i
SKRIPSI PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MATERI POKOK LITOSFER PADA SISWA KELAS X3 SMA NEGERI 3 KONAWE SELATAN ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X3 SMA Negeri 3 Konawe Selatan )
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kependidikan (S1) Pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Geografi
OLEH
SELPIANA A1A4 12 073
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
ii
MOTTO
Dan orang-orang yang bersungguhsungguh di jalan-Ku (Allah) akan Allah tunjukkan jalan-Nya (Q.S. An Kabut ayat 69)
Konsep Diri yang positif menumbuhkan rasa percaya diri sebagai kunci untuk menggapai cita-cita yang diharapkan (Selpiana)
iii
ii
iv
v
vi
ABSTRACT Method of the research is used that classroom action research at class X3 SMA Negeri 3 Konawe Selatan. The research procedure consist of two cycle, the type of the data used was qualitative and quantitative data. Technique data collecting in this research use observation sheet and tes. While technique analyse data was used descriptive analysis qualitative and quantitative. The result of research to show that applying of problem based learning model can improve the students learn activity and the teacher teaching activity. Result of the research to show that applying of Quantum learning method can improve the students learning activity, the teacher teaching activity, and the result of learning student. Based of the data analysis obtained conclusion that: 1) Students learning activity in applying of Quantum Learning method in each cycle shown the student mean score activity at cycle one equal to 2,8 which including at enough category increasing at cycle two become 3,7 which including goodness katergori; 2) Teacher teaching activity by applying Quantum Learning method, shown the mean score in each cycle, where in cycle one mean score activity is 2,8 which including enough category and increasing at cycle two become 3,7 which goodness categorize; 3). Happened increasing to the result on the student learning at class X3 SMAN 3 Konawe Selatan on cycle of I to the cycle of II. The cycle of one from 27 student only 19 student success in percentage 70% with the average of value 66,66. At the cycle two get increasing from 27 student there are 24 student success in percentage 89% with the average of value 83,8. Keyword : The Learning Method, Quantum Learning, Teacher, Student, Result of Learning ABSTRAK Tujuan dalam penelitian ini adalah : 1) Untuk meningkatkan aktivitas mengajar guru pada materi pokok listosfer di kelas X3 SMA Negeri 3 Konawe Selatan., 2) Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok listosfer di kelas X3 SMA Negeri 3 Konawe Selatan., 3) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok listosfer di kelas X3 SMA Negeri 3 Konawe Selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan metode Quantum learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, aktivitas mengajar guru, dan hasil belajar siswa. Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa: 1) aktivitas belajar siswa dengan penerapan metode Quantum Learning pada setiap siklus ditunjukkan dengan skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 2,8 yang termasuk pada kategori cukup meningkat pada siklus II menjadi 3,7 yang termasuk pada katergori baik; 2) Aktivitas mengajar guru dengan menerapkan metode Quantum Learning, ditunjukkan dengan skor rata-rata pada setiap siklus, dimana pada siklus I skor ratarata aktivitas guru adalah 2,8 yang termasuk kategori cukup dan meningkat pada siklus II menjadi 3,7 yang berkategori baik; 3). Terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas X3 di SMAN 3 Konawe Selatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I dari 27 orang siswa hanya 19 orang siswa yang tuntas dengan persentase ketuntasan 70% dengan nilai rata-rata 66,66. Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 27 orang siswa ada 24 orang siswa yang tuntas dengan persentase ketuntasan 89% dengan nilai rata-rata 83,8 vi
vii
KATA PENGANTAR Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang menciptakan alam semesta, manusia, kehidupan dan seluruh ciptaan lain yang
tidak dapat dijangkau oleh manusia.
Karena berkat rahmat dan taufiknya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi Geografi ini sebagaimana mestinya. Pembuatan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo. Saya menyadari bahwa dalam upaya penyelesaian skripsi ini senantiasa mengalami kesulitan-kesulitan, namun berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat saya selesaikan. Oleh karena itu, saya mengucapakan terima kasih sedalamdalamya kepada La Ode Amaluddin, S. Pd., M. Pd sebagai pembimbing I semoga jasa-jasa beliau diridhoi dan bernilai pahala disisi Allah SWT, serta Pendais Hak, S.Ag, M.Pd. sebagai pembimbing II yang dengan penuh kerelaan dan dedikasi yang tinggi membimbing saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, merupakan kewajiban moral bagi saya untuk menyampaikan terimah kasih yang tulus ikhlas serta penghargaan yang setinggi-tingginya masingmasing kepada yang terhormat :
vii
viii
1. Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S., Selaku Rektor Universitas Halu Oleo Kendari. 2. Prof Dr. La Iru, M.Si., Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari. 3. La Ode Amaluddin, S.Pd., M.Pd Selaku Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari 4. La Ode Nursalam, S.Pd., M.Pd Selaku Sekjur Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari 5. Dosen dan staf administrasi FKIP, Khususnya pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Geografi. 6. Drs. Muhtar Tahir, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 3 Konawe Selatan, segenap Bapak dan Ibu guru serta seluruh Staf Administrasi SMA Negeri 3 Konawe Selatan. 7. Sahabat seperjuanganku Andi Masita serta rekan-rekan Mahasiswa Geografi khususnya angkatan 2012, Deice Salaunaung, S.Pd, Gabinanda Karisma, S.Pd, Asnur, Siti Rahmawati, Wa Ode Jumiati, Imelda Arnita, Dinda Sulistya dan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas semua bantuannya, motivasi, dukungan moril, kekompakan, dan kenangannya. Ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya penulis haturkan kepada ayahanda Ali. R dan ibunda tercinta Rulianti serta suami tersayang Muh. Fahmi dan anakku Anisa Nurfadilla, yang selalu memberikan doa dan bantuan moril dan material yang tak terhingga nilainya sejak awal penulis menuntut ilmu sampai selesainya hasil
viii
ix
penelitian ini. Tak lupa pula kakak saya Ririanti dan adikku Aldiansyah yang selalu memberikan bantuan doa dan motivasi. Semoga segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan dapat diterima sebagai amal ibadah. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti ataupun pembaca dari penelitian ini. Kendari, Penulis
ix
April 2016
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... HALAMAAN PERSETUJUAN ........................................................................ HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................... ABSTRAK .......................................................................................................... ABSTRACT ........................................................................................................ KATA PENGANTAR ........................................................................................ DAFTAR ISI ....................................................................................................... DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... DAFTAR TABEL .............................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
i ii iii iv v vi vii x xii xiii xiv
BAB I A. B. C. D.
PENDAHULUAN Latar Belakang ......................................................................................... Rumusan Masalah ..................................................................................... Tujuan Penelitian ...................................................................................... Manfaat Penelitian ...................................................................................
1 6 7 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori .............................................................................................. 1. Konsep Belajar dan Pembelajaran ..................................................... 2. Ciri-ciri Belajar .................................................................................. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar ........................................ 4. Hasil Belajar ....................................................................................... 5. Konsep Pembelajaran ......................................................................... B. Konsep Quantum Learning ...................................................................... C. Konsep Pembelajaran Quantum (Quantum Learning).............................. D. Konsep Dasar Geografi ............................................................................ E. Konsep Dasar Litosfer .............................................................................. F. Penelitian Relevan..................................................................................... G. Kerangka Pikir .......................................................................................... H. Hipotesis Tindakan....................................................................................
9 9 10 11 12 13 15 19 26 28 29 30 30
BAB III. METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F. G. H. I.
Jenis Peneltian........................................................................................... Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... Subjek Penelitian...................................................................................... Faktor Yang Diteliti .................................................................................. Prosedur Penelitian.................................................................................... Data dan Sumber Data ............................................................................. Teknik Pengumpulan Data........................................................................ Teknik Analisis Data................................................................................. Indikator Kinerja .......................................................................................
x
32 32 32 32 33 36 37 37 39
xi
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 1. Siklus I.................................................................................................. 2. Siklus II ................................................................................................ B. Pembahasan ..............................................................................................
40 40 56 71
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................... 80 B. Saran.......................................................................................................... 81 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Teks
halaman
Gambar 3.1. Alur Model Penelitian Tindakan Kelas ........................................... 34 Gambar 4.1. Grafik skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus I ........................... 46 Gambar 4.2. Grafik rata-rata aktivitas siswa tiap pertemuan siklus I .................. 47 Gambar 4.3. Grafik rata-rata aktivitas mengajar guru pada siklus I .................... 50 Gambar 4.4. Grafik ketuntasan hasil belajar siklus I ........................................... 53 Gambar 4.5. Grafik skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus II ......................... 61 Gambar 4.6. Grafik rata-rata aktivitas siswa pada siklus II ................................. 62 Gambar 4.7. Grafik rata-rata aktivitas mengajar guru pada siklus II ................... 65 Gambar 4.8. Grafik ketuntasan hasil belajar siklus II .......................................... 68 Gambar 4.9. Grafik peningkatan hasil belajar secara keseluruhan ...................... 70 Gambar 4.10. Grafik persentase jumlah siswa yang tuntas dan yang tidak tuntas 70
xii
xiii
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Teks
Halaman
Tabel 3.1. Kualifikasi penilaian Guru dan siswa .................................................. 37 Tabel 4.1. Skor Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa Siklus I .................................. 44 Tabel 4.2. Skor Aktivitas Mengajar Guru Siklus I................................................ 49 Tabel 4.3. Data Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa siklus I........................ 52 Tabel 4.4. Analisis ketuntasan Belajar Siklus I .................................................... 53 Tabel 4.5. Skor Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ................................. 60 Tabel 4.6. Data Aktivitas Mengajar Guru pada Siklus II...................................... 64 Tabel 4.7. Data Analisis ketuntasan Hasil Belajar Siklus I................................... 66 Tabel 4.8. Analisis ketuntasan Belajar Siklus I .................................................... 67
xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa Lampiran 4. Tes Siklus Lampiran 5. Lembar observasi guru Lampiran 6. Lembar observasi siswa Lampiran 7. Daftar nilai siklus I dan II Lampiran 8. Surat keterangan izin penelitian Lampiran 9. Surat keterangan hasil penelitian Lampiran 10. Dokumentasi
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas 2003: 67). Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SMA, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan menengah. Guru SMA adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing dijaman pesatnya perkembangan teknologi, peningkatan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu tujuan yang sangat diinginkan oleh bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah dan masyarakat pendidik telah melakukan berbagai upaya pada berbagai jenjang pendidikan sesuai dengan kurikulum yang di berlakukan secara nasional yang memuat berbagai mata pelajaran termasuk geografi, Hamalik (2003:17) Menurut Sudjana, (2001:19) Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sisitematis, logis, kreatif dan kemauan kerja yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar geografi, geografi memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antara konsepnya sehingga memungkinkan kita terampil berpikir rasional).
1
2
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang perguruan tinggi. Sebagai jenjang menengah untuk tahapan pendidikan akademik selanjutnya, maka nilai-nilai pendidikan semestinya harus ditanamkan sejak dini, karena pendidikan sangat mempengaruhi sikap dan karakteristik peserta didik dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai tersebut hanya dapat diperoleh manakala seorang guru tidak hanya berperan seorang pengajar yang hanya mampu menyajikan materi sebanyak-banyaknya kepada siswa, tetapi bagaimana menjadi seorang pendidik yang baik dengan memberikan pengetahuan yang dapat membentuk watak dan kepribadian anak didiknya sebagai individu yang hidup secara sosial dan berkelompok. Kedua peran guru tersebut, harus berjalan secara bersama-sama untuk menjadikan anak sebagai manusia yang utuh dan bertanggung jawab terhadap ilmu yang diperoleh di Sekolah Dalam usaha mengembangkan ilmu dan teknologi, diperlukan interdisipliner, dimana geografi memegang peranan penting baik sebagai sarana mengkaji keilmuan maupun sebagai sarana berpikir ilmiah. Karena begitu pentingnya, maka geografi diajarkan pada semua jenjang pendidikan yaitu dari Sekolah Dasar, SLTP, SMA/SMK/MA sampai jenjang perguruan tinggi Aunurrahman, (2011:28). Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka faktor guru sangat menentukan dalam membentuk peserta didik ke arah yang diinginkan. Karena salah satu penentu utama yang menentukan kualitas pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan langsung dengan siswa di kelas melalui proses pembelajaran. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, moral serta spiritual. Dengan demikian akan
3
dihasilkan generasi masa depan yang siap hidup dengan tantangan zamannya. Oleh karena itu diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Untuk menghadapi era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan ketidakpastian, dibutuhkan guru yang mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif dan inovatif. Diperlukan perubahan strategi dan model pembelajaran yang sedemikian rupa memberikan nuansa yang menyenangkan dan penuh gairah serta bermakna. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah rendahnya daya serap siswa terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal ini tampak dari hasil belajar siswa yang senantiasa masih memprihatinkan. Hal ini tentunya adalah sebagai akibat dari kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasikasi dari proses ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Kualitas pembelajaran guru sangat strategis, karena ia berfungsi sebagai ujung tombak terjadinya perubahan (the agent of change) dari belum bisa menjadi
4
bisa, dari belum menguasai menjadi menguasai, dari belum mengerti menjadi mengerti, melalui proses pembelajaran. Oleh karena itu, keberhasilan kualitas pembelajaran atau pendidikan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Salah satu realitas dalam pendidikan kita dewasa ini adalah lemahnya peran guru dalam proses pengembangan potensi pribadi siswa. Sebagian besar yang dilakukan oleh guru tidak lain dari pada menyajikan pengetahuan jadi yang harus diketahui dan dihafalkan oleh siswa (Ansyar dalam Rafiuddin, 2001: 4). Iklim pembelajaran semacam ini terjadi pula dalam proses pembelajaran IPS. Menurut Suwarma (Rafiuddin, 2001:4) menyatakan bahwa, “kondisi pembelajaran IPS di sekolah belum mampu memberikan sesuatu yang bermakna bagi siswa”. Fenomena pembelajaran seperti yang dikemukakan tersebut di atas cenderung sama dengan proses pembelajaran yang berlangsung pada SMA Negeri 3 Konawe Selatan. Dalam praktek pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih banyak didominasi oleh guru. Apa yang dilakukan oleh guru adalah sekedar memindahkan atau mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa, dengan buku sebagai satu-satunya sumber belajar. Keadaan seperti ini membuat siswa jenuh, pasif, dan tidak menantang siswa untuk berpikir. Kondisi belajar seperti ini berdampak pada hasil belajar siswa, oleh karena itu guru dituntut mampu mengelola proses pembelajaran yang dapat memberikan rangsangan kepada siswa sebagai subyek utama belajar. Salah satu metode pembelajaran yang dapat di terapkan adalah Quntum Learning Quantum Learning merupakan metodologi atau falsafah belajar yang telah terbukti efektif di Super Camp California (De Porter dan Hernacki, 2013: 14).
5
Pendekatan Quantum Learning dapat memberikan kiat-kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses yang dapat menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat, dan membuat belajar sebagai proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Pendekatan Quantum Learning sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran Geografi yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan. Siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa. “ Dalam kegiatan belajar siswa, guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing”. Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru (De Porter dan Hernacki, 2013: 14). Berdasarkan oberservasi awal peneliti dengan Guru Kelas X3 SMA Negeri 3 Konase Selatan semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 diketahui bahwa hasil belajar geografi siswa masih tergolong rendah. Dari data hasil ulangan harian siswa diperoleh bahwa dari 27 siswa yang mengikuti ulangan harian hanya 14 orang siswa atau 51,85% yang tuntas, dimana Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 75, sedangkan yang memperoleh nilai di bawah 75 adalah 48,15% atau 13 orang dari 27 orang siswa. Masalah tersebut diakibatkan karena dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang efektif, sehingga ada beberapa faktor penyebab masalah tersebut, yaitu: (1) siswa kurang berminat dalam mengikuti proses pembelajaran dan (2) siswa diberikan kesempatan untuk bertanya, namun di antara siswa tidak ada yang bertanya, (3) siswa diberikan pertanyaan tentang materi pelajaran oleh guru tidak ada yang menjawab.
6
Menyikapi kondisi tersebut di atas perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan hasil belajar geografi siswa kelas X3 di SMA Negeri 3 Konawe Selatan dengan menerapkan
metode/pendekatan/model
pemebelajaran
yang inovatif
seperti
Quantum Learning. Salah satu metode pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X3 di SMA Negeri 3 Konawe Selatan pada mata pelajaran Geografi adalah melalui metode pembelajaran Quantum Learning. Melalui model Quantum Learning ini mengajar siswa keterampilan dan proses pemahaman yang baik. Berdasarkan hal-hal seperti yang diungkapkan tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna meningkatkan hasil balajar geografi siswa kelas X3 di SMA Negeri 3 Konawe Selatan yaitu: “Penerapan metode quantum learning untuk meningkatkan hasil belajar geografi materi pokok litosfer pada siswa kelas X3 SMA Negeri 3 Konawe Selatan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang akan menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah penerapan Quantum Learning dapat meningkatkan aktivitas mengajar guru pada materi pokok listosfer di kelas X3 SMA Negeri 3 Konawe Selatan? 2. Apakah penerapan Quantum Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok litosfer di kelas X3 SMA Negeri 3 Konawe Selatan? 3. Apakah penerapan Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok litosfer di kelas X3 SMA Negeri 3 Konawe Selatan?
7
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk meningkatkan aktivitas mengajar guru pada materi pokok litosfer di kelas X3 SMA Negeri 3 Konawe Selatan. 2. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok litosfer di kelas X3 SMA Negeri 3 Konawe Selatan. 3. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok litosfer di kelas X3 SMA Negeri 3 Konawe Selatan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Menambah ilmu pengetahuan penelitian dalam bidang pendidikan khususnya berkaitan dengan media pembelajaran dan hasil belajar. b. Sebagai bahan acuan tambahan bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah sebagai kualitas sekolah akan semakin meningkat, karena proses pembelajaran dikelola oleh guru-guru yang profesional. Dikatakan profesional karena guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran telah menggunakan model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif. b. Bagi guru, Guru semakin profesional dalam mengelola proses pembelajaran yang berkualitas dan bermakna yang membuat siswa senang belajar. c. Bagi siswa, pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru akan semakin bermakna, karena siswa ditantang untuk berpikir kritis dan rasional. d. Bagi peneliti, Penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan penerapan ilmu pendidikan dan pengalaman langsung dalam
8
penelitian, serta pengaplikasian ilmu yang telah didapat selama di bangku kuliah serta memperluas wawasan dan memperoleh pengalaman berpikir dalam pembelajaran yaitu mengenai bagaimana penerapan pembelajaran Quantum Learning.
metode
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Belajar dan Pembelajaran 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengetahuan atau pengalaman baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi . Adanya interaksi individu dengan lingkungan ini mendorong seseorang untuk lebih intensif meningkatkan keaktifan jasmaniah maupun mentalnya guna lebih mendalami sesuatu yang menjadi pehatian. Burton (dalam Aunurrahman, 2011:35) dalam bukunya “The Guidance of Learning Acti-vities”, merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya. Menurut Trianto, 2010:15, mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu
(pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu
(pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu: (1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dpahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna belajar, di sini bukan berangkat dari sesuau yang benar-benar belum diketahui (nol), melainkan
9
10
merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru. Dalam
pandangan
konstruktivisme
“belajar”
bukanlah
semata-mata
mentransfer pengetahuan yang ada di luar dirinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format yang baru. Proses pembangunan ini bisa melalui asimilasi atau akomodasi (Mc Mahon dalam Trianto, 2010:16). Pandangan modern mengenai belajar, lebih berorientasi pada perubahan perilaku secara holistik dan integral. Pandangan modern menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku, berkat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Adapun yang dimaksud lingkungan mencakup keluarga, sekolah dan masyarakat, dimana siswa berada. Pandangan modern ini didukung oleh beberapa pakar, antara lain Hanafia 2012:7 yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kecakapan. Hanafia, 2012:7 menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman. 2. Ciri-ciri Belajar Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, Ini berarti, bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.
11
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa belajar dapat didefinisikan setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Pengertian ini mencakup tiga unsur, yaitu: (1) belajar adalah perubahan tingkah laku, (2) perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena latihan atau pengalaman, (3) perubahan tingkah laku tersebut relatif permanen atau tetap ada untuk waktu yang cukup lama. Belajar merupakan proses internal yang kompleks yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari segi guru proses belajar tersebut dapat diamati secara tidak langsung. Artinya proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, akan tetapi dapat dipahami oleh guru. Proses belajar tersebut tampak melalui perilaku siswa mempelajari bahan ajar. Perilaku belajar tersebut merupakan respon siswa terhadap tindakan mengajar atau tindakan pembelajaran dari guru. Perilaku belajar tersebut ada hubungannya dengan desain instuksional guru, karena di dalam desain instrukruksional, guru merumuskan tujuan instruksional atau sasaran belajar. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan terjadinya perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan. Menurut Purwanto (dalam Thobrani, 2011:31), berhasil atau tidaknya perubahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat dibedakan menjadi dua golongan sebagai berikut: a. Faktor kematangan atau pertumbuhan Faktor ini berhubungan dan berkaitan erat dengan kematangan atau tingkat pertumbuhan organ-organ tubuh manusia. Kegiatan mengajarkan sesuatu baru
12
dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan, potensipotensi jasmani dan rohaninya telah matang. b. Faktor kecerdasan atau intelegensi 4. Hasil Belajar Dari uraian tentang konsep belajar, dapat dipahami tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Menurut Nawawi (dalam K. Brahim, 2007:39) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Secara sederhana, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan
yang dikehendaki
dapat
diketahui
melalui
evaluasi. Sebagaimana
dikemukakan oleh (Sunal, 2003:94), bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu dengan dilakukan evaluasi atau penilaian dapat dijadikan feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari
13
tingkat penguasaan pengetahuan, tetapi juga sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa. 5. Konsep Pembelajaran Pembelajaran tidak diartikan sebagai sesuatu yang statis, melainkan suatu konsep yang yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan sumber daya manusia. Dengan demikian, pengertian pembelajaran yang berkaitan dengan sekolah ialah “Kemampuan dalam mengelola secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan pembelajaran, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku” Menurut Miarso, (2004:545) pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja. bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Dapat pula dikatakan bahwa pembelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh guru agar membuat siswa dapat belajar dan mencapai hasil yang maksimal. Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa pembelajaran bukan menitik beratkan pada “apa yang dipelajari”, melainkan pada “bagaimana membuat siswa mengalami proses belajar, yaitu cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan pengorganisasian materi, cara penyampaian pelajaran, dan cara mengelola pembelajaran. Seterusnya Robert and Walter (dalam Martinus Yamin, 2011:71) mengemukakan pembelajaran yang efektif adalah yang membuat siswa untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan, atau sikap-sikap dan siswa senang belajar dalam pembelajaran tersebut.
14
Selanjutnya
menurut
Vigosky
(dalam
Martinus
Yamin,
2011:71)
mengemukakan bahwa, suatu pembelajaran efektif bila pembelajar itu melanjutkan pengembangan-pengembangan.
Dalam
proses
pembelajaran
guru
perlu
mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses pembelajaran yang bermakna. Ausubel (dalam Dahar, 1999:112) mengemukakan bahwa pembelajaran bermakna (meaningfull learning) merupakan proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Pembelajaran bermakna sebagai hasil dari peristiwa membelajarkan yang ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif peserta didik. Proses pembelajaran tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka,
teapi
merupakan
kegiatan
menghubungkan
konsep-konsep
untuk
menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Agar terjadi belajar bermakna, maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan mengenali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan mencoba memadukannya secara harmonis konsep-konep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Menurut Natawijaya (1999:22) kinerja guru dapat dilihat saat melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas termasuk bagaimana dia mempersiapkan dan mengevaluasinya. Pendapat yang dikemukakan oleh Natawijaya ini menyiratkan bahwa untuk melihat kinerja guru tidak hanya terbatas pada saat terjadi proses belajar mengajar di ruang kelas, akan tetapi termasuk juga kegiatan guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran tersebut.
15
B. Konsep Quantum Learning Quantum learning berakar dari upaya Dr. georgi lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai suggestology atau sugesto-pedia. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dan pasti memengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Beberapa teknik yang digunakannnya untuk memberikan sugesti positif adalah menempatkan murid secara nyaman, memasang musik latar didalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif. Quantum
learning
mencakup
aspek-aspek
penting
dalam
program
neurolingustik (NLP) yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan yang positif, faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar yang terbaik dari setiap orang, dan menciptakan pegangan dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan. (De Porter dan Henarcki,2013: 14) Quantum learning pertama kali digunakan di SuperCamp (perkemahan). Kurikulum SuperCamp adalah kombinasi dari beberapa unsur, dikembangkan dari suatu falsafah bahwa belajar dapat dan harus menyenangkan. Di SuperCamp ini
16
mengembangkan rasa percaya diri keterampilan belajar dan keterampilan berkomunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan. Menurut
De
Porter
dan
Henarcki
(2013:
16)
Quantum
learning
menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode kami sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti: 1) Teori otak kanan/ kiri; 2) Teori otak triune (3 in 1); 3) Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik); 4) Teori kecerdaan ganda; 5) Pendidikan holistic (menyeluruh); 6) Belajar berdasarkan pengalaman; 7) Belajar dengan simbol; 8) Simulasi/ permainan. Quantum learning merupakan orkestrasi bermacam-macam interaksi yang didalam dan sekitar momen belajar atau suatu pembelajaran yang mempunyai misi utama untuk mendesain suatu proses belajar yang menyenangkan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Quantum learning bias dikatakan sebagai penerapan cara belajar baru yang lebih melihat kemampuan siswa berdasarkan kelebihan atau kecerdasan yang dimilikinya (Agus, 2013: 159). 1. Prinsip-prinsip Quantum Learning Quantum learning model memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Prinsip–prinsip ini dianggap sebagai chord dasar dari simponi belajar seseorang guru. Prinsip–prinsip tersebut adalah sebagai berikut: a. Segalanya berbicara Segalanya dari lingkungan kelas hingga hingga bahasa tubuh guru, dan kertas yang guru bagaikan hingga rancangan pengajaran guru,semua mengirim pesan tentang belajar.
17
b. Segalanya bertujuan Semua yang terjadi dalam pengubahan guru mempunyai tujuan. Tujuannya tiada lain adalah mewujudkan pembelajaran dan pencapaian quantum learning tersebut. c. Pengalaman sebelum pemberian nama Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakan rasa ingin tahu kita. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama-nama untuk apa yang mereka pelajari. d. Akui setiap usaha Belajar mengandung resiko, Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa ambil langka itu, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. e. Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan Perayaan adalah sarapan pelajar sang juara. Perayaan adalah umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar. 2. Manfaat Quantum Learning Manfaat quantum learning yang biasa menjadi kelebihan belajar, diantaranya sebagai berikut :Sikap positif. Sugesti sangat mempengaruhi terhadap tingkah laku siswa. Quantum learning lebih menekan pada sugesti positif dan menghindari sugesti negatif, tujuannya adalah menanamkan sikap positif pada siswa. Karena, sugestif positif akan mengarahkan pikiran anak terhadap perasaan dan tingkah laku dari suatu keadaan yang tidak dikehendaki.
18
a. Motivasi. Motivasi menentukan intensitas usaha anak dalam belajar. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama disadari adanya motivasi, maka seorang anak akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Makin tepat motivasi di berikan, makin berhasil pelajaran itu. Anak yang gagal dalam belajarannya tidak dapat disalahkan begitu saja. Mungkin gurunya yang berhasil dalam memberikan motivasi pada siswannya. b. Keterampilan belajar seumur hidup. Dengan mempelajari quantum learning, seorang akan mendapatkan teknik atau keterampilan belajar. Dalam quantum learning terhadap beberapa keterampilan belajar yang dapat meningkatkan belajar seseorang. Keterampilan itu sebagai modal seseorang untuk hidup, karena orang hidup yang dinamis dan tidak ketinggalan zaman adalah orang yang terus belajar. Sedangkan belajar membutuhkan keterampilanketerampilan seperti yang ditawarkan oleh quantum learning. Keterampilanketerampilan itu sangat bermanfaat sekali untuk dapat belajar lebih efektif. c. Kepercayaan diri. Dengan mengetahui dan melaksanakan beberapa keterampilan yang ada dalam quantum learning, seseorang akan merasa percaya diri dengan potensi yang dimilikinya. Sebab, quantum learning membimbing seseorang menujuh arah keberhasilan. Ketika sesorang berhasil, maka ia akan bangga dengan apa yang telah dilakukan. d. Sukses. Dengan mengikuti petunjuk–petunjuk yang ada dalam quantum learning, seseorang akan merasakan hasil yang memuaskan. Meraih kesuksesan dengan penuh semangat dan keriangan. Quantum learning tidak mengajak kesuksesan.
seseorang
pada
kehancuran,
tetapi
membimbing
kearah
19
3. Asas utama Quantum Learning Quantum learning mengacu pada konsep yaitu: “ bawalah dunia mereka kedunia kita, dan antarkan dunia kita kedunia mereka”. Inilah asas nama yang menjadi alasan dasar dibalik segala strategi, model dan keyakinan quantum learning. Segala hal yang dilakukan dalam quantum learning berorientasi pada setiap interaksi dengan siswa, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode intruksional yang dibangun di atas prinsip, bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. C. Konsep Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning) 1. Pengertian Pembelajaran kuantum merupakan terjemahan dari bahasa asing yaitu quantum learning. “Quantum Learning adalah kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yan1g dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat” (Bobbi DePorter & Mike Hernacki, 2011:16 ). Dengan demikian, pembelajaran kuantum dapat dikatakan sebagai metode pembelajaran yang menekankan untuk memberikan manfaat yang bermakna dan juga menekankan pada tingkat kesenangan dari peserta didik atau siswa. Selanjutnya, Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:30) mengungkapkan mengenai karakterisitik dari pembelajaran kuantum (quantum learning) yaitu sebagai berikut. a. Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.
20
b. Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis. c. Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis, bukan positivistisempiris, behavioristis, dan atau maturasionistis. d. Pembelajaran
kuantum
berupaya
memadukan
(mengintegrasikan),
menyinergikan, dan mengkolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. e. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna. f. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. g. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. h. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. i. Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
Konteks
pembelajaran
meliputi
suasana
yang
memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. j. Pembelajaran
kuantum
memusatkan
perhatian
pada
pembentukan
keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material.
21
k. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. l. Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. m. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. 2. Tujuan Menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:12) adapun tujuan dari pembelajaran kuantum (quantum learning) adalah sebagai berikut. a. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif. b. Untuk menciptakan proses belajar yang menyenangkan. c. Untuk menyesuaikan kemampuan otak dengan apa yang dibutuhkan oleh otak. d. Untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karir. e. Untuk membantu mempercepat dalam pembelajaran Tujuan
di
atas,
mengindikasikan
bahwa
pembelajaran
kuantum
mengharapkan perubahan dari berbagai bidang mulai dari lingkungan belajar yaitu kelas, materi pembelajaran yang menyenangkan, menyeimbangkan kemampuan otak kiri dan otak kanan, serta mengefisienkan waktu pembelajaran. Lingkungan belajar dalam pembelajaran kuantum terdiri dari lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro adalah tempat siswa melakukan proses belajar, bekerja, dan berkreasi. Lebih khusus lagi perhatian pada penataan meja, kursi, dan belajar yang teratur. Lingkungan makro yaitu dunia luas, artinya siswa diminta untuk menciptakan kondisi ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta
22
berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya, sehingga kelak dapat berhubungan secara aktif dengan masyarakat. Jadi, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kuantum sangat memperhatikan pengkondisian suatu kelas sebagai lingkungan belajar dari peserta didik mengingat model pembelajaran kuantum merupakan adaptasi dari model pembelajaran yang diterapkan di luar negeri. 3. Penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran Kegiatan belajar di kelas “Quantum learning” menggunakan berbagai macam metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, demonstrasi, kerja kelompok, ekperimen dan metode pemberian tugas. Metode yang telah dikemukakan tidak ada yang sempurna apa bila berdiri sendiri, sehingga harus digunakan secara bergantian untuk saling melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada. Penggunaan berbagai metode penyajian pelajaran secara bergantian akan membuat siswa menikmati kegiatan belajarnya dan tidak merasakan belajar yang menoton, serta perbedaan karakteristik pada siswa dapat terlayani dengan baik. Seorang siswa dikatakan aktif jika ikut serta mempersiapkan pelajaran, gembira dalam belajar, mempunyai kemauan kreativitas dalam belajar, keberanian menyampaikan gagasan dan minat, sikap kritis dan ingin tahu, kekuasaan bekerja sesuai prosedur, pengembangan penalaran induktif dan pengembangan penalaran deduktif. Adapun langkah-langkah yang diterapkan dalam pembelajaran quantum learning dengan cara : 1. Melakukan ambak (motivasi), memberi motivasi kepada siswa tentang manfaat mempelajari materi yang akan di ajarkan.
23
2. Penataan lingkungan belajar, meberikan rasa santai kepada siswa dengan merapikan kelas, mendengarkan/ memutar musik agar siswa rileks dalam pembelajaran. 3. Memupuk sikap juara, memupuk sikap juara dengan cara memberikan penghargaan baik berupa tepuk tangan atau pujian maupun berupa hadiah kepada siswa yang mampu menjawab pertanyaan dari guru dan siswa yang memperoleh nilai tertinggi dalam mengerjakan soal latihan yang terdapat dalam media pembelajaran. 4. Bebaskan gaya belajarnya, memvariasikan berbagai model pembelajaran yang disesuaikan dengan modalitas visual, auditorial, dan kinestetik (VAK) siswa. Dalam penerapan ini modalitas gaya belajar yang dilaksanakan hanya modalitas VA (Visual dan Auditorial) yang dituangkan dalam suatu media pembelajaran interaktif. 5. Membiasakan mencatat, menyuruh siswa agar membuat ringkasan materi yaitu dengan membuat catatan Tulis Susun (TS). Pemilihan jenis catatan TS ini karena disesuaikan dengan keadaan siswa agar siswa tidak terpaku pada membuat catatan ketika guru menyampaikan materi 6. Membiasakan membaca, memberi tugas rumah untuk membaca dan mempelajari materi yang akan dipelajari selanjutnya 7. Melatih kekuatan memori anak, melatih kekuatan memori siswa dengan mengerjakan soal-soal dari media pembelajaran yang dilaksanakan secara serempak oleh siswa tanpa melihat buku.
24
4. Sintaks Metode Pembelajaran Kuantum (Quuantum Learning) Sintaks atau langkah metode pembelajaran kuantum (quantum learning) yang dikenal dengan sebutan TANDUR Bobbi DePorter,et al.,(2004:10) adalah sebagai berikut :
Quantum Learning
Sintaks Tumbuhkan minat dengan memuaskan
1. Tumbuhkan
“Apakah Manfaatnya Bagiku” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan belajar Ciptakan
2. Alami
atau
datangkan
pengalaman
umum yang dapat dimengerti semua pelajar
3. Namai
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah “masukan”
4. Demonstrasikan
Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu” Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang
5. Ulangi
materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi,
6. Rayakan
dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan
25
5. Keunggulan dan Kelemahan Metode pembelajaran Kuantum (Quantum Learning Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:18-19) dalam bukunya yang berjudul ”Quantum Learning” juga menjelaskan mengenai keunggulan dan kelemahan dari pembelajaran kauntum (quantum learning) yaitu sebagai berikut. a. Keunggulan 1) Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai. 2) Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis. 3) Pembelajaran kuantum lebih konstruktivis, bukan positivistis-empiris, behavioristis. 4) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna. 5) Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. 6) Pembelajaran kuantum sangat menentukan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. 7) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. 8) Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. 9) Pembelajaran
kuantum
memusatkan
perhatian
pada
pembentukan
keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material.
26
10) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. 11) Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. 12) Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. b. Kelemahan 1) Membutuhkan pengalaman yang nyata 2) Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar 3) Kesulitan mengidentifikasi keterampilan siswa Berdasarkan pemaparan keunggulan dan kelemahan pembelajaran kuantum, pembelajaran kauntum sangat memperhatikan keaktifan serta kreatifitas yang dapat dicapai oleh peserta didik. Pembelajaran kuantum mengarahkan seorang guru menjadi guru yang “baik”. baik dalam arti bahwa guru memiliki ide-ide kreatif dalam memberikan proses pembelajaran, mengetahui dengan baik tingkat kemampuan siswa. D. Konsep Dasar Geografi Arti geografi yang sebenarnya adalah uraian (grafein artinya menguraikan atau melukiskan) tentang bumi (geos) dengan segenap isinya, yakni manusia, yang kemudian ditambah lagi dengan dunia hewan dan dunia tetumbuhan. Menurut Abraham Palangan (2007: 5) Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena-fenomena geosfer yaitu atmosfera, hidrosfera, litosfera, dan biosfera dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks keruanagan.
27
Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan dalam segala perwujudan makna: hidup sepanjang hayat, dan dorongan peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek-aspek spasial eksistensi manusia, agar manusia memahami karakteristik dunianya dan tempat hidupnya. Geografi mengkaji tentang aspek ruang dan tempat pada berbagai skala di muka bumi. Penekanan bahan kajiannya adalah gejala-gejala alam dan kehidupan yang membentuk lingkungan dunia dan tempat-tempat. Gejala alam dan kehidupan itu dapat dipandang sebagai hasil dari proses alam yang terjadi di bumi, atau sebagai kegiatan yang dapat memberi dampak kepada mahluk hidup yang tinggal di atas permukaan bumi. Untuk menjelaskan pola-pola gejala geografis yang terbentuk, dan mempertajam maknanya, disajikan dalam bentuk deskripsi, peta dan tampilan geografis lainnya. (DEPDIKNAS, 2003: 5) Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di ats muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan “lokasi pada ruang”. Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu. Menurut Wikipedia, geografi adalah ilmu tentang lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu ge (“Bumi”) dan graphein (“menulis” atau “menjelaskan”). Geografi merupakan nam judul buku bersejarah yaitu Geographia karya Klaudios ptolemaios (abad kedua). (Lif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, 2011: 94-95)
28
E. Konsep Dasar Litosfer Litosfer adalah kulit terluar dari planet berbatu. Litosfer berasal dari kata Yunani, litosfer berasal dari kata lithos artinya batuan, dan sphere artinya lapisan. Secara harfiah litosfer adalah lapisan bumi yang paling luar atau biasa disebut dengan kulit bumi. Litosfer merupakan lapisan batuan/ kulit bumi yang bulat dengan ketabalan kurang lebih 1200 km. Ahli- ahli geofisika menggunakan istilah litosfer dalam pengertian yang lebih terbatas yaitu kulit luar bumi yang tipis, disebut kerak (crust). Pada lapisan ini pada umumnya terjadi dari senyawa kimia yang kaya akan Si02, itulah sebabnya lapisan litosfer sering dinamakan lapisan silikat dan memiliki ketebalan rata-rata 30 km yang terdiri atas dua bagian, yaitu Litosfer atas (merupakan daratan dengan kira-kira 35% atau 1/3 bagian) dan Litosfer bawah (merupakan lautan dengan kira-kira 65% atau 2/3 bagian). Litosfer Bumi meliputi kerak dan bagian teratas dari mantel Bumi yang mengakibatkan kerasnya lapisan terluar dari planet Bumi. Litosfer ditopang oleh astenosfer, yang merupakan bagian yang lebih lemah, lebih panas, dan lebih dalam dari mantel. Batas antara litosfer dan astenosfer dibedakan dalam hal responnya terhadap tegangan: litosfer tetap padat dalam jangka waktu geologis yang relatif lama dan berubah secara elastis karena retakan-retakan, sednagkan astenosfer berubah seperti cairan kental. Litosfer terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik yang mengakibatkan terjadinya gerak benua akibat konveksi yang terjadi dalam astenosfer. Konsep litosfer sebagai lapisan terkuat dari lapisan terluar Bumi dikembangkan oleh Barrel pada tahun 1914, yang menulis serangkaian paper untuk
29
mendukung konsep itu. konsep yang berdasarkan pada keberadaan anomali gravitasi yang signifikan di atas kerak benua, yang lalu ia memperkirakan keberadaan lapisan kuat (yang ia sebut litosfer) di atas lapisan lemah yang dapat mengalir secara konveksi (yang ia sebut astenosfer). Ide ini lalu dikembangkan oleh Daly pada tahun 1940, dan telah diterima secara luas oleh ahli geologi dan geofisika. Meski teori tentang litosfer dan astenosfer berkembang sebelum teori lempeng tektonik dikembangkan pada tahun 1960, konsep mengenai keberadaan lapisan kuat (litosfer) dan lapisan lemah (astenosfer) tetap menjadi bagian penting dari teori tersebut. F. Penelitian Relevan 1. Widyaningsih (2014) dalam penelitiannya yang berjudul: “meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran Quantum learning pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandung. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS mengalami peningkatan dari siklus I kesiklus II. Pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajarnya adalah 13 siswa dari 20 siswa dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 65 % sedangkan pada siklus II, jumlah siswa yang tuntas adalah 18 siswa dengan presentase ketuntasan secara klasikal sebesar 90%. 2. Suci Lestari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “penerapan model pembelajaran Quantum learning dalam meningkatkan perilaku belajar siswa kelas X MAN 2 Model Makassar. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Geografi mengalami peningkatan dari siklus I kesiklus II, pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajarnya adalah 16 siswa dari 28 siswa dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 57%
30
sedangkan siklus II, jumlah siswa yang tuntas adalah 25 siswa dari 28 siswa dengan presentase ketuntasan secara klasikal sebesar 89%. G. Kerangka Pikir Beberapa dugaan (asumsi) rendahnya hasil belajar di kelas X3 SMA Negeri 3 Konawe Selatan khususnya mata pelajaran Geografi materi pokok litosfer pada siswa kelas X3 adalah minat dan aktivitas siswa yang rendah serta model pembelajaran yang di terapkan tidak menyenangkan, model pembelajaran yang diterapkan masih model pembelajaran konvensional, dimana sistem penyampaian materi pembelajaran lebih di dominasi oleh guru yang sifat mengajarnya bersifat otoriter, yaitu guru memainkan peran aktif dalam pembelajaran sementara siswa hanya duduk menerima secara pasif informasi pengajaran, dan guru kurang memberi peluang dan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya serta mengembangkan pengetahuan, kreatifitas serta keterampilan di dalam pembelajaran sehingga kurangnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. Untuk memecahkan masalah tersebut, maka perlu diterapkan model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif serta meningkatkan aktivitas guru dalam mengajar bukan hanya sekedar ceramah guna meningkatkan hasil belajar Geografi. Salah satu model pembelajaran yang dapat di terapkan adalah model Quantum Learning yang melibatkan peran siswa secara aktif serta meningkatkan aktifitas guru mengajar bukan hanya sekedar ceramah guna meningkatkan hasil belajar Geografi. H. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:
31
1. Untuk aktivitas belajar siswa: Penelitian ini dikatakan berhasil jika perolehan skor aktivitas belajar siswa ≥ 3 ,0 2. Untuk aktivitas mengajar guru: Penelitian ini dikatakan berhasil jika perolehan skor aktivitas mengajar guru ≥3,0 3. Untuk hasil belajar geografi siswa: Penelitian ini dikatakan berhasil jika terdapat 85% siswa memperoleh skor ≥ 75 sesuai dengan KKM yang ditetapkan di sekolah SMAN 3 Konawe Selatan
32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan guru dalam melaksanakan tugasnnya. Penelitian ini melibatkan hasil observasi awal serta refleksi
atas
tindakan
yang
berulang,
yaitu;
perencanaan,
tindakan,
evaluasi/observaasi, refleksi, perencanaan ulang, dan seterusnya. Serta penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif dalam situasi nyata di kelas B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Konawe Selatan kelas X3 tahun pelajaran 2015/2016. C. Subjek penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X3 yang berjumlah 27 orang. Pemilihan kelas X3 ini sebagai subyek penelitian, karena dianggap sebagai kelas yang memiliki hasil belajar Geografi yang lebih rendah di banding kelas lainya. D. Faktor yang Diteliti Untuk menjawab permasalahan yang ada, terdapat beberapa faktor yang di teliti. Faktor-faktor tersebut antara lain:
32
33
1. Siswa Faktor yang diteliti dari aspek siswa yaitu, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran ketika guru menggunakan model pembelajaran Quantum Learning pada mata pelajaran Geografi. 2. Guru Dari faktor guru yang diteliti yaitu, kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran Quantum Learning dalam proses pembelajaran Geografi pada siswa kelas X3 SMA Negeri 3 Konawe Selatan. 3. Hasil Belajar Dari sisi hasil belajar yang diteliti yaitu peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran ketika guru menggunakan model Quantum Learning dalam proses pembelajaran Geografi. E. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari dua siklus. Tiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan yang dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti yang telah didesain dalam faktor yang diteliti.
34
Alternatif Pemecahan (Rencana Tindakan I)
Permasalahan
Pelaksanaan Tindakan I Siklus I
Analisis Data I Evaluasi
Observasi I
Alternatif Pemecahan
Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi I
Belum Terselesaikan
(Rencana Tindakan II)
Siklus II Refleksi II
Analisis Data II Evaluasi
Observasi II
Terselesaikan Gambar 3.1. Alur Model PTK (2003:18)
Secara rinci prosedur penelitian ini dijabarkan sebagai berikut : 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini meliputi : a. Menyiapkan silabus; b. Membuat sekenario pelaksanaan tindakan; c. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana suasana belajar mengajar di kelas ketika penerapan pembelajaran Quantum Learning dilaksanakan; d. Menyiapkan alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka membantu siswa memahami pembelajaran geografi dengan baik, berupa lembar kegiatan siswa (LKS);
35
e. Mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah materi yang di berikan telah dikuasai oleh siswa; f. Menyiapkan jurnal. 2. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang digunakan guru adalah penerapan pembelajaran Quantum Learning sesuai dengan materi yang akan diajarkan pada tiap siklus. Secara umum pelaksanaan tindakan pada tiap siklus terdiri dari kegiatan: a. Melakukan apersepsi, pada siklus 1 pertemuan 1 apersepsi dilakukan dengan menanyakan pada siswa tentang materi yang sudah dipelajari di kelas X. Sedangkan apersepsi pada pertemuan selanjutnya dilakukan dengan menanyakan ingatan siswa tentang materi pelajaran sebelumnya dan mengaitkannya dengan pembelajaran yang akan dilangsungkan; b. Memotivasi siswa dengan pertanyaan yang jawabannya akan dibuktikan dengan mengisi lembar kegiatan siswa; c. Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Setiap siswa dipastikan berfikir untuk menyelesaikan pertanyaan yang ada pada LKS (terlampir). Pertanyaan berupa contoh kasus yang diperkirakan pernah terjadi dan dilihat atau dialami oleh siswa di lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari; d. Setiap siswa mempersentasikan hasil pekerjaannya, siswa yang lain memberi tanggapan; e. Siswa dibimbing untuk menarik kesimpulan;
36
f. Guru memberikan tugas di rumah. 3. Kegiatan Observasi/Evaluasi Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Proses observasi dilakukan oleh rekan sejawat peneliti. Untuk mengamati guru dalam kelas selama melaksanakan tindakan dalam proses pembelajaran. Pengamatan juga dilakukan terhadap perilaku dan aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan dampak yang ditimbulkan dari perilaku guru terhadap siswa selama proses pembelajaran. Evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir siklus pelaksanaan tindakan. Evaluasi tersebut ditujukan untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar Geografi siswa pada pokok bahasan yang diajarkan. Alat evaluasi yang digunakan adalah tes hasil belajar yang disusun peneliti. 4. Refleksi Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi, kelemahankelemahan atau kekurangan-kekurangan yang terjadi pada setiap siklus berikutnya. F. Data dan Sumber Data 1. Data Data dalam penelitian ini terdiri dari data kualitaif dan data kuantitatif. 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas X3 SMA Negeri 3 Konawe Selatan yang terdaftar dan aktif pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 27 siswa, dan guru kelas X3 SMA Negeri 3 Konawe Selatan.
37
G. Teknik Pengumpulan Data Data kualitatif diperoleh melalui observasi. dengan menggunakan lembar observasi. Data kualitatif dimaksudkan untuk memperoleh data tentang proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru ketika menggunakan metode pembelajaran Quantum Learning ketika proses pembelajaran Geografi berlangsung terhadap siswa kelas X3 SMA Negeri 3 Konawe Selatan. Data kuantitaif diperoleh melalui hasil tes pada setiap akhir siklus tindakan. Data kuantitatif dimaksudkan untuk memperoleh data tentang hasil belajar Geografi ketika guru menggunakan metode pembelajaran Quantum Learning dalam proses pembelajaran Geografi. H. Teknik Analisis Data Analisis data hasil observasi dilakukan dengan cara menghitung jumlah skor hasil observasi, selanjutnya dihitung persentasenya kemudian dikonversi ke dalam kualifikasi sebagaimana pada tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1. Kualifikasi Penilaian Aktivitas Guru dan Siswa No. 1 2 3 4 5
Persentase 81 – 100 61 – 80 41 – 60 21 – 40 0 – 20
Kualifikasi Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif Tidak Efektif
Rumus menghitung persentase hasil observasi
% KAMG =
Jumlah Skor Perolehan Guru Jumlah Skor Maksimal
x 100%
38
Untuk menentukan keberhasilan aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada keterlaksanaan skenario pembelajaran. persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal adalah sebagai berikut: % KABS =
Jumlah Skor Perolehan Siswa Jumlah Skor Maksimal
x 100% (Suparno, 2008:81)
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah statistik deskripsi untuk menghitung rata- rata perolehan nilai siswa pada setiap siklus. Dengan rumus: 1. Menentukan nilai rata-rata
x= Ket.
Ʃ xi N
n = jumlah siswa secara keseluruhan
x = nilai rata- rata yang di peroleh siswa
Ʃ xi = jumlah nilai yang di peroleh setiap siswa
2. Menentukan ketuntasan belajar Ʃfi % tuntas =
x 100% n
Dengan: n
: jumlah siswa secara keseluruhan
Ʃfi
: jumlah siswa pada kategori ketuntasan belajar (Usman dan Setiawati, 1993: 139)
3. Menentukan Keberhasilan Aktifitas Mengajar Guru Untuk menentukan keberhasilan aktivitas mengajar guru dapat dilihat pada keterlaksanaan skenario pembelajaran. Presentase keterlaksanaan
39
skenario pembelajaran dihitung berdasarkan jumlah skor perolehan guru di bagi dengan jumlah skor maksimum di kalikan dengan seratus persen. Jumlah skor perolehan guru % KAMG =
x 100% Jumlah skor maksimum (Ridwan dalam Rosmaidar, 2012: 22)
4. Menentukan Keberhasilan Aktifitas Belajar Siswa Keberhasilan aktivitas belajar siswa di hitung berdasarkan skor perolehan siswa kemudian di bagi dengan jumlah skor maksimum di kalikan dengan seratus persen. Jumlah skor perolehan siswa % KAMG =
x 100% Jumlah skor maksimum
I. Indikator Kinerja Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah: 1. Aktivitas mengajar guru dianggap tuntas apabila keberhasilanya telah mencapai rata-rata minimal 3,0. 2. Aktivitas belajar siswa dianggap tuntas apabila keberhasilan telah mencapai ratarata minimal 3,0. 3. Hasil belajar dikatakan tuntas apabila 85% siswa telah mencapai nilai KKM yaitu 75, sesuai KKM yang di tetapkan sekolah untuk mata pelajaran Geografi.
40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi hasil penelitian siklus I Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Konawe Selatan pada kelas X3, dengan waktu pelaksanaan penelitian pada tanggal 16 Januari sampai 6 Februari tahun 2016, hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Geografi melalui penerapan metode Qunatum Learning 2. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Kegiatan pelaksanaan tindakan siklus I ini meliputi langkah-langkah utama yaitu perencanaan, tindakan ,observer, evaluasi, dan refleksi. a. Perencanaan Setelah disepakati menerapkan metode pembelajaran Quantum Learning dengan materi Litosfer, maka selanjutnya
kegiatan yang dilaksanakan pada
tahap perencanaan siklus I ini yaitu menyiapkan rencana pembelajaran, media yang digunakan dalam proses pembelajaran, Lks, lembar observasi, dan alat dokumentasi. Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah ruang kelas yang biasa para siswa dan siswi kelas X3 gunakan untuk proses pembelajaran, selanjutnya menyiapkan ruangan kelas yang menyenangkan serta siswa-siswi Kelas X3 yang akan mengikuti pross pembelajaran maka pelajaran Geografi ini menjadi lebih efektif. Rencana pembelajaran di buat dan di diskusikan bersama
40
41
dengan guru kolaborator agar rencana pembelajaran yang di buat sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan di SMA Negeri 3 Konawe Selatan. 1) Merencanakan penerapan metode pembelajaran Quantum learning dalam proses pembelajaran geografi pada tindakan siklus I. 2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan penerapan metode pembelajaran Quantum Learning pertemuan I dan pertemuan II. 3) Membuat lembar kerja siswa (LKS 01 dan LKS 02) 4) Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan. 5) Membuat format observasi pembelajaran, yaitu format observasi guru dan format observasi siswa yang terdiri atas observasi aktivitas guru dan observasi aktivitas siswa. 6) Menyusun soal evaluasi tes hasil belajar siswa berupa esay yang digunakan pada akhir siklus I. b. Pelaksanaan Tindakan dan pengamatan Pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran
dengan
menerapkan
metode
pembelajaran Quantum Learning pada materi pokok Litosfer sesuai dengan RPP pada pertemuan I pada sub materi mengidentifikasi mengidemtifikasi lapisan kerak bumi, dan RPP pada pertemuan II pada sub materi macam-macam batuan pembentuk kertak bumi. Pelaksanaan
tindakan
dengan
menggunakan
lembar
pengamatan
pembelajaran Quantum Learning yang telah dirancang sebelumnya. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran untuk memantau optimalisasi penerapan metode pembelajaran Quantum Learning yang dilakukan oleh observer
42 yaitu guru kelas X3 dan untuk melihat aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh observer 1. Pertemuan Pertama (Sabtu 16 Januari 2016) Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 1 x 45 menit (1 jam pelajaran), dimulai pada pukul 09.15 sampai dengan pukul 10.00. Terdapat 3 orang siswa yang tidak hadir dalam proses pembelajaran dikarenakan sakit. Guru Geografi kelas X3 hadir sebagai observer yang mengamati aktivitas siswa satu persatu kemudian dicatat pada lembar observasi. Selain itu observer juga melakukan penilaian kepada peneliti ketika mengajar dikelas. Hal ini di maksud untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya. Kegiatan
pembelajaran
dimulai
dengan
langkah-langkah
menata
lingkungan kelas setengah lingkaran berbeda dengan kondisi sebelumnya, pada saat siswa memasuki ruangan. Memberi informasi awal tentang latar belakang lapisan kerak bumi. Selanjutnya guru mengarahkan siswa untuk bergabung dalam kelompoknya yang telah dibentuk sebelumnya untuk melakuan diskusi kelompok. Guru berkeliling mengamati dan memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi yang didiskusikan. Setelah itu siswa diarahkan untuk mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah diskusikan. Guru memberi penghargaan kepada kelompok terbaik dalam mempersentasikan dan menanggapi jawaban dari kelompok lain berupa tepuk tangan. Terakhir guru memberi tugas kepada siswa untuk mencari informasi tentang materi yang akan diajarkan
43
2. Pertemuan Kedua (Sabtu, 23 Januari 2016) Sebagaimana
pada
pertemuan
sebelumnya
kegiatan
pembelajaran
berlangsung 1 x 45 menit. Proses pembelajaran dimulai pada pukul 09.15 sampai dengan pukul 10.00. Pada hari ini semua siswa hadir untuk mengikuti pembelajaran Geografi di dalam kelas. Materi yang disampaikan adalah macam-macam batuan pembentuk permukaan bumi. Pada materi ini terlihat beberapa siswa yang sangat antusias untuk berdiskusi Hal-hal yang kurang dipahami langsung ditanyakan oleh siswa. Beberapa siswa yang sebelumnya tidak aktif untuk bertanya mulai berani untuk menanyakan hal-hal yang dianggap belum meraka pahami. Saat guru menjelaskan materi menggunakan buku ajar dan media, tidak semua siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Ada beberapa siswa yang cenderung mengganggu siswa-siswa lain sehingga konsentrasi mereka kurang maksimal dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Dalam hal ini jelas bahwa perhatian siswa dalam proses pembelajaran sangatlah penting dalam menunjang konsentrasi belajar para siswa. Akhir dari pertemuan ke dua ini di berikan Tes siklus I kepada seluruh siswa kelas X3 dalam bentuk 5 nomor isian. Tes siklus ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan oleh guru. 3. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pengamatan
aktivitas
belajar
siswa
selama
proses
pembelajaran
berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan terhadap siswa diantaranya meliputi keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa dalam menanggapi penjelasan guru, keaktifan siswa dalam kelompok baik dalam balajar
44
maupun dalam mengerjalan soal-soal, keaktifan siswa dalam megerjakan LKS, keaktifan siswa dalam mempersentasekan hasil diskusi kelompoknya, dan keterlibatan siswa dalam menyimpulkan materi pembelajaran. Data hasil analisis aktivitas belajar siswa dengan menerapkan metode pembelajaran Quantum learning siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini: Tabel 4.1 Rerata Aktivitas Belajar siswa siklus I Skor Pengamatan No
Aktivitas Siswa yang Diamati
Siklus I Pert.I
Pert. II
3
4
2
3
3
3
2
3
3
4
3
3
Siswa aktif berdiskusi dalam kelompok Siswa mempresentasekan hasil kerjanya di depan kelas
3
3
2
3
Siswa menanggapi jawaban dari kelompok lain
2
3
Siswa menyimak penguatan, koreksi dari guru dari hasil diskusi kelompok
3
3
Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru Siswa mendengarkan kesimpulan mengenai materi yang telah didiskusikan dalam kelompok
2
2
2
3
Siswa menjawab salam dari guru tanda akhir pelajaran Rerata Aktivitas Siswa
3 2.5
4 3.1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Siswa menjawab salam, membaca doa dan mendengarkan nama Siswa memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran Siswa aktif memberikan respon terhadap kegiatan apersepsi Siswa memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru Siswa terbagi dalam kelompok yang telah dibagikan oleh guru Siswa membaca dan menelaah LKS yang telah diberikan
Rerata 3,5 2,5 3,0 2,5 3,5 3,0 3,0 2,5 2,5 3,0 2,0 2,5 3,5 2.8
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, menunjukan bahwa aktivitas siswa siklus I pada pertemuan 1 berada dalam kategori cukup dengan skor sebesar 2,5 dan pada
45
pertemuan II juga berada dalam kategori baik dengan skor sebesar 3,1. Namun Rerata aktivitas belajar siswa siklus I dari pertemuan I sampai Pertemuan II sebesar 2,8 yang berada dalam kategori cukup. Seperti yang terlihat pada tabel 4.1 pada siklus I menunjukan Aktivitas yang mendapat skor terendah terdapat
pada aspek nomor 11, dengan nilai rata-rata
sebesar 2 yaitu Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Sedangkan pada siklus I aktivitas siswa tertinggi dengan skor rata-rata sebesar 3,5 terdapat pada aspek nomor 1,5 dan 13 yaitu Siswa menjawab salam, membaca doa dan mendengarkan nama, Siswa terbagi dalam kelompok yang telah dibagikan oleh guru, siswa menjawab salam guru tanda akhir pelajaran. Berdasarkan teknik analisis data statistik deskriptif yang digunakan dalam peneltian ini untuk melihat dan memberi gambaran keadaan data dan menampilkan hasil perhitungan dapat berupa grafik, tabel dan uraian. Gambaran rerata aktivitas belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran Quantum learning
pada
siklus I setiap aspek aktivitas yang diamati dengan memberikan skor dapat dilihat
skor rata-rata aktivitas siswa
pada grafik berikut ini:
4
3,5 3,5 3 2,5 3 2,5
3
2,5 2,5 3
2
2,5
3,5
1 1 2 3 4 5 6 7
Siklus I
8
9 10 11 12 13 Aktivitas Belajar Siswa
Gambar 4.1 : Grafik Skor RerataTiap Aspek Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I
46
Keterangan : 1
Siswa menjawab salam, membaca doa dan mendengarkan nama
2
Siswa memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
3
Siswa aktif memberikan respon terhadap kegiatan apersepsi
4
Siswa memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru
5
Siswa terbagi dalam kelompok yang telah dibagikan oleh guru
6
Siswa membaca dan menelaah LKS yang telah diberikan
7
Siswa aktif berdiskusi dalam kelompok
8
Siswa mempresentasekan hasil kerjanya di depan kelas
9
Siswa menanggapi jawaban dari kelompok lain
10 Siswa menyimak penguatan, koreksi dari guru dari hasil diskusi kelompok 11 Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru 12 Siswa mendengarkan kesimpulan mengenai materi yang telah didiskusikan dalam kelompok 13 Siswa menjawab salam dari guru tanda akhir pelajaran
Berdasarkan gambar 4.1 tentang aktivitas belajar siswa pada siklus I menunjukan bahwa Rerata dalam tiap aspek aktivitas belajar 6 dari 13 aspek masih berada dalam kategori cukup yaitu 2) Siswa memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran; 4) siswa memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru; 8) siswa mempresentasekan hasil kerjanya di depan kelas; 9) siswa menanggapi jawaban dari kelompok lain; 11) siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dan 12) Siswa mendengarkan kesimpulan mengenai materi yang telah didiskusikan dalam kelompok; Dan 7 aspek aktivitas siswa yang berada dalam kategori baik yaitu aspek nomor, 1) siswa menjawab salam, membaca doa dan mendengarkan nama;
3) siswa aktif memberikan respon terhadap kegiatan
apersepsi; 5) siswa terbagi dalam kelompok yang telah dibagikan oleh guru; 6) siswa
47
membaca dan menelaah LKS yang telah diberikan; 7) siswa aktif berdiskusi dalam kelompok; 10) siswa menyimak penguatan koreksi dari guru dari hasil diskusi kelompok; dan 13) siswa menjawab salam dari guru. Namun meskipun 7 dari 13 aspek berada dalam kategiri baik masih perlu di lanjutkan ke tahap berikutnya karena rerata belum mencapai 3.0 Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 terlihat bahwa aktivitas siswa pada siklus I belum mencapai keberhasilan karena Rerata aktivitas siswa sebesar 2,8 yang berada dalam kategori cukup belum mencapai keberhasilan sesui dengan hipotesis tindakan dimana dikatakan berhasil apabila skor rata-rata aktivitas siswa minimal
SKOR RATA-RATA AKTIVITAS SISWA
3,0. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.2 sebagai berikut: 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
2,5
3,1
2,8 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rerata
SIKLUS I
Gambar 4.2. Grafik Rerata Aktivitas Belajar Siswa Tiap Pertemuan Siklus I Berdasarkan gambar diatas menunjukan bahwa rerata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 2,8 yang berada dalam kategori cukup. hal ini menunjukan aktivitas belajar siswa belum menjawab hipotesis tindakan sehingga dilaksanakan siklus berikutnya untuk mencapai tingkat atau kategori yang diharapkan. 3. Hasil Pengamatan Aktifitas Mengajar Guru Pengamatan terhadap aktifitas guru diantaranya meliputi mempersiapkan siswa untuk belajar, Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran,
48
memotivasi siswa, membagi siswa dalam 4-5 kelompok secara heterogen (L/P), menyiapkan serta membagikan LKS kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan, membimbing serta membantu siswa dalam mengerjakan LKS, mempersilahkan kepada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas, dan mengevaluasi hasil diskusi masing-masing kelompok untuk mengetahui tingkat pemahaman dan penguasaan materi siswa. Aktivitas mengajar guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Quantum learning pada materi pokok Litosfer dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas mengajar guru dalam kegiatan proses belajar mengajar dengan memberikan skor pada setiap aspek yang diamati pada siklus I dan Siklus II dalam setiap pertemuan. Aktivitas mengajar guru yang diperoleh dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas mengajar guru siklus I pada pertemuan I dan pertemuan II untuk mengetahui tingkat penguasaan dalam mengajar dapat dilihat pada tabel 4.2:
49
Tabel 4.2 Data Aktivitas Mengajar Guru Siklus I
No
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11
12
13
Aktivitas yang diamati
A. Kegiatan Awal Guru memberi salam Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Guru memberikan kegiatan apersepsi B. Kegiatan Inti Guru menyajikan materi berupa penjelasan materi yang akan di ajarkan Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa secara heterogen
Siklus I Pertemuan KeRerata 1 2 3 3 2
3 3 3
3,0 3.0 2,0
3
3
3,0
2
3
2,5
Guru membagi lembar kerja siswa (LKS) kepada masing-masing kelompok Guru memandu siswa dalam kelompoknya agar melakukan kegiatan sesuai dengan yang diperintahkan dalam LKS Guru membimbing setiap kelompok dalam berdiskusi agar dapat memeecahkan masalah dalam LKS Guru meminta salah satu perwakilan kelompok untuk mempresentasekan hasil kerja di depan kelas Guru memberikan penguatan dan koreksi terhadap seluruh klegiatan pembelajaran Guru melakukan evaluasi dan merefleksi hasil diskusi siswa yang telah dipresentasikan didepan kelas C. Kegiatan Penutup Guru menyimpulkan materi secara singkat mengenai apa yang telah didiskusikan siswa agar mereka lebih memahami dan mendalami serta mengerti apa yang telah mereka pelajari Guru menutup kegiatan pembelajaran serta memberi salam
3
4
3,5
3
3
3,0
2
2
2,0
4
4
4,0
2
3
2.5
2
3
2.5
2
2
2,0
3
3
3.0
Rerata
2.6
3.0
2.8
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui aktivitas mengajar guru pada siklus II dari pertemuan I sampai pertemuan II. Pada siklus I kita dapat melihat aktivitas guru
50
yang mendapatkan skor terendah dengan nilai rata-rata 2 adalah aktivitas nomor dan yaitu 3) guru memberikan kegiatan apersepsi; 8) Guru membimbing setiap kelompok dalam berdiskusi agar dapat memeecahkan masalah dalam LKS; dan 12) Guru menyimpulkan materi secara singkat mengenai apa yang telah didiskusikan siswa agar mereka lebih memahami dan mendalami serta mengerti apa yang telah mereka pelajari. Sedangkan skor tertinggi aktivitas mengajar guru dengan skor ratarata 4 terdapat pada aktiviitas
nomor 9) Guru meminta salah satu perwakilan
kelompok untuk mempresentasekan hasil kerja di depan kelas. Untuk Lebih jelasnya, kita dapat melihat gambaran rata-rata aktivitas belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran Quantum learning pada siklus I dalam setiap aspek aktivitas yang diamati dengan memberikan skor dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini:
3 SKOR AKTIVITAS GURU
3 2,9
2,8
2,8 2,7
Pertemuan 1
2,6
2,6
Pertemuan 2 Rerata
2,5 2,4 SIKLUS I
Gambar 4.3: Grafik Rerata Aktivitas Mengajar Guru Siklus I Berdasarkan analisis data yang terlihat pada gambar 4.2 menunjukan bahwa aktivitas guru belum mencapai keberhasilan yang diharapkan karena belum menjawab hipotesis tindakan, dimana skor rata-rata aktivitas mengajar guru pada pertemuan 1 siklus I sebesar 2,6 yang berada dalam kategori cukup dan skor rata-
51
rata aktivitas mengajar guru pertemuan II siklus I Sebesar 3,0 berada dalam kategori baik, tetapi pada siklus I ini setelah dirata-ratakan antara pertemuan I dan pertemuan II aktivitas mengajar guru masih berada dalam kategori cukup dengan skor sebesar 2,8. 4. Hasil Belajar Siswa Siklus I Setelah melekukan pengamatan aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru, maka selanjutnya adalah dengan melakukan tes hasil belajar siswa. Hal ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa tentang materi yang telah diajarkan dengan menggunakan tes hasil belajar setelah menerapkan metode pembelajaran Quantum learning dalam proses pembelajaran, siswa bertanggung secara individu terhadap hasil belajarnya. Data hasil belajar siswa kelas X3 Pada Materi pokok Litosfer diperoleh melalui test pada setiap akhir siklus. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif yang digunakan untuk menganalisis hasil belajar siswa pada tiap siklus, diperoleh data yang disajikan dalam tabel 4.3 berikut ini :
52
Tabel 4.3 Data analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama Siswa
Nilai
ANH 30 RA 75 AH 75 EA 75 Al 60 SR 85 RF 80 HS 85 DR 75 RiH 75 ZY 75 GS 80 MJ 75 MM 40 FG 45 KN 25 FR 30 RH 30 AP 75 KK 85 NM 90 SA 90 AF 75 HS 75 HM 75 NH 75 WN 45 1.800 Jumlah 66,66 Rata-rata Persentase Ketuntasan KKM (75)
Keterangan Tuntas Tidak tuntas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 19 8 70%
30%
Berdasarkan hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus I menunjukan hasil belajar seluruh siswa sebanyak 27 yang mengikuti tes siklus I hanya 19 siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 atau dengan persentase 70% siswa yang mencapai KKM, sedangkan 8 siswa yang memperoleh nilai ˂ 75 atau dengan persentase 30 %, dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa 66,66. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 25 dan nilai tertinggi sebesar 90. Kenyataan tersebut belum mencapai
53
indikator keberhasilan yang ditetapkan dari segi hasil belajar siswa yaitu minimal 85% siswa mencapai nilai ≥ 75. Persentase ketuntasan hasil belajar geografi siswa kelas X3 SMAN 3 Konsel dengan menerapan metode pembelajaran Quantum learning pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini: Tabel 4.4 Analisis Ketuntasan Belajar Siswa Pada Evaluasi Siklus I Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Total
Jumlah 19 8 27
Persentase 70% 30% 100%
Agar lebih jelas, persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I, berdasarkan data hasil belajar yang telah dianalisis dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
100
70 19
50
30
8
Persentase Jumlah
0 Tuntas Belum Tuntas
SIKLUS I
Gambar 4.4 Grafik Ketuntasan Hasil Siklus I Belajar Siswa Kelas X 3 SMA Negeri 3 Konsel. Berdasarkan gambar diatas diperoleh bahwa pada siklus I terdapat 70% atau 19 orang dari 27 siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 atau telah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). 5. Tahap Refleksi Pada pertemuan pertama, ada beberapa siswa yang tidak mengikuti proses pembelajaran dengan alasan sakit. Kendala lainya berupa kurangnya rasa perhatian
54
siswa terhadap guru saat guru menerangkan materi. Sehingga masih ada beberapa siswa yang cenderung untuk mengobrol dengan temannya. Hal ini cukup menghambat
proses
pembelajaran,
karena
membuat
siswa-siswa
yang
memperhatikan guru saat menerangkan materi menjadi terpecah kosentrasinya saat mendengar beberapa temannya mengobrol. Sehingga guru pun menegur beberapa siswa yang mengobrol saat proses pembelajaran. Dan hal ini harus diwaspadai untuk pertemuan berikutnya agar proses pembelajaran pun akan berjalan lebih baik. Pada siklus satu ini, ada beberapa aktivitas guru yang tidak terlaksana seperti guru tidak memberikan apersepsi sebelum memulai pembelajaran dikarenakan guru masih kurang menguasai lankah-langkah metode pembelajaran Quantum leraning. Pada pertemuan kedua, ketika guru menyampaikan materi masih ada siswa yang tidak serius memperhatikan guru, dan masih ada beberapa siswa yang tidak terbiasa untuk melakukan diskusi kelompok sehingga mereka cenderung mengganggu kelompok lain yang sedang berdiskusi. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklus I baik pertemuan I dan pertemuan II masih jauh dari harapan yang telah ditetapkan sebelumnya, hal ini berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan observer (guru kelas) dimana terlihat beberapa kekurangan saat proses pembelajaran berlangsung baik itu dilakukan oleh guru maupun siswa. Dari hasil observasi, maka beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk pelaksanaan pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Faktor guru a) Guru belum mengelola kelas dengan baik dan kondusif. b) Guru belum memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa. c) Guru belum mengoreksi atau mengevaluasi hasil presentasi kelompok siswa.
55
d) Guru masih kurang menguasai metode pembelajaran Quantum Learning, sehingga susah dalam melakukan pembelajaran. 2) Faktor siswa a) Siswa masih banyak yang tidak serius dalam kelompoknya. b) Masih banyak siswa yang kurang serius dalam proses pembelajaran, dan tidak memperhatikan guru menjelaskan saat proses pembelajaran berlangsung. c) Ada beberapa kelompok yang bekerjasama dalam menyelesaikan masalah dalam LKS. d) Dalam mengerjakan LKS ada sebagian siswa bercerita sehingga mengganggu teman kelompoknya. e) Dalam kegiatan persentase kelompok, ketika temannya membacakan hasil diskusi kelompok di depankelas kelompok lain kurang memperhatikannya. Setelah mengetahui kekurangan yang terjadi pada siklus I baik itu yang dilakukan oleh guru maupun siswa, maka pada pembelajaran siklus II guru memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada siklus sebelumnya, sehingga hasil belajar dengan menerapkan metode pembelajaran Quantum Learning sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu mencapai ketuntasan hasil belajar siswa minimal 85%. 3. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Berdasarkan hasil analisis dan refleksi pelaksanaan siklus I, maka guru melaksanakan kegiatan pada siklus II sama dengan tindakan yang dilakukan pada siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, evaluasi dan refleksi. Masing-masing kegiatan ini diuraikan sebagai berikut:
56
a. Perencanaan Tahap perencanaan siklus II ini dimulai dengan menyiapkan rencana pembelajaran, menyiapkan media dan materi ajar, menyiapkan PR, menyiapkan soal lks siklus II dan keperluan pembelajaran lainnya. Pada tahap Refleksi peneliti mencari kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan dan memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil pengamatan dan evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklus I baik pertemuan I dan pertemuan II masih jauh dari harapan yang telah ditetapkan sebelumnya, hal ini berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan observer (guru kelas) dimana terlihat beberapa kekurangan saat proses pembelajaran berlangsung baik itu dilakukan oleh guru maupun siswa. Dari hasil observasi, maka beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk pelaksanaan pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Faktor guru a. Guru belum mengelola kelas dengan baik dan kondusif. b. Guru belum memberikan motivasi kepada siswa. c. Dalam pembagian kelompok guru belum membagi siswa secara heterogen d. Guru belum mengoreksi atau mengevaluasi hasil presentasi kelompok siswa. e. Guru masih kurang menguasai metode pembelajaran Quantum Learning, sehingga kesulitan dalam melakukan pembelajaran.
57
2) Faktor siswa a. Siswa masih kurang aktif dalam kelompoknya. b. Masih banyak siswa yang kurang serius dalam proses pembelajaran, dan tidak memperhatikan guru menjelaskan saat proses pembelajaran berlangsung. c. Ada beberapa kelompok yang tidak bekerjasama dalam menyelesaikan LKS. d. Dalam mengerjakan LKS ada sebagian siswa bercerita sehingga mengganggu teman kelompoknya. e. Dalam kegiatan persentase kelompok, ketika temannya membacakan hasil diskusi kelompok di depan kelas kelompok lain kurang memperhatikannya. Setelah mengetahui kekurangan yang terjadi pada siklus I baik itu yang dilakukan oleh guru maupun siswa, maka pada pembelajaran siklus II guru memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan sebelumnya, sehingga hasil belajar dengan menerapkan metode pembelajaran Quantum Learning sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu mencapai ketuntasan hasil belajar siswa minimal 85% b. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Quantum Learning pada materi pokok Litosfer sesuai dengan yang diharapkan pada RPP pada pertemuan I pada sub materi tenaga endogen dan eksogen, dampak adanya tenaga geologi dan RPP pada pertemuan II pada sub materi gempa.
58
Kegiatan ini juga dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan pembelajaran Quantum Learning yang telah dirancang sebelumnya.pengamatan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran untuk memantau optimalisasi penerapan metode pembelajaran Quantum Learning yang dilakukan oleh observer yaitu guru kelas X3 dan untuk melihat aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh observer. 1. Pertemuan Pertama ( Sabtu, 30 Januari 2016) Proses pembelajaran dimulai dengan mengkondisikan kelas oleh guru agar pembelajaran berjalan dengan tertib, efektif dan menyenangkan. Kemudian siswa diarahkan untuk mendiskusikan materi yang ajarkan. Pada awal proses pembelajaran guru menjelaskan materi untuk pengantar diskusi yang telah dibuat untuk lebih terarah dalam pencapaian materinya. Kemudian guru mulai mengarahkan siswa untuk bergabung dengan kelompoknya untuk melakukan diskusi kelompok sesuai materi yang telah diberikan Pada saat siswa melakukan diskusi, guru mengontrol dan membimbing diskusi agar diskusi terlaksana dengan baik. 2. Pertemuan Kedua (Sabtu, 6 Februari 2016) Pertemuan kali ini dimulai dengan siswa mengumpulkan PR yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Ada beberapa siswa yang tidak mengumpulkan PR
dikarenakan mereka tidak memiliki
bahan untuk
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Akhir dari pertemuan kedua guru memberikan Tes siklus II sesuai materi yang harus dikuasai siswa pada pertemuan ini adalah dampak adanya tenaga geologi dan jenis gempa. Pada
59
pertemuan kali ini siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran dan siswa lebih aktif dalam berdiskusi serta ada beberapa siswa dapat menjelaskan mengenai jenis gempa. 1) Data Aktifitas Belajar Siswa siklus II Data hasil analisis terhadap siswa diantaranya meliputi keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa dalam menanggapi penjelasan guru, keaktifan siswa dalam kelompok baik dalam balajar maupun dalam mengerjalan soal-soal, keaktifan siswa dalam megerjakan LKS, keaktifan siswa dalam mempersentasekan hasil diskusi kelompoknya, dan keterlibatan siswa dalam menyimpulkan materi pembelajaran. Data hasil analisis aktivitas belajar siswa yang diolah dari data mentah aktivitas belajar siswa yang menggunakan lembar observasi aktivitas siswa pada pertemuan I dan pertemuan II di siklus II dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
60
Tabel 4.5 Skor Rerata Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Skor Pengamatan No
Aktivitas Siswa yang Diamati
Siklus II Pert.I Pert. II Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8
Siswa menjawab salam, membaca doa dan mendengarkan nama Siswa memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran Siswa aktif memberikan respon terhadap kegiatan apersepsi Siswa memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru Siswa terbagi dalam kelompok yang telah dibagikan oleh guru Siswa membaca dan menelaah LKS yang telah diberikan Siswa aktif berdiskusi dalam kelompok Siswa mempresentasekan hasil kerjanya di depan kelas
9 10 11 12 13
Siswa menanggapi jawaban dari kelompok lain Siswa menyimak penguatan, koreksi dari guru dari hasil diskusi kelompok Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru Siswa mendengarkan kesimpulan mengenai materi yang telah didiskusikan dalam kelompok Siswa menjawab salam dari guru tanda akhir pelajaran Rerata Aktivitas Siswa
Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukan bahwa
4
4
4,0
4
4
4,0
3
4
3,5
3
4
3,5
4
4
4,0
4
4
4,0
4
4
4,0
4
4
4,0
3
3
3,0
3
3
3,0
3
4
3,5
3
4
3,5
4
4
4,0
3.5
3.9
3.7
aktivitas belajar siswa
siklus II pada pertemuan I berada dalam kategori baik dengan skor yang diperoleh sebesar 3,5 dan pada pertemuan kedua juga berada dalam kategori baik dengan skor yang diperoleh sebesar 3,9. Skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus II berada dalam kategori baik dengan skor yang diperoleh sebesar 3,7.
61
Gambaran masing-masing aktivitas belajar siswa pada siklus II dapat
Skor Rata-rata Aktivitas Siswa
dilihat pada gambar 4.5 berikut ini:
5
4
4
3,5 3,5
4
4
4
4
3,5 3,5
4
3
3
9
10 11 12 13
1 1
2
3
4
5
6 7 8 SIKLUS II
Gambar. 4.5 Grafik Rerata Tiap Aspek Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II. Keterangan : 1 2 3
Siswa menjawab salam, membaca doa dan mendengarkan nama Siswa memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
Siswa aktif memberikan respon terhadap kegiatan apersepsi 4 Siswa memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru 5 Siswa terbagi dalam kelompok yang telah dibagikan oleh guru 6 Siswa membaca dan menelaah LKS yang telah diberikan 7 Siswa aktif berdiskusi dalam kelompok 8 Siswa mempresentasekan hasil kerjanya di depan kelas 9 Siswa menanggapi jawaban dari kelompok lain 10 Siswa menyimak penguatan, koreksi dari guru dari hasil diskusi kelompok 11 Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru 12 Siswa mendengarkan kesimpulan mengenai materi yang telah didiskusikan dalam kelompok 13 Siswa menjawab salam dari guru tanda akhir pelajaran
Berdasarkan gambar 4.5 di atas menujukan bahawa aspek aktivitas belajar siswa pada siklus II yang memperoleh skor terendah sebesar 3,0 yang berada dalam
62
kategori baik terdapat pada aspek nomor 9) siswa menanggapi jawaban dari kelompok lain; dan 10) Siswa menyimak penguatan, koreksi dari guru dari hasil diskusi kelompok; pada siklus II aspek aktivitas yang memperoleh skor tertinggi sebesar 4,0 terdapat pada aspek nomor 1) Siswa menjawab salam, membaca doa dan mendengarkan nama; 2) Siswa memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran; 5) Siswa terbagi dalam kelompok yang telah dibagikan oleh guru; 6) siswa membaca dan menelaah LKS yang diberikan; 7) Siswa aktif berdiskusi dalam kelompok; 8) Siswa mempresntasekan hasil kerjanya didepan kelas; dan 13) Siswa menjawab salam guru tanda akhir pelajaran. Sesuai dengan teknik analisis statistik deskriptif, gambaran aktivitas belajar siswa pada siklus II dari pertemuan I sampai pertemuan II dapat dilihat pada gambar
Siswa
Skor Rata-rata Aktivitas
4.6 berikut ini
4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
3,5
3,9
3,7
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rerata SIKLUS II
Gambar 4.6 Grafik Rerata Aktivitas Siswa Pada Sisklus II Berdasarkan gambar 4.6 diatas, diperoleh bahwa rerata aktivitas belajar siswa pada pertemuan I siklus II sebesar 3,5 yang berada dalam kategori baik. Rerata aktivitas belajar pada pertemuan II siklus II sebesar 3,9 yang berada dalam kategori baik. Skor rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus II setelah dirata-ratakan dari
63
pertemuan I sampai pertemuan II adalah 3,7 yang berada dalam kategori baik. Pada siklus II diperoleh bahwa aktivitas belajar siswa dengan skor 3,7 pada siklus II telah mencapai kriteria ketuntas dimana aktivitas belajar siswa dikatakan berhasil apabila memperoleh skor rata-rata aktivitas sebesar 3,0 2) Data Aktifitas Mengajar Guru siklus II Data hasil analisis aktifitas guru diantaranya meliputi mempersiapkan siswa untuk belajar, Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, membagi siswa dalam 4-5 kelompok secara heterogen (L/P), menyiapkan serta membagikan LKS kepada masing-masing kelompok, membimbing serta membantu siswa dalam mengerjakan LKS, mempersilahkan kepada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas, dan mengevaluasi hasil diskusi masing-masing kelompok. Data hasil observasi aktivitas mengajar guru pada tiap pertemuan di siklus II dengan menerapkan metode pembelajaran Quantum learning dengan menggunakan lembar observasi aktiviitas mengajar guru dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:
64
Tabel 4.6 Data Aktivitas Mengajar Guru Siklus II
No .
1 2 3
4 5 6 7 8 19 10 11
12
13
Aktivitas yang diamati
A. Kegiatan Awal Guru memberi salam Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Guru memberikan kegiatan apersepsi B. Kegiatan Inti
Siklus II Pertemuan Rerat Kea 1 2 4 4 3
4 4 3
4 4 3
Guru menyajikan materi berupa penjelasan materi yang akan di ajarkan Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa secara heterogen
4
4
4
3
4
3.5
Guru membagi lembar kerja siswa (LKS) kepada masingmasing kelompok Guru memandu siswa dalam kelompoknya agar melakukan kegiatan sesuai dengan yang diperintahkan dalam LKS Guru membimbing setiap kelompok dalam berdiskusi agar dapat memeecahkan masalah dalam LKS Guru meminta salah satu perwakilan kelompok untuk mempresentasekan hasil kerja di depan kelas Guru memberikan penguatan dan koreksi terhadap seluruh klegiatan pembelajaran Guru melakukan evaluasi dan merefleksi hasil diskusi siswa yang telah dipresentasikan didepan kelas C. Kegiatan Penutup
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
3.5
3
4
3.5
4
4
4
3
4
3.5
4
4
4
3.5
3.9
3.7
Guru menyimpulkan materi secara singkat mengenai apa yang telah didiskusikan siswa agar mereka lebih memahami dan mendalami serta mengerti apa yang telah mereka pelajari Guru menutup kegiatan pembelajaran serta memberi salam Rerata
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa aktivitas guru pada pertemuan 1 di siklus II berada dalam kategori baik dengan skor sebesar 3,5 dan aktivitas mengajar
65
guru pada pertemuan II siklus II berada pula dalam kategori dengan skor 3,9. Ratarata aktivitas guru dari pertemuan I sampai pertemuan II setelah dirata-ratakan berada dalam kategori baik dengan skor rata-rata sebesar 3,7. Hal ini agar lebih jelas
SKOR AKTIVITAS GURU
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
3,9
3,5
3,7
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rerata
SIKLUS II
Gambar 4.7 Grafik Rerata Aktivitas Mengajar Guru Siklus II Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa aktivitas siswa telah memenuhi criteria yang ditetapkan, dimana dikatakan berhasil apabila telah mencapai skor ratarata minimal 3,0. Skor rata-rata aktivitas guru di siklus II sebesar 3,7 menunjukan bahwa penerapan metode pembelajaran Quantum learning pada materi pokok Litosfer dapat meningkatkan aktivitas mengajar guru 3) Data Hasil Belajar Siklus II Setelah selesai tahap pengamatan observer yang dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakanpembelajaran pada siklus II, maka kegiatan selanjutnya dilakukan tes hasil belajar untuk siklus II. Hal ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana penguasaan siswa tentang materi yang telah diajarkan dengan menggunakan tes hasil belajar setelah menerapkan metode pembelajaran Quantum Learning dalam proses pembelajaran.
66
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif yang digunakan untuk menganalisisi hasil belajar siswa pada tiap siklus, diperoleh data hasil belajar siswa pada siklus II yang disajikan dalam tabel 4.7 berikut ini : Tabel 4.7 Data analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama Siswa
Nilai
ANH 70 RA 85 AH 80 EA 95 Al 70 SR 95 RF 85 HS 95 DR 85 RiH 85 ZY 80 GS 80 MJ 80 MM 95 FG 80 KN 70 FR 75 RH 75 AP 80 KK 95 NM 95 SA 95 AF 75 HS 80 HM 95 NH 80 WN 75 2.265 Jumlah 83,8 Rata-rata Persentase Ketuntasan KKM (75)
Keterangan Tuntas Tidak tuntas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 24 3 89%
11%
Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II menunjukan hasil belajar seluruh siswa sebanyak 27 orang yang mengikuti tes, hanya 24 siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 atau dengan persentase 89% siswa mencapai KKM,
67
sedangkan 3 orang siswa memperoleh nilai ˂75 atau dengan persentase 11%, dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa 83,08. Kenyataan tersebut telah mencapai indikator kinerja dari segi hasil belajar siswa yaitu minimal 85% siswa mencapai nilai ≥ 75. Berdasarkan analisis hasil belajar siswa yang disajikan dalam tabel 4.7 terlihat bahwa hasil belajar geografi siswa kelas X3 di SMA Negeri 3 Konsel dengan menerapkan metode pembelajaran Quantum learning menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa sebesar 89. Hasil Belajar siswa pada siklus II dengan nilai tertinggi sebesar 95 dan nilai terendah sebesar 70. Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar siklus II secara klasikal, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut: Tabel 4.8 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Total
Jumlah 24 3 27
Persentase 89% 11% 100%
Berdasakan tabel 4.8 menunjukan bahwa pada siklus II
persentase
ketuntasan belajar siswa sebesar 89% atau 24 siswa memperoleh nilai ≥ 75 atau telah mencapai KKM (kriteria ketuntasan Minimal) dan persentase 11% atau 3 orang siswa memperoleh
nilai ˂ 75 atau belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan
Minimal). Pada siklus II diperoleh bahwa jumlah siswa yang tuntas lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa yang tidak tuntas. Hal dapat di lihat pada gambar dibawah ini:
68
SIKLUS II
100
89
Persentase
50
24 11
0
Jumlah 3
Tuntas Tidak tuntas
Grafik 4.8 Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Berdasarkan grafik diatas diperoleh Pada siklus II persentase ketuntasan telah memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal yaitu minimal 85%, dimana pada siklus II persentse ketuntasan belajarnya sebesar 89%, meskipun pada siklus ini masih ada siswa yang belum tuntas secara perorangan. Hal ini menunjukan bahwa ketuntasan secara klasikal pada penelitian tindakan kelas ini telah terpenuhi yang berarti pula metode pembelajaran Quantum learning memecahkan masalah belajar Geografi siswa kelas X3 SMA Negeri 3 Konsel pada materi pokok Litosfer. c. Refleksi Refleksi merupakan proses atau tahap dalam penelitian tindakan kelas dimana bertujuan untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi pada setiap akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklus II baik pertemuan I dan pertemuan II sesuai rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, hal ini berdasarkan hasil diskusi anatara peneliti dengan observer (guru kelas)
dimana
terlihat
bahwa
pembelajaran
dengan
menerapkan
metode
pembelajaran Quantum Learning sudah mendapatkan hasil yang lebih baik, meskipun masih ada 3 orang siswa yang belum mencapai KKM, akan tetapi siswa
69
tersebut sudah terlihat cukup aktif dalam melibatkan diri dalam pelaksanaan tindakan dalam kelompok. Pada siklus kedua ini, beberapa aktivitas guru yang tidak terlaksana pada siklus I telah dilakukan perbaikan pada siklus kedua ini yakni guru telah memberikan apersepsi sebelum memulai pembelajaran, guru telah melakukan bimbingan diskusi kelompok dan telah menguasai lankah-langkah metode pembelajaran Quantum leraning. Pada pertemuan kedua, ketika guru menyampaikan materi semua siswa serius memperhatikan guru, dan siswa aktif melakukan diskusi kelompok sehingga tidak ada lagi yang mengganggu kelompok lain yang sedang berdiskusi. Jika dilihat dari hasil tes hasil belajar pada evaluasi tindakan siklus II, yaitu telah mencapai 89% siswa yang telah mencapai KKM dengan perolehan nilai ≥ 75 dengan kata lain telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti yaitu ketuntasan hasil belajar minimal 85% siswa yang tuntas secara klasikal. Dengan demikian penelitian ini telah berhasil dilaksanakan sesuai dengan RPP dengan dua siklus tindakan. Berdasarkan pengamatan melalui lembar observasi ternyata hasil belajar siswa yang memiliki hasil belajar Geografi sudah sangat baik dengan adanya penggunaan metode pembelajaran Quantum learning dalam proses pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh dari siklus II sudah sangat baik dan di atas KKM yang telah ditentuka oleh sekolah. Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran hasil belajar siswa kelas X3 yang diajar dengan menggunakan metode quantum learning dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.9 berikut:
70
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
95
90
83,08 66,66
70
MINIMUM MAKSIMUM RATA-RATA
25
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.9 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Secara Keseluruhan Berdasarkan Gambar 4.9 di atas diperoleh bahwa hasil belajar siswa kelas X3 pada mata pelajaran geografi materi pokok litosfer yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran quantum learning menunjukkan peningkatan yang lebih baik dari setiap siklusnya. Dapat dilihat pada siklus I diperoleh nilai minimum sebesar 25, nilai rata-rata 66,6 dan nilai tertinggi adalah 90 Sedangkan pada siklus II diperoleh nilai minimum 70, nilai rata-rata 83,08 dan nilai tertinggi adalah 95. Gambaran jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dan yang tidak mencapai ketuntasan pada setiap siklusnya dapat dilihat pada Gambar 4.10 berikut: 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
89% 70%
Belum tuntas sudah tuntas
30% 11%
Siklus I
Gambar 4.10
Siklus II
Grafik Presentase Jumlah Siswa yang Sudah Tuntas dan Belum Tuntas Belajar
71
Dari gambar 4.10 tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan persentase ketuntasn belajar dari siklus I ke siklus II, pada siklus I persentase ketuntasan sebesar 70% atau 19 orang siswa telah mencapai KKM akan tetapi belum memenuhi ketuntasan secara klasikal yaitu minimal 85% dan pada siklus II persentase ketuntasan sebesar 89% atau 24 orang siswa telah mencapai KKM, dengan demikian ketuntasan secara klasikal dari penelitian tindakan kelas ini telah terpenuhi yang berarti pula metode pembelajaran quantum learning dapat memecahkan masalah belajar siswa kelas X3 SMAN 3 Konawe Selatan. B. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Tiap siklus dilakukan kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi, Menurut Arikunto (2011: 2). Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu peroses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap; yaitu perencanaan, tindakan, obsevasi, dan revleksi yang bertujuan untuk mengetahui kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada setiap siklus I kemudian akan diperbaiki pada siklus berikutnya. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran quantum learning. Penilaian hasil belajar siswa ditentukan dengan indikator kinerja minimal 85% siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SMAN 3 Konawe Selatan yaitu 75, dan skor perolehan nilai diambil dari hasil tes/evaluasi. Sedangkan penilaian efektivitas guru dan aktivitas siswa ditentukan dengan indikator kinerja yaitu minimal 85% skenario pelajaran yang telah dibuat dilaksanakan dengan baik, dan nilai tersebut diambil dengan menggunakan lembar observasi.
72
1. Aktivitas Belajar Siswa Pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam empat kali pertemuan yang dibagi menjadi dua siklus. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menerapkan moedel pembelajaran Quantum learning pada materi pokok Litosfer. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X3 SMA Negeri 3 Konsel. Subyek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X3 SMA Negeri 3 Konsel yang berjumlah 27 orang. Berdasarkan permasalahan pertama tentang bagaimana gambaran aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar pada materi pokok Litosfer yang diajar dengan menerapkan metode pembelajaran Quantum learning, dapat dijelaskan berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I maupun Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.5 dimana rata-rata aktivitas siswa menuju ke arah yang lebih baik. Peningkatan tersebut menunjukan adanya minat siswa dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran geografi yang diajarkan dengan menerapkan metode Quantum learning. Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap aktivitas siswa pada siklus I dengan materi pokok Litosfer menunjukan rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 2,8 dengan kategori cukup. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, guru mata pelajaran beserta peneliti memperoleh beberapa kelemahan/kekurangan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Faktor guru a) Guru belum mengelola kelas dengan baik sehingga pembelajaran berjalan efektif dan kondusif.
73
b) Guru belum memberikan motivasi kepada siswa agar siswa semakin semangat belajar. c) Dalam pembagian kelompok guru belum membagi siswa secara heterogen d) Guru belum mengoreksi atau mengevaluasi hasil presentasi kelompok siswa. e) Guru masih belum menguasai metode pembelajaran Quantum Learning, sehingga mengalami kesulitan dalam melakukan pembelajaran. 2) Faktor siswa a) Siswa masih kurang aktif dalam kelompok diskusinya. b) Siswa yang kurang serius dalam proses pembelajaran, sehingga proses kegiatan pembelajaran masih kurang efektif. c) Ada sebagian kelompok yang kurang kompak dan bekerjasama dalam menyelesaikan LKS. d) Dalam mengerjakan LKS ada sebagian siswa bercerita sehingga mengganggu teman kelompoknya. e) Dalam kegiatan persentase kelompok, ketika temannya membacakan hasil diskusi kelompok di depan kelas kelompok lain kurang memperhatikannya. Setelah mengetahui kekurangan yang terjadi pada siklus I baik itu yang dilakukan oleh guru maupun siswa, maka pada pembelajaran siklus II guru akan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan sebelumnya, sehingga hasil belajar dengan menerapkan metode pembelajaran Quantum Learning sesuai
74
dengan indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu mencapai ketuntasan hasil belajar siswa minimal 85%. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif yang telah dievaluasi di peroleh bahwa aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus II Aktivitas siswa terlihat dinilai mengalami peningkatan dimana aktivitas siswa yang mendapat skor terendah
disiklus I yaitu 2, meningkat
menjadi 3 pada aspek nomor 2 yaitu siswa memberi respon kegiatan apersepsi. sedangkan aktivitas siswa yang memperoleh skor tertinggi dengan nilai rata-rata sebesar 3 meningkat menjadi 4 pada aspek nomor 12 yaitu siswa mendengarkan kesimpulan mengenai materi yang telah didiskusikan dalam kelompok. Pada siklus II dari 13 aspek aktivitas siswa yang di amati memperoleh kategori baik dengan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Secara keseluruhan aspek aktivitas siswa yang diamati telah mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II Pada siklus II skor rata-rata aktivitas belajar siswa menunjukan adanya peningkatan yang signifikan. Hal ini terlihat pada tabel 4.5 dimana rata-rata aktivitas siswa adalah 3,7 yang berada dalam kategori baik. Adanya peningkatan pada skor rata-rata aktivitas belajar siswa dari 2,8 pada siklus I menjadi 3,7 pada siklus II menandakan kelemahan/kekurangan di siklus I teratasi aktivitas siswa mengarah ke arah yang lebih baik.
sehingga
75
2. Aktivitas Mengajar Guru Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan metode pembelajaran Quantum learning
dalam pembelajaran geografi untuk materi
pokok Litosfer dilakukan sebanyak 4 (empat) kali pertemuan dengan 2 (dua) siklus. Siklus I terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan yaitu pertemuan I membahas materi lapisan kerak bumi dan pertemuan II membahas materi macam-macam batuan pembentuk kerak bumi. Pada siklus II juga terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan yaitu pertemuan I membahas materi tentang tenaga endogen dan tenaga eksogen, dan pertemuan II membahas materi tentang jenis gempa, Pelaksanaan pembelajaran tiap pertemuan
terdapat kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan langkah-langkah metode pembelajaran Quantum learning yang termuat dalam RPP . Berdasarkan permasalahan kedua yaitu “Bagaimana gambaran aktifitas guru dalam pembelajaran Geografi melalui penerapan metode pembelajaran (Quantum learning) pada siswa SMA Negeri 3 konsel kelas X3 pada materi pokok Litosfer dengan menerapkan metode pembelajaran Quantum learning?” dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil pengamatan aktivitas mengajar guru baik pada siklus I maupun Siklus II mengarah dari cukup menjadi kerah yang lebih baik seperti yang terlihat pada
gambar 4.3 dan 4.7 dimana rata-rata
aktivitas mengajar guru dari kategori cukup pada siklus I menuju ke arah yang lebih baik pada siklus II. Berdasarkan hasil observasi aktiviatas guru, Pada siklus I diperoleh kekurangan-kekurangan aktivitas mengajar guru dalam pembelajaran yang dibawakan oleh guru yang tidak maksimal.
76
Pada siklus I berdasarkan analisis dan evalusi aktivitas mengajar guru menunjukan skor rata-rata aktivitas mengajar pada siklus I adalah 2,8 berada dalam kategori cukup. Berdasarkan analisis deskriptif pada Siklus II semua aspek aktivitas guru mengalami peningkatan. Skor aktivitas yang mendapatkan nilai terendah di siklus I dengan skor rata-rata 2 meningkat di siklus II, dimana pada aktivitas nomor 2 disiklus II memperoleh skor 4 sedangkan aktivitas guru nomor 4 disiklus II memperoleh skor 4 dan aktivitas nomor 13 memperoleh skor 4. Berdasarkan tabel 4.2 dan tabel 4.5 dianalisis dari data Pedoman pengamatan aktivitas mengajar guru melalui penerapan metode pembelajaran Quantum learning pada materi pokok Litosfer, rata-rata aktivitas guru pada siklus I berkategori cukup mengarah ke kategori baik pada siklus II. Berdasarkan analisis pada Siklus II aktivitas mengajar guru menunjukan adanya peningkatan yang signifikan dimana rata-rata aktivitas mengajar guru memeperoleh nilai 3,7 yang berada pada kategori Baik. Hasil analisis dan pengamatan pada siklus II menunjukan adanya peningkatan aktivitas mengajar guru dari 2,8 pada siklus I menjadi 3,7 pada siklus II dengan menerapkan metode pembelajaran Quantum learning. 3. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan permasalahan ketiga yaitu” Bagaimana gambaran hasil belajar Geografi siswa SMA Negeri 3 Konsel kelas X3 yang diajar dengan metode QL (Quantum learning) pada materi pokok Litosfer dengan menerapkan metode pembelajaran Quantum learning? dapat dijelaskan bahwa hasil belajar siswa pada setiap siklus cendrung mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik.
77
Berdasarkan hasil analisis hasil belajar siswa melalui test pada siklus I di peroleh nilai minimum sebesar 25, nilai maksimum sebesar 90, nilai rata-rata sebesar 66,66. Pada siklus ini secara klasikal belum memenuhi
kriteria
ketuntasan secara klasikal, dimana dari 27 siswa terdapat 19 siswa yang mencapai ketuntasan atau 70% yang mencapai nilai ≥ 75 sesuai dengan KKM (Kriteria ketuntasan minimal ) mata pelajaran geografi yang telah ditentukan sekolah, dan terdapat 8 orang siswa dengan persentase sebesar 30% siswa yang mencapai nilai <75 atau belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah sebesar 75. Persentase ketuntasan pada siklus ini belum mencapai ketuntasan secara klasikal sebesar 85%. Rendahnya hasil belajar siswa ini disebakan karena siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran quantum learning, kurang aktif dalam bekerja sama dengan kelompoknya dalam berdiskusi menganalisi masalah, terdapat beberapa siswa yang belajarnya tidak serius. Setelah melakukan analisis dan refleksi hasil belajar siswa I bahwa kentuntasan siswa secara klasikal belum mencapai target maka guru mata pelajaran bersama dengan peniliti mecoba melakukan perbaikan pada proses pembelajaran pada siklus selanjutnya. Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7, dimana memperoleh nilai rata-rata sebesar 88,8, dengan nilai minimum sebesar 70 dan nilai maksimum sebesar 95. Pada siklus II Hasil belajar telah memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal, dimana dari 27 siswa terdapat 24 siswa yang mencapai ketuntasan atau 89% yang mencapai nilai ≥ 75 sesuai dengan KKM (Kriteria ketuntasan minimal ) mata pelajaran geografi yang telah ditentukan sekolah, dan terdapat 3 orang
78
siswa dengan persentase sebesar 11% siswa yang mencapai nilai <75 atau belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah sebesar 75. Dari hasil yang diperoleh tersebut, menunjukan ada peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dan telah mencapai ketuntasan klasikal walaupun masih ada beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar pada siklus II menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa dan guru telah mampu mengelola pembelajaran. Pada Siklus II target ketuntasan hasil belajar telah tercapai yaitu 89% siswa telah tuntas hasil belajarnya. Dengan peningkatan ini, penelitian ini telah berhasil mencapai target dan keberhasilan siswa dalam test siklus II memberi gambaran penerapan metode pembelajaran Quantum learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa Terjadi peningkatan yang signifikan pada siklus II, baik menyangkut aktivitas guru maupun aktivitas siswa, rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar, menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus II dapat dihentikan karena indikator kinerja yang telah ditentukan telah tercapai. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran Quantum learning dalam pembelajaran mampu membangkitkan minat, motivasi serta merangsang untuk belajar terhadap materi pelajaran. Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat ahli, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: (1) Penggunaa metode pembelajaran Quantum learning dalam pembelajaran Geografi dapat meningkatkan efektivitas guru, (2) Penggunaan metode pembelajaran Quantum learning dalam pembelajaran Geografi dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas X3 SMAN 3 Konawe Selatan, (3) Penggunaan metode pembelajaran Quantum learning dalam
79 pembelajaran Geografi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X3 SMAN 3 Konawe Selatan. Secara empiris terbukti kebenarannya. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran Quantum learning dalam pembelajaran Geografi pada materi pokok “Litosfer” dapat meningkatkan hasil belajar Geografi siswa kelas X3 SMAN 3 Konawe Selatan
80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan di SMAN 3 Konawe Selatan, pada materi pokok Litosfer, dengan penerapan metode pembelajaran Quantum learning dapat disimpulkan bahwa: 1. Aktivitas belajar siswa dengan menerapkan metode Pembelajaran quantum learning pada setiap siklus cenderung meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata pada setiap siklus, dimana pada siklus I skor rata-rata aktivitas siswa adalah 2,8 yang termasuk kategori cukup mengarah ke baik meningkat pada siklus II menjadi 3,7 yang termasuk pada kategori baik mengarah ke sangat baik. 2. Aktivitas mengajar guru dengan menerapkan metode pembelajaran Quantum Learning pada setiap siklus cenderung meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata pada setiap siklus, dimana pada siklus I skor rata-rata aktivits guru adalah 2,8 yang termasuk kategori cukup dan meningkat pada siklus II menjadi 3,7 yang berkategori baik. 3. Hasil belajar geografi siswa kelas X3 SMAN 3 Konsel dapat ditingkatkan dengan menerapkan metode pembelajaran Quantum Learning. Dimana pada siklus I yaitu diperoleh nilai terendah 25, nilai tertinggi 90, nilai rata-rata 66,66 dan ketuntasan belajar sebesar 70% yang mencapai KKM atau dari 27 siswa hanya 19 siswa yang memperoleh nilai ≥ 75. Pada siklus II diperoleh nilai terendah 70, nilai tertinggi 95, nilai rata-rata adalah 83,08 dan ketuntasan belajar pada siklus
80
81
II mengalami peningkatan yaitu dari 27 orang siswa ada 24 orang siswa yang yang memperoleh nilai ≥ 75, dengan persentase ketuntasan hasil belajar adalah 89%. Hal ini telah melampaui target yang ditentukan oleh sekolah yakni 85% indikator ketuntasan belajar. B. Saran 1. Berdasarkan penelitian ini, hendaknya guru dapat dan mau menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan menyenangkan seperti menerapkan metode pembelajaran Quantum learning. Karena metode pembelajaran Quantum learning tersebut terbukti dapat meningkatkan hasil belajar Geografi siswa. 2. Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan dalam pengembangan dan pemanfaatan metode pembelajaran yang menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran, dengan menyediakan buku tentang metode-metode pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran. 3. Untuk memperkuat pemahaman siswa terhadap materi, disarankan bagi guru untuk memberikan soal-soal latihan. 4. Penggunaan metode pembelajaran Quantum learning hendaknya diterapkan dalam pembelajaran Geografi
82
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman, 2011. Belajar dan pembelajaran. Bandung: Alpabeta Arikuto. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Agus. 2013. Paduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual Dan Terpopuler. Jogjakarta: Diva Press. Dahar, 1999. Model Pembelajaran. Http./ Googgle. www.com . De Poter, Bobbi & Mike Hernachi. 2013. Quantum Learning” Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan”. Bandung: Kaifa. Hamalik. 2003. Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional Herman Paneo. 2004. Pengaruh Umpan Balik Evaluasi Formatif Dan Kepribadian Siswa Terhadap Hasil Belajar. Jakarta: Universitas Negeri. Iskandar. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada. La Ode Rafiuddin R 1999, Penerapan Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) Dalam Meningkatkan Ativitas Belajar Siswa dalam proses Mengajar di Sekolah Dasar, (Tesis tidak dipublikasikan), Bandung: PPS IKIP Bandung Miarso, 2004. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara Ngalim Purwanto. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Natawijaya, 1999, Petunjuk Guru Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta: Depdikbud Purwanto, 2011. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya, Bandung Ridwan, 2012. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Suci Lestari. 2012. penerapan model pembelajaran Quantum learning dalam meningkatkan perilaku belajar siswa kelas X MAN 2 Model Makassar. Makassar: Universitas Negeri Makassar. Sudjana, Nana. 2001. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
83
Suparno, 2008. Metode Penelitian. Jakarta. Bina Pustaka Trianto. 2010. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakarya. Usman, 1993. Metode Penelitian Tindakan kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Himpunan Perundang-Undangan Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bandung: Nuansa Aulia Widianingsih. 2014. meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran Quantum learning pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Pasundan. Bandung: Universitas Padjadjaran. Yamin, 2011, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada
84
SILABUS
Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Alokasi Waktu
Materi Pokok Pembelajaran (1) Litosfer
: SMA Negeri 3 Konawe Selatan : Geografi : X/2 (genap) : 3. Menganalisis unsure geosfer : 3.1 Menjelaskan struktur bumi : 4 jam pelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
(2)
(3)
(4)
(5)
1. Dengan tanya jawab guru menjelaskan tentang proses terjadinya bumi. 2. Secara berkelompok siswa membahas tentang sejarah terbentuknya bumi, guru memantau siswa dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan. 3. Meminta beberapa perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain memberikan tanggapan (guru memandu diskusi dan
Mendeskripsikan tentang proses terjadinya bumi Mengidentifikasi karakteristik perlapisan bumi Menganalisis teori lempeng tektonik dan kaitannya dengan persebaran gunungapi dan gempa bumi
Jenis tagihan : Tugas kelompok, kuis, ulangan Bentuk Instrumen : Laporan tertulis dan penilaian sikap
4 jam pelajaran
Sumber bahan/Alat (6) Mengkaji Ilmu Geografi 1 Kelas X SMA
85
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
merumuskan jawaban yang benar) Dengan tanya jawab guru menjelaskan tentang karakteristik perlapisan bumi. Secara berkelompok siswa membahas tentang struktur perlapisan bumi, guru memantau siswa dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan. Meminta beberapa perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain memberikan tanggapan (guru memandu diskusi dan merumuskan jawaban yang benar) Dengan tanya jawab guru menjelaskan tentang teori lempeng tektonik Secara berkelompok siswa membahas tentang gerakan lempeng tektonik, guru memantau siswa dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan. Meminta beberapa perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain memberikan tanggapan (guru memandu diskusi dan merumuskan jawaban yang benar) Dengan tanya jawab guru menjelaskan tentang persebaran gempa dan gunungapi.
86
11. Secara berkelompok siswa membahas tentang persebaran gempa dan gunungapi di Indonesia, guru memantau siswa dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan. 12. Meminta beberapa perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain memberikan tanggapan (guru memandu diskusi dan merumuskan jawaban yang benar)
Litosfer
1. Dengan tanya jawab guru menjelaskan tentang lapisan kerak bumi 2. Secara berkelompok siswa membahas tentang kerak bumi, guru memantau siswa dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan. 3. Meminta beberapa perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain memberikan tanggapan (guru memandu diskusi dan merumuskan jawaban yang benar) 1. Dengan tanya jawab guru menjelaskan macam-macam batuan pembentuk permukaan bumi. 2. Secara berkelompok siswa
Mengidentifikasi lapisan kerak bumi Menjelaskan macam-macam batuan pembentuk permukaan bumi
Jenis tagihan : Tugas kelompok, kuis, ulangan Bentuk Instrumen : Laporan tertulis dan penilaian sikap
2 jam pelajaran
Mengkaji Ilmu Geografi 1 Kelas X SMA
87
88
Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (SIKLUS I: PERTEMUAN I) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu
: SMA Negeri 3 Konawe Selatan : Geografi :X/2 : 1 x 45 menit
A. Standar Kompetensi Menganalisis unsur-unsur geosfer B. Kompetensi Dasar Menjelaskan struktur bumi C. Indikator
Mendeskripsikan tentang proses terjadinya bumi Mengidentifikasi karakteristik pelapisan bumi
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu mendeskripsikan tentang proses terjadinya bumi Siswa mampu mengidentifikasi karakteristik pelapisan bumi
E. Tujuan perbaikan pembelajaran Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi litosfer melalui penerapan Quantum Learning di kelas X SMA Negeri 3 Konawe Selatan
F. Materi Pembelajaran
Litosfer
G. Metode Pembelajaran Diskusi, Tanya jawab. Demonstrasi, percobaan, dan penugasan
89 H. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Pendahuluan : a. Guru masuk di kelas langsung memberi salam b. Siswa diatur sesuai tempat duduk masing-masing dan absensi c. Berdoa bersama d. Pemberian Motivasi 2. Kegiatan Inti : a. Ekplorasi Sintaks 1 (tumbuhkan) -
Guru menyajikan media yang berkaitan dengan materi
-
Guru menjelaskan kegunaan media mengenai materi pembelajaran
b. Elaborasi Sintaks 2 (Alami) -
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen sesuai jumlah siswa
-
Guru membagikan LKS untuk dikerjakan pada masing-masing kelompok
-
Siswa melakukan langkah-langkah kegiatan percobaan yang ada dalam LKS bersama kelompok
Sintaks 3 (Namai) -
Siswa mengerjakan LKS yang telah diberikan bersama kelompoknya
-
Siswa menjawab pertanyaan yang ada dalam LKS
Sintaks 4 (Demonstrasikan) -
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS
-
Guru melakukan penilaian proses
-
Setelah selesai salah satu siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, kelompok lain menanggapinya
-
Guru sebagai moderator memberikan tanggapan
90
91 Lampiran 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (SIKLUS I: PERTEMUAN II) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu
: SMA Negeri 3 Konawe Selatan : Geografi :X/2 : 1 x 45 menit
A. Standar Kompetensi Menganalisis unsur-unsur geosfer B. Kompetensi Dasar Menjelaskan struktur bumi C. Indikator
Mendeskripsikan tentang proses terjadinya bumi Mengidentifikasi karakteristik pelapisan bumi
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu mendeskripsikan tentang proses terjadinya bumi Siswa mampu mengidentifikasi karakteristik pelapisan bumi
E. Tujuan perbaikan pembelajaran Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi litosfer melalui penerapan Quantum Learning di kelas X SMA Negeri 3 Konawe Selatan
F. Materi Pembelajaran
Litosfer
G. Metode Pembelajaran Diskusi, Tanya jawab. Demonstrasi, percobaan, dan penugasan
92 H. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Pendahuluan : a. Guru masuk di kelas langsung memberi salam b. Siswa diatur sesuai tempat duduk masing-masing dan absensi c. Berdoa bersama d. Pemberian Motivasi 2. Kegiatan Inti a. Ekplorasi Sintaks 1 (tumbuhkan) -
Guru menyajikan media yang berkaitan dengan materi
-
Guru menjelaskan kegunaan media mengenai materi pembelajaran
b. Elaborasi Sintaks 2 (Alami) -
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen sesuai jumlah siswa
-
Guru membagikan LKS untuk dikerjakan pada masing-masing kelompok
-
Siswa melakukan langkah-langkah kegiatan percobaan yang ada dalam LKS bersama kelompok
Sintaks 3 (Namai) -
Siswa mengerjakan LKS yang telah diberikan bersama kelompoknya
-
Siswa menjawab pertanyaan yang ada dalam LKS
Sintaks 4 (Demonstrasikan) -
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS
-
Guru melakukan penilaian proses
-
Setelah selesai salah satu siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, kelompok lain menanggapinya
-
Guru sebagai moderator memberikan tanggapan
93
94 Lampiran 4
Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan I
I. Soal! 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kerak bumi? 2. Tuliskan macam-macam batuan penyusun kulit bumi? 3. Apa yang dimaksud dengan magma? 4. Sebutkan susunan lapisan litosfer? 5. Sebutkan tenaga pengubah bentuk permukaan bumi?
95 Jawaban
1. a. Tenaga endogen b. Tenaga eksogen 2. a. Lapisann sial (silium dan aluminium) b. lapisan sima (silium dan magnesium) 3. Magma merupakan batuan cair pijar yang terdapat dibawah kerak bumi dan suhunya sanga tinggi 4. a. batuan beku b. batuan sendimen c. batuan malihan 5. Kerak bumi merupakan lapisan kulit bumi paling luar (permukaan bumi)
96 Lampiran 5
Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan II
I. Soal! 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan batuan beku, batuan sendimen, dan batuan malihan? 2. Jelaskan apa yang dimaksud dari pernyataan berikut: – Adanya berbagai fenomena alam, misalnya gempa bumi, gunung meletus, longsor dan penurunan permukaan tanah menunjukkan bahwa lapisan permukaan bumi bersifat labil. 3. Jelaskan pengertian Litosfer? 4. Sebutkan bagian-bagian dari tenaga eksogen! 5. Tuliskan 3 struktur lapisan kulit bumi!
97 Jawaban
1. a. Batuan beku yaitu batuan yang terbentuk dari magma pijar yang mendingin menjadi padat b. Batuan Sendimen yaitu batuan yang terbentuk karena adanya proses pengendapan (sendimentasi) c. Batuan malihan yaitu batuan yang telah megalami perubahan, baik secara fisik maupun kimiawi 2. Maksud dari pernyataan tersebut, artinya lapisan permukaan bumi selalu mengalami pergerakan 3. Kata litosfer berasal dari kata yunani, yang artinya kulit bumi bagian terluar yang berupa bahan padat 4. Pelapukan, Erosi, Pengangkutan, dan Sendimentasi 5. a. Barisfer b. Astenosfer c. Litosfer
98 Lampiran 6
Nama
: ………………
Mata Pelajaran
: Geografi
Kelas
:
Tes Siklus I
II. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar! 1. Jelaskan pengertian litosfer? 2. Perhatikan ciri-ciri berikut! a. Batuan terbentuk jauh di dalam lapisan bumi b. Mempunyai Kristal yang sempurna c. Pada umumnya tidak mengandung fosil Dari cirri-ciri tersebut merupakan batuan? 3. Bagaimanakah proses terbentuknya batuan metafort? 4. Sebutkan yang termasuk gunung berapi tipe vulkano? 5. Pegunungan sirkum mediterania dan pegunungan sirkum pasifik terbentuk karena proses?
99 Kunci Jawaban
1. Litosfer = kata litosfer terbagi atas dua kata yakni : litos dan spera, litos berarti batuan dan spera artinya lapisan, jadi litosfer adalah lapisan kulit bumi bagian terluar yang berupa bahan padat, padat tersebut khususnya batuan. 2. Ciri-ciri berikut merupakan ciri dari batuan beku 3. Terbentuknya hasil pengendapan, dimana proses tersebut diawali dari magma yang membeku menjadi batuan beku, selanjutnya mengalami pelapukan dan erosi, mengalami pengendapan menjadi batuan sendimen dan kemudian berubah bentuk menjadi batuan metamorf 4. Yang termasuk gunung berapi tipe vulkano yakni : -
Bromo dan
-
Etna
5. Karena adanya proses lipatan
100 Lampiran 7 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (SIKLUS II : PERTEMUAN I) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu
: SMA Negeri 3 Konawe Selatan : Geografi :X/2 : 1 x 45 menit
A. Standar Kompetensi Menganalisis unsur-unsur geosfer B. Kompetensi Dasar Menjelaskan struktur bumi C. Indikator
Mengidentifikasi lapisan kerak bumi Menjelaskan macam-macam batuan pembentuk permukaan bumi Mengidentifikasi jenis gempa
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu mengidentifikasi lapisan kerak bumi Siswa mampu macam-macam batuan pembentuk permukaan bumi Siswa mampu mengidentifikasi jenis gempa
E. Tujuan perbaikan pembelajaran Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi litosfer melalui penerapan Quantum Learning di kelas X SMA Negeri 3 Konawe Selatan
F. Materi Pembelajaran
Litosfer
G. Metode Pembelajaran Diskusi, Tanya jawab. Demonstrasi, percobaan, dan penugasan
101 H. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Pendahuluan : a. Guru masuk di kelas langsung memberi salam b. Siswa diatur sesuai tempat duduk masing-masing dan absensi c. Berdoa bersama d. Pemberian Motivasi 2. Kegiatan Inti : a. Ekplorasi Sintaks 1 (tumbuhkan) -
Guru menyajikan media yang berkaitan dengan materi
-
Guru menjelaskan kegunaan media mengenai materi pembelajaran
b. Elaborasi Sintaks 2 (Alami) -
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen sesuai jumlah siswa
-
Guru membagikan LKS untuk dikerjakan pada masing-masing kelompok
-
Siswa melakukan langkah-langkah kegiatan percobaan yang ada dalam LKS bersama kelompok
Sintaks 3 (Namai) -
Siswa mengerjakan LKS yang telah diberikan bersama kelompoknya
-
Siswa menjawab pertanyaan yang ada dalam LKS
Sintaks 4 (Demonstrasikan) -
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS
-
Guru melakukan penilaian proses
-
Setelah selesai salah satu siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, kelompok lain menanggapinya
-
Guru sebagai moderator memberikan tanggapan
102
103 Lampiran 8 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (SIKLUS II : PERTEMUAN II) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu
: SMA Negeri 3 Konawe Selatan : Geografi :X/2 : 1 x 45 menit
A. Standar Kompetensi Menganalisis unsur-unsur geosfer B. Kompetensi Dasar Menjelaskan struktur bumi C. Indikator
Mengidentifikasi lapisan kerak bumi Menjelaskan macam-macam batuan pembentuk permukaan bumi Mengidentifikasi jenis gempa
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu mengidentifikasi lapisan kerak bumi Siswa mampu macam-macam batuan pembentuk permukaan bumi Siswa mampu mengidentifikasi jenis gempa
E. Tujuan perbaikan pembelajaran Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi litosfer melalui penerapan Quantum Learning di kelas X SMA Negeri 3 Konawe Selatan
F. Materi Pembelajaran
Litosfer
G. Metode Pembelajaran Diskusi, Tanya jawab. Demonstrasi, percobaan, dan penugasan
104 H. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Pendahuluan : a. Guru masuk di kelas langsung memberi salam b. Siswa diatur sesuai tempat duduk masing-masing dan absensi c. Berdoa bersama d. Pemberian Motivasi 2. Kegiatan Inti a. Ekplorasi Sintaks 1 (tumbuhkan) -
Guru menyajikan media yang berkaitan dengan materi
-
Guru menjelaskan kegunaan media mengenai materi pembelajaran
b. Elaborasi Sintaks 2 (Alami) -
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen sesuai jumlah siswa
-
Guru membagikan LKS untuk dikerjakan pada masing-masing kelompok
-
Siswa melakukan langkah-langkah kegiatan percobaan yang ada dalam LKS bersama kelompok
Sintaks 3 (Namai) -
Siswa mengerjakan LKS yang telah diberikan bersama kelompoknya
-
Siswa menjawab pertanyaan yang ada dalam LKS
Sintaks 4 (Demonstrasikan) -
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS
-
Guru melakukan penilaian proses
-
Setelah selesai salah satu siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, kelompok lain menanggapinya
-
Guru sebagai moderator memberikan tanggapan
105
106 Lampiran 9
Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan I
I. Soal! 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Vulkanisme? 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan gempa bumi? 3. Sebutkan jenis gempa bumi yang anda ketahui berdasarkan penyebab terjadinya! 4. Jelaskan tenaga pengubah bentuk permukaan bumi? 5. Jelaskan apa yang dimaksud gempa runtuhan?
107 Jawaban
1. Vulkanisme yaitu proses keluarnya magma hingga kepermukaan bumi 2. Gempa bbumi adalah getaran yang terjadi dipermukaan bumi akibat adanya gerakan dari dalam bumi 3. – Gempa tektonik – Gempa vulkanik – Gempa runtuhan 4. Tenaga pengubah bentuk permukaan bumi terbagi atas dua yaitu tenaga endogen dan eksogen : – Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang bersifat membangun dipermukaan bumi - Tenaga Eksogen tenaga yang berasal dari luar bumi yang sifatnya merusak 5. Gempa runtuhan disebut juga gempa terban, terjadi antara lain karena adanya runtuhan atau longsor, misalnya didaerah lereng dan didaerah pertambangan bawah tanah
108 Lampiran 10
Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan II
I. Soal! 1. Jelaskan bagian-bagian dari tenaga eksogen? 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pelapukan? 3. Jelaskan proses terjadinya gempa tektonik? 4. Bahan-bahan apa saja yang anda ketahui yang dikeluarkan oleh gunung berapi? 5. Jelaskan apa yang dimaksud tipe gunung vulkano?
109 Jawaban
1. – Pelapukan – Erosi – Pengankutan – Sendimentasi 2. Pelapukan adalah proses perusakan atau penghancuran massa batuan kulit bumi, antara lain karena pengaruh cuaca 3. Gempa tektonik terjadi karena adanya pelepasan tenaga yang disebabkan oleh pergeseran lempeng tektonik 4. – bahan padat (efflata) misalnya pasir dan abu vulkanik – wujud cair (lava dan lahar) – keluarnya sumber gas – keluarnya sumber air panas 5. Gunung vulkano, tipe ini erupsinya eksplosif dan kondisi magma yang agak cair, tekanan gas sedang, dan dapur magma agak dalam
110 Lampiran 11.
Nama
: ………………
Mata Pelajaran
: Geografi
Kelas
:
Tes Siklus II
I. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar! 1. Lapisan batuan atau kulit bumi yang mengikuti bentuk bumi yang bulat disebut? 2. Sebutkan 3 batuan pembentuk kulit bumi? 3. Apa yang dimaksud dengan tenaga endogen? 4. Tektonisme dapat berdampak positif dan negatif bagi manusia, jelaskan? 5. Jelaskan pengertian tektonisme?
111 Kunci Jawaban
1. Litosfer 2. Tiga batuan pembentuk kulit bumi diantaranya yaitu: -
Batuan beku,
-
batuan sedimen, dan
-
batuan metafort
3. Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi dan tenaga ini bersifat membangun atau member bentuk relief dipermukaan bumi 4. a) Dampak positif dari tektonisme yaitu : Ditemukannya kantong-kantong minyak dan gas alam yang ditemukan pada lipatan-lipatan dan sesar-sesar batuan yang kondisinya memenuhi syarat. b) Dampak negatifnya yaitu : Timbulnya bencana alam seperti erosi, longsoran, dan sedimentasi. 5. Tektonisme yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi yang dapat
menyebabkan terjadinya perubahan letak (dislokasi) lapisan permukaan bumi baik secara mendatar maupun vertikal
112
113
114
115
116
117
118
119
120 Lampiran 16 PEDOMAN PENSKORAN AKTIVITAS SISWA DALAM MENERAPKAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING 1. Siswa menjawab salam, membaca doa dan mendengarkan nama a. Skor 4, jika semua anggota kelompok aktif menjawab salam, membaca doa dan mendengarkan nama b. Skor 3, jika ada seorang siswa dalam anggota kelompok yang tidak menjawab salam, membaca doa dan mendengarkan nama c. Skor 2, jika setiap dalam anggota kelompok menjawab salam, membaca doa dan mendengarkan nama dengan tidak serius d. Skor 1, jika semua siswa dalam anggota kelompok tidak ada yang menjawab salam, membaca doa dan mendengarkan nama. 2. Siswa memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran a. Skor 4, jika keseluruhan siswa dalam kelompok aktif memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran b. Skor 3, jika ada seorang siswa dalam anggota kelompok yang tidak aktif memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran c. Skor 2, jika hampir semua siswa dalam kelompok tidak antusias memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran d. Skor 1, jika semua siswa dalam kelompok tidak memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. 3. Siswa aktif memberikan respon terhadap kegiatan apersepsi a. Skor 4, jika keseluruhan siswa dalam kelompok aktif memberikan respon terhadap kegiatan apersepsi b. Skor 3, jika ada seorang siswa dalam anggota kelompok yang tidak aktif memberikan respon terhadap kegiatan apersepsi c. Skor 2, jika 2-3 siswa dalam kelompok tidak memberikan respon terhadap kegiatan apersepsi d. Skor 1, jika 4-5 siswa dalam kelompok tidak memberikan respon terhadap kegiatan apersepsi 4. Siswa memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru a. Skor 4, jika keseluruhan siswa dalam kelompok sangat antusias dalam memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru b. Skor 3, jika setengah dari jumlah siswa dalam anggota kelompok antusias dalam memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru c. Skor 2, jika hampir semua siswa dalam kelompok tidak antusias dalam memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru d. Skor 1, jika semua siswa dalam kelompok tidak antusias dalam memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru.
121
5. Siswa berada dalam kelompoknya yang telah dibagikan oleh guru a. Skor 4, jika keseluruhan siswa berada dalam kelompoknya yang telah dibagikan oleh guru b. Skor 3, jika terdapat satu orang yang tidak berada dalam kelompoknya yang telah dibagikan oleh guru c. Skor 2, jika terdapat dua orang yang tidak berada dalam kelompoknya yang telah dibagikan oleh guru d. Skor 1, jika semua anggota kelompok tidak berada dalam kelompoknya yang telah dibagikan oleh guru 6. Siswa membaca dan menelaah LKS yang telah diberikan a. Skor 4, jika semua anggota kelompok aktif membaca dan menelaah LKS yang telah diberikan b. Skor 3, jika setiap kelompok ada satu orang siswa yang tidak membaca dan menelaah LKS yang telah diberikan c. Skor 2, jika setiap kelompok ada dua orang siswa yang tidak aktif membaca dan menelaah LKS yang telah diberikan d. Skor 1, jika semua siswa dalam kelompok tidak aktif membaca dan menelaah LKS yang telah diberikan 7. Siswa aktif berdiskusi dalam kelompok a. Skor 4, jika semua anggota kelompok aktif berdiskusi dalam kelompok b. Skor 3, jika setiap kelompok ada satu orang siswa yang tidak aktif berdiskusi dalam kelompok c. Skor 2, jika setiap kelompok ada dua orang siswa yang tidak aktif berdiskusi dalam kelompok d. Skor 1, jika semua siswa dalam kelompok tidak aktif berdiskusi dalam kelompok 8. Siswa mempresentasekan hasil kerjanya di depan kelas a. Skor 4, jika semua siswa aktif dalam mempresentasekan hasil kerjanya di depan kelas b. Skor 3, jika ada satu orang siswa yang tidak mempresentasekan hasil kerjanya di depan kelas c. Skor 2, jika ada dua orang siswa yang tidak mempresentasekan hasil kerjanya di depan kelas d. Skor 1, jika terdapat siswa yang tidak serius dalam mempresentasekan hasil kerjanya di depan kelas 9. Siswa menanggapi jawaban dari kelompok lain a. Skor 4, jika perwakilan kelompok menanggapi jawaban dari kelompok lain secara singkat dan sistematis. b. Skor 3, jika perwakilan kelompok menanggapi jawaban dari kelompok lain secara singkat tetapi tidak sistematis
122 c. Skor 2, jika perwakilan kelompok menanggapi jawaban dari kelompok lain secara singkat tapi tidak jelas dan sistematis d. Skor 1, jika tidak ada perwakilan kelompok menanggapi jawaban dari kelompok lain secara singkat dan sistematis 10. Siswa menyimak penguatan, koreksi dari guru dari hasil diskusi kelompok a. Skor 4, jika semua kelompok menyimak penjelasan dari guru. b. Skor 3, jika sebagian kelompok saja yang menyimak penjelasan dari guru c. Skor 2, jika ada 1 atau 2 kelompok menyimak penjelasan dari guru d. Skor 1, jika seluruh siswa dalam kelompok tidak menyimak penjelasan dari guru 11. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru a. Skor 4, jika semua menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. b. Skor 3, jika ada satu orang siswa yang tidak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru c. Skor 2, jika ada dua orang siswa yang tidak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru d. Skor 1, jika seluruh siswa tidak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru 12. Siswa mendengarkan kesimpulan mengenai materi yang telah didiskusikan dalam kelompok a. Skor 4, jika guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan. b. Skor 3, jika ada satu orang siswa yang mampu membuat kesimpulan bersama-sama guru c. Skor 2, jika guru yang dapat membuat kesimpulan d. Skor 1, jika guru dan siswa tidak membuat kesimpulan 13. Siswa menjawab salam dari guru tanda akhir pelajaran a. Skor 4, jika semua kelompok menjawab salam dari guru tanda akhir pelajaran. b. Skor 3, jika sebagian kelompok saja yang menjawab salam dari guru tanda akhir pelajaran c. Skor 2, jika ada 2 orang siswa dalam kelompok yang menjawab salam dari guru tanda akhir pelajaran d. Skor 1, jika seluruh siswa dalam kelompok tidak ada yang menjawab salam dari guru tanda akhir pelajaran
123
124
125
126
127
128
129
130
131 Lampiran 21 PEDOMAN PENSKORAN AKTIVITAS GURU DALAM MENERAPKAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING A. Kegiatan Awal 1. Guru member salam dan mengabsen nama siswa a. Skor 4, jika guru memberi salam dan mengabsen nama siswa dengan suara yang jelas b. Skor 3, jika guru memberi salam dan mengabsen nama siswa, tetapi dengan suara yang kurang jelas c. Skor 2, jika guru memberi salam dan mengabsen nama siswa dengan suara yang kurang jelas d. Skor 1, jika guru tidak member salam dan mengabsen nama siswa 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran a. Skor 4, jika guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan suara yang jelas b. Skor 3, jika guru menyampaikan tujuan pembelajaran namun dengan suara yang tidak jelas c. Skor 2, jika guru menyampaikan tujuan pembelajaran d. Skor 1, jika guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Guru memberikan kegiatan apersepsi a. Skor 4, jika guru memberikan kegiatan apersepsi dan mengajukan pertanyaan serta meminta siswa lainnya untuk menanggapinya b. Skor 3, jika guru memberikan kegiatan apersepsi dan mengajukan pertanyaan tetapi tidak meminta siswa lainnya untuk menanggapinya c. Skor 2, jika guru memberikan kegiatan apersepsi tetapi tidak mengajukan pertanyaan kepada siswa d. Skor 1, jika guru tidak memberikan kegiatan apersepsi B. Kegiatan Inti 4. Guru menyajikan materi berupa penjelasan materi yang akan diajarkan a. Skor 4, jika guru menyajikan materi berupa penjelasan materi yang akan diajarkan dan meminta siswa menanggapinya b. Skor 3, jika guru menyajikan materi berupa penjelasan materi yang akan diajarkan tetapi tidak meminta siswa menanggapinya c. Skor 2, jika guru menyajikan materi berupa penjelasan materi yang akan diajarkan d. Skor 1, jika guru tidak menyajikan materi berupa penjelasan materi yang akan diajarkan 5. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa secara heterogen a. Skor 4, jika guru mengelompokkan dan mengarahkan siswa kedalam kelompok yang heterogen dan disertai penjelasan tentang apa yang harus diajarkan
132
6.
7.
8.
9.
b. Skor 3, jika guru mengelompokkan dan mengarahkan siswa kedalam kelompok yang heterogen tanpa disertai penjelasan tentang apa yang harus diajarkan c. Skor 2, jika guru mengelompokkan dan mengarahkan siswa kedalam kelompok tanpa memperhatikan heterogennya kelompok tersebut dan tidak mengarahkannya untuk bekerja dalam kelompok d. Skor 1, jika guru tidak guru mengelompokkan dan mengarahkan siswa kedalam kelompok Guru membagi lembar kerja siswa (LKS) kepada masing-masing kelompok a. Skor 4, jika guru membagikan LKS sambil menjelaskan materi dan mengarahkan untuk menjawab LKS b. Skor 3, jika guru membagikan LKS sambil menjelaskan materi tapi tidak mengarahkan untuk menjawab LKS c. Skor 2, jika guru membagikan LKS tanpa menjelaskan materi d. Skor 1, jika guru tidak membagikan LKS kepada siswa Guru memandu siswa dalam kelompoknya agar melakukan kegiatan sesuai dengan yang perintahkan dalam LKS a. Skor 4, jika guru memandu setiap kelompok untuk melakukan kegiatan sesuai dengan perintah yang ada dalam LKS b. Skor 3, jika guru memandu 2-4 kelompok untuk melakukan kegiatan sesuai dengan perintah yang ada dalam LKS c. Skor 2, jika guru memandu 1 kelompok untuk melakukan kegiatan sesuai dengan perintah yang ada dalam LKS d. Skor 1, jika guru tidak memandu setiap kelompok untuk melakukan kegiatan sesuai dengan perintah yang ada dalam LKS Guru membimbing setiap kelompok dalam berdiskusi agar dapat memecahkan masalah dalam LKS a. Skor 4, jika guru membimbing setiap kelompok dalam berdiskusi agar dapat memecahkan masalah dalam LKS b. Skor 3, jika guru membimbing 2-4 kelompok dalam berdiskusi agar dapat memecahkan masalah dalam LKS c. Skor 2, jika guru membimbing 1 kelompok dalam berdiskusi agar dapat memecahkan masalah dalam LKS d. Skor 1, jika guru tidak membimbing setiap kelompok dalam berdiskusi agar dapat memecahkan masalah dalam LKS Guru meminta salah satu perwakilan kelompok untuk mempresentasekan hasil kerjanya didepan kelas a. Skor 4, jika guru meminta perwakilan siswa untuk menyajikan hasil diskusinya kepada semua kelompok b. Skor 3, jika guru meminta perwakilan siswa untuk menyajikan hasil diskusinya hanya tiga kelompok c. Skor 2, jika guru meminta perwakilan siswa untuk menyajikan hasil diskusinya hanya dua kelompok d. Skor 1, jika guru tidak meminta perwakilan siswa untuk menyajikan hasil diskusinya kepada semua kelompok
133 10. Guru memberikan penguatan dan koreksi terhadap seluruh kegiatan pembelajaran a. Skor 4, jika guru memberikan penguatan dan koreksi terhadap seluruh kegiatan pembelajaran dan mengarahkan siswa memperhatikannya b. Skor 3, jika guru memberikan penguatan dan koreksi terhadap seluruh kegiatan pembelajaran tetapi tidak mengarahkan siswa untuk memperhatikannya c. Skor 2, jika guru memberikan penguatan dan koreksi terhadap seluruh kegiatan pembelajaran d. Skor 1, jika guru tidak memberikan penguatan dan koreksi terhadap seluruh kegiatan pembelajaran 11. Guru melakukan evaluasi dan merefleksi hasil diskusi siswa yang telah dipresentasekan didepan kelas a. Skor 4, jika guru mengulas kembali hasil diskusi yang dipresentasekan perwakilan siswa dengan memberikan pertanyaan kepada semua kelompok b. Skor 3, jika guru mengulas kembali hasil diskusi yang dipresentasekan perwakilan siswa dengan memberikan pertanyaan kepada sebagian besar kelompok c. Skor 2, jika guru mengulas kembali hasil diskusi yang dipresentasekan perwakilan siswa dengan memberikan pertanyaan sebagian kecil kelompok d. Skor 1, jika guru tidak mengulas kembali hasil diskusi yang dipresentasekan perwakilan siswa dengan memberikan pertanyaan kepada semua kelompok C. Kegiatan Akhir 12. Guru menyimpulkan materi secara singkat mengenai apa yang telah didiskusikan siswa agar mereka lebih memahami dan mendalami serta mengerti apa yang telah mereka pelajari a. Skor 4, jika guru menyimpulkan materi secara jelas dan tepat dengan materi yang didiskusikan b. Skor 3, jika guru menyimpulkan materi namun tidak secara jelas c. Skor 2, jika guru menyimpulkan materi tidak sesuai dengan apa yang didiskusikan d. Skor 1, jika guru tidak menyimpulkan materi hasil diskusi 13. Guru menutup kegiatan pembelajaran serta memberi salam a. Skor 4, jika guru menutup kegiatan pembelajaran dengan suara yang jelas dengan memberi salam b. Skor 3, jika guru menutup kegiatan pembelajaran dengan suara yang jelas, tetapi tidak member salam c. Skor 2, jika guru menutup kegiatan pembelajaran dengan suara yang tidak jelas d. Skor 1, jika guru tidak menutup kegiatan pembelajaran dan memberi salam
134 Lampiran 22 Rekapitulasi Aktivitas Guru Dalam KBM Dengan Metode Pembelajaran Quantum Learning Siklus I
No 1 2 3 4
Aspek-aspek Yang Diobservasi
Siklus I Pertemuan KeI II 3,0 3,0 3,0 3,0 2,0 3,0 3,0 3,0
Guru memberi salam, dan mengabsen nama siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Guru memberikan kegiatan apersepsi Guru menyajikan materi berupa penjelasan materi yang akan di ajarkan 5 Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. 2,0 3,0 Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa secara heterogen 6 Guru membagi lembar kerja siswa (LKS) kepada 3,0 4,0 masing-masing kelompok 7 Guru memandu siswa dalam kelompoknya agar 3,0 3,0 melakukan kegiatan sesuai dengan yang diperintahkan dalam LKS 8 Guru membimbing setiap kelompok dalam 2,0 2,0 berdiskusi agar dapat memeecahkan masalah dalam LKS 9 Guru meminta salah satu perwakilan kelompok 4,0 4,0 untuk mempresentasekan hasil kerja di depan kelas 10 Guru memberikan penguatan dan koreksi terhadap 2,0 3,0 seluruh klegiatan pembelajaran 11 Guru melakukan evaluasi dan merefleksi hasil 2,0 3,0 diskusi siswa yang telah dipresentasikan didepan kelas 12 Guru menyimpulkan materi secara singkat 2,0 2,0 mengenai apa yang telah didiskusikan siswa agar mereka lebih memahami dan mendalami serta mengerti apa yang telah mereka pelajari 13 Guru menutup kegiatan pembelajaran serta member 3,0 3,0 salam Rata-rata 2,6 3,0 Keterangan : 1 = Kurang Baik; 2 = Cukup Baik; 3 = Baik; 4 = Sangat Baik
Rata-Rata Siklus I 3,0 3,0 2,5 3,0 2,5
3,5 3,0
2,0
4,0 2,5 2,5
2,0
3,0 2,8
135 Lampiran 23 Rekapitulasi Aktivitas Guru Dalam KBM Dengan Metode Pembelajaran Quantum Learning Siklus II
No 1 2 3 4
Aspek-aspek Yang Diobservasi
Siklus II Pertemuan KeI II 4,0 4,0 4,0 4,0 3,0 3,0 4,0 4,0
Guru memberi salam, dan mengabsen nama siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Guru memberikan kegiatan apersepsi Guru menyajikan materi berupa penjelasan materi yang akan di ajarkan 5 Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. 3,0 4,0 Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa secara heterogen 6 Guru membagi lembar kerja siswa (LKS) kepada 4,0 4,0 masing-masing kelompok 7 Guru memandu siswa dalam kelompoknya agar 4,0 4,0 melakukan kegiatan sesuai dengan yang diperintahkan dalam LKS 8 Guru membimbing setiap kelompok dalam 3,0 3,0 berdiskusi agar dapat memeecahkan masalah dalam LKS 9 Guru meminta salah satu perwakilan kelompok 3,0 4,0 untuk mempresentasekan hasil kerja di depan kelas 10 Guru memberikan penguatan dan koreksi terhadap 3,0 4,0 seluruh klegiatan pembelajaran 11 Guru melakukan evaluasi dan merefleksi hasil diskusi siswa yang telah dipresentasikan didepan 4,0 4,0 kelas 12 Guru menyimpulkan materi secara singkat mengenai apa yang telah didiskusikan siswa agar 3,0 4,0 mereka lebih memahami dan mendalami serta mengerti apa yang telah mereka pelajari 13 Guru menutup kegiatan pembelajaran serta member 4,0 4,0 salam Rata-rata 3,5 3,9 Keterangan : 1 = Kurang Baik; 2 = Cukup Baik; 3 = Baik; 4 = Sangat Baik
Rata-Rata Siklus I 4,0 4,0 3,0 4,0 4,0
4,0 4,0
3,0
3,5 3,5
4,0
3,5
4,0 3,7
136 Lampiran 24 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama Siswa
Nilai
JK ANH L 30 RA L 75 AH L 75 EA P 75 Al L 60 SR P 85 RF P 80 HS P 85 DR P 75 RiH L 75 ZY L 75 GS L 80 MJ L 75 MM P 40 FG P 45 KN L 25 FR L 30 RH P 30 AP L 75 KK P 85 NM P 90 SA P 90 AF P 75 HS L 75 HM P 75 NH P 75 WN P 45 Jumlah 1.800 Rata-rata 66,66 Persentase Ketuntasan KKM (75)
Keterangan Tuntas Tidak tuntas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 19 8 70%
30%
137 Lampiran 25 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama Siswa
JK L L L P L P P P P L L L L P P L L P L P P P P L P P P
Nilai
ANH 70 RA 85 AH 80 EA 95 Al 70 SR 95 RF 85 HS 95 DR 85 RiH 85 ZY 80 GS 80 MJ 80 MM 95 FG 80 KN 70 FR 75 RH 75 AP 80 KK 95 NM 95 SA 95 AF 75 HS 80 HM 95 NH 80 WN 75 Jumlah 2.265 Rata-rata 83,8 Persentase Ketuntasan KKM (75)
Keterangan Tuntas Tidak tuntas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 24 3 89%
11%
138
139
140 Lampiran . Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa
Gambar 2. Siswa mendengarkan motivasi yang diberikan oleh guru
Gambar 3. Guru menuliskan tujuan pembelajaran
141
Gambar 4. Guru mejelaskan tujuan pembelajaran
Gambar 5. Guru membagi siswa membentuk kelompok diskusi
Gambar 6. Guru membagikan LKS kepada siswa
142
Gambar 7. Guru membimbing siswa berdiskusi dalam kelompok
Gambar 8. Siswa mengerjakan LKS yang telah dibagikan
Gambar 9. Siswa mempresentasekan hasil kerjanya
143
Gambar 10. Siswa mempresentasekan hasil kerjanya
Gambar 11. Guru melakukan evaluasi hasil belajar siswa
Gambar 12. Guru bersama observer melakukan refleksi