SISTEM TATANIAGA KOMODITI SALAK PONDOH DI KABUPATEN BANJARNEGARA, PROPINSI JAWA TENGAH
OLEH: ZAKY ‘ADNANY A14105719
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN ZAKY ADNANY. Sistem Tataniaga Komoditi Salak Pondoh di Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah. Dibawah bimbingan HARIANTO. Peran sektor pertanian terhadap perekonomian nasional dapat dilihat dari besarnya kontribusinya Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian terhadap nilai PDB nasional dan besarnya volume ekspor, serta impor dimana rata-rata nilai neraca ekspor-impor produk pertanian yang meningkat pada setiap tahunnya. Komoditas buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia serta memiliki prospek yang cukup bagus untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi PBD komoditas buah-buahan yang cukup besar terhadap PDB hortikultura, dan pada setiap tahunnya rata-rata volume produksinya menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dengan rata-rata peningkatan sebesar 14,9 persen per tahun. Komoditi salak merupakan salah satu jenis buah tropis asli Indonesia yang menjadi komoditas unggulan dan salah satu tanaman yang cocok untuk dikembangkan. Produksi salak nasional menunjukkan angka yang cukup besar, salak memberikan sumbangan produksi terbesar keempat terhadap total produksi buah nasional setelah pisang, jeruk siam/keprok dan mangga, yaitu sebesar 6,57 persen dan produksi terbesar berasal dari Jawa Tengah yaitu sebesar 17,6 persen dari total produksi salak nasional. Jawa Tengah merupakan salah satu daerah sentra produksi salak terbesar di Indonesia dan Kab. Banjarnegara merupakan salah satu daerah sentra salak di Jawa Tengah dimana pada tahun 2005, besarnya produksi salak di Kab. Banjarnegara mencapai mencapai 67 persen dari produksi salak untuk Jawa Tengah. Di Indonesia setidaknya terdapat 22 jenis dan varietas salak. Diantara berbagai jenis serta varietas salak tersebut, varietas salak pondoh mempunyai nilai komersial yang tinggi, sehingga varietas tersebut ditetapkan oleh pemerintah sebagai varietas unggul untuk dikembangkan. Salak pondoh memiliki keunggulan baik dari segi rasa maupun kandungan gizi dibandingkan jenis salak lainnya. Tujuan penelitian ini, antara lain: (1) mengidentifikasi lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dan fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga, serta mengidentifikasi pola saluran tataniaga pada sistem tataniaga komoditi salak pondoh; (2) menganalisis struktur pasar dan perilaku pasar pada komoditi salak pondoh; (3) menganalisis keragaan tataniaga salak pondoh, berdasarkan margin tataniaga, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya, dan keterpaduan pasar salak pondoh; serta (4) menganalisis efisiensi sistem tataniaga komoditi salak pondoh di Kabupaten Banjarnegara. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari sampai Maret 2008 dengan lokasi yang ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah atau lokasi yang terpilih merupakan salah satu sentra penghasil salak pondoh, yaitu Kabupaten Banjarnegara. Penentuan responden petani dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari Perangkat Kecamatan dan Penyuluh Pertanian pada setiap kecamatan sampel, dan pada setiap kecamatan hanya dipilih 9 – 10 petani. Sedangkan penarikan sample lembaga-lembaga tataniaga selanjutnya dilakukan dengan menggunakan metode snowbowling sampling. Berdasarkan hasil penelusan dari 45 petani sampel, diperoleh sebanyak 39 pedagang yang terdiri dari 15 pedagang pengumpul, 19 pedagang besar, satu pedagang luar daerah, dan empat pedagang pengecer lokal. Analisis yang dilakukan adalah analisis lembaga tataniaga; analisis fungsi-fungsi tataniaga; analisis saluran
tataniaga; analisis struktur pasar; analisis perilaku pasar; dan analisis keragaan pasar berdasarkan marjin tataniaga, bagian harga yang diterima petani (farmer’s share), rasio keuntungan dan biaya, serta analisis keterpaduan pasar dengan menggunakan model indeks keterpaduan pasar atau indeks of market connection (IMC) dengan pendekatan model Autoregressive Distribution Lag. Dalam kegiatan tataniaga salak pondoh, melibatkan beberapa lembaga tataniaga dalam penyampaian komoditi salak pondoh dari petani hingga konsumen akhir, diantaranya: pedagang pengumpul, pedagang besar atau pedagang pengirim, pedagang luar daerah, pedagang pengecer lokal, dan pedagang pengecer luar daerah. Setiap lembaga tataniaga umumnya melaksanakan fungsi-fungsi tataniaga yang berbeda berdasarkan kepentingan dan tujuan pemasarannya. Fungsi-fungsi tataniaga yang dilaksanakan oleh lembaga tataniaga, antara lain: pembelian, penjualan, pengemasan, penyimpanan, pengangkutan, sortasi dan grading, pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi pasar. Berdasarkan penelusuran pola saluran tataniaga komoditi salak pondoh, terbentuk tujuh pola saluran tataniaga salak pondoh di Kabupaten Banjarnegara, yaitu: pola saluran 1, merupakan pola saluran tataniaga salak pondoh lokal, terdiri dari petani dan pedagang pengecer lokal; pola saluran 2, merupakan pola saluran tataniaga salak pondoh dalam Jawa Tengah, terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang luar daerah di kota-kota dalam Jawa Tengah; pola saluran 3, merupakan saluran tataniaga salak pondoh dalam pulau Jawa di luar Jawa Tengah, terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang luar daerah, dan pedagang pengecer luar daerah; pola saluran 4, merupakan merupakan saluran tataniaga salak pondoh di luar pulau Jawa, terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang luar daerah; pola saluran 5, merupakan pola saluran tataniaga salak pondoh dalam Jawa Tengah, terdiri dari petani, pedagang besar, dan pedagang luar daerah; pola saluran 6, merupakan saluran tataniaga salak pondoh dalam pulau Jawa di luar Jawa Tengah, yang terdiri dari petani, pedagang besar, pedagang luar daerah, dan pedagang pengecer luar daerah; dan pola saluran 7, merupakan merupakan saluran tataniaga salak pondoh di luar pulau Jawa, yang hanya terdiri dari petani, pedagang besar dan pedagang luar daerah. Volume penjualan pada setiap pola saluran berbeda, dimana volume pemasaran terbesar adalah pola saluran tataniaga salak pondoh dalam pulau Jawa di luar Jawa Tengah, kemudian diikuti pola saluran tataniaga salak pondoh ke luar Pulau Jawa, pola saluran tataniaga salak pondoh dalam Jawa Tengah, dan pola saluran tataniaga salak pondoh lokal. Struktur pasar yang terbentuk pada setiap tingkat lembaga tataniaga dalam tataniaga komoditi salak pondoh dapat berbeda. Struktur pasar yang dihadapi oleh petani salak pondoh cenderung mengarah kepada struktur pasar bersaing sempurna. Pada pedagang pengumpul, struktur pasar yang dihadapi cenderung mengarah kepada pasar oligopsoni murni. Pada pedagang besar/pedagang pengirim, struktur pasar yang terbentuk cenderung struktur pasar oligopoli terdeferensiasi. Adapun struktur pasar yang dihadapi oleh pedagang pengecer baik pedagang pengecer lokal maupun pedagang pengecer luar daerah adalah struktur pasar oligopoli terdeferensiasi. Perilaku pasar dapat dilihat dari praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga, sistem penentuan harga, sistem pembayaran, dan kerjasama diantara berbagai lembaga tataniaga. Praktek penjualan dan pembelian yang terjadi merupakan bentuk kerjasama yang terjalin cukup baik antar lembaga tataniaga sebagai cara untuk meciptakan stabilitas pasar. Sistem penentuan harga yang terjadi adalah melalui sistem
tawar-menawar serta sistem penentuan harga secara sepihak, dan pada penentuan harga penjualan kedudukan petani hanya sebagai penerima harga. Harga yang terbentuk merupakan harga yang dibentuk oleh mekanisme pasar. Sistem pembayaran harga salak pondoh yang dilakukan berupa sistem pembayaran tunai, sistem pembayaran uang muka dan sistem pembayaran kemudian. Sistem pembayaran yang berlangsung tergantung pada tingkat kepercayaan dan perjanjian antara kedua belah pihak. Kerjasama yang terbentuk antara petani dan lembaga tataniaga umumnya sudah berlangsung lama, sehingga terjalin hubungan yang baik dan rasa saling percaya. Keragaan pasar komoditi salak pondoh dianalisis dengan menggunakan analisis marjin tataniaga dan penyebarannya, bagian harga yang diterima petani (farmer’s share), rasio keuntungan biaya, serta keterpaduan pasar. Sebaran marjin di setiap lembaga tataniaga pada setiap pola saluran cukup berbeda. Perbedaan sebaran marjin pada setiap pola saluran dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: banyaknya lembaga tataniaga yang terlibat pada setiap pola salurannya; besarnya biaya tataniaga yang dikeluarkan dan besarnya keuntungan yang diperoleh setiap lembaga tataniaga pada suatu pola saluran; dan besarnya harga pembelian dan penjualan yang ditetapkan oleh suatu lembaga tataniaga. Besarnya bagian harga yang diterima petani berbeda pada setiap pola salurannya, perbedaan bagian harga yang diterima petani (farmer’s share) pada setiap pola saluran tataniaga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: besar kecilnya marjin tataniaga yang terbentuk pada setiap pola saluran tataniaga, dan rendah dan tingginya harga di tingkat konsumen atau harga jual pada tingkat lembaga tataniaga tertinggi. Nilai rasio keuntungan biaya pada setiap lembaga tataniaga dalam saluran tataniaga menunjukkan nilai rasio keuntungan biaya yang berbeda. Berdasarkan keterpaduan pasar, antara Pasar Salak Banjarnegara dengan Pasar Peneleh Surabaya dan Pasar Induk Kramat Jati Jakarta terjadi keterpaduan pasar, artinya harga yang terjadi di Pasar Salak Banjarnegara pada minggu sebelumnya merupakan faktor utama yang mempengaruhi harga yang terjadi di tingkat Pasar Peneleh Surabaya dan Pasar Induk Kramat Jati Jakarta. Dalam mengukur efisiensi suatu sistem tataniaga digunakan berbagai indikator utama, yaitu dilihat dari kemerataan fungsi-fungsi tataniaga yang dilaksanakan oleh setiap lembaga tataniaga yang terlibat; panjang dan pendek pola saluran yang terbentuk; volume penjualan pada setiap pola saluran; struktur dan perilaku pasar yang dihadapi tidak membuat pelaku-pelaku pasar melakukan suatu upaya rekayasa untuk mempengaruhi harga pasar; dan keragaan pasar yang di ukur dari sebaran marjin tataniaga, bagian harga yang diterima petani (farmer’s share), dan rasio keuntungan biaya yang merata, serta terjadinya keterpaduan harga antara satu tingkat lembaga tataniaga dengan tingkat lembaga tataniaga yang lain atau antara satu pasar dengan pasar lain. Pola saluran tataniaga salak pondoh yang dapat dikatakan paling efisien adalah pola saluran tataniaga salak pondoh dalam pulau Jawa di luar Jawa Tengah, khususnya pola saluran 6. Hal ini dapat dilihat bahwa pola saluran tataniaga salak pondoh dalam pulau Jawa di luar Jawa Tengah memiliki volume pemasaran yang paling besar dibandingkan dengan pola saluran tataniaga lain.
SISTEM TATANIAGA KOMODITI SALAK PONDOH DI KABUPATEN BANJARNEGARA, PROPINSI JAWA TENGAH
ZAKY ‘ADNANY A14105719
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
:
Sistem
Tataniaga
Komoditi
Salak
Pondoh
Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Nama
:
Zaky ’Adnany
Nrp
:
A14105719
Menyetujui: Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Harianto, MS NIP. 131 430 801
Mengetahui: Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus Ujian:
Di
Kabupaten
LEMBAR PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”SISTEM
TATANIAGA
KOMODITI
SALAK
PONDOH
DI
KABUPATEN
BANJARNEGARA, PROPINSI JAWA TENGAH” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, 1 April 2008
Zaky ’Adnany A 14105719
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banjarnegara, Jawa Tengah pada tanggal 07 Juli 1984, putera dari keluarga Bapak H. Tamam dan Ibu Hj. Latifah. Penulis merupakan putera pertama dari tiga bersaudara. Penulis memulai jenjang pendidikan di TK At-Thohiriyah Banjarnegara. Pada tahun 1990 penulis melanjutkan jenjang pendidikan ke SD Muhammadiyah I/IV Banjarnegara dan tamat pada tahun 1996. Pada tahun yang sama penulis meneruskan pendidikannya ke MTs Assalaam, Pabelan Sukoharjo Surakarta dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun 1999 sampai tahun 2002, penulis meneruskan pendidikan di SMU Assalaam, Pabelan Sukoharjo Surakarta. Pada tahun 2002 penulis meneruskan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan diterima pada Program Studi Diploma III Konservasi Sumberdaya Hutan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Kehutanan, penulis pernah mengikuti kegiatan praktek lapang Ekologi Hutan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Praktek Umum Pengenalan Ekosistem Hutan (PU) di Ranca Upas, BKPH Tambak Ruyung Timur, KPH Bandung Selatan pada tahun 2003; Praktek Pengelolaan Hidupan Liar di Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah pada tahun 2004; Praktek Kerja Lapang (PKL) Pengelolaan Kawasan Konservasi dan penelitian Tugas Akhir yang berjudul “Penyebaran dan Karakteristik
Habitat
Kakatua-kecil
jambul-kuning
(Cacatua
sulphurea
citrinocristata Fraser, 1844) di Taman Nasional Manupeu Tanadaru, Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur” di Taman Nasional Manupeu Tanadaru, Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur pada bulan Maret hingga Agustus 2005. Selama menempuh pendidikan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, penulis tercatat sebagai salah satu tenaga pengajar pada beberapa lembaga bimbingan belajar di Bogor. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian, penulis telah melaksanakan penulisan Skripsi yang berjudul ”Sistem Tataniaga Komoditi Salak Pondoh Di Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah”.
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya yang telah dicurahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Sistem Tataniaga Komoditi Salak Pondoh Di Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah” yang telah dilaksanakan sejak bulan Januari sampai dengan bulan Maret. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian. Skripsi ini memuat serangkaian informasi dan analisis mengenai lembaga tataniaga yang terlibat dan fungsi-fungsi tataniaga yang dilaksanakannya, pola saluran tataniaga yang terbentuk, struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar yang terbentuk pada sistem tataniaga komoditi salak pondoh di Kab. Banjarnegara. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, terutama bagi petani, pedagang, Dinas Pertanian, dan Pemerintah Daerah sebagai referensi dalam program pengembangan produksi Salak Pondoh di Kabupaten Banjarnegara serta pemasarannya. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai rujukan serta informasi untuk dijadikan bahan referensi dalam melakukan studi lanjutan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan yang membangun dari berbagai pihak serta penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Bogor, Mei 2008
Zaky ’Adnany A 14105719
UCAPAN TERIMA KASIH Selama melakukan persiapan hingga terselesaikannya kegiatan penelitian dan penulisan laporan ini, penulis mendapatkan bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dr. Ir. Harianto, MS., selaku dosen pembimbing yang secara tulus dan ikhlas telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga guna memberikan bimbingan, arahan sejak perencanaan penulisan proposal, kegiatan penelitian di lapangan, dan sampai selesainya penulisan skripsi ini.
2.
Tanti Novianti, SP., MS., yang telah bersedia menjadi dosen evaluator kolokium dengan segala kritik dan saran yang berharga untuk esensi tulisan ini.
3.
Dr. Ir. Ratna Winandi, MS., selaku dosen penguji utama atas kesediaannya dalam menguji dan memberikan masukan untuk perbaikan skripsi.
4.
Dra. Yusalina, M.Si., selaku dosen penguji komisi pendidikan atas saran dan masukannya kepada penulis.
5.
Bapak Tamam; ibu Latifah; dan adik tercinta Kholis Abror Maulani yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan, dorongan, perhatian dan kasih sayang serta doa kepada penulis.
6.
Bapak Suwito; ibu Sri Hidayati; Nuryani Widagti, S.Hut., M.Si.; Nurrohman Tri Widagdo; dan Nur Amin Pramono yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan, dorongan, perhatian dan kasih sayang serta doa kepada penulis.
7.
Nur Asih Solihah, S.Pd., atas segala cinta, kerinduan, pengertian, pengorbanan, dukungan dan doa.
8.
Pemerintah Daerah Kabupaten Banjarnegara; Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara; Camat dan Penyuluh Pertanian Kec. Sigaluh; Camat dan Penyuluh Pertanian Kec. Banjarnegara; Camat dan Penyuluh Pertanian Kec. Banjarmangu; Camat dan Penyuluh Pertanian Kec. Madukara; dan Camat dan Penyuluh Pertanian Kec. Pagentan atas segala bantuan, diskusi serta informasi-informasi yang diperlukan oleh penulis.
9.
Petani dan pedagang salak pondoh di Banjarnegara atas segala bantuan, diskusi serta informasi-informasi yang diperlukan oleh penulis.