ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN MADRASAH MATA PELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN TAKSONOMI BLOOM RANAH KOGNITIF KELAS XII MA NEGERI KENDAL TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Fisika
Oleh:
INAYATUR ROFIQOH NIM. 073611007
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NIM Jurusan/Progam study
: Inayatur Rofiqoh : 073611007 : Tadris Fisika
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 10 Juni 2010 Saya yang menyatakan,
Inayatur Rofiqoh NIM: 0736110s07
ii
KEMENTERIAN AGAMA R.I. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 Fax 7615387 PENGESAHAN Naskah skripsi dengan: Judul
: ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN MADRASAH MATA PELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN TAKSONOMI BLOOM RANAH KOGNITIF KELAS XII MA NEGERI KENDAL TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Nama : Inayatur Rofiqoh NIM : 073611007 Jurusan : Tadris Fisika Program Studi : Tadris Fisika telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Semarang, 10 Juni 2011 DEWAN PENGUJI Ketua,
Sekretaris,
Joko Budi Poernomo, M.Pd. NIP: 19760214 200801 1011
Wenty Dwi Yuniarti, S.Pd. M.Kom NIP: 19770622 200604 2005
Penguji I,
Penguji II,
Li’anah, M.Pd NIP: 19590313 198103 2007
Muhammad Nafi Annury, M.Pd NIP: 19780719 200501 1007
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Joko Budi Poernomo, M.Pd. NIP: 19760214 200801 1011
M. Ridwan, M.Ag NIP: 19630106 199703 1 001 iii
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 10 Juni 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: Analisis Butir Soal Ujian Madrasah Mata Pelajaran Fisika Menggunakan Taksonomi Bloom Ranah Kognitif Kelas XII MA Negeri Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 Nama : Inayatur Roiqoh NIM : 073611007 Jurusan : Tadris Progam Studi : Tadris Fisika Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosyah. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I
Joko Budi Poernomo, M.Pd. NIP: 19760214 20081 1011
iv
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 10 Juni 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: Analisis Butir Soal Ujian Madrasah Mata Pelajaran Fisika Menggunakan Taksonomi Bloom Ranah Kognitif Kelas XII MA Negeri Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 Nama : Inayatur Roiqoh NIM : 073611007 Jurusan : Tadris Progam Studi : Tadris Fisika Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosyah. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing II
M. Ridwan, M.Ag NIP: 19630106 199703 1 001
v
ABSTRAK
Judul
: Analisis Butir Soal Ujian Madrasah Mata pelajaran Fisika Menggunakan Taksonomi Bloom Ranah Kognitif Kelas XII MA Negeri Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Penulis : Inayatur Rofiqoh NIM : 073611007
Penelitian ini adalah merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan (1) untuk mengkategorikan dan mengetahui prosentase tingkatan taksonomi Bloom ranah kognitif pada soal Ujian Madrasah mata pelajaran fisika kelas XII MA Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011 (2) untuk mengetahui kualitas soal Ujian Madrasah mata pelajaran fisika kelas XII MA Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011 berdasarkan analisis empiris yang meliputi validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda soal. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif artinya data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis itu berupa deskripsi dari gejala-gejala yang diamati, yang tidak selalu harus berbentuk angka-angka atau koefisien antar variabel. Teknik pengumpulan data berupa dokumentasi, wawancara dan tehnik korelasi. Sumber penelitian ini adalah lembar soal ujian madrasah mata pelajaran fisika kelas XII Madrasah Aliyah Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011, yang kemudian di analisis sesuai dengan tingkatan taksonomi Bloom dan di analisis secara empirik. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) berdasarkan tingkatan taksonomi Bloom, dalam soal Ujian Madrasah mata pelajaran fisika kelas XII MA Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011, untuk prosentase tingkatan taksonomi Bloom ranah kognitif adalah tingkatan mengingat (C1) 7 item soal= 17,5%, memahami (C2) 12 item soal= 30%, menerapkan (C3) 9 item soal= 22,5%, menganalisis (C4) 12 item soal= 30%, sedangkan untuk tingkatan mengevaluasi (C5) dan menciptakan (C6) belum muncul dalam soal. Dapat dikatakan tingkatan C5 dan C6 0%. (2) Untuk dari segi empiris yang meliputi:(a) Validitas, soal ujian madrasah mata pelajaran fisika kelas XII MA Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011 yang digolongkan valid adalah 16 item soal (40%) dan yang tidak valid 34 item soal (60%) dengan besar rtabel 0,339 dan taraf kepercayaan 5%. (b) Reliabilitas soal ujian madrasah mata pelajaran fisika kelas XII MA Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011 yang digolongkan mempunyai reliabilitas tinggi yaitu 0,69 karena lebih besar dari rtabel. (c) Untuk taraf kesukaran butir soal ujian madrasah mata pelajaran fisika kelas XII MA Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011 kriteria mudah 40 soal (100%). (d) Daya pembeda soal ujian madrasah mata pelajaran fisika kelas XII Madrasah Aliyah Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011 terdapat empat kriteria yaitu baik, cukup, jelek dan sangat jelek. Soal ujian madrasah dengan kriteria jelek 25 soal (62,5%), kriteria cukup 10 soal (25%), kriteria baik 4 soal (10%) dan soal sangat jelek yang harus dibuang karena bernilai negatif 1 soal (2,5%).
vi
MOTTO
∩∈∪ #ô£ç„ Îô£ãèø9$# yìtΒ ¨βÎ*sù karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (QS. Al-Insyirah: 5)
… 3 öΝÍκŦàΡr'Î/ $tΒ (#ρçÉitóム4®Lym BΘöθs)Î/ $tΒ çÉitóムŸω ©!$# āχÎ) … … Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan … (QS. Ar-Ra’du: 11)
vii
PERSEMBAHAN Alhamdulillah, rasa syukur yang tak terhingga kupanjatkan kepada Allah SWT. Atas rencanaNya yang begitu indah untukku. Penulis yakin “Semua bias diraih jika kita bersamaNya”, amin. Sholawat ma’assalam atas Baginda Nabi Muhammad SAW, semoga syafa’at Beliau selalu menyertaiku Dunia akhirat, amin. Dengan segenap kerendahan hati karya sederhana ini penulis persembahkan untuk: Bapak dan Ibu tercinta (bp. Mustadjab (Alm) dan Ibu Siti Umaiyah) tersayang, yang selalu berusaha memberikan ynag terbaik untukku, terima kasih atas cucuran keringat untuk membesarkanku dengan penuh kesabaran kesabaran, terima kasih atas cucuran air mata karena telah mendo’akanku setiap hari tanpa lelah. Sebuah kebahagian bagiku melihat Ibu tersenyum dan senantiasa diberi kesehatan. Belum cukup rasanya anakmu ini berbakti Kakak (Kak Adib, Kak Aek, Kak Aing, Kak Tofa, Mbak Saroh, Mbak Nunung, Mbak Uka, Mbak Lilik) terima kasih atas motivasi dan semangat yanng diberikan selama ini dan terima kasih atas bimbingannya selama ini. Dan tak lupa buat Kakak Iparku terima kasih atas dukungannya Sahabat-sahabat tercintaku (Yoga, Ani, Ijah, Olif) dan seluruh teman-teman TF_07 yang menemani perjuanganku selama aku belajar di kampus penuh kanangan, tanpa kalian kebahagiaan ini takkan bermakna. Almamaterku IAIN Walisongo Semarang
viii
TRANSLITERASI ARAB LATIN Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan kata sandang (al-) disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya.
ﺍ
A
ﻁ
t}
ﺏ
B
ﻅ
z}
ﺕ
T
ﻉ
‘
ﺙ
s|
ﻍ
Gh
ﺝ
J
ﻑ
f
ﺡ
h}
ﻕ
q
ﺥ
kh
ﻙ
k
ﺩ
d
ﻝ
l
ﺫ
z|
ﻡ
m
ﺭ
r
ﻥ
n
ﺯ
z
ﻭ
w
ﺱ
s
ﻩ
h
ﺵ
sy
ﺀ
’
ﺹ
s}
ﻱ
y
ﺽ
d}
Bacaan madd:
Bacaan diftong:
a> = a panjang
ﻭ = ﹶﺍau ﻱ = ﹶﺍa
i> = I panjang u> = u panjang
ix
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, akhirnya peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam senantiasa pula tercurahkan ke hadirat beliau Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya dengan harapan semoga mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti. Skripsi yang berjudul “Analisis Butir Soal Ujian Madrasah Mata Pelajaran Fisika Menggunakan Taksonomi Bloom Ranah Kognitif Kelas XII MA Negeri Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Dalam penulisan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan dan juga arahan serta saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu peneliti ingin menyampaikan terima kasih sedalamdalamnya kepada: 1. Prof. Dr. Muhibbin, M.A., selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang. 2. Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 3. Joko Budi Poernomo, M.Pd dan M. Ridwan, M.Ag., selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk selalu memberikan bimbingan dan arahan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Wenty Dwi Yuniarti, S.Pd., M.Kom., selaku dosen wali study yang memotifasi dan memberi arahan selama kuliah. 5. Seluruh dosen Tadris Fisika, terima kasih atas ilmu dan bimbingannya selama kuliah.
x
6. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang 7. Drs. H. Kasnawi, M.Ag selaku kepala sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kendal yang telah memberikan izin penelitian dan Drs. H. Misbahul Fuad, M.Pd selaku guru mapel Fisika kelas XII yang telah membantu memberikan fasilitas dalam berlangsungnya penelitian. Dan segenap Bapak-Ibu guru dan karyawan MA Negeri Kendal. 8. Ayahanda Mustadjab (Alm) dan Ibunda Siti Umayah tercinta yang telah memberikan dukungan, baik moril maupun materiil dengan ketulusan dan keikhlasan doanya sehingga skripsi ini dapat selesai, semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan untuk selalu beribadah kepadaNYA dan dapat menyertai putra-putrinya menjadi seperti apa yang beliau harapkan. 9. Kakak (Kak Adib, Kak Aek, Kak Aing, Kak Tofa, Mbak Saroh, Mbak Uka, Mbak Lilik) dan kakak iparku tercinta yang selalu memotivasi dalam proses penulisan skripsi ini. 10. Teman-teman kost Mbah Dongkrak yang telah menganggap peneliti sebagai bagian dari keluarga sendiri dan selalu memberikan dukungan. 11. My spirit Amrih Prayoga, terima kasih selalu setia menemaniku dan terima kasih atas segala bantuannya. 12. Kawan-kawan TF ‘07 senasib seperjuangan yang telah menjadi motivasi dan tempat bertukar pikiran dalam penulisan skripsi ini. Semoga amal yang telah diperbuat akan menjadi amal yang saleh, dan mampu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Akhirnya Penulis Berharap semoga skripsi ini bermanfaat, Khususnya bagi penulis, Amin Ya Rabbal‘Alamin. Semarang, 10 Juni 2011 Peneliti
Inayatur Rofiqoh 073611007
xi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL...........................................................................................i PERNYATAAN KEASLIAN.............................................................................ii PENGESAHAN ..................................................................................................iii NOTA PEMBIMBING .......................................................................................iv ABSTRAK ..........................................................................................................vi MOTTO ..............................................................................................................vii PERSEMBAHAN ..............................................................................................viii TRANSLITERASI ..............................................................................................ix KATA PENGANTAR ........................................................................................x DAFTAR ISI .......................................................................................................xii BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................. 4 C. Penegasan Istilah ...................................................................... 4 D. Rumusan Masalah .................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6 F. Manfaat Penelitian .................................................................. 6
BAB II
: LANDASAN TEORI A.
Kajian Pustaka ...................................................................... 7
B.
Kerangka Teoritik ................................................................ 8 1.Pendidikan a. Pengertian Pendidikan. ........................................... 8 b. Dasar dan Tujuan Pendidikan ................................ 9 2.Evaluasi Pendidikan a. Pengertian Evaluasi dan Evaluasi Pendidikan ...... 12 b. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan ........................... 13
xii
c. Tujuan Evaluasi ...................................................... 15 d. Obyek atau Sasaran Evaluasi Pendidikan .............. 16 e. Ciri-ciri Alat Evaluasi ............................................ 17 3.Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fisika................................ .. 18 a. Tinjauan IPA .......................................................... 18 b. Tinjauan Mata Pelajaran Fisika.............................. 19 c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar .......... 21 4.Taksonomi Bloom ................................................................. 25
BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ......................................................................... 37 B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 37 C. Sumber Penelitian .................................................................... 37 D. Fokus Penelitian ....................................................................... 38 E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 38 F. Tehnik Analisis Data ................................................................39 1. Analisis Kategorisasi ........................................................... 39 2. Analisis Prosentase Tingkatan Bloom ................................. 39 3. Analisis Empirik...................................................................40 a. Validitas...........................................................................40 b. Reliabilitas........................................................................41 c. Taraf Kesukaran................................................................41 d. Daya Pembeda..................................................................42
BAB IV
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penelitian 1. Tinjauan Geografis dan Histori Sekolah ............................. 43 2. Alur Pembuatan Soal Ujian Madrasah ............................... 45 3. Analisis Tingkatan Taksonomi Bloom ............................... 46 4. Analisis Prosentase Tingkatan Taksonomi Bloom .................... 56 5. Analisis Empirik ................................................................. 56
xiii
BAB V
: KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP A. Simpulan .................................................................................. 61 B. Saran ......................................................................................... 63 C. Penutup..................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasa sulit bagi kebanyakan peserta didik. Prestasi belajar untuk memahami pelajaran fisika dalam suatu sekolah sering kali di bawah prestasi belajar mata pelajaran yang lain. Fisika juga merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari fenomena kegiatan alam atau gejala alam dan segala sesuatu yang mengalami proses perubahan suatu keadaan dan kondisi materi yang tidak perlu dihafal tetapi perlu dimengerti, dipahami dan diterapkan. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan
yang
siap
dan
mampu
mengembangkannya
dengan
memperhatikan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36.1 Dalam KTSP fisika merupakan mata pelajaran yang lebih banyak memerlukan pemahaman yang dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di sekolah menengah yang dapat dijadikan modal penguasaan ilmu dan teknologi pada pendidikan selanjutnya. Pembelajaran merupakan serangkaian proses belajar yang memiliki tiga komponen, yakni tujuan pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Ketiga komponen ini merupakan satu kesatuan yang saling menopang sehingga tidak dapat dipisahkan. Sebagai salah satu komponen proses dalam pembelajaran, evaluasi dinilai memiliki kedudukan sangat penting. Hal ini disebabkan evaluasi dapat menjadi tolok ukur berhasil tidaknya peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran. Bagi peserta didik evaluasi sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar selama mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan bagi guru, evaluasi sangat penting untuk mengetahui apakah proses pembelajaran sudah
1
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet.2, hlm. 12.
1
mencapai tujuan pembelajaran atau belum. Sehingga dapat dilakukan evaluasi dalam pembelajaran tersebut. Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya hubungan erat tiga komponen, yaitu: a. Tujuan pembelajaran. b. Kegiatan pembelajaran atau KBM. c. Evaluasi.2 Adapun tujuan utama evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Evaluasi dapat diberikan secara berkala atau di lakukan secara periodik seperti ulangan harian, ujian tengah semester (UTS), ujian akhir semester (UAS), dan lain sebagainya. Pelaksanaan evaluasi harus sesuai dengan kompetensi dasar yang telah diberikan kepada siswa. Di dalam kompetensi dasar terdapat indikator kompetensi yaitu perilaku yang dapat diukur dan diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator tersebut menjadi acuan bagi guru dalam membuat soal. Untuk membuat indikator guru menggunakan kata-kata kerja operasional. Kata-kata kerja operasional yang digunakan terdapat pada taksonomi Bloom yang disusun oleh Benjamin S. Bloom. Penggunaan kata kerja operasional yang sesuai dengan tingkatan taksonomi Bloom digunakan untuk
memenuhi
tujuan
pembelajaran
dan
memaksimalkan
proses
pembelajaran. Taksonomi Bloom dibagi dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Dalam hal ini peneliti hanya membahas tentang ranah kognitif yang dibagi menjadi enam tingkatan. Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus 2
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 4, 2003), hlm. 24.
2
dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.3 Tes sebagai salah satu alat evaluasi hasil belajar mempunyai peranan yang penting dalam mengukur prestasi hasil belajar siswa. Tujuan khusus dari item analisis ialah mencari soal tes mana yang baik dan mana yang tidak baik, dan mengapa item atau soal itu dikatakan tidak baik. Dengan mengetahui soalsoal itu tidak baik selanjutnya dapat dicari kemungkinan sebab-sebab mengapa item itu tidak baik.4Analisis tersebut juga dapat menjadi evaluasi agar kualitas soal yang dibuat guru akan menjadi lebih baik lagi. Tes dikatakan baik sebagai alat ukur apabila memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki: 1) validitas, 2) reliabilitas, 3) objektifitas, 4) praktisibilitas dan 5) ekonomis. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Tes dikatakan reliabel apabila memberikan hasil yang tepat apabila diteskan berkali-kali. Susunan tes dikatakan objektif apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki praktisibilitas tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis yaitu mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya dan dilengkapi petunjuk-petunjuk yang jelas. Sedangkan persyaratan ekonomis artinya bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama. Sekarang dengan berlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) guru diberi keleluasaan dalam melakukan penilaian mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan, terutama dalam menyusun soal tes. Baik tidaknya soal tes sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam menyusun
3
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 67. 4
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Rosdakarya, cet. Ke-13, 2006), hlm. 118.
3
soal. Agar evaluasi yang dilakukan melalui penilaian dengan menggunakan tes sesuai dengan yang diharapkan maka diperlukan adanya peninjauan kembali terhadap pelaksanaan evaluasi tersebut. Perangkat yang dipergunakan untuk menganalisis adalah taksonomi Bloom, terbagi menjadi tiga ranah atau kawasan (“domain”), yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Pada aspek kognitif inilah dianggap paling penting, karena aspek kognitif yang dikemukakan oleh Bloom sudah mewakili tiga aspek penilaian yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Bloom membagi tingkat kemampuan atau tipe hasil belajar yang termasuk aspek kognitif menjadi enam, yaitu pengetahuan hafalan, pemahaman, penerapan aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Dari latar belakang yang telah dipaparkan maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Analisis Butir Soal Ujian Madrasah Mata Pelajaran Fisika Menggunakan Taksonomi Bloom Ranah Kognitif Kelas XII MA Negeri Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan atau dipaparkan di atas maka identifikasi dalam masalah ini adalah: 1. Tingkatan taksonomi Bloom ranah kognitif pada butir soal Ujian Madrasah mata pelajaran fisika kelas XII MA Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011. 2. Kualitas butir soal soal Ujian Madrasah mata pelajaran fisika kelas XII MA Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011 dari segi empirik yang meliputi: validitas soal, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran. C. Penegasan Istilah Penegasan istilah pada judul penulisan skripsi ini dipandang perlu agar pembaca terhindar dari salah tafsir dalam mengartikan tema skripsi dan untuk memberikan kepastian para pembaca mengenai arah dan tujuan yang akan dicapai dalam penulisan ini. Adapun istilah yang terdapat dalam judul ini adalah:
4
1. Analisis Analisis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap suatu masalah untuk mengetahui suatu keadaan yang sebenar-benarnya.5 2. Soal Soal atau pertanyaan yang dimaksud disini adalah tes. Tes adalah alat/prosedur yang digunakan untuk mengetahui/mengukur sesuatu dalam suasana tertentu dengan cara dan aturan-aturan yang telah ditentukan. 3. Taksonomi Bloom Taksonomi Bloom merupakan penggolongan (klasifikasi) tujuan pendidikan yang dalam garis besar terbagi menjadi tiga ranah atau kawasan (“domain”), yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.6 Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak), dalam ranah kognitif Benjamin Bloom mengklasifikasikan kemampuan peserta didik atas 6 tingkatan, yaitu: a. Tingkatan pengetahuan. b. Tingkatan pemahaman. c. Tingkatan penerapan. d. Tingkatan analisis. e. Tingkatan sintesis. f. Tingkatan evaluasi. Dari penegasan istilah yang telah dijelaskan rumusan judul yaitu “Analisis Butir Soal Ujian Madrasah Mata Pelajaran Fisika Menggunakan Taksonomi Bloom Ranah Kognitif Kelas XII MA Negeri Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011”, yang akan menyelidiki dan menguraikan soal ujian madrasah mata pelajaran fisika dengan menggunakan taksonomi Bloom ranah kognitif.
5
Dany Hariyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, (Solo: Dilema, 2004), Cet. 4, hlm. 27. 6
http://tatangmanguny.wordpress.com/2010/01/19/taksonomi-bloom-versi-baru/ di akses tanggal 09 maret 2011 jam 20.30 WIB
5
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana kategori dan prosentase tingkatan taksonomi Bloom ranah kognitif pada tiap soal Ujian Madrasah mata pelajaran fisika kelas XII MA Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011? 2. Apakah butir soal Ujian Madrasah mata pelajaran fisika kelas XII MA Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011 kualitasnya baik jika ditinjau berdasarkan analisis empirik yang melingkupi daya pembeda, tingkat kesukaran, reliabilitas, dan validitas?
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengkategorikan dan mengetahui prosentase tingkatan taksonomi Bloom pada tiap soal Ujian Madrasah mata pelajaran fisika MA Negeri Kendal kelas XII tahun pelajaran 2010/2011. 2. Untuk mengetahui kualitas soal Ujian Madrasah mata pelajaran fisika kelas XII MA Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011 ditinjau dari analisis empirik.
F. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan antara lain: 1. Dapat bermanfaat bagi pembuat soal khususnya guru mata pelajaran fisika agar lebih baik dalam membuat soal. 2. Konsep-konsep yang dihasilkan dalam penelitian ini merupakan masukan untuk dunia pendidikan khususnya bidang evaluasi pendidikan. 3. Hasil-hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber bahan yang penting bagi para peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis atau melanjutkan penilaian tersebut secara lebih luas, intensif dan mendalam.
6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka Kajian yang relevan dalam penelitian ini adalah skripsi yang ditulis oleh Fitriani Nur Fadhilah mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Tarbiyah Prodi Pendidikan Matematika tentang “Analisis Soal Ujian Akhir Semester (UAS) mata pelajaran matematika menggunakan taksonomi Bloom ranah kognitif di SMAN 2 kota Mojokerto”, diperoleh hasil Pada soal UAS matematika kelas XI semester genap SMAN 2 Kota Mojokerto mayoritas level yang digunakan adalah pada level analisis (C4) sebanyak 28 soal, level terbanyak setelah level analisis adalah pada level penerapan (C3) yaitu sebanyak 9 soal setelah level penerapan, level terbanyak ke-3 adalah pada level sintesis (C5) yaitu 3 soal. Untuk level yang lain seperti pada pengetahuan, pemahaman, dan evaluasi tidak digunakan di dalam soal UAS. Soal UAS matematika kelas XI semester genap SMAN 2 Kota Mojokerto pada level pengetahuan (C1) terdapat 0 %, level pemahaman (C2) terdapat 0%, level penerapan (C3) terdapat 22,5 %, level analisis (C4) ada 70 %, level sintesis (C5) terdapat 7,5%,dan pada level evaluasi (C6) terdapat 0 %. Skripsi Mujiyanto dari UNNES Fakultas Ilmu Pendidikan tentang “ Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas VII Semester Gasal Sekolah Menengah Pertama Negeri I Sukorejo Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2006/2007”, diperoleh hasil kualitas soal Ulangan Akhir Semester bidang studi IPA kelas VIII semester gasal SMPN 1 Sukorejo Kabupaten Kendal tahun pelajaran 2006/2007 belum baik berdasarkan analisis teoritik yang melingkupi isi dan kaidah penulisan soal. Tentang kualitas soal Ulangan Akhir Semester bidang studi IPA kelas VIII semester gasal SMPN 1 Sukorejo Kabupaten Kendal tahun pelajaran 2006/2007 belum baik berdasarkan analisis empirik yang melingkupi daya pembeda, tingkat kesukaran, reliabilitas, validitas dan distraktor/pengecoh.
7
Berbeda dengan dua skripsi yang dijadikan kajian pustaka, penelitian ini menggabungkan antara dua skripsi diatas. Peneliti memfokuskan pada soal ujian sekolah atau madrasah mata pelajaran fisika yang kemudian akan di analisis menggunakan taksonomi Bloom ranah kognitif. Selain dianalisis dengan menggunakan taksonomi Bloom peneliti akan menganalisis soal secara teoritis (meliputi isi dan kaidah penulisan soal) dan secara empiris (meliputi daya pembeda, tingkat kesukaran, reliabilitas, dan validitas). B. Kerangka Teoritik 1. Pendidikan a. Pengertian Pendidikan Pendidikan sebenarnya mempunyai arti banyak menurut pakar pendidikan. Menurut Ki Hadjar Dewantoro, pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan “budi pekerti” (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak-anak. Maksudnya, supaya dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakatnya. Menurut Dr. D. Marimba menyatakan, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Jadi dalam pendidikan terdapat unsur-unsur sebagai berikut: 1) Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar. 2) Ada pendidik atau pembimbing atau penolong. 3) Ada yang didik atau si terdidik. 4) Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan. 5) Dalam usaha itu tentunya ada alat-alat yang dipergunakan.1 Sehingga secara jelasnya pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Atau lebih jelas lagi
1
Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1992), hlm. 9.
8
bahwa pendidikan ialah pimpinan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat. Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan
spiritual,
keagamaan,
pengendalian
diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan negara.2
b. Dasar dan Tujuan Pendidikan Pendidikan mempunyai dasar dan tujuan yang jelas yaitu yang termuat dalam Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran No.12 tahun 1954 dan Undang-Undang No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.3Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan
yang
tercapai
oleh
peserta
didik
setelah
diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan disusun secara bertingkat, mulai dari tujuan pendidikan yang sangat luas dan umum sampai ke tujuan yang spesifik dan operasional. Tingkat-tingkat tujuan pendidikan itu meliputi: 1) Tujuan Pendidikan Nasional Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan yang hendak dicapai dalam sistem pendidikan nasional, antara lain: a) Sejak tahun 1966 berlaku tujuan nasional yang menyatakan bahwa “tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia Pancasialis
sejati
berdasarkan
ketentuan
seperti
yang
dikehendaki oleh pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan
2
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: CV. Alfabeta, 2003), hlm. 3
3
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 18
9
isi
Undang-Undang
Dasar
1945”
(TAP
MPR
No.
XXVII/MPR/1966). b) Sejak tahun 1973 berlaku tujuan nasional membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan
dan
ketrampilan,
dapat
mengembangkan
kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan tinggi, dan disertai budi pekerti luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945 (TAP MPR No. IV/MPR/973) c) Sejak tahun 1973 berlaku tujuan pendidikan nasional yakni meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,
ketrampilan,
memperkuat
kepribadian
kebangsaan
agar
dapat
mempertinggi dan
budi
mempertebal
menumbuhkan
pekerti, semangat
manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (TAP MPR No. IX/1978). d) Sejak tahun 1989 pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 4). e) Dalam GBHN (1993), pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesian yaitu manusia yang
10
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,
berdisiplin,
beretos
kerja,
profession professional,
bertanggungjawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani (TAP MPR No. II/MPR/1993). 2) Tujuan Institusional Mencakup tujuan umum dan tujuan khusus, tujuan umum pendidikan nasional adalah menunjuk pada pengembangan warga Negara
yang baik,
sedangkan
tujuan tujuan
khususnya meliputi
pengembangan aspek-aspek aspek aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai. 3) Tujuan Kurikulum Perumusan tujuan kurikulum berpedoman pada kategorisasi tujuan pendidikan/taksonomi tujuan, yang dikaitkan dengan bidang studi bersangkutan. 4) Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang hendak dicapai setelah diselenggarakannya suatu proses pembelajaran. Tujuan ini disusun berdasarkan tujuan kurikulum.4 Tidak hanya dalam Undang-undang undang dalam Al-Qur’an Al juga menjelaskan tentang pendidikan. pendi Melaksanakan pendidikan adalah merupakan perintah dari Allah SWT dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. kepada Al-Qur’an Qur’an bahkan memposisikan manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi. Al-Qur’an A surat al-Mujadalah al ayat 11 menyebutkan:
“…Allah …Allah akan meninggikan orang-orang orang yang beriman di antaramu dan orang-orang orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”. derajat…
4
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), hlm.
4-6.
11
Dari sini dapat dipahami bahwa betapa pentingnya pengetahuan bagi kelangsungan hidup manusia. Karena dengan pengetahuan manusia akan mengetahui apa yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang membawa manfaat dan yang membawa madharat.5
2. Evaluasi Pendidikan a. Pengertian Evaluasi dan Evaluasi Pendidikan Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Arab: al-Taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Dengan demikian secara harfiah evaluasi pendidikan (educational evaluation) dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.6Adapun segi istilah, sebagaimana dikemukakan oleh Edwind wand dan Gerald W. Brown: Evaluation refer to the act process to determining the value of something. Menurut definisi ini, maka istilah evaluasi mengandung arti suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sesuai dengan pendapat tersebut maka evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Selain itu evaluasi adalah mengukur dan menilai. Pelaksanaan penilaian dapat di lakukan pengukuran. 1) Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. 2) Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. 5
http://hasanrizal.wordpress.com/2009/10/21/tafsir-tarbawi-pendidikan-dalamperspektif-al-qur%E2%80%99an/ diakses tanggal 9 April 2011 jam 14:38 6
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 1
12
3) Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan menilai. Di dalam istilah asingnya, pengukuran adalah measurement, sedang penilaian adalah evaluation. Dari kata evaluation inilah diperoleh kata indonesia evaluasi yang berarti menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu). Mengenai evaluasi pendidikan, Suharsimi Arikunto mengutip pendapat dari Ralph Tyler (1950) mengatakan bahwa: “Evaluasi pendidikan merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya”. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua orang ahli lain, yakni Crobach dan Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut bukan hanya mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi juga digunakan untuk membuat keputusan.7 Dari definisi-definisi tentang evaluasi pendidikan di atas dapat dipahami bahwa evaluasi pendidikan selain merupakan suatu proses untuk mengukur sejauh mana tujuan telah tercapai, juga berguna untuk membuat keputusan dalam dunia pendidikan.
b. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Dalam pelaksanaannya, evaluasi harus mempunyai dasar yang kuat. Dasar yang dimaksud adalah prinsip ilmiah yang melandasi penyusunan dan pelaksanaan evaluasi yang mencakup 7 konsep yaitu filsafat, psikologi, komunikasi, kurikulum, manajemen dan sosiologiantropologi.8 Dasar filsafat dalam evaluasi pendidikan berhubungan dengan masalah-masalah yang merupakan dasar dalam pendekatan sistem yang menyangkut pertanyaan-pertanyaan apakah evaluasi itu, mengapa
7
Suharsimin Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara, 2003),
hlm. 2-3. 8
Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 8
13
evaluasi
pendidikan
perlu
diberikan
dan
bagaimana
cara
memberikannya. Yang dimaksud dengan dasar psikologi adalah bahwa evaluasi itu dilaksanakan harus mempertimbangkan tingkat kesukaran dengan tingkat perkembangan siswa, tingkat kemampuan yang dimiliki siswa, dan teori-teori yang dianut dalam pendidikan. Dasar komunikasi dimaksudkan bahwa evaluasi itu dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung. Adapun yang menjadi dasar evaluasi selanjutnya adalah kurikulum, maksudnya isi evaluasi harus sesuai dengan materi yang diajarkan seperti tercantum dalam kurikulum yang telah ada dan dilaksanakan. Sedangkan dasar manajemen, artinya bahwa evaluasi perlu diorganisasikan pelaksanaannya, apakah secara individual atau kelompok dan bagaimana pengelolaannya. Disamping itu evaluasi harus sesuai dan berguna dalam masyarakat untuk mencapai suatu kemajuan. Evaluasi juga mempunyai prinsip dasar agar pelaksanaannya dikatakan baik. Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen yaitu antara: a. Tujuan pembelajaran b. Kegiatan pembelajaran atau KBM, dan c. Evaluasi Triangulasi tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Tujuan
KBM
Evaluasi
Penjelasan dari bagan triangulasi diatas adalah demikian a. Hubungan antara tujuan dengan KBM Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai.
14
b. Hubungan antara tujuan dengan evaluasi Evaluasi
adalah
kegiatan
pengumpulan
data
untuk
mengukur sejauh mana tujuan sudah dicapai. c. Hubungan antara KBM dengan evaluasi Seperti yang sudah dijelaskan di atas, KBM direncana dan disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Telah disebutkan pula bahwa alat evaluasi juga disusun dengan mengacu pada tujuan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan.9 c. Tujuan Evaluasi Bagi penyusun soal, fungsi evaluasi perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh agar evaluasi yang diberikan betul-betul mengenai sasaran
yang
diharapkan.
Evaluasi
pendidikan
secara
umum
mempunyai tujuan: 1) Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. 2) Untuk
mengetahui
tingkat
efektivitas
dari
metode-metode
pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Sedangkan secara khusus evaluasi mempunyai tujuan : 1) Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan. 2) Untuk
mencari
dan
menemukan
faktor-faktor
penyebab
keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.10
9
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan , hlm. 24-25
10
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm.16-17
15
Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajarmengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut termaksud merupakan fungsi evaluasi dan dapat berupa: 1) Penempatan pada tempat yang tepat, 2) Pemberian umpan balik, 3) Diagnosis kesulitan belajar siswa, atau 4) Penentuan kelulusan Untuk masing-masing tindak lanjut yang dikehendaki ini diadakan tes, yang diberi nama: 1) Tes penempatan, 2) Tes formatif, 3) Tes diagnostik, 4) Tes sumatif.11
d. Obyek atau Sasaran Evaluasi Pendidikan Objek atau sasaran evaluasi pendidikan adalah segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan atau proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat perhatian. Salah satu cara untuk mengenal atau mengetahui objek dari evaluasi pendidikan adalah dengan jalan menyorotinya dari tiga sisi, yaitu dari segi input, transformasi, dan output.12 Dimana input dianggap sebagai ”bahan mentah yang akan diolah”, transformasi dianggap sebagai “dapur tempat mengolah bahan mentah”. Dan output dianggap sebagai “hasil pengolahan yang dilakukan dapur dan siap untuk dipakai”. Dalam
dunia
pendidikan,
khususnya
dalam
proses
pembelajaran di sekolah, input tidak lain adalah calon siswa. Ditilik dari segi input ini, maka objek dari evaluasi pendidikan meliputi tiga 11 12
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,2008), hlm.11 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 25
16
aspek, yaitu: (1) aspek kemampuan, (2) aspek kepribadian, (3) aspek sikap.
e. Ciri-ciri Alat Evaluasi Salah satu alat evaluasi adalah tes, dalam soal objektif perlu dilakukan analisis soal yang bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan. Salah satu ciri-ciri alat evaluasi adalah: 1) Taraf kesukaran Tingkat kesukaran adalah angka yang menunjukkan proporsi siswa yang menjawab betul suatu soal. Makin besar tingkat kesukaran berarti soal itu makin mudah demikian juga sebaliknya yaitu makin rendah tingkat kesukaran berarti soal itu makin sukar. 2) Daya pembeda Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang kemampuannya rendah demikian rupa sehingga sebagian besar testee yang memiliki kemampuan yang tinggi untuk menjawab butir item tersebut lebih banyak menjawab butir item tersebut lebih banyak yang menjawab betul, sementara testee yang kemampuannya rendah untuk menjawab
butir item tersebut sebagian besar tidak dapat
menjawab item dengan betul.13 3) Validitas Validitas yaitu ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes
13
AnasSudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 385.
17
sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut.14 4) Reliabilitas Reliabilitas suatu tes pada hakekatnya menguji keajegan pertanyaan tes yang didalamnya berupa seperangkat butir soal apabila diberikan berulang kali pada objek yang sama. Suatu tes dikatakan reliabel apabila beberapa kali pengujian menunjukkan hasil yang relatif sama.
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fisika a. Tinjauan IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga
dapat
membantu
peserta
didik
untuk
memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika material melalui penemuan piranti mikroelektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai ilmu yang 14
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 182.
18
mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang fisika.15 Pada tingkat SMA/MA, fisika dipandang penting untuk diajarkan
sebagai
mata pelajaran
tersendiri
dengan
beberapa
pertimbangan. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran Fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran Fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.16
b. Tujuan Mata Pelajaran Fisika Mata pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. 2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain.
15
Http://sidikpurnomo.net/standar-kompetensi-fisika-smadiakses pada tanggal 09 juni 2011 jam 11.00 WIB 16
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 5
19
3) Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. 4) Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika
untuk
menjelaskan
berbagai
peristiwa
alam
dan
menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. 5) Menguasai
konsep
dan
prinsip
fisika
serta
mempunyai
keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lulusan SMA atau MA untuk mata pelajaran Fisika harus mampu: 1) Melakukan mengajukan
percobaan, dan
antara
meguji
lain
merumuskan
masalah,
hipotesis,
menentukan
variabel,
merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. 2) Memahami
prinsip-prinsip
pengukuran
dan
melakukan
pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti dan objektif. 3) Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik, kekekalan energi, impuls dan momentum. 4) Mendiskripsikan prinsip dan konservasi kalor sifat gas ideal, fluida dan perubahannya yang menyangkut hukum termodinamika serta penerapannya dalam mesin kalor. 5) Menerapkan konsep dan prinsip optik dan gelombang dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi.
20
6) Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai masalah dan produk teknologi.17
c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar kompetensi dan kompetensi dasar telah ditentukan oleh Kementerian
Pendidikan
Nasional,
secara
garis
besar standar
kompetensi dan kompetensi dasar lulusan SMA atau MA . Kelas X, Semester 1 Standar Kompetensi 1. Menerapkan besaran
fisika
Kompetensi Dasar
konsep 1.1 Mengukur besaran fisika (massa, dan panjang, dan waktu)
pengukurannya
1.2 Melakukan penjumlahan vektor
2. Menerapkan konsep dan 2.1 Menganalisis besaran fisika pada prinsip dasar kinematika dan gerak dengan kecepatan dan percepatan dinamika benda titik
konstan 2.2 Menganalisis besaran fisika pada gerak melingkar dengan laju konstan 2.3 Menerapkan Hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan
Kelas X, Semester 2 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
3. Menerapkan prinsip kerja 3.1 Menganalisis alat-alat optik secara alat-alat optik
kualitatif dan kuantitatif 3.2 Menerapkan alat-alat optik dalam kehidupan sehari-hari
17
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006, Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 90
21
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
4. Menerapkan konsep kalor 4.1 Menganalisis pengaruh kalor terhadap dan
prinsip
energi
konservasi suatu zat
pada
berbagai 4.2 Menganalisis cara perpindahan kalor
perubahan energi
4.3
Menerapkan
asas
Black
dalam
pemecahan masalah 5.
Menerapkan
konsep 5.1
Memformulasikan besaran-besaran
kelistrikan dalam berbagai listrik rangkaian tertutup sederhana (satu penyelesaian masalah dan loop) berbagai produk teknologi
5.2
Mengidentifikasi penerapan listrik
AC dan DC dalam kehidupan sehari-hari 5.3 Menggunakan alat ukur listrik 6. Memahami konsep dan 6.1 prinsip
Mendeskripsikan
spektrum
gelombang gelombang elektromagnetik 6.2
elektromagnetik
Menjelaskan aplikasi gelombang
elektromagnetik pada kehidupan seharihari
Kelas XI, Semester 1 Standar Kompetensi 1. alam
Menganalisis dan
Kompetensi Dasar
gejala 1.1
Menganalisis gerak lurus, gerak
keteraturannya melingkar dan gerak parabola dengan
dalam cakupan mekanika menggunakan vektor benda titik
1.2 Menganalisis keteraturan gerak planet dalam tatasurya berdasarkan hukumhukum Newton 1.3
Menganalisis pengaruh gaya pada
sifat elastisitas bahan 1.4
Menganalisis hubungan antara gaya
dengan gerak getaran
22
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar 1.5
Menganalisis
hubungan
antara
usaha, perubahan energi dengan hukum kekekalan energi mekanik 1.6
Menerapkan
hukum
kekekalan
energi mekanik untuk menganalisis gerak dalam kehidupan sehari-hari 1.7
Menunjukkan hubungan antara
konsep impuls dan momentum untuk menyelesaikan masalah tumbukan
Kelas XI, Semester 2 Standar Kompetensi 2.
Kompetensi Dasar
Menerapkan konsep dan 2.1 Menformulasikan hubungan antara
prinsip
mekanika
klasik konsep torsi, momentum sudut, dan
sistem
kontinu
dalam momen inersia, berdasarkan hukum II
menyelesaikan masalah
Newton
serta
penerapannya
dalam
masalah benda tegar2.2 Menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida
statik
dan
dinamik
serta
penerapannya dalam kehidupan seharihari 3.
Menerapkan
konsep 3.1 Mendeskripsikan sifat-sifat gas ideal
termodinamika dalam mesin monoatomik kalor
3.2 Menganalisis perubahan keadaan gas ideal
dengan
menerapkan
hukum
termodinamika
23
Kelas XII, Semester 1 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Menerapkan konsep dan 1.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri prinsip gejala gelombang gelombang secara umum menyelesaikan 1.2 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri
dalam masalah
gelombang bunyi dan cahaya 1.3 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam teknologi
2.
Menerapkan
konsep 2.1 Memformulasikan gaya listrik, kuat
kelistrikan dan kemagnetan medan listrik, fluks, potensial listrik, dalam berbagai penyelesaian energi potensial listrik serta penerapannya masalah
dan
produk pada keping sejajar 2.2 Menerapkan induksi magnetik dan
teknologi
gaya magnetik pada beberapa produk teknologi 2.3 Memformulasikan konsep induksi Faraday
dan
arus
bolak-balik
serta
penerapannya
Kelas XII, Semester 2 Standar Kompetensi 3.
Kompetensi Dasar
Menganalisis berbagai 3.1 Menganalisis secara kualitatif gejala
besaran fisis pada gejala kuantum yang mencakup hakikat dan kuantum
dan
berlakunya
batas-batas sifat-sifat radiasi benda hitam serta relativitas penerapannya
Einstein dalam paradigma 3.2 Mendeskripsikan perkembangan teori fisika modern
atom 3.3 Memformulasikan teori relativitas khusus untuk waktu, panjang, dan massa,
24
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar serta kesetaraan massa dengan energi yang diterapkan dalam teknologi
4. Menunjukkan penerapan 4.1 Mengidentifikasi karakteristik inti konsep
fisika
radioaktivitas teknologi
dan
sehari-hari
inti
dan atom dan radioaktivitas dalam 4.2
Mendeskripsikan
pemanfaatan
kehidupan radoaktif dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Isi. Dengan berpedoman pada Standar Isi dan Standar Kompetensi dalam pembuatan soal hendaknya bisa mengukur kemampuan peserta didik yaitu dengan taksonomi Bloom. 4. Taksonomi Bloom Taksonomi berasal dari bahasa Yunani ‘tassein’ yang berarti untuk mengklasifikasi, dan ‘nomos’ yang berarti aturan. Taksonomi adalah Suatu pengklasifikasian atau pengelompokan yang disusun berdasarkan ciri-ciri tertentu.18Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloompada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali kedalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Taksonomi Bloom itu merupakan penggolongan (klasifikasi) tujuan pendidikan yang dalam garis besar terbagi menjadi tiga ranah atau
18
(http://en.wikipedia.org/wiki/Bloom%27s_Taxonomy) diakses tanggal 10 April jam
15:13
25
kawasan (“domain”), yaitu ranah kognitif, ranah afektif , dan ranah psikomotor.19Ranah kognitif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Ranah afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Ranah psikomotorik berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Tujuan pendidikan disusun secara bertingkat, mulai dari tujuan pendidikan yang sangat luas dan umum sampai ke tujuan pendidikan yang spesifik dan operasional. Tingkat-tingkat tujuan pendidikan itu meliputi: (a) tujuan pendidikan nasional, (b) tujuan institusional, (c) tujuan kurikuler, (d) tujuan pembelajaran (instruksional), yang mencakup tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus.20 Perumusan tujuan pembelajaran memang tidak mudah bagi guru, apalagi dalam KTSP tujuan pembelajaran akan menjadikan nilai ke-khasan dari tiap sekolah. Pada umumnya guru akan menyusun tujuan pembelajaran mengikuti taksonomi Bloom yang menyangkut ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai kategori perilaku belajar. Penerapan taksonomi Bloom berlaku pada semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran fisika. Contohnya: dalam materi praktek fisika tentang kalor, dari ranah kognitif dilihat dari penguasaan peserta didik terhadap konsep dan teori kalor. Kemudian ranah afektif dinilai dari sikap peserta didik yang teliti dan hati-hati dalam pengambilan data hal ini dimaksudkan agar dalam pengambilan data dapat dipertanggung jawabkan. Sedangkan ranah kognitif dilihat dari kemahiran peserta didik dalam merangkai alatalat praktek.
12
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloomasikan peran.diakses tanggal 10 April 2011 jam 14:51 20
Oemar hamalik,Kurikulum dan Pembelajaran,hlm. 4
26
Dalam skripsi ini penulis merujuk pada tujuan pembelajaran dan hanya membahas tentang ranah kognitif saja. Pembatasan ini diambil karena pada pelajaran yang lebih dominan adalah ranah kognitif. Pada ranah
kognitif,
taksonomi
karya
bloom
dank
awan-kawannya
mengemukakan 6 kategori kemampuan yang hierarkis; hierarkis disini berarti bahwa penguasaan yang pertama merupakan pra-syarat untuk penguasaan kedua, penguasaan yang kedua merupakan pra-syarat untuk penguasaan ketiga, dan seterusnya.21 Menurut taksonomi Bloom, jenjang yang perlu dilakukan dalam proses kognitif adalah enam tahapan, yaitu mengukur atau melihat pencapaian dari hal-hal sebagai berikut: 1. Pengetahuan (Knowledge) 2. Pemahaman (Comprehension, understanding) 3. Penerapan (Application) 4. Analisis (Analysis) 5. Sintesis (Synthesis) 6. Evaluasi (Evaluation).22
21
T.Raka Joni, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, (Malang : YP2LPM, 1984), hlm. 64
22
SumiatiAsra, Metode Pembelajaran, (Bandung: Wacana Prima, 2007), cet pertama,hlm. 214
27
Evaluasi (Evaluation) Sintesis (Synthesis) Analisis (Analysis)
Aplikasi (Application) Komprehensif (Comprehensive) Pengetahuan (Knowledge)
Gambar 1. Kognitif domain23 Ranah kognitif merupakan domain taksonomi yang digunakan untuk mengukur tingkat intelektual berdasarkan satu hirarki kognitif yang disusun dari tingkat rendah hingga ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan penilaian, seperti diringkaskan dalam gambar 1 pada taksonomi yang lama. Selama hampir setengah abad taksonomi ini menjadi rujukan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Namun, sekitar tahun 2000, terdapat
beberapa
perubahan
telah dilakukan untuk lebih bisa
mengadopsi perkembangan dan temuan baru dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu diterbitkan edisi revisi buku dari Taksonomi Bloom yang berjudul: “A Taxonomy for Learning and Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives”(Anderson, 23
Soekartawi, Monitoring dan Evaluasi Proyek Pendidikan, (Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya, 1995) , cet. Pertama, hlm. 58
28
Krathwohl, Airasian, Cruikshank, Mayer, Pintrich, Raths, danWittrock, 2000). Antara perubahan yang telah dilaksanakan ialah perubahan terminologi yang digunakan seperti s yangg ditunjukkan Gambar 2. 2 Sebagai contoh, istilah pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi ditukarkan kepada menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,, mengevaluasi dan membuat.
Gambar 2.Perubahan taksonomi Bloom Gambar di atas menunjukkan perubahan dari taksonomi bloom meliputi dari kata yang digunakan berubah dari kata benda menjadi kata kerja aktif. Kemudian juga melakukan pemisahan antara dimensi pengetahuan dengan dimensi proses berpikir. Kalau pada taksonomi yang lama, dimensi pengetahuan dimasukkan pada jenjang paling bawah, sedangkan pada taksonomi yang baru pengetahuan benar-benar benar dipisah dari dimensi proses kognitif. Pemisahan ini dilakukan karena dimensi pengetahuan
berbeda
dari
dimensi
proses
kognitif.
Pengetahuan
merupakan kata benda, sedangkan proses kognitif merupakan kata kerja. Pada taksonomi Bloom yang direvisi jumlah dan jenis proses kognitif tetap sama seperti dalam taksonomi yang lama, hanya h kategori analisis dan evaluasi ditukar urutannya dan kategori sintesis kini dinamai
29
mencipta (create). Seperti halnya taksonomi yang lama, taksonomi yang baru secara umum juga menunjukkan penjenjangan, dari proses kognitif yang sederhana ke proses kognitif yang lebih komplek. Namun demikian penjenjangan pada taksonomi yang baru lebih fleksibel sifatnya. Artinya, untuk dapat melakukan proses kognitif yang lebih tinggi tidak mutlak disyaratkan penguasaan proses kognitif yang lebih rendah. Berikut adalah taksonomi proses kognitif yang baru: a. Mengingat (Remember, C1): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling). 1) Mengenali (Recognizing): mencakup proses kognitif untuk menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang yang identik atau sama dengan informasi yang baru. Bentuk tes yang meminta siswa menentukan betul atau salah, menjodohkan, dan pilihan berganda merupakan tes yang sesuai untuk mengukur kemampuan mengenali. Istilah lain untuk mengenali adalah mengidentifikasi (identifying). 2) Mengingat (Recalling): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang apabila ada petunjuk (tanda) untuk melakukan hal tersebut. Tanda di sini seringkali berupa pertanyaan. Istilah lain untuk mengingat adalah menarik (retrieving). b. Memahami (Understand, C2): mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang
baru
dengan
pengetahuan
yang
telah
dimiliki,
atau
mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Karena penyusunan skema adalah konsep, maka pengetahuan konseptual merupakan dasar pemahaman. Kategori memahami
mencakup
tujuh
proses
kognitif:
menafsirkan
(interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan
30
(classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining). 1) Menafsirkan (interpreting): mengubah dari satu bentuk informasi ke bentuk informasi yang lainnya, misalnya dari kata-kata ke grafik atau gambar, atau sebaliknya, dari kata-kata ke angka, atau sebaliknya, maupun dari kata-kata ke kata-kata, misalnya meringkas atau membuat parafrase. Informasi yang disajikan dalam tes haruslah “baru” sehingga dengan mengingat saja siswa tidak akan bias menjawab soal yang diberikan. Istilah lain untuk menafsirkan adalah mengklarifikasi (clarifying), memparafrase (paraphrasing), menerjemahkan (translating), dan menyajikan kembali (representing). 2) Memberikan contoh (exemplifying): memberikan contoh dari suatu konsep atau prinsip yang bersifat umum. Memberikan contoh menuntut kemampuan mengidentifikasi ciri khas suatu konsep dan selanjutnya menggunakan ciri tersebut untuk membuat contoh. Istilah lain untuk memberikan contoh adalah memberikan ilustrasi (illustrating) dan mencontohkan (instantiating). 3) Mengklasifikasikan(classifying): Mengenali bahwa sesuatu (benda atau fenomena) masuk dalam kategori tertentu. Termasuk dalam kemampuan mengklasifikasikan adalah mengenali ciri-ciri yang dimiliki
suatu
benda
atau
fenomena.
Istilah
lain
untuk
mengklasifikasikan adalah mengkategorisasikan (categorizing). 4) Meringkas (summarizing): membuat suatu pernyataan yang mewakili seluruh informasi atau membuat suatu abstrak dari sebuah tulisan. Meringkas menuntut siswa untuk memilih inti dari suatu informasi dan meringkasnya. Istilah lain untuk meringkas adalah membuat generalisasi (generalizing) dan mengabstraksi (abstracting). 5) Menarik inferensi (inferring): menemukan suatu pola atau kesimpulan dari sederetan contoh atau fakta. Untuk dapat
31
melakukan inferensi siswa harus terlebih dapat menarik abstraksi suatu konsep/prinsip berdasarkan sejumlah contoh yang ada. Istilah lain
untuk
menarik
inferensi
adalah
mengekstrapolasi
(extrapolating), menginterpolasi (interpolating), memprediksi (predicting), dan menarik kesimpulan (concluding). 6) Membandingkan
(comparing):
mendeteksi
persamaan
dan
perbedaan yang dimiliki dua objek, ide, ataupun situasi. Membandingkan mencakup juga menemukan kaitan antara unsurunsur satu objek atau keadaan dengan unsur yang dimiliki objek atau keadaan lain. Istilah lain untuk membandingkan adalah mengkontraskan (contrasting), mencocokkan (matching), dan memetakan (mapping). 7) Menjelaskan (explaining): mengkonstruk dan menggunakan model sebab-akibat dalam suatu system. Termasuk dalam menjelaskan adalah menggunakan model tersebut untuk mengetahui apa yang terjadi apabila salah satu bagian system tersebut diubah. Istilah lain untuk menjelaskan adalah mengkonstruksi model (constructing a model). c. Mengaplikasikan (Apply, C3): mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing). 1) Menjalankan (executing): menjalankan suatu prosedur rutin yang telah dipelajari sebelumnya. Langkah-langkah yang diperlukan sudah tertentu dan juga dalam urutan tertentu. Apabila langkahlangkah tersebut benar, maka hasilnya sudah tertentu pula. Istilah lain untuk menjalankan adalah melakukan (carrying out).
32
2) Mengimplementasikan (implementing): memilih dan menggunakan prosedur yang sesuai untuk menyelesaikan tugas yang baru. Karena diperlukan kemampuan memilih, siswa dituntut untuk memiliki
pemahaman
dipecahkannya
dan
tentang
juga
permasalahan
prosedur-prosedur
yang
yang
akan
mungkin
digunakannya. Apabila prosedur yang tersedia ternyata tidak tepat benar, siswa dituntut untuk bisa memodifikasinya sesuai keadaan yang dihadapi. Istilah lain untuk mengimplementasikan adalah menggunakan (using). d. Menganalisis (Analyze, C4): menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan
bagaimana saling
keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga macam
proses
membedakan
kognitif
yang
(differentiating),
tercakup
dalam
mengorganisir
menganalisis:
(organizing),
dan
menemukan pesan tersirat (attributing). 1) Membedakan (differentiating): membedakan bagian-bagian yang menyusun suatu struktur berdasarkan relevansi, fungsi dan penting tidaknya. Oleh karena itu membedakan (differentiating) berbeda dari membandingkan (comparing). Membedakan menuntut adanya kemampuan untuk menentukan mana yang relevan/esensial dari suatu perbedaan terkait dengan struktur yang lebih besar. Misalnya, apabila seseorang diminta membedakan antara apel dan jeruk, faktor warna, bentuk dan ukuran bukanlah ciri yang esensial. Namun apabila yang diminta adalah membandingkan hal-hal tersebut bisa dijadikan pembeda. Istilah lain untuk membedakan adalah memilih (selecting), membedakan (distinguishing) dan memfokuskan (focusing). 2) Mengorganisir (organizing): mengidentifikasi unsur-unsur suatu keadaan dan mengenali bagaimana unsur-unsur tersebut terkait satu sama lain untuk membentuk suatu struktur yang padu.
33
3) Menemukan pesan tersirat (attributing): menemukan sudut pandang, bias, dan tujuan dari suatu bentuk komunikasi. e. Mengevaluasi
(Evaluate,
C5):
membuat
suatu
pertimbangan
berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan mengritik (critiquing). 1) Memeriksa (Checking): Menguji konsistensi atau kekurangan suatu karya berdasarkan kriteria internal (kriteria yang melekat dengan sifat produk tersebut). Contoh: Memeriksa apakah kesimpulan yang ditarik telah sesuai dengan data yang ada. 2) Mengkritik (Critiquing): menilai suatu karya baik kelebihan maupun kekurangannya, berdasarkan kriteria eksternal. Contoh: menilai apakah rumusan hipotesis sesuai atau tidak (sesuai atau tidaknya rumusan hipotesis dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang penilai). f. Mencipta (Create, C6): menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing). 1) Membuat (generating): menguraikan suatu masalah sehingga dapat dirumuskan berbagai kemungkinan hipotesis yang mengarah pada pemecahan masalah tersebut. Contoh: merumuskan hipotesis untuk memecahkan permasalahan yang terjadi berdasarkan pengamatan di lapangan. 2) Merencanakan (planning): merancang suatu metode atau strategi untuk memecahkan masalah. Contoh: merancang serangkaian percobaan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. 3) Memproduksi (producing): membuat suatu rancangan atau menjalankan suatu rencana untuk memecahkan masalah. Contoh:
34
mendesain atau juga membuat suatu alat yang akan digunakan untuk melakukan percobaan.24
Tabel 1. Kata-kata operasional untuk setiap tingkat Perubahan Remembering (menghafal)
•
Understanding (memahami)
• • • • •
Applying
•
(mengaplikasikan)
•
• •
Analyzing
Kata kerja operasional Mengenal Mengingat kembali informasi Mendaftarkan (istilah, fakta, dan Menggambarkan Mendapatkan metode) kembali Penamaan Menemukan Menjelaskan Menjelaskan informasi dengan Mengartikan Meringkas bahasa sendiri Melengkapi Menerjemahkan Mengklasifikasikan Memperkirakan Menerangkan Memahami (konsep/kaidah/pr insip /kaitan antara fakta, isi pokok) Menginterpretasik Mengoperasikan Menerapkan an (tabel, grafik, Membawa bagan) Mengaplikasikan Menggunakan pengetahuan atau Pembuatan Menghitung generalisasi Menghubungkan kedalam situasi Membuktikan baru Menghasilkan Memecahkan masalah yang formulatif Menggunakan (rumus, kaidah, formula, metode, prosedur, konsep) Membandingkan Memecahkan
Kemampuan internal
•
24
Siskha Sofiana, Skripsi Analisis Butir Soal Kenaikan Kelas Mata Pelajaran Kimia Kelas X SMA Negeri 8 Surakarta tahun Pelajaran 2009/2011, Fakultas Keguruan dan Pendidikan Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
35
(menganalisis)
•
•
Evaluating (mengevaluasi)
Creating (berbuat)
•
•
informasi ke dalam bagianbagian dan menunjukkan hubungan diantara bagianbagian tersebut. Membedakan (fakta dari interpretasi, data dari kesimpulan) Menganalisis (struktur dasar, bagian-bagian, hubungan antara) Memberikan suatu keputusan atau penilaian suatu kegiatan.
Mempertentangkan Memisahkan Menghubungkan Membuat diagram/skema Menunjukkan hubungan Mempertanyakan
Mengecek Membuat hipotesa Mengkritik Mengeksperimenkan
Memutuskan Menghasilkan ide Mendesain baru, konsep, atau Menyusun cara mendapatkan Merencanakan Menghasilkan benda Menemukan25
25
http://adisaputrabtm.wordpress.com/2011/04/20/perubahan-taksonomi-bloom-danpengembangan-butsir-soal-kimia-sma/
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitan ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, artinya data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis itu berupa deskripsi dari gejala-gejala yang diamati, yang tidak selalu harus berbentuk angka-angka atau koefisien antar variabel. Dengan penelitian deskriptif dilakukan pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang. Penelitian demikian berusaha melaporkan keadaan objek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, yaitu menggambarkan atau mendeskripsikan kategori tingkatan taksonomi Bloom pada soal Ujian Madrasah mata pelajaran fisika serta mendeskripsikan prosentase di setiap tingkatan taksonomi bloom pada setiap soal Ujian Madrasah mata pelajaran fisika, yang kemudian di analisis secara empirik (validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda).
B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini adalah MA Negeri Kendal dan dilakukan pada tanggal 13 April 2011-13 Mei 2011. Dengan melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran, kemudian meminta data berupa butir soal ujian madrasah kelas XII MA Negeri Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Setelah itu, peneliti melakukan analisis butir soal setelah mendapatkan data.
C. Sumber Penelitian Sumber penelitian ini adalah butir soal ujian madrasah mata pelajaran fisika kelas XII MA Negeri Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.
37
D. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada butir soal Ujian Madrasah mata pelajaran fisika kelas XII MA Negeri Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 yang akan dianalisis sesuai tingkatan taksonomi Bloom ranah kognitif dan dianalisis secara empirik meliputi: validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran soal.
E. Tehnik Pengumpulan Data Yang dimaksud cara mengumpulkan data adalah proses diperolehnya data dari sumber data. Sumber data adalah subjek dari penelitian yang dimaksud untuk memperoleh data-data yang diinginkan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah: a. Dokumentasi Dokumentasi
merupakan
catatan
peristiwa
yang
sudah
berlalu.Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi yang berbentuk tulisan misalnya sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan dan kebijakan. Dokumentasi berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup.1Dalam penelitian ini dokumentasinya berupa soal ujian madrasah mata pelajaran fisika kelas XII MA Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011. b. Wawancara Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”.Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 240.
38
tertentu.2Metode wawancara disini adalah wawancara dengan guru mata pelajaran fisika. c. Tehnik korelasi. Metode ini digunakan untuk mencari data yang berkaitan dengan penelitian, seperti penilaian serta aturan pembuatan soal yang sesuai dengan BSNP.3
F. Teknik Analisis Data Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data penelitian dapat diuraikan sebagai berikut: a. Kategorisasi Kategori dilakukan terhadap butir soal ujian madrasah mata pelajaran
fisika
didalamnya
menggunakan
terdapat
6
tingkatan
tingkatan
yaitu
taksonomi
bloom
mengingat,
yang
memahami,
menerapkan, menganalisis, evaluasi dan menciptakan. Kategorisasi ini dilakukan dengan pertimbangan analisis menurut peneliti sesuai tingkatan taksonomi Bloom. b. Perhitungan Prosentase penggunaan taksonomi Bloom Setelah dikategorisasikan peneliti menghitung prosentase pada tingkatan taksonomi Bloom. Dengan demikian dapat ditulis prosentase di setiap tingkatan soal taksonomi bloom melalui rumus sebagai berikut:
NP =
R × 100% SM
Keterangan: NP
= nilai persen yang dicari atau diharapkan.
R
= jumlah skor dari item atau soal yang dijawab.
N
= skor maksimum (jumlah soal)4
2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif dan R&D, hlm. 231.
3
Paul Suparno, Metode Penelitian Pendidikan Fisika, (Yogyakarta: Universitas Sanatha Dharma, 2007),Cet. 1, hlm. 83.
39
c. Analis empirik a) Validitas Validitas yaitu ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut. Sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau dapat dikatakan valid, jika skor-skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya, atau dengan bahasa statistik ada korelasi positif yang signifikan antara skor item dengan skor totalnya. Skor total disini berkedudukan sebagai variabel terikat (dependent variable), sedangkan skor item berkedudukan sebagai variabel bebasnya (independent variable). Untuk sampai pada kesimpulan bahwa item-item yang ingin diketahui validitasnya, yaitu valid ataukah tidak, kita dapat menggunakan teknik korelasi sebagai teknik analisisnya. Sebutir item dapat dinyatakan valid, apabila skor item yang bersangkutan terbukti mempunyai korelasi positif yang signifikan dengan skor totalnya.5 rpbi = Mp − Mt SDt
p q
Keterangan: rpbi
: Validitas koefisien item
Mp
: skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee, yang untuk butir item yang bersangkutan telah dijawab dengan betul
Mt
: skor rata-rata dari skor total
SDt
: deviasi standar dari skor total
p
: proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya
4
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 112. 5
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Perasada, 2009), hlm. 186
40
q
: proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya.
b) Reliabilitas Reliabilitas dalam uji instrumen digunakan bertujuan agar instrumen yang digunakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Peneliti menggunakan rumus K – R 20, dengan rumus :6 n S r11 = n − 1
2
− Σ pq S 2
Keterangan: r11
= Reliabilitas tes secara keseluruhan
p
= Proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q
= Proporsi subyek yang menjawab item dengan salah
(q = 1 – p) = Jumlah hasil perkalian antara p dan q Σpq n
= Banyaknya item
S
= Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar Varians)
c) Taraf Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Rumus untuk mengetahui indeks kesukaran adalah:7
P=
B JS
Keterangan: P
= Indeks kesukaran
B
= Banyak peserta didik yang menjawab soal dengan benar
JS
= Jumlah seluruh peserta tes Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut: soal dengan P = 1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar 6
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revis, hlm. 100 – 101.
7
Suharsimi Arikunto,Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, hlm. 208.
41
soal dengan P = 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang soal dengan P = 0,30 sampai 0,70 adalah soal mudah8 d) Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah), rumus menentukan indeks diskriminasi adalah:
B A BB − = PA − PB JA JB Keterangan: D=
J
= Jumlah peserta tes
JA
= Banyaknya peserta kelompok atas
JB
= Banyaknya peserta kelompok bawah
BA
= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB
= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
PA =
BA J A = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB =
BB J B = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda: D : 0,00 – 0,20 : jelek (poor) D : 0,20 – 0,40 : cukup (satisfactory) D : 0,40 – 0,70 : baik (good) D : 0,70 – 1,00 : baik sekali (excellent) D : negative, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai D negative sebaiknya dibuang saja.9
8 9
Suharsimi Arikunto,Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, hlm. 210. Suharsimi Arikunto,Dasar-Dasar Evaluasi Psendidikan Edisi Revisi, hlm. 211 – 218
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data Penelitian 1. Tinjauan Historis dan Geografis Sekolah Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri Kendal diawali dengan terbitnya SK Menteri (K.H. Moch.Dahlan) Nomor 14 Tahun 1968 tanggal 4 Februari 1969 tentang pengangkatan Panitia Pendiri Sekolah Persiapan IAIN Al-Djami’ah di Kendal yang diketuai oleh K.H.A Abdul Chamid, sekretaris K. Achmad Slamet dengan susunan pelindung Muspida Kabupaten Kendal. Diikuti dengan SK. Menteri Agama (K.H. Moch. Dachlan) Nomor 153 Tahun 1969, tentang perubahan status Sekolah Persiapan IAIN Kendal menjadi Sekolah Persiapan Negeri IAIN Al-Djami’ah di bawah pembinaan IAIN Sunan Kalijogo Yogyakarta. Melalui SK Menteri Agama (H.A. Mukti Ali) Nomor 38 Tahun 1974 tanggal 21 Mei 1974, pembinaan Sekolah Persiapan Negeri IAIN Al-Djami’ah Kendal dialihkan dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta kepada IAIN Walisongo Semarang. Sejak tanggal 16 Maret 1978 SPN IAIN Al-Djami’ah berubah fungsi menjadi Madrasah Aliyah Negeri Kendal, yang diperkuat dengan turunnya SK Menteri Agama (H.A. MuktiAli) Nomor 17 Tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Madrasah Aliyah Negeri. Madrasah Aliyah Negeri Kendal merupakan satu-satunya Madrasah Aliyah Negeri yang ada di Kabupaten Kendal. Letak madrasah ini di Jalan Raya Barat Kelurahan Bugangin Kecamatan kota Kendal, Kabupaten Kendal. Lokasinya terbagi menjadi dua bagian, utara dan selatan, dipisahkan oleh perumahan penduduk dan persawahan sepanjang lebih kurang 300 meter. Lebih tepatnya MA Negeri Kendal Kecamatan Kendal, Kelurahan Bugangin yang terletak di Jl. Raya Barat Bugangin PO BOX 18. Madrasah Aliyah Negeri Kendal mempunyai visi dan misi sebagai patokan dalam kegiatan pembelajaran. Visinya adalah mewujudkan siswa didik yang berakhlakul karimah, unggul dalam berintelektual dan bermanfaat dimasyarakat.
43
Adapun misinya yaitu a.
Menumbuhkan kesadaran penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran islam.
b.
Menyelenggarakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif untuk mengoptimalkan potensi akademik yang dimiliki siswa.
c.
Mendorong dan membantu siswa mengenali potensi dirinya agar dapat berkomunikasi lebih baik.
d.
Menyelenggarakan kegiatan ilmiah dibidang pengetahuan dan ketrampilan.
e.
Menyelenggarakan bimbingan, pelatihan dan pengembangan dibidang akademik dan non akademik.
f.
Menciptakan budaya demokratis dan kompetitif yang positif.
g.
Menciptakan madrasah yang tertib, indah dan aman. Madrasah ini sejak 1989 merupakan satu-satunya MAN di Jawa Tengah
yang ditunjuk menjadi pengelola Workshop Keterampilan melalui proyek UNDIP. Bidang keterampilan yang dikelola meliputi keterampilan Elektronika, Tata Busana, Otomotif motor, Otomotif mobil. Masing-masing bidang keterampilan ini dilaksanakan dalam dua proses pembelajaran, yaitu intrakurikuler dan ekstrakulikuler, dengan kualifikasi semi-skill worker atas dasar kerjasama dengan Balai Latihan Kerja Industri semarang. Sebagai Madrasah Aliyah Model, MAN Kendal memiliki beberapa fasilitas
tambahan
penunjang
pembelajaran
yang relatif lebih
lengkap
dibandingkan dengan Madrasah Aliyah Negeri pada umumnya. Salah satu fasilitas itu berupa Pusat Sumber Belajar (PSB). Melalui fasilitas ini diberikan kesempatan bagi Madrasah lain untuk memanfaatkan fasilitas pembinaan yang tersedia di dalamnya dalam peningkatan mutu Madrasah. Bentuk nyata dari PSB adalah penyelenggaraan penataran/pelatihan bagi guru-guru Madrasah di Jawa Tengah bagian utara yang dilengkapi dengan aula, asrama, laboratorium khusus untuk perangkat elektronik (audio-visual), dan perpustakaan. Mencermati kebutuhan pasar kerja dan tuntutan kemajuan teknologi,MAN Kendal memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada untuk membekali siswanya dengan keterampilan komputer. Adapun fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh MAN
44
Kendal antara lain: 1)
27 ruang kelas
2)
Dua kantor ruang guru
3)
Dua kantor BP
4)
Koperasi siswa
5)
Kantor OSIS
6)
Dua buah laboratorium bahasa
7)
Dua buah perpustakaan
8)
Dua buah laboratorium computer
9)
Laboratorium fisika
10)
Laboratorium biologi
11)
Laboratorium kimia
12)
Tenaga pengajar berjumlah 87 orang.
13)
Pusat Sumber Belajar (PSB) Dengan adanya fasilitas yang memadai tidak sulit untuk MAN Kendal
untuk meningkatkan output atau lulusan. Lulusan MAN Kendal mempunyai sumber daya yang cukup tinggi, karena mempunyai kelebihan berupa ketrampilan yang telah diberikan oleh sekolah. Adapun jurusan yang dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar di MAN Kendal adalah bahasa, IPA dan IPS. Mulai dari fasilitas atau sarana dan prasarana serta tenaga pengajar yang profesional tak heran jika peserta didik di MA Negeri Kendal termasuk pada tingkat tinggi, sehingga ada pengelompokan dalam tiap kelas yang dikenal dengan kelas unggulan dan kelas biasa. Hal ini menarik bagi masyarakat atau orang tua untuk tidak segan menyekolahkan anak mereka.
2. Alur Pembuatan Soal Ujian Madrasah Soal ujian madrasah tidak dibuat oleh guru mata pelajaran fisika setempat, melainkan soal ujian madrasah dibuat oleh semua guru Madrasah Aliyah Negeri se-karesidenan Semarang. Dari semua Madrasah Aliyah Negeri se-karesidenan Semarang membentuk Tim Penyelenggara Ujian Madrasah yang di dalam
45
kepanitiannya terdapat tim pembuat soal dan tim pembuat kisi-kisi. Ini juga berlaku pada mata pelajaran fisika, semua guru mata pelajaran fisika Madrasah Aliyah Negeri se-karesidenan Semarang berkumpul untuk merakit atau merancang soal ujian Madrasah. Madrasah Aliyah Negeri Kendal berkesempatan atau diberi perintah untuk membuat soal ujian madrasah dan Madrasah Aliyah Negeri Salatiga diberi tugas untuk membuat kisi-kisi ujian madrasah. Kemudian dari kedua tim pembuat soal dan pembuat kisi-kisi selesai melaksanakan tugasnya, guru mata pelajaran fisika Madrasah Aliyah Negeri sekaresidenan Semarang berkumpul kembali guna membahas serta menyeleksi soal mana yang akan dipakai. Setelah terjadi kesepakatan terbentuklah soal ujian madrasah mata pelajaran fisika kelas XII tahun pelajaran 2010/2011.
3. Analisis Tingkatan Taksonomi Bloom Analisis taksosnomi Bloom ini bertujuan untuk mengetahui tingkatan taksonomi Bloom ranah kognitif yang meliputi 6 tingkatan berpikir. Soal dikategorikan sebagai: a. Tingkatan mengingat atau menghafal (C1), jika peserta didik dituntut untuk mengingat dan memberi penamaan serta dituntut untuk menyortir atau memilih suatu pernyataan. Ini berarti peserta didik mengingat informasi yang baru. b. Tingkatan memahami (C2), jika peserta didik dituntut untuk menafsirkan sebuah informasi atau soal ke dalam informasi lain, memberikan suatu contoh dan meringkas. c. Tingkatan penerapan (C3), jika peserta didik dituntut untuk menjalankan suatu prosedur atau cara pengerjaan secara urut. d. Tingkatan analisis (C4), jika peserta didik dituntut untuk membedakan bagian-bagian yang menyusun suatu struktur berdasarkan relevansi dan fungsi. Mengidentifikasi unsur-unsur yang terkait satu sama lain. e. Tingkatan evaluasi atau menilai (C5), jika peserta didik dituntut untuk menilai atau membuat pertimbangan berdasarkan criteria dan standar yang ada.
46
f. Tingkatan mencipta (C6), jika peserta didik dituntut untuk menggabungkan berbagai kemungkinan menjadi satu kesatuan. Tabel 2.1 Analisis taksonomi Bloom Nomor soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
C1
C2
C3
C4
C5
C6
√ √ √ √ √ √ -
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ -
√ √ √ √ √ √ √ √ -
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
-
-
47
35 36 37 38 39 40 Jumlah
√ 7
√ √ 12
√ 9
√ √ 12
0
0
Tabel 2.2 Pengelompokan tingkatan taksonomi Bloom No 1 2 3 4 5 6
Tingkatan Taksonomi Bloom Tingkat Mengingat (C1) Tingkat Memahami (C2) Tingkat Menerapkan (C3) Tingkat Menganalisis (C4) Tingkat Mengevaluasi (C5) Tingkat Membuat (C6 )
Keterangan Ditemukan pada soal nomor : 8, 21, 24, 25, 30, 33, 37 Ditemukan pada soal nomor : 1, 3, 5, 6, 14 , 16, 20, 27, 28, 31, 35, 38 Ditemukan pada soal nomor: 2, 4, 7, 15, 17, 19, 23, 26, 27, 28, 29, 32, 39 Ditemukan pada soal nomor : 9, 10, 11, 12, 13, 18, 19, 22, 29, 34, 36, 40 Tidak ditemukan pada soal Tidak ditemukan pada soal
Pembahasan kelompok soal tingkat mengingat( C1 ) Soal nomor 8 Dikategorikan sebagai tingkatan mengingat karena peserta didik dituntut untuk menyortir atau memilih mana menyimpulkan yang merupakan besaran skalar. Hal ini berarti menyangkut dengan penamaan. Soal nomor 21 Dikategorikan sebagai tingkatan mengingat karena peserta didik dituntut untuk menyortir atau menentukan mana yang salah dan mana yang betul tentang faktor-faktor yang mempengaruhi energi kinetik gas ideal. Soal nomor 24 Dikategorikan sebagai tingkatan mengingat karena peserta didik dituntut untuk menyortir pernyataan yang merupakan gelombang elektromagnetik.
48
Soal nomor 25 Dikategorikan sebagai tingkatan mengingat karena peserta didik dituntut untuk menyortir pernyataan yang merupakan gelombang berjalan. Soal nomor 30 Dikategorikan sebagai tingkatan mengingat karena peserta didik dituntut untuk menyortir besaran yang mempengaruhi kapasitas kapasitor. Soal nomor 33 Dikategorikan sebagai tingkatan mengingat karena peserta didik dituntut untuk mengingat kembali informasi pembacaan arah induksi magnetik. . Soal nomor 37 Dikategorikan sebagai tingkatan mengingat karena peserta didik dituntut untuk menyortir pernyataan tentang teori atom Thomson. Dengan mengingat kembali informasi maka peserta didik akan menemukan jawaban yang benar tentang teori atom Thomson. Contoh soal tingkatan mengingat (C1) 21. Dua faktor yang mempengaruhi energi kinetik gas idel adalah....... a. tekanan udara dan usaha b. volume gas dan suhu c. tekanan gas dan volume gas d. suhu gas dan jumlah partikel e. jumlah partikel dan tekanan gas Jawab: Dari soal ini peserta didik dituntut mengingat kembali faktor yang mempengaruhi energi kinetik gas ideal. Contohnya peserta didik dapat mengingat faktor yang mempengaruhi dari sebuah formula atau rumus, seperti EK= 12. n. R.T. Kemudian dari 5 jawaban dipilih atau disortir satu persatu. n berarti jumlah partikel dan T berarti suhu. Jadi dua faktor yang mempengaruhi energi kinetik adalah suhu gas dan jumlah partikel, jawaban D
49
Pembahasan kelompok soal tingkatan pemahaman (C2) Soal nomor 1 Dikategorikan sebagai tingkatan pemahaman karena peserta didik dituntut untuk memahami pembacaan alat ukur jangka sorong. Soal nomor 3 Dikategorikan sebagai tingkatan pemahaman karena peserta didik dituntut untuk memahami soal dan menterjemahkan soal kedalam rumus fisika sesuai dengan konsep kinematika gerak. Soal nomor 5 Dikategorikan sebagai tingkatan pemahaman karena peserta didik dituntut menterjemahkan soal kedalam rumus fisika sesuai dengan konsep Hukum Newton tentang gerak dan gravitasi. Soal nomor 6 Dikategorikan sebagai tingkatan pemahaman karena peserta didik dituntut menterjemahkan bahasa soal kedalam bahasa rumus fisika sesuai dengan konsep dinamika rotasi. Soal nomor 14 Dikategorikan sebagai tingkatan pemahaman karena peserta didik dituntut untuk memahami soal dan menterjemahkan soal kedalam rumus fisika gerak parabola khususnya gerak pada peluru. Soal nomor 16 Dikategorikan sebagai tingkatan pemahaman karena peserta didik dituntut
menterjemahkan
bahasa
soal,
memahami
peristiwa
tumbukan atau momentum suatu benda kemudian dipecahkan dengan rumus fisika. Soal nomor 20 Dikategorikan sebagai tingkatan pemahaman karena peserta didik dituntut konsep gas ideal. Soal nomor 27 Dikategorikan sebagai tingkatan pemahaman karena peserta didik dituntut memahami soal dan menyelesaikannya dengan rumus fisika tentang taraf intensitas gelombang bunyi. Soal nomor 28 Dikategorikan sebagai tingkatan pemahaman karena peserta didik dituntut memahami informasi pada soal kemudian diselesaikan dengan formula fisika yang sesuai. Soal nomor 31 Dikategorikan sebagai tingkatan pemahaman karena peserta didik dituntut memahami pembacaan alat ukur berupa amperemeter.
50
Soal nomor 35 Dikategorikan sebagai tingkatan pemahaman karena peserta didik dituntut menjelaskan informasi melalui gambar dan menyelesaikan dengan rumus fisika sesuai dengan konsep GGL induksi. Soal nomor 38 Dikategorikan sebagai tingkatan pemahaman karena peserta didik dituntut untuk memahami perbandingan energi radiasi. Contoh soal tingkatan pemahaman (C2) 28. Mobil A bergerak dengan kelajuan 20 m/s dan mobil B bergerak dengan kelajuan 25 m/s saling mendekat satu sama lain dari arah yang berlawanan. Mobil B membunyikan sirine dan didengar orang yang berada di dalam mobil A dengan frekuensi 1.080 Hz. Jika cepat rambat bunyi di udara 340 m/s, maka frekuensi yang didengar adalah…………. a. 630 Hz b. 760 Hz c. 932 Hz d. 940 Hz e. 945 Hz
Jawab Diketahui
: V= 340 m/s Vp= 25 m/s Vs= 20 m/s fs= 1.080 Hz
Ditanya
: frekuensi pendengar (fs)?
Dijawab
:
340 25
1.080 340 20 315
1.080 945 360
51
Pembahasan kelompok soal tingkatan mengaplikasikan ( C3 ) Soal nomor 2 Dikategorikan sebagai tingkat mengaplikasikan karena peserta didik dituntut
mengaplikasikan
penjumlahan
vektor dalam
bidang
kartesius yang pengerjaannya harus secara urut untuk mendapatkan sebuah kesimpulan berupa resultan gaya. Soal nomor 4 Dikategorikan sebagai tingkat mengaplikasikan karena dari sebuah grafik peserta didik tuntut untuk memiliki pemahaman tentang permasalahan yang akan dipecahkan. Soal nomor 7 Dikategorikan pada tingkat mengaplikasikan karena dari membaca sebuah gambar kemudian di hubungkan dengan konsep dan di aplikasikan kedalam rumus fisika sebagai cara menyelesaikan soal tersebut. Soal nomor 15 Dikategorikan pada tingkat mengaplikasikan karena dari membaca sebuah gambar kemudian di hubungkan dengan konsep dan di aplikasikan kedalam rumus fisika sebagai cara menyelesaikan soal tersebut yaitu gerak pegas atau elastisitas. Soal nomor 17 Dikategorikan sebagai tingkat mengaplikasikan karena peserta didik dituntut memahami dan menterjemahkan soal yang berupa seperti kehidupan sehari hari, kemudian di lanjutkan dengan mengaplikasikan rumus fisika pada kasus tersebut. Soal nomor 23 Dikategorikan sebagai tingkat mengaplikasikan karena peserta didik
dituntut
memahami
dan
menterjemahkan
soal
yang
pengerjaannya sesuai dengan prosedur yang urut menggunakan rumus alat optic khususnya pada mikroskop. Soal nomor 26 Dikategorikan sebagai tingkat mengaplikasikan karena peserta didik dituntut memahami dan menterjemahkan soal yang berupa seperti cerita kehidupan sehari hari, kemudian di lanjutkan dengan mengaplikasikan rumus fisika pada kasus tersebut yaitu interferensi pada celah ganda. Soal nomor 32 Dikategorikan sebagai tingkat mengaplikasikan karena peserta didik dituntut memahami dan menterjemahkan soal yang berupa
52
gambar, kemudian di lanjutkan dengan mengaplikasikan rumus fisika pada kasus tersebut Soal nomor 39 Dikategorikan sebagai tingkat mengaplikasikan karena peserta didik dituntut memahami dan menterjemahkan soal yang berupa seperti cerita kehidupan sehari hari, kemudian di lanjutkan dengan mengaplikasikan rumus fisika pada kasus tersebut. Contoh soal tingkat mengaplikasikan (C3) 7. Sebuah benda ditendang dari permukaan tanah datar dengan kecepatan awal 10m/s membentuk sudut elevasi 30o. Jika g= 10 m/s2, maka titik tertinggi yang dicapai bola dan jarak terjauh jatuhnya bola adalah................. a. y= 5/4 m, dan x= 5√3 b. y=5√3 m dan x= 5/4 m c. y= 5 m dan x= 5/4 m d. y = 5√3 m dan x = 5 m e. y= 5 m dan x = 5√3 m
Jawaban Diketahui :
α = 30o Vo = 10 m/s g = 10 m/s2
Ditanya : titik tertinggi (y) dan jarak terjauh (x)? Dijawab Xmaks =
=
!"# . .$" !" %
= Y maks =
!"".#√$ !"
= 5 √3m
&'# . ()* #
53
=
!"# . ()* # $"
=
!" !"".!/, !"
= 5/4 m
Jawaban A Dari pola soal seperti ini dikategorikan sebagai tingkatan aplikasi karena peserta didik dituntut mengaplikasikan dua buah rumus dalam menyelesaikan satu soal. Pembahasan kelompok soal tingkatan Analisis ( C4 ) Soal nomor 9 Dikategorikan sebagai tingkat analisis karena peserta didik dituntut untuk menganalisis sebuah gambar kemudian diselesaikan dengan menggunakan rumus fisika. Soal nomor 10 Dikategorikan sebagai tingkatan analisis karena peserta didik dituntut menganalisis soal yang berupa seperti kehidupan sehari hari, kemudian di lanjutkan dengan menganalisis dalam bentuk gambar yang akan diselesaikan menggunakan rumus fisika pada kasus tersebut. Soal nomor 11 dan 12 dikategorikan pada tingkat analisis karena dari membaca sebuah gambar atau menganalisis gambar tersebut kemudian di hubungkan dengan konsep kedalam rumus fisika sebagai cara menyelesaikan soal tersebut. Soal nomor 13 mempunyai kesamaan karakter dengan soal nomor 11 dan 12 yaitu,
dikategorikan
tingkat
analisis
peserta
dituntut
untuk
menganalisis sebuah gambar dan menunjukkan hubungan dengan rumus fisika untuk menyelesaikannya. Soal nomor 18 dan 19 dikategorikan pada tingkat analisis karena dari membaca sebuah gambar atau menganalisis gambar tersebut kemudian di hubungkan dengan konsep kedalam rumus fisika sebagai cara menyelesaikan soal tersebut. Soal nomor 29 Dikategorikan sebagai tingkat analisis karena peserta didik dituntut memecahkan
informasi
dan
menarik
hubungan
kemudian
memecahkan permasalahan.
54
Soal nomor 34 dan 36 mempunyai karakteristik yang sama yaitu dikategorikan tingkat analisis peserta dituntut untuk menganalisis sebuah gambar dan
menunjukkan
hubungan
dengan
rumus
fisika
untuk
menyelesaikannya. Soal nomor 40 Dikategorikan sebagai tingkatan analisa karena dari sebuah grafik peluruhan peserta didik dituntut menganalisis jumlah zat radioaktif yang meluruh. Contoh soal tingkat Analisi (C4) 10. Sebilah papan homogeny diletakkan di atas penopang tepat dibawah pusat titik berat papan. Dua anak masing A dan B massanya 50 kg dan 35 kg, duduk diatas papan saling berseberangan dengan penopang. Jika anak A duduk pada jarak 1,5 m dari penopang, maka jarak B dari penopang agar papan seimbang adalah…………………(g=10 m/s2) a. 1,14 m b. 1,25 m c. 1,54 m d. 2,12 m e. 2,14 m Jawaban Diketahui
: mA= 50 kg mB= 35 kg dA= 1,5 m g= 10 m/s2
Ditanya Dijawab
: dB……?
A
=
B
F. dA
=
F. dB
m A x g x dA
=
m B x g x dB
50 x 10 x 1,5 =
35 x 10 x dB
750
=
350 x dB
dB
=
750/350
=
2,14 m
55
Jawaban E Dari soal yang seperti ini peserta didik dituntut untuk menganalisis soal kedalam sebuah gambaran yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
4. Analisis Prosentase Tiap Tingkatan Di bawah ini adalah prosentase taksonomi Bloom pada setiap tingkatan taksonomi Bloom : Tabel 3 Prosentase tiap tingkatan dalam taksonomi Bloom Taksonomi Bloom
Prosentase
Mengingat (C1)
17,5 %
Memahami (C2)
30 %
Menerapkan (C3)
22,5 %
Menganalisis (C4)
30 %
Mengevaluasi (C5)
0%
Menciptakan (C6)
0%
Cara perhitungan
%C1 =
R × 100% SM
%C1 =
7 × 100% = 17,5% 40
5. Analisis Emprik Dalam analisis empirik ini meliputi: a. Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya item tes. Soal yang tidak valid akan dibuang dan tidak digunakan sedangkan item yang valid berarti item tersebut dapat digunakan untuk mempresentasikan materi pokok usaha dan energi. Kriteria apabila rhitung>rtabe l maka butir soal valid.
56
Analisis validitas dari hasil uji coba instrument tes adalah dengan menggunakan Rumus: rpbi = Mp − Mt SDt
p q
Tabel 4.1 Data hasil analisis validitas butir soal Ujian Madrasah mata pelajaran fisika kelas XII MA Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011
Kriteria Valid
No Soal 1, 2, 7, 12, 18, 20, 22, 23,
Jumlah
Prosentase (%)
16
40
24
60
26, 28, 30, 31, 32, 36, 37, 38 Tidak
3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11,13,
valid
15, 16, 17,19, 20, 21, 24, 25, 27, 29, 33, 34, 35,39, 40
Dari analisis diatas didapatkan beberapa soal yang tidak valid dengan N =24 dan rtabel = 0.339, dan soal yang valid dengan N = 16dan rtabel = 0.339. Dilihat dari segi validitas isi dapat dilihat bahwa semua soal sesuai dengan kurikulum yang diajarkan dan kompetensi dasar sudah diukur semuanya.
b. Analisis Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban instrument.Instrument yang baik secara akurat memiliki jawaban yang konsisten.Analisisreliabilitasdarihasilujicobainstrumentesadalahdenganmen 2 n S − ∑ pq ggunakanRumus r11 = S2 n − 1
57
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan S2 = varians total p = proporsi subyek yangmenjawab benar pada suatu butir q = proporsi subyek yang menjawab item salah (q = 1- p) n = banyaknya item
∑ pq = jumlah hasil kali antara p dan q Tabel 4. 2 Data hasil analisis reliabilitas soal Ujian Madrasah mata pelajaran fisika kelas XII MA Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011 Kategori
Keterangan
R11= 0,69
Reliabilitasnya tinggi
c. Analisis Tingkat Kesukaran Uji indeks kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal itu apakah sedang, sukar atau mudah. Analisis hasil jawaban dari hasil ujian madrasah untuk indeks kesukaran adalah dengan menggunakan Rumus: P =
B JS
Keterangan: P = indeks kesukaran B= banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan benar JS= jumlah seluruh peserta didik yang ikut tes Kriteria : proporsi tingkat kesukaran → sukar P≤ 0.29
0,29< P ≤ 0,70 → sedang P > 0.7 → mudah
58
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien indeks butir soal diperoleh. Tabel 4.3 Data hasil analisis tingkat kesukaran soal Ujian Madrasah mata pelajaran fisika kelas XII MA Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011 Prosentase
No
Kriteria
Nomor soal
Jumlah
1
Sukar
-
0
0
2
Sedang
-
0
0
3
Mudah
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
40
100 %
13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40
d. Analisis Daya Pembeda Analisis hasil jawaban dari hasil ujicoba instrument tes untuk daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus: D =
BA BB = PA − PB − J A JB
Dengan Kriteria daya pembeda soal: DP ≤ 0,00
= sangat jelek
0,00
= jelek
0,20
= cukup
0,40
= baik
0,70
= sangat baik
Berdasarkan hasil perhitungan daya beda butir soal diperoleh hasil sebagai berikut:
59
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal Ujian Madrasah Mata Pelajaran Fisika Kelas XII MA Negeri Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 No 1
Kriteria Jelek
Nomor soal
Jumlah
Prosentase
3, 4, 5, 6, 10, 11, 13, 14, 15,16, 19,
25
62,5%
21, 24, 25, 26, 27, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 38, 40 2
Cukup
1, 7, 9, 12, 17, 18, 23, 30, 36, 39
10
25%
3
Baik
2, 20, 22, 28
4
10%
4
Dibuang
21
1
2,5%
Untuk perhitungan validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dapat dilihat di lampiran 3
60
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian yang terdapat pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Dalam soal ujian madrasah mata pelajaran fisika kelas XII Madrasah Aliyah Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011, untuk prosentase tingkatan Taksonomi Bloom ranah kognitif adalah tingkatan mengingat (C1) sebanyak 7 item soal atau 17,5%, memahami (C2) sebanyak 12 soal atau 20%, menerapkan (C3) sebanyak 9 item soal atau 22,5%, menganalisis (C4) sebanyak 12 soal atau 30%, sedangkan untuk tingkatan mengevaluasi (C5) dan menciptakan (C6) belum muncul dalam soal. Dapat dikatakan tingkatan C5 dan C6 0% Sedangkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menyebutkan bahwa soal dapat melatih kemampuan memahami dan menerapkan konsep mempunyai takaran atau ukuran atau komposisi tingkatan taksonomi Bloom pada soal C1 : C2 : C3 : C4 : C5 : C6 adalah 20% : 30 % : 20% : 30%. Dari hasil penelitian untuk tingkatan C2 dan C4 sudah sesuai dengan BSNP sedangkan tingkatan C1 dan C3 belum sesuai masih ada selisih sedikit. 2. Untuk dari segi empiris yang meliputi: a. Validitas, soal ujian madrasah mata pelajaran fisika kelas XII Madrasah Aliyah Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011 yang digolongkan valid adalah 16 item soal (40%) dan yang tidak valid 34 item soal (60%) b. Reliabilitas Soal ujian madrasah mata pelajaran fisika kelas XII Madrasah Aliyah Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011 yang digolongkan mempunyai reliabilitas tinggi yaitu 0,69 karena lebih besar dari rtabel.
61
c. Taraf kesukaran Untuk taraf kesukaran butir soal ujian madrasah mata pelajaran fisika kelas XII Madrasah Aliyah Negeri Kendal tahun pelajaran 2010/2011 kriteria mudah 40 item soal atau sebesar 100% soal dikatakan mudah. Soal ini bagi peserta didik kelas XII Madrasah Aliyah Negeri Kendal dianggap mudah karena sumber daya manusia (SDM) Madrasah Aliyah Negeri Kendal cukup tinggi. Namun hal ini tidak akan sama jika soal tersebut di ujikan ke sekolah lain, tergantung kemampuan peserta didik yang dijadikan sumber penelitian. d. Daya pembeda soal Daya pembeda soal dengan kriteria jelek 25 soal (62,5%), kriteria cukup 10 soal (25%), kriteria baik 4 soal (10%) dan soal yang harus dibuang karena bernilai negatif 1 soal (2,5%). Adapun kriterian soal yang baik adalah 1) Mempunyai validitas yang tinggi, maksudnya soal mampu mengukur apa yang hendak di ukur. 2) Mempunyai reliabilitas tinggi artinya dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan dapat dipercaya apabila tes atau soal itu di ujikan kembali hasilnya akan sama atau tetap. Sebagai contoh jika tes atau soal di ujikan pada waktu yang berlainan peserta didik tetap berada pada rangking yang sama. 3) Dalam soal tentunya harus ada kriteria soal sukar, sedang dan mudah. Sehingga dari soal dapat mengukur seberapa besar kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Jika soal terlalu mudah tidak merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya. Dan sebaliknya jika soal terlalu sukar menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak bersemangat untuk mencoba lagi. 4) Daya pembeda soal bertujuan untuk membedakan peserta didik yang pandai
(berkemampuan
tinggi)
dengan
siswa
yang
bodoh 62
(berkemampuan rendah). Dalam soal yang baik tentunya juga harus memperhatikan daya pembeda soal. B. SARAN Berdasarkan penelitian ini dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut. 1. Kepada lembaga penentu kebijakan daerah (Dinas Pendidikan Tingkat Provinsi atau Kabupaten atau Kota) : a. Diharapkan membuat kebijakan yang berisi tentang keharusan bagi guru untuk menganalisis butir soal sebelum soal digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dan kebijakan ini benar-benar disosialisasikan kepada sekolah dan guru. b. Menetapkan standar pembakuan persentase jenjang kognitif sebagai acuan pembuatan soal di SMA atau Madrasah Aliyah. c. Sering mengadakan pelatihan/workshop/usaha-usaha untuk meningkatkan skill keterampilan guru dalam membuat soal maupun dalam menganalisis soal. 2. Kepada para pengajar mata pelajaran fisika diharapkan: a. Melakukan koordinasi bersama dalam penyusunan kisi-kisi soal, perakitan soal dan analisis soal agar diperoleh soal yang berkualitas. b.
Melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan keterampilan membuat soal baik dari ranah materi, konstruksi dan bahasa, distribusi jenjang ranah kognitif, validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda butir soal.
c. Sering mengikuti pelatihan atau workshop untuk meningkatkan kompetensi tentang cara-cara membuat soal yang berkualitas serta cara mudah menganalisisnya. 3. Untuk peneliti lain, penelitian ini bisa dilanjutkan pada populasi yang lebih luas untuk mengetahui kualitas guru dalam menyusun soal secara luas.
63
C. PENUTUP Dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini, peneliti tak lupa mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya. Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan yang ada dalam skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak tetap peneliti harapkan. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Akhirnya tak lupa peneliti sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sepenuhnya dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Amien.
64
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 4, 2003. Asra, Sumiati, Metode Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima, 2007, cet pertama. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,2008. Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007. Hariyanto, Dany, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, Solo: Dilema, 2004, Cet. 4. Mulyasa, E., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, Cet.2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006, Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Purwanto, M. Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: CV. Alfabeta, 2003. Slameto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Soekartawi, Monitoring dan Evaluasi Proyek Pendidikan, Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya, 1995 , cet. Pertama. Sofiana, Siskha, Skripsi Analisis Butir Soal Kenaikan Kelas Mata Pelajaran Kimia Kelas X SMA Negeri 8 Surakarta tahun Pelajaran 2009/2011, Fakultas Keguruan dan Pendidikan Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008. Suparno, Paul, Metode Penelitian Pendidikan Fisika, Yogyakarta: Universitas Sanatha Dharma, 2007,Cet. 1. Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, Jakarta: Aksara Baru, 1992. T.Raka Joni, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, Malang : YP2LPM, 1984. http://adisaputrabtm.wordpress.com/2011/04/20/perubahan-taksonomi-bloomdan-pengembangan-butir-soal-kimia-sma/ http://en.wikipedia.org/wiki/Bloom%27s_Taxonomy diakses tanggal 10 April jam 15:13 http://hasanrizal.wordpress.com/2009/10/21/tafsir-tarbawi-pendidikan-dalamperspektif-al-qur%E2%80%99an/ diakses tanggal 9 April 2011 jam 14:38 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloomasikan peran.diakses tanggal 10 April 2011 jam 14:51 Http://sidikpurnomo.net/standar-kompetensi-fisika-smadiakses pada tanggal 09 juni 2011 jam 11.00 WIB http://tatangmanguny.wordpress.com/2010/01/19/taksonomi-bloom-versi-baru/ di akses tanggal 09 maret 2011 jam 20.30 WIB
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1
: Kata Operasional Tiap Tingkatan ...............................
35
Tabel 2.1
: Analisis taksonomi Bloom...........................................
48
Tabel 2.2
: Pengelompokan tingkatan taksonomi Bloom...............
49
Tabel 3
: Prosentase tiap tingkatan dalam taksonomi Bloom .....
57
Tabel 4.1
: Hasil AnalisisPerhitungan Validitas ............................
58
Tabel 4.2
: Hasil Analisis Perhitungan Reliabilitas........................
59
Tabel 4.3
: Hasil analisis Perhitungan Taraf Kesukaran.................
60
Tabel 4.4
: Hasil analisis Perhitungan Daya Pembeda....................
60
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Kognitif Domain ..................................................................
28
Gambar 2 : Perubahan Taksonomi Bloom ..............................................
29
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Undang-Undang Pelaksanaan Ujian Sekolah/Ujian Madrasah
Lampiran 2
: Soal Ujian Madrasah
Lampiran 3
: Validitas, Reliabilitas, Taraf kesukaran dan Daya Pembeda
Lampiran 4
: Tabel Nilai-nilai r Product Moment
Lampiran 5
: Piagam PASSKA
Lampiran 6
: Piagam KKN
Lampiran 7
: Surat Keterangan Ko. Kurikuler
Lampiran 8
: Nilai Ko. Kurikuler
Lampiran 9
: Surat Keterangan Bebas Laboratorium
Lampiran 10 : Surat Penunjukan Pembimbing Lampiran 11 : Surat Izin Riset Lampiran 12 : Surat Keterangan Penelitian Lampiran 113 : Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
: Inayatur Rofiqoh
NIM
: 073611007
Tempat Tanggal Lahir
: Rembang, 01 Januari 1987
Alamat Asal
: Palan RT. 02/RW.01 Pamotan-Rembang
Jenjang Pendidikan 1. SDN 1 Pamotan Lulus Tahun 2000 2. SMP N 1 Pamotan Lulus Tahun 2003 3. SMA N 1 Pamotan Lulus Tahun 2005 4. IAIN Walisongo Semarang Angkatan 2005 Pengalaman Organisasi Intra Kampus 1. Pengurus Harian Himatif IAIN Walisongo periode 2008/2009 dan 2009/2010 2. Pengurus dan anggota UKM PSHT IAIN Walisongo periode 2008/2009.
Semarang, 10 Juni 2011 Peneliti
Inayatur Rofiqoh NIM. 073611007