SKRIP KARYA SENI CEMPAKA GADANG
OLEH : NI LUH ANIX SARIARDANI NIM : 2009.01.005
PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI JURUSAN SENI TARI
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengalaman pribadi merupakan salah satu modal dasar yang sangat penting dalam menggarap sebuah karya seni, baik seni tari, karawitan maupun yang lain. Tanpa didasari pengalaman yang pernah dialami secara langsung, seorang penata atau penggarap akan kesulitan dalam merancang sebuah garapan apapun bentuknya. Selain itu penciptaan sebuah karya seni juga didorong oleh aspek budaya dan pelestarian warisan budaya leluhur, serta didorong keinginan untuk mendobrak pola budaya yang memungkinkan untuk menemukan polapola baru berdasarkan pengalaman-pengalaman hidup.1 Di jaman sekarang ini banyak orang yang tertipu akan wajah cantik ataupun tampan, padahal tak semua orang bisa kita nilai dari segi wajahnya. Banyak orang cantik sebagai penjilat melalui wajahnya yang cantik, dan banyak pula orang tampan yang berhati busuk sering menyakiti hati wanita. Hal ini menginspirasi penata untuk menuangkan karakter seorang wanita kedalam sebuah garapan tari yang berbentuk kelompok. Dalam garapan ini diceritakan seorang wanita yang memiliki paras cantik tetapi, dalam waktu tertentu ia bisa menjadi seseorang yang menyeramkan jika ia berada dalam suatu kekuasaan tertinggi atau dapat 1
Alma M. Hawkins: diterjemahkan oleh I Wayan Dibia. Bergerak Menurut Kata Hati. Jakarta: Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. 2003, p. 1
1
2
menjadi seorang yang sangat berkuasa jika sifat keegoisannya muncul dan menjadi satu dengan dirinya. Ketika penata membaca Buku Ajar Pengetahuan Lakon 2, dalam buku ini penata menemukan sinopsis cerita yang ceritanya sesuai dengan apa yang penata inginkan, yaitu kisah seorang anak yang terlahir dari kama Batara Taya yang terjatuh di dekat sungai Cemara Gesang.2 Anak tersebut ditemukan dan dirawat oleh Dewi Gangga kemudian diberi nama Ratna Kama. Ketika Ratna Kama menginjak remaja sang ayah Batara Taya teringat dengan kama yang diselipkan di taru jepun dan beliau mengetahui bahwa Ratna Kama adalah putrinya. Paras cantik Ratna Kama membuat Batara Taya ingin menjaganya selalu dengan memberikan tanda kasih sayangnya berupa mirah Cempaka Gadang. Benda ini memiliki kekuatan untuk menjaga Ratna Kama, benda ini pula yang akhirnya mempengaruhi sifap egois Ratna Kama yang kemudian ingin menguasai jagat raya. Nama Ratna Kama diganti menjadi Ni Diah Ratna Cempaka Gadang oleh ayahnya. Ia memiliki sisya-sisya para binatang kepercayaannya seperti Babi Siati, Asu Gablog, Garuda Serayu dan Kebo Raja. Oleh karena itu garapan tari ini diberi judul Cempaka Gadang karena penata mengangkat karakter dari Ni Diah Ratna Cempaka Gadang selain itu mirah Cempaka Gadang adalah sebuah simbol kasih sayang yang diberikan oleh Batara Taya dan memiliki unsur magis yang kuat di
2
Buku Ajar Pengetahuan Lakon 2 (50 Lakon Wayang Masa Kini) oleh Dr. I Nyoman Sedana, Dosen Seni Pedalangan diterbitkan oleh Institut Seni Indonesia Denpasar tahun 2003, p.78
3
dalamnya yang mempengaruhi perubahan karakter dari seorang Ni Diah Ratna Cempaka Gadang. Gamelan yang penata gunakan adalah gamelan Angklung Kebyar. Gamelan Angklung biasanya dipergunakan untuk upacara Pitra Yadnya tetapi, Penata ingin mentransformasikan gamelan ini menjadi sebuah pengiring tari kreasi dan gamelan ini dianggap mampu mendukung suasana yang disampaikan oleh penata. Penata menggunakan gamelan Angklung Kebyar 4 (empat) nada yaitu (nding, ndong, ndeng, dan ndung) dengan laras selendro karena pada saat ini kekebyaran sudah sangat sering dipadukan dalam jenis musik apa saja tidak hanya terdapat pada Gong Kebyar saja, dengan itu penata ingin menawarkan sesuatu yang baru dengan menggunakan gamelan Angklung Kebyar. Bentuk garapan ini adalah tari kreasi putri keras, dengan ditarikan dalam bentuk kelompok berjumlah 5 (lima) orang penari putri. Garapan ini dibagi menjadi 5 (lima) bagian yaitu flashback, pepeson, pengawak (pengawak I dan pengawak II), pengecet dan terakhir pekaad. Kostum yang penata gunakan adalah busana yang mengambil unsur-unsur dari busana India. Kebetulan penata menggunakan cerita dari India dan penata mempergunakan lelancingan pada bagian awal agar terlihat lebih anggun, terjadi perubahan kostum bagian bawah (lelancingan) pada saat perubahan
karakter
tari.
Penatapun
tetap
memikirkan
kesederhanaan agar tidak mengganggu ruang gerak penari.
unsur
4
Melalui garapan ini penata ingin menyampaikan pesan kepada pembaca bahwa, bagaimanapun keagungan sinar yang dimiliki oleh seseorang yang didapatkan dari ilmu pengetahuan dan anugerah yang diberikan oleh seseorang atau Dewa sekaligus baik atau buruk ilmu tersebut akan dikendalikan oleh orang yang memiliki ilmu tersebut. Jika ia dapat mengarahkan ilmu tersebut ke jalan yang benar maka sucilah perbuatannya namun, jika ia mengarahkan ilmu tersebut ke dalam pengiwa atau ke jalan sesat maka terjerumuslah orang tersebut ke dalam alam penestian ataupun pengeliakan. Kekuatan atau kesaktian setinggi apapun bila dipergunakan untuk tujuan yang tidak benar, seperti membunuh orang-orang yang tidak berdosa, maka kesaktian yang dimiliki akhirnya akan punah. Karena tiada yang lebih berkuasa di jagat raya ini selain Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Waca. Penata juga ingin mengingatkan kepada pembaca tentang pengertian mawas diri, agar tidak terlalu jauh sering menilai seseorang hanya melihat dari wajahnya semata, orang jaman sekarang sudah sangat pintar menipu atau dapat dibilang bermuka dua. Orang secantik atau setampan apapun dan dalam keadaan apapun jika sifat keegoisannya sudah menguasai dirinya dan tidak dapat mengendalikannya maka, orang tersebut sudah berada di jalan kesalahan dikuasai dengan ambisi-ambisi ingin menang sendiri. 1.2 Ide Garapan Mencari ide garapan adalah tahap paling awal yang dilalui oleh seorang penggarap. Ide merupakan konsep dasar yang menjadi sebab
5
berdirinya sebuah garapan, ide inilah yang ingin disampaikan kehadapan penonton melalui gerak atau hasil garapan. Ide harus mengandung unsur yang jelas. Ide terkadang muncul begitu saja di pikiran seorang penggarap. Namun ada juga yang mencari ide melalui proses merenung, menonton, membaca, melihat fenomena disekitar, mendengarkan cerita orang lain dan lain sebagainya. Menurut Alma M. Hawkins, proses ini disebut dengan eksplorasi (exploration).3 Menciptakan sebuah garapan tari sangat diperlukan kematangan dan kejelasan ide, yang nantinya akan memudahkan dalam proses perwujudan ke dalam sebuah garapan tari. Sebagai calon sarjana seni jurusan penciptaan, penata merasa wajib membuat karya baru yang mampu memberi manfaat terhadap perkembangan kesenian dan pandangan-pandangan tentang berkesenian di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Ide garapan ini secara prinsip dapat disampaikan bahwa penata ingin mewujudkan sebuah garapan tari kreasi putri yang tetap berpijak pada pola-pola tradisi. Pola gerak tradisi yang menjadi sebuah garapan tari kreasi dengan unsur-unsur gerak tari yang sudah dikembangkan. Ide garapan ini muncul ketika penata merasa dijaman sekarang ini banyak orang yang tertipu akan wajah cantik ataupun tampan, padahal tak semua orang bisa dinilai dari segi wajahnya. Banyak orang cantik sebagai
3
Y. Sumandiyo Hadi. Mencipta Lewat Tari (Terjemahan Buku Creating Through Dance karya Alma M. Hawkins). Yogyakarta: Institut Seni Indonesia, 1990, p. 27
6
penjilat melalui wajahnya yang cantik dan banyak pula orang tampan yang berhati busuk sering menyakiti hati wanita. Hal ini yang menginspirasi penata untuk menuangkan karakter seorang wanita yang memiliki paras cantik namun bisa menjadi seseorang yang menyeramkan jika ia berada dalam suatu kekuasaan tertinggi atau dapat menjadi seorang yang sangat berkuasa jika sifat keegoisannya yang muncul dan menjadi satu dengan dirinya. Ketika penata membaca Buku Ajar Pengetahuan Lakon 2, penata menemukan sebuah cerita yang sesuai dengan apa yang penata inginkan, yaitu kisah seorang anak yang terlahir dari kama Batara Taya yang jatuh di dekat sungai Cemara Gesang.4 1.3 Tujuan Garapan 1.3.1 Tujuan Umum a) Menciptakan tari kreasi baru Cempaka Gadang. b) Untuk turut serta melestarikan tari kreasi baru yang masih berpijak pada pola tradisi, sebagai wujud kreativitas yang dapat menghasilkan sebuah karya tari yang nantinya dapat dinikmati dan dimengerti oleh penonton. c) Untuk memberikan pesan kepada masyarakat agar tidak menilai seseorang hanya melihat dari wajahnya saja karena belum tentu orang yang fisiknya indah mempunyai hati yang indah, lihatlah dan nilailah seseorang dari hati dan kepribadiannya.
4
Buku Ajar Pengetahuan Lakon 2 (50 Lakon Wayang Masa Kini) oleh Dr. I Nyoman Sedana, Dosen Seni Pedalangan diterbitkan oleh Institut Seni Indonesia Denpasar tahun 2003, p.78
7
1.3.2 Tujuan Khusus a) Untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Strata 1 Sarjana Seni (S.Sn) melalui Tugas Akhir yang akan diberi judul Cempaka Gadang. b) Ingin mentransformasikan nilai-nilai magis dan karakter dari Ni Diah Ratna Cempaka Gadang. c) Ingin mendapatkan pengalaman berkarya dengan menuangkan ide-ide ke dalam kreativitas gerak. 1.4 Manfaat Garapan a) Agar dapat menambah pengetahuan di dalam menggarap sebuah karya tari yaitu tari kreasi baru. b) Agar dapat meningkatkan kemampuan diri dalam berkreasi dan berapresiasi guna mewujudkan karya seni yang memilki nilai yang tinggi. c) Agar dapat menambah perbendaharaan bacaan dan tari kreasi sebagai bahan studi di perpustakaan Institut Seni Indonesia Denpasar. 1.5 Ruang Lingkup Garapan Menghindari adanya kesalahan dalam penafsiran atau persepsi terhadap wujud garapan ini, maka penata mencoba untuk memberi batas pembahasan tentang karya yang penata wujudkan menjadi sebuah garapan tari kreasi yaitu sebagai berikut :
8
1. Garapan ini digarap dalam bentuk tari kreasi putri keras, yang polapola geraknya tetap masih berpijak pada pola-pola gerak tradisi yang ada, dan dikembangkan sedemikian rupa dengan gerak-gerak baru yang dimiliki oleh penata. 2. Garapan ini mengambil ide dari karakter Ni Diah Ratna Cempaka Gadang, yaitu cantik, agung dan memiliki ilmu penestian yang tiada tandingannya karena dibelenggu oleh sifat keegoisannya. 3. Garapan tari putri keras ini diberi judul Cempaka Gadang yang artinya simbol kasih sayang dari seseorang dan merupakan nama dari karakter yang diangkat. 4. Struktur garapan ini dibagi menjadi 5 bagian yang terdiri dari flashback, pepeson, pengawak (pengawak 1 dan pengawak 2), pengecet, dan pekaad. 5. Garapan ini diiringi oleh gamelan Angklung Kebyar, karena gamelan ini dianggap mampu memberi penekanan pada suasana yang ingin disampaikan oleh penata. 6. Garapan ini ditarikan dalam bentuk kelompok dengan lima orang penari putri. Dalam garapan ini mempergunakan komposisi kelompok dengan jumlah ganjil dengan tujuan kebutuhan panggung dan memudahkan penata dalam membuat pola lantai agar dapat memberi kesan yang dinamis, asimetris, maupun kontras. Durasi waktu dalam penyajian garapan ini 12 menit dan ditarikan di stage proscenium Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar.
9
7. Dari segi kostum yang penata gunakan adalah mengambil sedikit unsur-unsur dari busana India dengan menggunakan lelancingan pada bagian awal, tetapi tetap mengandung unsur kesederhanaan dalam artian kostum akan didesain sedemikian rupa agar tidak mengganggu ruang gerak penari dalam bergerak.
BAB II KAJIAN SUMBER Dala proses penggarapan suatu karya seni, acuan menjadi hal yang penting dan harus ada sebagai bahan pertimbangan suatu karya seni. Acuan yang penata gunakan ada dua yaitu sumber tertulis dan sumber tidak tertulis. Sumber tertulis dapat berupa studi pustaka yaitu buku-buku dan sumber tidak tertulis bisa dari sumber wawancara ataupun dari rekaman-rekaman video. Adapun sumber-sumber yang digunakan sebagai kajian sumber dalam garapan yang akan diwujudkan ini di antaranya : 2.1 Sumber Tertulis 2.1.1 a)
Kajian Pustaka
Buku Ajar Pengetahuan Lakon 2 (50 Lakon Wayang Masa Kini) oleh Dr. I Nyoman Sedana, Dosen Seni Pedalangan diterbitkan oleh Institut Seni Indonesia Denpasar tahun 2003. Dalam buku ini terdapat cerita mengenai asal mula kehidupan dari seorang Ni Diah Ratna Cempaka Gadang.
b)
Revisi Pedoman Tugas Akhir Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar tahun 2013. Buku ini berisi pedoman-pedoman penulisan proposal karya seni dan skripsi karya seni.
c)
Pengantar Dasar Ilmu Estetika : Estetika Instrumental oleh Dr. A. A. M. Djelantik, diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar, 1990. Buku ini mengungkap tentang segala sesuatu yang
10
11
berkaitan dengan keindahan, yang mempelajari semua aspek dari apa yang disebut dengan keindahan. d)
Bergerak Menurut Kata Hati oleh alma M. Hawkins, Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, Jakarta, 2003. Dalam buku ini terdapat pengetahuan tentang proses berkreativitas dan proses latihan, bagaimana menghayati, merasakan, menghayal, dan bagaimana mewujudkannya.
e)
Mencipta Lewat Tari, oleh Y. Sumandiyo Hadi, ISI Yogyakarta tahun 1990, (terjemahan dari Creating Through Dance) ditulis oleh Alma M. Hawkins, Los Angeles University of California. Dalam buku ini diuraikan tentang proses penciptaan atau proses menata sebuah tari melalui 3 tahap, yaitu : proses eksploration (penjajagan), proses improvisasi (percobaan), dan forming (pembentukan). Dari buku inilah didapatkan mengenai proses seorang koreografer untuk menciptakan karya seni yang berkualitas melalui ketiga tahapan tersebut.
f)
Taksu dalam Seni dan Kehidupan Bali, oleh I Wayan Dibia, Denpasar-Bali tahun 2012. Dalam buku ini terdapat pengertian tentang taksu dan cara-cara merasakan taksu tersebut, seorang penata atau koreografer untuk menciptakan suatu karya seni harus bisa mencari taksu dari dalam dirinya sendiri.
12
2.2 Sumber Tidak Tertulis 2.2.1 a)
Sumber Informan
Wawancara dengan Bapak I Gede Anom Ranuara, S.Sn. pada tanggal 13 Januari 2012, di rumah beliau yang bertempat di jalan Sulatri banjar Batan Buah – Kesiman, mengenai konsep garapan yang akan penata gunakan untuk mencipta yaitu mengangkat karakter dari Ni Diah Ratna Cempaka Gadang.
2.2.2 a)
Sumber Audio Visual
Dokumen video tari ujian Tugas Akhir ISI Denpasar tahun 2010 “Nyari” oleh Ni Putu Sri Desy Ekayanthi, dengan menonton video karya ini penata tertarik membuat karya yang berkonsep putri keras.
b)
Dokumen video tari ujian Tugas Akhir ISI Denpasar tahun 2006 “Swabawaning Drupadi” oleh Kadek Ayu Juni Aryani, dengan menonton video karya ini penata mendapatkan inspirasi untuk mempergunakan lelancingan.
BAB III PROSES KREATIVITAS Menggarap suatu karya seni dalam bentuk apapun pasti akan mengalami suatu proses yang panjang untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Dalam proses inilah terkadang banyak tantangan dan halangan yang dialami oleh penata. Proses penggarapan suatu karya seni, tidak akan pernah lepas dari kreativitas dan inovasi untuk menghasilkan suatu karya seni yang memiliki unsur originalitas dan kualitas. Secara teori, proses penggarapan tari kreasi putri keras yang diberi judul Cempaka Gadang ini, mengacu pada proses penciptaan tari menurut Alma M. Hawkins, yang terdiri dari exploration, improvisation, dan forming.5 Eksplorasi
atau
penjajagan
berhubungan
dengan
proses
pencarian,
penghayatan dan pemikiran yang dalam hal ini berhubungan dengan proses pencarian terhadap ide dan gagasan yang akan dituangkan ke dalam sebuah bentuk karya seni. Improvisasi lebih dikenal dengan tahap percobaan, sedangkan pembentukan berhubungan dengan bentuk akhir sebuah karya seni. 3.1 Tahap Penjajagan (Exploration) Tahap eksplorasi adalah tahap yang paling awal dalam proses penciptaan seni tari. Pada tahap ini dilakukan perenungan dan pencairan 5
Y. Sumandiyo Hadi. Mencipta Lewat Tari (Terjemahan buku Creating Through Dance karya Alma M. Hawkins). Yogyakarta : Institut Seni Indonesia, 1990, p.27
13
14
ide yang diangkat dalam sebuah garapan. Penata melakukan perenungan dari bulan Januari 2012, karena penata menyadari akan kekurangan dan keterbatasan yang penata miliki sehingga merasa kurang mampu membuat karya yang terburu-buru dan penata memerlukan proses dalam waktu yang cukup panjang. Dari perenungan tersebut muncul keinginan menggarap suatu realita yang sering terjadi di lingkungan penata yaitu banyak manusia yang memiliki sifat ganda (dua kepribadian yang berbeda). Pencarian ide yang dilakukan disesuaikan dengan pengetahuan dan kemampuan yang penata miliki. Sejak adanya tuntutan untuk menggarap sebuah karya seni, penata telah memiliki bayangan untuk menggarap sebuah tari kreasi putri keras. Setelah proses awal pencarian ide, proses selanjutnya adalah mengadakan pencarian cerita yang akan digunakan. Berbekal ide yang telah dimiliki, penata kemudian melakukan wawancara dengan salah satu seniman topeng yang merupakan alumni mahasiswa jurusan seni pedalangan ISI Denpasar yaitu I Gede Anom Ranuara di rumahnya jalan Sulatri banjar Batan Buah - Kesiman. Penata diberikan sebuah buku yang berisi mengenai sinopsis-sinopsis cerita lakon pewayangan dalam buku tersebut penata menemukan satu karakter yang mirip dengan karakter yang diinginkan oleh penata yaitu karakter dari seorang Ni Diah Ratna Cempaka Gadang. Pemilihan cerita ini berdasarkan pertimbangan bahwa, cerita ini belum pernah ditransformasikan ke dalam bentuk seni pertunjukan dan cerita ini nampaknya belum begitu dikenal, sehingga
15
besar keinginan penata untuk memperkenalkan cerita ini melalui media seni tari. Tahap selanjutnya setelah mematangkan ide dan penentuan cerita, penata mulai memikirkan ragam gerak dan pola struktur yang akan penata gunakan. Penata juga memikirkan unsur-unsur estetika dalam garapan tari kreasi putri keras Cempaka Gadang untuk mempertegas isi garapannya. Dengan ide yang sudah dipegang, penata mencari dan mendekati para pendukung untuk dapat membantu menyukseskan garapan yang penata garap. Postur tubuh yang telah dicari oleh penata diusahakan sama tinggi dan memiliki kemampuan mengolah tubuh yang sama dengan penata serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar, sehingga siap mendukung kelancaran proses garapan tari yang akan diwujudkan. Penari yang dibutuhkan dalam garapan ini adalah 5 (lima) orang penari putri termasuk penata tari. Untuk membuat suatu karya tari dibutuhkan seorang penata iringan (komposer). Melihat kebutuhan suasana dalam garapan ini, akhirnya penata memilih I Nyoman Sutrisna, S.Sn sebagai penata iringan (komposer). Berdasarkan ide dan konsep yang telah penata sampaikan kepada penata iringan, perangkat gamelan yang digunakan untuk mengiringi tari kreasi putri keras ini adalah gamelan Angklung. Sebagai pendukung iringan dipilih penabuh dari Sanggar Sunari Sesetan –
16
Denpasar, sekaligus tempat untuk latihan iringan bertempat di Sanggar Sunari. (Lihat Tabel 1) Tabel 1 Tahap Penjajagan (Exploration) Per Bulan Januari Tahun 2012 Hingga Oktober Tahun 2013 Periode Waktu Kegiatan Per Minggu Minggu ke II Memikirkan dan mencari ide (Januari) untuk membuat sebuah garapan dalam kelas koreografi VI sekaligus digunakan sebagai garapan Tugas Akhir (TA) Berkunjung kerumah Guru Anom seorang seniman topeng dan juga alumni mahasiswa seni pedalangan di ISI denpasar mengenai konsep cerita yang diinginkan penata Minggu ke III Dalam upaya pencarian ide, (Januari) penata berusaha melihat sejauh mana kemampuan penata dengan potensi diri yang penata miliki Minggu ke IV (Januari)
Minggu ke I (Februari) Minggu ke II (Februari)
Penata kembali ke rumah Guru Anom untuk berdiskusi mengenai cerita yang sudah di pilih penata di dalam buku yang diberikan Guru Anom Mencari beberapa referensi yang mendukung cerita yang telah dipilih Menentukan bagian cerita yang akan digunakan agar tidak terjadi pelebaran yang akan menyebabkan kerancuan (tidak fokus) pada garapan yang akan dibuat
Hasil Yang Dicapai
Mendapatkan satu buku yang berisi cerita-cerita atau lakon pewayangan untuk mencaricari lakon atau cerita yang pas dengan keinginan penata Menemukan ide untuk menggarap sebuah tari kreasi putri keras sesuai dengan potensi dan pengalaman mendukung ujian TA kakak kelas terdahulu Ditetapkan sinopsis cerita Ratna Cempaka Gadang yang akan didalami oleh penata
Menetapkan bagian cerita mengenai karakter dari Ni Diah Ratna Cempaka Gadang wanita yang memiliki paras cantik, lembut dan agung tetapi ketika berada dalam kekuasaan tertinggi sifat keegoisannya pun muncul
17
Minggu ke III (Februari) Minggu ke IV (Februari)
Minggu ke I (Maret)
Minggu ke II (Maret)
Minggu ke III (Maret)
Minggu ke II (April)
Minggu ke III (April)
Minggu ke IV (April)
Memantapkan ide garapan dan mencari referensi yang berhubungan dengan ide garapan Menetapkan alur cerita dan menentukan struktur garapan agar sesuai dengan cerita yang diangkat Memikirkan elemen pendukung dalam garapan tari putri keras ini, seperti pendukung tari, pendukung karawitan dan iringan yang akan digunakan Melakukan survei ke Sanggar Sunari Sesetan dan bertemu dengan bapak Putu Sunari (pemilik sanggar) untuk mencari pendukung karawitan dan berdiskusi mengenai komposer yang memang memiliki kemampuan dalam menggarap gamelan Angklung
Bertemu dengan komposer yaitu I Nyoman Sutrisna di Dinas Kebudayaan Kota Denpasar untuk membicarakan konsep yang dibuat oleh penata Penata mencari pendukung tari di ISI Denpasar dan memilih beberapa orang yang dianggap cocok dan sesuai dengan penata dari segi postur tubuh dan potensi Penata menghubungi pendukung tari untuk melakukan pertemuan dan menjelaskan mengenai konsep yang akan penata buat
Penata mencari-cari gerak untuk dijadikan gerakan pokok didalam garapannya
Didapatkan beberapa data penunjang yang akan mendukung ide garapan Ditentukan struktur garapan yang akan digunakan adalah flashback, pepeson, pengawak (pengawak I dan pengawak II), pengecet dan pekaad
Ditetapkan pendukung karawitan yang akan mendukung adalah Sekaa Angklung dari Sanggar Sunari Sesetan dan komposer yang di anjurkan oleh bapak Putu Sunari adalah I Nyoman Sutrisna yang memang sudah memiliki pengalaman dalam menggarap gamelan Angklung Kebyar dalam ajang PKB (Pesta Kesenian Bali) Konsep dapat diterima oleh komposer dan akan segera digarap bagian pepeson terlebih dahulu Penata mendapatkan tiga pendukung tari dari mahasiswi ISI Denpasar dan satu pendukung tari dari Mahasiswi UNHI Denpasar Penata menjelaskan kepada tiga orang pendukung yang pada saat itu dapat bertemu di Studio ISI Denpasar, satu orang pendukung tidak bisa hadir karena masih ada mata perkuliahan
18
Minggu ke I (Mei) Minggu ke II (Mei)
Minggu ke III (Mei)
Minggu ke I (September)
Penata mencari-cari gerak untuk dijadikan gerakan pokok didalam garapannya Penata berkonsultasi dengan bapak Mangku I Wayan Kendra untuk mencari tanggal dan hari baik untuk melakukan nuasen dengan pendukung iringan dan pendukung tari Penata memikirkan kembali konsep yang akan dipergunakan sebelum nuasen agar tidak ragu dalam proses berkarya dan memikirkan judul yang akan digunakan Melakukan diskusi dalam kelas dengan dosen mata kuliah koreografi VI mengenai ide garapan dan konsep garapan yang dipilih
Minggu ke IV (September)
Nuasen bersama pendukung iringan di Sanggar Sunari Sesetan – Denpasar
Minggu ke V (September)
Nuasen bersama pendukung tari di Pura Padma Nareswara ISI denpasar
Penata menemukan beberapa motip gerakan yang akan dipergunakan Ditetapkannya tanggal dan hari baik pada saat itu yaitu nuasen bersama pendukung iringan pada Selasa,18 September 2012 dan nuasen bersama pendukung tari pada Minggu,30 September 2012 Ditetapkan konsepnya sudah pasti mengangkat karakter Ni Diah Ratna Cempaka Gadang dan diberikan judul sementara untuk kelas koreografi VI pada saat itu adalah Stri Kirana Cerita mengenai karakter Ni Diah Ratna Cempaka Gadang sebagai ide cerita dalam garapan tari kreasi putri keras dapat diterima oleh team dosen mata kuliah koreografi VI Terbentuk bagian pengawit dan pepeson iringan secara kasar Mencoba-coba gerakan yang sebelumnya sudah dicoba oleh penata dan dituangkan ke pendukung tari di Wantilan ISI Denpasar
3.2 Tahap Percobaan (Improvisation) Tahap ini adalah tahap kedua dari proses kreativitas merupakan tahap percobaan. Dalam tahap ini dilakukan percobaan motif-motif gerak yang sesuai dengan ide garapan. Motif-motif gerak tersebut diambil dari pola-pola tradisi yang sudah ada kemudian diolah dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan garapan. kemudian dicari juga gerak-gerak yang melambangkan kekuasaan (gerak yang agak terbuka). Setelah ada motif-
19
motif gerak kemudian dirangkai menjadi motif gerak agar mudah dituangkan kepada para pendukung. Penggarap mencoba mencari gerak sendiri di studio tari ISI Denpasar sebelum dituangkan kepada pendukung, serta dilakukan latihan-latihan iringan tari di Sanggar Sunari Sesetan Denpasar. Ketika iringan sudah rampung maka gerak yang sudah ada disesuaikan dengan musik iringan yang akan digunakan mengiringi garapan. Penata mengalami sedikit kesulitan pada saat awal memadukan gerak dengan iringan serta pendukung tari yang tidak lengkap membuat penata susah untuk menuangkan gerak dan pola lantai. Penata mengganti salah satu pendukung tari agar latihan dapat berjalan lancar, dan penata mendapatkan penggantinya ke empat pendukung tari kreasi putri ini adalah mahasiswa ISI Denpasar. Pada ujian koreografi VI tanggal 15 Januari 2013 terbentuklah sebuah garapan tari kreasi putri keras yang penata inginkan, garapan inilah yang menjadi embrio
dalam
pembentukan sebuah karya tari kreasi putri keras yang berjudul Cempaka Gadang untuk ujian Tugas Akhir dengan pengembangan dan penambahan durasi waktu dari garapan, hanya berganti judul dari Stri Kirana menjadi Cempaka Gadang karena penata beranggapan bahwa Cempaka Gadang lebih mengarah kepada konsep dan latar belakang garapan yang diinginkan. (Lihat Tabel 2)
20
Tabel 2 Tahap Percobaan (Improvisation) Per Bulan Januari Tahun 2013 Hingga Maret Tahun 2013
Periode Waktu Per Minggu Minggu IV (Januari)
Kegiatan
Hasil Yang Dicapai
Mencari gerak - gerak baru yang sesuai dengan tema dan ide cerita dalam garapan ini
Ditemukan beberapa gerakan baru, didapat beberapa motif gerak yang digunakan pada bagian pepeson Membahas revisi buku Pedoman tahun 2009 yang banyak terdapat kekeliruan dan mahasiswa diberikan pedoman baru yaitu buku pedoman tahun 2013 yang sudah secara terperinci berisi mengenai penulisan proposal karya seni dan skrip karya tari, serta mendapatkan jadwal untuk ujian proposal hingga ujian Tugas Akhir
Seluruh mahasiswa yang akan mengikuti Tugas Akhir (TA) kumpul di gedung Natya Mandala ISI Denpasar
Minggu I (Februari)
Minggu II (18 Februari 2013)
Mengumpulkan proposal yang akan diajukan untuk ujian Tugas Akhir
Mendengarkan bagian iringan yang telah selesai, mencari-cari gerak yang akan digunakan pada bagian pengawak dan pengecet Ujian Proposal
Mengumpulkan proposal di Fakultas Seni Pertunjukan dengan Map merah berisi satu proposal dengan empat rangkap jilid putih disertakan dengan sertifikat OSMA, BAKSOS dan Studi Ekskursi Terbentuk bagian pengawak Lancar dan lulus diuji oleh dua dewan penguji dan diberi masukan saran-saran untuk perbaikan
21
Minggu III (Februari)
Pertemuan di gedung Natya Mandala ISI Denpasar dan pembagian nama pembimbing Tugas Akhir
Pembimbing TA adalah ibu Ida Ayu Trisnawati, SST., M.Si dan bapak I Wayan Sutirtha, S.Sn., M.Sn
Minggu IV (Februari)
Bertemu dengan pembimbing dan memberikan proposal yang sudah direvisi oleh penata
Proposal diterima dan menetapkan hari untuk melaksanakan bimbingan selanjutnya
3.3 Tahap Pembentukan (Forming) Tahap pembentukan ini merupakan tahap akhir dari suatu proses kreativitas. Tahap ini dapat diartikan sebagai tahap penyempurnaan dari garapan. untuk menghasilkan garapan yang berbobot, penata mulai melakukan latihan yang rutin dan disiplin agar terbentuknya kekompakan, keselarasan sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh yaitu satu jiwa satu rasa. Untuk menghasilkan hal tersebut dibutuhkan konsentrasi yang tinggi. Dalam proses ini banyak munculnya hambatan-hambatan dan kesulitan yang dialami penggarap, seperti halnya mengatur jadwal latihan karena adanya kesibukan masing-masing pendukung baik pendukung tari maupun pendukung iringan tari. (Lihat Tabel 3) Tabel 3 Tahap Pembentukan (Forming) Per Bulan Februari Tahun 2013 Hingga Mei Tahun 2013 Periode Waktu Per Minggu Minggu I (Maret)
Kegiatan
Hasil Yang Dicapai
Melakukan bimbingan skrip karya BAB I, II dan III dengan dosen pembimbing yaitu Ibu Ida Ayu Trisnawati dan Bapak I Wayan Sutirtha
Adanya perbaikan dalam penulisan kata-kata serta pemenggalan kalimat yang terlalu panjang dalam satu paragraph
Latihan pendukung iringan tari di Sanggar Sunari Sesetan – Denpasar untuk penambahan
Terbentuk gending yang kurang rapi dan penata kurang mendapatkan rasa
22
Minggu II (Maret)
Minggu III (Maret)
Minggu IV (Maret)
gending
dari gending yang baru terbentuk
Melakukan latihan iringan tari di Sanggar Sunari Sesetan – Denpasar
Terbentuknya gending secara utuh dengan penambahan bagian pepeson dan pengawak Gerakan penambahan pada bagian pepeson terbentuk secara kasar
Mengumpulkan pendukung tari, melakukan gerakan awal dan penuangan bagian pepeson kepada pendukung Latihan dilanjutkan untuk memantapkan bagian pepeson dan penuangan gerak pada bagian pengawak Bimbingan skrip karya revisi BAB III Latihan bersama pendukung tari di Studio Tari ISI Denpasar
Latihan penabuh di Sanggar Sunari Sesetan-Denpasar Bimbingan skirp karya revisi tabel BAB III
Minggu I (April)
Latihan bersama pendukung tari Latihan bersama pendukung karawitan di Sanggar Sunari Sesetan-Denpasar Bimbingan karya tari di Sanggar Lokanantha bersama Bapak I Wayan Sutirtha Bimbingan Skrip Karya BAB
Bagian pepeson dan pengawak telah terbentuk namun belum terlalu dikuasai oleh penari Masih terjadi kesalahan pada tabel yang dibuat oleh penata Memantapkan gerak dan mencari sudut-sudut gerak agar dapat terlihat lebih rapi pada bagian pepeson hingga pengawak Latihan untuk memantapkan ketukan melodi agar tidak terlalu cepat Tabel yang dibuat oleh penata disetujui oleh pembimbing yaitu Ibu Ida Ayu Trisnawati dan Bapak I Wayan Sutirtha, penata mendapat izin untuk melanjutkan ke BAB IV dan V
Masih terdapat gerakangerakan yang belum pasti di dalam garapan
23
Minggu II (April) Minggu III (April) Minggu IV (April) Minggu I (Mei)
Minggu II (Mei)
Minggu III (22 Mei 2013)
IV dan V Bimbingan Skrip Karya BAB IV dan V Latihan garapan di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar Bimbingan karya seni di Sanggar Lokanantha Singapadu - Gianyar Latihan bersama pendukung tari dan pendukung irtingan di Sanggar Sunari – Sesetan Denpasar Bimbingan bersama dosen pembimbing dan dosen pembimbing lain di Natya Mandala ISI Denpasar Latihan bersama pendukung tari dan pendukung iringan di Sanggar Sunari – Sesetan Denpasar Latihan persiapan Gladi, mencobalatihan dengan mempergunakan layar, trap dan lighting yang dipergunakan dalam garapan di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar Persembahyangan bersama pendukung tari dan pendukung iringan di Pura Padma Nareswara ISI Denpasar Gladi Bersih di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar 13 Mei 2013
Ujian Pagelaran Tugas Akhir
Perbaikan diterima oleh pembimbing I dan II Latihan hanya berlangsung 2 jam karena para pendukung tari ada acara di luar Masih harus mencari kekompakan gerak agar terlihat lebih rapi Menyamakan tempo iringan dengan dinamika gerak agar tidak terlalu cepat Masih terlalu cepat tempo musik sehingga penari kurang bernafas dalam garapan
Latihan berjalan lancar
Berjalan lancar tetapi tetap masih ada saja kekurangan, untuk itu penata tetap akan melakukan latihanlatihan untuk lebih menyempurnakan garapannya.
Tabel 4 Kegiatan Proses Kreativitas Tari Kreasi Putri Keras Cempaka Gadang Rentang Waktu Kegiatan Tahun 2012 Tahapan Kegiatan
Januari M1
M2
M3
Februari M4
M1
M2
M3
Maret M4
M1
M2
April
M3
M4
M1
M2
M3
Mei M4
M1
M2
M3
September M4
M1
M2
Ujian Proposal Tahap Penjajagan Tahap Percobaan Tahap Pembentukan Gladi Bersih Ujian Tugas Akhir
Rentang Waktu Kegiatan Tahun 2013 Tahapan Kegiatan
Januari M1
M2
M3
Februari M4
M1
M2
M3
Maret M4
M1
M2
M3
April M4
M1
M2
M3
Mei M4
M1
M2
M3
Ujian Proposal Tahap Penjajagan Tahap Percobaan Tahap Pembentukan
X
Gladi Bersih
O
Ujian Tugas Akhir
24
M4
M3
M4
M5
KETERANGAN : : Ujian Proposal Tanggal 18 Februari 2013 : Tahap penjajagan (proses pencarian ide cerita) : Tahap percobaan (intensitas latihan sedang, selama ± 2 jam) : Tahap pembentukan (intensitas latihan padat, selama ± 3 jam)
X
: Gladi Bersih Tanggal 13 Mei 2013
O
: Ujian Tugas Akhir Tanggl 22 Mei 2013
M1
: Minggu Pertama
M2
: Minggu Kedua
M3
: Minggu Ketiga
M4
: Minggu Keempat
M5
: Minggu Kelima
25
BAB IV WUJUD GARAPAN Wujud adalah sesuatu kenyataan atau realita yang nampak secara kongkrit yang berarti dapat dinikmati oleh mata dan telinga, maupun kenyataan yang tidak nampak secara kongkrit yakni sesuatu yang abstrak yang berarti sesuatu yang bisa dibayangkan seperti sebuah cerita yang disampaikan atau dibacakan dalam buku. Semua jenis kesenian baik yang kongkrit maupun abstrak, wujud dari apa yang ditampilkan dan dapat dinikmati oleh kita mengandung 2 (dua) unsur mendasar yaitu, bentuk (form) dan struktur (structure).6 4.1 Deskripsi Garapan Tari Cempaka Gadang merupakan sebuah garapan tari kreasi putri keras yang berunsurkan gerak-gerak baru yang masih berpolakan gerakgerak tari tradisi, dan penata berusaha mengembangkannya lagi sesuai dengan kebutuhan garapan, sehingga menjadi sebuah garapan baru (original). Tari Cempaka Gadang merupakan tari kreasi putri yang mengangkat karakter dari Ni Diah Ratna Cempaka Gadang, seorang wanita yang memiliki paras yang sangat cantik dan agung. Pada saat Ni Diah Ratna Cempaka Gadang mendapatkan pusaka sebuah mirah Cempaka Gadang yang diberikan oleh ayahnya yaitu Batara Taya, ia 6
Estetika Sebuah Pengantar oleh A.A Made Djelantik, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Bandung. 1999. P.19-20
26
27
terpengaruh oleh kekuatan jahat yang ada di dalam mirah Cempaka Gadang tersebut. Sifat egois yang dimiliki telah membelenggu dirinya dan iapun dikuasai oleh benda tersebut. Benda tersebut jugalah yang mengakibatkan ia ingin menguasai jagat raya. Adapun gerak-gerak yang penata tonjolkan dalam garapan tari kreasi putri ini adalah gerak-gerak yang menyerupai perubahan wujud seorang yang tadinya cantik dan lembut menjadi seseorang yang egois, menyeramkan dan ingin berkuasa. Garapan tari kreasi putri keras Cempaka Gadang ini berdurasi 12 menit dipentaskan pada stage proscenium Natya Mandala ISI Denpasar, dengan diiringi seperangkat gamelan Angklung Kebyar. Tari kreasi Cempaka Gadang ini ditarikan dalam bentuk kelompok yang didukung oleh 5 (lima) orang penari putri. Tari adalah sebuah karya seni dalam bentuk seni pertunjukan atau performing arts yang penata suguhkan terhadap penonton dengan bentuk visualnya lebih menekankan aspek estetis dan keartisannya. Tari dapat dinikmati oleh penonton melalui bentuk visualnya. Elemen-elemen yang ada pada tari yang dapat kita tangkap secara visual menggunakan panca indra kita antara lain : gerak, rias, busana, tata cahaya (lighting) dan property. 4.2 Analisis Pola Struktur Secara struktur garapan ini terdiri dari lima bagian, bagian satu dengan bagian selanjutnya saling berkaitan. Penata telah menyesuaikannya dengan ide cerita dan konsep garapan. Lima bagian yang terdiri dari
28
flashback, pepeson, pengawak (pengawak I dan pengawak II), pengecet dan pekaad. Struktur garapan ini dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Flashback Menggambarkan
kasih
sayang
seorang
Dewi
Gangga
yang
menemukan bayi wanita di taru jepun. Suasana
: Lembut penuh kasih sayang.
b) Pepeson Menggambarkan seorang gadis yang cantik dan agung (mengikuti karakter Dewi Gangga). Suasana
: Lembut dan agung.
c) Pengawak I Menggambarkan sikap lembut Ratna Cempaka Gadang sebelum diberikan anugrah kasih sayang oleh Betara Taya (ayahnya). Suasana
: Lembut mencari suasana seram.
d) Pengawak II Menggambarkan sifat ego atau nafsu dari Ratna Cempaka Gadang setelah diberikan mirah cempaka gadang. Suasana
: Keras dan magis.
e) Pengecet Menggambarkan kekuatan Ratna Cempaka Gadang yang memiliki sisya-sisya binatang. Suasana
: Seram
29
f) Pekaad Menggambarkan
kekuasaan
Ratna
Cempaka
Gadang
ketika
dipengaruhi oleh sikap keegoisannya. 4.3 Analisis Simbol Dalam karya seni tari biasanya terdapat beberapa simbol yang dipergunakan
oleh
seorang
penata
untuk
menyampaikan
dan
menggambarkan suatu karakter dan jenis tari yang dibawakan. Biasanya terdapat beberapa simbol yang dipergunakan untuk menyampaikan maksud tertentu kepada penonton, baik dengan simbol gerak banyak menggambarkan karakter yang dibawakan. Simbol memiliki arti tertentu yang lebih luas daripada apa yang tampil secara nyata, simbol dapat dilihat maupun didengar.7 Begitu pula dengan warna kostum, mampu memperlihatkan karakter tari serta makna warna dalam kostum yang penata kaitkan dengan isi garapan. Tata rias dan pola lantai juga merupakan simbol dalam sebuah garapan karya tari. 4.4 Analisis Materi 4.4.1
Desain Koreografi Didalam mewujudkan garapan tari yang berkualitas, perlu dipikirkan
mengenai komposisi kelompok dengan motif desain dramatiknya. Motifmotif desain dramatik yang dipergunakan adalah :
7
Estetika Sebuah Pengantar diciptakan oleh A.A Made Djelantik diterbitkan oleh Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Bandung. 1999, P.62
30
a. Desain serempak (Union) Mengutamakan kesan teratur dan kekompakan diantara para penari, memperhatikan tempo sehingga mampu mencapai suatu gerakan secara bersama-sama. Desain ini penata gunakan pada hampir di setiap bagian dalam garapan ini. b. Desain bergantian (Canon) Merupakan motif gerak yang dilakukan secara bergantian antara penari satu dengan penari lain secara susul-menyusul. Iringan musiknya diulang beberapa kali pada bagian pepeson dan pengecet. c. Desain Terpecah (Broken) Merupakan motif gerak yang tak beraturan namun tetap tertata dalam garapan ini penari melakukan gerakan broken pada bagian pekaad. d. Desain Berimbang (Balance) Memberikan kesan ketidakberaturan dilakukan setiap gerak pergantian posisi penari, sehingga tidak mudah ditebak dimana posisi penari selanjutnya. 4.4.2
Ragam Gerak Sebagaimana penata kemukakan di atas bahwa dalam penggarapan
sebuah karya tari tidak pernah lepas dari gerak karena gerak merupakan materi utama dalam tari. Melalui rangkaian gerak yang telah penata tata sedemikian rupa secara nyata tari dapat terwujud. Gerak-gerak dalam tari
31
kreasi putri keras Cempaka Gadang ini berasal dari motif gerak pola tradisi, sumber gerak yang menjadi inspirasi berasal dari membaca Buku Bahan Ajar 2 (50 Lakon Wayang Masa Kini), pengalaman penata dalam mendukung garapan kakak kelas terdahulu dan menonton video garapan tari kreasi putri yang dimiliki oleh ISI Denpasar. Tari putri keras perbendaharaan geraknya mengambil ruang lebih lebar, volume geraknya lebih keras, intensitas dan kwalitas geraknya lebih berat dan bringas. Dapat pula dilihat dari bentuk agem posisi kaki lebih lebar daripada agem tari putri halus, jari tangan tari putri keras terbuka lebar dengan getaran yang keras. Tidak jauh berbeda dengan tari putra keras, kendati sama tetapi bila dilihat dari bentuk, intensitas dan kualitas gerak seperti tersebut di atas tetap berada dalam koridor dan norma-norma kodrati yang ada, yang berarti kerasnya tari putra keras tidak akan mungkin sama kerasnya dengan putri keras. Karena diikat oleh normanorma, etika, bentuk fisik, kostum dan lain-lainnya. Di bawah ini penata menguraikan ragam gerak yang penata gunakan di dalam garapan tari Cempaka Gadang ini : a. Agem Agem adalah suatu pose dan sikap pokok dari setiap tarian. Sikap pokok ini tidak dapat di ubah-ubah dari satu sikap pokok ke sikap pokok lainnya, sikap pokok atau agem dalam garapan ini adalah pose tangan kanan berada di atas serong mata dan tangan kiri lurus ke samping ngelung. Begitu pula agem sebaliknya.
32
b. Ngaed Sikap badan merendah dengan sendirinya pantat dan kaki yang menjadi kunci dalam hal ini. c. Nyregseg Gerakan kaki dengan langkah ke samping secara cepat dan bisa digerakan kesegala arah kanan atau kiri dengan gerakan kaki jinjit dan berat badan tertumpu pada kedua kaki yang menjinjit serta berdekatan. d. Nyeluk Gerakan tangan menusuk ke arah atas dengan posisi telapak tangan mengarah ke atas. e. Miles Gerakan kaki yang dipergunakan untuk merubah sikap dari agem kanan ke agem kiri. Dalam garapan ini gerakan miles yaitu ujung jari kaki membuat garis setengah lingkaran dan diberikan tekanan kemudian baru diangkat. f. Ngangget Gerakan pada dagu, gerakan ini dipergunakan untuk merubah sikap dari agem kanan ke agem kiri atau sebaliknya, yang mana gerakan kakinya sama dengan gerakan miles, hanya gerakan tangan saja yang berbeda. g. Nengkleng Posisi kaki bertumpu pada satu kaki kanan atau pun kiri.
33
h. Ngambil kancut lelancingan Mengambil kancut sebagai permainan kostum dalam garapan. i. Seledet Gerakan bola mata ke arah samping kanan dan kiri yang diikuti dengan gerakan dagu. j. Nyegut Gerakan mata dan dagu ke arah bawah seperti mengangguk. k. Nyelier Gerakan kepala yang agak berputar ke samping kanan dan ke samping kiri disertai gerakan mata yang sedikit terpejam (nyerere) dan diikuti pula gerakan leher dan dagu sedikit melingkar berlawanan dengan putaran kepala. l. Ngileg Gerakan kepala ke kanan dan kiri secara pelan. m. Ulap-ulap Posisi tangan agak menyiku dengan variasi gerak tangan seperti orang memperhatikan sesuatu dari jauh. n. Ngegol Gerakan pinggul yang digoyangkan ke kanan dan kiri secara bergantian dan berulang-ulang diikuti gerakan kepala ke kanan dan kiri searah dengan gerakan ayunan pinggul.
34
o. Ngotes Gerakan ngotes dalam garapan ini penata mengembangkannya dengan kerakan loncat mengalun jalan ke depan 3x lalu ngotes. p. Agem Seklo Gerakan agem yang tidak sama dengan gerakan agem pada tari bali biasanya, pada agem ini jatuhnya gerakan kepala sama dengan arah pinggul. 4.5 Analisis Penyajian Garapan tari kreasi putri keras Cempaka Gadang ini penata sajikan ke dalam bentuk tarian kelompok dengan lima (5) orang penari putri. Bertemakan magis. Garapan tari kreasi putri keras ini mrngambil karakter dari Ni Diah Ratna Cempaka Gadang. Dalam penyajiannya, tari kreasi putri keras ini berdurasi 12 menit dengan bagian cerita yang telah penata atur sedemikian rupa, sehingga mampu memberikan gambaran tentang apa yang ingin penata sampaikan dalam garapan karya tari ini. Secara struktural, garapan ini dibagi menjadi 5 (lima) bagian yaitu flashback, pepeson, pengawak (pengawak I dan pengawak II), pengecet dan pekaad. 4.5.1
Tempat Pertunjukkan Ujian Tugas Akhir Fakultas Seni Pertunjukan (FSP), Institut Seni
Indonesia Denpasar diadakan di gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar (lokasi ini di areal kampus bagian barat) dapat ditempuh dari arah jalan WR Supratman menuju jalan Nusa Indah atau jalan Hayam Wuruk menuju jalan Nusa Indah dari arah jalan Nusa Indah
35
(sebelah utara jembatan) membelok ke barat menuju kampus Institut Seni Indonesia Denpasar. Penyajian karya seni bertempat di stage proscenium yang ada di dalam gedung Natya Mandala tersebut. Garapan tari kreasi putri keras ini, dipentaskan dalam rangka ujian Karya Seni Tugas Akhir pada tanggal 22 Mei 2013. Pada stage proscenium penonton hanya dapat menyaksikan pertunjukan dari satu sisi saja yaitu dari arah depan. Sehingga penataan pola lantai pada garapan ini disesuaikan dengan keadaan stage tersebut. Penonjolan suasana didukung pula oleh tata cahaya (lighting) yang ada. Berikut gambar gambar stage proscenium yang ada di gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar, yang dilengkapi dengan pembagian ruang lantai. (untuk selanjutnya Lihat Gambar 1).
36
Gambar 1. Denah Stage Panggung Bagian Belakang Candi Bentar sisi panggung bagian kanan
sisi panggung bagian kiri URS RS
DRS
UCS
ULS
C
LS
DCS
13,70m
DLS
20,89m Pit Tempat orchestra
Pit Tempat orchestra
Auditorium (penonton)
(Dokumentasi Institut Seni Indonesia Denpasar) KETERANGAN : C
= Center Stage
(Pusat Panggung)
LS
= Left Sgate
(Kiri Panggung)
RS
= Right Stage
(Kanan Panggung)
URS
= Up Right Stage
(Pojok Kanan Belakang Panggung)
UCS
= Up Center Stage
(Bagian Belakang Pusat Panggung)
ULS
= Up Left Stage
(Pojok Kiri Belakang Panggung)
DRS
= Down Right Stage
(Pojok Kanan Depan Panggung)
DCS
= Down Center Stage
(Bagian Depan Pusat Panggung)
DLS
= Down Left Stage
(Pojok Kiri Depan Panggung)
37
4.5.2
Kostum atau Busana Kostum atau busana pada sebuah garapan tari merupakan salah
satu faktor pendukung yang mampu mengkomunikasikan arti, isi atau makna dari karakter yang diangkat sesuai dengan ide cerita garapan tari itu sendiri. Kesesuaian kostum dengan tema dan ide garapan akan memberikan nilai tersendiri terhadap keutuhan dari sebuah garapan. Penataan tari kreasi putri keras Cempaka Gadang ini masih berpijak pada tata busana tradisi dengan mengembangkan pola-pola kostum yang sudah ada sebelumnya. Penata mengkombinasikan unsur warna ungu, merah muda, oranye dan kuning keemasan. Penata tidak sembarangan ingin memadukan warna, penata berkonsultasi dengan seorang desaigner kostum yaitu I Made Kumara Yasa, yang sudah biasa dalam membuat busana untuk tari kreasi. Penata memilih warna ungu dan oranye karena karakter yang terkandung di dalam warna ungu dan oranye adalah keras, cocok dengan karakter tari yang ditampilkan oleh penata. Warna merah muda yang menghiasi bagian-bagian tepi dalam kostum menggambarkan bahwa di balik sifat keras seorang wanita pasti ada sisi lembutnya. Sedangkan warna kuning keemasan yang penata pilih untuk mengangkat derajat karakter yang dibawakan oleh penata karena Ni Diah Ratna Cempaka Gadang adalah seorang putri dari Batara Taya. Lebih jelas akan penata paparkan bagian-bagian kostum yang penata gunakan dalam tari kreasi putri keras Cempaka Gadang ini : a. Kostum untuk bagian badan :
38
1. Baju lengan pendek sebelah kanan 2. Angkin 3. Simping lepas kanan dan kiri 4. Badong 5. Gelang kana atas dan bawah 6. Ampok-ampok 7. Rempel kanan 8. Tapih berbentuk rok 9. Kamen Lelancingan b. Hiasan kepala : 1. Ati sasak 2. Hairpis 3. Petitis 4. Krun Belakang 5. 3 kulit modif panjang sebagai lambamg cempaka gadang 6. Kerucut jempong belakang 7. Bunga cempaka hiasan rambut belakang 8. Subeng dengan permata merah (lihat gambar 2)
39
Gambar 2 Foto Kostum Penari Tampak Depan
Simbol Cempaka
Krun Petitis
Subeng Simping
Badong
Baju Pendek Gelang Kana Atas Angkin Ampok - ampok Gelang Kana Bawah
Rempel Lelancingan
Kamen Rok
(Koleksi Foto Putra Nugraha)
40
Gambar 3 Foto Kostum Penari Tampak Belakang
Krun Gelung Lingkar Bunga Sandat Hairpis
Lelancingan
(Koleksi Foto Putra Nugraha)
41
Gambar 4 Foto Kostum Penari Setelah Perubahan Karakter
(Koleksi Foto Putra Nugraha) 4.5.3
Tata Rias Wajah Tata rias wajah dalam sebuah penyajian karya seni menjadi salah
satu unsur penunjang yang perlu seorang penata tari perhatikan. Tata rias wajah yang digunakan harus menyesuaikan dengan karakter yang dibawakan dalam sebuah garapan tari. Pada garapan ini, tata rias yang
42
penata gunakan adalah tata rias putri keras. Penata dibantu oleh 2 orang penata rias yaitu I Ketut Jully Artawan, S.Sn dan Ketut Dama Saputra, S.Sn. Tata rias wajah itu sendiri bertujuan untuk mempertegas garis wajah dan mempertegas ekspresi wajah. Bila dihubungkan dengan keadaan tata cahaya yang ada di stage proscenium gedung Natya Mandala ISI Denpasar, tata rias wajah harus disesuaikan dengan keadaan tersebut. Untuk itu diperlukan teknik merias yang benar dengan menyesuaikan proporsi warna agar sesuai dengan kekuatan cahaya yang ada serta alatalat tata rias yang baik. Adapun alat-alat tata rias yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Milk cleanser dan astringent -
Untuk membersihkan dan menyegarkan wajah.
2. Alas bedak padat warna coklat -
Untuk bedak dasar atau foundation wajah sehingga tampak halus dan bedak tabur dapat merekat pada wajah.
3. Bedak tabur warna merah -
Untuk melapisi bedak dasar sehingga meratakan permukaan wajah dengan baik.
4. Merah pipi (blush on) warna merah -
Untuk mewarnai pipi sehingga membentuk tulang pipi agar tampak tirus.
43
5. Pemulas atau perekat eye shadow -
Untuk membantu merekatkan warna eye shadow sehingga mudah dibaur atau mengarsirnya.
6. Pensil alis warna hitam -
Untuk memperkuat bentuk alis serta mempertegas garis alis, juga dipergunakan untuk membuat caling kidang dan srinata pada bagian dahi.
7. Eye liner warna hitam -
Untuk mempetegas alis dan digunakan pada garis mata atas dan bawah agar terlihat tegas.
8. Eye Shadow -
Untuk mempertegas kelopak mata agar terlihat lebih besar dan membuat mata tampak indah.
9. Bulu Mata Palsu dan Mascara warna hitam -
Untuk menebalkan dan memperlentik bulu mata.
10. Lipstik warna merah -
Sebagai
pemerah
bibir,
mempertegas
bentuk
bibir
mempercantik riasan wajah. 11. Bindi merah bulat -
Dipasang sebagai gecek di dahi sebelah kanan dan kiri penari.
dan
44
Gambar 6 Foto Tata Rias Wajah dan Rambut Bagian Belakang
(Koleksi Foto Putra Nugraha) 4.5.4
Properti Properti merupakan salah satu alat pendukung yang penata pilih
dengan menyesuaikan ke dalam konsep garapan. Adapun peoperti yang penata gunakan dalam garapan ini adalah tapel. a. Tapel Properti yang penata gunakan adalah tapel spons setengah wajah yang hanya menutupi bagian hidung ke bawah, sehingga mata masih terlihat. Penata menggunakan 5 buah tapel yang berbeda bentuk diantaranya : (Lihat Gambar 7)
45
Gambar 7 Foto Properti Tapel yang Dipergunakan 1
2
3
4
5
(Koleksi Foto Putra Nugraha) 1. Tapel lidah ini melambangkan seorang Ni Diah Ratna Cempaka Gadang yang berada di dalam tingkat keegoisan dan selalu ingin berkuasa. 2. Tapel Garuda Serayu melambangkan kekuatan dari Ni Diah Ratna Cempaka Gadang yaitu salah satu sisyanya. 3. Tapel Asu Gablog melambangkan kekuatan dari Ni Diah Ratna Cempaka Gadang yaitu salah satu sisyanya. 4. Tapel Kebo Raja melambangkan kekuatan dari Ni Diah Ratna Cempaka Gadang yaitu salah satu sisyanya. 5. Tapel Babi Siati melambangkan kekuatan dari Ni Diah Ratna Cempaka Gadang yaitu salah satu sisyanya.
46
4.5.5
Pola Lantai, Lighting, Suasana dan Rangkaian Gerak Tari Pola lantai adalah sebuah penataan dan pembagian tata ruang
(lantai) atau stage yang dibentuk oleh para penari dalam sebuah komposisi tari, dimana dari penataan komposisi tari tersebut para penari membuat posisi dengan garis-garis tertentu di atas lantai (pentas) yang membentuk pertunjukan tersebut menjadi utuh dari awal hingga akhir pertunjukan tersebut selesai. Keseimbangan bentuk, ukuran dan jarak dari motif-motif gerak dalam garapan ini, dilakukan dengan perpaduan penggarapan gerak yang simetris, dan juga diimbangi dengan gerak asimetris. Permainan ritme yang menghasilkan kerumitan dapat menghasilkan garapan yang lebih hidup, menarik dan memiliki kwalitas. Pola lantai dalam garapan tari kreasi putri keras Cempaka Gadang ini sudah penata atur sedemikian rupa untuk mempertegas suasana yang ingin ditampilkan. Penataan cahaya juga disesuaikan dengan pola lantai maupun rangkaian gerak, agar terjadi penyatuan bentuk yang diharapkan mampu menunjang penyajian dalam garapan ini. Pola lantai atau desain lantai adalah pola yang dilandasi oleh gerak dari komposisi di atas lantai atau ruang tari. Ruang tari yang dimaksud penata adalah panggung.8 Dalam garapan tari kreasi putri keras ini, pola lantai juga disesuaikan dengan stage proscenium yang penata pergunakan pada saat penyajian karya Tugas Akhir (TA). Karena itulah pola lantai
8
Soedarsono, Komposisi Tari : Elemen-elemen Dasar. Terjemahan dari Dance Composition : The Basic Elements, oleh La Meri, Akademi Seni Tari Indonesia, Yogyakarta : 1975 : hal 4.
47
ditata dengan mempertimbangkan jangkauan pengelihatan penonton. Pada stage proscenium, penonton hanya dapat melihat pertunjukan dari satu sisi saja (dari arah depan) Lihat Tabel 5. Adapun bentuk arah hadap penari (untuk selanjutnya Lihat Gambar 8).
48
Gambar 8 Arah Hadap Penari
5
1
KETERANGAN : 1.
: Penari menghadap ke depan stage
2.
: Penari mrnghadap ke diagonal kanan depan stage
3.
: Penari menghadap ke kanan stage
4.
: Penari menghadap ke diagonal kanan belakang stage
5.
: Penari menghadap ke belakang stage
6.
: Penari menghadap ke diagonal kiri belakang stage
7.
: Penari menghadap ke kiri stage
8.
: Penari menghadap ke diagonal kiri depan stage
49
Tabel 5 Pola Lantai, Suasana, Pencahayaan dan Rangkaian Gerak
1.
Tata Lampu
Pola Lantai
Suasana
Spot Light kuning 20 100 % UCS
1 2
Lembut penuh kasih sayang
3 4 5
Rangkaian Gerak Pengawit : penari 1 berada di UCS di atas trap hitam, kemudian penari 2,3,4, dan 5 berada pada RS dengan posisi diagonal arah pandangan ke penari 1 melakukan pose dengan posisi duduk nyelempod tangan kiri berada di atas kepala dan tangan kanan seperti bertumpu di atas lantai, kemudian penari 1 melakukan gerakan mengalun mengikuti tarikan tangan kanan lallu mengubah posisi kaki dan posisi lutut sebagai penumpu gerakan tangan kanan dan kiri berada di depan dada seperti mungkah lawang, pandangan ke arah pojok kanan kemudian berputar 1 putaran penuh.
2.
Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
Spot Light 20 100 %
1 2 3 4 5
Lembut tenang
50
Rangkaian Gerak Penari 1 melakukan gerakan dengan tangan seperti menggendong bayi mengayun-ayun secara perlahan denngan pose agem kiri kemudian berputar ke belakang. Masih berada di atas trap. Sedangkan penari 2,3,4, dan 5 melakukan gerakan untuk merespon gerakan penari 1 dengan melakukan gerakan tangan kanan ke atas lalu disatukan berbentuk silang di depan dada kemudian duduk kembali.
3.
Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana Lembut tenang
No 49. General 60%
1 2 3 4 5
Rangkaian Gerak Penari 1 melakukan gerakan rebah kiri rebah kanan lalu pose ke arah belakang dengan posisi tangan kanan di atas kepala dan kiri di depan dada. Penari 2,3,4 dan 5 melakukan gerakan bangun dengan tangan cakup ke atas kepala posisi badan setengah kayang.
51
4.
Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
No 49. General 60 %
Lembut tenang 1 2 3 4 5
Rangkaian Gerak Penari 1,2,3,4 dan 5 melakukan gerakan tangan kanan bergerak strakato ke arah kanan dari pendek menjadi panjang posisi badan rebah kekanan. Penari 2,3,4 dan 5 mengambil kancut dan berjalan trigsig mencari posisi selanjutnya.
5.
Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
No 49. General 75%
Lembut tenang 1 5
4
3
2
Rangkaian gerak Pepeson : Penari 1 turun dari trap berjalan perlahan membuat garis lurus diikuti penari 2,3,4 dan 5.
52
6.
Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 75 %
Lembut tenang menggambarkan kecantikan dan keagungan
5 2 4 3 1
Rangkaian Gerak Penari 1,3 dan 5 berjalan ngegol sambil memegang kancut kiri sedangkan penari 2 dan 4 memegang kancut kanan sebanyak 8 kali kemudian secara kompak memindahkan tangan sehingga secara bersama-sama memegang kancut kiri disertai berjalan trigsig kecil ke arah satu garis yang di buat.
7.
Tata Cahaya
Pola Lantai
General 75 %
Suasana 5 2 4 3 1
Lembut tenang menggambarkan kecantikan dan keagungan
Rangkaian Gerak Garis lurus yang dibuat penari berbuka satu langkah membentuk level dari rendah ke tinggi dengan gerakan tangan kanan bergerak setengah lingkaran diatas kepala berhenti di depan dada, ditarik ke kanan ngukel dan seraca bersamaan tangan dan badan diputar ngelayak.
53
8.
Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 80 % 5
4 2
3
Lembut tenang menggambarkan kecantikan dan keagungan
1
Rangkaian Gerak Penari membentuk posisi selanjutnya dengan gerakan kaki dan tangan kiri digerakan bergantian dengan kaki kanan lalu pose dengan posisi tangan kanan panjang ke arah pojok kanan dan tangan kiri di depan dada dengan arah pojok kanan juga posisi badan rebah ke kiri disertai cegut. Lalu berputar setengah lingkaran mencari posisi srelanjutnya.
9.
Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 80 % 2
3 1 5
Lembut tenang menggambarkan kecantikan dan keagungan
4
Rangkaian Gerak Penari 1,2,3,4 dan 5 melangkah satu langkah ke samping kiri dengan memindahkan kancut ke kanan dan melempar kancut lalu agem kanan dengan posisi tangan kanan di atas kepala tangan kiri panjang posisi badan rebah ke kanan.
54
Kemudian gerakan disambung dengan gerakan ulap-ulap dengan pose agem seklo kepala dan pantat jatuhnya ke samping kanan, tangan dibuka melebar lalu bergerak satu langkah ke samping pojok kiri depan dengan tangan puspanjali, lalu ukel tarik dan agem kanan dengan pose tangan kanan berada di depan dada telapak tangan mengarah ke dalam dan tangan kiri panjang agak tekuk disertai seledet. Tangan kanan nyeluk pandangan mata ke arah tangan kanan mengalun mengikuti gerak tangan, nyelier, seledet lalu cegut.
10. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 80 % 2
3 1 5
Lembut tenang menggambarkan kecantikan dan keagungan
4
Rangkaian Gerak Penari melakukan gerak melangkah 3 kali ke depan lalu ngotes lelancingan yang pada saat itu difungsikan sebagai kancut pula, tangan di atas kepala, kemudian mengambil kancut dengan tangan kiri dan berputar sambil mengganti posisi kancut. Pandangan penari ke arah pojok kanan disertakan seledet kiri. Lalu kancut dipegang menggunakan ke dua tangan berada di depan penari seperti gerakan mengintip. Lalu mencari posisi selanjutnya.
55
11. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 80 %
Lembut cantik dan lincah 2
3 1 5
4
Rangkaian Gerak Penari berada pada CS dengan gerakan ngebat kancut, merebahkan badannya ke kanan dan kiri searah dengan kancut yang di pegang di ulang 2x untuk mencari posisi selanjutnya.
12. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 80 % 3
2
Menggambarkan kecantikan dan lincah
5 4
1
Rangkaian Gerak Penari melempar kancut ke kanan tetapi tetap dipegang dengan tangan kanan tangan kiri diatas kepala telapak tangan menghadap ke atas jari-jari lurus ke kanan. Penari melakukan gerakan melangkah ke samping kanan sambil berputar bersamaan dengan memindahkan kancut ke tangan kiri lalu dilempar menjadi pose agem kiri. Kemudian dilanjutkan dengan gerakan ulap-ulap, tangan
56
ditarik ke depan dada dengan agem seklo dibuka melebar lalu melangkah ke pojok kiri depan dengan posisi tangan puspanjali kemudian ngukel agem kiri seledet. Penari melakukan gerakan dengan level dibawah (rendah) dengan gerakan tangan kiri memanjang tangan kanan nabdab gelung lalu tangan kiri tekuk mengalun ke depan dada kemudian nyelier, seledet dan cegut.
13. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 80 %
Riang Gembira 3
2
5 4
1
Rangkaian Gerak Penari melakukan gerakan berbeda dengan musik yang sama, penari 1 dan 3 melakukan gerakan dengan level tinggi, sedangkan penari 4,5 dan 2 melakukan gerakan dengan level rendah.
14. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 80%
3 5
4
Rangkaian Gerak
1
2
Riang Gembira
57
Penari melakukan gerakan berbeda dengan musik yang sama, penari 1 dan 3 melakukan gerakan dengan level rendah, sedangkan penari 4,5 dan 2 melakukan gerakan dengan level tinggi.
15. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 80 %
Riang Gembira 3
2
5 4
1
Rangkaian Gerak Penari melakukan gerakan kompak dan mencari posisi selanjutnya
16. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 80 %
Riang Gembira 3
2
5 4
1
Rangkaian Gerak Penari melakukan gerakan mengayunkan tangan kanan dan kiri bersamaan dengan kaki kanan dan kiri, secara bergantian Mengambil kancut dan mencari posisi selanjutnya
58
17. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 80 %
Riang gembira
3 5
2
4
1
Rangkaian Gerak Penari melakukan gerakan kaki dengan menghentak-hentakan kakinya sehingga menimbulkan irama.
18. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
Spot Light di DRS stage
Riang Gembira 5
2
1
3 4
Rangkaian Gerak Pengulangan gerak sda.
19. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 80% 5 2 1 3 4
Kecantikan dan kelembutan masih terlihat
59
Rangkaian Gerak Penari membentuk garis lurus dan berputar sambil memegang kain lelancingan di sebelah kiri penari.
20. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 80% 2
Kecantikan dan kelembutan masih terlihat
5 3
1
4
Rangkaian Gerak Penari melakukan gerakan nyerigcig membentuk posisi selanjutnya.
21. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 80% 2
5 3
Kecantikan dan kelembutan masih terlihat
4 1
Rangkaian Gerak Pengawak : Penari 1,2,3,4 dan 5 melakukan gerakan seperti nyeluk tangan kanan ke atas dan badan sedikit kayang lalu berputar setengah lingkaran menjadi agem kanan posisi tangan kanan serong mata jari menghadap kea rah kepala dan telapak tangan mengarah ke atas sedangkan tangan kiri berada di bawah dada dengan posisi telapak tangan ke atas pula.
60
Melakukan gerakan ngileg.
22. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 80%
Kecantikan dan kelembutan masih terlihat 2
3
1
4
5
Rangkaian Gerak Penari melakukan memutar bahu secara bergantian kanan dan kiri, dilanjutkan mengambil kain lelancingan sebagai kancut dengan tangan kanan. Kemudian penari bergerak zig-zag untuk mencari posisi selanjutnya.
23. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 75% 4
Kecantikan dan kelembutan masih terlihat
5 3 1
2
Rangkaian Gerak Penari melakukan gerakan saling berhadapan dengan mengangkat kain lelancingan ke arah dalam kemudian mencari posisi selanjutnya.
61
24. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 75% 2
5 3
4
Kecantikan dan kelembutan masih terlihat
1
Rangkaian Gerak Penari mengotes kancut dan berputar satu lingkaran, dengan gerakan ngelayak kemudian iakhiri mengotes kancut kembali. Penari secara rampak melakukan gerkan ngileg, kemudian ngukel menarik tangan di depan dada, dilanjutkan dengan gerakan seperti ngangget ke kanan.
25. Tata Cahaya
Pola Lantai
Spot light merah 75% dan lampu samping kanan dan kiri 50% kuning
Suasana
4
1
Menggambarkan perubahan karakter menjadi keras
Rangkaian Gerak Penari berbalik dengan setengah lingkaran ke depan dengan posisi tetap sama.
62
26. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
Spot light merah 75% dan lampu samping kanan dan kiri 50% kuning
Berubah menjadi keras
3 5
2
4
1
Rangkaian Gerak Penari bergerak di tempat dengan agem kanan tangan kanan di atas kepala tangan kiri lurus ke samping kiri, bergerak ke samping kanan dan kiri strakato. Penari melakukan gerakan berputar mengangkat kaki dengan lelancingan menempel di kaki kiri, kemudian menendangnya.
27. Tata Cahaya
Pola Lantai
Spot light 80% fokus 2 penari di CS
Suasana 3 5
2
Berubah menjadi keras
4 1
Rangkaian Gerak Penari 3,2 dan 5 berbalik ke arah belakang dan melakukan perubahan karakter, dengan menyelipkan kain-nya ke dalam bagian kostum yang dipergunakannya. Sedangkan penari 1 dan 4 memerankakn tokoh Batara Taya dan Ratna Cempaka Gadang di center stage dengan level yang berbeda dan ruang gerak dibedakan. Penari 1 dengan posisi jengkeng menyembah ke arah penari 4,
63
penari 4 posisi berdiri kaki kiri tanjek atau jinjit, dengan memegang kancut kemudian merendah ke arah penari 1.
28. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 80% 2
Berubah menjadi keras
3 5
Rangkaian Gerak Penari 5, 3 dan 2 melakukan gerakan nyeregseg dengan tangan menjunjung ke arah pojok kanan panggung Penari 5 dan 2 melakukan gerakan level bawah dengan gerakan yang sama Penari 3 melakukan gerakan level tinggi dengan gerakan yang sama
29. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 80% 2
Berubah menjadi keras
5
1
4
3
Rangkaian Gerak Penari melakukan gerakan posisi agem kiri dengan posisi tangan kiri di atas kepala dan tangan kanan memanjang disertai kipekan kepala dan badan sebanyak tiga kali ke depan.
64
Lalu di tarik menjadi agem kanan tangan kanan di atas kepala tangan kiri ditekuk di bawah dada kiri, badan merebah ke kanan dan berbalik ke belakang lalu setengah kayang.
30. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
General 80%
Berubah menjadi keras
Rangkaian Gerak Penari 1 berada paling depan dan mencari posisi center stage, sedangkan penari 2,3,4, dan 5 masuk ke dalam wigs kanan dan kiri penari.
31. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
Spot light 20 100 % warna merah di CS 1
Keras dan menggambarkan keseraman Ratna Cempaka Gadang
Rangkaian Gerak Penari 1 berada di center stage dengan gerakan merendah tangan seperti nabdab gelung kanan dan kiri lalu tarik kanan dan berjalan kesamping kanan mengambil property.
65
32. Tata Cahaya
Pola Lantai
Lampu samping kanan dan kiri belakang hidup, spot light merah 75%
Suasana 4
5
3
Seram menunjukan kekuatan sisyasisya nya
2
1
Rangkaian Gerak Penari 1 berada pada pojok depan kiri stage dengan menggunakan tapel, level tinggi dan posisi tangan kanan di atas kepala sedangkan tangan kiri menunjuk ke arah penari 2,3,4 dan 5. Penari 2,3,4 dan 5 melakukan gerakan dengan pose masing-masing sesuai karakter binatang yang dibawakan. 33. Tata Cahaya
Pola Lantai
lampu fokus penari di CS 75%
Suasana Seram menunjukan kekuatan sisyasisya nya
Rangkaian Gerak Penari melakukan gerakan yang sama dalam satu baris dengan posisi agem kanan.
66
34. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
lampu fokus penari di CS 75%
Seram menunjukan kekuatan sisyasisya nya
Rangkaian Gerak Penari melakukan gerakan memecah ke smping kanan dengan tangan kanan lurus ke samping dan tangan kiri lurus ke atas menempel ke telinga kiri penari. 35. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
lampu fokus penari di CS 75%
Seram menunjukan kekuatan sisyasisya nya 1
Rangkaian Gerak Penari melakukan gerakan memecah ke arah samping giri dengan gerakan kebalikan pola di atasnya. 36. Tata Cahaya Lighting blitz atau lampu kedap-kedip 60 %
Pola Lantai
Suasana
1
Seram menunjukan kekuatan sisyasisya nya
67
Rangkaian Gerak penari melakukan gerakan memecah dengan melompat terbuka mencari posisi selanjutnya. 37. Tata Cahaya
Pola Lantai
No49. Lampu kembali General
Suasana
5
3
4
2
Keras memperlihatkan kekuatan
1
Rangkaian Gerak Pengecet : melakukan gerakan rampak berputar lalu seledet, tangan kanan panjang ke samping lurus dan tangan kiri berada tinggi d atas kepala. Penari melakukan tindakan 2x kemudian diikuti gerakan putaran kepala, ukel kemudian mencari posisi selanjutnya.
38. Tata Cahaya
Suasana
Pola Lantai
No. 49 lampu General 75%
Keras memperlihatkan kekuatan 5
3
4
2
1
Rangkaian Gerak Penari melakukan gerakan
rampak dengan langkah kaki kiri kanan tangan
menusuk ke pojok kanan, tutup kaki kiri kedua tangan berada di atas kepala lurus dengan jari-jari ke arah luar, kemudian buka kaki kanan dengan posisi
68
tangan kanan di samping dada siku-siku sedangkan kiri berada lurus di depan dada jari-jari ke arah atas, disertai gerakan putaran kepala ke arah kanan. Kaki kanan maju dua langkah kaki kiri menempel pada kaki kanan, kepala memutar setengah lingkaran kebelakang menuju ke kanan. 39. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
No. 49 lampu General 75%
4 5
1
2
Keras memperlihatkan kekuatan
3
Rangkaian Gerak Penari 1,2,3,4 dan 5 melakukan gerakan rampak dengan gerakan yang sama seperti diatas dengan posisi yang berbeda atau gerakan pengulangan alternit. 40. Tata Cahaya
Pola Lantai
No. 49 lampu General 75%
Rangkaian Gerak Gerakan pengulangan rampak.
Suasana Keras memperlihatkan kekuatan
69
41. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
No. 49 lampu General 75%
5
4
Keras memperlihatkan kekuatan
1 2 3
Rangkaian Gerak Penari langsung membalikan badannya ke depan dibarengi dengan angkatan kaki dan tangan. Gerakan selanjutnya pada posisi ini adalah tangan kanan masuk ke atas ruang tangan kiri ditarik ke bawah sebanyak tiga kali disertai angkatan kaki. Sebaliknya. Lalu berputar kebelakang mencari posisi selanjutnya. 42. Tata Cahaya
Pola Lantai
No. 49 lampu General 75%
Suasana Keras memperlihatkan kekuatan
Rangkaian Gerak Penari berbalik dan mencari posisi dengan gerakan tangan kiri panjang dan tangan kanan pendek kaki lebar posisi badan agak nungging nyregseg ke samping kanan mencari posisi selanjutnya.
70
43. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
Spot light merah 75%
Keras menggambarkan kekuasaan
Rangkaian Gerak Penari melakukan gerakan loncatan lalu berbalik badan ke arah depan dengan pose kaki kiri nengkleng badan rebah ke belakang dengan tangan terbuka. 44. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
No. 49 lampu General 75%
Keras menggambarkan kekuasaan 5
4 1
3
2
Rangkaian Gerak Penari melakukan gerakan tangan terbuka menggetarkan jari-jari tangan ke arah kanan dan kiri.
71
45. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
No. 49 lampu General 75%
Keras menggambarkan keangkuhan
Rangkaian Gerak Penari berada di center stage dan melingkari penari 1. 46. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
Blitz atau lampu kedap kedip
Keangkuhan 5
4 1
3
2
Rangkaian Gerak Penari 1 menuju atas trap sedangkan penari 2,3,4 dan 5 melakukan gerakan melompat ke arah pojok masing-masing. 47. Tata Cahaya
Pola Lantai
Suasana
Blitz atau lampu kedap kedip
Keangkuhan
3
Rangkaian Gerak Penari 3 berada dibarisan paling depan melakukan gerakan berguling ke
72
samping kanan dan kiri kemudian mencari posisi selanjutnya. Penari 1 berda di atas trap melakukan gerakan tangan terbuka dan berisi getaran, kaki pun agak sedikit terbuka. 48. Tata Cahaya
Pola Lantai
Spot light 20 merah 75 %
Suasana Keangkuhan
Rangkaian Gerak Pose terakhir penari 1 mengangkat kaki kanan yang berada pada punggung penari 4 yaitu babi dengan terbuka lebar sesuai agem. Penari 3 dan 5 berada di kanan dan kiri penari 1 dengan gerakan khas karakter anjing dan banteng. Penari 2 berada paling bawah dengan karakternya yaitu garuda.
4.5.6
Iringan Tari Iringan dalam sebuah garapan tari memang menjadi salah satu hal
yang penting, karena selain sebagai musik pengiring, iringan juga berfungsi mempertegas suasana yang ingin penata sampaikan. Tari kreasi putri keras Cempaka Gadang ini menggunakan gamelan Angklung Kebyar. Walaupun banyak orang mengatakan bahwa fungsi gamelan ini adalah sebagai pengiring upacara pitra yadnya dan manusa
73
yadnya, tetapi dengan keinginan penata mentransformasikannya menjadi sebuah pengiring tari dengan nuansa yang berbeda, gamelan ini pun mampu memberikan nuansa berbeda yang ingin penata tonjolkan dalam garapan tari kreasi putri keras Cempaka Gadang. Penata terinspirasi pertama kali menggunakan gamelan ini ketika, penata menonton ujian tugas akhir kakak kelas yang mempergunakan gamelan Angklung Kebyar pada saat itu dengan judul garapan tari kreasi Nyari oleh Ni Putu Sri Desy Ekayanthi pada tahun 2010 lalu, kemudian keinginan penata semakin kuat menggunakan gamelan Angklung Kebyar ketika penata menonton pertunjukan Angklung Kebyar pada Pesta Kesenian Bali (PKB) 3 tahun yang lalu tahun 2010, disana penata melihat dan mendengar bahwa barungan gamelan Angklung Kebyar juga dapat membuat nuansa dalam suatu garapan. Adapun instrument yang digunakan dalam barungan gamelan Angklung Kebyar, antara lain : 1. 3 tungguh suling kecil 2. 3 tungguh suling panjang 3. 1 tungguh ceng-ceng ricik 4. 1 tungguh kajar 5. 4 tungguh gangsa 6. 4 tungguh kantilan 7. 2 tungguh jublag 8. 1 tungguh gong
74
9. 1 tungguh klenong 10. 1 tungguh kempur 11. 1 tungguh kempli 12. 4 tungguh pasang reong 13. Sepasang kendang cedugan lanang lan wadon 14. Sepasang kendang prumpung lanang lan wadon 15. 1 orang vocal sebagai tandak Iringan tari kreasi putri keras Cempaka Gadang ini ditata oleh I Nyoman Sutrisna, S.Sn dengan pendukung karawitan dari Sanggar Sunari - Sesetan Denpasar. Sesuai dengan konsep yang ada, iringan tari dilengkapi dengan tandak untuk memberikan narasi serta sebagai penuntun jalannya cerita dalam garapan ini. Berikut ini pencatatan narasi dan notasi iringan tari kreasi putri keras Cempaka Gadang yang menggunakan gamelan Angkung Kebyar. Isian narasi dalam notasi iringan tari kreasi Cempaka Gadang : Ratna Kama Kangkaginupita wit kama Sang Hyang Taya pinuja patemahan kawestri ayu, sih ning Gangga Dewi pascating jenana sang diah. Sang Hyang Taya nganugraha ikang cuda mani cempaka gadang kangpuspata.
75
Kawisayania sumusup atemahan Diah Ratna Cempaka Gadang sidimani wak bajra luir kawiadnyanan nira, weh sisya mangaji lawan sang dewi. disesuaikan dengan kebutuhan notasi dan melodi iringan sebagai berikut :
76
77
78
79
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tari kreasi putri keras Cempaka Gadang ini adalah sebuah garapan tari kreasi yang merupakan pengembangan dari gerak-gerak tari tradisi yang telah ada sebelumnya. Pengembangan yang penata lakukan masih tetap berpijak pada unsur-unsur tradisi yang ada. Tari kreasi putri keras Cempaka Gadang ini bertemakan magis mengangkat karakter dari seorang Ni Diah Ratna Cempaka Gadang, ia adalah seorang yang memiliki paras yang sangat cantik dan agung tetapi pada saat ia dipengaruhi oleh benda yang memiliki kekuatan buruk yaitu mirah cempaka gadang maka sifat keegoisannya muncul ingin menguasai jagat raya. Garapan ini berbentuk tari kelompok dengan jumlah 5 (lima) orang penari putri sebagai kebutuhan panggung yang penata pilih. Secara struktural garapan tari ini penata bagi menjadi 5 (lima) bagian yaitu flashback, pepeson, pengawak (pengawak I dan pengawak II), pengecet dan pekaad. Struktur garapan ini telah disesuaikan dengan alur cerita yang penata gunakan serta suasana yang ingin disampaikan. Pengaturan pola lantai pada garapan ini telah penata sesuaikan dengan suasana yang ingin penata tonjolkan pada setiap bagian cerita.
80
81
Iringan yang penata gunakan untuk mengiringi tari kreasi putri keras Cempaka Gadang adalah gamelan Angklung Kebyar dengan 4 buah nada yaitu (nding, ndong, ndeng dan ndung) dengan laras selendro. Penata memilih gamelan Angklung Kebyar karena penata merasa bahwa gamelan tersebut mampu mempertegas suasana yang ingin penata sampaikan dalam garapan ini. Durasi waktu dalam garapan tari kreasi putri keras Cempaka Gadang ini adalah 12 menit. Pola iringannya disusun sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ide dan konsep garapan yang penata buat. Penataan kostum dan tata rias dalam garapan tari kreasi putri keras Cempaka Gadang ini sesuai dengan kostum dan tata rias tari tradisi, namun sudah penata kembangkan sedemikian rupa dibeberapa bagian agar unsur kreasi yang diusung penata dalam garapan ini tetap terlihat. Pengembangan yang dilakukan pada bagian kostum terlihat pada pengembangan bentuk lelancingan, kamen dan angkin yang digunakan penari saat pertunjukan. 5.2 Saran 1. Hendaknya para koreografer muda terutama seniman akademik harus banyak melakukan apresiasi terhadap garapan-garapan yang telah ada sebelumnya baik dari karya kakak kelas maupun oleh senimanseniman tari lainnya. Dalam upaya meningkatkan sikap kreatif, dengan
demikian
akan
dapat
memberikan
suatu
tambahan
82
pengetahuan serta perbandingan agar dapat melahirkan ide-ide yang lebih kreatif dan original. 2. Diharapkan untuk lembaga agar garapan-garapan hasil ujian tugas akhir (TA) yang telah ada dapat dipublikasikan kepada masyarakat luas agar tidak berguna saat ujian saja setelah itu karya yang tercipta terasa tidak memiliki guna. 3. Penciptaan garapan tari, sering terbesit bahwa biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk garapan tari sangat mahal. Padahal kita sadar betul bahwa tari bukanlah sesuatu yang mewah, tetapi lebih menekankan pada unsur gerak. 4. Para koreografer muda agar dapat mempersiapkan karya yang benarbenar matang tidak terlihat terburu-buru agar terlihat unsur keindahannya. 5. Diharapkan kepada koreografer muda nantinya agar tidak pernah kapok untuk berkarya dan diharapkan terus menjaga dan melestarikan budaya Bali, khususnya di dalam bidang seni tari. 6. Diharapkan kepada masyarakat agar tidak pernah menilai seseorang hanya dari fisiknya semata, fisik yang sempurna tidak menjamin etika yang sempurna pula, nilailah seseorang dari ketulusan hatinya.
83
DAFTAR PUSTAKA Ari Sumiasih, Putu. 2008. Skrip Karya Seni Tari “Supraba Duta”. Denpasar; Institut Seni Indonesia Denpasar. Bandem, I Made. 1983. Ensiklopedi Tari Bali. Denpasar; Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Denpasar. Cahya, I Nyoman. 2005. Mudra Jurnal Seni Budaya “Pemaknaan Dalam Kehidupan Kreativitas Tari” No. 1 Vol-10. Denpasar; Institut Seni Indonesia Denpasar. Dibia, I Wayan. 1979. Sinopsis Tari Bali. Denpasar; Sanggar Tari Bali Waturenggong. Dibia, I Wayan. 2003. Bergerak Menurut Kata Hati (terjemahan dari Alma M. Hawkins). Jakarta; Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Dibia, I Wayan. 2012. Ilen-Ilen Seni Pertunjukan Bali. Denpasar; Bali Mangsi. Djelantik, A. A. Made. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung; Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sedana, I Nyoman. 2003. Buku Ajar Pengetahuan Lakon 2 (50 Lakon Wayang Masa Kini) Bagian II. Denpasar; Institut Seni Indonesia Denpasar. Soedarsono. 1975. Komposisi Tari Elemen-Elemen Dasar (terjemahan dari Dances Composition, The Basic Elements oleh La Meri). Yogyakarta; Akademi Seni Tari Indonesia. Soedarsono. Tari-Tarian Indonesia I. Jakarta; Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sri Desy Ekayanthi, Ni Putu. 2010. Skrip Karya Seni Tari “Nyari”. Denpasar; Institut Seni Indonesia Denpasar. Sri Desy Ekayanthi, Ni Putu. 2011. Agem Jurnal Ilmiah Seni Tari “Nyari” No.1 Vol-10. Denpasar; Institut Seni Indonesia Denpasar. Suamba, Putu I.B. 2005. Mudra “Rasa Dalam Natya Sastra”. Denpasar; Institut Seni Indonesia Denpasar.
84
Sumandiyo Hadi, Y. 1990. Mencipta Lewat Tari (terjemahan dari Creting Through Dance oleh Alma M. Hawkins). Yogyakarta; Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Tim penyusun. 2008. “Pedoman Tugas Akhir (TA)”. Denpasar; Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar.
85
Lampiran 1
NAMA – NAMA PENDUKUNG Nama Pendukung Tari : 1. Ni Nyoman Andra Kristina Susanti 2. Anak Agung Mas Sudarningsih 3. Ni Luh Putu Letsu Phyartini 4. Ni Kadek Dwi Damayanti Penata Karawitan : I Nyoman Sutrisna, S.Sn Pendukung Karawitan : Sanggar Sunari Sesetan – Denpasar 1. Made Widiartha,S.pd 2. I Ketut Sudiana, S.Sn 3. I Putu Suarjaya Putra 4. I Wayan Dana 5. Nyoman Surya Antara 6. Gede Sugiartha 7. I Made Alvin Dwika Putra 8. Agus Adi Widiana 9. Wayan Reza Permana Putra
86
10. I Made Bidiarta 11. I Wayan Agus Suardika 12. I Made Wirna 13. I Putu Agus Juniantara Putra 14. I Made Sena 15. Nyoman Uda Pramesti, S.Sn 16. I Ketut Sudiana 17. I Wayan Suwitra 18. Agus Andi Kurniawan 19. Made Narka 20. I Made Rame Yasa, S.Sos 21. I Wayan Gunawan 22. I Wayan Sukadana Pendukung stage crew pada ujian pagelaran tanggal 22 Mei 2013 : 1. I Komang Gede Putra Nugraha 2. Luh Pasek Yuni Artini 3. I Gede Dianatha Putra 4. Kadek Ayu Meilansari 5. I Nyoman Sukadana 6. Ni Wayan Okta Ningsih 7. Kadek Putri Dewi Jayanthi 8. I Wayan Suwintara
87
9. Putu Ayu Rusminingsih 10. I Putu Novi Surapartha 11. Ida Ayu Ratih Wagiswari 12. Kadek Ayu Era Pinatih 13. I Made Paramartha 14. I Gusti Ngurah Gede Dharma Widnyana 15. I Made Merta Yasa 16. Bagus Jimy Kresna Loka 17. Ni Luh Ozy Rahayu Swandewi 18. Nurul Wulandari 19. I Komang Farda Adi saputra 20. Anak Agung Ayu Bintang Candra Dewi 21. Bagus Rangga Satriawan 22. Sayu Gde Bawa Grace Wilesthari 23. Ida Ayu Dwita Sugiantini 24. I Putu Anggradana Sukha 25. Ni Komang Ari Rani Parwati 26. Ni Kadek Dwi Suryani 27. Anak Agung Gde Dalem Segara Putra 28. Ida Bagus Putra Atmaja 29. I Putu Dedik Sutyana
88
Lampiran 2 Lampiran Nomor Tanggal
: Keputusan Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar : 05 /IT5.2/DT/2013 : 21 Maret 2013
Susunan Panitia Pelaksana Ujian Tugas Akhir, Pagelaran Seni, dan Yudisium Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar Tahun Akademik 2012/2013. Penanggung jawab Ketua Pelaksana Wakil Ketua Sekretaris Seksi – seksi 1. Sekretariat
: I Ketut Garwa, S.Sn.,M.Sn (Dekan ) : I Dewa Ketut Wicaksana, SSP.,M.Hum (Pembantu Dekan I) : Ni Ketut Suryatini, SSKar.,M.Sn (Pembantu Dekan II) Dr. Ni Luh Sustiawati, M.Pd (Pembantu Dekan III) : Dra. A.A.Istri Putri Yonari : I Nyoman Alit Buana, S.Sos (Koordinator) Putu Sri Wahyuni Emawatiningsih, SE Ni Made Astari, SE I Gusti Ketut Gede I Gusti Ngurah Oka Ariwangsa, SE Putu Liang Piada, A.Md
2. Keuangan
: Ni Ketut Suprapti Gusti Ayu Sri Handayani, SE
3. Publikasi/Dokumentasi
: Drs. Rinto Widiarto , M.Si (Koordinator ) Nyoman Lia Susanti,SS., MA Luh Putu Esti Wulaningrum, SS I Made Rai Kariasa, S.Sos Ketut Hery Budiyana, A.Md
4. Konsumsi
: Ida Ayu Agung Yuliaswathi Manuaba,SH ( Koordinator ) Ketut Bambang Ayu Widyani, SE Putu Gede Hendrawan I Wayan Teddy Wahyudi Permana, SE
5. Keamanan
: H. Adi Sukirno, SH.
6. Pagelaran 6.1 Operator Ligting Soundsystem dan Rekaman Audiovisual
:
I Gst Ngr Sudibya, SST., M.Sn. ( Koordinator )
: I Made Lila Sardana, ST
89
I Nyoman Tri Sutanaya I Ketut Agus Darmawan, A.Md I Ketut Sadia Kariasa 6.2 Protokol 6.3 Penanggung Jawab Tari
: A.A.A. Ngurah Sri Mayun Putri, SST ( Koordinator ) Mahasiswa : I Nyoman Cerita, SST.,M.FA A.A Ayu Mayun Artati,SST., M.Si
6.4 Penanggung Jawab Karawitan
: I Wayan Suharta, SSKar.,M.Si Wardizal, S.Sen.,M.si
6.5 Penanggung Jawab Pedalangan
: Drs. I Wayan Mardana, M.Pd I Nyoman Sukerta, SSP.,M.Si
6.6 Stage Manager a. Asisten Stage Manager b. Stage Crew
: Ida Ayu Trisnawati, SST.,M.Si : Ni Wayan Mudiasih , SST.,M.Si : I Gede Mawan ,SS.Kar., M.Si ( Koordinator ) Ida Bagus Nyoman Mas, SSKar. I Nyoman Pasek, SSKar.,M.Si Ni Komang Sri Wahyuni,SST.,M.Sn I Wayan Suena, S.Sn. I Ketut Budiana, S.Sn. I Ketut Mulyadi, S.Sn Ni Nyoman Nik Suasthi, S.Sn I Nyoman Japayasa, S.Sn : Ketut Adi Kusuma, S.Sn
7. Upakara/ Banten
Dekan,
I Ketut Garwa, S.Sn.,M.Sn NIP. 19681231 199603 1 007
90
Lampiran 3 Foto-Foto Saat Ujian Pagelaran Tugas Akhir
Foto by : I Putu Yuda Pratama
Foto by : I Kadek Wigunantara Putra
91
Foto By : I Kadek Wigunantara Putra
92
Foto By : I Kadek Wigunantara Putra
Foto By : Citra
93
Foto By : I Putu Yuda Pratama
Foto By : I Kadek Wigunantara Putra
94
Foto By : Citra
Foto By : I Putu Yuda Pratama