UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN SKRIPSI
ANALISIS ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGAWASAN PADA PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA – MEDAN
Oleh :
NAMA
: MERDA LISTANA L. MALAU
NIM
: 030503149
DEPARTEMEN
: AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperolah Gelar Sarjana Ekonomi 2007
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : “ Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada PT Coca Cola Bottling Indonesia – Medan “ Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
Medan, 16 November 2007 Yang Membuat Pernyataan
Merda Listana L Malau NIM : 030503149
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas kasih, berkat dan karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Adapun skripsi ini berjudul : “Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada PT Coca Cola Bottling Indonesia – Medan”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun cara penyajiannya. Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Skripsi ini penulis persembahkan terutama untuk kedua orang tua penulis tercinta, ayahanda S. Malau dan bunda A. Sitanggang. Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan, semangat, bimbingan, doa, dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, yaitu kepada : 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak sdan Bapak Drs. Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc., Ak selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Syamsul Lubis, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku dosen pembanding/penguji yang telah banyak memberikan kritik dan sarannya bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak., selaku dosen wali penulis yang telah memberi banyak nasehat dan arahan pada penulis selama masa perkuliahan. 6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Akuntansi yang memberikan banyak ilmu dan bimbingan pada penulis selama perkuliahan. 7. Bapak Ahmad Nasoha selaku Manajer HRD PT Coca Cola Bottling Indonesia yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan riset di perusahaan tersebut. 8. Amangboru Raksa Pangaribuan, Kak Riska dan Ibu Fadillah Nasution serta seluruh staf PT Coca Cola Bottling Indonesia–Medan yang telah membantu penulis selama melakukan riset di perusahaan dan memberikan data yang dibutuhkan. 9. Untuk adik-adikku tersayang : Indah Malau, Vina Malau, Vani Malau, dan Linggom Malau yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
10. Untuk Inangtua Darlin, Amangboru dan Namboru Bobsi, Bapatua dan Inangtua Pedo, Amangboru dan Namboru Bommen, Uda dan Inanguda Rois, Uda dan Inanguda Gabe. Tak lupa untuk K’Roma, K’Elis dan B’Herpa, serta semua uda, namboru, kakak, abang, adik, pariban, sepupu yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih untuk dukungan dan doanya.GBU all. 11. Teristimewa untuk yang terkasih Alfred Rolando O. Sinaga. Terima kasih buat dukungannya kepada penulis selama penulisan skripsi ini. 12. Sahabat-sahabat terdekatku : Yosua, “mbak” Yosie, SH, anggota tiga kurcaci Lala, SE dan Ibeth “baby” SE, Muti, SE, Etenk, SE, Dee, dan Titine, SE. yang selalu ada untuk berbagi suka dan duka. Terima kasih untuk persahabatan indah yang kita jalin selama empat tahun ini. Untuk teman – teman Aksi’03 : Muel, Heru, Iyos, Andi, “mak” Dora, “mak” Riris, Erika, Putri, SE.,Omeh, Fenny, Yanne,SE., Y’beth, Sariasih, Sri L, Mano, Okto, Amister, Edwin serta teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih buat kenangan manis dan keceriaan yang pernah kita lalui bersama 13. Kakak-kakak dan adik-adik Aksi ’02, ’04, dan ’06 : K’Uci, K’Dewi, K’Zui, K’Ferly, Tumpal, Mangindang, Jo, Okta, Acong, dan Ari Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya. Medan,16 November 2007 Penulis
Merda Listana L. Malau NIM : 030503149
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengapa terjadi penyimpangan biaya produksi dan apakah anggaran biaya produksi pada PT Coca Cola Bottling Indonesia – Medan sebagai alat pengawasan telah berfungsi dengan baik. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan kuesioner. Metode penganalisaan data yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu metode yang mengumpulkan, menyusun, menginterprestasikan dan menganalisis data untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Hasil analisis data ini kemudian dibandingkan dengan dasar teori yang terkait dengan masalah yang dibahas atau diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan metode top down dalam penyusunan anggaran setiap tahunnya. Tidak ada batas yang dianggap material atau signifikan dalam menilai setiap penyimpangan yang terjadi, namun tergantung kepada kondisi perekonomian pada saat itu, apakah penyimpangan tersebut wajar atau tidak. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa anggaran biaya produksi sebagai alat pengawasan telah berfungsi dengan baik. Kata kunci : Anggaran Biaya Produksi, Pengawasan
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ………………………………………………………………… i KATA PENGANTAR …………………………………………………………. ii ABSTRAK ……………………………………………………………………
v
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… vi DAFTAR TABEL ……………………………………….…………………... ix DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… x DAFTAR TAMPILAN ……………………………………………………… xi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………... 1 B. Batasan dan Perumusan Masalah ..………………….…….. 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………...….. 4 D. Kerangka Konseptual …………….………………………... 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Karakteristik Anggaran 1. Pengertian Anggaran …………………………………. 7 2. Karakteristik Anggaran ………………………………. 9 B. Tujuan, Manfaat dan Kelemahan Anggaran 1. Tujuan Anggaran ……………………………………… 9 2. Manfaat Anggaran …………………………………… 10 3. Kelemahan Anggaran ……………………………….. 10 C. Fungsi, Jenis, dan Proses Penyusunan Anggaran
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
1. Fungsi Anggaran ……………………………………... 11 2. Jenis – Jenis Anggaran ………………………………. 12 3. Proses Penyusunan Anggaran ……………………….. 14 D. Anggaran Biaya Produksi 1. Pengertian Biaya Produksi …………………………… 18 2. Unsur – Unsur Biaya Produksi ………………………. 18 3. Pengertian Anggaran Biaya Produksi …………..……. 21 E. Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Pengawasan …….. 27 F. Penyimpangan Biaya Produksi …………………………... 31 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian …...………………………………………. 35 B. Jenis Data ….………………………………………..…… 35 C. Teknik Pengumpulan Data ………………………………. 35 D. Metode Analisis Data ……………………………………. 36 E. Jadwal dan Lokasi Penelitian ……………………………. 36
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Sejarah Singkat Perusahaan …………………………... 37 2. Struktur Organisasi Perusahaan ………………………. 41 3. Kegiatan Operasional Perusahaan ……………………. 48 4. Unsur – Unsur Biaya Produksi ……………………….. 50 5. Jenis – Jenis Anggaran Pada Perusahaan …………….. 53 6. Proses Penyusunan Anggaran Biaya Produksi ………... 57
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
7. Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan ….. 59 B. Analisis Hasil Penelitian 1. Proses Penyusunan Anggaran Biaya Produksi ………. 65 2. Peranan Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan ………………………………….….. 67 3. Analisis Anggaran Biaya Produksi dan Realisasi …...... 69 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………. 77 B. Saran ……………………………………………………... 79
DAFTAR PUSTAKA ………...…………………………………………..… 81 LAMPIRAN ………………………………………………………………… 82
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
Tabel 2.1
Contoh Anggaran Kuantitas Produksi .……………. 23
Tabel 2.2
Contoh Anggaran Biaya Produksi ………...……….. 24
Tabel 2.3
Contoh Anggaran Biaya Produksi...………...……… 24
Tabel 2.4
Contoh Laporan Realisasi Biaya Produksi ……..….. 25
Tabel 4.1
Anggaran Produksi dan Realisasi Tahun 2003 …….. 60
Tabel 4.2
Anggaran Produksi dan Realisasi Tahun 2004 …….. 61
Tabel 4.3
Anggaran Biaya Produksi dan Realisasi Tahun 2003 ………………………………………... 61
Tabel 4.2
Anggaran Biaya Produksi dan Realisasi Tahun 2004 ………………………………………... 62
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
Gambar 1.1
Kerangka Konseptual ……………………..………... 6
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
Lampiran 1
Struktur Organisasi ………………………………... 82
Lampiran 2
Daftar Pertanyaan …………………………………. 83
Lampiran 3
Kuesioner ………………………………………….. 87
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan dunia usaha pada umumnya, banyak perusahaan yang berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar. Sehubungan dengan perkembangan perusahaan tersebut, maka kegiatan – kegiatan yang ada dalam perusahaan menjadi bertambah banyak, baik jenis kegiatan maupun volume kegiatan yang dilaksanakan. Jika perusahaan berkembang menjadi besar atau perusahaan yang didirikan dengan skala perusahaan besar, maka perencanaan dan pengawasan kegiatan yang dilaksanakan haruslah memadai dengan besarnya perusahaan tersebut. Kegiatan – kegiatan yang ada di dalam perusahaan semacam ini akan merupakan kegiatan yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kegagalan pelaksanaan salah satu kegiatan akan mempunyai akibat terhadap kegiatan lain di dalam suatu bagian, atau bahkan dengan bagian yang lain di dalam perusahaan. Dengan demikian, maka perencanaan dan pengawasan dalam perusahaan tersebut harus dilaksanakan dengan sebaik – baiknya dan secara terpadu. Dengan diharapkan pemborosan dapat dicegah atau setidak-tidaknya dapat dikurangi dari periode-periode sebelumnya. Untuk menjawab tantangan dalam perusahaan, maka dewasa ini lazim dipergunakan anggaran sebagai sistem perencanaan, koordinasi dan pengawasan dalam perusahaan. Anggaran sebagai suatu sistem nampaknya cukup memadai untuk dipergunakan sebagai alat perencanaan, koordinasi dan pengawasan dari
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
seluruh kegiatan perusahaan. Dengan mempergunakan anggaran, perusahaan akan dapat menyusun perencanaan dengan lebih baik sehingga koordinasi dan pengawasan yang dilakukan dapat memadai pula. Anggaran merupakan kumpulan berbagai informasi yang diharapkan akan dapat dicapai di masa yang akan datang dalam suatu periode tertentu. Anggaran dibutuhkan manajemen untuk merencanakan semua aktivitas dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Selain sebagai alat perencanaan, anggaran juga mempunyai arti yang sangat penting dalam pengkoordinasian kegiatan. Dengan adanya koordinasi diharapkan kerja sama yang baik dari seluruh bagian untuk mencapai tujuan bersama. Perencanaan terhadap anggaran harus disertai dengan pengawasan. Pengawasan bukan lagi dianggap sebagai tekanan dan unsur paksaan tetapi rasa tanggung jawab terhadap tujuan yang hendak dicapai untuk kepentingan dan kehidupan bersama. Pengawasan sangat berfungsi bagi manajemen untuk mengetahui bahwa aktivitas yang dilaksanakan dalam mencapai tujuan dapat berjalan seperti direncanakan. Pengawasan juga dimaksudkan untuk menilai sampai sejauh mana efisiensi telah dicapai dalam melaksanakan kegiatan. Dengan demikian, perencanaan merupakan salah satu unsur sistem pengawasan. Penyusunan anggaran biaya produksi yang baik akan menunjang kegiatan produksi perusahaan sehari – hari yang nantinya akan menunjang seluruh kegiatan perusahaan. Demikian pula, pengawasan biaya produksi sebagai suatu fungsi memperbandingkan biaya produksi yang sebenarnya dengan anggaran biaya
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
produksi. Dengan adanya perbandingan tersebut dapat dievaluasi apakah telah terjadi penyimpangan baik yang merugikan maupun yang menguntungkan. Penyimpangan
biaya
yang
terjadi,
baik
itu
yang
bersifat
menguntungkan/merugikan perusahaan perlu dianalisis supaya lebih informatif dan akurat dalam pemakaiannya. Analisis ini perlu untuk meneliti dimana penyimpangan itu terjadi, apa penyebabnya dan siapa saja yang bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut. Lebih lanjut hasil analisis ini dapat digunakan pihak manajemen sebagai dasar untuk melakukan tindakan perbaikan dan juga sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan-keputusan yang relevan. PT. Coca Cola Bottling Indonesia – Medan merupakan sebuah perusahaan pembotolan yang bergerak dalam bidang minuman ringan (soft drink). Adapun minuman yang diproduksi adalah Coca Cola, Sprite, Fanta, Frestea, dan Hi-C. Seperti yang kita ketahui, penjualan produk-produk ini sampai pada daerah yang terpencil sekalipun. Ini menggambarkan bahwasanya penjualan merupakan hal yang sangat berpengaruh pada pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan penghematan biaya produksi agar laba yang nantinya diperoleh perusahaan akan maksimal. Dari hasil pengamatan, penulis menjumpai adanya perbedaaan/varian yang cukup signifikan antara pos-pos biaya produksi dengan realisasinya untuk periode 2003 dan 2004. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana peranan anggaran biaya produksi sebagai alat pengawasan pada perusahaan tersebut. Oleh sebab itu, penulis memilih judul “Analisis Anggaran Biaya
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Produksi Sebagai Alat Pengawasan pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia – Medan.”
2. Batasan dan Perumusan Masalah a. Batasan Masalah Karena banyaknya produk yang dihasilkan oleh PT Coca Cola Bottling Indonesia – Medan, maka penulis membatasi permasalahan pada produk Coca Cola kemasan botol dengan ukuran 6,5 OZ atau ukuran 193 ml.
b. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perusahaan menyusun anggaran biaya produksinya dan apakah anggaran biaya produksi pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia – Medan sebagai alat pengawasan telah berfungsi dengan baik? 2. Mengapa terjadi penyimpangan antara anggaran dengan realisasi biaya produksi?
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana perusahaan menyusun anggaran biaya produksinya dan apakah anggaran biaya produksi pada PT. Coca Cola
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Bottling Indonesia – Medan sebagai alat pengawasan telah berfungsi dengan baik. 2. Untuk mengetahui mengapa terjadi penyimpangan antara anggaran dengan realisasi biaya produksi..
b. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain : 1. Bagi penulis, menambah wawasan dan pengetahuan tentang peranan anggaran biaya produksi sebagai alat pengawasan. 2. Bagi perusahaan, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan referensi dan informasi dalam menentukan dan menerapkan kebijakan dan strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam anggaran perusahaan. 3. Bagi mahasiswa lain, dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam penelitian sejenis.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
4. Kerangka Konseptual Adapun kerangka konseptual adalah sebagai berikut : Gambar 1.1 Kerangka Konseptual PT COCA COLA BOTTLING INDONESIA - MEDAN
PRODUKSI ANGGARAN BIAYA PRODUKSI
REALISASI BIAYA PRODUKSI
VARIANS ANALISA KESIMPULAN
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Karakteristik Anggaran 1. Pengertian Anggaran Kata anggaran (budget) sudah sering kita dengar dalam kegiatan sehari – hari. Ada yang memahaminya sebagai target, ada yang mengatakan penghasilan atau biaya yang diproyeksikan atau diharapkan, dan yang lainnya. Anggaran juga didefinisikan secara beraneka ragam oleh para ahli. Setiap definisi memberikan penekanan yang berbeda – beda, hal itu disebabkan karena mereka melihat dari sudut pandang yang berbeda pula. Definisi anggaran menurut M. Nafarin (2004:12) : “Anggaran merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu.” Sedangkan definisi anggaran menurut Henry Simamora (1999:190) : “ Anggaran (budget) adalah suatu rencana rinci yang memperlihatkan bagaimana sumber-sumber daya diharapkan akan diperoleh dan dipakai selama periode waktu tertentu.” Dari definisi – definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa anggaran mencakup unsur – unsur sebagai berikut :
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
a. Rencana. Anggaran merupakan suatu rencana karena merupakan suatu penentuan terlebih dahulu aktivitas atau kegiatan yang akan datang. Dengan adanya rencana, maka perusahaan akan berjalan terarah menuju ke sasaran yang telah ditetapkan. b. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan. Anggaran harus mencakup seluruh kegiatan yang akan dilakukan oleh semua bagian yang ada dalam perusahaan. Hal ini mengingat bahwa anggaran adalah suatu rencana yang dijadikan pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja dan alat pengawasan. c. Dinyatakan dalam unit moneter. Anggaran dinyatakan dalam unit moneter, mengingat kegiatan perusahaan yang beraneka ragam sering memiliki satuan unit yang berbeda – beda. Dengan satuan unit yang sama maka seluruh kegiatan perusahaan akan dapat dihitung, dianalisis dan kemudian dapat disusun perencanaan terpadu yang memadai bagi perusahaan yang bersangkutan. d. Jangka waktu tertentu yang akan datang. Anggaran perusahaan disusun untuk berbagai jangka waktu, misalnya per minggu, per bulan, per triwulan, per semester, per tahun, atau jangka waktu lebih dari satu tahun. Hal ini sesuai dengan kebutuhan pihak manajemen dan kesepakatan yang ada dalam perusahaan tersebut.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
e. Sumber daya. Perusahaan harus membuat perencanaan mengenai sumber daya yang diperlukan dan yang tersedia, agar rencana operasi dapat direalisasikan dengan baik.
2. Karakteristik Anggaran Menurut Mulyadi (2001:490) anggaran mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan. 2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun. 3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. 4. Usulan anggaran direview dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran. 5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah di bawah kondisi tertentu. 6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
B. Tujuan, Manfaat dan Kelemahan Anggaran Anggaran diperlukan karena ada tujuan dan manfaatnya. Menurut M. Nafarin (2004:15) ada beberapa tujuan dan manfaat anggaran yang dijelaskan sebagai berikut 1. Tujuan Anggaran Tujuan disusunnya anggaran, antara lain : 1. Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana. 2. Memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari dan digunakan.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
3. Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana, sehingga dapat memudahkan pengawasan. 4. Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal. 5. Menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat 6. Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan.
2. Manfaat Anggaran Anggaran mempunyai banyak manfaat, antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai Dapat memotivasi pegawai Menimbulkan rasa tanggung jawab pada pegawai Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu Sumber daya, seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat dimanfaatkan seefisien mungkin 7. Alat pendidikan bagi para manajer.
3.
3. Kelemahan Anggaran Anggaran selain mempunyai banyak manfaat, juga memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan anggaran menurut M. Nafarin (2004:15) antara lain : 1. Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan asumsi, sehingga mengandung unsur ketidakpastian 2. Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang, dan tenaga yang tidak sedikit, sehingga tidak semua perusahaan mampu menyusun anggaran secara lengkap (komprehensif) dan akurat 3. Pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat menggerutu dan menentang, sehingga pelaksanaan anggaran dapat menjadi kurang efektif.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
C. Fungsi, Jenis, dan Proses Penyusunan Anggaran 1. Fungsi Anggaran Pada umumnya, anggaran mempunyai tiga fungsi utama, yaitu : a. Sebagai alat perencanaan. Anggaran merupakan salah satu alat perencanaan karena anggaran yang ditetapkan terlebih dahulu adalah rencana laba keuangan secara formal dalam angka- angka yang mendetail sehingga dalam peranannya sebagai alat perencanaan, anggaran dapat dijadikan sebagai suatu arah pencapaian tujuan karena perencanaan yang disusun mempengaruhi organisasi dalam pelaksanaan rencana dan menjamin pengendalian rencana dapat dicapai. b. Sebagai alat pengkoordinasian kerja Anggaran berfungsi sebagai alat untuk pengkoordinasian kerja agar semua bagian yang terdapat dalam perusahaan dapat saling mendukung, saling bekerja sama dengan baik untuk menuju ke sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian kelancaran jalannya perusahaan akan lebih terjamin. c. Sebagai alat pengawasan kerja. Fungsi ini dilakukan dengan tujuan memantau pelaksanaan anggaran dan menemukan penyimpangan anggaran yang direalisasikan dengan membandingkan budget dengan realisasi dan mencari jalan keluarnya.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
2. Jenis – Jenis Anggaran Jenis anggaran ada berbagai macam, hal itu sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan dalam melakukan kegiatan. Jenis - jenis anggaran dapat dikelompokkan dari berbagai sudut pandang sebagai berikut : 1. Menurut dasar penyusunan anggaran a. Anggaran Variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisar) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat – tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda. b. Anggaran Tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu. 2. Menurut cara penyusunannya a. Anggaran Periodik, yaitu anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu, umunya satu tahun, yang disusun setiap akhir periode anggaran. b. Anggaran Kontinu, yaitu anggaran yang dibuat untuk memperbaiki anggaran yang telah dibuat, misalnya tiap bulan diadakan perbaikan, sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan. 3. Menurut jangka waktu a. Anggaran Jangka Pendek (anggaran taktis), yaitu anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
b. Anggaran Jangka Panjang (anggaran strategis), yaitu anggaran yang dibuat dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyusunan anggran jangka pendek. 4. Menurut bidangnya a. Anggaran Operasional, yaitu anggaran untuk menyusun anggaran laporan laba rugi. Anggaran operasional terdiri dari : •
Anggaran Penjualan
•
Anggaran Biaya Pabrik yang terdiri dari anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik.
•
Anggaran Beban Usaha
•
Anggaran Laporan Laba Rugi.
b. Anggaran Keuangan, yaitu anggaran untuk menyusun anggaran neraca. Anggaran keuangan terdiri dari : 1. Anggaran Kas 2. Anggaran Piutang 3. Anggaran Persediaan 4. Anggaran Utang 5. Anggaran Neraca
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
5. Menurut kemampuan menyusun a. Anggaran Komprehensif merupakan rangkaian dari berbagai macam anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran komprehensif merupakan perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran keuangan yang disusun secara lengkap. b. Anggaran Parsial merupakan anggaran yang disusun tidak secara lengkap, anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja. 6. Menurut fungsinya a. Anggaran Apropriasi, yaitu anggaran yang dibentuk bagi tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk tujuan lain. b. Anggaran Kinerja, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam organisasi (perusahaan) misalnya untuk menilai apakah biaya/beban yang dikeluarkan oleh masing – masing aktivitas tidak melampaui batas.
3. Proses Penyusunan Anggaran Suatu anggaran disusun untuk mencoba menjawab dan memperkirakan apa-apa saja yang akan terjadi di masa yang akan datang. Hal ini merupakan bagian dari fungsi perencanaan, karena merupakan proyeksi ke depan dan dijabarkan dalam bentuk angka – angka. Untuk itu sangat dibutuhkan persiapan penyusunan anggaran yang matang, tajam dan teliti.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Untuk menyusun anggaran perusahaan dapat menggunakan berbagai metode yang lazim digunakan. Pilihan metode ini sangat tergantung pada kondisi dan keinginan manajemen perusahaan yang bersangkutan. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:83) “Proses penyusunan anggaran adalah tahap kegiatan yang dilakukan dalam anggaran sehingga tersusun dan menjadi pegangan manajemen dalam kegiatan operasionalnya.” Penyusunan anggaran dalam suatu perusahaan biasanya dikoordinasi oleh satu lembaga yang bertugas menyusun anggaran yang dinamakan Komite Anggaran. Komite Anggaran beranggotakan manajer divisi dan manajer lainnya yang melaksanakan fungsi-fungsi pokok kegiatan suatu perusahaan dan memberikan arahan kerja penyusunan anggaran. Komite Anggaran pada umumnya berada langsung di bawah direksi. Sebabnya yang utama adalah karena baik dalam penyusunannya maupun dalam pelaksanaannya anggaran perlu melibatkan personalia dari berbagai bagian. Dengan menempatkan Komite Anggaran secara langsung di bawahnya, maka anggaran yang tersusun nantinya akan memperoleh dukungan secara penuh dari semua bagian yang ada dalam perusahaan sehingga anggaran benar-benar akan merupakan alat bagi manajemen untuk menggerakkan serta mengarahkan kegiatan-kegiatan seluruh bagian. Secara rinci,menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:87-88) tugas dari Komite Anggaran adalah sebagai berikut : a. Menetapkan keputusan tentang kebijaksanaan umum yang akan ditempuh di masa yang akan datang
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
b. Komite anggaran bertugas menyusun dan menyempurnakan semua prosedur yang berkaitan dengan masalah anggaran yang menjadi pedoman bagi divisi-divisi lain c. Komite budget bertugas menyelesaikan anggaran tahunan d. Meminta atau menerima seta mereview anggaran masing-masing departemen e. Melakukan saran atau perbaikan anggaran departemen f. Menyetujui atau mensahkan budget atau revisi anggaran g. Untuk pelaksanaan anggaran maka komite ini juga bertugas mengikuti dan melihat penerapan anggaran, dan hal ini yang menyangkut rencana pelaksanaan anggaran dan untuk membicarakan beberapa hal yang menyangkut penyimpangan dari anggaran h. Pada akhir tahun, Komite ini bertugas juga menyelesaikan revisi dan penyesuaian anggaran dan mempersiapkan rekomendasi dalam penyusunan anggaran tahun berikutnya. i. Komite ini pada akhir tahun anggaran akan membahas beberapa hal tentang anggaran yang belum rampung pada tahun lalu dan menyelesaikan anggaran yang lalu dan bila mungkin mengangkat kembali ke anggaran tahun berikutnya. j. Menerima analisis dan laporan tentang pelaksanaan anggaran. k. Komite anggaran bertugas untuk melakukan perbaikan secara terus menerus konsep anggaran komprehensif ini. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:83) proses penyusunan anggaran dapat dilihat dari sudut pandang sebagai berikut : a. Ditinjau dari siapa yang membuatnya. Ditinjau dari siapa yang membuatnya, maka penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan cara : 1. Otoriter atau Top Down Dalam metode ini anggaran disusun dan ditatapkan sendiri oleh pimpinan dan anggaran inilah yang harus dilaksanakan bawahan tanpa keterlibatan bawahan dalam penyusunannya. Bawahan tidak diminta keikutsertaannya dalam menyusun anggaran. Metode ini ada baiknya jika karyawan tidak mampu menyusun anggaran atau dianggap akan terlalu lama dan tidak tepat jika diserahkan kepada bawahan. Hal ini bisa terjadi dalam perusahaan yang karyawannya tidak memiliki keahlian cukup untuk menyusun anggaran. Atasan bisa saja menggunakan konsultan atau tim khusus untuk menyusunnya. 2. Demokrasi atau Bottom Up Dalam metode ini anggaran disusun berdasarkan hasil keputusan karyawan. Anggaran disusun mulai dari bawahan sampai ke atasan. Bawahan diserahkan sepenuhnya menyusun anggaran yang akan dicapainya di masa yang akan datang. Metode ini tepat digunakan jika
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
karyawan sudah memiliki kemampuan dalam menyusun anggaran dan tidak dikhawatirkan akan menimbulkan proses lama dan berlarut. 3. Campuran atau Top Down dan Bottom Up Metode ini adalah campuran dari kedua metode di atas. Disini perusahaan menyusun anggaran dengan memulainya dari atas dan kemudian selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan bawahan. Jadi ada pedoman dari atasan atau pimpinan dan dijabarkan oleh bawahan sesuai dengan pengarahan atasan. b. Ditinjau dari segi mana memulai menyusun anggaran Ditinjau dari segi mana memulai menyusun anggaran, proses penyusunan anggaran terdiri dari : 1. A Priori Dalam metode ini dalam menyusun budget dimulai dari penetapan angka laba yang diinginkan oleh perusahaan atau pemilik. Setelah laba ditetapkan maka semua pos yang berkaitan dengan upaya mencapai laba ini baru dihitung dan direncanakan kemudian. Keuntungan metode ini adalah : karena laba ditetapkan terlebih dahulu maka bagian lain yang terlibat dalam penciptaan laba ini diharapkan akan termotivasi untuk mencapai laba yang ditetapkan itu. Sedangkan kerugiannya adalah cara ini seolah tidak memperdulikan bagian – bagian yang lain, sehingga dapat menimbulkan sikap apatis, stress, frustasi. 2. A Posteriori Dalam metode ini laba merupakan hasil akhir dari penetapan rencana kegiatan seperti penjualan atau produksi. Dalam hal ini misalnya didahului dengan menetapkan angka penjualan, pembelian, biaya dan lain sebagainya. Dari masing –masing bagian diberi kesempatan untuk menyampaikan anggarannya dan laba yang diharapkan dan setelah semua diperhitungkan maka akan dapat diketahui angka laba. Keuntungan metode ini adalah : anggaran menjadi lebih akurat, karena semua bagian terlibat. Biasanya bagian – bagian inilah yang lebih tahu batas kemampuan mereka. Kerugian mungkin dalam prosesnya yang lebih lama dan mungkin tidak memenuhi keinginan pemilik. 3. Pragmatis Dalam metode ini anggaran ditetapkan berdasarkan pengalaman masa lalu. Penetapan anggaran ini dilakukan secara ilmiah berdasarkan standar yang dihitung secara ilmiah pula atau berdasarkan pengalaman – pengalaman tahun – tahun sebelumnya. Metode ini lebih realistis jika kita lihat pengalaman yang lalu tetapi kurang melihat peluang masa depan.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
D. Anggaran Biaya Produksi 1. Pengertian Biaya Produksi Setiap perusahaan tanpa melihat sifat kegiatannya apakah perusahaan atau non perusahaan selalu mempunyai keterkaitan dengan biaya. Dalam proses produksinya, perusahaan akan mengeluarkan biaya-biaya dari mulai pembuatan sampai menghasilkan barang jadi yang siap dijual. Biaya-biaya secara umum dapat diklasifikasikan menurut fungsinya yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi hanya terdapat dalam perusahaan industri. Sebabnya ialah karena kegiatan perusahaan industri bersifat lebih luas yaitu mencakup semua fungsi usaha produksi, pemasaran dan administrasi. M. Nafarin (2004:383) mengemukakan biaya produksi sebagai berikut : “Biaya pabrik adalah biaya yang terjadi di pabrik periode sekarang terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
ditambah dengan persediaan barang dalam proses awal.”
2. Unsur –Unsur Biaya Produksi Dalam melakukan kegiatan produksi, terdapat unsur – unsur produksi yang menjadi biaya produksi. Terdapat tiga komponen di dalam unsur biaya produksi yaitu a. Bahan Baku Bahan baku merupakan salah satu komponen utama di dalam pembentukan produk. Ketiadaan bahan baku akan menimbulkan terhentinya proses produksi. Dengan demikian kehadiran bahan baku di dalam perusahaan
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
mutlak diperlukan. Bersama–sama bahan baku, dikenal pula bahan lain namun tidak disebut sebagai bahan baku. Bahan – bahan ini lazim disebut sebagai bahan penunjang atau bahan penolong, atau sering disebut dengan bahan pembantu. b. Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung merupakan salah satu dari tiga komponen pembentuk harga pokok produksi di samping biaya bahan baku dan biaya overhead pabrik. Sebagaimana halnya di dalam bahan baku, sehubungan dengan pelaksanaan proses produksi di dalam suatu perusahaan akan dipisahkan adanya pengertian tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Hal ini perlu untuk mendapatkan perhatian karena tidak seluruh tenaga kerja yang ada di dalam perusahaan akan dapat dikategorikan ke dalam tenaga kerja langsung. Contoh tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan proses produksi antara lain pada pabrik tegel, tenaga kerja langsungnya adalah karyawan pencetak tegel sedangkan contoh karyawan tidak langsungnya adalah para pengawas, karyawan administrasi dan lainnya. Tenaga kerja langsung di dalam perusahaan akan direncanakan kegiatannya melalui anggaran tenaga kerja langsung sedangkan tenaga kerja tidak langsung akan masuk ke dalam anggaran biaya overhead. c. Overhead Biaya overhead merupakan komponen yang ketiga di dalam pembentukan biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead ini terdiri dari beraneka ragam macam dan jenisnya. Oleh karena itu, maka tidak jarang timbul kesulitan dalam membebankan masing – masing biaya ini ke dalam perhitungan harga pokok produksi. Kesulitan untuk membebankan
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
biaya overhead pabrik ke dalam masing-masing produk perusahaan ini juga disebabkan karena sebagian besar dari biaya overhead ini merupakan biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produk perusahaan. Beberapa jenis biaya yang termasuk di dalam biaya overhead pabrik ini antara lain : •
Bahan Pembantu Untuk menyelesaikan proses produksi sehingga produk perusahaan dapat
mempunyai kualitas yang baik diperlukan bahan pembantu. Besarnya kebutuhan bahan pembantu ini akan bergantung kepada jumlah dan jenis produk akhir yang memerlukannya yang diproses dalam suatu tahun anggaran. •
Tenaga Kerja Tidak Langsung Di samping tenaga kerja langsung untuk penyelesaian proses produksi di
dalam pabrik diperlukan pula tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja tidak langsung ini akan berfungsi melancarkan pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan. Meskipun tenaga kerja tidak langsung ini terlibat langsung di dalam penyelesaian produk, namun kehadirannya di dalam pabrik sangat diperlukan. Contoh tenaga kerja tidak langsung antara lain para pengawas (mandor), tenaga administrasi pabrik, tenaga pemeliharaan pabrik, dan sebagainya. •
Biaya Pemeliharaan Gedung Pabrik Gedung pabrik yang digunakan untuk proses produksi akan memerlukan
biaya pemeliharaan sehingga gedung tersebut dapat dipergunakan dengan baik dan dalam jangka waktu yang panjang. •
Biaya Reparasi dan Perbaikan Mesin
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Mesin dan peralatan mesin yang ada di dalam perusahaan perlu dipelihara dengan baik. Pemeliharaan dapat dibagi atas dua yaitu pencegahan dan perbaikan kerusakan. Keduanya memerlukan biaya agar produksi dapat berjalan dengan lancar. •
Biaya Penyusutan Biaya penyusutan juga termasuk di dalam perhitungan biaya produksi.
Penyusutan dapat berupa penyusutan gedung pabrik, biaya penyusutan mesin dan peralatan produksi. •
Biaya – biaya lain yang juga termasuk dalam overhead adalah biaya
asuransi gedung dan peralatan produksi, biaya listrik dan biaya bahan bakar.
3. Pengertian Anggaran Biaya Produksi Ada banyak definisi dari anggaran biaya produksi. Tetapi semuanya menunjukkan karakteristik yang hampir mirip. Anggaran merupakan rencana biaya produksi yang akan terjadi untuk tahun yang akan datang. Anggaran biaya produksi meliputi rencana tentang kualitas barang yang akan diproduksi, jumlah serta waktu kapan produksi tersebut dilakukan. Anggaran biaya produksi meliputi : a. Anggaran Biaya Bahan Baku Merupakan anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang penggunaan bahan mentah langsung untuk proses produksi selama periode yang akan datang. Dengan diketahuinya kuantitas produksi dan standar bahan langsung, maka penyusunan anggaran bahan langsung dapat
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
dilakukan dengan mudah. Dari anggaran biaya bahan baku dapat disusun anggaran pembelian bahan untuk memenuhi kebutuhan produksi dan persediaan selama periode yang akan datang. Anggaran biaya bahan baku dapat dihitung dengan cara: Rencana Pemakaian Bahan Baku x Standar Harga Bahan Baku b. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Anggaran biaya tenaga kerja merencanakan kebutuhan tentang biaya tenaga kerja langsung dalam proses produksi untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi. Anggaran biaya tenaga kerja langsung dapat dihitung dengan cara : Jam Kerja Standar x Standar Tarif Upah c. Anggaran Biaya Overhead Anggaran ini merencanakan secara lebih terperinci mengenai beban biaya pabrik tidak langsung selama periode yang akan datang. Biaya Overhead Tetap + ( Rencana Produksi x Tarif Overhead Variabel ) Contoh anggaran biaya produksi Anggaran kuantitas produksi PT.ABC adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 PT ABC Anggaran Kuantitas Produksi Ketera ngan
Janu ari
Febr uari
Mar et
Apri l
Mei
Juni
Juli
Agu stus
Unit
3900
4200
3700
3300
2800
3800
4200
3100
Sept emb er 2800
Okto ber 4000
Nov emb er 3000
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Dese mbe r 2000
Biaya produksi per unit sejumlah Rp.3500 terdiri dari : - Biaya bahan baku : 2 kg karet @ Rp 500
= Rp 1000
- Biaya upah langsung : 2 jam @ Rp 1000
= Rp 2000
- Biaya produksi tidak langsung
= Rp 500
Jumlah biaya produksi/unit
Rp 3500
Maka anggaran biaya produksi PT ABC dapat disusun sebagai berikut :
Tabel 2.2 PT ABC Anggaran Biaya Produksi (dalam 000 Rp) Ketera ngan
Janu ari
Febr uari
Mar et
Apri l
Mei
Juni
Juli
Agu stus
Okto ber
3100
Sept emb er 2800
Unit
3900
4200
3700
3300
2800
3800
4200
HPP / unit Jumlah
3500
3500
3500
3500
3500
3500
3500
3500
1365 0
1470 0
1295 0
1155 0
9800
1330 0
1470 0
1080 0
4000
Nov emb er 3000
Dese mbe r 2000
3500
3500
3500
3500
9800
1400 0
1050 0
7000
Tabel 2.3 PT ABC Anggaran Biaya Produksi (dalam 000 Rp) Keter angan
Unit
Bahan Baku Standar Bahan Baku
Anggar an Bahan Baku
Upah Langsung Standar Upah Langsung
Anggaran Upah Langsung
Overhead Standar Overhead
Angg aran Overh ead
Jumlah
Janua ri Febru ari Maret April
3900
1000
3900
2000
7800
500
1650
13650
4200
1000
4200
2000
8400
500
2100
14700
3700 3300
1000 1000
3700 3300
2000 2000
7400 6600
500 500
1850 1650
12950 11550
Mei
2800
1000
2800
2000
5600
500
1400
9800
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Juni Juli Agust us Septe mber Oktob er Nove mber Dese mber
3800 4200 3100
1000 1000 1000
3800 4200 3100
2000 2000 2000
7600 8400 6200
500 500 500
1900 2100 1550
13300 14700 10850
2800
1000
2800
2000
5600
500
1400
9800
4000
1000
4000
2000
8000
500
2000
14000
3000
1000
3000
2000
6000
500
1500
10500
2000
1000
2000
2000
4000
500
1000
7000
Contoh Laporan Realisasi Biaya Produksi Table 2.4 PT ABC Laporan Realisasi Biaya Produksi Anggaran Aktual Unit yang
2400
Varian
3000
600 (M)
diproduksi Biaya bahan baku
Rp 624.000
Rp 927.300 Rp 303.300 (TM)
Rp 288.000
Rp 360.000
Rp 72.000 (TM)
Variabel
Rp 288.000
Rp 340.000
Rp 52.000 (TM)
Tetap
Rp 320.000
Rp 320.000
0
langsung Biaya tenaga kerja langsung Overhead:
Total
Rp 1.520.000
Rp 1.947.300 Rp 427.300 (TM)
Keterangan : M = Menguntungkan TM = Tidak Menguntungkan
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Dari contoh laporan realisasi biaya produksi di atas maka dapat dianalisis penyebab terjadinya penyimpangan tersebut, sebagai berikut : 1. Unit yang diproduksi mengalami kenaikan 600 unit dari yang dianggarkan sebelumya
yaitu
2400
unit.
Hal
itu
berarti
penyimpangan
yang
menguntungkan. Penyimpangan tersebut disebabkan kenaikan aktivitas penjualan, sehingga produksi naik melebihi tingkat yang direncanakan. 2. Menurut laporan di atas, penyimpangan yang tidak menguntungkan muncul untuk bahan baku langsung sebesar Rp 303.300, tenaga kerja langsung sebesar Rp 72.000, dan overhead variabel sebesar Rp 52.000. karena bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel merupakan biaya variabel maka penyimpangan yang terjadi disebabkan oleh kenaikan produksi melebihi dari yang direncanakan. Jika produksi naik maka bahan baku yang diperlukan juga bertambah. Tenaga kerja juga harus ditambah agar permintaan produksi terpenuhi tepat waktu. Begitu juga dengan overhead variabel yang berkaitan dengan produksi akan ikut meningkat. Perusahaan yang telah menggunakan sistem penganggaran, akan mengembangkan standar untuk membentu dalam penyusunan anggran, menilai prestasi kerja, menghasilkan harga pokok produksi dan menghemat biaya pembukuan. Standar dapat dikatakan sebagai suatu hal yang mutlak diperlukan dalam menyusun anggaran. Hal itu disebabkan standar dan anggaran sama-sama mempunyai tujuan yang sama, yaitu pengendalian manajerial. Penyusunan
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
anggaran tanpa biaya standar tidak akan memungkinkan dalam mencapai sistem pengendalian anggaran yang sebenarnya.
E. Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Pengawasan Sebelum membahas peranan anggaran biaya produksi sebagai alat pengawasan dalam suatu perusahaan, ada baiknya kita membahas pengertian dari pengawasan itu sendiri. Menurut Hansen dan Mowen (2001:714) : “ Kontrol (pengendalian) adalah proses menetapkan standar, menerima umpan balik dari kinerja aktual, dan melakukan tindakan perbaikan ketika kinerja aktual bergeser secara signifikan dari kinerja yang direncanakan.” Pengawasan didefinisikan oleh Glenn A. Welsch sebagai : “Pengawasan adalah tidakan untuk menjamin pencapaian rencana dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.” Dari kutipan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan yang dilakukan pimpinban perusahaan dimaksudkan untuk lebih menjamin agar pelaksanaan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dengan demikian apa yang telah ditentukan di dalam perencanaan seperti rencana, anggaran, program dan yang lainnya benar-benar dilaksanakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengawasan juga bertujuan untuk meminimalkan kesalahan atau kekeliruan yang mungkin terjadi. Tahap dan proses pengawasan :
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
1. Menyusun standar 2. Menilai prestasi 3. Membandingkan prestasi dengan standar 4. Menilai dan menyesuaikan dengan situasi Anggaran merupakan salah satu alat yabng sering digunakan sebagai alat pengawasan, karena jika anggaran disusun dengan baik maka akan mempermudah penilaian tingkat efisiensi setiap pekerjaan. Menurut M. Nafarin (2004:21), anggaran merupakan alat pengendalian atau pengawasan (controlling). Oleh sebab itu, pengawasan terhadap biaya produksi sangat dibutuhkan untuk menilai apakah setiap kegiatan perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pengawasan berarti melakukan evaluasi (menilai) atas pelaksanaan pekerjaan, dengan cara :
Membandingkan realisasi dengan rencana (anggaran)
Melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (jika ada penyimpangan yang merugikan) Pada perusahaan industri, pengawasan diarahkan pada unsur – unsur biaya
produksi yang terdiri dari : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya produksi tidak langsung (biaya overhead). Melalui pengawasan ini diharapkan pemborosan biaya dapat dicegah atau setidak – tidaknya dapat dikurangi dari periode-periode sebelumnya. Alat yang tepat bagi manajemen untuk melaksanakan fungsi pengawasan terhadap biaya produksi adalah berdasarkan perencanaan yang teliti, dimana
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
perencanaan tersebut disusun dalam bentuk anggaran. Melalui anggaran ini diharapkan manajemen mengetahui apakah biaya yang sebenarnya sesuai, di atas atau di bawah anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan melalui anggaran biaya produksi dapat juga dilakukan dengan adanya biaya standar. Menurut Henry Simamora (2000:636) : “ Biaya standar (standar cost) adalah ukuran yang ditentukan sebelumnya secar tepat menyangkut berapa biaya seharusnya dalam kondisi tertentu” Langkah-langkah yang diambil dalam menetapkan biaya standar : 1. Melakukan inventarisasi dari pengalaman-pengalaman yang akan datang. Dalam hal ini berarti harus meneliti biaya yang sesungguhnya terjadi di masa lalu. 2. Menanyakan rencana pimpinan pada masa yang akan datang. Hal ini perlu pula diketahui bahwa setiap perubahan kebijaksanaan pimpinan akan secara otomatis dapat mempengaruhi rencana biaya pada masa yang akan datang. 3. Ramalkan perubahan harga pada masa yang akan datang. Pekerjaan ini adalah merupakan pekerjaan yang paling sulit. Hal ini disebabkan karena perubahan harga yang merupakan salah satu faktor ekstern perusahaan. Standar akan menjadi dasar dalam melakukan perbandingan dengan realisasi untuk mengetahui penyimpangan (varian). Penyimpangan (varian) yang terjadi dapat dianalisis dengan cara membandingkan anggaran biaya produksi dengan realisasinya pada perusahaan.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Menurut Sofyan Safri Harahap (2001:101), penyimpangan realisasi dari anggaran dapat disebabkan oleh : 1. Kesalahan budget 2. Kesalahan akuntansi klasifikasi / pencatatan 3. Kesalahan operasi Penyimpangan ini harus dianalisis penyebabnya. Pada umumnya perusahaan telah menetapkan ukuran yang harus dilakukan investigasi dan mana yang tidak. Analisa penyimpangan (varian) dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk : 1. Mengetahui prestasi pusat pertanggungjawaban 2. Mengetahui siapa yang akan diberikan penghargaan atau sanksi 3. Sebagai bahan pengalaman untuk perbaikan operasi selanjutnya. Siapa yang akan dicontoh dan siapa yang tidak perlu dibantu mengatasi unfavorable 4. Untuk melihat pos-pos biaya yang perlu mendapat lampu kuning 5. Menjadi “early warning system” atas manajemen biaya dan hasil 6. Sebagai bahan kemungkinan revisi budget Mekanisme anggaran sebagai alat pengawasan dapat dicapai dengan cara : 1. Mendesain format anggaran yang sesuai dengan format akuntansi 2. Menyusun sebelum dilaksanakannya kegiatan operasi 3. Membandingkan
antara
anggaran
dengan
hasil
realisasi
menghitung penyimpangan (varian)
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
dan
4. Menjadikan penyimpangan sebagai dasar investigasi lebih lanjut untuk mengetahui penyebab penyimpangan tersebut 5. Menjadikan hasil investigasi untuk menilai prestasi bagian dan memperbaiki serta menyempurnakan anggaran berikutnya.
F. Penyimpangan Biaya Produksi Apabila terdapat perbedaaan antara biaya yang terealisasi dengan anggaran yang ditetapkan sebelumnya berarti terjadi penyimpangan biaya. Penyimpangan tersebut dapat bersifat menguntungkan atau merugikan perusahaan. Setiap penyimpangan yang terjadi pada unsur-unsur biaya produksi yaitu biaya bahan baku langsung, biaya upah langsung dan biaya overhead, baik yang menguntungkan maupun merugikan perlu diselidiki dan dianalisis. Sebab bila terdapat penyimpangan yang menguntungkan belum tentu itu efisien, mungkin saja ini terjadi akibat penetapan harga standar yang terlalu rendah. Analisis ini perlu untuk meneliti dimana penyimpangan itu terjadi, apa penyebabnya dan siapa saja yang bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut. Lebih lanjut hasil analisis ini dapat digunakan pihak manajemen sebagai dasar untuk melakukan tindakan perbaikan dan juga sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan – keputusan yang relevan. Penyimpangan antara anggaran dan realisasi disebut dengan varians. Menurut Welsch et.al (2000:498) dalam mengevaluasi varians untuk mengetahui penyebab terjadinya, kemungkinan berikut perlu untuk dipertimbangkan yaitu : 1. Varians tersebut tidaklah material atau signifikan
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
2. Varians disebabkan oleh kesalahan pelaporan. Sasaran yang direncanakan atau dianggarkan dan data aktual yang disediakan oleh departemen akuntansi harus diperiksa kebenarannya. 3. Varians disebabkan oleh keputusan khusus manajemen. Varians jenis ini harus diidentifikasi, sekali diidentifikasi, biasanya tidak memerlukan penelitian lebih lanjut karena bila keputusan telah dibuat maka telah disadari adanya varians dari rencana. 4. Varians yang berasal dari faktor yang tidak dapat dikendalikan. 5. Varians yang tidak diketahui penyebabnya harus menjadi perhatian utama dan harus diselidiki secara teliti. Dengan kata lain, manajer harus memberikan perhatian khusus kepada varians yang “membutuhkan penjelasan”. Ini adalah perkecualian yang memerlukan penelitian lebih lanjut. Ada banyak cara untuk mempelajari atau menyelidiki varians untuk menentukan sebab yang mendasarinya. Ada beberapa pendekatan utama menurut Welsch et.al (2000:498) :
Pertemuan dengan manajer pusat tanggung jawab dan penyelia dan karyawan lainnya dalam pusat tanggung jawab yang terlibat. Analisis situasi kerja termasuk arus kerja, koordinasi aktivitas, keefektifan penyeliaan dan keadaan umum lainnya. Pengamatan langsung Penyelidikan di tempat oleh manajer lini Penyelidikan oleh kelompok staf Pemeriksaan intern Penelitian khusus Analisis varians
Analisa varians mencakup analisis matematis dari dua perangkat data untuk mendapatkan pendalaman penyebab terjadinya suatu varians. Analisis varians mempunyai aplikasi yang sangat luas. Menurut Welsch et. Al (2000:498) analisis varians sering diaplikasikan dalam situasi sebagai berikut : 1. Penyelidikan varians antara hasil aktual dari periode yang berlaku dan hasil aktual dari periode sebelumnya. Periode sebelumnya dianggap dasar. 2. Penyelidikan varians antara hasil aktual dan biaya standar 3. Penyelidikan varians antara hasil aktual dan sasaran yang direncanakan atau dianggarkan yang tercermin dalam rencana laba.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Dalam menilai penyimpangan anggaran biaya produksi dan realisasi maka dilakukan analisis varians terhadap masing-masing unsur biaya produksi yaitu bahan, tenaga kerja langsung, dan overhead. Penyimpangan biaya produksi dapat terbagi atas : a. Penyimpangan Biaya Bahan Baku, terdiri dari •
Penyimpangan Harga Bahan Baku, dengan rumus perhitungannya : Selisih Harga Bahan = (Harga Bahan Sesungguhnya/unit – Harga Bahan Standar/unit) x Kuantitas Pemakaian Aktual.
•
Penyimpangan
Kuantitas
Bahan
Baku,
dengan
rumus
perhitungannya : Selisih Kuantitas Bahan Baku = (Kuantitas Pemakaian Aktual/unit – Kuantitas Pemakaian Standar/unit) x Harga Bahan Standar/unit. b. Penyimpangan Upah Langsung, terdiri dari : •
Penyimpangan
Tarif
Upah
Langsung,
dengan
rumus
perhitungannya : Selisih Tarif Upah = (Tarif Upah Aktual – Tarif Upah Standar) x Jam Kerja Aktual •
Penyimpangan Efisiensi Waktu, dengan rumus perhitungannya : Selisih Efisiensi/Waktu = (Jam Kerja Aktual – Jam Kerja Standar) x Tarif Upah Standar
c. Penyimpangan Biaya Tidak Langsung, terdiri dari : 1. Metode Dua Selisih
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
•
Penyimpangan Terkendali Selisih Overhead = Overhead Aktual – Anggaran menurut menurut Jam Kerja Standar yang dioperasikan
•
Penyimpangan Volume Selisih Overhead = Anggaran Overhead menurut Jam Kerja Standar – Biaya Standar Overhead
2. Metode Tiga Selisih •
Penyimpangan Pembelanjaan Selisih Overhead = Overhead Aktual – Anggaran Overhead menurut Jam Kerja Aktual
•
Penyimpangan Kapasitas Selisih Overhead = Anggaran Overhead menurut Jam Kerja Aktual – ( Jam Kerja Aktual x Tarif Overhead Standar )
•
Penyimpangan Efisiensi Selisih Overhead = ( Jam Kerja Aktual – Jam Kerja Standar ) x Tarif Overhead Standar.
3. Metode Empat Selisih Sama dengan metode tiga selisih, hanya bedanya ada pada penyimpangan efisiensi, dimana dalam metode empat selisih penyimpangan efisiensi dipisahkan menjadi 2 yaitu penyimpangan efisiensi variabel dan penyimpangan efisiensi tetap.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
B. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, terdiri dari : 1. Data Primer, berupa data yang belum diolah yang diperoleh secara langsung dari perusahaan. Dalam hal ini, data diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner. 2. Data Sekunder, berupa data pendukung yang telah diolah yang diperoleh dari perusahaan seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan laporan biaya produksi.
C. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, terdiri dari : 1. Wawancara, yaitu pengumpulan data melalui Tanya jawab dengan responden, dalam hal ini bagian akuntansi dan keuangan.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
2. Kuesioner, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada bagian akuntansi dan keuangan untuk dijawab.
D. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah : Metode
Deskriptif
yaitu
metode
yang
mengumpulkan,
menyusun,
menginterprestasikan dan menganalisa data untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Hasil analisis data ini kemudian dibandingkan dengan dasar teori yang terkait dengan masalah yang dibahas atau diteliti.
E. Jadwal dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan mulai bulan Juli 2007 dan dilakukan di PT. Coca Cola Bottling Indonesia – Medan, Jl. Medan – Belawan km 14, Martubung, Medan.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
BAB IV HASIL PENELITIAN
B. Data Penelitian 1. Sejarah Singkat Perusahaan Perjalanan sejarah dan perkembangan minuman Coca Cola ini sangat menarik untuk dikaji. Karena bukan hanya mengandung nilai-nilai historis yang dalam juga mengandung makna dan pengetahuan tentang perjalanan usaha yang merentang ke segala penjuru dunia. Minuman Coca Cola saat ini sudah berumur lebih dari satu abad atau tepatnya 117 tahun. Beredar dari 155 negara di dunia dan jumlah produksi per hari sekitar 450 juta botol. Bermula dari seorang ahli farmasi DR. John Styth Pamberton yang menemukan ramuan khusus berupa bahan baku dasar yang pada tanggal 8 mei 1886 di kota Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Ramuan inilah yang setelah dicampur dengan gula murni dan air steril diberi nama Coca Cola oleh Frank M. Robinson seorang rekan usaha merangkap sebagai akuntan. Setahun kemudian barulah Coca Cola dijual untuk pertama kali melalui Jacob’s Pharmacy di kota yang sama. Spanduk yang bercat minyak dengan tulisan “Drink Coca Cola” dipasang di depan perusahaan Jacob’s Pharmacy.Ternyata minuman ini sangat disukai dan laris sehingga penjualannyapun makin menyebar. Minuman ini dikemas dalam guci besar dan indah yang ditempatkan pada lokasi strategis di perkantoran, pasar, taman, rekreasi, hotel, restoran, dan sebagainya. Coca Cola
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
melaju terus menembus batas Negara dan waktu memasuki millennium ketiga dengan menyandang predikat “Brand of Century” Sebelum meninggal pada tahun 1888, DR. Pamberton mewariskan penemuannya kepada seorang manajer ulung Asa Candler. Empat tahun kemudian Asa Candler mendirikan perusahaan dengan nama “The Coca Cola Company” di kota yang sama. Ide cemerlang datang kemudian dari Joseph Biedenharm yang mencoba mengemas minuman tersebut ke dalam botol. Ide seorang pemilik toko di Missisipi itu kemudian disambut oleh pengusaha Tennessee dengan mendirikan pabrik minuman Coca Cola yang kali pertama di dunia pada tahun 1899. Pabrik ini membeli Concentrate atau bahan baku dasar dari The Coca Cola Company, kemudian mengolahnya dengan air steril, gula murni, gas CO2 sehingga menjadi minuman yang siap disajikan dalam botol. Inilah awal dari suatu sistem dagang yang untuk dalam sejarah perdagangan dunia yang disebut Franchised System (sistem waralaba). Sistem waralaba ini adalah suatu kerjasama saling menguntungkan antara dua perusahaan (The Coca Cola Company dan Pabrik Minuman) yang sama sekali terpisah modal kepemilikan dan manajemennya. Sistem dagang yang sama berlaku untuk seluruh usaha Coca Cola di seluruh dunia yang meliputi di 200 negara dengan tingkat konsumsi lebih dari 1 miliar sajian minuman setiap hari. Pada akhir millennium kedua, tercatat 16 miliar peti atau 384 miliar sajian produk Coca Cola dikonsumsi masyarakat dunia.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Coca Cola di Indonesia Coca Cola hadir di Indonesia pada tahun 1927 ketika De Nederland Mineral Water Fabriek (Pabrik Air Mineral Hindia Belanda) membotolkannya kali pertama di Batavia. Produksi Coca Cola lumpuh pada jaman penjajahan jepang (1942 – 1945). Namun setelah kemerdekaan Indonesia, pabrik tersebut beroperasi kembali di bawah nama The Indonesian Bottles Ltd. NV (IBL) dengan status perusahaan nasional. Pada tahun 1971 dengan pertambahan partner usaha dan modal IBL menjalin kerjasama dengan tiga perusahaan Jepang yaitu : Mitsui & Co. Ltd, Mitsui Toatsu Chemical Inc. dan Mikuni Coca Cola Bottling Co., membentuk pabrik pembotolan modern pertama di Indonesia dengan nama baru PT Djaya Beverages Bottling Company (DBBC). Sampai saat ini, ada 11 pabrik pembotolan Coca Cola di Indonesia. Sebelas pabrik tersebut berlokasi di : Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, Bali, Lampung, Padang, Medan, Banjarmasin, Makassar, dan Menado.
Coca Cola di Medan Di Medan pabrik Coca Cola terletak di Jalan K.L. Yos Sudarso Km. 14 Medan – Belawan, kelurahan Martubung, kecamatan Medan Labuhan dan menempati areal seluas 48.700 M2. Pabrik pembotolan Coca Cola di Medan mulai dirintis pada tahun 1972 oleh PT Brasseries D’el Indonesie, perusahaan PMA Prancis. Produk andalan perusahaan ini sebenarnya Bir. Coca Cola, Sprite, dan Fanta merupakan produk sampingan. Pada tahun 1980 PT Brasseries D’el Indonesie diambil alih oleh PT Multi Bintang Indonesia yang juga produsen Bir
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
terkenal di Indonesia. Karena ingin berkonsentrasi pada produk utama Bir, PT Multi Bintang Indonesia merelokasi pabriknya ke Tangerang dan menjual pabrik pembotolan di Coca Cola Medan kepada PT Pan Java Bottling Company. Akuisisi dilakukan pada tanggal 2 Mei 1994. PT Coca Cola Pan Java Unit Medan mendistribusikan produknya kepada distribusi tunggal yaitu PT Coca Cola Kendalisodo yang berada dalam satu kantor dengan PT Coca Cola Pan Java. Untuk kemudian PT Coca Cola Kendalisodo Unit Medan mendistribusikannya kepada pelanggan. Karena perkembangan perusahaan begitu cepat, pada tahun 1992 perusahaan ini melakukan kerjasama dengan Coca Cola Amatil Limited, Australia (CCA), satu grup perusahaan pembotolan Coca Cola terkemuka di kawasan Asia Pasifik dan Eropa Timur yang berkantor di Sidney, Australia dan sejak itu PT Pan Java Bottling Company berubah namanya menjadi PT Coca Cola Pan Java. Untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing, pada tanggal 1 Januari 2000 kesepuluh perusahaan pembotolan dan distribusi Coca Cola yang berada di bawah bendera perusahaan Coca Cola Amatil Limited, Australia berubah namanya menjadi PT Coca Cola Bottling untuk perusahaan pembotolan dan PT Coca Cola Amatil Indonesia untuk perusahaan distribusi. The Coca Cola Company merupakan perusahaan asing yang paling berhasil beroperasi di Asia karena keunikan produk dan sistem pemasaran serta pemahamannya terhadap pasar dan budaya lokal yang didukung oleh sekitar 9.000 karyawan, melayani lebih dari 400.000 pelanggan di seluruh Nusantara.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Sampai saat ini PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit medan telah cukup berhasil dalam menghasilkan dan mengkombinasikan serta memodifikasikan produknya dan hasil produksinya telah tersebar secara luas di berbagai daerah.
2. Struktur Organisasi Perusahaan Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien. Pelaksanaan proses pengorganisasian yang sukses akan membuat organisasi dapat mencapai tujuannya. Proses ini akan tercermin pada struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan kesatuan kerangka organisasi yang ditetapkan untuk proses managerial, sistem dan pola tingkah laku yang muncul dan terjadi di dalam praktek penyelenggaraan organisasi dan manajemen. Struktur organisasi bagi suatu perusahaan adalah sangat penting sebagai alat untuk menyusun fungsi-fungsi dan departemen-departemen serta posisi organisasi secara keseluruhan. Hal ini akan memudahkan pelaksanaan pekerjaan, dimana setiap individu dalam organisasi perusahaan akan mengetahui dengan jelas batas-batas wewenangnya dan kepada siapa ia bertanggung jawab. Setiap organisasi umumnya mempergunakan struktur yang berbeda-beda satu dengan lainnya sesuai dengan kebutuhan orang tersebut untuk menjalankan roda organisasi. PT Coca Cola Bottling Indonesia – Medan membuat struktur organisasi yang merupakan landasan kerja bagi seluruh karyawan yang ada dalam
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
perusahaan. Struktur organisasi yang dimiliki dan dijalankan adalah struktur organisasi garis dan staf (Line and Staff Organization). Dalam struktur organisasi garis dan staf ini dikenal satu komando. Dimana masing- masing bawahan wajib melaksanakan instruksi dan bertanggung jawab langsung kepada atasan sesuai dengan instruksi yang diterimanya. Dengan kata lain tiap-tiap pekerjaan dikenal satu pimpinan yang langsung membawahinya sedangkan staf bekerja dan memberikan saran-saran kepada manajer. Selanjutnya diuraikan pembagian tugas masing-masing sebagai berikut : 1. General Manager Sebagai puncak pimpinan di PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan memiliki wewenang sebagai perencana, pengorganisasian dan pemberi nilai menyeluruh terhadap aktivitas perusahaan demi pencapaian tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Tugas : − Menentukan dan merumuskan kebijaksanaan utama dalam usaha pencapaian tujuan umum perusahaan. − Mengkoordinir dan mengawasi tugas-tugas yang didelegasikan pada manajer-manajer dan menjalin hubungan baik dengan mereka. − Membuat peraturan – peraturan intern pada perusahaan yang tidak bertentangan dengan undang-undang yang ditetapkan. 2. Secretary Tugas : − Mempersiapkan laporan bulanan untuk HO (Head Office)
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
− Mempersiapkan dan menghadiri rapat dan membuat waktu pertemuan distribusi − Menyelenggarakan surat menyurat yang berhubungan dengan perusahaan − Menyusun dan menyiapkan rapat General Manager − Menetapkan sistem file sehingga bila dibutuhkan informasi bisa ditemukan tepat pada waktunya. − Mencatat surat – surat atau fax yang masuk dan keluar − Mengatur tamu yang datang dari daerah maupun luar negeri, seperti akomodasi, transportasi. 3. General Sales & Marketing Manager Tugas : − Mengawasi pelaksanaan penjualan dan program pemasaran yang diperintahkan untuk menjamin pencapaian salah satu objektifitas perusahaan dalam bentuk volume penjualan, pertumbuhan penjualan, dan pangsa pasar menurut batas anggaran − Mengembangkan dan memelihara hubungan dengan langganan lama dengan baik sehingga akan memberikan kepuasan bagi pelanggan − Mengembangkan
penciptaan
program
pengadaan
produk
baru,
mengawasinya dan mengadakan penilaian terhadap kemajuan/hasil produk baru tersebut.
4. Purchasing Manager Tugas :
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
− Menjamin
semua
permintaan
pembelian
yang
telah
disetujui,
ditindaklanjuti sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan pemakai − Menjamin semua pembelian yang telah diterbitkan sesuai dengan harga penawaran yang disetujui bagian keuangan. − Menjamin semua pembelian harus dilengkapi dengan paling sedikit 3 penawaran dari 3 supplier yang berbeda kepemilikan sahamnya dan bukan satu grup perusahaan (untuk menghindari monopoli) − Menjamin semua transaksi yang bersifat urgent yang telah disetujui General Manager sebelum diproses. − Memberikan informasi secara terbuka tentang jenis dan spesifikasi barang yang akan dibeli sebelum pemakaian dilakukan. 5. Finance Manager Bertujuan untuk membantu pencapaian tujuan perusahaan yang berkaitan dengan objektifitas perusahaan dalam hal keuangan, serta mengumpulkan data-data keuangan perusahaan sesuai dengan pelaksanaan kegiatan persiapan untuk mempersatukan atau menggabungkannya ke dalam analisa laporan keuangan. Tugas : − Membantu
pencapaian
sasaran
keuangan
perusahaan
dengan
mempersiapkan laporan keuangan yang terkonsolidasi secara tepat waktu − Membantu General Manager mengumpulkan atau menyusun data untuk rencana financial jangka pendek maupun jangka panjang
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
− Membuat analisa-analisa keuangan untuk mendukung proses pengambilan keputusan − Mengamankan harta milik perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi intern control − Mengembangkan dan mendukung kebutuhan sarana dan prasarana informasi bagi departeman lain − Menetapkan kredit limit dan jangka waktu penagihan serta penjualan yang harus dilakukan secara tunai. − Mengembangkan serta membuat dan meng – up date prosedur-prosedur yang sedang dilaksanakan yang kemudian meminta General Manager untuk menyetujuinya. 6. Business Information System Manager Tugas : − Menyusun strategi perusahaan dan memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi perusahaan dengan menggunakan sistem dan teknologi informasi − Bertanggung jawab terhadap perawatan jaringan komputer dan sistem komunikasi − Bertanggung jawab kepada General Manager
7. Technical Operation Manager Tugas :
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
− Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pada bagian teknik dan produksi − Merencanakan serta mengatur produksi perusahaan agar sesuai dengan spesifikasi dan standar mutu yang telah ditentukan − Membuat laporan produksi secara periodic mengenai pemakaian bahan baku 8. Human Resources and Development Manager Tugas : − Merencanakan dan mengorganisir semua sumber daya manusia dan program pengembangan − Membantu General Manager dalam melaksanakan undang-undang tenaga kerja dan peraturan pemerintah serta menjalankan kebijaksanaan perusahaan dalam manajemen sumber daya. − Mendukung pencapaian tujuan perusahaan dengan mengusahakan sebuah lingkungan
kerja
dimana
semua
pekerja
dapat
menyelesaikan
pekerjaannya dengan hasil yang memuaskan − Menciptakan keamanan bagi perusahaan dan mengawasi berbagai situasi dan melibatkan pimpinan pekerja di dalam kegiatan yang berkaitan dengan kekuasaan hukum dan pergerakan politik
9. Cold Drink Equipment Manager Tugas :
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
− Meneliti, memeriksa dan menganalisa mutu produk baik bahan baku maupun produk jadi apakah sesuai dengan spesifikasi dan standar yang telah ditetapkan dan bertanggung jawab kepada General Manager. 10. Production Manager Tugas : − Memimpin
dan
mengkoordinir
kegiatan-kegiatan
dalam
bidang
pengolahanh air, pembuatan sirup, pembotolan, pengoperasian dan perawatan mesin yang dikelolanya, memberi input untuk rencana penyusunan budget tahunan, menyusun program kerja semua seksiseksinya dan meletakkan dasar-dasar koordinasi di antara operatoroperator, mengevaluasi keadaan bulan lalu dari tiap-tiap seksi di bawahnya dan bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager. 11. Engineering Manager Tugas : − Memonitor
dan
mengontrol
aktivitas
yang
berhubungan
dengan
keteknikan untuk meyakinkan agar target volume produksi dapat tercapai dan bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager 12. Water and Syrup Supervisor Tugas : − Menyimpan, menerima dan mengeluarkan bahan-bahan yang diminta oleh setiap departemen dan bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager 13. Bottling Lines Supervisor
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Tugas : − Memonitor
dan
mengontrol
aktivitas
yang
berhubungan
dengan
pembotolan dan perlengkapan yang diperlukan untuk meyakinkan agar target produksi dapat dicapai dan bertanggung jawab kepada Production Manager.
3. Kegiatan Operasional Perusahaan PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan merupakan suatu perusahaan pabrikasi dalam bidang industri pembotolan minuman ringan tanpa alkohol. Perusahaan minuman bebas alkohol ini merupakan perusahaan terdepan dalam pasar minuman global terutama di Asia, karena keunikan produk dan sistem pemasaran, serta pemahamannya terhadap pasar dan budaya lokal. Hasil produksi PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan terdiri dari Coca Cola, Fanta, Sprite, Frestea,dan Hi-C, yang dibuat dari bahan baku yang terpilih dikemas secara higienis dengan berbagai – bagai ukuran seperti kemasan botol, kaleng, plastic PET (Poly Ethylene Therephlate). Produk Coca Cola jenis kaleng (scanning) dan jumbo (PET) diproduksi hanya di Semarang dan Padang. Coca Cola Bottling Indonesia Sumatera Bagian Utara menyediakan Promix, yaitu tabung yang berisi sirup Coca Cola yang digunakan oleh pelanggan khusus yang memiliki mesin pencampur Coca Cola seperti : California Fried Chicken, New York Fried Chicken, Pizza Hut dan Dunkin Donuts. Proses Produksi
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Minuman ringan tanpa alcohol seperti Coca Cola, Sprite, Fanta dibuat dari bahan baku yang terpilih, dikemas secara higienis dalam kemasan botol, kaleng,dan PET. Proses pengolahan minuman ringan Coca Cola dilakukan dalam satu departemen produksi yang terdiri dari bagian-bagian dimana beberapa kegiatan dilaksanakan hampir bersamaan. Proses produksi pada PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut : Pengolahan air Pada proses pengolahan air, air yang dipompa dari sumur bor perusahaan akan dipompakan ke tangki reaksi, untuk mereaksikan dengan bahan – bahan kimia seperti kaporit, kalsium klorida, kapur dan ferro sulfat. Kemudian air tersebut berturut-turut dialirkan ke pressure tank, sand filter dan carbon filter hingga diperoleh air bermutu tinggi (steril). Pembuatan sirup Pada proses pembuatan sirup gula murni dilakukan dengan air olahan bermutu tinggi dan dipanaskan serta diaduk sampai campuran menjadi homogen, kemudian disaring dengan alat penyaring khusus sehingga menjadi simple sirup. Concentrate, bahan baku dasar dicampur dengan larutan gula murni (simple sirup) sehingga menjadi final sirup. Pada setiap tahapan proses, mutu dari larutan diperiksa di bagian Quality Assurance untuk memastikan mutu yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Pencampuran
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Melalui pipa-pipa stainless steel, sirup dialihkan ke tempat pencampuran dimana sirup tersebut dicampur dengan air bermutu tinggi. Di unit pencampuran ini, pelarutan tersebut dibebaskan dari kelebihan udara dan gas-gas asing yang larut dalam air (dearasi) kemudian CO2 dilarutkan dengan perbandingan yang telah ditentukan. Di bagian pencampuran ini, “beverage” atau minuman ringan diperiksa lagi mutunya sebelum dibotolkan. Setelah minuman dianggap memenuhi standar mutu oleh bagian Quality Assurance, barulah minuman tersebut dibotolkan dan diedarkan ke pasar. Mesin Produksi Pada mesin produksi terdapat dua kegiatan, yaitu pencucian botol yang dilakukan oleh mesin pencuci botol (washer) dan proses pengisian botol. Setelah botol dicuci bersih kemudian diantarkan oleh rel berjalan ke mesin filter untuk diisi dan sekaligus dilakukan penutupan dan kode tanggal.
4. Unsur – Unsur Biaya Produksi PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan memproduksi berbagai jenis minuman ringan melalui satu departemen produksi yang dibagi atas beberapa tahapan. Dimana proses produksi diselesaikan dalam satu hari dan dilakukan secara bersamaan untuk menghasilkan minuman ringan tersebut. Adapun unsur-unsur biaya produksi pada PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan adalah : a. Direct Material
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Dalam proses produksi yang dilakukan oleh PT Coca Cola Bottling Indonesia - Medan, bahan baku yang dipergunakan adalah : 1) Concentrate yaitu bahan baku dasar yang dibeli dari PT Coca Cola Bottling Indonesia yang merupakan perwakilan dari The Coca Cola Company yang berpusat di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. 2) Sugar (gula murni) dengan mutu prima berasal dari dalam dan luar negeri. 3) Air dengan mutu tinggi yang dipompa dari kedalaman antara 80 sampai dengan 100 meter di bawah tanah untuk kemudian dijernihkan dan diolah sebelum dipergunakan. 4) CO2, yaitu zat penyegar dan penghambat pertumbuhan bakteri dengan kemurnian tidak kurang dari 99,96% Dalam memperoleh bahan baku yang dibutuhkan perusahaan tidak mengalami kesulitan karena cukup tersedia dari para pemasok tetap. b. Direct Labour Biaya upah langsung merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi, yaitu upah tanaga kerja yang bekerja pada pengolahan air, pembuatan sirup dan mesin produksi. Biaya upah langsung terdiri dari upah pokok yang dibayar berdasarkan bulanan, upah lembur dan biaya lain yang berhubungan dengan tenaga kerja langsung. Untuk jam kerja langsung ditetapkan oleh perusahaan selama 7 jam per hari. c. IPE & VME
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Biaya ini adalah biaya yang tidak secara langsung dibebankan kepada suatu hasil produksi tertentu yang sulit diidentifikasi secara langsung kepada produksi yang dihasilkan. Pada PT Coca Cola Bottling Indonesia, biaya tidak langsung dibagi atas biaya tidak langsung yang bersifat tetap dan biaya tidak langsung yang bersifat variable. Adapun rincian biaya tersebut adalah : 1) Indirect Personal Expense (IPE) terdiri dari : i. Labour, terdiri dari : Ordinary Overtime Others ii. Depreciation iii. Repair and Maintenance 2) Variable Material Expense (VME), terdiri dari : i. Utilities, terdiri dari : Electricity Water Fuel ii. Chemical, berupa Propylene Glycol, CaCl2, NaOCL, H2SO4, 96% Causatic Soda Flakes. 5. Jenis-Jenis Anggaran Pada Perusahaan Jenis anggaran yang disusun oleh PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan adalah didasarkan atas keperluan dan kebutuhan perusahaan. Pada
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
dasarnya hampir semua jenis anggaran ada pada perusahaan ini. Anggaran tersebut antara lain : a. Menurut dasar penyusunan anggaran, anggaran yang digunakan pada PT Coca Cola Bottling Indonesia cabang Medan ini adalah anggaran variable, dimana anggaran disusun berdasarkan interval (kisar) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda. b. Menurut cara penyusunannya, anggaran yang digunakan adalah anggaran periodik, dimana anggaran disusun untuk satu periode tertentu, umumnya satu tahun, yang disusun setiap akhir periode anggaran. Perusahaan menyusun anggaran setiap tahun, karena perusahaan menganggap tidak efektif jika anggaran disusun setiap bulan. c. Menurut jangka waktunya, anggaran yang disusun merupakan anggaran jangka pendek, yaitu anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun. d. Menurut bidangnya, semua anggaran baik anggaran operasional maupun anggaran keuangan
terdapat dalam perusahaan ini. Anggaran operasional
terdiri dari : anggaran penjualan, anggaran biaya pabrik, anggaran beban usaha, dan anggaran laporan laba rugi. Sedangkan anggaran keuangan terdiri dari : anggaran kas, piutang, persediaan, utang, dan neraca. e. Menurut kemampuan menyusunnya, anggaran yang digunakan adalah anggaran komprehensif, yang merupakan perpaduan dari anggaran operasional
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
dan anggaran keuangan yang disusun secara lengkap. Dalam menyusun anggaran terdapat acuan yang digunakan. f. Sedangkan menurut fungsinya, jenis anggaran yang digunakan yaitu anggaran kinerja, dimana anggaran disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam organisasi misalnya untuk melihat apakah biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui batas. Atau secara ringkas jenis-jenis anggaran yang terdapat dalam perusahaan ini terdiri dari : 1. Anggaran Penjualan 2. Anggaran Produksi 3. Anggaran Biaya Produksi, terdiri dari : o Direct Material :
o Direct Labor
•
Concentrate
•
Sugar
•
CO2
•
Water
•
Crown
•
Closure
: Labor & Labor on Cost •
Ordinary
•
Overtime
•
Redundancy
•
Incentive
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
•
Meals
•
Extra meals
•
Medicals
•
Bonus (incl. provision)
•
THR (incl. provision)
•
Temporary labor
•
Pension fund
•
ASTEK
•
Other provision
•
Other labors/allowance Employee related
•
Allowance of goods
•
Gift to employee
•
Uniform
•
Conference
•
Training
•
Traveling
•
Other employee related
o IPE (Indirect Personal Expense) : •
Freight in/out
•
Depreciation
•
Repair and maintenance
•
Utilities
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
•
Computer
•
Motor vehicle
•
Vending machine
•
Plant and equipment – others
•
Insurance
•
Special service
•
Outside professional
•
Financial transaction
•
Finance cost
•
Provision others
•
Materials and supplies
o VME (Variable Manufacturing Expense) : •
Manufacturing variance
•
Stock revaluation
•
Materials and supplies
•
Freight in/out
•
Repair and maintenance
•
Utilities
•
Electricity
•
Water
•
Others
•
Plant and equipment – others
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
6. Proses Penyusunan Anggaran Biaya Produksi Proses yang ditetapkan PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan dalam menyusun anggaran biaya produksi adalah sebagai berikut : •
Anggaran terlebih dahulu disusun dan ditetapkan sendiri oleh manajer tingkat atas tanpa keterlibatan bawahannya. Format anggaran disusun setiap tahunnya dengan menggunakan biaya standar dan juga dengan memperhatikan realisasi anggaran pada tahun sebelumnya. Setelah format selesai, anggaran berupa draft ini kemudian diserahkan ke kantor pusat yang berada di Jakarta.
•
Di kantor pusat anggaran tersebut diterima dan diserahkan kepada pimpinan tertinggi untuk diperiksa dan kemudian disetujui. Setelah disetujui, draft anggaran tersebut dikembalikan ke PT Coca Cola Bottling Indonesia yang berlokasi di Medan sebagai operation. Kemudian anggaran yang telah disetujui tersebut dapat digunakan sebagai pedoman bagi karyawan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Adapun landasan yang digunakan untuk menyusun anggaran dalam
perusahaan adalah : •
Realisasi anggaran tahun lalu
•
Perkiraan mengenai situasi perekonomian di masa mendatang
•
Perkiraan mengenai pangsa pasar yang ada
Secara teknis penyusunan anggaran biaya produksi dapat dilihat sebagai berikut : ¾ DIRECT MATERIAL •
Concentrate
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
•
Sugar
•
CO2
•
Water
•
Crown
•
Closure
TOTAL DIRECT MATERIAL ¾ DIRECT LABOUR •
Ordinary
•
Overtime
•
Others
¾ IPE •
Labour − Ordinary − Overtime − Others
•
Depreciation
•
R&M
•
Others
¾ VME •
Utilities − Electricity − Water − Others
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
•
Chemicals
•
Others
IPE & VME BOTTLER COST
7. Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Kontrol
merupakan
fungsi
pengendalian
dan
peraturan,
standar
pembanding dan pengawasan. Sebagai suatu konsep, tujuan penerapan mekanisme pengawasan sebagai alat manajemen tidak lain agar setiap perencanaan dapat dilaksanakan atau berjalan sesuai dengan yang ditentukan dan mencapai tujuan atau hasil sesuai dengan yang direncanakan. Peranan anggaran biaya produksi sebagai alat pengawasan pada perusahaan ini diwujudkan dengan cara : 1. Membandingkan anggaran biaya produksi yang telah ditetapkan (standar) dengan realisasi (aktual) biaya produksi pada periode yang bersangkutan 2. Melakukan tindakan perbaikan bila dipandang perlu, Apabila terjadi penyimpangan yang merugikan dan mempertahankannya Apabila terjadi penyimpangan yang menguntungkan pada periode mendatang. Berikut data anggaran produksi dan biaya produksi serta realisasinya pada tahun 2003 dan 2004 untuk produk Coca Cola ukuran 6.5 OZ atau 193 ml : Tabel 4.1 PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan Anggaran Produksi dan Realisasi Tahun 2003
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
(Dalam Unit Case) ANGGARAN REALISASI VARIAN Januari 56000 42000 14000 Februari 49361 35540 13821 Maret 41013 33221 7792 April 47848 41628 6220 Mei 38283 34838 3445 Juni 59860 49086 10774 Juli 56244 39371 16873 Agustus 35981 30944 5037 September 41871 33916 7955 Oktober 36609 34047 2562 November 29841 23575 6266 Desember 70111 50480 19631 Total Produksi 512622 448646 63976 Sumber : Laporan Produksi PT Coca Cola Bottling Indonesia - Medan BULAN
% 75 72 81 87 91 82 70 86 81 93 79 72 12.5
Tabel 4.2 PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan Anggaran Produksi dan Realisasi Tahun 2004 (Dalam Unit Case) BULAN ANGGARAN REALISASI VARIAN Januari 31813 27359 4453 Februari 34352 28856 5496 Maret 42213 38836 3377 April 32105 24079 8026 Mei 32073 28545 3528 Juni 44243 36722 7521 Juli 32543 29615 2928 Agustus 30896 25953 4943 September 34473 29647 4826 Oktober 26953 19137 7816 November 30947 25399 5575 Desember 43391 36015 7376 Total Produksi 416028 350163 65865 Sumber : Laporan Produksi PT Coca Cola Bottling Indonesia - Medan
Tabel 4.3 PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan Anggaran Biaya Produksi dan Realisasi Tahun 2003
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
% 86 84 92 75 89 83 91 84 86 71 82 83 84
(Dalam Rupiah) ANGGARAN REALISASI
%
DIRECT MATERIAL Concentrate 1.784.000.000 904.000.000 51 Sugar 1.406.000.000 672.000.000 48 CO2 94.000.000 45.000.000 48 Water Crown 788.000.000 377.000.000 48 Closure TOTAL DIRECT MATERIAL 4.072.000.000 1.998.000.000 49 DIRECT LABOUR 292.000.000 167.000.000 57 Ordinary 118.000.000 70.000.000 60 Overtime 21.000.000 18.000.000 89 Others 153.000.000 79.000.000 51 IPE 733.000.000 407.000.000 55 Labour 165.000.000 115.000.000 69 Ordinary 84.000.000 59.000.000 70 Overtime 4.000.000 11.000.000 240 Others 77.000.000 45.000.000 58 Depreciation 284.000.000 178.000.000 63 R &M 235.000.000 93.000.000 40 Others 49.000.000 21.000.000 42 VME 362.000.000 218.000.000 60 Utilities 245.000.000 156.000.000 64 Electricity 114.000.000 75.000.000 65 Water 29.000.000 3.000.000 12 Others 102.000.000 78.000.000 77 Chemicals 117.000.000 62.000.000 53 Others IPE & VME 1.095.000.000 625.000.000 57 BOTTLER COST 5.460.000.000 2.790.000.000 51 Sumber : Laporan Biaya Produksi PT Coca Cola Bottling Indonesia - Medan Tabel 4.4 PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan Anggaran Biaya Produksi dan Realisasi Tahun 2004 (Dalam Rupiah) ANGGARAN REALISASI DIRECT MATERIAL Concentrate 1.215.000.000 1.059.000.000 Sugar 904.000.000 642.000.000 CO2 61.000.000 58.000.000
%
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
87 71 95
Water Crown 372.000.000 303.000.000 81 Closure TOTAL DIRECT MATERIAL 2.552.000.000 2.062.000.000 81 DIRECT LABOUR 244.000.000 147.000.000 60 Ordinary 131.000.000 62.000.000 47 Overtime 15.000.000 16.000.000 106 Others 98.000.000 69.000.000 70 IPE 674.000.000 523.000.000 78 Labour 132.000.000 147.000.000 111 Ordinary 73.000.000 76.000.000 104 Overtime 4.000.000 14.000.000 318 Others 55.000.000 57.000.000 103 Depreciation 296.000.000 229.000.000 77 R &M 208.000.000 120.000.000 58 Others 38.000.000 27.000.000 70 VME 266.000.000 273.000.000 103 Utilities 193.000.000 195.000.000 101 Electricity 110.000.000 93.000.000 85 Water 6.000.000 4.000.000 77 Others 77.000.000 98.000.000 127 Chemicals 73.000.000 78.000.000 107 Others IPE & VME 940.000.000 796.000.000 85 BOTTLER COST 3.736.000.000 3.005.000.000 80 Sumber : Laporan Biaya Produksi PT Coca Cola Bottling Indonesia – Medan Dari data di atas, PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan melakukan pengawasan terhadap anggaran dengan menganalisis setiap penyimpangan yang terjadi. Perusahaan akan mengambil tindakan perbaikan terhadap penyimpangan yang terjadi sesuai dengan hasil analisis yang dilakukan. Tindakan yang dilakukan perusahaan : 1. Berhubungan dengan masalah bahan baku. Jika terjadi penyimpangan harga bahan maka perusahaan dapat mengurangi sisa bahan yang dibuang dalam proses produksi,membeli bahan dilakukan sebelum terjadi kenaikan harga. Jika terjadi penyimpangan efisiensi bahan baku
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
(pemborosan pemakaian bahan, banyak produk yang rusak dan tidak sesuai standar), maka manajer dapat meminta pertanggungjawaban mandor terhadap tindakan pengawasan yang dilakukannya di dalam pabrik.
Maka
perusahaan
akan
mengusahakan
peningkatan
pengawasan dan pemeriksaan. 2. Bila berhubungan dengan efisiensi tenaga kerja langsung (pekerja bekerja di bawah standar, keahlian yang kurang dari pekerja), maka perusahaan melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap tanggung jawab yang diberikan kepadanya supaya bekerja sesuai dengan standar, melakukan pelatihan terhadap para pekerja dan memberikan insentif (penghargaan) kepada yang bekerja melebihi standar yang ditetapkan. 3. Bila berhubungan dengan overhead, maka manajer dapat meninjau ulang apakah pembebanan biaya overhead yang telah dilakukan sudah sesuai dengan proporsi yang tepat. Pengawasan dilakukan bagian keuangan dengan mengawasi semua jalannya rencana kerja apakah dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang direncanakan. Bagian keuangan ini juga menyusun anggaran dengan membuat laporan pelaksanaan/laporan realisasi rencana kerja anggaran. Pengawasan juga dilakukan dengan cara meminta persetujuan dari pimpinan sebelum melaksanakan kegiatan jika ternyata ada kenaikan biaya dari biaya yang dianggarkan. Jika permohonan itu disetujui barulah kegiatan tersebut dilaksanakan
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
B. Analisis Hasil Penelititan 1. Proses Penyusunan Anggaran Biaya Produksi Untuk menyusun suatu anggaran tidak ada sistem dan prosedur tertentu yang dapat ditetapkan pada sebuah perusahaan. Hal tersebut dikarenakan anggaran tidak mempunyai standar tertentu yang dapat direncanakan dalam bentuk-bentuk yang sama dan dapat diikuti oleh setiap perusahaan. Anggaran disusun berdasarkan kondisi keuangan perusahaan tersebut. Berdasarkan
hasil
penelitian
pada
perusahaan,
diketahui
bahwa
mekanisme prosedur penyusunan anggaran pada PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan menggunakan pola top down, dimana anggaran disusun dan ditetapkan sendiri oleh manajer tingkat atas setiap tahunnya. Usulan rencana kerja tersebut kemudian diberikan kepada bagian keuangan untuk disusun menjadi usulan rencana kerja anggaran (RKA). Usulan RKA tersebut diserahkan ke pimpinan perusahaan untuk dievaluasi untuk kemudian dikirim kepada direksi kantor pusat yang berkedudukan di Jakarta untuk disetujui dan disahkan. Di kantor pusat anggaran tersebut diterima dan diserahkan kepada pimpinan tertinggi untuk diperiksa dan kemudian disetujui. Setelah disetujui, draft anggaran tersebut dikembalikan ke PT Coca Cola Bottling Indonesia yang berlokasi di Medan. Kemudian anggaran yang telah disetujui tersebut disosialisasikan kepada karyawan untuk dapat digunakan sebagai pedoman dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan memilih metode top down dalam prosedur penyusunan anggarannya. Metode ini diterapkan dikarenakan mungkin manajer menganggap karyawan belum mampu menyusun anggaran dengan tepat dan mungkin akan memakan waktu yang terlalu lama jika penyusunan anggaran diserahkan kepada karyawan. Metode top down ini terlihat dengan adanya instruksi pimpinan kepada bawahan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan berpedoman pada anggaran yang telah ditetapkan. Namun perusahaan juga harus dapat membuka kesempatan karyawan pada semua tingkatan untuk memberikan usulan dan berpartisipasi dalam penyusunan anggaran biaya produksi. Hal itu diperlukan untuk mendapatkan respon yang positif dari karyawan dan mereka merasa memiliki, sehingga dapat melaksanakan anggaran tersebut dengan baik dan berusaha untuk mencapai target yang telah ditentukan. Anggaran yang hanya ditentukan oleh manajemen tingkat atas tanpa melibatkan karyawannya memiliki kemungkinan adanya perilaku menolak dari karyawan karena mereka menganggap anggaran adalah suatu yang membebani mereka dan terlalu banyak menuntut. Di dalam perusahaan ini juga belum ada komite anggaran yang bertugas khusus untuk membuat seluruh anggaran perusahaan termasuk anggaran biaya produksi yang bertujuan menyelaraskan semua anggaran perusahaan dengan tujuan perusahaan. Pada perusahaan ini, setiap manajemen yang terkait menyusun anggarannya sendiri dan mengajukan kepada pimpinan perusahaan untuk disetujui. Dengan kondisi seperti ini, ada kemungkinan di setiap bagian terdapat ketidaksesuaian tujuan, karena mereka hanya mempertimbangkan kebaikan untuk
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
bagiannya tanpa melihat dampaknya bagi bagian lainnya. Hal tersebut menunjukkan tidak adanya keselarasan tujuan. Komite anggaran dapat menjembatani berbagai kepentingan semua bagian dalam perusahaan dan juga akan diselaraskan dengan tujuan perusahaan. Penyusunan anggaran pada perusahaan ini berdasarkan data historis yaitu antara satu atau dua tahun sebelumnya dan menggunakan biaya standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian penyusunan anggaran biaya produksi yang dilakukan perusahaan sudah cukup baik dan sesuai dengan teori mengenai penyusunan anggaran. Karena dalam penyusunan anggaran biaya produksi, perusahaan menggunakan biaya standar. Hal ini sudah baik, karena dengan adanya penentuan biaya standar, akan membantu perusahaan dalam merencanakan dan mengawasi pengeluaran biaya produksi.
2. Peranan Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Analisis dan evaluasi anggaran biaya produksi sebagai alat pengawasan akan membahas beberapa penyimpangan yang terjadi pada anggaran biaya produksi. Dalam analisis ini lebih diarahkan untuk mengetahui sebab terjadinya penyimpangan untuk dilakukan tindakan yang tepat untuk memperbaikinya dengan tujuan tidak akan terulang lagi pada periode anggaran yang akan datang. Dalam mencapai tujuan, perusahaan terlebih dahulu menyusun rencana kegiatan operasi. Setelah anggaran selesai disusun maka disebarluaskan kepada
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
masing-masing bagian dan setiap bagian yang terlibat dalam kegiatan operasi perusahaan melaksanakan kegiatannya dengan berpedoman kepada anggaran Meskipun anggaran biaya produksi telah disusun dengan cermat dan teliti serta dilakukan pengawasan terhadap biaya yang dikeluarkan, namun tidak selamanya biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran. Hal tersebut disebabkan oleh adanya biaya-biaya tertentu yang tidak dapat dikendalikan. Analisis terhadap anggaran dilakukan dengan membandingkan anggaran dengan
realisasinya.
Hasil
perbandingan
tersebut
akan
menghasilkan
penyimpangan. Penyimpangan yang terjadi bisa menguntungkan (favorable) atau merugikan (unfavorable) Tujuan perbandingan anggaran dengan realisasinya adalah untuk dapat memberikan masukan kepada perusahaan guna penyusunan anggaran periode berikutnya. Hal yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan harus diatasi sehingga untuk masa yang akan datang tidak akan terulang lagi. PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan dalam menyusun anggaran biaya produksinya menggunakan biaya standar yang telah ditetapkan dan selalu dilakukan analisis setiap bulan terhadap setiap penyimpangan yang terjadi, namun tidak dilakukan analisa varians seperti yang terdapat dalam teori. Apabila realisasi mendekati atau tidak melebihi anggaran diberikan reward kepada karyawan atas prestasi kerja yang telah dicapainya. Sebaliknya apabila ternyata anggaran melebihi anggaran (over estimate), maka ada tindakan untuk memperbaikinya. Misalnya dari segi administrasinya, dilihat apakah over estimate itu terjadi karena human error. Apabila terjadi karena human error, maka diberikan sangsi kepada
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
orang yang bersangkutan. Sedangkan bila over estimate itu terjadi dari segi proses,
maka
dilihat
analisanya,
kemudian
diajukan
ke
manajemen.
Manajemenlah yang menentukan apakah kesalahan tersebut wajar atau tidak. Kalau dianggap wajar, maka kegiatan operasi dilanjutkan, tetapi jika dianggap tidak
wajar,
maka
ditindaklanjuti,
misalnya
diberikan
sangsi
kepada
supervisornya. Akan tetapi perusahaan belum menetapkan anggaran fleksibel dimana anggaran biaya produksi ditetapkan berdasarkan anggaran produksinya pada tahun yang bersangkutan. Perusahaan dalam menyusun anggaran biaya produksi
berdasarkan
harga
standar
maupun
data
historis.
Hal
ini
menggambarkan bahwa anggaran biaya produksi pada PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan belum berfungsi secara efektif sebagai alat pengawasan.
3. Analisis Anggaran Biaya Produksi dan Realisasi Berdasarkan penelitian pada perusahaan, tidak ada batasan yang dianggap material atau signifikan dalam menilai selisih setiap unsur anggaran biaya produksi dan realisasi, namun tergantung pada kondisi perekonomian. Apabila terjadi kenaikan pada anggaran, maka dilakukan analisa dengan melihat kondisi perekonomian pada saat itu, apakah penyimpangan yang terjadi wajar atau tidak. Berikut ini akan diuraikan analisis yang dilakukan terhadap realisasi anggaran biaya produksi perusahaan tahun 2003 dan 2004 untuk produk Coca Cola kemasan botol ukuran 6.5 OZ atau 193 ml.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Tahun 2003 •
Jumlah Produksi Seperti yang terlihat dalam laporan produksi, bahwa perusahaan
menganggarkan jumlah produksi Coca Cola pada tahun tersebut sebanyak 512.622 case atau kurang lebih sebanyak12.302.928 botol (1 case = 24 botol), sedangkan realisasi yang terjadi hanya 448.646 case atau sebanyak 10.767.504 botol. Ini berarti terjadi penyimpangan yang negatif atas jumlah produksi yang dihasilkan sebesar 12,5%. Hal ini berakibat pada turunnya pembelian atas bahan baku sehingga turunnya biaya pembelian bahan baku
•
Bahan Baku Langsung (Direct Material) Secara keseluruhan telah terjadi penurunan
biaya bahan baku yaitu
sebesar Rp 2.074.000.000,- atau 49% dari yang dianggarkan sebesar Rp 4.072.000.000,- ternyata realisasi yang terjadi hanya sebesar Rp. 1.998.000.000,-. Ini menunjukkan bahwa realisasi biaya bahan baku langsung yang terjadi di bawah 50% dari anggaran. Hal ini selaras dengan turunnya permintaan atas produk yang dihasilkan.Terjadinya penurunan ini dapat dilihat sebagai berikut : a. Concentratre Untuk biaya bahan baku concentrate yang terealisasi hanya sebesar Rp. 904.000.000,- atau hanya 51% dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 1.784.000.000,-. Ini berarti terjadi penyimpangan sebesar 49% b. Sugar
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Untuk biaya bahan baku gula yang terealisasi hanya sebesar Rp. 672.000.000 atau hanya 48% dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 1.406.000.000,-. Ini berarti terjadi penyimpangan sebesar 52%. c. CO2 Untuk biaya bahan baku CO2 yang terealisasi hanya sebesar Rp. 45.000.000 atau hanya 48% dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 94.000.000,-. Ini berarti terjadi penyimpangan 52%. d. Crown Untuk biaya bahan baku crown yang terealisasi hanya sebesar Rp. 377.000.000 atau hanya 48% dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 788.000.000,-. Terjadi penyimpangan 52%.
•
Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour) Secara keseluruhan biaya tenaga kerja langsung juga mengalami
penurunan yaitu sebesar Rp. 125.000.000,- atau 57% dari yang dianggarkan sebesar Rp. 292.000.000,- sementara realisasi yang terjadi hanya sebesar Rp. 168.000.000,-. Ini menunjukkan bahwa realisasi yang terjadi hanya 57% mendekati anggaran. Atau terjadi penyimpangan sebesar 43%. Penurunan ini terjadi karena turunnya pembelian bahan baku dari pemasok, sehingga jam kerja tenaga kerja juga menjadi lebih singkat. Dengan demikian biaya tenaga kerja mengalami penurunan. •
Overhead
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Begitu pula halnya terhadap biaya overhead yang juga mengalami penurunan biaya. Biaya overhead pada PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan dibagi atas IPE (Indirect Personal Expense) dan VME (Variable Manufacturing Expense). Biaya-biaya ini secara keseluruhan mengalami penurunan sebesar Rp. 470.000.000,- atau 57% dari yang dianggarkan sebesar Rp. 1.095.000.000,- ternyata realisasi yang terjadi hanya sebesar Rp. 625.000.000,-. Penurunan ini diakibatkan : a. Terjadinya penurunan pada biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp. 326.000.000,- atau mencapai 55% dari biaya yang dianggarkan. Biaya ini terdiri dari : − Biaya upah tenaga kerja tidak langsung yang terealisasi hanya sebesar Rp. 115.000.000 atau hanya 69% dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 165.000.000,− Biaya penyusutan yang terealisasi hanya sebesar Rp. 178.000.000 atau hanya 63% dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 284.000.000,− Biaya perbaikan dan pemeliharaan yang terealisasi hanya sebesar Rp. 93.000.000 atau hanya 40% dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 235.000.000,− Biaya lain-lainnya yang terealisasi hanya sebesar Rp. 21.000.000 atau hanya 42 % dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 49.000.000,b. Penurunan biaya produksi variabel sebesar Rp. 144.000.000,- atau mencapai 60% dari biaya yang dianggarkan, biaya ini terdiri :
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
− Biaya listrik, air dan lainnya yang terealisasi hanya sebesar Rp. 156.000.000 atau hanya 64% dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 245.000.000,− Chemicals yang terealisasi hanya sebesar Rp. 62.000.000 atau hanya 53% dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 117.000.000,Penurunan biaya overhead ini juga disebabkan karena turunnya konsumsi terhadap minuman ringan sehingga permintaan atas produk yang dihasilkanpun turun. Hal ini berdampak pada turunnya biaya overhead.
Tahun 2004 •
Jumlah Produksi Seperti yang terlihat pada laporan produksi, dikarenakan turunnya
produksi Coca Cola pada tahun 2003, maka untuk anggaran produksi tahun 2004, perusahaan menurunkan rencana jumlah produksinya sebesar 416.028 cases atau 9.984.672 botol. Sedangkan jumlah produksi yang terealisasi hanya 350.163 cases atau 8.403.912 botol. Terjadi penyimpangan sebesar 16%. •
Bahan Baku Langsung ( Direct Material) Secara keseluruhan memang terjadi penurunan biaya bahan baku langsung
yang dianggarkan dari tahun sebelumnya, namun secara umum terjadi kenaikan dalam pengeluaran biaya untuk pembelian bahan baku. Hal ini berbanding terbalik dengan menurunnya jumlah produksi, dikarenakan kondisi perekonomian yang kurang baik saat itu. Melonjaknya harga bahan – bahan kebutuhan pokok berdampak pula pada kenaikan harga bahan baku untuk pembuatan minuman
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Coca Cola ini.Hal ini terlihat dari biaya bahan baku langsung yang terealisasi mencapai 81% atau sebesar Rp. 490.000.000,- dari total biaya bahan baku langsung yang dianggarkan sebesar Rp. 2.552.000.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 2.062.000.000,-. Atau hanya terjadi penyimpangan 19%. Sedangkan tahun lalu terjadi penyimpangan yang sangat besar yaitu lebih dari 50%. Terjadinya peningkatan ini dapat dilihat sebagai berikut : a. Concentratre Untuk biaya bahan baku concentrate yang terealisasi hanya sebesar Rp. 1.059.000.000,- atau 87% dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 1.215.000.000,b. Sugar Untuk biaya bahan baku gula yang terealisasi hanya sebesar Rp. 642.000.000 atau 71% dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 904.000.000,c. CO2 Untuk biaya bahan baku CO2 yang terealisasi hanya sebesar Rp. 58.000.000 atau 95% dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 61.000.000,d. Crown Untuk biaya bahan baku crown yang terealisasi hanya sebesar Rp. 303.000.000 atau 81% dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 372.000.000,-
•
Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour) Begitu pula halnya dengan biaya tenaga kerja langsung yang mengalami
kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi biaya tenaga kerja langsung
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
mencapai 60% dari biaya tenaga kerja langsung yang dianggarkan. Terjadi selisih sebesar Rp. 97.000.000,- dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 244.000.000,dengan realisasi biaya sebesar Rp. 147.000.000,-. Kenaikan ini disebabkan meningkatnya pembelian bahan baku.
•
Overhead Biaya overhead secara keseluruhan juga mengalami peningkatan yang
mencapai 85% dari total biaya produksi yang dianggarkan. Terjadi selisih sebesar Rp. 144.000.000,- dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 940.000.000,sementara realisasi yang terjadi sebesar Rp. 796.000.000,-. Hal ini disebabkan karena : a. Terjadinya peningkatan pada biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp. 151.000.000,- atau mencapai 78% dari biaya yang dianggarkan. Biaya ini terdiri dari : − Biaya upah tenaga kerja tidak langsung yang terealisasi sebesar Rp. 147.000.000 atau melebihi dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 132.000.000,- yaitu mencapai 111%. − Biaya penyusutan yang terealisasi sebesar Rp. 229.000.000 atau 77% dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 296.000.000,− Biaya perbaikan dan pemeliharaan yang terealisasi hanya sebesar Rp. 120.000.000 atau hanya 58% dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 208.000.000,-
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
− Biaya lain-lainnya yang terealisasi sebesar Rp. 27.000.000 atau 70 % dari biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 38.000.000,b. Peningkatan biaya produksi variabel sebesar Rp. 7.000.000,- atau mencapai 103% dari biaya yang dianggarkan, biaya ini terdiri : − Biaya listrik, air dan lainnya yang terealisasi sebesar Rp. 195.000.000 atau melebihi biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 193.000.000,- yaitu mencapai 101% − Chemicals yang terealisasi sebesar Rp. 78.000.000 atau melebihi biaya yang dianggarkan sebesar Rp. 73.000.000,- yaitu sebesar 107%
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa penulisan sebagai berikut : 1. PT Coca Cola Bottling Indonesia – Medan merupakan perusahaan pembotolan yang bergerak dalam bidang industri minuman ringan. Salah satu produk yang dihasilkan adalah Coca Cola. Struktur organisasi yang terdapat di perusahaan adalah struktur organisasi garis dan staf. Struktur organisasi ini menunjukkan dengan jelas pembagian wewenang dan tanggung jawab. 2. Unsur-unsur biaya produksi terdiri dari :Direct Material, Direct Labour, IPE & VME. Ditinjau dari mekanisme proses penyusunan anggaran pada PT Coca Cola Bottling Indonesia – Medan menggunakan metode top down, dimana anggaran disusun dan ditetapkan sendiri oleh manajer tingkat atas tanpa keterlibatan bawahan dalam proses penyusunan anggaran. Kemudian setelah anggaran disetujui, barulah bawahan menjalankan kegiatan operasional dengan anggaran sebagai pedomannya. 3. Dalam penyusunan anggaran, perusahaan menetapkan biaya standar dan menggunakan data historis/biaya tahun lalu sebagai acuan dalam menyusun anggaran. Tidak ada batasan yang dianggap material/signifikan dalam menilai setiap penyimpangan yang terjadi. Perusahaan selalu melakukan setiap penyimpangan yang terjadi setiap bulannya. Apabila terjadi penyimpangan,
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
maka perusahaan melihat dari segi anggaran maupun realisasinya. Misalnya didapati realisasi biaya produksi yang melebihi anggaran, maka ditelusuri laporan realisasinya, mungkin saja ada unsur-unsur biaya yang tidak diperhitungkan sebelumnya dalam anggaran, muncul pada saat realisasinya. Begitu juga apabila ada perencanaan yang tiba-tiba muncul saat kegiatan operasional sudah dijalankan. Ditambah lagi jika tiba-tiba diadakan audit terhadap perusahaan, maka harus diadakan sanitasi/pembersihan kembali, sehingga akan menambah biaya. 4. Secara keseluruhan biaya produksi pada tahun 2003 hanya terealisasi sebesar 51% dari anggaran yang ditetapkan sebelumnya. Penurunan tersebut sebesar Rp. 2.669.000.000,- dari yang dianggarkan sebesar Rp. 5.459.000.000,- dan yang terealisasi hanya sebesar Rp. 2.790.000.000,-. Hal ini terjadi mungkin dikarenakan turunnya permintaan masyarakat akan minuman ringan, sehingga jumlah produksipun turun. Sedangkan keseluruhan biaya produksi pada tahun 2004 yang terealisasi mencapai 85% dari biaya yang dianggarkan. Selisih tersebut sebesar Rp. 731.000.000,- dari yang dianggarkan sebesar Rp. 3.736.000.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 3.005.000.000,-. Hal ini disebabkan naiknya harga bahan kebutuhan pokok yang berdampak pula pada naiknya harga bahan baku pembuatan Coca Cola. Sehingga dapat terlihat bahwa terjadi peningkatan persentase penyimpangan biaya produksi yang menguntungkan dari tahun 2003 ke tahun 2004.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
5. Peranan anggaran biaya produksi sebagai alat pengawasan pada PT Coca Cola Bottling Indonesia belum berfungsi secara maksimal. Hal ini dikarenakan perusahaan membandingkan anggaran biaya produksi dengan realisasinya namun tidak dilakukan analisa varian seperti yang terdapat dalam teori dan belum dibuatnya anggaran fleksibel.
B. Saran 1. Sebaiknya
perusahaan
mempertimbangkan
untuk
mengubah
metode
penyusunan anggaran yang selama ini bersifat top down kepada metode yang bersifat campuran yang melibatkan semua karyawan dalam penyusunan yang berkaitan dengan bagiannya, sehingga meningkatkan perhatian setiap karyawan dalam melaksanakan anggaran dan berusaha sebaik mungkin untuk mencapai anggaran yang telah dibuat. 2. Sebaiknya perusahaan membentuk tim khusus/komite anggaran dalam menyusun anggaran perusahaan yang terdiri dari orang-orang yang berpengetahuan luas dan mampu menuangkan strategi-strategi perencanaan untuk peningkatan usaha perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran perusahaan perlu mengikutsertakan bawahan agar penyusunan anggaran lebih baik lagi. 3. Sebaiknya perusahaan menetapkan batas yang dianggap material atau signifikan dalam menilai selisih antara anggaran dan realisasi, sehingga anggaran biaya produksi sebagai alat pengawasan akan berfungsi lebih baik lagi.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
4. Sebaiknya
dalam
penyusunan
anggaran
biaya
produksi,
perusahaan
melakukan analisa varian seperti yang terdapat dalam teori dalam membandingkan anggaran biaya produksi dan realisasinya. Perusahaan perlu juga untuk menyusun anggaran fleksibel dimana anggaran biaya produksi berbanding lurus dengan anggaran produksinya. 5. Sebaiknya biaya-biaya di luar anggaran perlu untuk mendapat perhatian yang serius, dimana perusahaan harus dapat memperkirakan biaya apa yang mungkin muncul dalam melakukan kegiatan produksi untuk penyusunan anggaran di masa yang akan datang. 6. Sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan terhadap penggunaan biaya yang terjadi dan memaksimalkan penerapan analisis varians sehingga dapat dilakukan tindakan korektif. Dengan demikian kelemahan atau penyimpangan tidak terjadi secara berkelanjutan.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, Agus, 2002. Anggaran Perusahaan : Pendekatan Kuantitatif I. Penerbit PT BPFE, Yogyakarta. Hansen, Don R. dan Maryanne W. Mowen, 2004. Diterjemahkan oleh Fitriasari, Dewi. Akuntansi Manajemen. Edisi Ketujuh, Penerbit Salemba Empat, Jakarta __________________________________, 2001. Cost Management Accounting and Control, 2nd Edition, Edisi Alih Bahasa Salemba Empat, Manajemen Biaya, Buku 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Harahap, Sofyan Syafri, 2001. Budgeting Penganggaran : Perencanaan Lengkap Untuk Membantu Manajemen. Edisi Pertama, Cetakan Kedua, Penerbit PT Indah karya (Persero) Raja Grafindo Persada, Jakarta. Mulyadi, 2001. Akuntansi Manajemen. Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Nafarin, M, 2004. Penganggaran Perusahaan. Edisi Revisi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Simamora, Henry, 1999. Akuntansi Managerial. Cetakan Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. ______________, 2000. Akuntansi : Basis Pengambilan Keputusan. Cetakan Pertama, Jilid II, Jakarta. Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit CV Alfabeta, Bandung. Welsch, Glenn A., Roland W. Hilton, and Paul N. Gordon, 2000. Diterjemahkan oleh Purwatiningsih. Anggaran, Perencanaan dan Pengendalian Laba. Buku Satu, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi USU, Medan. Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Lampiran 1 STRUKTUR ORGANISASI PT COCA COLA BOTTLING INDONESIA – MEDAN
General Manager Kadri Sudarto
Secretary Sofya Moureen
Finance Manager Dolih Yogawardana
General Sales Mgr Andri Wirawan
Technical Operation Mgr Raksa Pangaribuan
Business Serv Manager Budi Supriadi
Financial Accounting Mgr Edy Rombe
Area Sales Manager Medan Budiman Sinaga
Production Manager Lilik Sugiarto
IS Application Support Officer Rakhmad Guntoro
Mgt Accounting Manager Asep
Area Sales Manager Outer Alfarabi
Maintenance Eng Manager M.Haikal
CDE Manager Sumardiono
Head Of Examiner Indra Gunawan
Area Sales Manager BD Rakhmad Irwan Damanik
Warehouse&Transport Mgr Zainal Arifin
Fleet Manager Hendra S.
Purchasing Manager Didi Mulya
CSS Manager Bruri Marantika
Demand&Op Planning Mgr Yusri Maulana M
Purchasing Manager Didi Mulya
Area Marketing Manager Zulkarnain
QA Manager M. Yusuf
ASM Modern Foodstore Sugeng Suharyono
QMS Manager Rizka Khairiyah
ASM Batam Hanafi
ASM Horeca Syamsul Bahri Nst
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
DAFTAR PERTANYAAN
1. Apa yang diproduksi oleh PT. Coca Cola Bottling Indonesia cabang Medan ? Jawab : PT Coca Cola Bottling Indonesia cabang Medan merupakan perusahaan pembotolan yang bergerak di bidang minuman ringan dan memproduksi Coca Cola, Sprite, Fanta, Frestea dan Hi-C. 2. Apa saja jenis – jenis anggaran yang terdapat dalam PT.Coca Cola Bottling Indonesia ? Jawab : a. Menurut dasar penyusunan anggaran, anggaran yang digunakan pada PT Coca Cola Bottling Indonesia cabang Medan ini adalah anggaran variabel, dimana anggaran disusun berdasarkan interval (kisar) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan
pada tingkat-tingkat aktivitas
(kegiatan) yang berbeda. b. Menurut cara penyusunannya, anggaran yang digunakan adalah anggaran periodik, dimana anggaran disusun untuk satu periode tertentu, umumnya satu tahun, yang disusun setiap akhir periode anggaran. Perusahaan menyusun anggaran setiap tahun, karena perusahaan menganggap tidak efektif jika anggaran disusun setiap bulan.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
c. Menurut jangka waktunya, anggaran yang disusun merupakan anggaran jangka pendek, yaitu anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun. d. Menurut bidangnya, semua anggaran baik anggaran operasional maupun anggaran keuangan terdapat dalam perusahaan ini. Anggaran operasional terdiri dari : anggaran penjualan, anggaran biaya pabrik, anggaran beban usaha, dan anggaran laporan laba rugi. Sedangkan anggaran keuangan terdiri dari : anggaran kas, piutang, persediaan, utang, dan neraca. e. Menurut kemampuan menyusunnya, anggaran yang digunakan adalah anggaran komprehensif, yang merupakan perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran keuangan yang disusun secara lengkap. Dalam menyusun anggaran terdapat acuan yang digunakan. f. Sedangkan menurut fungsinya, jenis anggaran yang digunakan yaitu anggaran kinerja, dimana anggaran disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam organisasi misalnya untuk melihat apakah biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui batas. 3. Bagaimana proses penyusunan anggaran biaya produksi pada perusahaan ? Apakah menggunakan metode Top Down, Bottom Up atau Kombinasi ? Jawab : Perusahaan menggunakan metode top down, dimana anggaran terlebih dahulu disusun dan ditetapkan sendiri oleh pihak manajemen tanpa keterlibatan bawahan. Kemudian usulan anggaran yang berupa draft
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
diserahkan kepada kantor pusat di Jakarta untuk disetujui. Setelah disetujui, maka anggaran tersebut dikembalikan ke kantor cabang Medan, untuk selanjutunya digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan opersional. 4. Berapa lama periode anggaran ? Jawab : Anggaran disusun setiap tahunnya 5. Dalam menyusun anggaran biaya produksi digunakan biaya taksiran atau biaya standar ? Jawab : Perusahaan dalam menyusun anggaran biaya produksi menggunakan biaya standar 6. Dalam menilai anggaran dan realisasi adakah batas yang dianggap signifikan/material? Jawab : Tidak ada batasan yang dianggap material/signifikan, hanya melihat kondisi perekonomian pada saat yang bersangkutan. 7. Apakah sudah dilakukan analisis dalam menilai penyimpangan yang terjadi ? Jawab : Iya, dilakukan analisis setiap bulannya. 8. Bagaimana jika realisasi tidak melebihi atau mendekati anggaran apakah dianggap kinerja baik dan diberi prestasi berupa bonus ? Bagaimana jika realisasi
yang
melebihi
anggaran,
adakah
tindakan
untuk
memperbaikinya? Jawab : Apabila realisasi yang terjadi mendekati anggaran maka bagi karyawan yang bersangkutan akan diberikan reward. Sebaliknya jika
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
realisasi yang terjadi ternyata melebihi anggaran maka dilihat dulu kesalahannya dari segi mana. Kalau dari segi administrasi, maka lihat dulu apakah disebabkan karena human error. Kalau iya, akan ada hukuman bagi orang yang bersangkutan. Sedangkan dilihat dari segi proses produksi, dilakukan dengan menganalisa terlebih dahulu, baru diajukan ke pihak manajemen untuk diperiksa. Apabila dianggap wajar, maka proses produksi dapat dilanjutkan, tetapi bila tidak wajar, maka ada hukuman bagi supervisor. 9. Apakah penyusutan termasuk di dalam unsur-unsur biaya produksi ? Kalau termasuk, metode apa yang digunakan dalam penyusutan ? Jawab : Penyusutan termasuk dalam unsur-unsur biaya produksi dengan menggunakan metode garis lurus setiap bulannya. 10. Adakah kendala-kendala dalam produksi ? Jawab : Kendala – kendala dalam produksi selalu ada,misalnya kerusakan mesin, mati lampu yang kemungkinan bisa menyebabkan travo terbakar. Untuk proses produksi, Apabila dilakukan sanitasi maka akan memakan waktu yang lama 11. Apabila terdapat penyimpangan antara anggaran dan realisasi, apa sebenarnya yang salah, anggaran atau realisasinya? Jawab : Dilihat kedua-duanya. Apabila realisasinya yang salah mungkin saja pada saat pelaksanaan, muncul biaya-biaya yang tidak diperhitungkan sebelumnya pada neraca sehingga terjadi kenaikan biaya yang tidak
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
terduga. Apalagi kalau tiba-tiba diadakan audit, maka harus dilakukan sanitasi/pembersihan kembali, sehingga biaya akan bertambah.
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
KUESIONER I. STRUKTUR ORGANISASI 1. Apakah terdapat bagan organisasi yang secara jelas memuat garis wewenang dan tanggung jawab setiap jenis kerja? A. Ada, lengkap B. Ada, tetapi kurang lengkap C. Tidak ada 2. Apakah terdapat job description secara tertulis yang lengkap dengan perincian instruksi ( job instruction ) manual untuk setiap job / pekerjaan? A. Ada dan lengkap B. Ada C. Tidak ada 3. Apakah terdapat job description yang jelas menunjukkan hubungan-hubungan supervisor, hubungan fungsional dan hubungan pelaporan? A. Ada dan lengkap B. Ada C. Tidak ada II. PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN 4. Apakah dalam perencanaan anggaran produksi, manajemen melaksanakan analisis atas informasi masa lalu dan lingkungan eksternal? A. Ya dan dianggap penting B. Ya, tetapi kurang penting C. Tidak 5. Apakah dalam penyusunan anggaran, perencanaan strategis dibutuhkan sebagai dasar pertimbangan yang penting? A. Ya dan penting B. Ya dan kurang penting C. Tidak 6. Apakah tujuan organisasi dan rencana jangka panjang selalu dikomunikasikan dengan jelas kepada manajer divisi dan manajemen di bawahnya? A. Ya dan jelas B. Ya, tetapi kurang jelas C. Kadang-kadang 7. Apakah dalam setiap bagian / departemen terdapat pengkoordiniran dan pengawasan kegiatan? A. Ya dan terbukti baik B. Ya, tetapi kurang berfungsi C. Tidak ada 8. Apakah setiap unit kerja dilibatkan dalam upaya memperoleh masukan dalam penyusunan anggaran? A. Ya dan perlu B. Ya, tetapi kurang perlu C. Tidak perlu
9. Apakah manajer setiap divisi dan manajer departemen menyusun dan mengkoordinir penyusunan anggaran untuk bagian organisasi di bawahnya? A. Ya dan perlu B. Ya, tetapi kurang perlu
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
C. Tidak perlu 10. Apakah terdapat bagian atau komite anggaran yang menandatangani proses penyusunan anggaran? A. Ada dan berfungsi baik B. Ada, namun kurang berfungsi C. Tidak ada 11. Apakah yang menangani penyusunan anggaran selalu menerima usulan anggaran dari tiap divisi atau tiap departemen? A. Ya B. Kadang-kadang C. Tidak 12. Apakah yang menangani penyusunan anggaran senantiasa menyarankan revisi terhadap usulan anggaran setiap divisi agar sesuai dengan atau mendukung tujuan organisasi? A. Ya, selalu B. Ya, kadang-kadang C. Tidak 13. Apakah setiap divisi menganggap perlu untuk melakukan revisi atas usulan anggarannya? A. Ya, perlu B. Ya, kadang-kadang C. Tidak 14. Apakah sering dilakukan revisi kembali terhadap anggaran perusahaan sebelum disahkan oleh manajemen perusahaan? A. Ya, perlu B. Ya, kadang-kadang C. Tidak 15. Apakah revisi usulan anggaran dirakit menjadi anggaran perusahaan oleh penyusun anggaran dengan mengikutsertakan setiap divisi? A. Ya, perlu B. Ya, kadang-kadang C. Tidak 16. Apakah anggaran yang telah disahkan tersebut didistribusikan kepada setiap divisi dan bagian organisasi di bawahnya dan dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan? A. Ya dan berfungsi baik B. Ya, kurang berfungsi C. Tidak III. PELAKSANAAN ANGGARAN 17. Apakah dalam melaksanakan kegiatan berdasarkan anggaran terdapat suatu aturan atau perintah kerja? A. Ya dan berfungsi baik B. Ya, kurang berfungsi C. Tidak
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
18. Apakah terdapat suatu standar tertentu untuk memotivasi para pelaksana di dalam melaksanakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan organisasi? A. Ya dan berfungsi baik B. Ya, kurang berfungsi C. Tidak 19. Apakah dilakukan pencatatan akuntansi untuk setiap transaksi atau kejadian sehingga dapat memberikan informasi mengenai realisasi anggaran? A. Ada, lengkap B. Ada, tetapi kurang lengkap C. Tidak ada 20. Apakah terdapat penggolongan rekening yang sama antara anggaran dengan realisasi yang akan dicatat oleh akuntan sehingga antara anggaran dan realisasi dapat diperbandingkan? A. Ada, lengkap B. Ada, tetapi kurang lengkap C. Tidak ada 21. Apakah laporan anggaran tersebut disusun dan disajikan dengan akurat dan tepat waktu? A. Ya B. Kadang-kadang C. Tidak 22. Apakah selalu dilakukan pelaporan atas pelaksanaan anggaran dalam bentuk perbandingan antara anggaran dan realisasinya? A. Ya B. Kadang-kadang C. Tidak 23. Apakah laporan yang disajikan dibuat sesuai dengan tingkat pertanggungjawaban dari bagian atas individu di dalam perusahaan? A. Ya dan jelas B. Ya, tetapi tidak jelas C. Tidak 24. Apakah dalam realisasinya, perusahaan dapat mencapai hasil yang telah ditetapkan dalam anggaran? A. Ya, selalu B. Kadang-kadang C. Hampir tidak pernah IV. EVALUASI 25. Apakah selalu dilakukan pengamatan dan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi? A. Ya B. Kadang-kadang C. Tidak 26. Apakah selalu dilakukan analisis lebih lanjut terhadap penyebab terjadinya penyimpangan yang tidak menguntungkan? A. Ya dan penting
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
B. Ya, tetapi tidak penting C. Tidak 27. Apakah tindakan perbaikan senantiasa dilakukan terhadap penyimpangan yang tidak menguntungkan tersebut? A. Ya B. Ya, kadang-kadang C. Tidak 28. Apakah hasil evaluasi terhadap laporan anggaran tersebut mempengaruhi manajemen dan perencanaan periode yang akan datang? A. Ya dan penting B. Ya, tetapi tidak penting C. Tidak 29. Apakah hasil dari evaluasi terhadap laporan anggaran tersebut merupakan dasar yang penting untuk menilai prestasi kerja? A. Ya dan penting B. Ya, tetapi tidak penting C. Tidak 30. Apakah besarnya jumlah biaya yang ditetapkan dalam suatu tahun anggaran lebih rendah atau menurun dari tahun sebelumnya? A. Ya B. Ya, kadang-kadang C. Tidak
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009
Merda Listana L.Malau : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada…, 2007 USU Repository © 2009