PERJANJIAN JUAL BELI SECARA ONLINE PADA FORUM FACEBOOK JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
SKRIPSI Diajukan untuk Memenui Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh: Barly Kalingga Murda 214 11 021
JURUSAN HUKUM EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
PERJANJIAN JUAL BELI SECARA ONLINE PADA FORUM FACEBOOK JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
SKRIPSI Diajukan untuk Memenui Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh: Barly Kalingga Murda 214 11 021
JURUSAN HUKUM EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
i
ii
iii
iv
MOTO PENULIS
“Barang siapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalam” (Ir. Soekarno)
“Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang” (Ir. Soekarno)
“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta. Masa yang lampau sangat berguna sebagai kaca benggala daripada masa yang akan datang.” (Ir. Soekarno)
“Malas itu ada batasnya” (Barly Kalingga Murda)
“Ilmu tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu adalah buta” (Albert Einstein)
v
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiah berupa skripsi ini kepada : 1. Kedua orang tuaku Bapak Budi Mulyono dan Ibu Suprapti tercinta, yang telahmendoakan dan memberi kasih sayang serta pengorbanan selama ini. 2. Adikku Maulana Arrasyiid dan Risky Nurul Al-aziiz, yang telah mendoakan agar selalu tetap semangat dalam menuntut ilmu dan menjalani kehidupan di dunia ini. 3. Kepada Muflikhah Dwi Aningrum yang selalu memberikan dukungan dan doa agar penulis selalu bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Kepada Khusnul Khotimah dan Yessi Widhi Astuti yang dengan sabar meberikan masukan dan arahan kepada penulis. 5. Para guru sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang penulissayangi dan
hormati
dalam
memberikan
ilmu
dan
membimbing
penuhkesabaran. 6. Almamater Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang penulisbanggakan.
vi
dengan
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan olehNya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi ini. Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi, Kekasih, Spirit Perubahan, Rasulullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para sahabatsahabatnya, syafa’at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan nanti. Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam, Fakultas Syari’ah, Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah yang berjudul: “Perjanjian Jual Beli Secara Online Pada Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPUTIPU) Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang No. 8 Tentang Perlindungan Konsumen”.Penulis mengakui bahwa dalam menyusun penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah di IAIN Salatiga.
vii
3. Bapak Ilya Muhsin, S.H.I., M.Si, selaku Wakil Dekan 3 Fakultas Syari’ah Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selalu memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan baik. 4. Ibu Evi Ariyani, SH.,M.H, selaku Ketua JurusanHukum Ekonomi Syari’ah di IAIN Salatiga dan selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan saran, pengarahan dan masukan berkaitan penulisan skripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan. 5. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan skripsi sehingga penulisan skripsi ini bisa saya selesaikan. 6. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf adminitrasi Fakultas Syari’ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan apapun. 7. Sahabat-sahabatku Yessi Widhi Astuti, Khusnul Khotimah, Muhammad Aidi Faiz, Muhammad Ali Wafa, Muhammad Wisnu Wirawan, yang selalu mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini. 8. Teman-teman Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2011 di IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.
viii
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amiin. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapan demi enaknya penulisan skripsiini dibaca dan dipahami. Akhirnya, penulis berharap semoga skrispi ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.
Salatiga, 7 Maret 2016
Penulis.
ix
ASBTRAK Murda, Barly Kalingga. 2016.Perjanjian Jual Beli Secara Online Pada Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NOTIPU-TIPU) Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Skripsi. Fakultas Syari’ah. Jurusan. Hukum Ekonomi Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Evi Ariyani, SH.,M.H. Kata Kunci : Jual Beli, Online, Hukum Islam Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) merupakan salah satu forum jual beli online yang terdapat pada media sosial Facebook. Di dalam forum initerdapat berbagai macam barang yang diperjualbelikan. Penulis dalam hal ini mengkaji tentang perlindungan konsumen dalam Perjanjian Jual Beli Secara Online pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) ditinjau dari hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana pelaksanaan transaksi jual beli online di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) (2) Bagaimana perlindungan konsumen dalam Perjanjian Jual Beli Online pada Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU). Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dilakukan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan sosiologis yuridis serta menggunakan jenis penelitian field research (penelitian lapangan) yaitu penelitian yang dilakukan di dalam masyarakat itu sendiri atau dalam instansi yang berangkutan. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan transaksi jual beli online di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) temuan penelitian ini menunjukkan bahwa, pertama : pelaksanaan jual beli online di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) masih terdapat pelaku usaha yang memberikan informasi palsu, tidak berlaku jujur dan tidak memenuhi kewajibannya dalam memberikan garansi dan ganti rugi. Kedua : Pelaksanaan jual beli di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) tidak sesuai dengan hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen karena pelaku usaha tidak memenuhi hak-hak konsumen, kewajiban sebagai pelaku usaha dan melakukan perbuatan yang dilarang. Serta tidak adanya upaya perlindungan konsumen.
x
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................
i
NOTA PEMBIMBING..............................................................................
ii
PENGESAHAN.........................................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................
iv
MOTO........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN......................................................................................
vi
KATA PENGANTAR...............................................................................
vii
ABSTRAK.................................................................................................
x
DAFTAR ISI..............................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.........................................................
1
B. FokusPenelitian….................................................................
6
C. Tujuan Penelitian....................................................................
6
D. Manfaat Penelitian…...............................................................
6
E. Penegasan Istilah.....................................................................
7
F. Tinjauan Pustaka.....................................................................
9
G. Metodelogi Penelitian.............................................................
12
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian.......................................
12
2.
Kehadiran Peneliti ...........................................................
14
3. Lokasi Penelitian .............................................................
14
4. Sumber Data......................................................................
14
H. Prosedur Pengumpulan Data ............................................
15
I. Analisis Data ....................................................................
17
J. Sistematika Penulisan............................................................
17
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, JUAL BELI ONLINE DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
xi
MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA A. Perjanjian Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif di
BAB III
Indonesia ..............................................................................
19
B. Jual Beli Menurut Hukum Islam...........................................
22
C. Pengertian Jual Beli Online………………….......................
34
D. PerlindunganKonsumenmenurut UUPK.............................
38
PRAKTEK JUAL BELI PADA FORUM FACEBOOK JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) A. Gambaran Umum tentang forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPUTIPU)…………………………..............................................
48
B. Prosedur dan Pelindungan Konsumen dalam Transaksijualbeli di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPUTIPU)……………………………………………………….. BAB IV
52
ANALISIS DATA A. Analisis HukumIslamterhadapperlindungan konsumen di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)…………………………..….
61
B. Analisis Undang-Undangperlindungan konsumen di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)……………………………... BAB V
72
PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................
78
B. Saran-Saran...........................................................................
80
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada awal kemunculannya, jaringan internet hanya digunakan guna media komunikasi dan informasi.Tetapi semakin berkembangnya teknologi, manusia dapat menggunakannya sebagai berbagai keperluan, seperti; berkirim pesan, mengobrol, berbagi informasi, dan juga melakukan bisnis via internet.Tidak hanya ke satu atau dua wilayah saja namun ke seluruh dunia tanpa harus mengeluarkan biaya yang relatif mahal. Jual beli online dalam transaksinya lebih cepat, mudah, menghemat biaya, lebih praktis, dan tanpa harus beranjak dari tempat konsumen berada. Adapun yang menjadi dasar bahwa suatu jual beli itu harus dilakukan atas dasar kehendak sendiri. Jual beli online terdiri dari dari dua kata, jual beli dan online.Jual beli sebenarnya terdiri dari dua suku kata yaitu jual dan beli. Sebenarnya kata jual dan beli mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang. Kata jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual, sedangkan beli adalah adanya perbuatan membeli.Dengan demikian perkataan jual dan beli menunjukkan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan dipihak lain membeli, maka dalam transaksi tersebut terjadilah hukum jual beli (Lubis, 1994:33).
1
Sedangkan online adalah suatu aktivitas perniagaan seperti layaknya perniagaan pada umumnya, hanya saja para pihak yang bertransaksi tidak bertemu secara fisik akan tetapi secara elektronik melalui media Internet (Dewi, 2005:196). Sehingga jual beli online adalah suatu transaksi jual beli yang menggunakan jaringan, atau terhubung dalam suatu jaringan, dengan menggunakan perangkat. Sehingga penjual dan pembeli dapat bertransaksi tanpa harus bertemu atau berpindah dari tempat dia berada, dan dapat bisa saling berkomunikasi satu sama lainnya. Praktek jual beli online pada zaman Rasulullah belum ada, karena merupakan perkara kontemporer, sehingga pada masa tersebut belum ada hukum yang mengatur tentang jual beli online. Namun Rasulullah mengajarkan dan memberi petunjuk tentang tata cara mengenai etika bermuamalah yang benar diantaranya: Pertama, bersikap jujur, kejujuran merupakan syarat penting dalam berbisnis. Kedua, tidak melakukan sumpah palsu.Nabi Muhammad SAW sangat intens melarang para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan transaksi.Ketiga, komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan barang haram; seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dan lain sebagainya.Keempat, takaran, ukuran, dan timbangan yang benar.Dalam perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar-benar diutamakan (Hidayat, 2010:51). Dalam kehidupan sekarang ini manusia dapat berkomunikasi tanpa harus bertatap muka, karena semakin majunya teknologi.Mereka dapat bergaul, bersosialisasi, dan melakukan aktifitas ekonomi dalam skala lokal,
2
regional, maupun global hanya dengan menggunakan sebuah perangkat yang terhubung dalam jaringan internet. Mendengar istilah jual beli online tentu tidak dapat dipisahkan dari kata internet.Jual beli online adalah aktifitas jual beli menggunakan jaringan internet berupa situs-situs ataupun sosial media seperti Facebook, instagram, twitter, dan lain-lain.Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) merupakan salah satu forum jual beli di sosial media Facebook yang sering digunakan oleh pelaku usaha untuk mengiklankan barang yang hendak diperjualbelikan. Forum jual beli yang terkenal akan barang yang diiklankan dengan harga yang relatif murah baik berupa barang baru maupun barang setengah pakai (second). Sehingga menarik bagi sebagian besar pengguna sosial media tersebut untuk memperoleh barang-barang tersebut. Di forum Facebook setiap harinya banyak barang yang diiklankan. Dalam iklan tersebut pelaku usaha akan mencantumkan spesifikasi, merk, harga, nomor handphone yang bisa dihubungi serta cacat apabila terdapat kerusakan. Cacat tersebut hanya berlaku untuk barang setengah pakai (second).Harga untuk barang setengah pakai ini biasanya setengah harga dari harga barunya.Berbeda dengan barang yang baru, yang di cantumkan dalam iklan hanya harga, merk, dan garansi (jika dari pihak penjual memberikan garansi).Mengenai harga barang baru tersebut lebih murah, hanya terpaut sedikit dari harga normal di pasaran. Apabila pembeli tertarik dengan barang yang di iklankan, pembeliakan menawar dengan cara menulis komentar di
3
bawah iklan, selain itu pembeli juga dapat menghubungi nomor yang dicantumkan penjual guna informasi lebih lanjut. Setelah melakukan tawarmenawar dan sepakat dengan harganya, maka penjual dan pembeliakan melakukan transaksi menggunakan rekening apabila kedua belah pihak tidak dapat bertemu karena suatu alasan. Dalam melakukan pembayaran pembeli akan mentransfer sejumlah uang ke rekening penjual, setelah penjual menerima uang tersebut, maka penjual akan mengirimkan barang ke alamat pembeli. Sehingga dalam transaksi ini pembeli tidak mengetahui secara pasti kualitas dan kuantitas barang yang dijual.Hal tersebut dapat menimbulkan kekecewaan serta kerugian yang ditanggung oleh pihak pembeli. Berbeda jika penjual dan pembeli dapat bertemu secara lansung atau sering disebut COD (Cash On Delivery), mereka akan melakukan transaksi di suatu tempat sesuai dengan perjanjian. Sehingga pembeli dapat melihat langsung apakah barang yang dijual seperti yang diiklankan atau terdapat cacat yang tidak disebutkan dalam iklan sehingga apabila pembeli merasa dibohongi, transaksi tersebut dapat dibatalkan. Dalam jual beli online banyak pembeli yang merasa dirugikan karena barang yang dijual terdapat cacat yang tidak disebutkan, barang dengan merk terkenal namun ternyata mesin atau komponennya adalah barang palsu, atau barang yang dijual sudah rusak total sebelum dijual. Maka untuk menanggulangi hal tersebut pihak pembeli berhak mendapatkan perlindungan
4
akan produk yang dijual belikan. Sehingga posisi pembeli tidak berada pada posisi yang lemah. Perlindungan konsumen diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), sehingga dimaksudkan menjadi landasan hukum bagi para pembeli dalam melakukan aktifitas jual beli.Dalam Undang-undang penjual dapat disebut pelaku usaha dan pembeli adalah konsumen. Dalam agama Islam juga diajarkan, bahwa umat
Islam
tidak
melakukan jual beli yang tidak jelas (gharar) yang mengakibatkan salah satu pihak merasa dirugikan. Dan jual beli gharar menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan sosial maupun ekonomi baik individu maupun masyarakat. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji masalah tersebut dengan cara melihat bagaimana praktek jual beli online di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) dan bagaimana perlindungan terhadap konsumen yang melakukan transaksi jual beli di forum tersebut. Maka penulis merasa tertarik meneliti lebih lanjut mengenai perlindungan konsumen dengan mengangkat judul “Perjanjian Jual Beli Secara Online Pada Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”.
5
B. Fokus Penelitian 1. Bagaimanakah prosedur dan pelaksanaan transaksi jual beli online diforum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)? 2. Bagaimana perlindungan konsumen dalam perjanjian jual beli online pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) ditinjau dari Hukum Islam dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui prosedur dan pelaksanaan transaksi jual beli online di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU). 2. Untuk mengetahui perlindungan konsumen dalam perjanjian jual beli online bersama pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) ditinjau dari Hukum Islam dan Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
D. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.
6
1. Bagi Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide dan sumbangan pemikiran yang bernilai ilmiah bagi pengembangan khasanah dan ilmu pengetahuan dibidang muamalah khususnya dibidang perlindungan konsumen dalam jual beli online. 2. Bagi Praktisi Hasil penelitian ini dapat juga digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah yang timbul sehubungan dengan masalah perlindungan konsumen jual beli online forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) baik secara Hukum Islam maupun hukum positif di Indonesia.
E. Penegasan Istilah Penulis sampaikan bahwa judul penelitian “Perlindungan Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli Secara Online Pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”.Untuk menghindari terjadinya silang pengertian dalam memahami judul yang telah kami sebutkan di atas, maka penulis menegaskan beberapa istilah pokok yang terdapat dalam rumusan judul: 1. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
menjamin hukum
untuk memberi perlindungan kepada konsumen (UUPK).
7
2. Perjanjian adalah persetujuan (tertulis atau lisan) yang dibuat oleh dua pihak atau lebih yang masing-masing berjanji akan menaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu (dikutip dari kamus besar bahasa Indonesia). 3. Jual beli online terdiri dari dari dua kata, jual beli dan online. Jual beli sendiri adalah berdagang, berniaga, menjual dan membeli barang barang (dikutip dari kamus besar bahasa Indonesia). Sedangkan online adalah suatu aktivitas perniagaan seperti layaknya perniagaan pada umunya, hanya saja para pihak yang bertransaksi tidak bertemu secara fisik akan tetapi secara elektronik melalui media Internet (Dewi, 2006:196). 4. Forum Facebook adalah sebuah sarana komunikasi bagi pengguna sosial media Facebook untuk melakukan transaksi. 5. Hukum Islam adalah ketetapan-ketetapan Allah sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an dan sunah Rasul, untuk dipatuhi oleh setiap muslim dan haram. Barang siapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah, mereka termasuk golongan orang-orang kafir, kejam dan fasik (Mujieb, 1994:156). 6. Undang-undang adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh badan legislatif (Presiden dan DPR) yang mempunyai kekuatan hukum (Simongkir, 2002:172). Dalam hal ini undang-undang yang dimaksud
adalah
Undang-undang
Perlindungan Konsumen.
8
No.
8
Tahun
1999
Tentang
F. Tinjauan Pustaka Dalam melakukan penelitian skripsi ini, penulis bukanlah orang pertama yang membahas tentang perlindungan konsumen dalam jual beli online.Namun penelitian ini juga bukan duplikasi atau pengulangan dari penelitian-penelitian
terdahulu.Adapun
beberapa
penelitian-penelitian
terdahulu yang dapat penulis pakai sebagai rujukan serta ada kaitannya dengan pokok permasalahan yang akan penulis kemukakan di antaranya: 1. Skripsi berjudul “Perlindungan Hak-hak Konsumen Transaksi Jual Beli Online Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif Di Indonesia”. Oleh Solikhin (2014). Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogjakarta. Metodologi yang dipakai dalam penelitian ini merupakan library Research(Penelitian Kepustakaan). Penelitian dengan mengutamakan bahan perpustakaan sebagai sumber utamanya. Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian dapat disimpulkan: Pertama, bahwa konsep perlindungan hak-hak konsumen transaksi e-commerce dalam hukum Islam berdasarkan asas keseimbangan, keadilan dan juga prinsip-prinsip muamalah, yaitu hak tanpa paksaan, kehalalan produk, kejelasan informasi dan harga serta menghindari kemudaratan. Perlindungan hak-hak konsumen e-commerce dalam hukum Positif mempunyai tujuan yang sama dengan
apa
yang
ditawarkan
dalam
Islam,
yaitu
menciptakan
keseimbangan diantara pelaku usaha dan konsumen serta untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak konsumen. Kedua, perbedaan dalam aturan hukum terletak pada pengertian konsumen dan pelaku usaha,
9
dalam Islam tidak dikenal dengan konsumen akhir dan perantara, Islam juga tidak membedakan konsumen perorangan atau berbadan hukum seperti halnya dalam undang-undang perlindungan konsumen (UUPK). Informasi mengenai objek dalam Islam merupakan syarat, sedangkan UUPK ketentuan dalam bab perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha. Islam tidak membatasi waktu pertanggung jawaban yang
merugikan
konsumen, dalam UU ITE tidak menyatakan batasan itu, namun dalam UUPK dibatasi pertanggung jawabannya dalam jangka waktu 4 tahun setelah pembelian. 2. Skripsi berjudul “Aspek Hukum Transaksi Jual Beli Secara Online Melalui Media Facebook”. Oleh Wahyu Elma Naf’an (2013). Universitas Jember.Metodologi yang dipakai dalam penelitian ini merupakan Yuridis Normatif (Legal Research). Penelitian dengan mengkaji berbagai aturan hukum yang bersifat formil seperti undang-undang, peraturan-peraturan serta literatur-literatur yang berisi konsep-konsep teoritis yang dikaitkan dengan permasalahan yang menjadi pokok bahasan. Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian dapat disimpulkan: Bagi para pihak dalam transaksi jual beli melalui Facebook yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama, dapat digugat melalui jalur Litigasi yaitu secara perdata oleh pihak yang dirugikan untuk memperoleh pembayaran ganti rugi atau melalui jalur Non Litigasi yaitu dengan memanfaatkan sarana mediasi terbesar dan terpercaya di Facebook yaitu KOS atau Komunitas Online
10
Shop. Pemerintah seyogyanya memberikan pengawasan yang lebih ketat lagi bagi para pihak yang melakukan transaksi elektronik ini yaitu dengan jalan melakukan / mewajibkan diadakannya suatu pendaftaran terhadap segala kegiatan yang menyangkut kepentingan umum didalam lalu lintas elektronik tersebut, termasuk pendaftaran atas usaha-usaha elektronik yang berupa online sehingga proses transaksinya dapat berjalan lancer dan tidak ada lagi para pihak yang merasa dirugikan dalam suatu transaksi jual beli secara online melalui media Facebook. 3. Skripsi berjudul “Perjanjian Jual Beli Secara Online Melalui Rekening Bersama Pada Forum Jual Beli Kaskus”. Oleh Muhammad Billah Yuhadian (2013). Hasanuddin University. Metodologi yang dipakai dalam penelitian ini merupakan metode field Research (Penelitian Lapangan) dan metode Library Research (Metode kepustakaan). Penelitian dengan menggunakan bahan perpustakaan dan juga hasil wawancara di lapangan. Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian dapat disimpulkan: Pertama,
perjanjian jual beli secara online melalui rekber pada FJB
Kaskus memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian yaitu kesepakatan, kecakapan, suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal. Kedua, perlindungan hukum bagi penjual dan pembeli yang menggunakan jasa rekber telah diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu, (a) hak konsumen antara lain mendapatkan barang yang sesuai nilai tukar dan kondisi serta jaminan, mendapatkan informasi mengenai barang, dan mendapatkan ganti rugi; (b) kewajiban
11
konsumen antara lain mengikuti prosedur penggunaan barang, beritikad baik dalm melakukan transaksi pembelian barang, dan membayar sesuai kesepakatan; (c) hak pelaku usaha antara lain menerima pembayaran sesuai kesepakatan, mendapatkan perlindungan hukum dari konsumen yang beritikad buruk, dan hak untuk pembelaan diri sepatutnya; (d) kewajiban pelaku usaha antara lain beritikad baik, memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai barang, dan memberikan ganti rugi atas kerugian akibat penggunaan barang yang diperdagangkan. Dari tinjuan pustaka yang diperoleh penulis, maka pembahasan mengenai Perjanjian Jual Beli Secara Online Pada Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen sangat menarik untuk dikaji. Walaupun sudah ada yang meneliti tentang perjanjian jual beli melalui media sosial, namun disini peneliti akan memfokuskan penelitian lebih kepada prosedur pelaksanaan dan perlindungan konsumen menurut hukum Islam dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
G. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan dan jenis penelitian Pendekatan
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
Pendekatan Sosiologis Yuridis. Pendekatan Sosiologis Yuridis yaitu strategi penelitian yang lebih banyak melihat fakta-fakta fenomena yang
12
terjadi dalam kehidupan masyarakat, kemudian diambil dan dihubungkan dengan hukum-hukum positif nasional dengan tidak meninggalkan hukum syari’ yang menjadi sumber keberadaan hukum perjanjian jual beli online dalam salah satu forum di media sosial (forum Facebook). Jenis penelitian yang digunakan adalah field research (penelitian lapangan) yaitu penelitian yang dilakukan di dalam masyarakat itu sendiri atau dalam instansi yang bersangkutan. Pengertian lain dari Penelitian lapangan (field research), yaitu researchyang dilakukan dikancah atau di medan terjadinya gejala-gejala (Hadi, 2000: 10). Yaitu bagaimana prosedur pelaksaan perjanjian jual beli online di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, selain itu penelitian ini termasuk penelitian kualitatif karena dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fakta secara menyeluruh melalui pengumpulan data di lapangan dan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrument kunci. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistic, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2009:6). Selain itu laporan penelitian kualitatif
13
harus memiliki fokus yang jelas. Fokus dapat berupa masalah, objek evaluasi, atau pilihan kebijakan (STAIN, 2008:26). 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai pengumpul data di lapangan dengan menggunakan alat peneliti aktif dalam menggunakan data-data di lapangan. Selain itu alat yang dijadikan untuk pengumpulan data bisa berupa dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan hasil penelitian nanti serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian tersebut akan dilakukan, adapun objek penelitian di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)., atau lebih tepatnya pada forum di media sosial Facebook yang diberi nama forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU). 4. Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data yang di peroleh dari sumber data (Suwarno, 2006:209). Sedangkan secara operasional yang dimaksud data primer dari penelitian ini adalah data yang diperoleh dari:
14
1) Informan Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi Informan dalam penelitian ini adalah pelaku usaha, konsumen, dan seluruh masyarakat Kota Salatiga yang menjadi anggota forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU). 2) Dokumen Dalam hal dokumen, penelitian ini akan menggunakan data-data yang berhubungan dengan perlindungan konsumen, berupa hasil wawancara. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data penelitian yang berasal dari sumber kedua yang dapat diperoleh melalui buku-buku, skripsi, dan artikel dari website atau diperoleh dari catatan pihak lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Sedangkan yang dimaksud data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang tersedia.
H. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah proses untuk menghimpun data yang diperhatikan, relevan serta memberikan gambaran dari aspek yang akan diteliti, baik penelitian kepustakaan maupun lapangan.Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:
15
a. Observasi Observasi
adalah
pengumpulan
data
dengan
jalan
pengamatan dan pencatatan secara langsung dan sistematis terhadap fenomena yang diselidiki (Hadi, 1994:139).Dalam observasi nanti, data yang penulis peroleh secara langsung dari kegiatan jual beli serta perlindungan konsumen yang terjadi di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU). b. Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan orang yang diwawancarai atau dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk menjawab pada kesempatan lain. Wawancara merupakan alat Rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Metode ini penulis gunakan dengan cara mengadakan wawancara dengan penjual dan pembeli diforum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU). c. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah sejumlah fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia yaitu berbentuk surat, catatan harian, cendera mata, laporan, artefak, dan foto. Sifat utama data ini tak
16
terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada penulis untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.
I. Analisis Data Karena banyaknya jenis data yang diperoleh maka Peneliti perlu mengelompokan data-data yang diperoleh. Mulai dari catatan lapangan, fotofoto, hasil wawancara, hasil pengamatan, hasil diskusi serta telaah pustaka. Setelah semua data terkumpul maka Peneliti akan menganalisis semua data dengan menggunakan metode deskripsi kualitatif, yaitu teknik menggambarkan seluruh aspek Penelitian yang ada, sehingga bisa mendapatkan gambaran antara yang seharusnya terjadi. Dengan cara tersebut, Peneliti dapat mengetahui kenapa, alasan apa dan bagaimana terjadinya peristiwa tersebut. Maka peneliti tidak akan memandang bahwa sesuatu itu memang sudah sedemikian keadaannya (Meloeng,2009:9).
J. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN meliputi: Latar belakang masalah, Fokus penelitian, Tujuan penelitian, Kegunaan penelitian, Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka, Metode penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II KAJIAN TEORI meliputi: Tinjauan umum tentang jual beli online menurut hukum Islam dan hukum Positif, Perlindungan Konsumen,
17
Pengertian Konsumen dalam Prespektif hukum Islam dan Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. BAB III HASIL PENELITIAN meliputi: Gambaran umum tentang forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPUTIPU), praktek jual beli online di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU). BAB IVANALISIS meliputi: analisis tentangPerjanjian Jual Beli Secara Online Pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA
(NO
TIPU-TIPU)Ditinjau
Dari
Hukum
Islam,
analisis
tentangPerjanjian Jual Beli Secara Online Pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)Ditinjau Dari Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. BAB V PENUTUP meliputi: Kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
18
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN,JUAL BELIONLINE DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA
A. Perjanjian Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia Secara etimologis perjanjian (yang dalam bahasa Arab diistilahkan dengan Mu’ahadah Ittifa’, Akad) atau kontrak dapat diartikan sebagai: “Perjanjian atau peersetujuan adalah suatu perbuatan di mana seseorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap seseorang lain atau lebih” (Puspa, 1997:248). Sedangkan Poerwadarminta dalam bukunya Kamus Umum Bahasa Indonesia memberikan definisi/pengertian perjanjian tersebut sebagai berikut: “persetujuan (tertulis atau dengan lisan) yang dibuat oleh dua pihak atau lebih yang mana berjanji akan menaati apa yang tersebut di persetujuan itu.” (WJS. Poerwadarminta, 2006:402). Menurut kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1313 perjanjian adalah, suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, perjanjian merupakan suatu perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih untuk mendapatkan suatu kesepakatan/persetujuan baik secara lisan maupun tertulis.
19
Secara hukum Islam yang menjadi syarat sahnya suatu perjanjian adalah (Sabiq,1987 : 178-179) : 1. Tidak menyalahi hukum syari’at yang disepakati adanya Maksudnya bahwa perjanjian yang diadakan oleh para pihak itu bukanlah perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau perbuatan yang melawan hukum syari’ah, sebab perjanjian yang bertentangan dengan ketentuan hukum syari’ah adalah tidak sah, dan dengan sendirinya tidak ada kewajiban bagi masing-masing pihak untuk menepati atau melaksanakan perjanjian tersebut, atau dengan sendirinya perjanjian yang diadakan tersebut batal demi hukum. 2. Harus sama ridha dan ada pilihan Maksudnya perjanjian yang diadakan oleh para pihak haruslah didasarkan kepada kesepakatan kedua belah pihak, yaitu masing-masing pihak ridha/rela akan isi perjanjian tersebut, atau dengan perkataan lain harus merupakan kehendak bebas masing-masing pihak. Serta tidak boleh ada paksaan dari pihak yang satu kepada pihak yang lain, dengan sendirinya perjanjian yang diadakan tidak mempunyai kekuatan hukum apabila tidak didasarkan kepada kehendak bebas pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. 3. Harus jelas dan gamblang Maksudnya apa yang diperjanjikan oleh para pihak harus terang tentang apa yang menjadi isi perjanjian, sehingga tidak mengakibatkan terjadinya kesalah pahaman diantara para pihak tentang apa yang telah mereka
20
perjanjikan dikemudian hari. Dan pada saat pelaksanaan/penerapan perjanjian masing-masing pihak yang mengadakan perjanjian atau yang mengikatkan diri dalam perjanjian haruslah mempunyai interpretasi yang sama tentang apa yang telah mereka perjanjiakan, baik terhadap isi maupun akibat yang ditimbulkan oleh perjanjian itu. Sedangkan menurut KUHP pasal 1320 untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. Maksudnya ialah sepakatnya para pihak yang mengikatkan diri, artinya kedua belah pihak dalam suatu perjanjian harus mempunyai kemauan yang bebas untuk mengikatkan diri, dan kemauan itu harus dinyatakan dengan tegas atau secara diam. Dengan demikian, suatu perjanjian itu tidak sah apabila dibuat atau didasarkan kepad paksaan, penipuan atau kekhilafan. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan maksudnya adalah adanya kecakapan untuk membuat suatu perjanjian. Menurut hukum, kecakapan termasuk kewenangan untuk melakukan tindakan hukum pada umumnya, dan menurut hukum setiap orang adalah cakap untuk membuat perjanjian kecuali orang-orang yang menurut undang-undang dinyatakan tidak cakap. Adapun orang-orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian adalah orang-orang yang belum dewasa, orang dibawah pengampuan. 3. Suatu hal tertentu yaitu, harus suat hal atau suatu barang yang cukup jelas atau tertentu yakni paling sedikit ditentukan jenisnya dalam suatu
21
perjajian dan hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat menjai pokok suatu perjanjian. 4. Suatu sebab yang halal yaitu, perjanjian tidak boleh bertentangn dengan undang-undang, ketentuan umum, moral dan kesusilaan.
B.
Jual beli menurut Hukum Islam Islam bukanlah agama yang ribet dan kaku.Ajarannya selalu berkembang dinamis mengikuti perkembangan zaman, ilmu dan tekhnologi, tidak terbelenggu oleh ruang dan waktu. Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan pertukaran barang dengan persetujuan antara kedua belah pihak dalam suatu transaksi jual beli sebagai sesuatu yang halal atau dibolehkan, dan melarang mengambil benda orang lain tanpa persetujuan dan izin dari mereka. Jual beli menunjukkan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan dipihak yang lain membeli, maka dalam hal ini terjadilah peristiwa hukum jual beli. Adapun dasar hukum dari Al-Qur’an antara lain: 1. Surah Al-Baqarah ayat 275
22
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya urusannya
dahulu[176] (terserah)
(sebelum
kepada
datang
Allah.
orang
larangan); yang
dan
kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. 2. Surah An Nisa ayat 29
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
23
Menurut pengertian Syari’at, yang dimaksud dengan jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling rela, atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah) (Lubis, 1994:33). Menurut H. Sulaiman Rasjid (1994:278)jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu (akad). Dari uraian diatas terlihat bahwa dalam perjanjian jual beli itu terlibat dua pihak yang saling menukar atau melakukan pertukaran.Oleh karena perjanjian jual beli ini merupakan perbuatan hukum yang mempunyai konsekuensi terjadinya peralihan hak atas sesuatu barang dari pihak penjual kepada pihak pembeli, maka dengan sendirinya dalam perbuatan hukum ini haruslah dipenuhi rukun dan syarat sahnya jual beli. Suatu transaksi jual beli dapat dikatakan sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat yang telah ditentukan oleh hukum Islam.Lubis (1994:34) menyebutkan yang menjadi rukun dalam perbuatan hukum jual beli terdiri dari: 1. Adanya pihak penjual dan pihak pembeli 2. Adanya uang dan benda, dan 3. Adanya lafaz. Dalam suatu perbuatan jual beli, ketiga rukun ini hendaklah dipenuhi, sebab andai kata salah satu rukun tidak terpenuhi, maka perbuatan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai perbuatan jual beli (Lubis, 1994:34). Sedangkan Syarat jual beli menurut Muslich (2010:186) ada empat syarat yang harus dipenuhi dalam akad jual beli, yaitu
24
1. Syarat in’iqad ( terjadinya akad); 2. Syarat sahnya akad jual beli; 3. Syarat kelangsungan jual beli (syarat nafadz) 4. Syarat mengikat (syarat luzum) Berbeda dengan pandangan H Chairuman PasaribuSuhrawardi K Lubis (1994:34) menyatakan agar suatu jual beli yang dilakukan oleh pihak penjual dan pihak pembeli sah, haruslah dipenuhi syarat-syaratnya yaitu: 1. Tentang subyeknya. Bahwa kedua belah pihak yang melakukan perjanjian jual beli tersebut haruslah; a.
Berakal, agar dia tidak terkicuh, orang yang gila atau bodoh tidak sah jual belinya. Adapun yang dimaksud dengan berakal, yaitu dapat membedakan atau memilih mana yang terbaik bagi dirinya, dan apabila salah satu pihak tidak berakal maka jual beli yang diadakan tidak sah.
b.
Dengan kehendaknya sendiri (bukan dipaksa). Sedangkan yang dimaksud dengan kehendak sendiri, bahwa dalam melakukan perbuatan jual beli tersebut salah satu pihak tidak melakukan suatu tekanan atau paksaan kepada pihak lainnya, sehingga pihak yang lain tersebut melakukan perbuatan jual beli bukan lagi disebabkan kemauannya sendiri, tapi disebabkan adanya unsur paksaan,
25
jual beli yang dilakukan bukan atas dasar “kehendaknya sendiri” adalah tidak sah. c.
Keduanya tidak mubazir Keadaan tidak mubazir, maksudnya para pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian jual beli tersebut bukanlah manusia yang boros (mubazir), sebab orang yang boros didalam hukum dikategorikan sebagai orang yang tidak cakap bertindak, maksudnya dia tidak dapat melakukan sendiri sesuatu perbuatan hukum walaupun kepentingan hukum itu menyangkut kepentingan sendiri.
d.
Baligh. Persyaratan selanjutnya tentang subyek/orang yang melakukan perbuatan hukum jual beli ini adalah “baligh” atau dewasa. Dewasa dalam hukum Islam adalah apabila telah berumur 15 tahun, atau telah bermimpi (bagi anak laki-laki) dan haid(bagi anak perempuan), dengan demikian jual beli yang diadakan anak kecil adalah tidak sah. Namun demikian bagi anak-anak yang sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, akan tetapi dia belum dewasa (belum mencapai umur 15 tahun dan belum bermimpi atau haid), menurut pendapat sebagian ulama bahwa anak tersebut diperbolehkan untuk melakukan
26
perbuatan jual beli, khususnya untuk barang-barang kecil dan tidak bernilai tinggi. 2. Tentang obyeknya. Yang dimaksud dengan obyek jual beli disini adalah benda yang menjadi sebab terjadinya perjanjian jual beli.Benda yang dijadikan sebagai obyek jual beli ini haruslah memenuhi syaratsyarat sebagai berikut: a. Bersih barangnya Adapun yang dimaksud dengan bersih barangnya, bahwa barang yang diperjualbelikan bukanlah benda yang dikualifikasikan sebagai benda najis, atau digolongkan sebagai benda yang diharamkan. Namun demikian perlu diingatkan bahwa barang ini (barang yang mengandung najis, arak dan bangkai) boleh diperjualbelikan sebatas kegunaan barang tersebut bukan untuk dikonsumsi atau dijadikan sebagai bahan makanan. Dari ketentuan diatas dapatlah disimpulkan bahwa atas barang-barang yang merupakan najis, arak dan bangkai dapat dijadikan sebagai objek jual beli, asalkan pemanfaatan barangbarang tersebut bukan untuk keperluan bahan makanan atau dikonsumsi.
27
b. Dapat dimanfaatkan Pengertian barang yang dapat dimanfaatkan tentunya sangat relatif, sebab pada hakikatnya seluruh barang yang dijadikan sebagai obyek jual beli adalah merupakan barang yang dapat dimanfaatkan, seperti untuk dikonsumsi (seperti beras, buah-buahan, ikan, sayur mayur dan lain-lain), dinikmati keindahannya (seperti hiasan rumah, bunga-bungaan dan lain-lain), dinikmati suaranya (seperti radio, televisi dan lain-lain) serta dipergunakan untuk keperluan yang bermanfaat seperti membeli seekor anjing untuk berburu. Dengan demikian timbul pertanyaan, apakah yang dijadikan
standar/ukuran
sesuatu
barang
itu
dapat
dikualifikasikan sebagi benda yang bermanfaat atau benda tidak bermanfaat. c.
Milik orang yang melakukan akad Maksudnya, bahwa orang yang melakukukan perjanjian jual beli atas sesuatu barang adalah pemilik sah barang tersebut dan/atau telah mendapat izin dari pemilik sah barang tersebut. Dengan demikian jual beli barang yang dilakukan oleh orang yang bukan pemilik atau berhak berdasarkan kuasa si pemilik, dipandang sebagai perjanjian jual beli yang batal.Misalnya seorang suami menjual barang milik istrinya 28
tanpa terlebih dahulu mendapatkan izin atau kuasa dari istrinya, maka perbuatan itu tidak memenuhi syarat sahnya jual beli yang dilakukan oleh suami atas barang milik istrinya itu adalah batal. d. Mampu menyerahkannya Adapun yang dimaksud dengan mampu menyerahkan, bahwa pihak penjual (baik sebagai pemilik maupun sebagi kuasa) dapat menyerahkan barang yang dijadikan sebagai obyek jual beli sesuai dengan bentuk dan jumlah yang diperjanjikan pada waktu penyerahan barang kepada pihak pembeli. Tidak sah menjual suatu barang yang tidak dapat diserahkan kepada pembeli, misalnya ikan dalam laut, barang rampasan yang masih berada ditangan yang merampasnya, barang yang sedang dijaminkan, sebab semua itu mengandung tipu daya. Dari uraian diatas dapat dikemukan bahwa wujud barang yang dijual itu harus nyata dan dapat diketahui jumlahnya (baik ukuran maupun besarnya). e.
Mengetahui Apabila dalam suatu jual beli keadaan barang dan jumlah harganya tidak diketahui, maka perjanjian jual beli itu tidak sah.Sebab bisa jadi perjanjian tersebut mengandung
29
unsur penipuan.Mengetahui disini dapat diartikan secara lebih luas, yaitu melihat sendiri keadaan barang baik hitungan, takaran, timbangan atau kualitasnya.Sedangkan menyangkut pembayaran kedua belah pihak harus mengetahui tentang jumlah pembayaran maupun jangka waktu pembayaran. f.
Barang yang diakadkan ada ditangan (dikuasai) Menyangkut perjanjian jual beli atas sesuatu barang yang belum ditangan (tidak berada dalam penguasaan penjual) adalah dilarang sebab bisa jadi barang sudah rusak atau tidak dapat diserahkan sebagaimana telah diperjanjikan. Adapun transaksi muamalah dalam hukum Islam dibagi
menjadi tiga yaitu: 1. Transaksi yang dilarang dalam Islam Menurut H.E. Hassan Saleh (2008:383), adapun hal-hal yang dilarang dalam suatu transaksi jual beli, yaitu: a) Jual beli yang mengandung tipuan. b) Jual beli hewan yang masih berada dalam bibit jantan. c) Jual beli hewan yang masih berada dalam perut induknya. d) Jual beli tanah yang luasnya sejauh lemparan batu. e) Jual beli buah-buahan yang masih berada ditangkainya dan belum layak dimakan. f) Jual beli buah-buahan yang masih basah dengan yang telah kering.
30
g) Jual beli atau transaksi dalam bentuk penggunaan tanah dengan imbalan dari apa yang akan dihasilkan tanah tersebut. Transaksi seperti ini termasuk yang dilarang, karena belum jelas harganya. h) Jual beli dengan harga tertentu, sedangkan barang yang menjadi objeknya merupakan sejumlah barang yang tidak jelas keberadaanya. i) Jual beli (sewa) bibit hewan pejantan untuk dibiakkan. j)
Jual beli barang dengan cara menyentuh salah satu barang. Misalnya seorang pembeli membeli baju sebanyak satu lusin dengan motif yang sama, namun pembeli tersebut hanya memeriksa satu baju yang berada paling atas, sedangkan yang lainnya tidak diperiksa dan penjual tidak mengingatkan pembeli untuk memeriksa seluruh baju yang dibeli.
k) Jual beli barang dengan uang muka, tetapi jika transaksi tidak jadi, maka uang muka menjadi milik penjual. l)
Transaksi jual beli barang setelah pembeli menyongsong penjualnya sebelum penjual mengetahui harga pasar yang sesungguhnya.
m) Jual beli yang dilakukan orang-orang kota dengan orang-orang desa.Dalam arti menjadi calo. Dilarangnya hal ini karena ketidaktahuan pedagang dusun akan harga sesungguhnya n) Jual beli hewan ternak (betina) yang diikat susunya.
31
o) Jual beli barang yang ditumpuk, yang di luar tampak lebih bagus daripada yang di dalam. p) Jual beli barang (bersifat pura-pura) yang setelah dilakukan transaksi harganya dinaikkan pembeli pertama, sehingga pembeli-pembeli lainnya membeli lebih mahal. 2. Transaksi jual beli yang sah, tetapi dilarang Menurut H Sulaiman Rasjid (1994:284) mengenai jual beli yang tidak diizinkan oleh agama, diuraikan beberapa cara saja sebagai contoh perbandingan bagi yang lainnya. Yang menjadi pokok sebab timbulya larangan adalah: menyakiti si penjual dan pembeli atau orang lain; menyempitkan gerakan pasaran; merusak ketentraman umum. a. Membeli barang dengan harga yang lebih mahal daripada harga pasar, sedangkan dia tidak menginginkan barang itu, tetapi semata-mata supaya orang lain tidak dapat membeli barang itu. b. Membeli barang yang sudah dibeli orang lain yang masih dalam masa khiyar. c. Mencegat orang-orang yang dating dari desa di luar kota, lalu membeli barangnya sebelum mereka sampai ke pasar dan sewaktu mereka belum mengetahui harga pasar. d. Membeli barang untuk ditahan agar dapat dijual dengan harga yang lebih mahal, sedangkan masyarakat umum memerlukan
32
barang itu. Hal ini dilarang karena dapat merusak ketentraman umum. e. Menjual suatu barang yang berguna, tetapi kemudian dijadikan alat maksiat oleh yang membelinya. f. Jual beli yang disertai tipuan. Berarti dalam urusan jual beli itu ada tipuan, baik dari pihak pembeli maupun dari penjual, pada barang ataupun ukuran pada timbangannya. 3. Transaksi yang dibenarkan Agar jual beli berlangsung secara sah, transaksi jual beli harus dilakukan dengan rukun dan syarat yang telah ditetapkan, adapun rukun dan syarat dalam jual beli menurut Dr. H. Ahmad Wardi Muslich (2010:180) adalah: a. Penjual (Ba’i) b. Pembeli (Musytary) c. Ijab Qabul (Shighat) d. Barang atau jasa (Ma’qud alaih) Sedangkan syarat-syarat bagi rukun jual beli tersebut harus dipenuhi karena jual beli dinyatakan sah apabila telah memenuhi syarat-syarat atas pelaku akad, barang yang diakadkan, atau tempat berakad. Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi berkenan dengan objek transaksi adalah: a. Suci, bukan barang yang mengandung unsur najis
33
b. Bermanfaat c. Milik orang yang melakukan akad d. Barang yang dijual harus diketahui secara jelas kualitas dan kuantitasnya.
C. Pengertian Jual Beli Online Jual beli menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (2006:495) Jual beli sendiri adalah berdagang, berniaga, menjual dan membeli barang barang.Jual beli Online (E-commerce) adalah suatu aktivitas perniagaan seperti layaknya perniagaan pada umumnya, hanya saja para pihak yang bertransaksi tidak bertemu secara fisik akan tetapi secara elektronik melalui media Internet (Dewi, 2005:196).Dalam buku Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) jual beli online atau transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan computer, jaringan computer, dan/atau media elektronik lainnya. Beragam pendapat dikemukakan oleh para pakar tekhnologi informasi dan praktisi bisnis dalam mendefinisikan jual beli online (e-commerce) diantaranya: David Boum mendefinisikan jual beli online merupakan satu set dinamis tekhnoligi, aplikasi dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, jasa dan informasi yang dilakukan secara elektronik. Sementara Amir Hartman mendefinisikan jual beli online sebagai suatu jenis dari mekanisme bisnis secara elektronik yang memfokuskan diri pada
34
transaksi bisnis berbasis individu dengan menggunakan internet sebagai media pertukaran barang atau jasa baik antara dua institusi (business to business) maupun antar institusi dan konsumen langsung (business to consumer) (Suhartono, 2010:229).
D. Perlindungan Konsumen Menurut Hukum Islam Islam pada masa Rasulullah belum mengungkapkan pengaturan perlindungan konsumen secara empiris seperti saat ini.Walaupun penuh dengan keterbatasan teknologi pada saat itu, namun pengaturan perlindungan konsumen yang diajarkan Rasulullah sangat mendasar, sehingga pengaturan tersebut menjadi asal usul dari hukum perlindungan konsumen modern. Seluruh ajaran Islam yang terkait dengan perdagangan dan perekonomian berorientasi pada perlindungan hak-hak pelaku usaha produsen dan konsumen.Karena Islam menghendaki adanya unsur keadilan, kejujuran, dan transparansi yang dilandasi nilai keimanan dalam praktik perdagangan dan peralihan hak.Untuk menghindari penipuan, maka pembeli diberikan beberapa hak dalam melakukan transaksi jual beli dengan tujuan untuk melindungi para konsumen yang dalam Islam dikenal dengan istilah khiyar. Khiyar adalah hak yang diberikan kepada pihak-pihak yang melakukan transaksi untuk meneruskan atau membatalkannya (Saleh, 2008:386). Fungsi khiyarmenurut Syara’ adalah agar kedua orang yang berjual beli dapat memikirkan dampak positif negatif masing-masing dengan pandangan ke depan, supaya tidak terjadi penyesalan dikemudian hari yang disebabkan
35
merasa tertipu atau tidak adanya kecocokan dalam membeli barang yang telah dipilih (Sahrani, 2011:76).Khiyar ada empat macam, yaitu: 1. Hak pilih di lokasi (Khiyar majlis) Khiyar majlisadalah hak pilih untuk melanjutkan atau membatalkan transaksi (Saleh, 2008:386). Habislah Khiyar majlis apabila, Keduanya memilih akan memeruskan akad. Jika salah seorang dari keduanya memilih akan meneruskan akad, habislah khiyar dari pihaknya, tetapi hak yang lain masih tetap. Dan apabila keduanya terpisah dari tempat jual beli. Artinya berpisah ialah menurut kebiasaan.Apabila kebiasaan telah menghukum bahwa keadaan keduanya sudah berpisah, tetaplah jual beli antara keduanya. Kalau kebiasaan mengatakan belum berpisah, masih terbukalah pintu khiyar antara keduanya. Kalau keduanya berselisih seumpamanya seorang mengatakan sudah berpisah, sedangkan yang lain mengatakan belum, yang mengatakan belum hendak dan dibenarkan dengan sumpahnya,
karena yang asal
belum berpisah (Rasjid, 1994:286). 2. Hak pilih dalam persyaratan (Khiyar syarath) Khiyar syaraht adalah suatu bentuk khiyar di mana para pihak yang melakukan akad jual beli memberikan persyaratan bahwa dalam waktu tertentu mereka berdua atau salah satunya
36
boleh memilih antara meneruskan jual beli atau membatalkannya (Muslich, 2010:226). Khiyar syarath boleh dilakukan dalam segala macam jual beli, kecuali barang yang wajib diterima di tempat jual beli, seperti barang-barang riba. Masa khiyar syarath paling lama hanya tiga hari tiga malam terhitung dari waktu akad. Barang yang terjual itu sewaktu dalam masa khiyar kepunyaan orang yang mensyaratkan khiyar, kalau yang khiyar hanya salah seorang dari mereka. Tetapi kalau kedua-duanya mensyaratkan khiyar, makabarang itu tidak dipunyai oleh seorangpun dari keduanya. Jika jual beli sudah tetap akan diteruskan, barulah diketahui bahwa barang itu kepunyaan pembeli mulai dari masa akad. Tetapi kalau jual beli tidak diteruskan, barang itu tetap kepunyaan si penjual.Untuk meneruskan jual beli atau tidaknya, hendaklah dengan lafaz yang jelas menunjukkan terus atau tidaknya jual beli. 3. Hak pilih karena cacat barang (Khiyar ‘aib) Khiyar ‘aib adalah suatu bentuk khiyar untuk meneruskan atau membatalkan jual beli, karena adanya cacat pada barang yang dibeli, meskipun tidak disyaratkan khiyar (Muslich, 2010:232). Artinya si pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya apabila pada barang itu terdapat suatu cacat yang mengurangi kualitas barang itu, atau mengurangi harganya, sedangkan biasanya barang yang seperti itu baik dan sewaktu akad
37
cacatnya itu sudah ada, tetapi si pembeli tidak tahu atau terjadi sesudah akad, yaitu sebelum diterimanya (Rasjid, 1994:287). 4. Hak pilih melihat (Khiyar ru’yah) Khiyar
ru’yah
adalah
Khiyar
atau
pilihan
untuk
meneruskan akad atau membatalkannya, setelah barang yang menjadi objek akad dilihat oleh pembeli. Hal ini terjadi dalam kondisi di mana barang yang menjadi objek akad tidak ada di majelis akad, walaupun ada hanya contohnya saja, sehingga pembeli tidak tahu apakah barang yang dibelinya itu baik apa tidak. Setelah pembeli melihat langsung kondisi barang yang dibelinya, apabila setuju ia bisa meneruskan jual belinya dan apabila setuju ia boleh mengembalikannya kepada penjual dan jual beli dibatalkan, sedangkan harga dikembalikan seluruhnya kepada pembeli (Muslich, 2010:236).
E. Perlindungan Konsumen Menurut UUPK Perlindungan konsumen di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK).Perlindungan konsumen menurut UUPK adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen(pembeli). Menurut
UUPK
dalam
Pasal
2
perlindungan
konsumen
diselenggarakan sebagai usaha berdasarkan 5 (lima) asas yang relevan dalam pembangunan nasional, yaitu:
38
1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. 2. Asas keadilan dimaksudkan agar pertisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibanya secara adil. 3. Asas
keseimbangan
dimaksudkan
untuk
memberikan
keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material ataupun spiritual. 4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan. 5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum. Pasal 3 Perlindungan konsumen sendiri bertujuan untuk: 1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri.
39
2. Mengangkat
harkat
dan martabat
konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa. 3. Meningkatkan
pemberdayaan
konsumen
dalam
memilih,
menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen. 4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi. 5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenal pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha. 6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen. Istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer (InggrisAmerica), atau consument/konsument (Belanda). Pengertian dari consumer atau consument itu tergantung dalam posisi mana ia berada. Secara harafiah arti kata consumer
adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang
menggunakan barang. Tujuan penggunaan barang atau jasa nanti menentukan termasuk konsumen kelompok mana pengguna tersebut.Begitu pula Kamus Bahasa Inggris-Indonesia memberi arti kata consumer sebagai pemakai atau konsumen (Kristiyanti, 2009:22).
40
Menurut Kristiyanti (2009:25) menegaskan beberapa batasan tentang konsumen, yakni: 1. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa digunakan untuk tujuan tertentu. 2. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang/jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial). 3. Konsumen akhir, adalah setiap orang alami yang mendapat dan menggunakan barang dan/jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali (nonkomersial). Bagi konsumen antara barang atau jasa itu adalah barang atau jasa capital, berupa bahan baku, bahan penolong atau komponen dari produk lain yang akan diproduksinya (produsen). Kalau ia distributor atau pedagang berupa barang setengah jadi atau barang jadi yang menjadi mata dagangannya. Konsumen antara ini mendapatkan barang atau jasa itu di pasar industry atau pasar produsen. Sedang bagi konsumen akhir, barang dan/jasa itu adalah barang atau jasa konsumen, yaitu barang atau jasa yang biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga atau rumah tangganya (produk konsumen). Barang atau jasa konsumen ini umumnya diperoleh di pasar-pasar konsumen, dan terdiri dari barang atau jasa yang umumnya digunakan di dalam rumah tangga masyarakat (Kristiyanti, 2009:25).
41
Pengertian konsumen menurut UUPK dalam Pasal 1 ayat (2) yakni: Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Perlindungan konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan hukum tentang hak-hak konsumen. Dalam UUPK hak konsumen diatur dalam pasal 4 adalah: 1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa; 2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa; 3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa; 4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan; 5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; 6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; 7. Hak untuk diperlukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskrimatif;
42
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; 9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya. Kemudian kewajiban pelaku usaha (penjual) dijelaskan dalam UUPK pasal 7, Kewajiban pelaku usaha adalah: 1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. 2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan. 3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. 4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan /atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku. 5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta member jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan. 6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
43
7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Kristiyanti (2009:41) mengutip dari buku UUPK Dalam Pasal 1 angka 3 UU No. 8 Tahun 1999 disebutkan pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam ilayah hukum Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Hak pelaku usaha diatur dalam UUPK Pasal 6 adalah: 1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan. 2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik. 3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen. 4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh baarang dan/atau jasa yang diperdagangkan. 5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya.
44
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999, mengatur perbuatan hukum yang dilarang bagi pelaku usaha larangan dalam memproduksi atau memperdagangkan, larangan dalam penjualan secara obral atau lelang, dan dimanfaatkan dalam ketentuan periklanan. 1. Larangan dalam memproduksi atau memperdagangkan, misalnya: a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan
dalam
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan; b. Tidak sesuai dengan berat isi bersih atau neto; c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam
jumlah
dalam
hitungan
menurut
ukuran
yang
sebenarnya; d. Tidak sesuai
dengan kondisi, jaminan, keistimewaan
sebagaimana dinyatakan dalam label, etika, atau keterangan barang dan atau jasa tersebut; e. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label; f. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal; g. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat barang, ukuran, berat isi atau neto. 2. Larangan dalam menawarkan/ memproduksi pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan suatu barang dan atau jasa secara tidak benar atau seolah-olah.
45
a. Barang tersebut telah memenuhi atau memiliki potongan harga, harga khusus, standar mutu tertentu. b. Barang tersebut dalam keadaan baik/baru. c. Barang atau jasa tersebut telah mendapat atau memiliki sponsor, persetujuan, perlengkapan tertentu. d. Dibuat oleh perusahaan yang mempunyai sponsor, persetujuan atau afiliasi. e. Barang atau jasa tersebut tersedia. f. Tidak mengandung cacat tersembunyi. g. Kelengkapan dari barang tertentu. h. Berasal dari daerah tertentu. i. Secara langsung atau tidak merendahkan barang atau jasa lain. j. Menggunakan kata-kata yang berlebihan seperti aman, tidak berbahaya, atau efek sampingan tanpa keterangan yang lengkap. k. Menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti. 3. Larangan dalam penjualan secara global atau lelang. Pelaku usaha dalam penjualan yang dilakukan melalui cara obral atau lelang dilarang mengelabui/ menyesatkan konsumen, antara lain: a. Menyatakan barang tersebut seolah-olah telah memenuhi standar tertentu. b. Tidak mengandung cacat tersebunyi.
46
c. Tidak berniat utuk menjual barang yang ditawarkan melainkan dengan maksud menjual barang lain. d. Tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu atau jumlah cukup dengan maksud menjual barang yang lain. 4. Larangan dalam periklanan Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan misalnya: a. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan harga mengenai atau tarif jasa, serta ketepatan waktu penerimaan barang jasa. b. Mengelabui jaminan atau garansi barang atau jasa. c. Memuat informasi yang keliru, salah atau tidak tepat mengenai barang atau jasa. d. Tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaian barang atau jasa. e. Mengekploitasi
kejadian
seseorang
tanpa
seizin
yang
berwenang atau persetujuan yang bersangkutan. f. Melanggar etika atau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai periklanan.
47
BAB III
PRAKTEK JUAL BELI PADA FORUM FACEBOOK JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)
A. Gambaran Umum Tentang Forum Jual Beli Barang Second Kota Salatiga (No Tipu-Tipu) Awal mulanya Facebook hanya digunakan untuk sarana bertukar informasi, bertukar ataupun membagikan foto maupun video, Chating, dan lain sebagainya. Semakin majunya jaman, Facebook sekarang ini juga dapat dijadikan sebagai sarana atau wadah untuk melakukan transaksi jual beli.Wadah tersebut sering disebut sebagai suatu grup atau forum, salah satu forum yang terdapat pada Facebook untuk masyarakat yang berdomisili di Kota Salatiga adalah forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU). Sebelum menggunakan situs ini pengguna harus mendaftar dan pengguna terlebih dahulu harus memiliki sebuah alamat email. Setelah itu pengguna dapat membuat profil pribadi, menambahkan pengguna lain sebagai teman,
bertukar
pesan,
mengupload
foto
maupun
video,
termasuk
pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui status ataupun profilnya. Selain hal tersebut pengguna juga dapat bergabung dengan forumforum yang berisi tentang suatu hal yang disukai, berdasarkan tempat kerja, sekolah, perguruan tinggi, domisili,
48
jual beli, dan masih banyak yang
lainnya.ForumFacebook
JUAL
BELI
BARANG
SECOND
KOTA
SALATIGA (NO TIPU-TIPU) dibentuk oleh salah seorang warga Salatiga. Awalnya, forum ini bernama forum Jual Beli Salatiga, setelah itu berganti nama menjadi Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU). Seiring bertambahnya pengguna sosial media (sosmed) Facebook, forum ini juga memiliki anggota yang terus bertambah setiap harinya. Forum ini sudah memiliki 42.045 anggota, Baik anggota aktif maupun anggota tidak aktif. Anggota aktif adalah anggota yang yang selalu aktif entah sekedar melihat, menjual bahkan membeli suatu barang pada forum tersebut, sedangkan anggota tidak aktif terbagi menjadi dua, yaitu anggota yang menggunakan akun Facebooknya digunakan hanya untuk menjual atau membeli barang yang kemudian akun tersebut hanya digunakan sekali saja saat melakukan transaksi jual beli, setelah transaksi jual beli selesai akun tersebut tidak digunakan kembali biasanya akun yang digunakan bukan akun asli si pemilik akun Facebook tersebut, kemudian anggota tidak aktif kedua yaitu anggota yang hanya menggunakan forum ini ketika sedang membutuhkan saja, jadi hanya pada saat-saat tertentu, entah akan membeli atau menjual barang atau hanya untuk sekedar melihat-lihat harga pasaran suatu barang. Untuk bergabung dalam forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU), calon anggota memerlukan sebuah akun Facebook, karena forum ini terdapat pada sosial media Facebook.
49
Selain itu calon anggota juga harus mengirim permintaan bergabung yang nantinya akan disetujui oleh salah satu anggota yang sudah bergabung dengan forumFacebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU). Para pelaku usaha maupun konsumen yang hendak menjual atau membeli atau menawarkan suatu jasa harus terlebih dahulu bergabung menjadi anggota dalam forum ini, sebab jika tidak bergabung mereka (pelaku usaha) tidak bisa membuat postingan guna untuk mengiklankan barang yang hendak dijual, berbeda dengan konsumen tidak harus bergabung dalam forum jual beli tetapi dia dapat sekedar melihat-lihat, memberi komentar untuk tawar menawar, bertanya tentang kualitas barang, dan lain-lain. Namun hal tersebut tergantung dari forum jual beli,karena dari forum satu dan forum lainnya berbeda-beda, apakah dalam aturannya hanya para anggota saja yang dapat mengakses forum tersebut ataupun tidak hanya anggota yang dapat menggunakan forum tersebut. Pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) tidak ada batasan waktu, usia, jenis kelamin, dan tempat domisili. Sehingga forum ini dapat digunakan oleh siapa saja, darimana saja, dan kapan saja. Dalam forum ini tidak ada larangan dalam menjual barang yang masih baru, barang second, bahkan barang yang sudah rusak atau mati total (matot). Karena hal tersebutlah forum ini tidak hanya menjual satu jenis barang, tetapi berbagai jenis barang dapat dicari di forum ini, seperti: handphone (HP), laptop, mobil, motor, rumah, penyedia jasa
50
service, onderdil, asesoris, hewan, obat-obatan, dan masih banyak yang lainnya. Pelaku usaha dalam membuat postingan atau mengiklankan barang yang hendak dijual, diharuskan memberi informasi yang sejelas-jelasnya dan senyata mungkin agar para konsumen tidak tertipu oleh informasi yang ia berikan, namun bukan hanya pelaku usaha saja yang membuat postingan, konsumen juga terkadang membuat postingan guna untuk membeli barang yang ia akan beli. Biasanya dalam postingan tersebut berisi tentang jenis barang, kualitas, kekurangan (cacat), harga, foto barang yang dijual, alamat atau nomor HP yang bisa dihubungi, merk, barang baru atau second, spesifikasi, dijual atau akan membeli, dan lain-lain. Semakin lengkap dan jelas yang digambarkan pelaku usaha semakin baik untuk konsumen terhindar dari penipuan. Pelaku usaha dalam mengiklankan barang dagangannya biasanya menggunakan akun untuk keperluan individu, namun ada juga yang menggunakan akun tersebut untuk mempromosikan suatu produk atau barang untuk mewakili pihak toko. Dalam forum ini barang yang dijual belikan tidak memiliki garansi resmi, berbeda jika ia membeli lewat akun suatu toko, biasanya akan ada garansi resmi yang diberikan tanpa konsumen meminta garansi. Garansi disini diberikan apabila pelaku usaha bersedia memberikan garansi selama aktu yang disepakati (barang second).
51
B. Prosedur dan Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Jual Beli di Forum FacebookJUAL BELI BARANGSECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) Prosedur dalam melakukan transaksi jual beli di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) adalah sebagai berikut : Pelaku usaha mempostingkan barang yang akan dijual, dengan mencantumkan gambar/foto, ketentuan harga serta spesifikasi dan kondisi barang, serta nomor telepon yang dapat dihubungi sewaktu-waktu. Kemudian apabila ada calon pembeli yang tertarik dengan barang yang dipostingkan, maka pembeli tersebut dapat mengomentari dikolom komentar pada postingan stau dapat menghubungi nomor yang telah dicantumkan dan Proses transaksi atau tawar-menawar dilakukan secara pribadi oleh pelaku usaha dengan konsumen. Dalam transaksi jual beli para pelaku usaha dan konsumen akan melakukan negoisasi atau tawar menawar yang kemudian setelah mendapat harga yang disepakati kedua belah pihak, baru setelah itu pelaku usaha dan konsumen akan membuat kesepakatan apakah pembayarannya nanti melalui rekeningmilik pelaku usaha atau dengan cara bertemu secara langsung atau Cash On delivery (COD). Apabila disetujui melakukan pembayaran dengan cara mentransfer sejumlah uang lewat rekening miik pelaku usaha, maka konsumen akan mengirim sejumlah uang ke rekeningpelaku usaha, setelah itu konsumen akan memberi tahu kalau uang tersebut sudah terkirim ke rekening pelaku usaha
52
yang disertai dengan mengirim foto nota pembayaran ke akun Facebook atau Blackberry Messenger (BBM) milik pelaku usaha. Setelah itu baru pelaku usaha mengirim barang yang sudah dibayar tadi ke alamat konsumen, biasanya dalam transaksi seperti ini barang yang di paketkan biayanya dibebankan kepada konsumen. Namun dalam transaksi jual beli di forum tersebut selain memperhatikan prosedur transaksi jual beli juga harus memperhatikan asasasas perlindungan konsumen, seperti asas manfaat, asas keadilan, asas keseimbangan, asas keamanan, dan asas kepastian hukum. Agar dalam transaksi tersebut tidak ada pihak yang dirugikan .Tetapi transaksi jual beli semacam ini pihak konsumen tidak mengerti secara nyata dan jelas bagaimana kondisi barang tersebut, karena hanya bisa melihat lewat postingan pelaku usaha, dan hanya bisa percaya tentang apa yang diinformasikan pelaku usaha, sering kali dalam transaksi ini pihak konsumen mengalami penipuan, entah itu barang yang dibeli tidak seperti apa yang diinformasikan, atau setelah uang dikirimkan barang yang sudah dibeli tadi tidak sampai tujuan. Seperti yang dialami Guntur Agung Ramadhan warga Salatiga, yang ketika itu akan membeli Handphone (HP) bermerk OPPO yang diiklankan oleh warga Semarang, seharga Rp. 750.000,00. Setelah Guntur mengirim uang tersebut ke rekening pelaku usaha barang yang sudah dibayar tadi tidak sampai ke tangan Guntur, padahal pelaku usaha sudah memberi tahu dari awal jika pengiriman barang tersebut kira-kira tiga hari sampai pada alamat Guntur. Namun setelah satu minggu ditunggu-tunggu barang tersebut tidak kunjung datang, setelah
53
itu Guntur menghubungi nomor HP yang dulu digunakan pelaku usaha untuk memberi informasi kepada Guntur, tetapi nomor HP yang dulu aktif sekarang sudah tidak aktif bukan hanya nomor HP saja yang tidak aktif akun Facebook yang selama ini digunakan dalam transaksi juga sudah tidak aktif sehingga Guntur mengalami kerugian materiil dan merasa tertipu oleh si pelaku usaha.(wawancara dengan Guntur Agung Ramadhan pada tanggal 10 Oktober 2015 jam 13.00 WIB). Berbeda dengan yang dialami Maulana Arrasyid warga Salatiga yang melakukan transaksi dengan cara bertemu langsung atau sering disebut COD (Cast On Delivery), saat itu Maulana akan melakukan transaksi sebuah HP bermerk Lenovo dan sudah melakukan kesepakatan bertemu di Terminal Tingkir jam 19.00 WIB. Pada waktu mereka bertemu Maulana sudah megecek apakah HP tersebut seperti yang diinformasikan oleh pelaku usaha, setelah itu maulana meminta garansi dua hari sebelum melakukan pembayaran agar Maulana tidak merasa ditipu jika HP tersebut bermasalah atau berbeda dengan apa yang sudah diinformasikan pelaku usaha. Setelah pelaku usaha memberikan
garansi
tersebut
maka
Maulana
pulang
kerumahnya.
Sesampainya di rumah HP yang baru di bayarkan tadi di cek kembali oleh Maulana, ternyata Wifi HP tersebut tidak bisa dihidupkan, dan tidak bisa dicharger, padahal sewaktu bertemu pelaku usaha meyakinkan bahwa HP tersebut dalam kondisi baik. Merasa tertipu dengan pelaku usaha Maulana menghubungi nomor HP pelaku usaha tetapi nomor dan akun Facebook tersebut tidak aktif, padahal pelaku usaha tadi sudah dengan jelas memberikan
54
garansi selama dua hari (wawancara dengan Maulana Arrasyid pada tanggal 11 Oktober 2015 jam 21.00 WIB). Berbeda lagi dengan yang dialami oleh Sigit Septiawan warga Ungaran yang bergabung dalam forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU), ketika ia hendak membeli HP bermerk Asus dan sudah terjadi kesepakatan harga, mereka bertemu atau Cash On Delivery (COD) di lapangan Pancasila jam 12.00 WIB, ketika pelaku usaha sudah menyakinkan Sigit, bahwa HP tersebut baru di beli beberapa hari dan masih dalam kondisi baik, namun sebelum Sigit membayar , ia meminta garansi dua hari dan pelaku usaha hanya memberikan garansi satu hari, setelah itu sigit meminta foto copyan (fc) KTP (Kartu Tanda Penduduk), atau ingin melihat KTP asli atau sekedar memfoto KTP tersebut agar supaya si pelaku usaha benar-benar jujur dengan perkataannya, jika nantinya barang tersebut tidak sesuai apa yang diinformasikan Sigit dapat langsung menemui pelaku usaha di rumahnya, supaya dapat pelaku usaha bertanggung jawab, karena jika hanya bermodal percaya kepada informasi pelaku usaha, memiliki nomor HP atau mengetahui akun Facebook pelaku usaha saja tidak menutup kemungkinan adanya tindak penipuan. Karena pelaku usaha menolak untuk memperlihatkan KTP aslinya maka Sigit membatalkan jual beli tersebut, karena takut akan tertipu setelah barang dibayar (wawancara dengan Sigit Septiawan pada tanggal 13 Oktober 2015 jam 10.30 WIB). Berbeda pula dengan ungkapan Pratama Wisnu Setiaji warga kota Salatiga, yang
akan membeli sebuah helm bermerk INK berwarna pink
55
seharga Rp. 200.000,00. Ketika dalam transaksi jual beli berlangsung pelaku usaha memberi informasi bahwa helm tersebut milik pribadi dan lebih baik dijual dari pada tidak dipakai. Setelah transaksi sudah selesai dan barang tersebut sudah di bayar, pelaku usaha meninggalkan lokasi. Saat Wisnu akan meninggalkan lokasi ia dihampiri oleh beberapa orang yang mengaku bahwa helm tersebut milik salah seorang yang menghampiri Wisnu tadi, setelah diceritakan kronologinya ternyata helm tersebut hasil curian pelaku usaha yang lalu dijual kepada Wisnu. Karena Wisnu tidak mengetahui dengan pasti barang tersebut dan takut disebut penadah barang curian, yang nantinya dapat dikenai hukuman pidana dan denda, setelah itu korban memperlihatkan foto sewaktu memakai helm tersebut dan Wisnu percaya sehingga memberikan helm tersebut kepada orang yang mengaku memiliki helm tersebut, dalam kasus ini selain Wisnu dirugikan dia juga secara tidak langsung menjadi pelaku tindak kriminal karena menjadi penadah barang curian (wawancara dengan Pratama Wisnu Setiaji pada tanggal 12 Oktober 2015 jam 19.00 WIB). Dari ungkapan salah seorang warga Kota Salatiga yang enggan disebutkan namanya, ketika akan melakukan transaksi untuk membeli sebuah PlayStation 2 dengan kondisi second seharga Rp. 750.000,00,pembayaran tersebut dilakukan dengan cara mentransfer sejumlah uang ke rekening pelaku usaha. Setelah uang tersebut ditransfer ke rekening pelaku usaha dan proses pembayaran sudah selesai, PlayStation 2 yang dijanjikan akan sampai pada alamat konsumen paling lama 4 hari, namun setelah ditunggu 5 hari tidak
56
kunjung datang dan setelah diperiksa nomor HP, pin BBM, akun Facebook semua sudah tidak aktif, selain itu foto-foto PlayStation2 yang diupload oleh pelaku usaha ternyata hasil dari mendownload
di google. Sehingga barang
yang selama ini diiklankan dan dijual tidak ada wujud nyatanya (wawancara dengan salah satu anggota forum jual beli barang second kota Salatiga no tiputipu pada tanggal 15 Oktober 2015 jam 22.00 WIB). Dari hasil wawancara dengan Efta Ari Wibowo (tanggal 20 Oktober 2015 jam 20.00 WIB) Ari melakukan tukar tambah HP Nokia Lumnia 301 miliknya dengan HP android milik pelaku usaha dan Ari memberi tambahan sebesar Rp 200.000,00 rupiah. Sewaktu berada di tempat berlangsungnya transaksi, pelaku usaha tidak memberikan informasi yang jelas hanya menyuruh Ari untuk memeriksa HP android tersebut, padahal pengetahuan Ari masih awam mengenai HP android, dan pelaku usaha tidak memberi informasi yang jelas tentang kualitas HP tersebut. Setelah HP Nokia milik Ari dan HP android milik pelaku usaha tersebut sudah saling ditukar dan Ari memberikan uang sebesar Rp 200.000,00 rupiah tersebut ke pelaku usaha sebagai penyeimbang harga Nokia Lumnia 301dengan HP android milik Pelaku usaha. Setelah meninggalkan tempat transaksi, ternyata HP android tersebut tidak bisa untuk SMS dan menerima SMS, selain itu speakernya pun sudah rusak, terdapat kerusakan pada sistem softwarenya. Tanpa pikir panjang Ari menghubungi pelaku usaha untuk meminta pertanggung jawaban, namun ternyata pelaku usaha malah memarahi Ari karena tidak meneliti barang
57
tersebut secara teliti, padahal Ari ini tidak paham mengenai HP android dengan kualitas yang baik. Selain itu pihak pelaku usaha juga menolak bertanggung jawab. Kemudian penulis juga melakukan penelitian dengan menjadi konsumen yang membeli sebuah HP Nokia 1600 dengan transaksinya bertemu langsung atauCash On Delivery (COD). Untuk HP nokia tersebut harga second di counter dan toko bisa mencapai seratus lima puluh ribu rupiah lengkap dengan charger, namun di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) harga HP Nokia ini dijual dengan harga empat puluh ribu tanpa charger (hanya HP). Menurut keterangan pelaku usaha, HP tersebut dijual karena sudah bosan dan ingin ganti dengan HP yang lainnya, selain itu pelaku usaha menjelaskan bahwa HP tersebut dalam kondisi yang baik hanya saja dijual tanpa charger. Sebelum penulis membayar HP tersebut, penulis meminta pelaku usaha untuk memperlihatkan KTP asli dan meminta garansi apabila nantinya HP tersebut ditemukan kerusakannya yang tidak disebutkan oleh pelaku usaha, namun pelaku usaha menolak memperlihatkan KTP dengan alasan tidak membawa KTP dan bersedia memberikan garansi satu hari. Selain itu pelaku usaha juga meyakinkan jika nantinya HP tersebut sebelum satu hari terdapat kerusakan maka pelaku usaha bersedia mengembalikan uang seharga HP tersebut.Karena pelaku usaha benar-benar meyakinkan bahwa HP Nokia tersebut masih dalam keadaan yang baik maka pelaku usaha membeli HP tersebut dengan dasar saling percaya. Namun
58
alhasil sesampainya dirumah ternyata sim card pada HP tersebut mati atau rusak, tanpa pikir panjang penulis meminta pertanggung jawaban pelaku usaha dan ternyata nomor yang tadinya digunakan untuk berkomunikasi dengan penulis sudah tidak aktif, serta akun Facebook yang digunakan pelaku usaha juga sudah tidak aktif. Untuk membatalkan suatu jual beli ketika masih dalam transaksi jual beli, hal tersebut diperbolehkan ketika tidak terjadinya kecocokan harga maupun spesifikasi atau kualitas barang yang diinginkan. Biasanya para pelaku usaha setelah barang tersebut dibayar oleh konsumen yang kemudian setelah meninggalkan tempat transaksi terdapat cacat yang disembunyikan atau berbeda dengan yang diinformasikan, kebanyakan pihak konsumen tidak dapat
membatalkan transaksi tersebut
dan
tidak menerima adanya
pengembalian uang, yang mengakibatkan pihak konsumen mengalami kerugian secara materiil dan merasa tertipu. Pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab seperti itu hanya berfikir bagaimana caranya barang yang sudah rusak itu terjual dengan harga yang tinggi, dan tidak melihat bagaimana nantinya jika konsumen merasa dirugikan. Biasanya para konsumen lebih memilih melakukan transaksi dengan cara bertemu atau Cash On Delivery (COD), karena konsumen sebelum membayar dapat melihat secara nyata bagaimana kondisi barang tersebut, sedang untuk melakukan transaksi lewat rekber jarang digunakan pada forum ini karena selain konsumen tidak bisa melihat barang secara nyata dan biasanya pihak konsumen merasa kecewa setelah barang yang sudah di tangan tidak seperti
59
apa yang konsumen harapkan, selain itu menggunakan rekber juga marak terjadi penipuan, melakukan transaksi dengan bertemu atau Cash On Delivery (COD) jika konsumen tidak pandai-pandai dalam mengecek secara detail dan jeli pihak konsumen juga tidak menutup kemungkinan akan tertipu apalagi untuk konsumen yang masih awam. Dari data-data yang diperoleh penulis, transaksi jual beli pada forum tersebut masih banyak terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha. Dalam melakukan transaksi jual beli masih banyak pelaku usaha yang melanggar prosedur transaksi jual beli dan belum sepenuhnya memenuhi asasasas perlindungan konsumen sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 UUPK. Tidak terpenuhinya asas-asas perlindungan konsemen sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 UUPK disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : tidak ada kejelasan struktur organisasi di forum tersebut dan tidak adanya admin yang mengelola forum tersebut. Karena tidak adanya admin yang mengelola secara jelas maka pengawasan mengenai keamanan dalam transaksi jual beli di forum tersebut sangatlah minim sehingga masih terdapat konsumen yang dirugikan. Dan tidak adanya kepastian hukum yang ditetapkan di forum tersebut, sehingga baik pengusaha maupun konsumen sangatlah mudah untuk melakukan pelanggaran dalam transaksi jual beli tersebut.
60
BAB IV ANALISIS
A. Analisis Hukum Islam Terhadap Perlindungan Konsumen Di Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) Menurut pembeli kehadiran forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) ini sangat membantu, disamping barang yang dijual dengan harga yang murah dan terjangkau, pihak penjual juga tidak memerlukan tempat berjualan atau toko untuk menjual barang yang hendak mereka jual tetapi cukup membuat postingan tentang barang yang dijual di forum tersebut. Selain itu pihak pembeli tidak perlupergi ke toko untuk sekedar melihat-lihat,menawar, dan membeli barang yang mereka
inginkan,yang
diperlukan
hanyalah
sebuah
akun
Facebook.
Keuntungan yanglain yang paling dirasakan oleh penjual adalah biaya yang sangat murah dalam mengiklankan/ mempostingkan barangyang mereka jual.Para
penjual
hanya
memerlukan
kuota
internet
dan
sebuah
handphone(HP)atau perangkat computersupaya tersambung ke aplikasi Facebook. Barang-barang second yang dijual murah di forum ini biasanya barang yang pemakaiannya sudah lama, memiliki cacat/ kerusakan, bahkan ada barang yang dijual dengan kondisi mati total yang komponennya masih bisa digunakan. Menurut keterangan penjual, mereka menjelaskan bahwa HP
61
tersebut second, dan masih dalam kualitas yang baik, namun jika calon pembeli tidak melihat dan meneliti secara teliti, kemungkinan HP tersebut terdapat kecacatan, entah di bagian software, bluetooth, keypad, hotspot yang tidak bisa hidup, dan lain-lain. Bahkan adapula HP second yang dikatakan oleh penjual
barang baru. Hal ini seakan-akan penjual menyembunyikan
keadaan serta kualitas barang tersebut. Dalam melakukan transaksi jual beli yang perlu diperhatikan adalah mengenai syarat, rukun dan ketentuan umum jual beli sebagaimana telah dibahas sebelumnya, meliputi : 1. Rukun jual beli Adapun hal-hal yang terdapat pada transaksi jual beli di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) yang berkenaan dengan rukun jual beli adalah sebagai berikut: a. Adanya pihak penjual dan pihak pembeli Pelaksanaan transaksi jual beli di forum BARANG
SECOND
Facebook JUAL BELI
KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)
ditetapkan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak antara pihak penjual dan pihak pembeli. Dalam hal ini penjual dan pembeli adalah anggota forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU), yaitu anggota yang menjual barang yang dimilikinya dan mempostingkan barang tersebut beserta foto, harga, spesifikasi, kelebihan maupun kekurangan barang, serta
62
nomor HP yang dapat dihubungi sebagai pihak penjual. Dan anggota yang mencari atau melihat-lihat postingan-postingani milik penjual untuk membeli dengan cara memberi komentar pada postingan tersebut sebagai pihak pembeli. Pelaksanaan transaksi dilakukan apabila penjual dan pembeli sudah menyepakati harga yang ditentukan berdasarkan kesepakatan dalam negoisasi dan mengetahui waktu yang telah ditetapkan antara penjual dan pembeli untuk bertemu atau Cash On Delivery (COD) atau melakukan pertukaran menggunakan jasa rekening bersama apabila keduanya tidak memungkinkan untuk bertemu secara langsung. b. Adanya uang dan benda Transaksi jual beli tersebut dilakukan dengan cara pembayaran tunai berupa uang sebagai media alat tukar. Sebelum penjual melakukan transaksi, penjual akan memberitahukan kepada pembeli terlebih dahulu harga, spesifikasi, kelebihan maupun kekurangan brang tersebut. Kemudian apabila harga yang ditawarkan oleh penjual sesuai dengan keinginan pembeli maka proses transaksi dapat berlangsung. Namun jika harga tidak sesuai dengan keinginan pembeli, pembeli dapat melakukan negoisasi dengan penjual sehingga mendapatkan sejumlah nominal harga yang disepakati antara pihak penjual dan pihak pembeli. c. Adanya lafaz atau ijab dan qobul
63
Dalam jual beli di forum
Facebook JUAL BELI BARANG
SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU), harus terdapat lafaz atau ijab dan qobul. Ijab dan qobul ini ditandai dengan pernyataan
kehendak
berupa
harga
yang
sudah
ditentukan
berdasarkan hasil negoisasi sebelumnya.Serah terima barang yang dijualbelikan baik secara langsung maupun melalui jasa pengiriman barang bila tidak memungkinkannya pihak penjual dan pihak pembeli bertemu secara langsung.Yang kemudian timbul kewajiban bagi pembeli untuk membayar atau menukar dengan uang sebagai media alat tukar dan penjual menyerahkan barang tersebut. Menurut penulis dalam transaksi jual beli di forum JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) dilihat dari segi rukun jual beli sudah sesuai dengan hukum Islam, karena sudah adanya pihak penjual dan pihak pembeli, adanya uang dan benda, serta adanya lafaz atau ijab dan qobul. 2. Syarat jual beli Adapun syarat jual beli yang terkait dalam jual beli di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) adalah sebagai berikut: a. Tentang subyeknya Dalam jual beli subyek jual beli haruslah berakal, dengan kehendak sendiri, keduanya tidak mubazir, baligh.Pada jual beli di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO
64
TIPU-TIPU), diketahui adanya penjual dan pembeli yang masih di bawah umur atau belum baligh. Yang secara pemikiran mereka sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, tetapi pada kenyataannya mereka masih asal-asalan dalam melakukan transaksi jual beli, seperti memberikan informasi yang tidak sesuai dengan kondisi barang yang dijual sehingga hal tersebut dapat merugikan pembeli. Maka dapat diambil kesimpulan dalam forum jual beli tersebut tidak sesuai dengan hukum Islam. b. Tentang objek (barang) 1) Bersih barangnya Bersih barangnya disini adalah barang yang diperjual belikan terbebas dari najis, dalam
forum
Facebook JUAL BELI
BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) menjual
berbagai
jenis
barang yang ditawarkan seperti:
handphone (HP), sepeda, laptop, motor, mobil, rumah atau tanah, dan barang lainnya yang dapat dinilai serta barang tersebut terhindar dari najis. 2). Dapat dimanfaatkan Pemanfaatan barang dari hasil jual beli di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) dapat dikategorikan sebagai barang yang memiliki nilai ekonomi, hal ini dilakukan oleh penjual atau anggota forum yang menawarkan barang yang akan dijual sebagai dasar ekonomi, baik
65
barang yang masih baru maupun barang second tetapi masih bisa dimanfaatkan. 3). Milik orang yang melakukan akad Barang yang dijual dalam forum tersebut dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis sebagian besar milik sah dari penjual. Namun ada beberapa penjual yang menjual barang tetapi barang tersebut merupakan hasil curian. Di dalam hukum Islam objek yang seperti ini tidak sah untuk diperjuabelikan, karena barang tersebut bukan barang sah milik penjual. 4). Mampu menyerahkan barang Mampu
menyerahkan
barang
maksudnya
penjual
dapat
menyerahkan barang yang akan dibeli oleh pembeli setelah pembeli menukarnya dengan sejumlah uang yang telah disepakati sebelumnya. Namun dalam forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) masih terdapat pelaku usaha yang tidak jujur setelah menerima sejumlah uang barang yang telah dibeli oleh konsumen tidak dikirimkan ke alamat konsumen. 5). Mengetahui barangnya Dalam forum tersebut barang yang dijual dapat dilihat sesuai dengan gambar atau foto yang di cantumkan oleh penjual di postingan yang dibuat. Jika pembeli ingin melihat secara langsung, maka penjual dan pembeli harus
66
terlebih dahulu
bertemu secara langsungatau Cash On Delivery (COD) untuk menghindari unsur penipuan sebelum terjadinya transaksi jual beli. Namun terkadang ada juga penjual yang nakal yang memberikan informasi tidak sesuai dengan yang mereka ketahui, yang tujuannya untuk menyembunyikan kecacatan barang yang dijual. Menurut peneliti objek transaksi dalam jual beli yang seperti itu tidak sesuai dengan hukum Islam, karena terdapat kecacatan yang disembunyikan oleh penjual. Sedangkan didalam hukum Islam mengenai objek jual beli terdapat salah satu syaratnya yaitu barang harus diketahui, maksudnya kedua belah pihak harus mengetahui kondisi secara detail barang tersebut. Namun pada kenyataannya jual barang second pada forum tersebut masih terdapat kecacatan yang disembunyikan oleh penjual seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. 6). Barang yang diakadkan ada ditangan Barang yang akan dijual adalah barang milik penjual, maupun barang titipan milik orang lain yang diserahkan sepenuhnya kepada penjual untuk menjual barang tersebut, sehingga penjual mendapatkan ijin dari yang bersangkutan untuk menjualnya, dalam kata lain penjual sebagai perantara antara pihak yang memiliki barang dengan pembeli.
67
c. Tentang Akadnya Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa jual beli di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) dilakukan dengan cara negoisasi atau tawar menawar antara penjual dan pembeli hingga memperoleh harga yang disepakati bersama. Setelah itu penjual dan pembeli akan bertemu dan melakukan pertukaran. Jika tidak dapat bertemu maka pembeli akan mentransfer sejumlah uang ke rekening penjual, dan setelah penjual menerima uang tersebut barulah penjual mengirimkan barang tersebut ke alamat pembeli. Namun jika menggunakan jasa pengiriman barang pembayaran jasa tersebut dilimpahkan kepada pembeli. Di dalam jual beli terdapat manfaat yang besar bagi pelaku usaha selaku penjual dan bagi konsumen selaku pembeli, atau bagi semua orang yang melakukan aktifitas jual beli. Untuk tercapainya suatu jual beli tersebut, maka syarat-syarat dan rukun jual beli haruslah terpenuhi. Transaksi jual beli yang dilakukan di forum tersebut penjual mengakui dalam mencari keuntungan tergantung dari kesepakatan antara penjual dan pembeli pada saat negoisasi atau tawar menawar. Keuntungan tersebut berbeda-beda tiap barang yang dijual. Contohnya HP android yang kisaran keutungannya seratus ribu rupiah sampai tiga ratus ribu rupiah, berbeda dengan barang-barang yang nilai jualnya tinggi seperti mobil, tanah, rumah dan lain sebaginya kisaran keuntungannyapun juga lebih besar.
68
Mengenai upaya perlindungan konsumen para pelaku usaha (penjual) pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) dalam mengiklankan dan menawarkan barang yang diperjualbelikan, mereka tidak menjelaskan secara detail dan senyata mungkin mengenai kualitas barang yang akan dijual. Para pelaku usaha lebih memberi kebebasan kepada konsumen untuk melihat dan memeriksa barang yang akan konsumen beli, sehingga hal ini dapat merugikan pihak konsumen yang masih awam pengetahuannya mengenai barang yang konsumen (pembeli) beli. Dalam hukum Islam
terdapat hak khiyar,khiyar adalah hak yang
diberikan kepada pihak-pihak yang melakukan transaksi untuk meneruskan atau membatalkannya (Saleh, 2008:386). Khiyar adalah salah satu cara dalam hukum Islam yang bertujuan untuk menjaga masyarakat dari munculnya masalah bisnis seperti barang-barang yang cacat atau rusak. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa hak-hak konsumen
pada
forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) dapat dikatakan belum menerapkan hukum Islam dikarenakan masih adanya unsur penipuan, ketidakjelasan, kemudharatan dan hak khiyar yang belum diberikan kepada konsumen yaitu, Khiyar Syarath (Hak pilih dalam persyaratan) terdapat hal yang menarik dalam tansaksi jual beli yang dilakukan oleh Maulana Arrasyid ketika akan membeli HP Lenovo milik pelaku usaha. Pelaku usaha memberikan informasi yang tidak sesuai dengan kualitas HP tersebut serta pelaku usaha memberikan garansi kepada Maulana selama dua hari, namun pada kenyataannya HP yang ternyata terdapat
69
kerusakan yang tidak disebutkan oleh pelaku usaha, dan ketika Maulana akan membatalkan transaksi karena pelaku usaha sudah bersedia memberikan garansi selama 2 hari dan HP tersebut belum ada satu hari di pakai oleh Maulana, namun ternyata pihak pelaku usaha sudah tidak bisa dihubungi kembali. Praktek tersebut tentu bertentangan dengan khiyar syarat karena pelaku usaha sudah bersedia memberikan garansi selama dua hari namun dalam kenyataannya pelaku usaha tidak menepati janjinya. Kemudian Khiyar ‘Aib (Hak pilih karena cacat barang), Namun pada kenyataanya menurut pengakuan Efta Ari Wibowo ketika membeli sebuah HP android milik pelaku usaha, pelaku usaha tidak memberikan informasi yang detail dan senyata mungkin tentang HP tersebut.Pelaku usaha hanya memberikan kebebasan kepada Ari untuk memeriksa kondisi serta kualitas HP tersebut, padahal pengetahuan Ari tentang HP android masih awam.Sehingga setelah sesampainya dirumah speaker HP ternyata rusak, HP tersebut tidak bisa untuk SMS ataupun menerima SMS dan terjadi kerusakan pada softwarenya.Hal tersebut tidak dijelaskan oleh pelaku usaha saat melakukan transaksi jual beli. Di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) pelaku usaha bersedia memberikan garansi, bersedia memberikan ganti rugi dan tanggung jawab. Namun pada kenyataanya hal tersebut tidak dilaksanakan oleh pihak pelaku usaha.Dalam hal ini pelaku usaha lebih sering menutup-nutupi kecacatan barang yang
70
mereka jual.Sehingga dapat dikatakan para pelaku usaha tidak berlaku jujur dan tidak bertanggung jawab. Menurut
analisis
penulis,
untuk
prinsip-prinsip
perlindungan
konsumen pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) tidak memenuhi prinsip di atas, karena pada kenyataannya pelaku usaha tidak memberikan informasi yang jelas dan senyata mungkin dan harus diketahui secara jelas kualitas barangnya, tidak bersedia memberi pertanggung jawaban dan ganti rugi kepada pihak konsumen karena pelaku usaha telah melakukan kesalahan atas barang yang dijualnya. Menurut analisis penulis, sistem jual beli pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECONDKOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) tidak sesuai dengan hukum Islam, walaupun sudah memenuhi rukun jual beli yaitu adanya penjual dan pembeli, adanya uang dan benda, serta adanya lafaz atau ijab dan qabul, karena perkenaan dengan syarat objek transaksi adanya unsur yang tidak terpenuhi yaitu barang yang dijual harus diketahui secara jelas kualitas barangnya, barang yang dijual adalah barang hasil pencurian yang bukan milik penjual secara sah. Selain itu praktek jual beli di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) ini juga termasuk dalam salah satu
transaksi
yang tidak dibenarkan,
yaitu pejual
dilarang
menyembunyikan kekurangan atau kerusakan (kecacatan) pada barang yang
71
hendak dijual hanya untuk mendapatkan harga yang tinggi untuk barang dengan kualitas yang buruk. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa upaya perlindungan konsumen di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) tidak sesuai dengan hukum Islam karena para pelaku usaha bersedia memberikan hak khiyar berupa khiyar syarath dan khiyar ‘aib yang pada kenyataannya hak-hak tersebut tidak dilaksanakan serta tidak menjelaskan kualitas barang saat melakukan transaksi jual beli secara detail dan nyata. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat objek transaksi jual beli tersebut tidak sesuai dengan hukum Islam, namun tidak menutup kemungkinan bahwa masih terdapat banyak pihak penjual yang berlaku jujur dengan memberikan informasi mengenai barang yang akan dijual dengan sedetail dan senyata mungkin. Dalam jual beli barang second di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPUTIPU), pembeli yang jujur sudah menjelaskan spesifikasi secara lengkap tanpa ada unsur yang disembunyikan, maka penjual terlepas dari tanggung jawab. Sebaliknya jika penjual tidak menjelaskan spesifikasi secara nyata dan lengkap seperti, kualitas barang, kecacatan barang, foto, harga, dan lain-lain, sehingga merugikan pihak pembeli dalam hal ini penjual wajib bertanggung jawab terhadap barang yang dijual. Barang yang dijual harus dapat dilihat dan diketahui keadaannya, kalau barangnya belum ada (tidak terbawa) harus
72
diketahui keadaan dan sifat-sifatnya. Barang belum tampak dan tidak diketahui keadaannya, tidak boleh dijual.
B. Analisis Undang-Undang Perlindungan Konsumen Dalam Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) Pemerintah telah mengeluarkan undang-undang dalam rangka melindungi para konsumen, mengangkat harkat dan martabat konsumen, meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, serta menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum. Undang-undang tersebut yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Didalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumendalam rangka meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen harus diawali dengan upaya untuk memahami hak-hak konsumen, yang dapat dijadikan sebagai landasan perjuangan untuk mewujudkan hak-hak tersebut. Hak konsumen tertuang dalam Pasal 4 Undang-undang No.8 Tahun 1999, Pasal 4 Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK). Dalam forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)konsumen berhak mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya dan senyata mungkin mengenai barang yang diperjualbelikan, dari segi kualitas, kuantitas, harga , kekurangan, bahkan kecacatan barang yang hendak dijual. Serta konsumen dapat terpenuhi hak-haknya sesuai yang
73
ditetapkan dalam UUPK agar tidak terjadi kesenjangan diantara pelaku usaha dan konsumen. Sehingga pada kondisi seperti ini tidak mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang, dan konsumen berada pada posisi yang lemah. Selain konsumen mendapatkan hak-haknya sebagaimana yang diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, sebagai konsumen seharusnya lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi jual beli terutama dalam jual beli online, berhati-hati dalam artian meneliti barang sebelum dibeli, mencari informasi terlebih dahulu mengenai barang yang akan dibeli (produk asli atau produk tiruan), memastikan kondisi barang tersebut sesuai dengan yang diinformasikan oleh penjual, mintalah garansi sebelum melakukan transaksi. Namun dalam forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) transaksi jual beli yang dilakukan oleh pelaku usaha dan konsumen masih terdapat beberapa transaksi yang melanggar hak-hak konsumen. Pelanggaran tersebut dilakukan oleh pelaku usaha dengan cara disengaja seperti memberikan informasi palsu mengenai kondisi barang yang dijual, serta tidak bersedia memberikan kompensasi ganti rugi dan/atau jasa yang diterima jika barang tersebut tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. Pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha tersebut melanggar Pasal 2 UUPK yaitu pelanggaran asas-asas perlindungan konsumen, asas yang dilanggar yaitu yang pertama asas manfaat dimana dalam Undang-Undang
74
dijelaskan bahwa dalam transaksi jual beli dan penyelanggaran perlindungan konsumen harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk pelaku usaha maupun konsumen secara keseluruhan namun, yang terjadi di forum tersebut penyelenggaraan perlindungan konsumen tidak ada dan hanya pelaku usaha yang mendapatkan manfaat dari transaksi jual beli tersebut. Kedua, asas keadilan dalam transaksi jual beli di forum tersebut belum diwujudkan secara maksimal karena konsumen tidak memperoleh haknya secara penuh walaupun sudah memenuhi kewajibannya sebagai konsumen begitu juga dengan pelaku usaha dimana pelaku usaha
mendapatkan
kesempatan memperoleh haknya secara penuh namun tidak melaksanakan kewajibannya secara adil. Ketiga, asas keseimangan dimana di forum tersebut tidak adanya keseimbangan antara kepentingan konsumen pelaku usaha maupun pemerintah karena kepentingan konsumen masih tidak diutamakan oleh pelaku usaha dan bahkan pemerintahan pun tidak ikut campur tangan dalam adanya pelanggaran asas tersebut. Keempat, tidak adanya pengelola yang jelas dalam forum tersebut, menimbulkan banyaknya pelanggaran hak yang terjadi. Serta tidak adanya pendaftaran forum tersebut ke lembaga yang berwenang mengakibatkan tidak adanya kepastian hukum bagi para konsumen maupun pelaku usaha. Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK), ada beberapa ayat dalam Pasal 4 yang tidak diterapkan, diantaranya: hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
75
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya (ayat 8). Dengan pelaku usaha melakukan perbuatan yang membuat hak-hak konsumen tidak terpenuhi maka pelaku usaha juga melanggar Pasal 8 tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha. Perbuatan yang dilarang tersebut diantaranya: Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat, atau bekas yang tercemar tanpa memberikan informasi yang secara lengkap dan benar atas barang tersebut (ayat 2) dan jika pelaku usaha yang melakukan
pelanggaran
pada
ayat
(1)
dan
ayat
(2)
dilarang
memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran (ayat 4). Selain harus memenuhi hak-hak konsumen pelaku usaha juga harus memenuhi kewajiban-kewajiban yang ditetapkan dalam UUPK. kewajibankewajiban yang harus ditaati oleh pelaku usaha, agar memenuhi upaya-upaya perlindungan konsumen. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen, kewajiban-kewajiban pelaku usaha tersebut diatur dalam Pasal 7. Dilihat dari praktek jual belidi forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) masih terdapat pelaku usaha yang tidak memenuhi kewajiban-kewajibanya sebagai pelaku usaha yang sudah diatur dalam UUPK. Kewajiban yang tidak terpenuhi tersebut misalnya, memberikan informasi yang tidak benar mengenai kondisi barang
yang
dijualnya,
tidak
melayani
76
konsumen
secara
jujur
(menyembunyikan kecacatan dari suatu barang yang dijual), serta tidak memberikan kompensasi/ganti rugi apabila barang yang dijual ditemukan cacat yang tidak di informasikan. Sehingga dari uraian di atas penulis menyimpulkan dalam jual beli di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)
menurut
Undang-undang
No.
8
Tahun
1999
tentang
Perlindungan Konsumen melanggar pada Pasal 4ayat 3dan ayat 8 karena pelaku usaha tidak memenuhi hak konsumen sebagaimana yang diatur dalam pasal tersebut. Serta pelaku usaha tidak memenuhi kewajiban sebagai pelaku usaha yang diatur dalam Pasal 7 padaayat 2, ayat 3 dan ayat 7. Selain itu masih terdapat pelaku usaha yang melanggarperbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha yaitu pada pada pasal 8 ayat 1 dan ayat 2. Dilihat dari data yang diperoleh penulis, pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND
KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) dalam
upaya perlindungannya masih belum dilaksanakan atau dalam kata lain upaya perlindungan konsumen ditanggung oleh konsumen yang melakukan transaksi jual beli. Dan pengetahuan tentang perlindungan konsumennya masih sangat kurang, apabila hak konsumen telah dilanggar oleh pelaku usaha, pihak konsumen bisa menggugat pelaku usaha tidak melalui forum tersebut, melainkan harus menggugat secara individu. Karena dalam forum tersebut tidak ada upaya perlindungan konsumen yang diberikan oleh anggotanya. Meskipun dalam jual beli di Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) terdapat beberapa pelaku
77
usaha yang tidak baik, namun tidak menutup kemungkinan masih adanya pelaku usaha yang jujur dan mempunyai itikad baik dalam melakukan kegiatan jual beli. Jika kita berada di posisi pelaku usaha maka kita harus menjadi pelaku usaha yang melakukan jual beli sesuai dengan kewajibankewajiban pelaku usaha dan memberikan hak-hak konsumenyang sudah diatur dalam UUPK. Dan jika kita berada di posisi konsumen maka kita harus menjadi konsumen yang teliti, hati-hati dan cerdas ketika kita ingin membeli suatu barang.
78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah
melakukan
pembahasan
dan
analisis
pada
bab-bab
sebelumnya, maka penulis menyimpulkan bahwa: 1. Praktek jual beli pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU), para pelaku usaha akan membuat postingan atau iklan yang berisi tentang foto atau gambar, harga, kualitas barang, kecacatan atau kerusakan pada barang tersebut, yang kemudian konsumen dan pelaku usaha akan tawar menawar. Kemudian
sistem transaksinya dapat meliputi
Cash On Delivery (COD) atau menggunakan rekenig milik pelaku usaha. Untuk melakukan pembatalan jual beli ketika masih dalam transaksi menurut keterangan pelaku usaha diperbolehkan ketika tidak terjadi kecocokan harga dan tidak terjadi kecocokan lokasi Cash On Delivery (COD). Namun untuk barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan. Adanya garansi apabila terjadi kesepakatan sebelumnya yang pada kenyataanya tidak dilakukan. Kemudian adanya informasi tentang kecacatan atau kerusakan barang yang sengaja di tutupi oleh pelaku usaha, sehingga untuk konsumen yang masih awam pengetahuannya tentang barang
79
tersebut, mereka sering tertipu karena tidak mengetahui kualitas barang tersebut. 2. Pelaksanaan jual beli di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)tidak sesuai dengan hukum Islam, karena berkenaan dengan syarat objek transaksi adanya unsur yang tidak terpenuhi yaitu barang yang dijual tidak diketahui secara jelas kualitas barangnya serta keabsahan kepemilikan barang tersebut. Dan dalam upaya perlindungan konsumen para pelaku usaha bersedia memberikan hak khiyar berupa khiyar syarath dan khiyar ‘aib yang pada kenyataannya hak-hak tersebut tidak dilaksanakan. Sedangkan menurut Undang-undang Perlindungan Konsumen
Nomor 8
Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, tidak sesuai dengan Undang-Undang tersebut karena pelaku usaha melanggar hak-hak konsumen Pasal 4 ayat 3 dan ayat 8 dan pelaku usaha tidak memenuhi kewajibannya sebagai pelaku usaha yang diatur dalam Pasal 7 ayat 2, ayat 3, dan ayat 7. Selain pelaku usaha juga melanggar Pasal 8 ayat 1 dan ayat 2 tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha. Upaya perlindungan konsumen di forum tersebut ditanggung sendiri oleh konsumen yang melakukan transaksi jual beliز
B. Saran 80
1. Untuk admin dalamforum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) Lebih aktif dalam mengelola forum tersebut, misalnya menghapus setiap anggota yang dicurigai melakukan tindak penipuan dan setiap postingan apabila barang yang dijual sudah terjual, memberikan nomor registrasi kepada setiap anggota yang telah bergabung untuk memudahkan dalam melacak apabila terjadinya penipuan di dalam forum tersebut, menetapkan peraturan berupa ketentuan dalam membuat postingan mengenai barang yang dijual. sehingga dapat meminimalis terjadinya kasus penipuan yang terjadi di forum tersebut, menetapkan peraturan berupa ketentuan dalam membuat postingan mengenai brang yang dijual. Sehingga dapat meminimalis terjadinya kasus penipuan yang terjadi di forum tersebut. Selain itu harus lebih mengupayakan perlindungan konsumen kepada anggota forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU). 2. Untuk pelaku usaha (penjual) Menjalankan bisnisnya dengan jujur serta memberikan informasi yang benar meliputi, kekurangan atau kececatan barang, dan identifikasi barang yang akan dijual serta memenuhi hak-hak konsumen. Mendapatkan haknya sebagai pelaku usaha tanpa melanggar kewajiban-kewajibannya sebagai pelaku usaha. 3. Untuk konsumen (pembeli)
81
Jadilah konsmen yang cerdas dan lebih berhati-hati terutama dalam melakukan transaksi jual beli online atau menggunakan sistem rekening bersama, hati-hati sebelum membeli suatu barang dan mencari informasi terlebih
mengenai barang yang akan dibeli.
Jangan mudah tergiur dengan barang yang dijual dengan harga yang murah tanpa mempertimbangkan kualitas barang tersebut. Pada waktu melakukan transaksi jual beli dengan caraCash On Delivery(COD) ajaklah seseorang yang anda kenal sebagai saksi dalam transaksi tersebut dan selalu meminta pelaku usaha/ penjual untuk memperlihatkan identitas diri atau KTP (Kartu Tanda Penduduk)
sewaktu
melakukan
transaksi
meminimalisir terjadinya tindak penipuan.
82
jual
beli,
agar
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Tejemahannya Dewi, Gemala, Widyaningsih, & Yeni Salma Barlinti.2005.Hukum Perikatan Islam Di Indonesia. Jakarta: Fajar Interpratama Offset. Hadi, Sutrisno. 1994. Metodelogi Research. Yogyakarta: andi offset. Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: ANDI. Hidayat, Muhammad. 2010. An Introduction The Sharia Economic (Pengantar Ekonomi Syariah). Jakarta: IKAPI. Kristiyanti, Celina Tri Siwi. 2009. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar Grafika. Kitab Undang-undang Hukum Perdata Lubis, H Chairuman Pasaribu Suhrawardi K. 1994. Hukum Perjanjian Dalam Islam. Jakarta: Sinar Grafika. Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Mujieb, M Abdul. 1994.Kamus Istilah Fiqh. Jakarta: Pustaka Firdaus. Muslich, 2010. Fiqh Muamalah. Jakarta: Amzah. Muslich, Ahmad Wardi. 2010. FIQH MUAMALAT. Jakarta. Sinar Grafika Offset. Naf’an, ahyu Elma. 2013. Aspek Hukum Transaksi Jual Beli Secara Online Melalui Media Facebook. Skripsi tidak diterbitkan. Jember: Universitas Jember. Poerwandarminta, WJS. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Puspa, Yan Pramadya. 1997. Kamus Hukum. Semarang: CV. Aneka. Rasjid, H Sulaiman. 1994. FIQH ISLAM (Hukum Fiqh lengkap). Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sabiq, Sayid. 1987. Fikih Sunnah, Jilid 2. Bandung: PT. Al-Ma’rif.
Sahrani, Sohari & Ru’fah Abdullah. 2011. FIKIH MUAMALAH. Bogor. Ghalia Indonesia. Saleh, Hassan (Ed). 2008. Kajian FIQH Nabawi & FIQH Kontemporer. Jakarta. Rajawali Pers. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Salatiga: STAIN Salatiga. Simongkir Dkk. 2002. Kamus Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. Soeroso, R. 2010. Perjanjian Di Bawah Tangan Pedoman Praktis Pembuatan Dan Aplikasi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. Solikhin, 2014. Perlindungan Hak-hak Konsumen Transaksi Jual Beli Online Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif Di Indonesia. Skripsi tidak diterbitkan. Yogjakarta:Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri sunan Kalijaga Yogjakarta. Suhartono. 2010. Perniagaan Online Syariah: Suatu Kajian dalam Perspektif Hukum Perikatan Islam. MUQTASID, 1(2):229-247. Suwarno, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Yuhadian, 2013. Perjanjian Jual Beli Secara Online Melalui Rekening Bersama Pada Forum Jual Beli Kaskus. Skripsi tidak diterbitkan. Hasanuddin University. INTERNET https://id.m.wikipedia.org/wiki/Facebook
Daftar Pertanyaan A. Untuk Pelaku usaha (penjual) di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) 1. Kapan anda mulai bergabung di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)? 2. Mengapa anda tertarik untuk menjadi anggota forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)? 3. Apa saja barang yang pernah anda jual di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)? 4. Apakah anda memberikan informasi yang sesuai dengan kondisi barang yang dijual? 5. Apakah barang yang anda jual itu adalah barang sah milik anda? 6. Apakah disetiap melakukan transaksi jual beli anda selalu memberikan garansi dan ganti rugi apabila dikemudian hari barang tersebut diketahui cacat yang tidak diinformasikan? 7. Disetiap menjual barang, apakah harga barang tersebut sepadan dengan kondisi barangnya? B. Untuk Konsumen (pembeli) di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) 1. Kapan anda mulai bergabung di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)? 2. Mengapa anda tertarik untuk menjadi anggota forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)?
3. Apa saja barang yang pernah anda beli di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)? 4. Apakah anda meminta informasi yang sesuai dengan kondisi barang yang hendak dibeli? 5. Apakah barang yang anda beli itu adalah barang sah milik penjual? 6. Apakah disetiap melakukan transaksi jual beli anda selalu meminta garansi dan ganti rugi apabila dikemudian hari barang tersebut diketahui cacat yang tidak diinformasikan? 7. Disetiap membeli barang, apakah harga barang tersebut sepadan dengan kondisi barangnya?
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Barly Kalingga Murda
NIM
: 21411021
Tempat, Tgl Lahir
: Salatiga, 26 Oktober 1992
Alamat
: Jl. Sidomulyo II Ngawen RT 05/RW 15 Kel. Mangunsari, Kec. Sidomukti, Salatiga.
Jenjang Pendidikan: 1. SD Negeri Mangunsari 1 Salatiga
1998-2005
2. Lulus SMP Negeri 7 Salatiga
2005-2008
3. Lulus SMK Negeri 3 Salatiga
2008-2011
4. IAIN Salatiga
2011-2016
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 7 Maret 2016 Penulis
Barly Kalingga Murda