SISTEM PENGENDALIAN KREDIT BPR: STUDI KASUS PADA PT BPR GAMON Monika Pratiwi Mahdan Ibrahim Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Abstrak Penelitian ini menganalisis mengenai penerapan sistem pengendalian kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada PT. BPR Gamon yang merupakan salah satu 3 BPR terbaik di Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan bagaimana BPR Gamon mengendalikan dan mengatur sistem perkreditannya ditengah tingginya risiko kredit yang sering dihadapi oleh sektor perbankan, terutama BPR. Sistem pengendalian kredit yang diteliti terdiri dari jenis strategi kredit dan implementasi yang dilakukan BPR Gamon, proses pengendalian kredit BPR Gamon, dan yang terakhir adalah peranan manajemen kredit BPR Gamon. BPR Gamon telah memiliki strategi kredit khusus yakni strategi kredit ‘Ekspres’ yaitu sebuah strategi mempercepat proses pengajuan sampai dengan pencairan kredit bagi debitur dalam waktu satu minggu. BPR Gamon juga memiliki strategi pemasaran kredit untuk meningkatkan kreditnya dari segi kuantitas, yaitu strategi Cross Selling dan Network. Strategi kredit ‘Ekspress’ telah diimplementasikan dengan baik oleh seluruh pegawai BPR Gamon, prosesnya terus diawasi dan dilakukan evaluasi. Strategi Pemasaran Network masih belum berjalan sempurna, namun implementasi strategi Cross Selling telah diimplementasikan dengan baik dan memberikan dampak hasil positif dari segi pertambahan kredit.
Proses pengendalian kredit BPR Gamon dilakukan baik
sebelum ataupun sesudah pemberian kredit yakni. Seluruh proses kredit tertuang dalam kebijakan dan prosedur kredit BPR Gamon yang telah disesuaikan dengan ketuntuan dari Bank Indonesia (BI). Proses pengendalian kredit dilakukan pada seluruh calon debitur,
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013
dan diawasi oleh atasan yang bertanggung jawab. Manajemen yang memiliki tanggungjawab dan melaksanakan proses kredit telah memiliki deskripsi pekerjaan dan tangung jawab masing – masing. Sumber daya manusia BPR Gamon masih sedikit sehingga menghambat keefektifan dan efisiensi proses kredit yang dilakukan, terutama dalam hal pemasaran dan analisa debitur, karena kedua fungsi tersebut dilaksanakan oleh satu orang. BPR Gamon perlu meningkatkan sistem pengendalian kreditnya agar menjadi lebih efisien, terutama mengembangkan strategi untuk perluasan jumlah debitur agar portfolio meningkat. BPR Gamon harus melakukan ekspansi debitur, dan tidak terpaku pada kehati – hatian proses kredit semata.
Pendahuluan Perekonomian Indonesia terus berkembang dari berbagai sektor, tidak terkecuali dari kewirausahaan. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan ada yang berhenti aktivitasnya, sektor UKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Menurut sebuah artikel di www.indonesia.go.id yang berjudul Pelaku Ekonomi di Jabar 90% UMKM (2 November 2012), pada pertengahan tahun 2012 Menteri Koperasi dan UKM Syarif Hasan memperkirakan jumlah UKM di Indonesia telah mencapai 55,2 juta unit. Dimana di tahun 2009 hanya berjumlah 52 juta unit. UKM mewakili lebih dari 99% unit usaha di Indonesia dan beberapa negara seperti Singapura dan Thailand. Namun demikian, UKM kerap kali mendapat hambatan pembiayaan. Sebagian besar dari mereka sukar mendapatkan biaya permodalan sehingga usaha mereka menjadi sulit untuk berkembang. Dalam hal ini Bank Perkreditan Rakyat yang biasa disingkat dengan BPR hadir sebagai salah satu media yang berperan besar dalam meningkatkan kesejahteraan sektor mikro dan UKM.
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) memiliki fungsi utama sebagai penyalur kredit bagi usaha mikro dan usaha kecil menengah (UKM), oleh karena itu lokasi BPR pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan. Demi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung perkembangan usaha yang bersifat dinamis, sektor perbankan termasuk BPR dituntut untuk produktif, senantiasa sehat dan memiliki daya saing agar mampu melayani masyarakat kecil. Melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/26/PBI/2006 Tentang Bank Perkreditan Rakyat, BPR diberi kesempatan untuk mempercepat pengembangan jaringan kantor dengan membuka Kantor Cabang dan Kantor Kas, sehingga akan semakin memperluas jangkauan BPR dalam menyediakan layanan keuangan kepada para pengusaha mikro, kecil dan menengah. Sayangnya jumlah BPR cenderung stagnan, dan bisa dikatakan kian mengalami penyusutan di beberapa tahun terakhir. Penurunan itu sebagian disebabkan oleh hasil merger beberapa BPR, dan sebagian lagi karena BPR sudah tidak tertolong kesehatannya sehingga harus tutup. Berikut adalah data jumlah BPR yang tercatat di Bank IndonesiaTable
1 Tahun
Jumlah BPR
Juni 2008
1791
Juni 2009
1760
Juni 2010
1715
Juni 2011
1682
Juni 2012
1668
Sumber: Statistik Perbankan Bank Indonesia (telah diolah kembali)
Ada beberapa penyebab menurunnya jumlah BPR di Indonesia. Faktor pertama yaitu banyaknya BPR yang dikategorikan tidak sehat. Banyak kredit macet yang terjadi yang disebabkan oleh kurangnya kontrol yang dilakukan oleh BPR (Tempo, 2012). Faktor kedua adalah kurangnya peran pemerintah untuk sektor BPR dibandingkan Bank konvensional, dimana BPR yang bermasalah dibiarkan tutup oleh pemerintah karena dianggap tidak terlalu berdampak besar pada sektor keuangan (LPPI, 2012). Non
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013
Performance Loan (NPL) BPR secara umum hingga kini mencapai 5,35% per September 2012. Tingkat NPL ini telah membaik dibandingkan tahun lalu, dimana NPL hampir selalu berada di atas 6%. Namun NPL ini masih tetap mengkhawatirkan karena Bank Indonesia membatasi NPL bank tidak melebihi 5%. Fenomena tingginya tingkat NPL BPR ini menunjukkan bahwa BPR memiliki risiko kredit yang sangat besar. Pada umumnya BPR memiliki risiko kredit yang lebih besar dibandingkan dengan bank umum. Hal ini dikarenakan target kredit BPR adalah masyarakat dengan usaha kecil menengah yang mana
memiliki risiko pengembalian lebih tinggi. Selain itu, BPR
memusatkan keuntungannya pada penyalurkan kredit, sehingga ini menjadikan BPR menanggung risiko kredit yang lebih besar dibandingkan dengan Bank umum, karena BPR merupakan sebuah lembaga keuangan yang kegiatan bisnis utamanya terletak pada penyaluran kredit yang dilakukan dan tidak bisa menjalankan aktivitas lalu lintas pembayaran. Sistem pengendalian manajemen yang tepat dan efisien diperlukan untuk mengurangi resiko kredit yang dihadapi bank, tidak terkecuali risiko kredit pada BPR. Oleh sebab itu disini penulis akan melakukan penelitian mengenai Sistem Pengendalian Kredit, dengan studi kasus pada BPR Gamon kantor pusat yang bertempat di Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Ditengah kesulitan BPR untuk bertahan di industri perbankan, BPR Gamon mampu terus bertahan dan berkembang hingga menjadi salah satu dari 3 BPR terbaik di Jakarta dan peringkat 62 secara nasional berdasarkan jumlah aset dan rasio pertumbuhan (Statistik Perbankan Bank Indonesia, 2012). BPR Gamon memiliki NPL yang sangat rendah per Oktober 2012, yakni hanya sebesar 0,01% (gross), oleh karena itu disini penulis akan melakukan penelitian mengenai sistem pengendalian kredit BPR Gamon. Pada tahun 2010, BPR Gamon telah menjadi objek penelitian untuk skripsi Anita (FEUI Akuntansi, 2007), yang berjudul "Perancangan Strategy Map dan Balanced Scorecard sebagai Sistem Manajemen Strategik pada BPR Gamon". Berbeda dengan skripsi Anita, disini penulis akan menganalisis penerapan sistem pengendalian kredit BPR Gamon hingga mampu memberikan kinerja yang baik dan menjadikan BPR Gamon menjadi salah satu BPR terbaik di Indonesia.
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013
Sebagai sebuah sistem, pengendalian kredit tidak hanya terbatas pada proses pengendalian kredit semata, melainkan juga mencakup aspek-aspek lain seperti strategi bisnis bank dan juga manajemen yang menjalankan fungsi pengendalian tersebut. Oleh karena itu penelitian ini akan membahas bentuk strategi kredit dan juga implementasinya di BPR Gamon, proses pengendalian kredit, dan usaha manajemen dalam melakukan pengendalian kredit. Sistem pengendalian manajemen menurut Anthony (1965) adalah suatu proses di mana para manajer memastikan bahwa sumber daya yang diperoleh digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dengan semakin berkembangnya sistem pengendalian manajeman, maka pengendalian tidak hanya terbatas dari segi operasional dan untuk kalangan top atau middle management saja, tapi juga mencakup pembahasan bentuk strategi dan implementasinya, dan bagaimana seluruh pihak yang terkait dalam perusahaan atau organisasi melaksanakan sistem pengendalian manajemen. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa penelitian ini juga akan membahas mengenai strategi dan juga manajemen, dimana keduanya merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pengendalian manajemen perbankan, khususnya dalam segi pengendalian kredit. Oleh karena itu muncul beberapa pertanyaan besar seputar sistem pengendalian kredit yang dirumuskan dalam rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah strategi kredit BPR Gamon dan bagaimana implementasinya? 2. Bagaimana proses pengendalian kredit yang dilakukan BPR Gamon? 3. Bagaimana peranan manajemen terhadap pengendalian kredit BPR Gamon?
Tinjauan Teoritis Secara umum struktur organisasi bank dan sistem pengendalian manajemen harus dapat menciptakan 3 (tiga) hal pokok, yaitu: a.
Sistem pengendalian utama terletak pada struktur organisasi atau pelaporan suatu bank
b.
Struktur organisasi harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip yang menjelaskan
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013
pendeteksian tanggungjawab dan wewenang untuk setiap transaksi c.
Manajemen Bank harus tetap mengetahui sejauh mana efektivitas dan efisiensi operasional Bank
Menurut Stoner (1978) Pengawasan manajemen yang efektif dapat diuraikan menjadi empat jenis. Adapun sistem pengendalian kredit juga banyak merumuskan sistem pengawasannya berdasarkan jenis pengawasan Stoner, yakni: a.
Prapengawasan disebut juga precontrol
atau feed-forward-control; yaitu
pengawasan yang di lakukan sebelum memulai kegiatan. Pada pemberian kredit, persiapan ini setidaknya terdiri terdiri atas kegiatan analisis tingkat kelayakan sektor usaha debitur. b.
Pengawasan pengarahan atau steering control yang fokusnya adalah pada apa yang terjadi selama proses kerja. Juga di kenal dengan nama concurrent control. Dalam pemberian kredit, hal yang dilakukan dalam pengawasan ini setidaknya meliputi kelengkapi dokumentasi, akurasi analisis, dan perjanjian dan pengikatan kredit juga jaminan.
c.
Pengawasan ya/tidak (yes/no-control) yang menspesifikasi titik kritis yang harus di lalui sebelum suatu kegiatan berlanjut. Pada suatu titik segala persyaratan harus dipenuhi terlebih dahulu (ya) sebelum proses berlanjut. Jadi kalau tidak, proses berhenti.
d.
Pengawasan pasca kegiatan disebut juga denganpost action control atau feedback control, dimana pengawasan dilakukan setelah kegiatan selesai.
Prinsip pengendalian kredit mencakup hal – hal sebagai berikut: a.
Terbinanya kepedulian terhadap risiko kredit Pengendalian risiko kredit memerlukan komitmen semua pihak dari level manajemen tertinggi hingga pihak staff. Pengendalian risiko kredit akan optimal apabila ada kesamaan bahasa dan ditujukan untuk melindungi keentingan bank. Direksi melalui unit pengendalian risiko harus memastikan bahwa seluruh
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013
kebijakan dan strategi pengendalian risiko yang ditetapkan telah merefleksikan tingkat risiko yang dapat diterima (risk tolerance) dan secara berkala dilakukan review. b.
Proses kredit berdasarkan proses yang sehat. Prosedur rangkaian proses permohonan kredit harus mematuhi ketentuan manajemen perkreditan yang berlaku dan diperlakukan sama. Hal tersebut berlaku untuk debitur lama maupun debitur baru. Rangkaian proses sejak analisis, persetujuan, pemantauan maupun penyelamatan harus tercantum dalam Sistem dan Prosedur Perkreditan Bank. Sistem dan prosedur perkreditan Bank harus secara terus menerus dilakukan penyempurnaan sesuai dengan perkembangan bisnis, perubahan regulasi BI, atau hal lain yang dianggap perlu seperti perubahan organisasi, pengembangan produk, perubahan tools perkreditan baru dan lain-lain.
d.
Penataan yang memadai atas aspek administrasi, hasil pengukuran dan proses pemantauan. Bank harus memiliki sistem administrasi yang memadai yang memastikan bahwa seluruh dokumentasi kredit dan proses administrasi yang menyertainya tersimpan dengan baik sesuai ketentuan batas waktu penyimpanan dokumen yang ditetapkan. Hal ini menjadi penting untuk memastikan bahwa bank memiliki pencatatan dan bukti apabila dikemudian hari terjadi permasalahan hukum (credit-based law enforcement).
e.
Memastikan pengendalian yang memadai terhadap risiko kredit. Sistem pengendalian kredit untuk menilai risiko kredit bank harus independen, dilakukan dengan perhitungan dan analisis yang memadai, adil, dan dapat dipertanggungjawabkan. Bank harus memastikan bahwa seluruh exposure telah dikelola dengan baik, konsisten dengan standard dan prosedur yang ditetapkan serta dalam batasan tingkat risiko yang dapat diterima (acceptable risk) Bank juga harus memiliki sistem yang memadai guna mengambil langkah penting
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013
terhadap memburuknya kualitas pinjaman individu debitur dan penanganan terhadap pincaman bermasalah. Hal-hal tersebut hendaknya diatur khusus dalam Sistem dan Prosedur Perkreditan Bank.
Metode Penelitian Dalam menyusun penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan studi kasus pada PT. BPR Gamon sebagai objek penelitian. Untuk mencapai tujuan penelitian, pendekatan kualitatif dipilih dengan berfokus pada ruang lingkup penelitian dan dengan analisis data yang diperoleh. Metode Pengumpulan Data •
In-depth Interview (wawancara)
In-depth interview dilakukan dengan mewawancarai pendiri, Dewan Komisaris, dan juga manajemen BPR Gamon. Metode ini selain bertujuan untuk memahami sistem pengendalian yang diterapkan, juga bertujuan untuk memperoleh data ataupun informasi untuk melengkapi data primer dan sekunder. •
Kajian Dokumen Primer dan Sekunder
Kajian dokumen primer diperoleh dengan cara mengumpulkan data perusahaan dari manajemen perusahaan, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai media baik cetak maupun elektronik. Data – data ini diperlukan untuk mempermudah proses analisis dan juga manjadikan hasil penelitian menjadi lebih valid. Metode Analisis Data Metode analisis data dilakukan dengan membandingkan serta menganalisis praktik yang terjadi di Bank X dengan teori-teori yang relevan yang sebelumnya dijelaskan.
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013
Hasil Penelitian Grafik Perbandingan Peningkatan Jumlah Nasabah dan Debitur BPR Gamon Tahun 2010 – 2012 600
522
500
400
300
428
328
200
100
Jumlah
nasabah
122
129
31
Des
2010
31
Des
2011
Jumlah
Debitur
137
0
31
Okt
2012
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Jumlah Kredit Per Rekening dan Per Debitur BPR Gamon Tahun 2010 – 2012
Melihat perbandingan jumlah kredit per debitur dan kredit per rekening ini menunjukkan bahwa strategi cross selling BPR Gamon berhasil karena saru orang debitur dapat memiliki beberapa produk. Sedangkan strategi network belum berhasil karena pelaksanaannya belum memiliki aturan yang pasti sehingga dampaknya pun tidak terlihat, dimana grafik diatas menunjukkan bahwa jumlah debitur cenderung stagnan.
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013
Grafik NPL (gross) BPR Gamon Periode 2010-2012
Data NPL yang ditampilkan merupakan data NPL gross, yakni tanpa memperhitungkan penyisihan yang dibentuk untuk mengantisipasi risiko kerugian. Grafik memperlihatkan bahwa NPL kredit BPR Gamon sempat mengalami peningkatan pada tahun 2011 yaitu sebesar 350%, namun peningkatan dengan persentase yang tinggi ini tidak membuat NPL BPR Gamon menjadi buruk. NPL tetap dalam kategori sangat baik dan terkontrol, karena NPL awal hanya sebesar 0,04% sehingga kenaikan 350% pun hanya menjadikannya 0,18%. Pada tahun 2012, NPL BPR Gamon mengalami penurunan menjadi 0.01%.
Pembahasan Sistem Pengendalian kredit terdiri dari beberapa aspek yang pada akhirnya membentuk sebuah sistem. Penelitian sistem pengendalian kredit disini akan membahas strategi, proses pengendalian, dan manajemen yang melaksanakan fungsi kredit. Stretegi Kredit BPR Gamon memiliki strategi khusus yang diberi nama ‘Kredit Ekspress’. Ekspress yang dimaksud adalah, cepat dalam hal proses perkreditan. Dimana waktu untuk pengajuan kredit sampai dengan pencairan kredit tidak akan lebih dari seminggu. Prinsip percepatan proses ini tidak mengurangi kelengkapan proses penelitian resiko kredit, melainkan
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013
hanya mendahulukan langkah-langkah prioritas dalam penilaian, sehingga BPR dapat memberikan keputusan yang relatif lebih cepat dibanding BPR lain. Sejauh ini, BPR Gamon cukup berhasil menerapkan strategi ‘Kredit Express’, sehingga proses kredit yang cepat tersebut menjadi kelebihan utama dibandingkan dengan BPR – BPR lain. Strategi tersebut dinilai efektif dalam memposisikan BPR Gamon sebagai sebuah bank yang memberikan pelayanan extra dengan mempermudah dan mempercepat kebutuhan kredit nasabah. Cost terbesar yang harus dikorbankan oleh pihak bank dalam penerapan strategi ini yaitu besarnya tanggung jawab dan tugas karyawan, dan pengawasan dari pengurus bank. Dalam mengembangkan kreditnya baik dari segi kualitas maupun kuantitas, BPR Gamon juga memiliki strategi marketing atau pemasaran kredit. BPR Gamon memiliki dua jenis strategi pemasaran kredit yaitu Cross Selling dan Network. Cross Selling maksudnya adalah bank memperkenalkan dan menawarkan berbagai produk dan layanan yang dimiliki kepada nasabah, dengan tujuan dan harapan agar nasabah bersedia menggunakan lebih dari satu produk ataupun layanan. Dilihat dari segi manfaat yang diberikan, Cross selling berkontribusi banyak dalam menarik calon debitur baru. BPR Gamon yang memiliki sedikit staf Marketing, sangat terbantu dengan program cross selling. Konsep cross selling juga muncul sebagai upaya untuk menyiasati mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk menjaring nasabah nasabah baru. Strategi pemasaran kedua adalah Network, atau dengan kata lain menggunakan nasabah/debitur lama untuk mendapatkan nasabah/debitur baru, ataupun mencari nasabah/debitur baru melalui relasi yang dimiliki para pegawai bank. Penerapan strategi network di BPR Gamon sebenarnya belum diformalitaskan. Hal ini menyebabkan pihak bank tidak memberikan pengetahuan yang cukup dalam pada debitur mengenai produk – produk kreditnya, karena pihak bank pada dasarnya melakukan ajakan informal pada debitur. Pengawasan juga tidak dilakukan karena pihak BPR Gamon tidak dapat memastikan bahwa debitur tertarik untuk melakukan pencarian debitur baru atau tidak. Kekurangan lainnya dari tidak adanya program formal ini adalah debitur lama yang berhasil mendapatkan debitur baru sering kali menuntut imbalan berupa penurunan bunga bagi kreditnya, yang mana hal tersebut dapat merugikan pihak bank.
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013
Proses Pengendalian Kredit Sistem dan prosedur kredit yang memadai, benar dan sesuai dengan prinsip perkreditan merupakan modal awal menjalankan proses kredit yang sehat. BPR Gamon selama ini selalu melaksanakan proses kreditnya berdasarkan dengan sistem dan prosedur kredit BPR Gamon yang telah ditetapkan sesuai dengan prinsip perkreditan yang dikeluarkan Bank Indonesia, yaitu SE Bank Indonesia No. 14.26.DKBU/ Tentang Pedoman Kebijakan dan Prosedur Perkreditan Bagi Bank Perkreditan Rakyat. Proses pengendalian kredit BPR Gamon dimulai dengan tujuan kredit, apabila tujuan kredit jelas, maka dilanjutkan dengan pengumpulan berbagai dokumen untuk data diri dan usaha calon debitur. Setelah semua dokumen lengkap, staf Admin Kredit melakukan verifikasi BI checking dan melakukan kunjungan langsung ke tempat usaha dan tempat tinggal calon debitur serta melakukan berbagai pengecekan dan wawancara guna mendapatkan informasi yang lebih spesifik dan detail informasi harus memenuhi prinsip 5C yaitu Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition. Setelah semua informasi diperoleh melalui kunjungan dan wawancara, staf marketing kemudian mempersiapkan Proposal Kredit, hasil BI checking, Analisis Keuangan, Appraisal Agunan, dan Formulir Persetujuan Komite Kredit. Seluruh dokumen itu beserta data pribadi calon debitur, serta pendukung lainnya dijadikan satu dalam file atas nama calon debitur. Selanjutnya file akan diberikan ke Pimpinan Cabang untuk dicek dan diverifikasi. Analisa calon debitur dilakukan untuk menentukan kelayakan calon debitur tersebut mendapatkan pinjaman kredit BPR Gamon. Persetujuan kredit hanya boleh dilakukan oleh Komite Kredit (Direksi dan Dewan Komisaris). Namun apabila pengajuan kredit tidak melebihi Rp50.000.000,00 maka Dewan Komisaris tidak perlu mengikuti rapat tersebut. Setelah pengajuan kredit disetujui oleh Komite Kredit, maka staf marketing langsung menghubungi staf Legal untuk mengurus pengikatan kredit, dan staf Admin Kredit untuk mengurus masalah pencairan kredit. Sebelum melakukan pengikatan kredit, staf Legal akan membuat formulir Perjanjian Kredit yang isinya berdasarkan Surat Persetujuan Pemberian Kredit, serta menghubungi
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013
notaris. Sedangkan Admin Kredit sebelumnya berkomunikasi untuk mengetahui jenis fasilitas yang diberikan dan kebutuhan debitur, karena pencairannya bisa berbeda. Pemberian Angsuran Berjangka (PAB) harus diambil hari itu juga saat pengikatan kredit berakhir, sedangan Pemberian Berjangka (PB) dapat menyesuiakan dengan kebutuhan debitur. Setelah debitur mendapatkan dana kreditnya, staf marketing dan admin kredit melakukan pemantauan pembayaran pokok dan bunga (fasilitas PAB), atapun pembayaran bunga (PB) setiap bulannya dengan cara menelpon setidaknya 3 (tiga) hari sebelum hari jatuh tempo debitur. Staf Admin Kredit selalu mengecek jadwal pembayaran debitur, setelah itu melaporkan kepada staf Marketing untuk dihubungi. Setiap enam bulan sekali, staf Marketing ditemani oleh salah seorang Direksi melakukan kunjungan kembali ke tempat usaha debitur untuk melihat perkembangannya, dan memastikan apakah dana kredit telah digunakan sesuai dengan tujuan semula. Kunjungan juga dilakukan apabila di penghujung periode pembayaran fasilitas PB, debitur belum sanggup membayar hutang pokoknya sehingga ingin melakukan perpanjangan. Disini staf Marketing harus membuat proposal kredit perpanjangan yang menyesuaikan dengan perkembangan usaha debitur, kembali melakukan BI checking, Analisis Keuangan, Appraisal Agunan, serta data pribadi debitur bila ada perkembangan atau habis masa berlakunya. Dalam proses kunjungan, Pimpinan Cabang dan staf Marketing dapat melihat kondisi usaha debitur, apabila usaha dinilai kurang berkembang, Pimpinan Cabang biasanya memberikan saran dan masukan kepada debitur. Apabila usaha debitur adalah usaha mikro, sering kali Pimpinan Cabang melakukan training kepada debitur. Di akhir periode pelunasan hutang, staf Admin Kredit melakukan pengecekan biaya apa saja yang belum dibayar, dan berapa sisa hutang kredit terakhir yang harus dibayar. Kemudian staf Admin Kredit juga mempersiapkan formulir Persetujuan Pengambilan Tabungan. Manajemen Kredit Di BPR Gamon, pengurusan kredit ditangani oleh karyawan berdasarkan tugas dan tanggung jawab yang telah dibagi dengan jelas. Pihak yang terlibat langsung dalam
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013
proses kredit adalah Pemimpin Cabang yang tugas utamanya melakukan pengawasan terhadap keseluruhn proses kredit; staf Marketing bertugas melakukan pemasaran prosuk, melakukan wawancara dan kunjungan, melakukan analisa calon debitur, dan juga melakukan pemantauan; staf Admin kredit bertugas membuat laporan kredit, melakukan pencairan dana kredit dan mengawasi pembayaran serta pemantauan pasif; staf legas bertanggung jawab pada proses pengikatan kredit dan dokumentasi kredit. Deskripsi pekerjaan ini belum menggambarkan span of function yang tepat dan efisien. Hal ini dapat dilihat dari deskripsi pekerjaan staf Marketing, dimana staf Marketing selain melakukan pemasaran juga melakukan keseluruhan analisis debitur. Kedua proses tersebut pada dasarnya tidak dapat kan, karena staf menjadi tidak fokus dalam melaksanakan pekerjaannya. Rentang pengawasan tersebut sebenarnya jelas tergambarkan dalam struktur organisasi, dan khusus untuk pegawai yang memiliki tanggung jawab dan tugas pokok mengenai kredit, yaitu staf Pemasaran, staf Admin Kredit dan staf Legal bertanggung jawab langsung pada Pimpinan Cabang. Apabila Pimpinan cabang berhalangan, maka mereka wajib melapor kepada Direksi. Pejabat yang terlibat dalam pemberian kredit adalah sebagai the first line of defence dalam mencegah timbulnya kredit bermasalah. Di BPR Gamon, peran tersebut terlihat sangat menonjol, karena pengawasan dari Direksi dan Dewan Komisaris yang sangat ketat, disertai dengan bimbingan kepada para bawahan. Dalam setiap pemberian kredit, seluruh proses terlihat selalu didasari oleh kebijakan perkreditan yang baik, dianalisis secara mendalam, dan didokumentasikan secara tertib serta dibina terus-menerus, sehingga peluang timbulnya kredit bermasalah dapat ditekan seminimal mungkin. Pejabat kredit di BPR Gamon selalu menjadi orang yang pertama yang mengetahui adanya gejala kredit yang bisa bermasalah dan menjadi orang yang pertama pula yang memulai langkah-langkah penyelamatan.
Kesimpulan Berikut merupakan merupakan kesimpulan dari pembahasan dan analisis yang telah dilakukan sebelumnya:
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013
•
BPR Gamon telah memiliki strategi khusus untuk perkreditan, yaitu strategi ‘Kredit Ekspress’. Hal ini mencerminkan bahwa BPR Gamon telah memiliki komitmen berusaha
untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan aktivitas kreditnya. BPR
Gamon telah mempersiapkan diri untuk bersaing dengan memberikan sesuatu yang berbeda dengan BPR lain pada umumnya. Adapun implementasi dari strategi ‘Kredit Ekspress’ ini tetap berpedoman pada Pedoman Perkreditan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan juga sesuai dengan sistem dan prosedur BPR Gamon yang telah disusun. Pengawasan oleh atasan juga dilakukan dengan cukup ketat guna menjaga penerapan strategi ini agar sesuai dengan tujuan perusahaan.
•
BPR Gamon telah mengembangkan strategi pemasaran kredit guna meningkatkan performa kredit mereka dalam segi kuantitas. Strategi pemasaran yang digunakan adalah Cross selling dan Network, dimana strategi ini sangat cocok diterapkan di BPR Gamon yang sedikit memiliki SDM dan juga efisien dari segi biaya. Namun strategi pemasaran ini terlihat belum efisien dalam tujuannya menjaring kreditur baru. Hal ini terlihat dari jumlah kreditur yang tidak naik terlalu banyak yaitu sebesar 6,2%, dan dikuatkan dengan jumlah portfolio kredit tahun 2012 yang hanya naik sekitar 2,5%.
•
BPR Gamon telah menjalankan sistem pengendalian kredit dalam setiap proses kreditnya, dimulai dari identifikasi tujuan, pengajuan kredit oleh calon debitur, analisis calon debitur, keputusan kredit, legalitas (pengikatan) kredit, pemantauan kredit, pelunasan kredit, hingga administratsi dan dokumentasi kredit. Seluruh proses kredit dijalankan sesuai dengan kebijakan pemberian kredit BPR Gamon yang berpegang pada prinsip kehati-hatian, dan juga sistem dan prosedur kredit BPR Gamon yang berpegang pada Kebijakan dan Prosedur Perkreditan BPR yang dikeluarkan oleh BI.
•
BPR Gamon terlihat kuat dalam seluruh pengendalian kredit baik yang bersifat steering control, post control, ataupun feedback control. BPR Gamon memiliki kelebihan di feedback control (pengendalian sesudah kredit diberikan) yang biasanya tidak dijalankan oleh BPR lain atau bank umum sekalipun, yakni pemantauan
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013
melalui kunjungan rutin dan pelatihan debitur. Kunjungan rutin enam (6) bulan sekali membuat pihak bank mengetahui bagaimana penggunaan kredit dan pengembangan usaha debitur, sehingga gejala kredit bermasalah dapat diidentifikasi lebih dini. Adapun usaha debitur yang kurang baik, selalu diberikan pengarahan, saran dan masukan. Teruntuk usaha mikro, Pimpinan Cabang BPR Gamon tidak segan memberikan pelatihan khusus mengenai keuangan. Hal ini memberikan dampak positif terhadap pencegahan kredit macet. •
Penanganan kredit bermasalah telah memiliki prosedur tersendiri yang sangat jelas. Walaupun selama ini NPL BPR Gamon selalu rendah, tindakan antisipasi terhadap kredit bermasalah telah dirumuskan dengan baik. Peranan Dewan Komisaris dalam keterlibatannya di Komite Kredit juga menjadi nilai tambah tersendiri untuk mendeteksi kemungkinan kredit bermasalah secara dini. Hal ini membuktikan bahwa sistem pengendalian kredit di BPR Gamon telah mencakup keseluruhan proses kredit dan terus berusaha dtingkatkan penggunaannya. Adapun kredit bermasalah di BPR Gamon sejauh ini diatasi dengan cara rescheduling, baik berupa percepatan pembayaran bagi debitur yang mampu, ataupun perpanjangan kredit. BPR Gamon yang cukup fleksibel dalam hal pelunasan kredit ini sebenarnya merupakan bagian dari cara BPR Gamon menghindari kredit bermasalah. Tidak seperti bank umum, BPR Gamon justru sangat menghindari sistem likuidasi agunan karena prosesnya yang rumit, ditambah karena hal tersebut tidak sesuai dengan tujuan awal BPR untuk menolong usaha kecil menengah.
•
BPR Gamon memiliki beberapa rencana untuk mempermudah proses kredit sekaligus mengembangkan sistem pengendalian kreditnya, rencana – rencana tersebut diantaranya adalah penerapan sistem rekening bayangan untuk pemantauan pembayaran, dan juga penambahan aspek 5C berupa cash flow dalam sistem dan prosedur kredit BPR Gamon. Hal ini jelas menunjukkan bahwa BPR Gamon berkomitmen tinggi untuk menjaga kualitas kreditnya
•
Struktur organisasi BPR Gamon telah menggambarkan adanya span of span of control yang jelas, namun span of function masih harus diperbaiki karena deskripsi
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013
pekerjaan dari staf Marketing tidak sesuai dengan bagaimana mestinya dimana dtaf Marketing di BPR Gamon ini fokus pada dua hal yakni pemasaran dana analisa debitur. Direksi dan Dewan Komisaris benar – benar melakukan pengawasan ketat kepada para pegawainya. Bahkan terkadang mereka mengawasi secara langsung pekerjaan para pegawai, memberikan teguran, saran, dan tak jarang pelatihan atau pendidikan informal. •
Sistem pengendalian kredit BPR Gamon secara keseluruhan sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari (1) perumusan dan implementasi strategi yang sudah cukup baik dan terus berusaha ditingkatkan efektivitasnya. (2) proses pengendalian kreditnya yang lengkap, prosedurnya yang sesuai dengan kebijakan Bank Indonesia, dan dilaksanakan berdasarkan sistem dan prosedur yang dimiliki. (3) Span of function dan Span of control yang cukup jelas tergambar dalam job description, pengawasan yang ketat oleh atasan masing – masing, dan sistem pelaporan kinerja yang rutin. Hasil dari sistem pengendalian kredit yang dilakukan oleh BPR Gamon secara keseluruhan dapat dikatakan cukup baik, hal ini dibuktikan dengan melihat rendahnya nilai NPL BPR Gamon sejak pertama kali didirikan. NPL tertinggi adalah tahun lalu, namun hanya sebesar 0,18%, dimana hal ini dikarenakan peningkatan portfolio yang cukup tinggi ditahun itu. Namun di tahun 2012 ini NPL mencapai titik terendah yakni 0,01% dengan jumlah portfolio yang tidak jauh berbeda dengan tahun 2011. Hal yang perlu digarisbawahi adalah BPR Gamon saat ini cenderung terlalu berhati – hati dan memusatkan perhatiannya pada pengendalian kredit. BPR Gamon masih kurang melakukan ekspansi dalam menjaring debitur.
•
Tidak dapat dipungkiri bahwa BPR Gamon memiliki kekurangan sumber daya manusia. Salah satu kemungkinan penyebab tidak efektifnya strategi pemasaran kredit BPR Gamon adalah karena divisi marketing hanya memiliki satu (1) orang staf saja. Staf marketing ini selain bertanggung jawab untuk mencari debitur baru juga harus melakukan berbagai aktivitas kredit mulai dari pengajuan, analisis debitur, sampai dengan pemantauan. Beban pekerjaan yang besar dan tanggung jawab yang berat ini tidak cukup hanya dengan dibantu oleh pengawasan dan masukan dari atasan, tetapi harus ada tenaga tambahan sehingga setiap tugas dapat terlaksana
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013
dengan lebih baik dan tujuan perusahaan pun dapat tercapai. •
Appraisal agunan dilakukan oleh staf Marketing, bukan oleh seorang staf yang ahli dalam bidang tersebut atau appraisal independen dari pihak eksternal. Penilaian agunan oleh staf Marketing meningkatkan risiko kredi, karena ada kemungkinan kesalahan prediksi nilai pasar.
•
Dewan Komisaris ikut serta dalam proses pengambilan keputusan kredit. Hal ini pada dasarnya tidak sesuai dengan prinsip internal kontrol perusahaaan.
•
Pengendalian yang cukup sulit atau menjadi kendala bagi BPR Gamon adalah pemantauan pembayaran, dimana tidak diperbolehkannya aktivitas kliring pada BPR membuat BPR Gamon kesulitan mengetahui debitur mana yang telah melakukan pembayaran.
•
Portfolio kredit BPR Gamon cenderung mengalami stagnansi dan tidak berkembang. Peningkatan portfolio kredit tahun ini hanya mencapai 2,5%. Performa peningkatan jumlah portfolio ini tidak sebanding dengan sistem pengendalian kreditnya yang menjadi lebih baik (ditunjukkan dengan penurunan NPL).
Saran Beberapa saran yang dapat penulis berikan setelah mengamati dan mempelajari sistem pengendalian kredit pada BPR Gamon adalah sebagai berikut :
•
BPR Gamon sudah saatnya berfokus pada strategi peningkatan jumlah kredit. Perumusan strategi sebaiknya dikaji ulang oleh pengurus inti BPR Gamon, implementasinya juga harus didukung oleh pihak atasan dan diawasi dengan baik. Proses pengendalian kredit BPR Gamon sudah cukup baik yang dibuktikan dengan rendahnya NPL, sehingga BPR Gamon sebaiknya tidak terlalu memusatkan strategi dan seluruh aktivitasnya pada pengendalian kredit, tetapi juga pada peningkatan kreditnya. Selama ini BPR Gamon terlihat terlalu berhati – hati dalam pengendalian kredit, sehingga usahanya dalam ekspansi kurang terlihat.
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013
•
BPR Gamon sebaiknya segera menambahkan staf Marketing. Dapat diamati bahwa selama ini staf Marketing BPR Gamon dapat dikatakan melaksanakan hampir seluruh proses kredit, sehingga staf marketing tidak dapat berfokus pada tanggung jawabnya mencari debitur baru. Implementasi strategi pemasaran kredit pun menjadi tidak maksimal karena staf marketing lebih menghabiskan waktunya untuk kunjungan dan proses analisis calon debitur. Dengan penambahan staf marketing baru, hasil dari analisis debitur akan lebih akurat, span of function juga menjadi lebih baik karena workload yang berkurang dari staf marketing lama, proses analisis debitur juga lebih terfokus.
•
Strategi network sebaiknya segera dibentuk dalam sebuah sistem atau program khusus untuk nasabah atau debitur lama. Bank Gamon dapat meniru program customer get customer pada beberapa bank umum. Sehingga nasabah ataupun debitur lama mendapatkan pengetahuan yang lebih jelas untuk memasarkan produk BPR, dan memiliki insentif yang lebih jelas juga.
•
Penambahan aspek cash flow pada 5C sebaiknya segera diterapkan dan dimasukkan dalam sistem dan prosedur kredit, karena hal ini dapat menambah aspek – aspek informasi yang harus diperoleh untuk analisis calon debitur yang nantinya akan memperkuat sistem pengendalian kredit BPR. Selain itu unsur cash flow pada 5C bukanlah suatu hal yang sulit untuk diterapkan.
•
Melakukan penataan ulang anggota Komite Kredit, karena Dewan Komisaris tidak semestinya ikut menjadi anggota Komite Kredit dan melakukan pengambilan keputusan. Dewan Komisaris berfungsi mengawasi jalannya manajemen bukan terlibat dalam proses manajemen, sehingga hal ini bisa merusak fungsi kontrol yang sebagaimana mestinya.
•
Penilaian agunan sebaiknya dilakukan oleh seorang yang ahli, baik itu dengan merekrut staf khusus untuk melakukan appraisal agunan, ataupun dengan menggunakan jasa appraisal independen dari luar
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013
•
Apabila jumlah debitur BPR Gamon telah meningkat dan mencapai jumlah yang sulit untuk ditelusuri secara manual, maka BPR Gamon harus segera menerapkan sistem rekening bayangan atau sistem lain untuk pemantauan pembayaran yang lebih baik. Selain itu peningkatan jumlah debitur berarti peningkatan kemungkinan adanya risiko kredit macet, maka BPR Gamon sebaiknya juga segera membentuk tim khusus penanganan kredit macet sebagai antisipasi dini.
Sistem pengendalian..., Monika Pratiwi, FE UI, 2013