HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN REAKSI DENGAN FREKUENSI PUKULAN LURUS PADA OLAHRAGA KARATE RANTING LEMKARI KECAMATAN MOWEWE KABUPATEN KOLAKA TIMUR
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kependidikan pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
OLEH SUPRIATIN A1E113097
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017
i
ii
i
iii
ii
KATA PENGANTAR Tiada kata yang paling indah untuk senantiasa didengungkan selain mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt, karena berkat limpahan rahmat dan taufik-Nya sehingga Penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan antara kecepatan reaksi dengan frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate ranting lemkari kecamatan mowewe kabupaten kolaka timur“ ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kependidikan pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo Kendari. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapakan banyak terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Dr. H. Saifu, M.kes sebagai pembimbing I dan La Ode Samura, S.Pd.,M.Pd sebagai pembimbing II yang dengan tulus ikhlas telah mengarahkan dan membimbing penulis semenjak proposal penelitian hingga akhir penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih pula penulis haturkan kepada yang kami hormati: 1.
Prof. Dr. Ir. Supriadi Rustad, M.Si selaku Plt Rektor Universitas Halu Oleo.
2.
Dr. H. Jamiluddin, M,Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.
3.
Drs. Muhammad Rusli, M.Kes selaku Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.
4.
Abdul Saman, S.Pd.,M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.
5.
Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, yang telah membuka cakrawala berfikir serta tambahan informasi ilmiah.
iv
iii
6. Drs. Muh, Arsyad, M,Pd.I selaku pelatih Lemkari Ranting Mowewe yang telah banyak memberi kemudahan pada penulis selama melaksanakan penelitian. 7. Para anggota club Lemkari Ranting Mowewe yang merupakan
subyek
penelitian. 8. Terima kasih ayahandaku Warsidi dan ibundaku Sulastri yang tiada henti mencurahkan kasih sayangnya dalam membesarkan dan mendidik ananda sejak kecil serta membiayai pendidikan ananda sampai selesai. Juga kepada saudaraku Praka fredy dan Astryd yang senantiasa memberi motivasi, kasih sayang, perhatian, keikhlasan, dan doa yang telah di berikan. Semoga Allah Swt memberikan rahmat-nya berupa nikmat iman dan nikmat kesehatan. 9. Teman-teman angkatanku Muh. Tranggono, Adelisna, Habriani, Nur Haida, Lalan Buana, Zazan Ajil Hasan dan semuanya yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu. 10. Sahabat-sahabatku Gladis Efrianingsih AMd, Keb, Yuliana, Lisna Watidewi S,Pd dan semuanya yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu terimakasi atas suportnya selama proses perkuliahan. 11. Kandaku La Ode Ryan Agusnawan SE yang telah sekian lama memberikan saya motifasi serta semangat dan dukungan selama menempuh studi sampai penyelesaian skripsi ini.
v
iv
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan sehingga penulis dengan hati terbuka siap menerima saran ataupun kritikan yang sifatnya membangun dari berbagai pihak terutama dari dosen pembimbing, dosen penguji maupun dari rekan-rekan yang senantiasa membantu demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis baik langsung maupun tidak langsung akan mendapat balasan dari Allah Swt dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya. Amin.
Kendari, Januari 2017
Penulis
vi
v
DAFTAR ISI
JUDUL.............................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
iii
KATA PENGANTAR...................................................................................
iv
DAFTAR ISI...................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL...........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
xi
ABSTRAK.......................................................................................................
xii
ABSTRACK......................................................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1 B. Rumusan Masalah....................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian........................................................................ 6 D. Manfaat Penelitian...................................................................... 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat Kecepatan Reaksi……................................................
7
B. Hakekat Pukulan Chudan Tzuki................................................
13
C. Hakekat Olahraga Karate...........................................................
15
D. Unsur – Unsur Fisik Penunjang Olahraga Karate......................
19
E. Kontraksi Otot Dalam Melakukan Pukulan Karate...................
25
F. Kerangka Berpikir......................................................................
29
G. Hipotesis....................................................................................
30
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian.................................................................
31
B. Identifikasi Variabel................................................................. 31 C. Definisi Operasional Variabel ............................................ 31 vii
vi
D. Populasi dan Sampel.................................................
32
E. Instrumen Penelitian.................................................................. 32 F. Teknik Pengumpulan Data........................................................
33
G.. Teknik Analisis Data………………………………………….. 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian........................................................................... 37 B. Pembahasan............................................................................. 41 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan................................................................................. 44 B. Saran........................................................................................ 44 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 45 LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 46 DOKUMENTASI PENELITIAN.................................................................... 50
viii
vii
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Deskripsi Statistik Kecepatan Reaksi Lengan (X), Frekuensi Pukulan Lurus (Y)................................................................................................. 37
2.
Distribusi Frekuensi Data Kecepatan Reaksi Lengan............................. 38
3.
Distribusi Frekuensi Data Frekuensi Pukulan Lurus............................... 39
4.
Hasil Uji Korelasi Kecepatan Reaksi Lengan (X), Frekuensi Pukulan Lurus (Y)................................................................................... 40
ix
viii
DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1:
Pukulan Chudan Tzuki............................................................................ 15
2.1:
Dokumentasi
x
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1:
Data Hasil Penelitian Kecepatan Reaksi Lengan (X), Frekuensi Pukulan Lurus (Y)...................................................................................................... 45
2:
Tabel Persiapan Uji Korelasi Productmoment Kecepatan Reaksi Lengan (X), Frekuensi Pukulan Lurus (Y)................................................... 46
3:
Uji Korelasi Kecepatan Reaksi Lengan (X), dan Frekuensi Pukulan Lurus (Y)...................................................................................................... 47
4:
Tabel Statistik r (Product Moment).............................................................. 48
xi
x
ABSTRAK
Supriatin (A1E1 13 097). “hubungan antara kecepatan reaksi lengan dengan frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate Ranting Lemkari Kecamatan Mowewe”. Pembimbing I Dr.H. Saifu, M.Kes dan pembimbing II La Ode Samura, S.Pd.,M.Pd. Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecepatan reaksi lengan dengan frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate Ranting Lemkari Kecamatan Mowewe. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara kecepatan reaksi lengan dengan frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate ranting lemkari kecamatan mowewe?”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet ranting lemkari kecamatan mowewe yang berjumlah 38 atlet. Adapun penarikan sampel berdasarkan purposive sampling yakni atlet yang dapat melakukan gerakan pukulan lurus dan atlet yang berjenis kelamin putra diperoleh sebanyak 25 atlet yang dijadikan sampel penelitian. Sedangkan instrument yang digunakan untuk mengukur kecepatan reaksi lengan dengan Nelson Reaction Test, dan untuk mengukur frekuensi pukulan lurus dengan tes pukulan lurus selama 60 detik. Data kecepatan reaksi lengan diambil berdasarkan data terbaik dari 2 kali tes, dan data frekuensi pukulan lurus diambil berdasarkan jumlah pukulan kiri-kanan masing-masing selama 60 detik. Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis hipotesis yang diajukan adalah dengan menggunakan rumus korelasi product moment pada taraf signifikans 0,05. Hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikans antara kecepatan reaksi lengan dengan frekuensi pukulan lurus dimana, rxy = 0,68 ≥ rtabel pada taraf signifikans 0,05:25 = 0,396. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi lengan dengan frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate ranting lemkari kecamatan mowewe. Kata kunci: kecepatan reaksi lengan, frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate
xii
i
ABSTRACT
Supriatin (A1E1 13 097). "The Correlation between Hand Reaction Time with Straight Frecuency at Karate Sport by Lemkari Branch in Mowewe Regency". The first adviser by Mr. H. Saiful and the second adviser by Mr. Ld Samura. Department of physical education health and recreation. The faculty of teacher and education science of Halu Oleo University. The purpose of this study was to determine the correlation between hand reaction time with straight frecuency at karate sport by lemkari branch in Mowewe regency. The problem of this research "Is there the correlation between hand reaction time with straight frecuency at karate sport by lemkari branch in Mowewe regency?". The population in this study hook frecuency were all athlet at karate sport by lemkari branch in Mowewe regency totaling 38 athlete. Technique sampling with purposive sampling that is based on consideration of athlet could be taken straight and based on male gender of 25 athlet. Andthen the instrument used to measure of hand reaction time with Nelson Reaction Time test, and to measure the straight frecuency with straight frecuency test by 60 second. The data analysis technique used to analyze the proposed hypothesis by using product moment correlation form at significance level of 0.05. The results obtained from hypothesis test shows that there is a significance correlation between hand muscle strength with hook frecuency where, rxy = 0.68 significance level of ≥ rtable at 0.05:25 = 0.396. This study concluded that there is a significant correlation between hand reaction time with straight frecuency at karate sport by lemkari branch in Mowewe regency. Keyword: hand muscle strength, hook frecuency at boxing sport
xiii
i
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi olahraga di indonesia saat ini telah menunjukan perkembangan yang menggembirakan dan itu bisa dilihat dari berbagai aspek yang menyangkut tentang masalah keolahragaan. Perkembangan keolahragaan yang menyentuh masyarakat disegala bidang, telah menuntut kita untuk senantiasa berpatisipasi di dalamnya dalam bidang apapun, baik itu menyangkut olahraga prestasi, sport education, olahraga kesehatan, teknologi olahraga, pemasaran olahraga, olahraga rekreasi serta masing banyak lagi aspek-aspek keolahragaan yang mestinya kita perhatikan. Dewasa ini perkembangan olahraga di indonesia cukup mendapat perhatian, baik dari segi organisasi maupun pembinaannya, namun demikian masih banyak kendala yang dihadapi untuk perkembangan maupun pembinaannya, terutama masalah pelatih yang baerkaitan dengan peningkatan prestasi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa cabang olahraga yang belum mencapai prestasi yang maksimal. Karena itu para pembina khususnya pelatih harus memahami pentingnya pembinaan atau program latihan dan kekurangan yang dimiliki untuk menumbuhkan motivasi dan meningkatkan prestaasi yang optimal. Undang-Undang nomor 3 tentang sistem olahraga nasional, Pasal 1 Ayat 4, menyatakan bahwa olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan prestasi jasmani, rohani dan sosial. Salah satu jenis olahraga yang dapat mendorong, membina serta ii 1
2
mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial adalah olahraga karate. Olahraga dikatakan sebagai salah satu kegiatan dalam pendidikan, karena olahraga
karate
tidak
hanya
memberikan
latihan
fisik
dan
teknik
(jasmani ) saja, tetapi didalamnya terdapat latihan mental, disiplin pribadi, dan tanggung jawab kemasyarakatan lebih diutamakan. Karena dengan latihan tersebut akan membuat seseorang menjadi sportif, bijaksana, berpandangan luas, pandai menghargai orang lain, dan memiliki jasmani yang kuat. Cabang olahraga karate adalah cabang olahraga permainan kontak fisik permainan ini dilakukan oleh salah satu lawan satu yang berlawanan sebagai olahraga cabang karate di mainkan di atas lapangan empat persegi panjang dengan permukaan yang rata baik ditempat terbuka (outdoor) maupun diruangan tertutup ( indoor ), yang bebas dari rintangan. Olahraga karate begitu besar manfaatnya dalam pemeliharaan kondisi fisik agar tetap prima. Oleh karena itu untuk mencapai sesuatu prestasi yang optimal ditentukan oleh banyak faktor, dua faktor diantaranya adalah : (1) penguasan teknik bermain Karate secara individual dan (2) kerja sama tim ( team work ) yang baik antara pemain yang sebuah tim atau regu. Makin sempurna penguasaan teknik setiap pemain dan kerja sama dan tim regu, maka kualitas
permainan
akan
makin
baik.
Seorang
atlet
akan
mampu
mengembangkan potensinya secara optimal apabila memenuhi faktor-faktor sebagai berikut : karakterstik fisik, seperti kekuatan, kecepatan, power, Kecepatan reaksi faktor ini sebagai penunjang penampilan ( performance ), selain faktor fisik juga harus didukung oleh, faktor-faktor psikologis yang
iii
3
memungkinkan atlet berhasil dalam suatu kompetisi perlu dikembangkan dan dipertahankan, etika kerja termasuk sikap yang tepat dalam latihan harus disajikan dan kesempatan untuk berkompetisi dengan atlet lain yang setara atau tingkat yang lebih tinggi harus tersedia. Suzuki ( 1975 ) menyatakn bahwa di negara-negara seperti Amerika dan Australia mengembangkan kombinasi teknik-tenik tendangan ( geri ) dengan pukulan (Tzuki) disertai dengan kelincahan gerakan, kecepatan reaksi penggunaan konsentrasi tenaga pada saat gerakan dilakukan. Hal ini menjadi tantangan bagi para pelatih nasional maupun pelatih daerah dalam pembinaan dan latihan untuk mencapai prestasi yang maksimal perlu adanya proses dan latihan yang terstruktur dan berkesinambungan. Karate sebagai salah satu cabang olah raga prestasi, tak luput dari perkembangan IPTEK Olahraga, meski belum bisa dilakukan secara menyeluruh tentang IPTEK olah raga ini, masih banyaknya kendala yang ditemui, sebagai contoh misalnya belum meratanya penyebaran IPTEK Olah raga baik ke tingkat Pengda Forki maupun Perguruan, sehingga masih banyaknya metode konfensional yang masih terpaku dengan sistem pembinaan yang tradisional bahkan sangat fanatik dengan sistem yang ortodok. Sistem tradisional yang masih kental terasa adalah pada sistem latihan yang tidak berpegang pada prinsip - prinsip dasar olah raga prestasi dengan benar. Tidak jarang seorang pelatih ingin menambah porsi latihan anak didiknya dengan menambah durasi latihan, tanpa memperhatikan kualitas latihan, intensitas, skill kontrol dan lain-lain, sehingga hasil yang didapat dari
iv
4
latihan kurang nyata keberhasilannya. Untuk itu, Penulis bermaksud untuk membahas tentang analisis cabang olahraga karate yang mecakup tentang komponen - komponen fisik yang mendukung dalam cabang olahraga karate gerak dominan yang dilakukan dalam olahraga karate, otot - otot yang terlibat dalam melakukan gerakan dan juga hubungan kondisi fisik yang akan diterapkan untuk meningkatkan potensi atlet dalam olahraga tersebut. Nakayama
(1980)
menyatakan
bahwa
latihan-latihan
harus
dilaksanakan secara teratur, penuh konsentrasi dan frekuensi pukulan dalam melaksanakan setiap gerakan yang dilakukan. Untuk mendapatkan frekuensi pukulan yang maksimal maka yang diperlukan unsur kemampuan fisik khususnya kecepatan reaksi lengan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nakayama (1980) bahwa kecepatan tendangan atau pukulan tidak akan mencapai kecepatan optimal tanpa didukung oleh kecepatan reaksi. Penguasaan keterampilan dalam olahraga beladiri karate sangat diperlukan agar pertandingan dapat berjalan dengan baik, keterampilan tersebut dapat
berupa
keterampilan
individual
dan
keterampilan
penguasaan
pertandingan, keterampilan individual meliputi : tendangan, pukulan, tangkisan atau uke dan harai atau sapuan kesemuanya itu untuk mendapatkan point atau angka bagi individu yang melakukannya. Kesalahan atau kegagalan dalam melakukan pukulan berarti hilangnya kesempatan individu untuk mendapatkan angka akan tetapi akan mendapatkan peringatan. Dijelaskan sebelumnya, bahwa peranan pukulan sangat penting dan memiliki kesulitan tersendiri serta terbukanya kesempatan untuk memperoleh
v
5
angka, maka diharapkan oleh seorang atlit dapat mengkombinasikan beberapa aspek kondisi fisik diantaranya kecepatan reaksi. Kecepatan reaksi yang dimaksud dalam hal ini adalah kecepatan reaksi lengan. Kecepatan reaksi lengan sangat dibutuhkan dalam melakukan pukulan lurus guna menghasilkan frekuensi pukulan yang optimal dan dengan adanya kecepatan reaksi lengan mampu menghasilkan gerakan yang gesit yang tidak disangka-sangka oleh lawan yang membawa seorang karateka pada kemenangan dan pencapain prestasi yang maksimal. Penelitian ini akan diadakan
pada karateka Ranting Lemkari
Kecamatan Mowewe, adapun alasan peneliti melakukan penelitian ditempat tersebut yaitu berdasarkan hasil observasi dan wawancara singkat dengan pelatihnya, dimana karateka ditempat tersebut memiliki karakteristik kesehariannya dalam melakukan latihan, di mana para karateka belum memaksimalkan
pukulan
pada
saat
pertandingan
karate
atau
pun
memanfaatkan kelengahan lawan pada saat bertanding. Dimana para karateka sebenarnya sudah memiliki reaksi dan pukulan yang bagus namun para karateka belum memanfaatkan kecepatan reaksi tersebut dalam melakukan serangan atau diserang. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memandang perlu untuk mengadakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh kecepatan reaksi lengan terhadap frekuensi pukulan lurus. Adapun judul yang ingin diteliti adalah “hubungan kecepatan
vi
6
reaksi dengan frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate Ranting Lemkari Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka Timur”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis mengemukakan permasalahan apakah ada hubungan kecepatan reaksi dengan frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate Ranting Lemkari Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka Timur? C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kecepatan reaksi dengan frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate ranting lemkari Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka Timur. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk memperoleh pengetahuan secara ilmiah sehingga dapat digunakan oleh para pelatih, guru pendidikan jasmani dan kesehatan, pemandu bakat dan bahkan pemerhati olahraga khususnya olahraga karate. b. Untuk dijadikan referensi tentang latihan dalam olahraga karate untuk mencapai prestasi yang maksimal. c. Dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan minat dan bakat anak khususnya dalam olahraga karate.
vii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Kecepatan Reaksi Seorang atlet karate yang mempunyai gerakan lamban, akan menemui kesulitan dalam mengembangkan gerakannya secara cepat serta dalam hal menghindari atau menangkis serangan lawan secara cepat. Harsono (1988) tentang pengertian kecepatan, bahwa: “kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis berturut-turut dalam waktu yang sesingkatnya atau kemampuan menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”. Abdul Kadir Ateng (1992) bahwa: “kecepatan adalah kemampuan individu untuk melakukan gerakan yang sama berulang-ulang dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau jumlah banyaknya gerakan perunit waktu”. Sehingga dapat dikatakan bahwa kecepatan merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan gerak cepat dalam waktu yang relatif singkat. Kecepatan dapat diartikan sebagai kualitas kondisi olahragawan yang memberikan
kemungkinan
untuk
reaksi
secepat
mungkin
terdapat
rangsangan, dan kemungkinan mampu menampilkan dalam bentuk gerak secepat mungkin. (Arief Prihastono, 1995) Kecepatan adalah kemampuan kompleks yang diperlukan untuk aksi-aksi motorik cepat dalam waktu sesingkat mungkin.
viii7
8
Dunia olahraga dikenal sebagai jenis kecepatan. Nossek (1982) membagi dalam tiga jenis kecepatan yaitu : kecepatan sprint (sprinting speed), kecepatan reaksi (reaction time), dan kecepatan bergerak (speed of movement). Berdasarkan pendapat yang dikemukakan maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh jarak tertentu, terutama jarak pendek, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau dengan kata lain bahwa kecepatan adalah suatu kemapuan untuk menggunakan anggota tubuh atau bahagian-bahagian anggota tubuh dalam waktu yang relatif singkat. a. Kecepatan sprint (sprinting speed) Kecepatan sprint yaitu sebagai kemampuan atlet atau individu untuk menempuh suatu jarak dan waktu sesingkat mungkin. Kekuatan ini ditentukan oleh kekuattan otot dan persenndian, kecepatan sprint sangat diperlukan saat melakukan pukulan secara cepat. b. Kecepatan reaksi (rection time) Kecepatan reaksi yang dimaksud adalah sebagai kecepatan menjawab suatu rangsangan yang ditentukan melalui pengukuran waktu yang digunakan antara rangsangan dan jawaban rangsangan pertama. Kecepatan ini ditentukan oleh hantaran implus pada sistem saraf, daya orientasi siituasi dan ketajaman panca indera. Kecepatan dipengaruhi oleh waktu reaksi, sedangkan waktu reaksi tergantung pada proses rangsangan saraf pendengaran, syaraf penglihatan dan
ix
9
syaraf perintah. Waktu reaksi yang lebih tua lebih cepat dibanding dengan anak yang lebih muda. Hal ini dibuktikan oleh Cratty (1978) yang dikutip oleh Suderi (1999) yang menyatakan bahwa: “waktu reaksi anak usia 3-5 tahun dua kali lebih lambat, dibanding dengan anak dewasa, walaupun usia itu ada perbaikan waktu reaksi mereka”. Reaksi atau reaction, adalah kemampuan seseorang segera bertindak secepatnya dalam menanggapi ransangan-ransangan yang datang lewat indra, syaraf atau feeling lainnya perlu pula dibedakan mengenai reaksi dan refleks. Refleks adalah jawaban terhadap rangsangan yang disadari. Baik refleks maupun reaksi keduanya memiliki rangsangan dan jawaban. Batasan refleks jelas bahwa jawaban atas rangsangan yang tidak melewati pusat kesadaran sedangkan reaksi pasti akan melewati pusat kesadaran lebih dahulu. Waktu reaksi adala waktu interval waktu antara penampilan stimulus inisiasi atau usaha dari respon. Dimana waktu reaksi dimulai secara sederhana dan mudah untuk diukur wujudnya dan memperlihatkan pengaruh dari beberapa variasi secara nyata, individu tidak dapat dijelaskan dengansatu waktu reaksi tanpa mengkhususkan kondisi dimana ia melakukan tes. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa waktu reaksi adalah kemampuan yang menyokong tugas dimana terdapat status stimulus sehingga membutuhkan reaksi yang cepat. Dengan kata lain kemampuam bereaksi dengan cepat terhadap stimul yang datang. FSisiologis menurut Jonath dan Krempel dalam Harsono (1988), kecepatan dapat diartikan sebagai : “Kemampuan yang berdasarkan
x
10
kelentukan (fleksibilitas), proses sistem persyarafan dan alat-alat otot untuk melakukan gerakan-gerakan dalam satu satuan waktu tertentu.” Sedangkan secara fisikal menurut Syafruddin (1992) bahwa kecepatan dapat diartikan sebagai : Jarak dibagi waktu, dan hasil dari pengaruh kekuatan terhadap tubuh yang bergerakdimana kekuatan dapat mempercepat gerakan tubuh. Pada dasarnya kecepatan itu dibedakan atas kecepatan reaksi dan kecepatan aksi (gerakan). Kecepatan reaksi adalah kemampuan untuk menjawab rangsangan akustik, optik dan rangsangan taktil secrara cepat. Rangsangan akustik maksudnya adalah rangsangan melalui pendengaran, sementara rangsangan optik dimaksudkan adalah rangsangan yang diberikan melalui penglihatan, misalnya seorang atlet beraksi atau bergerak dengan memperhatikan gerakan tangan pelatihnya atau gerakan lawan, sedangkan rangsangan taktil adalah rangsangan yang diberikan melalui kulit, misalnya dengan sentuhan pada kulit. Kecepatan aksi (gerakan) diartikan sebagai kemampuan dimana dengan bantuan kelentukan sistem saraf pusat dan alat-alat otot dapat melakukan gerakan-gerakan dalam satuan waktu minimal. Moeh. Sajoto (1975) mengemukakan bahwa: “kecepatan reaksi adalah kualitas yang memungkinkan memulai suatu
jawaban kinetis secepat
mungkin setelah menerima suatu rangsangan. Berdasarkan uraian di atas, nyatalah bahwa pada cabang olahraga karate setiap pemain disamping kecepatan juga dituntut unuk memiliki reaksi yang cepat. Oleh karen itu, atlet karate dalam melakukan pukulan harus
xi
11
melakukan gerakan cepat untuk menghasilkan frekuensi pukulan yang maksimal. Seorang pemain yang memiliki kecepatan reaksi lengan memiliki kemampuan melakukan gerakan pukulan yang maksimal meskipun dalam keadaan ruang gerak yang sempit. Peni Muthalib (1984) menyatakan bahwa: “kecepatan reaksi adalah kemampuan melaksanakan gerakan secepat mungkin baik gerakan yang sama maupun yang tidak sama”. Dengan demikian kecepatan reaksi lengan adalah kemampuan sistim syaraf otot lengan dalam merespon gerakan dalam waktu yang cepat. c. Kecepatan gerak (speed of movemen) Kecepatan gerak merupakan kecepatan merubah arah dalam gerakan yang utuh. Kecepatan ini dotentukan oleh kekuuatan otot, daya
ledak,
kemampuan koordinasi gerak, kelincahan dan keseimbangan. Kecepatan ini ditentukan melalui pengukuran waktu antara gerak permulaan dengan gerak berikutnya. Karate adalah olahraga yang memerlukan kecepatan. Semua gerakan yang cepat adalah gerakan gerakan yang menggunakan sistem anaerobik. Dalam olahraga karate dikerjakan dalam waktu yang lama tidak dapat diperkiirakan dan tidak semua gerakan bersifat kontinyu, tetapi gerakangerakan cepat yang diselingi gerakan lamban. Pendapat lain dikemukaan oleh Harsono (1988) bahwa kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan kerja fisik dalam waktu yang sesingkatsingkatnya. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh seorang siswa pada saat
xii
12
melakukan pukulan lurus dengan gerakan yang tepat. Menurut Fox (1989) unsur kecepatan yang dimiliki oleh seorang atlet dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: proses metabolisme saraf, penghantaran rangsangan, kontraksi dan relaksi otot, kekuatan dan ketahanan, teknik olahraga yang bersangkutan, kemauan (motivasi), dan elastisitas otot. Kecepatan reaksi dari seorang olahragawan sangat dipengaruhi pula oleh respon dan stimulasi saraf. Untuk meningkatkan kemampuan reaksi maka diperlukan latihan yang terus menerus sehingga gerakan-gerakan menjadi otomatis dan menjadi gerakan refleks. Menurut Harsono (1992) faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan yaitu : a. Proses metabolisme syaraf b. Penghantaran rangsangan c. Kontraksi dengan relaksasi otot d. Kekuatandengan ketahanan e. Teknik olahraga yang bersngkutan f. Kemampuan motivasi g. Elastiisitas otot, kapasitas kontraksi otot dan koordinasi antara otot sinergis dan otot antagonis h. Keturunan Tenaga dan kecepatan dalam permainan bola voli terutama teknik dasar smash dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kekuatan daya ledak
xiii
13
otot tungkai karena akan mendapatkan lompatan yang makmal dan dengan demikian akan mudah untuk dapat mengarahkan bola kearah yang dinginkan B. Hakikat Pukulan Lurus Chudan Tzuki Menurut Namiek ( 2008 ) bahwa pukulan lurus Chudan Tzuki adalah pukuan yang mengarah lurus kedepan, dan sasarannya adalah perut, ulu hati dan dada bagian depan. Pukulan tersebut amat berbahaya karena sasaran yang dituju adalah bagian vital dari tubuh dan itu bisa mematikan lawan. Dalam pertandingan karate, pukulan lurus tersebut apa apabila dilakukan dengan sempurna maka mendapat point nihon atau (2 angka). ( panduan teknis PON Karate, 2008 ) Pada dasarnya untuk mendapatkan pukulan lurus yang baik dan benar dalam karate, di awali dengan posisi kuda-kuda dengan baerat badan lebih berat didepan (posisi Zenkuchudachi). Keunggulan dari pukulan lurus yaitu pukulan yang dimana sangat mudah dilakukan oleh atlit pemula atau seorang atlit untuk mendapatkan tambahan point pada pertandingan dan untuk mendapatkan pukulan yang sempurna dan sah seorang atlit harus mempunyai kekuatan untuk melakukan pukulan dengan kekuatan yang maksimum serta dalam waktu yang sangat singkat, sangat diperlukan adanya kekuatan maksimal pada otot, namun bukan hanya kondisi fisik semata sebagai penyempurnaan dan sahnya pertandingan, tetapi karate olahraga beladiri yang mempunyai ciri khas yang dapat dibedakan dari jenis olahraga beladiri lainnya seperti silat, judo, kung fu, kempo dan beladiri lainnya.
xiv
14
Perbedaan tersebut dapat dilihat baik secara filosofi, tehnik gerakan maupun
atribut
yang
digunakan
selama
menjalani
proses
latihan,
pertandingan serta pada saat pelaksanaan pertandingan. Salah satu perbedaan didalam penggunaan atribut yakni peralatan dan perlengkapan yang dipergunakan, seperti baju dan sabuk yang benar sesuai peraturan pada olahraga karate merupakan penyempurnaan dan sahnya melakukan pukulan lurus. Selain itu juga terletak pada teknik melakuakan gerakannya. Pukulan lurus dalam penelitian ini mengarah pada pukulan chudan tzuki. Berikut cara melakukan pukulan chudan tzuki: 1. Persiapan (sikap awal) a. Posisi tubuh diawali dengan kuda-kuda dasar (hachijidachiatau shiko dachi) b. Genggam jemari tangan (membentuk keoalan) 2. Pelaksanaan (melakukan pukulan) a. Mendorong lengan lurus kedepan b. Mengarahkan kepalan tangan tepat kesasaran 3. Gerakan lanjutan (sikap akhir) a. Jari tangan tetap digenggam b. Lengan ditarik kembali ke arah pinggang c. Tangan tetap mengepal dan siap disamping pinggang ( Namiek 2008). Satu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang karateka adalah bahwa untuk mendapatkan pukulan yang kuat dan lurus, maka pada waktu melakukan
xv
15
ayunan tangan harus diikuti dengan dorongan lengan dan bahu agar jangkauan pukulan lebih jauh dan bobot pukulan lebih kuat. Dorongan lengan dan bahu yang kuat akan memberikan tambahan energi kepada ltangan dalam melakukan pukulan tersebut dan sasaran akan lebih cepat dikena. Untuk lebih jelasnya di bawah ini adalah gambar seorang karateka yang sedang melakukan pukulan lurus:
Gambar 2.1: Pukulan Lurus (chudan tzuki), (Namiek, 2008) C. Hakekat Olahraga Karate Karate adalah seni beladiri yang berasal dari negara Jepang yang kemudian dibawah masuk ke Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri ini pertama kali disebut “Tote” yang berarti seperti “tangan Cina”, akan tetapi nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah Kanji Okinawa ( Tote : Tangan China ) dalam kanji Jepang menjadi “karate” ( tangan kosong ) agar lebih muda diterima
xvi
16
oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah “Kara” yang berarti kosong dan yang kedua, “te” yang berarti tangan kosong. Karate sendiri masuk ke Indonesia pada tahun 1963 yang dibawa oleh para mahasiswa Indonesia yang baru pulang dari studi di Jepang. Para mahasiswa ini kemudian membentuk perkumpulan karate yang bernama Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia (PORKI). Kini nama PORKI diganti menjadi FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia). Karate adalah cabang olahraga beladiri dimana bentuk aktivitas geraknya menggunakan kaki dan tangan seperti pukulan, tangkisan dan tendangan. Pada zaman sekarang karate juga dibagi menjadi aliran tradisional dan aliran olah raga. Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri dan teknik tempur sementara aliran olah raga lebih menumpukan teknik-teknik untuk pertandingan olah raga. Cabang Olahraga karate mempertandingkan dua nomor yaitu “Kata” dan “Kumite”. Nomor Kata adalah nomor yang mempertandingkan pendemonstrasian kemampuan jurus secara perorang ataupun beregu dalam menguasai ilmu beladiri karate tradisional dengan harmonisasi gerak yang mencerminkan kekuatan, kecepatan dan keindahan. Dan Nomor Kumite adalah nomor yang mempertandingkan kemampuan seseorang dalam pertarungan satu lawan satu. Beberapa ulasan diatas, maka diambil pengertian bahwa olahraga karate adalah sebuah olahraga beladiri yang tidak menggunakan alat tetapi
xvii
17
dengan hanya menggunakan tangan kosong. Olahraga karate adalah gabungan unsur-unsur gerakan tubuh yang tercipta secara sistematis sehingga menghasilkan gerakan-gerakan tubuh atau jurus-jurus yang digunakan untuk mempertahankan diri dari serangan lawan tetapi juga gerakan serangan lawan tetapi juga gerakan serangan dalam olahraga karate juga sangat berbahaya karena dapat melumpuhkan musuh. Adanya keseimbangan yang mantap antara pikiran dan gerakan-gerakan yang tercipta akan memberikan sebuah ketenangan sehingga serangan-serangan yang datng dari musuh dapat dihindari dengan baik. 1. Teknik Dasar Olahraga Karate Teknik - teknik dasar karate terdiri dari gerakan memukul, menendang dan menangkis dengan pusat perkenaan antara bagian tubuh dengan sasaran antara lain yaitu kepalan tangan, sisi telapak tangan, ujung telapak kaki dan sisi telapak kaki. Teknik dasar karate terbagi tiga yaitu : 1) Kihon. Kihon yaitu latihan teknik-teknik dasar karate seperti teknik memukul, menendang dan menangkis. Teknik Kihon berupa tendangan dan pukulan saja (sabuk putih). Bila telah masuk ke sabuk cokelat, diajarkan tehnik membanting dan dibanting. Dan jika telah masuk sabuk hitam, dianggap sudah menguasai Kihon. Berikut ini akan dijelaskan teknik - teknik dasar karate :
xviii
18
a. Gedan Barai (Tangkisan Bawah) adalah teknik tangkisan dengan satu tangan dan merupakan salah satu posisi persiapan dalam latihan dasar selanjutnya dan biasa digunakan untuk menangkis serangan berupa tendangan yang mengarah keperut. b. Gyaku Tsuki adalah teknik pukulan yang berlawanan arah dengan gerakan kuda – kuda. c. Oi Tsuki teknik pukulan lurus kedepan bersamaan dengan gerakan maju / mundur. d. Geri (Tendangan) Tendangan dalam karate antara lain :
Mae Geri (Tendangan lurus kedepan).
Mawashi Geri (Tendangan samping dengan menggunkan kura –kura kaki).
Yoko Geri (Tendangan menyodok dengan menggunakan sisi telapak kaki).
2) Kata. Kata yaitu latihan jurus atau rangkaian dari Kihon (teknik dasar gerakan karate) yang digabung menjadi satu. Dalam Kata diajarkan cara-cara bertarung yang baik dan benar. Setiap gerakan dan pernapasan akan berbedabeda dalam setiap Kata. 3) Kumite Kumite yaitu latihan bertarung satu lawan satu atau sparring. Teknik kumite diajarkan saat memasuki sabuk tingkat lanjut yaitu sabuk biru keatas.
xix
19
D. Unsur-Unsur Fisik Penunjang Olahraga Karate Setiap nomor pertandingan karate harus didukung dengan kondisi fisik yang prima. Penting nya kondisi fisik bagi karateka saat betanding baik secara teoritis maupun secara empiris tidak dapat disangkal lagi. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Harsono (1988) bahwa, “Sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dari kondisi fisik dalam meningkatkan prestasi atlet. Kondisi fisik dipandang sebagai hal yang fundamental bagi atlet, karena tanpa dukungan kondisi fisik yang prima maka pencapaian prestasi maksimal akan sulit terwujud. Karate adalah cabang olahraga dengan gerakan kompleks, maka dibutuhkan beberapa komponen kondisi fisik. Komponen kondisi fisik yang dibutuhkan oleh seorang karateka saat bertanding adalah antara lain : 1. Kekuatan ( strength ) Kekuatan adalah dasar yang paling penting dalam melatih keterampilan gerak. Menurut Sajoto ( 1995 ) kekuatan adalah komponen kondisi fisisk seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja. Disisi lain Nurhasan ( 2000 ) mengatakan bahwa kekuatan adalah sejumlah daya yang dihasilkan oleh otot ketika otot tersebut berkontraksi. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Bompa ( 1994), menyatakan bahwa kekuatan adalah kemampuan otot untuk menghasilkan daya untuk mengatasi rintangan.
xx
20
Jonath ( 1997), mendenifisikan kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan aktifitas dengan menahan beban yang diangkatnya otot yang kuat akan membuat kerja sehari_hari menjadi evisien. Pendapat yang hampir sama dikemukakan ole fox (1993) bahwa kekuatan adalah sebagai suatu gaya atau regangan suatu kelompok otot yang dapat melakukan tahanan maksimal. Harsono , (1998) mengatakan kekuatan yang dapat berfungsi : 1. Sebagai daya penggerak setiap aktivitas fisik. 2. Melidungi diri dari kemungkinan cedera. 3. Dengan kekuatan atlet dapat melempar lebih jauh, memukul dengan keras dan memperkuat stabilitas sendi. 4. Mempermudah atlet dalam mempelajari teknik-teknik olahraga. 5. Merupakan pendukung dari berbagai komponen kemampuan fisik lainya. Disimpulkan
bahwa
kekuatan
(strength)
adalah
merupakan
kemampuan otot untuk berkontraksi ketika melakukan kerja dalam waktu tertentu secara maksimal sehingga menghasilkan daya. kaitannya dengan penelitian ini, unsur kekuatan (strength) sangatlah penting untuk dimiliki oleh setiap atlet terkhusus atlet karate karena dengan hal tersebutseorang karateka ketika melakukan tendangan( maegeri chudan ) dengan baik dan benar maka kekuatan yang akan dihasilkanpun akan lebih berbobot.
xxi
21
2. Kecepatan ( speed ) Olahraga karate adalah salah satu olahraga yang membutuhkan kecepatan ( speed ). Kecepatan tidak dapat diperoleh begitu saja tanpa adanya latihan yang serius. Menurut Nurhasan ( 2000 ) kecepatan dapat diartikan sebagai kualitas kondisi fisik olahragawan yang memberikan kemungkinan untuk bereaksi secepat mungkin terhadap suatu rangsangan kemudian mampu menampilkan dalam bentuk gerak secepat mungkin. Literatul lain, Amrun Bustaman dalam Harsuki ( 2003 ) mengatakan bahwa kecepatan adalah berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan gerakan dalam waktu yang sangat singkat. Seorang atlet karate harus memiliki kecepatan yang bagus untuk dapat melakukan gerakan-gerakan, seperti memukul menangkis dan terlebih dalam menendang ( maegeri chudan). Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kecepatan adalah kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan secepat mungkin setelah mendapat stimulus atau rangsang. 3. Daya Tahan ( Endurance ) Berlatih ataupun bertanding dalam cabang olahraga tertentu, daya tahan sangat penting untuk dimiliki oleh setiap atlet. Komponen ini menggambarkan kemampuan dan kesanggupan melakukan kerja dalam keadaan aerob, artinya kemampuan dan kesanggupan system peredaran darah pernapasan, mengambil / menyediakan oksigen yang dibutuhkan, ( Hasruki, 2003 ). Pada pendapat lain mengatakan bahwa ketahanan adalah ketahanan organism untuk melawan kelemahan dalam jangka waktu yang alam.
xxii
22
Menurut Soekarman ( 1989 ) bahwa daya tahan dapat dibagi menjadi dua macam : a. Daya tahan otot setempat yaitu daya tahan yang menunjukan kemampuan otot atau sekelompok otot dalam melaksanakan tugas yang cukup lama. b. Daya tahan jantung yaitu kemampuan jantung untuk mensuplai bahan bakar keseluruh bagian tubuh dalam waktu yang lama serta intensitas yang tinggi. Olahraga karate, daya tahan jantung-paru sangat dibutuhkan terlebih dalam bertanding. Bagusnya daya tahan jantung dan paru akan memberikan dampak yang bagus karena suplai bahan bakar ( oksigen ) sangat diperlukan oleh otot untuk melakukan kerja atau gerakan, terkhusus dalam gerakan menendang ( maegeri chudan ) serta memberikan dampak yang bagus pula pada ketahanan otot-otot lokal sehingga kecepatan, kekuatan serta daya ledak tendangan dapat dipertahankan dengan baik sampai pertandinagn usai. Daya tahan merupakan unsur dasar dari kesegaran jasmani dalam upaya peningkatan kondisi fisik. Definisi dari daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk melawan kelelahan yang timbul dalam melakukan aktiavitas serta cepat pulih kembali dari kelelahan (fox,1993).selnjutnya menurut bompa,(1994) daya tahan dibagi menjadi dua klasifikasi yaitu: 1. Daya tahan otot setempat,yaiyu daya tahan yang menunjukkan cukup lama. Kemampuan otot atau sekelompok otot dalam melaksanakan tungasnya.
xxiii
23
2. Daya tahan jantung yaitu kemampuan jantung untuk mensuplai bahan bakar keseluruh bagian tubuh dalam jangka waktu yang lama serta intensitas yang tinggi. 4. Kelenturan ( Fleksibilitas ) Fleksibilitas atau kelenturan adalah kemampuan gerak maksimal suatu persediaan, ( Harsuki, 2003 ). Pada cabang olahraga beladiri, kelenturan ( Fleksibility ) sangat besar peranannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soeharno ( 1985 ) bahwa kelenturan yang baik akan: 1. Kualitas dan keindahan gerak 2. Membantu meningkatkan kelincahan, kecepatan, koordinasi, gerak dan power dengan perlakuan gerak yang tetap halus. 3. Mempermudah untuk mempelajari teknik tinggi. 4. Berguna untuk menghemat tenaga dan mencegah cedera. Melakukan
maegeri
chudan,
kelenturan
yang
bagus
akan
menghasilkan tendangan yang bagus pula. Oleh karena itu seorang karateka harus memiliki kelenturan terutama pada bagian tungkai dan panggul. 5. Koordinasi ( Koordination ) Melakukan gerakan yang sempurna, koordinasi harus bagus terlebih dalam melakukan tendangan maegeri chudan. Menurut Amrum Bustaman dalam Harsuki ( 2003 ) bahwa koordinasi adalah kemampuan untuk menggunakan panca indera seperti penglihatan dan pendengaran, bersamasama dengan tubuh tertentudidalam melakukan kegiatan motorik dengan harmonis dan ketepatan yang tinggi.
xxiv
24
6. Keseimbangan ( Balance ) Keseimbanngan yang mantap akan lebih menambah performance setiap atlet dalam melakukan gerakan-gerakan motorik seperti menendang dalam olahraga karate. Keseimbangan adalah berhubungan dengan sikap mempertahankan keadaan keseimbangan (equilibrium) ketika sedang diam atau sedang bergerak, ( Harsuki, 2003 ). 7. Reaksi (reaction) Kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera. Secara rinci dapat dijelaskan bahwa anggota tubuh yang membutuhkan komponen kondisi fisik adalah sebagai berikut : Punggung membutuhkan kekuatan otot, dan daya tahan otot. Lengan membutuhkan kekuatan otot, daya tahan otot, kelentukan, dan power. Tungkai membutuhkan kekuatan otot, daya tahan otot, kelincahan, kelentukan dan power. 8. Keseimbangan ( Balance ) Keseimbanngan yang mantap akan lebih menambah performa setiap atlet dalam melakukan gerakan-gerakan seperti menendang. Keseimbangan adalah berhubungan dengan sikap mempertahankan keadaan keseimbangan (equilibrium) ketika sedang diam atau sedang bergerak ( Harsuki, 2003 ).
xxv
25
Semua komponen-komponen tersebut di atas harus dimiliki oleh setiap atlet baik pada semua cabang olahraga, maupun olahraga tertentu. Pada cabang olahraga karate, komponen-komponen di atas harus ada. Dengan demikian peningkatan prestasi pada cabang olahraga akan tercapai apalagi dengan dukungan teknologi serta metode-metode latihan yang telah dikembangkan dengan cara ilmiah. E. Kontraksi Otot Dalam Melakukan Pukulan Karate Otot merupakan anggota gerak aktif, sedangkan tulang merupakan anggota gerak pasif. Otot berkontraksi bila mendapat stimulus. Stimulus dibawa oleh serabut syaraf eferen dari Sistm Saraf Pusat (SSP), sampai pada ujung saraf motorik yang melekat pada sel otot yakni neuromuscle junction ( seperti diketahui setiap sel otot dilengkapi dengan serabut saraf). Selanjutnya rangsangan tersebut masuk ke dalam sel otot melalui tubulus-tubulus. Tubulus adalah organ yang berupa pipa yang menghubungkan antara bagian luar sel dan bagian dalam sel. Dengan mekanisme tertentu, rangsangan tersebut menyebabkan kadar kalsium di cairan sarcoplasma meningkat tajam. Peningkatan
kalsium
ini
menyebabkan
terjadinya
perubahan-
perubahan di benang aktin yang pada akhirnya sisi lekat aktin terbuka. Terbukanya sisi lekat aktin mengakibatkan kepala myosin menempel selanjutnya terjadilah crossbridge actomiosin. Selanjutnya penguraian ATP di kepala myosin mengakibatkan kepala-kepala myosin mengadakan power stroke, akhirnya akan terjadi penarikan aktin ke arah pusat sarcomere oleh myosin, sehingga sarcomere mengalami pemendekan (Saiful, 2011)
xxvi
26
Dari tipe kontraksinya ,maka dapat dibedakan atas 3 macam tipe kontraksi seperti yang jelaskan oleh Soekarman (1989) yaitu kontraksi isometrik, kontraksi isotonik dan kontraksi isokinetik.Kontraksi yang dimaksudkan dijelaskan sebagai berikut: a. Kontraksi isometrik Kontraksi isometrik biasa juga disebut kontraksi statis yaitu suatu bentk kontraksi otot dimana tidak terjadi pemendekan ataupiun terjadi pemanjangan otot tetapi otot memliki tensi (tonus) pada saat menahan beban. Contoh dari kontraksi isometrik seperti pada saat kita mendorong tembok atau menahan beban. b. Kontraksi Isotonik Kontraksi isotonik biasa juga disebut sebagai kontraksi dinamik yang terdiri dari kosentrik dan eksentrik. Kontrasi kosentrik adalah kontraksi dimana otot bekerja
mengangkat beban yang ada pada lengan sehingga
terjadi pemendekan sudut pada siku. Kontraksi eksentrik adalah sebaliknya yaitu terjadi saat menurunkan beban yang berada pada siku, atau terjadi pembesaran sudut lutut atau pada siku. Kontraksi isotonik yaitu suatu bentuk kontraksi otot yang terjadi pemendekan dan pemanjang secara teratur dan terus menerus. Contoh dalam kontraksi isotonik adalah pada saat kita mengangkat dan menurunkan beban yang ada pada lengan dimana sumbu gerakan terjadi pada persendian lutut atau siku.
xxvii
27
Melempar bola kasti termasuk dalam bentuk kontraksi isotonik, karena dalam proses gerakan mulai dari membawa lengan dalam posisi siku sedikit ditekuk kemudian melemparkan bola dengan membawa siku dan lengan ke depan hingga lengan lurus ke depan c. Kontraksi Isokinetik Kontraksi isokinetik, terjadi apabila otot memendek karena tegangan ditingkatkan, melalui rentang gerak penuh yang dilakukan pada kecepatan yang konstan. Kontraksi ini biasanya dilakukan dengan alat bantu mesin penggerak otot. Otot dapat berkontraksi berturut-turut secara maksimum untuk jangka waktu yang lama dikatakan ketahanan ototnya baik. Kadang-kadang ketahanan otot dikatakan sebagai berlawanan dengan kepayahan. Otot-otot yang lekas payah dikatakan mempunyai ketahanan otot yang rendah. Menurut C.R.Jansen (1996), otot lengan adalah Otot lengan terdiri dari biceps, triceps, dan forearm, Otot adalah sebuah jaringan konektif dalam tubuh yang tugas utamanya kontraksi. Kontraksi otot digunakan untuk memindahkan bagian-bagian tubuh & substansi dalam tubuh. a. Otot penggerak lengan atas : 1) M. Pectoralis Mayor berfungsi untuk menekuk dan mengadduksi. Mekanisme kontraksi otot skelet berdasarkan teori sliding filemen menurut Fox (1993), prosesnya adalah sebagi berikut : a) Dimulai dengan timbulnya impuls listrik yang disebabakan potensial akasi yang berasal dari saraf keserabut otot.
xxviii
28
b) Ujung saraf mengeluarkan neurotransimitter asetikolin. c) Asetikolin selanjutnya masuk melalui pada membrane serabut otot. d) Setelah membrane terbuka maka ion Na masuk sehingga potensial akasi mulai terjadi. e) Selanjunya potensial aksi masuk pada reticulum sacoplasma hingga ke triad. f) Ion Ca mengikat troponin C sehingga terjadi bidang site akibatnya filament aktin dan filament myosin saling mengikat dan terjadilah kontraksi. g) Setelah ion C kembali dipompa ke dalam reticulum sarcoplasma untuk menunggu potensial aksi yang baru. Proses kontraksi itu sendiri dituntut energy dalam hal ini ATP yang
berperan disaat sliding dimana head dari myosin melekat pada celah filament yang terbuka akibat biding site setelah head dari myosin menempel, ATP pada head tersebut terurai dan menimbulkan tenaga, head menarik filament aktin sehingga garis Z mengecil dan terjadilah kontraksi. 2) M. Doltoideus, fungsinya adalah adduksi lengan dan membantu ekstensi dan fleksi lengan. 3) M. Teres major fungsinya untuk membantu ekstensi lengan. 4) M. Teres minor fungsinya untuk membantu gerakan rotasi lengan. b. Otot penggerak lengan bawah : 1) M. Biceps brachi, berfungsi untuk fleksi suspinasi lengan bawah. 2) M .Brachialis, fungsinya adalah membantu fleksi lengan bawah.
xxix
29
3) Trichep Brachi, fungsinya adalah membantu fleksi lengan bawah. 4) Pronator quadrates fungsinya adalah untuk supinasi lengan bawah.
F. Kerangka Berpikir Untuk menghasilkan frekunsi pukulan yang maksimal dan yang baik, maka sangat dibutuhkan kecepatan reaksi
lengan, dimana lengan harus
memiliki kecepatan yang maksimal. Semakin cepat reaksi lengan di ayunkan, maka semakin baik pula frekuensi pukulan yang dapat dilakukan sehingga akan semakin sulit lawan untuk mengantisipasinya. Pukulan lurus membutuhkan keceptan reaksi lengan karena pukulan lurus dilakukan secara berulang-ulang sehingga harus membutuhkan kecepatan reaksi lengan. Kecepatan reaksi adalah kemampuan merubah posisi tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Selain itu kecepatan reaksi merupakan penentu utama dalam pencapaian prestasi olahraga dan unsur lain merupakan penunjang dalam proses pembentukan keterampilan gerak. Jika ditinjau dari aspek biomotorik kecepatan reaksi lengan dibutuhkan untuk mendukung
xxx
30
efektifnya frekuensi pukulan pada saat seorang atlet melakukan gerakan pukulan. Sebab dengan adanya kecepatan reaksi lengan akan memudahkan bagi karateka untuk mengayunkan tangan untuk menghasilkan frekuensi pukulan yang optimal dan berbobot. Berdasarkan penjelasan diatas, diduga bahwa kecepatan reaksi lengan memiliki hubungan dengan kemampuan pukulan lurus. G. Hipotesis Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, penulis merumuskan hipotesis penelitian bahwa ada hubungan antara
kecepatan reaksi dengan
frekuensi pukulan lurus olahraga karate pada Ranting Lemkari Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka Timur.
xxxi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian Metode penelitian ini merupakan metode deskriptif dengan dengan rancangan korelasional, dimana peneliti ingin mengetahui hubungan kecepatan reaksi
dengan frekuensi pukulan lurus
pada olahraga karate.
Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: X
Y
Keterangan: X = kecepatan reaksi Y = frekuensi pukulan lurus → = Hubungan B. Identifikasi Variabel Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas adalah kecepatan reaksi (X) 2. Variabel terikat adalah frekuensi pukulan lurus (Y) C. Definisi Operasional Variabel Agar tidak memberikan penafsiran yang keliru tentang variabel yang dimaksud dalam penelitian ini maka perlu diberi definisi secara operasional yaitu sebagai berikut: 1. Kecepatan reaksi yang dimaksud dalam peneitian ini adalah kecepatan reaksi lengan sampel untuk
menangkap mistar dengan menggunakan
31 xxxii
32
kedua telapak tangan yang dijulurkan terbuka kedepan dada dengan skala 100 mistar berada dibawah (Nurhasan,2008 ). 2. Frekuensi pukulan lurus
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
karareka berdiri didepan body protector yang dipegang oleh seorang petugas tes kemudian atlet diberi aba-aba untuk muai melakukan pukulan lurus chudan tzuki dengan menggunakan lengan kiri kanan secara bergantian selama 60 detik. D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet karate Ranting Lemkari yang berjumlah 38 orang. 2. Sampel Sampel ditarik menggunakan teknik purposive sampling yaitu berdasarkan pertimbangan jenis kelamin putra dan mampu melakukan gerakan karate yang baik, tepat dan benar khususnya mampu melakukan pukulan lurus chudan tzuki sehingga menghasilkan 25 orang. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini berjumlah 25 orang. E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kecepatan reaksi lengan dan tes kemampuan pukulan lurus . Adapun alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan tes ini adalah sebagai berikut: 1. Tes untuk mengukur kecepatan reaksi lengan yaitu nelson reaktion test
(Nurhasan, 2008).
xxxiii
33
2. Tes frekuensi pukulan lurus yaitu pukulan lurus selama 60 detik (Hasna Said, 1984). F. Teknik Pengumpulan Data Memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan tes kecepatan reaksi lengan dengan Nelson Reaktion Test (Saiful, 2013). a. Atlet duduk dikursi kedua tangan relaks b. Kedua tangan dijulurkan lurus kedepan dengan dengan telapak tangan terbuka dan dalam posisi saling berhadapan c. Tester memegang ujung atas mistar (dengan angkah nol berada di bawah dan angkah diujung garis mistar dimulai dari angkah 100 dalam satuan cm) tergantung dengan ujung berada diantara kedua telapak tangan
peserta tes (atlet) dalam keadaan terbuka dan dijulurkan
kedepan. d. Garis dasar skala penggaris harus berada tepat diatas permukaan ibu jari kedua telapak tangan e. Atlet menfokuskan pandangan pada penggaris (mistar). f. Selanjutnya tester melepaskan mistar pada sela diantara kedua telapak tangan g. Atlet merapatkan kedua telapak tangan secepat mungkin untuk menangkap mistar
xxxiv
34
h. Skor yang dilihat adalah angka yang ditunjukkan skala pada mistar yang berada tepat diatas tankapan kedua teapak tangan. i. Atlet diberi 2 kali kesempatan j. Skor yang diambil adalah skor terbaik dari dua kali kesempatan yang dilakukan. Alat- alat yang di gunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari : - Mistar - Formulir - Alat tulis 2. Pelaksanaan tes frekuensi pukulan lurus a. Karateka berdiri di depan pemegang body protector dalam posisi siap yaitu salah satu kaki berada didepan sebagai kuda-kuda b. Posisi badan menghadap lurus kedepan c. Kedua tangan ditekuk dan dikepal disamping badan sebagai pertanda siap melakukan pukulan d. Ketika peluit ditiup karateka segera melakukan pukulan secara berulang-ulang selama 60 detik dengan cara mengayunkan tangan lurus ke depan mengenai sasaran. e. Pukulan dilakukan oleh kedua tangan secara bergantian selama 60 detik
xxxv
35
f. Data yang diambil banyaknya jumlah pukulan lurus dalam sikap sempurna yang dapat dilakukan selama 60 detik dengan menggunakan tangan kiri dan kanan. g. Selanjutnya data yang diperoleh disubtitusi kedalam rumus sebagai berikut. t=√ Keterangan: t = waktu d = jarak (meter) 2 = tetapan 9,8 = tetapan percepatan gravitasi Alat yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini terdiri dari : a. Peluit b. Stopwatch c. Alat tulis d. Body protector G. Teknik Analisis Data Data terkumpul dari kedua variabel yang diteliti tersebut selanjutnya penulis menguji dan menganalisa data tersebut dengan menggunakan rumus statistik product moment menurut Sutrisno Hadi (1988), sebagai berikut:
xxxvi
36
( *
(
) +*
)(
) (
)+
Keteerangan: RXY = Koefisien korelasi variabel x dan y XY = Jumlah hasil kali nilai x dan y ∑X = Jumlah nilai variabel x ∑Y = Jumlah nilai variabel y ∑X² = Kuadrat nilai variabel x ∑Y² = Kuadrat nilai variabel y N = Jumlah sampel Mengetahui tingkat korelasi antara kedua variabel maka digunakan peta korelasi menurut M. Ali (1985), sebagai berikut : a. 0,00 – 0,20 = korelasi sangat rendah b. O,21 – 0,40 = korelasi rendah c. 0,41 – 0,60 = korelasi sedang d. 0,61 – 0,80 = korelasi tinggi e. 0,81 – 1,00 = korelasi sempurna
xxxvii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian Hasil analisis statistik deskripsi yang dimaksud adalah mean, standar deviasi, nilai maximum dan nilai minimum dari tiap variabel penelitian. Data statistik deskriptif dapat dilihat pada lampiran I. Adapun hasil statistik deskriptif variabel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1: Deskripsi Statistik Kecepatan Reaksi Lengan (X), Frekuensi Pukulan Lurus (Y) Variabel Mean Standar Nilai Nilai Deviasi Maximum Minimum X 1,86 0,43 3,09 1,01 Y 61,48 2,92 69 57 Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada tabel 1 dapat diketahui: a. Mean dari kecepatan reaksi lengan (X) adalah 1,86 sekon dengan standar deviasi 0,43 sekon. b. Mean dari frekuensi pukulan lurus (Y) adalah 61,48 kali dengan standar deviasi 2,92 c. Nilai maximum kecepatan reaksi lengan adalah 3,09 sekon sedangkan nilai minimumnya 1,01 sekon d. Nilai maximum frekuensi pukulan lurus adalah 69 kali sedangkan nilai minimum adalah 57 kali
xxxviii 37
38
2. Tabel Distribusi Frekuensi dan Histogram Data Kecepatan Reaksi Lengan Untuk melihat distribusi frekuensi data kecepatan reaksi lengan dapat dilihat pada tabel 2 dan grafik 1 berikut ini. Tabel 2: Distribusi Frekuensi Data Kecepatan Reaksi Lengan Kelas
Frekuensi
Frekuensi
Frekuensi
Interval
Absolut
Kumulatif
Relatif %
1,01 - 1,41
2
2
8
1,42 - 1,82
9
11
36
1,83 - 2,23
11
22
44
2,24 - 2,64
2
24
8
2,65 - 3,09
1
25
4
Secara grafik, distribusi frekuensi sebaran data kecepatan reaksi lengan yang ditunjukkan pada tabel 2, dapat dilihat pada gambar grafik berikut.
12 10 8 6 4 2 0 1,01 - 1,41
1,42 - 1,82
1,83 - 2,23
2,24 - 2,64
2,65 - 3,09
Gambar 2: Histogram Sebaran Distribusi Frekuensi Data Keceapatan Reaksi Lengan
xxxix
39
3. Tabel Distribusi Frekuensi dan Histogram Data Frekuensi pukulan lurus Untuk melihat distribusi frekuensi data frekuensi pukulan lurus dapat dilihat pada tabel 3 dan grafik berikut ini. Tabel 3: Distribusi Frekuensi Data Frekuensi pukulan lurus Kelas
Frekuensi
Frekuensi
Frekuensi
Interval
Absolut
Kumulatif
Relatif %
57 -58
4
4
16
59 - 60
8
12
32
61 - 62
4
16
16
63 - 64
5
21
20
65 -66
3
24
12
67 -69
1
25
4
Secara grafik, distribusi frekuensi sebaran data frekuensi pukulan lurus yang ditunjukkan pada tabel 3, dapat dilihat pada gambar grafik berikut.
8 7 6 5 4 3 2 1 0 57 -58
59 - 60
61 - 62
63 - 64
65 -66
67 -69
Gambar 3: Histogram Sebaran Distribusi Frekuensi Data Frekuensi pukulan lurus
xl
40
4. Uji Korelasi Product Moment Data diuji dengan menggunakan rumus korelasi produc moment. Uji korelasi dapat dilihat pada lampiran II. Hasil uji korelasi product moment dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4: Hasil Uji Korelasi Kecepatan Reaksi Lengan (X) dengan Frekuensi pukulan lurus (Y) Korelasi
Koefisien
Koefisien
Variabel
Korelasi (r)
Determinasi (r²)
X dengan Y
-0,68
0,46
r tabel (0,05:25)
0,396
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa koefisien korelasi antara kecepatan reaksi lengan dengan frekuensi pukulan lurus (rXY) adalah sebesar -0,68. Niai koefisien korelasi negatif bukan berati nilainya berada dibawah nol, akan tetapi tanda min menggambarkan arah korelasi yaitu korelasi negatif yang berarti kenaikan frekuensi pukulan lurus diikuti oleh penurunan nilai kecepatan reaksi, karena semakin baik kecepatan rekasinya maka maka semakin rendah perolehan nilai pada saat tes kecepatan reaksi.
Untuk
mengetahui kebermaknaan hubungan kecepatan reaksi lengan dengan frekuensi pukulan lurus, maka harga rXY yang diperoleh dibandingkan dengan nilai tabel korelasi product moment pada taraf signifikan 0,05 dengan jumlah sampel 25 diperoleh r tabel = 0,396. Tanda min pada niai koefisien korelasi bukan berarti nilainya rendah atau berada dibawah nol maka nilai rXY (-0,68) > nilai r tabel (0,396), maka disimpulkan Ho ditolak. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara
xli
41
kecepatan reaksi lengan dengan frekuensi pukulan lurus. Koefisien determinasi antara kedua variabel (r²) sebesar 0,46 dengan kata lain 46% frekuensi pukulan lurus ditentukan oleh kecepatan reaksi lengan. B. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecepatan reaksi lengan dengan frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate. Dalam olahraga karate pukulan merupakan salah satu teknik dasar yang sangat dominan digunakan dalam pertandingan. Pukulan lurus merupakan teknik pukulan yang dilakukan degan cara memukul kearah depan sasaran dada atau ulu hati dengan kuda-kuda searah dengan arah pukulan. Untuk dapat melakukan teknik pukulan lurus dengan hasil pukulan yang maksimal maka dibutuhkan adanya unsur kondisi fisik. Sekian banyak unsur kondisi fisik dalam meakukan pukulan salah satunya yang dominan dibutuhkan adalah kecepatan reaksi lengan. Kecepatan reaksi lengan yang dimaksud disini adalah kemampuan melakukan perubahan gerak
secara
cepat
dalam
waktu
yang
sesingkat-singkatnya
guna
menghasilkan frekuensi pukulan yang optimal. Mengetahui seberapa besar hubungan kecepatan reaksi lengan dan besarnya kontribusi kecepatan reaksi lengan terhadap frekuensi pukulan lurus maka dibutuhkan data yang valid yang diperoleh dari hasil penelitian ilmiah. Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis secara statistik deskriptif untuk mengetahui rata-rata, standar deviasi, nilai maximum dan
xlii
42
nilai minimum serta statistik inferensial dengan menggunakan rumus korelasi produckmoment untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel. Berdasarkan analisis statistik dengan uji korelasi product moment pada tabel 4 ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi lengan dengan kemampuan pukulan. Hal ini terlihat dari harga rXY yang diperoleh sebesar -0,68. Nilai rXY yang diperoleh merupakan gambaran nyata kuatnya hubungan antara kedua variabel. Jika dilihat pada tabel korelasi maka niai krelasinya berada pada korelasi tinggi. Besaran koefisien korelasi kecepatan reaksi lengan
dengan
frekuensi pukulan lurus menggambarkan adanya korelasi yang signifikan yang dapat dilihat dari nilai r hitung (-0,68) > r tabel (0,396) pada taraf signifikan 0,05. Hal ini didukung oleh perolehan nilai koefisien determinasi (r²) = 0,46, yang berarti bahwa kecepatan reaksi lengan memberikan kontribusi terhadap frekuensi pukulan lurus sebesar 46%. Sedangkan 54% dipengaruhi oleh unsur kondisi fisik yang lain seperti kelincahan, kekuatan, kelanturan, power dan lain-lain. Besarnya persentase pengaruh faktor kecepatan reaksi lengan terhadap frekuensi pukulan lurus memberikan gambaran bahwa kecepatan reaksi lengan merupakan salah satu unsur kemampuan fisik yang mendukung dalam melakukan pukulan lurus sebagai pemadu gerak ketika melakukan pukulan secara bergantian dengan kecepatan lengan bergerak berganti posisi terhadadap arah dan posisi sasaran pukulan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
Wahjoedi
(2001),
bahwa
xliii
dalam
melakukan
pukulan
43
membutuhkan adanya kecepatan reaksi untuk melakukan gerakan mulai dari adanya stimulus hingga berakhirnya respons dalam waktu yang sesingkatsingkatnya guna menghasilkan frekuensi pukulan yang optimal. Dengan demikian jelas bahwa kecepatan reaksi lengan memiliki hubungan yang signifikan dengan frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate ranting Lemkari Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka Timur.
xliv
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi lengan dengan frekuensi pukulan lurus dengan arah hubungan merupakan korelasi negatif yang menggambarkan bahwa kenaikan nilai frekuensi pukulan lurus diikuti oleh penurunan nilai kecepatan reaksi. Koefisien korelasi (rXY) = -0,68 > r tabel = 0,396 dengan koefisien determinasi (r²) = 0,46 atau 46%. Maka dapat disimpulkan bahwa frekuensi pukulan lurus secara teori benar ditunjang oleh kecepatan reaksi lengan sebesar 46%. B. Saran Saran yang dapat penulis kemukakan yaitu sebagai berikut. 1. Disarankan kepada para pelatih karate kiranya dalam melatih atlet memperhatikan unsur biomotorik kecepatan reaksi lengan khususnya dalam melatih teknik dasar pukulan. 2. Disarankan kepada peneliti lain yang relevan kiranya dapat meneliti lebih jauh dengan melibatkan variabel-variabel lain yang berperan dalam melakukan pukulan pada olahraga karate.
xlv 44
DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Teknis, PON XVII 2008. Fox, EL, 1993. Sport Physiology. Third Edition, Philadelpia : LUB. Harsuki, H. 2003. Perkembangan Olahraga Terkini (Kajian Para Pakar), PT Raja Grafindo : Jakarta. Ilham, HS, Aditya, Wiratama NS, 1996. Karate Untuk Pemula, CV. Gunung Mas. Pekalongan. Janssen,
1996.Trainng Lactate Pulse Rate, terjemahan KONI DKI Jakarta Finlandia : Polar Elctro.
Nakayama, 1980. Keterampilan Dalam Olahraga Karate, Jakarta. Nurhasan, 2000. Keekuatan Otot Saat berkontraksi, Jakarta Nurhasan, 2008. Penilaian Pembelajaran Penjas, Universitas Terbuka. Jakarta. Pearce P, 2001. Bebas Cedera Karate. Ghalia Indonesia. Jakarta. Pearce, Evelyn C, 2008. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Gramedia: Jakarta. Saiful, 2013. Tes Pengukuran dan Evaluasi Penjas. Kendari Sajoto, 1995.Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga, Dirjen Dikti, Depdikbud, Jakarta. Soekarman, 1989.Materi Pokok Pendidikan Atletik (Jakarta : Depdikbud) Soekarman, 1987. Dasar-dasar Olahraga Untuk pembina, Pelatih, dan atlet, Jakarta: PT. Masugung Suharno H.P. 1993. Metodologi Pelatihan. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta Syaifuddin, Aip. 1996. Pendidikan Jasmani, Jakarta : Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. S, Namiek. 2008. Belajar Karate Secara Sistematis, CV. Aneka Ilmu : Semarang Suzuki, Tehnik Dasar Dalam Permainan Karate (Jakarta, 1998) Soeharno, 1985. Ilmu Kepelatihan Olahraga. FPOK: Yogyakarta. Wahjoedi, 2001. Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. PT Raja Grifindo : Jakarta.
xlvi 45
Lampiran I Data Hasil Penelitian Kecepatan Reaksi Lengan dan Frekuensi Pukulan Lurus (Y) Kecepatan Reaksi Lengan (X1) No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Hasil Tes Menggunakan Mistar Dalam Satuan CM
subtitusi dalam rumus kecepatan reaksi (Waktu)
Pukulan Lurus (Y)
33 10 18 11 24 19 26 19 18 18 10 15 16 7 16 15 11 17 5 21 18 47 21 22 13
2,59 1,42 1,91 1,49 2,21 1,96 2,30 1,96 1,91 1,91 1,42 1,74 1,81 1,19 1,81 1,75 1,49 1,86 1,01 2,07 1,92 3,09 2,07 2,12 1,63
59 65 60 62 58 60 62 60 60 64 63 62 61 65 60 69 64 63 65 59 58 57 58 59 64
Frekuensi
1,86 Mean
61,48 0,43
Sd
2,92 3,09
Max
69 1,01
Min
57
46 xlvii
Lampiran II Tabel Persiapan Uji Korelasi Product Moment Kecepatan Reaksi Lengan (X), dan Frekuensi Pukulan Lurus (Y) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Jml
X 2,59 1,42 1,91 1,49 2,21 1,96 2,3 1,96 1,91 1,91 1,42 1,74 1,81 1,19 1,81 1,75 1,49 1,86 1,01 2,07 1,92 3,09 2,07 2,12 1,63 46,64
Y 59 65 60 62 58 60 62 60 60 64 63 62 61 65 60 69 64 63 65 59 58 57 58 59 64 1537
X² 6,7081 2,0164 3,6481 2,2201 4,8841 3,8416 5,29 3,8416 3,6481 3,6481 2,0164 3,0276 3,2761 1,4161 3,2761 3,0625 2,2201 3,4596 1,0201 4,2849 3,6864 9,5481 4,2849 4,4944 2,6569 91,48
xlviii 47
Y² 3481 4225 3600 3844 3364 3600 3844 3600 3600 4096 3969 3844 3721 4225 3600 4761 4096 3969 4225 3481 3364 3249 3364 3481 4096 94699
XY 152,81 92,3 114,6 92,38 128,18 117,6 142,6 117,6 114,6 122,24 89,46 107,88 110,41 77,35 108,6 120,75 95,36 117,18 65,65 122,13 111,36 176,13 120,06 125,08 104,32 2846,63
Lampiran III Uji Korelasi Product Moment Kecepatan Reaksi Lengan (X) dengan Frekuensi Pukulan Lurus (Y) N
: 25
∑X
: 46,64
∑Y
: 1537
∑X²
: 91,48
∑Y²
: 94699
∑XY : 2846,63
rXY =
( √*
= = =
√*
² (
)(
)²+ *
(
(
(
)(
) (
)²+ *
)² )( (
+*
√*
√(
)
)(
) ) (
)²
+
)
=
= = -0,68 Koefisien determinasi (r²) r² = 0,68² = 0,46 atau 46%
48 xlix
Lampiran IV Tabel Statistik Product Moment (r) N 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Taraf Signifikan 5% 1% 0,997 0,999 0,950 0,990 0,878 0,959 0,811 0,917 0,754 0,874 0,707 0,834 0,666 0,798 0,632 0,765 0,602 0,755 0,576 0,708 0,553 0,684 0,532 0,661 0,514 0,641 0,497 0,623 0,432 0,606 0,468 0,590 0,456 0,575 0,444 0,561 0,433 0,549 0,423 0,537 0,413 0,526 0,404 0,515 0,505 0,396 0,388 0,496
N 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Taraf Signifikan 5% 1% 0,381 0,437 0,374 0,478 0,367 0,470 0,361 0,463 0,355 0,456 0,349 0,449 0,344 0,442 0,339 0,436 0,334 0,43 0,329 0,424 0,325 0,418 0,320 0,413 0,316 0,408 0,312 0,403 0,308 0,398 0,304 0,393 0,301 0,389 0,297 0,384 0,294 0,38 0,291 0,376 0,288 0,372 0,284 0,368 0,281 0,364 0,279 0,361
49 l
N 55 60 65 70 75 80 85 90 95 10 12 15 17 20 30 40 50 60 700 800 900 000
Taraf Signifikan 5% 1% 0,266 0,345 0,254 0,330 0,244 0,317 0,235 0,306 0,227 0,296 0,220 0,286 0,213 0,278 0,207 0,270 0,202 0,263 0,195 0,256 0,176 0,230 0,159 0,210 0,148 0,194 0,138 0,181 0,113 0,148 0,098 0,128 0,088 0,115 0,080 0,105 0,074 0,097 0,07 0,091 0,065 0,086 0,062 0,081
DOKUMENTASI PENELITIAN
GAMBAR 1: SAMPEL SEDANG BERDOA
GAMBAR 2: PENELITI SEDANG MEMBERIKAN PENGARAHAN
li
GAMBAR 3: SAMPEL SEDANG MELAKUKAN PEMANASAN
GAMBAR 4: PENELITI SEDANG MEMPERAGAKAN TEKNIK TES KECEPATAN REAKSI TANGAN lii
GAMBAR 5: PENELITI SEDANG MEMPERAGAKAN TEKNIK PUKULAN LURUS
GAMBAR 6: SAMPEL SEDANG MELAKUKAN TES KECEPATAN REAKSI TANGAN liii
GAMBAR 7: SAMPEL SEDANG MELAKUKAN TES PUKULAN LURUS
GAMBAR 8: FOTO BERSAMA PELATIH
liv
lv
lvi