perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STRUKTURAL DENGAN TEKNIK MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SD N JETIS 04 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011
(Penelitian Tindakan Kelas)
SKRIPSI
Oleh HUDZAIFAH NOOR K7107006
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STRUKTURAL DENGAN TEKNIK MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SD N JETIS 04 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh : HUDZAIFAH NOOR K7107006
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Dalam Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Dengan Teknik Make A Match pada Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011
Oleh
:
Nama
: Hudzaifah Noor
NIM
: K7107006
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada Hari
:
Tanggal
:
Persetujuan Pembimbing
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Hudzaifah Noor. Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Dalam Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Dengan Teknik Make A Match pada Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei, 2011. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk meningkatkan kemampuan materi pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD N 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011, (2) Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika dalam kemampuan materi pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD N 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan model siklus. Tiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Siklus I terdiri atas 2 pertemuan, begitu juga dengan siklus II juga terdiri atas 2 pertemuan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan teknik observasi, dokumentasi dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan melakukan deskripsi secara kualitatif. Pada penelitian ini, guru melaksanakan pembelajaran dan peneliti berperan sebagai pengamat. Sumber data yang digunakan berupa tes, dokumentasi dan observasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan kemampuan materi pecahan dalam matematika dan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam penguasaan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rerata siswa 49,71 dengan persentase ketuntasan klasikal 7,14%, siklus I nilai rerata kelas mencapai 72,78 dengan persentase ketuntasan klasikal 64,28% dan siklus II nilai rerata siswa mencapai 81,64 dengan persentase ketuntasan klasikal 78,57%. Selain itu, kualitas proses pembelajaran juga mengalami peningkatan, yaitu dengan ditunjukkan dengan peningkatan kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Yaitu pada kondisi awal rerata kinerja guru sebesar 1,92, siklus I rerata kinerja guru sebesar 2,91 dan pada siklus II meningkat menjadi 3,75. Sedangkan rerata aktivitas siswa pada kondisi awal sebesar 2,42 kemudian siklus I sebesar 3,28 dan meningkat menjadi 4,49 pada siklus II. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match mampu meningkatkan kemampuan materi pecahan siswa dan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam penguasaan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Hudzaifah Noor. Increasing Fraction Of Material Ability in Math From Using Cooperative Learning Model of Structural Tipe Make A Match Tecnique For Students 5TH Elementary School of SD N JETIS 04 SUKOHARJO in Academic Year 2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret Surakarta, May, 2011. The Purpose of this research is (1) to increase the ability of the material fractions by using models of cooperative learning struktural tipe make a match tecnique for childrens 5TH elementary school of SD N Jetis 04 Sukoharjo in academic year 2010/2011, (2) for increase the quality of the learning process of mathematics in the mastery of fractions by using a model of cooperative learning techniques make a match for childrens 5TH elementary school of SD N Jetis 04 Sukoharjo in academic year 2010/2011. The shape of this research is Class Action Research with cycles model. Each cycle consists of planning, implementation, observation, and reflection. The study consisted of 2 cycles. Cycle I consists of two meetings, as well as the second cycle also consists of two meetings. Techniques of data collection is carried out with the technique of observation, documentation and testing. Data analysis technique used is to conduct a qualitative description. In this study, teachers carry out teaching and research role as observer. Sources of data used in the form of tests, documentation and observation. The results of this study indicate that the model of cooperative learning techniques make a match to improve the ability of the material fractions in mathematics and to improve the quality of the learning process in students 5TH elementary school of SD N Jetis 04 Sukoharjo in Academic Year 2010/2011. This is evident in the initial conditions prior to the act of a mean value of 49.71 students with classical completeness percentage 7,14%, first cycle average value of 72,78 with a percentage grade achieved mastery classical cycle II 64.28% and the average value of students reached 81, 64 with 78.57% percentage of classical completeness. In addition, the quality of the learning process is also increasing, which is indicated by improved performance by teachers and students in learning activities. Teacher performance in initial conditions by 1,92. And than in cycle I mean the performance of teachers amounted to 2.91 and on the second cycle increases to 3.75. While the average student activity in the initial coditions by 2,42 and than the first cycle of 3.28 increased to 4.49 on the second cycle. Thus, it can be concluded that learning math by using the model of cooperative learning of make a match techniques is able to improve students 'fraction material and can improve the quality of the learning process in students 5TH elementary school of SD N Jetis 04 Sukoharjo in Academic Year 2010/2011.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua. (Aristoteles) Ketergesaan dalam setiap usaha membawa kegagalan. (Herodotus ) Hitung dan pertimbangkanlah suatu keputusan, sebelum kamu menyesal dan menangisi keputusanmu itu. (penulis)
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan Menyebut Nama Allah SWT teriring doa dan ungkapan syukur Alhamdulillah, Kupersembahkan karya sederhana ini kepada :
Pembaca pada umumnya Semoga karya ini bermanfaat dan memberikan wawasan dan pengetahuan yang positif
Segenap Keluarga Besar PGSD FKIP UNS Tempatku menimba ilmu kependidikan
Segenap keluarga besar SD N Jetis 04 Sukoharjo
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan Judul “Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Dalam Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Dengan Teknik Make A Match Pada Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011” ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengalami beberapa hambatan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada : 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Rusdiana Indianto.M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Prof. Dr. St. Y. Slamet, M. Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan proposal ini. 5. Drs. Sutijan, M. Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan dorongan, semangat dan bimbingan dalam penyusunan proposal ini. 6. Keluarga besar SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam penelitian. 7. Serta pihak-pihak terkait yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami. Surakarta, Juni 2011 Penulis commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iii ABSTRAK ..........................................................................................................iv ABSTRACT ........................................................................................................v HALAMAN MOTTO .........................................................................................vi HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................vii KATA PENGANTAR ........................................................................................viii DAFTAR ISI .......................................................................................................ix DAFTAR TABEL ...............................................................................................xii DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................................1 B. Perumusan Masalah ..............................................................................4 C. Tujuan Penelitian ..................................................................................5 D. Manfaat Penelitian ................................................................................5 BAB II. KAJIAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ..........................................................................................6 1. Hakekat Kemampuan Materi Pecahan Dalam Matematika .............6 a. Pengertian Kemampuan...............................................................6 b. Pengertan Matematika .................................................................6 c. Pengertian Pecahan ......................................................................8 d. Macam-macam Pecahan ..............................................................10 e. Perkalian Berbagai Bentuk Pecahan ............................................11 f. Pembagian Berbagai Bentuk Pecahan .........................................12 2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match ...15 a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ...............................15 commit to user b. Elemen Pembelajaran Kooperatif ................................................16
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif .................................................17 d. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif ..............................17 e. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif .................................18 f. Metode Pembelajaran kooperatif .................................................19 g. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif ................20 h. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match.......21 i. Langkah Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match..........21 j. Keungulan dan Kelemahan Teknik Make a Match .....................23 k. Penerapan Teknik Make A Match Dalam Matematika ...............24 l. Pengertian Pembelajaran .............................................................24 m. Pembelajaran Yang Berkualitas ..................................................25 B. Penelitian Yang Relevan .......................................................................29 C. Kerangka Berpikir .................................................................................30 D. Hipotesis ...............................................................................................32 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Jadwal Penelitian ..............................................................33 1. Tempat Penelitian.............................................................................33 2. Jadwal Penelitian ..............................................................................33 B. Metode Penelitian .................................................................................34 C. Bentuk Penelitian ..................................................................................34 D. Subjek Penelitian ..................................................................................37 E. Sumber Data..........................................................................................37 F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................37 G. Validitas Data........................................................................................39 H. Teknik Analisis Data.............................................................................40 I. Indikator Kinerja ...................................................................................41 J. Prosedur Penelitian ...............................................................................41 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................................45 B. Deskripsi Kondisi Awal ........................................................................46 commit to user C. Deskripsi Permasalahan Penelitian .......................................................48
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Temuan dan Pembahasan Hasil penelitian ...........................................69 BAB V. KESIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ...........................................................................................81 B. Implikasi ...............................................................................................83 C. Saran .....................................................................................................84 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................85 LAMPIRAN ........................................................................................................87
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif .........................................18 Tabel 2. Jadwal Penelitian.................................................................................34 Tabel 3. Daftar Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V Pada Kondisi awal........................................................................................46 Tabel 4. Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Kondisi Awal ............................................................47 Tabel 5. Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V Pertemuan 1 Siklus I ...............................................................................................56 Tabel 6. Data Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada Pertemuan 2 Siklus I .................................................................................................57 Tabel 7. Data Perkembangan Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada Siklus I .................................................................................................59 Tabel 8. Data Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada Pertemuan 1 Siklus II ................................................................................................66 Tabel 9. Data Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada Pertemuan 2 Siklus II ................................................................................................67 Tabel 10. Data Perkembangan Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada Siklus II ................................................................................................68 Tabel 11. Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Kondisi Awal ...........................................................69 Tabel 12. Data Frekuensi Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus I .........................................................70 Tabel 13. Data Frekwensi Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus II ........................................................72 Tabel 14. Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun pelajaran 2010/2011 .........73 Tabel 15. Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Kondisi Awal ..............................................................................74 commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 16. Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus I ...........75 Tabel 17. Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus II ..........75 Tabel 18. Rekapitulasi Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011................................................75 Tabel 19. Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus I .......78 Tabel 20. Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus II .....78 Tabel 21. Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 .................................................................79
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir ...............................................................31 Gambar 2. Diagram Langkah Pelaksanaan Penelitian ......................................36 Gambar 3. Komponen Analisis Data ................................................................41 Gambar 4. Grafik Nilai Prasiklus ( kondisi awal ) Kemampuan Materi Pecahan siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo ...........................47 Gambar 5. Grafik Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pada Pertemuan 1 Siklus I ............................................................................................56 Gambar 6. Grafik Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pada Pertemuan 2 Siklus I ............................................................................................58 Gambar 7. Grafik Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pada Pertemuan 1 Siklus II ...........................................................................................66 Gambar 8. Grafik Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pada Pertemuan 2 Siklus II ...........................................................................................67 Gambar 9. Grafik Nilai Prasiklus ( kondisi awal ) Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo ..........................70 Gambar 10. Grafik Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 ....................71 Gambar 11 Grafik Nilai Kemampuan Materi Pecahan. Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Siklus II ..........................................72 Gambar 12. Grafik Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 .....73 Gambar 13. Grafik Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Kondisi Awal .......................................................74 Gambar 14. Grafik Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Siklus I .................................................................75 Gambar 15. Grafik Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Siklus II ................................................................76 Gambar 16. Grafik Kinerja daan Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 commit to user Sukoharjo ......................................................................................77 xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 17. Grafik Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus I ...................................................................................78 Gambar 18. Grafik Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus II..................................................................................79 Gambar 19. Grafik Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 ...........................................79 Gambar 20. Siswa Mencoba Menemukan Jawaban dari Kartu Soal Yang Diberikan Oleh Guru ......................................................................176 Gambar 21. Siswa Berhasil Menemukan Pasangan Dari Kartu Soal / Kartu Jawaban ................................................................................176 Gambar 22. Siswa Yang Berhasil Menemukan Pasangan Dari Kartu Soal / Dari Kartu Jawabannya Melapor Pada Guru ..................................177 Gamabr 23. Siswa Berdiskusi Dengan Pasangannya Mengenai Penyelesaian Dari Kartu Soal/Kartu Jawaban Yang Di Dapatnya .......................177 Gambar 24. Siswa Berdiskusi Dengan Pasangannya Mengenai Penyelesaian Dari Kartu Soal/Kartu Jawaban Yang Di Dapatnya .......................178 Gambar 25. Siswa Beserta Pasangannya Mempresentasikan Hasil Diskusi.......178 Gamabr 26. Siswa Memperhatikan Presentasi Dari Pasangan Siswa Yang Lain ........................................................................................179 Gambar 27. Guru Memberikan Reward Pada Siswa Yang Berhasil Menyelesaikan Tugas Dengan Baik ................................................179 Gambar 28. Siswa Mengajukan Pertanyaan Kepada Guru .................................180 Gambar 29. Siswa Mencatat Hasil Presentasi Dari Semua Siswa ......................180
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus ..........................................................................................80 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I.................................82 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...............................96 Lampiran 4. Pedoman Wawancara Guru Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match ................110 Lampiran 5. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Kondisi Awal (pertemuan 1) ..................................................................................113 Lampiran 6. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Kondisi Awal (pertemuan 2) ..................................................................................116 Lampiran 7. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 1 Siklus I .................119 Lampiran 8. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 2 Siklus I .................122 Lampiran 9. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 1 Siklus II ................125 Lampiran 10. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 2 Siklus II ..............128 Lampiran 11. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kondisi Awal (Pertemuan 1) .................................................................................131 Lampiran 12 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kondisi Awal (pertemuan 2) .................................................................................135 Lampiran 13. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Pertemuan 1 Siklus I .....................................................................140 Lampiran 14. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Pertemuan 2 Siklus I ..................................................................... I44 Lampiran 15. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Pertemuan 1 Siklus II ....................................................................148 Lampiran 16. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Pertemuan 2 Siklus II ....................................................................152 Lampiran 17. Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 ......................................................156 Lampiran 18. Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 ......................................................158 Lampiran 19. Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 .....................................................160 commit to user Lampiran 20. Evaluasi Siklus II Pertemuan 2 .....................................................162 xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 21. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Kondisi Awal Tanpa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match ...............................................................................164 Lampiran 22. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pertemuan 1 Siklus I Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match ..................................................................165 Lampiran 23. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pertemuan 2 Siklus I Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match ..................................................................166 Lampiran 24. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Siklus I Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match ..................................................................167 Lampiran 25. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pertemuan 1 Siklus II Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match ..................................................................168 Lampiran 26. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Pertemuan 2 Siklus II Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match ..................................................................169 Lampiran 27. Perolehan Nilai Kemampuan Pecahan Siswa Siklus II Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match ..................................................................170
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sebagaimana yang tercantum pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Pengajaran ditujukan untuk mengembangkan sumber daya manusia berkualitas sebagai generasi penerus bangsa. Ada banyak faktor pendukung untuk keberhasilan suatu proses pendidikan, misalnya kurikulum yang solit, tenaga pendidik yang profesional, sarana pendidikan yang lengkap, suasana belajar yang tenang, tingkat intelegensi siswa yang diatas ratarata dan lain-lain (http://www.psb-psma.org/). Guru sebagai tenaga pendidik harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran supaya tujuan dari pembelajaran dapat dicapai, mulai dari perencanaan pembelajaran sampai evaluasi. Dalam perencanaan yang baik, guru harus pandai memilih dan menentukan model, teknik serta metode yang sesuai dengan karakteristik pelajaran. Ketepatan pemilihan model, teknik serta metode yang digunakan, akan membawa dampak positif terhadap kualitas pembelajaran, terutama untuk pelajaran yang dirasa sulit bagi siswa seperti mata pelajaran matematika. Selama ini matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit yang harus dipelajari oleh setiap siswa, karena matematika adalah sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari- hari. Oleh karena itu, kesulitan belajar matematika harus diatasi sedini mungkin, jika tidak siswa akan mengalami berbagai masalah karena hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai.
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 Dewasa ini, guru dituntut lebih kreatif dan inovatif untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara maksimal dan turut berpartisipasinya siswa dalam pembelajaran adalah satu dari berbagai aspek yang dituntut dalam suatu pembelajaran. Walaupun demikian, tidak jarang masih dijumpai guru yang masih mempertahankan cara lama dalam pembelajarannya, yaitu dengan tetap setia pada model pembelajaran konvensional atau ceramah. Misalnya pada mata pelajaran matematika, biasanya guru menjelaskan materi secara panjang lebar dan siswa hanya mendengarkannya. Jadi, pembelajaran hanya terjadi satu arah saja yaitu dari guru ke siswa. Padahal banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran matematika di antaranya dengan model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kuantum, model pembelajaran terpadu, dan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Fenomena mendarahdagingnya model pembelajaran konvensional (ceramah) juga terjadi di SD N Jetis 04 Sukoharjo. Berdasarkan wawancara penulis dengan guru kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo mengenai pembelajaran matematika di SD tersebut terutama materi pecahan, ternyata kemampuan materi pecahan para siswa rendah. Dari 14 siswa di kelas tersebut, hanya seorang siswa yang mampu mencapai KKM (70) dan rerata kelas hanya mencapai 49,71. Untuk identifikasi lebih lanjut, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa SD tersebut mengenai pembelajaran matematika yang diajarkan guru selama ini. Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa para siswa kurang termotivasi mengikuti pembelajaran menulis karena pembelajaran yang diberikan guru selama ini masih bersifat konvensional dan berjalan secara monoton tanpa ada variasi metode dan teknik pembelajaran yang diberikan. Menurut mereka, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan guru selama ini kurang inovatif karena dalam kegiatan pembelajaran guru menggunakan metode ceramah saja, sedangkan siswa disuruh mengerjakan soal yang terdapat dalam buku teks yang dimiliki guru atau lembar kerja siswa (LKS). Oleh sebab itulah, pembelajaran menulis di kelas selama ini dirasakan membosankan atau menjenuhkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 Dari hasil ulangan dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai 70 ke atas hanya berjumlah 1 orang, sedangkan sisanya sebanyak 13 siswa mendapat nilai 50 ke bawah. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah nilai 15. Berdasarkan hal ini dapat diketahui bahwa siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar hanya seorang siswa sedangkan yang lain (sebanyak 13 siswa) belum mencapai ketuntasan belajar. Hal ini dapat memperkuat bukti bahwa kemampuan materi pecahan siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan materi pecahan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran, kurangnya penggunaan media pembelajaran, rendahnya kreatifitas guru untuk menciptakan inovasi-inovasi penggunaan
model-model
pembelajaran,
tidak
tepatnya
pemilihan
metode
pembelajaran, lingkungan sekolah yang kurang kondusif, teknik penilaian yang tidak tepat, soal tes yang kurang valid serta keadaan jasmani dan rohani siswa yang kurang mendukung. Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah diungkapkan di atas terkait dengan rendahnya kemampuan materi pecahan siswa, peneliti bersama guru berdiskusi untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran materi pecahan dalam matematika pada siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo. Dari diskusi tersebut diharapkan mampu meningkatkan kemampuan materi pecahan siswa, yakni guru harus menerapkan teknik pembelajaran yang berbeda dari teknik sebelumnya. Lebih lanjut, guru dan peneliti menemukan satu tindakan dari penjabaran
teknik
pembelajaran yang sebelumnya telah dibicarakan. Penerapan tindakan ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan materi pecahan siswa. Tindakan yang dimaksud adalah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match ini, pembelajaran akan lebih menyenangkan dan siswa lebih antusias untuk mengikuti pembelajaran, sehingga siswa akan lebih memahami materi pelajaran, lebih aktif dalam pembelajaran sehingga kemampuan materi pecahan dan kualitas pembelajaran matematika akan meningkat juga. Hal ini karena model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match commit to user bersifat seperti permainan sehingga siswa tidak akan merasa terbebani dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 pembelajaran seperti pembelajaran-pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Dengan demikian, model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai alternatif guna meningkatkan kemampuan materi pecahan, khususnya pada siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo. Dan dalam penelitian ini penulis menetapkan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN MATERI PECAHAN DALAM MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STRUKTURAL DENGAN TEKNIK MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SD N JETIS 04 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011” sebagai judul dalam penelitian ini. Agar penelitian ini terarah pada masalah yang diteliti, maka penelitian ini peneliti membatasi pada tiga aspek, yaitu: masalah yang diteliti adalah kemampuan materi pecahan dalam matematika, model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match, dan siswa yang diteliti adalah siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 berjumlah 14 siswa. B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah penulis sampaikan sebelumnya, maka rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. “Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match dapat meningkatkan kemampuan materi pecahan pada siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011?”. 2. “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika dalam kemampuan materi pecahan pada siswa V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011?”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. untuk meningkatkan kemampuan materi pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD N 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika dalam kemampuan materi pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD N 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai alternatif dalam mengembangkan kemampuan mengajar matematika pada materi pecahan. Secara rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut ini. 1. Manfaat teoritis a. Penelitian ini disusun dengan harapan dapat menjadi acuan bagi penelitian yang terkait di masa yang akan datang. b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dalan mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai peningkatan kemampuan penguasaan materi pecahan dalam matematika. 2. Manfaat praktis a. Bagi siswa, yaitu sebagai berikut: Meningkatnya kemampuan materi pecahan dalam matematika. b. Bagi guru, yaitu sebagai berikut: Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengajar matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. c. Bagi sekolah, yaitu: Hasil penelitian ini sebagai sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan kualitas proses pembelajaran matematika dalam kemampuan materi pecahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Hakikat Kemampuan Materi Pecahan Dalam Matematika a. Pengertian Kemampuan Menurut Robbins dalam http://digilib.petra.ac.id/ , 23 Maret 2011, kemampuan adalah kecakapan atau potensi menguasai hal tertentu. Kemampuan tersebut terdiri dari kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Selain itu, menurut Davis http://digilib.petra.ac.id/, 23 Maret 2011 kemampuan terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan reality yaitu pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan
pengertian
tersebut
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
kemampuan adalah kecakapan atau kesanggupan seseorang dalam melakukan atau menguasai suatu hal tertentu. b. Pengertian Matematika Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2007: 1), matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil. Senada dengan pendapat tersebut, menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurahman (2003: 252), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. James dan James dalam Idarufaidah (http://blog.math.uny.ac.id/, 17 Maret 2011) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 Menurut Roberte., Reys., Marilyn, N., Suydam, Mary M., Lindquist., Nancy, L., & Smith (1996: 2), mathematics is a study of patterns and relationships. Children need to become aware of recurring ideas and of relationship and adeas procide a unifying thread troughout the curriculum, because each topic is interwoven with others thst hsve preceded it. Childrens must come to see how one idea is like or unlike others already learned. Matematika adalah studi tentang pola dan hubungan, para anak-anak (siswa) perlu menyadari gagasan ide yang berulang dan berhubungan dalam sebuah satuan kurikulum. Menurut Lerner dalam Mulyono Abdurahman (2003:252), matematika adalah bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide-ide mengenai elemen dan kuantitas. Sedangkan menurut Kline dalam Mulyono Abdurahman (2003: 252), matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. Menurut Reys dalam Erman Suherman dan Udin S. Winataputra (1992:120) matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Sedangkan menurut Paling dalam Mulyono Abdurahman (2003: 252) matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang terpenting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan. Seiring dengan pendapat tersebut, menurut Johnson dan Rising dalam Erman Suherman dan Udin S. Winataputera (1992: 120) adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik. Dari pendapat para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah bahasa simbol, pola berpikir dan bahasa universal yang memiliki objek tujuan abstrak yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide-ide untuk memecahkan masalah yang dihadapi manusia. Dengan mempelajari matematika berarti kita telah menyiapkan diri untuk menghadapi berbagai keadaan dan masalah yang ada di kehidupan sehari-hari. Hal to user ini karena matematika memberikancommit kontribusi yang besar pada kita sebagai manusia
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 yang tidak lepas dari berbagai permasalahan dalam keseharian. Matematika juga sebagai ilmu yang menjadi dasar dari perkembangan ilmu yang lainnya. Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika adalah dasar terbentuknya matematika. Menurut Nyimas Aisyah ( 2007: 1-5), tujuan matematika di Sekolah Dasar adalah agar siswa memiliki 5 kemampuan: 1). Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2). Menggunakan penalaran pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3). Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4). Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5). Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu mempunyai rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. c. Pengertian Pecahan Menurut ST. Negoro dan Harahap (1998: 160), pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda, atau bagian dari suatu himpunan. Senada dengan pendapat di atas, Muchtar A. Karim (1998:6.4) mengemukakan bahwa pecahan adalah perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari sutau benda atau himpunan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu himpunan terhadap himpunan semula. Maksud dari “perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu benda” yaitu apabila suatu benda dibagi menjadi beberapa bagian yang sama, maka perbandingan itu menciptakan lambang dasar suatu pecahan. Sedangkan maksud dari “himpunan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu himpunan semula” adalah sutu himpunan dibagi atas himpunan bagian yang sama, maka perbandingan setiap himpunan bagian yang sama itu terhadap keseluruhan himpunan semula akan menciptakan lambang dasar suatu pecahan. Menurut Sulis Sutrisna (2006: 14), pecahan adalah sesuatu yang tidak utuh, yang mempunyai jumlah kurang atau lebih utuh. Seiring dengan pendapat tersebut, Heruman (2008: 1) mengemukakancommit bahwato pecahan dapat diartikan sebagai bagian user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 dari sesuatu yang utuh. Misalnya dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Sedangkan bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai penyebut. Seiring dengan pendapat di atas, Riedesel, Scwartz dan Clement (1996: 218) mengemukakan bahwa a fraction consists of an ordered pair of integers symbolized by a/b or more conventionally, by
a in which the first or top integer is called the b
numerator and the second or bottom integer is called the denominator. Selaras dengan pendapat di atas, John Bird (2004: 6) mengemukakan bahwa ketika 2 dibagi dengan 3, kita dapat menulisnya dengan 2 atau 2/3. 3
2 3
disebut
pecahan. Bilangan 2 di atas garis disebut pembilang dan bilangan 3 di bawah garis disebut penyebut. Jika nilai pembilang lebih kecil daripada nilai penyebut, pecahan itu disebut pecahan wajar (proper fraction). Sedangkan jika pembilang lebih besar dari penyebut maka pecahan itu disebut pecahan tidak wajar (improper fraction), misalnya pada bilangan 7/3. Pecahan tidak wajar disebut juga pecahan campuran. Dengan demikian, bilangan pecahan tidak wajar 7/3 sama dengan bilangan pecahan campuran 2
1. 3
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari himpunan, yang merupakan perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari sesuatu yang tidak utuh yang mempunyai jumlah kurang atau lebih dari utuh yang dilambangkan dengan a/b atau a , a disebut dengan pembilang dan b disebut penyebut, a dan b b
merupakan bilangan bulat dengan b = 0.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 d. Macam-Macam Pecahan Berbagai macam pecahan adalah sebagai berikut ini: 1) Pecahan biasa Menurut Y. D. Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin (2008: 107), pecahan biasa yaitu bilangan pecahan yang terdiri dari pembilang dan penyebut saja. Misalnya pada bilangan pecahan 3/4, 2/5, 1/3 dan sebagainya. Senada
dengan
pendapat
tersebut,
Sulis
Sutrisna
(2006:
15)
mengemukakan, pecahan biasa adalah pecahan yang dapat dinyatakan dengan pembilang per penyebut. Bilangan pecahan biasa disebut dengan bilangan pecahan murni. Contohnya 1/3, 2/3, 7/3, dan sebagainya. Sedangkan pecahan campuran adalah bilangan pecahan yang terdiri dari bilangan utuh ditambah pembilang per penyebut. Contohnya 2 1 , 5 5 ,dan seterusnya. 3
7
2). Desimal Menurut Y. D. Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin (2008: 107), sistem bilangan desimal didasarkan pada bilangan 0 hingga 9. Bilangan seperti 53,17 disebut dengan pecahan desimal. Semua koma desimal memisahkan bagian bilangan bulat, yaitu 53 dari bagian pecahan yaitu 0,17. Sedangkan menurut Sulis Sutrisna (2006: 16), pecahan desimal adalah bilangan pecahan yang diperoleh dari hasil pembagian suatu bilangan dengan bilangan sepuluh, seratus, seribu, dan seterusnya. Contohnya
25 100
jika dinyatakan dalam pecahan desimal menjadi 0,25.
3). Persentase (persen) Menurut Sulis Sutrisna (2006: 16), persen mempunyai arti per seratus atau dibagi seratus. Jadi bilangan persen adalah suatu bilangan yang dibagi dengan seratus dan dilambangkan dengan %. Seiring pendapat Sulis Sutrisna tersebut, Aksin Nur (2008: 108) mengungkapkan bahwa persentase digunakan untuk menyatakan suatu standar yang umum dan merupakan pecahan dengan penyebut 100. Sebagai contoh, 25 persen berarti 25 atau dapat ditulis dengan 25 %. 100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 e. Perkalian Berbagai Bentuk Pecahan 1). Perkalian Pecahan Biasa Perkalian adalah penjumlahan berulang. 1 1 1 1 = + + 2 2 2 2 3 = 2 Dalam Y. D. Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin (2008: 109), langkah-
3x
langkah mengalikan dua pecahan (pecahan biasa atau campuran) atau lebih sebagai berikut. a). Ubahlah pecahan yang dikalikan ke bentuk pecahan biasa. b). Kalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. 1x 5 3 7
=
1x5 3 x7
= 5 21
4x
2 4 2 = x 3 1 3 4 x2 = 1x3 8 = 3 2 =2 3
2). Perkalian Pecahan Desimal Perkalian pecahan desimal sama mudahnya dengan perkalian bilangan cacah. Menurut (Y. D. Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin 2008: 109) cara mengalikan pecahan desimal ada dua cara, yaitu: a) mengubah ke pecahan biasa dahulu, kemudian dikalikan, b) langsung mengalikan pecahan desimal. 4 12 x 10 10 48 = 100 = 0,48
Contoh: 0,4 x 1,2 =
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 3). Perkalian berbagai bentuk pecahan Langkah-langkah mengalikan berbagai bentuk pecahan menurut (Y. D. Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin (2008:110) adalah sebagai berikut. a) Mengubah ke pecahan yang sejenis (ke bentuk pecahan biasa atau bentuk desimal semua). b) Mengalikan pecahan-pecahan tersebut. Contoh: 0,12 x
5 12 5 = x 6 10 6 60 = 60 =1
15% x 2,4 = 0,15 x 2,4 = 0,36 20% x 1
7 20 15 = x 8 100 8 300 = 800 3 = 8
f. Pembagian Berbagai Bentuk Pecahan 1). Pembagian Pecahan Biasa Pembagian pecahan biasa dikerjakan dengan mengalikan dengan kebalikan bilangan pembaginya. Contohnya sebagai berikut ini.
3 3 5 : = 4 5 4 7 7 3 = 4 x1 5 7 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
=
=
= = = =
3 4x 5 7 3x7 4 x5 5 x7 7 x5 3 x7 4 x5 1 3 x 4 3 x7 4 x5 21 20
7 5 7 5
7 5
Atau 3 5 3 7 : sama dengan x 4 7 4 5
2). Pembagian Pecahan Desimal Dalam Y. D. Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin (2008: 110), pembagian pecahan desimal sama mudahnya dengan perkalian pecahan desimal. Pembagian pecahan desimal dapat dilakukan dengan mengubah pecahan desimal menjadi pecahan biasa terlebih dahulu kemudian dikalikan dengan kebalikan dari pembaginya. Contoh: 36 3 : 10 10 36 10 = x 3 10 36x10 = 10x3 36 = 3 = 12
3,6 : 0,3 =
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 3). Pembagian Berbagai Bentuk Pecahan Pada pembagian berbagai bentuk pecahan, langkah-langkahnya seperti pada perkalian berbagai bentuk pecahan. Adapun langkah-langkahnya menurut Y. D. Sumanto., Heny Kusumawati & Nur Aksin (2008: 111) adalah sebagai berikut ini. a) Mengubah seluruh pecahan yang dioperasikan ke bentuk pecahan yang sejenis (mengubah ke bentuk pecahan biasa atau desimal semua). b) Membagi pecahan-pecahan tersebut. Contoh: 0,75 :
3 75 = : 8 100 75 = x 100 600 = 300
3 8 8 3
Dari berbagai definisi mengenai kemampuan , matematika, materi pecahan yang telah penulis jabarkan sebelumnya, maka dapat disintesiskan bahwa hakikat kemampuan materi pecahan dalam matematika adalah adalah sebuah kecakapan atau kesanggupan seseorang dalam memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ideide untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam materi pecahan yang meliputi hal-hal yang berkenaan dengan bentuk-bentuk pecahan yang terdiri dari pecahan biasa, pecahan campuran, pecahan desimal, dan pecahan persen yang meliputi operasi perkalian dan pembagian berbagai bentuk pecahan. Kemampuan materi pecahan pada siswa merupakan suatu bentuk kecakapan dan kesanggupan siswa dalam memikirkan, menguasai, mengkomunikasikan, dan memecahkan masalah yang berkenaan dengan
materi pecahan yang meliputi materi bentuk-bentuk
pecahan, materi pengubahan suatu pecahan ke bentuk pecahan lain, serta berbagai operasi dalam pecahan termasuk di dalamnya operasi perkalian dan pembagian berbagai bentuk pecahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Struktural Dengan Teknik Make A Match a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Toeti Sukamto dan Udin Saripudin Winataputera dalam Anton Sukarno (2006: 1440), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang, pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan belajar mengajar. Senada dengan pendapat tersebut, Arends dalam Trianto (2007: 4) mengemukakan, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Menurut Slavin dalam Isjoni (2010: 22), “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the theacher”, dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat orang, secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta siswa lebih bergairah dalam belajar. Selaras dengan pendapat tersebut, menurut Johnson dalam Isjoni dan Mohd. Arif Ismail (2008: 150), pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Anita Lie dalam Isjoni dan Mohd. Arif Ismail (2008: 150) menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu kelompok pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Senada dengan pendapat Anita Lie, Sugiyanto (2009: 37) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 Menurut Johnson & Johnson dalam Isjoni dan Mohd. Arif Ismail (2008: 152) pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompokkelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang berkelompok, sama dengan pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Senada dengan pendapat tersebut, Sunal dan Hans dalam Isjoni (2010: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberikan dorongan pada siswa agar bekerja sama selama pembelajaran. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara membentuk berkelompok-kelompok kecil, dalam proses pembelajaran anggota kelompok bekerja sama dengan anggota kelompok yang lain dalam tugas-tugas yang terstruktur sehingga setiap siswa mendapatkan pengalaman yang sama. Hal ini didasarkan pada manusia yang memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta masa depan yang berbedabeda. Dengan perbedaan itulah manusia dapat saling asah, asih dan asuh atau dengan kata lain saling mencerdaskan. b. Elemen Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran
kooperatif
merupakan
model
pembelajaran
yang
mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. elemen pembelajaran kooperatif menurut Lie dalam Sugiyanto (2009: 40) adalah sebagai berikut. 1). Saling ketergantungan positif Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan ketergantungan positif, yang meliputi saling ketergantungan dalam mencapai tujuan, saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, dan saling ketergantungan hadiah. 2). Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka akan memaksa siswa untuk saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka saling berdialog. Interaksi tersebut sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari teman sebaya. 3). Akuntabilitas individual Pembelajaran kooperatif menampilkan commit to userwujud dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan. Penilaian kelompok didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual. 4). Keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan sosial, akan memperoleh teguran dari guru dan sesama siswa. c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Adapun tujuan dari pembelajaran kooperatif menurut Agus Suprijono (2010: 54) adalah sebagai berikut ini. 1). Hasil belajar akademik, yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit. 2). Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang. 3). Pengembangan keterampilan sosial, yaitu untuk mengembangkan
keterampilan
sosial siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok. d. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Lungdren dalam Isjoni (2010: 16) sebagai berikut: 1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”. 2.
Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok. 5. Para siswa diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. 6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. 7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual meteri yang ditangani dalam kelompok kooperatif. e. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif Fase-fase model pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Fase-fase model pembelajaran kooperatif Fase Indikator Aktivitas Guru 1 Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang memotivasi siswa ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan 3 Mengorganisasikan siswa Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya ke dalam kelompok- membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok belajar kelompok agar melakukan transisi efisien 4 Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok belajar bekerja dan belajar pada saat mengerjakan tugas 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
6
Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 f. Metode Pembelajaran Kooperatif Dalam Sugiyanto (2009: 44), disebutkan bahwa metode pembelajaran kooperatif diantaranya adalah sebagai berikut ini. 1). Metode STAD (Student Teams Achievement Divisions) Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. 2). Metode Jigsaw Metode Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan. 3). Metode GI (Group Investigation) Dasar-dasar metode GI dirancang oleh Herbert Thelen kemudian diperluas dan diperbaiki oleh Sharn dan kawan-kawan dari Universitas Tel Aviv. Metode GI dipandang paling kompleks dan paling sulit pelaksanaannya dalam pembelajaran. 4). Metode Struktural Metode struktural dikembangkan oleh Spencer Kagan dan kawan-kawan. Metode struktural menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Menurut Sugiyanto (2009: 49) beberapa teknik dalam metode struktural adalah sebagai berikut: a). teknik make a match b). teknik bertukar pasangan c). teknik berkirim salam dan soal d). teknik bercerita pasangan e). teknik dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray) f). teknik keliling kelompok g). teknik kancing gemerincing h). teknik tebak pelajaran i). teknik TQ (Team Quiz). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 Dalam penelitian ini, metode pembelajaran yang digunakan adalah metode struktural dengan teknik make a match. g. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Menurut Cilibert Macmilan dalam Isjoni dan Muhd. Arif Ismail (2008: 157) kelebihan dari model pembelajaran kooperatif yaitu lebih memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan dan pengalaman yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah suatu pandangan kelompok. Sedangkan menurut Sharan dalam Isjoni dan Muhd. Arif Ismail (2008: 157) siswa yang belajar dengan menggunakan jenis pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena dibantu dari rekan sebaya. Menurut Sugiyanto (2009: 43), kelebihan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1. meningkatnya kepekaan dan kesetiakawanan sosial 2. memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan 3. memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial 4. memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen 5. menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois 6. membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa 7. berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikkan 8. meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia 9. meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif 10. meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik 11. meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas. Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah adanya kemungkinan siswa tidak aktif dalam kegiatan diskusi kelompok sehingga perlu adanya tindakan guru untuk mengkondisikan commit to siswa. user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 h. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match Menurut Isjoni (2009: 34), pembelajaran kooperatif teknik make a match adalah teknik pembelajaran yang dikembangkan oleh Loma Curran. Yaitu dalam pembelajaran siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu topik dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan. Seiring dengan pendapat tersebut, Agus Suprijono (2010: 120) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif teknik make a match adalah suatu pembelajaran yang di dalamnya terdapat kegiatan mencocokkan kartu soal dengan kartu jawaban mengenai materi pelajaran. Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif teknik make a match adalah suatu pembelajaran yang di dalamnya terdapat kegiatan siswa mencari pasangan dari kartu soal atau kartu jawaban mengenai suatu materi pelajaran dalam suasana yang menyenangkan. i. Langkah Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match Menurut Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 46) langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran ini adalah sebagai berikut ini. 1). Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2). Setiap siswa mendapat satu buah kartu. 3). Setiap siswa memikirkan jawaban atas soal dari kartu yang dipegang. 4). Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban). 5). Setiap siswa yang dapat menjodohkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6). Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. 7). Pembahasan dan kesimpulan. Sedangkan menurut Tarmizi (http://tarmizi.wordpress.com, 14 Desember 2010) langkah pembelajaran dengan make a match adalah sebagai berikut ini: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 1). Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2). Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. 3). Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. 4). Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah). 5). Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6). Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama. 7). Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. 8). Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. 9). Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. Kedua pendapat tersebut pada dasarnya memiliki langkah yang sama, hanya saja pendapat dari Tarmizi menggunakan hukuman bagi siswa yang melewati batas waktu dalam mencari pasangan dari soal atau jawabannya. Seiring dengan kedua pendapat tersebut di atas, menurut Agus Suprijono (2010:120), langkah pembelajaran dengan teknik make a match adalah sebagai berikut ini: 1). Guru membagi siswa menjadi dua kelompok, yaitu kelompok soal dan kelompok jawaban. 2). Setiap siswa diberi satu kartu soal/ kartu jawaban yang telah disiapkan guru. 3). Setiap siswa diharapkan mampu menemukan pasangan dari kartu yang didapatnya. 4). Siswa yang telah menemukan pasangan, duduk berdekatan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 5). Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, setiap pasangan membacakan dengan keras soal yang diperoleh pada teman-temannya yang lainnya. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangannya. 6). Akhir pembelajaran dilakukan klarifikasi dan kesimpulan. Dalam penelitian ini, langkah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif teknik make a match yang digunakan sebagai berikut ini: 1). Guru membagi jumlah siswa menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama sebagai kelompok soal dan kelompok kedua sebagai kelompok jawaban. 2). Guru membagikan kartu soal pada tiap-tiap siswa di kelompok 1 (kelompok soal), dan membagikan kartu jawaban pada kelompok kedua (kelompok jawaban). 3). Masing-masing siswa segera mencari pasangan dari kartu yang didapatnya. 4). Setelah berhasil menemukan pasangan dari kartunya, siswa melapor pada guru. 5). Siswa beserta pasangannya berdiskusi mengenai penyelesaian dari soal yang didapat (dari kartu soal) sehingga diketemukan kartu jawaban pada pasangannya tersebut. 6). Siswa beserta pasangannya secara bergantian mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. 7). Siswa yang berhasil menemukan pasangan dari kartu yang didapatnya dan dapat mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik mendapatkan poin (reward) dari guru. 8). Guru beserta siswa membuat kesimpulan dari pelajaran. j. Keunggulan dan Kelemahan Teknik Make A Match Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Pada penerapan teknik make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa teknik make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Sedangkan kelemahan commit to user dari metode ini ialah jika kelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 termasuk kelas gemuk (lebih dari 30 orang/kelas) karena jika guru kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya. k. Penerapan Teknik Make A Match pada Pelajaran Matematika Penerapan teknik make a match dalam mata pelajaran matematika tentunya tidak bisa disamakan dengan mata pelajaran yang lain. Pelajaran matematika pada penelitian ini menitik beratkan pada kemampuan operasi hitung pecahan yang terdiri dari perkalian berbagai bentuk pecahan dan pembagian berbagai bentuk pecahan. Dalam pembelajaran dengan teknik make a match ini, dalam mencari kartu jawaban dari kartu soal yang didapatnya, siswa terlebih dahulu menghitung dan mencari penyelesaian dari soal yang didapatnya. Kemudian juga terdapat sesi diskusi dengan pasangannya guna memecahkan penyelesaian soal pada kartu soal sehingga didapatkan jawaban pada kartu jawaban. Dalam kegiatan ini terjadi transfer knowledge dari satu siswa ke siswa yang lain. Pada sesi presentasi masing-masing pasangan mengemukakan hasil diskusi mereka pada teman-teman sekelas mengenai penyelesaian dari soal yang didapatnya sehingga dapat didapat jawaban dari kartu pasangannya. l. Pengertian Pembelajaran Menurut Winarno Surakhmad (2009: 346), pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berdasarkan konsep tersebut, dalam kata “pembelajaran” terkandung dua kegiatan yaitu belajar dan mengajar. Kedua kegiatan itu berkaitan dengan upaya membelajarkan siswa agar berkembang potensi intelektualnya. Pembelajaran ini menuntut komunikasi dua arah dari guru ke siswa dan dari siswa ke guru. Seiring dengan pendapat tersebut, Sudirwo dalam Sambas Ali. M (http://sambasalim.com /pendidikan/ kualitas-proses-pembelajaran.html, 17 Maret 2011) pembelajaran adalah interaksi belajar mengajar dalam suasana interaktif yang terarah pada tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. E. Mulyasa dalam Sambas Ali. M (http://sambasalim.com/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran. html, 17 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 Maret 2011) juga menyatakan bahwa pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Berdasarkan ketiga definisi pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada lingkungan belajar yang terarah pada tujuan pembelajaran. m. Pembelajaran yang Berkualitas Menurut Winarno Surakhmad (2009: 354), pembelajaran yang berkualitas sekurang-kurangnya
mendudukkan
peserta
didik
sebagai
pembelajar
yang
berkualitas, yang difasilitasi oleh guru yang berkualitas, dengan didukung ekosistem pembelajaran berkualitas di dalam konteks lembaga pembelajaran yang berkualitas. Hanya pembelajaran yang berkualitas yang mampu menghasilkan pembelajaran lebih baik. Jadi, komponen penentu kualitas pembelajaran terletak pada pembelajar (siswa), program pengajaran, ekosistem pembelajaran, lembaga pembelajaran, dan fasilitator pembelajaran. 1). Pembelajar (siswa) Siswa sebagai pelaku proses pembelajaran seringkali dianggap sebagi tokoh yang paling utama dalam penentu kualitas pembelajaran. Padahal hal tersebut sangat tidak tepat karena siswa bukanlah satu-satunya alat ukur dari kualitas pembelajaran. Siswa yang berkualitas adalah siswa yang siap secara jasmani dan rohani. 2). Program Pembelajaran Program pembelajaran meliputi materi pembelajaran yang digunakan. materi yang berkualitas dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut ini: a). materi pembelajaran harus selaras dengan kurukulum yang berlaku. b).materi pembelajaran harus sesuai dengan perkembangan teknologi dan komunikasi. c). materi pembelajaran harus sesuai dengan tuntutan masyarakat. d). materi pembelajaran harus sesuai dengan kehidupan peserta didik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 3). Ekosistem Pembelajaran Ekosistem pembelajaran mencakup tiga hal yaitu ekosistem keluarga, ekosistem sekolah dan ekosistem masyarakat. Ketiga ekosistem tersebut saling berkaitan satu sama lain sehingga peran ketiganya sangat penting dan mempengaruhi kualitas pembelajaran. Keluarga yang tingkat kesadaran akan pendidikan tinggi, tentu akan mengarahkan anggota keluarganya untuk berprestasi dalam pembelajaran di sekolah. Keluarga yang seperti ini mempunyai andil yang besar pada kualitas peserta didik (siswa). Sedangkan dari segi ekosistem sekolah, tentunya sekolah yang menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran itu sendiri. Dari sisi ekosistem masyarakat, masyarakat kebanyakan beranggapan bahwa sekolah adalah tempat penampungan anak sebelum anak bekerja. Hal ini sangat tidak tepat, karena sekolah adalah tempat yang digunakan untuk “transfer knowledge” sehingga anak yang belum tahu menjadi tahu sehingga pengalaman, pengetahuan, serta pengalaman anak meningkat atau bertambah. 4).Lembaga Pembelajaran Lembaga pembelajaran yang berkualitas adalah lembaga pembelajaran yang didukung oleh berbagai sarana dan prasarana yang memadai, tenaga pendidik yang kompeten di bidangnya, serta sistem yang solid. 5). Fasilitator Pembelajaran Guru
sebagai
fasilitator
pembelajaran,
harus
menguasai
berbagai
kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. a). kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran siswa yang sekurang-kurangnya meliputi: pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap siswa, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil pembelajaran, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasi potensi yang dimilikinya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 b). kompetensi kepribadian yang mencakup kepribadian yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, stabil, dewasa, berwibawa, jujur, sportif, secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. c). kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang meliputi berkomunikasi lisan atau tulis secara santun, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungisional, bergaul secara efektif dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan atuan pendidikan, wali siswa. d). kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni budaya yang diampunya yang meliputi materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan dan mata pelajaran, konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevanyang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran yang diampu. Sedangkan
menurut
Sambas
Ali
(http://sambasalim.com
/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran.html, 17 Maret 2011) dijelaskan bahwa paradigma mutu atau kualitas dalam konteks pembelajaran mencakup input, proses dan output. Input pembelajaran adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena merupakan kebutuhan dari proses pembelajaran yang meliputi sumberdaya serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi keberlangsungan proses pembelajaran. Input sumber daya manusia meliputi siswa dan guru. Sedangkan sumber daya selebihnya meliputi peralatan, perlengkapan. Harapan meliputi visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Kesiapan input sangat diperlukan supaya proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input dilakukan secara harmonis sehingga menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan minat belajar,dan benar-benar mampu memberdayakan siswa. Kualitas proses pembelajaran dapat diukur dengan mengukur seberapa besar aktivitas siswa dalam commit user pembelajaran. Adapun indikator mengikuti pembelajaran dan kinerja gurutodalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 kualitas proses pembelajaran dari segi siswa, dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut ini. a). Antusias terhadap apersepsi yang diberikan guru dalam pembelajaran. b). Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. c). Keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan. d). Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. e). Perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran. f). Kemampuan siswa mengikuti langkah pembelajaran yang diterapkan guru. g). Kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sedangkan indikator kualitas proses pembelajaran dari segi guru, dapat dilihat dari beberapa aspek di bawah ini: a). Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). b). Menyiapkan(mengondisikan) siswa untuk siap mengikuti pembelajaran. c) Memberikan motivasi belajar pada siswa. d). Melakukan apersepsi pembelajaran dengan baik. e). Menyampaikan materi pelajaran dengan jelas dan mudah dipahami. f). Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. g).Memberikan arahan kepada siswa mengenai langkah pembelajaran yang dilakukan. h). Memberikan bimbingan kepada siswa yang belum paham dalam materi pelajaran. i). Kemampuan guru dalam menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan. j). Kemampuan memberikan tes akhir pada siswa. k).Kemampuan guru dalam mengevaluasi kemampuan siswa dalam materi pembelajaran. l). Kemampuan guru dalam memberikan balikan kepada siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang pernah dilakukan oleh Tarmizi Ramadhan (2008) dengan judul, ”Upaya Meningkatkan Partisipasi dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Melalui Teknik Pembelajaran Make a Match”. Hasil penelitian .menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan terjadi dari sebelum dilakukan tindakan sampai akhir tindakan pada setiap siklus kenaikan pencapaian hasil belajar siswa cukup tajam, yakni sebelum dilakukan tindakan hasil belajar siswa rata-rata hanya 55,00 setelah akhir tindakan pada siklus I rata-rata 63,08, siklus II rata-rata 75,08, dan tes akhir rata-rata 80,73. Kenaikan tersebut merupakan suatu realita bahwa pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa. Ditinjau dari pencapaian persentase ketuntasan belajar pada tes awal adalah 20%, siklus I adalah 67,50%, siklus II adalah 87,50%, dan tes akhir adalah 87,50%. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Tarmizi Ramadhan dengan penelitian ini terletak pada variabel X, yaitu teknik pembelajaran make a match. Perbedaannya adalah partisipasi dan hasil belajar Bahasa Indonesia dan variabel Y pada penelitian ini adalah kemampuan materi pecahan dalam matematika. Penelitian yang dilakukan oleh Nurma Amindita (2009) dengan judul, “Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar
Matematika Melalui
Pembelajaran Remedial Dengan Make a Match, Metafora, dan Rangkuman Siswa Mts Ali Maksum menunjukkan bahwa peningkatan motivasi ini ditunjukkan dari adanya peningkatan persentase aspek motivasi. Pada siklus I rata-rata persentase aspek motivasi sebesar 64,18% sedangkan siklus II sebesar 67,15%. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa motivasi dan prestasi belajar siswa meningkat dan telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada siklus I baru 62,5% siswa yang mencapai nilai ketuntasan minimal sekolah sehingga indikator keberhasilan (75% siswa tuntas belajar) belum terpenuhi. Pada siklus II terdapat 79,17% sehingga indikator keberhasilan telah terpenuhi. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Nurma Amindita dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teknik make a match sebagai variabel X. Perbedaannya terletak pada variabel Y. Pada penelitian yang dilakukan Nurma Amindita, variabel Ynya adalah motivasi dan prestasi belajar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 matematika. Sedangkan pada penelitian ini, variabel Y yang digunakan adalah kemampuan materi pecahan dalam matematika.
C. Kerangka Berpikir Dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan, guru lebih mendominasi dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah), sehingga komunikasi pembelajaran hanya satu arah yaitu dari guru ke siswa saja. Kualitas proses pembelajaran matematika dalam kemampuan materi pecahan siswa rendah dan kemampuan materi pecahan siswa rendah. Bertolak dari keadaan ini, maka dilakukan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match pada pembelajaran matematika selama dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu planning (perencanaan), acting (tindakan), observing (pengamatan), dan reflecting (refleksi). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match dalam pembelajaran matematika materi pecahan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan yaitu siswa belajar tanpa beban karena siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep materi pecahan dalam suasana yang menyenangkan. Selain itu, model pembelajaran ini mampu memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat mencari pasangan kartunya masing-masing. Dengan demikian diduga penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika dalam kemampuan materi pecahan serta meningkatnya kemampuan materi pecahan dalam matematika. Berdasarkan uraian di atas, maka alur kerangka berpikir dapat digambarkan pada gambar 1 berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
Kondisi Awal
Tindakan
Hasil Akhir
Dalam pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran konvensional Dalam pembelajaran guru telah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match
1. Kemampuan materi pecahan siswa rendah. 2. Kualitas proses pembelajaran matematika dalam kemampuan materi pecahan rendah. Siklus I: Materi pembelajaran dengan bilangan sederhana Siklus II: Materi pembelajaran dengan bilangan yang lebih kompleks
1. Diduga kemampuan materi pecahan siswa meningkat. 2. Diduga kualitas proses pembelajaran matematika dalam kemampuan materi pecahan meningkat. Gambar.1 :Bagan Kerangka Berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 D. Hipotesis Hipotesis berasal dari kata “hipo” yang berarti bawah dan “tesis” yang berarti pendapat. Jadi, hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih dangkal atau perlu diuji. Menurut Nana Sujana dan Awalkusumah (1992: 11), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu fenomena atau pertanyaan penelitian yang dirumuskan setelah mengkaji suatu teori. Sedangkan menurut Mc. Guigan dalam Consuelo G. Sivilla (1988: 13), hipotesis adalah pernyataan yang dapat diuji mengenai hubungan potensial antara dua variabel atau lebih. Seiring dengan dua pendapat tersebut, Sumadi Suryabrata (2002: 69) mengemukakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang harus diuji secara empiris. Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu fenomena atau masalah mengenai
hubungan
potensial antara dua variabel atau lebih yang memerlukan pembuktian secara empiris. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut ini: 1. melalui model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match dapat meningkatkan kemampuan materi pecahan pada siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. melalui model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika dalam kemampuan materi pecahan pada siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Suatu penelitian memerlukan tempat penelitian yang akan dijadikan objek untuk memperoleh data-data yang mendukung tercapainya tujuan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo dengan berbagai pertimbangan sebagai berikut ini. a. Di SD N Jetis 04 Sukoharjo terdapat sumber data yang diperlukan sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai lokasi penelitian. b. SD N Jetis 04 Sukoharjo lebih mudah dijangkau oleh peneliti karena jaraknya cukup dekat dengan tempat tinggal peneliti. Sehingga lebih meringankan dari segi waktu, biaya maupun tenaga dalam pelaksanakan penelitian. 2. Jadwal Penelitian Peneliti merencanakan penelitian selama 6 bulan yaitu mulai bulan Desember 2010 s.d. Juni 2011. Adapun rincian waktu kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 Tabel 2. Jadwal Penelitian N o 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kegiatan Penyusuna n dan pengajuan proposal Mengurus izin penelitian Persiapan Penelitian Pelaksana an Siklus I Pelaksana an Siklus II Penyusuna n laporan hingga penjilidan skripsi Ujian dan revisi
Bulan Mar Apr Mei Des 2010 Jan 2011 Feb 2011 2011 2011 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 X X XX
Juni 2011
X
X
X
X
X
X XX X X X X X X
XX X X X
X X X
B. Metode Penelitian Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan (action research) yang bersifat kualitatif dan partisipasif-kolaboratif, yakni dengan melibatkan semua orang yang berpartisipasi dan berkolaborasi dalam seluruh fase proses penelitian: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi (Nurul Zuriah, 2006: 73). C. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Menurut Kasihani Kasbolah (2001: 9), penelitian tindakan kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kawasan kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran, kemudian dicari pemecahan masalahnya lalu ditindaklanjuti dengan tindakantindakan terencana dan terstruktur. Menurut St. Y. Slamet (2007: 61), penelitian tindakan
kelas
bertujuan
untuk
memperbaiki
dan
meningkatkan
kualitas
pembelajaran di kelas (sekolah). Oleh karena itu, maka penelitian tindakan kelas membutuhkan kerja sama antara peneliti, guru, siswa dan staf sekolah lainnya untuk menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik. Langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan dalam empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Secara diagramatik langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
PERENCANAAN SIKLUS 1
REFLEKSI SILUS 1
PELAKSANAAN SIKLUS 1
PENGAMATAN SIKLUS 1
PERENCANAAN SIKLUS 2
PELAKSANAAN SIKLUS 2
REFLEKSI SIKLUS 2
PENGAMATAN SIKLUS 2
1.Kemampuan materi pecahan siswa meningkat 2. Kualitas proses pembelajaran dalam kemampuan materi pecahan siswa meningkat
Gambar 2. Diagramcommit Langkah Pelaksanaan Penelitian to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 D. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah guru kelas V dan siswa kelas V SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo semester II Tahun Pelajaran 2010/2011 sejumlah 14 siswa yang terdiri dari 7 siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki. E. Sumber Data Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: 1. Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Sumber data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Teknik yang dapat digunakan
peneliti
untuk
mengumpulkan
data
primer
antara
lain:
pendokumentasian proses pembelajaran, observasi, dan tes. 2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Sumber data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti: daftar nilai, RPP, dan Silabus. F. Teknik Pengumpulan Data Sejalan dengan data yang akan dikumpulkan serta sumber data yang ada selanjutnya dikemukakan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Dokumentasi Dokumentasi merupakan sumber data yang memiliki posisi yang penting dalam penelitian kualitatif. Menurut St. Y . Slamet ( 2007: 52), dokumen adalah bahan tertulis ataupun film yang digunakan sebagai sumber data. Dokumentasi yang dikumpulkan diantaranya: Silabus Matematika kelas V, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), daftar nilai materi pecahan siswa kelas V SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 2. Observasi Observasi dilakukan untuk menilai sejauh mana proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru kelas V selaku guru mitra dan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo di dalam kelas sejak sebelum melaksanakan tindakan, saat pelaksanaan tindakan sampai akhir tindakan. Peran guru mitra (guru kelas V) dalam kegiatan ini adalah melaksanakan pembelajaran dalam pelaksanaan tindakan kelas. Sedangkan peneliti berperan sebagai pengamat jalannya pembelajaran. Dalam hal ini, pengamat mengamati dan mencatat segala sesuatu yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Selain mengamati pembelajaran di kelas, pengamat juga mengamati kerja guru dalam mengelola kelas dan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. Observasi pada siswa difokuskan pada kemampuan materi pecahan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sedangkan observasi pada guru difokuskan pada kemampuan kinerja guru kelas dalam menerapkan model pembelajaran. Hasil observasi didiskusikan bersama dengan guru mitra, kemudian dianalisis bersama untuk mengetahui kelemahan maupun kelebihan dalam penerapan model pembelajaran ini. Kemudian diupayakan solusi dari kelemahan tersebut. Solusi yang telah disepakati antara peneliti dengan guru mitra dapat dilaksanakan pada siklus selanjutnya. 3). Tes Menurut Arikunto dalam Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 179), tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat. Sedangkan menurut Nurkancana dalam Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2002: 179), tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. commit user Dari kedua definisi tersebut di atas, bilatodikaitkan dengan pembelajaran di kelas,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 maka tes adalah suatu alat yang digunakan oleh pengajar (guru) untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi yang telah diberikan oleh pengajar. Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan yang diperoleh siswa setelah kegiatan pembelajaran dilakukan. Tes diberikan pada siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 guna mengukur kemampuan materi pecahan dalam matematika. G. Validitas Data Dalam penelitian ini, untuk menjamin kesahihan data dan mengembangkan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi data. Trianggulasi data yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari berbagai sumber data yang berbeda. Adapun trianggulasi yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Trianggulasi data (sumber) Yaitu dengan cara mengumpulkan data yang sejenis dari sumber data yang berbeda. Dengan teknik trianggulasi data diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih cepat dan sesuai dengan keadaan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo. Jenis data dalam penelitian ini adalah: a). nara sumber, yang terdiri dari guru mitra (guru kelas/ teman kolaborasi) dan siswa kelas V SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo. b). dokumen atau arsip, yang berupa foto kegiatan siswa di dalam kelas, rekaman pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, dan tes hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo pelajaran matematika. 2. Trianggulasi metode Yaitu dengan mengumpulkan data sejenis yang menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Dalam penelitian ini, ditekankan pada penggunaan teknik pengumpulan data yang berbeda yang mengarahkan pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasi tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 H. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari dokumen. Supaya hasil penelitian dapat terwujud sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan model analisis interaktif. Adapun rincian model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut ini. 1. Reduksi Data Reduksi data adalah proses pemilihan pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari hal-hal yang terjadi di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. 2. Penyajian Data Yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam pelaksanaan penelitian, penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. 3. Menarik Kesimpulan (verifikasi) Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Data-data yang telah didapatkan dari hasil penelitian kemudian diuji kebenarannya. Penarikan kesimpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi utuh. Sehingga kesimpulankesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data, penyajian data dan verifikasi adalah tiga hal yang saling berkaitan erat pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data. Adapun hubungan interaksi antara unsur-unsur tersebut dapat divisualisasikan dengan gambar 3 berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Pengumpulan Data Penyajian Data
Reduksi Data Penarikan Kesimpulan / verifikasi
Gambar.3 : Komponen Analisis Data (Milles dan Huberman, 2000: 19) I. Indikator Kinerja Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan materi pecahan melalui model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. Indikator kinerja dalam penelitian ini berasal dari silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Matematika kelas V dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70. Yaitu siklus I dinyatakan berhasil
apabila 70% dari jumlah siswa dalam
mengerjakan soal mendapat nilai minimal 70 dan siklus II dinyatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa dalam mengerjakan soal mendapat nilai minimal 70. J. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus yang masingmasing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Dalam satu siklus terdapat empat kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap siklusnya 2x35 menit untuk pertemuan pertama dan 3x35 menit untuk pertemuan kedua. Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan. Untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi pecahan, diadakancommit observasi terhadap pembelajaran yang dilakukan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 oleh guru. Adapun rincian prosedur penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut ini. 1. Siklus Pertama (Siklus I) a. Tahap Perencanaan 1). Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran matematika. 2). Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan. 3). Menyiapkan soal tes untuk evaluasi pembelajaran. 4). Menyiapkan lembar observasi b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Peneliti melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada tahap perencanaan yaitu pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. c. Tahap Observasi Observasi dilakukan untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo. Pada tahap dilakukannya pembelajaran, observasi ini difokuskan pada poinpoin yang telah ditetapkan pada indikator di bawah ini. 1). Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai meliputi pengkondisian siswa ke arah pembelajaran yang kondusif, pemberian motivasi belajar pada siswa, penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian apersepsi, penyampaian materi yang jelas dan mudah dipahami, pemberian kesempatan siswa untuk bertanya, pengarahan siswa dalam pembelajaran kooperatif teknik make a match, bimbingan guru terhadap siswa selama pembelajaran, pemberian tes akhir, pengevaluasian hasil belajar siswa, pemberian balikan (feed back), dan penyimpulan pelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 2). Indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai meliputi ketertarikan terhadap pelajaran, keaktifan siswa dalam pembelajaran, keberanian siswa untuk bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan dari guru, perhatian penjelasan materi pelajaran oleh guru, kemampuan mengikuti langkah pembelajaran kooperatif teknik make a match yang dilakukan, dan mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. d. Tahap Analisis dan Refleksi Peneliti, guru mitra, dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil pembelajaran. Hasil yang dicapai menentukan perlu tidaknya melaksanakan siklus berikutnya. Apabila dalam siklus 1 peneliti belum berhasil, maka peneliti melakukan siklus 2. 2. Siklus Kedua (Siklus 2) a. Tahap Perencanaan 1). Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran matematika. 2). Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan. 3). Menyiapkan soal tes untuk evaluasi pembelajaran. 4). Menyiapkan lembar observasi b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Peneliti melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada tahap perencanaan yaitu pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. c. Tahap Observasi Observasi dilakukan untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran tipe struktural dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo. Pada tahap dilakukannya pembelajaran, observasi ini difokuskan pada poinpoin yang telah ditetapkan pada indikator di bawah ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 1). Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai meliputi pengkondisian siswa ke arah pembelajaran yang kondusif, pemberian motivasi belajar pada siswa, penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian apersepsi, penyampaian materi yang jelas dan mudah dipahami, pemberian kesempatan siswa untuk bertanya, pengarahan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match, bimbingan guru terhadap siswa selama pembelajaran, pemberian tes akhir, pengevaluasian hasil belajar siswa, pemberian balikan (feedback),dan penyimpulan pelajaran. 2). Indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai meliputi ketertarikan terhadap pelajaran, keaktifan siswa dalam pembelajaran, keberanian siswa untuk bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan dari guru, perhatian penjelasan materi pelajaran oleh guru, kemampuan mengikuti langkah pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match yang dilakukan, dan mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. d. Tahap Analisis dan Refleksi Peneliti, guru mitra, dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil pembelajaran. Hasil yang dicapai menentukan perlu tidaknya melaksanakan siklus berikutnya. Apabila dalam siklus kedua peneliti belum berhasil, maka peneliti melakukan siklus ketiga dan seterusnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo yang terletak di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. Tepatnya berada di Jalan K. H. Samanhudi 31 Sukoharjo. Letak sekolah yang berada di tengah kota, mempermudah akses transportasi dan komunikasi. Dari segi fisik, sekolah ini telah mengalami perubahan (renovasi) pada tahun 2009 lalu. Sarana dan prasarana sekolah juga cukup memadai, diantaranya ruang kelas, kantor kepala sekolah, kantor guru, perpustakaan, lahan parkir, kamar mandi, dan halaman sekolah. Halaman sekolah membentang luas di depan ruang-ruang yang ada. Di halaman inilah upacara setiap hari senin, senam pagi setiap hari jumat dan pelajaran olahraga dilaksanakan. Selain itu, halaman sekolah juga menjadi tempat yang tepat untuk bermain siswa dikala istirahat tiba. Data personil ketenagaan SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo terdiri dari seorang kepala sekolah, 9 orang guru, dan seorang penjaga sekolah. Dari kedelapan guru tersebut enam orang guru pns dan sisanya guru wiyata bakti. Antara kepala sekolah, guru dan penjaga sekolah terjalin kerjasama yang solit sehingga suasana kekeluargaan sangat terasa di sekolah ini. Semua personil telah melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik sesuai dengan tanggungjawabnya. Jumlah peserta didik SD Negeri
Jetis 04
Sukoharjo pada tahun pelajaran 2010/2011 adalah 75 siswa. Dengan perincian sebagai berikut: kelas I sebanyak 17 siswa, kelas II sebanyak 14 siswa, kelas III sebanyak 13 siswa, kelas IV sebanyak 8 siswa, kelas V sebanyak 14 siswa, dan kelas VI sebanyak 9 siswa.
commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 B. Deskripsi Kondisi Awal Berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan hasil pembelajaran Matematika kelas V sebelum tindakan, dapat diperoleh informasi sebagai data awal. Dari siswa kelas V yang berjumlah 14 siswa, hanya terdapat 1 peserta didik yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70. Berikut adalah daftar nilai matematika pada materi pecahan kelas V pada kondisi awal atau sebelum penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match (lampiran 21) secara singkat dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Daftar Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V Kondisi Awal No. Urut 1 2 3 4 5 6 7
Nilai
KKM No. Nilai (70) Urut 50 TT 8 67,5 50 TT 9 37,5 30 TT 10 35 95 T 11 15 50 TT 12 50 55 TT 13 30 35 TT 14 55 Ketuntasan Klasikal = 1 : 14 x 100% = 7,14 %
Keterangan : T
KKM (70) TT TT TT TT TT TT TT
: Tuntas
TT : Tidak Tuntas Berdasarkan daftar pada data kondisi awal di atas, masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), untuk lebih jelasnya maka kondisi awal kemampuan materi pecahan siswa kelas V dapat dilihat dari tabel 4 di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Kondisi Awal No
Interval
1 2 3 4 5 Jumlah Rerata
15 – 31 32 – 48 49 – 65 66 – 82 83 – 99
Frekuensi (fi) 3 3 6 1 1 14
Nilai Tengah (xi) 23 40 57 74 91
(fi) x (xi)
Prosentase
69 120 342 74 91 696
21,43% 28,57% 35,71% 7,14% 7,14% 100%
49,71
Dari data pada tabel 4, jika ditunjukkan dalam bentuk grafik akan terlihat seperti pada gambar 4 di bawah ini.
14,5 5
31,5
48,5
65,5
82,5
99,5
Gambar 4. Grafik Nilai Kondisi Awal Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Berdasarkan tabel 4 dan grafik pada gambar 4 di atas, kemampuan materi pecahan siswa
kelas V sebelum diterapkan penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match diperoleh rata-rata kelas sebesar 49,71. Siswa
yang memperoleh nilai 15-31 sebanyak tiga siswa atau
21,43%. Siswa yang memperoleh nilai 32 – 48 sebanyak tiga siswa atau 21,43%. Siswa yang memperoleh nilai 49 - 65 sebanyak enam siswa atau 42,86%. siswa yang to user memperoleh nilai 66 – 82 sebanyakcommit satu siswa atau 7,14%. Siswa yang memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 nilai 83-99 sebanyak satu siswa atau 7,14%. Siswa yang mendapat nilai di bawah 70 (KKM) yaitu sebanyak tiga belas siswa atau 92,86% dan hanya seorang siswa yang mampu mencapai KKM (70). Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebesar 7,14% masih berada di bawah ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu sebesar 70% siswa mendapat ≥ 70 (KKM), dengan kata lain kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo masih rendah. Rendahnya hasil belajar atau ketidaktuntasan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: (1) Materi mata pelajaran matematika dianggap siswa sebagai mata pelajaran yang sulit dan menjemukan.(2) Guru dalam melakukan pembelajaran masih bersifat konvensional, artinya guru masih berceramah dalam menerangkan pelajaran, pembelajaran terpusat pada guru saja sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran secara maksimal sehingga proses pembelajaran yang dilakukan kurang bermakna (menarik minat belajar siswa dan memberikan kemudahan untuk memahami materi karena penyajiannya yang menyenangkan). Dari hasil observasi dan diskusi yang dilakukan antara peneliti dengan guru, faktor mendasar yang menyebabkan rendahnya kemampuan materi pecahan dalam matematika siswa kelas V SD Negeri Jetis 04 Sukoharjo, adalah guru belum menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran matematika. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match ini diharapkan kemampuan materi pecahan siswa kelas V akan mengalami peningkatan sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai. C. Deskripsi Permasalahan Penelitian Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Dimana setiap siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan dan 4 tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan atau observasi, dan (4) refleksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 1. Tindakan Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 7 dan 11 Februari 2011. Masing-masing pertemuan selama dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I sebagai berikut ini. a. Perencanaan Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran matematika materi pecahan siswa kelas V. Hal ini bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran yang digunakan oleh guru, keaktifan siswa dalam pembelajaran serta untuk mengetahui sejauh mana kemampuan materi pecahan siswa melalui skor awal materi pecahan di kelas tersebut. Berdasarkan pengamatan pembelajaran dan hasil yang dicapai siswa, diperoleh informasi bahwa dari 14 siswa hanya satu siswa yang berhasil mencapai KKM atau 92,8 % dari jumlah keseluruhan belum tuntas. Bertolak dari kenyataan tersebut, selanjutnya peneliti berdiskusi dengan guru pengampu bidang studi matematika untuk mencari alternatif pemecahan dari masalah tersebut. Dengan berbagai pertimbangan maka akan dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. Dalam perencanaan pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match, peneliti dan guru berpedoman pada Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP).
Adapun
langkah-langkah
pembelajarannya sebagai berikut: 1). Memilih kompetensi dasar yang sesuai dengan perkalian dan pembagian pecahan. alasan pemilihan kompetensi dasar tersebut didasarkan pada: a). kompetensi dasar tentang perkalian dan pembagian berbagai bentuk pecahan harus dikuasai siswa dengan baik karena berkaitan dengan materi selanjutnya yang lebih komplek. b). kompetensi dasar tersebut dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari siswa dalam pemecahan masalah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 c). kompetensi dasar yang dipilih harus berdasarkan pada kurikulum yang berlaku sehingga sesuai dengan harapan masyarakat. 2). Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan indikator yang disusun. Rencana pembelajaran disusun 2 kali pertemuan dan masing-masing pertemuan dilakukan selama dua jam pelajaran ( 2 x 35 menit) yang dilaksanakan pada tanggal 7 dan 11 Februari 2011. 3). Mempersiapkan media, dan alat penilaian, yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. b. Pelaksanaan Dalam tahapan ini guru melaksanakan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya. 1). Pertemuan 1 Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 7 Februari 2011. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. Sebelum memulai pelajaran, guru membuka pelajaran dengan salam dilanjutkan doa dan presensi. Setelah itu guru melakukan apersepsi yaitu bertanya jawab tentang perkalian pecahan. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa yaitu dapat mengalikan berbagai bentuk pecahan. Guru mendemonstrasikan perkalian pecahan biasa dengan mempergunakan buah jeruk. Setelah itu, guru menjelaskan pada siswa cara mengalikan pecahan desimal, dan berbagai bentuk pecahan. Kemudian guru membagi siswa menjadi dua kelompok yaitu 7 siswa sebagai kelompok soal dan 7 siswa sebagai kelompok jawaban. Selanjutnya guru membagikan kartu soal pada kelompok soal dan kartu jawaban pada kelompok jawaban. Siswa yang mendapatkan soal mencari jawaban dari soalnya tersebut pada kelompok jawaban. Pasangan siswa yang telah berhasil mendapatkan pasangan soal dan jawaban melaporkan diri pada guru. Guru mencatat commit to user pasangan siswa yang berhasil menyelesaikan tugas. Masing-masing pasangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 berdiskusi bersama mengenai penyelesaian soal yang didapatnya sehingga ditemukan jawabannya. Setelah masing-masing pasangan siswa selesai berdiskusi, mereka mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, yaitu dengan menulis cara penyelesaian soal di papan tulis dan menerangkannya pada teman-temannya yang lain. Pasangan siswa yang berhasil menemukan pasangan paling cepat dan tepat serta lancar dalam presentasi diberi poin oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jika ada hal yang belum dipahami. Pada kegiatan penutup, guru dan siswa bersama-sama memantapkan materi dengan membuat kesimpulan dari pokok bahasan yang telah dipelajari dilanjutkan dengan mencatat hasil presentasi dari masing-masing pasangan. Setelah itu dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran, penyampaian rencana pembelajaran pertemuan berikutnya, guru juga memberikan pesan-pesan agar belajar di rumah dengan giat dan menutup pelajaran dengan salam. 2). Pertemuan 2 Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 11 Februari 2011. pembelajaran direncanakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. Sebelum memulai pelajaran, guru membuka pelajaran dengan salam dilanjutkan doa dan presensi. Setelah itu guru melakukan apersepsi yaitu bertanya jawab tentang perkalian pecahan. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa yaitu dapat membagi berbagai bentuk pecahan. Guru mendemonstrasikan pembagian pecahan biasa dengan mempergunakan buah jeruk. Setelah itu, guru menjelaskan pada siswa cara membagi pecahan desimal, dan berbagai bentuk pecahan. Kemudian guru membagi siswa menjadi dua kelompok yaitu 7 siswa sebagai kelompok soal dan 7 siswa sebagai kelompok jawaban. Selanjutnya guru membagikan kartu soal pada kelompok soal dan kartu jawaban pada kelompok jawaban. Siswa yang mendapatkan soal mencari jawaban dari soalnya tersebut pada kelompok jawaban. Pasangan siswa yang telah berhasiL mendapatkan pasangan soal dan jawaban melaporkan diri pada guru. Guru mencatat pasangan siswa yang berhasil menyelesaikan commit to user tugas. Masing-masing pasangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 berdiskusi bersama mengenai penyelesaian soal yang didapatnya sehingga ditemukan jawabannya. Setelah masing-masing pasangan siswa selesai berdiskusi, mereka mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, yaitu dengan menulis cara penyelesaian soal di papan tulis dan menerangkannya pada teman-temannya yang lain. Pasangan siswa yang berhasil menemukan pasangan paling cepat dan tepat serta lancar dalam presentasi diberi poin oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jika ada hal yang belum dipahami. Pada kegiatan penutup, guru dan siswa bersama-sama memantapkan materi dengan membuat kesimpulan dari pokok bahasan yang telah dipelajari dilanjutkan dengan mencatat hasil presentasi dari masing-masing pasangan. Setelah itu dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran, penyampaian rencana pembelajaran pertemuan berikutnya, guru juga memberikan pesan-pesan agar belajar di rumah dengan giat dan menutup pelajaran dengan salam. c. Observasi Pada tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match yang dilaksanakan dengan alat Bantu lembar observasi dan perekaman dengan kamera. Observasi ini dilakukan guna mendapatkan data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan rencana pembelajaran yang telah disusun, serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran ini dalam meningkatkan kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo. Pengamatan juga ditujukan pada aktivitas guru serta suasana kelas selama pembelajaran berlangsung. Pertemuan 1 Berikut adalah hasil observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran matematika pada materi pecahan (lampiran 13). 1. Lebih dari 61%-80% siswa tertarik terhadap apersepsi yang diberikan oleh guru dengan memberikan respon positif . 2. 41%-60% siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. 3. kurang dari 20% siswa yang berani bertanya. to user 4. Kurang dari 40% siswa mampucommit menjawab pertanyaan guru.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 5. Masih ada siswa tidak memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru. Di saat guru menyampaikan materi pelajaran, masih ada siswa berbincang dengan temannya. Siswa yang memperhatikan penjelasan materi sebesar 61%80%. 6. 41%-60% siswa mampu mengikuti langkah pembelajaran yang diterapkan oleh guru, sedangkan yang lainnya merasa bingung pada teknik yang diterapkan. 7. 41%-60% siswa sudah mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hasil observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran materi pecahan mata pelajaran matematika (lampiran 7) adalah sebagai berikut: 1. Guru kurang mampu mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif. Pengelolaan kelas masih belum dikuasai sehingga siswa kurang fokus dalam pembelajaran. 2. Guru belum memberikan motivasi kepada siswa dengan baik. 3. Guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik . 4. Guru sudah melakukan apersepsi dengan baik. Pada kegiatan awal siswa merasa tertarik mengikuti proses pembelajaran. 5. Guru menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami 6. Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 7. Guru mengarahkan langkah pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match pada siswa dengan baik. 8. Guru membimbing siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match dengan baik. 9. Guru memberikan tes akhir dengan baik. 10. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa dengan baik. 11. Guru kurang mampu memberikan balikan pada siswa. 12. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan pembelajaran dengan baik. Pertemuan 2 Hasil observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran matematika pada commit to berikut: user materi pecahan (lampiran 14) adalah sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 1. 61%-80% siswa tertarik terhadap apersepsi yang diberikan oleh guru dengan memberikan respon positif . 2. Hampir semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, yaitu lebih dari 80%. 3. Siswa kurang berani bertanya pada guru. Setiap guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, namun tidak seorangpun yang berani bertanya pada guru. 4. 41%-60% siswa mampu menjawab pertanyaan guru. 5. Lebih dari 80% siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru. 6. 61%-80% siswa mampu mengikuti langkah pembelajaran yang diterapkan oleh guru. 7. 615-80% siswa sudah mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hasil observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran materi pecahan pelajaran matematika (lampiran 8) adalah sebagai berikut ini: 1. Guru mampu mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif. 2. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan baik. 3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan sangat baik. 4. Guru sudah melakukan apersepsi dengan baik. Pada kegiatan awal siswa merasa tertarik mengikuti proses pembelajaran. 5. Guru menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami oleh siswa. 6. Guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 7. Guru mengarahkan langkah pembelajaran dengan teknik make a match pada siswa dengan baik. 8. Guru membimbing siswa dalam pembelajaran dengan teknik make a match dengan baik sangat baik. 9. Guru memberikan tes akhir dengan baik. to user baik. 10. Guru mengevaluasi hasil belajarcommit siswa dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 11. Guru mampu memberikan balikan dengan baik pada siswa. 12. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan pembelajaran dengan baik. Dari hasil pengamatan dan hasil yang diperoleh siswa pada siklus I pertemuan ke I dan ke II, dapat diketahui bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match belum mencapai target yang diharapkan. d. Refleksi Setelah melihat hasil observasi dan hasil belajar siswa, data yang diperoleh kemudian dikumpulkan untuk dianalisis. Tujuan refleksi adalah untuk mengetahui kendala yang ada serta cara pemecahannya. Setelah melihat hasil pekerjaan siswa pada materi perkalian dan pembagian berbagai bentuk pecahan, belum menunjukkan peningkatan yang diharapkan. Pertemuan 1 Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran, semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran kurang maksimal. Disamping itu, dalam kegiatan inti, siswa banyak yang kebingungan dalam mengikuti langkah pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. Hal ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match baru pertama kalinya dikenalkan pada siswa. Dalam sesi diskusi, siswa terkesan kurang bekerjasama dengan baik. Ada yang malu-malu diskusi dengan pasangannya, dan ada juga yang sudah bisa berdiskusi dengan baik. Pada sesi presentasi. Seorang siswa menuliskan hasil diskusi mereka di papan tulis dan pasangannya bertugas menjelaskan pada teman yang lainnya. Karena pada pertemuan ini adalah pertama kalinya para siswa presentasi, maka mereka masih ada yang malu. Hal ini tentunya mengakibatkan siswa belum sepenuhnya mencapai target yang diharapkan, sehingga nilai kemampuan materi pecahan yang dicapai siswa pada pertemuan 1 mencapai rata-rata 68,64 dan siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM (70) sebanyak 7 siswa atau 50% dari 14 siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 Data nilai kemampuan materi pecahan siswa pada pertemuan ke 1 (lampiran 22) selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5 dan gambar 5 berikut ini. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V Pertemuan 1 Siklus I No
Frekuensi (fi) 5
Nilai Tengah (xi) 55
(fi) x (xi)
1
Interval Nilai 50 – 60
275
Prosenta se 35,71%
2
61 – 71
4
66
264
28,57%
3
72 – 82
3
77
231
21,43%
4
83 – 93
1
88
88
7,14%
5
94 – 104
1
99
99
7,14%
Jumlah
14
100%
Rerata
68,35
Tabel kemampuan materi pecahan siswa pada pertemuan 1 siklus I di atas disajikan pada gambar 5 di bawah ini.
49,5
60,5
71,5
82,5
93,5
Gambar 5. Grafik Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada Pertemuan 1 Siklus I commit to user
104,5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 Dari tabel 5 dan gambar 5 di atas, dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan pertemuan 1 siklus I, siswa yang memperoleh nilai antara 50-60 sebanyak lima siswa atau 35,71%, siswa yang memperoleh nilai antara 61-71 sebanyak empat siswa atau 28,57%, siswa yang mendapat nilai antara 72-82 sebanyak tiga siswa atau 21,43%, seorang siswa atau 7,14% mendapat nilai antara 83-93 dan seorang siswa mendapatkan nilai antara 94-104. Pertemuan 2 Bertolak dari pengamatan selama pembelajaran, siswa sudah mampu menunjukkan kerja sama kelompok dan saling take and give. Pembelajaran berlangsung lancar, siswa mampu menangkap perintah guru dalam pembelajaran. Hal ini karena siswa telah mengalami pembelajaran yang sama pada pertemuan 1, sehingga mereka telah mengenal langkah pembelajarannya. Dalam sesi presentasi, siswa yang tidak presentasi memperhatikan presentasi teman mereka. Pembelajaran cukup kondusif. Pada pertemuan 2, hasil yang diperoleh lebih bagus dari pada pada pertemuan 1, yaitu rerata kelas mencapai 77,35 dan siswa yang mencapai KKM (70) sebanyak 11 siswa atau 78,54% dari 14 siswa. Data kemampuan materi pecahan siswa pada pertemuan 2 (lampiran 23) selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6 dan gambar 6 berikut ini. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa pada Pertemuan 2 Siklus I No 1 2 3 4 5
Interval Nilai 55 – 64 65 – 74 75 – 84 85 – 94 94 – 104 Jumlah Rerata
Frekuensi (fi) 2 4 4 3 1 14
Nilai Tengah (xi) 59,5 69,5 79,5 89,5 99,5
(fi) x (xi)
Prosentase
119 278 318 268,5 99,5 1083
14,28% 28,57% 28,57% 21,43% 7,14% 100%
77,35
Data kemampuan materi pecahan siswa pada pertemuan 2 Siklus II pada tabel 4, dapat disajikan gambar 6 di bawah ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
54,5
64,5
74,5
84,5
94,5
104,5
Gambar 6. Grafik Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V Pada Pertemuan 2 Siklus I Dari tabel 6 dan gambar 6 tersebut, dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan pertemuan ke 2 siklus I, dua orang siswa atau 14,29% mendapat nilai antara 55-64, empat siswa mendapat nilai antara 65-74 atau 28,57% , empat orang siswa atau 28,57% mendapat nilai 75-84, tiga siswa atau 21,43% mendapat nilai antara 85-94, dan seorang siswa atau 7,14% mendapat nilai antara 95-104. Bertolak dari hasil yang diperoleh pada siklus I pertemuan 2, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match berpengaruh positif pada peningkatan kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Sebagaimana peningkatan yang ditunjukkan, secara ringkas dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 Tabel 7. Data Perkembangan Kemampuan Materi Pecahan Siswa pada Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Jumlah Rerata Prosentase
Pertemuan 1 65 60 75 90 60 100 70 80 50 70 50 65 60 80 957 68,35 50%
Pertemuan 2 90 90 80 90 80 80 55 80 70 65 60 100 70 70 1083 77,35 78,54%
Jumlah
Nilai Ratarata Siklus I
Kriteria
155 150 155 180 140 180 125 160 120 135 110 165 130 150 2055
77,5 75 77,5 90 70 90 62,5 80 60 67,5 55 82,5 65 75 1027,5 72,78 64,28 %
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum tuntas Tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas
Dengan demikian dapat diketahui bahwa selama siklus I terdapat peningkatan yang cukup berarti. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai rerata yang sebelumnya 68,35 menjadi 77,35 dan nilai rerata akhir yang dicapai sebesar 75,71. Meskipun rerata kelas sudah mengalami kenaikan, tetapi target yang diharapkan yaitu prosentase capaian KKM (70) sebesar 70% dari siswa belum tercapai. Pada siklus I ini, capaian KKM (70) baru mencapai 64,28% dari jumlah siswa. Oleh karena itu, penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus II. 2. Tindakan Siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 dan 19 Februari 2011. tindakan siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yang masing-masing pertemuan selama 2 x 35 menit untuk pertemuan pertama dan 3 x 35 menit untuk pertemuan kedua. Tahapan-tahapan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 a. Perencanaan Berdasarkan pada hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus I, diketahui bahwa masih ada kekurangan dalam pelaksanaan tindakan. Oleh karena itu peneliti bersama dengan guru berusaha mencari solusi untuk memaksimalkan pembelajaran sehingga hasil yang didapat maksimal.
Adapun
rencana pada siklus II adalah sebagai berikut: 1)guru akan lebih memberi motivasi siswa untuk semangat dalam pembelajaran, yaitu dengan mengajak bernyanyi bersama-sama. 2) guru lebih memberi kesempatan siswa untuk turut aktif, misalnya dengan memberi kesempatan menjawab soal di depan kelas. 3) guru lebih memberi kesempatan siswa untuk bertanya jika ada kesulitan. 4) guru memberikan reward (poin) pada setiap pasangan siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik. Adapun penyusunan RPP sama seperti pada siklus I, yaitu kompetensi dasar, indikator yang digunakan sama. Yang berbeda adalah langkah pembelajarannya dan soal evaluasi yang digunakan. Siklus II adalah pengulangan dan perbaikan dari siklus I, siklus II adalah pemantapan dari siklus I. b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. Pembelajaran dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada tanggal 14 dan 19 Februari 2011. Pertemuan 1 Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin, 14 Februari 2011. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. Sebelum memulai pelajaran, guru membuka pelajaran dengan salam dilanjutkan doa dan presensi. Guru membangkitkan semangat siswa dengan bernyanyi sambil tepuk tangan nyanyian “siapa ingin pintar”. Setelah itu guru melakukan apersepsi yaitu bertanya jawab tentang perkalian pecahan. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa yaitu dapat mengalikan berbagai bentuk pecahan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 Guru kemudian mendemonstrasikan perkalian pecahan biasa dengan mempergunakan buah apel dibantu oleh salah seorang siswa. Setelah itu, guru menjelaskan pada siswa cara mengalikan pecahan desimal, dan berbagai bentuk pecahan. Kemudian guru membagi siswa menjadi dua kelompok yaitu 7 siswa sebagai kelompok soal dan 7 siswa sebagai kelompok jawaban. Selanjutnya guru membagikan kartu soal pada kelompok soal dan kartu jawaban pada kelompok jawaban. Siswa yang mendapatkan soal mencari jawaban dari soalnya tersebut pada kelompok jawaban. Pasangan siswa yang telah berhasi mendapatkan pasangan soal dan jawaban melaporkan diri pada guru. Guru mencatat pasangan siswa yang berhasil menyelesaikan tugas. Masing-masing pasangan berdiskusi bersama mengenai penyelesaian soal yang didapatnya sehingga ditemukan jawabannya. Setelah masing-masing pasangan siswa selesai berdiskusi, mereka mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Yaitu dengan menulis cara penyelesaian soal di papan tulis dan menerangkannya pada teman-temannya yang lain. Pasangan siswa yang berhasil menemukan pasangan, lancar dalam presentasi diberi poin oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jika ada hal yang belum dipahami. Pada kegiatan penutup, guru dan siswa bersama-sama memantapkan materi dengan membuat kesimpulan dari pokok bahasan yang telah dipelajari dilanjutkan dengan mencatat hasil presentasi dari masing-masing pasangan. Setelah itu dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran, penyampaian rencana pembelajaran pertemuan berikutnya, guru juga memberikan pesan-pesan agar belajar di rumah dengan giat, guru mengajak siswa untuk kembali menyanyikan “siapa ingin pintar” sambil bertepuk tangan dan menutup pelajaran dengan salam. Pertemuan 2 Pertemuan 2 dilaksanakan pada
hari Sabtu tanggal 19 Februari 2011.
pembelajaran dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Sebelum memulai pelajaran, guru membuka pelajaran dengan salam dilanjutkan doa dan presensi. Guru membangkitkan semangat siswa dengan bernyanyi sambil tepuk tangan nyanyian “siapa ingin pintar”. Setelah itu guru commit to user melakukan apersepsi yaitu bertanya jawab tentang pembagian pecahan. Setelah itu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa yaitu dapat membagi berbagai bentuk pecahan. Guru kemudian mendemonstrasikan pembagian pecahan biasa dengan mempergunakan buah apel dibantu oleh salah seorang siswa. Setelah itu, guru menjelaskan pada siswa cara membagi pecahan desimal, dan berbagai bentuk pecahan. Kemudian guru membagi siswa menjadi dua kelompok yaitu 7 siswa sebagai kelompok soal dan 7 siswa sebagai kelompok jawaban. Selanjutnya guru membagikan kartu soal pada kelompok soal dan kartu jawaban pada kelompok jawaban. Siswa yang mendapatkan soal mencari jawaban dari soalnya tersebut pada kelompok jawaban. Pasangan siswa yang telah berhasi mendapatkan pasangan soal dan jawaban melaporkan diri pada guru. Guru mencatat pasangan siswa yang berhasil menyelesaikan tugas. Masing-masing pasangan berdiskusi bersama mengenai penyelesaian soal yang didapatnya sehingga ditemukan jawabannya. Setelah masing-masing pasangan siswa selesai berdiskusi, mereka mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Yaitu dengan menulis cara penyelesaian soal di papan tulis dan menerangkannya pada teman-temannya yang lain. Pasangan siswa yang berhasil menemukan pasangan, lancar dalam presentasi diberi poin oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jika ada hal yang belum dipahami. Pada kegiatan penutup, guru dan siswa bersama-sama memantapkan materi dengan membuat kesimpulan dari pokok bahasan yang telah dipelajari dilanjutkan dengan mencatat hasil presentasi dari masing-masing pasangan. Setelah itu dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran, penyampaian rencana pembelajaran pertemuan berikutnya, guru juga memberikan pesan-pesan agar belajar di rumah dengan giat, guru mengajak siswa untuk kembali menyanyikan “siapa ingin pintar” sambil bertepuk tangan dan menutup pelajaran dengan salam. c. Observasi Guru kelas V dan peneliti secara kolaboratif bersama-sama melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada masing-masing pertemuan. Observasi ditujukan pada kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 keaktifan siswa dalam pembelajaran, serta situasi pembelajaran yang sedang berlangsung. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini, termasuk pencatatan nilai digunakan sebagai bahan dan masukan dalam menganalisis kemampuan materi pecahan siswa. Setelah data terkumpul, maka guru dan peneliti berdiskusi untuk mengetahui kemampuan materi pecahan siswa di tiap-tiap siklusnya yang akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya. Hasil observasi kinerja guru dan aktifitas siswa secara lebih rinci dapat di lihat pada keterangan berikut ini. Pertemuan 1 Berikut adalah hasil observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran matematika pada materi pecahan (lampiran 15) sebagai berikut ini. 1. 61%-80% siswa tertarik terhadap apersepsi yang diberikan oleh guru dengan memberikan respon positif . 2. 41%-60% siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. 3. kurang dari 20% siswa yang berani bertanya. 4. 21%-60% siswa mampu menjawab pertanyaan guru. 5. >80% siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan guru. 6. 61%-80% siswa mampu mengikuti langkah pembelajaran yang diterapkan oleh guru 7. 61%-80% siswa sudah mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hasil observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran materi pecahan mata pelajaran matematika (lampiran 9) adalah sebagai berikut: 1. Guru mampu mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif. 2. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan baik. 3. Guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik . 4. Guru sudah melakukan apersepsi dengan baik. Pada kegiatan awal siswa merasa tertarik mengikuti proses pembelajaran. 5. Guru menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami commit to user 6. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 7. Guru mengarahkan langkah pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match pada siswa dengan baik. 8. Guru membimbing siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match dengan baik. 9. Guru memberikan tes akhir dengan baik. 10. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa dengan baik. 11. Guru mampu memberikan balikan pada siswa dengan baik. 12. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan pembelajaran dengan baik. Pertemuan 2 Hasil observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran matematika pada materi pecahan (lampiran 16) adalah sebagai berikut: 1.
>80% siswa tertarik terhadap apersepsi yang diberikan oleh guru dengan memberikan respon positif .
2. Hampir semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran,yaitu lebih dari 80%. 3. 20%-40% siswa berani bertanya pada guru. 4. >80% siswa mampu menjawab pertanyaan guru. 5. Lebih dari 80% siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru. 6. >80% siswa mampu mengikuti langkah pembelajaran yang diterapkan oleh guru. 7. >80% siswa sudah mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hasil observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran materi pecahan pelajaran matematika (lampiran 10) adalah sebagai berikut ini: 1. Guru mampu mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif. 2. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan sangat baik. 3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan sangat baik. 4. Guru sudah melakukan apersepsi dengan baik. Pada kegiatan awal siswa merasa tertarik mengikuti proses pembelajaran. commit to user 5. Guru menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 6. Guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 7. Guru mengarahkan langkah pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match pada siswa dengan sangat baik. 8. Guru membimbing siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match dengan baik sangat baik. 9. Guru memberikan tes akhir dengan baik. 10. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa dengan baik. 11. Guru mampu memberikan balikan dengan sangat baik pada siswa. 12. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan pembelajaran dengan sangat baik. Dari hasil pengamatan dan hasil yang diperoleh siswa pada siklus II pertemuan ke 1dan ke 2 dapat diketahui bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match dapat mencapai target yang diharapkan. d. Refleksi Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match pada siklus II dapat diuraikan sebagai berikut ini. Pertemuan 1 Pada pertemuan ini, siswa aktif memperhatikan penjelasan guru, aktivitas siswa dengan pasangannya sangat baik. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan jelas, pemberian motivasi juga tepat, dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran dengan baik. Hasil yang diperoleh siswa juga menunjukkan peningkatan.. yaitu dengan rerata kelas 76,21 dan siswa yang berhasil mencapai KKM sebanyak 10 siswa atau 71,42% dari jumlah siswa. Data nilai kemampuan materi pecahan siswa pada pertemuan 1 siklus II (lampiran 25) dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 Tabel 8. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada Pertemuan 1 Siklus II No 1 2 3 4 5
Interval nilai 50 – 60 61 – 71 72 – 82 83 – 93 94 – 104 Jumlah Rerata
Frekuensi (fi) 4 2 2 3 3 14
Nilai Tengah (xi) 55 66 77 88 99
(fi) x (xi)
Prosentase
220 132 154 264 297 1067
28,57% 14,29% 14,29% 21,43% 21,43% 100 %
76,21
Dari tabel 8 mengenai kemampuan materi pecahan siswa pada pertemuan 1 siklus II di atas dapat disajikan dengan grafik pada gambar 7 dibawah ini.
49,5
60,5
71,5
82,5
93,5
104,5
Gambar 7. Grafik Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada Pertemuan 1 Siklus II Dari tabel 8 dan gambar 7 di atas dapat diketahui bahwa setelah melaksanakan pertemuan 1 pada siklus II, siswa yang mendapatkan nilai antara 50– 60 sebanyak empat siswa atau 28,57%, siswa yang mendapat nilai antara 61-71 sebanyak dua siswa atau 14,29%, siswa yang mendapat nilai antara 72-82 juga dua orang siswa atau 14,29%, siswa yang mendapat nilai 83-93 tiga siswa atau 21,43%, dan tiga siswa atau 21,43% mendapat nilai to antara commit user94-104.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 Pertemuan 2 Pada pertemuan 2 siklus II, siswa mampu bekerjasama dengan pasangannya dengan baik, guru menyampaikan materi pelajaran dengan jelas, pemberian motivasi juga tepat, dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran dengan baik. Setelah dilakukan evaluasi pembelajaran, diperoleh nilai rerata kelas 82,64 dan 12 siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM (70) (lampiran 26). Hal ini dapat dilihat pada tabel 9 tentang data nilai kemampuan materi pecahan siswa berikut ini. Tabel 9. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa Pada Pertemuan 2 Siklus II No 1 2 3 4 5
Interval nilai 60 – 68 69 – 77 78 – 86 87 – 95 96 – 104 Jumlah Rata-rata
Frekuensi (fi) 2 3 3 4 2 14
Nilai Tengah (xi) 64 73 82 91 100
(fi) x (xi)
Prosentase
128 219 146 364 200 1157
14,28% 21,43% 21,43% 28,57% 14,29% 100 %
82,64
Dari Tabel 9 tentang kemampuan materi pecahan di atas, dapat disajikan dalam grafik 8 di bawah ini.
59,5
68,5
77,5
86,5
95,5
Gambar 8. Grafik Nilai Kemampuan Materi Pecahan Siswa commit to user Pada Pertemuan 2 Siklus II
104,5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 Dari tabel 9 dan grafik pada gambar 8, dapat diketahui bahwa setelah melaksanakan pertemuan 2 siklus II, siswa yang mendapatkan nilai antara 60-68 sebanyak dua siswa atau 14,28% , tiga siswa atau 21,43% mendapatkan nilai antara 69-77, tiga siswa atau 21,43% mendapatkan nilai antara 78-86, empat siswa atau 28,57% mendapatkan nilai antara 87-95 dan dua siswa mendapatkan nilai antara 96104 . Dengan demikian diketahui bahwa hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan 2 siklus II, telah menunjukkan hasil yang signifikan. Keberhasilan ini secara umum dikatakan baik, karena dipengaruhi oleh semangat siswa, keaktifan siswa, kerjasama siswa dengan pasangannya baik
sehingga
kemampuan materi pecahan siswa meningkat. Penerapan model pembelajararan kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Secara jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini. Tabel 10. Data Perkembangan Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 Pada Siklus II No
Pertemuan Pertemuan Jumlah 1 2 1 80 80 160 2 90 90 180 3 80 70 150 4 100 90 190 5 60 80 140 6 100 90 190 7 90 60 150 8 100 100 200 9 60 70 130 10 70 85 155 11 50 60 110 12 90 90 180 13 55 70 125 14 70 100 170 Jumlah 1095 1135 2230 Rata-rata 76,21 82,64 Prosentase 71,42 % 85,71 % commit to user
Nilai Ratarata 80 90 75 95 70 95 75 100 65 77,5 55 90 62,5 85 1120 81,64 78,57 %
Kriteria Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 Berdasarkan hasil yang dicapai siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 di atas, maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap cukup sehingga penelitian diakhiri pada siklus II.
D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian Bertolak dari hasil observasi dan analisis data yang ada, dapat diketahui bahwa adanya peningkatan kemampuan materi pecahan siswa dalam pelajaran matematika siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Peningkatan kemampuan tersebut dapat dilihat dari membandingkan antara kemampuan materi pecahan sebelum tindakan, setelah tindakan siklus I, dan setelah tindakan siklus II pada tabel 11 di bawah ini. Tabel 11. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Kondisi Awal No
Interval
1 2 3 4 5 Jumlah Rerata
15 – 31 32 – 48 49 – 65 66 – 82 83 – 99
Frekuensi (fi) 3 3 6 1 1 14
Nilai Tengah (xi) 23 40 57 74 91
(fi) x (xi)
Prosentase
69 120 342 74 91 696
21,43% 28,57% 35,71% 7,14% 7,14% 100%
49,71
Jika ditunjukkan dalam bentuk grafik akan terlihat seperti pada gambar 9 di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
14,5
31,5
48,5 Interval nilai
82,5
65,5
99,5
Gambar 9. Grafik Nilai Kemampuan Materi Pecahan pada Kondisi Awal Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Dari tabel 11 dan gambar 9 tersebut, dapat diketahui bahwa pada tahap prasiklus, siswa yang memperoleh nilai 15-31 sebanyak tiga siswa atau 21,43%. Siswa yang memperoleh nilai 32 – 48 sebanyak tiga siswa atau 21,43%. Siswa yang memperoleh nilai 49 - 65 sebanyak enam siswa atau 42,86%. siswa yang memperoleh nilai 66 – 82 sebanyak satu siswa atau 7,14%. Siswa yang memperoleh nilai 83-99 sebanyak satu orang siswa atau 7,14%. Kemudian setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match, diperoleh data (lampiran 24) dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini. Tabel 12. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus I No 1 2 3 4 5
Interval nilai 55 – 62 63 – 70 71 – 78 79 – 86 87 – 94 Jumlah Rata-rata
Frekuensi (fi) 3 3 4 2 2 14
Nilai Tengah (xi) 58,5 66,5 74,5 82,5 90,5
commit to user 72,78
(fi) x (xi)
Prosentase
175,5 199,5 198 165 181 1019
21,43 % 21,43 % 21,43 % 21,43 % 21,43 % 100 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 Dari tabel 12 mengenai data kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 pada siklus I, dapat ditunjukkan dengan gambar 10 di bawah ini.
54,5
62,5
70,5
78,5
86,5
94,5
Gambar 10. Grafik Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahum Pelajaran 2010/2011 Siklus I Dari tabel 12 dan gambar 10 tersebut, dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan tindakan siklus I, tiga orang siswa atau 21,43% mendapatkan nilai antara 55-62, tiga orang siswa mendapatkan nilai antara 63-70, empat siswa atau 28,57% mendapatkan nilai antara 71-78, dua siswa atau 14,28% mendapatkan nilai antara 79-86, dan dua orang siswa atau 14,28% mendapat nilai antara 87-94. Sedangkan nilai kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 pada siklus II (lampiran 27) dapat dilihat pada tabel 13 di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 Tabel 13. Distribusi Frekuensi Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V pada Siklus II No 1 2 3 4 5
Interval nilai 55 – 64 65 – 74 75 – 84 85 – 94 95 – 104 Jumlah Rerata
Frekuensi (fi) 2 2 4 3 3 14
Nilai Tengah (xi) 59,5 69,5 79,5 89,5 99,5
(fi) x (xi)
Prosentase
119 139 318 268,5 298,5 1143
14,28% 14,28% 28,58% 21,43% 21,43% 100%
81,64
Dari data frekuensi kemampuan materi pecahan siswa kelas V pada tabel 13, maka dapat digambarkan dengan grafik pada gambar 11 seperti di bawah ini.
54,5
64,5
74,5
84,5
94,5
104,5
Gambar 11. Grafik Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Siklus II Dari tabel 13 dan gambar 11 di atas dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan tindakan siklus II, dua siswa atau 14,29% mendapatkan nilai antara 55-64, dua siswa atau 14,29% mendapatkan nilai antara 65–74, empat siswa atau 28,58 % mendapatkan nilai antara 75–84, tiga siswa atau 21,43% mendapatkan nilai antara 85–94, dan tiga siswa atau 21,43% mendapatkan nilai antara 95-104. Secara rinci, perkembangan kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 dalam penelitian ini dapat disajikan dalam rekapitulasi pada tabel 14 sebagai berikut ini. Tabel 14. Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 No
Kriteria Jumlah siswa berhasil mencapai KKM
1
2
3
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Keterangan
1 siswa
9 siswa
11 siswa
Terjadi peningkatan
Prosentase perkembangan siswa yang berhasil mencapai KKM
7,14 %
64,28 %
78,57 %
Nilai rerata kelas
49,71
72,78
81,64
Terjadi peningkatan
Terjadi peningkatan
Dari tabel 12, Rekapitulasi di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik 12 bawah ini.
90 80 f r e k u e n s i
70 60 50 40 30 20 10 0 Jumlah siswa I yang berhasil mencapai KKM
Prosentase siswa II yang berhasil mencapai KKM
Nilai rata-rata III kelas
I. Jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM II. Prosentase siswa yang berhasil mencapai KKM III. Nilai rerata kelas
Gambar 12. Grafik Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Materi Pecahan Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 Berikut ini disajikan kondisi awal kualitas proses pembelajaran dalam penguasaan materi pecahan yang didapatkan dari observasi selama proses pembelajaran matematika materi pecahan berlangsung (lampiran 5, lampiran 6, lampiran 11 dan lampiran 12) pada tabel 15 berikut ini. Tabel 15. Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Kondisi Awal Aspek
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Kinerja Guru
1,83
2,00
Aktivitas Siswa
2,42
2,42
Dari tabel 15 tersebut dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik pada gambar 13 berikut ini.
f 3 r 2.5 e 2 k u 1.5 e 1 n s 0.5 i 0
2.42 1.83
2.42 2
I II I II interval nilai Pertemuan 1 Pertemuan 2 I. Kinerja Guru Column 1II. Aktivitas Column Siswa 2 Gambar 13. Grafik Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Kondisi Awal Sedangkan rekapitulasi hasil observasi kinerja guru pada siklus I yang dilakukan di siklus I (lampiran 7, lampiran 8) dapat dilihat pada tabel 16 di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 Tabel 16. Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Pada Siklus I Aspek
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Kinerja Guru
2,58
3,25
Dari tabel 16 di atas, dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik pada gambar 14 berikut ini.
3,25
3,5
f 3 r e 2,5 k 2 u e 1,5 n 1 s 0,5 i
2,58
0
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2
Gambar 14. Grafik Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus I Dan untuk hasil observasi kinerja guru pada siklus II (lampiran 9, lampiran 10) dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini. Tabel 17. Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus II Aspek
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Kinerja Guru
3,67
3,83
Dari data data pada tabel 17 tersebut di atas, dapat divisualisasikan dalam gambar 15 berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
3,83
3,85 f r 3,8 e 3,75 k u 3,7 e n 3,65 s 3,6 i
3,67
3,55 Pertemuan Pertemuan Pertemuan 1 1Pertemuan 2 2
Gambar 15. Grafik Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus II Rekapitulasi kinerja guru pada kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini.
Tabel 18. Rekapitulasi Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 Aspek
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Kinerja Guru
1,92
2,91
3,75
Data pada tabel 18 tersebut, dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik di gambar 16 bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
3,75
4 f r e k u e n s i
3,5 2,91
3 2,5 2
1,92
1,5 1 0,5 0 Kondisi Awal I I Kondisi Awal Siklus Siklus
Siklus II II Siklus
Gambar 16. Grafik Kinerja Guru Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match, dapat meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran yang ditunjukkan dengan beberapa hal yang meliputi pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran matematika pada materi pecahan, dalam pembelajaran guru sudah mengkondisikan siswa untuk siap belajar, guru juga membangkitkan motivasi belajar dengan menggunakan media belajar konkret berupa buah-buahan dalam melakukan apersepsi materi pecahan. Dalam prakteknya, guru telah menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan kepada siswa dengan baik. Dalam menyampaikan materi pembelajaran, guru menerangkan dengan jelas kepada siswa. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang belum dimengerti mengenai materi pelajaran. Guru juga melakukan bimbingan secara individu jika ada siswa yang kurang paham terhadap materi pelajaran. Pada kegiatan akhir, guru beserta siswa bersama-sama menyimpulkan pelajaran yang telah dilakukan dengan baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 Kualitas proses pembelajaran dilihat dari aspek aktivitas siswa (lampiran 13 dan lampiran 14) pada siklus I dapat dilihat pada tabel 19 berikut ini. Tabel 19. Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus I Aspek
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Aktivitas siswa
2,85
3,71
Dari tabel 19 di atas, dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik pada gambar 17 berikut ini. 3,71
4 3,5 3 2,5 frekuensi 2 1,5 1 0,5 0
2,85
Pertemuan 1
Pertemuan 2 Siklus I
Gambar 17. Grafik Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus I Sedangkan untuk aktivitas siswa pada siklus II (lampiran 15 dan lampiran 16), dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini. Tabel 20. Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus II Aspek
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Aktivitas siswa
4,42
4,57
Dari tabel 20 di atas, dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik pada gambar 18 berikut ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 f r e k u e n s i
4,57
5
4,42
4 3 2 1 0 Pertemuan 1
Pertemuan 2
Siklus I
Gambar 18. Grafik Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo pada Siklus II Untuk rekapitulasi aktivitas siswa dari kondisi awal hingga siklus II, dapat dilihat pada tabel 21 berikut ini. Tabel 21. Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 Aspek
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Aktivitas Siswa
2,42
3,28
4,49
Dari tabel 21 di atas, dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik pada gambar 19 berikut ini. f r e k u e n s i
4,49
5 4 3
3,28 2,42
2 1 0 Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Gambar 19. Grafik Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 Dari penjabaran dari tabel dan grafik mengenai aktivitas siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011, aktivitas siswa yang mengalami peningkatan di tiap siklusnya, menunjukkan bahwa meningkat pula kualitas proses pembelajaran dalam kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Di dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match, siswa telah menyiapkan diri dengan baik untuk mengikuti pembelajaran, siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru mengenai penyelesaian dari soal materi pecahan yang meliputi perkalian berbagai pecahan dan pembagian berbagai pecahan. Semua siswa menyimak penjelasan materi yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran siswa aktif mengikuti langkah pembelajaran dengan teknik make a match yaitu masing-masing siswa berhasil menyelesaikan tugasnya mencari pasangan dari kartu soal dan kartu jawabannya kemudian membentuk diskusi kecil bersama pasangannya lalu dilanjutkan presentasi yang berlangsung lancar. Dari penjelasan pada bab ini, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match pada siklus I dan siklus II menunjukkan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran dalam penguasaan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo. Peningkatan kualitas proses pembelajaran, seiring dengan peningkatan kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011, yaitu dicapainya keberhasilan pencapaian KKM (70) sebesar 78,57 % dari 14 siswa dengan rerata kelas 82,5. Dengan demikian penelitian ini diakhiri pada siklus ini, karena hasil yang direncanakan telah tercapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 selama dua siklus dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut ini. 1. Model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match terbukti dapat meningkatkan kemampuan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai rerata kelas dan jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM (70). Pada prasiklus, rerata kelas sebesar 49,71 dan siswa yang mencapai KKM sebanyak seorang siswa atau 7,14%. Pada siklus I, rerata kelas mencapai 72,78 dan siswa yang mencapai KKM sebanyak sembilan siswa atau 64,28%. Pada siklus II, rerata kelas mencapai 81,64 dan siswa yang berhasil mencapai KKM sebanyak 11 siswa atau 78,57%. 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match terbukti dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika dalam kemampuan materi pecahan pada siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 yaitu dibuktikan dengan adanya kenaikan kinerja guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. yang ditunjukkan dengan beberapa hal yang meliputi pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran matematika pada materi pecahan, dalam pembelajaran guru sudah mengkondisikan siswa untuk siap belajar, guru juga membangkitkan motivasi belajar dengan menggunakan media belajar konkret berupa buah-buahan dalam melakukan apersepsi materi pecahan. Dalam prakteknya, guru telah menyampaikan tujuan pembelajaran commitsiswa to user yang akan dilaksanakan kepada dengan baik. Dalam menyampaikan 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
materi pembelajaran, guru menerangkan dengan jelas kepada siswa. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang belum dimengerti mengenai materi pelajaran. Guru juga melakukan bimbingan secara individu jika ada siswa yang kurang paham terhadap materi pelajaran. Pada kegiatan akhir, guru beserta siswa bersama-sama menyimpulkan pelajaran yang telah dilakukan dengan baik. Dan dari segi aktivitas siswa, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match mampu Di dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match, siswa telah menyiapkan diri dengan baik untuk mengikuti pembelajaran, siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru mengenai penyelesaian dari soal materi pecahan yang meliputi perkalian berbagai pecahan dan pembagian berbagai pecahan. Semua siswa menyimak penjelasan materi yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran siswa aktif mengikuti langkah pembelajaran dengan teknik make a match yaitu masing-masing siswa berhasil menyelesaikan tugasnya mencari pasangan dari kartu soal dan kartu jawabannya kemudian membentuk diskusi kecil bersama pasangannya lalu dilanjutkan presentasi yang berlangsung lancar. Dari uraian tersebut, maka hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya
yaitu
pembelajaran
matematika
dengan
menerapkan
model
pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match terbukti dapat meningkatkan kemampuan pecahan dalam matematika dan mampu meningkatkan kualitas proses dalam penguasaan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
B. Implikasi Berdasarkan pada hasil penelitian ini diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match dapat meningkatkan kemampuan materi pecahan siswa dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam penguasaan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match ini dapat digunakan dan dikembangkan dalam pembelajaran berbagai pelajaran di sekolah. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe strukturak dengan teknik make a match ini, siswa dapat bekerjasama, bertukar pendapat dan saling membantu dengan teman yang lain untuk memecahkan berbagai tugas yang diberikan oleh guru. Di samping itu, bimbingan serta penjelasan guru yang mampu menciptakan pembelajaran yang terstruktur dan terarah yaitu ditunjukkan dengan aktivitas siswa yang tinggi dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan rerata kemampuan materi pecahan siswa dari kondisi awal sebesar 49,71 menjadi 81,64 pada siklus akhir dan peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM dari seorang siswa atau 7,14% pada kondisi awal menjadi sebelas siswa atau 78,57% pada siklus akhir (siklus II). Menurut penelitian ini, diketahui bahwa kemampuan materi pecahan siswa dan kualitas proses pembelajaran dalam penguasaan materi pecahan siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 meningkat di setiap siklusnya. Hal ini tidak terlepas dari proses pembelajaran yang berpengaruh langsung terhadap hasil yang dicapai siswa. Peningkatan kualitas proses pembelajaran dalam penguasaan materi pecahan tentunya juga akan meningkatkan kemampuan materi pecahan siswa. Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian pada Bab IV, maka penelitian ini layak digunakan untuk membantu guru dalam menghadapi masalah yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah kemampuan materi pecahan siswa commit to user dan kualitas proses pembelajaran dalam penguasaan materi pecahan. Adanya kendala
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
dalam pembelajaran Matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match harus diatasi dengan maksimal. Oleh karena itu, kreativitas dan kinerja guru sangat diperlukan dalam upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan materi pecahan siswa. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match pada siswa kelas V SD N Jetis 04 Sukohajo Tahun Pelajaran 2010/2011, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut : 1. Bagi Siswa a. Siswa hendaknya lebih aktif dan kreatif dalam berbagai kegiatan pembelajaran di kelas dan lebih memberanikan diri untuk menanyakan setiap adanya kesulitan dalam menerima materi pelajaran. 2. Bagi Guru a. Hendaknya para guru terutama guru matematika menerapkan model pembelajaran yang inovatif yang mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil yang lebih baik. Contohnya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match. b. Guru hendaknya lebih memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan menyampaikan pendapat. c. Para guru sebaiknya menunbuhkan kebiasaan untuk saling bekerjasama antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa supaya terjalin masyarakat belajar yang harmonis. 3. Bagi Sekolah a. Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan pada guru untuk meningkatkan keberhasilan dari tujuan pembelajaran di sekolah.
commit to user