PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA BANDUNG (Studi Proses Penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan)
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian sidang sarjana program strata satu (S1) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Disusun oleh :
RENI MARSINTA 052010049
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2009
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA BANDUNG (Studi Proses Penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan)
Oleh :
RENI MARSINTA 052010049
Disetujui untuk Diajukan pada Sidang Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Negara Bandung,………………2009 Menyetujui : Pembimbing I
Pembimbing II
DR. H Thomas Bustomi, Drs., M.Si
Drs. Rudi Chaerudin
Mengetahui : Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan
Drs. Ikin Sodikin., M.Si
Aswan Haryadi. Drs., M. Si
VISI DAN MISI UNIVERSITAS PASUNDAN
LUHUNG ELMUNA PENGKUH AGAMANA JEMBAR BUDAYANA
VISI DAN MISI FISIP UNIVERSITAS PASUNDAN VISI : Terwujudnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai pusat unggulan (Centre of Excellence) dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu sosial dan ilmu politik baik di tingkat lokal maupun nasional dalam konteks global.
MISI : Menyelenggarakan Tri Dharma Perguruan Tinggi sesuai dengan profesionalisme ilmu sosial dan ilmu politik yang dapat memberikan kontruksi bagi pembangunan daerah dan nasional yang menjunjung tinggi nilai-nilai religi (keislaman) dan nilai-nilai budaya (kesundaan) secara komprehensif.
VISI DAN MISI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
Visi Terwujudnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai pusat unggulan dalam penyelengaraan pendidikan dan pengembangan ilmu sosial dan ilmu politik baik ditingkat lokal maupun nasional dalam konteks global. Misi Menyelenggarakan Tri Darma Perguruan Tinggi sesuai profesionalisme ilmu sosial dan ilmu politik yang dapat memberikan konstribusi bagi pembangunan daerah dan nasional yang menjunjung tinggi nilai-nilai religi (keislaman) dan nilai-nilai budaya (kesundaan) secara komprehensif.
Tujuan ♦ Menyelengarakan pendidikan tinggi ilmu sosial dan ilmu politik yang berkualitas dan akuntabel yang berwawasan kesundaan dan ke-Islaman. ♦ Menghasilkan sarjana ilmu sosial dan ilmu politik yang dapat memenuhi tuntutan dan tantangan perkembangan sosial politik kemasyarakatan, kenegaraan dan kebangsaan serta mampu menciptakan peluang dan kesempatan kerja. ♦ Menghasilkan, mengembang, dan menyebarluaskan serta mengaplikasikan kajiankajian akademik yang bermanfaat bagi perkembangan masyarakat dan pembangunan nasional.
MOTTO
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat-Mu), dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih” (QS Ibrahim [14] : 7).
“Tuhan memberi makan kepada setiap ekor burung tetapi Dia tidak melemparkan makanan itu kedalam sarang” (JG. Hollan).
“Allah memberikan hikmah (ilmu) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa dianugrahi hikmah (ilmu) tersebut maka ia benar-benar dianugrahi karunia yang banyak” (Al Baqarah : 269).
“Ketika satu pintu menuju kebahagiaan tertutup, maka pintu lainnya akan terbuka. Tapi sering sekali kita melihat pintu yang tertutup itu terlalu lama, sehingga kita tidak melihat pintu lain yang terbuka bagi kita” (Hellen Keller).
ABSTRAK Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung diperoleh bahwa kinerja pegawai masih rendah, hal ini terlihat dari indikator : Kualitas kerja yang masih rendah dan ketepatan waktu pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan masih kurang. Hal ini disebabkan oleh : Kepala BPMPPT kurang mengikutsertakan partisipasi pegawai dan kurangnya komunikasi dalam usaha pencapaian tugas. Metode yang digunakan adalah Metode penelitian Eksplanatory Survey yaitu bahwa penelitian penjelasan isi menyoroti hubungan antar variabelvariabel penelitian dan mengkaji hipotesis yang telah disusun sebelumnya. Penelitian ini disebut juga sebagai testing research meskipun urainnya juga mengandung deskripsi tetapi fokusnya diarahkan peda penjelasan hubungan antar variabel. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah : studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengkaji permasalahan melalui buku-buku, dokumen atau bahan-bahan tertulis lainnya yang ada kaitannya dengan yang sedang diteliti yaitu motivasi dan kinerja pegawai dan penelitian lapangan yaitu cara memperoleh data dengan melakukan penelitian langsung pada objek yang sedang diteliti yaitu dengan teknik-teknik sebagai berikut : observasi non partisipan, wawancara, dan angket yang disebarkan kepada responden dengan skala likert. Hambatan-hambatan yang dihadapi Kepala BPMPPT Kota Bandung adalah sebagai berikut : Kepala BPMPPT kurang memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan ide-ide. Kepala BPMPPT kurang mengkomunikasikan dalam usaha pencapaian tugas. Usaha-usaha yang dilakukan Kepala BPMPPT Kota Bandung adalah sebagai berikut : akan lebih memberikan kesempatan kepada pegawai memberikan masukan berupa saran maupun pendapat. Berusaha untuk melakukan komunikasi setiap hari kepada pegawai tentang masalah–masalah dan kesulitan yang dihadapi dalam usaha pencapaian tugas. Kesimpulan yang dapat peneliti kemukakan berdasarkan hasil hitung angket dengan SPSS (Statistical Product and Service Solutions), wawancara dan observasi menunjukan bahwa terdapat pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai, akan tetapi terdapat pengaruh yang kecil. Sedangkan faktor lain yang tidak terdefinisi, cukup besar mempengaruhi variabel kinerja pegawai, selain variabel motivasi. Dengan demikian, hipotesis konseptual mengenai pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai teruji. Saran-saran yang dapat peneliti kemukakan berupa saran praktis dengan lebih memperhatikan hal-hal yang harus dilakukan dan saran akademis dengan memperluas wawasan, ilmu pengetahuan dan mengembangkan data serta informasi mengenai pentingnya motivasi terhadap kinerja pegawai untuk kelancaran pekerjaan yang dibebankan.
ABSTRACT Based on the observation findings on Financial Capital Planting And Take Care Of License Compact Agency, Bandung City, the researcher found the lower employee performance, this is visible from indicators : The quality of working is low and time punctuality of employee in finish work is less. It is motived by : the leadership less following with employee of participation and the less communication which explicit to employees. Used method is Eksplanatory Survey method that is research clarification of content highlights relation between research variable and study hypothesis which have been compiled previously. In consequence research refered also as research testing though its also contain description but its focus aimed at clarification of relation between variable. The data collecting techniques used are : literature studies, the data collecting techniques applied to by studying and examining problem by means of books, documents, or other written materials relevant to motivation and employees performance field studies, the directly researches of the objects using such methods as non participant observation, interviews, and distribution of questionnaires to respondents using likert scale. Obstacles facing in a certain direction leader of Financial Capital Planting And Take Care Of License Compact Agency, Bandung City are as follow : the leader less to give opportunity to employee for give idea. The leader less to communication for achieved effort assignment. Effort made by leader of Financial Capital Planting And Take Care Of License Compact Agency, Bandung City the leader will be more give opportunity to employee for in to suggestion. Endeavo for carry out communication every day to employee about problems and difficulty for achieved effort assignment. Conclusion may be proposed based on count result with SPSS (Statistical Product and Service Solutions), interviews and orservation to indicate that get influence motivation faced employee performance, but get influence is little. The moderate other factor not definition, enough big influence employee performance variable, without motivation variable with such conceptual hypothesis put to a test. Suggestions is researcher have a practical suggestion with more pay attention matters must attitude and academic suggestion is add to insight, science and add to information about motivation with employee performance for fast of job that load.
ABSTRAK Nurutkeun hasil panalungtik anu dilakukaeun panaliti dina Badan Penanaman Modal jeung Pelayanan Perizinan Ngahiji Kota Bandung, dipigaduh nyaeta kinerja pegawe masih handap, hal ieu katingal tina indikator : kasaean damel anu masih handap jeung ketepatan waktos padamel ngalaksanakeun padamelan masih kirang. Hal ieu disebabkeun ku kapala Badan Penanaman Modal jeung Pelayanan Perizinan Ngahiji kirang ngiring sertakeun partisipasi padamel jeung kirangna komunikasi dina pencapaian tugas. Cara panalungtikan anu dilakukeun nyaeta eksplanatory survey nyaeta panalitian nu ngajentrekeun eusi nu nyambung jeung variabel-variabel panilitian, teuras jeung mariksa hipotesis nu tos disusun sa teu acan na. Kusabab eta panilitian disebat oge nyaeta testing research meskipun panjelasanana oge ngandung gambaran tapi fokusna diarahkeun kanu panjelasan nu nyambung kanu jeung variabel. cara ngumpulkeun data anu digunakeun jang naliti nyaeta : di ajar kapustakaan jeung ngakaji kana masalah kana buku, dokumen atawa alatalat tulisan laina anu aya kaitan nana sareng anu nuju di taliti nyaeta motivasi jeung kinerja pagawe nalungtik lapangan nyaea ku cara ngayakeun panalugtikan langsung kana naon anu jadi objek panalungtikan ku cara : observasi non partisipan, wawancara jeung angket anu disebarkeun ka responden jeung ngagunakeun skala likert. Wagelan-wagelan anu dihadapi ku kapala BPMPPT Kota Bandung nyaeta sebagai berikut : Kapala BPMPPT kirang masihan kesempatan ka padamelna jang ngalakukeun pamikiran. Pamikiranna kapala BPMPPT kirang ngamonikasikan dina usaha pancapaian tugas. Usaha-usaha anu dilakukeun Kapala BPMPPT Kota Bandung nyaeta sebagai berikut : supador lewih kirang masihan kesempatan ka padamelna masihan masukan berupa saran sareng pendapat. Ngusahakeun supaya ngalakukeun komunikasi setiap dinten ka padamel tentang masalah-masalah jeung kasulitan anu dihadapi dina usaha pencapaian tugas.kesimpulan anu tiasa abdi carioskeun berdasarkeun hasil hitung angket sareng SPSS (statistical product and service solution), wawancara jeung observasi ninggalikeun handa tiasa mempengaruhi kasaean tina kinerja padamel bade, tapi teu tiasa di pangaruhan ku nu alit. Sedangkan faktor lain anu henteu terdefinisi, cekap ageng pangaruh variabel kinerja padamel selain variabel motivasi. Dengan demikian, hipotesis konseptual mengenai pengaruh kasaean kana kinerja padamel teruji. Sarana-sarana anu tiasa abi carioskeun nyaeta carana praktis jeung lewih ngaperhatikeun hal-hal anu kedah dilakukeun jeung saran akademis anu memperluas wawasan, ilmu pengatahuan jeung pengembangan data serta informasi tina pentingna kasaeun kana kinerja padamel kange kalancaran padamelan anu dipasihkeun.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillah segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dan kesehatan sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan skripsi. Skripsi ini peneliti buat untuk untuk memenuhi salah satu ujian akhir jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung, dengan judul penelitian “Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung (Studi Proses Penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan)”.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan waktu, pikiran, kemampuan serta pengalaman peneliti dalam penyusunan laporan skripsi. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan dan sangat berterima kasih apabila ada masukan dari pembimbing, penguji maupun pembaca lainnya. Sebagai ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada orang-orang yang telah mendukung peneliti dalam pembuatan laporan skripsi ini, yaitu yang terhormat Pembimbing I Bapak Dr. H. Thomas Bustomi., M. Si serta Pembimbing II Bapak Rudi Chaerudin., Drs, yang telah meluangkan waktu, kesempatan dan
sabar untuk memberikan bimbingan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. DR. H. M. Didi Turmudzi, M.S. selaku Rektor Universitas Pasundan Bandung. 2. Bapak Drs. Aswan Haryadi., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung. 3. Bapak Dr. H. Thomas Bustomi., M.Si. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung. 4. Bapak M. Budiana., S.ip., M.Si selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung. 5. Bapak Drs. Deden Ramdhan., M.Si selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung. 6. Bapak Drs. Ikin Sodikin, M.Si selaku Ketua Jurusan Administrasi Negara Universitas Pasundan Bandung. 7. Ibu Imas Sumiati, Dra., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Administrasi Negara Universitas Pasundan Bandung. 8. Bapak Ir. H. Ahmad Rekotomo, SE., M.Si selaku Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung. 9. Seluruh pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung. 10. Yang tersayang Ayahanda (Rohili Idin) dan Ibunda (Syamsidar) serta abang-abangku (Samsu Hadi, Samsu Rizal, Samsu Akbar Syah) dan
kakakku (Ermy Septiana) yang selalu memberikan motivasi, selalu mendengarkan keluh-kesa penulis dalam pembuatan skripsi ini dan medampingi penulis dalam doa mereka. 11. My Sweetheart “Ade Kurniawan” yang selalu memberikan semangat dan selalu setia mendampingi penulis serta doanya dalam penyelesaian skripsi ini. 12. Serta buat anak-anak Kost’32 Sukamantri II, thanks buat motivasi dan pengertiannya. 13. Rekan-rekanku semua di Jurusan Ilmu Administrasi Negara Angkatan 2005 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak tercantum diatas yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT membalasnya, amin. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca umumnya, meskipun masih banyak kekurangannya.. Wassalamualaikum wr. wb.
Bandung,
Juni 2009
Peneliti
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas diri
a. Nama
: Reni Marsinta
b. Tempat Tanggal Lahir
: Tanjung Pandan, 22 Maret 1988
c. Agama
: Islam
d. Jenis Kelamin
: Perempuan
e. Alamat
: Pelataran AKA B.122 RT.03 RW.02 Tanjung Pandan Belitung 33412
Identitas orang tua a. Ayah
: Rohili Idin
b. Ibu
: Syamsidar
c. Alamat
: Pelataran AKA B.122 RT.03 RW.02 Tanjung Pandan Belitung 33412
Pendidikan a. SDN 40 Tanjung Pandan Belitung lulus Tahun 1999 b. SMPN 8 Tanjung Pandan Belitung lulus Tahun 2002 c. SMAN 2 Tanjung Pandan Belitung lulus Tahun 2005 d. Diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pasundan pada tahun 2005. Demikian daftar riwayat hidup peneliti buat dengan yang sebenarnya sebagai perlengkapan dalam penyusunan skripsi.
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK……………………………………………………………..
i
KATA PENGANTAR…………………………………………………
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………………………..
vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………..
viii
DAFTAR TABEL……………………………………………………..
xii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..
xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………..
xv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………...
1
A. Latar Belakang Penelitian………………………………………
1
B. Perumusan Masalah…………………………………………….
6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………….
7
1. Tujuan Penelitian…………………………………….……..
7
2. Kegunaan Penelitian………………………………………..
8
D. Kerangka Pemikiran……………………………………………
8
E. Hipotesis………………………………………………………..
10
1. Hipotesis Penelitian…………………………………………
10
2. Hipotesis Statistik…………………………………………..
10
3. Definisi Operasional………………………………………..
11
F. Lokasi dan Lamanya Penelitian………………………………...
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………
14
A. Pengertian Administrasi dan Manajemen………………………
14
B. Pengertian Administrasi Negara……………..………………….
16
C. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia………………...
17
D. Pengertian Motivasi………………………….………………….
19
E. Jenis Motivasi…………………………………………………...
21
F. Alat-Alat Motivasi………………………………………………
22
G. Teknik Motivasi ………………………………………………..
23
H. Model-Model Motivasi…………………………...………….…
26
I. Prinsip-Prinsip Motivasi………………………………………...
28
J. Pengertian Kinerja Pegawai………………………...…………..
32
K. Indikator Kinerja Pegawai………………………………………
34
L. Pengaruh Antara Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai………....
35
BAB III METODE PENELITIAN DAN OBJEK PENELITIAN….
40
A. Objek Penelitian………………………………………………...
40
1. Sejarah Singkat Pembentukan Badan Penanaman Modal Dan 40
Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung…………. 2. Dasar Hukum Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung…………………………..
41
3. Visi Dan Misi Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung…………………………..
43
4. Rencana Strategi Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung (2002-208)……………...
44
5. Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung…..
44
6. Nilai Umum Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung…………………………..
45
7. Struktur Organisasi Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan 47
Perizinan Terpadu Kota Bandung………………. 8. Keadaan Pegawai, Fasilitas Kerja Pegawai Pada Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung…………………………………………………….
49
9. Tujuan Dan Sasaran Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan 58
Perizinan Terpadu Kota Bandung……………… 10. Fasilitas
Dan
Layanan
Penting
Lainnya
Dari
Badan
Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung…………………………………………………….
60
11. Pelayanan Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kota Bandung……………........................
66
12. Izin Mendirikan Bangunan Di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung…………………..
67
13. Gambaran Umum motivasi dan Kinerja Pegawai Di Badan Penanaman
Modal
Dan
Pelayanan
Perizinan
Terpadu……………………………………………………..
71
B. Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan data, dan Teknik Analisis Data……………………………………………………
75
1. Metode Penelitian………..…………………………………
75
2. Teknik Pengumpulan Data………………………..………..
75
3. Teknik Analisis Data………………………………………..
78
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………...
85
A. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung
(Studi
Proses
Penyelesaian
Izin
Mendirikan
Bangunan)………………………………………………………
85
1. Analisis Kuantitatif Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung (Studi Proses Penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan)…………………..
85
2. Analisis Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung (Studi Proses Penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan)…………………………………………………..
101
3. Analisis Kualitatif Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung (Studi Proses Penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan)………………….. 4. Analisis Faktor Lain Di Luar Pengaruh Motivasi Terhadap
102
Kinerja Pegawai Pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung (Studi Proses Penyelesaian 109
Izin Mendirikan Bangunan)………………….. B. Hambatan-Hambatan
Pengaruh
Motivasi
Terhadap
Kinerja
Pegawai Pada Badan Pananaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu
Kota
Bandung
(Studi
Proses
Penyelesaian
Izin
Mendirikan Bangunan)…...…………………………..……
109
C. Usaha-usaha Yang Dilakukan Untuk Mengatasi HambatanHambatan Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung
(Studi
Proses
Penyelesaian
Izin
Mendirikan
Bangunan)……………………………...……………………….
110
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………….
112
A. Kesimpulan……………………………………………………...
112
B. Saran…………………………………………………………….
114
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….
116
LAMPIRAN……………………………………………………………
118
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. JUMLAH PEGAWAI BERDASARKAN JABATAN…………….. 2. DATA
PEGAWAI
PNSD
BERDASARKAN
PANGKAT…………………………………………………………. 3. DATA
PEGAWAI
48
PNSD
48
BERDASARKAN
STATUS…………………………………………………………….
49
4. DATA PEGAWAI BERDASARKAN STATUS PENDIDIKAN…
49
5. DATA PEGAWAI BERDASARKAN JENIS KELAMIN………...
50
6. FASILITAS
KERJA
PADA
RUANGAN
KA
SUB
BAG
KEPEGAWAIAN/UMUM………………………………………… 7. FASILITAS
KERJA
PADA
RUANGAN
SUB
BIDANG
PELAYANAN DAN PENDAFTARAN…………………………... 8. FASILITAS
KERJA
PADA
51
RUANGAN
51
STAF
KEPEGAWAIAN/UMUM…………………………………………
52
9. FASILITAS KERJA PADA RUANGAN RAPAT I……………….
53
10. FASILITAS
KERJA
PADA
RUANGAN
SUB
BIDANG
PENGOLAHAN PENERBITAN PERIZINAN NON USAHA……
54
11. FASILITAS KERJA PADA RUANGAN LOKET PENDAFTARAN 54
IZIN NON USAHA………………………….… 12. FASILITAS KERJA PADA RUANGAN SEKPRI KEPALA BPMPPT…………………………………………………………… 13. FASILITAS
KERJA
PADA
RUANGAN
SUB
BIDANG
PENGEMBANGAN SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI……… 14. FASILITAS
KERJA
PADA
RUANGAN
KA
55
SUB
55
BAG
KEUANGAN……………………………………………………….
56
15. JUMLAH SAMPEL...........................................................................
78
16. SKOR JAWABAN ANGKET...........................................................
79
17. OPERASIONALISASI VARIABEL BEBAS MOTIVASI………..
83
18. OPERASIONALISASI
VARIABEL
TERIKAT
KINERJA
PEGAWAI.........................................................................................
84
19. DAFTAR SKOR ANGKET VARIABEL BEBAS............................
88
20. TABULASI KORELASI SKOR ITEM DENGAN SKOR TOTAL INSTRUMEN PADA VARIABEL MOTIVASI…………………...
89
21. DAFTAR SKOR ANGKET VARIABEL TERIKAT.......................
92
22. TABULASI KORELASI SKOR ITEM DENGAN SKOR TOTAL INSTRUMEN PADA VARIABEL KINERJA PEGAWAI……….. 23. RELIABILITAS
VARIABEL
PENGARUH
93
MOTIVASI
TERHADAP KINERJA PEGAWAI……………………………….
97
24. UJI KOEFISIEN REGRESI………………………………………..
98
25. UJI MODEL………………………………………………………...
98
26. UJI PENGARUH…………………………………………………...
99
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. GAMBAR CONTOH MASALAH…………………………………
5
2. PARADIGMA PENELITIAN……………………………………...
11
3. JADUAL KEGIATAN PENELITIAN……………………………..
13
4. KONSEP PENDEKATAN SISTEM MOTIVASI DENGAN KINERJA PEGAWAI………………………………………………
34
5. STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENANAMAN MODAL DAN
PELAYANAN
PERIZINAN
TERPADU
KOTA
BANDUNG........................................................................................
46
6. MEKANISME UMUM PELAYANAN PERIZINAN BARU DAN PERUBAHAN BPMPPT KOTA BANDUNG……………………..
64
7. PERPANJANGAN DAN PEMBERIAN SALINAN PERIZINAN BADAN PENANAMAN MODAL PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA BANDUNG……………………………………
65
8. SIKAP RESPONDEN TERHADAP MOTIVASI………………….
91
9. SIKAP RESPONDEN TERHADAP KINERJA PEGAWAI………
94
10. PARADIGMA PENGARUH……………………………………….
100
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1. PEDOMAN OBSERVASI 2. PEDOMAN WAWANCARA 3. SURAT PENGANTAR ANGKET 4. SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN KE BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perwujudan visi Kota Bandung sebagai kota jasa yang bermartabat dengan
fokus
pembangunan
yang
berbasiskan
peningkatan
indeks
pembangunan manusia, maka Pemerintah Kota Bandung menuangkan ke dalam tujuh belas agenda prioritas pembangunan yang sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Salah satu diantaranya menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi, meningkatkan kualitas pelayanan aparatur dan pengembangan kemitraan dalam rangka mendukung pembiayaan dari berbagai aspek. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kota Bandung memiliki peranan dalam upaya mengembangkan perekonomian kota yang adil. Pelayanan publik Kota Bandung menjadi sorotan masyarakat dan media massa. Kota Bandung mendapat predikat buruk perihal pelayanan publik. Kota Bandung menduduki peringkat kedua terburuk se-Indonesia. Pelayanan ini dilihat dari pelayanan pembuatan Surat Izin mendirikan Bangunan (IMB) dan Surat Izin Usaha dan Perdangangan (SIUP). Padahal, Bandung baru saja menginjak usia dua abad berdirinya. Seharusnya umur Bandung yang sudah setua itu
menjadi
pembangunannya.
salah
satu
tolak
ukur
langkah
perjuangan
dan
Upaya meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat, pada tahun 2002 pemerintah Kota Bandung telah mengambil suatu kebijakan membentuk unit pelayanan satu atap yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No.2 Tahun 2002. Unit tersebut dibentuk sebagai salah satu pencerminan pemerintah Kota Bandung untuk menciptakan iklim yang mendorong kearah terciptanya keseragaman pola dan langkah penyelenggaraan dan pelayanan oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat dan agar adanya keterpaduan yang terkoordinir dalam proses pemberian perizinan maupun non perizinan. Izin mendirikan bangunan (IMB) merupakan salah satu bagian dari pelayanan perizinan dalam pemanfaatan tata ruang atau pelayanan perizinan non usaha. Izin mendirikan bangunan (IMB) dibentuk berdasarkan dasar hukum yaitu Peraturan Daerah (PERDA) Kotamadya daerah tingkat II Bandung Nomor 14 Tahun 1998 tentang Bangunan di wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung, Peraturan Daerah (PERDA) Kotamadya daerah tingkat II Bandung Nomor 24 Tahun 1998 tentang Retribusi Mendirikan Bangunan, Keputusan Walikota Bandung Nomor 640/Kep.554-Huk/2004 tentang Harga Dasar Bangunan Dan Tarif Ongkos Bongkar Bangunan. Yang termasuk sasaran atau objek dari izin mendirikan bangunan (IMB) adalah pagar, menara, bangunan, bangunan reklame, SPBU, kolam renang, lapangan olah raga terbuka, instalasi pengolahan air, perkerasan halaman, turap (tembok penahan tanah), sumur, instalasi/utilitas, jembatan, dan reservoar.
Pelaksanakan tugas administrasi pemerintahan, walikota dibantu oleh Sekretaris Daerah Kota yang dibantujuga oleh 3 asisten dan unit kerja yang terbagi atas 14 dinas, 9 lembaga teknis daerah (termasuk badan dan kantor), serta 11 bagian. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) merupakan salah satu lembaga teknis Kota Bandung sebagaimana tertuang dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) dan (2) huruf f Pasal 9 Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah. Lembaga birokrasi yang baru ini dibentuk oleh Bapak Walikota Bandung yang mendapat respon positif dari DPRD Kota Bandung. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) memiliki visi “terpercaya dan unggul dalam pelayanan, perizinan dan perinvestasian menuju Kota Jasa Yang Bermartabat”. Arah kerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) tidak terlepas dari kerja tim, dengan begitu motivasi kerja pun dibutuhkan untuk meningkatkan dalam upaya melayani masyarakat dalam pengurusan perizinan. Motivasi merupakan cara untuk memanfaatkan atau mempekerjakan pegawai yang memberikan manfaat
kepada organisasi.
Dengan adanya motivasi dimaksudkan pemberian daya perangsang kepada karyawan agar bekerja dengan segala daya dan upaya, karena motivasi merupakan suatu kondisi yang mengerakkan manusia ke suatu tujuan tertentu. Pencapai tujuan tersebut dibutuhkan suatu aparatur pemerintah sebagai aparat yang mengemban tugas melayani masyarakat atau sebagai abdi masyarakat yang mampu mengikuti kemajuan, dinamika dan tuntutan
masyarakat yang semakin kompleks yang membutuhkan perhatian dan sekaligus meningkatkan kinerja pegawai agar hasil sesuai harapan disamping masyarakat sebagai pihak yang dilayani, yaitu memahami hak dan kewajibannya dalam membentuk parisipasi dalam segala bidang kehidupan. Kinerja yang merupakan gambaran umum mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi maka antara kinerja dan motivasi memiliki hubungan yang sangat erat karena kinerja seseorang ditentukan oleh kemampuan dan motivasinya untuk melaksanakan pekerjaan. Motivasi terbentuk dari sikap pegawai dalam menghadapi situasi kerja di tempat kerja baik itu dinas atau instansi pemerintah maupun perusahaan. Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri/pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi maupun pegawai itu sendiri. Sikap mental pegawai yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal. Motivasi memiliki hubungan dengan lingkungan kerja sehingga untuk meningkatkan hasil kerja maka motivasi memiliki pengaruh penting terhadap kinerja pegawai karena berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuan ditentukan juga oleh motivasi dari pimpinan karena dengan adanya daya perangsang dari atasan kepada bawahan maka akan membuat pegawai menjadi lebih tersemangati untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik.
Berdasarkan hasil penjajakan yang peneliti lakukan pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kota Bandung di Bidang Perizinan Non Usaha, peneliti menemukan permasalahan antara lain masih rendahnya kinerja pegawai, hal ini terlihat dari indikator sebagai berikut : 1. Kualitas kerja yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat seperti di sub bagian umum dan kepegawaian dalam pengklasifikasian kearsipan perizinan masih belum tersusun secara alfabet maupun numeric. Gambar 1.1
Hasil Penelitian Februari Tahun 2009 di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT)
2. Ketepatan waktu pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan masih kurang. Contohnya : pegawai sub bidang pengembangan sistem TI yang seharusnya menyelesaikan pekerjaan maksimal 4 hari tetapi pekerjaan tersebut baru selesai 6 hari.
Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti menduga bahwa permasalahan tersebut disebabkan oleh kurangnya motivasi dari kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung, seperti dapat dilihat dibawah ini bahwa : 1. Kurangnya mengikut sertakan partisipasi pegawai. Contoh : pegawai jarang diberikan kesempatan untuk mengajukan ide-ide atau gagasangagasan di dalam rapat. 2. Kurangnya komunikasi dalam usaha pencapaian tugas. Contoh : jarangnya diadakan rapat kepada setiap bidang dalam usaha proses pencapaian tujuan. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas dan fakta-fakta yang peneliti temukan di lapangan, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai motivasi dengan kinerja pegawai yang dituangkan dalam bentuk usulan penelitian dengan judul : “PENGARUH MOTIVASI
TERHADAP
KINERJA
PEGAWAI
PADA
BADAN
PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA BANDUNG (Studi Proses Penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan)”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian tersebut diatas mengenai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
(BPMPPT), maka untuk memperoleh gambaran mengenai permasalahan peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu. 2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam usaha motivasi terhadap kinerja pegawai pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT). 3. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh Kepala Bidang Perizinan Non Usaha dalam megatasi hambatan-hambatan motivasi terhadap kinerja pegawai pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kota Bandung.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Menemukan data dan informasi mengenai pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kota Bandung. b. Mengembangkan data dan informasi mengenai pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Bandung. c. Menerapkan data dan informasi mengenai usaha-usaha yang dilakukan untuk menangulangi hambatan-hambatan dalam pengaruh
motivasi terhadap kinerja pegawai pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT).
2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan teoritis, untuk mengembangkan wawasan ilmu administrasi negara. Khususnya mengenai pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu dan dapat menerapkan teori-teori yang telah diperoleh selama peneliti kuliah di Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pasundan. b. Kegunaan praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan dapat dijadikan bahan masukan bagi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT).
D. Kerangka Pemikiran Peneliti memerlukan suatu kerangka pemikiran sebagi landasan teori dalam menyusun usulan penelitian, yaitu berupa pendapat para ahli yang tidak diragukan lagi kebenarannya, sebagai pemikiran yang menjadi titik tolak langkah-langkah dalam memecahkan masalah penelitian tentang motivasi dan kinerja. Menurut Fillmore H. Stanford yang dikutip oleh Mangkunegara (2002:10) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, mengemukakan bahwa : “Motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu”. Menurut Mangkunegara (2002:100) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, mengemukan PrinsipPrinsip dalam Memotivasi Kerja Pegawai adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.
Prinsip partisipasi Prinsip komunikasi Prinsip mengakui andil bawahan Prinsip pendelegasian wewenang Prinsip memberikan perhatian
Motivasi terbentuk dari sikap pegawai dalam menghadapi situasi kerja di tempat kerja baik itu dinas atau instansi pemerintah maupun perusahaan. Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri/pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi maupun pegawai itu sendiri. Sikap mental pegawai yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal. Selanjutnya peneliti akan kemukakan pengertian kinerja menurut T. R. Mitchel dalam buku Sedarmayanti (2001:51) yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, menjelaskan bahwa : Performance = ability x motivation Maksudnya untuk mendapatkan gambaran tentang kinerja seseorang, maka diperlukan pengkajian khusus tentang kemampuan dan motivasi. Memudahkan pengkajian kinerja pegawai, lebih lanjut T. R. Mitchel dalam buku Sedarmayanti (2001:51) yang berjudul Manajemen Sumber
Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, mengemukakan indikator-indikator kinerja yaitu sebagai berikut :
1. 2. 3. 4. 5.
Kualitas Kerja (Quality of work) Ketetapan Waktu (Pomptnees) Inisiatif (Initiative) Kemampuan (Capability) Komunikasi (Communication)
E. Hipotesis 1. Hipotesis Penelitian Berdasarkan
kerangka
pemikiran
di
atas,
maka
peneliti
mengemukakan hipotesis konseptual sebagai berikut : “Ada Pengaruh Motivasi Melalui Prinsip Partisipasi, Prinsip Komunikasi,
Prinsip
Mengakui
Andil
Bawahan,
Prinsip
Pendelegasian Wewenang, Dan Prinsip Memberikan Perhatian Yang Dilakukan Oleh Kepala Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung Terhadap Kinerja Pegawai”. 2. Hipotesis Statistik Skala pengukuran untuk kedua variabel adalah ordinal, dan dicari korelasinnya dengan menggunakan koefesien Rank Sparman. Adapun hipotesis statistiknya sebagai berikut : a. H 0 : ρ S ≤ 0 = Motivasi (X) Kinerja Pegawai (Y) artinya Motivasi terhadap kinerja pegawai tidak ada pengaruh yang signifikan.
b. H1 : ρ S > 0 = Motivasi (X) Kinerja Pegawai (Y) artinya Motivasi terhadap Kinerja pegawai terdapat pengaruh yang signifikan. Berikut ini peneliti uraikan paradigma penelitian :
ε
X
Y
Gambar 1.2 Paradigma Penelitian Keterangan gambar : X
: Variabel Motivasi.
Y
: Variabel Kinerja Pegawai
ε
: Variabel lain di luar Motivasi yang tidak diukur yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai dalam penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan
3. Definisi Operasional a.
Motivasi adalah adanya suatu dorongan yang diberikan oleh Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu berdasarkan prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut : Prinsip Partisipasi, Prinsip Komunikasi, Prinsip Mengakui Adil Bawahan, Prinsip pendelegasian wewenang, dan Prinsip Memberikan Perhatian terhadap pegawai dalam melakukan tugas untuk mencapai tujuan atau penyelesaian tugas yang telah direncanakan.
b.
Kinerja pegawai adalah suatu perubahan kemampuan yang dilakukan pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung dalam melaksanakan pencapaian tugas atau program kerja, sasaran, tujuan, misi dan visi berdasarkan indikator sebagai berikut : Kualitas Kerja, Ketepatan Waktu, Inisiatif, Kemampuan, dan Komunikasi.
c.
Izin mendirikan bangunan adalah suatu proses pembuatan surat bukti bahwa seseorang atau badan hukum yang mendirikan bangunan tersebut merupakan pemilik sah.
F. Lokasi dan Lamanya Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kota Bandung, yang beralamat di Jalan Cianjur No. 34 Bandung. Tlp. (022) 7217608/7217663, Fax (022) 7217663. 2. Lama Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan terhitung dari bulan Februari 2009 sampai dengan bulan Juli 2009, sebagaimana dapat dilihat pada jadwal penelitian yang disajikan.
GAMBAR 1.3 JADUAL KEGIATAN PENELITIAN
no Kegiatan 1
2
3
4
Tahun Tahun Minggu
TAHAP PERSIAPAN a. Perijinan b. Penjajakan c. Pengajuan judul d. Studi kepustakaan e. Pembuatan proposal f. Perbaikan proposal TAHAP PENELITIAN a. Observasi b. Wawancara c. Penyebaran angket d. Penarikan angket TAHAP PENYUSUNAN a. pengolahan data b. Analisis data c. Pembuatan proposal TAHAP PENGUJIAN a. Seminar proposal b. Seminar draf c. seminar skripsi
Februari I II III IV
Maret I II III
IV
April I II III
2009 Mei IV I II III
IV
Juni I II III
IV
I
Juli II III
IV
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Administrasi dan Manajemen Telah menjadi kodrat bahwa tiap orang mempunyai bermacam-macam kebutuhan, baik kebutuhan jasmaniah misalnya makanan, minuman, pakaian, perumahan maupun kebutuhan rohaniah misalnya pergaulan, keamanan, menciptakan sesuatu, pengetahuan dan penghargaan. Bilamana suatu kebutuhan diusahakan oleh seseorang dengan perbuatan yang nyata agar tercapai, maka kebutuhan itu lalu menjadi tujuan baginya. Pada umumnya seseorang mempunyai kebutuhan yang bersifat jamak, yaitu mempunyai kebutuhan lebih dari satu macam. Hal inilah yang kemudian disebut administrasi. Pada dasarnya administrasi merupakan kegiatan-kegiatan beberapa orang melalui proses kerjasama baik dalam suatu organisasi maupun antar organisasi untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan bersama sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pengertian yang telah diberikan oleh Siagian yang di kutip oleh Pasolong (2007: 3) dalam bukunya yang berjudul Teori Adminstrasi Publik : “Administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”. Menurut Waldo yang dikutp oleh Pasolong (2007:3) dalam bukunya yang berjudul Teori Adminstrasi Publik mengatakan bahwa : “Administrasi
adalah suatu daya upaya yang kooperatif, yang mempunyai tingkat rasionalitas yang tinggi”. Kesimpulan dari pengertian di atas bahwa administrasi merupakan suatu usaha untuk meningkatkan atau memberikan suatu dorongan kepada orang lain maupun diri sendiri untuk mencapai tujuan bersama. Administrasi dan manajemen sebagai proses kerja telah ada sejak dahulu kala karena administrasi dan manajemen itu timbul bersama-sama dengan timbulnya peradaban manusia. Tetapi antara administrasi dan manajemen memiliki pengertian yang berbeda. Sehingga dengan demikian akan didapat masing-masing tugas dan tanggung jawab diantara keduanya. Pengertian manajemen menurut Follett yang dikutip oleh Handoko (2003:8) dalam bukunya Manajemen edisi 2 sebagai berikut : “Manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain”. Pengertian manajemen menurut Stoner yang dikutip oleh Handoko (2003:8) dalam bukunya Manajemen edisi 2 sebagai berikut : Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya - sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Simamora yang dikutip oleh Pasolong (2007:83) dalam bukunya yang berjudul Teori Administrasi Publik menyatakan bahwa : “Manajemen adalah proses pendayagunaan bahan baku dan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan”.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen merupakan seni dan proses untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan dengan cara melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan memanfaatkan sumber daya-sumber daya organisasi yang ada seperti orang ( SDM) keuangan, peralatan dan sumber daya lainnya.
B. Pengertian Administrasi Negara Administrasi negara merupakan administrasi pada negara sebagai suatu organisasi modern. Organisasi modern adalah organisasi yang ada anggaran dasarnya atau konstitusinya, dengan maksud dan tujuan yang jelas, juga adanya struktur dan mekanisme dan rasional agar menghasilkan sesuatu yang dapat diambil manfaatnya. Pengertian administrasi negara untuk lebih jelasnya akan peneliti jabarkan menurut para ahli. Pengertian administrasi negara menurut Siagian (2006:8) dalam bukunya Filsafat Administrasi menyatakan : “Administrasi negara adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh seluruh aparatur pemerintah dari suatu negara dalam usaha mencapai tujuan negara”. Menurut Waldo yang dikutip oleh Badri (1988:22) dalam bukunya yang berjudul Konsep-Konsep Dasar Administrasi, Administrasi Negara dan Administrasi Pembangunan mengemukakan bahwa : “Administrasi negara adalah manajemen dan organisasi daripada manusia-manusia dan peralatannya guna mencapai tujuan-tujuan pemerintah”.
Menurut Litchfield yang dikutip oleh Badri (1988:22) dalam bukunya yang berjudul Konsep-Konsep Dasar Administrasi, Administrasi Negara dan Administrasi Pembangunan mengemukakan bahwa : “Administrasi negara merupakan suatu studi mengenai bagaimana bermacam-macam badanbadan pemerintah diorganisir, diperlengkapi tenaga-tenaganya, dibiayai, digerakkan dan dipimpin”. Dari definisi-definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan maka diperlukan suatu kemampuan dan motivasi untuk mendorong orang-orang dan diri sendiri untuk melaksanakan dan mengerakkan suatu organisasi baik swasta maupun pemerintah. Hal ini menempatkan motivasi sebagai bagian yang tidak bisa dipisahkan dari proses administrasi sesuai dalam pelaksanaan pemerintahan suatu negara.
C. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Sumber Daya Manusia adalah seni untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengawasi kegiatan-kegiatan sumber daya manusia atau karyawan, dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Manajemen sumber daya manusia dapat pula diartikan suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dibawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian manajemen sumber daya manusia menurut para ahli, diantaranya dikemukankan oleh Flippo yang dikutip oleh Notoadmodjo dalam bukunya “Pengembangan Sumber Daya Manusia (2003:117)” sebagai berikut : Manajemen sumber daya manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatankegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi, dan masyarakat. Manajemen sumber daya manusia dirumuskan sebenarnya sangat tergantung pada kontek dan persepsi tertentu dari seseorang yang merumuskan tersebut dan hal tersebut dikemukakan oleh French yang dikutip dan oleh Notoadmodjo dalam bukunya “Pengembangan Sumber Daya Manusia (2003:117)”,
sebagai berikut : “Manajemen sumber daya
manusia adalah sebagai penarikan, seleksi, pengembangan, penggunaan, dan pemeliharaan sumber daya manusia oleh organisasi”. Menurut Notoadmodjo dalam bukunya “Pengembangan Sumber Daya Manusia (2003:117)”, memberikan definisi manajemen sumber daya manusia sebagai berikut : Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan (rekruitmen), seleksi, pengembangan, penggunaan, dan pemeliharaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuantujuan individu maupun organisasi.
Menurut Mangkunegara dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan (2004:2) memberikan pengertian organisasi sebagai berikut : “Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan”. Langkah-langkah dalam manjemen sumberdaya manusia yang berkaitan erat dengan motivasi adalah : 1. Perencanaan tenaga kerja, 2. Rekrutmen, 3. Seleksi, 4. Penempatan, 5. Sistem imbalan, 6. Pembinaan, 7. Pengembangan karier.
D. Pengertian Motivasi Membahas
mengenai
pengertian
motivasi,
peneliti
akan
mengemukakan pengertian motivasi terlebih dahulu. Motivasi merupakan kegiatan yang penting yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia. Motivasi merupakan subyek yang penting bagi pimpinan karena pemimpin harus bekerja dengan dan melalui orang lain. Pemahaman dan pengertian mengenai motivasi dapat peneliti jabarkan berdasarkan beberapa pendapat para ahli.
Pengertian Motivasi yang dikutip oleh Davis & John W. Newstrom (1985:91) dalam bukunya Perilaku Dalam Organisasi (edisi ke-7 jilid 1) sebagai berikut : “Motivasi didefinisikan sebagai kekuatan dorongan untuk melakukan suatu tindakan”. Pengertian Motivasi yang dikutip oleh Wursanto (1987:109) dalam bukunya Etika Komunikasi Kantor sebagai berikut : “Motivasi adalah keseluruhan proses penggerakan dengan cara memberikan motif bekerja kepada para pegawai, sehingga para pegawai itu mau melaksanakan tugas secara sadar”. Menurut Vance (1982) yang dikutip oleh Danim (2004:15) dalam bukunya Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok menyatakan bahwa: Motivasi adalah perasaan atau keinginan seseorang yang berada dan bekerja pada kondisi tertentu untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang menguntungkan dilihat dari perspektif pribadi dan terutama kelompok.
Menurut Dubin (1985) yang dikutip oleh Danim (2004:15) dalam bukunya Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok menyatakan bahwa : Motivasi sebagai kekuatan kompleks yang membuat seseorang berkeinginan memulai dan menjaga kondisi kerja dalam organisasi. Pengertian Motivasi yang dikutip oleh Danim (2004:15) dalam bukunya Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok mengemukakan bahwa : Motivasi sebagai setiap kekuatan yang muncul dari dalam diri
individu untuk mencapai tujuan atau keuntungan tertentu di lingkungan dunia kerja atau di pelataran hidup pada umumnya. Pengertian Motivasi yang dikutip oleh Reksohadiprodjo dan Handoko (1997:252) dalam bukunya Organisasi Perusahaan (Teori struktur dan perilaku) (edisi 2) menyatakan bahwa : Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Menurut Effendi yang dikutip oleh Manullang dan Manullang (2004:193) dalam bukunya Manajemen Personalia mengemukakan bahwa : Motivasi adalah kegiatan memberikan dorongan pada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Jadi motivasi berarti membangkitkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan dan tujuan.
Menurut The Liang Gie yang dikutip oleh Manullang dan Manullang
(2004:166)
dalam
bukunya
Manajemen
Personalia
mengemukakan bahwa : Motivasi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang manajer dalam memberikan inspirasi semangat dan dorongan kepada orang lain (karyawannya) untuk mengambil tindakantindakan. Pemberian dorongan itu bertujuan menggiatkan orang-orang atau karyawan agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari orangorang tersebut. E. Jenis Motivasi Seorang pemimpin dalam memotivasi bawahan menggunakan jenis motivasi yang berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi saat itu.
Menurut Hasibuan (2003:99) dalam bukunya yang berjudul Organisasi Dan Motivasi menyatakan bahwa ada dua jenis motivasi sebagai berikut : 1. Motivasi Positif (Insentif Positif) Manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja. 2. Motivasi Negatif (Insentif Negatif) Manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik (prestasi rendah). Dengan motivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat, karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat buruk.
Dari penjelasan diatas maka dapat diketahui bahwa motivasi positif (insentif positif) akan memicu semangat kerja pegawai dalam jangka waktu panjang dan motivasi negatif (insentif negatif) hanya memicu semangat kerja dalam jangka waktu pendek tetapi untuk jangka waktu panjang akan berakibat buruk.
F. Alat-Alat Motivasi Penggunaan masing-masing alat motivasi ini dengan segala bentuknya haruslah mempertimbangkan situasi dan orangnya sebab pada hakekatnya individu adalah berbeda dengan yang lainnya. Menurut Hasibuan (2003:99) dalam bukunya yang berjudul Organisasi Dan Motivasi menyatakan tentang prinsip pelaksanaan motivasi yaitu:
1. Material Insentif Alat-alat motivasi yang diberikan itu berupa uang dan atau barang yang mempunyai nilai pasar, jadi memberikan kebutuhan ekonomis. Misalnya : kendaraan, rumah, dan lain-lain. 2. Non Material Insentif Alat motivasi yang diberikan itu berupa barang atau benda yang tidak ternilai, jadi hanya memberikan kepuasan atau kebanggaan rohani saja. Misalnya : mendali, piagam, bintang jasa, dan lain-lain. 3. Kombinasi Material dan Non Material Insentif Alat motivasi yang diberikan itu berupa materil (uang dan barang) dan non materil (mendali atau piagam), jadi memenuhi kebutuhan ekonomis dan kepuasan atau kebanggaan rohani.
Pendapat diatas menerangkan bahwa kebutuhan bersifat materil adalah besar upah dan penerimaan-penerimaan lain yang dapat berupa uang, beras, gula, rokok, dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan yang bersifat non materil merupakan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan bilamana dipenuhi akan dapat menimbulkan kepuasan tapi kebutuhan ini dapat bersifat materil, misalnya peasaan harga diri, rasa kebangaan, dipenuhinya keinginan berpartisipasi dan sebagainya.
G. Teknik Motivasi Didalam memotivasi pegawai juga diperlukan teknik motivasi untuk lebih memperjelas makna dan manfaat motivasi dalam meningkatkan semangat kerja pegawai dalam pelaksanaan pencapaian tujuan.untuk lebih memperjelasnya maka akan diuraiakan teknik motivasi sebagai berikut :
1. Teknik pemenuhan kebutuhan pegawai Pemenuhan kebutuhan pegawai merupakan fundamental yang mendasari perilaku kerja. Kita tidak mungkin dapat memotivasi kerja pegawai tanpa memperhatikan apa yang dibutuhkannya. Abraham Maslow mengemukakan hirarki kebutuhan pegawai sebagai berikut : a. Kebutuhan Fisiologis, yaitu kebutuhan makan, minum, perlindungan fisik, bernafas, dan sexual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling mendasar. Dalam hubungan dengan kebutuhan ini pemimpin perlu memberikan gaji yang layak kepada pegawai. b. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan perlindungan dari ancaman, bahaya dan lingkungan kerja. Dalam hubungan kebutuhan ini, pemimpin
perlu
memberikan
tunjangan
kesehatan,
asuransi
kecelakaan, perumahan, dan dana pensiun. c. Kebutuhan sosial atau rasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima dalam kelompok unit kerja, berafiliasi, berinteraksi, serta rasa dicintai dan mencintai. Dalam hubungan dengan kebutuhan ini, pemimpin perlu menerima eksistensi atau keberadaan pegawai sebagai anggota kelompok kerja, melakukan interaksi kerja yang baik dan hubungan kerja yang harmonis. d. Kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai orang lain. Dalam hubungan dengan kebutuhan ini, pemimpin tidak boleh sewenang-wenang memperlakukan pegawai karena mereka perlu dihormati, diberikan penghargaan terhadap prestasi kerjanya.
e. Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan diri dan potensi, mengemukakan ide-ide, memberikan penilaian, kritik, dan berprestasi. Dalam hubungannya dengan kebutuhan ini, pemimpin perlu memberikan kesempatan kepada pegawai bawahan agar mereka dapat mengaktualisasikan diri secara baik dan wajar di perusahaan. Selanjutnya, Abraham Maslow berpendapat bahwa orang dewasa (pegawai bawahan) secara normal harus terpenuhi minimal 85 persen kebutuhan fisiologis, 70 persen kebutuhan rasa aman, 50 persen kebutuhan sosial, 40 persen kebutuhan penghargaan, dan 15 persen kebutuhan aktualisasi diri. Jika tidak terpenuhi maka pegawai tersebut akan mengalami konflik diri, keluarga, dan bisa juga menjadi penyebab terjadinya konflik kerja. Dengan demikian, jika kebutuhan pegawai tidak terpenuhi, pemimpin akan mengalami kesulitan dalam memotivasi kerja pegawai. 2. Teknik komunikasi persuasif Teknik komunikasi persuasif merupakan salah satu teknik memotivasi kerja pegawai yang dilakukan dengan cara mempengaruhi pegawai secara ekstralogis. Teknik ini dirumuskan: “AIDDAS” A
= Attention (Perhatian)
I
= Interest (Minat)
D
= Desire (Hasrat)
D
= Decision (Keputusan)
A
= Action (Aksi/Tindakan)
S
= Satisfaction (Keputusan)
Penggunaannya, pertama kali pemimpin harus memberikan perhatian kepada pegawai tentang pentingnya tujuan dari suatu pekerjaan agar timbul minat pegawai terhadap pelaksanaan kerja, jika telah timbul minatnya maka hasratnya menjadi kuat untuk mengambil keputusan dan melakukan tindakan kerja dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin. Dengan demikian, pegawai akan bekerja dengan motivasi tinggi dan merasa puas terhadap hasil kerjanya.
H. Model-Model Motivasi Perkembangan teori manajemen juga mencakup model-model motivasi yang berbeda. Berikut ini akan dibahas tiga model motivasi dengan urutan atas dasar kemunculannya, yaitu model tradisional, model hubungan manusiawi, dan model sumber daya manusia. 1. Model tradisional Model tradisional dari motivasi berhubungan dengan Frederick Taylor dan aliran manajemen ilmiah. Model ini mengisyaratkan bahwa manajer menentukan bagaimana pekerjaan-pekerjaan harus dilakukan dan digunakan sistem pengupahan insentif untuk memotivasi para pekerja lebih banyak berproduksi, lebih banyak menerima penghasilan. Pandangan tradisional menganggap bahwa para pekerja pada dasarnya malas dan hanya dapat dimotivasi dengan penghargaan berwujud uang. Dalam banyak situasi pendekatan ini cukup efektif. Sejalan dengan
meningkatknya efisiensi, karyawan yang dibutuhkan untuk tugas tertentu dapat dikurangi. Lebih lanjut, manajer mengurangi besarnya upah insentif. Pemutusan hubungan kerja menjadi biasa dan pekerja akan mencari keamanan/jaminan kerja daripada hanya kenaikan upah kecil dan sementara. 2. Model hubungan manusiawi Banyak
praktek
manajemen
merasakan
bahwa
pendekatan
tradisional tidak memadai. Elton Mayo dan para peneliti hubungan manusiawi lainnya menemukan bahwa kontak-kontak sosial karyawan pada pekerjaannya adalah juga penting dan bahwa kebosanan dan tugastugas yang bersifat pengulangan adalah faktor-faktor pengurang motivasi. Mayo dan kawan-kawan juga percaya bahwa manjer dapat memotivasi bawahan melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna dan penting. Sebagai hasilnya, para karyawan diberi berbagai kebebasan untuk membuat keputusan sendiri dalam pekerjaannya. Perhatian yang lebih besar diarahkan pada kelompok-kelompok kerja organisasi informal. Lebih banyak informasi disediakan untuk karyawan tentang perhatian manajer dan operasi organisasi. 3. Model sumber daya manusia Kemudian para teoritisi seperti McGregor dan Maslow, dan para peneliti seperti Argyris dan Likert, melontarkan kritik kepada model hubungan manusiawi dan mengemukakan pendekatan yang lebih
“sophisticated”
untuk
memanfaatkan
para
karyawan.
Model
ini
menyatakan bahwa para karyawan dimotivasi oleh banyak faktor, tidak hanya uang atau keinginan untuk mencapai kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang berarti. Mereka beralasan bahwa kebanyakan orang telah dimotivasi untuk melakukan pekerjaan secara baik dan bahwa mereka tidak secara otomatis melihat pekerja sebagai sesuatu yang tidak dapat menyenangkan. Mereka mengemukakan bahwa para karyawan lebih menyukai pemenuhan kepuasan dari suatu prestasi kerja yang baik. Jadi, para karyawan dapat diberi tanggung jawab yang lebih besar untuk pembuatan keputusankeputusandan pelaksaan tugas-tugas.
I. Prinsip-Prinsip Motivasi Motivasi yang diberikan oleh atasan kepada bawahan, tentunya harus mengunakan pedoman atau dengan kata lain prinsip-prinsip yang harus dijadikan pedoman oleh atasan untuk memotivasi bawahannya Menurut Mangkunegara (2004:100) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan”, mengemukan Prinsip-prinsip dalam memotivasi kerja pegawai adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.
Prinsip partisipasi Prinsip komunikasi Prinsip mengakui andil bawahan Prinsip pendelegasian wewenang Prinsip memberikan perhatian
Prinsip-prinsip motivasi diatas sebagai alat analisis dalam penelitian ini sehingga diharapkan dapat memperjelas kedudukan dan fungsi dari motivasi sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk itu peneliti akan mengemukakan satu persatu pengertian dari prinsip-prinsip motivasi tersebut diatas, sebagai berikut : 1. Prinsip partisipasi Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin. 2. Prinsip komunikasi Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya. 3. Prinsip mengakui andil bawahan Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil di dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya. 4. Prinsip pendelegasian wewenang Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.
5. Prinsip memberi perhatian Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai, akan memotivasi pegawai bekerja apa yang diharapkan oleh pemimpin.
J. Pengertian Kinerja Pegawai Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi. Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakkan atau dijalankan pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut. Berikutnya ada beberapa pendapat tentang kinerja yang akan diuraikan oleh peneliti. Kinerja menurut Prawirosentono yang dikutip oleh Pasolong (2007:176), dalam bukunya Teori Administrasi Publik menyatakan bahwa : Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Menurut Gibson (1990:40) yang dikutip oleh Pasolong (2007:176), dalam bukunya Teori Administrasi Publik menyatakan bahwa : “Kinerja seseorang
ditentukan
oleh
kemampuan
dan
motivasinya
untuk
melaksanakan pekerjaan”. Pengertian Kinerja menurut Mangkunegara (2002:67) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
mengatakan bahwa : “Kinerja merupakan hasil secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya”. Lembaga Pasolong
Administrasi
(2007:175),
dalam
Indonesia bukunya
disingkat Teori
LAN-RI
Administrasi
dalam Publik
merumuskan kinerja sebagai berikut: “Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi”. Selanjutnya peneliti akan kemukakan pengertian kinerja menurut T. R. Mitchel dalam buku Sedarmayanti (2001:51) yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, menjelaskan bahwa : Performance = ability x motivation Maksudnya
untuk
mendapatkan
gambaran
tentang
kinerja
seseorang, maka diperlukan pengkajian khusus tentang kemampuan dan motivasi. Menurut Sinambela dkk yang dikutip oleh Pasolong dalam bukunya yang berjudul Teori Administrasi Publik, mengatakan bahwa : “Kinerja pegawai sebagai kemampuan pegawai dalam melakukan keahlian tertentu”. Pengertian kinerja menurut Robbins dalam buku Pasolong yang berjudul Teori Administrasi Publik, mengatakan bahwa : “Kinerja adalah hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya”.
K. Indikator Kinerja Pegawai Kinerja pegawai secara objektif dan akurat dapat dievaluasi melalui tolak ukur tingkat kinerja. Pengukuran tersebut berarti memberi kesempatan bagi para pegawai untuk mengetahui tingkat kinerja mereka. Memudahkan pengkajian kinerja pegawai, lebih lanjut Mitchel dalam buku Sedarmayanti (2001:51) yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, mengemukakan indikator-indikator kinerja yaitu sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.
Kualitas Kerja (Quality of work) Ketetapan Waktu (Pomptnees) Inisiatif (Initiative) Kemampuan (Capability) Komunikasi (Communication)
Indikator kinerja pegawai di atas akan dibahas di bawah untuk lebih mempermudah dalam memahami kinerja pegawai, yaitu sebagai berikut : 1. Kualitas Kerja (Quality of work) adalah kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya yang tinggi pada gilirannya
akan
perkembangan
melahirkan
organisasi
penghargaan
melalui
dan
peningkatan
kemajuan
serta
pengetahuan
dan
keterampilan secara sistematis sesuai tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang pesat. 2. Ketetapan Waktu (Pomptnees) yaitu berkaitan dengan sesuai atau tidaknya waktu penyelesaian pekerjaan dengan target waktu yang direncanakan. Setiap pekerjaan diusahakan untuk selesai sesuai dengan rencana agar tidak mengganggu pada pekerjaan yang lain.
3. Inisiatif (Initiative) yaitu mempunyai kesadaran diri untuk melakukan sesuatu dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab. Bawahan atau pegawai dapat melaksanakan tugas tanpa harus bergantung terus menerus kepada atasan. 4. Kemampuan (Capability)
yaitu diantara beberapa faktor yang
mempengaruhi kinerja seseorang, ternyata yang dapat diintervensi atau diterapi melalui pendidikan dan latihan adalah faktor kemampuan yang dapat dikembangkan. 5. Komunikasi (Communication) merupakan interaksi yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan untuk mengemukakan saran dan pendapatnya dalam
memecahkan
masalah
yang
dihadapi.
Komunikasi
akan
menimbulkan kerjasama yang lebih baik dan akan terjadi hubunganhubungan yang semangkin harmonis diantara para pegawai dan para atasan, yang juga dapat menimbulkan perasaan senasib sepenanggungan. Pendapat tersebut mengatakan bahwa untuk mendapatkan kinerja pegawai yang optimal yang menjadi tujuan organisasi harus memperhatikan aspek-aspek kualitas pekerjaan, ketetapan waktu, inisiatif, kemampuan serta komunikasi.
L. Pengaruh Antara Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Dilihat di atas maka dapat diketahui bahwa motivasi memiliki pengaruh dengan kinerja pegawai karena seperti yang dikatakan oleh T. R.
Mitchel dalam buku Sedarmayanti (2001:51) yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, menjelaskan bahwa : Performance = ability x motivation Maksudnya untuk mendapatkan gambaran tentang kinerja seseorang,
maka
diperlukan
pengkajian
khusus
tentang
kemampuan dan motivasi. Yang mana hal yang hampir sama juga dikatakan oleh Gibson yang dikutip oleh Pasolong(2007:176), dalam bukunya yang berjudul Teori Administrasi Publik menyatakan bahwa : “Kinerja seseorang ditentukan oleh kemampuan dan motivasinya untuk melaksanakan pekerjaan. GAMBAR 2.4 KONSEP PENDEKATAN SISTEM MOTIVASI DENGAN
KINERJA PEGAWAI
INPUT Sumber daya yang terdiri dari Six M : 1. Man 2. Money 3. Method 4. Materials 5. Machine 6. Market
PROSES
OUTPUT
Prinsip-prinsip dalam
Ukuran kinerja pegawai dilihat dari : 1. Kualitas Kerja (Quality of work) 2. Ketetapan Waktu (Pomptnees) 3. Inisiatif (Initiative) 4. Kemampuan (Capability) 5. Komunikasi (Communication)
memotivasi kerja pegawai adalah sebagai berikut : 1. Prinsip partisipasi; 2. Prinsip komunikasi; 3. Prinsip mengakui andil bawahan; 4. Prinsip pendelegasian wewenang;
FEED BACK
1. Memperbaiki kinerja pegawai. 2. Dapat meningkatkan kinerja pegawai 3. Tercapainya tujuan motivasi dalam meningkatkan kinerja pegawai
Keterangan : 1. Input Terdiri dari sumber-sumber manajemen (the six m) yaitu sebagai berikut : a.
Man (Manusia) Sumber daya manusia merupakan faktor dari sebuah proses pencapaian
tujuan organisasi yang sangat penting keberadaannya karena manusia (para pegawai) merupakan kunci keberhasilan dari pencapaian sasaran organisasi pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung. b. Money (Biaya) Biaya dalam bentuk uang merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya karena merupakan unsur yang memodali seluruh kegiatan yang dilaksanakan pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung. c. Methode (Metode) Metode atau dasar penggunaan dari sumber-sumber yang sudah ada pada pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung. d. Machine (Mesin) Merupakan unsur untuk menciptakan sesuatu yang digunakan untuk pencapaian tujuan daripada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung.
e. Material (Bahan Baku) Merupakan salah satu alat kerja untuk mendukung tercapainya suatu keberhasilan dalam melakukan pekerjaan yang akan dikerjakannya, karena dengan bahan-bahan yang memenuhi atau tersedia, maka seluruh pekerjaan akan menghasilkan kinerja kerja yang baik. f. Market (Pemasaran) Merupakan unsur yang menjadi alat untuk mendistribusikan semua jenis pekerjaan yang dihasilkan oleh para pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung. 2. Proses Dalam suatu proses semua sumber-sumber dari input diupayakan untuk dapat dimanfaatkan dalam melaksanakan motivasi yang berdasarkan prinsip-prinsip motivasi yang ditujukan untuk memenuhi indikator dari kinerja pegawai. Dalam hal ini, motivasi yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip motivasi kinerja pegawai. 3. Output Merupakan hasil yang teah dicapai melalui proses kerja yang dilakukan oleh para pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung, serta didukung oleh sumber daya lainnya, sehingga diperoleh suatu hasil kerja. Apabila indikator-indikator kinerja pegawai telah dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan input yang ada, maka kinerja pegawai akan meningkat.
4. Feedback Pencapaian target dalam penyelesaian surat izin mendirikan bangunan pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung, diharapkan dapat memberikan umpan balik terhadap input yang berupa kesinambungan unsur-unsur yang terdapat dalam input, sehingga dapat diupayakan agar lebih berdaya guna. Umpan balik yang diharapkan adalah memperbaiki kekurangan di dalam pelaksanaan kinerja pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung.
BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN
A. Obyek Penelitian Objek penelitian yang diambil oleh peneliti adalah Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung yang terletak di Jalan Cianjur No. 34 Telp. (022) 7217608. Untuk lebih lengkapnya peneliti akan memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung. 1. Pembentukan Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat, pada tahun 2002 pemerintah Kota Bandung telah mengambil suatu kebijakan membentuk unit pelayanan satu atap yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No.2 Tahun 2002. Unit tersebut dibentuk sebagai salah satu pencerminan pemerintah Kota Bandung untuk menciptakan iklim yang mendorong kearah terciptanya keseragaman pola dan langkah penyelenggaraan dan pelayanan oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat dan agar adanya keterpaduan yang terkoordinir dalam poses pemberian perizinan maupun non perizinan. Namun demikian dalam perkembagan keberadaan dan keefektivan, unit ini masih dirasakan kurang maksimal sehingga belum memenuhi harapan masyarakat.
Dengan
dasar
filosofis,
bahwa
untuk
memenuhi
harapan
masyarakat dalam proses perizinan perlu dilakukan berbagai perbaikan, meliputi penyederhanaan sistem perizinan, perbaikan pelayanan publik, pemberantasan korupsi dan peningkatan iklim investasi serta dalam rangka melaksanakan amanat yang diatur peraturan perundang-undangan dan kebijakan teknis lain ditingkat pusat yang berhubungan dengan penanaman modal dan pelayanan perizinan, Bapak Walikota Bandung berinisiatif untuk membentuk lembaga baru yang diharapkan dapat melayani kepentingan masyarakat dalam mengurus perizinan dengan baik yang didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan publik, yaitu kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggung jawab, kelengkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan, kesopanan dan keramahan, serta kenyamanan sehingga dapat menunjang terwujudnya “Bandung Kota Jasa Yang Bermartabat Tahun 2008”. Lembaga baru tersebut adalah Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT). 2. Dasar Hukum Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu : a) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang
penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah. b) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. c) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah
Provinsi,
Dan
Pemerintahan
Daerah
Kabupaten/Kota. d) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. e) Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi. f) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Satu Pintu. g) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 8 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kota Bandung. h) Peraturan Pemerintah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah. i) Peraturan Walikota Bandung 474 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi pada Satuan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung.
3. Visi Dan Misi Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung a). Visi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung Visi dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung adalah “Terpercaya dan unggul dalam pelayanan, perizinan, dan perinvestasian menuju Kota Jasa yang Bermartabat”. Ini berarti tahun-tahun kedepan Bandung diharapkan dapat menjadi kota jasa yang memiliki kondisi pelayanan perizinan yang terpercaya dan unggul serta iklim investasi di daerah yang lebih baik sehingga meningkatkan kinerja investasi nasional. b). Misi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung 1. Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur profesional; 2. Membentuk jejaring kerja melalui harmonisasi kerjasama antarkota dalam dan luar negeri untuk meningkatkan investasi; 3. Meningkatkan sistem informasi manajemen pelayanan yang berbasis E-government; 4. Mewujudkan pelayanan yang obtimal dan memuaskan melalui nilai budaya
lokal,responsivitas,
responsibilitas,
akuntabilitas,
transparansi dan kepastian hukum; 5. Meningkatkan
peran
serta
masyarakat
perkembangan penanaman modal.
dalam
mendukung
4. Rencana Strategi Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung (2002-208) a). Untuk mendorong investasi di Kota Bandung, pada Tahun 2002, pemerintah Kota Bandung membentuk unit pelayanan satu atap; b). Mewujudkan Bandung Kota Jasa Yang Bermartabat Tahun 2008; c). Membentuk Birokrasi baru bernama Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) yang mengemban tugas dan fungsi
dalam
memberikan
layanan
yang
lebih
responsif,
bertanggungjawab, akuntabel, transparan, dan memiliki kepastian hukum. 5. Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung a). Kedudukan Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung 1). Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu merupakan lembaga teknis daerah yang melayani kepentingan masyarakat dalam mengurus perizinan dan invstasi. 2). Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu dipimpin oleh seorang Kepala Badan. b). Tugas Pokok Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung Sesuai Perda Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan
dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah,
Badan
Penanaman
Modal
dan
Pelayanan
Perizinan
Terpadu
(BPMPPT) memiliki tugas pokok menyusun dan melaksanakan kebijakan daerah di bidang penanaman modal daerah dan pelayanan perizinan terpadu. c). Fungsi Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas, maka Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut : 1). Merumuskan kebijakan teknis bidang pelayanan penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu; 2). Membina dan melaksanakan pengelolaan penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu yang meliputi penanaman modal, perizinan usaha, perizinan non usaha, serta data dan sistem informasi; 3). Melaksanakan pelayanan teknis administratif badan; 4). Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan fungsi dan tugasnya. 6. Nilai Umum Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung Dalam pelaksanaan tugas pokok, terdapat beberapa nilai umum IKHLAS, yang berarti : a). Inovatif.
b). Keatif, dapat diartikan selain mengikuti prosedur dan peraturan yang ada dalam memberikan juga ada sentuhan mengesankan sesuatu itu dibuat mudah dan dibuat medota yang dapat memberikan keuntungan pada pihak dilayani tanpa mengorbankan prinsip dan persyaratan yang harus dipenuhi. c). Handal, dapat diartikan bekerja profesional selalu mengutamakan hal yang terbaik, simpati dalam memberikan pelayanan dan memiliki kekuatan mental dan spiritual yang mantap dalam menghadapi berbagai pihak yang berbeda. d). Layak, dapat diartikan mempertimbangkan dengan kepatuhan, kewajaran, etika dan budaya yang berlaku dalam menjalankan tugas, bertindak dan memutuskan sesuatu. Menandakan ada pertimbangan hati nurani yang bersih dan dipandang dari berbagai dimensi sehingga keputusan tersebut proporsional. e). Amanah, dapat diartikan apapun yang diberikan oleh pihak tertentu disampaikan secara objektif kepada pimpinan atau kepada pihak yang berwenang, dan tidak ada sesuatu yang disembunyikan, sehingga menyebabkan ketimpangan dan ketidaksesuaian. f). Serempak, dapat diartikan adanya kekompakan, koordinasi dan sinergisitas antara unit kerja yang terkait dan antara pimpinan dengan bawahan, sehingga ketentuan ditaati secara konsisten dan penuh tanggung jawab.
7. Struktur Organisasi Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung Struktur organisasi merupakan salah satu syarat yang sangat penting di dalam organisasi modern, baik itu organisasi atau lembagalembaga pemerintahan maupun swasta. Struktur organisasi merupakan salah satu tampilan daripada kejelasan kerangka pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab atau tata kerja dalam sebuah organisasi yang bersifat visual dalam arti bisa menggambarkan komposisi personal organisasi tersebut, sehingga apabila ada orang luar yang berkepentingan dengan organisasi tersebut tidak akan terlalu sulit harus berurusan dengan siapa. Namun demikian pembuatan struktur organisasi yang ada dalam setiap organisasi berbeda-beda yang akan disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu untuk mengetahui struktur organisasi (Berdasarkan Perda Kota Bandung No 12 Tahun 2007) Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung, maka dapat diketahui seperti dibawah ini :
GAMBAR 3.5 STRUKTUR ORGANISASI BPMPPT KOTA BANDUNG KEPALA BADAN
SEKRETARIAT
SEKRETARIAT
KELOMPOK JABANTAN SUB BAGIAN UMUM & KEPEGAWAIAN
BIDANG PENANAMAN
BIDANG PERIZINAN
SUB BIDANG PELAYANAN & PENDAFTARAN PERIZINAN USAHA
SUB BIDANG PROMOSI &
SUB BIDANG BINA POTENSI & KERJASAMA INVESTASI
SUB BIDANG PENGOLAHAN & PENERBITAN PERIZINAN USAHA
UPT
BIDANG PERIZINAN NON USAHA
SUB BIDANG PELAYANAN & PENDAFTARAN PERIZINAN NON USAHA
SUB BIDANG PENGOLAHAN & PENERBITAN PERIZINAN NON USAHA
SUB BAGIAN
BIDANG DATA &
SUB BIDANG PENGEMBANGAN SISTEM TEKHNOLOGI
SUB BIDANG PELAYANAN INFORMASI & PENGADUAN
8. Keadaan Pegawai, Fasilitas Kerja Pegawai Pada Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung a). Keadaan Pegawai Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung Suatu organisasi tidak akan terlepas dari peran para pegawainya. Pegawai merupakan unsu penting
dalam mencapai
tujuan organisasi, begitu pula pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung. Bagaimanapun modernnya peralatan kantor yang digunakan oleh suatu organisasi/instansi, apabila para pegawainya tidak dapat melakukan tugas-tugas yang dibebankan kepada mereka, maka peralatan yang serba modern itu tidak akan bermakna. Pegawai
merupakan
unsur
pelaksana,
penggerak
dan
penyelenggara secara teknis maupun secara administratif dalam suatu unit organisasi. Keberhasilan suatu tujuan tidak hanya diukur oleh banyaknya jumlah pegawai, banyaknya dana yang tersedia atau modernnya teknologi yang digunakan, tetapi yang paling penting adalah faktor sumber daya manusia dalam melaksanakan pekerjaan Untuk lebih jelasnya mengenai data pegawai pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung, dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 3.1 JUMLAH PEGAWAI BERDASARKAN JABATAN No
1 2 3 4 5 6
Jabatan
Jumlah (orang) 1 1 4 2 8 156 172
Kepala Badan Sekretaris Kepala Bidang Kepala Sub Bagian Kepala Sub Bidang Pelaksana Jumlah
Sumber : Buku Pedoman BPMPPT Kota Bandung Tahun 2009
Selanjutnya
peneliti
akan
menampilkan
data
pegawai
berdasarkan golongan pangkat dan status pegawai tersebut di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung. Karena hal tersebut menentukan jabatan, fungsi dan kedudukan pegawai di kantornya. Untuk lebih jelas dapat dilihat sebagai berikut : TABEL 3.2 DATA PEGAWAI PNSD BERDASARKAN PANGKAT Pangkat
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
IV/b IV/A III/d III/c III/b III/a II/d II/c II/b II/a Jumlah
Jumlah (orang) 3 2 16 20 13 19 18 9 1 3 104
Sumber : Buku Pedoman BPMPPT Kota Bandung Tahun 2009
TABEL 3.3 DATA PEGAWAI BERDASARKAN STATUS Status
No 1 2 3 4
PNS CPNS TKK Sukwan Jumlah
Jumlah (orang) 104 25 30 13 172
Sumber : Buku Pedoman BPMPPT Kota Bandung Tahun 2009
Selanjutnya peneliti menyampaikan bahwa
latar belakang
pendidikan yang dimiliki oleh setiap pegawai dapat mempengaruhi terhadap kelancaran dan keberhasilan dalam melaksanakan pekerjaan. Oleh karena itu, tinggi rendahnya tingkat pendidikan seorang pegawai dalam suatu organisasi sangat berpengaruh terhadap jalannya kegiatan dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan pegawai berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut : TABEL 3.4 DATA PEGAWAI BERDASARKAN PENDIDIKAN No 1 2 3 4 5 6 7
Pendidikan Strata 2 Strata 1 Diploma SLTA SLTP SD Lainnya Jumlah
Jumlah (orang) 18 45 13 45 2 123
Sumber : Buku Pedoman BPMPPT Kota Bandung Tahun 2009
Berikut peneliti akan menguraikan data pegawai berdasarkan jenis kelamin. Karena jenis kelamin juga menentukan jabatan peran pegawai di kantornya. Data tersebut dapat dilihat sebagai berikut : TABEL 3.5 DATA PEGAWAI BERDASARKAN JENIS KELAMIN No 1 2
Jenis Kelamin
Jumlah (orang) 94 29 123
Laki-laki Perempuan Jumlah
Sumber : Buku Pedoman BPMPPT Kota Bandung Tahun 2009
b). Fasilitas Kerja Pegawai Setiap Ruangan Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung Fasilitas kerja pegawai merupakan alat penunjang yang sangat penting dalam usaha memperlancar kegiatan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan kerja pada Kantor Badan penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung akan terhambat pelaksanaannya apabila tidak ditunjang oleh fasilitas kerja yang memadai. Fasilitas kerja tersebut merupakan segala sesuatu yang dipergunakan
baik
secara
langsung
maupun
tidak
langsung
berhubungan dengan pekerjaan maupun kelancaran pelaksanaan kerja. Karenanya,
fasilitas
kerja
yang
mendorong
pegawai
bekerja
berdasarkan prestasi kerja yang baik, sehingga dalam melaksanakan pekerjaan dapat diwujudkan dengan meminimalisir tingkat kesalahan dan keterlambatan.
Fasilitas kerja yang terdapat di Kantor Badan penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung yang menunjang pelaksanaan kerja dapat dilihat pada tabel berikut : TABEL 3.6
FASILITAS KERJA PADA RUANGAN KA SUB BAG KEPEGAWAIAN/UMUM Jenis Merk/ Model Bahan Tahun Jumlah No Barang/ Pembuatan/ Barang Nama pembelian Register Barang 1 2 3 4 5 6 1 Meja Biro Metal Horse Kayu 2008 1 Pimpinan 2 Kursi Stainles 2008 1 pimpinan 3 Kursi biru Chitose Stainles 2007 2 4 Laptop/note HP Compaq 2008 1 book Presario V3000 5 Printer Canon Pixma IP 2007 1 4500 6 Pesawat Panasonic 2008 1 telepon 7 Piling Besi 2008 2 kabinet
Kondisi Barang
7 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Sumber : Buku Pedoman BPMPPT Kota Bandung Tahun 2009
TABEL 3.7 FASILITAS KERJA PADA RUANGAN SUB BIDANG PELAYANAN DAN PENDAFTARAN
No Jenis Barang/ Merk/ Model Nama Barang 1 2 3 1 Kursi pimpinan 2 Meja ½ Biro Metal horse 3 Pesawat Panasonic telepon 4 Kursi Chitose pimpinan 5 Handycam 6 Laptop -
Bahan
Tahun Jumlah Kondisi Pembuatan/ Barang Barang Pembelian Register 4 5 6 7 Stainles 2008 1 Baik Kayu Plastik
2008 2008
1 1
Baik Baik
Stainles
2007
2
Baik
-
2007 2007
1 1
Baik Baik
Sumber : Buku Pedoman BPMPPT Kota Bandung Tahun 2009
TABEL 3.8 FASILITAS KERJA PADA RUANGAN STAF KEPEGAWAIAN/UMUM
No
Jenis Barang/ Nama Barang
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2 Meja ½ Biro Lemari arsip Lemari kaca Jam dinding Kursi tamu Kursi putar Monitor CPU Printer Monitor CPU Laptop/Notebook
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Merk/ Model
3 Dhanka Compaq Asus SIM-X Epson C90 Zyrex HP Compaq Acer Travelmate 2500 Kursi Chitose Filing cabinet Pesawat telepon Panasonic KX-T 7630 Mesin Tik Brother Pesawat Panasonic telepon/fax KX-FM 131 TV 29” Samsung Photo Presiden & Wapres Lemari kecit Tempat sampah White Board Magicjare Yongma Magicjare Sanken Magicjare Miyako Mesin photo cofy Canon IR 2016 Vas Bunga Dispenser Miyako Tape Sanex SN 868V
Bahan
4 Kayu Kayu Kayu Kain -
Jumlah Kondisi Tahun Pembuatan/ Barang Barang pembelian Register 5 6 7 2007 16 Baik 2008 2 Baik 2007 2 Baik 2005 1 Baik 2007 1set Baik 2005 13 Baik 2007 1 Baik 2007 1 Baik 2007 1 Baik 2006 1 Baik 2007 1 Baik 2006 1 Baik
-
2006 2005 2007
9 6 1
Baik Baik Baik
-
2007 2006
1 1
Baik Baik
-
2006 2007
1 1set
Baik Baik
Kayu Plastik Milamin -
2006 2008 2007 2007 2007 2007 2007
1 2 1 1 1 1 1
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
-
2007 2007 2007
1 1 1
Baik Baik Baik
Sumber : Buku Pedoman BPMPPT Kota Bandung Tahun 2009
TABEL 3.9 FASILITAS KERJA PADA RUANGAN RAPAT I
Jenis
Barang/
Tahun Jumlah Kondisi Pembuatan/ Barang Barang Pembelian Register 2 3 4 5 6 7 Lemari kayu Kayu 1995 1 Baik White board Kayu 1995 1 Baik Over head projektor Eiki Logam 2002 1 Baik Meja rapat Kayu 2000 1 Baik Kursi lipat Chitos Besi 2004 13 Baik AC Split Toshiba Logam 2000 4 Baik Gambar Kertas 2000 5 Baik Lampu plapon Kaca 2005 12 Baik kayu Sound system Logam 2005 2 Baik Layar OHP Bretford Kain 1 Baik Kursi utama ruang Besi 2006 6 Baik rapat Kursi ruang tunggu Besi 2006 12 Baik Meja audience Kayu 2006 1 Baik Meja rapat Kayu 2006 1 Baik Meja operator Kayu 2006 1 Baik Kursi peserta Besi 2006 14 Baik Kursi peserta & meja Besi 2006 16 Baik Kursi operator Besi 2006 1 Baik PC unit Logam 2006 1 Baik Tempat sampah Plastik 2007 1 Baik
No Nama Barang 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Merk/ Model
Bahan
Sumber : Buku Pedoman BPMPPT Kota Bandung Tahun 2009
TABEL 3.10 FASILITAS KERJA PADA RUANGAN SUB BIDANG PENGOLAHAN PENERBITAN PERIZINAN NON USAHA
No Jenis Barang/ Nama Barang 1 1
4 5
2 Meja biro pimpinan Kursi pimpinan Pesawat telepon Kursi Laptop
6 7
Lemari buku Pot bunga
2 3
Merk/ Model
Bahan
3 Metal horse
4 Kayu
-
Tahun Jumlah Kondisi Pembuatan/ Barang Barang Pembelian Register 5 6 7 2008 1 Baik
Stenles
2008
1
Baik
Panasonic
Plastik
2008
1
Baik
Chitose HP Presariop V3000 -
Stenles -
2007 2008
2 1
Baik Baik
Kayu -
2008 2008
1 1
Baik Baik
Sumber : Buku Pedoman BPMPPT Kota Bandung Tahun 2009
TABEL 3.11 FASILITAS KERJA PADA RUANGAN LOKET PENDAFTARAN IZIN NON USAHA
No
1 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Barang/ Nama Barang 2 Kursi Kursi hadap CPU Vas bunga Pesawat telepon Monitor Printer Monitor no antrian
Merk/ Model
Bahan
Tahun Jumlah Pembuatan/ Barang Pembelian Register
3 -
4 -
5 2006 2008
6 1 3
7 Baik Baik
HP W1707 -
-
2008 2006
1 1
Baik Baik
Panasonic
-
2008
1
Baik
HP W1707 Plasma -
-
2008 2008 2008
1 1 1
Baik Baik Baik
Sumber : Buku Pedoman BPMPPT Kota Bandung Tahun 2009
Kondisi Barang
TABEL 3.12 FASILITAS KERJA PADA RUANGAN SEKPRI KEPALA BPMPPT
Jenis No Barang/ Nama Barang 1 2 1 Meja ½ biro 2 Kursi rapat 3 Dispenser 4 Tempat sampah 5 Kursi 6 Piling kabinet 7 Pesawat telepon 8 Faximile 9
Kaca cermin
Merk/ Model
Bahan
Tahun Jumlah Pembuatan/ Barang Pembelian Register
Kondisi Barang
3 Metal horse Denpoo Lion star
4 Kayu Stenles Plastik Plastik
5 2008 2008 2008 2008
6 2 2 1 2
7 Baik Baik Baik Baik
Chitose
Stenles Besi Plastik
2007 2008 2008
4 1 1
Baik Baik Baik
Panasonic KX- Plastik FT903 Besi kaca
2005
1
Baik
2008
1
Baik
Panasonic
Sumber : Buku Pedoman BPMPPT Kota Bandung Tahun 2009
TABEL 3.13 FASILITAS KERJA PADA RUANGAN SUB BIDANG PENGEMBANGAN SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI Jenis Barang/ Merk/ Model Bahan Tahun Jumlah Kondisi No Nama Barang Pembuatan/ Barang Barang Pembelian Register 1 2 3 4 5 6 7 1 Kursi pimpinan Stenles 2008 1 Baik 2 Meja biro Metal horse Kayu 2008 1 Baik 3 Kursi biru Chitos Stenles 2007 2 Baik 4 Kursi Chitos Stenles 2006 1 Baik 5 Pesawat 2008 1 Baik telepon 6 Lemari besi Brather Besi 2005 1 Baik 7 AC Calbert 2008 1 Baik 8 CPU HP laser jet 2008 1 Baik 3050 9 Laptop HP Compaq 2008 1 Baik perserio V3000 10 Handphone Nokia E90 2008 1 Baik Sumber : Buku Pedoman BPMPPT Kota Bandung Tahun 2009
TABEL 3.14 FASILITAS KERJA PADA RUANGAN KA SUB BAG KEUANGAN
Jenis
Barang/
Tahun Jumlah Kondisi Pembuatan/ Barang Barang Pembelian Register 2 3 4 5 6 7 Kursi pimpinan Stenles 2008 1 Baik Meja pimpinan Metal horse Kayu 2008 1 Baik Kursi pimpinan Chitose Stenles 2006 1 Baik Pesawat telepon Panasonic 2007 1 Baik Laptop/notebook Sony Vaio 2008 1 Baik V3000 Kursi tamu Kayu 2007 1set Baik Monitor Samsung 2007 1 Baik syncmaster 793DF CPU Asus SIM-X 2007 1 Baik Printer Epson CX 2006 1 Baik 5500 Speaker Altex 2007 1set Baik AC Toshiba 2006 1 Baik RAS-09 GKSX Tempat sampah Lion star Plastik 2007 1 Baik
No Nama Barang 1 1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11
12
Merk/ Model
Bahan
Sumber : Buku Pedoman BPMPPT Kota Bandung Tahun 2009
9. Tujuan Dan Sasaran Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung a). Tujuan Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung 1). Meningkatkan sumber daya aparatur yang kompeten dan siap dalam memeberikan pelayanan; 2). Menjalin jejaring kerja yang dapat membentuk hubungan kerjasama antar kota dalam dan luar inventor;
negeri untuk menarik
3). Meningkatkan sistem informasi manajemen pelayanan secara terukur yang dapat memberikan kemudahan dalam penanaman modal dan perizinan; 4). Meningkatkan kepuasan dalam memberikan pelayanan dan kepuasan yang dilayani; 5). Meningkatkan kerja sama investasi melalui kondisi yang kondusif dan peran aktif masyarakat. b). Sasaran Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung 1). Terbentuknya sumber daya aparatur yang memiliki kemampuan pengetahuan
dalam
bidang penanaman
modal,
pelayanan
perizinan usaha dan sistem informasi serta kesekretariatan; 2). Terbentuknya sumber daya aparatur yang memiliki kemampuan keterampilan meliputi ketrampilan dasar pelayanan, dapat merancang kegiatan, dapat melakukan teknis kegiatan dan dapat mengimplementasikan hard ware dan soft ware; 3). Terbentuknya sumber daya aparatur yang memiliki sikap perilaku secara proporsional dalam bidang penanaman modal, pelayanan perizinan usaha dan sistem informasi serta kesekretariatan; 4). Terwujudnya jalinan kesepahaman, kerja sama yang terpadu dan sinkronisasi yang dapat diimplementasikan dibidang penanaman modal, usaha dan sistem informasi serta kesekretariatan;
5). Terwujudnya mekanisme kerja yang mengambarkan sistem manajemen kinerja yang responsif, akuntabel dan transparan; 6). Terciptanya sistem informasi manajemen pelayanan secara terukur dalam bidang penanaman modal, usaha dan sistem informasi serta kesekretariatan; 7). Terwujudnya kepuasan dalam memberikan pelayanan dan kepuasan yang dilayani secara proporsional dalam bidang penanaman
modal,
usaha
dan
sistem
informasi
serta
kesekretariatan; 8). Terbentuknya hubungan kerja sama investasi yang saling menguntungkan dalam bidang penanaman modal, usaha dan sistem informasi serta kesekretariatan; 9). Terwujudnya pelayanan sistem informasi, sistem pengaduan masyarakat pengguna jasa layanan perizinan serta penanaman modal secara mudah dan transparan; 10). Tersedianya sarana dan prasarana serta personil bidang pengelolaan dokumen pelayanan perizinan dan investasi. 10. Fasilitas Dan Layanan Penting Lainnya Dari Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung a). Prinsip Pelayanan Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung 1).
Kesederhanaan
2).
Kejelasan
3).
Kepastian waktu
4).
Akurasi
5).
Keamanan
6).
Tanggung jawab
7).
Kelengkapan sarana dan prasarana;
8).
Kemudahan akses
9).
Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan
10). Kenyamanan b). Jenis Pelayanan Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung Pelayanan perizinan yang diberikan meliputi pemberian perizinan baru, perubahan perizinan, perpanjangan/her-registrasi/daftar ulang perizinan, dan pemberian salinan perizinan yang terdiri dari : Jenis
Pelayanan
Perizinan
dalam
pemanfaatan
tata
ruang/perizinan non usaha. 1). Izin Lokasi 2). Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) 3). Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 4). Izin Pemancangan Tiang Pancang Jembatan Penyebrangan Orang (JPO)/Reklame 5). Izin Pembuatan Jalan Masuk Pekarangan 6). Izin Pembuatan Jalan Masuk Kompleks Perumahan, Pertokoan dan yang sejenisnya
7). Izin Penutupan/Penggunaan Trotoar, Berm dan Saluran 8). Izin Pematangan Lahan/Tanah 9). Izin Pengambilan Air Bawah Tanah 10).Izin Penggalian Daerah Milik Jalan (DaMiJa) 11).Izin Pengambilan Air Permukaan 12).Izin Pembuangan Air Buangan Ke Sumber Air 13).Izin Perubahan Alur, Bentuk, Dimensi dan Kemiringan Dasar Saluran/Sungai 14).Izin Perubahan atau Pembuatan Bangunan dan Jaringan Pengairan Serta Penguatan Tanggul yang dibangun oleh masyarakat 15).Izin Pembangunan Lintasan yang berada di bawah/ di atasnya 16).Izin Pemanfaatan Bangunan, Pengairan dan Lahan pada daerah Sempadan dan Saluran/Sungai 17).Izin Pemanfaatan Lahan Mata Air dan Lahan Pengairan Lainnya
Jenis pelayanan Perizinan operasi usaha/perizinan usaha. 1).
Izin Gangguan/Izin Tempat Usaha
2).
Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
3).
Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
4).
Tanda Daftar Gudang
5).
Tanda Daftar Industri
6).
Izin Usaha Industri
7).
Izin Trayek
8).
Izin Usaha Jasa Kontruksi
9).
Izin Pengelolaan Tempat Parkir
10). Izin Usaha Kepariwisataan 11). Izin Jasa Titipan 12). Izin Penyelengaraan Reklame 13). Izin Usaha Angkutan
c). Cara Pencapaian Sasaran Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung 1). Memberikan fasilitas dan kemudahan untuk mengembangkan kemampuan pengetahuan da keterampilan bagi aparatur meliputi managerial skill dan technical skill; 2). Memberikan fasilitas kesejahteraan bagi aparatur dengan berbasis kinerja; 3). Membentuk stanndar manajemen pelayanan sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001-2000; 4). Memfasilitasi dan melengkapi sarana dan prasarana pelayanan yang disesuaikan standar manajemen pelayanan; 5). Mengembangkan transparansi dan akuntabilitas layanan dalam bidang penanaman modal, pelayanan perizinan usaha dan sistem informasi serta kesekretariatan.
d). Kontrol Dari Masyarakat Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kota Bandung memberikan akses kepada masyarakat untuk mengontrol aktivitas sebagai berikut : 1). Memberikan akses kepada pemohon untuk memantau (proses) perizinan yang sedang diajukan melalui internet melalaui internet maupun handphone; 2). Menyediakan
layanan
pengaduan
melalui
internet
maupun
handphone (sms gateway); 3). Melaksanakan survey kepuasan pelanggan secara berkala melalui internet maupun handphone (sms gateway). e). Informasi Persyaratan, Biaya, Dan Prosedur Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kota Bandung memberikan informasi yang berkaitan dengan persyaratan, biaya, dan prosedur berikut : 1). Tersedianya papan informasi biaya, persyaratan, dan prosedur di ruang-ruang publik (ruang tunggu); 2). Tersedianya informasi biaya (nilai dan tatacara perhitungannya), persyaratan dan prosedur melalui website, mobile service, dan computer touch screen;
3). Adanya petugas khusus informasi yang siap sedia melayani dengan ramah dan professional. f). Mekanisme Dan Alur Proses Perizinan Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung membuat mekanisme dan alur proses perizinan untuk mempermudah masyarakat dalam penyelesaian proses perizinan dan dengan siapa mereka harus terlebih dahulu menghadap atau masyarakat temui.
GAMBAR 3.6 MEKANISME UMUM PELAYANAN PERIZINAN BARU DAN PERUBAHAN BPMPPT KOTA BANDUNG MENCARI INFORMASI
MEMBERIKAN INFORMASI ADM DAN TEKNIS, MENYERAHKAN FORMULIR
MENGISI FORMULIR & MELENGKAPI PERSYARATAN
MENERIMA DATA & MEMERIKSA BERKAS TIDAK
YA LENGKAP
PERLU TIM TEKNIS
PERENCANAAN & PENJADWALAN PEMERIKSA TEKNIS
PEMERIKSAAN LAPANGAN
SKPD/SKP DAERAH
MENERIMA PEMBAYARAN & MENYERAHKAN BUKTI PEMBAYARAN
BUKTI PEMBAYARAN
SESUAI
MEMBUAT SURAT PENOLAKAN/PENA NGGUHAN
PERCETAKAN IZIN DAN PERHITUNGAN SKPD/SKP DAERAH
TANDA TANGAN
PENOLAKAN/PENA NGGUHAN
PENOMORAN
IZIN & SKPD/SKP DAERAH
MENYERAHKAN IZIN
IZIN
MENYERAHKAN SKPD/SKP DAERAH
GAMBAR 3.7
PERPANJANGAN DAN PEMBERIAN SALINAN PERIZINAN BADAN PENANAMAN MODAL PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA BANDUNG MENCARI INFORMASI
MEMBERIKAN INFORMASI ADM DAN TEKNIS, MENYERAHKAN FORMULIR
MENGISI FORMULIR
MENERIMA DATA & MEMERIKSA BERKAS
TIDAK PERCETAKAN IZIN DAN PERHITUNGAN SKPD/SKP DAERAH
LENGKAP
TANDA TANGAN
PENOMORAN
IZIN & SKPD/SKP DAERAH
YA RESI
MENYERAHKAN SKPD/SKP DAERAH
SKPD/SKP DAERAH MENERIMA PEMBAYARAN & MENYERAHKAN BUKTI PEMBAYARAN
BUKTI PEMBAYARAN
MENYERAHKAN IZIN
IZIN
11. Pelayanan Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kota Bandung Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) memiliki tiga jenis proses pelayanan. Pelayanan tersebut menjelaskan bagaimana proses pelayanan yang terjadi di Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT). Ketiga proses pelayanan tersebut akan lebih dijelaskan dalam penjabaran di bawah ini. a). Pelayanan Paralel Pelayanan perizinan dapat berupa satu perizinan atau mencakup lebih dari satu jenis izin atau izinan paralel. Pemprosesan layanan perizinan paralel dilakukan secara terpadu dan bersamaan dengan ketentuan sebagai berikut: 1). Satu permohonan berlaku untuk segala jenis perizinan yang dimohon; 2). Satu proses pemeriksaan dan peninjauan lapangan dilakukan untuk kepentingan semua jenis perizinan yang dimohon; 3). Setiap kelengkapan persyaratan digunakan untuk semua jenis perizinan yang dimohon. b). Pelayanan Pengaduan Dalam upaya memberikan layanan yang baik kepada masyarakat, khususnya masyarakat pengguna izin, Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) membuka loket
khusus pengaduan masyarakat yang memiliki fungsi menerima laporan mengenai adanya keluhan baik secara lisan, tulisan atau media. c). Pelayanan Langsung Kepada Masyarakat (Direct Service) Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) memberikan layanan langsung kepada masyarakat meliputi berikut : 1). Membangun website sebagai sarana informasi dan aplikasi perizinan yang dapat diakses oleh masyarakat kapan pun dan dimana pun dengan menggunakan handphone atau internet (www.bpmppt.bandung.go.id); 2). Tersedianya mobil service. 12. Izin Mendirikan Bangunan Di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung a. Dasar Hukum 1). Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 14 Tahun 1998 tentang Bangunan Di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung; 2). Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 24 Tahun 1998 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; 3). Keputusan Walikota Bandung Nomor 640/Kep.554-Huk/2004 tentang Harga Dasar Bangunan Dan Tarif Ongkos Bongkar Bangunan.
b. Sasaran/Objek Setiap orang atau badan hukum yang mendirikan bangunan dan atau bangun-bangunan. Yang termasuk jenis bangun-bangunan adalah: 1). Pagar; 2). Menara; 3). Bangunan; 4). Bangunan reklame; 5). SPBU; 6). Kolam renang; 7). Lapangan olah raga terbuka; 8). Instalasi pengolahan air; 9). Perkerasan halaman; 10). Turap (tembok penahan tanah); 11). Sumur; 12). Instalasi/utilitas; 13). Jembatan; 14). Reservoar. c. Masa Berlaku Selama bangunan berdiri dan tidak mengalami perubahan. d. Persyaratan 1). Untuk Bangunan Rumah Tinggal a). Mengisi dan menandatangani formulir permohonan; b). Photo copy bukti pemilikan tanah;
c). Salinan akta pendirian untuk pemohon badan hukum; d). Surat pernyataan/perjanjian penggunaan tanah bagi pemohon yang menggunakan tanah bukan miliknya; e). Surat kuasa pengurusan apabila dikuasakan; f). IPPT; g). Gambar rencana teknis bangunan skala 1 : 100 (4 rangkap); h). Gambar dan perhitungan konstruksi beton/baja apabila bertingkat (2 rangkap); i). Gambar instalasi listrik, air minum, air kotor, dsb; j). Photo copy KTP; k). PBB tahun terakhir. 2). Untuk Bangunan Bukan Rumah Tinggal a). Mengisi dan menandatangani formulir permohonan; b). Photo copy bukti pemilikan tanah; c). Salinan akta pendirian untuk pemohon badan hukum; d). Surat pernyataan/perjanjian penggunaan tanah bagi pemohon yang menggunakan tanah bukan miliknya; e). Surat kuasa pengurusan apabila dikuasakan; f). IPPT; g). Gambar rencana teknis bangunan skala 1 : 100 (4 rangkap); h). Gambar dan perhitungan konstruksi beton/baja apabila bertingkat (2 rangkap); i). Gambar instalasi listrik, air minum, air kotor, dsb;
j). Hasil ppnelitian tanah untuk bangunan besar dan atau bertingkat 3 atau lebih dan/atau terletak di daerah yang struktur rawan bertingkat; k). Photo copy KTP; l). PBB tahun terakhir. e. Jangka Waktu Penyelesaian Maksimal 12 hari kerja setelah pemohon memenuhi persyaratan. f. Biaya Besar tarif retribusi bangunan, meliputi : Bangunan 1 (satu) lantai : Luas x Tarif Dasar x 1% a). Bangunan >1 lantai
: Luas x Tarif Dasar x koefisien x1%
b). Perbaikan bangunan
: Luas x Tarif Dasar x 0,5%
c). Pembongkaran bangunan : Luas x Tarif Ongkos Bangunan vertikal > 5 M
: dianggap 2 (dua) lantai
Koefisien lantai a). Basement
: 1,200
b). Lantai dasar
: 1,000
c). Lantai II
: 0,090
d). Lantai III
: 1,120
e). Lantai IV
: 1,135
f). Lantai V
: 1,162
g). Lantai VI
: 1,197
h). Lantai VII
: 1,236
i). Lantai VIII
: 1,265
j). Selanjutnya ditambah 0,03 untuk setiap kenaikan 1 (satu) lantai. 13. Gambaran Umum motivasi dan Kinerja Pegawai Di Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu a). Gambaran Umum Motivasi Gambaran
umum
pelaksanaan
motivasi
pada
Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung, sebagai berikut : 1). Prinsip Partisipasi Prinsip partisipasi yang dilakukan oleh kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung dalam memotivasi karyawan dirasakan sudah cukup baik. Hal tersebut dilihat dari keterlibatan pegawai dalam proses penyelesaian pekerjaan yang dibebankan kepada mereka. 2). Prinsip Komunikasi Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota
Bandung
belum
sepenuhnya
melaksanakan
prinsip
komunikasi, hal tersebut dilihat dari pekerjaan pegawai yang masih belum rapi dan belum lengkap seperti tidak lengkapnya data pegawai setiap bidang dan pegawai tersebut termasuk golongan berapa.
3). Prinsip Mengakui Andil Bawahan Prinsip mengakui andil bawahan belum sepenuhnya dilakukan oleh Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung, seperti halnya tidak ada pujian kepada pegawai yang bekerja dengan baik sedangkan sedikit pujian saja akan membuat pegawai menjadi merasa dihargai sehingga diduga akan membuat pegawai menjadi termotivasi. 4). Prinsip Pendelegasian Wewenang Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota
Bandung
telah
menjalankan
prinsip
pendelegasian
wewenang, hal tersebut dilihat dari Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung yang menyerahkan sebagian dari wewenangnya seperti jika ada tamu yang ada kepentingan ke Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung mereka tidak langsung ketemu dengan Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung tetapi hanya menemui Kepala Sub Bagian (KASUBAG) Umum dan Kepegawaian dan setiap pelayanan telah dibagi berdasarkan bidangnya masing-masing, seperti ingin mengurus surat izin mendirikan bangunan langsung datang kebidang pendaftaran dan pelayanan izin non usaha.
5). Prinsip Memberikan Perhatian Kepala BPMPPT Kota Bandung dirasakan sudah memberikan perhatian kepada pegawai seperti adanya pelatihan dan pendidikan kepada pegawai untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan pegawai terhadap pekerjaannnya. b). Gambaran Umum Kinerja Pegawai Dibawah ini akan dijelaskan gambaran umum mengenai kinerja pegawai pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung, sebagai berikut : 1). Kualitas Kerja (Quality of work) Gambaran
umum
dalam
pelaksanaan
pekerjaan
untuk
meningkatkan kinerja pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung pada umumnya belum mendapatkan kualitas kerja yang baik. Hal tersebut diketahui dari hasil kerja yang masih belum rapi seperti pengklasifikasian kearsipan Izin Mendirikan Bangunan belum tersusun secara secara rapi di almari tetapi bertumpuk di atas meja, sehingga tercampur dengan surat-surat izin yang lain dan akan membuat pegawai menjadi sulit untuk mencarinya. 2). Ketetapan Waktu (Pomptnees) Pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung dirasakan sudah bekerja sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan atau dijadwalkan, bahkan pegawai
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung telah bekerja lebih dari waktu yang telah ditetapkan hanya untuk membuat pemohon tidak kecewa seperti seharusnya bekerja sampai jam 4 sore atau jam 16.00 tapi karena masih ada pemohon yang belum mendapatkan pelayanan sehingga pegawai menambah waktu kerja sampai jam 04.30 sore atau jam 16.30. 3). Inisiatif (Initiative) Gambaran umum kinerja pegawai dalam hal inisiatif dirasakan masih kurang terutama dalam melaksanakan tugas sering menunggu perintah dari atasan, misalnya untuk merapikan mapmap surat izin pegawai menunggu perintah dari atasan dulu baru bekerja. 4). Kemampuan (Capability) Pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung dirasakan sudah bekerja berdasarkan kemampuan mereka seperti petugas dalam pelayanan di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung mampu dalam melaksanakan pekerjaannya dalam melayani pemohon atau masyarakat. Pegawai mampu menjelaskan dengan sabar kepada pemohon atau masyarakat yang kurang mengerti tentang prosedur penyelesaian izin mendirikan bangunan.
5). Komunikasi (Communication) Pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
Kota
Bandung
dirasakan
sudah
melakukan
komunikasi dengan semestinya, seperti contoh pegawai selalu berkomunikasi dengan ramah kepada setiap pemohon atau masyarakat yang ingin mengurus pelayanan dan setiap pemohon selalu disapa dengan ramah dan ditanggapi dengan sopan. Malahan ada masyarakat yang menanyakan ruangan atau menanyakan tempat salah satu di gedung Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung, maka mereka menjawabnya dengan lemah lembut.
B. Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data Dan Teknik Analisis Data 1. Metode Penelitian Metode
penelitian
yang
digunakan
peneliti
adalah
metode
Eksplanatory Survey yaitu bahwa penelitian penjelasan isi menyoroti hubungan antar variabel-variabel penelitian dan mengkaji hipotesis yang telah disusun sebelumnya. Karena itu penelitian disebut juga sebagai testing research meskipun urainnya juga mengandung deskripsi tetapi fokusnya diarahkan pada penjelasan hubungan antar variabel. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Penelitian Kepustakaan Suatu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari atau mengkaji permasalahan melalui buku-buku, dokumen-dokumen, literaturliteratur, atau peraturan-peraturan sebagai pegangan peneliti dalam menetukan teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
b. Penelitian Lapangan 1.
Observasi non-partisipan, yaitu suatu teknik pengumpulan data dan informasi dengan jalan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti, namun peneliti tidak terlibat langsung dalam proses kerja yang dilakukan oleh pegawai Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kota Bandung.
2.
Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data informasi dengan jalan mengadakan tanya jawab langsung dengan dan Kepala Bidang Perizinan Non Usaha Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kota Bandung.
3.
Angket adalah teknik pengumpulan data dan informasi dengan cara menyebarkan pertanyaan secara tertulis kepada responden yang disertai
alternatif
jawabannya
guna
memperoleh
keterangan-
keterangan sehubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam menentukan responden peneliti menggunakan teknik skala ordinal yaitu dengan memberikan skor pada pertanyaan positif dan negatif. Guna angket ini adalah untuk mendapatkan jawaban sekitar masalah yang sedang diteliti mengenai Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja
Pegawai di Bidang Perizinan Non Usaha Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung dengan studi kasus Penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan. 4.
Populasi adalah sekumpulan unit observasi, dimana unit yang diteliti adalah Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kota Bandung dan populasi sasaran adalah Bidang Perizinan Non Usaha.
5.
Anggota populasi yaitu keseluruhan pegawai di Bidang Peizinan Non Usaha Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kota Bandung.
6.
Teknik Teknik sampling. Peneliti menggunakan teknik sampling Non Probability
Sampling.
Untuk
menentukan
sampel
peneliti
menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007:47) dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan keperluan penelitian. Artinya, setiap unit/individu yang diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu. Peneliti mengambil sampel sebanyak 42 responden dari 104 orang pegawai Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung, yang terdiri dari :
TABEL 3.15 JUMLAH SAMPEL No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Responden Pegawai Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Pegawai Sub Keuangan dan Program Pegawai Sub Bidang Pelayanan dan Pendaftaran Izin Non Usaha Pegawai Sub Bidang Pengolahan dan Penerbitan Izin Non Usaha Pegawai Sub Bidang Pengembangan Sistem TI Pegawai Sub Bidang Pelayanan Informasi dan Pengaduan Jumlah
Jumlah 8 orang 7 orang 9 orang 9 orang 4 orang 5 orang 42 orang
3. Teknik Analisis Data a). Pengolahan Data Hasil jawaban-jawaban angket disebarkan kepada responden, merupakan data yang kemudian diolah menjadi informasi. Proses pengolahan data melalui fase editing yaitu mengumpulkan, memeriksa data dari hasil wawancara dan angket, apakah sudah lengkap atau tidak, terjadi kesalahan mengisi, atau kesalahan mencari tanda. Langkah berikutnya yaitu memberi kode atau disebut pola koding, dengan menetapkan skor atau bobot nilai pada hasil jawaban angket. Langkah terakhir untuk mempermudah proses pengelolaan dan dilakukan dengan menyusun data dalam bentuk tabel (Tabulasi Tanda) berupa daftar skor jawaban angket dari setiap variabel. Jawaban yang paling mendukung (pernyataan positif) diberi bobot lebih tinggi dibanding dengan jawaban yang tidak mendukung (pernyataan negatif). Untuk lebih jelasnya, peneliti akan melihat bobot/nilai dari setiap alternatif jawaban. Skala pengukuran
untuk kedua variabel tersebut menggunakan skala ordinal dengan teknik Likert’s. Untuk lebih jelas, kita akan melihat skor dari setiap alternatif jawaban, yaitu sebagai berikut : TABEL 3.16 SKOR JAWABAN ANGKET JAWABAN SS ( Sangat Setuju )
Skor Positif 5
Skor Negatif 1
S (Setuju)
4
2
TP (Tanpa Pendapat)
3
3
TS (Tidak Setuju)
2
4
STS (Sangat Tidak Setuju)
1
5
b). Analisis Data Analisis yang digunakan peneliti dalam pengolahan data yang terdiri dari dua variabel yaitu Motivasi dan Kinerja Pegawai dengan menggunakan skala ukur ordinal, maka untuk menguji validitas koefisien menggunakan rumus Reank Spearman, yaitu sebagai berikut : 1). Jika ada data kembar
n + 1 R( xi )R( yi ) − n ∑ 2 i =1 2 2 n 2 n + 2 n 2 n + 1 ( ) ( ) R xi − n R yi − n ∑ 2 2 ∑ i =1 i =1 n
rs =
2
Sumber : Sugiyono “Metode Penelitian Administrasi” (1999:12)
Keterangan: rs
= Koefisien korelasi Rank Spearman
R (Xi) = Rank pada X untuk data ke-i R (Yi) = Rank pada Y untuk data ke-i N
= Banyaknya sample
2). Jika tidak ada data kembar n
rs = 1 −
6∑ d i2 i =1
n3 − n
Staitistik Ujinya : Apabila n> 50 Z = rs n − 1
Tolak H 0 apabila Z > Z 0
atau
t = rs
n−2 1 − rs
Tolak H 0 apabila t > t1−α ; n − 2
Apabila n < 50, dipergunakan rs > rtabel ,
rtabel diperoleh dari tabel
korelasi rank spearman(Siegel and Castellan). Reliabilitas menunjukkan pada pengertian bahwa suatu instrument cukup dipercaya digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Instrument yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan pada responden untuk memilih jawaban tertentu. Proses data selanjutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan rumus regresi linear sederhana. Rumus yang digunakan
menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007:187) dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif dengan tujuan untuk melihat pengaruh X terhadap Y dengan rumus sebagai berikut : Ŷ = α + βΧ
Dari rumus regresi sederhana tersebut, harga α dan β dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : Ŷ
= subjek/nilai dalam variabel dependen yang diprediksikan.
α
= konstanta (harga Y bila X=0).
β
= angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan
atau
penurunan
variabel
dependen
yang
didasarkan pada hubungan nilai variabel independen. Bila (+) maka naik, bila (-) maka terjadi penurunan. X
= subjek variabel independen yang mempunyai nilai tertentu. Setelah melakukan pengujian hipotesis dan hasilnya signifikan,
maka untuk menetukan keeratan hubungan digunakan kriteria Guilford dalam Sitepu (1995:12), sebagai berikut : ≥ 0,00 → < 0,20 : hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan ≥ 0,20 → < 0,40 : hubungan yang kecil (tidak erat)
≥ 0,40 → < 0,70 : hubungan yang moderat ≥ 0,70 → < 0,90 : hubungan yang erat ≥ 0,90 → < 1,00 : hubungan yang sangat erat Istilah Analisis Adapun istilah-istilah statistik yang digunakan antara lain : 1. Titik krisis, titik yang digunakan untuk pengertian batas yang signifikan dan non signifikan tentang nilai yang telah dihitung setelah ditentukan berapa jumlah N. 2. Signifikan yaitu data yang mempunyai makna maksudnya dalam suatu item hasil perhitungan suatu korelasi antara skor item dengan totalnya menunjukkan koefisien yang signifikan artinya hasil perhitungan tadi mempunyai makna. 3. Alpha (α) tingkat keabsahan validitas atau disebut derajat kepercayaan (simpangan baku) misalnya α = 0,05 artinya tingkat kepercayaan 95%, apabila terjadi kekeliruan atau kesalahan dalam menganalisis data dapat ditolerir sebesar 5%. Dalam ilmu sosial umumnya menggunakan α = 0,05. 4. Betha (β) adalah lambang dari korelasi sebagai simbol untuk mengetahui adanya pengaruh yang erat antara kedua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). 5. Untuk menganalisis item kriteria yang digunakan menurut Muller, yaitu: Jika rs > item dapat digunakan.
Jika rs=0 item tidak dapat digunakan. Jika rs<0 item diperbaiki. d). Operasionalisasi Variabel Operasionalisasi Variabel merupakan penjelasan dan pengertian teoritis variabel untuk dapat diteliti dan diukur. Adapun variabelvariabel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Motivasi sebagai variabel bebas (variabel X) dan kinerja pegawai sebagai variabel terikat (variabel Y).
TABEL 3.17 OPERASIONALISASI VARIABEL BEBAS MOTIVASI Variabel Motivasi
Dimensi
Indikator
Item +
-
1. Prinsip partisipasi
a. Ikut berpartisipasi b. Mengajukan ide-ide
2 4
35 33
2. Prinsip komunikasi
a. Usaha pencapaian tugas b. Informasi yang jelas
6 8
31 29
a. Memuji pegawai b. Memberikan penghargaan
10 12
27 25
a. Pemberian wewenang b. Memberikan kepercayaan
14 16
19 21
a. Pemimpin memberikan perhatian apa yang diinginkan dan dibutuhkan pegawai
18
23
3. Prinsip mengakui andil bawahn 4. Prinsip pendelegasian wewenang
5. Prinsip memberikan perhatian
Sumber : A. A. Anwar Prabu Mangunegara (2002:100) dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan dengan modifikasi peneliti.
Variabel Kinerja
TABEL 3.18 OPERASIONALISASI VARIABEL TERIKAT KINERJA PEGAWAI Dimensi Indikator 1. Kualitas kerja (Quality of work)
a. Cermat dan teliti b. Kerapihan pekerjaan
Item + 20 17 22 15
2. Ketepatan waktu (Pomptnees)
a. Selesai tepat waktu b. Pemanfaatan waktu
24 26
13 11
3. Inisiatif (Initiative)
a. Mempunyai kesadaran diri untuk melakukan sesuatu
28
9
4. Kemampuan (Capability)
a. Keterampilan pegawai b. Profesionalisme
30 32
7 5
5. Komunikasi (Communication)
a. Mengkomunikasikan pekerjaan b. Meningkatkan gairah kerja
34
3
36
1
Sumber : T. R. Mitchel dalam buku sedarmayanti (2001:51) yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia dan produktivitas Kerja dengan modifikasi peneliti
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung (Studi Proses Penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan) 1. Analisis Kuantitatif Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota
Bandung
(Studi
Proses
Penyelesaian
Izin
Mendirikan
Bangunan) Pelaksanaan analisis yang dilaksanakan dalam menyusun skripsi ini yaitu dengan jenis angket yang bersifat tertutup, dimana pernyataan yang disusun dan telah disediakan beberapa alternatif jawaban, sehingga dari setiap angket diperoleh jawaban yang menggambarkan kedua variabel, semestinya variabel motivasi maupun variabel kinerja pegawai. Untuk analisis angket tersebut, terlebih dahulu hasil angket dianalisis dengan memberikan skor pada masing-masing pernyataan yang ada dalam angket. Peneliti melakukan pengujian tingkat validitas (kesohihan, vaidity) untuk mengetahui apakah angket yang di berikan kepada responden benar-benar dapat mengukur apa yang sedang diukur. Jumlah angket yang diterima peneliti sebanyak 42 angket, kemudian angket yang terkumpul diperiksa dan diberi skor kemudian dilanjutkan dengan uji validitas instrumen.
Langkah selanjutnya dilakukan analisis item/uji validitas yang dihitng dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS), kegunaannya adalah untuk memeriksa apakah data skor angket tersebut memiliki syarat untuk analisis selanjutnya atau tidak, jika tidak maka data tersebut perlu di drop (dikeluarkan/tidak diiku sertakan dalam analisis selanjutnya). Adapun rumus yang dipakai untuk menganalisis item tersebut peneliti dengan menggunakan adalah rumus Reank Spearman untuk menguji validitas data, dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 1). Jika ada data kembar
n + 1 ∑ R(xi )R( yi ) − n n
rs =
2
i =1
n 2 n + 2 ∑ R ( xi ) − n i =1 2
2
2
2 n 2 n + 1 ∑ R ( yi ) − n i =1 2
Sumber : Sugiyono “Metode Penelitian Administrasi” (1999:12) Keterangan: rs
= Koefisien korelasi Rank Spearman
R (Xi) = Rank pada X untuk data ke-i R (Yi) = Rank pada Y untuk data ke-i N
= Banyaknya sample
2). Jika tidak ada data kembar
n
rs = 1 −
6∑ d i2 i =1
n3 − n
Staitistik Ujinya : Apabila n> 50 Z = rs n − 1
Tolak H 0 apabila Z > Z 0
atau
t = rs
n−2 1 − rs
Tolak H 0 apabila t > t1−α ; n − 2
a. Uji validitas Motivasi Analisis kedua variabel berdasarkan hasil angket yang telah disebarkan secara langsung kepada responden. Jumlah angket yang peneliti sebarkan sebanyak 42 orang responden, serta angket terdiri dari 18 item pernyataan. Setelah angket terkumpul, data-data tersebut diolah kedalam bentuk tabel daftar skor jawaban angket yang dapat dilihat pada tabel 25 sebagai berikut :
TABEL 4.19 DAFTAR SKOR ANGKET VARIABEL BEBAS ( X ) MOTIVASI Total No No Item Variabel Bebas Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 Jumlah
4 4 2 4 3 2 2 3 2 4 4 4 5 4 4 5 3 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 5 4 4
4 4 3 4 4 2 2 5 2 4 5 4 5 4 5 5 3 3 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 3 4 2 4 4 4 4 5 3
4 5 2 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4
4 4 3 4 4 3 3 5 3 4 4 5 5 5 4 2 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
2 2 2 4 4 2 2 3 2 3 4 2 5 1 2 5 4 2 5 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 4 5 4 4 4 2 2 2 4 5 4 5 2
4 4 3 5 3 2 2 5 2 5 5 5 5 3 4 3 3 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 5 5 5 4
4 4 2 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 2 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 5 5
4 2 2 4 4 2 2 3 2 4 3 4 2 2 4 2 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 3 4 4 2 2 4 4 4 3 4 5
4 4 3 4 4 2 2 4 2 5 5 5 5 2 4 2 3 5 3 5 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 5
4 4 2 4 4 2 2 4 2 4 4 4 5 4 5 4 3 2 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
4 4 2 4 3 3 3 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 5
4 3 3 4 3 2 2 4 2 4 4 4 5 4 4 2 3 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 2 5 5
4 4 2 4 3 2 2 4 2 5 4 5 5 2 4 2 3 2 5 5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 2 2 4 4 4 4 5 5
2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 4 2 1 1 2 2 2 4 1 1 2 2 4 3 5 5 4 5 2 2 4 5 4 4 2 2 2 5 4 4 1 1
4 4 2 4 3 3 3 4 2 4 4 4 5 4 4 2 4 1 5 5 4 4 4 4 4 4 2 5 4 4 4 5 4 4 3 3 4 4 4 4 5 5
4 4 2 4 4 2 2 4 2 4 4 4 5 4 4 5 4 1 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
4 4 2 4 3 2 2 4 2 4 4 4 1 4 4 5 3 2 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 5 5
4 4 3 4 3 2 2 4 2 4 4 4 5 4 4 5 3 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 5
68 66 42 72 63 42 42 71 41 73 75 72 77 60 71 62 60 59 82 78 72 73 73 75 75 76 64 78 74 71 74 70 72 69 61 52 64 74 74 67 79 76 2839
Berikut ini adalah tabulasi korelasi skor item dengan menggunakan program Statistic Product And Service Solutions (SPSS) : TABEL 4.20 TABULASI KORELASI SKOR ITEM DENGAN SKOR TOTAL INSTRUMEN PADA VARIABEL MOTIVASI No Butir Koefisien p-value Keterangan Instrumen Korelasi X_1 0.556 0.000 Valid X_2 0.647 0.000 Valid X_3 0.498 0.001 Valid X_4 0.663 0.000 Valid X_5 0.642 0.000 Valid X_6 0.685 0.000 Valid X_7 0.507 0.001 Valid X_8 0.567 0.000 Valid X_9 0.569 0.000 Valid X_10 0.659 0.000 Valid X_11 0.436 0.004 Valid X_12 0.795 0.000 Valid X_13 0.805 0.000 Valid X_14 0.070 0.661 Tidak Valid X_15 0.791 0.000 Valid X_16 0.562 0.000 Valid X_17 0.656 0.000 Valid X_18 0.666 0.000 Valid Sumber : Data kuesioner yang telah diolah Tahun 2009 Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat bahwa indikator 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, dan pernyataan 18 yang valid sehingga bisa digunakan untuk analisis selanjutnya dan yang tidak bisa dilanjutkan ke analisis berikutnya, yaitu indikator 14 dinyatakan tidak valid sehingga tidak bisa digunakan untuk analisis selanjutnya.
Berikut ini dapat diuraikan pembahasan mengenai gambaran sikap responden terhadap Motivasi pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung melalui diagram tahapan kuartil dengan ketentuan sebagai berikut : Alternatif jawaban menggunakan skala ordinal dalam lima alternatif dan setiap jawaban diberi skor dengan ketentuan jawaban tertinggi 5 dan jawaban terendah diberi bobot nilai 1. Total skor dapat dihitung, sebagai berikut a. Total skor terendah, yaitu : 18 item x 42 responden x 1 (nilai skor) = 756 b. Total skor rendah, yaitu : 18 item x 42 responden x 2 (nilai skor) = 1512 c. Total skor sedang, yaitu : 18 item x 42 responden x 3 (nilai skor) = 2268 d. Total skor tinggi, yaitu : 18 item x 42 responden x 4 (nilai skor) = 3024 e. Total skor tertinggi, yaitu : 18 item x 42 responden x 5 (nilai skor) = 3780 Hasil perhitungan angket dari variabel motivasi adalah 2839, sehingga apabila digambarkan secara tahapan kuartil dapat dilihat sebagai berikut :
Terendah
756
Rendah
Sedang
1512
2268
Tinggi
2839 3024
Tertinggi
3780
GAMBAR 4.8 SIKAP RESPONDEN TERHADAP MOTIVASI Gambar 8 menunjukkan, bahwa sikap responden terhadap variabel Motivasi berdasarkan perhitungan total skor angket berada pada kategori antara sedang dan tinggi. Analisis dari sikap responden terhadap Motivasi menunjukkan sikap positif, jadi diketahui bahwa Motivasi sudah dijalankan sesuai dengan indikator-indikator Motivasi. b. Uji Validias Kinerja Pegawai Analisis variabel pencapaian target berdasarkan hasil angket yang telah disebarkan secara langsung kepada responden. Jumlah angket yang peneliti sebarkan untuk 42 orang responden, serta angket terdiri dari 18 item pernyataan. Setelah angket terkumpul, data-data tersebut diolah ke dalam bentuk Tabel Daftar Skor Jawaban Angket yang dapat dilihat pada tabel 27 sebagai berikut:
TABEL 4.21 DAFTAR SKOR ANGKET VARIABEL TERIKAT ( Y ) KINERJA PEGAWAI NO Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
NO ITEM VARIABEL TERIKAT 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 4 4 4 4 4 2 5 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 2 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 2 5 5 4 1 3 4 2 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 2 4 4 2 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 4 2 2 2 4 4 3 3 4 4 4 4 3 5 4 2 4 4 4 2 2 2 4 4 3 2 4 4 4 4 3 5 5 5 4 3 4 2 5 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 4 2 2 2 4 4 3 3 4 4 3 4 3 5 4 4 4 5 4 2 4 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 5 4 2 5 5 4 5 4 4 3 5 5 4 5 4 4 4 2 5 4 1 5 5 5 4 4 5 2 4 4 5 5 5 5 5 1 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 2 1 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 1 5 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 3 3 5 4 3 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 3 4 2 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 1 4 4 2 1 3 4 3 2 5 2 4 4 4 5 5 5 5 2 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 4 5 2 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 2 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 2 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 3 4 5 2 2 4 2 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 2 4 5 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 2 2 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 3 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 2 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 2 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 5 2 4 4 2 3 3 3 3 4 2 2 3 3 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 3 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 4 4 4 3 3 2 2 4 4 4 4 4 4 3 2 2 4 4 4 4 3 2 2 4 2 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 1 1 1 1 4 2 2 4 5 2 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 2 5 5 1 5 5 5 5 5 5 4 4 4
Total Skor 69 72 62 68 74 62 61 71 61 70 72 71 82 72 75 81 66 55 82 80 77 77 76 80 69 76 69 73 77 79 68 67 72 72 59 57 65 60 67 53 73
42 Jumlah
4 2 4 2 4 1 4 4 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5
72 2944
TABEL 4.22 TABULASI KORELASI SKOR ITEM DENGAN SKOR TOTAL INSTRUMEN PADA VARIABEL KINERJA PEGAWAI No Butir Koefisien p-value Keterangan Instrumen Korelasi Y_19 0.351 0.022 Valid Y_20 0.740 0.000 Valid Y_21 0.515 0.000 Valid Y_22 0.408 0.007 Valid Y_23 0.435 0.004 Valid Y_24 0.038 0.809 Tidak Valid Y_25 0.585 0.000 Valid Y_26 0.585 0.000 Valid Y_27 -0.103 0.518 Tidak Valid Y_28 0.533 0.000 Valid Y_29 0.757 0.000 Valid Y_30 0.712 0.000 Valid Y_31 0.416 0.006 Valid Y_32 0.786 0.000 Valid Y_33 0.561 0.000 Valid Y_34 0.676 0.000 Valid Y_35 0.523 0.000 Valid Y_36 0.502 0.001 Valid Sumber : Data kuesioner yang telah diolah Tahun 2009 Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat bahwa indikator 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, dan pernyataan 36 yang valid sehingga bisa digunakan untuk analisis selanjutnya dan yang tidak bisa dilanjutkan ke analisis berikutnya, yaitu indikator 24 dan 27 dinyatakan tidak valid sehingga tidak bisa digunakan untuk analisis selanjutnya. Berikut ini dapat diuraikan pembahasan mengenai gambaran sikap responden terhadap Motivasi pada Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung melalui diagram tahapan kuartil
dengan
ketentuan
seperti
pada
pembahasan
variabel
sebelumnya. Total skor dapat dihitung, sebagai berikut: a. Total skor terendah, yaitu : 18 item x 42 responden x 1 (nilai skor) = 756 b. Total skor rendah, yaitu : 18 item x 42 responden x 2 (nilai skor) = 1512 c. Total skor sedang, yaitu : 18 item x 42 responden x 3 (nilai skor) = 2268 d. Total skor tinggi, yaitu : 18 item x 42 responden x 4 (nilai skor) = 3024 e. Total skor tertinggi, yaitu : 18 item x 42 responden x 5 (nilai skor) = 3780 Hasil perhitungan angket dari variabel kinerja pegawai adalah 2944,
sehingga apabila digambarkan secara tahapan kuartil dapat
dilihat sebagai berikut : Terendah
756
rendah
1512
sedang
2268
tinggi
2944
3024
tertinggi
3780
GAMBAR 4.9 SIKAP RESPONDEN TERHADAP KINERJA PEGAWAI Gambar 9 menunjukkan, bahwa sikap responden terhadap variabel Kinerja Pegawai berdasarkan perhitungan total skor angket berada pada kategori antara sedang dan tinggi.
Analisis dari sikap responden terhadap Kinerja Pegawai menunjukkan sikap positif, jadi diketahui bahwa Kinerja sudah dijalankan sesuai dengan indikator-indikator Kinerja Pegawai. c. Uji reliabilitas variabel Motivasi dan Kinerja Pegawai Setelah peneliti melakukan uji validitas dilanjutkan kepada uji reliabilitas yakni untuk mengecek atau mengetahui apakah kedua variabel yang digunakan peneliti reliabilitas atau tidak. Menurut Nurgiyantoro (2002 : 329), dalam bukunya Statistik Terapan untuk mengukur atau menguji reliabilitas kuisioner dalam penelitian digunakan “Metode Alpha Cronbach” dengan rumus : 2 k ∑ σi r= 1− k − 1 σ2
Dimana : r
: Koefisien reliabilitas yang dicari
k
: Jumlah butir pernyataan (soal)
σi 2
: Varians butir-butir pertanyaan (soal)
σ2
: Varians skor Untuk menjelaskan rumus diatas uji Reliabilitas instrumen
varians tiap butir dilanjutkan dengan rumus:
(∑ xi) −
2
σi = 2
∑ Xi
2
N
N
Dimana :
σi 2
: Varians butir pertanyaan ke-n (misalnya ke-1, ke-2, dan seterusnya )
∑ Xi
: Jumlah skor jawaban subjek untuk butir pertanyaan ke-n
Hasil hitung Reliabilitas dengan bantuan program SPSS adalah sebagai berikut : Uji Reliabilitas Variabel Motivasi ( X ) ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients N of Cases =
42,0
N of Items = 19
Alpha = .7574
Uji Reliabilitas Variabel Kinerja Pegawai ( Y ) ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients N of Cases =
42,0
N of Items = 19
Alpha = .7264 Selanjutnya uraian mengenai tingkat reliabilitas data angket tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 4.23 RELIABILITAS VARIABEL PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI Variabel Nilai Reliabilitas Keterangan Motivasi 0.7574 Reliabilitas Kinerja Pegawai 0.7264 Reliabilitas Sumber : Hasil data penelitian yang telah diolah Mei 2009 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa standardized item alpha variabel Motivasi dan variabel Kinerja Pegawai berada pada standar indeks Reliabilitas. Artinya, data tersebut dinyatakan Reliabel dan dapat dipandang mewakili atau paling tidak mendekati variabel yang diukur. Dengan demikian, “indikator-indikator motivasi” sebagai alat analisis yang digunakan untuk mengukur variabel motivasi sudah tepat. d. Analisis Regresi Analisis regresi digunakan untuk melakukan analisis data yang terdiri lebih dari satu variabel, dimana terdapat satu variabel bebas dan satu variabel tak bebas, hubungan fungsional antara kedua variabel dapat dinyatakan dalam bentuk regresi linier sederhana sedangkan untuk satu variabel tak bebas dan beberapa variabel bebas bisa dinyatakan dalam bentuk regresi linier multipel. Misalkan kita memiliki peubah bebas X1, X2, X3, ..., Xk dan satu peubah tak bebas Y. Kita ingin melihat bagaimana pola hubungan antara
peubah
bebas
dengan
peubah
tak
bebasnya
menggunakan analisis regresi. Model yang dibuat adalah : Yij = β0 + β1X1j + β2X2j + ... + β kXkj + εij
dengan
Bentuk diatas adalah model populasi sedangkan model taksirannya adalah : Yij = b0 + b1X1j + b2X2j + ... + bkXkj + eij TABEL 4.24 UJI KOEFISIEN REGRESI Model Summary Model 1
R
R Square
,609(a)
Adjusted R Square
,371
Std. Error of the Estimate
,355
5,95932
a. Predictors: (Constant), X, Motivasi Sumber : Hasil data penelitian yang telah diolah Mei 2009 Dari tabel didapat nilai R2 = 0.371 atau 37.1 % (adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi, 0.609 x 0.609 = 0.371), r square bisa disebut koefisien determinasi, artinya bahwa pengaruh variabel Motivasi terhadap Kinerja Pegawai adalah sebesar 0.371 atau 37.1 % variabel terikat (Y) bisa dijelaskan oleh satu variabel bebas (X) diatas, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain (100 % - 37.1 % = 62.9%). R square berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka R square, semakin lemah hubungan kedua variabel tersebut. TABEL 4.25 UJI MODEL ANOVA(b) Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
Df
Mean Square
837,081
1
837,081
1420,538
40
35,513
2257,619
41
a Predictors: (Constant), (X) Motivasi b Dependent Variable: (Y) Kinerja Pegawai Sumber : Hasil data penelitian yang telah diolah Mei 2009
F
Sig.
23,571
,000(a)
Dengan hipotesis : H0 : Model regresi tidak semestinya dipakai untuk memprediksi nilai Y1 H1 : Model regresi bisa digunakan untuk memprediksi nilai Y1 Dari uji ANOVA atau Ftest , didapat F hitung adalah 8.129 dengan tingkat signifikansi 0.008 karena probabilitas (0.008) < 0.05 maka hipotesis ditolak, artinya model regresi diatas semestinya digunakan untuk memprediksi nilai Y. TABEL 4.26 UJI PENGARUH Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant ) X
Standardized Coefficients
Std. Error
41,103
6,042
,429
,088
Beta
t
,609
Sig.
6,803
,000
4,855
,000
a Dependent Variable: (Y) Kinerja Pegawai Sumber : Hasil data penelitian yang telah diolah Mei 2009 Tabel diatas menggambarkan persamaan regresi : Y = 41.103 + 0.429 X Uji t untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel dependent (Variabel bebas). Adapun rumusan hipotesis untuk kasus ini adalah : H0 : Koefisien regresi tidak berarti dalam model H1 : Koefisein regresi berarti dalam model Dasar pengambilan Keputusan : Dengan membandingkan stastik hitung dengan statistik tabel,
Jika Statistik t Hitung < Statistik t tabel, maka H0 diterima Jika Statistik t Hitung > Statistik t tabel, maka H0 ditolak. Berdasarkan Probabilitas Jika probabilitas > 0.05 maka H0 diterima Jika probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak. Berdasarkan tabel diatas ternyata nilai probabilitas untuk koefisien X = 0.000 karena nilai probabilitas = 0.000 < 0.05, hal ini menunjukkan kesignifikanan, karena nilai koefisien untuk X bernilai (+) sehingga diperoleh pengaruh dengan tidak melibatkan nilai konstanta maka apabila nilai X naik sebesar satu satuan maka nilai Y akan mengalami kenaikan sebesar 0.429 ε
0.629
X
Y 0.371
GAMBAR 4.10 PARADIGMA PENGARUH Berdasarkan hasil hitung menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yaitu sebesar 0.371 artinya variabel Motivasi terhadap Kinerja Pegawai mempunyai pengaruh yang kecil, sehingga faktor lain yang tidak diukur mempunyai pengaruh yang cukup berarti.
2. Analisis Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung (Studi Proses Penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan) Analisis pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung ini merupakan hasil hitung melalui program SPSS mengenai pengaruh variabel Motivasi terhadap variabel Kinerja pegawai, berdasarkan data angket yang peneliti lampirkan. Berdasarkan
kriteria
interpretasi
koefisien
determinasi
menunjukan, bahwa terdapat pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Pegawai sebesar 37.1 %, dan bisa dikatakan terdapat pengaruh yang kecil. Sedangkan faktor lain yang tidak terdefinisi, cukup besar mempengaruhi variabel Kinerja pegawai, selain variabel Motivasi hanya sebesar 62.9 %. Dengan demikian, hipotesis konseptual mengenai Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung teruji. Berdasarkan hasil persamaan regresi menunjukan, bahwa Y = 41.103 + 0.429 X, dimana Y = Kinerja Pegawai dan X = Motivasi koefisien regresi sebesar 0.429, menunjukan bahwa prediksi pengaruh Motivasi terhadap Kinerja pegawai bersifat positif. Artinya, Motivasi berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung.
Berdasarkan hasil hitung dengan menggunakan SPSS maka diperoleh nilai probabilitas untuk koefisien Motivasi (X) = 0.371 karena nilai probabilitas = 0.000 < 0.05, hal ini menunjukkan kesignifikanan sehingga diperoleh pengaruh dengan tidak melibatkan nilai konstanta maka apabila nilai X naik sebesar satu satuan maka nilai Y akan naik sebesar 0.429. Dengan demikian bahwa Motivasi memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap Kinerja Pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung. 3. Analisis Kualitatif Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota
Bandung
(Studi
Proses
Penyelesaian
Izin
Mendirikan
Bangunan) Analisis kualitatif dalam hal ini peneliti akan membahas mengenai Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung berdasarkan hasil observasi, angket, wawancara dan hasil analisis pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung. Untuk mengukur sejauh mana Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai dapat dilihat dari indikator- indikator sebagai berikut: a. Prinsip partisipasi Partisipasi merupakan keterlibatan emosi dan mental pegawai dalam situasi kelompok yang menggiatkan mereka untuk menyumbang
pada tujuan kelompok serta bertanggung jawab terhadap hal tersebut. Partisipasi memungkinkan pegawai untuk memberikan ide-ide guna kemajuan tujuan organisasi yang telah direncanakan. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung bahwa Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung sudah mengikut sertakan pegawainya di dalam kegiatan kantor, yang mana pegawai juga memang sudah menunjukkan adanya ikut berpartisipasi di dalam kegiatan kantornya. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung mengatakan bahwa partisipasi memang sangat diperlukan sehingga semua pegawai harus terlibat untuk mencapai tujuan organisasi. Partisipasi tersebut diaplikasikan dalam bentuk semua sudah diberikan beban tugas masing-masing tugas pokok dan fungsi setiap bidang. Berdasarkan hasil angket dapat diketahui sebagian besar responden menyatakan setuju bahwa Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung sudah melaksanakan prinsip partisipasi di dalam memotivasi pegawai. Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan angket maka peneliti menganalisis bahwa prinsip partisipasi terhadap pegawai belum dijalankan oleh Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kota Bandung dengan semestinya seperti pegawai jarang diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan kantor. b. Prinsip komunikasi Komunikasi
merupakan
pemindahan
informasi
dan
pemahaman dari seseorang kepada orang lain. Dengan demikian komunikasi akan membuat orang lain yang diajak bicara melakukan sesuatu atas apa yang telah diditerima atau didengar dari lawan bicaranya dengan harapan orang lain tersebut menginterprestasikan sesuai dengan tujuan yang dimaksud. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung bahwa Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung kurang melakukan komunikasi dengan semestinya, hal tersebut dapat dilihat dari tidak adanya pemberitahuan untuk melengkapi data yang kurang. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung mengatakan bahwa komunikasi memang sangat diperlukan sehingga Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung selalu memberitahukan kepada pegawai setiap sub bidang atau personil yang terkait jika ada rapat, karena di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung adanya suatu team work untuk melaksanakan penyelesaian pekerjaan.
Berdasarkan hasil angket dapat diketahui sebagian besar responden menyatakan setuju bahwa Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung selalu memberikan informasi jika ada kegiatan atau rapat. Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan angket maka peneliti menganalisis bahwa komunikasi yang dilakukan oleh Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung sudah cukup tetapi masih harus ditingkatkan seperti. c. Prinsip mengakui andil bawahan Berkaitan dengan pembangunan yang merupakan suatu usaha perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernisasi dalam rangka pembinaan bangsa (nation building) maka mengakui andil bawahan itu sangat diperlukan dan diharapkan. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung bahwa Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung kurang mengakui andil bawahan, hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya memuji pegawai yang memiliki prestasi. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung mengatakan telah melakukan prinsip mengakui andil bawahan dengan
memberikan penghargaan kepada pegawai dengan cara melibatkan pegawai di dalam kegiatan berdasarkan kemampuan. Berdasarkan hasil angket dapat diketahui sebagian besar responden menyatakan bahwa Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung sudah cukup mengakui andil bawahan. Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan angket maka peneliti menganalisis bahwa prinsip mengakui andil bawahan yang dilakukan oleh Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung sudah dijalankan dengan semestinya. d. Prinsip pendelegasian wewenang Pemimpin yang memberikan pendelegasian wewenang kepada pegawai untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai tersebut akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk memenuhi harapan pemimpinnya tersebut. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung bahwa Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung sudah melakukan prinsip pendelegasian wewenang sudah dijalankan dengan semestinya, seperti jika ada pihak yang ingin berurusan ke Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu Kota Bandung bisa diwakilkan oleh kepala sub bagian umum, sehingga tidak semua kegiatan dan pekerjaan dijalankan sendirian oleh kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung mengatakan memang sebagian kegiatan didelegasikan tetapi Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu tetap mendampingi. Berdasarkan hasil angket dapat diketahui sebagian besar responden menyatakan bahwa Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan
Terpadu
Kota
Bandung memang sudah
melakukan prinsip pendelegasian wewenag tersebut. Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan angket maka peneliti menganalisis bahwa prinsip pendelegasian wewenang memang benar-benar sudah dijalankan dengan semestinya oleh Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung. e. Prinsip memberikan perhatian Memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai sangat membantu dalam proses memotivasi kerja pegawai. Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung harus memberikan perhatian kepada pegawai seperti
memenuhi kebutuhan pegawai seperti kebutuhan fisiologi, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial atau rasa memiliki, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung bahwa Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung sudah cukup dalam memberikan perhatian kepada pegawai. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung mengatakan sangat perlu dalam memberikan perhatian kepada pegawai. Hal tersebut dilakukan dengan memberikan penghargaan kepada pegawai. Berdasarkan hasil angket dapat diketahui sebagian besar responden menyatakan bahwa Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan
Terpadu
Kota
Bandung memang sudah
memberikan perhatian kepada pegawai. Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan angket maka peneliti menganalisis bahwa prinsip memberikan perhatian memang sudah dilakukan oleh Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung dengan semestinya.
4. Analisis Faktor Lain Di Luar Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung (Studi Proses Penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan) Berdasarkan hasil analisis peneliti yang didapatkan dari hasil observasi, wawancara, dan angket maka kinerja pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung dipengaruhi juga oleh faktor-faktor lain selain motivasi. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah evaluasi terhadap peningkatan kinerja pegawai, kebijaksanaan yang diberikan kepada kinerja pegawai, aspek konsistensi pegawai terhadap visi, misi, tujuan dan sasaran organisasi sehingga mencapai tujuan akhir yang diharapkan.
B. Hambatan-Hambatan Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Pananaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung (Studi Proses Penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan) Dalam suatu organisasi semestinya itu organisasi pemerintah maupun organisasi swasta mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Dalam pencapaian tujuan tersebut tidaklah semulus seperti yang diharapkan, karena pasti ada hambatan-hambatan sehingga adakalanya rencana yang telah ditentukan menjadi terganggu atau tertunda. Hambatan merupakan masalah yang perlu diatasi atau dipecahkan agar tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Demikian halnya didalam pelaksanaan motivasi yang dilakukan Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung terhadap kinerja pegawai di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung terdapat beberapa faktor penghambat di dalam pelaksanaan pekerjaan. Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung dalam mencapai disiplin kerja pegawai tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung kurang memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan ide-ide, hal tersebut seperti pegawai jarang diberikan kesempatan untuk mengajukan ide-ide atau gagasan-gagasan di dalam rapat. 2. Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung masih kurang dalam usaha pencapaian tugas, hal tersebut seperti jarangnya diadakan rapat kepada setiap bidang dalam usaha proses pencapaian tujuan.
C. Usaha-Usaha Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan-Hambatan Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung (Studi Proses Penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan) Beberapa faktor penghambat dalam pengaruh motivasi seperti yang telah dikemukakan merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung. Untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pengaruh motivasi tersebut diatas, maka Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung telah melakukan upaya-upaya untuk mengatasi hambatanhambatan tersebut, hal ini berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung sebagai berikut : 1. Usaha yang dilakukan oleh Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota dalam usaha kurangnya mengajukan ide-ide dengan cara akan lebih memberikan kesempatan kepada pegawai untuk memberikan masukkan berupa saran atau pendapat di dalam rapat. 2. Kepala Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung berusaha untuk melakukan komunikasi setiap hari kepada pegawai tentang masalah-masalah dan kesulitan yang dihadapi dalam pekerjaan untuk meningkatkan usaha pencapaian tugas.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya mengenai pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung, maka dalam bab ini peneliti akan mengambil kesimpulan, sebagai berikut: 1. Analisis Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung (Studi Proses Penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan) a. Berdasarkan kriteria interpretasi koefisien determinasi menunjukan, bahwa terdapat pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai, akan tetapi terdapat pengaruh yang kecil. Sedangkan faktor lain yang tidak terdefinisi, cukup besar mempengaruhi variabel kinerja pegawai, selain variabel motivasi. Dengan demikian, hipotesis konseptual mengenai pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai teruji. b. Berdasarkan hasil persamaan regresi menunjukan bahwa prediksi pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai bersifat positif. Artinya, motivasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai. c. Berdasarkan hasil hitung dengan menggunakan SPSS maka diperoleh nilai probabilitas untuk koefisien motivasi, dengan demikian bahwa motivasi terhadap kinerja pegawai pada Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung memiliki pengaruh yang signifikan. d. Berdasarkan hasil analisis peneliti yang didapatkan dari hasil observasi, wawancara, dan angket maka kinerja pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung dipengaruhi juga oleh faktor-faktor lain selain motivasi. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah evaluasi terhadap peningkatan kinerja pegawai, kebijaksanaan yang diberikan kepada kinerja pegawai, aspek konsistensi pegawai terhadap visi, misi, tujuan dan sasaran organisasi sehingga mencapai tujuan akhir yang diharapkan. 2. Hambatan-Hambatan Dalam Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota
Bandung
(Studi
Proses
Penyelesaian
Izin
Mendirikan
Bangunan) a. Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung kurang memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan ide-ide, hal tersebut seperti pegawai jarang diberikan kesempatan untuk mengajukan ide-ide atau gagasan-gagasan di dalam rapat. b. Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung masih kurang dalam usaha pencapaian tugas, hal tersebut seperti jarangnya diadakan rapat kepada setiap bidang dalam usaha proses pencapaian tujuan.
3. Usaha-Usaha Yang Dilakukan Dalam Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung (Studi Proses Penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan) a. Usaha yang dilakukan oleh Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan
Terpadu
Kota
dalam
usaha
kurangnya
mengajukan ide-ide dengan cara akan lebih memberikan kesempatan kepada pegawai untuk memberikan masukkan berupa saran atau pendapat di dalam rapat. b. Kepala Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung berusaha untuk melakukan komunikasi setiap hari kepada pegawai tentang masalah-masalah dan kesulitan yang dihadapi dalam pekerjaan untuk meningkatkan usaha pencapaian tugas. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang peneliti kemukakan diatas, maka peneliti akan menyampaikan saran-saran atau sumbangan pemikiran yang kiranya ditanggapi untuk dapat dipertimbangkan sebagai bahan masukan bagi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung dalam pelaksanaan motivasi terhadap kinerja pegawai yaitu sebagai berikut : 1. Saran Praktis a. Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota
Bandung
harus
membuat
agenda
khusus
untuk
mengkomunikasikan hambatan-hambatan yang dihadapi pegawai selama bekerja. b. Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung harus memberikan kesempatan kepada seluruh pegawai untuk dapat ikut dalam rapat dan memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan ide-ide. 2. Saran Akademis a. Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung lebih memperdalam pemahaman tentang prinsipprinsip motivasi sehingga mengetahui betapa pentingnya memberikan motivasi kepada pegawai dalam usaha pencapai tugas. b. Mengembangkan data dan informasi sejauh mana motivasi terhadap kinerja pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung dapat dijalankan.
DAFTAR PUSTAKA A. Buku Achdiat dan Imas Sumiati. 2007. Pedoman Menyusun Skripsi. Bandung: Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP UNPAS. Badri, sofwan. 1988. Konsep-Konsep Dasar Adminstrasi, Administrasi Negara Dan Administrasi Pembangunan. Jakarta : Bina Aksara. Danim, Sudarwan.2004. Motivasi, Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta : Rineka Cipta. Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen (edisi 2). Yokyakarta : BPFE Yokyakarta. Hasibuan, Malayu S.P. 2003. Organisasi dan Motivasi. Jakarta : Bumi Aksara. Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Manullang, M dan Marihot AMH Manulllang. 2004. Manajemen Personalia. Yokyakarta : Yokyakarta Gadjah Mada University Press (UGM). Nurgiyantoro. 2002. Statistik Terapan. Bandung : Alfabeta. Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta. Purwanto, Erwan Agus dan Dyah Ratih Sulityastuti. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial. Yogyakarta : Gava Media. Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan (Teori dan Praktek). Jakarta : Murai Kencana.
Sadam, Gouzali. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Djambatan Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung : Mandar Maju. Siagian, Sondang P. 2006. Filsafat Administrasi. Jakarta : Bumi Aksara. Sugiyono. 1997. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV. Alfabeta
B. Dokumen : a. Pedoman Menyusun Skripsi Jurusan Ilmu Adminstrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Pasundan Tahun 2007. b. Pedoman Kerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Tahun 2008. c. Selayang Pandang Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT). d. Perda Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2007 tentang Struktur Organisasi. e. Data jumlah pegawai Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT)
L A M P I R A N
No
PEDOMAN OBSERVASI Pertanyaan Pemimpin
Pegawai 1 1
2
3 4
5
6
7
8 9
10
2 Partisipasi pegawai diikut sertakan dalam kegiatan di BPMPPT Kota Bandung Kepala BPMPPT Kota Bandung selalu memberikan informasi yang jelas kepada pegawai Kepala BPMPPT Kota Bandung mengakui andil bawahan Kepala BPMPPT Kota Bandung mendelegasikan wewenang kepada pegawai Kepala BPMPPT Kota Bandung pernah memberikan perhatian kepada pegawai Kualitas kerja pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan sudah sesuai dengan tujuan Pekerjaan selalu diselesaikan oleh pegawai tepat pada waktu yang telah ditetapkan Pegawai memiliki inisiatif yang tinggi terhadap pekerjaan Pegawai memiliki kemampuan dalam mengatasi pekerjaan yang dibebankan Pegawai BPMPPT selalu mengkomunikasikan pekerjaan kepada Kepala BPMPPT Kota Bandung
Keterangan : A : Sangat Baik B : Baik C : Cukup Baik D : Kurang Baik
A 3
B 4
C 5
D 6
A 7
B 8
C 9
D 10
PEDOMAN WAWANCARA 1. Apakah menurut bapak/ibu perlu adanya partisipasi dari pegawai diikut sertakan dalam kegiatan di BPMPPT Kota Bandung ? 2. Apakah menurut bapak/ibu informasi yang jelas kepada bawahan perlu diberikan ? 3. Apakah menurut bapak/ibu mengakui andil bawahan akan membuat pegawai menjadi termotivasi ? 4. Apakah menurut bapak/ibu perlunya mengendelegasian wewenang kepada pegawai ? 5. Apakah menurut bapak/ibu memberikan perhatian kepada pegawai itu perlu untuk dilakukan ? 6. Apakah menurut bapak/ibu kualitas kerja pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan sudah sesuai dengan tujuan ? 7. Apakah menurut bapak/ibu pekerjaan selalu diselesaikan oleh pegawai tepat pada waktu yang telah ditetapkan ? 8. Apakah menurut bapak/ibu pegawai memiliki inisiatif yang tinggi terhadap pekerjaannya ? 9. Apakah menurut bapak/ibu pegawai memiliki kemampuan dalam mengatasi pekerjaan yang dibebankan kepada mereka ? 10. Apakah menurut bapak/ibu pegawai selalu mengkomunikasikan pekerjaan ?
SURAT PENGANTAR ANGKET Kepada Yth, Bapak/Ibu Pegawai BPMPPT Di Tempat
Assalammualaikum Wr. Wb. Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung sedang mengadakan penelitian tentang ”PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA BANDUNG (Studi Proses Penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan)”. Penelitian ini hanya digunakan untuk ilmiah dalam rangka pembuatan skripsi dan tidak ada hubungan dengan mencari kesalahan fisik maupun lainnya. Saya memahami betapa sibuknya Bapak/Ibu dalam menghadapi pekerjaan, namun demikian mengingat pentingnya tujuan dari penyebaran angket ini maka sudi kiranya Bapak/Ibu ditengah-tengah kesibukan bersedia meluangkan waktu untuk pengisian angket ini berdasarkan dengan keadaan yang sebenarnya. Terima kasih atas bantuan dan partisipasinya dalam pengisian angket ini. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bandung,
April 2009
Peneliti
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET 1. Memberi tanda V pada jawaban yang dipilih. 2. Bapak/Ibu tidak perlu mencantumkan nama atau identitas lainnya dalam angket ini. 3. Mohon mengisi angket ini sesuai dengan/menurut yang Bapak/Ibu rasakan selama melaksanakan tugas kantor sehari-hari. 4. Bila telah selesai mengisi, dimohon untuk memeriksa kembali angketnya, dan jangan sampai ada pengisian yang terlewatkan. 5. Pengisian hanya memilih salah satu alternatif jawan yang ada sesuai dengan pernyataan, yaitu: SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
TP
: Tanpa Pendapat
TS
: Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Catatan : Apabila ada pembatalan dari jawaban semula, cukup jawaban yang salah diberi tanda ( = ). Contoh : Jawaban pertama Setuju, setelah perbaikan menjadi Sangat Setuju. Perbaikannya dalah sebagai berikut: Jawaban semula SS
S
TP
TS
STS
V
Jawaban sesudah diperbaiki
SS V
S
TP
TS V
STS
DAFTAR PERTANYAAN ANGKET No 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
15
16 17 18 19
PERTANYAAN 2 Komunikasi tidak berpengaruh dalam meningkatkan gairah kerja. Pegawai selalu diikutsertakan dalam kegiatan kantor. Tidak pernah ada komunikasi antara pegawai dengan atasan mengenai pekerjaan yang sulit. Partisipasi pegawai dalam menentukan ideide selalu diharapkan oleh atasan. Pegawai tidak mampu bekerja secara profesional dalam menghadapi masalah. Adanya komunikasi dari atasan kepada bawahan dalam usaha pencapaian tugas. Pegawai tidak memiliki keterampilan khusus dalam menjalankan tugasnya. Atasan selalu memberikan informai yang jelas kepada pegawai. Pegawai tidak mempunyai kesadaran diri untuk melakukan sesuatu. Dengan pujian pegawai menjadi lebih termotivasi. Pegawai tidak dapat memanfaatkan waktu luang untuk hal-hal yang bermanfaat. Atasan selalu memberikan penghargaan kepada pegawai yang berprestasi. Pekerjaan tidak pernah diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Atasan pernah memberikan wewenang kepada salah satu pegawai untuk memimpin rapat atau menghadiri acara tertentu karena berhalangan hadir. Surat-surat yang telah diproses tidak disimpan dengan rapi pada rak atau almari berdasarkan klasifikasinya. Atasan pernah memberikan kepercayaan kepada pegawai untuk mengambil keputusan Pegawai pernah ditegur oleh atasan karena pekerjaannya kurang cermat dan teliti. Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan dan dibutuhkan pegawai. Atasan tidak pernah memberikan kepercayaan kepada pegawai untuk mengambil keputusan.
SS 3
S 4
TP TS 5 6
STS 7
1 20 21
22
23
24 25
26 27 28 29 30 31
32 33 34 35 36
2 Pegawai selalu menyelesaikan pekerjaan dengan cermat dan teliti. Atasan tidak pernah memberikan wewenang kepada salah satu pegawai untuk memimpin rapat atau menghadiri acara tertentu walaupun berhalangan hadir. Surat-surat yang telah diproses disimpan dengan rapi pada rak atau almari berdasarkan klasifikasinya. Pemimpin tidak memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan dan dibutuhkan pegawai. Pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Atasan tidak pernah memberikan penghargaan kepada pegawai yang berprestasi. Pegawai dapat memanfaatkan waktu luang untuk hal-hal yang bermanfaat. Tanpa pujian atau dengan tidak ada pujian pegawai menjadi lebih termotivasi. Pegawai memiliki inisiatif untuk mengembangkan diri di dalam karirnya. Atasan selalu tidak pernah memberikan informai yang jelas kepada pegawai. Pegawai memiliki keterampilan khusus dalam menjalankan tugasnya. Tidak pernah ada komunikasi dari atasan kepada bawahan dalam usaha pencapaian tugas. Pegawai mampu bekerja secara profesional walaupun ada masalah. Atasan tidak pernah mengharapkan partisipasi pegawai dalam menentukan ide-ide. Antara pegawai dengan atasan selalu mengkomunikasikan pekerjaan yang sulit. Pegawai tidak pernah diikutsertakan dalam kegiatan kantor. Komunikasi berpengaruh dalam meningkatkan gairah kerja.
3
4
5
6
7