Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
SITUS GOA PASIR SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI KABUPATEN TULUNGAGUNG
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Pendidikan Sejarah
OLEH:
SUPRIYADI NPM: 14.1.01.02.0072P
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015
SUPRIYADI | 14.1.01.02.0072P FKIP – Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 1||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
SUPRIYADI | 14.1.01.02.0072P FKIP – Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 2||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
SUPRIYADI | 14.1.01.02.0072P FKIP – Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 3||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
SITUS GOA PASIR SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI KABUPATEN TULUNGAGUNG SUPRIYADI NPM: 14.1.01.01.0072P Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Program Studi Pendidikan Sejarah
[email protected] Drs. Agus Budianto, M.Pd. dan Dr. Zainal Afandi, M.Pd. UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi banyaknya peninggalan sejarah di daerah Tulungagung yang dapat menjadi sumber belajar sejarah atau tempat belajar memahami masa lampau, salah satu diantaranya adalah Cagar Budaya Situs Goa Pasir. Penelitian ini mengungkap masalah pokok yaitu: (1) Bagaimana aspek historis Situs Goa Pasir Tulungagung sehingga dapat menjadi salah satu sumber belajar sejarah di Kabupaten Tulungagung (2) Bagaimana memanfaatkan Situs Goa Pasir sebagai salah satu sumber belajar pembelajaran sejarah. Pendekatan penelitian kualitatif deskriptif, pengambilan data ditempuh dengan teknik wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Keabsahan/validitas data dilakukan dengan cara triangulasi sumber dan triangulasi metode, sehingga diperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya. Analisis data yang digunakan analisis interaktif, yaitu interaksi antara pengumpulan data dengan reduksi data, sajian data dan verifikasi. Dari hasil penelitian, Goa pasir sebagai situs kepurbakalaan ditinjau dari aspek historis merupakan mandala/Kadewaguruan dan pernah menjadi tempat pertapaan Rajapatni. Sebagai Kadewaguruan, berdasarkan data-data yang ada yakni relief cerita sempalan Arjuna Wiwaha (adegan erotis pada dinding Goa), arca Budha, yoni, relief kura-kura ataupun fragmen batu perwujudan kura-kura (Dewa Bumi), menunjukkan bahwa Goa Pasir juga sebagai tempat penyelenggara pemujaan/ritus kesuburan yang bertujuan mewujudkan kemakmuran di bidang pertanian pada masa Majapahit, dan sekaligus menampung berbagai aliran kepercayaan. Situs Goa Pasir sebagai salah satu peninggalan sejarah dapat dijadikan sumber belajar sejarah utamanya sejarah lokal.. Nilai didaktik pengetahuan sejarah dalam pendidikan masa kini, selain bertujuan membangkitkan kesadaran sejarah juga meningkatkan proses rasionalisasi serta melepaskan pikiran mitologis. Berbagai bentuk jenis pembelajaran berupa Tatap Muka/metode karyawisata, Penugasan Terstruktur, dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur ataupun program pengayaan tentang Situs Goa Pasir, membuat situs tersebut dapat menjadi salah satu objek wisata sejarah, dan diharapkan kunjungan para pelajar (SD, SMP, SLTA, Mahasiswa) ke tempat tersebut nantinya benar-benar dapat bermakna positif. Kata kunci: Situs Goa Pasir, Sumber Belajar, Pembelajaran Sejarah
SUPRIYADI | 14.1.01.02.0072P FKIP – Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 4||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
I.
materi sejarah dikaitkan dengan peristiwa
LATAR BELAKANG Dalam
rangka
menjalankan
atau fenomena yang terjadi pada saat ini.
reformasi pendidikan tentang pembelajaran
Dengan
sejarah maka materi yang dikembangkan
diharapkan
dalam pembelajaran sejarah harus memiliki
membangun daya nalar dan tidak bersifat
pendekatan
Muatan
indoktrinasi.. Materi pembelajaran sejarah
multikultural perlu diberikan pada peserta
harus memiliki misi pembentukan karakter
didik sesuai dengan prinsip pengembangan
bangsa (nation building). Hal ini dilakukan
kurikulum sebagaimana tercantum dalam
dengan
Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang
membangun jati diri bangsa. Nilai-nilai yang
standar
dikembangkan dari peristiwa sejarah harus
isi,
pengembangan
multikultural.
yaitu
bahwa
prinsip
pada
potensi,
berpusat
pendekatan materi peserta
tujuan
seperti
didik
materi
sejarah
ini
mampu
mampu
dapat tertanam dalam diri peserta didik.
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
Guru sejarah sebagai bagian dari
peserta didik dan lingkungannya. Selain itu,
agen perubahan, bagaimana menyikapi dan
secara realitas objektif masyarakat Indonesia
melaksanakannya dengan sebaik mungkin.
adalah masyarakat plural baik secara suku,
Sebagai ujung tombak dalam pembelajaran,
agama, etnis, dan budaya.
guru sejarah diharapkan sudah memahami
Implikasi
dari
pendekatan
ataupun berkeinginan untuk memanfaatkan
multikultural adalah materi sejarah harus
lingkungan
mengembangkan
lokal.
kesejarahan sebagai sumber pembelajaran
Materi sejarah lokal dapat bersumber dari
sejarah untuk peserta didiknya, sehingga
peristiwa-peristiwa lokal yang terjadi di
peserta didik mengenal dan memahami
suatu daerah. Eksplorasi materi sejarah lokal
dengan baik sejarah daerahnya. Sartono
dapat
Kartodirdjo (1994: 51) menyatakan bahwa
materi
bersumber
sejarah
dari
peninggalan-
yang
memiliki
nilai-nilai
peninggalan sejarah yang ada di daerah
peninggalan-peninggalan
tersebut, penulisanannya berdasarkan tema-
daerahnya bisa membangkitkan inspirasi
tema tertentu. Selain itu materi sejarah lokal
dan aspirasi untuk kelak mengabdi kepada
yang ditampilkan dapat dilihat dari dinamika
negara dengan penuh dedikasi dan kesediaan
lokal yang terjadi dalam konteks sejarah
berkorban.
nasional dan dunia atau dinamika sejarah
lingkungan sebagai sumber belajar, maka
nasional dan dunia yang berdampak pada
kunjungan ke tempat bersejarah perlu
sejarah lokal.
diterapkan
Pendekatan penyajian materi sejarah
Untuk
dalam
dapat
proses
sejarah
di
memanfaatkan
pembelajaran
sejarah, sehingga peserta didik benar – benar
dilakukan secara kontekstual. Artinya sajian SUPRIYADI | 14.1.01.02.0072P FKIP – Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 5||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
memahami makna belajar sejarah, tidak
dimaksudkan adalah untuk memungkinkan
sekedar mendengar cerita sejarah.
membuat pengertian tentang berbagai hal,
Situs
Goa
merupakan
jejak
Pasir
setidaknya
peninggalan
dengan
mempersyaratkan
suatu
usaha
kerajaan
keterbukaan pikir untuk merumuskan objek
Majapahit yang dapat dijadikan sebagai
yang diteliti. Kegiatan penelitian dipusatkan
sumber belajar sejarah. Syaiful Bahri dan
pada tujuan dan pertanyaan yang telah
Aswan Zain (2006: 122-123) mengartikan
dirumuskan, namun tetap bersifat terbuka
sumber belajar adalah segala sesuatu yang
dan spekulatif karena segalanya secara pasti
dapat dipergunakan sebagai tempat di mana
akan ditentukan kemudian oleh keadaan
bahan pengajaran terdapat atau asal untuk
yang sebenarnya di lokasi studi (Sutopo,
belajar seseorang. Dengan demikian sumber
2006: 138). Studi penelitian ini juga
belajar
dilakukan
merupakan
menambah
ilmu
bahan/materi
untuk
pengetahuan
yang
dengan
menyusun
rencana
pengumpulan data dan memberi prioritas
mengandung hal-hal baru bagi si pelajar.
pada
Sebab pada hakikatnya belajar adalah untuk
Sedangkan sumber teori akan menuntun
mendapatkan hal-hal baru (perubahan).
analisis masalah dan menetapkan alternatif
Adapun tujuan dari
penelitian ini
strategi
analisis
yang
relevan.
penjelasan yang harus diuji.
adalah (1) untuk mengetahui aspek historis
Data atau informasi yang paling
Situs Goa Pasir Tulungagung sehingga dapat
penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam
menjadi
penelitian ini sebagian besar berupa data
salah
pembelajaran
satu
sumber
sejarah
di
belajar
Kabupaten
kualitatif.
Data
kuantitas
juga
akan
Tulungagung dan, (2) untuk mengetahui
dimanfaatkan sebagai pendukung simpulan
bagaimana
pembelajaran
penelitian. Informasi tersebut akan digali
secara tepat dengan memanfaatkan Situs
dari beragam sumber data, dan jenis sumber
Goa Pasir sebagai objek wisata sejarah
data
sekaligus
penelitian
merencanakan
sumber
belajar
sejarah
oleh
yang
akan ini
dimanfaatkan
meliputi:
dalam
informan/nara
masyarakat khususnya para guru dan pelajar
sumber, tempat/aktivitas pengunjung, arsip
di Kabupaten Tulungagung.
atau dokumen administrasi pembelajaran,
II.
buku kepustakaan dan internet.
METODE Pendekatan
digunakan
adalah
penelitian
Teknik pengumpulan data yang digunakan
kualitatif
dalam penelitian ini adalah: wawancara,
deskriptif yang bertujuan untuk memberikan
observasi, pencatatan dokumen dan studi
deskripsi kalimat secara rinci dan mendalam
kepustakaan. Sedangkan teknis analisis data
(Strauss,
yang akan digunakan dalam penelitian ini
1997:
penelitian
yangIII.
13).
Deskripsi
SUPRIYADI | 14.1.01.02.0072P FKIP – Pendidikan Sejarah
yang
simki.unpkediri.ac.id || 6||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
adalah analisis induktif dengan model
kemantapan informasi (Sutopo, 2006: 95).
analisis interaktif. Analisis induktif adalah
Untuk memantapkan validitas data selain
analisis yang tidak dimaksudkan untuk
melakukan wawancara untuk mendapatkan
membuktikan suatu prediksi atau hipotesis
data, maka digunakan pula teknik observasi
penelitian, tetapi simpulan yang dibuat
dan analisis dokumen.
dibentuk dari semua data yang telah berhasil ditemukan dan dikumpulkan di lapangan. Sifat analisis induktif ini sangat berkaitan dengan
kelenturan
dan
keterbukaan
penelitian. Dalam model analisis interaktif
III.
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN 1. Struktur Bangunan dan Aspek Historis Situs Goa Pasir
tiga komponen utama analisisnya yaitu
Kata Pasir mungkin pengucapan
reduksi data, sajian data, dan penarikan
baru dari pa + rsi parsi mendapat
simpulan
hukum perubahan bunyi, lalu diucapkan
atau
verifikasi,
aktivitasnya
dilakukan dalam bentuk interaktif dengan
menjadi
proses pengumpulan data sebagai suatu
zamannya nama kepurbakalaan tersebut
proses siklus.
adalah Parsian, dari kata Pa+rsi+an, atau
Untuk
menjamin
mengembangkan penelitian
ini
trianggulasi.
validitas akan
dan
data,
dalam
digunakan
teknik
pada
tempat kaum rsi (Munandar, 2015: 116). Diduga terdapat aktivitas para rsi yang luas, sehingga
Situs Goa
Pasir
menempati area yang cukup luas, di lereng
dilaksanakan adalah trianggulasi sumber
perbukitan berbatu dan di dataran, kurang
atau
menggunakan
lebih seluas 3 hektar. Terdapat dua ceruk
sumber yang berbeda dan yang tersedia.
Goa, pada bagian atas bukit pada ketinggian
Trianggulasi
berarti
kurang lebih 100 meter dari permukaan
membandingkan dan mengecek balik derajat
tanah. Goa menghadap ke Timur, di dalam
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
dinding Goa terdapat pahatan relief cerita
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
Arjuna Wiwaha. Ukuran ceruk Goa ini
penelitian kualitatif (Moleong, 2005: 330).
panjang sekitar 430 cm, tinggi 120 cm,
Selain trianggulasi sumber atau data juga
dalam 150 cm, sedangkan ceruk Goa pada
dilaksanakan
metode.
sisi sebelah barat bukit dan berada di bagian
Trianggulasi metode adalah mengumpulkan
bawah, ukurannya hampir sama hanya saja
data sejenis tetapi dengan teknik atau
pada dindingnya tidak terdapat relief.
yaitu
dengan
yang
Kemungkinan
akan
data
Trianggulasi
”pasir”.
sumber
trianggulasi
metode pengumpulan data yang berbeda
Di samping adanya dua ceruk Goa
pada sumber data yang sama untuk menguji
tersebut di bagian dataran masih ada
SUPRIYADI | 14.1.01.02.0072P FKIP – Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 7||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
ditemukan beberapa batu besar yang dipahat
2.
dengan relief yang kurang jelas, yang satu
Tulungagung
Relief
pada
Situs
Goa
Pasir
menghadap ke utara, yang lain menghadap
Relief pada dinding Goa Pasir berisi
ke barat. Terdapat pula bangunan bebatuan
cerita sempalan Kakawin Arjuna Wiwaha
yang bentuknya mirip kura-kura raksasa,
karangan Mpu Kanwa.
akan nampak jelas bila di lihat dari sebelah
a. Relief Erotis
atas.
Pada dinding bagian dalam ceruk Di sekitar lokasi ini terdapat sebuah
Goa bagian atas terdapat tiga panel relief. Di
makam kuno yang oleh warga setempat
bagian tengahnya terdapat relief yang
disebut dengan Makam Mbah Bodho. Yang
teksturnya tampak kurang rapi dan tidak
menarik, di depan makam kuno ini ada
begitu jelas. Relief itu menggambarkan
beberapa arca, umpak, miniatur bangunan,
seorang ksatria atau bangsawan yang sedang
padma, yoni dan batu-batu kuno
dikelilingi oleh beberapa wanita. Beberapa
sayang
bentuknya banyak yang tidak utuh.
ahli sejarah menduga relief itu berkisah
Di halaman berserakan batu bata
tentang Arjuna yang sedang bertapa dan
kuno masih banyak ditemukan, ukurannya
digoda oleh dua bidadari yaitu Supraba dan
relatif lebih besar dibanding ukuran batu
Tilotama. Adegan itu merupakan bagian dari
bata sekarang. Model batu bata tersebut
kisah
mirip batu bata zaman Majapahit. Dan di
Mahabarata. Sedangkan pada sisi kanan dan
sekitar
upaya
kiri terdapat relief seorang pria yang
tidak
mengenakan sorban di kepalanya tampak
area
juga
ada
eskavasi/penggalian,.namun dilanjutkan. Melihat
Arjuna Wiwaha
pada kitab
sedang bercumbu mesra dengan wanita yang kondisi
demikian
bertelanjang dada. Tekstur kedua relief itu
memang sangat mungkin bahwa Situs Goa
cukup rapi dan terlihat dengan jelas. Wanita
Pasir yang memiliki area sangat luas,
yang
dengan penataan bangunan yang sedemikian
menggoda seorang pria yang mengenakan
rupa, pada zaman Majapahit merupakan
sorban di kepalanya. Dengan bertelanjang
salah satu tempat yang penting bagi
dada, ia memamerkan keindahan tubuhnya
kerajaan,
pada sang pertapa.
tempat
ini
yang
disebut
mandala
(kadewaguruan) disebut juga wanasrama,
berkalung
cukup
besar
tampak
b. Kakawin Arjuna Wiwaha
merupakan sebuah kompleks perumahan
Kakawin Arjuna Wiwaha adalah
para pertapa, dengan tatanan secara khusus
kakawin pertama yang berasal dari Jawa
(Santiko, 2012: 127).
Timur. Karya sastra ini ditulis oleh Mpu Kanwa pada masa pemerintahan Prabu
SUPRIYADI | 14.1.01.02.0072P FKIP – Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 8||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Airlangga, yang memerintah di Jawa Timur
dahulu akan diungkap mengenai keagamaan
dari tahun 1019 M sampai dengan 1042 M.
pada masa Majapahit.
Sedangkan
kakawin
ini
diperkirakan
a. Pendidikan Agama
digubah sekitar tahun 1030 M. Kakawin
Majapahit
terdapat
pendidikan agama yang disebut mandala,
gunung
disebut pula Kadewaguruan karena dipimpin
Mahameru. Lalu ia diuji oleh para Dewa,
oleh seorang Siddhapandita atau Maharsi,
dengan dikirim tujuh bidadari. Bidadari ini
yang disebut Dewaguru (Santiko, 2012:
diperintahkan untuk menggodanya. Nama
127). Mandala (Kadewaguruan) disebut pula
bidadari yang terkenal adalah Dewi Supraba
sebagai
dan Tilottama. Para bidadari tidak berhasil
terpencil, di tempat-tempat sunyi, di hutan-
menggoda
hutan, di lereng gunung, di pantai-pantai dan
ketika
ia
menceritakan
masa
sang
Arjuna
ini
Pada
bertapa
di
Arjuna, maka Batara
Indra
datang sendiri menyamar menjadi seorang
wanasrama
karena
letaknya
sebagainya.
brahmana tua. Mereka berdiskusi soal
Mandala
merupakan
kompleks
agama dan Indra menyatakan jati dirinya
perumahan para pertapa dengan tatanan
dan pergi. Lalu setelah itu ada seekor babi
khusus. Tempat tinggal Dewaguru berada di
yang
tengah-tengah,
datang
memanahnya.
mengamuk Tetapi
dan
oleh
yang
bersamaan ada seorang pemburu tua yang
berdasarkan
tingkat
datang dan juga memanahnya. Ternyata
Karena tata letaknya yang demikian maka
pemburu ini adalah batara Siwa. Setelah itu
disebutlah Mandala (lingkaran) dengan titik
Arjuna
pusatnya
tugas untuk membunuh seorang
raksasa
yang
disusun
rumah
murid-murid
Niwatakawaca,
saat
dikelilingi
yang
diberi
pada
Arjuna
berjenjang
pengetahuannya.
tapowana,
tempat
tinggal
Dewaguru (Santiko, 1990).
mengganggu kahyangan. Arjuna berhasil
Mandala
Kadewaguruan
dalam tugasnya dan diberi anugerah boleh
kemungkinan muncul pada zaman Singasari,
mengawini tujuh bidadari ini.
karena
3. Fungsi Keagamaan Situs Goa Pasir
Rajapatigundala yang berasal dari masa
Majapahit
banyak
meninggalkan
dibicarakan
Singasari.
Jumlah
dalam
Kadewaguruan
kitab
di
bangunan suci serta tempat-tempat suci yang
Majapahit makin banyak di masa Raja
merupakan sisa sarana ritual keagamaan
Hayam Wuruk.
masa itu. Dan Situs Goa Pasir diperkirakan salah satu diantaranya. Untuk mengungkap fungsi keagamaan Situs Goa Pasir, terlebih
b. Ajaran di Kadewaguruan Apa
yang
diajarkan
di
Kadewaguruan tidak ada penjelasan, baik dalam Rajapatigundala, Negarakertagama
SUPRIYADI | 14.1.01.02.0072P FKIP – Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 9||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
maupun dalam sumber tertulis lainnya.
menyuarakan pesan-pesan keagamaan yang
Menurut Sri Sukesi Adiwimarta yang telah
berkenaan dengan etos atau pandangan
membandingkan
naskah
hidup sesuai dengan keinginan para pelaku
terutama naskah Kakawin Parthayajna dari
upacara, yaitu pesan tentang kesuburan
masa Majapahit, mengungkapkan tahap-
tanah, tanaman atau keturunan.
tahap ajaran dari seorang guru kepada
5. Urgensi Ritus Kesuburan bagi Petani
muridnya (1993: 233). Dalam kakawin
Masa Lampau
berbagai
isi
tersebut diceritakan Arjuna yang berkelana
Basis ekonomi Majapahit adalah
ke Gunung Indrakila untuk memperoleh
pertanian. Bagi petani, unsur penting bagi
senjata
produktivitas pertaniannya adalah kesuburan
sakti
agar
dapat
mengalahkan
Kurawa, adalah lambang seseorang
yang
tanah, pasokan air, dan bebas hama. Untuk
mencari pengetahuan suci yang akhirnya
memenuhinya dipilihlah lahan yang subur
diperoleh dengan susah payah dan secara
dan memiliki pasokan air yang cukup, dan
bertahap.
melakukan cara lain sesuai alam pikirannya,
4. Makna Simbolik Ritus Kesuburan
yaitu cara religis, magis atau religo-magis.
pada Situs Goa Pasir
Ritus pertanian adalah salah satu pendekatan
Simbol suci mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut: (a) muatannya
ekonomi
pertanian,
dengan
memakai
pendekatan ’religo-ekonomik’.
penuh dengan sistem-sistem nilai baik
Bukti
bahwa
ritus
kesuburan
apabila dibanding simbol biasa, (b) penuh
merupakan kegiatan religio-magis yang
dengan muatan emosi dan perasaan, (c)
diposisikan penting adalah ditemukannya
berkenaan dengan masalah paling hakiki
media/perangkat upacara berbentuk petanda
(Cahyono, 2012: 38).
seks, baik yang diekspresikan dalam bentuk
Arca dan relief yang berwujud petanda seks (relief pada dinding Goa) dan
arca dan relief yang banyak ditemukan di areal pertanian.
perwujudan kura-kura raksasa (Dewa Bumi)
Apabila ritus kesuburan merupakan
memenuhi ciri-ciri simbol suci. Di dalamnya
salah
terkadung nilai religius. Penggunaannya
mengoptimalkan produk ekonomi pertanian,
didorong
dan
berarti ada tiga pendekatan ekonomi yang
diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan
dikembangkan oleh masyarakat Jawa kuno:
dasar manusia sebagai pelaku upacara.
(1) tekno ekonomik, (2) sosio-ekonomik,
Simbol suci tersebut digunakan dalam
dan (3) religio-ekonomik (Cahyono, 2012:
komunikasi antara pelaku upacara dan unsur
39-40).
gaib
dilakukan
dari
oleh
emosi
dunia
keagamaan
gaib.
Simbol
SUPRIYADI | 14.1.01.02.0072P FKIP – Pendidikan Sejarah
suci
satu
pendekatan
Pendekatan
terakhir
oleh
masyarakat
untuk
banyak yang
simki.unpkediri.ac.id || 10||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
religiositasnya
tinggi,
seperti
pada
masyarakat masa Majapahit. Cara tersebut diyakini
dapat
menyelesaikan
(learning to live together) pada diri peserta didik (Mulyasa, 2007: 33).
problem
ekonomi petani masa lampau.
Dalam proses pembelajaran perlu adanya
pengembangan
variasi.
Pendekatan religio-ekonomik lewat
Pengembangan variasi pembelajaran tentu
kultus kesuburan banyak dilakukan pada
tidak sembarangan, tetapi ada tujuan yang
masa Majapahit, hal ini dilatari oleh tiga hal:
hendak dicapai, yaitu meningkatkan dan
(1) wilayah penggunanya adalah desa-desa
memelihara perhatian peserta didik terhadap
pertanian (thani), (2) pada masa Majapahit
relevansi proses pembelajaran, memberi
ditandai oleh menguatnya kultus terhadap
kesempatan
lingga (dan yoni), (3) revivalisme tradisi
motivasi, membentuk sikap positif terhadap
megalitik
guru dan sekolah, memberi kemungkinan
berbentuk
kultus
kesuburan
kemungkinan
berfungsinya
(Cahyono, 2012: 42)
pilihan dan fasilitas belajar individual, dan
6. Situs Goa Pasir sebagai Sumber
mendorong peserta didik untuk belajar
Belajar Sejarah
(Syaiful Bahri, 2006: 3).
Kehadiran para pelajar di Situs Goa
Pembelajaran sejarah dimaksudkan
Pasir sangat membanggakan, namun apabila
untuk membantu peserta didik berpikir
kedatangan mereka tanpa terprogram atau
secara sistematik dan abstrak mengenai isu-
tanpa pendampingan guru atau pengetahuan
isu nilai sehingga nantinya dapat membuat
dasar yang tepat tentang Situs Goa Pasir,
keputusan cerdas baik secara personal
maka
adalah
maupun sosial di masa depan. Sejarah
penyalahgunaan tempat yang seolah tidak
diajarkan sebagai instrumen berpikir secara
memiliki nilai historis yang seharusnya
logik, faktual dan mengembangkan daya
dipahami.
interpretasi sehingga menghasilkan berpikir
hasil
yang
Dalam rangka
didapat
dan
kritis, analitis serta menumbuhkan kesadaran
pengembangan proses pembelajaran, guru
keterpautan antara kejadian masa lampau
dituntut
proses
dengan masa kini dan masa yang akan
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
datang (I Gde Widja, 1992: 253). Dengan
bermakna, yakni lebih menekankan pada
demikian
belajar mengetahui (learning to know),
pelajaran barang mati yang tidak ada makna
belajar berkarya (learning to do), belajar
dan konteksnya dengan kehidupan sekarang
menjadi diri sendiri (learning to be), dan
dan masa yang akan datang. Canggihnya
belajar hidup bersama secara harmonis
teknologi sekarang ini tidak tiba-tiba, selalu
untuk
pelaksanaan
mewujudkan
pelajaran
sejarah
bukanlah
ada yang mengawali dan berproses yang SUPRIYADI | 14.1.01.02.0072P FKIP – Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 11||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
tidak pernah berhenti. Kesadaran ini akan
untuk peserta didik, dirancang guru untuk
menumbuhkan
sikap
menghargai
mencapai kompetensi. Waktu penyelesaian
pendahulunya
sekaligus
membangun
penugasan ditentukan oleh peserta didik dan
inspirasi yang konstruktif. Ketika
tidak terjadi interaksi langsung antara
seorang
akan
pendidik dan peserta didik. Waktu untuk
melaksanakan pembelajaran dalam satu
penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri
tahun pelajaran maka guru harus membuat
tidak terstruktur bagi peserta didik pada
Program
Program
SMA maksimum 60% dari jumlah waktu
Semester (Promes), Silabus dan RPP. Dari
kegiatan tatap muka. Kegiatan mandiri tidak
program-program tersebut maka guru dapat
terstruktur adalah kegiatan pembelajaran
merencanakan sejak awal mengenai proses
yang dirancang oleh guru namun tidak
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
dicantumkan
Tahunan
Berdasarkan
guru
(Prota),
Standar
Isi,
beban
Strategi
dalam
jadwal
pelajaran.
yang
digunakan
pembelajaran
belajar untuk peserta didik diartikan waktu
adalah discovery inquiry dengan metode
yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk
seperti penugasan, observasi lingkungan,
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
atau
sistem: Tatap Muka (TM), Penugasan
investigasi/penelitian ilmiah, dan problem
Terstruktur (PT), dan Kegiatan Mandiri
solving (Diklat/Bimtek SNP/KTSP, 2009).
proyek,
eksplorasi,
Tidak Terstruktur (KMTT), hal ini juga
Dengan demikian pemanfaatan Situs
harus menjadi perhatian guru saat menyusun
Goa Pasir sebagai sumber belajar memang
program pembelajaran.
harus dipilih dan dirancang untuk kelas
Pembelajaran Tatap Muka (TM)
berapa, semester berapa, KD apa, bentuk
adalah kegiatan pembelajaran yang berupa
pembelajaran jenis apa, benar-benar jelas.
proses interaksi langsung antara pendidik
Sebagai misal, pembahasan kompetensi
dan peserta didik. Penugasan Terstruktur
dasar
(PT) adalah kegiatan pembelajaran berupa
perkembangan
agama
pendalaman materi untuk peserta didik,
Hindu-Budha
terhadap
dirancang guru untuk mencapai kompetensi.
berbagai daerah di Indonesia (KTSP 2006
Waktu penyelesaian penugasan ditentukan
Kelas XI Program IPS)” atau ”(KD) 3.6.
oleh guru. Dalam kegiatan ini tidak terjadi
Menganalisis
interaksi langsung antara pendidik dan
masyarakat, pemerintahan, dan kebudayaan
peserta didik. Kegiatan Mandiri Tidak
pada
Terstruktur
kegiatan
Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-
pembelajaran berupa pendalaman materi
bukti yang masih berlaku pada kehidupan
(KMTT)
adalah
SUPRIYADI | 14.1.01.02.0072P FKIP – Pendidikan Sejarah
”(KD) 1.1.Menganalisis pengaruh
masa
dan
masyarakat
karakteristik
kerajaan
kebudayaan di
kehidupan
Hindu-Budha
di
simki.unpkediri.ac.id || 12||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
masyarakat Indonesia masa kini” atau ”KD
program
4.6. Menyajikan hasil penalaran dalam
Pembelajaran
bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur-
pembelajaran tambahan dengan tujuan untuk
unsur budaya yang berkembang pada masa
memberikan kesempatan pembelajaran baru
kerajaan
Hindu-Buddha
berkelanjutan
dalam
pembelajaran
pengayaan.
pengayaan
merupakan
dan
masih
bagi peserta didik yang memiliki kelebihan
kehidupan
bangsa
sedemikian rupa sehingga mereka dapat
Indonesia pada masa kini” (Kurikulum 2013
mengoptimalkan
mata pelajaran Sejarah Indonesia Wajib
bakat
kelas X). Dari contoh KD tersebut maka
pengayaan
Situs Goa Pasir dapat dijadikan sebagai
keterampilan
salah satu sumber pembelajaran. Kemudian
keterampilan
memecahkan
ditentukan jenis pembelajarannya, apakah
eksperimentasi,
inovasi,
merupakan pembelajaran tatap muka (guru
sebagainya.
menggunakan metode karyawisata) atau
memberikan pelayanan kepada peserta didik
penugasan terstruktur (guru menerapkan
yang memiliki kecerdasan lebih dengan
metode pemberian tugas) atau kegiatan
tantangan belajar yang lebih tinggi untuk
mandiri
membantu
tidak
terstruktur
(guru
menggunakan metode proyek atau observasi
perkembangan
minat,
dan kecakapannya. Pembelajaran berupaya
mengembangkan
berpikir,
kreativitas, masalah,
penemuan
Pembelajaran
mereka
dan
pengayaan
mencapai
kapasitas
optimal dalam belajarnya.
lingkungan). Untuk semua jenis kegiatan
Goa
pasir
sebagai
situs
tersebut di atas guru bisa memberikan hand
kepurbakalaan ditinjau dari aspek historis
out kepada peserta didik sebagai panduan
merupakan
mandala/Kadewaguruan
dan
belajar.
pernah menjadi tempat pertapaan
Sri
Situs
Goa
Pasir
juga
dapat
Rajapatni (nenek Raja Hayam Wuruk) yang
dimanfaatkan sebagai program pembelajaran
jasatnya kemudian dicandikan di Candi
pengayaan. Secara umum pengayaan dapat
Gayatri Boyolangu. Sebagai Kadewaguruan,
diartikan sebagai pengalaman atau kegiatan
berdasarkan data-data yang ada yakni relief
peserta didik yang melampaui persyaratan
cerita sempalan Arjuna Wiwaha (adegan
minimal yang ditentukan oleh kurikulum
erotis pada dinding Goa), arca, yoni, relief
dan tidak semua peserta didik dapat
kura-kura ataupun fragmen batu perwujudan
melakukannya (Dep.Dik.Nas., 2008).
kura-kura
Jika ada peserta didik yang lebih
bahwa
(Dewa Goa
Bumi),
Pasir
menunjukkan
sebagai
mudah dan cepat mencapai kompetensi
penyelenggara
minimal yang ditetapkan, maka sekolah
yang bertujuan mewujudkan kemakmuran di
perlu memberikan perlakuan khusus berupa
bidang pertanian pada masa Majapahit. Dari
SUPRIYADI | 14.1.01.02.0072P FKIP – Pendidikan Sejarah
pemujaan/ritus
tempat kesuburan
simki.unpkediri.ac.id || 13||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
adanya artefak yang ada, Situs Goa Pasir merupakan mandala bagi semua aliran kepercayaan yang ada di Majapahit. Situs Goa Pasir sebagai sumber belajar sejarah utamanya sejarah lokal, agar generasi muda (pelajar) dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman nenek moyangnya. Berbagai bentuk jenis pembelajaran berupa Tatap Muka/metode karyawisata, Penugasan Terstruktur, dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur ataupun program pengayaan tentang Situs Goa Pasir, maka situs tersebut dapat menjadi objek wisata sejarah, dan kunjungan para pelajar ke tempat tersebut nantinya dapat benarbenar bermakna positif.
III.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Majid. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Adiwimarta, Sri Sukesi. 1993. Unsur-unsur Ajaran dalam Kakawin Parthayajna. Jakarta: Universitas Indonesia BSNP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas Mata Pelajaran Sejarah. Surabaya: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sub Din Dikmenum. Cahyono, M. Dwi. 2012. Makna dan Fungsi Simbol Seks dalam Ritus Kesuburan Masa Majapahit. Amerta. Vol. 30 No. 1: 19-44 Dasim Budimansyah. 2007. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio. Bandung: P.T. Genesindo Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2008. Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran SUPRIYADI | 14.1.01.02.0072P FKIP – Pendidikan Sejarah
Pengayaan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. I Gde Widja. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Strategi dan Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ___________. 1992. Sejarah Lokal, Suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ignatius Kuntara Wiryamartana, 1990, Kakawin Arjunawiwaha. Transformasi Teks Jawa Kuna. Yogyakarta: Duta Wacana University Press Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMA/MA dan SMK/MAK Sejarah Indonesia Muljana, Slamet. 2006.Tafsir Sejarah Nagara Kretagama. Jogjakarta: LkiS Munandar, Agus Aris. 2015. Keistimewaan Candi-Candi Zaman Majapahit. Jakarta: Wedatama Widya Sastra Mustakim. 2008. Sejarah Lokal dan Kebudayaan Daerah. (Makalah Pembekalan Lawatan Sejarah Jawa Timur). Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Santiko, Hariani. 2012. Agama dan Pendidikan Agama pada Masa Majapahit. Amerta.Vol. 30 No. 2.: 123-133 Strauss, Anselm. 1997. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Prosedur, Teknik dan Teori Grounded (terjemahan Djunaidi Ghony). Surabaya: Bina Ilmu. Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Suwarno Asmadi (Pemandu Wisata) dan Haryono Soemadi, 2004, Candi Sukuh. Antara Situs Pemujaan dan Pendidikan Seks. Surakarta: C.V. Massa Baru. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. simki.unpkediri.ac.id || 14||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Tim Peneliti, Aminuddin Kasdi (ed). 2003. Sejarah Tulungagung. Surabaya: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Zoetmulder, P.J. 1983, Kalangwan. Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Jakarta: Djambatan
SUPRIYADI | 14.1.01.02.0072P FKIP – Pendidikan Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 15||