STUDI TENTANG PELAKSANAAN OLAHRAGA PENCAK SILAT DI IPSI KOTA BANDAR LAMPUNG
Skripsi
Oleh Rafiqah Heryas
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
i
ABSTRAK
STUDI TENTANG PELAKSANAAN OLAHRAGA PENCAK SILAT DI IPSI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh Rafiqah Heryas Masalah dalam penelitian ini yaitu masih belum terlaksana dengan benar pelaksanaan olahraga pencak silat di IPSI Kota Bandar Lampung serta masih rendahnya ketertarikan masyarakat khususnya remaja terhadap olahraga pencak silat. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena penelitian kualitatif merupakan metode yang alamiah dan natural, informan dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling yang berjumlah 12 orang, sementara pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan diperkuat dengan observasi serta dokumentasi. Teknik Analisis data pada penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu, secara keseluruhan organisasi IPSI Kota Bandar Lampung periode ini sudah berjalan dengan baik dibandingkan kepengurusan pada periode sebelumnya dan pelaksanaan olahraga pencak silat pada IPSI Kota Bandar Lampung belum terlaksana secara maksimal karena keterbatasan tempat/padepokan sebagai tempat berlatih atlet-atlet Kota Bandar Lampung, minat remaja terhadap pencak silat masih rendah, serta praktisi pencak silat yang belum mampu mengemas pencak silat menjadi olahraga bela diri yang populer dan diterima seluruh lapisan masyarakat pada umumnya. Menyikapi hal tersebut IPSI Kota Bandar Lampung akan berupaya mewujudkan bentuk kepeduliannya yaitu berencana bekerja sama dengan Dinas Pendidikan untuk menghimbau seluruh kepala sekolah agar memiliki ekstrakulikuler pencak silat di sekolah.
Kata kunci : IPSI, Olahraga, Pencak Silat
ii
ABSTRACT
STUDY ABOUT IMPLEMENTATION OF SPORTS PENCAK SILAT IN IPSI BANDAR LAMPUNG
By Rafiqah Heryas
Problems in this research is still not done correctly the implementation of martial arts sports in IPSI Bandar Lampung city and the low public interest, especially adolescents to the sport of pencak silat. The Methode in this research using qualitative methods because qualitative research is a natural methods, informants in this study was determined by purposive sampling technique which amounted to 12 people, while the data collection was done by in-depth interview and reinforced by observation and documentation. Technique Data analysis in this research is data reduction, data presentation and conclusion. The results obtained are, overall the organization of IPSI Kota Bandar Lampung this period has been running well compared to the stewardship in the previous period and the implementation of martial arts sports at IPSI Bandar Lampung City has not been implemented maximally because of the limitations of place as a place to train urban athletes Bandar Lampung, teenagers' interest towards pencak silat is still low, and pencak silat practitioners who have not been able to pack pencak silat into a popular martial arts and accepted by all levels of society in general. To overcome this, IPSI Bandar Lampung embodies its concern by planning to cooperate with education authorities to urge all school principals to have extracurricular pencak silat in school. Keywords: IPSI, Pencak Silat, Sports
iii
STUDI TENTANG PELAKSANAAN OLAHRAGA PENCAK SILAT DI IPSI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh Rafiqah Heryas
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
iv
vii
viii
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Rafiqah Heryas, lahir di Bandar Lampung pada tanggal 20 Mei 1995 sebagai anak ke dua dari tiga bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan Bapak Yasuharudin dan Ibu Herlina. Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain: Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 01 Sawah Lama dan selesai pada tahun 2007. Kemudian masuk (SMP) di SMP Negeri 5 Bandar Lampung pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010. Kemudian masuk Sekolah Menengah Atas SMA Perintis 2 Bandar Lampung pada tahun 2010 dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan melalui jalur Undangan (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan pencak silat baik di dalam kampus maupun luar kampus. Penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan di SMP Muhammadiyah Kalirejo serta Kuliah Kerja Nyata di Desa Poncowarno Kec. Kalirejo Lampung Tengah.
Demikianlah riwayat hidup penulis, semoga apa yang disampaikan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
x
MOTO
“Maka Nikmat Tuhan Manakah yang kamu dustakan?” (Qs. Ar-Rahman:55). “”Lakukanlah hal yang benar, karena benar sudah pasti baik. Tapi baik belum tentu benar” (Yuliana) “Kita tak pernah tahu usaha keberapa yang akan berhasil, sama dengan kita tak pernah tahu doa keberapa yang akan dikabulkan. keduanya sama, Perbanyaklah” “Semakin besar cita-citamu, semakin sedikit pula waktu santaimu” “Hapus kata nanti dan tapi dalam kehidupan, karna penyesalan yang akan mengikuti dua kata tersebut” (Rafiqah Heryas) “Jangan pernah berharap jadi orang Sukses, tapi berusahalah untuk menjadi orang yang berNilai” (Albert Einsten)
viii
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya ku ini Kepada : Mamaku tercinta Herlina,terkasih,tersayang dan Tersegalanya, Bapakku Yuliadi sosok Ayah yang selalu membimbing dan menyuportku hingga saat ini, Ayahandaku Yasuharudin yang telah tenang bersama Allah SWT, serta Kakak Perempuanku sekaligus pelatihku tercinta Yuliana, Nenekku tersayang Ida Lina yang telah mengasuhku dan memberikan kasih sayangnya Kakak Laki-laki ku Yusuf Heryas Adikku Rahma Rani yang senantiasa berada disampingku kapanpun membutuhkannnya Seluruh Keluarga Besarku Saudariku Anisa Damayanti, Sonia Saraswati.M dan Mega Puspita. H yang tak pernah henti membantu dan menyupport segala hal yang sedang ku hadapi Sahabatku Tika Auliatami, Nurlaila Novliza dan Nurul Hasanah Adik-Adikku di Satria Sejati yang sangat kusayangi
Seluruh guru dan dosen yang pernah mengajariku dari TK hingga Universitas Almamater Tercinta Universitas Lampung
ix
SANWACANA
Alhamdulillahirabbilalamin, Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Dalam proses penulisan skripsi ini penulis banyak menuai hambatan baik yang datang dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari dukungan, bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd selaku ketua Program Studi Penjaskesrek Universitas Lampung, Bapak Drs. Akor Sitepu, M.Pd selaku pembimbing I, Bapak Drs. Sudirman Husin, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis serta Bapak Drs. Suranto, M. Kes selaku pembahas, dan tak lupa pula ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Dr. Riswanti Rini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung. 3. Bapak dan ibu dosen Penjaskes terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Ketua IPSI Kota Bandar Lampung beserta pengurus dan pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
x
5. Kakak perempuanku sekaligus pelatihku Yuliana yang sangat kusayangi dan tak pernah berhenti memberikanku bimbingan & pelajarannya tentang segala hal apapun. 6. Kakak laki-lakiku Yusuf Heryas dan Adikku Rahma Rani yang selalu mendukung dan membantu selama proses penyelesaian skripsiku ini. 7. Saudariku Nisa (Anisa.D),Ncon (Sonia.SM), dan Sumeg (Mega.PH) terima kasih banyak atas kegilaannya, dan persaudaraannya serta dukungan yang besar dari kalian. 8. Sahabatku Caca,Nurul dan Tika terima kasih selalu menerima kekuranganku selama 9 tahun perjalanan kita bersahabat. 9. Adik-adikku di Satria Sejati terima kasih telah memberi arti dalam kehidupan ini. 10. Kepada Seluruh keluarga besar angkatan 2013, khususnya Ketua angkatan kami Rama dan Ketua Kelas A Rizki AW Terimakasih pengabdian kalian kepada kami, untuk kalian Hany,Arin,Rena thanks a lot for everything. 11. Bapak Suprapto beserta Ibu yang selalu membimbing selama penulis melaksanakan KKN serta Teman-teman KKN dan PPL desa Poncowarno, terim kasih untuk kebersamaannya. Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Bandar Lampung, 19 April 2017 Penulis Rafiqah Heryas NPM : 1313051057
xi
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................... DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... BAB I
BAB II
BAB III
xiv xv xvi
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang ......................................................................... B. Fokus Penelitian ...................................................................... B. Rumusan Masalah .................................................................... C. Tujuan Penelitian ..................................................................... D. Manfaat Penelitian ..................................................................
1 5 6 7 7
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................
8
A. Pencak Silat .............................................................................. 1. Pengertian ............................................................................. 2. Sarana & Prasarana ............................................................. 3. Kelas yang dipertandingakan .......................................... 4. Keterampilan Pencak Silat ................................................ B. Hakikat Organisasi ..................................................................... C. Program Kerja ........................................................................ 1. Pengertian ............................................................................ 2. Jenis-Jenis Program Kerja ................................................ D. Minat .......................................................................................... 1. Jenis-Jenis Minat ................................................................ 2. Faktor Yang Mempengaruhi Minat ................................ 3. Cara Mengukur Minat ........................................................ E. Olahraga Prestasi ..................................................................... F. Penelitian Yang Relevan ........................................................
8 9 9 11 13 19 21 21 23 25 27 28 29 30 36
METODOLOGI PENELITIAN .............................................
37
A.Metode Penelitian ..................................................................... B.Tempat Penelitian ..................................................................... C.Data dan Sumber Data ............................................................. D.Prosedur Pengumpulan Data .................................................. E.Analisis Data .............................................................................. F. Pemeriksaan Keabsahan Data ...............................................
37 37 38 38 40 43
xii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................
44
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 1. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................. 2. Deskripsi Hasil Analisis Data ........................................... a. Struktural kepengurusan IPSI Kota Bandar Lampung ................................................ b. Program Kerja IPSI Kota Bandar Lampung ............ c. Managemen Pertandingan IPSI Kota Bandar Lampung .................................................. d. Penyebab Rendahnya daya ketertarikan Pencak Silat terhadap remaja di Kota Bandar Lampung .... e. Kepedulian IPSI Kota Bandar Lampung ................. B. Pembahasan .............................................................................
44 44 46
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................
77
A. Kesimpulan ............................................................................... B. Saran ...........................................................................................
77 79
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
81
LAMPIRAN ..........................................................................................................
84
BAB V
xiii
46 49 54 59 67 70
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Kriteria Keabsahan Data ............................................................................................ 43 2. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................................................... 44
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Gelanggang Pertandingan ........................................................................................... 10 2. Pelindung Badan ........................................................................................................... 11 3. Pelindung Kaki dan Kemaluan ................................................................................... 11 4. Kuda-Kuda Belakang ................................................................................................... 14 5. Kuda-Kuda Tengah....................................................................................................... 14 6. Sikap Pasang ................................................................................................... . ............ 15 7. Tangkisan ........................................................................................................................ 16 8. Egos.................................................................................................................................. 16 9. Dobrakan ......................................................................................................................... 17 10. Pukulan Lurus ............................................................................................................... 17 11. Tendangan T. ................................................................................................................. 19 12. Guntingan ....................................................................................................................... 19 13. Triangulasi Menurut Denzin ...................................................................................... 43 14. Siklus Managemen Pertandingan IPSI Kota Bandar Lampung .......................... 73
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. AD/ART Ikatan Pencak Silat Indonesia Kota Bandar Lampung ......................... 84 2. Surat Keputusan Kepengurusan IPSI Kota Bandar Lampung ........................... 102 3. Lembar Program Kerja IPSI Kota Bandar Lampung ........................................... 105 4. Laporan Pelaksanaan Seleksi Provinsi Kejurnas Tim IPSI Kota Bandar Lampung ...................................................................................... 117 5. Lembar Pengesahan Program Kerja IPSI Kota Bandar Lampung .................... 120 6. Surat Izin Penelitian .................................................................................................... 123 7. Surat Balasan Penelitian ............................................................................................ 124 8. Lampiran Foto Penelitian .......................................................................................... 125
xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Olahraga dapat membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kepribadian, disiplin, sportivitas yang tinggi sehingga pada akhirnya akan terbentuk manusia yang berkualitas, dalam olahraga terdapat berbagai aspek yang bisa mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, maju dan mandiri serta mengangkat harkat dan martabat bangsa. Olahraga kini menjadi suatu kebutuhan tidak hanya untuk mencapai kebugaran jasmani tetapi juga dikembangkan untuk pencapaian prestasi masing-masing cabang olahraga yang dibina dan dikembangkan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi banyak menghasilkan penemuan-penemuan baru, baik dari segi teori-teori olahraga, teknikteknik latihan maupun penemuan peralatan yang sangat menunjang untuk meningkatkan prestasi olahraga. Sehubungan dengan hal di atas, pemerintah mengeluarkan Undang– Undang Sistem Keolahragaan Nasional No. 3 tahun 2005 pada pasal 27 ayat 2 “Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilakukan dengan memberdayakan perkumpulan olahraga, menumbuhkembangkan sentra
2
pembinaan olahraga yang bersifat nasional dan daerah, serta menyelengarakan kompetisi secara berjenjang dan berkelanjutan”, untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu ditingkatkan usaha-usaha seperti mengadakan latihan secara kontinu dan pertandingan olahraga yang dapat di ikuti oleh seluruh lapisan masyarakat.
Salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan sampai tingkat dunia yaitu cabang olahraga bela diri. Setiap negara yang memiliki khas bela diri asli negaranya tidak hanya mengembangkan beladiri asli negaranya di dalam negaranya saja, tetapi mereka mengembangkan bela diri tersebut sampai ke seluruh penjuru dunia itulah mengapa olahraga bela diri kini menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan baik di event nasional maupun internasional. Mengembangkan bela diri tersebut ke luar negaranya dan menjadikan bela diri tersebut sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan di event internasional bukanlah hal yang mudah, seperti hal nya dalam pencak silat yang harus merintis semuanya dari awal yaitu dari pertandingan hanya diantar sesama anggota kemudian ke dalam tingkat Nasional yaitu PON, kemudian antar negara yaitu SEA Games, dan tahun 2018 nanti pencak silat sudah dapat dipertandingkan di Asian Games.
Pencak silat adalah salah satu cabang olahraga beladiri yang merupakan budaya asli Indonesia yang di dalamnya memiliki banyak perguruan. Perguruan itu ialah tempat berlatih atau perkumpulan insan atau atlet pencak silat di Indoenesia. Perguruan pencak silat itu sendiri adalah lembaga pendidikan yang mendidik dan mengajar pengetahuan dan praktek pencak silat.
3
Oleh karena itu, untuk mempersatukan berbagai perguruan tersebut maka pada tahun 1948 dibentuk wadah organisasi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), Nugroho (2004: 4). Seiring perkembangan zaman dan usaha para petinggi pencak silat dalam mengembangkan pencak silat di luar Indonesia , kini pencak silat telah menjadi salah satu olahraga prestasi yang telah dipertandingkan dengan peraturan secara resmi. Progres pencak silat selama ini menunjukkan perkembangan yang pesat, hal ini terlihat dari maraknya event-event pertandingan yang sering diselenggarakan dalam tingkat regional, nasional maupun internasional. Organisasi pencak silat yang dibentuk dengan nama Ikatan Pencak Silat Indonesia memiliki tanggung jawab untuk mewadahi seluruh aspek dan pelaksanaan olahraga pencak silat ini, baik tinggi rendahnya peminatnya, prestasinya dan intensitas pengadaan pertandingan sebagai upaya mengembangkan pencak silat secara continue. Peraturan organisasi pencak silat yang dimuat dalam AD/ART berisi fungsi dari organisasi IPSI itu sendiri, yaitu untuk mempermudah koordinasi dan administrasi. Oleh karna itulah maka disetiap provinsi dan kabupaten/kota harus memiliki organisasi pengurus cabang Ikatan Pencak Silat Indonesia masing-masing, seperti di Kota Bandar Lampung yang memiliki kepengurusan/ organisasi pencak silat yaitu Ikatan Pencak Silat Indonesia cabang Kota Bandar Lampung. Pencak silat kini juga sudah ikut masuk ke dalam dunia pendidikan di sekolah guna untuk terus melestarikan salah satu budaya bangsa ini dan yang jadi permasalahan di sini walaupun pencak silat sudah mulai masuk kedalam dunia pendidikan sekalipun, banyak ditemukan fakta di lapangan bahwa minat masyarakat
4
terutama pemuda Indonesia yang masih kurang antusias untuk ikut berkecimpung dalam bela diri satu ini khususnya di Kota Bandar Lampung, padahal minat adalah hal utama dalam unsur pengembangan suatu prestasi dibidang apapun, tanpa adanya minat dan keinginan dalam suatu hal tidak akan bisa berjalan dengan baik apalagi sampai menghasilkan sebuah prestasi. Berdasarkan hasil observasi awal peneliti di kepengurusan organisasi IPSI cabang Kota Bandar Lampung, diperoleh bahwa prestasi pencak silat di Kota Bandar Lampung terutama remaja belakangan ini menurun, terbukti dari hasil keikutsertaan atlet pencak silat Kota Bandar Lampung yang berasal dari berbagai perguruan yang telah diseleksi sebelumnya dalam ajang Seleksi Provinsi menuju Kejuaraan Nasional IPSI 2016 hanya mengantongi 2 emas dari 20 atlet yang dikirimkan mewakili IPSI Kota Bandar Lampung. Melihat perkembangan pencak silat di Kota Bandar Lampung yang dominannya dimulai dari sekolah-sekolah, ternyata banyak ekstrakulikuler pencak silat di sekolah-sekolah di Kota Bandar Lampung yang tidak aktif bahkan tidak memiliki ekstrakurikuler itu sendiri, seperti di SMPN 29 Bandar Lampung salah satu SMP Favorit di Bandar Lampung yang tidak memiliki ekstrakurikuler pencak silat. Intensitas adanya pertandingan pencak silat di Kota Bandar Lampung yang sangat jarang diadakan, terbukti pada tahun 2016 IPSI Kota Bandar Lampung hanya baru melaksanakan pertandingan seleksi kota untuk keikutsertaan pada seleksi provinsi dalam rangkaian Kejurnas IPSI 2016, sampai saat ini tidak ada lagi pertandingan yang diadakan oleh IPSI Kota Bandar Lampung.
5
Manajemen pertandingan yang kurang menyebabkan pada saat pertandingan berlangsung antusias penonton sangat kurang. Berdasarkan pengamatan awal peneliti dibeberapa pertandingan pencak silat di Kota Bandar Lampung hanya diisi oleh penonton yang memang sudah menekuni olahraga ini, jauh berbeda dengan pelaksanaan olahraga bela diri lain seperti karate yang penontonnya juga berasal dari kalangan yang bukan menekuni olahraga tersebut. Berdasrakan hasil tersebut maka peneliti memilih fokus kajian didasarkan pada pemikiran bahwa kurangnya ketertarikan remaja di Kota Bandar Lampung akan olahraga pencak silat.
Oleh karena uraian di atas, peneliti ingin mengadakan penelitian yang berjudul “Studi tentang pelaksanaan olahraga pencak silat di IPSI Kota Bandar Lampung” B. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan olahraga pencak silat di IPSI Kota Bandar Lampung, dengan tujuan menjawab pertanyaan bagaimana pelaksanaan olahraga pencak silat di Kota Bandar Lampung dengan mencari informasi tentang struktur kepengurusan, program kerja serta tujuannya, managemen dan penyebab kurangnya ketertarikan remaja terhadap pencak silat. Alasan peneliti memilih fokus kajian di atas didasarkan pada pemikiran bahwa olahraga pencak silat belum menjadi olahraga yang populer dan diterima masyarakat terutama kalangan remaja.
6
C. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus penelitian di atas, selanjutnya penulis mengembangkan beberapa masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah
struktural kepengurusan diorganisasi
Ikatan
Pencak Silat Indonesia cabang Kota Bandar Lampung? 2. Bagaimanakah Program Kerja Ikatan Pencak Silat Indonesia cabang Kota Bandar Lampung dan apa yang ingin dicapai dari program kerja tersebut? 3. Bagimanakah managemen kompetisi yang diadakan IPSI Kota Bandar Lampung? 4. Apakah yang menjadi penyebab rendahnya daya ketertarikan olahraga pencak silat ini di kalangan remaja? 5. Bagaimana kepedulian pengurus Ikatan Pencak Silat Indonesia cabang Kota Bandar Lampung terhadap rendahnya daya ketertarikan olahraga pencak silat ini di kalangan remaja? D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah organisasi IPSI Kota Bandar Lampung telah beroperasi sebagaimana mestinya. 2. Untuk mengetahui apakah Program Kerja Ikatan Pencak Silat Indonesia cabang Kota Bandar Lampung telah berjalan sebagaimana mestinya
7
(sesuai dengan AD/ART) dan mengetahui tujuan yang ingin dicapai dari program kerja yang dibuat. 3. Untuk
mengetahui
apakah
berjalan
sesuai
dengan
program
manajemen pertandingan IPSI Kota Bandar Lampung. 4. Untuk mengetahui penyebab rendahnya daya ketertarikan olahraga pencak silat ini di kalangan remaja. 5. Untuk mengetahui kepedulian pengurus Ikatan Pencak Silat Indonesia cabang Kota Bandar Lampung terhadap fenomena rendahnya prestasi pencak silat di Kota Bandar Lampung serta rendahnya daya ketertarikan olahraga pencak silat ini di kalangan remaja.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Lembaga atau Program studi sebagai bahan informasi hal yang menyebabkan permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan olahraga pencak silat di Kota Bandar Lampung. 2. Sebagai bahan informasi dan evaluasi bagi para insan pencak silat khususnya di Kota Bandar Lampung. 3. Sebagai acuan pelatih pelatih perguruan pencak silat se- Kota Bandar Lampung agar lebih termotivasi dalam melatih setelah mengetahui penyebab permasalahan yang terjadi. 4. Untuk memberikan pengetahuan bagi diri sendiri dan pelatihpelatih yang lain tentang pelaksanaan olahraga pencak silat di Kota Bandar Lampung.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pencak Silat 1. Pengertian Menurut Nugroho (2008:24) Pencak silat adalah sistem bela diri yang mempunyai empat nilai sebagai satu kesatuan, yakni nilai etis, teknik, estetis, dan atletis. Nilai-nilai tersebut selain merupakan nilai-nilai pencak silat juga merupakan corak khas dan keistimewaan pencak silat yang bersumber dari budaya masyarakat rumpun melayu. Pencak silat diartikan permainan atau keahlian dalam mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, menyerang dan membela diri dengan atau tanpa senjata.
Beberapa tokoh pencak silat yang memberikan pendapatnya tentang pencak silat diantaranya : Pencak silat adalah beladiri tradisional Indonesia yang berakar dari budaya melayu dan bisa ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Setiap daerah memiliki kekhasan ciri gerakannya sendiri-sendiri (Gunawan, 2007:8). Menurut Mukholid (2004:126) “Pencak silat adalah cabang olahraga yang berupa hasil budaya manusia Indonesia untuk mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya terhadap lingkungan hidup, meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”.
9
Selanjutnya diungkapkan oleh Lubis (2004:1) “Pencak silat merupakan salah satu budaya dari bangsa Indonesia”. Nugroho (2008:24) mengatakan jati diri pencak silat adalah totalitas diri, corak, jiwa, sifat dan watak sejati yang melekat pada pencak silat serta memberikan keunikan.
Jati diri atau identitas pencak silat meliputi tiga hal pokok, yakni : 1.
Budaya bangsa Indonesia termasuk rumpun melayu sebagai landasan (basis) asal dan corak pencak silat.
2.
Falsafah budi pekerti luhur sebagai jiwa dan motivasi penggunaan pencak silat.
3.
Substansi pencak silat yang mempunyai empat aspek sebagai satu kesatuan, terdiri dari ; aspek mental-spiritual, beladiri, seni, dan olahraga.
Seiring berjalannya waktu, kini pencak silat sudah semakin besar dan telah dipertandingkan dalam event di dunia. Pertandingan pencak silat memiliki kelas yang ditentukan oleh berat badan dan juga kelas seni tanpa ketentuan berat badan dan aturan-aturan pertandingan lainnya, selain peraturan banyak hal yang harus dipersiapkan dalam sebuah pertandingan pencak silat salah satunya perlengkapan pertandingan (Lubis, 2014:46).
2. Sarana & Prasarana Pencak Silat Perlengkapan pertandingan dalam pencak silat tidak jauh berbeda dengan bela diri lainnya, hal yang paling penting dalam pertandingan pencak silat yaitu sarana prasarana untuk keselamatan para atlet seperti: Matras, Body Protector, pelindung kemaluan dan tulang kering serta pelindung gigi (Peraturan Pertandingan IPSI, 2012:9).
10
Matras dalam pencak silat dijadikan sebagai arena pertandingan, dengan ukuran standar Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia matras memiliki ketebalan antara 3-5 cm, permukaan rata dan tidak memantul, berukuran 10 m x 10 m dengan warna dasar hijau terang dan garis berwarna putih dengan bidang tanding berbentuk lingkaran dalam bidang gelanggang dengan garis tengah 8 m, garis putih itu sendiri lebarnya 5 cm. Tengah bidang tanding dibuat lingkaran dengan garis tengah 3 m, lebar garis 5 cm berwarna putih sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai pertandingan, dan di dalam gelanggang tersebut terdapat sudut-sudut, yaitu sudut biru yang letaknya di sebelah ujung kanan meja pertandingan, sudut merah berada diarah diagonal sudut biru dan sudut berwarna putih yaitu kedua sudut lainnya sebagai sudut netral (Peraturan Pertandingan IPSI, 2012:7).
Gambar 1. Arena Pertandingan (www.terateemas.com) Sarana yang penting juga yaitu body protector dengan ketentuan ukuran disesuaikan dengan badan pesilat serta koteka sebagai pelindung kemaluan
11
dan deker sebagai pelindung tungkai yang tebalnya tidak boleh lebih dari 1 cm (Peraturan Pertandingan IPSI, 2012:7).
3.
Kelas yang dipertandingkan Olahraga pencak silat mempertandingan beberapa kategori yang dipertandingkan, yaitu laga kemudian seni tunggal, seni beregu dan seni ganda. Hasil MUNAS IPSI tahun 2012 kategori tersebut dibagi atas dasar usia, yaitu usia dini, pra remaja, remaja, dewasa dan pendekar. Pertandingan pada kategori laga sangat ditentukan oleh berat badan yang dibagi dalam rentan kelas.
Kategori usia dini (10 s/d 12 tahun) baik putra maupun putri, rentang berat badan di satu kelas yaitu 2 kg (Peraturan Pertandingan IPSI.2012:3) kelas A : 26 s/d 28 kg, kelas B: 28 s/d 30 kg, kelas C: 30 s/d 32 kg dan begitu seterusnya sampai dengan kelas L untuk putra dan kelas J untuk putri, ditambah dengan 1 kelas terakhir yaitu kelas bebas.
Kategori usia pra remaja (di atas 12 s/d 14 tahun) baik putra maupun putri rentang berat badan disatu kelasnya yaitu 3 kg (Peraturan Pertandingan IPSI.2012:4) kelas A: 34 s/d 37 kg, kelas B : 37 s/d 40 kg, kelas C : 40 s/d 43
12
kg dan begitu seterusnya sampai dengan kelas L untuk putra dan kelas J untuk putri, ditambah dengan 1 kelas terakhir yaitu kelas bebas.
Kategori usia remaja (di atas 14 s/d 17 tahun) baik putra maupun putri rentang berat badan disatu kelasnya yaitu 4 kg (Peraturan Pertandingan IPSI.2012:5) kelas A: 39 s/d 43 kg, kelas B: 43 s/d 47 kg, kelas C: 47 s/d 51 kg dan begitu seterusnya sampai dengan kelas L untuk putra dan kelas J untuk putri, ditambah dengan 1 kelas terakhir yaitu kelas bebas.
Kategori usia dewasa (di atas 17 s/d 35 tahun) baik putra maupun putri rentang berat badan disatu kelasnya yaitu 5 kg (Peraturan Pertandingan IPSI.2012:6) kelas A: 40 s/d 45 kg, kelas B: 45 s/d 50 kg, kelas C: 55 s/d 60 kg dan begitu seterusnya sampai dengan kelas J untuk putra dan kelas F untuk putri, ditambah dengan 1 kelas terakhir yaitu kelas bebas.
Kategori master/pendekar (di atas 35 tahun) baik putra maupun putri rentang berat badan disatu kelasnya yaitu 5 kg (Peraturan Pertandingan IPSI.2012:7) kelas A: 40 s/d 45 kg, kelas B: 45 s/d 50 kg, kelas C: 55 s/d 60 kg dan begitu seterusnya sampai dengan kelas J untuk putra dan kelas F untuk putri, ditambah dengan 1 kelas terakhir yaitu kelas bebas.
4.
Keterampilan Pencak Silat Pencak silat memiliki banyak sekali gerakan yang bisa dipelajari, tetapi tidak semua gerakan tersebut digunakan di dalam pertandingan. Gerakan yang digunakan dalam pertandingan hanyalah yang sudah ditentukan dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam kategori yang dipertandingkan (Lubis,
13
2014:17). Kategori tersebut adalah kategori tanding, tunggal, ganda dan regu. Gerakan yang akan diterangkan ialah gerakan yang sesuai dan standar dari Pengurus Besar IPSI Nasional (Lubis.2014:17) sebagai berikut: a) Kuda-kuda Istilah kuda-kuda sangat akrab digunakan dalam bela diri pencak silat karena kuda-kuda merupakan posisi dasar dalam melakukan teknik pencak silat selanjutnya. Kuda-kuda adalah teknik yang memperlihatkan sikap dari kedua kaki dalam keadaan statis. Teknik ini digunakan untuk mendukung sikap pencak silat, selain itu juga digunakan sebagai latihan dasar pencak silat untuk memperkuat otot-otot kaki. Otot yang dominan dalam melakukan kuda-kuda adalah quadriceps femoris dan hamstring (Lubis, 2014:18). Kuda-kuda dapat dibagi menjadi empat jenis ditinjau dari bentuknya, yaitu: 1. Kuda-kuda depan, yakni sikap salah satu kaki berada di depan, sedangkan kaki lainnya di belakang dan berat badan ditopang oleh kaki depan. 2. Kuda-kuda belakang, yakni kuda-kuda dengan sikap salah satu kaki berada di depan, sedangkan kaki lainnya berada di belakang dan berat badan ditopang oleh kaki belakang. 3. Kuda-kuda tengah, yakni kuda-kuda dengan sikap kedua kaki melebar sejajar dengan bahu dan berat badan ditopang secara merata oleh kedua kaki, dapat juga dilakukan dengan posisi serong.
14
4. Kuda-kuda samping, yakni kuda-kuda dengan posisi kedua kaki melebar sejajar dengan tubuh dan berat badan ditopang oleh salah satu kaki yang menekuk ke kiri dan ke kanan.
b) Sikap pasang Sikap pasang mempunyai pengertian sikap taktik untuk menghadapi lawan yang berpola menyerang atau menyambut. Apabila ditinjau dari sistem bela diri, sikap pasang berarti kondisi siap tempur yang optimal. Dalam pelaksanaan nya, sikap pasang merupakan kombinasi dan koordinasi kreatif dari kuda-kuda, sikap tubuh, dan sikap tangan (Johansyah Lubis.2014:20). Sikap pasang secara nasional yang diakui IPSI yaitu ada dua belas sikap pasang.
Gambar 6. Sikap Pasang ( Lubis, 2014:20)
15
c) Tangkisan Tangkisan adalah suatu teknik belaan untuk menggagalkan serangan lawan dengan melakukan tindakan menahan serangan lawan dengan tangan, kaki dan tubuh (Lubis, 2014:28). Berikut ini adalah jenis-jenis tangkisan:
a. Tangkisan gedik, tangkisan yang menggunakan satu lengan dengan tangan mengepal yang kenaannya lengan bawah . b. Tangkisan kelit, telapak tangan terbuka yang kenaannya telapak tangan luar dan arah gerakan dari dalam keluar atau sebaliknya. c. Tangkisan siku, tangkisan yang menggunakan siku, dengan lintasan dari luar ke dalam. d. Tangkisan jepit atas, tangkisan yang menggunakan kedua lengan yang menyilang dengan kenaannya sudut persilangan lengan. e. Tangkisan potong, lengan digerakkan ke samping bawah seperti gerakan memotong posisi tangan terbuka. f. Tangkisan kepruk, tangkisan yang menggunakan kedua tanagn mengepal dan lengan berbentuk siku-siku. g. Tangkisan kibas, tangkisan yang menggunakan kaki dan tungkai yang dikibaskan ke atau dari samping dengan kenaannya telapak kaki
Gambar 7. Tangkisan (Lubis, 2014:28)
16
d) Hindaran Hindaran adalah suatu teknik mengagalkan serangan lawan yang dilakukan tanpa menyentuh tubuh lawan (Lubis, 2014:31). Hindaran terdiri dari tiga macam berikut ini. 1)
Elakan, yaitu teknik hindaran yang dilakukan dengan memindahkan salah satu kaki (ke belakang atau ke samping untuk mengubah posisi tubuh.
2) Egos, yaitu teknik hindaran yang dilakukan dengan memindahkan kedua belah kaki untuk mengubah posisi tubuh. 3) Kelit, yaitu teknik hindaran tanpa memindahkan posisi kaki.
Gambar 8. Egos (Lubis, 2014:31) e) Serangan Serangan terdiri dari dua jenis, yaitu serangan tangan dan serangan kaki (Lubis, 2014:32). Serangan tangan terdiri dari: 1.
Pukulan depan, serangan yang menggunakan lengan dengan tangan mengepal, lintasannya lurus ke depan.
2.
Pukulan samping, serangan yang menggunakan lengan dengan tangan mengepal, lintasannya ke arah samping badan.
3.
Pukulan lingkar, serangan yang menggunakan lengan dengan tangan mengepal, lintasannya melingkar dari luar ke dalam.
17
4.
Tebasan, serangan satu atau dua telapak tangan terbuka dengan kenaannya sisi luar telapak tangan.
5.
Tebangan, serangan telapak tangan terbuka kenaan sisi telapak tangan dalam, lintasannya dari dalam ke luar sasarannya leher.
6.
Sangga, serangan dengan satu atau dua telapak tangan terbuka, lintasan dari bawah ke atas.
7.
Tusukan, serangan dengan menggunkan jari tangan, dengan posisi jari merapat, arahnya lurus ke depan.
8.
Totokan, serangan dengan tangan setengah menggenggam yang kenaannya ruas kedua dari buku jari-jari, arahnya lurus ke depan, dengan sasaran mata dan tenggorokan.
9.
Sikuan, serangan yang menggunakan siku tangan, macamnya siku atas, siku dalam, siku luar dan siku tusuk.
10. Dobrakan, serangan dengan menggunakan kedua telapak tangan dengan sasaran dada.
18
Sedangkan serangan tungkai terdiri dari :
a) Tendangan lurus, serangan yang lintasannya ke arah depan dengan, kenaannya pangkal jari-jari kaki bagian dalam, dengan sasaran ulu hati. b) Tendangan T, serangan yang lintasannya lurus ke depan dan kenaannya pada tumit, telapak kaki dan sisi luar telapak kaki. c) Tendangan celorong, yakni tendangan T dengan posisi merebah, sasaran lutut dan kemaluan. d) Tendangan belakang, yakni tendangan dengan lintasan lurus ke belakang tubuh (membelakangi lawan). e) Tendangan kuda, tendnagan dengan dua kaki menutup atau membuka, lintasannya lurus ke belakang tubuh, dengan sasaran seluruh bagian tubuh.
f) Tendangan sabit, tendangan yang lintasannya setengah lingkaran ke dalam, dengan punggung telapak kaki. g) Hentak bawah, serangan yang menggunakan telapak kaki menghadap keluar, yang dilaksanakan dengan posisi badan direbahkan, bertujuan untuk mematahkan persendian kaki. h) Gejig, serangan yang lintasannya lurus ke samping ke arah persendian kaki/ dengkul, dengan tujuan mematahkan. i) Sapuan tegak, serangan menyapu kaki dengan kenaannya telapak kaki ke arah bawah mata kaki j) Sapuan rebah, serangan menyapu kaki dengan cara merebahkan diri dengan tujuan menjatuhkan. k) Serangan lutut , lintasannya seperti busur dari arah luar ke dalam dengan arah sasaran dada.
19
l) Guntingan, teknik menjatuhkan lawan dengan menjepit kedua tungkai kaki pada sasaran sehingga lawan jatuh.
Gambar 11. Tendangan T (Lubis, 2014:38)
Gambar 12. Guntingan (Lubis, 2014:42)
B. Hakikat Organisasi Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Menurut Pabundu (2010: 3) organisasi adalah suatu kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan dari sebuah organisasi sangat mempengaruhi kinerja dari organisasi itu sendiri maupun untuk mencari massa atau anggota baru dalam pengembangan sebuah organisasi dan untuk menjaga kaderisasi anggota . Kaderisasi bertujuan untuk menjaga sebuah organisasi tetap bisa bertahan dan eksis dalam jangka waktu yang panjang.
20
Pengertian organisasi telah banyak disampaikan oleh para ahli, tetapi pada dasarnya tidak ada perbedaan prinsip, sebagai bahan perbandingan ada beberapa pendapat mengenai organisasi dari beberapa pakar organisasi, diantaranya: Menurut Oliver Sheldon dalam Sutarto (2006: 22) organisasi adalah proses penggabungan pekerjaan yang para individu atau kelompok harus melakukan dengan bakat-bakat yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas sedemikian rupa, memberikan seluruh kemampuan terbaik untuk pemikiran yang efisien, sistematis, positif dan terkordinasi.
Menurut Hearleigh Trecker dalam Sutarto (2006: 24) organisasi adalah perbuatan atau proses penghimpunan atau mengatur kelompok yang sedang berhubungan dari instansi menjadi suatu keseluruhan yang bekerja. Menurut beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa organisasi adalah kumpulan satu orang atau lebih yang diatur dengan baik yang saling berinteraksi dan bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Organisasi sengaja didirikan untuk jangka waktu tertentu dan terkordinasi dengan baik pola kerja yang terstruktur dengan tujuan bersama.
Sobirin (2002: 7) mendefinisikan organisasi sebagai unit sosial atau entitas yang didirikan oleh manusia dalam jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan sekelompok manusia-manusia minimal dua orang, mempunyai kegiatan yang terkoordinir, teratur dan terstruktur, didirikan untuk mencapai tujuan tertentu mempunyai identitas diri yang membedakan satu entitas dengan entitas lainnya.
21
C. Program Kerja 1. Pengertian Program menurut Arikunto (2004: 3) adalah suatu unit atau atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implentasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Jadi, program kerja adalah program-program nyata yang diimplementasikan untuk mencapai misi suatu organisasi. Menurut Widoyoko (2009: 8) mendefinisikan program sebagai serangkaian kegiatan yang direncanakan dengan seksama dalam pelaksanaannya berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang. Menurut Affan (2009:22) program kerja dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan dari suatu organisasi yang terarah, terpadu dan tersistematis yang dibuat untuk rentang waktu yang telah ditentukan oleh suatu organisasi. Pembuatan Program kerja adalah suatu proses yang sangat penting dalam kegiatan berorganisasi, karena program kerja ini akan menjadi pegangan bagi organisasi dalam menjalankan rutinitas roda organisasi. Program kerja juga digunakan sebagai sarana untuk mewujudkan cita cita organisasi. Hal-hal yang mendasaari disusunnya suatu program di dalam sebuah organisasi yaitu: 1) Efisiensi organisasi Penyusunan program kerja yang dilakukan oleh suatu organisasi dapat membantu dalam pengehematan waktu, dimana waktu yang digunakan tidak terlalu banyak.
22
2) Efektivitas organisasi Keefektifan organisasi juga dapat dilihat dari sisi ini, dimana dengan membuat program kerja oleh suatu organisasi maka selama itu telah direncanakan sinkronisasi kegiatan organisasi antara bagian kepengurusan yang satu dengan bagian kepengurusan yang lainnya. Suatu organisasi pada dasarnya akan selalu memerlukan pedoman dalam setiap gerak langkahnya termasuk dalam melaksanakan roda organisasi tersebut.
Mewujudkan cita-cita suatu organisasi diperlukan pematangan konsep organisasi tersebut. Pematangan konsep tersebut dapat dilakukan dengan mempertimbangkan segala hal yang menjadi faktor pendukung dan penghambat kinerja organisasi sebelum menetapkan suatu kegiatan yang tepat bagi organisasi, keinginan serta tata cara membangun organisasi tentunya berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya, dan cara untuk mencapai cita cita organisasi sebaiknya terjabarkan dalam suatu program kerja yang disahkan secara bersama, sesuai dengan perjanjian yang tercantum didalam Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, yang nantinya akan berlanjut setiap tahunnya dalam pelaporan Rapat Anggota Tahunan (RAT).
Program kerja di dalam sebuah organisasi akan menjadi suatu kebutuhan primer, karena organisasi tanpa memiliki suatu program kerja yang terarah dan terpadu maka organisasi tersebut tidak dapat menjalankan roda organisasinya. Program yang disiapkan meliputi bidang-bidang organisasi, bidang usaha, bidang peromodalan dan lain-lain yang merupakan
23
penjabaran dari perencanaan, maka dari itu program dapat disusun secara lebih realistis, praktis dan pragmatis. Setiap program kerja yang ada dalam sebuah organisasi tidak terlepas dari penganggaran, dimana penganggaran ini yang dapat menunjang program kerja yang ada dalam sebuah organisasi (Sukamdiyo, 1999: 59-60).
2. Jenis-jenis program kerja Menurut Affan (2009:24) program kerja akan dibuat oleh suatu organisasi sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh organisasi yang bersangkutan, jenis-jenis program kerja dapat dibedakan antara lain: 1) Menurut rentang waktu perencanaan, rentang waktu perencanaan dapat dibagi menjadi: »
Program kerja untuk satu periode kepengurusan, jenis program kerja ini biasanya dibuat oleh organisasi untuk satu periode kepengurusan, sehingga kegiatan rapat kerja (raker) organisasi hanya dilakukan sekali dalam satu periode kepengurusan dan untuk tahap selanjutnya akan diadakan evaluasi dan koordinasi dari program kerja yang telah ditetapkan
»
Program kerja untuk waktu tertentu, Jenis program kerja seperti ini disusun untuk suatu jangka waktu tertentu biasanya triwulan, caturwulan, semester dan lain lain. Pembuatan metode program kerja seperti ini maka akan ditemui bahwa suatu organisasi akan mengadakan rapat kerja (raker) organisasi lebih dari sekali dalam satu periode kepengurusan.
24
2) Menurut sifat program kerja »
Program kerja yang bersifat terus menerus Program kerja seperti ini akan dilakukan secara terus menerus (tidak hanya sekali) oleh suatu organisasi, kesulitan pengimplementasian program kerja umumnya akan dihadapi saat pertama kali melaksanakan jenis program kerja ini.
»
Program kerja yang bersifat insidental Program kerja seperti ini umumnya hanya dilakukan pada suatu waktu tertentu oleh suatu organisasi biasanya mengambil momentummomentum waktu yang penting.
»
Program kerja yang bersifat tentatif Program kerja ini sifatnya akan dilakukan sesuai dengan kondisi yang akan datang dan alasan dibuatnya program kerja jenis ini adalah karena kurang terjaminnya faktor-faktor pendukung ketika diadakannya perencanaan mengenai suatu program kerja lain.
3) Menurut targetan organisasi »
Program kerja jangka panjang Program kerja jangka panjang harus sesuai dengan cita-cita/tujuan pembentukan organisasi, serta visi dan misi dari organisasi. Program kerja model ini dibuat karena kemungkinan untuk merealisasikan dalam waktu yang pendek tidak memungkinkan.
»
Program kerja jangka pendek Program kerja jangka pendek adalah program kerja organisasi dalam suatu periode tertentu, yang jangka waktunya berkisar antara 1-3 tahun,
25
yang dirancang untuk memenuhi berbagai kebutuhan organisasi pada masa tersebut. Hubungannya dengan program kerja jangka panjang, dalam program kerja jangka pendek ini, dibuat bagian-bagian program kerja yang dapat direalisasikan dalam jangka waktu dekat.
D. Minat Menurut Effendi (1985:122-123), minat adalah kecenderungan yang timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya.
Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari campuran-campuran perasaan, harapan, pendidikan, rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan lain yang menggerakan individu kepada suatu pilihan tertentu (Andi Mappiare, 1982:62).
Minat merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan penting dalam mengambil keputusan masa depan. Minat mengarahkan individu terhadap suatu obyek atas dasar rasa senang atau rasa tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang merupakan dasar suatu minat . Minat seseorang dapat diketahui dari pernyataan senang atau tidak senang terhadap suatu obyek tertentu (Sukardi, 1994:83). Agus (1992:101) juga mendefinisikan minat sebagai suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungan.
Pemusatan perhatian menurut pendapat di atas merupakan tanda seseorang yang mempunyai minat terhadap sesuatu yang muncul dengan tidak sengaja
26
yang menyertai sesuatu aktivitas tertentu. Minat berkaitan dengan perasaan suka atau senang dari seseorang terhadap suatu objek. Hal ini seperti dikemukakan oleh Slameto (2003:180) yang menyatakan bahwa minat sebagai suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh, minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Menurut Kartono (1996:12) minat merupakan momen dan kecenderungan yang searah secara intensif kepada suatu objek yang di anggap penting.
Menurut Crow dan Crow dalam Abrar.A (1993:112) , minat adalah sesuatu yang berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatn itu sendiri. Menurut Rast Harmin dan Simon dalam Mulyati (2004: 46) menyatakan bahwa dalam minat itu terdapat hal-hal pokok diantaranya: 1) adanya perasaan senang dalam diri yang memberikan perhatian pada objek tertentu, 2) adanya ketertarikan terhadap objek tertentu, 3) adanya aktivitas objek tertentu, 4) adanya kecenderungan berusaha lebih aktif, 5) objek atau aktivitas tersebut dipandang fungsional dalam kehidupan, 6) kecenderungan bersifat mengarahkan dan mempengaruhi tingkah laku individu.
27
1. Jenis-Jenis Minat Banyak ahli yang mengemukakan mengenai jenis-jenis minat, diantaranya Carl Safran dalam Sukardi ( 2003: 46) mengklasifikasikan minat menjadi empat jenis yaitu : 1. Expresesed interest, minat yang diekspresikan melalui verbal yang menunjukan apakah seseorang itu menyukai dan tidak menyukai suatu objek atau aktivitas. 2. Manifest interest, minat yang disimpulkan dari keikutsertaan individu pada suatu kegiatan tertentu. 3. Tested interest, minat yang disimpulkan dari tes pengetahuan atau keterampilan dalam suatu kegiatan. 4. Inventoried interest, minat yang diungkapkan melalui inventori minat atau daftar aktivitas dan kegiatan yang sama dengan pernyataan.
Sedangkan menurut Surya (2004:76) mengenai jenis minat, menurutnya minat dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Minat Volunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa tanpa pengaruh luar. 2. Minat Involunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa dengan pengaruh situasi yang diciptakan oleh guru. 3. Minat Nonvolunter adalah minat yang ditimbulkan dari dalam diri siswa secara dipaksa atau dihapuskan.
28
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat Minat dapat didefinisikan secara sederhana yaitu kecenderungan individu (siswa) untuk memusatkan perhatian rasa lebih suka dan rasa ketertarikan terhadap suatu objek atau situasi tertentu. Faktor- faktor yang mempengaruhi minat menurut Surya (1999:85) adalah sebagai berikut :
1.
Faktor yang bersumber pada siswa itu sendiri.
2.
Tidak mempunyai tujuan yang jelas, jika tujuannya belajar sudah jelas maka siswa cenderung menaruh minat terhadap belajar sebab belajar akan merupakan suatu kebutuhan dan cenderung menaruh minat terhadap belajar. Oleh karena itu, besar kecilnya minat siswa dalam belajar tergantung pada tujuan belajar yang jelas dari siswa.
3.
Bermanfaat atau tidaknya sesuatu yang dipelajari bagi individu siswa. Apabila pelajaran kurang dirasakan bermanfaat bagi perkembangan dirinya, siswa cenderung untuk menghindar.
4.
Suasana lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Suasana lingkungan disini termasuk iklim disekolah, iklim belajar, suasana, tempat dan fasilitas yang semuanya menimbulkan seseorang betah dan tertuju perhatiannya kepada kegiatan belajar mengajar.
5.
Faktor-faktor bersumber dari lingkungan keluarga dan masyarakat.
6.
Perhatian utama siswa dicurahkan kepada kegiatan-kegiatan diluar sekolah.
Menurut Slameto (2010:54) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat yaitu:
29
a) Faktor Intern 1) Faktor Jasmaniah seperti kesehatan dan cacat tubuh 2) Faktor psikologis seperti perhatian, tertarik, aktivitas b) Faktor Ekstern 1) Faktor keluarga seperti cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluaraga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan 2) Faktor sekolah seperti metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, keadaan gedung.
3.
Cara mengukur minat Sumardi Suryabrata (2008:46) mengemukakan bahwa pengukuran minat merupakan hal yang penting karena terbukti minat mempunyai peran yang penting dalam hal berhasil tidaknya seseorang dalam berbagai bidang, terutama dalam studi dan kerja. Menurut Super dan Crities dalam John Killis (1998: 2324), ada empat cara untuk menjaring minat dari subjek yaitu: 1)
Melalui pernyataan senang atau tidak senang terhadap aktivitas (expressed interest) pada subjek yang diajukan sejumlah pilihan yang menyangkut berbagai hal atau subjek yang bersangkutan diminta menyatakan pilihan yang paling disukai dari sejumlah pilihan.
2) Melalui pengamatan langsung kegiatan-kegiatan yang paling sering dilakukan (manitest interst), cara ini disadari mengandung kelemahan karena tidak semua kegiatan yang sering dilakukan merupakan kegiatan yang disenangi sebagaimana kegiatan yang sering dilakukan mungkin
30
karena terpaksa untuk memenuhi kebutuhan atau maksud-maksud tertentu. 3) Melalui pelaksanaan tes objektif (tested interst) dengan coretan atau gambar yang dibuat. 4) Dengan menggunakan tes bidang minat yang lebih dipersiapkan secara baku (inventory interst).
E. Olahraga Prestasi Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga (UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab I pasal 1). Olahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa yang dilakukan setiap orang yang memiliki bakat, kemampuan, dan potensi untuk mencapai prestasi (UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab VI pasal 20).
Pembinaan dan pengembangan keolahragaan meliputi pengolahraga, ketenagaan, pengorganisasian, pendanaan, metode, prasarana dan sarana, serta penghargaan keolahragaan yang dilaksanakan melalui tahap pengenalan olahraga, pemantauan, pemanduan, serta pengembangan bakat dan peningkatan prestasi (UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab VII pasal 21 ayat 2 dan 3).
31
Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan dan diarahkan untuk mencapai prestasi olahraga pada tingkat daerah, nasional, dan internasional yang dilakukan oleh induk organisasi cabang olahraga tingkat pusat maupun pada tingkat daerah (UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab VII pasal 27 pasal 1 dan 2).
Menurut Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenegpora RI) (2006: 18), Prestasi bisa tercapai apabila memenuhi beberapa komponen seperti: atlet potensial, selanjutnya dibina dan diarahkan oleh sang pelatih untuk memenuhi sarana dan prasarana latihan dan kebutuhan kesejahteraan pelatih dan atlet perlu perhatian dari pembina/pengurus induk cabang olahraga. Melihat dan mengevaluasi hasil pembinaan dirasa perlu untuk melihat sejauh mana perkembangan dan juga memberikan uji coba dengan melakukan kompetisi dan try out baik di dalam negeri maupun di luar negeri dengan tujuan mengukur kemampuan bertanding/berlomba dan kematangan sebagai pembentukan teknik, fisik, dan mental bertanding. Perlu diingat bahwa aktivitas komponen-komponen di atas bisa berjalan apabila ditunjang oleh pendanaan yang profesional serta penggunaannya harus dengan penuh tanggung jawab.
a) Olahragawan (Atlet) Olahragawan adalah orang yang berolahraga dalam usaha mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial (UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab I pasal 1 ayat 6). Olahragawan yang mengikuti pelatihan secara teratur dan kejuaraan dengan penuh dedikasi untuk mencapai prestasi disebut atlet. Atlet adalah orang yang menjadi
32
objek/sasaran dalam kegiatan pelatihan pada cabang olahraga yang ditekuni (Widijoto, 2007: 25).
b) Tenaga Keolahragaan Tenaga keolahragaan adalah setiap orang yang memiliki kualifikasi dan sertifikat kompetensi dalam bidang olahraga (UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab I pasal 1 ayat 9) yang di dalamnya terdapat pelatih, wasit, guru, manajer, instruktur dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya .
Pelatih adalah seorang yang profesional yang bertugas membantu, membimbing, membina, dan mengarahkan atlet terpilih berbakat untuk merealisasi prestasi maksimal dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (KONI tentang Proyek garuda Emas, 1998: B-16). Pelatih adalah orang yang berperan untuk membantu atlet memantapkan penampilan serta meningkatkan seluruh potensinya, sehingga mampu berprestasi tinggi dalam cabang olahraganya (Harsuki, 2003:374).
Wasit adalah seorang pengadil di lapangan pada setiap pertandingan olahraga. Setiap pertandingan olahraga dipimpin oleh seorang wasit yang memiliki wewenang penuh untuk memimpin suatu pertandingan olahraga dan memegang teguh peraturan permainan pertandingan olahraga, terhitung mulai dari saat masuk sampai dengan meninggalkan lapangan tersebut. Wasit adalah seorang yang memiliki wewenang untuk mengatur jalannya suatu pertandingan olahraga. Ada bermacam-macam istilah wasit. Dalam bahasa Inggris dikenal referee, umpire, judge atau linesman .
33
c)
Pengorganisasian Meningkatkan pembinaan dan pengembangan olahraga, khususnya olahraga prestasi tidak lepas dari peran serta pengurus dan organisasi. Organisasi adalah sarana atau alat untuk mencapai tujuan organisasi; dan unsur atau unit yang ada dalam suatu organisasi harus dapat menampung berbagai program dan kegiatan yang telah dirancang untuk mencapai tujuan organisasi (KONI tentang Proyek garuda Emas, 1998: 43). UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab I pasal 1 ayat 24 menyebutkan bahwa organisasi olahraga adalah sekumpulan orang yang menjalin kerjasama dengan membentuk organisasi untuk penyelenggaraan olahraga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peningkatan prestasi dalam pembinaan dan pengembangan olahraga tergantung bagaimana pengurus organisasi menjalankan fungsi-fungsi keorganisasiannya.
Pengurus organisasi dapat menyusun porgram-program kerja yang dapat mendukung tercapainya prestasi yang maksimal dalam pembinaan dan pengembangan olahraga. Program-program tersebut diantaraya adalah perekrutan atau pengadaan pelatih, pengadaan sarana dan prasarana, perekrutan atlet, menentukan perencanaan dan pelaksanaan pembinaan atlet melalui pemusatan latihan cabang olahraga, mengadakan atau menyelenggarakan even olahraga, mengikuti berbagai even olahraga sesuai dengan cabang olahraga yang dapat dijadikan sebagai tambahan pengalaman bagi atlet, mencarikan dana untuk pembinaan, dan lain sebagainya.
34
d) Pendanaan Salah satu faktor pendukung terpenting dalam upaya mensukseskan program pembinaan prestasi olahraga adalah tersedianya dana yang memadai/representatif.
Sumber dana alternatif dirasa juga perlu digali dalam upaya memenuhi kebutuhan dana untuk pembinaan cabang-cabang olahraga prestasi. Pendanaan mempunyai peranan yang sangat penting bagi pembinaan dan pengembangan olahraga. Berbagai kebutuhan/hal yang berhubungan dengan pembinaan dan pengembangan olahraga dapat dipenuhi dengan baik jika adana pendanaan yang mencukupi, diantaranya adalah: pengadaan sarana dan prasarana olahraga yang baru untuk melengkapi/mengganti fasilitas yang ada/rusak; pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana olahraga termasuk alat dan fasilitas lapangan; pendanaan pembinaan dan pengembangan atlet mulai dari perekrutan sampai dengan pemusatan latihan dan ikut serta dalam even kejuaraan; kesejahteraan atlet, pelatih, dan pengurus organisasi.
e)
Metode Metode merupakan cara-cara yang dilakukan untuk mendukung terlaksananya pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi. Metode yang digunakan tersebut antara lain melalui pemusatan latihan yang didalamnya terdapat sistem-sistem pembinaan kepada atlet dan juga program-program latihan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan atlet baik dari segi fisik, teknik, taktik, dan mental.
35
f)
Prasarana dan sarana Menurut UU RI No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dalam pasal 1 ayat 20 dan 21 dijelaskan apa yang dimaksud dengan sarana dan prasarana olahraga. Prasarana olahraga adalah tempat atau ruang termasuk lingkungan yang digunakan untuk kegiatan olahraga dan/atau penyelenggaraan olahraga. Sarana olahraga adalah peralatan atau perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan olahraga. Prasarana dan sarana olahraga sangat penting keberadaannya untuk menunjang pembinaan dan pengembangan olahraga, khususnya olahraga prestasi. Prasarana dan sarana olahraga yang diperlukan untuk pembinaan dan pengembangan olahraga sebaiknya memenuhi standar nasional atau bahkan Internasional. Harsuki (2003:384), guna menampung kegiatan olahraga prestasi prasarana olahraga yang disiapkan perlu memenuhi kualitas sesuai dengan syarat dan ketentuan masing-masing cabang olahraga, yaitu: Memenuhi standard ukuran Internasional dan Kualitas bahan/material yang dipakai harus memenuhi syarat Internasional.
g) Penghargaan Keolahragaan Penghargaan olahraga adalah pengakuan atas prestasi dibidang olahraga yang diwujudkan dalam bentuk material dan /atau nonmaterial (UU RI No.3 Tahun 2005 tentang SKN pasal 1 ayat 19). UU RI No. 3 tahun 2005 tentang SKN pasal 86 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap pelaku olahraga, organisasi olahraga, lembaga pemerintah/swasta, dan perseorangan yang berprestasi dan/atau berjasa dalam memajukan olahraga diberi penghargaan.
36
Penghargaan dapat berbentuk pemberian kemudahan, beasiswa, asuransi, pekerjaan, kenaikan pangkat luar biasa, tanda kehormatan, kewarganegaraan, warga kehormatan jaminan hari tua, kesejahteraan, atau bentuk penghargaan lain yang bermanfaat bagi penerima penghargaan (UU RI No.3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional pasal 86 ayat 3).
F.
Penelitian yang relevan a. Analisis Manajemen Pelaksanaan Olahraga Lembah Fitness Center di Yogyakarta (Yusvestia Resa Indriana:2012) b. Analisis pelaksanaan manajemen Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga pelajar (PPLP) pencak silat Jawa Tengah tahun 2012 (Mohammad Ali Mashar:2012)
III.
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, Sugiyono (2016:3). Metode penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikan tingkat ilmu serta teknologi, Margono S. (2005:12). Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Bodgan dan Taylor dalam Moleong (2006:25) mengatakan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
B. Tempat Penelitian Penelitian ini umumnya akan dilakukan disekitar Kota Bandar Lampung, lebih rinci lagi akan dibagi di beberapa tempat yaitu di kantor IPSI Kota Bandar Lampung serta beberapa sekolah di Kota Bandar Lampung.
38
C. Data dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam metode ini yaitu berupa hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dari berbagai pihak. Sumber data dalam penelitian ini yaitu pengurus IPSI Kota Bandar Lampung, Pelatih dan atlet pencak silat di Kota Bandar Lampung dari beberapa perguruan serta beberapa siswa/i yang tidak ada hubungannya dengan olahraga pencak silat.
D. Prosedur Pengumpulan Data Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik. Fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2016:222). Langkah awal dalam memulai penelitian, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan. Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, anlisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya (Moleong,2006:168). Faktor penting yang berhubungan dengan data adalah metode pengumpulan data dan untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian terlebih dahulu memilih metode pemilihan data yang tepat, dan yang akan digunakan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Observasi Nasution dalam Sugiyono (2016:310) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan, para ilmuwan hanya dapat
39
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Marshal dalam Sugiyono (2016:310) menyatakan bahwa melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut. 2. Wawancara Sugiyono (2016:317) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah responden sedikit atau kecil. Esterberg dalam Sugiyono (2016:317) mendefinisikan wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
3. Dokumentasi Sugiyono (2016:329) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karyakarya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera biografi, peraturan, dan kebijakan. Studi dokumen merupakan pelengkap dari metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
E. Analisis Data Pengolahan data dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang
40
dikumpulkan oleh peneliti. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden melalui hasil obeservasi, wawancara, dokumentasi dan angket untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan. Nasution dalam Sugiyono (2016: 336) mengemukakan dalam penelitian kualitatif analisis data harus dimulai sejak awal sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Data yang diperoleh dalam lapangan segera harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis. Aktivitas tahapan analisis data menurut Miles and Huberman dalam Sugiyono (2016:337) adalah sebagai berikut: “yaitu reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi”. Pengolahan data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Reduksi Data Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk mereduksi dan merangkum hasil-hasil penelitian dengan menitik beratkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang terkumpul sehingga data yang direduksi memberikan gambaran lebih rinci. 2. Display Data Display adalah data-data hasil penelitian yang sudah tersusun secara terperinci untuk memberikan gambaran penelitian secara utuh. Data yang terkumpul secara terperinci dan menyeluruh selanjutya dicari pola hubungannya untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Penyajian data
41
selanjutnya disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh. 3. Kesimpulan /Verifikasi Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam penelitian untuk memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian direduksi dalam bentuk unifiksi dan kategorisasi data. Setelah data yang terkempul direduksi, selanjutnya data dianalisa dan diverifikasi melalui beberapa teknik, seperti yang dikemukakan oleh Moleong (2006: 192), yaitu: a. Wawancara yang dilakukan peneliti dengan responden dilakukan dalam kondisi tenang agar informasi yang diperoleh dapat sedalam mungkin
b. Wawancara yang diupayakan mengarah pada fokus masalah penelitian sehingga tercapai kedalaman bahasan yang diajukan. c. Data yang diperoleh melalui wawancara atau studi dokumentasi dicek keabsahanya dengan memanfaatkan pembanding yang bukan berasal dari data yang terungkap dengan hasil dokumen. d. Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritk ataupun dibandingkan dengan pendapat oranglain.
e. Data yang kemudian difokuskan pada subtantif fokus penelitian. 4. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006: 178). Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan data mengecek balik derajat kepercayaan
42
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif, Patton dalam buku (Moleong, 2006: 178). Hal ini dapat dicapai dengan jalan: a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. c. Membandingkan apa yang dikatakan orang- orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakanya sepanjang waktu. d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang sebagai rakyat biasa, orang yang berpendidikan menegah atau tinggi. e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Demikian prosedur pengolahan data dan analisis yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini, dengan tahap-tahap ini diharapkan penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat memperoleh data yang memenuhi kriteria keabsahan suatu penelitian (Valid). Untuk menguji
Validitas data yang didapatkan, peneliti menggunakan triangulasi sebagai berikut: OBSERVASI
WAWANCARA
DOKUMENTASI
Gambar 13. Triangulasi Menurut Denzin
43
F. Pemeriksaan Keabsahan Data Moleong (2006:321), keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas) menurut versi „positivisme‟ dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferbility), kebergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability).
Tabel 1. Kriteria Keabsahan Data KRITERIA Kredibilitas
TEKNIK PEMERIKSAAN 1. Perpanjangan keikut sertaan 2. Ketekunan pengamatan 3. Triangulasi 4. Pengecekan sejawat 5. Kecukupan refrensial 6. Kajian kasus negatif 7. Pengecekan anggota
Keteralihan
8. Uraian rinci
Kebergantungan
9. Audit kebergantungan
Kepastian
10. Audit kepastian
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pelaksanaan olahraga pencak silat di IPSI Kota Bandar Lampung, dapat disimpulkan bahwa: 1. Struktur kepengurusan IPSI Kota Bandar Lampung terbentuk dari hasil Musyawarah Cabang IPSI Kota Bandar Lampung pada bulan April 2016 dengan ketua terpilih yaitu H. Deddy Amarullah, MH. Kepengurusan IPSI Kota Bandar Lampung telah sesuai dengan standar organisasi yaitu kepengurusan dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan bidang yang dibutuhkan, dan 80% dari seluruh pengurus aktif dalam segala kegiatan. Pendanaan pada organisasi IPSI Kota Bandar Lampung berasal dari APBD di KONI Kota Bandar Lampung serta bantuan yang tidak mengikat dan iuran para anggota. 2. IPSI Kota Bandar Lampung telah menyusun program kerja pada rapat kerja di Bulan Oktober tahun 2016 yang menghasilkan program dibidang prestasi,seni budaya dan organisasi dengan lebih dominan program untuk prestasi dengan tujuan dari keseluruhan program kerja untuk mengembalikan prestasi IPSI Kota Bandar Lampung yang
78
sempat menurun terutama golongan remajanya serta menjadikan Bandar Lampung barometer pencak silat di Provinsi Lampung. 3. Managemen pertandingan pencak silat di Kota Bandar Lampung masih belum maksimal karena pelaksanaan pertandingan hanya menunggu dana APBD dari KONI Kota Bandar Lampung yang menyebabkan sangat minim pertandingan dikarenakan terhalang oleh dana serta saat pelaksanaan managemennya kurang baik sehingga penonton di pertandingan tersebut tidak seramai cabang olahraga lain karena kemasan pertandingan belum dikemas serapi cabang olahraga lain selain karena pertandingan mewakili perguruan bukan sekolah. 4. Penyebab rendahnya daya ketertarikan remaja terhadap pencak silat yaitu dampak dari globalisasi, kurangnya sosialisasi tentang pencak silat, masih sedikitnya pertandingan pencak silat di Kota Bandar Lampung, kurangnya kesadaran pemerintah dan praktisi pencak silat itu sendiri. 5. Bentuk kepedulian IPSI Kota Bandar Lampung terhadap rendahnya daya ketertarikan remaja terhadap pencak silat IPSI Kota Bandar Lampung akan menyanding Dinas Pendidikan agar menjadikan pencak silat sebagai kurikulum ekstrakulikuler, paling tidak di setiap sekolah ada siswa yang mengikuti ekstrakulikuler silat walaupun tidak semua.
79
B. Saran 1. Bagi pengurus IPSI Kota Bandar Lampung, agar lebih tanggap terhadap fenomena yang berhubungan dengan pencak silat khususnya di wilayah Kota Bandar Lampung serta lebih aktif dan bersatu untuk terus berkoordinasi dengan pengurus-pengurus perguruan yang ada di Kota Bandar Lampung demi memajukan pencak silat agar tidak kalah dengan bela diri dari negara lain, karena kalau bukan IPSI sebagai wadah dari olaharaga pencak silat itu sendiri siapa lagi yang akan peduli dengan permasalahan yang terjadi. 2. Bagi pemerintah Kota Bandar Lampung, khususnya dinas yang terkait agar lebih tanggap dan dapat berperan serta untuk melestarikan kebudayaan asli Indonesia yang kebetulan sekaligus cabang olahraga beladiri yaitu pencak silat, karena bagaimanapun usaha para praktisi pencak silat tanpa adanya dukungan dari pemerintah setempat tetap tidak akan berjalan dengan maksimal. 3. Bagi perguruan-perguruan pencak silat yang ada di Kota Bandar Lampung agar kiranya dapat menerima perkembangan zaman dan mengombinasikan silat antara kebudayaan dan modernisasi agar remaja sekarang dapat tertarik serta terus memperbaharui pengetahuanya tentang ilmu keolahragaan, karena di dalam Pencak Silat juga terdapat unsur olahraga yang tujuannya ke prestasi, agar prestasi pencak silat di Bandar Lampung bisa kembali lagi dengan binaan yang maksimal dari perguruan tempat asal seorang atlet sebelum menuju ke pertandingan. dan yang tidak kalah penting agar kiranya para perguruan memunculkan
80
rasa persatuan antar seluruh perguruan untuk memajukan pencak silat bersama khususnya di Kota Bandar Lampung dengan mengurangi ego untuk memajukan perguruannya sendiri. 4. Bagi para remaja di Kota Bandar Lampung agar dapat mencoba untuk melihat pencak silat dari berbagai sisi agar tidak terjadi suatu kesalah pahaman dan mulailah tumbuhkan kesadaran kalian sebagai generasi penerus bangsa ini untuk ikut serta dalam melestarikan budaya sendiri tidak harus selalu budaya negara lain yang dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abrar, Abdurrahman. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiarawacana Yogya Agus, Suyanto.1981. Psikologi Perkembangan..Jakarta: Aksara Baru, cetakan pertama Andi, Mappiare. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional Arikunto, Suharsimi. 2004. Evaluasi program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
_________________.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta Affan, Aziz Dwi. 2009. Program Kerja Panitia Pengesahan 2009-2010 dan Proker UKM PSHT UM. Malang:UM Effendi. 1985. Pengantar Psikologi. Bandung: Pn Tarsip Gunawan Arief, Gugun. 2007. Beladiri. Yogyakarta: PT Insan Madani Harsuki. 2003. Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta: Raja Grafindo Persada John, Killis. 1988. Hubungan Minat Kerja, Motivasi Ekstrinsik dan Bimbingan dalam Pelajaran dengan Kecakapan Kerja Teknik Listrik Lulusan STM pada Industri-industri DIY.Tesis.Jakarta: Fakultas Pasca Sarsana IKIP Jakarta Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum.Bandung: Mandar Maju Lubis, Johansyah.2014.Pencak Silat Edisi Revisi.Jakarta:Raja Grafindo Persada Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta Moleong J, Lexy.2006.Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi.Bandung: Remaja Rosda Karya Mukholid, Agus.2004. Pendidikan Jasmani Kelas 1 SMA. Surakarta: Yudistira.
82
Mulyana. 2014. Pendidikan Pencak Silat Membangun Jati Diri dan Karakter Bangsa. Bandung: Remaja Rosda Karya Mulyati. 1998. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Andi Publiser Nugroho, Agung.2008. Pembelajaran dan Manajemen Pencak Silat.Yogyakarta: FIK UNY Pabundu. 2010. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Karyawan. Jakarta: Bumi Aksara Rostini, Atin. 1999. Psikologi Umum.Bandung: Remaja Rosda Karya Sobirin. 2002. Budaya Organisasi: Pengertian, Makna dan Aplikasinya dalam Kehidupan Organisasi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Slameto.2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta _______.2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sukamdiyo.1999. Manajemen Koperasi. Jakarta: Erlangga Sukardi Dewa,K.1994. Psikologi Remaja. Jakarta : Aksara Baru ______________.2003. Psikologi Remaja. Jakarta : Aksara Baru Sumadi, Suryabrata. 1982. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Raya ________________.2008.Psikologi Kepribadian.Jakarta: PT Raja Grafindo Raya Sutarto. 2006. Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Surya, Muhmmad. 1999. Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung: Remaja Rosda karya ______________. 2004. Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung: Remaja Rosda karya Tim.2012.Peraturan Pertandingan Pencak Silat Ikatan Pencak Silat Indonesia hasil MUNAS IPSI 2012 dengan revisi tahun 2013. Jakarta: IPSI
83
Undang–Undang No. 3.tahun 2005. Sistem Keolahragaan Nasional Widijoto, H. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Malang: UM Widoyoko, Eko Putro. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran panduan praktis bagi pendidik dan calon pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar