MINAT SISWA DALAM MEMBACA PUISI DENGAN MENGGUNAKAN BUKU TEKS KELAS VII SMP ISLAM AL-KHASYI’UN
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh NURHILALIYAH 1110013000068
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK Nurhilaliyah. 1110013000068, “Minat Siswa dalam Membaca Puisi dengan menggunakan Buku Teks Kelas VII SMP Islam Al-Khasyi’un”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Di bawah bimbingan: Dra. Hindun, M.Pd. desember 2014. Minat menjadi salah satu pendukung keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran yang diajarkan guru di dalam kelas. Menurut Djaali dalam bukunya Psikologi Pendidikan minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui prestasi partisipasi dalam suatu aktivitas. Dengan demikian siswa akan memiliki kecenderungan dari diri sendiri untuk mengikuti pelajaran dengan tekun dan baik. Dalam penelitian ini, masalah yang dikaji adalah minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks untuk anak kelas VII di SMP Islam Al-Khasyi’un. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejelas-jelasnya tentang minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks kelas VII SMP Islam Al-Khasyi’un. Objek dalam penelitian ini adalah kelas VII SMP Islam AlKhasyi’un semester ganjil Tahun Ajaran 2014-2015. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah teknik analisis data angket dan lembar observasi dengan menggunakan rumus P= . Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil angket yang masuk (berjumlah 40) maka diperoleh presentase angket 87,5% dengan jumlah siswa 35 menyatakan minat terhadap materi membaca puisi, sedangkan 75% dengan jumlah siswa 30 menyatakan senang membaca buku teks bahasa Indonesia. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks kelas VII perlu ditingkatkan. Sebaiknya, untuk mencapai kesempurnaan minat siswa dapat dilakukan dengan membimbing serta mendampingi siswa terutama guru bidang studi pada setiap pertemuan mata pelajaran bahasa Indonesia. Kata kunci : minat membaca puisi dan buku teks.
ABSTRACT Nurhilaliyah. 1110013000068"Interest Students in Reading Poetry by using Textbook Class VII SMP Islam Al-Khasyi'un". Education Department of Indonesian Language and Literature, Faculty of MT and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Under the guidance of: Dra. Hindun, M.Pd. december 2014. Interest in becoming one of the supporting student success in receiving the material taught in the classroom teacher. According to Educational Psychology Djaali in his interest can be expressed through a statement that indicates that students are more like something from the other, can also be manifested through participation in an activity achievement. Thus, students will have a tendency of self to follow lessons diligently and well. In this study, the considered problem is the students' interest in reading poetry by using textbooks for grades VII in SMP Islam Al-Khasyi'un. This study was conducted in July-August 2014. The purpose of this study was to determine clearly on students' interest in reading poetry using text books of class VII SMP Islam Al-Khasyi'un. The object of this research is class VII SMP Islam AlKhasyi'un semester of Academic Year 2014-2015. This research data collection techniques are techniques of data analysis questionnaire and observation sheet by using the formula P= The results showed that the results of the questionnaire are entered (numbering 40), the presentase of the questionnaire 87,5% with the number of 35 students expressed an interest in poetry reading material, while 75% of the number of students 30 states enjoyed reading textbooks Indonesian. Thus, it can be concluded that students' interest in reading poetry using seventh grade text book needs to be improved. Preferably, to achieve perfection interests of students by guiding and assisting students, especially teachers of subjects at each meeting of Indonesian. Keywords: interest in reading poetry and textbooks.
i
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyelamatkan manusia dari jalan sesat menuju jalan lurus yang diridai Allah SWT. Dalam rangka memenuhi kewajiban untuk mencapai gelar sarjana pendidikan penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Minat Siswa dalam Membaca Puisi dengan Menggunakan Buku Teks Kelas VII SMP Islam Al-Khasyi’un”. Selama penulisan skripsi ini, tentunya tidak luput dari pihak-pihak yang telah membantu baik secara moril dan materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapakan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini: 1.
Nurlena Rifa’I MA, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dra. Hindun, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sekretaris jurusan, dosen penasehat akademik, dan dosen pembimbing yang dengan kesabaran serta ketulusan meluangkan waktu untuk membimbingan dan mengarahan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3.
Wahyu Widoyo, S.Hut. selaku Kepala Sekolah SMP Islam Al-Khasyi’un yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah.
4.
Dra. Kasroh selaku guru bahasa Indonesia SMP Islam Al-Khasyi’un yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, pengalaman, dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
5.
Siswa-siswa kelas VII SMP Islam Al-Khasyi’un yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini serta para dewan guru SMP Islam Al-Khasyi’un dan staff yang telah bersedia memberikan data-data yang peneliti butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
ii
6. Ayahanda Alm. H. Umar Sholihin dan Ibunda Hj. Hasanah tercinta serta kakak-kakakku Hasbiyallah, Hasbullah, Nur Aini, Nur Laila, Nur Jannah, dan Nur Asiah yang selalu memberikan dukungan, doa, serta arahan yang selalu menyertai dalam penulisan skripsi ini. 7. Sodikin yang telah memberikan doa, nasihat, semangat dan ketulusan dalam menemani penulis menyelesaikan skripsi ini. 8. Rizqi Aulia, Vivi Lutfiyani, Wilda Fizriyani, dan Dini Rismayanti Faoziah sahabat-sahabatku yang memberikan semangat, motivasi dan keyakinan untuk menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman kelas PBSI-B angkatan 2010 yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi kepada penulis. Terima kasih atas segala bantuan dan dorongan yang telah kalian berikan kepada penulis, semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Jakarta, Desember 2014
Penulis Nurhilaliyah
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1 B. Identifikasi Masalah .....................................................................................3 C. Pembatasan Masalah ....................................................................................3 D. Perumusan Masalah ......................................................................................4 E. Tujuan Penelitian..........................................................................................4 F. Manfaat Penelitian........................................................................................4 BAB II KAJIAN TEORI A. Minat ............................................................................................................6 1. Pengertian Minat ....................................................................................6 2. Macam-macam Minat ............................................................................7 3. Cara Membangkitkan Minat ................................................................11 4. Peranan Minat dalam Belajar ...............................................................12 B. Membaca ....................................................................................................13 1. Pengertian Membaca ............................................................................13 2. Proses Membaca...................................................................................14 3. Fungsi Membaca ..................................................................................15 4. Tujuan Pembelajaran Membaca ...........................................................16 5. Minat Membaca ...................................................................................18 C. Puisi ............................................................................................................20 1. Pengertian Puisi ....................................................................................20 2. Struktur Puisi.......................................................................................22 a. Struktur Fisik Puisi.........................................................................22 b. Struktur Batin Puisi ........................................................................27 3. Pengajaran Puisi ...................................................................................30
iv
D. Buku Teks ..................................................................................................35 1. Pengertian Buku Teks ..........................................................................35 2. Klasifikasi Buku Teks ..........................................................................36 3. Kualitas Buku Teks ..............................................................................37 E. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................................39 F. Kerangka Berpikir ......................................................................................40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................42 B. Metode Penelitian.......................................................................................42 C. Instrumen Penelitian...................................................................................42 D. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................43 1. Observasi ..............................................................................................43 2. Wawancara ...........................................................................................45 3. Angket ..................................................................................................45 E. Teknik Analisis Data ..................................................................................46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Islam Al-Khasyi’un .............................................47 B. Pembahasan ................................................................................................49 BAB V PENUTUP A. Simpulan ....................................................................................................71 B. Implikasi .....................................................................................................71 C. Saran ...........................................................................................................72 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................73
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kemampuan setiap siswa dalam memahami materi pembelajaran tidaklah sama. Ada yang mudah dalam memahami materi pembelajaran, ada juga yang sulit untuk memahami materi pembelajaran. Bahkan, ketidakmampuan siswa ada yang disebabkan oleh mata pelajaran yang dipelajari, materi ajar, atau pun minat siswa yang kurang baik. Jika mata pelajarannya bahasa Indonesia, siswa hendaknya memiliki minat terhadap keterampilan berbahasa yang merupakan materi dasar dari pembelajaran. Adapun keterampilan berbahasa tersebut mencakup empat keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Apabila tidak terdapat minat tersebut, bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran yang membosankan bagi para siswa. Oleh karena itu, hendaknya guru mampu menumbuhkan minat siswa. Misalnya minat terkait dengan salah satu keterampilan berbahasa yaitu membaca. Siswa dapat terus-menerus memberi tahu kelebihan dari membaca agar timbul minat siswa terhadap membaca. Guru dapat mensosialisasikan istilah populer, membaca adalah jendela dunia yang mampu memberikan pengetahuan, wawasan, hiburan serta menciptakan imajinasi seseorang dari isi bacaan. Dalam pencapaian kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia, siswa salah satunya diharuskan mencapai kompetensi keterampilan membaca. Pada tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) materi yang berhubungan dengan keterampilan membaca sangatlah beragam, antara lain membaca puisi, membaca teks drama, membaca biografi tokoh, membaca denah dan lain sebagainya. Materi membaca puisi, berdasarkan pengamatan penulis menjadi materi yang rumit bagi siswa. Terutama membaca puisi di depan kelas, masih
2
banyak siswa yang tidak memiliki minat terhadap membaca puisi, sehingga rasa percaya diri siswa terlihat kurang. Letak keindahan membaca puisi berasal dari syair-syair serta cara pembacaannya. Namun penulis masih menemukan pembacaan puisi tanpa pelafalan, volume suara, intonasi, serta ekspresi yang tepat. Oleh karena itu, penulis memfokuskan materi membaca puisi dalam penelitian ini. Guru dapat mengupayakan agar siswa memiliki minat terhadap keterampilan membaca. Hal tersebut dapat dilakukan guru dengan memanfaatkan fasilitas yang tersedia di sekolah terutama buku teks yang menjadi buku pedoman wajib siswa, serta membumbui dengan inovasi yang mampu meningkatkan tingkat membaca siswa. Kurangnya minat dapat menjadi suatu kekhawatiran yang cukup mengharuskan terciptanya suatu penanggulangan yang mampu meredanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan yakni dengan memupuk minat para siswa dalam membaca, sehingga akan menghasilkan para siswa yang mahir dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Tinggi rendahnya minat membaca pada pembelajaran bahasa Indonesia menjadi salah satu yang mempengaruhi hasil belajar. Jika minat membaca siswa rendah, hasil belajar siswa pun dapat rendah dan dapat menghalangi siswa dalam memiliki pemahaman serta pengetahuan yang terkandung pada suatu bacaan, terutama yang termuat dalam buku teks bahasa Indonesia yang menjadi pedoman para siswa di sekolah. Buku teks menjadi salah satu pendukung berlangsungnya proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, guru bidang studi sebaiknya memeriksa dan menilai terlebih dahulu buku teks yang akan dipakai dalam pembelajaran terkait kesesuaian dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, kebahasaan dan kemudahan materi agar mudah dipahami siswa serta melihat juga tampilan fisik buku yang menarik. Ketersedian buku teks pada tingkat SMP sudah sangat beragam, namun ketersediaan tersebut harus diseleksi dengan benar-benar agar siswa dalam suatu sekolah dapat menguasai materi pembelajaran yang telah ditetapkan
3
pemerintah berdasarkan kurikulum yang sedang diterapkan. Terkait minat membaca serta pemakaian buku teks yang telah penulis uraian, maka penulis melakukan penelitian terkait minat siswa dalam membaca dengan menggunakan buku teks. Adapun yang menjadi fokus penulis, yaitu terkait salah satu keterampilan membaca yakni membaca puisi yang ada di kelas VII SMP. Membaca puisi menjadi penelitian kali ini, karena puisi adalah materi pembelajaran yang selalu ada dalam mata pelajaran bahasa Indonesia setiap tingkat sekolah, namun sering dianggap pembacaan puisi itu sulit bagi siswa. Oleh karena itu, faktor-faktor apa saja yang menjadikan anggapan tersebut jika dikaitkan dengan buku teks yang menjadi penompang siswa dalam pembelajaran sehari-hari pelajaran bahasa Indonesia. Maka dengan latar belakang tersebutlah, penulis melakukan penelitian berjudul MINAT SISWA DALAM MEMBACA PUISI DENGAN MENGGUNAKAN BUKU TEKS KELAS VII SMP ISLAM AL-KHASYI‟UN. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
tersebut,
penulis
dapat
mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya minat siswa terhadap membaca 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat membaca siswa 3. Peran guru dalam membantu menumbuhkan dan meningkatkan minat membaca, khususnya materi membaca puisi dalam pembelajaran bahasa Indonesia 4. Keterkaitan fasilitas sekolah dengan minat membaca 5. Hubungan antara cara penyampaian guru dalam proses belajar mengajar dengan minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks 6. Membaca puisi dianggap sulit bagi siswa 7. Membaca puisi dengan menggunakan buku teks C. Pembatasan Masalah Dari beberapa masalah yang diidentifikasikan maka pada penelitian ini penulis membatasi masalah agar masalah ini dapat dibahas dengan jelas dan
4
tidak meluas, yaitu hal yang diteliti minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks, dengan subjek penelitian siswa kelas VII SMP Tahun Pelajaran 2014/2015. Adapun lembaga pendidikan yang dimaksud adalah SMP Islam Al-Khasyi‟un. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah
“Bagaimana
minat
siswa
dalam
membaca
puisi
dengan
menggunakan buku teks kelas VII semester ganjil SMP Islam Al-Khasyi‟un?” E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yaitu: untuk mengetahui sejelas-jelasnya tentang minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks kelas VII SMP Islam Al-Khasyi‟un. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis yaitu: 1. Manfaat atau kegunaan teori a. Sebagai suatu karya ilmiah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan mengenai membaca puisi dengan menggunakan buku teks bahasa Indonesia untuk mengetahui minat membaca siswa. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan penelitian berikutnya. 2. Manfaat atau kegunaan praktis a. Untuk siswa Sebagai bahan masukan agar siswa memiliki minat terhadap pelajaran bahasa Indonesia khususnya materi pembelajaran membaca puisi, guna menumbuhkan minat siswa terhadap membaca. b. Untuk guru Sebagai evaluasi diri bagi guru untuk meningkatkan kualitas dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas, tidak hanya terkait minat membaca puisi saja, tetapi juga berperan menumbukan motivasi
5
terhadap minat membaca siswa terhadap buku teks bahasa Indonesia yang digunakan di sekolah. c. Untuk kepala sekolah Sebagai wacana untuk memberikan motivasi kepada guru bahasa Indonesia untuk mengembangkan proses belajar mengajar, perihal materi ajar terkait keterampilan membaca guna mengetahui minat membaca siswa di sekolah tersebut. d. Untuk mahasiswa Sebagai pengetahuan tentang pembelajaran bahasa Indonesia terkait membaca puisi, sehingga dapat mengetahui minat membaca siswa dan menambah bekal dalam mengajar melalui penelitian ini. Selain itu, dapat mempermudah mahasiswa dalam mencari referensi yang terkait penelitian serupa sebagai rujukan dan acuan yang dijadikan tinjauan pustaka.
6
BAB II KAJIAN TEORI A. Minat 1. Pengertian Minat Minat menurut psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus.1 Banyak para ahli yang menaruh perhatian terhadap minat serta mengemukakan pendapat terkait pengertian minat, seperti berikut ini: a. Muhibbin Syah mengemukakan secara sederhana, minat adalah (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.2 b. Slameto mengemukakan minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan atas suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin lebih besar minat.3 c. Kurt Singer di dalam buku terjemahannya yang berjudul Membina Hasrat Belajar di Sekolah mengemukakan bahwa minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar. Jika seorang murid memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya.4 d. Djaali mengemukakan bahwa minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.5 e. Lestar D. Crow dan Alice Crow di dalam buku terjemahannya yang berjudul Psikologi Pendidikan mengemukakan bahwa minat adalah daya gerak yang mendorong kita untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda atau kegiatan ataupun bisa sebagai pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.6
1
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), Cet. Ke-4, h. 84 2 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja GrafindonPersada, 2004), h.151 3 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.157 4 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Bandung: CV Remadja Karya), h.78 5 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet. Ke-3, h. 121 6 Lestar D. Crow dan Alice Crow, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1989), h.302-303
7
Berdasarkan uraian pendapat para ahli mengenai pengertian minat, penulis menyimpulkan bahwa minat adalah suatu dasar yang menjadikan siswa memiliki rasa serta keinginan belajar yang ada dari dirinya sendiri, sehingga memperoleh pemahaman yang cepat serta mampu mengingat pelajaran setelah proses belajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Kurt Singer yang telah dikemukan penulis sebelumnya. 2. Macam-macam Minat a. Berdasarkan timbulnya Minat berdasarkan timbulnya berarti minat yang ada sebab terjadinya minat dalam diri seseorang, sebab inilah yang menjadi faktor asal mula suatu perbuatan, kegiatan, kebiasaan yang melahirkan minat pada diri seseorang. Minat berdasarkan timbulnya ini tentu tak sama asal mulanya, seperti yang telah dikemukan oleh Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab yang telah membedakan minat berdasarkan timbulnya menjadi dua kategori. Minat dapat dibedakan menjadi minat primitif dan minat kultural. Minat primitif adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringanjaringan tubuh, misalnya kebutuhan akan makanan, perasaan yang enak atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan seks. Minat kultural atau minat sosial, adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Misalnya minat belajar, induvidu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan berpendidikan tinggi, sehingga hal ini akan menimbulkan minat induvidu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan, hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi harga dirinya.7 Dengan demikan¸ minat berdasarkan timbulnya terbagi dua yaitu pertama minat primitif berarti minat yang lebih berhubungan dengan minat biologis, berarti minat yang timbul karena keadaan dan sifat makhluk hidup. Sedangkan kedua, minat kultural yaitu minat yang berhubungan dengan sosial, minat yang timbul karena faktor keadaan dan situasi seseorang terhadap lingkungannya.
7
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Persektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h.265-266
8
b. Berdasarkan arahnya Macam-macam minat dapat pula didasarkan dari arahnya yang berarti minat yang dilihat dari tujuan minat ada pada diri seseorang. Seseorang yang memiliki minat tentu memiliki tujuan mengapa minat tertentu menjadi minat yang pilih, seperti yang dikemukan Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab yang menjelaskan minat berdasarkan arahnya. Minat dapat dibedakan menjadi minat intrinsik dan ekstrinsik. Minat intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan dengan aktivitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar atau minat asli. Misalnya, seseorang belajar karena memang pada ilmu pengetahuan atau karena memang senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau penghargaan. Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai akan ada kemungkinan minat tersebut hilang. Misalnya seseorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas atau lulus ujian SIPENMARU, setelah menjadi juara kelas atau lulus ujian saringan SIPENMARU minat belajar menjadi turun.8 Berdasarkan uraian minat menurut arahnya, diketahui bahwa minat dibagi menjadi minat instrisik dan ektrinsik. Minat instrinsik yang berarti minat yang lebih mendasar, dalam arti minat yang ada karena dari diri seseorang tersebut memiliki ketertarikan yang kuat terhadap suatu yang diminatinya, Selanjutnya minat ekstrinsik yaitu minat yang terjadi karena hendak mencapai tujuan akhir yang ingin dicapai. Jika tujuan akhir yang membuat seseorang tersebut meminati sesuatu dan telah tercapai, maka seseorang tersebut dapat meninggalkan bahkan menghilangkan minatnya. c. Berdasarkan cara mengungkapan minat Minat dapat pula dinyatakan melalui cara-cara tertentu, hal ini untuk mengetahui minat yang dimiliki seseorang. Orang lain dapat mengetahui minat yang dimiliki seseorang dengan cara menjadikan seseorang yang memiliki minat sebagai subjek melalui berbagai cara agar subjek mengungkapkan minat yang dimiliki dan telah dipilih. Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab telah membedakan menjadi empat cara mengungkapan minat seseorang yaitu:
8
Ibid., h.266-267
9
a) Expressed interest Expressed interest menjadi cara pertama yang dapat dilakukan orang lain untuk mengetahui minat seseorang. Orang lain dapat melakukan cara ini untuk dapat memperoleh jawabannya terkait minat yang dimiliki seseorang yang menjadi subjeknya. Cara ini tentu menjadi cara langsung untuk mengetahui minat subjek. Expressed interest merupakan minat yang diungkapkan dengan cara meminta kepada subjek untuk menyatakan atau menuliskan kegiatan-kegiatan baik yang berupa tugas maupun bukan tugas yang disenangi dan paling tidak disenangi dan paling tidak disenangi. Dari jawabannya dapatlah diketahui minatnya.9 Dengan demikian, expressed interest cara untuk mengetahui minat subjek melalui meminta menuliskan kegiatan-kegiatan yang disenangi dan tidak disenangi subjek. Tidak hanya itu, subjek juga diminta menyatakan suatu hal yang disenangi dan tidak disenangi. b) Manifest interest Manifest interest menjadi cara kedua yang dapat dilakukan orang lain untuk mengetahui minat seseorang. Cara ini dengan memperhatikan subjek dengan memperhatikan dengan teliti untuk dapat diketahui dan menjawab minat yang dimiliki subjek. Manifest interest merupakan minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasi atau melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan subjek dengan mengetahui hobinya.10 Dengan demikian, manifest interest cara untuk mengetahui minat subjek melalui aktivitas-aktivitas yang dikerjakan, sehingga akan diketahui minat subjek berupa hobi yang disenanginya. Manifest interest ini dilakukan secara mengobservasi atau mengamati subjek secara langsung. c) Tested interest Tested interest menjadi cara ketiga yang dapat dilakukan orang lain untuk mengetahui minat seseorang. Cara ini dapat dilakukan dengan
9 10
Ibid., h. 267 Ibid., h.267
10
melakukan tes terhadap subjek, hasil tes tersebut tentu menjadi jawaban yang mengungkapkan minat yang dimiliki subjek. Tested interest merupakan minat yang diungkapkan cara menyimpulkan dari hasil jawaban tes objekif yang diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada suatu objek atau masalah biasanya menunjukkan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut.11 Dengan demikian, tested interest cara untuk mengetahui minat subjek melalui pemberian tes objektif kemudian dilakukan penilaian dari hasil jawaban. Berdasarkan penilaian dari pemberian tes tersebut akan diketahui minat yang dimiliki subjek melalui perolehan nilai yang tertinggi terhadap suatu objek atau masalah yang telah diberikan. d) Inventoried interest Inventoried interest menjadi cara terakhir yang dapat dilakukan orang lain untuk mengetahui minat seseorang. Cara ini dengan menggunakan instrumen untuk dapat diketahui minat subjek dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menunjang terungkapnya suatu minat seseorang. Inventoried interest merupakan minat yang diungkapkan dengan menggunakan alat-alat yang sudah distandaritaskan, di mana biasanya berisi pertanyataan-pertanyaan yang ditunjukan kepada subjek apakah ia senang atau tidak senang terhadap sejumlah aktivitas atau sesuatu objek yang ditanyakan.12 Dengan demikian, inventoried interest cara untuk mengetahui minat subjek melalui alat yang memuat pertanyaan dengan menggunakan alat-alat yang distandaritaskan. Sehingga melalui alat yang berupa pertanyaanpertanyaan tersebut minat subjek dapat terungkapakan. Berdasarkan macam-macam minat yang telah penulis uraikan, maka yang sejalan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu minat instrinsik dan inventoried interest. Minat instrinsik salah satu bagian dari minat berdasarkan arahnya, minat tersebut minat yang berhubungan dengan aktivitas seseorang yang memiliki tujuan mendasar seperti seseorang belajar karena memang senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau penghargaan, sedangkan inventoried interest salah satu bagian cara mengungkapan minat, 11 12
Ibid., h.267-268 Ibid., h.268
11
minat tersebut minat yang berhubungan dengan cara untuk mengetahui minat subjek melalui alat yang memuat pertanyaan dengan menggunakan alat-alat yang distandaritaskan. 3. Cara Membangkitkan Minat Minat dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan siswa untuk mencapai indikator yang telah ditetapkan dalam kurikulum yang sedang ditetapkan. Selain itu, dengan adanya minat siswa akan lebih baik dalam mengikuti pelajaran yang diajarkan dan mencegah kegagalan siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan. Namun demikian, minat perlu dibangkitkan kepada seluruh siswa agar minat tidak hanya dimiliki oleh beberapa atau sebagian siswa saja tetapi sebisa mungkin minat dapat dimiliki oleh seluruh siswa. Adapun cara-cara untuk membangkitkan minat adalah sebagai berikut: a. Bangkitkan suatu kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapatkan penghargaan, dan sebagainya). b. Hubungkan dengan pengalaman yang lampau. c. Beri kesempatan untuk mendapat hasil baik, “Nothing succesds like success”. Tak ada yang lebih memberi hasil yang baik daripada hasil yang baik. Untuk itu bahan pelajaran disesuaikan dengan kesanggupan individu. d. Gunakan pelbagai bentuk mengajar seperti diskusi, kerja kelompok, membaca, demontrasi, dan sebagainya.13 Berdasarkan uraian tersebut maka disimpulkan bahwa minat memiliki empat cara untuk membangkitkannya yaitu membangkitkan minat melalui kebutuhan peminat, menghubungkan dengan pengalaman yang telah lalu dengan minat, menyesuaikan kadar kesanggupan siswa jika dalam memberikan bahan pelajaran, dan menggunakan pelbagai bentuk mengajar seperti membaca. Empat cara tersebut sebaiknya tak terpisahkan satu pun karena masing-masing cara sangat medukung bangkitnya suatu minat. Empat cara tersebut tentu yang harus melakukan atau melaksanakan adalah guru karena guru yang melakukan proses mengajar di kelas, dengan demikian minat siswa akan terrealisasi melalui cara-cara membangkitkan minat tersebut. 13
S Nasution, Didaktik asas-asas mengajar. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 82
12
4. Perananan Minat dalam Belajar Minat memiliki peranan dalam belajar karena minat menjadi faktor yang mendukung saat siswa mengkuti pembelajaran. Minat sangat diperlukan untuk permudah proses belajar mengajar di kelas, siswa yang memiliki minat dalam belajar tentu akan antusias mengikuti materi ajar yang disampaikan guru. Namun demikian, tidak semua siswa memiliki minat dalam belajar terlebih terkait minat keseluruhan materi ajar. Dalam proses pembelajaran, perbedaan individual perlu dicermati dengan baik. Perbedaan individual dilihat dari inteligensi, gender, tingkat sosial ekonomi status keluarga, siswa beresiko, dan handicapped children.14 Terkait dengan intelegensi seseorang, Syah mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kemampuan inteligensi seseorang adalah sebagai berikut: a. Pembawaan yang ditentukan oleh sifat dan ciri-ciri khusus yang dibawa sejak lahir. b. Kematangan, semua organ manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dikatakan matang jika sudah menampakkan fungsi yang seharusnya. Kematangan biasanya berhubungan dengan usia. c. Pembentukan, yaitu segala keadaan di luar diri seseorang baik disengaja ataupun tidak yang mempengaruhi perkembangan kemampuan intelegensi. Misalnya pembentukkan yang dilakukan di sekolah (sengaja) atau oleh pengaruh alam sekitar (tidak sengaja). d. Minat yang mengarah perbuatan kepada suatu tujuan dan yang merupakan dorongan untuk perbuatan tersebut. Apa yang menarik minat seseorang akan mendorongnya untuk berbuat lebih baik/giat lagi. e. Kebebasan, dimana manusia mempunyai kebebasan untuk memilih metode dan masalah mana yang sesuai dengan kebutuhannya.15 Berdasarkan uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa minat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan inteligensi seseorang. Dalam belajar, minat adalah suatu keadaan siswa yang ikut berpartisipasi terhadap pembelajarannya dengan aktif, hal tersebut karena siswa tersebut merasa
terdorong
terhadap
pembelajaran
tersebut.
Minat
terkait
pembelajaran ini akan melahirkan siswa-siswa yang aktif serta berprestasi dalam pelajaran yang diminatnya. Oleh karena itu, minat dapat dikatakan 14
Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah, 2010), h.35 15 Ibid., h.37
13
sebagai salah satu bagian tes pengujian tingkat kecerdasan seseorang (intelegensi). Sikap dan minat sebagai faktor psikologis berbeda peranan dalam belajar. Peranan minat dalam belajar lebih besar atau lebih kuat dari sikap yaitu minat akan berperan sebagai “motivating force” yaitu sebagai kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat (sikapnya senang) kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima kepada pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk bisa terus tekun karena tidak ada pendorongnya.16 Dengan demikian, peranan minat dalam belajar menjadi kekuatan serta pendorong bagi siswa untuk belajar. Siswa yang memiliki minat akan selalu terdorong untuk giat dan tekun belajar dengan sikapnya yang senang. Sehingga jika dihubungkan dengan pendapat Syah, minat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan inteligensi seseorang, memanglah terkait. Jika siswa minat dalam belajar serta giat dan rajin belajar, maka dapat diketahui bahwa siswa tersebut memiliki tingkat kecerdasan. Oleh karena itu, peranan minat dalam belajar sangat besar. B. Membaca 1. Pengertian Membaca Membaca merupakan satu keterampilan berbahasa di samping menyimak, berbicara, dan menulis.17 Berikut ini pengertian membaca menurut beberapa ahli, yaitu: a.
b.
16
Henry Guntur Tarigan mengatakan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.18 Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet di dalam buku Meningkatkan Ketrampilan Berbahasa Indonesia (Teori dan Aplikasi) menyatakan membaca merupakan memahami isi atau gagasan baik bersurat, tersirat bahkan tersorot dalam bacaan.19
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), Cet.ke-4, h. 85 17 Budinuryanta Y, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet.ke-2, h.11.2 18 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, (Bandung:Angkasa, 2008), h.7 19 Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Ketrampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), h.65
14
c.
d.
e.
Ahmad S. Harjasujana mengemukakan membaca adalah kegiatan merespon lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat. Hal ini berarti bahwa membaca memberikan respon terhadap segala ungkapan penulis sehingga mampu memahami materi bacaan dengan baik.20 Jazir Burhan mengemukakan membaca adalah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami, dan memikirkan.21 Iskandarwassid dan Dadang Sunendar mengemukakan membaca adalah kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang ditulis dalam teks. Untuk keperluan tersebut, selain perlu menguasai bahasa yang dipergunakan, seorang pembaca perlu juga mengaktifkan berbagai proses mental dalam sistem kognisinya.22 Dengan demikian sejalan dengan pendapat membaca oleh Jazir Burhan,
penulis menyimpulkan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam suatu kata, frasa, kalimat, paragraf, atau wacana, tidak hanya sekedar melafalkan huruf-huruf semata, baik secara lisan maupun hati. Oleh karena itu, membaca merupakan keterampilan berbahasa yang kompleks yang juga memfungsikan mata, otak, telinga, mulut bahkan hati untuk membantu kerja sama antara mengamati, memahami, dan memikirkan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam suatu bacaan. 2. Proses Membaca Kegiatan belajar siswa tidak terlepas dari kegiatan membaca. Membaca materi pelajaran dari suatu mata pelajaran tentu kegiatan yang sederhana yang mampu dilakukan semua siswa yang menjadi bagian proses belajar. Membaca juga memiliki proses yang harus dilakukan siswa, ketika melakukan proses membaca tentu saja membaca suatu isi bacaan, namun tidak selesai sampai di situ saja melainkan ada proses lain yang harus dilakukan siswa. Proses belajar tergantung pada kemampuan membaca. Orang yang dapat membaca dengan baik, biasanya dapat belajar dengan baik pula. Atau sebaliknya, orang dapat belajar dengan baik, biasanya membaca dengan baik 20
Ibid., h.65 Ibid., h.64 22 Iskandarwassid dan Dadang Sunendar,Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT. Remaja Rosdakarya, 2011), cet-3, h. 246 21
15
pula. Yang dimaksud proses membaca tidak hanya melihat huruf-huruf, kata, kalimat, paragraf dan kemudian menerjemahkannya kedalam pikiran, akan tetapi merupakan fungsi atau pekerjaan yang kompleks dan menyangkut berbagai segi organ manusia.23 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proses membaca merupakan salah satu aspek penting dari suatu kegiatan belajar siswa karena jika proses membaca siswa baik, maka akan memudahkan siswa tersebut dalam memahami materi pelajaran dari proses membaca yang dilakukannya. Proses membaca merupakan suatu pekerjaan yang kompleks bagi pembaca karena selain membaca suatu isi bacaan, pembacaan juga harus memahami makna yang tertulis dengan mengikutsertakan organ manusia tidak hanya mata dan hati untuk membantu memahami suatu bacaan. 3. Fungsi Membaca Membaca memiliki fungsi yang berarti kegunaan setelah seseorang melakukan kegiatan membaca. Fungsi membaca tidak hanya untuk memperoleh pengetahuan dari isi bacaan karena fungsi membaca sangat beragam. Dengan demikian, Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet menjabarkan fungsi-fungsi ketika seseorang membaca. Adapun fungsi-fungsi membaca tersebut adalah sebagai berikut: a. Fungsi intelektual Dengan banyak membaca dapat meningkatkan kadar intelektualitas, membina daya nalar. Contohnya membaca laporan penelitian, jurnal, atau karya ilmiah lain. b. Fungsi pemacu kreativitas Hasil membaca dapat mendorong, menggerakkan diri untuk berkarya, didukung oleh keleluasan wawasan dan pemilihan kosakata. c. Fungsi praktis Kegiatan membaca dilaksanakan untuk memperoleh pengetahuan praktis dalam kehidupan. Contohnya teknik memelihara ikan lele, teknik memotret, resep membuat minuman dan makanan, cara membuat alat rumah tangga, dan lain-lain. d. Fungsi rekreatif Membaca digunakan sebagai upaya penghibur hati, mengadakan tamasya yang mengasyikkan. Contohnya bacaan-bacaan ringan, novelnovel pop, cerita humor, fabel, karya sastra, dan lain-lain. 23
Robert D. Carpenter MD, Cerdas: Cara Mengatasi Problema Belajar, (Semarang: Dahara Prize, 1991), h. 40
16
e. Fungsi informatif Dengan membaca informatif contohnya surat kabar, majalah, dan lainlain dapat memperoleh berbagai informasi yang sangat kita perlukan dalam kehidupan. f. Fungsi religius Membaca dapat digunakan untuk membina dan meningkatkan keimanan, memperluas budi, dan meningkatkan diri kepada Tuhan. g. Fungsi sosial Kegiatan membaca memiliki fungsi sosial yang tinggi manakala dilaksanakan secara lisan atau nyaring. Dengan demikian, kegiatan membaca tersebut langsung dapat dimanfaatkan oleh orang lain mengarahkan sikap berucap, berbuat, dan berpikir. Contohnya pembacaan berita, karya sastra, pengumuman, dan lain-lain. h. Fungsi pembunuh sepi Kegiatan membaca dapat juga dilakukan untuk sekedar merintangrintang waktu, mengisi waktu luang. Contohnya membaca majalah, surat kabar, dan lain-lain.24 Berdasarkan fungsi-fungsi membaca tersebut, dapat dikategorikan beberapa fungsi membaca yang sejalan dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu fungsi intelektual, fungsi pemacu kretivitas, fungsi rekreatif, fungsi religius, fungsi sosial, dan fungsi pembunuh sepi. Fungsi-fungsi yang telah penulis tetapkan tentu karena penelitian ini berkaitan dengan membaca puisi, sehingga fungsi-fungsi tersebut dapat menjadi fungsi yang didapatkan siswa dalam kegiatan membaca puisi. 4. Tujuan Pembelajaran Membaca Setiap pembelajaran tentu memiliki tujuan yang hendak dicapai, begitu pula pembelajaran membaca. Membaca menjadi bagian dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang merupakan kategori pembelajaran yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa. Dengan demikian, dalam pembelajaran membaca memiliki tujuan berbahasa yang dijabarkan oleh Budinuryanta Y, dkk. Secara umum tujuan membaca dilingkupi oleh empat tujuan berbahasa, yaitu: a. Tujuan penalaran, menyangkut kesanggupan berpikir dan pengungkapan nilai serta sikap sosial budaya. b. Tujuan instrumental, menyangkut penggunaan bahasa yang dipelajari itu untuk tujuan-tujuan material dan konkret. 24
Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Ketrampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), h.65-66
17
c. Tujuan integratif, menyangkut keinginan seseorang menjadi anggota suatu masyarakat yang menggunakan bahasa (atau dialek) itu sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dengan cara menguasai bahasa seperti seorang penutur asli, atau paling sedikit membuat orangnya tidak akan dianggap “asing” lagi oleh penutur-penutur bahasa atau dialek itu. d. Tujuan kebudayaan, terdapat pada orang yang secara ilmiah ingin mengetahui atau memperdalam pengetahuannya tentang suatu kebudayaan atau masyarakat. Berdasarkan tujuan pembelajaran membaca tersebut, penulis menyimpulkan bahwa mencakupi empat bagian yaitu pertama tujuan penalaran berarti tujuan pembelajaran membaca yang dihubungkan dengan keterjangkauan berpikir siswa terkait isi bacaan, kedua tujuan instrumental berarti tujuan pembelajaran membaca yang dihubungkan dengan penggunaan bahasa dalam suatu bacaan, ketiga tujuan integratif berarti tujuan pembelajaran membaca yang dihubungkan dengan variasi bahasa yang digunakan oleh masing-masing individu, dan terakhir tujuan kebudayaan berarti tujuan pembelajaran membaca yang dihubungkan dengan kebudayaan yang meliputi pengetahuan sebagai makhluk yang bertimbal-balik dengan orang lain. Untuk memenuhi semua tujuan tersebut salah satu cara efektif yang dapat ditempuh adalah dengan membaca. Dengan membaca dunia berada di tangan. Artinya, semua informasi dengan mudah dapat diketahui lewat membaca. Mengingat begitu pentingnya membaca, membaca perlu diajarkan kepada setiap generasi. Hasrat dan minat membaca perlu ditumbuhkembangkan pada diri setiap orang. 25 Berdasarkan penjabaran tersebut, penulis menyimpulkan bahwa kutipan tersebut berkaitan dengan empat tujuan pembelajaran membaca yang telah diuraikan sebelumnya. Dalam pencapaian semua tujuan pembelajaran membaca tentu dengan cara membaca, namun untuk mencapainya harus melalui cara efektif agar siswa berkeinginanan membaca. Dengan demikian, setiap generasi hendaklah dapat ditumbuhkembangkan hasrat dan minat membaca karena dengan hasrat dan minat siswa terhadap membaca, tentu membaca bukan lagi sebab tuntutan guru tetapi keinginan dari diri sendiri. Hal tersebut sejalan dengan penelitian penulis yang melakukan penelitian 25
Budinuryanta Y, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. ke-2, h.11.2
18
terkait pembelajaran membaca yang mengamati dan teliti dari minat yang dimiliki siswa tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) kelas VII. 5. Minat Membaca Membaca tentu dapat dijadikan minat yang dipilih seseorang. Bagi seorang siswa memiliki minat membaca menjadi hal yang membantu keberhasilan dan memudahkan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan hampir setiap harinya, karena dalam pembelajaran tidak terlepas dari kegiatan membaca materi pelajaran. Minat membaca merupakan kebiasaan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan. Dengan demikian, minat membaca bukanlah kebiasaan bawaan. Oleh karena itu minat membaca dapat dipupuk, dibina, dan dikembangkan.26 Dengan demikian, minat membaca dapat menjadi kebiasaan semua orang karena pada dasarnya minat membaca tidak dibawa saat seseorang lahir. Minat membaca dapat diusahkan sehingga mampu tercipta pada diri seseorang, antara lain dengan memupuk, membina, serta mengembangan diri untuk terus membaca, agar membaca bisa menjadi suatu kebiasaan yang disenangi seseorang dan dapat dikatakan sebagai minat terhadap membaca. Oleh karena itu, hendaknya minat membaca perlu diusahakan. Henry Guntur Tarigan menjelaskan beberapa usaha untuk meningkatkan minat terhadap membaca yaitu sebagai berikut: a. Menyediakan waktu untuk membaca Membaca perlu menghabiskan seluruh isi bacaan yang sedang dibaca, jika suatu bacaan sedikit ataupun banyak tentu tetap memerlukan waktu untuk menyelesaikan isi bacaan. Bagi seseorang yang berusaha memiliki minat terhadap membaca, untuk melakukan kegiatan membaca tidak hanya memerlukan satu waktu saja untuk membaca sesuatu yang ingin diminatinya. Tidak perlu lebih dari lima belas atau tiga puluh menit , tetapi kesetiaan seseorang terhadap membaca akan memudahkan seseorang berbuat lebih banyak lagi membaca daripada yang mungkin seseorang pikirkan. Mempertimbangkan dengan baik-baik akan segala nilai nisbi tuntunantuntunan waktu, pasti akan menolong seseorang untuk menentukan yang 26
Mudjito, Pembinaan Minat Baca, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), h. 1
19
mana memberikan sumbangan yang paling banyak terhadap perkembangan pribadi dan sosial seseorang. 27 Dengan demikian, usaha meningkatkan minat membaca pertama ini berkaitan dengan usaha seseorang untuk memiliki minat membaca dengan kesedian meluangkan waktu untuk membaca. Ketersediaan waktu yang dilakukan pembaca hendaknya dilakukan dengan kesetiaan atau dapat katakan dilakukan secara rutin setiap hari, tidak harus dengan meluangkan waktu yang lama untuk mengusahakan seseorang memiliki minat tetapi dapat hanya meluangkan waktu lima belas atau tiga puluh menit dengan memilih bacaan yang memiliki nilai tersendiri bagi perkembangan pribadi maupun sosial seseorang tersebut. b. Memilih bacaan yang baik Jenis bacaan sangat beragam, sehingga bagi seseorang yang berusaha memiliki minat dapat memilih bacaan yang baik bagi dirinya. Bacaan yang baik tentu bukan bacaan yang banyak diminati orang lain kebanyakan, karena minat antara seseorang dengan orang lain berbeda. Menyedikan waktu untuk membaca sangat erat berhubungan dengan salah satu aspek yang paling penting dari membaca kritis, yaitu mengetahui apa yang baik dan bermanfaat untuk dibaca. Setiap pribadi harus mengadakan prinsip-prinsip sendiri yang dapat membimbing pilihanya terhadap apa yang harus dibaca dan apa yang harus dilewatkan, dilalui saja28 Dengan demikian, usaha meningkatkan minat membaca kedua ini masih berkaitan dengan usaha yang pertama, terkait ketersediaan waktu yang diberikan seseorang yang berusaha memiliki minat terhadap membaca. Oleh karena itu, usaha kedua ini dengan cara seseorang memilih bacaan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip yang menjadi tuntunan seseorang untuk memilih bacaan yang baik bagi dirinya sendiri. Sehingga melalui pemilihan bacaan tersebut seseorang dapat lebih mengetahui bacaan yang baik bagi diri seseorang untuk dibaca, berdasarkan waktu yang telah disediakannya. Berdasarkan uraian terkait minat membaca, penulis menyimpulkan bahwa minat membaca tidak dibawa sejak manusia lahir, namun minat 27
Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa Bandung, 2008), h. 106 28 Ibid., h. 107
20
seseorang dapat dibantu dengan membina, memupuk, serta mengembangkan minat. Guru dapat melakukan untuk menjadikan para siswa minat membaca. Hal tersebut, sejalan dengan pendapat Henry Guntur Tarigan yang menjelaskan bahwa minat membaca dapat diusahakan melalui dua cara yaitu dengan menyediakan waktu untuk membaca dan memilih bacaan yang baik. Dengan demikian guru dapat memberikan waktu kepada siswa untuk membaca dan memilih bacaan yang baik bagi siswa masing-masing namun tentu untuk hal kedua ini, harus tetap terkait dengan materi ajar yang sedang diajarkan guru. C. Puisi 1. Pengertian Puisi Puisi menjadi salah satu materi pelajaran dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, tidak hanya itu puisi menjadi materi ajar yang selalu ada di setiap tingkat pendidikan mulai dari SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas), bahkan perguruan tinggi untuk jurusan tertentu. Puisi tidak hanya terkenal di Indonesia saja, bahkan di negara lain. Oleh karena itu, asal usul pengertian puisi pun disinonimkan dengan beberapa negara lain. Secara etimologis dan secara kamus umum dan kamus istilah kata puisi disinonimkan dengan istilah poetry (bahasa Inggris), poesie (bahasa Prancis), poezie (bahasa Belanda). Istilah-istilah itu berasal dari bahasa Yunani, poieetes dan bahasa Gerik, yaitu poeta. Secara sederhana pengertian puisi itu adalah membangun, menyebabkan, menimbulkan, dan menyair. Makna sederhana itu berkembang dan menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut irama, sajak, kata-kata kiasan.29 Berdasarkan pengertian tersebut maka pada dasarnya puisi merupakan hasil seni sastra yang kata-katanya terdiri dari irama, sajak, serta kata hiasan yang hasil seni sastranya disebut membangun, menyebabkan, menimbulkan, dan menyair. Namun pengertian puisi tidak sebatas berdasarkan pengertian asal-usul tersebut, banyak ahli yang menaruh perhatian dan mengemukakan
29
Antilan Purba, Sastra Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Cet. Ke-2, h. 11
21
pengertian puisi. Tentu tidak hanya ahli yang berasal dari Indonesia saja, melainkan ahli yang berasal dari negara lain. Waluyo mengemukakan puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.30 Sedangkan Wardjito Soeharso mengemukakan puisi adalah ekspresi pikiran dan pikiran penulisnya dalam bentuk susunan kata-kata indah dan bermakna. Indah dan bermakna adalah kata-kata kunci untuk pengertian puisi.31 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Waluyu mengemukakan puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair yang bersifat khayal dan memusatkan perhatian pada struktur fisik dan struktur batin puisi. Sedangkan tidak jauh berbeda pengertian oleh Wardjito Soeharso yang mengemukan puisi adalah ungkapan pikiran dalam bentuk susunan kata-kata indah dan bermakna. Harlold Bloom dalam buku The Norton Anthology of Theory and Criticism, mengemukakan pendapatnya tentang puisi, yaitu: Poetry is the anxiety of influence, is misprision, is a disciplined perverseness. Poetry is misunderstanding, misinterprestation, misalliance.32 Arti pengertian puisi tersebut adalah suatu kecemasan pengaruh, menginsprirasi yang menjadi siasat disiplin sebuah ilmu. Puisi juga merupakan memahami, pencapai suatu hasil, serta penggabungan antara keduannya. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa puisi berdasarkan yang telah dikemukakan Harlold Bloom adalah suatu kegiatan seseorang untuk memahami suatu puisi serta memahami makna yang berarti mencapai suatu hasil dari bacaannya. Sebab itulah, puisi menjadi suatu yang mempengaruhi serta menginsprirasi sehingga dijadikan puisi sebagai disiplin ilmu. Berdasarkan uraian yang telah diuraikan terkait pengertian puisi, penulis menyimpulkan puisi sejalan dengan pendapat Waluyo yang berarti puisi merupakan pengungkapan pikiran dan perasaan penyair yang bersifat khayal dan memusatkan perhatian pada struktur fisik dan struktur batin. 30
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h.108 Wardjito Soeharso, Yuk, Nulis Puisi, (Surabaya: PNRI (Perum Percetakan Negara RI Cabang Surabaya), h. 18 32 Vincent B. Leitch, The Norton Anthology of Theory and Criticism, (London: W.W.Norton & Company, 2001), h. 1805 31
22
Struktur fisik dan dan struktur batin puisi suatu hal yang tentu tak terlepaskan dari suatu puisi yang dibuat oleh penyair. Dengan demikian, puisi menjadi salah satu bentuk dari karya sastra. 2. Struktur Fisik dan Batin Puisi Puisi terdiri dari struktur fisik dan struktur batin puisi. Seorang penyair dalam menciptakan sebuah puisi tidak hanya mengungkapkan pikiran dan perasaan yang dimilikinya, tetapi juga memperhatikan struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik dan struktur batin dalam sebuah puisi juga menjadi perhatian seorang yang membaca puisi, pembaca puisi tentu akan melihat dan menganalisis kedua struktur puisi tersebut. Dalam pembelajaran puisi di sekolah struktur fisik dan struktur batin puisi juga menjadi perhatian dan analisis siswa, namun tidak semua bagian dari kedua struktur puisi tersebut dipelajari, sesuai dengan tingkat pendidikan siswa dan standar kurikulum yang sedang ditetapkan. Adapun kedua struktur tersebut adalah sebagai berikut: a. Struktur fisik puisi Struktur fisik menjadi suatu ketentuan unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah puisi. Selain itu, struktur fisik dapat pula dijadikan struktur yang cenderung terlihat dari sebuah puisi. Adapun struktur fisik meliputi empat unsur seperti yang telah dijabarkan Wahyu Siswanto berikut ini, yaitu: a) Perwajahan puisi (tipografi) Puisi memiliki perwajahan yang disebut tipografi. Perwajahan dalam puisi menjadi bagian pertama dalam struktur fisik puisi karena perwajahan ini lebih memusatkan pada pemakaian kata keseluruhan yang diciptakan penyair yang menjadi sebuah puisi dan terlihat. Ciri-ciri yang dapat dilihat secara sepintas dari bentuk puisi adalah perwajahannya. Perwajahan adalah pengaturan dan penulisan kata, larik dan bait dalam puisi. Pengaturan baris dalam puisi sangat berpengaruh terhadap pemaknaan puisi karena menentukan kesatuan makna, dan juga berfungsi untuk memunculkan ketaksaan makna (ambiguitas). Perwajahan puisi juga bisa mencerminkan maksud dan jiwa pengarangnya.33
33
Wahyudin Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: P. Grafindo, 2008), h. 113-114
23
Dengan demikian, perwajahan puisi adalah bentuk puisi yang terlihat berupa pengaturan yang terkait dengan baris dalam sebuah puisi yang dapat mempengaruhi makna dari sebuah puisi. Selain itu, perwajahan juga dapat dikaitkan dengan penulisan yang digunakan penyair baik berupa kata, larik, dan bait. Oleh karena itu, perwajahan suatu bentuk puisi lebih memfokuskan pada pengaturan dan penulisan puisi yang terlihat, hal tersebut guna menentukan makna yang terdapat dari puisi penyair. b) Diksi Strukur fisik puisi kedua yaitu diksi. Diksi dalam puisi menjadi keharusan yang dilakukan penyair agar kata-kata puisi terlihat indah, mengungkapakan pikiran serta perasaan penyair yang sesuai, dan tentu banyak hal lain yang menjadikan kata-kata dipilih dan dijadikan sebuah puisi. Diksi menjadi bagian struktur fisik puisi karena diksi dalam puisi pun terlihat. Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang dengan sedikit katakata dapat mengungkapkan banyak hal, kata-katanya harus dipilih secermat mugkin. Pemillihan kata dalam puisi berhubungan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Pemilihan kata berkaitan erat dengan latar belakang penyair. Semakin luar wawasan penyair, semakin kaya dan berbobot kata-kata yang digunakan.34 Dengan demikian, diksi adalah pemilihan kata-kata yang dipilih penyair dalam puisi yang diciptakan dengan kata-kata yang dikemas dengan kata-kata yang sedikit namun mengandung banyak makna. Puisi yang dibuat penyair dengan memperhatikan betul-betul diksi puisi yang diciptakan, dapat pula menunjukkan identitas penyair yang berlatar belakang berwawasan luas atau tidak dari pemilihan kata-kata dalam puisinya. c) Imaji Struktur fisik puisi selanjutnya adalah imaji. Imaji terkait dengan daya pikir yang diungkapkan penyair dengan maksud pembaca puisi juga dapat membayangkan puisi yang telah penyair ciptakan. Imaji dapat pula dijadikan sebagai penguat puisi yang penyair ciptakan, agar pikiran ataupun pengalaman penyair sampai kepada pembaca puisi. Dalam imaji tentu tak 34
Ibid., h.114-115
24
hanya terkait dengan bayangan seolah pembaca puisi melihat, tetapi juga berkaitan dengan indra lainnya. Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti pengelihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga: imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti yang dialami oleh penyair.35 Dengan demikian, imaji terkait dengan kata atau kumpulan kata yang dipakai penyair dalam puisi yang diciptakan guna mengungkapkan pengalaman indrawi yaitu penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Sehingga pembaca puisi dapat membayangkan seolah betul-betul mengalami hal yang diimajinasikan penyair. d) Kata konkret Kata konkret tentu berkaitan dengan kata yang digunakan penyair dalam puisi yang diciptakannya, namun terlepas dari keseluruhan kata seperti perwajahan ataupun imaji yang menggunakan kumpulan kata karena kata konkret hanya memfokuskan pada satu kata yang bermakna kata konkret. Puisi menggunakan kata konkret memiliki kegunaan tertentu, sehingga kata konkret menjadi salah satu bagian dari struktur fisik puisi. Seperti yang diterangkan sebelumnya kata konkret berhubungan erat dengan imaji. Kata konkret adalah kata-kata yang dapat ditangkap dengan indra. Dengan kata konkret akan memungkinkan imaji muncul. Kata konkret berhubungan dengan kiasan atau lambang. Kata konkret salju dapat melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, kekakuan sikap. Kata konkret rawa-rawa dapat melambangkan tempat yang kotor, tempat hidup, bumi, dan kehidupan.36 Dengan demikian, kata konkret masih berhubungan dengan imaji yang juga telah penulis uraikan sebelumnya. Kata konkret merupakan kata yang berwujud yang dapat dibayangkan dialami indra manusia. Namun terdapat perbedaan dengan imaji, jika imaji tak dibatasi penggunaan kata apapun dengan syarat memunculkan makna dilihat, didengar, ataupun dirasa yang dapat berkaitan dengan indra manusia, berbeda dengan kata konkret yang
35 36
Ibid., h. 118 Ibid., h.119-120
25
cenderung lebih terbatas dengan kata kiasan atau lambang saja seperti kata salju dan rawa-rawa yang dicontohkan dalam kutipan. e) Bahasa figuratif (majas) Bahasa figuratif atau majas termasuk juga dalam bagian struktur fisik sebuah puisi yang selanjutnya, namun dalam mata pelajaran bahasa indonesia dalam tingkat pendidikan tertentu bahasa figuratif atau majas ini tidak hanya menjadi bagian dari struktur fisik puisi melainkan dapat pula sebagai percakapan dalam drama, kalimat dalam cerita, dan sebagainya. Sudjito mengemukakan majas adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Waluyo mengemukakan bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Perrine menyatakan bahwa bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksud penyair, karena (1) bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imajinasi tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak menjadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca, (3) bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara untuk mengosentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat.37 Dengan demikian, bahasa figuratif merupakan kata lain dari majas, karena keduanya bersifat kiasan. Bahasa figuratif atau majas ini memiliki kesamaan dengan kata konkret yang bersifat kiasan tetapi tidak seperti kata konkret yang hanya satu kata saja melainkan dapat berupa satu larik dalam puisi. Oleh karena itu, sesuai dengan penjabaran yang telah penulis uraikan beberapa ahli telah menaruh perhatian dan mengemukan pendapat terkait pengertian bahasa figuratif dan majas yang penulis simpulkan bahwa bahasa figuratif atau majas ini merupakan bahasa yang bersifat kiasan yang menjadikan puisi bermakna konotasi dan memiliki makna yang beragam dengan bahasa yang singkat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Perrine yang menyatakan bahwa bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksud penyair, arti dari maksud tersebut tentu berarti pengungkapan pikiran dan perasaan penyair dengan kata lain makna 37
Ibid., h. 120
26
yang terkandung pada puisi tersebut. Sebab itulah Perrine mengemukakan empat alasan bahasa figuratif harus terdapat dalam sebuah puisi. f) Verifikasi (rima, ritme, dan metrum) Struktur fisik puisi juga perlu dilakukan verifikasi dengan rima, ritme, dan metrum. Ketiga unsur tersebut dijadikan sebagai verifikasi atau pemeriksaan terhadap puisi guna mengetahui pembacaan yang tepat sesuai dengan bunyi puisi yang dibaca. Verifikasi dalam puisi terdiri atas rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi baik di awal, di tengah, maupun di akhir baris puisi. Ritme merupakan tinggi rendah, panjang-pendek, keras-lembutnya bunyi. Ritme sangat menonjol bila puisi itu dibacakan. Ada ahli yang menyamakan ritme dengan metrum. Dalam deklamasi, biasanya puisi diberi („) pada suku kata bertekanan keras, dan (u) di atas suku kata yang bertekanan lemah.38 Dengan demikian, verifikasi meliputi tiga unsur yaitu rima, ritme, dan metrum. Rima, ritme, dan metrum memfokuskan kepada bunyi dalam sebuah puisi tentu hal ini berkaitan dengan pembacaan puisi. Seperti yang telah diuraikan dalam kutipan tersebut bahwa rima terkait dengan konsisten atau persamaan bunyi yang terdapat dalam sebuah puisi baik yang berada di awal, tengah, maupun akhir. Selain itu, ritme terkait dengan irama dalam pembacaan puisi yang dihubungan dengan tinggi rendah, panjang-pendek, keras-lembutnya bunyi sehingga ritme ini disebut juga dengan istilah metrum karena memiliki makna yang serupa. Berdasarkan bagian-bagian dalam struktur fisik puisi yang telah penulis uraikan, maka dalam tingkat pendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama) yang menjadi pembelajaran dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu perwajahan puisi (tipografi) namun dalam hal ini, siswa diperkenalkan dengan istilah citraan puisi hal ini terkait dengan kompetensi dasar mendengarkan atau menyimak, membaca, dan menulis puisi. Selanjutnya bagian yang diajarkan yaitu diksi, dalam pembelajaran kelas VII siswa belum dikenalkan dengan istilah diksi namun hanya pemilihan kata dalam puisi, hal ini dalam kompetensi dasar menulis puisi. Selanjutnya imaji, imaji dalam 38
Ibid., h.121-123
27
pembelajaran kelas VII dalam kompetensi dasar menulis puisi. Kata konkret belum diperkenalkan dalam pembelajaran kelas VII. Bahasa figuratif atau majas sudah diajarkan dalam pembelajaran kelas VII namun diperkenalkan dalam istilah gaya bahasa dan hanya gaya bahasa personifikasi saja. Sedangkan verifikasi rima, ritme, dan metrum hanya rima saja yang sudah diajarkan di kelas VII dalam kompetensi dasar mendengarkan atau menyimak, membaca, dan menulis puisi.
Jadi, hanya kata konkret yang
belum diajarkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII. b. Struktur batin puisi Struktur batin juga menjadi suatu ketentuan unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah puisi. Struktur batin ini cenderung lebih memusatkan pada sesuatu yang bersembunyi dalam sebuah puisi, bersembunyi berarti sesuatu yang tidak terlihat dari sebuah puisi melainkan terkandung dalam sebuah puisi itu sendiri. Adapun struktur batin meliputi empat unsur seperti yang telah dijabarkan pula oleh Wahyudi Siswanto berikut ini, yaitu: a) Tema atau makna Bagian pertama dalam struktur batin puisi adalah tema atau makna. Tema atau makna menjadi suatu hal dasar sebuah puisi, namun tema atau makna dapat dijelaskan oleh penyair dan dapat pula harus ditemukan sendiri oleh pembaca puisi. Salah satu tataran dalam bahasa adalah hubungan tanda dengan makna yang dipelajari dalam semantik. Karena bahasa berhubungan dengan makna maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. Untuk puisi yang konvensional tiap kata-baris, bait, sampai keseluruhan puisi mempunyai makna, tetapi mulai berkurang pada puisi modern atau komtemporer.39 Dengan demikian, tema atau makna yaitu arti yang terkandung dalam sebuah puisi yang dapat diketahui melalui baris, bait, serta keseluruhan kata yang terdapat di dalam sebuah puisi. Puisi tentu diharuskan memiliki tema atau makna karena terkait dengan tataran bahasa.
39
Ibid., h.124
28
b) Rasa Rasa menjadi bagian kedua dalam struktur batin ini. Sebuah puisi tentu terdapat rasa yang menjadi cara penyair dalam mempertimbangkan sikap terkait sebuah puisi yang diciptakan, guna sebagai bentuk pengungkapan penyair yang dituliskan dalam sebuah puisi. Rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa berkaitan erat dengan latar belakang sosial dan psikologis penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikilogis, serta pengetahuan.40 Dengan demikian, rasa sebagai sikap penyair terkait permasalahan yang dihadirkan dalam puisi yang diciptakan. Rasa dalam puisi juga dihubungkan dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair. Oleh karena itu, melalui rasa yang terdapat dalam puisi dapat pula menjadi penilaian pembaca terhadap diri penyair melalui rasa yang timbulkan dalam sebuah puisi yang tentu telah dipertimbangkan penyair aspek apakah yang dipilihnya menjadi rasa di dalam puisinya, misalnya aspek-aspek yang telah diuraikan dalam kutipan tersebut yaitu latar belakang pendidikan, agama dan sebagainya. c) Nada Nada juga menjadi bagian struktur batin sebuah puisi. Nada tentunya berkaitan dengan cara pembaca puisi yang diinginkan penyair atau dapat pula cara membaca yang secara kreatif dilakukan oleh pembaca puisi. Dalam sebuah puisi, nada dapat membawa pengaruh terhadap sebuah puisi yang dibaca. Nada dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Ada penyair yang dalam menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk menyelesaikan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca , dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca.41 Dengan demikian, nada terkait sikap penyair terhadap pembacaan puisi yang diciptakannya. Nada dalam puisi dapat pula dijadikan penyair sebagai tujuan penyair menyampaikan tema yang terdapat dalam sebuah puisi. 40 41
Ibid., h.124 Ibid., h.125
29
Namun, tentu tidak dengan secara jelas penyampaian tema melalui nada tersebut karena penyair dengan berbagai variasi nada penyampaikan tema seperti menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca. Oleh karena itu, nada dalam ada yang telah ditentukan penyair dan ditentukan pembaca. d) Amanat dan tujuan Amanat menjadi bagian terakhir dalam bagian struktur batin sebuah puisi. Setiap puisi tentu ada amanat yang terkandung di dalam puisi karena melalui
amanat
yang
dihadirkan
dalam
puisi
tersebutlah
penyair
menyampaikan suatu tujuan. Sadar atau tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair itu menciptakan puisi maupun dapat ditemui dalam puisinya.Doronngan sebelum penyair menciptakan puisi mungkin berupa (1) dorongan untuk memuaskan nafsu seksual yang terhambat, (2) dorongan makan, (3) dorongan keamanan diri, (4) dorongan berkomunikasi, (5) dorongan untuk mengaktualisasikan diri, dan (6) dorongan untuk berbakti baik kepada tuhan maupun manusia.42 Dengan demikian, amanat puisi berarti tujuan penyair menciptakan puisi. Puisi yang memiliki tujuan dapat terkandung menjadi amanat puisi yang dapat ditemui dari puisi maupun saat sebuah puisi diciptakan. Amanat dalam puisi terjadi karena berbagai macam dorongan yang melatarbelakangi sehingga melalui dorongan-dorongan tersebutlah amanat berawal, seperti amanat yang telah diuraikan dalam kutipan sebelum yaitu dorongan untuk mengaktualisasikan diri, dorongan untuk berbakti baik kepada tuhan maupun manusia, dan sebagainya. Berdasarkan bagian-bagian dalam struktur batin puisi yang telah penulis uraikan, maka dalam tingkat pendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama) kelas VII yang menjadi pembelajaran dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu tema atau makna melalui kompetensi dasar membaca indah puisi. Selanjutnya bagian yang diajarkan yaitu nada, nada terkait dengan kompetensi dasar membaca puisi serta menyimak atau mendengarkan pembacaan puisi. dan terakhir yang diajarkan di kelas VII terkait struktur pembacaan puisi yaitu amanat atau makna puisi, terkait dengan kompetensi 42
Ibid., h.125
30
dasar menyimak atau mendengarkan di dalam materi merefleksikan isi puisi yang dibacakan serta dalam kompetensi dasar membaca puisi. Jadi, hanya rasa yang belum diajarkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII. 3. Pengajaran Puisi Guru tentu perlu mengetahui teknik pengajaran di kelas, namun tidak semua materi pembelajaran dapat diajarkan dengan cara yang sama. Puisi perlu diajarkan dengan teknik yang tepat karena materi puisi terbagi menjadi tiga standar kompetensi yang harus yang dicapai siswa mulai dari mendengarkan atau menyimak puisi, membaca puisi, hingga menulis puisi. Oleh karena itu, B. Rahmanto menaruh perhatian terhadap pengajaran puisi di kelas dan mengemukan teknik-teknik yang dapat dilakukan guru. Adapun teknik-teknik pengajaran puisi tersebut sebagai berikut: a. Pelacakan pendahuluan Guru menjadi salah satu faktor keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas, namun terkait dengan pembelajaran materi puisi guru dapat melakukan pendahuluan dengan meneliti terkait materi ini. Pelacakan pendahuluan tentu guna memberikan persiapan sebelum materi disampaikan kepada para siswa. Sebelum penyajian puisi di depan kelas, guru perlu mempelajarinya terlebih dahulu untuk memperoleh pemahaman awal tentang puisi yang akan disajikannya sebagai bahan. Pemahaman ini sangat penting terutama untuk dapat menentukan strategi yang tepat, menentukan aspek-aspek yang perlu mendapat perhatian khusus dari siswa dan meneliti fakta-fakta yang masih perlu dijelaskan.43 Dengan demikian, pelacakan pendahuluan dijadikan persiapan guru sebelum menyajikan materi puisi. Tujuan pelacakan pendahuluan tentu sebagai penentu strategi pembelajaran yang sesuai, aspek-aspek yang perlu diperhatikan secara khusus untuk siswa saat pembelajaran dilakukan di kelas, serta memeriksa dengan cermat fakta-fakta yang masih harus dijelaskan. Hal tersebut dapat dilakukan guru dengan cara mempelajari terlebih dahulu materi puisi. 43
B Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra Pegangan Guru Pengajar Sastra, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), h. 48-49
31
b. Penentuan sikap praktis Pembelajaran hendaknya diarahkan dengan baik oleh guru bidang studi masing-masing. Oleh karena itu, terkait materi puisi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia guru dapat memberikan pengarahan yang cermat dan tepat agar pembelajaran dapat berjalan sesuai indikator yang hendak dicapai siswa. Puisi yang akan disajikan di depan kelas hendaklah diusahakan tidak terlalu panjang agar dapat dibahas sampai selesai dalam setiap pertemuan. Hendaklah pula ditentukan lebih dahulu informasi apa yang seharusnya dapat diberikan oleh guru sastra untuk mempermudah siswa memahami puisi yang disajikan.44 Dengan demikian, penetuan sikap praktis dapat dilakukan guru sebagai kiat agar pembahasan materi puisi dapat diajarkan dengan tuntas dalam setiap pertemuan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan informasi kepada para siswa terkait puisi yang tidak terlalu panjang yang akan diajarakan dalam pembelajaran materi puisi karena dalam pertemuan terbatas oleh jangka waktu yang telah ditentukan. c. Introduksi Introduksi dapat dijadikan teknik dalam pembelajaran puisi karena terkait dengan kerangka pendahuluan yang telah disusun oleh guru sebelum pembelajaran. Penyajian pengajaran guru terkait materi puisi dalam pembelajaran di kelas berpengaruh dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas. Banyak faktor yang mempengaruhi penyajian pengantar ini, termasuk situasi dan kondisi pada saat materi disajikan. Pengantar ini akan sangat tergantung pada setiap individu guru, keadaan siswa dan juga karakteristik puisi yang akan diberikan.45 Dengan demikian, introduksi meliputi kerangka pendahuluan yang tergantung pada diri guru, siswa, dan jenis puisi yang diajarkan. Dalam teknik introduksi ini, lebih memusatkan pada penyampaian materi puisi di kelas yang tentu telah disusun guru sesuai dengan situasi dan kondisi kelas yang akan diajarkan.
44 45
Ibid., h. 49 Ibid., h. 49
32
d. Penyajian Teknik dalam pembelajaran puisi selanjutnya adalah penyajian. Penyajian tentu hal yang pasti dilakukan guru dalam melakukan pengajaran di kelas, guru sebagai seorang yang mengajikan suatu materi puisi hendaknya mengetahui penyajian yang sesuai dan tepat kepada para siswa serta kondisi dan situasi ruang kelas yang diajarkan. Jika puisi yang disajikan sulit ditangkap isinya dengan hanya sekali didengar, guru dapat membacakannya dua atau tiga kali sehingga berbagai unsur yang terkandung di dalamnya menjadi lebih jelas. Pembacaan ulang dapat dilakukan dengan lebih cepat apabila sekiranya siswa sudah menangkap isi secara global.46 Dengan demikian, teknik penyajian dalam pembelajaran puisi ini dapat dilakukan dengan taktik mengulangi pembacaan puisi karena melalui pengulangan pembacaan mempermudah siswa dalam menangkap isi serta unsur yang terkandung dalam sebuah puisi yang sedang diajarkan secara lebih jelas. e. Diskusi Teknik selanjutnya adalah diskusi. Diskusi dapat menjadikan suasana belajar jelas terasa berbeda dibandingkan suasana belajar yang seperti biasanya karena melalui diskusi para siswa dapat bertukar pikiran terkait materi puisi. Oleh karena itu, diskusi dijadikan salah satu teknik dalam pembelajaran puisi yang diusulkan B. Rahmanto berikut ini. Urutan masalah yang dibahas dalam diskusi kelas ini akan banyak dipengaruhi oleh imajinasi guru, kekhususan puisi yang dipilih dan tanggapan siswa di kelas. Secara umum urutan diskusi dan jawaban yang diperbincangkan dapat mengikuti pola sebagai berikut: Umum (kesan awal) ____ Khusus (rinci) ____ Umum (kesimpulan) Apabila siswa pada umumnya telah mampu memahami ide (pemikiran) global dalam puisi yang disajikan, diskusi dapat beralih ke hal-hal yang lebih rinci dan pemerian ini harus ada hubungannya dengan pemikiran global.47 Dengan demikian, teknik diskusi tersebut terkait dengan kegiatan belajar mengajar materi puisi dengan metode diskusi. Diskusi sangat dipengaruhi oleh imajinasi guru dalam mengelola kelas karena itulah guru melakukan pola
46 47
Ibid., h. 49 Ibid., h.50
33
umum, khusus, dan umum. Pola tersebut, berawal dari umum, umum berarti pengarahan secara umum terkait puisi yang dibahas guna memberikan kesan awal siswa terhadap puisi yang dijadikan bahas diskusi siwa. Selanjutnya khusus, pola khusus tentu lebih menguraikan hal-hal yang menjadi titik fokus yang diminta guru dalam puisi yang dijadikan bahas diskusi. Siswa dapat secara lebih rinci menjelaskan bagian-bagian yang harus dirincikan sesuai dengan tujuan pembelajaran materi puisi yang sedang diajarkan. Terakhir yang menjadi pola dalam teknik diskusi yaitu umum, umum yang terakhit ini tentu berbeda dengan umum yang pertama karena umum yang terakhir ini berarti global. Global yang dimaksud yaitu siswa mampu mengetahui dan memahami pembelajaran puisi secara keseluruhan melalui metode diskusi yang telah dilakukan. f. Pengukuhan Pengukuhan menjadi teknik selanjutnya, pengkuhan merupakan cara guru untuk mengukuhan siswa terhadap pembelajaran materi puisi. Pengukuhan tentu dapat dilakukan guru saat dan akhir pembelajaran. Bahkan dapat pula guru lakukan cara pengkuhan di luar jam pembelajaran. Tidak semua puisi cocok untuk latihan lanjutan di luar kelas. Akan tetapi apabila puisi yang disajikan itu mendapat tanggapan yang antusias dari siswa, guru hendaknya berusaha agar puisi itu semakin mengesankan sehingga menambah candangan pengalaman siswa yang tak mudah terlupakan. Latihan lanjutan untuk pengukuhan ini dapat berupa aktivitas-aktivitas lisan dan tertulis di luar kelas atau sebagai pekerjaan rumah.48 Dengan demikian, pengukuhan menjadi cara guru guna menjadikan puisi semakin mengesankan siswa sehingga siswa memiliki cadangan pengalaman yang sulit terlupakan. Pengukuhan dapat guru lakukan dengan memberikan pekerjaan rumah kepada para siswa sebagai latihan lanjutan siswa. Oleh karena itu dalam teknik pengukuhan ini terdapat dua cara yang dilakukan guru sebagai cara pengukuhan materi puisi, yaitu sebagai berikut. a) Lisan Cara pertama dalam pengukuhan yaitu lisan. Lisan tentu dalam pembelajaran puisi terkait pembacaan puisi. Guru tentu saja dapat menjadikan 48
Ibid., h. 52
34
pengukuhan materi puisi dengan cara membaca puisi secara lisan bagi masing-masing siswa tidak hanya beberapa siswa yang seperti terjadi pada umumnya karena pengukuhan berlaku untuk semua siswa guna keberhasilan belajar secara keseluruhan. Sedapat mungkin hendaknya diusahakan agar siswa mendapat kesempatan untuk membaca puisi itu secara lisan sehinggga benar-benar dapat „merasakan‟ kualitas puisi itu. Dalam latihan membaca lisan ini, guru hendaknya mengarahkan si siswa agar benar-benar memperlihatkan segi kebahasan, intonasi, gerak dan perasaan yang terkandung di dalam puisi. sebagai pengukuhan perlukan siswa dituntut untuk menghafal puisi secara lisan? Apabila kerja sama antara guru dan murid dapat berjalan dengan baik, menghafal atau mendeklamasikan puisi dapat merupakan aktifitas yang bagus sekali.49 Dengan demikian, lisan dapat dijadikan teknik penguat yang mendukung keberhasilan siswa dalam materi pembelajaran puisi karena melalui lisan siswa tidak hanya mengetahui pembacaan puisi yang sesuai dan tepat tetapi juga siswa dapat merasakan kadar kualitas puisi yang dibaca. Selanjutnya, guru dapat menjadikan teknik tersebut sebagai pekerjaan rumah siswa dan dapat meminta pembacaan puisi secara lisan tersebut dihafalkan sesuai dengan bahasa yang digunakan dalam puisi, intonasi, gesture, serta mimik wajah saat membaca. b) Tertulis Cara kedua dalam teknik pengukuhan yaitu tertulis. Tertulis tentu saja berkaitan dengan menulis puisi, guru dapat meminta siswa untuk menulis sebuah puisi karena menulis puisi juga merupakan bagian dari kompetensi dasar yang harus dicapai siswa. Selain itu, dengan menulis puisi dapat pula sebagai bentuk pengukuhan terhadap pembelajaran puisi. Sehingga siswa dapat lebih mendalami puisi terkait aspek-aspek yang diperlukan dalam sebuah puisi dengan menulis sendiri puisi sesuai ungkapan dan perasaan mereka masing-masing. Puisi dapat dihubungkan dengan berbagai aktivitas tulis-menulis. Bahkan mencatat suatu puisi pun sudah merupakan latihan menulis yang baik. Akan tetapi latihan menulis semacam ini akan lebih berarti lagi jika dapat diarahkan untuk membuat kumpulan puisi atau bentuk-bentuk tulisan yang 49
Ibid., h. 52
35
disertai minat mengembangkan seni menulis, seperti menyusun buku, membuat ilustrasi, membuat kaligrafi dan sebagainya. Di samping itu, suatu tema atau struktur sebuah puisi juga dapat dituliskan dalam bentuk-bentuk karangan lain untuk merangsang imajinasi siswa dalam pembinaan keterampilan menulis, misalnya: bentuk narasi atau deskripsi yang dikembangkan berdasarkan tokoh, episode atau memparafrasakan puisi tersebut lewat kata-katanya sendiri.50 Dengan demikian, tertulis tersebut berhubungan dengan menulis puisi. Namun, tertulis yang maksud terkait dengan beragam aktivitas tulis-menulis lainnya yang seperti menulis buku, membuat ilustrasi, membuat kaligrafi dan sebagainya yang kemudian diuraikan kembali dalam bentuk susunan katakata yang membentuk sebuah puisi. Aktivitas tersebut tidak hanya dapat terbentuknya puisi saja melainkan dapat pula pembina keterampilan menulis siswa. D. Buku Teks 1. Pengertian Buku Teks Buku teks menjadi pedoman pada setiap mata pelajaran, buku teks dapat membantu siswa memahami serta mengerti materi ajar yang disampaikan guru. Oleh karena itu, setiap sekolah menyediakan buku teks untuk masingmasing mata pelajaran yang diajarkan di sekolah karena buku teks sesuatu yang harus ada untuk menunjang keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Begitu pentingnya buku teks di dalam pembelajaran menjadikan banyak para ahli yang mengemukakan pengertian buku teks, yaitu sebagai berikut: a. Hall Quest mengemukakan buku teks adalah rekaman pikiran rasial yang disusun buat maksud-maksud dan tujuan intrasional.51 b. Lange mengemukakan buku teks adalah buku standar atau buku setiap cabang khusus studi dan dapat terdiri dari dua tipe yaitu buku pokok atau utama dan suplemen atau tambahan.52 c. Bacon mengemukakan buku teks adalah buku yang dirancang buat penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar
50
Ibid., h.53 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia, (Bandung: Angkasa, 1986), h.12 52 Ibid., h.12 51
36
atau para ahli dalam bidang itu dan diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi.53 d. Buckingham mengemukakan buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran dalam pengertian modern dan yang umum dipahami.54 e. Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan mengemukakan dalam bukunya Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia mengemukakan bahwa buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu buat maksudmaksud dan tujuan intraksional, yang diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang sesuatu program pengajaran.55 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa buku teks adalah buku pelajaran satu bidang studi yang disusun oleh seorang ahli di bidang ilmu tertentu yang mengandung pelajaran atau intruksional. Buku teks menjadi buku standar yang telah disesuaikan dengan tingkat sekolah atau perguruan tinggi masing-masing sehingga mudah dipahami oleh siswa atau mahasiswa sehingga menjadikan buku teks tepat guna. Hal ini, sejalan dengan pendapat Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan yang telah penulis uraikan sebelumnya. 2. Klasifikasi Buku Teks Buku teks memiliki golongan-golongan tertentu sehingga buku teks terdapat pengklasifikasian buku teks. Pengklasifikasian buku teks guna menetapkan golongan buku teks berdasarkan jenis-jenisnya. Oleh karena itu, terdapat dasar-dasar yang harus disesuaikan. Pengamatan Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan dalam bukunya Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia ada empat dasar atau patokan yang digunakan dalam pengklasifikasian buku teks. Patokan-patokan itu adalah: a. Berdasarkan mata pelajaran atau bidang studi (terdapat di SD, SMP, SMA). b. Berdasarkan mata kuliah bidang yang bersangkutan (terdapat di perguruan tinggi). c. Berdasarkan penulisan buku teks (mungkin di setiap jenjang pendidikan).
53
Ibid., h.12 Ibid., h.12 55 Ibid., h.13-14 54
37
d. Berdasarkan jumlah penulis buku teks.56 Empat dasar yang menjadi dasar dalam pengklasifikasian buku teks masih memiliki klasifikasi yang menjadi aspek bagi tiap-tiap poin yang telah diuraikan tersebut. Hal ini untuk mengetahui lebih jelas penggolongan bagi tiap poin secara lebih khusus. Berdasarkan segi penulisan buku teks dikenal tiga jenis buku teks. Ketiga jenis itu adalah buku teks tunggal yaitu buku teks yang hanya terdiri atas satu buku saja.57 Buku teks berjilid adalah buku pelajaran untuk satu kelas tertentu atau untuk satu jenjang sekolah tertentu.58 Dan buku teks berseri adalah buku pelajaran berjilid mencakup beberapa jenjang sekolah, misalnya dari SD-SMP-SMA.59 Adapun kategori jumlah penulis buku teks yaitu buku teks dengan penulis tunggal dengan penulis kelompok. Penulis tunggal ialah penulis yang menyiapkan buku teks tertentu seorang diri. Penulis kelompok ialah penulis yang terdiri atas beberapa orang untuk penulis kelompok.60 Berdasarkan patokan-patokan pengklasifikasi buku teks yang telah diuraikan tersebut dalam penelitian ini jika dikaitkan dengan poin a sampai d maka penulis meneliti buku teks mata pelajaran bahasa Indonesia dengan jenjang pendidikan tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Adapun berdasarkan penulisan buku teks berjilid dan berdasarkan jumlah penulis buku teks berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di sekolah adalah penulis kelompok karena dalam realita di sekolah buku teks yang digunakan siswa cenderung buku yang ditulis oleh sekelompok penulis yang biasanya tentu lebih dari satu orang penulis. 3. Kualitas Buku Teks Buku teks merupakan buku standar wajib yang harus dihadirkan dalam pembelajaran untuk menompang keberhasilan siswa, sehingga buku teks hendaklah memiliki kualitas baik guna menciptkan mutu bagi siswa yang menggunakan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kualitas buku teks memiliki aspek-aspek yang harus dipenuhi seperti pendapat yang dikemukan Greene dan Petty berikut ini. 56 57 58 59 60
Ibid., h.29 Ibid., h. 31 Ibid., h.32 Ibid., h.32 Ibid., h. 32-33
38
a. Buku teks haruslah menarik minat anak-anak, yaitu para siswa yang mempergunakannya. b. Buku teks haruslah mampu memberi motivasi kepada para siswa yang memakainya. c. Buku teks haruslah memuat ilustrasi yang menarik para siswa yang memanfaatkannya. d. Buku teks seyogianya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya. e. Buku teks isinya harus berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainya. Lebih baik kalau dengan rencana sehingga semuanya merupakan suatu kebulatan yang utuh dan terpadu. f. Buku teks haruslah dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-aktivitas pribadi para siswa yang mempergunakannya. g. Buku teks haruslh dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak sempat membingungkan para siswa yang memakainya. h. Buku teks haruslah mempunyai sudut pandang atau “point of view” yang jelas dan tegas sehingga juga pada akhirnya menjadi sudut pandangan para pemakainya yang setia. i. Buku teks haruslah memberikan pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa. j. Buku teks haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para siswa pemakainya.61 Dengan demikian, kualitas buku teks memiliki aspek-aspek yang terkandung di dalam bukunya. Sepuluh aspek tersebut menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan guna menjadikan buku teks berkualitas tinggi, secara terinci sepuluh aspek tersebut mencakup minat siswa, mampu memberi motivasi,
memuat
ilustrasi,
pertimbangan
linguistik
yang
tepat,
menghubungkan dengan pelajaran lain, menstimulasi, konsep yang tidak samar, memiliki sudut pandang, pemantapan serta penekanan nilai-nilai, dan menghargai perbedaan pribadi para siswa. Oleh karena itu, sepuluh aspek menentukan mutu buku teks dalam proses pembelajaran yang digunakan di sekolah. Jika buku teks yang terkandung dalam sebuah buku teks berkualitas dan memuat sepuluh aspek tersebut tentu mempermudah dalam kegiatan pembelajaran.
61
Ibid., h. 20-21
39
E. Hasil Penelitian yang Relevan Inayah Setiani, mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan judul skripsi “Hubungan Antara Minat dengan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa (studi kasus SMK Selaga Jaya Pondok Labu, Jakarta selatan)”. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara minat dengan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa SMK Selaga Jaya Pondok Labu, Jakarta Selatan. Dari hasil penelitian Inayah Setiani perhitungan koefisien korelasi dapat disimpulkan bahwa hubungan antara minat dengan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa yaitu dengan prestasi bahasa Indonesia yang dengan hipotesa alternatif (Ha) diterima sedangkan hipotesa nihil (Ho) ditolak. Jadi terdapat hubungan yang signifikan antara korelasi minat dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Lutfi Syauki Faznur, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan judul skripsi “Peran guru bahasa Indonesia dalam menumbuhkan minat belajar siswa pada bidang studi bahasa Indonesia (studi kasus pada siswa kelas XI SMK Khazanah Kebajikan Pamulang-Tangerang Selatan tahun pelajaran 2011-2012)”. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran guru bahasa Indonesia dalam menumbuhkan minat belajar siswa terhadap bidang studi bahasa Indonesia. Peneliti menggunakan metode persentase dari hasil perhitungan P= x 100%. Dari hasil penelitian Lutfi Syauki Faznur diperoleh setiap jawaban, maka jawaban kategori selalu sebanyak 68,3%. Jadi peran guru diharapkan bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan tapi lebih dari itu, tetapi juga sebagai pengajar, pembimbing, pengelolah kelas, serta motivator. Supaya siswa tertarik untuk mempelajari pelajaran bahasa Indonesia di kelas. Ni‟matul Bidayah, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan judul skripsi “Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Kelas VII SMP Al-Zahra Indonesia Komplek Vila Dago Pamulang”. Skripsi ini
40
bertujuan untuk mengetahui minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang. Hasil penelitian Ni‟matul Bidayah, dapat diambil simpulan bahwa sebagai seorang pendidik harus selalu memberikan motivasi kepada setiap siswa agar siswa tersebut mempunyai minat yang tinggi di dalam dunia pendidikan. Dengan adanya minat yang tinggi siswa akan termotivasi terhadap sesuatu yang ingin dicapainya. F. Kerangka Berpikir Minat menjadi salah satu pendukung keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran yang diajarkan guru di dalam kelas. Siswa yang memiliki minat dalam belajar dengan sendirinya akan memiliki kecenderungan dari diri sendiri untuk mengikuti pelajaran dengan tekun dan baik. Namun pada umumnya minat tidak dimiliki semua siswa. Beberapa para ahli berpendapat tentang minat, salah satunya Djaali yang mengemukakan bahwa minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui prestasi partispasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.62 Sejalan dengan pendapat Djaali tersebut, sudah mewakilkan definisi minat yang memiliki peran penting dalam kegiatan belajar siswa karena siswa yang memiliki minat akan terlihat cenderung lebih tertarik pada suatu hal dari pada yang lainnya dengan berperan melalui tindakan. Pendapat tersebut juga mengatakan minat juga bukanlah kebiasaan yang dibawa sejak seseorang lahir, namun minat dapat diperoleh setelah manusia dilahirkan. Di sekolah siswa diajarkan berbagai mata pelajaran yang beragam, misalnya saja mata pelajaran bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia memuat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Pada penelitian ini, penulis memfokuskan pada keterampilan membaca yang dikaitkan dengan minat. 62
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), Cet. 3, h.121
41
Membaca tentu sangat mendukung keberhasilan bahkan prestasi siswa, melalui membaca siswa tentu akan memperoleh informasi, meningkatkan kadar intelektual, pemacu kreativitas, bahkan siswa pun dapat berekreasi dengan membaca. Jika membaca menjadi suatu minat yang dimiliki siswa, tentu siswa tersebut akan lebih mudah dalam mengikuti pembelajaran. Keterampilan membaca yang diajarkan siswa di sekolah sangat beragam, di tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) banyak materi dengan kompetensi dasar membaca antara lain membaca puisi, membaca biografi tokoh, membaca pidato, membaca cerpen, dan sebagainya. Maka dengan demikian, penulis pun memfokuskan pada salah satu materi tersebut yaitu membaca puisi. Membaca puisi menjadi materi yang tidak bisa dilepaskan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di setiap jenjang sekolah. Dengan demikian, sesuai dengan silabus yang berlaku saat ini penulis melakukan penelitian membaca puisi di SMP (Sekolah Menengah Pertama) karena materi membaca puisi diajarkan di kelas VII. Di dalam pembelajaran siswa tentu memiliki buku pedoman yang disebut buku teks yang menjadi pedoman dalam mengikuti pelajaran selain guru. Buku teks memuat berbagai mata pelajaran bidang studi yang terdapat di sekolah, namun dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian buku teks bahasa Indonesia. Berdasarkan uraian kerangka berpikir yang telah dijabarkan, membaca puisi dengan menggunakan buku teks akan diketahui minat para siswa yang diteliti karena buku teks merupakan buku pedoman yang tentunya terdapat materi puisi dan dimiliki seluruh siswa, melalui buku teks dapat diketahui minat siswa terkait membaca puisi yang tersaji dalam buku teks. Oleh karena itu, objek penelitian yang penulis lakukan adalah siswa kelas VII sesuai dengan fokus penelitian.
42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Al-Khasyi‟un yang beralamat di jalan Dewi Sartika RT 02/02 Cipayung, Ciputat, Tangerang Selatan. Adapun pelaksanaan penelitian untuk pengambilan data skripsi ini dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2014. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif, yaitu penelitian dengan cara menggambarkan objek penelitian pada saat keadaan sekarang berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya, kemudian dianalisis dan diinterprestasikan.63 Selain itu, penelitian ini juga menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.64 Dengan demikian, penelitian yang penulis lakukan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. C. Instrumen Penelitian Suatu penelitian menggunakan suatu instrumen penelitian untuk mengetahui secara tepat keterangan yang benar dan nyata. Instrumen penelitian ini juga dijadikan sarana penelitian yang diharuskan ada dalam setiap kegiatan penelitian yang sedang dilakukan. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah.65 63
Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian: Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. 2, h. 108 64 Ibid., h. 120 65 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet.14, h. 203
43
Dengan demikian, instrumen penelitian berati alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data yang memudahkan peneliti dalam mengelola data yang telah terkumpul. Sebagai data dalam instrumen penelitian ini, penulis menggunakan observasi di SMP Islam Al-Khasyi‟un, wawancara dengan guru bahasa Indonesia di sekolah yang diteliti, serta menyebarkan angket kepada para siswa kelas VII SMP Al-Khasyi‟un tahun ajaran 2014-2015. D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data menjadi metodologi selanjutnya. Pengumpulan data dalam penelitian tentu memiliki cara yang harus dilakukan peneliti karena dalam mengumpulkan data harus dilakukan dengan aturan yang menjadi ketepatan cara pengumpulan data yang dilakukan peneliti sesuai masalah yang diteliti. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan, selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah yang ingin dipecahkan. Sugiono mengemukakan, metode pengumpulan data yang umum digunakan dalam suatu penelitian adalah wawancara, kuesioner, dan observasi.66 Dengan demikian, teknik pengumpulan berarti tahapan yang sistematis dan standar untuk memperoleh data sesuai dengan masalah yang peneliti lakukan. Sejalan dengan pendapat Sugiono, penulis pun melakukan pengumpulan data melalui tahapan yang sama, yaitu: 1. Observasi Observasi atau pengamatan langsung adalah kegiatan pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang mendukung kegiatan penelitian, sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi objek penelitian tersebut.67 Observasi ini dilaksanakan untuk mengamati langsung mengenai minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks siswa di SMP
66
Syofian Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian: Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. 2, h. 130 67 Ibid., h. 134
44
Islam Al-Khasyi‟un kelas VII Tahun Ajaran 2014-2015 dengan menggunakan lembar observasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi partisipasi, berarti penulis melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati.68 Adapun jenis observasi partisipasi yang penulis gunakan adalah observasi partisipasi lengkap (complete participation) berarti dalam melakukan pengumpulkan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data.69 Adapun lembar observasi tersebut adalah sebagai berikut: Aspek yang diamati Kriteria
No
Kurang 1.
Cukup
Baik
Siswa memberikan respon terhadap
pembelajaran
membaca puisi. 2.
Siswa memperhatikan penjelasan guru.
3.
Siswa tanyaan
mengajukan terkait
permateri
pembelajaran. 4.
Siswa mengajukan pendapat terkait materi pembelajaran.
5.
Siswa menjawab pertanyaan guru.
6.
Siswa
mengerjakan
tugas
yang diberikan guru dengan baik. 7.
Siswa
mengikuti
pem-
belajaran sampai akhir.
68
Nana Sudjana, Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 14, h.85 69 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), h. 187
45
2. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan atau data untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara.70 Wawancara ini digunakan untuk melengkapi data angket dan observasi. Dalam tahap ini, penulis melakukan wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia di SMP Islam Al-Khasyi‟un terkait penelitian untuk mengetahui permasalahan yang berhubungan dengan minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks bahasa Indonesia kelas VII SMP Islam Al-Khasyi‟un. 3. Angket Angket disebut juga dengan kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis mempelajari sikapsikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.71 Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaaan dan kemudian responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait pertanyaan di dalam angket yang diberikan kepada para siswa SMP Islam Al-Khasyi‟un Kelas VII Tahun Ajaran 2014-2015. TABEL KISI-KISI TENTANG MINAT SISWA DALAM MEMBACA PUISI DENGAN MENGGUNAKAN BUKU TEKS KELAS VII SMP ISLAM AL-KHASYI’UN NO
Indikator
Jumlah Butir
Item
1.
Minat terhadap membaca
Enam
1, 2, 3, 4, 5 dan 6
2.
Minat terhadap membaca puisi
70
tujuh
7, 8, 9, 10, 11. 12, dan 13
Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian: Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. 2, h. 130 71 Ibid., h. 132
46
3.
Minat membaca
siswa puisi
dalam
Tujuh
dengan
14, 15,16, 17, 18, 19, dan 20
menggunakan buku teks bahasa Indonesia E. Teknik Analisis Data Penulis melakukan teknik analisis data angket dan lembar observasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P=
Keterangan: F= Frekuensi yang sedang dicari persentasenya N= Number of cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu) P= Angka persentase.72
72
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h.43
47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMP Islam Al-Khasyi’un 1. Tentang Sekolah SMP Islam Al-Khasyi‟un merupakan bagian dari yayasan Al-Khasyi‟un Ciputat yang berlokasi di jalan Dewi Sartika Rt 02/02 Cipayung, Tangerang Selatan 15411. 2. Visi Visi SMP Islam Al-Khasyi‟un adalah pendidikan berkualitas dan terjangkau berlandaskan akhlakul karimah. 3. Misi Menanamkan pemahaman wawasan keislaman dan kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari. Mengaktualisasikan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan yang cerdas, trampil, beriman, bertakwa dan kompetitif. 4. Sarana Sebagai penunjang kegiatan pembelajaran, SMP Islam Al-Khasyi‟un dilengkapi beberapa sarana antara lain: Gedung berlantai dua milik sendiri Lokasi mudah dijangkau Lab. Komputer dan Internet Sarana Ibadah Sarana Olahraga 5. Ekstrakurikuler Wadah penyaluran bakat dan minat siswa SMP Islam Al-Khasyi‟un disediakan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler, antara lain: pramuka,
48
paskibra, marawis, SBTQ (seni baca tulis al-qur‟an), dan paduan suara / vocal group. 6. Waktu Belajar Pelaksanaan awal dan berakhirnya pembelajaran telah ditentukan sesuai dengan masing-masing hari. Adapun pembagian waktu belajar sebagai berikut: 1. Senin - kamis
: pukul 07:15 - 13:30 WIB
2. Jumat
: pukul 07:15 – 11:30 WIB
3. Sabtu
: pukul 07:15 – 13:30 WIB
7. Beasiswa Bagi siswa berprestasi diberikan kepada siswa secara bebas tanpa pungutan apapun. 8. Pengurus dan Tenaga Pendidik a. Pengurus SMP Islam Al-Khasyi‟un Kepala Sekolah
: Wahyu Widoyo, S.Hut
Bidang Kurikulum
: Wawan Hermawan, S.Pd
Bidang Kesiswaan
: Andre Maulana, SP
Pembina OSIS
:-
Pembina Ekstrakurikuler
: Nur Asiah, S.Pd
Wali Kelas a) Wali Kelas VII
: Saepudin A, S.Pd
b) Wali Kelas VIII
: Dra. Kasrah
c) Wali Kelas IX
: Siti Robiah, S.Ag
Bagian Administrasi
: Andre Maulana, SP
Bagian Keuangan
: Reksiana, S.Pd.I
49
b.
Tenaga Pendidik SMP Islam Al-Khasyi‟un Tenaga pendidik SMP Islam Al-Khasyi‟un memiliki kualifikasi
pendidikan sarjana (S1) yang profesional serta berjiwa pendidik. Adapun tenaga pengajar yang berada di SMP Islam Al-Khasyi‟un adalah sebagai berikut: No.
Nama
L/P
Mata Pelajaran
1
Agus Suryana, S.Ag Wawan Hermawan, S.Pd Andre Maulana, SP Mardani, S.Ag Abdul Sukurilah, S.Pd Rita Zubaidah, S.Sos Siti Robiah, S.Ag Syaefudin Ahmad, S.Pd Drs. Jasmani Dra. Kasrah Priyanto Nurasiah,S.Pd Reksiana, S.Pd.I Ismawirda Fitriyani, S. Pd.I Nurul Adyati, S.Pd.I
L
PAI
L
Penjasor
L L L P P
MTK IPS TIK IPA BTQ
L
B. Inggris
L P L P P
PKn B. Indonesia SBK B. Arab Prakarya
P
MTK
P
Seni Budaya
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
B. Pembahasan Penelitian ini dimulai dengan observasi di SMP Islam Al-khasyi‟un, penulis melakukan observasi siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks kelas VII SMP Islam Al-khasyi‟un dalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Temuan penelitian observasi ini, penulis peroleh dari kegiatan penulis yang mengajar secara langsung para siswa SMP Islam Al-khasyi‟un kelas VII Tahun Ajaran 2014-2015 dengan pedoman lembar observasi yang penulis sediakan.
50
Temuan penelitian selanjutnya melalui angket, angket yang terdiri dari 20 butir pertanyaan yang penulis berikan kepada responden yaitu siswa kelas VII SMP Islam Al-khasyi‟un tahun ajaran 2014-2015. Adapun pertanyaan yang termuat dalam angket tersebut menjadi data yang dapat diolah sehingga dapat diketahui jumlah persen responden yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan penulis di setiap masing-masing butir pertanyaan. Hal ini sama dengan kegiatan observasi untuk mengetahui jumlah persen respon yang sesuai dengan pertanyaan penulis. Penulis juga melakukan wawancara dengan guru bahasa Indonesia, yaitu ibu Dra. Kasroh yang bertempat di ruang guru SMP Islam Al-khasyiun. Temuan penelitian melalui wawancara dengan tujuan untuk mengetahui proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah tersebut. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dapat diketahui informasi yang berkaitan dengan minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks kelas VII SMP Islam Al-khasyiun tahun ajaran 2014-2015. Adapun temuan penelitian tersebut yang telah penulis uraian sebagai berikut: 1. Observasi Tahap observasi dilakukan secara pengamatan langsung di SMP Islam Al-khasyiun kelas VII, ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Penulis melakukan pengajaran materi membaca puisi, kemudian penulis melakukan pengamatan langsung kepada para siswa dengan mengisi lembar observasi yang telah penulis siapkan. Penulis selanjutnya mendeskripsikan sesuai dengan lembar observasi yang diamati, hasil dari data observasi akan penulis urai perbutir aspek dan menghitung masing-masing kriteria untuk mengetahui hasil yang lebih condong. Berikut penguraian yang penulis lakukan: No
1.
Aspek yang diamati
Siswa memberikan respon terhadap pembelajaran membaca puisi.
Kriteria Kurang
Cukup
Baik
2,5 %
5%
92,5 %
51
2. 3. 4. 5. 6. 7.
a.
Siswa memperhatikan penjelasan guru. Siswa mengajukan pertanyaan terkait materi pembelajaran. Siswa mengajukan pendapat terkait materi pembelajaran. Siswa menjawab pertanyaan guru. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik. Siswa mengikuti pembelajaran sampai akhir.
5%
5%
90 %
35 %
5%
60 %
30 %
22, 5 %
47, 5 %
12,5 %
7,5 %
80 %
12, 5 %
17, 5 %
70 %
0
0
100
Berdasarkan poin nomor satu aspek siswa memberikan respon terhadap pembelajaran membaca puisi diperoleh responden tertinggi dengan kriteria baik dengan jumlah 92,5 % yang diperoleh dari
x 100% = 92,5
%. Hal ini terlihat dari tanggapan siswa dalam pembelajaran membaca puisi yang penulis amati dalam kegiatan observasi yang penulis juga memberikan penjelasan materi tersebut. jumlah tersebut berbeda jauh dengan kriteria kurang 2,5% dan cukup 5%. b.
Berdasarkan poin nomor dua aspek siswa memperhatikan penjelasan guru masih ditemukan kriteria kurang dengan jumlah 5 % yang diperoleh dari
x100 %= 5% dan kriteria cukup 5 % yang diperoleh dari
x 100
%= 5%. Memperhatikan penjelasan guru merupakan hal yang terpenting dalam proses belajar mengajar, walaupun jumlah persen responden yang diamati penulis dengan jumlah persen responden yang rendah, tetapi sebaiknya aspek ini dapat dimiliki setiap siswa. c.
Berdasarkan poin nomor tiga aspek siswa mengajukan pertanyaan terkait materi pembelajaran telah ditemukan kriteria baik 60 % yang diperoleh dari
x 100 %= 60% merupakan suatu jumlah persen responden yang
cukup tinggi karena siswa yang mengajukan pertanyaan terkait materi pembelajaran
merupakan
cerminan
siswa
yang
respon
dengan
pembelajaran, seperti aspek no 1. Namun sedikit berbeda dengan aspek
52
ini, hanya siswa yang aktif yang mengajukan pertanyaan terkait materi pembelajaran. d.
Berdasarkan poin nomor empat aspek siswa mengajukan pendapat terkait materi pembelajaran, telah ditemukan penurunan jumlah responden dari aspek sebelumnya. Dalam kriteria baik telah ditemukan dengan jumlah persentase responden 47,5 % yang diperoleh dari
x 100 %= 47,5%.
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, beberapa para siswa cenderung tidak memiliki rasa percaya diri untuk mengajukan pendapat terkait pembelajaran. e.
Berdasarkan poin nomor lima aspek siswa menjawab pertanyaan guru berdasarkan pengamatan penulis, kriteria baik diperoleh jumlah persentase tertinggi dibandingkan kriteria kurang 12,5% ataupun kriteria cukup 7,5% dengan jumlah persense responden 80% yang diperoleh dari x 100 %= 80%.
f.
Berdasarkan poin nomor enam aspek siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik masih ditemukan 12,5% kriteria kurang dan 17,5% kriteria kurang. Berdasarkan pengamatan penulis, siswa belum sempurna dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Namun, jumlah persentase kriteria baik tinggi dengan hasil 70% yang diperoleh dari
x
100 %= 70%. g.
Berdasarkan poin nomor tujuh aspek siswa mengikuti pembelajaran sampai akhir, berdasarkan pengamatan penulis para siswa mengikuti pembelajaran sampai akhir. Sehingga jumlah persentase kriteria baik sempurna yang diperoleh dari
x 100 %= 100%.
2. Angket Angket penelitian ini terdiri dari 20 pertanyaan dan disebarkan kepada siswa kelas VII SMP Islam Al-Khasyi‟un yang berjumlah 40 siswa. Penulis selanjutnya mengumpulkan dan melakukan proses perhitungan data yang telah terkumpul dengan penyajian data dalam bentuk tabel untuk
53
memudahkan dalam memprestasikan data angket. Adapun data tersebut dapat dilihat dalam bentuk tabel masing-masing pertanyaan berikut ini: Tabel 1 Saya senang dengan membaca Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
Ya
31
77,5 %
Tidak
9
22,5 %
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa siswa senang dengan membaca. Hal ini ini dapat dilihat dari hasil presentase yang telah diuraikan pada tabel 1, sebanyak 77,5% siswa senang membaca, hasil presentase tersebut diperoleh dari
x 100 %=77,5%. Sedangkan yang tidak senang
membaca sebanyak 22,5% yang berarti hanya sembilan siswa yang tidak senang membaca. Tabel 2 Saya selalu membaca sejumlah pelajaran bahasa Indonesia dimulai Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
Ya
30
75%
Tidak
10
25%
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa tidak semua siswa selalu membaca sebelum pelajaran bahasa Indonesia dimulai. Hal ini dapat dilhat dari presentase yang telah penulis uraiakan sebanyak 75% siswa selalu membaca sebelum pelajaran bahasa Indonesia dimulai dengan rincian presentase
x 100 %=75%. Sedangkan 25% yang berarti 10 dari siswa tidak
membaca sebelum pelajaran bahasa Indonesia dimulai. Tabel 3 Saya memperoleh pengetahuan serta hiburan dengan membaca Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
54
Ya
28
70%
Tidak
12
30%
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh hasil 70% responden yang menyatakan memperoleh pengetahuan serta hiburan dengan membaca yang diperoleh dari
x 100 %=70%. Sedangkan yang tidak memperoleh
pengetahuan serta hiburan dengan membaca 30% responden yang berarti ada 12 siswa yang menyatakan hal tersebut. Tabel 4 Saya selalu menantikan materi membaca, dibandingkan dengan materi menyimak, berbicara atau menulis Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
Ya
33
82,5
Tidak
7
17,5
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa siswa selalu menantikan materi membaca, dibandingkan dengan materi menyimak, berbicara atau menulis dengan jumlah persen responden yang menjawab iya sebanyak 82,5%. Hal ini berbeda jauh dengan para siswa yang menjawab tidak sebanyak 17,5% yang diperoleh dari
x 100 %= 17,5% yang berarti
hanya tujuh siswa. Tabel 5 Saya sering menghabiskan waktu untuk membaca Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
Ya
15
37,5%
Tidak
25
62,5%
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel 5, dapat diperoleh hasil jawaban responden yang menyatakan tidak sering menghabiskan waktu untuk membaca dalam jumlah persen yang lebih banyak yaitu 62,5% yang berarti 25 siswa. Hal ini berbeda
55
dengan jumlah siswa yang sering menghabiskan waktu untuk membaca dengan presentase dengan jumlah siswa 15 yang diperoleh dari
x 100 %=
37,5% . Tabel 6 Saya sering mengobrol jika materi membaca Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
Ya
7
17,5 %
Tidak
33
82,5 %
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, terkait saya sering mengobrol jika materi membaca dapat diperoleh jawaban tidak dengan presentase 82, 5% yang diperoleh dari
x 100 %= 82,5%. Hal ini berbanding jauh dengan jumlah
siswa yang menyatakan ya sebanyak 17,5% yang berarti 7 siswa. Tabel 7 Saya senang dengan membaca puisi Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
Ya
36
90%
Tidak
4
10%
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa diperoleh hasil 90% siswa yang menjawab senang dengan membaca puisi berarti terdiri dari 36 siswa menyatakan demikian. Hal ini berbeda jauh dengan 10% yang menyatakan tidak senang dengan membaca puisi yang diperoleh dari %=10% . Tabel 8 Saya merasa terhibur dengan membaca puisi Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
Ya
35
87,5%
Tidak
5
12,5%
x 100
56
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel tersebut, siswa yang menjawab merasa terhibur dengan membaca puisi sebanyak 87,5% yang telah diperoleh dari
x 100
%= 87,5%. Hal ini berbeda jauh dengan jawaban lima siswa yang menyatakan tidak merasa terhibur dengan membaca puisi dengan hasil presentase 12,5%. Tabel 9 Saya sangat antusias terhadap materi membaca puisi Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
Ya
40
100%
Tidak
0
0
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui jawaban siswa yang menyatakan ya sangat antusias terhadap materi membaca puisi mencapai jumlah persentase sempurna, karena semua responden menjawab ya. Sehingga jumlah persentasenya 100% yang diperoleh dari
x10 %= 100%.
Tabel 10 Saya tidak masuk kelas ketika materi membaca puisi Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
Ya
0
0
Tidak
40
100%
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui responden menjawab secara keseluruhan dengan pilihan jawaban tidak sehingga sebanyak 100% yang diperoleh dari
x 100 %= 100%. Dengan demikian, siswa yang menyatakan
saya tidak masuk kelas ketika materi membaca puisi tidak ada berdasarkan jawaban yang diberikan melalui angket penulis. Tabel 11 Membaca puisi sangat sullit bagi saya
57
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
Ya
11
27,5%
Tidak
29
72,5%
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa responden yang menjawab membaca puisi sangat sulit terdapat 27,5%. Sedangkan yang menjawab tidak sangat sulit sebanyak 85 % yang diperoleh dari
x 100 %=
72,5% yang berarti 29 siswa. Sehingga terjadi perbandingan presentase antara keduanya yang cukup jauh. Tabel 12 Saya selalu menantikan materi membaca puisi, dibandingkan dengan macam-macam materi membaca lainnya Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
Ya
35
87,5%
Tidak
5
12,5%
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh 35 siswa yang menjawab ya dengan persentase 87,5%. Sedangkan yang menyatakan tidak selalu menantikan materi membaca puisi dibandingkan dengan macam-macam materi membaca lainnya yaitu 12,5% yang diperoleh dari
x 100 %= 12,5%
yang berarti hanya lima siswa saja. Tabel 13 Membaca puisi memberikan manfaat bagi saya Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
Ya
29
72,5%
Tidak
11
27,5%
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat 11 siswa yang menyatakan membaca puisi tidak memberikan manfaat baginya. Hal ini jauh berbeda dengan siswa yang menjawab ya sebanyak 72,5% yang
58
diperoleh dari
x 100 %= 87,5% yang berarti jawaban diperoleh dari 29
siswa. Tabel 14 Saya senang membaca buku teks bahasa Indonesia karena mudah dimengerti Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
Ya
30
75%
Tidak
10
25%
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui 75% siswa senang membaca buku teks bahasa Indonesia karena mudah dimengerti. Jumlah reponden tersebut diperoleh dari
x 100 %= 75% yang berarti 30 siswa yang
menjawab ya. Sedangkan 10 siswa lainnya menjawab tidak dengan presentase 25 %. Tabel 15 Membaca puisi dengan menggunakan buku teks bahasa Indonesia sangat sulit bagi saya Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
Ya
7
17,5%
Tidak
33
82,5%
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, siswa masih beragam dalam menjawab antara ya membaca puisi dengan menggunakan buku teks bahasa Indonesia sangat sulit bagi siswa dengan tidak. Sehingga presentase sempurna tidak ada di salah satu alternative jawaban, untuk ya 17,5% yang diperoleh dari
x 100
%= 17,5% yang berarti tujuh siswa, sedangkan tidak 82,5% yang diperoleh dari
x 100 %= 82,5% yang berarti 33 siswa.
59
Tabel 16 Guru memotivasi saya untuk selalu membaca puisi dengan menggunakan buku teks bahasa Indonesia Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
Ya
37
92,5%
Tidak
3
7,5%
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui diperoleh presentase yang hampir sempurna sebanyak 92,5% siswa yang menjawab ya bahwa guru memotivasi siswa untuk selalu membaca puisi dengan menggunakan buku teks bahasa Indonesia. Hasil presentase tersebut diperoleh dari
x100 %=
92,5% yang berarti 37 siswa. Tabel 17 Membaca puisi akan lebih menarik jika tidak hanya membaca puisi dengan menggunakan buku teks, tetapi buku bacaan lain yang disediakan sekolah Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
Ya
40
100%
Tidak
0
0
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa diperoleh 100% dari jawaban siswa yang menyatakan ya membaca puisi akan lebih menarik jika tidak hanya membaca puisi dengan menggunakan buku teks, tetapi buku bacaan lain yang disediakan sekolah. Dengan demikian keseluruhan presentase pada alternatif jawaban ya diperoleh dari
x 100 %= 100% yang berarti 40
siswa. Tabel 18 Saya merasa bosan dengan menggunakan buku teks bahasa Indonesia Alternatif Jawaban Ya
Frekuensi
%
5
12,5
60
Tidak Jumlah
35
87,5%
40
100%
Berdasarkan tabel tersebut, ditemukan jawaban siswa yang merasa bosan dengan menggunakan buku teks bahasa Indonesia sebanyak 12,5% yang diperoleh dari
x 100 %= 12,5%. Sedangkan yang menjawab tidak
jauh lebih banyak 87,5%. Berarti, sebanyak 35 siswa yang merasa tidak bosan dengan menggunakan buku teks bahasa Indonesia . Tabel 19 Saya akan merasa senang, jika buku teks bahasa Indonesia menarik untuk dibaca. Misalnya berwarna dan lengkap Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
Ya
37
92,5%
Tidak
3
7,5%
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui siswa menjawab ya dengan jumlah persen 92,5% yang diperoleh dari 37 siswa dengan rincian
x100 %=
92,5%. Sedangkan yang menjawab tidak terkait merasa senang, jika buku teks bahasa Indonesia menarik untuk dibaca misalnya berwarna dan lengkap sebanyak 7,5% saja yang berarti hanya tiga siswa. Tabel 20 Saya senang membaca puisi dengan menggunakan buku teks bahasa Indonesia ketika di rumah Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
Ya
9
22, 5 %
Tidak
31
77, 5 %
40
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa siswa tidak senang membaca puisi dengan menggunakan buku teks bahasa Indonesia ketika di rumah. Hal ini dapat dilihat dari hasil presentase yang telah diuraikan sebanyak 77, 5%
siswa mengatakan tidak, jumlah reponden tersebut
61
diperoleh dari
x 100 %= 77,5 % yang berarti 31 siswa yang menjawab
tidak. 3. Wawancara Penulis melakukan wawancara dengan narasumber guru bidang studi bahasa Indonesia ibu Dra. Kasroh sebagai data yang dapat memperkuat hasil observasi melalui lembar observasi yang penulis telah lakukan dengan hasil presentase responden atau siswa kelas VII SMP Islam Al-khasyiun. Wawancara ini penulis jadikan sebagai data informasi yang lebih menjelaskan tentang keadaan siswa dalam proses belajar mengajar berdasarkan pendapat guru bahasa Indonesia. Adapun hasil wawancara yang penulis lakukan dengan guru tersebut, adalah sebagai berikut: Penulis :Bagaimana
minat
siswa
dalam
membaca
puisi
dengan
menggunakan buku teks? Nara sumber
: Sebenarnya untuk anak kelas VII minat membaca puisi siswa kategori baik sebab sebagian besar siswa yang memang tertarik dengan materi membaca puisi. Tetapi karena kurikulum yang sedang diterapkan pemerintah saat ini terkait penggunaan buku teks yang hanya dipinjamkan saat
pembelajaran,
menjadikan
siswa
tidak
bisa
meningkatkan minat tersebut. Pada tahun pembelajaran sejak setahun lalu, pemerintah pun hanya menyediakan buku teks satu buah yang diberikan kepada sekolah dengan sebutan buku siswa. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya siswa dalam satu mata pelajaran memiliki dua buku teks yang menjadi pedoman yaitu buku paket dan LKS (Lembar Kerja Siswa). Penulis: Apakah ibu mempunyai upaya untuk mempertahankan minat dan menimbulkan minat bagi siswa yang sebagian kecil tidak berminat
dengan
materi
menggunakan buku teks?
membaca
puisi
dengan
62
Nara sumber
: saya biasanya memberikan waktu untuk siswa membaca terlebih dahulu sebelum memasuki pembelajaran selama beberapa menit. Memang hal tersebut mengurangi jam mata pelajaran bahasa Indonesia tetapi bagi saya, hal tersebut akan mempermudah siswa dalam memahami pelajaran yang akan dipelajari. Terlebih materi membaca puisi, siswa yang diberikan waktu untuk membaca terlebih dahulu, akan lebih mengetahui bentuk puisi ada yang akan diajarkan serta puisi yang akan siswa baca. Dengan dekimian, selama waktu yang saya berikan untuk membaca tersebut siswa dapat mempertahankan minat terhadap membaca puisi dan bagi siswa yang sebagian kecil tidak berminat dapat menumbuhkan minat dalam dirinya jika mereka membaca puisi yang telah dituangkan dalam buku teks tersebut dengan waktu yang saya berikan sebelum memasuki materi pelajaran.
Bagian selanjutnya, penulis menelaah buku teks mata pelajaran bahasa Indonesia yang dipergunakan di kelas VII SMP Islam Al-Khasyi‟un. Telaah buku teks ini dilakukan berdasarkan unsur-unsur yang terdapat di dalam buku teks. Adapun uraian telaah buku teks sebagai berikut: A. Identitas buku teks 1. Judul buku
: Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan
2. Kontributor naskah
: Fairul Zabadi, Sutejo, Mu'jizah, dan Dad Murniah
3. Penelaah
: M. Rapi Tang dan Rustono
4. Tebal buku
: 272 halaman
5. Jenis buku
: Buku Teks
6. Penerbit
: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, dan Kemdikbud
7. Tahun terbit
: 2014
63
8. ISBN
: 978-602-282-385-8 (jilid lengkap) 978-602-282-386-5 (jilid 1)
B. Fisik buku teks Setelah penulis menelaah fisik buku teks yang digunakan untuk siswa kelas VII SMP Islam Al-Khasyi‟un terlihat tidak ada kekurangan. Adapun pelbagai bagian-bagian yang terdapat dalam fisik buku teks meliputi antara lain: 1. Cover buku Penggunaan gambar yang dipakai sederhana dan tidak berlebihan yang menurut penulis tepat. Begitu juga penulisan judul buku yang tertulis tebal dan diletakan di luar gambar menjadikan judul buku jelas terbaca. 2. Jenis kertas Jenis kertas yang digunakan oleh buku teks SMP Islam Al-Khasyi‟un ini bagus karena kertasnya tebal. 3. Warna buku Warna buku yang digunakan menurut penulis menarik karena terdapat bermacam-macam warna yang konsisten dalam penulisan bagianbagian tertentu dan sesuai dengan warna nyata gambar yang ditampilan, misalnya warna nyata pegunungan. 4. Ukuran buku Ukuran buku teks tidak terlalu besar karena ukurannya 25 cm dengan jumlah
halaman
272.
Sehingga
memudahkan
siswa
dalam
menggunakan buku teks yang digunakan. C. Tujuan Tujuan buku teks ini adalah agar siswa mampu memproduksi dan menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Dalam pembelajaran bahasa yang berbasiskan teks, bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang berfungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis. Dengan demikian, teks dipandang sebagai satuan bahasa yang bermakna secara kontekstual.
64
D. Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam buku teks ini sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum 2013, siswa diajak menjadi berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Dengan demikian, peran guru dalam meningkatkan dan menyesuaikan daya serap siswa dengan ketersediaan kegiatan pada buku ini sangat penting. Guru dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam. E. Materi Materi yang terdapat dalam buku teks memuat pokok bahasan antara lain mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan kebahasaan. Adapun uraian pokok bahasan tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Mendengarkan a. Mendengarkan laporan hasil observasi b. Mendengarkan pidato c. Mendengarkan puisi di depan kelas d. Mendengarkan cerpen
2.
Berbicara a. berbicara teks eksposisi di depan kelas
3.
Membaca a. Membaca hasil observasi b. Membaca teks deskripsi c. Membaca teks eksposisi d. Membaca teks eksplanasi e. Membaca puisi f. Membaca novel g. Membaca cerpen h. Membaca cerita rakyat i. Membaca teks untuk meringkas teks
65
4.
Menulis a. Menulis teks eksposisi b. Menulis teks eksplanasi c. Menulis cerpen d. Meringkas teks e. Merevisi teks
5.
Kebahasaan a. Rujukan kata, konjungsi, kata berimbuhan, dan kelompok kata b. Penulisan kata baku dan tidak baku, kelompok kata, identifikasi kalimat tunggal dan kalimat majemuk, serta pemakaian konjungsi c. Pengulangan
(repetisi),
kata
ganti
(pronomina),
dan
kata
penghubung (transisi) d. Kelompok kata (frasa) dan jenis kata e. Membuat utuh sebuah paragraf yang ditandai dengan adanya pengulangan (repetisi), kata ganti, dan kata penghubung (transisi) f. Kata kerja dan kalimat simpleks F. Kelebihan dan kekurangan 1.
Kelebihan dalam buku teks a. Buku teks disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013. b. Disetiap
awal
bab
ditampilkan
peta
konsep,
sehingga
memudahkan untuk mengetahui sub tema dan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan siswa dalam mempelajari masing-masing bab. c. Terdapat glosarium di akhir pembahasan sehingga memudahkan serta memperjelas pengetahuan siswa terdapat materi-materi yang telah diajarkan. d. Terdapat refleksi, refleksi yang diberikan kepada siswa di dalam buku teks misalnya guru meminta siswa untuk merefleksikan
66
pembelajaran teks eksplanasi dengan mewawancarai orang tua atau tokoh yang ada di sekitar tempat tinggalnya. 2.
Kekurangan dalam buku teks a. Tidak terdapat indikator, standar kompetensi, dan kompetensi inti di setiap materi yang akan dipelajari.
G. Kesimpulan Buku teks bahasa Indonesia yang digunakan SMP Islam Al-Khasyi‟un ini sangat layak digunakan karena buku teks ini dipersiapkan pemerintah dalam rangka implementasi kurikulum 2013. Buku teks ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013.Sehingga melalui buku teks ini pembelajaran siswa tentu lebih mengarah sesuai harapan pemerintah dengan dilengkapi kelebihankelebihan buku teks.
Berdasarkan penelitian penulis tentang minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks kelas VII SMP Islam Al-Khasyi‟un. Maka berikut ini penulis uraikan puisi-puisi yang terdapat di dalam buku teks yang dipelajari siswa, yaitu: Tanah Kelahiran Seruling di pasir ipis, merdu antara gundukan pohonan pina tembang menggema di dua kaki, Burangrang – Tangkubanprahu. Jamrut di pucuk-pucuk, Jamrut di air tipis menurun. Membelit tangga di tanah merah dikenal gadis-gadis dari bukit Nyanyikan kentang sudah digali, kenakan kebaya merah ke pewayangan. Jamrut di pucuk-pucuk,
67
Jamrut di hati gadis menurun. Karya: Ramadhan K.H.
Dengan Puisi Aku Dengan puisi aku bernyanyi Sampai senja umurku nanti Dengan puisi aku bercinta Berbaur Cakrawala Dengan puisi aku mengenang Keabadian yang akan datang Dengan puisi aku menangis Jarum waktu bila kejam mengiris Dengan puisi aku mengutuk Napas zaman yang busuk Dengan puisi aku berdoa Perkenankanlah kiranya Karya: Taufiq Ismail
Dalam Gelombang Alun bergulung naik meninggi, Turun melembah jauh ke bawah, Lidah ombak menyerak buih, Surut kembali di air gemuruh. Kami mengalun di samudra-Mu, Bersorak gembira tinggi membukit, Sedih mengaduh jatuh ke bawah, Silih berganti tiada berhenti. Di dalam suka di dalam duka,
68
Waktu bah'gia waktu merana, Masa tertawa masa kecewa, Karni berbuai dalam nafasmu, Tiada kuasa tiada berdaya, Turun naik dalam 'rama-Mu. Karya: St. Takdir Alisjahbana Ketiga puisi yang telah penulis uraian merupakan puisi yang dipelajari siswa dalam pembelajaran. Selain ketiga puisi tersebut buku teks yang digunakan siswa sangat mendukung minat siswa terhadap membaca puisi karena pada bagian akhir buku teks terdapat lampiran puisi-puisi, yaitu sebagai berikut: Tuhan, kita begitu dekat Tuhan, Kita begitu dekat Sebagai api dengan panas Aku panas dalam apimu Tuhan, Kita begitu dekat Seperti kain dengan kapas Aku kapas dalam kainmu Tuhan, Kita begitu dekat Seperti angin dan arahnya Kita begitu dekat Dalam gelap kini aku nyala dalam lampu padammu Karya: Abdul Hadi WM
69
Cintaku jauh di pulau Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri Perahu melancar, bulan memancar, di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak 'kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata: "Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh! Perahu yang bersama 'kan merapuh! Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau, kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri. Karya: Chairil Anwar
PAHLAWAN TAK DIKENAL Sepuluh tahun jang lalu dia terbaring Tetapi bukan tidur, sajang Sebuah lubang peluru bundar didadanja Senjum bekunja mau berkata, kita sedang perang Dia tidak ingat bilamana dia datang
70
Kedua lengannja memeluk senapang Dia tidak tahu untuk siapa dia datang Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sajang Wadjah sunji setengah tengadah Menangkap sepi padang sendja Dunia tambah beku ditengah derap dan suara merdu Dia masih sangat muda Hari itu 10 November, hudjanpun mulai turun Orang-orang ingin kembali memandangnja Sambil merangkai karangan bunga Tapi jang nampak, wadjah-wadjahnja sendiri jang tak dikenalnja Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring Tetapi bukan tidur, sajang Sebuah peluru bundar didadanja Senjum bekunja mau berkata: aku sangat muda Karya: Toto Sudarto Bachtiar
71
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah penulis uraikan pada bab IV mengenai minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks kelas VII SMP Islam Al-Khasyi‟un, maka dapat disimpulkan bahwa minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil angket yang masuk (berjumlah 40) maka presentase angket 87,5% dengan jumlah siswa 35 menyatakan minat terhadap materi membaca puisi, sedangkan 75% dengan jumlah siswa 30 menyatakan senang membaca buku teks bahasa Indonesia. 2. Berdasarkan wawancara yang telah penulis lakukan, diperkuat pula dengan informasi yang diperoleh melalui wawancara penulis dengan guru bidang studi bahasa Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks kelas VII berkategori baik. B. Implikasi Berdasarkan temuan-temuan selama penelitian, penulis mengajukan beberapa implikasi di antaranya: 1. Penelitian yang telah penulis lakukan dapat diketahui bahwa minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks yang sudah dimiliki oleh beberapa siswa SMP Islam Al-Khasyi‟un. Maka implikasi SMP Islam Al-Khasyi‟un dapat memberikan peluang untuk siswa tetap memiliki minat membaca puisi dengan menggunakan buku teks
melalui
membimbing serta mendampingi siswa terutama guru bidang studi pada setiap pertemuan mata pelajaran bahasa Indonesia. 2. Minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks, tidak terlepas dari sarana di sekolah. Maka dalam hal ini, implikasi SMP Islam Al-Khasyi‟un tidak hanya mengajarkan serta memberikan buku teks saat jam pelajaran berlangsung, tetapi dapat memberikan buku teks kepada
72
siswa yang ingin belajar mata pelajaran bahasa Indonesia di luar jam pelajaran. C. Saran Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka ada beberapa saran dengan harapan dapat bermanfaat bagi perkembangan di sekolah tersebut, yaitu: 1. Guru, sekolah dan pemilik yayasan hendaknya memberikan kebebasan siswa untuk menggunakan buku teks di luar jam pelajaran, agar minat siswa tidak terhalang untuk membaca puisi yang terdapat dalam buku teks. 2. Guru dalam kegiatan belajar mengajar lebih memanfaatkan waktu saat di kelas dengan memberikan kesempatan siswa untuk membaca puisi yang terdapat di buku teks karena kompetensi dasar dalam materi membaca puisi adalah membaca puisi. Maka demikian, sebaiknya guru tidak selalu menggunakan metode ceramah memberi kesempatan siswa untuk membaca puisi dengan menggunakan buku teks dapat menumbuhkan minat siswa dalam membaca puisi. 3. Untuk menumbuhkan minat membaca siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks, hendaknya pihak sekolah lebih melengkapi dengan buku teks bahasa Indonesia yang lain agar lebih beragam. Sehingga siswa akan lebih tertarik dan dapat menumbuhkan minat membaca siswa khususnya membaca puisi yang dimuat di buku teks yang disimpan pihak yayasan atau sekolah.
73
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Saebani, Beni. Metode Penelitian, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 14, 2010 Carpenter, Robert D. Cerdas: Cara Mengatasi Problem Belajar. Semarang: Dahara Prize, 199 Crow, Lestar D dan Crow, Alice. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Nur Cahaya, 1989 Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet.3, 2008 Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002 Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya. Cet. 3, 2011 Leitch, Vincent B. The Norton Anthology of Theory and Criticism. London: WW. Norton & company, 2001 Mudjito. Pembinaan Minat Baca. Universitas Terbuka, 2001 Nasution, S. Dikdaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 1995 Purba, Antilan. Sastra Indonesia Komtemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu, Cet. 2, 2012 Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra Pegangan Guru Pengajar Sastra. Yogyakarta: Kanisius, 1988 Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet.4, 2010 Saddhono, Kundharu dan Slamet, St. Y. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Bandung: CV Karya Putra Darwati, 2012 Shaleh, Abdul Rahman dan Wahab, Muhbib Abdul. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta: Prenada Media, 2004 Singer, Kurt. Membina Hasrat Belajar di Sekolah. Bandung: CV Remadja Karya
74
Siregar, Syofian. Statistika Deskriptif untuk Penelitian: dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Rajawali Pers, Cet. 2, 2011 Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo, 2008 Soeharso, Wardjito. Yuk! Nulis Puisi. Surabaya: PNRI (Perum Percetakan Negara RI Cabang Surabaya), 2009 Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012 Sudjana, nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet.14, 2009 Suralaga, Fadhilah dan Solicha. Psikologi Pendidikan. Ciputat: Lembaga Penelitian Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet.3, 2004 Tarigan, Henry Guntur dan Tarigan, Djago. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa, 2009 -----. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa, 2008 Y, Budinuryanta dkk. Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka, Cet.2, 2008
r
ANGKET MINAT SISWADALAM MEMBACA PUISI DENGAN MENGGUNAKAN BUKU TEKS KELAS VII SMP ISLAM AL-KHASYIUN TAHUN AJARAN 2OI4.2OI5
Nama : Kelas : 1. Tulislah namaAnda di tempatyang disediakan. 2. Beri tandacentang({) padakolom yang disediakan,sesuaidenganpengalaman Anda selamabelajarbahasaIndonesiadenganketeranganYA atauTIDAK. 3. Jawabanyang Anda berikan tidak akan mempengaruhinilai bahasaIndonesia Anda. 4. Atas bantuandan perhatianAnda, sayaucapkanterima kasih.
JAWABAN
PERTANYAAN
No
YA 1
Sayasenangdenganmembaca
2.
Saya selalu membacasebelumpelajaranbahasa Indonesiadimulai
3.
Saya memperoleh pengetahuan serta hiburan densanmembaca
4.
Saya selalu menantikan materi membaca, dibandingkan
dengan
materi
menyimak,
berbicaraataumenulis
5.
Saya
sering
menghabiskan waktu
untuk
membaca
6.
Sayaseringmengobroljika materi membaca
7.
Sayasenangdenganmembacapuisi
8.
Sayamerasaterhibur denganmembacapuisi
9.
Saya sangat antusiasterhadapmateri membaca puisi
TIDAK
i
1 0 . Saya tidak masuk kelas ketika materi membaca puisi
1 1 Membaca puisi sangatsulit bagi saya
1 2 . Spya selalu menantikan materi membaca puisi, dibandingkan dengan macam-macam materi membacalainnya
1 3 . Membaca puisi memberikan manfaat kepada saya 1 4 . Saya senang membaca buku teks bahasa Indonesia terkait materi puisi karena mudah dimengerti
t 5 . Membacapuisi denganmenggunakanbuku teks bahasaIndonesiasangatsulit bagi saya
1 6 . Guru memotivasi saya untuk selalu membaca puisi dengan menggunakan buku teks bahasa Indonesia
t 7 . Membaca puisi akan lebih menarik jika tidak hanya membaca puisi dengan menggunakan buku teks, tetapi buku bacaan lain yang disediakansekolah
1 8 . Saya merasa bosan membaca puisi dengan menggunakanbuku teks bahasaIndonesia
1 9 . Sayaakan merasasenang,jika buku teks bahasa Indonesia menarik untuk dibaca. Misalnya, berwarnadan lengkap
20 Saya
senang
membaca
puisi
dengan
menggunakanbuku teks bahasaIndonesia ketika di rumah
v
Lembar observasi
No
Kriteria
Aspek yang diamati
Kurang I
Siswa memberikan respon pembelajaran terhadap membacapuisi.
2.
Siswa memperhatikan penjelasanguru.
J.
4. 5.
d
Siswa mengajukan pertanyaan terkait materi pembelajaran. Siswa mengajukanpendapat terkait materi pembelajaran. Siswa menjawab pertanyaan guru.
6.
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik.
7.
Siswa rnengikuti pembelajaran sampaiakhir.
Cukup
Baik
N
d
F
F4
rr
ri
rr
F
r
FT
H
-
FI
N ri
n
il
tr
F
rr
rl
r-l
F
r<
rr
ri
ri
tr
ii
rr
ts
H
F
F
r
F
Fi
ti
ti
ri
ri
FI
rl
Fi
F
FI
FI
rl
r
Fi
rr r$
rr
rl
c{)
rr
r<
ri
FT
r
ri
ri
H
r<
rl
rl
ri
fi
F UJ
(,
z z z
N #
ri
ri
rl
rr
F
r
FI
H
ri
r
Fi
r
F4
r-
&,
rr
ri
r
FT
d
F{
IJJ G
c
H
F
rr
F
FT
F-i
:)
c0
\
F
rr
r
ri
rl
r<
FI
F
LO
sr
F
ts
Fi
ri
FT
co
F<
F
c.l
r
ri
r
F
r
r{
ri
!i
rr
rr
r<
ts
r
Fi
ri
F-l
FI
FI
ri
r<
F{
3 (a
'n
-, -
k
o
$
6
H
:.;l
z>
e
z r
k
k
z
z
(( (!
N
f.
t/,
q)
'n
-l
U)
li
.d
-
"X
a
L
k
(
r
ti
F
p tr
ad
k
'n rd
L
rl
F
r{
F
H k
k
k k
k
tr A) 63
v N
rl
tr -
-, P
'!..,1
( .H
a/. 'n
fr
r-l
ti
-
3(^
>k ! g
(a
w. rrl rrl
-
d.
(.
F (! .o
l(r'
U
FI
-.
-.
ti
r-l
r
F
!
z-
(6
(!
q)
li
(6
N U
(! e.
6
li a'.
tr (g
ral
H rrl
fYl
l.
r"l
N
N
N f\,t
e
f
p
E
o o z
Fl
N
rn
v
u)
r\
00
ri
N rl
rn
r{
r'.
r{
(n N
,l
rf
rf
r<
F
ri
l<
ri
t<
ri
F
il
F
r<
Fi
tf
Ff
F
ti
Fi
ti
F<
ri
F
F1
cO
i
Fi
F<
Ff
tf
Fl
rf
F
ri
Ff
ri
ri
F
ti
11
F
F{
ts
ts
rr
rf
F
\i
Ff
ts
N cO
N
F
Fl
e\
LO cO
ti
r<
rf
t-
F
sr
co
rl
ri
!i
rf
F{
F
F
ri
Fi
Fi
11
tr\
r<
F
ti
ri
F{
rf
Ff
r
ti
F
tr
Fi
F
ti
Fi
F{
t<
ri
ri
F
Fl
"+l ri
co
r{
F{
cO
N LO
r
H
ti
fi
#
F
rf
t<
F{
ti
co co
F
';
F
Fi
ri
F
ri
F
F{
F{
Fr
ri
r<
tf
bo o o rn
N
ri
rl
fr
rr
co F
F{
= g
#
E
(.
OJ
-
.'n e ul tsr r{
.rn k
rn 6
v)
O
-.
3
L
c.
e
v)
e.
N
H i
-. € d. d
-.
e.
!i: L
N H
?.
zz
a
a.,
E
bl
(! rn ti
.H
d H
-. 'o-. -. -. U os
I .d
e.
r/.
-. e (.r)
ir
6
FJ
>ro
tr= d.
rn rN
N
l'. N
00 N
Ol
r!
rn
r-l co
c\ cn
(n s r\ m fo cn cn rn m cn
9r tJJ
tl o-5
.g ia
tl \Z
L
!
o|
u(n-o
0J
tr
|J
a
L
v)
'F
c) L
;
bo o0
-
a
F
C)
(n 0)
li
'n
tr
F
V
L
+
€
ii
a
k
Yi
C)
o
a
bo !r
i
3
z nr U)
oo
a
a
(n
bo
() = {.A r
v)
t-r
B
-o
L
(.)
a r-
tn
an
H
'5
L
,;
rr L
z
t<
L
n
J
)o
]i
a
'J) >l L
(t
\
0.)
.i-
a
U)
o
d
I
L
fl',1
(\
j
'n n bo
a
O
n
ol
U)
() aa
X
L tt,
v
z ,d
z v
ao
v
U)
X
2.
oo oo
v
s
co
ca
oo
oo
v
$
oo oo
v ra) n
3
X
{n
N
c-'l
6t
r
ri
U)
ca
c.)
c..l
c..l
c\l tr)
X ca
X
(n
ca
tr)
ra)
A
c-
co
co
('*
t-
\r
s
F-
c.t
U
o a
rr\
ol
c.l
s
v
ca
c.l
v
p N F
ca
co
I
r-
f\
a
ca
ca
co
c'')
c7)
co
v
s
c.l
3
a
3
z Z
ral
C.l
a.)
tr)
a oo co
F
co oo
v)
X
F
c\l
v
oo oo c..l o.l
.+
(-I
a
-, (t
O q)
.+ N r- € I
F z
I
\f, tr
.+ o\ o\ I
I
I I
N
r-
€ o\
ol
(f)
t
.+ o\
I
.+
.+ (\l
al
I
I
I
.+
t.{ (\I
F t-l
ra
I
c.l
ra I
(rl
l,n \o rr
co
p
.f,
p
'f
;o
d
6
G !
L
E
o
6
G5 E
6
.o
I
E
!
6
6 6
E
o
6
!
6
6
.o
o
o s
E
o
o
c 6
E
O
ttv
tl>' tu)
7
o. 6'
d
'F
6 I o
to
3',o
lo
o rc
N
lo
t>
l6
6
6
!
E
t-
o
= o
!
E
la
E
6
tc
=
o
o t
6 !
U o
'^
E
ii
t/
€ ht
l ^
l6 lc tlr lcl
.;
o
tv I l'a l5 tl ;*:
o.
d
E
O !
=
'6 c
d
c
-o a 6
*
o
*t
7
6
=
o
._
d !
o"
,6
!
G
o
7
66d
t! I t6 lq l!s l0
x*l
=o
;t:
tv
tx
c
o
6 F
v3
6
' 6a
u0
O c
L6 t>
6
6
':
6
t" la
t6
q
ci
o
d
tr
l,l6
l3 I
'6
E
€
c
c
u=
6 6 E !
!
E
o
E
d E
d d
o
M E o
o c
6
)
E
c
6
o
6
E E
E
:a
=
!
=
d
6=
l6 IA
!
il
l6 IF
l:
IE
II F
o0 b0
lo
E
t'a I
6
-d E
tr
tr
LO I
o: :>
xa ta
I
;;z
I> t(n
o-
EE
I l=
q :4
tso jVo
tt
So<E h
E.t-3
U E"€ i6 Fu :Fa "
z>
':, Y=
iY E< >€ 29
-A 8Y . 9 8 .
-t.4
ry \J
,C5
ll
J> ,_, a2 F'l
z
)>
d-c6 ia?i<
ze ri<
<s
tl
At E\d!
a ( )z<
0
F
C d d
Za
D>
z e H
aF;
z2 SR
2 2 6?
t-.1
E ' & eE
U oo*cJ q d =adizx :">"add Hcgr
E": - s Fi H* .5xtr:'t
< F
E5S;
€
w
w E |#.' oo
ZV
6
z
o
bt) o
i
bo o
N
o
9.-
d a
-E
z $
E
0
o
db.e
d J
E
I bI)
4)a
tsE
Itr t{) l0 lq
laa c.l
4 o
o
ld
t<{ t>. Id tcA
q) tr o0 d O a
c) t)
=
6
I lbo
1 3 . Y Hg t ! l3 E" 19 x IYO ld t>, 16
lcl
H x =
lrr€3
'F E o
It' 6 lC,tr
'6t)
bt)
o
o
lh0
l'tr IO l6
ll ox lv)
6
E o o
v
€G
o
d
'tr a
G
l0 t7d .o lo
tr6
ls
FCO
o o0 o
d
c d o
bo ls lo lq l(€
! d a q G
lo
ich>'?
?H6X .e.:sF.sq EbE2es
o
F.
rd
v E
o d
cE,lbo5 cqdcc bocdd d9-;icq
(!
o.GO
1
o
6
o
o l
6
Eh oc CU
(d
a 'a
F
€
E90'bE
6
d o
dJ od
d
d
E .U
s._0i€ dJHSC
&
.E =
/
lo
t9
l€ l6 t= lq
lcl
tx t>, t>r .= ld ld lv) tch l . r ' ) a
r-.
€
I
;
E
6
E o E
d
6
F
o
6
E
E E 6
s
''E
6
E
2
o
6 IF
d
li I
'6 lN
Itr t-
IA l;:
l!
l: lx
l6
t>
l6
IF l6 tl=
ls lt 6t6 l6
tr
lt;
o
rf,;
? F F"
7z-
97
'*iE
3! 3 =
t-
IU IF
ld
Itr t7 I(,
l6
t
€
!
c
d
.-
d
o ,o
:lla
F l6 IF
6= )af:
ts
l>
:a c6 LE
g
c
F tr G
€
it ti;
c.
,f9
o0 o c
t: t.:
E 'a
lF I
I
ts
l@
lo Itr t-
6
6 5
7 a
€
la
la
z
IF t:
o
€ (
tl-
;^;
l:"
t8
€!
\ F
*
.3 E;_g
E
t
S.
Heg;3 -s*i;
t {
< E
Ffi$s
i5€* + Es$E ;
x,-E;HF, KIsI ;;TE ' E.:*ti; 2
E
-joi
z F
rd
ri
+
Cd d)
f o 14
x l(n
ci
O
d b
bo
.;
t: l) E d IC-dH l';i oo tr u t6
Itr lo
O q
t(6 t(d l>, 16
tYq ho ld c 0 ld € t(,
l(,
IE
H'E :'6=
o -o
o
oo q
i br' LO
bo lll
6
ta' 6 latr
lo t'o
bo o lo
tbo lb0 ls lo lq lo ts t6 tx lx l6 l6 ta la
IB
€
t* l6 tho
G
O d 6 O a Ed -o tr lo
.i
o
d
o
@ 0
o
tIA to l-o
:l
d
6 u
l,c F lca
d
I
lt €'
o
6
€o
a
la l6 l.o lo
Itr 19 IE
d
H> oc co
'tr
to
o
z
I
ol al
tx
F o
5tr
6l
'sa
z
od
-ol "al
d
6 o 6
a,v
FI
d
E F
E.E E'HiE€,f;
d l
6 I
:
Es$E't 3 B;T;
iE i A; ; ; 2 X s F f e :F E a
o c
.77
k
G aE
A4 E ?
h
d !
d
€
dq6
l'4, Ia la
Itr
t>
o-
t=
c
ri o
a
E
IF
il
l6 Cd
!
o
o0x
l0) I
=
U
!
!
$€s
z
td!.\6t
!d E"
l> IE
EX€
zoo4
H E i d
la
o
F .: E
* :
2<^=15.:=
(
E
6
6
l6
l>
E?<-cd z2*-a
ii
l* lo to
lo
e
2
6qY,,
F*
IT
gFfr
i
boh
to l! t.la lE
E q
E G
6 q
lil
U
? .2
q
6 a o
=
)
t:
q
.; !
I3
I lo
trii rl €E
d G
Itr
t*
llJ
!
o
G o
d E a
o
o:
t-^
H
o
,9
tr
c to
€
.9 6
7
a
5
tr
d
E
o
il
!
=
"t
6
6 !
E
d c
6
d
d
)
E
6
6 _o
!
q
r
lq
o 6
! 6 a h
ld I td
IE lo tt q:
l>r
tx .9
la
ta
l6
tl €.
o\
o.
? -l
t\
)
\
\ I
-l OI
-l
6_q
o
i
q . \ l
o
xl
roll
F I
6l
UI
"l 6l
N N
6
o
-tsE
:
-l
ql
I ol E
!i
7
:a
uq
EH
-i5
ii tr
l=
l6 la Itr
't
t?
to IN
ll l .
a.
cL
l-o lo
lx
l>
t*
t=J l6' 16
6
1a
E
lo IF
t-
6
ho c
l-
o
lo
o
t6
lo
l>3
Y^
1Ca
6
lE
x, F
l= lo
;
I I
+
E
!
o
|
6 p
=
lZ
) 6
t;",, l; lo
? > 4
Ia l=
v1 l> Y l!
la |
E il il i
t6 16 1._
':
:
16
lX
N
l-
l9
t6 J^
E c
ltr
3v
' G6 o
ln
lii tr
lo
o E
xol -6 5
0
c€
oie
;t a
6
,
G
:
U
l2E5.O
i
u 60 c O
c 0 F
l6 ta
td .: liqF o b0 t d d0
G
o
O
ls
E
:
6
,
16 F la5.o
o\
r
lvi
!
d
-u E
*
a \
'tr
q
IU
€
€
N
t
tr I E
16 lc 16 t6
G
.: :!
I
| i G
6
tr 7
- ! l
|
d
E
l-
I o. l^
:t
6
a
lo T l'=9E.6
c
6 t:
la
!
l^
x d
al
Jrzl ol
o
*: 5 1e * !l a
l; Itr
col o-yl !-l
ql
a
-
G:I
o€l
I
+l z -&o l*e o -tE: 3 i
>'
N
o
I
usl d
I
ta
ts
lc X
I | 66C I' 5 6 >
t llt 3
l;
*
?
6
d w) d
-ovl d t>l= :
st
eF
)
t€ lO ld
)
l q
:
l P 6
l>
L
fi
O d
l-
q
tr0 +llo
l|:
90* €3'a
za tDz
3e
|a
)
\
)
-q
\
\
q
U q d
D-
> V il E< E€
:->1'Add u d
h !9c+
9 ct
trEg.vA 9o E > ' c
,,
6
Fl.? = -0^ X_;, -o 6rh.Eo
6
O
..
n
e
(n
.'i'EEi€E
SFM
V-joiri+
6l
l
z
,o
o o
b0
Itr
lc6
ii
f o lq
6 o
ls.e
t>' t€ l(/) l c a E
d
Z
ol
to l; lI to
lc l>. ts Ica
ii d t-o t J
O
I
t^" t
t:o do lc! d tx o "6 lca
'tr
d
o
o
tr o
d 6 6
d
b0 o
O
lh0
ls 3 l6
'n
x'; l> d € -o t r , t r
t* l6
fbo lo
d
bl) :
d
lo
IG.VH l;1
o
I bt)
F *.:
IA t6
tt :F
6
t6
lE e
l6
l4
6 lu
ol
o
N O
q
6
to lq
(€ 3 a
p.b0 I t r o
3
6 o
o,-
a G o d
tsr
E E
ol 61
o
z
OI
J
'a
cE-obo€ t r o 2adi c( t€rs : FaE>.4
a)
z
(
E:.'bE
c
; E
,{
q
8::
l)
Ir1
c
=
HG
{)
^<>
e; 62
E
I !q 6
(6l
dia od jjtr ';, F I Oc I F9
6l
E 'a.
-f,Gej1;
C
Ed
u-P
al
c, al l 6l
..94.: aglo0 r6h A :.8J4 oxqbl. 4 H f"o .E==tr6r -o
t) 5
<;
v
OG-': ou*d AE?A
v
*2
z
x
=-
21
X
)
4 d
<
>? 17-
F-] < ZV z F
\
Crd
JE ztil a
\
F"
XH X x --66
z2
l
z
3o<9
b0 b0 6
lo la l6 l>, ld ta
o l€ t>l I6 ta
I t l t
t: 6 q a
to t6
t>' t€ la
€
l€ I6 I bI) l€ l@
.s lf X 6 , la
o.
tr
\.1
\
\
)
)
-)
\l\ l
) tl
I
'a,bt
!
.o
d
6 G
n
l O
o4 66
I
E .;
.^dl5l :i F
6
€
G
o
Eol oNl
E
tr
60
6 '.E o
6
.: o0
l:
q
l6 t;
: a
6
!d
il i
-o
6-
l6 lo
-:zl?ql
d
6
E
lr6
l6
IN
i:
O
lo
=
l;
l
lq
ls la
l'a tc
lSFR lh
lIO
I t-
t
l>.
x?
x
ln
::
Itr ta
l> l.rntr =l:
lda O
s
l: ti; l:^ lci
E g
ltr l= 10
'=
-U
-
= l
:61
ol
!6
o€l rzl ol
'al
I
vol
o:ol
trooxl
! ! "
J
:1 -v bAe
l=o l';!a ca
j 'Fq
E
@ il
16 la
la lr l'-
q G
q
l= lo-
Y o
lI 3
;o
-Y 6 t^; l s j6
ls
o
x
lc
ltA
;i
n
lZ
c
qo
-Eul
od!
6
la
|: -
iol
>, I 6 |
It c$ F 6
te E .E te
tzu
6l
cc
o : w l d ^ l
trl ol !l oot
oal
a r
Il ; ?i E -
l h
t-
l-
Y
l
ra=l
f;al
I
-l
l 6<-l 1! x 6 '=6>l
ol
iit
I
vcboI
sGl
i;Gl.Yl
F I
o
)
/l
a
';
6
I
tr:
1.2€r_v tv
6
Itr 16
M c
ll t l.< -o t v
6 ?
I
6 0 -
I a1*
lq
tr ;
l!
q =
.: r
tr s
l F
-u
)
:
lI ZgEF- o:' o. u
lq
6
lc l-
a ll Yd a E o 9 I )l p 6
I G
a c o
ts N q
ld lq lc t:
d
€
ld lc
E
l-
16
lqtr
7.
t?
!
t o
;
t>
;
!
t"
r
6 N
c6
E3
!r
z
So
€<'6
oz z&
E ?= 4='J< U H€ :Fe.=
Bl< Zy S YE
F f =
HESO
)-
z
F ; <St-J
;i-98.
2
i-E$s
.c-
N
oil;cr
# E;_9
r) a iY\t.
E<
E > z< F J
2 i i: 4* i-c5
t=
!z .dY H
a
\ \
\<>
z
;
Vd
so
ZA
<+
A
'i
U
s
E-vs;
{
dc*bI)
E 8EF Ede^d
;P"i a EFAX-B .=.--:s.x6
ib;zeE
FM
(\m-t
I !ql
E S.
g € 1
ntrl F't trg
ol
.dql l
z z
E o
o
-o bo
o
E
l6
l9
3
ld
x
z
al
E
(B p
Itr
O
t6 td
tx
tN loa
5
tq
to l;d IE lo
la
lYo b0 l!6
tr
o €
E
l c l Hb0 t?i iq
td tca
o
d
6
tr
i:
:
F
= €
o 'o
ta loo lo
t)
tbo
lc E th 6 tv) tr
bo o
ttr
1 3 3 td
tr
o
fdo lo
to l6
te
lbo lq td td lo lo lo
la
F d
€ o
l'o
bo lo lo
tl 6x tl cx lv)
o d
o
d il
tI
lbo
d o
I' t I o
.:zI
E F.3
It 4
p., trd a2=
t>. lh l6 la laE
E
al 6l
d
o
lGd lo l4
3l E
6 o
F( d)
6l
GO
d
d I
I
'i o,-
o
o
d 6
I 1- l
i d l
d
)
I
6Jl odl
c
6l
E
S
EE#T €g>5-o €E*.€
ol
) )
\
\
E E
F ?qi F 6 6S =GA6-
it a=>
6g-
F
C-d
3't3
)
\
t-r
hH X x --66
ld l>' t€ ta
€
lo ta
t6 I t6
I br! t6 lq l6
t>' l€
la
/
6l
OI 6t -ol
F:I
,^
I
-l
I
EI xl
9l
OI
:I
F I
GE
I
iit
t- rl t 'tr1
I *l
:;i
E UI oNl
o
:
al
E
I
6 d
'5 o
.9
-=
x;
'tr
6o 6- C l l Yd 'a6>l
1-
-ol
e e-
G
ra 'i
lr
d
t: lq
6
la
_
I
tx lo
a
l6'd
la
l>\
l>
l-
t.-
ll6 lo
I
la IEG ,q
l= c!
l6 lo
6
€
l;
X/
x
lil l;;
6 .-
lc l>1
lo
E o o F
; ;
x(
lo It ot r
to
bb c 6
g.trid ?^ H
:i=
lotd
tr 7
lq
tr
o tF lu
a :
q
.; x
\
g
-u d q
d
=
lE I
d
-bo 16 o0 t:i
llt>.
lzE-o'o
p
ld G
tq !G
t€
l.n
lqtr
) =.
N
.:
0
:
;
o
E r ;i
c
to lq t=
= :
tfitr t>
;.E.VB. d.:o9Eid
O N
6
B
H'
'+ U )
a< <J
22 Jr :nE tq>
62 l
sl
F .i I
xl
-I:
dl ol
E
S.
:^x'a - od d cEa-: s^ =6. 6O S . :S X
E!2xA *a q Pp' i' h €9;'o d{JHso
{
z
E €
d
z
?H6H
, ; . EFEo E E . 9 di+
o
a
o
o
d
d
6
d
o
o
o d)
a
o
d
€'e
6
(o
fi *g
bI)
lo lq ls t>, ld tu)
o-o
lE
6r
f o
4
ld
X
14
9
Ir' 6 laE N
o
E6
@
l;o
tI ll or E sJ
lb0 d
l59d
tYo :'x do ld lc t>. c o {) tc = ts ro ,o l r r ' ] . 6 laa
v
d AJ o
LO
3
b0
z
s
o
6
d
o
€
..-'-rc.ii6i:
V-i6i
)tI 6l >I
'i G O
d)
3
\F9ncq
;
I
-l
G
o
d
G
F
E6EEA . / P c H x! a :
/
-l
o . i
{
' (
*
o
Z F
E-v5:
d
ntr E'i oq tr9
I
'a
.vl
OJ od
d
dl
o
E:''FE
U,*,
)Z
-o
'E F;S
g>
)
) .-
Uoo.9ca
> ; rv
L
;i
-o
F
A r t t t rE^ d - E o. E.
<s
z
c
Z
il e€ igf*l F "
<
9.q
lr1
E; -5m
xiin f
p>
t-
N
X
H :1 X x -i -a l d
3 z o9
a
G
'F6
19 y ll qo xo
6 a7
d
;x€ n!
hA?
r
FO
9Z o<
a
I
l!
lc a -o l . i 2 e
;\ZO
Zo
F.
l
d6 :a _r
l>
I
z2 JR
,)
l'-
Y
I
So
z> < (i
a6 .o,ol
9a
d@ 4il
Itr 16
:
lz
lottr
!r
E?
-vzl ql :l rol
cl
d
u)
r'l
6l m€l
.jl 6l
izF
t@
ci
zs
ol --l
q'3
O
l-o
:
t4 c a
ldtq
o
t-
tii
.E
=cl 6dl
N -
q
Ltr
6
b0
|
I I= c t : l 1 I v o l
tr'2 -6
I EG
o:tt 6-l
ill
'FEa
o
lE
al )xl
dl = ilxl
c
o6 dX
-l
c:l 6
.l
:ltc0l
6el oal 66
v l
ol
lr;
|
lo
l'
ljj
tbo
H
lo lq l6
lh l(t
b0 o
o
bt) t € o lq
tq t6 lo
l6 ld)
ld l>' l€
l€ I ld l>! l6
€
o\
6 tl d> , lt ox tr l a t u ) l a
tu)
/
tr
d
G 6
6
il
E E
-
-o
o 6
E 6
.:
E
3
G
E
'j:
o
'6
= o
E .;
t):
t:
IE
tf
I lr
t-
t? IT
I
la
€
t= l*
tn
ho6 EO
ls €E
la
d
'o
l>
!)
bo o
.25 o. -_ o.
g lq
t'E l6I ltl
6
u
IE lo
E E
!
E9
N o o
c lu;
d o q
io
t>
.o
6
cn
o 'o L
tI F;
'o
€ tr
E
o G'
!
o+
€
tr
-d E
6
l6
trg
l" It
*
G
c
Ir
l6
t>
o
E
.F
lx
IE lo
6
7 !
o
3 c
6
lo OY
I
la
t.1a
co
bo
)
o
=
aa
6
6
)
E C 6
!
-o
o
ta lE
.-
lo
U
;o
E E
d E
E
d
c
=
s
d
-Y; c 6
E
6
6
!
.,2 o
E
ali
m a
)
o E
=
6i:
d
!
F
7
!E
,tr
6C
6
€
o-
€ -
3
9-
!
E
(
'E
a
E
.2
d
l:
il bo
ti"
6F
t:
I6
lN
tu)
c
tu)
U) d : <
z
{}4o
&<e
p
:1 *-a crd
z2
s3
99*
za tJZ
A4
z& a<
i:Aj{
<
I" .i r - , F €
i6 fy r= q l E
--
;.srz6.9 e'octr\)
*: 6U- o$cEt r u
:u
ob0;c) =A6i;X ;">"4d6 TcYiz
Lq
<s ;Y
c
G
6
F9 K* gx5!i'r:
A
dvH-EC
.p -
EP.bE
F
z
€
F E
6 q)
v
EE[#d€ ;F.cE EEES A<* (\o9
6 bI)
1
bo
Itr t9 IE
o
6 , tr
Itr to
o >:
IG
la
z
tg 3 lt >- , ;F lc,l c{
li
E
tl.e
td lx 16
lvr I l6
ii (q !
r=d O c u d 0
!
o0 o
3i-i 13 E" E t:o ld l>1
= X
l(/]€-o
'F t
G
c d
o
o
Ibn
bT,
t-^
to
lo
IE
lbo
lao
to lq lc
5
l5 B tatr
o
lo
lo l6 t6
t>. lc lQ
t--
{2
td l5 I bI)
ld lo lq t6 l>! lo
'(] lq lc t6
l-6
o
O d
L= Itr lo
ls
6l
o
I F
6
.a G
I6 )l
o
-l o
t'a
d
6 lo
o
F9.;lcE
d
o,r
o o
ot
lo
c6
!e
z
Eshx?
F
'tr
o
d
cE-obII! (odcc Hqcd6
.g 6
'aa
1rl o
la l.o
d
d
E
Il 6
E'i F9
d
F
cl cll ol
dJz od
d
d
z
.€5S;
(./\
^a Hq
z
q
.=
d.:l'tcd
22 lr
ZY
E
5S
F
E< a<
FI
ii
xoii
z>
,_, a2
x
C:E
>? z,
F
H
IO tc l>' t6
la
€
t6 lq .: lx 16 , l''/la
o\
I
;
-rl
6 o
J'
o-
F o
.E
€
6E q6
t
I
d
=
c
E o
d
tr
.E o
!
E 6 '5 o
€ E E
)
G
6 1,,
6
c
t-
o
G
I N
tl>t
tv)
tz
c
'E
t-
E o
c
c
6
lo
o-
lE l6
Uh
lr
tIU
tv
d
l6
t> €
IE I
qs
$cs
F
7 * g
€Sa
R
E Fs* P;P.;
rqdUL6O
si
ih . . .=-
!
E ?
d
E
s.€€S r**;
E t Hi
ii=* =
uo*
u
ct- >
r
*' "
{ i
:3#E E 3 E p sE
::,*E3T"
FBEF
L xg€tE.E
E
o
bA
d
lq l6
Vx=
It xH
d
lo
d
6=
=
o
b0
o
l6
la
E
I lo
!
E
o.
o
E
60
€ Itr ls
l6 Itr tIG
lt :-:
T
O 6
E
'o
to
o
I
o!
t* tf
-v(
lo ta
I ri,
> \ -t
pl -ol
d
z
-t
F9
l q J
d
o
6
o
b0
l€ '=
o
lq
IE
t
tr
lu)
6 0
ld
X
l>, laA c.l
;
td t(d l>. t6 l(D
d
G
-o o
b0 d 0 €
t) la
: ,Y
6 d
ITE's lYo ld ts tx x := t6 € lr, v
I .o
-1
EI o-
I
-t ol sl F d d
€ o
t,^
I lo0
lbo
lo
to
lo
tbo
lq t6 lo
lo
l(t
ld
6 tr
t9
I bI)
lbo
'F T t> o ,.o l(t)
Lb0 o
u o
O i
Itr lo 16
IF F.:
7ii (B
LE lo
o d
tr o tr
(d
o
d
tl sg
G
d)
o
6l ot 6
I
6O
d
ol
F o
6
o
6
3> ll
6
lo l4
z
I
o.i
b0
E
I
ql
0
t-! Fr
9l GI
';, tr --
o
z
cl
I
-:l
: F
ol
G
a
6 o6
EI
6
€
EAEiE.* e -€ -ioi di + E
2
6
r-
i 3 ? E
3
E E
ll !3s
i
UZ 27 * ? eZ i
o
'u
t'r
E?E 3 ;E$ F ; oXli E€*E E
d
c
!
:a
!:oo
l>
z
;
;
'i
l6
ET:
ts'F 3
l6 l3
IP
lilH:E F ' - \ /
l'
bo o.t
lo 6
>;F
lo
E
o
ch so
IA l>
!
lc lo
q q : ^
6
O
1a t6 l-
o
E
g
a
o 6 co !-
t-
d
lu
gFfi E
5
-o o
E
G
lo la
?
c o
u !
d
!
7-
E
!
6 a o
il
l;
c
j :
to
6
=
o c
6
G F
E
E
c
6
G
G
6
d !
=
,tr
6 O
E E E 6
6 !
=
E
tr
d 6
:
lo lo l6
t>.
lo l6 l(d t>r l6 l(n
\o
r-
lc ta
tr t* IG
lo0 l6 lq
l6
t>' t>. .: l(h o. lo
€
o\
I
f;
ii>
\
\ I -t
-l
ul !l FI AI
dl
-o
oal
-:
t,
lt .s-
t7 l9
t; t* t6
t.Y l-
6
t:
lda o
c(
.2
'6n c
I
c
q7
-
E 6
*
t-
t6
o
l N
lo
Itr
-
ciE
tro
t.o
Gtb
E E
v =
O';
rc
l*
O
ld
c
lo
@
ld la IE lu1
d il
oo
4
l):
6 .= d6
z
ts l: t6
19 u
d
lq
!
x
h
t=
=
Itr |!l IE
lc
o
lfi
';
l; ld
tc lo
t> ldi€E
E
o-
;ia :
'=
l(,
o
.:
It t'ln lc
'o
a tr.: oi*A
)/
l:' t?
c u
€
u
d E
do=
u
16 s * l>i.6€
l,i2e
-
c-6
. : j
F h r x
l'_ l.i
lls
N d
G
lc
'o lz'
:
ho ;i
q
;
l -
l*
ln
I
co
6
'o
\id=
t'6
trl O d e o
Itl
I
tr
-rc
!il
':
lo
I-o= vl
6l
il g
rF-
7
oi!l *ol
st
€ '&
'5 o
G-l
-l
I
6l ';i
-o:
I3 l
E Q
E
66 d6
I
Gil
xl eil
O.FI
I
;G
r
I;= l6
s67
='
€FO
tl-
6
'l
U1
trii .:\zo F ^<.1 =A
i3
:r
e.t-3 @ / ' -
a . 4 q
laEd ?:JZ tl€ [i 'CPtr chi-^!
Z2
22
9*;' ia.! 3 - v q E E
P-
(^
tgsH
t
U q c - Cul d*
Lq
<s 'Y ;|. E<
P>
€' 6- >_ _q .4G d d oo _ d
=
6o b- v 5 :
t-J
:
F
v z
,.
e E I
dl
R' t
dv!6O
>
9,
AJ
-/
E :'FE iHH le SXHA
o
=l
I
E o
(n'I
z
{
F
3l
o
o
o
@ d
ol
z
.o
F bt)
N
lo l.o lo
I'
to
to ld
I
l€a
to
lb0 IG to l4 l6
lq
1
la
l(€ f o lo
z
f
IG
6 q I
d
lLa c.l
=
;i
Itr to l
A) tr
o
=
t3*"6
d
I tb0
1 9 H S lt dB * tYo
do ld d o l(l rt lca v
'od
lo
: =
€
'F o
ld
lh'
-o l ( ; E
q
brt l q lbo I l6
lo l-
d tl 6; ta
lo l@ lqt lx l6 ta
F.
o
t9
I br) br) to to lo
I
l)
o
d d)
I O
o;c
-o
d
tbo
1 7u € I-
ts lo
l-a €
t > , l s ,g l6
d J
d bd).=
l;
3 :
o o0
G
6
I
-l
!rl
d
o F
I 6
vl dI
o.i
o
d
-l
EP 'E
d
6l
qE'erFA SS:ni.o ".2.-*S;Xq
V-.iri+
aJ
ntr
dl
\ -' --t>s ''iE ;EXC i.P^*a 6- iFbc;at<eAF
6J
SJ od
d
a
H!3-\14 !.lIF'i'E "*-;:oi! = <^>X. P- -oi p
1E
62
c
6l ql 6l
^=E.=:
<5 rr'
lq
6>
-o
d
6
a2 >i
t
c<(o
za >.7
F
x - 6
z2 $R i5 oz
f;
z
ll
l!s
tq l6 l>l l6
ta
€
l6 l6 td 160 t6 lq l6
t>. l6 lv)
f
l
;i- jr\ t I
\ *9
E o
!6lJq i u) )
I
ool
o N
!
)
I
UI
E
6 6
-ll
'Ao
6
.: v
b
I G
lo
luo lc ta
l: tn
.) € oo 16
l '"= jh | l€
la
l-
IF IO
a-
l>
oo
d
'o
x
l>, laEtr
x/
:i
'6
t9 l-o
E
6 6
trG Ld
lq)
lo ]F
I 1.2 tt-
lo IE l.-
dl
c
-
m
ld
=
!
19
"6i
lo
l>3
1..
t"r
IO l-
6 h
@ il
l: lii
6
tr
F -_1.-x--;t l; c : l?
h F a
o
^
5
6 c
-o
,2
ri
;'
o lo 619
I '=
= I
j
t::
l6
u
:
iF
o
| >
I
3
lo
7
9l tg l i i* 5
6 +
-
la
i
ld IJqF 16
.:
s
q
=
lS t6 lEn
o ; ,:
t-
; o q o
U 60 c -o i d
!
N
t9 l6 l>\
J
IF
lJ' lc lo t6 lh
bD oo F
l*
l;
N
5d
E
Itr I
.1
-Hn llFs ;F tt . VT !
g
x
6
t,
lX
!
p
lcr: E
lii
llz o
o
to
Itr
ea
o
-
J
:
EO
!
=n
l:9
&3
c
a
l=cl=
I
az'
C
lc I
!
c0 o
e6
?q
c N
l-
t; t - lG IU
t?
6
E
I :t
= Ia
la
I
lq
|
l=*:.
9
-o
G
trol
d
16
3:
I
I
F I
'tr o
r!
i>l :
I
\
5 o -o
I
r
l d c
=
l*
Lo
2
l>
fi
L
t"O d
6
l*
q FO
Fr
So
)
F
o=
z9
E=F
Zo
99=X A;.-o
JR
T
! w - d =
0z zx
\
g-cd iax 6]t€ [i 4C)?tr
bt<
i
z>
hE
e4
;.9 A:
3L
l:
6
}D rz A' E E
46'^'"0q
.g==trF
=a a
.2 E;_9
ix
H :+ A<-v
E-vs:
=Jd 72t
ts!2jla ' i. , a *o E : p
<
=^X-O !<>,!-E dv!sO
+i€'cro. ; ='e
l^=
O
t
d
z
F{ F . . V J
ZE
d
z
6 d d)
E
o .o b0
^
l6J
l6 ls
t>l l6 lq
'-.2.-*Sj:4
.=bEzE,s
14
7
Fm
6l
m
.i'
a 6
o
N
G
o
lo
IE
g
I to
d
a
tr
o;c
.o
t J
=
16 to lo 16 !4
cl
q 0 'O
db.9
16u lo
t(! t6 f >. t6
6
6
o bI)
h
ol 6l
.v
d o
ol -l
o o,: 6O d
E6oEtr HOESq n.sa^t \--g;icq
i 0l
€
o
o
Aqd
:1 <En 4YS
ti -r ' t tr9
6 6
9
o!
irC <=aJ a6k?
6
d
x;;=
5
(!l ol 6l
3
XF
b :Ez
S,
: ^- >o -, ', a6 d d u
G
6
F U
Uu*ca
dJz o6
6
.a
d
T
l:a br! l d tx c 0
)4 )f
.6 d
l9l
'F
o
6 o
tb E
E -o ITA
o E
I I
l4 ls
. bI) ll 6 d
I lo0
l6
:
x tca 6 s
d
lo
loo to
ld t'o t6 IE l0
tr
IO
l;
lbo
lo lo t6 l>r tc la
l0 lo
t€
t>l l(! la
lo t# t6 lo
le ls lbo lq I
ld l>' l6 la
F
tx
.=
ItA
O-
Ch
F
T_
'6
!
'3 ,o
€ !
d
E
6
d 'i
c0 6
E
tr E 6
E
G d
E
c l2
=
7
t-
tj4 o N I>
t<
l(n
ld' t;
o
.o
o
o
tr
6 d
tr
t:
c o
0-
t:
a
d
ta I la l> t6 l6
tlii
lo
lq
t . : ' 66 lt /s 1 .= t= o E
tlo
4x.
1"7 l6
l6
d
t>
t>
d
la tj 6. t)
E 6 U)
Itr I6 IF
o
E o E
!=
5
o-
._
';
t-
-
tai tx
s
:a 6
!
d o
2
lt ;: N
6= )\fY
ll *"
l3
€o
I
€
lu IF
-d
c
Its
qF
7 d
o0
,6
o. ';
l:
tf
t>
Itr to
t,; Itr l6
!
Itr l6
l6
t.q
-o t
Li tx
x*x
c E
c-
6
.v:
d
c 6
'6 d
€
o
tr
t:" ta,
IU lo
C
lc
lz;
l:
6
o
c
E E
7
d
l-
te
.: =
;.
,
!
.7
o
'i 6
c U
E
!
:a
G
c 6
E
l6
t:
t
{c
d
d
E
E
o
t9
lo IF
= o
F
6
d a
!'a
J)
E d
E E
,
dE
9
E
6 O
q
c
lo
€a
'i!
6
.T
6
I I
l6 t>r
l6
ta
+I
c
P@c
cd
t.T lo IN
gEE !lH:E Fivo
E B z9
z
PA3
*
$*E
*< R -:3 QZ':r'=9
24
)
F.
B .F s cro
-
)
\
\
e*qElE
ag;
*
6 l ql
7
b g P
6
-ol
1<:Fe.=
z_
iE+E
H r
3i
E€$E 6
:3
?i;*
5
t
U
E J i? = F ,z |t r
€E${ 183*
F = s> iEtE,E !d h
E e
EqEE
4=
"
F
E
z z
-:6i
-i
+
I
o
F q
lo
o
I'o I E
t?6
lo lq ts
f o 14
la
bI)
d o
G
o A
6
, F
lo
17 lo Itr to
q 0
t;
x
lch
,2
N
E a
o
6
lh0 t6
d
'l
o.-t 6o
t@ lo t6 lb0 Itr to t9
ol -l
6
-l .vI (!t
lz
6
14
z
-l
c
l6
e
GI ot
I
.n-l
o
ol
Id l(€
l>. to ta
E i+.: :--o=
bo
d -oo
0
u lo I
t)
= ).
6 d
lo
loo
l3 H s
ls s
tYa ld
lo
:
tG = lca!.o
'F o
ld
E
ltd)
l6 lo l4 l6
lo lq t(d lx l6
A G
ld
o
IO
ld
l6
I'A
I bI)
l! I br)
o
6
l: tbo
O 16 c
\
)
JaI
I
trgt
d
.( g! l l
q
+r a.H
I
!sl
} €
.z.t
s -6 ?fiiE€{
2
a
flE€E i -q**; i EE€t *
Ei s
3 = 37,
oo-H d
ntrl E * oEl
6I
E
I
djll odl
6
dl
)
\
lo td t6 to l6
ll *a
I6 I bI) t6 lo
t>, lii .9 t>, ii t > . l6 l6 lqtr l o lv) l a l . / l q F-
F
I
I
\11
IL
\
I
'-:
\ I
-l ;\l
6al
xl -l
'-
ol
\ v'l
dt
TI -l
= t !l
:1
.: =
so
E E
t;
t-
t-' t€
IJ< l'o
tr
l;
tr 6
-
lr 16
lo
lda
| >r
d
l: oo
d
!
x x,
:i
I F
!ej
IF
IA '6
16
Itr lo
t>s
l>-
-
q
o
;
lo. lo
tr E
.j *
;
r
E d s !
lo lz.
s M c 3
lc
6
0 Itr
lrt
I
E
ilq
<; >Y
:\
E<
SoE 3 qE.2C igf H l ai , .:.SraEF ar5.
€
a2
-.g-
'jq ^-Z >i
6>
vl i, t-"l <EI ZY
X
z
-E€{; =6GG-
FE
s
E*
k*
d e
ESss €;!.{
tq
*.Ei1
6oZbX2eS E li Fca
ZV-i6i
El
ib e oc
)
:n = L
;
F
L
= o
lI>
;
O N
\
\
i
\ tl GI
6l 6l
E
€g .
l-r I frl
l" I
E
II z
o d
E>'l
trg
1
I GI
-l
J1 €l
;
o,6o
o
o
G
t9 d
b0
t9 IH f Y
p
ia
>' l s . I ld x tn 1 6 E al
= J1 bo
l:1
!
0
o0 o
I
t) t6 lii
t6 tqE9
v
: :=
d td ' 0a o
lbo to la I6
€d d
0 6
Itr
li
iio l d c
lc tx
16 loa
'6o
lo
Itr
t;3
d
o
o
lbo
}jb0.=
l a l =
, E lo
bo
G
d
o 6
o
d
o bo
o
o
tr
6
o
€'a
o
',' E
6
bI)
a
I
OI ql
o
lz tl F
\ €
FtrI
II o t r 1
I
z t
\
\
I l
6J4 06l
6l
€ I z ri+
:
G
3 : b
€
z \-' E;Ft 3S{.-€ETF 7:sEs; :r
=
>
OI
E
q!5E
5
r
t
N
c lh
-
t6c
\
; .: E
*' d. U 3 'E e i €F t {U:'€ F it r 1 o o : 3 : : , €; E E *
a<
9
lil
\6
-
El=
22
t
o
o
B
lzE-o-o
Fr
Et€ -3 €
q-
60l
_d oq: l ;
IU
T
16 s 4
i
@6cl tr !!
-
C
0z zx
9a
6
*
Z
hH X-d H
tH
o
€
.X
x?
3"
?2
d 6
:t q
r
J}ZO
z2 SR iE
€ s
q Y . . r l
o-Y
la
IE Itr 16 Itr
6
.-
?
lX
F
o
l o . ! r v
Ic 9^
;
H
F
<
IS
s
ol
z,
@ bI)
L6 16
6
o
l-
lt):
;
dE c0
l€
lo
II ;;i
;
qb
lc
,OG
llt l.l=
l= t<
'EE=
6
la
q o
!!t dt|,n y -
o:O
c
l . -
v?
l
coX
q'-
o
la
.-
J
!
-ol
6-
*
d ;
la
t-
:
E
x
IU
-€1.: v( ) zl t S t
t.l6
N
!
16
lc1) 5
?
: N Dal!
ool
d
7l 6
=
j:bo= d=
:"
g
c0
':6>
Eqt -l
,io d
,
l
FXt ol
ol
!E
UI
|
6
v l
!
GtrI
ol
i
bI) o
lo
lb0 ioo tq l6 lo
::
l.o
t> d l.r'Jtr
t'lp I bI)
to lo lo lu, I lq ls lql ts l>| t>' t>' l>' t6 l€ t€ l a t u ) l a lvl
r
€
o\
.= 0.
Lampiran-lampiran
RIWAYAT PENULIS
Nurhilaliyah, lahir di Bekasi 15 Juli 1991. Penulis adalah anak terakhir dari pasangan Bapak Alm. H. Umar Sholihin dan Ibu Hj. Hasanah. Kini rumah yang ditempati beralamatkan di Jalan Masjid Jami Nurul Iman Rt. 02, Rw. 06, no. 12 Kelurahan Kaliabang Tengah, Kecamatan Bekasi Utara.. Anak ketujuh dari adik Nur Asiah ini memiliki hobi mengikuti olahraga bela diri dan bernyanyi. Pendidikan yang sudah ditempuh yakni di sekolah MI At-taqwa 11 Bekasi yang lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2007 lulus dari jenjang SLTP tepatnya yakni di MTs At-taqwa 10 Bekasi. Kemudian melanjutkan pendidikannya di MAN 1 Kota Bekasi yang lulus pada tahun 2010. Setelah lulus penulis melanjutkan pendidikannya ke Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.