PENELITIAN SKRIPSI PANDANGAN PEREMPUAN POLITISI MENGENAI KELUARGA SAKINAH (Studi Terhadap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang)
SKRIPSI
Oleh: Elmi Farikha NIM: 04210035
JURUSAN AL AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARI'AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG 2008
PANDANGAN PEREMPUAN POLITISI MENGENAI KELUARGA SAKINAH (Studi Terhadap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang)
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh: Elmi Farikha NIM: 04210035
JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARI'AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG 2008
PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudari Elmi Farikha mahasiswi Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, setelah membaca, mengamati kembali berbagai data yang ada di dalamnya, dan mengoreksi, maka skripsi yang bersangkutan dengan judul: Pandangan Perempuan Politisi Mengenai Keluarga Sakinah (Studi Terhadap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang) telah dianggap memenuhi syarat-syarat ilmiah untuk disetujui dan diajukan pada majelis dewan penguji.
Malang, 24 Oktober 2008 Pembimbing
Erfaniah Zuhriah, S.Ag., MH NIP. 150 284 095
HALAMAN PERSETUJUAN
PANDANGAN PEREMPUAN POLITISI MENGENAI KELUARGA SAKINAH (Studi Terhadap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang)
SKRIPSI
Oleh: Elmi Farikha NIM: 04210035
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan Oleh dosen pembimbing:
Erfaniah Zuhriah, S. Ag., MH. NIP: 150 284 095
Mengetahui, Dekan Fakultas Syari’ah
Drs. H. Dahlan Tamrin, M. Ag NIP: 150 216 425
PENGESAHAN SKRIPSI Dewan penguji skripsi saudari Elmi Farikha NIM 04210035, mahasiswi Fakultas Syari'ah angkatan tahun 2004, dengan judul:
PANDANGAN PEREMPUAN POLITISI MENGENAI KELUARGA SAKINAH (Studi Terhadap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang)
Telah dinyatakan LULUS dengan Nilai (Sangat Memuaskan), Dengan Penguji:
1. Drs. Noer Yasin, M. Ag. NIP. 150 302 324
(________________________) (Ketua)
2. Dra. Hj. Mufidah, Ch., M. Ag. NIP. 150 240 393
(________________________) (Penguji Utama)
3. Erfaniah Zuhria, S. Ag., MH. NIP.150 284 095
(________________________) (Sekretaris)
Mengetahui dan Mengesahkan Dekan,
Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag NIP : 150 216 425
PERNYATAAN KEASLIAN
Demi Allah, Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan, penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Pandangan Perempuan Politisi Mengenai Keluarga Sakinah (Studi Terhadap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang)
Benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau memindah data milik orang lain. Jika kemudian hari terbukti bahwa skripsi, baik isi, logika maupun datanya, secara keseluruhan atau sebagaian milik orang lain, maka skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh karenanya secara otomatis batal demi hukum.
Malang, 17 Oktober 2008 Penulis,
Elmi Farikha 04210035
MOTTO
Νà6uΖ÷t/ Ÿ≅yèy_uρ $yγøŠs9Î) (#þθãΖä3ó¡tFÏj9 %[`≡uρø—r& öΝä3Å¡àΡr& ô⎯ÏiΒ /ä3s9 t,n=y{ ÷βr& ÿ⎯ÏμÏG≈tƒ#u™ ô⎯ÏΒuρ . tβρã©3xtGtƒ 5Θöθs)Ïj9 ;M≈tƒUψ y7Ï9≡sŒ ’Îû ¨βÎ) 4 ºπyϑômu‘uρ Zο¨Šuθ¨Β Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteriisteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S. Ar-Ruum: 21)
Bismillahirrahmanirrahim, Segala puja dan puji bagi Sang Penulis skenario di setiap lini kehidupan para insan, Allah SWT, atas segala intuisi yang telah dianugerahkan sampai pada akhirnya hamba bisa mengerjakan penelitian ini sebagai tahap akhir perjuangan belajar di tingkat S-1. Buah karyaku ini aku persembahkan kepada: Bapak dan ibu yang tak pernah lelah menyiramkan ketulusan do’a kepada nanda yang selalu merasa dahaga akan do’a, restu serta ridho dari bapak dan ibu. Seluruh bapak-ibu guru yang pernah mendidik saya, serta dosen di Fakultas Syari’ah yang telah menyibakkan tabir ketidaktahuan saya dengan ilmu yang tiada terkira. Saudara-saudaraku, Mas Dadang dan Mba’ Tri Terima kasih atas pinjaman kamera digital serta MP5-nya, Mba’ Fera dan Mas Tofa, Serta Mas Indra. Do’a dan dukungan kalian sangat berarti buat dinda. Keponakan-keponakanku yang lucu-lucu, Keisha, Kia dan Fara. Semoga kalian menjadi anak yang sholehah dan pintar. Teman-teman di fakultas Syari’ah angkatan 2004. Dan sahabat-sahabatku Anis, Nining, Tingki, Vivin, Mbak Kaji Nia, Indah, Onyik dan Wiwin. Selama 4 tahun lebih kita bersama, semoga ilmu yang kita raih bersama dapat bermanfaat. Teman-teman di Pink House khususnya di lantai 3, yang sudah menjadi tempat berbagi dan bertanya dalam segala kekurangan dan kesulitan. Teman-teman “Geng EMBLAH”, Kentut, Primbol, Idul, Ma’e dan Nipong. Walaupun kita sudah punya jalan sendiri-sendiri tapi kita akan tetap menjadi sahabat. Teman-teman alumni MAN 3 Kediri, khususnya angkatan 2004 yang berada di manapun, Ooooi SEMOGA SUKSEEES......!!!
My beloved R2, yang selalu menjadi motivasi dan inspirasiku. Yang tak pernah
mengeluh atas segala kekurangan dan kelemahanku. Suka duka yang telah kita lalui akan menjadi kenangan termanis.
Semua pihak yang telah membantu dalam mengerjakan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalasnya. Amien...
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahrobbil’alamiin, segala puji kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta ridho-Nya serta kemudahan dan kelancaran yang telah diberikan, sehingga penelitian yang berjudul PERAN PEREMPUAN POLITISI DALAM PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH (STUDI TERHADAP ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KOTA MALANG) dapat diselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa teriring kepada Nabi besar Muhammad Rasulullah Saw. sehingga kita bisa hidup di jaman yang terang benderang dalam Islam, Iman dan Ihsan. Tidak lupa ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak, keluarga, teman, kerabat, segenap dosen yang telah memberikan dedikasi demi kesuksesan anak didiknya.. Patut kiranya kalau ucapan terima kasih ini saya sampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 2. Bapak Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari'ah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 3. Bapak Zainul Mahmudi, MA., selaku Ketua Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syari'ah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 4. Ibu Erfaniah Zuhriah, S.Ag., M.H., sebagai dosen pembimbing saya yang sudah memberikan bimbingan dan arahan serta yang telah meluangkan waktu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Orang tua tercinta, bapak Djamil Effendi dan ibu Siti Maisaroh atas segala sesuatu yang tidak akan bisa apabila nanda ucapkan satu persatu. 6. Segenap dosen serta staf bagian akademik Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 7. Ibu-ibu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu penyelesaian penelitian ini. Serta bapak dan ibu sekretaris DPRD, atas segala bantuan dalam memperlancar proses penelitian. Sebagai insan yang tidak dapat diluputkan dari segala khilaf, tentunya skripsi ini juga tidak akan luput dari berbagai kesalahan. Untuk itu saya mohon untuk dapat memberikan kritik serta saran untuk kesempurnaan buah karya saya ini. Semoga hasil penelitian ini bisa berguna untuk semua pihak.
Malang, 19 Oktober 2008
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ v HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ vi MOTTO .......................................................................................................... vii PERSEMBAHAN........................................................................................... viii KATA PENGANTAR.................................................................................... ix DAFTAR ISI................................................................................................... xi ABSTRAK ...................................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7 E. Sistematika Pembahasan.............................................................................. 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian terdahulu..................................................................................... 10 B. Perempuan Dalam Perspektif ...................................................................... 12 1. Perempuan Pada Masa Sebelum Islam .................................................. 12 a. Perempuan Arab Jahiliyyah.............................................................. 12 b. Perempuan Yahudi ........................................................................... 13 c. Perempuan Nasrani........................................................................... 13 d. Perempuan Hindu............................................................................. 14 e. Perempuan Agama Kuno Mesir ....................................................... 14 2. Perempuan Perspektif Islam................................................................... 14 3. Perempuan Perspektif Mufassir ............................................................. 17 C. Politik .......................................................................................................... 24 1. Pengertian............................................................................................... 24 2. Kiprah Perempuan Di Dunia Politik ...................................................... 26 D. Keluarga Sakinah ........................................................................................ 30 1. Definisi Keluarga Sakinah ..................................................................... 30 2. Kriteria Keluarga Sakinah...................................................................... 32 3. Fungsi Keluarga ..................................................................................... 36 4. Hak Dan Kewajiban Suami-Isteri Di Dalam Rumah Tangga ................ 37 a. Hak Dan Kewajiban Bersama Suami-Isteri...................................... 38 b. Kewajiban Suami Dan Hak Isteri..................................................... 40 c. Kewajiban Isteri Dan Hak Suami..................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ......................................................................................... 43 B. Jenis Dan Pendekatan Penelitan .................................................................. 43 C. Paradigma .................................................................................................... 44 D. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 46 E. Sumber Data ................................................................................................ 47 1. Primer..................................................................................................... 47 2. Sekunder................................................................................................. 48 F. Metode Analisis Data................................................................................... 48 1. Edit (Editing).......................................................................................... 48 2. Klasifikasi (Classifying) ........................................................................ 49 3. Verivikasi (Verifivying)......................................................................... 49 4. Analisis (Analizing) ............................................................................... 50 5. Kesimpulan (Concluding) ...................................................................... 50 BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Profil Subjek Penelitan................................................................................ 51 B. Paparan Data................................................................................................ 54 C. Klasifikasi Data ........................................................................................... 62 D. Analisis Data ............................................................................................... 64 1. Pandangan Perempuan Politisi Mengenai Keluarga Sakinah ................ 64 2. Upaya Perempuan Politisi Untuk Membentuk Keluarga Sakinah ......... 71 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................. 78 B. Saran-Saran ................................................................................................. 79 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1: Pedoman Wawancawa Lampiran 2: Permohonan Penelitian Lampiran 3: Surat Rekomendasi dari Kantor Kesatuan Bangsa Kabupaten Malang Untuk Melakukan Penelitian Lampiran 4: Surat Rekomendasi Dari Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang. Lampiran 5: Foto-foto wawancara Lampiran 6: Curiculum Vitae Subjek Penelitian Lampiran 7: Bukti Konsultasi
ABSTRAK Elmi Farikha, 04210035, 2007. Pandangan Perempuan Politisi Mengenai Keluarga Sakinah (Studi Terhadap Anggota DPRD Kota Malang). Skripsi jurusan Al-Ahwal Asy- Syakhshiyah, Fakultas Syari'ah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Dosen Pembimbing: Erfaniah Zuhriah, S. Ag., MH. Kata kunci: keluarga, sakinah, perempuan, politik. Di dalam rumah tangga kewajiban mencari nafkah untuk keluarga adalah berada di tangan suami, sedangkan peran isteri adalah mengurus suami dan anak. Namun, di tengah modernitas zaman semakin banyak perempuan yang memilih untuk berperan aktif di sektor publik salah satunya di dunia politik. Dengan begitu peran perempuan yang seharusnya menjadi ibu rumah tangga dengan mengurus suami dan anak kini telah beralih. Sebagai perempuan politisi yang disibukkan dengan berbagai urusan, tidak dapat sepenuhnya memberikan waktu untuk keluarga. Dengan begitu keluarga bisa rentan dengan berbagai konflik dan pada akhirnya dapat menyebabkan rumah tangga berakhir dengan perceraian. Oleh sebab itu para perempuan politisi dituntut untuk pandai-pandai menyeimbangkan di antara karir dan keluarga, agar keluarga tidak harus dikorbankan demi karir. Anggota DPRD Kota Malang yang berjenis kelamin perempuan mempunyai upaya-upaya yang dilakukan dalam mempertahankan keutuhan rumah tangganya. Penelitian ini mempunyai tujuan di antaranya yang pertama adalah untuk mengetahui pendapat dari para perempuan politisi yang duduk di DPRD Kota Malang mengenai keluarga sakinah. Yang kedua adalah untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh para perempuan politisi untuk membentuk keluarga sakinah. Untuk metode penelitian digunakan pendekatan kualitatif dan termasuk penelitian sosiologis (empiris). Paradigma yang digunakan adalah Naturalistic Paradigm / paradigma alamiah yang bersumber pada pandangan fenomenologis. Karena penelitian ini dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan, sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer atau langsung dari sumber pertama dan sumber data sekunder atau data pelengkap. Metode penelitian yang digunakan adalah metode wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan lima langkah, yaitu edit (editing), klasifikasi (classifying), verivikasi (verivying), analisis (analizing) dan kesimpulan (concluding). Berdasarkan peneltian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam memberikan pendapat mengenai keluarga sakinah para perempuan politisi yang duduk di DPRD Kota Malang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya adalah faktor pengalaman, faktor pendidikan, faktor keluarga, faktor usia dan faktor kegagalan rumah tangga. Sedangkan upaya yang dilakukan oleh para perempuan politisi untuk membentuk keluarga sakinah adalah dengan berbagai cara, yang pada akhirnya upaya-upaya tersebut dapat dikatakan telah berhasil. Karena para perempuan politisi yang menjadi anggota DPRD Kota Malang telah dapat memenuhi kriteria keluarga sakinah.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di dalam rumah tangga, tanggung jawab memberi nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga, baik berupa makanan, minuman, ataupun pakaian adalah tanggung jawab laki-laki dan bukan tanggung jawab perempuan. Di dalam nash alQur'an kaum laki-laki dianjurkan mencari yang halal dan menafkahi istri serta keluarganya, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan sebagainya termasuk juga biaya pendidikan anak. Allah SWT berfirman:
£⎯ä. βÎ)uρ 4 £⎯Íκön=tã (#θà)ÍhŠŸÒçGÏ9 £⎯èδρ•‘!$ŸÒè? Ÿωuρ öΝä.ω÷`ãρ ⎯ÏiΒ ΟçGΨs3y™ ß]ø‹ym ô⎯ÏΒ £⎯èδθãΖÅ3ó™r& £⎯èδθè?$t↔sù ö/ä3s9 z⎯÷è|Êö‘r& ÷βÎ*sù 4 £⎯ßγn=÷Ηxq z⎯÷èŸÒtƒ 4©®Lym £⎯Íκön=tã (#θà)ÏΡr'sù 9≅÷Ηxq ÏM≈s9'ρé& ∩∉∪ 3“t÷zé& ÿ…ã&s! ßìÅÊ÷äI|¡sù ÷Λän÷| $yès? βÎ)uρ ( 7∃ρã÷èoÿÏ3 /ä3uΖ÷t/ (#ρãÏϑs?ù&uρ ( £⎯èδu‘θã_é&
Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya. (Ath-Thalaq: 6) 1 Di dalam Hadits Nabi Saw. Juga disebutkan bahwa:
ﺣ ِﺪ َﻧﺎ َ ﺟ ِﺔ َأ َ ﻖ َز ْو ﺣﱡ َ َﻣﺎ،ﷲ ِ ل ا َ ﺳﻮ ُ ﺖ َﻳﺎ َر ُ ل ُﻗ ْﻠ َ َﻗَﺎ.ع.ﺸ ْﻴﺮِي ر َ ن َُﻣ َﻌ ِﻮ َﻳ َﺔ ا ْﻟ ُﻘ ْ َع ﺟ َﻪ ْ ب ا ْﻟ َﻮ ِ ﻀ ِﺮ ْ ﺖ َوَﻟﺎ َﺗ َ ﺴ ْﻴ َ ﺴ ْﻮ َهﺎ ِا َذا ا ْآ َﺘ ُ ﺖ َو َﺗ ْﻜ َ ﻃ ِﻌ ْﻤ َ ﻄ ِﻌ ُﻤ َﻬﺎ ِإ َذا ْ ل ُﺗ َ ؟ َﻗﺎ...ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َ .ﺖ ِ ﺠ ْﺮ ِاَﻟّﺎ َِﻓﻲ ا ْﻟ َﺒ ْﻴ ُ ﺢ َوَﻟﺎ َﺗ ْﻬ ُ َوَﻟﺎ ُﺗ َﻘ ِّﺒ Dari Mu’awiyah al-Quraisy r.a katanya, “Saya bertanya, Wahai Rasulullah, apakah hak seorang istri dari kami kepada suaminya? Beliau bersabda, “ Engkau memberi makan. Engkau memberikan pakaian sebagaimana engkau berpakaian. Janganlah engkau menjelekkannya, kecuali masih dalam satu rumah. (H.R. Bukhari) 2 Sementara, seorang perempuan mempunyai peran yang tidak kalah penting. Perempuan bisa menjadi istri, ibu serta ‘manajer’ di dalam rumah tangga. Pendidikan anak ketika berada di dalam rumah sangat tergantung sekali kepada seorang perempuan / ibu. Karena seorang ayah yang tentunya memiliki kewajiban untuk mencari nafkah tidak sepenuhnya bisa memberikan perhatian kepada anak. Untuk itulah peran istri di dalam rumah tangga menjadi sangat penting sekali. Namun, pada era modern seperti sekarang ini dengan peradaban yang semakin berkembang banyak sekali perempuan yang berkarir di luar rumah. Tidak jarang juga seorang perempuan yang sebenarnya perekonomian suaminya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, tetapi masih bekerja di luar rumah. 1
Departemen Agama, Al-Qur’an & Terjemahnya(Revisi terbaru) (Semarang, CV. Asy Syifa’, 1999). Abi Abdullah Isma'il bin Ibrahim Al-Ja'fi Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut: Darul Fikr, 1994).
2
Islam memang membebaskan kaum perempuan dari tanggung jawab mencari nafkah, namun tidak berarti perempuan tidak mempunyai hak untuk bekerja dan memilih pekerjaan yang sesuai dan layak untuk perempuan berdasarkan “skala prioritas”, tanpa mengabaikan tugas dan peran pokok dari perempuan. 3 Sekarang ini juga banyak perempuan yang memilih untuk terjun ke dunia politik bahkan banyak di antara mereka yang menjadi pemimpin di sektor politik. Meskipun di dalam Islam boleh-tidaknya perempuan memimpin di sektor politik masih menjadi kontroversi, bahkan di kalangan ulama sendiri. Seperti yang telah terjadi di Indonesia, sebagai contohnya KH. Abdurrahman wahid yang dengan jelas memperbolehkan perempuan menjadi presiden dan didukung oleh Dr. Said Aqiel Siradj, Masdar F. Mas'udi, Prof. Dr. Azyumardi Azra dan Dra. Tutty Alawiyah yang saat itu menjabat sebagai Menteri Peranan Wanita. Lalu pendapat tersebut dibantah oleh Prof. KH. Ibrahim Hosen, Majelis Ulama DKI Jakarta, Prof. Dr. Amien Rais dan Abdul Hakim Abdad. 4 Tidak dapat dipungkiri juga, bahwa sebagian besar masyarakat pada umumnya masih memandang sebelah mata terhadap aktifitas perempuan di sektor politik. Masyarakat masih banyak yang meragukan kemampuan dari para perempuan untuk dapat memimpin, pendapat dari masyarakat didasarkan oleh berbagai alasan yang menyangkut kodrat perempuan. Menurut mereka, perempuan memiliki keterbatasan jika dibandingkan dengan laki-laki, sehingga laki-laki dianggap lebih mampu untuk menjadi pemimpin terutama di sektor politik.
3 4
Ibid, 116. Hartono A. Jaiz, Polemik Presiden Wanita, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998), xiii.
Namun pendapat dari masyarakat sedikit terbantahkan dengan adanya riset yang dilakukan oleh Institute For Women’s police Research (2002) memperlihatkan korelasi signifikan antara jumlah keterwakilan perempuan dengan kebijakan yang responsif dirasakan bagi kesejahteraan masyarakat, khususnya perempuan dan anak. Dari sektor kesehatan, kemiskinan, pengangguran sampai menurunnya angka kekerasan. 5 Hal ini membuktikan bahwa peran perempuan dalam dunia perpolitikan membawa pengaruh positif terhadap masyarakat. Perempuan selama ini dianggap lebih mengedepankan perasaan dibandingkan dengan laki-laki, maka politisi perempuan diharapkan dapat mengembalikan dunia politik kepada pengertian awal yaitu melakukan sesuatu yang membawa maslahat untuk sekumpulan orang atau jama’ah. Perempuan yang memiliki bekal pendidikan formal dan pengalaman di dunia politik mempunyai kapabilitas untuk menjadi pemimpin di sektor politik sebagaimana halnya laki-laki. Perempuan adalah parameter masyarakat, karena orang dapat mengukur majunya satu Negara itu, melihat kepada kemajuan dari para perempuan-perempuannya. 6 Jika melihat pada sejarah Islam, pada masa itu telah dikenal beberapa nama perempuan yang sukses menjadi pemimpin. Seperti kepemimpinan seorang perempuan di negeri Saba’, negeri yang telah disebutkan oleh Allah Swt. di dalam alQur’an sebagai negeri yang baldatun thayyibatun warrabun ghafur.
öΝä3În/u‘ É−ø—Íh‘ ⎯ÏΒ (#θè=ä. ( 5Α$yϑÏ©uρ &⎦⎫Ïϑtƒ ⎯tã Èβ$tG¨Ψy_ ( ×πtƒ#u™ öΝÎγÏΨs3ó¡tΒ ’Îû :*t7|¡Ï9 tβ%x. ô‰s)s9 ∩⊇∈∪ Ö‘θàxî ;>u‘uρ ×πt6Íh‹sÛ ×οt$ù#t/ 4 …çμs9 (#ρãä3ô©$#uρ 5
Kartini, majalah (26 Juli-29 Agustus 2007), 128. Hadiyah Salim, Wanita Islam Kepribadian Rosdakarya,1994),14.
6
Dan
Perjuangannya
,(Bandung:
Remaja
Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun". (Q.S. Saba’: 15). 7 Dia adalah Ratu Balqis, seorang pemimpin perempuan yang berdaulat penuh di negeri Saba’, dia memiliki kiat kepemimpinan yang mensejahterakan masyarakat, mempunyai empati dan kepedulian terhadap masyarakat kecil. Terutama menerapkan kepemimpinannya dengan rasa keadilan. Rahasia kepemimpinan Ratu Balqis yang dipuji Allah SWT dalam Al-Qur’an sebenarnya sederhana, yaitu kesanggupannya untuk merasakan menjadi rakyat. Menjadi pemimpin yang baik adalah yang tahu situasi dan kondisi rakyat yang dipimpinnya. 8 Perempuan politisi memiliki tanggung jawab ganda, selain menjadi wakil dari rakyat dia juga harus menjadi istri sekaligus ibu di dalam rumah tangga.yang tanggung jawabnya tidak kalah besar. Di luar pencapaian kemampuan professional, perempuan tersebut masih menghadapi soal-soal domestik di dalam rumah tangga. Meskipun demikian soal-soal domestik tidak menjadi penghalang bagi perempuan untuk beraktifitas di sektor publik terutama di dunia politik. 9 Nabi Muhammad Saw. bersabda:
ﻞ ِ ﻋَﻠﻰ َأ ْه َ ع ٍ ﻞ َرا ُﺟ ُ َواﻟ ّﱠﺮ،ع ٍ َوا ْﻟَﺄ ِﻣ ْﻴ ُﺮ َرا،ﻋ َّﻴ ِﺘ ِﻪ ِ ﻦ َر ْﻋ َ ل ٌ ﺴ ُﺌ ْﻮ ْ َو ُآُّﻠ ُﻜ ْﻢ َﻣ،ع ٍ ُآُّﻠ ُﻜ ْﻢ َرا ل ٌ ﺴ ُﻌ ْﻮ ْ َو ُآُّﻠ ُﻜ ْﻢ َﻣ،ع ٍ َﻓ ُﻜُّﻠ ُﻜ ْﻢ َرا.ﺟ َﻬﺎ َو َوَﻟ ِﺪ ِﻩ ِ ﺖ َز ْو ِ ﻋَﻠﻰ َﺑ ْﻴ َ ﻋﱠﻴ ٌﺔ ِ َوا ْﻟ َﻤ ْﺮَأ ُة َرا،َﺑ ْﻴ ِﺘ ِﻪ .ﻋ َّﻴ ِﺘ ِﻪ ِ ﻦ َر ْﻋ َ 7
Departemen Agama,Op., Cit., 685. Wawan Susetya, Kemuliaan Dan Keperkasaan Kaum Perempuan (Yogyakarta: Tugu Publisher, 2007), 129. 9 Ninuk M Pambudy dan Maria Hartiningsih, “Perempuan Dalam Dunia Multipolar” Kompas (17 Maret 2008), 35. 8
Setiap kamu pemimpin, dan kalian semua bertanggung jawab atas segala yang dipimpinnya, amir pemimpin, laki-laki pemimpin atas keluarganya, dan perempuan pemimpin atas rumah suami dan anaknya. Maka setiap kamu pemimpin, dan kalian semua bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. 10 Seorang perempuan yang mengetahui kewajiban dan tanggung jawabnya akan bisa mengatur segala sesuatunya agar didapatkan keseimbangan antara karir dan keluarga. Perempuan dianggap menjadi tonggak terbentuknya keluarga yang harmonis atau di dalam Islam lebih dikenal dengan keluarga sakinah. Karena perempuan selama ini bertugas untuk mengatur rumah tangga dan memberikan perhatian terhadap anak juga suami. Karena itulah peran dan tugas perempuan di dalam rumah tangga menjadi faktor penting untuk terbentuknya keluarga sakinah. Banyak orang yang menginginkan memiliki keluarga sakinah, yaitu keluarga yang selaras dan serasi dalam aspek-aspek kehidupan yang mereka arungi bersama. Keluarga merupakan unsur sentral dalam ajaran Islam, sebab unit keluarga merupakan sendi utama masyarakat. Atas landasan unit-unit keluarga yang sehat akan berdiri tegak bangunan masyarakat yang sehat. Akan indah kehidupan masyarakat, bangsa dan negara apabila lahir, tumbuh, dan berkembang dari keluarga yang bahagia. 11 Berangkat dari latar belakang tersebut peneliti perlu untuk
mengetahui
kehidupan keluarga dari seorang perempuan yang menjadi anggota legislatif, agar segala keraguan mengenai kiprah perempuan dalam dunia politik serta pengaruhnya dalam kehidupan keluarga dapat terjawab. Untuk itulah, dirasa sangat penting kiranya penelitian ini dilakukan. Dengan mengadakan penelitian
terhadap para
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota Malang yang berjenis kelamin 10 11
Al-Bukhari, Op., Cit. Umay M. Dja'far Shiddieq, Indahnya Keluarga Sakinah. (Jakarta: Zakia Press, 2004), 8.
perempuan, diharapkan dapat menjawab keraguan terhadap keharmonisan keluarga dari seorang perempuan politisi.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pendapat perempuan politisi tentang keluarga sakinah? 2. Bagaimana upaya para perempuan politisi untuk mencapai keluarga sakinah?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat dari para perempuan politisi mengenai keluarga sakinah. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui upaya perempuan politisi untuk mencapai keluarga sakinah.
D. MANFAAT PENELITIAN Kegunaan teoritis 1. Sebagai bahan studi lanjut, penelitian ini berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Untuk memperkaya wacana di bidang kiprah perempuan dalam politik dan keluarga sakinah, terutama bagi perempuan sendiri. Kegunaan praktis 1. Bagi fakultas syari'ah, hasil penelitian diharapkan mampu memberi kontribusi yang positif dalam pengembangan fakultas syari'ah ke depan dan menjadi salah satu cara untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan fakultas syari'ah.
2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dan bahan pertimbangan bagi semua pihak, dalam menyikapi masalah keperempuanan.
G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB I
: Pendahuluan, bab ini merupakan kerangka dasar penulisan skripsi yang memuat aspek-aspek: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II
: Bab kedua yang berisi tentang kajian teori, yang meliputi: Penelitian Terdahulu, Perempuan Dalam Perspektif, yang membahas masalah Perempuan Pada Masa Sebelum Islam di antaranya adalah Perempuan Arab Jahiliyyah, Perempuan Yahudi, Perempuan Nasrani, Perempuan Hindu, Perempuan Agama Kuno Mesir. Berikutnya adalah Perempuan Perspektif Islam dan selanjutnya Perempuan Perspektif Mufassir. Politik, yang terdiri dari pengertian politik, kiprah perempuan dalam politik. Keluarga Sakinah, yang membahas masalah
pengertian keluarga
sakinah, kriteria keluarga sakinah, fungsi keluarga dan hak kewajiban suami-istri dalam rumah tangga.. BAB III : Bab ketiga yang membahas masalah metode penelitian, di antaranya adalah lokasi penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, paradigma, metode pengumpulan data yang di dalamnya adalah wawancara dan dokumentasi, sumber data yang mencakup sumber data primer dan sumber data sekunder, metode analisis data yang mencakup edit (editing), klasifikasi (classifying), verivikasi (verifivying), analisis (analizing) dan kesimpulan (concluding).
BAB IV : Bab keempat berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi profil subjek penelitian, paparan data, klasifikasi data, analisis data yang meliputi: pendapat perempuan politisi tentang keluarga sakinah, upaya perempuan politisi untuk mencapai keluarga sakinah. BAB V : Bab kelima yang berisi tentang penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu Dalam rangka memperjelas bahwa penelitian ini berbeda dengan hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema perempuan politik dan keluarga sakinah, maka perlu kiranya hasil-hasil penelitian terdahulu tersebut dipahami dan ditelaah secara seksama, diantaranya ialah: 1. Penelitian yang berjudul: “Kepemimpinan Perempuan di Sektor Politik Dalam Perspektif Fiqh Islam” yang ditulis oleh saudari Hayatin. Seorang mahasiswi Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Malang. Pada penelitian tersebut fokus kajian yang digunakan adalah: kedudukan perempuan dalam kepemimpinan di sektor politik menurut fiqih kontemporer, serta pandangan umat Islam mengenai kepemimpinan perempuan di sektor politik. Pada skripsi
tersebut penelitian dibatasi pada permasalahan kepemimpinan perempuan di sektor politik perspektif fiqih kontemporer. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya adalah library research. Serta menggunakan pisau analisis fiqih kontemporer. 2. Penelitian skripsi saudara Aiman Munif yang berjudul “Dampak Ibadah Haji Terhadap Pembinaan Keluarga Sakinah (Studi Pada Orang-Orang Yang Pernah Haji di Kelurahan Gunung Sekar, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang)”.
Penelitian
ini,
memfokuskan
kajiannya
pada:
bagaimana
pemahaman masyarakat Kelurahan Gunung Sekar Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang Madura tentang ibadah haji, bagaimana cara mereka agar dapat menunaikan ibadah haji dan bagaimana dampak ibadah haji terhadap pembentukan keluarga sakinah dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan merupakan jenis penelitian sosiologis (empiris). Setelah melihat beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, maka dapat dinilai bahwa penelitian yang berjudul Pandangan Perempuan Politisi Mengenai Keluarga Sakinah (Studi Terhadap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang) yang dilakukan ini belum pernah diteliti karena objek dan fokus kajiannya berbeda dengan kedua penelitian yang telah dilakukan oleh saudari Hayatin dan saudara Aiman Munif sebagaimana yang telah dipaparkan di atas. Penelitian ini, memfokuskan kajiannya pada: pendapat perempuan politisi tentang keluarga sakinah, serta bagaimana usaha para perempuan politisi untuk mencapai keluarga sakinah. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Dan termasuk penelitian sosiologis (empiris)
serta menggunakan Naturalistic Paradigm / paradigma alamiah yang bersumber pada pandangan fenomenologis.
B. Perempuan Dalam Perspektif 1. Perempuan Pada Masa Sebelum Islam Dalam sistem nilai setiap bangsa-bangsa pada masa terdahulu, perempuan tidak pernah diakui sisi kehidupannya sebagai manusia. Bahkan, kemerdekaan dan keinginan perempuan selalu terpasung. Kehidupan perempuan selalu terkungkung dalam bayang-bayang nilai dan norma bangsa yang sifatnya fanatis. Perempuan hidup hanya sebagai pelengkap dan tidak memperoleh hak-haknya sebagai manusia. Apabila perempuan tidak hidup di bawah naungan hukum Allah, maka hal tersebut akan terus berlanjut hingga saat ini, 12 Sebagaimana contohnya adalah seperti yang berikut ini: a. Perempuan Arab Jahiliyyah Dalam persepsi bangsa Arab jahiliyyah, perempuan adalah gabungan dari segala gambaran keburukan, kebusukan, kesengsaraan dan kehinaan. Begitulah perempuan pada masa jahiliyyah, yang terkenal dengan masa kebodohan dalam segala hal, karena cahaya Islam belum memancar pada waktu itu. Selain itu, pada masa jahiliyyah terkenal pula dengan perlakuan keji terhadap bayi-bayi perempuan, mereka menyambut bayi perempuannya dengan liang kubur
12
Muhammad Ali Al-Alawi,”Uluwwul Himmah ‘Inda An-Nisa’”,diterjemahkan El-Hadi Muhammad, The Great Women: Mengapa Wanita Harus Merasa Tidak Lebih Mulia, (Cet. II; Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), 18.
yang tersedia, sehingga bayinya itu dikubur hidup-hidup. 13 Allah melaknat perilaku keji tersebut dalam surat An-Nahl ayat 58-59:
⎯ÏΒ ÏΘöθs)ø9$# z⎯ÏΒ 3“u‘≡uθtGtƒ
×Λ⎧Ïàx. uθèδuρ #tŠuθó¡ãΒ …çμßγô_uρ ¨≅sß 4©s\ΡW{$$Î/ Νèδ߉ymr& tÏe±ç0 #sŒÎ)uρ
$tΒ u™!$y™ Ÿωr& 3 É>#u—I9$# ’Îû …çμ”™ß‰tƒ ôΘr& Aχθèδ 4’n?tã …çμä3Å¡ôϑãƒr& 4 ÿ⎯ÏμÎ/ uÅe³ç0 $tΒ Ï™þθß™ tβθßϑä3øts† Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah. Ia Menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah Dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. ketahuilah, Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. 14 b. Perempuan Yahudi Menurut bangsa Yahudi, perempuan adalah laknat atau kekutukan. Perempuan, menurut kepercayaan bangsa Yahudi, adalah penyebab utama diturunkannya Adam dari surga ke bumi. Pada kondisi tertentu, perempuan diperjualbelikan oleh ayahnya, dan ayah mempunyai kekuasaan mutlak untuk mengawinkannya dengan laki-laki yang dikehendakinya. 15 c. Perempuan Nasrani Perempuan dalam komunitas Nasrani hidup dalam kondisi yang buruk dan memprihatinkan. Ia dinyatakan sebagai perlambang keburukan dan penyebab utama lahirnya bencana dan kejahatan. Perempuan dianggap perwujudan setan dan diciptakan hanya untuk melayani kaum pria. Dalam bab kedua kitab Perjanian Baru disebutkan bahwa Paulus berkata,
13
Hadiyah Salim, Op. Cit., 1-3. Departemen Agama,Op., Cit.,, 410. 15 Al-Alawi, Op. Cit., 20. 14
“Aku tidak mengizinkan perempuan untuk mencari ilmu atau beribadah dan harus selalu berada dalam rumahnya. Karena Adam diciptakan lebih dulu dari Hawa. Adam tidak akan membangkang perintah Tuhannya jika tidak ada perempuan menggodanya. Meskipun demikian, perempuan akan selamat dari dosanya apabila ia melahirkan anakanaknya.” Perempuan dianggap sebagai penyebab utama yang mengantarkan seseorang melakukan dosa. Oleh sebab itu, perempuan harus menebus kesalahan-kesalahan tersebut dengan melahirkan anak-anaknya. 16 d. Perempuan Hindu Dalam agama Hindu, apabila seorang suami meninggal dunia dan jenazahnya harus dibakar, maka dalam pembakaran api yang sedang bernyala-nyala itu, isterinya harus turut pula terjun ke dalam api sehingga turut terbakar bersama jenazah suaminya. 17 e. Perempuan Agama Kuno Mesir Agama kuno di Mesir, menganggap sungai Nil itu menjadi pujaannya karena air sungai Nil itu telah memberi manfaat kepada mereka. Maka selaku penghormatannya kepada sungai Nil itu, setiap tahun dikorbankan gadis-gadis cantik dan dilemparkannya ke dalam sungai Nil itu. 18
2 Perempuan Perspektif Islam Islam menjaga dan menjamin perempuan agar senantiasa dalam kebaikan penuh setiap saat, Islam menganggap bahwa perempuan adalah mitra bagi laki-laki. Agama Islam menghormati kaum perempuan dan mengangkat kepada derajat yang tinggi. Allah SWT menganggap perempuan sama kedudukannya dengan laki-laki, 16
Ibid,21. Hadiyah Salim, Op. Cit., 3 18 Ibid. 17
dalam Al-Qur’an telah disebutkan berbagai ayat yang menjelaskan hal tersebut, di antaranya adalah:
uθèδuρ 4†s\Ρé& ÷ρr& @Ÿ2sŒ ⎯ÏiΒ $[sÎ=≈|¹ Ÿ≅Ïϑtã ô⎯tΒuρ ( $yγn=÷WÏΒ ωÎ) #“t“øgä† Ÿξsù Zπy∞ÍhŠy™ Ÿ≅Ïϑtã ô⎯tΒ 5>$|¡Ïm ÎötóÎ/ $pκÏù tβθè%y—öムsπ¨Ψpgø:$# šχθè=äzô‰tƒ y7Íׯ≈s9'ρé'sù Ñ∅ÏΒ÷σãΒ Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka Dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. dan Barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam Keadaan beriman, Maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab.(Al-Mu’min:40) 19 Bahkan Rasulullah Saw. juga sangat meninggikan derajat kaum perempuan, dengan adanya berbagai hadits sebagai berikut:
(ﺤ ُﺔ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ َ ﺼﺎِﻟ ﻋ َﻬﺎ ا ْﻟ َﻤ ْﺮَأ ُةاﻟ ﱠ ِ ﺧ ْﻴ ُﺮ َﻣ َﺘﺎ َ ع َو ٌ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﻴَﺎ َﻣ َﺘﺎ Dunia ini perhiasan, dan sebaik-baik perhiasannya itu adalah perempuan yang saleh, (perempuan yang baik tentang agama, rumah tangga, pergaulan, dan sebagainya). 20
(ﺴﺎ ِﺋ ِﻬ ْﻢ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ َ ﺧ َﻴﺎ ُر ُآ ْﻢ ِﻟ ِﻨ ِ ﺧ َﻴﺎ ُر ُآ ْﻢ ِ ﺧُﻠ ًﻘﺎ َو ُ ﺴ ُﻨ ُﻬ ْﻢ َﺣ ْ ﻦ ِإ ْﻳ َﻤﺎ ًﻧﺎ َأ َ ﻞ ا ْﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣ ِﻨ ْﻴ ُ أَ ْآ َﻤ Orang yang paling sempurna imannya di antara kamu itu, adalah orang yang paling baik perangainya. Dan orang yang paling baik di antara kamu adalah orang yang paling baik kepada perempuan–perempuan (menghormatinya). 21 Islam telah memuliakan perempuan dengan menjadikannya setara dengan laki-laki dalam setiap lini kehidupan, tidak ada kemuliaan yang dapat menandingi dengan kemuliaan yang diberikan oleh Islam. Sebagai bukti penghormatan Islam atas perempuan adalah yang terdapat di dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Di dalam AlQur'an banyak ditemui ayat-ayat yang berbicara tentang perempuan. Bahkan ada surat di dalam Al-Qur'an yang disebut sebagai surat wanita yaitu surat An-Nisa’. 19
Departemen Agama, Op., Cit., 765. Al-Imam Abi Al-Husain Muslim Bin Al-Hujaj Ibnu Muslim Al-Qusairiy An-Naisaburi, Shahih Muslim, (Beirut: Daarul Fikr, 1994). 21 Ibid. 20
Surat Maryam, yang menggunakan nama perempuan beriman. Berikut juga dengan surat Al-Mujaadillah dan Al-Mumtahanah. Islam juga memberikan hak-hak kepada perempuan sebagaimana yang diberikan kepada laki-laki. Perempuan berhak mendapatkan pendidikan dan berjuang di medan perang. Perempuan juga boleh untuk melakukan transaksi jual-beli sendiri. Perempuan juga berhak untuk memiliki harta benda dan menafkahkannya sesuai keinginannya. Tak seorangpun berhak memaksanya untuk menafkahkan hartanya. Perempuan juga berhak menolak ketika akan dinikahkan oleh walinya apabila dilakukan tanpa izin. Rasulullah saw bersabda: Seorang janda lebih berhak atas dirinya daripada walinya. Seorang perempuan dimintakan izin darinya (ketika hendak dinikahkan), sedangkan pertanda izinnya adalah diamnya. Dalam masalah qishash (hukuman mati bagi pembunuh), Islam menyamakan kedudukan antara laki-laki dan perempuan. Artinya jiwa dan darah laki-laki setara dengan jiwa dan darah perempuan dalam qishash. 22 Allah swt berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 45:
É#ΡF{$$Î/ y#ΡF{$#uρ È⎦÷⎫yèø9$$Î/ š⎥÷⎫yèø9$#uρ ħø¨Ζ9$$Î/ }§ø¨Ζ9$# ¨βr& !$pκÏù öΝÍκön=tã $oΨö;tFx.uρ uθßγsù ⎯ÏμÎ/ šX£‰|Ás? ⎯yϑsù 4 ÒÉ$|ÁÏ% yyρãàfø9$#uρ Çd⎯Åb¡9$$Î/ £⎯Åb¡9$#uρ ÈβèŒW{$$Î/ šχèŒW{$#uρ . tβθßϑÎ=≈©à9$# ãΝèδ y7Íׯ≈s9'ρé'sù ª!$# tΑt“Ρr& !$yϑÎ/ Νà6øts† óΟ©9 ⎯tΒuρ 4 …ã&©! ×οu‘$¤Ÿ2 Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa
22
Muhammad Ali Al-Alawi, Op., Cit., 31-35.
baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. 23 Begitulah bukti-bukti bahwa Islam sangat memuliakan perempuan dengan menyetarakan antara laki-laki dan perempuan, kalaupun ada suatu hak dan kewajiban yang berbeda tentu Allah sudah menetapkan hikmah yang menyertainya.
3. Perempuan Perspektif Mufassir Berbicara masalah keperempuanan, yang lebih penting unutk dikaji di awal adalah masalah penciptaan perempuan. Di dalam ayat Al-Qur’an Allah swt berfirman dalam surat An-Nisa’ ayat 1 yang berbunyi:
£]t/uρ $yγy_÷ρy— $pκ÷]ÏΒ t,n=yzuρ ;οy‰Ïn≡uρ <§ø¯Ρ ⎯ÏiΒ /ä3s)n=s{ “Ï%©!$# ãΝä3−/u‘ (#θà)®?$# â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'¯≈tƒ tβ%x. ©!$# ¨βÎ) 4 tΠ%tnö‘F{$#uρ ⎯ÏμÎ/ tβθä9u™!$|¡s? “Ï%©!$# ©!$# (#θà)¨?$#uρ 4 [™!$|¡ÎΣuρ #ZÏWx. Zω%y`Í‘ $uΚåκ÷]ÏΒ . $Y6ŠÏ%u‘ öΝä3ø‹n=tæ Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. 24 Ayat tersebut menjelaskan tentang penciptaan Hawa tetapi dalam ayat tersebut tidak dijelaskan secara terperinci mekanisme penciptaan Hawa. Hanya disebutkan bahwa daripadanya (nafs wahidah-Adam) Allah menciptakan isterinya (zaujaha-Hawa). Sehingga redaksi sepeti itu perlu untuk ditafsirkan lebih lanjut. 25
23
Departemen Agama, Op., Cit., 167. Ibid, 114. 25 Yunahar Ilyas, Feminisme Dalam Kajian Tafsir Al-Qur’an Klasik Dan Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 64. 24
Menurut Az-Zamakhsyari yang diaksud dengan nafs wahidah adalah Adam, dan zaujaha adalah Hawa yang diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Al-Alusi dengan menambahkan keterangan bahwa tulang rusuk yang dimaksud adalah tulang rusuk sebelah kiri Adam. Alusi memperkuat pendapatnya dengan sebuah hadits riwayat Bukhari Muslim:
ﻀ ْﻠ ِﻊ ﻦ اﻟ ﱢ َ ﻲ ٌء ِﻣ ْ ﺷ َ ج َ ﻋ َﻮ ْ ن َأ ْ َوِإ.ﺿ ْﻠ ٍﻊ ِ ﻦ ْ ﻦ ِﻣ َ ﺧِﻠ ْﻘ ُ ﻦ ﺧ ْﻴ ًﺮا َﻓِﺈ ﱠﻧ ُﻬ ﱠ َ ﺴﺎ ِء َ ﺻ ْﻮا ِﺑﺎﻟ ﱢﻨ ُ ﺳ َﺘ ْﻮ ْ ِإ ج َ ﻋ َﻮ ْ ل َأ ْ ن َﺗ َﺮ ْآ َﺘ ُﻪ َﻟ ْﻢ َﻳ َﺰ ْ ﺴ ْﺮ َﺗ ُﻪ َوِإ ﺖ ُﺗ ِﻘ ْﻴ ُﻤ ُﻪ َآ ﱠ ُ ن َذ َه ْﺒ ْ ﻋَﻠﺎ ُﻩ َﻓِﺈ ْ َأ Saling berpesanlah kalian untuk berbuat baik kepada perempuan, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk. Seseungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atasnya. Kalau engkau luruskan tulang yang bengkok itu, engkau akan mematahkannya, (tapi) kalau engkau biarkan, dia akan tetap bengkok.(H.R Bukhari). 26 Begitu juga dengan pendapat Said Hawwa tidak berbeda dengan keduanya. Bahkan Said Hawwa menegaskan penolaknnya terhadap segala macam pemahaman lain terhadap kalimat wa khalaqa minha zaujaha. Ketiganya sepakat menyatakan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam karena berdasarkan argumen bahasa min dalam kalimat wa khalaqa minha zaujaha adalah menyatakan sebagian, yang dalam bahasa Arab disebut min tab’idhiyah. Min seperti itu sebagaimana yang terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 3 27
öβθà)ÏΖムΝßγ≈uΖø%y—u‘ t$®ÿÊΕuρ …dan (mereka) menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.. 28
26
ِAl-Bukhari, Op., Cit.. Ibid, 64-67. 28 Departemen Agama, Op., Cit.,8. 27
Namun Riffat Hassan menolak penafsiran tersebut, karena menurutnya kata nafs dalam bahasa Arab tidak menunjuk kepada laki-laki atau perempuan, tapi bersifat netral bisa laki-laki bisa perempuan. Begitu juga dengan kata zauj, tidak dapat secara otomatis diartikan sebagai istri karena istilah itu bersifat netral, karena pasangan bisa diartikan laki-laki dan juga perempuan. Jadi menurut Riffat, Adam dan Hawa diciptakan secara bersamaan dan sama dalam substansinya, begitu pula sama dalam hal cara penciptaannya. Bukan Adam diciptakan lebih dulu dari tanah, kemudian Hawa dari tulang rusuk Adam seperti pemikiran para mufassir dan hampir keseluruhan umat Islam. 29 Berbeda dengan Riffat, Amina Wadud tidak menolak penafsiran bahwa yang dimaksud dengan nafs wahidah adalah Adam dan Zaujaha adalah Hawa. Hal itu telihat dari terjemahannya terhadap surat An-Nisa' ayat 1:
£]t/uρ $yγy_÷ρy— $pκ÷]ÏΒ t,n=yzuρ ;οy‰Ïn≡uρ <§ø¯Ρ ⎯ÏiΒ /ä3s)n=s{ “Ï%©!$# ãΝä3−/u‘ (#θà)®?$# â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'¯≈tƒ tβ%x. ©!$# ¨βÎ) 4 tΠ%tnö‘F{$#uρ ⎯ÏμÎ/ tβθä9u™!$|¡s? “Ï%©!$# ©!$# (#θà)¨?$#uρ 4 [™!$|¡ÎΣuρ #ZÏWx. Zω%y`Í‘ $uΚåκ÷]ÏΒ $Y6ŠÏ%u‘ öΝä3ø‹n=tæ Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. 30 Tetapi dia menegaskan bahwa kenyataan historis itu tidaklah menunjukkan Allah memulai penciptaan manusia dari jenis kelamin laki-laki. Menurut catatan Al-
29 30
Yunahar Ilyas, Op., Cit., 68-69. Departemen Agama, Op., Cit., 167
Qur'an, Allah tidak merencanakan untuk memulai penciptaan manusia dengan bentuk seorang laki-laki dan tidak pernah pula merujuk bahwa asal-usul umat manusia adalah Adam. Tentang teknis penciptaan Hawa, Amina tidak secara tegas dalam mengemukakan pendapatnya. Dia hanya menjelaskan bahwa kata min dalam Bahasa Arab, dapat digunakan sebagai preposisi "dari" untuk menunjukkan makna "menyarikan sesuatu dari sesuatu yang lainnya". Makna kedua, dapat digunakan untuk menyatakan sama macam atau jenisnya. Bila min pada surat An-Nisa' ayat 1 digunakan pada fungsi yang pertama, maka maknanya Hawa diciptakan dari Adam. Sebaliknya jika digunakan fungsi min yang kedua maka Hawa diciptakan dari jenis yang sama dengan Adam. Amina tidak secara tegas memilih salah satu dari dua kemungkinan di atas. 31 Selain masalah penciptaan perempuan, yang lebih penting adalah masalah konsep kepemimpinan rumah tangga. Allah SWT berfirman:
ô⎯ÏΒ (#θà)xΡr& !$yϑÎ/uρ <Ù÷èt/ 4’n?tã óΟßγŸÒ÷èt/ ª!$# Ÿ≅Òsù $yϑÎ/ Ï™!$|¡ÏiΨ9$# ’n?tã šχθãΒ≡§θs% ãΑ%y`Ìh9$# tβθèù$sƒrB ©ÉL≈©9$#uρ 4 ª!$# xáÏym $yϑÎ/ É=ø‹tóù=Ïj9 ×M≈sàÏ≈ym ìM≈tGÏΖ≈s% àM≈ysÎ=≈¢Á9$$sù 4 öΝÎγÏ9≡uθøΒr& öΝà6uΖ÷èsÛr& ÷βÎ*sù ( £⎯èδθç/ÎôÑ$#uρ ÆìÅ_$ŸÒyϑø9$# ’Îû £⎯èδρãàf÷δ$#uρ ∅èδθÝàÏèsù ∅èδy—θà±èΣ . #ZÎ6Ÿ2 $wŠÎ=tã šχ%x. ©!$# ¨βÎ) 3 ¸ξ‹Î6y™ £⎯Íκön=tã (#θäóö7s? Ÿξsù Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya], Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka 31
Amina Wadud Muhsin, Wanita Di Dalam Al-Qur'an, (Bandung: Pustaka, 1994), 30.
mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.(Q.S. An-Nisa’: 34). 32 Berdasarkan ayat tersebut, Zamakhsyari, Alusi dan Said Hawwa sepakat menyatakan bahwa suami adalah pemimpin terhadap isterinya dalam rumah tangga. Ketiga mufassir tersebut menafsirkan qawwam dengan pemimpin. Atas dasar makna qawwam itulah mereka sepakat menyatakan bahwa dalam rumah tangga suamilah yang menjadi pemimpin bagi isterinya. Dasar dari kepemimpinan laki-laki dalam ayat tersebut pada:
4 öΝÎγÏ9≡uθøΒr& ô⎯ÏΒ (#θà)xΡr& !$yϑÎ/uρ <Ù÷èt/ 4’n?tã óΟßγŸÒ÷èt/ ª!$# Ÿ≅Òsù $yϑÎ/ …oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. 33 Bagi Zamakhsyari, ada dua alasan laki-laki memimpin perempuan dalam rumah tangga. Pertama, karena kelebihan laki-laki atas perempuan. Kata ganti hum pada kalimat tersebut berlaku untuk keduanya, laki-laki dan perempuan. Dengan demikian ayat tersebut berarti: oleh karena kelebihan yang diberikan Allah kepada mereka, yaitu laki-laki, atas sebagian yang lain, yaitu perempuan. Demikian juga dengan Al-Alusi yang mengungkapkan pendapat yang sama dengan Zamakhsyari. Alusi juga mengungkapkan dua alasan yang diistilahkan dengan wahbi dan kasabi. Wahbi artinya kelebihan yang didapat dengan sendirinya dari Allah (given by Allah), tanpa usaha. Sedangkan kasabi berarti kelebihan yang diusahakan. Alusi menambahkan Allah tidak mengungkapkan dengan kalimat ang lebih jelas, misalnya bi ma fadhalahumullah ‘alaihinna. Menurut Alusi hal itu untuk
32
Ibid,123. Ibid.
33
menunjukkan bahwa persoalan kelebihan laki-laki atas perempuan sudah sangat jelas, tidak perlu penegasan lagi. Pendapat Said Hawwa tidak berbeda dengan pandangan keduanya, Said Hawwa menambahkan alasan lain yaitu kesempatan laki-laki untuk berpuasa penuh di bulan Ramadhan dan shalat setiap hari, berbeda dengan perempuan yang karena alasan haidh dan nifas tidak bisa berpuasa dan shalat sepenuhnya. 34 Selanjutnya menurut pandangan feminis Muslim yaitu Asghar Ali Engineer, berpendapat bahwa surat An-Nisa' ayat 34 tidak boleh dipahami lepas dari konteks sosial pada waktu ayat itu diturunkan. Menurutnya, struktur sosial pada zaman Nabi tidaklah benar-benar mengakui kesetaraan laki-laki dan perempuan. Keunggulan laki-laki dalam pandangan Asghar, bukanlah keunggulan jenis kelamin, melainkan keunggulan fungsional karena laki-laki mencari nafkah dan membelanjakan hartanya untuk perempuan. Fungsi sosial yang diemban oleh lakilaki adalah setara dengan fungsi sosial yang diemban oleh perempuan yaitu melaksanakan tugas-tugas domestik dalam rumah tangga. Lalu, Al-Qur'an menyebutkan bahwa ada keunggulan laki-laki dibandingkan perempuan, menurut Asghar hal itu disebabkan oleh dua hal: yang pertama karena kesadaran sosial perempuan pada masa itu sangat rendah dan pekerjaan domestik dianggap sebagai kewajiban perempuan. Yang kedua, karena laki-laki menganggap dirinya lebih unggul karena kekuasaan dan kemampuan mencari nafkah dan membelanjakannya untuk perempuan. Apabila kesadaran sosial sudah tumbuh, bahwa peran-peran domestik yang mereka lakukan harus dinilai dan diberi balasan yang serupa. Bukan semata-mata 34
Ibid, 73-78.
kewajiban yang harus mereka lakukan, maka tentu perlindungan dan nafkah yang diberikan laki-laki terhadap mereka tidak dianggap lagi sebagai keunggulan laki-laki. Karena peran-peran domestik yang dilakukan perempuan, harus diimbangi dengan melindungi dan memberi nafkah yang oleh Al-Qur'an disebut dengan qawwam. Dengan jalan pikiran seperti itu Asghar menyatakan bahwa pernyataan arrijaalu qawwamuuna 'alan nisaa', bukanlah pernyataan normatif melainkan adalah pernyataan kontekstual. 35 Berbeda dengan Asghar, Amina Wadud Muhsin dapat menyetujui laki-laki menjadi pemimpin bagi perempuan di dalam rumah tangga jika disertai dengan dua keadaan. Yang pertama adalah jika laki-laki sangggup membuktikan kelebihannya, dan yang kedua adalah jika laki-laki mendukung perempuan untuk menggunakan harta bendanya. Sedangkan pada surat An-Nisa' ayat 34 telah disebutkan laki-laki mempunyai kelebihan dibandingkan perempuan. Namun, menurut Amina kelebihan laki-laki yang dijamin oleh Al-Qur'an hanyalah masalah warisan. Laki-laki mendapat dua bagian perempuan sebagaimana yang disebutkan dalam surat An-Nisa' ayat 7. kelebihan itu harus digunakan laki-laki untuk mendukung perempuan, jadi terdapat hubungan timbal balik antara hak istimewa dengan tanggung jawab yang dipikul. Laki-laki mempunyai tanggung jawab menggunakan kekayaannya untuk mendukung perempuan, sehingga ia dijamin harta warisannya sebanyak dua kali lipat. 36 Dengan pengertian seperti itu, tentu tidak secara otomatis setiap laki-laki mempunyai keleihan atas isterinya. Hak mendapat warisan lebih banyak dari 35
Asghar Ali Engineer, Hak-Hak Perempuan Dalam Islam (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1994), 61-62. 36 Amina Wadud Muhsin, Op., Cit., 93-94.
perempuan memang sudah dijamin oleh Al-Qur'an, tetapi apakah warisan itu digunakan untuk mendukung isterinya atau tidak harus dibuktikan. Oleh sebab itu kelebihan itu harus bersyarat, karena surat An-Nisa' ayat 34 tidak mengatakan 'mereka' (jamak maskulin) telah dilebihkan atas mereka (jamak feminin). Ayat itu menyebutkan ba'dh (sebagian) di antara mereka atas ba'dh (sebagian lainnya). Penggunaan kata ba'dh berhubungan dengan hal-hal nyata teramati pada manusia, tidak semua kaum laki-laki memiliki kelebihan atas kaum perempuan dalam segala hal. Sekelompok laki-laki memiliki kelebihan atas perempuan dalam hal-hal tertentu, demikian pula sebaliknya, perempuan juga memiliki kelebihan atas laki-aki dalam hal tertentu. 37
C. Politik 1. Pengertian Dalam terminologi Arab, secara umum dipahami bahwa siyasah (poitik) berasal dari kata as-saus yang berarti ar-riasah (kepengurusan). Jika dikatakan saasa al amra berarti qaama bihi (menangani urusan). Syarat bahwa seseorang berpolitik dalam konteks ini adalah ia melakukan sesuatu yang membawa maslahat, bagi jama’ah atau sekumpulan orang. 38 Politik sendiri apabila diartikan secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu polis, yang dapat berarti kota atau negara-kota. Dari kata polis ini, kemudian diturunkan kata-kata lain seperti polites (warga negara) dan politicos nama dan sifat
37 38
Ibid, 94. Cahyadi Takaryawan Fiqih Politik Kaum Perempuan (Yokyakarta: Tiga Lentera Utama 2002), 47.
yang berarti kewarganegaraan (civic), dan politike techne untuk kemahiran politik dan politike episteme untuk ilmu politik. Politik sendiri bisa diinterpretasikan sebagai ilmu dan kemahiran memerintah, atau sebagai ilmu politik dan falsafah politik. Politik dibagi menjadi dua yaitu politik teoritis dan politik praktis. Politik teoritis berbicara mengenai keseluruhan dari asasasas dan ciri-ciri yang khas dari Negara tanpa membahas aktifitas dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Sedangkan politik praktis, mempelajari suatu Negara sebagai lembaga yang bergerak dengan fungsi-fungsi dan tujuan-tujuan tertentu, yaitu Negara sebagai lembaga yang dinamis. Sir Frederick Pollock juga membuat dikotomi sebagaimana berikut, politik teoritis meliputi beberapa teori, yaitu: teori Negara, teori pemerintah, teori perundang-undangan dan teori negara sebagai pribadi buatan (artificial person). Sedangkan politik praktis meliputi beberapa hal, yakni negara (bentuk-bentuk negara yang riil dari pemerintah), pemerintahan (cara bekerja pemerintah ketataprajaan dll.), undang-undang dan perundang-undangan (prosedur, pengadilan dsb.), dan negara (diplomasi, perdamaian, peperangan, persetujuan-persetujuan internasional). 39 Perkataan ‘politik’ sendiri mengandung berbagai makna yang sangat luas, yaitu kekuasaan, kekerasan, wibawa, pengaruh, hubungan dua pihak, perasaan dan keinginan, kepentingan, nilai, agama, milik, status dan kelas, tujuan, dan ideologi. Akan tetapi, dari kesekian arti atau makna tersebut, lebih mendasarkan keseluruhannya yaitu pada makna kekuasaan karena makna ini dapat mengcover makna-makna tersebut. 40 39
Ahmad Hakim dan M. Thalhah, Politik Bermoral Agama Tafsir Politik HAMKA, (Yogyakarta: UII Press, 2005), 40. 40 Deliar Noer, Pengantar Ke Pemikiran Politik, (Jakarta: Rajawali, 1983), 5-47.
2. Kiprah Perempuan Di Dunia Politik Selama ini perempuan enggan memasuki dunia politik karena merasa “politik bukan dunia perempuan ”. Banyak yang bahkan memiliki inferioritas dan “tidak memiliki keahlian” yang dibutuhkan untuk berkecimpung di dunia politik. Secara yuridis formal hak politik perempuan merupakan hak asasi sebagaimana dimuat dalam Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia. Pasal 1 intinya adalah bahwa semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang tidak berbeda. Pasal 7 menegaskan bahwa setiap orang berhak atas perlindungan hukum yang sama, dan pasal 21 menntukan bahwa setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan negerinya sendiri, baik dengan langsung maupun melalui wakil-wakil yang dipilih secara bebas. Setiap orang diangkat berhak atas kesempatan yang sama, untuk diangkat dalam jabatan pemerintahan di negerinya (Instrumen Internasional Pokok-Pokok Hak Asasi Manusia, 1997). 41 Apabila menengok kembali kepada sejarah, ada beberapa nama perempuan di negara-negara di belahan dunia yang berhasil di bidang politik. Seperti kepemimpinan seorang perempuan di negeri Saba’, negeri yang telah disebutkan oleh Allah Swt. di dalam al-Qur’an sebagai negeri yang baldatun thayyibatun warrabun ghafur.
öΝä3În/u‘ É−ø—Íh‘ ⎯ÏΒ (#θè=ä. ( 5Α$yϑÏ©uρ &⎦⎫Ïϑtƒ ⎯tã Èβ$tG¨Ψy_ ( ×πtƒ#u™ öΝÎγÏΨs3ó¡tΒ ’Îû :*t7|¡Ï9 tβ%x. ô‰s)s9 ∩⊇∈∪ Ö‘θàxî ;>u‘uρ ×πt6Íh‹sÛ ×οt$ù#t/ 4 …çμs9 (#ρãä3ô©$#uρ Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan
41
Tim IP4 LAPPERA, Perempuan Dalam Pusaran Demokrasi, (IP4 LAPPERA Indonesia, 2001), 40.
bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun". (Q.S. Saba’: 15). 42 Dia adalah Ratu Balqis, seorang pemimpin perempuan yang berdaulat penuh di negeri Saba’, dia memiliki kiat kepemimpinan yang mensejahterakan masyarakat, mempunyai empati dan kepedulian terhadap masyarakat kecil. Terutama menerapkan kepemimpinannya dengan rasa keadilan. Rahasia kepemimpinan Ratu Balqis yang dipuji Allah SWT dalam Al-Qur’an sebenarnya sederhana, yaitu kesanggupannya untuk merasakan menjadi rakyat. Menjadi pemimpin yang baik adalah yang tahu situasi dan kondisi rakyat yang dipimpinnya. 43 Di India, terdapat salah satu pemimpin politik yang paling berpengaruh dan ulet di masanya, perdana menteri perempuan pertama di India yaitu Indira Priyadarshini Nehru yang kemudian dikenal dengan nama Indira Gandhi. Pada tahun 1968 ia terpilih sebagai pemimpin Partai Kongres dan menjadi perdana menteri India ketiga. Dalam forum dunia, dia terpilih menjadi juru bicara untuk Dunia Ketiga dan negara-negara yang sedang berkembang, tetapi dia harus menghadapi oposisi di negaranya. Tahun 1983 dan 1984, dia mengirimkan pasukan untuk menumpas kerusuhan di Punjab. Dalam upaya balas dendam, yang dilakukan pihak oposisi, dia dibunuh di rumahnya di New Delhi pada Juni 1984. 44 Presiden perempuan pertama di Filipina adalah Corazon Cojuangco Aquino menjabat selama enam tahun antara tahun 1986 sampai 1992. Memikul kepemimpinan suatu negara yang ekonominya telah dihabiskan oleh kediktatoran
42
Departemen Agama,Op., Cit., 685. Wawan Susetya, Op., Cit. 44 Gail Meyer Rolka, 100 Women Who Shaped World History, Diterjemahkan oleh Ana Budi Kuswandani, 100 Wanita Yang Mengguncang Dunia, (Jakarta: Delapratasa Publishing), 182-183. 43
pemimpin sebelumnya. Dia dengan segera menghapuskan Badan Perwakilan Nasional dan mengorganisir satu komisi untuk membuat rancangan undang-undang baru mencontoh model undang-undang Amerika Serikat. Meskipun dihadapkan pada hutang yang besar, dikelilingi korupsi politik, perang gerilya yang terus berlangsung antara tentara dan pemberontak komunis, tetapi dia telah mewujudkan apa yang telah dia tetapkan untuk dilakukan. 45 Seorang perempuan dari Inggris yang mejadi perdana menteri pertama di negara tersebut, yaitu Margaret Thatcher yang mendapat julukan "Wanita Besi" karena pendiriannya yang keras. Kebijakannya menurunkan suplai uang, menurunkan anggaran belanja negara dan menaikkan suku bunga. Sehingga pada tahun 1983 kebijakannya membawa pada penurunan angka inflasi dari 24 persen menjadi 3,5 persen. Intervensi militer cepat yang dia perintahkan menyusul invasi Argentina terhadap Kepulauan Falkland pada tahun 1982 juga memenagkan penghargaan tinggi untuknya. Di Amerika, Susan B. Anthony dan Carrie Chapman Catt, mencurahkan hidup mereka untuk menjamin hak pilih bagi perempuan. Mereka menghabiskan waktu 51 tahun untuk berupaya terus menerus. Melakukan 56 kali referendum terhadap pemilih laki-laki, 277 kali kampanye untuk mendapatkan dukungan dari konvensi partai negara bagian, 30 kali kampanye untuk mempengaruhi partai presiden, 47 upaya membujuk konvensi konstitusi negara bagian dan 19 kali kampanye berturut-turut bersama 19 jajaran kongres untuk meraih suara. 46
45 46
Ibid, 194-195. Ibid, ix.
Jika kembali ke Indonesia, fakta sejarah juga menunjukkan bahwa di masa lalu, perempuan Indonesia juga berkesempatan dan berpeluang aktif dalam berbagai aspek sosial kemasyarakatan, baik ekonomi, sosial budaya maupun politik. Bahkan memanggul senjata dalam bidang militer tanpa harus meninggalkan perannya di ruang domestik. 47 Pada tahun 1328 kerajaan Majapahit pernah dipimpin oleh ratu selama 22 tahun, yaitu oleh Ratu Tribuana Tunggadewi Jaya Wisnu Wardani. Pada masa inilah kerajaan Majapahit tersohor sampai manca Negara. Sedangkan pada masa perkembangan Islam, di Jawa juga dikenal seorang perempuan yang berkuasa di wilayah Jepara yang dikenal sebagai Ratu Kalinyamat. Pada masa pemerintahannya, Jepara berkembang dengan pesat; perdagangan sampai keluar negeri. Dan pada tahun 1574 Ratu Kalinyamat ini mengirim bantuan ke Aceh juga Ambon untuk menghadapi Portugis. Dalam kekuasaan pemerintahan peran kaum perempuan Aceh pun tidak kalah. Tercatat empat orang sultanah, memimpin dalam kurun waktu 60 tahun. Di antaranya adalah Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah, Sultanah Nurul Alam Naqiatuddin Syah, Kamat Syah Zairatuddi Syah, dan Inayat Syah Zakiatuddin Syah. Masing-masing sultanah tersebut mengeluarkan mata uang emas yang disebut deureuham (dirham). Sumber sejarah menyebutkan bahwa para sultanah tersebut memimpin negaranya dengan bijak dan meraih kesuksesan. Di masa pemerintahannya, semua
47
9.
Zaitunah Subhan, Perempuan Dan Politik Dalam Islam, (Yogyakarta LKiS Pelangi Aksara, 2004),
aturan Negara dilaksankan dengan konsekuen, sehingga hukum dihargai, ilmu pengetahuan dan kebudayaan berkembang pesat.
D. Keluarga Sakinah 1. Definisi Keluarga Sakinah Kata sakinah dalam bahasa Arab berasal dari kata yang terdiri atas tiga huruf yaitu sin, kaf dan nun yang mengandung makna ketenangan dan ketentraman. 48 Di dalam Al-Qur'an kata sakinah disebutkan sebanyak enam kali yaitu pada Surat AlBaqarah ayat 248, At-Taubah ayat 26 dan 40, Al-Fath ayat 4, 18 dan 26. Dalam ayatayat tersebut dijelaskan bahwa sakinah itu didatangkan oleh Allah SWT ke dalam hati para Nabi dan orang-orang yang beriman agar tabah dan tidak gentar menghadapi tantangan, rintangan, ujian ataupun musibah. Sehingga sakinah dapat juga dipahami dengan sesuatu yang memuaskan hati.49 Istilah keluarga sakinah merupakan dua kata yang saling melengkapi, kata sakinah sebagai kata sifat, yaitu untuk mensifati atau menerangkan. Kata keluarga sakinah digunakan dengan pengertian keluarga yang tenang, tenteram, bahagia dan sejahtera lahir dan batin. 50 Keluarga sakinah adalah suatu keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang diliputi suasana kasih dan sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi serta mampu mengamalkan, menghayati, dan
48
BP4 , "Indahnya Keluarga Sakinah" Majalah Perkawinan Dan Keluarga: Menuju Keluarga Sakinah, No. 389, (Jakarta: 2005), 13. 49 Zaitunah Subhan, Membina Keluarga Sakinah, (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara, 2004), 3. 50 Ibid, 6.
memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. 51 Melihat definisi seperti ini, tentunya keluarga sakinah merupakan dambaan setiap umat manusia. Sebab keluarga sakinah merupakan tujuan utama dari setiap pasangan suami istri. 52 Sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam Q.S. Ar-Rum ayat 21:
Νà6uΖ÷t/ Ÿ≅yèy_uρ $yγøŠs9Î) (#þθãΖä3ó¡tFÏj9 %[`≡uρø—r& öΝä3Å¡àΡr& ô⎯ÏiΒ /ä3s9 t,n=y{ ÷βr& ÿ⎯ÏμÏG≈tƒ#u™ ô⎯ÏΒuρ tβρã©3xtGtƒ 5Θöθs)Ïj9 ;M≈tƒUψ y7Ï9≡sŒ ’Îû ¨βÎ) 4 ºπyϑômu‘uρ Zο¨Šuθ¨Β Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteriisteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. 53 Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah SWT menghimpun di antara laki-laki dan perempuan dalam ikatan yang suci yaitu pernikahan. Dari pernikahan tersebut maka akan dibuka gerbang menuju keluarga sakinah yang penuh dengan rasa kasih dan sayang. Adanya beberapa alasan Islam mengharuskan untuk membangun keluarga sakinah, di antaranya: a. Adanya kewajiban menjaga diri dan keluarga dari siksa Allah di neraka. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. At-Tahrim ayat 6:
$pκön=tæ äοu‘$yfÏtø:$#uρ â¨$¨Ζ9$# $yδߊθè%uρ #Y‘$tΡ ö/ä3‹Î=÷δr&uρ ö/ä3|¡àΡr& (#þθè% (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ tβρâsΔ÷σム$tΒ tβθè=yèøtƒuρ öΝèδttΒr& !$tΒ ©!$# tβθÝÁ÷ètƒ ω ׊#y‰Ï© ÔâŸξÏî îπs3Íׯ≈n=tΒ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang 51
Dedi Junaedi, Keluarga Sakinah Pembinaan Dan Pelestariannya, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2007),14. 52 Ibid, 15. 53 Departemen Agama,Op., Cit., 644.
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. 54 b. Adanya tanggung jawab yang besar bagi pemimpin rumah tangga di hadapan Allah SWT pada hari kiamat. 55 c. Keluarga adalah tempat untuk menjaga diri, menciptakan ketentraman dan keselamatan dari segala bentuk kejahatan yang ditimbulkan oleh orang lain. Di samping itu keluarga adalah tempat untuk berlindung dari segala fitnah. 56 d. Mayoritas manusia menghabiskan sebagian besar waktunya dalam keluarga. Oleh sebab itu keluarga harus dipenuhi dengan ketaatan kepada Allah. e. Keluarga adalah pondasi utama dalam membangun masyarakat Islami. Masyarakat terdiri dari banyak keluarga yang kemudian menjadi satu komunitas, jika keluarga baik niscaya lingkungan pada masyarakat akan menjadi baik yang kuat memegang perintah Allah, mampu menegakkan dan menyebarluaskan kebaikan. 57
2. Kriteria Keluarga Sakinah Keluarga sakinah adalah dambaan dan harapan bagi setiap manusia. Karena itu Islam sangat mangharapkan agar umatnya memiliki keluarga sakinah seperti ungkapan baitiy jannatiy (rumahku adalah surgaku). 58 Namun untuk membentuk suatu keluarga yang bisa disebut keluarga sakinah tidaklah mudah, di antara kriterianya adalah: 54
Departemen Agama,Op., Cit., 951. Muhammad Shalih Al-Munajjid, Kiat Menuju Keluarga Sakinah, (Yogyakarta: Pustaka Fahima,2007), 4. 56 Ibid, 6. 57 Ibid, 7-8. 58 Umay M. Dja'far Shiddieq, Indahnya Keluarga Sakinah (Jakarta: Zakia Press, 2004), 44. 55
a. Isteri shalihah Seorang muslim yang menginginkan untuk membentuk keluarga yang sakinah, maka akan memilih isteri yang shalihah, Allah SWT berfirman:
ª!$# xáÏym $yϑÎ/ É=ø‹tóù=Ïj9 ×M≈sàÏ≈ym ìM≈tGÏΖ≈s% àM≈ysÎ=≈¢Á9$$sù Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). (Q.S. An-Nisa': 34). 59 Sedangkan yang disebut isteri shalihah di antaranya adalah: 1) Seorang perempuan yang baik dari segi agamanya 60 2) Mampu menjadi perhiasan dalam keluarga. 61 3) Mampu membuat hati tenteram dan membantu suami menyelesaikan urusan agamanya. 62 4) Mampu membantu suami dalam menyelesaikan urusan dunia maupun akhirat. 63 5) Isteri yang shalihah hatinya selalu dipenuhi dengan rasa cinta kasih terhadap keluarga dan dapat melahirkan keturunan. 64 6) Mampu bersyukur dalam kondisi apapun, walaupun apa yang diberikan suaminya tidak banyak. 65
59
Departemen Agama,Op., Cit., 123. Al-Munajjid, Op., Cit., 10 61 Ibid. 62 Ibid, 12. 63 Ibid, 13. 64 Ibid, 14. 65 Ibid. 60
b. Suami Sholeh Untuk menciptakan sebuah keluarga yang sakinah, harus ada keseimbangan antara suami isteri. Tidak hanya isteri yang shalihah, namun suami juga harus shalih. Kriteria suami shalih di antaranya adalah: 1) Seorang laki-laki yang baik dari segi agama dan moralitasnya. 2) Seorang suami yang bertakwa kepada Allah. Senantiasa menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka. Mencari nafkah dengan cara yang halal dan berbuat baik kepada isteri. 3) Seorang suami yang melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. 4) Seorang suami yang mengajarkan ilmu agama kepada isteri dan anaknya. 5) seorang suami yang mengajak isteri bermusyawarah untuk memutuskan berbagai persoalan rumah tangga. 66 c. Kehidupan agama dalam rumah tangga selalu terjaga Salah satu kriteria keluarga sakinah adalah selalu terjaganya keimanan dalam rumah tangga, dengan menjaga keimanan maka kehidupan rumah tangga yang tenang akan tercapai. Karena segala sesuatu dilaksanakan atas dasar perintah Allah SWT. Misalnya, dengan menjadikan rumah sebagai tempat berzikir kepada Allah.) 67 Memberikan pendidikan agama kepada keluarga karena di antara kewajiban agama yang harus dilaksanakan oleh kepala rumah tangga adalah mendidik keluarga agar selamat dari siksa Allah. 68 Sebagaimana yang telah disebutkan dalam AlQur'an:
66
Ibid, 20-23. Ali Misykini, Keluarga Sakinah (Bogor: Cahaya, 2004), 137. 68 Al-Munajjid, Op., Cit., 27. 67
äοu‘$yfÏtø:$#uρ â¨$¨Ζ9$# $yδߊθè%uρ #Y‘$tΡ ö/ä3‹Î=÷δr&uρ ö/ä3|¡àΡr& (#þθè% (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu… (Q.S. At-Tahrim: 6). 69 Dengan pendidikan agama yang dilaksanakan dalam sebuah keluarga serta diamalkan, niscaya kehidupan keluarga yang sakinah akan tercapai. Karena dengan mengamalkan ajaran agama, maka kehidupan akan lebih baik karena dalam agama Islam telah diajarkan bagaimana manusia bertingkah laku dalam setiap segi kehidupan. Begitu juga dalam kehidupan berumah tangga. d. Kehidupan ekonomi Sebagian besar penyebab terjadinya perceraian adalah masalah ekonomi, baik masalah ekonomi yang cukup bahkan berlebihan hingga masalah ekonomi yang kurang bahkan sangat berkekurangan ataupun masalah dalam pengaturan keuangan keluarga. 70 Allah SWT berfirman:
ÒΟŠÏàtã íô_r& ÿ…çνy‰ΨÏã ©!$# χr&uρ ×πuΖ÷GÏù öΝä.߉≈s9÷ρr&uρ öΝà6ä9≡uθøΒr& !$yϑ¯Ρr& (#þθßϑn=÷æ$#uρ Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (Al-Anfal: 28). 71 Sesungguhnya harta dan kekayaan yang Allah berikan adalah suatu nikmat sekaligus ujian, bisakah manusia membersihkan harta dengan zakat, infaq shodaqoh yang bisa membawa seseorang menjadi hamba yang bertakwa. Begitu juga dalam rumah tangga, harta bisa jadi sebuah cobaan baik yang mempunyai harta berlebih maupun yang kekurangan. Dalam menghadapi permasalahan ekonomi dalam rumah
69
Departemen Agama,Op., Cit.,951. Dja'far Shiddieq, Op., Cit., 110. 71 Departemen Agama,Op., Cit., 264. 70
tangga kesadaran dan kedewasaan suami isteri akan sangat membantu dalam mengatasi persoalan dan membantu terbinanya keluarga sakinah. 72 e. Kesehatan Keluarga Di dalam keluarga, seluruh anggota keluarga berusaha untuk menjaga kesehatan. Keadaan rumah dan lingkungan memenuhi kriteri lingkingan rumah sehat, mendapatkan cahaya matahari yang cukup, sanitasi lengkap dan lancar, lingkungan rumah bersih, dan sebagainya. 73 f. Hubungan sosial di dalam keluarga Baik hubungan suami dengan isteri maupun hubungan orang tua dengan anak dapat saling mencintai, menyayangi, saling membantu, menghormati, mempercayai, saling terbuka dan bermusyawarah. Bila mempunyai masalah dan saling memiliki jiwa pemaaf satu sama lain. Sedangkan hubungan dengan tetangga, diupayakan menjaga keharmonisan. Dengan jalan saling tolong menolong, menghormati, dan ikut berbahagia terhadap kebahagiaan tetangga. Tidak saling bermusuhan dan saling memaafkan. 74
3. Fungsi Keluarga Menurut Siti Musdah Mulia keluarga adalah sebuah institusi yang minimal memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: a. Fungsi Religius Keluarga
memberikan
pengalaman
keagamaan
kepada
anggota-anggota
keluarganya. 72
Op., Cit., 112. Aziz Mushoffa, Untaian Mutiara Buat Keluarga, (Yogyakarta: Muira Pustaka), 13. 74 Ibid, 13-14. 73
b. Fungsi Afektif Yaitu keluarga memberikan kasih dan sayang serta memberikan keturunan. c. Fungsi Sosial Keluarga memberikan prestise dan status kepada seluruh anggota keluarganya. d. Fungsi Edukatif Keluarga memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. e. Fungsi Protektif Keluarga melindungi anggota-anggotanya dari ancaman fisik, ekonomis, dan psiko-sosial. f. Fungsi Rekreatif Yaitu keluarga merupakan wadah rekreasi atau hiburan bagia anggotaanggotanya. 75
4. Hak Dan Kewajiban Suami-Isteri Di Dalam Rumah Tangga Jika suami dan isteri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masingmasing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup berumah tangga. Dengan demikian tujuan hidup berkeluarga akan terwujud sesuai dengan tuntutan agama. Yang dimaksud hak di sini adalah segala sesuatu yang diterima oleh seseorang dari orang lain, sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah segala sesuatu yang harus dilakukan seseorang kepada orang lain. Dalam hubungan suami isteri dalam rumah tangga suami mempunyai hak dan begitu pula isteri mempunyai
75
Noer Chozin Ar Rusyidhi dan Siti Sumaridah, Rahasia Keluarg Sakinah, (Yogyakarta: Sabda Media), 16.
hak. Di balik itu suami mempunyai kewajiban dan begitu pula isteri. Adanya hak dan kewajiban antara suami isteri dalam rumah tangga itu dapat dilihat dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan beberapa hadits Nabi. … Å∃ρá÷èpRùQ$$Î/ £⎯Íκön=tã “Ï%©!$# ã≅÷WÏΒ £⎯çλm;uρ dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf…(Al-Baqarah: 228). 76 a. Hak Dan Kewajiban Bersama Suami-Isteri 1. Suami isteri dihalalkan saling bergaul mengadakan hubungan seksual. Perbuatan ini merupakan kebutuhan bersama suami isteri yang dihalalkan secara timbal balik. 77 2. Timbulnya hubungan suami dengan keluarga isterinya dan sebaliknya hubungan isteri dengan keluarga suaminya, yang disebut dengan hubungan mushaharah. 3. Hubungan saling mewarisi di antara suami isteri. Setiap pihak berhak mewarisi pihak lain bila terjadi kematian. 78 4. Anak mempunyai nasab yang jelas bagi suami. 5. Kedua belah pihak wajib bertingkah laku dengan baik, sehingga dapat melahirka kemesraan dan kedamaian hidup. 79 Hukum positif di Indonesia, juga mengatur mengenai hak dan kewajiban suami isteri. Yaitu yang terdapat pada Undang-undang nomor 1 tahun 1974, pada BAB VI tentang Hak Dan Kewajiban Suami Isteri, yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 30 76
Departemen Agama,Op., Cit., 55. Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2006), 155. 78 Amir Sayrifuddin, Op., Cit., 163. 79 Slamet Abidin Dan Aminuddin, Op., Cit., 158. 77
Suami-isteri memikul kewajiban yan luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Pasal 31 (1)
Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami
dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. (2) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum. (3) Suami adalah Kepala Keluarga dan isteri ibu rumah tangga. Pasal 32 (1) Suami-isteri harus mempunyai kediaman yang tetap. (2) Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini ditentukan oleh suami-isteri bersama. Pasal 33 Suami-isteri wajib saling cinta mencintai hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain. Pasal 34 (1) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. (2) Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya. (3) Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya dapat mengajukan gugatannya kepada Pengadilan. 80 Di dalam Kompilasi Hukum sendiri sudah dijelaskan mengenai hak dan kewajiban suami isteri pada buku I Hukum Perkawinan Bab XII Pasal 77 dan 78, yang berbunyi sebagai berikut: 80
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1.
Pasal 77 (1) Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. (2) Suami isteri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain. (3) Suami isteri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memlihara anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikan agamanya. (4) Suami isteri wajib memelihara kehormatannya. (5) Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama. Pasal 78 (1) Suami isteri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap. (2) Rumah kediaman yang dimaksud pada ayat (1), ditentukan oleh suami isteri bersama. 81 b. Kewajiban Suami Dan Hak Isteri Adapun kewajiban suami terhadap isterinya dapat dibagi kepada dua bagian: 1.) Kewaiban yang bersifat materi yang disebut nafkah. Nafkah merupakan kewajiban suami terhadap isteri dalam bentuk materi, karena kata nafkah sendiri berkonotasi materi. 82 Menurut Ibnu Rusyd jumhur fuqaha
81 82
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991. Amir Syarifuddin, Op., Cit., 165.
berpendapat bahwa nafkah adalah wajib. Namun untuk masalah waktu pemberian nafkah terjadi perbedaan pendapat. Malik berpendapat bahwa nafkah naru menjadi wajib atas suami yang telah menggauli atau bergaul, sedangkan isteri adalah orang yang dapat digauli, dan suami pun telah dewasa. Abu Hanifah dan Syafi’i berpendapat bahwa suami yang belum dewasa wajib memberikan nafkah apabila isteri sudah dewasa. Tetapi jika suami telah dewasa dan isteri belum dewasa, Syafi’i mempunyai dua pendapat. Pertama, sama dengan pendapat Malik. Kedua, isteri berhak memperoleh nafkah betapapun juga keadaannya. 83 2.) Kewajiban yang bersifat non materi Kewajiban suami terhadap isteri yang bersifat non materi adalah: a.) Menggauli isteri secara baik dan patut, maksudnya adalah suami harus menjaga ucapan dan perbuatan jangan sampai menyakiti hati isteri. Sebagaimana firman Allah SWT:
ª!$# Ÿ≅yèøgs†uρ $\↔ø‹x© (#θèδtõ3s? βr& #©|¤yèsù £⎯èδθßϑçF÷δÌx. βÎ*sù 4 Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/ £⎯èδρçÅ°$tãuρ #ZÏWŸ2 #Zöyz ÏμŠÏù dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (Q.S. An-Nisa': 19) 84 Selain itu yang dimaksud pergaulan secara khusus adalah hal-hal yang termasuk pemenuhan kebutuhan seksual.
83
Al-Faqih Abdul Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid, diterjemahkan Imam Ghazali Said dan Ahmad Zaidun, Bidayatul Mujtahid Analisa Fiqih Para Mujtahid, (Jakarta: Pustaka Amani, 1989), 519. 84 Departemen Agama,Op., Cit., 119.
b.) Menjaga
dirinya
dan
keluarganya
dari
segala
sesuatu
yang
mngkin
melibatkannya pada suatu perbuatan dosa atau maksiat. c.) Suami juga wajib memberikan rasa tenang, rasa cinta dan kasih sayang kepada isterinya. 85 c. Kewajiban Isteri Dan Hak Suami Kewajiban isteri terhadap suami yang merupakan hak suami, tidak ada yang berbentuk materi secara langsung. Hanya kewajiban non materi di antaranya adalah: 1.) Menggauli suami secara layak sesuai dengan kodratnya. 86 2.) Menaati suami dalam hal-hal yang tidak maksiat. 3.) Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang dapat menyusahkan suami . 4.) Tidak bermuka masam di hadapan suami. 5.) Tidak menunjukkan keadaan yang tidak disenangi oleh suami. 87 Dari keseluruhan yang telah disebutkan di atas, dapat dilihat dari sabda Rasulullah Saw.:
ن ْ ﻄ ْﻴ ُﻌ ُﻪ ِإ ِ ﻈ َﺮ َو ُﺗ َ ن َﻧ ْ ﺴ ﱡﺮ ُﻩ ِإ ُ ن َﺗ ْ ل اﱠﻟ ِﺘﻲ ِإ َ َﻗﺎ،ﺧ ْﻴ ًﺮا؟ َ ﺴﺎ ِء َ ي اﻟ ﱢﻨ ﷲ َأ ﱢ ِ لا َ ﺳ ْﻮ ُ ﻞ َﻳﺎ َر َ ِﻗ ْﻴ ﺴ َﻬﺎ َو َﻣﺎ َﻟ َﻬﺎ ِﺑ َﻤﺎ ُﻳ ْﻜ َﺮ ُﻩ ِ ﺨﺎِﻟ ُﻔ ُﻪ ِﻓﻲ َﻧ ْﻔ َ َا َﻣ َﺮ َوَﻟﺎ ُﺗ "Ya Rasulullah perempuan mana yang labih baik?". Nabi berkata: "bila suami memandangnya, ia menyenagkan; bila suami menyuruhnya, ia mematuhinya; ia tidak menyalahi suaminya tentang diri dan hartanya tentang sesuatu yang tidak disenanginya". (H.R. An-Nasa'i). 88
85
Amir Syarifyddin, Op., Cit., 160-161. Ibid, 162. 87 ِAmir Syarifuddin, Op., Cit, 163. 88 Al-Hafidz Jalil Ad-Diin As-Sauty, Sunan An-Nasa'i, (Beirut: Daarul Fikr, 1994). 86
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota Malang yang beralamat di jalan Tugu No. 1 Kota Malang. B. Jenis dan Pendekatan Penelitian Pendekatan adalah metode atau cara mengadakan penelitian. 89 Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. 90 Pendekatan kualitatif disebut juga metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretatif karena data dari hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. 91
89
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 23. 90 Lexy J. Moleong, Op. Cit., 9. 91 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2006), 8.
Pada penelitian ini mengadakan interpretasi terhadap data yang dihasilkan dari wawancara yang ditujukan kepada para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota Malang yang berjenis kelamin perempuan sebanyak tujuh orang. Penelitian ini termasuk penelitian sosiologis (empiris) yang menurut Kartini Kartono diartikan sebagai penelitian yang cermat dilakukan dengan jalan terjun langsung ke lapangan. Jenis penelitian ini menurut Soetandyo Wignjosoebroto diartikan sebagai penelitian yang berupa studi empiris untuk menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan proses bekerjanya hukum dalam masyarakat.
92
Sedangkan menurut Soetandyo Wignjosoebroto, penelitian sosiologis adalah penelitian yang berupa studi empiris untuk menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan proses bekerjanya hukum dalam masyarakat. 93
C. Paradigma Paradigma ialah sebuah framework tak tertulis, berupa lensa mental atau peta kognitif, dalam mengamati dan memahami sesuatu, yang dapat mempertajam pandangan terhadap dan bagaimana memahami data. 94 Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikemukakan Anderson, paradigma merupakan suatu ideologi dan praktek suatu komunitas ilmuwan yang menganut suatu pandangan yang sama untuk menilai aktifitas penelitian, dan menggunakan metode serupa.95 Secara logis paradigma disini diartikan sebagai pandangan dunia (world view) yang dimiliki seorang peneliti yang
92
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), 42. Ibid, 42. 94 Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Malang, Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Malang: t.p., 2005),10. 95 Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), 9. 93
dengan itu dia memiliki kerangka berfikir (frame), asumsi, teori, atau proporsi dan konsep terhadap suatu permasalahan penelitian yang dikaji. 96 Menurut Bogdan dan Biklen yang di kutip oleh Moleong memahami paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. Menurut Lexy J. Moleong, paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku yang di dalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu). Sedangkan menurut Harmon, paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berfikir, menilai, dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang visi realitas. 97 Dalam penelitian ini menggunakan Naturalistic Paradigm / paradigma alamiah yang bersumber pada pandangan fenomenologis. Fenomenologis berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka berfikir maupun bertindak orangorang itu yang dipikirkan oleh orang-orang itu sendiri. 98 Paradigma naturalistik ini menuntut manusia sebagai instrumen penelitian, karena lebih mampu menyesuaikan pada situasi tak tentu, dapat membangun dari suasana yang tak terkatakan, disamping dari yang terkatakan; juga sesuai dengan menerapkan metoda yang lebih manusiawi, yaitu: interviu dan observasi yang dapat menangkap nuansa yang tak terungkap dengan metoda yang lebih distandarkan. 99
D. Metode Pengumpulan Data 96
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2001), 92. 97 Lexy J. Moleong, Metodologi Penulisan Kualitatif (Cet.XXI,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 49. 98 Ibid, 52. 99 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), hal 118.
Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan di antaranya adalah: 1. Wawancara. Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan pernyataan itu. 100 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan langsung kepada para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kota Malang yang berjenis kelamin perempuan sebagai informan utama. Dan digunakan metode wawancara tak berstruktur, maksudnya memberi kesempatan seluas-luasnya kepada informan untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan kemampuan informan. Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada Ngatmiati, Nurul, Sri Rahayu, Sri Untari, Suharni, Zuhriah dan Titik Yanuarti selaku orang yang berkarir di dunia politik dan sudah berkeluarga.
2. Dokumentasi Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. 101 Dokumentasi ini merupakan data pelengkap dan data autentik mengenai kejadian atau kondisi yang telah lalu secara objektif. Dlaam penelitian dokumentasi yang dilakukan adalah berupa curiculum vitae / daftar riwayat hidup
100 101
Ibid, 135. OP.Cit Suharsimi Arikunto, 206.
yang telah diisi oleh subjek penelitian. Dalam hal ini adalah para perempuan politisi yang duduk di DPRD Kota Malang.
E. Sumber data Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. 102 Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan. 103 Adapun yang dimaksud dengan data primer dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh dari subjek penelitian secara langsung dengan menggunakan metode wawancara atau interview yang dilakukan secara langsung kepada para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota Malang yang berjenis kelamin perempuan sebagai informan utama, yaitu Ngatmiati, Nurul, Sri Rahayu, Sri Untari, Suharni, Titik Yanuarti dan Zuhriyah. Kemudian juga digunakan dokumentasi yaitu berupa daftar riwayat hidupa yang diberikan kepada informan untuk diisi.
2. Sekunder Data sekunder tidak secara langsung dari objek penelitian akan tetapi melalui orang kedua baik berupa informan atau buku litertatur yaitu buku-buku, artikel, surat kabar dan lain-lain yang berkaitan dengan pembahasan ini. 104 Berkaitan dengan data sekunder adalah dari literatur-literatur yang berkaitan dengan pembahasan penulisan ini misalnya literatur tentang perempuan, dunia politik dan keluarga sakinah. Atau 102
Suharsimi Arikunto, Op., Cit., 107. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Rineka Cipta, 1986 ), 12. 104 Ibid.,12. 103
ensiklopedi mengenai keluarga dan perempuan. Atau data yang berasal dari informan penunjang, seperti suami, anak, pembantu rumah tangga atau tetangga.
F. Metode Analisis Data 1. Edit (Editing) Editing adalah pemeriksaan kembali semua data yang diperoleh terutama dari kelengkapannya, kejelasan makna, kesesuaian serta relevansinya dengan kelompok data lain. 105 Hal ini bertujuan untuk mengecek kelengkapan, keakuratan dan keseragaman jawaban informan.. Tahap ini, dilakukan ketika ada kekurangan penulisan identitas informan sejak pertama kali melakukan wawancara pada waku penelitian.
2. Klasifikasi (Classifying) Classifying adalah menyusun dan mensistematisasikan data-data yang diperoleh dari para informan ke dalam pola tertentu guna mempermudah pembahasan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan 106 . Data-data yang telah diperoleh diklasifikasi berdasarkan kategori tertentu, yaitu berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah, sehingga data yang diperoleh benar-benar memuat informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Tujuan dari Classifying adalah dimana data hasil wawancara diklasifikan berdasakan kategori tertentu, yaitu berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah, sehingga data yang diperoleh benar-benar memuat informasi yang dibutuhkan dalam 105
Saifullah, "Buku Panduan Metodologi Penelitian," Buku Ajar, disajikan sebagai buku ajar pada mata kuliah Metodologi Penelitian (Malang: Universitas Islam Negeri, 2006). 106 Ibid.
penelitian. 107 Keterangan dari beberapa informan tentunya tidak sama (berbedabeda) antara informan yang satu dengan yang lainnya, seperti halnya pendapat anggota DPR perempuan satu dan yang lainnya. Dari sini kemudian dikumpulkan data-data dengan cara memilih di antara data yang akan dipakai sesuai dengan kebutuhan. 3. Verivikasi (Verifivying) Verifikasi adalah langkah dan kegiatan yang dilakukan pada sebuah penelitian untuk memperoleh data dan informasi dari lapangan dan harus di-cross check kembali agar validitasnya dapat diakui oleh pembaca 108 . Tahap ini dilakukan dengan cara menemui pihak yang bersangkutan yaitu pihak yang memberikan keterangan (informan) waktu pertama kali wawancara dan kemudian hasil wawancara diberikan untuk ditanggapi apakah data tersebut sesuai dengan apa yang telah diinformasikan atau tidak. 4. Analisis (Analizing) Analisis adalah penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan 109 . Sedangkan menurut Saifullah, analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, terakhir memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. 110
107
Lexy J. Moleong, Op. Cit., 104. Nana Sudjana dan Ahwal Kusumah, Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi (Bandung: Sinar Baru Algasindo, 2000); 85. 109 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: Pustaka LP3ES); 263. 110 Ibid., 280. 108
Analisis ini menggunakan teori-teori yang relevan artinya teori-teori yang berkaitan (sangkut paut) dengan masalah yang dibahas. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memahami apakah data-data penelitian yang telah terkumpul tersebut memiliki relevansi dengan teori-teori yang ada atau tidak, lebih dari itu, analisis data dilakukan untuk memahami makna-makna (meanings) dari peristiwa yang sedang diteliti. 5. Kesimpulan (Concluding) Concluding adalah pengambilan kesimpulan dari suatu proses penulisan yang menghasilkan
suatu
jawaban 111 .
Tahap
concluding
ini
bukan
merupakan
pengulangan kalimat dari hasil penelitian dan analisis, tetapi proses penyimpulan/ menarik poin-poin penting yang kemudian menghasilkan gambaran secara ringkas dan jelas mudah dipahami.
111
Nana Sudjana dan Ahwal Kusumah, Op. Cit.86.
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Profil Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kota Malang yang berjenis kelamin perempuan. Empat di antaranya berada di komisi B yaitu Sri Rahayu, Sri Untari, Zuhriyah dan Titik Yanuarti dan tiga di antaranya berada di komisi D yaitu Nurul Arba'ati, Ngatmiati dan Suharni. Berikut ini adalah profil dari subjek penelitian:
1. Nurul Arba'ati a. Nama Lengkap
: Nurul Arba'ati, S. Pt.
b. Tempat Tanggal Lahir
: Malang, 12 Mei 1973
c. Alamat
: Jl. Merpati Utara 27 A Kota Malang
d. Agama
: Islam
e. Nama Suami
: Muhammad Syamsul Bakhri
f. Profesi Suami
: Pegawai Negeri Sipil
g. Jumlah Anak
: (belum punya)
h. Fraksi
: FKS
2. Ngatmiati a. Nama Lengkap
: Dra. Hj. Ngatmiati
b. Tempat Tanggal Lahir
: Malang, 9 Desember 1963
c. Alamat
: Jl. Babatan gg. III no. 41 Arjowinangun Malang
d. Agama
: Islam
e. Nama Suami
: H. Moch. Rodhi, SH
f. Profesi Suami
: (tidak disebutkan)
g. Jumlah Anak
:3
h. Fraksi
: FKB
3. Suharni a. Nama Lengkap
: Hj. Suharni, SH
b. Tempat Tanggal Lahir
: Malang, 24 Oktober 1954
c. Alamat
: Jl. Serayu 13 Malang
d. Agama
: Islam
e. Nama Suami
: H. Endro Mulyanto
f. Profesi Suami
: Fotografer
g. Jumlah Anak
:3
h. Fraksi
: F. Demokrat
4. Yayuk a. Nama Lengkap
: Dra. Sri Rahayu
b. Tempat Tanggal Lahir
: Nganjuk, 3 Desember 1960
c. Alamat
: Jl. Negara 34 Malang
d. Agama
: Islam
e. Nama Suami
: Drs. Sirmadji, M. Pd.
f. Profesi Suami
: Anggota DPRD Provinsi Jatim
g. Jumlah Anak
:3
h. :Fraksi
: F. PDI Perjuangan
5. Sri Untari a. Nama Lengkap
: Dra. Sri Untari Bisowarno
b. Tempat Tanggal Lahir
: Blitar, 30 September 1967
c. Alamat
: JlPerum Bumi Palapa G-5 Jl. Saxofon Malang
d. Agama
: Islam
e. Nama Suami
: Tosan Bisowarno
f. Profesi Suami
: Wiraswasta
g. Jumlah Anak
:3
h. Fraksi
: F. PDI Perjuangan
6. Zuhriah a. Nama Lengkap
: Hj. Zuhriyah
b. Tempat Tanggal Lahir
: Malang 11 Juni 1951
c. Alamat
: Jl. Polowijen Gang II / 6 Malang
d. Agama
: Islam
e. Nama Suami
: H. Achmad Zainuri
f. Profesi Suami
: Da'i
g. Jumlah Anak
: 5 orang
h. Fraksi
: F. Golkar
7. Titik Yanuarti a. Nama Lengkap
: Titik Yanuarti, SE.
b. Tempat Tanggal Lahir
:-
c. Alamat
: Jl. Danau Maninjau Tengah III/B3-E31 Malang.
d. Agama
: Islam
e. Nama Suami
: (telah bercerai)
f. Profesi Suami
:-
g. Jumlah Anak
:3
h. Fraksi
: F. Demokrat
B. Paparan Data Keluarga merupakan komunitas terkecil dalam masyarakat, di dalamnya terdiri dari beberapa anggota keluarga yang mempunyai hubungan darah maupun perkawinan. Dalam Islam dikenal sebuah istilah yaitu keluarga sakinah, segala
sesuatu mengenai keluarga sakinah sendiri telah dijelaskan pada bab II. Pada intinya bahwa keluarga sakinah adalah diterapkannya prinsip-psrinsip keislaman dalam keluarga tersebut. Anggota legislatif, terutama yang berjenis kelamin perempuan, mempunyai tugas dan tanggung jawab ganda. Baik kepada masyarakat, pemerintah dan keluarga. Sebagai seorang yang aktif di dunia politik, tentunya tidak sepenuhnya dapat berada di rumah sebagaimana yang terjadi pada mayoritas perempuan. Selama ini juga masih banyaknya anggapan bahwa tugas perempuan adalah mengurus suami dan anak. Namun, anggapan itu dapat ditepis dengan melihat banyaknya keadaan keluarga perempuan politisi yang tetap utuh. Ternyata para perempuan politisi, yang menjadi anggota legislatif di kota Malang, mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai keluarga sakinah. Dalam penelitian yang dilakukan kepada para anggota DPRD Kota Malang yang berjenis kelamin perempuan yang menjadi subjek penelitian, mereka menjelaskan pendapat mereka mengenai keluarga sakinah. Adapun wawancara yang dilakukan terhadap anggota DPRD perempuan Kota Malang
yang telah berkeluarga, ternyata pendapat mereka berbeda antara satu
dengan yang lain. Sebagaimana yang terlihat dalam jawaban mereka ketika diwawancarai, seperti pendapat dari Nurul. Dia mengatakan bahwa: Nah, keluarga sakinah ini adalah keluarga yang tahu akan hak dan kewajibannya seperti yang ada dalam Islam. Jadi kalau dia tahu akan hak dan kewajiban-kewajibannya itu semua dalam Islam itu seperti apa, maka Insya Allah dia akan bisa mencapai dengan yang namanya keluarga sakinah. Keluarga yang e.. ya di dalam Islam itu sendiri kan bagaimana sebuah keluarga saling menghargai saling menghormati, saling mencintai itu semua karena Allah baru sakinah he.. he.. 112 112
Nurul Arba'ati, wawancara, (Malang, 07 Juli 2008).
Keluarga sakinah adalah di dalam sebuah keluarga, seluruh anggota keluarga mengetahui dan melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing menurut Islam. Kemudian adanya sikap saling menghargai, saling menghormati dan saling mencintai karena Allah. Hal itu adalah pengertian keluarga sakinah menurut Nurul. Pernyataan lain juga diungkapkan Ngatmiati, dia mengatakan bahwa: Kalau menurut pemahaman saya kan kalau keluarga sakinah itu keluarga yang bahagia lahir dan batin, menurut ajaran agama Islam ya. Nah, yang saya terapkan menurut saya tentu saja keluarga sakinah itu ya pokoknya bisa memenuhi kebutuhan, baik itu fisik maupun non fisik. Ya lahir maupun batin, tidak hanya materi yang saya kejar, tidak hanya benda-benda duniawi yang saya utamakan, tetapi akherat juga gitu lo. 113 Menurut Ngatmiati keluarga sakinah adalah keluarga yang bahagia secara lahir dan batin menurut ajaran Islam. Terpenuhi kebutuhan lahir maupun batin, serta bahagia dunia dan akhirat. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Sri Untari: Kalo terminologi Islam sakinah itu artinya kan bahagia, tentu bahagia dalam arti yang luas yaitu bahagia dunia dan akhirat. 114 Sedangkan menurut Suharni keluarga sakinah adalah, sebagai berikut: Ya keluarga sakinah itu ya keluarga yang dari awal mula menjadi keluarga itu sampe' di usia, usia saya kan sudah tua tentu tidak terjadi namanya perceraian. Ya orang itu kan biasa ya satu keluarga tapi kita bagaimana bisa menyelesaikan persoalan itu jadi sehingga tidak ada perceraian dan anak-anak juga merasa aman soalnya kan apa yang penting kan kita juga harus bisa menjaga perasaan anakanak kan tetap aman di dekat orang tuanya dan sampe' Insya Allah sekarang saya sampe' sudah umur segini sekitar 29 tahun saya menjalani rumah tangga. Jadi saya kira keluarga sakinah ya itu tadi ada saling pengertian ada saling mendorong untuk mencapai karir masing-masing. Apa ya sakit ya seneng itu harus bisa dirasakan keluarga itu tapi itu dengan tidak ada gejolak apa-apa. 115
113 114 115
Ngatmiati, wawancara, (Malang, 04 Juni 2008 ) Sri Untari, wawancara (Malang, 2 September 2008) Suharni, wawancara, (Malang, 19 Juni 2008)
Dari pernyataan Suharni, dapat diketahui bahwa menurutnya keluarga sakinah adalah keluarga yang tidak terjadi perceraian sampai di usia tua. Selain itu keluarga sakinah menurutnya ada rasa saling pengertian, saling mendukung serta merasakan susah dan senang bersama. Informan ke empat yaitu Yayuk memiliki pendapat bahwa keluarga yang sakinah adalah: e.. keluarga yang harmonis, keluarga yang sejahtera dalam arti e..dalam arti pembinaan ya. Dalam arti pembinaan keluarga, walaupun bagaimana situasi dan kondisi keluarga itu dalam arti pekerjaan dalam arti keluarganya, orang tuanya, kemudian bapak ibunya bekerja kemudian anak-anaknya tetap ada komunikasi, ada tetap perhatian, ada tetap dukungan support orang tua kayak gitu. Dan juga demokrasi dalam keluarga itu sendiri tetap dibangun 116 . Pendapat berikutnya adalah yang diungkapkan oleh Zuhriyah sebagai informan terakhir, dia mempunyai pendapat mengenai keluarga sakinah sebagai berikut: Keluarga sakinah ialah keluarga yang e...apa namanya e...yang bisa... anu sebagai ibu, bisa sebagai ibu bisa sebagai isteri terus bisa bermasyarakat. Peran sebagai ibu, peran sebagai isteri dan juga berperan aktif di masyarakat. 117 Titik Yanuarti adalah satu-satunya informan yang mengalami perceraian. Namun, dia sempat memberikan sedikit pendapatnya mengenai keluarga sakinah, sebagai berikut: Jadi keluarga sakinah adalah keluarga yang harmonis, yang bagus dan menjadi dambaan setiap orang. 118
116 117 118
Sri Rahayu, wawancara (1 September 2008) Zuhriyah, wawancara (4 September 2008) Titik Yanuarti, wawancara (28 Juli 2008)
Dengan banyaknya perempuan yang berkiprah di dunia politik, akan menimbulkan pertanyaan tentang keluarga mereka. Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap para wakil rakuat yang berjenis kelamin perempuan, dapat diketahui upaya dari para perempuan politisi dalam mempertahankan keutuhan keluarga mereka. Cara pertama adalah yang dilakukan oleh Nurul, yaitu: Mau mendengar intinya itu, mau mendengar jadi menjadi apapun kalau seseorang itu mau mendengar dan mau menindaklanjuti apa yang dia denger saya kira aman Insya Allah. Jadi sebagai wakil rakuatpun kalau dia mau mendengar dan mau menindaklanjuti apa yang dia dengar berfikir saya kira ngga' ada masalah tapi lek ngga' mau mendengar lha iki seng repot he.. he.. 119 Dari
pernyataan
tersebut,
dapat
diketahui
bahwa
Nurul
dalam
mempertahankan rumah tangganya dengan jalan mau mendengar dan menindak lanjuti. Ngatmiati mempunyai cara lain, dia mempertahankan keutuhan rumah tangganya dengan jalan membina komunikasi. Seperti yang diungkapkan sebagaimana berikut: Saya kan tidak rutin harus ngantor di sini, kadang-kadang partai membutuhkan tenaga saya, kadang-kadang ada masyarakat yang harus saya kunjungi ya salah satunya harus komunikasi. Karena apa yang saya lakukan pasti suami saya tahu. Karena hal sekecil apapun kan kalau kita saling terbuka, saya sedang apa, enak gitu lo apa yang kita lakukan enak. 120 Dengan demikian Ngatmiati mempertahankan keutuhan rumah tangganya dengan komunikasi dan saling terbuka, baik dengan suami maupun anak. Ngatmiati terjun ke dunia politik juga atas ijin suami, sehingga dia mendapatkan dukungan penuh dari suami. Selain itu, Ngatmiati juga mengatakan bahwa di dalam rumah 119 120
Nurul Arba'ati, Loc., Cit. Ngatmiati, Loc., Cit.
tangganya dia menerapkan pembagian tugas rumah tangga. Hal tersebut terlihat dari ungkapannya: Saya tidak bisa cuci-cuci suami saya ikut mbantu, bahkan kalau suami saya pergi kan saya waktu itu di rumah ya saya yang mengerjakan ya yang mana yang sempat kita kerjakan bersamasama. Misalkan saya masak kok seharusanya cepet-cepet, suami saya mbantu jadi nda' ini harus perempuan yang ngerjakan ini harus lakilaki, nda', nda' ada seperti itu. Istilahnya ya mana yang bisa kita kerjakan kita kerjakan bersama-sama. 121 . Berbeda dengan upaya yang dilakukan oleh Ngatmiati dan Nurul, Suharni mempunyai cara lain yaitu: Sejak dulu saya anu saya itu kan memang berorganisasi ya sering keluar tapi anak-anak juga ngga' pernah mengeluh trus suami saya juga ngga' pernah mengeluh asal kita itu bisa ngatur bagaimana waktu yang kita perlukan o ini nanti untuk keluarga o ini untuk karir. Ya baikbaik mengatur waktu lah. Ya harus antara suami istri ya harus saling pengertian nanti saya keluar suami yang jaga anak-anak. Kalau suami yang keluar saya yang jaga anak-anak, jadi ngga' sampe' apa anakanak ngga' sampe' di luar itu lo. Itu yang selama ini saya lakukan. 122 Jadi dalam kehidupan rumah tangganya, Suharni menerapkan sikap saling pengertian di antara satu anggota keluarga dengan anggota keluarga yang lain. Sedangkan Yayuk, mengatakan bahwa: e..memang saya berpolitik sudah mulai tahun 84 ya, ketika saya masih punya anak satu itu saya sudah melakukan aktifitas itu dan kebetulan ee..saya selalu berupaya kalaupun waktunya udah, kebetula saya waktu itu juga saya juga ngajar ya kerja dari pagi sampai sore e.. saya tetap begitu anak-anak begitu saya berada di rumah saya selalu anak yang paling utama yang saya pegang dulu kemudian waktu dia masih memerlukan bimbingan dalam belajar saya selalu mendampingi merka baik saya maupun e.. suami saya itu tetap mendampingi ketika mereka masih kecil jadi ketika saya harus datang ke manapun yang saya pegang anak saya dulu 123 .
121 122 123
Ibid Suharni, Loc., Cit. Sri Rahayu, Loc., Cit.
Dan sekarang ketika anak-anak sudah menginjak remaja, Yayuk mempunyai cara lain untuk mempertahankan rumah tangganya. Yaitu dengan cara: Ya kebetulan anak-anak sudah gede ya, yang jelas pemahaman terhadap terhadap pekerjaan yang saya jalani, kemudian selalu melakukan komunikasi dengan keluarga lalu walaupun sedikit waktu jarang ketemu ya, walaupun dalam satu rumah mungkin karena bedabeda aktifitasnya jadi jarang ketemu. Walaupun mungkin tidak tidak selalu dalam satu meja, tidak selalu tapi komunikasi tetap saya jalankan baik itu untuk anak-anak maupun suami. Tetap ada komunikasi sehingga itu saya datang atau ayahnya ada ketemu dengan anak-anak itu ada komunikasi ya tetep akrab terjalin seakan-akan tidak ada rentang waktu yang lama untuk tidak ketemu. 124 Sri Untari mempunyai cara tersndiri, dia mengatakan bahwa: Pagi habis sholat subuh itu ngeliati anak saya apa persiapan sekolah, jam 6 kurang seperempat itu mendudukkan mereka di meja makan untuk sarapan. Kemudian mengantarkan mereka berangkat, tidak nganter sekolah tapi mengantar sampe depan pintu. Anak-anak berangkat setelah itu senam bentar, bersih-bersih rumah, membersihkan kamar-kamar anak-anak saya. Lalu membuatkan kopinya bapak setiap hari masih saya buatin, masih saya kerjakan karena ngga' mau dibuatin sama pembantu. Kira-kira jam setengah delapan kita ngobrol-ngobrol, nanti malem saya punya waktu khusus untuk anak-anak jam enam setelah shalat magrib, jam enam sore sampe jam delapan saya menutup pintu untuk tamu. Biar ada waktu untuk anak-anak, karena saya seharian penuh ada di luar. Untuk belajar mereka anak dua kecil2 itu, yang SD kelas 1 sama SD kelas 5 kan butuh pembinaan orang tua. TV semua dimatikan, tidak ada TV yang menyala, selama jam 6 sampe jam 8. 125 Selain itu Sri Untari juga mengatakan bahwa pada intinya dia menyediakan ruang komunikasi kepada suami dan anak. Waktu sore untuk anak dan malam untuk suami. Dia mengatakan bahwa kalau tidak ada ruang komunikasi rumah tangga bisa hancur. Karena dia aktif di 11 organisasi, baik organisasi politik, koperasi, kewanitaan, dan organisasi kemasyarakatan yang lain. Selanjutnya kalau dia harus
124 125
Ibid Sri Untari, Loc., Cit.
pergi ke luar kota selama beberapa hari, dia tidak berhenti melakukan komunikasi dengan telefon dan mengirim pesan singkat kepada anak dan suami. Sedangkan upaya yang dilakukan oleh Zuhriyah adalah sebagai berikut: Ya kita harus pandai-pandai membagi waktu, iya di mana waktu untuk mendidik anak-anak, tapi kan sekarang ini saya sudah tinggal anak satu sudah iya he..he..he..pinter-pinter mbagi waktu kita. Mana untuk keluarga mana untuk masyarakat, iya mana untuk mendidik anak, iya. 126 Dan ketika harus bepergian meninggalkan rumah selama beberapa hari Zuhriyah juga mempunyai cara sendiri, yaitu: Ya selalu ada kontak, komunikasi mesti ya. Bagaimana kondisi anak, suami, keluarga itu ya. Ya yang penting komunikasi terus kita jalan ya...kalo nda' gitu kan namanya anak lagi apa? Kita harus selalu ada kontak. 127 Titik sebagai informan yang mengalami perceraian mengatakan bahwa: Gini ya mba', saya memang sudah bercerai. Tapi apa permasalahannya nda' perlu saya ceritakan. Tepi selama ini saya sama anak-anak saya, ya bahagia-bahagia saja. Malah hidup kami jadi lebih tenang, kalo dulu sering bertengkar anak-anak kan yo mesti merasa yo'opo yo. Yo gimana lah mba' kalo namanya orang tua bertengkar, pasti kan takut, yo sedih. Nah makanya setelah saya dan suami sudah bercerai kehidupan lebih tenang. Saya sekarang hubungan dengan suami juga masih baik, malah lebih baik daripada waktu kita masih jadi suami istri. Selanjutnya Titik mengatakan: Saya sebagai single parent mempunyai apa ya kalo istilah saya multi tugas gitu, di masyarakat, jadi kepala rumah tangga juga jadi ibu. Jadi waktu satu detikpun begitu berharga buat saya, sebisa mungkin waktu saya sedang berada di luar rumah saya hubungi anak-anak saya, saya telfon, saya sms. Juga saya cek di pembantu, gimana anak-anak di rumah sudah makan apa belum, terus anak-anak sedang apa sekarang. Kalo di rumah, mungkin waktu kosong saya manfaatkan betul-betul untuk kumpul sama anak-anak. Kadang jalan-jalan, yo ke mana gitu. Ke mall atau ke batu le' preine rodok suwi ya ke luar kota. Seperti idul 126 127
Zuhriyah, Loc., Cit. Ibid.
fitri kan agak lama ya, dua hari untuk silaturahmi sama keluarga. Selanjutnya kita ke luar kota sampai saya selesai liburnya. 128 Dari hasil penelitian saya, di antara tujuh anggota DPRD perempuan Kota Malang hanya satu yang mengalami perceraian yaitu Titik Yanuarti. Tidak diketahui penyebab keretakan rumah tangga beliau, apakah karena karirnya di dunia politik atau karena hal lain.
C. Klasifikasi Data Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada para anggota DPRD perempuan Kota Malang, diperoleh data mengenai pandangan perempuan politisi mengenai keluarga sakinah. Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa pandangan mereka mengenai keluarga sakinah, adalah: 1. Keluarga yang mengetahui akan hak dan kewajiban masing-masing. Di dalam Islam sendiri telah diatur mengenai hak dan kewajiban suami isteri di dalam rumah tangga. Hak dan kewajiban suami terhadap isteri maupun sebaliknya, juga hak dan kewajiban orang tua terhadap anak maupun sebaliknya. Namun tidak hanya sebatas mengetahui saja, melainkan juga melaksanakan hak dan kewajiban dengan baik. 2. Keluarga yang bahagia secara lahir dan batin, dunia dan akhirat. Kebahagiaan secara lahir dan batin adalah kebahagiaan secara duniawi dan ukhrawi. Keluarga yang tidak hanya mementingkan kehidupan dunia melainkan juga kehidupan akhirat. Walaupun isteri berkarir di luar rumah, yaitu menjadi anggota legisatif, tetapi tidak lupa dengan kehidupan akhirat.
128
Titk Yanuarti, wawancara (9 November 2008)
3. Keluarga yang menerapkan rasa saling pengertian sehingga tidak terjadi perceraian. Keluarga sakinah adalah keluarga yang dapat saling mendukung di antara karir suami isteri. Dengan begitu kehidupan keluarga sakinah akan tercapai, karena suami dan isteri sama-sama berkarir di luar rumah. 4. Pembinaan keluarga dengan adanya sikap saling perhatian, komunikasi, dan mendukung serta menanamkan demokrasi dalam keluarga. Ketika kedua orang tua sama-sama bekerja, keluarga tetap terbina dengan baik. Sehingga bisa sama-sama berjalan, di antara karir dan keluarga. 5. Sakinah artinya bahagia, yaitu bahagia secara lahir dan batin. 6
Keluarga sakinah, adalah di mana isteri bisa berperan sebagai ibu, berperan sebagai isteri serta berperan aktif di masyarakat.
7. Keluarga harmonis yang menjadi dambaan setiap orang Dan berikut ini adalah usaha yang dilakukan oleh para perempuan politisi untuk mencapai keluarga sakinah: 1. Mau mendengar dan menindaklanjuti apa yang didengar. Di dalam rumah tangga khususnya, harus mau mendengar apa yang diucapkan oleh anggota keluarga yang lain, baik yang berupa kritikan, keluhan atau saran. Tidak hanya itu saja, tetapi juga mau menindaklanjuti atau melaksanakan apa yang didengar. 2. Sikap saling terbuka, komunikasi, dan pembagian tugas rumah tangga. Dengan kesibukan yang dilakukan oleh suami dan isteri haruslah diimbangi dengan komunikasi dan saling terbuka. Tidak hanya itu saja, namun juga pembagian tugas-tugas rumah tangga. Mencuci atau memasak tidak harus
dilakukan oleh isteri, apabila isteri tidak bisa melakukannya karena harus berada di luar rumah maka suami yang mengerjakannya. 3. Pandai mengatur waktu dan adanya sikap saling pengertian. Dapat mengatur waktu antara karir dan rumah tangga. Sehingga suami dan anak tidak sepenuhnya keilangan sosok ibu. Selain itu bergantian tugas dengan suami untuk menjaga anak-anak. 4. Mendampingi aktifitas belajar anak-anaknya, serta berkomunikasi dengan baik. Ketika anak-anaknya masih kecil, selalu didampingi pada saat belajar. Lalu ketika anak-anak sudah menginjak remaja, komunikasi yang lebih sering menjadi jalan agar tidak merasa jauh dengan orang tuanya. 5. Menyediakan waktu khusus untuk mendampingi anak-anak belajar, dan untuk komunikasi dengan suami. Ketika harus pergi selama beberapa hari, juga disediakan waktu khusus untuk berkomunikasi dengan suami dan anak melalui media telepon seluler. 6. Pandai membagi waktu, serta tidak putus komunikasi. 7. Memanfaatkan waktu luang untuk berlibur bersama keluarga.
D. Analisis Data 1. Pandangan Perempuan Politisi Mengenai Keluarga Sakinah Allah menciptakan makhluknya secara berpasang-pasangan, begitu juga lakilaki dan perempuan yang diciptakan secara berpasangan agar dapat membentuk keluarga serta untuk meneruskan keturunannya. Sebagaimana yang telah disebutkan pada surat Ar-Rum ayat 21:
ô⎯ÏΒuρ ÿ⎯ÏμÏG≈tƒ#u™ ÷βr& t,n=y{ /ä3s9 ô⎯ÏiΒ öΝä3Å¡àΡr& %[`≡uρø—r& (#þθãΖä3ó¡tFÏj9 $yγøŠs9Î) Ÿ≅yèy_uρ Νà6uΖ÷t/ Zο¨Šuθ¨Β ºπyϑômu‘uρ 4 ¨βÎ) ’Îû y7Ï9≡sŒ ;M≈tƒUψ 5Θöθs)Ïj9 tβρã©3xtGtƒ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteriisteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. 129 Dari pernikahan tersebut, akan dibentuk keluarga yang terdiri dari suami, isteri dan putra / putri. Di dalam Islam, keluarga yang ideal disebut dengan keluarga sakinah. Di dalam keluarga sakinah diterapkan prinsip-prinsip keislaman, yaitu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya yang telah ditentukan oleh agama. Rumah tangga yang sakinah adalah adalah rumah tangga yang dihiasi mawaddah dan rahmah dari suami dan isteri. Mawaddah artinya cinta kasih, sedangkan rahmah artinya kasih sayang. Keduanya selalu didapati dalam kehidupan rumah tangga yang sakinah. Karena mawaddah akan menumbuhkan kelapangan dada bagi kekurangan-kekurangan pasangannya, sedangkan rahmah menciptakan kesabaran dan tidak mencari keuntungan sendiri. 130 Ketiadaan mawaddah dan rahmah akan menimbulkan rasa tidak tentram, ketidakterbukaan, kecemburuan, yang berlebihan dan ketidakpercayaan antara suami dan isteri. Rasulullah Saw. bersabda kepada seorang perempuan yang bersuami:
ﻋ ْﻨ ُﻪ؟ َ ت ُ ﺠ ْﺰ َﻋ َ ﺧ ْﺪ َﻣ ٍﺔ ِإَﻟﺎ َﻣﺎ ِ ﺼ ُﺮ ِﻓﻲ َ ي َﻣﺎ َأ ْﻗ ْ َأ،ﺖ ِﻣ ْﻨ ُﻪ؟ َﻣﺎ ﺁَﻟ ُﻮ ُﻩ َ ﻦ َأ ْﻧ َ َﻓَﺄ ْﻳ .ك َ ﻚ َو َﻧﺎ ُر َ ﺟ َﻨ ُﺘ َ ﺖ َﻟ ُﻪ َﻓِﺈ ﱠﻧ ُﻪ ِ ﻒ َأ ْﻧ َ َﻓ َﻜ ْﻴ:ل َ َﻗﺎ 129
Departemen Agama, Op., Cit., 644. Forum Kajian Kitab Kuning (FK3), Wajah Baru Relasi Suami-Istri Telaah Kitab 'Uqud Al-Lujayn, (Yogyakarta: LKiS, 2001), 88.
130
"Bagimana kamu terhadap suamimu?" Jawabnya: "Saya saya tidak pernah lelah melayaninya, kecuali apa yang saya tidak mampu," Rasulullah bersabda: "Bagaimana perilakumu kepadanya, ingatlah!, dia itu adalah surga dan nerakamu." (H.R. Abu Dawud) 131 Mengenai keluarga sakinah terdapat beberapa pandangan menurut para perempuan politisi. Dengan berbagai latar belakang, akan dapat mempengaruhi pola berfikir mereka mengenai keluarga sakinah. Ada yang berpendapat bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang mengetahui dan melaksanakan hak dan kewajibannya dari masing-masing anggota keluarga. 132 Di dalam Islam, hak dan kewajiban suami dan isteri di dalam rumah tangga telah diatur. Kewajiban suami yang merupakan hak isteri, ada yang bersifat materi dan non materi, hak dan kewajiban yang bersifat materi termasuk tempat tinggal, nafkah, pakaian, dan sebagainya. Kewajiban yang bersifat non materi, adalah menggauli isterinya dengan baik. Sebagaimana firman Allah SWT, pada Surat An-Nisa' ayat 19:
£⎯èδρçÅ°$tãuρ Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/ 4 βÎ*sù £⎯èδθßϑçF÷δÌx. #©|¤yèsù βr& (#θèδtõ3s? $\↔ø‹x© Ÿ≅yèøgs†uρ ª!$# ÏμŠÏù #Zöyz #ZÏWŸ2 dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. 133 Sedangkan kewajiban isteri yang menjadi hak suami telah dijelaskan dalam hadis berikut ini:
ن ْ ﻄ ْﻴ ُﻌ ُﻪ ِإ ِ ﻈ َﺮ َو ُﺗ َ ن َﻧ ْ ﺴ ﱡﺮ ُﻩ ِإ ُ ن َﺗ ْ ل اﱠﻟ ِﺘﻲ ِإ َ َﻗﺎ،ﺧ ْﻴ ًﺮا؟ َ ﺴﺎ ِء َ ي اﻟ ﱢﻨ ﷲ َأ ﱢ ِ لا َ ﺳ ْﻮ ُ ﻞ َﻳﺎ َر َ ِﻗ ْﻴ ﺴ َﻬﺎ َو َﻣﺎ َﻟ َﻬﺎ ِﺑ َﻤﺎ ُﻳ ْﻜ َﺮ ُﻩ ِ ﺨﺎِﻟ ُﻔ ُﻪ ِﻓﻲ َﻧ ْﻔ َ َا َﻣ َﺮ َوَﻟﺎ ُﺗ 131
Al-Hafidz Abi Dawud Sulaiman Bin Al-Asy'ats As-Sujustani, Sunan Abu Dawud, (Beirut: Daarul Fikr, 1994). 132 Nurul Arba'ati, Loc., Cit. 133 Departemen Agama, Op., Cit., 119.
"Ya Rasulullah perempuan mana yang labih baik?". Nabi berkata: "bila suami memandangnya, ia menyenagkan; bila suami menyuruhnya, ia mematuhinya; ia tidak menyalahi suaminya tentang diri dan hartanya tentang sesuatu yang tidak disenanginya". (H.R. An-Nasa'i). 134 Mengenai hak dan kewajiban suami isteri dalam rumah tangga, tidak hanya diatur oleh agama. tetapi juga hukum positif di Indonesia. Yaitu pada Undangundang nomor 1 tahun 1974, yang terdapat pada BAB VI pasal 30 sampai pasal 34. Sedangkan untuk hak dan kewajiban antar orang tua dan anak, terdapat pada BAB X pasal 45-49 tentang Hak Dan Kewajiban Antara Orang Tua Dan Anak. Juga yang terdapat pada Kompilasi Hukum Islam. Apabila hak dan kewajiban berdasarkan aturan agama telah diterapkan maka keluarga sakinah akan terwujud. Walaupun bagi seorang perempuan yang berkarir di sektor publik, terutama di dunia politik, hal tersebut akan sulit dilakukan. Sedangkan menurut pendapat yang kedua keluarga sakinah adalah keluarga yang bahagia lahir dan batin, serta tercukupi kebutuhannya secara jasmani dan rohani. 135 Kebahagiaan secara lahir dan batin adalah, kebahagian yang tampak dari luar dan juga kebahagiaan yang dirasakan di dalam hati dan terpenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Sedangkan yang dimaksud dengan kebutuhan jasmani, adalah kebutuhan yang bersifat lahiriyah. Seperti makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian, dan sebagainya. Kebutuhan rohani adalah kebutuhan yang bersifat batiniyah, seperti pendidikan, kesehatan, agama, salah satu contohnya adalah dengan shalat berjamaah
134 135
As-Sauty, Op., Cit. Ngatmiati, Loc., Cit.
bersama keluarga. Agama merupakan kebutuhan rohani yang harus diterapkan dalam setiap keluarga. Allah SWT telah berfirman:
$pκš‰r'¯≈tƒ t⎦⎪Ï%©!$# (#θãΖtΒ#u™ (#þθè% ö/ä3|¡àΡr& ö/ä3‹Î=÷δr&uρ #Y‘$tΡ $yδߊθè%uρ â¨$¨Ζ9$# äοu‘$yfÏtø:$#uρ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu… (Q.S. At-Tahrim: 6). 136 Apabila kebutuhan secara batiniyah dan rohaniyah terpenuhi, maka kebahagiaan lahir dan batin akan tercapai. Dengan begitu keluarga yang sakinah juga akan tercapai. Pendapat ketiga hampir sama dengan pendapat kedua, tetapi pendapatnya singkat tidak selengkap pendapat yang diungkapkan oleh pendapat yang kedua. Dia hanya mengatakan bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang bahagia lahir dan batin. 137 Pendapat berikutnya keluarga sakinah adalah keluarga yang saling mendukung karir masing-masing, saling pengertian dan merasakan susah senang bersama, sehingga tidak terjadi perceraian. 138 Pendapat ini tidak berlaku untuk semua keluarga, hanya berlaku untuk suami dan isteri yang sama-sama berkarir. Sedangkan tidak semua keluarga yang di dalamnya terdapat suami dan isteri yang sama-sama berkarir. Pendapat selanjutnya mengatakan bahwa keluarga sakinah adalah pembinaan keluarga dengan adanya sikap saling perhatian, komunikasi, dan mendukung serta menanamkan demokrasi dalam keluarga. 139 Pembinaan keluarga yang dimaksud
136
Departemen Agama, Op., Cit., 951. Sri Untari, Loc., Cit. 138 Suharni, Loc., Cit. 139 Sri Rahayu, Loc., Cit. 137
adalah, terbinanya keluarga dengan baik walaupun ada konflik tetapi bisa diselesaikan sehingga keluarga tetap utuh. Pembinaan keluarga dilakukan dengan menanamkan sikap saling perhatian, komunikasi, saling mendukung antara anggota keluarga dengan anggota keluarga yang lain. Demokrasi juga ditanamkan dalam keluarga tersebut, siapapun boleh mengungkapkan pendapatnya. Salah satu contohnya adalah kritikan, anak tidak dilarang memberi kritikan kepada orang tuanya. Kemudian ada yang menyebutkan bahwa keluarga sakinah adalah keluarga di mana isteri bisa berperan sebagai ibu, berperan sebagai isteri serta berperan aktif di masyarakat. 140 Pendapat ini begitu sempit, karena dia hanya mengungkapkan peran isteri saja. Dari pendapat ini sepertinya keluarga sakinah hanya berada di tangan isteri tanpa melibatkan anggota keluarga yang lain. Sementara pendapat yang terakhir adalah bahwa keluarga sakinah adalah keluarga harmonis yang menjadi dambaan setiap orang. Keluarga sakinah dan harmonis memang menjadi dambaan setiap orang, karena keluarga mempunyai banyak peran dan fungsi. Sedangkan peran dan fungsi keluarga tidak dapat berjalan dengan bagus apabila keluarga tersebut mempunyai banyak konflik. Terutama konflik intern, yang dapat menyebabkan rumah tangga berakhir pada perceraian. Pendapat para perempuan politisi mengenai keluarga sakinah dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah faktor pengalaman, faktor pendidikan, faktor keluarga faktor usia dan faktor kegagalan rumah tangga. Faktor pengalaman dapat mempengaruhi pendapat mereka mengenai keluarga sakinah. Seperti Nurul dan Ngatmiati yang memiliki pemahaman mengenai keluarga sakinah yang lebih baik 140
Zuhriyah, Loc., Cit.
daripada informan yang lain. Ngatmiati dan Nurul, telah terbiasa berkecimpung di organisasi masyarakat
yang berlandaskan Islam. Bahkan, Ngatmiati aktif di
organisasi Islam, sejak masih muda. Dia aktif di organisasi kepemudaan di bawah naungan salah satu ormas Islam, sampai kini pun selain di partai dia juga masih aktif di organisasi keperempuanan ormas Islam tersebut. Informan yang lain, yang dipengaruhi oleh faktor pengalaman adalah Yayuk. Dia berasal dari organisasi yang berlandaskan nasionalis, bahkan sejak masih menjadi mahasiswa dia sudah aktif di sebuah organisasi nasionalis. Organisasi tersebut juga mempunyai prinsip demokrasi, jadi di dalam pendapatnya mengenai keluarga sakinah, dia juga menyebutkan kata "demokrasi". Pendapatnya mengenai keluarga sakinah lebih terkesan nasionalis, tidak ada unsur keislaman yang dia sebutkan dalam pendapatnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor pendidikan, seperti Suharni. Pendapatnya mengenai keluarga sakinah sangat jauh dari makna keluarga sakinah dalam Islam. Hal itu selain karena faktor pengalaman, adalah faktor pendidikan. Karena selama bersekolah di sekolah menengah atas hingga di perguruan tinggi dia masuk di sekolah dan universitas Kristen. Sehingga pemahamannya terhadap agama Islam tidak begitu besar, yang berpegaruh juga terhadap pendapatnya mengenai keluarga sakinah. Selain ketiga faktor tersebut, faktor usia juga dapat mempengaruhi. Seperti Zuhriyah yang pendapatnya begitu sempit yang disebabkan oleh faktor usia. Pada saat diwawancarai dia tidak begitu lancar dalam memberikan jawaban, dia sempat terdiam lama. Usia yang sudah mencapai lebih dari lima puluh tahun, membuatnya malas dalam memberikan jawaban .
Faktor keluarga pun juga mempengaruhi, seperti pendapat yang diungkapkan oleh Sri Untari, dia tidak memiliki pemahaman agama yang baik, karena pada saat diwawancarai dia sempat mengatakan kalau dia berasal dari keluarga santri abangan atau dalam istilah lain disebut Islam kejawen. Jadi sejak kecil dia tidak banyak mendapatkan pendidikan agama, begitu juga dengan lingkungannya sekarang dia berada di lingkungan organisasi-organisasi yang tidak berlandaskan Islam. Yang terkahir adalah faktor kegagalan rumah tangga, seperti yang dialami oleh Titik. Faktor tersebut menyebabkan dia sedikit berhati-hati dalam memberikan pendapatnya mengenai keluarga sakinah.
2. Upaya Para Perempuan Politisi Dalam Membentuk Keluarga Sakinah Sekarang ini para perempuan semakin mengepakkan sayapnya di dunia perpolitikan baik di Indonesia maupun di negara-negara di berbagai belahan dunia. Banyak di antaranya yang dapat membuktikan bahwa, kaum perempuan dapat bersaing dengan kaum laki-laki tidak hanya di sektor politik namun juga di berbagai sektor. Dengan demikian, yang menjadi keraguan banyak orang adalah kehidupan keluarga dari para perempuan tersebut. Namun, keraguan tersebut akan sedikit terjawab. Karena dari tujuh orang perempuan yang menjadi anggota legsilatif, hanya satu yang mengalami perceraian. Namun, tidak diketahui juga apakah pereceraiannya disebabkan oleh kesibukannya menjadi anggota DPRD atau kerena masalah lain. Hal tersebut tidak terlepas dari upaya para perempuan-perempuan tersebut untuk mempertahankan rumah tangganya. Di antaranya upaya yang dilakukan oleh para perempuan politisi, adalah sebagai berikut:
Yang pertama adalah komunikasi dengan lebih intens, cara ini dilakukan oleh Ngatmiati, Yayuk, Sri Untari, Titik dan Zuhriyah. Cara ini adalah yang lebih banyak dilakukan oleh para perempuan politisi, Media komunikasi yang semakin maju, dapat memudahkan komunikasi. Walaupun suami dan isteri sering berada di luar rumah dengan kegiatan yang berbeda tetapi tetap dapat saling memberikan perhatian, selain itu mereka juga tetap dapat mengawasi putra / putri. Bahkan Sri Untari menyediakan waktu khusus untuk bisa komunikasi dengan suami dan anak, menurutnya ketiadaan komunikasi dapat membuat rumah tangga hancur. Yang kedua adalah menekankan sikap saling terbuka, ini adalah yang dilakukan oleh Ngatmiati dalam upayanya untuk membentuk keluarga sakinah. Dengan adanya sikap saling terbuka, antara suami dan isteri tidak ada yang merasa tidak dihormati. Karena segala permasalahan isteri suami berhak tahu begitu juga sebaliknya. Sikap saling terbuka akan dapat terwujud dengan komunikasi, baik antara suami dengan isteri maupun antara orang tua dan anak. Cara yang ketiga adalah dengan mau mendengar dan menindaklanjuti apa yang dia dengar. Yang dimaksud dengan mendengar adalah mendengarkan setiap keluhan maupun saran kritik dan saran dari anggota keluarga yang lain. Karena orang tidak akan tahu, bahwa setiap perbuatannya dapat diterima orang lain. Saran dan kritik dari anggota keluarga yang lain, akan dapat memperbaiki apa yang kita perbuat. Sehingga segala sesuatu yang diharapkan oleh anggota keluarga lain dapat terpenuhi. Dengan begitu keluarga akan dapat meminimalisir terjadinya konflik, yang disebabkan oleh kesibukan masing-masing anggota keluarga. Cara ini adalah yang dilakukan oleh Nurul dalam mempertahankan rumah tangganya.
Cara keempat adalah membagi tugas rumah tangga, adalah salah satu cara yang dilakukan oleh Ngatmiati. Mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, mencuci memang biasa dilakukan isteri. Tetapi hal tersebut bukanlah merupakan kewajiban isteri, baik suami maupun isteri dapat sama-sama mengerjakannya. Apalagi dengan adanya kesibukan dari suami dan isteri, hal tersebut bisa sekaligus merekatkan hubungan di antara keduanya. Cara berikutnya adalah pandai mengatur waktu, cara ini dilakukan oleh Suharni dan Zuhriyah. Waktu bagi seorang perempuan politisi adalah sesuatu yang mahal, karena banyak yang harus mereka lakukan. Untuk keluarga, untuk rakyat, dan untuk partai yang menaungi mereka. Dengan begitu mereka harus pandai-pandai mengatur waktu, agar kewajiban untuk keluarga dan kewajiban-kewajibannya di luar dapat sama-sama terpenuhi. Berikutnya adalah dengan cara mendampingi aktifitas belajar anak, ketika anak masih usia sekolah, saat itu mereka memerlukan pendampingan oleh kedua orang tuanya dalam hal belajar. Orang tua tidak bisa hanya menyerahkan pendidikan anak-anaknya kepada guru atau instansi sekolah. Jadi sesibuk apapun orang tua harus menyempatkan waktunya untuk mendampingi proses belajar anak-anaknya. Hal ini dilakukan oleh Sri Untari dan Yayuk. Yayuk melakukan hal ini sejak anak-anaknya masih kecil, namun sekarang anak-anaknya telah menginjak remaja. Yang terakhir adalah memanfaatkan waktu bersama keluarga dengan berwisata. Ini adalah yang dilakukan oleh Titik, karena Titik adalah orang tua tunggal. Jadi dia tidak ingin kehilangan waktu liburnya bersama anak-anak. Walaupun dia telah bercerai dengan suaminya, namun dia tetap merasakan
kebahagiaan di dalam rumah tangganya. Dia merasa kehidupan keluarganya lebih tenang dibandingkan sebelum bercerai. Keluarga sakinah akan dapat terwujud dalam setiap rumah tangga, baik dalam rumah tangga dari perempuan yang berkarir atau tidak, dengan kembali kepada tatanan Islam. Jika seluruh anggota keluarga, baik suami, isteri dan anak berpegang teguh pada tatanan Islam, maka seluruh persoalan akan dapat terselesaikan. Kehidupan rumah tangga pun akan dapat berjalan dengan baik, penuh dengan saling pengertian dan dapat meraih ketinggian dan kemajuan dalam kehidupannya. Alah SWT berfirman:
$pκš‰r'¯≈tƒ t⎦⎪Ï%©!$# (#þθãΨtΒ#u™ (#θãè‹ÏÛr& ©!$# (#θãè‹ÏÛr&uρ tΑθß™§9$# ’Í<'ρé&uρ ÍöΔF{$# óΟä3ΖÏΒ ( βÎ*sù ÷Λä⎢ôãt“≈uΖs? ’Îû &™ó©x« çνρ–Šãsù ’n<Î) «!$# ÉΑθß™§9$#uρ βÎ) ÷Λä⎢Ψä. tβθãΖÏΒ÷σè? «!$$Î/ ÏΘöθu‹ø9$#uρ ÌÅzFψ$# 4 y7Ï9≡sŒ ×öyz ß⎯|¡ômr&uρ ¸ξƒÍρù's? Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(Q.S. An-Nisa': 59) 141 Kunci untuk membangun keluarga sakinah tidak akan berubah sampai kapanpun. Apabila mengikuti petunjuk Rasulullah, maka pada keluarga akan terbangun benteng dari segala "penyakit". Baik "penyakit" yang berasal dari keluarga itu sendiri maupun dari pihak luar, yang bisa menyebabkan kehancuran pada keluarga. Prof. Dr. Ahmad Mubarok, MA, membagi kulaitas keluarga ke dalam beberapa tingkatan, di antaranya adalah:
141
Departemen Agama, Op., Cit., 128.
Pertama adalah kualitas mutiara. Mutiara tetaplah mutiara meski terendam selama puluhan tahun di dalam lumpur. Keluarga yang berkualitas mutiara, meski hidup di jaman yang rusak atau tinggal di lingkungan sosial yang rusak ia tetap terpelihara sebagai keluarga yang indah dengan pribadi-pribadi yang kuat. Keluarga ini memiliki mekanisme
dan
sistem
dalam
pergaulan
sosial
yang
menjaminkeutuhan kualitasnya meski berada di tengah masyarakat yang tidak berkualitas. Yang kedua adalah kualitas kayu. Kursi kayu akan tetap kuat dan indah jika berada dalam ruang terlindung, tetapi jika terkena panas dan hujan, lama kelamaan akan rusak. Model keluarga seperti ini sepertinya terpengaruh oleh lingkungan negatif masyarakatnya, tetapi sebenarnya yang terpengaruh hanya lahirnya saja, isalnya mode pakaiannya saja. Sedangkan etosnya, semangatnya, komitmennya, keteguhannya tidak terlalu terusik oleh situasi sosial. Kerusakan lahir dari keluarga ini dapat segera diperbaiki dengan pendisiplinan kembali. Sementara yang ketiga adalah kualitas kertas. Kertas akan segera hancur apabila terendam air, model keluarga seperti ini sangat rapuh terhadap dinamika sosial. Mereka muda mengukitu trend zaman dengan segala asesorisnya sehingga identitas asli keluarga itu hampir tidak tampak lagi. 142
142
Noer Chozin Ar-Rusyidi dan Sti Sumaridah, Loc., Cit. 17-18.
Ketiga kualitas keluarga tersebut bisa saja terjadi pada keluarga para perempuan politisi, tergantung upaya-upaya yang dilakukannya dan keberhasilan dari uapayanya tersebut. Tentunya juga dengan kerjasama dari masing-masing anggota keluarga. Keberhasilan dari upaya-upaya tersebut dapat tercapai, apabila disertai dengan dukungan dari suami. Suami yang memberi dukungan kepada isteri untuk terjun ke dunia politik, akan dapat berkerja sama dengan isteri untuk bersama-sama membentuk keluarga sakinah. Bagaimanapun juga suami adalah kepala rumah tangga, apa yang dilakukan isteri haruslah dengan seijin suami. Namun, sebuah keluarga yang dapat disebut sebagai keluarga sakinah bukan hanya keluarga yang utuh. Walaupun suami dan isteri telah bercerai, tidak menutup kemungkinan untuk mencapai keluarga sakinah bersama putra dan putri. karena yang bisa disebut keluarga adalah sebuah komunitas yang didalamya terdapat hubungan darah, hubungan perkawinan, dan hubungan angkat. Selanjutnya, untuk membentuk keluarga sakinah, harus didasari dengan iman yang kuat disertai pengamalan agama yang ikhlas dan mantap merupakan kunci utama yang mampu menangkal berbagai problem rumah tangga. Dengan iman yang kuat yang selalu ditingkatkan kualitasnya akan tercipta kondisi yang dinamis, ketenangan dan kebahagiaan yang tiada terkira, hal ini disebabkan karena setiap aktifitas kehidupannya termasuk kehidupan rumah tangganya diniatkan sebagai ibadah kepada Allah SWT. Bagi seorang perempuan politisi, yang mempunyai banyak aktifitas di luar rumah, akan rentan dengan godaan yang dapat menghancurkan bahtera rumah tangga. Namun, berbekal iman yang kuat, hal ini tidak akan berpengaruh karena
adanya pertimbangan yang bersifat religius. Dia akan cenderung untuk berbuat yang mulia dan menjauhi perbuatan yang tercela. Pendangkalan nilai agama dan pengamalannya merupakan titik sangat rawan dalam mengahdapi problem rumah tangga dan makin jauh dari tujuan menciptakan keluarga sakinah yang didambakan. Dengan iman yang kuat inilah, kehidupan rumah tangga Nabi Saw. dengan para isteri-isterinya terbina penuh dengan kebahagiaan. Serta mencapai sakinah mawaddah dan rahmah serta tabah dalam menghadapi problem dan perjuangan dunia.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang pandangan perempuan politisi mengenai keluarga sakinah (studi terhadap anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kota Malang) yang telah dilakukan, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Para perempuan politisi yang duduk di DPRD kota Malang memberikan pendapat yang berbeda-beda mengenai keluarga sakinah. Perbedaan pendapat tersebut, disebabkan oleh tingkat pengetahuan mereka terhadap masalah keluarga sakinah yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Di antaranya adalah faktor
pengalaman, faktor keluarga, faktor pendidikan faktor usia, dan faktor kegagalan rumah tangga.
2. Upaya yang dilakukan oleh para perempuan politisi yang berada di DPRD Kota Malang untuk membentuk keluarga sakinah adalah dengan berbagai cara dan upaya tersebut dapat dikatakan berhasil, karena dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa para perempuan politisi yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang telah dapat memenuhi kriteria sebagai keluarga sakinah.
B. Saran 1. Kepada para perempuan yang ingin terjun ke dunia politik untuk mempersiapkan diri terlebih dahulu, agar bisa menjalankan kehidupan keluarga dan aktifitas politik dengan baik secara bersamaan. 2. Kepada masyarakat agar tidak memandang sebelah mata terhadap kehidupan keluarga dari seorang perempuan politisi, karena tidak semua perempuan politisi mengalami ketidakbahagiaan di dalam rumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Slamet dan Aiminuddin, (1999) Fiqih Munakahat 1, Bandung: Pustaka Setia. Al-Bukhari, Abi Abdullah Isma'il bin Ibrahim Al-Ja'fi, (1994) Shahih Bukhari, Beirut: Darul Fikr. Al-Buthi, Sa’id Ramadhan, (2002) Perempuan Antara Kezaliman Sistem Barat Dan Keadilan Islam, Solo: Era Intermedia. Al-Munajjid, Muhammad Shalih, (2007) Kiat Menuju Keluarga Sakinah, Yogyakarta: Pustaka Fahima. Ali
Al-Alawi, Muhammad, (2006), ”Uluwwul Himmah ‘Inda AnNisa’”,diterjemahkan El-Hadi Muhammad, The Great Women: Mengapa Wanita Harus Merasa Tidak Lebih Mulia, Jakarta: Pena Pundi Aksara.
An-Naisaburi, Al-Imam Abi Al-Husain Muslim Bin Al-Hujaj Ibnu Muslim AlQusairiy (1994), Shahih Muslim, Beirut: Daarul Fikr, Ar Rusyidhi, Noer Chozin dan Siti Sumaridah, Rahasia Keluarga Sakinah, Yogyakarta: Sabda Media. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. As-Sauty, Al-Hafidz Jalil Ad-Diin, (1994) Sunan An-Nasa'i, Beirut: Daarul Fikr. As-Sujustani,Al-Hafidz Abi Dawud Sulaiman Bin Al-Asy'ats, (1994) Sunan Abu Dawud, Beirut: Daarul Fikr. BP4 , (2005) "Indahnya Keluarga Sakinah" Majalah Perkawinan Dan Keluarga: Menuju Keluarga Sakinah, No. 389, Jakarta: Departemen Agama. Departemen Agama, Al-qur'an Dan Terjemahnya. Jakarta: 1993. Engineer, Asghar Ali(1994) Hak-Hak Perempuan Dalam Islam. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Malang, (2005) Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Malang: t.p. Forum Kajian Kitab Kuning (FK3), (2001), Wajah Baru Relasi Suami-Istri Telaah Kitab 'Uqud Al-Lujayn, Yogyakarta: LKiS.
Ghazaly, Abd. Rahman, (2006) Fiqh Munakahat, Jakarta: Prenada Media. Hakim, Ahmad dan M. Thalhah, (2005) Politik Bermoral Agama Tafsir Politik HAMKA, Yogyakarta: UII Press. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991. Ilyas, Yunahar , (1998), Feminisme Dalam Kajian Tafsir Al-Qur’an Klasik Dan Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Junaedi, Dedi, (2007) Keluarga Sakinah Pembinaan Dan Pelestariannya, Jakarta: Akademika Pressindo. Kartini, Majalah, Edisi 26 Juli-29 Agustus 2007. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1. M Pambudy, Ninuk dan Maria Hartiningsih, “Perempuan Dalam Dunia Multipolar” Kompas (17 Maret 2008). Misykini, Ali, (2004) Keluarga Sakinah, Bogor: Cahaya. Moleong, Lexy J., (2005) Metodologi Penulisan Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Muhadjir, Noeng, (1996), Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin. Muhsin, Amina Wadud. (1994) Wanita Di Dalam Al-Qur'an, Bandung: Pustaka. Mushoffa, Aziz, Untaian Mutiara Buat Keluarga, Yogyakarta: Muria Pustaka. Noer, Deliar, (1983), Pengantar Ke Pemikiran Politik, Jakarta: Rajawali. Ridha, Akram, Tanggung Jawab Wanita Dalam Rumah Tangga, Jakarta: Sinar Grafika. Rolka, Gail Meyer (2004) 100 Women Who Shaped World History, Diterjemahkan oleh Ana Budi Kuswandani, 100 Wanita Yang Mengguncang Dunia, (Jakarta: Delapratasa Publishing. Rusyd, Al-Faqih Abdul Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Ibnu, (1989) “Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid”, diterjemahkan Imam Ghazali Said dan Ahmad Zaidun, Bidayatul Mujtahid Analisa Fiqih Para Mujtahid, Jakarta: Pustaka Amani.
Saifullah, (2006), "Buku Panduan Metodologi Penelitian," Buku Ajar, disajikan sebagai buku ajar pada mata kuliah Metodologi Penelitian, Malang: Universitas Islam Negeri. Subhan, Zaitunah, (2004) Membina Keluarga Sakinah, Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. Subhan, Zaitunah, (2004) Perempuan Dan Politik Dalam Islam, Yogyakarta LKiS Pelangi Aksara. Shiddieq, Umay M. Dja'far, (2004) Indahnya Keluarga Sakinah, Jakarta: Zakia Press. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, (2005) Metode Penelitian Survai, Jakarta: Pustaka LP3ES. Soekanto, Soerjono, (1986), Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana dan Ahwal Kusumah, (2000) Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi Bandung: Sinar Baru Algasindo. Sugiyono, (2006) Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta. Sunggono, Bambang, (1997), Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Susetya, Wawan, (2007) Kemuliaan Dan Keperkasaan Kaum Perempuan, Yogyakarta: Tugu Publisher. Syarifuddin, Amir, (2006) Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Jakarta: Prenada Media. Takaryawan, Cahyadi, (2005), Fiqih Politik Kaum Perempuan, Yokyakarta: Tiga Lentera Utama. Tim IP4 LAPPERA, (2001), Perempuan Dalam Pusaran Demokrasi, Indonesia: IP4 LAPPERA.