SNIPTEK 2016
ISBN: 978-602-72850-3-3
SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI MENGGUNAKAN METODE UTAUT PADA SMAN 46 JAKARTA Mohammad Ikhsan Saputro STMIK Nusamandiri Jakarta, Jl.Damai no. 8 Warung Jati Barat – Jakartsa Selatan
[email protected] ABSTRACT—This research is to formulate and determine the factors that support a form of acceptance of the benefits of ICTs, by way of reviewing and evaluating the application of ICT. Besides the need for a model that can describe the factors that affect the application of ICT. The review and evaluation of the application of ICT, using the Model UTAUT in influencing the user in the use of ICT, which of the results of this evaluation will be created or produce a form of acceptance of new models in accordance with the application of ICT has been running at SMA Negeri 46 in South Jakarta. So the results of the application of ICT in the learning process in SMA Negeri 46 Jakarta can be received by students, teachers and employees of the school environment as a use that is capable of giving out the benefits and convenience and also enjoyable for people in schools Keywords: ICT Applications, Methods UTAUT, High School INTISARI—Penelitian ini untuk merumuskan dan mengetahui faktor-faktor yang mendukung suatu bentuk penerimaan terhadap manfaat dari penerapan TIK, dengan cara melakukan kajian dan mengevaluasi penerapan TIK. Selain itu perlu adanya model yang dapat menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan TIK. Kajian dan evaluasi penerapan TIK, menggunakan Model UTAUT dalam mempengaruhi pengguna dalam memanfaatkan TIK, yang mana dari hasil pengevaluasian ini akan tercipta atau menghasilkan suatu bentuk model penerimaan yang baru sesuai dengan penerapan TIK yang sudah berjalan di SMA 46 Negeri di Jakarta Selatan. Sehingga hasil penelitian terhadap penerapan TIK dalam proses pembelajaran di Sekolah SMA Negeri 46 Jakarta dapat diterima oleh siswa, guru dan karyawan dilingkungan sekolahnya sebagai penggunaan yang mampu memeberikan manfaat dan kemudahan dan juga menyenangkan bagi warga sekolah Kata kunci: Penerapan TIK, Metode UTAUT, Sekolah Menengah Atas
PENDAHULUAN Penerapan TIK di sekolah memerlukan adanya visi pemanfaatan TIK, formulasi tujuan strategis, perencanaan dan pengorganisasian pemanfaatan TIK di sekolah
(Schreurs, 2007). Sementara itu, (Miller, 1997) menyatakan hambatan-hambatan dalam penggunaan TIK untuk pendidikan meliputi kurangnya waktu para guru, terbatasnya akses dan biaya tinggi, kurangnya visi pemanfaatan TIK, kurangnya pelatihan dan dukungan atasan, serta praktik-praktik penilaian saat ini tidak mencerminkan apa yang dipelajari dengan teknologi. Berdasarkan berbagai kajian tersebut, kurangnya pengalaman dalam menggunakan komputer merupakan hambatan utama dalam pemanfaatan TIK dan peripheral terkait lainnya. Pelatihan TIK bagi guru-guru telah menjadi kebutuhan masa kini dan masa mendatang agar guru-guru dapat memanfaatkan. TIK dalam pembelajaran maupun meningkatkan kinerjanya dalam pengelolaan kelas. Dalam penerapan Teknologi Infomasi Dan Komunikasi (TIK) di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kotamadya Jakarta Selatan sudah diterapkan dengan melihat dari tiga bagian yaitu: bagian administrasi, bagian pembelajaran dan bagian pelayanan umum (public service). Dari penerapan TIK tersebut diharapakan akan meningkatkan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan antara lain : Faktor nilai ujian akhir kelulusan, yaitu nilai akhir dari kelulusan siswa, dimana perguruan tinggi negeri akan menerima siswa dengan pertimbangan nilai tertentu. Faktor tingkat sekolah unggulan, dimana sekolah tersebut mempunyai fasilitas yang memenuhi kebutuhan sekolah seperti : mempunyai prestasi dan mempunyai tingkat kelulusan yang berkualiatas, kelulusan dengan nilai ujian yang tinggi, sehingga lebih mudah apabila melanjutkan ke perguruan tinggi maupun dalam mencari pekerjaan. Apabila kita amati dengan seksama, apa sebenarnya yang menjadi inti permasalahan pada dunia pendidikan. Berbagai hal dapat saja dipersalahkan sebagai pokok masalah yang menghambat kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Namun demikian, yang jelasjelas dapat kita temukan sebagai suatu kecacatan sebagai contoh adalah proses belajar mengajar konvensional yang mengandalkan tatap muka antara guru dan murid, dosen dengan mahasiswa, pelatih dengan peserta latihan, bagaimanapun merupakan sasaran empuk yang paling mudah menjadi sasaran bagi suara-suara kritis yang
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komputer Nusa Mandiri
337
ISBN: 978-602-72850-3-3
SNIPTEK 2016
menghendaki peningkatan kualitas pada dunia pendidikan. Dari faktor-faktor tersebut menjadi suatu permasalahan dalam menentukan kinerja dari ditinjau penerapan TIK di Sekolah Menengah Atas Negeri wilayah Jakarta Selatan. Pada permasalahan diatas penulis mencoba memecahkannya dengan salah satu alternatif yaitu dengan menggunakan metode kuatitatif.
BAHAN DAN METODE Penelitian dengan topik system acceptance telah banyak dilakukan. Dengan menggunakan berbagai teori dasar yang berasal dari bidang psikologi, sosial dan juga teknologi, para peneliti berusaha menjawab pertanyaan mengapa akhirnya seseorang menggunakan suatu teknologi. Jawaban yang ingin dihasilkan berhubungan dengan faktor-faktor dan kepercayaan apa yang mengarahkan seseorang untuk menggunakan sistem, serta kondisi lingkungan bagaimana yang memfasilitasi penggunaan tersebut. Alasan utama mengapa jawaban tersebut dibutuhkan adalah bahwa persepsi user mengenai realibilitas, jaminan dan manfaat dari sistem sangat penting dalam memprediksi sikap mereka terhadap teknologi (attitude toward technology) hingga akhirnya menerima (accept) suatu sistem. Dari review literatur mengenai penelitian di bidang ini, ada dua pendekatan dimana konsep dan teori dasar penerimaan digunakan peneliti dalam memprediksi use behavior antara lain: Pendekatan Kondisi Lingkungan Penggunaan. Ada dua kondisi dimana suatu teknologi digunakan oleh user: a. Sukarela (Voluntary), keinginan untuk menerima suatu teknologi muncul sendiri dalam diri individu. Contoh: penggunaan internet (Dhany, 2005; Gardner dan Amaroso, 2004). Penelitian-penelitian yang menghasilkan teori dasar penerimaan sebagian besar diujicobakan pada teknologi yang digunakan secara sukarela. b. Dipaksa (Mandatory), penerimaan teknologi yang dilandasi adanya paksaan dari luar diri user, baik itu dari individu lain maupun dari situasi lingkungan. Contoh: penggunaan sistem TIK (Gyampah dan Salam, 2003; Nah, Tan dan The, 2004). Pendekatan Berdasarkan Waktu Pengukuran Penerimaan Teknologi Pendekatan penerimaan sistem dari waktu pengukuran terbagi dua: a. Ketika teknologi baru diadopsi. (Agarwal, 2000) mendefinisikan acceptance sebagai keputusan awal ketika seseorang menggunakan teknologi baru. memasukan acceptance sebagai urutan pertama dalam tingkatan penggunaan sistem. Tingkatan tersebut adalah acceptance (staf mulai menggunakan IS),
338
b.
routinization (staf menggunakan IS sebagai aktifitas kerja normal) dan infusion (staf menggunakan IS secara lebih luas untuk integrasi) (Jones dan Gallivan, 2004). Pengukuran system acceptance untuk pendekatan seperti ini dilakukan setelah tidak berapa lama setelah user menggunakan sistem. Teknologi baru yang menggantikan teknologi lama diukur ketika post adopsi. Sebuah analisis dari beberapa jurnal ilmiah menyatakan bahwa kata penerimaan (acceptance) sekarang ini mengalami perluasan. Apakah teknologi informasi sukses atau tidak juga merupakan bentuk user acceptance.
Konstruksi Model Penelitian Variabel-variabel penelitian yang telah didefinisikan, akan dijelaskan pembentukan hubungannya pada bagian berikut ini. Penelitian ini membagi model penelitian dalam empat submodel. Pembagian dilakukan untuk memudahkan proses perhitungan yang akan dilakukan dengan menggunakan software AMOS versi 16.0. Submodel tersebut secara kesatuan diperlihatkan pada subbagian model penelitian. Penelitian ini merupakan hubungan antara variabel bebas performance expectancy, effort expectancy, facilitating conditions, social influence, managerial interventions dengan variabel dependent symbolic adoption dan attitude toward system use sebagai variabel intervening. Model UTAUT telah membuktikan bahwa performance expectancy, effort expectancy, facilitating conditions dan social influence merupakan faktor yang memunculkan behavior intention. Perfbmance expectancy bisa diasosiasikan dengan percieved usefullness, sedangkan effort expectancy bisa diasosiasikan dengan percieved ease of use yang keduanya merupakan konstruk TAM. Mengenai TAM untuk lingkungan yang mandatory disimpulkan bahwa attitude toward technology merupakan konstruk y/ang penting yang memunculkan acceptance. Attitude toward technology dimunculkan oleh percieved usefullness dan percieved ease of use. Penerapan TIK merupakan proses dalam lingkungan mandatory dimana user diharuskan oleh pihak manajemen sekolah untuk menggunakan TIK dalam transaksi harian. Pihak manajerial mengeluarkan kebijakan dan aturan untuk memastikan TIK digunakan. (Agarwal, 2000) memasukan konstruk managerial interventions sebagai variabel yang memunculkan acceptance individu terhadap teknologi secara langsung maupun tidak langsung yang dimediasi oleh attitude. Selain managerial interventions, Agarwal juga menyimpulkan bahwa social influence merupakan variabel yang memunculkan acceptance. Facilitating conditions merupakan faktor eksternal yang merefleksikan sumber-sumber daya mendukung atau menghambat keinginan untuk menggunakan sistem (Limayem, Hirt dan Chin, 2001). Keberadaaan atau
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komputer Nusa Mandiri
SNIPTEK 2016
ISBN: 978-602-72850-3-3
ketiadaan sarana pendukung penggunaan TIK dapat menjadikan user menerima atau menolak sistem ini. (Nah, Tan dan The, 2004) mengatakan bahwa penerimaan user berpengaruh dari user attitude toward system use. (Nah, Tan, dan The, 2004) mengatakan bahwa attitude toward system use merupakan predictor signifikan untuk symbolic adoption.
Model Penelitian Dari penjelasan dan hipotesa-hipotesa yang dihasilkan untuk penelitian ini maka model TIK acceptance yang akan diteliti digambarkan pada gambar 1.
Sumber: Venkatesh, et-al., (2003) Gambar 1 Penerapan TIK Acceptance Model Penelitian (Venkatesh, et-al., 2003) Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan survey. Hal ini karena untuk validasi model penelitian diperlukan sejumlah data mengenai persepsi-persepsi individu terhadap faktor-faktor yang mendorong mereka dalam menerima sistem TIK. Penelitian survey yang dilakukan bersifat penjelasan (explanotary) karena menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa. Model penelitian ini memiliki sembilan variabel dan tiga betas hipotesa. a. Proses Penelitian Proses penelitian digambarkan pada gambar 2:
Gambar 2. Proses Penelitian Tesis Ini b. Ukuran Sample Ada dua pendekatan dalam menentukan ukuran sampel minimal yaitu pendekatan statistik dan non statistik. Ukuran sampel minimal dari pendekatan statistik diantaranya ditentukan berdasarkan jenis parameter yang akan diuji, variabilitas masing-masing variabel yang akan diuji, bound of error, dan tingkat kepercayaan. Penentuan ukuran sampel dengan
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komputer Nusa Mandiri
339
ISBN: 978-602-72850-3-3
SNIPTEK 2016
pendekatan ini memerlukan daftar administrasi yamg komplit mengenai keadaan populasi dan ukuran populasinya. Karena untuk penelitian ini tidak adanya daftar administrasi mengenai keadaan populasi dan tidak diketahui variabilitas dari variabel, oleh karena itu untuk penentuan ukuran sample digunakan pendekatan non statistik. Hal yang dipertimbangkan dalam pendekatan non statistik adalah biaya dan waktu penelitian yang tersedia. Ada rule of thumb yang dijadikan panduan dalam menentukan ukuran sampel minimal survey penelitian ini. Menurut (Joreskog dan Sorbom 1996), jika penaksiran parameter menggunakan metode maximum likelihood (kemungkinan maksimum), sebagaimana yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka estimasi parameter akan memberikan hasil yang valid bila ukuran sampel minimal 50. Namun (Hair et al, 1998) tidak menganjurkan ukuran sampel sekecil itu. Untuk estimasi parameter dengan metode likelihood is menyerankan ukuran sampel sebesar 100 hingga 200. Dari uraian di atas maka penelitian ini membagikan kuisioner sebanyak 180 buah, kepada user yang berada dalam SMAN 46 di wilayah Jakarta Selatan. Jumlah kuisioner yang valid untuk diolah berjumlah 120 buah, jadi dapat dikatakan bahwa jumlah sampel penelitian ini memenuhi ukuran yang direkomendasikan. c. Skala Pengukuran Data Data survey penelitian ini menggunakan skala interval (data kontinu atau skala metrik). Pengukuran skala metrik untuk keperluan analisis statistik berbasis statistika. Tidak digunakannya skala likert karena jika tanpa asumsi maka skala likert merupakan skala yang sepenuhnya ordinal. Terhadap skala ordinal tidak mungkin dilakukan operasi aritmatik yang menghasilkan mean, varians, kovarians dan sebagainya, hal yang merupakan basis dari sejumlah besar analisis statistika. Selain itu, menurut (Joreskog dan Sorbom 1996), metode estimasi parameter yang dianjurkan untuk skala ordinal adalah Weighted Least Square (WLS). Padahal metode WLS hanya tepat digunaka untuk ukuran sampel besar, minimal 1000. Penggunaan skala metrik dengan pertimbangan lain yaitu metode maximum likelihood yang akan digunakan dalam penelitian ]ni akan menghasilkan estimasi parameter yang valid dan reliabel jika data yang digunakan memenuhi asumsi normalitas multivariate. Asumsi multivariant hanya dapat duji terhadap data yang berskala metrik (data kontinu). d. Metode Pengukuran Data Untuk mendapatkan data yang bernilai interval responden diminta mengisi tanda checklist di kolom berisi pilihan nilai 1 - 10. Tanda checklist yang diberikan merupakan nilai respon yang paling sesuai dengan persepsi yang responden rasakan untuk setiap
340
pernyataan yang diajukan. Nilai 1 - 10 menunjukan tingkat persetujuan responden terhadap pernyataan. a). Nilai 1 berkolerasi dengan pernyataan "sangat tidak setuju", nilai yang semakin mendekati nilai ini menunjukan tingkat persetujuan responden terhadap pernyataan kuisioner rendah. b). Nilai 10 berkolerasi dengan pernyataan "sangat setuju", nilai yang semakin mendekati nilai ini menunjukan tingkat persetujuan responden terhadap pernyataan kuisioner tinggi. e. Alat Analisis Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengukuran (measurement model) dan confirmatory factor analysis (CFA). Penelitian ini menggunakan first order confirmatory factor analysis karena satu faktor laten memiliki beberapa indikator, dan indikator-indikator tersebut dapat langsung diukur. Model pengukuran bertujuan untuk menggambarkan sebaik apa indikator-indikator variabel laten dapat digunakan sebagai instrumen pengukuran. Konsep utama model pengukuran adalah realibilitas dan validitas. Sebagai indikator realibilitas digunakan nilai R2, nilai ini menunjukan kontribusi indikator terhadap variabel laten. Indikator dengan nilai R2 > 0,2 masuk dalam kategori realibel, sedangkan indikator dengan nilai R2 < 0,2 menunjukan kontribusi yang kecil sehingga indikator tersebut harus direduksi. Sebagai koefisien validitas digunakan nilai estimasi (loading). Semakin besar nilai estimasi maka menunjukan indikator tersebut valid mengukur variabel laten. Untuk melihat signifikasi hubungan antara parameter digunakan t-value. Jika tvalue lebih besar dari 11,95 ( maka dapat dikatakan bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan. f. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk keperluan validasi model pendahuluan yang telah dibentuk. Data utama penelitian ini adalah kuisioner yang berisi kecenderungan sikap user terhadap pernyataan yang diajukan. Proses pengumpulan data diawali dengan mengidentifikasi sampel penelitian hingga akhirnya kuisioner disebarkan pada responden. g. Uji Parameter Model a) Uji Validitas Validitas digunakan untuk menguji kemampuan (keakuratan) suatu indikator sehingga dapat mewakili suatu variabel laten. Ada 2 hal yang dilakukan dalam pengujian validitas yaitu pemeriksaan terhadap nilai t dan pemeriksaaan terhadap tingginya muatan faktor standar atau λ (standardized loading factor) yaitu > 1.96 untuk nilai t dan 0.30 untuk λ b) Uji Realibilitas Pendekatan yang dianjurkan dalam menilai sebuah model pengukuran (measurement model) adalah
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komputer Nusa Mandiri
SNIPTEK 2016
ISBN: 978-602-72850-3-3
menilai besaran composite reliability serta variance extracted dari masing-masing konstruk. 1) Composite reliability Realibilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajad sampai dimana masingmasing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk/ faktor laten yang umum. Composite Reliability diperoleh dengan rumus sebagai berikut : Constuct – Reliability = ( ∑ std. loading )2 (∑ std. loading )2 + ∑ εj Dimana : a). Std. loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap indikator b). εφ adalah measurement error dari tiap-tiap indikator. Nilai batas yang digunakan untuk menilai tingkat realibilitas yang dapat diterima adalah 0.70, dan jika nilai tersebut dibawah 0.70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai dengan alasan-alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. 2) Variance extracted Jumlah varians yang dari indikator-indikator yang diekstraksi oleh konstruk laten yang dikembangkan. Nilai Variance extracted yang tinggi dapat menunjukkan bahwa indikator-indikator telah mewakili secara baik konstruk laten yang dikembangkan dan nilai yang direkomendasikan adalah paling sedikit 0.50. Variance extracted dapat diperoleh melalui rumus dibawah ini: Variance – extracted =
∑ std. loading 2 ∑ std. loading 2 + ∑ ε j
Std. loading diperoleh langsung dari standardized loading
conditions (situasi yag memfasilitasi) dan managerial interventions (intervensi manajerial) Analisis Statistik Deskriptif Pengujian atau analisa terhadap statistik deskriptif yang memberikan penjelasan berupa nilai mean (rata-rata), standar deviasi, varian, maksimum, range, kurtosis dan skewness dapat dilihat pada Lampiran 3 (statistik deskriptif). Dengan melihat Lampiran 3, dijelaskan bahwa data memiliki nilai Valid N (listwise) dengan tingkat validitas yang baik yaitu sebesar 100 (100 %), demikian pula dengan kriteria lain yang terdapat pada uji statistik deskriptif. A. Ukuran Sampel Ukuran sampel yang harus dipenuhi dalam pemodelan SEM, minimum berjumlah 100. Penelitian ini menggunakan 120 sampel, oleh karena itu jumlah sampel tersebut telah memenuhi persyaratan ukuran sampel. B. Uji Normalitas Pada Tabel Assesment of Normality yang disajikan pada Tabel Assesment of Normality yang terdapat pada nilai yang berada pada kolom c.r. semuanya berada dalam kisaran nilai yang direkomendasikan yaitu antara -2.58 sampai 2.58 (Singgih, 2002, pp74). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa data terdistribusi secara normal. Data memenuhi syarat untuk dilakukan analisis selanjutnya. Pengolahan dalam Model Persamaan Struktural A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis variabel independen atau konstruk eksogen performance expectancy ( harapan prestasi ), effort expectancy (harapan upaya ), social influence ( pengaruh sosial ), facilitating conditions (situasi yag memfasilitasi ). managerial interventions (intervensi manajerial) dan variabelvariabel laten tersebut, diukur melalui variabel indikator yaitu tertera pada gambar 3.berikut ini:
untuk tiap indikator (diambil dari Amos). a). εφ adalah measurement error dari tiap-tiap indikator.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan penerapan TIK sebagai sarana pendukung sistem pembelajaran dengan variabel independen atau konstruk eksogen performance expectancy (harapan prestasi), effort expectancy ( harapan upaya ), social influence ( pengaruh sosial ), facilitating
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komputer Nusa Mandiri
341
ISBN: 978-602-72850-3-3
SNIPTEK 2016
1.03 pe1 .87
e1
e3
.93 pe2 .23 .48 .49 pe3 .24
e4
pe4
e2
.56
1.01 PE
e30
.57
e6
.65 .67 ee1 .56 ee2 .48
e7
ee3 .50.70
e5
e9 e10 e11
.52
.44
EE
e12 e13
.74
.43
si3
.24.49 .15.38 .54 .29 .71
.75 e14
si4
e15
si5 si6
e17
fc1 .71 .76
e18 e19
.76 .31 fc3 .56
e20
fc4
.84
.62
-.23 at1
at2
e26
e27
.77
FC
.87 MI
.60 .04 .36
.00
.12 .02
sa1
.63
e40
.66 sa2
.81 .85 .55
.72 sa3
SA
-.32
.52 .37
.58
.68 .70 .46
.49.62
mi1
mi2
mi3
mi4
mi5
e21
e22
e23
e24
e25
UJI HIPOTESIS ABSOLUT FIT MEASURES Chi-Square = 3562.276 .48 Probability = .000 at3 at4 CMIN/DF =5.046 GFI = \gfi e28 e29 RMSEA = .184 INCREMENTAL FIT MEASURES AGFI = \agfi TLI = .417 NFI = .425 HB CFI = .472 .92 .92 .68 .67 .73 .85 .85 .53 .46 PARSIMONIOUS .45 FIT MEASURES PNFI = .384 hb1 hb2 hb3 hb4 hb5 PGFI = \pgfi
.80 .84 .44 .40 .70 .70 .64 -.66
1.60
.84 fc2 .58
e39
.39
AT
.79
.58
e16
.63
Z2 1.19
.78 -.33 SI
tt3
Z1
.77
si2
.37
.78 .61
.46 -.11
-.57
.64 .82 .66
tt2
e38
.63
.62 .68
e32
.61
TT
ee6 .41 si1
.94
.64
.59 .68 ee4 .46 .66 ee5 .44
e8
tt1
-.10 .81 .75 .69
e31
.89
e33
e34
e35
.67
e36
e37
Gambar 3. Hasil Model Awal Penelitian Pengujian Berbasis Teori Pengujian model berbasis teori dilakukan dengan menggunakan software AMOS Versi 16.0. Pada gambar 3 adalah hasil pengujian model tersebut : Hipotesis yang menjelaskan kondisi data empiris dengan model/teori adalah : Hipotesis diterima apabila P ≥ 0.05 dan Hipotesis ditolak apabila P < 0.05 Berdasarkan Gambar 4.1, diperlihatkan bahwa model teori yang diajukan pada penelitian ini tidak sesuai dengan model populasi yang diobservasi, karena diketahui bahwa nilai probability (P) tidak memenuhi persyaratan karena hasilnya di bawah nilai yang direkomendasikan yaitu ≥ 0.05 (Ghozali,2005, p. 83). Penelitian ini menggunakan Model Developmental Strategy, strategi ini memungkinkan dilakukannya modifikasi model jika model yang diajukan belum memenuhi persyaratan yang direkomendasikan. Modifikasi dilakukan untuk mendapatkan model yang fit (sesuai) dengan persyaratan pengujian (Widodo,2006, p.4).. Berdasarkan justifikasi teoritis yang telah ada, maka dilakukan modifikasi model dengan asumsi
342
perubahan model struktural harus dilandasi dengan teori yang kuat (Ghozali,2005, p. 71). Pengujian Reliabilitas Dengan melakukan uji reliabilitas gabungan, pendekatan yang dianjurkan adalah mencari besarnya Composite Reliability dan Variance Extracted dari masingmasing variabel laten dengan menggunakan informasi loading factor dan measurement error dari indikatorindikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai sejauh mana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah kontruk/laten yang umum. Sedangkan Variance Extracted menunjukan indikatorindikator tersebut telah mewakili secara baik kontruk laten yang dikembangkan (Ghozali, 2005, p.61). Composite Reliability diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
Variance Extracted dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komputer Nusa Mandiri
SNIPTEK 2016
ISBN: 978-602-72850-3-3 merubah variabel laten menjadi variabel pengamatan. Akan tetapi indikator-indikator yang digunakan adalah adalah inidikator yang valid dari hasil uji Confimatory Factor Analysis (CFA) . Berdasarkan hasil Estimasi dan Regression Wieght, maka dilakukan modifikasi dengan menghapus variabel indikator yang bukan merupakan konstruktor yang valid bagi suatu variabel laten pada model struktural yang diajukan. Jika nilai stimate pada loading factor (λ) dari suatu variabel indikator < 0.5 maka indikator tersebut hendaknya di drop (dihapus) (Ghozali, 2004, p,96). Selanjutnya untuk melihat signifikansi (Sig), nilai yang dipersyaratkan adalah <0.05. Jika nilai Sig ≥ 0.05 maka dapat dikatakan bahwa indikator tersebut bukan merupakan konstruktor yang valid bagi suatu variebel laten dan sebaiknya hal ini di drop (dihapus) (Widodo, 2006, p.59). Modifikasi dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan nilai Probability ≥ 0.05 sehingga model dinyatakan fit (sesuai). Pada penelitian ini penulis melakukan perubahan model dengan menggunakan analisis jalur. Submodel dari analsis jalur dapat dilihat pada gambar 4, dibawah ini:
Dari Tabel diatas terlihat bahwa sebagian variable laten memiliki nilai Composite Reliability di atas 0.7, sedangkan batas kritis yang diberikan adalah 0.570 (Widodo, 2006).Sedangkan nilai Variance Extracted diatas 0.5 hal ini juga diatas batas kritis. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masing-masing variabel memiliki realibilitas yang baik. Pengujian Model Pengujian model berbasis teori dilakukan dengan menggunakan software AMOS Versi 16..0. dengan Path Diagram (diagram jalur) hal ini dilakukan dengan 26.18 16.06
tpe Z1 41.91
23.54
.53
tee
11.65
.01
-.18 17.55 13.79
21.96 .13
7.51
tat
tsi 12.87
.24 .06
.47
25.64 15.53
-.08
1
UJI HIPOTESIS ABSOLUT FIT MEASURES Chi-Square = .000 Probability = \p CMIN/DF =\cmindf GFI = 1.000 RMSEA = \rmsea INCREMENTAL FIT MEASURES AGFI = \agfi TLI = \tli NFI = \nfi CFI = \cfi PARSIMONIOUS FIT MEASURES PNFI = \pnfi PGFI = \pgfi
tsa
40.85 .17 1
8.93
tfc
.96 21.80
-.24 13.86
17.26
Z2
tmi
Sumber : Hasil Penelitian (2016) Gambar 4 Implikasi Penelitian Implikasi yang peneliti adalah bahwa penerapan TIK dalam proses pembelajaran di Sekolah SMA Negeri 46 Jakarta dapat diterima oleh siswa, guru dan karyawan dilingkungan sekolahnya sebagai penggunaan yang mampu memberikan manfaat dan kemudahan dan juga menyenangkan bagi warga sekolah .
KESIMPULAN Dari analisis statistika dan paparan uraian penjelasan secara sistematis pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan penelitian ini. Berikut adalah kesimpulan penelitian mengenai penerimaan sistem TIK oleh user: a. Untuk kasus penelitian ini performance expectancy, effort
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komputer Nusa Mandiri
343
ISBN: 978-602-72850-3-3
b.
c. d.
e.
SNIPTEK 2016
expectation dan facilitating conditions adalah faktor yang mempengaruhi penerimaan user, baik secara langsung maupun dengan inervening attitude. Faktor social influence dan managerial interventions tidak mempengaruhi penerimaan user baik secara langsung maupun tidak langsung. Technology trust dan habit tidak memoderasi hubungan attitude toward Item-item yang membentuk variabel performance expectancy adalah user merasakan manfaat dan semakin meningkatnya produktifitas pembelajaan. Performance expectation mempengaruhi symbolic adoption, jadi dapat dikatakan item-item pembentukan performance expectancy tersebut bisa dijadikan pertimbangan untuk melakukan strategi penerapan TIK. Item-item yang membentuk variabel effort expectancy adalah kemudahan memahami, mempelajari, mengoperasikan dan menjadi terampil dalam menggunakan TIK. Karena effort expectancy berpengaruh pada symbolic adoption maka item-item tersebut merupakan hal yang harus diperhatikan agar user dapat penerapan TIK. Hal ini dapat dijadikan patokan bagi sekolah lain dalam mengadakan pelatihan penggunaan TIK, dimana ditekankan bahwa sistem ini mudah untuk dipelajari dan dengan konsisten menggunakan TIK dalam aktifitas kesehariannya
.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada Sekolah Menengah Atas Negeri 46 Jakarta yang telah besedia menjadi tempat penelitian
REFERENSI Agarwal, R. (2000). Individual acceptance of information technology,dalam Framing the Domains of ' IT Management Projeting the Future through the Past, R.W. Zmud, Editor, Cincinnati: Pinnaflex Educational Research, 85 – 104. Depdiknas. (2005). Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009.Jakarta: Depdiknas. Gardner, C., Amoroso, D.L.. (2004). Development of an instrument to measure the acceptance of internet technology by consumers, dalam Proceedings of * the 37th Hawaii International Conference on System Sciences.
344
Ghozali,
Imam;& Fuad. (2005). Structural Equation Modelling: Teori, Konsep & Aplikasi Dengan Program AMOS 16.0. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro.
Gyampah, S., Salam, A.F. (2003). An extension of the technology acceptance model in an ERP implementation environment, http: \www. scincedirect.com. Hair et al. (1998). Multivariate data analysis. New Jersey, US: .Prentice Hall. Jones, A.B., Gallivan, M.J. (2004). Towards A Deepeer Understanding Of System Usage In Organizations: A Multilevel Perspective, Working Paper, Georgia: Computer Information Systems Department J. Mack Robinson College of Business Georgia State University Joreskog,K.G. dan D.Sorbom. (1996). LISREL8:User’s Reference Guide: SSI, Inc. Limayem, M., S. G. Hirt, & W. W. Chin. (2001). Intention Does Not Always Matter: The Contingent Role of Habit on IT Usage Behavior. The 9th European Conference on Information Systems, 274-286. Miller, L.W. (1997). Computer Integration By Vocational Teacher Educators. Journal of Vocational and Technical Education Vol. 14 no 1. http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JVTE/v14n1/JVT E-3.html Nah, Fiona Fui-Hoon;& Tan, Xin;& The, Soon Hing. (2004). An Empirical Investigation on End-Users' Acceptance of Enterprise System. Information Resources Management Journal, Vol.17, No.3. pp. 32-53. http://www.igiglobal.com/Bookstore/TitleDetails.aspx?TitleId=1073 Schreurs, J. (2007). ICT Use In School: Vision And Performance Measures. Procceding Conference ICL Austria:.Villach. Venkatesh et al, (2003). User Acceptance of Information Technology: Toward a Unified View. Jurnal MIS Quarterly, Volume 27, Nomor 3, pp 425-478. Widodo, Prabowo, P. (2006). Statistika : Analisis Multivariat. Seri. Metode Kuantitatif. Jakarta: Universitas Budi Luhur
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komputer Nusa Mandiri