FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN PERILAKU MAKAN MENYIMPANG PADA MAHASISWA DI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2012
SKRIPSI
OLEH: MELDA SANTI NIM : 108101000057
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN PERILAKU MAKAN MENYIMPANG PADA MAHASISWA DI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH: MELDA SANTI NIM : 108101000057
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI Skripsi, Januari 2013 MELDA SANTI, NIM : 108101000057 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN PERILAKU MAKAN MENYIMPANG PADA MAHASISWA DI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2012 xxi + 88 halaman, 23 tabel, 2 bagan, 1 grafik, 2 lampiran. ABSTRAK Perilaku makan menyimpang (PMM) merupakan sebuah pola makan yang abnormal yang terkait dengan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh atau tekanan dalam diri seseorang yang sehat. Ketidakpuasan terhadap tubuh lebih banyak dialami oleh remaja perempuan daripada laki-laki. Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki usia remaja, seorang perempuan cenderung akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang dapat membuat tubuhnya menjadi gemuk, sedangkan laki-laki lebih menginginkan tubuhnya mengalami peningkatan massa otot. Tujuan dari penelitian ini diketahuinya faktor–faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian epidemiologi analitik dengan desain cross sectional study. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster sampling 2 tahap dan jumlah sampel sebanyak 185 responden. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan 54,6% mahasiswa mengalami kecenderungan PMM. Faktor individu yang berhubungan dengan kecenderungan PMM adalah variabel citra tubuh, sedangkan faktor lingkungan yang berhubungan dengan kecenderungan PMM adalah variabel pengaruh keluarga dan teman sebaya. Saran untuk institusi diharapkan pihak fakultas dapat membuat program pemantauan kesehatan dan konseling psikologis khususnya pada mahasiswa yang memiliki kecenderungan PMM, memberikan sosialisasi dan promosi mengenai pola makan yang sehat. Saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti lagi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan PMM lebih banyak lagi seperti kemungkinan faktor budaya setempat, genetik, sosial ekonomi, dll serta mempertimbangkan jumlah responden untuk kuantitatif dan melanjutkan penelitian dengan memanfaatkan data kuantitatif untuk penelitian kualitatif. Kata kunci : perilaku makan menyimpang, mahasiswa Daftar bacaan : 34 (1996-2012)
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES COMMUNITY HEALTH STUDY Specialisation NUTRITION Underground Thesis, January 2013 MELDA SANTI, NIM: 108101000057 FACTORS - FACTORS AFFECTING THE DISTORTED EATING BEHAVIOR IN STUDENTS FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA 2012 xxi + 88 pages, 23 tables, 2 charts, 1 graph, 2 attachments. ABSTRACT Eating disorder is an abnormal eating patterns associated with dissatisfaction with body shape or pressure in a person healthy. Dissatisfaction with more body experienced by adolescent girls than boys. That is because at the start of a teenager, a woman is likely to experience an increase in body fat can make the body into fat, while men prefer to have the body to increase muscle mass. The purpose of this research knowing the factors that influence eating behavior deviant tendencies in students in FKIK UIN Jakarta in 2012. This research method uses an analytical approach to the design of epidemiological studies cross sectional study. Sampling using 2-stage cluster sampling and sample number as many as 185 respondents. Data was collected by filling the questionnaire. The results showed 54.6% of college students have a tendency eating disorder. Individual factors associated with the tendency of the eating disorder is body image variables, whereas environmental factors associated with the tendency of the eating disorder is variable influence of family and peers. Suggestions for institutions expected the faculty to make health monitoring programs and psychological counseling especially to students who have a tendency eating disorder, provide socialization and promotion of a healthy diet. Suggestions for further research are expected to examine further the factors that influence the propensity eating disorder more like the possibility of local cultural factors, genetic, social, economic, etc. and considering the number of respondents to the quantitative and continue research using quantitative data to qualitative research. Keywords: eating disorders, students The reading list: 34 (1996-2012)
iii
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI iv
v
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap
: Melda Santi
Tempat Tanggal Lahir
: Tangerang, 04 Maret 1990
Alamat
: Jl.Intan 1, Ds.Cidokom, RT 03/01, Kecamatan Gn. Sindur, Kabupaten Bogor, 16340
Email
:
[email protected] /
[email protected]
Agama
: Islam
Jenis kelamin
: Perempuan
Golongan darah
: AB
Status pernikahan
: Belum menikah
Kewarganegaraan
: Indonesia
Riwayat Pendidikan : a. 1995 – 1996
: TK Nurul Ikhlas, Kec.Ciputat, Kabupaten Tangerang.
b. 1996 – 2002
: SDN Ciputat III, Kec.Ciputat, Kabupaten Tangerang.
c. 2002 – 2005
: SMPN 1 Parung, Kec. Parung, Kab. Bogor, Jawa Barat.
d. 2005 – 2008
: SMAN 1 Parung, Kec. Parung, Kab. Bogor, Jawa Barat.
e. 2008 – sekarang : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pengalaman Organisasi : a. Pengurus OSIS SMPN 1 Parung periode tahun ajaran 2003 - 2004 b. Anggota Paskibra SMPN 1 Parung 2002 – 2005 vi
Pengalaman Bekerja: a. Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL I) menentukan masalah dan akar masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Serpong, Tangerang Selatan, Banten pada tahun 2010. b. Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL II) menentukan solusi masalah yaitu berupa “Pemberdayaan Masyarakat dengan Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue” di Kelurahan Serpong, Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan, Banten pada tahun 2011. c. Praktek Kerja Lapangan (PKL/Magang) untuk menemukan “Gambaran Pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD KLB) Gizi Buruk” di Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor pada tahun 2012.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr. Wb. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, atas rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang membawa umatnya untuk senantiasa menapaki jalan yang diridhoi-Nya. Penulisan skripsi dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Dalam penyusunan laporan skripsi ini, penulis sampaikan banyak terima kasih kepada berbagai pihak diantaranya: 1. Bapak Prof. Dr. (Hc). dr. M.K. Tadjudin, SP. And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Ir. Febrianti, M.Si, Selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing fakultas yang telah banyak membantu penulis dari awal sampai akhir penulisan skripsi. 4. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM, selaku dosen pembimbing fakultas yang telah banyak membantu penulis dari awal sampai akhir penulisan skripsi. 5. Bapak Ahmad Gozali yang selalu memberikan informasi mengenai nilai, jadwal kuliah, jadwal seminar proposal sampai kepada jadwal sidang skripsi, dll yang berhubungan dengan program studi Kesehatan Masyarakat. viii
6. Keluargaku tercinta, Mama, Papa, uni Mis, uda Heri (Alm), yang selalu memberikan doa, motivasi, bantuan moril maupun materil. 7. Kakek - nenek, om Adi - tante May, bude - pakde condet, ibu - bapak pologadung, ibu - ayah ciputat, om Husni - tante Er, om Wazirmen - tante Ros, om Edi - tante Qori, om Raf - tante Epi, yang selalu memberikan doa, motivasi, bantuan moril maupun materil. 8. Saudaraku uni Risa, uda Ronal, abang Awi, uni Neng, kak Neng, kak Dewi, kak Yani, mbak Wie, mbak Rini, Nisya, aa Evan, Putri, Naufal dan lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu yang juga ikut memberikan doa, motivasi, bantuan moril maupun materil. 9. Sahabatku seperjuangan Ika Suswanti, Rima Zeinnamira, Oki Oktaviani, Nurmalita Sani, Resti Ratnawati, Dimiyati Syahidah, Risa sativani dan seluruh teman-teman angkatan 2008. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang harus dilengkapi dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis berharap akan adanya penyusunan yang lebih baik untuk generasi mendatang. Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Jakarta, 4 Januari 2013
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………...
i
ABSTRAK…………………………………………………………………….
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN……………………………………………
iv
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………...
v
RIWAYAT HIDUP PENULIS…………………….………………………….
vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………...
viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..
x
DAFTAR TABEL……………………………………………………………..
xv
DAFTAR BAGAN……………………………………………………………
xviii
DAFTAR GRAFIK……………………………………………………………
xix
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..
xx
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………...
xxi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..
1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….
1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………
4
1.3 Pertanyaan Penelitian……………………………………………………...
5
1.4 Tujuan Penelitian.…………………………………………………………
6
1.4.1 Tujuan Umum……………………………………………………….
6
1.4.2 Tujuan Khusus………………………………………………………
6
1.5 Manfaat Penelitian...………………………………………………………
7
1.5.1 Bagi Peneliti………………………………………………………....
7
1.5.2 Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan……………………..
7
1.6 Ruang Lingkup…………………………………………………………….
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………
9
2.1 Remaja..…………………………………………………………………...
9
2.2 Perilaku……………………………………………………………………
10
x
2.2.1 Batasan Perilaku…………………………………………………….
10
2.2.2 DomainPerilaku……..……………………………………………...
10
2.3 Makan……………….……………………………………………………..
15
2.1 2.4 Perilaku Makan Menyimpang………………………….......……………...
15
2.4.1 Anorexia Nervosa……………………………………...……………...
17
2.4.2 Bulimia Nervosa……...……………………………………………...
19
2.4.3 Binge Eating Disorder…...…………………………………………
23
2.4.4 Nocturnal Eating Disorder…………………………………………
25
2.5 Faktor yang Mempengaruhi perilaku Makan Menyimpang……………….
26
2.5.1 Jenis Kelamin……………….………………………………………
26
2.5.2 Pengetahuan…………………………………………………………
26
2.5.3 Rasa Percaya Diri ..…………………………………………………
27
2.5.4 Citra Tubuh ………………………………………………………...
28
2.5.5 Pengaruh Keluarga……………….…………………………………
28
2.5.6 Pengaruh Teman Sebaya……………………………………………
29
2.5.7 Pelecehan Seksual…………………………………………………..
29
2.5.8 Kekerasan Fisik ...…………………………………………………..
30
2.5.9 Pengaruh Media…..………………………………………………...
30
2.6 Kerangka Teori..…………………………………………………………..
31
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH…..…………….
32
3.1 Kerangka Konsep………………………………………………………….
32
3.2 Definisi Operasional…...………………………………………………….
34
3.2 Hipotesis…………………………………………………………………...
36
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN...…………………………………...
37
4.1 Desain Penelitian……………………………..……………….…………...
37
4.2 Lokasi dan Waktu penelitian………………………………………………
37
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian…………………………………………...
38
4.4 Metode Pengumpulan Data.……………………………………………….
39
4.5 Instrumen Penelitian…………………….………………………………...
40
4.6 Pengolahan Data…………………………………………………………..
41
xi
4.7 Analisis Data………………………………………………………………
42
4.8 Penyajian Data……………………………………………………………
43
BAB V HASIL PENELITIAN………………………………………………..
44
5.1 Hasil Analisis Univariat…………………………………………………...
44
5.1.1
Gambaran Umum Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
44
Kesehatan UIN Jakarta…….……………………………………… 5.1.2
Gambaran Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada
45
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012……………………………………………………… 5.1.3
Gambaran Jenis Kelamin pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
47
dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012……………………. 5.1.4
Gambaran Pengetahuan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
47
dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012…………………… 5.1.5
Gambaran Rasa Percaya Diri pada Mahasiswa Fakultas
48
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012………. 5.1.6
Gambaran Citra Tubuh pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
49
Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012……………………. 5.1.7
Gambaran
Pengaruh
Keluarga
pada
Mahasiswa
Fakultas
49
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012………. 5.1.8
Gambaran Pengaruh Teman Sebaya pada Mahasiswa Fakultas
50
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012………. 5.1.9
Gambaran Pengaruh Pelecehan Seksual pada Mahasiswa Fakultas
51
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012………. 5.1.10 Gambaran Pengaruh Kekerasan Fisik pada Mahasiswa Fakultas
51
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012………. 5.1.11 Gambaran Pengaruh Keterpaparan Media pada Mahasiswa
52
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012.................................................................................................. 5.2 Hasil Analisis Bivariat……..……………………………………………... 5.2.1
Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kecenderungan
xii
53 53
Perilaku Makan Menyimpang…………………………………….. 5.2.2
Analisis Hubungan antara Pengetahuan dengan Kecenderungan
54
Perilaku Makan Menyimpang…………………………………… 5.2.3
Analisis
Hubungan
antara
Rasa
Percaya
Diri
dengan
55
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang…………………… 5.2.4
Analisis Hubungan antara Citra Tubuh dengan Kecenderungan
56
Perilaku Makan Menyimpang…………………………………… 5.2.5
Analisis
Hubungan
antara
Pengaruh
Keluarga
dengan
57
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang…………………… 5.2.6
Analisis Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan
58
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………………….... 5.2.7
Analisis Hubungan antara Riwayat Pelecehan Seksual dengan
59
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang…………………… 5.2.8
Analisis
Hubungan
antara
Kekerasan
Fisik
dengan
60
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang…………………… 5.2.9
Analisis
Hubungan
antara
Pengaruh
Media
dengan
61
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang…………………… BAB VI PEMBAHASAN……………………………………………………..
65
6.1 Keterbatasan Penelitian……………………………………………………
65
6.2 Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang……………………………
65
6.3 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kecenderungan Perilaku Makan
68
Menyimpang……………………………………………………………… 6.4 Hubungan antara Pengetahuan dengan Kecenderungan Perilaku Makan
70
Menyimpang……………………………………………………………… 6.5 Hubungan antara Rasa Percaya Diri dengan Kecenderungan Perilaku
71
Makan Menyimpang……………………………………………………… 6.6 Hubungan antara Citra Tubuh dengan Kecenderungan Perilaku Makan
73
Menyimpang……………………………………………………………… 6.7 Hubungan antara Pengaruh Keluarga dengan Kecenderungan Perilaku
xiii
76
Makan Menyimpang…………………………………………...…………. 6.8 Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Kecenderungan
77
Perilaku Makan Menyimpang…………………………………………….. 6.9 Hubungan antara Riwayat Pelecehan Seksual dengan Kecenderungan
78
Perilaku Makan Menyimpang…………………………………………….. 6.10
Hubungan antara Kekerasan Fisik dengan Kecenderungan Perilaku
80
Makan Menyimpang……………………………………………………… 6.11
Hubungan antara Pengaruh Media dengan Kecenderungan Perilaku
81
Makan Menyimpang……………………………………………………… BAB VII SIMPULAN DAN SARAN………………………………………
83
7.1 Simpulan…………………………………………………………………..
83
7.2 Saran………………………………………………………………………
84
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
86
xiv
DAFTAR TABEL
Nama Tabel
Halaman
Tabel 3.1
Definisi Operasional.………………………………………….
34
Table 5.1
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Program Studi
44
di FKIK UIN Jakarta Tahun 2012…………………………… Tabel 5.2
Distribusi
Frekuensi
Mahasiswa
yang
Mengalami
45
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012……………………... Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Jenis Kelamin
47
di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012…....... Tabel 5.4
Distribusi
Frekuensi
Mahasiswa
Berdasarkan
Tingkat
48
Pengetahuan di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………………………………………………………… Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Rasa
48
Percaya Diri di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012…………………………………………………………... Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Persepsi Citra
49
Tubuh di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012. Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Pengaruh
50
Keluarga di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012…………………………………………………………... Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Pengaruh
50
Teman Sebaya di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012…………………………………………………… Tabel 5.9
Distribusi
Frekuensi
Mahasiswa
Berdasarkan
Riwayat
51
Pelecehan Seksual di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012................................................................................ Tabel 5.10
Distribusi
Frekuensi
Mahasiswa
Berdasarkan
Riwayat
Kekerasan Fisik di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta xv
52
Tahun 2012………………………………………………….... Tabel 5.11
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Pengaruh
52
Media di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012. Tabel 5.12
Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Kecenderungan
53
PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012…………………………………………… Tabel 5.13
Tabulasi
Silang
antara
Tingkat
Pengetahuan
dengan
54
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012…………………………….. Tabel 5.14
Tabulasi
Silang
antara
Rasa
Percaya
Diri
dengan
55
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012…………………………...... Tabel 5.15
Tabulasi Silang antara Persepsi Citra Tubuh dengan
56
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012…………………………... Tabel 5.16
Tabulasi
Silang
antara
Pengaruh
Keluarga
dengan
57
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012…………………………….. Tabel 5.17
Tabulasi Silang antara Pengaruh Teman Sebaya dengan
58
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012…………………………….. Tabel 5.18
Tabulasi Silang antara Riwayat Pelecehan Seksual dengan
59
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012…………………………….. Tabel 5.19
Tabulasi Silang antara Riwayat Kekerasan Fisik dengan
60
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012…………………………….. Tabel 5.20
Tabulasi Silang antara Keterpaparan Media Majalah dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012……………………………..
xvi
61
Tabel 5.21
Tabulasi Silang antara Keterpaparan Media Televisi dengan
62
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012…………………………….. Tabel 5.22
Tabulasi Silang antara Keterpaparan Media Internet dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012……………………………..
xvii
63
DAFTAR BAGAN
Nama Bagan
Halaman
Bagan 2.1
Kerangka Teori…………….…...…………………………...
31
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian………………………………..
33
xviii
DAFTAR GRAFIK
Nama Grafik Grafik 5.1
Halaman Distribusi
Mahasiswa
Menunjukkan
Berdasarkan
Kecenderungan
Gejala
Perilaku
yang Makan
menyimpang di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………………………………………………...
xix
46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuisioner Penelitian
Lampiran 2
Hasil Analisis Univariat dan Bivariat
xx
DAFTAR SINGKATAN
BED
: Binge Eating Disorder
CT
: Citra Tubuh
DSM-IV
: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV
FKIK
: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
JK
: Jenis Kelamin
KS
: Kekerasan Fisik
NAMED
: Nasional Assosition of Male with Eating Disorder
NEDC
: National Eating Disorder Collaboration
NES
: Nocturnal Eating Syndrome
NIMH
: National Institute of Mental health
PD
: Percaya Diri
PK
: Pengaruh Keluarga
PMM
: Perilaku Makan Menyimpang
PS
: Pelecehan Seksual
PTS
: Pengaruh Teman Sebaya
UIN
: Universitas Islam Negeri Jakarta
xxi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan. Sebagai makhluk hidup manusia pun membutuhkan makanan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, setiap orang akan senantiasa berusaha mencari makanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap tumbuh kembang anak membutuhkan asupan gizi yang berbeda. Oleh karena itu, setiap orang tua atau tenaga medis perlu memperhatikan aspek asupan gizi bagi setiap tahap tumbuh kembang anak (Sudarma, 2008). Salah satu fase yang menentukan baik buruknya tumbuh kembang anak menjadi dewasa adalah pada saat anak berada pada fase remaja. Fase remaja merupakan fase dimana seseorang mengalami masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Dalam kehidupan remaja banyak faktor yang berperan dalam membentuk kepribadian dan perilaku mereka. Sehingga dapat menyebabkan terjadinya berbagai perubahan pada diri remaja. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja dapat berpengaruh terhadap kebiasaan makannya. Remaja sering kurang nyaman dengan pertumbuhannya yang sangat pesat tersebut, sedangkan di sisi lain mereka ingin berpenampilan seperti pada umumnya teman sebayanya atau idolanya. Perhatian yang berlebihan terhadap berat dan bentuk tubuh inilah yang mendorong sebagian besar para remaja mengalami perilaku makan menyimpang. Perilaku makan menyimpang (PMM) adalah sebuah pola makan yang abnormal yang terkait dengan ketidakpuasan atau tekanan dalam diri seseorang yang sehat (Read, 1
2
1997 dalam Aini, 2009). Perilaku makan menyimpang dapat terjadi akibat adanya ketidakpuasan terhadap tubuh yang lebih banyak dialami oleh remaja perempuan daripada laki-laki. Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki usia remaja, seorang perempuan lebih mengutamakan penampilan fisik daripada laki-laki. Berikut dikemukakan beberapa fakta yang menunjukkan adanya ketidakpuasan terhadap diri remaja diantaranya penelitian yang dilakukan di Amerika serikat ditemukan lebih dari dua juta orang dimana sebagian besar adalah remaja putri menderita anorexia nervosa (penurunan berat badan dan jumlah makanan yang dikonsumsi) atau bulimia nervosa (perilaku makan berlebihan dan kemudian mengeluarkannya kembali secara paksa) dan lebih dari 20% dari populasi remaja menderita obesitas. Penelitian lain menunjukkan bahwa 2,6% dari siswa remaja mengalami binge eating disorder (makan yang berlebihan secara berulang kali), dan 12% remaja mengalami obesitas, sedangkan prevalensi Nocturnal Eating Syndrome (makan dalam jumlah banyak ketika tidak lapar, pada malam hari dan sulit tidur) diperkirakan 1,5% dari total populasi dan antara 10-26% dalam keadaan obesitas (Proverawati, 2010). Penelitian lain yang dilakukan oleh Hudson (2007) dalam Erdiantono (2009) yang melibatkan 2.980 orang dewasa kemudian diberi pertanyaan mengenai perilaku makan menyimpang, didapatkan 0,9 persen wanita dan 0,3 persen laki-laki melaporkan dirinya pernah mengalami anoreksia, didapatkan juga 1,5 persen wanita dan 0,5 persen laki-laki melaporkan dirinya pernah mengalami bulimia. Selain itu juga didapatkan 3,5 persen wanita dan 2 persen laki-laki melaporkan pernah mengalami binge eating disorders. Di Indonesia sendiri telah ada beberapa penelitian diantaranya adalah
3
penelitian yang dilakukan oleh Putra (2008) pada siswi SMAN 70 Jaksel menyebutkan lebih dari 80% responden memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang. Kecenderungan perilaku makan menyimpang dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa penelitian yang membuktikan faktor-faktor tersebut mempengaruhi terjadinya perilaku makan menyimpang diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Gonzalez, et al (2003) menemukan bahwa media massa berperan dalam onset perilaku makan menyimpang. Penelitian oleh Haines, et al (2006) menyebutkan bahwa ejekan tentang berat badan berhubungan positif secara signifikan terhadap timbulnya perilaku makan menyimpang. Penelitian Moore, et al (2002) melaporkan bahwa para penderita BED mengalami kejadian pelecehan seksual, kekerasan fisik dan bullying oleh teman sebaya lebih tinggi secara signifikan mempengaruhi perilaku makan menyimpang daripada objek pembanding yang sehat. Pada kenyataannya PMM dapat menyebabkan berbagai gangguan fisik yang serius pada perempuan dewasa, perempuan mulai pubertas atau telah pubertas (Wardlaw, 1999 dalam Aini, 2009). Perilaku makan menyimpang dapat menggangu beberapa sistem tubuh. Beberapa efek yang ditimbulkan akibat perilaku makan menyimpang diantaranya adalah suhu badan menurun disebabkan kehilangan lemak, metabolisme tubuh menurun disebabkan kekurangan hormon tiroid, angka kecepatan jantung menurun, mudah lelah, mudah pingsan, sering mengantuk, anemia karena kekurangan asupan zat gizi, kulit kasar, kering, bersisik dan dingin, jumlah sel darah putih yang rendah disebabkan karena kurangnya asupan zat gizi, meningkatnya risiko untuk mengalami penyakit infeksi, tekanan darah rendah, hilangnya masa tulang, menurunnya massa otot, kerusakan pada gigi dan tidak teraturnya menstruasi.
4
Melihat dampak yang ditimbulkan dari Perilaku makan menyimpang sangat berbahaya maka peneliti tertarik untuk melihat kecenderungan perilaku makan menyimpang yang terjadinya di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK). Pada kenyataannya di FKIK belum ada penelitian mengenai hal tersebut. Meskipun mahasiswa FKIK setiap harinya terpapar materi tentang kesehatan dan lebih cenderung kepada remaja akhir namun tidak menutup kemungkinan juga bisa mengarah pada kecenderungan perilaku makan menyimpang. Pada dasarnya semua orang baik remaja ataupun dewasa bisa berperilaku makan menyimpang dan yang perlu diketahui adalah perilaku makan menyimpang akan berdampak buruk pada diri seseorang jika keadaan demikian dibiarkan begitu saja. Setelah dilakukan studi pendahuluan terhadap 20 mahasiswa di kampus FKIK maka didapat hasil sebanyak 50% mahasiswa menganggap dirinya dalam keadaan gemuk, 70% makan diwaktu malam hari ketika mereka sulit untuk tidur, 60% makan dalam jumlah porsi besar ketika sedang tidak lapar dan 30% melakukan olahraga ekstrim segera setelah makan. Semua data yang dihasilkan ternyata mendekati ciri-ciri terjadinya perilaku makan menyimpang. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK.
1.2 Rumusan Masalah Perilaku makan menyimpang disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor individu dan lingkungan. Adapun dampak dari perilaku makan menyimpang apabila dibiarkan maka akan mengganggu sistem syaraf otak, sistem pencernaan dan
5
organ lain sehingga tubuh akan mengalami penurunan fungsional dan akan berlanjut ke dampak yang sangat serius yaitu dapat menyebabkan kematian. Mengingat dampak yang ditimbulkan sangatlah berbahaya dan tidak menutup kemungkinan juga mahasiswa di FKIK dapat mengalami hal tersebut, maka dilakukan studi pendahuluan terhadap mahasiswa FKIK. Berdasarkan hasil studi pendahuluan didapat hasil 50% mahasiswa menganggap dirinya dalam keadaan gemuk, 70% makan diwaktu malam hari ketika mereka sulit untuk tidur, 60% makan dalam jumlah porsi besar ketika sedang tidak lapar dan 30% melakukan olahraga ekstrim segera setelah makan. Semua data yang dihasilkan ternyata mendekati ciri-ciri terjadinya perilaku makan menyimpang. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui faktor –faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah gambaran kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012. 2. Bagaimanakah gambaran faktor individu (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri dan citra tubuh) pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012. 3. Bagaimanakah gambaran faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media) pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
6
4. Adakah hubungan antara faktor individu (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri dan citra tubuh) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012. 5. Adakah hubungan antara faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Diketahuinya faktor–faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
1.4.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012. 2. Diketahuinya gambaran faktor individu (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri dan citra tubuh) pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012. 3. Diketahuinya gambaran faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media) pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
7
4. Diketahuinya hubungan antara faktor individu (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri dan citra tubuh) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012. 5. Diketahuinya hubungan antara faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah informasi mengenai kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa, sehingga kejadian perilaku makan menyimpang yang ada dapat diatasi sedini mungkin.
1.5.2 Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan pihak fakultas, sehingga dapat lebih memberikan perhatian terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang yang ada pada mahasiswa FKIK.
1.6 Ruang Lingkup Kegiatan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif
8
Hidayatullah Jakarta dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan desain studi cross-sectional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner. Penelitian ini dilaksanakan di FKIK UIN Jakarta pada bulan Juni - Desember tahun 2012.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12 sampai 24 tahun. Remaja merupakan tahapan seseorang di mana ia berada di antara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi (Effendi dan Makhfudli, 2009). Menurut Sarwono (2000) WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Definisi tersebut dikemukakan dalam 3 kriteria, yaitu : biologis, psikologis dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi remaja adalah suatu masa dimana : 1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seks sekundernya sampai ia mencapai matang seksual. 2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa. 3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. Suryanah (1996) menggolongkan masa remaja ke dalam 3 periode sesuai dengan tingkatan usia yaitu masa praremaja usia 12-14 tahun, masa remaja awal usia 14-17 tahun dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun.
9
10
2.2 Perilaku 2.2.1 Batasan Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan yang sangat luas sepanjang kegiatan yang dilakukannya, antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan seterusnya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
2.2.2 Domain Perilaku Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya tiga ranah perilaku, yaitu kognitif (cognitive), afektif
(affective)
dan
psikomotor
(psychomotor).
Dalam
perkembangan
selanjutnya berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangakan menjadi tingkat ranah perilaku sebagai berikut: 1. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
11
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, yaitu : 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secar benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat
menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini
12
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam situasi lain. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan pada kemampuan seseorang untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).
13
2. Sikap (attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu : a) Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b) Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. d) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003).
3. Tindakan (practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
14
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Praktek atau tindakan memiliki beberapa tingkatan, diantaranya : a) Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat satu. b) Respons terpimpin (guided response) Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. c) Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. d) Adopsi (adoption) Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003).
15
2.3 Makan Makan adalah suatu kebutuhan bagi setiap individu untuk menunjang aktivitas sehari-hari dan mendukung proses metabolisme tubuh. Kebiasaan dan perilaku makan secara langsung mempengaruhi status gizi seseorang. Tidak sedikit individu yang mengalami perilaku makan menyimpang, dan hal ini banyak terjadi pada kalangan perempuan dibandingkan laki-laki (National Institute of Mental Health (NIMH) 2006 dalam Hapsari 2009). Makan merupakan salah satu hal terpenting yang kita lakukan dan juga dapat menjadi salah satu hal yang paling menyenangkan. Secara sederhana, motivasi untuk makan timbul saat terjadi defisit simpanan nutrisi di tubuh dan akan terpuaskan oleh makanan yang mengisi kembali defisit simpanan nutrisi yang terjadi (Putra, 2008).
2.4 Perilaku Makan Menyimpang Perilaku makan menyimpang atau yang biasa disebut eating disorders adalah gangguan perilaku makan yang kompleks dan memberikan efek pada kesehatan fisik atau mental atau keduanya (Fairburn, 2000 dalam Garrow, 2000 dalam Hapsari, 2009). Read (1997) dalam Aini (2009) juga menyebutkan perilaku makan menyimpang (PMM) adalah sebuah pola makan yang abnormal yang terkait dengan ketidakpuasan atau tekanan dalam diri seseorang yang sehat. Hal ini biasa terjadi karena perhatian yang berlebihan terhadap berat dan bentuk tubuh. Mengadaptasi suatu gambaran mental dari tubuh seseorang (citra diri/body image) adalah suatu ciri dasar perkembangan remaja. Distorsi atau penyimpangan body image adalah suatu karakteristik inti dari perilaku makan menyimpang pada remaja.
16
Walaupun perilaku makan menyimpang berhubungan dengan makanan, pola makan dan berat badan, gangguan tersebut bukanlah mengenai makanan, tetapi mengenai perasaan dan ekpresi diri (wardlaw, 1999 dalam Aini, 2009). Perilaku makan menyimpang sangat terkait oleh perilaku diet. Menurut Muda (2003) diet adalah aturan makan khusus untuk kesehatan dan sebagainya (biasanya atas petunjuk dokter), berpantang atau menahan diri terhadap makanan tertentu untuk kesehatan, mengatur kuantitas dan jenis makanan untuk mengurangi berat badan atau karena penyakit. Hawks (2008) dalam Andea (2010) menyebutkan perilaku diet adalah usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan. Perilaku diet ada terdapat dua jenis yaitu perilaku diet sehat dan perilaku diet tidak sehat. Diet sehat dapat membuat seseorang memiliki tubuh ideal tanpa mendatangkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh, namun diet tidak sehat sering dilakukan oleh orang-orang yang semata-mata berdiet hanya untuk memperbaiki penampilan dengan menempuh cara yang tidak sehat untuk menurunkan berat badan seperti penggunaan obat pencahar, muntah dengan sengaja, berpuasa dan binge eating. (Kim dan Lennon, 2006 dalam Andea, 2010). Ketika remaja khususnya remaja perempuan memutuskan untuk berdiet dengan cara tidak sehat maka akan menimbulkan efek samping bagi tubuh dan akan berdampak buruk pada kesehatan. Diet tidak sehat lebih cenderung akan mengalami perilaku makan menyimpang contohnya diet yang berlebihan dengan cara berpuasa terus menerus, berolahraga setelah makan, menggunakan obat pencahar akan mengganggu metabolisme makanan dalam tubuh yang apabila keadaan demikian berlangsung lama maka kemudian
17
akan menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang dibutuhkan. Akibatnya, tubuh tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan zat gizi sehingga dapat menyebabkan diantaranya adalah suhu badan menurun disebabkan kehilangan lemak, metabolisme tubuh menurun disebabkan kekurangan hormon tiroid, angka kecepatan jantung menurun, mudah lelah, mudah pingsan, sering mengantuk, anemia karena kekurangan asupan zat gizi, kulit kasar, kering, bersisik dan dingin, jumlah sel darah putih yang rendah disebabkan karena kurangnya asupan zat gizi, meningkatnya risiko untuk mengalami penyakit infeksi, tekanan darah rendah, hilangnya masa tulang, menurunnya massa otot, kerusakan pada gigi, tidak teraturnya menstruasi dan yang terakhir dapat menyebabkan kematian (Wardlaw, 1999 dalam Aini, 2009). Beberapa perilaku makan menyimpang yang terjadi antara lain adalah anorexia nervosa, bulimia nervosa, binge eating disorder dan nocturnal eating syndrome (Proverawati, 2010). 2.4.1 Anorexia Nervosa 1. Pengertian Anorexia Nervosa berasal dari Yunani, anorektos yang artinya tanpa selera, dan dari bahasa Latin, nervosa yang artinya gangguan emosional (Proverawati, 2010). Dalam bukunya Sarafino (2006) mengatakan anoreksia nervosa
adalah
suatu
bentuk
penyimpangan
perilaku
makan
yang
mengakibatkan penurunan berat badan dan jumlah makanan yang dikonsumsi secara drastis serta penurunan berat badan yang tidak sehat (Erdiantono, 2009).
18
Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV(DSMIV) (Wardlaw & Hampl, 2007 dalam Erdiantono, 2009) memberikan kriteria diagnosis sebagai berikut : 1) Menolak untuk menjaga berat badan pada atau diatas berat badan normal minimal (contoh: kehilangan berat badan yang memicu pada pemeliharaan berat badan kurang dari 85% berat badan yang diharapkan, atau gagal untuk mencapai berat badan yang diharapkan selama periode pertumbuhan, mengarah pada berat badan kurang dari 85% berat badan yang diharapkan). 2) Memiliki rasa takut yang berlebihan pada kenaikan berat badan atau menjadi gemuk, walaupun memiliki keadaan underweight. 3) Memiliki gangguan dalam menilai berat badan dan bentuk tubuh, kumungkinan dikarenakan menilai berat dan bentuk badan sendiri, atau penyangkalan yang serius terhadap berat badan yang rendah. 4) Amenorrhea (tidak haid), terlewatnya periode menstruasi pada wanita setelah masa pubertas selama 3 periode menstruasi. 2. Penyebab Anorexia Nervosa melibatkan interaksi yang bersifat kompleks dari beberapa faktor diantaranya adalah faktor sosiokultural, faktor psikis, faktor keluarga dan faktor individu (Proverawati, 2010). 3. Dampak Anorexia Nervosa dapat berpengaruh terhadap seluruh tubuh penderita, yaitu (Proverawati, 2010) :
19
1) Otak dan system syaraf : tidak dapat berfikir jernih, takut gemuk, sedih, murung, mudah tersinggung, daya ingat jelek, mudah pingsan dan terjadi perubahan kimia pada otak. 2) Rambut : tipis dan mudah rontok. 3) Jantung : tekanan darah rendah, denyut nadi lambat, berdebar-debar dan resiko terjadi gagal jantung. 4) Darah : terjadi anemia. 5) Otot dan persendian : otot lemah, persendian rapuh, fraktur dan osteoporosis. 6) Ginjal : batu ginjal, gagal ginjal. 7) Cairan tubuh : kadar kalium (potassium, magnesium dan sodium rendah). 8) Pencernaan : konstipasi, kembung. 9) Hormon : peiode sekresi terhenti, gangguan kehamilan. 10) Kulit : mudah memar, kulit kering, tumbuh rambut disekujur tubuh, mudah kedinginan, kulit kuning, kuku mudah patah.
2.4.2 Bulimia Nervosa 1. Pengertian Bulimia berasal dari bahasa Latin, bous yang artinya sapi atau kerbau, dan limos yang artinya rasa lapar (Proverawati, 2010). Bulimia dicirikan oleh makan yang berlebihan. Perilaku makan berlebihan (binge) terdiri atas konsumsi sejumlah besar makanan berkalori tinggi secara diam-diam dan tidak terkontrol (atau “terlarang”) selama periode waktu singkat (biasanya kurang
20
dari dua jam). Sifat makan berlebihan dinetralkan dengan berbagai metode pengendalian berat badan (pengurasan), termasuk merangsang muntah sendiri, penyalahgunaan diuretik dan laksatif, serta olahraga yang berlebihan (Wong ,2009). Bulimia nervosa merupakan salah satu perilaku makan menyimpang dengan karakteristik mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar kemudian memuntahkannya kembali dengan paksa (purging) atau menggunakan obat pencahar atau diuretik, berpuasa atau olahraga yang berlebihan. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), karakteristik penderita bulimia nervosa diantaranya : 1) Episode berulang binge eating dengan karakteristik: a. Makan dalam periode waktu yang tetap (contoh: tiap 2 jam) dengan porsi yang lebih besar daripada porsi makan kebanyakan orang dalam periode dan situasi yang sama. b. Adanya perasaan tidak dapat mengontrol porsi makan pada saat episode tersebut berlangsung. 2) Adanya perilaku kompensasi yang berulang kali dilakukan untuk mencegah kenaikan berat badan seperti: muntah dengan sengaja, penyalahgunaan laksatif, diuretik, enema atau obat-obatan lainnya, puasa atau olahraga berlebihan. 3) Episode binge eating dan perilaku kompensasi lainnya berlangsung setidaknya dua kali semingu dalam tiga bulan. 4) Penilaian diri dipengaruhi oleh bentuk tubuh dan berat badan.
21
5) Gangguan tersebut tidak terjadi secara ekslusif selama episode anorexia nervosa. DSM-IV juga mengklasifikasikan menjadi dua subtipe penderita bulimia nervosa (Brown, 2005 dalam Hapsari, 2009). Kedua subtipe tersebut, yaitu: 1) Purging type Selama episode bulimia nervosa, penderita secara reguler melakukan muntah yang disengaja, penyalahgunaan laksatif, diuresis atau enema. 2) Nonpurging type Selama episode anoreksia nervosa, penderita secara reguler melakukan perilaku kompensasi lainnya seperti berpuasa atau latihan fisik secara berlebihan. Namun tidak secara reguler melakukan muntah yang disengaja, penyalahgunaan laksatif, diuresis atau enema. Remaja yang menderita bulimia nervosa juga mempunyai obsesi tentang tubuh dan makanannya, seperti halnya penderita anorexia nervosa. Namun remaja penderita bulimia nervosa ini masih dapat mengontrol asupan makanan dan berat badannya yaitu dengan cara siklus binge-purge, yaitu dorongan untuk makan dengan porsi makanan yang besar untuk kemudian diikuti dengan memuntahkan kembali makanan yang telah dimakannya dengan menggunakan obat pencahar diuretik (Proverawati, 2010). 2. Penyebab Penyebab terjadinya bulimia nervosa tidaklah tunggal namun terdiri dari beberapa faktor, antara lain adanya faktor body image yang rendah, faktor harga diri yang rendah, faktor makanan, faktor penampilan berorientasi pada
22
profesi, adanya perubahan hidup yang besar (stress) dan faktor biologis (Proverawati, 2010). 3. Dampak 1) Otak : terjadi depresi, ketakutan terhadap peningkatan berat badan, cemas, pusing, rasa malu, harga diri rendah. 2) Pipi : bengkak dan sakit. 3) Mulut : gigi berlubang, lapisan enamel gigi terkikis, penyakit gusi, gigi sensitif terhadap makanan yang panas atau dingin. 4) Tenggorokan dan kerongkongan : luka, iritasi, sobek dan rupture, keluar darah saat muntah. 5) Otot : mudah lelah. 6) Perut : bisul, luka, dapat rupture, pengosongan lambung tertunda. 7) Kulit : luka berat, kulit kering. 8) Darah : anemia. 9) Jantung : denyut jantung tidak beraturan, otot jantung melemah, gagal jantung, tekanan darah dan nadi rendah. 10) Cairan tubuh : dehidrasi, kadar potassium, magnesium dan sodium rendah. 11) Intestinal : konstipasi, gerakan usus besar menjadi tidak teratur, kembung, diare, kram perut. 12) Hormon : periode menjadi tidak teratur.
23
2.4.3 Binge Eating Disorder 1. Pengertian Binge Eating Disorder merupakan suatu kondisi dimana seseorang makan dalam jumlah yang sangat banyak dan merasakan bahwa periode makan tersebut tidak dapat dikontrol oleh dirinya (Brown, 2005 dalam Erdiantono 2009). Pada banyak kasus, kebiasaan banyak makan yang berkembang menjadi binge eating berawal dari masa kanak-kanak, kadang-kadang juga efek dari kebiasaan makan keluarganya. Normalnya, makanan berhubungan dengan hal pengasuhan dan cinta kasih. Namun beberapa keluarga mungkin terlalu berlebihan menggunakan makanan sebagai suatu cara untuk menenangkan atau menyenangkan anak. Sehingga anak-anak berkembang dengan kebiasaan banyak makan untuk menenangkan mereka manakala perasaan mereka tertekan oleh karena mereka tidak mendapatkan cara yang lebih sehat untuk memperlakukan stres tersebut (Proverawati, 2010). Menurut DSM-IV (Wardlaw & Hampl, 2007 dalam Erdiantono, 2009) kriteria diagnosis untuk para penderita BED, yaitu: 1) Adanya episode binge eating yang berulang kali. Episode tersebut ditandai dengan dua kriteria berikut: a. Makan dengan periode waktu yang tetap (contoh: tiap 2 jam) dengan porsi yang jelas lebih besar daripada porsi makan kebanyakan orang dalam periode dan situasi yang sama.
24
b. Adanya perasaan tidak dapat mengendalikan porsi makan saat episode tersebut berlangsung (contoh: merasa tidak dapat berhenti makan, atau tidak dapat mengendalikan pada atau berapa banyak porsi yang dimakan). 2) Adanya 3 atau lebih dari 5 gejala berikut: a. Makan lebih cepat daripada biasanya. b. Makan hingga merasa tidak nyaman karena kekenyangan. c. Makan dalam porsi yang besar walaupun secara fisik merasa tidak lapar. d. Makan sendirian karena merasa malu akibat jumlah porsi yang dimakan. e. Merasa jijik/muak, tertekan atau bersalah terhadap diri sendiri setelah episode binge-eating tersebut. 3) Merasa sangat kecewa karena tidak mampu mengendalikan porsi makan. 4) Episode binge-eating berlangsung setidaknya 2 hari seminggu dalam 6 bulan. 5) Episode ini tidak terjadi selama riwayat anoreksia nervosa atau bulimia nervosa. 2. Penyebab Faktor resiko timbulnya Binge Eating Disorder kemungkinan adalah adanya faktor makanan, faktor psikologis, pelecehan seksual dan pegaruh media (Proverawati, 2010).
25
3. Dampak Penderita binge eating disorder cenderung mengalami overweight. Hal ini akan menyebabkan komplikasi bagi kesehatan tubuhnya. Seperti terjadinya depresi, kecemasan, kepanikan, penyalahgunaan obat-obatan, tekanan darah tinggi, diabetes tingkat II, penyakit jantung, stroke, dll (Proverawati, 2010).
2.4.4 Nocturnal Eating Syndrome 1. Pengertian Nocturnal Eating Syndrome merupakan salah satu perilaku makan menyimpang, dimana seseorang mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar ketika dalam keadaan tidak lapar, saat larut malam dan sulit tidur. Keadaan ini semakin meningkat frekuensinya dan seringkali terjadi. Dia mengkonsumsi makanan yang tidak menyehatkan, makanan yang tidak disukainya, atau makanan yang belum selesai dimasak (Proverawati, 2010). 2. Penyebab Penyebab gangguan perilaku makan ini belum dikatehui. Kemungkinan faktor yang berperan dalam gangguan makan ini adalah kombinasi dari faktor biologis, genetik dan faktor emosional (Proverawati, 2010). 3. Dampak Penderita nocturnal eating syndrome cenderung mengalami overweight.
26
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan Menyimpang Beberapa ahli menyatakan bahwa penyimpangan perilaku makan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah : 2.5.1 Jenis Kelamin Perilaku makan menyimpang tidak hanya terjadi pada perempuan karena laki-laki juga dapat mengalami perilaku makan menyimpang. Kejadian tersebut dikarenakan adanya ketidakpuasan terhadap tubuh yang umumnya banyak dialami oleh perempuan daripada laki-laki. Bagi perempuan tubuh yang kurus, kecil dan langsing merupakan bentuk tubuh sempurna (Markey, 2005 dalam Andea, 2010), sedangkan pada laki-laki akan lebih puas ketika tubuhnya menjadi lebih besar, lebih tinggi dan berotot (Evans, 2008 dalam Andea,2010). Fairburn dan Hill (2005) dalam Erdiantono (2009) memperkirakan insiden anoreksia pada wanita sebesar 8 kasus per 100.000 populasi, sedangkan untuk laki-laki kurang dari 0,5 kasus per 100.000 populasi per tahun. Dari hasil ini terlihat bahwa anoreksia nervosa lebih banyak terjadi pada wanita daripada lakilaki dengan rasio prevalensi kasus pada laki-laki:perempuan sebesar 1:6 sampai dengan 1:10. Selain itu sebuah penelitian juga mendapatkan hasil bahwa anoreksia nervosa lebih banyak muncul pada wanita dibandingkan pria, perbandingannya sekitar 9 dari 10 penderita anoreksia nervosa adalah perempuan.
2.5.2 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
27
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aini (2009) dapat dilihat responden dengan pengetahuan tinggi banyak yang mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang sebesar
37,5%
dan
memperlihatkan
tidak
31,9%
berpengetahuan
adanya
hubungan
rendah. antara
Hasil
uji
statistik
pengetahuan
dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang.
2.5.3 Rasa Percaya Diri Rasa percaya diri erat kaitannya dengan citra tubuh. Citra tubuh merupakan persepsi seseorang tentang penampilan fisiknya. Sedangkan rasa percaya diri adalah persepsi seseorang tentang dirinya sebagai satu kesatuan yang utuh, perasaan seseorang tentang nilai dirinya sebagai seorang manusia. Rasa percaya diri yang rendah berkontribusi pada terjadinya penyimpangan pada citra tubuh dan citra tubuh yang keliru tidak dapat sepenuhnya dikoreksi sebelum masalah rasa percaya diri dibereskan. Rasa percaya diri yang rendah dapat menyebabkan permasalahan dalam persahabatan, stress, kecemasan, depresi dan dapat berpengaruh pada perilaku makan seseorang. Rasa percaya diri yang rendah juga merupakan salah satu karakteristik primer dari remaja wanita yang mengalami penyimpangan perilaku makan. Mereka merasa jika mereka tidak dapat mencapai apa yang diinginkan oleh lingkungan sekitarnya kemudian mereka menjadi ekstrim
28
untuk berusaha menyesuaikan dengan tuntutan lingkungan sekitar (Eating Disorders Venture, 2006 dalam Erdiantono, 2009).
2.5.4 Citra Tubuh Citra tubuh merupakan sebuah persepsi seseorang mengenai tampilan fisik tubuhnya seperti ukuran tubuhnya, bentuk dan beratnya. Mendukung pengantar tersebut, selama masa remaja citra tubuh dan rasa percaya diri sangatlah berkaitan, oleh karena itu kepedulian terhadap citra tubuh jangan dilihat sebagai sesuatu yang wajar dan normatif bagi para remaja. Ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh kemungkinan menjadi faktor penyebab menjalani perilaku diet, kelainan perilaku makan dan penyimpangan perilaku makan. Story dan koleganya menemukan dari 36.000 remaja di Minnesota hanya kurang dari 40% remaja wanita yang puas terhadap berat badanya. (Brown, 2005 dalam Erdiantono, 2009).
2.5.5 Pengaruh Keluarga Dinamika keluarga dan pendekatan orang tua kepada anak telah diajukan sebagai salah satu penyebab penyimpangan perilaku makan. Penelitian mengindikasikan remaja yang mempersepsikan bahwa kepedulian dan ekspektasi orang tua yang rendah terhadapnya memiliki risiko untuk mengalami penyimpangan perilaku makan. Pengaruh ibu juga diargumentasikan sebagai faktor yang berkontribusi secara negatif. Seorang ibu yang menyampaikan perhatiannya tentang berat badan dan bentuk tubuh dengan bertindak sebagai role model, dengan langsung mengkritik atau dengan interaksi makan yang tidak sesuai
29
menambah kemungkingan timbulnya kejadian penyimpangan perilaku makan (Fairburn dan Hill dalam Geissler dan Powers, 2005 dalam Putra, 2008).
2.5.6 Pengaruh Teman Sebaya Penerimaan oleh teman memiliki suatu peran yang penting khususnya pada waktu
remaja
dan
dewasa
muda.
Untuk
menghindari
penolakan
atau
ketidaknyamanan penerimaan sosial, remaja dan dewasa muda seringkali mengikuti nilai-nilai penting penerimaan dan tren di golongan tersebut. Akibatnya, mereka mulai berpikir agar dirinya dapat diterima di kalangan teman-temannnya tersebut maka dia harus memiliki tubuh yang kurus dan ideal. Sebanyak 25% remaja percaya bahwa dengan tubuh yang kurus akan memudahkan mereka mencari teman dan pasangan (McComb, 2001 dalam hapsari, 2009).
2.5.7 Pelecehan Seksual Pelecehan seksual dianggap sebagai salah satu pemicu yang dapat menimbulkan penyimpangan perilaku makan (Tiemeyer, 2007 dalam Putra, 2008). Penelitian Moore, et al (2002) melaporkan adanya hubungan antara pelecehan seksual dengan penyimpangan perilaku makan baik pada perempuan kulit putih maupun pada perempuan kulit hitam. Sebuah studi menunjukkan pelecehan seksual pada wanita muda memiliki resiko lebih tinggi mengalami perilaku makan menyimpang (McComb, 2001 dalam Hapsari, 2009).
30
2.5.8 Kekerasan Fisik Kekerasan fisik merupakan salah satu faktor yang ikut berperan dalam terbentuknya perilaku makan menyimpang. Sebuah studi yang dilakukan oleh Fairburn dan rekan (1999) menemukan bahwa kekerasan fisik yang pernah berulang kali yang dialami oleh perempuan berhubungan secara signifikan sebagai salah satu faktor risiko anoreksia nervosa. Perempuan yang pernah mengalami kekerasan fisik berisiko 4,9 kali lebih tinggi untuk menderita anoreksia nervosa dan kemudian resiko meningkat menjadi 14,9 kali pada perempuan yang mengalami kekerasan fisik yang parah secara berulang kali. Penelitian Moore, et al (2002) melaporkan bahwa para perempuan kulit putih dan kulit hitam penderita BED mengalami kekerasan fisik lebih tinggi secara signifikan dibandingkan yang sehat.
2.5.9 Pengaruh media Media membombardir kita dengan gambar model yang ideal dan ide bahwa orang yang berpenampilan baik memiliki hidup yang lebih baik dan banyak keuntungan. Hal tersebut sangatlah tidak representatif terhadap kenyataan yang ada. Keterpaparan terhadap kesan yang ideal secara terus menerus dapat manimbulkan rasa ketidakpuasan pada bentuk tubuh sendiri yang pada akhirnya dapat menyebabkan gejala penyimpangan perilaku makan (Fairburn & Hill, 2005 dalam Erdiantono, 2009).
31
2.6 Kerangka Teori Banyak penelitian yang telah mencoba mengupas penyebab timbulnya penyimpangan perilaku makan, tetapi secara umum penyimpangan perilaku makan belum diketahui secara pasti. Teori Krummel (1996) menyatakan bahwa terdapat dua faktor predisposisi yang mempengaruhi timbulnya penyimpangan perilaku makan, yaitu faktor lingkungan dan individu. Dalam menyusun kerangka konsep dari penelitian ini digunakan kerangka teori utama yang diadaptasi dari kerangka teori Krummel tetapi beberapa variabel ada yang dimodifikasi berdasarkan teori- teori dan hasil penelitian terdahulu. Adapun kerangka teori penelitian ini dapat dilihat pada bagan 2.1. Faktor Individu : 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan 4. Pangetahuan 5. Rasa Percaya diri 6. Citra Tubuh
Faktor Lingkungan : 1. Anggota keluarga bermasalah 2. Masalah keluarga 3. Pengaruh keluarga 4. Pelecehan seksual 5. Kekerasan fisik 6. Pengaruh teman sebaya 7. Pengaruh media 8. Ejekan seputar berat badan 9. Bullying oleh teman sebaya
Perilaku Makan Menyimpang
Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber : Krummel (1996), Thompson (2004), Mazzeo (2002), Neumark (1996)
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
3.1 Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori yang ada, peneliti membuat sebuah kerangka konsep penelitian. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecenderungan perilaku makan
menyimpang,
sedangkan
variabel
independennya
adalah
faktor
yang
mempengaruhi terjadinya kecenderungan perilaku makan menyimpang. Faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang diantaranya adalah citra tubuh dan pengaruh keluarga yang diadopsi dari Krummel (1996). Faktor rasa percaya diri diadopsi dari Thompson (2004). Faktor pelecehan seksual dan kekerasan fisik diadopsi dari Mazzeo (2002). Faktor jenis kelamin, pengaruh teman dan media diadopsi dari Neumark (1996). Adapun beberapa faktor yang tercantum dalam kerangka teori seperti faktor perilaku diet, usia, pekerjaan, bullying, ejekan seputar berat badan, anggota keluarga bermasalah dan masalah keluarga tidak diteliti dikarenakan faktor perilaku diet merupakan sudah menjadi bagian dari PMM. Faktor usia dan pekerjaan bersifat homogen. Faktor bullying tidak diteliti karena dianggap sudah termasuk kedalam pengaruh teman sebaya. Faktor anggota keluarga bermasalah dan masalah keluarga juga tidak diteliti karena dianggap sudah termasuk kedalam variabel pengaruh keluarga. Faktor ejekan seputar berat badan tidak diteliti karena ejekan seputar berat badan bisa masuk ke pengaruh keluarga dan teman sebaya. Kerangka konsep dari penelitian ini dapat dilihat pada bagan 3.1. 32
33
Jenis kelamin Pangetahuan Rasa Percaya diri Citra Tubuh Pengaruh keluarga Pengaruh teman sebaya
Perilaku Makan Menyimpang
Pelecehan seksual Kekerasan fisik Pengaruh media
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
34
3.2 Definisi Operasional Definisi operasional penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 : Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel
Definisi Operasional
Kecenderu ngan perilaku makan menyimpa ng
Kebiasaan pola makan yang abnormal yang ditandai dengan dipenuhinya tiga atau lebih dari kriteria yang mengarah kepada penyimpangan perilaku makan (seperti adanya ketakutan kenaikan berat badan, adanya riwayat binge eating, adanya perilaku kompensasi seperti memuntahkan makanan dengan sengaja, menggunakan obat pencahar/diuresis, melewatkan waktu makan dan olahraga berlebihan). Perbedaan yang dilihat berdasarkan perbedaan biologis. Hasil dari tahu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan gizi dan PMM.
Jenis Kelamin Pengetahu an
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Pengisian sendiri oleh responden
Kuisioner 1. Memiliki PMM 2. Normal (Stice, et al., 2000 dalam Hapsari, 2009)
Ordinal
Pengisian sendiri oleh responden Pengisian sendiri oleh responden
Kuisioner 1. Laki-Laki 2. Perempuan (Umar, 2011) Kuisioner 1. Kurang, (jika skor > median 2. Baik, (jika skor < median) (Aini, 2009)
Nominal
Ordinal
35
Tabel 3.1 Definisi Operasional (Lanjutan) Cara Ukur Persepsi seseorang tentang Pengisian dirinya sebagai satu kesatuan sendiri yang utuh, perasaan seseorang oleh tentang nilai dirinya sebagai responden seorang manusia.
Alat Hasil Ukur Ukur Kuisioner 1. Rendah (<median) 2. Tinggi (>median) (Rosenberg, 1979 dalam Hapsari, 2009)
Skala Ukur Ordinal
Citra tubuh
Persepsi seseorang mengenai bentuk tubuh dan tampilan fisik tubuhnya.
Pengisian sendiri oleh responden
Kuisioner 1. Merasa gemuk 2. Tidak merasa gemuk (Field, et al., 1999)
Ordinal
Pengaruh keluarga
Kritik dari orang tua responden, baik ayah maupun ibu yang terkait dengan bentuk tubuh serta adanya keterlibatan responden dalam konflik keluarga yang memicu timbulnya PMM. Kritik, sindiran atau ejekan ataupun tekanan dari teman sebaya responden yang berkaitan dengan bentuk tubuh dan berat badan responden. Pengalaman/riwayat seksual yang tidak diinginkan yang melibatkan kontak verbal atau fisik yang berkaitan dengan seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis yang cenderung menyebabkan ketidaknyamanan pada diri responden.
Pengisian sendiri oleh responden
Kuisioner 1. Pernah 2. Tidak pernah (Field, et al., 2001)
Ordinal
Pengisian sendiri oleh responden
Kuisioner 1. Pernah 2. Tidak pernah (Field, et al., 2001)
Ordinal
Pengisian sendiri oleh responden
Kuisioner 1. Pernah 2. Tidak pernah (Moore, et al., 2002)
Ordinal
Variabel Rasa percaya diri
Pengaruh teman sebaya
Pelecehan seksual
Definisi Operasional
36
Tabel 3.1 Definisi Operasional (Lanjutan) Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
3. Kekerasan fisik
Pengaruh media
Pengalaman atau riwayat kontak fisik yang tidak diinginkan yang menyebabkan memar atau luka fisik ringan maupun berat yang menyebabkan trauma pada responden. Frekuensi responden mengakses media massa yang dominan menyajikan tren, gaya hidup atau mode baik media cetak maupun elektronik.
Pengisian sendiri oleh responden
Kuisioner 1. Pernah 2. Tidak pernah (Moore, et al., 2002)
Pengisian sendiri oleh responden
Kuisioner 1. Tidak pernah Ordinal 2. Jarang (< 1 kali/minggu) 3. Sering (> 1 kali/minggu) (Field, et al., 1999)
3.3 Hipotesis 1. Ada hubungan antara faktor individu (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri dan citra tubuh) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012. 2. Ada hubungan antara faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
Ordinal
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain cross sectional study. Pengertian kata cross-sectional adalah memotong suatu benda secara horizontal atau melintang untuk melihat isi atau apa saja yang terdapat di dalam benda tersebut. Studi cross-sectional sering juga disebut studi prevalensi atau survei, dan merupakan studi yang paling sederhana. Studi cross-sectional digunakan untuk mengetahui hubungan antara suatu penyakit dan variabel atau karakteristik yang terdapat di masyarakat pada suatu saat tertentu (Chandra, 2008). Penelitian cross-sectional merupakan penelitian non-eksperimental dalam rangka mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek yang berupa penyakit atau status kesehatan tertentu, dengan model pendekatan point time. Variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada saat yang sama (Sumantri, 2011).
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada bulan Juni Desember 2012.
37
38
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi (universe) adalah keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan diduga. Sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur (Sabri, 2009). Populasi yang diamati pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKIK UIN Jakarta angkatan 2009 s\d 2012 yang berjumlah 1345 orang, sedangkan yang akan dijadikan sampel merupakan bagian dari seluruh mahasiswa yang ada di FKIK UIN Jakarta. Jumlah sampel yang dibutuhkan dihitung berdasarkan rumus uji hipotesis beda dua proporsi (Ariawan, 1998) adalah : n = {Z1-α/2√2P(1-P) + Z1-β √P1(1-P1) +P2 (1-P2)}2 x deff (P1 - P2)2 Keterangan : n
: jumlah sampel
Z1-α/2 : tingkat kemaknaan pada α = 5% (Z1-α/2 = 1,96) Z1-β
: kekuatan uji pada 1-β = 90% (Z1-β = 1,28)
P1
: proporsi penderita PMM terhadap perilaku diet tidak baik pada penelitian sebelumnya yaitu 99,3% (Putra, 2008)
P2
: proporsi penderita PMM terhadap perilaku diet baik pada penelitian sebelumnya yaitu 76,4% (Putra, 2008)
P
: P1+ P2/2
Deff
:2
Maka besar sampel yang dihasilkan adalah : n = {1,96√2.0,88(1-0,88) + 1,28√0,993(1-0,993) +0,764 (1-0,764)}2 x 2 (0,993 - 0,764)2 n = 84 orang n = 84 x 2 = 168 orang
39
Berdasarkan perhitungan, maka besar minimal sampel yang dibutuhkan sebanyak 168 orang. Dengan demikian, untuk mengantisipasi adanya missing jawaban dari respoden maka peneliti menambahkan jumlah sampel yang dibutuhkan, sehingga jumlah seluruh sampel yang diambil sebanyak 185 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster sampling (area sampling) atau sampling daerah 2 tahap. Pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unitnya terdiri dari satu kelompok (cluster). Tiap item (individu) di dalam kelompok yang terpilih akan diambil sebagai sampel. Cara ini dipakai bila populasi dapat dibagi dalam kelompokkelompok dan setiap karakteristik yang dipelajari ada dalam setiap kelompok (Nasution, 2003). Teknik pengambilan sampel pada tahap pertama menentukan kelompok (kelas) yang akan dijadikan sampel pada tiap prodi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terdiri dari empat prodi diantaranya Kesehatan Masyarakat, Keperawatan, Farmasi dan Kedokteran. Pada tahap kedua, kelompok (kelas) pada tiap prodi yang terpilih akan diambil lagi beberapa mahasiswa yang ada dalam kelompok-kelompok kecil (kelas) tersebut dengan menggunakan sampel acak dan mahasiswa dalam kelas tersebut yang terpilih itulah yang kemudian akan dijadikan sebagai sampel.
4.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan menggunakan kuisioner. Kuisioner merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan/pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut (Umar, 2011).
40
4.5 Instrumen Penelitian Instrument penelitian adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuisioner. Kuesioner untuk penelitian ini diadopsi dari penelitian Aini (2009) yang kemudian dimodifikasi dan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data tentang kecenderungan perilaku makan menyimpang, jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri, citra tubuh, perilaku diet, pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media. Data kecenderungan perilaku makan menyimpang dikategorikan kedalam empat kriteria diantaranya anorexia nervosa, bulimia nervosa, binge eating disorder, nocturnal eating syndrome. Dengan demikian, semua pertanyaan yang mengarah kepada anorexia nervosa dapat dilihat dari jawaban responden pada pertanyaan A1 s\d A4 dengan jawaban kadang-kadang dan selalu, untuk semua pertanyaan yang mengarah kepada bulimia nervosa dapat dilihat dari jawaban responden pada pertanyaan A5, A6 dan A14 s\d A17 dengan jawaban kadang-kadang dan selalu, untuk semua pertanyaan yang mengarah kepada binge eating disorder dapat dilihat dari jawaban responden pada pertanyaan A7 s\d A9 dan A11 s\d A13 dengan jawaban kadang-kadang dan selalu dan untuk semua pertanyaan yang mengarah kepada nocturnal eating syndrome dapat dilihat dari jawaban responden pada pertanyaan A10 dengan jawaban kadang-kadang dan selalu. Hasilnya ketika diskoring maka didapatkan nilai median. Jika > median responden mengalami kecenderungan PMM dan jika < median responden tidak mengalami PMM.
41
Data pengetahuan dapat dilihat dari total skor jawaban responden benar. Pengetahuan kurang jika skor > dari median dan pengetahuan baik jika skor < median. Data percaya diri dapat dilihat dari total skor jawaban responden. Responden dengan percaya diri rendah jika skor < dari median dan percaya diri tinggi jika skor > median. Data citra tubuh dapat dilihat dari total skor jawaban responden. Responden merasa gemuk jika skor < dari median dan tidak merasa gemuk jika skor > median. Data pengaruh keluarga dapat dilihat dari total skor jawaban responden. Responden yang dipengaruhi keluarga jika skor > dari median dan tidak dipengaruhi keluarga jika skor < median. Data pengaruh teman sebaya dapat dilihat dari total skor jawaban responden. Responden yang dipengaruhi teman sebaya jika skor > dari median dan tidak dipengaruhi teman sebaya jika skor < median. Data pengaruh media dapat dilihat dari jawaban responden antara tidak pernah, jarang dan sering. Responden yang menjawab jarang dan sering dikategorikan sebagai pernah melihat media massa. Responden yang pernah melihat media massa jika skor > dari median dan tidak pernah melihat media massa jika skor < median.
4.6 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap diantaranya : 1. Editing Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian kuisioner, apakah jawaban yang ada di kuisioner sudah lengkap, jelas, relavan dan konsisten.
42
2. Coding Coding merupakan proses pemberian kode pada jawaban kuisioner untuk memudahkan data ketika dimasukkan kedalam komputer. Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka. 3. Entry data Setelah semua isian kuisioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah melewati pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan data ini dilakukan dengan cara mengentry data dari kuisioner ke dalam komputer dengan menggunakan program komputer. 4. Cleaning Cleaning merupakan proses pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.
4.7 Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. 1. Analisis Univariat Dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi, untuk mengetahui sebaran nilai rata-rata, simpangan baku, nilai minimum dan maksimum dari variabel-variabel yang diukur dalam penelitian.
43
2. Analisis Bivariat Pada analisis bivariat dilakukan uji statsistik untuk menguji hipotesis. Uji hipotesis menggunakan chi-square untuk mengetahui kebermaknaan hubungan antar variabel secara statistik. Perhitungan Chi-Square dengan rumus :
Keterangan : X2 = chi-kuadrat O = nilai hasil pengamatan (observed) E = nilai yang diharapkan (expected)
4.8 Penyajian Data Terdapat empat cara untuk menyajikan data, yaitu penyajian data dalam bentuk tulisan, semitabulasi, tabulasi dan dalam bentuk grafik (Chandra, 2008). Penyajian data dalam penelitian ini dalam bentuk tulisan dan tabulasi.
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Analisis Univariat 5.1.1
Gambaran Umum Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Penelitian ini mengambil lokasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta. Kampus ini berlokasi di Jl. Kertamukti Pisangan, Ciputat Jakarta Selatan. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta ini memiliki empat program studi yang terdiri dari program studi Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Keperawatan dan Pendidikan Dokter. Jumlah mahasiswa hingga akhir periode 2012 ini adalah berjumlah 1345 orang yang terbagi dalam masing-masing program studi. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Program Studi di FKIK UIN Jakarta Tahun 2012 Program studi
Jumlah mahasiswa
Persentase (%)
Kesehatan masyarakat
429
32
Farmasi
369
27
Keperawatan
203
15
Pendidikan Dokter
344
25
1345
100
Total
Sumber: Data Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012
Pengambilan Sampel diambil dengan menggunakan metode random atau acak dengan bantuan tabel acak sehingga diperoleh proporsi sampel dari masing-
44
45
masing program studi adalah 67 untuk jurusan kesehatan masyarakat, 57 untuk jurusan farmasi, 27 untuk keperawatan dan 32 untuk jurusan pendidikan dokter sehingga total sampel dalam penelitian ini adalah 183 orang. Adapun hasil perbandingan yang menunjukkan prodi yang lebih banyak mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang adalah Keperawatan sebesar 63,0% daripada Kesehatan Masyarakat sebesar 50,7%, Pendidikan Dokter sebesar 53,1% dan Farmasi 56,1%.
5.1.2
Gambaran Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012 Analisis univariat distribusi frekuensi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.2 berikut ini: Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Mahasiswa yang Mengalami Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Kecenderungan Perilaku Makan
Jumlah Sampel (n)
Persentase (%)
PMM
100
54.6
Tidak PMM
83
45.4
Total
183
100.0
Menyimpang
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui jumlah mahasiswa yang memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang lebih tinggi (54,6%) dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang (45,4%).
46
Berdasarkan ciri-ciri yang mengarah kepada kecenderungan perilaku makan menyimpang dibagi kedalam empat bagian diantaranya Anorexia Nervosa, Bulimia Nervosa, Binge Eating Disorder dan Nocturnal Eating Syndrome. Distribusi mahasiswa berdasarkan 4 kecenderungan perilaku makan menyimpang dapat dilihat pada grafik 5.1 berikut ini : Grafik 5.1 Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Gejala yang Menunjukkan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 80.00% 69.90%
70.00% 60.00%
66.10%
56.80% 45.90%
50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00%
0.00% Anorexia Nervosa
Bulimia Nervosa
Binge Eating Disorder
Nocturnal Eating Syndrome
Berdasarkan grafik 5.1 dapat diketahui dari ke empat kategori gejala yang menunjukkan kecenderungan perilaku makan menyimpang ternyata mahasiswa FKIK UIN lebih banyak yang memiliki kecenderungan Bulimia Nervosa (69,9%).
47
5.1.3
Gambaran Jenis Kelamin pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012 Analisis univariat distribusi frekuensi jenis kelamim pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.3 berikut ini:
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Jenis Kelamin
Jumlah Sampel (n)
Persentase (%)
Laki-laki
28
15.3
Perempuan
155
84.7
Total
183
100.0
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui mahasiswa yang ikut dalam penelitian ini lebih banyak perempuan (84,7%) daripada laki-laki (15,3 %).
5.1.4
Gambaran Pengetahuan Mengenai Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012 Analisis
univariat
distribusi
frekuensi
pengetahuan
Mengenai
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.4 berikut ini:
48
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Mengenai Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Penngetahuan
Jumlah Sampel (n)
Persentase (%)
Pengetahuan kurang
35
19.1
Pengetahuan baik
148
80.9
Total
183
100.0
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui mahasiswa yang memiliki pengetahuan baik lebih banyak (80,9%) daripada mahasiswa yang memiliki pengetahuan kurang baik (19,1%).
5.1.5
Gambaran Rasa Percaya Diri pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012 Analisis univariat distribusi frekuensi rasa percaya diri pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.5 berikut ini: Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Rasa Percaya Diri di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Tingkat Rasa Percaya Diri
Jumlah Sampel (n)
Persentase (%)
Percaya Diri Rendah
117
63.9
Percaya Diri Tinggi
66
36.1
Total
183
100.0
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui mahasiswa yang memiliki rasa percaya diri rendah lebih tinggi (63,9%) daripada mahasiswa yang memiliki rasa percaya diri tinggi (36,1%).
49
5.1.6
Gambaran Citra Tubuh pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012 Analisis univariat distribusi frekuensi citra tubuh pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.6 berikut ini: Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Persepsi Citra Tubuh di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Persepsi Citra Tubuh
Jumlah Sampel (n)
Persentase (%)
Merasa Gemuk
130
71.0
Tidak Merasa Gemuk
53
29.0
Total
183
100.0
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui distribusi mahasiswa yang merasa bahwa dirinya gemuk lebih tinggi (71%) daripada mahasiswa yang tidak merasa dirinya gemuk (29%).
5.1.7
Gambaran Pengaruh Keluarga pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012 Analisis univariat distribusi frekuensi pengaruh keluarga pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.7 berikut ini:
50
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Pengaruh Keluarga di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Pengaruh Keluarga
Jumlah Sampel (n)
Persentase (%)
Pengaruhi
74
40.4
Tidak Pengaruhi
109
59.6
Total
183
100.0
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui mahasiswa yang tidak dipengaruhi keluarga lebih tinggi (59,6%) daripada mahasiswa yang dipengaruhi oleh keluarga (40.4%).
5.1.8
Gambaran Pengaruh Teman Sebaya pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012 Analisis univariat distribusi frekuensi pengaruh teman sebaya pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.8 berikut ini: Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Pengaruh Teman Sebaya di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Pengaruh Teman Sebaya
Jumlah Sampel (n)
Persentase (%)
Dipengaruhi
85
46.4
Tidak dipengaruhi
98
53.6
Total
183
100.0
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui mahasiswa yang tidak dipengaruhi oleh teman sebaya lebih tinggi (53.6%) daripada mahasiswa yang terpengaruh oleh teman sebaya (46,4%).
51
5.1.9
Gambaran Pengaruh Pelecehan Seksual pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012 Analisis univariat distribusi frekuensi pengaruh pelecehan seksual pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.9 berikut ini: Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Riwayat Pelecehan Seksual di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Riwayat Pelecehan Seksual
Jumlah Sampel (n)
Persentase (%)
Pernah
35
19.1
Tidak Pernah
148
80.9
Total
183
100.0
Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui mahasiswa yang tidak pernah mengalami pelecehan seksual lebih tinggi (80,9%) daripada mahasiswa yang pernah mengalami pelecehan seksual (19,1%).
5.1.10 Gambaran Pengaruh Kekerasan Fisik pada Mahasiswa Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012
Fakultas
Analisis univariat distribusi frekuensi pengaruh kekerasan fisik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.10 berikut ini:
52
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Riwayat Kekerasan Fisik di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Riwayat Kekerasan Fisik
Jumlah Sampel (n)
Persentase (%)
Pernah
23
12.6
Tidak Pernah
160
87.4
Total
183
100.0
Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui mahasiswa yang tidak pernah mengalami riwayat kekerasan fisik lebih tinggi (87,4%) daripada mahasiswa yang tidak pernah mengalami kekerasan fisik (12,6%).
5.1.11 Gambaran Pengaruh Keterpaparan Media pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012 Analisis univariat distribusi frekuensi pengaruh keterpaparan media pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.11 berikut ini: Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Pengaruh Media di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Frekuensi Keterpaparan Jenis Media
Tidak Pernah
Jarang
Total
Sering
N
%
N
%
N
%
N
%
Majalah
97
53.0
69
37.7
17
9.3
183
100.0
Televisi
56
30.6
92
50.3
35
19.1
183
100.0
Internet
69
37.7
70
38.3
44
24.0
183
100.0
53
Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui mahasiswa lebih sering terpapar media masa berupa internet yaitu sebesar 24% dibandingkan berupa televisi yang hanya sebesar 19,1% dan majalah yang hanya 9,3%.
5.2 Hasil Analisis Bivariat 5.2.1
Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji ChiSquare disajikan pada tabel 5.12 berikut ini. Tabel 5.12 Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Kecenderungan PMM
Jenis Kelamin
Ya
Total
Tidak
Nilai OR
N
%
N
%
N
%
Laki-laki
13
46.4
15
53.6
28
100.0
0,677
Perempuan
87
56.1
68
43.9
155
100.0
0,302-1,519
Jumlah
100
54.6
83
45.4
183
100.0
P value
0.458
Berdasarkan tabel 5.12 hasil dari tabulasi silang antara jenis kelamin dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012 dapat diketahui bahwa perempuan lebih banyak mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang yaitu sebesar 56,1% daripada laki-laki. Hasil uji
54
Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 0,458).
5.2.2
Analisis Hubungan antara Pengetahuan dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji ChiSquare disajikan pada tabel 5.13 berikut ini. Tabel 5.13 Tabulasi Silang antara Tingkat Pengetahuan dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Kecenderungan PMM
Tingkat Pengetahuan
Ya
Total
Tidak
P Nilai OR
N
%
N
%
N
%
Pengetahuan kurang
22
62.9
13
37.1
35
100.0
1,519
Pengetahuan baik
78
52.7
70
47.3
148
100.0
0,712-3,240
Jumlah
100
54.6
83
45.4
183
100.0
value
0.370
Berdasarkan tabel 5.13 hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang memiliki pengetahuan kurang baik lebih tinggi untuk memiliki kecenderungan PMM yaitu sebesar 62,9% dibandingkan mahasiswa yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebesar
55
54,6%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 0,370).
5.2.3
Analisis Hubungan antara Rasa Percaya Diri dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara rasa percaya diri dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji ChiSquare disajikan pada tabel 5.14 berikut ini.
Tabel 5.14 Tabulasi Silang antara Rasa Percaya Diri dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Kecenderungan PMM Rasa percaya Diri
Ya
Total
Tidak
P
N
%
N
%
N
%
Nilai OR
Percaya Diri Rendah
68
58.1
49
41.9
117
100.0
1,474
Percaya Diri Tinggi
32
48.5
34
51.5
66
100.0
Jumlah
100
54.6
83
45.4
183
100.0
value
0,804-2,704 0.270
Berdasarkan tabel 5.14 hasil dari tabulasi silang antara rasa percaya diri dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang memiliki rasa percaya diri rendah memiliki kecenderungan PMM yaitu sebesar 58,1% dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki tingkat kepercayaan diri tinggi yaitu sebesar 48,5%.
56
Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara rasa percaya diri dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 0,270).
5.2.4
Analisis Hubungan antara Citra Tubuh dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan citra tubuh dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji ChiSquare disajikan pada tabel 5.15 berikut ini.
Tabel 5.15 Tabulasi Silang antara Persepsi Citra Tubuh dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Kecenderungan PMM Persepsi Citra Tubuh
Ya
Total
Tidak
Nilai OR
N
%
N
%
N
%
Merasa Gemuk
80
61.5
50
38.5
130
100.0
2,640
Tidak Merasa Gemuk
20
37.7
33
62.3
53
100.0
1,367-5,099
Jumlah
100
54.6
83
45.4
183
100.0
P value
0.006
Berdasarkan tabel 5.15 hasil dari tabulasi silang antara persepsi citra tubuh dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang merasa dirinya gemuk lebih tinggi untuk memiliki kecenderungan PMM yaitu sebesar 61,5% dari pada yang tidak merasa gemuk yang hanya sebesar 37,7%. Hasil uji
57
Chi-Square menunjukkan ada hubungan antara persepsi citra tubuh dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 0,006, dengan OR= 2,640). Hal ini berarti mahasiswa yang merasa dirinya gemuk memiliki peluang 2,640 kali untuk memiliki kecenderungan PMM dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak merasa dirinya gemuk.
5.2.5
Analisis Hubungan antara Pengaruh Keluarga dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan pengaruh keluarga dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji ChiSquare disajikan pada tabel 5.16 berikut ini. Tabel 5.16 Tabulasi Silang antara Pengaruh Keluarga dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Kecenderungan PMM
Pengaruh
Ya
Keluarga N
Total
Tidak %
N
Nilai OR
%
N
P value
%
Dipengaruhi
33
44.6
41
55.4
74
100.0
0,505
Tidak Dipengaruhi
67
61.5
42
38.5
109
100.0
0,277-0,919
Jumlah
100
54.6
83
45.4
183
100.0
0.036
Berdasarkan tabel 5.16 hasil dari tabulasi silang antara pengaruh keluarga dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah
58
Jakarta tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang dipengaruhi keluarga dengan kecenderungan PMM yaitu sebesar 44,6%, sedangkan yang tidak dipengaruhi keluarga yaitu sebesar 61,5%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan antara pengaruh keluarga dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 0,036, dengan OR = 0,505). Hal ini berarti mahasiswa yang dipengaruhi keluarga memiliki peluang 0,505 kali untuk memiliki kecenderungan PMM dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak dipengaruhi keluarga.
5.2.6
Analisis Hubungan antara Pengaruh Teman Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang
Sebaya
dengan
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan pengaruh teman sebaya dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji ChiSquare disajikan pada tabel 5.17 berikut ini. Tabel 5.17 Tabulasi Silang antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Pengaruh Teman
Kecenderungan PMM Ya
Sebaya
Total
Tidak
Nilai OR
N
%
N
%
N
%
Dipengaruhi
27
31.8
58
68.2
85
100.0
0,159
Tidak Dipengaruhi
73
74.5
25
25.5
98
100.0
0,084-0,304
Jumlah
100
54.6
83
45.4
183
100.0
P value
0.000
59
Berdasarkan tabel 5.17 hasil dari tabulasi silang antara pengaruh teman sebaya dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang dipengaruhi teman sebaya dengan kecenderungan PMM yaitu sebesar 31,8%, sedangkan yang tidak dipengaruhi teman sebaya yaitu sebesar 74,5%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan
ada
hubungan
antara
pengaruh
teman
sebaya
dengan
kecenderungan PMM pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 0,000, dengan OR = 0,159). Hal ini berarti mahasiswa yang dipengaruhi teman sebaya memiliki peluang 0,159 kali untuk memiliki kecenderungan PMM dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak dipengaruhi teman sebaya.
5.2.7
Analisis Hubungan antara Riwayat Pelecehan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang
Seksual
dengan
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan riwayat pelecehan seksual dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji ChiSquare disajikan pada tabel 5.18 berikut ini.
60
Tabel 5.18 Tabulasi Silang antara Riwayat Pelecehan Seksual dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Kecenderungan PMM
Riwayat Pelecehan
Ya
Total
Tidak
Nilai OR
Seksual
N
%
N
%
N
%
Pernah
19
54.3
16
45.7
35
100.0
0,982
Tidak Pernah
81
54.7
67
45.3
148
100.0
0,469-2,058
Jumlah
100
54.6
83
45.4
183
100.0
P value
1.000
Berdasarkan tabel 5.18 hasil dari tabulasi silang antara riwayat pelecehan seksual dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang pernah memiliki riwayat pelecehan seksual dengan kecenderungan PPM yaitu sebesar 54,3%, sedangkan yang tidak pernah memiliki riwayat pelecehan seksual yaitu sebesar 54,7%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara pengaruh riwayat pelecehan seksual dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 1,000).
5.2.8
Analisis Hubungan antara Kekerasan Fisik dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan kekerasan fisik dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa Fakultas
61
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji ChiSquare disajikan pada tabel 5.19 berikut ini. Tabel 5.19 Tabulasi Silang antara Riwayat Kekerasan Fisik dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Riwayat
Kecenderungan PMM
Kekerasan
Ya
Total
Tidak
P Nilai OR
Fisik
N
%
N
%
N
%
Pernah
15
65.2
8
34.8
23
100.0
1,654
Tidak Pernah
85
53.1
75
46.9
160
100.0
0,664-4,120
Jumlah
100
54.6
83
45.4
183
100.0
value
0.387
Berdasarkan tabel 5.19 hasil dari tabulasi silang antara riwayat kekerasan fisik dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang pernah mengalami kekerasan fisik dengan kecenderungan PMM yaitu sebesar 65,2% dibandingkan dengan yang tidak pernah mengalami kekerasan fisik yaitu sebesar 53,1%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara riwayat riwayat kekerasan fisik dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 0,387).
62
5.2.9
Analisis Hubungan antara Pengaruh Media dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Media massa yang mempengaruhi perilaku makan menyimpang dibagi kedalam tiga bagian yaitu media majalah, televisi dan internet. Berikut pembagian kategori media : 1. Majalah Hasil dari analisis bivariat antara keterpaparan media majalah dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dilihat pada tabel 5.20.
Tabel 5.20 Tabulasi Silang antara Keterpaparan Media Majalah dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Kecenderungan PMM Majalah
Ya
Total
Tidak
P Nilai OR
N
%
N
%
N
%
Pernah
46
53.5
40
46.5
86
100.0
0,916
Tidak Pernah
54
55.7
43
44.3
97
100.0
0,511-1,641
Jumlah
100
54.6
83
45.4
183
100.0
value
0.883
Berdasarkan tabel 5.20 hasil dari tabulasi silang antara keterpaparan media majalah dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang pernah terpapar majalah dengan kecenderungan PMM yaitu sebesar 53,5% dibandingkan dengan yang tidak pernah terpapar majalah yaitu sebesar 55,7%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara
63
keterpaparan majalah dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 0,883). 2. Televisi Hasil dari analisis bivariat antara keterpaparan media televisi dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dilihat pada tabel 5.21. Tabel 5.21 Tabulasi Silang antara Keterpaparan Media Televisi dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Kecenderungan PMM Televisi
Ya
Total
Tidak
P Nilai OR
N
%
N
%
N
%
Pernah
72
56.7
55
43.3
127
100.0
1,309
Tidak Pernah
28
50.0
28
50.0
56
100.0
0,697-2,459
Jumlah
100
54.6
83
45.4
183
100.0
value
0.498
Berdasarkan tabel 5.21 hasil dari tabulasi silang antara keterpaparan media televisi dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang pernah terpapar televisi dengan kecenderungan PMM yaitu sebesar 56,7%, sedangkan yang tidak pernah terpapar televisi yaitu sebesar 50%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara keterpaparan media televisi dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 0,498).
64
3. Internet Hasil dari analisis bivariat antara keterpaparan media internet dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dilihat pada tabel 5.22. Tabel 5.22 Tabulasi Silang antara Keterpaparan Media Internet dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Kecenderungan PMM Internet
Ya
Total
Tidak
P Nilai OR
N
%
N
%
N
%
Pernah
66
57.9
48
42.1
114
100.0
1,415
Tidak Pernah
34
49.3
35
50.7
69
100.0
0,776-2,581
Jumlah
100
54.6
83
45.4
183
100.0
value
0.326
Berdasarkan tabel 5.22 hasil dari tabulasi silang antara keterpaparan media internet dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang pernah terpapar internet dengan kecenderungan PMM yaitu sebesar 57,9% dibandingkan dengan yang tidak pernah terpapar internet yaitu sebesar 49,3%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara keterpaparan media internet dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 0,326).
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatan Penelitian Pada penelitian ini memiliki keterbatasan yang memang tidak dapat dihindari sehingga
tidak
menutup
kemungkinan
akan
mempengaruhi
hasil
penelitian.
Keterbatasan tersebut adalah: 1. Pengukuran berat badan dan tinggi badan tidak dilakukan secara langsung untuk menentukan IMT, dikarenakan jumlah responden yang cukup banyak dengan waktu yang terbatas, sehingga kemungkinan responden hanya mengingat-ingat berat badan dan tinggi badan terakhir. Hal ini yang kemudian dapat memungkinkan terjadinya bias penelitian. 2. Kuisioner penelitian diadopsi dari penelitian sebelumnya dengan sedikit modifikasi kategori jawaban pada pertanyaan untuk menentukan kecenderungan PMM sehingga dapat terjadi bias penelitian disebabkan kuisioner penelitian bukan merupakan intrumen standar. 3. Responden membawa pulang kuisioner penelitian, sehingga kemungkinan bias penelitian disebabkan kuisioner penelitian bisa saja diisi oleh orang lain.
6.2 Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Kecenderungan perilaku makan menyimpang merupakan suatu kondisi dimana seseorang dalam keadaaan yang mengarah kepada perilaku makan yang tidak normal yang dapat membahayakan kesehatannya. Perilaku makan menyimpang atau yang biasa 65
66
disebut eating disorders adalah gangguan perilaku makan yang kompleks dan memberikan efek pada kesehatan fisik atau mental atau keduanya (Fairburn, 2000 dalam Garrow, 2000 dalam Hapsari, 2009). Perilaku makan menyimpang merupakan penyakit kompleks yang disebabkan oleh kombinasi faktor, termasuk lingkungan, budaya, sosial, psikologis, emosional, perilaku, individu, keluarga dan faktor biologis (NAMED, 2011). Dari
hasil
penelitian,
diketahui
jumlah
responden
yang
melakukan
kecenderungan perilaku makan menyimpang lebih tinggi yaitu sebesar 54,6% dibandingkan dengan responden yang tidak melakukan kecenderungan perilaku makan menyimpang sebesar 45.4%. Kecenderungan perilaku makan menyimpang dalam penelitian ini bukan berarti responden adalah penderita namun lebih kepada gejalagejala yang kemungkinan dapat mendorong mereka mengarah kepada perilaku makan menyimpang. Pengkategorian kecenderungan perilaku makan menyimpang yang dimaksud pada penelitian ini adalah anorexia nervosa, bulimia nervosa, binge eating disorder dan nocturnal eating syndrome. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa yang memiliki gejala kecenderungan Anorexia Nervosa sebesar 56,8%, mahasiswa yang memiliki gejala kecenderungan Bulimia Nervosa sebesar 69,9%, mahasiswa yang memiliki gejala kecenderungan Binge Eating Disorder (BED) sebesar 66,1% dan mahasiswa yang memiliki gejala kecenderungan Nocturnal Eating Syndrome (NES) sebesar 45,9%. Kecenderungan perilaku makan menyimpang berawal dari adanya diet yang menggunakan cara-cara tidak wajar dalam upaya penurunan berat badan. Alasan dari beberapa responden melakukan diet sebesar 25,7% menyatakan agar tampak menarik,
67
12,6% menyatakan saran dari orang tua dan 13,1% saran dari teman. Adapun pertama kali diet lebih banyak terjadi pada saat kuliah yaitu sebesar 15,3%. Kecenderungan perilaku makan menyimpang pada penelitian ini lebih tinggi daripada yang tidak melakukan perilaku makan menyimpang. Hal ini disebabkan karena responden yang ikut dalam penelitian ini masih termasuk kedalam kategori remaja akhir yang rata- rata berusia antara 18-21 tahun (Suryanah, 1996). Biasanya remaja yang tergolong pada kategori remaja akhir masih cenderung memperhatikan penampilan fisiknya, dimana masih mengalami masa perubahan besar secara biologis, fisik dan psikologis sehingga rentan terhadap perilaku makan menyimpang. Remaja sering rentan terhadap tekanan masyarakat dan sering merasa tidak aman, sehingga hal tersebut menjadi faktor-faktor yang meningkatkan risiko untuk melakukan perilaku diet secara ekstrim (NEDC, 2012). Ketika remaja khususnya remaja perempuan mengalami tekanan tersebut kemudian memutuskan untuk berdiet maka mereka dihadapkan pada dua pilihan cara untuk berdiet antara diet sehat atau tidak sehat. Diet yang sehat tidak akan menimbulkan efek samping bagi tubuh, tetapi diet tidak sehat akan berdampak buruk pada kesehatan. Contohnya diet yang berlebihan dengan cara berpuasa terus menerus, berolahraga setelah makan, menggunakan obat pencahar akan mengganggu metabolisme makanan dalam tubuh yang apabila keadaan demikian berlangsung lama maka kemudian akan menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang dibutuhkan. Akibatnya tubuh tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan zat gizi sehingga dapat menyebabkan diantaranya adalah suhu badan menurun disebabkan kehilangan lemak, metabolisme tubuh menurun disebabkan kekurangan hormon tiroid, angka kecepatan jantung menurun, mudah lelah,
68
mudah pingsan, sering mengantuk, anemia karena kekurangan asupan zat gizi, kulit kasar, kering, bersisik dan dingin, jumlah sel darah putih yang rendah disebabkan karena kurangnya asupan zat gizi, meningkatnya risiko untuk mengalami penyakit infeksi, tekanan darah rendah, hilangnya masa tulang, menurunnya massa otot, kerusakan pada gigi, tidak teraturnya menstruasi dan yang terakhir dapat menyebabkan kematian. Dengan demikian, untuk mengantisipasi meningkatnya kejadian perilaku makan menyimpang pada mahasiswa FKIK sebaiknya mahasiswa jangan menganggap bahwa penampilan fisik adalah yang utama mempengaruhi kepercayaaan diri.
6.3 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Pada saat mulai memasuki usia remaja, seseorang perempuan akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya semakin jauh dari bentuk ideal, sedangkan remaja laki-laki yang mengalami peningkatan lemak tubuh tidak jauh berbeda dengan perempuan dan akan menjadi lebih puas ketika massa otot yang meningkat. Perbedaan perubahan fisik ini akan menyebabkan remaja cenderung untuk mengidealkan bentuk tubuhnya dengan cara mengontrol berat badannya melalui diet. Gibney, et all (2009) menyatakan bahwa perempuan lebih memberikan perhatiannya terhadap penurunan berat badan dibandingkan dengan laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak ikut dalam penelitian ini sebesar 84,7% sementara laki-laki hanya 15,3%. Hasil tabulasi silang antara jenis kelamin dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang menunjukkan perempuan lebih tinggi memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang sebesar
69
56,1% dibandingkan dengan laki-laki sebesar 46,4%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 0,458). Tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang dimungkinkan karena citra tubuh lebih mempengaruhi perilaku makan menyimpang. Seperti yang diungkapkan oleh Gibney, et all (2009) bahwa perempuan lebih memperhatikan penurunan berat badannya, akibatnya perempuan lebih peka terhadap citra tubuhnya daripada laki-laki. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan menghubungkan antara jenis kelamin dengan citra tubuh dimana didapatkan hasil bahwa persentase perempuan yang merasa dirinya gemuk lebih tinggi yaitu sebesar 71,6% dibandingkan laki-laki sebesar 67,9%. Bagi perempuan yang mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang dampak yang akan ditimbulkan seperti adanya gangguan pada periode menstruasi dan gangguan kehamilan. Hal ini sesuai dengan penelitian lain yang menyatakan bahwa perempuan lebih tinggi memiliki perilaku makan mnyimpang daripada laki-laki. Penelitian yang dilakukan Hudson (2007) dalam Erdiantono (2009) didapatkan persentase wanita sebesar 0,9% dan 0,3% laki-laki. Hal ini terjadi karena adanya ketidakpuasan terhadap tubuh yang biasa terjadi pada saat seseorang memasuki usia remaja.
70
6.4 Hubungan antara Menyimpang
Pengetahuan
dengan
Kecenderungan
Perilaku
Makan
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak. Hasil analisis univariat menunjukkan mahasiswa berpengetahuan baik sebesar 80,9% dan yang berpengetahuan kurang baik sebesar 19,1%. Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang antara pengetahuan dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang diketahui sebanyak 62,9% responden yang berpengetahuan kurang baik mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang. Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan yang kurang baik akan mempengaruhi perilaku seseorang sehingga pengetahuan yang rendah akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan perilaku makan menyimpang. Hasil uji statistik memperlihatkan tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan p-value sebesar 0,370. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aini (2009) yang menyatakan tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang. Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa perilaku yang tampak pada seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, yang tergolong kedalam faktor internal adalah berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi dan sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar, sedangkan faktor eksternal meliputi pengaruh orang lain dan hasil-hasil kebudayaan. Tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang dalam penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh faktor internal lain seperti persepsi citra tubuh. Hal ini
71
dapat terlihat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa orang dengan pengetahuan kurang baik yang memang memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang ternyata mereka yang merasa gemuk (72,3%) lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak merasa gemuk (27,7%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang yang berpengetahuan kurang baik lebih cenderung merasa dirinya gemuk. Hal ini dikarenakan orang yang memiliki informasi yang kurang akan mempengaruhi hasil persepsi terhadap suatu objek yang membentuk suatu perilaku. Akibatnya, dalam penelitian ini orang dengan pengetahuan kurang baik cenderung memiliki persepsi yang rendah terhadap citra tubuhnya. Oleh karena itu, sebaiknya responden meningkatkan pengetahuannya sehingga akan meningkatkan pula persepsi terhadap tubuhnya menjadi lebih baik dan dengan demikian akan terhindar dari kecenderungan perilaku makan menyimpang.
6.5 Hubungan antara Rasa Percaya Diri dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Rasa percaya diri seseorang dianggap berperan dalam menentukan perilaku seseorang seperti berpengaruh terhadap perilaku makannya. Rasa percaya diri erat kaitannya dengan citra tubuh. Rasa percaya diri yang rendah juga merupakan salah satu karakteristik remaja wanita yang mengalami penyimpangan perilaku makan. Mereka merasa jika mereka tidak dapat mencapai apa yang diinginkan oleh lingkungan sekitarnya kemudian mereka berusaha menyesuaikan dengan tuntutan lingkungan sekitar dengan menempuh cara-cara yang ekstrim (Eating Disorders Venture, 2006 dalam Erdiantono, 2009). Rasa percaya diri dapat digambarkan dengan harga diri, harga diri
72
rendah telah diidentifikasi oleh studi penelitian banyak orang sebagai faktor risiko umum untuk pengembangan gangguan perilaku makan. Harga diri yang kuat telah diidentifikasi sebagai penting untuk kesejahteraan psikologis dan untuk memperkuat kemampuan untuk melawan tekanan budaya (NEDC, 2011). Pada penelitian ini, hasil analisis univariat menunjukkan 63,9% mahasiswa memiliki tingkat kepercayaan diri rendah. Hasil analisis univariat pada penelitian Hapsari (2009) juga menunjukkan angka yang besar pada kriteria tingkat kepercayaan diri rendah sebesar 89,2%. Hasil analisis tabulasi silang antara tingkat kepercayaan diri dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang menunjukkan mahasiswa dengan tingkat kepercayaan diri rendah mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang yaitu sebesar 58,1%. Ketika dilakukan uji Chi-Square didapatkan hasil uji statistik memperlihatkan
tidak
adanya
hubungan
antara
tingkat
pengetahuan
dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan p-value sebesar 0,270. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2009) bahwa menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat kepercayaan diri dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang. Tidak adanya hubungan antara tingkat kepercayaan diri dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang mungkin disebabkan rasa percaya diri yang diukur dalam penelitian ini merupakan rasa percaya diri secara umum, serta mereka yang memiliki tingkat kepercayaan diri rendah tidak sepenuhnya disebabkan oleh berat badan atau bentuk tubuh atau menitik beratkan rasa percaya diri pada tampilan fisik. Namun menurut Eating Disorder Venture (2006) dalam Putra (2008) rasa percaya diri erat kaitannya dengan citra tubuh. Jika dikaitkan dengan citra tubuh diketahui bahwa 71%
73
responden menganggap dirinya gemuk dan hal ini yang kemungkinan dapat menjadi alasan responden yang merasa gemuk memiliki tingkat kepercayaan diri rendah. Hasil penyilangan antara variabel percaya diri dengan citra tubuh membuktikan bahwa 73,5% responden yang dengan tingkat percaya diri rendah merasa dirinya gemuk. Kemungkinan lain ada tekanan dari luar seperti teman sebaya yang secara tidak langsung mempengaruhi mereka sehingga mereka merasa tidak percaya diri. Ketika dibuktikan dengan penyilangan antara variabel percaya diri dengan pengaruh teman sebaya maka didapatkan hasil adanya hubungan antara kedua variabel tersebut. Dengan demikian sesuai dengan pendapat Wardlaw (2002) dalam Putra (2008) yang menyatakan bahwa di usia remaja meupakan usia dimana pengakuan sosial sangat dibutuhkan. Hal tersebut dapat memperburuk rasa percaya diri mereka dan sebagai jalan pintas mereka bisa saja mengadopsi cara-cara yang ekstrim untuk dapat segera mengikuti tren yang ada. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan rasa percaya diri dalam diri responden yang merasa dirinya rendah diri sehingga dengan demikian responden tidak akan terpengaruh oleh tekanan dari luar atau dari dalam dirinya sendiri.
6.6 Hubungan antara Citra Tubuh dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Citra tubuh yang buruk dapat berkontribusi pada kesehatan mental dan fisik, fungsi sosial yang lebih rendah dan pilihan gaya hidup yang buruk. Ketidakpuasan terhadap bentuh tubuh dapat menyebabkan seseorang melakukan perilaku untuk mengendalikan berat badan dengan cara ekstrim. Ketidakpuasan bentuk tubuh juga
74
dikaitkan dengan depresi dan rendah diri dan hal ini ditemukan pada remaja putri di Australia (NEDC, 2012). Seperti yang telah dikemukakakn oleh NEDC (2012) dapat disimpulkan bahwa citra tubuh merupakan sebuah persepsi seseorang mengenai tampilan fisik tubuhnya seperti ukuran tubuhnya, bentuk dan beratnya. Field (2001) mengemukakan bahwa terdapat dua karakteristik psikologi individual yang memiliki potensi kuat dalam membangun citra tubuh yang sah yaitu internalisasi nilai “kurus adalah ideal” dan perbandingan bentuk tubuh. Thompson (2004) juga membuktikan bahwa internalisasi nilai “kurus adalah ideal” berhubungan dengan ketidakpuasaan penampilan jangka pendek pada remaja putri dan mahasiswa terkait media. Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan 71,0% mahasiswa merasa gemuk dan 29,0% mahasiswa tidak merasa gemuk. Jelas terlihat mahasiswa yang menyebutkan dirinya gemuk lebih banyak daripada yang tidak merasa gemuk. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara persepsi citra tubuh dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang diketahui 61,5% mahasiswa merasa dirinya gemuk yang mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang. Ketika dilakukan uji Chi-Square didapatkan hasil uji statistik memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara persepsi citra tubuh dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan p-value sebesar 0,006 dan didapatkan nilai OR = 2,640 (95% CI ; 1,367-5,099) yang artinya responden yang merasa gemuk memiliki peluang 2,640 kali lebih besar untuk memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang dibandingkan dengan responden yang tidak merasa dirinya gemuk.
75
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aini (2009) yang menyebutkan
bahwa
adanya
hubungan
antara
persepsi
citra
tubuh
dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Aini (2009) menyatakan responden yang merasa dirinya gemuk akan memiliki peluang sebesar 7,8 kali lebih besar untuk mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang dibandingkan dengan responden yang tidak merasa dirinya gemuk. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2009) yang menyatakan proporsi yang mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang lebih banyak pada responden yang mengalami distorsi citra tubuh. Serta sesuai pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Fairburn, et al (1998) yang menyatakan bahwa evaluasi diri yang negatif berhubungan dengan kejadian perilaku makan menyimpang. Adanya hubungan antara persepsi citra tubuh dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang kemungkinan disebabkan oleh adanya tingkat kepercayaan diri yang rendah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh NEDC (2012) bahwa orang yang merasa dirinya gemuk memiliki rasa percaya diri yang rendah. Hal tersebut dapat dibuktikan pada hasil penelitian ini ternyata orang yang merasa dirinya gemuk lebih tinggi memiliki kepercayaan diri rendah sebesar 64,5%. Selain itu kemungkinan teman sebaya dan media ikut berperan dalam penyebarluasan tren gaya hidup seperti yang diungkapkan oleh Thompson (2004), dapat dibuktikan dengan menyilangkan antara pengaruh teman sebaya dengan citra tubuh dan hasilnya membuktikan bahwa ada hubungan antara kedua variabel tersebut (p-value= 0,000). Ketika media massa dihubungkan dengan citra tubuh hasilnya juga membuktikan adanya hubungan antara media massa dengan citra tubuh (p-value= 0,041).
76
Oleh karena itu, responden perlu meningkatkan penilaian positif pada dirinya dan rasa kepercayaan dirinya agar tidak memiliki persepsi yang rendah terhadap dirinya sendiri sehingga tidak akan memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang.
6.7 Hubungan antara Pengaruh Keluarga dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Pengaruh keluarga diduga memegang peranan penting dalam memicu terjadinya perilaku makan menyimpang. Kadang-kadang keluarga sengaja menciptakan lingkungan yang mendorong dan memberikan tekanan pada anak-anak untuk menjadi kurus, menggoda
anak
tentang
kelebihan
berat
badan,
tidak
mengizinkan
untuk
mengekspresikan perasaan secara terbuka, memiliki harapan harapan terlalu tinggi pada anak, overprotective dan tidak efektif dalam menangani konflik. Sehingga meningkatkan risiko anak untuk memiliki gangguan perilaku makan (NAMED, 2011). Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui dari 40,4% mahasiswa terpengeruh oleh keluarga dan 59,6% tidak terpengaruh oleh keluarga. Hasil tabulasi silang antara pengaruh keluarga dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang diketahui 44,6% mahasiswa yang terpengaruh oleh keluarga mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang. Ketika dilakukan uji Chi-Square didapatkan hasil uji statistik memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara pengaruh keluarga dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan p-value sebesar 0,036 dan didapatkan nilai OR = 0,505 (95% CI ; 0,277-0,919) yang artinya responden yang terpengaruh oleh keluarga memiliki peluang 0,505 kali lebih besar untuk memiliki
77
kecenderungan perilaku makan menyimpang dibandingkan dengan responden yang tidak terpengaruh oleh keluarga. Hal tersebut telah sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan oleh NAMED (2011) yang menyatakan bahwa keluarga memiliki peranan penting dalam memicu terjadinya perilaku makan menyimpang. Hal ini sesuai dengan Tiemeyer (2007) dalam Hapsari (2009) yang juga menyatakan bahwa komentar dari orang tua atau anggota keluarga lain seputar berat badan atau bentuk tubuh juga memiliki efek yang besar dalam perannya sebagai pemicu perilaku makan menyimpang. Oleh karena itu, responden tidak perlu memperhatikan apa yang dikatakan oleh anggota keluarga terhadap bentuk tubuhnya. Dalam hal ini berarti responden perlu meningkatkan rasa percaya diri agar tidak terpengaruh oleh keluarga mengenai bentuk tubuh dan berat badan. Sehingga kecenderungan perilaku makan menyimpang dapat dihindari.
6.8 Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Remaja dan dewasa muda sangat rentan terhadap gangguan perilaku makan, karena mereka berusaha untuk menemukan identitas mereka ketika mereka beranjak dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Mereka membandingkan diri mereka dengan orang lain dan lebih sensitif atas pandangan orang lain terhadap mereka. Mereka ingin menyesuaikan diri dan dikagumi oleh teman-teman mereka. Mereka sangat menghargai pendapat rekan-rekan mereka. Akibatnya, remaja sangat ingin di nilai "keren" oleh orang-orang disekitar mereka (NAMED, 2011).
78
Dalam penelitian ini, hasil univariat menunjukkan 46,6% pernah terpengaruh oleh teman sebaya dan 53,6% tidak pernah terpengaruh oleh teman sebaya. Hal tersebut tidak beda jauh dengan penelitian Hapsari (2009) karena tidak lebih dari 50% responden pernah mengalami kritik dari teman sebaya. Sedangkan hasil tabulasi silang antara pengaruh teman sebaya dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang diketahui responden yang terpengaruh oleh teman sebaya yang mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang yaitu sebanyak 27 orang responden (31,8%). Ketika dilakukan uji Chi-Square didapatkan hasil uji statistik memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara pengaruh teman sebaya dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan p-value sebesar 0,000 dan didapatkan nilai OR = 0,159 (95% CI ; 0,084-0,304) yang artinya responden yang terpengaruh oleh teman sebaya memiliki peluang 0,159 kali lebih besar untuk memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang dibandingkan dengan responden yang tidak terpengaruh oleh teman sebaya. Penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2009) juga mengemukakan adanya hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang. Adanya hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang telah sesuai dengan yang dikemukakan oleh NAMED (2011) yang menyatakan bahwa remaja ingin sekali terlihat keren diantara teman-temannya. Selain itu, hal ini sesuai dengan teori Peer Cluster yang memandang pentingnya pengaruh lingkungan
dalam
membentuk
perilaku
seseorang.
Dalam
perkembangan
kepribadiannya, remaja sangat mendambakan penerimaan dari teman sebayanya. Penerimaan dari kelompok ini merupakan suatu bagian dari upaya mencari identitas diri
79
(Sarwono, 2000). Oleh karena itu, responden tidak perlu selalu ingin terlihat sama dengan teman sebaya. Dalam hal ini berarti responden perlu meningkatkan rasa percaya diri agar tidak terpengaruh. Sehingga kecenderungan perilaku makan menyimpang dapat dihindari.
6.9 Hubungan antara Riwayat Pelecehan Seksual dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Pelecehan seksual dianggap sebagai salah satu pemicu yang dapat menimbulkan penyimpangan perilaku makan (Tiemeyer, 2007 dalam Putra, 2008). Penelitian Moore, et al (2002) melaporkan adanya hubungan antara pelecehan seksual dengan penyimpangan perilaku makan baik pada perempuan kulit putih ataupun kulit hitam. Pada penelitian ini, hasil analisis univariat menunjukkan sebesar 19,1% mahasiswa pernah mengalami pelecehan seksual dan 80,9% tidak pernah mengalami pelecehan seksual. Hasil analisis tabulasi silang antara riwayat pelecehan seksual dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang sebesar 54,3% responden dengan adanya riwayat pelecehan seksual mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang. Ketika dilakukan uji Chi-Square didapatkan hasil uji statistik memperlihatkan tidak adanya hubungan antara riwayat pelecehan seksual dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan p-value sebesar 1,000. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pelecehan seksual dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2008)
80
juga tidak
menemukan adanya hubungan
antara pelecehan seksual dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang. Tidak adanya hubungan antara pelecehan seksual dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang mungkin disebabkan karena pelecehan seksual tidak selalu menjadi faktor yang terkuat untuk melakukan perilaku makan menyimpang tetapi masih banyak faktor lain yang mampu mempengaruhi adanya perilaku makan menyimpang dan dapat dilihat pula jumlah distribusi responden yang mengalami pelecehan seksual lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang tidak mengalami pelecehan seksual. Selain itu kemungkinan seperti yang diungkap oleh Mazzeo (2008) perlunya evaluasi lebih lanjut tentang pengaruh potensial dari fungsi keluarga terhadap hubungan pelecehan seksual dengan perilaku makan menyimpang.
6.10 Hubungan antara Kekerasan Fisik dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Kekerasan fisik merupakan salah satu faktor yang ikut berperan dalam terbentuknya perilaku makan menyimpang. Sebuah studi yang dilakukan oleh Fairburn dan rekan (1999) menemukan bahwa kekerasan fisik yang pernah berulang kali yang dialami oleh perempuan berhubungan secara signifikan sebagai salah satu faktor risiko anoreksia nervosa. Moore, et al (2002) melaporkan bahwa para perempuan kulit putih dan kulit hitam penderita BED mengalami kekerasan fisik lebih tinggi secara signifikan
daripada objek pembanding yang sehat. Moore, et al (2002) juga
mengindikasikan adanya hubungan antara kekerasan fisik pada berbagai tingkat keparahan dengan binge-eating disorder.
81
Berdasarkan hasil analisis univariat pada penelitian ini, sebagian besar mahasiswa tidak pernah mengalami kekerasan fisik yaitu sebesar 87,4%. Hasil analisis tabulasi penelitian diketahui 65,2% responden dengan adanya riwayat kekerasan fisik yang mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang. Ketika dilakukan uji Chi-Square didapatkan hasil uji statistik memperlihatkan tidak adanya hubungan antara riwayat kekerasan fisik dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan p-value sebesar 0,387. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya pada penelitian-penelitian sebelumnya, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Aini (2009) karena penelitian sebelumnya mengemukakan tidak adanya hubungan yang bermakna antara kekerasan fisik dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang. Tidak adanya hubungan antara kekerasan fisik dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang mungkin disebabkan distribusi responden yang pernah mengalami kekerasan fisik lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan yang tidak pernah mengalami kekerasan fisik dan tidak selalu yang mengalami kekerasan fisik memilih untuk melakukan perilaku makan menyimpang.
6.11 Hubungan antara Pengaruh Media dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Media merupakan sumber utama yang mencerminkan dan memperkuat cita-cita daya tarik fisik yang menggambarkan karakteristik maskulin dan feminin. Biasanya wanita cenderung disajikan dalam media sebagai sosok yang langsing, lemah, dan rentan, sementara
pria digambarkan sebagai sosok yang kuat, berotot dan energik
82
(NAMED, 2011). Orang yang menganggap hal tersebut memiliki risiko lebih besar terkena ketidakpuasan tubuh yang dapat menyebabkan gangguan perilaku makan yang mengarah kepada perilaku makan menyimpang. Dalam sebuah laporan tahun 1999 berjudul, "Laki-laki: Pesan Media Tentang Maskulinitas". Sebuah organisasi yang meneliti dampak dari media pada anak-anak menyimpulkan bahwa penggambaran manusia melalui media memperkuat sikap sosial yang memiliki pranala maskulinitas kekuasaan, kontrol dan dominasi. Gambar dikomunikasikan melalui media massa seperti televisi, majalah dan iklan yang tidak realistis, digunakan untuk mencapai citra budaya sehingga dianggap sebagai 'kesempurnaan' namun sebenarnya tidak benar-benar ada. Implikasinya adalah bahwa jika seseorang meniru selebriti atau membeli produk pengiklan, Anda akan menjadi sukses, dikagumi dan menarik secara seksual (NAMED, 2011). Menurut Hasil analisis univariat menunjukkan 9,3% mahasiswa sering terpapar majalah, 19,1% sering terpapar televisi dan 24,0% sering terpapar internet. Dari semua media yang ada ternyata mahasiswa lebih sering mengakses internet daripada majalah dan televisi. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara keterpaparan media dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang didapatkan p-value sebesar 0,883 untuk media majalah, p-value sebesar 0,498 untuk media televisi dan p-value sebesar 0,326 untuk media internet. oleh karena itu, karena p-value selalu menunjukkan > 0,05 maka dinyatakan tidak adanya hubungan antara keterpaparan oleh majalah dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang. Tidak adanya hubungan antara media dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang disebabkan karena menurut hasil penelitian mahasiswa yang menganggap
83
majalah yang mereka baca tidak pernah membaca majalah yang berkaitan dengan gaya hidup. Hal ini dapat dilihat dari persentase mahasiswa yang tidak pernah menemukan majalah mengenai gaya hidup lebih tinggi yaitu sebesar 53%. Begitu pula dengan media televisi dan internet cenderung lebih tinggi pada mahasiswa yang jarang menemukan topik yang membahas tentang gaya hidup. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gonzalez, et al (2003) yang menemukan bahwa media massa berperan dalam onset perilaku makan menyimpang dan Field, et al (1999) yang menyatakan media massa berperan dalam informasi bentuk tubuh ideal kurus yang tidak realistis. Hal tersebut karena pada kenyataannya media massa pada penelitian ini tidak memiliki hubungan yang dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan 1. Mahasiswa dengan kecenderungan PMM lebih tinggi sebesar 54,6%. Berdasarkan prodi, mahasiswa prodi keperawatan lebih tinggi memiliki kecenderungan PMM sebesar 63%. 2. Mahasiswa dengan kecenderungan PMM berdasarkan kriteria Anorexia Nervosa sebesar 56,8%, Bulimia Nervosa sebesar 69,9%, Binge Eating Disorder (BED) sebesar 66,1% dan Nocturnal Eating Syndrome (NES) sebesar 45,9%. 3. Gambaran faktor individu diantaranya adalah lebih banyak jumlahnya yang merasa dirinya gemuk, jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki, lebih banyak responden yang berpengetahuan baik dan lebih banyak responden memiliki rasa percaya diri rendah. 4. Gambaran faktor lingkungan diantaranya adalah lebih banyak responden tidak dipengaruhi keluarga, dipengaruhi teman sebaya, tidak pernah mengalami pelecehan seksual, tidak pernah mengalami kekerasan fisik dan sering mengakses internet. 5. Faktor individu yang menunjukkan adanya hubungan dengan kecenderungan PMM yaitu variabel citra tubuh, sedangkan variabel jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri tidak menunjukkan adanya hubungan dengan kecenderungan PMM. Variabel citra tubuh tidak berhubungan dengan PMM karena adanya ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh.
84
85
6. Faktor lingkungan yang menunjukkan adanya hubungan dengan kecenderungan PMM yaitu variabel pengaruh keluarga dan pengaruh teman sebaya, sedangkan variabel pelecehan seksual, kekerasan fisik, keterpaparan media tidak menunjukkan adanya hubungan dengan kecenderungan PMM. Variabel pengaruh keluarga dan pengaruh teman sebaya berhubungan dengan PMM karena adanya rasa percaya diri yang rendah pada diri responden dan adanya keinginan untuk dapat diterima oleh teman-teman dan keluarga.
7.2 Saran 1. Diharapkan pihak fakultas dapat membuat program pemantauan kesehatan dan konseling psikologis khususnya pada mahasiswa yang memiliki kecenderungan PMM. 2. Diharapkan pihak fakultas dapat memberikan sosialisasi dan promosi kesehatan dengan menggunakan poster dan leaflet gratis mengenai pola makan yang sehat, membenarkan persepsi mengenai berat badan ideal, meningkatkan toleransi antara sesama, meningkatkan rasa percaya diri dan menekankan bahwa PMM memiliki banyak sekali dampak buruk terhadap kesehatan. Sehingga, kemungkinan besar kejadian PMM dapat dicegah sedini mungkin. 3. Diharapkan penelitian selanjutnya meneliti lagi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan PMM lebih banyak lagi seperti kemungkinan faktor budaya setempat, genetik, sosial ekonomi, dll.
86
4. Diharapkan penelitian selanjutnya mempertimbangkan jumlah responden untuk kuantitatif dan melanjutkan penelitian dengan memanfaatkan data kuantitatif untuk penelitian kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, M.K. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Pada Mahasiswi Penghuni Asrama Putri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009 (Skripsi). UIN Jakarta. 2009. Andea, Raisa. Hubungan Antara Body Image dan Perilaku Diet Pada Remaja. (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas SUMUT. Sumatera Utara. 2010. Ariawan, Iwan. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Depok: Jurusan Biostatistika dan Kependudukan. FKM UI. 1998. Chandra, Budiman. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC. 2008. Effendi, Ferry dan Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika. 2009. Erdiantono, S.D. Hubungan Antara Faktor Individu dan Faktor Lingkungan Dengan Kecenderungan Penyimpangan Perilaku Makan Pada Mahasiswi Jurusan Administrasi Perkantoran dan Sekretaris, Fisip-UI Tahun 2009, (Skripsi). FKM UI, Depok. 2009. Fairburn, C.G. et al. Risk Factors for Binge Eating DisorderA Community-Based, CaseControl Study. 1998. Dari www.archgenpsychiatry.com . Diakses pada tanggal 01 Juli 2012, pukul 15:00 WIB. Field, A.E. et al. Relation of Peer and Media Influences to the Development of Purging Behaviors Among Preadolescent and Adolescent Girls. 1999. Dari :http://pediatrics.aappublications.org/content/107/1/54.full.pdf+html. Diakses pada tanggal 29 Desember 2012, pukul 23:00. ______________. Peer, Parent, and Media Influences on the Development of Weight Concerns and Frequent Dieting Among Preadolescent and Adolescent Girls and Boys. 2001. Dari: http://pediatrics.aappublications.org/content/107/1/54.full.pdf+html . Diakses pada tanggal 29 Desember 2012, pukul 22:50 WIB. Gibney, et all. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. 2009. Gonzalez, M.A. et al., Parental Factors, Mass Media Influences and the Onset of Eating Disorders in a Prospective Population-Based Cohort, Pediatrics, vol. 111, no. 2, pp. 315320. 2003. Dari: http://www.pediatricsdigest.mobi/content/111/2/315.full.pdf+html. Diakses pada tanggal 27 Juni 2012, pukul 10:27 WIB. 86
87
Hapsari, Ismira. Hubungan Faktor Personal dan Faktor Lingkungan dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Pada Kalangan Model Di OQ Modelling School Jakarta Selatan Tahun 2009. (Skripsi). FKM UI, Depok. 2009. Haines, J. et al., Weight Teasing and Disordered Eating Behaviors in Adolescents: Longitudinal Findings From Project EAT (Eating Among Teens). Pediatrics, vol.117, no. 2, pp. e209-e215. 2006 Dari: http://www.pediatricsdigest.mobi/content/117/2/e209.full.pdf+html. Diakses pada tanggal 27 Juni 2012, pukul 10:28 WIB. Krummel, D.M. & Penny M. K. (ed). Nutrition in Women’s Health, Aspen Publisher’s Inc, Maryland. 1996. Mazzeo, S.E & Dorothy L.E. 2002, “Association Between Childhood Physical and Emotional Abuse and Disordered Eating Behaviors in Female Undergraduates: An Investigation of the Mediating Role of Alexithymia and Depression”, Journal of Counseling Psychology [Online], vol. 49, no. 1, pp. 86100. Dari: American Psychological Association, Inc. diakses pada tanggal 3 Desember 2012, pukul 10:05 WIB. Moore, et. al. Abuse, Bullying, and Discrimination as Risk Factors for Binge Eating Disorder. 2002. Dari: http://www.pn.psychiatryonline.org/data/Journals/AJP/3742/1902.pdf . diakses tanggal 27 juni 2012, 10:28 WIB. National Assosition of Male with Eating Disorder (NAMED). 2011. Dari: http://www.namedinc.org/riskfactors.asp. Diakses pada tanggal 29 Desember 2012, pukul 13:05 WIB. National Eating Disorder Collaboration (NEDC). Risk factors: What causes an eating disorder?. 2012. Dalam http://www.nedc.com.au/risk-factors. Diakses pada tanggal 29 Desember 2012, 12:31 WIB. Nasution, Rozaini. Teknik Sampling. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2003. Neumark-Sztainer, Dianne, et al. Nutrition Throughout The Life Cycle. Singapore: Mc Graw Hill. 1996. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
88
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Peneitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. 2005. Proverawati, Atikah. Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan Pada Remaja. Yogyakarta : Nuha Medika. 2010. Putra, Wahyu K.Y. Gambaran dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecenderungan Penyimpangan Perilaku Makan pada Siswi SMAN 70 Jakarta Selatan Tahun 2008,(Skripsi). FKM UI, Depok. 2008. Sabri, Luknis. & Susanto P.H. Statistik Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Pers. 2009. Sarafino, Edward P. Health Psychology: Biopsycososial Interaction, fifth United States of America: John Wilwy & Sons, Inc. 2006.
edition.
Sarwono, Sarlino Wirawan. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta : Bulan Bintang. 2000. Sztainer, D. N. & Peter J.H. 2000, “Weight-Related Behaviors Among Adolescent Girls and Boys” Archives Pediatrics Adolescent Medicine. vol. 154, pp. 569-577. Dari: www.archpediatrics.com. Diakses pada tanggal 29 Desember 2012, pukul 17:02 WIB. Sudarma, Momon. Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika. 2008. Sumantri, Arif. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kencana. 2011. Suryanah. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta : EGC. 1996. Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi Kedua. Jakarta : Rajawali Pers. 2011. Thompson, J.K. Handbook of Eating Disorders & Obesity. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. 2004. Wong, Donna L et al. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Ed.6, Vol. Jakarta : EGC. 2009.
LAMPIRAN 1
Identitas responden
KUESIONER SURVEI TENTANG FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MAKAN MENYIMPANG PADA REMAJA DI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN, UIN SYARIF HIDAYATULLAH, JAKARTA TAHUN 2012
(Salam). Kami Peneliti dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kami sedang melakukan penelitian untuk meningkatkan Program gizi dan kesehatan reproduksi remaja. Kami akan bertanya mengenai beberapa hal, termasuk di dalamnya mengenai Pemilihan Makanan, Perilaku Makan Menyimpang dan Seputar kesehatan Reproduksi. Pengisian kuesioner ini akan berlangsung tidak lebih dari 1 jam. Besar harapan kami anda dapat mengisi kuesioner ini secara lengkap dan jujur. Jawaban anda akan kami rahasiakan sehingga tidak seorangpun akan mengetahuinya, Kemudian akan dibawa dan disimpan, dan hanya beberapa orang dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan sponsor dari penelitian ini yang diizinkan melihatnya. Setelah penelitian selesai, kuesioner ini akan dimusnahkan. Jawaban anda tidak akan berdampak negatif terhadap proses pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Salam, Peneliti
DAFTAR PERTANYAAN PERILAKU MAKAN MENYIMPANG Ruang Entry Item Pertanyaan
(Diisi Pengumpul Data)
A. Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang A1. Apakah kamu merasa gemuk? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
Tidak
2. Kadang-kadang
Tidak
2. Kadang-kadang
Tidak
2. Kadang-kadang
Tidak
2. Kadang-kadang
A3 [
]
A4 [
]
A5 [
]
A6 [
]
A7 [
]
A8 [
]
3. Selalu
A5. Apakah kamu pernah makan dalam jumlah yang amat banyak menurut orang-orang sekitar kamu? 1.
]
3. Selalu
A4. Apakah bentuk tubuh kamu mempengaruhi tingkat kepercayaan diri kamu? 1.
A2 [
3. Selalu
A3. Apakah berat badan kamu mempengaruhi tingkat kepercayaan diri kamu? 1.
]
3. Selalu
A2. Apakah kamu merasa takut menjadi gemuk atau bertambah berat badan? 1.
A1 [
3. Selalu
A6. Apakah kamu pernah merasa tidak dapat berhenti makan atau sulit mengendalikan banyaknya makanan yang kamu makan? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
A7. Apakah kamu pernah makan lebih cepat dari biasanya? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
A8. Apakah kamu pernah makan sampai kamu merasa kekenyangan? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
1
Identitas responden
Ruang Entry Item Pertanyaan
(Diisi Pengumpul Data)
A9. Apakah kamu pernah makan dalam jumlah yang besar ketika kamu tidak merasa lapar? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
A9 [
]
A10 [
]
A11 [
]
A12 [
]
A13 [
]
A14 [
]
A15 [
]
A16 [
]
A17 [
]
B1 [
]
B21 [
]
B22 [
]
B23 [
]
3. Selalu
A10. Apakah kamu pernah makan dalam jumlah besar pada malam hari ketika dalam keadaan tidak bisa tidur? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
A11. Apakah kamu pernah makan sendirian karena malu jika terlihat oleh orang lain kamu makan dalam jumlah banyak? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
A12. Apakah kamu pernah merasa malu /kecewa ketika setelah makan yang berlebihan? 1. Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
A13. Apakah kamu pernah merasa sangat marah karena kamu tidak dapat mengendalikan perilaku makan sehingga berat badan kamu naik lagi? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
A14. Apakah kamu pernah memuntahkan makanan karena untuk mencegah terjadinya kenaikan berat badan? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
A15. Apakah kamu pernah menggunakan obat pencahar/jamu pelangsing untuk mencegah terjadinya kenaikan berat badan? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
A16. Apakah kamu pernah berpuasa atau makan kurang dari 2 kali sehari untuk mencegah terjadinya kenaikan berat badan? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
A17. Apakah kamu pernah berolahraga berlebihan untuk mencegah kenaikan berat badan? 1.
Tidak
2. Kadang-kadang
3. Selalu
B. Pengetahuan gizi tentang Perilaku Makan Menyimpang B1. Menurut kamu, apakah ada dampak negatif dari berat badan terlalu rendah akibat berdiet? 1.
Ada
2. Tidak ada
B2. Menurut kamu, apa dampak negatif dari berat badan terlalu rendah karena berdiet? (jawaban boleh lebih dari satu) 1.
Kulit kering, kasar, bersisik, dingin : 1) Ya
2.
Anemia 1) Ya
3.
2) Tidak
Thypus
2) Tidak
2
Identitas responden
Ruang Entry Item Pertanyaan
(Diisi Pengumpul Data)
1) Ya 4.
Tidak teraturnya menstruasi 1) Ya
5.
B24 [
]
B25 [
]
B26 [
]
B3 [
]
B41 [
]
2) Tidak
B42 [
]
2) Tidak
B43 [
]
2) Tidak
B44 [
]
B5 [
]
2) Tidak
B61 [
]
2) Tidak
B62 [
]
B63 [
]
B64 [
]
B7 [
]
2) Tidak
Meningkatkan osteoporosis 1) Ya
6.
2) Tidak
2) Tidak
Kanker 1) Ya
2) Tidak
B3. Menurut kamu, apakah ada dampak negatif dari penggunaan obat pencahar/jamu pelangsing? 1.
Ada
2. Tidak ada
B4. Menurut kamu, apa dampak negatif dari penggunaan obat pencahar/jamu pelangsing? (jawaban boleh lebih dari satu) 1.
Gangguan pencernaan 1) Ya
2.
Ketidakseimbangan cairan elektrolit 1) Ya
3.
Kanker 1) Ya
4.
2) Tidak
Sakit maag 1) Ya
B5. Menurut kamu, apakah ada dampak negatif dari memuntahkan makanan dengan sengaja setelah makan? 1.
Ada
2. Tidak ada
B6. Menurut kamu, apa dampak negatif dari memuntahkan makanan dengan sengaja setelah makan? (jawaban boleh lebih dari satu) 1.
Kerusakan gigi 1) Ya
2.
Sariawan 1) Ya
3.
Sakit tenggorokan 1) Ya
4.
2) Tidak
Kehilangan asam lambung 1) Ya
2) Tidak
B7. Menurut kamu, apakah ada dampak negatif dari olahraga yang berlebihan? 1.
Ada
2. Tidak ada
B8. Menurut kamu, apakah dampak negatif dari olahraga yang berlebihan? ? (jawaban boleh lebih dari
3
Identitas responden
Ruang Entry Item Pertanyaan
(Diisi Pengumpul Data)
satu) 1.
Detak jantung tidak teratur 1) Ya
2.
3.
4.
]
B83 [
]
B84 [
]
C1 [
]
C2 [
]
C3 [
]
C4 [
]
C5 [
]
C6 [
]
C7 [
]
C8 [
]
D1 [
]
D2 [
]
D3 [
]
2) Tidak
Gagal ginjal 1) Ya
B82 [ 2) Tidak
Melambatnya rate metabolism 1) Ya
]
2) Tidak
Anemia 1) Ya
B81 [
2) Tidak
C. Rasa percaya diri C1. Apakah kamu takut bersaing dengan teman sebayamu? 1.
Ya
2. Tidak
C2. Ketika pendapat orang lain berbeda dengan orang lain, apakah kamu cenderung tidak mengutarakan pendapatmu kepada orang lain? 1.
Ya
2. Tidak
C3. Apakah kamu lebih suka menyendiri daripada berkumpul dengan orang banyak? 1.
Ya
2. Tidak
C4. Apakah kamu sering menganggap sesuatu yang buruk akan terjadi padamu dimasa depan? 1.
Ya
2. Tidak
C5. Apakah kamu merasa diri kamu tidak punya kelebihan yang kamu banggakan? 1.
Ya
2. Tidak
C6. Apakah kamu merasa diri kamu banyak kekurangan? 1.
Ya
2. Tidak
C7. Apakah kamu takut menerima kritik dari orang lain? 1.
Ya
2. Tidak
C8. Apakah kamu merasa rendah diri ketika dibandingkan dengan teman sebayamu? 1.
Ya
2. Tidak
D. Citra tubuh D1. Apakah saat ini kamu merasa gemuk? 1.
Ya
2. Tidak
D2. Apakah kamu merasa berat badan kamu tidak ideal? 1.
Ya
2. Tidak
D3. Apakah kamu merasa tidak puas dengan bentuk tubuh dan berat badan kamu?
4
Identitas responden
Ruang Entry Item Pertanyaan
(Diisi Pengumpul Data)
1. Ya
2. Tidak
E. Riwayat diet E1. Apakah dalam satu tahun terakhir kamu pernah berdiet? 1.
Ya
E1 [
]
E21 [
]
E22 [
]
E23 [
]
E24 [
]
E25 [
]
E26 [
]
E3 [
]
E4 [
]
E51 [
]
E52 [
]
E53 [
]
E54 [
]
E55 [
]
E56 [
]
2. Tidak
E2. Apakah alasan kamu berdiet? 1.
Agar lebih sehat 1.
2.
Ya
2. Tidak
Ya
2. Tidak
Nasihat orang tua 1.
6.
2. Tidak
Saran dokter 1.
5.
Ya
Mencegah naiknya berat badan 1.
4.
2. Tidak
Menurunkan berat badan agar tampil menarik 1.
3.
Ya
Ya
2. Tidak
Saran dari teman 1.
Ya
2. Tidak
E3. Berapa kali dalam 1 tahun terakhir kamu berniat melakukan diet? 1.
1-4 kali
2. 5-10 kali
3. >10 kali
4. selalu berdiet
E4. Kapan pertama kali kamu melakukan diet? 1.
SD
2. SMP
3. SMA
4. Kuliah
E5. Dengan cara apa kamu melakukan diet? (jawaban boleh lebih dari satu) 1.
Mengurangi konsumsi karbohidrat (nasi, roti, dll) 1) Ya
2.
Mengurangi konsumsi sayuran dan buah-buahan 1) Ya
3.
2. Tidak
Mengurangi porsi makan 1) Ya
6.
2. Tidak
Mengurangi konsumsi makanan cemilan 1) Ya
5.
2. Tidak
Mengurangi konsumsi lemak 1) Ya
4.
2. Tidak
2. Tidak
Melewatkan 2 waktu makan berturut-turut 1) Ya
2. Tidak
5
Identitas responden
Ruang Entry Item Pertanyaan
(Diisi Pengumpul Data)
7.
Mengkonsumsi obat pencahar/ pelangsing 1) Ya
8.
9.
E58 [
]
E59 [
]
F1 [
]
F2 [
]
F3 [
]
F4 [
]
F5 [
]
F6 [
]
F7 [
]
G1 [
]
G2 [
]
G3 [
]
G4 [
]
2. Tidak
Berolahraga setelah makan 1) Ya
]
2. Tidak
Memuntahkan isi perut dengan sengaja 1) Ya
E57 [
2. Tidak
F. Pengaruh keluarga F1. Apakah keluargamu sering mengkritik bentuk badanmu? 1.
Ya
2. Tidak
F2. Apakah keluargamu sangat memperhatikan penampilan fisik? 1.
Ya
2. Tidak
F3. Apakah karena kritikan keluargamu, membuat kamu ingin menurunkan berat badan? 1.
Ya
2. Tidak
F4. Apakah keluargamu mempengaruhi kamu untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal? 1.
Ya
2. Tidak
F5. Apakah kamu terpengaruh untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal? 1.
Ya
2. Tidak
F6. Apakah kamu merasa malu jika memiliki tubuh yang lebih gemuk dibandingkan dengan saudarasaudaramu? 1.
Ya
2. Tidak
F7. Jika kamu berdiet, apakah cara kamu berdiet salah satunya mengikuti kebiasaan salah satu keluargamu? 1.
Ya
2. Tidak
G. Pengaruh teman sebaya G1. Apakah kamu merasa takut gemuk karena dengan begitu kamu akan merasa berbeda dengan teman dekatmu? 1.
Ya
2. Tidak
G2. Apakah kamu menjaga pola makanmu agar terlihat sama dengan kebanyakan temanmu? 1.
Ya
2. Tidak
G3. Apakah temanmu mempengaruhi kamu untuk memiliki bentuk tubuh ideal? 1.
Ya
2. Tidak
G4. Apakah kamu menjaga berat badanmu karena mengikuti perilaku teman dekatmu? 1.
Ya
2. Tidak
6
Identitas responden
Ruang Entry Item Pertanyaan
(Diisi Pengumpul Data)
G5. Apakah kamu merasa malu jika memiliki tubuh yang lebih gemuk dibandingkan dengan teman
G5 [
]
G6 [
]
G7 [
]
H1 [
]
H2 [
]
3. 3 kali 4. >3 kali
H3 [
]
3. SMA 4. Tidak ingat
H4 [
]
H51 [
]
2. Tidak
H52 [
]
2. Tidak
H53 [
]
H54 [
]
H55 [
]
H56 [
]
dekatmu? 1.
Ya
2. Tidak
G6. Jika ada temanmu yang memiliki bentuk tubuh ideal, apakah hal ini yang membuatmu ingin menurunkan berat badan? 1.
Ya
2. Tidak
G7. Dalam pandanganmu, apakah temanmu menilai bentuk tubuhmu gemuk? 1.
H.
Ya
2. Tidak
Kekerasan fisik H1. Apakah kamu pernah mengalami kekerasan fisik? 1.
Pernah
2. Tidak pernah (lanjut ke pertanyaan I1)
H2. Berapa kali kamu mengalami kekerasan fisik? 1.
1 kali
2. 2 kali
H3. Kapan kamu mengalami kekerasan fisik? 1.
SD
2. SMP
H4. Siapa yang melakukan tindak kekerasan? 1.
Anggota keluarga 2. Saudara
3. Teman/tetangga
4. Oranglain
H5. Apakah kekerasan fisik yang dialami menyebabkan hal-hal berikut? 1.
Memar pada tubuh 1. Ya
2.
Perdarahan/luka 1.
3.
Patah tulang 1.
4.
I.
2. Tidak
Ya
2. Tidak
Trauma 1.
6.
Ya
Geger otak 1.
5.
Ya
Ya
2. Tidak
Lainnya, sebutkan____________________
Pelecehan seksual (tidak selalu harus kontak fisik, bisa saja melalui kata-kata/ ejekan mengenai bentuk tubuh) I1. Apakah ada riwayat pelecehan seksual? 1.
Pernah
I1 [
]
2. Tidak pernah (lanjut ke pertanyaan J1)
7
Identitas responden
Ruang Entry Item Pertanyaan
(Diisi Pengumpul Data)
I2. Berapa kali kamu mengalami pelecehan seksual? 1.
1 kali
2. 2 kali
3. 3 kali
SD
2. SMP
3. SMA
Anggota keluarga
2. Saudara
I3 [
]
I4 [
]
I51 [
]
I52 [
]
I53 [
]
I54 [
]
I55 [
]
I56 [
]
J1 [
]
J2 [
]
J3 [
]
4. Tidak ingat
I4. Siapa yang melakukan tindak pelecehan? 1.
]
4. >3 kali
I3. Kapan kamu mengalami pelecehan seksual? 1.
I2 [
3. Teman/tetangga
4. Oranglain
I5. Apakah bentuk pelecehan yang pernah kamu alami? (jawaban boleh lebih dari satu) 1.
Ciuman 1) Ya
2.
Sentuhan terhadap anggota tubuh 1) Ya
3.
2) Tidak
Sentuhan terhadap organ intim 1) Ya
4.
2) Tidak
Oral seks 1) Ya
5.
2) Tidak
Anal seks 1) Ya
6.
J.
2) Tidak
2) Tidak
Lainnya, sebutkan_________________________
Pengaruh media massa J1. Seberapa sering kamu membaca tabloid/majalah wanita yang bertemakan tren gaya hidup? 1.
Tidak pernah
2. 1 kali/minggu
3. > 1 kali/minggu
J2. Seberapa sering kamu menonton televisi yang bertemakan tren gaya hidup? 1.
Tidak pernah
2. 1 kali/minggu
3. > 1 kali/minggu
J3. Seberapa sering kamu mengakses situs internet yang bertemakan tren gaya hidup? 1.
Tidak pernah
2. 1 kali/minggu
3. > 1 kali/minggu
8
Identitas responden
DATA PERSONAL RESPONDEN Ruang Entry
Daftar Pertanyaan
(Diisi Pengumpul Data)
A1. Program Studi : A2 Semester
1. Kesmas
2. PSPD
4. Keperawatan
:__
A1 [ ] A2 [
A3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki A4. No. Hp
3. Farmasi
2. Perempuan
][
]
A3[
]
A5 [
]
:____________
A5. Berat Badan : _ _ Kg A6. Tinggi Badan : _ _ _ Cm A7. Jumlah Tanggungan Keluarga :
A6[
][
][ ]
A8. Pekerjaan Orang Tua : A8a. Ayah 1.
Ibu Rumah Tangga
4. PNS
2.
Wiraswasta
5. Karyawan Swasta
3.
Buruh
6. Lainnya, sebutkan ___________________________________
1.
Ibu Rumah Tangga
4. PNS
2.
Wiraswasta
5. Karyawan Swasta
3.
Buruh
6. Lainnya, sebutkan ___________________________________
A8a [
]
A8b [
]
A8b. Ibu
A9. Penghasilan Keluarga : A9a. Ibu : Rp _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ A9b. Ayah : Rp _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ A10. Pendidikan Terakhir Orang Tua : A10a. Ibu : 1.
Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah
2. SMP
3. SMA
4. PT (D1/D2/D3/S1/S2/S3)
A10a [ ]
2. SMP
3. SMA
4. PT (D1/D2/D3/S1/S2/S3)
A10b [ ]
A10b. Ayah : 1.
Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASINYA
9
LAMPIRAN 2 1.
Hasil Analisis Univariat
Frequencies Statistics
N
Valid Missing
Kat_PMM 183 0
Jenis Kelamin 183 0
kat_peng 183 0
kat_PD 183 0
pernah berdiet 183 0
kat_CT 183 0
kat_PK 183 0
kat_PTS 183 0
riw ayat pelecehan seksual 183 0
pernah kekerasan f isik 183 0
Frequency Table Kat_PMM PERILAKU MAKAN MENYIMPANG
Valid
pmm tdk pmm Total
Frequency 100 83 183
Percent 54.6 45.4 100.0
Valid Percent 54.6 45.4 100.0
Cumulative Percent 54.6 100.0
kAT_SKOR_ANOREKSIA
Valid
TIDAK ANOREKSIA ANOREKSIA Total
Frequency 79 104 183
Percent 43.2 56.8 100.0
Valid Percent 43.2 56.8 100.0
Cumulative Percent 43.2 100.0
KAT_BUL
Valid
tdk bulimia bulimia Total
Frequency 55 128 183
Percent 30.1 69.9 100.0
Valid Percent 30.1 69.9 100.0
Cumulative Percent 30.1 100.0
KAT_BED
Valid
tdk BED BED Total
Frequency 62 121 183
Percent 33.9 66.1 100.0
Valid Percent 33.9 66.1 100.0
Cumulative Percent 33.9 100.0
KAT_NES
Valid
tdk NES NES Total
JENIS KELAMIN
Frequency 99 84 183
Percent 54.1 45.9 100.0
Valid Percent 54.1 45.9 100.0
Cumulative Percent 54.1 100.0
baca majalah 183 0
menonton televisi 183 0
akses internet 183 0
Jenis Kelam in
Valid
Frequency 28 155 183
laki-laki perempuan Total
Percent 15.3 84.7 100.0
Frequency 35 148 183
pengetahuan kurang pengetahuan baik Total
PD rendah PD tinggi Total
Frequency 117 66 183
Percent 63.9 36.1 100.0
Frequency 130 53 183
merasa gemuk tdk merasa gemuk Total
pengaruh kel tdk pengaruh kel Total
Frequency 74 109 183
PENGARUH TEMAN SEBAYA
Valid
Cumulative Percent 19.1 100.0
pengaruh PTS tdk pengaruh PTS Total
PELECEHAN SEKSUAL
Valid Percent 63.9 36.1 100.0
Cumulative Percent 63.9 100.0
Percent 71.0 29.0 100.0
Valid Percent 71.0 29.0 100.0
Cumulative Percent 71.0 100.0
kat_PK
PENGARUH KELUARGA
Valid
Valid Percent 19.1 80.9 100.0
kat_CT
CITRA TUBUH
Valid
Percent 19.1 80.9 100.0
kat_PD
PERCAYA DIRI
Valid
Cumulative Percent 15.3 100.0
kat_pe ng
PENGETAHUAN
Valid
Valid Percent 15.3 84.7 100.0
Percent 40.4 59.6 100.0
Valid Percent 40.4 59.6 100.0
Cumulative Percent 40.4 100.0
kat_PTS
Frequency 85 98 183
Percent 46.4 53.6 100.0
Valid Percent 46.4 53.6 100.0
Cumulative Percent 46.4 100.0
riw ayat pelecehan se ksual
Valid
pernah tidak pernah Total
KEKERASAN FISIK
Valid
ya tidak Total
tidak pernah 1 kali/mgg > 1 kali/mgg Total
MEDIA TELEVISI
Valid
tidak pernah 1 kali/mgg > 1 kali/mgg Total
MEDIA INTERNET
Valid
2.
tidak pernah 1 kali/mgg > 1 kali/mgg Total
Hasil Analisis Bivariat
Percent 19.1 80.9 100.0
Valid Percent 19.1 80.9 100.0
Cumulative Percent 19.1 100.0
pernah k ekeras an fisik
Frequency 23 160 183
MEDIA MAJALAH
Valid
Frequency 35 148 183
Percent 12.6 87.4 100.0
Valid Percent 12.6 87.4 100.0
Cumulative Percent 12.6 100.0
baca m ajalah Frequency 97 69 17 183
Percent 53.0 37.7 9.3 100.0
Valid Percent 53.0 37.7 9.3 100.0
Cumulative Percent 53.0 90.7 100.0
m enonton te levisi Frequency 56 92 35 183
Percent 30.6 50.3 19.1 100.0
Valid Percent 30.6 50.3 19.1 100.0
Cumulative Percent 30.6 80.9 100.0
aks es interne t Frequency 69 70 44 183
Percent 37.7 38.3 24.0 100.0
Valid Percent 37.7 38.3 24.0 100.0
Cumulative Percent 37.7 76.0 100.0
a. JK*PMM Jenis Kelam in * Kat_PMM Crosstabulation
Jenis Kelamin
laki-laki
Count % w ithin Jenis Kelamin Count % w ithin Jenis Kelamin Count % w ithin Jenis Kelamin
perempuan Total
Kat_PMM pmm tdk pmm 13 15 46.4% 53.6% 87 68 56.1% 43.9% 100 83 54.6% 45.4%
Total 28 100.0% 155 100.0% 183 100.0%
Chi-Square Te sts
Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Ass ociation N of Valid Cases
Value .900b .552 .896
df 1 1 1
.896
Asy mp. Sig. (2-s ided) .343 .458 .344
1
Exact Sig. (2-s ided)
Exact Sig. (1-s ided)
.411
.228
.344
183
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 12. 70. Risk Estim ate
Value Odds Ratio f or Jenis Kelamin (laki-laki / perempuan) For cohort Kat_PMM = pmm For cohort Kat_PMM = tdk pmm N of Valid Cases
95% Confidence Interval Low er Upper
.677
.302
1.519
.827
.543
1.261
1.221
.828
1.800
183
b. PENGETAHUAN*PMM kat_peng * Kat_PMM Crosstabulation
kat_ peng
pengetahuan kurang pengetahuan baik
Total
Kat_PMM pmm tdk pmm 22 13 62.9% 37.1% 78 70 52.7% 47.3% 100 83 54.6% 45.4%
Count % w ithin kat_peng Count % w ithin kat_peng Count % w ithin kat_peng
Total 35 100.0% 148 100.0% 183 100.0%
Chi-Square Te sts
Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Ass ociation N of Valid Cases
Value 1.178b .804 1.192
1.171
df 1 1 1
1
Asy mp. Sig. (2-s ided) .278 .370 .275
Exact Sig. (2-s ided)
Exact Sig. (1-s ided)
.346
.185
.279
183
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 15. 87. Risk Estim ate
Value Odds Ratio for kat_peng (pengetahuan kurang / pengetahuan baik) For cohort Kat_PMM = pmm For cohort Kat_PMM = tdk pmm N of Valid Cases
95% Confidence Interval Low er Upper
1.519
.712
3.240
1.193
.886
1.605
.785
.494
1.248
183
c. PD*PMM kat_PD * Kat_PMM Cros stabulation
kat_PD
PD rendah PD tinggi
Total
Kat_PMM pmm tdk pmm 68 49 58.1% 41.9% 32 34 48.5% 51.5% 100 83 54.6% 45.4%
Count % w ithin kat_PD Count % w ithin kat_PD Count % w ithin kat_PD
Total 117 100.0% 66 100.0% 183 100.0%
Chi-Square Te sts
Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Ass ociation N of Valid Cases
Value 1.580b 1.216 1.578
1.572
df 1 1 1
Asy mp. Sig. (2-s ided) .209 .270 .209
1
Exact Sig. (2-s ided)
Exact Sig. (1-s ided)
.220
.135
.210
183
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 29. 93. Risk Estim ate
Value Odds Ratio f or kat_PD (PD rendah / PD tinggi) For cohort Kat_PMM = pmm For cohort Kat_PMM = tdk pmm N of Valid Cases
95% Conf idence Interval Low er Upper
1.474
.804
2.704
1.199
.895
1.606
.813
.592
1.116
183
d. CT*PMM kat_CT * Kat_PMM Crosstabulation
kat_CT
merasa gemuk tdk merasa gemuk
Total
Count % w ithin kat_CT Count % w ithin kat_CT Count % w ithin kat_CT
Kat_PMM pmm tdk pmm 80 50 61.5% 38.5% 20 33 37.7% 62.3% 100 83 54.6% 45.4%
Total 130 100.0% 53 100.0% 183 100.0%
Chi-Square Te sts
Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Ass ociation N of Valid Cases
Value 8.607b 7.673 8.626
8.560
df 1 1 1
Asy mp. Sig. (2-s ided) .003 .006 .003
1
Exact Sig. (2-s ided)
Exact Sig. (1-s ided)
.005
.003
.003
183
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 24. 04. Risk Estim ate
Value Odds Ratio for kat_ CT (merasa gemuk / tdk merasa gemuk) For cohort Kat_PMM = pmm For cohort Kat_PMM = tdk pmm N of Valid Cases
95% Confidence Interval Low er Upper
2.640
1.367
5.099
1.631
1.125
2.365
.618
.457
.836
183
e. PK*PMM kat_PK * Kat_PMM Crosstabulation
kat_PK
pengaruh kel tdk pengaruh kel
Total
Kat_PMM pmm tdk pmm 33 41 44.6% 55.4% 67 42 61.5% 38.5% 100 83 54.6% 45.4%
Count % w ithin kat_PK Count % w ithin kat_PK Count % w ithin kat_PK
Total 74 100.0% 109 100.0% 183 100.0%
Chi-Square Te sts
Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Ass ociation N of Valid Cases
Value 5.063b 4.405 5.070
df 1 1 1
5.036
Asy mp. Sig. (2-s ided) .024 .036 .024
1
Exact Sig. (2-s ided)
Exact Sig. (1-s ided)
.034
.018
.025
183
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 33. 56. Risk Estim ate
Value Odds Ratio f or kat_ PK (pengaruh kel / tdk pengaruh kel) For cohort Kat_ PMM = pmm For cohort Kat_ PMM = tdk pmm N of Valid Cases
95% Confidence Interval Low er Upper
.505
.277
.919
.725
.541
.974
1.438
1.051
1.966
183
f.
PTS*PMM kat_PTS * Kat_PMM Cros stabulation
kat_ PTS
pengaruh PTS tdk pengaruh PTS
Total
Kat_PMM pmm tdk pmm 27 58 31.8% 68.2% 73 25 74.5% 25.5% 100 83 54.6% 45.4%
Count % w ithin kat_PTS Count % w ithin kat_PTS Count % w ithin kat_PTS
Total 85 100.0% 98 100.0% 183 100.0%
Chi-Square Te sts
Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Ass ociation N of Valid Cases
Value 33.526b 31.824 34.543
df 1 1 1
33.343
Asy mp. Sig. (2-s ided) .000 .000 .000
1
Exact Sig. (2-s ided)
Exact Sig. (1-s ided)
.000
.000
.000
183
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 38. 55. Risk Estim ate
Value Odds Ratio f or kat_ PTS (pengaruh PTS / tdk pengaruh PTS) For cohort Kat_PMM = pmm For cohort Kat_PMM = tdk pmm N of Valid Cases
95% Confidence Interval Low er Upper
.159
.084
.304
.426
.306
.595
2.675
1.851
3.865
183
g. PS*PMM riw ayat pelecehan s eksual * Kat_PMM Crosstabulation
riw ayat pelecehan seksual
pernah
tidak pernah
Total
Kat_PMM pmm tdk pmm 19 16
Count % w ithin riw ayat pelecehan seks ual Count % w ithin riw ayat pelecehan seks ual Count % w ithin riw ayat pelecehan seks ual
Total 35
54.3%
45.7%
100.0%
81
67
148
54.7%
45.3%
100.0%
100
83
183
54.6%
45.4%
100.0%
Chi-Square Te sts
Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Ass ociation N of Valid Cases
Value .002b .000 .002
.002
df 1 1 1
Asy mp. Sig. (2-s ided) .962 1.000 .962
1
Exact Sig. (2-s ided)
Exact Sig. (1-s ided)
1.000
.555
.962
183
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 15. 87. Risk Estim ate
Value Odds Ratio f or riw ayat pelecehan s eks ual (pernah / tidak pernah) For cohort Kat_PMM = pmm For cohort Kat_PMM = tdk pmm N of V alid Cases
95% Conf idence Interval Low er Upper
.982
.469
2.058
.992
.708
1.390
1.010
.675
1.510
183
h. KF*PMM pernah k ekerasan fisik * Kat_PMM Cross tabulation
pernah kekerasan f isik
ya
tidak
Total
Kat_PMM pmm tdk pmm 15 8
Count % w ithin pernah kekerasan f isik Count % w ithin pernah kekerasan f isik Count % w ithin pernah kekerasan f isik
Total 23
65.2%
34.8%
100.0%
85
75
160
53.1%
46.9%
100.0%
100
83
183
54.6%
45.4%
100.0%
Chi-Square Te sts Value 1.186b .749 1.209
Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Ass ociation N of Valid Cases
1.180
df 1 1 1
Asy mp. Sig. (2-s ided) .276 .387 .272
1
Exact Sig. (2-s ided)
Exact Sig. (1-s ided)
.371
.194
.277
183
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 10. 43. Risk Estim ate
Value Odds Ratio for pernah kekerasan f isik (ya / tidak) For cohort Kat_PMM = pmm For cohort Kat_PMM = tdk pmm N of Valid Cases
95% Confidence Interval Low er Upper
1.654
.664
4.120
1.228
.881
1.711
.742
.414
1.330
183
i.
MAJALAH*PMM Majalah_baru * k at_pm m Crosstabulation
Majalah_baru
tidak pernah
Count % w ithin Majalah_baru Count % w ithin Majalah_baru Count % w ithin Majalah_baru
pernah Total
kat_pmm tdk pmm pmm 43 54 44.3% 55.7% 40 46 46.5% 53.5% 83 100 45.4% 54.6%
Total 97 100.0% 86 100.0% 183 100.0%
Chi-Square Te sts
Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Ass ociation N of Valid Cases
Value .088b .022 .088
df 1 1 1
.087
Asy mp. Sig. (2-s ided) .767 .883 .767
1
Exact Sig. (2-s ided)
Exact Sig. (1-s ided)
.882
.441
.768
183
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 39. 01. Risk Estim ate
Value Odds Ratio f or Majalah_baru (tidak pernah / pernah) For cohort kat_pmm = tdk pmm For cohort kat_pmm = pmm N of Valid Cases
95% Confidence Interval Low er Upper
.916
.511
1.641
.953
.693
1.310
1.041
.798
1.357
183
j.
TV*PMM TV _baru * kat_pm m Crosstabulation
TV_ baru
tidak pernah pernah
Total
Count % w ithin TV_baru Count % w ithin TV_baru Count % w ithin TV_baru
kat_pmm tdk pmm pmm 28 28 50.0% 50.0% 55 72 43.3% 56.7% 83 100 45.4% 54.6%
Total 56 100.0% 127 100.0% 183 100.0%
Chi-Square Te sts
Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Ass ociation N of Valid Cases
Value .702b .458 .701
.699
df 1 1 1
1
Asy mp. Sig. (2-s ided) .402 .498 .402
Exact Sig. (2-s ided)
Exact Sig. (1-s ided)
.424
.249
.403
183
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 25. 40. Risk Estim ate
Value Odds Ratio f or TV_baru (tidak pernah / pernah) For cohort kat_pmm = tdk pmm For cohort kat_pmm = pmm N of Valid Cases
95% Confidence Interval Low er Upper
1.309
.697
2.459
1.155
.831
1.604
.882
.652
1.194
183
k. INTERNET*PMM inte rnet_baru * kat_pm m Cross tabulation
internet_baru
tidak pernah
Count % w ithin internet_baru Count % w ithin internet_baru Count % w ithin internet_baru
pernah Total
kat_pmm tdk pmm pmm 35 34 50.7% 49.3% 48 66 42.1% 57.9% 83 100 45.4% 54.6%
Total 69 100.0% 114 100.0% 183 100.0%
Chi-Square Te sts
Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Ass ociation N of Valid Cases
Value 1.288b .964 1.287
df 1 1 1
1.281
Asy mp. Sig. (2-s ided) .256 .326 .257
1
Exact Sig. (2-s ided)
Exact Sig. (1-s ided)
.285
.163
.258
183
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 31. 30. Risk Estim ate
Value Odds Ratio f or internet_baru (tidak pernah / pernah) For cohort kat_ pmm = tdk pmm For cohort kat_ pmm = pmm N of Valid Cases
95% Confidence Interval Low er Upper
1.415
.776
2.581
1.205
.878
1.654
.851
.639
1.133
183