1|Jurnal
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
2 0 1 3
SK Pegawai Negeri Sebagai Jaminan Kredit di Bank Jatmiko Winarno *) *) Dosen Fakultas Hukum Unisla ABSTRAKSI Dalam usaha perbankan sering muncul lembaga-lembaga keuangan milik negara maupun milik swasta yang masing-masing mempunyai tujuan yaitu untuk mengatur perekonomian negara lewat peredaran uang dimasyarakat. Sebab seperti kita ketahui bahwa selama ini sering muncul berbagai kasus yang berkaitan dengan masalah peredaran tersebut. Usaha lain dari bank untuk membantu perekonomian adalah dengan memberikan kredit kepada mereka yang membutuhkan, mulai dari pedagang ekonomi lemah sampai pada para Pegawai Negeri Sipil, hal tersebut ditujukan karena semata-mata pemerintah ingin meratakan tingkat kehidupan yang adil dan makmur yang sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam hal ini penulis memberi batasan tentang Pegawai Negeri Sipil yang diberi kemudahan dalam usaha pengambilan kredit perbankan dalam bentuk kredit berupa uang, barang bergerak dengan jaminan adalah SK Pegawai Negeri pada suatu bank dan/atau lembaga perbankan. Dalam hal ini paranan Bank sangatlah penting sebagai lembaga yang memperlancar penyerahan dana dan kemudian disalurkan kepada yang membutuhkan. Sehinggaa dana yang ada dalam masyarakat itu menjadi lebih produktif. Pasal 24 UU Pokok Perbankan Nomor 7 tahun 1992 menyatakan “Bank Umum dilarang memberikan kredit tanpa adanya suatu jaminan” hal ini dimaksudkan untuk menghindari resiko pengembalian kredit. Di dalam Perbankan berlaku prinsip “Commanditerlingsverbod” maksudnya perbankan memperbolehkan adanya kredit dengan jaminan SK PNS . Mengenai jaminan dalam pasal 24 UU Pokok Perbankan diatas juga diatur dalam pasal 1131 - 1132 KUH Perdata. Pasal 1131 menyatakan : “Segala kebendaan orang yang berhutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang ada maupun yang baru ada kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya pribadi”, Sedangkan pada pasal 1132 KUH Perdata menyatakan: “Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang menghutangkan kepadanya, pendapatan penjualan benda-benda itu di bagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara orang yang berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan” . Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis mengetengahkan dua permasalahan yaitu: Bagaimana kredit dengan jaminan SK bila dikaitkan dengan ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata? dan Bagaimana resikonya apabila pihak debitur wanprestasi atau meninggal dunia Kata kunci : kredit, SK Pegawai
I. Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Dalam usaha perbankan sering muncul lembaga-lembaga keuangan milik negara maupun milik swasta yang masing-masing mempunyai tujuan yaitu untuk mengatur perekonomian negara lewat peredaran uang dimasyarakat. Sebab seperti kita ketahui bahwa selama ini sering muncul berbagai kasus yang berkaitan dengan masalah peredaran tersebut. Usaha lain dari bank untuk membantu perekonomian adalah dengan memberikan kredit kepada mereka yang membutuhkan, mulai dari pedagang ekonomi lemah sampai pada para Pegawai Negeri Sipil, hal tersebut ditujukan karena semata-mata pemerintah ingin meratakan tingkat kehidupan yang adil dan makmur yang sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam hal ini penulis memberi batasan tentang Pegawai Negeri Sipil yang diberi kemudahan dalam usaha pengambilan kredit perbankan. Dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil boleh mengambil kredit berupa uang, barang
bergerak yang mana yang dijadikan sebagai jaminan adalah SK Pegawai Negeri pada suatu bank dalam hal ini adalah Bank Rakyat Indonesia. Dalam hal ini paranan Bank sangatlah penting sebagai lembaga yang memperlancar penyerahan dana dan kemudian disalurkan kepada yang membutuhkan. Sehinggaa dana yang ada dalam masyarakat itu menjadi lebih produktif. Pasal 24 UU Pokok Perbankan Nomor 7 tahun 1992 menyatakan “Bank Umum dilarang memberikan kredit tanpa adanya suatu jaminan” hal ini dimaksudkan untuk menghindari resiko pengembalian kredit. Di dalam Perbankan berlaku prinsip “Commanditerlingsverbod” maksudnya pusat perbankan (BRI) / SK memperbolehkan adanya kredit dengan jaminan SK PNS . Mengenai jaminan dalam pasal 24 UU Pokok Perbankan diatas juga diatur dalam pasal 1131 1132 KUH Perdata. Pasal 1131 menyatakan : “Segala kebendaan orang yang berhutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang ada maupun yang baru ada kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya pribadi”.
2|Jurnal
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
2 0 1 3
Sedangkan pada pasal 1132 KUH Perdata menyatakan: “Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang menghutangkan kepadanya, pendapatan penjualan benda-benda itu di bagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara orang yang berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan” . Berdasarkan ketentuan-ketentuan diatas maka beberapa Bank membuka kredit bagi Pegawai Negeri Sipil dengan SK pegawai sebagai jaminannya. Maka dengan dibukanya kredit tersebut sangatlah berarti bagi pegawai yang golongan masih rendah.
perjanjian. Menurut Sudikno Mertokusumo, SH, yang menyatakan bahwa yang dimaksud perjanjian adalah: Hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.1 Menurut Subekti dalam bentuknya perjanjian ini berupa rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis, pihak yang satu hak menuntut sesuatu hak dari pihak lain dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pihak yang berhak menuntut sesuatu dinamakan kreditur atau si berpiutang sedangkan pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan dinamakan debitur atau si berutang. 2 Sedangkan menurut J. Satrio yang dinamakan perjanjian adalah suatu peristiwa hukum yang berupa tindakan hukum dua pihak. Di dalam perjanjian ini orang terikat kepada akibat hukum yang muncul karena kehendaknya sendiri.3 Pada intinya para pakar tersebut memberikan definisi yang sama dimana menyebutkan bahwa perjanjian yang lahir mengakibatkan akibat hukum. Yaitu salah satu pihak berhak untuk menuntut prestasi dari pihak lain. Istilah kredit sebenarnya berasal dari bahasa Romawi yaitu credere yang artinya percaya. Artinya apabila seseorang atau suatu badan usaha mendapatkan fasilitas kredit dari bank, maka orang atau badan usaha tersebut telah mendapat kepercayaan dari bank penerbit. O.P. Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi (uang, barang) dengan batas prestasi (kontra prestasi) akan terjadi pada waktu mendatang.4 Kredit bila dilihat dari sudut ekonomi diartikan sebagai penyediaan uang, atau tagihan, seperti pengertian yang diartikan oleh Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan yang menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak pinjaman untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dari uraian diatas dapat ditemukan sedikitnya ada 4 (empat) unsur kredit yaitu: 1) Kepercayaan disini berarti bahwa setiap pelepasan kredit dilandasi dengan adanya keyakinan oleh bank bahwa kredit tersebut
B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana kredit dengan jaminan SK bila dikaitkan dengan ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata? 2. Bagaimana resikonya apabila pihak debitur wanprestasi atau meninggal dunia? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kredit dengan jaminan SK bila dikaitkan dengan ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata. 2. Untuk mengetahui resikonya apabila pihak debitur wanprestasi atau meninggal. D. Maafaat Penelitian 1. Bagi masyarakat, bahwa dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, terutama yang diharapkan adalah mengenai kredit dengan jaminan SK Pegawai Negeri di Bank 2. Bagi Peneliti, Penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan menambah cakrawala pengetahuan bagi penulis untuk dapat lebih mengetahui mengenai pelaksanaan kredit dengan jaminan SK Pegawai Negeri di Bank .
II. Kajian Pustaka A. Perjanjian Kredit 1) Pengertian Perjanjian Kredit Perjanjian menurut KUHPerdata Bab II Buku III Pasal 1313 mempunyai maksud : “Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Isi dari pasal tersebut diatas belum mencerminkan adanya kesepakatan antara dua belah pihak, dimana kesepakatan itu rnerupakan syarat untuk terjadinya perjanjiau sebagaimana tercantum dalam pasal 1320. Hal ini terlihat dari kalimat “....dimana satu orang atau lebih...” hal ini dapat diartikan bahwa hanya satu orang saja yang mengikatkan diri, sedangkan pihak lain tidak ada kejelasan atau tidak menyatakan kehendaknya. Oleh karena itu muncul doktrin tentang pengertian
1
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, hlm. 97 Subekti, Hukum Perjanjian, Ctk Keenam, hlm. 1 3 Satrio J, Hukum Jaminan, Hak Jaminan, Hak-hak Tanggungan Buku Satu, hlm 7-9 4 O.P. Simongkir, Seluk Beluk Bak Komersial, Ctk Kelima, Hlm. 91 2
3|Jurnal
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
2 0 1 3
akan dapat dibayar kembali oleh debiturnya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan. 2) Waktu disini berarti bahwa antara pelepasan kredit oleh bank dengan pembayaran kembali oleh debitur tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan, melainkan oleh tenggang waktu. 3) Resiko disini berarti bahwa setiap pelepasan kredit jenis apapun akan terkandung resiko didalamnya, yaitu resiko yang terkandung dalam jangka waktu antara pelepasan kredit dengan pembayaran kembali. Hal ini berarti semakin panjang jangka waktu kredit semakin tinggi resiko kredit tersebut. 4) Prestasi disini berarti bahwa setiap kesepakatan terjadi antara bank dengan debiturnya mengenai suatu pemberian kredit, maka saat itu pula akan terjadi suatu prestasi dan kontra prestasi. Adapun fungsi kredit adalah sebagai berikut : a. Kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal atau uang. Simpanan uang di bank dalam bentuk deposito atau tabungan, dalam prosentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank untuk peningkatan produktifitas para pengusaha untuk memperbesar usahanya. Pada dasarnya melalui kredit terdapat suatu usaha untuk peningkatan produktifitas secara menyeluruh. b. Kredit meningkatkan utility (daya guna) suatu barang Produsen dengan bantuan kredit bank dapat memproduksi bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut meningkat. c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Melalui kredit peredaran uang kartal dan giral akan lebih berkembang sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif dan kuantitatif. d. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat Pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank untuk memperoleh bantuan permodalan untuk meningkatkan usahanya. Bantuan kredit diterima pengusahanya dari bank untuk memperbesar volume usaha dan produktifitas. Yang dimaksud perjanjian kredit tersebut adalah suatu kesepakatan atas suatu hubungan kontratual antara bank dan nasabah debitur yang berbentuk pinjam meminjam. 5
5
Hasanudin Rahman, Aspek-aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia, Ctk Pertama, Hlm. 149
Mariam Darus Badrulzaman menyatakan bahwa yang dimaksud perjanjian kredit adalah perjanjian pendahuluan dari penyerahan uang, perjanjian ini merupakan hasil pemufakatan antara pemberi dan penerima pinjaman mengenai hubungan-hubungan hukum antara keduanya.6 Yang lebih penting daripada dasar diadakannya perjanjian kredit adalah filosofi daripada keharusan adanya suatu perjanjian kredit atas setiap pelepasan kredit bank kepada nasabahnya. Adapun filosofi tersebut adalah berfungsi perjanjian kredit tersebut sebagai alat bukti dan sebagaimana diketahui bahwa suratsurat perjanjian yang ditandatangani adalah merupakan suatu akta. Akta adalah suatu tulisan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan ditandatangani. Pihak bank untuk mengadakan perjanjian kredit merupakan suatu keharusan, hal ini didasarkan pada salah satu bunyi pasal 1 sub 11 Undang-undang No. 10 tahun l998 tentang perbankan yang menyebutkan bahwa Kredit diberikan berdasarkan persetujuan/kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjaman untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian keuntungan. Terdapat pula dalam pedoman pelaksanaan dalam dibidang perkreditan yaitu Instruksi Presiden Nomor 15/EK/IN/KO/1996 Nomor 1 angka 5 yang menetapkan dengan tegas bahwa :” Dilarang melakukan pemberian kredit dalam berbagai bentuk tanpa adanya perjanjian kredit (akad perjanjian kredit) yang jelas antara bank dengan nasabah atau antara bank central dengan bank lainnya”. Menurut ketentuan tersebut perjanjian kredit merupakan dasar landasan untuk adanya pemberian kredit, tanpa membuat perjanjian kredit terlebih dahulu seorang nasabah/debitur tidak akan memperoleh kredit dari bank/kreditur. 2) Syarat Sahnya Perjanjian Untuk syahnya perjanjian harus memenuhi 4 (empat) unsur seperti yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata, yaitu : (1) Sepakat mereka yang mengikatkan diri, (2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, (3) Suatu hal tertentu, (4) Suatu sebab yang halal. Syarat pertama dan kedua adalah mengenai subyektif atau pihak-pihak dalam perjanjian sehingga disebut sebagai syarat subyektif, sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat obyektif karena mengenai syarat obyek 6
Mariam Darus Badrul Zaman, Perjanjian Kredit Bank, Ctk Kelima, Hlm. 32
4|Jurnal
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
perjanjian. Dalam hal ini harus dibedakan antara syarat subyektif dan syarat obyektif, sebab dalam syarat obyektif jika syarat ini tidak terpenuhi, maka perjanjian ini batal demi hukum artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan, jika syarat ini tidak terpenuhi maka perjanjian bukan batal demi hukum tetapi salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan. Pihak yang dapat meminta pembatalan adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya tidak bebas. Perjanjian demikian dinamakan Voidable. 3) Pihak-pihak Dalam Perjanjian Kredit Dalam suatu perjanjian kredit terdapat 2 (dua) pihak yaitu pemberi kredit (bank) dan penerima kredit. Adapun kriteria dari kedua pihak tersebut adalah sebagai berikut: a. Pihak Pemberi Kredit (Bank) Pemberi kredit ini dapat dilakukan oleh bank pemerintah dan bank swasta. Dalam Pasal 1 sub 2 Undang-undang No. 10 tahun 1998 dinyatakan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Didalam akta perjanjian kredit bank yang pada umumnya mengatur mengenai hak dan kewajiban bank namun didalam kenyataan yang lebih menonjol adalah ketentuan mengenai hak dibanding dengan ketentuan mengenai kewajiban dari bank, karena dalam hal ini perjanjian hanya ditentukan secara sepihak oleh pemberi kredit. b. Pihak Penerima Kredit Dalam Undang-undang No. 10 tahun 1998 pasal l ayat 18 terdapat adanya pengertian penerima kredit/nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. Sedangkan menurut Algeemene Volks Kredit dari bank dan wajib mengembalikannya setelah jangka waktu tertentu. Dalam Pasal 1 ayat 12 Undangundang No. 10 tahun 1998 menyatakan bahwa penerima kredit mempunyai kewajiban pokok melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu, dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Hutang adalah segala perhutangan debitur kepada bank oleh
2 0 1 3
siapa saja berupa rente, denda, provisi dan ongkos ataupun hutang bea dan lain-lain yang wajib dibayar saat perjanjian kredit berakhir. Kewajiban yang lain yaitu kewajiban untuk membayar biaya, dimana setiap penerima kredit wajib membayar sejumlah uang yang diperlukan untuk melengkapi administrasi dari perjanjian kredit yang meliputi premi untuk asuransi, premi asuransi pelunasan kredit. Kewajiban untuk membayar bunga dari sejumlah pinjaman kredit bank dimana bunga kredit itu telah ditentukan oleh bank dalam perjanjian kredit dalam jumlah dan dalam jangka waktu tertentu. Penerima kredit mempunyai suatu hak dalam perjanjiau kredit yaitu penerima kredit berhak untuk menikmati sejumlah uang dari hasil pinjaman bank apabila penerima kredit itu telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh bank. 4) Jenis dan Bentuk Perjanjian Kredit Dalam prakteknya, terdapat beberapa jenis kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya, Jenis-jenis kredit dilihat dari tujuan penggunaanya.7 Meliputi : a. Kredit Produktif, yaitu kredit yang diberikan kepada usaha-usaha yang menghasilkan barang dan jasa sebagai kontribusi daripada usahanya, kredit ini mempunyai 2 (dua) kemungkinan yaitu ; Kredit modal kerja, yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai kebutuhan usaha-usaha, termasuk guna menutupi biaya produksi dalam rangka peningkatan produksi atau penjualan. Kredit Investasi, yaitu kredit yang diberikan untuk pengadaan barang modal maupun jasa yang dimaksudkan untuk menghasilkan suatu barang dan ataupun jasa bagi usaha yang bersangkutan, b. Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang diberikan kepada orang perorangan untuk memenuhi kebutuhan kunsumtif masyarakat umumnya. Sedangkan kredit ditinjau dari segi jangka waktunya.8 dapat berupa : a. Kredit Jangka Pendek, yaitu yang diberikan dengan tidak melebihi jangka waktu 1 (satu) tahun. b. Kredit Jangka Menengah, yaitu kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun tapi tidak melebihi dari 3 (tiga) tahun. c. Kredit Jangka Panjang, yaitu kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari 3 (tiga) tahun.
7 8
Hasanudin Rahman, Op.Cit, Hlm 108 Hasanudin Rahman, Ibid, Hlm 109
5|Jurnal
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
Bentuk dari perjanjian kredit adalah perjanjian standar, hal ini dikarenakan tidak semua nasabah/debitur mempunyai kemampuan untuk membuat suatu perjanjian kredit. Bagi para kreditur perjanjian kredit dalam bentuk standar ini mungkin merupakan cara mencapai tujuan ekonomi yang efisien, praktis dan tidak bertele-tele. Tetapi bagi para kreditur justru merupakan pilihan yang tidak menguntungkan karena hanya dihadapkan pada suatu pilihan, yaitu menerima walaupun dengan besar hati.9 5) Hak Dan Kewajiban Dalam Perjanjian Kredit Dalam perjanjian kredit terdapat adanya hak dan kewajiban para pihak. Yang disebut kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain dengan pembebanan sanksi jika lalai. Sedangkan hak adalah sesuatu yang diperoieh dari pihak lain dengan kewenangan menuntut jika tidak dipenuhi oleh pihak lainnya. Adapun hak dan kewajiban maupun debitur adalah : 1. Hak debitur 1) Hak untuk menerima pinjaman kredit 2) Hak untuk menerima agunan kembali setelah pembayaran pinjaman lunas 2. Kewajiban debitur 1) Kewajiban untuk membayar lunas pinjaman sesuai waktu yang diperjanjikan. 2) Kewajiban untuk menyerahkan kepada bank surat-surat asli bukti kepemilikan agunan. 3) Kewajiban untuk menyelenggarakan administrasi pembukuan dengan tertib dan benar. 4) Kewajiban untuk mempertanggungjawabkan atau mengasuransikan kredit dan atau jiwa kepada perusahaan asuransi kredit/jiwa yang telah ditunjuk oleh bank. 5) Kewajiban untuk menyerahkan laporan triwulan dan tahunan perusahaan debitur kepada bank/kreditur, laporan keuangan tersebut harus dibuat oleh akuntan terdaflar yang disetujui oleh bank. 6) Hak kreditur a) Hak untuk memperoleh bunga. b) Hak untuk melakukan set off atau kompensasi. c) Hak untuk melakukan pemeriksaan dan pengawasan atas data debitur yang berkaitan dengan kredit yang diberikan kreditur. 9
Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Hlm. 2
2 0 1 3
d) Hak untuk menjual seluruh jaminan sehubungan dengan kredit ini bila dikemudian hari terjadi cidera janji (wanprestasi). e) Hak untuk mendapatkan pelunasan sesuai waktu yang diperjanjikan. 7) Kewajiban kreditur a) Kewajiban untuk menjaga agunan/jaminan b) Kewajiban untuk merahasiakan. B. Jaminan Dalam Perjanjian Kredit Dalam perjanjian kredit, bank biasanya akan meminta jaminan untuk lebih meyakinkan diri atas kelayakan calon debitur. Yang dimaksud jaminan disini adalah tanggungan yang diberikan oleh debitur dan atau pihak ketiga kepada kreditur karena pihak kreditur mempunyai suatu kepentingan bahwa debitur harus memenuhi kewajibannya dalam suatu perikatan. Dasar adanya jaminan yaitu pasal 8 ayat (1) Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan yaitu: Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Suatu hal yang menyebabkan adanya suatu jaminan dalam praktek perbankan, adanya prinsip yang senantiasa dipegang teguh yaitu bahwa kredit yang dikeluarkan harus dapat diterima kembali sesuai dengan perjanjiannya, terlebih karena uang tersebut adalah uang yang dipercayakan masyarakat kepadanya. Standar yang dipakai untuk menentukan apakah suatu permohonan kredit dapat dikabulkan atau tidak, tersebut beberapa formulasi yaitu : a. Personality, Menyangkut kepribadian si peminjam (calon debitur). b. Purpose, Menyangkut tentang maksud dan tujuan pemakaian kredit. c. Payment, Menyangkut kemampuan calon nasabah untuk mengembalikan kreditnya. d. Prospect, Menyangkut tentang harapan masa depan dari usaha si peminjam. Fungsi dari adanya jaminan tersebut untuk memberikan hak dan kekuasaan pada bank supaya mendapatkan pelunasan dengan barang-barang jaminan, bila debitur itu tidak membayar kembali kredit beserta dengan bunganya tepat pada waktunya. Jaminan itu biasanya lebih besar dari jumlah uang/kredit yang dipinjamkan. Menurut sifatnya, jaminan terbagi 2 (dua) yaitu jaminan dengan benda berwujud (materiil) dan jaminan benda tak berwujud (immateriil). Benda berwujud dapat berupa benda/barang bergerak atau barang tidak bergerak. Pembagian atas barang jaminan ini diatur dalam pasal 506-518 KUHPerdata.
6|Jurnal
1.
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
Materiil, benda berwujud (materiil) ini berupa benda/barang bergerak dan atau tidak bergerak. Benda materiil terbagi atas : a. Barang bergerak bertubuh, yaitu berupa : 1) Kendaran-kendaran bermotor, yang dimaksud dengan kendaraan bermotor menurut Undang-undang No. 14 tahun 1992 tentang lalu lintas dan Angkutan Jalan Raya pada Pasal 1 angka 7 adalah setiap kendaraan yang digerakkan, oleh peralatan teknis yang berada diatas atau pada kendaraan itu. 2) Barang dagangan/inventory, yang dimaksud dengan barang dagangan adalah barang dagangan (usaha yang diperjualbelikan) baik yang sudah ada maupun yang akan ada yang dapat dinilai baik secara kuantitatif maupun kualitatif. 3) Logam mulia 4) Mesin/alat-alat berat, yang dimaksud mesin disini adalah mesin-mesin yang karena sifatnya dengan mudah dan dapat dipindahkan, sehingga dapat dianggap sebagai benda bergerak. 5) Kapal dibawah 20m3 dan terdaftar pada sah Bandar. b. Barang bergerak tidak bertubuh, berupa : 1) Sertifikat deposito Bank, menurut Pasal 1 angka 8 Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan disebutkan bahwa sertifikat deposito adalah simpanan dalam bentuk deposito yang bersertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindahtanganan. 2) Tagihan/piutang antara lain saham, obligasi, piutang dagang, tagihan asuransi. c. Barang tak bergerak, berupa : hak-hak atas tanah menurut Undang-undang No. 5 tahun 1960 tentang Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) meliputi tanah dengan sertifikat hak milik (HM), Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Milik (HGB), dan hak pakai atas tanah negara yang menurut sifatnya dapat dipindahtangankan juga dibebani hak tanggungan berikut dengan segala sesuatu yang berada, ditanam dan dibangun diatas bidang tanah tersebut maupun dipermukaan dibawah tanah, misalnya bangunan rumah yang ada basementnya. d. Perorangan 1) Jaminan pribadi/personal guarantee karena penanggung hutang adalah perorangan maka diperlukan persetujuan istri (bantuan suami) dalam melakukan perjanjian penanggungan tersebut (Pasal 1826 KUHperdata).
2 0 1 3
2.
2) Jaminan perusahaan/corporate guarantee Karena penanggung hutang adalah perusahaan maka harus diperhatikan adalah Anggaran Dasar/Akta Pendirian Perseroan dari perusahaan tersebut. Immateriil a. Hak sewa atas kios, yaitu hak untuk mempergunakan bangunan dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa. b. Hak Paten, Cipta, Merek, yaitu hak untuk mendapat pengakuan bahwa kreasi/daya cipta suatu barang yang telah dibuatnya. c. Garansi, meliputi : 1) Letter of Comport 2) Letter of indemnity 3) Garansi Bank/Bank guarantee
III. Hasil
Penelitian Dan Pembahasan
A. Kredit dengan Jaminan SK dikaitkan dengan Ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata Setelah diadakan penelitian sehubungan dengan rumusan masalah yang pertama ini maka dapat diketahui bahwasannya “segala kebendaan orang yang berhutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang ada maupun yang ada kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya pribadi”, dan itu mengandung pengertian bahwa di Bank dan/lembaga perbankan keputusan itu memang berlaku, baik untuk debitur maupun kreditur. Sebab walau bagaimanapun segala kebedaan yang dimiliki adalah mutlak milik pribadi. Sehingga dalam keadaan apapun ia bisa mempertahankan akan haknya berkaitan dengan kebendaan yang sudah ada atau yang ada nanti. Akan tetapi hal itu bisa berubah apabila ternyata dikemudian hari ia tidak bisa melunasi akan kredit yang diambil maka kebendaan yang dimiliki itu dapat dijadikan sebagai tanggungan untuk menutupi hutang atau kredit yang telah diambil. Sehubungan dengan SK yang mana SK itu beruapa surat keputusan yang nilainya tidak bisa dijual, maka dalam mengatasi hal seperti. ini sebelumnya Bank dan/lembaga perbankan sudah mengeluarkan aturan-aturan mengenai SK Pegawai Negeri sebagai jaminan kredit, yang nantinya bertujuan untuk Bank dan/lembaga perbankan tersebut dan untuk Pegawai Negeri, akan tercipta suatu bentuk kerjasama Pegawai Negeri. Berkaitan dengan hal itu maka Bank dan/lembaga perbankan memberi kebijaksanaan dengan mengeluarkan sebuah peraturan tanggal 8 Nopember 1968 Nomor. SE s.255-KTN/11/86 dan ditindak lanjuti dari Surat Edaran Kantor Pusat Bank dan/lembaga perbankan tanggal 24 Maret 1992 tentang pengaturan kembali pemberian KUPEDES kepada Pegawai
7|Jurnal
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
berpenghasilan tetap F.Nose s. 49 DIR/BUD/3/1992. Meninjau dari adanya peraturan tersebut, jelas bahwa Bank dan/lembaga perbankan sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang perbankan, jelas sangat memperhatikan kepentingan Pegawai Negeri yang sebagian berpenghasilan sedang untuk meningkatkan tingkat kehidupan dan memenuhi tambahan modal. Sebagai bahan penulisan ini dalam rumusan masalah yang dihubungkan dengan pasal 1131 KUH Perdata maka dilihat dari isi pasal itu, Bank dan/lembaga perbankan dalam menerapkan pasal tersebut kalau dihubungkan dengan permasalahan yaitu tentang SK Pegawai Negeri sebagai jaminan kredit, dalam hal itu jelas Bank dan/lembaga perbankan tidak mau dirugikan sehubungan dengan jaminan kredit yang berupa SK Pegawai Negeri yang digunakan jaminan untuk mengambil kredit di Bank dan/lembaga perbankan Kecamatan Kapas. Maksudnya Bank dan/lembaga perbankan didalam pelaksanaan kredit dengan jaminan SK Pegawai Negeri itu ketentuan yang ada sudah sesuai. Setelah dilakukan observasi mengenai isi pasal 1131 itu Bank dan/lembaga perbankan dalam prakteknya pengambilan kredit dengan menggunakan jaminan kredit berupa SK Pegawai Negeri itu melalui beberapa syarat. Yang mana syarat yang didalamnya termasuk pemotongan gaji dan melampirkan SK Pangkat terakhir. Apabila dilihat syarat itu Bank dan/lembaga perbankan sebagai kreditur maupun Pegawai Negeri sebagai debitur tidak merasa dirugikan didalam pelaksanaan mauputi pengembaliannya nanti, karena isi dari pasal 1131 itu juga dapat terlaksana sebab apabila nanti debitur itu meninggal dunia sebelum umur 60 tahun, maka dalam melunasi kekurangan hutangnya ltu yang dijadikan jaminannya adalah kebendaan yang dimiliki oleh Pegawai Negeri itu sebab dalam pelaksanaannya pemberian ansuransi itu diberikan hanya untuk pegawai yang berumur 60 tahun keatas. Jadi bila dikaitkan dengan judul yang dibuat Jelas isi dari pasal 1131 ini dilaksanakan. Kredit dengan jaminan SK bila dikaitkan dengan Pasal 1131 dalam Prakteknya diperbolehkan untuk dilaksanakan. Hal tersebut berdasarkan Pasal 1131 KUH Perdata, yang berbunyi. ”Segala kebendaan orang yang berhutang, yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Baik yang ada maupun yang baru ada, kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya pribadi”. Maka berkaitan dengan ini pasal tersebut, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai sifat hak jaminan terutama dalam praktek Perbankan di Indonesia 1. Sifat-sifat hak jaminan Sifat-sifat dari hak-hak jaminan itu dalam praktek perbankan ada yang bersifat hak kebendaan dan ada yang bersifat hak perseorangan, tergolong hak yang bersifat hak kebendaan ialah : Hipotik, Kredit-Verband,
2 0 1 3
gadai dan Viducia. Ini merupakan lembagalembaga jaminan yang dalam praktek Perbankan telah dilembagakan sebagai jaminan yang bersifat kebendaan. Sedang jaminan yang perorangan ialah : Borgtocht (perjanjian penggunaan), Perutangan, Tanggung menanggung perjanjian garansi dan lain-lain. Sehingga apabila dilihat dari hal itu maka jaminan SK dikaitkan dengan pasal 1131 mempunyai sifat hak jaminan pada golongan perorangan. Dimana tujuan dari jaminan yang bersifat perorangan adalah: “memberikan hak Verhaal kepada kreditur, terhadap benda keseluruhan dari debitur untuk memperoleh pemenuhan dari piutangnya”. Ciri khas dari jaminan yaitu dapat dipertahankan, dimintakan pemenuhan terhadap siapapun juga. Yaitu terhadap mereka yang memperoleh hak baik berdasarkan atas hak yang umum maupun yang khusus. juga terhadap para kreditur dan pihak lawannya. Hak tersebut selalu mengikuti bendanya (Droit de snite ; Zaaksgevolg) dalam arti bahwa yang mengikuti bendanya itu tidak hanya haknya tetapi juga kewenangan untuk menjual bendanya dan hak ekskusi. Maka menurut Scholten. Pada setiap hipotik dari seluruh, Perundang-undangan yang modern senantiasa mengenal dua kedudukan utama yang saling menonjol yaitu wewenang yang langsung terhadap bendanya dan kedudukan yang diutamakan terhadap kredit-kredit lainnya. Disamping itu juga mengenal lembaga jaminan yang sifatnya sederhana, mudah, murah dan efisien. Alangkah menyedihkan suatu lembaga jaminan yang diharapkan menunjang kemajuan ekonomi, menunjang kegiatan pembangunan perumahan rakyat, menunjang perlindungan terhadap pihak ekonomi lemah itu didalamnya justru tidak terdapat ciri-ciri dan prinsip-prinsip dan persyaratan-persyaratan yang dan menampung dan mengimbangi kegiatan berbagai bidang tersebut. 2. Bentuk Perjanjian Jaminan Bentuk Perjanjian jaminan menurut Stein adalah sebagai berikut : a. Sipemegang fiducia demi kepentingannya akan menuntut cara yang paling gamapang untuk dapat membuktikan adanya penyerahan tersebut terhadap si debitur. Hal demikian penting untuk menjaga kemungkinan si debitur meninggal sebelum si kreditur dapat melaksanakan haknya. Tanpa adanya akta akan sulit baginya untuk membuktikan hak-haknya terhadap ahli waris debitur. b. Dengan adanya akta akan dapat dicantumkan janji-janji khusus antara debitur dan kreditur yang mengatur hubungan hak mereka. Perjanjian lisan
8|Jurnal
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
tidak akan dapat menentukan secara teliti jika menghadapi Keadaan yang sulit yang kemungkinan timbul. c. Perjanjian yeng tertulis dari fiducia sangat bermanfaat bagi si kreditur jika ia akan mempertahankan haknya terhadap pihak ketiga.10 Di Indonesia dalam prakek parjanjian fiducia senantiasa dalam bentuk tertulis sebagaimana nampak dalam model-model tertentu dari Bank, tersimpul dalam persetujuan membuka kredit di Bank dan/lembaga perbankan model 84.85. model PMK 1 sering juga perjanjian fiducia dituangkan dalam akta notaris. Mengenai kredit dalam jumlah besar. Dimana Bank merasa lebih ama pembuktian yang dituangkan dalam akta notaris. Jadi melihat dari isi pasal 1121 KUHPdt bila dihubungkan dengan ketentuan-ketentuan yang ada diatas, maka pasal 1131 KUHPdt itu dapat dibuktikan dan dapat dilaksanakan sesuai dengan jaminan SK. Hal tersebut juga dapat diketahui mengenai sifat perjanjian jaminan lazimnya dikonstruksikan sebagai perjanjian yang bersifat accessoir yaitu senantiasa merupakan perjanjian yang dikaitkan dengan pejanjian pokok, mengabdi pada perjanjian pokok. Dalam praktek Perbankan dalam hal ini adalah Bank dan/lembaga perbankan pada perjanjian pokoknya itu berupa perjanjian pemberian kredit atau perjanjian membuka kredit oleh Bank, dengan kesanggupan memberikan jaminan berupa beberapa kemungkinan hipotik atau crediet verband, gadai, fiducia, borgtocht dan lain-lain. Kemudian dikuti perjanjian penjaminan secara tersendiri yang merupakan tambahan (accessoir) yang dikaitkan dengan perjanjian tersebut. Dalam praktek Perbankan nampak bahwa perjanjian pemberian kredit (perjanjian pokok) dan perjanjian penjaminan (perjanjiian accesoir) itu tercantum dalam formulir (model) atau akte yang terpisah. Lihat model 84, 85, 88 dari Bank dan/lembaga perbankan mengenai perjanjian pembebanan crediet verbani, perjanjian fiducia. 3. Kedudukan Perjanjian Penjaminan Kedudukan Perjanjian Penjaminan yang dikonstruksikan sebagai perjanjian accesoir itu menjamin kuatnya lembaga jamivan tersebut bagi keamanan pemberian kredit oleh kreditur. Tadi sehubungan dengan SK yang dijadikan sebagai jaminan kredit yang mempunyai arti bahwa jaminan tersebut bersifat accessoir, maka perjanjian itu memperoleh akibat-akibat 10
Srisoedewi Masjchun Sofyan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, hal. 41, Penerbit Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman
2 0 1 3
4.
hukum seperti halnya perjanjian accessoir yang lain yaitu : Fungsi Pemberian Jaminan Adalah fungsi dari pemberian jaminan tersebut adalah guna memberikan hak dan kekuasaan kepada Bank mendapatkan pelunasan dengan barang-barang jaminan tersebut. bila debitur bercedera janji tidak membayar kembali hutangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian. Agar Bank dapat melaksanakan hak dan kekuasaan atas barang jaminan termaksud, maka perlu terlebih dahulu dilakukan pengikatan secara yuridis formil atas barang jaminan yang bersangkutan menurut hukum yang berlaku. Tujuan dari pernyataan itu yaitu agar bank didalam melaksanakan fungsinya tidak dirugikan dan didalam prakteknya bank akan mengetahui sejauh mana pelaksanaan pemberian kredit dengan menggunakan SK Pegawai Negeri sebagai jaminannya. Kenyataan seperti itu memang sangatlah berarti terutama bila dikaitkan dengan pasal 1131 itu dimana bank sebagai pemberi kredit harus memperhatikan akan kebijaksanaankebijaksanaan yang akan dibuat sehubungan dangan jaminan yang akan diberikan. Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa segala benda baik yang bergerak maupun tidak bergerak akan dijadikan sebagai jaminan kredit, hal tersebut sesuai dengan pasal 1131 itu, Kegunaan jaminan apabila pada suatu saat seorang debitur melakukan wanprestasi (cidera janji), secara disengaja (Sadar) atau tak disengaja, untuk itu bank berusaha agar debitur senantiasa memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk kredit itu mempunyai persamaan, dimana di definisikan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjammeminjam antara Bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan. Lembaga keuangan yang memberikan kredit menurut saluran-saluran formal adalah Bank, dimana Bank mempunyai dua tugas pokok yang utama masyarakat dan melepaskan kembali dana itu kepada masyarakat melalui kredit. penerimaan prestasi tersebut yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan melepaskan kembali dana itu kepada masyarakat melalui kredit. Masa antara pemberian dan penerimaan prestasi tersebut dapat berjalan beberapa menit saja dan dapat pula berlangsung dalam beberapa tahun. Karenanya dalam kredit terkandung pula pengertian tentang degree of risk, suatu tingkat
9|Jurnal
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
resiko tertentu, oleh karena pelepasan kredit mengandung suatu resiko bagi penerima kredit. 1. Unsur-unsur kredit Berdasarkan hal-hal di atas, maka unsurunsur dalam kredit adalah : (1) Kepercayaan : Suatu keyakinan pemberi kredit bahwa prestasi (uang, jasa, atau barang) yang diberikannya akan benar-benar diterimanya kembali dimasa tertentu yang akan datang. (2) Waktu : Bahwa antara pemberian prestasi dan pengembaliannya dibatasi oleh suatu masa atau waktu tertentu. (3) Degree of risk : Pemberian kredit menimbulkan suatu tingkat resiko, dimasa-masa tenggang adalah masa yang abstrak. Resiko timbal balik pemberi uang/jasa/barang yang berupa prestasi telah lepas kepada yang lain. (4) Prestasi : Yang di berikan adalah suatu prestasi yang dapat berupa barang, jasa atau uang. 2. Tujuan dan fungsi Tujuan kredit mencakup arti yang luas. Dua fungsi pokok yang saling berkaitan dari kredit adalah : Profitability : yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang diteguk dari pemungutan bunga. Savety : kemauan dari prestasi atau fasilitas yang di berikan harus benar-benar terjamin sebagai tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan-hambatan yang berarti. Fungsi kredit: Dalam kehidupan perekonomian, Bank memegang peranan-peranan yang sangat penting. Selaku lembaga keuangan yang membantu Pemerintah untuk mencapai kemakmuran. Sebagai lembaga pemberi kredit, maka pengertian tentang Bank dan kredit tidak dapat dipisahpisahkan karena : Kegiatan utama daripada bank adalah perkreditan. Keberhasilan suatu bank tergantung sebagian besar dari usaha perkreditannya, dimana 75% penghasilan bank adalah kegiatankegiatan kredit. Fungsi kredit dalam kehidupan perekonomian, perdagangan dan keuangan dalam garis besarnya adalah sebagai berikut : a. kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang. b. kredit dapat meningkatkan daya guna suatu barang.
2 0 1 3
c.
3.
kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. d. kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat. e. kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi. f. kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional. g. kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional. Jadi pada dasarnya bahwa peranan kredit dalam hal peningkatan perekonomian sangatlah besar, dimana diatas telah disebutkan bahwa 75% keberhasilan suatu Bank yang ditentukan dengan adanya besar/kecilnya kredit yang ada. Pernyataan saperti itu memang beralasan sekali terutama dalam sektor Perbankan, dimana keberadaan kredit itu sangatlah menunjang sekali terutama dalam peredaran uang di masyarakat. Dan melihat praktek yang ada di lapangan mengenai pelaksanaan kredit, di masyarakat untuk saat, ini telah menunjukkan hasil yang sangat jelas sekali, di mana di masing-masing Bank, baik itu milik negara maupun swasta telah berupaya untuk meningkatkan keberadaan kredit. Salah satu bentuk cara yang saat ini sedang menunjukkan arah peningkatan sehubungan dengan sarana kredit yang ada yaitu adanya pelaksanaan kredit dengan menggunakan SK Pegawai Negeri sebagai jaminan kredit. Pelaksanaan kredit semacam itu dewasa ini menunjukkan prosentase yang menonjol artinya cepat sekali peningkatannya. Pelaksanaan kredit semacam ini memang di rasa perlu, terutama pada Pegawai Negeri yang ingin mengambil kredit dengan jaminan SK Pegawai Negeri, karena syarat-syarat yang di tetapkan dianggap mudah. Macam / jenis kredit Macam kredit menurut sifat penggunaan. a. Kredit konsumtif Kredit ini dipergunakan oleh peminjam untuk keperluan konsumsi artinya uang kredit akan habis terpakai untuk memenuhi kebutuhannya. b. Kredit produktif Kredit ini digunakan untuk peningkatan usaha, baik usahausaha produksi, perdagangan maupun investasi. Macam kredit menurut keperluannya. a. Kredit produksi/eksploitaai.
10 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
Kredit ini diperlukan perusahaan untuk meningkatkan produksi baik untuk peningkatan kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi maupun peningkatan kualitatif yaitu peningkatan kualitas/mutu hasil produksi. b. Kredit perdagangan Kredit ini dipergunakan untuk keperluan perdagangan pada umumnya, yang berarti peningkatan daya guna dari suatu barang. c. Kredit investasi Kredit bersifat produktif oleh karena peraikan atau pertambahan barang-barang modal tersebut dalam rangka usaha untuk meningkatkan produktivitas. Ciri dari kredit investasi adalah: Pertama : diperlukan untuk penanaman modal. Kedua : mempunyai perencanaan yang terarah dan matang. Ketiga : waktu penyelesaian kredit berjangka menengah dan panjang. Macam kredit manurut jangka waktu : a. Kredit jangla pendek yaitu kredit yang berjangka waktu selamalamanya satu tahun. b. Kredit jangka menengah adalah kredit yang jangka waktunya antara satu sampai tiga tahun. c. Kredit jangka panjang waktunya melebihi tiga tahun. Melihat dari macam / jenis kredit yang telah di jelaskan diatas maka pelaksanaan kredit dengan menggunakan SK Pegawai Negeri sebagai jaminan kredit memenuhi ketentuan yang ada dan tidak menyimpang dari prosedur yang telah ditetapkan tersebut diatas. Dimana dalam pelaksanaan dan pengembalian kredit dengen jaminan SK Pegawai Negeri telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ada. Adapun tata casa pangambilan dan pengembalian yang telah dilakukan sampai saat ini menunjukkan kearah peningkatan yang besar sekali. Artinya sebelum diadakan peraturan mengenai pelaksanaan kredit dengan menggunakan SK Pegawai Negeri, pegawai Negeri merasa dipersulit untuk mengambil kredit dan setelah diadakan kredit dengan jaminan SK maka Pegawai Negeri merasa diuntungkan.
J u n i
2 0 1 3
4.
Seperti kita ketahui di dalam praktek pelaksanaan dan pengembalian kredit yang telah ditetapkan oleh Bank dan/lembaga perbankan di pandang mudah dan pelayanannya memadai untuk terus dikembangkan. Bank dan/lembaga perbankan sebagai penanam modal juga tidak dirugikan dengan adanya syarat-syarat yang telah ditetapkan sehubungan dengan adanya pemberian kredit dengan jaminan SK Pegawai Negeri. Adapun Bank dan/lembaga perbankan dalam menjalankan prosedur pengelolahan kredit menurut sistematiknya adalah sebagai berikut : Pertama : Perencanaan kredit Kedua : Permohonan kredit dibuat oleh nasabah / debitur Ketiga : Administrasi kredit Keempat : Pengawasan/pengamanan kredit Pengertian Bank dan Perkembangannya Bank adalah suatu badan yang tugas utamanya sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan Definisi lain adalah Bank adalah suatu badan yang usaha utamanya menciptakan kredit. Menurut Prof. G.M.Verryn Stuart dalam bukunya Bank Politik mengatakan “Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral”. Dilihat dari fungsinya Bank itu dikelompokkan menjadi 3 yaitu : a. Bank dilihat sebagai penerima kredit. b. Bank di lihat sebagai pemberi kredit. c. Bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyarakat melalui sumber yang berasal dari modal sendiri, simpanan atau tabungan masyarakat maupun melalui penciptaan uang Bank. Sehubungan dengan tata cara pengembalian yang didalamnya mencakup hal jaminan dalam arti luas yaitu yang bersifat materiel maupun immateriel. dalam prakteknya jaminan kredit ini memang dilaksanakan, karena fungsi dari jaminan adalah memberikan hak dan kekuaaaan kepada Bank untuk mendapatkan pelunasan dengan barangbarang jaminan tersebut, bila debitur bercidera janji tidak membayar kembali hutangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.
11 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
Maka sesuai dengan pelaksanaan dan pengembalian kredit dengan jaminan SK Pegawai Negeri di Bank dan/lembaga perbankan yang telah dijelaskan diatas telah memenuhi teori-teori yang ada. B. Resiko Bank Apabila Pihak Debitur Wanprestasi atau Meninggal Dunia Setelah diadakan observasi mengenai resiko apabila Pegawai Negeri itu wanprestasi, dapat disimpulkan bawasannya semenjak dikeluarkan peraturan itu belum pernah terjadi wanprestasi, karena hal itu tidak mungkin terjadi sebab dalam mengangsur pembayaran itu melalui bendahara dengan memotong gaji setiap bulannya, sehingga Pegawai Negeri itu tidak mungkin melakukan wanprestasi. Bank dan/lembaga perbankan sendiri juga tidak mau dirugikan, maka untuk mengantisipasi hal seperti itu maka dibuatlah peraturan seperti tersebut diatas, yaitu sanggup dipotong gajinya. Sebab kalau tidak dibuat peraturan seperti itu bisa terjadi wanprestasi. Sedang untuk resiko apabila Pegawai Negeri itu meninggal dunia sebelum masa pelunasannya maka tindakan yang diambil yaitu diasuransikan. Pemberian asuransi itu diberikan dengan ketentuan sebagai berikut : - Umur diatas 60 tahun - 65 tahun 3% ditanggung debitur. Ketentuan ini berlaku untuk Pegawai Negeri yang sudah pernah mengambil kredit dengan cara itu. - Umur 75 tahun pinjaman dibatasi 1 tahun - Umur 60 tahun - 65 tahun dikenakan 2,5% untuk jangka waktu 2 tahun, untuk jangka 1 tahun hanya 1%. ketentuan ini berlaku untuk Pegawai Negeri yang baru mengambil kredit. - Diatas 65 tahun dikenakan 2% untuk ketentuan Pegawai Negeri yang baru mengambil kredit dengan menggunakan SK Pegawai Negeri. - Diatas 75 tahun untuk ketentuan yang baru akan mengambil kredit tidak diperbolehkan, sedang untuk yang pernah mengambil kredit boleh mengambil dengan ketentuan bebas. Asuransi itu diberikan hanya diperuntukkan bagi Pegawai Negeri yang berumur 60 tahun keatas, karena umur 60 tahun itu dianggap tidak produktif lagi baik dilihat dari segi kesehatan maupun kemampuannya dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Sehingga untuk membantunya yaitu dilakukan hal semacam itu dengan cara pemberian Asuransi oleh Asuransi yang ditunjuk oleh Bank dan/atau lembaga perbankan. Dalam pelaksanaannya kenyataan seperti itu memang diperlukan sekali baik oleh kreditur maupun oleh debitur. Sebab antara kreditur dan debitur merasa tidak dirugikan dengan adanya pemberian asuransi tersebut. Bank dan/lembaga perbankan sebagai kreditur juga tidak merasa takut untuk memberikan kredit kepada Pegawai Negeri yang sudah berumur 60 tahun ke atas, karena
J u n i
2 0 1 3
apabila Pegawai Negeri itu meninggal sebelum melunasi hutangnya maka akan dilunasi oleh Asuransi . Sedang Pegawai Negeri itu sendiri juga merasakannya sebab walau mereka sudah berumur 60 tahun Pegawai Negeri masih diberi kesempatan untuk mengajukan kredit dengan jaminan SK Pegawai Negeri itu. Syarat-syarat pengajuan asuransi itu oleh Asuransi adalah sama dengan syarat yang diajukan oleh Bank dan/lembaga perbankan mengenai syarat pelaksanaannya. Jadi oleh Pegawai Negeri pengajuan asuransi itu juga dianggap mudah. Kenyataan yang dihadapi sehubungan dengan permasalahan yang ada dan disesuaikan dengan kenyataan yang ada maka dalam hal pelaksanaan pemberian kredit dengan menggunaan SK Pegawai Negeri sebagai jaminannya, sampai saat ini belum wanprestasi. Sebab Bank dan/lembaga perbankan sebelumnya tidak mau dirugikan oleh debitur, dan untuk mengantisipasi hal diatas maka dibuatlah peraturan yang tujuannya tidak saling dirugikan antara kreditur maupun debitur. Peraturan yang mendasar sehingga debitur tidak mungkin melakukan wanprestasi yaitu dengan cara pemotongan gaji per bulan melalui bendahara masing-masing instansi yang akan mengambil kredit. Dalam managemen disebut sebagai planning (perencanaan). Bagi sebuah Bank, planning merupakan hal yang mutlak harus dilakukan, tidak hanya planning merupakan fungsi yang penting, tetapi kepentingan menjalankan planning sebelum suatu usaha dilaksanakan sudah merupakan suatu “rute” bagi Bank demi pencapaian tujuan. Jadi apabila dikaitkan dengan adanya wanprestasi maka jauh sebelumnya Bank dan/lembaga perbankan mengambil planning seperti tersebut, karena sebagai kreditur maka Bank dan/lembaga perbankan tidak mau dirugikan oleh debitur. Mengenai resiko apabila debitur meninggal dunia sehubungan dengan pelaksanaan kredit dengan jaminan SK Pegawai Negeri maka langkah yang diambil oleh Bank dan/lembaga perbankan adalah memberikan asuransi kepada Pegawai Negeri itu. Akan tetapi pemberian asuransi tersebut dibatasi untuk Pegawai Negeri yang berumur 60 tahun keatas saja. Asuransi disini diberikan agar pelayanan terhadap Pegawai Negeri itu bersifat imbang dan menyeluruh untuk dilaksanakan pemberian kredit jaminan SK tersebut. Pemberian asuransi diprioritaskan untuk Pegawai Negeri yang berumur 60 tahun keatas, karena hal tersebut dipandang cocok dan sesuai untuk dilaksanakan di Indonesia, karena umur 60 tahun itu tidak produktif lagi didalam menjalankan aktivitasnya. Untuk pegawai yang berumur 60 tahun masih dilakukan pelunasan sehubungan dengan kredit yang diambilnya walaupun Pegawai Negeri itu meninggal maka yang harus melunasi sisa kreditnya adalah ahli warisnya. Asuransi sudah
12 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
berupaya semaksimal mungkin terutama untuk kesejahteraan Pegawai Negeri. Mengenai ketentuan-ketentuan dari pemberian asuransi telah dijelaskan dalam bab II. Sedangkan pelaksanaan pemberian asuransi di Bank dan/lembaga perbankan juga sudah dilaksanakan. Dimana 25% dari penerima kredit itu telah merasakan faedahnya akan besarnya fungsi pemberian asuransi terhadap Pegawai Negeri yang berumur 60 tahun keatas. Didalam praktek Perbankan pemberian asuransi juga telah ditetapkan sehubungan dengan pelaksanaan kredit dengan jaminan SK. Sebab dengan adanya asuransi itu, maka Perbankan akan berjalan sesuai dengan UU yang ada. Diharapkan huhungan antara kreditur maupun debitur akan berjalan seimbang dan terarah didalam peningkatan tingkat kesejahteraan, adapun ketentuan mengenai syarat-syarat terdapat dalam UU no 02/1992 mengenai asuransi di Indonesia.
IV. Penutup A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik sehubungan dengan hasil penelitian tentang tinjauan yuridis mengenai SK Pegawai Negeri sebagai jaminan kredit adalah sebagai berikut: 1. Bahwa pelaksanaan kredit dengan jaminan SK itu sudah diterapkan di wilayah Kecamatan Kapas dan Pegawai Negeri sebagai obyek yang utama merasa diuntungkan dengan adanya peraturan tersebut. Karena Negara Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terutama dalam peningkatan sektor ekonomi dewasa ini telah menunjukkan hasil yang sangat memuaskan sekali. Perkembangan itu diikuti oleh perkembangan yang ada sehubungan dengan sektor perbankan. Berkaitan dengan jaminan SK bila dikaitkan dengan pasal 1131 KUH Perdata sesuai dengan kenyataan yang ada yakin masing-masing saling berkaitan baik untuk kreditur maupun debitur. Sebab hubungan antara kreditur dengan debitur harus saling berkaitan di dalam kelancaran sarana perbankan yang ada di Indonesia. Adapun yang ditekankan disini adalah jaminan bersifat perorangan artinya untuk memberikan hak Verhaal kepada kreditur, kepada benda keseluruhan untuk memperoleh pemenuhan dari piutangnya. 2. Resiko yang dihadapi sehubungan dengan pelaksanaan kredit dengan jaminan SK Pegawai Negeri apabila diketahui nantinya debitur meninggal sebelum melunasi angsuran kreditnya maka hal yang paling mendasar adalah Bank dan/lembaga perbankan tidak mau dirugikan oleh debitur. Walau pelaksanaan itu Pegawai Negeri diberi asuransi akan tetapi asuransi tersebut hanya di berikan pada
J u n i
2 0 1 3
Pegawai Negeri yang telah berumur 60 tahun keatas. Sedang mengenai wanprestasi sampai saat ini belum pernah terjadi karena Bank dan/lembaga perbankan membuat peraturan yang sangat utama yaitu pemotongan gaji B. Saran 1. Agar sarana dan prasarana untuk bisa ditingkatkan sehubungan dengan pelaksanaan tersebut. Karena kita ketahui bahwa pelaksanaan tersebut memang terasa penting untuk di lakukan, sebab Pegawai Negeri sebagai abdi masyarakat harus bisa di pandang lebih baik dari segi pemenuhan kebutuhan primer maupun sekunder. Karena kita ketahui selama ini Pegawai Negeri merasa kesulitan untuk mencari modal atau dana, oleh sebab itu dengan adanya peraturan tersebut maka Pegawai Negeri merasa di perhatikan, kemudian Pegawai Negeri itu berusaha untuk mengetahui sejauh mana penting dan manfaatnya pelaksanaan kredit dengan jaminan SK Pegawai Negeri. 2. Bank dan/lembaga perbankan dalam hal pemberian kredit penulis harapkan agar meningkatkan kualitas, terutama dalam bunga dan angsuran yang akan di bayar. Peningkatan pelayanan kepada Pegawai Negeri juga harus ditingkatkan dan informasi-informasi penting juga harus di beritahukan kepada nasabah agar nasabah itu tahu akan hal-hal yang dianggap penting. DAFTAR PUSTAKA LITERATUR: Muchtarsyah Sinungan, Dasar-dasar dan Tekhnik Managemen Kredit, PenerbitBinaAksara. R. TjiptoAtminugroho, Perbankan Masalah Perkreditan, Penerbit Pradnya Paramita Jakarta 1978. Sri Soedewi Masjchun Sofyan, S.H, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Penerbit Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman. Thomas Suyatno, Dasar Perkreditan Edisi Pertama, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Thomas Suyatno, Djuhaepah T. Marala, Azhar Abdullah, Johan Thomas Aponno, C. TinonYuniantiAnanda, A. Chalik, Kelembagaan Perbankan Edisi Kedua, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. PERUNDANG UNDANGAN KitabUndang-Undang HukumPerdata (KUHPdt) Undang undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan
13 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
2 0 1 3
Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Di SMA Negeri 1 Pakong dan SMA Negeri 4 Pamekasan Wahyuni Azis * Jurusan Magister Ilmu Administrasi Publik Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
ABSTRAK Peran pegawai negeri sipil dalam era globalisasi ini harus mampu melakukan perubahan pada setiap hal termasuk pada kemampuan teknologi yang semakin kompleks, pegawai negrei sipil dituntut untuk selalu adpatif terhadap perubahan lingkungan. Seorang pemimpin organisasi memiliki andil yang sabgat besar dalam pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Pemimapin yang menentukan kemana arah organisasi mau dibawa dan bagaimana menggerakkan semua elemen yang ada dalam organisasi agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapakan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1)apakah ada pengaruh secara simultan pada variabel kepemimpinan, motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai negeri sipil di SMA Negeri 1 Pakong dan SMA Negeri 4 Pamekasan.(2) apakah ada pengaruh secara parsial pada variabel kepemimpinan, motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai negeri sipil di SMA Negeri 1 Pakong dan SMA Negeri 4 Pamekasan, (3) variabel bebas yang mana yang paling banyak memberikan pengaruh terhadap variabel terikat. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh secara parsial tentang kepemimpinan, motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai negeri sipil di SMA Negeri 1 Pakong dan SMA Negeri 4 Pamekasan. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan format deskriptif yang bertujaun menjelaskan, meringakan berbagai kondisi da situasi atau berbagai variabel yang ditimbulakn di masyarakat. Dalam penelitian ini pengambilan sampel ditentukan berdasarkan Stratified Random Sampling yaitu mengambil sampel berdasarkan strata dengan kategori baik, cukup dan kurang dengan dilakukan secara acak (random) sehingga ditetapkan sampel penelitian 2 SMAN di kabupaten Pamekasan dengan responden 2 kepala sekolah dan semua guru dari 2 sekolah tersebut. Penyajian data hasil penelitian ini menggunakan analisis yang berupa analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini adalah: (1) secara simultan variabel bebas berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai (2) secara parsialkepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai (3) motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai (4) lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kineja pegawai (5)Kepemimpinan berpengaruh positif terhadap motivasi kerja pegawai (6) Motivasi kerja berpengaruh positif terhadap lingkungan kerja pegawai (7) Variabel motivasi kerja yang paling banyak memberikan pengaruh terhadap variabel kinerja pegawai. Kata kunci : Pimpinan, Motivasi kerja, Lingkungan kerja, Kinerja pegawai I. Pengantar Keberhasilan pembangunan nasional harus didukung sepenuhnya oleh kemampuan aparatur pelaksana yaitu pegawai negeri sipil sebagai aparatur negara. Pegawai negeri sipil sebagai abdi negara dan pelayan masyarakat, harus memiliki kemampuan untuk menterjemahkan keinginan dan harapan masyarakat. Kedudukan dan peran pegawai negeri sipil mempunyai andil yang cukup besar dalam menentukan keberhasilan pembangunan nasional, baik pembangunan fisik maupun non fisik. Mengingat beberapa kenyataan tentang pentingnya peranan pegawai negeri sipil dalam pembangunan nasional diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dan dijalankan. Peningkatan tersebut bertujuan untuk mengubah perilaku mereka menjadi perilaku yang lebih mampu melaksankan tugas disegala bidang, karena pada dasarnya perilaku manusia dapat
mempengaruhi setiap tindakan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Perubahan perilaku yang merupakan hasil kualitas pegawai negeri sipil dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti misalnya : pendidikan, pelatihan, pembinaan, penyuluhan, motivasi dan pengaruh dari perilaku pemimpin. Bagi pegawai negeri sipil yang berada pada posisi yang relatif rendah atau bawahan, perubahan perilaku mereka lebih banyak dipnegaruhi oleh pemimpin atau atasan mereka. Seorang pemimpin organisasi memiliki andil yang sangat besar dalam pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Pemimpin yang menentukan kemana arah organisasi mau dibawa dan bagaimana menggerakkan semua elemen yang ada dalam organisasi agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan itu bukan masalah mudah, karena ada faktor manusia yang ada dalam organisasi yang sering kali memunculkan masalah yang
14 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
rumit dan sulit dipecahkan dibandingkan masalah – masalah yang bersifat teknis. Salah satu permasalahan penting bagi pimpinan dalam suatu organisasi ialah bagaimana memberikan motivasi kepada pegawai untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Dalam hal ini pimpinan dihadapakan dalam suatu persoalan bagaimana dapat menciptakan situasi agara bawahan dapat memperoleh kepuasan secara individu dengan baik dan bagaimana cara memotivasi agar mau bekerja berdasarkan keinginan dan motivasi untuk berprestasi yang tinggi. Bila seseorang termotivasi ia akan berusaha berbuat tenaga untuk mewujudkan apa yang diinginkannya. Namun belum tentu upaya yang keras itu akan menghasilkan produktivitas yang diharapkan, apabila tidak disalurkan ke arah yang dikehendaki organisasi. Untuk itu perlu upaya yang terarah dan konsisten untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Kajian Empiris Massandi (2003) dalam laporan penelitiannya merumuskan masalah tentang apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan kepala badan pengawasan terhadap kinerja pada Badan pengawasan Kabupaten Sidoarjo. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Maslow dengan variabel yang terdiri dari gaya kepemimpinan sebagai variabel bebas dan kinerja pegawai sebagai variabel terikat. Teknik analisis data yang digunakan dengan skala likert yang menghasilkan dugaan sementara bahwa gaya kepemimpinan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai negeri sipil pada badan pengawasan Kabupaten Sidoarjo. setelah pada pengolahan data yang telah dilakukan maka hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa gaya kepemimpinan partisipatif, suportif, directif dan achievement oriented mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai negri sipil pada badan pengawasan di Kabupaten Sidoarjo. Sri Mulyadi (2005) menyatakan dari hasil dari penelitiannya kepemimpinan, komunikasi, pengawasan dan struktur Birokrasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja pada pegawai kantor pelayanan pajak Pamekasan. Teknik analisis yang dipakai adalah analisis korelasi ganda melalui teknik regresi. Lingga P. Fajar (2008) menyatakan dari hasil penelitiannya bahwa secara simultan lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai dan secara parsial varaiabel lingkungan kerja fisik maupun non fisik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai. Sementara R. Utomo Setiyono ( 2010) , dengan judul penelitian “ Pengaruh Kepemimpinan, motivasi, Kepuasan kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas pertanian Kota Surabaya”. Teori variabel yang digunakan adalah teori perilaku yaitu teori kepemimpinan yang menjelaskan ciri – ciri perilaku seorang pemimpin dan ciri – ciri perilaku seorang bukan pemimpin, teori/ model kontingensi, Leaderparticipation model, Path-goal theory atau model arah tujuan, teori situasional, teori LMX ( Leader Member
J u n i
2 0 1 3
Exchange theory) dan teori Atribusi. Teknik analisis datanya model analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini bahwa kepemimpinan, motivasi, lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai, kepemimipinan berpengaruh positif terhadap motivasi kerja, motivasi kerja berpengaruh positif terhadap lingkungan kerja pegawai, kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai dan kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja pegawai. Kajian Teoritis Kepemimpinan Siagian (1992:12 ) menyatakan kepemimpinan adalah keterampilan dan kemampuan seseorang mempengaruhi perilaku orang lain, baik yang kedudukannya lebih tinggi, setingkat maupun yang lebih rendah dari padanya dalam berfikir agar perilaku yang semula individualistik dan egosentrik berubah menjadi perilaku organisasi. Menurut Robbins ( 1993: 39) kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah pencapaian tujuan. Sedangkan menurut Hasan (1993:217) kepemimpinan adalah seorang yang mampu untuk memimpin para bawahan atau karyawan dalam pencapaian tujuan perusahaan serta mempunyai hubungan antara karyawan. Pamuji (1995 : 9) kepemimpinan itu adalah suatu yang melekat pada diri pemimpin dan oleh karenanya kepemimpinan itu lalu dikaitkan dengan pembawaan, kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan kesanggupan ( capability) yang mana kesemuanya mengarah kepada ciri – ciri atau sifat - sifat tertentu. Kepemimpinan adalah kegiatan (activity) dari pemimpin, berhubung dengan itu kepemimpinan kemudian dikaitkan dengan posisi / kedudukan dan jenis perilaku tertentu, dan masih banyak lagi pendapat – pendapat tentang kepemimpinan. Menurut Reksohadiprodjo dan Handoko (1996) ada 4 ciri utama yang mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan dalam organisasi yaitu : kecerdasan, kedewasaan sosial dan hubungan yang luas, motivasi diri dan dorongan berprestasi dan sikap – sikap hubungan manusiawi. Efektifitas Kepemimpinan Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang dilaksanakan oleh seorang pemimpin yang menerjemahkan fungsinya dengan perilaku (Mahdi, 2001). Efektifitas proses kepemimpinan terletak pada wibawa, interaktif antara pemimpin dan pengikutnya. Kepemimpinan yang berhasil adalah yang mampu melaksanakan tugasnya dalam rangka memberikan arahan dan petunjuk, mewujudkan target bersama, mengembangkan, komitmen, dan menjaga kekuatan organisasi yang dipimpinnya. Kepemimpinan yang efektif bukan hanya sekedar pusat kedudukan atau kekuatan tetapi merupakan interaksi aktif dan efektif. Ada beberapa fungsi seorang pemimpin dalam menjalankan
15 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
kepemimpinannya (Mahdi, 2001) yaitu: (a) Membantu mencapai sasaran bersama, (b) selalu menggerakan bawahannya menuju sasaran – sasaran tersebut, (c) Mewujudkan interaksi dan keterikatan – keterikatan antar individu, (d) Memelihara kekuatan dan hubungan sesama.
Karakteristik Kepemimpinan Mahdi (2001), menyatakan bahwa ada beberapa karakteristik kepemimpinan yang efektif, yaitu : (a) merupakan anggota yang baik dalam kelompok, (b) menyakini kapasitas masing – masing anggota, (c) mahir berinteraksi dengan bawahannya, (d) mampu menciptakan iklim kerja yang penuh toleransi. Karakteristik adalah ciri – ciri khusus atau suatu sifat khas yang dimiliki seseorang sesuai dengan perwatakan tertentu (Yasyin, 1997). Kepemimpinan yang efektif tergantung dari landasan manjerial yang kokoh ( Umar, 2005). Menurut Capman dalam Umar (2005), terdapat 5 landasan kepemimpinan yang kokoh, yaitu : Cara berkomunikasi, pemberian motivasi, kemampuan memimpin, pengambilan keputusan, kekuasaan yang positif. Robert House dalam Robbins dan Coulter (2005) mengidentifikasikan adanya 4 perilaku pemimpin, yaitu : (a) Pemimpin yang direktif : memberikan kesempatan bawahannya untuk mengetahui apa yang diharapkan dari diri mereka, menjadwal pekerjaan yang harus dilakukan dan memberikan bimbingan spesifik tentang cara menyelesaikan tugas, (b) Pemimpin yang suportif : bersikap bersahabat dan peduli terhadap kebutuhan bawahannya, (c) Pemimpin yang partisipatif : berunding dengan bawahan dan menggunakan masukan – masukan dari mereka sebelum keputusan dibuat, (d) Pemimpin yang berorientasi prestasi : menentukan sasaran yang menantang dan memiliki harapan bahwa bawahannya bekerja pada tingkat yang paling tinggi. Teori Kepemimpinan Teori perilaku adalah teori kepemimpinan yang menjelaskan ciri – ciri perilaku seorang pemimpin dan ciri – ciri perilaku seorang bukan pemimpin. Ada berbagai aliran dan teori perilaku : (1) aliran Ohio State University, (2) aliran University of Michigan, (3) aliran The Managerial Grid. Teori atau model kontingensi (Fiedler, 1967) sering disebut teori situasional karena teori ini mengemukakan kepemimpinan yang tergantung pada situasi. Leader – Participation Model ditulis oleh Vroom dan Yetton (1973). Model ini melihat teori kepemimpinan yang menyediakan seperangkat peraturan untuk menetapkan bentuk dan jumlah peserta pengambil keputusan dalam berbagai keadaan. Path-Goal Theory atau model arah tujuan ditulis oleh House (1971) menjelaskan kepemimpinan sebagai keefektifan pemimpin yang tergantung dari bagaimana pemimpin memberi pengarahan, motivasi, dan bantuan untuk pencapaian tujuan para pengikutnya. Sabardi (1997 : 170) menyatakan tentang teori kepemimpinan yang selalu menjadi topik bahasan, yaitu
J u n i
2 0 1 3
teori jalur tujuan (path-goal theori). Menurut teori ini para pemimpin dapat efektif karena kemampuannya meningkatkan para bawahan mereka, memberi motivasi kepada bawahan untuk berprestasi, memberi kepuasan pada bawahan dan pimpinan diterima oleh para bawahan Motivasi Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Drs. Malayu SP. Hasibuan menyatkan bahwa motif adalah suatu rangsangan keinginan (want) dan daya penggerak kemauan bekerja bekerja seseorang;setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Sementara Moekijat, menyatakan motif adalah suatu pengertian yang mengandung semua alat penggerak alasan – alasan atau dorongan – dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Bernard Berelson dan Gray A. Steiner menyatakan sebuah motif adalah suatu pendorong dari dalam untuk beraktivitas atau bergerak dan secara langsung atau mengarah kepada sasaran akhir. Drs. Malayu SP. Hasibuan menyatakan motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Sementara Harold Koontz menyatakan bahwa motivasi mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan kebutuhan atau suatu tujuan. Wayne F. Cascio menyatakan bahwa motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya. Stephen P. Robbins menyatakan motivasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu. American Encyclopedia, menyatakan bahwa motivasi adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan) dalam diri seseorang yang membangkit topangan dan mengarahkan tindak tanduknya. Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia. Merle J. Moskowits menyatakan bahwa motivasi secara umum didefinisikan sebagai inisiatif dan pengarahan tingkah laku dan pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku.
Metode, Model dan Proses Motivasi Metode – metode Motivasi terdiri dari : (a) Metode langsung ( Direct Motivation ) dan (b) Motivasi tidak langsung (indirect Motivation ). Sedangkan model–model motivasi ada tiga macam yaitu : (a) Model tradisional, (b) Model hubungan Manusia, (c) Model sumber daya manusia. Proses motivasi yang terjadi terkadang tidak melihat apa yang harus dilakukan dalam memotivasi karyawan atau bawahan sehingga tujuan yang dicapai tidak sampai pada target yang ditentukan. Proses –
16 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
proses motivasi yang dapat dilakukan oleh seorang pimpinan adalah: a) mengetahui tujuan, b) mengetahui kepentingan , c) Komunikasi yang efektif, d) integrasi tujuan, e) fasilitas dan f) team work.
2 0 1 3
ini dikenal antara lain: 1) Teori Motivasi Klasik oleh F.W. Taylor, 2) Maslow’s Need Hierarchy Theory (A Theory of Human Motivation) oleh A.H. Maslow, 3) Herzberg’s Two Factor Theory oleh Frederick Herzberg., 4) Mc. Clelland’s Achievement Motivation Theory oleh Mc. Clelland., 5) Alderfer’s Existence, Relatedness and Growth (ERG) Theory oleh Aldefer., 6) Teori Motivasi Human Relation dan 7) Teori Motivasi Claude S. George.
Teori Motivasi Teori motivasi dikelompokkan atas : (a) Teori Kepuasan (Content Theory) dan (b) Teori Proses (Process Theory). Teori Kepuasan (Content Theory) Lihat dan perhatikan gambar hierarchy kebutuhan berikut. MASLOWS NEED HIERARCHY THEORY
Self-actualizatoin
Tingkat-tingkat kebutuhan
4.
3.
2.
1.
Esteem or status
Affiliation of acceptance
Security of Safety
Physiological needs
Pemuas kebutuhan-kebutuhan
Gambar 1 . Teori kebutuhan Maslow
Maslow berpendapat (dalam Gibson, et al, 1986:92) : Inti dari teori Maslow adalah bahwa kebutuhan itu tersusun dalam suatu hierarki. Tingkat kebutuhan yang paling rendah adalah kebutuhan fisiologis dan tingakt yang tertinggi adalah kebutuhan realisasi diri. Perbedaan antara Maslow’s Need Hierarchy Theory dengan Herzberg’s Two Factors Motivation Theory, yaitu: 1. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhankebutuhan manusia itu terdiri dari lima tingkat (Physiological, Safety, Affiliation, Esteem and Self Actualization), sedang Herzberg mengelompokkannya atas dua kelompok (Satisfiers and Dissatisfiers). 2. Menurut Maslow semua tingkat kebutuhan itu merupakan alat motivator, sedang Herzberg (gaji, upah dan yang sejenisnya) bukan alat motivasi, hanya merupakan alat pemeliharaan (Dissatisfiers) saja; yang menjadi motivator (Satisfiers) ialah yang berkaitan langsung dengan pekerjaan itu. 3. Teori Maslow dikembangkannya hanya atas pengamatan saja dan belum pernah diuji coba
kebenarannya, sedang teori Herzberg didasarkan atas hasil penelitiannya. Existence, Relatedness and Growth (ERG) Theory ini dikemukakan oleh Clayton Alderfer seorang ahli dari Yale University. Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori kebutuhan yang dikemukakan oleh A. H. Maslow.ERG Theory ini oleh para ahli dianggap lebih mendekati keadaan sebenarnya berdasarkan fakta-fakta empiris. Alderfer mengemukakan bahwa ada tiga kelompok kebutuhan yang utama, yaitu: Kebutuhan akan Keberadaan (Existence Needs); Kebutuhan akan Afiliasi (Relatedness Needs); dan Kebutuhan akan Kemajuan (Growth Needs). Teori Motivasi Proses Teori motivasi proses ini pada dasarnya berusaha untuk menjawab pertanyaan “bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara dan menghentikan perilaku individu”, agar setiap individu bekerja giat sesuai dengan keinginan manajer. Teori Motivasi Proses ini, dikenal atas: (a) Teori Harapan (Expectancy Theory); (b) Teori Keadilan (Equity Theory); (c) Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory).
17 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
Prinsip Teori Harapan adalah :
1. P
V1
2 0 1 3
Keterangan: P = Performance V Valence/Nilai M = Motivation E = Expectancy A = Ability I = Instrumentality
= f (M x A)
2. M = f (V1 x E) 3.
J u n i
= f (V x I) 2
1. P = f (M x A) Performance (P = Prestasi) adalah fungsi (f) perkalian antara motivasi (M), yakni kekuatan dan kemampuan (A). 2. M = f (VI E) Motivasi adalah fungsi (f) perkalian antara valensi (V1) dari setiap perolehan tingkat pertama (V1) dan Expectancy (E = harapan) bahwa perilaku tertentu akan diikuti oleh suatu perolehan tingkat pertama. Jika harapan itu rendah maka motivasinya kecil. 3. V1 = f (V2 x I) Valensi yang berhubungan dengan berbagai macam perolehan tingkat pertama (V1), merupakan fungsi (f) perkalian antara jumlah valensi yang melekat pada semua perolehan tingkat kedua (V2) dan Instrumentality (I) atau pertautan antara pencapaian perolehan tingkat kedua. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap segala aktivitas dan selalu berhubungan dengan manusia. Oleh karena itu lingkungan kerja menjadisalah satu indikasi terhadap peningkatan dan penurunan prestasi kerja atau kinerja pegawai. Lingkungan kerja juga mempengaruhi efisiensi dan efektifitas kerja pegawai untuk mencapai tujuan perusahaan. kemudian kinerja pegawai dapat mempengaruhi kualitas dari produk yang dihasilkan perusahaan. Lingkungan kerja dapat dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik adalah lingkungan yang berada di sekitar pegawai. lingkungan fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu :
a) Lingkungan yang langsung berhubungan dengan pegawai dan b) Lingkungan perantara. Kinerja Pegawai Kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlakau terhadap pekerjaan yang bersangkutan, dengan demikian ukuran dari kinerja itu sendiri sangat subyektif dan relatif. Biasanya orang yang mempunyai kinerja tinggi disebut sebagai orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang levelnya tidak mencapai standar dikatakan sebagai tidak produktif atau berkinerja rendah. Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi Sedangkan pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan), hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan. Kerangka Konseptuan dan Hipotesis Dari kajian pustaka dapat diketahui bahwa produktifitas kinerja pegawai nampaknya sudah menjadi salah satu hal penting dalam kelangsungan hidup suatu organisasi.Penelitian ini berusaha menunjukkan secara empirik bahwa kepemimpinan, motivasi kerja, lingkungan kerja sangat mempengaruhi kinerja pegawai.
KEPEMIMPINAN
H 1
H 4 MOTIVASI
H 2
KINERJA KARYAWAN
KERJA H 5
H 3 LINGKUNGAN KERJA
=
Gambar 2. Kerangka Konseptual Penelitian
18 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
Hipotesis Berdasarkan kerangka konseptual penelitian diatas maka penulis menyusun hipotesis sebagai berikut: (a) Diduga ada hubungan secara simultan pada variabel kepemimpinan, motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai negeri sipil SMA Negeri 1 Pakong dan SMA negeri 4 Pamekasan. (b) Diduga secara parsial ada hubungan antara variabel kepemimpinan, motivasi kerja, dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai negeri sipil di SMA Negeri 1 Pakong dan SMA Negeri 4 Pamekasan. (c) Diiduga ada variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap variabel terikat. Fakta yang ada saat ini (empiris) : 1. Hasil penelitian pendahulu 2. Banyak guru yang malas mengajar 3. Kepala sekolah lemah dalam membuat kebijakan atau keputusan 4. Sulit untuk memberikan reward/penghargaan 5. Pemberian sanksi/hukuman bersifat diskriminasi terkadang tidak jelas 6. Kurang jelas
J u n i
2 0 1 3
Metodologi Penelitian Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang ada maka penelitian ini menggunakan metode penelitian survey yaitu metode yang dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data utama. Data yang digunakan harus terukur dan akan menghasilkan kesimpulan yang dapat digeneralisasikan. Data dalam penelitian ini termasuk data kuantitatif yaitu berupa data primer hasil kuesioner dari responden Pegawai Negeri Sipil SMAN 1 Pakong dan SMAN 4 Pamekasan. Diagram alir penelitian dapat digambarkan seperti gambar 3 :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Studi Pendahuluan: 1. Kepemimpinan 2. Motivasi kerja 3. Lingkungan kerja 4. Kinerja pegawai
Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari jawaban responden yang diukur menggunakan skala likert dengan nilai sampai dengan 5. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yang telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti. (disebut sebagai variabel penelitian). Disamping itu data diperkuat dengan mewawancarai beberapa respondenuntuk menambah keakuratan data. Berdasarkan sumbernya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer ini diperoleh secara langsung dari responden yaitu para kepala sekolah dan guru di SMA Negeri 1 Pakong dan SMA Negeri 4 Pamekasan. Selain data primer, dalam penelitian ini juga digunakan data sekunder yang diperoleh dari SMAN Negeri 1 Pakong dan SMA Negeri 4 Pamekasan serta dari dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Pamekasan. Data sekunder berupa data tentang isi dan profil sekolah masing – masing.
Rumusan Masalah Hipotesis Menentukan dan menyusun instrumen Mengumpulkan data (primer dan sekunder) Teknik pengumpulan data Analisis deskriptif Kuantitatif Tesis
Gambar 3. Diagram Alir penelitian Teknik pengumpulan data Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan angket dan dokumentasi.Angket disebar kepada guru – guru di SMA Negeri Pamekasan sebagai responden.Angket disusun dalam bentuk ceklist (tabel) sehingga mempermudah responden untuk menjawab dengan menceklis saja.. Data – data mengenai nama kepala sekolah beserta identitasnya dilengkapi dengan data sekolah yang dipimpinnya diraih dengan menggunakan metode dokumentasi. Teknik Analisis Data Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda. Data yang terkumpul dianalisis dengan bantuan statistik, prosentase danvisualisasi grafik kemudian data dianalisis dengan perbandingan dengan standar yang ada. Selain itu juga teknik analisis data juga menggunakan analisis data kualitatif dengan mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (model Miles Huberman: data kualitatif). Reduksi dilakukan dengan mengumpulkan data dari lapangan, kemudian data yang bersesuaian dijadikan satu sedangkan data – data yang tidak
19 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
2 0 1 3
β1,β2.β3 = Koefisien regresi e = Variabel pengganggu
bersesuaian dengan tujuan penelitian disendirikan.Data yang bersesuaian disajikan dan dipaparkan secara detail.Untuk melengkapi data terkadang mengambil kembali data – data yang tidak bersesuaian kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan. Rumus regresi berganda adalah : Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3.................βnXn +e Y = Kinerja pegawai X1 = Kepemimpinan X2 = Motivasi Kerja X3 = Lingkungan Kerja Xn = Variabel Prediktor Faktor – faktor berpengaruh α = Konstanta
Hasil Pembahasan dan Analisis Data Deskripsi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini variabel beba terdiri dari kepemimpinan(X1), Motivasi (X2), dan lingkungan kerja (X3), sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja (Y) pegawai negeri sipil. Pada masing variabel bebas item berjumlah 10 item sehingga keseluruhan item berjumlah 40 item. 30 item untuk variabel bebas (X) dan 10 untuk variabel terikat (Y).
Variabel kepemimpinan Berikut tabel distribusi frekuensi variabel kepemimpinan (X1) berdasarkan data dari jawaban responden. Tabel 1 Frekuensi Variabel Kepemimpinan (X1) Indikator J. No X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 R f % f % f % f % F % F % F % F % f % F % 1. 2. 3. 4. 5.
TB K B C B
-
B
50
SB
-
-
2
1.6
15
20
16
30
50
40. 2 40. 2
12. 2
-
24
25
36. 9 26. 2
45 32
20. 5 40. 9 38, 5
50 47
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
20
16
30
24
20
16
25
20. 5
32
26.2
25
60
49
26
21
50
45
36
50
40.9
47
42
34. 4
52
42. 6
66
54
40. 9 42. 6
52
40
32.7
50
20. 5 38. 5 40. 9
-
-
42
34. 4
55
45
25
20. 5
Sumber : hasil pengolahan Kuesioner Dari hasil tabel di atas dapat dilihat tanggapan responden tentang variabel kepemimpinan 66 responden (54%) menjawab sangat baik tentang cara mengarahkan tugas yang dilakukan oleh pemimpin, 55 responden (45%) menjawab baik tentang pemimpin yang sering memberikan pengarahan pada bawahannya.
Variabel motivasi kerja Berikut tabel distribusi frekuensi variabel motivasi kerja (X2) berdasarkan data dari jawaban responden.
Tabel 2 Frekuensi Variabel Motivasi Kerja
No 1. 2. 3.
4.
J. R TB KB
X2.1 f %
X2.2 f %
X2.3 f %
X2.4 F %
Indikator X2.5 X2.6 X2.7 F % F % F %
F
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
CB
17
13.9
32
26.2
47
38,5
42
34.4
10
8.19
52
B
60
49
45
36.9
50
40.9
60
49
62
50.8
50
SB
45
36
32
26.2
25
20.5
42
34.4
50
40.9
52
5.
4 2 . 6 4 0 . 9 4 2 . 6
-
-
X2.8 % -
X2.9 X2.10 f % F % -
52
42.6
40
32.7
50
45
36
50
40.9
47
55
45
40
32.7
50
4 0 . 9 3 8 . 5 4 0 . 9
-
25
20.5
50
40.9
25
20.5
Sumber : Hasil pengolahan kuesioner Dari hasil tabel diatas dapat dilihat tanggapan responden tentang variabel Motivasi kerja 62 responden (50.8%) menjawab baik tentang pemberian penghargaan yang dilakukan oleh pemimpin pada pegawai yang berprestasi, 60 responden (49%) menjawab baik tentang jenjang karier pegawai.
20 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
2 0 1 3
Variabel Lingkungan kerja Berikut tabel distribusi frekuensi variabel lingkungan kerja (X3) berdasarkan data dari jawaban responden.
No 1. 2. 3.
4.
J. R TB KB
f
X2.1 %
-
-
Tabel 3 . Frekuensi Variabel Lingkungan Kerja (X3) Indikator X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 f % f % F % F % F % F % -
-
-
-
-
20
20
20. 5
42
34.4
20
36. 9
47
38. 5
60
49
36. 9
50
40. 9
42
34.4
20
16
-
-
CB
17
13. 9
32
26. 2
B
60
49
45
SB
25
20. 5
45
-
16
10
16
17
40
32. 8
45
42
34. 4
50
5.
1 3 . 9 3 6 . 8 4 0 . 9
-
-
F
X2.8 %
-
-
X2.9 X2.10 f % F % -
20
16
40
32. 7
47
40
32.8
42
34. 4
25
62
50.8
40
32. 7
50
3 8 . 5 2 0 . 5 4 0 . 9
15
12.3
20
16
40
32.7
47
38.5
Sumber : Hasil pengolahan kuesioner Dari hasil tabel diatas dapat dilihat tanggapan responden tentang variabel lingkungan kerja 62 responden (50.8%) menjawab sangat baik tentang keprofesionalan pegawai yang dinilai oleh pemimpin, 60 responden (49%)
menjawab baik tentang pola kepemimpinan yang ditunjukkan dan dilakukan oleh pemimpin, 60 responden (49%) menjawab baik tentang suasana kekeluargaan yang tercipta di lingkungan sekolah.
Variabel Kinerja Berikut tabel distribusi frekuensi variabel kinerja (Y) berdasarkan data dari jawaban responden. Tabel 4. Frekuensi Variabel Kinerja (Y) No 1. 2.
J.R TB K B
X2.1 F % -
X2.2 f % -
-
-
-
-
27
22
32
26. 2
B
45
36. 9
SB
50
40. 9
X2.3 f % -
X2.4 F % -
Indikator X2.5 X2.6 X2.7 F % F % F % - - -
3. C B
4.
47
38, 5
25
20. 4
45
36. 9
50
40. 9
50
40. 9
60
49
40
45
36. 9
25
20. 5
47
38. 5
50
40. 9
52
12
9.8
30
5.
2 4 . 6 3 2 . 8 4 2 . 6
F -
X2.8 % -
X2.9 X2.10 F % F % - - -
40
32. 7
45
36. 9
50
40. 9
40
50
40. 9
40
32. 7
62
37
30
20
1 6 3 3 . 8 5 0 . 8
25
20. 5
50
40. 9
47
38. 5
Sumber : Hasil pengolahan kuesioner Dari hasil tabel diatas dapat dilihat tanggapan responden tentang variabel kinerja 60 responden (49%) menjawab baik tentang efektifitaspengelolaan manajemen kantor atau sekolah, 62 responden (50.8%) menjawab sangat baik tentang loyalitas pegawai terhadap pimpinan. Kuesioner yang telah dibuat harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pengumpulan data awal (pre-test). Data awal minimal 30 responden. Hal ini untuk memenuhi kurva normal ( n ≥ 30 ). Formula atau rumus yang digunakan pada uji validitas, berdasarkan korelasi antara skor variabel dengan jumlah skor variabel, sebagai berikut :
Dalam uji reliabilitas penulis menggunakan alat uji Alpha Cronbach dengan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut :
Dimana : CA= Koefisien Alpha Cronbach / reliabilitas internal seluruh instrumen k= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Sigma b kuadrat = jumlah varian butir Sigma t kuadrat = varian total
21 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
Pembahasan a.
Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja Dari pendekatan teori yang ada tentang kepemimpinan teori tingkat kebutuhan Maslow ( kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri) yang bisa dijadikan model atau pedoman bagi pemimpin dalam mengembangkan sistem motivasi yang paling efektif. BerdasarkanDari hasil uji statistik diperoleh t hitung = 1.990 lebih besar dari t tabel = 1.98. selain itu tingkat signifikansinya sebesar .049 < 0.05 ( >α) dengan demikian hipotesa yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan antara variabel kepemimpinan (X1) terhadap kinerja pegawai negeri sipil di SMA Negeri 1 Pakong dan SMA Negeri 4 Pamekasan (Y) dapat diterima atau terbukti. b. Pengaruh motivasi kerja terhadp kinerja Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan – kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Yang diinginkan seseorang dari pekerjaannya pada umumnya adalah sesuatu yang mempunyai arti penting bagi dirinya sendiri dan bagi instansi. Dari hasil tabel 5.10Variabel motivasi kerja (X2), nilai = .017 Dari hasil uji statistik diperoleh t hitung = 2.420 lebih besar dari t tabel = 1.98. selain itu tingkat signifikansinya sebesar .017 < 0.05 ( > α ) dengan demikian hipotesa yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan antara variabel motivasi kerja (X2) terhadap kinerja pegawai negeri sipil di SMA Negeri 1 Pakong dan SMA Negeri 4 Pamekasan (Y) dapat diterima atau terbukti. c. Pengaruh Lingkungan kerja terhadap Kinerja Lingkungan kerja berpengaruh pada keharmonisan dan kondusif pada upaya menyatukan keinginan pegawai dan kepentingan organisasi, agar tercipta kerja sama yang serasi serta saling menguntungkan. Lingkungan kerja yang baik akan meningkatkan hubungan antar manusia, motivasi, dan yang lainnya. Lingkungan merupakan faktor penting untuk mencapai tujuan yang diharapkan bagi pegawai maupun organisasi. Dari hasil tabel 5.10 varaibel Lingkungan kerja (X3), = 2.054, uji statistik diperoleh t hitung = 2.054 lebih besar dari t tabel = 1.98. selain itu tingkat signifikansinya sebesar .049 < 0.05 ( > α ) dengan demikian hipotesa yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan antara variabel lingkungan kerja (X3) terhadap kinerja pegawai negeri sipil di SMA Negeri 1 Pakong dan SMA Negeri 4 Pamekasan (Y) dapat diterima atau terbukti.
J u n i
2 0 1 3
d.
Pengaruh Kinerja Kinerja merupakan sarana pendorong bagi peningkatan produktifitas kerja dan tercapainya tujuan organisasi. Untuk itu kesadaran meningkatkan kinerja harus dibina dan perlu mendapatkan perhatian, karena pada dasarnya tujuan mereka bekerja akan banyak mempengaruhi kesadaran mereka untuk dapat meningkatkan kinerja mereka masing – masing. Dalam memahami kinerja, salah satu yang efektif untuk meningkatkan kinerja dengan jalan menciptakan kondisi orang Favourable (menyokong) untuk terciptanya basic personal needs (kebutuhan pokok individu) seseorang sebaliknya tidak ada kondisi yang favourable ini akan menghalangi terpenuhinya berbagai basic personal needs yang berarti pula akan menghalangi kemungkinan terbentuknya berbagai kinerja seseorang. Kondisi yang menghalangi terpenuhinya basic personal needs tersebut antara lain adalah berbagai kelemahan organisasi dan manajemen. Dengan demikian untuk mencapai kondisi organisasi yang baik dan selalu berkembang yang disertai dengan tingginya produktivitas kerja. Yang perlu diperhatikan bagi seseorang pimpinan adalah kebutuhan – kebutuhan yang diinginkan oleh bawahan, sehingga timbul iklim kerja yang baik di dalam organisasi dan pada akhirnya akan mendorong peningkatan prestasi kerja. Berdasarkan tabel Uji Determinan (R2) dapat disimpulkan sebagai berikut :Nilai koefisien determinasi = .788 (78.8%) artinya variabel – varaiabel bebas secara bersama – sama dapat mempengaruhi variabel terikat, selebihnya sebesar 22,20% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Ketiga variabel bebas memiliki hubungan yang kuat dengan varaibel terikatnya, hal ini ditunjukkan oleh nilai R sebesar . yang artinya hubungan variabel bebas dengan terikat sangat signifikan. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada pengaruh secara simultan antara variabel kepemimpinan, motivasi kerja dan lingkungan hidup terhadap kinerja pegawai negeri sipil di SMA Negeri 1 Pakong dan SMA Negeri 4 Pamekasan 2. Ada pengaruh yang signifikanantara kepemimpinan dengan kinerja pegawai negeri sipil di SMA Negeri 1 Pakong dan SMA Negeri 4 Pamekasan 3. Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja terhadap kinerja pegawai negeri sipil di SMA Negeri 1 Pakong dan SMA Negeri 4 Pamekasan. 4. Ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai negeri sipil di lingkungan SMA Negeri 1 Pakong dan SMA Negeri 4 Pamekasan. 5. Ada pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai
22 | J u r n a l
6.
7.
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
negeri sipil di SMA Negeri 1 Pakong dan SMA Negeri 4 Pamekasan Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja dengan lingkungan kerja pegawai negeri sipil di SMA Negeri 1 pakong dan SMA Negeri 4 Pamekasan Yang berpengaruh di antara variabel kepemimpinan, motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai negeri sipil di SMA Negeri 1 Pakong dan SMA Negeri 4 Pamekasan adalah motivasi kerja.
J u n i
2 0 1 3
3. 4. 5. 6.
7. 8.
DAFTAR PUSTAKA 1. Arikunto, Suhasimi, (1997), “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek” Edisi Revisi IV, Rineka Cipta, Yogyakarta. 2. Hasibuan Malayu, (1996) “Organisasi Dan Motivasi”, Bumi Aksara
9.
Handoko Martin, (1992), “Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku”, Kanisius, Yogyakarta. Singarimbun Masri dan Sofian Effendi, (1999), “Metode Penelitian Survey”, LP3ES, Jakarta. Sugiyono, (1997), “Metode Penelitian Administrasi”, Edisi Kelima Alfa Beta, Bandung. Mahsun, Mohammad, (2006), “Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Edisi Pertama”, BPFE, Yogyakarta. Handoko Martin, (1992),Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku, Kanisius, Yogyakarta Suryabrata Sumadi, (2010), Metodologi Penelitian,divisi buku Perguruan Tinggi PT. RajaGrafinda Persada, Jakarta Brahmasari, Materi kuliah, Metodologi Penelitian Administrasi, Program Studi magister Ilmu Administrasi Program Pascasarjana Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
23 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
2 0 1 3
Peningkatan Kemampuan Dalam Menggambar Dengan Media Krayon Melalui Metode Pemberian Tugas Pada Anak Didik Kelompok B RA Muslimat NU 02 Tuban Yuni Mugi Astuti *) Program Studi PG PAUD Unirow Tuban
ABSTRAK Berdasarkan dengan pengembangan kemampuan seni bagi anak RA/TK maka pembelajaran seni merupakan sejumlah kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak dengan lebih banyak melibatkan kemampuan motorik, khususnya motorik halus. Gerakan motorik halus mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan seni. Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil. Kemampuan dalam menggambar dengan media krayon (menggambar orang dengan, lengkap, pemandangan yang ada di sekitar) dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode pemberian tugas melalui media krayon.Pada pendidikan anak usia dini (RA/TK) sebgaian besar anak belum mampu menggambar dengan baik dikarenakan kurangnya latihan baik dari orang tua/ guru. Anak kurang berani menuangkan ide tentang pengalamannya dalam menggambar / belum mampu menyampaikan ide/ gagasan tanpa bantuan guru. Proses pembelajaran di RA Muslimat NU 02 pada Kelompok B, perlu dukungan dan bantuan dari para wali murid agar pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Kata kunci : peningkatan kemampuan, media krayon, pemberian tugas menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial.
I. Pendahuluan Membangun kreativitas anak merupakan bagian dari pendidikan anak sejak dini, sedangkan pendidikan sangat penting bagi kita semua sebab anak merupakan generasi penerus untuk dapat mewujudkan keberhasilan pendidikan dimana termasuk didalamnya adalah membangun kreativitas anak maka tanggung jawab itu terletak pada orang tua itu sendiri disamping guru sebagai pembimbing guru adalah salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting juga. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Dewasa ini tanggung jawab itu menjadi semakin penting mengingat banyaknya pengaruh kehidupan sosial baik itu berupa pengaruh dari media masa, tayangan televisi dan radio atau tempat-tempat yang dilegalisasi untuk pelecehan moral jika orang tua ataupun guru tidak siaga maka akan mengakibatkan fatal pada jiwa anak sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pembelajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga pembelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mengetahui bahan pembelajaran tersebut. Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi perkerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani juga harus mampu
II. Kajian Teori A.
Media Gambar 1. Pengertian Media gambar adalah segala suatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi yang berbentuk gambar secara kongkrit. Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi sehingga media gambar dapat digunakan dalam pembelajaran. Drs. Aristo Rahadi (tentang media pembelajaran, 2003), menurut Gagne mengartikan bahwa media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar, senada dengan itu Briggs (tentang media pembelajaran, 2003) mengartikan bahwa media sebagai alat untuk memberikan perangsangan bagi siswa agar terjadi proses belajar. Media gambar dapat disebut dengan alat peraga, alat peraga dapat digunakan untuk memperagakan fakta, konsep secara nyata. 2. Jenis-Jenis Gambar a. Gambar Konkrit Gambar konkrit adalah : 1) Gambar yang mudah diterima oleh anak 2) Gambar seperti benda sebenarnya 3) Bisa dicontoh anak b. Gambar Abstrak Gambar Abstrak adalah : 1) Gambar yang sifatnya luas 2) Sulit diterima oleh anak
24 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
3) Gambar tidak jelas untuk anak usia dini 3. Fungsi Media Gambar Fungsi media gambar sebagai berikut : 1) Sebagai media yang dapat menarik perhatian anak 2) Sebagai media yang dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar 3) Sebagai media yang sangat dibutuhkan agar tercapai tujuan pendidikan 4) Sebagai media yang kongkrit dan musah dimengerti. Berdasarkan dengan pengembangan kemampuan seni bagi anak RA/TK maka pembelajaran seni merupakan sejumlah kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak dengan lebih banyak melibatkan kemampuan motorik, khususnya motorik halus. Gerakan motorik halus mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan seni. Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil. B. Krayon Krayon adalah peralatan gambar yang dibuat dari lilin berwarna, air dan talk/ kapur. Krayon banyak digunakan oleh anak-anak untuk menggambar dan seniman juga menggunakannya. Jenis krayon bervariasi dari jumlah warna modelnya. Serta ada krayon yang dapat diputar seperti lipstick sehinnga jika digunakan tangan tidak kotor dan anakpun lebih leluasa dalam menuangkan kreasinya dalam memberikan pencampuran warna pada gambar mereka. C.
Metode Pemberian Tugas Metode pemberian tugas ialah metode yang memberikan kesempatan pada anak untuk melaksanakan tugas yang disiapkan oleh guru. Metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran agar anak mencapai kompetensi yang diterapkan di RA/TK antara lain sebagai berikut : 1. Metode Bercerita Metode bercerita ialah cara bertutur kata dan penyampaian cerita atau memberikan penjelasan anak secara lisan. 2. Metode Pemberian Tugas Metode pemberian tugas ialah metode yang memberikan kesempatan pada anak untuk melaksanakan tugas yang disiapkan oleh guru. 3. Metode bercakap-cakap Metode bercakap-cakap berupa kegiatan bercakap-cakap atau bertanya dapat antara anak dengan guru atau anak dengan anak. 4. Metode Tanya Jawab
J u n i
2 0 1 3
Metode tanya jawab dilaksanakan dengan cara mengajukan pertanyaan tertentu pada anak. 5. Metode Karya Wisata Metode karya wisata dilakukan dengan mengajak anak mengunjungi objek-objek yang sesuai dengan tema. 6. Metode Demontrasi Metode demontrasi dilakukan dengan cara mempertunjukkan atau memperagakan suatu cara atau suatu keterampilan. 7. Metode Sosiodrama atau Bermain Peran Metode sosiodrama ialah cara memberikan pengalaman kepada anak melalui bermain peran. 8. Metode Eksperimen Metode eksperimen ialah cara memberikan pengalaman pada anak dimana anak memberi perlakuan terhadap sesuatu dan mengamati akibatnya. 9. Metode Proyek Metode proyek ialah metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan alam sekitar dan kegiatan sehari-hari sebagai bahan pembahasan melalui berbagai kegiatan Sedangkan seni rupa sendiri sebagai satu cabang kesenian memiliki peranan yang cukup penting di dalam kehidupan manusia. Seni rupa sering disebut dari unsur-unsur rupa. A. Unsur-unsur Rupa (Unsur Desain) 1. Unsur Garis Pada dunia seni rupa kehadiran “Garis” bukan saja hanya sebagai garis tetap kadang sebagai simbol emosi yang diungkapkan lewat garis lebih tepatnya disebut goresan. Garis mempunyai peranan sebagai garis yang kehadirannya sekedar untuk memberi tanda dari bentuk logis, seperti yang terdapat pada ilmu-ilmu pasti. Garis mempunyai peranan sebagai lambang yang kehadirannya sebagai lambang informasi yang sudah merupakan pola baku dalam kehidupan sehari-hari. Garis merupakan simbol ekspresi dari ungkapan seniman. Unsur garis disamping memiliki peran juga mempunyai sifat formal dan non formal 2. Unsur Shape (Bangun) Shape ialah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur. 3. Texture (Rasa Permukaan Bahan)
25 | J u r n a l
4.
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
Texture adalah rupa yang mewujudkan rasa permukaan bahan yang sengaja dibuat dan dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk rupa sebagai usaha untuk memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada karya seni rupa secara nyata atau semu. Unsur Warna Sebagai salah satu elemen atau medum seni rupa, merupakan unsur susun yang sangat penting baik dibidang seni rupa maupun seni terapan. Standar warna dialternatifkan oleh Albert H. Munsel (1912) menyempurnakan system dari angkaangka warna dan terminologinya. Berdasarkan atas penyelidikan pada standarisasi warna yang dapat digunakan untuk aspek-aspek fisik dan psikologi, system Munsel mendasarkan pada dimensi kualitas warna yaitu : a. Hue Hue adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna, seperti merah, biru, hijau dan sebagainya. Munsel memilih 5 hue yang merupakan warna dasar yaitu : merah, kuning, hijau, biru, ungu. b. Value Value secara teoritis membicarakan tentang kegelapan dan kecerahan daripada warna. Menurut Munsel ada II tingkatan value netral termasuk putih dan hitam yang secara teoritis bukan warna tetapi mempunyai hubungan dengan warna. c. Intensity / Chroma
J u n i
2 0 1 3
5.
Intensity/ chroma diartikan sebagai gejala kekuatan / intensitas warna (jernih / suramnya warna). Ruang dan Waktu Ruang dalam unsur rupa merupakan wujud tiga matra yang mempunyai panjang, lebar dan tinggi. Untuk meningkatkan diri suatu matra ke matra yang lebih tinggi dibutuhkan waktu, sehingga untuk menghayati dan memahami unsur-unsur rupa di dalam karya seni tetap dibutuhkan waktu. Ruang dalam seni rupa dibagi atas dua macam yaitu ruang nyata dan ruang semu. Ruang semu artinya indera penglihatan menangkap bentuk dan ruang sebagai gambaran sesungguhnya yang tampak pada kanvas dua matra seperti yang dapat kita lihat pada karya lukis, karya desain, karya ilustrasi dan pada layar film.
III. Hasil dan Pembahasan 1. Proses Pelaksanaan Siklus I Pada proses pelaksanaan pengamatan siklus I diberikan kemampuan yang sama terhadap semua anak, yaitu memberi motivasi dan pancingan agar anak mau menggambar dengan baik. Table Penelitian Siklus I Bidang pengembangan : kemampuan seni Kompetensi dasar : mampu mengekspresikan diri melalui media dalam berkarya seni Hari/ Tanggal : Kamis, 10 November 2011
Tabel 1. Hasil pengamatan pada proses pengamatan anak menggambar siklus I. Kemampuan Menggambar Secara Sederhana No. Nama Anak A B C D E F 1. Revania Maharani √ √ 2. Siti Saniyah √ √ 3. Prayoga Ubaidilah √ √ 4. Rahmad Afandi √ √ 5. Ahmad Atiq As’ad √ √ 6. Ahmad zulfan Al-Farizi √ √ 7. Shavana Widya Azahra √ √ √ 8. Ahmad Khoiril Hidayah √ √ 9. Nora Agustina √ √ 10. Fernanda Ayu W. √ √ 11. Maulida Jazila √ √ √ 12. Vita Amelia √ √ √ √ 13. M. NAjwa Putra F √ √ 14. Elysa Filatuzzahra √ √ √ 15. Dony Lisnawan √ √
26 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
16. Hilda Wardah 17. Zulfa Nurul Afifah 18. Fergi Agung Saputra 19. Salma Ramadhani 20. Laila Putri Ramadhan Jumlah Prosentase
V o l
1
N o 2
J u n i
2 0 1 3
√ √ √ √ 6 30%
√ √ √
√ 5 25%
4 20%
√ 14 70%
10 50%
√ √ 7 35%
Keterangan : A : Anak yang mampu menggambar sederhana dengan media krayon dengan baik B : Anak yang mampu menyebutkan jenis warna dengan jelas C : Anak yang mampu menggabungkan warna sesuai dengan materi gambar D : Anak belum mampu menggambar sederhana dengan baik E : Anak belum mampu menyebutkan jenis warna dengan jelas F : Anak belum mampu menggabungkan warna sesuai dengan materi gambar. Berdasarkan pengamatan pada siklus I diperoleh hasil masih jauh dari harapan didapatkan 30% anak yang mampu menggambar dengan media krayon dengan baik. Angka itu diperoleh 6 siswa dari 20 siswa yang ada di Kelompok B menunjukkan mampu menggambar
dengan media dengan baik. 70% anak belum mampu menggambar sederhana dengan media krayon dengan baik. Angka itu diperoleh 14 siswa dari 20 siswa yang ada di Kelompok B menunjukkan tidak mampu menggambar dengan media krayon dengan baik
. Tabel Penelitian Siklus II Bidang pengembangan Kompetensi dasar Hari/ Tanggal
: kemampuan dalam seni : anak mampu mengekspresikan diri melalui media dalam berkarya seni : Kamis, 17 November 2011
Tabel 2. Hasil pengamatan pada proses pengamatan anak menggambar siklus II. Kemampuan Menggambar Secara Sederhana No. Nama Anak A B C D E F 1. Revania Maharani √ √ √ 2. Siti Saniyah √ √ √ 3. Prayoga Ubaidilah √ √ √ 4. Rahmad Afandi √ √ √ 5. Ahmad Atiq As’ad √ √ √ 6. Ahmad zulfan Al-Farizi √ √ √ 7. Shavana Widya Azahra √ √ √ 8. Ahmad Khoiril Hidayah √ √ √ 9. Nora Agustina √ √ √ 10. Fernanda Ayu W. √ √ √ 11. Maulida Jazila √ √ √ 12. Vita Amelia √ √ 13. M. Najwa Putra F √ √ 14. Elysa Filatuzzahra √ √ √ 15. Dony Lisnawan √ √ √ 16. Hilda Wardah √ √ √ 17. Zulfa Nurul Afifah √ √ √ 18. Fergi Agung Saputra √ √ √ 19. Salma Ramadhani √ √ √ 20. Laila Putri Ramadhan √ √ √ Jumlah 15 14 14 5 5 5 Prosentase 75% 70% 70% 25% 25% 25%
27 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
Berdasarkan data tabel di atas diketahui dari 20 anak yang mampu menggambar dengan media krayon dengan baik ada 75 % anak yang terdiri dari 5 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Sebagian lain 25% anak masih perlu bantuan guru dalam menggambar dengan media karayon dengan sederhana.
IV. Penutup A.
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan permasalahan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kemampuan dalam menggambar dengan media krayon (menggambar orang dengan, lengkap, pemandangan yang ada di sekitar) dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode pemberian tugas melalui media krayon. 2. Pada pendidikan anak usia dini (RA/TK) sebgaian besar anak belum mampu menggambar dengan baik dikarenakan kurangnya latihan baik dari orang tua/ guru. 3. Anak kurang berani menuangkan ide tentang pengalamannya dalam menggambar / belum mampu menyampaikan ide/ gagasan tanpa bantuan guru. 4. Proses pembelajaran di RA Muslimat NU 02 pada Kelompok B, perlu dukungan dan
J u n i
2 0 1 3
bantuan dari pembelajaran maksimal. B.
para dapat
wali murid agar tercapai dengan
Saran-saran Dari hasil analisis yang sudah disimpulkan, maka untuk pengembangannya perlu dilakukan sebagai berikut : 1. Guru perlu memberikan kebebasan pada anak untuk berkreatifitas. 2. Metode yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan yang hendak dicapai. 3. Guru dan orang tua hendaknya bekerja sama dalam mendidik anak agar tujuan pendidikan tercapai.
Pustaka Depdikbud . 1995. Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak, Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar (GBPKB) Depdikbud. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Depdikbud. 1996. Mendidik Khusus Pengembangan Kemampuan Berbahasa. Jakarta Depdikbud. 2003. Media Pembelajaran. Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah. Jakarta Depdikbud. 1996. Didaktik / Metodik. Umum. Jakarta
28 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
2 0 1 3
Pendidikan Humanistik dan Implikasinya dalam Pembentukan Karakter Abd. Ghofur* *) Dosen di STKIP PGRI Lamongan Abstract Education became an important tool in developing a child's future. Unfortunately, many educational output that deviated from the purpose of education itself. For example, many acts of violence in the world of education, fighting between students, promiscuity, and others who make sad. One strategy to grow the character formation of students is to adopt a humanist education. Therefore, the concept emphasizes the humanity of humanist education in the learning process. This theory assumes that every child grows to touch him. If around to teach them with love, they will grow up with a positive character, and vice versa. Characters in this article are related to behavior, personality and attitude held by a person as a human being. Keywords: humanist education, character building, learning A.
Pendahuluan Setiap manusia terlahir dalam kondisi yang bersih dan suci, lingkungan dan kondisi di sekelilingnya yang membentuk karakteristik manusia tersebut. Banyak orang yang mengeluhkan tentang perilaku anak di era ini yang jauh dari kata terkendali. Bahkan banyak yang membeda-bedakan mengapa anak di masa lalu prilakunya lebih baik dari pada di masa kini. Apa sebenarnya yang berbeda antara pendidikan anak di masa lalu dengan model pendidikan era ini yang menyebabkan perbedaan karakter tersebut?. Tujuan utama pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan diri sendiri dengan cara membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia dan mambantu dalam mewujudkan semua potensi yang ada dalam diri. Selain teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif, sebuah teori belajar humanistik juga sangat penting untuk dimengerti. Seorang pendidik yang efektif, tidak hanya efektif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas saja (transfer of knowledge), tetapi juga efektif dalam relasi pribadinya dan “modeling”nya (transfer of attitude and values), baik kepada peserta didik maupun kepada seluruh anggota komunitas sekolah. Pendidikan yang humanis menekankan bahwa pendidikan pertama dan yang utama adalah bagaimana menjalin komunikasi dan relasi personal antara pribadi dengan pribadi dan antar pribadi dan kelompok di dalam komunitas sekolah. Relasi ini berkembang dengan pesat dan menghasilkan buah pendidikan jika dilandasi oleh cinta kasih antar mereka. Setiap pribadi hanya akan berkembang secara optimal dan relatif tanpa hambatan jika berada dalam suasana yang penuh
cinta (unconditional love), hati yang penuh pengertian (understanding heart) serta relasi pribadi yang efektif (personal relationship). Dalam mendidik seseorang, guru hendaknya mampu menerima diri sebagaimana adanya dan kemudian mengungkapkannya secara jujur (modeling). Mendidik tidak sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, melatih keterampilan verbal kepada para peserta didik, namun merupakan bantuan agar peserta didik dapat menumbuhkembangkan dirinya secara optimal (Riyanto, 2013). Belakangan ini banyak terjadi berita baik di media cetak maupun elektronik tentang prilaku anak sekolah yang sudah melampaui batas etika dan norma yang ada. Tawuran antar pelajar yang berujung pada kematian sia-sia, pergaulan bebas, hamil diluar nikah, kasus kriminal dan lain sebagainya. Hal ini menjadi tanda tanya besar tentang bagaimana sebenarnya pelaksanaan proses pendidikan yang diberikan kepada peserta didiknya hingga terjadi fenomena yang sedemikian rupa. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam beberapa tahun terakhir menekankan adanya pembentukan karakter pada setiap pelajaran yang diajarkan. Hal ini mulai tertuang pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dimasing-masing pelajaran. Namun sayangnya gagasan pendidikan karakter hanya sebatas pada tulisan di RPP saja, tapi minim prakteknya. Masih banyak terlihat para guru mengajar dengan kekerasan, memberikan tugas berlebihan dan gaya mengajar yang masih monoton. Dampaknya adalah para siswa mulai jenuh berangkat ke sekolah, karena belajar di sekolah dianggap sebagai sebuah beban dan berisi tekanan materi. Akhirnya mereka memilih keluyuran di jalan, bermain game di rental, dan
29 | J u r n a l
B.
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
beragam aktivitas lain dengan alasan utama menghindari pelajaran dan bertemu guru mereka yang dianggap menjadi beban. Faktor kecanggihan teknologi era ini yang tidak diimbangi dengan pembimbingan dan pengawasan orang tua dan gurunya juga menjadi boomerang. Disatu sisi teknologi sangat berperan penting terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, namun disisi lain kalau tanpa kontrol dampaknya juga berbahaya bagi perkembangan psikologis peserta didik. Tidak jarang karena melihat film porno di internet, banyak tindakan asusila yang dilakukan pelajar terjadi. Inilah saatnya dunia pendidikan mengambil peran penting dalam membentuk karaktek generasi bangsa. Hal ini bisa dilakukan dengan mengembalikan ruh dan tujuan pendidikan itu sendiri. Bahwa tujuan sejati dari pendidikan seharusnya adalah pertumbuhan dan perkembangan diri peserta didik secara utuh sehingga mereka menjadi pribadi dewasa yang matang dan mapan, mampu menghadapi berbagai masalah dan konflik dalam kehidupan sehari-hari. Agar tujuan ini dapat tercapai maka diperlukan sistem pembelajaran dan pendidikan yang humanis serta mengembangkan cara berpikir aktif-positif dan keterampilan yang memadai (income generating skills). Konsep Pendidikan Humanis Pada akhir tahun 1940-an muncul suatu perspektif psikologi baru yang dipelopori oleh beberapa orang yang mengembangkan ilmu psikologi, diantaranya yaitu ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial dan konseler. Gerakan ini berkembang dan kemudian dikenal sebagai psikologi humanistik. Psikologi ini berusaha untuk memahami prilaku seseorang dari sudut si pelaku (behavior), bukan dari pengamat (observer). Dalam dunia pendidikan, aliran humanistik muncul pada tahun 1960 sampai dengan 1970-an dan kemudian perubahanperubahan dan inivasi yang terjadi selama dua dekade yang terakhir pada abad 20 ini pun juga akan menuju pada arah ini. Slavin mengemukakan bahwa pendidikan humanistik berarti pendidikan yang bercorak kemanusiaan. Tokoh yang menggagas pertama kali pendidikan humanistik dengan nilai-nilai kemanusiaan adalah Jean Jacques Rousseau dengan ide nya yang berbunyi “man is good by nature and must discover that nature and follow it“ artinya manusia pada hakekatnya lebih baik, oleh karena itu hakekat tersebut harus ditemukan dan diikuti. Tokoh lain yang dianggap memberikan pengaruh yang besar
2 0 1 3
dalam dunia pendidikan sekarang adalah Jhon Dewey, Abraham Maslow dan Carl R. Rogers. Dalam pendidikan humanistik, ada beberapa hal pokok mendasar yang yang perlu diketahui sebagai seorang pendidik, yaitu: 1. siswa harus memiliki pegangan substansial (a substantial hand) tentang arah pendidikan yang dilakukan, baik dalam hal memilih pelajaran dan tentang cara mempelajarinya. 2.
Adanya unsur rasa dan unsur cipta yang harus diperhatikan dan perlu dikembangkan dalam proses belajar mengajar karena kedua unsur tersebut terjadi secara stimulant yakni ketika siswa berfikir pada saat itu juga mereka merasa. Hal tersebut menuntut agar seorang pendidik yang biasanya lebih banyak berperan sebagai fasilitator dari pada pemberi ilmu pengetahuan, agar tidak menciptakan jarak sosial dengan siswanya melainkan menjadi siswa senior yang selalu siap menjadi nara sumber, konsultan dan sebagai juru bicara.
3.
Pendidk harus menciptakan lingkungan kelas yang dapat menjamin proses belajar mengajar, sebab salah satu ciri kelas humanistik adalah lingkungan kelas yang aman dan nyaman agar siswa merasa yakin bahwa mereka dapat belajar dan dapat mengerejakan hal-hal positif.
4.
Pendidikan humanistik diharapan untuk dapat membantu siswa agar mencapai perwujudan dirinya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimilikinya, sehingga tujuan humanistik dapat tercapai yaitu tercapainya derajat manusia yang mampu mengaktualisasikan dirinya ditengah kehidupan masyarakat sesuai potensi yang dimilikinya
Desmita (2010) mengemukakan tentang kelebihan dan kelemahan teori belajar humanistik. Penjelasannya sebagai berikut; 1. Kelebihan teori belajar humanistik
a) Siswa akan maju menurut iramanya sendiri dengan suatu perangkat materi yang sudah ditentukan lebih dulu untuk mencapai suatu perangkat tujuan yang telah ditentukan pula karena para siswa bebas menentukan cara mereka sendiri dalam mencapai tujuan mereka sendiri.
30 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
2 0 1 3
aliran humanistik mempunyai perhatian yang murni dalam pengembangan anak-anak (perbedaan dari per individu)
Ada beberapa pengaruh perkembangan kepribadian (karakter) yang dialami oleh anak, diantaranya adalah sebagai berikut; 1. Lingkungan keluarga
c) Ada perhatian yang kuat terhadap
2.
Dasar pembentukan akhlak seorang anak yang baik yaitu bermula dari dalam sebuah keluarga. Kepribadian seorang anak akan lebih sulit berkembang jika di dalam sebuah keluarga sering terjadi konflik antara orang tua dan anak. Karena jika suasana rumah yang terdapat banyak konflik dapat menyebabkan seorang anak akan mengalami suatu tekanan emosional dan akan melampiaskannya dengan perilaku negatif seperti penggunaan obatobatan terlarang dan pertengkaran (Ancok 2001). Lingkungan sekolah
3.
Sekolah merupakan wahana atau tempat seorang anak mencari ilmu. Selain itu, sekolah juga berfungsi sebagai salah satu pembentukan kepribadian anak. Sekolah juga sering kali menjadi sumber frustasi bagi sebagian anak-anak dan frustasi tersebut berasal dari berbagai sumber diantaranya persepsi yang negatif terhadap suasana sekolah, persepsi negatif terhadap perilaku gurunya, dan banyaknya peraturan yang ada. Lingkungan masyarakat
b) Pendidik
pertumbuhan pribadi dan perkembangan siswa secara individual dan hubungan-hubungan manusia ini adalah suatu usaha untuk mengimbangi keadaan-keadaan baru yang selalu di jumpai oleh siswa, baik di dalam maupun di luar masyarakat.
d) Memperoleh
pengetahuan secara meluas tentang sejarah, sastra, pengolahan strategi untuk berfikir produktif, karena pendekatan humanistik merupakan suatu pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikehendaki secara sosial.
e) Para siswa dapat memilih suatu pelajaran agar mereka dapat mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah pelajaran yang akan dipelajari atau jenis-jenis pemecahan masalah dan aktivitas-aktivitas kreatif yang akan dilakukan. 2.
Kekurangan teori belajar humanistik
a) Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan dalam proses belajar.
ketinggalan
b) Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar. C.
Konsep Pembentukan Karakter pada Anak Menurut Stephen Covey dalam bukunya yang berjudul “7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif”, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya terdapat tiga teori utama yang mendasari terbentuknya karakter, yaitu: Determinisme Genetis, Determinisme Psikis dan Determinisme Lingkungan. Determinisme genetis merupakan DNA yang diteruskan dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Determinisme psikis yaitu berdasarkan pengasuhan yang diberikan orang tua kepada kita. Sedangkan determinisme lingkungan yaitu situasi atau keadaan lingkungan.
Masyarakat merupakan subsistem dalam kehidupan anak yang juga berperan membantu pembentukan kepribadian. Didalam kehidupan bermasyarakat yang akan membingungkan seorang anak yaitu norma yang terdapat didalam suatu masyarakat tersebut. Selain itu faktor lain yang juga berperan dalam pembentukan yaitu faktor media, baik media massa ataupun media elektronik. Contoh dari faktor media massa yaitu salah satunya majalah, koran, novel, dan komik. Sedangkan contoh dari faktor media elektronik yaitu televisi, radio, dan internet. Media televisi menyiarkan iklan, film dan lain-lain. Jika orang tua tidaklah selektif, maka tayangan atau siaran yang seharusnya seorang anak tidak melihat dan mengetahuinya bisa saja merusak akhlak seorang anak tersebut. Majalah merupakan salah satu media massa yang berkembang dan sangat digemari oleh para anak-anak dan remaja. Karena majalah dapat memberikan hal-hal praktis tanpa harus meminta bantuan dari orang lain dan mampu masuk ke pengalaman pribadi pembaca dan
31 | J u r n a l
D.
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
majalah juga membantu mengatasi kesepian dan menyajikan hal-hal yang menyenangkan dan mengajari berbagai hal-hal yang baru (Rivers 2003). Labib (2002) mengungkapkan bahwa sinetron remaja merupakan program lokal acara televisi yang memanfaatkan sumberdaya manusia khususnya remaja yang berada di dalam negeri. Sinetron remaja merupakan salah satu acara yang diminati remaja karena pesan yang didapat dekat dengan realitas sosial yang dialami remaja. Oleh karena itu, pengawasan orang tua dalam hal seperti ini sangatlah diperlukan dan dilakukan secara ekstra. Ada beberapa macam kepribadian (karakter) yang membagi manusia menjadi empat golongan, yaitu: (1) Koleris, yakni tipe kepribadian yang memiliki ciri-ciri tegas dan berjiwa kepemimpinan. Cenderung ingin melakukan segala suatu hal dengan sangat cepat. (2) Sanguinis, tipe kepribadian seperti ini adalah orang yang cerah, ceria dan biasanya suka memakai pakaian yang berwarna cerah. Tipe sanguinis adalah orang yang senang menjadi pusat perhatian orang. (3) Melankolis, yakni tipe yang biasanya orangnya rapi, detail. Jika menggunakan pakaian biasanya rapi dan selalu memadukan warna yang cocok. Dan (4) Pleghmatis, yakni kepribadian yang suka melakukan sesuatu berdasarkan urutan yang sudah diberikan. Setelah mengetahui kepribadian koleris, sanguinis, melankolis dan pleghmatis yang perlu diketahui adalah bahwa tidak ada kepribadian yang lebih baik daripada lainnya, artinya manusia memiliki kadar kepribadiannya masingmasing. Tidak ada manusia yang memiliki kepribadian yang sama, semuanya berbeda. Dan semua kepribadian tidak ada yang baik dan tidak ada yang buruk. Semuanya tergantung diri manusia. Implementasi Pendidikan Humanis dalam Pembentukan Karakter Teori humanisme merupakan konsep belajar yang lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuannya tersebut. Teori humanisme banyak mengadopsi prinsipprinsip progresif dan mendapat stimulan dari eksistensialisme, yang mencakup keberpusatan pada anak, peran guru yang tidak otoritatif, pemfokusan pada subjek didik yang terlibat aktif, dan sisi-sisi pendidikan yang kooperatif dan demokratis. Pada intinya fokus teori humanisme adalah perilaku seseorang. Selain itu
2 0 1 3
teori belajar humanistik sifatnya sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses pembelajaran itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan dan bertujuan untuk memanusiakan manusia itu sendiri serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dalam artian memanusiakan manusia adalah perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri dan memahami manusia terhadap lingkungan dan dirinya sendiri (Komara, 2013). Berangkat dari disiplin ilmu psikologi, psikologi humanistik memberikan sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan humanistik. Para ahli psikologi pendidikan menyatakan bahwa pada dasarnya pendidikan humanistik bukanlah sebuah strategi belajar, melainkan sebagai sebuah filosofi belajar yang sangat memerhatikan keunikan-keunikan yang dimiliki oleh siswa, bahwa setiap siswa mempunyai cara sendiri dalam mengkonstruk pengetahuan yang dipelajarinya. Pembelajaran dengan pendekatan ini juga lebih menghargai domain-domain lain yang ada dalam diri siswa selain domain kognitif dan psikomotorik, selain dalam proses pembelajarannya nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam diri siswa mendapat perhatian untuk dikembangkan. Pendidikan humanistik memandang proses belajar bukanlah sebagai sarana transformasi pengetahuan saja, tetapi lebih dari itu, proses belajar merupakan bagian dari mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai contoh, Miller menggagas sebuah model pendidikan yang menekankan pada humanizing classroom, memanusiawikan ruang kelas. Maksudnya, dalam proses pembelajaran guru hendaknya memperlakukan siswasiswanya sesuai dengan kondisi mereka masingmasing (baharudin dan nur wahyuni, 2010: 143144). Perhatian Psikologi Humanistik yang utama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik aliran humanistik, penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.
32 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
Untuk membentuk karakter suatu anak memang membutuhkan proses, waktu dan beberapa komponen yang mempengaruhinya. Beberapa perkembangan karakter yang dialami oleh anak adalah pada keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakatnya. Untuk mewujudkan karakter seorang anak harus ada keberimbangan dari ketiga komponen tersebut. Hal yang paling sederhana dan mudah difahami sekaligus dipaktekan oleh para siswa adalah bagaimana cara guru mengajar, bagaimana guru bertindak dan berucap. Apa saja yang dilakukan oleh guru dan orang-orang disekelilingnya sangat berdampak pada prilaku anak. Ketika guru mengajar dengan hatinya, lembut tutur katanya dan menyesuaikan dengan kondisi siswanya maka akan diikuti kelembutan sikap dari siswanya, dan sebaliknya. Artinya bahwa setiap anak memiliki karakteristik kemanusiaan, jika ia diperlakukan dengan menyentuh sisi kemanusiaannya, maka si anak akan cepat meresponnya. Setiap anak akan bertindak sebagaimana apa yang ia lihat, ia dengar dan ia rasakan. Ketika si anak berkata kotor dan jorok, berarti dia mendengar sekelilingnya mengucapkan hal itu. Jika si anak berprilaku kasar berarti dia belajar hal tersebut dari apa yang ia rasakan. Artinya bahwa setiap anak akan meniru setiap informasi baik verbal maupun non verbal dari apa yang ia alami. Pendidikan humanis mengajari anak dengan rasa cinta dan kasih sayang. Setiap anak akan merasakan kedamaian dan nyaman saat guru yang menggunakan pendekatan humanis mengajar. Sebab sang guru tahu bagaimana memperlakukan anak sebagai manusia seutuhnya yang memiliki rasa, karsa dan ingin mencipta sesuai kondisinya. Dengan pendekatan humanis guru menjadi fasilitator bagi siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Lebih dari itu, siswa bisa membentuk karakter bersosial dan bergaul secara permanen. Sebab apa yang ia alami menjadi ilmu praktis yang akan melekat pada pribadi masing-masing siswa. Pendidikan humanis yang dilakukan oleh guru di sekolah semestinya juga dilakukan dalam keluarga. Bagaimana orangtua sebagai model bisa menjaga prilakunya dari hal-hal yang negatif. Apa yang dilihat oleh anak berpotensi besar untuk ditiru oleh mereka. Orangtua sering menyelahkan prilaku negatif anak, paahal si anak melakukan prilaku tesebut karena melihat tindakan yang dialami oleh orangtuanya. Oleh karena itu penerapan konsep-konsep pendidikan humanis bisa diterima anak di berbagai kondisi, baik itu di keluarga, sekolah maupun lingkungan
2 0 1 3
E.
masyarakat. Sehingga karakter yang dimiliki oleh anak akan terbentuk dengan baik sesuai prinsip-prinsip pembelajaran humanis yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Kesimpulan Pendidikan adalah kegiatan yang penuh makna untuk membantu sesorang sebagai individu, mengembangkan kemampuan dan menggunakannya. Pendidikan juga merupakan kunci terwujudnya masyarakat dan dunia yang lebih baik. Anak akan bertingkah laku sebagaimana pendidikan yang ia alami ketika proses belajar berlangsung, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan humanis hadir sebagai upaya menciptakan kondisi belajar yang memanusiakan manusia. Tidak ada tekanan yang diberikan guru untuk menjadi beban bagi para siswanya. Siswa diberikan keleluasaan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan menjaga nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki oleh anak tersebut. Sehingga untuk menumbuhkan karakter pada diri anak secara tidak langsung bisa tertanam sejak dini. Teori tentang pendidikan humanis ini sering dikritik karena sukar diterapkan dalam konteks yang lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan. Namun karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan manusia, maka teori ini mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan tersebut.
Daftar Pustaka _____, “Pendidikan Humaniora untuk Membangun Humanisme Baru”. (artikel yang akan terbit dalam Festschrift untuk Prof. Dr. H.A.R. Tilaar). Badaruddin dan Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jokjakarta: Ar-Ruzmedia Desmita.2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:PT Remaja Rosdakarya Hadis, Abdul dan Nurhayati. 2010. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung:Ayabeta Komara, Edi. 2013. Teori Humanisme dan Implementasinya dalam Pembelajaran. http://catatansederhanakomara.blogspot.com/20 13/07/teori-humanisme-danimplementasinya.html
33 | J u r n a l
K a r y a
P e n d i d i k a n
V o l
1
N o 2
J u n i
Nemiroff, G.H., 1992. Reconstructing Education Toward a Pedagogy of Critical Humanism. New York: Bergin & Garvey. Nussbaum, M.C., 2000. Cultivating Humanity. A Classical Defense of Reform in Liberal Education. Cambridge: Harvard University Press. Sastrapratedja, M. 2001. Pendidikan sebagai Humanisasi. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata Dharma. Veugelers, Wiel, 2010. Education and Humanism. Linking Autonomy and Humanity. Rotterdam: Sense Publishers. Wear, Delese and Bickel, Janet. 2000. Educating for Professionalism. Creating Culture of Humanism in Medical Education. Iowa: University of Iowa Press.
2 0 1 3