praktis
Sistem Penilaian Trauma Carolina Salim Dokter Umum di SMF Ilmu Bedah RSUD dr. Drajat Prawiranegara Serang, Banten, Indonesia
ABSTRAK Trauma adalah penyebab ketiga terbesar kematian dan kecacatan di seluruh dunia, terutama di usia dekade keempat di negara berkembang. Trauma adalah kondisi sensitif-waktu, dan penanganan trauma dikenal sebagai salah satu tantangan utama pada pelayanan kesehatan saat ini. Sistem penilaian trauma mencoba menerjemahkan keparahan cedera menjadi angka, membantu menilai secara kuantitatif berat ringannya cedera, memperkirakan hasil akhir trauma, bahkan berguna dalam audit dan penelitian klinis. Pemantauan pasien trauma dengan penilaian berulang dan sistematis dapat sebagai identifikasi awal perbaikan atau perburukan. Beberapa sistem penilaian bertujuan untuk memperkirakan probabilitas keberlangsungan hidup. Terdapat tiga tipe sistem penilaian trauma, yaitu berdasarkan anatomi, fisiologi, dan kombinasi. Kata kunci: Sistem penilaian trauma, kelangsungan hidup, mortalitas, trauma, cedera
ABSTRACT Trauma is the third largest cause of death and disability worldwide, especially in the first four decades of life in developing countries. Trauma is a time-sensitive condition and one of the main challenges in modern health care. Trauma scoring system attempts to translate the severity of injury into a score, thereby allows quantification of severity of injury, to predict outcome, and useful for clinical audit and research. Monitoring with repeated scoring encourages systematic reassessment and may allow early identification of improvement or deterioration. Some scoring systems can estimate the probability of survival. Three types of scoring system are based on anatomy, physiology, and combination. Carolina Salim. Trauma Scoring System. Keywords: Trauma scoring system, survival, mortality, trauma, injury
PENDAHULUAN Trauma adalah penyebab ketiga terbesar kematian dan kecacatan di seluruh dunia, terutama usia dekade keempat di negara berkembang.1-3 Lebih dari 5 juta orang meninggal akibat trauma pada tahun 2002, lebih dari 90% terjadi di negara ber kembang. Dari tahun 2000-2020, kematian akibat kecelakaan lalu lintas diperkirakan meningkat 83% di negara berkembang.3-5 Akibat trauma dapat berupa kecacatan fisik, psikologis, dan keuangan.1
for Automotive Safety, yaitu Abbreviated Injury Score (AIS), dan terus mengalami perkembangan.1,2,8 Sistem penilaian trauma mencoba menerjemahkan keparahan cedera menjadi angka, harus dapat digunakan di lapangan sebelum pasien sampai ke rumah sakit untuk keputusan rujukan serta untuk mengambil keputusan di Instalasi Gawat Darurat (IGD).6 Pengukuran tingkat keparahan cedera merupakan prasyarat penting terhadap penanganan trauma yang efektif.7
Penanganan trauma merupakan salah satu tantangan utama pelayanan kesehatan saat ini.6,7 Dokter harus menilai secara objektif keparahan cedera, sehingga diperlukan sebuah sistem yang menyatukan deskripsi dan kuantifikasi cedera. Penilaian cedera sebagai proses kuantifikasi dampak trauma dimulai tahun 19698 oleh American Association
Triase dapat lebih konsisten jika menggu nakan sistem penilaian. Penilaian untuk triase harus mudah diaplikasikan. Deskripsi cedera melalui telepon dapat difasilitasi oleh penggunaan istilah standar dan penilaian organ yang spesifik. Hal ini membantu proses penilaian antar dokter di institusi yang sama atau berbeda serta para dokter spesialis.
Alamat korespondensi
702
Pemantauan berulang dan sistematis dapat digunakan sebagai identifikasi awal perbaikan atau perburukan. Beberapa sistem penilaian bertujuan memperkirakan probabilitas ke langsungan hidup. Penilaian membantu peneliti untuk menentukan tingkat keparahan dan populasi pasien.1,8 Terdapat tiga tipe sistem penilaian trauma. Tipe pertama berdasarkan anatomi; ter gantung deskripsi cedera. Tipe kedua berdasarkan fisiologi; didapat dari observasi dan pengukuran tanda-tanda vital untuk menentukan tingkat penurunan fisiologis akibat cedera. Tipe ketiga adalah kombinasi sistem penilaian anatomis dan fisiologis.1,7-9 SISTEM PENILAIAN ANATOMIS Sistem penilaian ini telah digunakan secara luas dalam studi epidemiologi. Jika diguna kan tersendiri, hubungan dengan dampak
email:
[email protected]
CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015
praktis Tabel 1. Sistem penilaian trauma AIS Skor
kan jika ada banyak cedera di satu sisi tubuh, misalnya luka tembak di abdomen. Namun, ISS sudah digunakan secara luas untuk penilaian awal cedera multipel.7
Tabel 3. Sistem penilaian NISS
Deskripsi
0
Tidak ada cedera
1
Cedera minor
2
Cedera sedang
3
Cedera serius, tidak mengancam nyawa
4
Cedera berat, survival expected
5
Cedera kritis, survival doubtful
6
Cedera fatal
Perkembangan lain ISS adalah New Injury Severity Score (NISS) (Tabel 3).9 NISS di perkenalkan oleh Osler pada tahun 1974 untuk mengurangi kelemahan ISS, terutama kegagalan menilai cedera multipel di satu regio.1,8,
Tabel 2. Hubungan nilai ISS dengan angka mortalitas Skor
% Mortalitas
0-8
5%
9-15
8%
16-24
17%
25-40
64%
41-66
88%
75
100%
lebih rendah dibandingkan jika dikombinasi dengan sistem penilaian fisiologis.5 ISS Sistem penilaian anatomis yang sering digunakan adalah Injury Severity Score (ISS) yang diturunkan dari AIS (Abbreviated Injury Scale).1,8,9 AIS (Tabel 1) dikembangkan untuk mengukur trauma kecelakaan kendaraan bermotor dan telah mengalami beberapa perubahan.7,9 AIS adalah sistem pengkodean menyeluruh untuk cedera semua tipe di setiap bagian tubuh, dengan deskripsi karakteristik setiap tingkat keparahan dari 0 (tidak ada cedera) sampai 6 (cedera yang tidak dapat diselamatkan).1,7-12
Trauma mayor adalah jika ISS ≥15, di hubungkan dengan mortalitas lebih dari 10%. ISS mudah digunakan dan dapat menjadi prediktor kelangsungan hidup yang baik, terutama pada pasien-pasien yang mempunyai cedera multipel (Tabel 2).8,11 ISS mempunyai keterbatasan, yaitu pengumpulan nilai terbatas serta hanya mengambil cedera paling serius di setiap bagian tubuh.7-10 Perkiraan ISS yang akurat membutuhkan pengumpulan informasi cedera yang detail, sedangkan beberapa informasi ini hanya dapat diperoleh dengan menggunakan alat penunjang, seperti MRI atau angiografi, yang mungkin tidak tersedia atau tidak cocok pada keadaan akut. Analisis data dari 18.961 pasien dari Register Trauma Pusat (State Trauma Registry) di Florida menunjukkan bahwa data ISS lengkap pada kurang dari 25% kasus.1 Oleh karena itu, ISS tidak menghasilkan gambaran keparahan cedera yang nyata. ISS kurang baik diguna
Meskipun lebih baik daripada ISS, NISS gagal menggantikan ISS atau kurang populer di antara para tenaga medis.8 Mengingat keterbatasan ISS dan NISS, penjabaran multidimensional mulai diper timbangkan untuk melihat jumlah, lokasi, dan keparahan cedera anatomis serta pengaruhnya terhadap dampak. Anatomic Profile (AP) menggunakan empat variabel untuk menjabarkan cedera pasien: A, B, dan C berasal dari cedera kepala dan leher, toraks, dan bagian tubuh lain yang serius (nilai 3-6), dan D berasal dari semua cedera yang tidak serius (nilai 1-2). Nilai-nilai digabung menggunakan perhitungan seperti di tabel 4.7-10 AP AP diperkenalkan oleh Copes, dkk. pada tahun 1990.8 AP tidak luas digunakan, mungkin karena perhitungan yang rumit.8-10
Tabel 4. Sistem penilaian trauma AP
Penilaian AIS bersifat subjektif. Cedera sedang oleh satu pemeriksa dapat di anggap cedera serius oleh pemeriksa lain.7-9 Turunan AIS, ISS diperkenalkan oleh Susan Baker, dkk. pada tahun 1984. ISS merangkum tingkat keparahan kondisi pasien yang mempunyai beberapa cedera. Tubuh dibagi menjadi enam area: kepala dan leher, toraks, abdomen (termasuk organ pelvis), alat gerak (termasuk tulang pelvis), dan permukaan tubuh. AIS setiap cedera dicatat, dan cedera yang mempunyai nilai tertinggi di setiap area diutamakan. ISS adalah penjumlahan kuadrat tiga nilai AIS tertinggi di setiap tiga area tubuh yang mendapat cedera paling berat. Nilai AIS 6 setara dengan nilai ISS 75.1,2,7-
Profil Anatomi Definisi dari Komponen Komponen
Daerah AIS
Keparahan AIS
A
Kepala/Otak Saraf tulang belakang
3-6 3-6
B
Toraks Bagian depan leher
3-6 3-6
C
Bagian tubuh lainnya
3-6
D
Lainnya
1-2
Akar dari penjumlahan skor AIS digunakan untuk total dari cedera dari tiap komponen
Tabel 5. Sistem penilaian trauma MESS
13
ISS = a2 + b2 + c2
CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015
703
praktis Tabel 6. Sistem penilaian GCS dan pediatrik GCS
Tabel 7. Sistem penilaian trauma TS
MESS Mangled Extremity Severity Score (MESS) adalah instrumen penilaian yang didesain untuk memprediksi kemampuan hidup/ bertahan dari anggota gerak yang cedera. Angka diberikan pada keparahan cedera, iskemi anggota gerak, syok, dan usia. Nilai ≥7 memprediksi dibutuhkan amputasi.1 SISTEM PENILAIAN FISIOLOGIS GCS Jika nilai anatomis menilai komponen cedera yang statis, nilai fisiologis menilai komponen dinamis yang akut.7,9 Contoh sistem pe nilaian fisiologis yang sering digunakan dan sederhana adalah Glasgow Coma Score (GCS).1,8,9,12 Sistem ini merupakan sistem penilaian fisiologis pertama dan diperkenal kan pada tahun 1974 oleh Teasdale dan Jennett. Nilai membuka mata, respons verbal, dan motorik dijumlah; nilai berkisar antara 3 dan 15 (Tabel 6). Perhitungan GCS cepat dan sederhana, dan pengulangan perhitungan dapat menginformasikan perkembangan atau perburukan pasien. Akan tetapi pe nilaian ini bersifat subjektif pada beberapa kasus. Respons verbal pasien yang terintubasi dan trakeostomi atau respons membuka mata pada pasien dengan pembengkakan wajah berat tidak dapat dinilai, sehingga mem batasi penggunaan GCS. Pada anak-anak, perhitungan GCS meng alami modifikasi. GCS adalah metode yang diakui untuk cedera kepala.1,8,9 Cedera kepala diklasifikasikan ringan (GCS 13-15), sedang (GCS 9-12), atau berat (GCS 3-8). Nilai rendah menggambar kan cedera yang lebih berat dan memiliki risiko mortalitas yang lebih tinggi.5,8
Tabel 8. Sistem penilaian trauma RTS
TS Trauma Score (TS) pertama kali diperkenal kan oleh Champion, et al, pada tahun 1981.8 Rentang nilai TS berkisar dari 1 (prognosis buruk) hingga 16 (prognosis baik).7,14 TS direvisi menjadi RTS (Revised Trauma Score) dengan menghilangkan penilaian ekspansi respirasi dan waktu isi kapiler karena sulit dinilai, terutama malam hari.7,14 RTS Diperkenalkan oleh Champion, et al, (1983), sistem ini paling banyak digunakan
704
CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015
praktis Tabel 6. Sistem penilaian GCS dan pediatrik GCS
Tabel 7. Sistem penilaian trauma TS
MESS Mangled Extremity Severity Score (MESS) adalah instrumen penilaian yang didesain untuk memprediksi kemampuan hidup/ bertahan dari anggota gerak yang cedera. Angka diberikan pada keparahan cedera, iskemi anggota gerak, syok, dan usia. Nilai ≥7 memprediksi dibutuhkan amputasi.1 SISTEM PENILAIAN FISIOLOGIS GCS Jika nilai anatomis menilai komponen cedera yang statis, nilai fisiologis menilai komponen dinamis yang akut.7,9 Contoh sistem pe nilaian fisiologis yang sering digunakan dan sederhana adalah Glasgow Coma Score (GCS).1,8,9,12 Sistem ini merupakan sistem penilaian fisiologis pertama dan diperkenal kan pada tahun 1974 oleh Teasdale dan Jennett. Nilai membuka mata, respons verbal, dan motorik dijumlah; nilai berkisar antara 3 dan 15 (Tabel 6). Perhitungan GCS cepat dan sederhana, dan pengulangan perhitungan dapat menginformasikan perkembangan atau perburukan pasien. Akan tetapi pe nilaian ini bersifat subjektif pada beberapa kasus. Respons verbal pasien yang terintubasi dan trakeostomi atau respons membuka mata pada pasien dengan pembengkakan wajah berat tidak dapat dinilai, sehingga mem batasi penggunaan GCS. Pada anak-anak, perhitungan GCS meng alami modifikasi. GCS adalah metode yang diakui untuk cedera kepala.1,8,9 Cedera kepala diklasifikasikan ringan (GCS 13-15), sedang (GCS 9-12), atau berat (GCS 3-8). Nilai rendah menggambar kan cedera yang lebih berat dan memiliki risiko mortalitas yang lebih tinggi.5,8
Tabel 8. Sistem penilaian trauma RTS
TS Trauma Score (TS) pertama kali diperkenal kan oleh Champion, et al, pada tahun 1981.8 Rentang nilai TS berkisar dari 1 (prognosis buruk) hingga 16 (prognosis baik).7,14 TS direvisi menjadi RTS (Revised Trauma Score) dengan menghilangkan penilaian ekspansi respirasi dan waktu isi kapiler karena sulit dinilai, terutama malam hari.7,14 RTS Diperkenalkan oleh Champion, et al, (1983), sistem ini paling banyak digunakan
704
CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015
praktis Tabel 9. Hubungan nilai RTS dengan angka mortalitas17 RTS
Mortalitas (%)
12
<1
10
12
6
37
2
70
0
>99
Tabel 10. Sistem penilaian trauma CRAMS
sebagai sistem penilaian fisiologis. Sistem ini menggabungkan nilai GCS dengan laju respirasi dan tekanan darah sistolik.1,2,4,610,12,13,15,16
RTS lebih sensitif daripada TS.4 Terdapat dua tipe, untuk triase dan penelitian. RTS triase digunakan sebagai instrumen tenaga kesehatan pra-rumah sakit untuk membantu memutuskan apakah pasien trauma harus dibawa ke fasilitas pelayanan primer atau ke pusat trauma. Untuk tenaga kesehatan rumah sakit, RTS membantu memutuskan tingkat respons yang diaktifkan.1,7,8,10 RTS ≤11 berhubungan dengan mortalitas 30% dan harus segera dibawa ke pusat trauma.7,8,10 RTS penelitian berbeda dari triase dalam hal penggunaan faktor pemberat dan didesain untuk pengumpulan data retrospektif di bandingkan penilaian prospektif.1,5,8,9 Faktor pemberat tersebut berupa komponen respirasi dikalikan dengan koefisien 0,2908, tekanan darah sistolik dikalikan 0,7326, dan GCS dikalikan 0,9368. Koefisien diperoleh dari regresi logistik data MTOS (Major Trauma Outcome Study), dan jika dijumlahkan memberikan nilai berkisar dari 0 hingga 7,8408, nilai rendah menunjukkan cedera lebih berat.7-10 CRAMS Skala CRAMS mengukur lima komponen, antara lain sirkulasi (circulation), respirasi (respiration), cedera abdomen (abdominal injury), serta respons motorik dan verbal (motor and speech responses). Nilai ≥9 di anggap trauma minor dan nilai ≤8 dianggap trauma mayor. Skala CRAMS mempunyai sensitivitas 92% dan spesifisitas 98%.5,7
PTS Pediatric Trauma Score (PTS) telah di kembangkan menjadi enam komponen. Mortalitas meningkat hingga 30% untuk pasien dengan PTS ≤8. Panduan triase PTS menyarankan anak dengan PTS ≤8 harus dikirim ke pusat trauma. PTS merupakan sistem penilaian yang baik tetapi tidak lebih baik dari RTS.7,8 SISTEM PENILAIAN KOMBINASI TRISS Sistem penilaian kombinasi digunakan untuk mengatasi kelemahan sistem anatomis dan fisiologis. Nilai trauma dan nilai keparahan cedera digabung dalam metodologi TRISS (Trauma Score-Injury Severity Score) yang dikembangkan pada tahun 1987 oleh Champion, dkk. Sistem ini menggabungkan usia, ISS, mekanisme cedera, dan komponen RTS penelitian untuk menghitung ke mungkinan hidup (Ps/Probability of survival). Ps hanya gambaran statistik dan bukan prediksi dampak yang akurat, namun dapat memberikan dasar perhitungan probabilitas hidup.1,2,4,7,8,10 TRISS memiliki sensitivitas 95%, spesifisitas 96%, dan akurasi 95%. Studi Okasha yang membandingkan sistem penilaian RTS, ISS, dan TRISS menunjukkan bahwa TRISS memiliki sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi paling tinggi (95, 96, 95%), sementara ISS paling rendah (68, 70, 68%) dan RTS mempunyai spesifisitas 94% dan akurasi 92%.2 Contoh perhitungan TRISS tampak pada tabel 12.7
Tabel 11. Pediatric trauma score
Diagram. Sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi berbagai sistem penilaian trauma berdasarkan studi Okasha2
CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015
705
praktis ISS membagi menjadi 6 area, yaitu kepala dan leher, toraks, abdomen (termasuk organ pelvis), alat gerak (termasuk tulang pelvis), dan permukaan tubuh. Pada pasien ini, ISS mengambil area: 1. Toraks (pada contoh terdapat 2 cedera: perforasi paru (nilai 4) dan hemopneumo toraks bilateral (nilai 3). Nilai yang diambil adalah yang paling tinggi 42=16) 2. Abdomen (pada contoh terdapat 3 cedera: perforasi diafragma (nilai 3), laserasi hepar (nilai 3), dan laserasi duodenum (nilai 2). Nilai yang diambil adalah nilai yang paling tinggi di antara ketiganya 32=9) 3. Ekstremitas (pada contoh hanya cedera pada paha, bernilai 1 12=1) Dengan demikian, 16+9+1=26
total
ISS
b
-2,5355+0,9934(6,8174)+ (-0,0651)26+(-1,136)0 -2,5355+6,7724–1,6926–0 2,5443
Ps
1/(1+e-b) 1/(1+2,7183-2,5443) 1/(1+0,0785) 1/1,0785 0,927 92,7%
= = = = = =
Contoh lain: Total ISS = 27 Sistem penilaian trauma RTS pada contoh: GCS 13 = 4, SBP 60 = 2, RR 20 = 4
adalah
Sistem penilaian trauma RTS pada contoh: GCS 15 = 4, SBP 80 = 3, RR 29 = 3 Nilai RTS = = = =
= = =
(GCSx0,9368)+(SBPx0,7326)+ (RRx0,2908) (4x0,9368)+(3x0,7326)+(3x0,290) 3,7472+2,1978+0,8724 6,8174
= bo+b1(RTS)+b2(ISS)+b3(USIA),
dengan koefisien TRISS jenis trauma tajam: bo = -2,5355, b1 = 0,9934, b2 = -0,0651, b3 = -1,136 usia pasien di bawah 55 tahun usia = 0
Nilai RTS = = = = b
(GCSx0,9368)+(SBPx0,7326)+ (RRx0,2908) (4x0,9368)+(2x0,7326)+(4x0,2908) 3,7472+1,4652+1,1632 6,3756 ≈ 6,376
= bo+b1(RTS)+b2(ISS)+b3(USIA),
dengan koefisien TRISS jenis trauma tumpul: bo = -0,4499, b1 = 0,8085, b2 = -0,0835, b3 = -1,7430 usia pasien di atas 55 tahun usia = 1 = = =
-0,4499+0,8085(6,376)+ (-0,0835)27+(-1,7430)1 -0,4499+5,155–2,2545–1,7430 0,7076
Ps
= = = = = =
1/(1+e-b) 1/(1+2,7183-0,7076) 1/(1+0,4928) 1/1,4928 0,67 67%
TRISS sudah digunakan sebagai prediksi dampak trauma selama 20 tahun terakhir dan hampir di seluruh dunia, serta konsisten pada orang dewasa dan anak-anak.1,6,7 Identifikasi dampak yang tidak diharapkan (seperti kematian pada pasien dengan Ps tinggi) membutuhkan pelacakan lebih lanjut untuk menemukan kesalahan diagnostik atau tatalaksana yang kurang adekuat.1,7 TRISS memiliki keterbatasan seperti ISS dan GCS, memiliki banyak komponen perhitungan, tidak ada informasi yang berkaitan dengan penyakit penyerta (misalnya penyakit jantung, penyakit paru, dan sebagainya).2,7,8,10 Severity Characterization of Trauma (ASCOT) Adalah sistem penilaian kombinasi yang menggunakan GCS, AIS, usia, tekanan darah sistolik, dan laju respirasi untuk memperkira kan probabilitas hidup. ASCOT diperkenalkan oleh Champion, dkk. pada tahun 1996 untuk mengurangi kelemahan TRISS. ASCOT menggunakan AP menggantikan ISS dan menggolongkan usia ke dalam bilangan desimal. ASCOT tampaknya dapat memberikan prediksi kematian yang
Tabel 12. Perhitungan menggunakan TRISS
706
CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015
praktis Tabel 13. Koefisien pemberat untuk ASCOT k0
k1
k2
k3
k4
k5
k6
k7
Trauma Tumpul
-1,1570
0,7705
0,6583
0,2810
-0,3002
-0,1961
-0,2086
-0,6355
Trauma Tajam
-1,1350
1,0626
0,3638
0,3332
-0,3702
-0,2053
-0,3188
-0,8365
Tabel 14. ASCOT dan nilai Ps AIS Maksimum
RTS
Tipe Cedera
Ps
6
0
Trauma tumpul
0,000 0,000
6
0
Trauma tajam
6
>0
Trauma tumpul
0,229
6
>0
Trauma tajam
0,222
<6
0
Trauma tumpul
0,014
<6
0
Trauma tajam
0,026
≤2
>0
Trauma tumpul
0,998
≤2
>0
Trauma tajam
0,999
lebih baik daripada TRISS, tetapi memiliki kompleksitas perhitungan lebih besar.1,7-10,18 Variabel perhitungan ASCOT berdasarkan model logistik. Ps = 1/(1+e-k) Ps = e = k = G = S =
Probabilitas kelangsungan hidup 2,7183 (dasar logaritma Napierian) k0+k1G+k2S+k3R+k4A+k5B+k6C+k7 Nilai usia Nilai GCS seperti yang dikodekan di RTS saat masuk RS Nilai tekanan darah sistolik seperti
Tabel 15. Sistem penilaian trauma KTS
CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015
yang dikodekan i RTS saat masuk RS R = Nilai laju respirasi seperti yang dikodekan di RTS saat masuk RS A, B, dan C adalah komponen AP
ASCOT memakai AP karena dapat mengukur keparahan anatomis lebih luas dengan menggabungkan semua cedera yang berat dan faktor pemberat yang sesuai; tidak hanya nilai anatomis, tetapi juga nilai RTS tergan tung etiologi cedera (tumpul atau tajam), membuat karakterisasi keparahan lebih detail. Hosmer-Lemeshow menyimpulkan bahwa ASCOT merupakan prediktor dampak yang lebih nyata daripada TRISS.18 Pasien dengan cedera sangat parah (AIS = 6) atau sangat ringan (komponen A, B, dan C AP = 0) tidak dievaluasi dengan model logistik ASCOT. Kelompok pasien ini dan probabilitas kelangsungan hidup mereka dijabarkan pada tabel 14.18
Koefisien pemberat untuk ASCOT tergantung dari tipe cedera (Tabel 13).
Penting diketahui, koefisien regresi yang di gunakan model ini berdasarkan data dari rumah sakit di Amerika Serikat dan tidak bersifat umum. The U.K. Trauma Audit & Research Network, contohnya, menggunakan koefisien lain.18
Pada ASCOT, usia pasien mempunyai lima poin skala.18
Baik TRISS maupun ASCOT dapat digunakan untuk pasien pediatri.19
Pasien usia ≤54 - nilai usia Pasien usia 55-64- nilai usia Pasien usia 65-74- nilai usia Pasien usia 75-84- nilai usia Pasien usia ≥85- nilai usia
SISTEM PENILAIAN LAIN KTS Sistem penilaian lain adalah Kampala Trauma Score (KTS). KTS dikembangkan di Uganda pada tahun 1996 untuk digunakan
= = = = =
0 1 2 3 4
Tabel 16. Sistem penilaian trauma MGAP dan GAP
707
praktis di negara berkembang. KTS merupakan pe nyederhanaan RTS dan ISS, dan mirip TRISS. KTS dapat digunakan pada dewasa dan anak-anak.3,20 Rentang nilai berkisar dari 5 sampai 16. Nilai lebih rendah menunjukkan cedera lebih berat. Cedera berat bila KTS <11, cedera sedang 11-13, dan cedera ringan 14-16. Sebuah studi menunjukkan bahwa nilai KTS ≤14 meningkatkan risiko kematian tiga kali lipat. KTS dan RTS dapat memperkirakan kematian dengan baik.3,20 MGAP / GAP Sistem penilaian trauma lain yang sederhana adalah yang dilaporkan oleh Sartorius, dkk. di Perancis (2002). Mereka memperkenalkan sistem penilaian mekanisme cedera, GCS, usia (age), dan tekanan arteri (arterial pressure) (MGAP). MGAP membagi tiga kelompok risiko, yaitu rendah (23-29 poin), sedang (18-22 poin), dan tinggi (<18 poin). Angka mortalitas berturut-turut adalah 2,8%, 15%, dan 48%. Kondo, dkk. memperkenalkan sistem peni laian trauma terbaru yang merupakan modifikasi MGAP. Mereka memodifikasi MGAP menjadi GCS, usia (age), dan tekanan darah sistolik (systolic blood pressure) (GAP). Sistem penilaian trauma ini dapat memprediksikan mortalitas di dalam rumah sakit lebih akurat. MGAP membagi kelompok tiga risiko, yaitu rendah (19-24 poin), sedang (11-18 poin), dan tinggi (3-10 poin). Angka
mortalitas <5% untuk risiko rendah dan >50% untuk risiko tinggi.6,17 Studi di IGD Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 2013 yang membandingkan penggunaan T-RTS, MGAP, dan GAP menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan di antara ketiga nya dalam memperkirakan angka mortalitas. Simpulan lain adalah T-RTS merupakan sistem penilaian trauma yang paling dapat digunakan di IGD Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo karena tidak membedakan usia dan mekanisme trauma.6 SIMPULAN Trauma adalah kondisi sensitif-waktu dan merupakan salah satu tantangan utama.6 Triase pasien trauma penting untuk me nentukan prioritas penentuan kebutuhan korban dengan sumber terbatas.7 Sistem penilaian trauma membantu menilai secara kuantitatif berat ringannya cedera, memperkirakan hasil akhir trauma, bahkan berguna untuk penelitian.13 Pasien cedera dan risiko berat dapat teridentifikasi melalui fisiologi abnormal mereka.6 Masalah yang lebih sulit dalam triase adalah identifikasi pasien dengan cedera anatomis nyata dengan status fisiologis mendekati normal.7 Hingga sekarang, tidak ada sistem penilaian trauma standar.3,8 Setiap sistem penilaian mempunyai keterbatasan. Sistem penilaian anatomis membutuhkan informasi akurat sifat dan derajat setiap cedera, tidak didesain
untuk penggunaan prospektif pada keadaan gawat darurat, karena nilai akurat biasanya tidak dapat diperoleh dalam waktu singkat. Akan tetapi, nilai-nilai ini membantu para peneliti mengelompokkan cedera yang sama untuk perbandingan retrospektif ter hadap dampak.1,8 Penilaian fisiologis dapat dilengkapi tanpa informasi cedera penyerta yang detail.1 Kurangnya ketersediaan tenaga terlatih untuk menilai secara akurat dan segera juga menghambat praktiknya.1 Penilaian paling praktis untuk penilaian trauma pada kondisi gawat darurat dan paling sederhana adalah GCS dan RTS. Keduanya dapat dikerjakan oleh dokter dan perawat, dan dapat digunakan untuk menentukan tatalaksana dan memantau perubahan klinis.1,4 Namun, sulit menilai GCS pada pasien terintubasi atau paralisis. Metode kombinasi mengusahakan cara terbaik, te tapi membutuhkan data yang besar. Untuk tujuan penelitian, pembelajaran dan kontrol kualitas, TRISS dapat diterapkan.1 TRISS dapat memperkirakan probabilitas kelangsungan hidup dan telah digunakan lebih luas daripada sistem penilaian lain dan dinilai cukup efektif karena memasukkan penilaian anatomis, fisiologis, usia, dan mekanisme cedera.2,7,11 ASCOT dikatakan lebih baik daripada TRISS, namun perhitungannya kompleks.18 Sistem penilaian trauma ber kembang terus. Pengembangan di masa depan diharapkan harus membuat sistem lebih baik. 7
DAFTAR PUSTAKA 1.
Kingston R, O’Flanagan SJ. Scoring system in trauma. Irish J Med Sci. 2000; 169(3): 168-72.
2.
Okasha SA, Abouelela A, Hashish W. Prediction of outcome of poly traumatized patients using different trauma scoring systems. J Amer Sci. 2011; 7(12): 281-91.
3.
Clarkson CA, Clarkson C, Rubiano AM, Borgaonkar M. A comparison of the kampala trauma score with the revised trauma score in a cohort of colombian trauma patients. Panamerican Trauma, Critical Care & Emergency Surg. 2012; 1(3): 146-9.
4. 5.
Jin JF, Shao JF, He XJ, Yao MQ. Application of revised trauma evaluation program in emergency treatment of multiple injuries. Chin Med J. 2006; 119(5): 426-9. Rehn M, Perel P, Blackhall K, Lossius HM. Prognostic models for the early care of trauma patients: A systematic review. Scand J Trauma, Resuscitation and Emergency Medicine 2011; 19(17): 1-8.
6.
Tirtayasa PMW, Philippi B. Prediction of mortality rate of trauma patients in emergency room at Cipto Mangunkusumo Hospital by several scoring systems. Med J Indones. 2013; 22(4): 227-31.
7.
Champion HR. Trauma scoring. Scand J Surg. 2002; 91(1): 12-22.
8.
Ozoilo KN. Measurement of the magnitude of injury: A review of the trauma scoring systems. Jos J Med. 2012; 6(2): 19-26.
9.
Songer T. Measuring injury severity. University of Pittsburgh [Internet]. [cited 2015 Feb 27]. Available from: http://www.pitt.edu/~epi2670/severity/severity.pdf
10. Pohlman TH. Trauma scoring systems. Medscape Reference [Internet]. 2014 [cited 2015 Feb 27]. Avaiable from: http://emedicine.medscape.com/article/434076overview#showall 11. Llullaku SS, Hyseni NSh, Bytyçi CI, Rexhepi SK. Evaluation of trauma care using TRISS method: The role of adjusted misclassification rate and adjusted w-statistic. World J Emerg Surg. 2009; 4(2): 1-6. 12. Delbridge TR. Measurements of injury severity. In: Peitzman AB, Rhodes M, Schwab C W, Yealy DM, Fabian TC, editors. The trauma manual. 2nd ed. USA: Lippincott Williams & Wikins; 2002. p.10-6. 13. Chong CL, Ooi S. Commonly used scoring systems. In: Ooi S, Manning P, editors. Guide to the essentials in emergency medicine. 2 nd ed. Singapore: McGraw-Hill; 2015.
708
CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015
praktis p.555-7. 14. Jennings P. A critical appraisal of revised trauma score. J Emerg Primary Health Care 2004; 2(2): 1-9. 15. Lichtveld RA, Spijkers ATE, Hoogendoorn JM, Panhuizen LF, Werken Chr vd. Triage revised trauma score change between first assessment and arrival at the hospital to predict mortality. Int J Emerg Med. 2008; 1: 21-6. 16. Heydari-Khayat N, Sharifipoor H, Rezaei MA, Mohammadinia N, Darban F. Correlation of revised trauma score with mortality rate of traumatic patients within the first 24 hours of hospitalization. Zahedan J Res Med Sci. 2012; 16(11): 33-6. 17. Kondo Y, Abe T, Kohshi K, Tokuda Y, Cook EF, Kukita I. Revised trauma scoring system to predict in-hospital mortality in the emergency department: Glasgow coma scale, age, and systolic blood pressure score. Critical Care 2011; 15(4): 191: 1-8. 18. Camp LVn, Yates DW. Trauma scoring. In: Soreide E, Grande CM, editors. Prehospital trauma care. 1st ed. USA: Marcel Dekker, Inc; 2001. p.153-65. 19. Trauma scoring systems [Internet]. [cited 2015 Jan 31]. Available from: http://www.trauma.org 20. Macleod JBA, Kobusingye O, Frost C, Lett R. Kampala trauma score (KTS): Is it a new triage tool? East and Central African J Surg. 2007; 12(1): 74-82.
CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015
709