i
SKRIPSI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA PADA MATERI POKOK DINAMIKA PEDOSFER PADA SISWA KELAS X2 SMA NEGERI 1 SAMPARA ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X2 SMA Negeri 1 Sampara )
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kependidikan (S1) Pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Geografi
OLEH
ANDI MASITA A1A4 12 021
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
ii
MOTTO
Sebagai Manusia yang beriman tak pernah luput dari ucapan puji syukur atas kehadirannya yang selalu member kesehatan serta kekuatan hingga hamba yang berdosa dapat menyelesaikan aktivitas studi (Q.S. An Rahman ayat 20)
Ciptakan suasana yang islami demi menggapai insan intelektualitas untuk menggapai suatu mimpi yang cemerlang sesuai harapan (Andi Masita)
iii
ii
iv
v
vi
ABSTRACT Method of the research is used that classroom action research at class X2 SMA Negeri 1 Sampara. The research procedure consist of two cycle, the type of the data used was qualitative and quantitative data. Technique data collecting in this research use observation sheet and tes. While technique analyse data was used descriptive analysis qualitative and quantitative. The result of research to show that applying of problem based learning model can improve the students learn activity and the teacher teaching activity. Based of the data analysis obtained the conclusion that: 1) Students learn activity with applying of problem based learning model in each cycle shown that the student activity in mean score of cycle one equal to 2,7 which including at enough category and increasing at cycle two become 3,5 which including good katergori; 2) Teacher of the teaching activity by applying problem based learning model, shown that the mean score in each cycle, where cycle one of the mean score activity was 2,6 which including enough category and increasing at cycle two become 3,6 which goodness categorize; 3). Happened increasing to the result of the students learning at class X2 at SMAN 1 Sampara from cycle one to the cycle two. The cycle one from 41 students only 27 student succees in percentage 68% with the average of value 70,14. At the cycle two get increasing from 41 student there are 36 students succees in percentage 87% with the average of value 79,39 ABSTRAK Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di Kelas X2 SMA Negeri 1 Sampara. Dengan prosedur penelitian terdiri atas dua siklus, jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi dan tes. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitaf. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model problem based learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru. Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa: 1) aktivitas belajar siswa dengan penerapan model problem based learning pada setiap siklus ditunjukkan dengan skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 2,7 yang termasuk pada kategori cukup meningkat pada siklus II menjadi 3,5 yang termasuk pada katergori baik; 2) Aktivitas mengajar guru dengan menerapkan model problem based learning, ditunjukkan dengan skor rata-rata pada setiap siklus, dimana pada siklus I skor rata-rata aktivitas guru adalah 2,6 yang termasuk kategori cukup dan meningkat pada siklus II menjadi 3,6 yang berkategori baik; 3). Terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas X2 di SMAN 1 Sampara dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I dari 41 orang siswa hanya 27 orang siswa yang tuntas dengan persentase ketuntasan 68% dengan nilai rata-rata 70,14. Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 41 orang siswa ada 36 orang siswa yang tuntas dengan persentase ketuntasan 87% dengan nilai rata-rata 79,39. Kata Kunci : Model Pembelajaran, Problem Based Learning, Guru, Siswa, Hasil Belajar, Pedosfer v
vii
KATA PENGANTAR Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji dan syukur saya ucapkan atas keha dirat Allah SWT, yang menciptakan alam semesta, manusia, kehidupan dan seluruh ciptaan lain yang tidak dapat dijangkau oleh manusia. Karena berkat rahmat dan taufiknya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi Geografi ini sebagaimana mestinya. Pembuatan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo. Saya menyadari bahwa dalam upaya penyelesaian skripsi ini senantiasa mengalami kesulitan-kesulitan, namun berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat saya selesaikan. Oleh karena itu, saya mengucapakan terima kasih sedalamdalamya kepada Drs. Ramli, M.Si sebagai pembimbing I semoga jasa-jasa beliau diridhoi dan bernilai pahala disisi Allah SWT, serta La Ode Amaluddin, S.Pd.,M.Pd. sebagai pembimbing II yang dengan penuh kerelaan dan dedikasi yang tinggi membimbing saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, merupakan kewajiban moral bagi saya untuk menyampaikan terimah kasih yang tulus ikhlas serta penghargaan yang setinggi-tingginya masingmasing kepada yang terhormat :
vi vii
viii
1. Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S., Selaku Rektor Universitas Halu Oleo Kendari. 2. Prof Dr. La Iru, M.Si., Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari. 3. La Ode Amaluddin, S.Pd., M.Pd Selaku Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari 4. La Ode Nursalam, S.Pd., M.Pd Selaku Sekjur Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari 5. Dosen dan staf administrasi FKIP, Khususnya pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Geografi. 6. Hamid, S.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Sampara, segenap Bapak dan Ibu guru serta seluruh Staf Administrasi SMA Negeri 1 Sampara. 7. Sahabat seperjuanganku Selpiana serta rekan-rekan Mahasiswa Geografi khususnya angkatan 2012, Siti Rahmawati, Wa Ode Jumiati, Deice Salaunaung, S.Pd, Gebi Nanda Karisma, S.Pd, Irli, dan Kiki Absari dan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas semua bantuannya, motivasi, dukungan moril, kekompakan, dan kenangannya 8. Kepada Sahabat-sahabatku, Asnur, Desi Andriani, Purwansyah Hakim, S.H, Jefriadi, Nanang Angriana, Desi Mertisilviana, terima kasih atas semua bantuannya, motivasi, dukungan moril, yang ternilai harganya. Ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya penulis haturkan kepada ayahanda Andi Madjid dan ibunda tercinta Siti Hadija, yang selalu memberikan doa dan bantuan moril dan material yang tak terhingga nilainya sejak awal penulis menuntut ilmu sampai selesainya hasil penelitian ini. Tak lupa pula kakak saya Syamsidar Madjid, Andi Syamsul Alam Madjid yang selalu memberikan bantuan doa dan
viii
ix
motivasi. Semoga segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan dapat diterima sebagai amal ibadah. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti ataupun pembaca dari penelitian ini. Kendari, Penulis
ix
April 2016
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... HALAMAAN PERSETUJUAN ........................................................................ HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................... ABSTRAK .......................................................................................................... ABSTRACT ........................................................................................................ KATA PENGANTAR ........................................................................................ DAFTAR ISI ....................................................................................................... DAFTAR TABEL .............................................................................................. DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
i ii iii iv v vi vii x xii xiii xiv
BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E.
Latar Belakang ......................................................................................... Rumusan Masalah ..................................................................................... Tujuan Penelitian ...................................................................................... Manfaat Penelitian ................................................................................... Defenisi Operasional ................................................................................
1 4 5 5 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajianj Teori ............................................................................................. 1. Arti dan Makna Pembelajaran ............................................................ 2. Hakekat Belajar dan Pembelajaran .................................................... 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Pembelajaran .................. 4. Hasil Belajar ....................................................................................... B. Proses Belajar Mengajar Geografi ............................................................ C. Konsep Pedosfer........................................................................................ D. Model Pembelajaran Problem Based Learning ...................................... E. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan....................................................... F. Kerangka Pikir .......................................................................................... G. Hipotesis Tindakan....................................................................................
7 7 8 9 12 14 18 20 32 32 33
BAB III. METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F.
Jenis Peneltian........................................................................................... Subyek Penelitian...................................................................................... Faktor Yang Diteliti .................................................................................. Rencana Tindakan..................................................................................... Data dan Teknik Pengumpulan Data......................................................... Analisis Data .............................................................................................
x
34 34 34 35 37 38
xi
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 1. Siklus I.................................................................................................. 2. Siklus II ................................................................................................ B. Pembahasan ..............................................................................................
40 40 55 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................... 85 B. Saran.......................................................................................................... 86 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
xii
DAFTAR TABEL
No.Tabel
Teks
halaman
Tabel 4.1. Skor Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa Siklus I .................................. 47 Tabel 4.2. Skor Aktivitas Mengajar Guru Siklus I................................................ 52 Tabel 4.3. Data Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa siklus I........................ 55 Tabel 4.4. Analisis ketuntasan Belajar Siklus I .................................................... 56 Tabel 4.5. Skor Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ................................. 63 Tabel 4.6. Data Aktivitas Mengajar Guru pada Siklus II...................................... 67 Tabel 4.7. Data Analisis ketuntasan Hasil Belajar Siklus I................................... 70 Tabel 4.8. Analisis ketuntasan Belajar Siklus I .................................................... 71
xii
xiii
DAFTAR GAMBAR
No.Gambar
Teks
halaman
Gambar 3.1. Alur Model Penelitian Tindakan Kelas ........................................... 36 Gambar 4.1. Grafik skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus I ........................... 48 Gambar 4.2. Grafik rata-rata aktivitas siswa tiap pertemuan siklus I .................. 50 Gambar 4.3. Grafik rata-rata aktivitas mengajar guru pada siklus I .................... 53 Gambar 4.4. Grafik ketuntasan hasil belajar siklus I ........................................... 57 Gambar 4.5. Grafik skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus II ......................... 64 Gambar 4.6. Grafik rata-rata aktivitas siswa pada siklus II ................................. 65 Gambar 4.7. Grafik rata-rata aktivitas mengajar guru pada siklus II ................... 68 Gambar 4.8. Grafik ketuntasan hasil belajar siklus II .......................................... 72 Gambar 4.9. Grafik peningkatan hasil belajar secara keseluruhan ...................... 74 Gambar 4.10. Grafik persentase jumlah siswa yang tuntas dan yang tidak tuntas 75
xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa Lampiran 4. Tes Siklus Lampiran 5. Lembar observasi guru Lampiran 6. Lembar observasi siswa Lampiran 7. Daftar nilai siklus I dan II Lampiran 8. Surat keterangan izin penelitian Lampiran 9. Surat keterangan hasil penelitian Lampiran 10. Dokumentasi
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu berkembang sangat pesat. Hal ini harus didukung dengan adanya peningkatan dalam pelaksanaan pendidikan, baik pendidikan formal (sekolah), pendidikan non formal (masyarakat), pendidikan informal (keluarga). Terutama pada pendidikan formal yang memberikan kontribusi cukup besar kepada seseorang dalam kemampuan akademis, sehingga harus diupayakan peningkatan baik kualitas maupun kuantitas pendidikannya. Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa merupakan tantangan yang selalu dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam propesi keguruan dan pendidikan (Miarso, 2004:37) Pendidikan sangat penting dan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan suatu proses transformasi nilai-nilai budaya sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi kegenerasi yang lain. Nilai-nilai kebudayaan tersebut mengalami proses transformasi dari generasi terdahulu sampai pada generasi sekarang dan kedepan. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, pasal 3 ayat (6) menyatakan bahwa, pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dimana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun
1
2
kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005). Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 di atas maka pendidik (guru) menjadi ujung tombak terdepan dalam proses pembelajaran. Karena gurulah yang berinteraksi langsung dengan siswa di dalam kelas. Guru memegang peranan yang sangat penting yang membuat siswa mengerti dan paham mengenai mata pelajaran yang diajarkan. Dengan kata lain guru dalam mengelola proses pembelajaran harus lebih professonal, sehingga membuat siswa senang belajar. Guru merupakan faktor utama yang menentukan mutu pendidikan. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan langsung dengan pesera didik di kelas melalui proses pembelajaran. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral serta spiritual. Dengan demikian akan dihasilkan generasi masa depan yang siap hidup dengan tantangan zamannya. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dan meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengolah proses belajar mengajar, bertindak sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai
3
tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas guru dituntut untuk mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mampu belajar karena siswalah subjek utama belajar (Soemantri, 2007:29). Perubahan strategi dan model pembelajaran yang sedemikian rupa memberikan nuansa yang menyenangkan dan penuh gairah serta bermakna. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah rendahnya daya serap siswa terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal ini tampak dari hasil belajar siswa yang senantiasa masih memprihatinkan. Hal ini tentunya adalah sebagai akibat dari kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar (belajar untuk belajar).
Dalam arti yang lebih
substansial bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasikasi dari proses ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Selama 2 tahun terakhir ini nilai semester siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Sampara pada pembelajaran Pendidikan Geografi masih dalam kategori rendah dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya, bila melihat hasil ulangan harian siswa tahun ajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa dari 41 orang siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Sampara, hanya 19 siswa (46%) yang tuntas dan 21 orang siswa (54%) yang
4
tidak tuntas. Jadi hanya 46% siswa yang tuntas dengan nilai rata-rata 50%, sedangkan pada tahun ajaran 2015/2016 nilai yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 41 orang siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Sampara, hanya 23 siswa (56%) yang tuntas dan 18 orang siswa (44%) yang tidak tuntas. Jadi hanya 56% siswa yang tuntas dengan nilai rata-rata 50%. Nilai ini lebih rendah dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah, yaitu dengan nilai 75. Hal ini membuktikan bahwa hasil belajar siswa masih rendah dan kurangnya aktifitas belajar siswa kelas X2 SMA Negeri Sampara. Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah karena dalam proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Geografi di kelas X2 SMA Negeri 1 Sampara guru tidak menerapkan model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dalam mengajar mata pelajaran Pendidikan Geografi khususnya materi dinamika pedosfer. Akibatnya siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran karena dalam pembelajaran hanya guru yang aktif dan siswa sebagai subjek tidak diberi kesempatan untuk mengelola informasi. Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka perlu dilakukan tindakan untuk memecahkan permasalahan yang ada pada siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Sampara. Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan model problem based learning dalam upaya meningkatkan hasil belajar geografi materi pokok dinamika pedosfer pada siswa kelas X2 SMA Negeri sampara”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah penelitian adalah :
5
1. Bagaimana gambaran penerapan model problem based learning terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok dinamika pedosfer di kelas X2 SMA Negeri 1 Sampara? 2. Bagaimana gambaran penerapan model problem based learning terhadap aktivitas mengajar guru pada materi pokok dinamika pedosfer di kelas X2 SMA 1 Negeri Sampara? 3. Apakah penerapan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar geografi siswa pada materi pokok dinamika pedosfer di kelas X2 SMA Negeri 1 Sampara? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok dinamika pedosfer melalui penerapan model problem based learning di kelas X2 SMA Negeri 1 Sampara 2. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas mengajar guru pada materi pokok dinamika pedosfer melalui penerapan model problem based learning di kelas X2 SMA Negeri 1 Sampara. 3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar geografi siswa pada materi pokok dinamika pedosfer melalui penerapan model problem based learning di kelas X2 SMA Negeri 1 Sampara. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
6
1. Bagi siswa Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran Geografi serta dapat menumbuhkan sikap tolong menolong pada diri siswa dalam mengerjakan tugas karena siswa belajar dalam kelompok. 2. Bagi guru Dapat memperbaiki mutu pembelajaran Geografi di kelas X2, dan memudahkan guru memonitor siswa dalam belajar karena siswa dibentuk dalam kelompok-kelompak kecil, serta menerapkan model pembelajaran problem based learning yang melibatkan siswa secara aktif dalam rangka perbaikan pembelajaran Geografi 3. Bagi peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap penerapan model pembelajaran dalam upaya peningkatan hasil belajar geografi siswa dalam pembelajaran Geografi khususnya pada materi pokok dinamika pedosfer. E. Definisi Operasional 1. Pedosfer adalah lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya paling atas dari permukaan bumi 2. Problem Based learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang berbasis masalah, dan menggunakan metode mengajar yang berfokus pada pemecahan masalah yang nyata, dimana peserta didik melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan dan laporan akhir
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Arti dan Makna Pembelajaran Pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran yang sangat dominan untuk mewujudkan kualitas lulusan (out put) pendidikan. Pendidikan adalah sektor yang sangat menentukan kualitas hidup suatu bangsa. Kegagalan pendidikan berimplikasi pada kegagalan suatu bangsa, sebaliknya keberhasilan pendidikan juga secara otomatis membawa keberhasilan sebuah bangsa. Menilik dari kata pembelajaran, dasar katanya adalah belajar yang di bubuhi awalan „pe‟ dan akhiran „an‟, yang berarti proses atau hal yang berkenaan dengan membuat jadi. Muchtar (2008: 2) mengibaratkan proses pembelajaran sebagai sebuah proses meramu masakan untuk menjadi enak dan lezat. Kelezatan suatu masakan tidak cukup ditentukan oleh kelengkapan bumbunya, justru yang amat penting adalah kemampuan seorang cooki dalam meramu bumbu masakan Sagala (2009:61) juga menilai bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar yang dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Jadi pembelajaran menurutnya ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Menurut Corey (dalam Sagala, 2009: 61) menyatakan bahwa konsep pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelolah memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
8
Jadi pembelajaran telah mencakup di dalamnya proses upaya belajar dan mengajar. Istilah pembelajaran ini merupakan perubahan istilah yang sebelumnya dikenal dengan istilah proses belajar mengajar (PBM) atau kegiatan belajar mengajar (KBM). Istilah pembelajaran mengusung misi perubahan paradigma di dalam proses belajar mengajar. 2. Hakekat Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan kepribadian meliputi kecakapan, sikap, kebiasaan dan kepandaian. Kebiasaan itu bersifat menetap dalam tingkah laku sebagai hasil latihan atau pengalaman. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar dan siswa dengan guru. Kegiatan pembelajaran akan bermakna bagi siswa jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan aman. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual (Dimiyati, 2002:18) Belajar bermakna adalah proses dikaitkannya informasi baru terhadap konsepkonsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil peristiwa mengajar ditandai terjadinya hubungan antar aspek, konsep, informasi atau situasi dengan komponen-komponen yang relevan dalam struktur kognitif siswa. Menurut Wahidmurni (2010:47) proses belajar tidak sekedar menghafal konsep atau fakta belaka, tetapi lebih merupakan kegiatan internalisasi antar konsep guna meghasilkan pemahaman yang utuh. Agar tercapai pembelajaran bermakna, guru harus berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan mendukungnya dengan pengetahuan baru. Dengan kata lain, belajar lebih bermakna jika siswa mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan cara
9
mengaktifkan secara maksimal potensi inderawi mereka dari pada hanya mendengarkan. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran Menurut Sardiman (2000:89) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan proses pembelajaran, di antaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan. a. Faktor Guru Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Diyakini, setiap guru akan memiliki pengalaman, pengetahuan, kemampuan, gaya dan bahkan pandangan yang berbeda dalam mengajar. Guru yang menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pembelajaran akan berbeda dengan guru yang menganggap mengajar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada peserta didik. Masing-masing perbedaan tersebut dapat mempengaruhi baik dalam penyusunan strategi atau implementasi pembelajaran (Sardiman, 2000:90) Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karena itu, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.
10
Selain latar guru seperti di atas, pandangan guru terhadap mata pelajaran yang diajarkan, juga dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Guru yang menganggap mata pelajaran Geografi sebagai pelajaran hafalan, akan berbeda dalam pengelolaan pembelajarannya dibandingkan dengan guru yang menganggap mata pelajaran tersebut sebagai mata pelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka posisi guru dalam proses pembelajaran sangat strategis dan menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam rangka itu guru perlu memiliki kemampuan managerial dalam mengelola proses pembelajaran yang bermakna sehingga pengalaman belajar siswa dalam belajarnya bermanfaat dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (life skill) b. Faktor Siswa Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak. Seperti halnya guru, faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa yang menurut Dunkin disebut pupil formative experiences yaitu meliputi semua pengalaman hidup siswa. Serta fator yang dimiliki oleh siswa (pupil properties). Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin, tempat kelahiran, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat dan lain sebagainya; sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi tingkat kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap. Tidak dapat
11
disangkal bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokkan pada siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang berkemampuan tinggi biasanya ditunjukkan oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian, dan keseriusan dalam mengikuti pelajaran. Sebaliknya, siswa yang yang tergolong pada kemampuan rendah ditandai dengan kurangnya motivasi belajar, tidak adanya keseriusan dalam mengikuti pelajaran, termasuk menyelesaikan tugas dan sebagainya. Sikap dan penampilan siswa di dalam kelas juga merupakan aspek yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Adakalanya ditemukan siswa yang sangat aktif (hyperkinetic) dan ada pula siswa yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan siswa yang memiliki motivasi yang rendah dalam belajar. Semua itu akan mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas. c. Faktor Sarana dan Prasarana Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan sebagainya; sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Dengan demikian sarana dan prasarana akan sangat mendukung dan merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. d. Faktor Lingkungan Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial psikologis.
12
Faktor organisasi kelas di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran adalah faktor iklim sosial psikologis. Maksudnya, keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal atau eksternal. Iklim sosialpsikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah, misalnya iklim sosial antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara guru dengan guru, bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah. Iklim sosialpsikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubunan sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat dan lain sebagainya. 4. Hasil Belajar Seseorang dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut dapat ditunjukkan diantaranya dari kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu obyek. Perubahan dari hasil belajar ini dalam Taxonomi Bloom dikelompokkan dalam tiga ranah (domain), yakni: (a) domain kognitif atau kemampuan berpikir, (b) domain afektif atau sikap, dan (c) domain psikomotor atau keterampilan. Peserta didik dikatakan berhasil dalam belajar jika pada diri mereka telah terjadi perubahan dan minimal salah satu aspek di atas. Contoh perubahan dari aspek kemampuan berpikir misalnya dapat terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, atau perubahan dari tidak paham menjadi paham dan seterusnya. Contoh perubahan
13
aspek sikap misalnya dari sikap yang buruk menjadi sikap yang baik, atau dari semula besikap tidak sopan menjadi sikap yang sopan dan seterusnya. Contoh perubahan dari aspek keterampilan misalnya, dari tidak terampil melukis menjadi terampil melukis dan sebagainya. Dalam pelaksanaan penilaian ketiga ranah atau domain penilaian hasil belajar di atas, harus dinilai secara menyeluruh, prestasi belajar siswa seharusnya menggambarkan perubahan menyeluruh sebagai hasil belajar. Untuk itulah guru dituntut untuk memahami dan menguasai beberapa teknik untuk menilai beberapa aspek perubahan belajar peseta didik. Tiap-tiap aspek belajar memiliki beberapa tingkatan sebagaimana yang dijabarkan oleh Benyamin Bloom sebagai berikut: Tabel 2.1 Tingkatan Ranah atau Domain Hasil Belajar Menurut Taxonomi Bloom Tingkatan 1. 2.
Cognitif Domain
Affective Domain Receiving (A1) Responding (A2)
3.
Knowledge (C1) Comprehension (C2) Application (C3)
4. 5.
Analysis (C4) Synthesis (C5)
Organization (A4) Characterization (A5)
6. 7.
Evaluation (C6)
Valuing (A3)
Psycomotor Domain Perception (P1) Set (P2) Guided response (P3) Mechanism (P4) Complex overt response (P5) Adaption (P6) Origination (P7)
14
B. Proses Belajar Mengajar Geografi 1. Hakikat Proses Belajar Geografi Proses belajar mengajar merupakan proses pendidikan dalam rangka membentuk pribadi siswa, mengembangkan ilmu pengetahuan serta untuk memberikan keterampilan dalam menerapkan ilmu pengetahuan tersebut di masyarakat (Darmodihardjo, 2007:19). Guru di dalam kelas menjelaskan bahan pelajaran sekaligus menanamkan nilai yang terkandung di dalam mata pelajaran tersebut, diiringi oleh suatu harapan bahwa keterampilan yang didapatkan oleh siswa dari mata pelajaran tersebut akan memberikan manfaat serta akan bermakna dalam kehidupan nyata di masyarakat. Sudjana (2005: 28) mengemukakan “Belajar adalah proses yang aktif mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, diarahkan kepada tujuan, berupa proses berbuat melalui berbagai pengalaman, melihat, mengamati dan memahami sesuatu yang kemudian dapat digunakan untuk mengubah
tingkah
laku
dan
sikap.
Mengajar
adalah
proses,
mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa dalam melakukan proses blajar” Jadi penekanannya di sini adalah aktivitas dan kreativitas guru untuk tanggap terhadap segala situasi yang terjadi di dalam kelas pada saat menyajikan mata pelajaran Geografi, agar tujuan dan sasaran pembelajaran dapat dengan mudah dicerna oleh siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan untuk dicapai. Lebih lanjut Sudirman (2006:14) mengatakan “Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antar unsur dua manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subyek pokoknya. Dalam proses interaksi antara siswa dengan guru, dibutuhkan komponen pendukung yang edukatif”
15
Sehubungan dengan maksud tersebut di atas Wahab, et.al. (1986:3,4) menegaskan: “Guru Geografi dalam merencanakan pelajaran dapat menciptakan suasana yang demokratis, kreatif, dimana siswa terlibat secara aktif sebagai subyek maupun obyek pelajaran. Siswa dapat belajar secara demokratis. Pengertian belajar demokratis ini dapat diartikan sebagai suatu upaya merubah diri siswa dalam meningkatkan kemampuannya sesuai dengan potensi dan kemampuan serta minat siswa tersebut. Apa pun strategi belajar mengajar yang digunakan dalam proses pembelajaran, haruslah diusahakan agar kadar keterlibatan mental siswa setinggi mungkin” Penekanannya di sini adalah bahwa antara guru dan siswa merupakan dua insan yang sama. Maka oleh sebab itu perlu diwujudkan suatu suasana lingkungan belajar yang akrab, penuh kekeluargaan, bersahabat, jauh dari ketegangan, harmonis, menyadari bahwa siswa adalah insan individu dan insan sosial unik, holistik yang perlu harus diperhatikan sesuai dengan kodratnya. Sehubungan dengan itu Pramutadi (1990: 79) yang didukung oleh Toeti Soekamto (1992: 97) mengemukakan bahwa, keberhasilan suatu kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam menyampaikan dan mengorganisasikan bahan pelajaran serta pengelolaan kelas. Bahan pelajaran yang disampaikan guru dalam proses belajar mengajar di kelas harus benar-benar dipahami, dimengerti, dan dikuasai oleh guru. Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas didukung oleh keberhasilan mengajar dari guru. Selanjutnya Kosasih (2003:89), mengemukakan bahwa, kualias suatu pengajaran diukur dan ditentukan sejauh mana kegiatan belajar mengajar tertentu dapat merupakan alat perubah tingkah laku individu, ke arah yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sehubungan dengan itu maka guru dalam mengelola
16
kegiatan belajar mengajar di kelas hendaknya mampu mengembangkan pola interaksi antara berbagai pihak yang terlibat di dalamnya. Dengan demikian keberhasilan belajar mengajar tergantung pula pada aktivitas komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa. Sehubungan dengan hal ini Kosasih (2009: 12) mengingatkan bahwa guru harus pandai-pandai memberikan motivasi kepada siswa untuk terbuka, kreatif, responsif, transaktif, interaktif, dan evaluatif. Klem and Baker dalam Dadi Permadi (1990: 4) mengatakan bahwa, terdapat dua aspek yang perlu dimilki oleh seorang guru dalam mengemban misi kependidikan yaitu interpersonal skill, cognitive skill, dan motivasi. Oleh karena itu kemampuan atau kompetensi yang menjadi tuntutan bagi seorang guru sudah jelas ada perbedaan dengan tuntutan profesi yang lain. Guru yang profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya (Agus F. Tamyong, 2007: 59). Yang dimaksud dengan terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik di dalam kegiatan belajar mengajar serta menguasai landasan-landasan kependidikan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks dan rumit, yang merupakan penggunaan secara integratif dari sejumlah keterampilan untuk menyampaikan sejumlah informasi atau pesan. Pengintegrasian keterampilan tersebut harus pula dilandasi oleh seperangkat pengetahuan teori dan diarahkan oleh suatu wawasan, sedangkan aplikasinya di lapangan tejadi secara unik, dalam arti secara simultan.
17
Proses belajar mengajar Geografi merupakan suatu kegiatan yang dapat membangkitkan minat, perhatian siswa, dapat melibatkan setiap siawa, mendorong siswa untuk berdialog termasuk berdialog dengan dirinya sendiri. Dalam hal ini seyogyanya guru harus mampu menciptakan kondisi dan situasi belajar mengajar yang mengundang melibatkan dan mendorong siswa untuk aktif berpartisipasi. Oleh sebab itu guru dituntut terampil dalam menggunakan metode dan sumber belajar. 2. Hakekat dan Tujuan geografi di Sekolah Menengah Untuk memperoleh pemahaman tentang geografi maka berikut ini akan disajikan beberapa pengertian yang berkenaan dengan geografi yaitu sebagaimana dikemukakan oleh Soemantri (2007: 97) yaitu, Pendidikan geografi adalah rekonstruksi dari disiplin ilmu pendidikan dan disiplin ilmu-ilmu sasial, humaniora, yang diorgniasir dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk tujuan pendidikan. Karena pendidikan geografi ruang lingkupnya menyangkut kegiatan dasar manusia dan alam sekitarnya maka bahannya bukan hanya mencakup ilmu-ilmu sosial dan humaniora tetapi juga segala gerak kegiatan dasar manusia seperti agama, bumi, scince, teknologi, seni dan sebagainya yang dapat memperkaya pendidikan geografi. Secara khusus Soemantri (2007:97) memberikan batasan pengertian Pendidikan geografi pada tingkat menengah yaitu, “Merupakan penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis psikologis untuk mencapai tujuan institusional sekolah”. Geografi sebagai mata pelajaran tidak hanya membekali ilmu pengetahuan tentang bumi dan sekitarnya tetapi lebih dari itu membekali sikap dan nilai, serta keterampilan dalam
keidupannya di
masyarakat, bangsa dengan
berbagai
karakteristiknya. Sebagai mata pelajaran geografi di SMA bertolak dari kondisi nyata
18
di masyarakat dengan tujuan memanusiakan manusia melalui seluruh aspek kehidupan lingkungan masyarakatnya sendiri termasuk lingkungan sosial, dan lingkungan sekitarnya. Pandangan lain
menyatakan bahwa “Pendidikan Geografi di sekolah
menengah lebih menitik beratkan pada bagaimana mendidik siswa untuk mengenal, memahami dan mampu mengaplikasikan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan moral dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa” (Kosasih: 2006: 99). Sehubungan dengan penjelasan di ata maka pendidikan Geografi yang merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah menengah bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya tentang bumi dan sekitarnya (Depdikbud, 2005:65). C. Konsep Pedosfer 1. Pengertian Pedosfer Pedosfer atau tanah adalah lapisan kulit bumi yang tipis yang berada pada permukaan paling atas dari bumi. Dalam kehidupan sehari-hari, tanah merupakan bagian yang penting yang dapat menunjang kelangsungan hidup manusia. Sebagian besar yang kita gunakan dan kita miliki sekarang berasal dari tanah, misalnya tanah kita gunakan sebagai tempat tinggal tempat pertanian dan lain-lain. Tumbuhan memperoleh makanan dari tanah, sedangkan manusia dan hewan sangat tergantung pada tumbuhan. Jadi, makanan yang kita butuhkan untuk kelangsungan hidup manusia juga berasal dari tanah oleh karena itu pengerusakan kualitas tanah sebenarnya menghambat kelangsungan hidup manusia
19
2. Faktor-faktor Pembentukan Tanah Tenaga eksogen yang berupa tenaga sinar matahari dalam waktu yang lama dapat melapukkan batuan. Batuan yang lapuk kemudian diangkut oleh tenaga air dan tenaga angin. Batuan lapuk atau hancuran batuan dalam waktu yang sangat lama berubah menjadi tanah. Jadi, pada dasarnya tanah berasal dari batan. Faktor pembentuk tanah antara lain : 1. Batuan Induk Bahan asal yang nantinya akan terbentuk tanah disebut batuan induk. Pada umumnya tanah berasal dari batuan dan sisa-sisa bahan organik. Daun dan ranting yang gugur dan sisa tanaman yang telah mati membentu bahan organik. Adanya bahan organik memberikan medium kehidupan bagi jasad hidup tanah. Kegiatan jasad hidup tanah menghancurkan dan menguraikan bahan organik yang menghasilkan asam-asam organik dan anorganik yang dapat melapukkan batuan. 2. Iklim Iklim mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan tanah. Komponen iklim yang paling berpengaruh dalam proses pembentukan tanah adalah temperatur udara dan curah hujan, temperatur udara berperan pada proses pelapukan batuan secara mekanik. Curah hujan berpengaruh pada proses pelapukan batuan secara fisik dan kimia. 3. Organisme Organisme hidup yang berperan dalam proses pembunuhan tanah terutamah vegetasi dan jasad renik. Vegetasi akan berpengaruh pada pelapukan fisik, kimia, dan organik, sedangkan jasad renik akan mempercepat proses pembusukan sisa-sisa bahan organik.
20
4. Topografi Topografi adalah keadaan (relief) muka bumi pada suatu daerah. Pembentukan tanah memerlukan tempat atau relief tertentu. Pada daerah yang reliefnya datar, pembentukan tanah akan lebih cepat daripada di daerah yang miring. Karena di daerah datar, tanah yang sudah terbentuk sulit untuk tererosi. 5. Waktu Perubahan batuan induk untuk menjadi tanah memerlukan waktu yang cukup lama. Biasanya untuk membentuk tanah setebal 30 cm memerlukan waktu 100 tahun D. Model Pembelajaran Problem Based Learning 1. Pengertian Problem Based Learning Pengertian Model Problem Based learning (PBL) Model Problem Based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah, metode mengajar dengan fokus pemecahan masalah yang nyata, proses dimana peserta didik melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan dan laporan akhir. Dengan demikian peserta didik didorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis (Arends, 2008:47). Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan. PBM merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak
21
terstruktur dengan baik. Dua definisi di atas mengandung arti bahwa PBL atau PBM merupakan setiap suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari. 1. Dukungan Teoritis Problem Based Learning (PBL) Teori-teori konstruktivis tentang belajar, yang menekankan pada kebutuhan pelajar untuk menginvestigasi lingkungannya dan mengkonstruksikan pengetahuan yang secara personal berarti, memberikan dasar teoritis untuk PBL. John Dewey dalam Democrazy and Education (1996:46) mendeskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas menjadi laboratorium penyelidikan dan mengatasi masalah kehidupan nyata. 1 Selain John Dewey Para Psikolog Eropa seperti Jien Piaget dan Lev Vigotsky banyak memberikan dukungan teoritis Problem Based Learning (PBL). Mereka berpendapat bahwa anak memiliki sifat bawaan ingin tahu dan terus memahami PBM bermula dari suatu program inovatif yang dikembangkan di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster, Kanada (Neufeld & Barrows, 1974). Program ini dikembangkan berdasar kenyataan bahwa banyak lulusannya yang tidak mampu menerapkan pengetahuan yang mereka pelajari dalam praktek sehari-hari. Dewasa ini PBM telah menyebar ke banyak bidang seperti hukum, ekonomi, arsitektur, teknik, dan kurikulum sekolah. Menurut Boud dan Felleti 1991 (dalam Saptono, 2003:122) menyatakan bahwa “Problem Based Learning is a way of constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus on student activity”. PBL adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu
22
(knowledge) baru.. PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004:108) Berdasarkan pendapat pakar-pakar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning (PBL) merupakan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran. Sehingga dapat diartikan bahwa PBL adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL. PBL merupakan satu proses pembelajaran di mana masalah merupakan pemandu utama ke arah pembelajaran tersebut. Dengan demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong keilmuannya Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu ke waktu, guru yang bersifat otoriter dan kurang bersahabat dengan siswa, sehingga siswa merasa bosan dan kurang minat belajar. Untuk
23
mengatasi hal tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan
kualitas
profesionalismenya
yaitu
dengan
cara
memberikan
kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara efektif dalam proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi, sangat bergantung pada kemampuan guru mengolah pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan titik awal berhasilnya pembelajaran (Semiawan, 2005:37). Banyaknya teori dan hasil penelitian para ahli pendidikan yang menunjukkan bahwa pembelajaran akan berhasil bila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Atas dasar ini munculah istilah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Salah satu pendekatan pembelajaran yang mengakomodasi CBSA adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) dikembangkan dari pemikiran nilai–nilai demokrasi, belajar efektif perilaku kerja sama dan menghargai keanekaragaman dimasyarakat. Pembelajaran berbasis masalah (PBL) bermaksud untuk memberikan ruang gerak berpikir yang bebas kepada siswa untuk mencari konsep dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan materi yang disampaikan oleh guru. Karena pada dasarnya ilmu Matematika bertujuan agar siswa memahami konsep-konsep Matematika dengan kehidupan sehari-hari. Memiliki ketrampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentang proses alam sekitar,mampu menerapkan berbagi konsep matematika untuk menjelaskan gejala alam dan mampu menggunakan teknologi sederhana untuk memecahkan masalah yang ditemukan pada kehidupan sehari-hari (Depdikbud:1994).
24
Dengan menggunakan pendekatan PBL siswa tidak hanya sekedar menerima informasi dari guru saja, karena dalam hal ini guru sebagai motivator dan fasilitator yang mengarahkan siswa agar terlibat secara aktif dalam seluruh proses pembelajaran dengan diawali pada masalah yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari. Karateristik PBL lebih mengacu pada aliran pendidikan kontruktivmisme, dimana belajar merupakanproses aktif dari pembelajaran untuk membangun pengetahuan . proses aktif yang dimaksud tidak hanya bersifat secara mental tetapi juga secara fisik. Artinya, melalui aktivitas secara fisik pengetahuan siswa secara aktif dibangun berdasarkan proses asimilasi pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan ini berlangsung secara mental. Matthews (dalam Suparno.2007:56). Dalam pembelajaran guru harus dapat menciptakan lingkungan belajar sebagai suatu sistem sosial yang memiliki ciri proses demokrasi dan proses ilmiah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan jawaban terhadap praktek pembelajaran kompetensi serta merespon perkembangan dinamika sosial masyarakat. Selain itu pembelajaran berbasis masalah pada dasarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari pembelajaran kelompok. Dengan demikian, metode pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik yang khas yaitu menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks belajar bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dengan situasi berorientasi pada masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Nurhadi dkk, 2004:82),
25
“Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain seperti Project-Based Learning (Pembelajaran Proyek), Eksperience-Based Education (Pendidikan Berdasarkan Pengalaman), Authentic learning (Pembelajaran Autentik), dan Anchored instruction (Pembelajaran berakar pada dunia nyata)”. Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pembelajaran berbasis masalah tidak dapat
dilaksanakan
tanpa
guru
mengembangkan
lingkungan
kelas
yang
memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukankan penyelidikan secara inkuiri. 2. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) Pembelajaran Problem Based Learning mempunyai beberapa unsur-unsur yang mendasar pada pendidikan sebagai berikut: a. Integrated Learning 1) Pembelajaran mengintegrasikan seluruh bidang pelajaran 2) Pembelajaran bersifat menyeluruh melibatkan aspek-aspek perkembangan anak 3) Anak membangun pemikiran melalui pengalaman langsung b. Contextual Learning 1) Anak belajar sesuatu yang nyata, terjadi, dan dialami dalam kehidupannya 2) Anak merasakan langsung manfaat belajar untuk kehidupannya
26
c. Constructivist Learning 1) Anak membangun pemikirannya melalui pengalaman langsung (hand on experience) 2) Learning by doing d. Active Learning Anak sebagai subyek belajar yang aktif menentukan, melakukan dan mengevaluasi (PLAN-DO-REVIEW) e. Learning Interesting Pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi anak karena anak terlibat langsung dalam menentukan masalah. 3. Sintaks Problem Based Learning (PBL) PBL berlangsung dalam lima fase, yaitu: Fase
Perilaku Guru
Fase 1: Orientasi siswa kepada Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, maslah menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivasi pemecahan masalah yang dipilihnya Fase 2: Mengorganisasi siswa Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan untuk belajar tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Fase 3: Membimbing penyelidikan Guru mendorong peserta didik untuk individu maupun mengumpulkan infomasi yang sesuai kelompok melaksanakan eksprimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah Fase
4:
Fase
5:
Mengembangkan dan Guru membantu siswa dalam menyajikan hasil karya merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Mengembangkan dan Guru membantu peserta didik untuk mengevaluasi proses melakukan refleksi atau evaluasi terhadap pemecahan masalah penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
27
Dengan memperhatikan kegiatan pada setiap fase, para peserta didik menggunakan banyak waktunya untuk mendiskusikan masalah, merumuskan hipotesis, menentukan fakta yang relevan, mencari informasi, dan mendefinisikan isi pembelajaran itu sendiri. Tidak seperti pembelajaran tradisional, tujuan pembelajaran dalam PBM tidak ditetapkan dimuka. Sebaliknya, setiap anggota kelompok akan bertanggungjawab untuk membangun isi-isu atau tujuan berdasarkan analisa kelompok tentang permasalahan yang diberikan 3. Penerapan Model Problem Based Learning Konsep tentang problem based learning adalah sangat jelas, tidak rumit dan mudah untuk menangkap ide-ide dasar yang terkait dengan model ini. Namun bagaimanapun juga pelaksanaan model itu secara efektif lebih sulit. Penerapan model pembelajaran ini membutuhkan banyak latihan dan mengharuskan untuk mengambil keputusan-keputusan khusus pada saat fase perencanaan, interaksi dan fase setelah pembelajarannya. Beberapa prinsip pembelajaran sama dengan prinsip yang telah dideskripsikan untuk presentasi, pengajaran langsung dan cooperative learning, tetapi sebagian lainnya unik bagi problem based learning. Penekanan diberikan pada ciri unik model tersebut dalam proses pelaksanaannya adalah (Arends, 2009: 52-56): a. Melaksanakan Perecanaan Pada tingkat yang paling mendasar, problem based learning dicirikan mengenai peserta didik bekerja dalam berpasangan atau kelompok kecil untuk melakukan penyelidikan masalah-masalah kehidupan nyata yang belum teridentifikasi dengan baik. Karena tipe pembelajaran ini sangat tinggi kualitas interaktifnya, beberapa ahli berpendapat bahwa perencanaan yang terinci tidak dibutuhkan dan
28
bahkan tidak mungkin. Penyederhanaan ini tidak benar. Perencanaan untuk pembelajaran problem based learning seperti halnya dengan pelajaran interaktif yang lain, pendekatan yang berpusat pada peserta didik, membutuhkan upaya perencanaan sama banyaknya atau bahkan lebih. Perencanaan guru itulah yang memudahkan pelaksanaan berbagai fase pembelajaran problem based learning dan pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. 1) Penetapan tujuan Penetapan tujuan pembelajaran khusus untuk pembelajaran problem based learning merupakan salah satu di antata tiga pertimbangan penting perencanaan. Sebelumnya problem based learning dirancang untuk membantu mencapai tujuan-tujuan yaitu meningkatkan keterampilan intelektual dan investigasi, memahami peran orang dewasa, dan membantu peserta didik untuk menjadi mandiri. Akan tetapi kemungkinan yang lebih besar adalah guru hanya akan menekankan pada satu atau dua tujuan pembelajaran tertentu. 2) Merancang situasi masalah Problem based learning didasarkan pada anggapan dasar bahwa situasi bermasalah yang penuh teka teki dan masalah yang tidak terdefinisikan secara ketat akan merangsang rasa ingin tahu peserta didik hingga membuat mereka tertarik untuk menyelidiki.Menurut Sanjaya (2008: 216) bahan pembelajaran atau masalah yang ditawarkan adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang di harapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan dan kecemasan. Oleh karena itu criteria pemilihan bahan pelajaran atau masalah adalah :
29
a) Masalah yang mengandung isu-isu, konflik (compflict issue) yang bisa bersumber dari berita, rekaman video dan yang lainya. b) Yang dipilih adalah bahan yang bersifat familier dengan peserta didik, shingga setiap peserta didik dapat mengikutinya dengan semangat. c) Yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak (universal) sehingga terasa manfaatnya. d) Yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan kurikulum yang berlaku. e) Yang dipilih sesuai dengan minat peserta didik sehingga setiap peserta didik merasa perlu untuk mempelajarinya. 3) Organisasi sumber daya dan rencana logistic Problem based learning mendorong peserta didik untuk bekerja dengan berbagai bahan dan alat, beberapa di antaranya dilakukan di dalam kelas, yang lainnya di perpustakaan atau laboratorium komputer yang sementara yang lainnya berada diluar sekolah untuk pekerjaan yang berada di luar sekolah mendatangkan masalah
khusus
bagi
guru.
Oleh karena itu tugas
mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan peserta didik, haruslah menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru. b. Melaksanakan Pembelajaran Pada pelaksanaan problem based learning ada lima fase dan prilaku yang dibutuhkan dari guru untuk dilalui yakni :
30
1) Memberikan orientasi masalah kepada siswa Guru harus menjelaskan proses-proses dan prosedur-prosedur model itu secara terperinci, hal yang perlu dielaborasi antara lain: a) Tujuan utama pembelajaran bukan untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru tetapi menginvestigasi berbagai permasalah penting dan menjadi pelajar yang mandiri. Untuk peserta didik yang lebih muda, konsep ini dapat dijelaskan sebagai pelajaran bagi mereka untuk dapat “menemukan sendiri makna berbgai hal”. b) Permasalah atau pertanyaan yang diinvestigasi tidak memiliki jawaban yang mutlak “benar” dan sebagian besar permasalahan kompleks memiliki banyak solusi yang kadang-kadang saling bertentangan. c) Selama fase investigasi pelajaran, peserta didik akan didorong untuk melontarkan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan memberikan bantuan, tetapi siswa mestinya berusaha bekerja secara mandiri atau dengan teman-temannya. d) Selama fase analisis dan penjelasan pelajaran, siswa akan di dorong untuk mengekspresikan ide-idenya secara terbuka dan bebas. Tidak ada ide yang ditertawakan oleh guru maupun teman sekelas. Semua siswa akan diberi kesempatan untuk berkonstribusi dalam investigasi dan mengekspresikan ide-idenya. 2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar Pada model pembelajaran berdasarkan masalah dibutuhkan pengembangan keterampilan kerjasama diantara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersamaan. Berkenaan dengan hal tersebut
31
peserta didik memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan 3) Membantu penyelidikan individu dan kelompok Hal yang dilakukan guru adalah membantu penyelidikan peserta didik secara individu maupun kelompok dengan jalan yaitu: a) Pengumpulan data dan eksperimentasi, guru membantu peserta didik untuk pengumpulan informasi dari berbagai sumber, peseta didik diberi pertanyaan yang membuat mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Peserta didik diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya, peserta didik juga perlu diajarkan apa dan bagaimana etika penyelidikan yang benar. b) Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan sepenuhnya gagasan-gagasan tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam tahap penyelidikan dalam rangka, selama tahap penyelidikan, guru seharusnya menyediakan bantuan yang dibutuhkan tampa mengganggu aktifitas peserta didik. 4) Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah Tahap akhir problem based learning meliputi aktivitas yang dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisa dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan di samping itu juga keterampilan penyelidikan dan keterampilan intelektual yang mereka gunakan. Selama tahap ini, guru meminta peserta didik untuk melakukan rekonstruksi pemikiran dan aktivitas mereka selama
32
tahap-tahap pelajaran yang dilewatinya. Kapan mereka pertama kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi masalah? Kapan mereka merasa yakin dalam pemecahan masalah? Mengapa mereka dapat menerima beberapa penjelasan lebih dahulu daripada yang lainnya? Mengapa mereka menolak beberapa penjelasan? E. Kerangka berpikir Dari pengamatan peneliti ketika megamati guru yang sedang mengajar Geografi pada siswa kelas X2 SMA Negeri Sampara Kabupaten Konawe menunjukkan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih bersifat konvensional. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan yaitu, hanya memberi informasi tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Keadaan seperti ini mempengaruhi hasil belajar siswa. Berdasarkan dokumen dari guru kelas X2 SMA Negeri Sampara Kabupaten Konawe Tahun Ajaran 2015/2016 menunjukkan sebagian besar siswa masih berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu “75”. F. Penelitian yang Relevan Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: a. Penelitian yang dilakukan oleh Mitra Sanjaya (2015), Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar geografi Siswa kelas XI IIS-2 SMAN 10 kendari pada materi Pokok Pemanfaatan lingkungan hidup dan Pembangunan Berkelanjutan ketika guru menggunakan model pembelajaran PBL dalam pembelajaran Geografi. Pada siklus I siswa yang mencapai KKM 68% dan meningkat menjadi 84% pada siklus II.
33
b. Penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2013) Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Geografi melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas SMA Negeri 1 Unahaa ketika guru menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran Geografi. Pada siklus I siswa yang mencapai KKM 68,13% dan meningkat menjadi 89,20% pada siklus II. c. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Resti (2013): Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 kendari pada Mata Pelajaran Geografi. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 kendari ketika guru menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran Geografi. Pada siklus I siswa yang mencapai KKM 65,55% dan meningkat menjadi 86,24% pada siklus II. G. Hipotesis Tindakan Berangkat dari kajian teori, maka hipotesis tindakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk aktivitas belajar siswa: Penelitian ini dikatakan berhasil jika responden memperoleh skor ≥ 3 2. Untuk aktivitas mengajar guru: Penelitian ini dikatakan berhasil jika responden memperoleh skor ≥ 3 3. Untuk hasil belajar geografi siswa: Penelitian ini dikatakan berhasil jika terdapat 80% siswa memperoleh skor ≥ 75 sesuai dengan KKM yang ditetapkan di sekolah SMAN 1 Sampara
34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah cara terbaik untuk memajukan kegiatan di kelas dengan melibatkan mereka dalam penelitian mereka sendiri yang ada di dalam kehidupan mereka. Penelitian Tindakan Kelas tersebut merupakan suatu rangkaian langkah-langkah. Langkah-langkah tersebut menurut Kemmis dan Mc.Taggar (dalam Ruminiati, 2011:1-25), digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis meliputi empat aspek, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. B. Subyek Penelitian Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Sampara. Jumlah siswa sebanyak 41 orang dan masing-masing terdiri dari 23 orang perempuan dan 18 orang laki-laki. C. Faktor yang Diteliti 1. Faktor hasil belajar Melihat peningkatan hasil belajar siswa setiap siklus setelah pembelajaran dengan menerapkan model problem based learning 2. Faktor Guru Melihat peningkatan aktifitas mengajar guru dalam menerapkan model pembelajaran model problem based learning dalam pembelajaran Geografi materi dinamika pedosfer.
35
3. Faktor Siswa Melihat peningkatan aktifitas belajar siswa dan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran dalam proses pembelajaran. D. Rencana Tindakan Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan kelas (PTK) yang merupakan proses pengkajian yang berdaur atau bersiklus dari berbagai kegiatan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan terdiri dari 2 siklus. Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat merupakan proses yang berkelanjutan (in-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan setiap waktu (Arikunto & Suharsimi, 2002:82-83). Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan),
observation
(pengamatan),
pelaksanaan tindakan, digambarkan sebagai berikut :
reflection
(refleksi).
Alur
36
Alternatif Pemecahan (Rencana Tindakan I)
Permasalahan
Pelaksanaan Tindakan I Siklus I
Refleksi
Belum Terselesaikan
Evaluasi
Observasi
Alternatif Pemecahan (Rencana Tindakan II)
Pelaksanaan Tindakan II Siklus II
Terselesaikan
Refleksi
Evaluasi
Observasi
Gambar 3.1 Gambar Alur Penelitian Tindakan Kelas Sumber (M.Syukri 2011:3-7) Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan a. Membuat skenario pembelajaran atau rencana pembelajaran sesuai dengan materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan dengan menerapkan model model problem based learning. b. Membuat lembar observasi dalam melaksanakan pembelajaran untuk siswa dan guru. c. Menyiapkan soal-soal yang diperlukan untuk melaksanakan latihan atau tugas untuk dijadikan evaluasi berupa penilaian dan proses hasil belajar. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah merujuk pada skenario pembelajaran yang telah dirancang yaitu melalui model pembelajaran model problem based learning dengan langkah-langkah sebagai berikut:
37
a. mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. b. guru menyajikan pelajaran. c. guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. d. guru memberikan tes atau kuis kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab pertanyaan tidak boleh saling membantu. e. guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik. f. kesimpulan. 3. Observasi Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi aktifitas mengajar guru dan aktifitas belajar siswa yang telah disiapkan pada tahap perencanaan. Observasi dilaksanakan dengan bantuan guru lainnya. 4. Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengkaji kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam setiap proses pembelajaran,dan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan dan penyempurnaan tindakan selanjutnya dalam menerapkan model pembelajaran model problem based learning di SMA Negeri Sampara pada setiap siklus. E. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Data a. Jenis data 1) data primer diperoleh dari hasil belajar siswa 2) data sekunder diperoleh dari lembar observasi guru dan siswa
38
b. Sumber data Sumber data dalam penelitian ini adalah perolehan skor siswa setelah mengikuti evaluasi formatif oleh guru. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data didapatkan dari hasil tindakan yang dilakukan pada observasi proses belajar mengajar dan tes hasil belajar. F. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian statistic deskriptif yang meliputi nilai rata-rata dengan rumus: b) Nilai rata-rata
Ket : ×
= Jumlah skor yang diperoleh setiap siswa
n
= Jumlah siswa secara keseluruhan.
Σ
= Nilai rata-rata
(Sudjana, 2002 : 81 ) c) Standar Deviasi (SD) dengan rumus SD = ∑
(
n
− )
Dimana: SD = standar deviasi X = rata-rata skor perolehan siswa Xi = nilai setiap harga N = jumlah sampel
39
d) Ketuntasan Belajar siswa dengan rumus:
% tuntas = Ket :
∑
x 100 %
% tuntas
= Ketuntasan belajar
∑
= Jumlah belajar n
= Jumlah siswa secara keseluruhan (Usman dan Setiawati, 1993: 139)
e) Keberhasilan Aktifitas Mengajar Guru dengan rumus: Dalam
menentukan
aktifitas
mengajar
guru
dapat
dilihat
pada
keterlaksanaan skenario pembelajaran. Presentase keterlaksanaan skenario pembelajaran dihitung berdasarkan jumlah skor perolehan pada setiap tahap pembelajaran dibagi dengan jumlah maksimum dikalikan dengan seratus persen. % KAMG = Jumlah skor Perolehan siswa Jumlah skor Maksimum
x 100 (Mulyasa,2003 : 112 )
f) Keberhasilan Aktifitas Belajar Siswa dengan rumus: Keberhasilan aktifitas belajar siswa dihitung berdasarkan skor perolehan pada setiap tahap pembelajaran. Jumlah total skor yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran kemudian dibagi dengan jumlah skor maksimum dan dikalikan seratus persen. % KABS = Jumlah Skor perolehan x 100% Jumlah skor maksimum (Mulyasa,2003 : 106) g) Minimal skor dan maksimal skor dengan rumus: % = Jumlah minimal skor x 100% Jumlah maksimal skor (Mulyasa,2003 : 114)
40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Berdasarkan hasil belajar geografi kelas X2 SMA Negeri 1 Sampara, dimana nilai ulangan harian tahun pelajaran 2014/2015 pada materi “Pedosfer” tergolong masih rendah. setelah melakukan diskusi antara guru geografi dan peneliti, maka di simpulkan dalam pembelajaran akan digunakan model pembelajaran problem based learning. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, evaluasi dan Refleksi. Masing-masing kegiatan ini diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan Setelah
ditetapkan
dan
disepakati
untuk
menerapkan
model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi pedosfer, maka kegiatan selanjutnya ada beberapa hal yang diperlukan dan dipersiapkan oleh peneliti selama pelaksanaan tindakan. Dalam persiapan ini dilakukan dengan berkonsultasi antara peneliti dengan guru kelas X2 SMAN 1 Sampara (kolaborator) sebagai observer pada penelitian ini. Selanjutnya, peneliti melakukan hal – hal sebagai berikut: 1) Merencanakan penerapan model pembelajaran problem based learning
41
dalam proses pembelajaran geografi pada tindakan siklus I. 2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pertemuan I dan pertemuan II. 3) Membuat lembar kerja siswa (LKS 01 dan LKS 02) 4) Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan. 5) Membuat format observasi pembelajaran, yaitu format observasi guru dan format observasi siswa yang terdiri atas observasi aktivitas guru dan observasi aktivitas siswa. 6) Menyusun soal evaluasi tes hasil belajar siswa berupa esay yang digunakan pada akhir siklus I. b. Pelaksanaan Tindakan dan pengamatan Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi pokok Pedosfer sesuai dengan RPP pada pertemuan I pada sub materi mengidentifikasi jenis dan proses pembentukan tanah, dan RPP pada pertemuan II pada sub materi erosi tanah, dan dampak erosi tanah terhadap kehidupan. Dalam kegiatan ini juga dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan pembelajaran Problem Based Learning yang telah dirancang sebelumnya. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran untuk memantau optimalisasi penerapan model pembelajaran Problem Based Learning yang dilakukan oleh observer yaitu guru kelas X2 dan untuk melihat aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh observer (teman sejawat).
42
1. Pertemuan I siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan I pada hari Sabtu tanggal 23 Januari 2016, pada pukul 8.30 – 10.00 WITA. Pada pelaksanan tindakan, peneliti melaksanakan skenario pembelajaran pada RPP, yaitu guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian mempersiapkan siswa untuk belajar, memberikan motivasi kepada siswa,. Setelah itu guru, menyampaikan tujuan pembelajaran. Dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, selanjutnya, dengan uraian sebagai berikut: a) Orientasi siswa kepada masalah Guru memunculkan beberapa permasalahan berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan dikaitkan dengan dunia nyata sekitar siswa yang akan didiskusikan setelah selesai pembagian kelompok. b) Tahap Pembentukan kelompok Guru Membagi kelompok, Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing kelompok berjumlah 8-9 peserta didik yang heterogen (L/P) c) Tahap Pemberian masalah dan diskusi kelompok Setelah guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok yang telah dibentuk dan menjelaskan secara singkat tentang LKS yang telah dibagikan.
43
d) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Membantu serta Membimbing tiap-tiap kelompok dalam memecahkan masalah yang telah disediakan dalam LKS 01 dan memberikan beberapa penjelasan kepada siswa yang kurang faham terhadap LKS. e) Memamerkan hasil diskusi atau karya Setelah masing-masing kelompok selesai dalam memecahkan permasalahan yang ada dalam LKS, selanjutnya guru meminta tiaptiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan di depan kelas, Kemudian guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang lain untuk menanggapi hasil diskusi yang telah dipresentasikan, memberikan pertanyaan atau sanggahan kepada kelompok yang tampil, kemudian anggota kelompok yang tampil menanggapi pertanyaan tersebut, kemudian guru meminta kepada salah satu siswa yang lain untuk memberikan komentar tambahan, sehingga dalam proses diskusi terkesan aktif. f) Memberikan kesimpulan/evaluasi Setelah semua kelompok tampil guru mengevaluasi atau merefleksi dari hasil
presentasi kelompok dan memberikan
kesimpulan terhadap hasil-hasil diskusi yang telah dipresentasikan oleh tiap-tiap kelompok. 2. Pertemuan II siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan II pada hari Sabtu tanggal 30 Januari 2016, pada pukul 8.30 – 10.00 WITA. Pada
44
pelaksanan tindakan, peneliti melaksanakan skenario pembelajaran pada RPP 02, yaitu guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian mempersiapkan siswa untuk belajar, memberikan motivasi kepada siswa,. Setelah itu guru, menyampaikan tujuan pembelajaran. Dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, selanjutnya, dengan uraian sebagai berikut: a) Orientasi siswa kepada masalah Guru memunculkan beberapa permasalahan berkaitan dengan materi yang akan diajarkan yang akan didiskusikan setelah selesai pembagian kelompok. b) Tahap Pembentukan kelompok Guru Membagi kelompok, Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang
masing-masing kelompok berjumlah 8-9 peserta
didik yang heterogen (L/P) c) Tahap Pemberian masalah dan diskusi kelompok Setelah guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, guru membagikan LKS 02 kepada masing-masing kelompok yang telah dibentuk dan menjelaskan secara singkat tentang LKS 02 yang telah dibagikan. d) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Membantu serta membimbing tiap-tiap kelompok dalam memecahkan masalah yang telah disediakan dalam LKS 02 dan memberikan beberapa penjelasan kepada siswa yang kurang faham terhadap LKS 02.
45
e) Memamerkan hasil diskusi atau karya Setelah masing-masing kelompok selesai dalam memecahkan permasalahan yang ada dalam LKS 02, selanjutnya guru meminta tiaptiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan di depan kelas, Kemudian guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang lain untuk menanggapi hasil diskusi yang telah dipresentasikan, memberikan pertanyaan atau sanggahan kepada kelompok yang tampil, kemudian anggota kelompok yang tampil menanggapi pertanyaan tersebut, kemudian guru meminta kepada salah satu siswa yang lain untuk memberikan komentar tambahan, sehingga dalam proses diskusi terkesan aktif. f) Memberikan kesimpulan/evaluasi Setelah semua kelompok tampil Guru mengevaluasi atau merefleksi
dari
hasil
presentasi
kelompok
dan
memberikan
kesimpulan terhadap hasil-hasil diskusi yang telah dipresentasikan oleh tiap-tiap kelompok, Selanjutnya guru memberikan soal sebagai tes siklus I. Dalam tindakan siklus I observasi dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung yang mencakup observasi terhadap guru dan observasi siswa. 3. Hasil Pengamatan Aktifitas Belajar Siswa Pengamatan terhadap siswa diantaranya meliputi keterlibatan siswa
dalam
kegiatan
pembelajaran,
keterlibatan
siswa
dalam
menanggapi penjelasan guru, keaktifan siswa dalam kelompok baik
46
dalam balajar maupun dalam mengerjalan soal-soal, keaktifan siswa dalam megerjakan LKS, keaktifan siswa dalam mempersentasekan hasil diskusi kelompoknya, dan keterlibatan siswa dalam menyimpulkan materi pembelajaran. Data hasil analisis aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Problem based learning pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:
47
Tabel 4.1 Rerata Aktivitas Belajar siswa siklus I Skor Pengamatan No
Aktivitas Siswa yang Diamati
Siklus I Pert.I Pert. II Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13
Siswa menjawab salam, membaca doa dan mendengarkan nama Siswa siap untuk belajar dengan proses pembelajaran Problem Based Learning Siswa memahami tujuan pembelajaran Siswa memahami langkah-langkah pembelajaran Tanya jawab antara siswa dan guru tentang halhal yang belum dimengerti Siswa diminta menjelaskan kembali inti penjelasan guru Siswa berada dalam kelompok heterogen Siswa mempresntasekan hasil kerjanya didepan kelas Siswa menanggapi jawaban dari kelompok lain Siswa dibimbing untuk mengolah data atau informasi yang ditemukan dalam percobaan agar mendapatkan data yang valid Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru Siswa bersama guru membuat kesimpulan Siswa menjawab salam guru (menutup pelajaran)
Rerata Aktivitas Siswa
3,0
3
3
2
2
3 2
3 3
2
3
3 3
3 3
2 2
3 3
2
3
2,5
2 2 3
2 3 4
2,0 2,5 3,5
2.5
2.9
2.7
2,0 3,0 2,0 2,5 3,0 3,0 2,5 2,5
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, menunjukan bahwa aktivitas siswa siklus I pada pertemuan 1 berada dalam kategori cukup dengan skor sebesar 2,5 dan pada pertemuan II juga berada dalam kategori cukup dengan skor sebesar 2,9. Namun Rerata aktivitas belajar siswa siklus I dari pertemuan I sampai Pertemuan II sebesar 2,7 yang berada dalam kategori cukup.
48
Pada siklus I seperti yang terlihat pada tabel 4.1 menunjukan Aktivitas yang mendapat skor terendah terdapat pada aspek nomor 2 dan 11, dengan nilai rata-rata sebesar 2 yaitu Siswa siap untuk belajar dengan proses pembelajaran Problem Based Learning dan Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Sedangkan Pada siklus I aktivitas siswa tertinggi dengan skor rata-rata sebesar 3,5 terdapat pada aspek nomor 13 yaitu siswa menjawab salam guru (menutup pelajaran). Sesuai dengan teknik analisis data statistik deskriptif yang digunakan dalam peneltian ini untuk melihat dan memberi gambaran keadaan data dan menampilkan hasil perhitungan dapat berupa grafik, tabel dan uraian. Gambaran rerata aktivitas belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Problem based learning pada siklus I setiap aspek aktivitas yang diamati dengan memberikan skor dapat dilihat
skor rata-rata aktivitas siswa
pada grafik berikut ini:
4
3
2
3
2
2,5 3
3
2,5 2,5 2,5
2
2,5
3,5
1 1 2 3 4 5 6 7
Siklus I
8
9 10 11 12 13 Aktivitas Belajar Siswa
Gambar 4.1 : Grafik Skor RerataTiap Aspek Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I
49
Keterangan : 1 2 3
Siswa menjawab salam, membaca doa dan mendengarkan nama Siswa siap untuk belajar dengan proses pembelajaran Problem Based Learning Siswa memahami tujuan pembelajaran
4 5 6 7 8 9 10
Siswa memahami langkah-langkah pembelajaran Tanya jawab antara siswa dan guru tentang hal-hal yang belum dimengerti Siswa diminta menjelaskan kembali inti penjelasan guru Siswa berada dalam kelompok heterogen Siswa mempresntasekan hasil kerjanya didepan kelas Siswa menanggapi jawaban dari kelompok lain Siswa dibimbing untuk mengolah data atau informasi yang ditemukan dalam percobaan agar mendapatkan data yang valid 11 Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru 12 Siswa bersama guru membuat kesimpulan 13 Siswa menjawab salam guru (menutup pelajaran)
Berdasarkan
gambar 4.1 diperoleh gambaran mengenai aktivitas belajar
siswa pada siklus I. Pada siklus I menunjukan bahwa Rerata tiap aspek aktivitas belajar 8 dari 13 aspek masih berada dalam kategori cukup yaitu 2) Siswa siap untuk belajar dengan proses pembelajaran Problem Based Learning; 4) siswa memahami langkah-langkah pembelajaran; 5) Tanya jawab antara siswa dan guru tentang hal-hal yang belum dimengerti, 8) siswa mempresentasekan hasil kerjanya di depan kelas; 9) siswa menanggapi jawaban dari kelompok lain; 10) Siswa dibimbing untuk mengolah data atau informasi yang ditemukan dalam percobaan agar mendapatkan data yang valid; 11) siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru; dan 12) siswa bersama guru membuat kesimpulan. Dan 5 aspek aktivitas siswa yang berada dalam kategori baik yaitu aspek nomor, 1) siswa menjawab salam, membaca doa dan mendengarkan nama;
3) siswa memahami tujuan pembelajaran; 6) siswa diminta keembali
50
menjelaskan inti penjelasan dari guru; 7) siswa berada dalam kelompok yang heterogen; dan 13) siswa menjawab salam dari guru. Namun meskipun 5 dari 13 aspek berada dalam kategiri baik masih perlu di lanjutkan ke tahap berikutnya karena rerata belum mencapai 3.0 Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 terlihat bahwa aktivitas siswa pada siklus I belum mencapai keberhasilan karena Rerata aktivitas siswa sebesar 2,7 yang berada dalam kategori cukup belum mencapai keberhasilan sesui dengan hipotesis tindakan dimana dikatakan berhasil apabila skor rata-rata aktivitas siswa minimal
SKOR RATA-RATA AKTIVITAS SISWA
3,0. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.2 sebagai berikut: 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
2,5
2,9
2,7 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rerata
SIKLUS I
Gambar 4.2. Grafik Rerata Aktivitas Belajar Siswa Tiap Pertemuan Siklus I
Berdasarkan gambar diatas menunjukan bahwa rerata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 2,7 yang berada dalam kategori cukup. hal ini menunjukan aktivitas belajar siswa belum menjawab hipotesis tindakan
51
4. Hasil Pengamatan Aktifitas Mengajar Guru Pengamatan atau observasi terhadap aktifitas guru diantaranya meliputi mempersiapkan siswa untuk belajar, Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa,
membagi siswa dalam 8-9 kelompok secara
heterogen (L/P), menyiapkan serta membagikan LKS kepada masing-masing kelompok, membimbing serta membantu siswa dalam mengerjakan LKS, mempersilahkan kepada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas, dan mengevaluasi hasil diskusi masing-masing kelompok. Data mengenai aktivitas mengajar guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem based learning pada materi pokok Pedosfer dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas mengajar guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan memberikan skor pada aspek yang diamati pada siklus I dan Siklus II setiap masing-masing pertemuan. Data aktivitas mengajar guru yang diperoleh dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas mengajar guru siklus I pada pertemuan I dan pertemuan II dapat dilihat pada tabel 4.2:
52
Tabel 4.2 Data Aktivitas Mengajar Guru Siklus I
No .
1 2 3 4
Aktivitas yang diamati
A. Kegiatan Awal Guru memberi salam Guru memriksa kesiapan siswa dan berdoa bersama Guru mengabsen siswa Guru memberikan motivasi dan apersepsi
Siklus I Pertemuan Rerat Kea 1 2 3 2
3 3
3 2.5
3 2
3 2
3 2
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
2
2
2
4
4
4
2
3
2.5
2
3
2.5
2
3
2.5
2
2
2
2
3
2.5
3 2.4
3 2.8
3 2.6
B. Kegiatan Inti 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Guru menyampaikan dan menuliskan tujuan pembelajaran Guru memberikan informasi mengenai pelajaran yang akan dipelajari Guru membagi siswa dalam kelompok terdiri dari 8-9 yang heterogen Guru membagikan LKS kepada setiap siswa Guru meminta siswa berdiskusi menyelesaikan masalah dalam LKS Guru membimbing siswa dalam berdiskusi Guru meminta setiap kelompok untuk mempresenatsikan hasil kerjanya Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi Guru memberikan evaluasi dan melakukan refleksi terhadap hasil diskusi siswa C. Kegiatan Penutup
14 15 16
Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran serta memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah Guru memberikan kesimpulan singkat terhadap materi yang dipelajari Menutup pelajaran dengan berdoa Rerata
53
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh gambaran aktivitas mengajar guru pada siklus II dari pertemuan I sampai pertemuan II. Pada siklus I guru yang mendapatkan skor terendah dengan nilai rata-rata 2 adalah aktivitas nomor dan yaitu 2) guru memeriksa kesiapan siswa dan berdoa bersama; 6) guru memberikan informasi mengenai pelajaran yang akan dipelajari; 9) guru meminta siswa berdiskusi menyelesaikan masalah dalam LKS; dan 14) guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran serta memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah. Sedangkan skor tertinggi aktivitas mengajar guru dengan skor rata-rata 4 terdapat pada aktiviitas nomor 8) Guru membagikan LKS kepada setiap siswa. Untuk Lebih jelasnya, gambaran rata-rata aktivitas belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Problem based learning pada siklus II setiap aspek aktivitas yang diamati dengan memberikan skor dapat dilihat pada gambar berikut ini:
SKOR AKTIVITAS GURU
2,8
2,6
2,8 2,7
Pertemuan 1
2,6 2,5
2,4
2,4
Pertemuan 2 Rerata
2,3 2,2 SIKLUS I
Gambar 4.3: Grafik Rerata Aktivitas Mengajar Guru Siklus I
4.3
54
Berdasarkan analisis data yang terlihat pada gambar 4.2 menunjukan bahwa aktivitas guru belum mencapai keberhasilan karena belum menjawab hipotesis tindakan, dimana skor rata-rata aktivitas mengajar guru pada pertemuan 1 siklus I sebesar 2,4 yang berada dalam kategori cukup dan skor rata-rata aktivitas mengajar guru pertemuan II siklus I Sebesar 2,8 yang berada dalam kategori cukup, tetapi pada siklus I ini setelah dirata-ratakan antara pertemuan I dan pertemuan II aktivitas mengajar guru masih berada dalam kategori cukup dengan skor sebesar 2,6 5. Hasil Belajar Siswa Siklus I Setelah selesai tahapan observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan tes hasil belajar siswa. Hal ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana penguasaan siswa tentang materi yang telah diajarkan dengan menggunakan tes hasil belajar setelah menerapkan model pembelajaran problem based learning dalam proses pembelajaran. Data hasil belajar geografi siswa kelas X2 Pada Materi pokok Pedosfer diperoleh melalui test pada setiap akhir siklus. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif yang digunakan untuk menganalisis hasil belajar siswa pada tiap siklus, diperoleh data yang disajikan dalam tabel 4.3 berikut ini :
55
Tabel 4.3 Data analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I No
Inisial Siswa
Nilai Tuntas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
AS AL AR ANN AKB ANH AR ANS CDR DR DW HN GN GS IC INT PJ ND MM TD SN UC JS RSK JHN NRH MD NA MA RI NRA NSN MU NR SO SLV RLG MR FRH FF RSI
Jumlah Nilai rata-rata % tuntas % tidak tuntas
50 56 80 75 75 80 62.5 30 80 75 56 62.5 75 75 85 62.5 85 80 75 75 37.5 80 70 85 75 80 25 75 78 80 75 65 60 80 75 80 25 75 75 75 75
2876.5 70.14
Keterangan Tidak tuntas √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
27
13
68% 32%
56
Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I menunjukan hasil belajar seluruh siswa sebanyak 41 yang mengikuti tes siklus I hanya 28 siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 atau dengan persentase 68% siswa yang mencapai KKM, sedangkan 13 siswa yang memperoleh nilai ˂ 75 atau dengan persentase 32 %, dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa 70,14. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 25 dan nilai tertinggi sebesar 85. Kenyataan tersebut belum mencapai indikator keberhasilan dari segi hasil belajar siswa yaitu minimal 80% siswa mencapai nilai ≥ 75. Persentase ketuntasan hasil belajar geografi siswa kelas X2 SMAN 1 Sampara dengan menerapan model pembelajaran Problem based learning pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini: Tabel 4.4 Analisis Ketuntasan Belajar Siswa Pada Evaluasi Siklus I Ketuntasan Jumlah Persentase Tuntas 27 68% Tidak Tuntas 13 32% Jumlah Total 41 100%
Agar lebih jelas, persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I, berdasarkan data hasil belajar yang telah dianalisis dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
57
100 68
50
27
32
Persentase
13
Jumlah
0 Tuntas Belum Tuntas
SIKLUS I
Gambar 4.4 Grafik Ketuntasan Hasil Siklus I Belajar Siswa Kelas X 2 SMA Negeri 1 Sampara.
Berdasarkan gambar diatas diperoleh bahwa pada siklus I terdapat 68% atau 27 orang dari 41 siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 atau telah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). c. Refleksi Pada tahap Refleksi peneliti mencari kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan dan memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil pengamatan dan evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya. Pada siklus satu ini, ada beberapa aktivitas guru yang tidak terlaksana seperti guru tidak memberikan kegiatan apersepsi, guru tidak siswa dalam diskusi kelompok, guru tidak menyimpulkan materi dikarenakan guru masih kurang menguasai lankahlangkah model pembelajaran Problem based leraning. Pada pertemuan kedua, ketika guru menyampaikan materi masih ada siswa yang tidak serius memperhatikan guru, dan masih ada beberapa siswa yang tidak terbiasa
untuk
melakukan
diskusi
kelompok
sehingga
mengganggu perencanaan kelompok lain yang sedang berdiskusi.
mereka
cenderung
58
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklus I baik pertemuan I dan pertemuan II masih jauh dari harapan yang telah ditetapkan sebelumnya, hal ini berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan observer (guru kelas) dimana terlihat beberapa kekurangan saat proses pembelajaran berlangsung baik itu dilakukan oleh guru maupun siswa. Dari hasil observasi, maka beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk pelaksanaan pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Faktor guru a) Guru belum mengelola manajemen kelas dengan baik. b) Guru belum memberikan motivasi kepada siswa. c) Dalam pembagian kelompok guru belum membagi siswa secara heterogen d) Guru belum mengoreksi atau mengevaluasi hasil presentasi kelompok siswa. e) Guru masih kurang menguasai model pembelajaran Problem Based Learning, sehingga susah dalam melakukan pembelajaran. 2) Faktor siswa a) Siswa masih kurang aktif dalam kelompoknya. b) Masih banyak siswa yang kurang serius dalam proses pembelajaran, sehingga proses kegiatan pembelajaran masih kurang efektif. c) Ada sebagian kelompok yang kurang kompak dan bekerjasama dalam menyelesaikan LKS. d) Dalam mengerjakan LKS ada sebagian siswa bercerita sehingga mengganggu teman kelompoknya.
59
e) Dalam kegiatan persentase kelompok, ketika temannya membacakan hasil diskusi kelompok di depankelas kelompok lain kurang memperhatikannya. Setelah mengetahui kekurangan yang terjadi pada siklus I baik itu yang dilakukan oleh guru maupun siswa, maka pada pembelajaran siklus II guru akan mencoba memperbaiki kesalahan – kesalahan yang dilakukan sebelumnya, sehingga hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu mencapai ketuntasan hasil belajar siswa minimal 85%. 3. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus II sama dengan tindakan yang dilakukan pada siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, evaluasi dan refleksi. Masing-masing kegiatan ini diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan Pada tahap Refleksi peneliti mencari kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan dan memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil pengamatan dan evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklus I baik pertemuan I dan pertemuan II masih jauh dari harapan yang telah ditetapkan sebelumnya, hal ini berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan observer (guru kelas) dimana terlihat beberapa kekurangan saat proses pembelajaran berlangsung baik itu dilakukan oleh guru maupun siswa. Dari hasil
60
observasi, maka beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk pelaksanaan pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Faktor guru a) Guru belum mengelola kelas dengan baik. b) Guru belum memberikan motivasi kepada siswa. c) Dalam pembagian kelompok guru belum membagi siswa secara heterogen d) Guru belum mengoreksi atau mengevaluasi hasil presentasi kelompok siswa. e) Guru masih kurang menguasai model pembelajaran Problem Based Learning, sehingga kesulitan dalam melakukan pembelajaran. 2) Faktor siswa a) Siswa masih kurang aktif dalam kelompoknya. b) Masih banyak siswa yang kurang serius dalam proses pembelajaran, sehingga proses kegiatan pembelajaran masih kurang efektif. c) Ada sebagian kelompok yang tidak bekerjasama dalam menyelesaikan LKS. d) Dalam mengerjakan LKS ada sebagian siswa bercerita sehingga mengganggu teman kelompoknya. e) Dalam kegiatan persentase kelompok, ketika temannya membacakan hasil diskusi kelompok di depan kelas kelompok lain kurang memperhatikannya.
61
Setelah mengetahui kekurangan yang terjadi pada siklus I baik itu yang dilakukan oleh guru maupun siswa, maka pada pembelajaran siklus II guru akan mencoba memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan sebelumnya, sehingga hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu mencapai ketuntasan hasil belajar siswa minimal 85% b. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan (observasi) Pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran
dengan
menerapkan
model
pembelajaran Problem Based Learning pada materi pokok Pedosfer sesuai dengan RPP pada pertemuan I pada sub materi mengidentifikasi mengidentifikasi tingkat kesuburan tanah, usaha pelestarian tanah dan RPP pada pertemuan II pada sub materi mengidentifikasi mengidentifikasi kelas kemampuan tanah, lahan potensial dan lahan kritis. Dalam kegiatan ini juga dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan pembelajaran Problem Based Learning yang telah dirancang sebelumnya.pengamatan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran untuk memantau optimalisasi penerapan model pembelajaran Problem Based Learningyang dilakukan oleh observer yaitu guru kelas X2 dan untuk melihat aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh observer (teman sejawat).
62
a) Pertemuan I siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 06 Februari 2016, pada pukul 8.30 – 10.00 WITA. Pada pelaksanan tindakan, peneliti melaksanakan skenario pembelajaran pada RPP, yaitu guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian mempersiapkan siswa untuk belajar, memberikan motivasi kepada siswa,. Setelah itu guru, menyampaikan tujuan pembelajaran. b) Pertemuan II siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan II dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 13 Februari 2016, pada pukul 8.30 – 10.00 WITA. Pada pelaksanan tindakan, peneliti melaksanakan skenario pembelajaran pada RPP, yaitu guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian mempersiapkan siswa untuk belajar, memberikan motivasi kepada siswa, Setelah itu guru, menyampaikan tujuan pembelajaran. Dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. 1. Data Aktifitas Belajar Siswa siklus II Data hasil analisis terhadap siswa diantaranya meliputi keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa dalam menanggapi penjelasan guru, keaktifan siswa dalam kelompok baik dalam balajar maupun dalam mengerjalan soal-soal, keaktifan siswa dalam megerjakan LKS, keaktifan siswa dalam mempersentasekan hasil diskusi kelompoknya, dan keterlibatan siswa dalam menyimpulkan materi pembelajaran.
63
Data hasil analisis aktivitas belajar siswa yang diolah dari data mentah aktivitas belajar siswa yang menggunakan lembar observasi aktivitas siswa pada pertemuan I dan pertemuan II di siklus II dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini: Tabel 4.5 Skor Rerata Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Skor Pengamatan No
Aktivitas Siswa yang Diamati
Siklus I Pert.I Pert. II Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13
Siswa menjawab salam, membaca doa dan mendengarkan nama Siswa siap untuk belajar dengan proses pembelajaran Problem Based Learning Siswa memahami tujuan pembelajaran Siswa memahami langkah-langkah pembelajaran Tanya jawab antara siswa dan guru tentang halhal yang belum dimengerti Siswa diminta menjelaskan kembali inti penjelasan guru Siswa berada dalam kelompok heterogen Siswa mempresntasekan hasil kerjanya didepan kelas Siswa menanggapi jawaban dari kelompok lain Siswa dibimbing untuk mengolah data atau informasi yang ditemukan dalam percobaan agar mendapatkan data yang valid Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru Siswa bersama guru membuat kesimpulan Siswa menjawab salam guru (menutup pelajaran)
Rerata Aktivitas Siswa
4,0
4
4
3
4
3 3 3
4 3 4
3,5
4
4
4,0
4 4
4 4
4,0 4,0
3
3
3,0
3
3
3,0
3 3 4
4 4 4
3,5 3,5 4,0
3.3
3.7
3.5
3,5
3,0 3,5
64
Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukan bahwa aktivitas belajar siswa siklus II pada pertemuan I berada dalam kategori baik dengan skor yang diperoleh sebesar 3,3 dan pada pertemuan kedua juga berada dalam kategori baik dengan skor yang diperoleh sebesar 3,7. Skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus II berada dalam kategori baik dengan skor yang diperoleh sebesar 3,5. Gambaran masing-masing aktivitas belajar siswa pada siklus II dapat dilihat
Skor Rata-rata Aktivitas Siswa
pada gambar 4.5 berikut ini:
5
4
3,53,5
3
3,5
4 4 4 3 3
3,5 3,5 4
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 SIKLUS II
Gambar. 4.5 Grafik Rerata Tiap Aspek Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II.
65
Keterangan : 1
Siswa menjawab salam, membaca doa dan mendengarkan nama
2
Siswa siap untuk belajar dengan proses pembelajaran Problem Based Learning
3
Siswa memahami tujuan pembelajaran
4
Siswa memahami langkah-langkah pembelajaran
5
Tanya jawab antara siswa dan guru tentang hal-hal yang belum dimengerti
6
Siswa diminta menjelaskan kembali inti penjelasan guru
7
Siswa berada dalam kelompok heterogen
8
Siswa mempresntasekan hasil kerjanya didepan kelas
9
Siswa menanggapi jawaban dari kelompok lain
10
Siswa dibimbing untuk mengolah data atau informasi yang ditemukan dalam percobaan agar mendapatkan data yang valid
11
Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru
12
Siswa bersama guru membuat kesimpulan
13 Siswa menjawab salam guru (menutup pelajaran)
Berdasarkan gambar 4.5 di atas menujukan bahawa aspek aktivitas belajar siswa pada siklus II yang memperoleh skor terendah sebesar 3,0 yang berada dalam kategori baik terdapat pada aspek nomor 4)
siswa memahami langkah-langkah
pembelajaran; 9) siswa menanggapi jawaban dari kelompok lain; dan 10) Siswa dibimbing untuk mengolah data atau informasi yang ditemukan dalam percobaan agar mendapatkan data yang valid; pada siklus II aspek aktivitas yang memperoleh skor tertinggi sebesar 4,0 terdapat pada aspek nomor 1) yaitu siswa menjawab salam; 6) Siswa diminta menjelaskan kembali inti penjelasan guru; 7) Siswa berada dalam kelompok heterogen; 8) Siswa mempresntasekan hasil kerjanya didepan kelas; dan 13) Siswa menjawab salam guru (menutup pelajaran).
66
Sesuai dengan teknik analisis statistik deskriptif, gambaran aktivitas belajar siswa pada siklus II dari pertemuan I sampai pertemuan II dapat dilihat pada gambar
Siswa
Skor Rata-rata Aktivitas
4.6 berikut ini
4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
3,5
3,9
3,7
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rerata SIKLUS II
Gambar 4.6 Grafik Rerata Aktivitas Siswa Pada Sisklus II
Berdasarkan gambar 4.6 diatas, diperoleh bahwa rerata aktivitas belajar siswa pada pertemuan I siklus II sebesar 3,3 yang berada dalam kategori baik. Rerata aktivitas belajar pada pertemuan II siklus II sebesar 3,7 yang berada dalam kategori baik. Skor rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus II setelah dirataratakan dari pertemuan I sampai pertemuan II adalah 3,5 yang berada dalam kategori baik. Pada siklus II diperoleh bahwa aktivitas belajar siswa dengan skor 3,5 pada siklus II telah mencapai kriteria ketuntas dimana aktivitas belajar siswa dikatakan berhasil apabila memperoleh skor rata-rata aktivitas sebesar 3,0 2. Data Aktifitas Mengajar Guru siklus II Data hasil analisis aktifitas guru diantaranya meliputi mempersiapkan siswa untuk belajar, Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran, memotivasi
67
siswa, membagi siswa dalam 4-5 kelompok secara heterogen (L/P), menyiapkan serta membagikan LKS kepada masing-masing kelompok, membimbing serta membantu siswa dalam mengerjakan LKS, mempersilahkan kepada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas, dan mengevaluasi hasil diskusi masing-masing kelompok. Data hasil observasi aktivitas mengajar guru pada tiap pertemuan di siklus II dengan menerapkan model pembelajaran Problem based learning dengan menggunakan lembar observasi aktiviitas mengajar guru dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:
68
Tabel 4.6 Data Aktivitas Mengajar Guru Siklus II
No .
1 2 3 4
Aktivitas yang diamati
A. Kegiatan Awal Guru memberi salam Guru memriksa kesiapan siswa dan berdoa bersama Guru mengabsen siswa Guru memberikan motivasi dan apersepsi
Siklus II Pertemuan Rerat Kea 1 2 4 3
4 4
4 3.5
3 3
4 3
3.5 3
3
4
3.5
3
4
2.5
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
3.5
3
4
3.5
3
4
3.5
4
4
4
3
3
3
3
3
3
4 3.4
4 3.8
4 3.6
B. Kegiatan Inti 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14 15 16
Guru menyampaikan dan menuliskan tujuan pembelajaran Guru memberikan informasi mengenai pelajaran yang akan dipelajari Guru membagi siswa dalam kelompok terdiri dari 4-5 yang heterogen Guru membagikan LKS kepada setiap siswa Guru meminta siswa berdiskusi menyelesaikan masalah dalam LKS Guru membimbing siswa dalam berdiskusi Guru meminta setiap kelompok untuk mempresenatsikan hasil kerjanya Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi Guru memberikan evaluasi dan melakukan refleksi terhadap hasil diskusi siswa C. Kegiatan Penutup Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran serta memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah Guru memberikan kesimpulan singkat terhadap materi yang dipelajari Menutup pelajaran dengan berdoa Rerata
69
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa aktivitas guru pada pertemuan 1 di siklus II berada dalam kategori baik dengan skor sebesar 3,4 dan aktivitas mengajar guru pada pertemuan II siklus II berada pula dalam kategori dengan skor 3,8. Ratarata aktivitas guru dari pertemuan I sampai pertemuan II setelah dirata-ratakan berada dalam kategori baik dengan skor rata-rata sebesar 3,6. Hal ini agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut ini:
SKOR AKTIVITAS GURU
4
3,8
3,4
3,6
3,5 3 2,5
Pertemuan 1
2
Pertemuan 2
1,5
Rerata
1 0,5 0 SIKLUS II
Gambar 4.7 Grafik Rerata Aktivitas Mengajar Guru Siklus II
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa aktivitas siswa telah memenuhi criteria yang ditetapkan, dimana dikatakan berhasil apabila telah mencapai skor ratarata minimal 3,0. Skor rata-rata aktivitas guru di siklus II sebesar 3,6 menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Problem based learning pada materi pokok Pedosfer dapat meningkatkan aktivitas mengajar guru
.
70
3. Data Hasil Belajar Siklus II Setelah selesai tahap pengamatan observer yang dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakanpembelajaran pada siklus II, maka kegiatan selanjutnya dilakukan tes hasil belajar untuk siklus II. Hal ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana penguasaan siswa tentang materi yang telah diajarkan dengan menggunakan tes hasil belajar setelah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif yang digunakan untuk menganalisisi hasil belajar siswa pada tiap siklus, diperoleh data hasil belajar siswa pada siklus II yang disajikan dalam tabel 4.7 berikut ini :
71
Tabel 4.7 Data Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II
No
Nama Siswa
Keterangan
Nilai
Tuntas 1
AS
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
AL AR ANN AKB ANH AR ANS CDR DR DW HN GN GS IC INT PJ ND MM TD SN UC JS RSK JHN NRH MD NA MA RI NRA NSN MU NR SO SLV RLG MR FRH FF RSI Jumlah Nilai rata-rata % tuntas % belum tuntas
75 80 85 80 80 70 75 80 75 80 85 75 80 85 70 95 85 80 75 80 95 75 85 85 90 60 80 75 80 85 75 80 85 80 85 70 75 80 80 80 3255 79.39
Tidak Tuntas √
65 √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 36
5
87% 13%
72
Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II menunjukan hasil belajar seluruh siswa sebanyak 41 yang mengikuti tes hanya 36 siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 atau dengan persentase 87% siswa mencapai KKM, sedangkan 5 orang siswa memperoleh nilai ˂75 atau dengan persentase 13%, dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa 79,39. Kenyataan tersebut telah mencapai indikator kinerja dari segi hasil belajar siswa yaitu minimal 80% siswa mencapai nilai ≥ 75. Berdasarkan analisis hasil belajar siswa yang disajikan dalam tabel 4.7 terlihat bahwa hasil belajar geografi siswa kelas X2 di SMA Negeri 1 Sampara dengan menerapkan model pembelajaran Problem based learning menunjukan bahwa ratarata hasil belajar yang diperoleh siswa sebesar 87. Hasil Belajar siswa pada siklus II dengan nilai tertinggi sebesar 95 dan nilai terendah sebesar 60. Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar siklus II secara klasikal, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut: Tabel 4.8 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II Ketuntasan Jumlah Persentase Tuntas 36 87% Tidak Tuntas 5 13% Jumlah Total 41 100%
Berdasakan tabel 4.8 menunjukan bahwa pada siklus II persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 87% atau 36 siswa memperoleh nilai ≥ 75 atau telah mencapai KKM (kriteria ketuntasan Minimal) dan persentase 13% atau 5 orang siswa memperoleh nilai ˂ 75 atau belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan Minimal). Pada siklus II diperoleh bahwa jumlah siswa yang tuntas lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa yang tidak tuntas. Hal dapat di lihat pada gambar dibawah ini:
73
SIKLUS II
100
50
87
Persentase
36 13
0
Jumlah 5
Tuntas Tidak tuntas
Grafik 4.8 Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II
Berdasarkan grafik diatas diperoleh Pada siklus II persentase ketuntasan telah memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal yaitu minimal 80%, dimana pada siklus II persentse ketuntasan belajarnya sebesar 87%, meskipun pada siklus ini masih ada siswa yang belum tuntas secara perorangan. Hal ini menunjukan bahwa ketuntasan secara klasikal pada penelitian tindakan kelas ini telah terpenuhi yang berarti pula model pembelajaran Problem based learning memecahkan masalah belajar Geografi
siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Sampara pada materi pokok
Pedosfer. c. Refleksi Refleksi merupakan proses atau tahap dalam penelitian tindakan kelas dimana bertujuan untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi pada setiap akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklus II baik pertemuan I dan pertemuan II sesuai rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, hal ini berdasarkan hasil diskusi anatara peneliti dengan observer (guru
74
kelas) dimana terlihat bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning sudah mendapatkan hasil yang lebih baik, meskipun masih ada 5 orang siswa yang belum mencapai KKM, akan tetapi siswa tersebut sudah terlihat cukup aktif dalam melibatkan diri dalam pelaksanaan tindakan dalam kelompok. Pada siklus kedua ini, beberapa aktivitas guru yang tidak terlaksana pada siklus I telah dilakukan perbaikan pada siklus kedua ini yakni guru telah memberikan apersepsi sebelum memulai pembelajaran, guru telah melakukan bimbingan diskusi kelompok, guru menyimpulkan materi pembelajaran dan telah menguasai lankahlangkah model pembelajaran Problem based leraning. Pada pertemuan kedua, ketika guru menyampaikan materi semua siswa serius memperhatikan guru, dan siswa aktif melakukan diskusi kelompok sehingga tidak ada lagi yang mengganggu kelompok lain yang sedang berdiskusi. Jika dilihat dari hasil tes hasil belajar pada evaluasi tindakan siklus II, yaitu telah mencapai 87% siswa yang telah mencapai KKM dengan perolehan nilai ≥ 75 dengan kata lain telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti yaitu ketuntasan hasil belajar minimal 85% siswa yang tuntas secara klasikal. Dengan demikian penelitian ini telah berhasil dilaksanakan sesuai dengan RPP dengan dua siklus tindakan. Berdasarkan pengamatan melalui lembar observasi ternyata hasil belajar siswa yang memiliki hasil belajar Geografi sudah sangat baik dengan adanya penggunaan model pembelajaran problem based learning dalam proses pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh dari siklus II sudah sangat baik dan di atas KKM yang
75
telah ditentuka oleh sekolah. Serta rata-rata yang diperoleh untuk mata pelajaran Geografi lebih meningkat jika dibandingkan dengan rata-rata yang diperoleh dari siklus I. Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran hasil belajar siswa kelas X2 yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.9 berikut:
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
95 79,39
80 70,14
MINIMUM 60 MAKSIMUM RATA-RATA
25
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.9 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Secara Keseluruhan Berdasarkan Gambar 4.9 di atas diperoleh bahwa hasil belajar siswa kelas X2 pada mata pelajaran geografi materi pokok pedosfer yang diajar dengan menggunakan
model
pembelajaran
problem
based
learning
menunjukkan
peningkatan yang lebih baik dari setiap siklusnya. Dapat dilihat pada siklus I diperoleh nilai minimum sebesar 25, nilai rata-rata 70,14 dan nilai tertinggi adalah 85 Sedangkan pada siklus II diperoleh nilai minimum 60, nilai rata-rata 79,39 dan nilai tertinggi adalah 95.
76
Gambaran jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dan yang tidak mencapai ketuntasan pada setiap siklusnya dapat dilihat pada Gambar 4.10 berikut:
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
87% 68%
Belum tuntas sudah tuntas
32% 13%
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.10 Grafik Presentase Jumlah Siswa yang Sudah Tuntas dan Belum Tuntas Belajar
Dari gambar 4.10 tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan persentase ketuntasn belajar dari siklus I ke siklus II, pada siklus I persentase ketuntasan sebesar 68% atau 27 orang siswa telah mencapai KKM akan tetapi belum memenuhi ketuntasan secara klasikal yaitu minimal 85% dan pada siklus II persentase ketuntasan sebesar 87% atau 36 orang siswa telah mencapai KKM, dengan demikian ketuntasan secara klasikal dari penelitian tindakan kelas ini telah terpenuhi yang berarti pula model pembelajaran problem based learning dapat memecahkan masalah belajar siswa kelas X2 SMAN 1 Sampara
77
B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Aktivitas Belajar Siswa dalam model pembelajaran PBL Pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam empat kali pertemuan yang dibagi menjadi dua siklus. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menerapkan moedel pembelajaran Problem based learning pada materi pokok pedosfer. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X2 SMA Negeri 1 Sampara. Subyek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Sampara yang berjumlah 41 orang. Berdasarkan permasalahan pertama tentang bagaimana gambaran aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar pada materi pokok Pedosfer yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem based learning, dapat dijelaskan berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I maupun Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.5 dimana rata-rata aktivitas siswa menuju ke arah yang lebih baik. Peningkatan tersebut menunjukan adanya minat siswa dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran geografi yang diajarkan dengan menerapkan model Problem based learning. Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap aktivitas siswa pada siklus I dengan materi pokok pedosfer menunjukan rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 2,7 dengan kategori cukup. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, guru mata pelajaran beserta peneliti memperoleh beberapa kelemahan/kekurangan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
78
1) Faktor guru a) Guru belum mengelola kelas dengan baik. b) Guru belum memberikan motivasi kepada siswa. c) Dalam pembagian kelompok guru belum membagi siswa secara heterogen d) Guru belum mengoreksi atau mengevaluasi hasil presentasi kelompok siswa. e) Guru masih kurang menguasai model pembelajaran Problem Based Learning, sehingga susah dalam melakukan pembelajaran. 2) Faktor siswa a) Siswa masih kurang aktif dalam kelompoknya. b) Masih banyak siswa yang kurang serius dalam proses pembelajaran, sehingga proses kegiatan pembelajaran masih kurang efektif. c) Ada sebagian kelompok yang kurang kompak dan bekerjasama dalam menyelesaikan LKS. d) Dalam mengerjakan LKS ada sebagian siswa bercerita sehingga mengganggu teman kelompoknya. e) Dalam kegiatan persentase kelompok, ketika temannya membacakan hasil diskusi kelompok di depankelas kelompok lain kurang memperhatikannya. Setelah mengetahui kekurangan yang terjadi pada siklus I baik itu yang dilakukan oleh guru maupun siswa, maka pada pembelajaran siklus II guru akan mencoba memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan sebelumnya, sehingga hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu mencapai ketuntasan hasil belajar siswa minimal 85%.
79
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif yang telah dievaluasi di peroleh bahwa aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus II Aktivitas siswa terlihat dinilai mengalami peningkatan dimana aktivitas siswa yang mendapat skor terendah disiklus I yaitu 2, meningkat menjadi 3 pada aspek nomor 3 yaitu siswa aktif memberikan respon terhadap kegiatan apersepsi. sedangkan aktivitas siswa yang memperoleh skor tertinggi dengan nilai rata-rata sebesar 3 meningkat menjadi 4 pada aspek nomor 12 yaitu siswa mendengarkan kesimpulan mengenai materi yang telah didiskusikan dalam kelompok. Pada siklus II dari 13 aspek aktivitas siswa yang di amati memperoleh kategori baik dengan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Secara keseluruhan aspek aktivitas siswa yang diamati telah mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II Pada siklus II skor rata-rata aktivitas belajar siswa menunjukan adanya peningkatan yang signifikan. Hal ini terlihat pada tabel 4.5 dimana rata-rata aktivitas siswa adalah 3,5 yang berada dalam kategori baik. Adanya peningkatan pada skor rata-rata aktivitas belajar siswa dari 2,7 pada siklus I menjadi 3,5 pada siklus II menandakan kelemahan/kekurangan di siklus I teratasi sehingga aktivitas siswa mengarah ke arah yang lebih baik. 2. Aktivitas Mengajar Guru Pelaksanaan PTK Dengan Menerapkan model pembelajaran Problem based learning dalam pembelajaran geografi untuk materi pokok Pedosfer dilakukan sebanyak 4 (empat) kali pertemuan dengan 2 (dua) siklus. Siklus I terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan yaitu pertemuan pertama membahas materi jenis dan proses pembentukan tanah dan pertemuan kedua membahas materi erosi tanah dan dampak
80
erosi tanah terhadap kehidupan. Pada siklus II juga terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan yaitu pertemuan ketiga membahas materi tingkat kesuburan tanah, usaha pelestarian tanah, dan pertemuan keempat membahas materi tentang kelas kemampuan lahan, lahan potensial dan lahan kritis, Pelaksanaan pembelajaran tiap pertemuan terdapat kegiatan yang dilakukan sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran Problem based learning yang termuat dalam RPP. Berdasarkan permasalahan kedua yaitu “Bagaimana gambaran aktifitas guru dalam pembelajaran Geografi melalui penerapan model PBL (problem bassed learning) pada siswa SMA Negeri 1 Sampata kelas X2 pada materi pokok Pedosfer dengan menerapkan model pembelajaran Problem based learning?” dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil pengamatan aktivitas mengajar guru baik pada siklus I maupun Siklus II mengarah dari cukup menjadi kerah yang lebih baik seperti yang terlihat pada gambar 4.3 dan 4.7 dimana rata-rata aktivitas mengajar guru dari kategori cukup pada siklus I menuju ke arah yang lebih baik pada siklus II. Berdasarkan hasil observasi aktiviatas guru, Pada siklus I diperoleh kekurangan-kekurangan
aktivitas
mengajar
guru
dalam
pembelajaran
yang
dibawakan oleh guru yang tidak maksimal. Pada siklus I berdasarkan analisis dan evalusi aktivitas mengajar guru menunjukan skor rata-rata aktivitas mengajar pada siklus I adalah 2,6 berada dalam kategori cukup. Berdasarkan analisis deskriptif pada Siklus II semua aspek aktivitas guru mengalami peningkatan. Skor aktivitas yang mendapatkan nilai terendah di siklus I dengan skor rata-rata 2 meningkat di siklus II, dimana pada aktivitas nomor 2 disiklus II memperoleh skor 3,5 sedangkan aktivitas guru nomor 5 disiklus II memperoleh skor 3,5 dan aktivitas nomor 13 memperoleh skor 4. Berdasarkan tabel
81
4.2 dan tabel 4.5 dianalisis dari data Pedoman pengamatan aktivitas mengajar guru melalui penerapan model pembelajaran Problem based learning pada materi pokok pedosfer, rata-rata aktivitas guru pada siklus I berkategori cukup mengarah ke kategori baik pada siklus II. Pada siklus II aktivitas mengajar guru menunjukan adanya peningkatan yang signifikan dimana rata-rata aktivitas mengajar guru memeperoleh nilai 3,6 yang berada pada kategori Baik. Hasil analisis dan pengamatan pada siklus II menunjukan adanya peningkatan aktivitas mengajar guru dari 2,6 pada siklus I menjadi 3,6 pada siklus II dengan menerapkan model pembelajaran Problem based learning. 3. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan permasalahan ketiga yaitu” Bagaimana gambaran hasil belajar Geografi siswa SMA Negeri 1 Sampara kelas X2 yang diajar dengan model PBL (problem based learning) pada materi pokok pedosfer dengan menerapkan model pembelajaran Problem based learning? dapat dijelaskan bahwa hasil belajar siswa pada setiap siklus cendrung mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik.
Berdasarkan hasil analisis hasil belajar siswa melalui test pada siklus I di peroleh nilai minimum sebesar 25, nilai maksimum sebesar 80, nilai rata-rata sebesar 70,14. Pada siklus ini secara klasikal belum memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal, dimana dari 41 siswa terdapat 28 siswa yang mencapai ketuntasan atau 68% yang mencapai nilai ≥ 75 sesuai dengan KKM (Kriteria ketuntasan minimal ) mata pelajaran geografi yang telah ditentukan sekolah, dan terdapat 13 orang siswa dengan persentase sebesar 32% siswa yang mencapai nilai <75 atau belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah sebesar 75. Persentase ketuntasan pada siklus ini belum
82
mencapai ketuntasan secara klasikal sebesar 85%. Rendahnya hasil belajar siswa ini disebakan karena ada siswa yang tidak hadir pada pertemuan pertama siklus I, sehingga ada yang tidak menjawab soal pada materi yang dijelaskan oleh guru pada pertemuan pertama, kurang aktif dalam bekerja sama dengan kelompoknya dalam berdiskusi menganalisi masalah, terdapat beberapa siswa yang belajarnya tidak serius. Setelah melakukan analisis dan refleksi hasil belajar siswa I bahwa kentuntasan siswa secara klasikal belum mencapai target maka guru mata pelajaran bersama dengan peniliti mecoba melakukan perbaikan pada proses pembelajaran pada siklus selanjutnya. Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7, dimana memperoleh nilai rata-rata sebesar 79,39, dengan nilai minimum sebesar 60 dan nilai maksimum sebesar 95. Pada siklus II Hasil belajar telah memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal, dimana dari 41 siswa terdapat 36 siswa yang mencapai ketuntasan atau 87% yang mencapai nilai ≥ 75 sesuai dengan KKM (Kriteria ketuntasan minimal ) mata pelajaran geografi yang telah ditentukan sekolah, dan terdapat 5 orang siswa dengan persentase sebesar 13% siswa yang mencapai nilai <75 atau belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah sebesar 75. Dari hasil yang diperoleh tersebut, menunjukan ada peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dan telah mencapai ketuntasan klasikal walaupun masih ada beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar pada siklus II menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa dan guru telah mampu mengelola pembelajaran. Pada Siklus II target
83
ketuntasan hasil belajar telah tercapai yaitu 87 % siswa telah tuntas hasil belajarnya. Dengan peningkatan ini, penelitian ini telah berhasil mencapai target dan keberhasilan siswa dalam test siklus II memberi gambaran penerapan model pembelajaran Problem based learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Persentase peningkatan hasil belajar Sesuai dengan permasalahan ke empat yaitu “Seberapa besar persentase (%) peningkatan hasil belajar Geografi siswa SMA Negeri 1 Sampara kelas X 2 Pada siklus I persentase hasil belajar siswa sangat rendah dari 41 siswa yang mengikuti tes tingkat ketuntasan hasil belajar siswa hanya mencapai 68% atau dari 41 siswa yang ikut tes hanya 28 orang yang dinyatakan lulus sedangkan yang tidak lulus mencapai 32% atau dari 41 siswa yang ikut tes sebanyak 13 orang siswa tidak lulus, hasil ini tentu saja membuat peneliti harus memperbaiki di siklus berikutnya.setelah peneliti dan guru yang menjadi observer berdiskusi di tetapkanlah untuk melanjutkan ke tahap berikutnya. Pada siklus II persentase hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 41 orang siswa yang mengikuti tes ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 87% atau ada 36 siswa yang lulus sedangkan yang tidak lulus mencapai 13% atau ada 5 orang siswa. pada siklus II target ketuntasan hasil belajar siswa telah tercapai yaitu 87% siswa telah tuntas dalam hasil belajarnya. Hal ini peneliti dianggap telah berhasil mencapai targetnya. Dalam penelitian ini keberhasilan siswa dalam tes hasil belajar siklus II memberikan gambaran bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
84
Dengan demikian, jawaban atas permasalahan penelitian telah terungkap yaitu pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem based learning berhasil meningkatkan aktivitas belajar siswa, aktivitas mengajar guru, dan hasil belajar siswa geografi siswa X2 SMA Negeri 1 Sampara pada materi pokok Pedosfer. Penelitian ini juga dikatakan berhasil karena hipotesis tindakan telah terjawab.
85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata pada setiap siklus, dimana pada siklus I skor rata-rata aktivitas siswa adalah 2,7 yang termasuk dalam kategori cukup meningkat pada siklus II menjadi 3,5 yang termasuk dalam kategori baik dan mengarah ke sangat baik. 2. Model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas mengajar guru dalam pembelajaran Geografi, hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata pada setiap siklus, dimana pada siklus I skor rata-rata aktivitas mengajar guru adalah 2,6 yang termasuk dalam kategori cukup meningkat pada siklus II menjadi 3,6 yang termasuk dalam kategori baik dan mengarah ke sangat baik; 3. Hasil belajar geografi siswa kelas X2 SMAN 1 Sampara dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi Pedosfer. Dimana pada siklus I yaitu diperoleh nilai terendah 25, nilai tertinggi 85, nilai rata-rata 70,14 dan ketuntasan belajar sebesar 68% yang mencapai KKM atau dari 41 siswa hanya 28 siswa yang memperoleh nilai ≥ 75. Pada siklus II diperoleh nilai terendah 60, nilai tertinggi 95, nilai rata-rata adalah 79,39 dan ketuntasan belajar pada siklus II mengalami peningkatan
85
86
yaitu dari 41 orang siswa ada 36 orang siswa yang yang memperoleh nilai ≥ 75, dengan persentase ketuntasan hasil belajar adalah 87%. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa saran berikut: 1. Bagi Sekolah, khususnya SMA Negeri 1 Sampara dapat mencoba menggunakan
model
pembelajaran
Problem
based
learning
pada
pembelajaran geografi untuk mengatasi banyaknya siswa yang pasif dalam pembelajaran serta untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi. 2. Dalam penelitian ini peneliti menyadari masih ada kekurangan-kekurangan baik dalam hal perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian dan penganalisian data hasil penelitian sampai dengan penarikan kesimpulan. Karena peneliti juga hanyalah manusia biasa yang tidak sempurna dan tidak pernah luput dari kesalahan.
87
DAFTAR PUSTAKA
Arends, 2008, Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Eektif Menarik, Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta Agus. 2007. Paduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual Dan Terpopuler. Jogjakarta: Diva Press. Dimiyati, M. 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta Darmodihardjo, 2007, Kemampuan Dasar Mengajar, Bandung: Alfabeta Kosasih, 2003, Teori Keterampilan Belajar dan Mengajar Menju Guru Inquiri yang Kreatif, Bandung:LPPMP IKIP Bandung Miarso, 2004. Karakteristik Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara Muhammad Alfian. 2013. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA 2 Negeri Jogjakarta pada Mata Pelajaran Geografi. Jogjakarta: UGM. Mulyasa. 2003. Dalam http: //Mushlich-m.Blogspot.com. Diakses tanggal 20 juni 2011. Muchtar, 2008, Petunjuk Guru Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta: Depdikbud Nurhadi, 2004. “Strategi Pembelajaran Kooperatif dalam Proses Belajar IPS di SMU: Edukasi”. No. 04 hal 21-27. Permadi, 1990. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya, Bandung Ruminiati. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakarya. Sardiman, 2000, Metode Belajar Mengajar dan Evaluas Pendidikan, Jakarta: Pustaka Utama Salmia, 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Geografi melalui Model Pembelajaran PBL pada siswa kelas SMA Negeri 5 Jakarta, Jakarta: Universitas Indonesia Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan makna Pembelajaran. Bandung
Penerbit: Alfabeta
Saptono. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
88
Sudirman. 2006. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Siswati. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Geografi melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa SMA Negeri 1 Maros. Makassar: Universitas Hasanudin. Soemantri. 2007. Pengembanganl Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Grasindo Persada Soekanto. 1992. Evaluasi Pendidikan. Surabaya : PT. Usaha Nasional Sudjana, 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Suparno.2007. Riset Widiarsarana.
Tindakan
Untuk
Pendidikan.
Jakarta:
PT
Gramedia
Suparno, 2008. Metode Penelitian. Jakarta. Bina Pustaka Suradijono, 2005. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Syukri,Muhammad. 2011“Modul Penelitian Tindakan Kelas”. Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional. Usman, 1993. Metode Penelitian Tindakan kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Himpunan Perundang-Undangan Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bandung: Nuansa Aulia Wahab, 1986, Mutu Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara Wahidmurni,dkk. 2010, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Nuha Litera
87
SILABUS
Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Alokasi Waktu
: SMA Negeri 1 Sampara : Geografi : X/2 : 4. Menganalisis Unsur-Unsur Geosfer : 4.1 Menjelaskan proses pembentukan tanah : 4 jam pelajaran
Materi Pokok Pembelajaran (1) Pedosfer
1. 2. 3.
4. 5.
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
(2)
(3)
Dengan tanya jawab guru menjelaskan tentang proses pembentukan tanah Secara berkelompok siswa membahas tentang erosi tanah, guru memantau siswa dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan. Meminta beberapa perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain memberikan tanggapan (guru memandu diskusi dan merumuskan jawaban yang benar) Dengan tanya jawab guru menjelaskan tentang dampak erosi tanah. Secara berkelompok siswa membahas tentang erosi tanah, guru memantau siswa dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan. Mengidentifikasi jenis dan proses pembentukan tanah Menjelaskan erosi tanah Menjelaskan dampak erosi tanah terhadap kehidupan
Penilaian (4) Jenis tagihan : Tugas kelompok, kuis, ulangan Bentuk Instrumen : Laporan tertulis dan penilaian sikap
Alokasi Waktu
Sumber bahan/Alat
(5) 2 jam pelajaran
(6) Mengkaji Ilmu Geografi 1 Kelas X SMA
87
89
Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (SIKLUS I PERTEMUAN I) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu
: SMA Negeri 1 Sampara : Geografi : X2 / 2 : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi Menganalisis unsur-unsur geosfer B. Kompetensi Dasar Menjelaskan proses pembentukan tanah C. Indikator
Menidentifikasi jenis dan proses pembentukan tanah Menjelaskan erosi tanah Menjelaskan dampak erosi tanah terhadap kehidupan
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menidentifikasi jenis dan proses pembentukan tanah Siswa dapat menjelaskan erosi tanah Siswa dapat menjelaskan dampak erosi tanah terhadap kehidupan
E. Tujuan perbaikan pembelajaran Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi dinamika pedosfer melalui penerapan Problem Based Learning di kelas X2 SMA Negeri Sampara F. Materi Pembelajaran
Dinamika Pedosfer
G. Model Pembelajaran 1. Model pembelajaran Problem Based Learning( PBL) 2. Pendekatan saintific 3. Metode Diskusi kelompok, Tanya jawab
90
H. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Pendahuluan : Orientasi pada masalah a. Guru masuk di kelas langsung memberi salam b. Siswa diatur sesuai tempat duduk masing-masing dan absensi c. Berdoa bersama d. Memberikan motivasi kepada siswa ( fase 1) e. Menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran (fase 1) 2. Kegiatan Inti : Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar a. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah (fase 2) b. Membagi kelompok, Siswa dibagi menjadi 5 kelompok yang masingmasing kelompok berjumlah 8-9 peserta didik. ( fase 2) c. Membagikan LKS kepada masing-masing kelompok yang telah dibentuk dan menjelaskan secara singkat tentang LKS yang telah dibagikan. (fase2) d. Mengorganisasikan siswa untuk belajar, dan tetap berada di dalam kelompok masing-masing serta berdiskusi dengan temannya untuk memecahkan masalah dalam LKS serta bertanya kepada guru jika ada yang tidak di pahami (fase 2 ) Membimbing Penyelidikan Individual Maupun Kelompok (fase 3) a. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah (fase 3 ) b. Mengarahkan kepada tiap-tiap kelompok untuk melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk dalam LKS ( fase 3) c. Membimbing tiap-tiap kelompok dalam memecahkan masalah yang telah disediakan dalam LKS ( fase 3) Mengembangkan Dan Menyajikan Hasil Karya (Fase 4) a. Guru membentu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya (fase 4)
91
b. Meminta tiap-tiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan di depan kelas ( fase 4) c. Kemudian memberikan kepada kelompok yang lain untuk menanggapi hasil diskusi yang telah dipresentasikan ( fase 4) 3. Penutup : Menganalisis Dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah (fase 5 ) a. Peserta didik dan guru secara bersama menyimpulkan materi yang telah dipelajari (fase 5) b. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari minggu depan (fase 5) I. Media dan Sumber Belajar
Buku Mengkaji ilmu geografi 1 Kelas X SMA LKS (lembar kerja siswa)
J. Penilaian 1. Penilaian kompetensi sikap Penilaian kompetensi sikap menggunakan lembar observasi 2. Penilaian pengetahuan Penilaian pengetahuan menggunakan LKS dan tes secara tertulis 3. Penilaian Keterampilan Penilaian keterampilan menggunakan rubrik penilaian kinerja
Sampara,
92
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (SIKLUS I PERTEMUAN II) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu
: SMA Negeri 1 Sampara : Geografi : X2 / 2 : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi Menganalisis unsur-unsur geosfer B. Kompetensi Dasar Menjelaskan proses pembentukan tanah C. Indikator
Menidentifikasi jenis dan proses pembentukan tanah Menjelaskan erosi tanah Menjelaskan dampak erosi tanah terhadap kehidupan
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menidentifikasi jenis dan proses pembentukan tanah Siswa dapat menjelaskan erosi tanah Siswa dapat menjelaskan dampak erosi tanah terhadap kehidupan
E. Tujuan perbaikan pembelajaran Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi dinamika pedosfer melalui penerapan Problem Based Learning di kelas X2 SMA Negeri Sampara F. Materi Pembelajaran
Dinamika Pedosfer
G. Model Pembelajaran 1. Model pembelajaran Problem Based Learning( PBL) 2. Pendekatan saintific 3. Metode Diskusi kelompok, Tanya jawab
93
H. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Pendahuluan : Orientasi pada masalah a. Guru masuk di kelas langsung memberi salam b. Siswa diatur sesuai tempat duduk masing-masing dan absensi c. Berdoa bersama d. Memberikan motivasi kepada siswa ( fase 1) e. Menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran (fase 1) 2. Kegiatan Inti : Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar a. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah (fase 2) b. Membagi kelompok, Siswa dibagi menjadi 5 kelompok yang masingmasing kelompok berjumlah 8-9 peserta didik. ( fase 2) c. Membagikan LKS kepada masing-masing kelompok yang telah dibentuk dan menjelaskan secara singkat tentang LKS yang telah dibagikan. (fase2) d. Mengorganisasikan siswa untuk belajar, dan tetap berada di dalam kelompok masing-masing serta berdiskusi dengan temannya untuk memecahkan masalah dalam LKS serta bertanya kepada guru jika ada yang tidak di pahami (fase 2 ) Membimbing Penyelidikan Individual Maupun Kelompok (fase 3) a. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah (fase 3 ) b. Mengarahkan kepada tiap-tiap kelompok untuk melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk dalam LKS ( fase 3) c. Membimbing tiap-tiap kelompok dalam memecahkan masalah yang telah disediakan dalam LKS ( fase 3) Mengembangkan Dan Menyajikan Hasil Karya (Fase 4) a. Guru membentu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya (fase 4) b. Meminta tiap-tiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan di depan kelas ( fase 4)
94
c. Kemudian memberikan kepada kelompok yang lain untuk menanggapi hasil diskusi yang telah dipresentasikan ( fase 4) 3. Penutup : Menganalisis Dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah (fase 5 ) a. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan ( fase 5 ) a. Peserta didik dan guru secara bersama menyimpulkan materi yang telah dipelajari (fase 5) b. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari minggu depan (fase 5) I. Media dan Sumber Belajar
Buku Mengkaji ilmu geografi 1 Kelas X SMA LKS (lembar kerja siswa)
J. Penilaian 1. Penilaian kompetensi sikap Penilaian kompetensi sikap menggunakan lembar observasi 2. Penilaian pengetahuan Penilaian pengetahuan menggunakan LKS dan tes secara tertulis 3. Penilaian Keterampilan Penilaian keterampilan menggunakan rubrik penilaian kinerja
Sampara,
95
Lampiran 3
Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan I I. Soal! 1. Sebutkan macam-macam bahan penyusun tanah? 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan definisi tanah? 3. Jelaskan proses terbentuknya tanah? 4. Jelaskan pengertian dari erosi tanah? 5. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan erosi?
96
Kunci Jawaban
1. – bahan mineral – bahan organik – air – udara 2. Tanah merupakan benda alami yang bersifat heterogen yang terbentuk dari partikel-partikel mineral dan organik dan berbagai ukuran 3. Tanah terbentuk dari hasil interkasi factor-faktor pembentuknya yaitu antara iklim dan jasad hidup (organism) terhadap bahan induk tanah yang dipengaruhi oleh tofografi (relief) tempat terbentuknya dan waktu 4. Erosi tanah adalah proses pengikisan atau penghancuran batuan dan selanjutnya dipindahkan ketempat lain oleh tenaga air, angin, atau grafitasi 5. – curah hujan – sifat-sifat tanah – pengaruh lereng – vegetasi – peran manusia
97
Lampiran 4
Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan II I. Soal! 1. Upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam mengurangi dan mencegah kerusakan tanah? 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan: a. tekstur tanah b. struktur tanah 3. Jelaskan pengaruh vegetasi terhadap erosi? 4. Jelaskan apakah tujuan utama dari konversi tanah? 5. Tuliskan usaha apa saja yang dapat dilakukan dalam konversi tanah?
98
Kunci Jawaban
1. Salah satu upayanya adalah dengan melalui konversi tanah, konversi tanah ialah pemeliharaan dan perlindungan tanah dalam rangka mengurangi dan mencegah kerusakan tanah melalui pelestarian 2. a. tekstur tanah adalah perbandingan tingkat kasar atau halusnya tanah berdasarkan banyaknya butiran pasir, debu, dan liat. b. struktur tanah adalah gumpalan kecil dari butiran tanah yang tersusun dari pasir, debu, dan liat. 3. Kerapatan vegetasi penutup lahan dapat menghalangi jatuhnya hujan langsung kepermukaan tanah. Oleh karena itu, kekuatan hujan untuk menghancurkan tanah menjadi berkurang, menghambat aior yang mengalir dipermukaan tetapi memperbanyak air yang meresap ke dalam tanah, membantu penguapan air dalam tanah melalui penguapan oleh vegetasi transfaransi 4. Tujuan utama dari konversi tanah adalah memperoleh tingkat keberlanjutan produksi tanah dengan jalan menjaga laju kehilangan tanah 5. a. metode vegetative adalah konversi tanah dengan memanfaatkan tanaman atau sisa tanaman sebagai media untuk menahan laju erosi b. metode mekanik adalah konversi tanah melalui pengelolaan tanah guna mengurangi banyaknya tanah yang hilang akibat erosi c. metode kimia adalah konversi tanah dengan memberikan bahan-bahan kimia
99
Lampiran 5
Nama
: ………………..
No. Induk
: ……………….
Kelas
: ………………..
Mata Pelajaran
: Geografi
Tes Siklus I
I. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar! 1. Bagaimanakah faktor dan proses pembentukan tanah? 2. Bagaimanakah upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah? 3. Bagaimana sumber energi paling besar dapat berperan dalam proses pembentukan tanah? 4. Proses apa yang harus dilakukan dalam pembentukan tanah? 5. Mengapa kita harus mengetahui jenis-jenis tanah terutama jika kita ingin bercocok tanam?
100
Kunci Jawaban
1. Tersedianya bahan asal atau batuan induk, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi bahan induk. Bahan induk tanah berbeda dengan batuan induk. Bahan induk tanah merupakan bahan hasil pelapukan batuan induk 2. Terlebih dahulu mengetahui mutu tanah yang ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Kesuburan tanah dapat bersifat hakiki dari bagian tubuh tanah yang bersangkutan, dan/atau di imbas oleh keadaan bagian lain dari tanah dan/atau diciptakan pengaruh dari keadaan lain lahan seperti lahan, iklim dan musim. 3. Pada dasarnya tanah berasal dari batuan dan zat organik yang mengalami pelapukan. Berubahnya batuan dan zat organik menjadi butir-butir tanah disebabkan oleh pemanasan matahari pada siang hari dan pendinginan di malam hari, pemadatan dan tekanan pada sisa-sisa zat organik akan mempercepat terbentuknya batuan. 4. Dengan melakukan penghancuran atau pelapukan batuan induk seperti pelapukan mekanik, kimiawi, dan organic maka akan mempercepat terjadinya pembentukan tanah 5. Karena dengan mengetahui perubahan Jenis tanah maka akan menentukan tingkat penyerapan air, kandungan mineral tanah, dan kemampuan akar tumbuhan menembus tanah sehingga kita akan mudah untuk melakukan cocok tanam
101
Lampiran 6 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (SIKLUS II PEREMUAN I) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu
: SMA Negeri 1 Sampara : Geografi : X2 / 2 : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi Menganalisis unsur-unsur geosfer B. Kompetensi Dasar Menjelaskan usaha pelestarian tanah C. Indikator
Mengidentifikasi tingkat kesuburan tanah Menjelaskan usaha pelestarian tanah Mengidentifikasi kelas kemampuan lahan Menjelaskan lahan potensial dan lahan kritis
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu mengidentifikasi tingkatt kesuburan tanah Siswa mampu menjelaskan usaha pelestarian tanah Siswa mampu mengidentifikasi kelas kemampuan lahan Siswa mampu menjelaskan lahan potensial dan lahan kritis
E. Tujuan perbaikan pembelajaran Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi dinamika pedosfer melalui penerapan Problem Based Learning di kelas X2 SMA Negeri Sampara F. Materi Pembelajaran
Dinamika pedosfer
G. Model Pembelajaran 1. Model pembelajaran Problem Based Learning( PBL) 2. Pendekatan saintific 3. Metode Diskusi kelompok, Tanya jawab
102
H. Langkah-langkah Pembelajaran 6. Pendahuluan : Orientasi pada masalah a. Guru masuk di kelas langsung memberi salam b. Siswa diatur sesuai tempat duduk masing-masing dan absensi c. Berdoa bersama d. Memberikan motivasi kepada siswa ( fase 1) e. Menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran (fase 1) 7. Kegiatan Inti : Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar a. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah (fase 2) b. Membagi kelompok, Siswa dibagi menjadi 5 kelompok yang masingmasing kelompok berjumlah 8-9 peserta didik. ( fase 2) c. Membagikan LKS kepada masing-masing kelompok yang telah dibentuk dan menjelaskan secara singkat tentang LKS yang telah dibagikan. (fase2) d. Mengorganisasikan siswa untuk belajar, dan tetap berada di dalam kelompok masing-masing serta berdiskusi dengan temannya untuk memecahkan masalah dalam LKS serta bertanya kepada guru jika ada yang tidak di pahami (fase 2 ) Membimbing Penyelidikan Individual Maupun Kelompok (fase 3) a. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah (fase 3 ) b. Mengarahkan kepada tiap-tiap kelompok untuk melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk dalam LKS ( fase 3) c. Membimbing tiap-tiap kelompok dalam memecahkan masalah yang telah disediakan dalam LKS ( fase 3) Mengembangkan Dan Menyajikan Hasil Karya (Fase 4) a. Guru membentu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya (fase 4) b. Meminta tiap-tiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan di depan kelas ( fase 4)
103
c. Kemudian memberikan kepada kelompok yang lain untuk menanggapi hasil diskusi yang telah dipresentasikan ( fase 4) 8. Penutup : Menganalisis Dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah (fase 5 ) a. Peserta didik dan guru secara bersama menyimpulkan materi yang telah dipelajari (fase 5) b. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari minggu depan (fase 5) I. Media dan Sumber Belajar
Buku Mengkaji ilmu geografi 1 Kelas X SMA LKS (lembar kerja siswa)
J. Penilaian 1. Penilaian kompetensi sikap Penilaian kompetensi sikap menggunakan lembar observasi 2. Penilaian pengetahuan Penilaian pengetahuan menggunakan LKS dan tes secara tertulis 3. Penilaian Keterampilan Penilaian keterampilan menggunakan rubrik penilaian kinerja
Sampara,
104
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (SIKLUS II PEREMUAN II) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu
: SMA Negeri 1 Sampara : Geografi : X2 / 2 : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi Menganalisis unsur-unsur geosfer B. Kompetensi Dasar Menjelaskan usaha pelestarian tanah C. Indikator
Mengidentifikasi tingkatt kesuburan tanah Menjelaskan usaha pelestarian tanah Mengidentifikasi kelas kemampuan lahan Menjelaskan lahan potensial dan lahan kritis
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu mengidentifikasi tingkatt kesuburan tanah Siswa mampu menjelaskan usaha pelestarian tanah Siswa mampu mengidentifikasi kelas kemampuan lahan Siswa mampu menjelaskan lahan potensial dan lahan kritis
E. Tujuan perbaikan pembelajaran Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi dinamika pedosfer melalui penerapan Problem Based Learning di kelas X2 SMA Negeri Sampara F. Materi Pembelajaran
Dinamika pedosfer
G. Model Pembelajaran 1. Model pembelajaran Problem Based Learning( PBL) 2. Pendekatan saintific 3. Metode Diskusi kelompok, Tanya jawab
105
H. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Pendahuluan : Orientasi pada masalah a. Guru masuk di kelas langsung memberi salam b. Siswa diatur sesuai tempat duduk masing-masing dan absensi c. Berdoa bersama d. Memberikan motivasi kepada siswa ( fase 1) e. Menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran (fase 1) 2. Kegiatan Inti : Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar a. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah (fase 2) b. Membagi kelompok, Siswa dibagi menjadi 5 kelompok yang masingmasing kelompok berjumlah 8-9 peserta didik. ( fase 2) c. Membagikan LKS kepada masing-masing kelompok yang telah dibentuk dan menjelaskan secara singkat tentang LKS yang telah dibagikan. (fase2) d. Mengorganisasikan siswa untuk belajar, dan tetap berada di dalam kelompok masing-masing serta berdiskusi dengan temannya untuk memecahkan masalah dalam LKS serta bertanya kepada guru jika ada yang tidak di pahami (fase 2 ) Membimbing Penyelidikan Individual Maupun Kelompok (fase 3) a. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah (fase 3 ) b. Mengarahkan kepada tiap-tiap kelompok untuk melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk dalam LKS ( fase 3) c. Membimbing tiap-tiap kelompok dalam memecahkan masalah yang telah disediakan dalam LKS ( fase 3) Mengembangkan Dan Menyajikan Hasil Karya (Fase 4) a. Guru membentu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya (fase 4) b. Meminta tiap-tiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan di depan kelas ( fase 4)
106
c. Kemudian memberikan kepada kelompok yang lain untuk menanggapi hasil diskusi yang telah dipresentasikan ( fase 4) 3. Penutup : Menganalisis Dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah (fase 5 ) a. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan ( fase 5 ) b. Peserta didik dan guru secara bersama menyimpulkan materi yang telah dipelajari (fase 5) c. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari minggu depan (fase 5) I. Media dan Sumber Belajar
Buku Mengkaji ilmu geografi 1 Kelas X SMA LKS (lembar kerja siswa)
J. Penilaian 1. Penilaian kompetensi sikap Penilaian kompetensi sikap menggunakan lembar observasi 2. Penilaian pengetahuan Penilaian pengetahuan menggunakan LKS dan tes secara tertulis 3. Penilaian Keterampilan Penilaian keterampilan menggunakan rubrik penilaian kinerja
Sampara,
107
Lampiran 7
Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan I I. Soal! 1. Tuliskan tanah yang banyak mengandung humus! 2. Jelaskan pengertian pedosfer? 3. Sebutkan ada berapa jenis mineral tanah? 4. Jelaskan dampak erosi terhadap tingkat kesuburan tanah? 5. Bagaimakah cara memanfaatkan tanah yang baik?
108
Kunci Jawaban
1. Yaitu tanah pada lapisan atas (top soil). Makin ke lapisan bawah makin berkurang kandungan humusnya 2. Lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya dibagian paling atas dari permukaan bumi 3. - Mineral primer langsung berasal dari batuan yang lapuk - Mineral sekunder terdapat pada tanah liat 4. Erosi berdampak langsung terhadap kondisi tanah setempat diantaranya hilangnya lapisan atas atau lapisan olah tanah 5. Dengan menjaga kelestarian tanah dengan melakukan cara yang bijak dengan upaya konservasi dan disesuaikan dengan keperluan tanah
109
Lampiran 8
Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan II I. Soal! 1. Sebutkan beberapa klasifikasi tanah? 2. Apa yang dimaksud dengan pengikisan tanah? 3. Erosi mempunyai dua macam pengaruh terhadap pertanian yaitu pengaruh baik dan pengaruh buruk, jelaskan! 4. Sebutkan dua macam dampak gerak hasil tektonisme! 5. Uraikan macam-macam jenis tanah
110
Kunci Jawaban
1. - Tanah prairie: lingkungan padang rumput, kaya akan mineral, lapisan permukaan gelap, tranah pertanian. - Tanah forest: pelpukan di daerah basah, tropis, rubtropis - Tanah tropikal: daerah panas-sedang, kaya aluminium dan besi bewarna merahkuning, termasuk tanah tak subur. - Tanah organik: tanah lahan basah, berwarna gelap dan kaya dekomposisi materi organic - Tanah desrert: daerah gersang, kaya kalsium karbonat yang dapat membentuk lapisan impermeable - Tanah tundra: lapisan gelap kaya materi organik dan kaya mineral yang menutupi tanah endapan, subur. 2. yaitu penghanyutan tanah oleh kekuatan air (erosi), angin (korosi), air laut (abrasi). Air yang mengalir menimbulkan gesekan terhadap tanah yang dilaluinya. Gesekan itu besar jika kecepatan dan jumlah airnya besar. Gesekan air ini menimbulkan pengikisan 3. a. Pengaruh buruk, apabila tanah yang diangkut oleh erosi lebih banyak dari tanah hasil pelapukan. Hal ini menyebabkan tanah mati atau tandus. b. Pengaruh baik, apabila tanah yang diangkut oleh erosi seimbang dengan tanah hasil pelapukan. Hal ini akan menyebabkan tanah subur 4. - Gerak epirogenetik yang di hasilkan tektonisme adalah gerakan pada lapisan kulit bumi yang dampaknya menyebabkan pengangkatan dan penurunan permukaan bumi yang berlangsung sangat lambat – Gerak orogenetik yang dihasilkan tektonisme adalah gerakkan pada lapisan kulit bumi yang menyebabkan pengangkatan dan penurunan permukaan bumi yang berlangsung relatif cepat 5. a. Tanah Humus, tanah berhumus merupakan tanah yang paling subur. b. Tanah Berpasir, tanah berpasir mudah dilalui air dan mengandung sedikit bahan organik. c. Tanah Liat, tanah ini sangat lengket dan mudah dibentuk ketika basah. d. Tanah Berkapur, tanah ini mengandung bebatuan. Tanah jenis ini sangat mudah dilalui air dan mengandung sedikit sekali humus.
111
Lampiran 9.
Nama
: ………………..
No. Induk
: ……………….
Kelas
: ………………..
Mata Pelajaran
: Geografi
Tes Siklus II
I. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar! 1. Mengapa banyak faktor yang harus terjadi dalam pembentuk tanah? 2. Usaha apa saja yang dilakukan dalam mencegah erosi tanah? 3. Apakah erosi tanah dapat memberikan dampak buruk pada pembentukan tanah? 4. Mengapa tektonisme dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi manusia? 5. Bagaimana proses terjadinya tektonisme?
112
Kunci Jawaban
1. Karena faktor tersebut adalah bagian dari proses pembentukan tanah, sehingga kita akan mengetahui bagaimana tingkat kelayakan dan kesuburan tanah 2. Pertama, lahan pertanian di lereng-lereng gunung dibuat bertingkat-tingkat, kedua, mengadakan tanaman selang-seling yang waktu panennya tidak sama, ketiga, menanami daerah-daerah yang gundul, terakhir, melakukan pembajakan tanah searah dengan kontur 3. Karena dengan adanya erosi tanah, maka lapisan tanah atas yang subur akan rusak dan menjadikan lingkungan alam lainnya ikut rusak sehingga akan menyulitkan pula bagi masyarakat. 4. Karena dampak positifnya akan memberikan kantong- kantong minyak dan gas alam banyak di emukan di lipatan-lipatan dan sesar-sesar batuan yang kondisinya memenuhi syarat, sedangkan dampak negatifnya dapat menimbulkan erosi, longsoran, dan sedimentasi 5. Proses terjadinya tektonisme karena adanya pergerakan, pengangkatan, lipatan dan patahan pada struktur batuan di suatu daerah
113 113
114 114
115 115
116 116
117 117
118 118
119
119
120 120
121 121
122 122
123 123
124 124
125 125
126 126
127
Lampiran 14 HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS I
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Siswa
Nilai
AS AL AR ANN AKB ANH AR ANS CDR DR DW HN GN GS IC INT PJ ND MM TD SN UC JS RSK JHN NRH MD NA MA RI NRA NSN
50 56 80 75 75 80 62.5 30 80 75 56 62.5 75 75 85 62.5 85 80 75 75 37.5 80 70 85 75 80 25 75 78 80 75 65
Keterangan Tuntas Tidak tuntas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
128
33 34 35 36 37 38 39 40 41
MU NR SO SLV RLG MR FRH FF RSI Jumlah Nilai rata-rata % tuntas % tidak tuntas
60 80 75 80 25 75 75 75 75 2876.5 70.14
√ √ √ √ √ √ √ √ √ 27
13
68% 32%
129
Lampiran 15 HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS II
No
Inisial Siswa
Keterangan
Nilai
Tuntas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
AS AL AR ANN AKB ANH AR ANS CDR DR DW HN GN GS IC INT PJ ND MM TD SN UC JS RSK JHN NRH MD NA MA RI NRA NSN
65 75 80 85 80 80 70 75 80 75 80 85 75 80 85 70 95 85 80 75 80 95 75 85 85 90 60 80 75 80 85 75
Tidak Tuntas √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
130
33 34 35 36 37 38 39 40 41
MU NR SO SLV RLG MR FRH FF RSI Jumlah Nilai rata-rata % tuntas % belum tuntas
80 85 80 85 70 75 80 80 80 3255 79.39
√ √ √ √ √ √ √ √ √ 36
5
87% 13%
131
Lampiran 16 Rekapitulasi Aktivitas Guru Dalam KBM Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning Siklus I
No 1 2 3 4
Aspek-aspek Yang Diobservasi
Siklus I Pertemuan KeI II 3,0 3,0 3,0 3,0 2,0 3,0 3,0 3,0
Guru memberi salam, dan mengabsen nama siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Guru memberikan kegiatan apersepsi Guru menyajikan materi berupa penjelasan materi yang akan di ajarkan 5 Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. 3,0 3,0 Setiap kelompok terdiri dari 8-9 orang siswa secara heterogen 6 Guru membagi lembar kerja siswa (LKS) kepada 3,0 3,0 masing-masing kelompok 7 Guru memandu siswa dalam kelompoknya agar 2,0 2,0 melakukan kegiatan sesuai dengan yang diperintahkan dalam LKS 8 Guru membimbing setiap kelompok dalam 2,0 2,0 berdiskusi agar dapat memeecahkan masalah dalam LKS 9 Guru meminta salah satu perwakilan kelompok 3,0 3,0 untuk mempresentasekan hasil kerja di depan kelas 10 Guru memberikan penguatan dan koreksi terhadap 2,0 3,0 seluruh klegiatan pembelajaran 11 Guru melakukan evaluasi dan merefleksi hasil 3,0 3,0 diskusi siswa yang telah dipresentasikan didepan kelas 12 Guru menyimpulkan materi secara singkat 2,0 2,0 mengenai apa yang telah didiskusikan siswa agar mereka lebih memahami dan mendalami serta mengerti apa yang telah mereka pelajari 13 Guru menutup kegiatan pembelajaran serta member 3,0 3,0 salam Rata-rata 2,6 2,7 Keterangan : 1 = Kurang Baik; 2 = Cukup Baik; 3 = Baik; 4 = Sangat Baik
Rata-Rata Siklus I 3,0 3,0 2,5 3,0 3,0
3,0 2,0
2,0
3,0 2,5 3,0
2,0
3,0 2,7
132
Lampiran 17 Rekapitulasi Aktivitas Guru Dalam KBM Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning Siklus II
No 1 2 3 4
Aspek-aspek Yang Diobservasi
Siklus II Pertemuan KeI II 4,0 4,0 3,0 4,0 3,0 3,0 4,0 4,0
Guru memberi salam, dan mengabsen nama siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Guru memberikan kegiatan apersepsi Guru menyajikan materi berupa penjelasan materi yang akan di ajarkan 5 Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. 4,0 4,0 Setiap kelompok terdiri dari 8-9 orang siswa secara heterogen 6 Guru membagi lembar kerja siswa (LKS) kepada 4,0 4,0 masing-masing kelompok 7 Guru memandu siswa dalam kelompoknya agar 3,0 3,0 melakukan kegiatan sesuai dengan yang diperintahkan dalam LKS 8 Guru membimbing setiap kelompok dalam 3,0 3,0 berdiskusi agar dapat memeecahkan masalah dalam LKS 9 Guru meminta salah satu perwakilan kelompok 3,0 4,0 untuk mempresentasekan hasil kerja di depan kelas 10 Guru memberikan penguatan dan koreksi terhadap 3,0 3,0 seluruh klegiatan pembelajaran 11 Guru melakukan evaluasi dan merefleksi hasil 3,0 4,0 diskusi siswa yang telah dipresentasikan didepan kelas 12 Guru menyimpulkan materi secara singkat 3,0 4,0 mengenai apa yang telah didiskusikan siswa agar mereka lebih memahami dan mendalami serta mengerti apa yang telah mereka pelajari 13 Guru menutup kegiatan pembelajaran serta member 4,0 4,0 salam Rata-rata 3,4 3,6 Keterangan : 1 = Kurang Baik; 2 = Cukup Baik; 3 = Baik; 4 = Sangat Baik
Rata-Rata Siklus I 4,0 3,5 3,0 4,0 4,0
4,0 3,0
3,0
3,5 3,0 3,5
3,5
4,0 3,5
133
134
135
Lampiran . Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Guru memberikan apersepsi kepada siswa serta berdoa
Gambar 2. Siswa mendengarkan motivasi yang diberikan oleh guru
Gambar 3. Guru menuliskan tujuan pembelajaran
136
Gambar 4. Guru mejelaskan tujuan pembelajaran
Gambar 5. Guru membagi siswa membentuk kelompok diskusi
Gambar 6. Guru membagikan LKS kepada siswa
137
Gambar 7. Guru membimbing siswa berdiskusi dalam kelompok
Gambar 8. Siswa mengerjakan LKS yang telah dibagikan
Gambar 9. Siswa mempresentasekan hasil kerjanya
138
Gambar 10. Siswa mempresentasekan hasil kerjanya
Gambar 11. Guru melakukan evaluasi hasil belajar siswa
Gambar 12. Guru bersama observer melakukan refleksi