PENGARUH EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KUALITAS KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI KOTA PATI
Nama : Oktaviana Linda Kumala Dewi Dosen Pembimbing
: Prof. Dr. H Sugeng wahyudi, MM
ABSTRACT This research carried out in order to analized effectiveness influence of intern controlling system by using structure measurement tool that parted functional liability, authority system, healthy practice, and qialified employee to credit quality which measured by using NPL (non performing loan) value within BPR in Pati that already publicate on Bank Indonesia on 2008 – 2009 periods. Sample used were about 12 BPR. Variable used within this research was structure that parted functional liability, authority system, healthy practice and qualified employee as the dependent and NPL (non performing loan) as independent variable. Data obtained from pubication of Bank Indonesia on 2008-2009 periods. Analysis technique used was double regression and hypothesis by using t test in order to analyzed partial regression coefficient and F-statistic to examine influence collectively by reliance level about 5%. Result of hyppothesis examination within this research showed that effectiveness of Intern Controling System were have negative and significant ifluence to both credit quality and NPL (non performing loan). Hypothesis effort given by: H1a: Structure that parted functional liability have negative influence to NPL (non performing loan) means that when structure that parted functional liability more increasing therefore problem credit level will descending. H1d: Qualified employee have negative influence to NPL (non performing loan) means that when qualified employee were increasing therefore problem credit or NPL (non performing loan) will descending. Keywords: Intern Controlling System, Credit Quality
PENDAHULUAN
Perbankan sebagai sektor vital dalam dunia usaha juga tidak luput mendapatkan kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh pemerintah. Salah satu kemudahan yang diberikan itu yaitu paket kebijakan pemerintah (deregulasi), yang bertujuan untuk memberikan kemudahan mendirikan bank-bank baru maupun perluasan dalam membuka cabang-cabang di daerah-daerah serta perubahan status dari bank pemerintah menjadi bentuk perusahaan perseroan. Perubahan yang ditimbulkan oleh adanya kemudahan tersebut disatu sisi memang menguntungkan tapi disisi lain menjadikan persaingan antar bank menjadi lebih ketat. Sebuah bank tentu saja tidak mau kalah bersaing ataupun mengalami kemunduran yang berujung pada likuidasi atau kebangkrutan. Untuk menjaga dan menghindari agar hal-hal yang tidak diinginkan itu tidak terjadi, maka setiap bank berusaha membuat dan mengeluarkan ide-ide kreatif atau program-program andalan yang bertujuan untuk menarik minat masyarakat agar mau menyimpan dana sebanyak-banyaknya di bank mereka, yang kemudian digunakan untuk investasi dalam bentuk lain atau juga untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat lainnya. Kegiatan utama bank sebagai lembaga keuangan salah satunya adalah memberikan kredit. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Bila diamati dalam neraca maka perkreditan merupakan kelompok dari harta yang mendominasi sisi aktiva dalam neraca. Dari segi pendapatan yang diperoleh, kegiatan perkreditan merupakan bagian dari pendapatan yang dominan.
Persaingan antar bank menjadi lebih ketat seperti sekarang ini dan kebutuhan penanaman modal semakin terasa. Sebagai pimpinan bank tentunya tidak ingin bank yang dipimpinnya mengalami kemacetan. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, maka cara yang ditempuh adalah dengan menarik dana dari masyarakat dan kemudiaan diinvestasikan dalam bentuk lain. Investor tertarik dengan bank yag mempunyai perputaran uang yang stabil untuk itu bank berlomba-lomba menyalurkan kredit kepada masyarakat, namun seringkali bank mengalami kesulitan yaitu adanya tunggakan kredit atau biasa disebut sebagai kredit macet, artinya uang yang dipinjam mengalami kemacetan dalam penagihan sehingga likuiditas bank bisa terancam karena kredit yang macet. Untuk mencegah terjadinya kredit macet tersebut maka diperlukan pengamanan atau pembinaan terhadap kredit yang diberikan. Masalah-masalah yang dihadapi bank dalam pemberian kredit tidak hanya disebabkan oleh kelalaian saja, tetapi dapat juga disebabkan karena adanya penyelewengan yang dilakukan oleh pegawai bank yang bersangkutan. Oleh karena itu perlu didukukung dengan pengendalian intern dalam pemberian kredit yang memadai. Menurut Kasmir (2004) faktor-Faktor penyebab terjadinya kredit bermasalah meliputi lembaga keuangan itu sendiri dimana dalam melakukan analisisnya, pihak analisis kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya. Dapat pula terjadi akibat dari kolusi pihak analisis kredit dengan pihak debitor sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subyektif. Selain lembaga keuangan itu sendiri, Pihak nasabah juga mempengaruhi terjadinya kredit bermasalah. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak bermaksud membayar kewajiban kepada bank/ lembaga keuangan sehingga kredit yang diberikan macet dan adanya unsur tidak sengaja dimana debitor mau membayar akan tetapi tidak mampu. Misalnya kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran, kena hama, kebanjiran dan sebagainya. Sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak ada.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang serupa tentang efektivitas sistem pengendalian intern dan kualitas kredit telah dilakukan oleh Zaini Widya Ramdhani dan Sucipto (2009). Penelitian ini menekankan bahwa penilaian kualitas kredit pada umumnya dapat dilihat dari NPL (Non Performing Loan) atau sering di sebut kredit bermasalah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengendalian internal yang dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang Medan Putri Hijau dapat meningkatkan kualitas kredit terbukti dari nilai kredit bermasalah (non performing loans) yang berada dibawah 5%. Berikut disajikan data nilai NPL pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Pati periode tahun 2008-2009 yang terbagi menjadi 8 triwulan pada tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1 Nilai NPL pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Pati periode tahun 2008-2009 NPL NO
NAMA BPR DI KOTA
2008
2009
I
II
III
IV
I
II
III
IV
1
BPR WEDARIJAKSA
5.14
5.48
4.43
5.62
5.61
5.32
6.16
5.56
2
PD BPR Bank Daerah Pati
1.06
0.76
1.54
1.71
1.98
1.83
1.74
1.25
3
PD BPR BKK Pati kota
17.51
18.56
19.29
19.25
17.05
19.16
21.44
20.36
4
PT BPE SUNGKUNANDHANA
0.78
0.75
0.38
0.34
0.29
0.36
0.48
0.53
5
11.88
7.18
4.29
4.2
3.8
4.42
7.33
8.05
6
PT BPR ARTA RINI PT BPR ARTAPERDANA DELTA SENTOSA
15.87
16.55
19.66
13.98
17.64
21.43
17.29
13.39
7
PT BPR OERTAPERDANA
15.77
15.54
19.56
13.38
17.54
21.33
17.29
13.39
8
3.34
3.26
3.23
3.38
3.7
4.07
4,00
3.96
9
PT BPR ARTHA HUDA ABADI PT BPR ASABAHANA SEJAHTERA
14.51
13.56
13.56
8.89
6.54
6.85
6.07
6.07
10
PT BPR JUWANA ARTHASURYA
39.33
34.55
44.27
42.62
39.96
57.11
55.33
60.57
11
PT BPR MITRA PATI MANDIRI
3.17
3.25
2.3
2.19
2.27
1.72
1.72
2.62
12
PT BPR TAYU DUTAPERSADA
0.56
1.23
0.12
0.17
0.09
0.07
0.34
0.17
Sumber: Publikasi Bank Indonesia peiode 2008-2009
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui telah terjadi fenomena gap yaitu dari 12 BPR di kota Pati, terdapat 7 BPR yang memiliki nilai NPL lebih dari 5% yaitu (BPR WEDARIJAKSA, PD BPR BKK Pati kota, PT BPR ARTA RINI, PT BPR ARTAPERDANA DELTA SENTOSA, PT BPR OERTAPERDANA,
PT BPR
ASABAHANA SEJAHTERA, DAN PT BPR JUWANA ARTHASURYA) sebagian besar nilai NPL dari BPR di Kota Pati tahun 2008-2009 memiliki nilai NPL lebih besar dari 5%. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini mengambil judul : “PENGARUH EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KUALITAS KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI KOTA PATI”. Penelitian ini di lakukan pada BPR di Kota Pati karena dalam publikasi BI yang dapat dilihat dari tabel 1.1 mengenai nilai NPL BPR di Kota Pati tahun 2008-2009 nilai NPLnya rata-rata lebih dari 5%. Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan dan penetapan status bank pada pasal 2 ayat 2 bank yang dinilai memiliki potensi kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) salah satunya adalah Bank yang memiliki kredit bermasalah (non-performing loan) secara neto lebih dari 5% (lima perseratus) dari total kredit. BPR di Kota Pati yang rata-rata memiliki NPL lebih dari 5% berarti termasuk bank yang memiliki potensi kesulitan likuiditas yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya.
TELAAH PUSTAKA Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan). Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat menurut Sukmadi (1994: 17) adalah bank sekunder yang berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang berupa
deposito berjangka atau tabungan serta pemberian kredit. BPR berfungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Dengan tujuan untuk melaksanakan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, penumbuhan ekonomi, dan stabilitas ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Sasaran BPR adalah melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan pemerataan layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang (rentenir). Mulyadi & Kanaka P (1998) berpendapat bahwa pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain, yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut: 1. Keandalan pelaporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku 3. Efektivitas dan efisiensi operasi Menurut Theodorus M.Tuanakotta (1982), pengendalian intern adalah meliputi rencana dan semua metode kebijaksanaan yang terkordinasi dalam suatu perusahaan untuk mengamankan harta kekayaannya, menguji ketepatan dan sampai seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, manggalakkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan yang telah digariskan. Menurut AICPA yang diterjemahkan oleh Zaki Baridwan (1990), pengendalian intern meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara dan alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, menjaga dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan lebih dulu. Unsur-unsur Sistem pengendalian Intern menurut Mulyadi (1993) adalah
1. Struktur yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas. Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggungjawab fungsional terhadap unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Pembagian tanggungjawab fungsional dalam organisasi berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi operasi. b. Tidak satu departemenpun diberi tanggungjawab rangkap untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi. Adanya
pemisahan
fungsi
operasi,
penyimpanan
dan
akuntansi
yang
diselengarakan dapat mencerminkan tanggung jawab sesungguhnya. Jika tidak diadakan pemisahan antara fungsi-fungsi tersebut maka data akuntansi yang dihasilkan tidak dapat dipercaya kebenarannya, dan sebagai akibatnya kekayaan organisasi tidak terjamin keamanannya. 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya transaksi adalah perlu dibuat. Prosedur yang baik akan menjamin data yang akan direkam dalam formulir dicatat dalam catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan reability yang tinggi. Hal ini akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, hutang, pendapatan dan biaya. 3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi Pembagian tanggungjawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan
cara untuk menjanmin praktek-praktek yang sehat dalam pelaksanaannya, cara yang ditempuh adalah: a. Penggunaan
formulir
bernomor
tercetak
yang
pemakaiannya
harus
dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang. b. Pemeriksaan mendadak, dilakukan tanpa pemberitahuan lebih dahulu kepada yang diperiksa, dengan jadwal tidak teratur. c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu fungsi atau unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang atau unit organisasi lain. d. Perputaran jabatan yang dilakukan secara rutin nantinya akan dapat menjaga independen pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga persengkongkolan diantara mereka dapat dihindari. e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak. f. Secara periodik dilakukan pencocokkan fisik kekayaan dengan catatannya. g. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian intern yang lain. 4. Karyawan yang kualitasnya sesuai dengan tanggungjawabnya. Karyawan yang jujur dan ahli atau kompeten dalam bidang yang menjadi tanggungjawabnya akan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan effisien dan efektif. Meskipun hanya dengan sedikit elemen sistem pengendalian intern yang mendukungnya. Hal tersebut menunjukkan elemen karyawan yang berkualitas merupakan elemen sistem pengendalian yang sangat penting. Untuk mendapatkan elemen yang kompeten dan dapat dipercaya, dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya : a. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaan yang dibutuhkan. Program yang baik dalam seleksi calon karyawan akan menjamin
diperolehnya karyawan yang memiliki kompetensi yang dituntut oleh jabatan yang akan didudukinya. b. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaan. Ramdhani dan Sucipto (2009) menyatakan, Kredit juga memiliki strategi yang dapat menyebabkan pengelolaan kredit menjadi sangat penting. Tujuan pengelolaan kredit adalah agar bank dapat meningkatkan kesehatan dan kinerjanya, dengan peningkatan kuantitas dan kualitas kredit. Kuantitas kredit dinilai dari jumlah dan tingkat pertumbuhan kredit yang disalurkan. Kualitas kredit, secara sederhana dan ringkas dapat diukur dari jumlah dan porsi kredit bermasalah (non perfoming loans).
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.
26/4/BPPP Mei 1993 kualitas kredit untuk BPR dibagi menjadi 4 (empat) kriteria yaitu lancar (L), kurang lancar (KL), Diragukan (D) dan macet (M). dan menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan dan penetapan status bank pada pasal 2 ayat 2 bank yang dinilai memiliki potensi kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) salah satunya adalah Bank yang memiliki kredit bermasalah (non-performing loan) secara neto lebih dari 5% (lima perseratus) dari total kredit. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 tentang Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan NPL dihitung dengan menggunakan rumus: NPL
Kredit bermasalah Total Kredit
Keterangan:
Kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain)
Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet.
Kredit bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi PPAP)
Angka dihitung per posisi (tidak disetahunkan)
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zaini widya Ramdhani dan Sucipto pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang Medan Putri Hijau menyatakan bahwa pengendalian internal kredit yang dilakukan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang Medan Putri Hijau dapat meningkatkan kualitas kredit, terbukti dari nilai kredit bermasalah (non performing loan) yang berada dibawah 5% ini berarti apabila pengendalian interen baik maka akan menurunkan nilai kredit bermasalah (non performing loan). Dengan landasan teori tersebut,maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
Hipotesis statistik: H1 : Efektivitas Sistem Pengendalian Intern berpengaruh negatif terhadap kualitas kredit (NPL) H1a: Struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional berpengaruh
negatif
terhadap NPL artinya apabila struktuktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional semakin meningkat maka tingkat kredit bermasalah (NPL) akan turun. H1b: Sistem wewenang berpengaruh negatif terhadap NPL artinya sistem wewenang semakin meningkat maka tingkat kredit bermasalah (NPL) akan turun. H1c: Praktek yang sehat berpengaruh negatif terhadap NPL artinya pabila praktek yang sehat semakin meningkat maka tingkat kredit bermasalah (NPL) akan turun. H1d: Karyawan yang berkualitas berpengaruh negatif terhadap NPL artinya apabila karyawan yang berkualitas meningkat maka tingkat kredit bermasalah (NPL) akan turun. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penelitian ini menganalisis seberapa besar pengaruh efektivitas pengen dalian intern terhadap kualitas kredit. Untuk memudahkan dalam
melakukan penelitian, dibuat suatu kerangka kerja teoritis yang akan menjadi arahan dalam melakukan pengumpulan data serta analisisnya. Secara sistematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:
struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional
(-)
Sistem wewenang (-) NPL Praktek yang sehat
(-)
(-) Karyawan yang berkualitas
Sumber: Mulyadi (1993), Ramdhani dan Sucipto (2009)
METODOLOGI Variabel Dependen Sistem Pengendalian Intern yang diukur dengan unsur-unsur pengendalian intern yaitu struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional, system wewenang, praktek yang sehat, dan karyawan yang berkualitas adalah sebagai variable dependen. Variabel Independen Kualitas kredit yang diukur dengan menggunakan NPL (non performing loan). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 tentang Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan NPL dihitung dengan menggunakan rumus:
NPL
Kredit bermasalah Total Kredit
Penelitian ini menggunakan teknik populasi, yaitu mengambil seluruh subyek penelitian. Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung atau pengukuran, kuantitatif dan kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 2000: 6). Populasi dalam penelitian ini meliputi semua BPR di Kota Pati yang terdaftar di BI periode 2008-2009 yang berjumlah 12 BPR yang ditunjukkan pada tabel 3.2 berikut: Tabel 3.2 Bank Perkreditan Rakyat di Kota Pati No. Nama BPR 1 BPR WEDARIJAKSA 2 PD BPR Bank Daerah Pati 3 PD BPR BKK Pati kota 4 PT BPE SUNGKUNANDHANA 5 PT BPR ARTA RINI 6 PT BPR ARTAPERDANA DELTA SENTOSA 7 PT BPR OERTAPERDANA 8 PT BPR ARTHA HUDA ABADI 9 PT BPR ASABAHANA SEJAHTERA 10 PT BPR JUWANA ARTHASURYA 11 PT BPR MITRA PATI MANDIRI 12 PT BPR TAYU DUTAPERSADA Sumber: Publikasi BI Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari publikasi BI dengan periode 2008-2009 dan data primer yang diperoleh dari hasil kuesioner/dan wawancara. Analisis deskriptif dengan menggunakan metode Deskriptif Persentase (DP). 1. Efektivitas sistem pengendalian intern Metode deskriptif (DP) digunakan untuk menggambarkan efektivitas pengendalian intern pengelolaan kualitas kredit BPR di Kota Semarang.
Perhitungan indeks persentase dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: %
n x100% N
Keterangan: n = Nilai masing-masing skor yang diperoleh (skor empirik) N = Jumlah seluruh skor atau nilai (skor ideal) % = Tingkat keberhasilan yang dicapai (Ali, 1982) 2. Penafsiran terhadap analisis deskriptif Langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Menentukan persentase maksimal yaitu 100%. b. Menentukan persentase minimal yaitu 0%. c. Menentukan rentang persentase (r %), diperoleh dari pengurangan persentase minimal terhadap persentase maksimal, maka didapatkan yaitu 100% - 0% = 100%. d. Menentukan interval kelas persentase, diperoleh dari pembagian criteria terhadap rentang persentase, maka didapatkan yaitu 100% : 4 = 25%. e. Menetapkan kriteria, yaitu sangat efektif, efektif, kurang efektif, dan tidak efektif. Tabel 3.3 Penentuan Kriteria Efektivitas SPI No. Rentang Persentase Kriteria Skala 1 75% - 100% Sangat Efektif 4 2 50% - 75% Efektif 3 3 25% - 50% Kurang Efektif 2 4 0% - 25% Tidak Efektif 1 (Muchsin, 1996)
1.6.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Data Sebelum pengambilan data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas terhadap daftar pertanyaan yang digunakan.
1. Uji Validitas Uji validitas dalam penelitian ini digunakan untuk menguji kevalidan kuesioner. Validitas menunjukkan sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. (Azwar, 2003). Teknik yang digunakan untuk menguji validitas kuesioner adalah berdasarkan Rumus Koefisien Product Moment Pearson, yaitu :
rXY
N XY XY
NX X NY Y 2
2
2
2
Dimana : rxy
: koefisien Korelasi Product Moment
X
: nilai dari item ( pertanyaan)
Y
: nilai dari total item
N
: banyaknya responden atau sampel penelitian (Azwar, 2003) Perhitungan ini akan dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical
Package for Social Science). Untuk menentukan nomor-nomor item yang valid dan yang gugur, perlu dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Kriteria penilaian uji validitas, adalah:
Apabila r hitung > r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka dapat dikatakan item kuesioner tersebut valid.
Apabila r hitung < r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka dapat dikatakan item kuesioner tersebut tidak valid.
Menurut Azwar (2003), ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah angket, yaitu keharusan sebuah angket untuk valid dan reliabel. Suatu angket dikatakan valid jika pertanyaan pada suatu angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh angket
tersebut. Sedangkan suatu angket dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten dari waktu ke waktu. Di mana validitas diukur dengan membandingkan r hasil dan r tabel (r product moment), jika r hasil > r tabel, data valid r hasil < r tabel, data tidak valid
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. (Azwar, 2003). Hasil pengukuran dapat dipercaya atau reliabel hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. (Azwar, 2003). Cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner adalah dengan menggunakan Rumus Koefisien Cronbach Alpha: (Azwar, 2003)
kr 1 k r r
Dimana :
= Koefisien Cronbach Alpha
k
= Jumlah item valid
r
= Rerata korelasi antar item
1
= Konstanta Pengujian reliabilitas terhadap seluruh item atau pertanyaan pada penelitian ini akan
menggunakan rumus koefisien Cronbach Alpha. Nilai Cronbach Alpha pada penelitian ini akan digunakan nilai 0.6 dengan asumsi bahwa daftar pertanyaan yang diuji akan dikatakan reliabel bila nilai Cronbach Alpha ≥ 0.6 (Ghozali, 2001).
Syarat suatu alat ukur menunjukkan kehandalan yang semakin tinggi adalah apabila koefisien reliabilitas () yang mendekati angka satu. Apabila koefisien alpha () lebih besar dari 0.6 maka alat ukur dianggap handal atau terdapat internal consistency reliability dan sebaliknya bila alpha lebih kecil dari 0.2 maka dianggap kurang handal atau tidak terdapat internal consistency reliability. Tabel 3.2. berikut ini memberikan kriteria dalam melakukan interprestasi terhadap indeks reliabilitas. Tabel 3.4 Indeks Reliabilitas dan Interprestasinya Interprestasi Koefisien alpha () 0.800 – 1.00 Sangat Tinggi 0.600 – 0.799 Tinggi 0.400 – 0.599 Cukup Tinggi 0.200 – 0.399 Rendah < 0.200 Sangat Rendah Sumber : Arikunto (1999)
. Adapun bentuk persamaan regresi linear berganda yang digunakan dapat dirumuskan: (Gujarati, 1995)
Y = + lXl + 2X2 + 3X3 + 4X4 + e Keterangan : Y
:
NPL
:
Koefisien konstanta.
1,.. 4
:
Koefisien variabel efektivitas sistem pengendalian intern
X1
:
Struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional
X2
:
Sistem wewenang
X3
:
Praktek yang sehat
X4
:
Karyawan yang berkualitas
e
:
faktor pengganggu
3.1.
Uji Hipotesis
1. Pengujian secara parsial (Uji t) Pengukuran uji t dimaksudkan untuk mempengaruhi apakah secara individu ada pengaruh antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat. Pengujian secara parsial untuk setiap koefisien regresi diuji untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel bebas dengan variabel terikat, dengan melihat tingkat signifikansi nilai t pada 5% rumus yang digunakan (Gujarati, 1995):
th
1 S e 1
Keterangan: th : t hitung
i
: parameter yang diestimasi
Se
: standar error Pengujian setiap koefisien regresi dikatakan signifikan bila nilai mutlak th tt
maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima, sebaliknya dikatakan tidak signifikan bila nilai th < tt maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternative (Ha) ditolak. 2. Uji Koefisien Determinan (R2) Koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa baik sampel menggunakan data (Gujarati, 1995).
R2
mengukur besarnya jumlah reduksi dalam
variabel dependen yang diperoleh dari penggunaan variabel bebas. R2 mempunyai nilai antara 0 sampai 1, dengan nilai R2 yang tinggi berkisar antar 0,7 sampai 1. R2 yang digunakan adalah nilai adjusted R2 yang merupakan R2 yang telah disesuaikan. Adjusted R2 merupakan indikator untuk mengetahui pengaruh penambahan suatu variabel independen ke dalam persamaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Data Indikator
Item
r hitung
r tabel
Keterangan
P1
0.386
0.2006
VALID
memisahkan
P2
0.564
0.2006
VALID
tanggung jawab
P3
0.685
0.2006
VALID
fungsional
P4
0.718
0.2006
VALID
P5
0.591
0.2006
VALID
P1
0.992
0.2006
VALID
P2
0.988
0.2006
VALID
P3
0.996
0.2006
VALID
P4
0.988
0.2006
VALID
P5
0.990
0.2006
VALID
P1
0.477
0.2006
VALID
P2
0.688
0.2006
VALID
P3
0.721
0.2006
VALID
P4
0.639
0.2006
VALID
P5
0.562
0.2006
VALID
Karyawan yang
P1
0.755
0.2006
VALID
berkualitas
P2
0.883
0.2006
VALID
P3
0.829
0.2006
VALID
P4
0.832
0.2006
VALID
P5
0.817
0.2006
VALID
pertanyaan Struktur yang
Sistem wewenang
Praktek yang sehat
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Data Indikator
Alpha
0,6
Keterangan
0.801
0.6
Reliabel
Sistem wewenang
0.997
0.6
Reliabel
Praktek yang sehat
0.812
0.6
Reliabel
Karyawan yang berkualitas
0.932
0.6
Reliabel
Cronbach Struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional
Sumber:Data primer yang telah diolah dengan SPSS
Tabel 4.6 Hasil Ananlisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa Standardize
Model 1
Unstandardized
d
Coefficients
Coefficients
B (Constant) -20.459
Std. Error
Beta
8.164
Collinearity Statistics t
Sig.
-2.506
.018
Tolerance
VIF
X1
-.885
.295
-.268
-2.999
.005
.917
1.090
X2
1.953
.203
.866
9.629
.000
.907
1.102
X3
-.738
.255
-.467
-2.890
.007
.281
3.562
X4
.935
.210
.714
4.442
.000
.284
3.515
a. Dependent Variable: NPL
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah dengan SPSS Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: NPL(Y)= -20.459-0.885.X1+1.953X2-0.738X3+0.935X4 Berdasarkan persamaan diatas dapat dijelaskan bahwa dengan nilai constan sebesar 20,459 maka menggambarkan bahwa jika variabel independen semua dalam keadaan konstan
maka variabel dependen akan mengalami penurunan sebesar 20.459. Sedangkan berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat dilihat X1 (Struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional) bernilai negatif yaitu -0.885, yang artinya apabila X1 (Struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional) naik dengan anggapan variabel lain konstan, maka akan diikuti dengan penurunan sebesar 0.885. Pada X2 (sistem wewenang) bernilai positif yaitu 1.953 yang artinya apabila X2 (sistem wewenang) naik dengan anggapan variabel lain konstasn, maka akan diikuti dengan peningkatan sebesar1.953. Pada X3 (praktek yang sehat) bernilai negatif yaitu 0.738, yang artinya apabila X3 (praktek yang sehat) naik dengan anggapan variabel lain konstan, maka akan diikuti dengan peningkatan sebesar 0.738. Dan yang terakhir Pada X4 (Karyawan yang berkualitas) bernilai positif yaitu 0.935, yang artinya apabila X4 (Karyawan yang berkualitas) naik dengan anggapan variabel lain konstan, maka akan diikuti dengan kenaikan sebesar 0,935. Jadi ini berarti bahwa peningkatan Struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional (X1) dan X3 (praktek yang sehat) akan menurunkan NPL, sedangkan peningkatan X2 (sistem wewenang) dan X4 (Karyawan yang berkualitas) akan meningkatkan NPL. Tabel 4.7 Hasil Uji F Hitung terhadap Nilai NPL
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
668.066
4
167.017
Residual
188.729
30
6.291
Total
856.795
34
a. Predictors: (Constant), X4, X2, X1, X3 b. Dependent Variable: NPL
Sumber: Data sekunder yang diolah dengan SPSS
F 26.549
Sig. .000
a
Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa tingkat signifikansinya adalah sebesar 0,000. Karena tingkat probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variable Struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional (X1) , sistem wewenang (X2), praktek yang sehat (X3), dan karyawan yang berkualitas (X4) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap NPL (non performing loan).
Tabel 4.8 Uji Hipotesis Parsial Coefficientsa Standardize
Model 1
Unstandardized
d
Coefficients
Coefficients
B (Constant) -20.459
Std. Error
Beta
8.164
Collinearity Statistics t
Sig.
-2.506
.018
Tolerance
VIF
X1
-.885
.295
-.268
-2.999
.005
.917
1.090
X2
1.953
.203
.866
9.629
.000
.907
1.102
X3
-.738
.255
-.467
-2.890
.007
.281
3.562
X4
.935
.210
.714
4.442
.000
.284
3.515
a. Dependent Variable: NPL
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah dengan SPSS
Dari hasil uji t, pada tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
X1 mempunyai nilai koefisien regresi sebesar -0.885 menunjukkan bahwa X1 berpengaruh negatif terhadap NPL, yang artinya apabila X1 naik dengan anggapan variabel lain konstan, maka akan diikuti dengan penurunan NPL sebesar 0.885. Nilai signifikansi sebesar 0,005 menunjukkan X1 berpengaruh signifikan terhadap NPL karena nilai signifkan lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan X1 berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPL.
2.
X2 mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 1.953 menunjukkan bahwa X2 berpengaruh positif terhadap NPL, yang artinya apabila X2 naik dengan anggapan variabel lain konstan, maka akan diikuti dengan kenaikan NPL sebesar 1.953. Nilai signifikansi sebesar 0,000 menunjukkan X1 berpengaruh signifikan terhadap NPL karena nilai signifkan lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan X2 berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPL.
3.
X3 mempunyai nilai koefisien regresi sebesar -0.738
menunjukkan bahwa X3
berpengaruh negatif terhadap NPL, yang artinya apabila X3 naik dengan anggapan variabel lain konstan, maka akan diikuti dengan penurunan NPL sebesar 0.738. Nilai signifikansi sebesar 0,007 menunjukkan X3 berpengaruh signifikan terhadap NPL karena nilai signifkan lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan X3 berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPL. 4.
X4 mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0.953 menunjukkan bahwa X4 berpengaruh positif terhadap NPL, yang artinya apabila X4 naik dengan anggapan variabel lain konstan, maka akan diikuti dengan kenaikan NPL sebesar 0.953. Nilai signifikansi sebesar 0,000 menunjukkan X4 berpengaruh signifikan terhadap NPL karena nilai signifkan lebih kecil dari 0,000. Sehingga dapat disimpulkan X4 berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPL.
Tabel 4.9 Koefisien Determinasi Pada Uji Hipotesis I b
Model Summary
Change Statistics Adjuste Std. Error R Model 1
R .883
dR
of the
Square Square Estimate a
.780
.750
2.50818
Sig. F R Square Change .780
Chang DurbinF Change 26.549
df1
df2 4
30
e .000
Watson 2.071
a. Predictors: (Constant), X4, X2, X1, X3 b. Dependent Variable: NPL
Sumber: Data sekunder yang telah diolah dengan SPSS Dari tabel 4.9 diketahun besarnya R square adalah sebesar 0,780 dan adjusted R square sebesar 0,750. R2 atau R square disini tidak digunakan karena pada penggunaan R2 akan meningkat tanpa melihat apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Sehingga pada penelitian ini menggunakan Adjusted R2, nilai ini dapat naik atau turun apabila satu variabel bebas ditambahkan dalam model. Ini berarti 78% variasi nilai NPL dipengaruhi oleh keempat variabel dependen yaitu Struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional (X1) , sistem wewenang (X2), praktek yang sehat (X3), dan karyawan yang berkualitas (X4) sedangkan sisanya 22 % dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan
antara lain: 1. Terdapat pengaruh secara parsial dan negatif antara struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional terhadap kualitas kredit dengan indikator NPL. 2. Terdapat pengaruh secara parsial dan positif antara sistem wewenang terhadap kualitas kredit dengan indikator NPL. 3. Terdapat pengaruh secara parsial dan negatif antara praktek yang sehat terhadap kualitas kredit dengan indikator NPL 4. Terdapat pengaruh secara parsial dan positif antara karyawan yang berkualitas terhadap kualitas kredit dengan indikator NPL 5. Terdapat pengaruh secara simultan dan negatif antara efektivitas SPI dengan indikator struktur yang memisahkan tanggung jawab, sistem wewenang, praktek yang sehat, dan karyawan yang berkualitas terhadap kualitas kredit dengan indikator NPL. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu: 1. Data penelitian ini sebagian berasal dari persepsi responden yang disampaikan dalam bentuk instrument kuesioner yang mungkin mempengaruhi validitas hasil. Persepsi responden belum tentu mencerminkan keadaan sebenarnya dan akan berbeda jika data diperoleh dengan wawancara. Responden memiliki kecenderungan untuk menilai gaya kepemimpinan dari maing-masing pemimpin serta kualitas personal dalam masing-masing unit.
2. Rata-rata kebanyakan dari pegawai BPR di kota Pati belum mengenal metode kuesiner, sehingga memerlukan proses dan prosedur yang lama untuk pengajuan kuesioner pada BPR di kota Pati. 3. Belum semua pihak-pihak yang terkait dengan efektivitas sistem pengendalian intern BPR di kota Pati dapat menjadi responden. Hampir 50% dari kuesioner tidak dapat kembali dikarenakan waktu pelaksanaan penyebaran kuesioner merupakan masa tutup tahun anggaran sehingga banyak calon responden yang tidak bersedia untuk mengisi kuesioner yang diajukan peneliti.
5.3 Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa saran antara lain: 1.
Bagi Perusahaan Bank Perkreditan Rakyat di Kota Pati. Untuk Bank perkreditan Rakyat di Kota Pati
perlu meningkatkan sistem
pengendalian interanal karena hal ini terbukti setelah dilakukannya pengujian hipotesis secara simultan (uji F) Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa tingkat signifikansinya adalah sebesar 0,000. Karena tingkat probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variable Struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional (X1) , sistem wewenang (X2), praktek yang sehat (X3), dan karyawan yang berkualitas (X4) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap NPL (non performing loan). Dengan melihat nilai Beta pada Standardized Coeficients dapat ditentukan tingkatan pengaruh variabel dependen (Struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional, sistem wewenang, praktek yang sehat , dan karyawan yang berkualitas) sehingga dapat digunakan sebagai tolok ukur perusahaan dalam hal ini Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Pati dalam upaya meningkatkan efektivitas Sistem
Pengendalian Intern (SPI) untuk menurunkan Nilai NPL(non performing loan) yang nantinya akan meningkatkan kualitas kredit. Berikut adalah tingkatan pengaruh variabel dependen yang paling berpengaruh terhadap NPL (non performing loan) yang dilihat dari nilai Beta pada Standardized Coeficients yaitu: a.
Sistem wewenang (X2) dengan nilai Beta pada Standardized Coeficients sebesar 0.866.
b.
Karyawan yang berkualitas (X4) dengan nilai Beta pada standardized Coeficients sebesar 0.714.
c.
Struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional (X1) dengan nilai Beta pada standardized Coeficients sebesar -0.286
d.
Terakhir adalah praktek yang sehat (X3) dengan nilai Beta pada standardized Coeficients sebesar -0.467.
2.
Bagi peneliti lain perlu mempertimbangkan variabel-variabel lain, sebab tidak sepenuhnya indikator SPI berpengaruh negatif terhadap kualitas kredit dengan indikator NPL.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. 1982. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa. Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Baridwan, Zaki. 1990. Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode. Yogyakarta: Akademi Akuntansi YKPN. Boockholdt, James L. 1993. Accounting Information System. Edisi 4. USA: Richard D. Irwin. Chen, Jhony P.2003, Non-Performing Loan Securitization in the People’s Republic of China, Asset Management Reference, Sept. 2003. No. 9.
Djarwanto PS dan Pangestu S. 1985. Statistik Induktif. Yogyakarta: Penerbit BPFE. Ghozali,I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.Semarang: UNDIP. Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics, International ed. McGraw-Hill: New York. Hadi, Sutrisno. 1990. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset. Handoko, T. Hani. 1995. Manajemen. Yogyakarta: Penerbit BPFE. Kasmir, 2004. Pemasaran Bank. Jakarta: Prenada Media. Kohler, Erik L. 1964. “A Dictionary of Accountants” 3rd Edition. Manove, Michael, A. Jorge Padilla, dan Marco Pagano, 2001, Collateral Versus Project Screening: A Model of Lazy Bank, RAND Journal of Economics Vol. 32, No. 4, s
Mulyadi dan Kanaka Puradireja. 1998. Auditing, Buku Satu dan Buku Dua, Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat. Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.