PENGARUH SIKAP DAN NORMA SUBYEKTIF TERHADAP INTENSI MENJADI WIRAUSAHA SUKSES (Studi Kasus : Usaha Mikro Kecil Menengah Agribisnis di Kecamatan Ciampea, Bogor)
SKRIPSI
LEONARDUS DWI SATYA H34051113
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
RINGKASAN LEONARDUS DWI SATYA. H34051113. 2010. Pengaruh Sikap dan Norma Subyektif Terhadap Intensi Menjadi Wirausaha Sukses (Studi Kasus : Usaha Mikro Kecil Menengah Agribisnis di Kecamatan Ciampea, Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan WAHYU BUDI. P). Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2 persen skala usaha besar dan sedang, 20 persen berwirausaha skala kecil. Sayangnya jumlah wirausaha di Indonesia masih kurang baik kuantitas dan kualitasnya ditambah dengan banyaknya pandangan negatif masyarakat terhadap wirausaha seperti wirausaha sumber penghasilannya tidak stabil, wirausaha memiliki banyak risiko, kurang membanggakan dan tingkat kegagalannya tinggi, saat ini jumlah wirausaha di Indonesia baru mencapai sekitar 0,18 persen dari total penduduk. Melalui Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) wirausaha dapat menjalankan perannya dengan mengurangi pengangguran karena UMKM berhasil menyerap tenaga kerja dan UMKM memberikan kontribusi terhadap (PDB) Produk Domestik Bruto Indonesia. Jumlah UMKM mengalami perkembangan dari tahun ke tahun seperti contohnya perkembangan UMKM di Propinsi Jawa Barat. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi UMKM, terlihat dari jumlah tenaga kerjanya yang banyak dan jumlah investasinya yang besar. Kecamatan Ciampea merupakan salah satu bagian dari Kabupaten Bogor yang akan diteliti dari segi potensi UMKM khususnya UMKM agribisnis. Wirausaha UMKM dalam melakukan suatu perilaku pasti memiliki suatu motivasi yang sangat besar untuk berwirausaha dan berusaha agar usahanya bisa sukses. Oleh karena itu dibutuhkan kajian yang membahas tentang perilaku wirausaha UMKM. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui faktor sikap dan norma subyektif yang paling berpengaruh terhadap intensi serta seberapa besar intensi menjadi wirausaha sukses, (2) menganalisis pengaruh sikap ataukah norma subyektif yang lebih kuat terhadap peningkatan intensi menjadi wirausaha sukses, (3) menganalisis besarnya kontribusi sikap dan norma subyektif terhadap peningkatan atau penurunan intensi menjadi wirausaha sukses, (4) menganalisis sikap dan norma subyektif secara bersama-sama berpengaruh atau tidak terhadap intensi menjadi wirausaha sukses, dan (5) menganalisis pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi menjadi wirausaha sukses. Obyek penelitian adalah wirausaha UMKM di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dan sekunder. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan selama bulan April-Mei 2010 dengan teknik sampling Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dengan pengundian. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan kepada 10 responden dan jumlah responden penelitian sebanyak 62 responden. Metode pengolahan data yang digunakan meliputi analisis deskriptif, korelasi, uji signifikansi seperti koefisien determinasi dan uji F serta analisis regresi berganda.
Responden paling banyak memilih alasan menjadi wirausaha karena dapat memperoleh pendapatan tambahan, yaitu sebesar 39 persen. Untuk orang yang dianggap penting responden paling banyak memilih keluarga yaitu sebesar 54 persen. Terdapat 27 responden (39%) yang menyatakan setuju dan 30 responden (48%) menyatakan sangat setuju bahwa mereka akan menjadi wirausaha sukses, sedangkan 8 responden (13%) menyatakan netral bahwa mereka akan menjadi wirausaha sukses. Sehingga intensi menjadi wirausaha sukses adalah sebesar 87 persen. Pada perhitungan Pearson didapatkan angka korelasi 0,880 untuk variabel sikap dan 0,896 untuk variabel norma subyektif dalam hubungannya dengan intensi. Pada perhitungan Spearman menghasilkan korelasi sebesar 0,831 untuk variabel sikap dan 0,874 untuk variabel norma subyektif dalam hubungannya dengan intensi, sehingga norma subyektif memiliki pengaruh yang lebih kuat kepada peningkatan intensi dibandingkan dengan sikap. Sikap dan norma subyektif merupakan dua faktor yang mempengaruhi munculnya suatu intensi, tetapi selain itu terdapat juga faktor-faktor lain yang juga berpengaruh pada intensi tersebut. Hal ini dibuktikan dengan hanya terwakilinya nilai koefisien determinansi (R Square) sebesar 82,5 persen sedangkan sisanya 17,5 persen merupakan faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap intensi. Sikap dan norma subyektif bersama-sama berpengaruh terhadap peningkatan intensi untuk menjadi wirausaha sukses. Hal ini dibuktikan dengan nilai F. hitung = 138,989 > F 0.05,2,59= 3,15 serta probabilitas signifikansi pada uji F sebesar 0,00 yang jauh lebih kecil dari 0,05 (0,00 < 0,05). Pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi menjadi wirausaha sukses dapat terlihat melalui persamaan regresi linier berganda: Y intensi berperilaku = 1,416 + 0,078Xsikap + 0,125Xnorma subyektif hubungan antara Y intensi berperilaku terhadap X sikap dan X norma subyektif bergerak secara linier. Sehingga bila X sikap mengalami peningkatan, maka Y intensi berperilaku juga akan mengalami peningkatan. Demikian juga bila X norma subyektif meningkat, maka Y intensi berperilaku juga akan mengalami peningkatan. Peningkatan Y intensi berperilaku akan menjadi lebih kuat jika X sikap dan X norma subyektif secara bersama-sama melakukan peningkatan.
PENGARUH SIKAP DAN NORMA SUBYEKTIF TERHADAP INTENSI MENJADI WIRAUSAHA SUKSES (Studi Kasus : Usaha Mikro Kecil Menengah Agribisnis di Kecamatan Ciampea, Bogor)
LEONARDUS DWI SATYA H34051113
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul Proposal
: Pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi menjadi wirausaha sukses (Studi Kasus : Usaha Mikro Kecil Menengah Agribisnis di Kecamatan Ciampea, Bogor)
Nama
: Leonardus Dwi Satya
NRP
: H34051113
Disetujui, Pembimbing
Ir. Wahyu Budi Priatna, M.Si NIP. 19670410 199103 1 001
Diketahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Sikap dan Norma Subyektif Terhadap Intensi Menjadi Wirausaha Sukses (Studi Kasus : Usaha Mikro Kecil Menengah Agribisnis di Kecamatan Ciampea, Bogor)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2010
Leonardus Dwi Satya H34051113
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 27 April 1987. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Alm. Bapak Antonius Sutarlan dan Ibu Etty Sulistyowati. Pendidikan yang ditempuh oleh penulis dimulai pada tahun 1992 di TK Dian Karuna, kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SD. Mater Dei Pamulang dan lulus tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTP Mater Dei Pamulang dan lulus pada tahun 2002. Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan di SMA Mater Dei Pamulang hingga lulus pada tahun 2005. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SPMB) pada tahun 2005. Setelah melewati program Tingkat Persiapan Bersama, pada tahun 2006 penulis berhasil diterima sebagai mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Berbagai aktivitas telah diikuti oleh penulis selama masa perkuliahan, diantaranya ialah menjadi anggota Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (KEMAKI) periode tahun 2005-sekarang, menjadi Asisten Dosen pada Mata Kuliah Agama Katolik (Tim Pendamping) periode tahun 2008-sekarang, penerima dana Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM) untuk mengembangkan usaha Akuaskape periode 2008-2009, Ketua Klub Perikanan Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Agribisnis (HIPMA) periode tahun 2008-2009.
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Pengaruh Sikap dan Norma Subyektif Terhadap Intensi Menjadi Wirausaha Sukses (Studi Kasus : Usaha Mikro Kecil Menengah Agribisnis di Kecamatan Ciampea, Bogor)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor sikap dan norma subyektif yang paling berpengaruh terhadap intensi serta seberapa besar intensi menjadi wirausaha sukses, menganalisis pengaruh sikap ataukah norma subyektif yang lebih kuat terhadap peningkatan intensi menjadi wirausaha sukses, menganalisis besarnya kontribusi sikap dan norma subyektif terhadap peningkatan atau penurunan intensi menjadi wirausaha sukses, menganalisis sikap dan norma subyektif secara bersama-sama berpengaruh atau tidak terhadap intensi menjadi wirausaha sukses, dan menganalisis pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi menjadi wirausaha sukses. Selama proses penulisan hingga terciptanya skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juli 2010 Leonardus Dwi Satya
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyertai, memberi kekuatan dan melalui uluran tangan-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah berkenan menjadi perpanjangan tangan Tuhan, terutama kepada : 1) Ir. Wahyu Budi Priatna, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas segala waktu yang diberikan, perhatian, bimbingan dan kesabaran yang sangat berarti bagi penulisan skripsi. 2) Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec selaku dosen penguji utama, atas semua masukan, kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. 3) Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan, yang juga telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis. 4) Ir. Dwi Rachmina, M.Si selaku dosen pembimbing akademik atas bantuan, arahan dan motivasinya kepada penulis. 5) Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Agribisnis yang dengan segala ketulusan mau mengajarkan ilmunya dengan cara yang menyenangkan selama masa perkuliahan. 6) Keluarga tercinta Alm. papa Anton, mama Etty, papi Handi, mami Yustin, mbak Irma, mas Ito, dik Gana, dik Narita, dik Bimo dan keponakanku Cinta atas doa, kasih sayang, keceriaan dan semangat yang tanpa henti kepada penulis. Inilah hasil perjuangan penulis yang jatuh-bangun tetapi tidak pernah menyerah, semoga dapat memberikan inspirasi dan membanggakan kalian semua. 7) Eyang Kakung Putri tercinta, seluruh keluarga Soelistya, keluarga Adisewoyo, Tante Ida Hafiz, Tante Rossini, dan tante Itje atas doa dan dukungan yang tak henti-henti. 8) Seluruh wirausaha UMKM untuk semua waktu dan pelajaran berusaha dalam melakukan penelitian. Terimakasih untuk pak Arif dan pak Pian pegawai Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Bogor atas kesediaanya telah direpoti oleh penulis dengan permohonan data yang berulang kali.
9) Teman-teman satu desa Cibitung Tengah, Aries, Mawar, Tantri dan Rieska serta ibu Yanti dan ibu Ayum, terimakasih untuk kekeluargaanya. 10) Teman-teman MSP 42, AGB 42, AGB 43, AGB 44 sungguh menyenangkan bisa menjalani perkuliahan bersama dan mengenal kalian semua. Terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya. 11) Teman-teman satu bimbingan skripsi, Dewi dan Nodi. Terimakasih atas semangatnya. Serta kepada saudari Pritasari Eka Putriana atas kesediaanya menjadi pembahas seminar, teimakasih atas semua pertanyaan dan sarannya. 12) Atlet-atlet futsal ”Perwira 99”, teman-teman “Perwira 44” dan penghuni “Pondok Ijo” atas kegembiraan bermain, berjuang bersama dan bantuannya selama ini. 13) Rekan-rekan akuaskaper: Noel, Budi, Anton, kak Diyo dan Hendra yang telah bekerja bersama dan berbagi pengalaman. 14) Seluruh tim pendamping, terima kasih atas pelajarannya, pendampingannya, pengalaman yang berharga dan kebersamaanya dalam satu iman. 15) Yayasan BHUMIKSARA, terutama kepada Ibu Lis, Bapak Joko, Bapak Eddy Cahyono, Bapak Eko, Bapak Lubis dan Bapak Dwi serta teman-teman ”garam dunia”. Terimakasih atas dukungan moral dan materi yang diberikan selama ini.
Bogor, Juli 2010 Leonardus Dwi Satya
ii
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................
viii
I
PENDAHULUAN ............................................................
1
1.1. Latar Belakang ............................................................ 1.2. Perumusan Masalah ..................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................ 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................... 1.5. Ruang Lingkup ............................................................
1 3 5 5 6
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................
7
2.1. Wirausaha ................................................................... 2.2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Agribisnis ............ 2.3. Permasalahan UMKM ................................................. 2.4. Karakteristik Wirausaha .............................................. 2.5. Tujuan Berwirausaha ................................................... 2.6. Kesuksesan Wirausaha ................................................ 2.7. Penelitian Terdahulu ...................................................
7 7 9 11 12 13 14
III
KERANGKA PEMIKIRAN ............................................ 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................... 3.1.1. Teori Tindakan Beralasan ......................................... 3.1.2. Sikap (Attitude) ........................................................ 3.1.3. Norma Subyektif (Subjective Norm) ......................... 3.1.4. Perilaku Wirausaha ................................................... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ................................
18 18 18 19 21 22 23
IV
METODE PENELITIAN ................................................
25
4.1. Lokasi dan Waktu ....................................................... 4.2. Metode Penentuan Sampel .......................................... 4.3. Data dan Instrumentasi ................................................ 4.4. Metode Pengumpulan Data .......................................... 4.5. Metode Pengolahan Data ............................................. 4.6. Definisi Operasional ....................................................
25 25 26 27 27 30
II
iii
V
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .............
33
5.1. Potensi UMKM di Kecamatan Ciampea ...................... 5.2. Kondisi UMKM .......................................................... 5.3. Kondisi Perekonomian ................................................ 5.4. Kondisi Kependudukan ...............................................
33 36 37 38
HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................
40
6.1. Uji Validitas dan Reliabilitas......................................... 6.1.1. Sikap ........................................................................ 6.1.2. Norma Subyektif ...................................................... 6.2. Karakteristik Responden ............................................. 6.3. Karakteristik Usaha Responden ................................... 6.4. Sikap, Norma Subyektif dan Intensi ............................ 6.5. Analisis Korelasi ......................................................... 6.5.1. Korelasi Pearson ....................................................... 6.5.2. Korelasi Spearman ................................................... 6.6. Uji Signifikansi ........................................................... 6.6.1. Uji R Square (R2) ..................................................... 6.6.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .............................. 6.7. Analisis Regresi Linier Berganda ................................
40 41 42 43 46 53 55 55 56 57 57 58 58
KESIMPULAN DAN SARAN .........................................
61
7.1. Kesimpulan ................................................................. 7.2. Saran ...........................................................................
61 62
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................
63
LAMPIRAN .................................................................................
66
VI
VII
iv
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Penyerapan Tenaga Kerja UMKM Tahun 2006 dan 2008.....
2
2. Peranan UMKM dalam Penciptaan PDB..............................
2
3. Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah di Propinsi Jawa Barat Tahun 2009.................................................................
3
4. Jumlah RT dan RW di Kecamatan Ciampea Tahun 2009..........................................................................
34
5. Luas Lahan (Ha) Berdasarkan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Ciampea ............................................................
39
6. Jumlah Penduduk (Jiwa) Kecamatan Ciampea Berdasarkan Mata Pencaharian.................................................................
39
7. Uji Reliabilitas Kuesioner ..................................................
40
8. Uji Validitas Terhadap Variabel Sikap .................................
41
9. Uji Validitas Terhadap Variabel Norma Subyektif ...............
42
10. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...........
43
11. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ........................
43
12. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan .....
44
13. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir...
44
14. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan per Bulan ..........................................................
45
15. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha..............
45
16. Karakteristik Usaha Berdasarkan Subsistem Agribisnis........
46
17. Bahan baku, harga bahan baku dan produksi per bulan UMKM subsistem hulu.........................................
47
18. Bahan baku, harga bahan baku dan produksi per bulan UMKM subsistem on farm ...................................
48
19. Bahan baku, harga bahan baku dan produksi per bulan UMKM subsistem hilir.........................................
50
20. Harga produk, tenaga kerja, gaji tenaga kerja, investasi, omset dan laba/tahun UMKM yang bergerak pada subsistem hulu .............................................................
51
21. Harga produk, tenaga kerja, gaji tenaga kerja,
v
investasi, omset dan laba/tahun UMKM yang bergerak pada subsistem onfarm.........................................................
52
22. Harga produk, tenaga kerja, gaji tenaga kerja, investasi, omset dan laba/tahun UMKM yang bergerak pada subsistem hilir .............................................................
53
23. Daerah Pemasaran UMKM ..................................................
53
24. Alasan Responden Menjadi Wirausaha ................................
54
25. Orang Yang Dianggap Penting Oleh Responden ..................
55
26. Intensi “Saya Akan Menjadi Wirausaha Sukses”..................
55
27. Korelasi Pearson ..................................................................
56
28. Korelasi Spearman...............................................................
57
29. Model Determinan ...............................................................
57
30. ANOVA ..............................................................................
58
31. Analisis Regresi Linier Berganda Intensi Menjadi Wirausaha Sukses ................................................................
59
vi
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya ......................
9
2. Theory of Reasoned Action....................................................
19
3. Kerangka Pemikiran Operasional...........................................
24
4. Peta Wilayah Kecamatan Ciampea.........................................
33
vii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Daftar UMKM Yang Dijadikan Responden ........................
67
2. Jumlah UMKM Setiap Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2009 .......................................................................
69
3. Kuesioner Penelitian ..........................................................
70
4. Hasil Output SPSS Uji Reliabilitas Kuesioner ....................
77
5. Hasil Output SPSS Uji Validitas Kuesioner ........................
77
6. Hasil Output SPSS Korelasi Pearson ..................................
78
7. Hasil Output SPSS Korelasi Spearman ...............................
78
8. Hasil Output SPSS Model Determinan ...............................
79
9. Hasil Output SPSS ANOVA ..............................................
79
10. Hasil Output SPSS Model Regresi Berganda ......................
79
11. Dokumentasi Penelitian .....................................................
80
viii
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan akan lebih stabil jika didukung oleh wirausaha baik dalam kuantitas maupun kualitas karena kemampuan pemerintah sangat terbatas, pemerintah tidak akan mampu menggarap semua aspek pembangunan karena sangat banyak membutuhkan anggaran belanja, personalia, dan pengawasannya. Ada dua peran wirausaha terhadap pembangunan bangsa antara lain,(1) mengatasi kesulitan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan berperan sebagai pejuang bangsa dalam bidang ekonomi, (2) meningkatkan ketahanan nasional, mengurangi ketergantungan pada bangsa asing (Widodo 2005). Jumlah pengusaha di Indonesia masih minim dibandingkan negara-negara tetangga seperti Singapura yang seakan-akan memiliki spesialisasi dalam profesi bisnis. Singapura bisa mengembangkan bisnis besar-besaran mulai dari industri hulu sampai ke industri hilir. Saat ini, jumlah pengusaha di Indonesia baru mencapai sekitar 0,18 persen dari total penduduk. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2 persen skala usaha besar dan sedang, 20 persen dari jumlah penduduknya berwirausaha skala kecil1. Akan tetapi banyak pandangan yang membentuk sikap negatif masyarakat sehingga menyebabkan rakyat Indonesia tidak termotivasi membuka bisnis sendiri, pandangan tersebut antara lain menjadi wirausaha sumber penghasilannya tidak stabil, menjadi wirausaha memiliki banyak risiko dan tingkat kegagalannya tinggi, kurang membanggakan bila menjadi wirausaha dan lain sebagainya. Mereka tidak menginginkan anak-anaknya membuat usaha sendiri, dan berusaha mengalihkan perhatian anak untuk menjadi pegawai negri, apalagi bila anaknya sudah bertitel lulus perguruan tinggi, pendapat mereka ”untuk apa sekolah tinggi, jika hanya mau jadi pedagang”.
1) Kemenpora. 2010. Indonesia Butuh 4 juta Pengusaha Baru. 29 Maret 2009. www.kemenpora.go.id. [13 Maret 2010]
1
Melalui usaha mikro, kecil dan menengah, wirausaha dapat menjalankan perannya dengan mengurangi pengangguran karena UMKM berhasil menyerap 51 juta tenaga kerja pada tahun 2008. Penyerapan tenaga kerja UMKM mengalami peningkatan sebesar 5,44 persen pada tahun 2006-2008. Penyerapan tenaga kerja UMKM dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penyerapan Tenaga Kerja UMKM Tahun 2006 dan 2008 Skala Usaha
Tenaga Kerja (orang) 2006 2008
Pertumbuhan 20062008 (%)
Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah
48.101.868 472.602 36.763
50.697.659 520.221 39.657
5,40 10,08 7,87
Total
48.611.233
51.257.537
5,44
Sumber : Indikator Makro Ekonomi UMKM (2009)
Sumbangan UMKM terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) juga terus meningkat. Berdasarkan Tabel 2 UMKM pada tahun 2006 memberikan kontribusi terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) sebesar 52,67 persen dari total PDB Indonesia, dan menjadi 53,41 persen pada tahun 2008. Tabel 2. Peranan UMKM Dalam Penciptaan PDB (Miliar Rupiah) Skala Usaha PDB (%) 2006 2008 Usaha Mikro 30,39 30,47 Usaha Kecil 9,55 9,86 Usaha Menengah 12,73 13,08 Total
52,67
53,41
Sumber : Indikator Makro Ekonomi UMKM (2009)
Jumlah UMKM mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Perkembangan UMKM di Propinsi Jawa Barat tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 3. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi UMKM, terlihat dari jumlah tenaga kerjanya yang banyak sebanyak 129.931 orang dan jumlah investasinya yang besar sebesar Rp 2.007.484,18 juta. Jumlah UMKM pada setiap Kecamatan di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Lampiran 2. Jumlah UMKM yang paling banyak terdapat di Kecamatan Ciampea dengan jumlah UMKM sebanyak 393. Kecamatan Ciampea merupakan salah satu
2
bagian dari Kabupaten Bogor yang akan diteliti dari segi potensi UMKM khususnya UMKM agribisnis. Tabel 3. Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah di Propinsi Jawa Barat Tahun 2008 Kabupaten Usaha Kecil Tenaga Kerja (orang) Investasi (Rp dan Juta) Menengah Bogor 14.288 129.931 2.007.484,18 Sukabumi 15.227 122.497 69.998,69 Cianjur 1.176 106.542 4.718,80 Bandung 12.085 111.577 238.228,27 Garut 9.736 101.806 2.728,73 Tasikmaaya 1.338 90.861 37.818,01 Ciamis 1.287 68.630 1.064,00 Kuningan 2.113 105.948 14.979,90 Cirebon 10.391 30.817 58.274,00 Majalengka 7.336 92.476 7.173,84 Sumedang 4.959 103.068 19.988,90 Indramayu 2.329 76.381 5.414,00 Subang 3.293 27.945 1.599,65 Purwakarta 10.685 28.718 14.271,21 Karawang 9.203 112.254 117.268,79 Bekasi 10.390 108.335 1.567.832,86 Total 197.134 2.206.532 4.669.885,05 Sumber : BPS Jawa Barat 2009
Wirausaha UMKM pastinya memiliki perilaku tertentu yang menarik untuk dikaji. Wirausaha UMKM dalam melakukan suatu perilaku atau tindakan pasti memiliki suatu minat yang sangat besar untuk berwirausaha dan berusaha agar usahanya bisa sukses. Oleh karena itu dibutuhkan kajian yang membahas tentang perilaku wirausaha UMKM. 1.2. Perumusan Masalah Keberhasilan seorang wirausaha tidak semata-mata hanya bergantung dengan skala usaha, jumlah modal yang dimilikinya, dan jumlah uang yang dihasilkan dari bisnisnya tetapi keberhasilan seorang wirausaha sangat tergantung pada dirinya sendiri dan orang-orang yang ada disekitarnya. Faktor internal seorang wirausaha yang dapat mempengaruhi keberhasilan yang paling utama adalah sikap. Faktor sikap memiliki peranan yang penting karena akan menentukan tindakan atau perilaku apa yang akan dilakukan oleh
3
seseorang tanpa dipengaruhi oleh faktor eksternal. Sikap ditentukan oleh keyakinan (beliefs) seseorang terhadap sesuatu ketika melakukan suatu perilaku dan ditentukan juga oleh kemauan seseorang untuk melakukan suatu perilaku yang telah diyakininya. Faktor eksternal datang dari orang-orang disekitar yang dianggap penting dan berpengaruh dalam perilaku seorang wirausaha. Pengaruh orang-orang sekitar terlihat dengan adanya norma subyektif. Norma subyektif ditentukan dari keyakinan orang-orang yang dianggap penting dan berpengaruh dalam perilaku seorang wirausaha dan motivasi dari seorang wirausaha untuk mengikuti apa yang disarankan oleh orang-orang yang penting bagi dirinya. Wirausaha UMKM di Kecamatan Ciampea masih belum mengetahui dan belum yakin apa yang ingin dicapainya atau diperolehnya dengan menjadi seorang wirausaha. Sehingga wirausaha UMKM di Kecamatan Ciampea dalam menjalankan usaha masih kurang komitmen, mereka berproduksi tidak setiap hari hanya bila tersedia bahan baku, mendapat pesanan dari pembeli dan memiliki biaya untuk menggaji tenaga kerja. Masyarakat di Kecamatan Ciampea memberikan pengaruh yang besar kepada seseorang untuk menjadi wirausaha sayangnya belum semua memiliki pandangan yang positif terhadap wirausaha. Mereka lebih menyarankan orang-orang yang berada di dekat mereka untuk menjadi pegawai negeri, tukang ojek, kuli bangunan dan buruh tani yang setiap harinya bisa mendapatkan uang tidak seperti wirausaha yang belum tentu setiap hari bisa mendapatkan uang. Dengan menggunakan teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein (2006), hubungan antara sikap, norma subyektif, minat dan perilaku dapat dibangun. Sehingga perilaku seorang wirausaha dapat diteliti dan dijelaskan dengan teori ini. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah : 1. Faktor-faktor
sikap
dan
norma
subyektif
apakah
yang
paling
mempengaruhi responden untuk menjadi seorang wirausaha serta seberapa besar intensi menjadi wirausaha sukses ? 2. Apakah pengaruh sikap ataukah pengaruh norma subyektif yang lebih kuat terhadap peningkatan intensi menjadi wirausaha sukses?
4
3. Berapa besar kontribusi sikap dan norma subyektif terhadap peningkatan atau penurunan intensi menjadi wirausaha sukses? 4. Apakah sikap dan norma subyektif secara bersama-sama berpengaruh atau tidak terhadap intensi menjadi wirausaha sukses? 5. Bagaimana pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi menjadi wirausaha sukses? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini untuk : 1. Menganalisis faktor-faktor sikap dan norma subyektif yang paling mempengaruhi responden untuk menjadi seorang wirausaha serta seberapa besar intensi menjadi wirausaha sukses. 2. Menganalisis pengaruh sikap ataukah pengaruh norma subyektif yang lebih kuat terhadap peningkatan intensi menjadi wirausaha sukses. 3. Menganalisis besarnya kontribusi sikap dan norma subyektif terhadap peningkatan atau penurunan intensi menjadi wirausaha sukses. 4. Menganalisis
sikap
dan
norma
subyektif
secara
bersama-sama
berpengaruh atau tidak terhadap intensi menjadi wirausaha sukses. 5. Menganalisis pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi menjadi wirausaha sukses. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu : 1. Bagi masyarakat khususnya di Kabupaten Bogor, penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan ketertarikan untuk berwirausaha dan memotivasi dalam mempraktekkan ilmu kewirausahaan. 2. Bagi wirausaha UMKM agribisnis diharapkan sebagai informasi, motivasi dan saran untuk menjadi wirausaha sukses. 3. Bagi penulis, penelitian ini merupakan sarana pengembangan wawasan dan pengembangan kemampuan analitis serta mengaplikasikan konsep – konsep
ilmu
yang
diperoleh
selama
kuliah
dalam
kehidupan
bermasyarakat.
5
4. Sebagai masukan bagi dinas agribisnis, institusi dan mahasiswa tentang riset (penelitian) perilaku wirausaha UMKM agribisnis dan juga diharapkan dapat juga dijadikan studi literatur untuk penelitian lebih lanjut. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ini mengenai perilaku wirausaha UMKM di Kecamatan Ciampea,
Bogor
dengan
menggunakan
teori
tindakan
beralasan
yang
dikemukakan oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein (2006). Faktor-faktor sikap yang diteliti meliputi motif atau alasan seorang wirausaha menjalankan usahanya sesuai dengan sembilan faktor utama motivasi berwirausaha oleh Widodo (2005) dalam bukunya yang berjudul jendela cakrawala kewirausahaan. Faktor-faktor norma subyektif merupakan saran-saran dari orang yang dianggap penting oleh wirausaha seperti orang tua, keluarga, pasangan dan teman. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Ciampea, Bogor. Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif, Analisis Korelasi Pearson, Analisis Korelasi Rank Spearman, Uji Signifikansi dan Analisis Regresi Berganda.
6
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Wirausaha Wirausahawan atau entrepreneur adalah suatu sikap mental individu yang berani menanggung risiko, berpikiran maju, berani berdiri di atas kaki sendiri. Sikap mental inilah yang akan membawa seorang pengusaha untuk dapat berkembang secara terus-menerus dalam jangka panjang. Sikap mental ini perlu ditanamkan serta ditumbuhkembangkan dalam diri angkatan muda Indonesia, agar dapat mengejar ketertinggalan dengan bangsa-bangsa lain di dunia (Sutanto 2002). Riyanti (2003) menjelaskan bahwa kata “wirausaha” dalam bahasa Indonesia adalah padanan kata bahasa Prancis yaitu entreprendre. Dalam bahasa Indonesia, kata “wirausaha” merupakan gabungan kata wira, yang artinya gagah berani atau perkasa, dan usaha. Jadi, wirausaha berarti orang yang gagah berani atau perkasa dalam usaha. Arti wirausaha adalah orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Seorang wirausaha dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan. Risiko kerugian merupakan hal yang biasa karena mereka berperinsip bahwa faktor kerugian pasti ada. Bahkan, semakin besar risiko keuangan yang bakal dihadapi, semakin besar pula keuntungan yang dapat diraih. Tidak ada istilah rugi selama seseorang melakukan usaha dengan penuh keberanian dan penuh perhitungan, dalam Kasmir (2006). 2.2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Agribisnis Menurut undang-undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah, yang dimaksud dengan usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perseorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi usaha mikro. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
7
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar. Kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah menurut undang-undang no. 20 tahun 2008 tentang UMKM Pasal 6 adalah sebagai berikut: 1). usaha mikro memiliki kekayaan bersih (asset) kurang dari Rp. 50.000.000 diluar tanah dan bangunan, omzet tahunan paling banyak Rp. 300.000.000. 2). usaha kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3). usaha menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, memiliki hasil penjualan tahunan Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah). Agribisnis adalah kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi kegiatan dalam bidang pertanian. Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Secara luas, agribisnis berarti "bisnis berbasis sumber daya alam". Obyek agribisnis dapat berupa tumbuhan, hewan, ataupun organisme lainnya. Fungsi agribisnis terdiri dari kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan secara ekonomi, yaitu sektor pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input), produksi primer (on farm), pengolahan (agroindustri), dan pengemasan. Fungsifungsi tersebut kemudian disusun menjadi suatu sistem, dimana masing-masing sektor di atas menjadi subsistem dari sistem agribisnis dengan dukungan dari lembaga penunjang salah satunya adalah lembaga keuangan. Semua subsistem ini
8
penting dan bagaimana investasi diarahkan ke setiap subsistem menjadi pertimbangan strategis.
Subsistem input (hulu)
Subsistem on-farm
Subsistem Pengolahan (hilir)
Subsistem Pemasaran
Subsistem Penunjang (Pertanian, Keuangan, Penelitian, dll)
Gambar 1. Sistem Agribisnis dan Subsistem Penunjangnya Sumber: Saragih (2003)
Dalam arti luas agribisnis tidak hanya mencakup kepada industri makanan saja. Seiring perkembangan teknologi, pemanfaatan produk pertanian berkaitan erat dengan farmasi, teknologi bahan, dan penyediaan energi. Cakupan obyek pertanian yang dianut di Indonesia meliputi budidaya tanaman (termasuk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan), kehutanan, peternakan, dan perikanan. 2.3. Permasalahan UMKM Menurut Arif dan Wibowo (2004) dalam Handoyo (2009), permasalahan yang dihadapi UKM meliputi masalah pemasaran produk, teknologi, pengelolaan keuangan, kualitas sumberdaya manusia dan permodalan. Sedangkan menurut Sumardjo (2001) dalam Handoyo (2009), permasalahan yang dihadapi oleh UKM disebabkan oleh : 1. posisi dalam persaingan rendah karena lemahnya informasi tentang kondisi lingkungan yang menyangkut pemasok, peraturan/kebijakan pemerintah, kecenderungan perubahan pasar/teknologi baru sehingga memiliki daya saing rendah. 2. usaha kecil sering tidak memiliki catatan mengenai usahanya secara teratur dan sistematis karena sering tercampur antara modal usaha dengan uang untuk rumah tangga, sehingga kesulitan untuk memperoleh dana dari bank.
9
3. kekurangmampuan pengusaha kecil untuk mengakses ke bank karena tidak adanya agunan untuk memenuhi tuntunan audit akuntansi dari bank. 4. keluar masuknya karyawan usaha kecil dengan intensitas yang tinggi yang disebabkan oleh rendahnya upah, ketidakjelasan masa depan, tidak adanya jaminan sosial dan kepastian usaha, sehingga sering ditinggalkan karyawan yang terampil. Iwantono (2006) dalam Handoyo (2009) juga mengemukakan tentang permasalahan UKM di Indonesia yang sangat bervariasi. Permasalahan tersebut meliputi : 1. Akses pasar, umumnya UKM tidak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai pasar. Mereka tidak memahami dan tidak memiliki informasi tentang pasar potensial atas barang dan jasa yang dihasilkan. Selain itu, pelaku UKM juga tidak memahami sifat dan perilaku konsumen pembeli hasil produksinya dan juga sering gagal bertransaksi dalam kegiatan ekspor karena tidak terbiasa dengan praktek-praktek bisnis internasional. 2. Kelemahan dalam pendanaan dan akses pada sumber pembiayaan. Hal ini dikarenakan oleh adanya keterbatasan UKM dalam penyediaan dukungan keuangan yang bersumber dari internal usaha. Ketersediaan dana melalui berbagai kredit masih terbatas, prosedur perolehan yang rumit dan persyaratan yang cukup membebani seperti persyaratan administratif dan penjaminan 3. Kelemahan dalam organisasi dan manajemen. Dalam hal ini, sumberdaya manusia yang dimiliki UKM sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan rendah, tidak memiliki keterampilan manajemen dan bisnis yang memadai. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku UKM akan mengalami kesulitan untuk berinteraksi dan bersaing dengan pelaku bisnis lainnya yang memiliki keterampilan manajemen moderen. 4. Kelemahan dalam kapasitas dan penguasaan teknologi. Para pelaku UKM mengalami kesulitan dalam menghasilkan produk yang selalu dapat mengikuti perubahan permintaan pasar, sehingga barang-barang yang dihasilkan umumnya konvensional, kurang mengikuti perubahan model, desain baru, pengembangan produk dan tidak menyadari pentingnya mempertahankan hak paten.
10
5. Kelemahan dalam jaringan usaha. Jaringan bisnis merupakan unsur dalam penetrasi pasar dan keunggulan bersaing. Kualitas SDM yang masih rendah dalam penguasaan teknologi informasi, mengakibatkan UKM pada umumnya belum mampu membangun jaringan bisnis. Cara-cara pemasaran maupun pengadaan bahan baku masih terbatas pada cara-cara konvensional sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi pasar melalui pengembangan jaringan usaha. 2.4. Karakteristik Wirausaha Kamus Internasional Cambridge, Inggris (Cambridge International Dictionary of English), mendefinisikan karakteristik sebagai kombinasi dari sifatsifat istimewa seseorang atau tempat, yang membuat mereka berbeda dari yang lain dalam (www.dictionary.cambridge.org/define). Karakteristik juga dapat didefinisikan sebagai ciri khas atau bentuk-bentuk watak atau karakter yang dimiliki setiap individu, corak tingkah laku, tanda khusus yang melekat pada diri setiap wirausaha. Karakter sendiri berarti watak, tabiat, pembawaan, kebiasaan menurut kamus ilmiah populer. Karakteristik wirausaha menurut Longenecker et al. (2001) sebagai berikut: 1) Keinginan untuk mengambil risiko Risiko yang diambil para wirausahawan didalam memulai dan waktu menjalankan bisnisnya berbeda-beda. Misalnya dengan menginvestasikan uang miliknya, mereka mendapat risiko keuangan. Dan jika mereka meninggalkan pekerjaannya, mereka mempertaruhkan kariernya. Tekanan dan waktu yang dibutuhkan untuk memulai dan menjalankan bisnisnya juga mendatangkan risiko bagi keluarganya. 2) Percaya diri J. B Rotter seorang psikolog, mengemukakan bahwa kesuksesan wirausaha tergantung pada usaha mereka sendiri yang mempunyai pengendalian yang disebut Internal Locus of Control. Sebaliknya wirausaha yang merasa bahwa hidupnya dikendalikan oleh besarnya keberuntungan atau nasib mempunyai pengendalian yang disebut sebagai Eksternal Locus of Control. Oleh karena itu wirausaha yang sukses adalah orang yang percaya pada diri sendiri,
11
karena orang yang mempunyai keyakinan pada dirinya sendiri merasa dapat menjawab tantangan yang ada di depan mereka. 3) Kebutuhan akan keberhasilan Psikologi mengakui bahwa tiap orang berbeda dalam tingkat kebutuhan akan keberhasilannya. Orang yang mempunyai tingkat kebutuhan keberhasilan menurun, terlihat puas dengan status yang dimiliki pada saat ini, sedangkan orang dengan tingkat kebutuhan keberhasilan meningkat senang bersaing dengan standar keunggulan dan memilih untuk bertanggung jawab secara pribadi atas tugas yang dibebankan kepadanya, dalam David Mc Cleland (1961) dalam Longenecker et al. (2001). 4) Kepemimpinan. Memiliki watak mampu memimpin, dapat bergaul dengan orang lain, menanggapi saran dan kritik. 5) Keorisinilan. Memiliki watak inovatif, kreatif, fleksibel, banyak sumber, serba bisa, dan memiliki banyak pengetahuan. Menurut Ibnoe Soedjono (2006) kemampuan kewirausahaan merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam mengkombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras dan keberanian menghadapi risiko untuk memperoleh peluang. Faktor internal wirausaha seperti kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja seorang wirausaha. 2.5. Tujuan Berwirausaha Widodo (2005) dalam bukunya berjudul jendela cakrawala kewirausahaan mengemukakan sembilan faktor utama motivasi yang dapat dijadikan tujuan bagi seseorang menjalankan bisnis dan ingin sukses. Faktor-faktor ini meliputi: 1) keinginan memperoleh pendapatan tambahan (extra income) 2) ingin memiliki usaha (bisnis) sendiri (Business Owner) 3) ingin memperluas relasi 4) ingin mencapai pengembangan diri 5) ingin membantu orang lain 6) ingin memiliki waktu luang 7) ingin mencapai kondisi bebas finansial 8) ingin memasuki masa pensiun dengan tenang 9) ingin meninggalkan warisan
12
Bagaimana urutan prioritas dari tujuan yang ingin dicapai dengan menjalankan bisnis bergantung kepada masing-masing orang. Maksudnya faktor penggerak atau motivasi utama mana yang paling kuat sehingga dia ingin mengembangkan dirinya. Terkait dengan kewirausahaan, faktor mana yang paling kuat dan menjadi tujuan sehingga membuatnya melaksanakan suatu bisnis wirausaha. Kedudukan atau kekuatan faktor penggerak itu sangat personal sifatnya setiap orang bisa berbeda tujuannya dalam berbisnis. 2.6. Kesuksesan Usaha Menurut Syahrial (1998), sukses adalah kemampuan mengenal potensi diri dan megoptimalkan potensi tersebut. Pribadi yang sukses adalah pribadi yang mendayagunakan potensinya sehingga bermanfaat bagi orang banyak. Dimensi kesuksesan menurut Syahrial, di antaranya : 1) Mengenal potensi diri dan mengoptimalkannya. 2) Tidak diukur secara materi, kekuasaan, atau status sosial. 3) Diukur dari nilai manfaatnya bagi orang lain. 4) Tetap dikenang secara luas meski sudah meninggal. Sedangkan faktor-faktor kondusif untuk sukses, antara lain : 1) Keluarga yang harmonis dan demokratis. 2) Pendidikan formal dan non formal. 3) Pergaulan dengan teman-teman yang sukses. 4) Lingkungan masyarakat yang kondusif. Faktor-faktor penghambat untuk meraih sukses berupa : 1) Adanya sikap tidak percaya diri. 2) Mental yang cepat puas, santai, dan feodal. 3) Sistem pendidikan nasional yang kurang memperhatikan sikap kritis, keberanian, dan kreativitas siswa. 4) Sistem politik yang cenderung represif. Menurut Riyanti (2003), keberhasilan usaha diukur dari tingkat kemajuan yang dicapai perusahaan dalam hal akumulasi modal, jumlah produksi, jumlah pelanggan, perbaikan sarana fisik, perluasan usaha, dan kepuasan kerja karyawan. Keberhasilan seorang wirausaha tidak semata-mata diukur dalam bentuk uang, tetapi juga melihat kemajuan dalam proses bisnis internal perusahaan dan
13
kepuasan kerja karyawan. Ukuran dari kesuksesan seorang wirausaha antara lain adalah : 1) Kelangsungan hidup usaha. 2) Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya. 3) Meningkatkan kesejahteraan keluarga. 4) Meningkatkan kualitas hidup bagi para pemakai produk. 2.7. Penelitian Terdahulu Penelitian Maybelle (2009) yang berjudul Analisis Pengaruh Sikap dan Norma Subyektif Terhadap Intensi Perilaku Dalam Pembelian Jasa Produk Percetakan di Wilayah Industri Percetakan Jakarta Barat Dengan Studi Kasus di Jalan Muwardi bertujuan untuk menganalisis pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi perilaku pembelian jasa produk percetakan dengan obyek penelitian adalah kartu undangan. Pengambilan sampel dengan metode survei dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden yang merupakan pelanggan jasa percetakan. Alat analisis yang digunakan adalah korelasi dan determinasi, analisis regresi berganda, pengujian hipotesis dengan uji T dan uji F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pembeli jasa percetakan sebagian besar adalah laki-laki (79%), berusia diatas 30 tahun (44%), pendidikan terakhir SLTA (43%), sudah menikah (60%), bekerja sebagai karyawan swasta (34%), dan pengeluaran belanja dalam sebulan sebesar Rp 1,5 juta sampai 3 juta (37%). Sikap seseorang dalam mempertimbangkan dalam pembelian produk percetakan berupa kartu undangan dilihat melalui (1) harga yang kompetitif, (2) kualitas cetakan, (3) desain produk, (4) ketepatan waktu, (5) kecakapan pegawai dan (6) sistem pembayaran. Faktor sikap yang paling mempengaruhi dalam pembelian jasa produk percetakan adalah harga yang kompetitif. Norma Subyektif yang berlaku di lingkungan masyarakat yang mempengaruhi pembelian kartu undangan yaitu (1) perlunya memberikan informasi kepada kerabat dekat melalui kartu undangan, (2) motivasi untuk selalu berinteraksi dengan kerabat dekat melalui kartu undangan, dan (3) keharusan memberi kartu undangan bila dilakukan sebuah acara keluarga. Norma subyektif yang paling mempengaruhi pembelian jasa produk percetakan adalah keharusan memberi kartu undangan bila dilakukan sebuah acara keluarga.
14
Pada analisis korelasi didapatkan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,706 maka interpretasi korelasi tersebut bermakna kuat. Nilai koefisien determinasi atau R square sebesar 0,498, nilai ini memberikan makna bahwa kedua variabel bebas yaitu sikap dan norma subyektif memberikan kontribusi sebesar 49,8 persen terhadap peningkatan atau penurunan intensi berperilaku, sedangkan sisanya yaitu sebesar 50,2 persen dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel bebas seperti lokasi tempat usaha percetakan yang berdekatan dengan responden atau lainnya. Pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi berperilaku dalam pembelian jasa produk percetakan dapat diwakilkan oleh model regresi yaitu: Yintensi berperilaku = 1,174+0,040Xsikap+0,585Xnorma subyektif sehingga variabel norma subyektif merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap intensi berperilaku daripada variabel sikap, hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai koefisien regresi norma subyektif 0,585 lebih besar dari nilai koefisien regresi sikap 0,040. Hubungan antara Y dengan Xsikap dan Xnorma subyektif bergerak secara linier, jika Xsikap mengalami peningkatan maka Yintensi berperilaku juga akan mengalami peningkatan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji T dan uji F. Ada tiga hipotesis yang diuji dalam penelitian ini dan ketiga pengujian hasilnya sama yaitu tolak H0. Hipotesis pertama didapatkan bahwa sikap berperilaku untuk membeli produk percetakan kartu undangan berpengaruh signifikan terhadap intensi berperilaku. Hipotesis kedua didapatkan bahwa norma subyektif dalam memberikan informasi dan bersilaturahmi melalui kartu undangan memberikan pengaruh secara signifikan terhadap intensi berperilaku. Hipotesis ketiga didapatkan bahwa sikap dan norma subyektif secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap intensi berperilaku. Rochmania (2009) meneliti tentang pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi penggunaan mobile messenger XL. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna mobile messenger XL adalah perempuan yang berkuliah di Atma Jaya Jakarta, angkatan 2006, berasal dari fakultas ekonomi, pengeluaran pulsa per bulan antara Rp 50.001-Rp 100.000, hanya memiliki satu buah HP, memiliki HP berbasis GSM. Variabel bebas terdiri dari sikap dan norma subyektif.
15
Sikap diukur melalui keyakinan dari dalam diri terhadap suatu hal dan juga dengan keinginan untuk mewujudkan apa yang diyakininya tersebut. Inti pertanyaan dari kuesioner untuk variabel sikap meliputi (1) Mobile Messenger XL dapat memudahkan dalam berkomunikasi, (2) memudahkan dalam networking, (3)
Mobile Messenger XL dapat
Mobile Messenger XL dapat digunakan
dimana saja, (4) Mobile Messenger XL memiliki harga yang murah. Norma subyektif diukur melalui keyakinan lingkungan sosial disekitarnya dan motivasi untuk mengikuti saran dari orang lain. Inti dari pertanyaan kuesioner untuk variabel norma subyektif meliputi (1) saran dari teman untuk menggunakan Mobile Messenger XL karena kemudahan berkomunikasi, (2) saran dari teman untuk menggunakan Mobile Messenger XL karena kemudahan networking, (3) saran dari teman untuk menggunakan Mobile Messenger XL karena dapat digunakan dimana saja, (4) saran dari teman untuk menggunakan Mobile Messenger XL karena harganya yang murah. Berdasarkan hasil korelasi Pearson didapatkan angka korelasi 0,500 untuk variabel sikap dan 0,650 untuk variabel norma subyektif dalam hubungannya dengan intensi. Hasil korelasi Spearman didapatkan angka korelasi 0,491 untuk variabel sikap dan 0,556 untuk variabel norma subyektif sehingga norma subyektif memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap intensi dibandingkan dengan sikap. Pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi penggunaan Mobile Messenger XL dapat diwakili dengan analisis regresi berganda, didapatkan persamaan: Yintensi = -0,503 + 0,058Xsikap+0,090Xnorma subyektif. Kemudahan berkomunikasi merupakan faktor sikap yang membuat responden yakin untuk menggunakan Mobile Messenger XL, faktor norma subyektif yang paling membuat responden menggunakan Mobile Messenger XL adalah saran dari teman karena harganya yang murah. Sikap dan norma subyektif secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap intensi dibuktikan melalui uji F dengan hasil tolak H0. Penelitian yang akan dilakukan ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Maybelle (2009) dan Rochmania (2009). Perbedaan dengan penelitian Maybelle (2009) dan Rochmania (2009) adalah dari sisi obyek yang diteliti. Obyek yang diteliti pada penelitian Maybelle (2009) adalah pembeli jasa produk percetakan
16
kartu undangan dan obyek penelitian Rochmania (2009) adalah mahasiswa Atma Jaya Jakarta yang menggunakan Mobile Messenger XL, sedangkan pada penelitian ini obyek yang diteliti adalah wirausaha UMKM di Kecamatan Ciampea, Bogor. Inti pertanyaan kuesioner untuk variabel sikap dan norma subyektif dalam penelitian ini menggunakan sembilan faktor motivasi utama bagi seseorang dalam menjalankan bisnis yang dikemukakan oleh Widodo (2005) dalam bukunya yang berjudul jendela cakrawala kewirausahaan. Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan pada satu hipotesis saja karena sudah cukup mewakili hubungan sikap, norma subyektif dan intensi. Penelitian ini menggunakan teori tindakan beralasan yang dihubungkan dengan segi ekonomi atau bisnis dan sering diistilahkan dengan psikologi bisnis.
17
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 .
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) Icek Ajzen dan Martin Fishbein bergabung untuk mengeksplorasi cara untuk memprediksi perilaku dan hasil. Teori tersebut bertujuan untuk membangun hubungan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), minat (intention) dan perilaku (behavior), teori tersebut dinamakan Teori Tindakan Beralasan atau theory of reasoned action (2006). Teori tersebut merupakan perluasan model yang berfokus pada penentuan perilaku yang diharapkan. Teori Tindakan Beralasan mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti serta beralasan dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal: Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-norma subyektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama normanorma subyektif membentuk suatu intensi atau niat berperilaku tertentu. Berdasarkan teori tindakan beralasan, perilaku seseorang ditentukan oleh behavioral intention (BI) untuk melakukan suatu perilaku, behavioral intention adalah tingkat minat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. Behavioral intention secara bersama-sama ditentukan oleh sikap (attitude) dan subjective norm (SN). Sikap diartikan sebagai perasaan positif atau negatif seseorang ketika melakukan perilaku tertentu. Subjective norm mengarah pada persepsi seseorang bahwa kebanyakan orang yang penting baginya berpikir bahwa ia harus atau tidak harus melakukan perilaku tertentu. Sikap ditentukan oleh keyakinan (beliefs) yang paling menonjol tentang konsekuensi dari melakukan perilaku yang dihasilkan dari evaluasi. Sedangkan SN ditentukan sebagai hasil dari normative beliefs dan motivasinya untuk mengikuti harapan (motivation to comply). Behavioral intention merupakan niat (intensi) untuk melakukan suatu perilaku. Niat (intensi) adalah kemungkinan yang dianggap oleh individu akan dapat dicapai bila melakukan satu perilaku tertentu. Behavioral intention akan menghasilkan actual behavior atau perilaku sehari-hari. Teori ini menegasakan,
18
sikap dan norma subyektif akan menentukan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku.
Attitude Toward
Beliefs
Behavior (A) Behavioral
Evaluation
---------
intention (BI)
Actual Behavior
Normative beliefs Subjective Norm Motivation to comply
(SN)
Gambar 2. Theory of Reasoned Action (TRA) Sumber : Davis et. al. 1989:984
Dalam bentuknya yang paling sederhana, teori tindakan beralasan dapat dinyatakan sebagai berikut dalam fungsi matematika:
dimana BI adalah perilaku atau tindakan, AB adalah sikap seseorang, W sebagai bobot yang diperoleh secara empiris, SN adalah norma subyektif seseorang berkaitan dengan kepercayaan atau persepsi yang mereka miliki. Fungsi matematika ini dikemukakan oleh Hale (2003). 3.1.2. Sikap (Attitude) Menurut Leon G. Schiffman dan Lazar L. Kanuk : “ Attitude is a learned predisposition to respond in a consistency favorable or unfavorable manner with respect to a given object” (Schiffman, 2004, p.200) artinya: sikap merupakan kecenderungan yang diperoleh dari hasil belajar dengan jalan menyenangi atau tidak menyenangi secara konsisten terhadap suatu obyek yang diberikan. Sikap terdiri dari dua indikator utama yaitu value of expectation outcome yakni nilai yang dimiliki oleh seseorang individu yang mendorongnya untuk memiliki sikap tertentu atas suatu perilaku serta expectation outcome atau harapan yang akan terjadi jika satu individu memiliki sikap untuk berperilaku tertentu.
19
Sikap dipengaruhi oleh nilai yang dimiliki dan dikumpulkan seseorang sepanjang hidupnya. Pembentukan nilai dapat melalui pengalaman langsung, informasi, pengaruh dari orang lain, maupun dari pribadi atau individu sendiri yang memaknai pengalaman orang lain. Sedangkan menurut David O. Sears, sikap didefinisikan sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perpetual, dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu (Sears, 1999, p. 137). Sikap ini dilakukan individu berdasarkan pandangannya terhadap suatu obyek melalui proses belajar baik dari pengalaman ataupun dari yang lainnya. Proses belajar ini dapat terjadi karena pengalaman-pengalamanya sendiri dengan obyek-obyek sikapnya, tetapi dapat juga diperoleh melalui orang-orang di sekitarnya atau lingkungan sosialnya termasuk kultur budaya setempat. Ciri-ciri
sikap
menurut
Walgita
1995,
p.
58
dalam
www.digilib.petra.ac.id : a. sikap bukan dibawa orang sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang hidup b. sikap dapat berubah, karena itu sikap dapat dipelajari orang c. sikap tidak berdiri sendiri, tapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu obyek. Sikap dibentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan obyek tertentu yang dirumuskan dengan jelas d. obyek sikap dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga berkenaan dengan satu obyek saja, dengan sederetan obyek-obyek serupa e. sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat ini membedakan sikap dari kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang Dale (2003) menyatakan bahwa sikap dibentuk dari kombinasi pengalaman, kondisi sosial dan kepribadian. Sikap ditunjukan dalam bentuk perilaku, kebanyakan metode pelatihan dengan mengubah sikap akan mengubah keyakinan seseorang akan sesuatu dan akhirnya merubah perilaku seseorang.
20
3.1.3. Norma Subyektif (Subjective Norm) Norma subyektif terdiri dari dua indikator utama yaitu nilai normatif (normative belief) dan motivasi untuk mengikuti saran dari orang lain (motivation to comply). Norma subyektif merupakan penilaian yang dimiliki oleh orang lain atas tindakan tertentu. Norma subyektif merupakan persepsi bagaimana keluarga dan teman kita akan menerima hasil dari perilaku serta tingkatan yang mempengaruhi apakah suatu perilaku merupakan hasil dari bujukan (motivasi untuk memenuhi keinginan orang lain). Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang terhadap
obyek
tertentu.
Persepsi
merupakan
aktivitas
mengindera,
mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapan-harapan, nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain-lain. Persepsi merupakan suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan,
penilaian,
pendapat,
merasakan dan menginterpretasikan sesuatu
berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala kejadian-kejadiannya. Persepsi juga merupakan proses psikologis sebagai hasil penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir. Persepsi seseorang akan mempengaruhi proses belajar (minat) dan mendorong untuk melaksanakan sesuatu (motivasi) belajar. Oleh karena itu menurut Walgito (1981, dalam www.infoskripsi.com) , persepsi merupakan kesan yang pertama untuk mencapai suatu keberhasilan. Persepsi seseorang dalam menangkap informasi dan peristiwa-peristiwa menurut Muhyadi (1989, dalam www.infoskripsi.com) dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: 1) orang yang membentuk persepsi itu sendiri, khususnya kondisi intern (kebutuhan, kelelahan, sikap, minat, motivasi, harapan, pengalaman masa lalu dan kepribadian), 2) stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu (benda, orang, proses dan lain-lain), 3) stimulus dimana pembentukan persepsi itu terjadi
21
baik tempat, waktu, suasana (sedih, gembira dan lain-lain). 3.1.4. Perilaku Wirausaha Perilaku merupakan hasil dari pengolahan dan perpaduan antara sikap dan norma subyektif serta minat ke tindakan nyata. Fishbein menyatakan bahwa teori ini terbatas pada tingkat kesesuaian (correspondence) karena teori ini bertujuan untuk memprediksi perilaku, sikap dan tujuan yang sesuai dengan pola tindakan, target, konteks dan waktu. Sehingga, teori ini hanya dapat diaplikasikan pada jenis perilaku yang memerlukan pemikiran sebelum melakukan tindakan. Pengambilan keputusan yang irasional, kebiasaan atau perilaku lain yang dilakukan secara tidak sadar tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan teori tindakan beralasan. Perilaku pada dasarnya berorientasi tujuan, atau dengan kata lain pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh manfaat tertentu. Satuan perilaku yang utama adalah aktivitas. Nyatanya, semua perilaku merupakan suatu rangkaian aktivitas. Perilaku (behavior) dalam psikologi dipandang sebagai reaksi yang bersifat sederhana maupun kompleks, Azwar (1998). Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmojo 2003). Perilaku merupakan suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Perilaku dapat dibedakan ke dalam tiga yaitu (1) pengetahuan atau kognitif, (2) sikap (afektif), dan (3) keterampilan atau tindakan (psikomotorik). Alma (2000) mengemukakan tiga tipe wirausaha: 1. Wirausaha yang memiliki inisiatif 2. Wirausaha yang mengorganisir mekanis sosial ekonomi untuk menghasilkan sesuatu 3. Wirausaha yang menerima risiko atau kegagalan Perilaku wirausaha adalah segala kegiatan atau aktivitas manusia dalam menemukan peluang berusaha dan secara kreatif menggunakan potensi-potensi dirinya untuk mengenali produk, mengelola dan menentukan cara produksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
22
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Keberhasilan seorang wirausaha tidak semata-mata hanya bergantung dengan skala usaha, jumlah modal yang dimilikinya, dan jumlah uang yang dihasilkan dari bisnisnya tetapi keberhasilan seorang wirausaha sangat tergantung pada dirinya sendiri dan orang-orang yang ada disekitarnya. Faktor internal seorang wirausaha yang dapat mempengaruhi keberhasilan yang paling utama adalah sikap. Faktor sikap memiliki peranan yang penting karena akan menentukan tindakan atau perilaku apa yang akan dilakukan oleh seseorang tanpa dipengaruhi oleh faktor eksternal. Sikap ditentukan oleh keyakinan (beliefs) seseorang terhadap sesuatu ketika melakukan suatu perilaku dan ditentukan juga oleh kemauan seseorang untuk melakukan suatu perilaku yang telah diyakininya. Faktor eksternal datang dari orang-orang disekitar yang dianggap penting dan berpengaruh dalam perilaku seorang wirausaha. Pengaruh orang-orang sekitar terlihat dengan adanya norma subyektif. Norma subyektif ditentukan dari keyakinan orang-orang yang dianggap penting dan berpengaruh dalam perilaku seorang wirausaha dan motivasi dari seorang wirausaha untuk mengikuti apa yang disarankan oleh orang-orang yang penting bagi dirinya. Dengan menggunakan teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein (2006), hubungan antara sikap, norma subyektif, minat dan perilaku dapat dibangun. Sehingga perilaku seorang wirausaha dapat diteliti dan dijelaskan dengan baik menggunakan teori ini. Penelitian ini menganalisis karakteristik individu, karakteristik usaha dari wirausaha UMKM agribisnis di Kecamatan Ciampea, sikap, norma subyektif dan intensi menjadi wirausaha sukses dengan analisis statistika deskriptif. Setelah itu pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi menjadi wirausaha sukses dianalisis dengan analisis regresi berganda. Karakteristik individu yang akan diteliti meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, lama menjalankan usaha, pendapatan per bulan. Karakteristik usaha yang akan diteliti meliputi bahan baku, keunggulan produk, jumlah tenaga kerja, produksi per bulan, besar investasi, penjualan tahunan, laba pertahun, dan sumber permodalan. Sedangkan untuk kuesioner teori tindakan beralasan, variabel bebas meliputi sikap dan norma subyektif, sikap
23
terdiri dari nilai dalam diri individu yang mengharapkan sesuatu hasil, dan hasil yang diharapkan. Norma subyektif terdiri dari norma yang diyakini dan motivasi untuk mengikuti saran dari orang lain. Variabel terikat meliputi intensi menjadi wirausaha sukses. Hasil dari penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi menjadi wirausaha sukses di Kecamatan Ciampea, Bogor sehingga dapat menjadi bahan masukan bagi pengembangan kewirausahaan terutama di UMKM Kabupaten Bogor. Kerangka pemikiran operasional dari penelitian ini dapat terlihat pada Gambar 3.
Sikap :
Norma Subyektif :
- Nilai dari individu yang
- Norma yang diyakini
mengharapkan suatu hasil
- Motivasi mengikuti saran dari
- Hasil yang diharapkan
orang lain
Intensi Menjadi Wirausaha Sukses
Keterangan : = Batasan penelitian Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional
24
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan obyek yang akan diteliti, yaitu wirausaha UMKM agribisnis di Kecamatan Ciampea berdasarkan data dari Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Bogor. Pelaksanaan penelitian dilakukan dari April hingga Mei 2010. 4.2. Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah wirausaha UMKM agribisnis di Kecamatan Ciampea. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability sampling. Pengambilan sampel probabilitas adalah suatu metode pemilihan sampel, di mana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara acak dengan pengundian. Cara undian ini dilakukan dengan memberi nomor-nomor pada seluruh anggota populasi, lalu secara acak dipilih nomor-nomor sesuai dengan banyaknya jumlah sampel yang dibutuhkan. Pengambilan sampel dilakukan tanpa pengembalian agar satu responden tidak mendapatkan kuesioner dua kali. Penentuan jumlah sampel atau responden ditentukan berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2005) : n
N 1 Ne 2
Keterangan : N = Jumlah populasi n = Jumlah Sampel atau Responden Ne = Kesalahan dalam mengambil sampel yang ditetapkan sebesar 10 % Berdasarkan data dari Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Bogor diketahui bahwa jumlah UMKM di Kecamatan Ciampea tahun 2009 adalah 393 wirausaha. Dalam penelitian ini yang menjadi
25
populasi adalah UMKM agribisnis di Kecamatan Ciampea yang jumlahnya sebanyak 262 wirausaha, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak n
262 72 1 262(10%) 2
untuk pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner menggunakan 10 responden maka jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 62 orang. 4.3. Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer mencakup wawancara langsung dengan kepala kasi ekonomi di kantor Kecamatan Ciampea, observasi langsung, dan wawancara responden wirausaha UMKM agribisnis di Kecamatan Ciampea yang masih menjalankan usahanya melalui pengisian kuesioner berupa pertanyaan yang terkait dengan topik penelitian.
Data tersebut digunakan untuk menganalisis
sikap, norma subyektif dan intensi menjadi wirausaha sukses. Dengan demikian, data yang akan digunakan jika dilihat dari waktunya merupakan data cross section. Data sekunder diperoleh dari beberapa buku, internet, skripsi, dan artikel yang berkaitan dengan materi penelitian, data dari Badan Pusat Statistik (BPS), data yang diperoleh dari Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Bogor dan data dari Kantor Kecamatan Ciampea. Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, penyimpan data elektronik, dan alat pencatat. Untuk memastikan bahwa kuesioner yang digunakan dapat dipercaya dan valid, maka dilakukan uji reliabilitas dan uji validitas. Menurut Umar (2005), uji validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur sedangkan reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Apabila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur sesuatu yang sama dan menghasilkan pengukuran yang relatif konsisten maka alat pengukur tersebut dapat dikatakan andal. Dikatakan reliable atau dapat dipercaya, apabila mantap atau stabil, dapat diandalkan (dependability) dan dapat diramalkan (predictability).
26
4.4. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk penelitian ini dilaksanakan selama sebulan pada periode bulan April-Mei 2010. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan pengisian kuesioner kepada wirausaha UMKM sebagai responden. Menurut Juanda (2007), observasi adalah salah satu instrumen pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan secara teliti dan sistematis mengenai gejala-gejala yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk melihat karakteristik usaha wirausaha UMKM agribisnis sekaligus mengecek jawaban dari responden. Wawancara adalah pengumpulan data dengan bertanya jawab langsung antara peneliti dengan responden atas pertanyaan-pertanyaan yang tercantum dalam kuesiner agar dapat menghindari bias yang kemungkinan dapat terjadi. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk mendapatkan data mengenai sikap, norma subyektif dan intensi menjadi wirausaha sukses di Kecamatan Ciampea, Bogor. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang dibagikan kepada responden untuk diisi kemudian dikembalikan pada peneliti. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data mengenai karakteristik usaha, sikap, norma subyektif dan intensi yang dimiliki oleh wirausaha UMKM Agribisnis. Kuesioner terdiri dari beberapa bagian, antara lain: karakteristik responden, karakteristik usaha, inti kuesioner yang berisi pertanyaan tentang sikap, norma subyektif, dan intensi. 4.5. Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh akan diolah agar dapat disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Pengolahan data untuk penelitian ini menggunakan metode : 1) Uji validitas dan reliabilitas uji validitas dilakukan untuk mengukur seberapa kuesioner dapat diyakini dan valid, uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur seberapa kuesioner dapat diandalkan. Hasil uji validitas menunjukkan semua pertanyaan valid untuk digunakan dalam penelitian dan hasil uji reliabilitas menunjukkan semua pertanyaan yang reliabel untuk digunakan dalam penelitian. Hanya pertanyaan yang sudah valid dan reliabel saja yang ditanyakan kepada responden. Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilakukan terhadap
27
10 orang responden sebagai pengujian awal kuesioner. Jumlah pertanyaan yang akan diuji ada 18 pertanyaan (9 pertanyaan sikap dan 9 pertanyaan norma subyektif). 2) Analisis deskriptif. Menurut Natzir (1999), analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk melihat penyebaran data dalam satu variabel. Dalam analisa deskriptif, data-data yang didapat dari pertanyaan dalam kuesioner tersebut diolah, disederhanakan, dianalisis dan disajikan dalam tabel frekuensi secara deskriptif agar mudah dimengerti. 3) Statistik deskriptif Statistik deskriptif merupakan salah satu metode pengolahan data yang hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keteranganketerangan mengenai suatu data, keadaan, atau fenomena. Penarikan kesimpulan pada statistik deskriptif hanya ditujukan pada kumpulan data yang ada (Hasan 2003). Pada penelitian ini, metode statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis skor sikap, dan skor norma subyektif yang dimiliki oleh wirausaha UMKM. Skor sikap, dan skor norma subyektif diketahui dari skor jawaban kuesioner yang diisi oleh responden berdasarkan rentang skala Likert (1-5), yaitu menjadi lima kriteria preferensi jawaban, jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1, jawaban tidak setuju diberi skor 2, jawaban netral diberi skor 3, jawaban setuju diberi skor 4, dan jawaban sangat setuju diberi skor 5. Untuk mewakili keseluruhan skor yang terdapat dalam data, digunakan ukuran nilai pusat. Jenis ukuran nilai pusat yang dipakai adalah rata-rata hitung (mean). Rata-rata hitung adalah nilai rata-rata dari data yang ada. Rata-rata hitung secara umum dapat ditentukan dengan rumus :
28
4)
Korelasi Analisis ini digunakan untuk melihat bagaimana sikap dan norma subyektif dalam hubungannya dengan intensi untuk menjadi wirausaha sukses. Selain itu juga dapat diketahui sejauh mana sikap dan norma subyektif mempengaruhi intensi seseorang. Dalam penelitian ini dilakukan dua analisis korelasi yaitu analisis korelasi Pearson dan analisis korelasi Spearman. Perhitungan korelasi dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 13.
5)
Uji Signifikansi Uji signifikansi digunakan untuk mengukur statistik melalui perhitungan nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai statistik F (Uji F). Dalam pengujian ini, dibutuhkan data regresi yang telah diolah dengan menggunakan SPSS versi 13. Teknik pengujian meliputi: 1. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Semakin dekat nilai R2 dengan nilai 1, maka semakin tepat regresi yang terbentuk untuk meramalkan variabel terikat. 2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji signifikansi simultan (Uji F) pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat atau tidak. Uji hipotesis dimasukkan sebagai berikut: H0 : Variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. H1 : Variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Kriteria keputusan (berdasarkan probabilitas): a. Jika signifikansi > 0,05 maka hipotesis H0 diterima b. Jika signifikansi < 0,05 maka hipotesis H0 ditolak dan terima H1
6)
Analisis Regresi Berganda Persamaan regresi adalah persamaan garis yang mempelajari pola hubungan antara suatu variabel tak bebas (dependent variable) dengan satu atau lebih
29
variabel bebas (independent variable). Analisis regresi berganda dilakukan bertujuan untuk menganalisis pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi menjadi wirausaha sukses. Intensi menjadi wirausaha sukses sebagai variabel tak bebas (Y), sedangkan yang menjadi variabel bebasnya adalah sikap (X1), dan norma subyektif (X2), persamaan regresinya sebagai berikut:
Keterangan : Y = Intensi menjadi wirausaha sukses, X1 = Sikap, X2 = Norma Subyektif, a = Konstanta, b1 = Nilai koefisien variabel bebas ke-1, dan e = Error term. Perhitungan regresi berganda menggunakan SPSS versi 13 yang hasil analisisnya berupa koefisien regresi masing-masing variabel independen. Dengan analisis regresi berganda dapat meminimalkan penyimpangan antara nilai aktual di lapangan dan nilai estimasi variabel dependen berdasarkan data. 4.6. Definisi Operasional Berikut ini adalah beberapa istilah penting yang digunakan dalam penelitian ini: 1.
Wirausaha Mikro Agribisnis adalah seseorang yang memiliki usaha yang kekayaan bersih (asset) kurang dari 50 juta rupiah diluar tanah dan bangunan tempat usaha serta usahanya mengenai sektor pertanian, perikanan, peternakan dan kehutanan.
2.
Wirausaha Kecil Agribisnis adalah seseorang yang memiliki usaha yang kekayaan bersih (asset) 50 juta sampai dengan paling banyak 500 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta usahanya mengenai sektor pertanian, perikanan, peternakan dan kehutanan.
3.
Wirausaha Menengah Agribisnis seseorang yang memiliki usaha yang kekayaan bersih (asset) lebih dari 500 juta sampai dengan paling banyak 10 milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta usahanya mengenai sektor pertanian, perikanan, peternakan dan kehutanan. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yakni:
30
a. Variabel bebas merupakan
variabel
yang
mendasari
pendugaan.
Variabel
ini
merupakan variabel penduga. Sikap dan Norma subyektif merupakan faktor pembentuk intensi terhadap perilaku.Sikap dan norma subyektif yang dimiliki terhadap perilaku wirausaha dijadikan sebagai variabel bebas. Dalam kuesioner penulis memecah kembali kedua variabel tersebut kedalam beberapa bagian sesuai indikatornya, yaitu: i. Sikap Merupakan kecenderungan untuk memberikan respon atas sesuatu. Sikap
cenderung
diperoleh
dari
hasil
belajar dengan jalan
menyenangi atau tidak menyenangi secara konsisten terhadap suatu obyek yang diberikan. Terdiri dari: - Value of expected outcome yaitu nilai dari dalam diri individu yang mengharapkan suatu hasil. Pada kuesioner penelitian indikatornya berupa penilaian seorang wirausaha terhadap apa yang dapat diperoleh dengan menjadi seorang wirausaha. Menurut Widodo (2005) ada sembilan keuntungan yang bisa diperoleh dengan menjadi seorang wirausaha, yaitu: ingin memperoleh pendapatan tambahan, ingin memiliki usaha sendiri, ingin memperluas relasi, ingin mencapai pengembangan diri, ingin membantu orang lain, ingin memiliki waktu luang, ingin mencapai kondisi bebas finansial, dapat memasuki masa pensiun dengan tenang, dan dapat meninggalkan warisan - expectation of outcome yaitu hasil yang diharapkan. Pada kuesioner penelitian indikatornya berupa seberapa ingin seorang wirausaha mendapatkan
kesembilan
keuntungan
dengan
berwirausaha
tersebut. ii Norma Subyektif Merupakan persepsi seseorang akan anggapan orang lain terhadap suatu hal. Norma subyektif adalah persepsi bagaimana keluarga dan teman kita akan menerima hasil dari perilaku. Terdiri dari:
31
- normative beliefs yaitu norma yang diyakini. Pada kuesioner penelitian indikatornya ialah penilaian dari orang lain apakah mereka menyarankan kepada seorang wirausaha untuk menjadi wirausaha sukses karena kesembilan keuntungan berwirausaha tersebut. - motivation to comply yaitu motivasi untuk mengikuti saran dari orang lain. Pada kuesioner penelitian indikatornya ialah seberapa tingkat seorang wirausaha mengikuti saran dari orang lain untuk menjadi
wirausaha
sukses
karena
kesembilan
keuntungan
berwirausaha. b. Variabel terikat Merupakan variabel yang diperkirakan atau diduga nilainya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah intensi menjadi wirausaha sukses yang otomatis akan mempengaruhi terhadap perilaku sehari-hari. 4.
Perilaku Wirausaha adalah segala kegiatan atau aktivitas manusia dalam menemukan peluang berusaha dan secara kreatif menggunakan potensipotensi dirinya untuk mengenali produk, mengelola dan menentukan cara produksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya
32
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Potensi UMKM di Kecamatan Ciampea Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam daerah pengembangan Kabupaten Bogor wilayah Barat, yang mempunyai luas wilayah sekitar 55,63 km2.
Gambar 4. Peta Wilayah Kecamatan Ciampea Sumber: Kantor Kecamatan Ciampea
33
Kecamatan Ciampea terdiri dari 13 desa, yaitu desa Cibanteng, desa Benteng, desa Ciampea, desa Bojong Rangkas, desa Cibadak, desa Cicadas, desa Cibuntu, desa Ciampea Udik, desa Tegal Waru, desa Cinangka, desa Bojong Jengkol, desa Cihideung Udik, desa Cihideung Ilir. Letak setiap desa dapat dilihat pada peta Kecamatan Ciampea, Gambar 4. Kecamatan Ciampea terdapat 43 Dusun, 120 Rukun Warga (RW), serta 470 Rukun Tetangga (RT), dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 4. Jumlah RT dan RW di Kecamatan Ciampea Tahun 2008 No
Desa
Rumah Tangga
Rukun Tetangga
Rukun Warga
1
Ciampea Udik
1.668
27
9
2
Cinangka
2.929
39
9
3
Cibuntu
2.067
26
7
4
Cicadas
2.533
29
9
5
Tegal Waru
2.204
38
6
6
Bojong Jengkol
2.193
30
8
7
Cihideung Udik
3.353
45
14
8
Cihideung Hilir
2.491
24
5
9
Cibanteng
3.619
41
7
10
Bojong Rangkas
2.867
35
8
11
Cibadak
2.588
34
6
12
Benteng
2.913
39
7
13
Ciampea
2.557
27
6
Jumlah
34.002
434
101
Sumber: Registrasi Penduduk, Kecamatan Ciampea dalam Angka Tahun 2009
Menurut data bidang UMKM di Kantor Kecamatan Ciampea, jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kecamatan Ciampea seluruhnya berjumlah 393 usaha dengan pembagian 50 persen usaha mikro, 40 persen usaha kecil dan 10 persen usaha menengah. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kecamatan Ciampea yang tergolong agribisnis berjumlah 262 usaha. Usaha di Kecamatan Ciampea yang tergolong agribisnis antara lain: berbagai jenis usaha keripik dan kerupuk, usaha budidaya jamur tiram, usaha ternak ayam, usaha ternak kambing, usaha jaket parasut, usaha tas kulit imitasi, usaha pembuatan tahu dan tempe, usaha kerajinan bongsang, besek dan bunga kering, usaha pembenihan berbagai jenis ikan, usaha budidaya ikan gurame, usaha kue dan roti, usaha nata de koko, usaha pakaian, usaha toko pakan ternak, dan usaha tanaman obat.
34
Kecamatan Ciampea mempunyai beraneka ragam jenis UMKM. Potensi UMKM pada masing-masing desa di Kecamatan Ciampea sebagai berikut: 1.
desa Cibanteng, usaha yang terdapat di desa ini antara lain: usaha bongsang, pembuatan tahu, pembenihan ikan mas, pembuatan roti, kerupuk, jaket parasut.
2.
desa Benteng, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha bongsang dan besek.
3.
desa Ciampea, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha tas kulit, usaha emping jengkol, aneka keripik dan yogurt.
4.
desa Bojong Rangkas, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha tas kulit, dompet kulit dan usaha pakaian jadi.
5.
desa Cibadak, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha keripik pisang, keripik singkong dan kerupuk kulit.
6.
desa Cicadas, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha jaket parasut dan pakaian jadi.
7.
desa Cibuntu, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha-usaha perikanan seperti: budidaya gurame, pembenihan ikan bawal dan pembenihan lele jumbo dan gurame.
8.
desa Ciampea Udik, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha budidaya jamur tiram, usaha pakan ikan, usaha ternak ayam, dan ternak kambing.
9.
desa Tegal Waru, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha tas kulit, usaha tanaman obat, toko pakan ternak, pembenihan patin, kerupuk spesial, kerajinan besek dan bongsang.
10. desa Cinangka, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha pembuatan keripik pisang dan usaha budidaya jamur tiram. 11. desa Bojong Jengkol, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha pembuatan tempe. 12. desa Cihideung Udik, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha jaket parasut, usaha pakan ikan dan usaha kerupuk tahu. 13. desa Cihideung Ilir, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha kerajinan bunga kering, usaha nata de koko, usaha pakan ikan, usaha pakaian jadi dan usaha tas kulit.
35
5.2. Kondisi UMKM Wirausaha UMKM di Kecamatan Ciampea paling banyak mengusahakan tas kulit dan jaket parasut sehingga persaingan di antara sesama wirausaha pembuat tas kulit dan jaket parasut sangat ketat dan ditambah lagi adanya persaingan dengan industri besar tas kulit dan jaket di Kota Bogor. Margin pendapatan yang didapatkan wirausaha UMKM pembuat tas kulit dan jaket parasut di Kecamatan Ciampea jumlahnya kecil, tetapi pesanan tas kulit dan jaket parasut dari daerah Bogor dan Jakarta tidak pernah habis. Oleh karena itu usaha mikro, kecil dan menengah untuk usaha tas kulit dan jaket parasut bisa bertahan sampai sekarang ini. Jenis usaha yang unik dan masih jarang diusahakan oleh wirausaha UMKM di Kecamatan Ciampea adalah usaha emping jengkol, budidaya jamur tiram, usaha nata de koko dan usaha tanaman obat. Usaha tersebut masih sangat berpotensi untuk dikembangkan, terutama dari segi pemasarannya. Pemasaran usaha tersebut masih bisa ditingkatkan karena wirausaha yang mengusahakan emping jengkol, budidaya jamur tiram, nata de koko dan tanaman obat belum ada pembeli tetap serta belum ada saluran pemasarannya. Peluang bagi wirausaha lain yang ingin ikut mengusahakan emping jengkol, jamur tiram, nata de koko dan tanaman obat juga masih terbuka lebar, prospeknya cerah dan belum jenuh tingkat persaingannya. Kondisi UMKM secara umum di Kecamatan Ciampea meliputi: 1. masih sangat sedikit UMKM yang memiliki izin usaha, terutama pada usaha mikro karena tidak membutuhkan surat izin dalam menjalankan usahanya. Usaha kecil hanya beberapa yang memiliki surat izin. Surat izin yang telah dimiliki oleh usaha kecil meliputi Surat Keterangan Usaha (SKU). Usaha kecil yang telah memiliki SKU seperti usaha konveksi jaket yang dimiliki oleh pak Asep, usaha keripik enak yang dimiliki oleh pak Ismail dan usaha keripik singkong yang dimiliki oleh pak Rafik Hidayat. Usaha Menengah beberapa sudah ada yang memiliki Surat Izin Usaha Pribadi (SIUP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Usaha Menengah yang telah memiliki SIUP dan NPWP contohnya seperti usaha konveksi jaket pak Inan, usaha tas kulit milik pak Mimih dan usaha kerupuk kulit rambak milik Euis Urbaiti.
36
2. Kebanyakan usaha mikro, kecil dan menengah merupakan usaha keluarga (home industry) yang produk-produknya merupakan buatan rumah tangga sendiri dengan proses pembuatan produk yang sederhana dan tenaga kerjanya merupakan anggota keluarga, tetangga disebelahnya dan teman dekatnya. Produk yang dihasilkan cenderung sama modelnya, sulit untuk mengikuti perubahan model baru sesuai permintaan pasar, kurang adanya pengembangan produk dan tidak menyadari pentingnya hak paten. Hal seperti inilah yang membuat daya saing produk UMKM terhadap produk industri serupa sangat rendah. Manajemen secara profesional belum dilakukan di usaha mikro, untuk usaha kecil dan menengah sudah ada beberapa yang menerapkan sistem manajemen dan organisasi yang profesional. 3. Kelancaran pengadaan bahan baku UMKM masih kurang karena masih banyak UMKM yang berproduksi secara tidak teratur bergantung dari adanya dana untuk membeli bahan baku, stok bahan baku yang ada dan pasokan dari pihak yang memesan produk UMKM. Pemasaran dari produk usaha mikro dilakukan pada tingkat lokal saja, produk usaha kecil pemasarannya ada yang dilakukan pada tingkat kabupaten dan ada juga yang masih pada tingkat lokal, sedangkan pemasaran usaha menengah sudah dilakukan pada tingkat kabupaten, tingkat propinsi dan tingkat nasional. Usaha mikro dan kecil cenderung pasif menunggu datangnya pembeli dan adanya pesanan. Sudah ada satu usaha menengah yang berhasil memasarkan produknya pada tingkat ekspor yaitu usaha jaket CV. Aryani Collection. 4. Permodalan UMKM banyak yang menggunakan modal sendiri. Usaha mikro dan kecil sering tidak memiliki catatan mengenai usahanya secara teratur dan sistematis karena sering tercampur antara modal usaha dengan uang untuk rumah tangga sehingga sulit untuk mendapatkan pinjaman dari bank. Usaha menengah sudah memiliki pencatatan keuangan yang teratur dan sistematis. 5.4. Kondisi Perekonomian Kecamatan Ciampea merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bogor serta termasuk di wilayah pengembangan dan pembangunan di Bogor Barat. Secara umum kondisi perekonomian masyarakat di Kecamatan Ciampea sampai saat ini masih di bawah garis kemiskinan dengan mata
37
pencaharian yang beraneka ragam, namun secara garis besar sebagian penduduk bekerja sebagai petani dan buruh. Wilayah ini diharapkan dapat berfungsi sebagai pengembangan permukiman, pariwisata, kerajinan, pertanian, perikanan, dan pelestarian sumberdaya air. Sarana perekonomian yang ada di Kecamatan Ciampea antara lain Koperasi Unit Desa (KUD) sebanyak 12 unit, Koperasi Produksi sbanyak 5 unit, Koperasi lainnya sebanyak 3 unit, pasar umum sebanyak 1 unit, pasar bangunan permanen sebanyak 1 unit, pasar bangunan semi permanen sebanyak 401 unit, toko/ kios/warung sebanyak 645 unit. Selain itu terdapat juga industri, antara lain industri besar sebanyak 17 lokasi, industri sedang sebanyak 12 lokasi, industri kecil sebanyak 75 lokasi, dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebanyak 393 lokasi, semua industri tersebut tersebar di 13 desa. Jenis usaha lain yang terdapat di Kecamatan Ciampea yaitu rumah makan/warung makan sebanyak 46 unit dan perdagangan sebanyak 670 unit. Pada bidang pertanian di Kecamatan Ciampea sudah berkembang kegiatan pertanian
berupa
pertanian
lahan
basah,
agrowisata,
lahan
kering/perkebunan/palawija. Dalam bidang peternakan dan perikanan, Kecamatan Ciampea merupakan sentra peternakan unggas potong, yang hasilnya untuk pasokan bagi masyarakat Ibukota Negara Jakarta, Kota Tangerang serta Kota Depok begitu pula perikananya sebagai penyedia benih ikan untuk daerah sekitar seperti Kabupaten Bogor dan Sukabumi serta daerah Parung. Pada saat ini Kecamatan Ciampea sedang diupayakan untuk dapat bertumbuh kembangnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang memproduksi tas dan jaket untuk pemasaran di Jabodetabek. Kendala yang dihadapi pada UMKM tersebut yaitu harga jualnya kalah bersaing dengan tas dan jaket yang berasal dari pabrik besar di Kota Bogor. 5.2. Kondisi Kependudukan Jumlah penduduk Kecamatan Ciampea sampai dengan akhir bulan Desember 2008 (Sensus Daerah) tercatat sebanyak 34.389 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 140.944 jiwa yang terdiri atas laki-laki sebanyak 73.359 jiwa dan perempuan sebanyak 67.585 jiwa. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Ciampea sebanyak 46,02 jiwa/km2.
38
Tabel 5. Luas Lahan (Ha) Berdasarkan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Ciampea No
Desa
Sawah
Perumahan
Lainnya
Jumlah
1
Ciampea Udik
184,63
47,92
29,45
262,00
2
Cinangka
190,00
120,00
30,00
340,00
3
Cibuntu
148,40
48,15
57,45
254,00
4
Cicadas
165,70
145,30
9,00
320,00
5
Tegal Waru
205,00
70,84
62,16
338,00
6
Bojong Jengkol
127,23
63,52
21,25
212,00
7
Cihideung Udik
191,50
68,30
24,20
284,00
8
Cihideung Hilir
78,00
38,74
61,26
178,00
9
Cibanteng
37,00
75,00
50,00
162,00
10
Bojong Rangkas
15,00
84,00
5,00
104,00
11
Cibadak
26,00
70,00
18,00
114,00
12
Benteng
21,00
162,50
65,00
248,50
13
Ciampea
30,00
153,00
63,00
246,00
Jumlah 1419,46 1.147,27 495,77 Sumber : Dinas Pertanian, Kecamatan Ciampea dalam Angka Tahun 2009
3062,50
Jumlah penduduk yang termasuk ke dalam angkatan kerja sebanyak 77.144 jiwa, yang terdiri atas laki-laki sebanyak 37.876 jiwa dan perempuan sebanyak 39.268 jiwa (Kecamatan dalam Angka, 2009). Penduduk Kecamatan Ciampea mempunyai pekerjaan yang beraneka ragam, namun secara garis besar sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani dan buruh. Keadaan masyarakat berdasarkan mata pencahariannya, dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 6. Jumlah Penduduk (Jiwa) Kecamatan Ciampea Berdasarkan Mata Pencaharian No Mata Pencaharian 1 Petani pemilik lahan 2 Petani penggarap sawah 3 Buruh tani 4 Pengusaha 5 Pengrajin 6 Buruh industri 7 Pertukangan 8 Buruh pertambangan 9 Pengemudi 10 Pedagang 11 TNI/Polri 12 Pegawai Negeri Sipil 13 Lain-lain
Jumlah 2.235 3.286 3.905 4.905 10.223 2.564 1.254 6.149 591 11.414 189 991 2.061
Sumber : Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea Tahun 2009
39
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur hal yang sama. Hasil pengukuran dapat dipercaya, apabila beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama selama aspek yang diukur tidak berubah. validitas (validity) menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Suatu instrumen dianggap sudah cukup reliable atau dapat diandalkan bilamana α > 0,6. Selanjutnya apabila nilai hasil perhitungan (α) dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan skala yang sama (0 sampai dengan 1), maka ukuran kemantapan
Cronbach
Alpha
dapat
diinterpretasikan
sebagai
berikut
(Simanjuntak, 2010): 1.
0,00 – 0,20 berarti kurang reliabel
2.
0,21 – 0,40 berarti agak reliabel
3.
0,41 – 0,60 berarti cukup reliabel
4.
0,61 – 0,80 berarti reliabel
5.
0,81 – 1,00 berarti sangat reliabel Uji validitas dilakukan dengan menggunakan uji validitas setiap
pertanyaan kuesioner berdasarkan kerangka teori dari konsep yang akan diukur. Validitas ditentukan dengan jalan mengkorelasikan antara skor masing-masing item dengan total skor masing-masing item. Jika r-hitung lebih besar dari r-tabel pada taraf kepercayaan (signifikansi) tertentu, berarti instrumen yang dibuat memenuhi kriteria validitas atau instrumen tersebut valid. Sebaliknya, jika angka korelasi yang diperoleh (r-hitung) lebih kecil dari rtabel (berkorelasi negatif), berarti pertanyaan tersebut bertentangan dengan pertanyaan lainnya atau instrumen tersebut tidak valid. Bila koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor total seluruh indikator, positif dan lebih besar dari 0,3 (r > 0,3), maka instrumen tersebut sudah valid (Simanjuntak, 2010). Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap variabel bebas penelitian yaitu sikap dan norma subyektif. Pengujian awal kuesioner dilakukan dengan 10 orang responden. Jumlah pertanyaan yang akan diuji ada 18 pertanyaan, sembilan pertanyaan untuk setiap variabel bebasnya.
40
6.1.1. Sikap Tabel 7. Uji Reliabilitas Kuesioner Variabel Nilai Cronbach’s Alpha Sikap 0,957 Norma Subyektif 0,952
Jumlah Pertanyaan 9 9
Tabel 8. Uji Validitas Terhadap Variabel Sikap Pertanyaan
Memperoleh pendapatan tambahan Memiliki usaha sendiri Memperluas relasi Mencapai pengembangan diri Membantu orang lain Memiliki waktu luang Mencapai kondisi bebas finansial Memasuki masa pensiun dengan tenang Meninggalkan warisan
Ukuran rata-rata bila pertanyaan diabaikan
Ukuran Variasi bila pertanyaan diabaikan
Nilai total korelasi
27,500
30,167
0,648
Nilai Cronbach’s Alpha bila pertanyaan diabaikan 0,961
28,000
26,556
0,910
0,948
28,300 28,900
29,511 28,656
0,827 0,800
0,957 0,955
28,450
28,081
0,888
0,952
29,500
25,444
0,870
0,950
28,850
23,892
0,914
0,948
29,550
23,192
0,975
0,945
29,350
22,892
0,942
0,948
Pada Tabel 7 terlihat bahwa dari hasil perhitungan, diperoleh nilai reliabilitas keseluruhan atau Cronbach’s Alpha reliabel sikap sebesar 0,957. Hasil ini menunjukkan bahwa instrumen kuesioner untuk mengukur sikap yang digunakan pada penelitian ini sudah reliabel karena nilai hasil perhitungannya (α) berada pada kisaran 0,81 – 1,00 yang berarti sangat reliabel. Hasil perhitungan validitas variabel sikap dapat terlihat dari corrected item-total correllation pada Tabel 8. Nilai corrected item-total correllation pada masing-masing pertanyaan untuk variabel sikap sebesar 0,648; 0,910; 0,827; 0,800; 0,888; 0,870; 0,914; 0,975; 0,942. Semua nilai corrected item-total correllation bernilai positif dan lebih besar dari 0,3. Oleh karena itu variabel sikap dalam penelitian ini sudah valid karena nilai koefisien korelasi (r) yang dihasilkan pada masing-masing pertanyaan bernilai positif dan lebih besar dari 0,3. Sembilan
41
item variabel sikap ini diputuskan untuk dipertahankan dan dipakai dalam kuesioner karena sudah valid dan reliabel. 6.1.2. Norma Subyektif Tabel 9. Uji Validitas Terhadap Variabel Norma Subyektif Pertanyaan
Saran untuk memperoleh pendapatan tambahan Saran untuk memiliki usaha sendiri Saran untuk memperluas relasi Saran untuk mencapai pengembangan diri Saran untuk membantu orang lain Saran untuk memiliki waktu luang Saran untuk mencapai kondisi bebas finansial Saran untuk memasuki masa pensiun dengan tenang Saran untuk meninggalkan warisan
Ukuran rata-rata bila pertanyaan diabaikan
Ukuran Variasi bila pertanyaan diabaikan
Nilai total korelasi
28,400
15,156
0,807
Nilai Cronbach’s Alpha bila pertanyaan diabaikan 0,949
29,050
12,914
0,953
0,938
29,300
14,678
0,842
0,946
29,750
14,236
0,881
0,943
29,400
14,989
0,709
0,951
29,950
15,247
0,781
0,950
29,550
11,969
0,826
0,953
29,850
13,836
0,955
0,939
29,950
12,192
0,903
0,943
Hasil perhitungan pada Tabel 7 diperoleh, nilai reliabilitas keseluruhan atau Cronbach’s Alpha variabel norma subyektif sebesar 0,952. Hasil ini menunjukkan bahwa instrumen kuesioner untuk mengukur norma subyektif yang digunakan pada penelitian ini sudah reliabel karena nilai hasil perhitungannya (α) berada pada kisaran 0,81 – 1,00 yang berarti sangat reliabel. Hasil perhitungan validitas dapat terlihat dari corrected item-total correllation pada Tabel 9. Nilai corrected item-total correllation pada masingmasing pertanyaan untuk variabel norma subyektif sebesar 0,807; 0,953; 0,842; 0,881; 0,709; 0,781; 0,826; 0,955; 0,903. Semua nilai corrected item-total
42
correllation bernilai positif dan lebih besar dari 0,3. Oleh karena itu variabel norma subyektif dalam penelitian ini sudah valid karena nilai koefisien korelasi (r) yang dihasilkan pada masing-masing pertanyaan bernilai positif dan lebih besar dari 0,3. Sembilan item variabel norma subyektif ini diputuskan untuk dipertahankan dan dipakai dalam kuesioner karena sudah valid dan reliabel. 6.2. Karakteristik Responden Karakteristik responden yang dianalisis adalah jenis kelamin, umur, status pernikahan, pendidikan terakhir, lama usaha, dan pendapatan per bulan. Tabel 10. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) Laki-laki
45
73
Perempuan
17
27
Total
62
100
Pada Tabel 10 diatas terlihat bahwa responden laki-laki sebesar 73 persen, lebih banyak dari responden perempuan sebesar 27 persen. Hal ini terjadi karena lebih banyak laki-laki yang menjalankan usaha dan menjadi responden pada penelitian ini. Tabel 11. Karakteristik responden berdasarkan umur Kelompok Umur Jumlah
Persentase (%)
(Tahun) 20 - <40
22
35
40 - < 60
38
62
60 – 80
2
3
> 80
0
0
Total
62
100
Umur responden dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu umur 20 – kurang dari 40 tahun, umur 40 – kurang dari 60 tahun, umur 60 – 80 tahun, dan 80 tahun ke atas. Pada Tabel 11 terlihat bahwa dari pengelompokkan tersebut kelompok umur dengan jumlah responden terbesar adalah kelompok umur 40 – kurang dari 60 tahun, yaitu sebesar 62 persen. Kemudian jumlah responden
43
terbesar kedua adalah kelompok umur 20 – kurang dari 40 tahun yaitu sebesar 35 persen. Jumlah responden terbesar ketiga adalah 60 – 80 tahun sebesar 3 persen. Tidak ada responden yang berumur lebih dari 80 tahun dikarenakan pada umur ini sudah memasuki masa pensiun, sudah tidak produktif dan sudah tidak kuat bekerja lagi. Tabel 12. Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan Status Pernikahan Jumlah Persentase (%) Menikah
61
98
Belum menikah
1
2
Total
72
100
Jika karakteristik responden dikelompokkan berdasarkan status nikah responden, yaitu apakah responden telah menikah atau belum maka berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa mayoritas responden berstatus menikah yaitu sebesar 98 persen, dan sisanya hanya 2 persen yang berstatus belum menikah. Tabel 13. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase (%) SD
35
56
SMP
14
23
SMA
10
16
Sarjana
3
5
Total
62
100
Tingkat pendidikan responden terdiri dari SD, SMP, SMU, dan Sarjana. Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SD yaitu sebesar 56 persen, diikuti oleh SMP (23 persen), SMA (16 persen), kemudian pada urutan terakhir terdapat 5 persen responden yang berpendidikan Sarjana.
44
Tabel 14. Karakteristik responden berdasarkan pendapatan per bulan Pendapatan per bulan Jumlah Persentase (%) < Rp 500.000
5
8
Rp 500.000 - Rp 999.999
14
23
Rp 1000.000 - Rp 2.499.999
14
23
Rp 2.500.000 - Rp 4.999.999
12
19
> Rp 5.000.000
17
27
Total
62
100
Pendapatan responden dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu kurang dari Rp. 500.000, Rp 500.000 – Rp 999.999, Rp 1.000.000 – Rp 2.499.999, Rp 2.500.000 – Rp 4.999.999, dan lebih dari Rp 5.000.000. Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa persentase pendapatan terbesar adalah pada kelompok pendapatan lebih dari Rp 5.000.000 yaitu 27 persen. Kemudian persentase terbesar kedua adalah pada kelompok pendapatan Rp 500.000 sampai Rp 999.999 dan kelompok pendapatan Rp 1.000.000 sampai Rp 2.499.999, yaitu masing-masing sebesar 23 persen dan. Persentase terbesar ketiga pada kelompok pendapatan Rp 2.500.000 sampai Rp 4.999.999 sebesar 19 persen. Sementara persentase kelompok pendapatan kurang dari Rp. 500.000 yang paling sedikit hanya delapan persen. Tabel 15. Karakteristik responden berdasarkan lama usaha Lama usaha (Tahun) Jumlah Persentase (%) 1 – 11
52
83
12 – 22
9
15
23 – 33
1
2
Total
62
100
Lama menjalankan usaha dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu 1 – 11 tahun, 12 – 22 tahun, dan 23 – 33 tahun. Pada Tabel 15 terlihat bahwa kelompok lama berusaha 1 – 11 tahun merupakan kelompok dengan jumlah responden terbesar yaitu 83 persen. Persentase terbesar kedua pada kelompok 12 – 22 tahun yaitu sebesar 15 persen. Persentase kelompok 23 – 33 tahun sebesar dua
45
persen, hal ini terjadi karena hanya sedikit yang menjalankan usaha sampai 33 tahun lamanya. Dari karakteristik responden dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden adalah: laki-laki, berumur 40 sampai kurang dari 60 tahun, sudah menikah, pendidikan terakhir SD, pendapatan per bulan lebih dari Rp 5.000.000, dan telah menjalankan usaha selama 1 sampai 11 tahun. 6.3. Karakteristik Usaha Responden Karakteristik usaha yang dijalankan oleh responden dapat dikelompokkan berdasarkan subsistem agribisnis yaitu subsistem hulu, subsistem onfarm dan subsistem hilir. Pada Tabel 16 dibawah terlihat bahwa Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang bergerak pada subsistem hulu sebesar 6 responden, UMKM yang bergerak pada subsistem onfarm sebesar 7 responden dan pada subsistem hilir sebesar 49 responden. Tabel 16. Karakteristik usaha berdasarkan subsistem agribisnis Kriteria Usaha Hulu On farm Tas Kulit Tahu dan Tempe Kerajinan Pembenihan ikan 5 Makanan Olahan Budidaya Ikan Gurame 1 Jaket Kerupuk dan Keripik Pakaian Jadi Toko Pakan Ternak 1 Budidaya Jamur Tiram 1 Peternakan Ayam 2 Ternak Kambing 1 Tanaman Obat 2 Total 62 6 7 Persentasi (%) 100 10 11
Hilir 17 3 11 2 8 5 3
49 79
Pada subsistem hulu dapat dilihat usahanya berupa pembenihan ikan dan toko pakan ternak. Pembenihan ikan yang dilakukan seperti ikan patin, bawal, mas, lele jumbo dan gurame. Toko pakan ternak menyediakan pakan ikan dan pakan ternak.
46
Bahan baku yang diperlukan dalam usaha pembenihan ikan patin yaitu indukan patin, pakan cacing dan artemia. Bahan baku biasa didapatkan dari balai benih ikan dan biaya pakan membutuhkan Rp. 500.000 untuk membeli pakan cacing dan artemia/bulan. Produksi per bulan bisa didapatkan 100 ekor benih patin yang siap dijual. Bahan baku pembenihan ikan bawal dibutuhkan 4 ekor indukan bawal dan pakan. Bahan baku tersebut diperoleh dari balai benih dan biaya pakan membutuhkan Rp 450.000 untuk pakan/bulan. Setiap bulan benih ikan bawal yang bisa dijual mencapai 2500 benih. Pembenihan ikan mas membutuhkan biaya pakan Rp. 400.000 per bulannya dan setiap bulan bisa menjual 100 benih ikan mas. Biaya pakan yang dibutuhkan untuk lele dan gurame yaitu Rp. 800.000/bulannya dan setiap bulan 2000 benih lele dan 1000 benih gurame dapat dijual. Tabel 17. Bahan Baku, Harga Bahan Baku, Produksi Per Bulan dan Tempat Mendapatkan Bahan Baku UMKM Subsistem Hulu UMKM
Bahan baku
Harga bahan baku (Rp/bulan)
Pembenihan Ikan Mas
empat ekor indukan ikan mas dan pakan indukan patin, pakan cacing dan artemia empat ekor indukan bawal dan pakan indukan lele jumbo dan gurame serta pakan pakan ikan dan pakan ternak
400.000
Pembenihan Patin Pembenihan Bawal Pembenihan Lele Jumbo dan Gurame Toko Pakan Ternak
Tempat mendapatkan bahan baku balai benih ikan dan toko pakan
Produksi per bulan
500.000
balai benih ikan dan toko pakan
100 benih patin
450.000
balai benih ikan dan toko pakan
2500 benih
800.000
balai benih ikan dan toko pakan
2000 benih lele dan 1000 benih gurame
600.000
pasar leuwiliang
100 kg
100 benih ikan mas
Usaha toko pakan ternak membeli bahan baku berupa pakan ikan dan pakan ternak dari pasar Leuwiliang kemudian dijual lagi kepada peternak yang datang ke tokonya. Setiap bulan untuk membeli bahan baku mengeluarkan biaya sebesar Rp 600.000, biasanya pakan ternak yang dapat terjual dalam sebulan mencapai 100 kg. Bahan baku, harga bahan baku dan produksi per bulan UMKM subsistem hulu dapat dilihat pada Tabel 17.
47
UMKM pada subsistem onfarm berupa usaha budidaya gurame, budidaya jamur tiram, peternakan ayam, ternak kambing, dan tanaman obat. Pada usaha budidaya gurame bahan baku yang diperlukan adalah pakan dan benih gurame, bahan baku didapatkan dari toko pakan dan balai benih ikan, benih harganya Rp. 150/benih serta Rp. 6.500/kg pakan. Setiap bulan bisa dihasilkan 200 benih ikan gurame dan 100 kg gurame siap konsumsi. Tabel 18. Bahan Baku, Harga Bahan Baku, Produksi Per Bulan dan Tempat Mendapatkan Bahan Baku UMKM Subsistem Onfarm UMKM
Bahan Baku
Harga Bahan Baku (Rp/bulan)
Tempat Mendapatkan Bahan Baku
Produksi Per Bulan
Budidaya Gurame
benih gurame dan pakan
600.000
balai benih ikan dan toko pakan
100 kg gurame siap konsumsi
Budidaya Jamur Tiram
serbuk gergaji dan biang jamur tiram 10 induk ayam dan pakan
475.000
toko sarana produksi pertanian
3 kg jamur
800.000
toko pakan ternak
50 ekor ayam potong
Ternak Kambing
delapan ekor kambing dan pakan
5.000.000
peternakan kambing di Bogor
2 ekor kambing
Tanaman Obat
bibit tanaman jahe merah, sambiloto
600.000
toko tanaman obat di Bogor
100 tanaman obat
Peternakan ayam
Budidaya jamur tiram membutuhkan bahan baku serbuk gergaji dan biang jamur tiram seharga Rp. 2500 per biangnya di toko sarana produksi pertanian, sebulannya 3 kg jamur bisa dihasilkan untuk dijual. Usaha peternakan ayam membutuhkan bahan baku 10 induk ayam dan pakan, untuk membeli pakan dibutuhkan biaya Rp 150.000/minggu yang dibeli di toko pakan ternak. Dalam sebulan dapat dihasilkan 50 ekor ayam potong. Usaha ternak kambing membutuhkan delapan ekor kambing dan pakan, bahan baku dibeli dari peternakan kambing di bogor seharga Rp. 5000.000. Setiap bulan bisa terjual 2 ekor kambing. Bibit tanaman jahe merah, sambiloto dan mahkota dewa merupakan bahan baku untuk usaha tanaman obat. Bahan baku dibeli dari toko tanaman obat di bogor, harga bibit sekitar Rp. 10.000-20.000 dan setiap bulannya 100 tanaman obat bisa terjual. Bahan baku, harga bahan baku dan produksi per bulan UMKM subsistem onfarm dapat dilihat pada Tabel 18.
48
Pembuatan tas kulit, pembuatan tahu dan tempe, kerajinan, makanan olahan, jaket, kerupuk dan keripik, serta pakaian jadi termasuk dalam subsistem hilir. Bahan baku pembuatan tas kulit adalah kulit imitasi, kulit imitasi beli di Mangga Dua Jakarta dengan harga Rp. 35.000 per meter. Selama satu bulan dapat memproduksi 650 tas kulit. Bahan baku untuk membuat tempe yaitu kedele dan ragi tempe, bahan baku kedelai dikirimkan dari Jakarta sedangkan ragi tempe beli Rp. 5000/kg. Sebulan bisa membuat enam karung tempe. Pembuatan tahu membutuhkan bahan baku kedelai dan kunyit yang didapatkan dari Robinson dan Lawang Seketeng di Bogor. Harga kedelai Rp. 5000/kg dan dalam sebulan bisa membuat 10.000 tahu dengan berbagai ukuran. Usaha kerajinan di Kecamatan Ciampea meliputi bongsang, besek dan bunga kering. Kerajinan bongsang menggunakan bambu sebagai bahan bakunya yang didapat dari membeli di kebun orang dengan harga per bambunya Rp. 50007000, sebulan bisa membuat 400 buah bongsang. Sama seperti bongsang, kerajinan besek juga menggunakan bambu sebagai bahan baku dan membelinya dari kebun orang per bambunya seharga Rp. 5000 per batang, dalam sebulan dapat membuat seribu besek. Usaha bunga kering, bahan bakunya adalah bungabungaan, kulit jagung, batang pohon dan ranting. Bahan baku beli dari pasar bunga di Bogor dengan biaya Rp. 2.000.000 untuk menghasilkan 5000 tangkai bunga kering per bulannya. Usaha makanan olahan meliputi nata de koko, dan roti CRS. Nata de koko menggunakan bahan baku air kelapa, gula pasir, dan cuka. Bahan baku beli di pasar dengan biaya Rp. 60.000/hari dan dalam sebulan bisa membuat 30 kg nata de koko. Pembuatan roti CRS bahan bakunya terigu, mentega, coklat, keju, telor dan bahan lainnya. Bahan baku dibeli dari toko bahan makanan seharga Rp. 100.000/hari dan dalam sebulan bisa memproduksi 650 roti. Usaha pakaian jadi membutuhkan bahan baku kain yang dibeli dari toko kain di ciampea dengan harga semeter kain Rp. 50.000-80.000 tergantung bahan kainnya. Dalam sebulan dapat menyelesaikan 100 potong pakaian. Bahan baku untuk membuat jaket parasut yaitu kain perca dan bahan parasut yang dibeli dari pasar sintex dengan harga Rp. 20.000/kg. Serta dalam sebulan dapat
49
menyelesaikan 10 kodi jaket parasut. Bahan baku, harga bahan baku dan produksi per bulan UMKM subsistem hilir dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Bahan Baku, Harga Bahan Baku, Produksi Per Bulan dan Tempat Mendapatkan Bahan Baku UMKM Subsistem Hilir UMKM
Bahan Baku
Tas Kulit
kulit imitasi
Harga Bahan Baku (Rp/Bulan) 1.050.000
Roti CRS
terigu,mentega,telor
3.000.000
Tempe
kedele dan ragi tempe
500.000
Tahu
kedelai dan kunyit
900.000
Jakarta Robinson dan Lawang Seketeng
Nata de koko
air kelapa, gula, cuka
240.000
Pasar
Bongsang Besek
bambu bambu
100.000 100.000
400 bongsang 1000 besek
Bunga Kering
bunga-bungaan, ranting
2.000.000
Pakaian Jadi
kain kain perca dan bahan parasut sagu tepung,kulit sapi, bumbu dan minyak ampas tahu pisang,singkong,tepung pisang,tepung
560.000
beli dari kebun beli di kebun pasar bunga di Bogor toko kain di Ciampea
500.000 120.000
pasar sintex Warung
1.200.000 350.000 200.000 400.000
Pasar pabrik tahu Pasar Pasar
10 kodi jaket 20 pak 20.000 bungkus 300 plastik 100 plastik 500 plastik
Jaket Kerupuk Special Kerupuk Kulit Rambak Kerupuk Tahu Aneka Keripik Keripik Pisang
Tempat Mendapatkan Bahan Baku
Produksi Per Bulan
Mangga Dua toko bahan makanan
650 tas 650 roti enam karung tempe 10.000 tahu 30 kg nata de koko
5000 tangkai 100 potong
Usaha kerupuk spesial dibuat dengan bahan sagu yang bahannya dibeli di warung seharga Rp. 4000/kg sagu. Dalam sebulan bisa diproduksi 20 pak kerupuk spesial. Pembuatan kerupuk rambak kulit sapi membutuhkan bahan baku tepung, kulit sapi, bumbu dan minyak goreng. Bahan baku dibeli dari pasar dengan harga Rp. 20.000/kg kulit sapi dan Rp. 20.000 untuk bahan-bahan lainnya, dalam sebulan bisa memproduksi 20.000 bungkus kerupuk kulit. Usaha kerupuk tahu menggunakan bahan baku ampas tahu, ampas tahu didapat dari pabrik tahu dan diambil tahunya yang cacat. Tahu yang cacat per kilo Rp. 30.000 dan dalam sebulan bisa diproduksi 300 plastik kerupuk tahu. Usaha aneka keripik menggunakan bahan baku pisang, singkong, dan tepung. Bahan baku dibeli dari pasar dan sehari berbelanja Rp. 50.000 untuk membuat keripik dan sebulan dapat
50
menghabiskan 10 kg singkong serta 10 kg pisang. Usaha keripik pisang membutuhkan bahan baku pisang, tepung dan telor. Bahan baku dibeli dari pasar, sehari belanja Rp. 100.000 untuk membuat keripik dan dalam sebulan dapat menghabiskan 280 kg pisang. Harga produk, jumlah tenaga kerja, gaji tenaga kerja, investasi, omset dan laba/tahun untuk usaha mikro kecil menengah yang bergerak pada subsistem hulu dapat dilihat pada Tabel 20. Investasi yang paling kecil terdapat pada usaha pembenihan ikan mas yaitu sebesar Rp. 1.800.000 dan usaha yang membutuhkan investasi paling besar adalah usaha pembenihan lele jumbo dan gurame sebesar Rp. 6.000.000. Lalu usaha yang menggunakan tenaga kerja paling sedikit adalah usaha pembenihan ikan mas sedangkan usaha yang menggunakan tenaga kerja yang paling banyak adalah usaha pembenihan lele jumbo dan gurame. Untuk usaha yang menghasilkan laba/tahun paling besar adalah usaha toko pakan ternak yang mampu menghasilkan laba sebesar Rp. 40.000.000 per tahun, sedangkan usaha yang menghasilkan laba/tahun yang paling kecil adalah usaha pembenihan bawal sebesar Rp. 2.880.000 per tahun. Tabel 20. Harga Produk, Tenaga Kerja, Gaji Tenaga Kerja, Investasi, Omset dan Laba/Tahun UMKM Yang Bergerak Pada Subsistem Hulu UMKM
Pembenihan Ikan Mas Pembenihan Patin Pembenihan Bawal Pembenihan Lele Jumbo dan Gurame Toko Pakan Ternak
Harga Produk (Rp/unit) 400-600
Tenaga Kerja
Gaji TK (Rp)
Investasi (Rp)
Omset (Rp)
Laba/Tahun (Rp)
1
600.000
1.800.000
22.000.000
18.000.000
200
2
500.000
2.000.000
12.000.000
8.500.000
20.000
2
500.000
3.500.000
8.000.000
2.880.000
100/benih lele dan 200/benih gurame 1.5008.000
4
500.000
6.000.000
22.000.000
15.000.000
2
250.000
2.000.000
60.000.000
40.000.000
Harga produk, jumlah tenaga kerja, gaji tenaga kerja, investasi, omset dan laba/tahun untuk UMKM yang bergerak pada subsistem onfarm dapat dilihat pada Tabel 21. Investasi yang paling kecil terdapat pada usaha budidaya jamur tiram yaitu sebesar Rp. 1.000.000 dan usaha yang membutuhkan investasi paling besar adalah usaha budidaya gurame dan peternakan ayam masing-masing sebesar Rp.
51
5.000.000. Lalu usaha yang menggunakan tenaga kerja paling sedikit adalah usaha budidaya jamur tiram sedangkan usaha yang menggunakan tenaga kerja yang paling banyak adalah usaha peternakan ayam. Untuk usaha yang menghasilkan laba/tahun paling besar adalah usaha tanaman obat yang mampu menghasilkan laba sebesar Rp. 32.000.000 per tahun, sedangkan usaha yang menghasilkan laba/tahun yang paling kecil adalah usaha budidaya jamur tiram sebesar Rp. 1.500.000 per tahun. Tabel 21. Harga Produk, Tenaga Kerja, Gaji Tenaga Kerja, Investasi, Omset dan Laba/Tahun UMKM Yang Bergerak Pada Subsistem Onfarm UMKM
Budidaya Gurame Budidaya Jamur Tiram Peternakan Ayam Ternak Kambing Tanaman Obat
Harga Produk (Rp/unit) 21.000
Tenaga Kerja
5.000
2
25.000
6
1.000.000
2
20.000100.000
3
Gaji TK (Rp)
Investasi (Rp)
Omset (Rp)
Laba/Tahun (Rp)
800.000
5.000.000
27.000.000
20.000.000
100.000
1.000.000
2.000.000
1.500.000
400.000
5.000.000
20.000.000
10.000.000
300.000
2.500.000
12.000.000
6.000.000
500.000
1.500.000
50.000.000
32.000.000
3
Harga produk, jumlah tenaga kerja, gaji tenaga kerja, investasi, omset dan laba/tahun untuk UMKM yang bergerak pada subsistem hilir dapat dilihat pada Tabel 22. Investasi yang paling kecil terdapat pada usaha aneka keripik yaitu sebesar Rp. 100.000 dan usaha yang membutuhkan investasi paling besar adalah usaha tahu sebesar Rp. 100.000.000. Lalu usaha yang menggunakan tenaga kerja paling sedikit adalah usaha besek sedangkan usaha yang menggunakan tenaga kerja yang paling banyak adalah usaha roti CRS. Untuk usaha yang menghasilkan laba/tahun paling besar adalah usaha roti CRS, sedangkan usaha yang menghasilkan laba/tahun yang paling kecil adalah usaha aneka keripik. Dapat dilihat pada Tabel 23, daerah pemasaran Usaha Mikro Kecil Menengah di Kecamatan Ciampea baik yang bergerak pada subsistem hulu, on farm, dan hilir dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu pemasaran di daerah Bogor dan pemasaran di daerah Bogor ditambah dengan pemasaran di luar Bogor. Pemasaran di Bogor seperti yang dilakukan pada usaha aneka keripik, keripik pisang, nata de koko, tahu, tempe, ternak kambing dan lain-lain.
52
Pemasaran di Bogor ditambah dengan pemasaran di luar Bogor seperti contohnya usaha tas yang memasarkan di Tajur serta memasarkannya juga di Mangga Dua Jakarta, usaha bongsang yang memasarkan di Bogor serta di Jakarta, usaha jaket parasut yang memasarkan di daerah Bogor serta di pasar Cipulir, Jakarta Selatan. Tabel 22. Harga Produk, Tenaga Kerja, Gaji Tenaga Kerja, Investasi, Omset dan Laba/Tahun UMKM Yang Bergerak Pada Subsistem Hilir UMKM Tas Kulit Roti CRS Tempe Tahu Nata De Koko Bongsang Besek Bunga Kering Pakaian Jadi Jaket Kerupuk Special Kerupuk Tahu Aneka Keripik Keripik Pisang Kerupuk Kulit Rambak
Harga Produk (Rp/unit) 38.000-40.000 1.000 1.000, 2.000, 3.000, 5.000
TK
Gaji TK (Rp) 850.000 500.000
Investasi (Rp) 2.000.000 20.000.000
Omset (Rp) 65.000.000 260.000.000
Laba/Tahun (Rp) 58.000.000 250.000.000
3.000.000
5.000.000
1.200.000
6
25.00030.000
500
100.000.000
250.000.000
200.000.000
5.000 1.000 7.000-10.000
2 6 1
150.000 100.000 300.000
500.000 800.000 400.000
1.500.000 5.000.000 10.000.000
1.000.000 3.800.000 8.000.000
1.500-2.000
10
400.000
200.000
30.000.000
18.000.000
20.000-50.000 20.000-80.000
3 10
200.000 800.000
5.000.000 5.000.000
21.000.000 60.000.000
20.000.000 54.000.000
500
6
-
1.500.000
50.000.000
44.000.000
3.000
3
900.000
2.000.000
15.000.000
11.000.000
4.000
2
100.000
100.000
1.500.000
1.000.000
6.000
5
200.000
500.000
14.400.000
6.000.000
7.000
6
500.000
50.000.000
155.000.000
150.000.000
4 25 -
Tabel 23. Daerah Pemasaran UMKM Daerah Pemasaran Jumlah
Persentase (%)
Bogor
27
44
Bogor + Luar Bogor
35
56
Total
62
100
6.4. Sikap, Norma Subyektif dan Intensi Menjadi Wirausaha Sukses Terlihat berdasarkan Tabel 24 jumlah responden terbesar memilih alasan menjadi wirausaha karena dapat memperoleh pendapatan tambahan, yaitu sebesar 39 persen. Jumlah responden terbesar kedua memilih alasan menjadi wirausaha
53
karena dapat mencapai kondisi finansial sebesar 24 persen. Jumlah responden yang memilih pilihan dapat memiliki usaha sendiri, membantu orang lain, memiliki waktu luang, memperluas relasi, masing-masing memiliki persentase sebesar 18 persen, delapan persen, delapan persen dan tiga persen. Sedangkan untuk pilihan dapat pensiun dengan tenang, dapat meninggalkan warisan, dan mencapai pengembangan diri, tidak ada responden yang memilih pilihan tersebut sebagai alasan menjadi wirausaha. Responden banyak menjadi wirausaha karena dapat memperoleh pendapatan tambahan. Tabel 24. Alasan Responden Menjadi Wirausaha Alasan menjadi wirausaha Jumlah
Persentase (%)
memperoleh pendapatan tambahan
24
39
memiliki usaha sendiri
11
18
memperluas relasi
2
3
mencapai pengembangan diri
0
0
membantu orang lain
5
8
memiliki waktu luang
5
8
mencapai kondisi bebas finansial
15
24
dapat pensiun dengan tenang
0
0
dapat meninggalkan warisan
0
0
Total
62
100
Pada Tabel 25 terlihat bahwa berdasarkan orang yang dianggap penting responden terbanyak memilih keluarga yaitu sebesar 54 persen. Berarti dapat diketahui bahwa keputusan untuk melakukan tindakan dalam berwirausaha paling banyak dipengaruhi oleh keluarga, yang dimaksud keluarga disini adalah adik, kakak, saudara sepupu, anak atau yang diangkat menjadi keluarga. Kemudian jumlah responden yang memilih orang tua sebesar 19 persen, jumlah responden yang memilih teman sebagai orang yang dianggap penting sebesar 16 persen. Orang tua yang dimaksud disini adalah ayah dan ibu kandung maupun angkat. Terakhir jumlah responden yang paling sedikit memilih pasangan sebagai orang yang dianggap penting sebesar 11 persen, pasangan yang dimaksud disini adalah
54
suami-istri dan pacar. Responden paling banyak menjadi wirausaha dipengaruhi oleh keluarga sebagai orang yang dianggap penting Tabel 25. Orang Yang Dianggap Penting Oleh Responden Orang yang dianggap penting Jumlah Persentase (%) Teman
10
16
Orang tua
12
19
Keluarga
33
54
Pasangan
7
11
Total
62
100
Tidak ada responden yang berpendapat tidak setuju maupun sangat tidak setuju bahwa mereka akan menjadi wirausaha sukses. Terdapat 26 responden (39%) yang menyatakan setuju atas pernyataan di atas dan 30 responden (48%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan di atas, sedangkan 8 responden (13%) menyatakan netral bahwa mereka akan menjadi wirausaha sukses. Sehingga intensi menjadi wirausaha sukses adalah sebesar 87%.
Tabel 26. Intensi “Saya Akan Menjadi Wirausaha Sukses” Frekuensi
%
Sangat setuju
30
48
Setuju
24
39
Netral
8
13
Tidak setuju
0
0
Sangat tidak setuju
0
0
Total
62
100
6.4. Analisis Korelasi Penelitian ini menggunakan korelasi bivariate yang terdiri dari korelasi Pearson dan Spearman. Perhitungan korelasi ini akan digunakan sebagai analisis awal yang kemudian akan dilanjutkan kepada perhitungan regresi linear. 6.4.1. Korelasi Pearson Interpretasi terhadap koefisien korelasi adalah :
55
0,00<X≤ 0,20 : sangat lemah 0,21<X≤ 0,40 : lemah 0,41<X≤ 0,70 : kuat 0,71<X≤ 0,90 : sangat kuat 0,91<X≤ 0,99 : sangat kuat sekali X = 1,00 berarti korelasinya sempurna nilai X adalah koefisien korelasi Pada Tabel Korelasi Pearson diatas dapat dilihat bahwa hasil korelasi antara sikap dan intensi menjadi wirausaha sukses adalah 0,880 yaitu keduanya memiliki korelasi yang kuat. Norma subyektif dengan intensi menjadi wirausaha sukses memiliki korelasi 0,896 sehingga keduanya memiliki korelasi yang sangat kuat. Tabel 27. Korelasi Pearson Skor Norma Subyektif
Skor Sikap Skor Sikap
Korelasi Pearson
1
.915(**)
.880(**)
.000
.000
62
62
62
.915(**)
1
.896(**)
Sig. (dua arah) N Skor Norma Subyektif
Korelasi Pearson
Sig. (dua arah) N Intensi
Intensi
Korelasi Pearson Sig. (dua arah) N
.000
.000
62
62
62
.880(**)
.896(**)
1
.000
.000
62
62
62
** Korelasi signifikan pada nilai 0.01 (dua arah).
6.4.2. Korelasi Spearman Berdasarkan Tabel Korelasi Spearman dapat diketahui bahwa korelasi antara sikap dan intensi menjadi wirausaha sukses adalah sebesar 0,831 yang berarti memiliki hubungan yang sangat erat diantara keduanya. Sedangkan korelasi antara norma subyektif dan intensi menjadi wirausaha sukses adalah sebesar 0,874 yang berarti memiliki hubungan yang sangat erat.
56
Tabel 28. Korelasi Spearman Skor Norma Subyektif
Skor Sikap Spearman's rho
Skor Sikap
Koefisien Korelasi Sig. (dua arah)
1,000
,868(**)
,831(**)
.
,000
,000
62
62
62
,868(**)
1,000
,874(**)
,000
.
,000
62
62
62
,831(**)
,874(**)
1,000
,000
,000
.
62
62
62
N Skor Norma Subyektif
Koefisien Korelasi Sig. (dua arah) N
Intensi
Koefisien Korelasi Sig. (dua arah)
Intensi
N ** Korelasi signifikan pada nilai 0.01 (dua arah).
6.5. Uji Signifikansi Untuk
mengukur
ketepatan
dari
fungsi
regresi
sampel
dalam
memperkirakan nilai aktual dapat diukur dari ketepatan suatu model. Hal tersebut dapat diukur dengan menggunakan nilai koefisien determinasi (R2) dan Uji F. 6.5.1. Uji R Square (R2) Tabel 29. Model Determinan Model R
1
0,908
R2
0,825
R2 yang
Std Error
disesuaikan
Estimasi
0,819
0,28433
Terlihat pada Tabel 29, nilai R Square adalah 82,5 % (0,825). Nilai ini memberikan makna bahwa kedua variabel bebas yaitu sikap dan norma subyektif memberikan kontribusi sebesar 82,5% terhadap penurunan atau peningkatan intensi berperilaku sebagai variabel terikat, sehingga hanya 17,5% yang dijelaskan oleh faktor-faktor diluar model regresi. Dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi (R) = 0,908 maka interpretasi nilai koefisien korelasi tersebut sangat kuat, artinya kedua variabel bebas yaitu sikap dan norma subyektif memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap intensi berperilaku sebagai variabel terikat.
57
6.5.2. Uji Signifikan Simultan (Uji F) Hipotesis pada uji F adalah sebagai berikut: H0 : Variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. H1 : Variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Uji statistik F dilakukan dengan melihat pada tingkat signifikansi sebesar 0,05. Kriteria keputusan berdasarkan probabilitas : a. Jika probabilitas > 0,05, maka hipotesis H0 diterima b. Jika probabilitas < 0,05, maka hipotesis H0 ditolak dan terima H1 Uji statistik F digunakan untuk membuktikan bahwa variabel-variabel bebas (sikap dan norma subyektif) yang dimasukkan ke dalam model regresi mempunyai pengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat (intensi berperilaku). Tabel 30. ANOVA Model Jumlah
df
Rata-rata
Kuadrat
F
Signifikan
138,989
0,00
Kuadrat
1 Regresi
22,472
2
11,236
Residu
4,770
59
0,081
Total
27,242
61
Berdasarkan hasil uji statistik F (ANOVA) pada Tabel 30, diketahui nilai F-hitung didapat sebesar 138,989 > F
0.05,2,59=
3,15 sehingga H0 ditolak. Melalui
uji probabilitas diperoleh nilai signifikansi 0,00 jauh lebih kecil daripada nilai alpha = 0,05 (0,00 < 0,05). Dengan demikian hipotesis H0 ditolak. Dimana variabel bebas (sikap dan norma subyektif) secara simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap intensi perilaku menjadi wirausaha sukses. 6.6. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen serta untuk mengetahui variabel mana yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap intensi berperilaku yang ditunjukkan melalui besarnya nilai koefisien regresi, masing-
58
masing variabel independen memiliki nilai koefisien regresi. Tujuannya adalah untuk meminimalkan penyimpangan antara nilai sebenarnya (aktual) dan nilai perkiraan (estimasi) dari variabel dependen berdasarkan data yang dimiliki peneliti. Berdasarkan pada Tabel 31 di bawah, maka dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut: Y intensi berperilaku = 1,416 + 0,078Xsikap + 0,125Xnorma subyektif Dalam rumusan diatas diketahui hubungan antara Y dan X
norma subyektif
bergerak secara linier. Sehingga bila X
peningkatan, maka Y juga bila X
intensi berperilaku
intensi berperilaku
norma subyektif
sikap
sikap
mengalami
juga akan mengalami peningkatan. Demikian
meningkat, maka Y
peningkatan. Peningkatan Y
terhadap X
intensi berperilaku
intensi berperilaku
juga akan mengalami
akan menjadi lebih kuat jika X
sikap
dan
X norma subyektif secara bersama-sama melakukan peningkatan. Tabel 31. Analisis regresi linier berganda intensi perilaku menjadi wirausaha sukses Koefisien tidak terstandarisasi
Model
Koefisien terstandarisasi t
B 1
(Constant) Skor Sikap Skor Norma Subyektif
Std. Error 1.416
.187
.078
.028
.125
.031
Sig.
Beta 7.589
.000
.374
2.762
.008
.554
4.090
.000
Nilai konstanta bernilai positif sebesar 1,416 menyatakan bahwa jika variabel bebas (sikap dan norma subyektif) dianggap tidak konstan maka akan berpengaruh positif atau searah dengan intensi perilaku menjadi wirausaha sukses. Koefisien regresi sikap memiliki nilai 0,078, hal ini berarti semakin tinggi nilai sikap maka akan berpengaruh positif atau bersifat searah terhadap intensi menjadi wirausaha sukses. Sedangkan koefisien regresi norma subyektif memiliki nilai positif sebesar 0,125, hal ini berarti semakin tinggi nilai norma subyektif dapat mempengaruhi secara positif atau bersifat searah terhadap intensi menjadi wirausaha sukses.
59
Dari perbandingan antara nilai koefisien regresi sikap sebesar 0,078 dan nilai koefisien regresi norma subyektif sebesar 0,125 dapat terlihat bahwa nilai koefisien regresi norma subyektif lebih besar daripada nilai koefisien regresi sikap, sehingga variabel norma subyektif merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang lebih dominan terhadap intensi berperilaku. Hasil ini memberikan makna bahwa intensi berperilaku menjadi wirausaha sukses lebih dominan dipengaruhi oleh adanya norma-norma subyektif dari orang yang dianggap penting sehingga mendukung dan memotivasi seseorang menjadi wirausaha yang sukses.
60
VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi menjadi wirausaha sukses dengan studi kasus UMKM di Kecamatan Ciampea yang telah diuraikan sebelumnya, kesimpulan yang didapat sebagai berikut: 1) Responden memilih menjadi wirausaha karena dapat memperoleh pendapatan tambahan, orang yang dianggap penting menurut responden adalah keluarga dan intensi menjadi wirausaha sukses sebesar 87%. 2) Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Pearson dan Spearman, norma subyektif memiliki pengaruh yang lebih kuat kepada peningkatan intensi dibandingkan dengan sikap. Pada perhitungan Pearson didapatkan angka korelasi 0,880 untuk variabel sikap dan 0,896 untuk variabel norma subyektif dalam hubungannya dengan intensi. Sedangkan perhitungan Spearman menghasilkan korelasi sebesar 0,831 untuk variabel sikap dan 0,874 untuk variabel norma subyektif dalam hubungannya dengan intensi. 3) Sikap dan norma subyektif memberikan kontribusi sebesar 82,5% terhadap peningkatan atau penurunan intensi menjadi wirausaha sukses sedangkan sisanya 17,5% merupakan faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap intensi. 4) Sikap dan norma subyektif bersama-sama berpengaruh terhadap peningkatan intensi untuk menjadi wirausaha sukses. Hal ini dibuktikan dengan nilai F. hitung = 138,989 > F
0.05,2,59=
3,15 serta probabilitas signifikansi pada uji F
sebesar 0,000 yang jauh lebih kecil dari 0,005 (0,00 < 0,05). 5) Pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi menjadi wirausaha sukses dapat terlihat melalui persamaan regresi linier berganda: Y intensi berperilaku = 1,416 + 0,078Xsikap + 0,125Xnorma subyektif hubungan antara Y
intensi berperilaku
secara linier. Sehingga bila X berperilaku
terhadap X sikap
sikap
dan X
norma subyektif
mengalami peningkatan, maka Y
juga akan mengalami peningkatan. Demikian juga bila X
meningkat, maka Y
intensi
berperilaku
bergerak intensi
norma subyektif
juga akan mengalami peningkatan.
61
Peningkatan Y subyektif
intensi berperilaku
akan menjadi lebih kuat jika X
sikap
dan X
norma
secara bersama-sama melakukan peningkatan.
7.2. Saran Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan baik secara praktis maupun akademis dan bisa menjadi masukan adalah sebagai berikut: 1) Wirausaha UMKM di Kecamatan Ciampea harus senantiasa mengingat apa yang ingin diraih dengan berwirausaha, sehingga menjadi lebih fokus untuk menjadi wirausaha sukses. 2) Sebaiknya keluarga memberi dukungan dan motivasi kepada orang terdekat yang ingin menjadi seorang wirausaha. 3) Untuk meningkatkan perekonomian daerah, sektor UMKM harus lebih dikembangkan
karena
UMKM
dapat
menyerap
tenaga
kerja
dan
meningkatkan pendapatan masyarakat, selain itu wirausaha UMKM juga memiliki intensi untuk menjadi wirausaha sukses sehingga berpotensi untuk dibina dan diberi pelatihan untuk mencapai sukses. 4) Walaupun terbukti bahwa sikap dan norma subyektif merupakan faktor yang mempengaruhi intensi menjadi wirausaha sukses, tetapi terdapat faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi intensi menjadi wirausaha sukses. Oleh karena itu penelitian selanjutnya diharapkan melakukan riset yang lebih mendalam tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi intensi tersebut dan melakukan riset lainnya tentang psikologi bisnis.
62
DAFTAR PUSTAKA Ajzen, I dan Fishbein, M. 2006. Memahami, Memprediksi Sikap dan Perilaku Sosial. Englewood Cliffs, NJ : Prentice-Hall Alma, B. 2003. Kewirausahaan. Ed ke-5. Bandung: CV Alfabeta Anonim. 2006. Internet Banking Chapter 2. www.digilib.petra.ac.id/ jiunkpe/s1/eakt/2006.pdf [19 Maret 2010]. Anonim. 2007. Ketenagakerjaan Chapter 2. www.digilib.petra.ac.id/ jiunkpe/eman/2007.pdf [19 Maret 2010]. Anonim. 2008. Pengertian Persepsi. www.infoskripsi .com/artikel [19 Maret 2010]. Azwar, S. 1988. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty [BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2009. Propinsi Jawa Barat dalam angka. Jabar.bps.go.id [ 2 April 2010] Dale, Margaret. 2003. The Art of HRD Developing Management Skills, Meningkatkan Keterampilan Manajemen. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Davis et al. 1989. User acceptance of computer technology: A comparison of two theoretical models. Management Science, 35, 982-1003. Depdikbud. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Departemen Perdagangan dan Koperasi. 2010. Statistik-UKM. Gumbira, S. 1997. Peran Agribisnis pada Pembangunan Indonesia. Jakarta: Tiga Serangkai. Hale, JL, Householder, BJ, & Greene, KL. 2003. The theory of reasoned action In JP Dillard & M. Pfau (Eds.), The persuasion handbook: Developments in theory and practice (pp. 259 – 286). Thousand Oaks, CA: Sage. Thousand Oaks, CA: Sage. Handoyo, Mastuty. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembangan Pembiayaan Syariah Untuk UMKM Agribisnis Pada KBMT Wihdatul UMMAH Kota Bogor. [Skripsi]. Bogor: Program Studi Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Hasan, MI. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Jakarta: Bumi Aksara. Hasanudin, PERSDA. 2010. Untuk Maju Indonesia Butuh 4 Juta Pengusaha. www.Kompas.com. [13 Maret 2010] Hien TT dan Oktavianus Y. 2005. Analisis Karakteristik Wirausaha dalam Mendorong Kesuksesan Pengrajin Kulit di Tanggulangin. [Skripsi]. Surabaya: Program Studi Manajemen, Universitas Kristen Petra. Indikator Makro Ekonomi UMKM. 2009. Statistik UMKM 2009.
63
www.scribd.com/statistik-UMKM-2009 [15 Maret 2010]. Juanda, B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor : IPB Press. Kasmir, 2006. Kewirausahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Kemenpora. 2010. Indonesia Butuh 4 juta Pengusaha Baru. www.kemenpora.go.id. [13 Maret 2010]. Lenniawaty M dan Setiawaty F. 2004. Analisa Karakteristik Wirausahawan dalam Pengembangan Usaha Sendiri di Surabaya Pusat. [Skripsi]. Surabaya: Program Studi Manajemen, Universitas Kristen Petra. Longenecker JG et al. 2001. Kewirausahaan. Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: Salemba Empat. Maybelle, Maria. 2009. Analisis Pengaruh Sikap dan Norma Subyektif Terhadap Intensi Perilaku Dalam Pembelian Jasa Produk Percetakan di Wilayah Industri Percetakan Jakarta Barat. [Tesis]. Jakarta: Sekolah Pascasarjana, UNIKA Indonesia Atma Jaya. Meredith GG et al. 2000. Kewirausahaan. Teori dan Praktek. Andre Asparsayogi, penerjemah; Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo. Natzir M. 1999. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Notoatmojo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta Nugroho, BA. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: ANDI Rakhmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya Ramanti, RP. 2006. Perilaku Wirausaha Wanita Peternak dalam Mencari dan Menerapkan Informasi Usahaternak Ayam Buras (Kasus Kelompok Taniternak ”Tanjung”, Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Bogor. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Riyanti BPD. 2003. Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Grasindo. Rochmania, Aldila. 2009. Pengaruh Sikap dan Norma Subyektif Terhadap Intensi Penggunaan Mobile Messenger XL. [Skripsi]. Jakarta. Fakultas Ilmu Administrasi, UNIKA Indonesia Atma Jaya. Saragih, Bungaran. 2003. Suara dari Bogor Membangun Sistem Agribisnis. IPB Press: Bogor Schiffman , L, G & Kanuk, L. (2004). Consumer Behaviour. New Jersey: Prentice- Hall Inc Sears, David O. 1999. The origins of symbolic racism. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 85(2), Aug 2003, 259-275.
64
Simanjuntak M. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga dan Prestasi Belajar Anak pada Keluarga Penerima Program Keluarga Harapan (PKH) [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Soedjono, A. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sunarya. 2003. Kewirausahaan. Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat. Sutanto A. 2002. Kewiraswastaan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Syahrial Y. 1998. Kiat Sukses Mengembangkan Usaha. Jakarta : Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia dan PT Mutiara Sumber Widya. Umar, H.2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Widodo, Winarso Drajad. 2005. Jendela Cakrawala Kewirausahaan. Bogor: IPB Press. Zimmerer, TW dan Scarborough NM. 2002. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Jakarta: Prenhallindo
65
LAMPIRAN
66
Lampiran 1. Daftar UMKM yang dijadikan responden No
Nama Pemilik
UMKM
Desa
1
Manta
Keripik Pisang
Cinangka
2
Muhidin
Budidaya Jamur Tiram
Ciampea Udik
3
Endang Bunyamin
Ternak Ayam
Ciampea Udik
4
Cecep Chaeruddin
Ternak Ayam
Ciampea Udik
5
Ace Lamhari
Tas Kulit
Tegalwaru
6
Saepul
Tas Kulit
Tegalwaru
7
Adang
Tas Kulit
Tegalwaru
8
Kasan
Tas Kulit
Tegalwaru
9
Iyus
Tas Kulit
Tegalwaru
10
Acep
Tas Kulit
Tegalwaru
11
Somad
Tas Kulit
Tegalwaru
12
Usup Supardi
Tanaman Obat
Tegalwaru
13
Tata
Tas Kulit
Bojong Rangkas
14
Oting
Tas Kulit
Bojong Rangkas
15
H.Soleh
Tas Kulit
Bojong Rangkas
16
Ridwan
Tas Kulit
Bojong Rangkas
17
Drs. Adiwiharja
Tas Kulit
Bojong Rangkas
18
Masrur M
Pakaian Jadi
Bojong Rangkas
19
Rahmat
Jaket Parasut
Cicadas
20
Ujang Suhendri
Pakaian Jadi
Cicadas
21
Achmadi
Bongsang
Cibanteng
22
Deden Maksum Sidik
Tahu
Cibanteng
23
Rikamto
Pembenihan ikan mas
Cibanteng
24
Atoy Iskandar
Jaket Parasut
Cicadas
25
Asep
Jaket Parasut
Cihideung Udik
26
Teti S
Kerupuk Tahu
Cihideung Udik
27
Hj.Nuraeni
Tas Kulit
Ciampea
28
Badma
Jaket Parasut
Cicadas
67
No
Nama Pemilik
UMKM
Desa
29
Toni
Bunga Kering
Cihideung Ilir
30
Mashudi
Nata De Koko
Cihideung Ilir
31
Vivit
Budidaya Gurame
Cibuntu
32
Wawan
Pembenihan ikan bawal
Cibuntu
33
Usdi
Lele Jumbo dan Gurame
Cibuntu
34
Rasiti
Tempe
Bojong Jengkol
35
Neneng
Ternak Kambing
Ciampea Udik
36
Ondi YS
Pakaian Jadi
Cihideung Ilir
37
Achmad Ajid
Toko Pakan Ternak
Tegalwaru
38
Iwan Rostiawan
Pembenihan Patin
Tegalwaru
39
Itang
Jaket Parasut
Cicadas
40
Agus
Jaket Parasut
Cicadas
41
Susilawati
Jaket Parasut
Cicadas
42
E.Nurjanah
Bongsang
Benteng
43
H.Dayat
Tahu
Cibanteng
44
Suhaeni
Tas Kulit
Tegalwaru
45
H.Oman Kosasih
Tas Kulit
Tegalwaru
46
Dede Sulaeman
Tas Kulit
Cihideung Ilir
47
Pepen
Tas Kulit
Tegalwaru
48
Abdul Khosim
Kerupuk Spesial
Tegalwaru
49
Yayan
Besek
Tegalwaru
50
Tinah
Besek
Tegalwaru
51
Iis
Besek
Tegalwaru
52
Uun
Besek
Tegalwaru
53
Atih
Besek
Tegalwaru
54
Rohamah
Besek
Tegalwaru
55
Anih
Besek
Tegalwaru
56
Yuli Prihatin
Cibadak
57
Euis Urbaiti
Keripik Pisang dan Keripik Singkong Kerupuk Kulit
58
Ismail
Keripik
Ciampea
59
Idrisnur
Roti CRS
Cibanteng
60
Asep
Jaket Parasut
Cihideung Udik
61
Uun
Bongsang
Tegalwaru
62
Mumuh
Tanaman Obat
Tegalwaru
Cibadak
Sumber: Buku Direktori Updating Data Kabupaten Bogor Tahun 2009
68
Lampiran 2. Jumlah UMKM Setiap Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2009 No
Kecamatan
Jumlah UMKM
No
Kecamatan
Jumlah UMKM
1
Nanggung
44
21
Pamijahan
49
2
Leuwiliang
290
22
Cibungbulang
53
3
Leuwisadeng
130
23
Ciampea
393
4
Tenjolaya
52
24
Caringin
289
5
Dramaga
78
25
Ciawi
111
6
Ciomas
286
26
Cisarua
37
7
Tamansari
192
27
Mega Mendung
29
8
Gunung Putri
181
28
Sukaraja
139
9
Cijeruk
207
29
Babakan Madang
60
10
Cigombong
105
30
Sukamakmur
18
11
Cariu
60
31
Rancabungur
133
12
Tanjung sari
27
32
Parung
17
13
Jonggol
25
33
Ciseeng
206
14
Cileungsi
125
34
Gunung sindur
22
15
Klapanunggal
54
35
Rumpin
56
16
Citeureup
334
36
Cigudeg
82
17
Cibinong
166
37
Sukajaya
105
18
Bojong gede
63
38
Jasinga
147
19
Tajur halang
56
39
Tenjo
189
20
Kemang
66
40
Parung panjang
172
Sumber: Updating Data UMKM Kabupaten Bogor Tahun 2009
69
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PENGARUH SIKAP DAN NORMA SUBYEKTIF TERHADAP INTENSI MENJADI WIRAUSAHA SUKSES (Studi Kasus : UMKM Agribisnis di Kecamatan Ciampea, Bogor) (Leonardus Dwi Satya, H34051113)
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 Saya Leonardus Dwi Satya (Leo), Mahasiswa Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor yang sedang melakukan penelitian mengenai PENGARUH SIKAP DAN NORMA SUBYEKTIF TERHADAP INTENSI MENJADI WIRAUSAHA SUKSES (Studi Kasus : UMKM Agribisnis di Kecamatan Ciampea, Bogor). Dengan ini saya memohon agar Bapak/Ibu bersedia untuk mengisi kuesioner ini. Keberhasilan studi ini sangat ditentukan oleh kejujuran dan kelengkapan jawaban Bapak/Ibu. Jawaban Bapak/Ibu dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan bagi kepentingan penelitian ini. Atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih. I. Karakteristik Responden 1. Nama
:........................................................................................
2. Jenis kelamin
: L/P
3. Umur
: a. 20 - < 40 b. 40 - < 60
4. Status Pernikahan
: a. Menikah
c. 60 - 80 d. > 80 b. Belum menikah
4. Pendidikan terakhir :........................................................................................ 5. Lama menjalankan usaha:................................................................................ 6.Pendapatan per bulan: a. < 500.000
c. 1000.000- < 2500.000
b. 500.000 – < 1.000.000 d. 2.500.000 - < 5.000.000 e. > 5.000.000
70
7.Orang yang dianggap penting dan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan: teman/orang tua/keluarga/pasangan/lain-lain seperti ........................ 8. Alasan apa yang membuat anda menjadi wirausaha? a. dapat memperoleh pendapatan tambahan b. dapat memiliki usaha sendiri c. dapat memperluas relasi d. dapat mencapai pengembangan diri e. dapat membantu orang lain f. dapat memiliki waktu luang g. mencapai kondisi bebas finansial h. dapat memasuki masa pensiun dengan tenang i. dapat meninggalkan warisan
II. Karakteristik Usaha Nama usaha kecil : .............................................................................................. Bahan baku : ....................................................................................................... Darimana mendapatkan bahan baku :................................................................... Harga pembelian bahan baku :............................................................................. Produk yang dihasilkan : ..................................................................................... Keunggulan produk : ........................................................................................... Harga produk :..................................................................................................... Tahun mulai usaha : ............................................................................................ Jumlah tenaga kerja : ........................................................................................... Gaji tenaga kerja : ............................................................................................... Sistem Produksi :................................................................................................. Dalam sebulan berapa kali melakukan proses produksi :...................................... Produksi per bulan :............................................................................................. Besar biaya investasi : ......................................................................................... Penjualan tahunan (omzet) : ................................................................................. Laba per tahun :................................................................................................... Daerah pemasaran : ............................................................................................. Sumber Permodalan : ..........................................................................................
71
III. Sikap ( Attitude Toward Behavior ) Berilah tanda silang (X) pada kotak jawaban yang paling mendekati pernyataan anda sesuai dengan sikap yang akan anda ambil. Nilai dari dalam diri individu yang mengharapkan suatu hasil (Value Of Expectation Outcome) Sangat Setuju Netral Tidak Sangat No Pernyataan Setuju Setuju Tidak Setuju 1
Menurut saya wirausaha sukses dapat memperoleh pendapatan tambahan
2
Menurut saya wirausaha sukses dapat memiliki usaha sendiri
3
Menurut saya wirausaha sukses dapat memperluas relasi
4
Menurut saya wirausaha sukses dapat mencapai pengembangan diri
5
Menurut saya wirausaha sukses dapat membantu orang lain
6
Menurut saya wirausaha sukses dapat memiliki waktu luang
7
Menurut saya wirausaha sukses dapat mencapai kondisi bebas finansial
8
Menurut saya wirausaha sukses dapat memasuki masa pensiun dengan tenang
9
Menurut saya wirausaha sukses dapat meninggalkan warisan
72
Hasil yang diharapkan (Expectation Outcome) Sangat Setuju Netral No Pernyataan Setuju 1
Saya berharap dengan menjadi wirausaha sukses dapat memperoleh pendapatan tambahan
2
Saya berharap dengan menjadi wirausaha sukses dapat memiliki usaha sendiri
3
Saya berharap dengan menjadi wirausaha sukses dapat memperluas relasi
4
Saya berharap dengan menjadi wirausaha sukses dapat mencapai pengembangan diri
5
Saya berharap dengan menjadi wirausaha sukses dapat membantu orang lain
6
Saya berharap dengan menjadi wirausaha sukses dapat memiliki waktu luang
7
Saya berharap dengan menjadi wirausaha sukses dapat mencapai kondisi bebas finansial
8
Saya berharap dengan menjadi wirausaha sukses dapat memasuki masa pensiun dengan tenang
9
Saya berharap dengan menjadi wirausaha sukses dapat meninggalkan warisan
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
73
IV. Norma Subyektif ( Subjective Norm ) Berilah tanda silang (X) pada kotak jawaban yang paling mendekati pernyataan anda sesuai dengan saran dari orang yang dianggap penting. Norma yang diyakini (Normative Belief) Sangat Setuju Netral Tidak Sangat No Pernyataan Setuju Setuju Tidak Setuju 1
Orang yang dianggap penting (seperti teman, orang tua, keluarga dan lain-lain) menyarankan menjadi wirausaha sukses karena dapat memperoleh pendapatan tambahan
2
Orang yang dianggap penting menyarankan menjadi wirausaha sukses karena dapat memiliki usaha sendiri
3
Orang yang dianggap penting menyarankan menjadi wirausaha sukses karena dapat memperluas relasi
4
Orang yang dianggap penting menyarankan menjadi wirausaha sukses karena dapat mencapai pengembangan diri
5
Orang yang dianggap penting menyarankan menjadi wirausaha sukses karena dapat membantu orang lain
6
Orang yang dianggap penting menyarankan menjadi wirausaha sukses karena dapat memiliki waktu luang
7
Orang yang dianggap penting menyarankan menjadi wirausaha sukses karena dapat mencapai
74
kondisi bebas finansial 8
Orang yang dianggap penting menyarankan menjadi wirausaha sukses karena dapat memasuki masa pensiun dengan tenang
9
Orang yang dianggap penting menyarankan menjadi wirausaha sukses karena dapat meninggalkan warisan
Motivasi untuk mengikuti saran dari orang lain (Motivation To Comply) Sangat Setuju Netral Tidak Sangat No Pernyataan Setuju Setuju Tidak Setuju 1
Kemungkinan saya akan mengikuti saran orang yang dianggap penting untuk menjadi wirausaha sukses karena dapat memperoleh pendapatan tambahan
2
Kemungkinan saya akan mengikuti saran orang yang dianggap penting untuk menjadi wirausaha sukses karena dapat memiliki usaha sendiri
3
Kemungkinan saya akan mengikuti saran orang yang dianggap penting untuk menjadi wirausaha sukses karena dapat memperluas relasi
4
Kemungkinan saya akan mengikuti saran orang yang dianggap penting untuk menjadi wirausaha sukses karena dapat mencapai pengembangan
75
diri 5
Kemungkinan saya akan mengikuti saran orang yang dianggap penting untuk menjadi wirausaha sukses karena dapat membantu orang lain
6
Kemungkinan saya akan mengikuti saran orang yang dianggap penting untuk menjadi wirausaha sukses karena dapat memiliki waktu luang
7
Kemungkinan saya akan mengikuti saran orang yang dianggap penting untuk menjadi wirausaha sukses karena dapat mencapai kondisi bebas finansial
8
Kemungkinan saya akan mengikuti saran orang yang dianggap penting untuk menjadi wirausaha sukses karena dapat memasuki masa pensiun dengan tenang
9
Kemungkinan saya akan mengikuti saran orang yang dianggap penting untuk menjadi wirausaha sukses karena dapat meninggalkan warisan
V. Intensi Menjadi Wirausaha Sukses (Behavioral Intention) Saya akan menjadi wirausaha 1 sukses
76
Lampiran 4. Hasil Output SPSS Uji Reliabilitas Kuesioner a.
Variabel Sikap Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .957
b.
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .967
N of Items 9
Variabel Norma Subyektif Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .952
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .965
N of Items 9
Lampiran 5. Hasil Output SPSS Uji Validitas Kuesioner a.
Variabel Sikap Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
x1
27.500
30.167
.648
.
.961
x2
28.000
26.556
.910
.
.948
x3
28.300
29.511
.827
.
.957
x4
28.900
28.656
.800
.
.955
x5
28.450
28.081
.888
.
.952
x6
29.500
25.444
.870
.
.950
x7
28.850
23.892
.914
.
.948
x8
29.550
23.192
.975
.
.945
x9
29.350
22.892
.942
.
.948
77
b.
Variabel Norma Subyektif Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
x1
28.400
15.156
.807
.
.949
x2
29.050
12.914
.953
.
.938
x3
29.300
14.678
.842
.
.946
x4
29.750
14.236
.881
.
.943
x5
29.400
14.989
.709
.
.951
x6
29.950
15.247
.781
.
.950
x7
29.550
11.969
.826
.
.953
x8
29.850
13.836
.955
.
.939
x9
29.950
12.192
.903
.
.943
Lampiran 6. Hasil Output SPSS Korelasi Pearson Correlations X1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2
Y
1 . 62 ,915** ,000 62 ,880** ,000 62
X1
,915** X2 ,000 62 1 . 62 ,896** ,000 62
Y
,880** ,000 62 ,896** ,000 62 1 . 62
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 7. Hasil Output SPSS Korelasi Spearman Correlations Spearman's rho
X1
X2
Y
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
1,000 X1 . 62 ,868** ,000 62 ,831** ,000 62
,868** X2 ,000 62 1,000 . 62 ,874** ,000 62
,831** ,000 62 ,874** ,000 62 1,000 . 62
Y
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
78
Lampiran 8. Hasil Output SPSS Model Determinan Model Summaryb
1 Model a. b.
,908a R
,825 R Square
Adjusted ,819 R Square
Std. Error of ,28433 the Estimate
Predictors: (Constant), X2, X1 Dependent Variable: Y
Lampiran 9. Hasil Output SPSS ANOVA ANOVAb
1 Model
Regression Residual Total
Sum of 22,472 Squares 4,770 27,242
df
2 59 61
11,236 Mean Square ,081
138,989 F
,000a Sig.
a. b.
Predictors: (Constant), X2, X1 Dependent Variable: Y
Lampiran 10. Hasil Output SPSS Model Regresi Linear Berganda Unstandardized Coefficients
Model
Standardized Coefficients t
B 1
(Constant) Skor Sikap
Skor Norma Subyektif a Dependent Variable: Intensi
Std. Error
1.416
.187
.078
.028
.125
.031
Sig.
Beta 7.589
.000
.374
2.762
.008
.554
4.090
.000
79
Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian
Tas Kulit
Jaket Parasut
Indukan Patin
Kerupuk Tahu
Bongsang
Bahan Kerajinan Bunga Kering
80
Pembuatan Tahu
Ternak Kambing
81