid, antara lain: 1) Usia lebih 40 2) Kegemukan dan penyakit metabolik 3) Cedera sensitif yang berulang 4) Kepadatan tulang yang berkurang 5) Beban sendi yang terlalu berat d. Gajala Umum Arthritis Rhemotoid Menurut Utami (2005). Gejala artritis rhematoid adalah : 1)
Nyeri sendi Nyeri sendi merupakan keluhan utama yang sering dirasakan setiap penderita arthritis rhematoid, jika rematik sampai menyerang bagian syaraf, nyeri sendi data menjalar jauh hingga keseluruh tubuh, nyeri sendi ada dua macam nyeri yaitu nyeri sendi mekanis dan nyeri inflamasi (nyeri karena radang), nyeri mekanis biasanya timbul setelah seseorang melakukan kegiatan atau aktifitas dan akan hilang setelah beristirahat, nyeri inflamasi biasanya terjadi 23
pada pagi hari ketika sesorang bangun tidur. Nyeri inflamasi biasanya nyeri hebat ketika digerakan, biasanya nyeri akan menghilang setelah beberapa saat. 2)
Kaku sendi Kaku sendi akibat desakan cairan disekitar jaringan tubuh yang sedang mengalami peradangan, seperti kapsul sendi, synovial, atau bursa. Gejala ini ditandai dengan sulitnya sendi digerakan, biasanya kaku sendi terjadi pada pagi hari, pada umumnya terjadi pada sendi, seperti pinggul, tulang belakang dan lutut.
3)
Bengkak pada sendi. Sendi mengalami pembengkakan karena hipertropi tulang, yang disebabkan karena penumpukan cairan disekitar sendi, kulit dipersendian bengkak kemerahan, nyeri, dan dapat terjadi deformitas .
4)
Gangguan fungsi sendi Karena sendi tidak dapat berfungsi secara normal, hal ini juga dapat terjadi karena seseorang ingin menghilangkan rasa nyeri yang meradang dengan cara menekuk posisi persendian tersebut.
5)
Sendi tidak stabil Terjadi karena trauma atau radang pada bagian ligament atau kapsul sendi dan kerusakan pada rawan pada sendi.
24
6)
Sendi berbunyi Terjadi krepitasi ketika sendi sedang digerakan, kerusakan tersebut dapat terjadi pada bagian rawan sendi, tulang, tendon sinovial.
7)
Gejala lain yang sering timbul Pada penderita artritis rhematoid adalah berat badan menurun , rasa lelah dan lesu susah tidur, aktivitas suami istri terganggu, dan gerakan menjadi lambat. Pada pemeriksaan radiologis dengan poto rontgen, pada sendi memperlihatkan adanya penyempitan tidak beraturan pada ruang sendi, skelerosis tulang subkondral dengan atau tanpa pembentukan osteolit.
e. Patofisiologi Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium merupakan lesi paling dini pada sinovisis rhematoid. Sifat trauma yang menimbulkan respon ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak peningkatan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleusprivaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolan vilosa ( Chairuddin, 2003 ). Artritis rhematoid merupakan penyakit autoimun, yang terjadi pada individu rentan setelah respons imun terhadap agen pemicunya adalah bakteri mikroplasma atau mirip sendi secara antigenik biasanya respons antibodi awal terhadap mikroorganisme yang mengalami atritis
25
rhematoid mulai membentuk antibodi lain, antibodi yang menetap dikapsul sendi sehingga menyebabkan inflamasi kronis dan kerusakan jaringan artritis rhematoid disebabkan terjadinya predisposisi dan menyebabkan siklus inflamasi dan kerusakan sendi ( Corwin, 2009 ). f. Penatalaksanaan Atritis Rhematioid Menurut Chairudin (2003). Penatalaksanaan sebagai berikut : 1)
Olah raga teratur dan istirahat yang cukup
2) Ketahui penyebab dan gejala penyakit 3) Kompres air panas dapat meredakan nyeri 4) Pertahankan berat badan yang normal 5) Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dan minuman beralkhohol karena dapat menyebabkan penimbunan asam urat dan persendian. 6) Mengkonsumsi makan seperti tahu untuk pengganti daging.
26
B. Lanjut Usia a. Definisi Lanjut usia atau menua adalah suatu yang terjadi dalam kehidupan
manusia.
Setiap
manusia
pasti
mengalami
proses
pertumbuhan dan perkembangan nyeri sampai menjadi tua. Tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi, lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi (Nugroho 2008). Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kematangan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu juga masa dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan berjalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60-65 tahun, dan ada juga 70 tahun. Tapi badan kesehatan (WHO) menetapkan bahwa umur 65 tahun sebagai usia seseorang yang menunjukan seseorang telah menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia. Menetapkan bahwa umur 65 tahun sebagai usia seseorang yang menunjukan seseorang telah menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah sebut lansia. Masa dewasa tua dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun (Potter & Perry 2005).
27
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi sejak permulaan kehidupan, menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2008). Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat di hindari, berjalan secara terus-menerus, dan berkesenimbungan (Depkes RI, 2003) Menurut Kaliat (1999) dalam maryam (2008). Usia Lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu ( Stanley, 2006 ). b. Klasifikasi Lansia 1) Pralansia (Prasanelis) seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. 2) Lansia seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih 3) Lansia resiko tinggi seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dari masalah kesehatan (Depkes RI, 2003) 4) Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa (Depkes RI, 2003)
28
5) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantungan pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003) c. Karakteristik Lansia Menurut Maryam (2008). Lansia memiliki kerakteristik sebagai berikut : 1) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan) 2) Kebutuhan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spritural, serta dari kondisi adaftip hingga kondisi mal adaptip. d. Perkembangan Lansia Menurut Erikson (2003) . Kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya . Adapun perkembangan lansia sebagai berikut : 1) Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun 2) Mempersiapkan diri untuk pensiun 3) Membentuk hubungan baik dengan seusianya 4) Mempersiapkan kehidupan baru 5) Melakukan penyusuaian terhadap kehidupan sosial mempersiapkan diri untuk kematian dan kematian pasangan.
29
e. Proses Menua Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa dengan menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian. Terdapat dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer, merupakan proses kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan yang dimulai pada masa awal kehidupan dan terus menerus berlangsung selama bertahun-tahun, terlepas dari orang-orang lakukan untuk menundanya. Sedangkan penuaan sekunder merupakan hasil penyakit, kesalahgunaan dan faktor-faktor yang sebenarnya dapat berada dalam kontrol seseorang ( Feldman, 2005). f. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia Perubahan yang terjadi pada lansia menurut Dermawan (2005) adalah : 1) Perubahan fisik pada lansia Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua organ tubuh, diantaranya
sistem
pernafasan,
sistem
pengaturan
tubuh,
musculoskuletal, gastrointestinal, genita urinaria, endokrin dan intagumen. a) Perubahan sistem pernafasan pada lanjut usia b) Perubahan sistem persyarafan pada lanjut usia c) Perubahan panca indera pada lanjut usia d) Perubahan kardiovaskuler pada lanjut usia.
30
e) Perubahan sistem urinaria pada lanjut usia f) Perubahan sistem endokrin / metabolik pada lanjut usia g) Perubahan sistem pencernaan pada lanjut usia h) Perubahan sistem muskuloskletal i) Perubahan kulit dan jaringan ikat pada lansia j) Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan seksual pada lanjut usia luka. C. Nyeri a. Defenisi Menurut Kozier & Erb (2008). Nyeri adalah sensasi ketidak nyamanan yang dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman, dan fantasi luka. Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri (Internasional Assosiation For The Studi Of Pain), mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensorik subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual dan potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan, sedangkan menurut MC. Caffery dalam (Potter & Perry, 2005). Nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja mengatakan bahwa ia merasa nyeri. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan, yang harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji nyeri.
31
b. Fisiologi nyeri Nyeri merupakan suatu fenomena yang komplek. Nyeri merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh manusia yang dapat mengindikasikan bahwa tubuh seorang mengalami masalah. Nyeri dapat berasal dari fisik atau psikologis (Tamher & Heryati, 2008 ). 1) Reseptor nyeri Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima ransangan nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri juga nosireceptor, berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya berbeda-beda inilah nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda. Nosireseptor kutaneus berasal dari kulit dan subkutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan (Tamsuri, 2012). Reseptor jaringan kulit terbagi dua dalam dua komponen menurut Tamsuri 2012 yaitu : a) Serabut A delta Merupakan komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30 m/ detik) yang mungkin timbulnya nyeri tajam, yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.
32
b) Serabut C Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan transmisi 0,5 m/detik) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri bersifat tumpul dan sulit dialokasikan. 2) Transmisi nyeri Menurut tamsuri (2012). Terdapat beberapa teori yang menggambarkan bagaimana nosiseptor dapat menghasilkan ransangan nyeri, yaitu : a) Teori Spesivisitas (Specivicity Theory) Teori dirasakan pada kepercayaan bahwa terdapat organ tubuh yang secara khusus menstransmisi rasa nyeri. b) Teori Pola (Pattern Theory) Teori ini menerangkan bahwa ada dua serabut nyeri, yaitu serabut yang mampu mengantar ransangan dengan cepat dan serabut yang mengantar rangsangan dengan lambat. Kedua serabut syaraf tersebut bersinapsis pada medula spinalis dan merusakan informasi ke otak mengenai jumlah, intensitas, dan tipe input sensori nyeri menafsirkan kerakter dan kuantitas input sensori nyeri. c) Teori Gerbang Kendali Nyeri (Gate Control Theory) Teori gerbang kendali nyeri menyatakan terdapat semacam “pintu gerbang" yang dapat memfasilitasi atau memperlambat transmisi sinyal nyeri.
33
3) Neuoro regulator Nyeri Neuororegulator yang berperan dalam transmisi stimulus syaraf dibagi dalam kelompok besar, yaitu neuorotransmiter dan neuoro modulator. Neuorotransmiter mengirim inpuls-inpuls alektrik melalui rongga sinapsis antar dua serabut syaraf, dan dapat bersifat sebagai penghambat atau dapat pula mengeksitasi. Sedangkan neuoro modulator bekerja untuk memodifikasi aktivitas neuoron tanpa mentransfer secara lansung sinyal-sinyal menuju sinap (Tamsuri, 2012). c. Klasifikasi Nyeri Menurut Tamsuri (2012). Nyeri diklasifikasikan sebagai berikut : a. Nyeri superfisial Biasanya timbul akibat stimulasi terhadap kulit seperti pada laserasi, luka bakar, dan sebagainya. Nyeri jenis ini mempunyai durasi yang pendek, terlokalisir, dan memiliki sensasi yang tajam. b. Nyeri somatik dalam Nyeri yang terjadi pada otot dan tulang struktur penyokong lainnya. Umumnya nyeri bersifat tumpul dan stimulasi dengan adanya peregangan iskemik. c. Nyeri vaseral Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ internal, nyeri timbul bersifat difusi dan durasinya cukup lama, sensasi yang timbul biasanya cukup tumpul.
34
d. Nyeri sebar (radiasi) Sensasi nyeri yang meluas dari daerah asal kejaringan sekitar, nyeri jenis ini biasanya dirasakan oleh klien biasanya bergerak didaerah asal nyeri hingga ke sekitar atau sepanjang bagian tubuh tertentu, nyeri dapat bersifat intermiten atau konstan. e. Nyeri fantom Nyeri khusus yang dirasakan oleh klien yang mengalami amputasi, nyeri yang dipersepsikan berada pada organ yang telah diamputasi seolah-olah organnya masih ada. f. Nyeri alih Nyeri yang timbul akibat adanya nyeri viseral yang menjalar keorgan lain sehingga dirasakan nyeri pada beberapa tempat atau lokasi. Nyeri jenis ini dapat timbul karena masuknya neuron sensori dari organ yang mengalami nyeri. d. Respon Tubuh Terhadap Nyeri Tamher & Heryati (2008).
Menyebutkan beberapa respon tubuh
terhadap nyeri sebagai berikut : 1) Respon fisiologik Respon fisiologik yang diperlihatkan dapat berupa respon simpatik atau parasimpatik.
35
a) Respon simpatik terlihat pada nyeri akut atau nyeri permukaan (suferfisial) dan merupakan respon homeostatis. b) Respon parasimpatis menunjukan bahwa tubuh tidak manpu melakukan aktivitas. 2) Respon afektif a) Diam tidak berdaya b) Menolak c) Depresi d) Marah e) Tidak punya harapan f) Tidak punya kekuatan 3) Respon tingkah laku Menurut Potter & Perry (2005). Respon ini dapat dikaji secara verbal, eksperesi wajah, gerakan tubuh dan interaksi sosial e. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Potter & Perry (2005). Adalah : 1)
Usia Merupakan variabel yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan usia lanjut. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia beraksi terhadap nyeri.
36
2)
Jenis kelamin Gil dalam Potter & Perry (2005). Menyatakan umumnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dalam merespon nyeri tetapi pada anak perempuan lebih cendrung menangis bila mengalami nyeri dibandingkan anak laki-laki.
3)
Kebudayan Keyakinan dan nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka.
4)
Perhatian Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya penglihatan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.
5)
Ansietas Hubungan nyeri dengan ansietas bersifat komplek. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi tentang nyeri tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas.
6) Pengalaman sebelumnya Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu itu akan menerima nyeri yang lebih mudah pada masa yang akan datang.
37
7) Dukungan keluarga dan sosial Faktor lainnya yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran orang-orang terdekat dan bagaimana sikap mereka terhadap klien individu yang mengalami nyeri sering kali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat, untuk memperoleh dukungan, bantuan atau perlindungan (Potter and Perry 2005). 8) Keletihan Keletihan
meningkatkan
persepsi
nyeri,
kelelahan
menyebabkan nyeri semakin intensif dan menurun kemampuan koping. g. Pengukuran Skala Nyeri Beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai skala nyeri pasien menurut (Tamsuri 2012) adalah : 1. Skala Intensitas Nyeri Deskriptif Sederhana Gambar 1 Skala Nyeri Deskriptif Sedehana
Tidak ada nyeri
Nyeri ringan
Nyeri sedang
Nyeri hebat
Nyeri sangat hebat
Nyeri paling hebat
38
2 . Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10 Gambar 2 Skala Numerik
0 Tidak Ada Nyeri
1 2 3 Nyeri Ringan
4
5 Nyeri Sedang
6
7
8 Nyeri Berat
9
10 Nyeri Paling Hebat
3. Skala Analog Visual (VAS) Gambar 3 Skala VAS
Tidak ada nyeri
Nyeri yang dapat terjadi
1. Wong And Baker Skala terdiri dari dari enam wajah dengan profil kartun yang menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa nyeri) kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih, sampai wajah yang sangat ketakutan (Potter & Perry, 2005). Gambar 4 Wong And Baker
39
g. Manajemen Nyeri 1) Manajemen farmakologi Obat adalah bentuk pengendalian nyeri yang sering digunakan. Kelompok obat nyeri menurut Price & Wilson (2006). Adalah : a) Analgesik Nonpioid : obat anti imflamasi Nonsteroid (OAINS), contoh asam asetilisilat (aspirin) b) Analgesik Oploid, contoh morpin, meperidin dan lain-lain c) Adjuvan dan koanalgesik, contoh amitriptilin 2) Manajemen Norfamakologi Jahe Menurut
Potter & Perry (2005). Terdapat beberapa
manajemen nyeri secara Non Farmakologi sebagai berikut : a) Bimbingan antisipasi Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri dan menambah efek tindakan untuk menghilangkan nyeri lain. Klien harus diberi penjelasan terperinci tentang prosedur medis dan rasa nyaman pada penderita artritis rhematoid. b) Distraksi Sistem
aktivasi
retikular
menghambat
stimulus
yang
menyakitkan jika seorang menerima masukan sensori yang cukup ataupun lebih. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endomorfin.
40
c) Biofeedback Merupakan
terapi
prilaku
yang
dilakukan
dengan
memberikan individu informasi tentang respon fisiologis. Terapi ini digunakan untuk menghasilkan relaksasi dalam dan sangat efektif mengatasi ketegangan otot dan nyeri. d) Hipnosis diri Dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif. Suatu pendekatan kesehatan holistik, hipnosis diri menggunakan sugesti diri dan kesan tentang perasaan yang rilek dan damai. e) Stimulasi kutaneus Stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri. Mandi air hangat, kompres, dan stimulasi syaraf elekrik transkutan merupakan langkah-langkah sederhana dalam upaya menurunkan skala nyeri f) Masase kulit Masase kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot . g) Relaksasi Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasi ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri (Tamsuri, 2012).
41
C. Jahe a. Definisi Jahe adalah jamu eksotis berbau harum yang biasa dipergunakan untuk mengharumkan dan menghangatkan ruangan. Jahe juga dapat menghangatkan perut dan mulut selama ribuan tahun jahe sudah dianggap sebagai bagian dari obat-obatan tradisional dan juga sebagai bumbu masak dan minum. Selain itu jahe dapat menambah selera makan dengan merangsang selaput lendir perut besar dan usus. Jahe juga bermanfaat sebagai pencegah mabuk, sebagai obat luar jahe juga sebagai kompres untuk mengobati athritis rhematoid dan sakit kepala. Di Denmark tanaman ini diteliti untuk mendapatkan senyawa aktif yang bisa digunakan untuk mengatasi arthtritis rhematoid, dan berhasil ( Rahman, 2004). Umumnya dikenal tiga verietas jahe yaitu jahe kuning atau putih besar (jahe badak), jahe putih atau kuning kecil (sunti atau emprit), jahe merah . Biasanya Jahe yang digunakan sebagai pengobatan luar dengan cara pengompresan yang dipakai adalah jahe kuning atau putih kecil karena yang lebih efektif untuk mengurangi peradangan, selain itu jahe juga memiliki kandungan minyak atsiri yang lebih banyak mengandung jahe sehingga rasanya lebih pedas disamping seratnya yang tinggi, jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya. Sama dengan jahe merah yang memiliki kandungan minyak atsiri yang tinggi namun dalam farmakologi jahe merah sering
42
dijadikan sebagai obat lebih efektif dikosumsi langsung dibanding diaplikasikan kekulit karena rasanya yang lebih pedas dan panas. Jahe (Zingiber Offiinale) adalah tanaman herbal dari family zingi berance dikenal 3 jenis jahe, yaitu jahe gajah, jahe sunti dan jahe merah, yang sering digunakan untuk obat-obatan karena kandungan minyak atsirinya yang tinggi. Jahe memiliki banyak kegunaan antara lain obat sakit kepala, masuk angin, untuk memperkuat lambung (sebagai stomachikum), dan menambah nafsu makan (Stimulasi). Jahe juga digunakan untuk mengobati artritis rhematoid. kolera, difteria, neoropati, dan sebagai obat luar untuk mengobati kaseleo, bengkak dan memar (Rahman, 2004) . Tanaman jahe telah lama dikenal dan tumbuh baik dinegara kita. Jahe merupakan salah satu rempah-rempah yang penting, manfaat rimpang sangat luas dipakai antara lain, sebagai bumbu masak, pemberi rasa dan aroma pada makanan seperti roti, kue , biskuit, dan berbagai minuman. Jahe juga digunakan dalam industri obat minyak wangi dan obat-obatan lainnya Jahe nama ilmiahnya zingeber officinale tak asing didengar baik sebagai bumbu dapur maupun obat-obatan sehingga tiap daerah lain di indonesia mempunyai sebutan sendiri pada jahe. Jahe tergolong tanaman herbal tegak dapat mencapai ketinggian 40-100 cm, dan dapat berumur tahunan batangnya berupa batang semu yang tersusun dari helaian daun yang pipih memanjang dengan ujung lancip, bunganya terdiri dari panjang 43
bunga yang berbentuk kerucut dan kelopak berwarna putih kekuningan, akarnya sering disebut rimpang jahe berbau harum dan berasa pedas. Rimpang bercabang tak teratur, berserat kasar menjalar, mendatar, bagian dalam bewarna kuning pucat (Koeswera, 2003). Jahe juga berkhasiat mencegah dan mengobati mual dan muntah misalnya karena mabuk dalam kendaraan atau pada wanita hamil muda, juga rasa yang tajam, merangsang nafsu makan, memperkuat otot usus, membantu mengeluarkan gas usus, serta membantu fungsi jantung, dalam pengobatan tradisional asia. Jahe dipakai untuk mengobati selesma, batuk, diare dan penyakit atritis remotoid. Jahe sebagai obat praktis dan jahe merupakan obat peredaan rasa sakit yang alami dan dapat meredakan nyeri rematik, sakit kepala. Untuk mengobati rematik satu atau dua rimpang jahe panaskan rimpang tersebut didalam air hangat dan kemudian ditumbuk tempelkan tumbukan jahe pada bagian tubuh yang sakit rematik. b. Kandungan Jahe Kandungan rimpang jahe bersipat khas, jahe disebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe. Khasiat jahe sejak dulu jahe dipergunakan sebagai obat atau bumbu dapur dalam aneka keperluan lainnya jahe dapat merangsang, kalenjer pencernaan, baik untuk membangkitkan nafsu makan, dan pencernaan dan atritis remotoid. Sifat khas jahe selain digunakan untuk mengobati artritis rhematoid, jahe juga dapat digunakan untuk kandungan minyak atsiri dan
44
oleorisin pada rimpang jahe tersebut, aroma harum jahe disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresinya menimbulkan rasa pedas, minyak atsiri dapat peroleh atau disolasikan dengan destilasikan uap atau dari rhizoma jahe kering. Ekstrak berbau harum tetapi tidak memiliki komponen membentuk rasa pedas. Kandungan minyak atsiri dalam jahe kering sekitar 1-3%. Komponen utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau harum. c. Khasiat Jahe Jahe dapat meransang kelenjer pencernaan untuk meningkatkan nafsu makan dan pencernaan. Jahe yang digunakan sebagai bumbu masak lebih berperan aktif untuk menambah nafsu makan, memperkuat lambung, dan memperbaiki pencernaan. Hal ini terjadi karena teransangnya selaput lendir pada usus dan perut besar oleh minyak atsiri yang dikeluarkan rimpang jahe. Minyak jahe berisi gingerol yang berbau harum khas jahe, untuk mencegah dan mengatasi mual, muntah, misalnya pada mabuk kendaraan dan pada wanita hamil muda, dan rasanya yang tajam dapat merangsang
nafsu
makan,
memperkuat
otot
usus,
membantu
mengeluarkan gas usus, serta membantu fungsi jantung. Dalam pengobatan tradisional, jahe digunakan untuk mengobati selesma, batuk, diare dan penyakit radang sendi tulang seperti artritis (Hamidi, 2004 ). Jahe berkhasiat sebagai anti muntah dan dapat digunakan para ibu hamil mengurangi morning sckness. Penelitian ini menunjukan bahwa jahe
45
sangat efektif menurunkan metoklopamid senyawa penginduksi mual dan muntah. Menurut German Federal Health Agency, jahe efektif untuk mengobati gangguan pencernaan dan pencegahan gejala Motion Sickness. Jahe mengandung dua enzim pencernaan yang penting dalam membantu tubuh mencerna dan menyerap makanan. Pertama, lipase yang berfungsi memecah lemak dan kedua adalah protease yang berfungsi memecah protein. Salah satu komponen yang paling utama yakni gingerol bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Jadi dengan begitu jahe mampu mencegah pengumpalan darah. Jadi dengan begitu jahe mampu mencegah tersumbatnya pembuluh darah, penyebab utama stroke, dan serangan jantung. Gingerol diperkirakan juga membantu menurunkan kadar kolestrol. Efek farmakologis pada jahe adalah jahe memiliki rasa pedas dan panas, berksiat sebagai pencahar, antihelmintik, antirematik, dan peluruh masuk angin khusus sebagai obat, khasiat jahe sudah dikenal turun temurun antaranya sebagai pereda sakit kepala, batuk, masuk angin. Jahe juga kerap digunakan sebagai obat untuk meredakan gangguan saluran pencernaan, rematik, obat anti mual dan mabuk perjalanan, kembung, kolera, diare, sakit tenggorakan, difteria, penawar racun, gatal digigit serangga, kaseleo, bengkak serta memar (Utami, 2005).
46
Efek panas pada jahe inilah yang meredakan nyeri, kaku dan spasme otot pada artritis rhemotoid. Jahe juga dapat digunakan untuk mengobati luka lecet dan luka tikam karena duri atau benda tajam,atau karena jatuh, dan luka digigit ular juga dapat disembuhkan (Paimin Dkk, 2006). Sejauh ini hasil farmakologi menunjukan bahwa jahe memiliki beberapa aktivitas sebagai anti radang. Uji laboratium memperlihatkan bahwa ekstrak jahe memiliki beberapa aktivitas lipoksigenase dan soklo oksigenase sehingga menurunkan kadar prostaglandin dan leukotriena (Mediator Inflamasi). Riset di China melaporkan bahwa pada ratusan penderita artritis rhematoid dan sakit punggung yang kronis yang disuntik 5 – 10% ekstrak jahe memperoleh efek pengurangan rasa sakit, menurunkan pembengkakan tulang sendi. Pemberian secara per oral serbuk jahe pada penderita atritis rhematoid dan musculoskeletal dilaporkan menurunkan rasa sakit dan pembengkakan. d. Kompres hangat jahe Kompres hangat jahe dapat menurunkan nyeri atritis rhematoid. Kompres jahe merupakan pengobatan tradisional atau terapi alternatif untuk mengurangi nyeri artritis rhematoid. Kompres hangat jahe memiliki kandungan enzim siklo oksigenasi yang dapat mengurangi peradangan pada penderita artritis rhematoid selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas dan pedas, dimana rasa panas ini dapat
47
meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh darah, manfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 20 menit sesudah aflikasi panas (A, 2010 ). Efek panas dan pedas pada jahe inilah yang dapat meredakan nyeri, kaku dan spasme otot pada artritis rhematoid. Sehingga jahe juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit, jahe juga banyak mempunyai kandungan sehingga dapat untuk menyembuhkan tubuh selain itu jahe juga banyak mempunyai khasiat seperti antihelmintik, antirematik, dan peluruh masuk angin. Jahe mempunyai efek untuk menurunkan sensasi nyeri juga meningkatkan proses penyebuhan jaringan yang mengalami kerusakan, penggunaan panas pada jahe selain memberikan reaksi fisiologis, antara lain : meningkat respon inflamasi (Utami, 2005).
48
D. Kerangka Teori Kerangka teori merupakan kerangka untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kerangka teori adalah kesimpulan dari tinjauan pustaka yang berisi tentang konsep-konsep teori yang berhubungan dengan penelitian yang
dilaksanakan. Berdasarkan pemaparan sebelumnya, maka
kerangka teori yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Farmakolo gi
Bimbingan antisipasi
Biofeedback
Artritis rhematoid
Hipnosis diri
Nyeri
distraksi
Non farmakol ogi
Stimulasi kutaneus
-mandi air hangat
Komp res hangat jahe
-kompres
Skema 1 : Kerangka teori : Potter & Perry (2005) & Dalimarta (2008)
49
E. Kerangka Konsep Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil peneliti dengan teori (Nursalam, 2011 ) kerangka konsep menggambarkan hubungan variabel-variabel yang akan diteliti. Secara konsep dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis rhemahtoid pada lansia. Sedangkan yang menjadi variabel independen yaitu kompres hangat jahe, dan variabel dependennya adalah penurunan skala nyeri artritis rhematoid. Pre-Test
Intervensi
Post-Test
Skala nyeri artritis rhematoid pada lansia
Skala nyeri artritis rhematoid pada lansia
-1-3=nyeri ringan
-0 =tidak ada nyeri
-4-6=nyeri sedang
Kompres hangat jahe
-1-3=nyeri ringan
-7-9=nyeri berat
-4-6=nyeri sedang
-10=nyeri sangat berat
-7-9=nyeri berat -10=nyeri sangat berat
Skema 2 : Kerangka Konsep
50
F. Hipotesis Penelitian Ha : Ada pengaruh komperes hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri rematik pada lansia di Panti Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar. Ho : Tidak ada pengaruh kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis rhematoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar.
51
G. Definisi Oferasional Tabel 1 : Defenisi Operasional N Variabel o 1
Definisi operasional
Merupakan suatu Pelaksanaan tindakan kompres dimana hangat jahe peneliti pada lansia melakukan kompres hangat jahe pada lansia dalam waktu 20 menit yang sebelumnya dilakukan pengukuran skala nyeri pre –test dan setelah tindakan dilakukan pengukuran skala nyeri . Independen
Alat ukur
Cara ukur
Jahe Pemberian digunakan intervensi sebanyak 20 gram, lalu dikupas, lalu di tumbuk sampai halus setelah itu direbus hingga mendidih, lalu balut jahe dengan handuk, setelah itu lakukan kompres hangat jahe disetiap sendi yang sakit pada lansia
Hasil ukur
Skala ukur
Dilakukan
Nominal
52
N Variabel o Dependen Skala nyeri
Definisi operasional
Alat ukur
Cara ukur
Gambaran Skala nyeri Wawancara tentang numerik dan seberapa tindakan parah sensasi nyeri artritis lansia yang di derita. Nyeri di ukur sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat jahe
Hasil ukur
Skala ukur
Nyeri Interval ringan bila nilai 1-3 Nyeri sedang bila nilai 4-6 Nyeri berat bila nilai 1-9 Nyeri sangat berat bila nilai 10
53
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan rancangan Pre – Eksperiment dengan menggunakan rancangan One Group Pra – Post Tes Design
yaitu penelitian yang mencoba untuk
membuktikan pengaruh tindakan pada satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasikan sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasikan lagi setelah intervensi untuk mengetahui akibat dari perlakuan (Nursalam, 2011). Pada penelitian ini, sebelum dilakukan kompres hangat jahe (pre-test), skala nyeri lansia di ukur. Kemudian dilakukan kompres hangat jahe oleh peneliti selama 20 menit. Setelah itu diukur kembali (post-test) skala nyeri pasien tersebut. Kemudian dibandingkan antara nyeri pre-test dengan post-test.
Subjek
Pre tes
K
O1
Perlakuan X
Post Test O2
Keterangan : K
: Subjek
01
: Sebelum kompres (pre-test )
02
: Sesudah kompres (pos-test)
X
: Pemberian kompres
54
B. Populasi dan sampel penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti ( Notoadmodjo 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruhan lansia yang menderita nyeri artritis rhematoid di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar, jumlah lansia penderita nyeri artritis rhematoid 20 orang lansia. 2. Sampel Merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,2012). Namun, karena sedikitnya populasi, maka peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan Total Sampling yaitu, seluruh populasi menjadi anggota yang diamati sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Sampel merupakan bagian populasi yang diditeliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2012). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20 orang lansia yang menderita nyeri artritis rhematoid sampel. Untuk menghindari terjadinya bias pada hasil penelitian, maka ditetapkan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi dalam penelitian ini :
55
a. Kriteria inkulusi Kriteria inkulusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat, 2009 ). Kriteria dalam penelitian ini adalah : 1) Lansia yang menderita penyakit artritis rhematoid 2) Pasien laki-laki maupun perempuan 3) Bersedia menjadi responden 4) Dapat berkomunikasi dengan baik b. Kriteria eksklusi Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel peelitian (Hidayat, 2009). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah : 1) Pasien tidak berada ditempat penelitian. 2) Tidak mederita komplikasi penyakit lain 3) Dapat berkomunikasi dengan baik C. Lokasi Penelitian a. Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini adalah Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar. Alasannya peneliti mengambil lokasi penelitian ini adalah : karena di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar 2014, sebagian besar lansia menderita penyakit artritis rhematoid.
56
b. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret s/d Juli 2014. D. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar wawancara terstruktur berdasarkan pedoman-pedoman pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya (Notoatmodjo, 2005). Pengukuran skala nyeri dengan menggunakan skala nyeri numerik 1-10. E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Validitas
adalah
ketepatan
pengukuran
suatu
instrumen
yang
merupakan syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat digunakan dalam suatu pengukuran. Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu pengukuran sehingga dapat menunjukkan apakah pengukuran menghasilkan data yang konsisten jika instrument digunakan kembali secara berulang. Uji instrument ini dilakukan pada responden yang tidak terlibat dalam penelitian tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang terlibat dalam penelitian. Penelitian ini tidak menggunakan uji validitas dan reliabilitas instrument karena desain penelitian ini adalah eksperimen (Dharma K,2011).
57
F. Prosedur Pengumpulan Data Langkah – langkah pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Persiapan administrasi Lulus pada mata kuliah Riset Keperawatan dan Biostatistik. 2. Persiapan penelitian Diawali dengan memberikan surat izin pengambilan data awal dari Fakultas Kesehatan dan Mipa kepada Pimpinan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar. Selanjutnya melakukan pengambilan data awal untuk mengetahui populasi dan sampel penelitian serta menemui responden dan memaparkan tentang penelitian, tujuan dan langkah-langkah penelitian. 3. Penelitian Setelah mendapatkan surat pengantar dari bagian BAU Fakultas Kesehatan & MIPA UMSB, peneliti memberikan surat tersebut kepada Pimpinan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan tata cara penelitian sebagai berikut : a) Melakukan pengambilan sampel / responden yaitu dengan jumlah 20 orang dengan cara Total Sampling. b) Menjelaskan tentang penelitian, tujuan, manfaat dan langkah-langkah penelitian serta penandatanganan informed consent.
58
c) Sebelum melakukan pre-test dan post-test, peneliti mengukur skala nyeri rhematoid artritis pada responden. d) Melakukan pengukuran
skala nyeri artritis sebelum dilakukan
kompres hangat jahe (pre test). e) Memberikan memberikan kompres hangat jahe setiap pagi dan sore selama 11 hari untuk mendapatkan hasil yang optimal. f) Melakukan pengukuran skala nyeri artritis rhematoid setelah dilakukan kompres hangat jahe (post test) G. Analisis Data Analisa data pada penelitian ini menggunakan program komputer melalui tahap tahap-tahap berikut : 1. Cara Pengolahan Data a. Memeriksa Data (Editing) Kegiatan untuk melakukan pengecekkan terhadap isi dari lembar observasi. b. Memberi Kode (Coding) Melakukan pengkodean terhadap data yang sudah diedit, sebagai usaha menyederhanakan data, yaitu untuk kategori jenis kelamin, dengan memberi tanda angka 1 untuk yang berjenis kelamin laki-laki dan angka 2 untuk yang berjenis kelamin perempuan. Mengelompokkan Data (Tabulating) Tabulasi yaitu mengelompokkan data ke dalam suatu tabel tertentu menurut sifat yang dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian.
59
c. Proses (Processing) Memproses data yang dilakukan dengan cara meng-entry data dari hasil observasi menggunakan perangkat komputer. d. Membersihkan Data (Cleaning) Melakukan pengecekkan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. 1.
Analisa Data a. Analisis univariat Analisa univariat dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2005). Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran (distribusi frekuensi). b. Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk melihat perbedaan yang bermakna antara dua kelompok data (komparatif) yaitu variable dependen (skala nyeri artritis rhematoid) sebelum terapi bercerita dan variable dependen (skala nyeri artritis rhematoid) setelah melakukan kompres hangat jahe. Penelitian ini menggunakan uji hipotesis berpasangan yaitu digunakan untuk melihat skala nyeri sesudah dan sebelum dilkakukan pemberian kompres hangat jahe, selanjut dilakukan uji Shapiro-Wilk untuk melihat apakah data normal atau tidak, pabila data tidak normal digunakan uji non parametric yaitu uji Wilcoxon (Dahlan, 2012).
60
H. Etika Penelitian Setelah mendapatkan izin dari salah seorang petugas panti sosial tresna werdha batu sangkar, peneliti melaporkan pada seorang petugas kesehatan panti. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan tujuan dan mampaat penelitian kepada responden, serta kerahasiaan data yang diberikan. Responden berhak untuk menerima dan menolak untuk menjadi responden dalam penelitian. Bila calon menyetujui menjadi responden, maka peneliti meminta responden untuk menandatangani persetujuan yang telah disediakan. Setelah mendapat persetujuan barulah peneliti melakukan penelitian dengan etika peneliti meliputi : 1. Lembar persetuan (Informed Consent). Sebelum kompres hangat dilakukan, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti kepada responden yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari responden baru peneliti mulai melakukan
penelitian dengan
melakukan kompres hangat jahe .. 2. Tampa nama (Anonymity ) Tidak mencantumkan nama responden dalam lembar wawancara yang digunakan, tetapi menukarnya dengan kode inisial nama responden, termasuk dalam penyajian hasil penelitian.
61
3. Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasiaan informasi tersebut dijamin oleh peneliti, hanya kelompok dan tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan hasil penelitian (Hidayat, 2012).
62
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan menyajikan hasil penelitian tentang pengaruh kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis rhematoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar Tahun 2014 yang dilakukan dari bulan Maret sampai Juli tahun 2014. Responden dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 20 orang responden. Pemberian intervensi dilakukan sebanyak 2 kali sehari selama 11 hari. Sebelum diberikan intervensi skala nyeri responden diukur, kemudian diukur kembali setelah diberikan intervensi Hasil penelitian akan dijelaskan dalam dua bagian, yaitu analisis univariat yang menggambarkan rata-rata skala nyeri artritis rhematoid sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat jahe, sedangkan analisis bivariat memaparkan tentang pengaruh kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis rhematoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar 2014.
63
A. Gambaran Umum Demografi Responden 1. Karakteristik Responden Menurut Umur Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui dari 20 orang responden adalah lansia yang menderita artritis rhematoid. 2. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui dari sebagian besar 29% (20 orang responden ), hampir setengahnya 45,0 % (9 orang ) berjenis kelamin laki-laki dan lebih dari setengahnya 55,0% (11 orang) berjenis kelamin perempuan. B. Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat a. Skal nyeri Pre-test Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Pre-Test Responden di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar Tahun 2014. Skala Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat Berat Jumlah
F 2 6 6 6
(%) 10.0 30.0 30.0 30.0
20
100
64
Dari hasil tabel diatas didapatkan dari 20 responden hampir setengahnya 30.0% (6orang) responden mengalami skala nyeri dengan kategori skala nyeri sangat berat, skala nyeri berat, skala nyeri sedang dan sebagiam kecil 10,0% (2 orang) mengalami skala nyeri ringan. Sebelum dilakukan kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis rhematoid pada lansia. b. Skala Nyeri Post-test Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Post-Test Responden di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar Tahun 2014. Skala Nyeri Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Jumlah
F 2 6 6 6 20
(%) 10.0 30.0 30.0 30.0 100
Dari hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 20 orang responden mengalami penurunan skala nyeri setelah dilakukan kompres hangat jahe dari skaa nyeri sangat berat menjadi nyeri berat 30% (6 orang), nyeri berat menjadi nyeri sedang 30% (6 orang), nyeri sedang ke nyeri ringan 30% (6 orang), dan nyeri ringan 10% (2 orang) ke tidak ada nyeri. Penurunan skala nyeri setelah dilakukan pemberian kompres hangat jahe.
65
2. Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian intervensi kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis rhematoid pada lansia. Tabel 5 : Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis Rhematoid Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar Tahun 2014 Skala Nyeri
n
Median
Minimum
Maksimum
-
20
4,00
2
5
-
Pretest
Posttest
20
3,00
1
4
Berdasarkan tabel didapatkan skala nyeri
95% CI
3,334,27
p value
0,000
2,333,27 sebelum dilakukan
kompres hangat jahe adalah 4,00 yaitu dengan skala nyeri berat. Dengan tingkat skala nyeri terendah sebelum dilakukan kompres hangat jahe 2 yaitu nyeri sedang dan tingkat skala nyeri tertinggi sebelum dilakukan pemberian kompres hangat jahe adalah 5 yaitu mnegalmi nyeri sangat berat. Pada pengukuran kedua (sesudah dilakukan kompres hangat jahe) didapat median tingkat skala nyeri 3,00 yaitu mengalami nyeri sedang dengan tingkat skala nyeri terendah setelah dilakukan kompres hangat jahe adalah 1 yaitu nyeri ringan dan tingkat skala nyeri tertinggi setelah dilakukan kompres hangat jahe adalah 4 yaitu nyeri berat. Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji hipotesis Wilcoxon Dengan Derajat Kemaknaan 95%, diperoleh ρvalue = 0,000 (ρ < 0,05), sehingga Ha diterima, berarti ada pengaruh yang signifikan antara kom
66
pres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis rhematoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar Tahun 2014.
67
BAB V PEMBAHASAN A. Interpretasi dan Diskusi Hasil 1. Analisa Univariat a. Skala Nyeri Sebelum Dilakukan Kompres Hangat Jahe Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui skala nyeri artritis rhematoid dari 20 orang responden lansia diketahui lebih dari sebagian (30.0%) responden mengalami skala nyeri dengan kategori nyeri sangat berat sebelum dilakukan kompres hangat jahe. Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri (Internasional Assosiation For The Studi Of Pain), mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensorik
subjektif
dan
pengalaman
emosional
yang
tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual dan potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan, sedangkan menurut MC. Caffery dalam (Potter & Perry, 2005). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Masyhurrosyidi H di Malang Jawa Timur tahun 2013 tentang Pengaruh Kompres Hangat Rebusan Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis Rhematoid Pada Lansia di Puskesmas Arjuna Malang Jawa Timur, menunjukan secara keseluruhan ada pengaruh yang bermakna antara tingkat skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan pemberian kompres hangat rebusan jahe dengan p-value 0.000. Pada data pre dan post treatment di
68
dapatkan penurunan skala nyeri dari berat ke sedang dari skala sedang ke rendah dan tidak mengalami dari rendah ke sedang atau tinggi. Ada perbedaan signifikan tingkat nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres hangat rebusan jahe pada lanjut usia dengan artritis rhematoid. Menurut asumsi peneliti bahwa nyeri artritis rhematoid pada lansia mengalami perubahan pada skala nyeri pada artritis rhematoid. Hal ini di sebabkan karena lansia merasakan nyeri pada artritis rhematoid. Nyeri pada arthritis rheumathoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang menyerang beberapa sendi, yang terjadi pada proses peradangan yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi sehingga lansia mengalami nyeri. Rata –rata nyeri yang di alami lansia sebelum dilakukan kompres hangat jahe adalah 3,80 mengalami (nyeri sedang). Nyeri menjadi prioritas keperawatan yang harus mendapatkan penangan pasien. b. Skala nyeri setelah dilakukan kompres hangat jahe Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui skala nyeri setelah dilakukan kompres hangat jahe dari 20 orang reponden diketahui dari sebagian kecil 30,0% (6 orang) responden mengalami skala nyeri sangat berat mengalami penurunan skala nyeri berat setelah dilakukan kompres hangat jahe.
69
Menurut Smalzer & Bare 2004 salah satu intervensi non farmakologi yang dapat dilakukan perawat secara mandiri dalam menurunkan skala nyeri stimulasi kutaneus, yaitu dengan melakukan kompres hangat jahe pada pasien untuk menurunkan skala nyeri artritis rhematoid. Menurut (A, 2010) Kompres hangat jahe dapat menurunkan nyeri atritis rhematoid. Kompres jahe merupakan pengobatan tradisional atau terapi alternatif untuk mengurangi nyeri artritis rhematoid. Kompres hangat jahe memiliki kandungan enzim siklo oksigenasi yang dapat mengurangi peradangan pada penderita artritis rhematoid selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas dan pedas, dimana rasa panas ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme
otot atau
terjadinya vasodilatasi pembuluh darah, manfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 20 menit sesudah aflikasi panas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Masyhurrosyidi H di Malang Jawa Timur tahun (2013) tentang Pengaruh Kompres Hangat Rebusan Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis Rhematoid Pada Lansia di Puskesmas Arjuna Malang Jawa Timur, menunjukan secara keseluruhan ada hubungan yang bermakna antara tingkat skala nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres hangat rebusan jahe dengan pvalue 0.000. Pada data pre dan post treatment di dapatkan penurunan skala nyeri dari berat ke sedang dari skala sedang ke rendah dan tidak mengalami dari rendah ke sedang atau tinggi. Ada perbedaan signifikan
70
tingkat nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres hangat rebusan jahe pada lanjut usia dengan artritis rhematoid. Menurut asumsi peneliti bahwa pasien yang menderita artritis rhematoid yang telah diberikan kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis rhematoid adalah 10,0% (2 orang) mengalami skala nyeri ringan. Hal ini menunjukan adanya penurunan skala nyeri pada pasien yang menderita artritis rhematoid. Terjadinya penurunan skala nyeri karena adanya pengaruh dari kompres hangat jahe. Dalam penelitian ini keseluruhan responden mengalami penurunan skala nyeri setelah dilakukan kompres hangat jahe. 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat pada penelitian ini membahas tentang pengaruh kompres hangat terhadap penurunan skala nyeri artritis rhematoid pada lansia di panti sosial tresna werdha kasih sayang ibu batu sangakar tahun 2014. Dari analisa statistik pengaruh pelaksanaan kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis rhematoid, dengan jumlah responden 20 orang responden di peroleh rata-rata 3,80 dengan standar deviasi 2,412 sebelum dilakukan kompres hangat jahe (pre-test) dan terjadi penurunan skala nyeri setelah kompres hangat jahe 2,80 dengan standar deviasi 2,789. Berdasarkan hasil statistik dari uji T-test didapatkan p=0,000 yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis rhematoid pada lansia.
71
Berdasarkan data di atas. Terjadi penurunan skala nyeri. Penurunan ini dapat terlihat bahwa setelah kompres hangat jahe rata-rata skala nyeri lansia rendah sebelum kompres jahe. Melihat adanya pengaruh kompres hangat jahe dengan penurunan skala nyeri pada lansia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Masyhurrosyidi H di Malang Jawa Timur tahun (2013) tentang Pengaruh Kompres Hangat Rebusan Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis Rhematoid Pada Lansia di Puskesmas Arjuna Malang Jawa Timur, menunjukan secara keseluruhan ada hubungan yang bermakna antara tingkat skala nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres hangat rebusan jahe dengan pvalue 0.000. Pada data pre dan post treatment di dapatkan penurunan skala nyeri dari berat ke sedang dari skala sedang ke rendah dan tidak mengalami dari rendah ke sedang atau tinggi. Ada perbedaan signifikan tingkat nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres hangat rebusan jahe pada lanjut usia dengan artritis rhematoid. Menurut asumsi peneliti berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat pengaruh yang signifikan antara kompres hangat jahe dengan penurunan skala nyeri artritis rhematoid pada lansia. Hal ini sesuai dengan salah satu intervensi non farmakologi yang dapat dilakukan perawat secara mandiri dalam menurunkan skala nyeri stimulasi kutaneus, yaitu dengan melakukan kompres hangat jahe pada pasien untuk menurunkan skala nyeri artritis rhematoid
72
Kompres hangat bagian dari teknik stimulasi kutaneus yang merupakan salah satu intervensi non farmakologi dalam penanganan nyeri. Teknik stimulasi kutaneus dapat dapat mengatasi nyeri karena menurun kan persepsi dengan stimulasi nyeri yang di transmisikan ke otak (Smelzer & Bere). Artritis rhematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana pada lapisan persendian mengalami peradangan sehingga menyebabkan rasa nyeri, kekakuan, kelemahan, kemerahan, bengkak dan panas, penyakit ini terjadi antara umur 20 – 50 tahun. Arthritis rheumathoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang menyerang beberapa sendi, sinoviom adalah bagian yang terjadi pada proses peradangan yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi (Khitchen, 2011). Arthritis rhematoid merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai dalam masyarakat dan merupakan salah satu kelompok penyakit yang selalu ditemukan dalam praktik dokter umum, penyakit ini ada yang menyerang sendi dan ada pula yang hanya menyerang jaringan disekitar sendi (Dalimartha, 2008). menurut Potter & Perry Stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri. Mandi air hangat, kompres, dan stimulasi syaraf elekrik transkutan merupakan langkah-langkah sederhana dalam upaya menurunkan skala nyeri. Menurut asumsi peneliti penurunan nyeri pada pada pasien yang diberikan kompres hangat jahe tergantung pada masing-masing lansia.
73
Lansia yang mampu berespon dengan baik terhadap kompres hangatb jahe yang diberikan akan mengalami penurunan yang lebih tinggi terhadap kompres hangat yang di berikan akan mengalami penurunan nyeri yang lebih tinggi di bandingkan lansia yang yang tidak mampu. Hal ini sesuai dengan
mekanisme
gate
control,
dimana
kurangnya
konsentrasi
menyebabkan pintu gerbang yang mentransmisikan nyeri, sehingga sampai stimulus nyeri ke otak yang seharus nya berkurang akibat kompres stimulasi kutaneus. Berdasarkan penelitia yang dilakukan, peneliti berpendapat bahwa selama kompres hangat jahe dilakukan pada lansia, tidak semua lansia mampu berkonsentrasi terhadap kompres jahe yang di berikan, meskipun telah mendapat penjelasan yang jelas dari peneliti. Keefektifan simulasi kutaneus tergantungb pada kempuan lansia untuk menerima input sensori selain nyeri. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada banyak hal yang mempengaruhi persepsi dan reaksi seseorang terhadap nyeri, yang mana berdasarkan hasil penelitian skala nyeri mengalami perubahan. Menurut analisis peneliti bahwa jenis kelamin merupakan salah satu variabel yang dinilai dalam penelitian, hasil penelitian menunjukan bahwa dari sebagian responden adalah perempuan (100,0%). Dari hasil pengamatan respon terhadap nyeri antara laki-laki dan perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
74
B. Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini masih terdapat berbagai kelemahan dan kekurangan, walaupun peneliti berupaya semaksimal mungkin dengan berbagai usaha untuk membuat hasil penelitian ini menjadi sempurna.
75
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri rhematoid artritis pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar 2014. didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum dilakukan kompres hangat jahe (pre-test), rata-rata skala nyeri artritis rhematoid responden adalah 3,80 dengan kategori nyeri berat. 2. Sesudah dilakukan kompres hangat jahe (post-test), rata-rata skala nyeri artritis rhematoid responden adalah 2,80 dengan kategori nyeri sedang. 3. Didapatkan ada pengaruh kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis rhematoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Kanagarian Cubada Batu Sangkar 2014 dengan nilai p value = 0,000 B. Saran Berdasarkan
hasil
temuan
dalam
penelitian
ini,
maka
dapat
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi Institusi Terkait Penelitian ini bermanfaat untuk meningkat kan pelayanan kesehatan pada lanjut usia yang menderita Artritis Rhematoid di PSTW Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar 2014.
76
2. Bagi Peneliti Lain. Hasil penelitian ini di harapkan menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan menerapkan ilmu yang telah di dapatkan dalam proposes belajar. Untuk mengetahui pengaruh pemberian kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis rhematoid pada lansia di PSTW Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar 2014. 3. Bagi Responden Dari hasil penelitian ini diharapkan responden di PSTW Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar 2014 dapat menerapkan kompres hangat jahe , untuk menurun kan skala nyeri artritis rhematoid .
77
DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2010). Jahe Redakan Nyeri Otot Diperoleh Tanggal 12 Februari 2012, Corwin, E, j .(2009) buku saku patofisiologi, jakarta :EGC Chairuddin, 2003 (Nanda Nic-Noc 2013). Aflikasi Asuahan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Jakarta ; EGC Dahlan, S. (2012). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika. Dharma, K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media. Dalimartha, S . (2008). Herbal untuk pengobatan reumatik. Jakarta: penebar swadaya Dermawan. F (2008).Lansia Masa Kini Dan Mendatang diperoleh tanggal 12 pebruari 2012,http:// WWW, Headline news/ situs resmi kementrian kesehatan. Dinas Kesehatan tanah datar. (2013).frofil kesehatan. Bukittinggi : Dinas Kesehatan tanah datar Erikson. Dkk (2003) Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC Feldman. D, (2005) human development (
). New york : Megraw-Hill Inc
Http:// Kompas,/Indohafi. Htm Http;//Kesehatan Kompas. Nyeri Otot.
Com/Read/2010/05/20/08195490/Jahe.
Redakan
Hidayat. A. A. (2009) Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Selemba Medika Khitchen. (2011)., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta. Kozier & Erb’s. (2008). Fundamental Of Nursing: Consept, Process And Practice,( ) Ed. New Jersey : Pearson Edukacion, Inc Maryam. K (2008). Mengenal Usia Lanjut. Salemba Medika, Jakarta. Nugroho. Wahyudi, SKM, (2008), Keperawatan Gerontik, jakarta : EGC Nursalam. (2011). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: selemba medika Notoat modjo. S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 78
Price. A, S Dkk, (2006) Patofisiologi, jakarta : EGC PSTW. Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar. (2014), Jumlah Lanjut Usia Penderita Artritis Rhematoid. Batu Sangka. Potter dkk, (2005), Fundamental Of Nursing Nursing Konsep, Prose, Dan Praktik. Jakarta : EGC Paimin F dkk, (2006) Budidaya, Pengolahan, Perdagangan Jahe, Jakarta: EGC Rahman. (2004), Asli Jahenya Nyata Khasiatnya Diperoleh Tanggal 12 Pebruari 2012, From.Http ;//Kompas,/Indohafi, Htm Sudoyo. S , (2007), Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI Smeltzer. S. C & Bare, B. G, (2004) Brunner & Suddarth’s. Texbook Of Medical Surg ical Nursing Vol 1. Jakarta : EGC Tamher. H . (2008), psikologi untuk mahasiswa keperawatan, jakarta : Trans Info Tamsuri. A . (2012), Konsep & Penatalaksaan Nyeri, jakarta : EGC Utami dkk, (2005), Tanaman Obat Untuk Mengatasi Nyeri Rematik & Asam Urat. Wasis. (2008). Pedoman riset praktis untuk proffes perawat. Jakarta : EGC
79
Lampiran 2 PROSEDUR PELAKSANAAN Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis Rhematoid Di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar tahun 2014
A. Topik Pengaruh kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis rhematoid pada lansia B. Kompres Hangat Jahe Kompres jahe hangat dapat menurunkan nyeri atritis rhematoid. Kompres jahe merupakan pengobatan tradisional atau terapi alternative untuk mengurangi nyeri artritis rhematoid. Kompres jahe hangat memiliki kandungan enzim siklo-oksigenasi yang dapat mengurangi peradangan pada penderita artritis rhematoid, selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas dan pedas, dimana rasa panas ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh darah, mamfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 20 menit sesudah aflikasi panas . (A, 2010 )
80
C. Manfaat 1. Bagi Institusi Terkait Penelitian ini bermanfaat untuk meningkat kan pelayanan kesehatan pada lanjut usia yang menderita Artritis Rhematoid di PSTW Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar 2014. 2. Bagi Peneliti Lain. Hasil penelitian ini di harapkan menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan menerapkan ilmu yang telah di dapatkan dalam proposes belajar. Untuk mengetahui pengaruh pemberian kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis rhematoid pada lansia di PSTW Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar 2014. 3. Bagi Responden Dari hasil penelitian ini diharapkan responden di PSTW Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar 2014 dapat menerapkan kompres hangat jahe , untuk menurun kan skala nyeri artritis rhematoid . a. Cara kerja Untuk pelaksaan kompres hangat jahe dapat mengikuti langkahlangkah sebagai berikut : 1. Infrm consent 2. Siap kan jahe 20 gram. 3. Cuci jehe dengan air sampai bersih 4. Tumbuk jahe 5. Nyalakan api kompor
81
6. Siapkan panci kemudian isikan secukup nya 7. Panaskan air sampai mendidih campurkan jahe 8. Masukan handuk kecil kedalam air jahe panas tersebut kemudian tunggu beberapa saat sebelum handuk di peras 9. Peraskan handuk kemudian tempelkan kedaerah sendi yang terasa nyeri klien. 10. Angkatkan handuk kecil apabila terasa dingin 11. Pengompresan dilakukan selam 20 menit 12. Setelah selasai bereskan semua peralatan yang telah dipakai. Sebaik kompres hangat jehe dilakukan dua kali dalam sehari pagi dan sore agar mendapatkan hasil yang optimal. (An, 2010) persiapan alat dan bahan menurut (An, 2010) adalah sebagai berikut : b. Alat 1. Penumbuk jahe 2. Kompor 3. Panci 4. Timbangan 5. Handuk kecil c. Bahan 1. Jahe 20 gram 2. Air secukup nya
82
Sedangkan untuk pengukuran intensitas nyeri baik sebelum maupun sesudah intervensi, insturumen yang digunakan adalah kuesioner yang dilakukan melalui wawancara dengan hasil ukur skala nyeri numerical rating scale (NRS). Sebaik nya kompres hangat dilakukan dua kali dalam sehari pagi dan sore agar mendapat hasil yang optimal (An, 2010). Hasil penurunan skala nyeri setelah di lakukan kompres hangat jahe adalah Pada data pre dan post treatment di dapatkan penurunan skala nyeri dari berat kesedang dari skala sedang ke rendah dan tidak mengalami dari rendah ke sedang atau tinggi. Ada perbedaan signifikant tingkat nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres hangat rebusan jahe pada lanjut usia dengan artritis rhematoid menurut penelitian terkait.
83
Lampiran 3 PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama/inisial
: ..........................................................
Umur
: ..........................................................
Menyatakan bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan oleh : Nama : DEVI SUSANTI NIM : 101000214201005 Judul : Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis Rhematoid Pada Lansia. Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap saya, sehingga jawaban yang saya berikan adalah yang sebenarnya dan akan dirahasiakan. Demikianlah pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Yang Membuat Pernyataan,
(.........................................)
84
Lampiran 4 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth: Bapak/Ibu Calon Responden diTempat Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat Nama
: DEVI SUSANTI
NIM
: 101000214201005
Alamat : Belakang Balok Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri Rematik Pada Lansia”. Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat buruk bagi Bapak/Ibu sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk tujuan penelitian. Apabila Bapak/Ibu menyetujui maka dengan ini saya mohon kesediaan responden untuk menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan dalam lembaran kuesioner. Atas perhatian Bapak/Ibu sebagai responden saya ucapkan terima kasih. Peneliti
DEVI SUSANTI
85
Lampiran 5
LEMBAR WAWANCARA PENELITIAN PENGARUH KOMPRES HANGAT JAHE TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI REMATIK PADA LANSIA DI PSTW KASIH SAYANG IBU BATU SANGKAR 2014. Lembar Wawancara Sebelum dilakukan Komres Hangat Jahe 1. Identitas Responden Nama/inisial
:
Tanggal Pengisian:
Umur
:
Nomor Responden:
Jenis Kelamin
:
Alamat
:
2. Petunjuk Pengisian Lembar Wawancara Lingkari nomor atau skala pada kolom yang tersedia sesuai dengan skala nyeri rematik yang bapak / ibu rasakan. 3. Pertanyaan : Menurut persepsi bapak / ibu jika skala skala nyeri di beri rentang 0-10. Nyeri yang bapak / ibu rasakan sekarang berada dalam rentang berapa?
0
1
2
3
Tidak Nyeri Nyeri ringan
4
5
6
Nyeri sedang
7
8
9
Nyeri berat
10 Nyeri sangat berat
86
Lampiran 6
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis dengan judul “Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis Rhematoid Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar.” adalah hasil karya sendiri bukan merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain kecuali kutipan yang sumbernya dicantumkan. Jika kemudian hari pernyataan yang saya buat ini ternyata tidak betul, maka status ketulusan dan gelar yang saya peroleh menjadi batal dengan sendirinya.
Bukittinggi, April 2014 Yang Membuat Pernyataan
Devi Susanti
87
Hasil Olah Data
Frequencies [DataSet1] D:\skripsi devy\spss devi.sav
Statistics Umur Responden N
Valid
20
Missing
0
Umur Responden Cumulative Frequency Valid
lansia
Percent
20
Valid Percent
100,0
Percent
100,0
100,0
Statistics Jenis Kelamin N
Valid Missing
20 0
Jenis Kelamin Cumulative Frequency Valid
laki-laki
Percent
Valid Percent
Percent
9
45,0
45,0
45,0
perempuan
11
55,0
55,0
100,0
Total
20
100,0
100,0
88
Frequencies [DataSet1] D:\skripsi devy\spss devi.sav
Statistics Skala Nyeri Pretest N
Valid Missing
20 0
Skala Nyeri Pretest Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Nyeri Ringan
2
10,0
10,0
10,0
Nyeri Sedang
6
30,0
30,0
40,0
Nyeri Berat
6
30,0
30,0
70,0
Nyeri Sangat Berat
6
30,0
30,0
100,0
20
100,0
100,0
Total
89
Frequencies [DataSet1] D:\skripsi devy\spss devi.sav Statistics Skala Nyeri Posttest N
Valid Missing
20 0
Skala Nyeri Posttest Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Nyeri
2
10,0
10,0
10,0
Nyeri Ringan
6
30,0
30,0
40,0
Nyeri Sedang
6
30,0
30,0
70,0
Nyeri Berat
6
30,0
30,0
100,0
20
100,0
100,0
Total
Explore [DataSet1] D:\skripsi devy\spss devi.sav
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
Skala Nyeri Pretest
20
100,0%
0
,0%
20
100,0%
Skala Nyeri Posttest
20
100,0%
0
,0%
20
100,0%
90
Descriptives Statistic Skala Nyeri Pretest
Skala Nyeri Posttest
Mean
Std. Error
3,80
95% Confidence Interval for
Lower Bound
3,33
Mean
Upper Bound
4,27
5% Trimmed Mean
3,83
Median
4,00
Variance
1,011
Std. Deviation
1,005
Minimum
2
Maximum
5
Range
3
Interquartile Range
2
,225
Skewness
-,249
,512
Kurtosis
-,999
,992
2,80
,225
Mean 95% Confidence Interval for
Lower Bound
2,33
Mean
Upper Bound
3,27
5% Trimmed Mean
2,83
Median
3,00
Variance
1,011
Std. Deviation
1,005
Minimum
1
Maximum
4
Range
3
Interquartile Range
2
Skewness
-,249
,512
Kurtosis
-,999
,992
91
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Skala Nyeri Pretest
,187
20
,065
,871
20
,012
Skala Nyeri Posttest
,187
20
,065
,871
20
,012
a. Lilliefors Significance Correction
NPar Tests [DataSet1] D:\skripsi devy\spss devi.sav
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N Skala Nyeri Posttest - Skala Negative Ranks Nyeri Pretest
Positive Ranks
Mean Rank 10,50
210,00
b
,00
,00
20 0
Sum of Ranks
a
c
Ties
0
Total
20
a. Skala Nyeri Posttest < Skala Nyeri Pretest b. Skala Nyeri Posttest > Skala Nyeri Pretest c. Skala Nyeri Posttest = Skala Nyeri Pretest
Test Statistics
b
Skala Nyeri Posttest - Skala Nyeri Pretest Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a
-4,472
,000
a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
92
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: DEVI SUSANTI
Tempat / Tanggal Lahir
: Rantau Gedang / 29 November 1991
Alamat
: Rantau Gedang, Sarolangun Jambi
Agama
: Islam
Nama Orang Tua Ayah
: UJUD
Ibu
: ASIYAH
Anak
: 1 (pertama) dari 3 (tiga) bersaudara
Riwayat Pendidikan
: 1.SD Negeri 46 Rantau Gedang, Kec. Bathin
delapan (limbur tembesi)
(tahun 1998-2004) 2. MTS Negeri Bangko, Kec. Merangin (tahun 2004-2007) 3. MAN Negeri Bangko, Kec. Merangin (tahun 2007-2010) 4. S1 Keperawatan Fakultas Kesehatan dan MIPA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (tahun 2010-sekarang).
93
94