ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN EFISIENSI PEMASARAN SALAK PONDOH (Kasus di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah)
Oleh: UTAMI DEWI A14101123
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Ya Allah …………………… Perbaikilah agamaku yang merupakan penjaga masalahku Perbaikilah duniaku yang merupakan penghidupanku Perbaikilah akhiratku yang merupakan tempatku kembali Dan jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi semua kebaikan Dan jadikanlah kematian sebagai istirahat bagiku dari segala keburukan (Hadist Riwayat Muslim)
Kupersembahkan dengan setulus hati karya terbaikku teruntuk Bapak , Ibu, Mbak Bombong dan Dek Agung sebagai bukti telah terseleseaikannya amanah yang engkau percayakan kepadaku dengan segenap kemampuanku
ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN EFISIENSI PEMASARAN SALAK PONDOH (Kasus di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah)
UTAMI DEWI A14101123
Skripsi sebagai salah satu syarat untu memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN UTAMI DEWI. Analisis Kelayakan Usahatani dan Efisiensi Pemasaran Salak Pondoh (Kasus di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah). (Dibawah bimbingan YETI LIS PURNAMADEWI.). Krisis moneter di Indonesia yang terjadi pada pertengahan Juli tahun 1997 mengakibatkan melemahnya perekonomian Indonesia. Dampak kejadian tersebut masih terasa sampai sekarang yaitu masih rendah dan kurang stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Nilai neraca ekspor-impor produk pertanian tidak terpengaruh oleh adanya krisis moneter, bahkan mengalami peningkatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian sangat potensial untuk dikembangkan dan dapat menjadi kekuatan perekonomian Indonesia. Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, salah satu yang memiliki prospek cukup cerah adalah sub sektor hortikultura. Komoditas hortikultura terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan. Berdasarkan ketiga komoditas tersebut buah-buahan mempunyai prospek yang paling baik. Salah satu alternatif pilihan komoditas buah-buahan yang dapat dikembangkan oleh pemerintah adalah buah salak yang sudah dijadikan sebagai salah satu buah unggulan nasional. Salak Pondoh mempunyai keunggulan dibandingkan dengan salak lain dari segi rasa yang manis dan tidak sepat saat masih muda, tidak menyebabkan perut sebah apabila dikonsumsi dalam jumlah banyak, daya simpan yang lebih lama dan merupakan salah satu buah lokal yang pemasarannya dapat memasuki supermarket. Harga jual Salak Pondoh lima tahun terakhir ditingkat petani mengalami penurunan hingga mencapai harga terendah sebesar Rp. 1.750,- per kilogramnya pada tahun 2004. Harga Salak Pondoh di tingkat konsumen pada tahun 2003 sebesar Rp. 4000,- dan pada tahun 2004 turun hingga mencapai harga sebesar Rp. 3.375,-. Pada saat harga Salak Pondoh mengalami penurunan, harga-harga input diperkirakan mengalami kenaikan. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis kelayakan investasi usahatani Salak Pondoh berdasarkan aspek teknis dan produksi, dan aspek financial, (2) menganalisis sensitivitas usahatani Salak Pondoh terhadap perubahan harga pupuk dan tenaga kerja, harga jual buah Salk Pondoh, dan tingkat suku bunga, dan (3) mengkaji efisiensi pemasaran Salak Pondoh. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pelaku usaha khususnya petani yang akan dan telah menginvestasikan dananya pada usahatani Salak Pondoh dalam menentukan langkah pengembangan usaha tersebut. Selain itu, bagi pemerintah Kecamatan Madukara hasil penelitian ini berguna dalam menentukan kebijakan dan mengatahui kendala yang dihadapi petani sehingga diharapkan dapat memacu perkembangan usahatani Salak Pondoh dan penelitian selanjutnya sebagai bahan referensi. Data dikumpulkan menggunakan teknik wawancara langsung dengan pengisian kuisioner. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran aspek teknis dan produksi, fungsi-fungsi pemasaran, dan pola saluran pemasaran. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengkaji kelayakan usahatani Salak Pondoh dan efisiensi pemasaran Salak Pondoh. Analisis Aspek keuangan menggunakan alat analisis Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui kepekaan proyek terhadap perubahan komponen biaya pupuk dan tenaga kerja, harga jual buah Salak Pondoh, dan tingkat suku bunga. Perubahanperubahan yang akan diujikan adalah peningkatan harga pupuk dan upah tenaga kerja yang diperkirakan akan meningkat sekitar 10, 20, 30 dan 40 persen sebagai akibat dicabutnya subsidi pupuk oleh pemerintah. Penurunan harga jual buah Salak Pondoh sebesar 20 persen karena melihat penurunan harga sebelumnya. Perubahan tingkat yang diujicobakan adalah 12 dan 16 persen. Analisis marjin pemasaran dan nilai farmer’s share digunakan untuk melihat efisiensi pemasaran Salak Pondoh. Hasil analisis aspek teknis dan produksi menunjukkan bahwa lokasi usahatani telah memenuhi persyaratan baik teknis maupun non teknis. Teknik budidaya yang digunakan petani responden ada yang tidak sama dengan teknik standar prosedur operasional Salak Pondoh Kabupaten Sleman yang dikeluarkan oleh direktorat tanaman buah dan petani yang sudah mapan. Dosis, jenis, dan waktu pemupukan belum sesuai dengan umur tanaman sehingga memungkinkan adanya kekurangan atau kelebihan unsur hara. Sumur atau tempat penampungan air untuk mengantisipasi musim kemarau yang penjang belum ada. Jumlah salak jantan belum sesuai dengan perbandingan yang seharusnya. Penanganan Pasca panen masih minim. Akan tetapi, secara umum teknik yang digunakan sudah layak karena perbedaan yang ada disebabkan keadaan alam yang berbeda. Hasil analisis aspek keuangan dengan menggunakan kriteria kelayakan NPV, IRR, dan Net B/C menunjukkan bahwa usahatani Salak Pondoh layak diusahakan. Nilai NPV usahatani Salak Pondoh dengan jangka waktu proyek 10 tahun pada diskon faktor 7,17 persen sebesar Rp. 85,276,823.78. IRR yang diperoleh sebesar 26,93 persen. Nilai net B/C yang diperoleh sebesar 2,63. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usahatani Salak Pondoh tidak sensitif terhadap kenaikan harga pupuk dan tenaga kerja, dan tingkat suku bunga. Usahatani Salak Pondoh sensitif terhadap penurunan harga jual buah Salak Pondoh. Pada tingkat suku bunga 16 persen, penurunan harga jual sebesar 20 persen yang disertai kenaikan harga pupuk dan tenaga kerja sebesar 10 persen menyebabkan usahatani ini tidak layak. Fungsi pemasaran yang dilakukan perorangan atau kelompok pada dasarnya terbagai menjadi tiga, yaitu: fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam rantai pemasaran buah Salak Pondoh dari Kecamatan Madukara adalah: pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul besar, dan pedagang pengecer. Pola saluran pemasaran yang ada yaitu: (1) pola I : petani Æ pedagang pengumpul desa Æ pedagang pengumpul besar Æ pedagang pengecer; (2) pola II : petani Æ pedagang pengumpul besar Æ pedagang pengecer; dan (3) pola III : petani Æ pedagang pengecer. Total biaya pemasaran pola I, II, dan III adalah sebagai berikut: 1,156.89; 1,156.89; dan 546.61. Total keuntungan pemasaran pola I, II, dan III adalah sebagai berikut 2,546.68; 2,335.46; dan 2,802.07. Total marjin pemasaran pola I, II, dan III adalah sebagai berikut: 3,703.57; 3,492.35; dan 3,348.68. Farmer’s share yang diterima petani untuk masing-masing pola I, II, dan III adalah Rp. 1.731,13, Rp. 1.942,35, dan Rp. 2.086,02. Hal tersebut menunjukkan bahwa pola pemasaran yang paling efisien adalah pola III.
Judul
: ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN EFISIENSI PEMASARAN SALAK PONDOH (Kasus di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah) Nama : Utami Dewi NRP : A14101123
Mengetahui, Dosen Pembimbing
Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc. NIP. 131 967 243
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. NIP. 130 422 698
Tanggal Lulus : 06 Februari 2006
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA KARYA ILMIAH INI BENAR-BENAR KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Januari 2006
Utami Dewi A14101123
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 10 Desember 1982 di Banjarnegara, Jawa Tengah. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara putri pasangan H. Mudakir Chamid dan Kirowati. Penulis menamatkan pendidikan dasar di SD Negeri 02 Dawuhan pada tahun 1995. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama ke SLTP Negeri 1 Banjaenegara dan tamat pada tahun 1998. Penulis kemudian melajutkan pendidikan menengah di SMU Negeri 1 Purwokerto dan tamat pada tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Penulis diterima di Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2001 melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi (UMPTN). Penulis saat menjadi mahasiswa aktif di organissasi Keluarga Muslim Sosek (KMS) periode 2002-2003. Selain itu, penulis aktif sebagai Senior Resident (SR) Asrama TPB-IPB periode 2003-2006.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan hidayah dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini merupakan syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani dan efisiensi pemasaran Salak Pondoh di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah. Analisis Kelayakan yang dilakukan ditinjau dari: (1) aspek teknis dan produksi, dan (2) aspek keuangan. Analisis efisiensi pemasaran ditinjau dari: (1) fungsi-fungsi saluran pemasaran, (2) pola saluran pemasaran, dan (3) marjin pemasaran dan nilai farmer’s share. Diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi masyarakat di Kecamatan Madukara sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan investasi Salak Pondoh dan semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, Januari 2006
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Manusia mempunyai keterbatasan. Tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri tanpa pertolongan manusia lainnya. Banyak pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tidak terhingga kepada pihakpihak tersebut. Semoga amal perbuatan yang telah dilakukan mendapat ridho dari Allah SWT. Amin yaa Robbal Alamin. Ucapan terimakasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada: 1. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, MSc. selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, koreksi arahan, pemikiran dan saran-saranya kepada penulis selama persiapan, pelaksanaan hingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Ir. Anna Fariyanti, Msi yang telah bersedia menjadi Dosen Penguji Utama dan Dra. Yusalina, Msi yang telah bersedia menjadi Dosen Penguji Komdik 3. BAPEDA Kab. Banjarnegara, Dinas Pertanian Kab. Banjarnegara, BPS Kab. Banjarnegara, Perintah Kec. Madukara, Desa Dawuhan, Desa Kutayasa, Dan Desa Gunung Giana atas semua bantuan serta data-datanya. 4. Keluarga tercinta Bapak, Ibu, Mbak Bombong, Dek Agung, Mas Nendar, Mbah Alip, Mbah Abu Chamid, Pak De, Bu De, Pak Lik, Bu Lik dan semua mbak-mbak dan adik-adik yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas doa dan dukungannya selama ini. 5. Temen-temen dekatku Nda, Mbak Annis, Dyah, Novi, Wulan, Indri, Aulia, Dyna, Ari, Yani, dan Santi atas perhatian sertabantuannya selama ini 6. Pimpinan Asrama TPB IPB, Manajer Unit, Senior Residen Angkatan 40, 41 dan 42, dan Pegawai Asrama, atas doa, izin, pengertian, dan dukungannya. 7. Teman-teman AGB’38 atas kenangannya selama ini. 8. Teman-teman kost, teteh atas doa dan dukungannya. 9. Teman-teman SMP dan SMU, Indah Puspi, Darwati, Indah Wirasti dan Widi atas doa dan semangatnya selama ini. 10. Pegawai Komdik Sosek, PAP, Sekret AGB yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. 11. Perpustakaan Sosek, Faperta, dan Pusat IPB.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................
Halaman viii
UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................
ix
DAFTAR ISI ..........................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
xvi
I.
PENDAHULUAN ........................................................................ Latar Belakang .................................................................................. Perumusan Masalah .......................................................................... Tujuan Penelitian .............................................................................. Kegunaan Penelitian .........................................................................
1 1 5 7 8
II.
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. Usahatani Salak Pondoh ................................................................... Syarat Pertumbuhan Salak Pondoh ............................. Teknik Budidaya Salak Pondoh .................................. Kendala Budidaya Salak Pondoh ................................ Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................
9 9 10 11 20 21
III. KERANGKA PEMIKIRAN ....................................................... Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................ Konsep Usahatani ............................................................................. Konsep Studi Kelayakan Usahatani .................................................. Aspek Teknis dan Produksi ........................... Aspek Keuangan ......................................... Konsep Pemasaran ............................................................................ Fungsi Pemasaran ............................................................................ Lembaga Pemasaran ........................................................................ Efisiensi Pemasaran ......................................................................... Kerangka Pemikiran Konseptual ......................................................
25 25 25 25 27 27 28 28 28 29 31
IV.
33 33 33 34 34 34 35 35 37 38 38 38
METODE PENELITIAN ........................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ Jenis dan Sumber Data ...................................................................... Metode Penarikan Sampel ................................................................ Metode Pengolahan dan Anlisis Data ............................................... Analisis Kelayakan Investasi ............................................................ Analisis Aspek Teknis dan Produksi .............................................. Analisis Aspek Finansial .................................................................. Analisis Pemasaran ........................................................................... Analisis Fungsi-fungsi Pemasaran ................................................... Analisis Saluran Pemasaran ............................................................. Analisis Efisiensi Pemasaran ...........................................................
Asumsi Dasar ....................................................................................
39
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN .......................... Karakteristik Wilayah ....................................................................... Keadaan Tanah dan Iklim ................................................................. Penduduk dan Mata Pecaharian ........................................................ Sarana dan Prasarana ........................................................................ Karakteristik Responden Petani ......................................................... Karakteristik Responden Pedagang ..................................................
41 41 43 44 45 46 50
VI. ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI DAN SALURAN PEMASARAN SALAK PONDOH ............................................ Analisis Kelayakan Investasi ............................................................. Analisis Aspek Teknis dan Produksi ................................................ 6.1.1.1. Lokasi Usahatani Salak Pondoh .................... 6.1.1.2. Pemilihan Mesin, Peralatan, dan Teknologi .. 6.1.1.3. Teknik Budidaya ........................................... Analisis Aspek Finansial ................................................................... 6.1.2.1. Kebutuhan dan Sumber Dana ......................... 6.1.2.2. Kriteria Kelayakan Aspek Finansial ................ 6.1.2.3. Analisis Sensitivitas ...................................... Analisis Pemasaran ............................................................................. Fungsi Lembaga Pemasaran ............................................................. Pola Saluran Pemasaran .................................................................... Analisis Efisiensi Pemasaran ............................................................ VII. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... Kesimpulan ....................................................................................... Saran .................................................................................................
52 52 52 52 54 54 60 61 61 63 64 65 67 68 73 73 75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
76
LAMPIRAN ...........................................................................................
78
V.
DAFTAR TABEL
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
12. 13.
14.
15.
16.
17.
18. 19. 20.
Halaman Kurs Mata Uang Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun 2001 – 2004 ....................................................................... Neraca Nilai Ekspor-Impor Produk Pertanian (Segar dan Olahan) Tahun 1995 – 2003 ...................................................................... Volume Produksi dan Luas Lahan Poduk Hortikultura dan Buah-buahan di Indonesia Tahun 1990-2003 ............................. Perbandingan Ukuran dan Kandungan Kimiawi Salak Pondoh dan Salak Bali pada Umur Panen Optimal .................................... Perubahan Harga Salak Pondoh di Tingkat Petani dan Konsumen di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2000 – 2004 ........................... Volume Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Buah Salak di Indonesia Tahun 1998 – 2002 ................................................... Perbandingan Volume Produksi Buah Salak Kabupaten Banjarnegara dan Indonesia Tahun 1994 – 2003 ................................................ Produksi dan Penerimaan Usahatani Salak Pondoh per Hektar di Kabupaten Sleman Tahun 1991 ................................................ Kelayakan Usahatani Salak Pondoh di Kabupaten Sleman dan Salak Bali di Kabupaten Karangasem tahun 1991 ........................ Luas Wilayah Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Berdasarkan Pemanfaatanya ....................... Persentase Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000-2003 .................................................... Ciri-ciri Tanah Regosol ................................................................. Banyaknya Penduduk Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Menurut Golongan Umur Keadaan Akhir Tahun 2003 .......................................................... Banyaknya Penduduk Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah 5 Tahun Keatas Dirinci Menurut Pendidikan Keadaan Akhir Tahun 2003 ............ Banyaknya Penduduk Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah 5 Tahun Keatas Dirinci Menurut Pendidikan Keadaan Akhir Tahun 2003 ....................................... Jumlah dan Persentase Alat Transportasi yang Ada di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Keadaan Akhir Tahun 2003 ......................................................................... Jumlah Gedung dan Guru di Berbagai Jenjang Pendidikan yang Ada di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah .................................................................... Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasarkan Umur ...... Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasarkan Pengalaman Bercocok Tanam Salak Pondoh ................................................... Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden ..................................................................
1 1 2 3 5 6 6 21 22 41
42 43
44
44
45
46
46 46 47 47
No 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
32. 33. 34.
Halaman Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasarkan Mata Pencaharian Lain Responden ........................................................ Jumlah dan Pesentase Pendapatan Responden Petani Perbulan di Luar Usahatani Salak Pondoh ................................................................ Jumlah dan Pesentase Responden Petani Berdasarkan jumlah Tanggungan ................................................................................... Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasarkan Jenis Penggunaan Lahan Pertanian ........................................................ Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasarkan Penguasaan Lahan Pertanian ............................................................................. Jumlah dan Persentase Responden Pedagang Berdasarkan Umur .. Jumlah dan Persentase Responden Pedagang Berdasarkan Pengalaman Berdagang Buah Salak Pondoh ................................ Jumlah dan Persentase Responden Pedagang Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden .................................................................. Jumlah dan Persentase Responden Pedagang Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Sampingan ................................................................ Jumlah dan Pesentase Responden Pedagang Berdasarkan Jumlah Tanggungan ................................................................................... Banyaknya Penduduk yang Membutuhkan Pekerjaan Bagi yang Tidak Mengikuti Pendidikan di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Akhir Tahun 2003 ................ Nilai NPV, IRR, dan Net B/C Hasil Analisis Sensitivitas ............ Fungsi-fungsi Lembaga Pemasaran Salak Pondoh dari Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah ........ Analisis Marjin Pemasaran Salak Pondoh Dari Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005 ......
48 48 49 49 50 50 50 51 51 51
53 64 67 69
DAFTAR GAMBAR
No 1. 2. 3. 4. 5.
Halaman Produksi Buah Salak Pondoh per Hektar di Kabupeten Sleman Tahun 1991 .................................................................................... Letak Salak Jantan dan Betina ....................................................... Hubungan Antara Fungsi-fungsi Pertama dan Turunan Terhadap Marjin Pemasaran dan Nilai Marjin Pemasaran ............................ Kerangka Pemikiran Konseptual Analisis Kelayakan Investasi dan Efisiensi Pemasaran Salak Pondoh ......................................... Saluran Pemasaran Buah Salak Pondoh di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah ............................
10 13 30 32 68
DAFTAR LAMPIRAN
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12 13. 14. 15. 16.
17.
18.
19.
20.
Halaman Peta Kecamata Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003 ............................................... Jumlah Unit Anlisis Berdasar Umur Tanaman ............................... Tenaga Kerja yang Digunakan Untuk Usahatani Salak Pondoh ... Pupuk yang Digunakan Untuk Usahatani Salak Pondoh ............... Produksi Buah dan Bibit Salak Pondoh Salak Pondoh ................. Biaya Investasi yang Dikeluarkan Untuk Usahatani Salak Pondoh Biaya Operasional yang dikeluarkan Untuk Usahatani Salak Pondoh Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh ................... Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Peningkatan Harga Pupuk dan Tenaga Kerja Sebesar 10 Persen) ....................... Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Peningkatan Harga Pupuk dan Tenaga Kerja Sebesar 20 Persen) ....................... Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Peningkatan Harga Pupuk dan Tenaga Kerja Sebesar 30 Persen) ....................... Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Peningkatan Harga Pupuk dan Tenaga Kerja Sebesar 40 Persen) ....................... Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Penurunan Harga Jual Sebesar 20 Persen) ........................................................ Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Pada Tingkat Suku Bunga 12 Persen) ................................................................... Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Pada Tingkan Suku Bunga 16 Persen) ................................................................. Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Pada Tingkat Suku Bunga 12 Persen, Penurunan Output 20 persen dan Kenaikan Harga Pupuk dan Tenaga Kerja 10 Persen) .................................... Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Pada Tingkat Suku Bunga 12 Persen, Penurunan Output 20 persen dan Kenaikan Harga Pupuk dan Tenaga Kerja 20 Persen) .................................... Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Pada Tingkat Suku Bunga 12 Persen, Penurunan Output 20 persen dan Kenaikan Harga Pupuk dan Tenaga Kerja 30 Persen) .................................... Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Pada Tingkat Suku Bunga 16 Persen, Penurunan Output 20 persen dan Kenaikan Harga Pupuk dan Tenaga Kerja 10 Persen) .................................... Gambar-gambar Salak Pondoh ......................................................
79 80 81 82 83 84 84 85 86 87 88 89 90 91 92
93
94
95
96 97
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Krisis moneter di Indonesia yang terjadi pada pertengahan Juli tahun 1997 mengakibatkan melemahnya perekonomian Indonesia. Dampak dari kejadian tersebut berupa masih rendah dan kurang stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Rata-rata kurs rupiah terhadap dollar Amerika mengalami fluktuasi (Tabel 1). Tabel 1. Rata-rata Kurs Mata Uang Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun 2001-2004 Tahun 2001 2002 2003 2004
USD 1,00 1,00 1,00 1,00
Kurs Jual (Rp) 8.941 8.968 8.985 8.982
Kurs Beli (Rp) 7.941 7.968 7.985 7.982
Sumber: Bank Indonesia, 20051)
Rata-rata nilai ekspor-impor produk pertanian Indonesia mengalami peningkatan. Rata-rata neraca ekspor-impor yang dibagi menjadi tiga periode yaitu: periode sebelum krisis pada tahun 1995-1997, periode saat krisis terjadi pada tahun 1998-1999 dan periode setelah krisis tahun 2000-2003 (Tabel 2). Ratarata nilai neraca ekspor-impor produk pertanian yang meningkat menunjukkan bahwa sektor pertanian sangat potensial untuk dikembangkan dan dapat menjadi kekuatan perekonomian Indonesia. Tabel 2. Rata-rata Neraca Nilai Ekspor-Impor Produk Pertanian (Segar dan Olahan) Tahun 1995 - 2003 Tahun Rata-rata 1995-1997 Rata-rata 1998-1999 Rata-rata 2000-2003
Ekspor 5.117,2 4.582,6 5.033,2
Nilai (juta USD) Impor 4.872,2 4.115,2 4.070,8
Neraca 245,1 467,4 962,4
Sumber: Ditjen BPPHP Departemen Pertanian, 2000 2)
1)
2)
kurs rupiah yang diambil dari www. bi.go.id pada tahun 2005 analisis perkembangan ekspor-impor sektor pertanian (periode 1995 – 2003) yang diambil dari http://agribisnis.deptan.go.id/ pada tahun 2005
Perkembangan sektor
pertanian
dapat
meningkatkan
taraf hidup
masyarakat, karena dari 90,8 juta penduduk yang bekerja 46,26 persennya bermata pencaharian sebagai petani (Badan Pusat Statistik, 2004). Selain itu, membuka kesempatan kerja, mengurangi jumlah pengangguran, meningkatkan devisa dan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan. Sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, dan subsektor hortikultura. Subsektor hortikultura terdiri dari komoditas buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan. Buah-buahan mempunyai prospek yang bagus karena setiap tahun produksinya mengalami peningkatan (Tabel 3). Tabel 3. Volume Produksi dan Luas Lahan Poduk Hortikultura dan Buah-buahan di Indonesia Tahun 1990-2003 Tahun 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Volume Produksi ( ton) Hortikultura Buah-buahan 137.036.321 133.736.321 148.764.128 151.037.872 142.012.932 142.554.524 7.236.552,0 146.849.911 7.540.874,7 149.358.155 8.412.981,2 147.264.712 9.959.057.5 151.352.171 11.658.718,6 158.268.501 -
Luas Lahan (ha) Hortikultura Buah-buahan 30.359.734 29.904.990 32.327.932 32.400.562 30.417.139 32.090.557 585.201 32.191.189 568.632 31.428.715 632.889 30.978.412 744.128 30.549.227 931.525 30.893.904 -
Sumber: Departemen Pertanian, diolah 20043)
Salah satu alternatif pilihan komoditas buah-buahan yang dapat dikembangkan oleh pemerintah adalah buah salak. Buah salak telah dijadikan sebagai salah satu buah unggulan nasional. Buah salak merupakan salah satu jenis buah tropis asli Indonesia. Varietas salak yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut: Salak Bali, Pondoh, Condet, Padang Sidempuan, Manonjaya, Madura, Ambarawa, Kersikan, Swaru dan lain-lain. Diantara berbagai jenis salak tersebut, 3)
buah-buahan yang diambil dari http://database.deptan.go.id/bdspweb/f4-free-frame.asp pada tahun 2005
yang mempunyai prospek dan nilai komersial tinggi adalah Salak Pondoh dan Salak Bali (Kusumo et al., 1995). Salak Pondoh merupakan salak yang paling banyak disebutkan konsumen buah di DKI Jakarta menunjukkan bahwa Salak Pondoh sudah dikenal masyarakat. Salak Pondoh merupakan salak yang paling sering dikonsumsi (Ananto, 2002). Salak Pondoh dibandingkan dengan Salak Bali memiliki beberapa keunggulan yaitu: kandungan vitamin C lebih tinggi, kadar gula lebih tinggi dan kadar asam lebih rendah (Tabel 4). Salak Pondoh mempunyai keunggulan dibandingkan dengan salak lain dari segi rasa yang manis dan tidak sepat saat masih muda, tidak menyebabkan perut sebah apabila dikonsumsi dalam jumlah banyak dan daya simpan yang lebih lama. Salak Pondoh merupakan salah satu buah lokal yang pemasarannya dapat memasuki supermarket. Tabel 4. Perbandingan Ukuran dan Kandungan Kimiawi Salak Pondoh dan Salak Bali pada Umur Panen Optimal Parameter
Salak Pondoh
Salak Bali
Berat per buah (g)
49,53
59,71
Bagian yang dapat dimakan (%)
67,03
79,75
Kadar gula (%)
23,30
19,84
Kadar asam (%)
0,32
0,44
Gula/Asam
72,81
45,09
Tanin (%)
0,08
0,53
87,40
4,29
Vitamin C (mg/100 g) Sumber: Kusumo et al., 1995
Permintaan terhadap buah Salak Pondoh yang datang dari pasar lokal dan pasar nasional dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: (1) semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berminat pada buah salak sebagai dampak keberhasilan program penyuluhan dan program peningkatan gizi masyarakat yang dilaksanakan oleh pemerintah, (2) tingkat harga salak di pasar eceran, (3) tingkat harga buah-buahan lainnya, dan (4) tingkat pendapatan konsumen buah salak atau kekuatan daya beli masyarakat pada umunya4).
4)
salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004
Penawaran Salak Pondoh dipengaruhi beberapa faktor antara lain: (1) kecenderungan meningkatnya luas areal tanaman salak, (2) iklim, (3) harga sarana reproduksi, (4) perkembangan teknologi yang diterapkan untuk memproduksikan buah salak, dan (5) bagi daerah-daerah pasar tertentu ketersediaan buah salak sangat dipengaruhi pula oleh cara-cara pengemasan dan sarana transportasi yang dapat menjamin kesegaran dan mutu buah salak sampai di tangan para konsumen5). Pemasaran merupakan salah satu sub sistem yang penting dalam menunjang keberhasilan usahatani. Sebuah usahatani yang produktivitasnya bagus akan gagal apabila pemasarannya tidak baik. Pemasaran yang baik adalah yang efisien. Pemasaran produk hortikultura cenderung kurang efisien karena biasanya mempunyai rantai pemasaran yang panjang. Rantai pemasaran yang panjang cenderung mempengaruhi kualitas produk, besarnya marjin pemasaran dan harga baik ditingkat petani maupun tingkat konsumen. Analisis proyek pertanian merupakan analisis bidang pertanian yang membandingkan biaya dengan manfaat untuk menilai kelayakan proyek. Analisa proyek pertanian terdiri dari analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekonomi adalah suatu analisa yang melihat kegiatan proyek dari sudut perekonomian secara keseluruhan. Analisis ekonomi memperhatikan hasil total atau produktivitas suatu proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan. Hasilnya disebut “the sosial return” atau “the economic returnI”. Analisis finansial adalah analisa yang melihat suatu proyek dari sudut lembaga-lembaga atau badan-badan yang mempunyai kepentingan langsung dalam proyek. Hasil analisa finansial disebut “the private return”. Gittinger (1986) aspek finansial menerangkan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap para peserta yang tergabung didalamnya. Tujuan utama analisis finansial terhadap usaha pertanian adalah untuk menentukan beberapa banyak keluarga petani yang menggantungkan kehidupan mereka kepada usahatani tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat suatu proyek bagi lembaga-lembaga yang terlibat langsung dalam proyek tersebut sehingga analisa yang digunakan adalah analisa finansial. 5)
salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004
1.2. Perumusan Masalah Di Kecamatan Madukara terdapat sebuah fenomena yang berupa maraknya konversi lahan menjadi lahan Salak Pondoh. Konversi terjadi dari lahan sawah menjadi lahan Salak Pondoh dan dari lahan Salak Lokal menjadi Salak Pondoh. Fenomena tersebut masih terjadi hingga saat ini. Harga jual Salak Pondoh lima tahun terakhir ditingkat petani mengalami penurunan hingga mencapai harga terendah sebesar Rp. 1.750,- per kilogramnya pada tahun 2004. Tren harga Salak Pondoh dari tahun 2000 sampai tahun 2004 mengalami penurunan (Tabel 5). Harga Salak Pondoh di tingkat konsumen pada tahun 2003 sebesar Rp. 4.000,- dan tahun 2004 turun menjadi harga sebesar Rp. 3.375,-. Harga-harga input diperkirakan akan mengalami kenaikan. Harga pupuk diperkirakan mengalami peningkatan sebagai dampak pencabutan subsidi pupuk yang dilakukan oleh pemerintah. Harga input lain diperkirakan akan mengalami peningkatan sebagai dampak kenaikan harga bahan bakar minyak. Tabel 5. Perubahan Harga Salak Pondoh di Tingkat Petani dan Konsumen di Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000 – 2004 Harga Tingkat Petani Konsumen
2000 2450 +
2001 2400 +
Tahun 2002 2150 +
2003 2000 4000
2004 1750 3375
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara, 2005 Keterangan: + : tidak ada data
Penurunan harga output yang disertai adanya kenaikan harga input secara teori ekonomi akan menyebabkan penurunan jumlah penawaran, namun pada kenyataannya volume produksi dan luas panen Salak Pondoh mengalami peningkatan. Tren volume secara keseluruhan mengalami peningkatan kecuali pada tahun 1998 menurun secara signifikan sekitar 172 ton dibandingkan dengan tahun 1997. Penurunan tersebut kemungkinan disebabkan adanya penurunan luas produksi dan produktivitas salak. Luas panen mempunyai kecenderungan meningkat kecuali pada tahun 1998 dan tahun 2002 mengalami penurunan (Tabel 6). Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 1996 sebesar 274,31 Kw/ha dan terendah pada tahun 1998 sebesar 132,08 Kw/ha.
Tabel 6. Volume Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Buah Salak di Indonesia Tahun 1998 – 2002 Tahun 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
Volume Produksi (Ton) 483.745 525.461 353.248 405.224 423.548 681.255 768.015
Luas Panen (Ha) 17.635 34.448 26.745 28.720 29.291 45.681 37.074
Produktivitas (Kw/Ha) 274,31 152,54 132,08 141,09 144,60 149,13 207,16
Sumber: Statistik Pertanian, 2004
Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu sentra produksi salak di Indonesia (Tabel 7). Pada tahun 1996 volume produksi salak Kabupaten Banjarnegara mencapai 75,07 persen produksi salak Indonesia. Pada tahun 1998 sampai tahun 2000 produksi salak Kabupaten Banjarnegara masih lebih besar dari 50 persen produksi salak Indonesia kemudian menurun pada tahun 2001 dan 2002 dibawah 50 persen. Produksi salak Kabupaten Banjarnegara pada tahun 1997 hanya 4,02 persen dibandingkan produksi nasional, hal terebut kemungkinan disebabkan karena adanya konversi Salak Lokal menjadi Salak Pondoh. Tabel 7. Perbandingan Volume Produksi Buah Salak Kabupaten Banjarnegara dan Indonesia Tahun 1994 – 2003
Tahun 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Volume produksi (ton) Banjarnegara Indonesia 27,844 + 214,310 + 363,141 483,745 21,117 525,461 250,937 353,248 209,235 405,224 282,975 423,548 275,048 681,255 298,934 768,015 293,982 +
Sumber: Kabupaten Banjarnegara dalam Angka diolah,2005 Keterangan: + : tidak ada data
Pesentase (%) + + 75.07 4.02 71.04 51.63 66.81 40.37 38.92 +
Usahatani Salak Pondoh merupakan usahatani yang membutuhkan modal besar dengan usia proyek yang relatif lama yaitu 10 tahun. Penurunan harga jual dan kenaikan harga input produksi yang terjadi diperkirakan akan mengakibatkan kerugian sehingga usaha tersebut tidak layak diusahakan. Oleh karena itu, studi kelayakan usahatani Salak Pondoh perlu dilakukan untuk melihat apakah usahatani Salak Pondoh masih layak diusahakan. Hal tersebut untuk menghindari kerugian setelah investasi dilakukan. Salak Pondoh cenderung mempunyai rantai pemasaran yang panjang. Buah Salak Pondoh rentan mengalami kerusakan, sehingga rantai pemasaran yang panjang menyebabkan buah rusak sebelum sampai kepada konsumen dan harga turun. Oleh karena itu, salah satu cara untuk meningkatkan harga ditingkat petani adalah dengan mencari rantai pemasaran yang paling efisien. Harga yang tinggi ditingkat petani akan mendorong petani untuk meningkatkan produksinya karena dengan harga yang tinggi mengakibatkan usahatani menjadi menguntungkan untuk diusahakan. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kelayakan investasi usahatani Salak Pondoh berdasarkan aspek teknis dan produksi, dan aspek finansial? 2. Bagaimana sensitivitas usahatani Salak Pondoh terhadap perubahan harga pupuk dan tenaga kerja, harga jual buah Salak Pondoh, dan tingkat suku bunga? 3. Bagaimana efisiensi pemasaran Salak Pondoh?
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana kelayakan usaha Salak Pondoh dan efisiensi pemasaran. Maka tujuan penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis kelayakan investasi usahatani Salak Pondoh berdasarkan aspek teknis dan produksi, dan aspek finansial. 2. Menganalisis sensitivitas usahatani Salak Pondoh terhadap perubahan harga pupuk dan tenaga kerja, harga jual buah Salak Pondoh, dan tingkat suku bunga. 3. Mengkaji efisiensi pemasaran Salak Pondoh.
1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pelaku usaha khususnya petani yang akan dan telah menginvestasikan dananya pada usahatani Salak Pondoh dalam menentukan langkah pengembangan usaha tersebut, pemerintah Kecamatan Madukara dalam menentukan kebijakan dan mengatahui kendala yang dihadapi petani sehingga diharapkan dapat memacu perkembangan usahatani Salak Pondoh dan penelitian selanjutnya sebagai bahan referensi.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usahatani Salak Pondoh Usaha tanaman hortikultura adalah kegiatan yang menghasilkan produk tanaman sayuran, tanaman buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat-obatan dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual untuk memperoleh pendapatan atas resiko usaha. Batas minimal usaha salak apabila tanaman yang diusahakan minimal berjumlah dua puluh rumpun (Biro Pusat Statistik, 2004). Salak (Salacca edulis Reinw) merupakan tanaman asli Indonesia yang diperkirakan berasal dari Pulau Jawa kemudian menyebar keseluruh Indonesia bahkan sampai ke Filipina, Malaysia, Brunei Darusalam dan Thailand. Salak Pondoh (Salacca edulis Reinw cv Pondoh) dalam kajian ilmiah termasuk dalam divisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji) dengan sub divisi Angiospermae (berbiji tertutup), klas Monocotyledoneae (biji berkeping satu), bangsa Arecales, suku Arecaceae palmae (keluarga palem), marga Salacca, jenis Salacca edulis Reinw dan anak jenis Salacca edulis Reinw cv Pondoh (Kusumo et al., 1995). Ciri-ciri Salak Pondoh adalah batang tegak hampir tidak terlihat karena tertutup pelepah daun yang tersusun rapat dan berduri banyak. Panjang pelepah daun sekitar dua hingga tiga meter, helai daun berbentuk garis lanset berujung runcing. Tinggi pohon Salak Pondoh dapat mencapai empat sampai tujuh meter dengan umur mencapai puluhan tahun. Salak Pondoh merupakan tanaman berumpun dengan buah berbentuk segitiga bulat telur terbalik. Panjang buah antara 2,5 cm hingga 7,5 cm, ketebalan daging buah sekitar 1,5 cm, dan kulit buah berbentuk sisik yang tersusun rapi seperti genting (Kusumo et al., 1995). Kelebihan Salak Pondoh dibandingkan salak lain yaitu rasa buah manis tanpa rasa sepat saat masih muda, sifat buah lebih tahan lama dengan masa penyimpanan lebih dari dua puluh hari, bila dimakan dalam jumlah banyak tidak menimbulkan rasa tidak enak diperut dan harga jual yang relatif lebih tinggi. Varietas Salak Pondoh dibedakan menjadi lima jenis berdasarkan warna kulit buahnya, yaitu Pondoh hitam, kuning, merah, merah kuning, dan merah hitam (Kusumo et al., 1995).
Salak Pondoh dapat hidup mencapai usia puluhan tahun. Akan tetapi, umur ekonomis Salak Pondoh untuk dibudidayakan secara komersial adalah 10 tahun. Produksi buah Salak Pondoh mengalami penurunan setelah tahun ke-6 (Gambar 1). Pada usia lebih dari 10 tahun pohon Salak Pondoh sudah mulai rebah di tanah sehingga jarak tanam tidak teratur, membutuhkan perawatan yang lebih
Produksi buah Salak Pondoh (kg)
banyak, produktivitas telah menurun dan kebutuhan akan pupuk lebih banyak.
12000 10000 8000 Tahun
6000
Produksi
4000 2000 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tahun
Gambar 1. Produksi Buah Salak Pondoh Per Hektar di Kabupeten Sleman Tahun 1991 (Kusumo et al., 1995) 2.1.1. Syarat Pertumbuhan Salak Pondoh Lokasi yang cocok untuk budidaya salak adalah daerah yang terkena pengaruh abu gunung berapi. Tanaman Salak Pondoh menyukai tanah yang subur dengan ketinggian tempat antara 200 – 700 m diatas permukaan laut. Tingkat keasaman tanah (pH) yang disukai sekitar 6,0 – 7,0 dengan kandungan humus yang tinggi. Suhu udara yang cocok berkisar 20 – 30 oC dengan kelembaban tanah yang baik untuk pertumbuhan perakaran, selain itu membutuhkan air dalam jumlah cukup dengan sistem drainase yang baik karena tanaman Salak Pondoh tidak tahan terhadap genangan air. Tanaman Salak Pondoh cocok ditanam dilahan datar dengan kemiringan tidak lebih dari 5 persen 6). 6)
salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004
2.1.2. Teknik Budidaya Salak Pondoh Kegiatan budidaya Salak Pondoh yang baik meliputi: (1) persiapan lahan; (2) penyiapan bibit; (3) penanaman bibit; (4) pemupukan; (5) pengairan dan drainase; (6) penyerbukan; (7) pemeliharaan; (8) pencangkokan; (9) peremajaan; dan (10) panen dan pasca panen (Kusumo et al., 1995). 1. Persiapan Lahan Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari secara langsung, sehingga diperlukan adanya tanaman penenduh. Tanaman peneduh ditanam sekitar satu tahun sebelum tanaman Salak Pondoh. Hal tersebut bertujuan agar pada saat waktu penanaman Salak Pondoh tanam peneduh sudah cukup besar. Jenis tanaman peneduh yang dapat ditanam yaitu: lamtoro, dadap, turi atau tanaman pelindung lainnya 7). Lahan untuk budidaya Salak Pondoh harus memenuhi syarat tumbuh yang baik. Hal tersebut penting agar hasil yang diperoleh baik, karena bibit yang baik tidak akan tumbuh optimal pada daerah yang tidak cocok. Persiapan lahan setelah pemilihan lahan adalah pengolahan lahan, pembuatan guludan, dan pembuatan lubang tanam (Kusumo et al., 1995). Persiapan lahan adalah kegiatan mempersiapkan lahan agar Salak Pondoh yang
ditanam
menghasilkan
buah
Salak
Pondoh
yang
bermutu
dan
menguntungkan. Tujuan persiapan lahan adalah menciptakan lingkungan yang sesuai bagi tanaman agar dapat tumbuh optimal dan menghasilkan buah Salak Pondoh yang bermutu pada tingkat produktivitas yang optimal/tinggi (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Pengolahan
lahan
bertujuan
untuk
menggemburkan
tanah
agar
pertumbuhan tanaman menjadi baik dan membersihkan tumbuhan pengganggu (gulma). Pengolahan lahan meliputi: (1) perataan tanah untuk mengatur sistem irigasi, mempermudah pengaturan jarak tanam, pengaturan pohon pelindung, meratakan kelembaban tanah/lahan, pengaturan pengguludan dan saluran air; (2) pembersihan rumput-rumput, batu-batu padas dan pohon-pohon kayu yang tidak diperlukan; dan (3) membajak dan mencangkul tanah untuk menggemburkan tanah. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan 3 - 4 minggu sebelum tanam. 7)
salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004
Tahap selanjutnya adalah pembuatan guludan. Guludan dibuat sesuai dengan luas lahan dan jarak tanam yang akan digunakan. Di antara guludan dibuat saluran air dengan kedalaman 25-30 cm yang mempunyai dua fungsi. Pertama berfungsi mengalirkan air yang berlebih saat musim hujan karena Salak Pondoh tidak tahan terhadap genangan air. Kedua saat musim hujan berfungsi untuk mengalirkan air karena tanaman Salak Pondoh tidak tahan terhadap kekeringan. Pembuatan lubang tanam dilakukan setelah pembuatan guludan selesai. Pada lahan yang telah diolah diberi tanda dengan menggunakan ajir sesuai dengan jarak tanam. Jarak tanam Salak Pondoh yang sering digunakan petani adalah 2 m x 2 m. Lubang tanam yang umumnya digunakan oleh petani Salak Pondoh adalah 60 cm x 60 cm x 60 cm (Kusumo et al., 1995). Setelah dibuat lubang tanam masukkan campuran pupuk kandang dan kompos sebanyak 10 kg per lubang. 2. Penyiapan bibit Penyiapan bibit adalah kegiatan menyiapkan bibit Salak Pondoh betina dan jantan bermutu untuk menghasilkan buah bermutu. Tujuannya adalah (1) untuk menjamin bibit yang ditanam sesuai dengan tujun yang telah ditetapkan; (2) menjamin bibit mempunyai tingkat keseragaman yang tinggi; (3) menjamin bibit berkualitas dan berproduktivitas tinggi; dan (4) menjamin bibit bebas hama penyakit. Ciri-ciri bibit yang baik adalah bibit yang berasal dari penangkar yang terjamin (bersertifikat), umur bibit 3 – 6 bulan, tinggi bibit sekitar 80 cm, jumlah pelepah 2 – 3, bibit yang sehat dan bebas organisme pengganggu tanaman, pertumbuhan seragam dan lurus dengan perakaran yang kuat, serta penampilan yang kekar (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Pembibitan sangat menentukan keberhasilan usahatani Salak Pondoh. karena Salak Pondoh merupakan tanaman tahunan yang mempunyai umur dapat mencapi puluhan tahun. Kesalahan pemilihan bibit menyebabkan kerugian berupa biaya pembelian bibit, biaya tenaga kerja dan rendahnya produktivitas yang menyebabkan pendapatan usahatani rendah. Bibit Salak Pondoh yang baik adalah bibit yang berasal dari pembibitan vegetatif. Bibit vegetatif diperoleh dengan cara memisahkan anakan secara buatan. Keuntungan bibit vegetatif adalah anakan mempunyai sifat sama dengan pohon induknya, jenis kelamin dapat dipastikan, cepat berbunga dan berbuah serta hasilnya lebih seragam (Kusumo et al., 1995).
3. Penanaman Bibit Penanaman bibit adalah menanam bibit jantan dan betina bermutu dengan benar. Tujuannya agar bibit jantan ditanam dengan benar sebagai sumber serbuk sari dan bibit betina untuk memproduksi buah salak yang bermutu tinggi (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Bibit Salak Pondoh umumnya ditanam pada awal musim penghujan ketika tanah mengandung cukup air yakni 60 – 80 persen. Keadaan tanah yang gembur dan kelembaban yang cukup memungkinkan akar bibit mampu hidup dan berkembang secara baik. Penanamn dilakukan pada lubang tanam yang telah disediakan. Bibit Salak Pondoh dipilih yang bagus, pertumbuhannya baik dan bebas dari hama penyakit. Pemilihan bibit harus tepat agar tidak mengakibatkan kerugian dikemudian hari. Bibit awal berasal dari pembelian dan tahun berikutnya diperoleh dari hasil pencangkokan anakan (Kusumo et al., 1995).
Gambar 2. Letak Salak Jantan dan Betina (Direktorat Tanaman Buah, 2004) Keterangan :
: salak betina : salak jantan
Penanaman bibit dilakukan dengan cara: Pertama, pindahkan bibit kekebun dekat lokasi penanaman kemudian distribusikan bibit sesuai jumlah lubang pada larikan. Kedua, letakkan bibit salak jantan dan betina di dekat lubang tanam yang telah direncanakan (Gambar 2.). Ketiga, campurkan pupuk kandang dan kompos dengan tanah bagian atas. Keempat, masukkan campuran pupuk dengan tanah kedalam lubang tanam. Kelima, buka keranjang/polibag dengan hati-hati, jangan sampai melukai perakaran dan periksa kondisi bibit dan perakaranya. Keenam, masukkan bibit ke dalam lubang tanan dan ditimbun dengan tanah bagian atas terlebih dahulu diikuti tanah bagian bawah hingga sedikit diatas leher akar. Ketujuh, padatkan dengan menggunakan tangan dan kaki kemudian siram dengan air secukupnya (Direktorat Tanaman Buah, 2004).
Setelah bibit tumbuh kadang diperlukan penyulaman. Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati atau tumbuh abnormal dengan tanaman baru yang sehat dan berumur sama. Penyulaman bertujuan untuk mempertahankan populasi tanaman di kebun. Cara penyulaman adalah sebagai berikut: (1) periksa penyebab kematian tanaman; (2) hitung jumlah tanaman yang mati atau tumbuh abnormal; (3) persiapkan bibit salak pengganti yang memiliki umur sama atau hampir sama; (4) bongkar tanaman yang mati atau tumbuh abnormal; (5) tanam bibit pada lokasi bekas tanaman yang mati atau tumbuh abnormal dengan cara seperti menanam tanaman pertama. 4. Pemupukan Pemupukan adalah memberikan pupuk organik atau an-organik dengan cara membenamkan dalam tanah. Pemupukan bertujuan untuk Mempertahankan status hara dalam tanah, menyediakan unsur hara secara seimbang bagi pertumbuhan atau perkembangan tanaman, meningkatkan mutu buah, dan meningkatkan produktivitas tanaman (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Selain itu Pemupukan juga bertujuan untuk mencukupi satu atau beberapa unsur hara pada tanaman, agar tanaman berproduksi secara berkelanjutan 8). Jenis pupuk ada 2 macam yaitu pupuk organik (pupuk alami) dan pupuk an-organik (pupuk buatan). Pupuk organik yang sering digunakan adalah pupuk kandang sedangkan pupuk an-organik yang sering dipergunakan adalah pupuk Urea, SP-36, dan KCL. Dosis pupuk pertanaman berdasarkan umur tanaman adalah: (a) tanaman umur 0-12 bulan diberi pupuk dengan dosis: pupuk kandang 1000 g, Urea 5 g, SP-36 5 g, KCl 5 g diberikan sebulan sekali; (b) tanaman umur 12-24 bulan diberi pupuk dengan dosis: pupuk kandang 1000 g, Urea 10 g, SP-36 10 g, KCl 10 g diberikan dua bulan sekali; (c) tanaman umur 24-36 bulan diberi pupuk dengan dosis: pupuk kandang 1000 g, Urea 15 g, SP-36 15 g, KCl 15 g diberikan tiga bulan sekali; (d) tanaman umur 36 bulan dan seterusnya diberi pupuk dengan dosis: pupuk kandang 1000 g, Urea 20 g, SP36 20 g, KCl 20 g diberikan setiap enam bulan sekali 9).
8) 9)
salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004 salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004
5. Pengairan dan Drainase Pengairan adalah memberi air sesuai kebutuhan tanaman. Tujuan pengairan adalah menyediakan air bagi tanaman pada daerah perakaran tanaman dengan air yang memenuhi standar pada waktu, cara, dan jumlah yang tepat sehingga penyerapan hara berjalan optimal dan tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pemberian air dalam jumlah banya diperlukan pada fase: setelah pemangkasan pelepah, tumbuh anakan dan pembesaran buah. Kebutuhan air dengan jumlah sedikit atau sangat sedikit pada fase: inisiasi pembungaan dan menjelang panen. Tanah perlu pengairan apabila tanah kurang lembab dan dihentikan saat tanah telah cukup lembab (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Pembuatan drainase sangat penting karena tanaman salak tidak tahan akan genangan air dalam waktu yang lama. Fungsi drainase pada musim hujan adalah untuk membuang air yang berlebih dan pada musim kemarau drainase untuk membagi air dari sumber air atau kolam air (Kusumo et al., 1995). Tanaman Salak Pondoh tidak tahan terhadap kekeringan dan genangan air yang cukup lama didaerah perakarannya. Kekeringan menyebabkan tanaman layu dan apabila dibiarkan akan menyebabkan tanaman mati. Akar tanaman yang tergenang air dalam waktu yang cukup lama akan busuk dan mengakibatkan tanaman mati. Pembuatan kolam air dan sistem drainase yang baik diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Pembuatan kolam air berfungsi untuk penyediaan air irigasi kebun salak pada musim-musim kemarau. Ukuran kolam disesuaikan dengan luas tanah dan apabila memungkinkan lokasi kolam di tengah kebun Salak Pondoh. Air kolam dialirkan ke seluruh kebun melalui saluran air. 6. Penyerbukkan Tanaman Salak Pondoh merupakan tanaman berumah dua dimana bunga jantan dan bunga betina berada pada pohon yang berbeda. Keadaan tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri. Penyerbukan tanaman salak memerlukan bantuan angin, serangga dan manusia. Penyerbukan dengan bantuan angin keberhasilannya lebih rendah bila dibandingkan dengan penyerbukan oleh serangga dan manusia. Hal tersebut disebabkan benang sari bunga jantan pada Salak Pondoh lengket sehingga sulit untuk diterbangkan.
Penyerbukan dengan bantuan serangga akan berhasil dengan syarat terdapat pohon salak jantan dan serangga yang membantu penyerbukan. Penyerbukan dengan bantuan manusia mempunyai tingkat keberhasilan tinggi. Cara penyerbukan dengan bantuan manusia adalah: (1) periksa bunga betina yang siap dibuahi, dengan ciri seludang bunga sudah berwarna coklat tua dan bila dibuka putik bungan berwarna merah; (2) potong bungan jantan yang telah siap diserbukan dari tandannya; (3) Lakukan proses penyerbukan pad pagi atau sore hari; (4) Buka seludang bunga betina, oles atau ketuk-ketukkan serbuk bunga jantan diatas bunga betina; (5) tutup bunga yang sudah dibuahi dengan tutup (daun muda atau plastik bekas mineral; dan (6) buka tutup tandan 3 – 5 hari setelah penyerbukan. 7. Pemeliharaan Menurut Kusumo et al., (1995) Pemeliharaan tanaman Salak Pondoh meliputi beberapa kegiatan antara lain: penyiangan, pembubunan, pemangkasan dan pemberantasan hama penyakit. Tanpa pengelolaan tanaman dan lingkungan hidupnya secara tepat dan optimal akan berdampak kerugian bagi petani. Penyiangan adalah membuang dan membersihan rumput-rumput atau tanaman pengganggu lainnya yang tumbuh di kebun salak. Tanaman pengganggu yang lazim disebut gulma bila tidak diberantas akan menjadi pesaing bagi tanaman salak dalam memperebutkan unsur hara dan air. Tujuan penyiangan adalah memelihara daya serap perakaran dalam menyerap unsur hara karena tanaman Salak Pondoh mempunyai sistem perakaran dangkal. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 2 bulan setelah bibit ditanam, penyiangan berikutnya dilakukan tiap 3 bulan sekali sampai tanaman berumur setahun. Setelah itu penyiangan cukup dilakukan setiap 6 bulan sekali atau 2 kali dalam satu tahun, dilakukan pada awal dan akhir musim penghujan. Pembumbunan dilakukan karena tanaman salak tidak tahan terhadap tanah yang mengandung air berlebihan. Jalan keluar untuk untuk mengatasi masalah ini adalah melakukan pembumbunan, yang biasanya dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan dapat berulang-ulang tergantung kondisi alamnya.
Pemangkasan yang dilakukan ada dua jenis yaitu pemangkasan pohon naungan dan pemangkasan pelepah. Pemangkasan pelepah adalah memotong pelepah yang tidak produktif, kering, mati dan terserang organisme pengganggu tanaman. Tujuannya adalah untuk (1) membentuk tajuk ideal tanaman salak (berkisar 7 – 8 pelepah pertanaman) agar produktivitas dan mutu buah yang dihasilkan dalam kondisi yang maksimal; dan (2) merangsang pembentukan seludang bunga betina (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Pemangkasan tanaman diawali setelah tanaman berumur satu tahun yang bertujuan mengatur pertumbuhan vegetatif ke arah pertumbuhan generatif yang lebih produktif. Pemangkasan dilakukan dengan cara memotong pelepah yang telah diidentifikasi dengan membuang daun terlebih dahulu kemudian memotong pelepahnya. Hasil dari pangkasan dimasukkan kedalam rorak yang terdapat diantara tanaman salak untuk menambah aerasi dan bahan organik (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Pemangkasan pohon naungan bertujuan untuk mengatur cahaya matahari yang cukup bagi tanaman, memudahkan peredaran udara serta pemeliharaan tanaman, mengurangi kelembaban udara selama musim penghujan dan mempertahankan tingkat keteduhan tertentu selama musim kering. Pemangkasan pohon naungan dilakukan secara hati-hati, agar tidak mengakibatkan kerusakan pada tanaman Salak Pondoh. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan terutama sebagai tindakan preventif serangan hama penyakit terhadap tanaman salak. Pengendalian hama penyakit penting agar hasil usahatani memuaskan. Hama yang sering menyerang tanaman Salak Pondoh antara lain: Silphida dan kutu putih. Penyakit yang menyerang tanaman Salak Pondoh antara lain: bercak daun, busuk bunga, busuk buah, dan perubahan bentuk tanaman. Pengendalian hama penyakit dapat dilakukan dengan empat cara yaitu: (1) kultur teknis berupa pemupukan dan pengairan yang seimbang sesuai dengan rekomendasi, usahakan agar buah tidak menyentuh tanah, dan jangan sampai luka; (2) sanitasi berupa pemusnahan bagian tanaman yang terkena serangan hama dan membuang sisa-sisa tanaman, buah busuk dan gulma disekitar tanaman; (3) penggunaan bibit sehat; dan (4) penyemprotan fungisida.
Pemeliharaan yang masih diperlukan adalah penjarangan anakan, penyerbukan dan penjarangan buah (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Penjarangan anakan adalah mengurangi dan mengatur jumlah anakan dalam satu rumpun tanaman. Tujuannya adalah (1) agar jumlah tanaman dalam satu rumpun membentuk rumpun yang ideal dan tidak terlalu berlebihan agar pemeliharaan tanaman dapat dilakukan dengan mudah, mengurangi resiko serangan organisme pengganggu tanaman dan mengoptimalkan produksi; (2) membentuk rumpun; dan (3) untuk memperoleh bahan tanaman dari anakan yang dipisahkan dari induknya. Satu rumpun cukup dua anakan yang kualitasnya baik yang dipelihara. Pangkas anakan yang keluar dari barisan, pertumbuhan kurang baik dan terlalu banyak. Penjarangan buah adalah mengurangi jumlah buah yang terdapat dalam setiap tandan. Tujuannya untuk menghasilkan buah dengan mutu dan jumlah yang optimal sesuai target yang ditetapkan. Caranya adalah: (1) penjarangan pertama saat dua bulan setelah penyerbukan (ukuran buah sebesar kelereng), dengan cara memilih buah yang abnormal, terserang hama dan penyakit atau buah yang normal tapi posisinya terjepit; (2) tusuk buah yang dipilih untuk dijarangkan, kemudian tarik dengan kawat tajam atau tusuk sate; (3) buang buah hasil penjarangan diluar kebun; (4) penjarangan kedua, sebulan setelah penjarangan pertama dengan cara yang sama seperti penjarangan pertama, atau dengan mencongkel buah yang dipilih dengan menggunakan obeng; dan (5) bungkus tandan dengan anyaman atau keranjang bambu. 8. Pencangkokan Pencangkokan dilakukan untuk memperbanyak bibit tanaman melalui tunas anakan. Kriteria tanaman Salak Pondoh yang akan dijadikan sebagai induk perbanyakan vegetatif adalah: (1) pohon induk harus berumur lebih dari satu tahun; (2) tumbuhnya rimbun dan daun sehat tidak menguning; (3) bebas hama dan penyakit; (4) berbuah lebat dan berkualitas baik; (5) tunas anakan yang akan dicangkok sudah cukup umur dan mempunyai pelepah 4-5 helai. Pencangkokan dilakukan pada saat tanaman berumur 1-2 tahun pada saat tanaman belum berbuah. Saat tanaman mulai berbuah pencangkokan dihentikan agar tidak menggangu produksi. Anakan yang tumbuh setelah tidak dicangkok dipangkas untuk mengurangi penggunaan unsur hara (Kusumo et al., 1995).
9. Peremajaan Peremajaan bertujuan untuk mengembalikan kondisi kebun menjadi teratur sesuai dengan kondisi semula, mengembalikan produktivitas dengan menanam tanaman muda yang berkualitas, mengefisiensikan pemupukan, pemerataan
sebaran
cahaya
matahari,
dan
mempermudah penyerbukan.
Peremajaan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: bongkar tanam, tanam sisip, dan tebang bersih. Bongkar tanam adalah peremajaan dengan cara membongkar tanaman tua dan diganti dengan menanam tanaman muda. Tanam sisip adalah peremejaan tanaman dengan cara menanam tanaman baru diantara tanaman lama tanpa membongkar semua tanaman lama. Tebang bersih adalah peremajaan dengan menebang tanaman yang tegak dengan panjang lebih dari satu meter atau tanaman dengan diameter lebih dari 0,5 m. Tanaman ditebang hingga pangkalnya dan anakan dibiarkan tumbuh menggantikan tanaman lama (Kusumo et al., 1995). 10. Pemanenan dan Pasca Panen Panen adalah memetik buah yang telah siap panen atau mencapai kematangan yang optimal. Tujuannya untuk memperoleh buah pada standar mutu yang telah ditetapkan. Buah yang sudah siap panen mempunyai ciri-ciri sisik telah jarang, bulu-bulu telah hilang dan warna kulit buah merah kehitaman atau kuning tua berkilat, selain itu umur tanaman dan tekstur buah perlu diperhatikan (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Panen perdana dengan menggunakan bibit cangkokan vegetatif dimulai pada saat usia tanaman Salak Pondoh 2 - 3 tahun. Pemetikan buah biasanya juga dilakukan setelah 7 - 8 bulan sejak terjadinya penyerbukan. Untuk pemetikan buah tidak dipilih satu per satu tapi dipotong bersama tandannya. Rata-rata produksi buah per pohon per tahun adalah 10 kg10). Masa panen buah salak terbagi menjadi empat musim setiap tahunnya berdasarkan banyaknya buah yang dihasilkan yaitu: panen raya pada bulan November Januari; panen sedang pada bulan Februari - April; panen kecil pada bulan Mei Juli; dan Masa kosong atau istirahat pada bulan Agustus - Oktober 11).
10)
salak yang diambil dari http://www.jombang.go.id/e-gov/satKerDa/page/3517080/salak.htm pada tanggal 20 April 2006 11) salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004
Pasca panen adalah pekerjaan yang dilakukan pada hasil produk yang baru saja dipanen. Tujuannya melakukan pekerjaan meliputi pembersihan, sortasi buah, pelabelan dan pengemasan berdasarkan ukuran dan standar mutu yang telah ditentukan. Standar kelas teridiri dari kelas A (8 – 12 buah per kilo gram), kelas B (13 – 17 buah per kilogram), dan kelas C (18 – 22 buah per kilogram) (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Petani cenderung menggunakan keranjang karena biaya lebih murah dibanding menggunakan kotak kayu dan kerusakan buah lebih kecil dibanding mengunakan karung. Buah Salak Pondoh dapat tahan disimpan sampai maksimal 21 hari apabila buah tidak luka, bebas dari serangan hama atau penyakit dan sirkulasi udara tempat penyimpanan berjalan baik. Buah Salak Pondoh dipasarkan sebagai buah segar dan buah olahan. Petani dapat menjual kepada pedagang pengumpul, pedagang besar atau langsung ke konsumen12).
2.1.3. Kendala Budidaya Salak Pondoh Tanaman Salak Pondoh termasuk tanaman yang tidak mengandung resiko tinggi, tapi tetap diperlukan pemeliharaan dan perawatan yang intensif, agar buah yang dihasilkan kualitasnya baik dan produktivitasnya tinggi. Pada beberapa kondisi, sering dijumpai petani yang menanam Salak Pondoh dengan baik akan tetapi tidak dapat berbuah. Tanaman Salak Pondoh adalah tanaman yang tidak tahan pada kondisi kekeringan maupun kondisi yang terlalu basah. Kondisi kekeringan dapat mengakibatkan tanaman layu dan apabila tidak ditanggulangi bisa mengering, sedangkan kondisi air yang terlalu banyak sampai menggenang dapat menyebabkan akar tidak dapat bernafas dan mengalami pembusukan yang menyebabkan tanaman mati. Kondisi kritis tanaman Salak Pondoh akan berlangsung dari penanaman pertama sampai pada tahun kedua kurun waktu proyek. Hal tersebut disebabkan kondisi tanaman yang masih rentan terhadap kondisi "stress" baik di musim-musim penghujan maupun kemarau 13).
12) 13)
salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004 salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu Menurut Moesdrajat (1994) Pemasaran Salak Pondoh di Desa Bangun Kerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman dilakukan melalui lembaga-lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul besar dan pedagang pengecer. Saluran pemasaran di desa tersebut mempunyai marjin pemasaran sebesar Rp. 2000,- atau 44,40 persen dari harga yang dibayarkan konsumen akhir. Nilai farmer share yang diperoleh sebesar 55,60 persen. Keadaan menunjukkan bahwa petani belum memperoleh hasil yang besar dibandingkan dengan kerja yang mereka lakukan. Harga Salak Pondoh berfluktuasai sesuai dengan ketersediaannya. Saat panen raya harga rendah dan saat masa kosong harga jual mencapai maksimum. Tabel 8. Produksi dan Penerimaan Usahatani Salak Pondoh per Hektar di Kabupaten Sleman Tahun 1991 Tahun ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Produksi Salak (kg) 2.625 5.008 6.562 9.188 9.844 9.421 7.921 7.757 6.674
Bibit (pohon) 5.201 7.883 10.730 11.329 9.655 5.842 5.823 4.435
Penerimaan (Rp) 5.250.000 19.117.750 26.919.250 37.153.500 39.513.750 35.738.250 26.065.500 25.704.250 21.109.250
Sumber: Kusumo et al. (1995)
Kusumo et al. (1995), Salak Pondoh mulai menghasilkan buah pada tahun kedua dan bibit pada tahun ketiga. Umur ekonomis Salak Pondoh adalah 10 tahun. Pada Tabel 8. terlihat bahwa pada tahun ke-10 produksinya telah menurun sebesar 32.2 persen. Produksi bibit mengalamai peningkatan hingga tahun keenam setelah itu mengalami penurunan (Tabel 8). Penerimaan diperhitungkan dengan menggunakan harga buah sebesar Rp. 2000,00 dan harga bibit sebesar Rp. 1750. Pada Tabel 9. terlihat bahwa usahatani Salak Pondoh lebih menguntungkan dari pada usahatani salak Bali. Titik impas usaha tani Salak Pondoh dengan penjualan bibit sebesar Rp 771.000,- per hektar, sedangkan tanpa penjualan bibit sebesar Rp 654.000,- per hektar lebih rendah dibandingkan usahatani salak Bali sebesar Rp
1.227,- per hektar. Net Present Value (NPV), Net B/C Ratio dan IRR Salak Pondoh lebih besar dibandingkan dengan salak Bali. NPV yang yang lebih besar menunjukkan bahwa nilai arus kas sekarang setelah dikurangi investasi awal Salak Pondoh lebih menguntungkan dari pada salak Bali. Net B/C ratio Salak Pondoh yang lebih besar dari pad Salak Bali menunjukkan tambahan keuntungan yang dihasilkan dari pengeluaran biaya sebesar Rp 1,- lebih besar. IRR yang lebih besar menunjukkan tingkat pengembalian internal usahatani Salak Pondoh lebih menguntungkan dari pada usahatani Salak Bali. Tabel 9. Kelayakan Usahatani Salak Pondoh di Kabupaten Sleman dan Salak Bali di Kabupaten Karangasem tahun 1991 Uraian Biaya tetap(Rp 1.000/ha) Biaya variabel (Rp 1.000/ha) Penurunan (Rp 1.000/ha) Titik Impas (Rp 1.000/ha) Luas minimum (ha) NPV (Rp 1.000/ha) Net B/C Ratio IRR(%)
Salak Pondoh Dengan Bibit Tanpa Bibit 539,0000 467,0000 26.433,0000 18.183,0000 87.874,0000 63.788,0000 771,0000 654,0000 0,0098 0,0102 61.478,0000 45.113,0000 6,7500 5,2200 93,6400 83,7700
Salak Bali 379,000 3.268,000 4.922,000 1.227,000 0,249 2.335,000 2,700 40,160
Sumber: Kusumo et al. (1995)
Penelitian Johan (1997) mengenai analisis tingkat pengembalian investasi dan penyerapan tenaga kerja di Desa Bangun Kerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan membagi perhitungan menjadi dua yaitu: pertama hanya memperhitungkan buah salak sebagai pendapatan dan kedua memasukan buah salak dan bibit hasil cangkokan. Hasil analisis pada tingkat diskonto 16 persen dan harga berlaku Rp. 3000,00 per kilogram adalah: (1) hanya memperhitungkan buah salak sebagai pendapatan diperoleh IRR sebesar 34,7 persen, NPV Rp. 16.429.520,00 dan R/C 2,78; (2) Meperhitungkan buah salak dan bibit hasil cangkokan sebagai pendapatan diperoleh IRR sebesar 71,04 persen, NPV Rp. 39.220.680,00 dan R/C 6,02. Penyerapan tenaga kerja paling besar pada tahun ke-1 untuk pembukaan lahan sebesar 292.1 HOK, kemudian turun pada tahun kedua menjadi 128,8 HOK terus meningkat sampai pada tahun ke sembilan dan sepuluh menjadi 194,2 HOK.
Penelitian Ananato (2002) mengenai ananalisis perilaku dan preferensi konsumen Salak Pondoh di DKI Jakarta menunjukkan bahwa Salak Pondoh merupakan jenis salak paling banyak disebutkan, hal tersebut menunjukkan bahwa Salak Pondoh sudah dikenal luas oleh masyarakat. Salak Pondoh merupakan jenis salak yang paling sering dikonsumsi. Salak ini memiliki rasa yang khas berbeda dengan jenis salak lain dan termasuk jenis salak yang paling mudah ditemui dipasaran. Alternatif strategi pengembangan pasar Salak Pondoh dapat dilakukan dengan penyebaran informasi, standarisasi mutu dan perbaikan cara penjualan. Hasil analisis pemasaran dan kelayakan investasi pengusahaan salak Nglumut di Desa Nglumut, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah oleh Rusdiati (1998) berdasarkan umur tanaman diperoleh nilai R/C untuk umur < 2 tahun, 2 – 5 tahun, 6 – 10 tahun dan > 10 tahun masing-masing sebesar 1,43; 10,14; 16,68; dan 13,19. Hasil analisis pemasaran usahatani salak menunjukkan ada tiga saluran pemasaran yaitu (1) pola I: petani Æ pedagang pengumpul desa Æ pedagang pengumpul besar Æ pedagang pengecer dengan marjin pemasaran sebesar Rp. 2000,00, (2) pola II: petani Æ pedagang pengecer dengan marjin pemasaran sebesar Rp. 1500,00, dan (3) pola III: petani Æ besar Æ pedagang pengecer dengan marjin pemasaran sebesar Rp. 1.900,00. Hasil penelitian Utami (2001) mengenai analisis kelayakan investasi usaha peternakan sapi perah di Yayasan Bina Pembangunan Padepokan Bumi Mandiri, Kabupaten Sukabumi bertujuan untuk mengetahui: (1) kelayakan investasi pada skala usaha (10-20) ekor dan skala usah (20-30) ekor untuk aspek pasar dan pemasaran, teknik dan produksi, aspek manajemen operasional dan aspek keuangan, (2) sensitivitas usaha peternakan sapi perah terhadap perubahan harga input, harga output, dan tingkat suku bunga, (3) skala usaha sapi perah yang lebih menguntungkan untuk diusahakan. Analisis aspek pasar dan pemasaran, teknik dan produksi, aspek manajemen operasional dilakukan dengan metode deskriptif sedangkan untuk analisis keuangan dengan menggunakan alat analisis Profitability Indeks (PI), NPV, IRR, dan B/C Rasio. Perubahan yang diujikan dalam analisis sensitivitas adalah biaya kenaikan produksi: 20 dan 50 persen, penurunan harga output: 25 dan 30 persen dan perubahan tingkat diskonto 12, 15, 18 dan 24 persen. Analisis aspek pasar menunjukkan konsumsi susu nasional
mengalami kenaikan rata 1,53 persen pertahun sedangkan konsumsi perkapita turun rata-rata 0,14 persen pertahun. Konsumsi susu Jawa Barat mengalami pertumbuhan pada tahun 1994-1998 sebesar 9,73 dan konsumsi perkapita ratarata meningkat 5,57 persen pertahun. Hasil analisis keuangan diperoleh Untuk skala (10-20) ekor NPV, IRR, dan B/C Rasio masing-masing Rp. 108.909.900,00, 18 persen dan 1.413643, sedangkan untuk skala (20-320) ekor NPV, IRR, dan B/C Rasio masing-masing Rp. 161.327.800,00, 18 persen dan 1.38338. Kesimpulan dari penelitian terdahulu menunjukan bahwa usahatani Salak Pondoh layak untuk diusahakan. Salak Pondoh merupakan jenis salak yang paling sering dikonsumsi di DKI Jakarta. Kelayakan usahatani dapat dilihat dari hasil aspek pasar dan pemasaran, teknik dan produksi, aspek manajemen operasional dan aspek keuangan. Aspek keuangan dapat dianalisis menggunakan alat analisis Profitability indeks, Net Presen Value, Internal Rate of Return, dan Net B/C. Penelelitian saya berbeda dari penelitian terdahulu dilihat dari lokasi penelitian berada di Kecamatan Madukara. Unit analisis dalam penelitian saya dibedakan berdasarkan umur tanaman. Pendapatan usahati diperhitungkan berdasarkan rata-rata pendapatan petani bukan berdasarkan estimasi.
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani adalah organisasi dari alam, tenaga kerja, modal, dan manajemen yang ditujukan pada produksi lapang pertanian. Pada dasarnya unsurunsur pokok usahatani terdiri atas lahan, tenaga kerja, modal, dan manajemen. keempat unsur tersebut mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan usahatani (Soeharjo dan Patong, 1973). Menurut Soekartawi, et al. (1984) umumnya ciri usahatani yang ada di Indonesia antara lain memiliki lahan sempit, modal relatif kecil, tingkat pengetahuan terbatas, dan kurang dinamik sehingga berakibat rendahnya pendapatan usahatani. Tujuan setiap petani dalam menjalankan usahataninya berbeda-beda. Apabila tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik dengan melalui atau tanpa melalui peredaran uang, maka usahatani tersebut disebut usahatani pencukup kebutuhan keluarga (subsistence farm). Usahatani komersial (comercial farm) adalah usahatani yang didorong oleh keinginan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya (Soeharjo dan Patong, 1973).
3.1.2. Konsep Studi Kelayakan Usahatani Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono, 2000). Proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit, karena menggunakan sumberdaya untuk memperoleh keuntungan/manfaat. Secara umum proyek merupakan suatau kegiatan yang mengeluarkan uang/biayabiaya dengan diharapkan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit (Gittinger, 1986). Keberhasilan suatu proyek dapat ditafsirkan secara berbeda. Pihak swasta lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi sedangkan pemerintah dan lembaga non profit dilihat apakah bermanfaat bagi masyarakat luas yang berupa penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumberdaya yang melimpah,
penghematan devisa dan penambahan devisa. Semakin luas skala proyek maka dampak yang dirasakan baik secara ekonomi maupun sosial semakin luas. Oleh karena itu studi kelayakan dilengkapi dengan analisa yang disebut analisa manfaat dan pengorbanan (cost and benefit analysis) termasuk didalamnya semua manfaat dan pengorbanan sosial (social cost and social benefit analysis). Pada umumnya studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek, yaitu: (1) manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri atau sering disebut manfaat finansial yang artinya apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan resiko proyek tersebut; (2) manfaat ekonomis proyek tersebut bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan atau sering disebut manfaat ekonomi nasional yang nenunjukan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara; (3) manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat disekitar proyek (Husnan dan Suwarsono, 2000). Intensitas studi kelayakan menurut Husnan dan Suwarsono (2000) dipengaruhi oleh tiga faktor. Faktor yang pertama adalah besarnya dana yang ditanamkan, semakin besar jumlah dana yang ditanamkan maka semakin mendalam studi yang dilakukan. Kedua tingkat ketidak pastian proyek, semakin sulit kita memperkirakan penghasilan penjualan, biaya, aliran kas dan lain-lain maka semakin hati-hati dalam melakukan studi kelayakan proyek. Ketiga kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi proyek, semakin komplek elemen yang mempengaruhi maka semakin hati-hati studi kelayakan yang dilakukan. Pada penelitian ini aspek yang diteliti ditekankan pada aspek manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri atau sering disebut manfaat finansial yang artinya apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan resiko proyek tersebut. Hal tersebut mengakibatkan harga yang diperhitungkan menggunakan harga yang berlaku di pasar, pajak merupakan biaya yang harus dikeluarkan/diperhitungkan, subsidi menyebabkan biaya proyek menurun sehingga menambah manfaat proyek, perhitungan untuk analisis keuangan digunakan analisis finansial dan hanya memperhatikan keuntungan proyek atas investasi yang telah ditanamkan.
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), walaupun belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti, tetapi umumnya penelitian akan dilakukan terhadap aspek pasar, teknis, manajemen, keuangan, hukum, dan ekonomi negara. Tergantung pada besar kecilnya dana yang ditanam dalam investasi tersebut, maka terkadang juga ditambah studi tentang dampak sosial. 3.1.2.1. Aspek Teknis dan Produksi Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengopersiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisa ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Aspek teknis mempelajari tentang: (1) lokasi proyek, yakni dimana suatu proyek akan didirikan baik untuk pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik; (2) besar skala operasi/luas produksi ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis; (3) kriteria pemilihan mesin dan equipment yang digunakan; (4) proses produksi yang dilakukan dan layout pabrik yang dipilih termasuk layout bagunan dan fasilitas lain; dan (5) jenis teknologi yang digunakan (Husnan dan Suwarsono, 2000). 3.1.2.2. Aspek Keuangan Aspek keuangan mempelajari berbagai faktor penting seperti: (1) dana yang diperlukan untuk investasi, baik untuk aktiva tetap maupun modal kerja; (2) sumber-sumber pembelanjaan yang akan digunakan, meliputi berapa banyak dana yang berupa modal pribadi, pinjaman jangka pendek dan jangka panjang; (3) taksiran penghasilan, biaya dan rugi/laba pada berbagai tingkat operasi. Termasuk didalamnya estimasi tentang break event proyek tersebut; (4) manfaat dan biaya dalam arti finansial. Estimasi terhadap resiko proyek, resiko dalam arti total maupun sistematis. Taksiran aliran kas untuk menghitung profitabilitas finansial proyek; dan (5) Proyeksi keuangan berupa pembuatan neraca yang diproyeksikan dan proyeksi sumber dan penggunaan dana. Dalam aspek finansial harus mempertimbangkan nilai waktu uang (time value of money). Kriteria investasi yang digunakan untuk mengevaluasi keputusan investasi terhadap proyek adalah“net present value”, “rate of return on investement”, dan “payback periode” dan analisis sensitivitas.
3.1.3 Konsep Pemasaran Pemasaran pertanian dapat didefinisikan sebagai segala usaha kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke konsumen (Limbong dan Sitorus, 1987). Kotler (2000) Pemasaran adalah suatu proses sosial yang mana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, pemawaran, dan pertukaran produkproduk yang bernilai. Pertukaran adalah konsep yang melandasi pemasaran. Syarat terjadinya pertukaran ada lima yaitu: minimal terdapat dua pihak, masingmasing pihak mempunyai sesuatu yang mungkin bernilai bagi pihak yang lain, masing-masing pihak mapu berkomunikasi dengan pihak yang lain, masingmasing pihak berhak untuk menolak atau menerima tawaran, dan masing-masing pihak percaya adalah tepat dan baik berhubungan dengan pihak lain. 3.1.3.1. Fungsi Pemasaran Funsi pemasaran adalah berbagai kegiatan yang diperlukan untuk memperlancar proses penyampaian barang atau jasa dari tingkat produsen ke tingkat konsumen (Limbong dan Sitorus, 1987). Fungsi pemasaran terdiri dari tiga fungsi pokok yaitu: fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran terdiri dari funsi pembelian dan fungsi penjualan. Fungsi fisisk adalah semua tindakan yang berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan bentuk dan kegunaan waktu. Fungsi fisik meliputi fungsi penyimpanan, fungsi pengolahan, dan fungsi pengangkutan. Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar. 3.1.3.2. Lembaga Pemasaran Pihak-pihak yang melaksanakan fungsi pemasaran disebut lembaga pemasaran. Beberapa lembaga pemasaran terlibat dalam pemasaran barang dan jasa. Lembaga pemasaran tersebut dapat berbentuk perseorangan, perserikatan maupun perseroan. Saluran pemasaran adalah saluran yang digunakan untuk
menyalurkan produknya kepada konsumen dari titik produsen (Limbong dan Sitorus, 1987). Seperangkat lembaga pemasaran yang melakukan semua fungsi pemasaran disebut saluran pemasaran (Kotler, 1991). Faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam memilih pola saluran pemasaran yaitu: (1) pertimbangan pasar meliputi konsumen sasaran akhir yang mencakup potensi pembeli, geografi pasar, kebiasaan pembeli dan volume pesanan; (2) pertimbangan barang meliputi nilai barang perunit, besar dan berat barang, tingkat kerusakan, sifat teknis barang, apakah barang tersebut memenuhi pesanan atau untuk memenuhi pasar; (3) pertimbangan interen perusahaan meliputi sumber permodalan, pengalaman manajemen, pengawasan, penyaluran, dan pelayanan: (4) pertimbangan terhadap lembaga dalam rantai pemasaran meliputi segi kemampuan lembaga perantara dan kesesuaian lembaga perantara dengan kebijakan perusahaan. Efisiensi Pemasaran Pemasaran disebut efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-pihak yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran tersebut (Limbong dan Sitorus, 1987). Marjin Pemasaran Efisiensi pemasaran dapat dilihat dari analisis marjin pemasaran. Marjin pemasaran adalah perbedaan haga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen. Marjin pemasaran dapat dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksana pemasaran sejak dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen akhir. Marjin pemasaran merupakan perbedaan antara kurva permintaan dan kurva penawaran tingkat produsen dengan tingkat lembaga pemasaran yang terlibat (Limbong dan Sitorus, 1987). Pada umumnya semakin pendek saluran pemasaran akan memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan saluran pemasaran yang panjang. Hal tersebut disebabkan semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat menyebabkab semakin besar perbedaan harga yang dibayar konsumen dan harga yang diterima petani. Pada Gambar 3. terlihat hubungan antara fungsifungsi pertama dan turunan terhadap marjin pemasaran dan nilai marjin pemasaran (Limbong dan Sitorus, 1987).
Gambar 3. Hubungan Antara Fungsi-fungsi Pertama dan Turunan terhadap Marjin Pemasaran dan Nilai Marjin Pemasaran (Limbong dan Sitorus, 1987) Keterangan: Pr Pf Sr Sf Dr Dr Qr, f
: Harga ditingkat petani : Harga ditingkat pengecer : Suplay Ditingkat petani : Suplay Ditingkat pengecer : Deman Ditingkat petani : Deman Ditingkat pengecer : jumlah kesetimbangan ditingkat petani dan pengecer
Farmer’s Share Farmer share adalah bagian yang diterima oleh petani sebagai balas jasa atas kegiatan yang dilakukan dalam usahatani. Selain itu, farmer’s share adalah persentase harga jual petani terhadap harga harga ditingkat pengecer atau harga yang dibayar oleh konsumen. Pemasaran yang efisien adalah yang memiliki nilai farmer’s share yang besar.
3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual Neraca ekspor produk hortikultura secara keseluruhan dari tahun 2000 bernilai negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian dari konsumsi masyarakat terpenuhi dari impor. Dengan adanya pengembangan sektor hortikultura terutama komoditas buah-buahan diharapkan dapat menggantikan peranan dari produk impor. Peningkatan penawaran Salak Pondoh tidak dapat diimbagi oleh peningkatan permintaan sehingga menyebabkan terjadinya ekses suplay. Keadaan tersebut menyebabkan penurunan harga Salak Pondoh. Usaha Salak Pondoh memerlukan modal yang besar dan jangka waktu yang lama. Penurunan harga jual dapat menyebabkan penurunan pendapatan petani yang dapat merubah kelayakan usaha Salak Pondoh. Oleh karena itu diperlukan studi kelayakan usaha Salak Pondoh untuk melihat apakah usaha tersebut masih layak untuk dikembangkan. Analisis kelayakan proyek dilakukan pada aspek teknis dan aspek finansial Adapun alat yang digunakan dalam analisis aspek finansial adalah net present value, benefit cost ratio, dan internal rate of return. Analisis saluran pemasaran dilakukan untuk mengetahui fungsi –fungsi lembaga pemasaran yang terlibat, pola saluran pemasaran Salak Pondoh dan marjin pemasaran. Pola pemasaran Salak Pondoh mengikuti pola yang telah ada pada daerah penelitian. Analisis marjin pemasaran digunakan untuk mengetahui seberapa besar marjin pemasaran pada saluran pemasaran Salak Pondoh. Analisis farmer’s share digunakan untuk mengetahui bagian yang diterima oleh petani sebagai balas jasa atas kegiatan yang dilakukan dalam usahatani. Saluran pemasaran yang efisien adalah yang nilai marjin pemasaran paling kecil, farmer’s sharenya paling besar.
Keadaan usaha salak Pondoh sekarang • Adanya konversi lahan sawah menjadi lahan salak pondoh • Harga jual turun • Harga input naik • Terjadi ekses suplay • Rantai pemasaran panjang
Rencana pengembangan usaha
Untuk menghindari kerugian dilakukan analisis kelayakan usaha dengan alat analisis: • Analisis aspek teknis dan produksi, menggunakan metode deskriptif • Analisis aspek finansial, menggunakan NPV, IRR, B/C Ratio • Analisis sensitivitas
Untuk memilih saluran pemasarn yang efisiensi dilakukan: • Analisis Fungsi-fungsi Pemasaran • Analisis Pola Pemasaran • Analisis Marjin Pemasaran dan Farmer’s Share
Kriteria : • Aspek teknis dan produksi minimal sama dengan petani yang sudah mapan • Aspek finansial : NPV > 0 = layak Net B/C > 1 = layak IRR > dari tingkat diskonto yang disyaratkan = layak • Pola saluran pemasaran = marjin terkecil dengan saluran terpendek
Layak
Pengembangan usaha
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual Analisis Kelayakan Investasi dan Efisiensi Pemasaran Salak Pondoh
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi Penelitian Penelitian mengenai studi kelayakan usahatanidan efisiensi pemasaran Salak Pondoh dilaksanakan di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu sentra produksi Salak Pondoh di Propinsi Jawa Tengah dan Kecamatan Madukara adalah sentra produksi Salak Pondoh di Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Agustus sampai dengan tanggal 16 September 2005.
4.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan dari petani yaitu: karakteristik petani keadaan lokasi, skala usaha, sarana produksi, sistem produksi, produksi buah dan bibit Salak Pondoh, dan pengeluaran usahatani. Data primer yang dikumpulkan dari pedagang yaitu: karakteristik pedagang, harga beli dan harga jual, volume pembelian dan penjualan, frequensi pembelian dan penjualan, biaya pemasaran, dan saluran pemasaran Salak Pondoh. Data primer diperoleh dari observasi langsung dan wawancara dengan petani dan penjual. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi luas lahan Salak Pondoh di Indonesia dan Kabupaten Banjarnegara, perkembangan penawaran, dan perkembangan harga Salak Pondoh di Kabupaten Banjarnegara. Data sekunder diperoleh dari literatur di Perpustakaan Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Perpustakaan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Perpustakaan Pusat Institut Pertanian Bogor, Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian – Badan Pengembangan Pertanian – Departemen Pertanian Republik Indonesia, Biro Pusat Statistik Indonesia, Departemen Pertanian Kabupaten Banjarnegara, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, Pemerintah Kecamatan Madukara, Internet dan literatur-literatur lain yang mendukung.
4.3. Metode Penarikan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan snowball sampling. Metode purposive sampling adalah pemilihan sampel yang dilakukan secara sengaja. Metode purposive sampling digunakan untuk pemilihan sampel petani karena responden yang diinginkan adalah responden yang memiliki salak berdasarkan kreiteria umur tanaman 1-10 tahun dan tidak tersedianya data petani. Jumlah responden petani yang diambil sebanyak 29 orang. Hal tersebut disebabkan dalam penelitian ini tidak menggunakan perhitungan statistik dan 29 orang cukup mewakili keragaman populasi yang ada. Dari 29 responden di bedakan lagi unit analisis berdasarkan umur tanaman sehingga diperoleh 44 unit analisis (Lampiran 2). Metode snowball sampling adalah memperoleh sampel berdasarkan penempatan responden yang memiliki karakteristik serupa yang diidentifikasikan oleh responden sebelumnya. Sampel pedagang diambil dengan menggunakan metode snowball sampling kerena digunakan untuk mengetahui pola saluran pemasaran yang ada. Responden pedagang yang diambil sebanyak enam orang. Dari enam orang pedagang 1 orang pedagang pengumpul desa, 3 orang pedagang pengumpul besar, 1 orang pedagang pemgumpul besar merangkap pedagang pengecer, dan 1 orang pedagang pengecer.
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran aspek teknis dan produksi, fungsi-fungsi pemasaran, dan pola saluran pemasaran. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengkaji kelayakan usahatani Salak Pondoh dan efisiensi pemasaran Salak Pondoh. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kelayakan investasi dan analisis marjin pemasaran.
4.4.1. Analisis Kelayakan Investasi Analisis dilakukan terhadap aspek-aspek didalam studi kelayakan usaha, yaitu: (1) aspek teknik dan produksi; dan (2) aspek keuangan. Analisis aspekaspek tersebut adalah sebagai berikut:
4.4.1.1. Analisis Aspek Teknis dan Produksi Aspek teknik dan produksi dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui keadaan geografis, sistem produksi, dan jenis dan jumlah aktiva tetap. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan standar prosedur operasional Salak Pondoh Kabupaten Sleman yang dikeluarkan oleh direktorat tanaman buah dan petani yang sudah mapan untuk mengetahui apakah aspek teknik yang ada di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara layak untuk digunakan. 4.4.1.2. Analisis Aspek Finansial Analisis aspek finansial dilakukan terhadap budidaya Salak Pondoh di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara. Skala usaha yang dianalisis adalah lahan luas dan lahan sempit. Alat analisis yang digunakan yaitu, NPV, Net B/C Ratio, dan IRR. Data yang dibutuhkan dalam menganalisis aspek finansial adalah data keuangan yang terdiri dari manfaat dan biaya. Manfaat atau benefit adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang mengunakan sejumlah biaya. Manfaat dalam usaha budidaya Salak Pondoh adalah berupa penerimaan dari hasil penjualan buah Salak Pondoh, penjualan anakan hasil cangkokan dan terminal flow yang diterima pada akhir umur proyek. Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi tujuan. Biaya sudah dikeluarkan sebelum usaha dimulai dan akan terus ada selama bisnis tersebut berlangsung. Biaya yang dikeluarkan berupa biaya investasi awal (initial cash flow), biaya operasional (biaya variabel dan biaya tetap) dan biaya penyusutan yang merupakan biaya tidak tunai. 1. Biaya yang diperlukan Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal usaha dan dapat juga dikeluarkan pada saat usaha sedang berjalan. Investasi awal pada usaha budidaya Salak Pondoh berupa land clearing (persiapan dan pengolahan lahan), pembelian bibit, dan penyulaman. 2. Biaya Operasional Biaya operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan usaha. Biaya operasional dibedakan menjadi biaya operasional variabel dan biaya operasional tetap.
Biaya operasional variabel adalah biaya operasional yang besarnya tergantung pada besarnya skala usaha. Biaya operasional variabel pada usaha budidaya Salak Pondoh meliputi tenaga kerja, keranjang cangkok, bungan jantan, pupuk, dan pengairan. Biaya operasional tetap adalah biaya operasional yang besarnya tetap tidak tergantung skala usaha. Biaya operasional tetap pada usaha budidaya Salak Pondoh berupa sewa lahan dan PBB. 3. Kriteria Kelayakan Investasi Kriteria Investasi Net Present Value, Net Benevit Cost Ratio, dan Internal Rate of Return adalah sebagai berikut: a. Net Present Value (NPV) NPV dalah nilai sekarang arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran investasi awal. Proyek dinyatakan layak apabila nilai NPV > 0 (Keown, 1999). n
NPV = ∑ t =1
Dimana: Bt Ct i n
Bt − Ct (1 + i ) t = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t = Tingkat diskonto = Umur proyek
b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C menunjukkan besarnya tambahan manfaat bersih setiap tambahan satu rupiah biaya yang digunakan. Jika nilai B/C Ratio > 1, maka proyek layak (Gittinger, 1986). n
∑ Net B/C Ratio =
t = 1 n
∑
t = 1
Dimana: Bt Ct i n
B t (1 B t (1
− + − +
C i) C i)
t
> 0
t
< 0
t
t
= Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t = Tingkat diskonto = Umur proyek
c. Internal Rate Of Return (IRR) Adalah tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus bersih masa depan proyek dengan pengeluaran awal proyek. Poyek dinyatakan layak apabila nilai IRR > tingkat diskonto yang disyaratkan (Keown, 1999).
IRR =
⎞ ⎛ NPV 1 (i 2 − i1 )⎟⎟ i1 + ⎜⎜ ⎠ ⎝ NPV 1 − NPV 2
Dimana: i1 i2 NPV1 NPV2
= Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV1 = Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV2 = Nilai bersih sekarang yang bernilai positif = Nilai bersih sekarang yang bernilai negatif
d. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas digunakan untuk menguji kepekaan proyek terhadap perubahan komponen biaya, harga output, dan tingkat suku bunga. Dalam usaha budidaya Salak Pondoh, selain produk utama berupa buah salak Podoh, usaha ini juga menghasilkan produk sampingan berupa bibit Salak Pondoh. Karena bibit salak hanya dihasilkan diawal usaha dan harganya cenderung stabil maka analisis sensitivitas hanya dilakukan pada produk utama. Perubahan-perubahan yang diujikan adalah peningkatan harga
pupuk dan upah tenaga kerja yang
diperkirakan akan meningkat sekitar 10 persen-40 persen yang disebabkan adanya pencabutan subsidi pupuk oleh pemerintah dan kenaikan harga BBM. Penurunan harga output, 20 persen karena melihat penurunan harga sebelumnya. Perubahan tingkat yang diujicobakan adalah 12 persen, dan 16 persen dilihat dari rata-rata tingkat suku bunga deposito berjangka satu tahun lima tahun terakhir. 4.4.2. Analislis Pemasaran Analisis pemasaran yang dibahas mengenai fungsi-fungsi lembaga pemasaran, saluran pemasaran, dan marjin pemasaran. Analisis ini digunakan untuk mengetahui efisiensi saluran pemasaran yang ada.
4.4.2.1. Analisis Fungsi- fungsi Lembaga Pemasaran Fungsi-fungsi lembaga pemasaran dianalisis secara deskriptif. Analisis fungsi-fungsi lembaga pemasaran untuk mengetahui fungsi apa saja yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran yang ada. 4.4.2.2. Analisis Saluran Pemasaran Saluran pemasaran dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui pola pemasaran Salak Pondoh. Saluran pemasaran Salak Pondoh ditelusuri dari tingkat produsen sampai ke pedagang pengecer. Alur pemasaran tersebut digunakan sebagai dasar dalam menggambarkan pola saluran pemasaran. 4.4.2.3. Analisis Efisiensi Pemasaran Marjin Pemasaran Marjin pemasaran dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui efisiensi pemasaran. Marjin pemasaran terdiri dari dua komponen yaitu biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Marjin pemasaran Salak Pondoh (Mj) adalah biaya pemasaran Salak Pondoh (Cj) ditambah keuntungan pemasarannya (Lj). Model marjin pemasaran tersebut adalah sebagai berikut: Mji = Pai – Pbi
..................................................................(1)
Mji = Cji + Lji
..................................................................(2)
Dengan menggabungkan persamaan (1) dan (2), maka: Pai-Pbi = Cji + Lji
.................................................................(3)
Dengan demikian keuntungan lembaga pemasaran pada tingkat ke-i adalah: Lji = Pai – Pbi – Cji ..................................................................(4) Dimana: Mji
: Marjin pemasaran pada lembaga pemasaran tingkat ke-i
Pai
: Harga penjualan pada lembaga pemasaran tingkat ke-i
Pbi
: Harga pembelian pada lembaga pemasaran tingkat ke-i
Cji
: Biaya pemasaran pada lembaga pemasaran tingkat ke-i
Lji
: Laba pemasaran pada lembaga pemasaran tingkat ke-i
i
: 1,2,3,4,...,n Dalam pasar persaingan sempurna suatu produk melawati banyak lembaga
pemasaran sehingga marjin pemasaran total merupakan penjumlahan marjin pemasaran dari tiap lembaga pemasaran. Secara matematis rumusnya
n
Mj =
∑ Mji i =1
Dimana: Mj
: Total marjin pemasaran
Farmer’s Share Rumus farme’s share adalah sebagai berikut:
Fs
=
t
Pf Pr
t
x 100 %
t
Dimana: Fst = Persentase harga yang diterima petani pada tahun ke-t Pft = Harga buah Salak Pondoh ditingkat petani pada tahun ke-t Prt = Harga buah Salak Pondoh ditingkat konsumen pada tahun ke-t 4.5. Asumsi Dasar Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Umur proyek yang digunakan adalah sepuluh tahun sesuai dengan umur ekonomis tanaman. 2. Harga input yang digunakan adalah harga berlaku pada bulan Agustus 2005. 3. Harga output yang digunakan adalah harga berlaku pada bulan Juli 2004 – Agustus 2005. 4. Biaya investasi yang berupa land clearing, pembelian bibit, dan penyulaman diasumsikan dikeluarkan pada tahun ke-1. 5. Biaya investasi yang berupa pembelian peralatan dikeluarkan pada tahun ke-1 dan direinvestasikan kembali setelah umur ekonomisnya habis. 6. Penyulaman diperhitungkan sebesar satu persen dari keseluruhan populasi. 7. Tingkat suku bunga yang dipergunakan adalah rata-rata tingkat suku bunga deposito berjangka satu tahun dari bank persero, umum, swasta nasional, dan pemerintah daerah pada periode Agustus 2004 – Juli 2005 sebesar 7,17 persen.
Asumsi nomor tujuh alasan pemilihan suku bunga deposito karena petani menggunakan modal pribadi bukan pinjaman. Oleh karena itu petani dihadapkan pada pilihan apakah akan menginvestasikan modal pada usahatani Salak Pondoh atau di depositokan dibank. Apabila keuntungan yang diperoleh usahatani Salak Pondoh lebih besar dari pada diinvestasikan dalam bentuk deposito maka petani lebih baik menginvestasikan pada usahatani Salak Pondoh.
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah sebesar 106.970,997 Ha. Jumlah penduduk Kabupaten Banjarnegara sebanyak 885.216 jiwa yang terdiri dari 442.391 jiwa penduduk laki-laki dan 442.825 jiwa penduduk perempuan. Jumlah rumah tangga di Kabupaten Banjarnegara sebanyak 216.356 dengan kepadatan penduduk 828 jiwa per kilometer persegi. Kabupaten Banjarnegara terdiri atas dua puluh kecamatan yang teridri atas 278 desa/kelurahan. sebanyak 218 desa/kelurahan termasuk desa swadaya dan 60 desa/kelurahan termasuk desa swakarsa. Ketinggian wilayah Kabupaten Banjarnegara 80 meter diatas permukaan laut sampai 1.633 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Madukara berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara. Jarak Kecamatan Madukara dari ibukota kabupaten adalah 9 km dengan wilayah seluas 4.820,15 Ha. Wilayah Kecamatan Madukara sebagian besar digunakan sebagai lahan pertanian baik lahan basah maupun lahan kering dengan komoditas andalan berupa Salak Pondoh. Berdasarkan pemanfaatannya sepeti terlihat dari Tabel 10. Tabel 10. Luas Wilayah Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Berdasarkan Pemanfaatanya Uraian 1. Tanah Sawah: a. Irigasi teknis b. Irigasi setengah teknis c. Tadah hujan 2. Tanah Kering: a. Pekarangan/bangunan b. Tegal/Kebun c. Kolam d. Padang gembala e. Hutan f. Perkebunan g. Lain-lain Jumlah Somber: Mantri Statistik Madukara, 2004
Luas (Ha)
Persentase
423,049 142,032 234,604
8,777 2,947 4,867
853,267 2.480,562 25,625 0,000 265,475 0,000 395,536 4.820,150
17,702 51,462 0,532 0,000 5,508 0,000 8,206 100,000
Batas Administrasi Kecamatan Madukara sebelah barat adalah Kecamatan Banjarnegara, Kabupaten Wonosobo disebelah timur, Kecamatan Pagentan di sebelah utara, dan disebelah selatan dengan Kecamatan Sigaluh dan Kecamatan Banjarnegara. Kecamatan Madukara terdiri dari 20 desa, 64 dukuh, 71 rukun warga, dan 229 rukun tetangga. Pusat pemerintahan Kecamatan Madukara berada di Desa Kutayasa yang memiliki ketinggian 318 meter diatas permukaan laut. Desa Rejasa merupakan wilayah terendah memiliki ketinggian 296 m diatas permukaan laut, sedangkan wilayah tertinggi adalah Desa Clapar dengan ketinggian 601 meter diatas permukaan laut. Dilihat dari ketinggian wilayah merupakan daerah yang cocok untuk budidaya salak karena salak menyukai tanah dengan ketinggian tempat antara 200 – 700 m diatas permukaan laut14). Tabel 11. Persentase Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000-2003 Lapangan Usaha 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri 4. Listrik, Gas dan Air Minum 5. Bangunan dan Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Angkutan dan Telekomunikasi 8. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 9. Jasa-jasa PDRB
2000 55,48 1,20 1,62 0,45 6,03 7,69 0,59 10,72 16,20 100,00
Tahun 2001 2002 53,67 41,22 1,05 1,49 1,44 1,95 0,57 0,76 5,32 7,26 6,65 8,22 5,18 7,67 11,05 13,89 15,07 17,55 100,00 100,00
2003 40,36 1,45 2,02 0,75 7,82 8,10 8,29 14,27 16,93 100,00
Sumber: Mantri Statistik Madukara, 2004
Pertanian merupakan penyumbang terbesar PDRB Kecamatan Madukara seperti yang terlihat pada Tabel 11. Pendapatan dari bidang pertanian pada tahun 2000 dan 2001 masih berada diatas 50 persen dari total PDRB akan tetapi pada Tahun setelah itu dibawah 50 persen. Penyumbang terkecil terhadap PDRB adalah sektor listrik, gas dan air minum. Kontribusi sektor listrik, gas dan air minum tidak mencapai satu persen dari total PDRB yang ada. 14)
http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak
5.2. Keadan Tanah dan Iklim Tanah merupakan salah satu faktor penting dalam pertanian. Jenis tanah menjadi salah satu faktor pembeda jenis tanaman pertanian disuatu wilayah. Tanah di Kecamatan Madukara berjenis regosol dan podsolik merah kekuningan. Tanah regosol memiliki ciri-ciri seperti terlihat dalam Tabel 12. Tabel 12. Ciri-ciri Tanah Regosol Uraian
Ciri-ciri
1. Corak
Tekstur tanah sedang sampai kasar
2. Struktur
Berbutir tunggal
3. Konsistensi
Lepas sampai gembur dengan pH 6 – 7
4. Warna
Umumnya jenis tanah ini belum membentuk agregat, sehingga peka terhadap erosi, mengandung unsur P dan K yang belum dapat diserap tanaman, dan masih kekurangan unsur N.
5. Permeabilitas
Agak cepat
Sumber: Wardhani dalam Rusdiati (1998)
Tanaman Salak Pondoh menyukai tanah yang subur dengan ketinggian tempat antara 200 – 700 m diatas permukaan laut. Tingkat keasaman tanah (pH) yang disukai sekitar 6,0 – 7,0 dengan kandungan humus yang tinggi. Suhu udara yang cocok berkisar 20 – 30oC dengan kelembaban tanah yang baik untuk pertumbuhan perakaran, selain itu membutuhkan air dalam jumlah cukup dengan sistem drainase yang baik karena tanaman Salak Pondoh tidak tahan terhadap genangan air. Menurut Kecamatan Madukara dalam Angka 2003 (2004), Kecamatan Madukara mempunyai ketinggian antara 296 sampai 601 meter diatas permukaan laut, jenis tanah regosol dan podsolik merah kekuningan. Tanah regosol mempunyai pH 6 – 7, jumlah curah hujan dalam satu tahun pada tahun 2001, 2002 dan 2003 sebesar 5.124, 5.352 dan 5.458 milimeter pertahun dan jumlah hari hujan dalam satu tahun pada tahuan 2001, 2002, dan 2003 sebesar 196, 203, dan 200. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan Madukara cocok untuk budidaya Salak Pondoh.
5.3. Penduduk dan Mata Pencaharian Mantri Statistik Madukara (2004), Jumlah penduduk Kecamatan Madukara sebanyak 39.930 jiwa dengan jumlah laki-laki 19.905 jiwa dan perempuan 20.025 jiwa. Pada Tabel 13. terlihat penduduk Kecamatan Madukara sebagaian besar berada pada usia produktif yaitu 15–54 tahun sebanyak 21.928 jiwa atau 54,92 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Kecamatan Madukara masih terdapat banyak sumber daya manusia yang bisa dimanfaatkan untuk usahatani Salak Pondoh. Tabel 13. Banyaknya Penduduk Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Menurut Golongan Umur Keadaan Akhir Tahun 2003 Golongan Umur
Jumlah (orang)
Persentase
1. 0 – 4
3.900
9,77
2. 5 – 14
8.802
22,04
3. 15 – 54
21.928
54,92
5.300
13,27
39.930
100,00
4. > 54 Total Sumber: Mantri Statistik Madukara, 2004
Sebagian besar penduduk Kecamatan Madukara adalah lulusan sekolah dasar yaitu sebanyak 12.754 orang (78,81 persen). Terdapat 366 orang (2,06 persen) merupakan tamatan akademi/perguruan tinggi. Pada Tabel 14. terlihat bahwa sebagian besar penduduk telah memperhatikan pendidikan. Tabel 14. Banyaknya Penduduk Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah 5 Tahun Keatas Dirinci Menurut Pendidikan Keadaan Akhir Tahun 2003 Tingkat Pendidikan 1. Tamat SD
Jumlah (orang)
Persentase (%)
12.754
71,81
2. Tamat SLTP
3.228
18,18
3. Tamat SLTA
1.412
7,95
366
2,06
17.760
100,00
4. Tamat Akademi/Perguruan Tinggi Jumlah Sumber: Mantri Statistik Madukara, 2004
Penduduk Kecamatan Madukara memiliki beragam jenis pekerjaan seperti yang terlihat pada Tabel 15. Sektor pekerjaan yang digeluti oleh penduduk antara lain: petani, buruh tani, pengusaha, buruh industri, buruh bangunan, jasa sosial, penggalian, pedagang, angkutan, PNS/ABRI, pensiunan, dan lain-lain. Sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian, yaitu 6.289 orang (40,35 persen) bekerja sebagai petani dan 5.455 orang (34,94 persen) sebagai buruh tani. Tabel 15. Banyaknya Penduduk Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah 5 Tahun Keatas Dirinci Menurut Pendidikan Keadaan Akhir Tahun 2003 Jenis Pekerjaan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1. Petani
6.289
40,35
2. Buruh Tani
5.445
34,94
3. Pengusaha
131
0,84
4. Buruh Industri
396
2,54
5. Buruh Bangunan
776
4,98
6. Jasa Sosial
192
1,23
7. Penggalian
113
0,73
8. Pedagang
943
6,05
9. Angkutan
230
1,48
10. PNS/ABRI
433
2,78
11. Pensiunan
221
1,42
-
-
416
2,67
15.585
100,00
12. Nelayan 13. Lain-lain Jumlah Sumber: Mantri Statistik Madukara, 2004
5.4. Sarana dan Prasarana Jalur perhubungan di Kecamatan Madukara menggunakan jalur darat berupa jalan aspal walaupun beberapa jalan yang menghubungkan antara satu desa dengan desa lain merupakan jalan yang diperkeras. Alat Transportasi di Kecamatan Madukara berupa: mobil, sepeda motor, dokar, becak, dan sepeda (Tabel 16.). Angkutan perkotaan telah melewati sebagian besar wilayah Kecaman Madukara seperti Desa Rakitan, Petambakan, Rejasa, Kenteng, Bantarwaru, Dawuhan, Pagelak, Pekauman, dan Kutayasa. Sedangkan desa yang lain menggunakan angkutan pedesaan. Adanya sarana dan prasarana transportasi yang baik mempermudah pembelian input dan penjualan output pertanian.
Tabel 16. Jumlah dan Persentase Alat Transportasi yang Ada di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Keadaan Akhir Tahun 2003 Alat Transportasi 1. Mobil 2. Sepeda Motor 3. Dokar 4. Becak 5. Sepeda Jumlah
Jumlah (buah) 139 873 1 6 1779 2798
Persentase (%) 4,97 31,20 0,04 0,21 63,58 100,00
Sumber: Mantri Statistik Madukara, 2004
Sarana dan prasarana perekonomian yang ada berupa Koperasi Unit Desa (KUD), bank, pasar umum, dan pasar hewan. Sarana dan prasarana pendidikan berupa gedung dan guru TK, SD, SLTP dan SLTA sudah ada (Tabel 17.). Sarana ibadah yang tersedia adalah: masjid, langgar, musholla, dan gereja. Tabel 17. Jumlah Gedung dan Guru di Berbagai Jenjang Pendidikan yang Ada di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Jenjang Sekolah 1. TK 2. SD Sederajat 3. SLTP Sederajat 4. SLTA Sederajat Jumlah
Jumlah Sekolah 24 45 5 1 75
Jumlah Guru 35 358 90 8 491
Sumber: Mantri Statistik Madukara, 2004
5.5. Karakteristik Responden Petani Petani responden dengan usia dibawah 30 tahun sebanyak tiga orang dan yang berusia lebih dari 60 tahun juga tiga orang. Usia petani rata-rata berkisar antara 40 – 60 tahun (Tabel 18.). Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasarkan Umur Usia Petani 1. 20 – 30 2. >30 – 40 3. >40 – 50 4. >50 – 60 5. >60 Jumlah
Jumlah (Orang) 3 5 9 9 3 29
Persentase (%) 10,34 17,24 31,03 31,03 10,34 100,00
Pengalaman responden dalam usahatani mempengaruhi bagaimana teknik usahatani mereka. Responden yang memiliki pengalaman lebih dari sama dengan 10 tahun menekuni usahatani Salak Pondoh sebanyak tiga belas orang (44,83 persen). Petani dengan pengalaman kurang dari lima tahun sebanyak dua orang (6.90 persen). Lebih jelasnya lihat Tabel 19. Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasarkan Pengalaman Bercocok Tanam Salak Pondoh Pengalaman 1. < 5 tahun 2. 6 tahun 3. 7 tahun 4. 8 tahun 5. 9 tahun 9. > 10 tahun Jumlah
Jumlah (Orang) 4 4 2 3 3 13 29
Persentase (%) 13,79 13,79 6,90 10,34 10,34 44,83 100,00
Tabel 20. menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah lulusan sekolah dasar, yaitu sebanyak sebelas orang atau 37,93 persen. Reponden tidak ada yang tidak lulus sekolah dasar. Tingkat pendidikan responden yang rata-rata lulusan SD, bahkan ada yang S1 menunjukan bahwa petani telah memperhatikan mengenai pendidikan. Selain pendidikan formal petani tidak pernah mengikuti pelatihan mengenai budidaya Salak Pondoh, rata-rata responden mengetahui mengenai budidaya Salak Pondoh dari petani lain yang dinilai berhasil. Tabel 20.
Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan 1. Tidak Tamat SD 2. Tamat SD 3. Tamat SLTP 4. Tamat SLTA 5. Tamat Diploma 2 (D2) 6. Tamat Diploma 3 (D3) 7. Tamat S1 Jumlah
Jumlah (Orang) 0 11 5 7 3 2 1 29
Persentase (%) 0,00 37,93 17,24 24,14 10,34 6,90 3,45 100,00
Selain sebagai petani Salak Pondoh ada sebagaian petani yang mempunyai usaha lain seperti terlihat pada Tabel 21. akan tetapi sebagian besar responden yaitu 16 orang (55,17 persen) hanya bekerja sebagai petani Salak Pondoh. Mata pencaharian selain bertani responden antara lain: berdagang, pegawai negeri sipil, pamong desa, wiraswasta, dan bertani selain Salak Pondoh. Responden yang tidak mempunyai pekerjaan lain disebabkan mereka mengurus sendiri usahataninya atau lahan yang dimiliki luas sehingga tidak mempunyai waktu luang untuk pekerjaan lain. Tabel 21. Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasarkan Mata Pencaharian Lain Responden Jenis Mata Pencaharian 1. Tidak ada 2. Berdagang 3. Pegawai Negeri Sipil 4. Pamong Desa 5. Wiraswasta 6. Bertani Selain Salak Pondoh Jumlah
Jumlah (Orang) 16 1 4 4 1 3 29
Persentase (%) 55,17 3,45 13,79 13,79 3,45 10,34 100,00
Pada Tabel 22. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang memiliki pekerjaan sampingan penghasilan dari pekerjaannya lebih besar sama dengan Rp. 1.000.000,00 sebanyak sembilan orang dan yang tiga orang kurang dari Rp. 1.000.000,00. Pendapatan yang besar diluar kegiatan usahatani akan mempengaruhi teknik budidaya mereka. Hal tersebut dikarenakan dengan penghasilan yang labih besar kemampuan mereka untuk membeli input pertanian labih besar. Tabel 22. Jumlah dan Pesentase Pendapatan Responden Petani Perbulan di Luar Usahatani Salak Pondoh Pendapatan per Bulan 1. < Rp. 500.000 2. Rp. 500.001 - Rp. 999.999 3. > Rp. 1.000.000 Jumlah
Jumlah (Orang) 2 1 9 12
Persentase (%) 16,67 8,33 75,00 100,00
Jumlah tanggungan keluarga petani sebagian besar adalah tiga orang sebanyah sepuluh orang (34,48 persen). Responden yang memiliki tanggungan sebanyak dua dan empat masing-masing lima orang (17,24 persen). Responden yang mempunyai tanggungan lebih besar sama dengan lima orang sebanyak delapan orang (27,59 persen). Jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi petani dalam pemebelian input pertanian karena prioritas mereka akan cenderung memilih memenuhi kebutuhan rumah tangga terlebih dahulu ( Tabel 23.). Tabel 23. Jumlah dan Pesentase Responden Petani Berdasarkan jumlah Tanggungan
1. 2. 3. 4. 5.
Jumlah Tanggungan Petani 1 orang 2 orang 3 orang 4 orang > 5 orang Jumlah
Jumlah (Orang) 1 5 10 5 8 29
Persentase (%) 3,45 17,24 34,48 17,24 27,59 100,00
Responden rata-rata mempunyai 0,88 ha total lahan, dengan luas lahan garapan untuk Salak Pondoh rata-rata 0,85 ha dan 0.03 ha lahan sawah. Luas lahan Salak Pondoh yang sebanyak 96,42 persen dari total lahan menunjukkan Salak Pondoh merupakan usahatani utama bagi responden (Tabel 24.). Tabel 24. Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasarkan Jenis Penggunaan Lahan Pertanian Jenis penggunaan Lahan 1. Pertanian Lains 2. Pertanian Salak Pondoh Jumlah
Luas (ha) 0,91 24,57 25,48
Rata-rata 0,03 0.85 0,88
Pesentase 3,58 96,42 100,00
Terlihat pada Tabel 25. sebagian besar petani mempunyai lahan garapan untuk Salak Pondoh antara 0,5 ha – 1 ha yaitu sebanyak 18 reponden (62,07 persen). Responden yang memilki lahan dengan luas diatas satu ha sebanyak enam orang (20,69 persen) dan yang kurang sama dengan 0,5 ha sebanyak lima orang (17,24 persen). Dari total lahan yang mereka milki hanya tiga responden yang menyewa lahan, sebagian besar lahan merupakan milik sendiri.
Tabel 25. Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasarkan Penguasaan Lahan Pertanian Penguasaan Lahan (ha) 1. < 0.5 2. > 0.5 – 1 3. > 1 Jumlah
Jumlah (Orang) 5 18 6 29
Persentase (%) 17,24 62,07 20,69 100,00
5.6. Karakteristik Responden Pedagang Pedagang responden dengan usia antara 30-40 tahun sebanyak dua orang. Responden dengan usia diatas 40-50 tahun sebanyak empat orang (Tabel 26.). Tabel 26. Jumlah dan Persentase Responden Pedagang Berdasarkan Umur Usia Pedagang 2. >30 - 40 3. >40 - 50 Jumlah
Jumlah (Orang) 4 2 6
Persentase (%) 66,67 33,33 100,00
Pengalaman responden dalam perdagangan Salak Pondoh mempengaruhi bagaimana perhitungan biaya dan keuntungan dalam berdagang. Responden yang memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun menekuni perdagangan Salak Pondoh sebanyak empat orang (66,67 persen). Lebih jelasnya lihat Tabel 28. Tabel 27. Jumlah dan Persentase Responden Pedagang Berdasarkan Pengalaman Berdagang Buah Salak Pondoh Pengalaman 1. < 5 tahun 2. 5 - 10 tahun 3. > 10 tahun Jumlah
Jumlah (Orang) 0 2 4 6
Persentase (%) 0,00 33,33 66,67 100,00
Tabel 28. menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah lulusan sekolah dasar, yaitu sebanyak tiga orang (50 persen). Seorang responden tidak lulus sekolah dasar. Tingkat pendidikan tertinggi responden adalah lulusan sekolah menengah atas.
Tabel 28.
Jumlah dan Persentase Responden Pedagang Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan 1. Tidak Tamat SD 2. Tamat SD 3. Tamat SLTP 4. Tamat SLTA Jumlah
Jumlah (Orang) 1 3 1 1 6
Persentase (%) 16.67 50.00 16.67 16.67 100.00
Selain sebagai pedagang Salak Pondoh ada beberapa pedagang yang mempunyai usaha lain (Tabel 29.). Sebagian besar responden memiliki pekerjaan sampingan sebagai petani. Tabel 29. Jumlah dan Persentase Responden Pedagang Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Sampingan Jenis Mata Pencaharian 1. Tidak ada 2. Tani Jumlah
Jumlah (Orang) 2 4 6
Persentase (%) 33.33 66.67 100.00
Jumlah tanggungan keluarga pedagang sebagian besar adalah 4-5 orang Responden yang memiliki tanggungan sebanyak 4-5 orang sebanyak tiga orang (50,00 persen). Responden yang mempunyai tanggungan lebih besar dari lima orang sebanyak dua orang (33,33 persen). Tabel 30. Jumlah dan Pesentase Responden Pedagang Berdasarkan Jumlah Tanggungan Jumlah Tanggungan Petani 1. 1-3 orang 2. 4-5 orang 3. > 5 orang Jumlah
Jumlah (Orang) 1 3 2 6
Persentase (%) 16.67 50.00 33.33 100.00
BAB VI. ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI DAN SALURAN PEMASARAN SALAK PONDOH
6.1. Analisis Kelayakan Investasi Analisis kelayakan investasi yang dilakukan dalam penelitian ini mengenai aspek teknis dan produksi, dan aspek finansial. Hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut:
6.1.1 Analisis Aspek Teknis dan Produksi Aspek teknis dan Produksi membahas mengenai: lokasi proyek, kriteria pemilihan mesin, peralatan, dan jenis teknologi, dan teknik budidaya yang dilakukan. Hasil analisis aspek teknis dan produksi adalah sebagai berikut: 6.1.1.1. Lokasi Usahatani Salak Pondoh Lokasi usahatani Salak Pondoh dilihat menurut keadaan geografis, sumberdaya produksi, letak pasar yang dituju, dan fasilitas yang mendukung. Aspek teknis dan produksi dilihat dari lokasi proyek adalah sebagai berikut: a. Keadaan Geografis Tanaman Salak Pondoh akan tumbuh optimal pada ketinggian tempat antara 200 – 700 meter diatas permukaan laut, pada tanah dengan tingkat keasaman (pH) 6,0 – 7,0, kandungan humus tinggi, suhu udara berkisar 20 – 30oC, kelembaban tanah yang baik untuk pertumbuhan perakaran, dan membutuhkan air dalam jumlah cukup dengan sistem drainase yang baik karena tanaman Salak Pondoh tidak tahan terhadap genangan air15). Kecamatan Madukara berada pada ketinggian antara 296 – 601 meter diatas permukaan laut. Curah hujan pertahun pada tahun 2001, 2002 dan 2003 sebesar 5.124, 5.352 dan 5.458 milimeter pertahun. Jumlah hari hujan dalam satu tahun pada tahuan 2001, 2002, dan 2003 sebesar 196, 203, dan 200 hari. Jenis tanah yang ada adalah tanah regosol yang mempunyai pH 6-7, permeabilitas yang agak tinggi sehingga air tidak mudah menggenang, dan gembur. Adanya saluran irigasi di sekitar lahan budidaya Salak Pondoh mendukung untuk kelangsungan budidaya Salak Pondoh.
15)
salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004
b. Sumberdaya Produksi Ketersediaan bibit terjamin karena adanya pedagang bibit dan petani yang menjual bibit Salak Pondoh yang berasal dari hasil pencangkokan di Kecamatan Madukara. Warung yang menyediakan pupuk dan obat-obatan terdapat di beberapa desa dan kota kabupaten. Ketersediaan alat-alat pertanian terjamin karena adanya penjual peralatan pertanian keliling dan teresedianya toko yang menjual alat-alat pertanian di kota kabupaten. Masih banyak tenaga kerja yang tersedia di Kecamatan Madukara sebesar 635 orang (Tabel 31.). Tenaga kerja yang biasanya digunakan untuk Salak Pondoh adalah laki-laki. Upah standar tenaga kerja laki-laki dengan lima jam kerja sebesar Rp. 10.000,00 dan sembilan jam kerja sebesar Rp. 20.000,00. Penggunaan tenaga kerja peresponden dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 31. Banyaknya Penduduk yang Membutuhkan Pekerjaan Bagi yang Tidak Mengikuti Pendidikan di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Akhir Tahun 2003 Uraian Tidak Pernah Sekolah Tamatan SD Tamatan SLTP Tamatan SlLTA Tamatan Akademi/PT Jumlah
Jumlah (orang) 131 92 169 247 45 684
Persentase (%) 19.15 13.45 24.71 36.11 6.58 100
Sumber: Mantri Statistik Madukara, 2004
c. Letak Pasar Tujuan Pasar khusus salak telah tersedia di kota kabupaten.Di beberapa kecamatan terdapat pasar salak kecil seperti: Kecamatan Madukara, Sigaluh, dan Karangkobar. Kecamatan Madukara berlokasi dekat dengan pasar salak Kabupaten Banjarnegara. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pasar kira-kira tiga puluh menit. Pasar tujuan selain pasar kota kabupaten adalah Surabaya, Jakarta, Cirebon, Tegal, Salatiga, Kudus, Demak, Bumiayau, Solo, Cilacap, Semarang, Purwokerto, dan Bandung. Akomodasi menuju pasar pasar tersebut juga mudah dengan waktu tempuh maksimal 12 jam.
d. Fasilitas Penujang Sarana dan prasarana trasportasi yang tersedia dengan baik memungkinkan petani untuk membeli kebutuhan yang tersedia di kota kabupaten tanpa adanya kendala. Jalan beraspal sudah masuk ke semua desa di Kecamatan Madukara. Alat transportasi baik angkutan perkotaan maupun angkutan perdesaan membantu kelancaran dalam pemenuhan kebutuhan petani dan memudahkan petani untuk membeli input maupun menjual output pertanian. 6.1.1.2. Pemilihan Mesin, Peralatan dan Teknologi Peralatan yang dibutuhkan oleh petani antara lain: sabit, cangkul, pisau cangkok, gunting, sepatu, kored, keranjang, sprayer, dan slondom. Kepemilikan alat pertanian disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam pemeliharaan Salak Pondoh. Pemilihan alat tergantung dari keadaan keuangan petani, kebutuhan, dan ketahanan peralatan berdasarkan pengalaman yang mereka miliki. Petani responden tidak apatis terhadap teknologi baru. Tenologi baru akan digunakan bila terbukti berhasil. 6.1.1.3. Teknik Budidaya Teknik budidaya yang dipilih oleh responden adalah teknik yang menurut hasil tanya jawab dengan petani sukses bagus. Teknik budidaya yang mereka lakukan terus berkembang sesuai dengan bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh petani. Teknik budidaya yang dilakukan oleh responden meliputi: (1) persiapan lahan; (2) penyiapan bibit; (3) penanaman bibit; (4) pemupukan; (5) pengairan dan drainase; (6) penyerbukan; (7) pemeliharaan tanaman; (8) pencangkokan anakan ; (9) peremajaan; dan (10) panen dan pasca panen. Persiapan lahan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sesuai bagi tanaman agar tumbuh optimal dan menghasilkan buah Salak Pondoh bermutu pada tingkat produktivitas yang optimal. Persiapan lahan yang dilakukan oleh responden ada dua cara. Pertama petani yang mengubah sawah menjadi kebun Salak Pondoh. Kedua adalah petani yang mengubah salak Lokal menjadi Salak Pondoh. Petani yang mengubah sawah menjadi lahan Salak Pondoh melakukan persiapan lahan berupa: pengeringan lahan, perataan dan pembuatan lubang tanam. Pengeringan lahan dilakukan dengan cara tidak memberi air selama satu bulan setelah panen terakhir, kemudian lahan diratakan dan dibuat lubang tanam.
Petani yang melakukan konversi dari salak Lokal menjadi Salak Pondoh melakukan persiapan lahan berupa: pembabadan salak Lokal, perataan lahan, dan pembuatan lubang tanam. Pembabadan salak Lokal dilakukan dengan cara memotoh pohon salak kemudian mencangkul akar pohon salak agar. Sisa tanaman hasil pembabadan yang mudah membusuk di kubur dalam tanah untuk menambah humus sedangkan yang susah membusuk dibakar. Lahan diratakan, untuk daerah yang terlalu rendah ditambahkan tanah dan yang terlalu tinggi di rendahkan. Lahan rata yang telah rata kemudian dibuat lubang tanam. Jarak tanam yang digunakan oleh sebagian besar responden adalah 2 x 2 meter, tetapi ada satu petani yang menggunakan jarak tanam 2,5 x 2,5 meter. Perbedaan jarak tanam tersebut masih sesuai dengan jarak tanam yang dianjurkan hanya mempengaruhi populasi per hektar. Lubang tanam yang digunakan petani bermacam-macam antara lain: 60 x 60 x 60, 50 x 50 x 50, dan 30 x 30 x 30. Sebagian besar responden menggunakan ukuran 50 x 50 x 50 cm. Perbedaan tersebut tidak terlalu mempengaruhi karena jenis tanah di Kecamatan Madukara sebagian besar adalah tanah regosol yang gembur. Responden yang menggunakan lubang tanam 60 x 60 x 60 cm adalah responden yang memiliki tanah padas. Pada tanah padas lubang tanam lebih dalam dan luas bertujuan untuk mempermudah akar muda untuk tumbuh. Perbedaan antara teknik yang dianjurkan oleh departemen pertanian dan responden adalah pembuatan bedengan. Sebagian besar responden tidak membuat bedengan dan alur-alur untuk drainase dan beberapa responden menbuat bong. Bong adalah alur-alur untuk penanaman seperti bedengan. Perbedaan dengan bedengan adalah bedengan tempat untuk menanam bagian tanah yang lebih tinggi sedangkan bong tempat untuk menanam bagian yang lebih rendah. Perbedaan teknik ini mengingat tanah di Kecamatan Madukara yang berjenis regosol yang tidak mudah tergenang air sehingga tidak terlalu memerlukan sistem alur. Selain itu, petani berpendapat dengan menggunakan bong tanaman menjadi tidak cepat tinggi karena saat tanaman sudah mulai meninggi tanah di sekitar tanaman di timbunkan kesekitar tanaman. Petani yang tidak menggunakan bedengan maupun bong berpendapat itu tidak penting dan membuang-buang uang.
Menurut Kusumo et al. (1995), setelah pembuatan lubang tanam maka lubang diberi pupuk kandang sebanyak 10 kilogram dan di biarkan selama 3 – 4 minggu baru ditanam. Sebagian besar responden memberikan pupuk kandang hanya lima kilogram dan tidak menunggu 3 – 4 minggu, mereka langsung menanam setelah pembuatan lubang dan pemberian pupuk. Hanya beberapa responden yang menunggu sekitar dua minggu. Penyiapan bibit tanaman adalah kegiatan menyiapkan bibit Salak Pondoh betina dan jantan bermutu untuk menghasilkan buah bermutu. Tujuannya adalah (1) untuk menjamin bibit yang ditanam sesuai dengan tujun yang telah ditetapkan; (2) menjamin bibit mempunyai tingkat keseragaman yang tinggi; (3) menjamin bibit berkualitas dan berproduktivitas tinggi; dan (4) menjamin bibit bebas hama penyakit. Pembibitan sangat menentukan keberhasilan usahatani Salak Pondoh. Sebagian besar responden membeli bibit langsung dari Kabupaten Sleman. Petani melihat secara langsung terlebih dahulu bagaimana hasil pertanian petani penjual bibit, apabila hasilnya bagus baru petani membeli. Selain itu responden menanyakan terlebih dahulu meminta rekomendasi dari petani sukses dimana membeli bibit yang baik. Petani membeli bibit yang akarnya sudah penuh, bagus pertumbuhannya, tidak terserang penyakit, dan yang berasal dari induk dengan produktivitas tinggi. Penanaman bibit adalah menanam bibit jantan dan betina bermutu dengan benar. Tujuannya agar bibit jantan ditanam dengan benar sebagai sumber serbuk sari dan bibit betina untuk memproduksi buah salak yang bermutu tinggi. Menurut departemen pertanian sebaiknya penanaman salak menggunakana pola seperti Gambar 2. Responden sebagian besar menggunakan pola salak jantan berada disekeliling tanaman betina karena mempunyai dua fungsi yaitu sebagai penyedia serbuk sari dan pagar pengaman kebun. Hanya tiga responden yang tidak menanam pohon salak jantan dengan alasan mengurangi populasi tanaman dan lahan mereka sempit. Konsekuensinya responden yang memiliki lahan luas dan tidak menanam salak jantan memerlukan serbuk sari tambahan untuk menyerbuki bungan betina. Hal tersebut mengakibatkan perlunya penambahan biaya untuk pembelian bunga jantan.
Dosis pupuk yang direkomendasikan adalah sebagai berikut: (a) tanaman umur 0-12 bulan: pupuk kandang 1000 g, Urea 5 g, SP-36 5 g, KCl 5 g diberikan sebulan sekali; (b) tanaman umur 12-24 bulan: pupuk kandang 1000 g, Urea 10 g, SP-36 10 g, KCl 10 g diberikan dua bulan sekali; (c) tanaman umur 24-36 bulan: pupuk kandang 1000 g, Urea 15 g, SP-36 15 g, KCl 15 g diberikan setiap tiga bulan sekali; (d) tanaman umur 36 bulan dan seterusnya: pupuk kandang 1000 g, Urea 20 g, SP36 20 g, KCl 20 g diberikan setiap enam bulan sekali 16). Responden sebagian besar memupuk setahun dua kali dengan tidak membedakan umur tanaman. Pupuk yang diberikan sebagian besar adalah Urea, KCl, TSP, dan ZA dengan perbandingan 1:1:1:1 untuk semua umur. Ada beberapa responden yang menggunakan pupuk mejemuk seperti NPK dan Ponska. Hanya beberapa petani yang memberikan pupuk kandang, yaitu petani yang mempunyai lahan luas atau petani yang memiliki hewan ternak. Pupuk kandang diberikan sekali dalam satu tahun dengan dosis lima kilogram pertanaman. Sebagian petani melakukan pemberian pupuk tergantung pada keadaan keuangan mereka. Petani yang sudah membedakan pemberian pupuk berdasarkan umur adalah petani yang memilki tingkat pendidikan minimal lulusan SMU atau petani yang mempunyai pengalaman bertani Salak Pondoh lama. Pemupukan yang belum sesuai dengan dosis, jenis dan waktu pemupukan yang belum sesuai dengan yang dianjurkan disebabkan petani belum terlalu paham akan manfaat memupuk sesuai anjuran dan adanya kendala finansial yang dihadapi petani. Jumlah pupuk per umur tanaman dapat dilihat pada Lampiran 4. Pengairan adalah memberi air sesuai kebutuhan tanaman. Tujuan pengairan adalah menyediakan air bagi tanaman pada daerah perakaran tanaman dengan air yuang memenuhi standar pada waktu, cara, dan jumlah yang tepat sehingga penyerapan har aberjalan optimal dan tanaman dapat tumbuh dengan baik. Petani responden yang berada di daerah bawah saluran irigasi melakukan pemberian air saat musim kemarau sedangkan petani didaerah atas saluran irigasi tidak pernah melakukan pengairan. Pada saat air benar-benar berlebihan petani baru membuat saluran pembuangan. Hanya seorang petani yang membuat sumur di area perkebunan Salak Pondoh, sebagian besar masih merasa cukup dengan 16)
salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004
adanya air hujan. Menurut teknik budidaya dari departemen pertanian diperlukan pembuatan kolam air. Pembuatan kolam air berfungsi untuk penyediaan air irigasi kebun salak pada musim-musim kemarau. Ukuran kolam disesuaikan dengan luas tanah dan apabila memungkinkan lokasi kolam di tengah kebun Salak Pondoh. Air kolam dialirkan ke seluruh kebun melalui saluran irigasi. Teknik budidaya petani responden yang bebeda dengan anjuran menyebabkan pada saat terjadi kemarau panjang tanaman salak mengalami kekeringan dan petani kesulitan melakukan pengairan. Hal tersebut tidak membuat petani membuat kolam air disebabkan kemarau panjang jarang terjadi dan curah hujan di Kecamatan Madukara masih mencukupi. Tidak adanya aluralur diarea perkebunan tidak mengakibatkan genangan air karena sebagian besar tanah mempunyai permeabilitas yang agak cepat. Tanaman Salak Pondoh merupakan tanaman berumah dua dimana bunga jantan dan bunga betina berada pada pohon yang berbeda. Keadaan tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri. Penyerbukan tanaman salak memerlukan bantuan angin, serangga dan manusia. Penyerbukan dengan bantuan manusia dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan meletakkan satu malai bunga jantan diatas bunga betina yang sudah masak, kemudian diberi penutup agar tidak terkena hujan. Kedua dengan mengetukngetukkan bunga jantan yang sudah masak pada bunga betina yang sudah mekar dan sebaiknya dilakukan dua hari setelah bunga mekar (Kusumo et al., 1995). Penyerbukan yang dilakukan adalah dengan bantuan angin dan bantuan manusia. Penyerbukan dengan bantuan manusia dilakukan dengan cara: pertamatama mengelupas seludang bunga betina yang sudah masak. Kedua mengetukngetukkan bunga jantan yang sudah masak atau dengan mengerik bunga jantan diatas bunga betina yang sudah masak. Ketiga, menutup bunga betina yang sudah diserbuki dengan daun yang dibentuk seperti mangkuk atau dengan kain. Penyerbukan dengan bantuan angin kecil kemungkinan terjadinya karena perbandingan
salak
jantan
dan
betina
belum seimbang.
Hal
tersebut
mengakibatkan petani harus mengeluarkan biaya tambahan berupa pembelian bunga jantan dan tenaga kerja penyerbukan.
Pemeliharaan yang dilakukan petani responden adalah pemangkasan pelepah, pencangkulan rumput-rumput, pembersihan areal perkebunan, dan pemberantasan hama penyakit. Pemangkasan dilakukan dengan cara memotong pelepang yang tidak produktif dan rata-rata petani menyisakan 8 – 9 pelepah. Sisa pelepah di potong-potong kemudian diletakkan di dekat pohon yang tidak digunakan untuk jakan dengan tujuan untuk menambah humus. Pencangkulan rumput-rumput sebagian besar dilakukan setahun sekali. Hal ini disebabkan jarang ada rumput yang tumbuh karena bagian bawah kebun tidak terkena sinar matahari. Pemberantasan hama penyakit masih menggunakan tenaga manusia karena hanya sedikit yang diserang. Hanya satu responden yang menggunakan obat-obatan untuk memberantas hama dan penyakit. Petani merasa bahwa tanaman salak hampir tidak ada hama penyakitnya sehingga sayang apabila beli obat-obatan. Sebagian besar responden mencangkok untuk mendapatkan anakan. Cara mencangkok yang mereka lakukan adalah sebagai berikut: pertama siapkan alatalat yang akan digunakan berupa pisau cangkok dan bekas botol aqua, kedua potong botol aqua menjadi dua dan lubangi salah satu sisinya (sekitar tiga sentimeter dari atas), ketiga isi botol aqua dengan tanah sekitar setengahnya dan dipadatkan, keempat bersihkan anakan yang akan dicangkok, kelima masukkan dahan anakan yang mau dicangkok, dan terakhir penuhi botol aqua denagan tanah. Anakan sudah dapat dilepas apabila akar sudah penuh sekitar umur lima sampai delapan bulan setelah pencangkokan tergantung dari umur pohon induk. Semakin tua pohon induk, semakin lama akar penuh. Peremajaan seharusnya dilakukan pada umur sepuluh tahun agar produktivitas tidak turun. Akan tetapi responden belum ada yang melakukan peremajaan walaupun ada yang memiliki tanaman berumur lebih dari sepuluh tahun. Alasan mereka adalah setelah umur sepuluh tahun tanaman masih berproduksi dengan baik, peremajaan akan menyebabkan mereka menunggu untuk memperoleh produksi, dan menghamburkan biaya. Proses peremajaan yang tidak dilakukan menyebabkan tanaman yang sudah berumur lebih dari sepuluh tahun dan sudag terlalu tinggi roboh sehingga jarak tanam tidak teratur. Jarak tanam yang tidak teratur mengakibatkan cahaya yang diterima tidak merata dan mengganggu permeliharaan tanaman.
Pemanenan dilakukan oleh responden saat buah sudah matang kira-kira enam sampai tujuh bulan setelah penyerbukan. Responden memanen buah Salak Pondoh mereka saat kematangannya pas, tidak terlalu muda maupun terlalu tua agar mutu yang diperoleh bagus. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong tandan buah langsung. Hasil panen kemudian dibawa kerumah petani atau kerunah pedagang salak. Frekuensi penen tergantung pada banyaknya buah. Saat musim panen raya frekuensi panen bisa seminggu sekali, sedangkan saat masa kosong kadang hanya satu bulan sekali bahkan ada responden yang tidak penen selama satu bulan. Rata-rata hasil panen responden adalah 7,5 kg per pohon per tahun. Lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 5. Sebagian besar responden tidak melakukan penanganan pasca panen, hanya dua orang petani yang melakukan penyortiran dan grading. Hasil analisis aspek teknik dan produksi menunjukan bahwa Kecamatan Madukara layak untuk digunakan sebagai tempat usahatani Salak Pondoh. Hal tersebut terlihat dari keadaan geografi Kecamatan Madukara telah memenuhi syarat tumbuh tanaman Salak Pondoh, sumberdaya yang ada telah memadai, akses menuju pasar baik pasar input maupun output mudah, dan tersedia fasilitas yang mendukung kelancaran usahatani tersebut. Pemilihan peralatan telah baik, walaupun ada beberapa peralatan yang berbeda. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan petani dilapang. Teknik budidaya telah sesuai dengan yang dianjurkan walaupun ada sedikit perbedaan. Perbedaan tersebut antara lain pada pemupukan, jumlah perbandingan antara salak jantan dan betina, sistem drainase, dan sistem pengairan. Perbedaan tersebut mempengaruhi produktivitas. Produktivitas Salak Pondoh di Kecamatan Madukara lebih rendah 2,5 kg per pohon pertahun. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan teknik produksi agar hasil yang diperoleh optimal.
6.1.2. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial membahas mengenai dana yang diperlukan utuk investasi dan pelaksanaan usahatani, sumber pembelanjaan yang akan digunakan oleh petani, kriteria kelayakan aspek finansial, dan analisis sensitivitas. Hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut:
6.1.2.1. Kebutuhan dan Sumber Dana Dana yang dibutuhkan oleh petani adalah dana untuk investasi dan dana untuk biaya operasional. Biaya Investasi yang dikeluarkan pada usahatani Salak Pondoh antara lain: land clearing, pembelian bibit, penyulaman, dan pembelian peralatan.
Land
clearing
merupakan
biaya
yang
dikeluarkan
untuk
mempersiapkan lahan. Pembelian bibit adalah biaya pembelian bibit awal yang ditanam. Penyulaman adalah pembelian bibit yang digunakan untuk mebgganti tanaman yang mati. Peralatan yang digunakan adalah sabit, cangkul, pisau cangkok, gunting, sepatu, kored, keranjang, spreyer, dan slondom (Lampiran 6.). Biaya operasional untuk usahatani Salak Pondoh dibedakan menjadi dua macam yaitu: biaya operasional tetap dan biaya operasional variabel. Biaya operasional tetap adalah biaya operasional yang dikeluarkan tanpa terpengaruh besarnya produksi. Biaya opersional tetap yang dikeluarkan antara lain: sewa lahan, pengairan, dan pajak bumi dan bangunan (PBB). Biaya operasional variabel adalah biaya operasional yang besarnya tergantung besarnya produksi. Biaya yang termasuk kedalam biaya operasional variabel antaralain: biaya tenaga kerja, keranjang cangkok, bunga jantan, dan pupuk (Lampiran 7.). Sumber dana untuk investasi maupun operasional berasal dari seratus persen modal sendiri. 6.1.2.2. Kriteria Kelayakan Aspek Finansial Kriteria kelayakan aspek finansial ada bermacam-macam. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Present Value, Net Benefit Cost Ratio, dan Internal Rate of Retun. Digunakan tiga kriteria untuk saling melengkapi. Hasil analisis kelayakan investasi berdasarkan ketiga kriteria tersebut adalah: Net Present Value (NPV) Kelayakan yang diukur berdasarkan kriteria investasi NPV memberikan gambaran besarnya manfaat bersih tambahan yang diterima proyek/usaha pada akhir periode jangka hidup proyek tersebut. Suatu bisnis dikatakan layak berdasarkan kriteria NPV apabila nilai NPVnya lebih besar daripada nol. NPV dibawah nol menunjukkan usaha tidak layak untuk diusahakan karena akan menimbulkan kerugian. NPV berhubungan dengan tingkat resiko suatu usaha. Semakin besar NPV suatu usaha menunjukkan semakin layak usaha tersebut dilaksanakan, dan semakin tinggi resiko yang dihadapi.
Nilai NPV usahatani Salak Pondoh dengan jangka waktu proyek sepuluh tahun pada diskon faktor 7, 17 persen sebesar Rp. 85,276,823.78 (Lampiran 8.). Artinya dengan diskon faktor sebesar 7,17 persen manfaat bersih tambahan yang diterima usahatani Salak Pondoh pada akhir periode jangka waktu proyek sepuluh tahun sebesar Rp. 85,276,823.78. Nilai tersebut sudah bagus karena lebih besar bila dibandingkan dengan hasil penelitian Kusumo et al. (1991), NPV yang diperoleh sebesar Rp. 61.478.000,-. Internal Rate of Return (IRR) Kriteria IRR merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal. Perbandingan menggunakan diskon faktor digunakan untuk mengukur kelayakan berdasarkan kriteria investasi IRR Usahatani layak dilaksanakan bila nilai IRRnya lebih besar dari diskon faktor yang disyaratkan. Apabila nilai IRR lebih kecil dari tingkat diskon faktor yang disyaratkan maka usaha tidak layak dan uang yang ada lebih baik ditabungkan. Pada uji kelayakan ini, tingkat diskon faktor yang digunakan sebesar 7,17 persen berdasarkan rata-rata tingkat suku bunga deposito berjangka satu tahun bank persero, bank umum, bank swasta nasional, dan bank pemerintah daerah berdasarkan data dari Bank Indonesia tahun bulan Agustus 2004 – Juli 2005. Usahatani Salak Pondoh mempunyai IRR sebesar 26,93 persen (Lampiran 8). Nilai IRR yang diperoleh menunjukkan bahwa usahatani Salak Pondoh layak untuk diusahakan. Selain itu dana yang ada lebih baik digunakan untuk usahatani Salak Pondoh karena lebih menguntungkan. Nilai tersebut kurang bagus karena lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil penelitian Kusumo et al. (1991), IRR yang diperoleh sebesar 26,93. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan produksi bibit cangkokan yang hanya diproduksi sampai umur tanaman tiga tahun sedang pada penelitian Kusumo et al. (1991) sampai tahun kesepuluh. Net Benefit Per Cost (Net B/C) Suatu usaha/proyek dinyatakan layak berdasarkan kriteria Net B/C, apabila nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu. Net B/C lebih dari satu menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh dari suatu usaha dapat menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan. Net B/C kurang dari satu menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh tidak dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan,
sehingga usaha tersebut tidak menguntungkan untuk diusahakan. Berdasarkan kriteria net B/C usahatani Salak Pondoh layak diusahakan, karena nilai net B/C yang diperoleh sebesar 2,63 (Lampiran 8.). Nilai net B/C sebesar 2,63 memiliki arti setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan tambahan manfaat sebesar Rp. 2,63. Nilai tersebut kurang bagus karena lebih kecil bila dibanding hasil penelitian Kusumo et al. (1991), Net B/C yang diperoleh sebesar 6,75. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan biaya yang dikeluarkan dan produksi bibit cangkokan hanya sampai umur tanaman tiga tahun sedang pada penelitian Kusumo et al. (1991) sampai tahun kesepuluh. 6.1.2.3. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk harga pupuk dan tenaga kerja, harga jual buah salak, dan tingkat suku bunga. Kombinasi perubahan yang dilakukan adalah (1) peningkatan harga pupuk dan tenaga kerja dengan asumsi variabel lain tetap; (2) penurunan harga jual buah Salak Pondoh dengan asumsi variabel lain tetap; (3) peningkatan tingkat suku bunga dengan asumsi variabel lain tetap; dan (4) peningkatan harga pupuk dan tenaga kerja, penurunan harga jual Salak Pondoh dan peningkatan tingkat suku bunga secara bersamaan. Pemilihan kombinasi nomor satu, dua dan tiga dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel terhadap kelayakan usahatani Salak Pondoh. Pemilihan kombinasi nomor empat disebabkan pada kenyataannya perubahan yang terjadi adalah perubahan secara bersamaan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usahatani ini tidak sensitif terhadap kenaikan harga pupuk dan tenaga kerja. Kenaikan harga pupuk dan upah tenaga kerja hingga 40 persen hanya menurunkan nilai NPV, IRR, dan Net B/C secara tidak signifikan. Usahatani Salak Pondoh berdasarkan analisis sensitivitas sensitif terhadap penurunan harga jual. Penurunan harga jual sebesar 20 persen menyebabkan nilai NPV, IRR, dan Net B/C turun lebih dari 50 persen Usahatani ini masih layak pada tingkat suku bunga 12 dan 16 persen dengan asumsi variabel lain tetap (Tabel 32).
Usahatani Salak Pondoh tidak layak diusahakan pada tingkat suku bunga 12 yang disertai penurunan harga output sebesar 20 persen, dan kenaikan harga pupuk dan tenaga kerja sebesar 30 persen. Usahatani Salak Pondoh tidak layak diusahakan pada tingkat suku bunga 16 yang disertai penurunan harga output sebesar 20 persen, dan kenaikan harga pupuk dan tenaga kerja sebesar 10 persen. Perhitungan analisis sensitivitas dapat dilihat pada Lampiran 9- 19. Tabel 32. Nilai NPV, IRR, dan Net B/C Berdasarkan Hasil Analisis Sensitivitas Uraian 1. Peningkatan Harga pupuk dan tenaga kerja 10 persen 2. Peningkatan Harga pupuk dan tenaga kerja 20 persen 3. Peningkatan Harga pupuk dan tenaga kerja 30 persen 4. Peningkatan Harga pupuk dan tenaga kerja 40 persen 5. Penurunan harga buah salak Pondoh sebesar 20 persen 6. Tingkatan suku bunga 12 persen 7. Tingkatan suku bunga 16 persen
NPV
IRR
76,871,311.35 68,465,798.92 60,060,286.50 51,654,774.07 38,679,205.92 50,245,021.53 30,370,957.60
24.52% 22.25% 20.10% 18.06% 17.53% 26.93% 26.93%
Net B/C 2.37 2.14 1.94 1.76 1.74 2.03 1.66
9,282,236.43 2,358,647.72 (4,564,940.98)
15.09% 12.77% 10.55%
1.18 1.04 0.92
(2,278,447.90)
15.09%
0.95
8. Tingkat suku bunga 12 persen disertai a. Penurunan output 20 %, dan Kenaikan input 10 % b. Penurunan output 20 %, dan Kenaikan input 20 % c. Penurunan output 20 %, dan Kenaikan input 30 % 9. Tingkat suku bunga 16 disertai Penurunan output 20 %, dan Kenaikan input 10 %
Hasil analisis aspek finansial menunjukakan bahwa usahatani Salak Pondoh layak untuk diusahakan. Nilai NPV yang diperoleh sudah bagus karena bila dibandingkan dengan hasil penelitian tahun 1991 yang dilakukan oleh Kusumo et al. lebih besar. Nilai IRR dan Net B/C yang lebih kecil bila dibandingkan hasil penelitian tahun 1991 terjadi karena adanya perbedaan perhitungan pendapatan bibit. 6.2. Analisis Pemasaran Pemasaran pertanian adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari produsen ke konsumen. Pemasaran barang dan jasa melibatkan berbagai pihak baik perorangan maupun kelompok yang bertindak sebagai produsen, pedagang, dan konsumen. Penelitian ini menganalisis fungsi saluran pemasaran, pola pemasaran dan marjin pemasaran.
6.2.1. Fungsi Lembaga Pemasaran Fungsi pemasaran adalah untuk memperlancar proses perpindahan barang/atau jasa. Fungsi pemasaran yang dilakukan perorangan atau kelompok pada dasarnya terbagai menjadi tiga, yaitu: fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi lembaga yang terlibat dalam pemasaran buah Salak Pondoh berbeda-beda. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam rantai pemasaran buah Salak Pondoh dari Kecamatan Madukara adalah: pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul besar, dan pedagang pengecer. Penelitian ini hanya membahas sampai pedagang pengecer yang berasal dari Kecamatan Madukara. 1. Pedagang Pengumpul Desa Pedagang pengumpul desa melakukan pembelian secara langsung kepada petani. Transaksi biasanya langsung dilakukan di rumah petani. Pedagang pengumpul desa sebagian besar berperan sebagai perantara. Pedagang pengumpul desa bertugas mencari Salak Pondoh dari petani, pembelian dan pembayaran. Pedagang pengumpul desa tidak mengeluarkan biaya karena semuanya ditanggung pedagang pengumpul besar. Fungsi pedagang pengumpul desa adalah: (1) fungsi pertukaran berupa pembelian dan penjualan; (2) fungsi fisik berupa pengangkutan; dan (3) fungsi fasilitas berupa penanggungan resiko, yaitu tersendatnya pembayaran dari pedagang pengumpul besar. Proses pembayaran dilakukan dirumah petani secara tunai atau tempo denga jangka waktu satu sampai tiga hari, tergantung kepercayaan petani dan keuangan pedagang. 2. Pedagang Pengumpul Besar Pedagang pengumpul besar membeli salak dari petani langsung dan pedagang pengumpul desa. Pembelian dilakukan di rumah petani, rumah pedagang pengumpul besar, atau pasar baik pasar kecamatan maupun pasar salak di kota kabupaten. Kegiatan yang dilakukan oleh pengumpul besar antara lain berupa sortasi dan grading, pengemasan dengan peti, dan pengangkutan baik dari petani, pedagang desa, maupun ke pedagang pengecer.
Pedagang besar menanggung resiko penyusutan maupun kerusakan barang saat penyortiran maupun selama perjalanan. Selain resiko penyusutan, resiko yang ditanggung adalah tidak dibayarnya barang dagangan oleh pembeli. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul besar adalah: (1) fungsi pertukaran berupa pembelian dan penjualan; (2) fungsi fisik berupa pengangkutan dan penyimpanan; dan (3) fungsi fasilitas berupa penyortiran dan grading, sumber informasi pasar, sumber pembiayaan, dan penanggungan resiko. Pembayaran kepada petani dilakukan secara tunai sedangkan kepada pedagang pengumpul desa dilakukan secara tempo. Pembayaran yang dilakukan antara pedagang pengumpul besar dan pedagang pengecer kadang dilakukan secara tunai atau dengan tempo. Permasalah yang ada berupa terjadinya kemacetan pembayaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer atau pedagang besar antar pulau kepada pedagang. Selain itu adanya persaingan tidak sehat antara pedagang besar yang satu dengan pedagang besar yang lain. Pedagang besar biasanya menjual dagangannya kepada pedagang pengecer lokal, pedagang pengecer diberbagai daerah seperti: Surabaya, Jakarta, Cirebon, Tegal, Salatiga, Kudus, Demak, Bumiayau, Solo, Cilacap, Semarang, Purwodadi, Pemalang, Purwokerto, dan Bandung. Ada beberapa pedagang besar yang menjual barang dagangannya ke pulau lain seperti: Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatra. 3. Pedagang pengecer Pedagang pengecer membeli buah Salak Pondoh dari petani, pedagang pengumpul desa, dan pedagang pengumpul besar. Pedagang pengecer menjual buah Salak Pondoh langsung ke konsumen. Mereka menjual dagangannya ke berbagai kota seperti: Surabaya, Jakarta, Cirebon, Tegal, Salatiga, Kudus, Demak, Bumiayau, Solo, Cilacap, Semarang, Purwokerto, dan Bandung. Kegiatan sortasi dan grading dilakukan lagi oleh pedagang pengecer untuk menghindari buah-buahan yang rusak akibat pengangkutan. Selain itu pedagang pengecer juga melakukan pengemasan lagi. Buah salak dikemas dalam jaring plastik atau anyaman bambu dengan berat per kemasan sekitar satu kilogram. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah: (1) fungsi peetukaran berupa pembelian dan penjualan; (2) fungsi fisik berupa pengangkutan
dan penyimpanan; dan (3) fungsi fasilitas berupa penyortiran dan grading, sumber informasi pasar, sumber pembiayaan, dan penanggungan resiko. Pembayaran yang dilakukan kadang tunai maupun tempo. Sistem pembayaran tergantung pada hubungan antara pedagang pengecer dengan petani, pedagang pengumpul desa, dan pedagang pengumpul besar. Selain itu tergantung pada rasa kepercayaan dan keuangan pedagang pengecer. Fungsi tiap-tiap lembaga pemasaran dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Fungsi-fungsi Lembaga Pemasaran Salak Pondoh dari Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Pedagang
Fungsi Pengumpul Desa
Pengumpul Besar Pengecer
Pertukaran: - Pembelian
+
+
+
- Penjualan
+
+
+
- Pennyimpanan
-
+
+
- Pengangkutan
+
+
+
- Pengolahan
-
-
-
- Penyortiran dan Grading
-
+
+
- Penanggungan resiko
+
+
+
- Informasi Pasar
-
+
+
- Pembiayaan
-
+
+
Fisik:
Fasilitas:
Keterangan: + = Melakukan fungsi - = Tidak melakukan fungsi
6.2.2. Pola Saluran Pemasaran Buah Salak Pondoh dari Kecamatan Madukara sebagian besar dipasarkan ke kota lain seperti: Surabaya, Jakarta, Cirebon, Tegal, Salatiga, Kudus, Demak, Bumiayau, Solo, Cilacap, Semarang, Purwokerto, dan Bandung. Sebagian kecil yang dipasarkan di tepi jalan raya banjarnegara dan yang dikirim ke luar pulau. Saluran pemasaran Salak Pondoh dari Kecamatan Madukara dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Saluran Pemasaran Buah Salak Pondoh di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Pemilihan saluran pemasaran tergantung pada: harga jual, transportasi, kemampuan finansial petani, fasilitas yang diberikan dan ketersediaan waktu. Petani yang memilih pola I disebabkan karena biaya transportasi yang diperlukan untuk menjual ke pedagang besar atau pedagang pengecer secara langsung mahal. Petani dengan luas lahan kecil cenderung memilih pola I. Selain itu dipengaruhi oleh adanya fasilitas berupa peminjaman keranjang panen sehingga mereka tidak perlu membeli keranjang sendiri. Ketersediaan waktu petani juga mempengaruhi pemilihan. Petani yang memiliki waktu relatif lebih sedikit cenderung memilih pola I, karena petani tidak perlu mengantar barang. Petani cenderung memilih pola II, dan III cenderung disebabkan harga jual mereka lebih tinggi. Petani yang daerahnya dekat dengan pasar lebih memilih menjual ke pedagang besar langsung atau pedagang kecil. Petani yang memiliki lahan luas lebih memilih menjual ke pedagang besar atau pedagang pengecer langsung. Petani yang tinggal lebih dekat ke pedagang besar akan memilih pola pemasaran II. Petani yang tinggal lebih dekat dengan pedagang pengecer akan memilih pola III.
6.2.3 Analisis Efisiensi Pemasaran Efisiensi pemasaran dalam penelitian ini dilihat dari nilai marjin pemasaran dan farmer’s share. Hasil analisis tersebut adalah:
Marjin Pemasaran Analisis marjin pemasaran dalam penelitian kali ini dibatasi pada saluran pemasaran dari pedagang pengumpul desa sampai pada pengecer yang berasal dari Kecamatan Madukara. Biaya pemasaran adalah semua komponen biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam kegiatan untuk mengalirkan barang dari produsen hingga kekonsumen. Marjin pemasaran total adalah selisih antara harga jual produsen dengan harga beli konsumen. Harga jual produsen dalam analisis marjin pemasaran ini diperoleh dari harga pembelian salak dari petani oleh pedagang baik pengumpul desa, pengumpul besar maupun pengecer tergantung pada pola saluran pemasarannya. Harga beli konsumen diperoleh dari harga jual pedagang pengecer. Tabel 34. Analisis Efisiensi Pemasaran Salak Pondoh Dari Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005 Pola I Uraian Petani - Biaya Produksi - Farmer's Share - Harga Jual
Pola II
Pola III
Absolut
Persentase
Absolut
Persentase
Absolut
Persentase
(Rp/kg)
(%)
(Rp/kg)
(%)
(Rp/kg)
(%)
940.30 1,731.13 2,671.43
27.15 41.90
940.30 1,942.35 2,882.65
30.47 45.22
940.30 2,086.02 3,026.32
32.72 47.47
2,671.43 428.57 428.57 3,100.00
41.90 6.72 6.72 48.63
-
-
-
-
3,100.00 610.28 631.13 1,241.41 4,341.41
48.63 9.57 9.90 19.47 68.10
2,882.65 610.28 848.48 1,458.76 4,341.41
45.22 9.57 13.31 22.88 68.10
-
-
4,341.41 546.61 1,486.98 2,033.59 6,375.00 1,156.89 2,546.68 3,703.57
68.10 8.57 23.33 31.90 100.00 18.15 39.95 58.10
4,341.41 546.61 1,486.98 2,033.59 6,375.00 1,156.89 2,335.46 3,492.35
68.10 8.57 23.33 31.90 100.00 18.15 36.63 54.78
3,026.32 546.61 2,802.07 3,348.68 6,375.00 546.61 2,802.07 3,348.68
47.47 8.57 43.95 52.53 100.00 8.57 43.95 52.53
Pedagang Pengumpul Desa
- Harga Beli - Biaya-biaya - Keuntungan - Marjin - Harga Jual Pedagang Pengumpul Besar
- Harga Beli - Biaya-biaya - Keuntungan - Marjin - Harga Jual Pedagang Pengecer - Harga Beli - Biaya-biaya - Keuntungan - Marjin - Harga Jual Total Biaya Total Keuntungan Total Marjin
Komponen biaya pemasaran salak dalam penelitian ini terdiri dari transportasi, pengemasan, penyortiran dan grading, penyimpanan, penjualan dan penyusutan. Pola saluran pemasaran yang dapat dipilih oleh petani sebenarnya ada empat yaitu: (1) pola I : petani Æ pedagang pengumpul desa Æ pedagang pengumpul besar Æ pedagang pengecer; (2) pola II : petani Æ pedagang pengumpul besar Æ pedagang pengecer; (3) pola III : petani Æ pedagang pengecer ; dan (4) pola IV : petani Æ pedagang pengumpul desa Æ pedagang pengumpul besar Æ pedagang pengumpul besar antar propinsi Æ pedagang pengecer. Tetapi pada penelitian ini yang dibahas hanya pola I, pola II, dan pola III karena tidak dilakukan penelusuran hingga ke pulau-pulau lain. Biaya pemasaran total pada pola I dan II sama sebesar 18.15 persen hal ini disebabkan pedagang pengumpul desa tidak mengeluarkan biaya tambahan apapun, biaya pemasaran seluruhnya ditanggung oleh pedagang pengumpul besar. Sedangkan pada pola III biaya pemasaran yang dikeluarkan sebesar 8.57 persen. Pebedaan biaya pemasaran disebabkan adanya perbedaan perlakuan pada masingmasing lembaga pemasaran. Semakin panjang saluran pemasaran semakin besar biaya yang dikeluarkan. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer sama karena pedagang pengecer mengeluarkan biaya yang sama untuk pembelian baik dari pedagang besar maupun dari petani langsung. Keuntungan lembaga pemasaran dipeoleh dari selisih antara harga jual dan harga beli dikurangi biaya pemasaran. Keuntungan yang diperoleh oleh masing-masing lembaga pemasaran tidak sama. Keuntungan terbesar diperoleh oleh pedagang pengecer sedangkan paling kecil pada pedagang pengumpul desa. Perbedaan keuntungan disebabkan adanya perbedaan resiko yang ditanggung oleh masing-masing lembaga pemasaran. Pedagang pengumpul desa mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 428,57 per kilogram (6.72 persen). Pedagang pengumpul besar mendapat keuntungan sebesar Rp. 631.13 per kilogram (9.90 pesen) pada pola I dan Rp. 848.48 per kilogram (13.31 persen) pada pola II. Pada pola I, II dan III pedagang pengecer memperoleh keuntungan masing-masing sebesar Rp. 1,486.98 per kilogram (23.33 persen), Rp. 1,486.98 per kilogram (23.33 persen) dan Rp. 2,802.07 per kilogram (43.95 persen).
Pada Tabel 34. dapat dilihat bahwa total marjin pemasaran pada pola I sebesar Rp. 3.703,57 per kilogram atau 58.10 persen, pada pola II sebesar Rp. 3.492,35 per kilogram atau 54.78 persen, dan pada pola III sebesar Rp. 3.348,68 per kilogram atau 52.53 persen. Pola III memiliki total marjin pemasaran yang paling kecil sedangkan pola I memiliki marjin pemasaran yang paling besar. Farmer’s Share Farmer’s Share yang semakin besar akan menguntungkan petani. Semakin panjang saluran pemasaran semakin besar biaya pemasaran yang harus dikeluarkan. Dengan semakin pendeknya saluran pemasaran juga akan mengakibatkan farmer’s share yang diterima oleh petani lebih besar. Farmer’s share terbesar terdapat pada pola III yaitu 32,72 persen sedangkan pada pola I sebesar 27.15 persen dan pada pola II sebesar 30.47 persen. Posisi petani bila dilihat dari besarnya farmer’s share masih cukup kuat. Berdasarkan pengamatan posisi petani akan sangat kuat pada musim kosong karena semua pedagang mencari buah Salak Pondoh yang saat itu sangat sedikit jumlahnya, sehingga petani dapat menentukan harga jual yang tinggi. Pada musim panen raya posisi petani lemah sehingga harga ditentukan oleh pedagang. Perbedaan posisi petani merupakan suatu masalah yang dihadapi setiap tahunnya. Permasalahan yang dihadapi oleh pedagang pengumpul desa adalah keadaan keuangan karena untuk menjaga kepercayaan petani sangat penting sehingga tidak bisa selalu membayar dengan sistem tempo. Apabila petani selalu dibayar dengan sistem tempo petani akan mudah berpindah ke pedagang lain. Permasalahan yang dirasakan oleh pedagang besar adalah fluktuasi volume dan tersendatnya pembayaran dari pedagang pengecer. Fluktuasi volume, besarnya penyusutan dan resiko yang besar menjadi masalah yang harus dihadapi oleh pedagang pengecer. Permasalahan yang ada perlu pemecahan sehingga tidak akan menghambat perkembangan budidaya Salak Pondoh dikemudian hari. Masalah volume produksi yang berubah ubah perlu ditangan secara berbeda. Pada saat panen raya perlu adanya perluasan pangsa pasar sehingga semua produk dapat dijual, sedangkan pada musim kosong perlu adanya prioritas pasar yang akan dituju. Selain itu perlu adanya peningkatan mutu buah salak agar penyusutan dapat dikurangi.
Pola saluran pemasaran yang paling efisien adalah pola III. Hal tersebut terlihat dari rantai pemasaran yang lebih pendek, marjin pemasaran yang lebih kecil, dan Farmer’s share yang diterima petani lebih besar. Pendeknya rantai pemasaran pola III membuat buah salak lebih segar sampai ke konsumen karena terjadinya kerusakan semakin kecil.
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan Kesimpulan hasil analisis kelayakan investai usahatani Salak Pondoh di Kecamatan Madukara adalah sebagai berikut: 1. Hasil analisis aspek teknis dan produksi menunjukkan bahwa lokasi usahatani telah memenuhi persyaratan baik teknis maupun non teknis. Lokasi, pemilihan mesin, peralatan dan tekologi, dan teknik budidaya layak untuk menjalankan usahatani Salak Pondoh. Dosis, jenis, dan waktu pemupukan belum sesuai dengan umur tanaman sehingga memungkinkan adanya kekurangan atau kelebihan unsur hara. Hal tersebut disebabkan petani kurang memahami mengenai dampak pemberian pupuk yang tidak sesuai dosis dan adanya kendala keuangan petani untuk membeli pupuk. Sumur atau tempat penampungan air untuk mengantisipasi musim kemarau yang panjang belum ada. Hal tersebut disebabkan petani merasa curah hujan yang ada dan sistem irigasi masih mencukupi. Jumlah salak jantan belum sesuai dengan perbandingan yang seharusnya. Hal tersebut disebabkan kurangnya pemahaman petani mengenai pentingnya keberadaan salak jantan di areal kebun dan petani merasa keberadaan salak jantan di areal kebun akan mengurangi produktivitas. Teknik budidaya yang belum sesuai dengan standar prosedur operasional Salak Pondoh Kabupaten
Sleman
yang
dikeluarkan
oleh
direktorat
tanaman
buah
mengakibatkan rata-rata hasil panen di Kecamatan Madukara lebih rendah 2,5 kg per pohon per tahun dari produktivitas optimal. Penanganan Pasca panen masih minim. Hal tersebut disebabkan harga jual antara salak yang sudah disortir dan yang belum tidak terlalu berbeda jauh dan petani enggan mengeluarkan biaya tambahan untuk penyortiran. 2. Berdasarkan hasil analisis aspek keuangan usahatani Salak Pondoh di Kecamatan Madukara menurut kriteria kelayakan NPV, IRR, dan Net B/C layak untuk diusahakan. Pada tingkat diskon faktor 7,21 persen nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp. 85,276,823.78. Nilai IRR yang diperoleh 26,93 persen lebih besar dari pada tingkat suku bunga yang disyaratkan yaitu sebesar 7,21 persen. Net B/C yang didapatkan lebih besar dari satu yaitu 2,63.
3. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usahatani Salak Pondoh sensitif terhadap penurunan harga output, karena penurunan sebesar 20 persen menyebabkan nilai NPV, IRR, dan Net B/C turun lebih dari 50 persen. Usahatani Salak Pondoh tidak terlalu sensitif terhadap kenaikan input pertanian dan tingkat suku bunga karena kenaikan input pertanian dan tingkat suku bunga tidak menyebabkan penurunan nilai NPV, IRR, dan Net B/Csecara signifikan. Usahatani Salak Pondoh sensitif terhadap perubahan suku bunga, penurunan output dan kenaikan harga input secara bersamaan. Pada tingkat suku bunga 16 persen, penurunan output sebesar 20 persen yang disertai kenaikan harga pupuk dan tenaga kerja sebesar 10 persen menyebabkan usahatani ini tidak layak. 4. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam rantai pemasaran buah Salak Pondoh dari Kecamatan Madukara adalah: pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul besar, dan pedagang pengecer. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran tersebut antara lain: fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Pola saluran pemasaran yang ada yaitu: (1) pola I : petani Æ pedagang pengumpul desa Æ pedagang pengumpul besar Æ pedagang pengecer; (2) pola II : petani Æ pedagang pengumpul besar Æ pedagang pengecer; dan (3) pola III : petani Æ pedagang pengecer. Total biaya pemasaran pola I, II, dan III adalah sebagai berikut: 1,156.89; 1,156.89; dan 546.61. Total keuntungan pemasaran pola I, II, dan III adalah sebagai berikut 2,546.68; 2,335.46; dan 2,802.07. Total marjin pemasaran pola I, II, dan III adalah sebagai berikut: 3,703.57; 3,492.35; dan 3,348.68. Farmer’s Share yang diterima petani untuk masing-masing pola I, II, dan III adalah Rp. 1.731,13; Rp. 1.942,35; dan Rp. 2.086,02. Berdasarkan analisis pemasaran menunjukan rantai pemasaran Salak Pondoh di Kecamatan Madukara yang paling efisien adalah pola III yaitu dari petani langsung ke pedagang pengecer karena salur pemasaran paling pendek, marjin pemasaran yang diperoleh paling kecil, dan
farmer’s share yang paling besar. Adanya pasar khusus salak sangat membantu kelancaran perdagangan Salak Pondoh dari petani hingga konsumen akhir.
Bargaining position petani berbeda tergantung pada musim panen. Pada waktu panen raya bargaining position petani kecil karena terjadi kelebihan penawaran., sedang pada masa kosong bargaining position petani besar.
7.2. Saran 1. Untuk meningkatkan produktivitas Salak Pondoh diperlukan penyuluhan mengenai pentingnya pemberian pupuk sesuai dengan dosis, jenis dan waktu pemupukan; pentingnya pembuatan sumur di dekat lahan Salak Pondoh; dan pentingnya memperhatikan perbandingan jumlah salak jantan dan betina dalam satu lahan. Petani sebaiknya memperbaiki teknik usahatani yang telah ada seperti pemberian pupuk yang sesuai dengan dosis, jenis dan waktu pemberian yang tepat sesuai dengan umur tanaman agar produktivitasnya optimal. Sumur di area perkebunan Salak Pondoh penting keberadaannya untuk mengantisipasi adanya kemarau panjang agar tidak menyebabkan kematian tanaman. Penanaman pohon salak jantan yang sesuai dengan perbandingan jumlah salak betina sebaiknya dilakukan. Hal tersebut berguna untuk mengurangi pengeluaran biaya pembelian bunga jantan dan mengantisipasi tidak adanya bunga jantan di pasar. Perlakuan pasca panen sebaiknya diperbaiki untuk mengurangi resiko kerusakan buah yang mempercepat buah busuk, yaitu petani sebaiknya melakukan pemisahan buah yang rusak dengan yang bagus dan melakukan pengemasan yang lebih baik agar buah tidak mudah rusak. Penyuluhan pertanian mengenai pemberian pupuk sesuai dosis, umur, dan jenis pupuk, kegunaan sumur di lokasi budidaya, dan penanaman pohon salak jantan dan betina sesuai dengan perbandingan penting untuk diadakan. Selain itu, untuk mengatasi kekurangan modal petani sebaiknya diberi kredit lunak yang disertai pengawasan yang baik. 2. Usahatani Salak Pondoh sensitif terhadap perubahan harga jual. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan usaha pengolahan Salak Pondoh yang baik untuk mengantisipasi penurunan harga akibat kelebihan penawaran pada saat musim panen raya. Usaha pengolahan yang dapat dilakukan seperti pembuatan sirup, dodol, manisan, keripik, dan lainnya. 3. Perluasan daerah pemasaran penting untuk mengantisipasi adanya kelebihan penawaran pada saat panen raya. Wilayah baru yang dapat dijadikan alternatif antara lain: Pulau Sumatera, Bali, Kalimantan, dan NTB yang selama ini baru di masuki oleh beberapa pedagang.
DAFTAR PUSTAKA
Ananto, Agung Rais. 2002. Analisis Perilaku dan Preferensi Konsumen Salak Pondoh di DKI Jakarta. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor Biro Pusat Statistik. 2004. Sensus Pertanian 2003. Jakarta. Departemen Pertanian. 2004. Statistik Pertanian 2003. Jakarta. Departemen Pertanian Kabupaten Banjarnegara. 2005. Kabupaten Banjarnegara dalam Angka 2004. Banjarnegara. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan. 1972. Daftar Komposisi Makanan. Bhratara. Jakarta. Direktorat Tanaman Buah. 2004. Standar Prosedur Operasional (SPO) Salak Pondoh Kabupaten Sleman. Jakarta. Gittinger, J. P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian (Terjemahan). Edisi kedua. UI-Press. Jakarta. Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi keempat. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Johan, Irma Rahmawati. 1997. Analisis Tingkat Pengembalian Investasi dan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Usahatani Salak Pondoh (Studi Kasus Desa Bangun Kerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta). Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Keown, A. J. 1999. Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Terjemahan). Edisi ketujuh. Salemba Empat. Jakarta. Kotler, Philip.2000. Manajemen Pemasaran. Erlangga. Jakarta. Kusumo. 1995. Teknologi Produksi Salak. Pusat Pengembangan Hortikultura. Jakarta. Limbong, W. H. dan P. Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mantri Statistik Kecamatan Madukara. 2004. Kecamatan Madukara dalam Angka 2003. Banjarnegara.
Moesdrajat, Ratri Dewi Pratomosari. 1999. Analisis Produksi dan Pemasaran Salak Pondoh (Salacca edulis, R) (Studi Kasus Desa Bangun Kerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta). Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nasir, M. 1998. Metode Penelitian. Cetakan Ketiga. Ghalia Indonesia. Jakarta. Rusdiati, Rochana. 1998. Analisis Usahatani dan Pemasaran Salak Nglumut (Studi Kasus Desa Nglumut, Kecamatan Srumbug, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah). Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani Dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit UI-Press. Jakarta. Soeharjo, A. Dahlan Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Utami, Bombong. 2001. Analisis Kelayakan Inveatasi Usaha Peternakan Sapi Perah di Yayasan Bina Pembangunan Padepokan Bumi Mandiri, Kabupaten Sukabumi. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Kecamatan Madukara
Lampiran 2. Jumlah Unit Anlisis Berdasarkan Umur Tanaman
Lampiran 6. Biaya Investasi yang Dikeluarkan Untuk Usahatani Salak Pondoh Uraian 1. Land Clearing 2. Pembelian Bibit 3. Penyulaman 4. Sabit 5. Cangkul 6. Pisau Cangkok 7. Gunting 8. Sepatu 9. Kored 10. Keranjang 11. Spreyer 12. Slondom
Harga (Rp) 6,393,939 6,250,000 62,500 60,000 135,000 40,000 30,000 60,000 45,000 150,000 500,000 10,000
Umur Ekomomis (Tahun)
5 5 5 5 2 5 2 5 10
Lampiran 7. Biaya Operasional yang Dikeluarkan Untuk Usahatani Salak Pondoh Uraian 1. Biaya Operasional Tetap a. Sewa Lahan b. Pengairan c. PBB 2. Biaya Operasional Variabel a. Tenaga Kerja b. Keranjang Cangkok c. Bunga Jantan d. Pupuk Urea d. Pupuk ZA d. Pupuk TSP/SP 36 d. Pupuk KCl d. Pupuk Kandang d. Pupuk NPK d. Pupuk Ponska
Satuan Rp/Ha Rp/ha Rp/ha Rp/HOK Rp/Buah Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
Niai (Rp) 10,000,000 25,000 350,000 20,000 100 10,000 1,400 1,300 2,000 3,000 400 1,500 1,800
Lampiran 8. Chas Flow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh
URAIAN I. INFLOW 1. PENJUALAN BIBIT 2. PENJUALAN SALAK TOTAL INFLOW II. OUTFLOW 1. INVESTASI a. Land Clearing b. Pembelian Bibit c. Penyulaman d. Peralatan - Sabit - Cangkul - Pisau Cangkok - Gunting - Sepatu - Kored - Keranjang - Spreyer - Slondom Total Investasi 2. BIAYA OPERASIONAL a. Biaya Operasional Tetap - Sewa Lahan - Pengairan - PBB Total Biaya Operasional Tetap b. Biaya Operasional Variabel - Tenaga Kerja - Keranjang Cangkok - Bunga Jantan - Pupuk Total Biaya Operasional Variabel Total Biaya Operasional TOTAL OUTFLOW BENEFIT PRESENT VALUE (PV) PV POSITIF PV NEGATIF NET PRESENT VALUE (NPV) INTERNAL RATE OF RETURN (IRR) B/C RATIO
1 7.083.333 7.083.333
2 15.371.005 15.371.005
6.393.939 6.250.000 62.500
-
60.000 135.000 40.000 30.000 60.000 45.000 150.000 500.000 10.000 13.736.439
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 11.312.112,79 566.666,67 7.122.222,22 19.001.001,68 29.376.001,68 43.112.441,08 (36.029.107,74) (33.618.650,50) 137.486.040,37 (52.209.216,59) 85.276.823,78 26,93% 2,63
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 8.119.622,48 1.299.680,37 2.855.270,71 12.274.573,56 22.649.573,56 22.649.573,56 (7.278.568,99) (6.337.231,05)
3 8.564.815 2.250.000 10.814.815
60.000 150.000 210.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 11.804.930,56 685.185,19 2.822.222,22 15.312.337,96 25.687.337,96 25.897.337,96 (15.082.523,15) (12.253.335,04)
4 31.273.750 31.273.750
-
TAHUN 5 40.909.167 40.909.167
-
6 42.434.152 42.434.152
-
7 64.829.861 64.829.861
-
8 74.081.625 74.081.625
-
9 64.153.333 64.153.333
60.000 150.000 210.000
10 67.172.115 67.172.115
-
60.000 150.000 210.000
60.000 135.000 40.000 30.000 45.000 500.000 810.000
60.000 150.000 210.000
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
7.892.269,74 500.000 545.454,55 8.937.724,28 19.312.724,28 19.312.724,28 11.961.025,72 9.067.248,15
7.087.222,22 500.000 2.900.000 10.487.222,22 20.862.222,22 21.072.222,22 19.836.944,44 14.031.646,13
6.981.930,80 500.000 2.568.750 10.050.680,80 20.425.680,80 21.235.680,80 21.198.470,98 13.991.528,22
8.849.284,14 500.000 3.622.222,22 12.971.506,36 23.346.506,36 23.556.506,36 41.273.354,75 25.418.923,57
8.851.257,69 500.000 1.270.187,50 10.621.445,19 20.996.445,19 20.996.445,19 53.085.179,81 30.506.153,21
8.923.668,40 500.000 3.809.595,96 13.233.264,36 23.608.264,36 23.818.264,36 40.335.068,97 21.628.366,86
9.487.871,94 500.000 1.156.198,72 11.144.070,66 21.519.070,66 21.519.070,66 45.653.044,72 22.842.174,24
85
Lampiran 9. Chas Flow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Peningkatan Harga Pupuk dan Tenaga Kerja Sebesar 10 Persen)
URAIAN I. INFLOW 1. PENJUALAN BIBIT 2. PENJUALAN SALAK TOTAL INFLOW II. OUTFLOW 1. INVESTASI a. Land Clearing b. Pembelian Bibit c. Penyulaman d. Peralatan - Sabit - Cangkul - Pisau Cangkok - Gunting - Sepatu - Kored - Keranjang - Spreyer - Slondom Total Investasi 2. BIAYA OPERASIONAL a. Biaya Operasional Tetap - Sewa Lahan - Pengairan - PBB Total Biaya Operasional Tetap b. Biaya Operasional Variabel - Tenaga Kerja - Keranjang Cangkok - Bunga Jantan - Pupuk Total Biaya Operasional Variabel Total Biaya Operasional TOTAL OUTFLOW BENEFIT PRESENT VALUE (PV) PV POSITIF PV NEGATIF NET PRESENT VALUE (NPV) INTERNAL RATE OF RETURN (IRR) B/C RATIO
1 7.083.333 7.083.333
2 15.371.005 15.371.005
6.393.939 6.250.000 62.500
-
60.000 135.000 40.000 30.000 60.000 45.000 150.000 500.000 10.000 13.736.439
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 12.443.324,07 566.666,67 7.834.444,44 20.844.435,19 31.219.435,19 44.955.874,58 (37.872.541,25) (35.338.752,68) 132.944.519,38 (56.073.208,03) 76.871.311,35 24,52% 2,37
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 8.931.584,73 1.299.680,37 3.140.797,78 13.372.062,88 23.747.062,88 23.747.062,88 (8.376.058,31) (7.292.781,99)
3 8.564.815 2.250.000 10.814.815
60.000 150.000 210.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 12.985.423,61 685.185,19 3.104.444,44 16.775.053,24 27.150.053,24 27.360.053,24 (16.545.238,43) (13.441.673,37)
4 31.273.750 31.273.750
-
TAHUN 5 40.909.167 40.909.167
-
6 42.434.152 42.434.152
-
7 64.829.861 64.829.861
-
8 74.081.625 74.081.625
-
9 64.153.333 64.153.333
60.000 150.000 210.000
10 67.172.115 67.172.115
-
60.000 150.000 210.000
60.000 135.000 40.000 30.000 45.000 500.000 810.000
60.000 150.000 210.000
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
8.681.496,71 500.000 600.000,00 9.781.496,71 20.156.496,71 20.156.496,71 11.117.253,29 8.427.612,87
7.795.944,44 500.000 3.190.000,00 11.485.944,44 21.860.944,44 22.070.944,44 18.838.222,22 13.325.200,80
7.680.123,88 500.000 2.825.625,00 11.005.748,88 21.380.748,88 22.190.748,88 20.243.402,90 13.361.159,07
9.734.212,56 500.000 3.984.444,44 14.218.657,00 24.593.657,00 24.803.657,00 40.026.204,11 24.650.843,85
9.736.383,46 500.000 1.397.206,25 11.633.589,71 22.008.589,71 22.008.589,71 52.073.035,29 29.924.509,97
9.816.035,24 500.000 4.190.555,56 14.506.590,80 24.881.590,80 25.091.590,80 39.061.742,54 20.945.587,04
10.436.659,14 500.000 1.271.818,59 12.208.477,73 22.583.477,73 22.583.477,73 44.588.637,66 22.309.605,78
86
Lampiran 10. Chas Flow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Peningkatan Harga Pupuk dan Tenaga Kerja Sebesar 20 Persen)
URAIAN I. INFLOW 1. PENJUALAN BIBIT 2. PENJUALAN SALAK TOTAL INFLOW II. OUTFLOW 1. INVESTASI a. Land Clearing b. Pembelian Bibit c. Penyulaman d. Peralatan - Sabit - Cangkul - Pisau Cangkok - Gunting - Sepatu - Kored - Keranjang - Spreyer - Slondom Total Investasi 2. BIAYA OPERASIONAL a. Biaya Operasional Tetap - Sewa Lahan - Pengairan - PBB Total Biaya Operasional Tetap b. Biaya Operasional Variabel - Tenaga Kerja - Keranjang Cangkok - Bunga Jantan - Pupuk Total Biaya Operasional Variabel Total Biaya Operasional TOTAL OUTFLOW BENEFIT PRESENT VALUE (PV) PV POSITIF PV NEGATIF NET PRESENT VALUE (NPV) INTERNAL RATE OF RETURN (IRR) B/C RATIO
1 7.083.333 7.083.333
2 15.371.005 15.371.005
6.393.939 6.250.000 62.500
-
60.000 135.000 40.000 30.000 60.000 45.000 150.000 500.000 10.000 13.736.439
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 13.574.535,35 566.666,67 8.546.666,67 22.687.868,69 33.062.868,69 46.799.308,08 (39.715.974,75) (37.058.854,85) 128.402.998,39 (59.937.199,47) 68.465.798,92 22,25% 2,14
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 9.743.546,98 1.299.680,37 3.426.324,85 14.469.552,20 24.844.552,20 24.844.552,20 (9.473.547,63) (8.248.332,92)
3 8.564.815 2.250.000 10.814.815
60.000 150.000 210.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 14.165.916,67 685.185,19 3.386.666,67 18.237.768,52 28.612.768,52 28.822.768,52 (18.007.953,70) (14.630.011,70)
4 31.273.750 31.273.750
-
TAHUN 5 40.909.167 40.909.167
-
6 42.434.152 42.434.152
-
7 64.829.861 64.829.861
-
8 74.081.625 74.081.625
-
9 64.153.333 64.153.333
60.000 150.000 210.000
10 67.172.115 67.172.115
-
60.000 150.000 210.000
60.000 135.000 40.000 30.000 45.000 500.000 810.000
60.000 150.000 210.000
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
9.470.723,68 500.000 654.545,45 10.625.269,14 21.000.269,14 21.000.269,14 10.273.480,86 7.787.977,59
8.504.666,67 500.000 3.480.000,00 12.484.666,67 22.859.666,67 23.069.666,67 17.839.500,00 12.618.755,47
8.378.316,96 500.000 3.082.500,00 11.960.816,96 22.335.816,96 23.145.816,96 19.288.334,82 12.730.789,93
10.619.140,97 500.000 4.346.666,67 15.465.807,64 25.840.807,64 26.050.807,64 38.779.053,48 23.882.764,13
10.621.509,23 500.000 1.524.225,00 12.645.734,23 23.020.734,23 23.020.734,23 51.060.890,77 29.342.866,74
10.708.402,08 500.000 4.571.515,15 15.779.917,23 26.154.917,23 26.364.917,23 37.788.416,10 20.262.807,21
11.385.446,33 500.000 1.387.438,46 13.272.884,80 23.647.884,80 23.647.884,80 43.524.230,59 21.777.037,32
87
Lampiran 11. Chas Flow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Peningkatan Harga Pupuk dan Tenaga Kerja Sebesar 30 Persen)
URAIAN I. INFLOW 1. PENJUALAN BIBIT 2. PENJUALAN SALAK TOTAL INFLOW II. OUTFLOW 1. INVESTASI a. Land Clearing b. Pembelian Bibit c. Penyulaman d. Peralatan - Sabit - Cangkul - Pisau Cangkok - Gunting - Sepatu - Kored - Keranjang - Spreyer - Slondom Total Investasi 2. BIAYA OPERASIONAL a. Biaya Operasional Tetap - Sewa Lahan - Pengairan - PBB Total Biaya Operasional Tetap b. Biaya Operasional Variabel - Tenaga Kerja - Keranjang Cangkok - Bunga Jantan - Pupuk Total Biaya Operasional Variabel Total Biaya Operasional TOTAL OUTFLOW BENEFIT PRESENT VALUE (PV) PV POSITIF PV NEGATIF NET PRESENT VALUE (NPV) INTERNAL RATE OF RETURN (IRR) B/C RATIO
1 7.083.333 7.083.333
2 15.371.005 15.371.005
6.393.939 6.250.000 62.500
-
60.000 135.000 40.000 30.000 60.000 45.000 150.000 500.000 10.000 13.736.439
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 14.705.746,63 566.666,67 9.258.888,89 24.531.302,19 34.906.302,19 48.642.741,58 (41.559.408,25) (38.778.957,03) 123.861.477,40 (63.801.190,91) 60.060.286,50 20,10% 1,94
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 10.555.509,23 1.299.680,37 3.711.851,92 15.567.041,52 25.942.041,52 25.942.041,52 (10.571.036,95) (9.203.883,85)
3 8.564.815 2.250.000 10.814.815
60.000 150.000 210.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 15.346.409,72 685.185,19 3.668.888,89 19.700.483,80 30.075.483,80 30.285.483,80 (19.470.668,98) (15.818.350,03)
4 31.273.750 31.273.750
-
TAHUN 5 40.909.167 40.909.167
-
6 42.434.152 42.434.152
-
7 64.829.861 64.829.861
-
8 74.081.625 74.081.625
-
9 64.153.333 64.153.333
60.000 150.000 210.000
10 67.172.115 67.172.115
-
60.000 150.000 210.000
60.000 135.000 40.000 30.000 45.000 500.000 810.000
60.000 150.000 210.000
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.259.950,66 500.000 709.090,91 11.469.041,57 21.844.041,57 21.844.041,57 9.429.708,43 7.148.342,32
9.213.388,89 500.000 3.770.000,00 13.483.388,89 23.858.388,89 24.068.388,89 16.840.777,78 11.912.310,13
9.076.510,04 500.000 3.339.375,00 12.915.885,04 23.290.885,04 24.100.885,04 18.333.266,74 12.100.420,79
11.504.069,38 500.000 4.708.888,89 16.712.958,27 27.087.958,27 27.297.958,27 37.531.902,84 23.114.684,41
11.506.634,99 500.000 1.651.243,75 13.657.878,74 24.032.878,74 24.032.878,74 50.048.746,26 28.761.223,50
11.600.768,92 500.000 4.952.474,75 17.053.243,67 27.428.243,67 27.638.243,67 36.515.089,66 19.580.027,39
12.334.233,53 500.000 1.503.058,33 14.337.291,86 24.712.291,86 24.712.291,86 42.459.823,52 21.244.468,86
88
Lampiran 12. Chas Flow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Peningkatan Harga Pupuk dan Tenaga Kerja Sebesar 40 Persen)
URAIAN I. INFLOW 1. PENJUALAN BIBIT 2. PENJUALAN SALAK TOTAL INFLOW II. OUTFLOW 1. INVESTASI a. Land Clearing b. Pembelian Bibit c. Penyulaman d. Peralatan - Sabit - Cangkul - Pisau Cangkok - Gunting - Sepatu - Kored - Keranjang - Spreyer - Slondom Total Investasi 2. BIAYA OPERASIONAL a. Biaya Operasional Tetap - Sewa Lahan - Pengairan - PBB Total Biaya Operasional Tetap b. Biaya Operasional Variabel - Tenaga Kerja - Keranjang Cangkok - Bunga Jantan - Pupuk Total Biaya Operasional Variabel Total Biaya Operasional TOTAL OUTFLOW BENEFIT PRESENT VALUE (PV) PV POSITIF PV NEGATIF NET PRESENT VALUE (NPV) INTERNAL RATE OF RETURN (IRR) B/C RATIO
1 7.083.333 7.083.333
2 15.371.005 15.371.005
6.393.939 6.250.000 62.500
-
60.000 135.000 40.000 30.000 60.000 45.000 150.000 500.000 10.000 13.736.439
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 15.836.957,91 566.666,67 9.971.111,11 26.374.735,69 36.749.735,69 50.486.175,08 (43.402.841,75) (40.499.059,21) 119.319.956,42 (67.665.182,35) 51.654.774,07 18,06% 1,76
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 11.367.471,48 1.299.680,37 3.997.379,00 16.664.530,84 27.039.530,84 27.039.530,84 (11.668.526,27) (10.159.434,78)
3 8.564.815 2.250.000 10.814.815
60.000 150.000 210.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 16.526.902,78 685.185,19 3.951.111,11 21.163.199,07 31.538.199,07 31.748.199,07 (20.933.384,26) (17.006.688,36)
4 31.273.750 31.273.750
-
TAHUN 5 40.909.167 40.909.167
-
6 42.434.152 42.434.152
-
7 64.829.861 64.829.861
-
8 74.081.625 74.081.625
-
9 64.153.333 64.153.333
60.000 150.000 210.000
10 67.172.115 67.172.115
-
60.000 150.000 210.000
60.000 135.000 40.000 30.000 45.000 500.000 810.000
60.000 150.000 210.000
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
11.049.177,63 500.000 763.636,36 12.312.814,00 22.687.814,00 22.687.814,00 8.585.936,00 6.508.707,04
9.922.111,11 500.000 4.060.000,00 14.482.111,11 24.857.111,11 25.067.111,11 15.842.055,56 11.205.864,80
9.774.703,13 500.000 3.596.250,00 13.870.953,13 24.245.953,13 25.055.953,13 17.378.198,66 11.470.051,64
12.388.997,80 500.000 5.071.111,11 17.960.108,91 28.335.108,91 28.545.108,91 36.284.752,20 22.346.604,70
12.391.760,76 500.000 1.778.262,50 14.670.023,26 25.045.023,26 25.045.023,26 49.036.601,74 28.179.580,27
12.493.135,76 500.000 5.333.434,34 18.326.570,11 28.701.570,11 28.911.570,11 35.241.763,23 18.897.247,57
13.283.020,72 500.000 1.618.678,21 15.401.698,93 25.776.698,93 25.776.698,93 41.395.416,46 20.711.900,40
89
Lampiran 13. Chas Flow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Penurunan Haraga Jual Sebesar 20 Persen)
URAIAN I. INFLOW 1. PENJUALAN BIBIT 2. PENJUALAN SALAK TOTAL INFLOW II. OUTFLOW 1. INVESTASI a. Land Clearing b. Pembelian Bibit c. Penyulaman d. Peralatan - Sabit - Cangkul - Pisau Cangkok - Gunting - Sepatu - Kored - Keranjang - Spreyer - Slondom Total Investasi 2. BIAYA OPERASIONAL a. Biaya Operasional Tetap - Sewa Lahan - Pengairan - PBB Total Biaya Operasional Tetap b. Biaya Operasional Variabel - Tenaga Kerja - Keranjang Cangkok - Bunga Jantan - Pupuk Total Biaya Operasional Variabel Total Biaya Operasional TOTAL OUTFLOW BENEFIT PRESENT VALUE (PV) PV POSITIF PV NEGATIF NET PRESENT VALUE (NPV) INTERNAL RATE OF RETURN (IRR) B/C RATIO
1 7.083.333 7.083.333
2 15.371.005 15.371.005
6.393.939 6.250.000 62.500
-
60.000 135.000 40.000 30.000 60.000 45.000 150.000 500.000 10.000 13.736.439
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 11.312.112,79 566.666,67 7.122.222,22 19.001.001,68 29.376.001,68 43.112.441,08 (36.029.107,74) (33.618.650,50) 91.254.011,26 (52.574.805,34) 38.679.205,92 17,53% 1,74
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 8.119.622,48 1.299.680,37 2.855.270,71 12.274.573,56 22.649.573,56 22.649.573,56 (7.278.568,99) (6.337.231,05)
3 8.564.815 1.800.000 10.364.815
60.000 150.000 210.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 11.804.930,56 685.185,19 2.822.222,22 15.312.337,96 25.687.337,96 25.897.337,96 (15.532.523,15) (12.618.923,79)
4 25.019.000 25.019.000
-
TAHUN 5 32.727.333 32.727.333
-
6 33.947.321 33.947.321
-
7 51.863.889 51.863.889
-
8 59.265.300 59.265.300
-
9 51.322.667 51.322.667
60.000 150.000 210.000
10 53.737.692 53.737.692
-
60.000 150.000 210.000
60.000 135.000 40.000 30.000 45.000 500.000 810.000
60.000 150.000 210.000
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
7.892.269,74 500.000 545.454,55 8.937.724,28 19.312.724,28 19.312.724,28 5.706.275,72 4.325.734,19
7.087.222,22 500.000 2.900.000 10.487.222,22 20.862.222,22 21.072.222,22 11.655.111,11 8.244.233,14
6.981.930,80 500.000 2.568.750 10.050.680,80 20.425.680,80 21.235.680,80 12.711.640,63 8.390.005,05
8.849.284,14 500.000 3.622.222,22 12.971.506,36 23.346.506,36 23.556.506,36 28.307.382,53 17.433.600,86
8.851.257,69 500.000 1.270.187,50 10.621.445,19 20.996.445,19 20.996.445,19 38.268.854,81 21.991.741,43
8.923.668,40 500.000 3.809.595,96 13.233.264,36 23.608.264,36 23.818.264,36 27.504.402,30 14.748.339,81
9.487.871,94 500.000 1.156.198,72 11.144.070,66 21.519.070,66 21.519.070,66 32.218.621,64 16.120.356,79
90
Lampiran 14. Chas Flow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Pada Tingkat Suku Bunga 12 Persen)
URAIAN I. INFLOW 1. PENJUALAN BIBIT 2. PENJUALAN SALAK TOTAL INFLOW II. OUTFLOW 1. INVESTASI a. Land Clearing b. Pembelian Bibit c. Penyulaman d. Peralatan - Sabit - Cangkul - Pisau Cangkok - Gunting - Sepatu - Kored - Keranjang - Spreyer - Slondom Total Investasi 2. BIAYA OPERASIONAL a. Biaya Operasional Tetap - Sewa Lahan - Pengairan - PBB Total Biaya Operasional Tetap b. Biaya Operasional Variabel - Tenaga Kerja - Keranjang Cangkok - Bunga Jantan - Pupuk Total Biaya Operasional Variabel Total Biaya Operasional TOTAL OUTFLOW BENEFIT PRESENT VALUE (PV) PV POSITIF PV NEGATIF NET PRESENT VALUE (NPV) INTERNAL RATE OF RETURN (IRR) B/C RATIO
1 7.083.333 7.083.333
2 15.371.005 15.371.005
6.393.939 6.250.000 62.500
-
60.000 135.000 40.000 30.000 60.000 45.000 150.000 500.000 10.000 13.736.439
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 11.312.112,79 566.666,67 7.122.222,22 19.001.001,68 29.376.001,68 43.112.441,08 (36.029.107,74) (32.168.846,20) 98.951.740,43 (48.706.718,90) 50.245.021,53 26,93% 2,03
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 8.119.622,48 1.299.680,37 2.855.270,71 12.274.573,56 22.649.573,56 22.649.573,56 (7.278.568,99) (5.802.430,64)
3 8.564.815 2.250.000 10.814.815
60.000 150.000 210.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 11.804.930,56 685.185,19 2.822.222,22 15.312.337,96 25.687.337,96 25.897.337,96 (15.082.523,15) (10.735.442,06)
4 31.273.750 31.273.750
-
TAHUN 5 40.909.167 40.909.167
-
6 42.434.152 42.434.152
-
7 64.829.861 64.829.861
-
8 74.081.625 74.081.625
-
9 64.153.333 64.153.333
60.000 150.000 210.000
10 67.172.115 67.172.115
-
60.000 150.000 210.000
60.000 135.000 40.000 30.000 45.000 500.000 810.000
60.000 150.000 210.000
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
7.892.269,74 500.000 545.454,55 8.937.724,28 19.312.724,28 19.312.724,28 11.961.025,72 7.601.448,08
7.087.222,22 500.000 2.900.000 10.487.222,22 20.862.222,22 21.072.222,22 19.836.944,44 11.256.015,01
6.981.930,80 500.000 2.568.750 10.050.680,80 20.425.680,80 21.235.680,80 21.198.470,98 10.739.805,12
8.849.284,14 500.000 3.622.222,22 12.971.506,36 23.346.506,36 23.556.506,36 41.273.354,75 18.669.969,63
8.851.257,69 500.000 1.270.187,50 10.621.445,19 20.996.445,19 20.996.445,19 53.085.179,81 21.440.213,78
8.923.668,40 500.000 3.809.595,96 13.233.264,36 23.608.264,36 23.818.264,36 40.335.068,97 14.545.230,23
9.487.871,94 500.000 1.156.198,72 11.144.070,66 21.519.070,66 21.519.070,66 45.653.044,72 14.699.058,57
93
Lampiran 15. Chas Flow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Pada Tingkat Suku Bunga 16 Persen)
URAIAN I. INFLOW 1. PENJUALAN BIBIT 2. PENJUALAN SALAK TOTAL INFLOW II. OUTFLOW 1. INVESTASI a. Land Clearing b. Pembelian Bibit c. Penyulaman d. Peralatan - Sabit - Cangkul - Pisau Cangkok - Gunting - Sepatu - Kored - Keranjang - Spreyer - Slondom Total Investasi 2. BIAYA OPERASIONAL a. Biaya Operasional Tetap - Sewa Lahan - Pengairan - PBB Total Biaya Operasional Tetap b. Biaya Operasional Variabel - Tenaga Kerja - Keranjang Cangkok - Bunga Jantan - Pupuk Total Biaya Operasional Variabel Total Biaya Operasional TOTAL OUTFLOW BENEFIT PRESENT VALUE (PV) PV POSITIF PV NEGATIF NET PRESENT VALUE (NPV) INTERNAL RATE OF RETURN (IRR) B/C RATIO
1 7.083.333 7.083.333
2 15.371.005 15.371.005
6.393.939 6.250.000 62.500
-
60.000 135.000 40.000 30.000 60.000 45.000 150.000 500.000 10.000 13.736.439
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 11.312.112,79 566.666,67 7.122.222,22 19.001.001,68 29.376.001,68 43.112.441,08 (36.029.107,74) (31.059.575,64) 76.502.429,89 (46.131.472,28) 30.370.957,60 26,93% 1,66
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 8.119.622,48 1.299.680,37 2.855.270,71 12.274.573,56 22.649.573,56 22.649.573,56 (7.278.568,99) (5.409.162,45)
3 8.564.815 2.250.000 10.814.815
60.000 150.000 210.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 11.804.930,56 685.185,19 2.822.222,22 15.312.337,96 25.687.337,96 25.897.337,96 (15.082.523,15) (9.662.734,19)
4 31.273.750 31.273.750
-
TAHUN 5 40.909.167 40.909.167
-
6 42.434.152 42.434.152
-
7 64.829.861 64.829.861
-
8 74.081.625 74.081.625
-
9 64.153.333 64.153.333
60.000 150.000 210.000
10 67.172.115 67.172.115
-
60.000 150.000 210.000
60.000 135.000 40.000 30.000 45.000 500.000 810.000
60.000 150.000 210.000
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
7.892.269,74 500.000 545.454,55 8.937.724,28 19.312.724,28 19.312.724,28 11.961.025,72 6.605.968,03
7.087.222,22 500.000 2.900.000 10.487.222,22 20.862.222,22 21.072.222,22 19.836.944,44 9.444.627,44
6.981.930,80 500.000 2.568.750 10.050.680,80 20.425.680,80 21.235.680,80 21.198.470,98 8.700.748,23
8.849.284,14 500.000 3.622.222,22 12.971.506,36 23.346.506,36 23.556.506,36 41.273.354,75 14.603.731,71
8.851.257,69 500.000 1.270.187,50 10.621.445,19 20.996.445,19 20.996.445,19 53.085.179,81 16.192.331,22
8.923.668,40 500.000 3.809.595,96 13.233.264,36 23.608.264,36 23.818.264,36 40.335.068,97 10.606.226,58
9.487.871,94 500.000 1.156.198,72 11.144.070,66 21.519.070,66 21.519.070,66 45.653.044,72 10.348.796,69
92
Lampiran 16. Chas Flow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Pada Tingkat Suku Bunga 12 Persen, Penurunan Harga Jual Sebesar 20 Persen, dan Kenaikan Harga Pupuk dan Tenaga Kerja 10 persen)
URAIAN I. INFLOW 1. PENJUALAN BIBIT 2. PENJUALAN SALAK TOTAL INFLOW II. OUTFLOW 1. INVESTASI a. Land Clearing b. Pembelian Bibit c. Penyulaman d. Peralatan - Sabit - Cangkul - Pisau Cangkok - Gunting - Sepatu - Kored - Keranjang - Spreyer - Slondom Total Investasi 2. BIAYA OPERASIONAL a. Biaya Operasional Tetap - Sewa Lahan - Pengairan - PBB Total Biaya Operasional Tetap b. Biaya Operasional Variabel - Tenaga Kerja - Keranjang Cangkok - Bunga Jantan - Pupuk Total Biaya Operasional Variabel Total Biaya Operasional TOTAL OUTFLOW BENEFIT PRESENT VALUE (PV) PV POSITIF PV NEGATIF NET PRESENT VALUE (NPV) INTERNAL RATE OF RETURN (IRR) B/C RATIO
1 7.083.333 7.083.333
2 15.371.005 15.371.005
6.393.939 6.250.000 62.500
-
60.000 135.000 40.000 30.000 60.000 45.000 150.000 500.000 10.000 13.736.439
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 12.443.324,07 566.666,67 7.834.444,44 20.844.435,19 31.219.435,19 44.955.874,58 (37.872.541,25) (33.814.768,97) 61.871.222,82 (52.588.986,39) 9.282.236,43 15,09% 1,18
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 8.931.584,73 1.299.680,37 3.140.797,78 13.372.062,88 23.747.062,88 23.747.062,88 (8.376.058,31) (6.677.342,40)
3 8.564.815 1.800.000 10.364.815
60.000 150.000 210.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 12.985.423,61 685.185,19 3.104.444,44 16.775.053,24 27.150.053,24 27.360.053,24 (16.995.238,43) (12.096.875,02)
4 25.019.000 25.019.000
-
TAHUN 5 32.727.333 32.727.333
-
6 33.947.321 33.947.321
-
7 51.863.889 51.863.889
-
8 59.265.300 59.265.300
-
9 51.322.667 51.322.667
60.000 150.000 210.000
10 53.737.692 53.737.692
-
60.000 150.000 210.000
60.000 135.000 40.000 30.000 45.000 500.000 810.000
60.000 150.000 210.000
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
8.681.496,71 500.000 600.000,00 9.781.496,71 20.156.496,71 20.156.496,71 4.862.503,29 3.090.208,75
7.795.944,44 500.000 3.190.000,00 11.485.944,44 21.860.944,44 22.070.944,44 10.656.388,89 6.046.721,24
7.680.123,88 500.000 2.825.625,00 11.005.748,88 21.380.748,88 22.190.748,88 11.756.572,54 5.956.245,53
9.734.212,56 500.000 3.984.444,44 14.218.657,00 24.593.657,00 24.803.657,00 27.060.231,89 12.240.674,66
9.736.383,46 500.000 1.397.206,25 11.633.589,71 22.008.589,71 22.008.589,71 37.256.710,29 15.047.360,42
9.816.035,24 500.000 4.190.555,56 14.506.590,80 24.881.590,80 25.091.590,80 26.231.075,87 9.459.188,92
10.436.659,14 500.000 1.271.818,59 12.208.477,73 22.583.477,73 22.583.477,73 31.154.214,58 10.030.823,30
93
Lampiran 17. Chas Flow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Pada Tingkat Suku Bunga 12 Persen, Penurunan Harga Jual Sebesar 20 Persen, dan Kenaikan Harga Pupuk dan Tenaga Kerja 20 persen)
URAIAN I. INFLOW 1. PENJUALAN BIBIT 2. PENJUALAN SALAK TOTAL INFLOW II. OUTFLOW 1. INVESTASI a. Land Clearing b. Pembelian Bibit c. Penyulaman d. Peralatan - Sabit - Cangkul - Pisau Cangkok - Gunting - Sepatu - Kored - Keranjang - Spreyer - Slondom Total Investasi 2. BIAYA OPERASIONAL a. Biaya Operasional Tetap - Sewa Lahan - Pengairan - PBB Total Biaya Operasional Tetap b. Biaya Operasional Variabel - Tenaga Kerja - Keranjang Cangkok - Bunga Jantan - Pupuk Total Biaya Operasional Variabel Total Biaya Operasional TOTAL OUTFLOW BENEFIT PRESENT VALUE (PV) PV POSITIF PV NEGATIF NET PRESENT VALUE (NPV) INTERNAL RATE OF RETURN (IRR) B/C RATIO
1 7.083.333 7.083.333
2 15.371.005 15.371.005
6.393.939 6.250.000 62.500
-
60.000 135.000 40.000 30.000 60.000 45.000 150.000 500.000 10.000 13.736.439
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 13.574.535,35 566.666,67 8.546.666,67 22.687.868,69 33.062.868,69 46.799.308,08 (39.715.974,75) (35.460.691,74) 58.509.600,49 (56.150.952,77) 2.358.647,72 12,77% 1,04
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 9.743.546,98 1.299.680,37 3.426.324,85 14.469.552,20 24.844.552,20 24.844.552,20 (9.473.547,63) (7.552.254,17)
3 8.564.815 1.800.000 10.364.815
60.000 150.000 210.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 14.165.916,67 685.185,19 3.386.666,67 18.237.768,52 28.612.768,52 28.822.768,52 (18.457.953,70) (13.138.006,86)
4 25.019.000 25.019.000
-
TAHUN 5 32.727.333 32.727.333
-
6 33.947.321 33.947.321
-
7 51.863.889 51.863.889
-
8 59.265.300 59.265.300
-
9 51.322.667 51.322.667
60.000 150.000 210.000
10 53.737.692 53.737.692
-
60.000 150.000 210.000
60.000 135.000 40.000 30.000 45.000 500.000 810.000
60.000 150.000 210.000
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
9.470.723,68 500.000 654.545,45 10.625.269,14 21.000.269,14 21.000.269,14 4.018.730,86 2.553.976,11
8.504.666,67 500.000 3.480.000,00 12.484.666,67 22.859.666,67 23.069.666,67 9.657.666,67 5.480.019,43
8.378.316,96 500.000 3.082.500,00 11.960.816,96 22.335.816,96 23.145.816,96 10.801.504,46 5.472.378,32
10.619.140,97 500.000 4.346.666,67 15.465.807,64 25.840.807,64 26.050.807,64 25.813.081,25 11.676.527,05
10.621.509,23 500.000 1.524.225,00 12.645.734,23 23.020.734,23 23.020.734,23 36.244.565,77 14.638.572,22
10.708.402,08 500.000 4.571.515,15 15.779.917,23 26.154.917,23 26.364.917,23 24.957.749,43 9.000.014,65
11.385.446,33 500.000 1.387.438,46 13.272.884,80 23.647.884,80 23.647.884,80 30.089.807,51 9.688.112,71
94
Lampiran 18. Chas Flow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Pada Tingkat Suku Bunga 12 Persen, Penurunan Harga Jual Sebesar 20 Persen, dan Kenaikan Harga Pupuk dan Tenaga Kerja 30 persen)
URAIAN I. INFLOW 1. PENJUALAN BIBIT 2. PENJUALAN SALAK TOTAL INFLOW II. OUTFLOW 1. INVESTASI a. Land Clearing b. Pembelian Bibit c. Penyulaman d. Peralatan - Sabit - Cangkul - Pisau Cangkok - Gunting - Sepatu - Kored - Keranjang - Spreyer - Slondom Total Investasi 2. BIAYA OPERASIONAL a. Biaya Operasional Tetap - Sewa Lahan - Pengairan - PBB Total Biaya Operasional Tetap b. Biaya Operasional Variabel - Tenaga Kerja - Keranjang Cangkok - Bunga Jantan - Pupuk Total Biaya Operasional Variabel Total Biaya Operasional TOTAL OUTFLOW BENEFIT PRESENT VALUE (PV) PV POSITIF PV NEGATIF NET PRESENT VALUE (NPV) INTERNAL RATE OF RETURN (IRR) B/C RATIO
1 7.083.333 7.083.333
2 15.371.005 15.371.005
6.393.939 6.250.000 62.500
-
60.000 135.000 40.000 30.000 60.000 45.000 150.000 500.000 10.000 13.736.439
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 14.705.746,63 566.666,67 9.258.888,89 24.531.302,19 34.906.302,19 48.642.741,58 (41.559.408,25) (37.106.614,51) 55.147.978,17 (59.712.919,15) (4.564.940,98) 10,55% 0,92
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 10.555.509,23 1.299.680,37 3.711.851,92 15.567.041,52 25.942.041,52 25.942.041,52 (10.571.036,95) (8.427.165,94)
3 8.564.815 1.800.000 10.364.815
60.000 150.000 210.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 15.346.409,72 685.185,19 3.668.888,89 19.700.483,80 30.075.483,80 30.285.483,80 (19.920.668,98) (14.179.138,70)
4 25.019.000 25.019.000
-
TAHUN 5 32.727.333 32.727.333
-
6 33.947.321 33.947.321
-
7 51.863.889 51.863.889
-
8 59.265.300 59.265.300
-
9 51.322.667 51.322.667
60.000 150.000 210.000
10 53.737.692 53.737.692
-
60.000 150.000 210.000
60.000 135.000 40.000 30.000 45.000 500.000 810.000
60.000 150.000 210.000
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.259.950,66 500.000 709.090,91 11.469.041,57 21.844.041,57 21.844.041,57 3.174.958,43 2.017.743,48
9.213.388,89 500.000 3.770.000,00 13.483.388,89 23.858.388,89 24.068.388,89 8.658.944,44 4.913.317,62
9.076.510,04 500.000 3.339.375,00 12.915.885,04 23.290.885,04 24.100.885,04 9.846.436,38 4.988.511,10
11.504.069,38 500.000 4.708.888,89 16.712.958,27 27.087.958,27 27.297.958,27 24.565.930,62 11.112.379,44
11.506.634,99 500.000 1.651.243,75 13.657.878,74 24.032.878,74 24.032.878,74 35.232.421,26 14.229.784,03
11.600.768,92 500.000 4.952.474,75 17.053.243,67 27.428.243,67 27.638.243,67 23.684.423,00 8.540.840,37
12.334.233,53 500.000 1.503.058,33 14.337.291,86 24.712.291,86 24.712.291,86 29.025.400,45 9.345.402,12
95
Lampiran 19. Chas Flow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Pada Tingkat Suku Bunga 16 Persen, Penurunan Harga Jual Sebesar 20 Persen, dan Kenaikan Harga Pupuk dan Tenaga Kerja 10 persen)
URAIAN I. INFLOW 1. PENJUALAN BIBIT 2. PENJUALAN SALAK TOTAL INFLOW II. OUTFLOW 1. INVESTASI a. Land Clearing b. Pembelian Bibit c. Penyulaman d. Peralatan - Sabit - Cangkul - Pisau Cangkok - Gunting - Sepatu - Kored - Keranjang - Spreyer - Slondom Total Investasi 2. BIAYA OPERASIONAL a. Biaya Operasional Tetap - Sewa Lahan - Pengairan - PBB Total Biaya Operasional Tetap b. Biaya Operasional Variabel - Tenaga Kerja - Keranjang Cangkok - Bunga Jantan - Pupuk Total Biaya Operasional Variabel Total Biaya Operasional TOTAL OUTFLOW BENEFIT PRESENT VALUE (PV) PV POSITIF PV NEGATIF NET PRESENT VALUE (NPV) INTERNAL RATE OF RETURN (IRR) B/C RATIO
1 7.083.333 7.083.333
2 15.371.005 15.371.005
6.393.939 6.250.000 62.500
-
60.000 135.000 40.000 30.000 60.000 45.000 150.000 500.000 10.000 13.736.439
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 12.443.324,07 566.666,67 7.834.444,44 20.844.435,19 31.219.435,19 44.955.874,58 (37.872.541,25) (32.648.742,45) 47.483.200,27 (49.761.648,16) (2.278.447,90) 15,09% 0,95
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 8.931.584,73 1.299.680,37 3.140.797,78 13.372.062,88 23.747.062,88 23.747.062,88 (8.376.058,31) (6.224.775,80)
3 8.564.815 1.800.000 10.364.815
60.000 150.000 210.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000 12.985.423,61 685.185,19 3.104.444,44 16.775.053,24 27.150.053,24 27.360.053,24 (16.995.238,43) (10.888.129,91)
4 25.019.000 25.019.000
-
TAHUN 5 32.727.333 32.727.333
-
6 33.947.321 33.947.321
-
7 51.863.889 51.863.889
-
8 59.265.300 59.265.300
-
9 51.322.667 51.322.667
60.000 150.000 210.000
10 53.737.692 53.737.692
-
60.000 150.000 210.000
60.000 135.000 40.000 30.000 45.000 500.000 810.000
60.000 150.000 210.000
-
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
10.000.000 25.000 350.000 10.375.000
8.681.496,71 500.000 600.000,00 9.781.496,71 20.156.496,71 20.156.496,71 4.862.503,29 2.685.517,28
7.795.944,44 500.000 3.190.000,00 11.485.944,44 21.860.944,44 22.070.944,44 10.656.388,89 5.073.645,45
7.680.123,88 500.000 2.825.625,00 11.005.748,88 21.380.748,88 22.190.748,88 11.756.572,54 4.825.394,14
9.734.212,56 500.000 3.984.444,44 14.218.657,00 24.593.657,00 24.803.657,00 27.060.231,89 9.574.709,13
9.736.383,46 500.000 1.397.206,25 11.633.589,71 22.008.589,71 22.008.589,71 37.256.710,29 11.364.245,08
9.816.035,24 500.000 4.190.555,56 14.506.590,80 24.881.590,80 25.091.590,80 26.231.075,87 6.897.539,57
10.436.659,14 500.000 1.271.818,59 12.208.477,73 22.583.477,73 22.583.477,73 31.154.214,58 7.062.149,62
96