PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IV dan V Semester Genap SD Negeri 1 Rajabasa Raya Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016)
(Skripsi)
Oleh Delima Meilyana Simamora
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRAK
PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IV dan V Semester Genap SD Negeri 1 Rajabasa Raya Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016)
Oleh DELIMA MEILYANA SIMAMORA
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil kemampuan kerjasama dan pola kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA kelas IV dan V Tahun Ajaran 2015/2016. Sampel penelitian adalah siswa kelas IVa berjumlah 28 siswa dan siswa kelas Va berjumlah 37 siswa yang dipilih dengan purposive sampling. Desain penelitian ini berupa deskriptif sederhana. Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi, angket siswa, wawancara guru, serta dokumentasi foto dan video. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif yakni hasil penelitian berupa data kualitatif yang kemudian dideskripsikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan rerata kemampuan kerjasama siswa SD Negeri 1 Rajabasa Raya berkriteria”sedang” sebesar 55,16% melalui metode diskusi dalam pembelajaran IPA. Aspek kemampuan kerjasama siswa yang paling tinggi yaitu aspek “disiplin”. Pola kerjasama siswa SD Negeri 1 Rajabasa Raya pada siswa kelas IVa memiliki empat pola yaitu kerjasama spontan,
ii
kerjasama langsung, kerjasama kontrak, dan kerjasama tradisional, sedangkan pada siswa kelas Va hanya memiliki tiga kerjasama yaitu kerjasama langsung, kerjasama kontrak, dan kerjasama tradisional. Pola kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA yang paling menonjol pada kelas IVa dan kelas Va adalah pola kerjasama kontrak dengan jumlah total 6 kelompok. Pada siswa kelas IVa, kelompok yang menggunakan pola kerjasama kontrak dalam pembelajaran IPA terdapat pada kelompok 3 dan 4, sedangkan siswa kelas Va terdapat pada kelompok 1, kelompok 3, kelompok 4, dan kelompok 5.
Kata Kunci: kemampuan kerjasama, pembelajaran IPA, pola kerjasama
iii
PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IV dan V Semester Genap SD Negeri 1 Rajabasa Raya Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016)
Oleh
Delima Meilyana Simamora
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Dolok Sanggul, pada tanggal 31 Mei 1994, yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Saleman Simamora dan Ibu Sutiara br Purba.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah TK St. Lusia Doloksanggul (1999-2000), SD St. Maria Doloksanggul (2000-2006), SMP St. Lusia Doloksanggul (2006-2009), dan SMA Negeri 1 Doloksanggul (2009-2012). Pada tahun 2012, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur undangan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi panitia acara dalam kegiatan UKMK (Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen). Pada tahun 2015 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Bandar Semuong, Kabupaten Tanggamus dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sanggi, Kecamatan Bandar Semuong, Kabupaten Tanggamus. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan penelitian di SD Negeri 1 Rajabasa Raya untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.).
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya ini sebagai tanda cinta dan kasihku yang tulus kepada:
Tuhan Yesus Kristus, Juruselamatku yang memberiku kesempatan, kemampuan, dan kemenangan.
Bapakku (Saleman Simamora) dan Mamaku (Sutiara br Purba) yang terkasih yang selalu setia memberi ku doa dan dukungan untuk mencapai kesuksesan dan juga yang telah mendidik dan membesarkan ku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
Abangku terkasih Hotlam Martumbur Simamora S.IP dan adek-adekku terkasih Dessi Merliana Simamora dan Hotner Maruahal Simamora yang selalu memberiku doa dan semangat, dan selalu mendengarkan setiap keluhan maupun curahan hatiku.
Para guru dan dosenku
Serta
Almamater Tercinta, Universitas Lampung
MOTTO
“Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu” (Amsal 16:3)
“Tetapi Kamu Ini, Kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu” (2 Tawarikh 15:7)
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Profil Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran IPA (Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas IV dan V Semester Genap SD Negeri 1 Rajabasa Raya Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016)” sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan beserta jajaran dekanat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
2.
Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
3.
Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
xii
4.
Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran yang baik dalam menyelesaikan skripsi.
5.
Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd, selaku dosen pembahas yang telah memberikan kritik, saran, dan motivasi yang berharga hingga terselesainya skripsi ini.
6.
Seluruh dosen Pendidikan Biologi yang telah mendidik dan membimbing selama penulis menyelesaikan studi.
7.
Seluruh civitas akademik SD Negeri 1 Rajabasa Raya yang telah membantu selama proses penelitian.
8.
Seluruh teman-teman Pendidikan Biologi 2012, atas kebersamaan dan kekeluargaan selama di bangku kuliah.
9.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Tuhan melimpahkan berkat dan anugerah-Nya serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Bandar Lampung, 20 Februari 2017 Penulis
Delima Meilyana Simamora
xii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ......................................................................................
Halaman xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xvi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................... B. Rumusan Masalah ............................................................................. C. Tujuan Penelitian .............................................................................. D. Manfaat Penelitian ............................................................................ E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. F. Kerangka Pikir ..................................................................................
1 4 5 5 6 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ................................................. B. Kemampuan Kerjasama ................................................................. C. Sekolah Dasar .................................................................................
9 19 27
III. METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F.
Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ Populasi dan Sampel ...................................................................... Desain Penelitian ............................................................................ Prosedur Penelitian ......................................................................... Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data .............................. Teknik Analisis Data ......................................................................
30 30 30 31 32 35
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .............................................................................. B. Pembahasan ....................................................................................
39 44
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ........................................................................................ B. Saran .............................................................................................
xiii
53 54
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
55
LAMPIRAN 1. Lembar Observasi Profil Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran............................................... 2. Rubrik Penilaian Lembar Observasi Profil Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran......................... 3. Angket Profil Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran IPA .................................................................................................. 4. Rubrik Penilaian Angket Profil Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran IPA................................................................ 5. Keterangan dan Kriteria Skor ......................................................... 6. Wawancara Guru............................................................................. 7. Data Kemampuan Kerjasama.......................................................... 8. Foto-foto penelitian......................................................................... 9. RPP dan silabus siswa kelas IV ...................................................... 10. RPP dan silabus siswa kelas V........................................................ 11. Surat-surat penelitian ......................................................................
xiv
60 61 62 63 64 65 68 70 71 78 93
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Kisi-kisi Lembar Observasi Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran....................................................
33
2. Kisi-kisi Angket Siswa Tentang Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran IPA.................................................................................
33
3. Daftar Pertanyaan Wawancara .............................................................
34
4. Kriteria Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran IPA Kelas IV dan V.....................................................................................
37
5. Kriteria Penilaian Angket Siswa ..........................................................
38
6. Profil Kemampuan Kerjasama Siswa Berdasarkan Lembar Observasi..............................................................................................
40
7. Profil Kemampuan Kerjasama Siswa Berdasarkan Pendapat Siswa ...
42
8. Pola Kerjasama Siswa ..........................................................................
43
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Bagan Kerangka Fikir ..........................................................................
8
2. Kerjasama Kontrak pada kelas IVa......................................................
49
3. Kerjasama Kontrak pada kelas Va .......................................................
50
xvi
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan masalah
Tantangan yang paling menonjol pada abad 21 adalah semakin bertautnya dunia ilmu dan teknologi, sehingga sinergi diantaranya menjadi semakin cepat. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan arus globalisasi yang telah membawa perubahan di semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia yang tidak terlepas juga dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni dan budaya. Hal ini, ditantang untuk mampu menciptakan tata pendidikan yang dapat ikut menghasilkan sumber daya pemikir yang mampu ikut membangun tatanan sosial dan ekonomi sadar pengetahuan sebagaimana layaknya. Tentu saja dalam memandang ke depan dan merancang langkah tidak boleh sama sekali berpaling dari kenyataan yang mengikat dengan realita kehidupan (Mukmiman, 2014: 2).
Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain terutama dalam kehidupan masyarakat, sehingga dibutuhkan kerjasama dalam menjalani kehidupannya. Begitu juga halnya dalam pendidikan, dengan bekerja sama siswa mampu melakukan lebih banyak hal daripada bekerja sendirian. Hal itu dibuktikan bahwa dalam masyarakat perlu dilakukan
2
kerjasama secara kelompok, sehingga akan mengarah pada efisiensi dan efektivitas yang lebih baik (West, 2002: 1). Kerjasama merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Tanpa adanya kerjasama tidak akan ada keluarga, organisasi, sekolah, khususnya tidak akan ada proses pembelajaran di sekolah (Soekanto, 2006: 66).
Namun kenyataannya, sikap kerjasama belum terjalin baik antar sesama siswa, karena masih banyak terjadi kekerasan siswa di sekolah dan perkelahian antar pelajar. Hal ini dapat dilihat dari sebuah berita mengenai kasus perkelahian SD Negeri 10 Palu. Perkelahian ini saling memukul satu sama lain dengan menggunakan kayu dan bambu, sehingga mengakibatkan puluhan siswa yang terluka. Diduga perkelahian ini dipicu karena salah persepsi, saling ejek, tidak terima karena kalah dalam suatu perlombaan, dan munculnya perilaku terlalu sosial, yaitu sikap ingin menang sendiri pada anak (Kompas, 2013: 5).
Maka dari itu siswa perlu diperkenalkan tentang sikap kerjasama. Proses kerjasama diawali dengan pendidikan, karena pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam membangun masyarakat yang memiliki keterampilan dalam hal teknologi dan media, melakukan komunikasi efektif, berpikir kritis, memecahkan masalah dan berkolaborasi. Kerjasama dalam pembelajaran dapat membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis (Lie, 2005: 30).
3
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dapat membentuk sikap kerjasama siswa. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang melibatkan keaktifan siswa (BSNP, 2006: 17). Sehingga, dalam pembelajaran IPA sangat dibutuhkan kerjasama secara gotong royong dalam suatu kolaborasi yang positif untuk melatih keterampilan sosial yang baik serta motivasi yang tinggi bagi anak didik. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Trianto, 2009: 153).
Hasil penelitian mengenai peningkatan kerjasama siswa dalam pembelajaran, dilakukan oleh (Widodo, 2013: 7) menunjukkan bahwa hasil observasi kerjasama siswa berdampak positif dalam meningkatkan keaktifan siswa, baik dari ranah afektif maupun psikomotorik. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan skor siswa dalam observasi yang dilakukan pada proses pembelajaran di siklus I dan siklus II. Keaktifan ranah afektif siswa mengalami peningkatan pada rerata persentase skor siswa, yaitu dari 72,63% di akhir siklus I menjadi 78,31% di akhir siklus II. Rerata persentase skor siswa pada hasil observasi keaktifan ranah psikomotorik juga meningkat, yaitu dari 75,81% di akhir siklus I menjadi 79,63% di akhir siklus II.
4
Hasil observasi yang dilakukan pada siswa kelas IVa dan Va SD Negeri 1 Rajabasa Raya diketahui bahwa metode pembelajaran dilakukan oleh guru pada pembelajaran IPA yakni metode diskusi. Metode diskusi merupakan cara yang dilakukan dalam proses belajar mengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran dimana siswa melakukan kerjasama dan memberikan pendapat dalam suatu kelompok kecil atau kelompok besar secara kolaboratif dan memiliki kemampuan yang berbeda-beda sehingga akan mendorong siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator dan pengarah efektifitas pembelajaran.
Kerjasama antarsiswa dalam kegiatan belajar akan memberi lebih banyak mendapatkan kesempatan berbicara, inisiatif, dan secara umum mengembangkan kebiasaan yang baik, seperti pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Sikap kerjasama dilakukan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) karena Sekolah Dasar (SD) merupakan lembaga pendidikan dasar untuk membentuk karakter dan sikap siswa yang bertanggung jawab dan terampil. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti melakukan penelitian ini untuk melihat bagaimana profil kemampuan kerjasama yang dikembangkan di SD N 1 Rajabasa Raya Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut :
5
1.
Bagaimana profil kemampuan kerjasama siswa kelas IV dan V dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Rajabasa Raya Bandar Lampung?
2.
Bagaimana pola kerjasama siswa kelas IV dan V dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Rajabasa Raya Bandar Lampung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1.
Profil kemampuan kerjasama siswa kelas IV dan V dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Rajabasa Raya Bandar Lampung
2.
Pola kerjasama siswa kelas IV dan V dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Rajabasa Raya Bandar Lampung
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Peneliti, memberikan wawasan atau gambaran jika kelak menjadi guru untuk melatih kemampuan kerjasama pada siswa, terlebih melatih kemampuan kerjasama dalam pembelajaran IPA. 2. Guru, memberikan wawasan serta informasi untuk melatih keterampilan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar. 3. Siswa, meningkatkan kemampuan kerjasama serta menumbuhkan interaksi antar siswa terutama dalam pembelajaran IPA.
6
4. Sekolah, memberikan informasi dalam perbaikan proses pembelajaran serta untuk meningkatkan mutu pembelajaran dalam pembelajaran IPA.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Kerjasama merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan siswa untuk saling berbagi ilmu dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. 2. Profil kerjasama merupakan keterampilan kerjasama yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam kelompok. Profil kerjasama yang diukur meliputi aspek (a) respek, (b) disiplin, dan (c) taat aturan. 3. Pola kerjasama adalah karakteristik yang harus dimiliki oleh setiap anggota kelompok, aspek untuk mengukur pola kerjasama yaitu (a) kerjasama spontan, (b) kerjasama langsung, (c) kerjasama kontrak, dan (d) kerjasama tradisional. 4. Pembelajaran IPA merupakan konsep pembelajaran tentang alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Materi IPA di sekolah dasar pada semester genap untuk kelas IV mencakup gaya; energi panas dan bunyi; energi alternatif; permukaan bumi dan benda langit; lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan; hubungan sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat. Sedangkan, materi IPA kelas V semester genap mencakup hubungan gaya, gerak dan energi; sifat-sifat cahaya; perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.
7
F. Kerangka Pemikiran
Proses pembelajaran dalam pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan penerapan konsep diri. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) IPA di kelas dipengaruhi oleh faktor-faktor untuk mencapai hasil belajar siswa dengan maksimal, yaitu suasana kelas, suasana sekolah, media ajar, metode pembelajaran, bahan ajar dan kurikulum. Suasana kelas dan suasana sekolah yang kondusif dan interaktif akan meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa akan merasa nyaman di kelas apabila teman-temannya saling mendukung, menghargai, dan bekerjasama dalam pembelajaran seperti membentuk belajar kelompok.
Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar adalah media ajar yang merupakan suatu alat atau media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk menggambarkan ide yang abstrak dan asing menjadi konkrit sehingga mudah dimengerti oleh siswa. Mencapai proses belajar yang ideal, hendaknya digunakan metode pembelajaran yang bervariasi supaya siswa tidak merasa bosan dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar siswa dipengaruhi juga oleh bahan ajar yang merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan dan representasi dari penjelasan guru di depan kelas serta memiliki kedudukan untuk mencapai kompetensi inti yang dikehendaki.
Faktor terakhir yaitu kurikulum yang merupakan menjadi penyangga utama dalam proses belajar mengajar. Proses pendidikan akan dapat berjalan dengan lancar, kondusif, dan interaktif apabila pendidikan bisa dijalankan dengan baik sesuai dengan kurikulum. Guru merupakan sebagai fasilitator akan
8
berhasil jika dalam merancang proses belajar mengajar dilakukan berdasarkan langkah-langkah yang sistematis dan baik yang memungkinkan terjadinya penyempurnaan terhadap tujuan, bahan ajar, ataupun metode belajar mengajar melalui proses umpan balik yang diperoleh dari hasil evaluasi. Dari beberapa faktor diatas maka dapat terciptanya kerjasama pembelajaran IPA di sekolah dasar. Dengan adanya kerjasama dalam pembelajaran, siswa dapat mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka. Dengan pola belajar yang demikian diharapkan aktivitas kerjasama siswa dalam pembelajaran dapat meningkat dan hasilnya lebih baik dengan melakukan kerjasama yang baik. Adapun bagannya sebagai berikut :
Suasana Kelas
Suasana Sekolah
Guru
Media Ajar
Metode Pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar (KBM) IPA
Kemampuan Kerjasama Siswa dalam Pembelajaran IPA
Gambar 1. Bagan kerangka pikir
Bahan Ajar
Kurikulum IPA
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains yang berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. IPA merupakan bagian dari kehidupan kita dan kehidupan kita merupakan bagian dari pembelajaran IPA. Selanjutnya dikemukakan oleh Powler (dalam Samatowa, 2011: 3) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara ekperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Metode ilmiah tidak hanya berlaku bagi IPA tetapi juga berlaku untuk bidang ilmu lainnya. Hal
10
yang membedakan metode ilmiah dalam IPA dengan ilmu lainnya adalah cakupan dan proses perolehannya. IPA memiliki karakteristik yang membedakan dengan bidang ilmu lainnya (Djojosoediro, 2010: 19-20). Ciriciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini: 1. IPA mempunyai nilai ilmiah, artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya. Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Sikap ilmiah meliputi: (a) obyektif terhadap fakta; ( b) tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan; (c) berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri; (d) tidak mencampur-adukkan fakta dengan pendapat; (e) bersikap hatihati; (f) sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan yang tinggi. 2. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejalagejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja ilmiah” (working scientifically), nilai dan “sikapi lmiah” (scientific attitudes). 3. IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi,
11
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, dan observasi. 4. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut. 5. IPA meliputi dua cakupan yaitu: a. IPA sebagai Proses IPA sebagai proses diartikan sebagai proses yang dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan IPA. Iskandar (1997: 54) mengartikan keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan. Ditinjau dari tingkat kerumitan dalam penggunaannya, keterampilan psroses IPA dibedakan menjadi dua kelompok yaitu keterampilan proses dasar (basic skills) dan keterampilan proses terintegrasi (integrated skills) (Moejiono dan Dimyati, 1992: 23). Keterampilan-keterampilan proses dasar menjadi dasar untuk keterampilan-keterampilan proses terintegrasi yang lebih kompleks. Contoh: seseorang untuk dapat menabulasikan data (jenis keterampilan proses terintegrasi) maka orang tersebut harus memiliki keterampilan mengukur (jenis keterampilan proses dasar). b. IPA sebagai Produk IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks. Pudyo (1991: 25) menyebutkan bentuk-bentuk
12
produk IPA meliputi istilah, fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Iskandar (1997: 56) menyatakan bahwa fakta adalah pernyataanpernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada atau peristiwaperistiwa yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif. Sementara itu Susanto (1991: 18) mengartikan fakta sebagai ungkapan tentang sifat-sifat suatu benda, tempat, atau waktu adanya atau terjadinya suatu benda atau kejadian.
Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja atau sistematis untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya Ruslan (2003: 24). Surachmad (dalam Hamalik. 2003: 4) mengatakan bahwa secara umum metode berarti ilmu tentang jalan yang dilalui untuk mengajarkan kepada anak didik supaya dapat tercapai tujuan belajar dan mengajar dengan cara sistematik. Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan metode adalah suatu cara kerja atau sistematis untuk memahami suatu subjek atau objek agar tercapai tujuan pembelajaran. Diskusi adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah ditentukan melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah. Sedangkan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada siswa (kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat
13
kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah (Taniredja, 2011: 23).
Metode diskusi merupakan interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali, memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu (Aqib 2014: 107). Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematik untuk dibahas dan dipecahkan bersama, sehingga terjadi interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah (Djamarah, 2006: 99). Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan metode diskusi adalah proses pembelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa/kelompok untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas sesuatu masalah.
Menurut Aswan (2006:123) langkah-langkah metode diskusi di Sekolah Dasar adalah: 1. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan mengenai cara pemecahannya; 2. Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pemimpin diskusi (ketua), sekretaris (pencatat), pelapor (kalau perlu), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana dan sebagainya;
14
3. Pimpinan diskusi berada di tangan siswa yang memahami atau menguasai masalah yang akan didiskusikan, berwibawa, dapat bertindak tegas, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan lancar, setiap anggota kelompok harus tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi; 4. Setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semua siswa (terutama kelompok lain); 5. Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan-laporan tersebut; 6. Siswa mencatat hasil diskusi; 7. Guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok.
Adapun kelebihan dan kelemahan dalam metode diskusi menurut Djamarah ( 2000: 28), yaitu: 1. Kelebihan Metode Diskusi (a) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja); (b) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif; (c) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri. 2. Kekurangan Metode Diskusi (a) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar; (b) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas; (c) Dapat dikuasai oleh orang-orang
15
yang suka berbicara; (d) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
Pembelajaran IPA terdapat banyak metode yang sesuai dengan pendekatan saintifik (Sani, 2014: 88-171) antara lain: pembelajaran berbasis inkuiri; pembelajaran penemuan (Discovery Learning); pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning); dan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning).
1. Metode Pembelajaran Inkuiri Pembelajaran inkuiri atau penemuan melibatkan siswa dalam merumuskan pertanyaan yang mengarahkan untuk melakukan investigasi dalam upaya membangun pengetahuan dan makna baru (Ridwan, 2014: 88). Situasi inkuiri yang ideal dalam kelas terjadi, apabila murid-murid merumuskan prinsip baru melalui bekerja sendiri atau dalam grup kecil dengan pengarahan minimal dari guru.
Beberapa hal yang menjadi ciri utama model inkuiri menurut Sanjaya (2006: 67), yaitu : a. Inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar; b. Seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (Self Belief);
16
c. Inkuiri mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
2. Metode Pembelajaran Discovery Learning Pembelajaran Discovery Learning adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan dan percobaan. Jadi, belajar dengan menemukan (discovery) sebenarnya adalah bagian dari proses inkuiri (Ridwan, 2014: 97). Discovery Learning diantaranya, guru menyajikan masalah dengan mengajukan pertanyaan tentang inti masalah misalnya bangun ruang,siswa berusaha memecahkan dengan cara mengenal masalah (merumuskan permasalahan,merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisa data hasil, dan membuat kesimpulan) serta menyampaikan hasil penelitian dari masalah yang diteliti. Seorang siswa dikatakan melakukan discovery bila anak terlihat menggunakan proses mentalnya dalam usaha menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip. Proses-proses mental yang dilakukan misalnya, mengamati, menggolongkan, mengukur, menduga, dan mengambil kesimpulan.
3. Metode Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Margeston (1994: 20) mengemukakan bahwa pembelajaran PBL membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Kurikulum PBL membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian
17
permasalahan dunia nyata (real world problem) secara terstruktur dan untuk mengonstruksi pengetahuan siswa. Pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan permasalahan dan guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing (Ridwan, 2014: 127).
4. Metode Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Pembelajaran Project Based Learning merupakan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, bersifat antar disiplin ilmu (integrasi mata pelajaran), dan berjangka panjang (Ridwan, 2014: 171). Adapun karakteristik pembelajaran berbasis proyek yaitu, siswa menyelidiki ide-ide penting dan bertanya, siswa menemukan pemahaman dalam proses menyelidiki, sesuai dengan kebutuhan dan minatnya, menghasilkan produk dan berpikir kreatif, kritis dan terampil menyelidiki, menyimpulkan materi, serta menghubungkan dengan masalah dunia nyata, otentik dan isu-isu.
Pendekatan pembelajaran yang ditekankan pada kurikulum 2006 untuk SD adalah pendekatan tematik. Pendekatan tematik dikenal sebagai pendekatan terpadu yang merupakan model pembelajaran yang diusahakan untuk mengembangkan keterpaduan antar konsep atau antar topik di dalam berbagai bidang studi (Depdikbud dalam Suhendi, 2014: 230). Melalui cara ini maka pembelajaran untuk siswa SD menjadi lebih bermakna, lebih utuh dan sangat kontekstual dengan dunia anak-anak. Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya yang
18
holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran fisik maupun emosionalnya.
Ilmu Pengetahuan Alam perlu diajarkan di Sekolah Dasar (SD) karena mempunyai obyek dan menggunakan metode ilmiah. Guru harus paham alasan mengapa IPA perlu diajarkan di Sekolah Dasar (SD). Terdapat berbagai alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah, yaitu: 1. IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa dalam bidang sains, sebab sains merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan; 2. IPA merupakan cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis. Sehingga anak dihadapkan pada suatu masalah; 3. IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka; 4. IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan (Samatawo, 2011: 4).
19
B. Kemampuan kerjasama
Kerjasama merupakan sarana dan menjadi tanda terkait dengan kualitas kelompok sebagai tempat berkumpulnya orang-orang dalam suatu organisasi. Membangun kerjasama kelompok diperlukan, rasa saling percaya, keterbukaan atau transparansi, realisasi atau perwujudan diri dan saling ketergantungan. Kerjasama dilakukan atas dasar tujuan yang sama, yaitu tujuan yang hendak dicapai. Membangun suatu tim yang kuat sangat dimungkinkan dan sangat sulit untuk diwujudkan, karena kerjasama kelompok adalah cara untuk menguasai beberapa perilaku orang-orang dalam suatu organisasi yang tidak sama. Kerjasama kelompok yang baik akan tercipta jika setiap anggota kelompok memiliki komitmen yang sama dan membutuhkan keberanian, ketekunan dan kedisiplinan (Wiranti, 2012: 59).
Kerjasama dalam proses pembelajaran merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu proses pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menyelesaikan suatu tugas kelompok, mereka memberikan dorongan, anjuran, dan informasi pada teman sekelompoknya yang membutuhkan bantuan. Kerjasama menyebabkan siswa yang lebih paham akan memiliki kesadaran untuk menjelaskan kepada temannya yang belum paham. Maka, proses pembelajaran di sekolah tidak akan berjalan dengan baik dan akhirnya tujuan pembelajaran tidak akan tercapai tanpa adanya kerjasama (Lie, 2005: 28). Kerjasama sangat menguntungkan perkembangan dan pertumbuhan siswa, baik secara jasmani maupun rohani, mental, spiritual dan fisikal (Ihsan, 2005: 92).
20
Kerjasama dikarenakan adanya kesamaan tanggungjawab masyarakat terdiri atas kelompok-kelompok dan individu-individu yang berusaha menyelenggarakan pendidikan atau membantu usaha-usaha pendidikan. Kesamaan tujuan kerjasama sekolah dengan masyarakat dan orang tua murid adalah: (a) Membantu dan mengisi kegiatan anak di sekolah yang hanya berkisar tujuan, sementara siswa waktunya dihabiskan di rumah dan di masyarakat; (b)Memberikan sumbangan keuangan dan barang; dan (c) Mencegah perbuatan dan tingkah laku yang kurang baik (Suryosubroto 2004: 16).
Bentuk-bentuk kerjasama sekolah dengan masyarakat dalam penelitian ini merujuk pada Pasal 4 PP Nomor 39 Tahun 1992 yang meliputi: a. Mengikutsertakan wali murid dalam menunjang pelaksanaan pendidikan; b. Pemberian bantuan tenaga ahli; c. Mendayagunakan tokoh-tokoh masyarakat untuk turut menunjang pelaksanaan pendidikan; d. Pengadaan dana dan memberi bantuan yang berupa wakaf, beasiswa, hibah, pinjaman dan bentuk-bentuk lain; e. Pengadaan dan pengadaan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Jenis kerjasama berdasarkan kedudukan atau status pelaku dapat dibedakan menjadi dua menurut Saputra (dalam Nurhalimah 2012: 5) yakni kerjasama setara dan kerjasama tak setara. Jenis kerjasama setara terjadi antara dua orang yang mempunyai kedudukan yang sama, seperti kerjasama anak
21
dengan anak. Serta kerjasama tak setara, jenis kerjasama ini terjadi antara orang dengan kedudukan atau posisi berbeda, namun keduanya saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Sedangkan jenis kerjasama berdasarkan proses kerjanya dapat dibedakan menjadi tiga yakni kerjasama berkawan, kerjasama ini dilakukan dengan berkumpul bersama-sama untuk menambah kesenangan dalam rangka melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab mereka. Kerjasama suplamenter, jenis kerjasama ini harus dilakukan secara langsung dan bersama untuk mencapai tujuan bersama, setiap anggota harus berkumpul untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara bersama-sama. dan kerjasama berbeda, kerjasama ini dilakukan melalui pembagian tugas secara teratur, kegiatan terbagi-bagi dan tidak sama satu orang dengan yang lainnya.
Timbulnya kerjasama karena adanya kepentingan bekerjasama. Kebudayaan adalah hal yang mendorong terjadinya kerjasama. Teori-teori sosiologi akan dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang biasa diberi nama kerjasama (Cooperation). Kerjasama dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: kerjasama spontan (spontaneous cooperation) merupakan kerja sama yang serta-merta, kerjasama langsung (directed cooperation) merupakan hasil dari perintah atasan atau penguasa, kerjasama kontrak (contractual cooperation) merupakan kerja sama atas dasar tertentu, dan kerjasama tradisional (traditional cooperation) merupakan bentuk kerja sama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial (Soekanto, 2002:268).
22
Bentuk kerjasama ditinjau dari pelaksanaan kerjasama terdiri dari lima bentuk, yaitu kerukunan (gotong royong dan tolong menolong), bargaining yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih, ko-optasi (co-optation) yaitu suatu proses penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik suatu organisasi sebagai suatu cara untuk menghindari terjadinya goncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan, koalisi yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama, join-venture yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu misalnya perfilman, pemboran minyak, pertambangan dan perhotelan (Soekanto, 2002: 268-269).
Karakteristik suatu kelompok kerjasama menurut Johnson (dalam Jones and Jennifer, 2008: 62) terlihat dari adanya lima komponen yang melekat pada program kerjasama tersebut, yakni: 1. Saling ketergantungan yang positif diantara individu-individu dalam kelompok tersebut untuk mencapai tujuan; 2. Interaksi tatap muka yang dapat meningkatkan sukses satu sama lain diantara anggota kelompok; 3. Akuntabilitas dan tanggungjawab personal individu; 4. Keterampilan komunikasi interpersonal dan kelompok kecil; 5. Keterampilan bekerja dalam kelompok.
Profil kerjasama merupakan mendengarkan dengan sopan ketika orang lain berbicara dan memulai berbicara setelah orang tersebut selesai berbicara, menghormati dan menghargai ide-ide atau gagasan-gagasan yang diberikan
23
oleh orang lain, merumuskan dan dapat menangkap ide-ide yang diberikan oang lain, dan mendorong setiap anggota untuk berpartisipasi di dalam kelompok (Eggen dan Kauchak, 2013: 120). Adapun profil kemampuan kerjasama dapat dilihat dari cara siswa: a) mengungkapkan gagasan dalam kelompok secara efektif yaitu responsif, runtut, mudah dipahami dan disertai contoh; b) pola pembicaraan yang terfokus dalam diskusi kelompok seperti pola pembicaraan yang runtut, mudah dipahami dan terarah; c) mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat dengan cara berusaha memperhatikan, menyimak dan mencatat; d) memberikan kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok merupakan salah satu indikator adanya kebiasaan yang baik dalam kerjasama, hal ini dapat dilihat dari sikap siswa yang responsif, menyimak, dan tidak memotong pembicaraan pada saat teman berpendapat; e) memberikan gagasan yang cemerlang dapat dilihat dari kemampuan memahami materi, mengorganisasikan ide dan mengaitkan materi dengan keseharian dalam mengungkapkan gagasan (Purnomo, 2008: 37-43).
Peran yang harus dikembangkan siswa dalam berkelompok adalah: (a) mengarahkan, yaitu menyusun rencana yang akan dilaksanakan dan mengajukan alternatif untuk memecahkan masalah; (b) menerangkan, yaitu menjelaskan kepada anggota kelompok lain; (c) bertanya, yaitu setiap anggota kelompok berhak mengajukan pertanyaan supaya mendapatkan informasi yang lebih banyak; (d) mengkritik, yaitu memberikan sanggahan dan mempertanyakan gagasan atau ide yang diajukan; (e) penengah, yaitu
24
meredakan konflik dalam kelompok dan meminimalkan ketegangan yang terjadi pada setiap kelompok.
Ketika melakukan kegiatan diskusi akan terbentuk pola kerjasama. Pola kerjasama yang sering terjadi dalam proses pembelajaran memiliki beberapa karakteristik berupa tim, berbagi tugas untuk mecapai tujuan pembelajaran, diantaranya anggota tim saling memberi masukan untuk lebih memahami masalah yang dihadapi (Ihsan, 2014: 9). Untuk mencapai kerjasama dan hasil yang baik, penting dalam pembelajaran dilakukan dengan membentuk kelompok yang efektif. Pembentukan kelompok yang efektif dapat dilihat dari tiga jenis kelompok, yaitu kelompok dapat bersifat formal, informal, atau dasar. Kelompok formal dibentuk untuk bekerja sama guna mencapai tujuan yang lebih kompleks seperti menulis sebuah laporan atau sebuah presentasi. Kelompok informal terbentuk secara acak, cepat, dan untuk bekerja sama dalam jangka waktu yang singkat. Kelompok ini diciptakan untuk merespons sebuah pertanyaan, sumbang saran gagasan, atau untuk berpartisiasi di dalam usaha-usaha lain yang dijadikan sebagai permulaan dari sebuah kegiatan kelas yang lebih lama.
Kelompok dasar ditujukan untuk membentuk sebuah komunitas yang mengerjakan berbagai macam tugas. Selain itu, dapat dilihat dengan melihat ukuran kelompok dalam kolaboratif berkisar antara dua sampai enam siswa. Meski ukuran biasanya ditentukan berdasarkan sejumlah faktor dan preferensi, namun Bean (1996: 76) memberikan dasar pemikiran yang kuat untuk menetapkan lima sebagai ukuran yang paling efektif bagi kelompok-
25
kelompok kelas formal dan informal. Keanggotaan dapat didasarkan pada minat, kemampuan, sikap, atau sejumlah karakteristik lainnya dan kelompok dapat bersifat homogen atau heterogen. Kelompok memiliki peran sebagai berikut: a) fasilitator yaitu memimpin diskusi tim, menjaga agar kelompok tetap mengerjakan tugas dan memastikan bahwa setiap orang menerima bagian kerja merek; b) pencatat yaitu orang yang bertugas mencatat setiap kegiatan tim seperti mencatat rangkuman diskusi; c) pelapor yaitu memiliki peran sebagai juru bicara kelompok dan merangkum secara lisan kegiatankegiatan atau kesimpulan kelompok; d) pencatat umum yaitu menjaga agar kelompok selalu menyadari batas waktu yang dimiliki, bekerjasama dengan fasilitator untuk menjaga agar kelompok tetap pada tugasnya dan dapat menerima peran anggota kelompok yang tidak hadir; e) pemonitor berkas yaitu mengambil berkas tim kemudian mengembalikan semua lembar tugas, pekerjaan, atau catatan kepada semua anggota; f) kartu liar yaitu berperan menggantikan anggota lain yang tidak hadir dan mengisi peran yang dibutuhkan (Elizabert., Cross., dan Major, 2012).
Pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang didasarkan atas kerja kelompok yang dilakukan untuk mencapai tujuan khusus. Selain itu juga untuk memecahkan soal dalam memahami suatu konsep yang didasari rasa tanggung jawab dan berpandangan bahwa semua siswa memiliki tujuan sama. Aktivitas belajar siswa yang komunikatif dan interaktif, terjadi dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam pembelajaran kooperatif adanya upaya peningkatan prestasi belajar siswa (student achievement) dampak penyerta, yaitu sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain. Terdapat empat hal
26
yang sangat penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni: adanya peserta didik dalam kelompok, adanya aturan main (role) dalam kelompok, adanya upaya belajar dalam kelompok, adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok (Rusman, 2012: 66).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kerjasama siswa di dalam kelas adalah model pembelajaran, salah satu inovasi dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan kerjasama siswa adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil, dengan jumlah siswa antar empat atau enam orang dengan berbagai latar belakang jenis kelamin, dan suku (Sanjaya dalam Nurnawati, 2012: 2). Terdapat tiga bentuk keterampilan kooperatif sebagaimana diungkapkan oleh Lundegren (1994: 47), yaitu : a. Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi: menggunakan kesepakatan; menghargai konstribusi; mengambil giliran dan berbagi tugas; berada dalam kelompok; berada dalam tugas; mendorong partisipasi; mengundang orang lain untuk berbicara; menyelesaikan tugas pada waktunya dan menghormati perbedaan individu. b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi: menunjukan penghargaan dan simpati; mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang daapat diterima; mendengarkan dengan aktif; bertanya; membuat ringkasan; menafsirkan; mengatur dan mengorganisir; menerima tanggung jawab dan mengurangi ketegangan.
27
c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi : mengkolaborasi; memeriksa dengan cermat; menyatakan kebenaran; menetapkan tujuan dan berkompromi.
C. Sekolah Dasar
Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan tingkat dasar yang diselenggarakan selama enam tahun di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI). Tingkat Sekolah Dasar adalah dasar pembentukan karakter setiap anak karena pada usia anak-anak merupakan tahap operasional kongkrit yang sesuai dengan usia anak sekolah dasar. Usia anak-anak terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Sehingga, pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga dan sekolah, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak (Afandi, 2011: 87).
Jenjang pendidikan dasar adalah jenis pendidikan formal untuk peserta didik usia 7 sampai dengan 13 tahun dan merupakan persyaratan dasar bagi pendidikan yang lebih tinggi dan juga jenjang terbawah dari sistem pendidikan nasional, seperti yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan tingkat menengah. Seringkali terjadi
28
miskonsepsi dari masyarakat dan orang tua terhadap esensi dan karakteristik pendidikan dasar. Esensi pendidikan dasar adalah ”paspor” bagi setiap peserta didik untuk pengembangan dirinya di masa depan, dan ”bekal dasar” untuk dapat hidup layak dalam hidup bermasyarakat. Maka, program belajar pendidikan dasar harus mengembangkan potensi peserta didik secara terpadu dan sinergis. Pola pembelajaran pada tingkat pendidikan dasar harus dilakukan secara terpadu, karena secara psikologis perkembangan kemampuan kognisi, kemampuan sosio-emaosional, kemampuan pengembangan moral dan perkembangan fisik peserta didik usia pendidikan dasar terjadi secara terpadu dan saling ketergantungan (Sa’ud dan Sumantri, 2007: 2-3).
Karakteristik anak sekolah dasar secara umum berikut ini: secara ilmiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik pada dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri, mereka bergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan - kegagalan, mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi, dan mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak – anak lainnya (Mulyani dan Johar, 2011: 21).
Peningkatan kualitas penyelenggaraan sistem pendidikan dasar di masa depan memerlukan berbagai input pandangan yaitu, gagasan tentang pendidikan dasar masa depan. Menghadapi harapan dan tantangan masa depan yang lebih baik, pendidikan dipandang sebagai esensi kehidupan baik bagi
29
perkembangan pribadi maupun perkembangan masyarakat. Misi pendidikan dalam pendidikan dasar adalah memungkinkan setiap orang, tanpa kecuali, mengembangkan sepenuhnya semua bakat individu, dan mewujudkan potensi kreatifnya, termasuk tanggungjawab terhadap hidup sendiri, dan pencapaian tujuan pribadi (Delors, 1996: 114).
2130
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei Tahun Ajaran 2015/2016 di SD Negeri 1 Rajabasa Raya Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V SD Negeri 1 Rajabasa Raya Tahun Ajaran 2015/2016 yang terdiri dari kelas IVa berjumlah 28 siswa, kelas IVb berjumlah 30 siswa, kelas Va berjumlah 37 siswa dan kelas Vb berjumlah 37 siswa. Sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVa dan Va yang dipilih dengan teknik purposive sampling (Margono, 2010: 128). Pemilihan sampel ini didasarkan atas kriteria-kriteria tertentu yaitu berdasarkan penggunaan metode diskusi yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain deskriptif sederhana (Sudaryono dkk, 2013: 9). Desain ini digunakan untuk
31
mendeskripsikan mengenai situasi dalam kejadian-kejadian yang diamati. Jadi penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang kemampuan kerjasama dan pola kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA kelas IV dan V.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut. 1. Tahap Prapenelitian a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke Dekanat FKIP yang ditujukan ke sekolah tempat diadakannya penelitian. b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti. c. Melakukan diskusi dengan guru yang bertujuan untuk mendapatkan informasi metode pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran IPA dan di dapatkan informasi dari guru kelas IV dan kelas V menggunakan metode ceramah dan diskusi. d. Menetapkan sampel penelitian, yaitu siswa kelas IVa dan Va SD N 1 Rajabasa Raya. e. Membuat instrumen-instrumen yang diperlukan dalam penelitian yaitu: angket mengenai profil kemampuan kerjasama yang diberikan kepada siswa, lembar yang berisi pertanyaan untuk wawancara guru, dan lembar observasi bagi peneliti berupa daftar cek serta catatan anekdot.
32
2. Tahap Pelaksanaan a. Melakukan penelitian ketika guru melaksanakan kegiatan pembelajaran IPA. b. Melakukan pengamatan dikelas ketika siswa melakukan diskusi dengan menggunakan lembar observasi dan dokumentasi yaitu video dan foto di kelas selama dua kali pertemuan pada masing-masing kelas. c. Memberikan angket wawancara kepada guru tentang pola kerjasama yang diterapkan guru ketika siswa melakukan kerjasama sebelumnya. d. Memberikan angket kepada siswa tentang pola kerjasama dan profil kerjasama yang dilakukan dalam pembelajaran IPA. e. Menganalisis dan mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dilakukan.
E. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data Penelitian Data penelitian ini berupa data kualitatif yaitu kemampuan kerjasama siswa dilihat berdasarkan keterampilan kooperatif siswa tingkat awal (rendah, sedang, dan tinggi) dan pola kerjasama siswa (kerjasama spontan, kerjasama langsung, kerjasama kontrak, dan kerjasama tradisional).
2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
33
a. Lembar Observasi Lembar observasi dilakukan untuk mengamati kemampuan kerjasama siswa selama proses pembelajaran di kelas IVa dan Va di SD Negeri 1 Rajabasa Raya Bandar Lampung.
Tabel 1. Kisi-kisi lembar observasi kemampuan kerjasama siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. No. Aspek kerjasama yang diukur Nomor Item 1 Menggunakan kesepakatan 1 2 Menghargai kontribusi 2 3 Mengambil giliran dan berbagi tugas 3 4 Setiap anggota tetap berada dalam kelompok 4 5 Berada dalam tugas 5 6 Mendorong partisipasi 6 7 Mengundang orang lain 7 8 Menyelesaikan tugas dalam waktunya 8 9 Menghormati perbedaan individu 9 10 Musyawarah dalam kelompok 10 11 Peran anggota kelompok 11, 12 (Sumber: Modifikasi dari Soekanto 1990 dan Lungdren (dalam Isjoni, 2013:65-66)). b. Angket Angket merupakan suatu daftar pernyataan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden. Angket dalam penelitian ini berisi pernyataan yang berkaitan dengan kemampuan kerjasama.
Tabel 2. Kisi-kisi angket siswa tentang kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA. No. 1 2 3 4 5 6
Aspek kerjasama yang diukur Nomor Item Menggunakan kesepakatan 1 Menghargai kontribusi 2 Mengambil giliran dan berbagi tugas 3 Setiap anggota tetap berada dalam kelompok 4 Berada dalam tugas 5 Mendorong partisipasi 6
34
7 Mengundang orang lain 7 8 Menyelesaikan tugas dalam waktunya 8 9 Menghormati perbedaan individu 9 10 Musyawarah dalam kelompok 10 11 Peran ketua kelompok 11, 12 (Sumber: Modifikasi dari soekanto 1990 dan Lungdren (dalam Isjoni, 2013:65-66)). c. Wawancara Wawancara dilakukan untuk mempertegas hasil observasi, berupa pertanyaan yang berkaitan dengan kemampuan kerjasama siswa dan juga pola kerjasama siswa. Peneliti menerima informasi dari guru secara langsung dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisikan pertanyaan - pertanyaan.
Tabel 3. Daftar pertanyaan wawancara Pertanyaan 1.
Bagaimana bapak/ibu membentuk kelompok di dalam kelas, berdasarkan: a. Gender (Homogen/ heterogen) b. Nilai siswa c. Absen siswa yang sesuai dengan abjad d. Urutan nomor absen ganjil atau genap e. Kemauan siswa sendiri f. Sikap atau karakter siswa
2.
Berapa jumlah anggota dalam setiap kelompok yang Bapak/Ibu buat?
3.
Apakah dalam penilaian kelompok, bapak/ibu memperhatikan cara kerjasama dan aktivitas siswa saat diskusi?
4.
Apakah dalam diskusi Bapak/Ibu mengatur jalanya diskusi pada masing-masing kelompok?
35
5.
Bagaimana cara Bapak/Ibu mendorong siswa untuk belajar dalam kelompok?
6.
Bentuk tugas seperti apa yang Bapak/Ibu berikan dalam diskusi?
7.
Apakah Bapak/Ibu mendorong siswa mendengarkan gagasan dan pikiran siswa lainnya?
8.
Bagaimana Bapak/Ibu mengingatkan siswa untuk berperan aktif dalam diskusi?
9.
Apakah siswa menyenangi pembelajaran kelompok?
10. Apakah siswa tertarik untuk belajar bersama dan saling belajar dari siswa lain? 11. Apakah siswa merasa senang bertukar pendapat dan pikiran antar sesama mereka? 12. Apakah siswa antusias mengerjakan tugas mata pelajaran IPA secara berkelompok?
d. Dokumentasi Peneliti melakukan dokumentasi dalam proses pengumpulan data berupa foto dan video. Selain itu, peneliti meminta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus sebagai bukti pembelajaran.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Data-data yang ada adalah data kualitatif yang diubah menjadi data kuantitatif kemudian dideskripsikan dengan mempersentasikannya.
36
1. Data Kualitatif Data kualitatif diperoleh melalui angket siswa, hasil observasi (berupa daftar cek) dan wawancara yang dilakukan dengan guru kelas IV dan V. Wawancara diajukan untuk memperdalam pernyataan guru. Hasil wawancara kemudian dianalisis dan dideskriptifkan yang berguna untuk menunjang data penelitian. Selain itu, daftar cek yang dibuat berisikan beberapa komponen mengenai kemampuan kerjasama dan pola kerjasama siswa. Adapun langkah-langkah analisis penelitian ini sebagai berikut :
I. Langkah-langkah Menganalisis Lembar Observasi Lembar observasi mengenai profil kemampuan kerjasama siswa, peneliti mengklasifikasikan skor 0 (tidak baik) karena tidak terjalinnya kerjasama dalam kelompok, skor 1 (kurang baik) karena kurangnya kerjasama dalam satu kelompok, 2 (baik) karena sudah terjadi kerjasama yang baik dalam setiap kelompok, hasil yang diperoleh peneliti dari pelaksanaan komponen kerjasama. Kemudian untuk menentukan pola kemampuan kerjasama, peneliti menggunakan dengan ciri-ciri pola kerjasama. Menghitung skor yang diperoleh dalam bentuk persentase. Adapun rumus untuk menghitung persentase kemampuan kerjasama menurut Ali (2013: 201) sebagai berikut: %=
× 100
Keterangan : n = nilai yang diperoleh responden N = nilai yang semestinya diperoleh responden % = persentase kemampuan kerjasama siswa kelas IV dan V
37
Selanjutnya, menganalisis data penelitian dengan menggunakan analisis persentase. Hasil perhitungan dalam bentuk persentasi diinterpretasikan dengan tabel kriteria tingkat kemampuan kerjasama siswa kelas IV dan V SD Negeri 1 Rajabasa Raya Bandar Lampung ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Untuk mengetahui kriteria hasil perhitungan dibuat tabel.
Tabel 4. Kriteria kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA kelas IV dan V No Kriteria 1. Sangat tinggi 2. Tinggi 3. Sedang 4. Rendah 5. Sangat rendah (Sumber: Riduwan, 2012: 89)
Interval nilai 81 – 100 61 – 80 41 – 60 21– 40 0-20
II. Langkah-langkah Menganalisis Angket Siswa a. Angket siswa mengenai profil kemampuan kerjasama, peneliti mengklasifikasikan skor 0 (tidak) dan 1 (ya). b. Selanjutnya menghitung skor dari angket siswa yang diperoleh dalam bentuk persentase. Adapun rumus untuk menghitung persentase angket siswa menurut Ali (2013: 201) sebagai berikut: %=
× 100
Keterangan : n = skor yang diperoleh responden N = skor yang semestinya diperoleh responden % = persentase angket siswa mengenai profil kemampuan kerjasama
38
c. Setelah dilakukan analisis perhitungan, data angket siswa mengenai profil kemampuan dikelompokan ke dalam kriteria yang terdapat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5. Kriteria penilaian angket siswa Persentase (%) Kategori 100 Semuanya 76-99 Pada umumnya 51-75 Sebagian besar 50 Setengahnya 26-49 Hampir setengahnya 1-25 Sebagian kecil 0 Tidak ada (Sumber: Koentjaraningrat dalam Nurhamzah, 2012: 44)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA secara keseluruhan tergolong dalam kriteria“sedang” dengan persentase 55,16%. Hal ini dapat dilihat dari observasi dimana sebagian besar siswa aktif dalam melakukan bertanggung jawab terhadap tugas, mampu berada dalam kelompok, dan mengemukakan pendapatnya dengan yang lain.
2.
Pola kerjasama siswa kelas IV dan V SD N 1 Rajabasa Raya ditemukan empat pola kerjasama yaitu kerjasama spontan, kerjasama langsung, kerjasama kontrak, dan kerjasama tradisional. Pola kerjasama yang paling menonjol pada siswa kelas IV dan V yaitu pola kerjasama kontrak dengan jumlah total 6 kelompok. Pada siswa kelas IV, kelompok yang menggunakan pola kerjasama kontrak dalam pembelajaran IPA terdapat pada kelompok 3 dan 4, sedangkan siswa kelas V terdapat pada kelompok 1, kelompok 3, kelompok 4, dan kelompok 5.
54
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas saran-saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti, harus memandu siswa dalam pengisian angket, dikarenakan siswa masih duduk di Sekolah Dasar (SD) dikhawatirkan sulit untuk memahami setiap pernyataan yang ada pada angket. 2. Bagi siswa, supaya membiasakan diri untuk bekerjasama dalam proses pembelajaran baik dalam berkelompok atau tidak, dan untuk melatih saling menghargai dan menerima pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas kelompok.
55
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, R. 2011. Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Vol. 1 hal 85-98. Ali, M. 2013. Prosedur dan Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung. Aqib, Z. 2014. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif).Yrama Widya. Bandung. Aswan, Z. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Barkley, E. Elizabert., K. P. Cross., and C. H. Major. 2012. Collaborative Learning Techniques: Teknik-teknik Pembelajaran Kolaboratif. Penerjemah: Narulita Yusron. Penerbit Nusa Media. Bandung. Bean. 1996. Collaborative Learning Techniques. Penerjemah: Lasmawan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Bruce Tuckman. 1965. 2 nd Edition, Evaluating Instructional Programs. Allyn and Bacon. Boston USA. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Delors, Jacques. 1996. “Learning”: The Treasure Within, Report to UNESCO of the International Commission on Education for the Twenty-First Century. Paris: UNESCO Publishing. Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rhineka Cipta. Jakarta. . 2000. Psikologi Belajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Djojosoediro, W. 2010. Pengembangan dan Pembelajaran IPA SD. Refika Aditama. Bandung.
56
Eggen. Kauchak. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara: Jakarta. Ihsan, F. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta. . 2013. Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Peserta Diklat Melalui Pembelajaran Kolaboratif. (Online). (http://bkddiklat.ntbprou.go.id, diakses pada 10 Januari 2016; 07.28 WIB). . 2014. Dasar-dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Pustaka Belajar. Yogyakarta. 2013. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Iskandar, S. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. CV Maulana. Bandung. Jennifer. Jones. 2008. Organization behavior, Second Editions. Addision Wesley Publishing Company. New York. Kompas. 2013. Kasus perkelahian antar siswa sekolah dasar (Online). Diakses http://kompas.com/regional/2012/11/07/perkelahian-antar-siswa-sdberkelahi-dengan-teman pada tanggal 02 November 2016 . Pukul 14.07 WIB. Lie, A. 2005. Cooperative Learning, Mempratekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. PT Grasindo. Jakarta. Lundergen, L. 1994. Cooperative Learning The Scaince Classroom. GLENCOE Macmilan/McGraw-Hill. Maas, L. T. 2004. Peranan Dinamika Kelompok Dalam Meningkatkan Efektifitas Kerja Tim. (Online). (http:// library.usu.ac.id/download/fkm/fkm, diakses pada 04 Agustus 2016; 22.13 WIB). Margeston. 1994. Metode-metode Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Moedjiono. Dimyati. 1992. Startegi Belajar Mengajar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Mukmiman. 2014. Tantangan pendidikan di Abad 21 (makalah). Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Diakses dari staff.uny.ac.id/.../ba-28-mkltp-unnesatantangan-pddk. Mulyani, S. Johar. 2001. Strategi Belajar Mengajar. C.V Maulana. Bandung.
57
Nurhalimah, V. 2012. “Pengaruh Metode Proyek terhadap Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini pada Kelompok B di RA Perwanida 03 Mojo Andong Boyolali”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Nurhamzah, A. 2015. Upaya Meningkatkan Kerja sama dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Melalui Model Teams Game Tournament (TGT) pada Materi Sumber Daya Alam Mata Pelajaran IPS Pada Kelas IV SDN Inpres Biru Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Universitas Pasundan. Bandung. Nurnawati Enis., Dwi Yulianti., dan Hadi Susanto. 2012. Peningkatan Kerjasama Siswa Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Think Pair Share. (Online). Unnes Physics Education Journal. (http://journal.unnes.ac.id, diakses pada 25 Desember 2015; 12.20 WIB). Pudyo. 2000. Keterampilan Dasar Mengajar IPA berbasis Konstruktivisme. FPMIPA. Universitas Malang. Jurusan Biologi. Purnomo, H. 2008. Kemampuan Bekerjasama dan Proses Pembiasaannya Melalui Pembelajaran Fisika Berbasis Empat Pilar Pendidikan. (Online). (http://lib.unnes.ac.id/16955/1/4001506001.pdf, diakses pada 21 Januari 2016; 21.20 WIB). Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, Peneliti, Pemula. Alfabeta. Bandung. Ridwan, A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Bumi Aksara. Jakarta. Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Rusman. 2012. Model- Model Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Samatawo, U. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. PT Indeks. Jakarta Barat. Sani, A. Ridwan. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Sa’ud, U. S., M. Sumantri. 2007. Kurikulum Pendidikan Dasar Masa Depan. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kurikulum Pendidikan Masa Depan, diselenggarakan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Diknas. Bogor. Slavin. 1995. Cooperative Learning : Theory, Reserch and Parctice Second Edition. Allyn and Bacon Publishers. Boston.
58
Soekanto, S. 2006. Sosiologi suatu pengantar Edisi 4. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. . 2002. Sosiologi Pengantar 1 Edisi 4. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sudaryono, G., Margono, dan W. Rahayu. 2013. Pembangunan Instrumen Penelitian Pendidikan. Graha Ilmu. Yogyakarta. Suhendi. 2014. Pembelajaran Sains Dalam Desain Pendekatan Tematik Terintegratif. (Online). Jurnal Tarbawiyah. Vol. 11 No. 2, 221-234. (http://download.portalgaruda.org, diakses pada 25 Desember 2015; 10.00 WIB). Suryosubroto, B. 2004. Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Susanto. 1991. Metode Penelitian Sosial. UNS Press. Surakarta. Taniredja. 2011. Model-model Pengembangan Inovatif. Alfabeta. Bandung. Trianto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta. West, M. 2002. Effective Teamwork Kerja Sama Kelompok yang Efektif. Kanisius. Yogyakarta. Widodo, U. 2013. Penerapan Metode Pembelajaran Kolaboratif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Wiranti. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.