SISTEM PENGENDALIAN INTERN KREDIT DAN DAMPAK PELUNASAN KREDIT PARA NASABAH PADA PT. BPR DAMATA ARTA NUGRAHA BRONDONG LAMONGAN Abdul Ghofur Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan ABSTRAKSI Bank BPR merupakan lembaga keuangan atau perbankkan dimana salah satu kegiatan usahanya adalah memberikan kredit kepada nasabah- nasabah. Permasalahan yang biasanya dihadapi oleh bank adalah ketidak sanggupan debitur dalam melunasi kreditnya pada jatuh tempo yang sudah ditentukan. Untuk meminimalkan terjadinya hal tersebut maka dalam pemberian putusan kredit atas permohonan kredit. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana sistem pengendalian intern yang digunakan diperusahaan serta mengetahu dampak sistem pengendalian intern kredit terhadap pelunasan kredit nasabah. Sehubungan dengan masalah tersebut penelitian ini menggunakan methode deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan demgam cara dua tahap yaitu : sitem pengendalian intern yang digunakan di Bank Damata arta Nugraha Brondong Lamongan dan dampak pngendalian intern terhadap pelunasan kredit. Dari hasil penelitian ini adalah: Sistem pengendalian intern yang digunakan diBank Damata arta Nugraha Brondong Lamongan meliputi :Lingkungan pengendalian, Penaksiran resiko, Aktivitas pengendalian, Informasi dan komunikasi, Pemantaun. Dan dampak sistem pengedalian intern terhadap pelunasan kredit adalah untuk meminimalkan jumlah kredit yang bermasalah. PENDAHULUAN Bank merupakan lembaga masyarakat yang menghimpun dana dan menggunakannya semata-mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan diperoleh kembali pada waktunya dan disertai imbalan berupa bunga. Perbankan Indonesia merupakan sector yang mengalami dampak langsung krisis moneter berkepanjangan yang menyebabkan perekonomian Indonesia pada tahun 1998 terpuruk sampai kondisi terendah, sehingga mempengaruhi keadaan makro ekonomi nasional. Puspani (2004 : 1) menyatakan bahwa “kondisi perbankan saat iini sudah lebih baik dibandingkan sebelum dilaksanakannya rekapitalisasi kredit yang mulai berjalan, baik yang ditangani Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) maupun masing-masing bank”. Bank sebagai salah satu badan usaha keuangan merupakan lembaga perantara antara pihak yang kelebihan dana (deposan) dan pihak yang kekurangan dana. Pihak yang kelebihan dana menanamkan uangnya pada bank dalam bentuk deposito, tabungan, dan produk-produk simpanan bank lainnya, sedangkan pihak yang kekurangan dana memperoleh bantuan keuangan dari bank dalam bentuk pinjaman. Adanya rentang waktu pengembalian pinjaman menimbulkan resiko yang sangat besar yang mungkin
ditanggung bank terhadap ketidakpastian pengembalian pinjaman dari debitur. Timbulnya kredit bermasalah selanjutnya dapat mengakibatkan kesulitan dari bank tersebut untuk memenuhi kewajibannya kepada para deposan. Bank dengan aktivitas penyaluran kredit, bank menghadapi resiko yang cukup besar yaitu tidak sanggupnya debitur membayar pinjaman pokok dan bunganya pada saat jatuh tempo. Inilah yang dinamakan tunggakan kredit atau kredit macet. Kredit macet menjadi bagian dari kinerja bank tetapi jika jumlahnya sangat besar akan mengganggu kinerja dan kesehatan bank yang bersangkutan. Kredit bermasalah di sebuah bank dapat berupa kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. Diantara beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu timbulnya kredit macet adalah kurang ketatnya pengamanan pada saat pencairan atau penyaluran kredit, misalnya kredit tanpa agunan (jaminan) yang pasti atau kredit digunakan dengan agunan yang nilainya lebih kecil dari nilai kredit. Untuk mengantisipasi hal tersebut, bank perlu mempertimbangkan beberapa factor dalam mengavulasi pemberian kredit pada debitur, mengenai prinsip-prinsip perkreditan yang di kenal dengan 7P, antara lain Personality, Party , Purpose, Prospect, Payment, Profitability, Protection.
Pemberian kredit merupakan resiko bank yang paling besar, struktur pengendalian intern dalam perkreditan dimulai sejak adanya permohonan kredit hingga pelunasan dan penyelesaian kredit. Pengalokasian dana ke dalam bentuk kredit bukan merupakan hal yang mudah, karena kredit itu sendiri pada dasarnya adalah pengelolaan resiko yang tidak luput dari kemungkinan timbulnya resiko kredit bermasalah merupakan konsekuensi yang akan diterima. Oleh Karena itu salah satu cara untuk meminimaliskan resiko tersebut adalah melakukan pengendalian kredit dengan baik sesuai struktur pengendalian intern. Menurut Mulyadi (2002) bahwa pengendalian intern suatu perusahaan atau organisasi atas kebijakan dan prosedur yang diciptakan untuk memberikan jaminan yang memadai agar tujuan perusahaan atau organisasi dapat dicapai. Dimana sistem dan prosedur kebijakan suatu Bank perkreditan pada pengendalian terhadap pemberian kredit untuk mencegah timbulnya kredit macet. Kredit yang telah diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan, sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan. Ini berarti suatau lembaga kredit akan memberikan kredit kalau mereka betul-betul yakin bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua pihak, tanpa keyakinan tersebut suatu lembaga kredit akan meneruskan simpanan masyarakat yang diterimanya. Pemberian kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank. Adapun tujuan utama pemberian kredit yaitu :mencari keuntungan,membantu usaha nasabah,membantu pemerintah, Oleh karena itu, dalam proses pemberian kredit, bank harus memperhatikan prinsip-prinsip pemberian kredit yang benar. Artinya sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin terlebih dahulu bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan.Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai prinsip untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang bersifat deskriptif kualitatif. dengan metode penelitian kualitatif sebagai pendekatan penelitian, maka penelitian menghadapi objek penelitian yang bersifat alamiah, dimana sebagai instrument mempunyai peran yang sangat penting. Penelitian dihadapkan pada kenyataan kenyataan yang terjadi pada objek, dimana penelitian diharapkan tidak melakukan intervensi dalam objek tersebut. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian ini adalah biro pemasaran dimana mempunyai tugas memasarkan dan menyalurkan dana dalam bentuk kredit pada periode Desember 2012–Desember 2013, mencari pasar sebagai sumber pemodalan dana dan penghimpun dana dari masyarakat atau lembaga lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang - undangan. Dimana penelitian ini merupakan studi tentang evaluasi pelaksanaan prosedur sistem penegendalian intern penyaluran kredit pada Bank dan juga pengendalian intern kredit guna mendukung pelunasan kredit para nasabah sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan masalah yang akan dianalisis, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :Melakukan evalusi terhadap sistem pengendalian intern yang digunakn di Bank Damata Arta Nugraha Brondong Lamongan, dengan memperhatikan aspek – aspek pengendalian intern, Mengidentifikasi sistem pengendalian intern kredi tpada Bank BPR Damata Arta Nugraha Brondong Lamongan. Mengidentifikasi prosedur permohonan kredit yang berdasarkan analisis kelayakan kredit yang menggunakan criteria 7P. Dari hasil penelitian ini menyatakan bahwa Sistem Pengendalian Intern Sebuah sistem merupakan suatu cara tertentu dan biasanya berulang untuk melaksanakan suatu atau serangkaian aktivitas, para manajer pada umumnya menghadapi situasi dimana aturan tidak terdefinikasikan secara baik sehingga harus menggunakan penilaian terbaik mereka dalam memutuskan tindakan apa yang akan diambil. Keefektifan tindakan mereka ditentukan oleh kepiawaian dalam berhadapan dengan orang-orang terutama para nasabah. Aspek – aspek sistem pengendalian intern terdiri dari : lingkungan pengendalian,penaksiran resiko,aktivitas
pengendalian, informasi dan komunikasi, pemantauan. Dalam upaya untuk meningkatkan pemantauan secara dini terhadap kredit-kredit yang akan atau diduga merugikan bank, maka bank wajib melakukan pengawasan secara khusus. Yaitu dengan cara memperhatikan prosedur permohonan kredit, menguji kelayakan kredit dengan menggunakan 7P & analisis keuangan, mengelompokkan jenis kredit, serta memberikan keputusan kredit pada kreditur yang layak menjadi nasabah. penaksiran resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi dan penerapannya pada entitas kecil dan menengah (pemantauan). PEMBAHASAN Didalam penelitian ini analisis dan pembahasan mengenai audit kepatuhan dibatasi pada efektifitas struktur pengendalian intern perusahaan atas kepatuhan terhadap persyaratan tertentu yaitu berkaitan dengan pemberian kredit. Oleh karena itu analisis yang disampaikan adalah terdiri dari lima aspek dalam pengendalian intern yang meliputi lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang mencerminkan sikap menyeluruh manajemen puncak, menengah dan dibawah dalam hal ini perusahaan telah berusaha untuk menciptakan lingkungan pengendalian kondusif sehingga manajemen dan karyawan memiliki kesamaan sikap dan presepsi terhadap setiap program dan prosedur yang diterapkan. Berkaitan dengan manajemen resiko kredit maka dalam hal ini untuk mengenali beberapa kelemahan yang ada dimana selanjutnya telah dilakukan upaya-upaya perbaikan. Ada beberapa hal dimana penyebab masalah tersebut:sisi debitur dan sisi intern bank. Dalam aktifitas pengendalian adalah kebijakan dalam prosedur yang dibuat manajemen untuk mematuhi tujuannya. Banyak sekali kebijakan dan prosedur dalam suatu satuan usaha. Secara umum prosedur pengendalian dapat dikelompokkan kedalam lima kategori yaitu; pemisahan tugas yang cukup, otoritas yang pantas atas transaksi dan aktivitas bank, dokumen dan catatan yang memadai, pengendalian fisik atas aktiva dan catatan, pengendalian independent atas pelaksanaan Didalam satuan usaha komunikasi dan informasi digunakan untuk mengidentifikasi,
menggabungkan, mengklarifikasi, menganalisa, mencatat dan melaporkan transaksi satu satuan usaha dan untuk mengelola akuntabilitas atas transaksi terkait. Keadaan ini sudah sesuai dengan teori yang ada, untuk itu pihak bank harus melakukan bank to bank information dengan maksud agar pihak bank dapat mengetahui informasi mengenai calon debitur sehingga dapat menghindari kemungkinan yang akan merugikan pihak lain. Selain itu dengan adanya prosedur ini dalam pengendalian ini dalam pengendalian internal juga ditunjukkan dengan adanya kesesuaian informasi yang terdapat dlam surat perjanjian kredit dengan informasi yang tercantum dalam dokumen pendukung hal ini sudah pasti terjadi karena surat perjanjian kredit dilakukan dihadapan notaris dan dibuat berdasarkan analisis pelayakan kredit pada saat pengajuan kredit. Didalam operasional perusahaan maka memiliki pedoman dalam pelaksanaan perkreditan yang memiliki peranan sebagai berikut :(a) Merupakan penjabaran kebijakan umum perkreditan yang disusun unuk mencapai sasaran. (b)Merupakan pedoman operasional kredit yang berisi tentang sistem dan prosedur kegiatan perkreditan.(c)Untuk menjadi acuhan dalam membuat surat edaran (SE) atau surat keputusan (SK) direksi, yang merupakan petunjuk pelaksanaan perkreditan. (d)Sebagai acuhan yang harus dipahami dalam melaksanakan manajemen resiko kredit. Untuk pemantaun yang berkaitan dengan penilaian evektifitas rancangan dan operasi sruktur pengendalian internal secara periodik dan terus menerus oleh manajemen untuk melihat apakah telah dilaksanakan dengan semestinya dan telah diperbaiki sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini pemantauan data tidak hanya dilaksanakan pada saat permohonan kredit tetapi harus dilakukan sampai pada pelaksanaannya. Kemudian kemudian melakukan identifikasi potensi ekonomi disemua unit kerja dan juga melakukan pembinaan kredit dari pencairan kredit sampai dengan pelunasan kredit, dalam artian bahwa inspeksi ketempat usaha debitur harus dilakukan secara rutin untuk meyakinkan pihak manajemen bahwa kredit yang diberikan telah digukan dengan sebenarnya. Selain itu peninjau lapangan juga berfungsi untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan usaha debitur setelah menerima kredit dari pihak bank.
Untuk itu pihak bank harus benarbenar melakukan seleksi terhadap calon debitur sebelum melakukan persetujuan kredit. Dan jika ada debitir yang mengalami kesulitandalam melunasi kreditnya atau usahanya tidak mempnyai prospek lagi atau mempunyai itikad tidak baik, maka pihak bank harus mengambil tindakan penyelesaian kredit bermasalah. Untuk itu pihak bank harus benar-benar melakukan seleksi terhadap calon debitur sebelum melakukan persetujuan kredit. Dan jika ada debitir yang mengalami kesulitandalam melunasi kreditnya atau usahanya tidak mempnyai prospek lagi atau mempunyai itikad tidak baik, maka pihak bank harus mengambil tindakan penyelesaian kredit bermasalah.(1) Penyelesaian kredit bermasalah secara damai, (2)penyelesaian melalui jalur hukum. (3)kewenangan memutus. KESIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan sistem pengendalian intern pada PT. BPR Damata Arta Nugraha Brondong Lamongan dan dampak terhadap pelunasan kredit pada nasabah. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Sistem pengendalian intern atas penyaluran kredit yang telah diterapkan oleh PT. BPR Damata Arta Nugraha Brondong Lamongan adalah sentralisasi. Untuk mewujudkan lingkungan pengendalian ynag efektif maka bank telah menyusun struktur organisasi yang telah membatasi garis tanggung jawab dan wewenang yang ada dan juga pada aktivitas pengendalian dan pemantauan telah dijalankan dengan dibuatnya prosedur penyaluran kredit, meskipun masih terdapat kekurangan pada prosedur penyaluran kredit. Dan Mengenai sistem pengendalian atas penyaluran kredit yang tercantum didalam prosedur penyaluran kredit. Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya sistem pengendalian intern yang baik maka sangat berdampak untuk pelunasan kredit. SARAN Adapun saran – saran yang dianggap penulis perlu disampaikan dengan tujuan sebagai penyempurnaan penerapan sistem pengendalian intern atas penyaluran kredit yang efektif adalah sebagai berikut :
(1)Sebaiknya Bank BPR Damata Arta Nugraha Brondong Lamongan tetap mempertahankan sistem pengendalian intern yang digunakan agar kualitas Bank tetap bertahan. karena hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan bank terhadap kemajuan usaha debitur untuk menghindari adanya kredit yang bermasalah. (2)Untuk lebih meningkatkan efektifitas kebijakan perkreditan dan meningkatkan kualitas dalam proses pencairan kredit, hendaknya PT. BPR Damata arta Nugraha Brondong perlu melakukan pengendalian resiko secara efektif dan efisien untuk menghindari penyimpangan atau kejadian yang tidak diharapkan dengan cara lebih meningkatkan sistem dan prosedur pemberian kredit dengan menerapkan sistem pengendalian intern yang mencakup lima hal yaitu lingkungan pengendalian, penaksiran resiko, aktivitas pengendalian, komunikasi dan informasi serta pemantauan dengan tepat agar dapat dilakukan pencegahan timbulnya kredit macet.
DAFTAR PUSTAKA Mulyadi, 2002, Auditing,Edisi Kelima, Salemba Empat Jakarta. Suharsimi Arikunto,2010,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rhineka Cipta, Jakarta. Puspani, 2004. Penerapan Prosedur dan Kebijakan Pemberian Kredit Bank Rakyat Indonesia. Skripsi Sarjana tak diterbitan. Universitas Airlangga Surabaya. Al Haryono Jusup, 2011, Dasar-dasar Akuntansi,Edisi Ketujuh, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta Kasmir, 2012, Bank dan Lembaga keuangan Lainnya, Edisi Revisi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Anthony, Robert N dan Govindarojan Vijay, 2002, System Pengendalian Manajemen, Salemba Empat Jakarta, Edisi Pertama. Thomas Suyatno, 2009, Dasar-dasar perkreditan, Gramedia Pustaka Cipta, Jakarta.