SKRIPSI ANALISIS ON IN KOUTAI BAHASA JEPANG DITINJAU DARI SEGI MORFOFONEMIK KEITAI ON IN RON KARA NIHONGO NO ON IN KOUTAI NO BUNSEKI OLEH: LELITA SARI DAULAY NIM : 070722006
Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA JURUSAN EKSTENSI SASTRA JEPANG MEDAN 2009
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
SKRIPSI ANALISIS ON IN KOUTAI BAHASA JEPANG DITINJAU DARI SEGI MORFOFONEMIK KEITAI ON IN RON KARA NIHONGO NO ON IN KOUTAI NO BUNSEKI OLEH: LELITA SARI DAULAY NIM : 070722006
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D NIP. 131763365 NIP. 131422712
Skripsi ini diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Unversitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA JURUSAN EKSTENSI SASTRA JEPANG MEDAN 2009
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Disetujui Oleh Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan
Jurusan Sastra Jepang Ketua Jurusan,
Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D NIP. 131422712
Medan, Juni 2009
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
PENGESAHAN
Diterima Oleh : Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang Pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Pada
: Jam
Tanggal Hari
:
Juni 2009
:
Fakultas Sastra
Dr. Syaifuddin, MA., Ph.D. NIP :
Panitia Ujian No. Nama
Tanda Tangan
1.
(……………………)
2.
(……………………)
3.
(……………………)
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil alamin. Puji syukur penulis panjtkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, ridho dan hidayah-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Amin. Skripsi ini berjudul “Analisis on in koutai Bahasa Jepang ditinjau dari segi Morfofonemik”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Program Studi Sastra Jepang – Sarjana (S1) Ekstensi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini sangat sederhana dan masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun dari uraiannya. Hal ini disebabkan keterbatasan akan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan-masukan berupa kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaannya dimasa-masa yang akan datang. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Bapak Drs. Syaifuddin, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan pada Program Studi Sastra Jepang – Sarjana (S1) Ekstensi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
2.
Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S. Ph.D., selaku Ketua Jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku dosen pembimbing II yang telah mengorbankan waktu dan tenaga serta bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3.
Bapak Drs. Eman Kisdiyana, M. Hum, selaku dosen pembimbing I, yang dengan tulus ikhlas telah membimbing, memeriksa dan memberikan pengarahan dengan telah banyak mengorbankan waktu dan tenaga dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
4.
Bapak/Ibu Dosen Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah bersusah payah memberikan ilmu yang dimiliki kepada penulis selaku mahasiswi Sastra Jepang (S1) Ekstensi selama masa perkuliahan.
5.
Kepada Ayah, Bunda, dan kelima adikku yang telah memberikan semangat dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan studi Sastra Jepang ini.
6.
Kepada rekan-rekan mahasiswa/i tahun 2007 Sastra Jepang (S1) Ekstensi yang telah membantu dan menjalin silaturahmi serta saling membantu dalam arti yang positif selama ini. Akhirnya kepada Allah SWT jugalah penulis mengucapkan puji dan syukur,
semoga kita semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini senantiasa mendapat ridhoNya. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Nusa dan bangsa terutama bagi penulis sendiri dimasa sekarang dan yang akan datang. Semoga Bapak/Ibu, Saudara/I serta keluarga penulis senantiasa mendapat berkah dan perlindungandari dari Allah SWT. Amin.
Medan, Juni 2009,
Penulis
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI ..................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………………......... 1 1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………...... 6 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ………………………………..................... 8 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori …………………………........….. 9 1 Tinjauan Pustaka ……………………..........…….………………...… 9 2 Kerangka Teori ………………………………...........……………..... 10 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………………..... 15 1 Tujuan Penelitian ……………………………………………..…........ 15 2 Manfaat Penelitian …………………………………………………… 15 1.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data …………………………..…....... 16 1 Metode Penelitian ………………………………………….…..…..… 16 2 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………... 16 BAB II PROSES MORFOLOGI DAN PROSES MORFOFONEMIK 2.1 Pengertian Morfologi dan Proses Morfologi ……………………....……. 17 2.2 Jenis – Jenis Proses Morfologi …………………………………………... 19 1 Afiksasi ( Setsuji ) ……………………………………………………. 19 2 Reduplikasi ( Juufuku ) ……………………………………………..... 21 3 Komposisi ( Fukugougo / Goseigo ) ……………………………….… 24 2.3 Pengertian Morfofonemik dan Proses Morfofonemik ………………...... 26
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
2.4 Jenis – Jenis Proses Mofofonemik ………………………………….…... 29 2.4.1 Pelepasan Fonem ( On in datsuraku ) ....................................... ..... 30 2.4.2 Penyingkatan Fonem ( On in shukuyaku ) ....................................... 31 2.4.3 Perubahan Fonem ( On in koutai ) ................................................... 32 1. Perubahan Fonem Vokal ( Bouin Kotai ) .................................... 32 2. Perubahan Fonem Konsonan ( Shiin Koutai ) ............................. 32 2.4.4 Pergeseran Fonem ( On in tenkan ) .................................................. 35 2.4.5 Penambahan Fonem ( On in tenka ) ................................................. 35 2.4.6 Peleburan Fonem ( On in yuugou ) ...................................................36 BAB III ANALISIS ON IN KOTAI BAHASA JEPANG DITINJAU DARI SEGI MORFOFONEMIK 3.1 Perubahan Fonem Vokal ( Bouin Kotai ) Bahasa Jepang ……………..... 38 3.1.1 Afiksasi ( Setsuji ) ………………………………………….….… 38 3.1.2 Reduplikasi ( Juufuku ) ………………………………………...... 46 3.1.3 Komposisi ( Fukugougo / Goseigo ) …………………………….. 49 3.2 Perubahan Fonem Konsonan ( Shiin Kotai ) Bahasa Jepang ………...… 55 3.2.1 Afiksasi ( Setsuji ) ……………………………………..........…… 55 3.2.2 Reduplikasi ( Juufuku ) ……………………………....…...…...… 64 3.2.3 Komposisi ( Fukugougo / Goseigo ) …………………………….. 67 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ………………................................…………………..…….. 76 4.2 Saran ……………………………………………………..……………… 79 DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana untuk berinteraksi dengan orang lain sehingga terjalin sebuah komunikasi. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer dan konvensional yang digunakan para kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri ( Kridalaksana dalam Abdul Chaer, 2007 : 32 ). Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan hal yag tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri. Melalui bahasa, manusia dapat mengemukakan atau menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada seseorang, baik secara lisan maupun secara tulisan, orang tersebut bisa menangkap apa yang yang kita maksud, tiada lain karena dia memahami makna yang dituangkan melalui bahasa tersebut. Jadi, fungsi suatu bahasa merupakan media untuk menyampaikan ( dentatsu ) suatu makna kepada seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis. ( Dedi Sutedi, 2003 : 2 ) Mengingat betapa pentingnya peranan bahasa yaitu baik sebagai sarana untuk berkomikasi, untuk berinteraksi, untuk beradaptasi, dan yang paling penting adalah sarana untuk memahami orang lain. Maka banyak orang yang mempelajari bahasa dari bangsa-bangsa lain atau yang lebih sering disebut dengan bahasa asing, terutama dari bangsa-bangsa yang telah maju dan mempunyai pengaruh dalam
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
dunia internasional, seperti Amerika, Inggris, Jerman, Jepang, dan lain-lain. Tujuannya tiada lain adalah untuk memahami orang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Dewasa ini bahasa Jepang menjadi bahasa asing yang banyak diminati oleh orang Indonesia, baik pelajar, mahasiswa, atau siapa saja yang memang tertarik dengan bahasa Jepang. Dalam kepentingan selanjutnya, bahasa Jepang dipelajari sebagai ilmu bahasa yang digunakan untuk studi di Jepang atau sebagai pengantar bahasa pada perusahaan-perusahaan Jepang yang ada diluar negara Jepang. Untuk mempermudah dan memperlancar pemahaman dan pengusaan bahasa Jepang, yang merupakan bahasa asing, maka perlu untuk memahami atau minimal mengetahui tentang linguistik bahasa Jepang. Linguistik bahasa Jepang disebut dengan 日本語 学 ‘Nihon go-gaku’, artinya ilmu bahasa Jepang. ( Dedi Sutedi, 2003 : 2 ) Dalam linguistik bahasa Jepang ( 日本語 学 ’Nihon go-gaku’ ), yang dikaji bisa berupa kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa diperoleh, serta bagaimana sosio-kultural yang mempengaruhi masyarakat pengguna bahasa tersebut. Dalam linguistik bahasa Jepang ( Nihon go-gaku ) akan melahirkan berbagai cabang linguistik, diantaranya adalah Fonetik ( 音声学 ’onseigaku’ ), fonologi ( 音韻論 ’on-in-ron’ ), morfologi ( 形態 論 ’keitairon’ ), sintaksis ( 統語論’tougoron’ ), semantik ( 意味論’imiron’ ), pragmatik ( 御 用 論 ’goyouron’ ), sosio-linguistik ( 社 会 言 語 学 ’shakai gengogaku’ ) dan lainya. ( Dedi Sutedi, 2003 : 6 )
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
-
Fonetik ( 音 声 学 ’Onseigaku’ ) yaitu : ilmu yang mengkaji tentang bagaimana bunyi bahasa dihasilkan, bagaimana bunyi tersebut bisa sampai pada telinga seseorang, serta bagaimana orang tersebut memahaminya.
-
Fonologi ( 音 韻論 ’On-inron’ ) yaitu : ilmu yang mengkaji tentang fonem-fonem dan aksen suatu bahasa.
-
Morfologi ( 形態論’Keitairon’ ) yaitu : ilmu yang mengkaji tentang jenisjenis dan proses pembentukan kata dalam suatu bahasa.
-
Sintaksis ( 統 語 論 ’Tougoron’ ) yaitu : ilmu yang mengkaji tentang struktur kalimat atau kaidah-kaidah yang mengatur suatu kalimat dalam suatu bahasa.
-
Semantik ( 意味論’Imiron’ ) yaitu : ilmu yang mengkaji tentang makna kata, frase, dan klausa dalam suatu kalimat.
-
Pragmatik (御用論’Goyouron’ ) yaitu : ilmu yang mengkaji makna bahasa dihubungkan dengan situasi dan kondisi pada saat bahasa tersebut digunakan.
-
Sosio-linguistik ( 社会言語学’Shakai gengogaku’ ) yaitu : salah satu cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dengan masyarakat pemakai bahasa tersebut. Selain cabang-cabang linguistik di atas, ada yang disebut dengan
morfofonemik. Morfofonemik adalah gabungan dua cabang linguistik, yaitu morfologi dan fonologi. Ramlan dalam Hendry Guntur Tarigan ( 1986 : 27 ) mengatakan bahwa morfofonemik adalah ilmu yang mempelajari perubahan-
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Pendapat ini juga sesuai dengan pendapat Kridalaksna ( 2007 : 183 ) yang mengatakan bahwa proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuaan morfem dengan morfem. Atau morfofonemik adalah peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologi, yaitu : ketika morfem dengan morfem digabungkan sering menimbulkan perubahan fonem. Proses morfofonemik dalam Bahasa Indonesia
hanya terjadi dalam
pertemuaan realisasi morfem dasar ( morfem ) dengan realisasi afiks ( morfem ), baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks ( Kridalaksana, 2007 : 183 ). Jadi, seperti yang tampak dari namanya, morfofonemik adalah gabungan dari dua bidang studi yaitu morfologi dan fonologi atau morfologi dan fonemik. Dalam bahasa Jepang, morfofonemik disebut dengan
胃形態の交替
‘igyoutai no koutai’ atau 形態音韻論 ‘keitai on inron’ ( Koizumi, 1993 : 100 ). Bidang kajiaan morfofonemik ini meskipun biasanya dibahas dalam tataran morfologi, tetapi sebenarnya lebih banyak menyangkut masalah fonologi. Namun walaupun demikian, kajiaan tentang morfofonemik ini tidak dibicarakan dalam tataran fonologi karena masalahnya baru akan muncul dalam kajiaan morfologi, terutama dalam proses afiksasi, reduplikasi dan komposisi. Pada proses afiksasi bahasa Indonesia, misalnya perfiks me-, dalam linguistik biasanya disimbolkan dengan {meN-} atau {me(N)- }, akan berubah bentuk menjadi /mem-/, /men-/, /meny-/, /meng-/, /menge-/, atau tetap /me-/, sesuai dengan kondisi morfem yang mengikutinya.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Menurut Koizumi ( 1993 : 95 ) afiksasi bahasa Jepang disebut dengan 接 辞’setsuji’ dan terbagi 3, yaitu : prefiks ( 接頭辞 ‘settouji’ ), sufiks ( 接尾辞 ‘setsubiji’ ), dan infiks ( 接中辞 ‘setsuchuuji’ ). Dalam afiksasi bahasa Jepang, misalnya jika prefiks /o-/ ditambahkan pada kata yang diawali fonem /s/, maka fonem /s/ tersebut akan berubah menjadi fonem /j/. Contohnya, prefiks /o-/ + /shika/ → /ojika/. Pada proses reduplikasi bahasa Jepang, fonem awal suku kata kedua dari kata dasarnya akan berubah dengan menambahkan nigori pada suku kata kedua tersebut. Misalnya, /kuni-/ + /-kuni/ → /kuniguni/. Menurut Koizumi ( 1993 : 108 ), Reduplikasi dalam bahasa Jepang disebut 重福 ’juufuku’. Kemudian pada proses komposisi bahasa Jepang, misalnya /ame-/ + /-kasa/ → /amagasa/. Komposisi bahasa Jepang disebut 複合語 ‘fukugougo’ ( Koizumi,1993: 94 ). Jadi, perubahan fonem yang terjadi dalam proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi tersebut akan dijumpai dalam bidang kajian morfofonemik. Menurut Suzuki ( 1975 : 80 ) bahwa dalam bahasa Jepang, perubahan fonem dalam proses morfofonemik ada 6, yaitu : 1. On in datsuraku ( elipsis / pelesapan fonem ) 2. On in shukuyaku ( kontraksi / penyingkatan fonem ) 3. On in koutai ( disimilasi / perubahan fonem ) 4. On in tenkan ( pergeseran fonem ) 5. On in tenka ( penambahan fonem ) 6. On in yuugou ( asimilasi / peleburan fonem ) Perubahan fonem ( 音韻交替 ‘on in koutai’ ) bahasa Jepang dalam proses morfofonemik seperti yang terjadi dalam proses afiksasi, reduplikasi,maupun Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
komposisi seperti contoh diatas cukup menarik untuk diteliti karena fonem yang berubah itu bisa terjadi pada fonem vokal dan fonem konsonan. Oleh karena itu, dalam skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti apakah perubahan fonem tersebut terjadi pada semua fonem vokal dan fonem konsonan. Misalnya, seperti pada contoh komposisi diatas, yaitu : /ame-/ + /-kasa/ → /amagasa/ Apakah setiap fonem vokal /e/ akan berubah menjadi fonem vokal /a/ dan fonem konsonan /k/ akan berubah menjadi fonem konsonan /g/. Kemudian bagaimana dengan perubahan fonem vokal dan konsonan lainnya, apakah perubahan fonem yang terjadi tersebut dapat dipedomani atau dapat dijadikan sebagai acuan atau tidak. Hal ini merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Dalam bahasa Indonesia perubahan fonem yang ada seperti pada bahasa Jepang ini tidak dapat dijadikan pedoman / acuan. Misalnya, pada proses reduplikasi dengan perubahan morfem yang mengalami perubahan vokal, contohnya : gerak-gerik, dan perubahan konsonan, contohnya : sayur-mayur. Jika misalnya salak adalah kata dasarnya, maka jika sudah mengalami proses reduplikasi, tidak bisa menjadi salak-malak. Jadi, jika fonem dasarnya /s/, bentuk reduplikasinya ada yang berubah menjadi fonem /m/ dan ada yang tidak. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa perubahan fonem yang terjadi pada proses reduplikasi dalam bahasa Indonesia tidak dapat dijadikan pedoman / acuan.
1.2 Perumusan Masalah
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Dalam bahasa Indonesia, terdapat gejala bahasa yang menjalankan fungsi yang sama, distribusi yang sama, dan makna yang hampir sama, akan tetapi bangunan fonemisnya berbeda. Gejala bahasa yang seperti itu menunjukkan hubungan antara bentuk-bentuk morfem dan fonem, yang menjadi telaah dalam bidang morfofonemik. ( Parera, 1994 : 30 ). Misalnya, prefiks ber- yang berubah menjadi bel-, jika ditambahkan kata dasar ’ajar’. Perubahan tersebut dikarenakan adanya fonem yang berubah pada proses morfologi. /ber-/ + /ajar/
→
/be-la-jar/
Dalam bahasa Jepang juga terdapat gejala bahasa yang menunjukkan perubahan fonem dalam proses morfologi, misalnya,perubahan fonem /e/ menjadi fonem /a/ pada kata ame ( hujan ) dan fonem /k/ menjadi fonem /g/ pada kata kasa ( payung ), yang berubah setelah kedua kata tersebut digabungkan, yakni : /ame-/ + /-kasa/
→
/amagasa/
Berdasarkan hal tersebut, yaitu apakah fonem vokal /e/ akan selalu berubah menjadi fonem vokal /a/, dan begitu juga dengan fonem konsonan /k/ apakah akan selalu berubah menjadi fonem konsonan /g/ jika digabungkan dengan kata lain dalam proses morfofonemik. Kemudian, bagaimana dengan perubahan fonem vokal dan konsonan lainnya, apakah semua vokal dan konsonan akan mengalami perubahan fonem, dan sebagainya. Maka oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti perubahan fonem yang terjadi dalam bahasa Jepang, baik pada perubahan vokal maupun konsonan bahasa Jepang. Masalah pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini berhubungan dengan dan berpusat pada pengadaan deskripsi perubahan yang terjadi pada fonem bahasa Jepang ( 音韻 交 替 ‘On in koutai’ ) secara terperinci
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
dan memadai. Perubahan yang terjadi pada fonem vokal maupun konsonan bahasa Jepang, baik itu pada proses afiksasi, reduplikasi maupun komposisi. Dalam bentuk pertanyaan, permasalahannya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana proses perubahan fonem vokal ( 母音交替 ‘bouin koutai’ ) bahasa Jepang ditinjau dari segi morfofonemik ? 2. Bagaimana proses perubahan fonem konsonan (子音交替 ’shiin koutai’ ) bahasa Jepang ditinjau dari segi morfofonemik ? 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Dari permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup permasalahan yang akan dikemukakan. Adapun ruang lingkup pembahasan skripsi ini adalah : proses perubahan fonem dalam bahasa Jepang ( 音韻交替 ’on in kouta’i ), yaitu perubahan pada fonem vokal dan konsonan pada Nomina Majemuk ( 福合語名詞 ’Fukugou meishi’ ) saja yang akan ditinjau dari segi morfofonemisnya. Untuk menghasilkan pembahasan yang akurat dan maksimal, penulis juga menjelaskan mengenai proses morfologi serta proses morfofonemik bahasa Jepang. Dalam proses morfologi misalnya pada afiksasi, penulis hanya membahas tiga prefiks, yaitu /me-/, /o-/ dan /kaku-/ yang ada pada fonem vokal dan fonem konsonan. Meskipun menurut Timothy ( 1993 : 1 ), prefiks yang biasanya sering dipakai ada 16. Karena hanya pada prefiks /me-/, /o-/ dan /kaku-/ yang ada pada fonem vokal dan fonem konsonan ini saja yang terdapat perubahan fonem sesuai dengan permasalahan dalam skripsi ini. Fonem vokal yang akan dibahas hanya fonem /i/ dan fonem konsonan yang akan dibahas hanya fonem /k/, /s/, /t/, dan /h/ saja. Jika Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
prefiks /me-/, /o-/ dan /kaku-/ digabungkan dengan morfem yang diawali dengan fonem vokal /i/ dan fonem konsonan /k/, /s/, /t/, dan /h/ ini saja yang mengalami perubahan fonem. Demikian juga pada proses reduplikasi, yang akan dibahas oleh penulis hanya perubahan fonem yang terjadi pada fonem konsonan (子音 ’shiin’ ) saja, yaitu fonem /k/, /s/, /t/, dan /h/. Karena pada fonem vokal tidak terjadi perubahan fonem dalam proses redupliksi. Ketika morfem yang diawali dengan fonem /k/, /s/, /t/, dan /h/ mengalami proses reduplikasi maka akan mengalami perubahan fonem. Kemudian pada proses komposisi / pemajemukan, yang akan dibahas oleh penulis adalah perubahan fonem yang terjadi pada fonem vokal ( 母音 ‘bouin’ ) yaitu fonem /a/, /i/, /e/, dan /o/ serta fonem konsonan (子音 ’shiin’ ) yaitu fonem /k/, /s/, /t/, dan /h/ saja. Karena hanya pada fonem-fonem tersebut yang mengalami perubahan fonem ketika terjadi penggabungan morfem, yaitu nomina + nomina. Ketika morfem yang diakhiri dengan fonem-fonem tersebut digabungkan dengan morfem lain yang diawali dengan fonem selainnya, misalnya morfem yang diakhiri dengan fonem vokal /e/ digabungkan dengan fonem konsonan /k/, maka fonem /e/ tersebut akan berubah menjadi fonem lain.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka Dalam setiap struktur bahasa, tentu memiliki bidang-bidang keilmuan yang membahas bahasa tersebut. Salah satu bidang keilmuan yang membahas bahasa adalah morfofonemik. Kridalaksana ( 2007 : 183 ) mengatakan, morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Ilmu bahasa yang menyelidiki peristiwa-peristiwa mengenai seluk-beluk bentuk kata terhadap fungsi dan arti kata adalah morfologi ( Wirjosoedarmo, 1985 : 92 ). Kemudian, Ramlan dalam Hendry Guntur Tarigan ( 1986 : 4 ) mengatakan bahwa morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik. Jadi, dalam morfologi mencakup tentang kata, bagian – bagian kata, dan kajian kata. Istilah morfologi dalam bahasa Jepang disebut dengan 形態論 ‘keitairon’. Sutedi ( 2003 : 41 ) mengatakan, Morfologi (形態論 ‘keitairon’ ) merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses pembentukannya. Morfologi atau morfemik adalah telaah morfem. Morfem ( 形 態素 ’keitaiso’ ) adalah satuaan bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak bisa dipecahkan lagi kedalam satuan makna yang lebih kecil ( Dedi Sutedi, 2003 : 41 ). Sedangkan istilah fonologi dalam Bahasa Jepang disebut dengan 音韻論 ‘On in ron’, yaitu merupakan cabang linguistik yang mengkaji tentang lambang bunyi bahasa berdasarkan pada fungsinya ( Dedi Sutedi, 2003 : 35 ). Fonologi ( 音韻論 ‘on in ron’ ) adalah telaah fonem. Fonem (音素’onso’ ) merupakan satuan bunyi terkecil yang berfungsi untuk membedakan arti ( Dedi Sutedi, 2003 : 35 ). Jadi, jika kedua cabang linguistik tersebut, yakni morfologi dan fonologi digabungkan akan menghasilkan cabang linguistik baru yang disebut dengan morfofonemik. Dari pengertian morfologi dan fonologi diatas, maka morfofonemik adalah telaah ilmu mengenai bidang kebersamaan bunyi dan bentuk kata.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
2. Kerangka Teori Dalam mempelajari bahasa, jika 2 cabang linguistik digabungkan, yaitu morfologi dan fonologi disebut dengan morfofonemik. ( Hendry Guntur Tarigan, 1986 : 27 ) mengatakan, Morfofonemik atau yang biasa disebut dengan morfofonologi adalah ilmu yang menelaah morfofonem ( biasa disingkat morfonem ). Jadi, morfofonemik adalah peristiwa berubahnya wujud fonemis dalam suatu proses morfologi, yaitu ketika morfem dengan morfem digabungkan sering menimbulkan perubahan fonem. Menurut Kridalaksana ( 2007 : 185 ) morfofonemik atau morfofonologi tidak hanya mengacu pada analisis dan klasifikasi berbagai wujud atau realisasi yang menggambarkan morfem. Morfofonemik juga mengacu pada struktur bahasa yang menggambarkan pola fonologis dari morfem. Penambahan, pengurangan, penggantian fonem, atau perubahan tekanan yang menentukan bangun morfem termasuk di dalam struktur bahasa yang menggambarkan pola fonologis. Menurut Koizumi ( 1993 : 100 ), morfofonemik dalam bahasa Jepang disebut dengan 胃形態の交替 ‘igyoutai no koutai’ atau 形態音韻論 ‘keitai on inron’. Menurut Suzuki ( 1975 : 80 ) dalam Bahasa Jepang proses morfofonemik dapat kita temukan dalam perubahan fonem, yaitu : 1. On in datsuraku ( elipsis / pelesapan fonem ) 2. On in shukuyaku ( kontraksi / penyingkatan fonem ) 3. On in koutai ( disimilasi / perubahan fonem ) 4. On in tenkan ( pergeseran fonem ) 5. On in tenka ( penambahan fonem )
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
6. On in yuugou ( asimilasi / peleburan fonem ) Menurut Koizumi ( 1993 : 100 ), 音韻交替 ‘on in koutai’ ( perubahan fonem ) terbagi 2, yaitu : 1. Perubahan vokal ( 母韻交替 ‘bouin koutai’ ) 2. Perubahan konsonan ( 子韻交替 ‘shiin koutai’ )
Koizumi ( 1993 : 101 ), menyatakan bahwa proses perubahan vokal ( 母韻 替 ‘bouin koutai’ ) terjadi pada : a. Nomina majemuk ( 福語名詞 ‘Fukugou meishi’ ), yaitu : ketika dua kata digabungkan untuk menggabungkan kata majemuk, vokal terakhir dari kata yang pertama berubah. Contohnya : /sake-/ + /ki-/
+
/shiro-/ +
/-ya/
→
/sakaya/
/-kage/
→
/kokage/
/-ito /
→
/shiraito/
Jadi, setiap fonem terakhir dari kata pertama yang diakhiri vokal, akan berubah menjadi vokal lain, jika digabungkan dengan kata lain yang akan menjadi kata majemuk, yaitu : e → a, i → o, o → a
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
b. Adjectiva I ( 形容詞的 ‘Keiyoushi teki’ ), yaitu : ketika verba mendapat akhiran /-shii /, lalu menjadi adjektiva, maka vokal terakhir pangkal kata tersebut berubah. Contohnya : /konomu-/
+
→
/-shii/
/konomashii/
/akeru-/
+
/-shii/
→
/akashii/
/kuiru-/
+
/-shii/
→
/kuyashii/
Jadi, setiap kata yang mendapat akhiran /-shii/, maka fonem vokal terakhir dari kata tersebut berubah, yaitu : u→ a,e→ a, i→ a c. Verba I ( 動詞的 ‘Doushi teki’ ), yaitu : ketika yang mendapat akhiran /sufiks/ setsubiji ( /-su/ atau /-ru/ ) lalu menjadi verba baru maka vokal terakhir pangkal kata tersebut berubah. Contohnya : /tobu-/
+
/-su/
→
/tobasu/
Jadi, jika kata kerja I ( doushi I ) mendapat akhiran / -su/ atau / -ru/, maka fonem vokal terakhir dari kata tersebut berubah, yaitu : u→ a Proses perubahan konsonan ( 子韻交替 ‘shiin koutai’ ), baik yang terjadi pada nomina majemuk ( 福語名詞 ‘fukugou meishi’ ), kata sifat I ( 形容詞的 ‘keiyoushi teki’ ), maupun kata kerja I ( 動詞的 ’doushi teki’ ) akan mengalami perubahan fonem seperti yang dinyatakan oleh Nomura ( 1992 : 185 ) yaitu : k → g, s/ sh→ z / j, t → d, dan h → b. Contoh : Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
-
k→ g /kuni-/
-
+
/kuniguni/
+
/-shima/
→
/shimajima/
t→d /toki-/
-
→
s / sh→ z / j /shima-/
-
/-kuni/
+
/-toki/
→
/tokidoki/
+
/-hito/
→
hitobito/
h→ b /hito-/
Menurut Cahyono ( 1995 : 148 ) proses morfofonemik yang mengalami perubahan fonem terjadi, untuk mempermudah dan memperlancar ucapan. Perubahan fonem vokal ( 母韻交替 ‘bouin koutai’ ) dan perubahan fonem konsonan ( 子韻交替’shiin koutai’ ) yang merupakan salah satu kajian dalam morfofonemik terjadi pada proses pembentukan kata, seperti : 1. Afiksasi ( pengimbuhan / 接辞 ‘setsuji’ ) 2. Reduplikasi ( pengulangan / 重複 ’juufuku’ ) 3. Komposisi ( pemajemukan / 複合語 ‘fukugougo’ ) Seperti yang terlihat pada contoh-contoh sebelumnya, misalnya : /sake-/ + /-ya/ → /sakaya/. ( lihat hal : 12 ) /hito-/ + /-hito/ → /htobito/. ( lihat hal : 13 ) Kata /sakaya/ adalah contoh komposisi, dan kata /hitobito/ adalah contoh reduplikasi. Oleh karena itu, penelitian tentang perubahan fonem dalam bidang kajian morfofonemik ini akan berhubungan dengan proses afiksasi, reduplikasi, dan juga komposisi. Perubahan fonem yang terjadi baik itu pada fonem vokal maupun fonem konsonan akan tampak jelas terlihat dan akan muncul jika Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
ditampilkan dalam contoh-contoh dalam proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Dalam skripsi ini penulis akan membahas perubahan fonem vokal dan konsonan yang terjadi dalam proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi yang hanya terjadi pada nomina majemuk ( 福語名詞 ‘fukugou meishi’ ) saja.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui proses perubahan fonem vokal ( 母 韻 交 替 ‘bouin koutai’ ) bahasa Jepang ditinjau dari segi morfofonemik. 2. Untuk mengetahui proses perubahan fonem konsonan (子韻交替 ‘shiin koutai’ ) bahasa Jepang ditinjau dari segi morfofonemik.
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal linguistik, terutama morfofonemik bahasa Jepang yang merupakan gabungan 2 cabang linguistik, yaitu : morfologi dan fonologi. 2. Dapat menjadi informasi dan memperkaya khazanah penguasaan bahasa Jepang, terutama oleh pemakai / pembelajar bahasa Jepang sebagai bahasa asing, terutama tentang morfofonemik bahasa Jepang.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
1.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Artinya, penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada penutur- penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat yang biasa dikatakan sifatnya seperti potret : paparan seperti apa adanya. ( Sudaryanto; 1988: 62 ) Selain metode deskriptif, penelitian ini juga menggunakan Metode Kepustakaan ( library research ), yaitu studi kepustakaan atau pengumpulan data – data dan informasi yang bersumber dari buku – buku kepustakaan yang ada kaitannya dengan perubahan fonem vokal dan konsonan bahasa Jepang.
2. Tekhnik Pengumpulan Data Karena sumber data pada penelitian ini adalah sumber data tertulis, yaitu bersumber dari buku –buku atau majalah yang topiknya terkait dengan permasalahan dalam skipsi ini, maka tekhnik pengumpulan data yang dilakukan adalah : 1. Membaca seluruh kosakata yang ada dalam buku-buku atau majalah yang terkait dengan skripsi ini dengan cermat dan teliti. 2. Mengelompokkkan mana kosakata yang termasuk afiksasi, reduplikasi dan komposisi yang ada dalam buku-buku atau majalah tersebut.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
3. Mendeskripsikan bentuk perubahan fonem vokal dan konsonan yang dijumpai kedalam bentuk data. 4. Menganalisis bentuk perubahan fonem vokal dan konsonan dalam data tersebut.
BAB II PROSES MORFOLOGI DAN PROSES MORFOFONEMIK
2.1 Pengertian Morfologi dan Proses Morfologi Hampir semua bahasa-bahasa yang ada di dunia mempunyai proses pembentukan kata sebagai unsur pembentuk kalimat seperti bahasa Indonesia, bahasa Jepang, bahasa Inggris, bahasa Jerman, dan lain-lain. Bahasa-bahasa ini mempunyai afiks, baik itu berupa awalan, akhiran maupun sisipan sebagai unsur pembentuk kata. Proses pembentukan kata dikaji dalam bidang morfologi. Ilmu bahasa yang menyelidiki peristiwa-peristiwa mengenai seluk-beluk bentuk kata terhadap fungsi dan arti kata adalah morfologi ( Wirjosoedarmo, 1985 : 92 ). Kemudian, Ramlan dalam Hendry Guntur Tarigan ( 1986 : 4 ) mengatakan bahwa morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik. Jadi, dalam morfologi mencakup tentang kata, bagian – bagian kata, dan kajian kata.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Satuan ujaran yang mengandung makna ( leksikal atau gramatikal ) yang turut serta dalam pembentukan kata atau yang rnenjadi bagian dari kata disebut morfem. Berdasarkan potensinya untuk dapat berdiri sendiri dalam suatu tuturan, rnorfem dibedakan terdiri dari : 1. Morfem terikat, yaitu : morfem yang tidak mempunyai potensi untuk berdiri sendiri, sehingga harus selalu hadir dengan rnengikatkan dirinya dengan morfem bebas lewat proses morfologis atau proses pembentukan kata. 2. Morfem bebas, yaitu : morfem yang secara potensial mampu berdiri sendiri sebagai kata dan secara gramatikal menduduki satu fungsi dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia morfem bebas disebut juga kata dasar. Satuan ujaran seperti buku, kantor, arsip, uji, ajar, kali, pantau, dan liput rnerupakan morfem bebas atau kata dasar; sedang /me-/, /pe-/, /-an/, /ke – an/, /di-/ merupakan morfem terikat. Sebuah morfem, jika bergabung dengan morfem lain, sering mengalami perubahan. Misalnya, morfem terikat /me-/ dapat berubah menjadi /men-/, /mem-/, /meny-/, /menge-/, dan /menge-/ sesuai dengan lingkungan yang dimasuki. Proses morfologis adalah proses pembentukan kata dari suatu bentuk dasar menjadi suatu bentuk jadian. Proses ini , meliputi afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi ( pemajemukan ). Kata dasar adalah kata yang belum berubah, belum mengalami proses morfologis, baik berupa proses penambaban imbuhan, proses pengulangan, rnaupun proses pemajemukan.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Bentuk dasar adalah bentuk yang menjadi dasar dalam proses morfologis, dapat berupa kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan dapat pula berupa kata majemuk Istilah morfologi dalam bahasa Jepang disebut dengan 形態論 ‘keitairon’. Sutedi ( 2003 : 6 ) mengatakan, Morfologi ( 形態論 ‘keitairon’ ) adalah ilmu yang mengkaji tentang jenis-jenis dan proses pembentukan kata dalam suatu bahasa. Proses pembentukan kata disebut juga dengan proses morfologi atau proses morfologis. Proses morfologis adalah cara pembentukan kata – kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lainnya, atau proses penggabungan morfem-morfem menjadi kata ( Samsuri, 1980 : 190 ). Proses morfologis dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah 語形成 ‘ gokeisei ‘.
2.2 Jenis- Jenis Proses Morfologi Menurut Sutedi ( 2003 : 44-46 ), hasil dari proses pembentukan kata ( 語 形成 ‘gokeisei‘ dalam bahasa Jepang sekurang-kurangnya ada 4 macam, yaitu : (1). Haseigo adalah penggabungan dengan setsuji. (2). Fukugougo / Goseigo adalah kata majemuk. (3). Karikomi / Shouryaku adalah akronim yang berupa suku kata dari kosakata aslinya. (4). Toujigo adalah singkatan huruf pertama yang dituangkan dalam huruf alfabet.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Japan Wikipedia menyatakan goseigo berupa fukugougo, haseigo, dan jougo ( http://ja.wikipedia.org/wiki ). Hal ini menunjukkan bahwa proses morfemis bahasa Jepang dapat berupa haseigo, fukugougo, jougo, shouryaku / karikomi, dan toujigo. Dalam skripsi ini, penulis hanya akan membahas tentang proses morfologis yang berupa afiksasi ( pengimbuhan / 接辞 ‘setsuji’ ), reduplikasi ( pengulangan / 重 福 ’juufuku’ ), dan komposisi ( pemajemukan / 複 合 語 ‘fukugougo’ ).
1. Afiksasi ( Setsuji ) Menurut Muchtar ( 2006 : 35 ), afiksasi atau pengimbuhan adalah pembentukan kata dengan membubuhkan afiks pada morfem dasar, baik morfem dasar bebas maupun morfem dasar terikat. Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata ( Chaer, 2003 : 177 ). Afiks yang terletak di awal bentuk kata dasar, seperti /ber-/, /di-/, /ke-/, /me-/, dan lain-lain adalah prefiks ( awalan ). Yang disisipkan di dalam sebuah kata dasar, seperfi : /-em/, /er/, dan /el/ adalah infiks ( sisipan ). Yang terletak di akhir kata dasar, seperti : /-i/, /an/, /-kan/, dan lain-lain adalah sufiks ( akhiran ). Gabungan prefiks dan sufiks yang membenluk satu kesatuan dan bergabung dengan
kata
dasarnya
secara
serentak
seperti
:
/ke-an/, /pe-an/, /per-an/ dinamakan konfiks. Afiksasi dalam bahasa Jepang disebut dengan 接辞 ‘setsuji’. Menurut Koizumi ( 1993 : 95 ), setsuji terbagi atas 3 jenis, yaitu : prefiks ( 接頭辞 ‘settouji’ ), sufiks ( 接尾辞 ‘setsubiji’ ), dan infiks ( 接中辞 ‘setsuchuuji’ ). Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Menurut Makino ( 2003 : 679-684 ), dalam bahasa Jepang ada banyak prefiks dan sufiks dan pada beberapa prefiks terjadi perubahan bunyi ( a sound change occurs with some prefixes ). Jadi, prefiks dalam bahasa Jepang ada yang mengalami morfofonemik. Menurut Timothy ( 1993 : 1 ), prefiks yang biasanya sering dipakai antara lain : 1. お ( o ) ( sou ) 2. 再 ( sai ) ( shin ) 3. 大 ( dai ) ( su ) 4. 不 ( fu ) ( zen )
5. ご (go )
9. 女 ( me )
13. 総
6. 非 ( hi )
10. 真 ( ma )
14. 新
7. 各 ( kaku )
11. 未 ( mi )
15. 素
8. 旧 ( kyuu )
12. 無 ( mu )
16. 全
Sedangkan sufiks dalam bahasa Jepang ( Timothy, 1993 : 29 ) yang sering digunakan antara lain : 1. 的 ( teki ) ( kai ) 2. 別 ( betsu ) ( kai ) 3. 部 ( bu ) ( sha ) 4. 物 ( butsu ) ( shi ) 5. 病 ( byou ) ( shiki ) 6. 調 ( chou ) ( shin ) 7. 中( chu ) ( sou ) 8. 代 ( dai ) ( jou ) 9. 団 ( dan ) ( tai ) 10. 度 ( do ) ( you )
12. 費 ( hi )
23. 感 ( kan )
34. 会
13. 品 ( hin )
24. 圏 ( ken )
35. 界
14. 法 ( hou )
25. 金 ( kin )
36. 者
15. 員 ( in )
26. 論 ( ron )
37. 土
16. 人 ( jin )
27. 類 ( rui )
38.
式
17. 所 ( sho )
28. 力 ( ryoku )
39.
心
18. 上 ( jo )
29. 料 ( ryou )
40. 層
19. 下 ( ka )
30. 流 ( ryuu )
41. 場
31. 生 ( sei )
42. 隊
32. 説 ( setsu )
43. 用
20.
家 ( ka )
21. 化 ( ka )
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
11. 風 ( fuu )
22.
派 ( ha )
33. 剤 ( zai )
44. 工
( ko )
Infiks dalam bahasa Jepang secara umum tidak ada, namun terlihat pada contoh yang menunjukkan infiks /-e-/ ( Koizumi, 1993 : 95 ). Mi-ru → mi-e-ru Ni-ru → ni-e-ru
2. Reduplikasi ( Juufuku ) Cahyono ( 1995 : 145-146 ) mengatakan bahwa, reduplikasi adalah pengulangan bentuk satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai variasi fonem maupun tidak. Secara umum, reduplikasi merupakan proses morfemis yang mengulang kata dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan perubahan bunyi ( Chaer, 2003 : 182 ). Ada beberapa macam reduplikasi, yaitu : 1. Kata ulang penuh, yaitu yang diperoleh dengan mengulang seluruh bentuk dasar, terbagi tiga, yaitu : a. Dwilingga, yaitu : kata ulang yang bentuk dasarnya sebuah morfem bebas. Contohnya : ibu-ibu, buku-buku, teman-teman, dan lain-lain. b. Dwipurwa, yaitu : kata ulang yang bentuk dasarnya kata berimbuhan. Contohnya : ujian-ujian, persoalan-persoalan, dan lain-lain. c. Dwilingga salin suara adalah dwilingga yang mengalami perubahan bunyi. Contohnya :sayur-mayur, mondar-mandir, gerak-gerik, bolak-balik,selukbeluk, dan lain-lain. Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
2. Kata ulang berimbuhan, contohnya : berjalan-jalan, tulis-menulis, kekanakkanakan, dan lain-lain. 3. Kata ulang semu ( bentuk ini sebenarnya merupakan kata dasar, jadi bukan hasil pengulangan atau redplikasi. Contoh : laba-laba, ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu, dan empek-empek. Reduplikasi dalam bahasa Jepang disebut dengan
重 複 ‘ juufuku’
( Koizumi, 1993 : 108 ). Menurut Japan Wikipedia, selain disebut dengan juufuku, reduplikasi dalam bahasa Jepang disebut juga dengan 畳 語 ’jougo’ atau 重 畳 ’choujo’’. 畳語 ( じょうご ) と は、 単語 または その 一部 をなす形態素 などの 単位を反ぽくして作られた単語と言う。( Jougo to wa, tango matawa sono ichibuwo nasu keitaiso nado no tan i wo hanpokushite tsukutareta tango to iu “ Jougo adalah kata yang dibentuk dengan mengulang satuan / unit morfem yang berupa kata atau satu bagian dari kata tersebut “. ) ( http://ja.wikipedia.org/wiki/)
Koizumi ( 1993 : 108-109 ) menyatakan bahwa reduplikasi dalam bahasa Jepang terbagi 2, yaitu : 1. 語幹の重複 ( gokan no juufuku : kata ulang dari bentuk dasarnya ), contohnya : hitobito ‘orang-orang’, kamigami ‘ dewa-dewa ‘, kuniguni ‘ negara-negara ‘, dll. 2. 語幹の重複と接辞 ( gokan no juufuku to setsuji : kata ulang yang mengalami proses afiksasi ), contohnya : wakawakashii ‘kemuda-mudaan’.
Kemudian, masih menurut Koizumi ( 1993 : 108 ), juufuku terbagi atas :
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
1. Gitaigo yaitu bunyi bahasa yang diungkapkan seperti keadaan bendanya atau bunyi bahasa yang timbul dengan melihat keadaan bendanya. Contoh : hyu-hyu ‘bunyi angin’. 2. Giongo yaitu bunyi bahasa atau suara yang menyerupai suara benda atau hewan. Contoh : wan-wan ‘suara anjing’. Keduanya merupakan anomatope atau tiruan bunyi/suara. Secara umum, jougo terbagi atas 3, yaitu : a. 完全畳語 ‘kanzen jougo’ Yaitu : Pengulangan sempurna atau pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem atau pengafiksasian. Cotohnya : ieie ‘rumahrumah’. b. 部分畳語 ‘bubun jougo’ Yaitu : Pengulangan sebagian. Contohnya : susuru ‘menghirup’. c. 音交替的畳語 ‘onkoutai jougo’ Yaitu : Pengulangan berubah bunyi atau pengulangan yang melibatkan perubahan vokal dan perubahan konsonan. Contohnya : hitobito ‘orangorang’.
Di dalam wikipedia Jepang ( http://www.nobi.or.jp/i/kotoba/jougo/index.html ) menyatakan ada banyak jenis jougo, antara lain : 1. 畳語名詞。代名詞 ‘jougo meishi.daimeishi’ ( nomina dan pronominal ulang) Contohnya : ieie ‘ rumah-rumah’ 2. 畳語名詞。代名詞 ( 連濁 ) ‘ jougo meishi . daimeishi ( rendaku )’ : nomina dan pronominal ulang dengan perubahan bunyi. Contohnya : hitobito ‘orang-orang’. 3. 畳語動詞 ‘ jougo doushi ‘ ( verba ulang ). Contohnya : yasumiyasumi ‘berhenti’.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
4. 畳語動詞 ( 部分畳語 ) ‘jougo doushi’ ( ‘bubunjougo’ ) : verba ulang ( pengulangan sebagian ). Contohnya : susuru ‘ menghirup’ 5. 畳 語 形 容 詞 ‘ jougo keiyoushi’ ( adjektiva ulang ). Contohnya : wakawakashii ‘ kemuda-mudaan’ 6. 畳 語 副 詞 ‘ jougo fukushi’ ( adverbia ulang ). Contohnya : tokidoki ‘ kadang-kadang’. 7. 畳語擬音語。擬態語 ‘ jougo giongo.gitaigo’ ( bunyi tiruan / anomatope ulang ). Contohnya : dokidoki ‘deg-deg’ 8. 畳語外来語 ‘ jougo gairaigo’ ( pengulangan kata asing ). Contohnya : teburuteburu ‘ meja-meja’. 9. 畳語集畳語 ‘ jougo shuujougo’ ( kumpulan kata ulang ). Contohnya : achirakochira ‘ ini itu’
3. Komposisi ( Fukugougo / Goseigo ) Dalam bahasa Indonesia, komposisi dapat berupa kata majemuk. Menurut Chaer ( 2003 : 185 ) komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru. Contoh : kamar mandi, kereta api, rumah makan, dan lain-lain. Ada beberapa jenis komposisi ( kata majemuk), yaitu : 1. Kata majemuk setara, yaitu kata majemuk yang masing-masing unsurnya berkedudukan sama / setara. Contohnya : tua muda, besar kecil, ibu bapak, dan lain-lain. 2. Kata majemuk bertingkat, yaitu yang salah satu unsurnya menjelaskan unsur yang lain. Jenis kata majemuk itu bersifat endosentris, yakni salah satu unsurnya dapat mewakili seluruh konstruksi, contoh: kamar mandi, sapu tangan, meja gambar, dan meja tulis. Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Dalam bahasa Jepang, komposisi disebut dengan 複合語 ‘fukugougo’. Koizumi ( 1993 : 94 ) menyatakan bahwa : 自由刑同士が結びついたものを『 複合語 』と呼んでいる。 ( jiyuukei doushi ga musubitsuitamono wo 『 fukugougo』to yondeiru : morfem bebas dengan sesamanya / morfem bebas yang berpadu menjadi satu, disebut kata majemuk ) 複合語は自由形の語もしくはその異形態とが相互に結びついてできた 語。 ( fukugougo wa jiyuukei no go moshiku wa sono igyoutai to ga sougo ni musubitsuite dekita go : kata majemuk adalah kata yang dapat saling berpadu antara kata yang berupa morfem bebas atau dengan bentuk perubahannya )
Kemudian Nomura ( 1992 : 185 ) juga menambahkan, fukugougo adalah 二つ以上の語碁『語』が結合してできている語. ( Futatsu ijou no goki ( go ) ketsugoushite dekite iru go : kata yang terdiri dari dua kata atau lebih yang dapat menjadi satu ) Nomura ( 1992 : 185 ) juga membagi fukugougo menjadi 3 pola, yaitu : 1. 補足関係 ‘hosokukankei’ ( hubungan pelengkap ) a) Noun + Adjectiva. Contohnya : irojiro ‘warna putih’ b) Noun + Verba. Contohnya : higure ‘ matahari terbenam ‘ 2. 修飾関係 ‘shuushokukankei’ ( hubungan penerang ) a) Adjectiva + Verba. Contohnya : hayaoki ‘bangun cepat’ b) Verba + Verba. Contohnya : tachiyomi ‘membaca sambil berdiri ‘ c) Adjectiva + Noun. Contohnya : marugao ‘ wajah bulat ‘ d) Verba + Noun. Contohnya : uchikizu ‘ luka memar ‘ e) Noun + Noun. Contohnya : hondana ‘ rak buku ‘ 3. 対立関係 ‘tairitsukankei’ ( hubungan perlawanan ) a) Noun + Noun. Contohnya : ashikoshi ‘ kaki dan pinggang’ b) Verba + Verba. Contohnya : urikai ‘ jual beli ‘ c) Adjectiva + Adjectiva. Contohnya : sukikirai ‘ suka dan tidak suka ‘
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Fukugougo dapat berupa fukugou doushi dan fukugou meishi. Menurut Sudjianto ( 2004 : 150 ), fukugou doushi ( verba majemuk ) merupakan verba yang terbentuk dari gabungan 2 buah kata atau lebih, dan gabungan kata tersebut secara keseluruhan dianggap sebagai 1 kata. Contohnya hanashiau ‘ berunding ‘. Sedangkan fukugou meishi ( nomina majemuk ) merupakan nomina yang terbentuk dari gabungan beberapa kata, lalu gabungan kata itu secara keseluruhan dianggap sebagai 1 kata. Contohnya aozora ‘ langit biru ‘. Menurut Sutedi ( 2003 : 46 ) fukugougo atau yang disebut juga 合成語 ‘ gouseigo’ merupakan kata yang terbentuk sebagai hasil penggabungan beberapa morfem isi, yaitu antara lain : 1. Morfem isi + morfem isi a) Nomina + Nomina. Contohnya : 雨傘 ‘ amagasa ‘ ( payung hujan ) 2. Morfem isi + setsuji a) Nomina + Verba. Contohnya : 日帰り ‘ hikaeru ‘ ( pulang hari itu ) b) Verba + Nomina. Contohnya : 食べ物 ‘ tabemono ‘ ( makanan ) c) Verba + Verba = Verba. Contohnya : 取 り 出 す
‘ toridasu
‘ ( mengambil ) d) Verba + Verba = Nomina. Contohnya : 行き帰り ‘ ikikaeri ‘ ( pulangpergi )
Menurut Situmorang ( 2007 : 39 ), Perubahan bunyi pada meishi ( nomina ) terjadi apabila meishi tersebut dibuat menjadi kata mejemuk. Maka oleh karena itu, pemajemukan nomina dalam bahasa Jepang ada yang mengalami proses morfofonemik. Dalam proses morfologi yaitu afiksasi, reduplikasi, dan komposisi ada perubahan bentuk yang disertai dengan perubahan bunyi. Proses perubahan
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
yang disertai dengan perubahan bunyi ini merupakan bidang kajian dalam morfofonemik.
2.3 Penegrtian Morfofonemik dan Proses Morfofonemik Ada tiga istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan interaksi antara morfologi dan fonologi. Interaksi antara morfologi dan fonologi tersebut di kalangan para linguis Amerika umumnya disebut morfofonemik. Akan tetapi, para linguis Eropa ( Crystal, 1991 ) lebih menggandrungi istilah morfofonologi atau morfonologi (http://ja.wikipedia.org/wiki/). Dalam skripsi ini digunakan istilah morfofonemik, sejalan dengan judulnya “Analisis On In Koutai Bahasa Jepang ditinjau dari segi Morfofonemik”. Morfofonemik
merupakan
kata
serapan
dari
bahasa
Inggris
morphophonemics atau sering juga disebut morphonemics atau ada juga yang menamakan morfonologi (http://ja.wikipedia.org/wiki/). Definisi morfofonemik tidak seragam di kalangan para linguis. Beberapa linguis mendefinisikan morfofonemik secara luas, sebagian lainnya memberi definisi yang lebih sempit. Definisi morfofonemik dalam arti luas menurut Kridalaksana ( 2007 : 185 ), tidak hanya mengacu pada analisis dan klasifikasi berbagai wujud atau realisasi yang menggambarkan morfem. Morfofonemik juga mengacu pada struktur bahasa yang menggambarkan pola fonologis dari morfem. Penambahan, pengurangan, penggantian fonem, atau perubahan tekanan yang menentukan bangun morfem termasuk di dalam struktur bahasa yang menggambarkan pola fonologis.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Pengertian morfofonemik tersebut di atas sejalan dengan pengertian morfofonemik menurut Crystal :1991 dalam (http://ja.wikipedia.org/wiki/) yang menyatakan bahwa morfofonemik adalah cabang linguistik mengenai pengkajian dan pengklasifikasian faktor-faktor fonologis yang mempengaruhi kemunculan morfem atau faktor-faktor gramatikal yang berperan dalam pemunculan fonem. Dalam pengertian ini, morfofonemik dianggap sebagai tataran tersendiri struktur linguistik antara gramatika dan fonologi. Hockett : 1991 dalam (http://ja.wikipedia.org/wiki/) mengemukakan definisi yang pada prinsipnya sejalan dengan pengertian morfofonemik yang dikemukakan oleh Crystal. Hockett menganggap setiap frase menyangkut bentuk fonemik morfem sebagai kajian morfofonemik. Oleh sebab itu, Hockett menekankan, morfofonemik merupakan inti kajian bahasa. Perubahan atau modifikasi adalah kata kunci dalam morfofonemik. Sebagaimana dikemukakan oleh Busenitz dan Busenitz : 1991 dalam (http://ja.wikipedia.org/wiki/),
morfofonemik
meliputi
perubahan
konsonan,
perubahan vokal, dan perubahan pronomina. Perubahan konsonan mencakup asimilasi nasal dan pelesapan konsonan. Perubahan vokal meliputi penyesuaian vokal dan penyisipan vokal. Dalam pengertian sempit, morfofonemik lebih dibatasi pada kajian mengenai bentuk perubahan yang terjadi pada morfem. Hocket dan Wells McCarthy : 1991 dalam (http://ja.wikipedia.org/wiki/), misalnya, lebih memusatkan perhatian pada perbedaan-perbedaan bentuk fonemik alternan-alternan morfem daripada struktur fonemik.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Kata morfofonemik menunjukkan adanya hubungan antara morfem dan fonem. Perubahan bentuk sebuah morfem berdasarkan bunyi atau perubahan yang menyangkut hubungan antara morfem dan fonem, disebut perubahan-perubahan morfofonemik. Perubahan – perubahan morfofonemik yang terjadi pada umumnya ditujukan untuk mempermudah dan memperlancar pengucapan. Dalam bahasa Jepang, morfofonemik disebut dengan 胃 形 態 の 交 替 ‘igyoutai no koutai’ atau 形態音韻論 ‘keitai on inron’. Yanagisawa ( 1998 : 60 ) menyatakan defenisi 形態音韻論 ‘keitai on inron’ sebagai berikut : 形態論の一つ。形態をこう成する音韻を対象とし、形態論を補助する、 音便などの形態の音的現象を記述する、体系化するもの。( Keitairon no hitotsu. Keitai wo kouseisuru on in wo taishou toshi, keitairon wo hojosuru, onbin nado no keitai no on teki genshou wo kijutsusuru, taikeikasuru mono : keitai on inron termasuk dalam morfologi, dan merupakan suatu system yang menggambarkan peristiwa yang ditinjau dari bunyi pada morfem yang mengalami perubahan, dan sebagainya, yang termasuk dalam morfologi, dengan fonem yang menyusun / membentuk stukturnya sebagai objek ).
Menurut Nomura ( 1992 : 185 ), perubahan fonem pada pemajemukan kata dalam bahasa Jepang tersebut disebut juga dengan honongenshou. 複合に際しては、それぞれの語碁のこう成音素に変化が生じることが ある。これも変音現象とも言う。( fukugou ni saishite wa sorezore no goki no kousei onso ni henka ga shoujiru koto ga aru. Kore mo honongenshou to mo iu : pada pemajemukan, ada yang mengalami perubahan fonem pada kata dasarnya. Hal tersebut disebut juga honongenshou ).
Nomura ( 1992 : 185 ) juga menyatakan bahwa honengenshou antara lain : 1. 母音交替 ‘ rendaku’ ( perubahan bunyi ) Seperti : k → g, s/ sh→ z / j, t → d, dan h → b. Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Contohnya : kusa + hana → kusabana 2. 母韻交替 ‘ bouin kuotai ‘ ( perubahan vokal ) Contohnya : ame + kasa → amagasa 3. 音挿入 ‘onsounyuu’ ( penyisipan bunyi ) Contohnya : haru + ame → harusame 4. 音便 ‘ onbin ‘ ( perubahan bunyi ) Contohnya : hiki + hagasu → hippagasu 2.4 Jenis- Jenis Proses Morfofonemik Tipe morfofonemik bahasa Jepang yang terjadi pada morfem menurut Koizumi ( 1993 : 105-106 ), antara lain : 1. 付加 ‘ fuka ‘ ( penambahan bunyi ). Contohnya : penambahan bunyi /er/. ( tsuku ‘lekat’ →
tsukeru
‘melekatkan ‘ ) 2. 削除 ‘ sakujo ‘ ( penghilangan bunyi ) Contohnya : penghilangan bunyi /er/. ( sakeru ‘ mengembangkan ‘ → saku ‘kembang ‘ ) 3. 置換 ‘ chikan ‘ ( pergantian bunyi ). Contohnya : atsumaru ‘ berkumpul ‘ → atsumeru ‘ mengumpulkan ‘. 4. ゼロ接辞 ‘ zero setsuji ‘ ( imbuhan kosong ). Cobtohnya : 自動詞 ( fuku ‘ bertiup ‘ ) → 他動詞 ( fuku ‘ meniup ‘ )
Sedangkan menurut Suzuki ( 1975 : 80 ) menyatakan bahwa dalam bahasa Jepang, perubahan fonem dalam proses morfofonemik ada 6, yaitu :
2.4.1. Pelesapan Fonem ( On in datsuraku ) Proses pelesapan fonem terjadi bila morfem dasar atau afiks melesap pada saat terjadi penggabungan fonem ( Kridalaksana, 2007 : 195 ). Dalam bahasa
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Indonesia, contohnya, pelesapan fonem /r/ dari afiks /ber-/ yang apabila digabungkan dengan morfem dasar yang fonem pertamanya berawal dengan fonem /r/ atau mengandung /r/ akan mengalami pelesapan fonem. /ber-/ + /kerja/ → /bekerja/ Dalam bahasa Jepang peristiwa seperti ini disebut dengan 音韻 脱落 ’On in datsuraku’ ( pelesapan fonem ). Jika dilihat dari huruf kanjinya, maka on in datsuraku ( pelesapan fonem ) adalah 音 韻 ’on in‘ berarti fonem dan 脱 落 ’datsuraku‘ berarti gugur / rontok / terpelanting keluar ( Matsuura, 1994 : 137 & 768 ).
Contohnya, prefiks /kaku-/ ’setiap’, jika ditambahkan pada dasar kata yang bermula dengan fonem /k/, misalnya /-koku/ ’negara’, maka bentuknya berubah menjadi /kak-/, dengan melesapnya fonem /u/. /kaku-/ + /-koku/
→ /kakkoku/
2.4.2. Penyingkatan Fonem ( On in shukuyaku ) Proses penyingkatan fonem adalah gejala pemendekan bunyi fonemis sebagai akibat upaya penghematan atau ekonomisasi pengucapan ( Kridalaksana, 1982 : 94 ). Penyingkatan fonem disebut kontraksi. Peristiwa ini biasa terjadi pada penuturan bahasa-bahasa di dunia, termasuk bahasa Indonesia, asal saja tidak mengganggu proses dan tujuan komunikasi. Peristiwa ini terus berkembang karena secara diam-diam telah didukung dan disepakati oleh komunitas penuturnya.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Dalam bahasa Indonesia, contohnya , sering dijumpai pemakaian kata ‘ tak’ atau ‘ndak’ untuk ‘tidak’, ‘tiada’ untuk ‘tidak ada’, ‘gimana’ untuk ‘bagaimana’, ‘tapi’ untuk ‘tetapi’, dan lain-lain. Padahal, penghilangan beberapa fonem tersebut dianggap tidak baku oleh tatabahasa baku bahasa Indonesia. Tetapi, karena demi kemudahan dan kehematan, gejala itu terus berlangsung. Dalam bahasa Inggris, kontraksi ini sudah merupakan pola sehingga ‘bernilai sama’ dengan struktur lengkapnya. Misalnya: -Shall+not→shan’t -isnot→isn’t Dalam bahasa Jepang penyingkatan fonem yang seperti ini disebut dengan 音 韻 縮 約 ’On in shukuyaku’. Jika dilihat dari huruf kanjinya, maka on in shukuyaku ( penyingkatan fonem ) adalah 音韻 ’on in‘ berarti fonem dan 縮 約 ’shukuyaku‘ berarti memendekkan / menyingkat ( Matsuura, 1994 : 768 & 972 ).
2.4.3. Perubahan Fonem ( On in koutai ) Proses perubahan fonem terjadi apabila pada saat proses penggabungan morfem dasar, fonem terakhir suku kata pertama adalah konsonan digabungkan dengan fonem awal suku kata kedua adalah vokal ( Kridalaksana, 2007 : 194 ). Dalam bahasa Indonesia, contohnya, perubahan dari fonem /r/ dari afiks /ber-/ menjadi fonem /l/ jika digabungkan dengan kata /ajar/. /ber-/ + /ajar/
→ /belajar/
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Dalam bahasa Jepang proses perubahan fonem ini disebut dengan 音韻交替 ‘on in koutai’ ( perubahan fonem ). Jika dilihat dari huruf kanjinya, maka on in koutai ( perubahan fonem ) adalah 音韻 ‘on in’ berarti fonem dan 交替 ‘koutai’ berarti perubahan / pergantian ( Matsuura, 1994 : 550 & 768 ). Menurut Koizumi ( 1993 : 100 ), 音韻交替 ‘on in koutai’ ( perubahan fonem ) terbagi 2, yaitu : 1) Perubahan vokal ( 母韻交替 ‘bouin koutai’ ) 2) Perubahan konsonan ( 子韻交替 ‘shiin koutai’ )
Koizumi ( 1993 : 101 ), menyatakan bahwa proses perubahan vokal ( 母韻替 ‘bouin koutai’ ) terjadi pada : a.
Nomina majemuk ( 福語名詞 ‘Fukugou meishi’ ), yaitu : ketika dua kata digabungkan untuk menggabungkan kata majemuk, vokal terakhir dari kata yang pertama berubah. Contohnya : /sake-/ /ki-/
+ +
/shiro-/
/-ya/
→
/sakaya/
/-kage/
→
/kokage/
→
/shiraito/
+
/- ito/
Jadi, setiap fonem terakhir dari kata pertama yang diakhiri vokal, akan berubah menjadi vokal lain, jika digabungkan dengan kata lain yang akan menjadi kata majemuk, yaitu : e → a, i → o, o → a
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
b.
Adjectiva I ( 形容詞的 ‘Keiyoushi teki’ ), yaitu : ketika verba mendapat akhiran / -shii /, lalu menjadi adjektiva, maka vokal terakhir pangkal kata tersebut berubah. Contohnya : /konomu-/ /akeru-/ /kuiru-/
+ +
+
→
/-shii/ /-shii/
/-shii/
→ →
/konomashii/ /akashii/
/kuyashii/
Jadi, setiap kata yang mendapat akhiran / -shii/, maka fonem vokal terakhir dari kata tersebut berubah, yaitu : u → a, e → a , i → a c.
Verba I ( 動詞的 ‘Doushi teki’ ), yaitu : ketika yang mendapat akhiran /sufiks/ setsubiji ( /-su/ atau /-ru/ ) lalu menjadi verba baru maka vokal terakhir pangkal kata tersebut berubah. Contohnya : /tobu-/
+
/-su/
→
/tobasu/
Jadi, jika kata kerja I ( doushi I ) mendapat akhiran /-su/ atau /-ru/, maka fonem vokal terakhir dari kata tersebut berubah, yaitu : u→ a Proses perubahan konsonan ( 子韻交替 ‘shiin koutai’ ), baik yang terjadi pada nomina majemuk ( 福語名詞 ‘fukugou meishi’ ), kata sifat I ( 形容詞的 ‘keiyoushi teki’ ), maupun kata kerja I ( 動詞的 ’doushi teki’ ) akan mengalami perubahan fonem seperti yang dinyatakan oleh Nomura ( 1992 : 185 ) yaitu : k → g, s/ sh→ z / j, t → d, dan h → b. Contoh : Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
-
k→ g /kuni-/
-
+
+ /-shima/
→
/shimajima/
t→d /toki-/
-
/kuniguni/
s / sh→ z / j /shima-/
-
→
/-kuni/
/-toki/
→
/tokidoki/
+ /-hito/
→
/hitobito/
+
h→ b /hito-/
Menurut Cahyono ( 1995 : 148 ) proses morfofonemik yang mengalami perubahan fonem terjadi, untuk mempermudah dan memperlancar ucapan.
2.4.4. Pergeseran Fonem ( On in tenkan ) Pergeseran posisi fonem terjadi apabila komponen dari morfem dasar dan bagian dari afiks membentuk satu suku kata ( Kridalaksana, 2007 : 192 ). Pergeseran fonem ini dapat terjadi ke depan, belakang, atau dengan pemecahan. Pergeseran ke belakang terjadi pada morfem dasar yang berakhiran pada konsonan yang diikuti oleh sufiks atau komponen akhir konfiks yang diawali vokal, sehingga konsonan tersebut menjadi bagian dari suku kata yang di belakang. Contohnya : /ba-kar/
+
/ke-an/
→
/ke-ba-ka-ran/
Dalam bahasa Jepang proses pergeseran fonem ini disebut dengan 音韻 転 換 ‘on in tenkan’ ( pergeseran fonem ). Jika dilihat dari huruf kanjinya, maka on in tenkan ( pergeseran fonem ) adalah 音韻 ‘on in’ berarti fonem dan 転換
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
‘tenkan’ berarti pergeseran / pengalihan / pertukaran ( Matsuura, 1994 : 768 & 1068 ).
2.4.5. Penambahan Fonem ( On in tenka ) Dalam bahasa Indonesia, proses penambahan fonem adalah proses morfofonemik yang paling banyak dijumpai / terjadi ( Kridalaksana, 2007 : 184 ). Proses penambahan fonem terjadi bila dalam penggabungan morfem dasar atau afiks muncul fonem baru ( Kridalaksana, 2007 : 184 ). Dalam bahasa Indonesia, contohnya, penambahan fonem /ŋə/ pada morfem dasar /cat/ yang digabungkan dengan prefiks /mə/. /mə/
→
+ /cat/
/məŋəcat/
Dalam bahasa Jepang peristiwa seperti ini disebut dengan 音韻添加’On in tenka’ ( penambahan fonem ). Jika dilihat dari huruf kanjinya, maka on in datsuraku ( penambahan fonem ) adalah 音韻 ’on in‘ berarti fonem dan 添 加 ’tenka’ berarti pembubuhan / penambahan ( Matsuura, 1994 : 768 & 1068 ). Contohnya, prefiks /o-/ ditambahkan pada dasar kata yang bermula dengan fonem /i/, misalnya /-inu/ ’anjing’, maka akan muncul / fonem /su/, setelah prefiks /o-/, sehingga menjadi /osu-/. /o-/
+
/-inu/
→
/osuinu/
2.4.6. Peleburan Fonem ( On in yuugou ) Dalam bahasa Indonesia, proses peleburan fonem terjadi bila dalam proses penggabungan morfem dasar dengan afiks akan membentuk fonem baru ( Kridalaksana, 2007 : 196 ). Contohnya, peleburan morfem dasar yang diawali
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
dengan fonem /p/ yang jika digabungkan prefiks /mə-/ akan melebur menjadi fonem /m/. /mə/
+
/pilih/
→
/məmilih/
Dalam bahasa Jepang peristiwa seperti ini disebut dengan 音韻融合’On in yuugou’ ( peleburan fonem ). Jika dilihat dari huruf kanjinya, maka on in yuugou ( peleburan fonem ) adalah 音韻 ’on in‘ berarti fonem dan 融合 ‘yuugou’ berarti peleburan / peluluhan ( Matsuura, 1994 : 768 & 1196 ). Contohnya, pada proses pemajemukan / komposisi yaitu nomina + nomina → nomina. fonem awal dari kata kedua yang diawali fonem /k/ akan berubah menjadi fonem /g/ setelah digabungkan dengan fonem akhir dari kata pertama. /ue/
+
/ki/
→
/uwagi/
Dalam skripsi ini yang akan dibahas oleh penulis yaitu perubahan fonem, baik fonem vokal maupun fonem konsonan yang terjadi dalam proses morfologi ( afiksasi, reduplikasi, dan komposisi ) yang hanya terjadi pada nomina majemuk saja. Nomina atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Kata benda dapat dibagi menjadi dua: kata benda konkret untuk benda yang dapat dikenal dengan panca indera (misalnya buku), serta kata benda abstrak untuk benda yang menyatakan hal yang hanya dapat dikenal dengan pikiran (misalnya cinta). Selain itu, nomina juga dapat dikelompokkan menjadi kata benda khusus atau nama diri dan kata benda umum. Kata benda nama diri adalah kata benda yang mewakili suatu entitas tertentu (misalnya Jakarta atau Ali), sedangkan kata benda umum adalah sebaliknya, menjelaskan suatu kelas entitas (misalnya kota
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
atau orang). Nomina adalah lawan dari verba. Jika verba adalah kalimat yang berpredikat "Kata Kerja" maka kalimat nomina adalah kalimat berpredikat kata benda. Dalam bahasa Jepang, nomina disebut dengan 名詞 ‘meishi’. Semantara itu, nomina majemuk disebut dengan 福語名詞 ‘Fukugou meishi’. Jadi yang akan dibahas oleh penulis dalam skripsi ini adalah nomina + nomina atau gabungan lebih dari satu kata benda. Jika kata benda + kata benda digabungkan, bagaimana perubahan fonem vokal dan konsonan yang terjadi dalam proses morfologi ( afiksasi, reduplikasi, dan komposisi ). Hal ini membuat penulis tertarik untuk membahasnya lebih dalam.
BAB III ANALISIS ON IN KOUTAI BAHASA JEPANG DITINJAU DARI SEGI MORFOFONEMIK
3.1 Perubahan Fonem Vokal ( Bouin Kotai ) Bahasa Jepang Perubahan fonem vokal ( 母韻交替 ‘bouin koutai’ ) pada proses morfologi ( pembentukan kata ) antara lain : 3.1.1 Afiksasi ( pengimbuhan / 接辞 ‘setsuji’ ) a. Prefiks ( awalan / 接頭辞 ‘settouji’ ) 1. Prefiks /me-/ a) Fonem vokal /a/ → /a/ Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Contoh : -
/me-/ + /-azarahi/
→
meazarahi
Analisis : Meazarahi terdiri dari prefiks /me-/ + /-azarahi/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /me-/ dengan nomina yang diawali vokal /a/, tidak mengalami perubahan fonem, dengan kata lain fonem /a/ tidak berubah menjadi fonem lain atau tetap fonem vokal /a/.
b) Fonem vokal /u/ → /u / Contoh : -
/me-/ + /-uma/
→
meuma
Analisis : Meuma terdiri dari prefiks /me-/ + /-uma/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /me-/ dengan nomina yang diawali vokal /u/, tidak mengalami perubahan fonem, dengan kata lain fonem /u/ tidak berubah menjadi fonem lain atau tetap fonem vokal /u/.
c) Fonem vokal /e/ → /e / Contoh : -
/me-/ + /-ebi/ →
meebi
Analisis : Meebi terdiri dari prefiks /me-/ + /-ebi/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /me-/ dengan nomina yang diawali vokal /e/, tidak
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
mengalami perubahan fonem, dengan kata lain fonem /e/ tidak berubah menjadi fonem lain atau tetap fonem vokal /e/.
d) Fonem vokal /o/ → /o/ Contoh : -
/me-/ + /-obake/
→
meobake
Analisis : Meo terdiri dari prefiks /me-/ + /-o/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /me-/ dengan nomina yang diawali vokal /o/, tidak mengalami perubahan fonem, dengan kata lain fonem /o/ tidak berubah menjadi fonem lain atau tetap fonem vokal /o/. e) Fonem vokal /i/ → /i/ Contoh : -
/me-/ + /-inu/ →
mesuinu
Analisis : Mesuinu terdiri dari prefiks /me-/ + /-inu/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /me-/ dengan nomina yang diawali vokal /i/, tidak mengalami perubahan fonem, melainkan penambahan fonem /su/. Karena dalam skripsi ini penulis hanya membahas perubahan fonem maka penambahan fonem /su/ tidak dibahas lebih lanjut. Dengan kata lain fonem /i/ tidak berubah menjadi fonem lain atau tetap fonem vokal /i/, hanya mengalami panambahan fonem /su/.
Untuk lebih jelasnya, penulis sajikan dalam bentuk tabel dibawah ini : Prefiks
Fonem
Bentuk dasar
Hasil
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
/me-/
/a/
→ /a/
Azarahi ‘anjing laut’
Meazarahi ‘anjing laut betina’
/u/
→ /u/
Uma ‘kuda’
Meuma ‘kuda betina
/e/ → /e/
Ebi ‘udang’
Meebi’udang betina’
/o/ → /o/
Obake ‘hantu’
Meobake ‘hantu wanita’
/i/ → /i/
Inu ‘anjing’
Mesuinu ‘anjing betina’
Jika prefiks /me-/ digabungkan dengan nomina yang diawali dengan fonem vokal /a/, /i/, /u/, /e/, dan /o/, maka vokal /a/ → /a/, /i/ → /i/, /u/ → /u/, /e/ → /e/, dan /o/ → /o/. Dengan kata lain pada prefiks yang digabungkan dengan fonem vokal, bentuknya tetap atau tidak mengalami perubahan bentuk. 2. Prefiks /o-/ a) Fonem vokal /a/ → /a/ Contoh : -
/o-/ + /-azarahi/
→
oazarahi
Analisis : Oazarahi terdiri dari prefiks /o-/ + /-azarahi/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /o-/ dengan nomina yang diawali vokal /a/, tidak mengalami perubahan fonem, dengan kata lain fonem /a/ tidak berubah menjadi fonem lain atau tetap fonem vokal /a/.
b) Fonem vokal /u/ → /u / Contoh : -
/o-/ + /-uma/ →
ouma
Analisis : Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Ouma terdiri dari prefiks /o-/ + /-uma/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /o-/ dengan nomina yang diawali vokal /u/, tidak mengalami perubahan fonem, dengan kata lain fonem /u/ tidak berubah menjadi fonem lain atau tetap fonem vokal /u/.
c) Fonem vokal /e/ → /e / Contoh : -
/o-/ + /-ebi/
→
oebi
Analisis : Oebi terdiri dari prefiks /o-/ + /-ebi/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /o-/ dengan nomina yang diawali vokal /e/, tidak mengalami perubahan fonem, dengan kata lain fonem /e/ tidak berubah menjadi fonem lain atau tetap fonem vokal /e/.
d) Fonem vokal /o/ → /o/ Contoh : -
/o-/ + /-obake/
→
oobake
Analisis : Oobake terdiri dari prefiks /o-/ + /-obake/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /o-/ dengan nomina yang diawali vokal /o/, tidak mengalami perubahan fonem, dengan kata lain fonem /o/ tidak berubah menjadi fonem lain atau tetap fonem vokal /o/.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
e) Fonem vokal /i/ → /i/ Contoh : -
/o-/ + /-inu/
→
mesuinu
Analisis : Osuinu terdiri dari prefiks /o-/ + /-inu/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /o-/ dengan nomina yang diawali vokal /i/, tidak mengalami perubahan fonem, melainkan penambahan fonem /su/. Karena dalam skripsi ini penulis hanya membahas perubahan fonem maka penambahan fonem /su/ tidak dibahas lebih lanjut. Dengan kata lain fonem /i/ tidak berubah menjadi fonem lain atau tetap fonem vokal /i/, hanya mengalami panambahan fonem /su/.
Untuk lebih jelasnya, penulis sajikan dalam bentuk tabel dibawah ini : Prefiks
/o-/
Fonem
Bentuk dasar
Hasil
/a/
→ /a/
Azarahi ‘anjing laut’
Oazarahi ‘anjing laut jantan’
/u/
→ /u/
Uma ‘kuda’
Ouma ‘kuda jantan’
/e/ → /e/
Ebi ‘udang’
Oebi’udang jantan’
/o/ → /o/
Obake ‘hantu’
Oobake ‘hantu laki-laki’
/i/ → /i/
Inu ‘anjing’
Osuinu ‘anjing jantan’
Jika prefiks /o-/ digabungkan dengan nomina yang diawali dengan fonem vokal /a/, /i/, /u/, /e/, dan /o/, maka vokal /a/ → /a/, /i/ → /i/, /u/ → /u/, /e/ → /e/, dan /o/ → /o/. Dengan kata lain pada prefiks yang digabungkan dengan fonem vokal, bentuknya tetap atau tidak mengalami perubahan bentuk.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Prefiks /me-/ dan /o-/ digunakan untuk menyatakan jenis kelamin. Perfiks /me-/ untuk menyatakan jenis kelamin betina /wanita dan prefiks /o-/ untuk jenis kelamin jantan / laki-laki. Prefiks /me-/ dan /o-/ yang digabungkan dengan nomina yang diawali dengan vokal /a/, /i/, /u/, /e/, dan /o/, tidak mengalami perubahan fonem, melainkan penambahan / pemunculan fonem /su/ hanya pada penggabungan nomina dengan fonem vokal /i/ saja.
b. Infiks ( sisipan / 接中辞 ‘setsuchuuji’ ) Infiks dalam bahasa Jepang secara umum tidak ada, namun terlihat pada contoh yang menunjukkan infiks /-e-/ ( Koizumi, 1993 : 95 ). Mi-ru → mi-e-ru Ni-ru → ni-e-ru Karena dalam skripsi ini penulis hanya membahas tentang perubahan vokal dan konsonan yang terjadi pada nomina saja, maka perubahan yang terjadi pada infiks diatas tidak dibahas lebih lanjut, karena perubahan tersebut adalah perubahan yang terjadi pada verba.
c. Sufiks ( akhiran / 接尾辞 ‘setsubiji’ ) 1) Fonem vokal /a/ → /a/ Contoh : -
/kaisha-/ + /-in/
→
kaishain
Analisis :
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Kaishain terdiri dari nomina kaisha + sufiks /-in/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan nomina yang diakhiri vokal /a/, tidak mengalami perubahan fonem, dengan kata lain fonem /a/ tidak berubah menjadi fonem lain atau tetap fonem vokal /a/. Sufiks /-in/ mengandung arti ’anggota’.
2) Fonem vokal /i/ → /i/ Contoh : -
/keizai-/ + /-teki/
→
Keizaiteki
Analisis : Keizaiteki terdiri dari nomina keizai + sufiks /-teki/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan nomina yang diakhiri vokal /i/, tidak mengalami perubahan fonem, dengan kata lain fonem /u/ tidak berubah menjadi fonem lain atau tetap fonem vokal /i/. Sufiks /-teki/ digunakan untuk mengubah nomina menjadi Adverbia, yang bisa diartikan ’-is, -tik,dll’.
3) Fonem vokal /u/ → /u / Contoh : -
/tenisu-/ + /-bu/
→
tenisubu
Analisis : Tenisubu terdiri dari nomina tenisu + sufiks /-bu/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan nomina yang diaakhiri vokal /u/, tidak mengalami perubahan fonem, dengan kata lain fonem /u/ tidak berubah menjadi fonem lain atau tetap fonem vokal /u/. Sufiks /-bu/ akan memberi arti ’kelompok’ atau ’komunitas’.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
4) Fonem vokal /o/ → /o/ Contoh : -
/Hojo-/ + /-kin/
→
hojokin
Analisis : Hojokin terdiri dari nomina hojo + sufiks /-kin/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan nomina yang diakhiri vokal /o/, tidak mengalami perubahan fonem, dengan kata lain fonem /o/ tidak berubah menjadi fonem lain atau tetap fonem vokal /o/. Sufiks /-kin/ mengandung arti ’uang’ atau ’dana’.
Untuk lebih jelasnya, penulis sajikan dalam bentuk tabel dibawah ini : Fonem
Sufiks
Bentuk dasar
Hasil
/a/
/-in/
Kaisha ‘perusahaan’
Kaishain ‘karyawan’
/i/
/-teki/
Keizai ‘ekonomi’
Keizaiteki ‘ekonomis’
/u/
/-bu/
Tenisu ‘tenis’
Tenisubu ‘grup tennis’
/o/
/-kin/
Hojo ‘bantuan’
Hojokin ‘dana bantuan’
Jika sufiks digabungkan dengan nomina yang diakhiri dengan fonem vokal /a/, /i/, /u/, /e/, dan /o/, maka bentuknya tetap atau tidak mengalami perubahan fonem.
3.1.2 Reduplikasi ( pengulangan / 重複 ’juufuku’ ) a) Fonem vokal /a/ → /a/ Contoh : Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
-
/asa-/ + /-asa/→
asaasa
Analisis : Asaasa terdiri dari nomina asa + asa. Dari contoh ini terlihat bahwa nomina yang mengalalmi proses reduplikasi yang diawali dengan fonem vokal /a/, tidak mengalami perubahan fonem.
b) Fonem vokal /i/ → /i/ Contoh : -
/ie-/ + /-ie/
→
ieie
Analisis : Ieie terdiri dari nomina ie + ie. Dari contoh ini terlihat bahwa nomina yang mengalalmi proses reduplikasi yang diawali dengan fonem vokal /i/, tidak mengalami perubahan fonem.
c) Fonem vokal /u/ → /u / Contoh : -
/uta-/ + /-uta/ →
utauta
Analisis : Utauta terdiri dari nomina uta + uta.
Dari contoh ini terlihat bahwa
nomina yang mengalalmi proses reduplikasi yang diawali dengan fonem vokal /u/, tidak mengalami perubahan fonem.
d) Fonem vokal /e/ → /e/
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Contoh : -
/eki-/ + /-eki/ →
ekieki
Analisis : Ekieki terdiri dari nomina eki + eki. Dari contoh ini terlihat bahwa nomina yang mengalalmi proses reduplikasi yang diawali dengan fonem vokal /e/, tidak mengalami perubahan fonem e) Fonem vokal /o/ → /o/ Contoh : -
/Okite-/ + /-okite/
→
okiteokite
Analisis : Okiteokite terdiri dari nomina okite + okite. Dari contoh ini terlihat bahwa nomina yang mengalalmi proses reduplikasi yang diawali dengan fonem vokal /o/, tidak mengalami perubahan fonem.
Untuk lebih jelasnya, penulis sajikan dalam bentuk tabel dibawah ini : Fonem Awal
Bentuk Dasar
Hasil
/a/
Asa’jerami’
Asa asa’jerami-jerami’
/i/
Ie ‘rumah’
Ie ie ‘rumah-rumah’
/u/
Uta’lagu’
Uta uta’lagu-lagu’
/e/
Eki’stasiun’
Eki eki’stasiun-stasiun’
/o/
Okite ‘aturan’
Okite okite ‘aturan-aturan’
Nomina yang fonem awalnya adalah fonem vokal /a/, /i/, /u/, /e/ dan /o/ jika mengalami proses reduplikasi, maka bentuknya tetap atau tidak berubah. Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
3.1.3 Komposisi ( pemajemukan / 複合語 ‘fukugougo’ ) Perubahan fonem vokal pada komposisi yang akan dibahas adalah : - meishi + meishi ( Nomiuna + Nomina ) a) Fonem vokal /a/ → /a/ Contoh : -
/ito/ + /ame/
→
itosame
Analisis : Itosame terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina majemuk, yaitu ito + ame. Dari penggabungan kedua morfem tersebut tidak mengalami perubahan fonem melainkan pemunculan fonem /s/, yaitu fonem vokal /a/ menjadi fonem /s/ pada awal kata /ame/ → /same/. Untuk lebih jelas penulis sajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini : Dasar I Ito ’benang’
Dasar II
Penambahan fonem
Ame ’hujan’
/a/ → /s/
Hasil Itosame ’gerimis’
Jika fonem awal dari morfem dasar II diawali dengan fonem vokal /a/, maka akan terjadi pemunculan /penambahan fonem /s/, yaitu : /ame/ → /same/.
b) Fonem vokal /i/ → /o/ dan /i/ → /u/
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Contohnya : -
/ki/ + /kuchi/
→
koguchi
Analisis : Koguchi terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /ki/ + /kuchi/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /i/ dari kata /ki/ berubah menjadi fonem /o/ sehingga menjadi /ki/ → /ko/. Perubahan fonem vokal /i/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /i/ → /o/.
-
/ki/ + /tama/
→
kodama
Analisis : Kodama terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /ki/ + /tama/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /i/ dari kata /ki/ berubah menjadi fonem /o/ sehingga menjadi /ki/ → /ko/. Perubahan fonem vokal /i/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /i/ → /o/.
-
/tsuki/ + /yo/
→
tsukuyo
Analisis : Tsukuyo terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /tsuki/ + /yo/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /i/ dari kata /tsuki/ berubah menjadi fonem /u/ sehingga menjadi /tsuki/ → /tsuku/. Perubahan fonem vokal /i/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /i/ → /u/.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini : Dasar I
Dasar II
Perubahan fonem
Hasil
Ki’pohon’
Kuchi ’kantong’
/i / → /o/
Koguchi ’ujung kayu’
Ki ’pohon’
/tama/ ’roh/jiwa’
/i / → /o/
Kodama ’gema’
Tsuki’bulan’
Yo’malam’
/i / → /u/
Tsukuyo’malam terang bulan’
Jika fonem akhir dari morfem dasar I diakhiri dengan fonem vokal /i/, maka bentuknya ada yang berubah menjadi fonem vokal /o/ dan ada yang berubah menjadi fonem vokal /u/.
c) Fonem vokal /u/ → /u/. Dalam pemajemukan fonem vokal /u/ tidak mengalami perubahan, baik diawal maupun diakhir kata.
d) Fonem vokal /e/ → /a/. Contohnya : -
/ame/ + /kasa/
→
amagasa
Analisis : Amagasa terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /ame/ + /kasa/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /e/ dari
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
kata /ame/ berubah menjadi fonem /a/ sehingga menjadi /ame/ → /ama/. Perubahan fonem vokal /e/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /e/ → /a/.
-
/fune/ + /tabi/
→
funatabi
Analisis : Funatabi terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /fune/ + /tabi/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /e/ dari kata /fune/ berubah menjadi fonem /a/ sehingga menjadi /fune/ → /funa/. Perubahan fonem vokal /e/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /e/ → /a/. -
/sake/ + /ya/
→
sakaya
Analisis : Sakaya terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /sake/ + /ya/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /e/ dari kata /sake/ berubah menjadi fonem /a/ sehingga menjadi /sake/ → /saka/. Perubahan fonem vokal /e/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /e/ → /a/.
-
/kane/ + /tsuchi/
→
kanazuchi
Analisis : Kanazuchi terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /kane/ + /tsuchi/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /e/ dari kata /kane/ berubah menjadi fonem /a/ sehingga menjadi /kane/ → /kana/.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Perubahan fonem vokal /e/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /e/ → /a/.
-
→
/ue/ + /ki/
uwagi
Analisis : Uwagi terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /ue/ + /ki/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /e/ dari kata /ue/ berubah menjadi fonem /wa/ sehingga menjadi /ue/ → /uwa/. Hal ini terjadi karena perpaduan vokal /u/ dengan vokal tengah /a/, akan muncul semi vokal /w/. Perubahan fonem vokal /e/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /e/ → /a/ dan /e/ → /wa/.
Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini : Dasar I
Dasar II
Perubahan fonem
Hasil
Ame’hujan’
Kasa ’payung’
/e/ → /a/
Amagasa’payung hujan’
Fune ’kapal’
Tabi ’perjalanan’
/e/ → /a/
Funatabi ’perjalanan kapal’
Sake ’sake’
Ya ’kedai’
/e/ → /a/
Sakaya ’kedai sake’
Kane’logam’
Tsuchi’martil’
/e/ → /a/
Kanazuchi’martil logam’
Ue ’atas’
Ki ’pakaian’
/e/ → /wa/
Uwagi ’jas / mantel’
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Jika fonem akhir dari morfem dasar I diakhiri dengan fonem vokal /e/, maka bentuknya ada yang berubah menjadi fonem vokal /a/ dan ada yang berubah menjadi fonem vokal /wa/.
e) Fonem vokal /o/ → /a/ Contohnya : -
/shiro/ + /ito/
→
shiraito
Analisis : Shiraito terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /shiro/ + /ito/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /o/ dari kata /shiro/ berubah menjadi fonem /a/ sehingga menjadi /shiro/ → /shira/. Perubahan fonem vokal /o/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /o/ → /a/.
-
/shiro/ + /suna/
→
shirasuna
Analisis : Shirasuna terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /shiro/ + /suna/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /o/ dari kata /shiro/ berubah menjadi fonem /a/ sehingga menjadi /sshiro/ → /shira/. Perubahan fonem vokal /o/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /o/ → /a/.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini : Dasar I
Dasar II
Perubahan fonem
Hasil
Shiro ’putih’
Ito ’benang’
/o/ → /a/
Shiraito ’benang putih’
Shiro ’putih’
Suna ’pasir’
/o/ → /a/
Shirasuna’pasir putih’
Jika fonem akhir dari morfem dasar I diakhiri dengan fonem vokal /o/, maka bentuknya akan berubah menjadi fonem vokal /a/. 3.2 Perubahan Fonem Konsonan ( Shiin Kotai ) Bahasa Jepang Perubahan fonem shiin (子韻交替 ‘shiin koutai’ ) pada proses morfologi ( pembentukan kata ) antara lain : 3.2.1. Afiksasi ( pengimbuhan / 接辞 ‘setsuji’ ) a. Prefiks ( awalan / 接頭辞 ‘settouji’ ) 1. Prefiks /me-/ dan prefiks /o-/ 1.1 Fonem konsonan /k/ → /g/ Contoh : -
/me-/ + /-kuma/
→
meguma
Analisis : Meguma terdiri dari prefiks /me-/ + /-kuma/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /me-/ dengan nomina yang diawali konsonan /k/, mengalami perubahan fonem, yaitu /-kuma/ → /-guma/. Perubahan fonem konsonan /k/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /k/ → /g/.
-
/me-/ + /-kamo/
→
megamo
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Analisis : Megamo terdiri dari prefiks /me-/ + /-kamo/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /me-/ dengan nomina yang diawali konsonan /k/, mengalami perubahan fonem, yaitu /-kamo/ → /-gamo/. Perubahan fonem konsonan /k/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /k/ → /g/.
-
/o-/ + /-kuma/
→
oguma
Analisis : Oguma terdiri dari prefiks /o-/ + /-kuma/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /o-/ dengan nomina yang diawali konsonan /k/, mengalami perubahan fonem, yaitu /-kuma/ → /-guma/. Perubahan fonem konsonan /k/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /k/ → /g/.
-
/o-/ + /-kamo/
→
ogamo
Analisis : Oguma terdiri dari prefiks /o-/ + /-kuma/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /o-/ dengan nomina yang diawali konsonan /k/, mengalami perubahan fonem, yaitu /-kamo/ → /-gamo/. Perubahan fonem konsonan /k/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /k/ → /g/.
Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini : Prefiks
Perubahan Fonem
Bentuk Dasar
Hasil
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
/me-/
Prefiks
/k/
Kuma ‘beruang’
Meguma ‘ beruang betina’
Kamo ‘itik’
Megamo ‘itik betina’
Bentuk Dasar
Hasil
Kuma ‘beruang’
Oguma ‘ beruang jantan’
Kamo ‘itik’
Ogamo ‘itik jantan’
→ /g/
Perubahan Fonem
/o-/
/k/
→ /g/
Jika prefiks /me-/ dan /o-/ ditambahkan pada morfem dasar yang bermula dengan fonem /k/, maka fonem /k/ tersebut akan berubah menjadi fonem /g/.
1.2 Fonem konsonan /s/ → /j/ Contoh : -
/me-/ + /-shika/
→
mejika
Analisis : Mejika terdiri dari prefiks /me-/ + /-shika/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /me-/ dengan nomina yang diawali konsonan /s/, mengalami perubahan fonem, yaitu /-shika/ → /-jika/. Perubahan fonem konsonan /s/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /s/ → /j/.
-
/me-/ + /-shishi/
→
mejishi
<singa betina>
Analisis : Mejishi terdiri dari prefiks /me-/
+ /-shishi/. Dari contoh ini terlihat
bahwa hasil penggabungan prefiks /me-/ dengan nomina yang diawali konsonan
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
/s/, mengalami perubahan fonem, yaitu /-shishi → /-jishi/. Perubahan fonem konsonan /s/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /s/ → /j/.
-
→
/o-/ + /-shika/
ojika
Analisis : Ojika terdiri dari prefiks /o-/ + /-jika/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /o-/ dengan nomina yang diawali konsonan /s/, mengalami perubahan fonem, yaitu /-shika/ → /-jika/. Perubahan fonem konsonan /s/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /s/ → /j/.
-
→
/o-/ + /-shishi/
ojishi
<singa jantan>
Analisis : Oshishi terdiri dari prefiks /o-/ + /-shishi/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /o-/ dengan nomina yang diawali konsonan /s/, mengalami perubahan fonem, yaitu /-shishi/ → /-jishi/. Perubahan fonem konsonan /s/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /s/ → /j/.
Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini : Prefiks
/me-/
Perubahan Fonem
/s/
→ /j/
Bentuk Dasar
Hasil
Shika ‘rusa’
Mejika ‘ rusa betina’
Shishi ‘singa’
Mejishi ‘singa betina’
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Prefiks Perubahan Fonem
/o-/
/s/
→ /j/
Bentuk Dasar
Hasil
Shika ‘rusa’
Ojika ‘ rusa jantan’
Shishi ‘singa’
Ojishi ‘singa jantan’
Jika prefiks /me-/ dan /o-/ ditambahkan pada morfem dasar yang bermula dengan fonem /s/, maka fonem /s/ tersebut akan berubah menjadi fonem /j/.
1.3 Fonem konsonan /t/ → /d/ Contoh : -
/me-/ + /-tori /
→
mendori
Analisis : Mendori terdiri dari prefiks /me-/ + /-tori/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /me-/ dengan nomina yang diawali konsonan /t/, mengalami perubahan fonem, yaitu /-tori/ → /-dori/ serta penambahan fonem /n/ pada hasil penggabungan sebelum /-dori/. Perubahan fonem konsonan /t/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /t/ → /d/.
-
/me-/ + /-tora/
→
metora
Analisis : Metora terdiri dari prefiks /me-/ + /-tora/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /me-/ dengan nomina yang diawali konsonan /t/, tidak mengalami perubahan fonem, yaitu /-tora/ → /-tora/.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
-
→
/o-/ + /-tori/
ondora
Analisis : Otori terdiri dari prefiks /o-/ + /-tori/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /o-/ dengan nomina yang diawali konsonan /t/, mengalami perubahan fonem, yaitu /-tori/ → /-dori/ serta penambahan fonem /n/ pada hasil penggabungan sebelum /-dori/. Perubahan fonem konsonan /t/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /t/ → /d/. -
→
/o-/ + /-tora/
ataro
Analisis : Otora terdiri dari prefiks /o-/ + /-tora/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /o-/ dengan nomina yang diawali konsonan /t/, tidak mengalami perubahan fonem, yaitu /-tora/ → /-tora/.
Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini : Prefiks
/me-/
Prefiks
/o-/
Perubahan Fonem
/t/
→ /d/
Perubahan Fonem
/t/
→ /d/
Bentuk Dasar
Hasil
Tori ‘ayam’
Mendori ‘ ayam betina’
Tora ‘harimau’
Metora ‘harimau betina’
Bentuk Dasar
Hasil
Tori ‘ayam’
Ondori ‘ ayam jantan’
Tora ‘harimau’
Otora ‘harimau jantan’
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Jika prefiks /me-/ dan /o-/ ditambahkan pada morfem dasar yang bermula dengan fonem /t/, maka fonem /t/ tersebut akan berubah menjadi fonem /d/ dan bentuknya ada yang berubah menjadi /men-/ dan /on-/, ada yang tidak.
1.4 Fonem konsonan /h/ → /b/ Contoh : -
/me-/ + /-hachi/
→
mebachi
Analisis : Mebachi terdiri dari prefiks /me-/ + /-bachi/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /me-/ dengan nomina yang diawali konsonan /h/, mengalami perubahan fonem, yaitu /-hachi/ → /-bachi/. Perubahan fonem konsonan /h/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /h/ → /b/.
-
/me-/ + /-hana/
→
mebana
Analisis : Mebana terdiri dari prefiks /me-/ + /-hana/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /me-/ dengan nomina yang diawali konsonan /h/, mengalami perubahan fonem, yaitu /-hana/ → /-bana/. Perubahan fonem konsonan /h/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /h → /b.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
-
→
/o-/ + /-hachi/
obachi
Analisis : Obachi terdiri dari prefiks /o-/ + /-hachi/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /o-/ dengan nomina yang diawali konsonan /h/, mengalami perubahan fonem, yaitu /-hachi/ → /-bachi/. Perubahan fonem konsonan /h/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /h/ → /b/.
-
→
/o-/ + /-hana/
obana
Analisis : Obana terdiri dari prefiks /o-/ + /-hana/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /o-/ dengan nomina yang diawali konsonan /h/, mengalami perubahan fonem, yaitu /-hana/ → /-bana/. Perubahan fonem konsonan /h/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /h/ → /b/.
Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini : Prefiks
/me-/
Prefiks
/o-/
Perubahan Fonem
/h/
→ /b/
Perubahan Fonem
/h/
→ /b/
Bentuk Dasar
Hasil
Hachi ‘lebah’
Mebachi ‘ lebah betina’
Hana ‘bunga’
Mebana ‘bunga betina’
Bentuk Dasar
Hasil
Hachi ‘lebah’
Obachi ‘ lebah jantan’
Hana ‘bunga’
Obana ‘bunga jantan’
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Jika prefiks /me-/ ditambahkan pada morfem dasar yang bermula dengan fonem /h/, maka fonem /h/ tersebut akan berubah menjadi fonem /b/. Prefiks /me-/ dan /o-/ digunakan untuk menyatakan jenis kelamin. Perfiks /me-/ untuk menyatakan jenis kelamin betina dan prefiks /o-/ untuk jenis kelamin jantan. Selain dari fonem konsonan /k/, /s/, /t/ dan /h/ tidak mengalami perubahan fonem.
2. Prefiks /kaku-/ Contoh : -
/kaku-/ + /-ko/
→
kakko
<setiap pintu>
Analisis : Kakko terdiri dari prefiks /kaku-/ + /-ko/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /kaku-/ dengan nomina yang diawali konsonan /k/, tidak mengalami perubahan fonem, melainkan penghilangan fonem /u/ yaitu /-kaku/ → /-kak/.
-
/kaku-/ + /-koku/
→
kakkoku
<setiap negara>
Analisis : Kakkoku terdiri dari prefiks /kaku-/ + /-koku/. Dari contoh ini terlihat bahwa hasil penggabungan prefiks /kaku-/ dengan nomina yang diawali konsonan /k/, tidak mengalami perubahan fonem, melainkan penghilangan fonem /u/ yaitu /-kaku/ → /-kak/.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini : Prefiks
/kaku-/
Bentuk dasar
Hasil
/-ko/ ‘pintu’
Kakko ‘setiap pintu’
/-koku/ ‘negara’
Kakkoku ‘setiap negara’
Jika prefiks /kaku-/ ditambahkan pada morfem dasar yang bermula dengan fonem /k/, maka bentuknya akan berubah menjadi /kak-/dengan penghilangan fonem /u/. Prefiks /kaku-/ digunakan untuk menyatakan makna ’setiap’.
b. Sufiks ( akhiran / 接尾辞 ‘setsubiji’ ) Sufiks dalam bahasa Jepang tidak mengalami perubahan fonem jika digabungkan dengan kata yang lain ( nomina ).
3.2.2 Reduplikasi ( pengulangan / 重複 ’juufuku’ ) Perubahan fonem konsonan pada reduplikasi yang akan dibahas adalah : - meishi + meishi ( Nomiuna + Nomina ) a) Fonem konsonan /k/ → /g/ Contohnya : -
/kami-/ + /-kami/
→
kamigami
<dewa-dewa>
Analisis : Kamikami terdiri dari nomina kami + kami. Dari contoh ini terlihat bahwa nomina yang mengalami proses reduplikasi yang diawali dengan fonem Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
komsonan /k/, mengalami perubahan fonem yaitu /-kami/ → /-gami/. Perubahan fonem konsonan /k/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /k/ → /g/.
-
/kuni-/ + /-kuni/
→
kuniguni
Analisis : Kuniguni terdiri dari nomina kuni + kuni. Dari contoh ini terlihat bahwa nomina yang mengalami proses reduplikasi yang diawali dengan fonem komsonan /k/, mengalami perubahan fonem yaitu /-kuni/ → /-guni/. Perubahan fonem konsonan /k/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /k/ → /g/.
Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini : Morfem dasar
Perubahan fonem
Kami ‘dewa’ Kuni ‘negara’
Hasil Kamigami ‘dewa-dewa’
/k/ → /g/
Kuniguni ‘negara-negara’
Jika fonem konsonan /k/ mengalami proses reduplikasi, maka fonem awal pada morfem dasar kedua akan berubah menjadi fonem konsonan /g/.
b) Fonem konsonan /s/ → /j/ Contohnya :
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
-
/shima-/ + /-shima/
→
shimajima
Analisis : Shimajima terdiri dari nomina shima + shima. Dari contoh ini terlihat bahwa nomina yang mengalami proses reduplikasi yang diawali dengan fonem komsonan /s/, mengalami perubahan fonem yaitu /-shima → /-jima/. Perubahan fonem konsonan /s/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /s/ → /j/. -
/shina-/ + /-shina/
→
shinajina
Analisis : Shinajina terdiri dari nomina shina + shina. Dari contoh ini terlihat bahwa nomina yang mengalami proses reduplikasi yang diawali dengan fonem komsonan /s/, mengalami perubahan fonem yaitu /-shina/ → /-jina/. Perubahan fonem konsonan /s/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /s/ → /j/.
Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini : Morfem dasar
Perubahan fonem
Shima ‘pulau’ Shina ‘benda’
Hasil Shimajima ‘pulau-pulau’
/s/ → /j/
Shinajina ‘benda-benda’
Jika fonem konsonan /s/ mengalami proses reduplikasi, maka fonem awal pada morfem dasar kedua akan berubah menjadi fonem konsonan /j/.
c) Fonem konsonan /h/ → /b/ Contohnya : -
/hito-/ + /-hito/
→
hitobito
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Analisis : Hitobito terdiri dari nomina hito + hito. Dari contoh ini terlihat bahwa nomina yang mengalami proses reduplikasi yang diawali dengan fonem komsonan /h/, mengalami perubahan fonem yaitu /-hito/ → /-bito/. Perubahan fonem konsonan /h/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /h/ → /b/. -
/hi-/ + /-hi/
→
hibi
Analisis : Hihi terdiri dari nomina hi + hi. Dari contoh ini terlihat bahwa nomina yang mengalami proses reduplikasi yang diawali dengan fonem komsonan /h/, mengalami perubahan fonem yaitu /-hi/ → /-bi/. Perubahan fonem konsonan /h/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /h/ → /b/.
Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini : Morfem dasar
Perubahan fonem
Hito ‘orang’ Hi ‘hari’
Hasil Hitobito ‘orang-orang’
/h/ → /b/
Hibi ‘hari-hari’
Jika fonem konsonan /h/ mengalami proses reduplikasi, maka fonem awal pada morfem dasar kedua akan berubah menjadi fonem honsonan /b/. Selain dari konsonan tersebut, yaitu fonem konsonan /k/, /s/, dan /h/ pada nomina majemuk tidak mengalami perubahan fonem jika mengalami proses reduplikasi.
3.2.3 Komposisi ( pemajemukan / 複合語 ‘fukugougo’ ) Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Perubahan fonem konsonan pada komposisi yang akan dibahas adalah : - meishi + meishi ( Nomiuna + Nomina ) a) Fonem konsonan /k/ → /g/ Contohnya : -
/ame/ + /kasa/
→
amagasa
Analisis : Amagasa terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /ame/ + /kasa/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /k/ dari kata /kasa/ berubah menjadi fonem /g/ sehingga menjadi /kasa/ → /gasa/. Perubahan fonem konsonan /k/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /k/ → /g/
-
/sake/ + /kura/
→
sakagura
Analisis : Sakagura terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /sake/ + /kura/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /k/ dari kata /kura/ berubah menjadi fonem /g/ sehingga menjadi /kura/ → /gura/. Perubahan fonem konsonan /k/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /k/ → /g/
-
/me/ + /kusuri/
→
megusuri
Analisis : Megusuri terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /me/ + /kusuri/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /k/ dari
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
kata /kusuri/ berubah menjadi fonem /g/ sehingga menjadi /kusuri/ → /gusuri/. Perubahan fonem konsonan /k/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /k/ → /g/.
-
/kuchi/ + /kuruma/
→
kuchiguruma
Analisis : Kuchiguruma terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /kuchi/ + /kuruma/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /k/ dari kata /kuruma/ berubah menjadi fonem /g/ sehingga menjadi /kuruma/ → /guruma/. Perubahan fonem konsonan /k/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /k/ → /g/
-
/te/ + /kami/
→
tegami
Analisis : Tegami terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /te/ + /kami/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /k/ dari kata /kami/ berubah menjadi fonem /g/ sehingga menjadi /kami/ → /gami/. Perubahan fonem konsonan /k/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /k/ → /g/.
Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabek seperti dibawah ini :
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Dasar I
Dasar II
Perubahan fonem
Hasil
Ame’hujan’
Kasa ’payung’
/k/ → /g
Amagasa’payung hujan’
Sake ’sake’
Kura ’gudang’
/k/ → /g
Sakagura ’lumbung sake’
Me ’mata’
Kusuri ’obat’
/k/ → /g
Megusuri ’obat mata’
Kuchi ’mulut’
Kuruma ’mobil’
/k/ → /g
Kuchiguruma ’rayuan’
Te ’tangan’
Kami ’kertas’
/k/ → /g
Tegami ’surat’
Jika fonem awal dari morfem dasar II diawali dengan fonem konsonan /k/, maka bentuknya akan berubah menjadi fonem konsonan /g/. b) Fonem konsonan /t/ → /d/ Contohnya : -
/hon/ + /tana/
→
hondana
Analisis : Hondana terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /hon/ + /tana/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /t/ dari kata /tana/ berubah menjadi fonem /d/ sehingga menjadi /tana/ → /dana/. Perubahan fonem konsonan /t/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /t/ → /d/.
-
/yama/ + /tori/
→
yamadori
Analisis : Yamadori terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /yama/ + /tori/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /t/ dari kata /tori/ berubah menjadi fonem /d/ sehingga menjadi /tori/ → /dori/. Perubahan fonem konsonan /t/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /t/ → /d/.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
-
/dai/ + /tokoro/
→
daidokoro
Analisis : Daidokoro terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /dai/ + /tokoro/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /t/ dari kata /tokoro/ berubah menjadi fonem /d/ sehingga menjadi /tokoro/ → /dokoro/. Perubahan fonem konsonan /t/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /t/ → /d/.
-
/fune/ + /tabi /
→
funatabi
Analisis : Funatabi terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /fune/ + /tabi/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /t/ dari kata /tabi/ tidak mengalami perubahan bentuk, yaitu : fonem /t/ → /t/.
-
/ine/ + /tsuma/
→
inatsuma
Analisis : Inatsuma terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /ine/ + /tsuma/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /t/ dari kata /tsuma/ tidak mengalami perubahan bentuk, yaitu : fonem /t/ → /t/.
Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini : Dasar I
Dasar II
Perubahan fonem
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Hasil
Yama’gunung’
Tori’ayam’
/t/ → /d/
Yamadori’ayam hutan’
Hon ’buku’
Tana’lemari’
/t/ → /d/
Hondana’lemari buku’
Dai ’tumpuan’
Tokoro’tempat’
/t/ → /d/
Daidokoro’dapur’
Fune’kapal’
Tabi’perjalanan’
/t/ → /t/
Funatabi’perjalanan kapal’
Ine’padi’
Tsuma’istri’
/t/ → /t/
Inatsuma’petir’
Jika fonem awal dari morfem dasar II diawali dengan fonem konsonan /t/, maka bentuknya ada yang berubah menjadi fonem konsonan /d/ dan ada yang tidak atau tetap fonem konsonan /t/. c) Fonem konsonan /ch/ → /j/ Contohnya : -
/hana/ + /chi/
→
hanaji
Analisis : Hanaji terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /hana/ + /ji/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /ch/ dari kata /chi/ berubah menjadi fonem /j/ sehingga menjadi /chi/ → /ji/. Perubahan fonem konsonan /ch/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /ch/ → /j/.
-
/ishi/ + /chi/
→
ishiji
Analisis : Ishiji terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /ishi/ + /ji/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /ch/ dari kata /chi/ berubah menjadi fonem /j/ sehingga menjadi /chi/ → /ji/. Perubahan fonem konsonan /ch/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /ch/ → /j/.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini : Dasar I
Dasar II
Perubahan fonem
Hasil
Hana ’hidung’
Chi ’darah’
/ch/ → /j/
Hanaji ’mimisan’
Ishi ’batu’
Chi ’tanah’
/ch/ → /j/
ishiji ’tanah berbatu’
Jika fonem awal dari morfem dasar II diawali dengan fonem konsonan /ch/, maka bentuknya akan berubah menjadi fonem konsonan /j/.
d) Fonem konsonan /f / dan /h/ → /b/ Contohnya : -
/i/ + /fukuro/
→
ibukuro
Analisis : Ibukuro terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /i/ + /fukuro/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /f/ dari kata /fukuro/ berubah menjadi fonem /b/ sehingga menjadi /fukuro/ → /bukuro/. Perubahan fonem konsonan /f/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /f/ → /b/.
-
/ishi/ + /fune/
→
ishibune
Analisis : Ishibune terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /ishi/ + /fune/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /f/ dari kata /fune/ berubah menjadi fonem /b/ sehingga menjadi /fune/ → /bune/. Perubahan fonem konsonan /f/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /f/ → /b/.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
-
→
/hana/ + /hi/
hanabi
Analisis : Hanabi terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /hana/ + /bi/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /h/ dari kata /hi/ berubah menjadi fonem /b/ sehingga menjadi /hi/ → /bi/. Perubahan fonem konsonan /h/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /h/ → /b/.
-
/gomi/ + /hako/
→
gomibako
Analisis : Gomibako terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /gomi/ + /hako/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /h/ dari kata /hako/ berubah menjadi fonem /b/ sehingga menjadi /hako/ → /bako/. Perubahan fonem konsonan /h/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /h/ → /b/.
Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini : Dasar I
Dasar II
Perubahan fonem
Hasil
i’lambung’
fukuro ’kantong’
/f/ → /b/
ibukuro ’lambung’
ishi ’batu’
Fune ’kapal’
/f/ → /b/
ishibune ’perahu pengangkut batu’
gomi ’sampah’
Hako ’kotak’
/h/ → /b/
gomibako’kotak sampah’
Hana’bunga’
Hi’api’
/h/ → /b/
Hanabi’kembang api’
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Jika fonem awal dari morfem dasar II diawali dengan fonem konsonan /f/ dan fonem konsonan /h/, maka bentuknya akan berubah menjadi fonem konsonan /b/.
e) Fonem konsonan /s / → /z/ Contohnya : -
/ame/ + /sora/
→
amazora
Analisis : Amazora terdiri dari dua morfem yang merupakan nomina mejemuk, yaitu : /ame/ + /sora/. Dari penggabungan kedua morfem tersebut fonem /s/ dari kata /sora/ berubah menjadi fonem /z/ sehingga menjadi /sora/ → /zora/. Perubahan fonem konsonan /s/ ini mengalami proses morfofonemik, yaitu : fonem /s/ → /z/.
Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini : Dasar I
Dasar II
Perubahan fonem
Hasil
Ame’hujan’
Sora’langit’
/s/ → /z/
Amazora’langit yang berawan tebal’
Jika fonem awal dari morfem dasar II diawali dengan fonem konsonan /s/, maka bentuknya akan berubah menjadi fonem konsonan /z/.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka perubahan fonem ( on in koutai ) yang terjadi dalam bahasa Jepang jika ditinjau dari segi morfofonemik adalah : a) Proses morfofonemik dalam bahasa Jepang ada 6, yaitu : 1. On in datsuraku ( elipsis / pelesapan fonem ) 2. On in shukuyaku ( kontraksi / penyingkatan fonem ) 3. On in koutai ( disimilasi / perubahan fonem ) 4. On in tenkan ( pergeseran fonem ) 5. On in tenka ( penambahan fonem )
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
6. On in yuugou ( asimilasi / peleburan fonem ) b) Perubahan fonem dalam bahasa Jepang terdapat pada proses morfologi ( afiksasi, reduplikasi, dan komposisi ). c) Proses perubahan vokal ( 母韻交替 bouin koutai ) bahasa Jepang yang terjadi pada nomina majemuk ( 福語名詞 ‘Fukugou meishi’ ), yaitu : 1. Afiksasi ( pengimbuhan / 接辞 ‘setsuji’ ) - Jika prefiks ( awalan / 接頭辞 ‘settouji’ ), Sufiks ( akhiran / 接尾 辞 ‘setsubiji’ ), dan Infiks ( sisipan / 接中辞 ‘setsuchuuji’
)
ditambahkan pada morfem dasar yang bermula dengan fonem vokal maka bentuknya tidak berubah. Tetapi pada fonem vokal /i/ ketika digabungkan dengan prefiks /me-/ dan /o-/ terjadi penambahan fonem /su/ sehingga menjadi /mesu-/ dan /osu-/. 2. Reduplikasi ( pengulangan / 重複 ’juufuku’ ) pada fonem vokal tidak berubah bentuk. 3. Komposisi ( pemajemukan / 複合語 ‘fukugougo’ ) a) Fonem vokal /a/ tidak mengalami perubahan bentuk, hanya terjadipenambahan fonem di awal kata kedua menjadi fonem /s/. b) Perubahan fonem vokal /i/ di akhir kata pertama ada yang berubah menjadi fonem volak /o/ dan ada yang berubah menjadi fonem vokal /u/. c) Dalam pemajemukan fonem vokal /u/ tidak mengalami perubahan bentuk.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
d) Perubahan fonem vokal /o/ di akhir kata pertama berubah menjadi fonem vokal /a/. e) Perubahan fonem vokal /e/ di akhir kata pertama berubah menjadi fonem vokal /a/ dan ada juga uang berubah menjadi semi vokal /w/.
d) Perubahan Fonem Konsonan ( Shiin Kotai ) Bahasa Jepang yang terjadi pada nomina majemuk ( 福語名詞 ‘Fukugou meishi’ ), yaitu : 1. Afiksasi ( pengimbuhan / 接辞 ‘setsuji’ ) a. Prefiks ( awalan / 接頭辞 ‘settouji’ ), ditambahkan pada morfem dasar yang bermula dengan fonem konsonan maka bentuknya tidak berubah. b. Prefiks yang mengalami perubahan pada fonem konsonan, yaitu : 1. Prefiks /me-/ dan prefiks /o-/ Jika prefiks /me-/ dan /o-/ ditambahkan pada morfem dasar yang bermula dengan fonem /k/ → /g/, /s/ → /j/, /t/ → /d/, /h/ → /b/, selebihnya tidak berubah bentuk. 2. Prefiks /kaku-/ Jika prefiks /kaku-/ ditambahkan pada morfem dasar yang bermula dengan fonem /k/, maka bentuknya akan berubah menjadi /kak-/dengan penghilangan fonem /u/. c. Sufiks ( akhiran / 接尾辞 ‘setsubiji’ ), ditambahkan pada morfem dasar yang diakhiri dengan fonem konsonan maka bentuknya tidak berubah.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
2. Reduplikasi ( pengulangan / 重複 ’juufuku’ ) pada fonem konsonan yang berubah bentuk hanya fonem /k/ → /g/, /s/ → /j/,
/h/ → /b/,
selebihnya tidak.
3. Komposisi ( pemajemukan / 複 合 語 ‘fukugougo’ ) pada fonem konsonan yang berubah bentuk hanya fonem /k/ → /g/, /ch/ → /j/, /h/ → /b/, /t/ → /d/, /s/ → /z/, selebihnya tidak. e) Proses morfofonemik dalam bahasa Jepang yang mengalami perubahan fonem, baik perubahan fonem vokal maupun perubahan fonem konsonan terjadi, untuk mempermudah dan memperlancar ucapan serta dapat dijadikan sebagai acuan.
4.2 SARAN 1. Dalam meneliti proses morfofonemik yang terdapat dalam bahasa Jepang diperlukan pemahaman yang lebih mendalam terutama perubahanperubahan yang terjadi pada proses morfemis, yaitu pada proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi bahasa Jepang, karena proses peubahan fonem tersebut ada yang sama dan ada yang berbeda dengan perubahan fonem dalam bahasa Indonesia. 2. Perubahan fonem dalam bahasa Jepang selain yang terjadi pada nomina, ada lagi jenis kata lainnya yang mengalami proses morfofonemik,
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
misalnya pada verba dan adjektiva. Penulis berharap ada penelitian lanjutan tentang hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Yudi.B, 1995. Kristal- Kristal Ilmu Bahasa, Surabaya : Airlangga University Press. Chaer, Abdul, 2007. Linguistik Umum, Jakarta : Rineka cipta. Koizumi, Tamotsu, 1993. Gengogakunyumon, Tokyo : Daishukan Shoten. Kridalaksana, Harimurti, 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
Makino, Seichi dan Michio Tsutsui, 2003. A Dictionary of Intermediate Japanese Grammar, Tokyo : The Japan Time, ltd. Matsuura, Kenji, 1994. Kamus Bahasa Jepang-Indonesia, Japan : Kyoto Sangyo University Press. Muchtar, Muhizar, 2006. Morfologi ( kompilasi ), Medan : USU Press. Nomura, Masaki, 1992. Nihongo no Jiten ’ Kamus Bahasa Jepang’. Seiji Koike. Parera, J. Daniel, 1994. Morfologi Bahasa, Jakarta : Gramedia Pustaka utama. Samsuri, 1980. Analisa Bahasa, Jakarta : Erlangga. Situmorang, Hamzon. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang, Medan : USU Press. Sudaryanto, 1988. Metode Linguistik, Yokyakarta : Gadjah Mada University Press. Sudjianto dan A. Sahidi. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang, Jakarta : Kesaint Blanc. Sutedi, Dedi, 2003. Dasar- dasar Linguistik Bahasa Jepang, Bandung : Humaniora Utama press. Suzuki, Daikichi, 1975. Tanoshii Nihongo no Bunpo, Tokyo : Kabushiki Kaisha. Tarigan, Henry. G, 2003. Pengajaran Morfologi, Bandung : Angkasa. Wirjosoedarma, Soekono, 1985. Tatabahasa, Bahasa Indonesia ( edisi Lengkap ), Surabaya : Sinar Wijaya Press. Yanagisawa, Yoshiaki dan Eriko Ishii, 1998. Japanese Language Resource 1000 Book ( Nihon go Kyouiku Juuyouyougo ). Baberu Press. http://id.wikipedia.org/wiki/Nomina. http://ja.wikipedia.org/wiki/.Subjek:Jougo. http://ja.wikipedia.org/wiki/.Subjek:Gouseigo.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
http://www.nobi.or.jp/i/kotoba/jougo/index.html.
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK 要旨 Bahasa yang digunakan oleh setiap bangsa memiliki keragaman tata bahasa. Misalnya, bahasa Jepang, yang juga mempunyai keragaman tata bahasa sendiri. Oleh karena itu, untuk mempermudah pemahaman tentang bahasa Jepang, yang merupakan bahasa asing, maka perlu untuk mengetahui tentang linguistik bahasa Jepang. Linguistik bahasa Jepang disebut dengan 日本語 学 ‘Nihon gogaku’, artinya ilmu bahasa Jepang. 各国 に 使う 言語 は いろいろ な 文法 が ある。たとえば、 日本語 もいろいろ な 文法 が ある。だから、 外国語 の 日本語 について を 分か る ためのは 必要 である。 日本語 の 言語 は 日本語学 と言う。
Salah satu cabang linguistik bahasa Jepang adalah morfofonemik. Morfofonemik adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Dalam bahasa Jepang, morfofonemik disebut dengan 胃形態の交替 ‘igyoutai no koutai’ atau 形態音韻論 ‘keitai on inron’. 日本語学 の 枝 の 一つ は 『morfofonemik』 である。 『morfofonemik』は 形態素 と 他 の 形態素 の 会う 結果 に ある 音素 の
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
交替 の 勉強 学 である。 日本語 には『morfofonemik』 は 異形態 の 交替 とか 形態 音韻論 と 言う。
Misalnya, perubahan fonem vokal /e/ menjadi fonem /a/ pada kata ame ( hujan ) dan fonem konsonan /k/ menjadi fonem /g/ pada kata kasa ( payung ), yang berubah setelah kedua kata tersebut digabungkan, yakni : /ame-/ + /-kasa/
→
/amagasa/
たとえば、 ame の 言葉 に /e/ の 母音交替 は /a / 母音 に なって kasa の 言葉 に /k/ の 子音 は /g/ 子音 に なる。 形態素 の 二つ は 一つ ま とめた あとで 違って、それ は : /ame-/ + /-kasa/ → /amagasa/ Dari contoh tersebut, terlihat jelas bahwa fonem-fonem yang berubah akibat pertemuan morfem dengan morfem lain, bisa terjadi pada fonem vokal dan fonem konsonan. Dalam bahasa Jepang perubahan fonem disebut dengan 音韻 交 替 ‘On in koutai’ dan terbagi dua, yaitu : 例 から、 形態素 と 他 の 形態素 の 結果 の 違う 音素 のは 母音 と 子音 になった できる。日本語 には 音韻交替 と 言って、 二つ 分かれている、 それは: 3. Perubahan fonem vokal ( 母音交替 ‘bouin koutai’ ). 4. Perubahan fonem konsonan (子音交替 ’shiin koutai’ ).
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
一 母音交替 二子音交替 Proses perubahan fonem 音韻 交 替 ‘On in koutai’ bisa terjadi pada : Nomina majemuk ( 福語名詞 ‘Fukugou meishi’ ), Adjectiva I ( 形容詞的 ‘Keiyoushi teki’ ), dan Verba I ( 動詞的 ‘Doushi teki’ ). 音韻 交 替 の 経過 は あった できる こと が :
福語名詞 と 形容詞的 と
動詞的 である。 Dalam skripsi ini penulis hanya membahas tentang perubahan fonem yang terjadi pada Nomina majemuk ( 福語名詞 ‘Fukugou meishi’ ) saja. Baik perubahan fonem vokal maupun fonem konsonan yang terjadi dalam proses morfologi ( afiksasi, reduplikasi, dan komposisi ). この 論文 には 筆者 は 福語名詞 に あった 母音交替 について 研 究する だけ である。語形成 に 『 接辞 と 重複 と 複合語 』 に ある 母音 交替 と 子音 交替 こと が できる。 Nomina atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Nomina adalah kalimat berpredikat “ kata benda “. Dalam bahasa Jepang, nomina disebut dengan 名詞 ‘meishi’. Semantara itu, nomina majemuk disebut dengan 福語名詞 ‘Fukugou meishi’. Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
名詞 は 人 の 名前 や 場所 や 全て 物 や 物 になる と 言う 品詞 で ある。名詞 は 名詞 を 述語 持っている 文章 である。日本語 には 『Nomina』 は 名詞 と言う。しばらく、 『Nomina majemuk 』 は 福語名 詞 と 言う。 Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka perubahan fonem ( on in koutai ) yang terjadi dalam bahasa Jepang jika ditinjau dari segi morfofonemik adalah : f) Proses morfofonemik dalam bahasa Jepang ada 6, yaitu : 1. On in datsuraku ( elipsis / pelesapan fonem ) 2. On in shukuyaku ( kontraksi / penyingkatan fonem ) 3. On in koutai ( disimilasi / perubahan fonem ) 4. On in tenkan ( pergeseran fonem ) 5. On in tenka ( penambahan fonem ) 6. On in yuugou ( asimilasi / peleburan fonem ) した デ-タ 分析 について、 それから 形態 音韻論 から 日本語 の音 韻 交替 な 分析 は: a)。日本語 には 形態音韻論 の 経過 は 六つ があって、 それ は:
一 音韻 脱落 二 音韻 縮約 三 音韻 交替 四 音韻 転換 五 音韻 添加
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
六 音韻 融合 g) Perubahan fonem dalam bahasa Jepang terdapat pada proses morfologi ( afiksasi, reduplikasi, dan komposisi ). b)。 日本語 には 音韻 交替 は 語形成 に 『 接辞 と 重複 と 複合語 』が あ る。
h) Proses perubahan vokal ( 母韻交替 bouin koutai ) bahasa Jepang yang terjadi pada nomina majemuk ( 福語名詞 ‘Fukugou meishi’ ), yaitu : c)。 福語名詞 に 母韻 交替 の 日本語 に する は:
4. Afiksasi ( pengimbuhan / 接辞 ‘setsuji’ ) Jika prefiks ( awalan / 接頭辞 ‘settouji’ ), Sufiks ( akhiran / 接尾辞 ‘setsubiji’ ), dan Infiks ( sisipan / 接中辞 ‘setsuchuuji’ ) ditambahkan pada morfem dasar yang bermula dengan fonem vokal maka bentuknya tidak berubah. Tetapi pada fonem vokal /i/ ketika digabungkan dengan prefiks /me-/ dan /o-/ terjadi penambahan fonem /su/ sehingga menjadi /mesu-/ dan /osu-/.
一 接辞 接辞 『接頭辞 や 接尾辞 や 接中辞』 に 母音 交替 の 殖えったら 形変化 しない。 しかし、/i/ の 母音 に /me-/ と /o-/ の 接頭辞 で 束ねっ たら、/su/ の 音韻 添加のを /mesu-/ と /osu-/ になる。
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
5. Reduplikasi ( pengulangan / 重 複 ’juufuku’ ) pada fonem vokal tidak berubah bentuk.
二 重複 のは 母音 交替 に 形 変化しない。 6. Komposisi ( pemajemukan / 複合語 ‘fukugougo’ ) f) Fonem vokal /a/ tidak mengalami perubahan bentuk, hanya terjadipenambahan fonem di awal kata kedua menjadi fonem /s/. g) Perubahan fonem vokal /i/ di akhir kata pertama ada yang berubah menjadi fonem volak /o/ dan ada yang berubah menjadi fonem vokal /u/. h) Dalam pemajemukan fonem vokal /u/ tidak mengalami perubahan bentuk. i) Perubahan fonem vokal /o/ di akhir kata pertama berubah menjadi fonem vokal /a/. j) Perubahan fonem vokal /e/ di akhir kata pertama berubah menjadi fonem vokal /a/ dan ada juga uang berubah menjadi semi vokal /w/.
三 複合語 a)。 /a/ の 母音 は 形変化しなって、 二番目 の 初め の 言葉 の /s/ の 音韻 添加 に なる だけ である。 b)。 一番目 の 言葉 の うしろ に /i/ の 母音 は /o/ と /u/ の 母音 に な る。 c)。 /u/ の 母音 の 複合語 には 形変化しばい。 d)。 /o/ の 母音 交替 は 一番目 の言葉 の うしろ に /a/ の 母音 に なる。
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
e)。 一番目 言葉 の うしろ に /e/ の 母音 は /w/ の 半母音 に なる。 i) Perubahan Fonem Konsonan ( Shiin Kotai ) Bahasa Jepang yang terjadi pada nomina majemuk ( 福語名詞 ‘Fukugou meishi’ ), yaitu : d)。 福語名詞 に なった 日本語 の 子音 交替 である。 それ は:
1. Afiksasi ( pengimbuhan / 接辞 ‘setsuji’ ) c. Prefiks ( awalan / 接頭辞 ‘settouji’ ), ditambahkan pada morfem dasar yang bermula dengan fonem konsonan maka bentuknya tidak berubah. 一 接辞 a。 接頭辞 は 子音 に 始まった ごうき に 殖えたら、 形変化しない。
d. Prefiks yang mengalami perubahan pada fonem konsonan, yaitu : b。子音 に 交替する こと に なった 接頭辞 は:
1. Prefiks /me-/ dan prefiks /o-/ Jika prefiks /me-/ dan /o-/ ditambahkan pada morfem dasar yang bermula dengan fonem /k/ → /g/, /s/ → /j/, /t/ → /d/, /h/ → /b/, selebihnya tidak berubah bentuk. 一 /me-/ と /o-/ の 接頭辞
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
/me-/ と /o-/ の 接頭辞 は 始まった ごうき に 増えったら /k/ → /g/ と /s/ → /j/ と /t/ → /d/ と /h/ → /b/ だけ に なって、 他 の 子音 は 形変 化しない。 2. Prefiks /kaku-/ 二 /kaku-/ の 接頭辞
Jika prefiks /kaku-/ ditambahkan pada morfem dasar yang bermula dengan fonem /k/, maka bentuknya akan berubah menjadi /kak-/dengan penghilangan fonem /u/. /kaku-/ の 接頭辞 は /k/ に 始まった ごうき に 増えったら、 形 が /u/ の 音韻 脱落 に /kak-/ に なる。
c. Sufiks ( akhiran / 接尾辞 ‘setsubiji’ ), ditambahkan pada morfem dasar yang diakhiri dengan fonem konsonan maka bentuknya tidak berubah. c。 接尾辞、子音 に 終った ごうき に 増えったら、 それから 形変化 しない。
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009
2. Reduplikasi ( pengulangan / 重複 ’juufuku’ ) pada fonem konsonan yang berubah bentuk hanya fonem /k/ → /g/, /s/ → /j/, /h/ → /b/, selebihnya tidak.
二 重複 は /k/ → /g/ と /s/ → /j/ と /h/ → /b/ に なって、他 の 子音 は 形 変化しない。
3. Komposisi ( pemajemukan / 複合語 ‘fukugougo’ ) pada fonem konsonan yang berubah bentuk hanya fonem /k/ → /g/, /ch/ → /j/, /h/ → /b/, /t/ → /d/, /s/ → /z/, selebihnya tidak.
三 形 が 代わらない 子音 には 複合語 は /k/ → /g/ と /ch/ → /j/と /h/ → /b/ と /t/ → /d/ と /s/ → /z/ だけである。他 の 子音 は 形変化しない。 j)
Proses morfofonemik dalam bahasa Jepang yang mengalami perubahan
fonem, baik perubahan fonem vokal maupun perubahan fonem konsonan terjadi, untuk mempermudah dan memperlancar ucapan serta dapat dijadikan sebagai acuan. e)。 子音 とか 母音 とか の 日本語 の 音韻交替 の 形態 音韻論 の 経過 を した のは 言う こと を やさしくて 早くて 指針 に なること が できる。
Lelita Sari Daulay : Analisis On In Koutai Bahasa Jepang Ditinjau Dari Segi Morfofonemik, 2009. USU Repository © 2009