i
GAMBARAN PEMENUHAN STANDAR PENCAHAYAAN PERPUSTAKAAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014
SKRIPSI
Oleh: AZHARA 107101002907
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 M/1435 H
ii
iii
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH MAJOR Undergraduated Thesis, July 2014 Azhara, NIM: 107101002907 Overview Of Suitability Of Lighting Standard At Library Faculty Of Medicine And Health Sciences Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta 2014 xvii + 74 pages, 13 tables, 2 charts,7 images, 7 graphs, 6 appendixs ABSTRACT Vision problems can not be separated from the role of light, because people will not be able to see an object when there is no light upon the objects which then reflected to the eye. Therefore, the activity on the environment is very necessary attention to adequate lighting for long periods will result in eyestrain if not matched with adequate illumination intensity. Under standard illumination intensity increase eyestrain. This research is descriptive. The sample is the number of measurement points in the library. Questionnaires were administered to a total sampling of library visitors. Picture library lighting levels are measured and compared with existing standards. The results of measurements of lighting at 171-140 lux large table, reception desk and computer desk 117-224 lux at 1st Floor 55-120 lux, which is not the position of the table under the light does not match the standard. The results of subjective response of visitors 46 people say lighting does not match the standard, 2 of 3 people said library manager lighting only meet 85% of the standard. Associated support facilities in accordance with standard lighting. Armature in accordance with the standard conditions. Lighting is not managed according to the standard library. Not all points FKIK lighting in accordance with the standard library. Necessary to improve the management and deployment settings to improve the quality of the illumination light FKIK library. Keywords
: Lighting levels, Subjective Response, Guest Library, lighting standards Reading List: (20) (1991-2013)
ii
iv
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, Juli 2014 Azhara, NIM : 107101002907 Gambaran Pemenuhan Standar Pencahayaan Perpustakaan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 xvii + 74 halaman, 13 tabel, 2 bagan, 7 gambar, 7 grafik, 6 lampiran
ABSTRAK Masalah penglihatan tidak bisa lepas dari peran cahaya, karena manusia tidak akan dapat melihat suatu benda bila tidak ada cahaya yang menimpa benda tersebut yang kemudian dipantulkan ke mata. Oleh sebab itu, aktivitas pada lingkungan sangat perlu memperhatikan penerangan yang cukup karena dalam jangka waktu lama akan berdampak pada kelelahan mata jika tidak diimbangi dengan intensitas penerangan yang memadai. Intensitas penerangan dibawah standar meningkatkan kelelahan mata. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sampel adalah jumlah titik pengukuran di perpustakaan. Kuesioner diberikan pada total sampling pengunjung perpustakaan. Gambaran tingkat pencahayaan perpustakaan diukur kemudian dibandingkan dengan standar yang ada. Hasil pengukuran pencahayaan di meja besar 171-140 lux, meja resepsionis 117-224 lux dan meja komputer lt.1 sebesar 55-120 lux,posisi meja yang tidak dibawah cahaya tidak sesuai standar. Hasil respon subyektif pengunjung 46 orang mengatakan pencahayaan tidak sesuai standar, 2 dari 3 orang pengelola perpustakaan mengatakan pencahayaan hanya memenuhi 85% dari standar. Sarana penunjang terkait pencahayaan sesuai dengan standar. Kondisi armature sesuai dengan standar. Pencahayaan perpustakaan tidak dikelola sesuai standar. Belum semua poin-poin pencahayaan di perpustakaan FKIK sesuai dengan standar. Perlu dilakukan peningkatan pengelolaan dan pengaturan penyebaran cahaya untuk meningkatkan kualitas pencahayaan perpustakaan FKIK.
Kata
Kunci
:
Tingkat Pencahayaan, Respon Subyektif, Perpustakaan,standar pencahayaan. Daftar Bacaan : (20) (1991-2013)
iii
Pengunjung
v
iv
vi
v
vii
Daftar Riwayat Hidup Identitas diri Nama lengkap
: Azhara
Tempat Tanggal Lahir
: Jakarta, 02 Maret 1988
Alamat
: Jl. Wedana No.5. Kampung Melayu. Jaktim
Telp./Hp
: 089610361640
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Riwayat Pendidikan 2014 2007 2004 2001 Riwayat Organisasi 2006 2007 2008
Pengalaman Kerja 2011 2012 2014
: Peminatan K3 Program Studi Kesehatan Masyarakat Uin Syarif Hidayatullah Jakarta : MAN Al Mukmin Solo : MAN Al Mukmin Solo : SDN Mekar Indah Bekasi : Ketua OSIS MAN Puteri Al Mukmin : Relawan Korps Sukarela PMI UIN Jakarta Anggota BEM Jurusan Kesehatan Masyarakat : Penyuluh Yayasan AIDS Indonesia Relawan Yayasan Kesehatan Perempuan
: Praktik Kerja Lapangan Departemen Environment Health and Safety PT. Tata Wisata : Marketing PT.Melia Sehat Sejahtera : Marketing Supervisor PT. Shafco Multi Trading Marketing Supervisor PT. Azzahra Megah Pratama
vi
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberi kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan kepada Rosul tercinta, Nabi Muhammad saw yang telah membawa kebenaran yaitu Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi umatnya. Skripsi ini disusun dalam rangka sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama penyusunan Skripsi ini, penulis selalu mendapat motivasi, bantuan dan dukungan. Penulis sangat berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini, diantaranya : 1. Kedua orang tua penulis. Papa Sudiyono dan Mama Zahrah Amir Mar’ie. Terima kasih untuk semua hal yang sudah diberikan, yang juga senantiasa mendoakan setiap langkah dan keyakinanya bahwa penulis akan menjadi sosok sukses kelak. 2. Hanif, Adik laki-laki yang ketika terdesak bisa berubah jadi kakak dan motivator. Big Hug Bro 3. Prof.Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Febrianti, SP, MSi selaku Ketua program studi Kesehatan Masyarakat. 5. Ibu Minsarnawati,S.KM,M.Kes selaku Dosen Pembimbing I, terima kasih penulis ucapkan atas waktu , semua arahan, motivasi, dan kepercayaanya serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 6. Ibu Dr.Ela Laelasari, S.KM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih penulis ucapkan atas waktu, semua arahan, masukan, bimbingan, dan inspirasi, serta SMS pengingat untuk penulis selama penyusunan skripsi. vii
ix
7. Yandi Melayu. Untuk semua semangat,bantuan dan ketulusan. Smoga masa depan selalu milik kita. Still and Always 8. Sahabat terbaik Yuke, Najmi, Tiwi, Ita,Eendah, Dian, dan Isti yang selalu memberikan semangat dan dukungan. Terima kasih banyak sahabat. Semoga kita selalu bersama dalam kebaikan dan kesuksesan. Amin 9. Teman- teman seangkatan” Veteran”. Akhirnya, kita menyelesaikan misi ini. Yang kita lalui menciptakan kenangan untuk masa depan.Proud of Us 10. Teman-Teman Kelas K3, Gizi, Kesmas A serta OPUS. Semoga kita dapat menjadi pionir dalam mengembangkan profesi Kesehatan Masyarakat berbasis islami dan bermanfaat bagi orang banyak, amin. 11. Rekan-rekan mahasiswa dan segenap pihak yag telah berperan aktif membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan dalam laporan ini.
Akhir kata, kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahan datangnya dari Penulis selaku manusia yang dhaif. Saran dan kritik sangat Penulis harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan datang.
Jakarta, Juli 2014
Penulis
viii
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ABSTRAK LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Pertanyaan Penelitian 1.4 Tujuan Penelitian 1.5 Manfaat Penelitian 1.6 Ruang Lingkup Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencahayaan 2.1.1 Sumber Cahaya 2.1.2 Standar Pencahayaan 2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pencahayaan 2.3 Aplikasi pencahayaan di tempat kerja 2.4 Efek Pencahayaan Di Bawah Standar 2.5 Metode Pengukuran Pencahayaan 2.5.1 Tata cara menggunakan Lux meter 2.6 Kerangka Teori BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep 3.2 Definisi Operasional BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.3 Populasi dan Sampel 4.4 Instrumen Penelitian 4.5 Pengumpulan Data 4.6 Pengolahan Data 4.7 Analisis data ix
……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ………………………………………
i ii iv vi vii ix xii xiii xiv xv xvi
……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ………………………………………
1 5 5 6 7 8
……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… …………………………………….... ………………….…………………... ……………………………………… ……………………………………… ………………………………………
9 9 12 17 18 21 24 28 30
……………………………………… 31 ……………………………………… 33 ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ………………………………………
36 36 36 37 39 39 40
xi
BAB V HASIL 5.1 Gambaran Umum Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 5.2 Gambaran tingkat pencahayaan di lingkungan perpustakaan FKIK berdasarkan Peraturan 1405/Menkes/SK/XI/2002 5.2.1 Penentuan Titik Pengukuran 5.2.2 Gambaran data hasil pengukuran pencahayaan di perpustakaan FKIK 5.3 Respon Subyektif pengunjung terkait pencahayaan di perpustakaan FKIK 5.4 Respon Subyektif pengelola perpustakaan terkait pencahayaan di perpustakaan FKIK 5.5 Sarana Penunjang beraktivitas terkait pencahayaan di perpustakaan FKIK 5.6 Kondisi armatur perpustakaan FKIK 5.7 Pemeliharaan Pencahayaan perpustakaan FKIK berdasarkan SNI 03-6575-2001 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian 6.2 Gambaran tingkat pencahayaan di perpustakaan FKIK berdasarkan peraturan 1405/Menkes/SK/XI/2002 6.3 Respon Subyektif pengunjung terkait pencahayaan di perpustakaan FKIK 6.4 Respon Subyektif pengelola perpustakaan terkait pencahayaan di perpustakaan FKIK 6.5 Sarana Penunjang beraktivitas terkait pencahayaan di perpustakaan FKIK 6.6 Kondisi armatur perpustakaan FKIK 6.7 Pemeliharaan pencahayaan perpustakaan FKIK berdasarkan SNI-03-6575-2001 BAB VII KESIMPULAN & SARAN 7.1 Simpulan 7.2 Saran DAFTAR PUSTAKA
x
……………………………………… 41 ……………………………………… 43
……………………………………… 43 ……………………………………… 43 ……………………………………… 48 ……………………………………… 54 ……………………………………… 55 ……………………………………… 57 ……………………………………… 59 ……………………………………… 61 ……………………………………… 61 ……………………………………… 64 ……………………………………… 65 ……………………………………… 66 ……………………………………… 67 ……………………………………… 70 ……………………………………… 72 ……………………………………… 73 ……………………………………… xvii
xii
DAFTAR TABEL
Nomor 2.1 2.2 2.3 3.1 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9
Keterangan Standar tingkat pencahayaan menurut Kepmenkes No.1405 Tahun 2002 Tabel gejala dan yang menyebabkan SBS Tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan Definisi Operasional Hasil pengukuran pencahayaan di meja besar lt.1 perpustakaan FKIK Hasil pengukuran pencahayaan di meja resepsionis perpustakaan FKIK Hasil pengukuran pencahayaan di meja computer lt.1 perpustakaan FKIK Perbandingan hasil pengukuran berdasarkan posisi pencahayaan di perpustakaan FKIK Respon subyektif pengunjung terkait pencahayaan di perpustakaan FKIK Respon subyektif pengelola perpustakaan terkait pencahayaan di perpustakaan FKIK Gambaran hasil observasi tata letak sarana penunjang beraktivitas terkait pencahayaan di perpustakaan FKIK Kondisi armatur berdasarkan standar SNI 03-6575-2001 Gambaran Pemeliharaan pencahayaan perpustakaan FKIK
xi
Hal 13 22 27 33 44 45 46 47 48 55 56 57 59
xiii
DAFTAR BAGAN
Nomor 2.1 3.1
Keterangan Kerangka teori Kerangka konsep
Hal 30 32
xii
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 5.1 5.2
Keterangan Macam-macam arah pencahayaan Posisi Sumber cahaya Titik potong ruangan kurang dari 10 m Gambaran titik potong luas 10-100 m Gambaran titik potong luas lebih dari 100 m Pencahayaan Umum Pencahayaan Perpustakaan FKIK 2014
xiii
Hal 20 21 25 25 26 42 42
xv
DAFTAR GRAFIK
Nomor 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7
Keterangan Pendapat tentang pencahayaan Respon Subyektif ruangan terasa panas karena lampu Respon subyektif lampu perpustakaan berkedip Respon subyektif penyebaran pencahayaan di perpustakaan FKIK Gambaran frekuensi keluhan saat beraktivitas di perpustakaan FKIK Kesan pertama saat masuk perpustakaan FKIK Respon subyektif ada tidaknya bayangan saat beraktivitas
xiv
Hal 49 50 50 51 52 53 54
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Keterangan Kuesioner Penelitian Pencahayaan Perpustakaan FKIK Lembar Observasi Output SPSS Denah Titik pengukuran Pencahayaan Perpustakaan FKIK Digital Lux Meter Standar Operasional Lux Meter
xv
Hal xv xvi xvii xviii xix xx
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Keselamatan (Safety) mempunyai arti keadaan terbebas dari celaka (Accident) ataupun hampir celaka (Incident Atau Near Miss). Kesehatan (Health) menurut UU No. 23 tahun 1992 adalah “keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara sosial dan ekonomis” Sedangkan kerja (Occupation) berarti kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan. Menurut OSHA (2003), kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah merupakan multidisiplin ilmu yang terfokus pada penerapan prinsip ilmiah dalam memahami adanya risiko yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia dalam lingkungan industri ataupun lingkungan di luar industri, selain itu kesehatan dan keselamatan kerja merupakan profesionalisme dari berbagai disiplin ilmu yaitu fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku yang diaplikasikan dalam manufaktur, transportasi, penyimpanan dan penanganan bahan berbahaya. Di tempat kerja terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja seperti faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi dan faktor psikologi (Tarwaka, 2004). Tenaga kerja dalam melakukan segala macam aktivitas kerjanya selalu memerlukan penerangan. Namun yang membedakan kebutuhan intensitas cahaya tergantung pada jenis dari pekerjaannya. Adapun pengertian
1
2
penerangan itu sendiri adalah suatu cahaya yang mengenai suatu permukaan benda atau obyek yang menyebabkan terang permukaan benda tersebut dan obyek benda-benda yang berada di sekitarnya dan berpengaruh terhadap kesehatan (Santoso, 2004) Masalah penglihatan tidak bisa lepas dari peran cahaya, karena manusia tidak akan dapat melihat suatu benda bila tidak ada cahaya yang menimpa benda tersebut yang kemudian dipantulkan ke mata. Oleh sebab itu, aktivitas pada lingkungan sangat perlu memperhatikan penerangan yang cukup karena dalam jangka waktu lama akan berdampak pada kelelahan mata jika tidak diimbangi dengan intensitas penerangan yang memadai (Hengki, 2009) Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan ruang. Ruang yang telah dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik
apabila
tidak disediakan akses pencahayaan. Pencahayaan di dalam
ruang memungkinkan orang yang menempatinya dapat melihat benda-benda. Tanpa dapat melihat benda-benda dengan jelas maka aktivitas di dalam ruang akan terganggu. Sebaliknya, cahaya
yang terlalu
terang
juga
dapat
mengganggu penglihatan (Sukawi, 2013). Hasil pengukuran terhadap pekerja di Amerika juga menyebutkan jika cahaya berlebih juga dapat menyebabkan silau dan berdampak ketidaknyamanan pada pekerja (Wiegand ,2013) Sesuai dengan standar pencahayaan dari Suptandar (1999) sarana penunjang perpustakaan juga merupakan aspek yang perlu dilihat kesesuaianya terkait pencahayaan. Perpustakaan memiliki organisasi dan pengelolaan sehingga diperlukan juga wawancara dengan pengelola perpustakaan untuk
3
menunjang hasil observasi. Dalam Darudi (2006), para akar ilmu pengetahuan mengatakan bahwa perpustakaan adalah jantungnya perguruan tinggi, yang membantu tercapainya Tri Dharma Perguruan Tinggi atau Catur Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat dan dakwah. Oleh karena itu, banyak dikemukakan definisi perpustakaan diantaranya : a)
Suatu gedung atau ruangan yang didalamnya tersusun buku-buku untuk dipergunakan menurut tujuan-tujun tertentu.
b)
Koleksi buku yang disusun menurut sistem tertentu untuk tujuan pemberian informasi, pendidikan, penelitian, rekreasi, pelestarian dan lainlain.
c)
Suatu unit kerja yang menyelenggarakan pengumpulan, penyimpanan dan pemeliharaan koleksi buku yang dikelola secara sistematis untuk digunakan sebagai sumber informasi. Dari hasil uji korelasi pada penelitian Siswatiningsih (1998), diketahui
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara intensitas penerangan dengan kelelahan mata pada tenaga kerja bagian operator mesin. Menurut penelitian Deni (2010), intensitas penerangan dibawah standar meningkatkan kelelahan mata.Didukung pula oleh hasil pengukuran yang dilakukan mahasiswa Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014, menyatakan bahwa pencahayaan di
4
perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan masih dibawah 300 lux (Eka, 2014). Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di perpustakaan Psikologi dan Fisip Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, didapatkan tingkat pencahayaan dibawah 300 lux, artinya pencahayaan di perpustakaan tersebut masih dibawah standar, yang dapat menjadi salah satu faktor keluhan kelelahan mata. Mahasiswa dilibatkan dalam penelitian ini karena menurut penelitian Adrina (2011) waktu yang digunakan mahasiswa di dalam perpustakaan rata-rata lebih dari satu jam yang artinya mahasiswa juga mempunyai potensi mengalami keluhan mata selama di dalam perpustakaan Ada penelitian hanya menjelaskan kondisi pencahayaan namun kurang menggambarkan kondisi lingkungan kerja secara spesifik dan tidak dibandingkan dengan standar yang ada, diharapkan dengan dilakukanya penelitian ini menghasilkan gambaran lebih detail, dengan judul Gambaran Pemenuhan Standar Pencahayaan Perpustakaan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Berbeda dengan penelitian-penelitian tentang pencahayaan yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian ini mencoba untuk menggali gambaran pencahayaan di perpustakaan secara lebih detail, sejalan dengan penelitian Hengki (2009) dikatakan bahwa pencahayaan merupakan faktor penting dalam lingkungan dan sejalan dengan Eko (2003) bahwa lingkungan kerja yang menyebabkan kelelahan akan menurunkan produktifitas kerja. Penelitian ini dirasa
perlu
dilakukan guna
mengetahui
gambaran pencahayaan di
5
perpustakaan
secara
lebih
detail
agar
dapat
meningkatkan
kualitas
perpustakaan secara umum dan mencegah terjadinya efek kesehatan akibat rendahnya kualitas pencahayaan. 1.2 Rumusan Masalah Aktivitas yang dilakukan di perpustakaan seperti mencari koleksi, membaca, menulis, dan bekerja dengan komputer merupakan aktivitas yang tergolong dalam aktivitas visual yang tinggi. Pencahayaan yang baik dan cukup di perpustakaan akan memudahkan semua pihak yang melakukan aktivitas dan mampu mengurangi keluhan yang berkaitan dengan pencahayaan yang tidak memadai. Dikarenakan belum adanya informasi mengenai kondisi tingkat pencahayaan di perpustakaan dan kesesuaianya dengan standar, maka peneliti melakukan penelitian ini. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang tingkat pencahayaan lebih detail termasuk dari persepsi pengunjung perpustakaan. Sehingga didapatkan aspek yang perlu diperbaiki dalam pencapaian tingkat pencahayaan yang baik dan cukup pada gedung atau ruangan perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1.
Bagaimana gambaran tingkat pencahayaan di lingkungan perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 dan
kesesuaianya
dengan
(1405/Menkes/SK/XI/2002) ?
peraturan
Menteri
Kesehatan
6
2.
Bagaimana keluhan subyektif pengunjung terkait pencahayaan di perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 ?
3.
Bagaimana kesesuaian sarana penunjang pencahayaan perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 berdasarkan teori Suptandar (1999) ?
4.
Bagaimana kesesuaian kondisi armature perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 berdasarkan SNI 036575-2001 ?
5.
Bagaimana kesesuaian pemeliharaan pencahayaan perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 berdasarkan SNI 03-6575-2001 ?
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Diketahuinya gambaran tingkat pencahayaan perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jika dilihat dari pemenuhan standar pencahayaan perpustakaan. 1.4.2 Tujuan Khusus 1.
Diketahuinya
gambaran tingkat pencahayaan di lingkungan
perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 dan kesesuaianya dengan peraturan Menteri Kesehatan (1405/Menkes/SK/XI/2002) 2.
Diketahuinya keluhan subyektif pengunjung terkait pencahayaan
7
di
perpustakaan
FKIK
Universitas
Islam
Negeri
Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014 3.
Diketahuinya
kesesuaian
sarana
penunjang
pencahayaan
perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 berdasarkan teori Suptandar (1999). 4.
Diketahuinya kesesuaian kondisi armature perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 berdasarkan SNI 03-6575-2001
5.
Diketahuinya
kesesuaian
pemeliharaan
pencahayaan
perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 berdasarkan SNI 03-6575-2001 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dapat memberikan informasi bagi perpustakaan mengenai gambaran tingkat pencahayaan sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan agar pengunjung perpustakaan merasa nyaman dan tidak menimbulkan penyakit akibat kerja. 1.5.2 Bagi Peneliti Sebagai
referensi
dan
informasi
mengenai
hal-hal
yang
berhubungan dengan gambaran tingkat pencahayaan di perpustakaan FKIK Universitas islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
8
1.5.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Sebagai referensi penelitian lanjutan oleh peneliti lain. Sebagai tambahan referensi penelitian yang berguna bagi masyarakat luas di bidang kesehatan masyarakat. 1.5.4 Bagi Pengunjung Perpustakaan Dapat mengetahui kondisi pencahayaan di perpustakaan FKIK sehingga dapat memaksimalkan fasilitas dengan baik dan ikut menjaga kesehatan mata dengan memilih posisi pencahayaan yang mencukupi selama beraktivitas di perpustakaan. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pencahayaan perpustakaan FKIK dan kesesuainya dengan standar pencahayaan yang ada. Penelitian ini perlu dilakukan karena pengunjung perpustakaan melakukan aktivitasnya didalam perpustakaan, sehingga pencahayaan menjadi faktor yang penting untuk menunjang kelancaran aktivitas di perpustakaan. Penelitian ini dilakukan di lingkungan perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan sasaran penelitian adalah seluruh pengunjung perpustakaan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014. Penelitian ini bersifat deskriptif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan cara pengisian kuesioner dan pengukuran langsung.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencahayaan 2.1.1 Sumber cahaya Pencahayaan sebagai faktor persepsi sangat berpengaruh terhadap fungi kognitif dan emosional. Informasi yang masuk 90% melalu visual. Mata menjadi organ yang penting dalam melakukan pekerjaan dan profesi oleh karena itu memerlukan pencahayaan yang tepat (Rostron 2005). Cahaya adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang spektrum dan dibagi menjadi tiga wilayah-ultraviolet, cahaya tampak dan inframerah masing-masing memiliki efek yang berbeda pada manusia (Rostron,2005). Cahaya memasuki tubuh manusia melalui
mata dan kulit.
Cahaya yang masuk melalui mata melewati proses biokimia melalui saraf. Sinyal melalui saraf tersebut akan diarahkan ke korteks dan berakhir di hipotalamus. Jika cahaya Infra merah yang masuk ke mata dengan suhu tinggi dapat merusak retina dan mengakibatkan kebutaan (Rostron,2005). Berdasarkan sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi tiga yaitu pertama, penerangan alami adalah penerangan yang berasal dari cahaya matahari, kedua, penerangan buatan yaitu penerangan yang berasal dari lampu, dan yang ketiga adalah penerangan alami dan buatan yaitu
9
10
penggabungan antara penerangan alami dari sinar matahari dengan lampu/penerangan buatan (Rai, 2006). Menurut Tarwaka (2004), sumber penerangan secara umum dibedakan menjadi dua yaitu penerangan buatan atau penerangan alami. Penerangan alami adalah sumber dari cahaya matahari atau terangnya langit. Cahaya matahari tidak dapat diatur menurut keinginan kita. Penerangan buatan dalam penggunaan penerangan listrik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1.
Penerangan listrik harus cukup intensitasnya sesuai dengan pekerjaan yang
2.
dilakukan.
Penerangan listrik tidak boleh menimbulkan pertambahan suhu udara di tempat kerja yang berlebihan. Jika hal itu terjadi, maka di usahakan suhu dapat turun, misalnya dengan ventilasi, kipas angin, dll.
3.
Sumber cahaya listrik harus memberikan penerangan dengan intensitas yang tepat, menyebar, merata tidak berkedip-kedip, tidak menyilaukan, serta tidak
menimbulkan bayangan yang mengganggu.
Menurut Siswanto (1993) ada 3 jenis lampu sebagai sumber penerangan buatan yaitu: 1.
Lampu Pijar (Incandescent Lamp) Cahaya sebagian besar terdiri dari infra merah yang dapat
mencapai 75-80% sedangkan ultra violet pada lampu pijar umumnya diabaikan. Pemanfaatan lampu pijar sebagai sumber penerangan buatan mempunyai kerugian yaitu memancarkan radiasi dan suhu permukaan dapat
11
mencapai 60° C atau lebih sehingga ruangan terasa tidak nyaman dan lampu pijar memberikan kesan psikis hangat karena warna cahayanya kuning kemerahan. 2.
Lampu Pelepasan Listrik Bertekanan Rendah (Electric Dicharge Lamp
atau Flourescen Lamp). Lampu jenis ini lebih dikenal dengan nama lampu fluorescent atau lampu TL (Tube Lamp), cahayanya berasal dari proses transformasi energi listrik menjadi ultra violet pada saat aliran listrik melalui gas-gas misalnya Argon, Neon, uap Mercuri, tergantung dari zatzat fluorescent maka lampu TL dapat dibuat sehingga cahayanya menyerupai cahaya lampu pijar, cahaya matahari. 3.
Lampu Pelepasan Listrik Bertekanan Tinggi (Mercury Vapor Lamp) Secara prinsip lampu ini sama dengan lampu TL, tetapi dengan
tekanan tinggi radiasi cahayanya tergantung dari jenis gas dan tekanan yang diisikan. Pada lampu Mercuri memancarkan cahaya dalam empat panjang gelombang yang berwarna ungu, biru, kuning, dan hijau. Warna cahaya yang dipancarkan oleh lampu mercuri adalah tergantung oleh tekanan uapnya. Lampu mercuri dapat dikombinasikan dengan lampu pijar atau lampu tabung mercuri diberi lapisan zat fosfor untuk mengubah radiasi ultra violet menjadi cahaya yang berwarna merah. Lampu ini dapat menurun sampai 30%. Bila mengalami kenaikan diatas 5% maka lampu akan rusak karena panas (Deni, 2010).
12
2.1.2 Standar Pencahayaan Adapun hasil penelitian Dian (2009), bahwa proporsi pada populasi yang mengalami keluhan kelelahan mata pada tingkat pencahayaan <300 lux (P1) sebesar 93,8%, sedangkan populasi yang mengalami keluhan kelelahan mata pada tingkat pencahayaan ≥ 300 lux (P2) sebesar 33,3%. Pencahayaan yang dibutuhkan untuk kegiatan membaca adalah 300 lux (UNEP, 2006). Sama halnya kegiatan menggunakan komputer dengan sumber dokumen terbaca jelas, membutuhkan pencahayaan sebesar 300 lux (Kroemer, 2000). Secara umum yang dimaksud dengan penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja dapat melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Penerangan yang buruk adalah penerangan yang terlalu gelap atau terlalu terang (Tarwaka, 2004). Menurut Deni (2010) Pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat Harus mempunyai kekuatan antara 300 luks. Definisi Intensitas penerangan menurut Ruslan (2009) adalah banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas permukaan. Ketentuan tentang standar intensitas penerangan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002, Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri terdapat pada tabel dibawah ini:
13
Tabel 2.1 Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002 Jenis Kegiatan
Tingkat Pencahayaan Minimal (Lux)
Keterangan
kasar terus
100
Ruang penyimpanan & ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu
Pekerjaan kasar dan terus menerus
200
Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar
Pekerjaan rutin
300
Ruang administrasi,ruang kontrol,pekerjaan mesin & perakitan/penyusun
Pekerjaan agak halus
500
Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor
Pekerjaan halus
1000
Pemilihan warna.pemrosesan tekstil,pekerjaan mesin halus & perakitan halus
Pekerjaan amat halus
1500
Mengukir dengan tangan,pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus
Pekerjaan dan tidak menerus
Sumber Kepmenkes,2002 Kualitas cahaya atau penerangan, menurut Suma’mur (1993), kualitas penerangan terutama ditentukan oleh ada atau tidaknya kesilauan langsung (direct glare) atau kesilauan karena pantulan cahaya dari permukaan
14
yang mengkilap (reflected glare) dan bayangan (shawdows). Kesilauan adalah cahaya yang tidak diinginkan (Unwanted light) yang dapat menyebabkan rasa ketidaknyamanan, gangguan (annoyance), kelelahan mata atau gangguan penglihatan. Kesilauan menurut Suma’mur (1993) dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1.
Disability Glare yaitu terlalu banyaknya cahaya yang secara langsung masuk kedalam mata dari sumber kesilauan sehingga menyebabkan kehilangan sebagian dari penglihatan. Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang yang mengendarai mobil pada malam hari dimana lampu dari mobil yang berada dihadapannya terlau terang.
2.
Discomfort Glare yaitu rasa ketidaknyamanan pada mata terutama bila keadaan ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Keadaan ini dialami oleh orang yang bekerja pada siang hari dan menghadap ke jendela atau pada saat seseorang menatap lampu secara langsung pada malam hari.
3.
Reflected Glare yaitu pantulan cahaya yang mengenai mata kita dan pantulan cahaya ini berasal dari semua permukaan benda yang mengkilap (langit-langit, kaca, dinding, meja kerja, mesin-mesin, dll) yang berada dalam lapangan penglihatan (visual field). Reflected glare kadang-kadang lebih mengganggu dari pada disability glare atau discomfort glare karena terlalu dekatnya sumber kesilauan dari garis penglihatan. Standar intensitas penerangan ditempat kerja dalam P.M.P No.7
pasal 12 tahun 1964 tentang syarat-syarat Kesehatan, kebersihan serta
15
penerangan dalam tempat kerja, terdapat ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1.
Didalam hal cahaya matahari tidak mencukupi atau tidak dipergunakan, harus diadakan penerangan dengan jalan lain sebagai tambahan atau pengganti cahaya matahari.
2.
Untuk pekerjaan yang dilakukan pada malam hari harus diadakan penerangan buatan yang aman dan cukup intensitasnya.
3.
Penerangan dengan jalan lain itu tidak boleh menyebabkan panas yang berlebih-lebihan atau merubah suasana udara.
4.
Apabila penerangan buatannya menyebabkan kenaikan suhu ditempat kerja lain, maka suhu itu tidak boleh naik melebihi 320C. Dalam hal itu, harus dilakukan tindakan-tindakan lain untuk mengurangi pengaruh kenaikan suhu tersebut (peredaran angin, dll).
5.
Sumber penerangan yang menimbulkan asap atau gas sisa sedapat mungkin dihindarkan dari semua tempat kerja. Sumber penerangan sistem ini hanya digunakan dalam keadaan darurat.
6.
Sumber cahaya yang dipergunakan harus menghasilkan kadar penerangan yang tetap dan menyebar serta semerata mungkin dan tidak boleh berkedip-kedip.
7.
Sumber cahaya yang dipergunakan tidak boleh menyebabkan sinar yang menyilaukan atau bayangan-bayangn atau kontras yang mengganggu pekerjaan.
8.
Apabila bahan dari alat-alat yang dipergunakan menyebabkan sinar yang menyilaukan atau berkedip-kedip, maka harus diadakan tindakan-
16
tindakan untuk melenyapkan sinar yang mengganggu tersebut, atau mengurangkan pengaruhnya terhadap mata. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No:
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
Pencahayaan yang baik di tempat kerja
bermanfaat untuk : 1.
Mampu mengurangi risiko kecelakaan kerja dan masalah kesehatan.
2.
Konsentrasi dan ketelitian yang lebih baik di tempat kerja.
3.
Tempat kerja yang lebih terang, lebih bersih sehingga menghasilkan lingkungan yang aktif dan bersemangat.
4.
Hasil kerja yang baik.
5.
Visibilitas dan ketelitian yang lebih baik serta meningkatkan kecepatan kerja dalam menghasilkan produk Tingkat pencahayaan di tempat kerja mampu memberi dampak yang signifikan dalam produktivitas. Dengan pencahayaan yang cukup, pekerja mampu menghasilkan karya yang lebih banyak dengan kesalahan yang lebih sedikit, sehingga mampu meningkatkan produktivitas sebesar 10-50%. Pencahayaan di tempat kerja yang baik dapat mengurangi tingkat kesalahan sebesar 30-60% serta mengurangi keluhan pada mata dan sakit kepala, nausea, dan sakit leher yang dapat berkembang menjadi eyestrain. Pencahayaan yang baik membuat pekerja mampu berkonsentrasi lebih baik pada pekerjaannya sehingga meningkatkan hasil kerja.
17
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pencahayaan Secara umum warna ruangan mempengaruhi mata namun tidak berdampak secara langsung. Faktor lain yang mempengaruhi adalah suhu. Suhu yang tidak tepat dapat menyebabkan stres, termasuk ketegangan mata. Suhu disini dapat menyebabkan iritasi mata dikarenakan suhu yang tinggi dapat meningkatkan emisi polutan kimia dari furniture dan lantai (Rostron, 2005) Dalam Adriana (2011) disebutkan bahwa Standar kenyamanan suhu udara di negara Indonesia berpedoman pada standar Amerika (ASHARE, 1992). Dalam Karyono tahun 2001 mereka merekomendasikan suhu nyaman 22,5 oC – 26 o
C atau disederhanakan menjadi 24 oC atau rentang 22 oC hingga 26 oC. Menurut
Suptandar (1999), terang cahaya suatu penerangan ditentukan oleh faktor-faktor : 1. Kondisi ruang (tertutup atau bukaan) 2. Letak penempatan lampu 3. Jenis dan daya lampu 4. Jenis permukaan benda-benda dalam ruang (memantulkan atau menyerap) 5. Warna-warna dinding (gelap atau terang) 6. Udara dalam ruang (asap rokok dan sebagainya) 7. Pola diagram dari tiap lampu Sumber pencahayaan dari matahari biasanya melalui atap/vide, jendela, genting kaca dan sebagainya. Cahaya dari sumber alam ini sangat baik untuk kesehatan. Sedangkan pencahayaan buatan dalam perancangan ruang dapat bersumber dari lampu atau permainan bidang kaca.
18
2.3 Aplikasi pencahayaan di tempat kerja Dalam mempertimbangkan aplikasi penerangan ditempat kerja, secara umum dapat dilakukan melalui pendekatan yaitu : 1.
Desain tempat kerja untuk menghindari masalah penerangan. Kebutuhan intensitas penerangan bagi pekerja harus selalu dipertimbangkan pada waktu mendesain bangunan, pemasangan mesin-mesin, alat dan sarana kerja.
2.
Identifikasi dan penilaian masalah serta kesulitan penerangan, agar masalah penerangan
dapat
diperhitungkan
ditangani
yaitu
sumber
dengan
baik.
penerangan,
Faktor-faktor pekerja
dalam
yang
harus
melakukan
pekerjaannya, jenis pekerjaan yang dilakukan dan lingkungan kerja secara keseluruhan (Tarwaka, 2004). Penerangan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting bagi lingkungan kerja. Menurut Soewarno (1992), menyebutkan bahwa penerangan sangat diperlukan untuk kesejahteraan dan keselamatan ditempat kerja. Oleh karena itu, disadari adanya pengaruh negatif dari penerangan yang tidak memenuhi persyaratan. Tenaga kerja akan mengeluarkan tenaga yang lebih besar bila pencahayaan dalam bekerja menjadi lebih kecil dan sebaliknya beban kerja yang menjadi lebih ringan bila pencahayaan ditempat kerja ditambah. Begitu pula dengan kebutuhan penerangan untuk tempat kerja tergantung pada jenis pekerjaan tertentu. Untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian, maka dibutuhkan intensitas penerangan yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang kurang teliti. Tenaga kerja dalam melakukan segala macam aktivitas kerjanya
19
selalu memerlukan penerangan. Namun yang membedakan kebutuhan intensitas cahaya tergantung pada jenis pekerjaannya. Adapun pengertian penerangan itu sendiri adalah suatu cahaya yang mengenai suatu permukaan benda atau obyek yang menyebabkan terang permukaan benda tersebut dan obyek benda-benda yang berada di sekitarnya dan berpengaruh terhadap kesehatan (Santoso, 2004). Pencahayaan ruangan, khususnya di tempat kerja yang kurang memenuhi persyaratan tertentu dapat memperburuk penglihatan, karena jika pencahayaan terlalu besar atau pun kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang diterima oleh mata. Akibatnya mata harus memicing silau atau berkontraksi secara berlebihan, karena jika pencahayaan lebih besar atau lebih kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang dapat diterima oleh mata. Pupil akan mengecil jika menerima cahaya yang besar. Hal ini merupakan salah satu penyebab mata cepat lelah (Depkes, 2008). Menurut Deni (2010), pencahayaan merupakan salah satu bentuk dari bahaya fisik lingkungan kerja yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan dan menjadi salah satu indikator yang penting untuk menunjang aktivitas dalam bekerja terutama dalam terciptanya kenyamanan dan produktivitas bekerja. Berdasarkan Rostron (2005) Setiap jenis pencahayaan memiliki kelebihan dan kekurangan. Pilihan pencahayaan terbaik untuk lingkungan tergantung pada beberapa karakteristik kamar-termasuk kualitas dan warna permukaan, jenis pekerjaan, jumlah tempat kerja, ukuran dan ketinggian ruangan dan orientasi jendela. Pencahayaan
pada
dasarnya
dibagi
menjadi
dua
kategori:
pencahayaan umum untuk memberikan cahaya yang cukup di ruang dan
20
pencahayaan tugas memberikan cahaya untuk tempat kerja. Menurut Rostron (2005) Penggunaan
pencahayaan
disesuaikan
dengan
tingkat
kebutuhan.
Sumber
pencahayaan dibagi menjadi berikut: 1.
Pencahayaan Langsung (Downlighting)
2.
Pencahayaan Semi-Langsung (Half Downlighting)
3.
Diffusing Umum (Multi arah)
4.
Pencahayaan Tidak Langsung (Uplighting)
5.
Pencahayaan Tidak Langsung Dengan Pencahayaan Tugas Sedangkan dilihat dari segi arah sumber cahaya, Listiani (2007)
mengkategorikanya menjadi 3: 1. Arah cahaya tegak lurus ke bawah 2. Arah cahaya tegak lurus ke atas 3. Arah cahaya membentuk sudut Gambar 2.1 Macam-macam arah pencahayaan
Sumber Rostron,2005
Cahaya yang dipantulkan oleh lampu dari arah atas kepala akan lebih baik untuk kegiatan membaca. Karena sinar dari lampu tidak menimbulkan
21
bayangan manusia yang jatuh ke permukaan meja ketika orang sedang membaca seperti gambar di bawah ini : Gambar 2.2 Posisi Sumber Cahaya
Sumber Rostron,2005 2.4 Efek Pencahayaan Di Bawah Standar Cahaya adalah bagian dari lingkungan alam kita, seperti udara dan air, atau
komponen lingkungan buatan kita dalam bangunan. Pencahayaan adalah
cahaya digunakan untuk kenyamanan dan aktivitas orang dan, seperti pemanasan dan ventilasi, dapat dikontrol dengan cara teknis. Pencahayaan ini berhubungan dengan kepuasan umum dalam ruangan lingkungan dan kenyamanan kinerja visual. Pekerjaan Eye bawah pencahayaan yang tidak pantas bisa menjadi penyebab yang sangat jelas dari gedung sakit syndrome (SBS), menghasilkan ketidaknyamanan mata, ketegangan mata dan kelelahan (Rostron, 2005)
22
Tabel 2.2 Tabel gejala dan yang menyebabkan SBS Symptom
Environmental cause
Eye discomfort
Asthenopia
Human factor
Lighting
Lack of sleep
Air pollutants
Eye lens wearer
High temperature
Smoking
Low humidity
Eye disease
Allergens
Hypersensitivity
ETS
Allergy
Lighting
Eye defects Long visual work
Eye strain
Lighting
Psychological profile
Noise
Hormonal imbalance
Sumber Rostron,2005 Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan dampak yang negatif terhadap tenaga kerja. Akibat apabila penerangannya buruk adalah terjadinya kelelahan mata, kelelahan mental, keluhan pegal disekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan memungkinkan kecelakaan (Tarwaka, 2004). Penerangan yang intensitasnya rendah akan menimbulkan kelelahan, ketegangan mata dan keluhan pegal sekitar mata (Santoso, 2004). Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang dikerjakannya secara jelas, cepat, dan tanpa upaya yang tidak perlu. Lebih dari itu penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan yang menyegarkan. Sebaliknya, jika lingkungan kerja memiliki penerangan
23
yang buruk dapat berakibat sebagai berikut : kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal-pegal di daerah mata, dan sakit kepala di sekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan (Suma’mur, 1993). Kelelahan mata akibat dari pencahayaan yang kurang baik akan menunjukan gejala kelelahan mata yang sering muncul antara lain: kelopak mata terasa berat, terasa ada tekanan dalam mata, mata sulit dibiarkan terbuka, merasa enak kalau kelopak mata sedikit ditekan, bagian mata paling dalam terasa sakit, perasaan mata berkedip, penglihatan kabur, tidak bisa difokuskan, penglihatan terasa silau, penglihatan seperti berkabut walau mata difokuskan, mata mudah berair, mata pedih dan berdenyut, mata merah, jika mata ditutup terlihat kilatan cahaya, kotoran mata bertambah, tidak dapat membedakan warna sebagaimana biasanya, ada sisa bayangan dalam mata, penglihatan tampak ganda, mata terasa panas, mata terasa kering (Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja, 1995). Penerangan ruang kerja yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan mata, akan tetapi penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan, menurut Soewarno (1992), menyebutkan bahwa penerangan yang memadai bisa mencegah terjadinya Astenopia (kelelahan mata) dan mempertinggi kecepatan dan efisien membaca. Penerangan yang kurang bukannya menyebabkan penyakit mata tetapi menimbulkan kelelahan mata.
24
2.5 Metode Pengukuran Pencahayaan Ada beberapa parameter terukur dasar buatan
lighting: Pencahayaan
adalah insiden fluks bercahaya per satuan luas diukur dalam
lux (lx). Untuk
mengukur cukup tidaknya pencahayaan dalam suatu ruangan dapat digunakan Luxmeter. Luxmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas penerangan dalam satuan lux. Dalam melakukan pengukuran yang harus diperhatikan adalah penentuan titik pengukuran. Dalam SNI 16-7062-2004, penentuan titik pengukuran dibedakan atas: 1. Penerangan setempat: obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada. 2. Penerangan umum: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut: 1)
Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter.
2)
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan kurang dari 10 meter persegi seperti gambar 2.3
25
Gambar 2.3 Titik Potong ruangan kurang dari 10 m
Sumber SNI,2004 3)
Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter.
4)
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan antara 10 meter sampai 100 meter persegi seperti gambar 2.4 Gambar 2.4 Gambaran titik potong luas 10m-100m
Sumber SNI,2004
26
5)
Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.
6)
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk ruangan dengan luas lebih dari 100 meter persegi seperti Gambar 2.5 Gambar 2.5 Gambaran titik potong luas lebih dari 100m
Sumber SNI,2004 Setelah dilakukan pengukuran, evaluasi pencahayaan harus dilakukan untuk menentukan apakah cahaya yang diterima masih termasuk ke dalam tingkat pencahayaan yang disyaratkan. Dalam SNI 03-6575-2001, tingkat pencahayaan minimum dan renderasi warna yang direkomendasikan untuk fungsi ruangan lembaga pendidikan adalah sebagai berikut:
27
Tabel 2.3 Tingkat Pencahayaan Minimum yang Direkomendasikan Tingkat pencahayaan No Fungsi ruangan
Keterangan (Lux)
1.
Ruang kelas
250
Gunakan
2.
Perpustakaan
300
Pencahayaan
3.
Laboratorium
500
Setempat
4.
Ruang gambar
750
pada meja
5.
Kantin
200
kerja
Sumber : SNI 03-6575-2001
Ketika pencahayaan diukur horizontal, hal itu disebut
pencahayaan
horisontal; pencahayaan benda berorientasi vertikal (dinding, rak) disebut pencahayaan vertikal. Pengukuran yang diambil dengan menggunakan penerangan meter dan bacaan yang dibuat pada titik-titik grid pada 85 cm di atas permukaan lantai. Jumlah titik grid dan jarak mereka didefinisikan dalam peraturan dan pedoman nasional dan bervariasi dengan desain pencahayaan, jenis pekerjaan dan ukuran ruangan. Perhatian khusus adalah dianjurkan untuk tempat kerja masingmasing, tapi pencahayaan dari interior keseluruhan harus selalu diukur. Silau langsung mengacu pada silau akibat benda dengan pencahayaan tinggi dan sumber cahaya: matahari, lampu, langit terlihat. Tercermin silau, sering di kantor, disebabkan mengkilap,
oleh pantulan benda terang dan permukaan-jendela, meja
langit-langit dan lantai dan dapat dihapus dengan menggunakan
28
permukaan yg tidak silau. Namun, jendela kaca, layar atau kaca meliputi lebih dari sumber pencahayaan akan selalu mungkin menjadi sumber silau (Rostron,2005) Pembagian daerah pengukuran didasarkan pada standar DPU perihal pengukuran dan perhitungan penerangan alami, yaitu: 1. Titik ukur diambil pada suatu bidang datar yang letaknya pada ketinggian 0,75 meter di atas lantai. Bidang ini disebut bidang kerja 2. Dalam pengukuran, lebar ruang dibagi atas beberapa titik. Titik terdekat dengan lubang cahaya efektif berjarak 1/6 lebar ruang. Titik selanjutnya dengan interval 1/3 bagian. Banyaknya titik pengukuran tergantung pada lebar bidang pengukuran (Sukawi,2013) Pengukuran pada ruangan didasarkan pada arah datang cahaya dari lubang cahaya efektif. Titik ukur ditentukan berdasarkan perhitungan titik ukur utama (TUU) terletak di tengah di antara kedua dinding samping berjarak 1/3 lebar ruang dari lubang cahaya, titik ukur samping (TUS) terletak pada jarak 0,5 meter dari dinding samping berjarak 1/3 lebar ruang dari lubang cahaya, titik ukur tambahan (TUT) diletakkan sedemikian rupa sehingga jarak antar titik ukur menjadi maksimal dua meter (Sukawi,2013) 2.5.1 Tata cara menggunakan Lux meter Berdasarkan peraturan Standar Nasional Indonesia SNI 16-7062-2004 berikut adalah cara penggunaan Lux meter : 1.
Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor.
29
2.
Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran untuk intensitas penerangan setempat atau umum.
3.
Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.
4.
Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas penerangan
5.
Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas penerangan.
30
2.6 Kerangka Teori Bagan 2.1 Kerangka Teori
Standar Pencahayaan Perpustakaan
1. 2.
Tingkat Pencahayaan 1. Denah Perpustakaan 2. Titik Ukur perpustakaan 3. Faktor Pencahayaan:
SNI 03-65752001 1405/Menkes/S K/XI/2002
Respon Subyektif
Pemeliharaan Pencahayaan
1. Pengunjung perpustakaan 2. Pengelola perpustakaan
Kondisi Armatur
a. Kondisi ruang (tertutup atau bukaan) b. Letak penempatan lampu c. Jenis dan daya lampu d. Jenis permukaan bendabenda dalam ruang (memantulkan atau menyerap) e. Warna-warna dinding (gelap atau terang) f. Udara dalam ruang (asap rokok dan sebagainya) g. Pola diagram dari tiap lampu
Modifikasi Suptandar (1999), (Manuaba, 1992), (Ilyas, 1991),Guyton (1991)
31
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan, dapat dinyatakan bahwa
pengunjung
perpustakaan dapat
terpapar
kelelahan
mata
apabila
pencahayaan yang ada kurang memenuhi persyaratan. Faktor penyebab ini yang terpenting adalah kualitas lingkungan yakni pencahayaan pada lingkungan kerja. Adapun penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat pancahayaan ruangan perpustakaan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014, Tingkat Pencahayaan, keluhan subyektif dan Pemeliharaan Pencahayaan. Semua faktor yang terkait pencahayaan yang dipaparkan teori peneliti angkat menjadi kerangka konsep. Sehingga bagan kerangka konsep yang ada seperti terlihat pada Bagan 3.1.
31
32
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Tingkat pencahayaan
Respon Subyektif Kesesuaian Standar Pencahayaan Perpustakaan Sarana penunjang pencahayaan
Kondisi armatur
Pemeliharaan pencahayaan
33
3.2 Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
1.
Tingkat
Intensitas
cahaya
Pencahayaan
perpustakaan yang diukur dengan lux meter.
Kemudian
dengan
peraturan
dalam
ruangan
dibandingkan yang
Lux Meter
Ratio
persentase (%) Pengukuran
(hasil ukur :
berlaku
300 lux X
(1405/Menkes/SK/XI/2002) 2.
Lux dan
100%)
Respon
Respon subyektif pengunjung dan
Subyektif
pengelola terkait kondisi pencahayaan perpustakaan.
kuesioner
Persentase (%)
Ratio
Poin yang dipilih wawancara
: 7 poin X 100%
Scoring dengan nilai maks 7 poin.
(Tarwaka,2004)
Kemudian di persentase 3.
Sarana
Ceklis berdasarkan teori Suptandar
penunjang
(1999) terkait sarana penunjang
pencahayaan
Lembar Observasi
Persentase (%)
Ratio
1.Tertutup,jika
Ordinal
Checlist
pencahayaan perpustakaan
Kondisi ruang
Lembar
(tertutup atau
Checlist
terbuka)
hanya menggunakan
Kondisi ruang di perupustakaan pencahayaan tertutup
atau
bukaan
sesuai
Observasi buatan
pencahayaannya. 2.Terbuka, jika hanya meggunakan
34
No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
pencahayaan alami (Suptandar,1999) Jenis
Lembar
1.Memantulkan,
permukaan
Checlist
jika membuat
benda-
Ordinal
silau Jenis permukaan benda-benda dalam
benda dalam
2.Menyerap, jika ruang (memantulkan atau menyerap)
Observasi
ruang
tidak membuat sesuai dengan peruntukkannya.
(memantulkan
silau
atau
(Suptandar,1999)
menyerap) Warna
Lembar
dinding
Checlist
(gelap
atau
1.Gelap,
jika
Ordinal
membuat suasana
terang)
ruangan Warna dinding di dalam perpustakaan ( gelap atau
menjadi gelap Observasi
2.Terang,
terang).
jika
membuat suasana ruangan menjadi terang (Suptandar,1999)
Udara dalam
Udara dalam ruang (asap rokok dan
Lembar
1. Ada
Asap
Observasi ruang
(asap
sebagainya) saat pengukuran.
Checlist
dalam ruang
Ordinal
35
No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
rokok
dan
2. Tidak
sebagainya)
Ada
Asap (Suptandar,1999)
4.
Kondisi
observasi
Armatur
Lembar
1. Mempengaru
Checlist
hi cahaya
Ordinal
lampu Kondisi armatur yang digunakan untk
2. Tidak
menempatkan lampu. Berdasarkan
mempengaru
SNI 03-6575-2001
hi cahaya lampu (SNI 03-65752001)
5.
Pemeliharaan
Ceklis
pemeliharaan
pencahayaan
pencahayaan berdasarkan kesesuaian SNI 03-6575-2001
sarana
wawancara
Lembar Checlist
1.Sesuai standar SNI 2.Tidak sesuai standar SNI
Ordinal
36
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan suatu studi evaluasi yaitu melakukan evaluasi terhadap tingkat pencahayaan di perpustakaanFKIK UIN Jakarta dengan melakukan pengukuran
dan
standar/persyaratan
membandingkan yang
hasil
berlaku
pengukuran yaitu
tersebut
Kepmenkes
dengan Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002. Pengukuran tingkat pencahayaan dilakukan dengan menggunakan Luxmeter dengan mengacu pada Standar Nasional Indonesia tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja (SNI 16-7062-2004). Evaluasi juga dilakukan terhadap kondisi pencahayaan di ruangan perpustakaan meliputi aspek fisik dan respon subjektif pengunjung. Penelitian ini dilakukan selama Maret- Juni 2014. Keluhan subjektif yang dirasakan oleh pengunjung
dan pendapat
pengunjung
terhadap kondisi pencahayaan di
perpustakaan di analisis secara deskriptif. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di lingkungan perpustakaan Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang diilakukan pada bulan Maret sampai bulan Juni tahun 2014. 4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Seluruh ruangan perpustakaan Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan 36
37
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014. 4.3.2 Sampel Analisis
tingkat
pencahayaan
dilakukan
pada
seluruh
ruang/gedung perpustakaan Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil Jumlah titik pengukuran pencahayaan setempat yang terbagi dalam 5 titik: Rak buku perpustakaan,Meja besar,Meja Resepsionis ,Meja komputer dan Meja sekat baca. Respon subyektif menggunakan total sampling
yaitu teknik
penentuan sampel dengan mengambil semua populasi yang berada di perpustakaan pada saat penelitian dan bersedia dijadikan sampel. 4.4 Instrumen Penelitian Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Kuesioner. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden salah satunya berbentuk angket atau kuesioner. Kuesioner tertutup merupakan kuesioner yng sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih pada kolom yang sudah disediakan pada kolom yang sudah disediakan dengan memberi tanda silang (X). Alasan digunakannnya kuesioner tertutup karena pertama, jenis kuesioner tersebut memberikan kemudahan kepada responden dalam memberikan jawaban. Kedua, jenis kuesioner tersebut lebih praktis dan sistematis. Ketiga, keterbatasan
38
biaya
dan waktu penelitian. Instrument ini digunakan untuk mengetahui
karakteristik pengunjung perpustakaan, gambaran pencahayaan dan keluhan subyektif terhadap pencahayaan dengan cara mengisi kuesioner yang dilakukan oleh masing-masing pengunjung perpustakaan tersebut. 2. Lembar Checlist/ Observasi Lembar yang berisi poin-poin penilaian berdasarkan standar yang ada. Lembar ini akan dibawa peneliti untuk melakukan penilaian secara langsung ke lokasi yang ditentukan. Lembar observasi ini akan menjadi penilaian secara langsung disamping penilaian dari hasil kuesioner. 3. Lux meter Lux meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya intensitas cahaya di suatu tempat. Lux meter digunakan untuk mengukur tingkat iluminasi. Hampir semua lux meter terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto, dan layer panel. Sensor diletakkan pada sumber cahaya. Cahaya akan menyinari sel foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel,maka arus yang dihasilkan lebih besar. Cara pengukurannya yaitu sensor ditempatkan pada tempat kerja atau pada tempat dimana intensitas cahaya harus diukur, dan alat akan secara langsung memberikan hasil pembacaan pada layar panel. Agar tidak terjadi kesalahan pengukuran maka sensor harus ditempatkan tepat pada tempat kerja untuk menghasilkan pembacaan yang akurat. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh operator saat melakukan pengukuran yaitu operator harus berhatihati supaya tidak menimbulkan bayangan, Jangan menimbulkan pantulan cahaya
39
yang disebabkan oleh pakaian operator. 4.5 Metode Pengumpulan Data 1. Data Primer Data yang diambil langsung oleh peneliti berupa data tingkat pencahayaan ruang/gedung perpustakaan Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta menggunakan alat ukur lux meter. Kemudian pengambilan data kegiatan pengunjung perpustakaan yang dilakukan dengan teknik wawancara dan kuesioner. 2. Data Sekunder Data yang dikumpulkan dari perpustakaan Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, berupa informasi ruangan perpustakaan dan perawatan pencahayaan perpustakaan 4.6 Pengolahan Data Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekuner akan diolah melaui tahap-tahap pengolahan data. Pengolahan data terdiri dari serangkaian tahapan yang harus dilakukan agar data siap untuk diuji statistik dan dilakukan analisis/interpretasi. Adapun tahapannya sebagai berikut: 1. Data coding Kegiatan mengklasifikasi data dan memberi kode untuk masing-masing kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data. 2. Data editing Penyuntingan data dilakukan sebelum proses pemasukan data. Sebelum diolah, data diteliti apabila ada kesalahan dan diperbaiki serta diperiksa
40
kelengkapannya. 3. Data structure Data structure dikembangkan sesuai dengan analisis yang akan dilakukan dan jenis perangkat lunak yang dipergunakan. Pada saat menggunakan data structure, bagi masing-masing variabel perlu ditetapkan nama, skala ukur variabel dan jumlah digit. 4. Data entry Merupakan proses pemasukan data ke dalam program atau fasilitas analisis data di dalam komputer. Pada penelitian ini pemasukan data dilakukan pada software statistik. 5. Data cleaning Merupakan proses pembersihan data. Data akan dibersihkan dari informasi yang tidak relevan atau yang tidak akan diangkat menjadi penelitian. 4.7 Analisis data Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran pencahayaan di tiap lokasi penelitian dengan standard Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002. Kondisi fisik ruangan dan keluhan subjektif yang dirasakan oleh pengunjung
perpustakaan terhadap kondisi pencahayaan di
perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014, dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan dengan membuat tabel dan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel. Analisa ini digunakan untuk mengetahui gambaran variabel yang diteliti.
41
BAB V HASIL
5.1 Gambaran Umum Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta didirikan seiring berdirinya Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan Surat Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 046 ditetapkan pada tanggal 22 Mei Tahun 2004 tentang Pendirian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pertama kali perpustakaan di pimpin oleh Bapak Amrullah Hasbana, MA, sebagai Kepala Urusan Perpustakaan FKIK. Kepemimpinan di mulai dari tangal 19 Desember 2005 s.d 2010. Saat ini, tahun 2012, perpustakaan dipimpin oleh PJS KAUR Perpustakaan yakni ibu Dwi Susy Yenti, SE, dan perpustakaan dikelola oleh 4 orang, yakni Lolytasari, M.Si., M.Hum., Dra. Ida Darawati, Imas Fathonah, S.IP dan Budi Prasetyo, S.IP. Koleksi Perpustakaan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengalami perkembangan dimulai dari koleksi buku, dan e-book. Jumlah koleksi secara keseluruhan hingga saat ini ada 4.678 judul, 8.829 eksemplar. Saat ini perpustakaan memiliki program digital library yakni berupaya memudahkan pengguna dalam mencari informasi melalui web. Software yang digunakan perpustakaan adalah MyPustaka. Perpustakaan FKIK terus berupaya untuk meningkatkan jumlah koleksi untuk 41
42
memenuhi kebutuhan proses belajar mengajar dan melakukan pembenahan dalam manajemen, menuju sistem terotomasi. Sampai saat ini, 2 (dua) tahun operasional, Perpustakaan FKIK telah memiliki koleksi terdiri 1637 judul dengan 3760 eksemplar. Koleksi CD 37 buah dan jurnal 1.259 exemplar yang terdiri dari 50 judul jurnal kedokteran, 4 judul jurnal kesehatan masyarakat, 11 judul jurnal farmasi, 7 judul jurnal keperawatan, 12 judul jurnal bersifat umum, 24 judul jurnal agama, 13 judul majalah dan 185 judul makalah. Dan telah melanggan koran sebanyak 1 (satu) judul. Dan juga telah menyediakan layanan internet untuk memenuhi kebutuhan informasi sivitas akademika Perpustakaan FKIK memiliki sumber pencahayaan umum,yang artinya semua pencahayaan berada sejajar tanpa ada sumber cahaya khusus untuk menyinari lokasi atau titik tertentu. Gambar 5.1 Pencahayaan Umum
Gambar 5.2 Pencahayaan Perpustakaan FKIK 2014
Sumber OE,2003 5.2 Gambaran Tingkat Pencahayaan Di Lingkungan Perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Berdasarkan Peraturan 1405/Menkses/SK/XI/2002
43
5.2.1 Penentuan Titik Pengukuran Penentuan titik pengukuran didasarkan pada SNI 16-7062-2004 terdiri dari Penerangan Umum dan Penerangan Setempat. Penerangan setempat adalah obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Titik pengukuran penerangan dilakukan di atas meja perpustakaan dan rak perpustakaan yang ada, dibagi atas: 1. Rak buku perpustakaan 2. Meja besar 3. Meja Resepsionis 4. Meja komputer 5. Meja sekat baca 5.2.2 Gambaran Data Hasil Pengukuran Pencahayaan Di Perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 1. Pengukuran pada Meja Besar Lt.1 Gambaran
pencahayaan
di
ruangan
perpustakaan
FKIK
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 didapatkan dari hasil pengukuran dengan lux meter. Hasil pengukuran pencahayaan di area meja besar Lt.1 perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.1
44
Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Pencahayaan Di Meja Besar Lt.1 Perpustakaan FKIK 2014 No
LOKASI PENGUKURAN
PENGUKURAN
RATA-
Keses-
I
RATA
uaian
II
III
/TITIK
Ket
(%)
MEJA BESAR Lt.1 1
Meja besar 1
340
341
340
340,3
113%
Sesuai
2
Meja besar 2
343
345
346
344,7
115%
Sesuai
3
Meja besar 3
326
323
323
324
108%
Sesuai
4
Meja besar 4
284
285
284
284,3
95%
Tdk Sesuai
5
Meja besar 5
310
310
306
308,7
103%
Sesuai
6
Meja besar 6
372
371
372
371,7
124%
Sesuai
7
Meja besar 7
402
403
404
403,3
134%
Sesuai
8
Meja besar 8
405
405
404
404,7
135%
Sesuai
9
Meja besar 9
391
391
392
391,3
130%
Sesuai
10
Meja besar 10
296
295
296
295,7
98%
Tdk Sesuai
11
Meja besar 11
251
250
250
250,3
83%
Tdk Sesuai
12
Meja besar 12
237
236
236
236,3
71%
Tdk Sesuai
13
Meja besar 13
231
232
232
231,7
79%
Tdk Sesuai
14
Meja besar 14
171
171
171
171
57%
Tdk Sesuai
Sumber : Laporan praktikum Laboratorium K3 Ainil dkk, 2014
45
Nilai pengukuran bervariasi yaitu ada 8 meja yang memiliki pencahayaan yang mencukupi dari 14 meja yang diukur,artinya masih ada 6 meja yang menunjukan hasil pengukuran di bawah standar. Hasil pengukuran untuk yang tidak mencukupi bervariasi dengan nilai terendah adalah 57% dari standar. Untuk denah dapat dilihat pada Lampiran. 2. Gambaran hasil pengukuran di Meja Resepsionis Lt.1 Hasil pengukuran pencahayaan di area meja resepsionis ruang perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.2 Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Pencahayaan Di Meja Resepsionis Perpustakaan FKIK 2014
No
LOKASI PENGUKURAN
PENGUKURAN
RATA-
Keses-
II
RATA
uaian
I
III
/TITIK
Ket
(%)
MEJA RESEPSIONIS 1
Meja Resepsionis 1
210
209
218
212
71%
Tdk sesuai
2
Meja Resepsionis 2
106
114
115
117
39%
Tdk sesuai
3
Meja Resepsionis 3
222
224
227
224
75%
Tdk sesuai
Hasil pengukuran pada titik meja resepsionis menunjukan hasil yang belum memenuhi standar yaitu 300 lux. Meja resepsionis 2 yang menunjukan hasil pengukuran paling jauh dari standar yaitu hanya 39%. Hasil yang paling tinggi hanya menunjukan angka 75%.
46
3. Gambaran hasil pengukuran di Meja Komputer Lt.1 Hasil pengukuran pencahayaan di meja komputer Lt.1 ruangan perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.3
No
Tabel 5.3 Hasil Pengukuran Pencahayaan Di Meja Komputer Lt.1 Perputakaan FKIK 2014 LOKASI PENGUKURAN RATA- KesesKet PENGUKURAN
I
II
III
RATA
/TITIK
uaian (%)
MEJA KOMPUTER lt.1 1
Meja komputer 1
84
83
87
85
28%
Tdk sesuai
2
Meja komputer 2
81
77
83
80
27%
Tdk sesuai
3
Meja komputer 3
70
74
69
71
24%
Tdk sesuai
4
Meja komputer 4
74
76
77
76
25%
Tdk sesuai
5
Meja komputer 5
60
50
55
55
18%
Tdk sesuai
6
Meja komputer 6
65
63
60
63
21%
Tdk sesuai
7
Meja komputer 7
63
62
62
62
21%
Tdk sesuai
8
Meja komputer 8
95
96
98
96
32%
Tdk sesuai
9
Meja komputer 9
82
78
80
80
27%
Tdk sesuai
10
Meja komputer 10
120
121
120
120
40%
Tdk sesuai
Semua hasil pengukuran menunjukan hasil yang di bawah standar secara bervariasi. Hasil pengukuran yang terendah adalah 18% yaitu pada meja komputer 5 dan hasil pengukuran tertinggi pada meja komputer 10 sebesar 40%.
47
4. Gambaran hasil pengukuran berdasarkan posisi pencahayaan Hasil pengukuran pencahayaan berdasarkan posisi pencahayaan di ruangan
perpustakaan
FKIK
Universitas
Islam
Negeri
Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.4
Lokasi Pengukuran
Tabel 5.4 Perbandingan Hasil Pengukuran Berdasarkan Posisi Pencahayaan Di FKIK 2014 Tepat dibawah lampu Keses- Tidak tepat dibawah Kesesuuaian lampu aian I
II
III
Ratarata
I
II
III
Ratarata
Meja besar lt.1
413
405
410
409
Sesuai
328
317
307
317
Sesuai
Meja besar lt.2
476
462
452
463
Sesuai
196
162
167
175
Tdk Sesuai
Meja sekat baca lt.1
Tidak ada
112
105
110
109
Tdk Sesuai
Meja sekat baca lt.2
Tidak ada
106
112
113
110
Tdk Sesuai
Rak buku lt.1
366
346
356
356
Sesuai
96
95
90
94
Tdk Sesuai
Rak buku lt.2
345
358
352
352
Sesuai
43
46
45
45
Tdk Sesuai
Hasil pengukuran pada titik pencahayaan bila dilihat dari posisi pencahayaan menunjukan hasil yang tepat berada di bawah lampu memiliki tingkat pencahayaan sesuai standar, sedangkan jika tidak dibawah lampu hampir semuanya menunjukan pencahayaan dibawah standar. Hasil pengukuran tertinggi memiliki nilai 463 lux dan hasil pengukuran terendah 45 lux.
48
5.3 Respon Subyektif Pengunjung Terkait Pencahayaan Di Perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
Gambaran persentase keluhan subyektif pengunjung terkait pencahayaan di perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.5 Tabel 5.5 Keluhan Subyektif Pengunjung Terkait Pencahayaan Di Perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Persentase keluhan subyektif pencahayaan Nilai
14%
28%
42%
1
8
5
57%
71%
Total
85%
100%
9
4
Kesesuaian Frekuensi
Tabel
persentase
ini
11
menjelaskan
12
kesesuaian
tingkat
50
pencahayaan
perpustakaan berdasarkan nilai subyektif dari pengunjung perpustakaan. Yang mengatakan 100% pencahayaan sesuai dengan standar hanya 4 orang dan tingkat pencahayaan hanya 14% sesuai dari standar dikatakan dari 1 responden. Paling banyak responden mengatakan tingkat pencahayaan perpustakaan hanya 71% memenuhi standar. Adapun variable dari masing-masing dijelaskan di bawah ini: 1. Pendapat Tentang Pencahayaan Gambaran Frekuensi pendapat tentang pencahayaan di perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada Grafik 5.1
49
Grafik 5.1 Pendapat Tentang Pencahayaan
Pengunjung perpustakaan mengatakan pendapat tentang pencahayaan di Perpustakaan cukup adalah sebanyak 45 orang, yang mengatakan redup 4 orang dan yang mengatakan silau 1 orang. 2. Ruangan terasa panas karena lampu Gambaran Frekuensi respon subyektif ruangan terasa panas karena lampu di perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada Grafik 5.2
Grafik 5.2 Keluhan Subyektif Ruangan Terasa panas Karena Lampu
50
Menurut respon pengunjung menyatakan ruangan terasa panas karena lampu 18 orang dan yang mengatakan lampu tidak menyebabkan ruanga terasa panas 32 orang. 3. Lampu Berkedip Gambaran Frekuensi Lampu berkedip di perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada Grafik 5.3 Grafik 5.3 Gambaran keluhan subyektif Lampu Perpustakaan Berkedip
Pengunjung perpustakaan secara subyektif menilai berkedip atau tidaknya lampu perpustakaan selama beraktivitas. Yang menyatakan lampu berkedip 18 orang dan yang mengatakan lampu tidak berkedip 32 orang 4. Penyebaran Cahaya Gambaran Frekuensi merata atau tidaknya penyebaran cahaya di perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada Grafik 5.4
51
Grafik 5.4 Gambaran Respon Subyektif Penyebaran Pencahayaan Di Perpustakaan FKIK
Pengunjung
perpustakaan
merasa
secara
subyektif
cahaya
di
perpustakaan sudah cukup menyebar. Mereka yang mengatakan cahaya menyebar merata 35 orang dan yang mengatakan cahaya perpustakaan tidak menyebar merata 15 orang.
5. Keluhan saat beraktivitas Gambaran Frekuensi keluhan saat beraktivitas di perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada Grafik 5.5
52
Grafik 5.5 Gambaran Frekuensi keluhan saat beraktivitas di Perpustakaan FKIK
Mayoritas pengunjung tidak merasakan keluhan saat beraktivitas di perpustakaan. Yang merasakan keluhan tulisan tidak jelas terlihat sebanyak 4 orang,silau menatap layar komputer 13 orang,benda terlihat tidak jelas 4 orang dan yang merasakan banyak keluhan 4 orang. 6. Kesan pertama saat masuk Perpustakaan Gambaran Frekuensi kesan pertama saat masuk ke perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada Grafik 5.6
53
Grafik 5.6 Frekuensi Kesan pertama saat masuk ke Perpustakaan FKIK
Pengunjung Perpustakaan merasakan keluhan subyektif yang berbeda beda ketika memasuki Perpustakaan. Yang paling banyak adalah merasakan suhu perpustakaan kurang sebanyak 16 orang,yang merasakan cahaya kurang 8 orang,yang merasakan cahaya silau 9 orang,yang merasakan ruangan terasa pengap 7 orang dan sisanya tidak merasakan kesan apapun(biasa saja) sebanyak 10 orang. 7. Ada tidaknya bayangan saat beraktivitas Gambaran Frekuensi ada tidaknya bayangan saat beraktivitas di Perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada Grafik 5.7
54
Grafik 5.7 Frekuensi keluhan subyektif ada tidaknya bayangan saat beraktivitas
Mayoritas pengunjung mengatakan tidak merasakan timbulnya bayangan saat beraktivitas. Yang mengatakan merasa ada bayangan sebanyak 14 orang dan yang mengatakan tidak ada bayangan sebanyak 36 orang. 5.4
Respon Subyektif Pengelola Perpustakaan Terkait Pencahayaan Di Perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Gambaran persentase keluhan subyektif pengelola perpustakaan terkait pencahayaan di perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.6
55
Tabel 5.6 Keluhan Subyektif Pengelola Perpustakaan Terkait Pencahayaan Di Perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Persentase keluhan subyektif
Total
pencahayaan Nilai Kesesuaian Frekuensi
85%
100%
2
1
3
Menurut pengelola perpustakaan yang berjumlah 3 orang, pencahayaan perpustakaan secara subyektif dinilai sudah hampir memenuhi standar 85% oleh 2 orang dan pencahayaan sudah sesuai 100% dikatakan oleh 1 orang. 5.5
Gambaran Kesesuaian Sarana Penunjang Beraktivitas Terkait Pencahayaan Di Perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
Gambaran hasil pengamatan tata letak sarana penunjang beraktivitas terkait pencahayaan di ruangan perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.7
56
Tabel 5.7 Gambaran Hasil Observasi Tata Letak Sarana Penunjang Beraktivitas Terkait Pencahayaan Di Perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 No
Hasil Observasi
Kategori
Kesesuaian
1.
Kondisi Ruangan
Tertutup, karena hanya
Sesuai
menggunakan pencahayaan buatan 2.
Jenis permukaan benda-benda
Menyerap, karena tidak Sesuai
dalam ruang
membuat silau
3.
Warna-warna dinding
Terang, warna putih
Sesuai
4.
Adanya asap dalam ruang
Tidak Ada
Sesuai
Dari hasil ceklis berdasarkan kesesuaian Suptandar (1999) untuk sarana penunjang perpustakaan,hasil yang didapat adalah semuanya memenuhi standar yang ada. Kondisi ruangan tertutup,jenis benda dalam ruangan menyerap cahaya,warna dinding terang dan tidak ada asap dalam ruangan.
57
5.6 Kondisi Armatur Perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Berdasarkan SNI 03-6575-2001
Gambaran hasil pengamatan kondisi armatur perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Berdasarkan SNI 03-65752001 dapat dilihat pada tabel 5.8 Tabel 5.8 Kondisi Armatur sesuai dengan standar SNI 03-6575-2001 NO 1.
Ceklis ruangan Kondisi Armatur (rumah Armatur lampu)
Keterangan yang
SNI 03-6575-2001 dipasang Sesuai
berdasarkan masuk ke dalam langit-langit.
pemasangan 2.
Klasifikasi berdasarkan cahaya
armatur Distribusi Langsung distribusi
Sesuai
58
NO
3.
Ceklis ruangan
Apakah ada debu yang
Keterangan
SNI 03-6575-2001
Ada
Tidak Sesuai
Tidak
Sesuai
menempel di armatur 4.
Apakah debu yang ada di armature
mengurangi
cahaya lampu
Hasil observasi kesesuaian Armatur dengan standar SNI 03-6575-2001 didapatkan seluruh aspek dinyatakan sesuai dengan standar. Armatur yang dipasang masuk ke dalam langit-langit,arah distribusi pencahayaan yaitu distribusi langsung,ada debu yang menempel pada armature namun belum mempengaruhi cahaya yang keluar dari lampu dan tidak ada korosi pada armatur.
59
5.7 Pemeliharaan Pencahayaan Perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Berdasarkan SNI 03-6575-2001 Gambaran pemeliharaan Pencahayaan Perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Berdasarkan SNI 03-6575-2001 dapat dilihat pada tabel 5.9 Tabel 5.9 Gambaran pemeliharaan pencahayaan Perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Berdasarkan SNI 036575-2001 NO 1.
Pemeliharaan Apakah
ada
Keterangan
perencanaan Tidak ada perencanaan
SNI 03-6575-2001 Tida Sesuai
penggantian lampu (terjadwal) 2.
Bagaimana anda tahu kalau ada Berdasarkan hasil
Tidak sesuai, harus
lampu di perpustakaan yang rusak laporan dari kepala
nya
perpustakaan 3.
dari
hasil
pengontrolan rutin
Apakah ada jadwal pembersihan Tidak ada
Tidak sesuai,
armature lampu perpustakaan
Minimal 1 tahun sekali
4.
Bagaimana
sistem
proses Dilakukan
Tidak Sesuai,
pengecekan
kondisi
lampu pengontrolan jika
Dilakukan
perpustakaan
5.
banyak keluhan dari
pengecekan 1 tahun
pengguna
sekali
Siapa yang menentukan lampu Tergantung stok yang yang
akan
digunakan
di ada atau dari anggaran
Tidak sesuai
60
NO
Pemeliharaan
Keterangan
perpustakaan 6.
7.
SNI 03-6575-2001
yang disediakan
Apakah menurut anda lampu di Sudah sesuai
Sudah sesuai hanya
perpustakaann
tidak
sudah
sesuai
dengan standar
cahayanya
Apakah anda mengetahui jenis Tidak tahu
Tidak sesuai
lampu
yang
merata
digunakan,energy
yang dipakai lampu dan waktu lama hidup lampu
Hasil wawancara dengan pengelola perpustakaan FKIK didapatkan hasil bahwa pencahayaan di Perpustakaan tidak dikelola dengan baik,hanya diperhatikan jika ada keluhan dan laporan. Perencanaan penggantian lampu tidak terjadwal, tidak ada jadwal pembersihan lampu secara teratur, yang menentukan lampu yang akan dipakai tergantung stok yang ada dan pengelola sendiri tidak mengetahui jenis lampu yang digunakan.
61
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian 1. Pengukuran tingkat pencahayaan di perpustakaan FKIK ini hanya pada satu waktu, perlu dilakukan pengukuran pencahayaan secara berulang agar didapatkan hasil pengukuran berdasarkan waktu pengambilan. 2. Penelitian
ini
hanya
melakukan
setempat,yaitu
lokasi
yang
sering
pengukuran digunakan
pada
penerangan
beraktivitas
oleh
pengunjung. Perlu dilakukan pengukuran pencahayaan umum seluruh perpustakaan. 3. Data sekunder terkait rancangan awal perencanaan pembangunan perpustakaan tidak ditemukan dari arsip Perpustakaan FKIK. Sehingga tidak bisa diketahui apakah tahap perencanaan sesuai dengan pengaplikasianya.
6.2
Gambaran Tingkat Pencahayaan Di Lingkungan Perpustakaan FKIK Berdasarkan Peraturan 1405/Menkses/SK/XI/2002 Sesuai dengan hasil penelitian Dian (2009),bahawa pencahayaan dibawah standar yaitu 300 lux akan menimbulkan keluhan kelelahan mata. Pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat Harus mempunyai kekuatan antara 300 luks. (Deni,2010). Intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas permukaan (Ruslan, 2009). Ketentuan 61
62
tentang standar intensitas penerangan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 untuk perpustakaan adalah 300 lux. 5.
Pengukuran pada Meja Besar Lt.1 Nilai pengukuran bervariasi yaitu ada 8 meja yang memiliki pencahayaan yang mencukupi dari 14 meja yang diukur,artinya masih ada 6 meja yang menunjukan hasil pengukuran di bawah standar. Hasil pengukuran untuk yang tidak mencukupi bervariasi dengan nilai terendah adalah 57% dari standar. Adapun kondisi pencahayaan di Perpustakaan FKIK UIN adalah tidak merata,tergantung bagaimana posisi pengukuran. Jika melakukan pengukuran meja besar yang bertempat tepat dibawah lampu maka hasil pengukuran lux akan diatas 300 lux yang artinya sesuai dengan standar. Untuk meja besar hasil yang didapat tidak terlalu jauh dari standar,jika pengukuran meja besar yang tidak pas di bawah cahaya lampu maka hasil lux diangka 250 lux,artinya mendekati standar.
6.
Pengukuran di Meja Resepsionis Lt.1 Hasil pengukuran pada titik meja resepsionis menunjukan hasil yang belum memenuhi standar yaitu 300 lux. Meja resepsionis 2 yang menunjukan hasil pengukuran paling jauh dari standar yaitu hanya 39%. Hasil yang paling tinggi hanya menunjukan angka 75%. Meja Resepsionis adalah tempat dimana petugas perpustakaan menghabiskan waktu kerja 8
63
jam/hari,artinya rendahnya pencahayaan di titik ini akan berakibat Penyakit Akibat kerja yaitu Keluhan Kelelahan mata. 7.
Pengukuran di Meja Komputer Lt.1 Semua hasil pengukuran menunjukan hasil yang di bawah standar secara bervariasi. Hasil pengukuran yang terendah adalah 18% yaitu pada meja komputer 5 dan hasil pengukuran tertinggi pada meja komputer 10 sebesar 40%. Untuk pengukuran meja komputer,hasil yang didapat sangat jauh dari standar. Hal tersebut dikarenakan lokasi meja komputer memang sama sekali tidak disinari lampu langsung,posisi di sudut yang diatasnya hanya ada jendela namun tidak mempengaruhi cahaya yang masuk.Angka yang didapat dibawah 100 lux. Jika disesuaikan dengan aktivitas yang dilakukan di meja komputer sangat tidak sesuai karena aktivitas yang dilakukan sangat memerlukan fokus mata. Belum lagi faktor cahaya dari komputer yang mengarah ke mata akan menambah beban mata yang lebih menimbulkan kelelahan. Pada
lokasi/titik
di
meja
computer
perlu
ditambahkan
pencahayaan kerja,yaitu pencahayaan yang menyinari sekitar komputer saja untuk meningkatkan pencahayaan. 8.
Pengukuran berdasarkan posisi pencahayaan Hasil pengukuran pada titik pencahayaan bila dilihat dari posisi pencahayaan menunjukan hasil yang tepat berada di bawah lampu memiliki tingkat pencahayaan sesuai standar, sedangkan jika tidak dibawah lampu
64
hampir semuanya menunjukan pencahayaan dibawah standar. Hasil pengukuran tertinggi memiliki nilai 463 lux dan hasil pengukuran terendah 45 lux. Meja sekat baca adalah lokasi yang cukup disukai pengunjung. Karena disana disediakan stop kontak untuk charger. Lokasi ini menjadi favorit pengunjung yang membawa laptop pribadi. Sehingga tingkat aktivitas yang dilakukan akan sama dengan computer perpustakaan. Hasil pengukuran yang ditemukan adalah semua meja sekat baca baik yang di lantai 1 atau lantai 2 semuanya di posisi yang tidak mendapat cahaya lampu langsung. Nilai Lux paling tinggi hanya di 112 Lux. Rak buku adalah lokasi awal yang akan dituju pengunjung perpustakaan,khususnya dalam mengerjakan tugas kuliah. Rak buku di lantai 1 atau 2 ada dua posisi,yaitu yang dibawah cahaya lampu langsung atau tidak dibawah cahaya lampu. Untuk rak buku yang tepat dibawah cahaya lampu sangat memenuhi standar karena nilainya berkisar di 350 lux,namun sangat berkebalikan untuk rak buku yang tidak mendapat cahaya lampu nilainya di bawah 100 lux. Karena itu sangat tidak disarankan membaca buku terlalu lama di rak buku. 6.3
Respon Subyektif Pengunjung Terkait Pencahayaan Di Perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Persentase ini menjelaskan kesesuaian tingkat pencahayaan perpustakaan berdasarkan nilai subyektif dari pengunjung perpustakaan. Yang mengatakan 100% pencahayaan sesuai dengan standar hanya 4 orang dan tingkat pencahayaan hanya
65
14% sesuai dari standar dikatakan dari 1 responden. Paling banyak responden mengatakan tingkat pencahayaan perpustakaan hanya 71% memenuhi standar. Pengunjung perpustakaan mengatakan pendapat tentang pencahayaan di Perpustakaan cukup adalah sebanyak 45 orang, yang mengatakan redup 4 orang dan yang mengatakan silau 1 orang. Menurut respon pengunjung menyatakan ruangan terasa panas karena lampu 18 orang dan yang mengatakan lampu tidak menyebabkan ruanga terasa panas 32 orang. 6.4
Respon Subyektif Pengelola Perpustakaan Terkait Pencahayaan Di Perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Menurut Deni (2010) Pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat Harus mempunyai kekuatan antara 300 luks. Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang dikerjakannya secara jelas, cepat, dan tanpa upaya yang tidak perlu. Lebih dari itu penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan yang menyegarkan. Sebaliknya, jika lingkungan kerja memiliki penerangan yang buruk dapat berakibat sebagai berikut : kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal-pegal di daerah mata, dan sakit kepala di sekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan (Suma’mur, 1993). Penerangan ruang kerja yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan mata, akan tetapi penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan, menurut Soewarno (1992), menyebutkan bahwa penerangan yang memadai bisa
66
mencegah terjadinya Astenopia (kelelahan mata) dan mempertinggi kecepatan dan efisien membaca. Penerangan yang kurang bukannya menyebabkan penyakit mata tetapi menimbulkan kelelahan mata. Pengelola perpustakaan adalah orang yang akan menghabiskan waktu 8 jam/hari di dalam perpustakaan. Aktivitas yang dilakukan juga lebih banyak di depan komputer, pencahayaan yang sesuai standar 300 lux haruslah terpenuhi untuk menghindari kelelahan mata. Menurut pengelola perpustakaan yang berjumlah 3 orang, pencahayaan perpustakaan secara subyektif dinilai sudah hampir memenuhi standar 85% oleh 2 orang dan pencahayaan sudah sesuai 100% dikatakan oleh 1 orang. Lokasi bekerja pengelola perpustakaan memang memiliki pencahayaan yang cukup dikarenakan berada tepat di bawah lampu. Penilaian pengelola hanya berdasarkan tempat mereka bekerja bukan menilai pencahayaan umum di perpustakaan. Selain itu ada faktor kebiasaan,karena sudah terbiasa beraktivitas dengan pencahayaan tersebut. 6.5
Sarana Penunjang Beraktivitas Terkait Pencahayaan Di Perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Secara umum warna ruangan mempengaruhi mata namun tidak berdampak secara langsung. Faktor lain yang mempengaruhi adalah suhu. Suhu yang tidak tepat dapat menyebabkan stres, termasuk ketegangan mata.
Suhu disini dapat
menyebabkan iritasi mata dikarenakan suhu yang tinggi dapat meningkatkan emisi polutan kimia dari furniture dan lantai (Rostron,2005)
67
Dalam Adriana 2011 disebutkan bahwa Standar kenyamanan suhu udara di negara Indonesia berpedoman pada standar Amerika (ANSI/ ASHARE, 1992). Dalam Karyono (2001) mereka merekomendasikan suhu nyaman 22,5 oC – 26 oC atau disederhanakan menjadi 24 oC atau rentang 22 oC hingga 26 oC . Menurut Suptandar (1999), terang cahaya suatu penerangan ditentukan oleh faktor-faktor : 1. Kondisi ruang (tertutup atau bukaan) 2. Letak penempatan lampu 3. Jenis dan daya lampu 4. Jenis permukaan benda-benda dalam ruang (memantulkan atau menyerap) 5. Warna-warna dinding (gelap atau terang) 6. Udara dalam ruang (asap rokok dan sebagainya) 7. Pola diagram dari tiap lampu Berdasarkan kesesuaian menurut Suptandar (1999) untuk sarana penunjang perpustakaan,hasil yang didapat adalah semuanya memenuhi standar yang ada. Kondisi ruangan tertutup,jenis benda dalam ruangan menyerap cahaya,warna dinding terang dan tidak ada asap dalam ruangan. Semua aspek lain yang dibutuhkan untuk memenuhi pencahayaan sudah terpenuhi. Kondisi ruangan tertutup sehingga tidak berpengaruh pada kondisi cuaca diluar,permukaan benda dalam ruang memantulkan cahaya sehingga cahaya lebih menyebar,warna dinding terang
sehingga
menambah
terang
ruangan,dalam
ruangan
juga
tidak
menimbulkana sap yang dapat mengganggu. 6.6
Kesesuaian Kondisi Armatur Perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Berdasarkan SNI 03-6575-2001
68
Armatur adalah rumah lampu yang digunakan untuk mengendalikan dan mendistribusikan cahaya yang dipancarkan oleh lampu yang dipasang didalamnya, dilengkapi dengan peralatan untuk melindungi lampu dan peralatan pengendalian listrik. Untuk memilih armatur yang akan digunakan, perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan pencahayaan, sebagai berikut : 1.
Distribusi Intensitas Cahaya.
2.
Efisiensi Cahaya.
3.
Koefisien Penggunaan.
4.
Perlindungan Terhadap Kejutan Listrik.
5.
Ketahanan Terhadap Masuknya Air Dan Debu
6.
Ketahanan Terhadap Timbulnya Ledakan Dan Kebakaran.
7.
Kebisingan Yang Ditimbulkan. Klasifikasi berdasarkan cara pemasangan armatur dapat dikelompokkan
menjadi : 1.
Armatur yang dipasang masuk ke dalam langit-langit.
2.
Armatur yang dipasang menempel pada langit-langit.
3.
Armatur yang digantung pada langit-langit.
4.
Armatur yang dipasang pada dinding.
5.
dan lain-lain. Kinerja armatur berangsur-angsur menurun dengan bertambahnya waktu.
Hal ini disebabkan oleh : 1.
Akumulasi debu atau kotoran lain pada permukaan refraktor maupun reflektor
69
2.
Perubahan warna pada kedua permukaan tersebut akibat bertambahnya umur, karena radiasi cahaya lampu atau korosi. Kecepatan penurunan kinerja ini tergantung pada jumlah dan komposisi
debu di udara dan jenis armaturnya. Tidak ada aturan yang pasti untuk menentukan jadwal pemeliharaan/pembersihan armatur. Pada umumnya untuk menentukan jadwal ini, faktor biaya, kesesuaian waktu pelaksanaan dan efisiensi sistem pencahayaan menjadi faktor-faktor yang harus diperhitungkan. Perancang sistem tata cahaya adakalanya harus memilih sistem tata cahaya berdasarkan informasi tentang tugas visual atau lingkungan yang tidak lengkap. Sebagai contoh, sifat pekerjaan yang akan dilakukan di dalam suatu ruangan tidak diketahui, atau jenis permukaan atau detail penyekatan ruangan belum ditentukan pada saat keputusan rancangan sistem tata cahaya dibutuhkan. Bila hal ini terjadi, maka perancang sistem tata cahaya harus membuat asumsi berdasarkan pengalamannya. Jika sistem tata cahaya terdiri dari susunan teratur dari satu jenis armatur, maka sistem pemilihan armatur ini dapat digunakan. Sistem pemilihan armatur ini berdasarkan alasan bahwa probabilitas terjadinya discomfort glare akan berkurang dengan mengendalikan luminansi dari armatur pada suatu arah tertentu, bergantung pada ukuran ruangan dan tingkat pencahayaan yang dibutuhkan. Luminansi armatur dapat dibatasi dengan : 1.
Merubah luminansi lampu menggunakan metoda pengendalian optis untuk menjaga luminansi pada sudut kritis tertentu dalam batas-batas yang direkomendasikan ;
70
2.
Memotong pandangan langsung terhadap lampu menggunakan bahan tak tembus cahaya, kisi-kisi (louver) atau bagian permanen dari bangunan Hasil observasi kesesuaian Armatur dengan standar SNI 03-6575-2001
didapatkan seluruh aspek dinyatakan sesuai dengan standar. Armatur yang dipasang masuk ke dalam langit-langit,arah distribusi pencahayaan yaitu distribusi langsung,ada debu yang menempel pada armature namun belum mempengaruhi cahaya yang keluar dari lampu dan tidak ada korosi pada armatur. 6.7 Pemenuhan Standar Pemeliharaan Pencahayaan Perpustakaan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Berdasarkan SNI 03-6575-2001 Pemeliharaan terhadap sistem pencahayaan dimaksudkan untuk menjaga agar kinerja sistem selalu berada pada batas-batas yang ditetapkan sesuai perancangan, dan untuk memperoleh kenyamanan. Jika faktor pemeliharaan ini dilakukan sejak tahap perancangan, maka beban listrik dan biaya awal dapat diminimalkan. Pemeliharaan ini mencakup penggantian lampu-lampu dan komponen listrik dalam armatur yang rusak/putus atau sudah menurun kemampuannya, pembersihan armatur dan permukaan ruangan secara terjadwal. Sistem
pencahayaan
membutuhkan
pemeliharaan,
karena
tanpa
melakukan ini maka kinerja sistem akan berkurang. Fluks luminus lampu akan berkurang dengan bertambahnya umur sampai akhirnya “putus”. Kecepatan penurunan kinerja ini berbeda untuk setiap jenis lampu. Selain itu, akumulasi debu pada lampu, armatur dan permukaan ruangan juga akan menurunkan
Fluks
luminus yang akan diterima oleh bidang kerja. Agar tindakan pemeliharaan pada
71
sistem tata cahaya terjamin pelaksanaannya, maka pemilik atau pengelola bangunan sebaiknya memiliki buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan sistem tata cahaya bangunan. Buku ini berisi data dan informasi lengkap mengenai sistem listrik untuk tata cahaya yang mencakup : 1.
Diagram satu garis dari sistem listrik bangunan.
2.
Diagram skematik pengendalian sistem listrik untuk sistem pencahayaan.
3.
Daftar peralatan listrik yang beroperasi pada bangunan terutama untuk pencahayaan.
4.
Daftar pemakaian listrik untuk pencahayaan sesuai dengan jumlah lampu dan jenisnya.
5.
Daftar jenis dan karakteristik dari setiap lampu yang digunakan.
6.
Daftar urutan pemeliharaan. Lapisan debu dan kotoran yang menempel pada seluruh permukaan
ruangan (dan kaca) akan mengurangi faktor refleksi (dan transmisi) cahaya yang berarti akan menurunkan tingkat pencahayaan di dalam ruangan tersebut. Pemeliharaan yang peneliti angkan disini adalah kearah manajemen pengelolaan pencahayaan. Seperti waktu pengecekan lampu perpustakaan dan pembersihan ruangan perpustakaan dari debu. Hasil wawancara dengan pengelola perpustakaan FKIK didapatkan hasil bahwa pencahayaan di Perpustakaan tidak dikelola dengan baik,hanya diperhatikan jika ada keluhan dan laporan. Kondisi ini terjadi karena teknisi yang mengelola perpustakaan juga mengelola keseluruhan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
72
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 6. Gambaran pencahayaan di Perpustakaan FKIK UIN Jakarta sangat tidak merata, untuk yang tepat dibawah cahaya lampu nilai lux diatas 300 lux,tapi untuk titik yang tidak dibawah lampu hanya kurang dari 100 lux,jauh dibawah standar yaitu 300 lux. a. Meja besar Lt.1: Ada 6 meja yang menunjukan hasil pengukuran di bawah standar. b. Meja resepsionis : Hasil pengukuran pada titik meja resepsionis menunjukan hasil yang belum memenuhi standar c. Meja komputer : Semua hasil pengukuran menunjukan hasil yang di bawah standar secara bervariasi. d. Berdasarkan posisi pencahayaan: Posisi pengukuran titik tidak dibawah lampu hampir semuanya menunjukan pencahayaan dibawah standar. Titik ukur yang tepat dibawah lampu menunjukan hasil sesuai standar. Masih ada titik yang tidak terkena pencahayaan langsung. 7. Respon subyektif terdiri dari 6 pertanyaan yang isinya kesan yang dirasakan terkait pencahayaan di perpustakaan. Hasilnya mayoritas pengunjung masih merasa pencahayaan tidak memenuhi standar 100%. 8. Respon subyektif dari 3 orang pengelola perpustakaan terkait pencahayaan. 2 orang mengatakan 85% sesuai standar dan 1 orang mengatakan 100% sesuai standar. 72
73
9. Hasil yang didapat dari Sarana penunjang perpustakaan adalah semuanya memenuhi standar yang ada. Kondisi ruangan tertutup,jenis benda dalam ruangan menyerap cahaya,warna dinding terang dan tidak ada asap dalam ruangan. 10. Hasil observasi kesesuaian Armatur dengan standar SNI 03-6575-2001 didapatkan seluruh aspek dinyatakan sesuai dengan standar 11. Pemeliharaan pencahayaan perpustakaan tidak sesuai standar yaitu kurang terkoordinasi dengan baik,pengontrolan dan pemeliharaan hanya mengandalkan laporan dari pimpinan perpustakaan atau pengunjung. 7.2 Saran 7.2.1 Bagi Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1.
Diharapkan selalu mengecek kondisi lampu sehingga jika ada yang sudah mulai rusak,seperti berkedip atau mati dapat segera dilakukan perbaikan.
2.
Memberikan lampu tambahan untuk lokasi di meja komputer dan meja sekat
7.2.2 Bagi Peneliti Peneliti selanjutnya dapat meneruskan penelitian ini sampai analisa bivariat sehingga dapat ditemukan mana faktor yang paling berhubungan. Peneliti selanjutnya juga dapat meneruskan penelitian ini dengan memasukan aspek ergonomi. 7.2.3 Bagi Pengunjung Perpustakaan FKIK 1.
Jika menggunakan laptop disarankan di meja besar,karena lebih mendapatkan pencahayaan yang cukup,dibandingkan di meja sekat. Pilih meja besar yang tepat dibawah lampu dan jangan membelakangi lampu
74
2.
Kurangi waktu untuk membaca buku di lokasi rak, setelah menemukan buku yang dicari disarankan untuk membacanya di meja besar.
3.
Jika menggunakan komputer yang disediakan beri waktu mata untuk beristirahat setiap 1 jam,dengan melihat sekeliling dan rileksasi. Hal ini sangat dibutuhkan karena pencahayaan di lokasi meja komputer sangat dibawah standar.
75
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Candra, Adrina. 2011. Pengaruh Desain Interior Perpustakaan Terhadap Kenyamanan Pengguna Di Perpustakaan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Dewa.
2008.
Dampak
Sistem
Pencahayaan
Bagi
Kesehatan
Mata,.
http://kulitcantik.jawabali.com/mata-sexy/dampak-sistem-pencahayaanbagikesehatan-mata. Gempur, Santoso. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surabaya: Prestasi Pustaka,. Ilyas ,Sidarta. 1991. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. Jakarta Imamsyah, Budi. 2009. Dampak Sistem Pencahayaan Bagi Kesehatan Mata. http://www.sinarharapan.co.id/berita/0611/28/ipt02.html. Kroemer, K. H. E & Grandjean. 2000. Fitting the Task to the Human a Textbook of Occupational Ergonomics. Taylor & Francis : London. Manuaba. 1992. Pengaruh Ergonomi Terhadap Produktivitas. Dalam Seminar Produktivitas Tenaga Kerja. Jakarta Menteri Perburuhan Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja. 1995. Penelitian Pengaruh Komputer Pada Mata. Departemen Tenaga Kerja. Jakarta Nugroho, Hengki Ditya Eko. 2009. Pengaruh Intensitas Penerangan Terhadap Kelelahan Mata Pada Tenaga Kerja Di Laboratorium Pt. Polypet Karyapersada Cilegon. Skripsi Program Diploma Iv Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran
76
Universitas Sebelas Maret Surakarta , Office environtment series OE 2/2003. Hongkong Rai, Padmanaba Cok Gd. 2006. Pengaruh Penerangan Dalam Ruang Terhadap Produktivitas Kerja Mahasiswa Desain Interior, Program Studi Desain Interior FSRD. Institut Seni Indonesia Denpasar Rostron, Jack. 2005. Building Syndrome Concepts, issues and practice Edited by & FN SPON An Imprint of Routledge. London and New York Ruslan Ahmadi, Riwidikdo Handoko. 2009. Fisika Kesehatan. Jogjakarta : Mitra Cendekia, Setiawan,Deni. 2010. Analisis Kelelahan Mata Pekerja Sebelum Dan Sesudah Bekerja Pada Intensitas Penerangan Dibawah Standar Di Ruangan Office Pt. Buma Jobsite Adaro, Akademika Program D.Iv Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Siswatiningsih. 1998. Hubungan Antara Intensitas Penerangan Dengan Kelelahan Mata Tenaga Kerja Pada Bagian Penjahitan Di Pt Rodeo Semarang Sukawi. 20013. Journal of Architecture, Volume 2, Nomor 1,Kajian Optimasi Pencahayaan Alami pada Ruang Perkuliahan (Studi Kasus Ruang Kuliah Jurusan Arsitektur FT UNDIP) Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang Suma’mur PK. 1993. Kesehatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV. Haji Masagung, Suma’mur PK. 1996. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: CV. Haji Masagung,
77
Tarwaka. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : Universitas Islam Batik Surakarta, Wahyono.
2008.
Rangka
dan
alat
http://www.kalbe.co.id/files/cdk_154_Kesehatan Kerja.pdf manusia
indera.
78
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Assalamu’alaikum Wr.Wb. Saya Azhara, mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat, peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bermaksud akan melakukan penelitian mengenai ” GAMBARAN PEMENUHAN STANDAR PENCAHAYAAN PERPUSTAKAAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014”. penelitian ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Pada Penelitian ini peneliti akan bertanya mengenai kondisi perpustakaan terkait pencahayaan. Wawancara ini akan berlangsung selama 5-10 menit. Responden diharapkan menjawab setiap pertanyaan dengan sejujur-jujurnya. Setiap jawaban anda akan dijaga kerahasiaannya dari siapapun dan tidak akan mempengaruhi penilaian terhadap kinerja anda, kemudian kuesioner akan disimpan oleh peneliti. Partisipasi responden bersifat sukarela, responden dapat menolak untuk menjawab atau tidak melanjutkan wawancara. Untuk itu Saya mohon kiranya Bapak/Ibu dapat meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner ini. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang mendalam untuk kesediaan Anda menjadi responden pada penelitian ini.
79
FORMULIR PERSETUJUAN TERTULIS SETELAH PENJELASAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Alamat : No Telepon/HP : Bersedia secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian dengan judul ” GAMBARAN PEMENUHAN STANDAR PENCAHAYAAN PERPUSTAKAAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014”. Telah mendengarkan penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan dan sadar akan manfaat dan adanya risiko yang mungkin terjadi dalam penelitian ini. Saya akan memberikan informasi yang benar sejauh yang saya ketahui dan saya ingat. Demikian peryataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak manapun. Jakarta,.... ................... 2014
Peneliti
Azhara
Yang membuat pernyataan
(.....................................)
80
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT PENCAHAYAAN DAN KELUHAN KELELAHAN MATA PADA PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN FKIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014 Responden
Waktu ketika mengunjungi perpustakaan: ....................sampai .....................
A
Respon Subjektif terhadap Kondisi Pencahayaan di Perpustakaan Pendapat tentang pencahayaan 1. Sangat Kurang (Gelap) 2. Kurang (Redup) 3. Terang (Baik/Cukup) 4. Sangat Terang (Menyilaukan)
Diisi Oleh Peneliti
A2.
Lampu menyebabkan Ruangan terasa Panas 1. Ya 2. Tidak
[ ] A2
A3.
Lampu sering Berkedip 1. Tidak Pernah 2. Jarang 3. Kadang-Kadang 4. Sering 5. Sangat Sering
[ ] A3
A4.
Penyebaran Cahaya 1. Merata 2. Tidak Merata
[ ] A4
A5.
Keluhan Saat Beraktifitas 1. Tidak ada 2. Tulisan tidak jelas terlihat 3. Silau saat menatap layar monitor 4. Benda-benda tidak terlihat jelas 5. Lainnya,...................................................
[ ] A5
A1.
[ ] A1
81
A6.
Apa yang pertama dirasakan ketika pertama masuk ke perpustakaan? 1. Cahayanya kurang 2. Cahayanya menyilaukan 3. Suhu kurang,terasa panas 4. Ruangan terasa pengap
[ ] A6
A7.
Ketika melakukan bayangan?...... 1. Ya
[ ] A7
aktivitas
apakah
menimbulkan
2. Tidak
Terima Kasih atas waktu dan kerjasamanya
82
LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN GAMBARAN PEMENUHAN STANDAR PENCAHAYAAN PERPUSTAKAAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014
LEMBAR OBSERVASI 1
LokasiPengukur an
Tepatdibawahlampu
I
II
III
Mejabesar lt.1
Mejabesar lt.2
Mejasekatbaca lt.1 Mejasekatbaca lt.2 Rakbuku lt.1
Rakbuku lt.2
Tidakada
Tidakada
Tidaktepatdibawahlampu
Rata2
I
II
III
Rata2
83
LEMBAR OBSERVASI 2 Suptandar,1999
NO 1.
2.
3.
4.
Ceklisruangan
Keterangan
Kondisiruang
1.
Tertutup
(tertutupataubukaan)
2.
Bukaan
Letakpenempatanlampu
1.
Tidak Sesuai
2.
Sesuai standar
1.
Tidak Sesuai
2.
Sesuai standar
Jenispermukaanbenda-
1.
Memantulkan
bendadalamruang
2.
Menyerap
Warna-warnadinding
1.
Gelap
(gelapatauterang)
2.
Terang
3.
Ada Asap dalam ruang
4.
Tidak Ada Asap
Jenisdandayalampu
Mark [
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
(memantulkanataumenyerap) 5.
6.
Udaradalamruang
(asap
rokokdansebagainya) 7.
Pola diagram daritiaplampu
1.
Tidak Sesuai
2. Sesuai
84
LEMBAR OBSERVASI 3 CEKLIS BERDASARKAN SNI 03-6575-2001
NO 1.
Ceklisruangan
Keterangan
KondisiArmatur(rumahlampu)
1).
armatur
berdasarkanpemasangan
dipasangmasukkedalamlangit-langit. 2).
armatur
Mark yang
[
]
[
]
[
]
[
]
yang
dipasangmenempelpadalangit-langit. 3).
armatur yang digantungpadalangit-
langit. 4). armatur yang dipasangpadadinding.
2.
Klasifikasi
armature
berdasarkanarahcahaya
1. Langsung 2. Semi langsung 3. Difus 4. Langsung-tidak langsung 5. Semi tidak langsung 6. Tidak langsung
3.
Apakahadadebu
yang
menempel di armatur 4.
Apakahdebu
yang
1. Ya ada 2. Tidak ada
ada
di
1. Ya
85
armature
2. Tidak
mengurangicahayalampu 5.
Apakahadakorosipadaarmatur
1. Ya 2. Tidak
[
]
86
LEMBAR WAWANCARA 1 CeklisPemeliharaanSaranaPencahayaanBerdasarkanSNI 03-6575-2001 NO 1.
Pemeliharaan
Keterangan
Apakahadaperencanaanpenggantianlamp
Mark
Jawaban terbuka
[
]
di
Jawaban terbuka
[
]
Apakahadajadwalpembersihan armature
Jawaban terbuka
[
]
Jawaban terbuka
[
]
yang
Jawaban terbuka
[
]
di
Jawaban terbuka
[
]
Jawaban terbuka
[
]
u (terjadwal) 2.
Bagaimanaandatahukalauadalampu perpustakaan yang rusak
3.
lampuperpustakaan 4.
Bagaimanasistem
proses
pengecekankondisilampuperpustakaan 5.
Siapa
yang menentukanlampu
akandigunakan di perpustakaan 6.
Apakahmenurutandalampu
perpustakaannsudahsesuaidenganstandar 7.
Apakahandamengetahuijenislampu yang digunakan,energy
yang
dipakailampudanwaktu lama hiduplampu
87
LAMPIRAN HASIL OUTPUT SPSS
Frequency Table pendapat tentang pencahayaan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
redup
4
8.0
8.0
8.0
cukup
45
90.0
90.0
98.0
silau
1
2.0
2.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
Lampu Berkedip Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ya
18
36.0
36.0
36.0
tidak
32
64.0
64.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
88
lampu berkedip Cumulative Frequency Valid
tidak pernah
Percent
Valid Percent
Percent
34
68.0
68.0
68.0
jarang
8
16.0
16.0
84.0
kadang-kadang
7
14.0
14.0
98.0
sering
1
2.0
2.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
penyebaran cahaya Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
merata
35
70.0
70.0
70.0
tdk merata
15
30.0
30.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
89
keluhan saat beraktivitas Cumulative Frequency Valid
tdk ada
Percent
Valid Percent
Percent
25
50.0
50.0
50.0
4
8.0
8.0
58.0
13
26.0
26.0
84.0
benda tdk jelas
4
8.0
8.0
92.0
2 3 4 terpenuhi
4
8.0
8.0
100.0
50
100.0
100.0
tulisan tdk jelas silau menatap layar
Total
kesan pertama masuk perpus Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
cahaya kurang
8
16.0
16.0
16.0
cahaya silau
9
18.0
18.0
34.0
16
32.0
32.0
66.0
7
14.0
14.0
80.0
biasa aja
10
20.0
20.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
suhu ruangan kurang terasa pengap
ketika beraktivitas timbul bayangan
90
Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ya
14
28.0
28.0
28.0
tidak
36
72.0
72.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
persentase respon subyektif Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
14
1
2.0
2.0
2.0
28
8
16.0
16.0
18.0
42
4
8.0
8.0
26.0
43
1
2.0
2.0
28.0
57
11
22.0
22.0
50.0
71
12
24.0
24.0
74.0
85
9
18.0
18.0
92.0
100
4
8.0
8.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
91
DENAH PERPUSTAKAAN FKIK LT.1 KET: 1. 2. 3. 4. 5.
Pencahayaansesuaistandar Pencahayaantdksesuaistandar
Mejabesar Mejakomputer Mejasekat/baca Rakbuku Mejaresepsionis
Posisiduduk (pengunjung)
25
Ruangan
34
1
92
DENAH PERPUSTAKAAN LT.2 FKIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
Meja komputer/sekat ) Ket: Dibawah standar Meja besar
Sesuai standar Posisi duduk (pengunjung)
Rak buku
93
Lampiran Digital Lux Meter Custom LX-204 Digital Lux Meter 1. Ruang Lingkup 2. Tanggung Jawab 3. Definisi 4. Kewaspadaan 5. Prosedur 6. Implementasi dan Pelatihan 7. Referensi
1.0 Ruang Lingkup 1.1 Prosedur ini menampilkan metode standar untuk pengoperasian Custom LX-204 Digital Lux Meter 1.2 Custom LX-204 Digital Lux Meter adalah merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur kuat atau lemahnya cahaya yang terdapat pada suatu ruangan atau tempat tertentu. 2.0Tanggung Jawab 2.1 Batas pengoperasian alat Custom LX-204 Digital Lux Meter untuk individu yang menggunakan harus di bawah arahan seseorang kompeten yang dapat melakukan penilaian bahaya dan telah menunjukkan kompetensi yang memuaskan dalam menggunakan alat pengukuran ini. 2.2 Personil yang dilakukan pemantauan pencahayaan di tempat kerja dengan alat ini
94
bertanggung jawab untuk mengikuti semua langkah dalam prosedur ini. 2.3 Data yang dikumpulkan dengan menggunakan alat pengukuran ini harus di lakukan evaluasi secara tepat terhadap bahaya dan risiko yang ada oleh perusahaan HI yang sudah professional. 3.0 Definisi 3.1 Intensitas cahaya adalah besaran pokok fisika yang digunakan untuk mengukur daya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu per satuan sudut. Satuan SI dari intensitas cahaya adalah Candela (Cd). 3.2 Satu kandela adalah intensitas cahaya suatu sumber cahaya yang memancarkan radiasi monokromatik pada frekuensi 540 X 1012 hertz dengan intensitas radiasi sebesar 1/683 watt per steradian dalam arah tersebut (CGPM ke-16, 1979) 3.3 Lumen : Satuan flux cahaya; flux dipancarkan didalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam satu candela. Satu lux adalah satu lumen per meter persegi. Lumen (lm) adalah kesetaraan fotometrik dari watt, yang memadukan respon mata “pengamat standar”. 1 watt = 683 lumens pada panjang gelombang 555 nm. 3.4 Lux: Merupakan satuan metrik ukuran cahaya pada suatu permukaan. Cahaya rata-rata yangdicapai adalah rata-rata tingkat lux pada berbagai titik pada area yang sudah ditentukan. Satu lux setara dengan satu lumen per meter persegi. 3.5 Luminaire: Luminaire adalah satuan cahaya yang lengkap, terdiri dari sebuah lampu
ataubeberapa
lampu,
termasuk
rancangan
pendistribusian
cahaya,penempatan dan perlindungan lampu-lampu, dan dihubungkannya lampu ke pasokan daya.
4.0 Kewaspadaan 4.1 Pemeriksaan Bahaya : Pengoperasian pada pengukuran ini tidak menyebabkan pemaparan dari segala bentuk dari bahan kimia, fisika ataupun bahaya radiologi. Alat pengukuran ini juga didisain khusus secara signifian agar tidak mengganggu faktor ergonomis dalam kegiatan bekerja yang rutin. Alat ukur ini juga tidak menhasilkan limbah yang berbahaya atau bahaya lingkungan.
95
4.2 Alat Pelindung Diri : tidak diperlukan APD dalam mengoperasikan alat ini. 4.3 Kalibrasi Lux Meter : kegagalan dalam pengkalibrasian Custom LX-204 Digital Lux Meter sebelum digunakan dapat menyebabkan penurunan nilai atau kesalahan hasil pengukuran. Validasi cara pengkalibrasi dapat dilihat sesuai dalam point 5.0 setiap kali sebelum digunakan dan ketika pekerja bekerja dilingkungan dengan pencahayaan di bawah nilai standar pencahayaan. 5.0 Prosedur 5.1 Peralatan : 5.1.1 Sensor cahaya 5.1.2 Tombol power ON/OFF 5.1.3 Battery Compartment 5.1.4 Tombol M/H min-max 5.1.5 Display 5.1.6 Tombol D/H 5.1.7 Tombol Range 5.1.8 Tombol Lux/Fc 5.2 Fungsi dan Aplikasi Adapun fungsi dan aplikasi Custom LX-204 Digital Lux Meter adalah sebagai berikut. 5.2.1 Fungsi Custom LX-204 Digital Lux Meter Alat untuk mengukur pencahayaan ditempat kerja yang diterima pekerja selama waktu bekerja.Sensor pada alat menangkap cahaya. Energi cahaya yang menyinari sel foto diteruskan oleh sel foto menjadi energi arus listrik. Hasil dari pengukuran yang dilakukan akan ditampilkan pada layar panel. Pembacaan hasil yang ditampilkan oleh layar panel adalah kombinasi dari efek panjang gelombang yang ditangkap oleh sensor. 5.2.2 Aplikasi Luxmeter merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur kuat atau lemahnya cahaya yang terdapat pada suatu ruangan atau tempat tertentu.
96
Apabila kita telah mengetahui intensitas cahaya pada suatu ruangan, kita dapat menentukan lampu yang tepat untuk dipasang pada setiap ruangan. Sehingga, dihasilkan tingkat pencahayaan yang sesuai standar. agar tingkat pencahayaan ruangan sesuai dengan fungsi ruangan. Fungsi ruangan yang dimaksud adalah jenis aktifitas yang dilakukan di dalam ruangan tersebut. Biasanya alat ini banyak digunakan pada arsitektur, penelitian, fotografi, dan lain-lain. 5.3 Prinsip Kerja dan Cara Pemakaian 5.3.1 Dasar penggunaan Pengukuran dengan Custom LX-204 Digital Lux Meter sebagai berikut : 1. Pasang baterai pada tempatnya. 2. Tekan tombol power ON/OFF, maka alat akan menunjukkan angka 0.00, maka alat dapat digunakan 3. Buka sensor cahaya layar jika alat menunjukkan tanda “OL” tekan tombol R untuk menggeser
range pengukuran antara 200, 2000, 20000 atau
200000. 4. Letakkan alat di atas meja kerja atau di tempat ruangan kerja setinggi 100 cm atau 1 meter dari lantai. 5. Arahkan sensor cahaya pada permukaan daerah yang akan diukur kuat penerangannya 6. Tunggu hingga angka stabil, setelah stabil Baca angka yang tertera pada layar panel 7. Tekan tombol D/H untuk menghetikan angka saat pengukuran 8. Tekan tombol M/H untuk melihat nilai maksimum dan minimul nilai pengukuran pencahayaan 9. Tekan tombol Lux/Fc untuk merubah satuan pengukuran dalam Lux atau Fc 10. Jika sudah selesai pengukuran, tutup kembali sensor cahaya 11. Matikan alat dengan menekan tombol ON/OFF
97
6.0 Implementasi &pelatihan Sebelum menggunakan alat pengukuran ini : 1. Sesuaikan dengan daerah yang akan dimasukkan 2. Memiliki kualifikasi pada pencahayaan yang ada 3. Memiliki kualifikasi untuk menggunakan alat sesuai dengan prosedur : 4. Personel mendokumentasikan trainingnya sesuai dengan hasil pengukuran alat 5. Memiliki kualifikasi dalam pencahayaan berbasis selama 3 tahun, dan melakukan monitoring pencahayaan dengan baik secara berkala. 6. Perhatikan penyimpanan sensor cahaya, jangan sampai alat rusak atau terbanting. 7. Jangan menyayat atau menggores sensor cahaya pada alat. Karena sensor cahaya sangat sensitif. 7.0 Referensi 7.1 Custom LX-204 Digital Lux Meter Manual Training. 7.2 http://www.slideshare.net
98
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Laboratorium HOC Program Studi Kesehatan Masyarakat Kampus II FKIK Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp
No bagian Terbitan/Revisi Tanggal Terbit
HOC-3/1/VII/2012 1/1 27 Juli 2012
Tanggal Revisi Halaman
15 Nopember 2013 1 dari 1
021-7401925 Prosedur Pemakaian Alat Digital Luxmeter
1. Pasang baterai pada tempatnya. 2. Tekan tombol power ON/OFF, maka alat akan menunjukkan angka 0.00, artinya alat sudah dapat digunakan. 3. Buka penutup sensor cahaya, letakkan sensor cahaya di tempat yang akan dilakukan pengukuran pencahayaan. 4. Ketika tanda “OL” muncul pada posisi tertinggi di angka sisi kiri bawah display, hal tersebut mengindikasikan cahaya yang Overload, geserlah kerange pengukuran yang lebih tinggi dan sesuai. 5. Tekan tombol R untuk memilih range pengukuran antara 200, 2000, 20000 atau 200000. 6. Letakkan alat di atas meja kerja atau di tempat ruangan kerja setinggi 100 cm atau 1 meter dari lantai. 7. Arahkan sensor cahaya pada permukaan daerah yang akan diukur kuat penerangannya 8. Tunggu hingga angka stabil, setelah stabil baca angka yang tertera pada layar panel 9. Tekan tombol D/H untuk menghentikan angka saat pengukuran 10. Tekan tombol M/H untuk melihat nilai maksimum dan minimul nilai pengukuran pencahayaan 11. Tekan tombol Lux/Fc untuk merubah satuan pengukuran dalam Lux atau Fc 12. Jika sudah selesai pengukuran, tutup kembali sensor cahaya 13. Matikan alat dengan menekan tombol ON/OFF
Prosedur Penggunaan Alat Digital Luxmeter
Halaman : 1 dari 1
Paraf :
99